Anda di halaman 1dari 18

UNIVERSITAS FALETEHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
FEBRIS DI RUANG FLAMBOYAN 2
KEPERAWATAN ANAK

USWATUN HASANAH
5022031120

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS FALETEHAN
SERANG BANTEN
2022/2023
KONSEP DASAR PENYAKIT
FEBRIS ATAU DEMAM PADA ANAK

A. Pengertian Febris
Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada
anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di
hipotalamus. Penyakit – penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat
menyerang sistem tubuh. Selain itu demam mungkin berperan dalam
meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non spesifik dalam
membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi (Sodikin dalam
Wardiyah, 2016).

Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam
tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C). demam
terjadi pada suhu >37,2°C, biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus,
jamur dan parasit), penyakit autoimun, keganasan, ataupun obat-obatan
( Haritini, 2015).

Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pencernaan
dan gangguan kesadaran. Demam thypoid merupakan penyakit infeksi usus halus
dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan saluran
pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Demam typoid biasanya
suhu meningkat pada sore atau malam hari kemudian turun pada pagi harinya
(Lestari, 2016).

B. Klasifikasi Febris
Menurut Nurarif (2015) klasifikasi demam adalah sebagai berikut:
1. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari
dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai
keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun
ketingkat yang normal dinamakan juga demam septik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua
derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu
hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana
dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam
disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti
oleh kenaikan suhu seperti semula. Suatu tipe demam kadang-kadang
dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten
untuk malaria.

Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera


dengan suatu sebab yang jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran
kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera
dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan
demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit
yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya.
Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap infeksi
bakterial. (Nurarif, 2015)
C. Etiologi
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat
berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik
maupun penyakit lain. Demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak
sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat pnegaturan suhu, penyakit-
penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi (Guyton dalam Thobroni, 2015)

Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia,
keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat
regulasi suhu sentral (misalnya: perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk
mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian
penggambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi
perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium serta penunjang lain
secara tepat dan holistik. Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam
adalah cara timbul demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala
yang menyertai demam.

Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal 2000 bahwa


etiologi febris,diantaranya
1. Suhu lingkungan.
2. Adanya infeksi.
3. Pneumonia.
4. Malaria.
5. Otitis media.
6. Imunisasi

D. Manifestasi Klinis
Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala terjadinya febris adalah:
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5⁰C - 39⁰C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan

E. Patofisiologi
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak
terhadap infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi
atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan
dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal
dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa
berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik
terhadap benda asing (non infeksi). Zat pirogen ini dapat berupa protein, pecahan
protein, dan zat lain, terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh bakteri
toksik yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh menyebabkan demam
selama keadaan sakit.

Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap pirogen.


Pada mekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh
leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh bergranula besar.
Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil pemecahan bakteri ke dalam cairan
tubuh, yang disebut juga zat pirogen leukosit.

Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang


terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus.
Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta
mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan
menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan
pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran
panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran
panas. Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan
merangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk
memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang
menghasilkan asam amino yang berperan dalam pembentukan antibodi atau
sistem kekebalan tubuh.
F. Pathway Febris

Agen Infeksius Dehidrasi

Mediator inflamasi
Tubuh kehilangan
cairan elektrolit

Monosit / makrofag

Penurunan cairan
intrasel dan ekstra sel
Sitokin pirogen

Mempengaruhi Demam

Hipotalamus anterior

Gg. rasa nyaman


Aksi antipiretik
Peningkatan evaporasi Meningkatnya
Anoreksia
Metabolik tubuh (5)Efek
keluarga
Rewel kurang
Input makanan - tugor
Monosit / makrofag pengetahuan
kulit menurun
Berkurang
Resiko defisit
Volume cairan(2) (4)Intoleransi
aktivitas Risiko nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh(3)
Ditandai dengan :
-Tugor kulit menuru
-Mukosa bibir kerin
-Konjungtiva anemis
G. Pemeriksaan Penunjang
Sebelum meningkat ke pemeriksaan-pemeriksaan yang mutakhir, yang siap
tersedia untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih
dapat diperiksa bebrapa uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi
permukaan atau sinar tembus rutin.

Dalam tahap berikutnya dapat dipikirkan untuk membuat diagnosis dengan lebih
pasti melalui biopsy pada tempat- tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan
pemeriksaan seperti angiografi, aortografi, atau limfangiografi.

H. Penatalaksanaan
1. Non Farmakologis
Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara berkala setiap
4-6 jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau
mengigau. Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik ke atas
atau apakah anak mengalami kejang-kejang. Demam yang disertai kejang
yang terlalu lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen
tidak mampu mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak akan
berakibat rusaknya sel-sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat seumur
hidup dapat terjadi berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu.
a. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
b. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
c. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen
ke otak yang akan berakibat rusaknya sel-sel otak.
d. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak-banyaknya Minuman
yang diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare menyesuaikan),
air buah atau air teh. Tujuannnya adalah agar cairan tubuh yang
menguap akibat naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya.
e. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
f. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya
untuk menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya
suhu tubuh dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh
digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres. Jangan
menggunakan air es karena justru akan membuat pembuluh darah
menyempit dan panas tidak dapat keluar. Menggunakan alkohol dapat
menyebabkan iritasi dan intoksikasi (keracunan).
g. Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-
suam kuku. Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka suhu di
luar terasa hangat dan tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu
diluar cukup panas. Dengan demikian tubuh akan menurunkan kontrol
pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh
lagi. Di samping itu lingkungan luar yang hangat akan membuat
pembuluh darah tepi di kulit melebar atau mengalami vasodilatasi,
juga akan membuat pori-pori kulit terbuka sehingga akan
mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.

2. Farmakologis
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu
di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan
prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga
set point hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang mana
diperintah memproduksi panas diatas normal dan mengurangi pengeluaran
panas tidak ada lagi. Petunjuk pemberian antipiretik:
a. Bayi 6 – 12 bulan : ½-1 sendok the sirup parasetamol
b. Anak 1 – 6 tahun : ¼-½ parasetamol 500 mg atau 1-1½ sendokteh
sirup parasetamol
c. Anak 6 – 12 tahun : ½-1 tablet parasetamol 500 mg atau 2 sendok teh
sirup parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan
air atau teh manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari.Gunakan
sendok takaran obat dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya.

Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan


demam dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak
dengan kelainan kardiopulmonal kronis kelainan metabolik, penyakit
neurologis dan pada anak yang berisiko kejang demam.Obat-obat anti
inflamasi, analgetik dan antipiretik terdiri dari golongan yang bermacam-
macam dan sering berbeda dalam susunan kimianya tetapi mempunyai
kesamaan dalam efek pengobatannya. Tujuannya menurunkan set point
hipotalamus melalui pencegahan pembentukan prostaglandin dengan jalan
menghambat enzim cyclooxygenase. Asetaminofen merupakan derivat
para -aminofenol yang bekerja menekan pembentukan prostaglandin yang
disintesis dalam susunan saraf pusat. Dosis terapeutik antara 10-15
mgr/kgBB/kali tiap 4 jam maksimal 5 kali sehari. Dosis maksimal 90
mgr/kbBB/hari Pada umumnya dosis ini dapat ditoleransi dengan baik.
Dosis besar jangka lama dapat menyebabkan intoksikasi dan kerusakkan
hepar. Pemberiannya dapat secara per oral maupun rektal. Turunan asam
propionat seperti ibuprofen juga bekerja menekan pembentukan
prostaglandin. Obat ini bersifat antipiretik, analgetik dan antiinflamasi.
Efek samping yang timbul berupa mual, perut kembung dan perdarahan,
tetapi lebih jarang dibandingkan aspirin. Efek samping hematologis yang
berat meliputi agranulositosis dan anemia aplastik. Efek terhadap ginjal
berupa gagal ginjal akut (terutama bila dikombinasikan dengan
asetaminopen). Dosis terapeutik yaitu 5-10 mgr/kgBB/kali tiap 6 sampai 8
jam. Metamizole (antalgin) bekerja menekan pembentukkan prostaglandin.
Mempunyai efek antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Efek samping
pemberiannya berupa agranulositosis, anemia aplastik dan perdarahan
saluran cerna. Dosis terap eutik 10 mgr/kgBB/kali tiap 6 -8 jam dan tidak
dianjurkan untuk anak kurang dari 6 bulan. Pemberiannya secara per oral,
intramuskular atau intravena. Asam mefenamat suatu obat golongan
fenamat. Khasiat analgetiknya lebih kuat dibandingkan sebagai antipiretik.
Efek sampingnya berupa dispepsia dan anemia hemolitik. Dosis
pemberiannya 20 mgr/kgBB/hari dibagi 3 dosis. Pemberiannya secara per
oral dan tidak boleh diberikan anak usia kurang dari 6 bulan.

I. Komplikasi
1. Dehidrasi : demam meningkatkan penguapan cairan tubuh
2. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering
terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam
pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam
ini juga tidak membahayakan otak.
3. Takikardia, insufisiensi jantung, insufisiensi pulmonal.

J. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas: umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
b. Riwayat Kesehatan
c. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) :
panas.
d. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien
saat masuk rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam,
gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu
makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
e. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien).
f. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain
baik bersifat genetik atau tidak.
g. Riwayat kehamilan dan kelahiran meliputi : prenatal, natal, postnatal,
serta data pemberian imunisasi pada anak.
h. Riwayat sosisal : pengkajian terhadap perkembangan dan keadaan
sosial klien
i. Kebutuhan dasar
1) Makanan dan minuman : biasa klien dengan febris mengalami
penurunan nafsu makan dan susah untuk makan sehingga kurang
asupan nutrisi
2) Pola tiduur : biasa klien dengan febris mengalami susah untuk tidur
karena klien merasa gelisah dan berkeringat
3) Mandi
4) Eliminasi : eliminasi klien febris biasanya susah untuk buang air
besar dan juga mengakibatkan terjadinya konsistensi bab menjadi
cair.
2. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran : biasanya klien dengan febris 15-13.
b. Tanda-tanda vital : biasanya dengan febris suhunya >37.5°C, nadi
>80x/mnt
c. Kepala dan leher : bentuk, kebersihan, ada bekas trauma atau tidak
d. Kulit, rambut, kuku : turgor kulit (baik-buruk), tidak ada
gangguan/kelainan
e. Mata : umumnya mulai terlihat cekung atau tidak
f. Telinga, hidung, tenggorokan dan mulut : bentuk, kebersihan, fungsi
indranya adanya gangguan atau tidak, biasanya pada klien dengan febris
mukosa bibir klien akan kering dan pucat
g. Thorak dan abdomen : biasa pernafasan cepat dan dalam, abdomen
biasanya nyeri dan ada peningkatan bising usus, bising usus normal pada
bayi 3-5x
h. Sistem respirasi : umumnya fungsi pernafasan lebih cepat dan dalam
i. Sistem kardiovaskuler : pada kasus ini biasanya denyut pada nadinya
meningkat
j. Sistem mukuloskeletal : terjadi gangguan apa tidak
k. Pemeriksaan tingkat perkembangan
1) Kemandirian dan bergaul : aktivitas sosial klien
2) Motorik halus : gerakan yang menggunakan otot halus atau sebagian
anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk
belajar dan berlatih. Misalnya : memindahkan benda dari tangan satu
ke yang lain, mencoret-coret, menggunting
3) Motorik kasar : gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar
atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh
kematangan fisik anak. Contohnya : kemampuan duduk, menendang,
berlari, naik turun tangga
4) Kognitif dan bahasa : kemampuan klien untuk berbicara dan
berhitung
3. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
b. Foto rontgent
c. USG

4. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, proses penyakit.
b. Resiko Hipovolemia berhubungan dengan evaporasi, kekurangan
intake cairan
c. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien
5. Analisa Data
No Data Analisa Data & Patoflow Diagnosa
Keperawatan
1. Ds : - Agen Infeksi Hipertermia

Mediator inflamasi
Do : 
- Suhu tubuh lebih dari Monosit/makrofag

37,8°C – 38,8°C
Sitokin pirogen
- Kulit merah 
Mempengaruhi hipotalamus
- Kejang
anterior
- Takikardi 
- Takipnea Aksin antipiretik peningkatan
evaporasi
- Kulit terasa hangat 
Rewel

Hipertermia
2. Faktor risiko : Agen Infeksi Risiko Hipovolemia

- Kehilangan cairan
Mediator inflamasi
secara aktif 
- Evaporasi Monosit/makrofag

- Kekurangan intake Sitokin pirogen
cairan 
Mempengaruhi hipotalamus
anterior

Aksin antipiretik peningkatan
evaporasi

Rewel

Dehidrasi

tubuh kehilangan cairan
elektrolit

Penurunan cairan intrasel dan
ekstra sel

Risiko Hipovolemia
3. Ds : - Agen Infeksi Defisit Nutrisi

Mediator inflamasi
Do : 
- Berat badan menurun Monosit/makrofag

minimal 10%
Sitokin pirogen
dibawah rentang 
Mempengaruhi hipotalamus
ideal
anterior
- Bising usus hiperaktif 
- Otot menelan lemah Aksin antipiretik peningkatan
evaporasi
- Memberan mukosa 
pucat Rewel

- Sariawan Hipertermia
- Serum albumin turun 
Gangguan rasa nyaman
- Diare 
Anoreksia

Input makanan – turgor kulit

Defisit Nutrisi
6. Rencana Keperawatan
Diagnosa Kriteria Hasil/Tujuan INTERVENSI AKTIVITAS
Keperawatan (SLKI) (SIKI) (SIKI)
Hipertermi b.d
Setelah dilakukan intervensi Manajemen Hipertermia Observasi :
terpapar lingkungan keperawatan selama 3x24  Identifikasi penyebab hipertermia
panas di tandai oleh:
jam maka ”termoregulasi  Monitor suhu tubuh
 Suhu membaik” dengan kriteria
tubuh  Monitor kadar elektrolit
diatas normal hasil :  Monitor haluaran urine
 Kulit merah  Menggigil menurun  Monitor komplikasi akibat hipertermia
 Kejang  Kulit merah menurun Teraupetik :
 Takikardia  Kejang menurun  Sediakan lingkungan yang dingin
 Takipnea  Pucat menurun  Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Kulit  Takirkardia menurun
terasa  Berikan caidan oral
hangat  Takipnea menurun  Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
 Suhu tuuh membaik  Berikan oksigen, jika perlu
Tekanan darah membaik Edukasi :
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
Resiko Hipovolemia Setelah dilakukan intervensi Manajemen hipovolemia Observasi:
b.d evaporasi, selama 1x24 jam maka  Periksa tanda dan gejala hipovolemia(nadi
kekurangan intake “Status cairan membaik” teraba lemah,frekuensi nadi meningkat,
cairan dengan kriteria hasil: turgor kulit menurun,lemah)
 Suhu tubuh membaik.  Monitor intake dan output cairan.
 Intake cairan Terapeutik:
membaik.
 Turgor kulit  Berikan asupan cairan oral.
meningkat.  Berikan cairan IV isotonis (NaCl, RL)
untuk rehidrasi cairan ekstraseluler.
Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan intervensi Manajemen nutrisi Observasi :
ketidakmampuan selama 1x24 jam maka  Identifikasi status nutrisi
mengabsorbsi “Status nutrisi membaik”  Identifikasi makanan yang disukai
nutrient ditandaidengan kriteria hasil:  Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
dengan :  Kekuatan otot nutrient
Ds : - menelan meningkat  Monitor asupan makanan
 Serum albumin  Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
meningkat Terapeutik
Do :  Diare menurun
 Frekuensi makan  Berikan suplemen makanan, jika perlu
- Berat badan Kolaborasi
membaik
menurun
minimal 10%  Bising usus membaik  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
dibawah rentang  Membran mukosa menentukan jumlah kalori dan jenis
ideal membaik nutrient yang dibutuhkan
- Bising usus
hiperaktif
- Otot menelan
lemah
- Memberan
mukosa pucat
- Sariawan
- Serum albumin
turun
- Diare
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2016. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Revisi 3. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Doenges, M.E, Marry F. MandAlice, C.G. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan:


Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Jakarta: EGC.

Julia Klaartje Kadang, SpA (2015). Metode Tepat Mengatasi Demam. Dalam
http://rentalhikari.wordpress.com/2010/03/22/lp-febris-demam.html diakses
pada Rabu, 16 Juli 2014, pukul : 20.00 WITA

Wong, Dona L, dkk,. 2003. Maternal child nursing care 2nd edition. Santa Luis:
Mosby Inc.

PPNI, T. S. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:


Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, T. S. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, T. S. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai