Oleh :
dr. Boy Olifu Elniko Ginting
NIM : 167114008
Pembimbing :
Dr.dr. Akhyar H. Nasution, Sp.An, KAKV
dr. Qadri Fauzi Tanjung, Sp.An, KAKV
Judul Tesis:
PENGARUH THIAMIN INTRAVENA DAN NaCl 0,9% TERHADAP
KADAR TROMBOKSAN A2 PADA PASIEN YANG
MENJALANI PEMBEDAHAN DENGAN ANESTESI UMUM
Nama Mahasiswa : Boy Olifu Elniko Ginting
NIM : 167114008
Program : Program Pendidikan Dokter Spesialis
Konsentrasi : Anestesiologi dan Terapi Intensif
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. dr. Akhyar H. Nasution, Sp. An, KAKV dr. Qadri Fauzi Tanjung, Sp.An, KAKV
NIP. 196007011987021002 NIP. 197111132001121002
Dr. dr. Akhyar H. Nasution, Sp. An, KAKV Prof.dr.Achsanuddin Hanafie, Sp. An,KIC, KAO
NIP. 196007011987021002 NIP. 195208261981021001
Dekan
Fakultas Kedokteran USU Ketua TKP PPDS FK USU
Prof. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K) Dr. dr. Muhammad Rusda. M.Ked(OG), Sp.OG(K)
NIP. 196605241992031002 NIP. 196805202002121002
Penguji I Penguji II
dr. Asmin Lubis, DAF, Sp.An, KAP, KMN Prof. dr. Achsanuddin Hanafie, Sp.An, KIC, KAO
NIP. 195208261981021001
Penguji III
Mengetahui,
Dr. dr. Akhyar H. Nasution, Sp. An, KAKV Prof.dr.Achsanuddin Hanafie, Sp. An,KIC, KAO
NIP. 196007011987021002 NIP. 195208261981021001
ii
Dengan segala kerendahan hati, saya panjatkan puji syukur kehadirat Allah
S.W.T karena berkat rahmat dan karunia-Nya telah memberikan akal budi, hikmat dan
pemikiran, sehingga saya dapat menyelesaikan tesis sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan Program Pendidikan Dokter Spesialis di bidang Anestesiologi dan Terapi
Intensif di Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara yang saya cintai dan
banggakan.
Saya sangat menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih banyak
kekurangan, baik dari segi isi maupun penyampaian bahasanya. Meskipun demikian,
besar harapan dan keinginan saya agar kiranya tulisan ini dapat memberi manfaat dan
perbendaharaan dalam penelitian di bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera utara/RSUP H. Adam Malik Medan, khususnya
tentang:
Dengan penulisan tesis ini, maka pada kesempatan ini pula dengan diiringi rasa
tulus dan ikhlas, ijinkan saya mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua saya,
tunangan saya dan keluarga saya. Dan juga ucapan terima kasih dan penghargaan kepada
yang terhormat: DR. dr. Akhyar H. Nasution, SpAn, KAKV dan dr. Qadri Fauzi Tanjung,
Sp.An, KAKV atas kesediaannya sebagai pembimbing penelitian saya ini, yang walaupun
di tengah kesibukannya masih dapat meluangkan waktu dan dengan penuh perhatian serta
kesabaran, memberikan bimbingan, saran dan pengarahan yang sangat bermanfaat kepada
saya dalam menyelesaikan tulisan ini.
Dan dengan berakhirnya pula masa Pendidikan Dokter Spesialis saya di
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, maka pada kesempatan yang
berbahagia ini perkenankanlah saya menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang
sebesar–besarnya kepada :
Yang terhormat Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara, DR. Muryanto
Amin S.Sos, Msi, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. dr.
Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K) atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya untuk
iii
iv
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian uji klinis dengan desain double blind
randomized controlled trial (RCT). Penelitian ini melibatkan 38 orang sampel,
dan dikelompokan menjadi 2 kelompok, kelompok thiamin dan kelompok nacl 0,9
% kemudian dilakukan pengambilan darah sebanyak 6 ml pre dan post pemberian
intervensi masing-masing sebanyak 1 ml setiap kelompok kemudian di cek kadar
tromboksan.
Hasil: Pada kelompok thiamin didapatkan nilai kadar trombosan sebelum 53,48 ±
72,49 dibandingkan dengan kadar tromboksan sesudah 32,49 ± 20,97 dengan
selisih didapatkan mean -26,16. Namun secara statistik didapatkan nilai P = 0,573
(P> 0,05)
vi
Results: In the thiamin group, the thromboxane level before was 53.48 ± 72.49
compared to the thromboxane level after 32.49 ± 20.97 with a mean difference of
-26.16. However, statistically, the value of P = 0.573 (P> 0.05)
vii
viii
ix
xi
xii
xiii
PENDAHULUAN
yang direkomendasikan pada orang dewasa adalah 1,1–1,2 mg / hari.2 Tubuh tidak
kebanyakan pada otot rangka, jantung, otak, hati, dan ginjal.1 Thiamin adalah
vitamin yang larut dalam air yang berperan dalam beberapa proses biologis,
Peran thiamin pada pasien yang sakit kritis sudah banyak diteliti, dan
bakar, operasi besar, syok septik, penyakit ginjal stadium akhir, dan gagal jantung.
Kekurangan vitamin ini merupakan masalah kritis karena sulit terdiagnosis dan
mendekati 20% pada pasien yang tidak diobati atau tidak dirawat secara adekuat,
dan hingga 85% pasien yang selamat dapat mengalami sekuele kondisi neurologis
pembedahan sulit untuk dibandingkan karena kisaran kasus yang sangat beragam,
morbiditas mayor menjadi komplikasi pada 3–16% dari semua prosedur bedah
rawat inap di negara maju, dengan kecacatan permanen atau tingkat kematian
operasi nasional di Selandia Baru termasuk yang paling rendah dari semua negara
berpenghasilan tinggi bahkan ketika termasuk perkiraan operasi dari sektor swasta
(6.270 per 100.000 pada tahun 2012), meminimalkan kemungkinan operasi yang
juga merupakan wilayah dengan populasi terbesar yaitu: Asia Selatan (72.919.681
mortalitas perioperatif menurun dari waktu ke waktu, dari 10603 per juta sebelum
tahun 1970-an, menjadi 4.533 per juta (4.405-4.664) pada 1970 sampai 80-an, dan
oleh mediator pro-inflamasi seperti asam lisofosfat, faktor pengaktif platelet, dan
tromboksan A2.7
Penelitian oleh Lubis et al., 2021, tiamin juga berperan dalam mengatur
proliferasi, diferensiasi, dan apoptosis sel. Adanya peran tiamin dalam menekan
respon stres metabolik dengan cara meningkatkan kadar COMT telah dilaporkan
oleh Nasution et al. 2020, namun menurut pnelitian Hamdi et al., 2021 pada
COMT.43
dan sejumlah sel lainnya seperti makrofag, neutrofil dan sel endotel. TxA2
trombosit. TxA2 juga disebut sebagai vasokonstriktor serta teraktivasi saat adanya
inflamasi dan cedera jaringan, seperti saat pembedahan. Peran TxA2 meningkat
pulmonal, cedera ginjal dan hepar, alergi, angiogenesis serta metastasis sel
kanker.7
thiamin yang sangat tinggi (25,7%) pada pasien pasca operasi sleeve gastrectomy
(SG) dimana mayoritas terjadi pada orang Afrika-Amerika (66,7%) dengan indeks
massa tubuh pra operasi yang lebih tinggi (P = 0,026) memiliki kejadian episode
mual berulang (59,3%) dan muntah (44,4%) yang lebih tinggi pada kurun waktu 2
tahun pasca operasi.8 Perkiraan defisiensi thiamin pada pasien sepsis berkisar
dari 10% hingga 70%.2 Pasien coronary artery bypass surgery (CABG) telah
terbukti mengalami penurunan vitamin B kompleks seperti B6, B12, dan thiamin,
menunjukkan bahwa thiamin memiliki risiko alergi yang sangat rendah pada
dramatis dan meningkatkan sintesis TXA2, seperti prosedur CABG yang dapat
jam pasca-CABG pada pasien dengan major adverse cardiac and cerebrovascular
kondisi patologis yang sedang dihadapi pasien. Namun, di sisi lain, dampak
negative pembedahan juga tidak dapat dihindarkan, seperti yang dijelaskan bahwa
dimana proses ini meningkatkan salah satu penanda inflamasi yaitu TxA2.
akibat proses inflamasi yang salah satunya diinduksi oleh proses pembedahan
seperti pada penelitian Shoeb, dkk.11 Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
Setelah Pemberian Thiamin Intravena dan Nacl 0,9% Intravena Pada Pasien Yang
1.3 Hipotesis
paska operasi.
ini.
untuk meningkatkan hasil akhir yang memuaskan dan sempurna bagi pasien
TINJAUAN PUSTAKA
memainkan peran penting dalam sejumlah proses seluler. Kadar thiamin yang
disimpan dalam tubuh seorang yang sehat adalah sebanyak 30-50 mg. Khusus
pada populasi dengan penyakit kritis, thiamin pirofosfat (TPP, turunan thiamin)
kunci dalam respirasi aerobik, yang tanpanya respirasi aerobik mitokondria tidak
tinggi, zat ini secara pasif diserap dalam saluran pencernaan, dalam dosis kecil
dengan transporter carrier- mediated, dan difosforilasi dalam proses ini. Setelah
diserap, diangkut bersama dengan protein plasma (terutama albumin) dan eritrosit
kemudian disimpan terutama di otot rangka, tetapi juga di jantung, hati, ginjal dan
kira-kira 30 mg, dengan waktu paruh 9-18 hari. Kuota harian adalah 1,2mg untuk
pria dan 1,1mg untuk wanita, lebih besar pada pria karena pengeluaran energi
yang lebih besar. Kebutuhan thiamin meningkat 10% pada saat kehamilan dan
menyusui. Sumber utama vitamin ini adalah daging babi, daging sapi, sayuran,
bersifat fotosensitif, didenaturasi oleh panas dan dirusak pada pH> 8. Teh, kopi,
ikan mentah, makanan laut mengandung thiaminase yang dapat merusak vitamin,
nutrisi ini. Ekskresi thiamin dan metabolitnya pada dasarnya melalui urin.13
aktif. Cadangan thiamin dalam tubuh hanya berjumlah 30 mg dan habis dalam 20
hari jika asupan oral tidak adekuat. Penyebab kekurangan vitamin B1 adalah
penggilingan biji-bijian atau dengan pengolahan air kapur alkali pada jagung.
dan kuman, yang jauh lebih kaya akan thiamin daripada endosperm bertepung
adalah koenzim yang digunakan untuk metabolisme energi. Ini adalah komponen
penting dari tiga reaksi berikut: TPP adalah kofaktor dalam subunit E1 dari
NADH nantinya dapat diubah menjadi ATP, sumber energi untuk sel. Asetil-KoA
yang dihasilkan kemudian dapat masuk ke Siklus Asam Sitrat untuk menghasilkan
metabolisme karbohidrat. Selain itu, fungsi kompleks PDH sangat penting dalam
TPP juga digunakan dalam siklus asam sitrat sebagai kofaktor dalam
membentuk suksinil-KoA. Reaksi ini penting dalam propagasi siklus asam sitrat,
yang menghasilkan energi. Reaksi ini juga berperan dalam menjaga kadar
khususnya pada reaksi transketolase. PPP terjadi di dalam sitosol sel sebagai jalur
5-fosfat. NADPH kemudian dapat menjadi faktor dalam beberapa jalur biokimia
mengurangi stres oksidatif dan kerusakan sel akibat radikal bebas. Sementara itu,
jika asam nukleat tidak diperlukan dalam sel, maka ribosa-5-fosfat dapat
(seperti glukosa -6-fosfat). Dalam reaksi ini, TPP diperlukan sebagai kofaktor
reaksi ini, terlihat bahwa thiamin, dalam bentuk TPP, sangat penting untuk
proses pasif yang memungkinkan dosis oral dapat diabsorbsi dan digunakan
difosfat (bentuk thiamin yang paling aktif) dalam 2-6 jam dan dapat bertahan
hingga 12 jam. Pada pemberian thiamin oral, penyerapan yang hampir selesai
dapat dijumpai pada 40 menit pasca pemberian, dengan kadar puncak thiamin
dicapai pada 20 dan 120 menit serta kembali ke baseline dalam 12 jam. Waktu
pemberian thiamin secara oral dan intramuskular dengan dosis yang sama
bersifat termolabil, dan aktivitas memasak makanan ini juga mempengaruhi risiko
defisiensi thiamin. Selain itu, konsumsi minuman seperti kopi, teh, dan minuman
lain yang kaya tanin juga berkontribusi terhadap defisiensi thiamin. Di sisi lain,
kandungan asam sitrat dan askorbat. Penyerapan thiamin dari makanan terjadi di
sangat menurun dengan adanya pH basa, dan terjadi dalam bentuk pasif dan aktif.
Absorpsi pasif terjadi ketika thiamin dalam jumlah besar di dalam lumen usus,
sedangkan absorpsi aktif terjadi ketika thiamin dalam jumlah kecil. Alkoholisme
thiamin karena alkohol menghambat transpor aktif vitamin hingga 50%, bahkan
Semua pasien dengan malnutrisi atau risiko nutrisi merupakan kandidat potensial
untuk defisiensi thiamin, terlepas dari etiologi malnutrisi. Selain itu, pasien
malnutrisi atau pasien puasa lama yang akan diberi makan secara artifisial dapat
asupan vitamin yang lebih rendah, prevalensi muntah pasca operasi yang lebih
tinggi, dan gangguan absorpsi, terutama pada pasien yang telah menjalani operasi
bypass lambung Roux-en-Y. Pada pasien ini, bypass dilakukan pada usus halus,
lokasi utama untuk absorpsi thiamin, dan pertumbuhan bakteri yang berlebihan
merupakan penyebab signifikan defisiensi thiamin. Selain itu, obesitas saja dapat
makanan yang kurang sayuran dan kaya gula sederhana serta makanan olahan,
yang merupakan sumber thiamin yang rendah. Faktor risiko utama dan terpenting
diubah menjadi laktat. Jika asam laktat menumpuk, asidosis laktat dapat terjadi.1
pirofosfat adalah bentuk aktif dari thiamin dan berfungsi sebagai kofaktor untuk
enzim ini, yang berbeda untuk enzim yang berbeda, dan menunjukkan
menampilkan empat bentuk klasik: refleks sensorik-motorik dan nyeri atau tidak
perifer, retensi natrium dan air, mengakibatkan curah jantung yang tinggi, edema,
dan disfungsi ventrikel bilateral (beri-beri basah kronis); Beri-beri basah akut
terkait dengan cedera miokard dan syok peredaran darah (Shoshin beri-beri) dan
ensefalopati Wernicke, yang ditandai dengan tiga tanda klinis: disfungsi motorik
pirofosfat. Nilai stimulasi yang lebih besar dari 25% setelah penambahan
konsentrasi ester thiamin difosfat dalam eritrosit melalui kromatografi cair kinerja
tinggi.3
yang umumnya muncul akibat defisiensi thiamin, meskipun kedua sindrom ini
jarang terjadi secara bersamaan. WKS mempengaruhi sistem saraf pusat, yang
muncul pada individu yang berisiko kekurangan thiamin. Beri beri adalah
kelainan lain yang disebabkan oleh defisiensi thiamin. Ini paling sering muncul
pada orang yang menyalahgunakan alkohol tetapi juga dapat disebabkan oleh
hingga 35%, sedangkan prevalensi ensefalopati ini pada populasi umum adalah
1,5%.3
vasodilatasi, dan hipertensi. Beri-beri kering lebih sering daripada beri-beri basah.
Gejalanya adalah neuritis, neuropati, terutama pada ekstremitas bawah, dan nyeri
otot disertai atrofi dan paraplegia. Beri-beri cerebral adalah bentuk khusus beri-
beri kering yang berhubungan dengan defisiensi thiamin akut yang parah. Hal ini
mempengaruhi susunan saraf pusat (SSP) dan sumsum tulang belakang dan
adalah gejala lebih lanjut. Pada tahap yang parah, koma mungkin terjadi. Jika
diobati secara dini, prognosis beri-beri merupakan prognosis yang baik tetapi
mortalitas masih berkisar antara 10 dan 20%. Meskipun pengobatan dimulai lebih
awal, remisi total jarang terjadi karena perubahan kognitif tidak dapat dipulihkan
dalam banyak kasus.14 Selain itu, defisiensi thiamin pada pasien syok septik yang
mengonsumsi 50 mg thiamin setiap hari atau dapat diberi suntikan 50 hingga 100
mg thiamin tiga hingga empat kali sehari. Suplemen thiamin oral dapat
bahkan jika berlebihan. Pada individu yang menerima suplementasi Vitamin B1,
efek samping yang paling sering dilaporkan termasuk sensasi hangat, urtikaria,
kompleks lainnya, dan beberapa terapi vitamin yang larut dalam air hingga 5
selama beberapa minggu. Regimen ini harus diikuti dengan diet bergizi yang
hari).15
yang tidak diobati dapat berakibat fatal.21 Thiamin yang diberikan secara
parenteral, bahkan dengan dosis hingga 500 mg tiga kali sehari, aman, dapat
ditoleransi dengan baik, dan telah menjadi pengobatan andalan untuk Ensefalopati
alkoholisme, defisiensi thiamin harus diobati dengan 500 sampai 1500 mg per
hari, 2 atau 3 dosis, melalui injeksi intramuskular atau jalur intravena selama 5
hari. Setelah periode awal ini, rekomendasinya adalah dosis oral 300 mg per hari
selama 1-2 minggu, diikuti dengan 100 mg setiap hari untuk dosis pemeliharaan.
tinggi secara intravena harus dipertahankan untuk periode yang lebih lama hingga
dalam beberapa jam atau hari, tetapi kebingungan mental membutuhkan waktu 2
atau 3 minggu untuk membaik. Pasien tanpa alkoholisme yang memiliki diagnosis
daripada pasien dengan alkoholisme, dengan dosis 100-300 mg per hari sudah
beri basah biasanya kecil dan dapat diberikan secara oral. Secara keseluruhan,
dosis 100-300 mg per hari sudah cukup untuk memperbaiki gejala. Pada Shoshin
menyarankan 100- 300 mg per hari dalam kasus ini. Penggantian thiamin harus
dipertahankan untuk waktu yang lama dan sampai faktor risiko defisiensi thiamin
mg per hari.3
komplikasi yang parah seperti anafilaksis dan henti jantung paru, meskipun
frekuensi kejadian ini jarang terjadi. Thiamin parenteral harus diencerkan dalam
100 mL larutan saline dan diinfuskan selama 30 menit untuk menurunkan risiko
efek samping.3
untuk pria diperlukan untuk menghindari defisiensi. Pada tahap awal neuropati,
kekurangan vitamin B1, suplementasi tambahan dengan semua vitamin lain dari
kelompok B adalah penting. Oleh karena itu, pasien bedah bariatrik pada dasarnya
bagian dari terapi multivitamin rutin dengan dosis 12-50 mg, 2 kali/hari, secara
secara intravena dan 150 mg niasin secara intravena, 3 kali/hari) dan vitamin C
diberikan secara oral karena adanya gangguan absorbsi thiamin. Pemberian secara
yang dirawat di rumah sakit. Pasien dengan gejala ringan sebaiknya diberikan
injeksi thiamine 100 mg selama 7-14 hari. Untuk pasien dengan defisiensi thiamin
intramuskular atau oral dosis tinggi hingga adanya perbaikan gejala. Dosis yang
kali sehari selama 3-5 hari diikuti oleh 250 mg/hari untuk periode yang sama atau
dipertimbangkan hanya pada pasien yang tidak memiliki akses intravena dan
dalam kondisi darurat. Dosis thiamin 250 mg intramuskular selama 3-5 hari
2.3. Tromboksan A2
dihasilkan oleh trombosit, namun sekarang TxA2 dilepaskan oleh berbagai sel
lainnya, seperti makrofag, neutrofil dan sel endotel. TxA2 memiliki efek
merupakan vasokonstriktor dan aktif saat adanya cedera jaringan dan inflamasi.
stroke, aterosklerosis, asma bronkial, hipertensi paru, cedera ginjal dan hepar,
dapat dijumpai pada sel endotel, sel otot polos, sel mesangial glomerulus, miosit
jantung dan banyak sel lainnya. Reseptor TP awalnya diklon dari plasenta
manusia yang memiliki struktur primer asam amino sebanyak 343 dan dikenal
sebagai α-isoform, sedangkan sekuen genetik lain diklon dari endotel yang
tersusun atas 407 asam amino yang disebut sebagai β-isoform. Kedua isoform
Mekanisme ini dapat secara signifikan berkontribusi pada aktivasi trombosit dan
pembedahan.24,25
melalui aktivitas COX dan tromboksan sintetase (TXS). Aspirin dosis rendah
COX dari enzim prostaglandin G/H-sintase, serta telah terbukti meliki efek
terhadap sinyal proinflamasi dan stress oksidatif, seperti bekerja secara autokrin
atau parakin. Reseptor TP diaktivasi tidak hanya oleh TxA2, tetapi juga oleh
adhesi), kontraksi sel pembuluh darah otot polos (vascular smooth muscle
aterosklerotik. Reseptor TP juga diekspresi pada jenis sel lainnya yang terlibat
adanya aktivasi GpIIb/IIIa, agregasi trombosit dan sekresi granul trombosit dapat
terjadi. Trombosit yang tidak dapat menghasilkan TxA2 dapat diaktivasi melalui
melalui 2 reseptor ADP yang saling berinteraksi oelh ADP yang dilepaskan oleh
trombosit atau sumber ekstra trombosit seperti sel darah merah atau adanya
ireversibel serta pelepasan reaksi yang tidak bergantung pada metabolisme asam
arakidonat.27
bariatrik sekitar 15,5%. Sebagian besar pasien yang mengalami defisiensi thiamin
lemak (A, D, E, K) dan vitamin yang larut dalam air (kelompok vitamin B, C)
dapat dikaitkan dengan asupan yang tidak adekuat, diare, pertumbuhan bakteri
usus halus yang berlebihan, atau malabsorpsi. Malabsorpsi besi, tembaga, seng,
penurunan kelarutan garam makanan atau trace element, atau absorbsi mineral
morbiditas dan mortalitas. Peningkatan laktat juga dikaitkan dengan hasil yang
buruk pada penyakit kritis seperti sepsis. Penurunan metabolisme aerobik juga
didukung oleh hubungan antara konsumsi oksigen yang rendah dan hasil yang
buruk pada keadaan kritis termasuk sepsis, operasi berisiko tinggi, dan pasien
pasca-serangan jantung.28
oleh enzim piruvat dehidrogenase (PDH). Aktivitas PDH yang menurun dapat
dalam perubahan metabolik, yaitu peningkatan laktat yang terlihat pada pasien
fungsi PDH. Dengan tidak adanya thiamin, konversi piruvat menjadi asetil-
produksi laktat.28
Thiamin adalah vitamin larut air yang penting untuk fungsi mitokondria
dilaporkan pada 20% pasien dengan sepsis di ICU dan 25% pasien setelah
gastrektomi.29
dalam kadar laktat pasca operasi atau temuan klinis antara pasien yang menerima
signifikan di antara pasien yang menerima thiamin.28 Pada penelitian yang menilai
plasebo pada hari ke-1 (8,3% vs 25%) dan hari ke-2 (4,2% vs. 20,8%; odds ratio:
0,16).29
Konsentrasi thiamin dan laktat setelah operasi jantung berhubungan terbalik, dan
mortalitas. Penanda penurunan perfusi jaringan dan distribusi oksigen ini menjadi
yang berkepanjangan, perawatan intensif dan durasi rawat inap, serta peningkatan
hari, menunjukkan bahwa pemberian injeksi thiamin dosis tinggi secara intravena
pada beberapa kelompok pasien yang menjalani operasi jantung pada perioperatif
dapat meningkatkan fungsi kardiovaskular dan hasil akhir klinis yang lebih baik.30
dan/atau vitamin B12 berhubungan dengan 40% kasus neuropati setelah operasi
bariatrik.13 Beri-beri bariatrik dapat terjadi dalam 1-3 bulan pertama pasca operasi.
Penelitian oleh Stroh menunjukkan sebagian besar pasien mengalami gejala beri-
ginjal. Suatu laporan kasus pada anak laki-laki berusia 14 tahun yang menjalani
dan inotropik. Kondisi pasien membaik setelah dilakukan pemberian thiamin IV.
anestesi umum. Propofol dan sevoflurane memiliki efek pada hemostasis yaitu
seperti asam lisofosfat, faktor pengaktif platelet, dan tromboksan A2. Hirakata et
vasokonstriksi, proliferasi sel otot polos pembuluh darah, dan regulasi imunitas.34
TxA2 adalah mediator lipid yang tidak stabil secara kimiawi yang terlibat dalam
peradangan, dan kanker. Pada trombosit manusia, TXA2 adalah turunan asam
metabolites (TXA-M) 24 jam pasca CABG pada pasien dengan major adverse
dibandingkan pasien tanpa MACCE. Kadar TXA-M 24 jam pasca CABG secara
signifikan lebih tinggi dibandingkan pasien tanpa MACCE (11,101 vs 8,849 pg/
mg).10
Penelitian oleh Lubis et al., 2021, tiamin juga berperan dalam mengatur
proliferasi, diferensiasi, dan apoptosis sel. Adanya peran tiamin dalam menekan
respon stres metabolik dengan cara meningkatkan kadar COMT telah dilaporkan
oleh Nasution et al. 2020, namun menurut pnelitian Hamdi et al., 2021 pada
COMT43.
oksidatif yang diikuti olek oksidasi komponen sel dan aktivasi jalur pensinyalan
yang merupakan kofator sejumlah enzim yang terlibat dalam metabolisme sel dan
terbukti berfungsi sebagai salah satu antioksidan yang paling efektif. Penelitian
pembentukan spesies oksigen reaktif (ROS) yang diinduksi LPS dan kematian
makrofag secara in vitro. LPS menginduksi peningkatan sekitar 6 kali lipat pada
COX-2, > 3 kali lipat pada LOX-5, 3 kali lipat pada sintase TXB, dan 2,5 kali
lipat pada ekspresi sintase PGI2 pada makrofag. Peningkatan COX-2, LOX-5,
TXB sintase, dan sintase PGI2 secara signifikan diturunkan dengan adanya
benfothiamine masing-masing sebesar 50, 95, 95, dan 90%. Pada makrofag yang
mRNA dari COX-2, LOX-5, dan TXB sintase secara signifikan (60 sampai 90%)
menurun.11
Injeksi Tiamin
Kadar tromboksan pasca
pembedahan dengan
anestesi umum
NaCl 0,9%
Stress Respon
Tindakan pembedahan
Aktivasi HPA Axis
Peningkatan Kortisol
Peningkatan
Katekolamin Release
Simpatis Parasimpatis
Thiamine
Peningkatan
metabolisme Thromboksan A2 Leukotrien
Asam arakhidonat
Produksi ATP
menurun Meningkatnya
Toxin Dopamin Apoptosis Cell
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian uji klinis dengan desain double blind
kontrol dan intervensi yang dinilai sebelum dan sesudah intervensi untuk menilai
Emergensi (KBE) dan ruang pemulihan pasca bedah Rumah Sakit Umum Pusat
Haji Adam Malik Medan (RSUP HAM). Penelitian ini mulai dilakukan setelah
terbitnya ethical clearance dan Surat Ijin Penelitian dari komite etik RSUP HAM-
FK USU.
mayor dengan anestesi umum. Sampel penelitian ini adalah sebagain dari populasi
40
of Anesthesiologist (ASA).
3. Obesitas.
berdasarkan rumus:
[ ]
[ ( ) ]
x1-x2 = Selisih minimal skor kadar COMT dianggap bermakna pada subjek
(preliminary survey).43
[ ]
[ ( ) ]= 8.18 ≈ 8 atau digenapkan menjadi n = 10
sampel
3. Pencatatan identitas berupa jenis kelamin, usia, indeks massa tubuh, grade
(NIBP), oksimeter dan kateter urin. Oksigen diberikan melalui nasal kanul
Ukuran diameter ETT yang digunakan yaitu nomor 7,5 untuk pria dan
10. Pemberian kembali thiamine atau NaCl 0,9% dilakukan 2 jam pasca
pembedahan dimulai.
11. Enam jam setelah pemberian thiamine atau NaCl 0,9% yang kedua,
posttest.
1. Thiamin (Ikapharmindo®)
3. Tromboksan A2
4. Pembedahan mayor
yaitu SPSS (Statistical Package for Social Science). Data demografi disusun
Populasi Penelitian
Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi
Sampel
Randomisasi
Pembedahan Pembedahan
Pemberian thiamin 100mg sebanyak 1 cc 2 jam setelah insisi Pemberian NaCl 0,9% 1 cc 2 jam setelah insisi
Pengambilan sampel darah 6 jam paska Pengambilan sampel darah 6 jam paska
pemberian perlakuan kedua pemberian perlakuan kedua
Analisis statistik
HASIL PENELITIAN
sakit umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Penelitian merupakan penelitian uji
klinis dengan desain double blind randomized controlled trial (RCT). Pada
penelitian ini dijumpai kelompok kontrol dan intervensi yang dinilai sebelum dan
sesudah intervensi untuk menilai perbandingan efektivitas thiamin dan NaCl 0,9%
terhadap kadar tromboksan. Sampel penelitian adalah pasien berusia 18-65 tahun
Penelitian ini diikuti oleh 38 sampel yang terdiri dari 19 sampel thiamin
dan 19 sampel Nacl 0,9 % telah memenuhi kriteria inklusi. Karakteristik sampel
dan median dengan nilai minimum dan maksimum serta dilakukan uji normalitas
47
thiamin dengan kelompok Nacl 0,9 % memiliki jumlah sampel yang sama dimana
laki laki 6 (31,6%) dan perempuan (68,4) dengan nilai P = 0,01 dimana terdapat
23.163 ±2.666 dibandingkan dengan NaCl 0,9 % 23.05 ±2.551 didapatkan nilai p
Usia subjek penelitian yaitu 40,94 ± 13,34 tahun dibandingkan kelompok NaCl
kelompok.
lebih tinggi dari pada Nacl 0,9 % yaitu 53,48 ± 72,49 : 41,75 ± 43,88 dimana nilai
kelompok. Hal ini juga dijumpai pada kadar tromboksan sesudah yaitu 32,49 ±
20,97: 36,33 ± 33,29 dengan nilai P = 0,01 berbeda bermakna antara kedua
kelompok.
kelompok ,Nilai rerata kadar thiamine sesudah 8,59 ± 6,850 dibandingkan dengan
nilai kadar thiamine pada kelompok Nacl 0,9% 4,44 ± 1,982 dengan nilai p =
perlakukan pada kelompok NaCl 0,9% 36,33 ± 33,29 didapatkan nilai P=0,295 >
Hasil serupa juga dijumpai pada kelompok thiamin sebelum 53,48 ± 72,49
dan sesudah 32,49 ± 20,97 dengan nilai P = 0,573 > 0,05. Nilai rerata kadar
53,48 : 32,49)
PEMBAHASAN
yang direkomendasikan pada orang dewasa adalah 1,1–1,2 mg / hari.2 Tubuh tidak
kebanyakan pada otot rangka, jantung, otak, hati, dan ginjal.1 Thiamin adalah
vitamin yang larut dalam air yang berperan dalam beberapa proses biologis,
peningkatan kadar enzim COMT dan penurunan dari skor APAIS pada kelompok
yang diberikan thiamin dibandingkan dengan kontrolnya. Hal ini sejalan dengan
51
dan sejumlah sel lainnya seperti makrofag, neutrofil dan sel endotel. TxA2
trombosit. TxA2 juga disebut sebagai vasokonstriktor serta teraktivasi saat adanya
dilakukan oleh Sayema Ainan 2017 pada hewan uji berupa tikus yang diberikan
jam pasca-CABG pada pasien dengan major adverse cardiac and cerebrovascular
Keterbatasan yang dapat dijumpai pada penelitian ini antara lain : dosis
thiamin yang digunakan kurang sehingga hasil yang diinginkan tidak tercapai,
atau terjadi bias saat pemberian thiamin kesampel dan kondisi pasien yang tidak
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
54
55
LAMPIRAN 1
Curriculum Vitae
Riwayat Pendidikan
1999 - 2005 : SD Negeri 050602
2005 - 2007 : SMP Negeri 1 Kuala
2007 - 2009 : SMA Negeri 1 Kuala
2009 - 2015 : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
2017 – Sekarang : PPDS-1 Anestesiologi dan Terapi Intensif FK- USU
LAMPIRAN 2
No Tahapan Waktu
1 Bimbingan proposal Februari 2021
2 Seminar proposal Maret 2021
3 Perbaikan proposal Maret 2021
4 Pengajuan ethical clearance ke Komite Etik April 2021
Penelitian FK USU
5 Pengurusan surat izin penelitian di RSUP April 2021
HAM
6 Pengumpulan data Mei – Juni 2021
7 Pengolahan dan analisis data Juni 2021
8 Bimbingan penyusunan laporan akhir Juni 2021
penelitian
9 Seminar hasil penelitian Juni 2021
10 Perbaikan laporan hasil penelitian Juni 2021
Tahun 2021
Tahapan
Februari Maret April Mei Juni
Bimbingan proposal
Seminar proposal
Perbaikan proposal
Pengajuan ethical
clearance ke Komite Etik
Penelitian FK USU
Pengurusan surat izin
penelitian di RSUP HAM
Pengumpulan data
Pengolahan dan analisis
data
Bimbingan penyusunan
laporan akhir penelitian
Seminar hasil penelitian
Perbaikan laporan hasil
penelitian
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 3
Bapak/Ibu Yth.
Saya dr. Boy Olifu Elniko Ginting, saat ini menjalani program pendidikan
dokter spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif di Fakultas Kedokteran USU
dan sedang melakukan penelitian yang berjudul “Perbandingan Efektifitas
Pemberian Thiamin Injeksi dan NaCl 0,9% Terhadap Kadar Tromboksan
A2 pada Pasien yang Menjalani Operasi Mayor dengan Anestesi Umum”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan kadar tromboksan
terhadap pemberian injeksi thiamin dan NaCl 0,9% pada pasien yang menjalani
operasi mayor dengan anestesi umum untuk menekan inflamasi yang disebabkan
oleh perdarahan.
Selama proses pemeriksaan, bapak/ibu akan dilakukan anamnesis (tanya
jawab) yang mendetil, pemeriksaan fisik dan pemberian obat. Prosedur penelitian
ini adalah dengan memberikan injeksi thiamin atau (NaCl 0,9%) 2 jam sebelum
pembedahan dan 2 jam setelah pembedahan, serta dilakukan pemeriksaan darah
untuk menilai kadar tromboksan sebelum dan setelah pemberian intervensi.
Namun, bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama penelitian berlangsung
atau hal yang kurang jelas yang ingin ditanyakan, Bapak/Ibu dapat menghubungi
saya dr. Boy (HP 081269976511) untuk mendapatkan pertolongan dan penjelasan
lebih lanjut. Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak/Ibu yang telah ikut
berpartisipasi dalam penelitian ini, diharapkan bapak/ibu bersedia mengisi lembar
persetujuan turut serta dalam penelitian.
Medan, 2021
LAMPIRAN 4
Medan, 2021
LAMPIRAN 5
Ethical Clearance
LAMPIRAN 6
LAMPIRAN 7
LAMPIRAN 8
ANGGARAN PENELITIAN
LAMPIRAN 9
KEL. A KEL. B
1 2
6 3
8 4
10 5
12 7
14 9
15 11
18 13
19 16
21 17
22 20
26 23
27 24
30 25
32 28
34 29
36 31
37 33
38 35
LAMPIRAN 10
Jenis kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
a
Test Statistics
Nacl Pre
Trombo - Pre -
Thiamin
Trombosan Trombosan
b b
Z -1.069 -1.067
Asymp. Sig. (2-tailed) .285 .286
a
Test Statistics
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistics
N Valid 19 19 19 19
Missing 0 0 0 0
Mean 5.0300 8.8732 7.9953 4.4458
Median 4.3100 6.6200 6.8300 4.2100
Std. Deviation 2.29284 6.92073 5.27343 1.98209
Minimum 2.98 3.38 2.19 2.80
Maximum 11.17 31.42 22.94 11.57
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk