2016
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/19573
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
EFEKTIFITAS PEMBERIAN OMEPRAZOLE PADA ONDANSETRON DALAM
TATALAKSANA MUAL MUNTAH AKIBAT KEMOTERAPI KANKER ANAK
TESIS
Menyetujui
KomisiPembimbing
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini, tidak terdapat karya yang pernah
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dijadikan acuan
Perjuangan D. H. Simbolon
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini, yang merupakan salah satu
kepada:
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum sebagai rektor Universitas Sumatera Utara
2. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K) sebagai dekan Fakultas Kedokteran
3. Prof. dr. H. Munar Lubis, Sp.A(K) selaku kepala Departemen Ilmu Kesehatan Anak
4. dr. Hj. Melda Deliana, M.Ked(Ped), Sp.A(K) selaku ketua program studi Ilmu
5. dr. Selvi Nafianti, M.Ked(Ped), Sp.A(K) sebagai pembimbing pertama dan dr. Pertin
waktu dan pikirannya untuk membimbing saya dalam menyelesaikan tesis ini
6. Prof.dr. Aznan Lelo, PhD, Sp.FK, Dr.dr. Oke Rina Ramayani, M.Ked(Ped), Sp.A(K),
dan dr. Johannes H. Saing, M.Ked(Ped), Sp.A(K) selaku penguji yang telah
7. Seluruh dosen dan staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
9. Seluruh anak penderita kanker di ruang rawat inap RS. Haji Adam Malik Medan
penelitian maupun penyelesaian tesis ini dr. Muhammad Adib Mahara, dr. M. Arif
Boediman, dr. Martua Mardia, dr. Ariandi Mahruza Putra, dr. Wirawan Siregar, dr.
11. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
Kepada yang sangat saya cintai dan hormati, orang tua saya Drs. Tengkun
Simbolon dan Aminah br. Sihotang-Hasugian atas pengertian serta dukungan baik moril
maupu maeril yang sangat besar, terima kasih atas segala yang telah dilakukan, doa
dan restu yang selalu mengiringi tiap langkah saya. Terima kasih juga saya sampaikan
kepada Arnis Sulastri br. Siregar, AM.Keb selaku istri tercinta, yang selalu memberi
semangat dan dukungan serta doa selama pendidikan dan penyelesaian tesis ini.
Perjuangan D. H. Simbolon
Latar Belakang :Mual Muntah akibat kemoterapi merupakan salah satu efek samping
merugikan pada pasien kanker anak yang mendapat kemoterapi. Standart rekomendasi
tatalaksana mual muntah pada kanker anak adalah antagonist reseptor 5-
hydroxytriptamine-3. Meskipun dengan terapi ini, sekitar lebih dari 50% pasien masih
mengalami muntah.
Tujuan :Untuk menilai efek penambahan omeprazole pada ondansetron dalam
tatalaksana mual muntah akibat kemoterapi kanker anak.
Metode :Penelitian ini merupakan uji klinik secara buta acak, terkontrol dan tersamar
ganda yang dilakukan pada bulan Maret sampai Mei 2016 di ruang rawat inap rumah
sakit Haji Adam Malik, Medan. Subjek adalah anak usia satu sampai 18 tahun dengan
diagnosa kanker dan mendapat kemoterapi intravena. Pasien dirandomisasi untuk
mendapat dosis tunggal Ondansetron (0.5 mg/kgbb) dan Plasebo atau Ondansetron
(0.5 mg/kgbb) dan Omeprazole (0.5 mg/kgbb). Keparahan mual muntah diukur
menggunakan instrumen Rhodes index nausea vomiting and retching selama 24 jam
setelah pemberian kemoterapi emetogenik. Penilaian efikasi adalah proporsi pasien
yang memiliki respon lengkap. Analisa statistik dengan menggunakan uji Chi Square
dan uji Mann Whitney.
Hasil : Penelitian diikuti sebanyak 70 pasien kanker anak yang dilakukan randomisasi
sederhana menjadi dua kelompok perlakuan. 32 subjek pada kelompok Ondansetron +
Plasebo dan 38 subjek pada kelompok Ondansetron + Omeprazole. Terapi gagal
didapatkan 50% (16/32) pada kelompok Ondansetron + Plasebo dan 18.4% (7/38) pada
kelompok Ondansetron + Omeprazole. Terdapat perbedaan yang signifikan pada
respon klinis terapi pada kedua kelompok (P = 0.01)
Kesimpulan : Penambahan omeprazole pada ondansetron dalam tatalaksana mual
muntah akibat kemoterapi lebih efektif atau unggul dibandingkan pemberian
ondansetron tunggal.
Methods: A Double blinded randomized controlled trial was conducted on Haji Adam
Malik Hospital from March to May 2016. Subjects were children aged one to 18 years
diagnosed with cancer and received intravenous chemotherapy. Patients were
randomized to receive either a single dose of ondansetron (0,5 mg/kg) plus plasebo or
ondansetron (0.5 mg/kg) plus omeprazole (0.5 mg/kg). The severity of nausea and
vomiting were measured using instrument Rhodes index nausea vomiting and retching
during the 24 hour after initiation of emetogenic chemotherapy. The primary efficacy
was the proportion of patients who achieved complete response. Statistical analysis
was performed by Chi-square and Mann-Whitney.
Results: Of 70 eligible pediatric patients were randomized simply into two groups. 32
subjects in group Ondansetron + Plasebo and 38 others in group Ondansetron +
Omeprazole. Failure therapy found 50% (16/32) in the group Ondansetron+placebo and
18.4% (7/38) in the group Ondansetron + Omeprazole. There was significant
differences on the clinical response on both group (P= 0.01)
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang…………………………………………………. 1
1.2. Rumusan Masalah ……………………………………………. 2
1.3. Hipotesis ………………………………………………………. 2
1.4. Tujuan Penelitian …………………………………………….. 2
1.5. Manfaat Penelitian …………………………………………… 3
LAMPIRAN
GI : Gastrointestinal
HCL : Hidroclorida
NK-1 : Neurokinin -1
5HT3 : 5-hydroxytryptamine3
Kanker merupakan penyebab kematian kedua yang paling umum pada anak usia
kurang dari 15 tahun.1,2 Pengobatan kanker secara umum terdiri dari bedah, radioterapi
dan kemoterapi.1 Kemoterapi masih merupakan pilihan pertama kanker pada anak.1,2
yang paling sering yaitu mual dan muntah.3 Mual muntah akibat kemoterapi (MMAK)
mengakibatkan dampak negatif terhadap pasien yaitu menolak pengobatan untuk siklus
kemoterapi selanjutnya.3-8
anak masih sedikit10-12 dan lebih dari 50% pasien tetap mengalami muntah.11-14
secara langsung pusat muntah atau tidak langsung melalui chemoreseptor trigger zone
(CTZ) dan pusat muntah perifer yaitu saluran cerna.12-14 Kemoterapi juga
1.3. Hipotesis
keparahan mual muntah akibat kemoterapi kanker anak lebih unggul daripada
ondansetron tunggal.
Tujuan khusus penelitian ini adalah menilai respon klinis penambahan omeprazole
1. Di bidang pelayanan masyarakat : Dengan terapi yang efektif, efisien dan biaya
kemoterapi
2.1. Kanker
Kanker adalah penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel yang tidak terkendali
dimana kemampuan sel-sel tersebut dapat menyerang jaringan lainnya dengan cara
(DNA) yang menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembelahan sel yaitu
proto-onkogen, gen tumor supresor, dan enzim-enzim yang berperan untuk perbaikan
memiliki peran dasar pada pembentukan kanker pada anak.23 Hal ini membedakan
antara kanker anak dengan kanker orang dewasa, dimana pengaruh karsinogen
Kanker dikelompokkan menjadi kanker darah dan tumor padat (solid tumor).24
Kanker darah termasuk leukemia limfoid akut, leukemia mieloid akut, mielodisplasia,
penyakit non hodgkin, dan penyakit hodgkin. Tumor padat meliputi tumor tulang, tumor
Jenis kanker pada anak-anak berbeda secara bermakna dari jenis kanker pada
dewasa.1,2 Leukemia akut, limfoma, dan tumor otak merupakan tipe kanker yang umum
ditemukan pada anak-anak.22,23 Distribusi tumor padat di RS.H Adam Malik Medan
tahun 2002 sampai 2006 antara lain26 retinoblastoma (37,8%), limfoma (18%), tumor
nasofaring (4,2%), hepatoblastoma (1,4%), teratoma (1,4%) dan tumor sel germinal
(1,4%). Distribusi tumor padat tersebut ditemukan pada anak rentang usia 3 tahun
Malik Medan dilaporkan sekitar 110 kasus leukemia limfoblastik akut (LLA) ditemukan
dari tahun 2011 sampai dengan 2013, dengan 55% dijumpai pada anak laki-laki dan
46% pada anak perempuan dengan usia terbanyak 65% pada anak antara usia 2
sampai 10 tahun, 33% pada usia diatas 10 tahun, dan 2% pada anak dibawah usia 2
tahun.
2.2. Kemoterapi
yang bertujuan untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel kanker.25 Selain
itu kemoterapi dikenal juga sebagai pengobatan dari suatu penyakit dengan bahan-
bahan kimia yang dapat menyerang penyebab dari kondisi penyakit tersebut.23,24,27
dengan memakai satu jenis kemoterapi atau dengan kombinasi beberapa jenis
Kemoterapi dapat diberikan sebagai terapi primer yaitu terapi utama yang dilaksanakan
tanpa radiasi dan pembedahan, adjuvan yaitu pengobatan tambahan pada pasien yang
telah mendapat terapi lokal atau paska pembedahan atau radiasi, neoadjuvan yaitu
pengobatan tambahan pada pasien yang akan mendapat terapi lokal atau mendahului
pembedahan atau radiasi, dan kombinasi yaitu diberikan bersamaan dengan radiasi
Kemoterapi pada anak hampir selalu menggunakan kombinasi obat seperti VAC
[oncovin] dan prednison.2,28 Umumnya obat sitostatika pada kanker anak adalah dipilih
dari beberapa kelas termasuk ankilating agent, antimetabolit, antibiotik, hormon dan
topoisomerase.24,27
Kemoterapi merusak sel yang memiliki aktiftas proliferasi yang berlebih, seperti
sumsum tulang dan sel epitel mukosa (folikel rambut dan saluran cerna).1 Hal ini
menjelaskan terjadinya tiga efek samping yang tersering pada pemberian kemoterapi,
(alopesia) dan mual muntah.27 MMAK terjadi pada lebih dari 80% pasien kanker dengan
dari pengobatan dan perawatan pendukung atau suportif pada penyakit kanker.25,28
2.3.1 Defenisi
Mual merupakan ungkapan subjektif berupa perasaan atau sensasi yang tidak
pucat, kemerahan, takikardia, berkeringat, saliva yang berlebihan, keringat panas dingin
serta adanya kesadaran untuk muntah.29 Muntah adalah kontraksi dari otot abdomen
disertai dengan penurunan diafragma dan pembukaan kardia yang lambung yang
menghasilkan dorongan ekspulsi yang kuat dari isi lambung, duodenum atau yeyenum
spasmodik/hebat dari diafragma, otot-otot perut dan dinding dada tanpa adanya
pengeluaran isi lambung/muntahan yang dikenal sebagai nafas kering (dry heaves).
Mual muntah dapat dianggap sebagai suatu fenomena yang terjadi dalam tiga stadium
Faktor risiko terjadinya MMAK berhubungan dengan kondisi pasien dan risiko
emetogenik obat kemoterapi yang digunakan.31 Faktor risiko yang berhubungan dengan
pasien meliputi usia (anak dan remaja), jenis kelamin perempuan, riwayat mual-muntah
terdahulu, riwayat mual-muntah akibat kemoterapi sebelumnya dan fungsi sosial yang
dosis tinggi dari obat tunggal.34 Pemahaman terhadap potensi emetogenik obat
Clinical Oncology (ASCO) tahun 1999. Pada tahun 2006, kedua panduan ini diperbarui
kemoterapi dibagi dalam empat kelompok risiko yaitu: risiko tinggi (90%), sedang (30-
90%), rendah (10-30%) dan minimal (< 10%).32-34 MASCC membuat panduan,
terutama, potensial emetogenik dari obat kemoterapi oral. Klasifikasi tersebut dapat
Mual muntah akibat kemoterapi pada penderita kanker dapat dibedakan menurut waktu
Mual muntah akut dapat berlangsung dalam 24 jam pertama setelah pemberian
Mual muntah lambat terjadi 24 jam setelah pemberian kemoterapi dan dapat
Mual muntah lanjut yaitu mual muntah yang terus berlangsung walaupun telah
kecemasan pada anak dengan cara distraksi, guided imagery, relaksasi otot dan
hypnosis.19
Suatu studi mendapatkan kecepatan perkiraan mual dan muntah pada 14 tempat
praktek onkologi yang terdiri dari 24 dokter onkologi dan 298 pasien dengan kemoterapi
emetogenik tinggi dan sedang dimana 35% pasien tetap mendapatkan episode muntah
akut dan 50% pasien tipe muntah lambat.12 Efek terapi antiemetik antagonis reseptor
muntah tipe lambat. Selain itu, 57% dari pasien akan mengalami mual muntah pada
lambung dan duodenum.3,15 Pusat muntah terletak di medulla oblongata dan dapat
diaktifkan secara langsung oleh sinyal dari korteks serebri (antisipasi, takut, memori),
sinyal dari organ sensori (pemandangan yang mengganggu, bau), atau sinyal dari
aparatus vestibular dari telinga dalam (mual karena gerakan tertentu/mabuk).27 Secara
Chemoreseptor Trigger Zone (CTZ).29 CTZ berada di daerah yang memiliki banyak
pembuluh darah pada permukaaan otak. Area ini tidak memiliki sawar darah otak. CTZ
dapat bereaksi secara langsung terhadap substansi dalam darah. CTZ dapat dipicu
dan usus kecil (obstruksi intestinum) yang berjalan sepanjang saraf vagal aferen atau
oleh tindakan langsung dari komponen emetogenik yang dibawa dalam darah (obat
CTZ.29 Serotonin, dopamin, asetilkolin dan histamin dan kemoseseptor yang kelima
kemoreseptor ini memicu aktivasi pusat muntah.29,35 Pelepasan serotonin dari sel
enterokromaffin di usus halus berperan dalam mual muntah akut.6 Studi terbaru
berpendapat bahwa Substansi P berperan pada mual muntah tipe lambat atau
delayed.7
dibawa ke pusat muntah melalui saraf vagus dan saraf simpatis.35 Sistem saraf otonom
berperan utama dalam MMAK dimana faktor yang berkontribusi terhadap sensasi
otonom antara lain distensi lambung, asam lambung, ansietas, depresi dan nyeri.20,37
kecemasan atau depresi yang signifikan dan merupakan prediktor mual dan muntah.18-
21
lambung.37 Pengaruh nervus vagus adalah tidak hanya merangsang sel parietal secara
langsung, tetapi memungkinkannya efek dari antral gastrin dan rangsangan lain dari sel
parietal.38 Nervus vagus terdiri dari serabut aferent yang membawa informasi sensorik
dari saluran cerna ke batang otak, dan serabut eferent yang membentuk respon motorik
dari refleks vasovagal. Stimulasi vagal akan meningkatkan sekresi gastrin dengan
asam lambung.29,39 Kombinasi histamin dan asetilkolin atau gastrin meningkatkan laju
produksi asam hingga 10 kali lipat di atas kadar basal.40 Asam lambung yang terbentuk
Distensi yang terjadi pada lambung akan merangsang reseptor tegang yang akhirnya
merangsang sekresi asam lambung oleh sel parietal.40,44 Kondisi stres psikologi juga
berhubungan dengan hipomotilitas dari antrum dan waktu pengosongan lambung yang
terlambat, dimana gejalanya seperti mual dan muntah.17 Hal ini menunjukkan bahwa
perubahan aktifitas listrik lambung berhubungan dengan gejala dispepsia itu sendiri dari
dalam empat fase: Fase inflamasi, fase epitelial, fase ulserasi/bakterioglikal, dan fase
proses apoptosis kripta pada hari pertama kemoterapi, diikuti pengurangan area villus,
panjang kripta dan indeks mitosis pada hari ketiga.44 Injury mukosa umumnya self-
limiting dengan siklus yang lengkap dari luka sampai sembuh selama dua sampai tiga
akibatnya kehilangan integritas sel epitel saluran cerna dan terjadilah inflamasi saluran
cerna.45 Kerusakan mitokondria DNA terjadi pada epitel gaster dan intestinal tepat
setelah kemoterapi.46 Selain itu, stres oksidatif juga memperberat situasi, dimana
lapisan mukosa menjadi lebih permeabel serta mencetuskan inisiasi inflamasi mukosa
dan luka.47 Oleh sebab itu, pada pasien kanker yang mendapat kemoterapi terjadi
beberapa peptida saluran cerna yang merupakan hormon saluran cerna.41 Peningkatan
kanker.51 Peningkatan sirkulasi ghrelin adalah respon terhadap kehilangan berat badan
dari beberapa penyebab. Saraf vagus memainkan peranan penting dalam regulasi
ghrelin dengan membawa informasi nutrisi dan distensi pada saluran cerna ke otak.52
mencetuskan sekresi asam lambung.54 Nitric Oxide (NO) adalah mediator dalam
mekanisme aksi ghrelin untuk menghasilkan sekresi asam lambung.39 Jaras NO terlibat
Kerja emetogenik kuat dari obat sitostika sukar ditangani, apalagi dari bentuk lambat
(delayed) dan bila pasien sudah pernah mendapat sitostika.55 Manajemen farmakologi
MMAK digunakan untuk mengkontrol mual dan muntah.56 Hal yang terpenting adalah
menggunakan suatu obat antimuntah yang tepat dan cocok saat permulaan terapi.55-58
Karena bila sudah timbul muntah, maka jauh lebih sulit untuk menanggulanginya.
Berhubung obat sitostatika yang diberikan dalam kombinasi, maka sebaiknya untuk
memperoleh hasil yang optimal juga perlu digunakan kombinasi dari beberapa obat
antimuntah.56,58
(palanosetron) dan antagonis NK-1 (aprepitant) telah terbukti memiliki efek pada kedua
bentuk muntah yaitu mual muntah akut dan terlambat dan pada kemoterapi potensi
emetik tinggi.32,61 Hingga saat ini, belum ada uji coba acak (random) terhadap obat baru
ini yang dilakukan pada anak.56,60 Pengalaman yang disebabkan mual muntah adalah
merupakan respon individu64 dan pengalaman pasien dan orang tua terhadap mual
Panduan yang direkomendasikan pada anak adalah mengikuti uji klinis pada
dewasa.63 Dosis terbaik atau strategi dosis untuk anak (berdasarkan umur, berat badan,
atau luas permukaan tubuh) belum jelas.65 Dosis standart pada dewasa tidak
memberikan proteksi yang tepat pada anak mengingat metabolisme dan clearance
yang luas.12,27,60 Hal ini adalah tidak baik, mengingat risiko MMAK yang tinggi pada
anak.10,27,57
memiliki kontrol yang baik terhadap mual muntah yang disebabkan kemoterapi
batang otak (CTZ) dan menghambat pelepasan serotonin dari sel-sel enterokromafin
saluran cerna selama kurang dari 24 jam.63,64 Ondansetron adalah generasi pertama
secara irreversibel reseptor 5-HT3. Palonosetron adalah generasi kedua yang memiiki
struktur kimia unik dan waktu paruh yang panjang (40 jam).58,64 Sangat sedikit uji klinis
yang dilakukan pada anak terhadap granisetron dan palonosetron.65,66 Yang umum
dipakai pada anak yaitu ondansetron, tetapi beberapa studi didapatkan efek yang
respon komplit (lengkap) dan parsial terhadap MMAK pada pemberian ondansetron
adalah 70% dan 30% untuk tipe akut, serta 43% dan 50% untuk tipe lambat.68 Studi lain
didapatkan respon lengkap sekitar 45,5%.11 Studi di Turki untuk melihat efek
hydroxyzine pada MMAK tipe akut pada anak dengan ondansetron intravena 5 mg/m2
Sebuah studi sistematik yang dilakukan terhadap dosis ondansetron pada anak
membandingkan dosis 5 mg/m2 dan 10 mg/m2 didapatkan tidak ada manfaat pada dosis
tinggi (kontrol komplit muntah RR 0,89; 95% CI 0,72-1,10, kontrol komplit mual RR
1,01; 95% CI 0,81-1,25).69 Studi yang lain, pemberian dosis tunggal 0,6 mg/kg
ondansetron dibandingkan dengan dosis terbagi untuk 4 dosis 0,15 mg/kg didapatkan
tidak ada perbedaan respon klinis obat (kontrol komplit muntah, RR 0,94; 95% CI 0,49-
sindrom Zolinger-Ellison dan hiperasiditas gaster sekunder terhadap tumor sel mast.72
secara selektif dalam sel parietal.73 Kerjanya panjang akibat akumulasi di sel-sel
parietal.74 Obat diberikan secara oral yang diserap pada usus halus proksimal dan
intravena untuk mencegah destruksi yang cepat dalam lumen lambung.75 PPP memiliki
bioaviabilitas yang tinggi, dan waktu paruh eleminasi plasma 1-2 jam, namun memiliki
durasi kerja yang panjang.72 Terdapat lima penghambat pompa proton yang tersedia
esomeprazol. Dimana obat ini tersedia dalam bentuk tidak aktif (prodrug) yang akan
Pemberian intravena (IV) adalah cara yang lebih cepat untuk mencapai
penekanan asam lambung dibandingkan dengan cara oral.72 Kadar puncak setelah
kemudian setelah pemberian oral. Formulasi yang tersedia secara IV antara lain
omeprazol, lanzoprazol dan pantoprazol. Perbedaan utama antara ketiga obat tersebut
formulasi.72,75
Suatu studi menemukan bahwa PPP efektif dalam mengurangi frekuensi injury
mukosa lambung dan simptom GI yang disebabkan kemoterapi.46 PPP sangat baik
dipakai pada perdarahan saluran cerna yang terjadi akibat cedera mukosa yang terkait
dengan stres sering terlihat pada pasien sakit kritis, termasuk kanker.72,73,75 Banyak hal
telah dikaitkan terhadap hal ini, termasuk kerusakan terkait dengan stres mukosa, stres
ulserasi, gastritis erosif, dan sindrom stres ulkus.76,77 Patofisiologi cedera mukosa yang
mukosa dan defensif.46 Musin adalah element protektif epitel lambung dari bahan
Kemoterapi
omeprazole
Aktivasi CTZ dan
Pusat Muntah Mempengaruhi pusat muntah
Mual muntah
1.1. Desain
Desain penelitian ini adalah merupakan uji klinis tersamar ganda untuk menilai
Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap anak di RSHAM Medan selama 3 bulan
Populasi target adalah pasien kanker anak yang mendapat kemoterapi. Populasi
terjangkau adalah populasi target rawat inap di unit noninfeksi RSUP H. Adam Malik
Medan selama bulan Maret 2016 sampai Mei 2016. Sampel adalah populasi terjangkau
Besar sampel dihitung dengan mempergunakan rumus besar sampel untuk uji hipotesis
(P1 – P2)
Zβ = 0,84
Q =1-P
berat
Semua subyek penelitian akan diminta persetujuan dari orangtua setelah dilakukan
penjelasan terlebih dahulu. Formulir penjelasan terlampir dalam usulan penelitian ini.
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan oleh Komite Etik Fakultas
3. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan mendapat persetujuan orang tua
dimasukkan dalam penelitian dan dibagi menjadi dua kelompok secara acak
dan yang terlihat mirip (diberi label A dan B) dengan volume masing-masing
Alur Penelitian
Populasi terjangkau
yang memenuhi
kriteria inklusi
Randomisasi sederhana
Kelompok I Kelompok II
Ondansetron + NaCl 0,9 % Ondansetron + Omeprazole
7.
Jenis obat
1. Mual adalah ungkapan subjektif berupa perasaan atau sensasi yang tidak
ekspulsi yang kuat dari isi lambung, duodenum, atau yeyenum melalui mulut
berupa muntahan.
kanker.
skor jumlah dari nilai alat instrumen dimana tidak ada muntah: 0, ringan:1-8,
6. Respon klinis obat adalah efek yang diharapkan pada pemberian obat yaitu
kontrol mual muntah lengkap (tidak ada mual muntah), parsial (keparahan
ringan dan sedang), dan gagal (keparahan berat dan sangat berat).
8. Ondasetron yang digunakan adalah dalam bentuk injeksi yang berasal dari
9. Plasebo ( infus NaCl 0,9% ) adalah sediaan yang dibuat dengan warna,
bentuk yang mirip dengan omeprazole dan tidak mengandung zat aktif.
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
responden
b. Instrumen Rhodes Index Nausea Vomiting & Retching (RINVR), digunakan untuk
c. Gelas ukur berukuran 300 cc yang digunakan untuk mengukur volume muntah.
Mual muntah diukur dengan menggunakan Instrumen Rhodes INVR untuk mengukur
dengan menggunakan gelas ukur berukuran 300 cc. Instrumen RINVR terdiri dari 8
pertanyaan yaitu 3 pertanyaan untuk mengukur mual (No.4,5,7) dan 5 pertanyaan untuk
muntah (No.1,2,3,6,8) dengan respon skala Likert yaitu 0 sampai 4. Skor mual
didapatkan dari penjumlahan skor pertanyaan No. 4,5 dan 7 (rentang skor 0-12)
sedangkan skor muntah dari penjumlahan skor pertanyaan No. 1,2,3,6 dan 8 (rentang
skor 0-20). Keparahan mual muntah berdasarkan rentang skor 0-32 dimana tidak ada
mual muntah: 0, ringan: 1-8, sedang: 9-16, berat: 17-24, sangat berat: 24-32. Respon
klinis antiemetik terbagi atas 3 kelompok yaitu kontrol lengkap (tidak ada mual muntah),
parsial (mild dan moderate) dan gagal (berat dan sangat berat). Pada penelitian ini,
respon klinis obat terbagi atas 2 kelompok yaitu terapi berhasil (kontrol lengkap) dan
kategorikal dengan keparahan mual muntah dan respon klinis obat yang berskala
kategorikal digunakan uji Chi Square dan Uji Mann-Whitney dilakukan jika syarat Chi
Square tidak terpenuhi serta untuk melihat trend. Data yang terkumpul diolah dan
Berdasarkan perhitungan besar sampel dengan 30 subjek untuk tiap kelompok, pada
penelitian ini terdapat 70 pasien kanker anak yang berpartisipasi, dan setelah dilakukan
rerata umur, jenis kanker dan tingkat emetogenik kemoterapi. Jumlah anak laki-laki
ringan (60% vs 40%), sedang (42,3% vs 57,7%) dan tinggi (53,8% vs 46,2%). Rerata
umur pada kelompok Ondansentron+plasebo adalah 7,0 tahun (SB 4,14) dan kelompok
Respon Klinis
Terapi Terapi Total Nilai p
sukses Gagal
N (% ) N (%)
Perlakuan Ondansentron+Plasebo 16 (50) 16 (50) 32 0,01
Ondansetron+Omeprazole 31(81,6) 7(18,4) 38
Total 47(67,1) 23(32,9) 70
Uji Chi Square
Tabel 4.2 menunjukkan respon klinis obat, dimana terapi gagal ditemukan 50% (16/32)
tatalaksana mual muntah akibat kemoterapi pada kanker anak lebih efektif daripada
dalam tatalaksana mual muntah akibat kemoterapi lebih efektif atau unggul
Saluran cerna terlibat dalam mekanisme MMAK melalui impuls yang dibawa ke
pusat muntah perifer melalui saraf vagus dan simpatis.35 Sistem ini berperan terhadap
sensasi otonom antara lain distensi lambung, asam lambung, ansietas, depresi dan
lambung dimana nervus vagus merangsang sel parietal secara langsung atau melalui
efek antral gastrin dengan melepaskan GRP, asetilkolin yang terikat dengan reseptor
muntah.37,38 Penelitian yang dilakukan di India (2002) secara acak, cross-over, dan
tersamar ganda menggunakan jahe (ginger) pada MMAK didapatkan kontrol lengkap
muntah berkurang.17,18 Hal ini sejalan dengan landasan teori penelitian kami.
Pada penelitian di Iran (2011), omeprazole dosis 1 mg/kg/hari pada anak lebih
dan perut kembung (79,5%).22 Penelitian di Italia (2000), omeprazole dosis 20 mg dapat
kemoterapi dapat dicegah dengan omeprazole (p= 0,001).46 Pada penelitian kami, dosis
sedang pada 63,4% anak perempuan dan 64,1% anak laki-laki, dan risiko tinggi pada
36,6% anak perempuan dan 35,9% anak laki-laki.35 Penelitian yang lain di Belanda
(2012) berbasis komunitas rumah sakit didapatkan risiko sedang (63%) dan risiko tinggi
emetogenik rendah 60% vs 40%, risiko sedang 42,3% vs 57,7%, dan risiko tinggi 53,8%
reseptor NK-1) dan deksametason.59 Hingga saat ini, belum ada uji coba acak (random)
terhadap aprepitant pada anak.60 Penelitian kami, merupakan studi pendahuluan secara
acak, terkontrol, dan tersamar ganda yang menilai efektifitas penambahan omeprazole
respon komplit (lengkap) dan parsial terhadap MMAK pada pemberian ondansetron
tunggal adalah 70% dan 30% untuk tipe akut, serta 43% dan 50% untuk tipe lambat.68
respon lengkap 45,5%.11 Penelitian di New Mexico (2006), kontrol lengkap ondansetron
0,45 mg/kg iv didapatkan 65,5%.55 Penelitian yang lain di Turki (2012) menyebutkan
adalah 55%.70 Hal ini memberi kesimpulan bahwa ondansetron belum optimal dalam
tatalaksana MMAK, pengalaman mual muntah adalah sangat subjektif64, dan perlu
strategi dosis yang tepat untuk anak serta diperlukan kombinasi obat.65
(respon komplit) ondansetron 0,5 mg/kgbb adalah 50% (16/32). Namun, penambahan
omeprazole 0,5 mg/kgbb pada ondansetron memberikan terapi sukses 81,6% (31/38);
Kelebihan dari penelitian ini adalah merupakan uji eksperimental dengan acak,
terkontrol, dan tersamar ganda. Kelemahan dari penelitian ini adalah ukuran sampel
yang kecil.
6.1. Kesimpulan
tunggal.
6.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan ukuran sampel yang lebih besar di beberapa
rumah sakit serta menilai efektifitas kombinasi obat terhadap mual muntah akibat
Mual muntah akibat kemoterapi merupakan salah satu penyebab utama penurunan
kualitas hidup pada kanker anak yang menimbulkan stres, dehidrasi, gangguan
selanjutnya. Mual muntah masih ditemukan pada 50% anak meskipun mendapat
akibat kemoterapi kanker anak yang dilakukan di ruang rawat inap hemato onkologi
anak RSUP Haji Adam Malik mulai bulan Maret sampai Mei 2016.
pasien kanker anak berusia 1 bulan sampai < 18 tahun yang mendapat kemoterapi
risiko emetogenik sedang dan berat. Pasien dengan keganasan saluran cerna, mual
muntah selain kerana kemoterapi, dan dengan penyakit penyerta yang berat seperti gizi
dianggap bermakna secara statistik. Risiko relatif (RR), Interval Kepercayaan 95%, dan
kemoterapi pada kanker anak secara statistik bermakna (p = 0,01, RR 1,6 CI95% 0,18-
tatalaksana mual muntah akibat kemoterapi memiliki efektifitas cukup tinggi daripada
Chemotherapy induced nausea and vomiting is one of the main causes of decline in the
malnutrition, anorexia so that the patient refused further chemotherapy treatment cycle.
Nausea and vomiting was found in 50% of children despite ondansetron give as
This study was followed by 70 pediatric patients, 32 children received the drug
cancer patients aged 1 month to <18 years who received moderate and highly
ondansetron group and the addition of omeprazole. A Pvalue of <0.05 was considered
statistically significant. Relative Risk (RR), 95% Confidence Interval and Number Need
(complete control) was found 81.6% (31/38) in the group Ondansetron + Omeprazole.
nausea and vomiting in pediatric cancer was statistically significant (P = 0.01, RR 1.6
chemotherapy induced nausea and vomiting have fairly high effectiveness than a single
administration of ondansetron.
1. Smith MA, Ries LAG. Chilhood cancer: incidence, survival, and mortality. Dalam: Pizzo PA,
Poplack DG, penyunting. Principles and Practice Pediatric Oncology. Edisi ketiga. Texas:
Lippincott. 2004.h.1-12.
2. Kadan-Lottick NS. Epidemiology of childhood and adolescent cancer. Dalam: Behrman RE,
Kliegman R, Jenson BH, Stanton BF, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-18.
Philadelphia: Saunders, 2007.h.2097-100
3. Dewan P, Singhal S, Harit D. Management of chemotherapy induced nausea and vomiting. Indian
Pediatrics. 2010; 149-55
4. Roscoe JA, Hickok JT, Morrow GR. Patient expectations as predictor of chemotherapy induced
nausea. Ann Behav Med. 2000; 22(2):121-6
5. Jordan K, Sippel C, Schmoll HJ. Guidelines for antiemetic of chemotherapy induced nausea and
vomiting: past, present, and future recommendations. The Oncologist. 2007; 12:1143-50
6. Schnell FM. Chemotherapy induced nausea and vomiting: the importance of acute antiemetic
control. The Oncologist. 2003;8: 187-98
7. Mustian KM, Devine K, Ryan JL, Janelsins MC, Sprod LK et al. Treatment of nausea and
vomiting during chemotherapy. US Oncology & Hematology. 2011; 7:91-7
8. Ballatori E, Roila F. Impact of nausea and vomiting on quality of life in cancer patients during
chemotherapy. Health and Quality of Life Outcomes. 2003; 46:1-11
9. Feeney K, Cain M, Nowak AK. Chemotherapy induced nausea and vomiting prevention and
treatment. Australian Fam Physician. 2007; 36(9):702-6.
10. Phillips RS, Goupal S, Gibson F, Houghton E, Craig JV, Light K, Pizer B. Antiemetic medication
for prevention and treatment of chemotherapy induced nausea and vomiting in childhood-
Review.The Cochrane Collaboration. 2011; 2:1-88
11. Jaing TH, Tsay PK, Hung IH, Yang CP, Hu WY. Single dose oral granisetron versus multidose
intravenous ondansetron for moderately emetogenic cyclophosphamide based chemotherapy in
pediatric outpatients with acute lymphoblastic leukemia. Pediatric Hematology and Oncology.
2004; 21:227-35
12. Grunberg S. Patient centered management of chemotherapy induced nausea and vomiting. Cancer
Control. 2012; 19(2):10-5
13. Hilarius DL, Kloeg PH, Wall EV, Heuvel JJGV, Gundy CM et al. Chemotherapy induced nausea
and vomiting in daily clinical practice: a community hospital based study. Support Care Cancer.
2012; 20:107-17.
14. Schwartzberg LS. Chemotherapy Induced Nausea and Vomiting: Clinician and Patient
Perspectives. J Support Oncol. 2007; 5(1);005-012
15. Stringer AM, Gibson RJ, Bowen JM, Keefe DM. Chemotherapy Induced Modifications to
Gastrointestinal Mickroflora: Evidence and Implictions of Change. Current Drug Metabolism.
2009; 10: 79-83
16. Riezzo G, Clemente C, Leo S, Russo F. The role of electrogastrography and gastrointestinal
hormones in chemotherapy related dyspeptic symtoms. J Gastroenterol 2005; 40:1107-15
17. Nelson K, Walsh D, Sheenan F. Cancer and Chemotherapy related upper Gastrointestinal
symptoms: The Role of abnormal Gastric Motor Fuction and its evaluation in cancer patients.
Support Care Cancer. 2002; 10:455-61
18. Tiligada E. Chemotherapy: induction of stress responses. Endocrine Related Cancer. 2006;
13:115-24
19. Richardson J, Smith JE, Mccall G, Richardson A, Pilkington K, Kirsch I. Hypnosis for nausea
and vomiting in cancer chemotherapy. European Journal of Cancer Care. 2007; 16: 40-12
20. Polikandrioti M, Evaggelou E, Zerva S, Zerdila M, Koukoularis D, Kyritsi E. Evaluation of
Depression in Patients Undergoing Chemotherapy. Health Science Journal. 2008; 2: 162-72
1. Personil Penelitian
1. Ketua Penelitian
FK-USU/RSHAM
2. Anggota Penelitian
2. Biaya Penelitian
Waktu
1-4 Maret 4 Maret – 16 17-23 April 24-30 April
2016 April 2016 2016 2016
Kegiatan
Persiapan
Pelaksanaan
Penyusunan
laporan
Pengiriman
laporan
Sebelumnya kami ingin memperkenalkan diri (dengan menunjukkan surat tugas dari Departemen
Ilmu Kesehatan Anak FK USU). Nama saya dokter …………………….…, bertugas di divisi Hemato-
Onkologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP H. Adam Malik Medan. Saat ini, kami
sedang melaksanakan penelitian “efektifitas pemberian Omeprazole pada Ondansetron dalam
tatalaksana mual muntah akibat kemoterapi kanker anak” dimana pesertanya adalah anak usia 0-18
tahun, adapun tujuan dari penelitian ini adalah menilai efek obat dalam mengurangi keparahan mual
muntah akibat kemoterapi. Berdasarkan penelitian sebelumnya mual muntah masih terjadi pada 50%
anak dengan kemoterapi meski telah mendapat terapi obat ondansetron. Untuk itu kami berencana
menambahkan Omeprazole bersama Ondansetron dalam tatalaksana mual muntah akibat
kemoterapi pada anak Bapak/Ibu. Sebelumnya kami memberikan kemoterapi sesuai siklus
kemoterapi, dan setelah itu kami akan melihat waktu, frekuensi timbulnya muntah dan melihat
manfaat obat tersebut dalam mengurangi keparahan mual muntah.
Omeprazole merupakan obat yang mengurangi asam lambung dan biasanya dipakai untuk
mengurangi gejala asam lambung yang salah satunya mual muntah. Efek samping pemberian jarang
terjadi, umumnya akibat pemakaian yang lama antara lain sakit kepala, sulit buang air besar dan
mencret. Jika terjadi hal yang tidak diinginkan, Bapak/Ibu dapat menghubungi Ketua Tim Peneliti
dr.Perjuangan D.H.Simbolon di nomor HP. 081269478657. Segala biaya penelitian ditanggung
sepenuhnya oleh peneliti dan orang tua/wali tidak dibebankan biaya apapun dalam penelitian ini.
Jika Bapak / Ibu bersedia agar anaknya diobati dengan obat tersebut, maka kami mengharapkan
Bapak / Ibu menandatangani lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP).
Demikian yang dapat kami sampaikan. Atas perhatian Bapak / Ibu, kami ucapkan terima kasih.
Hormat kami,
Tim Peneliti
PERSETUJUAN
untuk dilakukan penambahan omeprazole pada ondansentron dalam pengobatan mual muntah
akibat kemoterapi terhadap anak saya :
yang tujuan, sifat, dan perlunya pengobatan tersebut di atas, serta risiko yang dapat
ditimbulkannya telah cukup dijelaskan oleh dokter dan telah saya mengerti sepenuhnya.
Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dan
bila suatu saat saya mengundurkan diri dari penelitian ini saya tidak akan menuntut apa pun.
1. ............................................. ........................................................
2. ............................................. .......................................................
KUESIONER PENELITIAN
No. RM / No urut :
Tanggal masuk :
Tanggal keluar :
Diagnosis masuk :
Diagnosis keluar :
Kemoterapi yang diberikan : ........................... Dosis Kemoterapi:.......................
IDENTITAS PRIBADI
Nama : ………………………………..........Jenis Kelamin: L / P
Umur/Tanggal Lahir : ….... Tahun/ .................................................
Anak Ke : ......................... dari ..................................bersaudara
Alamat Rumah : ………………………………………………..........……....
Berat Badan : ...................Kg Panjang Badan :.........cm
Pendidikan Terakhir
Ayah : 1. SD 2. SMP 3. SMU 4. D3/D4 5. S1/S2
Ibu : 1. SD 2. SMP 3. SMU 4. D3/D4 5. S1/S2
Pekerjaan
Ayah : 1. PNS 2. Karyawan swasta
3. Wiraswasta 4. Petani/Nelayan
5. Tidak bekerja 6. Lain-lain
Ibu : 1. PNS 2. Karyawan swasta
3. Wiraswasta 4. Petani/Nelayan
5. Tidak bekerja 6. Lain-lain
Pendapatan / Bulan
Ayah : 1.<Rp.500 ribu 2. Rp.500 ribu -1 juta
3.Rp.1 juta – 3 juta 4. >Rp. 3 juta
Ibu : 1.<Rp.500 ribu 2. Rp.500 ribu -1 juta
3.Rp.1 juta – 3 juta 4. >Rp. 3 juta
Petunjuk:
Beri satu tanda pada kotak di setiap baris yang sesuai dengan kejadian yang dialami anak
1. Dalam 12 jam 7x/lebih 5-6 kali 3-4 kali 1-2 kali Tidak muntah
terakhir, anak saya
mengalami muntah
sebanyak.....kali
4 Dalam 12 jam Tidak ≤ 1 jam 2-3 jam 4-6 jam Lebih dari 6
terakhir, anak saya mengalami jam
mengalami mual
atau sakit diperut
8 Dalam 12 jam Tidak 1-2 kali 3-4 kali 5-6 kali 7 kali atau
terakhir, anak saya mengalami lebih
mengalami muntah-
muntah/muntah
berat tanpa
mengeluarkan apa-
apa, sebanyak....kali
PENDIDIKAN
Sekolah Dasar : SD Swasta St. Petrus, Medan, tamat 1993
Sekolah Menengah Pertama : SMP Swasta St. Petrus, Medan, tamat 1996
Sekolah Menengah Umum : SMU Negri 4, Medan, tamat 1999
Pendidikan Dokter : Fakultas Kedokteran USU, Medan,tamat 2006
PendidikanSpesialis : Pendidikan Spesialis Ilmu Kesehatan Anak,
Fakultas Kedokteran USU, tahun 2010 -
sekarang
RIWAYAT PEKERJAAN : 1. Dokter PTT Kab.Humbang Hasundutan
tahun 2006 – 2008
2. Dokter Umum CPNS Puskesmas Onanganjang,
Kab. HumbangHas 2009 -
PERTEMUAN ILMIAH / PELATIHAN