DISUSUN OLEH:
2020/2021
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada Ny.S dengan kasus anemia di ruang
rawat inap tunjung wanita RSUD Praya
Nim : 033styc20
Prodi : S1 keperawatan
Laporan dan Asuhan keperawatan Ini telah disetujui dan disahkan pada,
Hari :
Tanggal :
Menyetujui :
A. Pengertian
Febris atau demam adalah suatu keadaan di mana pengeluaran produksi panas
yang tidak mampu untuk dipertahankan karena terjadinya peningktan suhu tubuh
abnormal. Produksi panas dapat meningkat atau menurun dapat dipengaruhi oleh berbagai
sebab, misalnya penyakit atau sters, suhu tubuh yang terlalu ekstrim baik panas ataupun
dingin dapat memicu kematian.
Febris atau demam merupakan reaksi alamiah dari tubuh manusia dalam usaha
manusia untuk melakukan perlawanan terdapat beragam penyakit yang masuk atau yang
berada di dalam tubuh manusia. Normalnya suhu tubuh manusia berkisar antara 36 0-370C,
di mana pada suhu tersebut diartikan sebagai keseimbangan antara produksi panas tubuh
yang diproduksi dan panas yang hilang dari tubuh. Penyakit febris atau demam Tidak
hanya diderita pada anak-anak, tetapi pada manusia dewasa maupun lansia juga,
tergantung dari sistem imun setiap individu itu sendiri.
B. Etiologi
C. Klasifikasi
Malignant Peningkatan suhu tubuh yang cepat dan berlebihan yang menyertai
Hyperthermia kekakuan otot karena anestesi total
Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain :
1. Demam septic
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun
kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil
dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal
dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan
normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan
tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari.
Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila
terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat
demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa
periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan
suhu seperti semula. Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu
penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien
dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab
yang jela seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi
kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang
jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami,
pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau
penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap
waspada terhadap inveksi bakterial.
D. Manifestasi Klinis
Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung pada
fase demam meliputi:
Fase 1 awal ( dingin/ menggigil)
Tanda dan gejala :
a. Peningkatan denyut jantung
b. Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
c. Mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot
d. Peningkatan suhu tubuh
e. Pengeluaran keringat berlebih
f. Rambut pada kulit berdiri
g. Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah
Fase 2 ( proses demam)
Tanda dan gejala :
a. Proses mengigil lenyap
b. Kulit terasa hangat / panas
c. Merasa tidak panas / dingin
d. Peningkatan nadi
e. Peningkatan rasa haus
f. Dehidrasi
g. Kelemahan
h. Kehilangan nafsu makan (jika demam meningkat)
i. Nyeri pada otot akibat katabolisme protein.
Fase 3 (pemulihan)
Tanda dan gejala
a. Kulit tampak merah dan hangat
b. Berkeringat
c. Mengigil ringan
d. Kemungkinan mengalami dehidrasi (Ilmu kesehatan, 2013).
E. Patofisiologi
Sitokin pirogen
Demam
Mk : ansietas
G. Komplikasi
H. Pemeriksaan Penunjang
I. Penatalaksanaan Medis
1. Secara fisik
- Pakaian anak diusahakan untuk tidak tebal
- Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air meningkat
- Memberikan kompres
Berikut ini cara mengkompres yang benar:
Kompres dengan menggunakan air hangat, air dingin atau es
Kompres di bagian perut, dada dengan menggunakan sapu tangan yang telah
dibasahi air hangat
Gosok-gosokkan sapu tangan di bagian perut dan dada
Bila sapu tangan sudah kering, ulangi lagi dengan membasahinya dengan air
hangat
2. Obat- obat Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di
hipotalamus.
Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin dengan jalan
menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan
kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas diatas normal
dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi. Petunjuk pemberian antipiretik:
a. Bayi 6 – 12 bulan : ½ – 1 sendok the sirup parasetamol
b. Anak 1 – 6 tahun : ¼ – ½ parasetamol 500 mg atau 1 – 1 ½ sendokteh sirup
parasetamol
c. Anak 6 – 12 tahun : ½ 1 tablet parasetamol 5oo mg atau 2 sendok teh sirup
parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan air
atau teh manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari.Gunakan sendok
takaran obat dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya.
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan
demam dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan
kelainan kardiopulmonal kronis kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada
anak yang berisiko kejang demam.Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan
antipiretik terdiri dari golongan yang bermacam-macam dan sering berbeda dalam
susunan kimianya tetapi mempunyai kesamaan dalam efek pengobatannya.
Tujuannya menurunkan set point hipotalamus melalui pencegahan
pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase.
Asetaminofen merupakan derivat para -aminofenol yang bekerja menekan
pembentukan prostaglandin yang disintesis dalam susunan saraf pusat. Dosis
terapeutik antara 10-15 mgr/kgBB/kali tiap 4 jam maksimal 5 kali sehari. Dosis
maksimal 90 mgr/kbBB/hari Pada umumnya dosis ini dapat d itoleransi dengan
baik.
Dosis besar jangka lama dapat menyebabkan intoksikasi dan kerusakkan
hepar.Pemberiannya dapat secara per oral maupun rektal.Turunan asam propionat
seperti ibuprofen juga bekerja menekan pembentukan prostaglandin.Obat ini
bersifat antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Efek samping yang timbul berupa
mual, perut kembung dan perdarahan, tetapi lebih jarang dibandingkan aspirin.
J. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas: umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
b. Riwayat kesehatan
c. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas.
d. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat
masuk rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain
yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi,
nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
e. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh pasien).
f. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik
atau tidak)
2. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: kesadaran, vital sign, status nutrisi
3. Pemeriksaan persistem
a. Sistem persepsi sensori
b. Sistem persyarafan: kesadaran
c. Sistem pernafasan
d. Sistem kardiovaskuler
e. Sistem gastrointestinal
f. Sistem integument
g. Sistem perkemihan
4. Pada fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola nutrisi dan metabolism
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola tidur dan istirahat
f. Pola kognitif dan perseptual
g. Pola toleransi dan koping stress
h. Pola nilai dan keyakinan
i. Pola hubungan dan peran
5. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
b. Foto rontgent
c. USG
6. Diagnosa keperawatan
No DiagnosaKeperawatan
1. Hipertermia b.d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus
2. Defisit volume cairan b.d kehilangan volume ciranaktif
3. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Intake & Output
yang tidak adekuat
4. Ansietas b.d kondisi klien
7. Intervensi
No No Dx Tujuan&KriteriaHasil Intervensi
1. 1. Setelah dilakukan tindakan Mandiri:
keperawatan diharapkan 1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
masalah hipertermi dapat 2. Rencanakan monitor suhu secara
teratasi dengan KH: kontinue
- suhu dalam rentang 3. Monitor tanda –tanda vital
normal 4. Tingkatkan intake cairan dan
- Nadi dan RR dalam nutrisi
rentang normal 5. Monitor nadi dan RR
- Tidak ada 6. Lakukankompreshangat
perubahan warna Kolaborasi:
kulit dan tidak 1. Kolaborasidengandokteruntukpe
warna kulit dan mberianobatantipiretik
tidak pusing
(Paracetamolsupp)
2. Kolaborasidengandokteruntukpe
mberianobat anti
kejang(diazepam 5 mg)
8. Implementasi
3. 1. Menganjurkankeluargaklienuntukmemberiklienmak
ansedikittapisering
2. Menganjurkanibuklienuntukmemberiklien ASI
3. Menganjurkankeluargaklienmemberikanklienmakan
makananselagihangat
4. Menganjurkankeluargaklienmemberiklienmakananl
unak
5. Menimbangdanmencatatberatbadanpasien
6. Memantauasupandanhaluaranpasien
9. Evaluasi
Adha, Nur K. 2015. Laporan Pendahuluan Pada Anak Dengan Febris Stase Keperawatan
Anak Dibangsal Tulip Rsud Dr. Tjitrowardojo Purworejo. Dalam
https://docplayer.info/72889986-Laporan-pendahuluan-pada-anak-dengan-febris-stase-
keperawatan-anak-dibangsal-tulip-rsud-dr-tjitrowardojo-purworejo.html diakses pada
Rabu, 26 Juni 2019, pukul : 13.00 WIB
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Revisi 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Doenges, M.E, Marry F. MandAlice, C.G. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman
Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Guyton, Arthur C. (2010). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 9. Jakarta, EGC
http://eprints.ung.ac.id/7071/5/2013-2-48401-821310023-bab2-10012014083435.pdf
Julia Klaartje Kadang, SpA (2000). Metode Tepat Mengatasi Demam. Dalam
http://rentalhikari.wordpress.com/2010/03/22/lp-febris-demam.html diakses pada Rabu,
26 Juni 2019, pukul : 13.00 WIB