2019
Betty
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/12972
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
TAMPILAN IMUNOHISTOKIMIA SEL PUNCA KANKER PAYUDARA CD44
DAN CD24 PADA BERBAGAI SUB-TIPE KANKER PAYUDARA TRIPLE
NEGATIVE: DENGAN PERHATIAN KHUSUS TERHADAP BASAL-LIKE, STEM
CELL-LIKE DIKAITKAN DENGAN HISTOLOGY GRADING
DISERTASI
BETTY
NIM. 098102003
FAKULTAS KEDOKTERAN
MEDAN
2019
DISERTASI
Untuk Dipertahankan di Hadapan Sidang Ujian Terbuka Program Studi Doktor (S3)
Oleh
BETTY
NIM: 098102003
FAKULTAS KEDOKTERAN
MEDAN
2019
ii
Jakarta
KO PROMOTOR
Medan
KO-PROMOTOR
iii
Universitas Sumatera Utara
iv
iv
Universitas Sumatera Utara
Telah diuji Pada Ujian Tertutup
v
Universitas Sumatera Utara
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji Syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya, saya dapat melaksanakan Pendidikan Doktor (S-3) Ilmu Kedokteran dan
dapat menyelesaikan disertasi yang berjudul: TAMPILAN IMUNOHISTOKIMIA SEL
PUNCA KANKER PAYUDARA CD44 DAN CD24 PADA BERBAGAI SUB-TIPE
KANKER PAYUDARA TRIPLE NEGATIVE: DENGAN PERHATIAN KHUSUS
TERHADAP BASAL-LIKE, STEM CELL-LIKE DIKAITKAN DENGAN HISTOLOGY
GRADING
Dengan segala kerendahan hati, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof.
Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, Rektor sebelumnya, Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu,
DTM&H, Msc. (CTM), Sp. A (K), Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp. S. (K) dan Dekan sebelumnya Prof. dr. Gontar
A Siregar, Sp.PD-KGEH, Ketua Departemen Ilmu Patologi Anatomik dr. T. Ibnu
Alferraly, M.Ked. (PA), Sp. PA, D. Bioet. Ketua Program Studi S-3, Prof. Dr. dr. Delfitri
Munir, Sp. THT-KL (K), dan mantan Ketua Program Studi Doktor (S-3) Prof. dr.
Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp. A (K) atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan
kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan Pendidikan Program Studi Doktor (S-
3) Ilmu Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.
vi
Universitas Sumatera Utara
Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya penulis ucapkan kepada
seluruh staf pengajar di lingkungan program studi S-3 Ilmu Kedokteran FK-USU: Prof.
dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp. A.(K), Prof. dr. Harun Rasyid, Sp.PD-KGEH, Drs.
Sutarman, M. Lib, Prof. Dr. dr Sumono, MS, Prof. Dr. Ir. Harmein Nasution, MSIE, Dr.
dr. Rosita Juwita Sembiring, Sp.PK saya ucapkan terima kasih atas bimbingan dan
diskusinya selama saya mengikuti Program Studi S-3.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Prof. dr. Chairuddin P.
Lubis, DTM&H, Sp. A. (K) sebagai mantan kepala program studi S-3, Prof Dr. dr.
Delfitri Munir, Sp. THT-KL. (K). sebagai kepala program studi S-3, Sekretaris Program
Studi S-3 Dr. dr. Iqbal Pahelvi Nasution, Sp. BA.(K), seluruh staf dan pegawai
secretariat, serta seluruh peserta Program Studi Doktor (S-3) FK USU, baik yang sudah
selesai maupun yang sedang mengikuti pendidikan, yang telah membantu dalam proses
pendidikan dan hubungan baik yang tercipta selama ini.
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Guru besar, guru-guru beserta
seluruh staf Divisi Ilmu Patologi Anatomi FK USU/RSUP HAM Prof. dr. Gani W.
Tambunan, Sp. PA.(K). (Alm.), Prof. dr. H. M. Nadjib Dahlan Lubis, Sp. PA. (K)., dr. H.
Joko S. Lukito, Sp. PA (K), dr. H. Soekimin, Sp. PA (K), dr. Antonius Harkingto
Wibisono, Sp.PA., dr. T. Ibnu Alferraly, M.Ked (PA), Sp. PA, D. Bioet., dr. H.
Delyuzar, M.Ked (PA), Sp. PA (K), dr. Lidya Imelda Laksmi, M.Ked. (PA), Sp. PA., dr.
Jessy Chrestella, M.Ked. (PA), Sp.PA., dr. T. Kemala Intan, M. PD., M. Biomed., dr.
Causa Trisna Mariedina, M.Ked. (PA), Sp. PA, dr. Jamaluddin Pane, Sp.PA, dr.
Sumondang Pardede, Sp. PA, dr. H. Sutoyo Eliandy, M.Ked (PA), Sp. PA, dr. Lely
Hartati, M.Ked (PA), Sp. PA, dan dr. Stephan Udjung, Sp. PA atas semua bantuan,
pengertian serta dukungan moril sehingga penulis dapat menyelesaikan program S-3 ini.
vii
Universitas Sumatera Utara
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Direktur RSUP Haji Adam Malik
Medan, yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian, kepada staf, dan
pegawai sekretariat program Studi Departermen Patologi Anatomik FK RSUP HAM/ FK
USU, serta Departemen Bedah Onkologi RSUP HAM/FK USU terutama Dr. dr. Kamal
Basri Siregar, M. Ked. (Surg), Sp.B.(K).Onk.yang telah membantu dalam rangka
menyelesaikan Program Pendidikan Doktor di FK USU/RSUP HAM.
Kepada Ketua Instalasi Patologi Anatomik RSUD Dr. Pirngadi Medan dr. Hj.
Wanaemah, Sp. PA, dan dr. Hendrianto, M. Ked. (PA), Sp. PA. serta teman sejawat
lainnya dan pegawai, peneliti mengucapkan terima kasih atas fasilitas, perhatian, dan
bantuannya selama peneliti menyelesaikan pendidikan Program Doktor (S3) ini.
Kepada kedua Orang tua saya, ayahanda Darmawan Putra (Alm.), dan ibunda
Murniaty yang telah melahirkan, membesarkan, dan mengasuh dengan kasih sayang sejak
kecil, mendidik serta membimbing dan memberi teladan dalam bekerja keras,
memberikan ilmu pengetahuan, saling menyayangi sesama saudara dan umat,
bertanggung jawab atas tugas yang diembankan serta tabah dalam menghadapi
kehidupan, penulis senantiasa mendoakan semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu
memberikan kesehatan. Selanjutnya kepada ayah mertua (Alm.), serta Ibu Lina yang
selalu memberikan motivasi dan doa selama menjalani pendidikan.
Kepada Suami tercinta Andy, S.E, MBA., tiada kata yang dapat penulis
ungkapkan selain rasa syukur atas dukungan dan moril yang telah mendampingi hidup ini
dalam suka dan duka. Demikian juga ungkapan rasa cinta kasih sayang kepada anak-
anakku: dr. Ericko Govardi, dan Steffie Goviani, yang selalu memberikan motivasi
penulis dan memberikan kebahagiaan meskipun banyak kehilangan perhatian dan waktu
kebersamaan selama menjalani pendidikan S-3 ini. Semua ini adalah untuk mencapai
cita-cita yang lebih baik lagi. Semoga dapat termotivasi untuk meraih pendidikan yang
setinggi-tingginya.
viii
Universitas Sumatera Utara
Kepada Abangda Gustan (Alm.), dan Ristan, Kakanda Dewy, SH, SPN. Adinda
Erny, SE. dan Mastan, yang memberikan rasa cinta dan penuh kasih sayang serta
kekeluargaan dalam proses pendidikan selama ini.
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada seluruh peserta didik (PPDS) di
Departemen Patologi Anatomik FK USU Medan terutama dr. Dedy Suryadi, M. Ked.
(PA), dr. Adeline Leo, dr. Anna Mariana, dr. Suriany, serta peserta didik lainnya yang
tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Dan juga kepada Yusni Abdillah Harahap,
AMAK., Nafiah, S.Si., M.Si., dan M. Husin Kurniawan, AMD. serta pegawai lainnya di
Departemen Patologi Anatomik FK USU yang telah membantu,dan mendukung peneliti
dalam menyelesaikan Program Pendidikan Doktor (S3) ini.
Peneliti,
Betty
ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas
1. Nama : dr. Betty, M. Ked. (PA), Sp. PA.
2. Tempat/Tgl. Lahir : Binjai / 9 Oktober 1968
3. Agama : Budha
4. Jabatan/Pekerjaan : Staf pengajar di Departemen Patologi Anatomi FK
USU Medan
5. Alamat Rumah : Jln. Jend. A. Yani No. 21-AF Binjai
6. Telepon : 0811652225
7. E-mail : andbethgo@yahoo.com
B. Keluarga
1. Suami : Andy, S.E., MBA
2. Nama Anak : 1. dr. Ericko Govardi
2. Steffie Goviani
C. Riwayat Pendidikan
1. 1980 : SD PKMI Binjai
2. 1983 : SMP PKMI Binjai
3. 1986 : SMA PKMI Binjai
4. 1994 : S-1 FK UMI Medan
5. 2008 : Spesialis Patologi Anatomi FK USU Medan
6. 2012 : Magister Kedokteran Klinik Patologi Anatomi FK
USU Medan
7. 2018 : Pendidikan Doktor (S3) Ilmu Kedokteran FK USU
Medan
x
Universitas Sumatera Utara
D. Riwayat Pekerjaan
E. Riwayat Organisasi
F. Kegiatan Akademik
xi
Universitas Sumatera Utara
13. Memberi kuliah PPDS Magister Kedokteran Klinik Patologi Anatomik FK USU
Medan
14. Membimbing penulisan tesis PPDS Magister Kedokteran Klinik Patologi
Anatomik FK USU Medan
15. Penguji tesis PPDS Magister Kedokteran Klinik Patologi Anatomik FK USU
Medan
16. Membimbing penulisan tesis mahasiswa S-2 Magister Biomedik FK USU Medan
Penguji tesis mahasiswa S-2 Magister Biomedik FK USU Medan
17. Membimbing bedside teaching PPDS Patologi Anatomik FK USU Medan
18. Mengikuti penelitian Talenta 2017 di lembaga penelitian Indonesia
19. Mengikuti penelitian Talenta 2018 di lembaga penelitian Indonesia
G. Publikasi
1. Tesis: Tampilan Imunohistokimia Cox-2 pada lesi gastritis, pre-kanker dan
kanker lambung, diterbitkan di Majalah Patologi Indonesia (2008).
2. Metastasis Karsinoma Tiroid pada Tulang yang Didiagnosis secara
Sitologi Biopsi Aspirasi. Penulis utama dalam: Majalah Kedokteran
Patologi Indonesia (2007).
3. Infeksi Helicobacter Pylori pada gastritis, pre-kanker dan kanker lambung
(2012).
4. Oral squamous cell carcinoma of tounge with metastases lymph node (2014).
5. Epitheloid hemangioendothelioma (2014).
6. Mucinous carcinoma gastric type of the cervix (2016).
7. Gastric adenocarcinoma intestinal type (2016).
8. Cervical tuberculosis: A case report of Pap’s smear cytology (2015).
9. Pleomorphic rhabdomyosarcoma of the bladder: A case report (2016).
10. Paget’s disease of the nipple (2016).
11. Vulvar Burkitt lymphoma (2016).
12. Placenta in pre-term birth with umbilical vessel rupture and chorioamnionitis
(2016).
xii
Universitas Sumatera Utara
13. Carcinoma of the male breast (2017).
14. Pleomorphic Adenoma of the buccal (2016).
15. Proportion of Ameloblastoma's Subtypes Based on Its Location, Size and
Imaging (2017)
16. Triple Negative Breast Cancer at HAM Hospital (2017)
17. Pre-Menopause Triple Negative Breast Cancer at HAM Hospital Medan (2018)
18. The Role of CD44, CD24, Twist, Claudin 7 and Ki67 in Identifying Stem cell-like
sub-types of Triple Negative Breast Cancer (TNBC) (2018).
19. Dimensional Analysis of CD44High CD24Low and Ki67 in Triple Negative
Breast Cancer.
H. PENULISAN BUKU
Telaah kritis studi kedokteran dalam buku Desain Penelitian Klinis dan
Statistika Kedokteran, Bab Buku (USU Press) 2010.
xiii
Universitas Sumatera Utara
8. Peserta Kursus Patologi Tulang dan Jaringan Lunak, The International
Academy of Pathology (IAP), Indonesian Division, Jakarta, 27-28 Mei
2006.
9. Peserta Kursus Patologi Limforetikuler dan Sumsum Tulang, Jakarta, 24-25
Maret 2007.
10. Peserta Kursus Patologi Ginekologi, Jakarta, 3-4 Mei 2008.
11. Peserta Workshop Diagnostic Cytopathology, Singapore, 30 Mei – 1 Juni
2008.
12. Peserta Kursus Patologi Tiroid dan Payudara, Jakarta, 13-14 Desember
2008.
13. Peserta Seminar dan Workshop Dermatopatologi, Medan, 25-26 Januari
2009.
14. Peserta Workshop 1st International NUHS Gastrointestinal Pathology. At
Departement of Pathology National University Health System, Singapore,
27 – 29 Maret 2009.
15. Peserta Kursus Patologi Gastrointestinal, Jakarta, 25-26 April 2009.
16. Peserta Lokakarya/Workshop Diagnostik Sitologi Cairan Tubuh dan Fine
Needle Aspiration Biopsy Tulang dan Jaringan Lunak. Departemen Patologi
Anatomi FK-UI, Jakarta, 12 – 14 Oktober 2009.
17. Peserta Kursus Patologi Paru dan Sistem Urogenital USU, Medan, 27-28
Februari 2010.
18. Peserta Wokshop Course Hepato-Pancreatic Billiary Pathology. Hotel
Grand Melia Jakarta, 24 Juni 2010.
19. Peserta Kursus Patologi Nasofaring dan Limforetikuler USU, Medan 26-27
Juni 2010.
20. Peserta Workshop 2nd Annual Pathhobiology Course: Translation from
Basic Science to Clinical Application. Focus on Stem Cell. Tiara Hotel
Medan, 16 Oktober 2010.
21. Peserta Workshop Neuropatologi Dept. Patologi Anatomi FK USU dan IAPI
Cabang Medan, Medan, 9-10 Juni 2011. (peserta 10 SKP)
xiv
Universitas Sumatera Utara
22. Panitia Workshop Neuropatologi Dept. Patologi Anatomi FK USU dan IAPI
Cabang Medan, Medan, 9-10 Juni 2011. (panitia 1 SKP)
23. Peserta workshop : Indonesia Advanced Immunohistochemistry Wet
Workshop 2011, Jakarta, 18-19 Juni 2011.
24. Peserta workshop Clinical Rheumatology in Daily Practice ; Penyuntikan
Intra Artikular 2011, RSU Prof. dr. Boloni Medan, 7 Juli 2011. (Peserta 8
SKP)
25. Peserta Seminar/Workshop Immunohistochemistry (IHC) 14 September
2011 di RSUP H. Adam Malik Medan. (Peserta 8 SKP).
26. Peserta Workshop: Molecular Testing and Multidiciplinary Approach in
Diagnostic Pathology within The Health System in 19 th National Congress
and Annual Meeting Indonesion Association of Pathologist (IAPI), The
International Academy of Pathology Indonesion Division (INA IAP) in
Conjunction with APSMI Annual Meeting 2018 at JW Marriott Hotel
Surabaya on 20th September 2018.
27. Peserta seminar dan wokshop: Nasopharyngeal Malignancy Emphasis on
Diagnostic Pitfalls and Standardized Pathology Report. Abdul Hakim
Building of Anatomical Pathology, USU. 23rd January 2019. (Peserta 4
SKP).
xv
Universitas Sumatera Utara
5. Pembicara Konas : 15th National Congress of Indonesian Association of
Pathologists (IAPI). Molecular Pathology from Basic Science to Clinical
Application. Semarang, 25-27 Agustus 2006.
6. Peserta Pertemuan Ilmiah IDI Cabang Medan, Medan, 13 Januari 2007.
7. Peserta 24th World Congress of Pathology and Laboratory Medicine, Kuala
Lumpur, 20-24 Agustus 2007.
8. Peserta Simposium Upaya Deteksi Dini Karsinoma Nasofaring di Sumatera
Utara, Medan, 29 April 2008.
9. Panitia Seminar awam Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker pada Wanita,
Medan, 14 Juni 2008.
10. Peserta Konferensi Kerja ke-11 dan Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT)
Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Anatomi (IAPI), Manado, 15-18 Juli
2008.
11. Pembicara Konferensi Kerja ke-11 dan Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT)
Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Anatomi (IAPI), Manado, 15-18 Juli
2008.
12. Peserta Seminar Advances in Breast Cancer, Medan, 21 Februari 2009.
13. Panitia Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Anatomi
(IAPI) ke-16, Medan, 4-7 November 2009.
14. Pembicara Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi
Anatomi (IAPI) ke-16, Medan, 4-7 November 2009.
15. Peserta Simposium The 5th Liver Update 2010, in conjunction with The 3rd
Joint China-Indonesia Symposium on Hepatobilliary Medicine & Surgery
(CISHMS). The 17th Annual Scientific Meeting of InaASL / PPHI. Grand
Melia Hotel Jakarta, 24-27 Juni 2010.
16. Peserta seminar dan Lokakarya sehari, Comprehensive Management of
Lipid Disorders and Hypertension in Daily Practice. Hotel Aryaduta Medan,
7 Agustus 2010. (Peserta 5 SKP)
xvi
Universitas Sumatera Utara
17. Peserta simposium Rheumatology Update 2010, Clinical Rheumatology in
Daily Practice, Hotel Grand Aston City Hall, Medan, 31 Juli 2010. (peserta
8 SKP)
18. Peserta simposium Rheumatology Update 2010, Clinical Rheumatology in
Daily Practice, Hotel Grand Aston City Hall, Medan, 1 Agustus 2010.
(peserta 8 SKP)
19. Peserta Annual Scientific Meeting Diagnostic Ability Improvement for
Anatomical Pathology Expertise in Globalization Era, Roral Orchids Garden
Hotel & Condominium Malang, 4 – 6 November 2010.
20. Pembicara Makalah Bebas pada Annual Scientific Meeting Diagnostic
Ability Improvement for Anatomical Pathology Expertise in Globalization
Era, Roral Orchids Garden Hotel & Condominium Malang, 4 – 6 Novembar
2010.
21. Peserta Simposium & 9th Grand Round Musculoskeletal Tumor di RSUD
Haji Adam Malik Medan, Medan, 25-26 Februari 2011.
22. Peserta seminar The Latest Technology in Laboratory Equipment and
Technical presentation, PT. Fajar Mas Murni. Hotel Tiara Medan, 2011.
23. Peserta symposium Breakthrough Natural Haemostatic and Anti
Inflammation. Grand Angkasa Hotel, Medan, 6 Mei 2010. (peserta 3 SKP)
24. Peserta Simposium Prosedur dan Analisis FNAB yang Tepat dalam
Meningkatkan Akurasi Diagnosis di Bandung, 4-5 Juni 2011
25. Peserta Simposium Clinical Rheumatology in Daily Practice, Hotel Grand
Aston City Hall Medan, 9 - 10 Juli 2011. (Peserta 10 SKP)
26. Peserta seminar sehari Lymphoma Update: Deteksi Dini dan
Penatalaksanaan. RSUP HAM Medan, 16 Juli 2011. (peserta 3 SKP).
27. Peserta CPC: Small Lymphocytic Lymphoma (oleh : dr. Lely Hartati, PPDS
PA dengan dr. Nazwir Nazar, Sp.B.), Departemen PA FK-USU, 23 Juli
2011.
28. Peserta Seminar: Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) Wilayah
Sumut-Aceh. Medan, 15 Oktober 2011. (Peserta 3 SKP)
xvii
Universitas Sumatera Utara
29. Peserta : Working Conference XII – Annual Scientific Meeting 2011.
Quality Improvement in Pathological Diagnostics Through Empowering
Human Resource and Better Procedure. Mason Pine Hotel, Bandung. (28
SKP).
30. Peserta CPC: Alveolar Rhabdomyosarcoma. Departemen PA FK-USU
Medan. 25 Oktober 2011.
31. Peserta CPC: Osteosarcoma. Departemen PA FK-USU Medan. 25 Oktober
2011
32. Pembicara Simposium: National Symposium: “ Step your life without
osteoporosis” Scripta Research Festival 2013 University of Sumatera Utara
di Medan pada tanggal 31 Januari-4 Februari 2013 (SKP 8)
33. Peserta Simposium: The 5th Endocrinology & Diabetes Forum of Sumatera
Region (FEDS-5) di Medan pada tanggal 22-23 Februari 2013 (peserta 16
SKP)
34. Peserta Simposium: The 3rd Medan Respiratory Care Meeting Annualy
(MERCY) 2013 di Medan pada tanggal 20 April 2013 (peserta 6 SKP)
35. Peserta Seminar: patology update in Lung and Breast Cancer: The Impact of
Molecular Studies on New Classification and Management di Aryaduta
Hotel, Jakarta pada tanggal 22-23 Juni 2013 (peserta 20 SKP)
36. Peserta Simposium: Symposium Kongres Nasional VII- Perhimpunan
Onkologi Indonesia 2014 “Pemahaman yang paripurna akan mengubah
mitos tentang kanker” di Medan pada tanggal 21-22 November 2014
37. Peserta Simposium: 9th National Congress of Indonesian Society for Clinical
Microbiology (PAMKI) and 10th National Symposium of Indonesia
Antimicrobial resistance Watch (IARW) 2015 di Medan pada tanggal 30-31
Oktober 2015
38. Peserta The International Academy of Pathology Hong Kong Division, The
International Academy Cytology and The Hong Kong Society of Cytology
on 27-29 October 2017. Held at the Prince of Wales Hospital, Hong Kong.
(2017).
xviii
Universitas Sumatera Utara
39. Peserta Simposium: The 1st International Conference on Tropical Medicine
and Infectious Diseases (ICTROMI) Faculty of Medicine Universitas
Sumatera Utara in Conjunction with The 23rd ISTIC and 18th Annual
Meeting of Internal Medicine Department Faculty of Medicine Universitas
Sumatera Utara di Medan pada tanggal 15-18 November 2017 (peserta 15
SKP)
40. Peserta Seminar: “Good Doctor for the Great Family” di GRHA Prodia
Medan, 25 November 2017
41. Peserta Simposium: The 1st Asia Australasian Neuro and Health Science
(AANHS) International Conference in Conjunction with The 2nd North
Sumatera Neurosurgery Meeting (NSNM) di Medan pada tanggal 4-5
Agustus 2018 (peserta 8 SKP)
42. Peserta Seminar Internasional: International Conference of Science,
Technology, Engineering, Enviromental and Ramification Researches
(ICOSREERR) 2018 held on 30th – 31th July 2018 at University Sumatera
Utara, Indonesia.
43. Pembicara di Seminar Internasional: International Conference of Science,
Technology, Engineering, Enviromental and Ramification Researches
(ICOSREERR) 2018 held on 30th – 31th July 2018 at University Sumatera
Utara, Indonesia.
28. Peserta Kongres Nasional: Molecular Testing and Multidiciplinary
Approach in Diagnostic Pathology within The Health System in 19 th
National Congress and Annual Meeting Indonesion Association of
Pathologist (IAPI), The International Academy of Pathology Indonesion
Division (INA IAP) in Conjunction with APSMI Annual Meeting 2018 at
JW Marriott Hotel Surabaya on 20th September 2018 (15 SKP).
29. Presentasi oral Kongres Nasional: Molecular Testing and Multidiciplinary
Approach in Diagnostic Pathology within The Health System in 19 th
National Congress and Annual Meeting Indonesion Association of
Pathologist (IAPI), The International Academy of Pathology Indonesion
Division (INA IAP) in Conjunction with APSMI Annual Meeting 2018 at
JW Marriott Hotel Surabaya on 20th September 2018 (15 SKP IDI).
xix
Universitas Sumatera Utara
30. Presentasi poster Kongres Nasional: Molecular Testing and Multidiciplinary
Approach in Diagnostic Pathology within The Health System in 19 th
National Congress and Annual Meeting Indonesion Association of
Pathologist (IAPI), The International Academy of Pathology Indonesion
Division (INA IAP) in Conjunction with APSMI Annual Meeting 2018 at
JW Marriott Hotel Surabaya on 20th September 2018 (15 SKP IDI).
K. Penghargaan /Piagam
Juara pertama presentasi oral pada Kongres: Molecular Testing and Multidiciplinary
Approach in Diagnostic Pathology within The Health System in 19 th National Congress
and Annual Meeting Indonesion Association of Pathologist (IAPI), The International
Academy of Pathology Indonesion Division (INA IAP) in Conjunction with APSMI
Annual Meeting 2018 at JW Marriott Hotel Surabaya on 20 th September 2018
Betty
xx
Universitas Sumatera Utara
PERNYATAAN ORISINALITAS
Penulis menyatakan bahwa penulisan seminar hasil penelitian ini disusun sebagai
syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Dokter (S3) Ilmu Kedokteran
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan adalah benar merupkan hasil
karya penulis sendiri.
Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian disertasi ini
bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu,
penulis bersedia menerima sanksi akademik dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku.
Betty
xxi
Universitas Sumatera Utara
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
NIM : 098102003
Berserta perangkat yang ada (jika diperlukan), dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif
ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media/formatkan,
mengelola dalam bentuk database, merawat dan mempublikasikan disertasi saya tanpa
meminta izin dari saya sebagai penulis dan sebagai pemilik hak cipta.
Yang menyatakan,
Betty
xxii
Universitas Sumatera Utara
RINGKASAN
Claudin-7, CK5, CK8/18, EMA, IFN-αII, IGF-1R, E-cadherin, dan Ki-67 serta melihat
imunohistokimia CD44High dan CD24Low sebagai profil sel punca pada TNBC (claudin
Anatomik / RSUP Haji Adam Malik Medan dan Departemen Bedah Onkologi. RSUP
Haji Adam Malik Medan. Subjek penelitian ini adalah 67 sampel jaringan yang berasal
dari core biopsy dan jaringan mastektomi penderita karsinoma payudara tanpa
Setelah didapatkan sampel jaringan ER (-), PR (-) maupun HER2/Neu (-), blok
imunohistokimia yang disebutkan di atas. Setelah itu, hasil didata dan diklasifikasikan
menjadi sub-tipe stem cell like dengan menggunakan CD44, CD24, Claudin-7, dan Twist-
menggunakan Ck8/18; IFN rich dengan menggunakan IFN-αII; dan IGF high dengan
menggunakan IGF-1R. Hasil yang diperoleh pada 67 kasus TNBC ternyata sangat
didapati sub-tipe stem cells-like sebanyak 7 kasus (10,5%), pre-basal sebanyak 2 kasus
(3%), basal sebanyak 1 kasus (1,5%), baso-luminal sebanyak 22 kasus (33%), stemo-
xxiii
Universitas Sumatera Utara
luminal sebanyak 2 kasus (3%), dan luminal sebanyak 21 kasus (31%). Sub-tipe stem
cells-like terdiri dari 2 kasus SC1 low (SC1L), 3 kasus SC2 low (SC2L), serta SC3 low
(SC3L) dan SC3 high (SC3H) masing-masing 1 kasus. Sub-tipe baso-luminal terdiri dari 6
kasus baso-luminal low dan 16 kasus baso-luminal high. Sub-tipe stemo-luminal terdiri
stemo-luminal low dan high masing-masing 1 kasus. Sub-tipe luminal terdiri dari 13
kasus luminal low dan 8 kasus luminal high. Sub-tipe TNBC yang paling banyak
ditemukan pada penelitian ini adalah sub-tipe baso-luminal (33%) dan luminal (31%),
Seperti yang disebutkan di atas, pada penelitian ini dapat dibedakan 3 sub-tipe
Claudin-7+ (stem cell-3/ SC-3). Namun, pembagian ini sebenarnya arbitrer. Ada 1 kasus
dengan CD44+ CD24- tidak menampilkan Twist dan Claudin-7 dan ini merupakan early
stem cells sub-tipe yang menunjukkan Ki67 rendah, sehingga disebut sebagai SC-1.
Dalam penelitian ini terdapat 3 kasus CD44+ CD24-, 1 kasus CD44+ CD24+, 5 kasus
Ada 1 kasus dengan CD44+ CD24- menampilkan Twist dan Claudin-7 positif.
Karena kasus ini menunjukkan tingkat ontogeny setelah SC-1 maka diberi predikat
sebagai SC-2. Ada 1 kasus dengan CD44+ CD24- menampilkan Twist negatif dan
Claudin-7 positif. Oleh karena, hal ini menunjukan tingkat diferensiasi lebih tinggi
Ada 1 kasus dengan CD44+ CD24- menampilkan Twist positif kuat dan Claudin-
7 negatif. Kasus ini digolongkan sebagai SC-2. Dari 5 kasus CD44-CD24+ ini, ada 1
kasus dengan Twist positif dan Claudin-7 negatif. Kasus ini menunjukan sub-tipe SC-2,
namun EMA (+) akan tetapi Ki67 negatif (nol). Ada satu kasus menampilkan Twist
negatif dan Claudin-7 positif, dan digolongkan sebagai sub-tipe SC-3, dengan Ki67 70%.
xxiv
xxv
Universitas Sumatera Utara
Kasus ini juga mulai menunjukan tanda-tanda diferensiasi ke arah tipe pre-basal atau
basal dengan Ki67 lebih tinggi dan EMA positif. Ada satu kasus CD24 positif namun
Twist maupun Claudin-7 negatif. Tingkat diferensiasi pada kasus ini lebih imatur
daripada SC-2, akan tetapi lebih berdiferensiasi dibandingkan SC-1. Sisa 2 kasus lagi
dengan CK5 negatif namun EMA positif. Kedua kasus ini digolongkan sebagai sub-tipe
pre-basal high karena Ki67 masing-masing 90% dan 20%. Kasus pertama menunjukan
Twist maupun Claudin-7 negatif, sedangkan kasus kedua menampilkan Twist dan
Claudin-7 positif.
Jadi, dapat disimpulkan dari 67 kasus TNBC didapati 7 kasus yang menunjukkan
tanda-tanda stem cell-like, namun ‘real stem cells’ sub-type dijumpai pada 4 kasus yang
CD44+. Adanya Twist, Claudin-7, dll. hanya menunjukkan proses ontogeny, differensiasi
atau didiferensiasi, dan sedang dalam proses EMT. Petanda-petanda ini tidak diperlukan
untuk mengenal stem cells. Akan tetapi adanya Twist juga merupakan suatu petanda yang
jelek. Kalau ditemukan Twist pada sel-sel yang lebih berdifferensiasi seperti pre-
Kemudian, satu dari 67 kasus TNBC menampilkan CD44- CD24+ CK5+ dan
EMA+. Kasus ini digolongkan sebagai sub-tipe TNBC basal low karena Ki67 1%. Kasus
ini merupakan satu-satunya kasus sub-tipe basal ‘murni’, namun kasus ini masih
Dari 67 kasus TNBC dengan CD44+ CD24+ pada penelitian ini, 6 kasus
menampilkan CK5 dan CK8/18 positif. Kasus-kasus ini menunjukan ciri-ciri baik ‘basal’
dengan CK5 (+) maupun ‘luminal’ dengan CK8/18 positif. Yang menonjol di sini adalah
ke-enam kasus ini menunjukkan CD44 positif. Fenomena ini di interpretasikan sebagai
didiferensiasi. Hal ini juga sama pada TNBC sub-tipe baso-luminal yang menampilkan
xxv
Universitas Sumatera Utara
Pada TNBC sub-tipe luminal didapati 1 kasus yang menampilkan CD44+CD24-,
CK8/18 positif, CK5 negatif. Kasus ini menunjukan petanda didiferensiasi. Ada 2 kasus
yang menampilkan CD44-CD24+ Twist+ dan CK8/18 positif. Ini juga dikenal sebagai
petanda didiferensiasi. Kasus ini istimewa karena menampilkan ‘stemness’ dan tanda
luminal. Sub-tipe ini disebut sebagai sub-tipe stemo-luminal. Yang tidak terduga dan
cukup menarik pada penelitian ini yaitu di antara ke-67 kasus TNBC, kami jumpai
petanda ‘Luminal’ pada beberapa kasus ‘Luminal-ness’ adalah akibat dari pengaruh
estrogen negatif. Jadi pada sebagian dari TNBC, estrogen signaling pathway masih tetap
aktif meskipun ER negatif. Hal ini berpengaruh pada terapi yaitu kasus TNBC yang
CK8/18 (+) harus diberi targeted therapy untuk menghambat pathway ini.
saat ini karena berimplikasi pada pengobatannya. Kemoterapi standard sering gagal
karena stem cells payudara memiliki sifat proliferasi yang rendah dan resisten terhadap
terapi. Kemoterapi juga menyebabkan peningkatan dari jumlah stem cells. Hal ini
merupakan salah satu penyebab penting kegagalan dan kekambuhan dalam penanganan
TNBC. Oleh sebab itu dibutuhkan validasi stem cell pada sampel TNBC. Ini merupakan
salah satu langkah kritikal dalam mengembangkan penanganan targeted therapy efektif
terhadap TNBC.
Tampilan IFN-αII low lebih banyak dijumpai pada TILs intra-tumoral daripada
TILs peri-tumoral, sedangkan IFN-αII high lebih banyak ditemukan pada TILs peri-
tumoral dibandingkan TILs intra-tumoral. Histologic grading IFN-αII low lebih banyak
xxvi
Universitas Sumatera Utara
Tampilan IGF-1R internalized (tertampil pada sitoplasma dan inti) lebih sedikit
dibandingkan dengan yang non-interalized (tertampil pada inti, sitoplasma, atau membran
sel). Tampilan IGF-1R baik yang low maupun high lebih banyak mempunyai ukuran
tumor ≤ 2- 5 cm (T2) dan histologic grading grade 2. Pada tumor, IGF-1R signaling
(relapse) dalam penanganan kasus kanker payudara dalam waktu 2 tahun pertama, perlu
xxvii
Universitas Sumatera Utara
Tampilan sel punca (CD44CD24) TNBC penelitian ini sangat kompleks dan
xxviii
Universitas Sumatera Utara
SUMMARY
To classify TNBC into stem-cell like (SC1, SC2, SC3), basal, baso-luminal,
luminal, IFN-αIIRich, dan IGF-1RHigh sub-types by using an immunohistochemistry
staining panel (molecular markers) such as CD44, CD24, Twist, Claudin-7, CK5,
CK8/18, EMA, IFN-αII, IGF-1R, E-cadherin, and Ki-67 and also to identify how the
distribution of TNBC sub-types based on histologic grading according to Modified Bloom
and Richardson methods.
The aim of this analytic descriptive cross-sectional study was to identify CD44 High
dan CD24Low immunohistochemistry pattern as stem cell profiles in TNBC (claudin low,
basal-like, IGFHighand IFNHigh subtypes) based on immunohistochemistry markers. This
study was carried out in Haji Adam Malik Hospital/Department of Anatomical
Pathology, Medical Faculty USU Medan and Department of Oncology/Surgical Haji
Adam Malik Hospital Medan from March to October 2017. Studied population were 67
tissue samples from core biopsy and mastectomy of breast cancer patients without using
control groups.
After obtaining samples with ER(-),PR (-) and HER2/Neu (-),paraffin blocks were
re-cut into few slides and stained with immunohistochemistry stated above. After that, the
results were recorded and classified into stem cell like subtypes by using CD44, CD24,
Claudin-7, and Twist-1; basal-like by using CK5, EMA and E-cadherin; luminal with
Ck8/18; IFN rich with IFN-αII; and IGF high with IGF-1R.
xxix
Universitas Sumatera Utara
As mentioned above, this study differentiated 3 sub-types showing stem-ness
which were CD44+CD24- Twist- Claudin-7- (stem cell-1/SC-1), CD44+CD24- Twist+
Claudin-7+ (stem cell-2/SC-2), and CD44+CD24- Twist- Claudin-7+ (stem cell-3/ SC-3).
But, this classification were actually arbitrary. There was one case with CD44 + CD24-
but not showing Twist dan Claudin-7. This case was defined as an early stem cells sub-
type with low Ki67, so this case was referred as SC-1. In this case, there were 3 CD44 +
CD24- cases, 1 CD44+ CD24+case, and 5 CD44-CD24+cases in stem cell like sub-types.
There was one case with CD44+ CD24- showing Twist and Claudin-7 positive.
Because this case showed ontogeny level after SC-1, so this case was referred as SC-2.
There was one case with CD44 + CD24- showing Twist negative and Claudin-7 positive.
Because this showed higher differentiation level than SC-2, this case was defined as SC-
3.
There was one case with CD44+ CD24- showing Twist strongly positive and
Claudin-7negative. This case was grouped as SC-2. From 5 cases of CD44-CD24+, there
was 1 case with Twist positive and Claudin-7 negative. This case was refereed as SC-2
sub-types, but EMA (+) and Ki67negative. There was one case showing Twist negative
and Claudin-7 positive, and this case was grouped as SC-3 sub-type with high Ki67. This
case also showed differentiation sign to pre-basal or basal type because of higher Ki67
and EMA positive. There was one case with CD24 positive but Twist and Claudin-7were
negative. The differentiation level in this case was more immature than SC-2, but more
differentiated than SC-1. The rest 2 cases were CK5 negative but EMA positive. This
cases were grouped as pre-basal high subtypes due to high Ki67 (90% and 20%,
respectively). The first case showed Twist and Claudin-7 negative, meanwhile the second
case showed Twist and Claudin-7 positive.
So, it could be concluded that from 67 TNBC cases, there were 7 cases showing
stem cell-like sign, but the ‘real stem cells’ sub-types were only found in 4 cases with
CD44+. Twist, Claudin-7, etc. only showed ontogeny processes, differentiation or
didiferentiation, and on EMT process. This markers were not needed to identify stem
cells. But, Twist was an indicator of poor sign. If Twist was found in more differentiated
cells such as pre-basal/basal, researchers assumed this as a didiferentiation or EMT
sign.
xxx
Universitas Sumatera Utara
After that, one case of TNBC case showed CD44- CD24+ CK5+ and EMA+. This
case was referred as TNBC basal low subtypes due to low Ki-67. This case was the only
pure basal sub-types, but this case still showed CD24+, a more immature marker.
From 67 TNBC cases with CD44+ CD24+, there were 6 cases showing CK5 and
CK8/18 positive. This cases exhibiting both basal with CK5 (+) and ‘luminal’ with
CK8/18 positive. What stands out here was the six cases here showing CD44 positive.
This phenomenon were interpreted as didiferentiation. The same thing was also occurred
in TNBC baso-luminal sub-types showing CD44+CD24+ or CD44-CD24+.
In luminal TNBC sub-types, there was one case with CD44 +CD24-, CK8/18
positive but CK5 negative. This case showed didiferentiation sign. There were 2 cases
exhibiting CD44-CD24+ Twist+ and CK8/18 positive. This were also known as
didiferentiation sign. This cases were special because showing stemness and luminal
sign. Thes sub-types were called as stemo-luminal sub-types. The unexpected and quite
interesting from this study was between 67 TNBC cases, we found ‘Luminal’ signs in few
cases. ‘Luminal-ness’ was occurred due to the influence of estrogen pathway, because of
the ontogeny evolution, luminal cells which were normally influenced by estrogen
hormone, eventhough estrogen hormone receptor expression was negative. So, in some of
TNBC cases, estrogen signaling pathway were still active eventhough ER expression
were negative. This could have an impact in therapy which is TNBC cases with CK8/18
(+) must be given targeted therapy to inhibiti this pathway.
Identifying breast cancer stem cells needs special attention at this time because it
has implications for treatment. Standard chemotherapy often fail because mammary stem
cells have low proliferation behavior and resistant to therapy. Chemotherapy also cause
increase in stem cells number. This is one of the important causes of failure and
recurrence in TNBC treatment. Therefore, validation of stem cells in TNBC samples were
needed. This is one of the critical steps in developing effective targeted therapy towards
TNBC.
Low IFN-αII expression were more found in intratumoral than peritumoral TILs,
meanwhile high IFN-αII high expression were found in peritumoral than intratumoral
TILs. Histologic grading of low IFN-αII expression were more found in grade 2,
meanwhile IFN-αII high were more found in grade 3.
xxxi
Universitas Sumatera Utara
Internalized IGF-1R expression (cytoplasmic and nuclear stained) were less
found than non-interalized (cytoplasmic, nuclear or membranous stained). Most of both
low and high IGF-1R expression had tumour size of 2- 5 cm (T2) and histologic grading
grade 2. In tumours, IGF-1R signaling can cause resistency in therapy, so in order to
prevent relapse in breast cancer within first 2 years, clinicians needed to consider using
maintenance with metformin.
Stem cells expression (CD44CD24) of TNBC in this study were very complex and
showing heterogenity in histologic grading. But, identification of ‘niche’ breast cancer
stem-cells were needed in assessing prognosis, because in carcinogenesis, stem cell
breast cancer could deregulate the pathway of molecular controlling self-renewal of
breast epithelial cells.
xxxii
Universitas Sumatera Utara
TAMPILAN IMUNOHISTOKIMIA SEL PUNCA KANKER PAYUDARA CD44
DAN CD24 PADA BERBAGAI SUB-TIPE KANKER PAYUDARA TRIPLE
NEGATIVE: DENGAN PERHATIAN KHUSUS TERHADAP BASAL-LIKE, STEM
CELL-LIKE DIKAITKAN DENGAN HISTOLOGY GRADING
ABSTRAK
Kata Kunci: CD44, CD24, Twist, Claudin-7, CK5, CK8/18, EMA, IFN-αII, IGF-1R, E-
Cadherin, Ki67, sub-tipe TNBC.
xxxiii
Universitas Sumatera Utara
IMMUNOHISTOCHEMISTRY EXPRESSION OF CD44 AND CD24 BREAST
CANCER STEM CELL IN VARIOUS TRIPLE NEGATIVE BREAST CANCER
SUBTYPES: SPECIAL ATTENTION TO BASAL-LIKE, STEM CELL-LIKE AND
CORRELATED WITH HISTOLOGY GRADING
ABSTRACT
Method: This descriptive cross-sectional study was carried out in Haji Adam Malik
Hospital/Department of Anatomical Pathology, Medical Faculty USU Medan and
Department of Oncology/Surgical Haji Adam Malik Hospital Medan from March to
October 2017 to classify subtypes of TNBC by immunohistochemistry stained and also to
identify how the distribution of TNBC subtypes based on histologic grading.
Keywords: CD44, CD24, Twist, Claudin-7, CK5, CK8/18, EMA, IFN-αII, IGF-1R, E-
Cadherin, Ki67, TNBC sub-types.
xxxiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL …………………………………………………………………. i
LEMBAR PRASYARAT GELAR ………………………………………. ii
LEMBAR PROMOTOR DAN KO-PROMOTOR ………………………. iii
LEMBAR PERSETUJUAN ……………………………………………… iv
LEMBAR PENGUJI ……………………………………………………… v
UCAPAN TERIMA KASIH ……………………………………………… vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ……………………………………………. x
PERNYATAAN ORISINALITAS ……………………………………….. xxi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI AKADEMIS ………….. xxii
RINGKASAN …………………………………………………………….. xxiii
SUMMARY ……………………………………………………………….. xxix
ABSTRAK …………………………………………………………………. xxxiii
ABSTRACT ………………………………………………………………... xxxiv
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. xxxv
DAFTAR TABEL …………………………………….................................. xxxviii
DAFTAR GAMBAR …………………………………................................. xl
DAFTAR SINGKATAN …………………………………………………... xli
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………. xliv
xxxv
Universitas Sumatera Utara
2.1.1.3 Grading kanker payudara ….…………………….. 22
2.1.1.4 Ki67……………………………………………….. 24
2.1.1.5 Infiltrasi sel radang stroma ……………………….. 25
2.1.1.6 Invasi limfovaskular ………………………………. 25
2.1.1.7 Invasi perineural …………………………………… 27
2.1.1.8 Angiogenesis ………………………………………. 29
2.1.1.9 Stromal elastosis ………………………………....... 29
2.1.1.10 Mioepitel ……..………………………………....... 29
2.1.2 Sub-tipe Molekular Kanker Payudara ……………………. 30
2.1.2.1 Kanker payudara dengan tampilan Reseptor
Estrogen (ER) positif ………………………………. 31
2.1.2.1.1 Tumor luminal A ………………………... 32
2.1.2.1.2 Tumor luminal B ………………………… 32
2.1.2.2 Kanker payudara dengan tampilan Reseptor
Estrogen (ER) negatif ………............................. 33
2.1.2.2.1 HER2-overexpressing (HER2-Rich) ............. 33
2.1.2.2.2 Triple Negative Breast Cancer (TNBC)........ 34
2.2 Patologi Molekular Kanker Payudara ….……..………............. 42
2.2.1 DNA Repair Pathways …………………………………… 43
2.2.2 Survival Proliferation Pathways ……………………….. 46
2.2.2.1 PTEN-AKT-mTOR pathways …...……………….…. 46
2.2.2.2 EGFR signaling pathway ………………………….. 49
2.2.3 Stem Cell Self Renewal Differentiation Pathways …….. 53
2.2.3.1 Notch signaling pathway ………………………… 53
2.2.3.2 Wnt signaling pathway …………………………… 56
2.2.3.3 Bmi-1 ………………………………………………. 58
2.2.3.4 Hedgehog (Hh) ……………………………………. 59
2.2.4 Epithelial-Mesenchymal Transition (EMT)……………… 63
2.2.5 TGFβ signaling pathways ……………………………….. 66
2.2.6 FGFR (Fibroblast Growth Factor Receptor) Signaling
Pathway …………............................................................... 70
2.2.7 Pathways lainnya …..…………………………………….. 73
2.2.7.1 IGF signaling pathway ..………………………........ 73
2.2.7.2 IFN-1 signaling pathway …………………………... 77
2.2.7.3 Vitamin D ……………………………………........... 81
2.2.7.4 Stress/Norepinephrine pathway (β-adrenergic
Signaling) in TNBC …………………………….…. 86
2.3 Biologi Sel Punca dan Sel Punca Kanker Payudara ………… 90
2.3.1 Sel punca embrionik (Embrionic Stem Cells/ES Cells) . 91
2.3.2 Sel punca somatik (Adult Stem Cells/Somatic Stem Cells)
…………………………………………………………….. 92
2.4 Sel Punca Payudara (Mammary stem cells/MaSCs)…………….. 94
2.4.1 Mammopoeisis ……………………………………............ 94
2.4.2 Sel punca payudara ...……………….................................... 97
xxxvi
Universitas Sumatera Utara
2.4.3 Tingkat perkembangan diferensiasi epitel payudara ……… 98
2.4.3.1 CD44 ……………………………………………… 100
2.4.3.2 CD24 ……………………………………………… 106
2.4.3.3 ALDH1 (aldehyde dehydrogenase-1) …………….. 108
2.5 2.4.4 Niche sel punca payudara (Niche MaSCs) ……………. 110
2.6 2.4.5 Sel punca kanker payudara ……………………………. 111
2.4.6 Pengaturan transkripsi MaSCs …………………………. 111
2.4.7 Peran sel punca dalam tumorigenesis ………………….. 111
Kerangka Teori .………………………………….……….......... 113
Kerangka Konsep …………………………………………….. 114
xxxvii
Universitas Sumatera Utara
4.4 Panel Imunohistokimia (Petanda Molekuler) TNBC …………. 139
4.5 Tampilan imunohistomia CD44+/- dan CD24+/- pada Sub-tipe
TNBC ……………………………………………………………. 140
4.6 Distribusi Frekuensi Tampilan Imunohistokimia CD44+/-CD24+/-
pada TNBC terhadap Histologic Grading ……………………. 148
4.7 Distribusi Frekuensi Tampilan Imunohistokimia IFN-αII pada
TNBC sub-tipe IFN rich ……….………………………………… 149
4.8 Distribusi Frekuensi Tampilan Imunohistokimia IGF-1R pada
TNBC Sub-tipe IGFHigh ……………………………………….. 151
4.9 Distribusi Frekuensi Tampilan Imunohistokimia CD44+/-CD24+/-
pada TNBC Sub-tipe IFN rich dan IGFHigh …………………….. 153
4.10 Distribusi Frekuensi Tampilan Imunohistokimia CD44+/-CD24+/-
pada TNBC terhadap proliferasi (Ki67) ……………………….. 154
4.11 Klasifikasi sub-tipe TNBC dan Kaitannya dengan Proliferasi
(Ki67) dan Histologic Grading ……………………………….. 155
4.11.1 Klasifikasi sub-tipe TNBC dan Kaitannya dengan
Proliferasi (Ki67) ………………………………………. 155
4.11.2 Klasifikasi sub-tipe TNBC dan Kaitannya dengan
Histologic Grading ……………………………………. 158
xxxviii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
xxxix
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.11 sub-tipe baso-luminal ……………………………………. 144
Tampilan imunohistokimia CD44-CD24+ pada TNBC
Tabel 4.12 sub-tipe baso-luminal ……………………………………. 145
Tampilan imunohistokimia CD44+CD24- pada TNBC
Tabel 4.13 sub-tipe luminal ………………………………………….. 146
Tampilan imunohistokimia CD44+CD24+ pada TNBC
Tabel 4.14 sub-tipe luminal ………………………………………….. 146
Tampilan imunohistokimia CD44-CD24+ pada TNBC
Tabel 4.15 sub-tipe luminal ………………………………………….. 147
Distribusi Frekuensi Tampilan Imunohistokimia CD44+/-
Tabel 4.16 CD24+/-terhadap histologic grading …………………… 148
Distribusi Frekuensi Tampilan IFN-αII terhadap TILs
Tabel 4.17 intra-tumoral dan peri-tumoral ………………………….. 149
Distribusi Frekuensi Tampilan Imunohistokimia IFN-αII
Tabel 4.18 terhadap Sub-tipe Histopatologi TNBC ………………….. 150
Distribusi Frekuensi Tampilan Imunohistokimia IFN-αII
Tabel 4.19 terhadap Histologic Grading …………………………….. 150
Distribusi Frekuensi Tampilan Imunohistokimia IGF-1R
Tabel 4.20 pada TNBC ………………………………………..……. 151
Distribusi Frekuensi Tampilan Imunohistokimia IGF-1R
Tabel 4.21 terhadap Ukuran tumor ………………………………….. 152
Distribusi Frekuensi Tampilan Imunohistokimia IGF-1R
Tabel 4.22 terhadap Histologic Grading TNBC …………………… 152
Distribusi Frekuensi Tampilan Imunohistokimia CD44+/-
Tabel 4.23 CD24+/- pada IFN-αII ……………………………………. 153
Distribusi Frekuensi Tampilan Imunohistokimia CD44+/-
Tabel 4.24 CD24+/- terhadap Total IGF-1R …………………………. 154
Distribusi Frekuensi Tampilan Imunohistokimia CD44+/-
Tabel 4.25 CD24+/- terhadap Ekspresi Ki67………………………..... 155
Klasifikasi Sub-tipe TNBC berdasarkan Ontogeny dan
Tabel 4.26 Proliferasi (Ki67) ………………………………………… 156
Distribusi Frekuensi Sub-tipe TNBC berdasarkan
Tabel 4.27 Histologic Grading ………………………………………. 158
xl
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
xli
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.27 β-adrenergic Signaling Pathway pada Kanker ………....... 89
Gambar 2.28 Generasi dan Diferensiasi Sel Punca ……………………... 91
Gambar 2.29 Niches Sel Punca pada Berbagai Jaringan ………………... 94
Gambar 2.30 Skema Duktus dan Ujung Tunas Terminal (TEBs) ………. 96
Gambar 2.31 Model Hirarki Diferensiasi pada Epitel Payudara ……….. 99
Gambar 2.32 Skematik struktur gen CD44 …………………………....... 102
Gambar 2.33 Struktur Protein CD44 …………………………………..... 103
Gambar 2.34 Kerangka Teori …………………………………………… 113
Gambar 2.35 Kerangka Konsep …………………………………………. 114
Gambar 3.1 Kerangka Operasional …………………………………….. 119
Gambar 3.2 Pewarnaan imunohistokimia CD24 dan CD44 …………… 130
Gambar 5.1 Model skematik hirarki ontogeny epitel payudara manusia dan
hubungannya dengan sub-tipe tumor payudara ………………… 165
Gambar 5.2 Ontogeny pembagian stem cell type SC-1, SC-2, dan SC-3. 165
Gambar 5.3 Ontogeny stem cells-like dengan tampilan CD44CD24…… 166
Gambar 5.4 Ontogeny sel petanda progenitor, pre-basal, dan basal ….. 166
Gambar 5.5 Ontogeny sel petanda basal, baso-luminal, dan luminal …. 166
Gambar 5.6 Skema ontogeny differensiasi epitel payudara dari stem
cells hingga sel luminal yang dikaitkan dengan panel
berbagai petanda molekuler TNBC ……………………….. 167
Gambar 5.7 Ontogeny stem-cell, basal, baso-luminal, dan luminal….. 170
xlii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SINGKATAN
xliii
Universitas Sumatera Utara
FSP1 = Fibroblast activation protein
GADD34 = Growth arrest and DNA damage protein 34
GFRs = Growth factor receptors
GRB7 = Growth factor receptor-bound protein 7
Gsc = Goosecoid
HBGF = Heparin binding growth factor
HDAC = Histone deacetylases
HER1 = Human epidermal growth factor receptor 1
HER2 = Human epidermal growth factor receptor 2
Hh = Hedgehog
HMFGP = Human milk fat globule membranes
HPF = High power fields
HPSGs = Heparan sulfate proteoglycans
ICC = Invasice Cribiform carcinoma
CR = Imprinting Control Region
IC NST = Invasive Carcinoma of No Specific Type
IFNGR = Interferon gamma receptor
IGFs = Insulin-like growth factors
IHh = Interleukine-1β
ILC = Invasive Lobular Carcinoma
IL-1β = Induced Pluripotent Stem Cells
IRF9 = IFN-regulatory factor 9
IRS 1 = Insulin receptor substrate 1
ISG = IFN-stimulated genes
ITGA6 = Intergrin Alpha-6
Ips cells = Indian Hedgehog
JAK-STAT = Janus activated kinase–signal transducer and activation of
transcription
LKB1 = Liver kinase B1
LOH = Loss of heterozygosity
LOI = Loss of Imprinting
LRCs = Label-retaining cells
LVI = Lymphovascular invasion
Kd = Kilo Dalton
MAML = Mastermind-like
MAPK = Mitogen-activated protein kinase
MaSCs = Mammary stem cells
MECs = Mammary epithelial cells
MET = Mesencymal-epithelial transition
MKI67 = Monoclonal antibody Ki-67
MMP 9 = Matrix Metalloproteinase 9
MMTV = Mouse Mammary Tumor Virus
Mtor = mammalian Target of Rapamycin
NEXT = Notch extracellular truncation
xliv
Universitas Sumatera Utara
NGF = Nerve growth factor
NGS = Nottingham grading system
NICD = Notch Intracellular Domain
NOS = Nitric oxide synthase
p63 = Myoepithelial marker
PAR = Polymer ADP-ribose
PAR4 = p27, p21, FOXO and PAWR
Pdc = Plasmcytoid Dendritic Cell
PDK 1 = Phosphoinositide-dependent Kinase-1
PEM = Polymorphic epithelial mucin
PgR = Progesterone Receptor
PIN = Perineural invasion
PLCγ = Phospholipase Cγ
PRAP = poly[ADP-ribose] polymerase
Ptch-1 = Patched-1
PTEN = Phosphatase and tensin homologue
RTKs = Receptor tyrosine kinases
SBR = Sistem Scarff Bloom and Richardson
SHBG = Sex Hormone-Binding Globulin
SHh = Sonic Hedgehog
SKP2 = S-phase kinase-associated protein ubiquitin ligase
α-SMA = α-Smooth muscle actin
Smo = Smoothened
SMURF = Sympathetic nervous system
SNS = Smad ubiquitin regulatory factor
SOCS = Suppressors of cytokine signaling
SSBs = Single strand breaks
STASIS = Stress or aberrant signaling-induced senescence
Stat1 = Signal transduction activation transcription factor 1
TADC = Tumor-Associated Dendritic Cells
TAFs = Tumor-associated fibrobasts
TβR-II = Type II TGF-β receptor
TEBs = Terminal end buds
TFs = Transcription factors
TGF- β = Transforming Growth Factor – β
TGFBR-II = Transforming Growth Factor – β Receptor II
TILs = Tumor infiltrating leucocytes
TME = Tumor microenvironment
TNBC = Triple negative breast cancers
TNF-α = Tumor necrotic factor-α
Treg = Regulatory T cells
Trk-A = Tropomyosin receptor kinase A
TSP-1 = Thrombospondin-1
ZSP = Zinc finger protein p
xlv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
xlvi
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
keganasan yang paling sering dijumpai pada wanita, dan merupakan penyebab
kematian akibat kanker yang paling tinggi di dunia (Jemal, et al., 2010).
terdiagnosa sebagai kanker payudara mencapai 192.370 orang, dan lebih dari
2010). Menurut the American Cancer Society Cancer Facts and Figures (2012)
data untuk kanker payudara di negara Amerika sebanyak 226.870 kasus baru
karsinoma invasif.
Sejak tahun 2005 di beberapa negara seperti Eropa dan USA menunjukkan
hipertensi, cedera, perinatal, dan diabetes mellitus. Berdasarkan data yang didapat
1
Universitas Sumatera Utara
2
kanker yang paling sering dijumpai di antara semua kanker pada wanita di seluruh
sentra di Indonesia yaitu sebanyak 2896 kasus (Yayasan Kanker Indonesia, 2007).
Dari data penelitian yang didapat di Departemen Onkologi RSUP Haji Adam
Malik Medan, jumlah kasus penderita kanker payudara yang dirawat pada tahun
Dalam keadaan normal, duktus payudara terdiri dari lapisan sel epitel
luminal yang dikelilingi oleh sel mioepitel yang melekat pada basal membran.
dimulai dari proliferasi epitel yang berlebihan, yang selanjutnya bisa berkembang
(Polyak, 2007). Proses yang kompleks ini akibat perubahan genetik dan
profiling tampilan gen, terdapat lima sub-tipe molekuler kanker payudara, yaitu:
Low (Perou, et al., 2000; Herschkowitz, et al., 2007; Creighton, et al., 2009).
Parameter yang penting dalam penentuan sub-tipe ini adalah tampilan reseptor
lokus HER2/erbB2 (Perou, et al., 2000; Sorlie, et al., 2001; Sotiriou, et al., 2003;
Triple negative breast cancer (TNBC) adalah jenis kanker payudara yang
secara fenotip tidak menampilkan ER, PR, maupun HER-2 (Dent, et al., 2007).
Insidens TNBC sekitar 15-20% dari semua jenis kanker payudara (Kaplan, et al.,
2006; Bauer, et al., 2007; Society, 2010). Diperkirakan dari sekitar 1 juta kasus
kanker payudara yang terdiagnosa di dunia setiap tahunnya (Anders and Carey,
2008). TNBC merupakan satu satu sub-tipe kanker payudara yang menunjukkan
al., 2008; Klinakis, et al., 2008; Pollak, 2008). Meskipun relatif sensitif terhadap
yang menampilkan HER-2 positif maupun ER positif (Ueno and Zhang, 2011).
heterogen, terdiri dari beberapa sub-tipe tumor yang bersifat relatif kurang agresif
(low grade tumor) antara lain secretory, invasive adenoid cystic, karsinoma
apocrine, sedangkan yang bersifat high grade tumor seperti medullary breast
tumor, metaplastic breast cancer dan grade 3 - IDC NST (Invasive Ductal
(Cytokeratin 5, 14, dan 17) (Cheang, et al., 2008; Viale, et al., 2009).
Ki-67 merupakan antigen yang ditemukan pada saat fase pertumbuhan dan
pembelahan sel, namun protein ini tidak ditemukan pada saat fase istirahat.
tampilan petanda proliferasi (Ki67) yang kuat (Viale, et al., 2009), kadar cyclin E
yang tinggi dan kadar cyclin D1 yang rendah (Bostrom, et al., 2009; Voduc, et al.,
2008), aktifasi β-catenin pathway (Geyer, et al., 2011). Lebih dari 50% TNBC
Sebukan sel radang dan disfungsi imun yang dijumpai pada berbagai
al., 2011; Burstein, et al., 2015; Liu, et al., 2012). Sebaliknya, sub-tipe TNBC
proliferasi sel, dan mempromosi survival TNBC melalui perekrutan dan fosforisasi
protein adaptor intra seluler (Pollak, 2008). Peningkatan kadar fosforilasi IGF-
activated protein kinase), Akt, dan Erk yang dibutuhkan untuk meningkatkan
keselamatan, proliferasi, dan migrasi sel (Davison, et al., 2011). Akt berperanan
penting dalam pertumbuhan, proliferasi, metabolisme dan survival sel (Yap, et al.,
2011). Obesitas yang dihubungkan dengan resistensi insulin dan diabetes melitus
tipe-2 telah terbukti merupakan faktor risiko untuk insidensi kanker. Dalam
payudara terutama pada usia post-menopause (Bauer, et al., 2007). Aksi insulin
mungkin terjadi secara tidak langsung yaitu melalui availabilitas gamma globulin
yang tidak terikat dapat meningkatkan risiko kanker payudara baik pre- maupun
Sel punca (stem cells) dapat menjadi sebagai sumber tumor dan berfungsi
untuk mempertahankan homeostasis jaringan. Sel punca pada tumor ganas dikenal
sebagai sel punca kanker (cancer stem cells/CSC), yang merupakan kelompokan
kecil sel (minoritas) di antara sel-sel tumor lain dan sifatnya berbeda
dibandingkan sel tumor yang tingkat diferensiasinya lebih tinggi, namun pada
beberapa jenis tumor (seperti melanoma), jumlah CSC bisa mencapai lebih dari
25% total massa tumor (Morrison, et al., 2008; Shackleton, et al., 2009). Sel
punca mempunyai hirarki untuk menghasilkan keturunan sel yang bersifat stem
cell (self-renewal) dan sel anak (daughter cell) yang membentuk massa tumor dan
metastasis (O’Brien, et al., 2010). Pengobatan kanker yang klasik sering hanya
efektif untuk mengecilkan ukuran tumor pada sebagian kasus, namun gagal
menggerakkan sel dari tempat asal ke tempat yang jauh pada saat perkembangan
embrio. Proses alami ini juga terjadi pada saat pembentukan dan perkembangan
sel tumor, serta menimbulkan metastasis tumor ke tempat yang jauh dari tempat
primernya (Takebe, et al., 2011). Pada sel epitel payudara, EMT sering
dihubungkan dengan invasi sel kanker payudara (Neve, et al., 2006). Ekspresi gen
EMT menampilkan Goosecoid (Gsc), Snail, Twist, dan TGF-β1, yang mirip
dengan tampilan petanda yang dijumpai pada claudin-low breast cancer dan
kanker metaplastik payudara. Petanda EMT mirip terhadap petanda gen garis
keturunan sel basal B, yang ditandai dengan tampilan vimentin yang kuat dengan
profil mirip sel punca kanker (Takebe, et al., 2011). Jalur signaling embrionik,
seperti Hedgehog (Hh), Wnt, dan jalur transforming growth factor (TGF)-β adalah
signaling alamiah untuk sel punca selama masa embriogenesis (Kelleher, et al.,
2006). Jalur ini juga memegang peranan penting di dalam proses perkembangan,
proses EMT (Giampieri, et al., 2009). Aktifasi kembali jalur signaling embrionik
ini telah dilaporkan pada berbagai kanker seperti payudara, pankreas, dan paru
(Huang, et al., 2008; Mullendore, et al., 2009; Liu, et al., 2010). Pengamatan ini
yang mendasari pengevaluasian jalur EMT sebagai target pengobatan anti kanker
Daerah asal CSC masih belum jelas dan masih diperdebatkan. Yang
menjadi pertanyaan para ahli adalah: “Bagaimana CSC ini dapat mempertahankan
Nam, 2011). Diduga CSC ini kemungkinan dihasilkan oleh perubahan keganasan
sel punca normal dan sel progenitor lain (Lee and Nam, 2011; Petersen and
Polyak, 2011). Lamanya masa hidup sel punca dan sel progenitor lain memberi
penyebab sel punca dan sel progeni sebagai asal sel tumor (Takebe and Ivy,
2010). Jalur signaling molekuler CSC melibatkan jalur Wnt, Hedgehog (Hh) dan
Notch. Kelainan mutasi, faktor lingkungan dan karsinogen seperti rokok, radiasi
dan ROS (Reactive Oxygen Spescies) (Waris and Ahsan, 2006) menyebabkan
reprogramming epigenetik dan perubahan DNA (Sharma, et al., 2009) yang dapat
mempengaruhi gen-gen yang terlibat dalam jalur signaling ini (Liou and Storz, et
al., 2010).
sel, namun juga untuk kelangsungan proses hidup sel tersebut (Jackson and
Bartek, 2009). BRCA1 berperan dalam perbaikan DNA pada jaringan payudara,
menjadi sel luminal A dengan ER. Hilangnya fungsi repair DNA dijumpai pada
defisiensi BRCA1 atau sel mutant, yang menyebabkan penimbunan sel punca
payudara yang secara genetika tidak stabil, sehingga menyediakan sumber sel
yang cocok untuk karsinogenesis dan perkembangan CSC (Liu, 2008). Sel yang
polymerase (PARP) inhibitors (salah satu agent pengobatan untuk TNBC). Inhibisi
PARP akan menimbulkan kematian sel yang bersifat synthetic lethality (McCabe,
et al., 2006).
mengisolasi sel punca kanker (CSC) dari berbagai tumor solid (Botchkina, et al.,
2009; Du, et al., 2008; Leung, et al., 2010). CD44 adalah glikoprotein
asam hialuronik yang mempromosi migrasi sel normal dan banyak tertampil pada
dengan P- atau L- selectins (Napier, et al., 2007). Di samping itu CD44 terlibat
(Botchkina, et al., 2009). Selain CD44, CD24 juga merupakan petanda CSC yang
2011; Raz, et al., 2012). CD24 adalah molekul protein permukaan sel kecil yang
terlibat dalam adhesi sel dan metastasis (Lee, et al., 2010). CD24 pada umumnya
CSCs pada kanker payudara. Penelitian flow cytometry menunjukkan bahwa sel
atau hampir sama sekali tidak menampilkan CD24 (Al-Hajj, et al., 2003). CD24
lebih sedikit tertampil pada sel progenitor dibandingkan dengan sel yang telah
2009). Biomarker ini tidak tertampil secara universal pada semua tipe dari sel
punca kanker payudara, namun mempunyai tampilan yang beragam pada sub-tipe
tertentu dari berbagai tumor (Wright, et al., 2008; Charafe-Jauffret, et al., 2009).
kandungan tampilan CSC sebanyak 3-4 kali lebih tinggi dibandingkan tumor yang
grade 1.
menampilkan gen yang overlapping terhadap populasi CSC yang kaya akan sel
terhadap cell lines, populasi claudin low menampilkan Claudin-3 dan E-cadherin
dengan kadar rendah, hal ini yang mendukung bahwa sel claudin low merupakan
sel yang berasal dari sel progenitor yang imatur atau sel punca (Taube, et al.,
2010).
payudara primer (Honeth, et al., 2008; Mylona, et al., 2008; Park, et al., 2010;
namun hasil yang didapatkan beragam dan kemaknaan klinik yang tepat masih
belum diketahui dengan jelas, namun ini mungkin bermakna untuk beberapa sub-
Targeting CSC melalui imunoterapi, seperti terapi yang berdasarkan sel dendritik
pengobatan sekarang (Morrison, et al., 2008). Oleh sebab itu agar pengobatan ini
efektif, CSC perlu dikenali dan harus dibedakan dari sel punca payudara normal.
peneliti adalah:
1. Apakah sub-tipe TNBC dapat dibedakan secara jelas dan mudah dengan
sel punca kanker payudara pada aneka ragam sub-tipe triple negative (claudin
imunohistokimia.
sebagai profil sel punca pada kanker payudara triple negative, dan mencoba
prediktif.
status menstruasi.
TNBC.
grading.
suatu tumor incurable yang memerlukan modalitas terapi baru dengan stem
1.5 Orisinalitas
sempurna
2. Belum ada penegasan yang konkrit tentang sub-tipe IGFHigh type dan IFNRich
type.
profil sel punca kanker payudara pada aneka ragam sub-tipe triple negative
ilmiah seperti berikut ini, dan akan dipublikasikan pada jurnal Internasional yang
terakreditasi.
TINJAUAN PUSTAKA
Pada umumnya kanker payudara berasal dari pelapis epitel duktus maupun
jenis keganasan yang paling banyak pada payudara (95%), karsinoma lobular
jenis keganasan payudara yang jarang dijumpai (Tavassoli and Devilee, 2003).
berdasarkan WHO (The World Health Organization) tahun 2012 (Tabel 2.1)
(Lakhani, et al., 2012), dan The Armed Forces Institude of Pathology (AFIP),
AJCC (American Joint Commision on Cancer) Staging Manual tahun 2002 (Tabel
2.2).
15
Universitas Sumatera Utara
16
atas karsinoma in-situ dan karsinoma invasif. IC-NST merupakan jenis tumor yang
berkelompok, berupa cords, atau trabekula. Gambaran infiltrasi tumor dapat solid
atau syncytial dengan stroma yang minimal. Pada sebagian kasus, berupa
payudara adalah berupa ukuran, ada tidaknya tampilan reseptor estrogen dan
pada wanita berumur di atas 50 tahun meningkat dalam waktu 20 tahun terakhir
Umur rata-rata penderita ILC berkisar 1-3 tahun lebih tua dibandingkan umur
berbatas tegas, dan kadang berupa massa yang sulit untuk ditemukan (teraba)
secara klinis. Gambaran histopatologi ILC klasik ditandai dengan proliferasi sel-
sel bentuk kecil yang kohesinya rapuh yang tersebar di antara jaringan ikat fibrous
dan kadang membentuk gambaran barisan sel tunggal (single file linear cord)
sebagian besar kasus ILC tidak dijumpai gambaran pembentukan tubulus, (kecuali
pada variant tubule-lobular), karena bentuk sel-nya yang seragam dan jumlah
mitotiknya yang sedikit (WHO, 2012). Hampir 76 persen dari ILC klasik berupa
grade 2, sedangkan ILC tipe yang non-klasik adalah grade 3 (Orvieto, et al., 2008;
Talman, et al., 2007). Dari ketiga komponen grading tumor, indeks mitotik paling
banyak digunakan sebagai prediktor, angka mitotik yang tinggi dikaitkan dengan
dari seluruh invasif karsinoma payudara. Sering ditemukan berupa lesi tumor
payudara yang berukuran kecil berupa stage T1 dan sering ditemukan pada saat
didominasi oleh tubulus dengan selapis sel epitel yang terdapat pada 90 persen
dari massa tumor. Tidak dijumpai sel mioepitel pada pelapis tubulusnya. Terdapat
payudara yang mempunyai prognosis yang baik, dengan pola pertumbuhan terdiri
(ICC) sekitar 0,3-0,8% dari karsinoma payudara (Louwman, et al., 2007) dengan
adalah International Union against Cancer (UICC), dan the American Joint
Tumor primer (T). Klasifikasi tumor primer (T) untuk klinik maupun patologi
mendekati 0,1 cm. Pengukuran tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.4 (Edge, et al.,
2010).
Tabel 2.3 Sistem Staging pada Kanker Payudara berdasarkan Sistem TNM
(Edge, et al., 2010)
TX Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak terbukti adanya tumor primer
Tis Karsinoma in-situ
Tis (DCIS) Karsinoma duktus in-situ
Tis (LCIS) Karsinoma lobular in-situ
Tis (Paget’s) Penyakit Paget dari putting susu tanpa disertai tumor
Catatan : Penyakit Paget dihubungkan dengan tumor yang
diklasifikasikan berdasarkan ukuran tumor.
T1 Ukuran tumor ≤ 2 cm
T1Mic Terdapat mikroinvasi ≤ 0,1 cm
T1a Ukuran tumor > 0,1 cm, namun < 0,5 cm
T1b Ukuran tumor > 0,5 cm, namun < 1 cm
T1c Ukuran tumor > 1 cm, namun < 2 cm
T2 Ukuran tumor > 2 cm, namun < 5 cm
T3 Ukuran tumor > 5 cm
T4 Berbagai ukuran tumor yang meluas langsung ke dinding dada
(a) atau ke kulit (b) di bawahnya
T4a Tumor meluas ke dinding dada, namun m. pectoralis tidak
terlibat
T4b Terdapat edema (termasuk peau d’orange) maupun tukak pada
kulit payudara, atau adanya nodul kulit satelit pada payudara
yang sama
T4c Terdapat T4a dan T4b
T4d Karsinoma inflamatori
Tabel 2.4 Stadium Kanker Payudara Berdasarkan AJCC (Edge, et al., 2010)
Stadium
0 Karsinoma duktal in situ
I Tidak melibatkan kelenjar getah bening
IIa Tumor berukuran 2-5 cm, kelenjar getah bening tidak terlibat, atau ukuran tumor <
2 cm, dan melibatkan kelenjar getah bening aksila.
IIb Tumor berukuran > 5 cm, kelenjar getah bening tidak terlibat, atau ukuran tumor
2-5 cm, dan melibatkan kelenjar getah bening aksila
IIIa Tumor berukuran > 5 cm, kelenjar getah bening terlibat, atau ukuran tumor 2-5
cm, dan melibatkan 4 kelenjar getah bening aksila
IIIb Tumor telah menginvasi ke dinding dada atau kulit dan telah melibatkan < 10
kelenjar getah bening aksila
IIIc Tumor telah bermetastasis ke > 10 kelenjar getah bening aksila, atau > 1 kelenjar
getah bening supraklavikula atau kelenjar getah bening mammary interna
IV Tumor telah bermetastasis jauh
digunakan akhir-akhir ini di Amerika adalah sistem berikut yaitu: (1). Sistem
Scarff Bloom and Richardson (SBR); dan (2). Sistem Black. Sistem penggradingan
berdasarkan tingkat atipia inti tanpa menilai pola pertumbuhan tumor (Rosai,
2011).
NGS ditunjukkan oleh studi independent multiple dan telah direkomendasi oleh
Joint Commision on Cancer), Eropean Union (UO), dan UKRC Path (Pathology
system/NGS) menambahkan skor untuk bentuk tubular, inti yang pleomorfik, dan
skor bernilai 3 sampai 9, yang kemudian dibagi menjadi tiga tingkatan sebagai
berikut: grade I atau well differentiated (3-5 poin); grade II atau intermediate (6-7
poin); dan grade III atau poorly differentiated (8-9 poin). Kriteria yang lebih
spesifik dapat dilihat pada Tabel 2.5 (Elston and Ellis, 1991).
NGS mempunyai kriteria yang lebih objektif. Sistem grading ini berdasarkan
kemiripan tumor terhadap arsitektur TDLU payudara normal dan struktur sel
Score
1 2 3
A. Tubule formation >75% 10-75% < 10%
B. Mitotic count per high-
power field (microscope- < 10 10-20 >20
and field-dependent)
C. Nuclear size and Near normal (2- Slightly Markedly
pleomorphism 3 x red blood enlarged enlarged
cells)
Little variation Moderate Marked
variation variation
Grade I cancer if the total score (A + B + C) is 3 – 5
Grade II cancer if the total score (A + B + C) is 6 or 7
Grade III cancer if the total score (A + B + C) is 8 or 9
2.1.1.4 Ki67
Antigen Ki-67 dikenal juga sebagai Ki-67 atau MKI-67, yang merupakan
protein inti non-histon di kota Kiel (sehingga disingkat sebagai “Ki”) setelah
dilakukan imunisasi terhadap tikus dengan cell line L428 limfoma Hodgkin
(angka 67 dihubungkan terhadap angka klon pada 96-well plate pada saat
ditemukan).
Ki-67 tertampil pada semua sel yang berproliferasi, namun tidak tertampil
pada sel quiescent, alasan ini yang mendasari Ki67 sebagai petanda untuk
proliferasi sel. Gen Ki67 pada manusia terdapat pada lengan panjang kromosom
maupun pada jaringan epitel di sekitar fibroadenoma (de Lima, et al., 2003) Ki-67
tertampil dalam kadar yang sangat rendah hanya sekitar < 3%. Proliferasi yang
memperkirakan residual risk pasien pada terapi standard, dan sebagai suatu
biomarker efikasi pengobatan pada sampel sebelum, selama dan setelah terapi
neoadjuvant terutama terapi endokrin. Pada tanggal 12 Maret 2010, para ahli dari
kelompok the Breast International Group and North American Breast Cancer
duktus invasif dan jaringan sekitar tumor merupakan leukosit matur dengan
campuran berbagai sel plasma, neutrofil, sel mast, dan makrofag. Karsinoma
nilai prognostik yang buruk, dan sering mempunyai tampilan reseptor estrogen
maupun progesterone yang negatif. Sebukan sel radang leukosit yang dijumpai
adalah sel leukosit T terutama T4 (CD4+) helper dan sel T8 (CD8+) cytotoxic
suppressor. Sel mast pada stroma tumor dapat dideteksi dengan pewarnaan
kanker payudara telah menjadi perhatian sejak beberapa dekade yang lalu. LVI
buruk. Definisi pembuluh limfatik adalah pembuluh limfe yang dilapisi oleh sel
endotel tanpa otot polos maupun jaringan elastik. Sedangkan LVI adalah
terdapatnya emboli tumor dalam lumen limfatik atau pembuluh darah di luar
massa tumor primer. Lumen limfatik tidak mengandung sel darah, namun hal ini
space) dapat dibentuk oleh sarang-sarang sel tumor di daerah invasif karsinoma
akibat retraksi jaringan pada saat prosesing, yang dikenal sebagai artefak
ini sulit dibedakan dari artefak retraksi rongga limfatik (true lymphatic space).
2005). Penilaian LVI lebih baik dilakukan pada parenkim di daerah sekitar
tingkat spesifisitas tinggi untuk endotel pembuluh limfatik jaringan normal dan
darah non-neoplasma dengan D2-40 (+) dan CD31 (-) /CD34 (-) menandai lumen
pembuluh limfatik, sedangkan D2-40 (-) dan CD31 (+)/CD34 (-) menandai lumen
pada kanker payudara (Kato, et al., 2005). Tumor emboli limfatik ekstratumoral
pada kanker payudara dijumpai pada 15% dari karsinoma duktal invasif. Emboli
yang mencapai 1,9% (95% CI 1,1-3,5) bila dibandingkan dengan tumor emboli
dalam lumen pembuluh darah arteri atau vena. Struktur pembuluh darah dapat
diidentifikasi dengan adanya dinding otot polos dan jaringan elastis. Pewarnaan
histokimia khusus seperti pewarnaan Orcein atau Verhoeff van Gieson akan
mewarnai jaringan elastis pada dinding pembuluh darah. Jaringan elastik sering
invasif tumor, ini mungkin sulit dibedakan dari invasi pembuluh darah.
saraf. PNI dikenal juga sebagai neurotropic carcinoma dan dengan penyebaran
perineural. PNI merupakan petanda prognosa buruk pada sebagian keganasan dan
menujukan angka keselamatan yang rendah (Beard, et al., 2004; Law, et al.,
2004).
limfatik maupun invasi pembuluh darah. PNI dapat berasal dari penyebaran
tumor yang letaknya jauh atau merupakan perluasan invasi lokal yang merupakan
Struktur serabut saraf perifer (Gambar 2.1), terdiri dari 3 lapisan jaringan
ikat: (1). Lapisan luar perineurium, (2). Lapisan tengah epineurium, dan (3).
Bagian dalam endoneurium. Epineurium, yang mengikat satu fascicle atau lebih
membentuk satu saraf yang terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan luar jaringan ikat
areolar, bundelan kolagen yang longgar, dan lapisan luar serat kolagen yang padat
serta serabut elastin. Di antara jaringan ikat areolar pada bagian luar epineurium,
serabut saraf bila tidak ada proteinases. Matrix metalloproteinases (MMPs), dan
peristiwa PNI. Okada et al. melaporkan bahwa nerve growth factor (NGF)
eksogen meningkatkan tampilan MMP-2 dan invasi sel tumor kanker pankreas.
Efek ini diperantarai oleh ikatan NGF terhadap reseptor tropomyosin receptor
kinase A (trkA), yang tertampil pada sel permukaan tumor, mengaktifkan protein
2.1.1.8 Angiogenesis
perfusi, dan efek mitogenik parakrin faktor pertumbuhan yang dihasilkan oleh sel
banyak (hot spots) dengan menghitung jumlah struktur yang terwarnai dengan
2.1.1.10 Mioepitel
semua kasus karsinoma duktal in situ, oleh sebab itu tidak terdeteksinya
Reaksi silang terjadi antara stroma dengan petanda mioepitel yang merupakan
Pemeriksaan imunohistokimia p63 hanya terbatas pada inti sel mioepitel, dan
gambaran pertumbuhan lesi yang dicurigai suatu fokus kecil karsinoma invasif
(Rosen, 2011).
al., 2000) dan biomarker histokimia (Carey, et al., 2006). Klasifikasi molekuler
berdasarkan gene expression profiling ini agar dapat diapplikasi di klinik dengan
dibagi atas dua bagian besar yaitu kanker payudara dengan ER positif dan kanker
payudara dengan ER negatif. Selain hormon estrogen, menurut The St. Gallen
meresponi ER dan mengkode ciri khas protein sel epitel luminal dikenal sebagai
kelompok tumor luminal, namun hal ini masih diperdebatkan. Tumor luminal
ditandai dengan ER+, HER2-, Ck5/6- dan EGFR+/–. Tumor luminal dapat di
Calza, et al., 2006; Hu, et al., 2006). Tumor Luminal A dan Luminal B,
tergantung pada tingkat tampilan gen tertentu serta tampilan gen lainnya baik
untuk proliferasi maupun HER-2 (Sorlie, et al., 2003; Calza, et al., 2006; Hu, et
al., 2006).
ditandai dengan tampilan ER dan PgR positif, namun tidak menampilkan HER2
(Nielsen, et al., 2004). Tumor luminal A merupakan campuran gambaran sel basal
dan sel luminal (Blick, et al., 2010). Karsinoma payudara dengan ER+
menunjukkan peningkatan transkripsi gen yang merupakan ciri khas untuk sel
luminal. Sebagian besar jenis karsinoma ini dengan diferensiasi baik sampai
Kanker ini bertumbuh lebih lambat, mempunyai respons yang baik terhadap terapi
dengan/atau angka proliferasi sel yang tinggi (Nielsen, et al., 2004). Prevalensi
jenis tumor ini sekitar 15-20%. Tumor luminal B merupakan campuran gambaran
sel basal dan mesenkim (Blick, et al., 2010). Phenotype tumor luminal B lebih
agresif dan mempunyai prognosa yang lebih buruk dibandingkan tumor luminal A
(Sorlie, et al., 2001), namun prognosanya lebih baik dibandingkan sub-tipe basal-
like dan HER2-enriched (Baselga, 2010; Oldenhuis, et al., 2008). Hampir 30%
dari kanker payudara invasif dengan tampilan ER+ tidak menunjukkan respon
terhadap terapi hormon (Allred, et al., 2004). Cell lines tumor luminal
termasuk E-cadherin dan upregulation selektif ZEB1 (Blick, et al., 2010; Neve, et
al., 2006).
penyakit yang lebih agresif dan kurang tergantung pada signaling estrogen.
aneuploidy, ukuran tumor yang lebih besar, proliferasi yang meningkat, serta
menampilkan growth factor receptors (GFRs) termasuk EGFR dan HER2 (Cui, et
al., 2005).
rich (ER- / PR-/ HER2+); dan Triple negative (ketiga petanda negatif). Sub-tipe
TNBC masih terbagi atas: Basal-like tumor; dan Claudin low tumor.
neu, ErbB-2 dan NGL. HER2 merupakan famili (Bargmann, et al., 1986;
Yamamoto, et al., 1986; Wang, et al., 2010). HER-2 mengkode suatu 185 kDa
(Nielsen, et al., 2004). Tumor HER2 rich menampilkan petanda proliferasi Ki67
(Cheang, et al., 2009), GRB7 (growth factor receptor-bound protein 7), high level
nuclear factor (NF-κB), dan faktor transkripsi GATA4, namun GATA3 minimal
Kanker payudara ini tidak menampilkan ER, PgR, maupun HER2 sehingga
dikenal sebagai TNBC (Kreike, et al., 2007; Rakha, et al., 2007). TNBC berkisar
20-25% dari seluruh kanker payudara. TNBC adalah kelompok kanker yang
molekuler yang beragam, dimana sebagian merupakan jenis tumor yang high
prognosis buruk (De Laurentiis, et al., 2010). Tumor high grade yang sangat
duktal invasif, NST Grade 3. Sebagian lagi merupakan tumor low grade yang
karsinoma sel acinic, serta karsinoma apokrin (Gambar 2.2) (Hudis and Gianni,
2011).
EGFR+ (Sorlie, et al., 2003; Nielsen, et al., 2004; Shiu, et al., 2008); sedangkan
Claudinlow ditandai dengan tampilan gen claudin low (claudin-4, claudin-7 dan
labeling menemukan sel epitel yang menampilkan Ck5/19 secara bersamaan pada
kanker payudara sub-tipe claudin-low dan basal-like (Prat, et al., 2010). Sampai
saat ini respon TNBC terhadap kemoterapi buruk (Cleator, et al., 2007).
1. Claudin low
penurunan tampilan protein yang terlibat di dalam tight junction dan adhesi inter
meningkatnya tampilan untuk petanda EMT, gen respon imun serta gambaran
imun, dan proses biologi yang dihubungkan dengan sel punca (Prat, et al., 2010).
Walaupun sub-tipe claudin low dan basal-like mirip (contohnya: HER2 yang
rendah, cytokeratin luminal), namun kedua sub-tipe ini jelas sangat berbeda.
Claudin low kurang menampilkan gen untuk proliferasi dan siklus pertumbuhan
tumor cendrung lebih lambat dibandingkan sub-tipe basal-like (Prat, et al., 2010).
2. Basal-like tumor
heterogen, dan menampilkan berbagai petanda basal. Tumor basal-like terdiri dari
sel primitif yang undifferentiated (Ben-Porath, et al., 2008; Honeth, et al., 2008;
Park, et al., 2010). Tumor ini mirip jaringan payudara normal dengan berbagai
tampilan gen khusus untuk sel adiposa dan sel non-epitel, namun hanya sedikit
kanker payudara sangat mirip. Spektrum kanker payudara invasif dapat dilihat
pada gambar 2.3 (Korsching, et al., 2008). Spektrum ini tidak hanya menunjukkan
kehilangan BRCA1 (Turner, et al., 2004), dan/atau mutasi p53 (Sorlie, et al.,
2003), namun hilangnya kromosom 16q jarang terjadi pada tumor ini (Zhao, et al.,
2004).
daripada histogenesis. Sekitar 60-90% TNBCs terdiri dari kanker payudara basal-
like tumor yang menampilkan cytokeratin CK5 dan CK14, yang merupakan
petanda untuk sel epitel basal (Rakha, et al., 2008). Tampilan kuat EGFR, CK5/6
(cytokeratin 5/6), dan p63 (myoepithelial marker) juga merupakan hallmark untuk
tumor triple-negative basal-like (Visvadar, 2009). CK5, CK5/6, CK14, dan CK17
cadherin, vimentin, EGFR-1 atau HER-1, c-Kit dan IGFR (Rakha, et al., 2008).
Tsuda, et al. (2000), merupakan salah satu orang yang pertama kali
menyatakan bahwa gambaran nekrosis aselular yang luas di bagian sentral pada
comedo-type sebagai petanda kanker payudara basal-like. Selain itu adanya skar
pada bagian sentral, sebukan leukosit peritumoral yang masif, sel-sel spindel, dan
metaplasia skuamous juga telah dibuktikan oleh peneliti lain sebagai gambaran
kanker payudara basal-like (Fulford, et al., 2006; Livasy, et al., 2006). Hampir
Angka mitotik > 40/10 HPF terdapat pada 59% karsinoma basal-like dan 30%
dan Bmi (Storci, et al., 2008). Perluasan abnormal sub-populasi progenitor luminal
Sebukan sel-sel radang dan disfungsi sel imun yang dijumpai pada
plasmatoid (pDC/ plasmcytoid dendritic cell) pada sampai saat belum diketahui
secara pasti, namun keadaan ini menunjukkan toleransi yang bersifat patologis.
Sebagian besar kanker payudara mempunyai sebukan sel-sel radang yang masif.
buruk pada penderita kanker payudara (Joyce, J.A. and Pollard, J.W., 2009).
yang dapat men-‘shut-down’ respon imun dan berkaitan dengan toleransi tumor
viral dengan menghasilkan interferon tipe-1 (IFN-1) dalam meresponi virus DNA
maupun RNA.
IFN ditemukan pertama kali pada tahun 1957 oleh Isaacs dan Lindenmann
sebagai protein di dalam dan dapat menghambat replikasi virus pada kultur sel
(Isaacs and Lindenmann, 1957). Ada tiga jenis IFN yaitu IFN tipe I, IFN tipe II,
dan IFN tipe III (Pestka, et al., 2004; Vilcek, 2003). Semua sub-tipe IFN berperan
penting untuk melawan infeksi virus. Pada manusia, IFN tipe I terdiri dari IFN-α,
IFN-β, IFNε, IFN-κ, dan IFN-ω (Pestka, et al., 2004). IFN-I yang berperan utama
dalam imunologi adalah IFN-α,dan IFN-β. Kedua IFN ini dihasilkan oleh hampir
semua sel dalam tubuh dalam meresponi terhadap infeksi virus. IFN-α merupakan
kelompok famili multigenik polipeptida homolog yang dikode oleh lebih dari 13
intron. IFN-β terdiri dari gen tunggal. IFN tipe II terdiri dari IFN-γ, dengan
struktur dan reseptor permukaan sel yaitu interferon gamma receptor (IFNGR)
yang berbeda dari IFN tipe I. IFN-γR terdiri dari dua sub-unit yaitu IFN-γR1 dan
IFN-γR2 (Pestka, et al., 2004). IFN tipe III terdiri dari 3 molekul IFN tipe I (IFN-
l1, IFN-l2, dan IFN-l3) yang menghantarkan signal melalui reseptor kompleks
yang terdiri dari 2 sub-unit reseptor interleukin-10 (IL-10R2) dan sub-unit reseptor
respon biologi. Walaupun peran IFN-II dan IFN-III sangat penting dalam respon
imun, namun secara klinis baik IFN-II maupun IFN-III belum menunjukkan
aktifitas untuk pengobatan terhadap kanker (Miller, et al., 2009; Vilcek, 2003).
masih belum jelas, IFN-α melibatkan jalur signaling intraseluler Jak1 dan Stat1
IFN-α dihasilkan oleh mesenchymal stem cells (MSC) yang terekrut ke daerah
berbagai organ dalam tubuh. MSC berasal dari sumsum tulang, dapat
berdiferensiasi menjadi garis keturunan jaringan ikat seperti tulang, tulang rawan,
jaringan lemak, dan jaringan lainnya (Oreffo, et al., 2005). Ciri utama MSC adalah
yang dihasilkan sel tumor (Hall, et al., 2007; Nakamizo, et al., 2005), chemokine
peradangan lokal dan sitokin yang merangsang invasi tumor (Ponte, et al., 2007;
mikro yang merangsang sekresi faktor untuk menarik MSC bermigrasi ke daerah
membentuk lingkungan mikro yang tidak ramah untuk pertumbuhan tumor (Ling,
et al., 2010).
IGF1R dapat ditemukan pada semua sub-tipe kanker payudara. Insulin and
prediktif IGF-1R masih belum jelas sampai saat ini (Yerushalmi, et al., 2012).
Pasien dengan ER negatif dan IGF-1R positif mempunyai prognosis yang buruk
(Railo, et al, 1994). Namun ini bertolak belakang pada penelitian lainnya yang
melaporkan bahwa IGF-IR merupakan salah satu petanda yang dapat diterapkan
untuk faktor prognosis baik (Shin, et al., 2007). Penderita karsinoma payudara
dini yang menampilkan IGF-1R kuat mempunyai prognosa yang baik, namun
payudara (Nielsen, et al., 2004). Kelompok ini diduga juga heterogen, dan masih
Kanker payudara diduga berasal dari sel punca atau sel progenitor yang
mengalami kelainan dalam pengaturan proses self renewal. Li, et al. (2007),
mengandung bipoten sel progenitor primitif yang berkembang menjadi sel epitel
luminal (Stingl, et al., 2006). Hal ini mendukung teori karsinogenesis yang
menunjukkan perbedaan sel asal maupun profil mutasi pada kanker payudara.
kanker payudara.
integritas gen selama replikasi DNA, menghentikan siklus sel, untuk perbaikan
adanya kerusakan DNA, maka checkpoint (Chk) signal network akan teraktifasi,
dan siklus sel akan dihentikan sehingga proses perbaikan DNA akan berlangsung.
Kerusakan DNA yang tidak diperbaiki, akan menimbulkan mutasi atau kematian
sel. Pada sel kanker yang telah mengalami perubahan genetik berupa mutasi akan
terjadi gangguan pengontrolan dan pembatasan DNA repair pahway (Wade and
perbaikan DNA yang terdiri dari DNA single-strand break (SSB) dan double-
strand break (DSB). Mekanisme perbaikan DNA SSB termasuk base excision
Gambar 2.4 Mekanisme perbaikan DNA. Penurunan kemampuan perbaikan DNA (seperti
defisiensi BRCA1/2 and mekanisme lainnya [warna merah oval]) mungkin menjadi
pencetus kanker. ATM = ataxia-telangeiectasia mutated gene; DNA-PK = DNA-
dependent protein kinase (Yap, et al., 2011)
dan ATR (ATM and Rad3 related). ATR termasuk famili phosphoinositide 3-
kinase–like kinase. ATR teraktifasi karena single strand breaks (SBBs) yang
terpisah dari replikasi forks, sedangkan ATM berespons terhadap double strand
breaks (DBBs) akibat ionizing radiation dan kerusakan DNA lainnya (O’Driscoll
and Jeggo, 2006). Bila ATM dan ATR teraktifasi, akan timbul kaskade yang
mengakibatkan terhindarnya sel dari siklus sel dan terjadi perbaikan DNA
Chk1 dan Chk2 merupakan checkpoint kinases downstream dari ATM dan
ATR, yang berperan penting untuk menentukan respon seluler terhadap kerusakan
dan pengaktifkan CDK1, sehingga menghindari siklus sel pada fase G2. Penelitian
Gambar 2.5 Serine/threonine kinase (Chk1 dan Chk2 kinase) diaktifkan oleh ATM dan
ATR kinase dalam meresponi kerusakan DNA (Sancar, 2004)
mengatur penghindaran siklus sel setelah terjadi kerusakan DNA. Ini terdiri dari 3
komponen utama yaitu bagian sensor, signal transducers, dan efektor (Gambar
Aktifasi Chk2 diawali oleh single strand breaks (SSBs), seperti replikasi
stres atau agen kemoterapi. Bila Chk2 teraktifasi, protein efektor Cdc25a, Cdc25c,
dan p53 akan teraktifasi sama seperti keadaan bila Chk1 teraktifasi (Ahn, et al.,
2004).
mutasi BRCA1/2 (Bolderson, 2009; Rowe and Glazer, 2010). Sel BRCA mutant
tergantung pada DNA repair pathways lainnya, seperti base excision repair, yang
perbaikan DSBs oleh HR. Bila PARP dan perbaikan base excision dihambat, SSBs
PTEN merupakan gen pengatur yang dapat dijumpai pada hampir seluruh
jaringan di tubuh dan berfungsi sebagai supressor tumor. Dalam keadaan normal
protein PTEN mengatur siklus pembelahan sel. Protein PTEN memberi signal ke
sel untuk menghentikan siklus pembelahan dan mengatur proses apoptosis. Selain
itu protein PTEN juga mengontrol pergerakan sel (migrasi), adhesi sel ke jaringan
melalui mapping delesi pada kanker otak, payudara dan prostat. PTEN terdapat
pada kromosom 10q23.3 yang terdiri dari 9 exons. Fungsi tumor supresor PTEN
membutuhkan domain fosfatase dan domain ikatan membran lipid (C2) (Gambar
2.6).
.
Domain fosfatase (katalitik) (asam amino 14-185) dengan bagian aktifnya
amino 90-350). Domain penting lainnya yaitu domain PDZ-binding (asam amino
401-403) yang mengikat protein domain PDZ, dan bagian terminal carboxy (asam
amino 351-400), yang terdiri dari sekuensi PEST yang berperan untuk kestabilan
mempunyai target yang penting termasuk AKT, protein ribosom kinase S6 (S6K;
dikode dengan RPS6KB1 dan TPS6KB2) (protein yang dibutuhkan untuk translasi
dengan EIF4EBP1) (Dowling, et al., 2010). Ada dua kompleks protein mTOR
yang berbeda yaitu TORC1 dan TORC2. Hambatan TORC1 oleh obat-obatan
negative-feedback loop yang diperantarai oleh S6K dan insulin receptor substrate
phosphoinositide-3 kinase Akt signaling (Rossi and Weissman, 2006). Hal ini
mendukung perkembangan inhibitor AKT atau mTOR untuk sel punca payudara
dalam inisiasi dan perkembangan kanker payudara pada manusia. Kelainan pada
PI3K pathway dijumpai pada hampir 50% kasus kanker payudara (Isakoff, et al.,
2005; Bunney and Katan, 2010). Aktifasi PI3K pathway terjadi dalam melalui
sporadik sering terjadi penginaktifan PTEN. Delesi PTEN mempunyai efek yang
sama pada sel punca payudara normal maupun ganas, karena delesi PTEN dapat
pembentukan sel tumor. Hilangnya gen PTEN dijumpai pada hampir 40% kasus
kanker payudara (Panigrahi, et al., 2004). Mutasi gen BRCA1 akan diikuti oleh
AKT (downstream target yang penting). Bila aktifitas PTEN menurun/hilang, PI3k
(RTKs) seperti Erbb2 dan EGFR penting pada kanker payudara dan kanker paru
(Hynes and MacDonald, 2009). Target downstream AKT, seperti p27, p21, FOXO
dan PAWR (yang juga dikenal sebagai PAR4) terlibat penting dalam berbagai
fungsi pertumbuhan dan keselamatan sel tumor (Manning and Cantley, 2007).
al., 2007a) yang berprognosis buruk (Nielsen, et al., 2004; Viale, et al., 2009;
EGFR merupakan salah satu famili dari empat protein reseptor faktor
sama. Reseptor ini dikenal juga sebagai c-erbB atau HER, famili dari reseptor
tyrosine kinases. EGFR (HER-1, c-erbB-1) merupakan reseptor yang pertama kali
didiskripsi. EGFR adalah glikoprotein dengan berat molekul 170 kDa yang terdiri
dan domain tyrosine kinase intraseluler (260 residues) (Gambar 2.10) (Herbst,
2004). EGFR teraktifasi dengan terikatnya growth factors dari famili epidermal
growth factor yang dihasilkan oleh sel tumor sendiri (autocrine secretion), atau
Sliwkowski, 2001).
Gambar 2.8 Domain organisasi reseptor HER. Digunakan nomenklatur domain I, II, III,
dan IV. Nomenklatur lain juga sering digunakan seperti domain L1, CR1, L2, CR2
(Jorissen, 2003). Jumlah residue untuk domain boundaries adalah untuk EGFR (Burgess,
2003)
2003; Ferguson, 2003). Sub-domain I dan III mempunyai lipatan β-helical yang
dipromosi oleh dimerisation loop pada sub-domain II. Pada struktur kristal EGFR
yang terikat pada EGF, dimerisation loop menonjol keluar dari permukaan EGFR
suatu dimer, yang mengikat EGF dengan kompleks dua reseptor dengan
Gambar 2.9 Mekanisme aksi dari reseptor ErbB pada sel tumor, seperti EGFR. Ikatan
ligands pada domain ekstraselular EGFR menimbulkan dimerisasi reseptor, aktifasi
tyrosine kinase dan trans-phosphorylation (P). Reseptor yang teraktifasi akan berinteraksi
dengan beragam signalling molecules yang menghantarkan signal di dalam sel
(Normanno, 2006)
Mutasi EGFR biasanya berupa delesi exon 19 dan substitusi L858R pada
exon 21, serta mutasi pada exon 18. Kelompok di sekitar ATP-binding pocket dari
domain tyrosine kinase EGFR, membentuk ligand independent reseptor yang aktif
terapi anti-EGFR (Yasuda, et al., 2012; Murray, et al., 2008; Linardou, et al.,
EGFR inhibitors. Teng, et al. (2011) melaporkan bahwa pada 11.4% dari TNBC
menghasilkan garis keturunan sel luminal dan sel mioepitel (Bouras, et al., 2008;
keseimbangan garis keturunan sel alveoli kelenjar payudara (Buono, et al., 2006).
Notch ligands dan Reseptor Notch. Notch signaling terdiri dari protein
ligand yang menghasilkan faktor transkripsi intra cytoplasmic yang menuju inti.
Pada mammalia, ada empat reseptor Notch transmembran yaitu Notch 1-4, yang
like 4, Jagged 1, dan Jagged 2. Jagged ligand mempunyai domain yang kaya akan
cystein. Protein dari Fringe family (Lunatic, Manic dan Radical Fringe)
memodulasi interaksi ini (Miele, et al., 2006). Bagian sitoplasmik ligand ini tidak
khas, kecuali domain C-terminal yang mengandung motif ikatan PDZ (Pintar, et
al., 2007).
diaktifkan oleh Notch ligand pada satu sel yang mengikat domain ekstraselular
ekstraselular reseptor (S2), di antara residu Ala (1710) dan Val (1711) residues.
Ada sekitar 12 asam amino pada bagian luar domain transmembran yang disebut
secretase kompleks yang terdiri dari 2 protein utama yaitu presenilin dan
protein lain pada kompleks ini (Zhang, et al., 2005). γ-Secretase memotong
Notch, CSL menjadi suatu transcriptional activator yang mengikat co-faktor lain
targets termasuk beberapa gen Hairy/Enhancer of Split (Hes, Hey), pTa, dan
Notch1. Protein Hes dan Hey mengadung domain dasar, yang menentukan ikatan
activators, dimer protein hes dan hey mengatur transkripsi gen (Lai, 2004).
untuk beraksi dengan target downstream-nya seperti faktor transkripsi Hes dan
Hay (Miele, et al., 2006). Penurunan tampilan Notch inhibitor NUMB terdapat
pada sekitar 40% kasus kanker payudara (Pece, et al., 2004). Dontu, et al. (2004),
Wicha, 2008).
Gambar 2.10 Reseptor membrane-tethered Notch diaktifasi dengan mengikat ligand pada
sel di sebelahnya, mengawali pemicu ikatan dengan ADAM17/TACE metalloprotease,
selanjutnya dihasilkan NEXT yang akan berikatan dengan γ-secretase, dan melepaskan
domain intraseluler Notch (NICD). NICD akan berpindah ke inti, menyebabkan
transaktifasi gen target downstream termasuk beberapa gen (Hes, Hey). Signaling
pathways yang berinteraksi dengan Notch dalam perubahan bentuk sel epitel payudara.
Termasuk ER pathway, Her2 dan VEGFR. Inhibitor farmakologi pathway ini dengan GSI
sedang di teliti pada kanker payudara (Pintar, et al., 2007; Al-Hussaini, et al., 2010)
Target transkripsi ini termasuk pengaturan siklus sel (p21 dan cyclin D1),
pengatur angiogenesis dan apoptosis (Gambar 2.10) ((Pintar, et al., 2007; Al-
Hussaini, et al., 2010). Notch pathway dapat memberi efek downstream terhadap
Notch 3 berperan spesifik dalam proliferasi pada cell line kanker payudara dengan
Pada suatu studi kanker payudara primer pada manusia, dijumpai tampilan
mRNA Jag1 yang tinggi dan/atau Notch1 yang tinggi pada tumor yang
mempunyai klinis yang buruk dan indikator prognostik jelek (Dickson, et al.,
2008; Reedijk, et al., 2008). NUMB merupakan suatu pengatur negatif terhadap
Notch pathway. Tumor dengan kehilangan NUMB lebih dari 50% melalui
degradasi proteosomal, dikaitkan dengan grade tumor yang lebih tinggi (Pece, et
al., 2004).
sel lainnya untuk proliferasi dan diferensiasi sel selama masa perkembangan
embrio, serta proses penyembuhan pada jaringan dewasa (Logan and Nusse, 2004;
Lie, et al., 2005). Selain itu juga penting untuk migrasi, invasi, adhesi dan
keselamatan sel. Embrio yang menampilkan canonical Wnt inhibitor Dkk1 dapat
embrionik (Turashvili, 2006). Jalur Wnt signaling juga dibutuhkan untuk menjaga
jaringan dewasa seperti tulang, jantung, otot, dan sebagainya. Mutasi jalur ini
pada orang dewasa dapat menimbulkan penyakit degenerasi dan kanker (Clevers
and Nusse, 2012; Gabrovska, et al., 2012). Jalur Wnt signaling merupakan
network protein yang menghantarkan signal dari reseptor permukaan sel melalui
sitoplasma menuju inti. Aktifasi canonical Wnt pathway dimulai dari ikatan
extra-cellular cysteine-rich domain dari reseptor family Frizzled (Fz) dan low-
Gambar 2.11 The canonical Wnt signaling pathway. (A) Absennya Wnt ligand,
perekrutan APC/Axin/GSK3β complex dan phosphorylates β-catenin. Phosphorylated β-
catenin dikenali dan ditandai untuk degradasi oleh E3 ubiquitin ligase (β-Trcp). Gen
target Wnt ter-repressed oleh TCF-TLE/Groucho dan histone deacetylases (HDAC). (B)
Ikatan antara Wnt ligand dengan Frizzled dan LRP5/6 merekrut Dvl, sehingga terjadi
fosforilasi LRP5/6 dan perekrutan Axin. Pecahnya kompleks APC/Axin/GSK3β
menyebabkan penimbunan cytoplasmic β-catenin, yang bertranslokasi ke inti dan
merangsang transkripsi gen target Wnt (MacDonald, et al., 2009)
site- 1)
susunan kromatin dan identitas sel (Buszczak and Spradling, 2006; Sparmann and
payudara. Bila terdapat defisiensi Bmi-1 pada jaringan maka akan terjadi
berbagai Bmi-1 pathways, yang di-upregulated oleh SALL4 dan Hedgehog (Hh)
penekanan terhadap gen Hox, gen lokus INK4a, p16INK4a dan p19ARF, serta
aktifasi telomerase, faktor transkripsi GATA3, dan NF-kB pathway. Gen-gen dan
signaling ini berperan dalam stem cell fate decisions termasuk mencegah proses
Gambar 2.12 Peran Bmi-1 dalam pengaturan sel punca (Jiang, 2009)
silencing pada sebagian jaringan dewasa. Pada organ susunan saraf pusat dan
jaringan setelah mengalami jejas (Ahn and Joyner, 2005; Beachy, et al., 2004).
Jalur aktifasi Hh signaling diawali dengan pengikatan satu dari tiga ligand yang
ditemukan pada mammalia yaitu: Sonic (SHH), Desert (DHH), dan Indian
Gambar 2.13 Hh signaling. Jalur skematik signal transduksi Hh yang berasal dari
perkembangan dan kanker (Akil, et al., 2010)
Bila tidak ada ligand Hh, Ptch berlokasi pada silium dan menghambat
(Gambar 2.13.A). Tiga homolog Hh pada mammalia (SHh, IHh, DHh) mengikat
Ptch pada permukaan sel yang memungkinkan pergerakan Smo keluar dari silium
primer, dimana Smo dapat mengaktifkan faktor transkripsi Gli. Dalam proses ini,
faktor transkripsi Gli diproses menjadi bentuk aktif dan akan translokasi ke inti
untuk merangsang transkripsi gen target Hh. Antibodi terhadap ligand Hh (5E1)
dan robotnikinin menghambat jalur aktifasi ini dengan mencegah interaksi ligand
menghambat fungsinya. Ikatan HP-I, HP-2, HP-3 dan HP-4 pada DNA akan
HP-4 dapat menghambat ikatan faktor transkripsi Gli terhadap DNA (Gambar
Pada sebagian kasus keganasan terjadi aktifasi jalur yang abnormal akibat
kadar ligand Hh yang meningkat. Autokrin maupun juxtacrin signaling pada sel
tumor dijumpai pada jalur Hh. Meningkatnya aktifitas jalur Hh baik melalui
aktifasi mutasi atau autokrin signaling dapat merangsang tampilan gen untuk
proliferasi (Cyclin D1, Cyclin D2, N-Myc, IGF2, Hes1), keselamatan sel (Bcl2),
dapat mengurangi aktifitas MaSC (Moraes, et al., 2007). Jalur aktifasi oleh ligand
jalur ini oleh cyclopamine maupun siRNA secara langsung mengganggu tampilan
Gli1 / Gli2 dan Bmi1, suatu kompleks pengaturan self renewal pada sel punca
(Liu, et al., 2006). Hh signaling juga berperan penting dalam proses tumorigenesis
dan metastasis, sama seperti jalur Notch dan Wnt (Pannuti, et al., 2010;
kanker payudara dapat dilihat pada gambar 2.15 (Kasper, et al., 2009).
proliferasi, keselamatan sel, self-renewal dan EMT. Proses ini termasuk aktifasi
tumour promoting genes (merah) dan penekanan fungsi tumor suppressor genes
MaSCs menjadi sel progenitor yang diperantarai oleh promoter diferensiasi p63,
seperti ΔNp63 and TA-p63 yang tertampil pada MaSC dan progenitor pools (Li, et
al., 2006).
menjadi phenotype mesenkim yang mampu bergerak. EMT dari sel yang
dipengaruhi Hh signaling membentuk sel yang mirip sel mesenkim. Sel EMT
terpisahnya satu sel dari sel lainnya, meningkatkan motilitas intrinsik sel,
menyusun jalur untuk pergerakan sel untuk gastrulasi dan organogenesis. Pada
jaringan dewasa normal, program EMT dormant yang akan teraktifasi pada proses
adherens junction. Pada tingkatan awal EMT, terjadi endositosis dan degradasi E-
cadherin dalam lisosom (Janda, et al., 2006). EMT dan metastasis sering dikaitkan
oleh TFs yang diinduksi EMT (Thiery, et al., 2009; Polyak and Weinberg, 2009).
α-smooth muscle actin, vimentin) (Thiery, et al., 2009; Polyak and Weinberg,
2009).
(van der Pluijm, 2011), dan metastasis jauh yang mirip struktur kelenjar
al., 2005).
Notch, Sonic hedgehog, transforming growth factor beta (TGFβ), dan juga
komponen matriks ekstraseluler seperti kolagen dan asam hiluronik serta hipoksia.
beberapa EMT-inducing TFs, seperti Snail, Slug, Zeb1, Zeb2, Twist, FoxC2 dan
Goosecoid, yang tertampil berlebihan pada kanker payudara (Thiery, et al., 2009;
Bmi1, yang mengkode kelompok protein polycomb untuk menjaga sifat self-
EMT (Yang, et al., 2010). TWIST1 memodulasi phenotype CSCs dengan cara
ligands disekresi oleh extra-cellular matrix (ECM) dan sering dijumpai sebagai
kompleks yang tidak aktif (Stover, 2007). Kompleks latent TGF-β yang tidak
aktif pada ECM dapat teraktifasi melalui berbagai mekanisme termasuk tampilan
2006). Selain masa pubertas, TGF- β juga dibutuhkan pada saat kehamilan untuk
and Robertson, 2008; Monks, 2007), serta pada masa peralihan kehamilan ke
jaringan kanker payudara dibandingkan jaringan payudara normal (Levy and Hill,
Smad4 (Massague, 2008; Levy and Hill, 2006; Bierie and Moses, 2006).
Peran TGFβ signaling pada epitel ganas adalah menekan siklus sel dan
Gambar 2.17 Peran klasik TGFβ dalam pengaturan perkembangan karsinoma. Tampilan
TGFβ meningkatkan peralihan sel epitel menjadi sel mesenkim (EMT), invasi sel
karsinoma, serta metastasis (Bierie and Moses, 2006). (BM = Basement membrane)
(Bierie and Moses, 2009)
Inhibisi proliferasi sel epitel oleh TGFβ dapat terjadi pada semua tingkat
pada populasi sel epitel. Bila sel karsinoma resisten terhadap apoptosis akibat
TGFβ signaling, maka sel karsinoma tersebut dapat berespon terhadap TGFβ
dengan EMT. Perubahan yang terjadi pada proses EMT dapat meningkatkan
motilitas sel karsinoma, invasi dan metastasis. Sel yang berespon terhadap TGFβ
dengan reseptor TGF-β tipe II (TβR-II; TGFBR2), yang selanjutnya akan merekrut
yang spesifik akan mengatur tampilan gen, pertumbuhan sel dan perbaikan
jaringan (Massague and Gomis, 2006). TGF-β juga mengaktifkan Smads1 dan
bertujuan untuk mengendalikan EMT dan migrasi sel (Bharathy, et al., 2008; Liu,
et al., 2009; Daly, et al., 2008). Rangsangan TGF-β juga menimbulkan Smad
RAC/CDC42, RAS, TRAF6, TAK1, PI3K, PAR6, MAP3K1, DAXX dan PP2A
(Massague, 2008; Lee, et al., 2007; Moustakas, A. and Heldin, C.H., 2007;
lainnya seperti estrogen, EGF, HGF, Wnt ligands, yang akan menentukan respon
fungsional terhadap rangsangan TGFβ secara in vitro maupun in vivo (Bierie and
Moses, 2009). Aktifasi Smad2 dan Smad3 dinetralisasi oleh Smad7. Smad 7 dapat
signaling. Pengaruh Smad 7 dapat ditingkatkan oleh protein seperti YAP65 dan
Gambar 2.18 TGFβ signaling. TGFβ dihasilkan oleh berbagai jenis sel di lingkungan
mikro tumor (Bierie and Moses, 2009)
Bila terikat, Smad7 akan menghambat aktifasi Smad2 dan Smad3 (Inoue
and Imamura, 2008). Smad7 melalui GADD34 (growth arrest and DNA damage
protein 34) dan dengan PP1 (protein phosphatase-1) (Shi, et al., 2004); juga
ubiquitin ligase proteins, SMURF1 dan SMURF2 (Bierie and Moses, 2009)
Famili FGFR terdiri dari empat reseptor tyrosine kinases yang berperan dalam
(Dailey, et al., 2005; Eswarakumar, et al., 2005; Ornitz, 2000; Presta, et al., 2005).
domains (I–III). IgII dan IgIII membentuk FGF ligand-binding site, dengan
daerah acidic, kaya serine yang berlokasi di antara IgI dan IgII (the acid box)
pada domain IgIII, membentuk variant IIIb dan IIIc dengan ligand-binding
Bagian intraselular FGFRs 1–4 terdiri dari juxtamembrane split kinase domain,
Famili FGF terdiri dari 18 ligands yang dapat dibagi atas dua sub-famili
yaitu hormone-like FGFs (FGF19, FGF21, FGF23) dan canonical FGFs (FGF1-
10, FGF16-18, and FGF20) (Beenken and Mohammadi, 2009). FGFs dihasilkan
matrix (ECM). FGFs yang dilepaskan ke ECM oleh proteases atau specific FGF-
binding proteins, akan berikatan dengan FGFR yang membentuk kompleks FGF,
FGFR dan HPSG (Beenken and Mohammadi, 2009). Hormon FGFs mempunyai
pathways utama yaitu via substrat reseptor intraselular FGFR substrate 2 (FRS2)
2010). Pathways lainnya dapat juga teraktifasi oleh FGFRs, termasuk signal
Gambar 2.19 Struktur FGFR, signaling dan dysregulation pada kanker. A. Struktur dasar
FGFR dan downstream signaling; B. FGFR dysregulation pada kanker (Brooks, et al.,
2012)
(Gambar 2.19.B) bila FGF ligand yang dihasilkan berlebihan (Beenken and
Mohammadi, 2009) yang akan mengaktifkan FGFR, atau bila sel mempunyai
(Eswarakumar, et al., 2005); (2). Dimerisasi reseptor atau aktifasi kinase; dan (3).
Ketiga mekanisme ini dijumpai ketika terjadi amplifikasi gen untuk reseptor
Dickson, 2005; Koziczak, et al., 2004). Pada hampir 10% pasien kanker payudara
pada lokus 8p11-12 (Andre, et al., 2009; Elbauomy, et al., 2007; Gelsi-Boyer, et
al., 2005). Pasien dengan kelainan amplifikasi FGFR1 tidak berespon terhadap
terapi dan resisten terhadap terapi hormon (Chin, et al., 2006; Turner, et al.,
2010a).
Aktifasi FGFR yang menetap pada sel epitel payudara HC11 (mammary
kanker payudara, dan 4% dari TNBC (Turner, et al., 2010). Data ini mendukung
payudara (Dey, et al., 2010). Amplikasi gen FGFR merupakan salah satu target
(Lisztwan, et al., 2008). Pada beberapa penelitian telah terbukti bahwa penderita
menurunkan produksi glukosa hati, insulin, dan IGF-1 (Pritchard, et al., 2010).
ikatan IGF-1 dan IGF-2 dengan IGF1R (Pollak, 2008). Metformin mengaktifkan
pathway dan menekan gluconeogenesis pada hati, menurunkan kadar gula dan
insulin dalam darah. Metformin juga mempunyai efek langsung menghambat sel
jaringan normal termasuk kelenjar payudara. Sistem kompleks ini (sering disebut
sebagai IGF ‘axis’), terdiri dari dua reseptor permukaan sel (IGF1R dan IGF2R),
tiga ligand (IGF-1, IGF-2 dan insulin), enam IGF-binding protein afinitas tinggi
teridentifikasi, namun yang paling penting adalah IGF-IR (Sachdev and Yee,
2001).
disekresi oleh hati karena rangsangan hormon pertumbuhan (GH). IGF berperan
pengaturan fisiologi normal maupun dalam keadaan patologi seperti kanker. IGF-
peran kunci selama pertumbuhan embrio dan fetal, namun setelah lahir peranan
ini akan diambil alih secara bertahap oleh IGF-1. Hampir semua IGF-1 (99%) di
keadaan bebas di dalam sirkulasi (Key, et al., 2010). Kadar IGF-2 di dalam darah
hanya 100-200 ng/mL. Aksi IGF-1 dan IGF-2 diperantarai melalui IGF-1R. Tiga
dari enam IGFBPs mempunyai afinitas yang lebih tinggi terhadap IGF-2
dibandingkan IGF-1.
apoptosis (Shang, et al., 2008; Fagan dan Yee, 2008; Wemer dan Maor, 2006).
IGF-1R mungkin tertampil pada semua sub-tipe tanpa dipengaruhi oleh status ER
Efek IGF pada kanker payudara. Fungsi IGFs bersifat mitogen yang
serta merangsang transformasi sel kanker payudara. IGF memproteksi sel kanker
dari apoptosis melalui berbagai jalur signaling termasuk aktifasi jalur PI3K-
Bila IGF-1 berikatan dengan reseptor IGF-1 pada membran sel, maka AKT
2.20). Jalur ini akan dihambat oleh PTEN. Sebagian PTEN berpindah ke inti
jalur MAPK, sehingga siklus sel dapat dihambat. Pada kanker payudara,
proliferasi yang abnormal. Protein p53 dapat menurunkan kadar protein PTEN
degradasi PTEN yang berfungsi menghambat kedua jalur penting (AKT dan
al., 2012).
Gambar 2.20 Mekanisme IGF2 dan PTEN pada jaringan payudara (Shetty, et al., 2012)
Gambar 2.21 Targeting IGF-) pathway dengan octreotide, AMG 479, dan metformin
(Dickler, et al., 2011). IR (insulin receptor); mTOR (mammalian target of rapamycin)
receptor (IFNAR), terdiri dari 2 sub-unit, IFNAR1 dan IFNAR2, yang tertampil
Gambar 2.22 Signaling pathways activated by the IFN-I receptor (Hervas-Stubbs, et al.,
2011)
reseptor dengan IFN-α menimbulkan transfosforilasi JAK1 dan TIYK2. JAKs yang
STATs akan berdimerisasi dan bergerak ke inti, yang kemudian akan berhubungan
rangsangan IFN. Walaupun STAT1 dan STAT2 merupakan mediator penting untuk
meresponi IFN tipe I, STAT lainnya yaitu STAT3 dan STAT5, juga difosforilasi
(diaktifkan) oleh IFN tipe I (Gambar 2.22.A) (Aaronson and Horvath, 2002).
Platanias, 2003), dan akan berpindah ke inti dan mengikat IFN-γ–activated sites
(GAS).
(Nguyen, 2000).
akan tertimbun pada permukaan sel (Alexander, 2002; Yoshimura, et al., 2007).
Jalur ini merangsang transkripsi dari SOCS1. SOCS1 berinteraksi secara langsung
dengan sistem ubiquitin melalui SOCS-box yang akan menyebabkan JAKs atau
Efek IFN-I pada sel sistem imun. Mekanisme utama yang mendasari terapi
IFN-I adalah efek langsung IFN terhadap sel ganas atau sel yang mengalami
merangsang tumor suppressor genes. IFN-I juga terlibat dalam pengaturan sistem
sehingga sel imun akan terekrut ke tempat infeksi; (2). Sekresi sitokin, yang
mengatur aktifitas berbagai sel (seperti IL-15, berperan dalam proliferasi; sel NK;
dan sel CD8 (Nguyen, et al., 2002); atau (3). merangsang sel lainnya untuk
mengaktifasi sel imun tertentu, seperti sel dendritik (dendritic cells/DC) untuk
induction dari IL-15, dan meningkatkan produksi dan sekresi sitokin lainnya oleh
berbagai sitokin (seperti, TNF, IL-1, IL-6, IL-8, IL-12, dan IL-18) oleh makrofag
primer yang berespon terhadap antigen yang terlarut, merangsang produksi semua
jenis imunoglobulin G (IgG), dan imunologik memory (8). Efek langsung IFN-α
pada DC (Le Bon, et al., 2001), sel B (Fink, et al., 2006; LeBon, et al., 2006), dan
sel T CD4 (LeBon, et al., 2006) berkontribusi terhadap aktifitas respon imun
humoral. Efek langsung IFN-I pada sel B penting untuk perkembangan respon
humoral lokal terhadap virus (Coro, et al., 2006). Sel CD4 merupakan target
2.27.3 Vitamin D
ginjal, berasal dari pro-hormon 25(OH)D3 (yang berasal dari hidroksilasi pada
hati atau sterol kulit), bersirkulasi sebagai hormon (endokrin) yang dapat
(Gambar 2.23) (Welsh, 2007; Høyer-Hansen, et al., 2007; O’Kelly, et al., 2006).
Gambar 2.23 Skematik perbandingan endokrin dengan efek autokrin vitamin D (VDR =
vitamin D receptor) (Welsh, 2007; Høyer-Hansen, et al., 2007; O’Kelly, et al., 2006)
(Gambar 2.24). Pada proses autokrin, 25(OH)D3 memasuki sel epitel payudara
factor akan merekrut molekul co-regulatory, berlokasi pada promoter gen dengan
Gambar 2.24 Skematik metabolism vitamin D dan efek autokrin dari sel epitel kanker
payudara (RE = response element; RXR = retinoid X receptor) (Welsh, 2007; Høyer-
Hansen, et al., 2007; O’Kelly, et al., 2006)
Vitamin D mempunyai efek anti proliferasi pada sel kanker in vitro dan
kanker terjadi melalui berbagai jalur seperti hilangnya fungsi VDR signaling dan
masih diperdebatkan (Yao, et al., 2011; Chlebowski, et al., 2008; Manson, et al.,
namun dampak kadar vitamin D pada jaringan payudara dan risiko kanker
payudara masih belum jelas. Pada penelitian yang dilakukan oleh Bertone-
Johnson, et al. (2005) dan Engel, et al. (2010) vitamin D dapat menurunkan 25%
dalam jalur pengaturan dapat dilihat pada gambar 2.25 (Giovannucci, 2005).
Sebagian molekul seperti kalsium, hormon tiroid, dan IGF-1, juga mempengaruhi
secara langsung terhadap proliferasi sel kanker payudara dan berisiko terjadinya
kanker payudara (Almquist, et al., 2007; Pollak, et al., 2004). Molekul lainnya
seperti retinol (vitamin A), mungkin beraksi sebagai antagonist vitamin D yang
kinase (ERK)1 dan 2 signalling melalui suppresi EGFR (a) dan IGF1 (b), yang
target p27 untuk degradasi [e]), dan MYC, yang menimbulkan defosforilasi pRB;
dan cross-talk dengan TGFβ (f). Kelainan siklus sel akibat pengaruh
memperantarai transkripsi gen siklus sel. Hubungan E2F1, 2 dan 3 dengan pRB
DP1 dengan p107/p130 mencegah transkripsi gen siklus sel dan mengendalikan
mensarafi setiap sistem organ utama dalam tubuh, SNS ini dapat melepaskan
darah melalui pelepasan epinephrine (E) oleh sel chromaffin (pada medulla
Respon terhadap stress akut dapat meningkatkan kadar NE dan E > 10 kali lipat
per detik, namun kadar basal juga berfluktuasi dalam respon organisme dan
saraf SNS, pengaruh lokal juga meningkatkan aktifitas serabut saraf SNS untuk
Efek biologi dari NE dan E diperantarai oleh famili reseptor α1-, α2-, dan
β-adrenergic yang menunjukkan sebaran dalam jumlah dan signal yang beragam
pada berbagai jaringan melalui beraneka biochemical pathways Ada tiga subtipe
β-adrenergic receptor, yaitu β1, β2, and β3, yang dijumpai pada daerah
pertumbuhan tumor dan metastasis seperti otak, paru, hati, ginjal, kelenjar
termasuk sel epitel, sel miosit pembuluh darah dan perisit, sel adiposit, sel
fibroblast, sel neural/glial, and sel limfoid dan sel imun mieloid. Ligasi β-
interselular melalui dua downstream efektor utama (Gambar 2.27) (Daly and
mengaktifkan dua sistem efektor biokimia utama, yaitu: (1). cAMP mengaktifasi
dan mengaktifkan Src kinase, sehingga teraktifasi juga faktor transkripsi STAT3
dan downstream kinases seperti focal adhesion kinase (FAK). Aktifasi FAK
selular terhadap apoptosis (contoh: anoikis). Aktifasi famili Bcl-2 anggota BAD
oleh PKA dapat menyebabkan resistensi sel kanker terhadap apoptosis yang dipicu
kemoterapi; (2). Effector pathway mayor kedua, aktifasi cAMP dari Exchange
kinase signaling pathway yang diperantarai Rap1A dan efek downstream pada
transkripsi famili AP-1 dan Ets. Gambaran umum respon transkripsi yang
anti-tumor. Efek langsung pada sel tumor yang mempunyai β-receptor (β-
receptor-bearing tumor cells), pada aktifasi SNS juga memodulasi biologi kanker
endotel pembuluh darah dan sel perisit semuanya yang direkrut ke sekitar tumor.
Efek β-adrenergic pada sel stroma dalam lingkungan mikro tumor secara umum
pertumbuhan, dan penyebaran metastasis sel kanker (Cole and Sood, 2011).
Gambar 2.27 β-adrenergic signaling pathway pada kanker (Cole and Sood, 2011)
katekolamin dari serabut saraf lokal (norepinephrine) dan dari sirkulasi darah
(epinephrine). Pengaturan sistem saraf simpatik di dalam biologi sel kanker dan
molekular antara stress dan perkembangan kanker dan akhir-akhir ini merupakan
salah satu target penanganan terhadap kanker (Cole and Sood, 2011).
Sel punca merupakan sel yang menjadi asal mula sel yang menyusun
tubuh organisme termasuk tubuh manusia. Sel punca belum memiliki bentuk dan
fungsi seperti layaknya sel lain pada organ tubuh. Sel punca mempunyai ciri khas
Gambar 2.28 Generasi dan diferensiasi sel punca. Pembelahan zygote membentuk
blastokist, dengan bagian inner cell mass (yang dikenal sebagai sel punca embrionik/ES
cells) yang berkembang membentuk embrio. Bila dikultur, ES cells ini dapat dirangsang
untuk berdiferensiasi menjadi berbagai garis keturunan sel. Pada embrio, pembelahan
sel punca bersifat pluripotent masih dipertahankan untuk menghasilkan sel dengan
kemampuan perkembangan sel yang lebih terbatas (Kumar, et al., 2010).
mampu berdiferensiasi membentuk berbagai jenis sel yang berasal dari ketiga
punca yang multipotent adalah sel yang mampu berdiferensiasi menjadi beberapa
jenis sel dalam garis keturunan yang sama seperti sistem hematopoeitik atau sel
saraf. Berdasarkan tingkat maturitas sel punca dapat dibagi atas dua bagian besar
yaitu: (1). Sel punca embrionik (Embrionic stem cells/ES cells), dan (2). Sel punca
dewasa (Adult stem cells/ somatic stem cells) (Kumar, et al., 2010).
Sel punca embrionik merupakan sel punca yang bersifat pluripotent dan
ditemukan pada embrio yaitu pada inner cell mass dari blastokista. Dalam tahap
yang panjang, dan mempunyai aktifitas enzim telomerase yang tinggi (Pera, et al.,
2000).
empat faktor transkripsi yaitu Oct3/4, Sox2, c-myc, dan Klf4. Sedangkan Nanog
Lowry, et al., 2008; Chambers, et al., 2007; Chen and Daley, 2008). Fibroblast
dewasa pada manusia dan bayi baru lahir dapat diprogramkan kembali menjadi sel
yang bersifat pluripotent. Pemograman kembali sel ini dikenal sebagai induced
pluripotent stem cells (iPS cells) (Kumar, et al., 2010). iPS dapat dilakukan
myc, dan Klf4; atau Oct3/4, Sox2, Nanog, dan Lin28) (Takahashi, et al., 2007; Yu,
2.3.2 Sel punca somatik (Adult stem cells/ Somatic stem cells)
Sel punca somatik adalah sel punca yang ditemukan di antara sel-sel
jaringan yang telah mengalami diferensiasi dan maturasi. Sel punca ini memegang
plastisitas yang terbatas. Kemampuan sel punca somatik ini bersifat multipotent
yang segolongan seperti sel punca neural pada otak akan berdiferensiasi menjadi
berbagai jenis sel saraf (astrosit, oligodendrosit, dan neuron); sel punca jantung
mampu menjadi berbagai sel jantung (kardiomiosit/sel otot jantung, sel otot polos,
dan sel endotel); dan sel punca hematopoetik dalam sumsum tulang dapat menjadi
berbagai jenis sel darah (eitrosit, trombosit dan leukosit) (Halim, et al., 2010).
punca somatik merupakan bagian dari hirarki sel di dalam jaringan, termasuk sel
pada umumnya dalam keadaan istirahat (quiescent), dan bila membelah bersifat
Sel punca somatik banyak dipelajari pada berbagai organ tubuh seperti
kulit, pelapis epitel saluran cerna, kornea, dan jaringan hematopoetik. Sebagian
besar sel punca somatik berada di antara lingkungan khusus yang disebut niche
(Gambar 2.29) yang terdiri dari mesenkim, endotel dan jenis sel lainnya (Moore
Gambar 2.29 Niche sel punca pada berbagai jaringan. A. sel punca kulit berlokasi pada
bagian penonjolan dari folikel rambut, di antara kelenjar sebaseous, dan lapisan basal
epidermis. B. Sel punca usus halus berlokasi di dekat bagian basal dari kripta, di atas sel
Paneth (Hanna, et al., 2008). C. Stem punca hati (progenitor), dikenal sebagai sel oval
yang berlokasi pada canal of Hering (panah tebal), strukturnya berhubungan dengan
duktus empedu (panah tipis) dengan parenkim hepatosit (duktus empedu dan Hering
canals terwarnai dengan cytokeratin). D. sel punca kornea yang berlokasi pada daerah
limbus, di antara konjuntiva dan kornea (C, courtesy of Tania Roskams, MD, University
of Leuven, Leuven, Belgium; D, Courtesy of T-T Sun, MD, New York University, New
York, NY.) (Kumar, et al., 2010)
mengatur stem cell self-renewal dan generasi sel keturunannya (Takahashi, et al.,
2.4.1 Mammopoeisis
fungsional kelenjar payudara. Unit payudara terdiri dari duktus terminal dan
lebih besar dimana akan terjadi polarisasi sel luminal yang terdapat pada lapisan
dalam (inner layer) dan sel mioepitel pada lapisan luar (outer layer) (Gudjonsson,
payudara dan multipel lobulus yang dikelilingi oleh jaringan lemak. Sistem
bagian internal dan kelenjar getah bening aksila. Payudara mempunyai kelenjar
yang bersifat dinamis dimana homeostasis jaringan terjadi pada saat awal
ke-10 sampai minggu ke-24. Pada proses ini terjadi pembentukan epitel duktus
morfologi dan struktural hingga dewasa, dengan onset sekunder pada masa
pubertas dan terjadi diferensiasi paling hebat pada saat hamil dan menyusui.
duktus payudara yang disertai aktifitas sel punca pada bagian ujung tunas terminal
Gambar 2.30 Skema duktus (A) dan ujung tunas terminal (TEBs) (B). Sel suprabasal
terletak di atas lapisan mioepitel namun tidak mencapai daerah lumen (Visvader, 2009)
yang matur (Hovey, et al., 2002). Ada dua sub-tipe sel yang dijumpai pada saat ini
yaitu: (1) Sel mioepitel (sel basal); dan (2) Sel epitel luminal pada bagian dalam.
leukaemia antigen) atau CD10, Thy-1, alpha-smooth muscle actin, vimentin, dan
duktus. Sel epitel luminal ditandai dengan tampilan MUC1 (Petersen and van
Deurs, 1986), epithelial surface antigen (ESA) disebut juga sebagai EpCAM
(Epithelial Cell Adhesion Molecule), CK7, CK8, CK18, CK19, reseptor estrogen
(Latza, 1990). Selama masa kehamilan dan menyusui, pertumbuhan sel payudara
mensekresi susu. Sedangkan pada mssa menopause, sel epitel ini akan mengalami
TDLUs berasal dari satu klon (monoclonal) (Diallo, et al., 2001; Novelli, et al.,
2003). Bukti lain yang mengindikasikan asal klonal dari jaringan payudara
berdasarkan retroviral tagging dari sel epitel jaringan payudara. Sebuah sel yang
menemukan suatu sel yang mirip sel punca yang mampu membentuk kelenjar
populasi sel pada jaringan epitel payudara tikus berupa sel kecil dan pucat yang
berlokasi di daerah basal yang tidak bersentuhan dengan lumen (Chepko and
Smith, 1997). Populasi sel ini sekitar 1-3% dari jumlah epitel yang dikenal
sebagai MaSCs. Pada penelitian lain menemukan sel punca kelenjar payudara
tikus terdapat pada daerah basal (Shackleton, et al., 2006; Stingl, et al., 2006;
(ALDH1) yang tinggi. Sel epitel dengan ALDH1 positif menunjukkan sel yang
memiliki sifat self-renewal. Sel yang menampilkan ALDH1 positif lebih terbatas
pada sel epitel luminal dibandingkan sel basal, namun tidak menampilkan petanda
2009).
pada tikus percobaan maupun manusia untuk mengenal tahap perkembangan sel
Gambar 2.31 Model hirarki diferensiasi pada epitel payudara. Petanda permukaan sel
primer digunakan untuk mengisolasi sel epitel pada tikus percobaan (warna biru) dan
manusia (warna merah). Pada umumnya progenitor disebut juga sebagai sel progenitor
yang bipoten dengan hirarki sel punca dan sel progenitor bipoten. Pada saat hamil, sel
progenitor alveolar menunjukkan kemampuan yang bipotensial (Visvadar, 2009)
merupakan protein permukaan sel yang teridentifikasi pada sel punca payudara
tikus dewasa (Stingl, et al., 2006), dan sub-populasi tumorigenik pada cell line
MCF-7 kanker payudara (Cariati, et al., 2008), sama seperti CSC yang mengatur
Sel punca payudara (MaSCs) dipercaya sebagai sel progenitor untuk cell
lines mioepitel maupun epitel luminal (duktus dan alveolar), namun jumlah pasti
luminal yang menjadi sel duktus maupun alveoli, tergantung pada stage
2.4.3.1 CD44
migrasi sel normal, serta tertampil pada hampir seluruh sel kanker dalam bentuk
standar maupun varian-nya (Ponta, et al., 2003), berupa protein yang memonitor
(Du, et al, 2008; Naor, et al., 2008). CD44 juga mempresentasikan sitokin dan
kemokin ke reseptor membran sel (Naor, et al., 2008). CD44 berinteraksi dengan
CD44 yang tertampil pada permukaan sel kanker membantu penyebaran secara
CD44 mempunyai fungsi aktifitas fisiologi pada sel normal dan sel punca.
membentuk kode protein yang berlainan untuk sub-tipe kanker yang berbeda
(Rangaswami, et al., 2006). Oleh karena itu, CD44 digunakan sebagai petanda
permukaan untuk mengisolasi CSC pada sebagian besar kanker seperti kanker
payudara, prostat, pankreas, ovarium, dan kolorektal (Du, et al., 2008; Bapat,
2010). Namun demikian, masih terdapat perdebatan dalam validasi kadar tampilan
petanda CSC masih belum jelas (Slomiany, et al., 2009). Pada beberapa kanker
2008; Leung, et al., 2010), metastasis (Visvader and Lindeman, 2008; Weber, et
Protein CD44 adalah molekul rantai tunggal yang terdiri dari domain
transmembran, dan satu bagian ekor di sitoplasma. Ligand utama CD44 adalah
dan laminin. Peran fisiologis CD44 yang utama adalah untuk mempertahankan
struktur organ dan jaringan melalui adhesi sel ke sel, dan sel terhadap matriks,
namun pada isoform tertentu CD44 juga berperan dalam memperantarai aktifasi
leukosit dan homing, serta mengikat faktor kimia dan hormon. Berbagai isoform
Gen CD44 pada manusia terdapat pada kromosom lokus 11p13 yang
terdiri dari dua kelompok exons (Gambar 2.32) (Goodfellow, et al., 1998). Satu
kelompok terdiri dari exon 1-5 dan exon 16-20, yang terpisah membentuk suatu
Sepuluh variant exon 6-15 (disebut juga sebagai v1-10) secara alternatif splicing
dapat terinsersi di antara exon 5 dan exon 16 (Tolg, et al., 1993). Molekul yang
sehingga dapat dijumpai lebih dari 1000 variant CD44 yang berbeda-beda
(Screaton, et al., 1992; Ermak, et al., 1996). Pada manusia, exon 6 (v1) terdiri dari
stop codon pada asam amino ke-17, yang berbeda dengan tikus (Screaton, et al.,
1993).
Gambar 2.32 Skematik struktur gen CD44. Exons standard (s1-10) mengkode
tampilan isoform standard protein CD44. Kombinasi varian exons (v1-10) secara
alternative dapat dipisahkan di antara s5 dan s6 yang mengkode isoform protein
varian CD44v. (Goodison, et al., 1999)
mengandung asam amino yaitu terdiri dari 363 asam amino dengan berat molekul
37 kDa. Protein terdiri dari tiga daerah yaitu: 72 asam amino (aa) domain
amino domain ekstra seluler (Gambar 2.33). Daerah sitoplasma dikode oleh exon
18, exon 19 dan exon 20. Domain transmembran hidrofobik dikode oleh exon 18.
Domain ekstra seluler terdiri atas dua bagian yaitu daerah yang conserved dan
non-conserved. Domain ekto terminal-N dikode oleh exon 1-5 yang berlekuk ke
dalam struktur globular tertiar membentuk ikatan disulfida di antara tiga pasangan
sistein. Bagian proksimal membran domain ekstra seluler dikode oleh exon 16 dan
Gambar 2.33 Struktur protein CD44. Isoform standard yang mengikat ligand
utamanya (asam hialuronik) pada ujung-N (domain distal ekstraseluler). Varian
kombinasi exon (v1-10) di antara domain ekstraseluler dapat mengganggu afinitas
ikatan asam hialuronik dan interaksinya terhadap ligand alternatif. Interaksi
molekul terhadap sitoskeleton melalui ikatan ankirin dan famili ERM (ezrin,
radixin, moesin) dengan domain sitoplasmik (Goodison, et al., 1999)
linear, dan paling sedikit tiga tempat yang mengikat molekul CD44 yaitu satu
pada domain ‘link’ yang dikode oleh exon 2 (Yang, et al., 1994) dan dua lainnya
tumpang tindih pada daerah yang dikode oleh exon 5 (Liao, et al., 1995). Tempat
ikatan asam hialuronik terdiri dari kelompokan asam amino basa, dengan residu
hialuronik, namun tidak semua sel yang menampilkan CD44 mengikat asam
hialuronik secara konstitutif. Sel dapat menampilkan CD44 dalam keadaan aktif
dan terangsang, atau dalam keadaan tidak aktif namun berikatan dengan asam
al., 1995). Pada jenis sel tertentu, protein permukaan CD44 yang tidak aktif dapat
antibodi spesifik.
CD44E, yang diproduksi exons v8-10 (Gambar 2.5) (Iida and Bourguignon,
1995). Tampilan isoform CD44 terdiri dari kombinasi variant exons yang lebih
terbatas pada jaringan normal. Tampilan variant isoform ini terdeteksi pada sel
perifer (Salles, et al., 1993). Tampilan v6 mengandung isoform yang terdapat pada
duktus payudara (Terpe, et al., 1994) dan pankreas (Gansauge, et al., 1995; Hong,
(Southgate, et al., 1995). Sel tubuh manusia yang tidak menampilkan isoform
CD44 adalah sel hepatosit, sel asiner pankreas, dan sel pada tubulus ginjal
hialuronik dan molekul ekstra seluler lainnya. Keragaman fungsi ini diawali oleh
lainnya dan ECM menentukan tempat dan status migrasi jenis sel yang spesifik
organ maupun jaringan. Proliferasi dan repair sel dipengaruhi oleh CD44 dan
produksi asam hialuronik, yang selanjutnya melekat pada struktur scaffold selama
proses perluasan (Jain, et al., 1996). Asam hialuronik tertimbun pada proses
1996), yang menyebabkan migrasi sel melewati bahan asam hialuronik (Thomas,
Molekul CD44 dapat juga memperantarai agregasi sel, yang dapat terjadi
melalui ikatan asam hialuronik yang multivalent dengan CD44 pada sel di
sekitarnya atau melalui ikatan inter-CD44 yang melekat pada glikosil moieties
(Cooper and Dougherty, 1995). Ikatan asam hialuronik juga dapat merangsang
tampilan gen, seperti gen peradangan pada makrofag termasuk NOS (nitric oxide
leukosit pada sel endotel pembuluh darah melalui ikatan asam hialuronik,
interaksi ini digunakan untuk ekstravasasi sel T yang teraktifasi pada daerah
ditingkatkan oleh induksi sintesa asam hialuronik pada endotel pembuluh darah
Tampilan berbagai isoform CD44 dan hasil dari profil ikatan asam
tumor mengandung transkrip CD44, yang biasanya tidak dijumpai pada jaringan
normal (Stamenkovic, et al., 1991). Garis keturunan sel tumor yang mengandung
agresif (Birch, et al., 1991). Perubahan tampilan molekul perlekatan sel pada
struktural maupun fungsional yang merupakan ciri khas kanker (Goodison, et al.,
1999).
transkrip CD44 meningkat pada sel tumor. Transkripsi CD44 yang dihasilkan sel
primer dan metastasis terjadi kehilangan tampilan CD44 dan ikatan asam
1999).
2.4.3.2 CD24
Sangat banyak glycosylated dan fungsinya di dalam interaksi sel-sel dan sel-
matriks (Lee, et al., 2010; Kristiansen, et al., 2003; Pierres, et al., 1987). CD24
merupakan antigen yang tidak stabil dalam suasana panas dan digunakan sebagai
petanda diferensiasi sel hemtopoeitik dan neuronal (Springer, et al., 1978; Fang, et
berbagai sel, namun pada sebagian sel masih belum jelas (Fang, et al., 2010).
CD24 tertampil pada stadium awal perkembangan sel B dan tertampil kuat pada
sel neutrofil, namun CD24 tidak tertampil pada sel T yang normal dan monosit
(Creighton, et al., 2009). CD24 tidak tertampil pada jaringan tubuh manusia
(Kristiansen, et al., 2003; Zheng, et al., 2011). CD24 pada manusia, teridentifikasi
sebagai petanda molekuler yang digunakan untuk membedakan sel epitel luminal,
CD24 terlibat di dalam adhesi sel dan metastasis (Lee, et al., 2010). Oleh
sebab itu CD24 dapat menjadi petanda yang bermakna untuk prognosis dan
suatu reseptor perlekatan pada platelet dan sel endotel (Aigner, et al., 1998),
melalui interaksi yang memfasilitasi perjalanan sel tumor di dalam aliran darah
fibronektin, kolagen, dan laminin (Zheng, et al., 2011). Peningkatan CD24 yang
CD24 tidak tertampil pada sel progenitor akan tetapi tertampil pada sel
migrasi -1 yang berasal dari sel stroma, dan mengurangi kemampuan metastasis
migrasi dari sel dengan CD24- akan meningkat karena kurangnya hambatan dari
RNA inhibition (Schabath, et al., 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Sorbello,
et al. (2003), didapatkan bahwa protein CD24 merupakan salah satu dari sembilan
gen yang mengatur estrogen pada kanker payudara. Tampilan kuat CD24
sel yang sudah lebih berdiferensiasi, sedangkan CD44 tertampil pada sel yang
lebih progenitor-like.
kanker payudara (Al-Hajj, et al., 2003). Fungsi yang sebenarnya dari sel punca
dan hubungannya terhadap respon terapi pasien masih belum jelas (Hennessy, et
al., 2009).
yang merupakan salah satu biomarker sel punca payudara, dan berfungsi untuk
aktifitas ALDH yang tinggi banyak terdiri dari CSC. Ekspresi ALDH1 dengan
A3) berhubungan dengan grading dan metastasis tumor, dan hal ini tidak
positif, dan ekspresi ER dan PgR negatif. ALDH1 tertampil pada garis keturunan
sel tipe basal, namun tidak tertampil pada sel tipe luminal (Charafe-Jauffret, et al.,
2009).
menunjukkan ciri-ciri CSC, perlu diperhatikan bahwa ekspresi ini tidak selalu
teridentifikasi pada salah satu dari sembilan sediaan yang berasal dari kanker
di antara cell lines kanker payudara dan tumor primer, petanda ini tidak bersifat
dan keberadaan berbagai klone sel yang bertindak sebagai CSC merupakan
(MSCs) yang ter-rekrut secara selektif ke daerah pertumbuhan tumor, yang akan
berinteraksi dengan sel punca kanker payudara melalui loops sitokin IL6 dan
sel epitel dan stroma payudara. Berbagai studi menyatakan kepentingan stroma
berbeda dapat berkembang dari pembelahan MaSCs yang asimetris pada stroma
menekankan pentingnya signal jaringan spesifik yang berasal dari sel parenkim
(Shackleton, et al., 2006). Selain niche sel punca payudara alami, makrofag juga
stroma. Diduga sel punca banyak terdapat pada terminal end buds (TEBs) duktus,
dan menyebar ke percabangan lateral dari tempat asalnya. Pada masa pubertas,
aktifitas MaSCs pada TEBs dan proliferasi sel punca di sepanjang duktus
2005).
keganasan sel punca normal atau sel progenitor yang normal (Petersen dan
MaSCs pool (Bouras, et al., 2008). Fungsi Notch ini secara in vivo belum jelas,
namun kadar mRNA Notch-2 dan Notch-3 terbukti terdapat di dalam MaSCs pool.
Notch-4, banyak ditemukan di dalam populasi MaSC pada manusia (Raouf, et al.,
Teori evolusi klonal tumor menjelaskan bahwa kanker berasal dari mutasi
sel tunggal atau beberapa sel yang mengawali proliferasi tidak terkontrol dan
signal pertumbuhan yang cukup, invasi jaringan dan metastasis, serta kemampuan
klonal, didasari dengan dua model tentang bagaimana tumor bertumbuh melalui
pembelahan yang tidak terbatas yaitu stochastic modal dan hirarki model
pertumbuhan tumor. Pada stochastic modal, semua sel tumor secara acak
berpotensi untuk bersifat tumorigenik (Reya, 2001). Pada hirarki model, hanya
sel-sel tumor lainnya merupakan populasi sel dengan berbagai tingkat diferensiasi
yang tidak mampu berkembang secara sendiri menjadi tumor (Reya, 2001). CSC
Notch
Wnt / Hh
Basal cell Breast cancer stem
EMT
progenitor cell (CSC)
BRCA1 (+)
Claudin Low
EMT
Basal-like
Her-2
Her-2 enriched
Stroma
IFN-rich
Luminal Alveolar (Immunomodulatory)
Cell Cell
IGF-rich
Luminal Androgenic
Ductal
Cell
Stroma mesencymal
cells :
Fibroblast
TIL
Macrophage
Clinical stage
Jaringan kanker payudara
Grading histologi
ER (+) ER (-)
ER (+), PgR (+), ER (+), PgR (+), ER (-), PgR (-), HER-2 (+)
HER2 (-) HER2 (+) HER2 (-)
Basal B Basal A
Non- BRCA-1
mutated mutated
Ki-67
CD44High dan CD24Low
METODE PENELITIAN
imunohistokimia CD44High dan CD24Low sebagai profil sel punca pada kanker
payudara triple negative (claudin low, basal-like, sub-tipe IGFHigh dan IFNHigh)
dilakukan terhadap 67 sampel jaringan yang berasal dari core biopsy dan jaringan
Sebagian kasus berupa pasangan antara tumor primer dengan jaringan kelenjar
getah beningnya yang juga diperiksa dengan imunohistokimia CD44 dan CD24
Patologi Anatomi / RSUP Haji Adam Malik Medan dan Departemen Bedah
115
Universitas Sumatera Utara
116
Penelitian ini dilakukan pada periode bulan Januari 2014 sampai dengan
Semua jaringan core biopsi dan mastektomi payudara dari penderita yang
Fakultas Kedokteran Univeritas Sumatera Utara dan RSUP Haji Adam Malik
Medan.
Besar sampel dihitung dengan cara estimasi proporsi untuk sampel tunggal
berdasarkan rumus data untuk penelitian diskriptif analitik kategorik berikut ini
n = Z2(1 – α ) x P x Q
2
(d)2
baku (tabel Z) pada nilai α tertentu (α = 0,05) (nilai Z = 1,96); P adalah proporsi
d = nilai kesalahan maksimum yang dapat ditolerir (presisi) sebesar 10% (0,1).
Maka besar sampel minimal untuk penelitian ini adalah 65 kasus penderita
karsinoma payudara.
HER2 negatif dan didiagnosa sebagai ‘triple negative breast cancer’ (TNBC)
Clinical staging
Sub-tipe molecular
Triple negative
(Imunohistokimia ER -, PgR -, dan HER2 -)
1. Data rekam medis adalah data yang mencakup keterangan klinis berupa usia,
dan tidak dalam keadaan hamil maupun menyusui (Harlow, et al., 2012).
WHO (2012), berupa sub-tipe (karsinoma duktal, lobular, atau medulari, in-
situ atau invasif), serta ada atau tidak metastasis ke KGB. Kemudian
beragam. Arsitektur sel tumor IC-NST dapat berupa sel-sel tumor yang
invasive. Insiden ILC pada wanita berumur di atas 50 tahun meningkat dalam
waktu 20 tahun terakhir ini. Umur rata-rata penderita ILC berkisar 1-3 tahun
lebih tua dibandingkan umur penderita IDC (Tavassoli and Devilee, 2003).
diberi tiga tingkatan sebagai berikut: grade I (well differentiated) 3-5 poin;
grade II (intermediate) 6-7 poin; dan grade III (poorly differentiated) 8-9 poin
Kreike, et al. (2007) yang diberi skor sbb.: skor 0 bila tidak terdapat sebukan
sel radang, skor 1 bila sebukan sel radang minimal, kurang dari 10
mudah ditemukan, namun tidak berkelompok, dan skor 3 bila sebukan sel
radang leukosit massif, berkelompok dan terdapat pada lebih dari 50% luas
stroma tumor (TILs stromal) dan (2). Leukosit yang menginfiltrasi pulau-
pulau sel tumor (TILs intra-tumor) (Melichar, et al., 2014). Untuk menilai
sebukan sel radang leukosit (TILs) (pembesaran 40X) yang diberi skor sebagai
berikut: skor 1 bila terdapat sebukan sel radang leukosit intra-tumoral, dan
9. Kanker payudara triple negative (TNBC) pada penelitian ini adalah sub-tipe
sel epitel luminal), namun terdapat tampilan positif untuk petanda EMT
2009; Prat, et al., 2010; Lim, et al., 2010). Walaupun sub-tipe claudin low
sub-tipe ini jelas sangat berbeda. Claudin low kurang menampilkan gen
9.2 Karsinoma basal-like, ditandai dengan tampilan ER–, HER2–, Ck5, Ck5/6
dan/atau EGFR+ (Sorlie, et al., 2003; Nielsen, et al., 2004; Shiu, et al.,
et al., 2013).
12. Untuk menilai indeks proliferasi digunakan Ki-67 (clone SP6, neomarkers,
11.1 Estrogen receptor (ER) dan Progesteron receptor (PR) merupakan reseptor
dimana hasil perwarnaan dianggap positif jika paling sedikit 1% dari sel
11.2 Pewarnaan HER2 (Human Epidermal Growth Factor Receptor-2) diberi skor
terwarnai, 1+ bila > 10% sel tumor yang terwarnai lemah pada sebagian
membran sel tumor, dan 3+ bila terwarnai kuat pada >10% membran sel
11.3 Claudin-7 merupakan salah satu protein tetraspanin membran, yang secara
payudara manusia dan juga pada sebagian sel tumor payudara (Blackman, et
membran sel; 1+ bila 1-10% sel tumor yang terwarnai positif; 2+ bila 10-
30% sel tumor yang terwarnai positif; dan 3+ bila > 30% sel tumor yang
11.4 Twist merupakan suatu faktor transkripsi basic helix-loop-helix class, yang
membran sel tumor. Penilaian hasil perwarnaan didapat dari perkalian antara
perwarnaan Twist diberi skor 0 – 3. Skor 0 bila tidak terwarnai; skor 1 bila <
25% sel tumor yang terwarnai positif; skor 2 bila 25 - 50% sel tumor yang
terwarnai positif; skor 3 bila > 50% sel tumor terwarnai positif. Intensitas
perwarnaan diberi skor 0 bila sel tumor tidak terwarnai; skor 1 bila terwarnai
lemah; skor 2 bila terwarnai sedang; dan skor 3 bila terwarnai kuat. Evaluasi
11.5 Ck5 adalah basic (type II) keratin polypeptides dengan berat molekul 58 kDa.
Ck5 merupakan petanda untuk sel basal yang digunakan dalam panel
11.6 Ck8/18 adalah keratin filamen intermediate tipe II yang dijumpai pada sel
jika tertampil lemah namun homogen; +3 jika tampilan sedang, atau jika
tertampil kuat namun heterogen; dan +4 jika tertampil kuat dan homogen.
tertampil; skor 1 jika tampilan pada membran < 10%; skor 2 jika tampilan
pada membran seluas 10-50%; dan skor 3 jika tampilan pada membran >
dengan persentase luas tampilan yaitu: negatif adalah skor 0; tampilan lemah
bila total skor 1-4; tampilan sedang bila total skor 5-8; dan tampilan kuat
11.8 Epithelial membrane antigen (EMA). Dikenal juga sebagai MUC1. EMA
merupakan salah satu glycoproteins yang dijumpai pada human milk fat
dimodulasi melalui ligand permukaan sel yang spesifik berupa reseptor IFN-
dimana: skor 0 bila tertampil pada < 25% sel tumor, skor 1 bila tertampil
pada 26-50% sel tumor, dan skor 2 bila tertampil pada 51-100%. Skor 0 dan
1 dianggap sebagai tampilan lemah (low) dan skala 2 adalah tampilan kuat
kinase yang terlibat dalam pertumbuhan dan proliferasi sel tumor serta
resistensi terapi. Sub-tipe IGF high TNBC pada penelitian ini dikenali
negatif, skor 1 bila tertampil lemah, dan skor 2 bila tertampil sedang, dan
skor 3 bila tertampil kuat. Luas tampilan diberi skor: skor 0 bila negatif, skor
1 bila tertampil positif pada < 25%, skor 2 bila tertampil 25-50%, skor 3 bila
tertampil 51-75%, dan skor 4 bila tertampil > 75%. Ekspresi IGF-1R dinilai
dan persentase luas tampilannya (skor 0-4), dengan range 0-12. Internalised
sitoplasma dan inti, dan total IGF-1R (skor 0-36) merupakan penjumlahan
11.11 Ki-67 merupakan protein dalam inti sel yang akan meningkat pada saat
pembelahan sel. Antibodi Ki67 yang digunakan dari Dako (clone MIB-1,
proliferasi Ki-67 dinilai pada daerah yang paling banyak menampilkan Ki-67
pada inti sel. Jumlah sel yang dihitung sejumlah 100 sel (termasuk baik sel
sel dihitung dan dilaporkan dalam persen proliferasi sel (Ferguson, et al.,
variabel kategorik dengan nilai cut-off point ≥ 10% sel yang terwarnai pada
inti sel (Cheang, et al., 2009; Yerushalmi, et al., 2010). Penilaian tampilan
dengan pemberian skor sebagai berikut: skor 0 bila tidak tertampil warna
coklat atau hanya < 10% sel tumor yang tertampil positif, skor 1 bila 10-
25% sel tumor yang tertampil positif, skor 2 bila 25-50% sel tumor yang
tertampil positif, dan skor 3 bila > 50% sel tumor yang tertampil positif.
Intensitas pewarnaan diberi skor 0 bila tidak terwarnai, skor 1 bila tertampil
coklat lemah, skor 2 bila menampilkan warna coklat sedang, dan skor 3 bila
perkalian antara persentase luas tampilan sel yang terwarnai positif dan
skor 0 adalah negatif (bila tidak tertampil warna coklat), skor 1-3 adalah
positif 1 dengan tampilan yang lemah, skor 4-6 adalah positif 2 tampilan
3.8 Keandalan
Pemeriksaan imunohistokimia untuk petanda kanker payudara (ER, PgR,
IGF-1R), indeks proliferasi Ki-67, serta petanda CSC (CD44 dan CD24)
Dilakukan pembacaan ulang terhadap semua slaid yang berasal dari jaringan
diberi nomor baru secara acak (double blind), oleh dua orang ahli patologi
klasik.
CK5, CK8/18, E-cadherin, Vimentin, EMA, IGF-1R, IFN-α (II), Ki67, CD44
dan CD24.
Imunohistokimia
Blok parafin yang telah dikumpulkan disimpan dalam freezer sampai cukup
ukuran setebal 4μm. Setiap blok parafin dipotong secara serial sebanyak
masing ER, PgR, HER2, Claudin-7, Twist, CK5, CK8/18, E-cadherin, EMA,
Sampel blok parafin yang sudah dipotong tipis (4μm) ditempelkan pada
kaca objek yang telah di coating dengan poly-L-Lysine atau Silanized slide
imunohistokimia.
Setelah parafin melunak, kaca objek dikeringkan dan potongan jaringan siap
untuk dipulas.
Alkohol 90%, 80% dan 70%, masing-masing selama 5 menit. Bilas dengan
selama 5 menit.
microwave: (1). Cook I, power level 8, selama 5 menit, dan (2). Cook II,
ruangan. Bilas dalam cairan PBS pH 7,4 selama 3 menit dan keringkan air di
CD24 dan dibiarkan selama 60 menit dalam rak inkubasi. Cuci dengan PBS
selama 30 menit dalam rak inkubasi. Cuci dalam PBS pH 7,4 + Tween 20.
Teteskan preparat dengan DAB + substrat buffer (Dako) dan biarkan selama
waterbath, hot plate, freezer, inkubator, staining jar, rak kaca objek, kaca objek,
rak inkubasi, Pap pen, pipet mikro, timbangan bahan kimia, kertas saring,
CD24
Detection kit terdiri dari: 1 botol endogenous enzyme block, 1 botol Normal
Horse Serum 5%, 1 botol Dako REAL En VISION, dan 1 botol DAB +
substrat chromogen.
Larutan PBS pH 7,4 yang terdiri dari: Natrium chroride (80 gram), Kalium
Larutan Tween 20
dikerjakan).
Larutan Xylol.
408/KOMET/FK USU/2014.
HASIL PENELITIAN
yang negatif terhadap ER, PR, maupun Her-2 (TNBC) dengan pemeriksaan
Data klinik kanker payudara dengan TNBC pada penelitian ini mencakup
51-60 tahun 16 24
> 60 tahun 3 4
Status menstruasi
Pre-menopause 52 78
Post-menopause 15 22
pada kelompok umur 41-50 tahun sebanyak 33 kasus (49%), dan paling sedikit
136
Universitas Sumatera Utara
137
penderita yang paling muda adalah 26 tahun dan 29 tahun, sedangkan umur
4.2 Gambaran Klinis TNBC berdasarkan Ukuran Tumor (T), Status KGB
berdasarkan: (1). Ukuran tumor (T) dibagi atas 3 ukuran yaitu kurang dari 2 cm,
2-5 cm, dan ≥ 5 cm, yang disertai ada atau tidaknya keterlibatan kulit dan dinding
dada, (2). Keterlibatan KGB di aksila, serta (3). Ada atau tidaknya metastasis.
Ukuran tumor TNBC paling banyak pada penelitian ini yang berukuran ≥ 2 -5
hanya 25 kasus (37%), sedangkan yang berukuran < 2 cm hanya 3 kasus (5%).
Dua puluh lima (37%) dari semua kasus TNBC pada penelitian ini melibatkan
kulit ataupun dinding dada, dan 38 kasus (57%) terdapat nodul (N) di KGB
TNBC penelitian ini (Tabel 4.3) berupa sub-tipe histologi, histologic grading, dan
(HE)
Sub-tipe histologi yang paling banyak pada penelitian ini adalah sub-tipe
IC-NST sebanyak 58 kasus (87%). Sub-tipe lainnya yang ditemukan berupa ILC
sebanyak 4 kasus (6%), dan lainnya seperti mixed IC-NST with ILC, medullary
masing 1%).
TILs paling banyak adalah sebukan sel radang sedang sebanyak 27 kasus
(40%), sedangkan sebukan sel radang ringan dan berat masing-masing 20 kasus
(Visvader and Stingl, 2014) dimana kompartemen stem cell yang heterogen dan
bersifat multipotent merupakan sel progenitor untuk sel basal (myoepithelial) dan
luminal (duktus dan alveolar), dan referensi klasifikasi gene expression profiles
TNBC yang digunakan pada penelitian ini adalah CD44, CD24, Claudin-7, Twist-
1 sebagai petanda sub-tipe stem cell-like (Zhao, et al., 2013; Collina, et al., 2015);
CK5, EMA dan E-cadherin yang digunakan dalam penilaian terhadap sub-tipe
(Wang, et al., 2013), IFN-αII untuk mengenali sub-tipe IFN rich (Saidi, et al.,
2007); dan IGF-1R untuk menentukan sub-tipe IGF high (Mancini, et al., 2014)
(Tabel 4.4).
Twist-1high E-Cadherin+
dapat dilihat pada Tabel 4.5. sampai Tabel 4.15. Pada penelitian ini dapat
Cells-like
Ck8/18), EMA, E-Cadherin, serta Ki67, terdapat 3 kasus (4,4%) yaitu kasus
nomor 14, 30, dan 56 yang menampilkan CD44+CD24- (Tabel 4.5). Kasus
pertama tidak menampilkan Twist dan Claudin-7, ini merupakan early stem cells
sub-tipe yang menunjukkan Ki67 rendah, dan kami sebut tipe ini sebagai stem
cell-1 (SC-1). Kasus kedua menampilkan Twist dan Claudin-7 positif, ini
menunjukkan tingkat ontogeny setelah SC-1, dan diberi predikat sebagai SC-2.
Kasus ketiga menampilkan Twist negatif dan Claudin-7 positif, ini menunjukan
tingkat diferensiasi lebih tinggi daripada SC-2, dan disebut sebagai SC-3.
Stem Cells-like
No. Kasus CD44 CD24 TW CL CK5 EMA CK8/18 E-Cadh Ki67 Ket
1 4 1 2 3 0 0 3 0 0 1 SC2L
Keterangan: TW = Twist, CL = Claudin7, CK5 = Cytokeratin 5, EMA = Epithelial membrane
antigen, E-Cadh = E-Cadherin, SCL = Stem cell (low). = Panel imunohisokimia (petanda
molekuler)
Satu dari 67 kasus TNBC (1,4%) yaitu kasus nomor 4 pada penelitian ini
positif kuat dan Claudin-7 negatif. Kasus ini digolongkan sebagai SC-2.
Cells-like
No. Kasus CD44 CD24 TW CL CK5 EMA CK8/18 E-Cadh Ki67 Ket
1 3 0 1 3 0 0 3 0 0 0 SC2L
2 23 0 3 0 8 0 3 0 0 70 SC3H
3 28 0 3 0 0 0 0 0 0 0 SC1L
Keterangan: TW = Twist, CL = Claudin7, CK5 = Cytokeratin 5, EMA = Epithelial membrane
antigen, E-Cadh = E-Cadherin, SCL = Stem cell-like (Low), SCH = Stem cell-like (High). =
Panel imunohisokimia (petanda molekuler).
CD24+. Pada kasus pertama (kasus no. 3) Twist positif dan Claudin-7 negatif, ini
menunjukan sub-tipe SC-2, namun EMA (+) akan tetapi Ki67 negatif (nol). Kasus
kedua (kasus no. 23) menampilkan Twist negatif dan Claudin-7 positif, dan
digolongkan sebagai sub-tipe SC-3, dengan Ki67 70%. Kasus ini juga mulai
menunjukan tanda-tanda differensiasi ke arah tipe pre-basal atau basal Ki67 lebih
tinggi dan EMA positif. Kasus ketiga (kasus no. 28) CD24 positif namun Twist
maupun Claudin-7 negatif. Tingkat diferensiasi pada kasus ketiga ini lebih
Tabel 4.8 Tampilan Imunohistokimia CD44- CD24+ pada TNBC Sub-tipe Pre-
No. Kasus CD44 CD24 TW CL CK5 EMA CK8/18 E-Cadh Ki67 Ket
1 25 0 2+ 0 0 0 3 0 6 90 Pre-BH
2 31 0 3+ 2 7 0 2 0 6 20 Pre-BH
Keterangan: TW = Twist, CL = Claudin7, CK5 = Cytokeratin 5, EMA = Epithelial membrane
antigen, E-Cadh = E-Cadherin, Pre- H = Pre-Basal (High). = Panel imunohisokimia (petanda
molekuler).
Dua dari 67 kasus TNBC (2,9%) yaitu kasus nomor 25 dan 31 yang
positif (Tabel 4.8), kedua kasus ini digolongkan sebagai sub-tipe pre-basal high
karena Ki67 masing-masing 90% dan 20%. Kasus pertama yang menunjukan
Twist maupun Claudin-7 negatif, sedangkan kasus kedua menampilkan Twist dan
Claudin-7 positif.
Basal
No. Kasus CD44 CD24 TW CL CK5 EMA CK8/18 E-Cadh Ki67 Ket
1 37 0 3+ 0 7 8 3 0 0 1 BL
CD44- dan CD24+ juga menampilkan CK5 dan EMA positif (Tabel 4.9), kasus ini
digolongkan sebagai sub-tipe TNBC basal low (BL) karena Ki67 1%. Kasus ini
merupakan satu-satunya kasus sub-tipe basal ‘murni’ dengan penampilan CK5 (+)
dan EMA (+), namun demikian kasus ini masih menunjukkan CD24+ yang
Baso-luminal
No. Kasus CD44 CD24 TW CL CK5 EMA CK8/18 E-cadh Ki67 Ket
1 34 1+ 0 3 4 8 3 4 7 0 BLL
2 49 1+ 0 2 8 8 3 7 0 70 BLH
3 57 1+ 0 0 8 4 3 7 0 10 BLL
4 61 3+ 0 0 8 8 3 8 6 70 BLH
5 65 2+ 0 4 8 6 3 8 0 40 BLH
6 66 1+ 0 4 7 5 3 7 0 10 BLL
Keterangan: TW = Twist, CL = Claudin7, CK5 = Cytokeratin 5, EMA = Epithelial membrane
antigen, E-Cadh = E-Cadherin, BLL = Baso-luminal (Low), dan BLH = Baso-luminal (High).
= Panel imunohisokimia (petanda molekuler).
CK8/18 positif. Dari 67 kasus TNBC pada penelitian ini, 6 kasus (kasus no. 34,49,
57, 61, 65, dan 66) diantaranya (8,9%) menampilkan CK5 (Cytokeratin 5) dan
CK8/18 (Cytokeratin 8/18) positif (Tabel 4.10). Kasus-kasus ini menunjukan ciri-
ciri baik ‘basal’ dengan CK5 (+) maupun ‘luminal’ dengan CK8/18 positif.
Baso-luminal
No. Kasus CD44 CD24 TW CL CK5 EMA CK8/18 E-cadh Ki67 Ket
1 19 1+ 3+ 0 7 8 3 8 8 90 BLH
2 20 1+ 3+ 2 8 8 3 8 7 80 BLH
3 41 1+ 3+ 5 8 8 3 7 8 80 BLH
4 44 1+ 3+ 3 8 8 3 8 6 80 BLH
5 58 1+ 3+ 2 8 6 3 8 8 10 BLL
Keterangan: TW = Twist, CL = Claudin7, CK5 = Cytokeratin 5, EMA = Epithelial membrane
antigen, E-Cadh = E-Cadherin, BLL = Baso-luminal (Low), dan BLH = Baso-luminal (High).
= Panel imunohisokimia (petanda molekuler).
nomor 19, 20, 41, 44, dan 58 menampilkan CD44+ dan CD24+ (Tabel 4.11), yang
terdiri dari 4 kasus basal-luminal high (BLH) dengan Ki67 80-90%, dan yang
(kasus no. 15, 16, 17, 21, 22, 26, 27, dan 40) menunjukan sub-tipe TNBC baso-
luminal high (BLH) dengan Ki67 40-90%, dan baso-luminal low (BLL) sebanyak 3
kasus (kasus no. 32, 45, dan 64) dengan Ki67 0-1%.
Luminal.
No. Kasus CD44 CD24 TW CL CK5 EMA CK8/18 E-Cadh Ki67 Ket
1 51 1+ 0 2 8 0 0 8 7 0 LL
Satu dari 67 kasus TNBC (kasus nomor 51) dengan CK8/18 positif CK5
negatif (1,4%) yang menampilkan CD44+CD24- (Tabel 4.13) disertai Ki67 0%. Ini
Luminal.
No. Kasus CD44 CD24 TW CL CK5 EMA CK8/18 E-Cadh Ki67 Ket
1 54 1+ 3+ 2 8 0 3 8 0 70 LH
2 60 1+ 3+ 0 5 0 3 7 0 70 LH
3 67 1+ 3+ 4 8 0 3 8 0 0 LL
Tiga dari sub-tipe Luminal (CK8/18 positif) (4,4%) (kasus no. 54, 60, dan
67) menampilkan CD44+CD24+ (Tabel 4.14), yang terdiri dari Luminal High (LH)
dengan Ki67 70% sebanyak 2 kasus (kasus nomor 54 dan 60), dan Luminal Low
(LL) dengan Ki67 0% sebanyak 1 kasus (kasus nomor 67). Ketiga kasus ini juga
menampilkan EMA positif dan Claudin positif. Kasus 1 (no.54) dan kasus 3
3 5 0 3+ 0 8 0 3 8 7 0 LL
4 6 0 3+ 3 8 0 3 8 8 0 LL
5 7 0 3+ 2 8 0 3 8 8 0 LL
6 8 0 3+ 0 7 0 3 8 5 0 LL
7 10 0 3+ 4 8 0 3 8 8 0 LL
8 11 0 3+ 0 6 0 3 8 8 0 LL
9 18 0 3+ 0 8 0 3 8 8 90 LH
10 24 0 3+ 0 0 0 2 6 6 1 LL
11 29 0 3+ 0 8 0 3 5 5 1 LL
12 33 0 3+ 3 7 0 2 5 0 50 LH
13 36 0 3+ 2 8 0 3 8 8 70 LH
14 39 0 3+ 4 8 0 2 7 5 9 LH
15 42 0 2+ 0 8 0 3 8 0 40 LH
16 48 0 3+ 0 8 0 3 8 0 70 LH
17 55 0 3+ 0 8 0 3 8 7 5 LL
18 46 0 1+ 3 8 0 2 8 0 10 SLL
19 63 0 3+ 5 7 0 2 8 0 90 SLH
CD44 (Tabel 4.15), kasus yang menunjukan sub-tipe TNBC luminal high (LH)
sebanyak 7 kasus dengan Ki67 antara 40-90%, dan luminal low (LL) dengan Ki67
antara 0-9% sebanyak 10 kasus. Twist positif dijumpai pada 8 kasus, Claudin7
positif dijumpai pada 16 kasus, EMA positif pada 17 kasus, dan E-Cadherin
sebanyak 8 kasus (67%) daripada grade 3 yaitu 4 kasus (33%), namun tidak
untuk mengenali sub-tipe IFN rich TNBC. Distribusi hasil pewarnaan IFN-αII
grading histologi TNBC dapat dilihat pada Tabel 4.17 sampai Tabel 4.19.
58 9 67
Keterangan: Low =Hasil pewarnaan imunohistokimia IFN-αII yang terekspresi dengan skor 0 dan
1, dan High = skor 2. TILs = IC-NSTIC-NSTTumor infiltrating leucocytes.
dibandingkan yang tertampil high (27 kasus). Infiltrasi sel radang leukosit (TILs)
IFN-αII yang low maupun high lebih banyak terdapat pada TILs intra-tumoral,
58 9 67
Tampilan IFN-αII low maupun high lebih banyak dijumpai pada kasus
Histologic grading dengan tampilan IFN-αII low lebih banyak yang grade
Sedangkan yang grade 1 tidak dijumpai. Tampilan IFN-αII high lebih banyak
Sub-tipe IGF high TNBC pada penelitian ini dikenali dengan pemeriksaan
hasil perkalian antara intensitas (skor 0-3) dan persentase luas tampilannya (skor
0-4), dengan range 0-12. Internalised IGF-1R (skor 0-24) di skor dengan
penjumlahan ekspresi IGF-1R pada sitoplasma dan inti, dan total IGF-1R (skor 0-
36) merupakan penjumlahan ekspresi IGF-1R pada membran, sitoplasma dan inti.
TNBC
IGF-1R, dan paling banyak terekspresi pada membran dan inti, masing-masing
kasus (13,4%), sedangkan yang tertampil pada sitoplasma dan inti (internalized)
Penilaian terhadap ekspresi total IGF-1R dibagi atas: (1). Low expression
bila skor ≤8, dan (2). High expression bila skor >8. Ekspresi total IGF-1R pada
penelitian ini (Tabel 4.20) lebih banyak tertampil low sebanyak 48 kasus (71,6%)
Tampilan total IGF-1R low maupun high lebih banyak mempunyai ukuran tumor
di antara ≤ 2 - 5 cm (T2).
Total IGF-1R (Tabel 4.21) baik yang low maupun yang high terhadap
sebanyak 31 kasus (74%) untuk ekspresi low dan 17 kasus (68%) untuk ekspresi
Tampilan IFN-αII (Tabel 4.23) baik yang low maupun high paling banyak
(47,5%) dan 16 kasus (59,3%). Sedangkan ekspresi IFN-αII low paling sedikit
pada CD44+CD24+ sebanyak 4 kasus (10%), dan IFN-αII high terdapat pada
Tampilan total IGF-1R (Tabel 4.24) baik yang low maupun high paling
kasus (50,0%) dan 11 kasus (57,9%). Sedangkan total IGF-1R low maupun high
3 kasus (15,8%).
yaitu sebanyak 35 kasus (52%) dan paling sedikit pada tampilan CD44+CD24+
sebanyak 9 kasus (13%). Tampilan Ki67 low (36 kasus, 53,7%) lebih banyak
daripada yang high (31 kasus, 46,3). Ekspresi Ki-67 low paling banyak terdapat
(47,2%) dan paling sedikit pada tampilan CD44+CD24+ sebanyak 3 kasus (8,3%),
sedangkan Ki-67 high yang terbanyak juga dijumpai pada TNBC dengan tampilan
CD44-CD24+ sebanyak 18 kasus (58,1%) dan paling sedikit pada tampilan CD44-
(Ki67)
Tampilan low dan high pada sub-tipe TNBC pada penelitian berdasarkan
tampilan Ki67 dengan cut off point ≥ 10% sel yang terwarnai pada inti sel tumor
(Cheang et al., 2010), dimana dikatakan low bila tampilannya < 10%, dan bila ≥
10% disebut high. Sub-tipe TNBC berdasarkan ontogeny dan diferensiasi sel
(Tabel 2.26) pada penelitian ini didapati sub-tipe stem cells-like sebanyak 7 kasus
(10,5%), pre-basal sebanyak 2 kasus (3%), basal sebanyak 1 kasus (1,5%), baso-
sebanyak 21 kasus (31%), dan yang lainnya 12 kasus (18%). Sub-tipe stem cells-
like terdiri dari 2 kasus SC1 low (SC1L), 3 kasus SC2 low (SC2L), serta SC3 low
(SC3L) dan SC1 low (SC3H) masing-masing 1 kasus. Sub-tipe baso-luminal terdiri
dari 6 kasus baso-luminal low dan 16 kasus baso-luminal high. Sub-tipe stemo-
luminal terdiri dari 13 kasus luminal low dan 8 kasus luminal high. Sub-tipe
TNBC yang paling banyak ditemukan pada penelitian ini adalah sub-tipe baso-
luminal (33%) dan luminal (31%), dan yang paling sedikit adalah sub-tipe basal
(1,5%). Jumlah sub-tipe stem-cells pada penelitian ini sedikit lebih banyak
mendapatkan 8,4% dari kanker payudara invasif adalah sub-tipe stem cell-like.
kepustakaan, dimana sekitar 75% dari TNBC adalah sub-tipe basal-like (Boyle,
2012). Dan ternyata sub-tipe basal-like masih dapat dibagi sub-tipe menjadi sub-
tipe ‘true’ basal, baso-luminal, dan luminal, belum lagi bila dikaitkan dengan
mutasi gen BRCA1 yang masih perlu diteliti lebih lanjut. Untuk 12 kasus lainnya
Grading
TNBC (SC1 L, SC2L, dan SC3H) mempunyai histologic grading grade 2, sedangkan
SC3L adalah grade 3. Histologic grading pada sub-tipe pre-basalL TNBC adalah
Pada sub-tipe stem cells-like (SC1 dan SC2), pre-basal maupun basal tidak
sebanyak 9 kasus (56,3%) yang memiliki histologic grading grade 2. Satu sub-
histologic grading grade 2, dan 4 kasus (30,8%) grade 3. Dari 8 kasus sub-tipe
masing 4 kasus (50%). Dari 12 kasus sub-tipe TNBC lainnya (unclassified breast
TNBC pada penelitian ini, mungkin disebabkan karena kurangnya jumlah kasus,
histologic grading grade 2 dan grade 3 secara intrinsic tidak ada bedanya, serta
PEMBAHASAN
TNBC merupakan jenis kanker payudara yang tidak menampilkan ER, dan
PR, dan tidak/kurang menampilkan Her-2/neu dengan angka kejadian sekitar 10-
20% dari semua kanker payudara pada wanita. TNBC bersifat lebih agresif dan
pengobatan. TNBC tidak ada respon terhadap terapi hormon sehingga penggunaan
kemoterapi sampai saat ini masih merupakan pilihan dalam penanganan TNBC
Jumlah sampel TNBC pada penelitian ini berjumlah 67 kasus (Tabel 4.1),
dimana yang paling banyak terdapat pada kelompok umur 41-50 tahun (33 kasus,
49%), umur penderita TNBC yang termuda adalah 26 tahun, dan paling tua 63
angka insidensi TNBC yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok usia tua
(Gaudet, et al., 2011). Namun, ada penelitian lain (Hudis and Gianni, 2011),
semakin tinggi risiko terjadinya kanker payudara, terutama TNBC. Ada tiga fase
yang perlu diperhatikan untuk kemungkinan inisiasi kanker payudara pada wanita
selama kehidupannya, yaitu: (1). Usia remaja (14-18 tahun), (2). Fase peri-
160
Universitas Sumatera Utara
161
menopause (45-55 tahun), dan (3). Usia tua (>60 tahun). Wanita pada fase usia
remaja dan peri-menopause akan berisiko untuk mulai menderita kanker payudara
Tantangan pertama bagi para remaja perempuan adalah adanya perubahan dalam
seksual laki-laki dengan perempuan. Selain itu, adanya penyakit yang diderita
sintesis estrogen tersebut. Pada kasus ini, wanita tersebut tidak memerlukan
inilah menyebabkan timbulnya kanker (Suba, 2013). Pasien usia tua (post-
dan menunjukkan adanya defisiensi estrogen dan resistensi insulin (Suba, 2014).
Bila TNBC dihubungkan dengan mutasi gen BRCA, perempuan yang berusia
muda berisiko lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih tua.
Keadaan ini dikaitkan dengan gangguan sintesis estrogen pada usia muda dapat
selanjutnya.
TNBC pada penelitian ini (Tabel 4.1) lebih banyak dijumpai pada
menopause (15 kasus, 22%). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Boyle (2012) yang menyatakan risiko TNBC pada perempuan pre-menopause
prognosis yang lebih buruk dibandingkan jenis kanker payudara lainnya. Namun
menurut Yuan, et al. (2014) tidak perbedaan yang signifikan pada kelompok usia
dan status menopause dengan insidensi TNBC. Perubahan hormon lebih banyak
Pada wanita premenopause yang sehat, jarang menderita kanker payudara, karena
siklus menstruasi ovulasi yang sehat bersifat protektif, dan bila terjadi gangguan
sintesis estrogen sedikit saja, hal ini dapat melawan terjadinya kanker. Semakin
(Suba, 2014).
TNBC pada penelitian ini (Tabel 4.2) paling banyak adalah yang
berukuran ≥ 2-5 cm (T2) yaitu sebanyak 39 kasus (58%), dan sebanyak 25 kasus
(37%) TNBC yang melekat pada kulit/dinding dada (T4), dan terdapat 38 kasus
(57%) yang disertai benjolan pada KGB aksila. Ada 2 kasus TNBC pada
penelitian ini yang sudah bermetastasis jauh ke organ paru. Menurut Yuan, et al.
payudara lainnya, namun pendapat ini bertolak belakang dengan pendapat Rakha
masing-masing penelitian.
besar berupa sub-tipe IC-NST yaitu sebanyak 58 kasus (87%). Histologic grading
yang ditemukan pada penelitian ini adalah grade 2 sebanyak 43 kasus (64%) dan
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Abdollahi and Etema (2015) dan Boyle
(2012) yang mendapatkan sebagian besar TNBC dengan histologic grading yang
grade tinggi yang mempunyai prognosa buruk bila histologic grading-nya makin
tinggi.
TILs (Tabel 4.3) pada penelitian ini dikelompokan menjadi ringan, sedang
dan berat. TILs yang paling banyak ditemukan adalah sebukan sel radang sedang
yaitu sebanyak 27 kasus (40%), sedangkan sel radang dengan sebukan ringan dan
berat masing-masing 20 kasus (30%). Selain itu TILs dapat dibedakan menjadi:
(Melichar, et al., 2014). TILs intra-tumoral pada penelitian ini lebih banyak
kasus (25%). TILs pada payudara merupakan bukti adanya tumor immune
merupakan salah satu biomarker prognostik dan prediktif. Sejak Virchow (1863)
yang mampu mengontrol homeostasis jaringan dan mengaktifkan sel imun innate
Prt and Perou, 2011; Curtis, et al., 2012). Penelitian tentang gene expression
sub-tipe kanker yang mendukung perbedaan sel asal untuk sub-tipe masing-
masing (Lim, et al., 2009; Prat, et al., 2010). MaSC/ALDH+ mirip dengan profil
like (Gambar 5.1) (Visvader and Stingl, 2014; Shehata, et al., 2012). Walaupun
profil Luminal A mirip dengan signature sel luminal matur, namun sejumlah kecil
origin-nya (Visvader and Stingl, 2014). Hubungan antara ekspresi gen sel normal
dan sel kanker dapat dilihat pada BRCA1-associated cancers. Progenitor luminal
merupakan sel origin untuk kanker payudara basal-like yang timbul akibat mutasi
BRCA-1 (Lim, et al., 2009). Lesi genetik juga berperan dalam heterogenitas
tumor. Selain mutasi genetik dan sel origin berperan dalam menentukan patologi
Gambar 5.1 Model skematik hirarki ontogeny epitel payudara manusia dan hubungannya dengan
sub-tipe tumor payudara (Visvader and Stingl, 2014)
Stem cell kanker payudara ditandai dengan ekspresi molekul adhesi CD44
bertujuan menemukan stem cells kanker payudara pada berbagai sub-tipe TNBC
type menjadi SC-1 sampai SC-3 sebenarnya arbitrer, dapat digambarkan sebagai
berikut:
Yang mempunyai sifat stem-cells yang aktual hanya SC-1 dan SC-2,
(Alhajj, et al., 2003). Ekspresi molekul adhesi CD44 ini terekspresi positif kuat
pada tingkat diferensiasi sel yang imatur (stem cell) dan akan terekpresi semakin
lemah dan hilang bila tingkat diferensiasi sel semakin matur, sedangkan CD24
terekspresi kuat pada diferensiasi sel yang sudah matur dan ekspresinya lemah
Ontogeny sel yang menunjukan petanda stem cells progenitor cell, pre-
Ontogeny sel petanda basal baso-luminal, dan luminal dalam penelitian ini
and Stingl, 2014) dan referensi klasifikasi gene expression profiles (Peraou, et al.,
2000), maka pada penelitian ini secara ringkas dibuat secara skematis ontogeny
diferensiasi epitel payudara dari stem cells hingga sel luminal yang dikaitkan
Gambar 5.6 Skema ontogeny diferensiasi epitel payudara dari stem cells hingga sel luminal yang
dikaitkan dengan panel berbagai petanda molekuler TNBC.
EMT, terekspresi kuat pada tingkat diferensiasi sel epitel payudara yang imatur
dan akan melemah atau menghilang seiring dengan semakin matur tingkat
terjadinya EMT. Karateristik EMT berupa hilangnya ekspresi epitel keratin, dan E-
Cadherin yang merupakan molekul adhesi yang dijumpai pada sel epitel yang
‘untransformed’ terekspresi positif kuat pada sel epitel yang telah berdiferensiasi
matur.
epithelial mucin (PEM), MUC1, CD227, dan episialin (Pernick, 2015). EMA
diekspresikan oleh semua jenis sel epitel, sel mesotel, sel perineural, dan
2016; Lacey, 2018). EMA berfungsi sebagai barrier perlindungan dan regulasi
pada permukaan apeks (luminal) sel epitel. EMA dapat menghambat pembentukan
sebagai petanda molekuler TNBC untuk sub-tipe stem cell-like; CK5, EMA untuk
penilaian sub-tipe basal-like; dan CK8/18 untuk sub-tipe luminal. Hasil yang
(10,5%), pre-basal sebanyak 2 kasus (3%), basal sebanyak 1 kasus (1,5%), baso-
sebanyak 21 kasus (31%), dan yang lainnya 12 kasus (18%). Jumlah sub-tipe SC
sebelumnya (Benardi, et al., 2011) yang mendapatkan 8,4% dari kanker payudara
invasif adalah sub-tipe stem cell-like. Sedangkan 68,5% sub-tipe basal-like pada
penelitian ini sesuai dengan kepustakaan, dimana sekitar 75% dari TNBC adalah
dapat dibagi sub-tipe menjadi sub-tipe ‘true’ basal, baso-luminal, dan luminal,
belum lagi bila dikaitkan dengan mutasi gen BRCA1 yang masih perlu diteliti
lebih lanjut. Untuk 12 kasus lainnya (18%) ternyata tidak menampilkan petanda
SC cukup heterogen dan dibagi menjadi SC-1, SC-2, dan SC-3. Sub-tipe stem
cells-like terdiri dari 2 kasus SC1L, 3 kasus SC2L, serta SC3L dan SC3H masing-
masing 1 kasus. SC-1 merupakan sub-tipe early stem cell-like, dimana Twist dan
Claudin-7 tidak terekspresi dan menunjukan Ki67 low. SC-2 menunjukkan tingkat
ontogeny sesudah SC-1. Pada SC-2 ekspresi Twist dan Claudin-7 positif,
sedangkan SC-3 Twist negatif namun Claudin-7 positif, ini menunjukkan tingkat
Berdasarkan hasil pada Tabel 4.5 sampai Tabel 4.7, dapat dilihat bahwa
dari 67 kasus TNBC didapati 7 kasus yang menunjukkan tanda-tanda stem cell-
like, namun ‘real stem cells’ sub-type dijumpai pada 4 kasus yang CD44+. Adanya
diperlukan untuk mengenal stem cells. Akan tetapi adanya Twist juga merupakan
TNBC dapat disimpulkan untuk aplikasi klinis pembagian stem cell-like sub-tipe
dari SC-1, SC-2, SC-3 tidak terlalu bermanfaat. Yang terpenting adalah
Pembagian SC-1 sampai dengan SC-3 hanya dapat membantu dalam upaya
Bila ditemukan petanda lebih awal contohnya Twist pada sel-sel yang
kasus CD44+24+, dan 11 kasus CD44-CD24+. Adanya tampilan CD44 atau CD24
CD44+CD24- yang selain menampilkan CK8/18 positif, CK5 negatif, namun juga
Diferensiasi
Didiferensiasi / EMT
Gambar 5.7. Ontogeny sel stem-cells like, basal, baso-luminal, dan luminal.
Pada penelitian ini, terdapat 2 kasus sub-tipe TNBC luminal dengan CK8/18
positif yang menampilkan CD44-CD24+ dan Twist juga positif (Tabel 4.14).
Kasus ini juga menunjukkan petanda didiferensiasi. Kasus ini istimewa karena
menampilkan ‘stemness’ dan tanda luminal. Sub-tipe ini disebut sebagai sub-tipe
stemo-luminal. Yang tidak terduga dan cukup menarik pada penelitian ini yaitu di
antara ke-67 kasus TNBC, dijumpai petanda ‘Luminal’ pada beberapa kasus
estrogen, walaupun ekspresi reseptor hormon estrogen negatif. Ini sesuai dengan
data penelitian gene expression profile (Bao and Davidson, 2008) yang
menunjukkan bahwa pada sebagian dari TNBC, estrogen signaling pathway genes
tetap upregulated. Ini berpengaruh pada terapi yaitu kasus TNBC yang CK8/18
Estrogen signaling terutama diperantarai oleh dua ERs, yaitu ERα dan
ERβ. Ternyata, pada TNBC yang terpulas negatif adalah ERα. Sedangkan, ERβ
ditemukan terekspresi pada 50-90% kanker payudara ERα. Seperti ERα, ERβ
merupakan nuclear receptor yang mengatur ekspresi gen target pada jaringan
yang respon terhadap estrogen, seperti kelenjar mammae. Banyak isoform ERβ
adanya efek dari inhibisi pertumbuhan akibat ekspresi dan aktivasi ERβ pada sel
TNBC. ERβ mungkin mengatur siklus sel melalui upregulation cyclin dependent
kinase inhibitor p21 (yang dikode oleh CDKN1A), yang mengatur perkembangan
dari fase G1 ke S. Oleh karena itu, ERβ selective ligand dapat menjadi berguna
dalam menargetkan ERβ pada TNBC. ERβ selective ligand dapat mendukung efek
inhibisi ERβ sambil mencegah efek proliferatif yang diperantarai oleh ERα. ERβ
sering gagal karena stem cells payudara memiliki sifat proliferasi yang rendah dan
stem cells. Hal ini merupakan salah satu penyebab penting kegagalan dan
kekambuhan dalam penanganan TNBC. Oleh sebab itu, dibutuhkan validasi stem
proliferasi yang beraneka ragam dengan Ki67 yang sebagian menunjukkan high
menunjukkan bahwa sel tumor dalam keadaan quiescent (fase G0) atau
serangkaian perubahan sel yang terkait dengan proses penuaan, namun akhir-akhir
mengaktifasi respon checkpoint siklus sel dan perekrutan fokus perbaikan DNA.
Senescence cells di dalam tumor bisa bersifat sebagai tumor suppressor atau
memungkinkan sel mengalami senescence. Ada beberapa gen yang terlibat dalam
pengaturan senescence pada sel-sel tumor seperti p53, p21, p16, serta Bcl2. Selain
apoptosis, gen-gen ini juga secara fisiologis di-stimulasi oleh gen p53 dan di-
dari agen yang merusak DNA adalah kematian sel melalui mitotic catastrophe.
Penyebab mitotic catastrophe ini karena adanya defisiensi checkpoint siklus sel.
Checkpoint ini sebagian diatur oleh ATM dan ATR. Senescence dimulai dengan
pemendekan telomere (replicative senescence) atau oleh signal stress akut dan
kesembuhan masih diperdebatkan (Liu, et al., 2012). Pada penelitian ini (Tabel
4.16-Tabel 4.18), tampilan IFN-αII lebih banyak yang low (40 kasus)
dibandingkan ekspresi high (27 kasus). IFN-αII low maupun high lebih banyak
disertai dengan TILs intra-tumoral, masing-masing 87% untuk low dan 85,2%
untuk yang high, juga dengan sub-tipe histopatologi IC-NST baik pada yang low
maupun high, masing-masing 35 kasus (87,5%) pada low dan 23 kasus (85,2%)
pada high, sedangkan histologic grading IFN-αII TNBC yang low lebih banyak
pada grade 2 (72%), sedangkan yang high lebih banyak pada grade 3 (51,8%).
sebagai TNBC yang disertai TIL dan IFN/STAT signaling. Pasien dengan immune-
al., 2011; Burstein, et al., 2015; Liu, et al., 2012). Sebaliknya, sub-tipe TNBC
al., 2015; Sistigu, et al., 2014). Peran IFN signaling pada immune-repressed
tumor TNBC merupakan strategi terapeutik yang penting untuk menekan sifat
agresif tumor dan metastasis yang dimiliki TNBC (Doherty, et al., 2017).
(TILs). TILs mencerminkan respon imun lokal (anti-tumor immune response) dan
terdiri dari 75% sel leukosit T, kurang dari 20% leukosit B, monosit kurang dari
10%, dan NK cells berserta Natural killer T-cells kurang dari 5% (Gu-Trantien, et
al., 2013). Sel Tregs berperan dalam menjaga kesimbangan imun dan self-
peradangan, Tregs juga berperan di dalam imunitas tumor. Pada kanker, Tregs
al., 2017). Pada sistem imun adaptif limfosit CD8+ akan mengenali antigen sel
sitotoksik seperti perforin dan granzym yang dapat membunuh sel tumor secara
langsung.
Fibroblas merupakan salah satu jenis sel yang paling aktif pada stroma
(Xouri and Christian, 2010), baik stroma jaringan normal maupun pada stroma
tumor (Rasnen and Vaheri, 2010). Berbagai sinonim yang digunakan untuk
dapat ditandai dengan beberapa petanda seperti α-smooth muscle actin (α-SMA),
protein (FAP) (Xouri and Christian, 2010; Rasnen and Vaheri, 2010).
terbagi atas 2 fenotip yaitu makrofag M1 dan M2. Makrofag M1 berespon sebagai
spesies (ROS), nitric oxide (NO), dan TNF; sedangkan makrofag M2 berfungsi
2008).
dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Law, et al. (2008) yang
menemukan sekitar 41,9% pada TNBC. Ekspresi IGF-1R TNBC pada penelitin ini
menemukan sebagian aktifasi internalised IGF-1R berlokasi pada inti sel tumor.
(Aleksic, et al., 2010; Sehat, et al., 2010; Sarfstein, et al., 2012; dan Warsito, et
al., 2012). IGFs yang mengikat IGF-1R pada permukaan sel, akan mengaktifkan
AKT (Romanelli, et al., 2007). Pada tumor, IGF-1R signaling berperan dalam
proliferasi, invasi dan keselamatan sel tumor melalui proteksi dari apoptosis,
migrasi sel tumor dan metastasis, serta terlibat langsung dalam kaskade metastasis
pada kanker payudara (Zhu, et al., 2011). IGF-1R mempromosi keselamatan dan
proliferasi pada TNBC cell line (Davison, et al., 2011). Sebagian IGF-1R
dalam resistensi terhadap terapi endokrin serta terapi targeted (Gao, et al., 2012;
migrasi dan invasi pada TNBC cell line MDA-MB-231 (Mancini, et al., 2014).
Sebagian besar sel kanker TNBC menampilkan IGF-1R, dan teraktifasinya IGF-
signaling mempromosi keselamatan dan proliferasi sel (Davison, et al., 2011). Ini
menunjukan bahwa IGF signaling berpotensi menjadi target untuk TNBC dan
agen anti-tumor dan merupakan target terapi baru dalam penanganan berbagai
jenis kanker yang sampai saat ini masih sedang dalam clinical trial (Arcaro,
2013). Ada dua jenis targeted agent IGF-1R, yaitu: (1). Monoclonal antibodies
(AMG 479) (Murakami, et al., 2012); dan (2). IGF-1R kinase inhibitors, termasuk
proliferasi sel dan men-suppress PI3K-Akt pathway pada TNBC cell lines (Weibi,
et al., 2017), dan juga berperan dalam autophagy dengan pengaturan modulator
CSCs atau dikenal juga sebagai cancer initiating cells (CICs) merupakan
kelompok kecil populasi sel yang berasal dari transformasi self-renewing stem
cells, yang mengawali dan mempertahankan pertumbuhan sel kanker. Sel punca
kanker payudara pertama kali ditemukan pada tahun 2003. Terdapat berbagai
kanker payudara (breast cancer stem cells/BCSCs) (Geng, et al., 2014; Kagara, et
al., 2012), diantaranya adalah CD44 dan CD24. Sel punca kanker payudara ini
grade 2 (67,7%) lebih banyak daripada grade 3 (37,3%), namun tidak ditemukan
(67%) lebih banyak dari pada grade 3 sebanyak 4 kasus (33%). Histologic
grading grade 2 dan grade 3 pada penelitian ini paling banyak manampilkan
kasus (60%) untuk grade 3. Histologic grading grade 2 dan grade 3 paling sedikit
untuk grade 2, dan 3 kasus (12%) untuk grade 3. Penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Pece, et al. (2010) yang menyatakan bahwa pada
Tampilan sel punca (CD44CD24) TNBC penelitian ini sangat kompleks dan
Tampilan IFN-αII (Tabel 4.23) pada CD44+CD24- lebih banyak yang low
dibandingkan high. Tampilan IFN-αII baik yang low maupun high paling banyak
(47,5%) dan 16 kasus (59,3%). Sedangkan ekspresi IFN-αII low paling sedikit
pada CD44+CD24+ sebanyak 4 kasus (10%), dan IFN-αII high terdapat pada
CD44+CD24- lebih sering terdapat pada daerah pinggir kelompokan sel tumor di
dekat stroma, sedangkan ALDH1 lebih sering berlokasi pada bagian tengah
terjadi pada kondisi hipoksia (Conley, et al., 2012). Analisis ekspresi gen
fenotipe sel punca kanker payudara yaitu: (1). Fenotipe mesenchymal-like yang
lebih cendrung mengalami invasi, dan (2). Fenotipe epithelial-like yang lebih
berespon untuk pertumbuhan tumor (Liu, et al., 2013). Switching fenotipe ini
berperan dalam EMT. Overexpression dari Twist dan Snail yang meregulasi EMT,
bukan hanya berperan dalam perubahan sel epitel payudara menjadi EMT, namun
CD44+CD24-. Selain Twist dan Snail, signaling pathway seperti Notch, Wnt, dan
Hedgehog juga dapat merangsang terjadinya EMT (Shin, et al., 2010; Yoo, et al.,
ini yang memungkinkan sel kanker untuk bermetastasis dan berkoloni di tempat
jauh (Biddle, et al., 2011; Thompsons and Haviv, 2011). Menurut Chaffer, et al.
(2011) dan Gupta, et al. (2011), differensiasi sel epitel payudara in vitro yang
menunjukkan sel punca terjadi secara spontan tanpa mengalami kelainan genetik.
Tampilan total IGF-1R (Tabel 4.24) baik yang low maupun high paling
kasus (50,0%) dan 11 kasus (57,9%). Sedangkan total IGF-1R low maupun high
3 kasus (15,8%).
low daripada high. Tampilan Ki67 paling banyak ditemukan pada tampilan CD44-
CD24+ yaitu sebanyak 35 kasus (52%) dan paling sedikit pada tampilan
CD44+CD24+ sebanyak 9 kasus (13%). Tampilan Ki67 low (36 kasus, 53,7%)
lebih banyak daripada yang high (31 kasus, 46,3). Ekspresi Ki-67 low paling
banyak terdapat pada kasus TNBC dengan tampilan CD44-CD24+ yaitu sebanyak
kasus (8,3%), sedangkan Ki-67 high yang terbanyak juga dijumpai pada TNBC
dengan tampilan CD44-CD24+ sebanyak 18 kasus (58,1%) dan paling sedikit pada
aktif namun tidak untuk sel yang mebelah secara lambat. Sedangkan penyebab
dan gambaran sel punca telah dibuktikan adanya peningkatan sejumlah sel
punca mempunyai sifat: (1). Quiescent dan/atau karena laju proliferasi-nya yang
lambat, ini bertolak belakang dengan aktifitas agent anti-neoplastik; (2). Protein
anti-apoptosis seperti bcl-2 dan survivin yang over-expression; dan (3). Kadar
tampilan protein yang terlibat dalam mekanisme pompa efflux banyak sehingga
stem cells-like TNBC sebagian besar grade 2 (SC1 L, SC2L, dan SC3H), kecuali SC3L
sebanyak 9 kasus (56,3%) yang memiliki histologic grading grade 2. Satu sub-
histologic grading grade 2, dan 4 kasus (30,8%) grade 3. Dari 8 kasus sub-tipe
masing 4 kasus (50%). Dari 12 kasus sub-tipe TNBC lainnya (unclassified breast
sebagian sampel berasal dari biopsi jaringan dimana didapatkan sel tumor yang
sedikit. Hal ini membuat banyak kasus TNBC yang terpaksa harus dieksklusi.
Dalam penelitian ini juga terdapat beberapa keterbatasan sebagai berikut: (1) data
penelitian ini diambil dari data sekunder, sehingga bila informasi yang diberikan
kurang maka sampel tersebut akan dieksklusikan. Hal ini akan menyebabkan
hilangnya kasus TNBC tersebut. (2) Karena kasus TNBC ini tergolong jarang
diambil dari berbagai sentra untuk memenuhi jumlah sampel minimal. Diharapkan
penelitian ini bisa dilanjutkan lagi dengan jumlah sampel yang lebih banyak.
yang selama ini hanya diklasifikasikan menjadi subtipe claudin low dan basal-like
tumor belum sempurna, karena dari hasil penelitian ini yang berdasarkan
pemeriksaan panel imunohistokimia TNBC ternyata didapati jenis stem cell like
klinis pembagian stem cell-like sub-tipe dari SC-1, SC-2, SC-3 tampaknya tidak
penelitian ini berhasil ditemukan bahwa ternyata pada sebagian dari TNBC,
estrogen signaling pathway masih tetap aktif meskipun ER negatif, ini terbukti
karena itu, perlu menjadi perhatian khusus utnuk para klinisi dan para ahli
patologi, bahwa pada kasus TNBC harus selalu diperiksa dengan imunohistokimia
CK8/18. Bila terpulas positif, ERα signaling pathway harus dihambat dan perlu
6.1 KESIMPULAN
banyak ditemukan pada kelompok usia 41-50 tahun, dan pada pre-
menopause.
ukuran tumor ≥2-5 cm (T2) (58%), terdapat 37% tumor yang melekat pada
kulit/ dinding dada (T4), 57% tumor tidak melibatkan KGB aksila (N), dan
183
Universitas Sumatera Utara
184
6. Tampilan IFN-αII low (87,5%) lebih banyak dijumpai pada TILs intra-
NST). Histologic grading IFN-αII low lebih banyak yang grade 2 (72,5%),
grade 2.
10. Klasifikasi sub-tipe TNBC pada penelitian ini terdiri dari sub-tipe stem
Basal. Histologic grading sub-tipe stem cells-like TNBC (SC1 L, SC2L, dan
6.2 SARAN
1. Selain pemeriksaan ER, PR, dan Her-2 pada kasus kanker payudara secara
dapat ditemukan pada kasus TNBC. Bila CK8/18 terpulas positif, maka
4. Pada TNBC dengan IGF-1R positif perlu dikendalikan diet, berat badan,
dan faktor risiko sindroma metabolik, sedangkan kadar gula darah, dan
DAFTAR PUSTAKA
Aaronson, D.S., Horvath, C.M. (2002). A road map for those who don't know
JAK-STAT. Science. 296, 1653-1655.
Abdullah, L.N. and Chow, E. (2013). Mechanisms of chemoresistance in cancer
stem cells. Clin Transl Med 2. Downloade from:
http://dx.doi.org/10.1186/2001-1326-2-3.
Ahn, J., Urist, M., Prives, C. (2004). The Chk2 protein kinase. DNA Repair
(Amst). 3, 1039-1047.
Ahn, S. and Joyner, A.L. (2005). In vivo analysis of quiescent adult neural stem
cells responding to Sonic Hedgehog. Nature. 437, 894-897.
Aigner, S., Ramos, C. L., Hafezi-Moghadam, A. (1998). CD24 mediates rolling of
breast carcinoma cellson P-selectin. The FASEB Journal. 12(12), 1241-
1251.
Aleksic, T., Chitnis, M.M., Perestenko, O.V., Gao, S., Thomas, P.H., Turmer,
G.D., Protheroe, A.S. Howarth, M., Macaulay, V.M. (2010). Type 1
insuline-like growth factor receptor translocates to the nucleus of human
tumor cells. Cancer Res 70: 6412-6419.
Alexander, W.S. (2002). Suppressors of cytokine signalling (SOCS) in the
immune system. Nat Rev Immunol. 2, 410-416.
Allred, D.C., Brown, P., Medina, D. (2004). The origins of estrogen receptor
alpha-positive and estrogen receptor alpha-negative human breast cancer.
Breast Cancer Res. 6(6), 240-245.
Al-Hajj, M., Wicha, M.S., Benito-Hernandez, A., Morrison, S.J., Clarke, M.F.
(2003). Prospective identifi cation of tumorigenic breast cancer cells.
Proc Natl Acad Sci USA. 100, 3983-3988.
Al-Hussaini, H., Subramanyam, D., Reedijk, M. (2010). Notch signaling pathway
as a therapeutic target in breast cancer. Mol Cancer Ther. 10, 9-15.
Ali, H.R., Dawson, S-J. Fiona, Blows, M., Provenzano, E., Pharoah, P.D., and
Caldas, C. (2011). Cancer stem cell markers in breast cancer:
pathological, clinical and prognostic significance. Breast Cancer
Research. 13, R118. Avaiable at: http://breast-cancer-
research.com/content/13/6/R118.
Allavena, P., Sica, A., Garlanda, C., Mantovani, A. (2008). The Yin-Yang of
tumor-associated macrophages in neoplastic progression and immune
surveillance. Immunol Rev; 222: 155-161.
Almquist, M., Manjer, J., Bondeson, L., Bondeson, A.G. (2007). Serum calcium
and breast cancer risk: results from a prospective cohort study of 7,847
women. Cancer Causes Control. 18(6), 595-602. [PubMed: 17410477]
American Cancer Society. (2012). Available at: http://www.cancer.org/acs/
groups/content/@epidemiologysurveilance/documents/document/acspc-
031941.pdf. Accessed 04/21, 2012.
Anders, C.K., and Carey, L.A. (2009). Biology, metastatic patterns, and treatment
of patients with triple-negative breast cancer. Clin Breast Cancer. 9(2),
S73–S81.
prostate cancer and may be a marker for occult, high-grade cancer. Int J
Radiat Oncol Biol Phys. 58, 19-24.
Beenken, A. and Mohammadi, M. (2009). The FGF family: biology,
pathophysiology and therapy. Nat Rev Drug Discov. 8, 235-253.
Ben-Porath, I., Thomson, M.W., Carey, V.J., Ge, R., Bell, G.W., Regev, A.,
Weinberg, R.A. (2008). An embryonic stem cell-like gene expression
signature in poorly diff erentiated aggressive human tumors. Nat Genet.
40, 499-507.
Bergamaschi, A., Kim, Y.H., Wang, P., Srlie, T., Hernandez-Boussard, T.,
Lonning, P.E. (2006). Distinct patterns of DNA copy number alteration
are associated with different clinicopathological features and
geneexpression subtypes of breast cancer. Gene Chromosome Cancer.
45, 1033-1040.
Bernardi, M.A., Logullo, A.F., Pasini, F.S., Nonogaki, S., Blumke, C., Soares,
F.A., Brentani, M.M. (2011). Prognostic significance of CD24 and
claudin-7 immunoexpression in ductal invasive breast cancer. Oncology
Reports. 27, 28-38. DOI: 10.3892/or.2011.1477.
Bertone-Johnson, E.R., Chen, W.Y., Holick, M.F., Hollis, B.W., Colditz, G.A.,
Willett, W.C., Hankinson, S.E. (2005). Plasma 25-hydroxyvitamin D and
1,25-dihydroxyvitamin D and risk of breast cancer. Cancer Epidemiol
Biomarkers Prev. 14(8), 1991-1997. [PubMed: 16103450]
Bertucci F, Borie, N., Ginestier, C. (2004). Identification and validation of an
ERBB2 gene expression signature in breast cancers. Oncogene. 23, 2564-
2575.
Bharathy, S., Xie, W., Yingling, J.M., Reiss, M. (2008). Cancer-associated
transforming growth factor beta type II receptor gene mutant causes
activation of bone morphogenic protein-Smads and invasive phenotype.
Cancer Res. 68, 1656-1666.
Bhargava, R., Beriwal, S., McManus, K., Dabbs, D.J. (2008). CK5 Is More
Sensitive than CK5/6 in Identifying the “Basal-like” Phenotype of Breast
Carcinoma. Am J Clin Pathol. 130, 724-730.
Bianchini, F., Mannini, A., Mugnai, G., Ruggieri, S., Calorini, L. (2006).
Expression of a metastatic phenotype in IFNs-primed/TNFalphaactivated
B16 murine melanoma cells: role of JAK1/PKCdelta signal transduction
factors. Clin Exp Metastasis. 23(3-4), 203-208.
Biddle, A., Liang, X., Gammon, L., Fazil, B., Harper, L.J., Emich, H., et al.
(2011). Cancer stem cells in squamous cell carcinoma switch between
two distinctphenotypes that are preferentially migratory or proliferative.
Cancer Res 1(71):5317-5326. Download from:
http://dx.doi.org/10.1158/0008-5472.CAN-11-1059.
Bierie, B. and Moses, H.L. (2006). TGF beta and cancer. Cytokine Growth Factor
Rev. 17, 29-40.
Bierie, B. and Moses, H.L. (2009). Gain or loss of TGFβ signaling in mammary
carcinoma cells can promote metastasis. Cell Cycle. 8(20), 3319-3327.
Birch, M., Mitchell, S., Hart, I.R. (1991). Isolation and characterization of human
melanoma cell variants expressing high and low levels of CD44. Cancer
Res. 51, 6660-6667.
Birnbaum, T., Roider, J., Schankin, C.J., Padovan, C.S., Schichor, C.,
Goldbrunner, R. (2007). Malignant gliomas actively recruit bone marrow
stromal cells by secreting angiogenic cytokines. J Neurooncol. 83(3),
241-247.
Biswas, D.K., Iglehart, J.D. (2006). Linkage between EGFR family receptors and
nuclear factor kappa-β (NF-kappaB) signaling in breast cancer. J Cell
Physiol. 209, 645-652.
Blackman, B., Russell, T., Nordeen, S.K., Medina, D., Neville, M.C. (2005).
Claudin 7 expression and localization in the normal murine mammary
gland and murine mammary tumors. Breast Cancer Research. 7(2); p.
R240-255.
Blick, T., Hugo, H., Widodo, E., Waltham, M., Pinto, C., Mani, S.A., Weinberg,
R.A., Neve, R.M., Lenburg, M.E., Thompson, E.W. (2010). Epithelial
mesenchymal transition traits in human breast cancer cell lines parallel
the CD44hi/CD24lo/– stem cell phenotype in human breast cancer. J
Mammary Gland Biol Neoplasia. 15, 235-252.
Bolderson, E., Richard, D.J., Zhou, B.S., Khanna, K.K. (2009). Recent advances
in cancer therapy targeting proteins involved in DNA double strand break
repair. Clin Cancer Res. 15, 6314-6320. [PubMed: 19808869].
Bogdan, C., Mattner, J., Schleicher, U. (2004). The role of type I interferons in
non-viral infections. Immunol Rev. 202, 33-48.
Bostrom, P., Soderstrom, M., Palokangas, T., Vahlberg, T., Collan, Y., Carpen, O.
(2009). Analysis of cyclins A, B1, D1 and E in breast cancer in relation
to tumour grade and other prognostic factors. BMC Res Notes. 2, 140.
Botchkina, I.L., Rowehl, R.A., Rivadeneira, D.E. (2009). Phenotypic
subpopulations of metastatic colon cancer stemcells: genomic analysis.
Cancer Genomics and Proteomics. 6 (1), 19-30.
Boulanger, C.A., Wagner, K.U., Smith, G.H. (2005). Parity-induced
mousemammary epithelial cells are pluripotent, self-renewing and
sensitive to TGF-b1 expression. Oncogene. 24, 552-560.
Boyle, P. (2012). Triple-negative breast cancer: epidemiological considerations
and recommendations. Annals of Oncology 23 (Supplement 6): vi7-vi12.
Doi:10.1093/annonc/mds187
Brooks, A.N., Kilgour, E. and Smith, P.D. (2012). Fibroblast growth factor
signaling: a new therapeutic opportunity in cancer. Clin Cancer Res. 3, 1-
24. DOI: 10.1158/1078-0432.CCR-11-0699.
Bunney, T. and Katan, M. (2010). Phosphoinositide signalling in cancer: beyond
PI3K and PTEN. Nat Rev Cancer. 10, 342-352.
Burgess, A.W. (2003). An open-and-shut case? Recent insights into the activation
of EGF/ErbB receptors. Mol Cell. 12(3), 541-552.
Burstein, M.D., Tsimelzon, A., Poage, G.M., Covington, K.R., Contreras, A.,
Fuqua, S.A., et al. (2015) Comprehensive genomic analysis identifies
novel subtypes and targets of triple-negative breast cancer. Clin Cancer
Res 21:1688-1698.
Buszczak, M., Spradling, A.C. (2006). Searching chromatin for stem cell identity.
Cell. 125, 233-236.
Chaffer, C.L., Brueckmann, I., Scheel, C., Kaestli, A.J., Wiggins, P.A.,
Rodrigues, L.O., et al. (2011). Normal and neoplastic nonstem cells can
spontaneously con-vert to a stem-like state. Proc Natl Acad Sci USA
108:7950-7955. Download from:
http://dx.doi.org/10.1073/pnas.1102454108.
Calza, S., Hall, P., Auer, G. (2006). Intrinsic molecular signature of breast cancer
in a population-based cohort of 412 patients. Breast Cancer Res. 8, R34.
Carey, L.A., Perou, C.M., Livasy, C.A. (2006). Race, breast cancer subtypes and
survival in the Carolina Breast Cancer Study. JAMA. 295, 2492-2502.
Carey, L.A., Dees, E.C., Sawyer, L., Gatti, L., Moore, D.T., Collichio, F., Ollila,
D.W., Sartor, C.I., Graham, M.L., Perou, C.M. (2007). The triple
negative paradox: Primary tumor chemosensitivity of breast cancer
subtypes. Clin Cancer Res. 13, 2329-2334.
Cariati, M., Naderi, A., Brown, J.P., Smalley, M.J., Pinder, S.E., Caldas, C.,
Purushotham, A.D. (2008). Alpha-6 integrin is necessary for the
tumourigenicity of a stem cell-like subpopulation within the MCF7
breast cancer cell line. Int J Cancer. 122, 298-304.
Chambers, I., et al. (2007). Nanog safeguards pluripotency and mediates germline
development. Nature. 450, 1230.
Charafe-Jauffret, E., Ginestier, C., Iovino, F., Wicinski, J., Cervera, N., Finetti, P.,
Hur, M.H., Diebel, M.E., Monville, F., Dutcher, J., Brown, M., Viens, P.,
Xerri, L., Bertucci, F., Stassi, G., Dontu, G., Birnbaum, D., Wicha, M.S..
(2009). Breast cancer cell lines contain functional cancer stem cells with
metastatic capacity and a distinct molecular signature. Cancer Res. 69,
1302-1313.
Cheang, M.C., Chia, S.K., Voduc, D. (2009). Ki-67 index, HER2 status, and
prognosis of patients with luminal B breast cancer. J Natl Cancer Inst.
101, 736-750.
Cheang, M.C., Voduc, D., Bajdik, C., Leung, S., McKinney, S., Chia, S.K. (2008)
Basal-like breast cancer defined by five biomarkers has superior
prognostic value than triple-negative phenotype. Clin Cancer Res.14,
1368-1376.
Chen, L. and Daley, G.Q. (2008). Molecular basis of pluripotency. Hum Mol
Genet. 17(R23).
Chin, K., DeVries, S., Fridlyand, J., Spellman, P. T., Roydasgupta, R., Kuo, W.
L., Lapuk, A., Neve, R. M., Qian, Z., Ryder, T. et al. (2006). Genomic
and transcriptional aberrations linked to breast cancer pathophysiologies.
Cancer Cell. 10, 529-541.
Chlebowski, R.T., Johnson, K.C., Kooperberg, C. (2008). Calcium plus vitamin D
supplementation and the risk of breast cancer. J Natl Cancer Inst
100:1581-1591.
Chow, S.C., Shao, J., Wang, H. (2009). Sample size calculation in clinical
research. Chapman and Hall.
Cleator, S., Heller, W., Coombes, R.C. (2007). Triple-negative breast cancer:
therapeutic options. Lancet Oncol. 8:235-244.
Clevers, H., Nusse, R. (2012). Wnt/beta-catenin signaling and disease. Cell.
149(6):1192-1205.
Colditz, G., and Chia, K.S. (2012). Invasive breast carcinoma: Introduction and
general features. In: Lakhni, S.R., Ellis, I.O., Schnitt, S.J., Tan, P.H., van
deVijver, M.J. (Eds): World Health Organization Classification of
Tumors of Breast. 4th edition. IARC Press: Lyon 2012, 13-31.
Cole, S.W., and Sood, A.K. (2011). Molecular pathways: Beta-adrenergic
signaling pathways in cancer. American Association for Cancer
Research. 1, 1-20. Avaiable at: clincancerres.aacrjournals.org.
Collina, F., Bonito, M.D., Bergolis, V.L., Laurentiis, M.D., Vitagliano, C.,
Cerrone, M., Nuzzo, F., Cantile, M., and Botti, G. (2015). Prognostic
Value of Cancer Stem Cells Markers in Triple-Negative Breast Cancer.
BioMed Research International. Vol 2015 (2015), 1-10. Article ID
158682.
Conley, S.J., Gheordunescu, E., Kakarala, P., Newman, B., Korkaya, H. (2012).
Heath AN,et al. Antiangiogenic agents increase breast cancer stem cells
via the gen-eration of tumor hypoxia. Proc Natl Acad Sci USA109:2784-
2789. Avaiable from:http://dx.doi.org/10.1073/pnas.1018866109.
Cooper, D.L. and Dougherty, G.J. (1995). To metastasize or not? Selection of
CD44 splice sites. Nat Med. 1, 635-657.
Coro, E.S., Chang, W.L., Baumgarth, N. (2006). Type I IFN receptor signals
directly stimulate local B cells early following influenza virus infection.
J Immunol. 176, 4343-4351.
Creighton, C.J., Li, X., Landis, M., Dixon, J.M., Neumeister, V.M., Sjolund, A.,
Rimm, D.L., Wong, H., Rodriguez, A., Herschkowitz, J.I., Fan, C.,
Zhang, X., He, X., Pavlick, A., Gutierrez, M.C., Renshaw, L., Larionov,
A.A., Faratian, D., Hilsenbeck, S.G., Perou, C.M., Lewis, M.T., Rosen,
J.M., Chang, J.C. (2009). Residual breast cancers after conventional
therapy display mesenchymal as well as tumor-initiating features. Proc
Natl Acad Sci USA. 106(33), 13820-13825.
Cui, X., Schiff, R., Arpino, G., Osborne, C.K., Lee, A.V. (2005). Biology of
progesterone receptor loss in breast cancer and its implications for
endocrine therapy. J Clin Oncol. 23(30), 7721-7735.
Curtis, C., Shah, S.P., Chin, S.F., Turashvili, G., Rueda, O.M., Dunning, M.J.,
Speed, D., Lynch, A.G., Samarajiwa, S., Yuan, Y., et al. (2012). The
genomic and transcriptomic architecture of 2,000 breast tumours reveals
novel subgroups. Nature 486: 346-352.
Daly, A.C., Randall, R.A., Hill, C.S. (2008). Transforming growth factor beta-
induced Smad1/5 phosphorylation in epithelial cells is mediated by novel
receptor complexes and is essential for anchorage-independent growth.
Mol Cell Biol. 28, 6889-6902.
Daly, C. J. and McGrath, J. C. (2011). Previously unsuspected widespread cellular
and tissue distribution of beta-adrenoceptors and its relevance to drug
action. Trends Pharmacol Sci. 32, 219-226.
Davis, A.A. and Kaklamani, V.G. (2012). Metabolic syndrome and Triple-
Negative Breast Cancer: a new paraigma. International Journal of Breast
Cancer.
Davison, Z., de Blacquire, G.E., Westley, B.R., May, F.E.B. (2011). Insulin-like
growth factor-dependent proliferation and survival of triple-negative
breast cancer cells: implications for therapy. Neoplasia. 13(6), 504-515.
Deeb, K.K., Trump, D.L., Johnson, C.S. (2007). Vitamin D signalling pathways in
cancer: potential for anticancer therapeutics. Nat Rev Cancer. 7(9), 684-
700. [PubMed: 17721433]
deLaurentiis, M., Cianniello, D., Caputo, R., Stanzione, B., Arpino, G., Cinieri, S.
(2010). Treatment of triple negative breast cancer (TNBC): current
options and future perspectives. Cancer Treat Rev. 36(S3), S80-S86.
de Lima, G.R., Facina, G., Shida, J.Y. (2003). Effects of low dose tamoxifen on
normal breast tissue from premenopausal women. Eur J Cancer. 39. 891-
898.
Dent, R.A., Lindeman, G.J., Clemons, M., Wildiers, H., Chan, A., McCarthy, N.J.
(2010). Safety and efficacy of the oral PARP inhibitor olaparib
(AZD2281) in combination with paclitaxel for the first- or second-line
treatment of patients with metastatic triple-negative breast cancer:
Results from the safety cohort of a phase I/II multicenter trial. J Clin
Oncol. 28(15), 1018.
Deome, K., Faulkin, L.J., Bern, H., Blair, P. (1959). Development of mammary
tumors from hyperplastic alveolar nodules transplanted into gland-free
mammary fat pads of female C3H mice. Cancer Res. 19, 515-520.
deWeerd, N.A., Samarajiwa, S.A., Hertzog, P.J. (2007). Type I interferon
receptors: biochemistry and biological functions. J Biol Chem. 282,
20053-20057.
Dey, J.H., Bianchi, F., Voshol, J., Bonenfant, D., Oakeley, E.J., Hynes, N.E.
(2010). Targeting fibroblast growth factor receptors blocks PI3K/AKT
signaling, induces apoptosis, and impairs mammary tumor outgrowth and
metastasis. Cancer Res. 70, 4151-4162. [PubMed: 20460524]
Diallo, R., Schaefer, K-L., Poremba, C., Shivazi, N., Willmann, V., Buerger, H.,
Dockhorn-Dworniczak, B., Boecker, W. (2001). Monoclonality in
normal epithelium and in hyperplastic and neoplastic lesions of the
breast. J Pathol. 193, 27-32.
Dickler, M.N., Rugo, H.S., Eberle, C.A., Brogi, E., Caravelli, J.F., Panageas, K.S.,
Boyd, J., Yeh, B., Lake, D.E., Dang, C.T., Gilewski, T.A., Bromberg,
J.F., Seidman, A.D., D’Andrea, G.M., Moasser, M.M., Melisko, M.,
Park, J.W., Dancey, J., Norton, L., Hudis, C.A. (2008). A phase II trial of
erlotinib in combination with bevacizumab in patients with metastatic
breast cancer. Clin Cancer Res. 14, 7878-7883.
Dickler, M.N., Cobleigh, M.A., Miller, K.D., Klein, P.M., Winer, E.P. (2009).
Efficacy and safety of erlotinib in patients with locally advanced or
metastatic breast cancer. Breast Cancer Res Treat. 115, 115-121.
Dickler, M.N. (2011). Targeting the Insulin-Like Growth Factor Pathway in
Estrogen Receptor–Positive Breast Cancer: A Bumpy Start With an
Uncertain Future. Journal of Clinical Oncology. 29, 1-3.
Dieci, M.V., Mathieu, M.C., Guarneri, V., Conte, P., Delaloge, S., Andre, F.,
Goubar, A. (2015). Prognostic and predictive value of tumor-infiltrating
lymphocytes in two phase III randomized adjuvant breast cancer trials.
Ann. Oncol, 26, 1698-1704.
Doherty, M.R., Cheon, H., Junk, D.J., Vinayak, S., Varadan, V., Telli, M.L., et al.
(2017). Interferon-beta repress cancer stem cell properties in triple-
negative breast cancer. PNAS 52. 114. 13792-13797.
Fang, X., Zheng, P., Tang, J., Liu, Y. (2010). CD24: from A to Z. Cellular and
Molecular Immunology. 7(2), 100-103.
Feng, X.H. and Derynck, R. (2005). Specificity and versatility in TGF beta
signaling through Smads. Annu Rev Cell Dev Biol.
Ferguson, K.M. (2003). EGF activates its receptor by removing interactions that
autoinhibit ectodomain dimerization. Mol Cell. 11(2), 507-517.
Ferguson, N.L., Bell, J., Heidel, R., Lee, S., VanMeter, S., Duncan, L., Munsey,
B., Panella, T., and Orucevic, A. (2013). Prognostic Value of Breast
Cancer Subtypes, Ki-67 Proliferation Index, Age, and Pathologic Tumor
Characteristics on Breast Cancer Survival in Caucasian Women. The
Breast Journal. 19(1), 22-30.
Fink, K., Lang, K.S., Manjarrez-Orduno, N., Junt, T., Senn, B.M., Holdener, M.
(2006). Early type I interferon-mediated signals on B cells specifically
enhance antiviral humoral responses. Eur J Immunol. 36, 2094-2105.
Fukunaga, M. (2005). Expression of D2-40 in lymphatic endothelium of normal
tissues and in vascular tumors. Histopathology. 46, 396-402.
Fulford, L.G., Easton, D.E., Reis-Filho, J.S. (2006). Specific morphological
features predictive for the basal phenotype in grade 3 invasive ductal
carcinoma of breast. Histopathology. 49, 22-34.
Gabrovska, P.N., Smith, R.A., Tiang, T., Weinstein, S.R., Haupt, L.M., Griffiths,
L.R. (2012). Development of an eight gene expression profile implicating
human breast tumours of all grade. Mol Biol Rep. 39(4):3879-3892.
Gansauge, F., Gansauge, S., Zobywalski, A. (1995). Differential expression of
CD44 splice variants in human pancreatic adenocarcinoma and in normal
pancreas. Cancer Res. 55, 5499-5503.
Gao, J., Chang, Y.S., Jallal, B., Viner, J. (2012). Targeting the insulin-like growth
factor axis for the development of novel therapeutics in oncology.
Cancer Res 72(1): 3-12.
Geng, Q., Alexandrou, A.T. andLi, J.J. (2014). “Breast cancer stem cells: Multiple
capacities in tumor metastasis,” Cancer Letters 349(1): 1-7.
Gelsi-Boyer, V., Orsetti, B., Cervera, N., Finetti, P., Sircoulomb, F., Rouge, C.,
Lasorsa, L., Letessier, A., Ginestier, C., Monville, F. et al. (2005).
Comprehensive profiling of 8p11-12 amplification in breast cancer. Mol.
Cancer Res. 3, 655-667.
Geyer, F.C., Lacroix-Triki, M., Savage, K., Arnedos, M., Lambros, M.B.,
MacKay, A. (2011). beta-Catenin pathway activation in breast cancer is
associated with triple-negative phenotype but not with CTNNB1
mutation. Mod Pathol. 24, 209-231.
Giampieri, S., Manning, C., Hooper, S., Jones, L., Hill, C.S., Sahai, E, (2009).
Localized and reversible TGF-beta signaling switches breast cancer cells
from cohesive to single cell motility. Nat. Cell. Biol. 11, 1287-1296.
Giatromanolaki, A., Sivridis, E., Fiska, A., Koukourakis, M.I. (2011). The
CD44+/CD24-phenotype relates to ‘triple-negative’ state and
unfavorable prognosis in breast cancer patients. Med Oncol. 28, 745-752.
Ginestier, C., Hur, M.H., Charafe-Jauffret, E., Monville, F., Dutcher, J., Brown,
M., Jacquemier, J., Viens, P., Kleer, C.G., Liu, S., Schott, A., Hayes, D.,
Birnbaum, D., Wicha, M.S., Dontu, G. (2007). ALDH1 is a marker of
Gu-Trantien, C., Loi, S., Garaud, S., Equeter, C., Libin, M., de Wind, A., et al.
(2013). CD4+ follicular helper T-cell infiltration predicts breast cancer
survival. J Clin Invest 123: 2873-2882.
Gutteridge E, Agrawal A, Nicholson R, Leung Cheung K, Robertson J, Gee J.
(2010). The effects of gefitinib in tamoxifen-resistant and hormone-
insensitive breast cancer: a phase II study. Int J Cancer.126, 1806-1816.
Gyorki, D.E., Asselin-Labat, M.L., van Rooijen, N., Lindeman, G.J., Visvader,
J.E. (2009). Resident macrophages influence stem cell activity in the
mammary gland. Breast Cancer Res. 11, R62. doi: 10.1186/bcr2353.
Halim, D., Murti, H., Sandra, F., Boediono, A., Djuwantono, T., Setiawan, B.
(2010). Stem cell: Dasar teori dan aplikasi klinis. Erlangga.
Hall, B., Andreeff, M., Marini, F. (2007). The participation of mesenchymal stem
cells in tumor stroma formation and their application as targeted-gene
delivery vehicles. Handb Exp Pharmacol. 180, 263-283.
Hammond, M.E., Hayes, D.F., Dowsett, M. (2010). American Society of Clinical
Oncology/College Of American Pathologists guideline recommendations
for immunohistochemical testing of estrogen and progesterone receptors
in breast cancer. J Clin Oncol. 28, 2784-2795.
Hanna, J, et al. (2008). Direct reprogramming of terminally differentiated mature
B lymphocytes to pluripotency. Cell. 133, 250.
Harlow, S.D., Gass, M., Hall, J.E., STRAW + 10 Collaborative Group. (2012).
"Executive summary of the Stages of Reproductive Aging Workshop
+10: addressing the unfinished agenda of staging reproductive aging."
Fertility and Sterility. 97(4), 398-406.
Harper-Wynne, C., Ross, G., Sacks, N. (2002). Effects of the aromatase inhibitor
letrozole on normal breast epithelial cell proliferation and metabolic
indices in postmenopausal women: A pilot study for breast cancer
prevention. Cancer Epidemiol Biomarkers Prev. 11. 614-621.
Helen X.C.E.S. (2013). IGF-1R as an anti-cancer target-trials and tribulations.
Chinese Journal of Cancer. 32(5):243-252.
Hennessy, B.T., Gonzalez-Angulo, A.M., Stemke-Hale, K. (2009).
Characterization of a naturally occurring breast cancer subset enriched in
epithelial-to-mesenchymal transition and stem cell characteristics.
Cancer Res. 69, 4116-4124.
Herbst, R.S. (2004). Review of epidermal growth factor receptor biology. Int J
Radiat Oncol Biol Phys. 59(2 Suppl), 21-26.
Herschkowitz, J.I., Simin, K., Weigman, V.J., Mikaelian, I., Usary, J., Hu, Z.,
Rasmussen, K.E., Jones, L.P., Assefnia, S., Chandrasekharan, S.,
Backlund, M.G., Yin, Y., Khramtsov, A.I., Bastein, R., Quackenbush, J.,
Glazer, R.I., Brown, P.H., Green, J.E., Kopelovich, L., Furth, P.A.,
Palazzo, J.P., Olopade, O.I., Bernard, P.S., Churchill, G.A., Van-Dyke,
T., Perou, C.M. (2007). Identification of conserved gene expression
features between murine mammary carcinoma models and human breast
tumors. Genome Biol. 8(5), R76. doi: 10.1186/gb-2007-8-5-r76.
Hervas-Stubbs, S., Perez-Gracia, J.L., Rouzaut, A. (2011). Direct effects of type i
interferons on cells of the immune. Clin Cancer Res. 17, 2619-2627.
Isaacs, A., and Lindenmann, J. (1957). Virus interference. I. The interferon. Proc
R Soc Lond B Biol Sci. 147, 258-267.
Isakoff, S., Engelman, J., Irie, H., Luo, J., Brachmann, .S, Pearline, R., Cantley,
L., Brugge, J. (2005). Breast cancer-associated PI3KA mutations are
oncogenic in mammary epithelial cells. Cancer Res. 65, 10992-11000.
Jackson, S.P. and Bartek, J. (2009). The DNA-damage response in human biology
and disease. Nature. 461, 1071-1078.
Jain, M., He, Q., Lee, W.S. (1996). Role of CD44 in the reaction of vascular
smooth muscle cells to arterial wall injury. J Clin Invest. 98, 877.
Janda, E., Nevolo, M., Lehmann, K., Downward, J., Beug, H., Grieco, M. (2009).
Raf plus TGFβ-dependent EMT is initiated by endocytosis and lysosomal
degradation of E-cadherin. Oncogene. 25, 7117-7130.
Jemal, A., Siegel, R., Xu, J., Ward, E. (2010). Cancer statistics, 2010. CA Cancer
J Clin., 60, 277-300.
Jobling, M.F., Mott, J.D., Finnegan, M.T., Jurukovski, V., Erickson, A.C.,
Walian, P.J. (2006). Isoform-specific activation of latent transforming
growth factor beta (LTGFbeta) by reactive oxygen species. Radiat Res.
166, 839-848.
Johansson, S. and Melhus, H. (2001). Vitamin A antagonizes calcium response to
vitamin D in man. J Bone Miner Res. 16(10), 1899-1905. [PubMed:
11585356]Jorissen, R.N. (2003). Epidermal growth factor receptor:
mechanisms of activation and signalling. Exp Cell Res. 284(1), 31-53.
Joyce, J.A., Pollard, J.W. (2009). Microenvironmental regulation of metastasis.
Nat Rev Cancer. 9: p239-252.
Kagara, N., Huynh, K.T., Kuoetal, C. (2012). “Epigeneticregulation of cancer
stem cell genes in triple-negative breast cancer.” American Journal of
Pathology, 181(1).pp.257-267.
Kakarala, M. and Max S. Wicha, M.S. (2008). Implications of the Cancer Stem-
Cell Hypothesis for Breast Cancer Prevention and Therapy. J Clin Oncol.
26(17), 2813–2820. doi:10.1200/JCO.2008.16.3931.
Kaplan, H.G., Malmgren, J.A., Atwood, M.K. (2006). Impact of triple negative
phenotype on breast cancer prognosis. Poster presented at: 29th Annual
San Antonio Breast Cancer Symposium, San Antonio.
Karamouzis, M.V., and Papavassiliou, A.G. (2012). Targeting insulin-like growth
factor in breast cancer therapeutics. Crit Rev Oncol Hematol. 84(1): 8-17.
Kasper, M., Jaks, V., Fiaschi, M., Toftgard, R. (2009). Hedgehog signalling in
breast cancer. Carcinogenesis. 30(6), 903-911. Avaiable at:
doi:10.1093/carcin/bgp048.
Kato, T., Prevo, R., Steers, G. (2005). A quantitative analysis of lymphatic vessels
in human breast cancer on LYVE-1 immunoreactivity. Br J Cancer. 93,
1166-1174.
Kelleher, F.C., Fennelly, D., Rafferty, M. (2006). Common critical pathways in
embryogenesis and cancer. Acta Oncol. 45, 375-388.
Key, T.J., Appleby, P.N., Reeves, G.K., Helzlsouer, K.J., Alberg, A.J., Rollison,
D.E., Overvad, K., Trichopoulos, D. (2010). Insulin-like growth factor 1
(IGF1), IGF binding protein 3 (IGFBP3), and breast cancer risk: pooled
individual data analysis of 17 prospective studies. Lancet Oncol. 11(6),
530-542. Avaiable at: doi: 10.1016/S1470-2045(10)70095-4.
Kim, M.J., Ro, J.Y., Ahn, S.H., Kim, H.H., Kim, S.B., Gong, G. (2006).
Clinicopathologic significance of the basal-like subtype of breast cancer:
a comparison with hormone receptor and Her2/neu-overexpressing
phenotypes. Hum Pathol. 37, 1217-1226.
Klinakis, A., Szabolcs, M., Chen, G., Xuan, S., Hibshoosh, H., Efstratiadis, A.
(2008). IGF1r as a therapeutic target in a mouse model of basal-like
breast cancer. Proc Natl Acad Sci USA. 105(49), 19378-19383.
Kordon, E.C. and Smith, G.H. (1998). An entire functional mammary gland may
comprise the progeny from a single cell. Development. 125, 1921-1930.
Korsching, E., Packeisen, J., Liedtke, C., Hungermann, D., Wülfing, P., vanDiest,
P.J., Brandt, B., Boecker, W., Buerger, H. (2005). The origin of vimentin
expression in invasive breast cancer: epithelial-mesenchymal transition,
myoepithelial histogenesis or histogenesis from progenitor cells with
bilinear differentiation potential?. J Pathol. 206; p.451-457.
Korsching, E., Jeffrey, S.S., Meinerz, W., Decker, T., Boecker, W., Buerger, H.
(2008). Basal carcinoma of the breast revisited: an old entity with new
interpretations. J Clin Pathol. 61, 553-560. Doi:10.1136/jcp.2008.055475
Koziczak, M., Holbro, T. and Hynes, N. E. (2004). Blocking of FGFR signaling
inhibits breast cancer cell proliferation through downregulation of D-type
cyclins. Oncogene. 23, 3501-3508.
Kreike, B., van Kouwenhove, M., Horlings, H., Weigelt, B., Peterse, H.,
Bartelink, H. (2007). Gene expression profiling and histopathological
characterization of triple-negative/basal-like breast carcinomas. Breast
Cancer Res. 9, R65.
Kristiansen, G., Winzer, K.J., Mayordomo, E. (2003). CD24 expression is a new
prognostic marker in breast cancer. Clinical Cancer Research. 9(13),
4906–4913.
Kristiansen, G., Sammar, M. and Altevogt, P. (2004). Tumour biological aspects
of CD24, a mucin-like adhesion molecule. J Mol Histol. 35, 255-262.
Kuilman, T., Michaloglou, C., Mooi, W.J., Peeper, D.S., 2010. The essence of
senescence. Genes Dev. 24, 2463–2479.
Kumar, V., Abbas, A.K., Fausto, N., and Aster, J.C. (2010). Diseases of the
Immune System. In: Robbins and Cotran pathologic basis of disease. 8
Edition. Saunders Elsevier. 183-257.
Kusinska, R.U., Kordek, R., Pluciennik, E., Bednarek, A.K., Piekarski, J.H.,
Potemski, P. (2009). Does vimentin help to delineate the so-called 'basal
type breast cancer'?. Journal of Experimental & Clinical Cancer
Research. 118 (28); p. 1-9. Doi:10.1186/1756-9966-28-118.
Kurosu, H., Ogawa, Y., Miyoshi, M., Yamamoto, M., Nandi, A., Rosenblatt, K.P.
(2006). Regulation of fibroblast growth factor-23 signaling by klotho. J
Biol Chem. 281, 6120-6123.
Kyo, S., Sakaguchi, J., Ohno, S. (2006). High Twist expression is involved in
infiltrative endometrial cancer and affects patient survival. Hum Pathol.
37; p. 431-438.
Lacey M. (2018). Immunohistochemistry: Current Applications in Breast Cancer
[Online]. [Accessed on 3th April 2018]. Available from:
https://www.sigmaaldrich.com/technical-documents/articles/white-
papers/immunohistochemistry-applications-breast-cancer.html
Lai, E.C. (2004). Notch signaling: control of cell communication and cell fate.
Development. 131, 965-973.
Lakhani, S.R., Ellis, I.O., Schnitt, S.J. (2012). WHO Classification of tumours of
the breast. IARC Press: Lyon. 8-75.
Lathia, J.D., Gallagher, J., Heddleston, J.M., Wang, J., Eyler, C.E., Macswords, J.,
Wu, Q., Vasanji, A., McLendon, R.E., Hjelmeland, A.B., Rich, J.N.
(2010). Integrin alpha 6 regulates glioblastoma stem cells. Cell Stem
Cell. 6, 421-432.
Latza, U., Niedobitek, G., Schwarting, R., Nekarda, H., Stein, H. (1990). Ber-
EP4: new monoclonal antibody which distinguishes epithelia from
mesothelial. J Clin Pathol. 43, 213-219.
Law, W.L., Chu, K.W. (2004). Anterior resection for rectal cancer with
mesorectal excision: a prospective evaluation of 622 patients. Ann Surg.
240, 260-268.
Law, J.H., Habibi, G., Hu, K., Masoudi, H., Wang, M.Y., Stratford, A.L. (2008).
Phosphorylated insulin-like growth factor-i/insulin receptor is present in
all breast cancer subtypes and is related to poor survival. Cancer Res. 68,
10238-10246.
LeBon, A., Etchart, N., Rossmann, C., Ashton, M., Hou, S., Gewert, D. (2003).
Cross-priming of CD8þ T cells stimulated by virus-induced type I
interferon. Nat Immunol. 4, 1009-1015.
LeBon, A., Thompson, C., Kamphuis, E., Durand, V., Rossmann, C., Kalinke, U.
(2006). Cutting edge: enhancement of antibody responses through direct
stimulation of B and T cells by type I IFN. J Immunol. 2006;176, 2074-
2078.
Lee, H.J., Choe, G., Jheon, S., Sung, S.W., Lee, C.T., Chung, J.H. (2010). CD24,
a novel cancer biomarker, predicting disease free survival of non-small
cell lung carcinomas: a retrospective study of prognostic factor analysis
from the viewpoint of forthcoming (Seventh) New TNM classification.
Journal of Thoracic Oncology. 5(5), 649-657.
Lee, J.E. and Nam, S.J. (2011). “Invited commentary on: can CD44+/CD24−
tumour stem cells be used to determine the extent of breast cancer
invasion following neoadjuvant chemotherapy?” Journal of Breast
Cancer. 14, 251-252.
Lee, M.K., Pardoux, C., Hall, M.C., Lee, P.S., Warburton, D., Qing, J. (2007).
TGFbeta activates Erk MAP kinase signalling through direct
phosphorylation of ShcA. EMBO J. 26, 3957-3967.
Lehmann, B.D., Bauer, J.A., Chen, X., Sanders, M.E., Chakravarthy, A.B., Shyr,
Y., Pietenpol, J.A. (2011) Identification of human triple-negative breast
cancer subtypes and preclinical models for selection of targeted
therapies. JClinInvest 121:2750-2767.
Lesley, J., English, N., Perschl, A. (1995). Variant cell lines selected for
alterations in the function of the hyaluronan receptor CD44 show
differences in glycosylation. J Exp Med. 182, 431-437.
Leung, E.L.H., Fiscus, R.R., Tung, J.W. (2010). “Non-small cell lung cancer cells
expressing CD44 are enriched for stem celllike properties.” PLoS ONE.
5(11). Article ID e14062, 2010.
Liu, C.C., Prior, J., Piwnica-Worms, D., Bu, G. (2010). LRP6 overexpression defi
nes a class of breast cancer subtype and is a target for therapy. Proc Natl
Acad Sci USA. 107, 5136-5141.
Liu, I.M., Schilling, S.H., Knouse, K.A., Choy, L., Derynck, R., Wang, X.F.
(2009). TGF beta stimulated Smad1/5 phosphorylation requires the
ALK5 L45 loop and mediates the pro-migratory TGF beta switch. EMBO
J. 28, 88-98.
Liu, S., Dontu, G., Mantle, I.D. (2006). Hedgehog signaling and Bmi-1 regulate
self-renewal of normal and malignant human mammary stem cells.
Cancer Res. 66, 6063-6071.
Liu, S., Ginestier, C., Charafe-Jauffret, E., Foco, H., Kleer, C.G., Merajver, S.D.,
Dontu, G., Wicha, M.S. (2008). BRCA1 regulates human mammary
stem/progenitor cell fate. Proc Natl Acad Sci USA. 105, 1680-1685.
Liu, S. (2011). Breast cancer stem cells are regulated by mesenchymal stem cells
through cytokine networks. Cancer Res. 71(2), 614-624.
Liu, S., Lachapelle, J., Leung, S., Gao, D., Foulkes, W.D., and Nielsen, T.O.
(2012). CD8+ lymphocyte infiltration is an independent favorable
prognostic indicator in basal-like breast cancer. Breast Cancer Res
14:R48.
Liu, S., Cong, Y., Wang, D., Sun, Y., Deng, L., Liu, Y., et al. (2013). Breast
cancer stem cells transition between epithelial and mesenchymal
statesreflective of their normal counterparts. Stem Cell Rep 2:78-91.
Downloade from:http://dx.doi.org/10.1016/j.stemcr.2013.11.009.
Livasy, C.A., Karaca, G., Nanda, R. (2006). Phenotypic evaluation of the basal-
like subtype of invasive breast carcinoma. Mod Pathol. 19, 264-271.
Logan, C.W., Nusse, R. (2004). "The Wnt signaling pathway in development and
disease". Cell Dev. Bio. 20: 781-810.
Louwman, M.W., Vriezen, M., vanBeek, M.W., Nolthenius-Puylaert, M.C.
(2007). 121; p.127-135.
Lowry, W.E., Richter, L., Yachechko, R., Pyle, A.D., Tchieu, J., Sridharan, R.,
Clark, A.T., Plath, K. (2008). Generation of human induced pluripotent
stem cells from dermal fibroblasts. Proc Natl Acad Sci USA. 105, 2883.
Luen, S.J., Savas, P., Fox, S.B., Salgado, R., Loi, S. (2017). Tumour-infiltrating
lymphocytes and the emerging role of immunotherapy in breast cancer.
Pathology, 49, 14-155.
MacDonald, B. T., Tamai, K., and He, X. (2009). Wnt/beta-catenin signaling:
components, mechanisms, and diseases. Dev Cell. 17, 9-26.
Mackay, C.R., Terpe, H.J., Stauder, R. (1994). Expression and modulation of
CD44 variant isoforms in humans. J Cell Biol. 124, 71-82.
Mancini M, Gariboldi MB, Taiana E, Bonzi MC, Craparotta I, Pagin M, et al.
(2014). Co-targeting the IGF system and HIF-1 inhibits migration and
invasion by (triple-negative) breast cancer cells. British journal of
cancer. 110(12): 2865-73. PubMed Central PMCID: PMC4056066. doi:
10.1038/bjc.2014.269 PMID: 24853185
Mani, S.A., Guo, W., Liao, M.J. (2008). The epithelial-mesenchymal transition
generates cells with properties of stem cells. Cell. 133, 704-715.
Manning, B. and Cantley, L. (2007). AKT/PKB signaling: navigating
downstream. Cell. 129, 1261-1274.
Manson, J.E., Mayne, S.T., Clinton, S.K. (2011). Vitamin D and prevention of
cancer: Ready for prime time? N Engl J Med. 364, 1385-1387.
Mantovani, A., Allavena, P., Sica, A., Balkwill, F. (2008). Cancer-related
inflammation. Nature; 454: 436-444.
Marcato, P., Dean, C.A., Pan, D., Araslanova, R., Gillis, M., Joshi, M., Helyer, L.,
Pan, L., Leidal, A., Gujar, S., Giacomantonio, C.A., Lee, P.W. (2011).
Aldehyde dehydrogenase activity of breast cancer stem cells is primarily
due to isoform ALDH1A3 and its expression is predictive of metastasis.
Stem Cells. 29, 32-45.
Mathot, L. and Stenninger, J. (2012). Behavior of seeds and soil in the mechanism
of metastasis: A deeper understanding. Cancer Sci. 103, 626-631.
Massague, J. and Gomis, R.R. (2006). The logic of TGFbeta signaling. FEBS Lett.
580, 2811-2820.
Massague, J. (2008). TGF beta in cancer. Cell. 134, 215-230.
May, C.D., Sphyris, N., Evans, K.W., Werden, S.J., Guo, W., Mani, S.A. (2011).
Epithelial–mesenchymal transition and cancer stem cells: a dangerously
dynamic duo in breast cancer progression. Breast Cancer Research. 13,
202. Avaiable at: http://breast-cancer-research.com/content/13/1/202.
Maycotte, P. and Thorburn, A. (2014). Targeting autophagy in breast cancer.
World journal of clinical oncology. 5(3):224-40. PubMed Central
PMCID: PMC4127596. doi: 10.5306/wjco.v5.i3.224 PMID: 25114840.
MayoClinic Mayo Medical Laboratories. Test ID: EMAI Epithelial Membrane
Antigen (EMA) Immunostain, Technical Component Only [Online].
[Accessed on 3th April 2018]. Available from:
https://www.mayomedicallaboratories.com/test-
catalog/Clinical+and+Interpretive/70424.
Mbeunkui, F. and Johann, DJ.Jr. (2009). Cancer and the tumor microenvironment:
a review of an essential relationship. Cancer Chemother Pharmacol. 63,
571-582.
McCabe, N., Turner, N.C., Lord, C.J., Kluzek, K., Bialkowska, A., Swift, S.,
Giavara, S., O’Connor, M.J., Tutt, A.N., Zdzienicka, M. Z., Smith, G.C.,
Ashworth, A. (2006). Deficiency in the repair of DNA damage by
homologous recombination and sensitivity to poly(ADP-ribose)
polymerase inhibition. Cancer Res. 66, 8109-8115.
McKee, C.M., Penno, M.B., Cowman, M. (1996). Hyaluronan (HA) fragments
induce chemokine gene expression in alveolar macrophages. The role of
HA size and CD44. J Clin Invest. 98, 2403-2413.
Melichar, B., Študentova, H., Kalabova, H., Vitaskova, D., Čermakova, P.,
Hornychova, H., and Ryška, A. (2016). Predictive and Prognostic
Significance of Tumor-infiltrating Lymphocytes in Patients with Breast
Cancer Treated with Neoadjuvant Systemic Therapy. Anticancer
Research 34: 1115-1126.
Mei, Z., Grummer-Strawn, L.M., Pietrobelli, A., Goulding, A., Goran, M.I., Dietz,
W.H. (2002). Validity of body mass index compared with other body
composition screening indexes for the assessment of body fatness in
children and adolescent. Am J Clin Nutr.75(6), 978-985.
Miele, L., Golde, T., Osborne, B. (2006). Notch signaling in cancer. Curr Mol
Med. 6, 905-918. [PubMed: 17168741].
Miller, C.H., Maher, S.G., Young, H.A. (2009). Clinical Use of Interferon-
gamma. Ann N Y Acad Sci. 1182, 69-79.
Mohamadzadeh, M., DeGrendele, H., Arizpe, H. (1998). Proinflammatory stimuli
regulate endothelial hyaluronan expression and CD44/HA-dependent
primary adhesion. J Clin Invest. 101, 97-108.
Mohammadi, M., Olsen, S.K., Ibrahimi, O.A. (2005). Structural basis for
fibroblast growth factor receptor activation. Cytokine Growth Factor
Rev.16:107-37.
Mohammed, R.A., Martin, S.G., Mahmmod, A.M. (2011). Objective assessment
of lymphatic and blood vascular invasion in lymph node-negative breast
carcinoma: findings from a large case series with long-term follow-up. J
Pathol. 223(3), 358-365.
Molofsky, A.V., Pardal, R., Morrison, S.J. (2004). Diverse mechanisms regulate
stem cell self-renewal. Curr Opin Cell Biol. 16, 700-707.
Molyneux, G., Geyer, F.C., Magnay, F.A., McCarthy, A., Kendrick, H., Natrajan,
R., Mackay, A., Grigoriadis, A., Tutt, A., Ashworth, A., Reis-Filho, J.S.,
Smalley, M.J. (2010). BRCA1 basal-like breast cancers originate from
luminal epithelial progenitors and not from basal stem cells. Cell Stem
Cell. 7, 403-417.
Monks, J. (2007). TGFbeta as a potential mediator of progesterone action in the
mammary gland of pregnancy. J Mammary Gland Biol Neoplasia. 12,
249-257.
Moore, K.A., Lemischka, I.R. (2006). Stem cells and their niches. Science. 311,
1880.
Moraes, R.C., Zhang, X., Harrington, N., Fung, J.Y., Wu, M.F., Hilsenbeck, S.G.,
Allred, D.C., Lewis, M.T. (2007). Constitutive activation of smoothened
(SMO) in mammary glands of transgenic mice leads to increased
proliferation, altered differentiation and ductal dysplasia. Development.
134, 1231-1242.
Moriki, T., Maruyama, H., and Maruyama, I.N. (2001). Activation of preformed
EGF receptor dimers by ligand-induced rotation of the transmembrane
domain. J Mol Biol. 311(5), 1011-1126.
Morrison, B.J.. Schmidt, C.W., Lakhani, S.R., Brent A Reynolds, B.A., and
Lopez, J.A. (2008). Breast cancer stem cells: implications for therapy of
breast cancer. Breast Cancer Research. 10(4), 210. Avaiable at:
http://breast-cancer-research.com/content/10/4/210.
Moustakas, A. and Heldin, C.H. (2007). Signaling networks guiding epithelial-
mesenchymal transitions during embryogenesis and cancer progression.
Cancer Sci. 98. 1512-1520.
Mullendore, M.E., Koorstra, J.B., Li, Y.M., Offerhaus, G.J., Fan, X., Henderson,
C.M., Matsui, W., Eberhart, C.G., Maitra, A., Feldmann, G. (2009).
Ligand-dependent Notch signaling is involved in tumor initiation and
tumor maintenance in pancreatic cancer. Clin Cancer Res. 15, 2291-
2301.
Murakami, H., Doi, T., Yamamoto, N., Watanabe, J., Boku, N., Fuse, N., et al.
(2012). Phase 1 study of ganitumab (AMG 479), a fully human
monoclonal antibody against the insulin-like growth factor receptor type
I (IGF1R), in Japanese patients with advanced solid tumors. Cancer
Parmar, S., Platanias, L.C. (2003). Interferons: mechanisms of action and clinical
applications. Curr Opin Oncol. 15, 431-439.
Pathology Reporting of Breast Disease. (2005). A Joint Document Incorporating
the Third Edition of the NHS Breast Screening Programme’s Guidelines
for Pathology Repoting in Breast Cancer Screening and the Second
Edition of The Royal Collage of Pathologist’s Minimum Dataset for
Breast Cancer Histopathology.
Pece, S., Serresi, M., Santolini, E. (2004). Loss of negative regulation by Numb
over Notch is relevant to human breast carcinogenesis. J Cell Biol. 167,
215-221. [PubMed: 15492044]
Pece, S., Tosoni, D., Confalonieri, S., Mazzarol, G., Vecchi, M., Ronzoni, S.,
Bernard, L., Viale, G., Pelicci, P.G., DiFiore, P.P. (2010). Biological and
molecular heterogeneity of breast cancers correlates with their cancer
stem cell content. Cell. 140, 62-73.
Pera, M.F., Reubinoff, B., Trounson, A. Human embryonic stem cells: Reseacrh,
ethics and policy. Journal of Human Reproduction. 18(4), 672-682.
Pernick N. (2015). Stains: Epithelial Membrane Antigen (EMA) [Online].
[Accessed on 3th April 2018]. Available from:
http://www.pathologyoutlines.com/topic/stainsema.html.
Perou, C.M., Sorlie, T., Eisen, M.B., vande Rijn, M., Jeffrey, S.S., Rees, C.A.,
Pollack, J.R., Ross, D.T., Johnsen, H., Akslen, L.A., et al. (2000).
Molecular portraits of human breast tumours. Nature. 406, 747–752.
Petersen, O.W. and van Deurs, B. (1986). Characterization of epithelial membrane
antigen expression in human mammary epithelium by ultrastructural
immunoperoxidase cytochemistry. J Histochem Cytochem. 34, 801-809.
Petersen, O.W. and Polyak, K. (2011) Stem cells in the human breast. Cold Spring
Harb Perspect Biol. 2(a)003160.
Pestka, S., Krause, C.D., Walter, M.R. (2004). Interferons, interferon-like
cytokines, and their receptors. Immunol Rev. 202, 8-32.
Pierres, M., Naquet, P., Barbet, J. (1987). Evidence that murine hematopoietic cell
subset marker J11d is attached to a glycosyl-phosphatidylinositol
membrane anchor. European Journal of Immunology. 17(12), 1781-1785
Pintar, A., DeBiasio, A., Popovic, M., Ivanova, N., Pongor, S. (2007). The
intracellular region of Notch ligands: does the tail make the difference?
Biol Direct. 2(19).
Planchon, S.M., Waite, K.A., Eng, C. (2008). The nuclear affairs of PTEN.
Journal of Cell Science. 121; 249-253.
Platanias, L.C. (2005). Mechanisms of type-I- and type-II-interferon-mediated
signalling. Nat Rev Immunol. 5, 375-386.
Ponta, H., Sherman, L., and Herrlich, P.A. (2003). CD44: from adhesion
molecules to signalling regulators. Nature Reviews Molecular Cell
Biology. 4(1), 33-45.
Ponte, A.L., Marais, E., Gallay, N., Langonne, A., Delorme, B., Herault, O.
(2007). The in vitro migration capacity of human bone marrow
mesenchymal stem cells: comparison of chemokine and growth factor
chemotactic activities. Stem Cells. 25(7), 1737-1745.
Pollak, M. (2008). Insulin and insulin-like growth factor signalling in neoplasia.
Nat Rev Cancer. 8(12), 915-928.
Polyak, K. (2007). Breast cancer: origins and evolution. J Clin Invest., 117, 3155-
3163.
Polyak, K. and Weinberg, R.A. (2009). Transitions between epithelial and
mesenchymal states: acquisition of malignant and stem cell traits. Nat
Rev Cancer. 9, 265-273.
Prat, A., Parker, J.S., Karginova, O., Fan, C., Livasy, C., Herschkowitz, J.I., He,
X., Perou, C.M. (2010). Phenotypic and molecular characterization of the
claudin-low intrinsic subtype of breast cancer. Breast Cancer Res. 12:
R68. Avaiable at: http://breast-cancer-research.com/content/12/5/R68.
Prior, J. (2013). Perimenopause. Centre for Menstrual Cycle and Ovulation
Research (CeMCOR). (Retrieved 10 May 2013).
Pritchard, K.I., Shepherd, L.E., Chapman, J-A.W. (2010). Randomized trial of
tamoxifen versus combined tamoxifen and octreotide LAR therapy in the
adjuvant treatment of early-stage breast cancer in postmenopausal
women: NCIC CTG MA.14. JClinOncol. Doi:
10.1200/JCO.2010.33.7006.
Qian, B.Z. and Pollard, J.W. (2010). Macrophage diversity enhances tumor
progression and metastasis. Cell; 141: 39-51.
Railo, M.J., von Smitten, K., Pekonen, F. (1994). The prognostic value of insulin-
like growth factor-I in breast cancer patients. Results of a follow-up
study on 126 patients. Eur J Cancer. 30A, 307-311.
Rakha, E.A., El-Sayed, M.E., Green, A.R., Lee, A.H., Robertson, J.F., Ellis, I.O.
(2007a). Prognostic markers in triple-negative breast cancer. Cancer.
109:25-32.
Rakha, E.A., Tan, D.S., Foulkes, W.D., Ellis, I.O., Tutt, A., Nielsen, T.O. (2007).
Are triple-negative tumours and basal-like breast cancer synonymous?
Breast Cancer Res. 9, 404.
Rakha, E.A., El-Sayed, M.E., Menon, S., Green, A.R., Lee, A.H., Ellis, I.O.
(2008). Histologic grading is an independent prognostic factor in
invasive lobular carcinoma of the breast. Breast Cancer Res Treat. 111,
p.121-127.
Rakha, E., Reis-Filho, J., Ellis, I. (2008). Basal-like breast cancer: a critical
review. JClin Oncol. 26, 2568-2581.
Rakha, E.A. and Ellis, I.O. (2009). Triple-negative/basal-like breast cancer:
review. Pathology. 41, 40-47.
Rakha, E.A., Lee, A.H., Evans, A.J., Menon, S., Assad, N.Y., Hodi, Z.,
Macmillan, D., Blamey, R.W., Ellis, I.O. (2010). Tubular carcinoma of
the breast further evidenceto support its excellent prognosis. J Clin
Oncol. 28; p. 99-104.
Rakovitch, E., Nofech-Mozes, S., Hanna, R., Narod, S., Thiruchelvam, D., Saskin,
R., Spayne, J., Taylor, C., Paszat, L. (2010). Her2/neu and Ki67
expression predict non-invasive recurrence following breast conserving
therapy for ductal carcinoma in situ. British Journal of Cancer. 106.
1160-1165.
Rangaswami, H., Bulbule, A., and Kundu, G.C. (2006). Osteopontin: role in cell
signaling and cancer progression. Trends in Cell Biology. 16(2), 79-87.
Rao, T., Kühl, M. (2010). "An Updated Overview on Wnt Signaling Pathways: A
Prelude for More". Circulation Research. 106: 1798-1806.
Sachdev, D. and Yee, D. (2001). The IGF system and breast cancer. Endocrine-
Related Cancer. 8, 197-209.
Saidi, R.F., Remine, S.G., and Jacobs, M.J. (2007). Interferon receptor alpha/beta
is associated with improved survival after adjuvant therapy in resected
pancreatic cancer. HPB; 9: 289-294.
Salles, G., Zain, M., Jiang, W.M. (1993). Alternatively spliced CD44 transcripts
in diffuse large-cell lymphomas: characterization and comparison with
normal activated B cells and epithelial malignancies. Blood. 82, 3539-
3547.
Sancar, A., Lindsey-Boltz, L.A., Unsal-Kacmaz, K., Linn, S. (2004). Molecular
mechanisms of mammalian DNA repair and the DNA damage
checkpoints. Annu Rev Biochem. 73, 39-85.
Sarbassov, D. D., Guertin, D. A., Ali, S. M. and Sabatini, D. M. (2005).
Phosphorylation and regulation of Akt/PKB by the rictor-mTOR
complex. Science. 307, 1098-1101.
Sarfstein, R., Pasmanik-Chor, M., Yeheskel, A., Edry, L., Shomron, N., Warman,
N., Wertheimer, E., MAor, S., Shochat, L., Werner, H. (2012). Insuline-
like growth factor-1 receptor (IGF-1R) translocates to nucleus and
autoregulates IGF-1R gene expression in breast cancer cells. J Bio Chem
287: 2766-2776.
Sarrio, D., Rodriguez-Pinilla, S.M., Hardisson, D., Cano, A., Moreno-Bueno, G.,
Palacios, J. (2008). Epithelial–mesenchymal transition in breast cancer
relates to the basal-like phenotype. Cancer Res. 68, 989-997.
Schabath, H., Runz, S., Joumaa, S. (2006). CD24 affects CXCR4 function in pre-
B lymphocytes and breast carcinoma cells. J Cell Sci. 119, 314-325.
Schlessinger, J. (2002). Ligand-induced, receptor-mediated dimerization and
activation of EGF receptor. Cell. 110(6), 669-672.
Schneider, B.P., Winer, E.P., Foulkes, W.D., Garber, J., Perou, C.M., Richardson,
A. (2008). Triple-negative breast cancer: risk factors to potential targets.
Clin Cancer Res. 14(24), 8010-8018.
Screaton, G.R., Bell, M.V., Jackson, D.G. (1992). Genomic structure of DNA
encoding the lymphocyte homing receptor CD44 reveals at least 12
alternatively spliced exons. Proc Natl Acad Sci USA. 89, 12160-12164.
Screaton, G.R., Bell. M.V., Bell, J.I. (1993). The identification of a new
alternative exon with highly restricted tissue expression in transcripts
encoding the mouse Pgp-1 (CD44) homing receptor. Comparison of all
10 variable exons between mouse, human, and rat. J Biol Chem. 268,
12235-12238.
Sehat, B., Tofigh, A., Lin, Y., Trocme, E., Liljedahl, U., Lagergren, J., Larson, O.
(2010). Sumoylation mediates the nuclear translocation and signaling of
the IGF-1 receptor. Sci Sigmal 3: ra10.
Shackleton, M., Quintana, E., Fearon, E.R., Morrison, S.J. (2009). Heterogeneity
in cancer: cancer stem cells versus clonal evolution. Cell. 138, 822-829.
Shang, Y., Mao, Y., Batson, J. (2008). Antixenograft tumor activity of a
humanized anti-insulin-like growth factor-I receptor monoclonal
antibody is associated with decreased AKT activation and glucose
uptake. Mol Cancer Ther. 7, 2599–2608.
Shanle, E.K., Zhao, Z., Hawse, J., Wisinski, K., Keles, S., Yuan, M., Xu, W.
(2013). Research Resource: Global identification of estrogen receptor
beta target genes in triple negative breast cancer cells. Mol Endocrinol.
DOI:10.1210/me.2013-1164.
Sharma, S., Kelly, T.K., and Jones, P.A. (2009). “Epigenetics in cancer.”
Carcinogenesis. 31(1). Article ID bgp 220, 27-36.
Sherman, L., Sleeman, J., Dall, P. (1996). The CD44 proteins in embryonic
development and in cancer. Curr Top Microbiol Immunol. 213, 249-269.
Shetty P.J., Mohan V., Hasan Q. (2012). Interaction of IGF2 and PTEN in
(Malignant) breast tissues. International Journal of Health and
Rehabilitation Sciences. 1(1). Avaiable at: www.ijhrs.com.
Shin, A., Ren, Z., Shu, X.O. (2007). Expression patterns of insulin-like growth
factor 1 (IGF-I) and its receptor in mammary tissues and their
associations with breast cancer survival. Breast Cancer Res Treat. 105,
55-61.
Shipitsin, M., Campbell, L.L., Argani, P., Weremowicz, S., Bloushtain-Qimron,
N., Yao, J., Nikolskaya, T., Serebryiskaya, T., Beroukhim, R., Hu, M.
(2007). Molecular definition of breast tumor heterogeneity. Cancer Cell.
11, 259-273.
Shiu, K.K., Tan, D.S., Reis-Filho, J.S. (2008). Development of therapeutic
approaches to 'triple negative' phenotype breast cancer. Expert Opin Ther
Targets. 12, 1123-1137.
Shi, W., Sun, C., He, B., Xiong, W., Shi, X., Yao, D. (2004). GADD34-PP1c
recruited by Smad7 dephosphorylates TGFbeta type I receptor. J Cell
Biol. 164, 291-300.
Shin, S.Y., Rath, O., Zebisch, A., Choo, S.M., Kolch, W., Cho, K.H. (2010).
Functional roles ofmultiple feedback loops in extracellular signal-
regulated kinase and Wntsignaling pathways that regulate epithelial–
mesenchymal transition. Cancer Res 70: 6715-6724,. Dwonload from:
http://dx.doi.org/10.1158/0008-5472.CAN-10-1377.
Silberstein, G.B. (2001). Postnatal mammary gland morphogenesis. Microsc Res
Tech. 52, 155-162.
Singhai, R., Patil, V.W., Jaiswal, S.R., Patil, S.D., Tayade, M.B., and Patil, A.V.
(2011). E-Cadherin as a diagnostic biomarker in breast cancer. N Am J
Med Sci. 3(5), 227-233. Doi: 10.4297/najms.2011.3227
Sistigu, A., Yamazaki, T., Vacchelli, E., Chaba, K., Enot, D.P., Adam, J., et al.
(2014) Cancer cell-autonomous contribution of type I interferon
signaling to the efficacy of chemotherapy. Nat Med 20:1301-1309.
Slack, J. (2000). Stem cells in epithelial tissues. Science. 287, 1431-1433.
Sleeman, K.E., Kendrick, H., Ashworth, A., Isacke, C.M., Smalley, M.J. (2006).
CD24 staining of mouse mammary gland cells defines luminal epithelial,
myoepithelial/basal and non-epithelial cells. Breast Cancer Res. 8:R7.
[PubMed: 16417656]
Slomiany, M.G., Dai, L., Tolliver, L.B., Grass, G.D., Zeng, Y., and Toole, B.P.
(2009). Inhibition of functional hyaluronan-CD44 interactions in CD133-
positive primary human ovarian carcinoma cells by small hyaluronan
oligosaccharide. Clinical Cancer Research. 15(24), 7593-7601.
Smith, G.H. (2005). Stem cells and mammary cancer in mice. Stem Cell Rev. 1,
215-223. [PubMed:17142858].
Society, A.C. (2010). Cancer facts and figures. American Cancer Society. 1-68.
Sorbello, V., Fuso, L., Sfiligoi, C. (2003). Quantitative real-time RTPCR analysis
of eight novel estrogen-regulated genes in breast cancer. Int J Biol
Markers. 18, 123-129.
Sorlie, T., Tibshirani, R., Parker, J., Hastie, T., Marron, J.S., Nobel, A. (2003).
Repeated observation of breast tumor subtypes in independent gene
expression data sets. PNAS. 100, 8418-8423.
Sotiriou, C., Neo, S.Y., McShane, L.M., Korn, E.L., Long, P.M., Jazaeri, A.,
Martiat, P., Fox, S.B., Harris, A.L., Liu, E.T. (2003). Breast cancer
classification and prognosis based on gene expression profiles from a
population-based study. Proc Natl Acad Sci. 100, 10393–10398.
Southgate, J., Trejdosiewicz, L.K., Smith, B. (1995). Patterns of splice variant
CD44 expression by normal human urothelium in situ and in vitro and by
bladder-carcinoma cell lines. Int J Cancer. 62, 449-456.
Sparmann, A. and van Lohuizen, M. (2006). Polycomb silencers control cell fate,
development and cancer. Nat Rev Cancer. 6, 846-856.
Spike, B.T., Engle, D.D., Lin, J.C., Cheung, S.K., La, J., Wahl, G.M. (2012). A
mammary stem cell population identified and characterized in late
embryogenesis reveals similarities to human breast cancer. Cell Stem
Cell 10: 183–197.
Spinger, T., Galfre, G., Secher, D.S., Milstein, C. (1978). Monoclonal xenogeneic
antibodies to murine cell surface antigens: identification of novel
leukocyte differentiation antigens. European Journal of Immunology.
8(8), 539-551.
Stamenkovic, I., Aruffo, A., Amiot, M. (1991). The hematopoietic and epithelial
forms of CD44 are distinct polypeptides with different adhesion
potentials for hyaluronate-bearing cells. EMBO J. 10, 343-348.
Stauder, R., Eisterer, W., Thaler, J. (1995). CD44 variant isoforms in non-
Hodgkin’s lymphoma: a new independent prognostic factor. Blood. 85,
2885-2899.
Stecca, B. and Ruizi-Altaba, A.A. (2009). GLI1-p53 inhibitory loop controls
neural stem cell and tumour cell numbers. EMBO J. 28, 663-676.
Stingl, J., Eaves, C.J., Zandieh, I., Emerman, J.T. (2001). Characterization of
bipotent mammary epithelial progenitor cells in normal adult human
breast tissue. Breast Cancer Res Treat. 67, 93-109.
Stingl, J., Eirew, P., Ricketson, I. (2004). Purification and unique properties of
mammary epithelial stem cells. Nature. 439, 993-997. [PubMed:
16395311]
Stingl, J. and Caldas, C. (2007). Molecular heterogeneity of breast carcinomas and
the cancer stem cell hypothesis. Nat Rev Cancer. 7, 791-799.
Storci, G., Sansone, P., Trere, D., Tavolari, S., Taffurelli, M., Ceccarelli, C.,
Guarnieri, T., Paterini, P., Pariali, M., Montanaro, L., Santini, D., Chieco,
P., Bonafé, M. (2008). The basal-like breast carcinoma phenotype is
regulated by SLUG gene expression. J Pathol. 214, 25-37.
Stover, D.G., Bierie, B., Moses, H.L. (2007). A delicate balance: TGF beta and
the tumor microenvironment. J Cell Biochem.
Studeny, M., Marini, F.C., Dembinski, J.L., Zompetta, C., Cabreira-Hansen, M.,
Bekele, B.N. (2004). Mesenchymal stem cells: potential precursors for
tumor stroma and targeted-delivery vehicles for anticancer agents. J Natl
Cancer Inst. 96(21, 1593-1603.
Suba, Z. (2010). Common soil of somking-associated and hormone-related
cancers: estrogen deficiency. Oncol Rev. 4,73-87.
Suba, Z. (2013). Circulatory estrogen level protects against breast cancer in obese
women. Recent Pat Anticancer Drug Discov. 8(2),154-167.
Suba, Z. (2014). Triple-negative breast cancer risk in women is defined by the
defect of estrogen signaling: preventive and therapeutic implication.
OncoTargets and Therapy. 7,147-164.
Sweeney, C., Murtaugh, M.A., Baumgartner, K.B. (2005). Insulin-Like Growth
Factor Pathway Polymorphisms Associated with Body Size in Hispanic
and Non-Hispanic White Women. Cancer Epidemiol Biomarkers Prev.
14, 1802-1809.
Takahashi, K., Tanabe, K., Ohnuki, M., Narita, M., Ichisaka, T., Tomoda, K.,
Yamanaka, S.(2007). Induction of pluripotent stem cells from adult
human fibroblasts by defined factors. Cell. 131, 861.
Takahashi-Yanaga, F., and Kahn, M. (2010). Targeting Wnt signaling: can we
safely eradicate cancer stemcells? ClinCancer Res. 16, 3153-3162.
Takebe, N. and Ivy, S.P. (2010). Controversies in cancer stem cells: targeting
embryonic signaling pathways. Clin Cancer Res. 16, 3106-3112.
Takebe, N., Warren, R.O., and Ivy, S.P. (2011). Breast cancer growth and
metastasis: interplay between cancer stem cells, embryonic signaling
pathways and epithelial-to-mesenchymal transition. Breast Cancer
Research. 13, 211. Avaiable at: http://breast-cancer-
research.com/content/13/3/211.
Talman, M.L., Jensen, M.B., Rank, F. (2007). Invasive lobular breast cancer.
Prognostic significance of histological malignancy graing. Acta Oncol.
48; p.803-809.
Tomao, F., Papa, A., Zaccarelli, E., Rossi, L., Caruso, D., Minozzi, M. (2015).
Triple-negative breast cancer: new perspectives for targeted therapies.
OncoTargets Ther. 8:177-193.
Tan, D.S., Marchio, C., Jones, R.L., Savage, K., Smith, I.E., Dowsett, M. (2008).
Triple negative breast cancer: molecular profiling and prognostic impact
in adjuvant anthracycline-treated patients. Breast Cancer Res Treat. 111,
27-44.
Taniuchi, K., Nishimori, I., and Hollingsworth, M.A. (2011). Intracellular CD24
inhibits cell invasion by posttranscriptional regulation of BART through
interaction with G3BP. Cancer Research. 71(3), 895-905.
Taube, J.H., Herschkowitz, J.I., Komurov, K., Zhou, A.Y., Gupta, S., Yang, J.,
Hartwell, K., Onder, T.T., Gupta, P.B., Evans, K.W., Hollier, B.G., Ram,
P.T., Lander, E.S., Rosen, J.M., Weinberg, R.A., Mani, S.A. (2010).
Core epithelial-to-mesenchymal transition interactome gene-expression
signature is associated with claudin-low and metaplastic breast cancer
subtypes. Proc Natl Acad Sci USA. 107, 15449-15454.
Taylor-Papadimitriou J, Stampfer M, Bartek J, Lewis A, Boshell M, Lane, E.B.,
Leigh, I.M. (1989). Keratin expression in human mammary epithelial
Urruticoechea, A., Smith, I.A., and Dowsett, M. (2005). Proliferation Marker Ki-
67 in Early Breast Cancer. Jco.ascopubs.23(28), 7212-7220.
Van den Eynden, G.G., van der Anvera, I., van Laece, S.J. (2006). Distinguishing
blood and lymph vessel invasion in breast cancer: a prospective
immunohistochemical study. Br J Cancer. 94, 1643-1649.
Van der Pluijm, G. (2011). Epithelial plasticity, cancer stem cells and bone
metastasis formation. Bone. 48, 37-43.
Varjosalo, M., Taipale, J. (2008). Hedgehog: functions and mechanisms. Genes
Dev. 22, 2454-2472.
Venkitaraman, A.R. (2002). Cancer susceptibility and the functions of BRCA1
and BRCA2. Cell. 108, 171-182.
Vesuna, F., Lisok, A., Kimble, B., Raman, V. (2009). Twist modulates breast
cancer stem cells by transcriptional regulation of CD24 expression.
Neoplasia. 11, 1318-1328.
Viale, G., Rotmensz, N., Maisonneuve, P., Bottiglieri, L., Montagna, E., Luini,
A., Veronesi, P., Intra, M., Torrisi, R., Cardillo, A., Campagnoli, E.,
Goldhirsch, A., Colleoni, M. (2009). Invasive ductal carcinoma of the
breast with the “triplenegative” phenotype: prognostic implications of
EGFR immunoreactivity. Breast Cancer Res Treat. 116, 317-328.
Vilcek, J. (2003). Novel interferons. Nat Immunol. 4, 8-9.
Villadsen, R., Fridriksdottir, A.J., Ronnov-Jessen, L., Gudjonsson, T., Rank, F.,
LaBarge, M.A., Bissell, M.J., Petersen, O.W. 2007. Evidence for a stem
cell hierarchy in the adult human breast. J Cell Biol. 177, 87-101.
Visvader, J.E. and Lindeman, G.J. (2008). Cancer stem cells in solid tumours:
accumulating evidence and unresolved questions. Nature Reviews
Cancer. 8(10), 755-768.
Visvader, J.E. (2009). Keeping abreast of the mammary epithelial hierarchy and
breast tumorigenesis. Genes & Development. 23, 2563-2577. Avaiable at:
http://www.genesdev.org/cgi/doi/10.1101/gad.1849509.
Visvade, J.E. and Stingl, J. (2014). Mammary stem cells and the differentiation
hierarchy: current status and perspectives. Genes and Development 28:
1143-1158.
Voduc, D., Nielsen, T.O., Cheang, M.C. and Foulkes, W.D. (2008) The
combination of high cyclin E and Skp2 expression in breast cancer is
associated with a poor prognosis and the basal phenotype. Hum Pathol.
39, 1431-1437.
Wade, H.J., and Elledge, S.J. (2007). The DNA damage response: ten years after.
Mol Cell. 28, 739-745.
Wang, K.H., Kao, A.P., Chang, C.C., Lee, J.N., Hou, M.F., Long, C.Y,. Chen,
H.S., Tsai, E.M. (2010). Increasing CD44+/CD24- tumor stem cells, and
upregulation of COX-2 and HDAC6, as major functions of HER2 in
breast tumorigenesis. Molecular Cancer. 9:288. Avaiable at:
www.molecular-cancer.com/content/9/1/288.
Wang, Z.C., Lin, M., Wei, L.J., Li, C., Miron, A., Lodeiro, G. (2004). Loss of
heterozygosity and its correlation with expression profiles in subclasses
of invasive breast cancers. Cancer Res. 64, 64-71.
Yang, M.H., Hsu, D.S., Wang, H.W., Wang, H.J., Lan, H.Y., Yang, W.H., Huang,
C.H., Kao, S.Y., Tzeng, C.H., Tai, S.K., Chang, S.Y., Lee, O.K., Wu,
K.J. (2010). Bmi1 is essential in Twist1-induced epithelial–mesenchymal
transition. Nat Cell Biol. 12, 982-992.
Yao, S., Sucheston, L.E., Millen, A.E. (2011). Pretreatment serum concentrations
of 25-hydroxyvitamin D and breast cancer prognostic characteristics: A
casecontrol and a case-series study. PLoS One. 6, e17251.
Yap, T.A., Garrett, M.D., Walton, M.I., Raynaud, F., de Bono, J.S., Workman, P.
(2008). Targeting the PI3K-AKT-mTOR pathway: progress, pitfalls, and
promises. Curr Opin Pharmacol. 8, 449-557.
Yap, T.A., Sandhu, S.K., Carden, C.P., de-Bono, J.S. (2011). Poly(ADP-Ribose)
Polymerase (PARP) Inhibitors: Exploiting a Synthetic Lethal Strategy in
the Clinic. Ca Cancer J Clin. 61, 31-49.
Yarden, Y. and Sliwkowski, M.X. (2001). Untangling the ErbB signalling
network. Nat Rev Mol Cell Biol. 2(2), 127-37.
Yasuda, H., Kobayashi, S., Costa, D.B. (2012). EGFR exon 20 insertion
mutations in non-small-cell lung cancer: preclinical data and clinical
implications. Lancet Oncol. 13, e23-e31.
Yauch, R.L., Gould, S.E., Scales, S.J. (2008). A paracrine requirement for
Hedgehog signalling in cancer. Nature. 455, 406-410.
Yerushalmi, R., Gelmon, K.A., Leung, S., Gao, D., Cheang, M., Pollak, M.,
Turashvili, G., Gilks, B.C., Kennecke, H. (2011). Insulin-like growth
factor receptor (IGF-1R) in breast cancer subtypes. Breast Cancer Res
Treat. DOI 10.1007/s10549-011-1529-8.
Yerushalmi, R., Woods, R., Ravdin, P.M., Hayes, M.M., Gelmon, K.A. (2010).
Ki67 in breast cancer: prognostic and predictive potential. Lancet Oncol.
11. 174-183.
Yoo, Y.A., Kang, M.H., Lee, H.J., Kim, B.H., Park, J.K., Kim, H.K., et al. (2011).
Sonic hedgehogpathway promotes metastasis and lymphangiogenesis via
activation of Akt,EMT, and MMP-9 pathway in gastric cancer. Cancer
Res 71:7061-7070. Download from: http://dx.doi.org/10.1158/0008-
5472.CAN-11-1338.
Yoshida, J., Mizuno, M., Wakabayashi, T. (2004). Interferon-beta gene therapy
for cancer: basic research to clinical application. Cancer Sci. 95(11), 858-
865.
Yoshimura, A., Naka, T., Kubo, M. (2007). SOCS proteins, cytokine signalling
and immune regulation. Nat Rev Immunol. 7, 454-465.
Yu, J., Vodyanik, M.A., Smuga-Otto, K., Antosiewicz-Bourget, J., Frane, J.L.,
Tian, S., Nie, J., Jonsdottir, G.A., Ruotti, V., Stewart, R., Slukvin, I.I.,
Thomson, J.A. (2007). Induced pluripotent stem cell lines derived from
human somatic cells. Science. 318, 1916.
Zhang, Y.W., Luo, W.J., Wang, H. (2005). Nicastrin is critical for stability and
trafficking but not association of other presenilin/gamma-secretase
components. J Biol Chem. 280, 17020-17026.
Zhao, M., Hu, H., Huang, J., Zou, Q., Wang, J., Liu, M., Zhao, Y., Li, G., Xue, S.,
Wu, Z. (2013). Expression and correlation of Twist and gelatinases in
breast cancer. Experimental And Therapeutic Medicine 6: 97-100.
Zhao, X., Li, C., Paez, J.G. (2004). An integrated view of copy number and allelic
alterations in the cancer genome using single nucleotide polymorphism
arrays. Cancer Res. 64, 3060-3071.
Zheng, J., Li, Y., Yang, J. (2011). NDRG2 inhibits hepatocellular carcinoma
adhesion, migration and invasion by regulating CD24 expression. BMC
Cancer. 11:251.
Zhou, B.B., Bartek, J. (2004). Targeting the checkpoint kinases:
chemosensitization versus chemoprotection. Nat Rev Cancer. 4, 216-225.
Zhou, L. Jiang, Y., Yan, T. (2010). The prognostic role of cancer stem cells in
breast cancer: a meta-analysis of published literatures. Breast Cancer
Research and Treatment. 122 (3), 795-801.
Zitvogel, L., Tesniere, A., Kroemer, G. (2006). Cancer despite
immunosurveillance: immunoselection and immunosubversion. Nat Rev
Immunol. 6: p.715-727.
Zitzmann, K., Brand, S., DeToni, E.N., Baehs, S., G€oke, B., Meinecke, J. (2007).
SOCS1 silencing enhances antitumor activity of type I IFNs by
regulating apoptosis in neuroendocrine tumor cells. Cancer Res. 67,
5025-5032.
NO KODE Umur T N M Stadium Pre Post Sub-tipe Hp Grade TIL Ki67 CD CD CK 5 CK IGF- IFN- Claudin EMA Twist EGFR E- D2 40
meno meno histo 44 24 8/18 IR IIα 7 cadherin
1. O/1746/12 56 T3 N1 M0 IIIA x IC-NOS 2 1 (-) (-) (+3) (-) (+3) (+2) (+3) (+3) (-) (+3) (-)
<14% 80% 80% 10% 80% 90% 20%
2. O/1746/12 47 T4 Nx M1 IIIB x IC-NOS 2 2 (-) (-) (+3) (-) (+3) (+2) (+3) (+3) (+1) (+)
<14% 80% 80% 10% 80% 90% 10%
3. B/3222/12 44 T3 N1 M1 IIIB x IC-NOS 2 1 (-) (-) (+3) (-) (-) (+2) (-) (-) (-) (-)
<14% 10% 50%
4. B/528/12 45 T4 N1 M0 IIIB x IC-NOS 2 2 (-) (+) (+2) (-) (-) (-) (-) (+3) (-) (-)
<14% 10% 50% 80%
5. O/15.06.207 55 T4 N1 M0 IIIB x IC-NOS 2 2 (-) (-) (+3) (-) (+3) (+1) (+3) (+3) (-) (+)
<14% 90% 90% 80% 90% 90%
6. O/15.07.216 50 T4 N1 M0 IIIB x IC-NOS 2 2 (-) (-) (+2) (-) (+3) (+2) (+3) (+3) (-) (+3) (+)
<14% 90% 90% 80% 80% 90% 80%
7. O/15.07.219 61 T3 N1 M0 IIIA x Mucinous ca 3 2 (-) (-) (+3) (-) (+3) (+2) (+3) (+3) (+1) 5% (-)
<14% 90% 90% 80% 80% 90%
8. O/15.11.387 63 T4 N1 M0 IIIB x ILC 2 2 (-) (-) (+3) (-) (+3) (+2) (+3) (+3) (-) (-)
<14% 90% 90% 80% 50% 90%
9. O/15.12.465 40 T4 N1 M0 IIIB x IC-NOS 2 2 (-) (-) (-) (-) (+2) (+2) (+3) (+3) (-) (-) (-)
<14% 70% 50% 80% 80%
10. O/16.10.483 58 T4 N0 M0 IIIB x Mixed IDC 2 1 (-) (-) (+3) (-) (+3) (+2) (+3) (+3) (+) 5% (+3) (-)
dan ILC <14% 90% 90% 50% 90% 90% 80%
11. 189/H/16 38 T3 N0 M0 IIB x IC-NOS 2 3 (-) (-) (+3) (-) (+3) (-) (+2) (+3) (-) (-) (+3) (+)
<14% 90% 80% 50% 90% 80%
12. O/4368/16 59 T3 N0 M0 IIB X IC-NOS 2 2 (-) (-) (-) (-) (-) (+3) (+2) (+2) (-) (-)
<14% 90% 80% 20%
13. B/3772/16 55 T4 N1 M0 IIIB X IC-NOS 3 3 (+) (-) (+1) (+3) (+3) (+3) (+3) (+1) (-) (+1)20% (-)
90 % 10% 80% 90% 90% 90% 20%
14. 1403932 (I) 45 T4 N0 M0 IIIB X IC-NOS 2 2 (-) (+) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)
<14% 10%
15. 1404141 SS 59 T2 N1 M0 IIB X Medulary 3 3 (+) (-) (+3) (+3) (+2) (-) (+3) (+2) (+1)50% (+2) (-)
(II) carcinoma 70% 90% 80% 80% 90% 50% 20%
16. 1404350 40 T4 N1 Mx IIIB X IC-NOS 2 1 (+) (-) (+3) (+3) (+2) (-) (-) (+3) (-) (-) (-)
90% 90% 90% 40% 80%
1405123 50 T4 N1 M0 IIIB X IC-NOS 2 2 (+) (-) (+3) (+3)80% (+2) (+3) (+3) (+) 5% (+3) (+)
80% 90% 50% 80% 90% 80%
17. 1405230 IG 45 T2 N1 M0 IIIB X IC-NOS 3 3 (+) (-) (+3) (-) (+3) (+3) (+3) (-) (+3) (+)
90% 90% 90% 90% 90% 80%
18. 1405497 I 26 T2 N0 M0 IIA X IC-NOS 2 2 (+) (+2) (+3) (+3)80% (+2) (+2) (+3) (+1)2% (+3) (+)
AS 90% 10% 90% 50% 80% 80% 80%
19. 1405593 I 43 T4 N0 M0 IIIB X IC-NOS 2 2 (+) (+2) (+3) (+3)80% (+3) (+3) (+3) (-) (+2) (+)
80% 20% 90% 90% 80% 90% 80%
20. 1405639 35 T3 N0 M0 IIB X Spindel cell ca 3 3 (+) (-) (+3) (+3)30% (-) (+3) (+3) (-) (+2) (+)
80% 90% 90% 90% 50%
21. 1407416 52 T3 N1 Mx IIIA X IC-NST 3 3 (+) (-) (+3) (+3)20% (+2) (+2) (+3) (+1)50% (+)
80% 90% 80% 10% 90%
22. 1407737 I G 63 T4 N1 M0 IIIB X IC-NST 2 2 (+) (-) (+3) (-) (-) (+3) (+3) (+1)10% (-) (+)
70% 90% 80% 80%
23. 1407829 46 T3 N2 M0 IIIA X IC-NST 2 1 (-) (-) (+2) (-) (+2) (-) (+2) (+1)5% (+3) (-)
IK4 <14% 50% 50% 80% 30%
24. 1408208 29 T3 N0 M0 IIB X IC-NST with 3 3 (+) (-) (+3) (-) (+2) (-) (+3) (-) (+3) (+)
medullary 90% 90% 50% 80% 30%
features
25. 1408956 IL 60 T3 N1 M0 IIIA X Metaplastic ca 3 3 (+) (-) (+3) (+3) (+2) (+3) (+3) (-) (+2) (-)
with 80% 90% 90% 80% 90% 90% 30%
mesenchymal
differentiation
26. 1509152 III 43 T4 N1 M0 IIIB X IC-NST 2 1 (+) (-) (+3) (+3) (-) (+2) (+3) (-) (+3) (+)
D 90% 90% 90% 90% 90% 90%
27. OP/3031/14 41 T3 N0 M0 IIB X ILC 2 1 (-) < (-) (+3) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)
14% 90%
28. OP/400/14 47 T4 N1 M0 IIIB x IC-NOS with 3 3 (-) (-) (+3) (-) (-) (+3) (+3) (+2)3% (-)
medullary <14% 90% 90% 90%
feature
29. OP/2765/14 45 T3 N1 M0 IIIA X ILC 2 1 (-) (+) (-) (-) (-) (+3) (+3) (-) (-) (-)
<14% 10% 50% 80%
30. BP/2656/14 51 T3 N0 M0 IIIA X IC-NOS 3 1 (+) (-) (+3) (-) (-) (+3) (+2) (-) (+3) (-)
20% 90% 50% 20% 30%
31. OP/10/15 49 T3 N0 M0 IIIA X IC-NOS 2 3 (-) (-) (+2) (+2) (+2) (+3) (-) (-) (-) (-)
<14% 50% 10% 50% 80%
(-) OP/548/15 44 T4 N1 M0 IIIB X IC-NOS 2 2 (+) (-) (+3) (-) (+2) (+3) (+2) (-) (-)
50% 90% 50% 50% 20%
32. OP/3044 52 T3 N0 M0 IIB X IC-NOS 3 2 (-) (+) (-) (+3) (-) (+2) (+3) (+)2 (-) (+3) (-)
<14% 10% 90% 10% 90% 10% 50%
33. BP/355/15 39 T4 N1 M0 IIIB X IC-NOS 3 2 (+) (-) (+3) (+2) (-) (+3) (-) (-) (+3) (-)
40% 90% 10% 70% 80%
34. BP/1743/15 49 T4 N1 M0 IIIB X IC-NOS 3 3 (+) (-) (+3) (-) (+2) (+3) (+3) (-) (+3) (-)
70% 90% 10% 90% 90% 70%
35. BP/2695/15 42 T3 N1 M0 IIIA X IC-NOS 3 3 (-) (-) (+3) (+3) (+2) (+3) (+3) (-) (-) (-)
<14% 90% 80% 10% 50% 30%
36. OP/3589/15 48 T3 N0 M0 IIB X IC-NOS 2 1 (-) (-) (-) (-) (+2) (+3) (+3) (+)2 (-) (-)
<14% 30% 90% 90% 20%
37. BP/3812/15 51 T3 N1 M0 IIIA X IC-NOS 3 1 (+) (-) (+3) (-) (+2) (+3) (+2) (+)2 (-) (++)
90% 90% 80% 90% 90% 60%
38. BP/3818/15 40 T3 N0 M0 IIIA X IC-NOS 3 2 (+) (-) (+3) (+3) (-) (-) (++)
40% 80% 70%
39. BP/3893/15 45 T4 N0 M0 IIIB X IC-NOS 3 3 (+) (+2) (+2) (+3) (+2) (+3) (+3) (+)2 (-) (-)
Medullary 80% 10% 80% 90% 80% 90% 60% 70%
features
40. BP/3940/15 45 T3 N0 M0 IIB X IC-NOS 2 3 (+) (-) (+2) (-) (+3) (+3) (+3) (-) (-) (-)
44% 50% 90% 90% 80%
41. BP/14/16 47 T4 N1 M0 IIIB X IC-NOS 2 2 (-) (-) (-) (-) (-) (+3) (+3) (-) (-)
<14% 90% 80%
42. BP/265/16 53 T3 N0 M0 IIB X IC-NOS 3 2 (+) (+2) (+2) (+3) (+2) (+2) (+3) (+2) (-) (-)
80% 10% 80% 90% 50% 90% 90% 30%
43. BP/272/16 47 T4 N1 M0 IIIB X IC-NOS 2 3 (-) (-) (+2) (+3) (-) (+3) (+3) (-) (++)
<14% 10% 20% 90% 50%
44. BP/387/16 41 T3 N0 M0 IIB X IC-NOS 3 2 (-) (+2) (-) (-) (+2) (+3) (+2) (+2) (+1)50% (-)
<14% 10% 90% 90% 80% 30%
45. BP/392/16 39 T3 N0 M0 IIB X ILC 2 2 (-) (-) (-) (-) (-) (+3) (+3) (+)2 (-) (+)
<14% 90% 60% 20%
46. BP/447/16 52 T4 N1 M0 IIIB X IC-NOS 2 1 (+) (-) (+1) (-) (+2) (+3) (+3) (-) (-) (+)angioinvasi
70% 80% 90% 90% 90%
47. BP/974/16 49 T3 N0 M0 IIB X IC-NOS 2 1 (+) (+2) (-) (+3) (+2) (+3) (+3) (+2) (-) (-)
70% 80% 90% 50% 90% 90% 80%
48. BP/983/16 49 T3 N0 M0 IIB X IC-NOS 3 2 (+) (-) (-) (+3) (+3) (+3) (+3) (-) (-)
90% 20% 90% 60% 80%
49. BP/1012/16 46 T4 N1 M0 IIIB X IC-NOS 3 3 (-) (+)2 (-) (-) (+2) (+3) (-) (+2) (-) (+)
<14% 80% 90% 90% 50%
50. BP/1114/16 48 T3 N1 M0 IIIA X IC-NOS 2 1 (-) (-) (-) (-) (+3) (+3) (+3) (-) (-)
<14% 80% 90% 50%
51. BP/1132/16 49 T3 N0 M0 IIB X IC-NOS 3 3 (-) (-) (-) (+1) (-) (+2) (+3) (+)2 (-) (-) (+)
Medullary <14% 80% 60% 80% 80%
Features
52. BP/1489/16 36 T3 N0 M0 IIB X IC-NOS 2 1 (+) (+2) (+2) (-) (+3) (+3) (+3) (+)2 (-) (-) (-)
70% 10% 80% 80% 90% 90% 20%
53. PC/1820/16 37 T3 N0 M0 IIB X IC-NOS 3 1 (-) (-) (+2) (-) (+2) (+3) (+3) (-) (-) (+)
<14% 80% 80% 90% 90%
54. BP/2094/16 47 T4 N0 M0 IIIB X IC-NOS 3 3 (-) (+2) (-) (-) (-) (+3) (-) (-) (-) (-)
<14% 10% 80%
55. BP/2366/16 43 T3 N1 M0 IIIA X IC-NOS 2 1 (-) (+2) (-) (+2) (-) (+3) (+3) (-) (-) (-) (-)
<14% 10% 10% 80% 90%
56. PC/2445/16 52 T3 N0 M0 IIB X IC-NOS 2 3 (-) (+2) (+3) (+3) (+3) (+3) (+3) (+)2 (-) (+3) (-)
<14% 10% 80% 20% 90% 90% 50% 20% 70%
57. BP/2873/16 40 T3 N1 M0 IIIA X IC-NOS 2 1 (-) (-) (-) (-) (+3) (-) (-) (-) (-)
<14% 50%
58. BP/3091/16 50 T4 N1 M0 IIIB X 1 (+) (+2) (+2) (-) (+3) (+2) (+3) (-) (-) (-)
70% 20% 50% 50% 20% 50%
59. BP/3278/16 48 T3 N1 M0 IIIA X IC-NOS 2 2 (+) (+) (-) (+3) (+2) (+3) (+3) (+1)50% (+2) (-)
70% 70% 90% 90% 90% 80% 50%
60. PC/3320/16 44 T3 N1 M0 IIIA X IC-NOS 2 3 (-) (-) (-) (-) (-) (+2) (+3) (+)2 (-) (-) (-)
20% 50% 30%
61. BP/3459/16 40 T3 N0 M0 IIB X IC-NOS 2 2 (+) 90 (+) (-) (-) (-) (+3) (+2) (+)2 (-) (-) (+)
% 90 % 50% 90% 80%
62. BP/3818/16 57 T3 N0 M0 IIB X IC-NOS 2 2 (-) < (-) (+2) (+3) (-) (+3) (+3) (-) (-)
14% 30% 50% 80% 70%
63. OP/3981/16 42 T3 N1 M0 IIIA X IC-NOS 2 2 (+) (+) (-) (+) 90% (+3) (+3) (+3) (+)3 (-) (-) (-)
40% 40% 90% 90% 90% 30%
64. BP/308/17 39 T3 N1 M0 IIIA X IC-NOS 2 2 (+) (+) (-) (+) 40% (-) (+3) (+3) (+)2 (-) (-) (-)
<14% 10% 50% 70% 50%
65. 10821 56 T3 N1 M0 IIIA X IC-NOS 2 1 (-) (+) (+3) (-) (-) (+3) (+3) (+)2 (+1)50% (-) (-)
10% 80% 90% 90% 50%
No. KODE IGF-1R Skor imunoreaktif IGF-1R (intensitas X luas persentase positif)
Sitoplasma nukleus membran Internalised Total
66. O/1746/12 (+2) 10% 2x1=2 (-) (-) (-) (-)
67. O/1746/12 (+2) 10% 2x1=2 (-) (-) (-) (-)
68. B/3222/12 (+2) 50% 2x2=4 2x1=2 (-) 6 (-)
69. B/528/12 (-) (-) (-) (-) (-) (-)
70. O/15.06.207 (+1) 80% 2x4=8 2x1 =2 (-) 10 (-)
71. O/15.07.216 (+2) 80% 2x4=8 2x1 =2 (-) 10 (-)
72. O/15.07.219 (+2) 70% 3x3=9 3x1=3 (-) 12 (-)
73. O/15.11.387 (+2) 70% 2x3=6 2x1=2 2x1=2 8 10
74. O/15.12.465 (+2) 50% 2x2=4 2x1=2 2x1=2 6 8
75. O/16.10.483 (+2) 50% 2x2=4 2x1=2 (-) 6 (-)
76. 189/H/16 (-) (-) (-) (-) (-) (-)
77. O/4368/16 (+3) 90% 3 x 4 = 12 2x1=2 2x1=2 14 16
78. B/3772/16 (+3) 90% 3 x 4 = 12 3x1=3 3x1=3 15 18
79. 1403932 (I) (-) (-) (-) (-) (-) (-)
80. 1404141 SS (II) (-) (-) (-) (-) (-) (-)
81. 1404350 (-) (-) (-) (-) (-) (-)
82. 1405123 (+2) 50% 2x2=4 2x1=2 2x1=2 6 8
83. 1405230 IG (+3) 90% 3 x 4 = 12 3x1=3 (-) 15 (-)
84. 1405497 I AS (+2) 50% 2x2=4 (-) (-) (-) (-)
85. 1405593 I (+3) 90% 3 x 4 = 12 3x1=3 3x2=6 15 21
86. 1405639 (-) (-) (-) (-) (-) (-)
87. 1407416 (+2) 80% 2x4=8 2x1=2 2x1=2 10 12
88. 1407737 I G (-) (-) (-) (-) (-) (-)
89. 1407829 IK4 (+2) 50% 2x2=4 (-) (-) (-) (-)
90. 1408208 (+2) 50% 2x2=4 (-) 2x1=2 (-) (-)
91. 1408956 IL (+2) 80% 2x4=8 2x1=2 (-) 10 (-)
92. 1509152 III D (-) (-) (-) (-) (-) (-)
93. OP/3031/14 (-) (-) (-) (-) (-) (-)
94. OP/400/14 (-) (-) (-) (-) (-) (-)
95. OP/2765/14 (-) (-) (-) (-) (-) (-)
96. BP/2656/14 (-) (-) (-) (-) (-) (-)