FEBRIS DI RUANG RAWAT INAP PUNAI 2 RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AJI MUHAMMAD
PARIKESIT TENGGARONG
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Program Profesi Ners Stase Keperawatan Anak
Disusun Oleh:
Kelompok 2
Tubuh Kehilangan
Monosit/makrofag Cairan
Mempengaruhi
Hipothalamus
Anterior
Demam
Peningkatan Peningkatan PH
Evaporasi Suhu Tubuh Berkurang
Intake
Resiko Makanan
Ketidakseimbangan Berkurang
Cairan
Resiko Defisit
Nutrisi
Jannah, W. (2020).
4. Manifestasi Klinis
Menurut Jannah, W (2020) manifestasi klinis terjadinya febris adalah :
a. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,50C-390C)
b. Kulit kemerahan
c. Hangat pada sentuhan
d. Peningkatan frekuensi pernapasan
e. Menggigil
f. Dehidrasi
g. Kehilangan nafsu makan
5. Komplikasi
a. Dehidrasi : Demam menyebabkan cairan tubuh menguap
b. Kejang demam : Jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi pada anak
usia anak 6 bulan sapai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam dan
umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayakan otak
c. Takikardi, insufisiensi jantung, insufisiensi pulmonal
6. Penatalaksanaan Medik
a. Secara Fisik
1) Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6 jam.
Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau mengigau. Perhatikan
pula apakah mata anak cenderung melirik ke atas atau apakah anak mengalami
kejang-kejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi
perkembangan otak, karena oksigen, tidak mampu mencapai otak. Terputusnya
suplai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-sel otak. Dalam keadaan
demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya fungsi intelektual
tertentu.
2) Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan.
3) Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan.
4) Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke otak yang
akan berakibat rusaknya sel-sel otak.
5) Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak-banyaknya. Minuman yang diberikan
dapat berupa air putih, susu (anak diare menyesuaikan), air buah atau air the.
Tujuannya adalah agar cairan tubuh yang menguap akibat naiknya suhu tubuh
memproleh gantinya.
6) Tidur yang cukup agar metabolism berkurang.
7) Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak, lipat paha. Tujuannya untuk
menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh
dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh digunakan untuk
menguapkan air pada kain kompres. Jangan menggunakan air es karena justru akan
membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak dapat keluar. Menggunakan
alkohol dapat menyebabkan iritasi dan intoksikasi (keracunan).
8) Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-suam kuku.
Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka suhu di luar terasa hangat dan
tubuh akan menginterprestasikan bahwa suhu diluar cukup panas. Dengan demikian
tubuh akan menurunkan control pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan
pengatur suhu tubuh lagi. Di samping itu lingkungan luar yang hangat akan
membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar atau mengalami vasodilatasi, juga
akan membuat pori-pori kulit terbuka sehingga akan mempermudah pengeluaran
panas dari tubuh.
b. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di
hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin dengan
jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehingga set point hipotalamus direndahkan
Kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas diatas normal dan
mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi. Petunjuk pemberian antipiretik:
1) Bayi 6-12 bulan : ½
- 1 sendok teh sirup paracetamol.
2) Anak 1 -6 tahun : ¼
- ½
paracetamol 500 mg atau 1 – 1 ½
sendok teh sirup
paracetamol.
3) Anak 6-12 tahun : ½
- 1 tablet paracetamol 500 mg atau 2 sendok teh sirup
paracetamol.
Tablet paracetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan air atau
teh manis. Obat penurun panas ini diberikan 3 kali sehari. Gunakan sendok ukuran
obat dengan ukuran 5ml setiap sendoknya.
PENGKAJIAN ANAK
ITKES WIYATA HUSADA SAMARINDA
I. Pengkajian
a. Identitas data
1. Nama : An. Z
2. Tempat/ tgl lahir : Tenggarong, 05 Juli 2018
3. Usia : 4 tahun
4. Nama ayah/ibu : Tn. S / Ny. I
5. Pekerjaan ayah : Swasta
6. Pekerjaan ibu : IRT
7. Pendidikan ayah : SMP
8. Pendidikan ibu : SMP
9. Agama : Islam
10. Suku/bangsa : Kutai
11. Alamat : Loa ulung RT.009 (Tenggarong seberang)
b. Keluhan utama
Ibu pasien mengatakan anaknya demam naik turun sudah ±6 hari, batuk berdahak ±1
minggu disertai mual muntah.
c. Riwayat keluhan saat ini
Sejak 6 hari yang lalu anak mengalami demam naik turun, batuk berdahak ±1 minggu
disertai mual muntah. Oleh keluarga pasien di bawa berobat ke Puskesmas rapak
mahang dan di rujuk ke RSUD A.M Parikesit Tenggarong. Pada saat pengkajian pasien
masih dalam kondisi demam dengan suhu 37,8°C disertai batuk berdahak dan tidak
selera makan.
g. Riwayat psikososial
1. Yang mengasuh: Ibu, Bapak kandung dan nenek
2. Hubungan dengan anggota keluarga
Ibu mengatakan anaknya ini sangat disayangi oleh seluruh anggota keluarga karena
periang dan suka bercerita.
3. Hubungan dengan teman sebaya
Sebelum sakit anaknya sering bermain bersama teman-teman yang, bergaul dengan
anak-anak didekat rumah
h. Riwayat keluarga
1. Sosial ekonomi
Ibu mengatakan keluarganya termasuk keluarga yang sederhana dan kondisi
ekonomi keluarganya berkecukupan.
2. Lingkungan rumah
Ibu mengatakan lingkungan rumah bersih, tapi kondisi udaranya mungkin yang
tidak baik karena ayah sering merokok didalam rumah.
3. Penyakit keluarga
Bapak kandung dan kakak pasien pernah mengalami sakit yang serupa yaitu infeksi
paru paru dan diopname di Rumah sakit. Keluarga pasien riwayat penyakit
keturunan yaitu Diabetes melitus (nenek).
4. Genogram
Ayah DM Ibu
Keterangan :
Laki – Laki : Riwayat infeksi paru-paru
Perempuan × : Riwayat DM
Klien
k. Skala Nyeri : 0
Keterangan :
0 -1 = sangat bahagia karena tidak merasa nyeri sama sekali
2-3 = sedikit nyeri
4-5 = cukup nyeri
6-7 = lumayan nyeri
8-9 = sangat nyeri
10 = amat sangat nyeri (tak tertahankan)
Keterangan :
Skor 7-11 : resiko rendah
Skor ≥ 12 : resiko tinggi
2. Kulit
a) Kebersihan : Bersih
b) Turgor: Elastis
c) Lesi: Tidak ada
d) Temperatur kulit: Teraba hangat
3. Kepala
a) Kebersihan: Bersih
b) Warna rambut: Hitam
c) Benjolan: Tidak ada
d) Tekstur rambut: Halus
4. Mata
a) Penglihatan : Normal
b) Kelopak mata : Normal
c) Sklera : Tidak ikterik
d) Pupil : Isokor
e) Konjungtiva : Merah muda
f) Peradangan : Tidak ada
5. Telinga
a) Struktur : Simetris
b) Fungsi : Normal
c) Serumen : Tidak ada
d) Keluhan : Tidak ada
e) Pemakaian alat bantu : Tidak ada
6. Hidung
a) Struktur : Simetris
b) Fungsi penciuman : Normal
c) Keluhan : Tidak ada
7. Mulut
a) Gigi : Belum lengkap
b) Gusi : Merah
c) Lidah : Bersih
d) Bibir : Agak kering
8. Leher
a) Kelenjar thyroid: Tidak membesar
b) Kelenjar limfe: Tidak membesar
c) Kaku kuduk : tidak ada
9. Dada
a) Bentuk dada : Simetris, tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan
b) Benjolan: Tidak ada
10. Paru
a) Pola nafas: Normal
b) Frekuensi nafas: 24x/menit
c) Kualitas nafas: Normal
d) Penggunan otot: Tidak ada
e) Pernafasan tambahan: Tidak ada
f) Batuk: Ya
g) Sputum: Ya
h) Ronki: Ya
11. Jantung
Ictus cordis: teraba ictus cordis pada ruang intercostal 5 midkalvikula sinistra
12. Abdomen
a) Bentuk perut: Simentris
b) Nyeri tekan: Tidak ada
c) Kondisi perut: Tampak distensi
d) Bising usus: 8 x/menit
13. Genetalia dan anus
a) Keluhan: Tidak ada
b) Alat bantu kateter: Tidak
c) Warna/bau: Kuning/khas
d) Diare: Tidak
e) Konstipasi: Pasien sudah 6 hari tidak BAB
14. Musculoskeletal
a) Odema: Tidak
b) Kontraktur: Tidak
c) Kelainan: Tidak ada
d) Kekuatan otot: baik
15. Neurologi
a) Saraf-saraf kranial: Normal
b) Perangsangan selaput otak: Normal
HEMATOLOGI
Hemoglobin 11,9 gr/100ml P 13-16 - W 12-14
Hematokrit 34 vol % P 40-48 - W 37-43
Leukosit 8.900 /mm3 5.000 - 10.000
Granulosit 69,8 % 50 - 70
Limfosit 24,8 % 20 - 40
Monosit 5,3 % 2-8
Trombosit 322.000 /mm3 150.000 - 450.000
KIMIA KLINIK
Glukosa Sewaktu 92 mg/dl 60 - 150
NA+ 133 mmol/L 135 - 155
K+ 3,5 mmol/L 3,4 - 5,3
CL- 101 mmol/L 98 - 106
SEROLOGI
Dengue IG G Non Reaktif - -
Dengue IG M Non Reaktif - -
KIMIA KLINIK
NA+ 138 mmol/L 135 - 155
K+ 4,0 mmol/L 3,4 - 5,3
CL- 104 mmol/L 98 - 106
2 Bersihan jalan nafas Bersihan jalan nafas (L. Manajemen jalan nafas (I. 01011)
tidak efektif (D.0001) Observasi
01001)
berhubungan dengan 2.1 Monitor pola napas (frekuensi,
Sekresi yang tertahan Setelah dilakukan tindakan kedalaman, usaha nafas)
Data Subjektif : keperawatan 4-6 jam 2.2 Monitor bunyi nafas tambahan
Ibu klien mengatakan diharapkan bersihan jalan 2.3 Monitor sputum
anaknya batuk nafas meningkat dengan
berdahak kriteria hasil : Terapeutik
Data Objektif : Batuk efektif 2.4 Posisikan semi fowler atau fowler
Gelisah meningkat (5) 2.5 Berikan minum air hangat
Klien tampak batuk, Produksi sputum
Terdapat sputum menurun (5) Edukasi
berwarna putih Frkuensi nafas 2.6 Ajarkan tehnik batuk efektif
Nadi: 115 x/menit membaik (5)
Penapasan : 26 x/menit Gelisah menurun (5) Kolaborasi
Ronki (+) 2.7 Kolaborasi pemberian bronkodilator,
SPo2: 97 % tanpa ekspektoran, mukolitik, jika perlu
oksigen tambahan
Suhu : 37,8°C
Nadi : 115 x/menit
Frekuensi nafas 26
x /menit
3 Konstipasi (D.0049) Eliminasi fekal (L.04033) Manajemen Konstipasi (I.04155)
Ketidakcukupan diet Setelah dilakukan tindakan Observasi :
Data Subjektif : keperawatan 3x24 jam 3.1 Periksa tanda dan gejala konstipasi
Ibu klien mengatakan diharapkan eliminasi fekal 3.2 Monitor pergerakan usus, karakteristik
bahwa anaknya belum membaik dengan kriteria feses
ada BAB selama 6 hari
hasil : 3.3 Identifikasi faktor risiko konstipasi
Keluhan defekasi lama Terapeutik
dan sulit 4 menurun (5) 3.4 Anjurkan diet tinggi serat
Data Objektif : Distensi abdomen 4
Peristaltik usus 8 x menurun (5) Edukasi
/menit Frekuensi BAB 3.5 Anjurkan peningkatan asupan cairan,
klien tampak lesu membaik (5) jika tidak ada kontraindikasi
Konsistensi Feses Kolaborasi
membaik (5) 3.6 Kolaborasi penggunaan obat pencahar,
jika perlu
4 Risiko Defisit Nutrisi (D. Status nutrisi (L. 03030) Manajemen nutrisi (I. 03119)
0032) Berhubungan Setelah dilakukan tindakan Observasi :
Dengan Peningkatan keperawatan 4-6 jam 4.1 Monitor asupan makanan
Kebutuhan Metabolisme diharapkan keadekuatan 4.2 Monitor berat badan
Data Subjektif : asupan nutrisi membaik 4.3 Monitor hasil pemeriksaan
Ibu klien mengatakan dengan kriteria hasil : laboratorium
selama sakit anaknya Porsi makanan yang Terapeutik
susah makan dihabiskan meningkat 4.4 Berikan makanan tinggi serat untuk
Data Objektif : (5) mencegah konstipasi
Porsi makan tidak Berat badan membaik 4.5 Berikan makanan tinggi kalori dan
dihabiskan hanya 2-3 (5) tinggi protein
sendok makan saja Nafsu makan Edukasi
Berat badan mengalami membaik(5) 4.6 Ajarkan diet yang diprogramkan
penurunan dari Frekuensi makan Kolaborasi
membaik(5) 4.7 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
V. Implementasi Keperawatan
Hari
Tgl No.DX Implementasi Evaluasi
Kamis, 25 I 1.1 Identifikasi penyebab hipertermia S : Ibu klien mengatakan anaknya
Agustus O: Penyebab suhu tubuh naik adalah masih demam naik turun
2022 karena adanya peningkatan laju
metabolisme O : Suhu tubuh cukup memburuk (2),
Suhu Kulit cukup memburuk
1.2 Monitor suhu tubuh (2), Takikardi sedang (3),
O: Temperatur 37,8°C menggunakan Takipnea sedang (3)
termometer digital , kulit teraba hangat
Kamis, 25 III 3.1 Periksa tanda dan gejala konstipasi S: Ibu klien mengatakan anaknya
Agustus S: Klien mengatakan anaknya tidak bisa sudah 6 hari belum ada BAB
2022 BAB sudah 6 hari
O: Perut tampak distensi O: Keluhan defekasi lama dan sulit 4
cukup meningkat (1), Distensi
3.2 Monitor pergerakan usus, karakteristik abdomen cukup meningkat (2),
feses Frekuensi BAB menurun (1),
O: Bising usus 8 x / menit Konsistensi Feses cukup memburuk
(2)
3.3 Identifikasi faktor risiko konstipasi
O: Faktor risiko konstipasi karena intake
yang kurang dan pasien dalam kondisi A: Masalah Konstipasi belum teratasi
tirah baring
P: Lanjutkan intervensi
3.5 Anjurkan peningkatan asupan cairan, jika 3.1 Periksa tanda dan gejala
tidak ada kontraindikasi konstipasi
O: Ibu klien mengatakan sering 3.2 Monitor pergerakan usus,
memberikan minum tapi hanya sedikit karakteristik feses
yang diminum 3.5 Anjurkan peningkatan asupan
cairan, jika tidak ada
3.6 Kolaborasi penggunaan obat pencahar, jika kontraindikasi
perlu 3.6 Kolaborasi penggunaan obat
O: Laxadin 2x1 cth pencahar
Kamis, 25 IV 4.1 Monitor asupan makanan S: Ibu klien mengatakan anaknya
Agustus S: Ibu klien mengatakan anaknya susah susah makan, saat diberikan
2022 makan, hanya bisa makan nasi yang makanan hanya dimakan 2-3
diberikan 2-3 sendok makan saja sendok saja
O: Porsi makan tidak habis
O: Porsi makanan yang dihabiskan
4.2 Monitor berat badan cukup menurun (2), Berat badan
O: Berat badan 15 kg sebelum sakit Berat sedang (3), Nafsu makan cukup
badan 15, 7 kg menurun (3), Frekuensi makan
sedang (3)
4.3 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein A: Masalah Risiko defisit nutrisi
O: Pasien mendapatkan diet Tinggi kalori belum teratasi
tinggi protein
P: Lanjutkan Intervensi
4.4 Ajarkan diet yang diprogramkan
S; Ibu klien mengatakan sudah mulai 4.1 Monitor asupan makanan
paham tentang makanan yang harus 4.3 Berikan makanan tinggi kalori
dikonsumsi dan harus dihindari terutama dan tinggi protein
saat susah BAB 4.4 Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
4.5 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan
O: Dari ahli gizi, status gizi normal,
pemberian diet TKTP 1900 Kkal, protein
30 gr
Jumat, 26 I 1.2 Monitor suhu tubuh S: Ibu klien mengatakan anaknya
Agustus O: Temperatur 37,4°C menggunakan masih demam naik turun
2022 termometer digital , kulit teraba hangat
O : Suhu tubuh cukup sedang (2),
1.4 Monitor haluaran urine Suhu Kulit sedang (3),
O: Pasien BAK 4 – 5 kali sehari dengan Takikardi cukup menurun (4),
jumlah urine ± 450 – 700ml Takipnea cukup menurun (4)
Jumat, 26 III 3.1 Periksa tanda dan gejala konstipasi S: Ibu klien mengatakan anaknya
Agustus S: Klien mengatakan anaknya BAB tadi sudah ada BAB tapi sedikit saja
2022 pagi, tapi keras dan sedikit saja. obat dan konsistensi keras
pencahar yang di berikan sudah diminum 2
kali O: Keluhan defekasi lama dan sulit
sedang (3), Distensi abdomen sedang
3.2 Monitor pergerakan usus, karakteristik (2), Frekuensi BAB cukup meningkat
feses (3), Konsistensi Feses sedang (3)
O: Bising usus 12 x / menit
P: Lanjutkan Intervensi
Sabtu, 27 III 3.2 Monitor pergerakan usus, karakteristik S: Ibu klien mengatakan anaknya
Agustus feses ada BAB kemarin sore, BAB
2022 O: Bising usus 10 x / menit lunak dan tidak terlalu keras lagi
3.7 Anjurkan peningkatan asupan cairan, jika O: Keluhan defekasi lama dan
tidak ada kontraindikasi menurun (5), Distensi abdomen
O: Ibu klien mengatakan anaknya sudah menurun (5), Frekuensi BAB cukup
bisa minum lebih banyak sekitar 600 ml meningkat (4), Konsistensi Feses
membaik (5)
3.8 Kolaborasi penggunaan obat pencahar, jika
perlu
O: Laxadin 2x1 cth A: Masalah Konstipasi teratasi
P: Hentikan intervensi
P: Lanjutkan Intervensi
Fauziyah, Risza. 2021. Laporan Pendahuluan Febris Pada Anak Diruang Puspa. Jakarta: Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan.
Jannah, W. (2020). Pengaruh Terapi Tepid Sponge Batd Pada Penurunan Suhu Tubuh Anak
Penderita Thypoid Di Desa Batioh Kec. Banyuates Kab. Sampang. Jawa Timur: Universitas
Muhammadiyah Gresik.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st ed.).
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I). Jakarta.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Utami, Isna. 2018. Studi Kasus: Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Keamanan;
Termoregulasi Pada An.A Dengan Observasi Febris Di Ruang Flamboyan RSUD Sukoharjo.