SKRIPSI
Oleh
Febe Dian Marpaung
101101042
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih
karunia, penyertaan dan pertolonganNya sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Distraksi Terhadap Frekuensi dan
Durasi Halusinasi Pendengaran Klien Skizofrenia Di RSJD Provsu Medan”.
Penulis berterima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,
bimbingan, dan dukungan selama proses penyusunan skripsi ini, sebagai berikut:
Penulis,
ABSTRAK
ABSTRACT
Halaman Judul........................................................................................................................i
Lembar Pengesahan..............................................................................................................ii
Kata Pengantar.......................................................................................................................iii
Abstrak......................................................................................................................................v
Daftar Isi..................................................................................................................................vii
Daftar Skema..........................................................................................................................ix
Daftar Tabel.............................................................................................................................x
BAB I. Pendahuluan..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian......................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................................6
1.4 Manfaat penelitian.........................................................................................................7
ABSTRAK
ABSTRACT
PENDAHULUAN
fisik, mental, dan spiritual seseorang secara optimal serta selaras dengan
secara sosial dan ekonomis.Menurut Johnson (1997 dalam Nasir, Abdul, 2011),
dikatakan sehat jiwajika individu dalam keadaan sehat baik emosional, psikologis,
dan sosial yang dapat dilihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan,
perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif, serta kestabilan
emosional. Selain itu, kesehatan jiwa juga dapat diartikan sebagai kondisi jiwa
pengendalian diri serta terbebas dari stres yang serius (Rosdahl, 1999 dalam Nasir,
berpikir positif dalam keselarasan tanpa adanya tekanan fisik dan psikologis, baik
ganngguan jiwa. Gangguan Jiwa adalah kondisi gangguan dalam pikiran, perilaku
klinis yang disertai adanya penderitaan disstres pada kebanyakan kasus dan
fungsi kejiwaan. Fungsi kejiwaan meliputi: proses berpikir, emosi, kemauan, dan
deskripsi sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit yang luas,
serta sejumlah akibat tergantung pada pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya
serta gangguan dalam tingkah laku. Penderita gangguan jiwa akan mengalami
menunjukkan gejala gangguan persepsi, seperti waham dan halusinasi (Kaplan &
Sadock’s, 2007).
masyarakat seluruh dunia. Prevalensi seumur hidup skizofrenia kira- kira sama
secara umum diperkirakan sekitar 0,2% sampai 1,5%. Secara rata-rata, harapan
hidup mereka sedikit lebih rendah, sebagian karena lebih tingginya angka bunuh
diri dari kecelakaan di kalangan para penderita skizofrenia (Ho, dan kawan-
kawan, 2003). Prevalensi skizofrenia di Indonesia sendiri adalah tiga sampai lima
perseribu penduduk. Bila diperkirakan jumlah penduduk sebanyak 220 juta orang
satu juta orang. Hal ini merupakan angka yang cukup besar dan perlu penanganan
mengkonsumsi zat halusinogen seperti ganja dan LSD, dan pasien yang
(Durand, 2007).
(Mansjoer 1999, p.196 dalam Upoyo dan Suryanto, 2008). Menurut Stuart dan
merupakan salah satu gejala utama dalam diagnosis skizofrenia dan merupakan
atau keparahan memiliki pengaruh besar dalam menentukan dosis, jenis, dan
Barat dewasa ini, penanganan biasanya dimulai dengan memberikan salah satu
psikoedukasi.
skizofrenia kambuh pada tingkat 60% sampai 70% dalam tahun pertama
diagnosis. Bagi mereka yang patuh pada terapi pengobatan, tingkat kambuh
pendidikan kelompok, dan dukungan (Olfson et al, 2000 dalam Stuart dan Laraia,
2001).
Salah satu terapi perilaku kognitif yang dapat dilakukan pada skizofrenia
adalah untuk pengalihan atau menjauhi perhatian terhadap sesuatu yang sedang
dihadapi, misalnya rasa sakit (nyeri). Sedangkan manfaat dari penggunaan teknik
ini, yaitu agar seseorang yang menerima teknik ini merasa lebih nyaman, santai,
dan merasa berada pada situasi yang lebih menyenangkan.Menurut Stuart dan
distraksi yang dapat dilakukan meliputi: pemantauan diri, membaca dengan suara
mendengarkan musik, dan bersenandung catatan. Dalam penelitian ini tehnik yang
tehnik yang lain kemungkinan besar telah pasien dapatkan pada saat perawat
cakap, dan melakukan kegiatan. Margo et al., (1981 dalam Mandal, 2004)
Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Provsu
Medan.RSJD Provsu Medan merupakan rumah sakit jiwa terbesar dan merupakan
pusat rujukan di Sumatera Utara. Data yang diperoleh pada saat survei awal
menunjukkan pasien yang di rawat di rumah sakit ini pada tahun 2012 berjumlah
18.553 orang dengan rata-rata perbulan 1.577 pasien. Dan sekitar 90% dari jumlah
tersebut melakukan rawat jalan di RSJD Provsu Medan (medical record RSJD
Provsu, 2012). Data tersebut menunjukkan jumlah yang cukup besar sehingga
tipe A yang mempunyai kapasitas sejumlah 450 tempat tidur (medical record
RSJD Provsu, 2012). Dengan jumlah pasien rawat inap 1783 orang. Dari jumlah
pasien yang di rawat inap tersebut 1398 (78,4%) pasien dengan diagnosa
Provsu, 2012).
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan acuan untuk peningkatan mutu pelayanan
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk tambahan materi dalam mata kuliah
Penelitian Keperawatan
Penelitian ini dapat menjadi data awal bagi penelitian selanjutnya dan bahan
skizofrenia.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Skizofrenia
menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh
dan terganggu. Skizofrenia merupakan sebuah sindroma kompleks yang mau tak
dari beberapa gejala klinis yang penderitanya akan mengalami gangguan dalam
realitas (Reality Testing Ability/RTA) dengan baik dan pemahaman diri (self
a. Delusi atau waham, yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional (tidak
kebenarannya.
e. Merasa dirinya “Orang Besar”, merasa serba mampu, serba hebat dan
sejenisnya.
terhadap dirinya.
b. Menarik diri atau mengasingkan diri (withdrawl) tidak mau bergaul atau
inisiatif, tidak ada upaya, tidak ada spontanitas, monoton, serta tidak ingin
apa-apa dan serta tidak ingin apa-apa dan serta malas (kehilangan nafsu).
tidak disadari atau kurang diperhatikan oleh pihak keluarga, karena dianggap tidak
th
Mental Disorder 4 edition, Text Revision) 2000, diagnosis ditegakkan
a. Tipe Paranoid
yang berlebihan (fokus waham agama), atau perilaku agresif dan bermusuhan.
Para penderita skizofrenia tipe paranoid secara mencolok tampak berbeda karena
Tipe ini ditandai dengan afek datar atau afek tidak sesuai secara nyata,
dengan tipe paranoid, para penderita tipe ini memperlihatkan disrupsi yang
afek datar atau tidak pas, seperti tertawa dungu pada saat yang tidak tepat
c. Tipe Katatonik
Tipe ini ditandai dengan gangguan psikomotor yang nyata, baik dalam
bentuk gerakan atau aktivitas motorik yang berlebihan, negativism yang ekstrem,
motorik dapat terlihat berupa katalepsi (fleksibilitas cerea) atau stupor. Aktivitas
motorik yang berlebihan terlihat tanpa tujuan dan tidak diperngaruhi oleh stimulus
eksternal. Selain respon motorik yang tidak lazim dalam bentuk diam pada posisi
tetap (waxy flexibility), terlibat kegiatan yang eksesif, dan bersikap membangkang
mengulangi atau meniru kata-kata orang lain (echolalia) atau gerakan orang lain
(echopraxia).
katatonik dapat juga diprovokasikan oleh penyakit otak, gangguan metabolik, atau
alkohol dan obat-obatan, serta dapat juga terjadi pada gangguan suasana perasaan
e. Tipe Residual
utamanya tetapi masih memperlihatkan beberapa pikiran yang ganjil dan menarik
diri secara sosial. Meskipun mereka mungkin tidak menderita delusi atau
afek datar.
sekelompok penyakit dengan ciri-ciri klinik umum. Banyak teori penting telah
diajukan mengenai etiologi dan ekspresi gangguan ini, antara lain (Hawari, 2001):
mendukung teori bahwa faktor genetik mempunyai peran penting dalam transmisi
skizofrenia atau paling tidak memberi suatu sifat kerawanan dan juga dapat
2. Hipotesis neurotransmitter
neuroleptik.
3. Pencetus Psikososial
awal dan kekambuhan dan dapat diduga sebagai suatu terobosan kekuatan
dengan tiga tindakan emosi yang dinyatakan (EE) di lingkungan rumah: komentar
waktu relative lama berbulan bahkan bertahun, hal ini dimaksudkan untuk
1. Psikofarmaka
pusat (otak) yaitu pelepasan zat dopamine dan serotonin yang mengakibatkan
karena itu obat psikofarmaka yang akan diberikan ditujukan pada gangguan fungsi
generasi pertama (typical) dan golongan generasi kedua (atypical). Yang termasuk
itu pada penderita skizofrenia dengan gejala negatif pemakaian typical kurang
berpikir dan mengingat) penderita. Selain itu juga sering menimbulkan efek
positif maupun negative dapat dihilangkan, b), efek samping EPS sangat minimal
2001):
a. PsikoterapiSuportif
semangat dan motivasi agar penderita tidak merasa putus asa dan semangat
menurun.
b. PsikoterapiRe-edukatif
dengan yang baru sehingga penderita lebih adaptif terhadap dunia luar.
c. PsikoterapiRe-konstruktif
d. PsikoterapiKognitif
kognitif (daya pikir dan daya ingat) rasional sehingga penderita mampu
membedakan nilai-nilai moral etika. Mana yang baik dan buruk, mana yang
e. PsikoterapiPsiko-dinamik
proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan seseorang jatuh sakit dan
f. PsikoterapiPerilaku
spasialnya.
g. Psikoterapi Keluarga
3. Terapi Psikososial
beradaptasi dengan lingkungan social sekitarnya dan mampu merawat diri dengan
limgkungan social sekitarnya dan mampu mandiri dan tidak bergantung pada
orang lain sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat. Penderita
4. Terapi Psikoreligius
puji-pujian kepada Tuhan, ceramah keagamaan dan kajian Kitab Suci dan lain
sebagainya. Dengan terapi psikoreligius ini gejala patologis dengan pola sentral
2.2.1 Pengertian
gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang
pada berbagai kondisi, tetapi yang paling umum pada gangguan psikotik. Pada
lebih umum dijumpai pada kondisi organik. Halusinasi taktil sering terdapat pada
suara, paling sering suara orang. Suara dapat berkisar dari suara yang sederhana
sampai suara orang berbicara mengenai klien, klien mendengar orang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkan oleh klien dan memerintah untuk
(Dalami,dkk 2009).
beberapa kategori yaitu karakteristik fisik meliputi: jumlah dan isi dari suara,
karena kalau tidak ditangani secara baik dapat menimbulkan resiko terhadap
keamanan diri pasien sendiri, orang lain dan juga lingkungan sekitar. Pasien
halusinasi mengalami distress oleh karena isi halusinasi yang didengarnya, juga
karena frekuensi halusinasi muncul sedikitnya 5 kali dalam sehari dan dengan
durasi yang lebih dari 3 jam perhari (Nayani dan Davis, 1996 dalam Birchwood,
terjadi beberapa kali dalam satu jam, pada 18% pasien terjadi satu kali dalam
setiap jam, 41% terjadi setiap hari dan 14% terjadi setiap minggu. Dan durasi
halusinasi pendengaran didapatkan 63% terjadi selama lebih kurang 10 menit, dan
27% melaporkan bahwa durasi terjadinya halusinasi selama kurang dari satu jam
tentang sesuatu, padahal dalam kenyataan tidak terdapat rangsangan apapun atau
tidak terjadi sesuatu apapun atau bentuk kesalahan pengamatan tanpa objektivitas
suara-suara ribut-ribut dan dengung. Tetapi paling sering berupa kata-kata yang
tersusun dalam bentuk kalimat yang memperngaruhi tingkah laku klien, sehingga
menghasilkan respon tertentu, seperti: bicara sendiri, atau respon lain yang
atau diri klien sendiri. Bisa juga klien bersikap mendengarkan suara halusinasi
tersebut dengan mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang
tidak bicara atau pada benda mati. Halusinasi pendengaran merupakan suatu tanda
mayor yang terjadi pada gangguan skizofrenia dan satu syarat diagnostik minor
untuk melankonia involusi, psikosa mania depresi dan syndrome otak organik
(Erlinafsiah, 2010).
1. Membina hubungan saling percaya dengan cara: a). sapa klien dengan
lengkap dan panggilan yang disukai klien, d). tunjukkan sikap jujur dan
menepati janji setiap kali interaksi, e). tunjukkan sikap empati dan
perhatikan kebutuhan dasar klien, g). buat kontrak interaksi yang jelas, h).
2. Klien dapat mengenal halusinasinya dengan cara: a). adakan kontak sering
dan singkat secara bertahap, b). observasi: tingkah laku klien yang terkait
mengalami halusinasi dengar. Jika klien menjawab ya, tanyakan apa yang
lain yang mengalami hal yang sama. Katakan bahwa perawat akan
dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam) atau sering
dan kadang-kadang. Juga situasi dan kondisi yang menimbulkan atau tidak
klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur,
digunakan. Jika cara yang dilakukan klien adaptif, maka berikan pujian,
kerugian cara tersebut. c). diskusikan cara baru untuk memutuskan atau
klien jika sedang berhalusinasi. d). Bantu klien memilih cara yang sudah
dianjurkan dan latih untuk mencobanya. e). Beri kesempatan pada klien
untuk melakukan cara yang dipilih dan dilatih. f). Pantau pelaksanaan
yang telah dipilih dan dilatih, jika berhasil beri pujian. g).Anjurkan klien
tanda dan gejala halusinasi, cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga
rumah sakit dan bagaimana cara mencari bantuan jika halusinasi tidak
5. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik: a). diskusikan dengan klien
tentang manfaat dan kerugian bila tidak minum obat, nama, warna, dosis,
cara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat, b). pantau klien saat
penggunaan obat, c). berikan pujian bila klien menggunakan obat dengan
benar, d). diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan
kegiatan menyanyi, berdoa, menceritakan foto atau gambar dengan suara keras,
untuk pengalihan atau menjauhi perhatian terhadap sesuatu yang sedang dihadapi,
misalnya rasa sakit (nyeri). Sedangkan manfaat dari penggunaan teknik ini, yaitu
agar seseorang yang menerima teknik ini merasa lebih nyaman, santai, dan
Beberapa jenis distraksi menurut Young & Koopsen (2007) antara lain:
1) Distraksivisual
2) Distraksipendengaran
Kliendianjurkan untuk memilih musik yang disukai dan musik yang tenang,
sepertimusik klasik. Klien diminta untuk berkonsentrasi pada lirik dan irama lagu.
Bernafas ritmik, anjurkan klien untuk memandang fokus pada satu objek
atau memejamkan mata dan melakukan inhalasi perlahan melalui hidung dengan
hitungan satu sampai empat dan kemudian menghembuskan nafas melalui mulut
secara perlahan dengan menghitungan satu sampai empat (dalam hati). Anjurkan
klien untuk berkosentrasi pada sensasi pernafasan dan terhadap gambar yang
pernafasan ritmik dan pada saat yang bersamaan lakukan massase pada bagian
area nyeri.
4) Distraksi intelektual
dilakukan meliputi: pemantauan diri, membaca dengan suara keras dan meringkas,
catatan.
Pada penelitian ini distraksi yang dilakukan adalah membaca dengan suara
keras dan meringkas karena beberapa tehnik distraksi yang lain telah didapatkan
pada saat asuhan keperawatan generalis yaitu pada SP 1-4. Dan juga tidak
pendengaran dengan struktur dan makna (Buccheri, et al., 1996 dalam Mandal,
berbagai strategi lainnya. Distraksi telah banyak digunakan pada pasien yang
KERANGKA PENELITIAN
pada pasien skizofrenia. Hal ini memberikan dampak tidak hanya terhadap
penderita dan tetapi juga pada keluarga dan orang lain yang ada di sekitar pasien.
Untuk itu pasien harus dilatih untuk mengontrol halusinasi yang dialami, salah
dilakukan distraksi.
Kerangka penelitian digambarkan sebagai berikut:
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
pre dan post test with control group yaitu untuk mengetahui pengaruh distraksi
Skema 4.1
Rancangan Penelitian
Kontrol O3 O4
Keterangan:
4.2.1 Populasi
Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
dengan halusinasi pendengaran yang sedang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Jiwa
daerah Provinsi Sumatera Utara. Jumlah penderita skizofrenia gg. Skizotipal& gg.
Waham yang dirawat inap pada bulan Januari-Oktober 2012 adalah 1.398 orang
(sumber data: Medical Record RSJD Provsu, 2012). Sehingga rata-rata tiap bulannya
4.2.2 Sampel
Sampel penelitian adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
(Notoatmodjo,2010): = 1− /2
(1 )
Keterangan:
n = besar sampel
Z1-a/2= nilai Z pada derajat kemaknaan (biasanya 95%= 1,96)
P = Proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi
n= [1,96x0,70(0,30)]/0,05
n= 8,232 dibulatkan 8
Maka besar sampel untuk penelitian ini adalah 8 responden untuk masing-
masing kelompok.
Penelitian ini dilaksanaknan pada minggu kedua bulan September 2013- Juli
2014. Dimulai dengan penyusunan proposal penelitian hingga pengolahan data dan
terlaksananya penelitian dan harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian itu sendiri. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Hasil survey awal yang dilakukan peneliti didapatkan jumlah rata-rata perbulan
Untuk melindungi hak-hak responden yang menjadi subyek penelitian ini, maka
peneliti akan mengikuti prosedur penelitian yang dimulai dengan melakukan ethical
permohonan penelitian pada Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan.
rencana, tujuan, prosedur, manfaat serta total durasi partisipasi responden dalam
penelitian.
Apabila klien tidak bersedia menjadi responden maka peneliti tidak dapat memaksa
dan tetap menghargai hak klien. Peneliti akan menjaga kerahasiaan identitas
pengumpulan data yang diisi oleh responden. Lembar tersebut hanya diberi inisial atau
nomor kode tertentu. Kerahasiaan informasi yang deberikan responden dijamin oleh
peneliti dan hanya kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil
penelitian.
4.5Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner terdiri dari dua
bagian yaitu data demografi pasien (inisial, usia, jenis kelamin, status perkawinan,
pendidikan terakhir, pekerjaan terakhir, lama rawat saat ini, terapi medik saat ini, dan
lama sakit) dan dua item pertanyaan tentang frekuensi dan durasi halusinasi
pendengaran yang diadopsi dari kuisioner tanda dan gejala halusinasi dalam Wahyuni
(2010), yang diadopsi dari Psychotic Syndrome Rating Scale (PSYRAT) yang
dibuat oleh Huddock dkk (1991, dalam Kingdon & Turkington, 2008). Dua item
kepada responden. Masing- masing item diberi skor 0-4 maka akan diperoleh rentang
kesahihannya dan juga reliabelitas apakah alat ukurdapat diguakan atau tidak.Uji
validitas telah dilakukan oleh dosen ahli dibidangnya yaitu dosen Fakultas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui kemampuan alat ukur. Alat ukur yang
baik adalah alat ukur yang memberikan hasil relatif sama bila digunakan beberapa kali
RSJD Provsu Medan. Sesuai dengan Notoatmodjo (2010), yang menyatakan bahwa
untuk memperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati normal maka sebaiknya
jumlah responden untuk uji coba paling sedikit 20 orang. Dari hasil uji reliabilitas
sehingga kuisioner dapat digunakan untuk penelitian ini. Karena, suatu instrument
dikatakan reliabel jika dalam uji reliable diperoleh nilai Cronbach Alpha 0,70 (Polit
uji coba kuisioner dan mengurus surat izin untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit
Jiwa Daerah Provsu Medan. Setelah mendapatkan surat izin, peneliti melakukan
koordinasi dengan kepala ruangan dan perawat yang bertugas di ruang rawat inap RSJD
Provsu Medan. Peneliti memilih pasien yang sesuai dengan kriteria inklusisesuai dengan
jumlah sampel penelitian, dan diperoleh 7 orang dari ruang pusu buhit, 3 orang dari dolok
martimbang, dan 6 orang dari kamboja. Kemudian peneliti memberi penjelasan mengenai
tujuan, waktu, prosedur dan manfaat penelitian dan memberi kesempatan bertanya kepada
pre testpada kedua kelompok untuk mengetahui frekuensi dan durasi halusinasi
responden.
dengan dibantu oleh perawat ruangan. Dilakukan pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol pada minggu pertama setelah pre-test selesai. Namun, kelompok
diberi intervensi tambahan yaitu distraksi membaca dengan suara keras dan meringkas
yang dilaksanakan berdasarkan modul yang telah disusun sebelumnya oleh peneliti
dua hari dan masing-masing pertemuan dilaksanakan kurang lebih 20-30 menit. Waktu
melakukan post test untuk mengevaluasi apakah ada perubahan frekuensi dan durasi
halusinasi. Pelaksanaan post test dilakukan bersamaan pada kelompok kontrol dan
kelompok intervensi yaitu pada minggu kedua setelah pertemuan ketiga selesai.
Setelah data terkumpul, dilakukan pengolahan data yang dimulai dengan editing
yaitu upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh kemudian
peneliti memberikan kode numeric (coding) terhadap data yang terdiri dari beberapa
kategori. Selanjutnya entri data yaitu kegiatan memasukkan data yang telah
itu dilakukan analisa data dengan melakukan analisa univariat dan bivariat.
data kategorik, dan menggunakan dan standar deviasi, nilai minimal, dan nilai
mean maksimal pada data numerik. uivariat juga dilakukan untuk menganalisis
Analisis bivariat dilakukan untuk mengaalisis hubungan yang signifikan antar dua
variabel, mengetahui perbedaan yang signifikan antara dua variabel atau lebih dan juga
ini analisis bivariat yang dilakukan untuk membuktikan hipotesis penelitian yaitu
di RSJD Provsu Medan. Analisis bivariate yang digunakan adalah dependen t-tes dan
independent t-test. Dependen t-test digunakan untuk membandingkan hasil pre dan
post test pada masing-masing kelompok dan independen t-test untuk membandingkan
Pada bab ini peneliti akan menguraikan hasil dan pembahasan penelitian
1. Hasil Penelitian
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, lama rawat, terapi medis, lama sakit.
keseluruhan berumur 30.81 tahun dengan usia termuda 25 tahun dan usia tertua 38
tahun. Berdasarkan Tabel 5.1 juga diketahui rata-rata usia responden pada masing-
masing kelompok yaitu pada kelompok intervensi rata-rata berumur 31.50 tahun
12 orang (75%). Berdasarkan pekerjaan hanya 1 orang (6,2%) yang tidak bekerja
kurang dari atau sama dengan lima bulan. Berdasarkan lama sakit, sebesar 75%
Pada bagian ini akan diuraikan distribusi rata-rata frekuensi dan durasi
perbedaan frekuensi dan durasi halusinasi sebelum dan sesudah distraksi antara
kedua kelompok, selisih perbedaan frekuensi dan durasi halusinasi sebelum dan
sesudah pada kedua kelompok, dan perbedaan rata-rata frekuensi dan durasi
dan nilai minimal 2 sedangkan nilai maksimal 5. Pada kelompok kontrol diperoleh
intervensi memiliki rata-rata frekuensi dan durasi yang sama dengan kelompok
independent sample t test, hasil yang diperoleh dicantumkan pada Tabel 5.4.
kelompok kontrol rata-rata 3.25. Dan hasil uji statistik diperoleh nilai signifikan
0.314> α 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan
uji dependent sample t-test, dan hasilnya dicantumkan pada Tabel 5.5.
Kelompok Variabel N Me SD SE t P
an value
1. Intervensi Frekuensi dan durasi
a. sebelum 8 3.75 1.282 0.453 4.245 0.004
b. sesudah 8 2.38 1.598 0.565
2. Kontrol Frekuensi dan durasi
a. Sebelum 8 3.75 1.581 0.559 2.646 0.033
b. Sesudah 8 3.25 1.753 0.620
dengan nilai signifikan 0.004 < α 0.05, artinya ada pengaruh distraksi terhadap
diketahui ada perbedaan frekuensi dan durasi halusinasi sebelum dan sesudah
distraksi pada kelompok kontrol dengan nilai signifikan 0.033 < α 0.05. Namun
rata-rata penurunan frekuensi dan durasi pada kelompok intervensi lebih besar
yaitu terlihat dari rata-rata sebelum 3.75 dan sesudah distraksi menjadi 2.38,
sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata sebelum 3.75 dan sesudah distraksi
menjadi 3.25.
menggunakan uji independent sample t-test dengan hasil seperti pada Tabel 5.6.
dan durasi halusinasi sebelum dan sesudah distraksi pada kelompok intervensi
adalah 1.38, dan pada kelompok kontrol sebesar 0.50. Dan dari hasil uji statistik
diperoleh nilai signifikan 0.035 < α 0.05, sehingga disimpulkan ada perbedaan
yang signifikan antara rata-rata selisih penurunan frekuensi dan durasi halusinasi
2. Pembahasan
Pada bagian ini peneliti akan membahas hasil penelitian terkait masalah
pendengaran klien.
Distraksi
distraksi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol mean 3.75, hal ini
berarti bahwa halusinasi pasien masih aktif dirasakan pasien. Hal ini kemungkinan
karena responden berusia 25-38 tahun atau usia dewasa muda. Menurut Dadang
Hawari gangguan jiwa skizofrenia biasanya mulai muncul dalam masa remaja
lebih dari dua bulan, dengan demikian diasumsikan pasien telah memiliki
halusinasi. Senada dengan hal ini, hasil penelitian Noviandi (2008 dalam
Wahyuni,dkk 2011) yang mengatakan bahwa semakin lama klien dirawat maka
dengan hasil penelitian Carolina (2008) yang menyatakan bahwa tidak ada
antara pasien dengan lama rawat < 2 minggu dengan lama rawat > 2 minggu.
Distraksi
yaitu dari rata-rata 3.75 menjadi rata-rata 2.38. Pada kelompok kontrol, frekuensi
dan durasi halusinasi juga mengalami penurunan yaitu dari rata-rata 3.75 menjadi
frekuensi dan durasi halusinasi pada kelompok intervensi dan keolmpok kontrol
sama. Namun sesudah dilakukan distraksi rata-rata frekuensi dan durasi halusinasi
pada kelompok intervensi jauh lebih rendah dibanding dengan kelompok kontrol.
Hal ini kemungkinan disebabkan terjadinya pengalihan perhatian pasien dari suara
membaca dengan suara keras. Sesuai dengan Smith (2003 dalam Wahyuni 2010),
keyakinan tentang kekuatan dan kekuasaan halusinasi akan melemah ketika pasien
durasi halusinasi yang dialami berkurang. Dimana pada saat membaca dengan
suara keras maka fokus perhatian pasien akan teralih dari suara-suara halusinasi.
Sesuai dengan Tarrier (1987), Margo (1981) dalam Walker, King, Chan (2010)
mengatakan bahwa membaca dengan suara keras dari sebuah buku dapat
berhubungan dengan perhatian (Carr, 1988 dalam Walker, King, Chan 2010).
halusinasi muncul lagi. Dengan beraktivitas secara terjadwal, pasien tidak akan
kontrol sesudah dilakukan distraksi (nilai signifikan 0.314> α 0.05). Hal ini
diasumsikan waktu pemberian distraksi dan penilaian kembali hanya dalam waktu
waktu yang lebih lama untuk menjadikan distraksi menjadi suatu kebiasaan klien
Hal ini sesuai dengan penelitian Wahyuni (2010), bahwa waktu yang
halusinassi. Dan proses latihan membutuhkan waktu agar perilaku baru yang
diajarkan dapat menjadi budaya bagi pasien yang akhirnya berpengaruh terhadap
therapy lebih besar daripada penurunan halusinasi pada kelompok yang tidak
selisih penurunan frekuensi dan durasi lebih besar secara bermakna pada
Pendengaran
dilakukan distraksi pada kelompok intervensi dan juga pada kelompok kontrol.
Hasil penelitian sesuai dengan penelitian Carolina (2008) yang menyatakan bahwa
atau lebih kecil dari batas signifikan (α= 0.05). Semakin kecil nilai yang diperoleh
halusinasi pasien, namun penurunannya akan lebih besar jika setelah diberikan
terapi generalis cara mengontrol halusinasi, diberikan atau dilakukan juga terapi
distraksi salah satunya membaca dengan suara keras dan meringkas, dan terapi
diberikan terapi generalis dan distraksi rata-rata sebesar 1.38, sedangkan pada
sebelum dan sesudah cognitive behavior therapy. Senada dengan hal ini Slade’s
dalam Ditman dan Kuperberg (2005), menemukan hasil yang menunjukkan bahwa
dan setelah dilakukan TAK Stimulasi Persepsi sesi menghardik dengan nilai p=
0.005, dan juga sebelum dan setelah dilakukan TAK Stimulasi Persepsi sesi
6.1 Kesimpulan
serta tinggat pendidikan tinggi, sebagian besar bekerja, dan lebih dari
setengah responden dengan lama rawat kurang dari lima bulan serta lama
6.1.2 Frekuensi dan durasi halusinasi pasien sebelum dilakukan distraksi pada
3.75 menjadi 2.38 sedangkan pada kelompok kontrol dari mean 3.73
menjadi 3.25.
kontrol.
asuhan keperawatan.
6.2.1.2 Perawat jiwa sebaiknya menerapkan distraksi sebagai salah satu cara
6.2.2.2 Hasil penelitian ini hendaknya menjadi referensi yang melengkapi materi
6.3.1 Pada penelitian ini tidak dilakukan penjaringan pasien pada semua
kriteia penelitian.
Medan, ……………………...2014
Responden,
(……………………………..)
1. Inisial : ………………………………………….
2. Usia :…………………… tahun
Perempuan
Belum Kawin
Janda
Duda
5. Pendidikan terakhi : SD
SMP
SMA
PT
Wiraswasta
Pegawai swasta
Lainnya: sebutkan…………
9. Lama sakit:…………………………………………………………………….
Suara-suara terjadi kurang dari satu jam Suara-suara terjadi secara terus-
Klien Skizofrenia
1. Latar Belakang
Membaca dengan suara keras dan merangkum merupakan salah satu tehnik pengalihan
perhatian pasien dari halusinasi ke suara keras saat membaca dan juga pada bacaan yang
sedang dibacanya.
2. Tujuan
Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara mengalihkan focus perhatian dari
halusinasi kepada bacaan yang sedang dibaca dan suara keras yang dikeluarkan saat
membaca.
3. Setting
4. Alat
a. Bangku/ meja
b. Bahan bacaan
5. Metode
a. Demonstrasi
A. Persiapan
1. Kontrak waktu, tempat dan topik dengan pasien sebelum pertemuan. Pasien
ddiberitahu bahwa distraksi akan dilakukan secara individual dam Distraksi yang
B. Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam terapeautik
b. Evaluasi/ validasi
mengontrol halusiasinya
c. Kontrak
1) Menjelaskan Tujuan
merangkum
III. Pasien mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir dan berperan aktif
dalam kegiatan
2. Fase kerja
a. Berdiskusikan dengan pasien tentang cara yang biasa pasien lakukan untuk
mengontrol halusinasinya
b. Menjelaskan bahwa selain keempat cara tersebut, ada cara tambahan untuk
d. Setelah pasien selesai membaca, minta pasien untuk menceritakan kembali isi
bacaan tersebut.
3. Terminasi
a. Evaluasi
didemonstrasikan
Referensi:
KELOMPOK INTERVENSI
MINGGU I
MINGGU II
MINGGU I
Nama:
Ruangan:
KETERANGAN:
D= DILAKUKAN
Bahan bacaan
Setelah rawat inap psikiatri terakhir pada usia 28, seorang dokter mendorong saya
untuk bekerja sebagai kasir. Dan ini mendatangkan perubahan. Katanya, jika saya
bisa melakukannya, mereka akan meninjau ulang kapasitas saya untuk memegang
posisi yang lebih menuntut kemampuan berpikir dan menganalisis, bahkan
mungkin saya mendapat pekerjaan full-time.
Lalu saya membuat keputusan: saya ingin menuliskan cerita hidup saya. Dan hari
ini, saya seorang profesor di Sekolah Hukum University of Southern California
Gould. Saya juga aktif di departemen psikiatri Sekolah
Pandangan psikiatri konvensional menganggap bahwa orang seperti saya ini tidak
akan pernah ada. Menurut mereka, pasti saya tidak menderita skizofrenia (tolong
katakan itu pada delusi yang berkerumun dalam pikiran saya), atau saya tidak bisa
mencapai apa yang sekarang telah saya capai (tolong katakan pada panitia
penerimaan mahasiswa di USC). Tapi inilah saya: penyandang skizofrenia
sekaligus profesor hukum. Berbagai penelitian dengan rekan-rekan di USC dan
U.C.L.A. menunjukkan bahwa saya tidak sendirian. Ada banyak orang yang
menyandang skizofrenia dengan gejala aktif seperti delusi dan halusinasi,
sekaligus memiliki prestasi akademik dan profesional yang signifikan.
Selama beberapa tahun terakhir, saya dan beberapa rekan, termasuk Stephen
Marder, Alison Hamilton dan AmyCohen, mengumpulkan 20 subyek penelitian
dengan high-functioningskizofrenia di Los Angeles. Mereka menderita gejala
seperti delusi ringan atau perilaku halusinasi. Rata-rata usia mereka adalah 40.
Setengah dari mereka laki-laki, setengahnya perempuan, dan lebih dari
separuhnya adalah minoritas. Dan mereka semua memiliki ijazah SMA, dan
mayoritas sudah atau sedang berupaya memasuki perguruan tinggi atau meraih
gelar sarjana. Mereka adalah mahasiswa pascasarjana, manajer, teknisi dan
profesional, pengacara, psikolog, dokter, dan chief executive dari sebuah
organisasi nirlaba.
Pada saat yang sama, sebagian besar belum menikah dan punya anak, yang mana
ini konsisten dengan diagnosisnya. (Kami berniat melakukan studi lain pada
orang-orang dengan skizofrenia yang berfungsi tinggi dalam hal hubungan. Saya
sendiri menikah di usia pertengahan 40-an. Hal terbaik yang pernah terjadi pada
saya, mengingat hampir 18 tahun tidak pernah berkencan). Di antara subyek
penelitian kami itu, lebih dari 75% telah dirawat di rumah sakit antara dua sampai
lima kali karena penyakit mereka, sedangkan tiga orang lainnya belum pernah
dirawat.
Bagaimana orang-orang dengan skizofrenia dapat berhasil dalam studi mereka dan
memiliki pekerjaan tingkat tinggi? Kami belajar bahwa, di samping pengobatan
dan terapi, semua peserta telah mengembangkan teknik pengendalian diri saat
terkurung dalam kungkungan skizofrenia. Bagi sebagian orang, teknik ini
kognitif. Seorang pendidik dengan gelar master mengatakan ia telah belajar untuk
menghadapi halusinasi dan bertanya, "Apa bukti untuk itu?” Atau, “itu hanya
masalah persepsi?” Peserta lain berkata, "Saya mendengar suara-suara menghina
sepanjang waktu. ... Anda hanya harus meniup mereka pergi."
Berbagai kisah itu membuat saya menyesali betapa sering dokter mengatakan
kepada pasien mereka untuk tidak mengharapkan atau mengejar karier. Terlalu
sering, pendekatan kejiwaan konvensional untuk penyakit mental adalah
mengucilkan mereka. Oleh karena itu, banyak psikiater berpandangan bahwa
mengobati penyakit mental hanya bisa dilakukan dengan obat-obatan. Pandangan
ini gagal memperhitungkan kekuatan dan kemampuan individu, menjadikan para
profesional kesehatan mental memandang remeh apa yang dapat dicapai pasien
dalam kehidupan mereka.
Dan ini bukan hanya tentang skizofrenia: awal bulan ini, The Journal of Child
Psychology and Psychiatry memuat sebuah studi yang menunjukkan bahwa
sekelompok kecil orang yang diberi diagnosa autisme, gangguan perkembangan,
belakangan berhenti menunjukkan gejala-gejala gangguan itu. Mereka tampaknya
Tentu saya tak ingin berlebihan juga. Gangguan mental melahirkan batasan-
batasan, tentu, dan sangatlah penting untuk tak terjebak pada romantika. Tidak
bisa semua orang seperti peraih Nobel, John Nash, seperti dalam film "A Beautiful
Mind." Namun benih-benih pemikiran kreatif kadang dapat ditemukan dalam
penyakit mental, dan orang sering meremehkan kekuatan otak manusia untuk
beradaptasi dan mencipta.
"Setiap orang memiliki talenta dan diri yang unik, yang dibawanya saat lahir ke
dunia,” ujar seorang pastisipan studi kami. Dia mengungkapkan kenyataan bahwa
sebagian dari kita yang menyandang skizofrenia dan penyakit mental lainnya
menginginkan apa yang semua orang inginkan: dalam kata-kata Sigmund Freud,
untuk bekerja dan mencintai.
September Oktober November Desember Januari Pebruari Maret April ‘14 Mei ‘14 Juni ‘14 Juli ‘14
‘13 ‘13 ‘13 ‘13 ’14 ’14 ’14
No Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 12 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Mengajukan judul danACC
judul proposal penelitian
2 Penyelesaian Proposal dan
Kuisioner
3 Mengajukan Sidang Proposal
4 Sidang Proposal
5 Revisi Proposal Penelitian
6 Uji validitas, uji kompetensi,
uji reliabilitas
7 Megajukan Izin Pengumpulan
Data
8 Pengumpulan Data Penelitian
9 Analisa Data
10 Penyusunan Laporan/Skripsi
11 MengajukanSidangSkripsi
12 SidangSkripsi
13 Revisi
14 MengumpulkanSkripsi
PROPOSAL
PENGUMPULAN DATA
Riwayat Pendidikan: