Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN FEBRIS

PADA ANAK DI RUANG MAWAR


RS KAMAR MEDIKA MOJOKERTO

Dosen Pembimbing : Siti Indatul L, S.Kep.,Ns.,M.Kes

Disusun Oleh :

Dyah Eka Lestari


NIM : 202003107

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Keperawatan Ini Diajukan Oleh :


Nama : Dyah Eka Lestari
NIM : 202003107
Program Studi : Profesi Ners
Judul Asuhan Keperawatan :

Telah diperiksa dan disetujui sebagai tugas dalam praktik profesi ners keperawatan
anak.

Mojokerto, April 2021

Pembimbing Ruangan, Pembimbing Akademik,

(..................................) (Siti Indatul L,


S.Kep.,Ns.,M.Kes)

Mengetahui,
Kepala Ruangan

(...............................)
LAPORAN PENDAHULUAN
DEMAM (Febris)

1.1 PENGERTIAN
Menurut Suriadi (2010), demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh
secara abnormal. Febris/demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas variasi sirkardian
yang normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam
hipotalamus anterior (Isselbacher, 2018).
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38ºC atau lebih.
Ada juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,8ºC.Sedangkan bila suhu tubuh
lebih dari 40ºC disebut demam tinggi (hiperpireksia) (Julia, 2010).
Demam adalah kenaikan suhu tubuh karena adanya perubahan pusat
termoregulasi hipotalamus (Berhman, 2018). Seseorang mengalami demam bila suhu
tubuhnya diatas 37,8ºC (suhu oral atau aksila) atau suhu rektal (Donna L. Wong, 2013).
Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain :
1. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun
kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil
dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal
dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal.
Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar
perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila
demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua
hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam
yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa
periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu
seperti semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu
misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan
demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas seperti:
abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak
dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari
para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu
penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya.
Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap infeksi bakterial.

1.2 ETIOLOGI
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat
berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun
penyakit lain (Julia, 2000). Menurut Guyton (1990) demam dapat disebabkan karena
kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu,
penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi.
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia,
keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu
sentral (misalnya: perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan
diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat
penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan
evaluasi pemeriksaan laboratorium.serta penunjang lain secara tepat dan holistik.
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam,
lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lian yang menyertai demam.
Demam belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien mengalami
demam terus menerus selama 3 minggu dan suhu badan diatas 38,3 derajat celcius dan
tetap belum didapat penyebabnya walaupun telah diteliti selama satu minggu secara
intensif dengan menggunakan sarana laboratorium dan penunjang medis lainnya.
1.3 PATOFISIOLOGI
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point, tetapi ada
peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidak disertai
peningkatan set point (Julia, 2000).
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak
terhadap infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat
asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya
pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh
(pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh
mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing (non infeksi).
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang
terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus. Dalam
hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan
peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan
suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi
kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan
pembentukan dan pengeluaran panas.
Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini
akanmerangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk
memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam
amino yang berperan dalam pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh. (Sinarty,
2003).
Sedangkan sifat-sifat demam dapat berupa menggigil atau krisis/flush.
Menggigil. Bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari tingkat normal
kenilai yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari kerusakan jaringan, zat pirogen
atau dehidrasi. Suhu tubuh biasanya memerlukan beberapa jam untuk mencapai suhu
baru.
Krisis/flush. Bila faktor yang menyebabkan suhu tinggi dengan mendadak
disingkirkan, termostat hipotalamus dengan mendadak berada pada nilai rendah,
mungkin malahan kembali ke tingkat normal (Guyton, 1999).
1.4 PATHWAY

1.5 MANIFESTASI KLINIS


Tanda dan gejala demam antara lain :
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8ºC – 40ºC)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan
Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri punggung, anoreksia
dan somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh lebih tinggi dari 37,5 ºC-40ºC, kulit
hangat, takichardi, sedangkan batasan karakteristik minor yang muncul yaitu kulit
kemerahan, peningkatan kedalaman pernapasan, menggigil/merinding perasaan hangat
dan dingin, nyeri dan sakit yang spesifik atau umum (misal: sakit kepala verigo),
keletihan, kelemahan, dan berkeringat (Isselbacher. 1999, Carpenito. 2000).

1.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Sebelum meningkat ke pemeriksaan-pemeriksaan yang mutakhir, yang siap
tersedia untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat
diperiksa bebrapa uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan
atau sinar tembus rutin.
Dalam tahap berikutnya dapat dipikirkan untuk membuat diagnosis dengan lebih
pasti melalui biopsy pada tempat- tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan
pemeriksaan seperti angiografi, aortografi, atau limfangiografi.

1.7 PENATALAKSANAAN
1. Secara Fisik
Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6
jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau mengigau. Perhatikan
pula apakah mata anak cenderung melirik ke atas atau apakah anak mengalami
kejang-kejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi
perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu mencapai otak. Terputusnya suplai
oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat
seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu.
a. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
b. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
c. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke otak
yang akan berakibat rusaknya sel – sel otak.
d. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak –banyaknyaMinuman yang
diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare menyesuaikan), air buah atau air
teh. Tujuannnya adalah agar cairan tubuh yang menguap akibat naiknya suhu
tubuh memperoleh gantinya.
e. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
f. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya untuk
menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh
dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh digunakan
untukmenguapkan air pada kain kompres. Jangan menggunakan air es karena
justru akan membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak dapat keluar.
Menggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasidan intoksikasi (keracunan).
g. Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-suam kuku.
Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka suhu di luar terasa hangat dan
tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluar cukup panas. Dengan
demikian tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak
meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi. Di samping itu lingkungan luar yang
hangat akan membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar atau mengalami
vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit terbuka sehingga akan
mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.
2. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di
hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin dengan
jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan
kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas diatas normal dan
mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi. Petunjuk pemberian antipiretik:
a. Bayi 6 – 12 bulan : ½ – 1 sendok the sirup parasetamol
b. Anak 1 – 6 tahun : ¼ – ½ parasetamol 500 mg atau 1 – 1 ½ sendokteh sirup
parasetamol
c. Anak 6 – 12 tahun : ½ 1 tablet parasetamol 5oo mg atau 2 sendok the sirup
parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan air
atau teh manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari.Gunakan sendok
takaran obat dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya.
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan
demam dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan
kelainan kardiopulmonal kronis kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada
anak yang berisiko kejang demam.Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan
antipiretik terdiri dari golongan yang bermacam-macam dan sering berbeda dalam
susunan kimianya tetapi mempunyai kesamaan dalam efek pengobatannya.
Tujuannya menurunkan set point hipotalamus melalui pencegahan pembentukan
prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase. Asetaminofen
merupakan derivat para - aminofenol yang bekerja menekan pembentukan
prostaglandin yang disintesis dalam susunan saraf pusat. Dosis terapeutik antara
10-15 mgr/kgBB/kali tiap 4 jam maksimal 5 kali sehari. Dosis maksimal 90
mgr/kbBB/hari. Pada umumnya dosis ini dapat d itoleransi dengan baik. Dosis
besar jangka lama dapat menyebabkan intoksikasi dan kerusakkan hepar.
Pemberiannya dapat secara per oral maupun rektal. Turunan asam propionat
seperti ibuprofen juga bekerja meneka n pembentukan prostaglandin. Obat ini
bersifat antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Efek samping yang timbul berupa
mual, perut kembung dan perdarahan, tetapi lebih jarang dibandingkan aspirin.
Efek samping hematologis yang berat meliputi agranulositosis dan anemia
aplastik. Efek terhadap ginjal berupa gagal ginjal akut (terutama bila
dikombinasikan dengan asetaminopen). Dosis terapeutik yaitu 5-10
mgr/kgBB/kali tiap 6 sampai 8 jam. Metamizole (antalgin) bekerja menekan
pembentukkan prostaglandin. Mempunyai efek antipiretik, analgetik da n
antiinflamasi. Efek samping pemberiannya berupa agranulositosis, anemia aplast
ik dan perdara han saluran cerna. Dosis terap eutik 10 mgr/kgBB/kali tiap 6 -8 jam
dan tidak dianjurkan unt uk anak kurang dari 6 bulan. Pemberiannya secara per
oral, intramuskular atau intravena. Asam mefenamat suatu obat gol ongan
fenamat. Khasiat analgetiknya lebih kuat dibandingkan sebagai antipiretik.Efek
sampingnya berupa dispepsia dan anemia hemolitik. Dosis pemberiannya 20
mgr/kgBB/hari dibagi 3 dosis. Pemberiannya secara per oral dan tidak boleh
diberikan anak usia kurang dari 6 bulan.

1.8 KOMPLIKASI
1. Dehidrasi : demam ↑ penguapan cairan tubuh
2. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi pada
anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam dan
umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayan otak
2.1 Antropometri
2.1.1 Definisi
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya
tubuh dan metros artinya ukuran. Antropometri berarti ukuran dari tubuh.
Metode antropometri adalah menjadikan ukuran tubuh manusia sebagai alat
menentukan status gizi manusia. Konsep dasar yang harus dipahami dalam
menggunakan antropometri secara antropometri adalah konsep pertumbuhan.
Antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat
gizi (Mediague.wordpress. com).

2.1.2 Syarat yang Mendasari Penggunaan Antropometri


1. Alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita lingkar lengan
atas, mikrotoa, dan alat pengukur panjang bayi yang dapat dibuat sendiri
dirumah.
2. Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah danobjektif
3. Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus profesional,
juga oleh tenaga lain setelah dilatih untuk itu.
4. Biaya relatif murah
5. Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas.
6. Secara alamiah diakui kebenaranya.

2.1.3 Kelemahan dan Kelebihan Antropometri


1. Kelemahan antropometria.
a. Tidak sensitive
b.  Faktor diluar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan
energi) 
c. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapatmempungaruhi
presisi, akurasi, dan validitas pengukuranantropometri gizi. Kesalahan
terjadi karena:
1. Pengukuran
2. Perubahan hasil pengukuran baik fisik
maupunkomposisi jaringan
3. Analisis dan asumsi yang kelir
4. Sumber kesalahan, biasanya
berhubungan dengan:
a) Latihan petugas yang tidak cukup 
b) Kesalahan alat atau alat tidak ditera
c) Kesulitan pengukuran.
2. kelebihan antropometria.
a.  prosedur sederhana, aman, dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel
cukup besar. 
b. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli.
c. Alat murah, mudah di bawa, tahan lama, dapat di pesan dandi buat di
daerah setempat.
d. Metode ini tepat dan akurat, karena dapat di bakukan.
e. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi dimasa lampau.
f. Ummumnya dapat mengidentifikasi status buruk, kurangdan baik,
karena sudah ada ambang batas jelas.
g. Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periodetertentu, atau
dari satu generasu ke generasi berikutnya.

2.1.4 Jenis Parameter Antropometri Pada Anak 


1. Umur
Faktor umur sangat penting dalam menentukan status gizi.Menurut
Puslitbang Gizi Bogor (1980), batasan umur digunakan adalah tahun umur
penuh dan untuk anak 0-2 tahun digunakan bulan penuh.Contoh : tahun usia
penuh.Umur : 7 tahun 2 bulan dihitung 7 tahun6 tahun 11 bulan dihitung 6
tahun.Contoh : bulan penuh Umur : ~ 5 bulan 5 hari di hitung 5 bulan~ 7
bulan 14 hari dihitung 7 bulan
2. Berat badan
Merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering
digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk
mendiagnosa bayi normal atau BBLR. Penurunan berat badan merupakan
yang sangat penting karena mencerminkan masukan kalori yang tidak
adekuat.Berat badan merupakan pilihan utama karena
berbagai pertimbangan:
a. Parameter yang baik, mudah
terlihat perubahan dalam waktu singkat. 
b. Memberi gambaran status gizi
sekarang dan gambaran yang baik tentang pertumbuhan
c. Merupakan ukuran antropometri
yang sudah dipakai secaraumum dan luas.
d. Ketelitian pengukuran tidak
banyak dipengaruhi oleh ketrampilan pengukur.
e. KMS (Kartu Menuju Sehat) yang
digunakan sebagai alat yang baik untuk pendidikan dan monitor
kesehatan anak menggunakan juga berat badan sebagai dasar
pengisian.Alat yang digunakan di lapangan sebaiknya memenuhi
beberapa persyaratan:
1) Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat lain.
2) Mudah diperoleh dan relatif murah harganya.
3) Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg4)
4) Skala mudah dibaca
5) Cukup aman untuk menimbang anak balita.Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam menimbang berat badan anak:
1. Pemeriksaan alat timbangan
2. Anak balita yang ditimbang
3. Keamanan
4. Pengetahuan dasar petugas.
3. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan.
Tinggi badan relative kurang sensitive pada masalah kekurangan gizi dalam
waktu singkat. Pengaruh defisiensizat gizi terhadap tinggi badan akan tampak
dalam waktu yang relative lama. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh
seiring dengan pertambahan umur.Pada anak dibawah usia lima tahun
dilakukan secara berbaring.Pengukuran dilakukan dari telapak kaki
sampai ujung puncak kepala.Cara Pengukurannya :
a. Letakkan kepala bayi pada garis tengah alat pengukur.Letakkan lutut bayi
secara lembut 
b. Dorong sehingga kaki ekstensi penuh dan mendatar padameja ukuran
c. Hitung berapa panjang bayi tersebut dengan melihat angka pada tumit
bayi.Jika pengukuran dilakukan saat berdiri maka posisi anak harus
berdiri tegak lurus, sehingga tumit, bokong dan bagian
d. atas punggung terletak pada dalam 1 garis vertical,sedangkan liang
4. telinga dan bagian bawah orbita membentuk satu garis horizontal. Cara
mengukur:
a. Tempelkan dengan paku mikrotoa tersebut pada dinding yang lurus datar
sehingga tepat 2 meter. 
b. Lepaskan sepatu atau sandal.
c. Anak harus berdiri tegak seperti sikap siap sempurna.
d. Turunkan mikrotoa sampai rapat pada kepala bagian atas,siku-siku harus
lurus menempel pada dinding.
e. Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan
mikrotoa.Pertambahan berat badan dan tinggi badan sesuai umur anak
dapat dilihat melalui table berikut : 

2.1.5 (LILA)
Merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena
mudah, murah, dan cepat. Tidak memerlukan data umur yang terkadang
susah diperoleh. LILA memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot
dan lapisan lemak bawah kulit. LILA mencerminkan cadangan energy,
sehingga dapat mencerminkan :
a. Status KEP pada balita 
b. KEK pada ibu WUS dan ibu hamil: resiko bayi BBLR Kesalahan
pengukuran LILA (ada berbagai tingkat ketrampilan pengukur) relatif
lebih besar dibandingkan dengan tinggi badan, mengingat batas antara
baku dengan gizi kurang, lebih sempit pada LILA dari pada tinggi
badan.Ambang batas pengukuran LILA pada bayi umur 0-30 hari yaitu ≥
9,5 cm. sedangkan pada balita yaitu < 12,5cm.
Cara mengukur LILA pada bayi:
a. Tentukan posisi pangkal bahu 
b. Lengan dalam keadaan bergantung bebas, tidak tertutup kain atau pakaian
c. Tentukan posisi ujung siku dengan cara siku dilipat dengan telapak tangan
kea rah perut.
d. Tentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku siku dengan
menggunakan pita LILA,dan beri tanda dengan pulpen (sebelumnya minta
izin kepada pasien.
2.2. IMUNISASI
2.2.1 DEFINISI
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak terpapar dengan
penyakit tersebut tidak akan menderita penyakit tersebut karena sistem tubuh
mempunyai sistem memori ( daya ingat ) ketika vaksin masuk kedalam tubuh
maka akan dibentuk antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan sistem memori
akan menyimpannya sebagai suatu pengalaman (Mulyani and Rinawati, 2016).
Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan tubuh
terhadap suatu penyakit, dengan memasukkan kuman atau produk kuman yang
sudah dilemahkan atau dimatikan (Marimbi, 2017).
2.2.2 Tujuan Imunisasi
Pelaksanaan imunisasi bertujuan mencegah terjadinya penyakit tertentu
pada seseorang sekaligus menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok
masyarakat bahkan menghilangkan suatu penyakit (Fidya and Maya, 2012).
Pemberian imunisasi merupakan salah satu tindakan penting yang wajib
diberikan kepada neonatus (bayi yang baru lahir).Hal ini bertujuan
mendrongkrak atau meningkatkan daya imun (kekebalan) tubuh bayi (Satiatava,
2012).
Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang. Menghilangkan
penyakit tertentu pada populasi. Untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar
dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh
penyakit yang sering berjangkit (Marimbi, 2017).
2.2.3 Manfaat Imuniasai
a. Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu
b. Untuk menghilangkan penyakit tertentu didunia
c. Untuk melindungi dan mencegah penyakit menular yang berbahaya
d. Untuk menurunka morbiditas, mortalitas serta cacat bawaan (Maryunani, 2010)
2.2.4 jenis Imunisasi
Imunisasi terbagi atas imunisasi aktif dan imunisasi pasif, yaitu:
a. Imunisasi aktif
Merupakan pemberian bibit penyakit yang telah dilemahkan (vaksin)
agar sistem kekebalan atau imun tubuh dapat merespon secara spesifik dan
memberikan suatu ingatan terhadap antigen. Sehingga bila penyakit maka
tubuh dapat mengenali dan meresponnya. Contoh dari imunisasi aktif adalah
imunisasi aktif adalah imunisasi polio dan campak.
b. Imunisasi pasif
Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara
pemberian zat immunoglobulin yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu
proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang
didapat bayi dari ibu melalui plasenta) atau binatang (bisa ular) yang
digunakan untuk mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang
terinfeksi. Contoh imunisasi pasif adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus
Serum) pada orang yang mengalami luka kecelakaan (Mulyani and Rinawati,
2016).
2.2.5 Jenis-Jenis Imunisasi Dasar
A. Hepatitis B
1. Definisi
Pengertian Imunisasi Hepatitis B adalah imunisasi yang diberikan
untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit Hepatitis B, yaitu
penyakit infeksi yang dapat merusak hati (Maryunani, 2010)
2. Kemasan
Vaksin Hepatitis B berbentuk cairan.Satu box vaksin Hepatitis B-
PID. Prefill injection device (PID) merupakan jenis alat suntik yang
hanya sekali pakai dan telah berisi vaksin dosis tunggal dari pabrik.
Terdapat vaksin B-PID yang diberikan sesaat setelah lahir, dapat
diberikan pada usia 0-7 hari (Proverawati and Andhini, 2010)
3. Jumlah pemberian
Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama
dan kedua, kemudian 5 bulan antara suntikan detiga dan kedua
(Satiatava, 2012
4. Usia pemberian
Sebaiknya diberikan 12 jam setelah lahir. Dengan syarat kondisi
bayi dalam keadaan stabil, tidak ada gangguan pada paru-paru dan
jantung (Maryunani, 2010).
5. Cara pemberian/lokasi penyuntikan
Penyuntikan vaksin Hepatitis B dilakukan di lengan dengan cara
intramuskular (IM) pada anak. Sedangkan pada bayi dipaha lewat
anterolateral (antero=otot-otot bagian depan,sedangkan lateral=otot
bagian luar). Akan tetapi penyuntikan dipantat idak dianjurkan karena
bisa mnegurangi efektifitas vaksin (Fidya and Maya, 2012).
6. Efek samping
Sebagaimana vaksin BCG, penyuntikan hepatitis B juga tidak
menimbulkan efek samping. Andaipun ada (jarang), efek samping ini
hanya berupa keluhan nyeri pada bekas suntikan, yang disusul dengan
deman ringan dan pembengkakan. Namun, reaksi ini bisa menghilang
dalam waktu dua hari (Fidya and Maya, 2012).
7. Kontra indikasi
Penyuntikan vaksin hepatitis B tidak dapat diberikan kepada anak
yang sakit berat.(Fida dan Maya, 2012).Vaksin ini tidak diberikan
kepada penderita infeksi berat yang disertai kejang (Proverawati and
Andhini, 2010)
8. Tanda keberhasilan
Tidak ada tanda klinis yang dapat dijadikan sebgai patokan
suksesnya penyuntikan hepatitis B. Namun, dapat dilakukan pengukuran
keberhasilan melalui pemeriksaan darah dengan mengecek kadar
hepatitis B stelah anak berusia 1 tahun. Jika kadarnya diatas 1.000,
berarti daya tahanya sekitar 8 tahu; diatas 500; dan diatas 200, tahan 3
athun. Akan tetapi, bila angkanya Cuma 100; maka dalam setahun sudah
menghilang.Sementara itu, jika angkanya 0 berarti anak harus disuntik
ulang sebanyak 3 kali lagi (Fidya and Maya, 2012)
9. Tingkat kekebalan
Tingkat kekebalan vaksin hepatitis B cukup tinggi, yakni 94-
96%. Pada umumnya, setelah 3 kali suntikan, lebih dari 95% anak
mengalami respon imun yang cukup (Fidya and Maya, 2012).
B. BCG
1. Pengertian
Imunisasi Basillus Calmette Guerin (BCG) merupakan upaya
pencegahan untuk jenis infeksi tuberkulosis (TBC) pada anak. TBC
adalah salah satu penyakit yang paling sering menyerang anak-anak
dibawah usia 12 tahun. Menurut data WHO, kasu penyakit TBC-baik
pada anak-anak maupun orang dewasa telah mencapai jumlah yang
sangat besar.Ketahanan terhadap penyakit TB berkaitan dengan
keberadaan virus tubercle bacili yang hidup didalam darah.Itulah
sebabnya agar memiliki kekebalan aktif, dimasukkan jenisbacil tak
berbahaya ini kedalam tubuh, alias vaksinasi BCG (Satiatava, 2012) .
2. Kemasan
Kemasan dalam ampul, beku kering, 1 box berisi 10 ampul
vaksin. Setiap 1 ampul vaksin dengan 4 ml pelarut (Proverawati and
Andhini, 2010).
3. Jumlah pemberian/Dosis pemberian
Vaksin BCG cukup diberikan 1 kali, tidak perlu diulang
(Booster). Sebab, vaksin ini berisi kuman hidup, sehingga antibodi yang
dihasilkannya sangat tinggi.Tentunya, itu berbeda dengan vaksin yang
berisi kuman mati, sehingga memerlukan pengulangan (Fidya and Maya,
2012). Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih
dahulu. Dosis 0,55 cc untuk bayi dan 0,1 cc utnuk anak dan orang
dewasa (Proverawati and Andhini, 2010).
4. Usia pemberian Imunisasi
BCG bisa dilakukan ketika anak masih di bawah usia 2 bulan.
Jika baru diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan tes mantoux
(Tuberkulin) dahulu untuk mengetahui apakah anak sudah kemasukan
kuman mycrobacterium tuberculosis atau belum. Vaksinasi dilakukan
jika hasil tesnya negatif. Apabila ada penderita TB yang tinggal serumah
atau sering kali bertandangkerumah., segera setelah lahiranak harus
diberi imunisasi BCG (Fidya and Maya, 2012).
5. Cara pemberian/Lokasi penyuntikan
Menurut anjuran yang telah disampaikan oleh bidan kesehatan
dunia (WHO), bagian tubuh yang disuntik dengan vaksin BCG ialah
lengan kana atas (Insersio M. Deltuideus).Meskipun demikian, ada juga
petugas medis yang melakukan penyuntikan dipaha. Adapun dosis yang
diberikan untuk anak < 1 tahun adalah 0,05 ml (Fidya and Maya, 2012).
6. Efek samping
Biasanya, imunisasi BCG tidak menimbulkan efek samping.
Akan tetapi, pada beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar getah
bening diketiak atau leher bagian bawah (atau selangkangan bila
penyuntikan dilakukan dipaha). Namun, efek samping tersebut biasanya
sembuh dengan sendirinya (Fidya and Maya, 2012) .
7. Kontra indikasi
Imunisasi BCG tidak dapat diberikan kepada anak berpenyakit
TB atau menunjukkan mantoux positif (Fidya and Maya, 2012).
8. Tanda keberhasilan
Ada beberapa tanda bahwa imunisasi BCG berjalan sukses,
seperti timbul bisul kecil dan nanah didaerah bekas suntik setelah 4-6
minggu, tidak menimbulkan nyeri dan tidak diiringi panas, serta bisul
dapatsembuh dengan sendiri dan menimbulkan luka parut.. Apabila bisul
tidak muncul , maka orang tua tidak perlu cemas, bisa saja hal itu
dikarenakan cara penyuntikan yang slah, meningat cara penyuntikan
BCG memerlukan keahlian khusus. Sebab, vaksin harus masuk kedalam
kulit. Apalagi, bila penyuntikan dilakukan dipaha, maka proses
menyuntikannya lebih sulit, karena lapisan lemak dibawah kulit paha
umumnya tidak tebal.Dengan demikian, meskipun bisul tidak muncul,
antibodi tetap terbentuk, hanya saja dalam kadar rendah. Sehingga,
imunisasi BCG pun tidak perlu diulang, karena didaerah endemis TB,
infeksi alamiah akan selalu ada. Dengan ungkapan lai, anak bisa
mendapatkan vaksinansi alamiah (Fidya and Maya, 2012).
C. DPT
1. Pengertian
Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang diberika untuk
menimbulkan kekebalah aktif terhadap beberapa penyakit seperti
Penyakit difteri, yaitu radang tenggorokan yang sangat berbahaya karena
menimbulkan terggorokan tersumbat dan kerusakan jantung yang
menyebabkan kematian dalam beberapa hari saja. Penyakit pertusis,
yaitu radang paru (pernapasan) yang disebut juga batuk rejan atau batuk
100 hari karena sakitnya bisa mencapai 100 hari atau 3 bula lebih.
Gejala penyakit ini sangat khas, yaitu batuk yang bertahap, panjang dan
lama disertai bunyi “(whoop)”/ berbunyi dan diakhiri dengan muntah,
mata dapat bengkak atau penderita bisa meninggal karena kesulitan
bernapas. Penyakit pertusis, yaitu penyakit kejang otot seluruh tubuh
dengan mulut terkunci/terkancing sehingga mulut tidak bisa
membuka/dibuka.
2. Kemasan
Dipasaran terdapat 3 kemasan sekaligus, dalam bentuk kemasan
tunggal bagi tetanus, bentuk kombinasi DT (difteri dan tetanus) dan
kombinasi ketiganya atau dikenal dengan vaksin tripel (Proverawati and
Andhini, 2010).
3. Jumlah pemberian/Dosis pemberian
Imunisasi diberikan sebanyak 5 kali dan dilakukan sejak anak
berusia 2 bulan, dengan interval 4-6 minggu. DPT 1 diberikan saat usia
2-4 bulan, DPT 2 diberikan ketika usia 3-5 bulan, dan DPT 3 diverikan
saat usianya memasuki 4-6 bulan (Fida, dkk. 2012). Imunisasi ini
diberikan 3 kali karena pemberian pertama antibodi dalam tubuh masih
snagat rendah, pemberian kedua mulai meningkat dan pemberian ketiga
cukupan antibodi. Daya proteksi vaksin difteri cukup baik yaitu sebesar
80- 90%, daya proteksi vaksin tetanus sebesar 90-95% akan tetapi daya
proteksi vaksin pertusis masih rendah yaitu 50-60%, oleh karena itu,
anak-anak masih berkemungkinan untuk terinfeksi batuk seratus (100)
atau pertusis, tetapi lebih ringan (Proverawati and Andhini, 2010).
4. Usia pemberian
Imunisasi DPT diberikan pada usia 2 bulan, dengan interval 4 -6
minggu. DPT 1 diberikan saat usia 2-4 bulan, DPT 2 diberikan ketika
usia 3-5 bulan, dan DPT 3 diverikan saat usianya memasuki 4-6 bulan
(Fidya and Maya, 2012).
5. Cara pemberian/Lokasi penyuntikan
Cara pemberian imunisasi DPT adalah melalui injeksi
intramuskular. Suntikan diberikan pada paha tengah luar atau subkutan
dalam dengan dosis 0,5 cc (Proverawati and Andhini, 2010).
6. Efek samping
Biasanya, pemberian imunisasi DPT menimbulkan demam. Efek
samping ini dapat diatasi dengan obat penurun panas. Apabila
demamnya tinggi dan tidak kunjung reda setelah 2 hari, hendaknya anak
segera dibawa kedokter.Akan tetapi, jika demam tidak muncul, bukan
berarti imunisasi gagal, namun bisa saja karena kualitas vaksinya
tidakbaik. Sementara itu bagi anak yang memiliki riwayat kejang
demam, imunisasi DPT tetap aman. Kejang demam tidak
membahayakan, karena ia mengalamikejang hanya ketika dia demam
dan takkan mengalami kejang lagi setelah demamnya menghilang.
Seandainya orang tua tetap khawatir, ia bisa diberikan imunisasi DPT
assesular yang tidak menimbulkan demam atau kadang muncul demam
tetapi sangat ringan.
Pada anak yang mempunyai riwayat alergi, terutama alergi kulit,
efeks samping yang kadang muncul ialah mengalami pembengkakan
dibagian imunisasi beberapa lama kemudian.Pembengkakan lokasi
imunisasi setempat ini biasanya menghilang sekitar 1-2 bulan (Fidya and
Maya, 2012).
7. Kontra indikasi
Imunisasi DPT tidak boleh diberikan kepada anak yang
mengalami kejang yang disebabkan oleh suatu penyakit, seperti
epilepsis, menderita kelainan sarafyang betul-betul berat, atau seusai
dirawat karena infeksi otak, dan yang alergi karena DPT. Anak seperti
itu hanya boleh menerima imunisasi DT tanpa P, karena, antigen P
inilah yang menyebabkan panas (Fidya and Maya, 2012).
8. Tanda keberhasilan
Biasanya tanda keberhasilan imunisasi DPT menimbulkan
demam setelah diimunisasi namum demam tersebut dapat sembuh
dengan obat penurun panas dan sembuh dalam jangka waktu 2-3 hari
(Fidya and Maya, 2012).
9. Tingkat kekebalan
Daya proteksi vaksin difteri cukup baik yaitu sebesar 80-90%,
daya proteksi vaksin tetanus sebesar 90-95% akan tetapi daya proteksi
vaksin pertusis masih rendah yaitu 50-60% (Proverawati and Andhini,
2010).

D. Polio
1. Pengertian
Imunisasi polio adalah imunisasi yang digunakan untuk
mencegah penyakit poliomyelitis yang bisa menyebakan kelumpuhan
pada anak.Kandungan vaksin ini ialah virus yang dilemahkan (Fidya and
Maya, 2012).
2. Kemasan
a. 1 box vaksin yang terdiri dari 10
vial
b. 2 vial berisi 10 dosis
c. Vaksin polio adalah vaksin yang
berbentuk cairan
d. Setiap vaksin pilio disertai 1 buah
penetes (dropper) terbuat dari bahan plastik (Proverawati and Andhini,
2010).
3. Jumlah pemberian
Pemberian imunisasi polio bisa jadi lebih dari jadwal yang telah
ditentukan, mengingat adanya imunisasi polio massal.Namun, jumlah
yang berlebihan ini tidak berdamapk buruk.Sebab, tidak ada istilah
overdosis dalam pemberian imunisasi (Fidya and Maya, 2012).
4. Usia pemberian
Pemberian imunisasi polio dapat langsung diberikan saat anak
lahir 9 bulan), kemudian pada usia 2, 4 dan 6 bulan. Saat lahir
pemberian imunisasi polio selalu diberngi dengan imunisasi DPT (Fidya
and Maya, 2012).
5. Cara pemberian/lokasi penyuntikan
Pemberian imunisasi polio bisa melalui suntikan (inactivated
poliomyelitis vaccine atau IPV) maupun mulut (oral poliomyelitis
vaccine atau OPV). Diindonesia, pemberian vaksin pilio yang digunakan
adalah OPV (oral poliomyelitis vaccine (Fidya and Maya, 2012).
6. Efek samping
Hampir tidak ada. Hanya sebagian kecil yang mengalami pusing,
diare ringan, dan sakit otot.Kasusnya pun sangat jarang (Satiatava,
2012).
7. Kontra indikasi
Vaksin polio tidak dapat diberikan kepada anak yang menderita
penyakit akut atau demam tinggi, muntah atau diare, penyakit kangker
HIV/AIDS sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi
umum, serta anak dengan mekanisme kekebalan yang terganggu (Fidya
and Maya, 2012).
8. Tingkat kekebalan
Efektivitas vaksin polio terbilang cukup tinggi, yaitu mampu
mencekal terjangkitnya hingga 90% (Fidya and Maya, 2012).

E. Campak
1. Pengertian
Imunisasi campak adalah imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena penyakit ini
sangat menular.Sebenarnya, bayi sudah mendapat kekebalan campak
dari ibunya. Namun, seiring bertambahnya usia, antibodi dari ibunya
semakin menurun sehingga butuh antibodi tambahan lewat pemberian
vaksin campak. Apalahgi penyakit campak mudah menular dan anak
yang daya tahan tubuhnya lemah gampang sekali terserang penyakit
yang disebabkan oleh virus morbili ini.Namun, untungnya penyakit
campak hanya diderita sekali seumur hidup. Jadi, sekali terkena campak,
setelah itu biasanya tidak akan terkena lagi (Maryunani, 2010).
2. Kemasan
a. 1 box vaksin terdiri dari 10 vial
b. 1 vial berisi 10 dosis
c. 1 box pelarut berisi 10 ampul @ 5 ml
d. Vaksin ini berbentuk beku kering (Proverawati and Andhini, 2010).
3. Jumlah pemberian/dosis pemberian
Pemberian vaksin campak diberikan sebanyak satu kali, dapat
dilakukan pada umur 9-11 bulan dengan dosis 0,5 cc (Proverawati and
Andhini, 2010).
4. Usia pemberian
Vaksin campak diberikan sebanyak 2 kali, yaitu ketika anak
berusia 9 bulan, kemudian saat ia memasuki usia 6 tahun. Pemebrian
imunisasi pertama sangat dianjurkan sesuai jadwal. Sebab, antibodi dari
ibu sudah menurun ketika anak memasuki usia 9 bulan, dan penyakit
campak umunya menyerang anak dan balita. Jika smapai 12 bulan belum
mendapatkan imnisasi campak, maka pada usia 12 bulan, anak
harussegera diimunisasikan MMR (meales, mump, dan rubella) (Fidya
and Maya, 2012).
5. Cara pemberian/Lokasi penyuntikan
Imunisasi campak diberikan dengan cara penyuntikan pada otot
paha atau lengan bagian atas (Fidya and Maya, 2012)
6. Efek samping
Pada umumya, imunisasi campak tidak memiliki efek samping
dan relatif aman diberikan.meskipun demikian, pada beberapa anak
vaksin campak bisa menyebabkan demam dan diare.Namun, kasusnya
sangat kecil.Biasanya, demam berlangsung sekitar 1 minggu.Terkadang
ada pula efek kemerahan mirip campak selama 3 hari. Dalam beberapa
kasus, efek samping campak diantaranya adalah demam tinggi yang
terjadi setelah 8-10 hari setelah vaksinasi dan berlangsung selama 24-48
jam (insedens sekitar 2 %) dan ruam atau bercak-bercak merah sekitar
1- 2 hari (insedens sekitar 2 %). Efek samping lainnya yang lebih berat
ialah ensefalitis (Radang otak). Tetapi, kasus ini sangat jarang terjadi;
kurang dari 1 dari setiap 1-3 juta dosis yang diberikan (Fidya and Maya,
2012)
Kontra indikasi
Kontra indikai pemberian imunisasi campak adalah anak :
a. Dengan penyakit infeksi akut yang disertai
demam
b. Dengan penyakit gangguan kekebalan
c. Dengan penyakit TBC tanpa pengobatan
d. Dengan kekurangan gizi berat
e. Dengan penyakit keganasan
f. Dengan kerntangan tinggi terhadap protein telur, kemanisan, dan
eritromisin (antibiotik) (Maryunani, 2010)
7. Tingkat kekebalan
Cukup tinggi antara 94-96 %.Umumnya, setelah 3 kali suntikan,
lebih dari 95 % bayi mengalami respon imun yang cukup (Satiatava,
2012)
2.3 DDST
2.3.1 DDST
DDST adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menentukan secara dini
adanyan penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah. DDST
merupakan salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak, tes
ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ, fungsinya digunakan untuk menafsirkan
personal, sosial,motorik halus, bahasa, dan motorik kasar pada anak mulai dari 1-6
tahun (Soetjiningsih, 2012).
2.3.2 Keuntungan
a. Menilai perkembangan anak sesuai
dengan usia.
b. Memantau perkembangan anak
usia 0-6 tahun.
c. Monitor anak dengan resiko
perkembangan.
d. Menjaring anak terhadap adanya
kelainan.
e. Memastikan apakah anak dengan
persangkaan pada kelainan perkembangan atau benar-benar ada kelainan.
2.3.3 Alat Yang Digunakan
a. Alat peraga : benang wol merah, kismis/manik – manik, kubus warna merah,
kuning, ungu, biru, permainan anak, botol kecil – kecil, bo;a tenis, bel kecil, kertas.
b. Lembar DDST.
c. Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara – cara melakukan tugas
dan
2.3.4 Cara penilaiannya.
Prinsip Pelaksanaan
a. Bertahap dan berkelanjutan.
b. Dimulai dari tahap perkembangan yang telah dicapai anak.
c. Menggunakan alat bantu stimulasi yang sederhana.
d. Suasana nyaman dan bervariasi.
e. Perhatikan gerakan spontan anak,
f. Dilakukan dengan wajar dan tanpa paksaan serta tidak menghukum.
g. Memberikan pujian (reinforcement) bila berhasil melakukan test.
h. Sebelum uji coba, semua alat diletakkan dulu diatas meja.
i. Pada saat test hanya satu alat saja yang digunakan.

2.4 BERMAIN
2.4.1 Bermain
Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk
memperoleh kesenangan/ kepuasan. Bermain merupakan cermin kemampuan fisik,
intelektual, emosional, dan sosial. Bermain merupakan media yang baik untuk belajar
karena bermain, anak akan berkata-kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri
dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan mengenal waktu,
jarak, serta suara.
2.4.2 Fungsi Permainan Pada Anak
Fungsi utama bermain adalah menstimulasi perkembangan anak, antara lain:
- Perkembangan sensori-motorik
- Perkembangan intelektual
- Perkembangan social
- Perkembangan kreativitas
- Perkembangan kesadaran diri
- Perkembangan moral
- Bermain sebagai terapi
2.4.3 Tujuan Bermain
Melalui fungsi yang terurai diatas pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan sebagai
berikut:
a. Untuk melanjutkan tumbuh kembang yang normal pada saat sakit anak
mengalami gangguan dalam tumbuh kembang
b. Mengekspresikan perasaan, keinginan dan fantasi serta idenya.
c. Mengembangkan kreatrifitas dan kemampuan menyelesaikan masalah.
Permainan akan menstimulasi daya pikir, imajinasi, dan fantasinya untuk
menciptakan sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya pada saat melakukan
permainan anak akan dihadapkan pada masalah dalam konteks permainannya,
semakin lama ia bermain dan semakin tertantang untuk dapat menyelesaikannya
dengan baik.
d. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat di Rumh
Sakit. Stress yang dialami anak di Rumah Sakit tidak dapat dihindarkan sebagai
mana juga yang dialami orang tuanya untuk itu yang penting adalah bagaimana
menyiapkan anak dan orang tua untuk dapat beradaptasi dengan stresor yang
dialaminya di Rumah Sakit secara efektif.
2.5 TUMBUH KEMBANG
2.5.1 DEFINISI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur
dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur
tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan (Soetjiningsih, 1998).
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran – ukuran tubuh yang meliputi BB,
TB, LK, LD, dan lain-lain atau bertambahnya jumlah dan ukuran sel – sel pada semua
sistem organ tubuh (Vivian nanny, 2010 : 48).
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan yang bersifat kuantitas, yang
mengacu pada jumlah, besar, dan luas, serta bersifat konkret yang menyangkut ukuran
dan struktur biologis (Mansur, 2009 : 25).
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai
hasil proses pematangan (Soetjiingsih, 2005 : 1).
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan atau fungsi semua system
organ tubuh sebagai akibat bertambahnya kematangan fungsi-fungsi system organ
tubuh (Vivian nanny, 2010 : 49).
Pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh bagian tubuh
yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur dan perkembangan adalah bertambah
sempurnanya fungsi dari alat tubuh (DEPKES RI).
2.5.2 PRINSIP TUMBUH KEMBANG
a. Tumbuh kembang terus menerus dan komplek
b. Tumbuh kembang merupakan proses yang teratur dan dapat diprediksi
c. Tumbuh kembang berbeda dan terintegrasi
d. Setiap aspek tumbuh kembang berbeda dalah setiap tahapnya dan dapat
dimodifikasi
e. Tahapan tumbang spesifik untuk setiap orang

2.5.3 FAKTOR FAKTOR TUMBUH KEMBANG


A. Faktor internal
1. Perbedaan ras/etnik atau bangsa
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika maka ia tidak memiliki faktor
hereditas ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.
2. Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek,
gemuk atau kurus.
3. Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama
kehidupannya.
4. Jenis kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat dari pada
laki – laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki
akan lebih cepat
5. Kelainan genetik
Genetic (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak akan
menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang bepengaruh pada
tumbuh kembang anak seperti kerdil.
6. Kelainan kromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti
ada sindrom downs dan sindrom turner.
B. Faktor Eksternal
1. Faktor pranatal :
a. Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan
mempengaruhi pertumbuhan janin.
b. Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan congenital seperti
club foot.
c. Toksin
Beberapa obat – obatan seperti aminopterin, thalidomide dapat
menyebabkan kelainan congenital seperti palatoskisis.

d. Endokrin, radiasi
Diabetes mellitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali,
hyperplasia adrenal.
e. Radiasi
Paparan radium dan sinar rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin
seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental, dan deformitas anggota
gerak, kelainan congenital mata, kelainan jantung.
f. Infeksi
Infeksi pada trimester I dan II oleh TORCH (Toxoplasam, Rubella,
Citomegalo virus, dan Herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan pada
janin : katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental, dan kelainan jantung
congenital.
g. Kelainan Imunologi
Eritroblastosis fetals timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara
janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibody terhadap sel darah merah
janin, kemudian melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah janin
dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan
hiperbilirubinemia dan kern ikterus yang menyebabkan kerusakan jaringan
otak.
h. Anoksia embrio
Anoksia embrio disebabkan oleh jaringan fungsi plasenta menyebabkan
pertumbuhan terganggu
i. Psikologis ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah / kekerasan mental pada
ibu hamil dan lain-lain.
2. Faktor persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat
menyebabkan kerusakan otak
3. Pasca natal
a. Gizi
b. Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.
c. Penyakit kronis / kelainan congenital
d. Tuberculosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi
pertumbuhan jasmani.
e. Lingkungan fisis dan kimia
f. Lingkungan adalah tempat anak tersebut hidup yang berfungsi sebagai
penyedia kebutuhan dasar anak (provider) sanitasi lingkungan yang kurang
baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu
(Pb, merkuri, rokok, dll).
g. Psikologis
h. Hubungan anak dengan orang di sekitarnya, seorang anak yang tidak
dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan akan
mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
i. Endokrin
j. Gangguan hormone, misalnya pada penyakit hipotiroid akan menyebabkan
anak mengalami hambatan pertumbuhan.
k. Sosio-ekonomi
l. Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan
lingkungan yang jelek, dan ketidaktahuan, akan menghambat pertumbuhan
anak.
m. Lingkungan pengasuhan
n. Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu anak sangat mempengaruhi
tumbuh kembang anak.
o. Perkembangan memerlukan rangsang / stimulasi khususnya dalam
keluarga, misalnya penyediaan alat main, sosialisasi anak, keterlibatan ibu
dan anggota keluarga lain terhadap anak.
p. Obat – obatan
q. Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan,
demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf
yang menyebabkan terhambatnya produksi hormone pertumbuhan.
2.5.4 CIRI CIRI TUMBUH KEMBANG
a. Perkembangan menimbulkan perubahan.
Perkembangan terjadi bersama dengan pertumbuhan.Setiap pertumbuhan disertai
perubahan fungsi.
b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan
selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan
sebelum ia belum melewati tahapan sebelumnya.
c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-
beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan
perkembangan pada masing-masing anak.
d. Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan
Anak sehat, bertambah umur, bertambah besar dan tinggi badannya serta
bertambah kepandaiannya.
e. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.
Tahap-tahap perkembangan tidak bisa menjadi terbalik.
f. Perkembanagn mempunyai pola yang tetap.
Perkembanagn fungsi organ tubuh mempunyai dua pola, yaitu pola sefalokaudal
dan pola proksimodistal.
2.5.5 ASPEK – ASPEK PERKEMBANGAN YANG DIPANTAU
a. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-
otot besar seperti duduk, berdiri dan sebagainya.
b. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan begian – bagian tubuh
tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang
cermat seperti mengambil sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya.
2.5.6 KONSEP DDST (DENVER DEVELOPMENT SCREENING TEST)
1) Pengertian
DDST adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menentukan secara dini
adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah.
DDST merupakan salah satu dari metode skrining terhadap kelainan
perkembangan anak, tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ, fungsinya
digunakan untuk menafsirkan personal, sosial, motorik halus, bahasa, dan motorik
kasar pada anak mulai dari 1-6 tahun. (Soetjiningsih, 2005 : 71)
2) Keuntungan DDST
a. Menilai perkembangan anak sesuai dengan usia.
b. Memantau perkembangan anak usia 0-6 tahun.
c. Monitor anak dengan resiko perkembangan.
d. Menjaring anak terhadap adanya kelainan.
e. Memastikan apakah anak dengan persangkaan pada kelainan perkembangan
atau benar-benar ada kelainan.
3) Alat yang digunakan.
a. Alat peraga : benang wol merah, kismis/manik – manik, kubus warna merah,
kuning, ungu, biru, permainan anak, botol kecil – kecil, bo;a tenis, bel kecil,
kertas, dll.
b. Lembar DDST.
c. Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara – cara melakukan
tugas dan cara penilaiannya.
4) Prinsip pelaksanaan DDST.
a. Bertahap dan berkelanjutan.
b. Dimulai dari tahap perkembangan yang telah dicapai anak.
c. Menggunakan alat bantu stimulasi yang sederhana.
d. Suasana nyaman dan bervariasi.
e. Perhatikan gerakan spontan anak.
f. Dilakukan dengan wajar dan tanpa paksaan serta tidak menghukum.
g. Memberikan pujian (reinforcement) bila berhasil melakukan test.
h. Sebelum uji coba, semua alat diletakkan dulu diatas meja.
i. Pada saat test hanya satu alat saja yang digunakan.
5) Sektor perkembangan / parameter yang digunakan.
a. Personal, social (kepribadian/tingkah laku sosial).
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mendiri, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungan.
b. Adaptasi motorik halus (fine motor adaptive).
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian – bagian tubuh tertentu saja dan
dilakukan oleh otot-otot kecil tetapi memerlukan koordinasi yang
cermat.Misalnya kemampuan untuk menggambar, memegang sesuatu benda,
dll.
c. Bahasa (language).
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah,
dan berbicara spontan.

d. Perkembangan motorik kasar.


Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.(Vivian nanny,
2010 : 55)
6) Prosedur DDST
a. Lulus (pass)
1. Apabila anak dapat melakukan uji coba dengan baik.
2. Ibu atau pengasuh member laporan (R) tepat atau dapat dipercaya bahwa
anak dapat melakukan dengan baik.
b. Gagal (failed)
1. Apabila anak tidak dapat melakukan uji coba dengan baik.
2.  Ibu atau pengasuh memberi laporan bahwa anak tidak dapat melakukan
tugas dengan baik.
c. Tidak ada kesempatan (no opportunity)
Apabila anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan uji coba karena
ada hambatan, seperti retardasi mental dan down syndrome.
d. Menolak (refusal)
Anak menolak untuk melakukan uji coba biasanya disebabkan karena faktor
sesaat seperti lelah, menangis, sakit, mengantuk, dll.
7) Interpretasi hasil test keseluruhan (4 sektor)
a. Normal
a) Bila tidak ada keterlambatan (delay)      
b) Paling banyak 1 caution
c) Lakukan ulangan pemeriksaan berikutnya.
b. Dicurigai (suspect)
a) Bila didapatkan 2 atau lebih caution atau bila didapatkan 1 atau lebih
delay
b) Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu untuk menghilangkan factor sesaat
(takut, lelah, sakit. Tidak nyaman, dll).
c. Tidak teruji
a) Bila ada skor menolak 1 atau lebih item disebelah kiri garis umur
b) Bila menolak lebih dari 1 pada area 75-90% (warna hijau) yang ditembus
garis umur
c) Ulangi pemeriksaan 1-2 minggu

8) Pelaksanaan DDST
a. Menetapkan umur anak dengan patokan
30 ari = 1 bulan
31 12 bulan = 1 tahun
32  ≥15 hari = 1 bulan
Perhitungan umur :
Missal : tanggal test    : 2008 – 08 – 28
             Tanggal lahir  : 2006 – 06 – 14
                                     ---------------------
                                           02 – 02 – 14
Berarti umur anak saat test dilakukan yaitu 2 tahun 2 bulan.
b. Menarik garis vertical saat test dilakukan pada lembar DDST yaitu 2 tahun 2
bulan.
c. Memperlihatkan tanda / kode pada ujung kotak sebelah kiri.
d. R adalah Tugas perkembangan cukup ditanyakan pada orang tua.
Nomor/angka a tugas perkembangan di test sesuai petunjuk dibalik formulir.
e. Menyimpulkan hasil DDST
Normal / abnormal / questionable / untestable
2.5.7 ANTROPOMETRI
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthoropos artinya
tubuh dan metros artinya ukuran.Jadi antropometri adalah ukuran tubuh.Pengertian ini
bersifat sangat umum sekali (Supariasa, dkk, 2001). Sedangkan sudut pandang gizi,
Jelliffe (1966) mengungkapkan bahwa antropometri gizi berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat
umur dan tingkat gizi. Penggunaan antropometri, khususnya pengukuran berat badan
pernah menjadi prinsip dasar pengkajian gizi dalam asuhan medik.. Berikut ukuran
antropometri:
1. Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering
digunakan. Berat badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air, dan mineral
pada tulang. Berat badan seseorang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain : umur, jenis kelamin, aktifitas fisik, dan keturunan (Supariasa, 2001).
Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang memberikan
gambaran masa tubuh (otot dan lemak). Karena tubuh sangat sensitif terhadap
perubahan keadaan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi,
menurunnya nafsu makan dan menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi.
Maka BB merupakan ukuran antropometri yang sangat labil (Reksodikusumo,
dkk, 1989). Dalam keadaan normal dimana keadaan kesehatan baik dan
keseimbangan antara intake dan keutuhan gizi terjamin, berat badan mengikuti
perkembangan umur.Sebaiknya dalam keadaan abnormal terdapat dua
kemungkinan perkembangan BB, yaitu dapat berkembang lebih cepat atau lebih
lambat dari keadaan normal.
2. Tinggi Badan (TB)
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan gizi yang telah
lalu dan keadaan sekarang jika umur tidak diketahui dengan tepat. Disamping itu
tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting,karena menghubungkan berat
badan terhadap tinggi badan, faktor umur bisa dikesampingkan. Tinggi badan
merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal.
Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan pertambahan
umur. Pertumbuhan tinggi badan, tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif
terhadap masalah defisiensi gizi dalam waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi
terhadap tinggi badan baru akan tampak pada saat yang cukup lama. Tinggi badan
merupakan ukuran tubuh yang menggambarkan pertumbuhan rangka. Dalam
penilaian status gizi tinggi badan dinyatakan sebagai indeks sama halnya dengan
berat badan (Supariasa, 2001).
3. IMT (Indeks Masa Tubuh)
- Menggunakan Berat Badan dan Tinggi badan Kategori IMT (kg/m2)
- Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,00
- Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,00 – 18,49
- Normal 18,50 – 24,99
- Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,00 – 26,99
- Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,00
4. Lingkar Lengan Atas (LiLA)
- Nilai normal adalah 23,5 cm
- LiLA WUS dengan resiko KEK di Indonesia < 23,5 cm
5. Pengukuran lingkar perut
Pengukuran lingkar perut dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
obesitas abdominal/sentral. Jenis obesitas ini sangat berpengaruh terhadap
kejadian penyakit kardiovaskular dan diabetes melitus, yang akhir-akhir ini juga
erat hubungannya dengan kejadian sindroma metabolik. Nilai normal pengukuran
lingkar perut di Indonesia. Baik Obesitas sentral Laki-laki 90 > 90. Perempuan 80
> 80
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
Identitas Data Umum (selain identitas klien, juga identitas orangtua; asal kota dan
daerah, jumlah keluarga)
A. Keluhan Utama (penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit)
B. Riwayat kehamilan dan kelahiran:
Prenatal : (kurang asupan nutrisi , terserang penyakit infeksi selama hamil)
Intranatal : Bayi terlalu lama di jalan lahir , terjepit jalan lahir, bayi menderita caput
sesadonium, bayi menderita cepal hematom
Post Natal : kurang asupan nutrisi , bayi menderita penyakit infeksi , asfiksia ikterus
C. Riwayat Masa Lampau
Penyakit yang pernah diderita:Tanyakan, apakah klien pernah sakit batuk yang lama
dan benjolan bisul pada leher serta tempat kelenjar yang lainnya dan sudah diberi
pengobatan antibiotik tidak sembuh-sembuh? Tanyakan, apakah pernah berobat tapi
tidak sembuh?Apakah pernah berobat tapi tidak teratur?
D. Pernah dirawat dirumah sakit
E. Obat-obat yang digunakan/riwayat Pengobatan
F. Riwayat kontak dengan penderita TBC
G. Alergi
H. Daya tahan yang menurun.
I. Imunisasi/Vaksinasi : BCG
J. Riwayat Penyakit Sekarang (Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul
pada tempat-tempat kelenjar seperti: leher, inguinal, axilla dan sub mandibula)
K. Riwayat Keluarga (adakah yang menderita TB atau Penyakit Infeksi lainnya,
Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama)
L. Riwayat Kesehatan Lingkungan dan sosial ekonomi
1) Lingkungan tempat tinggal (Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah),
pemukiman yang padat, ventilasi rumah yang kurang, jumlah anggota keluarga
yang banyak), pola sosialisasi anak
2) Kondisi rumah
3) Merasa dikucilkan
4) Aspek psikososial (Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri)
5) Biasanya pada keluarga yang kurang mampu
6) Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang
lama dan biaya yang banyak
7) Tidak bersemangat dan putus harapan.
M. Riwayat psikososial spiritual (Yang mengasuh, Hubungan dengan anggota
keluarga,Hubungan dengan teman sebayanya, Pembawaan secara umum,
Pelaksanaan spiritual)
N. Pengkajian TUMBANG menggunakan KMS,KKA, dan DDST
a. Pertumbuhan
 Kaji BBL,BB saat kunjungan
 BB normal
 BB normal, mis : ( 6-12 tahun ) umur
 kaji berat badan lahir dan berat badan saat kunjungan TB = 64 x 77R = usia
dalam tahun
 LL dan luka saat lahir dan saat kunjungan
b.  Perkembangan
 lahir kurang 3 bulan = belajar mengangkat kepala, mengikuti objek dengan
mata, mengoceh
 usia 3-6 bulan mengangkat kepala 90 derajat, belajar meraih benda, tertawa,
dan mengais  meringis
 usia 6-9 bulan = duduk tanpa di Bantu, tengkuarap, berbalik sendiri,
merangkak, meraih benda, memindahkan benda dari tangan satu ke tangan
yang lain  dan mengeluarkan kata-kata tanpa arti
 usia 9-12 bulan = dapat berdiri sendiri menurunkan sesuatu mengeluarkan
kat-kata, mengerti ajakan  sederhana, dan larangan berpartisipasi dalam
permainan
 usia 12-18 bulan = mengeksplorasi rumah dan sekelilingnya menyusun 2-3
kata dapat mengatakan 3-10 kata , rasa cemburu, bersaing
 usia 18-24 bulan = naik–turun tangga, menyusun 6 kata menunjuk kata dan
hidung, belajar makan sendiri, menggambar garis, memperlihatkan minat
pada anak lain dan bermain dengan mereka
 usia 2-3 tahun = belajar melompat, memanjat buat jembatan dengan 3 kotak,
menyusun kalimat dan lain-lain
 usia 3-4 tahun = belajar sendiri berpakaian, menggambar berbicara dengan
baik, menyebut warna, dan menyayangi saudara
 usia 4-5 tahun = melompat, menari, menggambar orang, dan menghitung.

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, proses penyakit.
b. Resiko injuri berhubungan dengan infeksi mikroorganisme.
c. Resiko kurang cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan diaforesis.
d. Ansietas berhubungan dengan hipertermi, efek proses penyakit.

3.3 PERENCANAAN
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan (NOC) (NIC)
1. Peningkatan suhu Setelah dilakukan tindakan - Fever treatment
tubuh b/d proses keperawatan - Monitir suhu sesering
infeksi, proses selama...x24jam klien mungkin
penyakit menunjukkan temperatur - Monitor IWL
dalam batas normal - Monitor warna dan suhu kulit
- Monitor tekanan darah, nadi
KH : dan RR
- Suhu Tubuh dalam batas - Monitor penurunan tingkat
normal kesadaran
- Bebas dari kedinginan - Monitor WBC, HB dan HCT
- Suhu tubuh stabil 36,50- - Monitor intake dan output
37,50c - Kolaborasikan pemberian
- Termoregulasi dbn antipiretik
- Nadi dbn - Berikan pengobatan untuk
- <1 bln : 90-170 mengatasi penyebab demam
- <1 thn : 80-160 - Selimuti pasien
- 2 thn   : 80-120 - Berikan cairan intravena
- 6 thn   : 75-115 - Kompres pasien pada lipat
- 10 thn : 70-110 paha dan aksila
- 14 thn : 65-100 - Tingkatkan sirkulasi udara
- >14thn : 60-100 - Berikan pengobatan untuk
- Respirasi dbn mencegah terjadinya
- BBL : 30-50 x/m menggigil
- Anak-anak : 15-30 x/m - Temperature regulation
- Dewasa : 12-20 x/m - Monitor suhu minimal tiap 2
jam
- Rencanakan monitoring suhu
secara kontinyu
- Monitor TD, nadi dan RR
- Monitor warna dan suhu kulit
- Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
- Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
- Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
- Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek
negative dari kedinginan
- Berikan antipiretik bila perlu
- Vital Sign Monitoring
- Monitor TD, nadi, suhu dan
RR
- Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
- Monitor VS pada saat pasien
berbaring, duduk atau berdiri
- Monitor TD , nadi, RR,
sebelum, selama dan sesudah
aktivitas
- Monitor kualitas dari nadi
- Monitor frekuensi dan irama
dari pernafasan
- Monitor suara paru
- Monitor pola pernafasan
abnormaL
- Monitor warna, suhu dan
kelembaban kulit
- Monitor sianosis perifer
- Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)
- Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

2. Resiko injuri b/d Setelah dilakukan tindakan - Sediakan lingkungan yang


infeksi keperawatan aman untuk pasien
mikroorganisme selama...x24jam anak bebas - Identifikasi kebutuhan
dari cidera keamanan pasien sesuai
KH : dengan kondisi fisik dan
- Menunjukan homeostatis fungsi kognitif pasien dan
- Tidak ada perdarahan riwayat penyakit terdahulu
mukosa dan bebas dari pasien
komplikasi lain - Menyediakan tempat tidur
yang nyaman dan bersih
- Memberikan penerangan
yang cukup
- Menganjurkan keluarga
untuk menemani pasien
- Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
- Memindahkan barang-barang
yang dapat membahayakan

3. Resiko kurang Setelah dilakukan tindakan Fluid management:


cairan b/d intake keperawatan selama...x24jam - Pertahankan catatan intake
yang kurang dan volume cairan adekuat dan output yang akurat
diaforesis - Monitor status dehidrasi
KH : (kelembaban membrane
- Mempertahankan urine mukosa, nadi adekuat,
output sesuai dengan usia tekanan darah ortostatik)
dan BB, BJ urine normal, - Monitor vital sign
HT normal - Monitor asupan makanan/
- Tekanan darah, nadi, suhu cairan dan hitung intake
tubuh dalam batas normal kalori harian
- Tidak ada tanda- tanda - Lakukan terapi IV
dehidrasi, elastisitas turgor - Monitor status nutrisi
kulit baik, membrane - Berikan cairan
mukosa lembab, tidak ada - Berikan cairan IV pada suhu
rasa haus yang berlebihan. ruangan
- Dorong masukan oral
- Berikan penggantian
nasogastrik sesuai output
- Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
- Anjurkan minum kurang
lebih 7-8 gelas belimbing
perhari
- Kolaborasi dokter jika tanda
cairan berlebih muncul
memburuk
- Atur kemungkinan transfusi
3.4 Implementasi
Pelaksanaan merupakan pengelolaan dari perwujudan rencna tindakan yang
meliputi beberapa kegiatan yaitu velidasai rencana keperawatan, mendokumentasikan
rencana tindak keperawatan, memberikan asuhan keperawatan dan mengumpulkan
data. (Lismidar, 1990 : 60).
3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap atau langkah dalam proses keperawatan yang
dilaksanakan dengan sengaja dan terus menerus yang dilakukan oleh perawat dan
anggota tim kesehatan lainnya dengan tujuan untuk memenuhi apakah tujuan dan
rencana keperawatan terapi atau tidak serta untuk melakukan pengkajian ulang.
DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC : Jakarta


Sumijati M.E, dkk. 2000. Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang Lazim Terjadi
Pada Anak. PERKANI : Surabaya
Wahidiyat Iskandar. 1995. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2. Info Medika : Jakarta
Doenges, M.E, Marry F. MandAlice, C.G, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Wong, Dona L, dkk,. 2003. Maternal child nursing care 2nd edition. Santa Luis: Mosby Inc.
Lynda juall, Carpenito, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan / Lynda juall Carpenito,
Editor Edisi Bahasa Indonesia, Monica Ester (Edisi 8), Jakarta: EGC.
Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Medika Aesculapius.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai