Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK I

FEBRIS DI RUANG MELATI

RSUD UNGARAN

Di susun oleh :

Nama : SHEILA FIRDAYANI

NIM : 920173034

2B – S1 ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN 2019
A. PENGERTIAN
Demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas normal (Suhu normal : 36°C –
37,5°C). Kenaikan suhu tubuh merupakan bagian dari reaksi biologis kompleks, yang
diatur dan di kontrol oleh susunan saraf pusat. Demam sendiri merupakan gambaran
karakteristik dari kenaikan suhu tubuh disebabkan oleh berbagai penyakit infeksi dan
non infeksi (Sarasvati, 2010).
Febris/ demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas variasi sirkardian yang
normal (bila suhu tubuh antara 37,5°C – 40°C) sebagai akibat dari perubahan pada
pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus anterior (Isselbacher, 2009).
Febris adalah peningkatan abnormal suhu badan rectal minimal 38°C. demam
merupakan tanda adanya masalah yang menjadi penyebab, buakan suatu penyakit dan
tidak terjadi dengan sendirinya (Muscari, 2010).
Menurut Tamsuri (2009), suhu tubuh dibagi :
1. Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C.
2. Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36°C – 37,5°C.
3. Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5°C – 40°C.
4. Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C.

Empat jenis demam menurut Kozier, Erb, Berman dan Snyder tahun 2010:

a. Demam Intermiten
Suhu tubuh berubah-ubah dalam interval yang teratur, antara periode demam
dan periode normal secara abnormal.
b. Demam Remiten
Terjadi fluktasi suhu dalam rentang yang luas (lebih dari 2°C) dan suhu tubuh
berada diatas normal selama 24 jam.
c. Demam Kambuhan
Masa febril yang pendek selama beberapa hari diselingi dengan periode suhu
normal selama 1-2 hari.
d. Demam Konstan
Suhu tubuh akan sedikit berfluktuasi, tetapi berada diatas suhu normal.

B. ETIOLOGI
Macam-macam penyebab demam adalah sebagai berikut:
1) Infeksi virus dan bakteri
2) Flu dan masuk angin
3) Radang tenggorokan
4) Infeksi telinga
5) uDiare disebabkan bakterial atau diare disebabkan oleh virus
6) Bronkitis akut, infeksi saluran kencing
7) ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas)
8) Obat-obatan tertentu
9) Masalah-masalah serius seperti pneumonia, radang usus buntu, TBC, dan radang
selaput otak
(Anonim,B., 2009).
Menurut Febry dan Marendra (2010) penyebab demam dibagi menjadi 3 yaitu:
1) Demam infeksi, antara lain infeksi virus (cacar, campak dan demam berdarah) dan
infeksi bakteri (demam tifoid dan pharingitis).
2) Demam non infeksi, antara lain karena kanker, tumor, atau adanya penyakit
autoimun (penyakit yang disebabkan sistem imun tubuh itu sendiri).
3) Demam fisiologis, bisa karena kekurangan cairan (dehidrasi), suhu udara terlalu
panas dan kelelahan setelah bermain disiang hari.
Dari ketiga penyebab tersebut yang paling sering menyerang anak adalah demam
akibat infeksi virus maupun bakteri (Febry & Marendra, 2010).

C. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala demam antara lain :
a) Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8 C – 40 C)
b) Kulit kemerahan
c) Hangat pada sentuhan
d) Peningkatan frekuensi pernapasan
e) Menggigil
f) Dehidrasi
g) Kehilangan nafsu makan

Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri punggung, anoreksia
dan somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh lebih tinggi dari 37,5 ºC-40ºC,
kulit hangat, takichardi, sedangkan batasan karakteristik minor yang muncul yaitu
kulit kemerahan, peningkatan kedalaman pernapasan, menggigil/merinding perasaan
hangat dan dingin, nyeri dan sakit yang spesifik atau umum (misal: sakit kepala
verigo), keletihan, kelemahan, dan berkeringat.

(Isselbacher. 2009, Carpenito. 2010)

Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung pada fase
demam meliputi:

1. Fase 1 awal ( dingin/ menggigil). Tanda dan gejala fase awal yaitu :
a. Peningkatan denyut jantung.
b. Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan.
c. Mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot.
d. Peningkatan suhu tubuh.
e. Pengeluaran keringat berlebih.
f. Rambut pada kulit berdiri
g. Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah.
2. Fase 2 ( proses demam). Tanda dan gejala fase 2 yaitu :
a. Proses mengigil lenyap.
b. Kulit terasa hangat / panas.
c. Merasa tidak panas / dingin.
d. Peningkatan nadi.
e. Peningkatan rasa haus.
f. Dehidrasi.
g. Kelemahan.
h. Kehilangan nafsu makan (jika demam meningkat).
i. Nyeri pada otot akibat katabolisme protein.
3. Fase 3 (pemulihan). Tanda dan gejala fase 3 yaitu :
a. Kulit tampak merah dan hangat.
b. Berkeringat.
c. Mengigil ringan.
d. Kemungkinan mengalami dehidrasi
(Ilmu kesehatan, 2013).
D. PATHOFISIOLOGI
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point, tetapi ada
peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidak disertai
peningkatan set point (Julia,2012).
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak
terhadap infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau
zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan
dilepaskannya pirogen.Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari
dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal
dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda
asing (noninfeksi). Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima
(reseptor) yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di
hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam
arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan
menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh
darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun,
terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas.
Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan
merangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk
memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan
asam amino yang berperan dalam pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh.
Sedangkan sifat-sifat demam dapat berupa menggigil atau krisis/flush. Menggigil.
Bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari tingkat normal ke nilai yang
lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari kerusakan jaringan,zat pirogen atau
dehidrasi. Suhu tubuh biasanya memerlukan beberapa jam untuk mencapai suhu baru.
Krisis/flush. Bila faktor yang menyebabkan suhu tinggi dengan mendadak
disingkirkan, termostat hipotalamus dengan mendadak berada pada nilai rendah,
mungkin malahan kembali ke tingkat normal.
(Corwin, 2012)
E. PATHWAY

Infeksi zat asing masuk ke dalam Merangsang system pertahanan Melepaskan pirogen
tubuh tubuh

Dari dalam tubuh Dari luar tubuh


(pirogen endogen) (pirogen ekstrogen)

Reaksi kenaikan Dirangsang pelepasan asam arakidonat Membawa pesan ke hipotalamus


suhu tubuh & produksi prostatglandin

Pembuluh di arteri sempit &


sekresi kelenjar keringat Febris Hipertermia Metabolisme basal
terhambat
hipotalamus

Kekurangan volume cairan Oksigen ke otak menurun Ketidakseimbangan nutrisi :


kurang dari kebutuhan tubuh

Kejang demam TIK meningkat

Ketidakseimbangan perfusi
jaringan perifer

Sumber : Huda Nurarif, Amin & Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda-NIC NOC. Jakarta: MediAction.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap untuk
digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa uji
coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus
rutin. Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat
dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau limfangiografi.
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Hematologi. Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi
penyulit perdarahan usus.
b. Kimia darah. Pemeriksaan elektrolit, kadar glukosa, blood urea nitrogen dan
kreatinin harus dilakukan.
c. Imunorologi. Widal : pemeriksaan serologi ini ditujukan untuk mendeteksi
adanya antibody di dalam darah terhadap antigen kuman Salmonella typhi.
Hasil positif dinytakan dengan adanya aglutinasi. Hasil negative palsu dapat
disebabkan oleh karena antara lain penderita sudah mendapatkan terapi
antibiotika, waktu pengambilan darah kurang dari 1 minggu sakit, keadaan
umum pasien buruk, dan adanya penyakit imunologik lain.
d. Urinalis. Protein: bervariasi dari negative sampai positif (akibat demam).
Leukosit dan eritrosit normal : bila meningkat kemungkinan terjadi penyulit
e. Mikrobiologi. Sediaan apus dan kultur dari tenggorok, uretra, anus, serviks
dan vagina harus dibuat dalam situasi yang tepat. Pemeriksaan sputum
diperlukan untuk pasien yang demam disertai batuk-batuk. Pemeriksaan kultur
darah dan kultur cairan abnormal serta urin diperlukan untuk mengetahui
komplikasi yang muncul.
f. Radiologi. Pembuatan foto toraks biasanya merupakan bagian dari
pemeriksaan untuk setiap penyakit demam yang signifikan.
g. Biologi molekuler. Dengan PCR (Polymerase Chain Reaction), dilakukan
dengan perbanyakan DNA kuman yang kemudian diidentifikasi dengan DNA
probe yang spesifik. Kelebihan uji ini dapat mendeteksi kuman yang terdapat
dalam jumlah sedikit (sensifitas tinggi) serta kekhasan (spesifitas) yang tinggi
pula. Specimen yang digunakan dapat berupa darah, urin, cairan tubuh lainnya
serta jaringan biopsi (Soedarto, 2011).
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Secara fisik
a. Mengawasi kondisi klien dengan pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6
jam. Perhatikan apakan anak tidur gelisah, sering terkejut atau mengigau.
Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik keatas atau apakah anak
mengalami kejang-kejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu lama
akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu
mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya
sel-sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi
berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu.
b. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
c. Jalan napas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke otak
yang akan berakibat rusaknya sel-sel otak
d. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak-banyaknya
e. Tidur yang cukup agar metabolism berkurang
f. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak, lipat paha. Tujuannya untuk
menurunkan suhu tubuh di permukaan tubuh anak.
2. Obat-obatan antipiretik
Antipiretik bekerja secarasentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di
hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin
dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehingga set poin hipotalamus
direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas
di atas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi (Suriadi dan
Yuliani, R., 2010)

H. PENGKAJIAN
A. Pengumpulan Data
1. Identitas penderita
Meliputi : mana, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, no register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa
medis.
2. Keluhan Utama
Orang yang menderita observasi febris biasanya mengeluh suhu badannya naik
(panas), keluar banyak keringat, batuk-batuk dan tidak nafsu makan.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya didapatkan peningkatan suhu tubuh di atas 37,50C (N 36,5 –
37,5 C) atau ada masalah psikologis ( rasa takut dan cemas terhadap
penyakitnya)
b. Riwayat penyakit dahulu
Umumnya dikaitkan dengan riwayat medis yang berhubungan dengan
penyakit febris.
c. Riwayat penyakit keluarga
Dalam susunan keluarga adalah riwayat penyakit febris yang pernah diderita
atau penyakit turunan dan menular yang pernag diderita atau anggota
keluarga.
4. Pola-Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksan hidup sehat
Umumnya pada pola ini penderita penyakit febris mengalami perubahan
dalam perawat dirinya yang diakibatkan oleh penyakitnya
b. Pola nutrisi dan metabolism
Umumnya terjadi penurunan nafsu makan atau tidak.
c. Pola eliminasi
Pada pola ini bisa terjadi perubahan karena asupan yang kurang sehingga klien
tidak bisa BAB / BAK secara normal.
d. Pola istirahat tidur
Pada pola ini tidur kx biasanya mengalami gangguan karena adanya rasa tidak
nyaman dengan meningkatnya suhu
e. Pola aktifitas dan latihan
Aktivitas kx bergantung karena biasanya klien lemah karena kurangnya
asupan serta meningkatnya suhu.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Kx merasa cemas dengan keadaan suhu tubuhnya yang meningkat dan
ketakutan sehingga mengalami perubahan metabolisme (ex : mencret)
g. Pola sensori dan kognitif
Tidak terjadi gangguan pada pola ini dan biasanya hanya sebagian kx yang
dapat mengetahuinya.
h. Pola reproduksi dan sexual
Pada pola ini biasanya kx tidak mengalami gangguan.
i. Pola hubungan peran
Bisa terjadi hubungan yang baik atau kekeluargaan dan tidak mengalami
gangguan.
j. Pola penanggulangan stress
Dukungan keluarga sangat berarti untuk kesembuhan klien.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Adanya perubahan dalam melaksanakan ibadah sebagai dampak dari
penyakitnya.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran (baik, gelisah, apatis / koma), badan lemahm frekuensi pernafasan
tinggi, suhu badan meningkat dan nadi meningkat
b. Kepala dan leher (Bentuk, kebersihan, ada bekas trauma atau tidak)
c. Kulit, rambut, kuku (Turgor kulit (baik-buruk), tidak ada gangguan / kelainan)
d. Mata (Umumnya mulai terlihat cowong atau tidak).
e. Telingga, hidung, tenggorokan dan mulut (Bentuk, kebersihan, fungsi
indranya adanya gangguan atau tidak).
f. Thorak dan abdomen (Tidak didapatkan adanya sesak, abdomen biasanya
nyeri dan ada peningkatan bising usus).
g. Sistem respirasi (Umumnya fungsi pernafasan lebih cepat dan dalam).
h. Sistem kardiovaskuler (Pada kasus ini biasanya denyut pada nadinya
meningkat).
i. Sistem musculoskeletal (Terjadi gangguan apa tidak).
j. Sistem pernafasan (Pada kasus ini tidak terdapat nafas yang tertinggal /
gerakan nafas dan biasanya kesadarannya gelisah, apatis atau koma).

B. Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dikelompokkan meliputi data subyektif
dan obyektif untuk menentukan masalah data yang telah dikelompokkan,
ditentukan masalah keperawatannya. Kemudian ditentukan penyebabnya serta
dirumuskan ke dalam diagnosa keperawatan (Lismidar, 2010)
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hyperthermia berhubungan dengan proses infeksi.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hypovolemia

J. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
NO. TTD
KEPERAWATAN HASIL (NOC) (NIC)
1. Hyperthermia Setelah dilakukan 1. Monitor TTV
berhubungan tindakan keperawatan terutama Suhu Pasien.
dengan proses selama 3x24 jam, pasien 2. Sesuaikan suhu
infeksi. tidak mengalami lingkungan dengan
hipertermia, dengan kriteria kebutuhan pasien, jika
hasil : suhu tubuh berubah.
1. Keseimbanganantarapro 3. Melakukan penurunan
duksipanas, panas yang suhu dengan kompres
diterima, dan kehilangan hangat.
panas 4. Berikan edukasi yang
2. Temperature stabil : tepat untuk mencegah
36,5°C - 37,5°C. atau mengontrol
3. Tidak ada kejang. demam.
4. Tidak ada perubahan 5. Kolaborasi dengan
warna kulit tim medis tentang
5. Pengendalian risiko: pemberian obat
hipertermia. penurun panas.
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Monitor adanya
perfusi jaringan tindakan keperawatan daerah tertentu yang
perifer selama 3x24 jam, hanya peka terhadap
berhubungan ketidakefektifan jaringan panas/dingin/tajam/tu
dengan perifer tidak terjadi. Dengan mpul.
hypovolemia kriteria hasil : 2. Monitor adanya
Mendemonstrasikan status hipotensi ortotastik
sirkulasi yang ditandai dan pusing saat
dengan: berdiri.
1. Tekanan systole dan 3. Batasi gerakan pada
diastole dalam rentang kepala, leher dan
yang diharapakan. punggung
2. Tidak ada ortostatik 4. Instruksikan keluarga
hipertensi. untukmengobservasi
3. Tidak ada tanda-tanda kulit jika ada lesi atau
peningkatan intracranial. laserasi.
5. Kolaborasi pemberian
analgetik.
K. REFERENSI
Corwin. 2012. Hand Book Of Pathofisiologi. Jakarta:EGC.
Huda Nurarif, Amin & Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda-NIC NOC. Jakarta: MediAction.
Johnson, M., et all. 2010. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River.
Julia Klaartje Kadang, SpA (2012). Metode Tepat Mengatasi Demam. www.
Google. Com diakses tanggal 12 Januari 2015.
Muscari, Mary E. 2009. Panduan Balajar: Keperawatan Pediatrik. Jakarta:
EGC.
Mc Closkey, C.J., et all. 2010. Nursing Interventions Classification (NIC)
Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River.
Nanda. 2013. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA : Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta : Prima Medika.
Ngastiyah. 2010. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Robert, 2012, Penyakit – Penyakit Tropis, Artikel diakses dari
www.who_peditric.com
Santosa, Budi. 2011. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2013 - 2018.
Jakarta: Prima Medika.

Anda mungkin juga menyukai