Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. X DENGAN DIAGNOSA DEMAM DI


RUANG BP PUSKESMAS SRAGI II

Nama : Fathimah Azzahro

NPM : 1219006211

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEKALONGAN

2021
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. X DENGAN DIAGNOSA DEMAM DI
RUANG BP PUSKESMAS SRAGI II

Telah disahkan
Pada tanggal:

Mengetahui :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( Remilda Armika Vianti, S.Kep.,Ns.,M.Kep ) (Santi Mariyana, S.Kep., Ns)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEKALONGAN

2020
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA
DEMAM PADA ANAK

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang
kesehatan yang saat ini terjadi di Indonesia. Derajat kesehatan anak mencerminkan
derajat kesehatan bangsa, karena anak sebagai generasi penerus bangsa memiliki
kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan perkembangan bangsa.
Berdasarkan alasan tersebut, masalah kesehatan anak diprioritaskan dalam
perencanaan atau penataan pembangunan bangsa (Hidayat, 2012). Pembangunan
kesehatan di Indonesia diakui relatif berhasil, namun keberhasilan yang dicapai
belum dapat menuntaskan problem kesehatan secara menyeluruh (Arisandi, 2012).
Menjaga kesehatan anak menjadi perhatian khusus saat pergantian musim
yang umumnya disertai dengan berkembangnya berbagai penyakit. Kondisi anak
dari sehat menjadi sakit mengakibatkan tubuh beraksi untuk meningkatkan tubuh
bereaksi untuk meningkatkan suhu yang disebut demam.
Demamadalah suatu keadaan dimana suhu tubuh lebih tinggi dari biasanya,
dan merupakan gejala dari suatu penyakit (Maryunani, 2010).
Demam pada anak umumnya disebabkan oleh infeksi virus (Setiawati, 2009).
Demam juga dapat disebabkan oleh paparan panas yang lebih (overhating),
dehidrasi atau kekurangan cairan, elergi maupun dikarenakan gangguan sistem
imun (Lubis, 2009).

2. Tujuan
1. Mampu mengetahui konsep dasar teori tentang febris
2. Mampu mengetahui konsep teori dari asuhan keperawatan anak di Puskesmas
Sragi II tentang demam tahun 2021.
1) Pengkajian pada anak.
2) Diagnosa keperawatan demam pada anak.
3) Intervensi keperawatan demam pada anak.
4) Implementasi keperawayn demam pada anak.
5) Evaluasi keperawatan demam pada anak.
6) Dokumnetasi keperawatan demam pada anak.
3. Mampu melaksanakan asuhan keperawatan anak di Puskesmas Sragi II tentang
demam tahun 2021.
4. Mampu membandingkan konsep teori dengan tinjauan kasus yang didapatkan
B. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke
dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C).
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk kedalam
tubuh. Demam terajadi pada suhu > 37,2°C, biasanya disebabkan oleh infeksi
(bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun, keganasan, ataupun obat –
obatan (Surinah dalam Hartini, 2015).
Demam adalah suatu keadaan suhu tubuh diatas normal akibat peningkatan
pusat pangatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak akibat dari
perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di hipotalamus. Penyakit-penyakit
yang ditandai adanya demam dapat menyerang sistem tubuh. Selain itu demam
juga berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan
nonspesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi
(Sodikin, 2012).
Demam adalah suatu kondisi saat suhu badan lebih tinggi daripada
biasanyaatau di atas suhu normal. Umumnya terjadi ketika seseorang mengalami
gangguan kesehatan. Suhu badan normal manusia biasanya berkisar antara 36-
37°C. Jadi, seseorang yang mengalami demam suhu badannya diatas 37,5°C.
Sebenarnya, suhu badan mencapai 37,5°C masih berada diambang bats suhu
normal.

2. Etiologi
Demam dapat terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran panas.
Demam dianggap terjadi kalau ada kenaikan suhu tubuh yang bersifat episiodik
(berkala) atau pasisten (terus-menerus) diatas nilai normal dan ada referensi yang
mengatakan peningkatan suhu minimal 24 jam.
Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain infeksi
juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap
pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya
perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis
penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian pengambilan riwayat penyekit
pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi
pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan holistic (Nurarif,
2015).
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat
berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik
maupun penyakit lain. Demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak
sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-
penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi (Guyton dalam Thabarani, 2015).
Demam sering disebabkan karena; infeksi saluran pernafasan atas, otitis
media, sinusitis, bronchiolitis,pneumonia, pharyngitis, abses gigi, gingi
vostomatitis, gastroenteritis, infeksi saluran kemih, pyelonephritis, meningitis,
bakterimia, reaksi imun, neoplasma, osteomyelitis (Suriadi, 2006).
Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam
diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien,
pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi
pemeriksaan laboratorium serta penunjang lain secara tepat dan holistik.
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam,
lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala yang menyertai demam.
Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal dalam
Thobaroni (2015) bahwa etiologi febris,diantaranya
a. Suhu lingkungan.
b. Adanya infeksi.
c. Pneumonia.
d. Malaria.
e. Otitis media.
f. Imunisasi
Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri salmonella thypi. Bakteri
salmonella thypi adalah berupa basil gram negative, bergerak dengan rambut
getar, tidak berspora, mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen O, antigen H
dan antigen VI (Lestari, 2016)

3. Faktor prediopsisi
Demam adalah kenaikan suhu tubuh di atas variasi sirkadian yang normal
sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam
hipotalamus anterior. (Kozier, 2009)
Tanda-tanda klinis menurut Kozier, 2009 yaitu:
1) Denyut jantung meningkat
2) Frekuensi dan kedalaman pernapasan meningkat
3) Menggigil
4) Pucat, kulit dingin (selama fase menggigil)
5) Kulit kemerahan dan hangat
6) Mengeluh merasa dingin (selama fase menggigil)
7) Bulu roma berdiri pada kulit (selama fase menggigil)
4. Pathway

Agen infeksius
Dehidrasi

Mediator inflamasi
Tubuh kehilangan cairan
elektrolit
Monosit / makrofag

Sitokin pironogen
Penurunan cairan intrasel dan
ekstra sel
Mempengaruhi
hipotalamus anterior

Aksi antipiretik Demam

pH berkurang Gg. Rasa nyaman


Peningkatan evaporasi

Kekurangan cairan elektrolit


Meningkatnya Anoreksia
metaolik tubuh
Resiko defisit volume cairan Efek keluarga kurang
pengetahuan

Kelemahan Input makanan


berkurang

Intoleransi aktivitas

Resiko nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh
5. Patofisiologi
Dengan peningkatan suhu tubuh terjadi peningkatan kecepatan metabolisme
basa. Jika hal ini disertai dengan penurunan masukan makanan akibat anoreksia,
maka simpanan karbohidrat, protein serta lemak menurun dan metabolisme
tenaga otot dan lemak dalam tubuh cendrung dipecah dan terdapat oksidasi tidak
lengkap dari lemak, dan ini mengarah pada ketosis (Sacharin. 1996 ).
Dengan terjadinya peningkatan suhu, tenaga konsentrasi normal, dan pikiran
lobus hilang. Jika tetap dipelihara anak akan berada dalam keaadaan bingung,
pembicaraan menjadi inkoheren dan akirnya ditambah dengan timbulnya stupor
dan koma (Sacharin. 1996 ).
Kekurang cairan dan elektrolit dapat mengakibatkan demam, karna cairan
dan eloktrolit ini mempengaruhi keseimbangan termoregulasi di hipotalamus
anterior. Jadi apabila terjadi dehidrasi atau kekurangan cairan dan elektrolit maka
keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior mengalami gangguan.Pada
pasien febris atau demam pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan, yaitu
dengan pemeriksaan darah lengkap misalnya : Hb, Ht, Leokosit.
Pada pasienfebris atau demam biasanya pada Hb akan mengalami penurunan,
sedangkan Ht dan Leokosit akan mengalami peningkatan. LED akan meningkat
pada pasien observasi febris yang tidak diketahui penyebabnya, (pemeriksaan
sputum diperlukan untuk pasien yang menderita demam dan disertai batuk-batuk)
(Isselbacher. 1999)

6. Tanda dan Gejala


Terdapat banyak hal yang dapat menyebabkan demam. Pemecahan protein
dan beberapa substansi lainnya seperti toksin liposakarida yang dilepaskan dari
sel membran bakteri. Perubahan yang terjadi adalah peningkatan set-point
meningkat. Segala sesuatu yang menyebkan kenaikan set – point ini kemudian
dikenal dengan sebutan pyrogen. Saat set – point lebih tinngi dari normal tubuh
akan mengeluarkan mekanisme untuk meningkatkan suhu tubuh, termasuk
konservasi panas dan produksi panas. Dalam hitungan jam suhu tubuh akan
mendekati set – point. Awal mulai pyrogen dilepaskan adalah saat terjadi
pemecahan bakteri di jaringan atau di darah melalui mekanisme pagositosis oleh
leukosit, makrofag, dan large granular killer lymphocytes. Ketiga sel tersebut
akan melepaskan sitokin setelah melakukan pencernaan. Sitokin adalah
sekelompok peptide signalling molecule. Sotokin yang paling berperan dalam
menyebabkan demam adalah interleukin- 1 (IL-1) atau disebut juga endogeneous
pyrogen. IL-1 dilepaskan oleh magrofak dan sesaat setelah mencapai
hypothalamus, mereka akanmengaktivasi proses yang menyebabkan demam
(Guyton, Arthur C, Hall, Jhon E. 2006)
Cyclooxigenesa-2 (COX-2) adalah enzim yang membantu mekanisme kerja
pitrogen endogen untuk membentuk prostaglandin E2 (Guyton, Arthur c, Hall,
Jhon E. 2006). COX-2 dianggap sebagai sitokin proinflamutori. Prostaglandin
bekerja dengan cari mengaktivasi termoregulasi neoron hypothalamic anterior
dan menaikan suhu tubuh. Rute utama dari sitokin untuk mempengaruhi
hyphotalamus adalah melalui rute vaagal saat set – point meningkat maka akan
terjadi 2 hal yang menginduksi demam. Yang pertama adalah konservasi panas
yang terjadi melalui vasokontraksi, dan yang kedua adalah produksi panas
melalui kontraksi otot secara involunter ( Dalal S, Donna S, Zhukovsky. 2006 )

7. Pemerikasaan penunjang
Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap untuk
digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa
uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar
tembus rutin. Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai.
Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau
limfangiografi.
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Hematologi
Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit
perdarahan usus.
b. Kimia darah
Pemeriksaan elektrolit, kadar glukosa, blood urea nitrogen dan kreatinin
harus dilakukan.
c. Imunorologi
Widal : pemeriksaan serologi ini ditujukan untuk mendeteksi adanya
antibody didalam darah terhadap antigen kuman Salmonella typhi. Hasil
positif dinyatakan dengan adanya aglutinasi. Hasil negative palsu dapat
disebabkan oleh karena antara lain penderita sudah mendapatkan terapi
antibiotika, waktu pengambilan darah kurang dari 1 minggu sakit, keadaan
umum pasien buruk, dan adanya penyakit imunologik lain.
d. Urinalis
Protein: bervariasi dari negative sampai positif (akibat demam)
Leukosit dan eritrosit normal : bila meningkat kemungkinan terjadi penyulit
e. Mikrobiologi
Sediaan apus dan kultur dari tenggorok, uretra, anus, serviks dan vagina
harus dibuat dalam situasi yang tepat. Pemeriksaan sputum diperlukan
untuk pasien yang demam disertai batuk-batuk. Pemeriksaan kultur darah
dan kultur cairan abnormal serta urin diperlukan untuk mengetahui
komplikasi yang muncul.
f. Radiologi
Pembuatan foto toraks biasanya merupakan bagian dari pemeriksaan untuk
setiap penyakit demam yang signifikan.
g. Biologi molekuler
Dengan PCR (Polymerase Chain Reaction), dilakukan dengan perbanyakan
DNA kuman yang kemudian diidentifikasi dengan DNA probe yang
spesifik. Kelebihan uji ini dapat mendeteksi kuman yang terdapat dalam
jumlah sedikit (sensifitas tinggi) serta kekhasan (spesifitas) yang tinggi
pula. Specimen yang digunakan dapat berupa darah, urin, cairan tubuh
lainnya serta jaringan biopsi (Soedarto, 2007)

8. Pengkajian
a. Identitas
- Biodata klien
- Penanggung jawab
b. Riwayat kesehatan
- Keluhan utama
- Riwayat kesehatan sekarang
- Riwayat kesehatan masa lalu
- Riwayat kesehatan keluarga
c. Pemeriksaan fisik
- Kesadaran
- TTV
- Head to toe
d. Pemeriksaan penunjang
Biasanya dilakukan pemeriksaan laboratorium urin, fases, darah, dan biasanya
leokosit nya > 10.000 (meningkat) sedangkan Hb, Ht nya menurun.

9. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


1. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit / infeksi
2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang
dan kehilngan volume cairan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
faktor biologis, ketidak mampuan makan dan kurang asupan makan.
4. Gangguan intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan anggota tubuh.
5. Kurangnya penegetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

10. Rencana asuhan keperawatan


1. Hipertermia b.d proses penyakit / infeksi
- Kriteria hasil :
a) Suhu tubuh dalam rentang normal
b) Nadi dan respirasi dalam rentang normal
c) Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
- Intervensi dan rasional :
a) Monitor suhu tubuh
Rasional : untuk mengetahui suhu dalam batas normal
b) Monitor warna kulit
Rasional : untuk mengetahui adanya kekurangan cairan
c) Lakukan kompres air hangat pada lipatan paha dan aksila
Rasional : untuk menurunkan panas pasien
d) Kolaborasi pemberian terapi menggunakan obat-obatan
Rasional : untuk menurunkan demam dengan cara farmakologi
2. Resiko kekurangan volume cairan b.d intake yang kurang dan kehilngan
volume cairan
- Kriteria hasil :
a) Mempertahankan urine output sesuai usia dan berat badan
b) Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
c) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membran
mukosa lembab
- Intervensi keperawatan dan rasional :
a) Monitoring status hidrasi (kelembapan membrane mukosa, nadi adekuat)
Rasional : untuk mengetahui status dehidrasi pasien
b) Monitoring tanda-tanda vital
Rasional : untuk mengetahui tindakan selanjutnya
c) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Rasional : untuk mengetahui intake dan output pasien
d) Kolaborasi pemberian cairan intra vena
Rasional : untuk mengganti cairan yang hilang
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis,
ketidak mampuan makan dan kurang asupan makan.
- Kriteria hasil :
a) Adanya peningkatan berat badan yang sesuai dengan tujuan
b) Berat badan ideal yang sesuai dengan tinggi badan
c) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
d) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
e) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
- Intervensi keperawatan dan rasional :
a) Kaji adanya alergi makanan
b) Tingkatkan intek makanan melalui :
- Menguranggi gangguan dari lingkungan seperti berisik dan lain-lain
- Jaga kebersihan lingkungan
c) Ukur intake makanan dan timbang berat badan
d) Motivasi klien untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang tinggi
protein sesuai kebutuhan
e) Berikan nutrisi enteral, seuai kebutuhan
f) Berikan nutrisi yang dibutuhkan sesuai batas diet yang dianjurkan
g) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
h) Berikan informasi tentang kebutuhan gizi
4. Gangguan intoleransi aktivitas b.d kelemahan anggota tubuh.
- Kriteria hasil :
a) Berpatisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan
darah, nadi dan RR.
b) Mampu melakukan aktivitas sehari - hari ( ADLs ) secara mandiri.
c) Keseimbangan aktivitas dan istirahat.
- Intervensi dan rasional :
a) Observasi adanya pembatas klien dalam melakukan aktivitas.
b) Kali adanya fktor yang menyebebkan kelelahan.
c) Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat.
d) Monitor klien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan.
e) Monitor respon kardiovaskular terhadap aktivitas
f) Monitor pola tidur dan lamayan pola tidur.
g) Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai.
5. Kurangnya penegetahuan b.d kurangnya informasi.
- Kriteria hasil :
a) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis, dan program pengobatan
b) Pasien dan keluarga mampu melaksakan prosedur yang dijelaskan secara
benar
c) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya
- Intervensi dan rasional :
a) Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses
penyakit yang spesifik
b) Jelaskan patofisiologidari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan
dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
c) Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan
cara yang tepat
d) Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
e) Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
f) Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi dimasa yang akan datang dan proses pengontrolan
penyakit
DAFTAR PUSTAKA

 Cahyaningrum, Etika Dewi dan Diannike Putri. 2017. “PERBEDAAN SUHU TUBUH
ANAK DEMAM SEBELUM DAN SETELAH KOMPRES BAWANG MERAH”. Dalam
Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan. Vol 15 (2). Hlm 66-67.
 Hasan, Akmal dan Fadli. 2018. “PENGARUH KOMPRES HANGAT TERHADAP
PERUBAHAN SUHU TUBUH PADA PASIEN FEBRIS”. Dalam Jurnal Ilmiah
Kesehatan Pencerah”. Vol 7 (2). Hlm 78-80.
 Setyowati, Lina. Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang tua dengan Penaganan
Demam Pada anak Balita di Kmapung Bakalan Kdipiro Banjarsari Surakarta. Skripsi.
STIKES PKU Muhammdadiah Surakrta. 2013.
 Nuratif AH, Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagniosa
Medis & NANDA NIC – NOC. Jogjakarta. Media Action.
 Potter & Perry. (2010). Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai