Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

FEBRIS (DEMAM) PADA ANAK

Disusun Oleh:
NOVITA ADITAMA
P1337420216048
2B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMEMTERIAN KESEHATAN SEMARANG

PRODI D III KEPERAWATAN PURWOKERTO

2018
LAPORAN PENDAHULUAN

FEBRIS

A. DEFINISI
Menurut Suriadi (2001), demam adalah meningkatnya temperatur
suhu tubuh secara abnormal. Febris/demam adalah kenaikan suhu tubuh
diatas variasi sirkardian yang normal sebagai akibat dari perubahan pada
pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus anterior (Isselbacher,
1999).
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38⁰C
atau lebih. Ada juga yang yang mengambil batasan lebih dari
37,8⁰C.Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 40⁰C disebut demam tinggi
(hiperpireksia)(Julia, 2000).
Demam adalah kenaikan suhu tubuh karena adanya perubahan
pusat termoregulasi hipotalamus (Berhman, 1999). Seseorang mengalami
demam bila suhu tubuhnya diatas 37,8ºC (suhu oral atau aksila) atau suhu
rektal (Donna L. Wong, 2003).
Demam adalah peningkatan titik patokan (set point) suhu di
hipotalamus (Elizabeth J. Corwin, 2000). Dikatakan demam jika suhu
orang menjadi lebih dari 37,5 ºC (E. Oswari, 2006). Demam terjadi karena
pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang
oleh pirogen eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau
merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu
infeksi (Sjaifoellah Noer, 2004).

B. ETIOLOGI
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran.
Demam dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan,
penyakit metabolik maupun penyakit lain (Julia, 2000).
Menurut Guyton (2000), demam dapat disebabkan karena kelainan
dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan
suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi.
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh
keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga
pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya: perdarahan otak,
koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab
demam diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit
pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan
evaluasi pemeriksaan laboratorium serta penunjang lain secara tepat dan
holistik. Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara
timbul demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala yang
menyertai demam.
Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal 2000
bahwa etiologi febris,diantaranya:
a. Suhu lingkungan
b. Adanya infeksi
c. Pneumonia
d. Malaria
e. Otitis media
f. Imunisasi

C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala terjadinya febris adalah:
a. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8⁰C - 40⁰C)
b. Kulit kemerahan
c. Hangat pada sentuhan
d. Peningkatan frekuensi pernapasan
e. Menggigil
f. Dehidrasi
g. Kehilangan nafsu makan
Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri
punggung, anoreksia dan somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh
lebih tinggi dari 37,5⁰C - 40⁰C, kulit hangat, takichardi, sedangkan
batasan karakteristik minor yang muncul yaitu kulit kemerahan,
peningkatan kedalaman pernapasan, menggigil/merinding perasaan hangat
dan dingin, nyeri dan sakit yang spesifik atau umum (misal: sakit kepala
verigo), keletihan, kelemahan, dan berkeringat (Isselbacher. 1999,
Carpenito. 2000).

D. PATOFISIOLOGI
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon
imun) anak terhadap infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya.
Bila ada infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem
pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat
penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen)
dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh
mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing
(non infeksi). Zat pirogen ini dapat berupa protein, pecahan protein, dan
zat lain, terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh bakteri toksik
yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh menyebabkan demam
selama keadaan sakit.
Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh
terhadap pirogen. Pada mekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan akan
difagositosis oleh leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit
pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil
pemecahan bakteri ke dalam cairan tubuh, yang disebut juga zat pirogen
leukosit.
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima
(reseptor) yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur
panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang
pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi
prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu
tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat
sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah
ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas. Inilah yang
menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan merangsang
aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk
memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang
menghasilkan asam amino yang berperan dalam pembentukan antibodi
atau sistem kekebalan tubuh.
PATHWAY

E. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuh
2. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering
terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam
pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang
demam ini juga tidak membahayan otak

