Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN FEBRIS DI RUANG

PERAWATAN LANTAI.4 RS MEGA BUANA


KOTA PALOPO TAHUN 2023

OLEH :

WIWIN DEWITRI

N.22.04.019

PRECEPTOR LAHAN PRECEPTOR INSTITUSI

Justiani,S.Kep.,Ns Ratnasari Iskandar S.Kep.,Ns.,M.Kes

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (PROFESI NERS)


UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO
TAHUN 2022/2023
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.N DENGAN MASALAH FEBRIS
DI RUANG PERAWATA LANTAI.4 RS MEGA BUANA
KOTA PALOPO TAHUN 2023

OLEH :

WIWIN DEWITRI

N.22.04.019

PRECEPTOR LAHAN PRECEPTOR INSTITUSI

Justiani,S.Kep.,Ns Ratnasari Iskandar, S.Kep.,Ns.,M.kes

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (PROFESI NERS)


UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO
TAHUN 2022/2023
BAB 1

KONSEP MEDIS

A. Definisi
Demam adalah peningkatan suhu di hipotalamus (Elizabeth J. Corwin,
2017). Dikatakan demam jika suhu orang menjadi lebih dari 37,5 ºC (E. Oswari,
2019). Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang
sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat berasal dari
mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak
berdasarkan suatu infeksi (Sjaifoellah Noer, 2018).
Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat disebabkan
oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat
pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi.
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38⁰C atau lebih.
Ada juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,8⁰C.Sedangkan bila suhu
tubuh lebih dari 40⁰C disebut demam tinggi (hiperpireksia)(Julia, 2020).

Jenis Demam Ciri-ciri


Demam septik Malam hari suhu naik sekali, pagi hari
turun hingga diatas normal, sering
disertai menggigil dan berkeringat
Demam remitten Suhu badan dapat turun setiap hari tapi
tidak pernah mencapai normal.
Perbedaan suhu mungkin mencapai 2
derajat namun perbedaannya tidak
sebesar demam septik.
Demam intermiten Suhu badan turun menjadi normal
selama beberapa jam dalam satu hari.
Bila demam terjadi dua hari sekali
disebut tertiana dan apabila terjadi 2 hari
bebas demam diantara 2 serangan
demam disebut kuartana.
Demam kontinyu Variasi suhu sepanjang hari tidak
berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus
tinggi sekali disebut hiperpireksia

B. Etiologi
Menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal 2017 bahwa
etiologi febris,diantaranya
a. Suhu lingkungan.
b. Adanya infeksi.
c. Pneumonia.
d. Malaria.
e.   Otitis media.
f.   Imunisasi
g. Kehilangan nafsu makan

C. Patofisiologi
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak
terhadap infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi
atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan
dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal
dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa
berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik
terhadap benda asing (non infeksi). Zat pirogen ini dapat berupa protein, pecahan
protein, dan zat lain, terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh bakteri
toksik yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh menyebabkan demam
selama keadaan sakit.
Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap
pirogen. Pada mekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh
leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh bergranula besar.
Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil pemecahan bakteri ke dalam cairan
tubuh, yang disebut juga zat pirogen leukosit.
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang
terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus.
Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta
mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan
reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan
menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah
ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas. Inilah yang menimbulkan
demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan merangsang aktivitas “tentara” tubuh
(sel makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi zat asing tersebut dengan
meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino yang berperan dalam
pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh.

D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala terjadinya febris adalah:
a. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8⁰C - 40⁰C)
b.    Kulit kemerahan
c.   Hangat pada sentuhan
d.   Peningkatan frekuensi pernapasan
e. Menggigil
f.     Dehidrasi
g. Kehilangan nafsu makan

E. Komplikasi
a. Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuh
b. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering
terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam
pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam
ini juga tidak membahayakan otak

F. Pemeriksaan Penunjang
Sebelum meningkat ke pemeriksaan-pemeriksaan yang mutakhir, yang
siap tersedia untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning,
masih dapat diperiksa bebrapa uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan
tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin.
Dalam tahap berikutnya dapat dipikirkan untuk membuat diagnosis dengan lebih
pasti melalui biopsy pada tempat- tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan
pemeriksaan seperti angiografi, aortografi, atau limfangiografi
G. Penatalaksanaan
a. Secara Fisik
Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6
jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau mengigau.
Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik ke atas atau apakah anak
mengalami kejang-kejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu lama akan
berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu mencapai otak.
Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-sel otak. Dalam
keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya fungsi
intelektual tertentu.
b. .     Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur
suhu di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan
prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set
point hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang mana
diperintah memproduksi panas diatas normal dan mengurangi pengeluaran
panas tidak ada lagi. Petunjuk pemberian antipiretik:
1.     Bayi 6 – 12 bulan : ½-1 sendok the sirup parasetamol
2.     Anak 1 – 6 tahun : ¼-½ parasetamol 500 mg atau 1-1½ sendokteh sirup
parasetamol
3.     Anak 6 – 12 tahun : ½-1 tablet parasetamol 500 mg atau 2 sendok teh
sirup parasetamol.

H. Pencegahan
Selain pemberian obat, orang tua dapat membantu menurunkan demam anak
dengan melakukan sjumlah langkah berikut:
1. Berikan pakaian dan selimut yang tipis
2. Jaga asupan cairan pada anak untuk mencegah dehidrasi
3. Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun, terutama sebelum makan.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama/ Inisial, Umur, Jenis Kelamin, Status, Pekerjaan, Pendidikan, Alamat,
No. MR, Tanggal Masuk, Tanggal Pengkajian, Agama, dan Dx. Medis
Penanggung Jawab Nama, Umur , Hub. Keluaraga, dan Pekerjaan.
2. Alasan masuk
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
b. Riwayat kesehatan dahulu
c. Riwayat kesehatan keluarga
4. Pemeriksaan fisik
Kesadaran : Biasanya Compos Mentis
GCS : E4 : pasien membuka mata secara spontan
V5 : pasien berorientasi baik,
dan bicara jelas M6 : pasien mengikuti perintah dengan baik
Tanda Vital : TD : 120/ 80 mmHg S : 36 C P : 22X/ Menit N : 80x/ Menit
a. kepala
1. Rambut
I : Bentuk kepala (bulat/lonjong/benjol/besar/kecil, simetris/ tidak),
kulit kapala (ada luka/tidak, bersih/kotor, beruban/tidak, ada
ketombe/tidak)
P : adakah benjolan/tidak, ada nyeri tekan/tidak
2. Mata
I : kesimetrisan mata klien (simetris/tidak), adakah edema,
konjungtiva (pucat/tidak), sklera (ikterik/tidak), refleks pupil
terhadap cahaya (baik/tidak), gerakan bola mata (normal/tidak).
P : Ada nyeri tekan (iya/tidak)
3. Telinga
I : Bentuk telinga (simetris/tidak), ada serumen/tidak, ada benda
asing/tidak, ada perdarahan/tidak, pendengaran baik/tidak,
P : ada nyeri tekan (iya/tidak)
4. Hidung
I : Hidung tampak simetris/tidak, bersih/tidak ada secret/tidak, ada
polip/tidak, ada perdarahan/tidak, penciuman baik/tidak.
P : Ada nyeri tekan (iya/tidak)
5. Gigi dan Mulut
I : Keadaan bibir pasien cyanosis/tidak, kering,tidak, ada luka/tidak,
adakah labioschizis/tidak, mulut pasien bersih/tidak, pasien
menggunakan gigi palsu/tidak, ada radang gusi/tidak, ada
perdarahan/tidak.
b. Leher

I : Posisi trachea simetris/tidak, warna kulit leher merata/tidak

P : Ada pembesaran kelenjer tyroid/tidak, ada pembesaran kelenjer


limfe/tidak

c. Thorak
1. Paru-paru
I : Mungkin Bentuk dada pada pasien dengan hematemesis melena
normal, kaji pernafasan pasien, frekuensi adanya tandatanda dispneu,
reaksi intercostae, reaksi suprasternal, pernafasan cuping hidung,
ortopnea.
P : Kaji Ada nyeri tekan (iya,tidak), ada tanda-tanda peradangan
(ada/tidak), ekspansi simetris/tidak, taktil vremitus teraba/tidak.
P : Perkusi pertama dilakukan di atas kalvikula dengarkan apakah
terjadi suara resonan (sonor), dullnes (pekak), timpani, hiper resonan,
suara paru yang normal resonan/sonor.
A : Bunyi nafas normal/tidak, ada bunyi nafas tambahan/tidak, ada
wheezing/tidak, ada ronchi/tidak
2. Jantung
I : Bentuk dan postur dada simetris/tidak, ada tanda-tanda distress
pernafasan/tidak, warna kulit sama dengan yang lain/tidak, edema
ada/tidak
P : Denyutan apex cordis teraba/tidak
P : Biasanya Suara pekak
A : Biasanya Terdengar bunyi jantung I/S1 (lub) dan bunyi jantung
II/S2 (dup), tidak ada bunyi jantung tambahan S3/S4
d. Abdomen
I : Ada lesi/tidak, ada bekas operasi/tidak, dan warna kulit merata/tidak
P : Terdapat nyeri tekan ada/tidak
P : Biasanya terdengar Tympani
A : Biasanya Bising usus normal
e. Punggung
I : Punggung simetris/tidak, ada lesi/tidak, dan warna kulit merata/tidak,
ada bekas luka/tidak
P : Ada nyeri tekan/tidak
f. Ekstremitas
Simetris kiri dan kanan atau tidak, integritas kulit baik/tidak, kekuatan
otot penuh/tidak, ada lesi atau tidak, ada edema atau tidak
g. Genitalia
I : Apakah pasien terpasang kateter atau tidak, untuk mengetahui adanya
abnormalitas pada genetalia misalnya varises, edema, tumor/benjolan,
infeksi, luka atau iritasi, pegeluaran cairan atau darah.
h. Integument
I : Warna atau adanya perubahan pigmentasi pada kulit, warna hiperkulit
merata atau tidak, ada lesi atau tidak, ada ruam pada kulit atau tidak, dan
ada jejas atau tidak.

A. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi
2. Resiko kurang cairan
3. Ansietas pada orang tua
B. Rencana intervensi keperawatan

Diagnosis Keperawatan Rencana Keperawatan


Tujuan Intervensi
Hipertermi Setelah dilakukan tindakan a. Mmonitir suhu sesering
keperawatan di harapkan hipertermi mungkin
menurun dengan kriteria hasil : b. Monitor warna dan suhu kulit
·  Suhu Tubuh dalam batas normal c. Monitor tekanan darah, nadi
·  Suhu tubuh stabil 36,5 -37,5 c
0 0
dan RR
·  Termoregulasi dbn d. Monitor intake dan output
·  Nadi dbn e. Kolaborasikan pemberian obat
<1 bln : 90-170 f. Kompres pasien pada lipat
<1 thn : 80-160 paha dan aksila
2 thn   : 80-120 ·
6 thn   : 75-115
10 thn : 70-110
14 thn : 65-100
>14thn : 60-100
·  Respirasi dbn
 BBL : 30-50 x/m
Anak-anak : 15-30 x/m
Dewasa : 12-20 x/m
Resiko kurang cairan Setelah diberikan asuhan 1. monitor status dehidrasi
keperawatan diharapkan resiko (kelembaban membrane
kurang cairan teratasi dengan mukosa, nadi adekuat, tekanan
kriterial hasil: darah ortostatik)
1. Bb normal 2. monitor status dehidrasi
2. Tekanan darah, (kelembaban membrane
nadi, suhu tubuh mukosa, nadi adekuat, tekanan
dalam batas normal darah ortostatik)
3. Tidak ada tanda- 3.   Monitor vital sign
tanda dehidrasi, 4. Monitor asupan makanan/
elastisitas turgor cairan dan hitung intake kalori
kulit baik, harian
membrane mukosa 5. Dorong keluarga untuk
lembab, tidak ada membantu pasien makan
rasa haus yang 6. Anjurkan minum kurang lebih
berlebihan 7-8 gelas perhari
7. Kolaborasi dengan dokter jika
tanda cairan berlebih muncul
memburuk

Asnietas pada orang tua Setelah di lakukan tindakan 1. Kaji dan identifikasi
keperawatan di harapkan masalah serta luruskan informasi
ansietas teratasi dngan kriteria hasil : yang dimiliki
1. Klien/keluarga klien/keluarga
mengungkapkan penurunan mengenai hipertermi
cemas yang berhubungan 2. Berikan informasi pada
dengan hipertermi, proses klien/keluarga yang
penyakit akurat tentang penyebab
hipertermi
3. Validasi perasaan
klien/keluarga dan
yakinkan klien/keluarga
bahwa kecemasan
merupakan respon yang
normal
4. Diskusikan dengan
klien/keluarga rencana
tindakan yang dilakukan
berhubungan dengan
hipertermi dan keadaan
penyakit

C. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku
keperawatan, dimana perawat melakukan tindakan yang perlu
untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan darri asuhan
keperawatan. Implementasi keperawatan adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien
dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan
yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan. Jadi implementasi keperawatan adalah kategori
serangkaian perilaku perawat berkoordinasi dengan pasien,
keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk membantu
masalah keperawatan pasien yang sesuai dengan perencanaan
dan kriteria hasil yang telah ditentukan dengan cara mengawasi
dan mencatat respon pasien terhadap tindakan keperawatan
yang telah dilakukan. (Potter & Perry, 2019)

D. Evaluasi
Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses, penilaian hasil
menentukan
seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari
tindakan.
Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap
tahapan
proses mulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi,dan
evaluasi itu sendiri. (Ali, 2019). Evaluasi dilakukan
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya dan
menilai efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap
pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan. (Mubarak dk,2018).

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2019. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Revisi 3. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Doenges, M.E, Marry F. MandAlice, C.G. 2017. Rencana Asuhan Keperawatan:
Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Guyton, Arthur C. (2020). Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. Ed. 3.
Jakarta, EGC.
Guyton, Arthur C. (2019). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 9. Jakarta, EGC.
NANDA NIC-NOC. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA.
Yogyakarta: Media Hardy
Wong, Dona L, dkk,. 2017. Maternal child nursing care 2nd edition. Santa Luis:
Mosby Inc.

Anda mungkin juga menyukai