LAPORAN PENDAHULUAN FAMILY CENTERED CARE DI RUANG PUNAI 2 ANAK
RUMAH SAKIT AJI MUHAMMAD PARIKESIT TENGGARONG
LAPORAN PENDAHULUAN
Disusun oleh :
Seno Ardi Wartami
P2205033
PROGRAM PROFESI NERS
INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS WIYATA HUSADA SAMARINDA
TAHUN 2022 TINJAUAN TEORI
A. Definisi Konsep Family Center Care
Family centered care merupakan pendekatan yang digunakan dalam
pemberian pelayanan kesehatan pada anak yang melibatkan orangtua. Family centerd care atau perawatan yang berpusat pada keluarga, didefinisikan sebagaI filosofi perawatan berpusat pada keluarga, mengakui keluarga sebagai konstanta dalam kehidupan anak. Family centered care menyakini adanya dukungan individu, menghrmati, mendorong dan meningkatkan kekuatan dan kompetisi keluarga. Family centered care atau perawatan yang berpuat pada keluarga di definisikan sebagai filosofi perawatan berpusat pada keluarga , mengakui keluarga sebagi konstanta dalam kehidupan anak (AIPHSS,2015). Family centered care merupakan pendekatan yang digunakandalam pemberian pelayanan kesehatan pada anak dengan melibatkan orang tua, family centered care juga menekankan keterlibatan keluarga atau orang tua anak dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak di rumah sakit (Hidayat, 2005).
B. Manfaat Penerapan Family Center Care
Menurut AIHPSS (Australian Indonesia Partnership For Health System Strengthering, 2015) manfaat penerapan family center care adalah sebagai berikut: 1) Hubungan teaga kesehatan dengan keluarga semakin menguat dalam meningkatkan kesehatan dan perkembangan setiap anak. 2) Meningkatkan pengambilan keputusan klinis berdasarkan informasi yang lebh baik dan proses kolaborasi. 3) Membuat dan mengembangkan tindak lanjut rencana perawatan berkolaborasi dengan keluarga. 4) Penggunaaan sumber-sumber pelayanan kesehatan dan waktu tenaga profesional lebih efisien dan efektif (mengoptimalkan manajemen perawatan dirumah, mengurangi kunjungna ke unit gawat darurat atau rumah sakit jika tidak perlu , lebih efektif dalam menggunakan cara pencegahan). 5) Mengembangkan komunikasi antara anggota tim kesehatan. 6) Persaingan pemasaran pelayanan kesehatan kompetitif. 7) Meningkatkan lingkungan pembelajaran untuk spesialis anak dan tenaga profesi lainnya dalam pelatiha pelatihan 8) Menciptakan lingkungan yang meningkatkan kepuasan profesional. 9) Mempertinggi kepuasan anak dan keluarga atas pelayanan kesehatan yang diterima C. Struktur Konsep Family Center Care Dalam family center care kebutuhan semua anggota keluarga tidak hanya harus dipertimbangkan, dengan mengacu pada struktur family center care yang meliputi (AIHPSS,2015) : 1) Memasukkan pemahaman kedalam kebijakan dan praktikum bahwa keluarga bersifat konstan dalam kehidupan anak sementara sistem pelayanan dari personal pendukung di dalam sistem tersebut berubah- ubah. 2) Memfasilitasi kolaborasi keluarga/profesional pada semua tingkat pelayanan keperawatan di rumah sakit, rumah, dan masyarakat. Perawatan anak secara individual, pengembangan implementasi dan evaluasi program serta pembentukan kebijakan. 3) Saling bertukar informasi yang lengkap dan jelas antara anggota keluarga dan profesional dalam hal dukungan tentang cara yang supportif di setiap saat. 4) Menggabungkan pemahaman dan penghormatan terhadap keanekaragaman budaya, kekuatan dan individualitas didalam dan diantara seluruh keluarga termasuk keanekaragaman suku, ras, agama, sosial, ekonomi, bidang pendidikan, dan geografi ke dalam kebijakan praktik. 5) Mengenali dan menghormati metode koping yang berbeda dan menerapkan program dan kebijakan menyeluruh yang menyediakan pelayanan perkembangan, pendidikan, emosi, lingkungan dan dukungan keuangan untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang berbeda - beda. 6) Mendorong dan memfasilitasi dukungan dan jaringan kerjasama keluarga dengan keluarga. 7) Menetapkan bahwa rumah, rumah sakit dan pelayanan masyarakat dan sistem pendukung untuk anak - anak yang memerlukan pelayanan kesehatan khusus dan keluarganya bersifat fleksibel, dapat diakses, dan komprehensif dalam menjawab pemenuhan kebutuhan keluarga yang berbeda sesuai yang diperlukan. 8) Menghargai keluarga sebagai keluarga dan anak-anak, sebagai anak-anak mengakui bahwa mereka memiliki berbagai kekuatan, perhatian, emosi dan cita-cita yang melebihi kebutuhan mereka untuk mendapatkan layanan dan dukungan kesehatan serta perkembangan khususnya.
D. Prinsip-Prinsip Family Center Care
Beberapa prinsip famili center care menurut AIHPSS (2015) meliputi : 1) Menghormati setiap anak dan keluarganya Perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada anak menghormati anak dan keluarga sebagai subjek perawatan. Perawat menghormati anak dan keluarga memiliki pilihan yang terbaik bagi perawatan mereka. 2) Menghargai perbedaan suku, budaya, sosial, ekonomi, agama, dan pengelaman tentang sehat sakit yang ada pada anak dan keluarga. Perawat menghargai perbedaan suku, budaya, sosial, ekonomi, agama dan pengalaman tentang sehat sakit anak dan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan. Pelayanan yang diberikan mengacu kepada standar asuhan keperawatan dan diperlukan sama pada semua pasien dan keluarga. 3) Mengenali dan memperkuat kelebihan yang ada pada anak dan keluarga. Mengkaji kelebihan keluarga dan membantu mengembangkan kelebihan keluarga dalam proses asuhan keperawatan pada klien. 4) Mendukung dan memfasilitasi pilihan anak dan keluarga dalam memilih pelayanan kesehatannya. Memeberikan kesempatan kepada keluarga dan anak untuk memilih fasilitas kesehatan yang sesuai untuk mereka, menghargai pilihan dan mendukung keluarga. 5) Menjamin pelayanan yang diperoleh anak dan keluarga sesuai dengan kebutuhan, keyakinan, nilai, dan budaya mereka. Memonitor pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan, nilai, keyakinan dan budaya pasien dan keluarga. 6) Bagi informasi secara jujur dan tidak bisa dengan anak dan keluarga sebagai cara untuk memperkuat dan mendayagunakan anak dan keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan. Petugas kesehatan memberikan informasi yang berguna bagi pasien dan keluarga, dengan benar dan tidak memihak. Informasi yang diberikan harus lengkap, benar dan akurat. 7) Memberikan dan menjamin dukungan formal dan informal untuk anak dan keluarga. Memfasilitasi pembentukan kelompok yang mendukung untuk anak dan keluarga, melakukan pendampingan kepada keluarga, menyediakan akses informasi support grup yang tersedia di masyarakat. 8) Berkolaborasi dengan anak dan keluarga dalam penyusunan dan pengembangan program perawatan anak diberbagai tingkat pelayanan kesehatan. Melibatkan keluarga dalam perencanaan program perawatan anak, meminta pendapat dan ide keluarga untuk pengembangan program yang akan dilakukan. 9) Mendorong anak dan keluarga untuk menemukan kelebihan dan kekuatan yang dimiliki, membangun rasa percaya diri, dan membuat pilihan dalam menentukan pelayanan kesehatan. Petugas kesehatan berupaya meningkatkan rasa percaya diri keluarga dengan memberikan pengetahuan yang keluarga butuhkan dalam perawatan anak.
E. Alasan Dilakukannya Family Centered Care
Menurut Supartini tahun (2004) ada beberapa alasan dilakukannya Family Centered Care yaitu : 1) Membangun sistem kolaborasi daripada kontrol 2) Berfokus pada kekuatan dan sumber-sumber keluarga daripada kelemahan keluarga 3) Mengakui keahlian keluarga dalam merawat anak seperti sebagaimana profesional 4) Membangun pemberdayaan dari pada ketergantungan 5) Meningkatkan lebih banyak sharing informasi dengan pasien, keluarga dan pemberi pelayanan dari pada informasi hanya diketahui oleh profesional 6) Menciptakan program yang fleksibel dan tidak kaku
F. Konsep Family Centered Care
Menurut Arie Kususmaningrum tahun (2014) mengidentifikasikan bahwa ada beberapa konsep dari Family Centered Care yaitu : 1) Martabat dan kehormatan Perawat mendengarkan dan mengormati pandangan dan pilihan klien. Pengetahuan, nilai, kepercayaan dan latar belakang budaya pasien dan keluarga bergabung dalam rencana dan intervensi keperawatan 2) Berbagi informasi Perawat berkomunikasi dan memberitahukan informasi yang berguna bagi klien dan keluarga. Klien dan keluarga menerima informasi setiap waktu, lengkap, akurat agar dapat berpartisipasi dalam perawatan dan pengambilan keputusan 3) Partisipasi Pasien dan keluarga termotivasi berpartrisipasi dalam perawatan dan pengambilan keputusan sesuai dengan pengambilan kesepakatan yang telah mereka buat. 4) Kolaborasi Klien dan keluarga juga termasuk kedalam komponen dasar kolaborasi. Perawat berkolaborasi dengan klien dan keluarga dalam pengambilan kebijakan dan pengembangan program, implementasi, dan evaluasi, desain, fasilitas kesehatan dan pendidikan profesional terutama dalam pemberian perawatan. G. Peran Perawat Peran perawat dalam family center care sebagi berikut (Hidayat,2005) : 1) Pemberi perawatan 2) Sebagai advokat 3) Pencegahan penyakit 4) Pendidikan 5) Konselor 6) Kolaborasi 7) Pengambilan keputusan etik 8) Peneliti
H. Element Family Centered Care
Menurut Shelton (1987, dalam Fretes 2012), terdapat beberapa elemen Family Centered Care, yaitu : 1. Perawat menyadari bahwa keluarga adalah bagian yang konstan dalam Kehidupan anak, sementara system layanan dan anggota dalam system tersebut berfluktuasi. Kesadaran perawat bahwa keluarga adalah bagianyang konstan, merupakan hal yang penting. Fungsi perawat sebagai motivator menghargai dan menghormati peran keluarga dalam merawat anak serta bertanggung jawab penuh dalam mengelola kesehatan anak. Selain itu, perawat mendukung perkembangan sosial dan emosional, serta memenuhi kebutuhan anak dalam keluarga. Oleh karena itu, dalam menjalankansistem perawatan kesehatan, keluarga dilibatkan dalam membuat keputusan, mengasuh, mendidik, dan melakukan pembelaan terhadap hak anak-anak mereka selama menjalani masa perawatan. Keputusan keluarga dalam perawatan anak merupakan suatu pertimbangan yang utama karena keputusan ini didasarkan pada mekanisme koping dan kebutuhan yang ada dalam keluarga. Dalam pembuatan keputusan, perawat memberikan saran yang sesuai namun keluarga tetap berhak memutuskan layanan yang ingin didapatkannya. Beberapa hal yang diterapkan untuk menghargai dan mendukung individualitas dan kekuatan yang dimiliki dalam satu keluarga seperti : 1) Kunjungan yang dibuat dirumah keluarga atau ditempat lain dengan waktu dan lokasi yang disepakati bersama keluarga 2) Perawat mengkaji keluarga berdasarkan kebutuhan keluarga 3) Orangtua adalah bagian dari keluarga yang menjadi fokus utama dari perawatan yang diberikan mereka turut merencanakan perawatan dan peran mereka dalam perawatan anak. 4) Perencanaan perawatan yang diberikan bersifat komprehensif dan perawatan memberikan semua perawatan yang dibutuhkan misalnya perawatan pada anak, dukungan kepada orangtua, bantuan keuangan, hiburan dan dukungan emosional (Shelton 1987, dalam Fretes, 2012). 