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sebelum meningkat ke pemeriksaan-pemeriksaan yang mutakhir,
yang siap tersedia untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau
scanning, masih dapat diperiksa bebrapa uji coba darah, pembiakan kuman
dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin.
Dalam tahap berikutnya dapat dipikirkan untuk membuat diagnosis
dengan lebih pasti melalui biopsy pada tempat- tempat yang dicurigai.
Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti angiografi, aortografi, atau
limfangiografi1.
1. Uji coba darah
Contoh pada demam dengu terdapat leucopenia pada hari ke dua atau
hari ketiga.Pada dbd dijumpai trombosito penia dan hemokonsentrasi.
Masa pembekuan masih normal,masa perdarahan biasanya
memanjang,dapat ditemukan penurunan factor II,V,VII,IX dan
XII.Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia,
hiponatremia, hipokloremia.SGOT, serum glutamit piruvat
(SGPT),ureum dan pH darah mungkin meningkat, referse alkali
menurun
2. Pembiakan kuman dari cairan tubuh atau lesi permukaan atau sinar
tembus rutin.Contoh pada dbd air seni mungkin ditemukan albuminorial
ringan.
3. Dalam tahap melalui biopsy pada tempat-tempat yang dicurigai.Juga
dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi,aortografi atu
limfangeografi
4. Ultrasonografi,endoskopi atau scaning masih dapat diperiksa

G. PENATALAKSANAAN
Pada dasarnya menurunkan demam dapat dilakukan secara fisik, obat-
obatan, maupun kombinasi keduanya
1. Secara fisik
- Tempatkan anak dalam ruangan bersuhu normal
- Pakaikan anak pakaian yang tidak tebal
- Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air
meningkat
2. Memberikan kompresObat-obatan
- Pemberian obat antipiretik, analgetik, dan anti inflamasi
- Pemberian antibiotic sesuai indikasi

H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas: umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat
pengkajian) : panas.
2) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita
pasien saat masuk rumah sakit): sejak kapan timbul demam,
sifat demam, gejala lain yang menyertai demam (misalnya:
mual, muntah, nafsu makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll),
apakah menggigil, gelisah.
3) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien).
4) Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang
lain baik bersifat genetik atau tidak)
2. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: kesadaran, vital sign, status nutrisi
3. Pemeriksaan persistem
a. Sistem persepsi sensori
b. Sistem persyarafan: kesadaran
c. Sistem pernafasan
d. Sistem kardiovaskuler
e. Sistem gastrointestinal
f. Sistem integument
g. Sistem perkemihan
4. Pada fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola nutrisi dan metabolism
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola tidur dan istirahat
f. Pola kognitif dan perseptual
g. Pola toleransi dan koping stress
h. Pola nilai dan keyakinan
i. Pola hubungan dan peran
5. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
b. Foto rontgent
c. USG
6. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, proses penyakit.
b. Resiko injuri berhubungan dengan infeksi mikroorganisme.
c. Resiko kurang cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan
diaforesis.
d. Ansietas berhubungan dengan hipertermi, efek proses penyakit
7. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan (NOC) (NIC)
1. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Fever treatment
berhubungan keperawatan  Monitir suhu sesering
dengan proses selama…x24jam klien mungkin
infeksi, proses menunjukkan temperatur  Monitor IWL
penyakit. dalam batas normal  Monitor warna dan suhu
Batasan dengan kriteria hasil: kulit
karakeristik :  Suhu Tubuh dalam batas  Monitor tekanan darah,
 Kenaikan normal nadi dan RR
suhu tubuh  Bebas dari kedinginan  Monitor penurunan tingkat
diatas  Suhu tubuh stabil 36,50- kesadaran
rentang 0
37,5 c  Monitor WBC, HB dan
normal  Termoregulasi dbn HCT
 Serangan  Nadi dbn
 Monitor intake dan output
atau <1 bln : 90-170  Kolaborasikan pemberian
konvulsi <1 thn : 80-160 antipiretik
(kejang) 2 thn : 80-120  Berikan pengobatan untuk
 Kulit 6 thn : 75-115 mengatasi penyebab
kemerahan 10 thn : 70-110 demam
 Pertambaha 14 thn : 65-100
 Selimuti pasien
n RR >14thn : 60-100
 Berikan cairan intravena
 Takikardi  Respirasi dbn
 Kompres pasien pada lipat
 Saat BBL : 30-50 x/m
paha dan aksila
disentuh Anak-anak : 15-30 x/m
 Tingkatkan sirkulasi udara
tangan Dewasa : 12-20 x/m
 Berikan pengobatan untuk
terasa
mencegah terjadinya
hangat
menggigil
Temperature regulation
 Monitor suhu minimal tiap
2 jam
 Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu
 Monitor TD, nadi dan RR
 Monitor warna dan suhu
kulit
 Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
 Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
 Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
 Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan
efek negative dari
kedinginan
 Berikan antipiretik bila
perlu
Vital Sign Monitoring
 Monitor TD, nadi, suhu
dan RR
 Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
 Monitor VS pada saat
pasien berbaring, duduk
atau berdiri
 Monitor TD , nadi, RR,
sebelum, selama dan
sesudah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan
irama dari pernafasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernafasan
abnormal
 Monitor warna, suhu dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
2. Resiko injuri Setelah dilakukan tindakan  Sediakan lingkungan yang
berhubungan keperawatan aman untuk pasien
dengan infeksi selama …x24jam anak  Identifikasi kebutuhan
mikroorganis bebas dari cidera dengan keamanan pasien sesuai
me. kriteria hasil: dengan kondisi fisik dan
 Menunjukan fungsi kognitif pasien dan
homeostatis riwayat penyakit terdahulu
 Tidak ada perdarahan pasien
mukosa dan bebas dari  Menghindari lingkungan
komplikasi lain yang berbahaya misalnya
memindahkan perabotan
 Memasang side rail tempat
tidur
 Menyediakan tempat tidur
yang nyaman dan bersih
 Membatasi pengunjung
 Memberikan penerangan
yang cukup
 Menganjurkan keluarga
untuk menemani pasien
 Mengontrol lingkungan
dari kebisingan
 Memindahkan barang-
barang yang dapat
membahayakan
 Berikan penjelasan pada
pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status kesehatan
dan penyebab penyakit.
3. Resiko kurang Setelah dilakukan tindakan Fluid management:
cairan keperawatan  Pertahankan catatan intake
berhubungan selama …x24jam volume dan output yang akurat
dengan intake cairan adekuat dengan  Monitor status dehidrasi
yang kurang kriteria hasil: (kelembaban membrane
dan  Mempertahankan urine mukosa, nadi adekuat,
diaphoresis, output sesuai dengan tekanan darah ortostatik)
faktor yang usia dan BB, BJ urine  Monitor vital sign
mempengaruh normal, HT normal  Monitor asupan makanan/
i kebutuhan  Tekanan darah, nadi, cairan dan hitung intake
cairan suhu tubuh dalam batas kalori harian
(hipermetaboli normal  Lakukan terapi IV
k).  Tidak ada tanda- tanda  Monitor status nutrisi
dehidrasi, elastisitas  Berikan cairan
turgor kulit baik,
 Berikan cairan IV pada
membrane mukosa
suhu ruangan
lembab, tidak ada rasa  Dorong masukan oral
haus yang berlebihan.  Berikan penggantian
nasogastrik sesuai output
 Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
 Anjurkan minum kurang
lebih 7-8 gelas belimbing
perhari
 Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih
muncul memburuk
 Atur kemungkinan
transfusi
4. Ansietas Setelah dilakukan tindakan  Kaji dan identifikasi serta
berhubungan keperawatan selama luruskan informasi yang
dengan 2x24jam ansietas dimiliki klien/keluarga
hipertermi, klien/keluarga hilang mengenai hipertermi
efek proses dengan kriteria hasil:  Berikan informasi pada
penyakit  Klien/keluarga dapat klien/keluarga yang akurat
mengidentifikasi hal-hal tentang penyebab
yang dapat hipertermi
meningkatkan dan  Validasi perasaan
menurunkan suhu tubuh klien/keluarga dan
 Klien/keluarga mau yakinkan klien/keluarga
berpartisipasi dalam bahwa kecemasan
setiap tidakan yang merupakan respon yang
dilakukan normal
 Klien/keluarga  Diskusikan dengan
mengungkapkan klien/keluarga rencana
penurunan cemas yang tindakan yang dilakukan
berhubungan dengan berhubungan dengan
hipertermi, proses hipertermi dan keadaan
penyakit penyakit

8. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan
mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan
kesimpulan perawat serta bukan atas petunjuk tenaga kesehatan yang
lain. Sedangkan tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang
didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas
kesehatan lain.
9. Evaluasi Keperawatan
Merupakan penilaian perkembangan ibu hasil implementasi
keperawatan yang berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak
dicapai.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Revisi 3.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Doenges, M.E, Marry F. MandAlice, C.G. 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
http://khakarangga.blogspot.com/2013/01/asuhan-keperawatan-pasien-
dengan-febris.html diakses pada Senin, 15 Januari 2018, pukul :
20.00 WIB
http://putririzkadewi.blogspot.com/2011/11/febris-demam.html diakses
pada Senin, 15 Januari 2018, pukul : 20.00 WIB
http://riezkhyamalia.wordpress.com/2013/11/27/laporan-pendahuluan-
demam-febris.html diakses pada Senin, 15 Januari 2018, pukul :
20.00 WIB
NANDA NIC-NOC. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
NANDA. Yogyakarta: Media Hardy
Wong, Dona L, dkk,. 2003. Maternal child nursing care 2nd edition. Santa
Luis: Mosby Inc.

Anda mungkin juga menyukai