SKRIPSI
YUSUF ANBARI
AK.1.15.110
ABSTRAK
Tekanan darah adalah kekuatan yang dihasilkan oleh dinding arteri dengan
memompa darah dari jantung, seseorang dikatakan hipertensi karena hasil pemeriksaan
didapat 140/90 atau lebih. Kemunduran yang terjadi pada lanjut usia rentan terhadap
berbagai jenis penyakit termasuk hipertensi, Slow Deep Breathing adalah suatu terapi
rileksasi non-farmakologi yang dilakukan dengan secara sadar dan tenang yang mengatur
pernafasan menjadi efek rileksasi Sehingga terapi ini bisa menjadi salah satu alternatif
untuk mengatasi hipertensi pada lanjut usia. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui Pengaruh Teknik slow deep breathing Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia
Dengan Hipertensi Di Puskesmas Cileunyi Kabupaten Bandung.
Metode penelitian yang digunakan yaitu pre-eksperimen dengan pendekatan One
Group Prestest Post Test dengan jumlah populasi 205 yang kemudian dilakukan
pengamilan sampel purposive sampling dengan jumlah 27 lansia. Instrumen yang
digunakan yaitu tensi meter yang telah dilakukan kalibrasi kemudian dikumpulkan
datanya pada lembar observasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pada analisa univariat rata-rata pretest sistol
selama 3 hari yaitu 160 mmhg dan rata-rata post-test sistol yaitu 144 mmhg. Sedangkan
data rata-rata pre-test diastol selama 3 hari 94 mmHg dan post-test diastol selama 3 hari
yaitu 86 mmHg. Pada analisa bivariat menggunakan Paired Sample T Test, pada nilai
sistolik diperoleh nilai t 12.802 > t table (1,325) dengan tingkat signifikan sig (2-tailed) :
0,044 < nilai α (0,05), yang artinya H0 ditolak dan Ha diterima yaitu terdapat pengaruh
teknik Slow Deep breathing terhadap nilai tekanan darah sistolik pada lansia penderita
hipertensi. Begitupun dengan nilai diastolik diperoleh nilai t 11,449 > t table (1,325)
dengan tingkat signifikan sig (2-tailed) : 0,001 < nilai α (0,05), maka didapat bahwa H0
ditolak dan Ha diterima yang artinya terdapat pengaruh teknik Slow Deep Breathing
terhadap tekanan darah diastolik pada lansia penderita hipertensi.
Slow deep breathing memberikan efek kepada sistem saraf dan mempengaruhi
pengukuran tekanan darah. Slow deep breathing menurunkan aktifitas saraf simpatis
melalui peningkatan central inhibitory rythms yang akan berdampak pada penurunan
output simpatis, penurunan output simpatis akan menyebabkan penurunan pelepasan
epinefrin yang ditangkap oleh reseptor alfa sehingga mempengaruhi otot polos pembuluh
darah , otot polos vaskuler mengalami vasodilatasi yang akan menurunkan tahanan
perifer dan akan menyebakan penurunan tekanan darah.Berdasarkan hasil penelitian
tersebut bahwa lansia penderita hipertensi disarankan perlu melakukan terapi slow deep
breathing yang efektif untuk menurunkan tekanan darah.
Kata kunci :Tekanan darah pada lansia, Teknik slow deep breathing.
Daftar Pustaka : 13Buku (2007-2018)
4 Jurnal (2011-2018)
EFFECT OF SLOW DEEP BREATHING TECHNIQUE ON BLOOD PRESSURE IN
ELDERLY WITH HYPERTENSION IN CILEUNYI HEALTH CENTER OF
BANDUNG DISTRICT
ABSTRAK
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT yang telah
memerikan nikmat kekuatan, kesehatan, karunia dan berkat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikanskripsiini dengan berjudul “PENGARUH TEKNIK SLOW
DEEP BRETHING TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA
DENGAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS CILEUNYI KABUPATEN
BANDUNG”
Skripsi ini dibuat oleh penulis sebagai salah satu syarat untuk melakukan
penelitian yang merupakan tugas akhir dalam menyelesaikan Program Studi
Sarjana Keperawatan Tahun 2019. Dalam penulisanskripsiini penulisbanyak
mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu selayaknya
penulis dengan segala kerendahan hati menyampaikan rasa terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :
Semoga amal baik dari semua pihak mendapatkan pahala dari Allah SWT.
Penulis menyadari dalampenyusunanskripsiini masih banyak terdapat kekurangan,
untuk itu penulis mengharap kritik dan saran dari para pembaca yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan hasilpenelitianselanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
BAB IV PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
oleh setiap individu. UU No. IV. Tahun 1965 pasal 1, menyatakan bahwa
Menurut WHO batasan lanjut usia meliputi Middle Age (45-59 tahun),
Elderly (60-70 tahun), Old (75-90 tahun), Very old (diatas 90 tahun)
(Ratnawati, 2017).
tahun 2017 bahwa komposisi penduduk tua bertambah dengan pesat baik
tahun 2017 terdapat 23,66 juta jiwa penduduk lansia di indonesia (9,03%).
Di prediksi jumlah penduduk lanjut usia tahun 2020 (27,08 juta), tahun
2025 (33,69 juta), tahun 2030 (40,95 juta) dan tahun 2035 (48,19 juta).
beberapa perubahan dalam hidup. Hal ini sejalan dengan pendapat Soejono
(2000) yang mengatakan bahwa pada tahap lansia, individu mengalami
dimilikinya. Perubahan fisik yang dimaksud antara lain rambut yang mulai
terjadi kemunduran daya tahan tubuh. Selain itu, dimasa ini lansia juga
2017).
kesakitan pada lansia pun semakin meningkat. Menurut Pusat data dan
terjadi pada lansia adalah penyakit tidak menular (PTM) antara lain
2017). Maka dari itu lansia masih dalam tahap tertinggi dalam angka
dengan dua. Hitungan ini, 140 atau nilai atas menandakan tekanan darah
berileksasi. Tekanan darah normal jika nilai 120/80 mmHg (Yanita, 2017).
penyebab yang jelas seperti vaskuler renal, yang terjadi akibat stenosis
dari 50% orang berusia 60 sampai 70 tahun dan sekitar 75 % mereka yang
2009). Peningkatan tekanan darah sistolik terkait usia adalah faktor utama
penyebab tingginya insidensi tingginya hipertensi pada lansia. Tidak
seperti tekanan darah diastolik, yang cenderung naik sekitar usia 50 tahun,
kemudian turun, tekanan darah sistolik terus naik seiring dengan penuaan
lansia ialah Pola hidup yang kurang baik seperti merokok, pola makan
yang buruk atau tidak sehat, obesitas, olahraga atau aktivitas yang kurang,
atau sekitar 12,8 % dari total kematian. Hal ini menyumbang 57 juta dari
5 % usia 20-39 tahun, 26 % usia 40-49 tahun, dan 59,6 % untuk usia 60
tahun ke atas (Aoki dkk, 2014). Menurut American Heart Assosiation
hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir
(RISKESDAS,2018).
terbukti teratur yang adekuat untuk mencapai paling tidak kadar cukup
cukup (serendah 40% sampai 60% dari konsumsi oksigen), seperti jalan
cepat (sekitar 2,5 sampai 3 mph) selama 30 sampai 45 menit hampir setiap
pembuluh darah perifer untuk oksigenisasi maka dari itu slow deep
teknik ini bertujuan untuk mengatasi stress, hipertensi, nyeri dan gangguan
tubuh, dan mensuplai otak dengan kadar yang cukup. Banyak fasilitas
tubuh yang belum kita manfaakan secara optimal dalam mendukung
sistem kerja tubuh salah satu fasilitas tubuh yang kita miliki adalah berupa
dengan kebutuhan dan manfaat yang diinginkan salah satu nya yaitu
telah dikenal adalah Nafas dada, dan nafas perut (Lekas, 2012).
Niken, 2015).
menjadi 136, dan disusul bulan maret menjadi 205 jiwa , dengan rata-rata
tekanan darahnya di angka 90-110 mmHg untuk diastol dan 140-160 untuk
tekanan darah sistol. Pada dewasa akhir untuk kasus hipertensi menyerang
lebih sedikit dibandingkan lansia yaitu diperoleh data 115 orang, lansia
komplikasi dari hipertensi seperti Stroke (BP Puskesmas 2019). Selain itu
Februari sebanyak 110 jiwa dan pada bulan Maret sebanyak 116 jiwa.
dilakukan oleh Rasyidah AZ, pada tahun 2018 tentang “Pengaruh Slow
hipertensi pada lanjut usia karna hilangnya elastisitas pembuluh darah dan
teratur dan juga didapat bahwa tekanan darahnya yaitu 160/90, 140/90
bahkan sampai 200/100 maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian .
tahun 2019.
pernafasan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tahun), Elderly (60-70 tahun), Old (75-90 tahun), Very old (diatas 90
terjadi kemunduran daya tahan tubuh. Selain itu, dimasa ini lansia
usia yaitu :
faktor fisik dak faktor psikologis. Dampak dari kondisi ini dapat
buruk.
1) Usia
orang yang lebih dari 50 tahun, dengan hampir 24% dari semua
menurun.
2) Stres
3) Etnik
4) Jenis kelamin
5) Variasi harian
pagi, setiap orang memiliki pola dan variasi tingkat yang berbeda.
6) Obat-obatan
8) Merokok
Merokok menyebabkan vasokontriksi. Saat seseorang
dilekukan lengan.
dengan dua kali pemeriksaan, dan selang waktu lima menit. Dalam
hal ini, 140 atau nilai atas menunjukan tekanan sistolik , sedangkan
RY, 2015).
Tabel 2.1
1. Hipertensi primer
ini.
• Faktor keturunan
• Ciri perseorangan
jenis kelamin (pria lebih tinggi dari perempuan), dan ras (ras
• Kebiasaan hidup
(Aspiani, 2015).
2. Hipertensi Sekunder
renal, yang terjadi akibat stenosis arteri renalis. Kelainan ini dapat
1) Riwayat keluarga
2) Usia
dengan hampir 24% dari semua orang terkena pada usia 80 tahun.
Diantara orang dewasa, pembacaan TDS lebih baik dari pada TDD
3) Jenis Kelamin
Resiko pada pria dan wanita hampir sama antara usia 55 tahun
beresiko besar.
4) Etnis
lingkungan.
1) Diabetes
Hipertensi telah terbukti terjadi lebih dari dua kali lipat pada
3) Obesitas
pinggul dan paha (tuhuh berbentuk “pear”) berada pada resiko jauh
4) Nutrisi
5) Penyalahgunaan Obat
2017).
berikut :
1. Sakit kepala
5. Telinga berdenging.
bertahun-tahun berupa:
pusat.
4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerolus.
kapiler.
yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung
2.3.8 Komplikasi
1) Stroke
selain otak yang terpajan tekanan darah tinggi. Stroke dapat terjadi
terbentuknya aneurisma.
2) Infark Miocard
3) Gagal ginjal
4) Ensefalopati
serta kematian.
5) Kejang
mungkin memiliki berat lahir kecil akibat perfusi plasenta yang tidak
2015).
pelepasan renin.
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
2002).
1) Intervensi Farmakologis
farmakologis, salah satu dari beberapa obat dari tujuh golongan obat
Bagaimanapun juga, ada indikasi menarik dan khusus untuk dua atau
Kepatuhan dan ketaatan yang buruk menjadi penyebab lain dari dua
saja setelah beberapa minggu atau bulan; atau hanya patuh pada
panjang.
b. Modifikasi gaya hidup
diuretik.
f. Pembatasan alkohol
sedang (misalnya tidak lebih dari 1 ons etanol perhari untuk pria
dan 0,5 ons untuk wanita). Terdapat 1 ons etanol (30 ml)dalam 2
ons (60 ml) wiski kualitas terbaik, dalam 10 ons (300 ml) anggur,
g. Olahraga
yang berkelanjutan.
h. Pembatasan kafein
i. Teknik relaksasi
perokok.
k. Suplementasi kalium
1. Laboratorium
2. EKG
c. Peningkatan gelombang P
d. Gangguan konduksi
3. Foto Rontgen
a. Bentuk dan besar jantung noothing dari iga pada kontraksi aorta.
(Aspiani, 2015).
2.4 Teknik Slow Deep Breathing
2.4.1 Definisi
menuju otak, menurunnya aktifitas pada otak dan juga fungsi tubuh lain
serta konsumsi oksigen (Potter & Perry. 2006 dalam Tarwoto, 2011).
Latihan slow deep breathing yang terdiri dari Nafas dada, Nafas
tidak sadar di atur oleh salah satu bagian batang otak bernama medula
oblongata. Melalui proses metabolisme, oksigen dengan unsur-unsur lain
macam antara lain: masuknya virus atau bakteri ke dalam sistem tubuh,
rusaknya jaringan atau organ tubuh karena benturan dari luar, inipun bisa
kita sebut sebagai penyakit (Lekas, 2012). Manfaat yang bisa kita dapat
misalnya:
penyakit.
• Mengobati Penyakit Dalam Tubuh
energi yang lebih sel-sel tubuh akan menjadi lebih padat dan
tubuh menjadi sangat alot teknik ini cocok untuk anak, dewasa,
ataupun lansia.
dan teknik ini cocok untuk rileksasi stress. Dengan tarik nafas
bermanfaat.
kali dalam 1 menit menjadi 6-10 kali dalam 1 menit. Nafas dalam lambat
menjadi lebih tenang sehingga tekanan darah yang dalam keadaan tinggi
otak lebih banyak sehingga sehingga perfusi pada jaringan otak lebih
adrenalin juga terjadi saat latihan Slow Deep Breathing yang akan
1. Pernafasan Dada
efektif untuk membuka pori-pori kecil antara sel alveolus (khon) dan
absorpsi gas ke dalam darah lebih mudah karena tekanan parsial total gas-
gas darah sedikit lebih rendah dari pada tekanan atmosfer akibat lebih
banyak nya O2 yang di absorpsi kedalam jaringan daripada CO2 yang di
c. Anjurkan pasien untuk melakukan tarik nafas secara perlahan dan dalam
melalui hidung
menarik nafas
mmHg.
Hal ini juga terjadi ketika di teliti oleh Dian Wisnu Wardani
CVP menurun