Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN DIAGNOSA MEDIS FEBRIS

DI POLIKLINIK ANAK RSUD SIMO

Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Keperawatan Anak

Pembimbing Klinik : Sri Wati, AMK


Pembimbing Akademik :
1. Ratna Kusuma Astuti, S.Kep.Ns.M.Kep
2. Pandu Aseta, S.Kep.Ns.M.Kep

Disusun oleh :

Nama : Yulinda Kusuma Andani


NIM : 21.1.076
Kelas : 2B/D3 Keperawatan

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


POLITEKNIK INSAN HUSADA SURAKARTA
2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN

FEBRIS

A. PENGERTIAN
Demam atau Fever (Febris) terjadi bila suhu tubuh lebih dari 37,7°
C. Ada yang menyebutkan demam sebagai peningkatan suhu tubuh diatas
normal (38°- 40°C). Hiperpireksia, bila suhu tubuh lebih dari 41,1° C, ada
juga yang menyebutkan lebih dari 40° C. Subfebris, bila suhu tubuh diatas
normal, tapi lebih rendah dari 37,7°C (Fauziah, 2021).
Febris (demam) adalah kenaikan suhu tubuh di atas variasi sirkadian
yang normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang
terletak dalam hipotalamus anteriorSuhu tubuh normal dapat dipertahankan,
ada perubahan suhu lingkungan, karena adanya kemampuan pada pusat
termoregulasi untuk mengatur keseimbangan antara panas yang diproduksi
oleh jaringan, khususnya oleh otot dan hati, dengan panas yang hilang.
Dalam keadaan febris, keseimbangan tersebut bergeser hingga terjadi
peningkatan suhu dalam tubuh (Nabila, 2023).
Demam merupakan suatu keadaan saat suhu tubuh manusia berada
diatas normal atau diatas 37,7° C sebagai akibat peningkatan pusat pengatur
suhu di hipotalamus yang dapat menyerang sistem tubuh (Wati, 2020).

B. ETIOLOGI
Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain
infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia keganasan atau reaksi
terhadap pemakaian obatjuga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral
(misalnya perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai
ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian
pengambilan riwayat penyekit pasienpelaksanaan pemeriksaan fisik,
observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium, serta
penunjang lain secara tepat dan holistic (Wati, 2020).
Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal bahwa
etiologi febris diantaranya :
1. Suhu lingkungan.
2. Adanya infeksi.
3. Pneumonia.
4. Malaria
5. Otitis media
6. Imunisasi

C. PATOFISIOLOGI
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point,
tetapi ada peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan
tetapi tidak disertai peningkatan set point.
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun)
anak terhadap infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila
ada infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem
pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat
penyebab demam ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan
luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh
mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing
(noninfeksi). Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima
(reseptor) yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur
panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang
pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi
prostaglandin (PGEZ)Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh
dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi
kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurunterjadilah ketidakseimbangan
pembentukan dan pengeluaran panas.
Inilah yang menimbulkan demam pada anakSuhu yang tinggi ini
akan merangsang aktivitas "tentara" tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T)
untuk memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang
menghasilkan asam amino yang berperan dalam pembentukan antibodi atau
sistem kekebalan tubuhSedangkan sifat-sifat demam dapat berupa
menggigil atau krisis(flush). Mengigil bila pengaturan termostat dengan
mendadak diubah dari tingkat normal ke nilai yang lebih tinggi dari normal
sebagai akibat dari kerusakan jaringan zat pirogen atau dehidrasiSuhu tubuh
biasanya memerlukan beberapa jam untuk mencapai suhu baru. Krisis flush
bila faktor yang menyebabkan suhu tinggi dengan mendadak disingkirkan,
termostat hipotalamus dengan mendadak berada pada nilai rendahmungkin
malahan kembali ke tingkat normal (Nabila, 2023).

D. PATHWAY

(Nabila, 2023)
E. MANIFESTASI KLINIS
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2019) tanda dan gejala terjadinya
demam atau febris adalah :
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5°- 39°C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekueni pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan darah perifer lengkap
Bisa ditemukan leukopeni, leukositosis atau leukosit (bisa terjadi
walaupun tanda disertai infeksi sekunder)
b. Kultur
Kultur darah : pada minggu pertama bisa positif
Kultur urine : pada minggu kedua bisa posotif
Kultur feses : dari minggu kedua sampai minggu ketiga bisa positif
(Asyurra, 2021).

G. PENATALKSANAAN
Penatalaksanaan dari demam (febris) menurut (Instalasi Promosi
Kesehatan RSUD Dr.Soetomo, 2022) sebagai berikut :
1. Secara fisik
a. Observasi suhu tubuh dengan berkala setiap 4-6 jam
b. Gunakan pakaian yang tipis
c. Jangan gunakan selimut tebal
d. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan’
e. Berikan minum 2-3 L/hari
f. Istirahat yang cukup
g. Kompres dengan air biasa atau hangat (suam-suam kuku pada dahi,
ketiak, lipatan paha)
2. Obat-obatan antipiretik
a. Berikan Paracetamol 3x1 atau sesuai dengan dosis Dokter
b. Berikan cairan parenteral jika diperlukan

H. KOMPLIKASI
Menurut (dr. Nia Kania, 2018) keadaan yang bisa timbul akibat
adanya demam sebagai berikut :
1. Hiperpireksia
Hiperpireksia adalah keadaan suhu tubuh di atas 41,1° C.
Hiperpereksia sangat berbahaya pada tubuh karena dapat menyebabkan
berbagai perubahan metabolisme, fisiologi dan akhirnya kerusakan
susunan saraf pusat. Pada awalnya anak tampak menjadi gelisah disertai
nyeri kepala, pusing, kejang serta akhirnya tidak sadar. Keadaan koma
terjadi bila suhu >43° C dan kematian terjadi dalam beberapa jam bila
suhu 43º C sampai 45° C"
2. Kejang Demam
Kejang demam merupakan kejang biasanya terjadi pada masa
kanak-kanak mulai usia 1 bulan, yang berhubungan dengan penyakit
demam tanpa disebabkaninfeksi sistem saraf pusat, tanpa riwayat kejang
neonatus dan tidak berhubungan dengan kejang simptomatik lainnya.
Walaupun 30% dari seluruh kasus kejang pada anak adalah kejang
demam, tetapi masih banyak penyebab lain dari kejang demam yang
tidak dapat didoagnosis sembarangan.

I. KONSEP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


Menurut (Ocan, 2021) pertumbuhan dan perkembangan merupakan
dua proses yang berbeda, namun saling berkaitan satu sama lain.
a. Pertumbuhan
1) Perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi sel,
jaringan, organ, maupun individu.
2) Bersifat kuantitatif, sehingga dapat diukur dengan satuan
panjang (cm, meter) berat (gram, pound, kg), umur tulang, dan
keseimbangan metaboli (hormon)
b. Perkembangan
1) Bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks
2) Mempunyai pola yang teratur
3) Termasuk juga perkembangan emosi intelektual dan tingkah
laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.
4) Bersifat kualitatif yang pengukurannya lebih sulit dari pada
pertumbuhan tahap tumbuh kembang pada anak usia 0-12 bulan.
5) Terjadi pertumbuhan yang pesat
6) Proses pematangan berlangsung berlanjut terutama fungsi sistem
saraf Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan
terjadi perubahan sirkulasi darah serta mulainya berfungsi
organ-organ. Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan
proses pematangannya berlangsung secara terus menerus
terutama meningkatnya fungsi sistem syaraf.

Seorang bayi sangat tergantung pada orang tua dan keluarganya


sebagai unit pertama yang dikenalnya masa ini adalah masa dimana
kontak erat antara ibu dan anak terjalin sehingga dalam masa ini
pengaruh ibu dalam mendidik anak sangat besar kebutuhan ASUH
sangat penting untuk diperhatikan (Ocan, 2021)

Kebutuhan kebutuhan dasar anak menurut (Ocan, 2021) sebagai


berikut:

1) Fisik biologi (pola asuh) yaitu meliputi nutrisi,


imunisasikebersihan badan dan lingkunganpengobatan,
olahraga, bermain.
2) Kasih sayang (Pola Asih) yaitu menciptakan rasa aman dan
nyamandilindungi, diperhatikan (minat, keinginan, pendapat),
diberi contoh (bukan dipaksa)dibantu, didorang dihargai, penuh
kegembiraan, koreksi (bukan ancaman atau hukuman) pola asuh
demokratik.
3) Stimulasi Sensorik, motorik, emosi – sosial, bicara, kognitif,
mandiri, kreativitas, kepemimpinan, moral.

Aspek perkembangan anak yang dipantau menurut (Ocan, 2021)


sebagai berikut:

1) Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan


dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap
tubuh yang bekerja melibatkan otot otot besar seperti duduk,
berdiri,dan sebagainya.
2) Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil,
tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati
perintah dan sebagainya.
3) Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,
berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.
Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan
mainan selesai bermain), berpisah dengan ibu atau pengasuh
anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungandan
sebagainya.
J. KONSEP HOSPITALISASI
1. Pengertian Hospitalisasi
Hospitalisasi adalah bentuk stressor individu yang
berlangsung selama individu tersebut dirawat dirumah sakit.
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang
berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di RS,
menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya ke rumah.
Hospitalisasi merupakan pengalaman yang mengancam bagi
individu karena stressor yang dihadapi dapat menimbulkan perasaan
tidak aman, seperti:
a) Lingkungan yang asing
b) Berpisah dengan orang yang berarti
c) Kurang informasi
d) Kehilangan kebebasan dan kemandirian
e) Pengalaman yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan,
semakin sering berhubungan dengan rumah sakit, maka bentuk
kecemasan semakin kecil atau malah sebaliknya.
f) Perilaku petugas Rumah Sakit
2. Perubahan yang terajdi akibat hospitalisasi
a) Perubahan konsep diri
Akibat penyakit yang di derita atau tindakan seperti
pembedahan, pengaruh citra tubuh, perubahan citra tubuh dapat
menyebabkan perubahan peranidial diri, harga diri dan
identitasnya.
b) Regresi
Mengalami kemunduran ketingkat perkembangan sebelumnya
atau lebih rendah dalam fungsi fisik, mentalprilaku dan
intelektual.
c) Dependensi
Klien merasa tidak berdaya dan tergantung pada orang lain.
d) Dipersonalisasi
Peran sakit yang dialami klien menyebabkan perubahan
kepribadian, tidak realistis, tidak dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan, perubahan identitas dan sulit bekerjasama
mengatasi masalahnya.
e) Takut dan Ansietas
Perasaan takut dan ansietas timbul karena persepsi yang salah
terhadap penyakitnya.
f) Kehilangan dan perpisahan
Kehilangan dan perpisahan selama klien dirawat muncul karena
lingkungan yang asing dan jauh dari suasana kekeluargaan,
kehilangan kebebasan, berpisah dengan pasangan dan terasing
dari orang yang dicintai.
3. Reaksi anak terhadap hospitalisasi
Reaksi tersebut bersifat individual dan sangat tergantung pada
usia perkembangan anak.pengalaman sebelumnya terhadap
sakit.sistem pendukung yang tersedia dan kemampuan koping yang
dimilikinya,pada umumnya,reaksi anak terhadap sakit adalah
kecemasan karena perpisahan,kehilangan, perlukaan tubuh, dan rasa
nyeri.
Reaksi anak pada hospitalisasi :
a) Masa bayi(0-1 th)
Dampak perpisahan
Pembentukan rasa percaya diri dan kasih sayang
Usia anak > 6 bln terjadi stanger anxiety /cemas
1) Menangis keras
2) Pergerakan tubuh yang banyak
3) Ekspresi wajah yang tak menyenangkan
b) Masa todler (2-3 th)
Sumber utama adalah cemas akibat perpisahan Disini respon
perilaku anak dengantahapnya.
1) Tahap protes menangis, menjeritmenolak perhatian orang
lain
2) Putus asa menangis berkurang,anak tak aktif,kurang
menunjukkan minat bermain, sedih, apatis
3) Pengingkaran/denial
 Mulai menerima perpisahan
 Membina hubungan secara dangkal
 Anak mulai menyukai lingkungannya
c) Masa prasekolah (3 sampai 6 tahun)
1) Menolak makan
2) Sering bertanya
3) Menangis perlahan
4) Tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan
Perawatan di rumah sakit:
1) Kehilangan kontrol
2) Pembatasan aktivitas
Sering kali dipersepsikan anak sekolah sebagai hukuman.
Sehingga ada perasaan malu, takut sehingga menimbulkan
reaksi agresif, marah, berontak,tidak mau bekerja sama
dengan perawat
d) Masa sekolah 6 sampai 12 tahun
Perawatan di rumah sakit memaksakan meninggalkan
lingkungan yang dicintai, keluargakelompok sosial sehingga
menimbulkan kecemasanKehilangan kontrol berdampak pada
perubahan peran dlm keluarga, kehilangan kelompok sosial,
perasaan takut matikelemahan fisikReaksi nyeri bisa
digambarkan dgn verbal dan non verbal
e) Masa remaja (12 sampai 18 tahun )
Anak remaja begitu percaya dan terpengaruh kelompok
sebaayanya. Saat merasa cemas karena perpisahan tersebut.
Pembatasan aktivitas kehilangan kontrol, reaksi yang muncul :
1) Menolak perawatan atau tindakan yang dilakukan
2) Tidak kooperatif dengan petugas

Perasaan sakit akibat perlakuan menimbulkan respon :

1) Bertanya-tanya
2) Menarik diri
3) Menolak kehadiran orang lain
4. Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi
Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi & Perasaan yang muncul
dalam hospitalisasi:
a) Takut dan cemas, perasaan sedih dan frustasi
b) Kehilangan anak yang dicintainya:
1) Prosedur yang menyakitkan
2) Informasi buruk tentang diagnosa medis
3) Perawatan yang tidak direncanakan
4) Pengalaman perawatan sebelumnya & Perasaan sedih
(Wara, 2021)

K. KONSEP ASKEP
1. Pengkajian
a) Pengkajian
Berisi tanggal pengkajian, tanggal klien masuk RS, No.CM, dan
diagnosa medis.
Identitas Klien (diisi lengkap) berisi nama klien, tanggal
lahir/umur, jenis kelamin, agama, suku, dan alamat.
Penanggung Jawab (diisi lengkap) berisi nama penanggung
jawab, umur, pendidikan, pekerjaan, dan alamat.
b) Riwayat Penyakit
1) Keluhan utama saat pengkajian
Klien yang biasanya menderita febris atau demam mengeluh
suhu tubuh panas lebih dari 37,5° C, berkeringat,
mual/muntah.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Pada umumnya didapatkan peningkatan suhu tubuh diatas
37,5° C, gejala febris atau demam biasanya yang timbul
yaitu menggigil, mula/muntah, berkeringat, nafsu makan
berkurang, gelisah, nyeri otot dan sendi.
3) Riwayat masa lalu
a. Kehamilan (keberapa, abosrsi, kesehatan selama hamil,
obat dikonsumsi selama hamil)
b. Persalinan (lama persalinan, jenis persalinan, tempat
persalinan)
c. Kelahiran(BBL, PBL, kondisi kesehatan, APGAR score,
kelainan kongenital)
d. Alergi : obat, makanan, dsb
e. Pertumbuhan dan perkembangan (BB, TB saat ini)
f. Imunisasi (jenis dan waktu imunisasi)
g. Kebiasaan khusus
Perilaku (missal : menggigit kuku, menghisap jempol,
dsb) ADL (tidur, toilet training, exercise)
4) Riwayat penyakit keluarga dan genogram
Adanya riwayat keturunan dari salah satu anggota keluarga
yang menderita penyakit kanker prostat. Anggota keluarga
yang menderita DM, asma, atau hipertensi.
c) Pengkajian Fungsional
1) Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
2) Pola nutrisi/metabolik
Klien atau orang tua klien ditanya mengenai frekuensi
makan, makanan yang disukai, kebiasaan klien saat makan
(misal : klien biasanya saat makan harus dengan menonton
TV)
3) Pola eliminasi
Keluarga klien ditanya mengenai berapa kali sehari klien
BAB dan BAK, apakah ada kelainan dalam pola eliminasi
klien
4) Pola aktivitas dan latihan (untuk balita langsung ditulis
semua aktivitas dibantu keluarga
5) Pola tidur dan istirahat
Klien atau keluarga lien ditanya mengenai kebiasaan tidur
malam klien jam berapa, bangun jam berapa, sering
terbangun atau tidak, sering mimpi buruk atau tidak. Tidur
siang jam berapa dan bangun jam berapa.
6) Pola perceptual (untuk pasien balita tidak dikaji)
Menjelaskan tentang pola persepsi-sensory dan kognitif
(penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman, dan
sensasi)
7) Pola persepsi diri (untuk pasien balita tidak dikaji)
Menjelaskan tentang pola konsep dan persepsi diri
(contohnya gambaran diri, harga diri, ideal diri, dan peran
diri.
8) Pola seksualitas dan reproduksi (tidak dikaji)
9) Pola peran hubungan (untuk pasien balita tidak dikaji)
Menggambarkan pola peran kekerabatan dan hubungan.
10) Pola managemen koping stress (untuk pasien balita tidak
dikaji)
Menjelaskan tentang pola koping yang umum dan
keefektifan pola dalam arti toleransinya terhadap stress.
11) Sistem nilai dan keyakinan (untuk pasien balita tidak dikaji)
Menggambarkan pola nilai-nilai, keyakinan-keyakinan
(termasuk spiritual), atau sasaran yang mengarahkan pada
memilih atau memutuskan.
d) Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
2) Tanda-tanda vital
3) Pemeriksaan antropometri
4) Head to toe
Pada pemeriksaan head to toe meliputi pemeriksaan kepala,
mata, hidung, mulut, leher, dada.
Paru-paru : Inspeksi: ...,Palpasi: ...,Perkusi:...,Auskultasi: ...
Jantung : Inspeksi: ...,Palpasi: ...,Perkusi:...,Auskultasi: ...
Abdomen : Inspeksi: ..., Auskultasi: ... Palpasi: ...,Perkusi:...
Ekstremitas :
Integumen :
5) Pemeriksaan reflek (khusus bayi)
Refleks Moro, refleks tonik neck, refleks rooting, refleks
sucking, refleks grasping, refleks babinsky, refleks stapping.
6) Pengkajian nutrisi dan cairan
Pengkajian Nutrisi
A : Antropometri
B: Biomedical
C : Clinical sign
D : Diit
Pengkajian Cairan (Balance Cairan)
e) Pemeriksaan Penunjang
Pada data penunjang biasanya dilakukan pemeriksaan labor
urine, feses, darah, dan biasanya leukositnya lebih dari 10.000
(meningkat), sedangkan Hb, Ht menurun.
f) Program Terapi
Menjelaskan jenis obat yang diberikan kepada klien beserta
dosis obat, nama obat dan fungsinya.
g) Data Fokus
Berupa data subjektif dan data objektif.
2. Analisa Data
3. Prioritas Masalah
a. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (D.0130)
4. Intervensi/Tindakan Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan/Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil
1. Hipertermi Setelah dilakukan Manajemen 1. Megetahui
berhubungan tindakan hipertermia penyebab
dengan keperawatan (I.15506) hipertermia
terpapar selama 1x8 jam 1. Observasi 2. Mengidentifikasi
lingkungan diharapkan a. Identifikasi dan mengelola
panas hipertermi teratasi penyebab kelebihan
dengan kriteria hipertermia volume serta
hasil : (L.14134) b. Monitor mencegah
1) Pucat menurun suhu tubuh terjadinya
2) Menggigil c. Monitor komplikasi
menurun kadar akibat
3) Suhu membaik elektrolit hipertermia
4) Suhu kulit d. Monitor
membaik komplikasi
(termoregulasi) akibat
hipertermia
2. Nursing
a. Longgarkan
atau
lepaskan
pakaian
ketat
b. Berikan
cairan oral
3. Edukasi
a. Anjurkan
tirah baring
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi
pemberian
cariran dan
elektrolit

5. Implementasi Keperawatan
Menurut (Mufidaturrohmah, 2019) Implementasi merupakan
tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana perawatan.
Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen)
dan tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri merupakan aktivitas
perawat yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri
dan bukan merupakan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan
lain. Bentuk-bentuk implementasi keperawatan antara lain:
a. Pengkajian untuk mengidentifikasi masalah baru atau
mempertahankan masalah yang ada
b. Pengajaran atau pendidikan kesehatan pada pasien untuk
membantu menambah pengetahuan tentang kesehatan
c. Konseling klien untuk memutuskan kesehatan klien
d. Bentuk penatalaksanaan secara spesifik atau tindakan untuk
memecahkan masalah kesehatan
e. Membantu klien dalam melakukan aktivitas sendiri
f. Konsultasi atau diskusi dengan tenaga kesehatan lainnya.

6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari
hasilnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui perawatan yang
diberikan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap
perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap
asuhan keperawatan yang diberikan. Evaluasi dapat berupa evaluasi
struktur, proses dan hasil evaluasi terdiri dari evaluasi formatif
adalah hasil dari umpan balik selama proses keperawatan
berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang
dilakukan setelah proses keperawatan selesai dilaksanakan dan
memperoleh informasi efektifitas pengambilan keputusan
(Mufidaturrohmah, 2019).
DAFTAR PUSTAKA

Asyurra, I. A. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


KEAMANAN DAN PROTEKSI DENGAN MANAJEMEN HIPERTERMIA :
TERAPI TEPID SPONGE PADA ANAK DEMAM. Bengkulu:
repository.stikessaptabakti.ac.id.
dr. Nia Kania, S. M. (2018). PENATALAKSANAAN DEMAM PADA ANAK.
Acara Siang Klinik Penanganan Kejang Pada Anak. Bandung:
https://pustaka.unpad.ac.id.
Fauziah, R. A. (2021). Laporan Pendahuluan Febris Anak Di Ruang Puspa.
Kuningan: https://id.scribd.com/document/538846787/1-LAPORAN-
PENDAHULUAN-FEBRIS.
Hidayat, A. A. (2019). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep
Proses Keperawatan. Klaten: Salemba Medika.
Instalasi Promosi Kesehatan RSUD Dr.Soetomo. (2022). Penatalaksanaan Febris
(demam). FLYER EDUKASI. Surabaya: rsudrsoetomo.jatimprov.go.id.
Mufidaturrohmah. (2019). Dasar-Dasar Keperawatan (1st ed; Turi, ed.).
Yogyakarta: Penerbit Giva Media.
Nabila, M. B. (2023). Laporan Pendahuluan Febris Ruang Anak Puskesmas
Simpang IV Sipin. Jambi:
https://www.studocu.com/id/document/politeknik-kesehatan-kementerian-
kesehatan-jambi/public-health/lp-febris-anak/58037316.
Nurarif, A., & Kusuma, H. (2019). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis. Yogyakarta: Mediaction.
Ocan, A. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY.A DENGAN MASALAH
UTAMA BRONKOPNEUMONIA RUMAH SAKIT LABUANG BAJI
MAKASSAR. Makassar: http://repository.unhas.ac.id.
Wara, I. (2021). Hospitalisasi Pada Anak. Jakarta:
https://www.academia.edu/5859020/202275161_Hospitalisasi_Pada_Anak
.
Wati, K. M. (2020). Asuhan Keperawatan Pada An.H Dengan Demam Di Desa
Karang Tengah Rt.01 Rw.011 Kecamatan Pengadegan Kabupaten
Purbalingga. Purbalingga: https://repository.ump.ac.id.

Anda mungkin juga menyukai