LAPORAN PENDAHULUAN
FEBRIS DI RUANG FLAMBOYAN 2
KEPERAWATAN ANAK
USWATUN HASANAH
5022031120
A. Pengertian Febris
Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada
anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di
hipotalamus. Penyakit – penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat
menyerang sistem tubuh. Selain itu demam mungkin berperan dalam
meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non spesifik dalam
membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi (Sodikin dalam
Wardiyah, 2016).
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam
tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C). demam
terjadi pada suhu >37,2°C, biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus,
jamur dan parasit), penyakit autoimun, keganasan, ataupun obat-obatan
( Haritini, 2015).
Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pencernaan
dan gangguan kesadaran. Demam thypoid merupakan penyakit infeksi usus halus
dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan saluran
pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Demam typoid biasanya
suhu meningkat pada sore atau malam hari kemudian turun pada pagi harinya
(Lestari, 2016).
B. Klasifikasi Febris
Menurut Nurarif (2015) klasifikasi demam adalah sebagai berikut:
1. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari
dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai
keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun
ketingkat yang normal dinamakan juga demam septik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua
derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu
hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana
dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam
disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti
oleh kenaikan suhu seperti semula. Suatu tipe demam kadang-kadang
dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten
untuk malaria.
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia,
keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat
regulasi suhu sentral (misalnya: perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk
mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian
penggambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi
perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium serta penunjang lain
secara tepat dan holistik. Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam
adalah cara timbul demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala
yang menyertai demam.
D. Manifestasi Klinis
Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala terjadinya febris adalah:
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5⁰C - 39⁰C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan
E. Patofisiologi
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak
terhadap infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi
atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan
dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal
dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa
berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik
terhadap benda asing (non infeksi). Zat pirogen ini dapat berupa protein, pecahan
protein, dan zat lain, terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh bakteri
toksik yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh menyebabkan demam
selama keadaan sakit.
Mediator inflamasi
Tubuh kehilangan
cairan elektrolit
Monosit / makrofag
Penurunan cairan
intrasel dan ekstra sel
Sitokin pirogen
Mempengaruhi Demam
Hipotalamus anterior
Dalam tahap berikutnya dapat dipikirkan untuk membuat diagnosis dengan lebih
pasti melalui biopsy pada tempat- tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan
pemeriksaan seperti angiografi, aortografi, atau limfangiografi.
H. Penatalaksanaan
1. Non Farmakologis
Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara berkala setiap
4-6 jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau
mengigau. Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik ke atas
atau apakah anak mengalami kejang-kejang. Demam yang disertai kejang
yang terlalu lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen
tidak mampu mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak akan
berakibat rusaknya sel-sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat seumur
hidup dapat terjadi berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu.
a. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
b. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
c. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen
ke otak yang akan berakibat rusaknya sel-sel otak.
d. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak-banyaknya Minuman
yang diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare menyesuaikan),
air buah atau air teh. Tujuannnya adalah agar cairan tubuh yang
menguap akibat naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya.
e. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
f. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya
untuk menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya
suhu tubuh dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh
digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres. Jangan
menggunakan air es karena justru akan membuat pembuluh darah
menyempit dan panas tidak dapat keluar. Menggunakan alkohol dapat
menyebabkan iritasi dan intoksikasi (keracunan).
g. Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-
suam kuku. Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka suhu di
luar terasa hangat dan tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu
diluar cukup panas. Dengan demikian tubuh akan menurunkan kontrol
pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh
lagi. Di samping itu lingkungan luar yang hangat akan membuat
pembuluh darah tepi di kulit melebar atau mengalami vasodilatasi,
juga akan membuat pori-pori kulit terbuka sehingga akan
mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.
2. Farmakologis
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu
di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan
prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga
set point hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang mana
diperintah memproduksi panas diatas normal dan mengurangi pengeluaran
panas tidak ada lagi. Petunjuk pemberian antipiretik:
a. Bayi 6 – 12 bulan : ½-1 sendok the sirup parasetamol
b. Anak 1 – 6 tahun : ¼-½ parasetamol 500 mg atau 1-1½ sendokteh
sirup parasetamol
c. Anak 6 – 12 tahun : ½-1 tablet parasetamol 500 mg atau 2 sendok teh
sirup parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan
air atau teh manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari.Gunakan
sendok takaran obat dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya.
I. Komplikasi
1. Dehidrasi : demam meningkatkan penguapan cairan tubuh
2. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering
terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam
pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam
ini juga tidak membahayakan otak.
3. Takikardia, insufisiensi jantung, insufisiensi pulmonal.
4. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, proses penyakit.
b. Resiko Hipovolemia berhubungan dengan evaporasi, kekurangan
intake cairan
c. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien
5. Analisa Data
No Data Analisa Data & Patoflow Diagnosa
Keperawatan
1. Ds : - Agen Infeksi Hipertermia
Mediator inflamasi
Do :
- Suhu tubuh lebih dari Monosit/makrofag
37,8°C – 38,8°C
Sitokin pirogen
- Kulit merah
Mempengaruhi hipotalamus
- Kejang
anterior
- Takikardi
- Takipnea Aksin antipiretik peningkatan
evaporasi
- Kulit terasa hangat
Rewel
Hipertermia
2. Faktor risiko : Agen Infeksi Risiko Hipovolemia
- Kehilangan cairan
Mediator inflamasi
secara aktif
- Evaporasi Monosit/makrofag
- Kekurangan intake Sitokin pirogen
cairan
Mempengaruhi hipotalamus
anterior
Aksin antipiretik peningkatan
evaporasi
Rewel
Dehidrasi
tubuh kehilangan cairan
elektrolit
Penurunan cairan intrasel dan
ekstra sel
Risiko Hipovolemia
3. Ds : - Agen Infeksi Defisit Nutrisi
Mediator inflamasi
Do :
- Berat badan menurun Monosit/makrofag
minimal 10%
Sitokin pirogen
dibawah rentang
Mempengaruhi hipotalamus
ideal
anterior
- Bising usus hiperaktif
- Otot menelan lemah Aksin antipiretik peningkatan
evaporasi
- Memberan mukosa
pucat Rewel
- Sariawan Hipertermia
- Serum albumin turun
Gangguan rasa nyaman
- Diare
Anoreksia
Input makanan – turgor kulit
Defisit Nutrisi
6. Rencana Keperawatan
Diagnosa Kriteria Hasil/Tujuan INTERVENSI AKTIVITAS
Keperawatan (SLKI) (SIKI) (SIKI)
Hipertermi b.d
Setelah dilakukan intervensi Manajemen Hipertermia Observasi :
terpapar lingkungan keperawatan selama 3x24 Identifikasi penyebab hipertermia
panas di tandai oleh:
jam maka ”termoregulasi Monitor suhu tubuh
Suhu membaik” dengan kriteria
tubuh Monitor kadar elektrolit
diatas normal hasil : Monitor haluaran urine
Kulit merah Menggigil menurun Monitor komplikasi akibat hipertermia
Kejang Kulit merah menurun Teraupetik :
Takikardia Kejang menurun Sediakan lingkungan yang dingin
Takipnea Pucat menurun Longgarkan atau lepaskan pakaian
Kulit Takirkardia menurun
terasa Berikan caidan oral
hangat Takipnea menurun Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
Suhu tuuh membaik Berikan oksigen, jika perlu
Tekanan darah membaik Edukasi :
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
Resiko Hipovolemia Setelah dilakukan intervensi Manajemen hipovolemia Observasi:
b.d evaporasi, selama 1x24 jam maka Periksa tanda dan gejala hipovolemia(nadi
kekurangan intake “Status cairan membaik” teraba lemah,frekuensi nadi meningkat,
cairan dengan kriteria hasil: turgor kulit menurun,lemah)
Suhu tubuh membaik. Monitor intake dan output cairan.
Intake cairan Terapeutik:
membaik.
Turgor kulit Berikan asupan cairan oral.
meningkat. Berikan cairan IV isotonis (NaCl, RL)
untuk rehidrasi cairan ekstraseluler.
Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan intervensi Manajemen nutrisi Observasi :
ketidakmampuan selama 1x24 jam maka Identifikasi status nutrisi
mengabsorbsi “Status nutrisi membaik” Identifikasi makanan yang disukai
nutrient ditandaidengan kriteria hasil: Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
dengan : Kekuatan otot nutrient
Ds : - menelan meningkat Monitor asupan makanan
Serum albumin Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
meningkat Terapeutik
Do : Diare menurun
Frekuensi makan Berikan suplemen makanan, jika perlu
- Berat badan Kolaborasi
membaik
menurun
minimal 10% Bising usus membaik Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
dibawah rentang Membran mukosa menentukan jumlah kalori dan jenis
ideal membaik nutrient yang dibutuhkan
- Bising usus
hiperaktif
- Otot menelan
lemah
- Memberan
mukosa pucat
- Sariawan
- Serum albumin
turun
- Diare
DAFTAR PUSTAKA
Julia Klaartje Kadang, SpA (2015). Metode Tepat Mengatasi Demam. Dalam
http://rentalhikari.wordpress.com/2010/03/22/lp-febris-demam.html diakses
pada Rabu, 16 Juli 2014, pukul : 20.00 WITA
Wong, Dona L, dkk,. 2003. Maternal child nursing care 2nd edition. Santa Luis:
Mosby Inc.