2. Memfasilitasi kerja sama antara keluarga dan perawat di semua tingkat pelayanan kesehatan, merawat anak secara individual, pengembangan program, pelaksanaan dan evaluasi serta pembentukan kebijakan hal ini ditujukan ketika: 1) Kolaborasi untuk memberikan perawatan kepada anak peran kerjasama antara orangtua dan tenaga perofesional sangat penting dan vital. Keluarga bukan sekedar sebagai pendamping, tetapi terlibat didalam pemberian pelayanan kesehatan kepada anak mereka. Tenaga professional memberikan pelayanan sesuai dengan keahlian dan ilmu yang mereka peroleh sedangkan orangtua berkontribusi dengan memberikan imformasi tentang anak mereka. Dalam kerja sama antara orangtua dengan tenaga professional, orangtua bisa memberikan masukan untuk perawatan anak mereka. Tapi, tidak semua tenaga professional dapat menerima masukan yang diberikan. Beberapa disebabkan karena kurangnya pengalaman tenaga professional dalam melakukan kerjasama dengan orang tua (Shelton 1987, dalam Fretes, 2012). 2) Kerjasama dalam mengembangkan masyarakat dan pelayanan rumah sakit Pada tahap ini anak-anak dengan kebutuhan khusus merasakan mampaat dari kemamfuan orangtua dan perawat dalam mengembangkan, melaksanakan dan mengevaluasi program. Hal yang harus diutamakan pada tahap ini adalah kalaborasi dengan bidang yang lain untuk menunjang proses perawatan. Family Centered Care memberikan kesempatan kepada orangtua dengan professional untuk berkontribusi melalui pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki untuk mengembangkan perawatan terhadap anak di rumah sakit. Pengalaman merawat anak membuat orangtua dapat memberikan perspektif yang penting, berkaitan dengan perawatan anak serta cara perawat untuk menerima dan mendukung keluarga (Shelton 1987, dalam Fretes, 2012). 3) Kolaborasi dalam tahap kebijakan Family Centered Care dapat tercapai melalui kolaborasi orangtua dan tenaga professional dalam tahap kebijakan.Kalaborasi ini untuk memberikan mamfaat kepada orangtua, anak dan tenaga professional. Orangtua bisa menghargai kemampuan yang mereka miliki dengan memberikan pengetahuan mereka tentang sistem pelayanan kesehatan serta kompotensi mereka. Keterlibatan mereka dalam membuat keputusan menambah kualitas pelayanan kesehatan. 3. Menghormati keanekaragaman ras, etnis budaya dan sosial ekonomi dalam keluarga. Tujuannya adalah untuk menunjang keberhasilan perawatan anak mereka dirumah sakit dengan mempertimbangkan tingkat perkembangan anak diagnosa medis. Hal ini akan menjadi sulit apabila program perawatan diterapkan bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut dalam keluarga (Shelton, 1987, dalam Fretes, 2012). 4. Mengakui kekuatan keluarga dan individualitas serta memperhatikan perbedaan mekanisme koping dalam keluarga elemen ini mewujudkan 2 konsep yang seimbang pertama, Family Centered Care harus menggambarkan keseimbangan anak dan keluarga.Hal ini berarti dalam menemukan maslah pada anak, maka kelebihan dari anak dan keluarga harus dipertimbangkan dengan baik. Kedua menghargai dan menghormati mekanisme koping dan individualitas yang dimiliki oleh anak maupun keluarga dalam kehidupan mereka. 5. Memberikan imformasi yang lengkap dan jelas kepada orangtua dan secara berkelanjutan dengan dukungan penuh. Memberikan informasi kepada orangtua bertujuan untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan orangtua terhadap perawat anak mereka. Selain itu, dengan demikian imformasi orangtua akan merasa menjadi bagian yang penting dalam perawatan anak. Ketersedian imformasi tidak hanya memiliki pengaruh emosional, melainkan hal ini merupakan faktor kritikal dalam melibatkan partisifasi orangtua secara penuh dalam proses membuat keputusan terutama untuk setiap tindakan medis dalam perawatan anak mereka (Shelton, 1987, dalam Fretes, 2012). 6. Mendorong dan mempasilitasi keluarga untuk saling mendukung. Pada bagian ini, Shelton menjelaskan bahwa dukungan yang lain yang dapat diberikan kepada keluarga adalah dukungan antar keluarga. Elemen ini awalnya diterapkan pada perawatan anak-anak dengan kebutuhan kusus misalnya down syndrome atau autisme. Perawat ataupun tenaga professional yang lain memfasilitasi keluarga untuk mendapatkan dukungan dari keluarga lain yang juga memiliki masalah yang sama mengenai anak mereka. Dukungan antara keluarga ini berfungsi untuk: 1) Saling memberikan dukungan dan menjalin hubungan persahabatan 2) Bertukar imformasi mengenai kondisi dan perawatan anak 3) Memamfaatkan dan meningkatkan system pelayanan yang ada untuk kebutuhan perawatan anak mereka. 7. Memahami dan menggabungkan kebutuhan dalam setiap perkembangan bayi, anak-anak, remaja dan keluarga mereka ke dalam system perawatan kesehatan. Pemahaman dan penerapan setiap kebutuhan dalam perkembangan anak mendukung perawat untuk menerapkan pendekatan yang komprehensif terhadap anak dan keluarga agar mereka mampu dalam melewati setiap tahap perkembangan dengan baik (Shelton, 1987, dalam Fretes, 2012). 8. Menerapkan kebijakan yang komprehensif dan program program yang memberikan dukungan emosional dan keuangan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Dukungan kepada keluarga bervariasi dan berubah setiap waktu sesuai dengan kebutuhan keluarga tersebut. Jenis dukungan yang diberikan misalnya mendukung keluarga untuk memenuhi waktu istrahat mereka, pelayanan home care, pelayan konseling, promosi kesehatan, program bermaian, serta koordinasi layanan keseehatan yang baik untuk membantu keluarga memamfaatkan layanan kesehatan yang ada untuk menunjang kebutuhan layanan kesehatan secara pinansial. Dukungan yang baik dapat membantu menurunkan stress yang dialami oleh keluarga karena ketidak seimbangan tuntutan kadaan kondisi dengan ketersediaan tenaga yang dimiliki oleh keluarga saat mendampingi anak selama dirawat dirumah sakit. Oleh karena itu perawat harus kritis dalam mengkaji kebutuhan keluarga sehingga dukungan dapat diberikan dengan tepat termasuk mempertimbangkan kebijakan yangberlaku baik dirumah sakit maupun dilingkungan untuk menunjang dukungan yang akan diberikan kepada keluarga (Shelton, 1987, dalam Fretes, 2012). 9. Merancang system perawatan kesehatan yang fleksibel, dapat dijangkau dengan mudah dan responsip terhadap kebutuhan keluarga teridentifikasi. Sistem pelayanan kesehatan yang fleksibel didasarkan pada pemahaman bahwa setiap anak memiliki kebutuhan terhadap layanan kesehatan yang berbeda maka layanan kesehatan yang ada harus menyesuaikan dengan kebutuhan dan kelebihan yang dimiliki oleh anak dan keluarga. Oleh karena itu, tidak hanya satu intervensi kesehatan untuk semua anak tetapi lebih dari satu intervensi yang berbeda untuk setiap anak. Selain layanan yang fleksibel, dalam Family Centered Care juga mendukung agar layanan kesehatan mudah diakses oleh anak dan keluarga misalnya sistem pembayaran layanan kesehatan yang dipakai selama anak menjalani perawatan dirumah sakit baik menggunakan asuransi atau jaminan kesehatan pemerintah dan swasta, konsultasi kesehatan, prosedur pemeriksaan dan pembedahan, layanan selama anak menjalani rawat inap dirumah sakit dan sebagainya. Oleh karena itu perawat harus mengkaji kebutuhan anak atau keluarga terhadap akses layanan kesehatan yang dibutuhkan lalu melakukan intervensi sesuai dengan kebutuhan anak dan keluarga. Apabila layanan kesehatan yang direncanakan fleksibel dan dapat diakses oleh anak dan keluarga maka layanan kesehatan tersebut akan lebih responsif karena memproritaskan kebutuhan anak dan keluarga (Shelton, 1987, dalam Fretes, 2012).
I. Kebijakan terkait Family Centered Care
1. Pengaturan jadwal kegiatan untuk anak Mengatur jadwal aktivitas anak pada saat dirawat dengan melibatkan anak dan orangtua. Pengaturan jadwal dengan berdasarkan aktivitas yang dilakukan dirumah seperti jam mandi, makan, nonton televisi, bermain. Pengaturan jadwal ini akan membantu anak beradaptasi, meningkatkan kontrol diri terhadap aktivitas selama dirawat dan meminimalkan kejadian anak kekurangan istirahat, seperti; anak sedang istirahat, kemudian ada suster yang memberikan tindakan pada anak, sehingga waktu istirahat anak berkurang. 2. Fasilitasi kemandirian anak Anak dilibatkan dalam proses keperawatan dengan melibatkan kemandirian melalui self care seperti; mengatur jadwal kegiatan, memilih makanan, mengenakan baju, mengatur waktu tidur. Prinsip tindakan ini adalah perawat respek terhadap individualitas pasien dan keputusan yang diambil pasien. 3. Berikan pemahaman atau informasi Anak pra-sekolah memiliki kemampuan kognitif berfikir magis yang mengakibatkan kesalahan interpretasi terhadap sakit dan perawatan. Anak merasa sakit sebagai hukuman. Petugas kesehatan memberikan informasi yang jelas tentang prosedur yang akan dilakukan, berikan kesempatan anak memegang alat yang akan digunakan untuk pemeriksaan, misalnya stetoskop atau kompetensi anak selama penyembuhan dan dapat digunakan sebagai dasar pengalaman untuk dimasa mendatang. 4. Mempertahankan sosialisasi Menfasilitasi terbentuknya support grup diantara orang tua dan anak, sehinggaorang tua dan anak mendapatkan dukungan dari lingkungan. Misalnya grup orang tua dengan talasemia, grup anak dengan penyakit asma. Perawat dapat menfasilitasi grup untuk tukar menukar pengalaman selama merawat dengan anak, baik melalui kegiatan informal atau formal seperti seminar. 5. Fasilitas Ruangan pengkajian khusus untuk anak Pengadaan ruangan khusus yang menjamin privacy orang tua untuk menjelaskan riwayat kesehatan anak akan memberikan dampak orangtua tidak ragu-ragu, tidak khawatir informasi akan didengar orang lain. Kerahasiaan informasi dipertahankan oleh tenaga kesehatan. Setelah data tentang anak didapatkan petugas kesehatan dapat melibatkan orangtua dalam perencanaan asuhan keperawatan anak yang merupakan salah satu prinsip family centered care. Selain itu terkait dengan konsep atraumatic care dan hospitalisasai, maka ruang rawat anak perlu didekorasi (Room’s setting, colour, pictures) untuk meningkatkan rasa nyaman toddler dan ruang tindakan harus dapat menurunkan kecemasan toddler. Diperlukan juga adanya ruangan bermain dan berbagai macam permainan (Toys in pediatric room) untuk menunjang dan menstimulasi tumbuh kembang, menurunkan stranger ansietas, takut dalam pain, dan hospitalization. 6. Menyediakan ruangan bermain Pengadaan ruang bermain akan membantu anak beradaptasi selama perawatan dirumah sakit. Kegiatan bermain akan memberikan stimulasi perkembangan motorik halus, kasar, personal sosial dan bahasa pada anak. Kegiatan bermain akan meimbulkan perasaan relaks pada anak, dan meminimalkan kebosanan selama perawatan. Anak dengan bermain diharapkan dapat mengekspresikan kekreatifan dan perasaannya (Denmis, 2012).
J. Strategi dan Evaluasi Pelaksanaan Family Centered Care pada Anak
Prasekolah 1. Sosialisasi kepada pihak yang terlibat, terutama pembuat kebijakan 2. Aplikasi pilot project pada area yang kecil dan evaluasi keberhasilan. Evaluasi pelaksananan Family Ceneterd Care akan nampak pada adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam penerapan FCC misalnya dengan adanya SOP komunikasi yang baik, inform consent, discharge planning dsb. 3. Pengembangan Family Centered Care pada unit yang lebih besar (Wong, 2008). DAFTAR PUSTAKA
AIPHSS. 2015. Modul : Keperawatan Anak 1 Perspektif Keperwatan Anak Jakarta.
Friedman, MM. 1998. Keperawatan Kleuarga Teori dan Praktik. Jakarta : EGC Hidayat,Aziz Alimumul.2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Ed I : jakarta. Salemba Medika King G, et all . 2014. Family-Centered Care for children with Cerebral Palsy: Con ceptual and practical Considerations to Advance Care and Pratice. Journal of Child Neurologi http://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/0883073814533009 (Diakses pada tanggal 21 Agustus 2022 pukul 20.10 WITA) Kusumaningrum, A. 2014. Aplikasi dan Strategi Konsep Family Centered Care pada hospitalisasi anak prasekolah http://eprints.unsri.ac.id/2384/1/artikel_FCC_pra_sekolah...pdf (Diakses pada tanggal 21 Agustus 2022 pukul 22.30 WITA) Supartini, Y. 2004. Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta :EGC
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis