Anda di halaman 1dari 62

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Psikiatri Tesis Magister

2016

Efektifitas Pemberian Omeprazole pada


Ondansetron dalam Tatalaksana Mual
Muntah Akibat Kemoterapi Kanker Anak

Simbolon, Perjuangan D.H.


Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/19573
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
EFEKTIFITAS PEMBERIAN OMEPRAZOLE PADA ONDANSETRON DALAM
TATALAKSANA MUAL MUNTAH AKIBAT KEMOTERAPI KANKER ANAK

TESIS

PERJUANGAN D.H. SIMBOLON


107103018 / IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK


SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

Universitas Sumatera Utara


Judul Tesis : Efektifitas Pemberian Omeprazole pada Ondansetron
dalam Tatalaksana Mual Muntah Akibat Kemoterapi
Kanker Anak
Nama : Perjuangan D.H. Simbolon
Nomor Induk Mahasiswa : 107103018
Program Magister : Magister KedokteranKlinik
Konsentrasi : KesehatanAnak

Menyetujui
KomisiPembimbing

dr. Selvi Nafianti, M.Ked(Ped), Sp.A(K)


Ketua

dr. Pertin Sianturi, M.Ked(Ped), Sp.A(K)


Anggota

Program Magister KedokteranKlinik

Sekretaris Program Magister Dekan

dr. Murniati Manik,MSc,Sp.KK,Sp.G(K) Dr.dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K)


NIP.19530719 198003 2 001 NIP.19660524 199203 1 002

Tanggal lulus :...............................

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

EFEKTIFITAS PEMBERIAN OMEPRAZOLE PADA ONDANSETRON DALAM


TATALAKSANA MUAL MUNTAH AKIBAT KEMOTERAPI KANKER ANAK

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini, tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dijadikan acuan

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, September 2016

Perjuangan D. H. Simbolon

Universitas Sumatera Utara


Telah diuji pada

Tanggal: 14 September 2016

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : dr. Selvi Nafianti, M.Ked(Ped), Sp.A(K) ……………

Anggota : 1. dr. Pertin Sianturi, M.Ked(Ped), Sp.A(K) ……………

2. Prof.dr. Aznan Lelo,PhD, Sp.FK ……………

3. dr. Johannes Saing, M.Ked(Ped), Sp.A(K) ……………

4. Dr.dr. Oke Rina Ramayani, M.Ked(Ped), Sp.A(K) ……………

5. dr. Supriatmo, M.Ked(Ped), Sp.A(K) ……………

6. dr. Datten Bangun, MSc, Sp.FK ……………

Tanggal lulus: 14 September 2016

Universitas Sumatera Utara


UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat

dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini, yang merupakan salah satu

tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan magister kedokteran di Departemen Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dengan selesainya penulisan tesis ini, saya ingin menyampaikan terimakasih

kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum sebagai rektor Universitas Sumatera Utara

2. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K) sebagai dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

3. Prof. dr. H. Munar Lubis, Sp.A(K) selaku kepala Departemen Ilmu Kesehatan Anak

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

4. dr. Hj. Melda Deliana, M.Ked(Ped), Sp.A(K) selaku ketua program studi Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

5. dr. Selvi Nafianti, M.Ked(Ped), Sp.A(K) sebagai pembimbing pertama dan dr. Pertin

Sianturi, M.Ked(Ped), Sp.A(K) sebagai pembimbing kedua yang telah meluangkan

waktu dan pikirannya untuk membimbing saya dalam menyelesaikan tesis ini

6. Prof.dr. Aznan Lelo, PhD, Sp.FK, Dr.dr. Oke Rina Ramayani, M.Ked(Ped), Sp.A(K),

dan dr. Johannes H. Saing, M.Ked(Ped), Sp.A(K) selaku penguji yang telah

memberikan kritik dan saran untuk memperbaiki tesis ini

7. Seluruh dosen dan staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


8. Prof. dr. Hj. Bidasari Lubis, Sp.A(K) selaku kepala divisi hemato onkologi anak yang

secara khusus memberi nasehat dalam penyelesaian peneltian ini

9. Seluruh anak penderita kanker di ruang rawat inap RS. Haji Adam Malik Medan

yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini

10. Teman-teman seperjuangan yang telah membantu saya dalam keseluruhan

penelitian maupun penyelesaian tesis ini dr. Muhammad Adib Mahara, dr. M. Arif

Boediman, dr. Martua Mardia, dr. Ariandi Mahruza Putra, dr. Wirawan Siregar, dr.

Krisnanta Sembiring dan teman-teman PPDS Anak. Terimakasih untuk

kebersamaan kita dalam menjalani pendidikan selama ini.

11. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta penulisan tesis ini.

Kepada yang sangat saya cintai dan hormati, orang tua saya Drs. Tengkun

Simbolon dan Aminah br. Sihotang-Hasugian atas pengertian serta dukungan baik moril

maupu maeril yang sangat besar, terima kasih atas segala yang telah dilakukan, doa

dan restu yang selalu mengiringi tiap langkah saya. Terima kasih juga saya sampaikan

kepada Arnis Sulastri br. Siregar, AM.Keb selaku istri tercinta, yang selalu memberi

semangat dan dukungan serta doa selama pendidikan dan penyelesaian tesis ini.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini dapat

bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Medan, September 2016

Perjuangan D. H. Simbolon

Universitas Sumatera Utara


Abstrak

Latar Belakang :Mual Muntah akibat kemoterapi merupakan salah satu efek samping
merugikan pada pasien kanker anak yang mendapat kemoterapi. Standart rekomendasi
tatalaksana mual muntah pada kanker anak adalah antagonist reseptor 5-
hydroxytriptamine-3. Meskipun dengan terapi ini, sekitar lebih dari 50% pasien masih
mengalami muntah.
Tujuan :Untuk menilai efek penambahan omeprazole pada ondansetron dalam
tatalaksana mual muntah akibat kemoterapi kanker anak.
Metode :Penelitian ini merupakan uji klinik secara buta acak, terkontrol dan tersamar
ganda yang dilakukan pada bulan Maret sampai Mei 2016 di ruang rawat inap rumah
sakit Haji Adam Malik, Medan. Subjek adalah anak usia satu sampai 18 tahun dengan
diagnosa kanker dan mendapat kemoterapi intravena. Pasien dirandomisasi untuk
mendapat dosis tunggal Ondansetron (0.5 mg/kgbb) dan Plasebo atau Ondansetron
(0.5 mg/kgbb) dan Omeprazole (0.5 mg/kgbb). Keparahan mual muntah diukur
menggunakan instrumen Rhodes index nausea vomiting and retching selama 24 jam
setelah pemberian kemoterapi emetogenik. Penilaian efikasi adalah proporsi pasien
yang memiliki respon lengkap. Analisa statistik dengan menggunakan uji Chi Square
dan uji Mann Whitney.
Hasil : Penelitian diikuti sebanyak 70 pasien kanker anak yang dilakukan randomisasi
sederhana menjadi dua kelompok perlakuan. 32 subjek pada kelompok Ondansetron +
Plasebo dan 38 subjek pada kelompok Ondansetron + Omeprazole. Terapi gagal
didapatkan 50% (16/32) pada kelompok Ondansetron + Plasebo dan 18.4% (7/38) pada
kelompok Ondansetron + Omeprazole. Terdapat perbedaan yang signifikan pada
respon klinis terapi pada kedua kelompok (P = 0.01)
Kesimpulan : Penambahan omeprazole pada ondansetron dalam tatalaksana mual
muntah akibat kemoterapi lebih efektif atau unggul dibandingkan pemberian
ondansetron tunggal.

Kata kunci : Omeprazole, ondansetron, kemoterapi, muntah, pediatrik

Universitas Sumatera Utara


Abstract

Background: Chemotherapy induced nausea vomiting is one of the most disturbing


side effects in pediatric cancer receiving chemotherapy. Standart recomendation in
pediatric cancer is the use of 5-hydroxytryptamine 3 receptor antagonist. Despite of this
treatment, more than 50% of patients still vomit.

Objective: To evaluate the effect of the addition of omeprazole to ondansetron in the


treatment of chemotherapy induced nausea and vomiting.

Methods: A Double blinded randomized controlled trial was conducted on Haji Adam
Malik Hospital from March to May 2016. Subjects were children aged one to 18 years
diagnosed with cancer and received intravenous chemotherapy. Patients were
randomized to receive either a single dose of ondansetron (0,5 mg/kg) plus plasebo or
ondansetron (0.5 mg/kg) plus omeprazole (0.5 mg/kg). The severity of nausea and
vomiting were measured using instrument Rhodes index nausea vomiting and retching
during the 24 hour after initiation of emetogenic chemotherapy. The primary efficacy
was the proportion of patients who achieved complete response. Statistical analysis
was performed by Chi-square and Mann-Whitney.

Results: Of 70 eligible pediatric patients were randomized simply into two groups. 32
subjects in group Ondansetron + Plasebo and 38 others in group Ondansetron +
Omeprazole. Failure therapy found 50% (16/32) in the group Ondansetron+placebo and
18.4% (7/38) in the group Ondansetron + Omeprazole. There was significant
differences on the clinical response on both group (P= 0.01)

Conclusion: The addition of omeprazole on ondansetron in the treatment of


chemotherapy induced nausea and vomiting is more effective or superior than a single
administration of ondansetron.

Keywords : Omeprazole, ondansetron, chemotherapy, vomiting, pediatric

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Lembaran Persetujuan Pembimbing......................................................... i


Halaman Penetapan Panitia Penguji ……………………………………………ii
Ucapan Terima Kasih………………………………………………………….. iv
Daftar Isi……………………………………………………………………….. vii
Daftar Tabel… ………………………………………………………………….. ix
Daftar Gambar …………………………………………………………………… x
Daftar Singkatandan Tanda …………………………………………………… xi
Abstrak……… …………………………………………………………………… xii

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang…………………………………………………. 1
1.2. Rumusan Masalah ……………………………………………. 2
1.3. Hipotesis ………………………………………………………. 2
1.4. Tujuan Penelitian …………………………………………….. 2
1.5. Manfaat Penelitian …………………………………………… 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Kanker ………………………………………………………….. 4
2.1.2 Kanker pada Anak …………………………………......... 5
2.2.Kemoterapi
2.2.1 Defenisi ...................................................................... 5
2.2.2 Manfaat....................................................................... 6
2.2.3 Agen Kemoterapi pada Anak....................................... 7
2.2.4 Efek samping.............................................................. 7
2.3 Mual Muntah akibat Kemoterapi
2.3.1 Defenisi ...................................................................... 8
2.3.2 Faktor Risiko............................................................... 8
2.3.3 Kemoterapi Berdasarkan Tingkat Emetogenik............ 9
2.3.4 Klasifikasi..................................................................... 10

Universitas Sumatera Utara


2.3.5 Mekanisme...................................................................... 12
2.3.6 Tatalaksana...................................................................... 16
2.4. KerangkaKonseptual …………………………………………. 21

BAB 3. METODE PENELITIAN


3.1. Desain.............................................................................................. 22
3.2 Tempat dan Waktu .......................................................................... 22
3.3 Populasi dan Sampel....................................................................... 22
3.4 Perkiraan Besar Sampel .................................................................. 22
3.5 Pemilihan Sampel
3.6 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.6.1. Kriteria Inklusi………………………………………………..23
3.6.2.Kriteria Eksklusi.............................................................. 23
3.7 Persetujuan / Informed Consent ...................................................... 24
3.8 EtikaPenelitian ................................................................................. 24
3.9 Cara Kerja dan Alur Penelitian ........................................................ 25
3.10 IdentifikasiVariabel .......................................................................... 26
3.11 DefinisiOperasional .......................................................................... 27
3.12 PengolahandanAnalisis Data ........................................................... 28
3.13 Instrumen Peneltian.........................................................................29

BAB 4. HASIL PENELITIAN


4.1. Karakteristik subjek penelitian .............................................................. 30
4.2 Respon Klinis Obat............................................................................... 31

BAB 5. PEMBAHASAN ……………………………………………………. 33

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………… 37

BAB 7. RINGKASAN …………………………………………………………. 38

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….. 42

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Respon Tumor terhadap Kemoterapi..............................................6

Tabel 2.2 Agen Kemoterapi berdasarkan Tingkat Emetogenik.....................10

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka konseptual ...................................................................21

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR SINGKATAN DAN TANDA

MMAK : Mual muntah akibat kemoterapi

GI : Gastrointestinal

HCL : Hidroclorida

PPP : Penghambat pompa proton

NK-1 : Neurokinin -1

DNA : Deoxiribose Nucleat Acid

LLA : Leukemia limfoblastik akut

VAC : vincristine adriamysin cyclophospamid

CHOP : Cyclophospamid adriamysin oncovin prednison

MASCC : Multinational Association of Supportive Care in Cancer

ASCO : American Society of Clinical Oncology

NCCN : National Comprehensive Cancer Network

5HT3 : 5-hydroxytryptamine3

CTZ : Chemoreseptor Triger Zone

GRP : Gastrin-releasing peptide

Universitas Sumatera Utara


BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kanker merupakan penyebab kematian kedua yang paling umum pada anak usia

kurang dari 15 tahun.1,2 Pengobatan kanker secara umum terdiri dari bedah, radioterapi

dan kemoterapi.1 Kemoterapi masih merupakan pilihan pertama kanker pada anak.1,2

Pengobatan dengan kemoterapi dapat menimbulkan efek samping, dimana

yang paling sering yaitu mual dan muntah.3 Mual muntah akibat kemoterapi (MMAK)

menimbulkan stres, dehidrasi, gangguan elektrolit, malnutrisi, anoreksia sehingga

mengakibatkan dampak negatif terhadap pasien yaitu menolak pengobatan untuk siklus

kemoterapi selanjutnya.3-8

Tatalaksana MMAK pada anak adalah menggunakan antagonis reseptor

serotonin (ondansetron).5,9 Penelitian tentang penggunaan antiemetik tersebut pada

anak masih sedikit10-12 dan lebih dari 50% pasien tetap mengalami muntah.11-14

Secara umum, kemoterapi menyebabkan mual muntah melalui perangsangan

secara langsung pusat muntah atau tidak langsung melalui chemoreseptor trigger zone

(CTZ) dan pusat muntah perifer yaitu saluran cerna.12-14 Kemoterapi juga

mengakibatkan kerusakan mukosa saluran cerna15, peningkatan hormon gastrin16,

perlambatan pengosongan lambung yang menyebabkan distensi lambung17, dan stres

(psikologis)18-21 sehingga akhirnya terjadi peningkatan asam lambung.16,17

Penghambat Pompa Proton (omeprazole) berfungsi menurunkan asam

lambung22 pada sindrom dispepsia sehingga memungkinkan untuk dipergunakan pada

anak penderita kanker yang mendapat kemoterapi.

Universitas Sumatera Utara


1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah:

bagaimanakah efektifitas pemberian ondansetron ditambah omeprazole dalam

tatalaksana MMAK pada anak dengan keganasan?

1.3. Hipotesis

Pemberian penambahan omeprazole pada ondansetron berperan dalam mengurangi

keparahan mual muntah akibat kemoterapi kanker anak lebih unggul daripada

ondansetron tunggal.

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk membuktikan keunggulan penambahan

omeprazole pada ondansentron dalam mengurangi keparahan mual muntah akibat

kemoterapi kanker anak daripada ondansetron tunggal.

1.4.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah menilai respon klinis penambahan omeprazole

pada ondansetron dalam tatalaksana mual muntah akibat kemoterapi

Universitas Sumatera Utara


1.5 Manfaat Penelitian

1. Di bidang pelayanan masyarakat : Dengan terapi yang efektif, efisien dan biaya

yang terjangkau diharapkan pasien merasa nyaman dalam menjalani kemoterapi

sehingga pemberian kemoterapi dapat dilakukan sesuai jadwal

2. Dibidang akademik / ilmiah : meningkatkan pengetahuan peneliti dibidang

hemato-onkologi anak, khususnya dalam tatalaksana mual muntah akibat

kemoterapi

3. Dibidang pengembangan penelitian: memberikan kontribusi ilmiah pada bidang

hemato-onkologi anak dalam tatalaksana mual muntah akibat kemoterapi

Universitas Sumatera Utara


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kanker

Kanker adalah penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel yang tidak terkendali

dimana kemampuan sel-sel tersebut dapat menyerang jaringan lainnya dengan cara

pertumbuhan langsung di jaringan sekitarnya (invasi) atau bermigrasi ke tempat sel

lainnya (metastasis).1,2 Kanker disebabkan oleh kerusakan Deoxiribose Nucleated Acid

(DNA) yang menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembelahan sel yaitu

proto-onkogen, gen tumor supresor, dan enzim-enzim yang berperan untuk perbaikan

DNA.2,23-25 Kerusakan DNA menyebabkan perubahan genetik.1,27,28 Perubahan genetik

memiliki peran dasar pada pembentukan kanker pada anak.23 Hal ini membedakan

antara kanker anak dengan kanker orang dewasa, dimana pengaruh karsinogen

lingkungan kurang penting pada terjadinya kanker anak.23

Kanker dikelompokkan menjadi kanker darah dan tumor padat (solid tumor).24

Kanker darah termasuk leukemia limfoid akut, leukemia mieloid akut, mielodisplasia,

penyakit non hodgkin, dan penyakit hodgkin. Tumor padat meliputi tumor tulang, tumor

otak, neuroblastoma, tumor Wilms, tumor hati, dan lain-lain.1,2,23

2.1.2 Kanker pada anak

Jenis kanker pada anak-anak berbeda secara bermakna dari jenis kanker pada

dewasa.1,2 Leukemia akut, limfoma, dan tumor otak merupakan tipe kanker yang umum

ditemukan pada anak-anak.22,23 Distribusi tumor padat di RS.H Adam Malik Medan

tahun 2002 sampai 2006 antara lain26 retinoblastoma (37,8%), limfoma (18%), tumor

Universitas Sumatera Utara


Wilms (10,7%), neuroblastoma (7,8%), rhabdomiosarkoma (4,2%), karsinoma

nasofaring (4,2%), hepatoblastoma (1,4%), teratoma (1,4%) dan tumor sel germinal

(1,4%). Distribusi tumor padat tersebut ditemukan pada anak rentang usia 3 tahun

sampai 11 tahun. Berdasarkan data Poliklinik Divisi Hemato-Onkologi Anak RS Adam

Malik Medan dilaporkan sekitar 110 kasus leukemia limfoblastik akut (LLA) ditemukan

dari tahun 2011 sampai dengan 2013, dengan 55% dijumpai pada anak laki-laki dan

46% pada anak perempuan dengan usia terbanyak 65% pada anak antara usia 2

sampai 10 tahun, 33% pada usia diatas 10 tahun, dan 2% pada anak dibawah usia 2

tahun.

2.2. Kemoterapi

2.2.1 Defenisi Kemoterapi

Kemoterapi adalah suatu proses pengobatan dengan menggunakan obat-obatan kimia

yang bertujuan untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel kanker.25 Selain

itu kemoterapi dikenal juga sebagai pengobatan dari suatu penyakit dengan bahan-

bahan kimia yang dapat menyerang penyebab dari kondisi penyakit tersebut.23,24,27

2.2.2 Manfaat Kemoterapi

Manfaat kemoterapi adalah untuk mengobati, memperlambat pertumbuhan kanker atau

mengurangi gejalanya.23,25,27 Beberapa jenis kanker dapat disembuhkan dengan tuntas

dengan memakai satu jenis kemoterapi atau dengan kombinasi beberapa jenis

kemoterapi.25,28 Manfaat kemoterapi tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1 Manfaat kemoterapi pada kanker25
Mengobati Memperpanjang Paliatif/minimalisasi
hidup
Limfoma Hodgkins Limfoma Non- Multipel mieloma
Limfoma Non- Hodgkins Leukemia kronik
Hodgkins Kanker kandung Melanoma
Leukemia akut kemih Glioblastoma
Kanker testis dan Kanker payudara Karsinoma
ovarium Kanker paru pankreas
Choriocarsinoma Kanker kolorektal Karsinoma hati
Rhabdomiosarkoma oligodendroglioma Kanker ginjal
Tumor Wilms Kanker kepala
Sarkoma Ewing dan leher
Kanker esofagus
dan lambung
Kanker prostat
glioblastoma

Kemoterapi dapat diberikan sebagai terapi primer yaitu terapi utama yang dilaksanakan

tanpa radiasi dan pembedahan, adjuvan yaitu pengobatan tambahan pada pasien yang

telah mendapat terapi lokal atau paska pembedahan atau radiasi, neoadjuvan yaitu

pengobatan tambahan pada pasien yang akan mendapat terapi lokal atau mendahului

pembedahan atau radiasi, dan kombinasi yaitu diberikan bersamaan dengan radiasi

pada kasus karsinoma lanjut.1,2,24,27,28

2.2.3 Kemoterapi pada anak

Kemoterapi pada anak hampir selalu menggunakan kombinasi obat seperti VAC

(vincristine, doxorubicin [adriamysin] atau dactinomycin [actinomycin D] dan

cyclophospamid dan CHOP (cyclophospamid, doxorubicin [adriamysin], vincristin

[oncovin] dan prednison.2,28 Umumnya obat sitostatika pada kanker anak adalah dipilih

dari beberapa kelas termasuk ankilating agent, antimetabolit, antibiotik, hormon dan

topoisomerase.24,27

Universitas Sumatera Utara


2.2.5 Efek Samping Kemoterapi

Efek samping kemoterapi dipengaruhi oleh sifat toksisitasnya sebagai antiproliferasi.24

Kemoterapi merusak sel yang memiliki aktiftas proliferasi yang berlebih, seperti

sumsum tulang dan sel epitel mukosa (folikel rambut dan saluran cerna).1 Hal ini

menjelaskan terjadinya tiga efek samping yang tersering pada pemberian kemoterapi,

yaitu depresi sumsum tulang (leukopenia, anemia, trombositopenia), rambut rontok

(alopesia) dan mual muntah.27 MMAK terjadi pada lebih dari 80% pasien kanker dengan

kemoterapi.14,27 Penatalaksanaan efek samping kemoterapi merupakan bagian penting

dari pengobatan dan perawatan pendukung atau suportif pada penyakit kanker.25,28

2.3 Mual Muntah akibat Kemoterapi

2.3.1 Defenisi

Mual merupakan ungkapan subjektif berupa perasaan atau sensasi yang tidak

menyenangkan di bagian belakang tenggorokan atau epigastrium yang disertai dengan

pucat, kemerahan, takikardia, berkeringat, saliva yang berlebihan, keringat panas dingin

serta adanya kesadaran untuk muntah.29 Muntah adalah kontraksi dari otot abdomen

disertai dengan penurunan diafragma dan pembukaan kardia yang lambung yang

menghasilkan dorongan ekspulsi yang kuat dari isi lambung, duodenum atau yeyenum

melalui mulut berupa muntahan, sementara retching melibatkan kontraksi

spasmodik/hebat dari diafragma, otot-otot perut dan dinding dada tanpa adanya

pengeluaran isi lambung/muntahan yang dikenal sebagai nafas kering (dry heaves).

Mual muntah dapat dianggap sebagai suatu fenomena yang terjadi dalam tiga stadium

yaitu mual, retching dan muntah.29,30

Universitas Sumatera Utara


2.3.2 Faktor Risiko Mual Muntah

Faktor risiko terjadinya MMAK berhubungan dengan kondisi pasien dan risiko

emetogenik obat kemoterapi yang digunakan.31 Faktor risiko yang berhubungan dengan

pasien meliputi usia (anak dan remaja), jenis kelamin perempuan, riwayat mual-muntah

terdahulu, riwayat mual-muntah akibat kemoterapi sebelumnya dan fungsi sosial yang

rendah, sedangkan risiko emetogenik obat kemoterapi tergantung jenis, dosis,

kombinasi dan metode pemberian obat.14,31-33

2.3.3 Kemoterapi Berdasarkan Tingkat Emetogenik

Kemoterapi memiliki variasi yang berbeda dalam mengakibatkan muntah.33

Emetogeniksitas dapat meningkat sejalan dengan kombinasi obat kemoterapi atau

dosis tinggi dari obat tunggal.34 Pemahaman terhadap potensi emetogenik obat

kemoterapi atau kombinasinya adalah penting dalam menyediakan regimen propilaksis

antiemetik yang sesuai.35

Pada tahun 1998, Multinational Association of Supportive Care in Cancer

(MASCC) pertama kali membuat panduan potensi emetogenik obat kemoterapi

berdasarkan konsensus yang dilakukan di Perugia, diikuti oleh American Society of

Clinical Oncology (ASCO) tahun 1999. Pada tahun 2006, kedua panduan ini diperbarui

oleh National Comprehensive Cancer Network (NCCN).31 Potensi emetogenik obat

kemoterapi dibagi dalam empat kelompok risiko yaitu: risiko tinggi (90%), sedang (30-

90%), rendah (10-30%) dan minimal (< 10%).32-34 MASCC membuat panduan,

terutama, potensial emetogenik dari obat kemoterapi oral. Klasifikasi tersebut dapat

dilihat pada tabel 2.2

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.2 Agen Kemoterapi Berdasarkan Tingkat Emetogenik31-33
MINIMAL RENDAH SEDANG TINGGI
(<10%; level 1) (10-30%; level 2) (30-90%; level 3) (>90%; level 4)

Metrotrexate Aldesleukin Cyclophospamide Carmustine


(<100 mg/m2) (interleukin-2) (<1.500 mg/m2) (>250 mg/m2)
Bleomycin Doxorubicin (< Carmustine Cisplatin
Capecitabine 20 mg/m2) (<250 mg/m2) Cyclophospamide
Rituximab Metrotrexate Doxorubicin (<1.500 mg/m2)
Vincristine (<100 mg/m2) Cisplatin Dacarbazine
Trastuzumab Fluorouracil (<50 mg/m2) (>500 mg/m2)
Vinblastine (<1000 mg/m2) Epirubicin Lomustine
Vinorelbine Mitoxantrone (< Cytarabine (>60 mg/m2)
Etoposide/teniposide 12 mg/m2) (> 1 mg/m2) Mechlorotamine
Metrotrexate (PO) Gemcitabine Idarubicin Pentostatin
Hydroxyurea ((PO) Temozolominde Irinotecan Streptozocin
6-MP (PO) Mitomycin Ifosfamide Dactinomycin
Etoposide Melphalan Hexamethylamine
Paclitaxel Carboplatin (PO)
Asparaginase Mitoxantrone Procarbazine
Thiotepa (> 12 mg/m2) (PO)
Cytarabine (< 1 Cyclophospamide
g/m2) (PO)
Topocetan Etoposide (PO)
Docetaxel

2.3.4 Klasifikasi Mual Muntah akibat Kemoterapi

Mual muntah akibat kemoterapi pada penderita kanker dapat dibedakan menurut waktu

terjadinya mual muntah, yaitu

a. Mual Muntah akut

Mual muntah akut dapat berlangsung dalam 24 jam pertama setelah pemberian

kemoterapi, biasanya 1 sampai 2 jam pertama.33 Kejadian ini akan berakhir

dalam 24 jam. Insiden tinggi muntah tersebut disebabkan menurunnya efek

antiemetik setelah 12 jam.35,36

Universitas Sumatera Utara


b. Mual Muntah lambat (delayed)

Mual muntah lambat terjadi 24 jam setelah pemberian kemoterapi dan dapat

berlangsung hingga 120 jam.31,34

c. Mual Muntah lanjut

Mual muntah lanjut yaitu mual muntah yang terus berlangsung walaupun telah

diberikan terapi pencegahan, sehingga dibutuhkan terapi tambahan untuk

mengatasinya dan segera diberikan kombinasi obat-obat antiemetik dari kelas

yang berbeda.35,36 Tindakan lainnya diberikan bertujuan mengurangi nyeri dan

kecemasan pada anak dengan cara distraksi, guided imagery, relaksasi otot dan

hypnosis.19

Suatu studi mendapatkan kecepatan perkiraan mual dan muntah pada 14 tempat

praktek onkologi yang terdiri dari 24 dokter onkologi dan 298 pasien dengan kemoterapi

emetogenik tinggi dan sedang dimana 35% pasien tetap mendapatkan episode muntah

akut dan 50% pasien tipe muntah lambat.12 Efek terapi antiemetik antagonis reseptor

serotonin 5-HT3 (ondasentron) dibutuhkan sebanyak 78 dosis untuk melindungi dari

muntah tipe lambat. Selain itu, 57% dari pasien akan mengalami mual muntah pada

hari ke-2 sampai hari ke-5 setelah menerima agen kemoterapi.11,12,14

Universitas Sumatera Utara


2.3.5 Mekanisme Mual Muntah Akibat Kemoterapi

Kemoterapi merangsang pusat muntah35 dan menyebabkan kerusakan mukosa

lambung dan duodenum.3,15 Pusat muntah terletak di medulla oblongata dan dapat

diaktifkan secara langsung oleh sinyal dari korteks serebri (antisipasi, takut, memori),

sinyal dari organ sensori (pemandangan yang mengganggu, bau), atau sinyal dari

aparatus vestibular dari telinga dalam (mual karena gerakan tertentu/mabuk).27 Secara

tidak langsung, pusat muntah terangsang oleh stimulus yang mengaktifkan

Chemoreseptor Trigger Zone (CTZ).29 CTZ berada di daerah yang memiliki banyak

pembuluh darah pada permukaaan otak. Area ini tidak memiliki sawar darah otak. CTZ

dapat bereaksi secara langsung terhadap substansi dalam darah. CTZ dapat dipicu

oleh sinyal lambung (peningkatan asam lambung, perlambatan pengosongan lambung)

dan usus kecil (obstruksi intestinum) yang berjalan sepanjang saraf vagal aferen atau

oleh tindakan langsung dari komponen emetogenik yang dibawa dalam darah (obat

antikanker, opoid, ipekak).3,29,30 Saluran cerna terutama sel enterokromaffin merupakan

pusat muntah perifer.6

Neuromodulator dan neurotransmiter tertentu terdapat pada pusat muntah dan

CTZ.29 Serotonin, dopamin, asetilkolin dan histamin dan kemoseseptor yang kelima

adalah neurokinin 1- neuropeptida yang dikenal sebagai substansi P. Stimulasi dari

kemoreseptor ini memicu aktivasi pusat muntah.29,35 Pelepasan serotonin dari sel

enterokromaffin di usus halus berperan dalam mual muntah akut.6 Studi terbaru

berpendapat bahwa Substansi P berperan pada mual muntah tipe lambat atau

delayed.7

Universitas Sumatera Utara


Saluran cerna terlibat dalam mekanisme MMAK adalah melalui impuls yang

dibawa ke pusat muntah melalui saraf vagus dan saraf simpatis.35 Sistem saraf otonom

berperan utama dalam MMAK dimana faktor yang berkontribusi terhadap sensasi

otonom antara lain distensi lambung, asam lambung, ansietas, depresi dan nyeri.20,37

Kemoterapi menginduksi peningkatan aktifitas otonom terhadap stres.15,18 Beberapa

penelitian menunjukkan bahwa pasien mendapat kemoterapi memiliki tingkat

kecemasan atau depresi yang signifikan dan merupakan prediktor mual dan muntah.18-
21

Peningkatan aktifitas otonom terkait stres mencetuskan peningkatan asam

lambung.37 Pengaruh nervus vagus adalah tidak hanya merangsang sel parietal secara

langsung, tetapi memungkinkannya efek dari antral gastrin dan rangsangan lain dari sel

parietal.38 Nervus vagus terdiri dari serabut aferent yang membawa informasi sensorik

dari saluran cerna ke batang otak, dan serabut eferent yang membentuk respon motorik

dari refleks vasovagal. Stimulasi vagal akan meningkatkan sekresi gastrin dengan

melepaskan gastrin-releasing peptide (GRP), asetilkolin yang terikat dengan reseptor

muskarinik M3 dan histamin.39 Ketiganya merangsang sel parietal untuk menghasilkan

asam lambung.29,39 Kombinasi histamin dan asetilkolin atau gastrin meningkatkan laju

produksi asam hingga 10 kali lipat di atas kadar basal.40 Asam lambung yang terbentuk

merangsang secara langsung pusat muntah di perifer saluran cerna.29,30,37

Kemoterapi menyebabkan gejala mual dan muntah yang merupakan sindrom

dispepsia.16,41 Gangguan terhadap fungsi motorik lambung dilaporkan sebagai dasar

terjadinya sindrom dispepsia ini.42,43 Terdapat perlambatan pengosongan lambung

untuk makanan padat dan gangguan koordinasi antroduodenal dan hipomotilitas

Universitas Sumatera Utara


pascaprandial pada 25% sampai 50% kasus pasien yang mendapat kemoterapi.16

Distensi yang terjadi pada lambung akan merangsang reseptor tegang yang akhirnya

merangsang sekresi asam lambung oleh sel parietal.40,44 Kondisi stres psikologi juga

ditemukan memperberat sindrom dispepsia ini.20

Suatu studi membuktikan bahwa kelainan pada aktivitas motorik lambung

akibat dari hilangnya aktivitas reguler dari gelombang lambat.16 Dysrhythmia

berhubungan dengan hipomotilitas dari antrum dan waktu pengosongan lambung yang

terlambat, dimana gejalanya seperti mual dan muntah.17 Hal ini menunjukkan bahwa

perubahan aktifitas listrik lambung berhubungan dengan gejala dispepsia itu sendiri dari

pada gejala muntah.49

Efek kemoterapi pada GI adalah perubahan morfologinya mukosa yang dibagi

dalam empat fase: Fase inflamasi, fase epitelial, fase ulserasi/bakterioglikal, dan fase

penyembuhan.15 Perubahan morfologi berubah dimulai dari peningkatan sementara

proses apoptosis kripta pada hari pertama kemoterapi, diikuti pengurangan area villus,

panjang kripta dan indeks mitosis pada hari ketiga.44 Injury mukosa umumnya self-

limiting dengan siklus yang lengkap dari luka sampai sembuh selama dua sampai tiga

minggu.15 Efek kemoterapi sebagian besar menghambat sintesa prostaglandin,

akibatnya kehilangan integritas sel epitel saluran cerna dan terjadilah inflamasi saluran

cerna.45 Kerusakan mitokondria DNA terjadi pada epitel gaster dan intestinal tepat

setelah kemoterapi.46 Selain itu, stres oksidatif juga memperberat situasi, dimana

lapisan mukosa menjadi lebih permeabel serta mencetuskan inisiasi inflamasi mukosa

dan luka.47 Oleh sebab itu, pada pasien kanker yang mendapat kemoterapi terjadi

kerusakan saluran cerna berupa tukak dan perdarahan saluran cerna.48-50

Universitas Sumatera Utara


Kontraksi otot polos saluran cerna dipengaruhi oleh sistem saraf enterik dan

beberapa peptida saluran cerna yang merupakan hormon saluran cerna.41 Peningkatan

konsentrasi plasma gastrin dan ghrelin ditemukan pada pemberian kemoterapi

kanker.51 Peningkatan sirkulasi ghrelin adalah respon terhadap kehilangan berat badan

dari beberapa penyebab. Saraf vagus memainkan peranan penting dalam regulasi

ghrelin dengan membawa informasi nutrisi dan distensi pada saluran cerna ke otak.52

Peningkatan pelepasan serotonin diduga penyebab peningkatan sekresi Ghrelin pada

pasien dengan kemoterapi.53 Perangsangan aferen saraf vagus oleh serotonin

mencetuskan sekresi asam lambung.54 Nitric Oxide (NO) adalah mediator dalam

mekanisme aksi ghrelin untuk menghasilkan sekresi asam lambung.39 Jaras NO terlibat

dalam promosi sekresi asam lambung melalui sel enterokromaffin.45

2.3.6 Tatalaksana Mual-Muntah akibat Kemoterapi

Kerja emetogenik kuat dari obat sitostika sukar ditangani, apalagi dari bentuk lambat

(delayed) dan bila pasien sudah pernah mendapat sitostika.55 Manajemen farmakologi

MMAK digunakan untuk mengkontrol mual dan muntah.56 Hal yang terpenting adalah

menggunakan suatu obat antimuntah yang tepat dan cocok saat permulaan terapi.55-58

Karena bila sudah timbul muntah, maka jauh lebih sulit untuk menanggulanginya.

Berhubung obat sitostatika yang diberikan dalam kombinasi, maka sebaiknya untuk

memperoleh hasil yang optimal juga perlu digunakan kombinasi dari beberapa obat

antimuntah.56,58

Rekomendasi pengobatan untuk mual muntah akut adalah didasarkan pada

potensial emetogenik dari kemoterapi.31,33,59 Rekomendasi disusun berdasarkan bukti

Universitas Sumatera Utara


klinis antiemetik pada orang dewasa.12,60 Untuk potensial emetogenik rendah diberikan

dexametason atau metoklopramid (antagonis dopamin).55 Untuk emetogenik sedang

diberikan antagonis reseptor 5-HT3 dikombinasikan dengan deksametason.57-61 Untuk

emetogenik tinggi diberikan aprepitant (antagonis NK-1) dikombinasikan dengan

antagonis reseptor 5-HT3 dan deksametason.12,59,62 Antagonis serotonin baru

(palanosetron) dan antagonis NK-1 (aprepitant) telah terbukti memiliki efek pada kedua

bentuk muntah yaitu mual muntah akut dan terlambat dan pada kemoterapi potensi

emetik tinggi.32,61 Hingga saat ini, belum ada uji coba acak (random) terhadap obat baru

ini yang dilakukan pada anak.56,60 Pengalaman yang disebabkan mual muntah adalah

merupakan pengalaman yang sangat subjektif maka pengobatan yang diberikan

merupakan respon individu64 dan pengalaman pasien dan orang tua terhadap mual

muntah mempengaruhi pengobatan regimen antiemetik berikutnya.59

Panduan yang direkomendasikan pada anak adalah mengikuti uji klinis pada

dewasa.63 Dosis terbaik atau strategi dosis untuk anak (berdasarkan umur, berat badan,

atau luas permukaan tubuh) belum jelas.65 Dosis standart pada dewasa tidak

memberikan proteksi yang tepat pada anak mengingat metabolisme dan clearance

yang luas.12,27,60 Hal ini adalah tidak baik, mengingat risiko MMAK yang tinggi pada

anak.10,27,57

Antagonis reseptor serotonin (5-HT3) masih merupakan obat antiemetik yang

memiliki kontrol yang baik terhadap mual muntah yang disebabkan kemoterapi

kanker.61-63 Efektifitas agen ini adalah kemampuannya memblokir reseptor serotonin di

batang otak (CTZ) dan menghambat pelepasan serotonin dari sel-sel enterokromafin

saluran cerna selama kurang dari 24 jam.63,64 Ondansetron adalah generasi pertama

Universitas Sumatera Utara


antagonis 5-HT3. Granisetron adalah obat yang sangat selektif, potensi, dan memblok

secara irreversibel reseptor 5-HT3. Palonosetron adalah generasi kedua yang memiiki

struktur kimia unik dan waktu paruh yang panjang (40 jam).58,64 Sangat sedikit uji klinis

yang dilakukan pada anak terhadap granisetron dan palonosetron.65,66 Yang umum

dipakai pada anak yaitu ondansetron, tetapi beberapa studi didapatkan efek yang

setara antara ondansetron dan granisetron.67-68

Sebuah studi acak tersamar ganda yang dilakukan di Bangladesh didapatkan

respon komplit (lengkap) dan parsial terhadap MMAK pada pemberian ondansetron

adalah 70% dan 30% untuk tipe akut, serta 43% dan 50% untuk tipe lambat.68 Studi lain

yang dilakukan di Taiwan dengan multidosis intravena ondansetron 0,15 mg/kgbb

didapatkan respon lengkap sekitar 45,5%.11 Studi di Turki untuk melihat efek

hydroxyzine pada MMAK tipe akut pada anak dengan ondansetron intravena 5 mg/m2

didapatkan respon lengkap adalah 55%.70

Sebuah studi sistematik yang dilakukan terhadap dosis ondansetron pada anak

didapatkan dua studi membandingkan dosis ondansetron.10 Pada studi yang

membandingkan dosis 5 mg/m2 dan 10 mg/m2 didapatkan tidak ada manfaat pada dosis

tinggi (kontrol komplit muntah RR 0,89; 95% CI 0,72-1,10, kontrol komplit mual RR

1,01; 95% CI 0,81-1,25).69 Studi yang lain, pemberian dosis tunggal 0,6 mg/kg

ondansetron dibandingkan dengan dosis terbagi untuk 4 dosis 0,15 mg/kg didapatkan

tidak ada perbedaan respon klinis obat (kontrol komplit muntah, RR 0,94; 95% CI 0,49-

1,79, kontrol komplit mual RR 1,25; 95% CI 0,7-2,23).10,71

Penghambat pompa proton (PPP) biasanya dipakai sebagai terapi gastritis,

sindrom Zolinger-Ellison dan hiperasiditas gaster sekunder terhadap tumor sel mast.72

Universitas Sumatera Utara


PPP mengurangi sekresi asam dengan jalan menghambat enzim H+/K+-ATPase

secara selektif dalam sel parietal.73 Kerjanya panjang akibat akumulasi di sel-sel

parietal.74 Obat diberikan secara oral yang diserap pada usus halus proksimal dan

intravena untuk mencegah destruksi yang cepat dalam lumen lambung.75 PPP memiliki

bioaviabilitas yang tinggi, dan waktu paruh eleminasi plasma 1-2 jam, namun memiliki

durasi kerja yang panjang.72 Terdapat lima penghambat pompa proton yang tersedia

untuk kepentingan klinis yaitu omeprazol, lansoprazol, rebreprazol, pantoprazol dan

esomeprazol. Dimana obat ini tersedia dalam bentuk tidak aktif (prodrug) yang akan

teraktivasi pada lingkungan asam.72-75

Pemberian intravena (IV) adalah cara yang lebih cepat untuk mencapai

penekanan asam lambung dibandingkan dengan cara oral.72 Kadar puncak setelah

pemberian IV terjadi dalam beberapa jam, dibandingkan dengan beberapa hari

kemudian setelah pemberian oral. Formulasi yang tersedia secara IV antara lain

omeprazol, lanzoprazol dan pantoprazol. Perbedaan utama antara ketiga obat tersebut

adalah kemampuan untuk mencapai pH normal lambung, waktu untuk

mempertahankan pH lambung spesifik, dan kemudahan dalam penggunaan

formulasi.72,75

Suatu studi menemukan bahwa PPP efektif dalam mengurangi frekuensi injury

mukosa lambung dan simptom GI yang disebabkan kemoterapi.46 PPP sangat baik

dipakai pada perdarahan saluran cerna yang terjadi akibat cedera mukosa yang terkait

dengan stres sering terlihat pada pasien sakit kritis, termasuk kanker.72,73,75 Banyak hal

telah dikaitkan terhadap hal ini, termasuk kerusakan terkait dengan stres mukosa, stres

ulserasi, gastritis erosif, dan sindrom stres ulkus.76,77 Patofisiologi cedera mukosa yang

Universitas Sumatera Utara


berhubungan dengan stres melibatkan ketidakseimbangan antara faktor merugikan

mukosa dan defensif.46 Musin adalah element protektif epitel lambung dari bahan

iritatif.44 Patogenesis yang terkait peningkatan asam lambung pada pemberian

kemoterapi disebabkan abnormalitas pengosongan lambung dan stres yang

meningkatkan kadar kortisol dan menghambat Prostaglandin E.16-18,41,43,49

Universitas Sumatera Utara


2.3.11 Kerangka Konseptual

Anak dengan Kanker

Rawatan rumah sakit

Kemoterapi

Merangsang Menimbulkan Stres


pembentukan 5HT3 di Memperlambat
saluran motorik lambung
Gastrointestinal
Ondansetron Sistem Merangsang
Saraf peningkatan
Merangsang Distensi Lambung
Otono kortikosteroid adrenal,
nervus vagus corticotropin releasing
hormon (CRH),
Merangsang Parietal adrenocorticotropin
lambung sekresi asam hormon (ACTH)
lambung

omeprazole
Aktivasi CTZ dan
Pusat Muntah Mempengaruhi pusat muntah

Mual muntah

keterangan: faktor yang diamati dalam penelitian

Gambar.2.1 Kerangka konseptual

Universitas Sumatera Utara


BAB 3. METODE PENELITIAN

1.1. Desain

Desain penelitian ini adalah merupakan uji klinis tersamar ganda untuk menilai

efektifitas penambahan omeprazole pada ondansetron terhadap keparahan mual

muntah akibat kemoterapi pada kanker anak.

1.2. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap anak di RSHAM Medan selama 3 bulan

mulai Maret 2016 sampai Mei 2016

1.3. Populasi dan Sampel

Populasi target adalah pasien kanker anak yang mendapat kemoterapi. Populasi

terjangkau adalah populasi target rawat inap di unit noninfeksi RSUP H. Adam Malik

Medan selama bulan Maret 2016 sampai Mei 2016. Sampel adalah populasi terjangkau

yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

1.4. Perkiraan Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan mempergunakan rumus besar sampel untuk uji hipotesis

terhadap 2 proporsi independen,78 yaitu :

n1 = n2 = Zα√ 2 PQ + Zβ√ P1Q1 + P2Q2 2

(P1 – P2)

n1 = jumlah subyek yang masuk dalam kelompok I

Universitas Sumatera Utara


n2 = jumlah subyek yang masuk dalam kelompok II

α = kesalahan tipe I = 0,05 → Tingkat kepercayaan 95%

Zα = nilai baku normal = 1,96

β = kesalahan tipe II = 0,2 → Power (kekuatan penelitian) 80%

Zβ = 0,84

P1 = proporsi kontrol lengkap obat ondansetron dan omeprazole : 80%

P2 = proporsi kontrol lengkap obat standar (ondansetron)58 : 50%

P1 – P2 = Perbedaan proporsi kontrol lengkap obat pada kelompok : 30%

P = proporsi total ( P1 +P2) / 2

Q =1-P

Dengan menggunakan rumus di atas didapat jumlah sampel untuk masing-masing

kelompok sebanyak 30 orang.

1.5. Pemilihan Sampel

Sampel diambil dengan cara randomisasi sederhana, dengan menggunakan tabel.

1.6. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1.6.1. Kriteria inklusi:

• Pasien kanker pada anak usia 0 – 18 tahun

• Pasien mendapat kemoterapi intravena risiko emetogenik sedang dan

berat

• Orangtua bersedia mengisi informed consent

1.6.2. Kriteria eksklusi:

• Pasien dengan keganasan pada saluran cerna

• Pasien dengan mual muntah selain oleh karena kemoterapi

Universitas Sumatera Utara


• Pasien dengan penyakit penyerta yang berat seperti gizi buruk,

ensefalitis, meningitis, sepsis, bronkopneumonia, tuberkulosis paru,

neutropenia, anemia berat, dan perdarahan berat

1.7. Pertujuan/ Informed Consent

Semua subyek penelitian akan diminta persetujuan dari orangtua setelah dilakukan

penjelasan terlebih dahulu. Formulir penjelasan terlampir dalam usulan penelitian ini.

1.8. Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan oleh Komite Etik Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.9. Cara Kerja dan Alur Penelitian

1. Dilakukan penjelasan kepada orangtua dan meminta persetujuan setelah

penjelasan oleh peneliti

2. Data dasar diperoleh dari wawancara dan kuesioner.

3. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan mendapat persetujuan orang tua

dimasukkan dalam penelitian dan dibagi menjadi dua kelompok secara acak

dengan menggunakan randomisasi sederhana.

4. Pemberian ondansetron pada kelompok I dengan dosis 0,5 mg/kgbb dan

NaCl 0,9% secara intravena 30 menit sebelum kemoterapi. Pada kelompok II

diberikan ondansetron dengan dosis 0,5 mg/kgbb dan omeprazole dengan

dosis 0,5 mg/kgbb secara intravena 30 menit sebelum kemoterapi. Perlakuan

Universitas Sumatera Utara


dilaksanakan secara tersamar dimana NaCl 0,9% dan omeprazole (serbuk

kering 20 mg yang dilarutkan dengan 4 cc pelarut, sehingga 1 cc larutan

mengandung 5 mg omeprazole) ditempatkan pada vial baru dengan bentuk

dan yang terlihat mirip (diberi label A dan B) dengan volume masing-masing

4 cc diberikan dengan dosis 0,1 cc/kgbb.

5. Pemantauan waktu dan jumlah episode mual muntah dengan menggunakan

instrumen Rhodex INVR.

6. Pengolahan dan analisa data.

Alur Penelitian

Populasi terjangkau
yang memenuhi
kriteria inklusi

Pengambilan data dasar

Randomisasi sederhana

Kelompok I Kelompok II
Ondansetron + NaCl 0,9 % Ondansetron + Omeprazole
7.

Keparahan mual muntah dan respon klinis


Rhodes Index of Nausea Vomiting and Retching (INVR)

Universitas Sumatera Utara


1.10. Identifikasi Variabel

Variabel bebas Skala

Jenis obat

(ondasentron dan omeprazole ) Kategorikal

Variabel tergantung Skala

Respon klinis Kategorikal

1.11. Definisi Operasional

1. Mual adalah ungkapan subjektif berupa perasaan atau sensasi yang tidak

menyenangkan di bagian belakang tenggorokan atau epigastrium yang

disertai pucat, kemerahan, takikardia, berkeringat, saliva yang berlebihan,

keringat panas dingin serta adanya kesadaran untuk muntah

2. Muntah adalah kontraksi dari otot abdomen disertai dengan penurunan

diafragma dan pembukaan kardia lambung yang menghasilkan dorongan

ekspulsi yang kuat dari isi lambung, duodenum, atau yeyenum melalui mulut

berupa muntahan.

3. Retching adalah kontraksi spasmodik/hebat dari diafragma, otot-otot perut

dan dinding dada tanpa adanya pengeluaran isi lambung/muntahan yang

dikenal sebagai nafas hering (dry heaves).

4. Kemoterapi adalah proses pengobatan dengan menggunakan obat-obatan

kimia yang bertujuan untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel

kanker.

Universitas Sumatera Utara


5. Keparahan mual-muntah adalah beratnya mual muntah berdasarkan rentang

skor jumlah dari nilai alat instrumen dimana tidak ada muntah: 0, ringan:1-8,

sedang: 9-16, berat:17-24, sangat berat: 24-32

6. Respon klinis obat adalah efek yang diharapkan pada pemberian obat yaitu

kontrol mual muntah lengkap (tidak ada mual muntah), parsial (keparahan

ringan dan sedang), dan gagal (keparahan berat dan sangat berat).

7. Omeprazole yang digunakan adalah dalam bentuk injeksi serbuk yang

berasal dari Dexamedica nomor regristasi GKL 1105045544A1

8. Ondasetron yang digunakan adalah dalam bentuk injeksi yang berasal dari

Indofarma dengan nomor regristasi GKL 0620931743A1

9. Plasebo ( infus NaCl 0,9% ) adalah sediaan yang dibuat dengan warna,

bentuk yang mirip dengan omeprazole dan tidak mengandung zat aktif.

1.12. Rencana Pengolahan dan Analisa Data

1.12.1 Alat pengumpulan data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kuesioner, digunakan untuk mengumpulkan data demografi terkait karakteristik

responden

b. Instrumen Rhodes Index Nausea Vomiting & Retching (RINVR), digunakan untuk

mengumpulkan variabel mual muntah79

c. Gelas ukur berukuran 300 cc yang digunakan untuk mengukur volume muntah.

Dimana gelas ukur ini dibagikan pada masing-masing responden.

Universitas Sumatera Utara


1.11.2 Instrumen Penelitian

Mual muntah diukur dengan menggunakan Instrumen Rhodes INVR untuk mengukur

mual, muntah, dan muntah-muntah (retching).79,80 Pengukuran volume muntah dibantu

dengan menggunakan gelas ukur berukuran 300 cc. Instrumen RINVR terdiri dari 8

pertanyaan yaitu 3 pertanyaan untuk mengukur mual (No.4,5,7) dan 5 pertanyaan untuk

muntah (No.1,2,3,6,8) dengan respon skala Likert yaitu 0 sampai 4. Skor mual

didapatkan dari penjumlahan skor pertanyaan No. 4,5 dan 7 (rentang skor 0-12)

sedangkan skor muntah dari penjumlahan skor pertanyaan No. 1,2,3,6 dan 8 (rentang

skor 0-20). Keparahan mual muntah berdasarkan rentang skor 0-32 dimana tidak ada

mual muntah: 0, ringan: 1-8, sedang: 9-16, berat: 17-24, sangat berat: 24-32. Respon

klinis antiemetik terbagi atas 3 kelompok yaitu kontrol lengkap (tidak ada mual muntah),

parsial (mild dan moderate) dan gagal (berat dan sangat berat). Pada penelitian ini,

respon klinis obat terbagi atas 2 kelompok yaitu terapi berhasil (kontrol lengkap) dan

terapi gagal (kontrol parsial dan gagal)

Untuk menilai perbedaan antara pemberian ondansetron dan omeprazole berskala

kategorikal dengan keparahan mual muntah dan respon klinis obat yang berskala

kategorikal digunakan uji Chi Square dan Uji Mann-Whitney dilakukan jika syarat Chi

Square tidak terpenuhi serta untuk melihat trend. Data yang terkumpul diolah dan

dianalisis dengan interval kepercayaan 95% dan kemaknaan P < 0.05.

Universitas Sumatera Utara


BAB 4. HASIL PENELITIAN

Berdasarkan perhitungan besar sampel dengan 30 subjek untuk tiap kelompok, pada

penelitian ini terdapat 70 pasien kanker anak yang berpartisipasi, dan setelah dilakukan

randomisasi sederhana didapatkan 32 anak mendapat obat ondansentron + plasebo

dan sisanya ondansentron + omeprazole

Tabel 4.1.Karakteristik demografik subjek penelitian

Karakteristik variabel Perlakuan


Ondansentron + Ondansentron +
Plasebo (n = 32) Omeprazole (n=38)
Jenis kelamin,n
Laki-laki 20 22
Perempuan 12 16
Umur, rerata(SB), tahun 7,0 7,7
Jenis kanker,n
ALL 16 19
AML 3 1
CML 1 0
LH 2 4
LNH 2 3
Retinoblastoma 7 6
Rhabdomiosarkoma 1 1
Sarkoma 0 1
Teratoma 0 2
Tumor Testis 1 0
Obat Kemoterapi, n
Carboplatin 7 3
Cisplatin 0 3
Citarabin 2 0
CPA 6 7
Doxorubicin 13 23
Danurubicin 1 1
VCR 3 2
Tingkat Emetogenik, n
Ringan 3 2
Sedang 23 29
Berat 6 7
Tabel 4.1 menunjukkan karakteristik demografik yang tidak jauh berbeda antara

kelompok Ondansentron+Plasebo dan Ondansetron+Omeprazole berupa jenis kelamin,

rerata umur, jenis kanker dan tingkat emetogenik kemoterapi. Jumlah anak laki-laki

Universitas Sumatera Utara


lebih banyak daripada anak perempuan pada kedua kelompok. Jenis kanker yang

terbanyak adalah leukemia (62,5% vs 55,3%). Tingkat emetogenik kemoterapi didapat

ringan (60% vs 40%), sedang (42,3% vs 57,7%) dan tinggi (53,8% vs 46,2%). Rerata

umur pada kelompok Ondansentron+plasebo adalah 7,0 tahun (SB 4,14) dan kelompok

Ondansentron+Omeprazole adalah 7,7 tahun (SB 4,80).

Tabel 4.2 Respon Klinis Obat

Respon Klinis
Terapi Terapi Total Nilai p
sukses Gagal
N (% ) N (%)
Perlakuan Ondansentron+Plasebo 16 (50) 16 (50) 32 0,01
Ondansetron+Omeprazole 31(81,6) 7(18,4) 38
Total 47(67,1) 23(32,9) 70
Uji Chi Square

Tabel 4.2 menunjukkan respon klinis obat, dimana terapi gagal ditemukan 50% (16/32)

pada kelompok Ondansetron+Plasebo dan 18,4% (7/38) pada kelompok

Ondansetron+Omeprazole. Penambahan Omeprazole pada Ondansetron dalam

tatalaksana mual muntah akibat kemoterapi pada kanker anak lebih efektif daripada

pemberian Ondansetron tunggal (p = 0,01, RR 1,6 CI95% 0,18-0,42). Number need to

treat (NNT) adalah 3,13

Universitas Sumatera Utara


BAB 5. PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan omeprazole pada ondansetron

dalam tatalaksana mual muntah akibat kemoterapi lebih efektif atau unggul

dibandingkan pemberian ondansetron tunggal.

Saluran cerna terlibat dalam mekanisme MMAK melalui impuls yang dibawa ke

pusat muntah perifer melalui saraf vagus dan simpatis.35 Sistem ini berperan terhadap

sensasi otonom antara lain distensi lambung, asam lambung, ansietas, depresi dan

nyeri.20,37 Peningkatan aktifitas otonom terhadap stres mencetuskan peningkatan asam

lambung dimana nervus vagus merangsang sel parietal secara langsung atau melalui

efek antral gastrin dengan melepaskan GRP, asetilkolin yang terikat dengan reseptor

muskarinik M3 dan histamin.38 Pelepasan serotonin dari sel enterokromafin akibat

kemoterapi menyebabkan perangsangan pusat muntah perifer dan dismotilitas otot

lambung.19 Peningkatan sekresi asam lambung merangsang secara langsung pusat

muntah.37,38 Penelitian yang dilakukan di India (2002) secara acak, cross-over, dan

tersamar ganda menggunakan jahe (ginger) pada MMAK didapatkan kontrol lengkap

62%. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa jahe memperbaiki dan meningkatkan

motilitas lambung.36 Sekresi asam lambung diturunkan sehingga perangsangan pusat

muntah berkurang.17,18 Hal ini sejalan dengan landasan teori penelitian kami.

Pada penelitian di Iran (2011), omeprazole dosis 1 mg/kg/hari pada anak lebih

superior dalam mengurangi simptom dispepsia berupa mual (86,2%), muntah(80,8%),

dan perut kembung (79,5%).22 Penelitian di Italia (2000), omeprazole dosis 20 mg dapat

mengurangi 97% produksi asam lambung dan mempertahankan pH lambung selama

Universitas Sumatera Utara


18 sampai 20 jam. Penelitian tersebut juga mendapatkan injury mukosa lambung akibat

kemoterapi dapat dicegah dengan omeprazole (p= 0,001).46 Pada penelitian kami, dosis

omeprazole adalah 0,5 mg/kgbb diberikan secara intravena sebelum kemoterapi.

Standart pengobatan MMAK didasarkan pada potensial emetogenik dari

kemoterapi.5,34 Penelitian di New Mexico (2006) mendapatkan risiko emetogenik

sedang pada 63,4% anak perempuan dan 64,1% anak laki-laki, dan risiko tinggi pada

36,6% anak perempuan dan 35,9% anak laki-laki.35 Penelitian yang lain di Belanda

(2012) berbasis komunitas rumah sakit didapatkan risiko sedang (63%) dan risiko tinggi

(37%).13 Pada penelitian kami, terbagi atas kelompok ondansetron+plasebo dan

ondansetron+omeprazole dimana tidak jauh berbeda pada kedua kelompok, tingkat

emetogenik rendah 60% vs 40%, risiko sedang 42,3% vs 57,7%, dan risiko tinggi 53,8%

vs 46,2%. Kemoterapi potensial emetogenik sedang dan berat diberikan antagonis

reseptor serotonin (ondansetron) yang dikombinasikan dengan aprepitant (antagonis

reseptor NK-1) dan deksametason.59 Hingga saat ini, belum ada uji coba acak (random)

terhadap aprepitant pada anak.60 Penelitian kami, merupakan studi pendahuluan secara

acak, terkontrol, dan tersamar ganda yang menilai efektifitas penambahan omeprazole

pada ondansetron dalam tatalaksana MMAK.

Penelitian acak tersamar ganda di Bangladesh (2012) menyebutkan bahwa

respon komplit (lengkap) dan parsial terhadap MMAK pada pemberian ondansetron

tunggal adalah 70% dan 30% untuk tipe akut, serta 43% dan 50% untuk tipe lambat.68

Penelitian di Taiwan (2004), pemberian ondansentron 0,15 mg/kgbb memberikan

respon lengkap 45,5%.11 Penelitian di New Mexico (2006), kontrol lengkap ondansetron

0,45 mg/kg iv didapatkan 65,5%.55 Penelitian yang lain di Turki (2012) menyebutkan

Universitas Sumatera Utara


bahwa ondansetron intravena 5 mg/m2 didapatkan respon lengkap terhadap tipe akut

adalah 55%.70 Hal ini memberi kesimpulan bahwa ondansetron belum optimal dalam

tatalaksana MMAK, pengalaman mual muntah adalah sangat subjektif64, dan perlu

strategi dosis yang tepat untuk anak serta diperlukan kombinasi obat.65

Penelitian kami, sejalan dengan penelitian sebelumnya dimana terapi sukses

(respon komplit) ondansetron 0,5 mg/kgbb adalah 50% (16/32). Namun, penambahan

omeprazole 0,5 mg/kgbb pada ondansetron memberikan terapi sukses 81,6% (31/38);

RR 1,6 Interval Kepercayaan 95% 0,18-0,42, p = 0,01. Penambahan omeprazole pada

ondansetron sangat efektif dalam tatalaksana mual muntah akibat kemoterapi.

Kelebihan dari penelitian ini adalah merupakan uji eksperimental dengan acak,

terkontrol, dan tersamar ganda. Kelemahan dari penelitian ini adalah ukuran sampel

yang kecil.

Universitas Sumatera Utara


BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Penambahan omeprazole pada ondansentron dalam tatalaksana mual muntah akibat

kemoterapi mempunyai efektifitas cukup tinggi daripada pemberian ondansentron

tunggal.

6.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan ukuran sampel yang lebih besar di beberapa

rumah sakit serta menilai efektifitas kombinasi obat terhadap mual muntah akibat

kemoterapi tipe lambat.

Universitas Sumatera Utara


RINGKASAN

Mual muntah akibat kemoterapi merupakan salah satu penyebab utama penurunan

kualitas hidup pada kanker anak yang menimbulkan stres, dehidrasi, gangguan

elektrolit, malnutrisi, anoreksia sehingga pasien menolak pengobatan siklus kemoterapi

selanjutnya. Mual muntah masih ditemukan pada 50% anak meskipun mendapat

ondansetron sebagai obat standart terapi.

Suatu penelitian buta acak, terkontrol, dan tersamar ganda mengevaluasi

efektifitas penambahan omeprazole pada ondansetron dalam tatalaksana mual muntah

akibat kemoterapi kanker anak yang dilakukan di ruang rawat inap hemato onkologi

anak RSUP Haji Adam Malik mulai bulan Maret sampai Mei 2016.

Penelitian ini diikuti oleh 70 pasien anak, 32 anak mendapat obat

ondansentron+plasebo dan sisanya ondansentron+omeprazole. Kriteria inklusi adalah

pasien kanker anak berusia 1 bulan sampai < 18 tahun yang mendapat kemoterapi

risiko emetogenik sedang dan berat. Pasien dengan keganasan saluran cerna, mual

muntah selain kerana kemoterapi, dan dengan penyakit penyerta yang berat seperti gizi

buruk, ensefalitis, meningitis, sepsis, bronkopneumonia, tuberkulosis paru, neutropenia,

anemia berat, atau perdarahan hebat dieksklusi.

Kami menggunakan uji Chi Square untuk membandingkan efikasi pada

kelompok pemberian ondansetron dan penambahan omeprazole. Nilai P< 0.05

dianggap bermakna secara statistik. Risiko relatif (RR), Interval Kepercayaan 95%, dan

Number Need to Treat (NNT) juga dihitung pada penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara


Terapi gagal ditemukan 50% (16/32) pada kelompok Ondansetron + Plasebo dan

18,4% (7/38) pada kelompok Ondansetron + Omeprazole. Terapi sukses (kontrol

lengkap) ditemukan 81,6% (31/38) pada kelompok Ondansetron+Omeprazole.

Penambahan Omeprazole pada Ondansetron dalam tatalaksana mual muntah akibat

kemoterapi pada kanker anak secara statistik bermakna (p = 0,01, RR 1,6 CI95% 0,18-

0,42). Number need to treat (NNT) adalah 3,13

Kami menyimpulkan bahwa penambahan omeprazole pada ondansentron dalam

tatalaksana mual muntah akibat kemoterapi memiliki efektifitas cukup tinggi daripada

pemberian ondansentron tunggal.

Universitas Sumatera Utara


SUMMARY

Chemotherapy induced nausea and vomiting is one of the main causes of decline in the

quality of life in children cancer cause stress, dehydration, electrolyte imbalance,

malnutrition, anorexia so that the patient refused further chemotherapy treatment cycle.

Nausea and vomiting was found in 50% of children despite ondansetron give as

standard drug therapy.

A randomized, controlled, double-blind trial to evaluate the effectiveness of the

addition of omeprazole on ondansetron in the management of nausea and vomiting due

to cancer chemotherapy in children, was conducted in hemato oncology and children

ward at Haji Adam Malik Hospital from March to May 2016

This study was followed by 70 pediatric patients, 32 children received the drug

ondansetron + placebo and the rest ondansetron + omeprazole. We included children of

cancer patients aged 1 month to <18 years who received moderate and highly

emetogenic chemotherapy. Patients with GI malignancy, nausea and vomiting as apart

of chemotherapy, and with severe comorbidities such as malnutrition, encephalitis,

meningitis, sepsis, bronchopneumonia, pulmonary tuberculosis, neutropenia, severe

anemia, or severe bleeding were excluded.

We used a Chi Square test to compare the efficacy of the administration of

ondansetron group and the addition of omeprazole. A Pvalue of <0.05 was considered

statistically significant. Relative Risk (RR), 95% Confidence Interval and Number Need

to Treat (NNT) were measured in this study

Universitas Sumatera Utara


Treatment failure was found 50% (16/32) in the group Ondansetron + placebo

and 18.4% (7/38) in the group Ondansetron + Omeprazole. Therapeutic success

(complete control) was found 81.6% (31/38) in the group Ondansetron + Omeprazole.

Addition of Omeprazole in Ondansetron in the treatment of chemotherapy induced

nausea and vomiting in pediatric cancer was statistically significant (P = 0.01, RR 1.6

CI95% 0.18 to 0.42). Number need to treat (NNT) was 3.13

We conclude that the addition of omeprazole on ondansetron in the treatment of

chemotherapy induced nausea and vomiting have fairly high effectiveness than a single

administration of ondansetron.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

1. Smith MA, Ries LAG. Chilhood cancer: incidence, survival, and mortality. Dalam: Pizzo PA,
Poplack DG, penyunting. Principles and Practice Pediatric Oncology. Edisi ketiga. Texas:
Lippincott. 2004.h.1-12.
2. Kadan-Lottick NS. Epidemiology of childhood and adolescent cancer. Dalam: Behrman RE,
Kliegman R, Jenson BH, Stanton BF, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-18.
Philadelphia: Saunders, 2007.h.2097-100
3. Dewan P, Singhal S, Harit D. Management of chemotherapy induced nausea and vomiting. Indian
Pediatrics. 2010; 149-55
4. Roscoe JA, Hickok JT, Morrow GR. Patient expectations as predictor of chemotherapy induced
nausea. Ann Behav Med. 2000; 22(2):121-6
5. Jordan K, Sippel C, Schmoll HJ. Guidelines for antiemetic of chemotherapy induced nausea and
vomiting: past, present, and future recommendations. The Oncologist. 2007; 12:1143-50
6. Schnell FM. Chemotherapy induced nausea and vomiting: the importance of acute antiemetic
control. The Oncologist. 2003;8: 187-98
7. Mustian KM, Devine K, Ryan JL, Janelsins MC, Sprod LK et al. Treatment of nausea and
vomiting during chemotherapy. US Oncology & Hematology. 2011; 7:91-7
8. Ballatori E, Roila F. Impact of nausea and vomiting on quality of life in cancer patients during
chemotherapy. Health and Quality of Life Outcomes. 2003; 46:1-11
9. Feeney K, Cain M, Nowak AK. Chemotherapy induced nausea and vomiting prevention and
treatment. Australian Fam Physician. 2007; 36(9):702-6.
10. Phillips RS, Goupal S, Gibson F, Houghton E, Craig JV, Light K, Pizer B. Antiemetic medication
for prevention and treatment of chemotherapy induced nausea and vomiting in childhood-
Review.The Cochrane Collaboration. 2011; 2:1-88
11. Jaing TH, Tsay PK, Hung IH, Yang CP, Hu WY. Single dose oral granisetron versus multidose
intravenous ondansetron for moderately emetogenic cyclophosphamide based chemotherapy in
pediatric outpatients with acute lymphoblastic leukemia. Pediatric Hematology and Oncology.
2004; 21:227-35
12. Grunberg S. Patient centered management of chemotherapy induced nausea and vomiting. Cancer
Control. 2012; 19(2):10-5
13. Hilarius DL, Kloeg PH, Wall EV, Heuvel JJGV, Gundy CM et al. Chemotherapy induced nausea
and vomiting in daily clinical practice: a community hospital based study. Support Care Cancer.
2012; 20:107-17.
14. Schwartzberg LS. Chemotherapy Induced Nausea and Vomiting: Clinician and Patient
Perspectives. J Support Oncol. 2007; 5(1);005-012
15. Stringer AM, Gibson RJ, Bowen JM, Keefe DM. Chemotherapy Induced Modifications to
Gastrointestinal Mickroflora: Evidence and Implictions of Change. Current Drug Metabolism.
2009; 10: 79-83
16. Riezzo G, Clemente C, Leo S, Russo F. The role of electrogastrography and gastrointestinal
hormones in chemotherapy related dyspeptic symtoms. J Gastroenterol 2005; 40:1107-15
17. Nelson K, Walsh D, Sheenan F. Cancer and Chemotherapy related upper Gastrointestinal
symptoms: The Role of abnormal Gastric Motor Fuction and its evaluation in cancer patients.
Support Care Cancer. 2002; 10:455-61
18. Tiligada E. Chemotherapy: induction of stress responses. Endocrine Related Cancer. 2006;
13:115-24
19. Richardson J, Smith JE, Mccall G, Richardson A, Pilkington K, Kirsch I. Hypnosis for nausea
and vomiting in cancer chemotherapy. European Journal of Cancer Care. 2007; 16: 40-12
20. Polikandrioti M, Evaggelou E, Zerva S, Zerdila M, Koukoularis D, Kyritsi E. Evaluation of
Depression in Patients Undergoing Chemotherapy. Health Science Journal. 2008; 2: 162-72

Universitas Sumatera Utara


21. Pandey M, Sarita GP, Devi N, Thomas BJ, Hussain BM, Krishnan R. Distress, Anxiety, and
Depression in Cancer Patients undergoing Chemotherapy. World Journal of Surgical Oncology.
2006; 4:68-73
22. Deghani SM, Imanieh MH, Oboodi R, Haghighat M. The comparative Study of the Effectiveness
of Cimetidine, Ranitidine, Famotidine, and Omeprazole in Treatment of Children with Dyspepsia.
ISRN Pediatrics. 2011; 1-5
23. Stiller CA, Draper GJ. The epidemiology of cancer children. Dalam: Vaute PA, Barrett A,
Stevens MCG, Caron HN, penyunting. Cancer in children: clinical management. Edisi kelima.
New York: Oxford University Press Inc. 2005.h.1-16.
24. Dy GK, Adjei AA. Principles of chemotherapy. Dalam: Chang AE, Ganz PA, Hayes DF, Kinsell
TJ, Pass HI et al. Oncology: an evidence based approach. USA: Springer, 2006.h.14-
25. Airley R. Cancer epidemiology. Dalam: Airley R, penyunting. Cancer chemotherapy: basic
science to clinic. Edisi pertama. Oxford: Wiley-Blackwell, 2009.h.1-10
26. Rosdiana N, Lubis B dkk. Abstrak book: Indonesian congress of pediatrics 14th July 2008:p316
27. Chu E, Sartorelli AC. Cancer Chemotherapy. Dalam: Katzung BG, penyunting. Basic & Clinical
Pharmacology. Edisi Kesembilan. United States: The McGraw-Hill, 2004.h.898-930
28. Sutaryo. Onkologi: Prinsip kemoterapi pada kanker anak. Dalam: Permono HB, Sutaryo,
Ugrasena IGD, Windiastuti E, Abdulsalam M, penyunting. Buku ajar hematologi onkologi anak.
Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2010.h.227-35
29. Li BK, Sunku BK. Vomiting and nausea. Dalam: Wyllie R, Hyams JS, penyunting. Pediatric
gastrointestinal and liver disease. Philadelphia: Elseiver, 2011.h.88-105
30. Dipiro CV. Nausea and vomiting. Dalam: Dipiro JT, Talbert RL, Yee GC, Matzke GR, Wells
BG, Posey LM, penyunting. Pharmacotherapy: a pathophysiologic approach. Edisi ketujuh. New
York: Mcgraw-Hill, 2008.h.607-15
31. Kris MG, Hesketh PJ, Somerfield MR, Feyer P, Snow RC, Koeller JM et al. American Society of
Clinical Oncology Guideline for Antiemetics in Oncology: update 2006. J C oncology. 2006;
24:2932-5342
32. Herrstedt J, Dombernowsky P. Antiemetic Therapy in Cancer Chemotherapy: Current Status.
Nordic Pharmacology Society. Basic & Clinical Pharmacology& Toxicology.2007 ;101:143-50
33. Hesketh PJ. Chemotherapy induced nausea and vomiting. N Eng J Med 2008; 358:2482-94
34. Hesketh PJ, Gralla RJ, DuBois A, Tonato M. Methodology of antiemetic trials: response
assesment, evaluation of new agents and defenition of chemotherapy emetogenicity. Support Care
Cancer. 1998; 6:221-7
35. Navari RM. Pathogenesis based treatment of chemotherapy induced nausea and vomiting: two
new agents. J Support Oncol. 2003; 1: 89-103
36. Sontakke S, Thawani V, Naik MS. Ginger as an antiemetic in nausea and vomiting induced by
chemotherapy: a randomized, cross over, double blind study. Indian Journal of Pharmacology.
2003; 35:32-6
37. Morrow GR, Angel C, Dubeshter B. Autonomic changes during cancer chemotherapy induced
nausea and emesis. Br. J. Cancer. 1992; 66:42-5
38. Czinn SJ, Blanchard SS. Developmental anatomy and physiology of the stomach. Dalam: Wyllie
R, Hyams JS, penyunting. Pediatric gastrointestinal and liver disease. Edisi keempat.
Philadelphia: Elseiver, 2011; 262-8
39. McPhee SJ, Hammer GD. Gastrointesinal Diseases. Dalam: McPhee SJ, Hammer GD,
penyunting. Pathophysiology of diseases: An introduction to Clinical Medicine. Edisi keenam.
New York: Mcgraw-Hill. 2006
40. Barret KE. Gastric Secretion. Dalam: Malley J, Naglieri C, penyunting. Gastrointestinal
Physiology. Edisi pertama. New York: McGraw-Hill. 2006.h.37-56
41. Riezzo R, Clemente C, Linsalata M, D’attamo B, Orlando A, Campanella, et al. Gut Peptide
Profile and Chemotherapy Associated Dyspepsia Syndrome in Patients with Breats Cancer
Undergoing FEC60 Chemotherapy. Anticancer Research.2013; 4951-8

Universitas Sumatera Utara


42. Cui G, Waldum HL. Physiological and clinical significance of enterochromaffin like cell
activation in regulation of gastric acid secretion. World Journal of Gastroenterology. 2007;
13:493-6
43. Saps M, Lorenzo C. Gastric Motility Disorders. Dalam: Wyllie R, Hyams JS, penyunting.
Pediatric gastrointestinal and liver disease. Edisi keempat. Philadelphia: Elseiver, 2011; 309-18
44. Soares PMG, Mota JMSC, Gomes AS, Oliviera RB, Assreuy AMS, Brito GAC et al.
Gastrointestinal dysmotility in 5-fluorouracil induced intestinal mucositis outclasts inflammatory
process resolution. 2008; 63:91-8
45. Yanez JA, Teng XW, Roupe KA, Fariss MW, Davies NM. Chemotherapy Induced
Gastrointestinal Toxicity in Rats: Involvement of Mitochondrial DNA, Gastrointestinal
Permeability and Cylooxygenase-2. J Pharm Pharmaceut Sci. 2003; 6(3): 308-14
46. Sartori S, Trevisiani L, Nielsen I, Tassinari D, Panzini I, Abbasciano V. Randomized trial of
omeprazole or ranitidine versus placebo in the prevention of chemotherapy induced
gastroduodenal injury. Journal of Clinical Oncology. 2000; 18:463-7
47. Sonis ST, Elting LS, Keefe D, Peterson DE, Schubert M, Jensen MH et al. Prespectives on cancer
therapy induced mucosal injury. American Cancer supplement. 2004; 100:1995-2025
48. Butler RN. Measuring tools for gastrointestinal toxicity. Current Opinion in Suportive and
Paliative Care. 2008; 2:35-9
49. Fiore FD, Cutsem EV. Acute and long term gastrointestinal consequences of chemotherapy. Best
Practice and Research Clinical Gastroenterology. 2009;23:113-24
50. Bow Ej, Meddings JB. Intestinal mucosal dysfunction and infection during remission induction
therapy for acute myeloid leukaemia. Leukemia. 2006; 20:2087-92
51. Fahim MA, Kataya H, Elkharrag R, Amer DAM, Ramadi B, Karam SM. Ghrelin attenuates
gastrointestinal damage induced doxorubicin. Word J Gastroenterol. 2011; 17:3836-41
52. Hattri T. Rikkunshito and Ghrelin. International Journal of Peptides. 2010
53. Lai YC, Ho Y, Huang KH, Tsai LH. Effects of serotonin on acid secretion in isolated rat
stomach: the role of 5-HT3 receptors. Chinese Journal of Physiology. 2009; 52:305-405
54. Lesurtel M, Soll C, Graf R, Clavien PA. Role of serotonin in hepato-gastrointestinal tract: an old
molecule for new perspectives. Cell.Mol.Life Sci. 2008; 65:940-52
55. Holdsworth MT, Raisch DW, Frost J. Acute and Delayed Nausea and Emesis Control in Pediatric
Oncology Patients. American Cancer Society.2006; 106(4):931-40
56. Tjay TH. Antiemetika. Dalam: Tjay TH, Rahardja K, penyunting. Obat-obat Penting. Edisi
kelima. Jakarta: Elexmedia Komputindo Gramedia. 2002.h.263-9
57. Trigg ME, Higa GM. Chemotherapy induced nausea and vomiting: antiemetic trials that impacted
clinical practice. J Oncol Pharm Practice. 2010;16:223-44
58. Aapro M. Palonosetron as antiemetic and antinausea agent in oncology. Therapeutics and Clinical
Risk Management. 2007;3(6): 1009–20
59. Morrow GR. Guidelines for the Treatment of Chemotherapy induced Nausea and Vomiting.
Clinical Advances in Hematology and Oncology. 2010; 8(9):4-6
60. Olver I, Molassiotis A, Aapro M, Herrstedt J, Grunberg S, Morrow G. Antiemetic research: future
directions. Support Care Cancer. 2011; 19:49-55
61. Kaushal J, Gupta MC, Kaushal V, Bhutani G, Dhankar R, Atri R, Verma S. Clinical evaluation of
two antiemetic combinations planosetron dexamethasone versus ondansetron dexamethasone in
chemotherapy of head and neck cancer. Singapore Med J. 2010; 51:871-5
62. Grunberg SM. Antiemetic activity of corticosteroid in patients receiving cancer chemotherapy:
dosing, efficacy, and tolerability analysis. Annals of Oncology. 2007; 18:233-40
63. Antonarakis ES, Hain RDW. Nausea and vomiting associated with cancer chemotherapy: drug
management in theory and in practice. Arch Dis Child 2004; 89:877-80
64. Taguchi K, Iihara H, Ishihara M, Komori Y, Tanizawa K, Matsuura M et al. Comparison of
antiemetic efficacy between single and repeated treatments with a 5-HT3 receptor antagonist in

Universitas Sumatera Utara


breast cancer patients with high risk emetogenic chemotherapy. Anticancer Research. 2009;
29:1721-26
65. Wetering MV. Supportive care during treatment . Dalam: Vaute PA, Barrett A, Stevens MCG,
Caron HN, penyunting. Cancer in children: clinical management. Edisi kelima. New York:
Oxford University Press Inc. 2005.h.91-93
66. Gralla R, Lichinitser, Vegt V, Sleeboom H, Mezger J, Peschel C, et al. Palonosetron improves
preventin of chemotherapy induced nausea and vomiting following moderately emetogenic
chemotherapy: result of double blind randomized phase III trial comparing single doses of
palonosetron with ondansetron. Annals of Oncology 2003;14:1570-7
67. Rubenstein EB, Slusher BS, Camilo R, Navari RM. New approaches to chemotehrapy induced
nausea and vomiting: from neuropharmacology to clinical investigations. Cancer J 2006; 12:341-
7.
68. Siddique R, Hafiz G, Jamal CY, Karim A, Islam A, Alia RA. Randomized Dauble Blind Trial to
Compare the efficacy of Granisetron And Ondasetron in Controlling Emesis in Children with
Acute Lymphoblastic Leukemia. Bangladesh J Child Health. 2012; 36(3):115-21
69. Brock P, Brichard B, Rechnitzer C, Langeveld NE, Lanning M, Soderhall S et al. An increased
loading dose of ondansetron: a North European, double blind randomised study in children,
comparing 5 mg/m2 with 10 mg/m2 Eur J Cancer. 1996;(10) :1744-8 (abstract)
70. Kurucu N, Durmaz M. Effect of Hydroxyzine in Controlling Acute Chemotherapy Induced
Vomiting in Children: A Randomised Trial. International Journal of Hematology an Oncology.
2012; 2(22):99-106
71. Luisi FAV, Petrilli AS, Tanaka C, Caran EMM. Contribution to the treatment of nausea and
emesis induced by chemotherapy in children and adolescent with osteosarcoma. Sao Paulo Med J.
2006; 124(2):61-5
72. Vanderhoff BT, Tahboub RM. Proton pump inhibitors: an update. American Family Physician.
2002; 66:273-80
73. Brett S. Science review: the use of proton pump inhibitors for gastric acid suppresion in critical
illness. Critical Care. 2005; 9:45-50
74. Thomson ABR, Sauve MD, Kassam N, Kamitakahara H. Safety of longterm use of proton pump
inhibitors. Word J Gastroenterol. 2010; 16:2323-30
75. Clark K, Lam LT, Gibson S, Currow D. The effect of ranitidine versus proton pump inhibitors on
gastric secretions: a meta analysis of randomised control trials. Anaesthesia. 2009; 64:652-7
76. Suzuki H, Okada S, Hibi T. Proton pump inhibitors for the treatment of functional dyspepsia. The
Adv Gastroenterol. 2011; 4:219-26
77. McCarthy DM, Caspi A. Proton pump inhibitors in the management of patients with acid peptic
disorders: a managed care prespective. P&T. 2005; 30:282-91
78. Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH. Perkiraan Besar Sampel.
Dalam: Sastroasmoro S, Ismael S, penyunting. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi
ketiga. Sagung Seto, Jakarta. 2010;hal.302-30
79. Rhodex index. Diunduh dari: http://www.helper.org/health-profesional/diagnosis-
assesment/rhodes-indx.php desember,2014
80. Kim TH, Choi BM, Chin JH, Lee MS, Kim DH, Noh GJ. The Reliability and Validity of The
Rhodes Index of Nausea Vomiting and Retching in Postoperative Nausea and Vomiting. Korean J
Anesthesiol. 2007; 52: S59-65

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN

1. Personil Penelitian

1. Ketua Penelitian

Nama : dr. Perjuangan D.H.Simbolon

Jabatan : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak

FK-USU/RSHAM

2. Anggota Penelitian

1. dr. Selvi Nafianti, Mked(Ped), SpA(K)

2. dr. Pertin Sianturi, Mked(Ped), Sp.A(K)

3. Prof. dr. Hj. Bidasari Lubis, SpA(K)

4. Prof. dr. Aznan Lelo, PhD,SpFK

5. dr. Olga R. Siregar, Mked(Ped), SpA

6. dr. Nelly Rosdiana, Mked(Ped), SpA (K)

2. Biaya Penelitian

1. Bahan / perlengkapan : Rp. 5.000.000

2. Transportasi / Akomodasi : Rp. 1.000.000

3. Souvenir/ hadiah : Rp. 2.000.000

4. Penyusunan / penggandaan : Rp. 2.000.000

5. Seminar hasil penelitian : Rp. 5.000.000

Jumlah : Rp. 15.000.000

NB: Semua Biaya Penelitian ditanggung Peneliti

Universitas Sumatera Utara


3. Jadwal Penelitian

Waktu
1-4 Maret 4 Maret – 16 17-23 April 24-30 April
2016 April 2016 2016 2016
Kegiatan

Persiapan

Pelaksanaan

Penyusunan
laporan

Pengiriman
laporan

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1

Lembar Penjelasan Kepada Orangtua/Wali Peserta Penelitian

Yth. Bapak / Ibu …………………………………………….

Sebelumnya kami ingin memperkenalkan diri (dengan menunjukkan surat tugas dari Departemen
Ilmu Kesehatan Anak FK USU). Nama saya dokter …………………….…, bertugas di divisi Hemato-
Onkologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP H. Adam Malik Medan. Saat ini, kami
sedang melaksanakan penelitian “efektifitas pemberian Omeprazole pada Ondansetron dalam
tatalaksana mual muntah akibat kemoterapi kanker anak” dimana pesertanya adalah anak usia 0-18
tahun, adapun tujuan dari penelitian ini adalah menilai efek obat dalam mengurangi keparahan mual
muntah akibat kemoterapi. Berdasarkan penelitian sebelumnya mual muntah masih terjadi pada 50%
anak dengan kemoterapi meski telah mendapat terapi obat ondansetron. Untuk itu kami berencana
menambahkan Omeprazole bersama Ondansetron dalam tatalaksana mual muntah akibat
kemoterapi pada anak Bapak/Ibu. Sebelumnya kami memberikan kemoterapi sesuai siklus
kemoterapi, dan setelah itu kami akan melihat waktu, frekuensi timbulnya muntah dan melihat
manfaat obat tersebut dalam mengurangi keparahan mual muntah.
Omeprazole merupakan obat yang mengurangi asam lambung dan biasanya dipakai untuk
mengurangi gejala asam lambung yang salah satunya mual muntah. Efek samping pemberian jarang
terjadi, umumnya akibat pemakaian yang lama antara lain sakit kepala, sulit buang air besar dan
mencret. Jika terjadi hal yang tidak diinginkan, Bapak/Ibu dapat menghubungi Ketua Tim Peneliti
dr.Perjuangan D.H.Simbolon di nomor HP. 081269478657. Segala biaya penelitian ditanggung
sepenuhnya oleh peneliti dan orang tua/wali tidak dibebankan biaya apapun dalam penelitian ini.
Jika Bapak / Ibu bersedia agar anaknya diobati dengan obat tersebut, maka kami mengharapkan
Bapak / Ibu menandatangani lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP).
Demikian yang dapat kami sampaikan. Atas perhatian Bapak / Ibu, kami ucapkan terima kasih.

Hormat kami,

Tim Peneliti

dr. Perjuangan D.H. Simbolon

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2

Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : .......................................... Umur .............. tahun L/P

Alamat : ..................................................................Telepon :.....................

dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan

PERSETUJUAN

untuk dilakukan penambahan omeprazole pada ondansentron dalam pengobatan mual muntah
akibat kemoterapi terhadap anak saya :

Nama : ........................................... Umur .............. tahun L/P

Alamat Rumah : .............................................................................................

Alamat Sekolah : .............................................................................................

yang tujuan, sifat, dan perlunya pengobatan tersebut di atas, serta risiko yang dapat
ditimbulkannya telah cukup dijelaskan oleh dokter dan telah saya mengerti sepenuhnya.

Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dan
bila suatu saat saya mengundurkan diri dari penelitian ini saya tidak akan menuntut apa pun.

Medan. , ......................................... 2016

Yang memberikan penjelasan Yang membuat pernyataan persetujuan

(dr. .............................................) ( ......................................................)

Saksi-saksi : Tanda tangan

1. ............................................. ........................................................

2. ............................................. .......................................................

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN

No. RM / No urut :
Tanggal masuk :
Tanggal keluar :
Diagnosis masuk :
Diagnosis keluar :
Kemoterapi yang diberikan : ........................... Dosis Kemoterapi:.......................

IDENTITAS PRIBADI
Nama : ………………………………..........Jenis Kelamin: L / P
Umur/Tanggal Lahir : ….... Tahun/ .................................................
Anak Ke : ......................... dari ..................................bersaudara
Alamat Rumah : ………………………………………………..........……....
Berat Badan : ...................Kg Panjang Badan :.........cm

DATA ORANG TUA


Nama Ayah :...........................................................................................
Nama Ibu :...........................................................................................

Suku bangsa : Ayah…......................... Ibu……………...........


Umur Orang Tua : Ayah….................Tahun, Ibu…………….Tahun

Pendidikan Terakhir
Ayah : 1. SD 2. SMP 3. SMU 4. D3/D4 5. S1/S2
Ibu : 1. SD 2. SMP 3. SMU 4. D3/D4 5. S1/S2
Pekerjaan
Ayah : 1. PNS 2. Karyawan swasta
3. Wiraswasta 4. Petani/Nelayan
5. Tidak bekerja 6. Lain-lain
Ibu : 1. PNS 2. Karyawan swasta
3. Wiraswasta 4. Petani/Nelayan
5. Tidak bekerja 6. Lain-lain
Pendapatan / Bulan
Ayah : 1.<Rp.500 ribu 2. Rp.500 ribu -1 juta
3.Rp.1 juta – 3 juta 4. >Rp. 3 juta
Ibu : 1.<Rp.500 ribu 2. Rp.500 ribu -1 juta
3.Rp.1 juta – 3 juta 4. >Rp. 3 juta

Universitas Sumatera Utara


Instrumen untuk mengukur intensitas mual muntah yang dialami anak

Petunjuk:

Beri satu tanda pada kotak di setiap baris yang sesuai dengan kejadian yang dialami anak

No:........................(diisi oleh peneliti) Tanggal:...................Pukul:...............WIB

1. Dalam 12 jam 7x/lebih 5-6 kali 3-4 kali 1-2 kali Tidak muntah
terakhir, anak saya
mengalami muntah
sebanyak.....kali

2 Akibat muntah- Tidak Ringan Sedang Berat Parah


muntah/muntah
berat dalam 12 jam mengalami
terakhir, anak saya
mengalami
penderitaan yang.....

3 Akibat muntah Parah Berat Sedang Ringan Tidak


dalam 12 jam mengalami
terakhir, anak saya
mengalami
penderitaan yang.....

4 Dalam 12 jam Tidak ≤ 1 jam 2-3 jam 4-6 jam Lebih dari 6
terakhir, anak saya mengalami jam
mengalami mual
atau sakit diperut

5 Akibat mual-mual Tidak Ringan Sedang Berat Parah


dalam 12 jam mengalami
terakhir, anak saya
mengalami
penderitaan yang.....

6 Dalam 12 jam Sangat Banyak Sedang Sedikit Tidak


terakhir, setiap banyak (2-3 (1/2-2 (hampir mengeluarkan
muntah, anak saya gelas) gelas) ½ apa-apa
mengeluarkan (3 gelas)
muntahan gelas/lebih)
sebanyak...gelas

Universitas Sumatera Utara


7 Dalam 12 jam 7 kali atau 5-6 kali 3-4 kali 1-2 kali Tidak
terakhir, anak saya lebih
merasa mual atau
sakit perut
sebanyak...kali

8 Dalam 12 jam Tidak 1-2 kali 3-4 kali 5-6 kali 7 kali atau
terakhir, anak saya mengalami lebih
mengalami muntah-
muntah/muntah
berat tanpa
mengeluarkan apa-
apa, sebanyak....kali

Universitas Sumatera Utara


BIODATA PENELITI UTAMA

Nama Lengkap : dr. Perjuangan D.H. Simbolon


Tempat dan Tanggal Lahir : Pakkat, 13 April 1981
Alamat : Jl. Pintu Air IV, Gg.Kunci, No.5, Simalingkar B
Medan Johor, Medan 20142

PENDIDIKAN
Sekolah Dasar : SD Swasta St. Petrus, Medan, tamat 1993
Sekolah Menengah Pertama : SMP Swasta St. Petrus, Medan, tamat 1996
Sekolah Menengah Umum : SMU Negri 4, Medan, tamat 1999
Pendidikan Dokter : Fakultas Kedokteran USU, Medan,tamat 2006
PendidikanSpesialis : Pendidikan Spesialis Ilmu Kesehatan Anak,
Fakultas Kedokteran USU, tahun 2010 -
sekarang
RIWAYAT PEKERJAAN : 1. Dokter PTT Kab.Humbang Hasundutan
tahun 2006 – 2008
2. Dokter Umum CPNS Puskesmas Onanganjang,
Kab. HumbangHas 2009 -
PERTEMUAN ILMIAH / PELATIHAN

1. PIT IV IDAI Medan 2010, sebagai peserta


2. Peserta pelatihan Advanced Pediatric Resuscitation Course 2012
3. Peserta Simposium dan workshop PKB – V IDAI 2012 di Medan
4. Peserta PICU NICU UPDATE, Indonesian Shock Society 2013 di Medan
5. Peserta Management Update In Tumor, 2014 di Medan
6. Peserta Workshop Basic Mechanical Ventilation IDAI 2016 di Medan

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai