Anda di halaman 1dari 42

ANALISIS PERUBAHAN NILAI LAJU ENDAP DARAH, BTA

DAN FOTO THORAKS PADA PENDERITA TUBERKULOSIS


SEBELUM DAN SETELAH MENGIKUTI PROGRAM DOTS

YANTI PESURNAY
N121 06 026

PROGRAM KONSENTRASI
TEKNOLOGI LABORATORIUM KESEHATAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
ANALISIS PERUBAHAN NILAI LAJU ENDAP DARAH, BTA
DAN FOTO THORAKS PADA PENDERITA TUBERKULOSIS
SEBELUM DAN SETELAH MENGIKUTI PROGRAM DOTS

SKRIPSI

Untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi


syarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana

YANTI PESURNAY
N121 06 026

PROGRAM KONSENTRASI
TEKNOLOGI LABORATORIUM KESEHATAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
ANALISIS PERUBAHAN NILAI LAJU ENDAP DARAH, BTA
DAN FOTO THORAKS PADA PENDERITA TUBERKULOSIS
SEBELUM DAN SETELAH MENGIKUTI PROGRAM DOTS

YANTI PESURNAY

N121 06 026

Disetujui oleh :

Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua

Drs. H. Hasyim Bariun, M.Si., Apt Prof. dr. H. Muh. Nasrum Massi, MD.Ph.D

NIP. 19470314 198003 1 001 NIP. 19670910 199603 1 00

Pada tanggal, 24 Oktober 2011

iii
PENGESAHAN

ANALISIS PERUBAHAN NILAI LAJU ENDAP DARAH, BTA


DAN FOTO THORAKS PADA PENDERITA TUBERKULOSIS
SEBELUM DAN SETELAH MENGIKUTI PROGRAM DOTS

Oleh :

YANTI PESURNAY
N121 06 026

Telah dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi


Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin
Pada tanggal : 24 Oktober 2011

Panitia Penguji Skripsi :

1. Ketua : Dra. Hj. Nursiah Hasyim, CESS., Apt .......

2. Sekretaris : Dra. Christiana Lethe, MSi., Apt ...

3. Anggota : dr. Muh Arief Setiabudi, M.Kes

4. Anggota (Ex.Officio) :Drs. H. Hasyim Bariun, M.Si., Apt

5. Anggota (Ex.Officio) : Prof. dr. Muh. Nasrum Massi, MD., Ph.D ...

Mengetahui :
Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin

Prof. Dr. Elly Wahyudin, DEA., Apt.


NIP. 19560114 198601 2 001

iv
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya saya sendiri,
tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
kesarjanaaan di suatu Perguruaan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya
juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan
dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya tidak benar, maka
skripsi dan gelar yang diperoleh, batal demi hukum.

Makassar, 24 Oktober 2011

Penyusun

Yanti Pesurnay

v
UCAPAN TERIMA KASIH

Segala kemuliaan dan hormat penulis persembahkan hanya

kepada Yesus Kristus Sang pemberi hidup karena atas perkenaanNya

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu

persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) Teknologi

Laboratorium Kesehatan di Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin

Makassar. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak akan

terselesaikan tanpa bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada Drs.

H. Hasyim Bariun, M.Si., Apt Sebagai pembimbing utama, Prof. dr. Muh

Nasrum Massi, MD., Ph.D Sebagai pembimbing I atas keikhlasannya

meluangkan waktu membimbing, menuntun, menasehati, memberikan

masukan dan saran, tenaga serta pikiran mulai dari perencanaan

penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

Penulis dengan tulus juga mengucapkan banyak terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Dekan Fakultas Farmasi UNHAS atas kesediaannya menerima

penulis sebagai peserta pendidikan di Program Konsentrasi

Teknologi Laboratorium Kesehatan UNHAS.

viii
2. Ketua Program Studi Konsentrasi Teknologi Laboratorium

Kesehatan berserta seluruh staf Dosen atas bimbingan serta

asuhannya selama penulis menjalani pendidikan.

3. Kepala dan Staf Laboratorium Balai Besar Kesehatan Paru

Masyarakat Makassar atas fasilitas, bimbingan dan bantuannya

selama penulis melaksanakan penelitian.

4. Muhammad Aswad, S.Si, Apt. Sebagai penasihat akademik atas

segala bantuan, bimbingan, nasehat, selama penulis menjalani

pendidikan.

5. Sahabat-sahabat terkasih, Selfina Lekhenila, Gracia Souisa,

Ivonne Sabandar, Angel Mainake, Reny Rumalean, Reni

Dahuna, Musdina Kalmit, Rabitha Uzda, Michael Aponno, Erlina

Siska, Dilirai Battik, Marlien Maelissa, Martje Lewerissa, Koce

Pattiradjawane, Gabriela Souhuwat, Elmin Rora, Martli

Amahoru, Jelfy Hursepunny, Ben Souripet, Rein Tehupeiory,

Donny Thenu, Polly Souripet, Ellen Pattiasina, Sally Untajana,

Lisha Paays, Ace Kappuw, juga kepada Leonard Lekatompessy,

terima kasih buat motivasi, dukungan doa, dan bantuannya

selama masa pendidikan.

6. Semua teman-teman seperjuangan TLK 06 UNHAS, adik-adik

TLK 07, Persekutuan Doa TLK-Farmasi UNHAS terima kasih

atas kebersamaan, kasih dan persahabatannya selama ini.

ix
7. Seluruh pihak yang telah membantu dan membimbing penulis

selama masa pendidikan yang tidak sempat penulis sebutkan.

Skripsi ini penulis persembahkan terkhusus kepada keluarga

tercinta : Ayahanda Zadrach Pesurnay dan Ibunda Batseba Souhuwat,

serta kepada Keluarga kakak-kakakku tersayang: Ritha Souhuwat,

Leonora Pesurnay, Paulina Pesurnay, Sara Pesurnay, Helena Pesurnay,

Antonia Pesurnay, Oktofianus Pesurnay, & Paulus Pesurnay, terima kasih

buat setiap doa, nasehat, kasih sayang dan motivasi yang tiada hentinya.

Terima kasih buat setiap peluh yang terkuras untuk membiayai

pendidikan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.

Penulis percaya Tuhan Yesus sumber berkat akan selalu melimpahkan

berkat buat keluarga kita.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan

kelemahan namun semoga karya tulis ini bermanfaat untuk kemajuan ilmu

pengetahuan, serta diberkati oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan

Amsal 1 : 7a

Makassar, 24 Oktober 2011

Penulis

x
ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang Analisis perubahan Laju Endap


Darah, Basil Tahan Asam, Foto thoraks sebelum dan setelah mengikuti
program DOTS. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hasil nilai laju
endap darah (LED), sputum Basil Tahan Asam (BTA) dan foto thoraks
terhadap pasien tuberkulosis sebelum mengikuti program Directly
Observed Treatment Short-course (DOTS) serta melihat perubahan hasil
setelah mengikuti program DOTS. Penelitian dilakukan di Balai Besar
Kesehatan Paru Masyarakat Makassar. Berdasarkan hasil penelitian pada
penderita Tuberculosis sebelum mengikuti programs DOTS dari ketiga
parameter yang digunakan pada 55 sampel penelitian maka pada
pemeriksaan BTA didapat 52 sampel BTA positif, 3 sampel BTA Negatif.
Untuk Foto thoraks didapat 55 sampel positif dan untuk pemeriksaan LED
didapat 1 sampel Normal, 54 sampel abnormal. Hasil pemeriksaan setelah
mengikuti program DOTS, BTA 100 % negatif, foto thoraks 83,63 %
Negatif dan LED 56,36 % Normal. Dapat disimpulkan bahwa program
DOTS berhasil merubah nilai LED, BTA dan foto thoraks menuju nilai
kesembuhan penderita tuberkulosis.

vi
ABSTRACT

The research about Analisis change of Erythrocyte Sedimentation


Rate, Acid proof Bacillus, Photo thoraks before and after following
program DOTS. Has been conducted this research aim to analyse result
of Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR), sputum acid proof bacillus, and
photo thoraks to patient tuberculosis before following program Directly
Observed Treatment Short-course (DOTS) and sees change of result after
following program DOTS. Research is done in BBKPM Makassar. Based
on result of research at patient Tuberculosis before following programs
DOTS from third of parameter applied by 55 research samples hence at
inspection of BTA is gotten by 52 positive BTA samples, 3 sample BTA
Negatif. For Photo thoraks is gotten by 55 positive samples and inspection
of Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR), is gotten by 1 sample Normal,
54 abnormal samples. Result of inspection after following program DOTS,
BTA 100 % negative, photo thoraks 83,63 Negative % and of Erythrocyte
Sedimentation Rate (ESR) 56, 36 Normal %. Inferential that program
DOTS successfully changes value ESR, BTA and photo thoraks towards
healing value of tuberculosis patient.

vii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i

HALAMAN PENUNJUK SKRIPSI ............................................................... ii

LEMBARAN PERSETUJUAN ..................................................................... iii

LEMBARAN PENGESAHAN................................................................. iv

LEMBARAN PERNYATAAN.................................................................. v

ABSTRAK ....................................................................................................... vi

ABSTRACT..................................................................................................... vii

UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................ viii

DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN ......................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 4

II.1 Tuberkulosis .............................................................................. 4

II.1.1 Pengertian Tuberkulosis ...................................................... 4

II.1.2 Karakteristik Mycobacterium tuberkulosis......................... 4

II.1.3 Klasifikasi ............................................................................... 5

II.1.4 Patogenesis ........................................................................... 6

II.1.5 Gejala Penyakit Tuberkulosis ............................................ 7

II.2 Sputum BTA (Basil Tahan Asam) ........................................... 8

xi
II.3 Laju Endap Darah ..................................................................... 9

II.3.1 Pengertian Laju Endap Darah.. 9

II.3.2 Kegunaan Laju Endap Darah.. 10

II.3.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Laju Endap Darah... 11

II.3.4 Laju Endap Darah Metode Westergren.. 12

II.4 Radiologi..... 12

II.5 Strategi DOTS.... 15

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ..................................................... 20

III.1 Desain penelitian ..................................................................... 20

III.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 20

III.2.1 Tempat Penelitian........................................................... 20

III.2.2 Waktu Penelitian............................................................. 20

III.3 Sampel dan Cara Pemilihan Sampel ................................... 20

III.3.1 Populasi Penelitian......................................................... 20

III.3.2 Sampel............................................................................ 20

III.3.3. Besar Sampel................................................................. 20

III.4 Kriteria Penelitian .................................................................... 21

III.4.1 Kriteria Inklusi ....................................................................... 21

III.4.2 Kriteria Eksklusi .................................................................... 21

III.5 Definisi Operasional ................................................................ 21

III.6 Alat dan Bahan Penelitian ...................................................... 22

III.6.1 Alat ........................................................................................ 22

III.6.2 Bahan-bahan ........................................................................ 22

III.7 Prosedur Kerja ........................................................................ 22

xii
III.7.1 Pengambilan Darah Vena................................................... 22

III.7.2 Pemeriksaan Laju Endap Darah ........................................ 23

III.7.3 Pengambilan Sampel Sputum............................................ 23

III.7.4 Pemeriksaan Sputum BTA. 23

III.7.5 Pembacaan Sputum BTA... 23

III.7.6 Interpretrasi Hasil Sputum BTA. 24

III.7.7 Pemeriksaan Foto Thoraks ................................................ 25

III.8 Pengumpulan dan Analisis Data ........................................... 25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 26

IV.1 Hasil Penelitian ........................................................................ 26

IV.2 Pembahasan ............................................................................ 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 35

V.1 Kesimpulan ............................................................................... 35

V.2 Saran ......................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 36

LAMPIRAN ..................................................................................................... 38

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis pertama

kali ditemukan oleh seorang ilmuwan asal jerman yang bernama Robert

Koch pada tahun 1882. Penyakit tuberkulosis yang pada umumnya

menginfeksi paru-paru dan dapat pula menginfeksi organ tubuh lainnya

seperti pleura, selaput otak, selaput jantung, kelenjar limfe,

tulang/persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing dan alat kelamin.

Penularan penyakit tuberkulosis dapat melalui udara yang tercemar yang

dilepaskan pada saat penderita tuberkulosis batuk atau bersin, penderita

menyebarkan bakteri ke udara dalam bentuk percikan dahak. (1,2,3)

Penyakit tuberkulosis merupakan masalah utama kesehatan

masyarakat, Laporan tuberkulosis dunia oleh World Health Organization

(WHO) yang terbaru (2006), masih menempatkan Indonesia sebagai

penyumbang tuberkulosis terbesar nomor 3 di dunia setelah India dan

Cina dengan jumlah kasus baru sekitar 539.000 dan jumlah kematian

sekitar 101.000 pertahun. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah

Tangga (SKRT) tahun 2001 Tuberkulosis menduduki rangking ketiga

sebagai penyebab kematian (9,4 % dari total kematian) setelah penyakit

kardiovaskuler dan peyakit saluran pernapasan. Hasil survei prevalensi di

Indonesia tahun 2004 menunjukan bahwa angka prevalensi tuberkulosis

BTA positif secara nasional 110 per 100.000 penduduk. Pada awal tahun

1
2

1990an, World Health Organization (WHO) dan International Union

Against TB and Lung Diseases (IUATLD) telah mengembangkan strategi

penanggulangan TB yang dikenal sebagai strategi Directly Observed

Treatment Short-course (DOTS). Fokus utama DOTS adalah penemuan

dan penyembuhan pasien, prioritas diberikan kepada pasien TB tipe

menular. Tahun 1995-1998 cakupan penderita tuberkulosis dengan

strategi DOTS baru mencapai 10 % dan error rate pemeriksaan

laboratorium belum dihitung dengan baik meskip un cure rate lebih besar

dari 85 %. Pengobatan yang tidak teratur dan kombinasi obat yang tidak

lengkap, diduga telah menimbulkan kekebalan ganda kuman tuberkulosis

terhadap obat anti tuberculosis. (4)

Diagnosis tuberkulosis antara lain anamnesis, pemeriksaan

laboratorium untuk menemukan basil tahan asam (BTA), pemeriksaan foto

thoraks bila klinis ada gejala-gejala tuberkulosis paru, hampir selalu

ditemukan kelainan pada foto thoraks. Selain itu juga dilakukan

pemeriksaan darah atau pemeriksaan tambahan lainnya, walaupun

pemeriksaan darah tidak terlalu menunjukan hasil yang akurat tetapi

pemeriksaan ini masih tetap dilakukan untuk memantau perjalanan

penyakit. (5,6,7,8)
3

Rumusan masalah yaitu apakah program DOTS menduk ung

penyembuhan penderita tuberkulosis dengan melihat perubahan hasil

pemeriksaan Laju Endap Darah (LED), sputum basil tahan asam (BTA),

dan Foto Thoraks pada penderita tuberculosis sebelum dan sesudah

mengikuti program DOTS.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa hasil nilai laju

endap darah, sputum (BTA), dan foto thoraks terhadap pasien

tuberculosis sebelum mengikuti program DOTS serta melihat perubahan

hasil setelah mengikuti program DOTS. Metode penelitian yang digunakan

adalah observasi dengan menggunakan cross sectional study. Manfaat

penelitian ini adalah menjadi bahan informasi, khususnya bagi tenaga

laboratorium kesehatan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Tuberkulosis

II.1.1 Pengertian Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan

oleh kuman tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar

kuman tuberkulosis menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ

tubuh lainnya. Mycobacterium tuberculosis pertama kali ditemukan oleh

seorang ilmuwan asal jerman yang bernama Robert Koch pada tanggal 24

Maret tahun 1882. (1,9)

II.1.2 Karakteristik Mycobacterium tuberculosis

Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri berbentuk batang

ramping lurus berukuran kira-kira 0,4 x 3 m, tidak membentuk spora. Jika

telah diwarnai bakteri ini tahan penghilangan warna (dekolorisasi) oleh

asam atau alcohol dan karena itu dinamakan basil tahan asam.

Mycobacterium tuberculosis kaya akan lipid,mencakup asam

mikolat, lilin dan fosfatida. Dalam sel, lipid sebagian besar terikat pada

protein dan pilosakarida. Lipid dalam batas tertentu bertanggung jawab

terhadap sifat tahan asam bakteri. Penghilangan zat ini dengan asam

panas merusak sifat tahan asam bakteri yang bergantung pada keutuhan

dinding sel dan adanya lipid tertentu.

4
5

Kuman ini tahan terhadap asam pada pewarnaan ziehl nelseen

(ZN) oleh karena itu disebut pula sebagai basil tahan asam. Kelompok

bakteri ini disebut tahan asam karena dapat mempertahankan zat warna

pertama (karbol fuchsin) sewaktu dicuci dengan larutan pemucat. Larutan

pemucat pada waktu pewarnaan ini mengandung asam alkohol. Bakteri

tahan asam terlihat berwarna merah. Sebaliknya pada bakteri tidak tahan

asam, larutan pemucat akan melarutkan karbol fuchsin dengan cepat,

sehingga sel bakteri tidak berwarna. Setelah penambahan zat warna

kedua (metilen blue), bakteri tidak tahan asam akan berwarna biru. (10)

Gambar 1: Mycobacterium tuberkulosis dengan Teknik pewarnaan Ziehl Neelsen. (22)

II.1.3 Klasifikasi

Klasifikasi bakteri Mycobacterium tuberculosis adalah sebagai berikut :

Kingdom : Procaryote

Diviso : Cyanobacteria

Ordo : Actinomycetales

Famili : Mycobacteriaceae

Genus : Mycobacterium

Spesies : Mycobacterium tuberculosis (11)


6

II.1.4 Patogenesis

Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif. Pada waktu batuk

atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan

dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000

percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana

percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Percikan dapat bertahan

selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.

Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman

yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pe-

meriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. Faktor yang memung-

kinkan seseorang terpajan kuman tuberkulosis ditentukan oleh konsen-

trasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.(9)

Patogenesis tuberkulosis dimulai dari masuknya bakteri sampai

timbulnya berbagai gejala klinis digambarkan sebagai berikut :

Bakteri yang terhirup

Bakteri mencapai paru, mas uk ke makrofag

Bakteri berkembang dalam makrofag

Mulai terbent uk lesi

Bakteri berhenti tumbuh, lesi mengeras Lesi mencair Bakteri keluar lewat sputum

Menurunnya imunitas
Reaktivitas Menyebar ke darah, organ lain

Kematian

Gambar 2. Skema Patogenesis TBC


7

II.1.5 Gejala penyakit tuberculosis

Gejala penyakit tuberkulosis dapat dibagi menjadi gejala umum dan

gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat.

1. Gejala umum akibat penyakit tuberkulosis diantaranya :

Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 (tiga) minggu atau

lebih,

Dahak bercampur darah,

Sesak napas dan rasa nyeri dada,

Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa

kurang enak badan (malaise),

Berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan dan

Demam meriang lebih dari sebulan.

2. Gejala khusus (Khas) akibat penyakit tuberkulosis berdasarkan organ

tubuh yang terkena diantaranya :

Bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke

paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang

membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas

melemah yang disertai sesak.

Bila ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat

disertai dengan keluhan sakit dada.

Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi

tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan


8

bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan

nanah.

Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak)

dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya

adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-

kejang. (12, 13)

II.2 Sputum (Basil Tahan Asam)

Pemeriksaan sputum berfungsi untuk menegakkan diagnosis,

menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan.

Pemeriksaan sputum untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan

mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari

kunjungan yang berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS),

S (sewaktu): dahak dikumpulkan pada saat suspek TB dating

berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot

dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.

P (Pagi): dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera

setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas

di unit pelayanan kesehatan (UPK).

S (sewaktu): dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat

menyerahkan dahak pagi. (9)

Pemeriksaan sputum BTA menggunakan pewarnaan Ziehl-Neelsen

(ZN). Pewarnaan ZN adalah salah satu pewarnaan spesifik untuk kuman

Mycobactrium. Pada pewarnaan ZN, pemanasan dan waktu sangat


9

berpengaruh terhadap dinding sel M. tuberculosis. Pemanasan pada saat

pemberian larutan karbol fuchsin 0,3% (selama 3-5 menit tidak sampai

mendidih) diharapkan zat lilin (asam mikolat) dari dinding kuman akan

terbuka sehingga zat warna dapat masuk, kemudian tenggang waktu

antara pemanasan dan pendinginan selama 5 menit sebelum dekolorisasi

alkohol 3%, terakhir metilen blue 0,3% selama 20 detik.(14 ).

Pemanasan adalah unsur paling penting yang perlu diperhatikan

agar BTA dapat menyerap warna dengan baik. Pemanasan yang terlalu

cepat setelah pemberian larutan karbol fuchsin akan menyebabkan BTA

tidak dapat menyerap warna dengan baik, demikian pula dengan

pemanasan yang terlalu lama akan menyebabkan zat lilin dari bakteri

akan rusak dan menjadi tidak tahan asam lagi, sehingga gambaran kuman

kurang kontras. Selain itu karbol fuchsin juga tidak mengendap dan

berubah bentuk menjadi kristal berwarna merah yang dinilai sebagai

kuman BTA. Fungsi dari pengecatan adalah memberi warna pada sel-sel

dan bagian lain sehingga menambah kontras yang tampak lebih jelas

pada kuman tersebut. Sementara faktor yang mempengaruhi pengecatan

pada kuman adalah fiksasi. Sediaan sebelum dilakukan pengecatan,

terlebih dahulu difiksasi dengan melewatkan sediaan pada api spiritus.(15)


10

II.3 Laju Endap Darah (LED)

II.3.1 Pengertian Laju Endap Darah (LED)

Laju Endap Darah (LED) adalah kecepatan pengendapan eritrosit

dalam darah dengan alat tertentu ya ng dinyatakan dalam mm/jam,

menggambarkan komposisi plasma dan perbandingan antara eritrosit dan

plasma. Darah dengan antikoagulan dimasukkan dalam tabung berlumen

kecil dan diletakkan tegak lurus selama 1 jam akan menunjukkan

pengendapan eritrosit dengan kecepatan yang di tentukan oleh rasio

permukaan dibanding volume eritrosit dalam waktu tertentu.(16, 17)

Kecepatan pengendapan yang sebenarnya sangat dipengaruhi

oleh kemampuan eritrosit membentuk rouleaux. Rouleaux adalah

gumpalan eritrosit yang terjadi bukan karena antibodi atau ikatan kovalen,

tetapi karena saling tarik menarik diantara permukaan sel.

Bila perbandingan globulin terhadap albumin meningkat atau kadar

fibrinogen sangat tinggi, pembentukan rouleaux dipermudah hingga LED

meningkat. Makin berat sel darah makin cepat laju endapnya dan makin

luas permukaan sel maikn lambat pengendapanya. Nilai normal LED

untuk laki-laki adalah 0-15 mm/jam dan untuk perempuan adalah 0-20

mm/jam. (16,18).
11

II.3.2 Kegunaan Laju Endap Darah (LED)

LED merupakan salah satu tes penyaring yang di gunakan untuk

mendukung penentuan ada atau tidaknya penyakit pada seseorang. Tes

ini bukan sebagai tes diagnosa yang sfesifik, namun tes ini sangat

membantu terutama pada kasus inflamasi

Pemeriksaan LED bermanfaat untuk memantau perjalanan penyakit

dan memantau keberhasilan terapi penyakit kronik, misalnya arthritis

reumatoid dan tuberkulosis. Pemeriksaan ini juga bermanfaat untuk

mengetahui ada tidaknya kelainan organik pada penderita yang

menunjukkan gejala yang samar-samar dan tidak menunjukkan kelainan

pada pemeriksaan fisik. Mieloma multipel dan disprotenemia lain

menyebabkan LED sangat meningkat. (16)

II.3.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi nilai Laju Endap darah (LED)

Faktor-faktor yang mempengaruhi LED antara lain :

1. Faktor eritrosit

Ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan eritrosit yang

mudah beraglutinasi akan menyebabkan laju endap darah cepat.

2. Faktor plasma

Pembentukan rouleaux tergantung dari komposisi protein plasma.

Peningkatan kadar fibrinogen dan globulin mempermudah

pembentukan rouleaux sehingga laju endap darah cepat

sedangkan kadar albumin yang tinggi menyebabkan laju endap

darah lambat.
12

3. Faktor teknis.

Selama pemeriksaan, tabung atau pipet harus tegak lurus. Jika

miring 3o dapat menimbulkan kesalahan 30%. Tabung atau pipet

tidak boleh digoyang atau bergetar karena ini akan mempercepat

pengendapan. Suhu optimum selama pemeriksaan adalah 20 o C,

suhu yang tinggi akan mempercepat pengedapan dan sebaliknya

suhu yang rendah akan memperlambat. Bila darah yang diperiksa

sudah membeku sebagiaan hasil pemeriksaan laju endap darah

akan lebih lambat karena sebagian fibrinogen sudah terpakai dalam

pembekuan (19).

II.3.4 Laju Endap Darah Metode Westergren

Pada tahun 1921 Westergren memperkenalkan teknik pemeriksaan

LED yang dikenal dengan metode Westegren (15), metode ini tlah

direkomendasikan oleh International Commitee for Standardization in

Hematologi (ICSH). Pemeriksaan LED metode Westergren menggunakan

darah citrat dengan perbandingan 4 bagian darah dan 1 bagian Na. Citrat

3,8%. Metode Westergren memakai tabung dengan panjang 300,5 mm

dengan diameter luar 5,5 mm 0,5 mm, diameter dalam 2,55 mm 0,15

mm, dan memiliki skala 0 200 mm. Rak Westergren yang digunakan

vertikal tidak boleh miring. LED metode Westergren memiliki prinsip yang

hampir sama dengan metode yang lainnya, yaitu darah dengan

antikoagulan yang dimasukkan kedalam tabung berlumen kecil kemudian

dibiarkan tegak lurus selama 1 jam, akan menunjukkan pengendapan


13

eritrosit dengan kecepatan yang ditentukan oleh rasio permukaan

dibanding volume eritrosit (20).

II.4 Radiologi.

Pemeriksaan radiologi membutuhkan biaya yang lebih

dibandingkan dengan pemeriksaan sputum. Pada kondisi tertentu

pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan sesuai dengan indikasi sebagai

berikut:

Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada

kasus ini

pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk mendukung

diagnosis tuberkulosis paru BTA positif.

Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen

dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif

dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non obat anti

tuberkulosis (OAT).

Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat

yang memerlukan penanganan khusus (seperti: pneumotorak,

pleuritis eksudativa, efusi perikarditis atau efusi pleural) dan pasien

yang mengalami hemoptisis berat (untuk menyingkirkan

bronkiektasis atau aspergiloma). (9)

Pemeriksaan foto thoraks yang memberikan gambaran kuat tentang

adanya tuberculosis paru antara lain :


14

Bagian atas paru menunjukan bayangan berupa bercak atau

bernoduler (pada satu atau kedua sisi).

Kavitas (lubang), khususnya bila terdapat lebih dari satu lubang.

bayangan titik-titik kecil yang tersebar.

Gambaran berawan tipis atau padat. Sebagian besar paru

lapangan atas tertutup infiltrate, tetapi masih terlihat lapangan atas

paru yang masih sehat.

Berselubung, dimana lapangan paru tampak tertutup infiltrate, dan

bayangan paru yang sehat sudah tidak jelas.

Gambaran radiologic tuberculosis paru yang tenang antara lain adalah :

Bintik-bintik klasifikasi : tampak densitasnya seperti densitas kapur /

densitas tinggi / radiopaque putih, dengan macam-macam bentuk

atau besarnya.

Garis-garis fibrosa : berupa garis-garis yang agak lurus, dengan

caliber yang sama, tidak bercabang-cabang seperti pembuluh

darah. (8,21)
15

Tuberkulosis paru aktif Normal

Gambar 3 : Gambaran radiologi penderita tuberkulosis paru

II.5 Strategi Directly Observed Treatment Short-course (DOTS)

Laporan tuberkulosis dunia oleh World Health Organization (WHO)

yang terbaru (2006), masih menempatkan Indonesia sebagai

penyumbang tuberkulosis terbesar nomor 3 di dunia setelah India dan

Cina dengan jumlah kasus baru sekitar 539.000 dan jumlah kematian

sekitar 101.000 pertahun. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

tahun 1995, menempatkan tuberkulosis sebagai penyebab kematian

ketiga terbesar setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran

pernafasan, dan merupakan nomor satu terbesar dalam kelompok

penyakit infeksi.

Pada awal tahun 1990-an World Health Organization (WHO) dan

International Union Against TB and Lung Diseases (IUATLD) telah

mengembangkan strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai

strategi Directly Observed Treatment Short-course (DOTS). Fokus utama


16

DOTS adalah penemuan dan penyembuhan pasien, prioritas diberikan

kepada pasien tuberkulosis tipe menular. Strategi ini akan memutuskan

penularan tuberkulosis dan dengan demikian menurunkan insidens

tuberkulosis di masyarakat. Menemukan dan menyembuhkan pasien

merupakan cara terbaik dalam upaya pencegahan penularan tuberkulosis.


1) 2)
Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen kunci: Komitmen politis,
3)
Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya. Pengobatan

jangka pendek yang standar bagi semua kasus tuberkulosis dengan

tatalaksana kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung


4)
pengobatan. Jaminan ketersediaan OAT (Obat Anti Tuberkulosis) yang
5)
bermutu. Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan

penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program secara

keseluruhan.

Pengobatan tuberkulosis bertujuan untuk menyembuhkan pasien,

mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai

penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai

berikut:

1) OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat,

dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori

pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian

OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan

sangat dianjurkan.
17

2) Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan

pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh

seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).

3) Pengobatan tuberkulosis diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif

dan lanjutan.

Tahap awal (intensif)

1) Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu

diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.

2) Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat,

biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2

minggu.

3) Sebagian besar pasien tuberkulosis BTA positif menjadi BTA negatif

(konversi) dalam 2 bulan.

Tahap Lanjutan

1) Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun

dalam jangka waktu yang lebih lama

2) Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga

mencegah terjadinya kekambuhan.

II.5.1 Paduan OAT yang digunakan di Indonesia (9)

Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan

Tuberkulosis di Indonesia yaitu :

- Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.

- Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
18

Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)

- Kategori Anak: 2HRZ/4HR

Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket

berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori anak

sementara ini disediakan dalam bentuk OAT kombipak. Tablet OAT KDT

ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya

disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu

paket untuk satu pasien.

Paket Kombipak Adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid,

Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk

blister. Paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) disediakan dalam bentuk

paket, dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin

kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu (1) paket

untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan.

Kombinasi Dosis Tetap (KDT) mempunyai beberapa keuntungan

dalam pengobatan TB:

- Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga

menjamin efektifitas obat dan mengurangi efek samping.

- Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko

terjadinya resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan

penulisan.

- Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehi ngga pemberian

obat menjadi sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien


19

III.5.2 Paduan OAT dan peruntukannya.

Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3), Paduan OAT ini diberikan untuk

pasien baru:

Pasien baru TB paru BTA positif.

Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif

Pasien TB ekstra paru (9).

Tabel Dosis untuk paduan OA T KDT untuk Kategori 1

Tahap Intensif Tahap Lanjutan


Berat Badan tiap hari selama 56 hari 3 kali seminggu selama 16 minggu
RHZE (150/75/400/275) RH (150/150)
30 - 37 kg 2 Tablet 4 K DT 2 Tablet 2 K DT
38 54 kg 3 Tablet 4 K DT 3 Tablet 2 K DT
55 70 kg 4 Tablet 4 K DT 4 Tablet 2 K DT
71 kg 5 Tablet 4 K DT 5 Tablet 2 K DT

Tabel. Dosis paduan OA T-Kombipak untuk Kategori 1

Dosis per hari / kali


Jumlah
Tahap Lama Tablet Kaplet Tablet Tablet hari/kali
Pengobat an Pengobat an Isoniasid Rifampisin Pirazinamid Etambutol menelan
@ 300 mg @ 450 mg @ 500 mg @ 250 mg obat

Intensif 2 1 1 3 3 56
Lanjutan 4 2 1 - - 48
BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

III.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah merupakan Cross Sectional Study

III.2 Tempat dan Waktu Penelitian

III.2.1 Tempat Penelitian

Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Makassar

III.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan April 2011 sampai sampel

mencukupi.

III.3 Sampel dan Cara Pemilihan Sampel

III.3.1 Populasi Penelitian

Pasien penderita Tuberkulosis yang mengikuti program DOTS dan

dirawat di BBKPM Makassar.

III.3.2 Sampel

Sampel penelitian adalah darah, sputum dan hasil foto thoraks dari

pasien tuberculosis yang mengikuti program DOTS dan yang

memeriksakan diri di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM)

Makassar.

III.3.3 Besar Sampel

Besar jumlah sampel yang di teliti adalah 55 pasien

20
21

III.4 Kriteria Penelitian

III.4.1 Kriteria Inklusi

Semua pasien tuberculosis paru berumur 15 tahun keatas yang

mengikuti program DOTS dengan kategori pengobatan OAT yaitu kategori

1 (Penderita baru TBC paru BTA (+),Penderita TBC paru BTA (-) dan foto

thoraks (+), Penderita TBC ekstra paru berat)

III.4.2 Kriteria Eksklusi

Pasien yang tidak tuntas mengikuti program DOTS

III.5 Definisi Operasional

- Pemeriksaan Laju Endap Darah Adalah pemeriksaan hematologi

dengan menggunakan metode westergren dengan pemeriksaan

darah menggunakan antikoagulan Natrium Sitrat 3,8 % yang

dimasukkan kedalam tabung berlumen kecil dan diletakkan tegak

lurus akan menunjukan pengendapan eritrosit yang dinyatakan

dalam mm/jam.

- Sputum adalah secret yang dibatukkan berasal dari bronchi (bukan

bahan yang berasal dari tenggorokan, hidung atau mulut),

berwarna kuning kehijau-hijauan atau mukopurulen, kental.

- Foto thoraks adalah hasil pemeriksaan dengan sinar X untuk

melihat adanya lesi tuberculosis berupa bercak atau bernoduler,

kavitas (lubang), tuberkuloma serta bayangan titik-titik yang

tersebar.
22

- Basil Tahan Asam adalah bakteri berbentuk batang yang tahan

terhadap asam pewarnaan dan berukuran kira-kira 0,4 3 m.

- DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) adalah strategi

penanggulangan tuberkulosis dengan fokus utamnya yaitu

penemuan dan penyembuhan pasien, prioritas diberikan kepada

pasien tuberkulosis tipe menular.

III.6 Alat dan Bahan Penelitian

III.6.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu spoit, tourniquet,

sarung tangan, rak tabung, mikroskop cahaya, pinset, kaca objek, ose

bulat, lampu spritus, pot dahak, X ray immunoassay.

III.6.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel darah,

sampel sputum, natrium sitrat, kapas alcohol, plester, karbol fuksin,

larutan asam alcohol, methylen blue, minyak emersi.

III.7 Prosedur Kerja

III.7.1 Pengambilan Darah Vena

Alat dan bahan yang dibutuhkan dipersiapkan. Pilih vena yang

besar, pasien disuruh menggenggam agar vena lebih muda teraba.

Tempat penusukan dibersihkan dengan alkohol 70% dan dibiarkan

sampai kering kembali. Dipasang tourniquet 10 cm diatas tempat

penusukan, jangan biarkan terpasang lebih dari 1 menit. Bagian yang

dipilih adalah vena median cubital atau chepalic, selanjutnya lakukan


23

penusukan vena. Ketika darah mulai mengalir, tourniquet dilepaskan dan

jangan mencabut jarum dalam keadaan tourniquet masih terpasang.

Setelah specimen yang diperlukan cukup, kepalan tangan dilepaskan.

Letakkan kapas steril diatas tempat penusukan, tarik jarum kemudian

kapas ditekan. Bahan-bahan yang terkontaminasi dibuang dalam tempat

khusus

III.7.2 Pemeriksaan Laju Endap Darah

Pipet westergreen diisi dengan darah yang telah diencerkan sampai

tanda garis 0, kemudian pipet diletakkan pada rak tabung dan perhatikan

supaya posisinya betul-betul tegak lurus, setelah tepat 1 jam, dibaca

hasilnya dalam mm/jam. Nilai normal untuk pria 0 15 mm/ 1 jam. Untuk

wanita 0-20 mm/ 1 jam.

III.7.3 Pengambilan Sampel Sputum

Sampel sputum dikumpulkan dengan sistem SPS (sewaktu-pagi-

sewaktu). Sampel sputum dikumpulkan dalam wadah kokoh untuk

menghindarkan pecah ketika di bawah, tertutup, bersih dan yang telah

diberi label identitas pasien.

III.7.4 Pemeriksaan Sputum BTA

Ose bulat dipanaskan diatas nyala api spiritus dan biarkan dingin.

Sputum yang kental diambil dengan menggunakan ose bulat, dibuat

sediaan pada permukaan kaca objek dengan gerakan spiral dari dalam

keluar, apusan harus rata kemudian keringkan pada suhu kamar, tidak

dikeringkan diatas nyala api atau pada sinar matahari. Setelah kering
24

dengan menggunakan pinset, sediaan dilewatkan diatas lampu spiritus

sebanyak 3 kali selama 3 - 5 detik. Sediaan diletakkan diatas rak pewarna

dengan apusan menghadap keatas.

Teteskan karbol fuchsin 0.3% sampai menutupi seluruh permukaan

sediaan apusan. Dengan menggunakan pinset, sediaan dipanaskan

dengan nyala api spiritus sampai uap keluar selama 3-5 menit dan jangan

sampai mendidih. Dibiarkan sampai dingin dan cuci dengan air mengalir.

Setelah itu, diteteskan asam alkohol 3% diatas sediaan sampai warna

merah dari fuchsin hilang. Dicuci dengan air mengalir lalu sediaan ditetesi

larutan metilen blue 0.3% sampai menutupi seluruh permukaan, biarkan

selama 10-20 menit. Dicuci dengan air mengalir dan dibiarkan kering pada

suhu ruangan. Sediaan yang telah kering dilihat dibawah mikroskop

dengan menggunakan lensa okuler 10x dan lensa obyektif 100 x.

III.7.5 Pembacaan Sputum BTA

Pembacaan sputum BTA dilakukan dengan melihat bentuk batang

warna merah (100 lapang pandang mikroskopik) diperiksa dengan

menggunakan lensa okuler 10x dan objektif 100x (minyak emersi).

Menemukan BTA yang berwarna merah dan pemeriksaan dilakukan

paling sedikit 100 lapang pandang.

III.7.6 Interpretasi Hasil Sputum BTA

1. Negatif ( - ) : jika tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang.

2. Positif ( + ) : jika ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang.


25

III.7.7 Pemeriksaan Foto Thoraks

Persiapan pasien : pasien yang akan melakukan foto thoraks

disarankan untuk membuka perhiasan dan baju disekitar obyek yang akan

di foto, hal in bertujuan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Pasien diwajibkan menggunakan baju khusus rontgen. Kondisi pemo-

tretan diatur sesuai dengan obyek yang akan difoto, diatur posisi pasien

lalu diproses ke kamar gelap untuk menghasilkan gambar yang nyata.

III.8 Pengumulan dan Analisis Data

Data diperoleh dari hasil sebelum dan setelah pemeriksaan laju

endap darah , basil tahan asam dan foto thoraks dan dilakukan analisis

statistik dengan menggunakan uji statistik berupa analisis deskriptif

frekuensi dengan bantuan software SPSS (Statistic Product and Service

Solutions) for windows versi 16.0


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin ................................... 26

2. Distribusi Frekuansi berdasarkan Umur............................................. 26


3. Hasil pewarnaan BTA dan Thoraks pada pasien Tuberkulosis
sebelum mengikuti program DOTS.................................................... 27
4. Hasil pewarnaan BTA dan LED pada pasien Tuberkulosis sebelum
mengikuti program DOTS. ................................................................ 28
5. Hasil pewarnaan BTA dan Foto thoraks pada pasien Tuberkulosis
setelah mengikuti program DOTS..................................................... 28
6. Hasil pewarnaan BTA dan LED pada pasien Tuberkulosis setelah
mengikuti program DOTS................................................................. 29
7. Uji statistik Paired Samples T test..................................................... 29

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Mycobacterium tuberkulosis dengan Teknik pewarnaan

Ziehl Neelsen.................................................................... 5

2. Skema Patogenesis TBC.................................................. 6

3. Tuberkulosis paru Aktif dan Normal................................. 14

4. Alat Pemeriksaan Foto Thoraks....................................... 46

5. Kamar Gelap..................................................................... 46

6. Proses Pewarnaan Zeilh Neelsen. .................................. 46

7. Pemeriksaan LED Metode Westergren............................. 46

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Skema Alur Penelitian............................................................................. 38

2. Skema Kerja Sputum BTA ..................................................................... 39

3. Data Hasil Penelitian............................................................................... 40

4. Uji Statistik SPSS versi 16 ..................................................................... 42

5. Gambar alat-alat yang digunakan........................................................ 46

xvi
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

Lambang / Singkatan Arti

BTA Basil Tahan Asam

DOTS Directly Observed Treatment Short-

course

ICSH International Commitee for

Standardization in Hematologi

IUATLD International Union Against TB and

Lung Diseases

KDT Kombinasi Dosis Tetap

LED Laju Endap Darah

OAT Obat Anti Tuberkulosi

PMO Pengawas Menelan Obat

SPS Sewaktu Pagi Sewaktu

SPSS Statistic Product and Service

Solution

TBC Tuberkulosis

UPK Unit Pelayanan Kesehatan

WHO World Health Organization

ZN Ziehl Neelsen

xvii

Anda mungkin juga menyukai