Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Keperawatan Anak
Disusun oleh :
FEBRIS
A. PENGERTIAN
Demam atau Fever (Febris) terjadi bila suhu tubuh lebih dari 37,7°
C. Ada yang menyebutkan demam sebagai peningkatan suhu tubuh diatas
normal (38°- 40°C). Hiperpireksia, bila suhu tubuh lebih dari 41,1° C, ada
juga yang menyebutkan lebih dari 40° C. Subfebris, bila suhu tubuh diatas
normal, tapi lebih rendah dari 37,7°C (Fauziah, 2021).
Febris (demam) adalah kenaikan suhu tubuh di atas variasi sirkadian
yang normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang
terletak dalam hipotalamus anteriorSuhu tubuh normal dapat dipertahankan,
ada perubahan suhu lingkungan, karena adanya kemampuan pada pusat
termoregulasi untuk mengatur keseimbangan antara panas yang diproduksi
oleh jaringan, khususnya oleh otot dan hati, dengan panas yang hilang.
Dalam keadaan febris, keseimbangan tersebut bergeser hingga terjadi
peningkatan suhu dalam tubuh (Nabila, 2023).
Demam merupakan suatu keadaan saat suhu tubuh manusia berada
diatas normal atau diatas 37,7° C sebagai akibat peningkatan pusat pengatur
suhu di hipotalamus yang dapat menyerang sistem tubuh (Wati, 2020).
B. ETIOLOGI
Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain
infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia keganasan atau reaksi
terhadap pemakaian obatjuga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral
(misalnya perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai
ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian
pengambilan riwayat penyekit pasienpelaksanaan pemeriksaan fisik,
observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium, serta
penunjang lain secara tepat dan holistic (Wati, 2020).
Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal bahwa
etiologi febris diantaranya :
1. Suhu lingkungan.
2. Adanya infeksi.
3. Pneumonia.
4. Malaria
5. Otitis media
6. Imunisasi
C. PATOFISIOLOGI
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point,
tetapi ada peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan
tetapi tidak disertai peningkatan set point.
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun)
anak terhadap infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila
ada infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem
pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat
penyebab demam ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan
luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh
mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing
(noninfeksi). Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima
(reseptor) yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur
panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang
pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi
prostaglandin (PGEZ)Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh
dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi
kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurunterjadilah ketidakseimbangan
pembentukan dan pengeluaran panas.
Inilah yang menimbulkan demam pada anakSuhu yang tinggi ini
akan merangsang aktivitas "tentara" tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T)
untuk memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang
menghasilkan asam amino yang berperan dalam pembentukan antibodi atau
sistem kekebalan tubuhSedangkan sifat-sifat demam dapat berupa
menggigil atau krisis(flush). Mengigil bila pengaturan termostat dengan
mendadak diubah dari tingkat normal ke nilai yang lebih tinggi dari normal
sebagai akibat dari kerusakan jaringan zat pirogen atau dehidrasiSuhu tubuh
biasanya memerlukan beberapa jam untuk mencapai suhu baru. Krisis flush
bila faktor yang menyebabkan suhu tinggi dengan mendadak disingkirkan,
termostat hipotalamus dengan mendadak berada pada nilai rendahmungkin
malahan kembali ke tingkat normal (Nabila, 2023).
D. PATHWAY
(Nabila, 2023)
E. MANIFESTASI KLINIS
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2019) tanda dan gejala terjadinya
demam atau febris adalah :
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5°- 39°C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekueni pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan darah perifer lengkap
Bisa ditemukan leukopeni, leukositosis atau leukosit (bisa terjadi
walaupun tanda disertai infeksi sekunder)
b. Kultur
Kultur darah : pada minggu pertama bisa positif
Kultur urine : pada minggu kedua bisa posotif
Kultur feses : dari minggu kedua sampai minggu ketiga bisa positif
(Asyurra, 2021).
G. PENATALKSANAAN
Penatalaksanaan dari demam (febris) menurut (Instalasi Promosi
Kesehatan RSUD Dr.Soetomo, 2022) sebagai berikut :
1. Secara fisik
a. Observasi suhu tubuh dengan berkala setiap 4-6 jam
b. Gunakan pakaian yang tipis
c. Jangan gunakan selimut tebal
d. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan’
e. Berikan minum 2-3 L/hari
f. Istirahat yang cukup
g. Kompres dengan air biasa atau hangat (suam-suam kuku pada dahi,
ketiak, lipatan paha)
2. Obat-obatan antipiretik
a. Berikan Paracetamol 3x1 atau sesuai dengan dosis Dokter
b. Berikan cairan parenteral jika diperlukan
H. KOMPLIKASI
Menurut (dr. Nia Kania, 2018) keadaan yang bisa timbul akibat
adanya demam sebagai berikut :
1. Hiperpireksia
Hiperpireksia adalah keadaan suhu tubuh di atas 41,1° C.
Hiperpereksia sangat berbahaya pada tubuh karena dapat menyebabkan
berbagai perubahan metabolisme, fisiologi dan akhirnya kerusakan
susunan saraf pusat. Pada awalnya anak tampak menjadi gelisah disertai
nyeri kepala, pusing, kejang serta akhirnya tidak sadar. Keadaan koma
terjadi bila suhu >43° C dan kematian terjadi dalam beberapa jam bila
suhu 43º C sampai 45° C"
2. Kejang Demam
Kejang demam merupakan kejang biasanya terjadi pada masa
kanak-kanak mulai usia 1 bulan, yang berhubungan dengan penyakit
demam tanpa disebabkaninfeksi sistem saraf pusat, tanpa riwayat kejang
neonatus dan tidak berhubungan dengan kejang simptomatik lainnya.
Walaupun 30% dari seluruh kasus kejang pada anak adalah kejang
demam, tetapi masih banyak penyebab lain dari kejang demam yang
tidak dapat didoagnosis sembarangan.
1) Bertanya-tanya
2) Menarik diri
3) Menolak kehadiran orang lain
4. Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi
Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi & Perasaan yang muncul
dalam hospitalisasi:
a) Takut dan cemas, perasaan sedih dan frustasi
b) Kehilangan anak yang dicintainya:
1) Prosedur yang menyakitkan
2) Informasi buruk tentang diagnosa medis
3) Perawatan yang tidak direncanakan
4) Pengalaman perawatan sebelumnya & Perasaan sedih
(Wara, 2021)
K. KONSEP ASKEP
1. Pengkajian
a) Pengkajian
Berisi tanggal pengkajian, tanggal klien masuk RS, No.CM, dan
diagnosa medis.
Identitas Klien (diisi lengkap) berisi nama klien, tanggal
lahir/umur, jenis kelamin, agama, suku, dan alamat.
Penanggung Jawab (diisi lengkap) berisi nama penanggung
jawab, umur, pendidikan, pekerjaan, dan alamat.
b) Riwayat Penyakit
1) Keluhan utama saat pengkajian
Klien yang biasanya menderita febris atau demam mengeluh
suhu tubuh panas lebih dari 37,5° C, berkeringat,
mual/muntah.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Pada umumnya didapatkan peningkatan suhu tubuh diatas
37,5° C, gejala febris atau demam biasanya yang timbul
yaitu menggigil, mula/muntah, berkeringat, nafsu makan
berkurang, gelisah, nyeri otot dan sendi.
3) Riwayat masa lalu
a. Kehamilan (keberapa, abosrsi, kesehatan selama hamil,
obat dikonsumsi selama hamil)
b. Persalinan (lama persalinan, jenis persalinan, tempat
persalinan)
c. Kelahiran(BBL, PBL, kondisi kesehatan, APGAR score,
kelainan kongenital)
d. Alergi : obat, makanan, dsb
e. Pertumbuhan dan perkembangan (BB, TB saat ini)
f. Imunisasi (jenis dan waktu imunisasi)
g. Kebiasaan khusus
Perilaku (missal : menggigit kuku, menghisap jempol,
dsb) ADL (tidur, toilet training, exercise)
4) Riwayat penyakit keluarga dan genogram
Adanya riwayat keturunan dari salah satu anggota keluarga
yang menderita penyakit kanker prostat. Anggota keluarga
yang menderita DM, asma, atau hipertensi.
c) Pengkajian Fungsional
1) Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
2) Pola nutrisi/metabolik
Klien atau orang tua klien ditanya mengenai frekuensi
makan, makanan yang disukai, kebiasaan klien saat makan
(misal : klien biasanya saat makan harus dengan menonton
TV)
3) Pola eliminasi
Keluarga klien ditanya mengenai berapa kali sehari klien
BAB dan BAK, apakah ada kelainan dalam pola eliminasi
klien
4) Pola aktivitas dan latihan (untuk balita langsung ditulis
semua aktivitas dibantu keluarga
5) Pola tidur dan istirahat
Klien atau keluarga lien ditanya mengenai kebiasaan tidur
malam klien jam berapa, bangun jam berapa, sering
terbangun atau tidak, sering mimpi buruk atau tidak. Tidur
siang jam berapa dan bangun jam berapa.
6) Pola perceptual (untuk pasien balita tidak dikaji)
Menjelaskan tentang pola persepsi-sensory dan kognitif
(penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman, dan
sensasi)
7) Pola persepsi diri (untuk pasien balita tidak dikaji)
Menjelaskan tentang pola konsep dan persepsi diri
(contohnya gambaran diri, harga diri, ideal diri, dan peran
diri.
8) Pola seksualitas dan reproduksi (tidak dikaji)
9) Pola peran hubungan (untuk pasien balita tidak dikaji)
Menggambarkan pola peran kekerabatan dan hubungan.
10) Pola managemen koping stress (untuk pasien balita tidak
dikaji)
Menjelaskan tentang pola koping yang umum dan
keefektifan pola dalam arti toleransinya terhadap stress.
11) Sistem nilai dan keyakinan (untuk pasien balita tidak dikaji)
Menggambarkan pola nilai-nilai, keyakinan-keyakinan
(termasuk spiritual), atau sasaran yang mengarahkan pada
memilih atau memutuskan.
d) Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
2) Tanda-tanda vital
3) Pemeriksaan antropometri
4) Head to toe
Pada pemeriksaan head to toe meliputi pemeriksaan kepala,
mata, hidung, mulut, leher, dada.
Paru-paru : Inspeksi: ...,Palpasi: ...,Perkusi:...,Auskultasi: ...
Jantung : Inspeksi: ...,Palpasi: ...,Perkusi:...,Auskultasi: ...
Abdomen : Inspeksi: ..., Auskultasi: ... Palpasi: ...,Perkusi:...
Ekstremitas :
Integumen :
5) Pemeriksaan reflek (khusus bayi)
Refleks Moro, refleks tonik neck, refleks rooting, refleks
sucking, refleks grasping, refleks babinsky, refleks stapping.
6) Pengkajian nutrisi dan cairan
Pengkajian Nutrisi
A : Antropometri
B: Biomedical
C : Clinical sign
D : Diit
Pengkajian Cairan (Balance Cairan)
e) Pemeriksaan Penunjang
Pada data penunjang biasanya dilakukan pemeriksaan labor
urine, feses, darah, dan biasanya leukositnya lebih dari 10.000
(meningkat), sedangkan Hb, Ht menurun.
f) Program Terapi
Menjelaskan jenis obat yang diberikan kepada klien beserta
dosis obat, nama obat dan fungsinya.
g) Data Fokus
Berupa data subjektif dan data objektif.
2. Analisa Data
3. Prioritas Masalah
a. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (D.0130)
4. Intervensi/Tindakan Keperawatan
5. Implementasi Keperawatan
Menurut (Mufidaturrohmah, 2019) Implementasi merupakan
tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana perawatan.
Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen)
dan tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri merupakan aktivitas
perawat yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri
dan bukan merupakan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan
lain. Bentuk-bentuk implementasi keperawatan antara lain:
a. Pengkajian untuk mengidentifikasi masalah baru atau
mempertahankan masalah yang ada
b. Pengajaran atau pendidikan kesehatan pada pasien untuk
membantu menambah pengetahuan tentang kesehatan
c. Konseling klien untuk memutuskan kesehatan klien
d. Bentuk penatalaksanaan secara spesifik atau tindakan untuk
memecahkan masalah kesehatan
e. Membantu klien dalam melakukan aktivitas sendiri
f. Konsultasi atau diskusi dengan tenaga kesehatan lainnya.
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari
hasilnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui perawatan yang
diberikan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap
perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap
asuhan keperawatan yang diberikan. Evaluasi dapat berupa evaluasi
struktur, proses dan hasil evaluasi terdiri dari evaluasi formatif
adalah hasil dari umpan balik selama proses keperawatan
berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang
dilakukan setelah proses keperawatan selesai dilaksanakan dan
memperoleh informasi efektifitas pengambilan keputusan
(Mufidaturrohmah, 2019).
DAFTAR PUSTAKA