Anda di halaman 1dari 103

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN

PENGOBATAN TRADISIONAL PADA PASIEN


FRAKTUR KE SANGKAL PUTUNG
DI SIDOMULYO SELATAN

SKRIPSI

NURUL HASANAH
NIM. C01417135

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
GORONTALO
2021
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN
PENGOBATAN TRADISIONAL PADA PASIEN
FRAKTUR KE SANGKAL PUTUNG
DI SIDOMULYO SELATAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat wajib dalam menyelesaikan


jenjang pendidikan Sarjana

NURUL HASANAH
NIM. C01417135

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
GORONTALO
2021

i
i
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pemilihan Pengobatan Tradisional Pada Pasien
Fraktur Ke Sangkal Putung Di Sidomulyo Selatan. Adalah karya saya
di bawah arahan dari komisi pembimbing. Skripsi ini belum pernah di
ajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun dan
bebas dari unsur plagiat. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya oleh penulis lain telah disebut dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka dengan jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penulisan buku pedoman penulisan skripsi/ karya ilmiah Universitas
Muhammadiyah Gorontalo. Apabila dikemudian hari ditemukan unsur-
unsur plagiat pada skripsi ini maka saya bersedia menerima sanksi hukum
dan kademik sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku

Gorontalo, 20 Oktober 2021

Nurul Hasanah
NIM. C01417135

i
PENGESAHAN PEMBIMBING

Nama : Nurul Hasanah


NIM : C01417135
Tahun Masuk : 2017
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Fakultas : Ilmu Kesehatan
Judul Penelitian : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan
Pengobatan Tradisional Pada Pasien Fraktur Ke
Sangkal Putung Di Sidomulyo Selatan

Disetujui Pembimbing

Pembimbing I   Pembimbing II

Ns. Abdul Wahab Pakaya, S.Kep, MM, M.Kep Ns. Harismayanti, S.Kep, M.Kep
NBM : 1328876 NBM : 1150469

Mengetahui

Dekan Ketua Program Studi


Fakultas Ilmu Kesehatan Ilmu Keperawatan

Ns. Abdul Wahab Pakaya, S.Kep, MM, M.Kep Ns. Harismayanti, S.Kep, M.Kep
NBM : 1328876 NBM : 1150469

ii
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI

Judul Penelitian : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Pengobatan


Tradisional Pada Pasien Fraktur Ke Sangkal Putung Di
Sidomulyo Selatan
Nama : Nurul Hasanah
NIM : C01417135
Program Studi : Ilmu Keperawatan

Telah dinyatakan lulus ujian tanggal : 28 Oktober 2021

KOMISI PENGUJI

1. Ns. Abdul Wahab Pakaya, S.Kep, MM, M.Kep (………………………….)

2. Ns. Harismayanti, S.Kep, M.Kep (………………………….)

3. Ns. Nurliah, S.Kep, M.Kep (………………………….)

Mengetahui

Dekan Ketua Program Studi


Fakultas Ilmu Kesehatan Ilmu Keperawatan

Ns.Abdul Wahab Pakaya, S.Kep, MM, M.Kep Ns. Harismayanti, S.Kep, M.Kep
NBM : 1328876 NBM : 1150469

iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Keberhasilan adalah sebuah proses, niatmu adalah awal dari


keberhasilan, peluh keringatmu adalah penyedapnya, doamu dan doa
orang-orang disekitarmu adalah bara api yang mematangkannya,
kegagalan di setiap langkahmu adalah pengawetnya. Maka dari itu,
bersabarlah! Allah selalu menyertai orang-orang yang penuh
kesabaran dalam proses menuju keberhasilan

Hatiku tenang karena mengetahui bahwa apa yang melewatkanku


tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan
untukku tidak akan pernah melewatkanku
-Umar Bin Khattab-

Bukan kamu yang hebat! Melainkan Allah yang memudahkan segala


urusan
-Nurul Hasanah-

Kupersembahkan karya kecilku ini untuk orang-orang tersayang :

Kepada kedua orang tuaku, bapak JUMIRIN dan mama SUJILAH


yang telah melahirkan dan membesarkanku, yang selalu berdoa
demi kesuksesanku, yang tak pernah meninggalkanku dan selalu
ada di saat suka maupun dukaku, yang menjadi alasan untuk tetap
semangat menyelesikan studiku hingga akhir. Kepada saudaraku,
mba NURJANAH dan kak SULISTIYO yang selalu memberiku
motivasi, nasihat-nasihat hingga aku bisa dititik ini. Untuk kedua
keponakanku, AHMAD MARZUQI dan AHMAD JAUHARI
yang selalu menghibur disaat tubuh ini mulai merasa kelelahan,
bibi sayang kalian

iv
Kepada pembimbing saya Ns. Abdul Wahab Pakaya MM, M.Kep
dan Ns. Harismayanti M.Kep yang telah meluangkan waktu
untuk membimbing dan mengarahkan saya untuk menyelesaikan
skripsi ini dengan ikhlas dan tulus
Kepada sahabat seperjuangan, Siti Nurkholizah Masionu, Hartati
Pulubuhu, Vidya Salsabilla Taib, Rahmona Monengo, Srisusanti
Abdullah, Elsilawati Yunus, Firawaty Ishak yang sudah banyak
membantu tenaga dan pikirannya dalam penyusunan skripsi ini,
yang selalu memberi motivasi dan selalu memberikan semangat
untukku.

Almamaterku tercinta tempat diriku menimba ilmu


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO

KATA PENGANTAR

Dengan sepenuh hati yang meliputi pengertian syukur dan puji, peneliti
memanjatkan syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan prososal dengan judul
“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Pengobatan Tradisional Pada
Pasien Fraktur ke Sangkal Putung di Sidomulyo Selatan” Selama menyelesaikan
penyusunan proposal ini peneliti banyak mendapat bantuan, bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu melalui kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Abd. Kadim Masaong, M.pd selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Gorontalo (UMGo).
2. Prof. Dr. Hj. Moon Otuluwa, M.Hum selaku Wakil Rektor I dalam Bidang
Akademik Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
3. Dr. Salahudin Pakaya, MH selaku Wakil Rektor II dalam Bidang Administrasi
Umum, Keuangan, Perencanaan dan Sumber Daya Universitas
Muhammadiyah Gorontalo.
4. Dr. Apris Ara Tilome, S.Ag., M.Si selaku Wakil Rektor III dalam Bidang
Kemahasiswaan, Al-Islam Kemuhammadiyahan & Kerja sama Universitas
Muhammadiyah Gorontalo.

v
5. Ns. Abdul Wahab Pakaya, S.Kep., MM., M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo dan sebagai pembimbing
1, yang telah banyak membantu, memberi bimbingan, serta masukan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Ns. Andi Akifa Sudirman, S.Kep M.Kep selaku Ketua Jurusan Keperawatan
7. Ns. Harismayanti, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo dan sebagai
pembimbing 2, yang telah banyak membantu, memberi bimbingan, serta
masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Staf Dosen Program Studi S1 Keperawatan yang selama ini banyak
membimbing dan memotivasi selama saya studi.
9. Kepada kepala desa Sidomulyo Selatan dan Bapak Caliak yang telah
memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di tempat
pengobatan sangkal putung sidomulyo selatan
10. Kepada kedua orang tua saya yang telah memberikan doa restu, kasih
sayang, dukungan dan pengorbanannya hingga saya dapat menyelesaikan
studi.
11. Teman-teman seperjuangan yang saling memotivasi dan memberikan
semangat
Meski demikian penulis menyadari masih banyak kesalahan dalam
penyusunan proposal ini. Oleh karena itu penulis sangat menghargai
masukan guna untuk dijadikan sebagai bahan evaluasi. Semoga Allah SWT
membalas kebaikan semua pihak yang telah memberi kesempatan,
dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini. Aamiin

Gorontalo, oktober 2021

Penulis

vi
ABSTRACT
NURUL HASANAH. Factors Affecting the Choice of Traditional Medicine in
Fracture Patients with Sangkal Putung in South Sidomulyo Selatan. Supervised
by ABDUL WAHAB PAKAYA as chairman and HARISMAYANTI as a member.

In Indonesia, traditional treatment of sangkal putung has become an alternative


choice by the community to heal fractures (broken bones). Sangkal putung
treatment in South Sidomulyo is influenced by several problems including the
influence of family or friends, affordable costs and cultural customs that require
people to seek treatment with traditional medicine. This research aims to identify
the factors that influence the choice of traditional treatment in patients with
fractures to the sangkalputung in South Sidomulyo. Quantitative descriptive
method is used with a cross sectional research design and samples were taken
using a total sampling technique with a sample of 55 respondents. Meanwhile,
Data Collecting method used a questionnaire sheet, and the data were analyzed
using Chi Square with a significance level (α : 0.05). The results showed that the
P value of social support was p = 0.003 smaller (p = 0.05), the P Value of
economic factors was p = 0.022 smaller (p = 0.05), the P Value of cultural factors
was p = 0.010 smaller (p=0.05). So it can be concluded that there is an influence
between social support, economic factors and cultural factors on the selection of
traditional medicine.

Bibliography : 33 references (2015-2020)

Keywords: Social Support, Economy, Culture, Fracture, Traditional


Medicine.

vii
ABSTRAK
NURUL HASANAH. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Pengobatan
Tradisional pada Pasien Fraktur ke Sangkal Putung di Sidomulyo Selatan. Di
Bimbing oleh ABDUL WAHAB PAKAYA sebagai ketua dan HARISMAYANTI
sebagai anggota.

Di Indonesia pengobatan tradisional sangkal putung sudah menjadi pilihan


alternativ oleh masyarakat untuk menyembuhkan fraktur (patah tulang).
Pengobatan sangkal putung di Sidomulyo Selatan dipengaruhi oleh beberapa
masalah antaranya pengaruh keluarga atau teman, biaya yang terjangkau
maupun adat budaya yang mengharuskan masyarakat berobat ke pengobatan
tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi pemilihan pengobatan tradisional pada pasien fraktur ke sangkal
putung di sidomulyo selatan. Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif
Kuantitatif dengan rancangan penelitian Cross Sectional. Sampel diambil
menggunakan tehnik total sampling dengan jumlah sampel 55 responden.
Pengumpulan data menggunakan lembar kuesioner dengan analisis data
menggunakan Chi Square dengan tingkat kemaknaan (α : 0,05). Hasil penelitian
menunjukan nilai P Value dukungan sosial sebesar p=0,003 lebih kecil (p=0,05),
P Value faktor ekonomi sebesar p=0,022 lebih kecil (p=0,05), P Value faktor
budaya sebesar p= 0,010 lebih kecil (p=0,05). Sehingga bisa disimpulkan ada
pengaruh antara dukungan sosial, faktor ekonomi dan faktor budaya terhadap
pemilihan pengobatan tradisional.

Daftar Pustaka : 33 referensi (tahun 2015-2020)

viii
Kata kunci : budaya, dukungan sosial, ekonomi, fraktur, pengobatan
tradisional,

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH


PENGESAHAN PEMBIMBING
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Rumusan Masalah

ix
1.4 Tujuan Penelitian
1.5 Manfaat Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Fraktur
2.2 Konsep Pengobatan Tradisional…………..………………………………..….16
2.3 Konsep Pengobatan Sangkal Putung
2.4  Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Pengobatan Tradisional
Sangkal Putung
2.5 Kajian Penelitian Terdahulu Yang Relevan
2.6 Kerangka Teori
2.7 Kerangka Konsep
2.8 Hipotesis

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian
3.2 Desain Penelitian
3.3 Penentuan Variabel Penelitian
3.4 Populasi Dan Sampel
3.5 Tehnik Pengumpulan Data
3.6 Tehnik Analisis Data
3.7 Hipotesis Statistik
3.8 Pengecekan Keabsahan Data ……………………….………………………...8
3.9 Etika Penelitian…………………………………………………………………...
3.10 Alur Penelitian …………………………………...……………………………...
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Penelitian
4.2 Analisa Univariat
4.3 Analisa Bivariat
4.4 Pembahasan
4.5 Keterbatasn Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan

x
5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL
        Halaman

1. Penelitian Relevan......................................................................................27
2. Definisi Operasional....................................................................................34
3. Distribusi frekuensi dukungan Sosial masyarakat yang berobat ke sangkal
putung di sidomulyo selatan........................................................................43
4. Distribusi frekuensi faktor ekonomi masyarakat yang berobat ke sangkal
putung di sidomulyo selatan........................................................................43
5. Distribusi frekuensi faktor budaya masyarakat yang berobat ke sangkal
putung di sidomulyo selatan........................................................................43
6. Pemilihan pengobatan tradisional pada pasien fraktur ke sangkal putung di
sidomulyo selatan.......................................................................................44
7. Hasil analisis dukungan sosial terhadap pemilihan pengobatan tradisional ke
sangkal putung di sidomulyo selatan..........................................................44
8. Hasil analisis faktor ekonomi terhadap pemilihan pengobatan tradisional ke
sangkal putung di sidomulyo selatan..........................................................45
9. Hasil analisis faktor budaya terhadap pemilihan pengobatan tradisional ke
sangkal putung di sidomulyo selatan..........................................................46

xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka Teori...........................................................................................31
2. Kerangka Konsep.......................................................................................32
3. Skema Alur Penelitian.................................................................................41

xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Riwayat Hidup.............................................................................................67
2. Surat pengambilan data awal......................................................................68
3. Permintaan Rekomendasi Penelitian..........................................................69
4. Surat Rekomendasi dari Kesbangpol..........................................................60
5. Surat keterangan selesai meneliti...............................................................71
6. Permohonan Menjadi Responden...............................................................72
7. Surat persetujuan responden......................................................................73
8. Lembar kuesioner.......................................................................................74
9. Uji reliabilitas...............................................................................................78
10. Master tabel ...............................................................................................80
11. Uji Statistik .................................................................................................83
12. Dokumentasi...............................................................................................87

xiii
xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah makhluk organik dan makhluk sosial yang secara
konsisten mengikuti dan mengikuti kehidupan mereka. Dalam menjaga dan
mengikuti kehidupan manusia, mereka juga menjaga kesehatan mereka dari
berbagai penyakit. Keinginan manusia untuk sembuh adalah hal yang
membuat kebutuhan akan administrasi di bidang kesehatan selalu muncul
seiring dengan waktu. Saat ini pelayanan kesehatan tidak hanya di
puskesmas, masih banyak pelayanan kesehatan lainnya seperti Puskesmas,
Klinik, Posyandu, Posbindu dan Poskesdes yang dapat menjadi tempat
pengambilan keputusan untuk berobat (Sholihah, 2018: 19).
Di Indonesia, masih banyak yang memanfaatkan pengobatan
konvensional sebagai tempat pelayanan kesehatan, mengingat sebuah studi
keuangan publik pada tahun 2018, sebanyak 45,17% penduduk Indonesia
benar-benar memilih pengobatan tradisional untuk menyembuhkan
penyakitnya (Depkes, 2017). ). Salah satu obat tradisional yang sampai saat
ini masih banyak dimanfaatkan oleh masyarakat di Indonesia adalah
pengobatan retak konvensional. Perlakuan istirahat adat di Indonesia
tersebar di beberapa daerah di Indonesia dengan nama yang berbeda-beda
mulai dari satu kabupaten kemudian ke kabupaten berikutnya. Dalam
masyarakat Jawa, pengobatan retak secara adat dikenal dengan istilah
Sangkal putung, di Sulawesi Utara pengobatan retak secara konvensional
dikenal dengan Sandro pauru dan di Madura, pengobatan retak secara adat
dikenal dengan pemotongan Dukun (Airlangga, 2015:5).
Pengumuman Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1076/Menkes/SK/VII/2003, khusus untuk pelaksanaan pengobatan adat.
Dinyatakan bahwa pada dasarnya pengobatan konvensional adalah suatu
pekerjaan untuk mengobati atau mengobati dengan cara alternatif di luar
keperawatan atau ilmu klinis. Tentunya juga telah banyak digunakan oleh
beberapa masyarakat lokal dalam mengatasi berbagai kondisi kesehatan
(Hartono et al., 2020:15).
Sangkal putung adalah istilah klinis elektif untuk mencangkok tulang
yang patah karena kecelakaan atau jatuh dengan strategi adat tanpa melalui
prosedur medis. Orang yang berobat di sangkal putung adalah seorang
spesialis tulang dan sendi dengan keahlian luar biasa seperti teknik
pengobatan luar biasa dan ramuan adat bahkan mantra (Nurulsiah, 2016:1).
Orang yang mencari pengobatan untuk pengobatan tradisional
Sangkal putung dengan luka muskuloskeletal yang sering termasuk cedera,
cedera, tegang, lepas dan retak. Untuk hyper-extends, luka, ketegangan,
adalah luka yang paling terkenal. Kondisi ini terjadi pada sekitar setengah
dari luka pada pesaing olahraga, luka akibat kerja, cedera akibat kecelakaan
lalu lintas dan aktivitas lainnya (Sholihah, 2018:20).

1
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa
sebagian besar kasus crack disebabkan oleh kecelakaan. Kecelakaan mobil
jalanan menewaskan 3,25 juta orang di seluruh dunia pada tahun 2016 dan
melukai hingga 50 juta orang. Tingkat kelulusan dari luka lalu lintas jalan
adalah 3,6 kali lebih tinggi di negara-negara gaji liga besar (9,6 kelulusan per
100.000 penduduk) (WHO, 2017).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 di
Indonesia, terdapat beberapa kasus retakan akibat luka, antara lain tertabrak
mobil, terjatuh dan luka akibat benda tajam/kasar. Dilihat dari tempat
terjadinya cedera, 44,7% terjadi di rumah dan iklim, 31,4% terjadi di jalan
raya, 9,1% di tempat kerja, 8,3% terjadi di tempat yang berbeda, dan 6,5%
terjadi di sekolah dan keadaan mereka saat ini.. Sedangkan cedera yang
disebabkan kecelakaan lalu lintas di provinsi Gorontalo sebanyak 66,8%.
(Riskesdas, 2018)
Pengobatan tradisional untuk pasien fraktur (patah tulang) masih
menjadi pilihan di negara-negara tertentu. Salah satu pengobatan tradisional
retakan di berbagai negara sering disebut TBS (pengobatan tulang
konvensional). Klien terbesar dari perawatan retak tradisional adalah orang
Nigeria. Sebenarnya di Nigeria pengobatan tradisional retak (patah tulang)
masih sangat mungkin dilakukan oleh penduduk negara ini, hal ini terlihat dari
tingkat penduduk yang memilih pengobatan patah tulang secara tradisional,
yaitu hanya sekitar 90%. . Di Afrika Sub-Sahara, lebih dari 80% penduduk
memilih pengobatan retak konvensional (masalah rusak yang masih harus
diselesaikan) penyakit mereka. Selain Nigeria dan Afrika, di Ghana, sekitar
78% penduduk suka pergi ke TBS untuk memperbaiki retakan (patah tulang).
(Airlangga, 2015:4).
Dari keterangan di atas, dapat diduga bahwa meskipun sudah banyak
pelayanan kesehatan yang ada saat ini, namun masih banyak orang,
terutama pasien retak (patah tulang) yang mencari pengobatan untuk
menyembuhkan penyakitnya. terapi adat Sangkal Putung.
Pilihan kelompok masyarakat untuk memilih dan menjalani
pengobatan adat Sangkal putung disidomulyo selatan sebagian besar
disebabkan oleh berbagai masalah yang ada seperti faktor dukungan sosial
dimana masih banyak masyarakat yang terpengaruh oleh sugesti atau
pandangan dari orang lain ataupun kerabat yang membuatnya mengikuti
sugesti tersebut. Mereka mengatakan manfaat pergi ke pengobatan sangkal
putung sangat banyak dan presentasi kesembuhannya juga tinggi. Itu yang
membuat masyarakat tertarik untuk pergi ke pengobatan sangkal putung saat
terjadi fraktur. Selain itu faktor ekonomi juga mempengaruhi pemilihan
pengobatan yang akan dilakukan. Dimana masyarakat yang kurang mampu
menjadikan pengobatan sangkal putung ini menjadi pilihan alternative pada
saat terjadi fraktur karena membutuhkan sedikit biaya, waktu dan tenaga
dalam proses pengobatan. Walaupun ada BPJS untuk pergi ke Rumah Sakit
tapi tetap saja biaya yang akan dikeluarkan sangat banyak dan memakan

2
waktu yang lama. Yang terakhir yaitu faktor budaya dimana masyarakat
masih mengikuti adat istiadat, suku dan kepercayaan yang menjadi
kebiasaan masyarakat untuk memilih suatu pengobatan yang mereka
percaya dapat menyembuhkan.
Hasil penelitian Siti Sholihah, (2018) tentang Analisis Faktor Yang
Mempengaruhi Pengambilan Keputusan pada pasien Cedera
Musculoskeletal yang Memilih Berobat ke Sangkal Putung Berdasarkan
Pendekatan Teori Health Belief Model. Menunjukan hasil bahwa dari 109
responden, terdapat 67 responden dengan pendapatkan penghasilan kurang
dari 3.500.000 per bulan sedangkan 78 responden dengan pengalaman
keluarga yang pernah berobat ke sangkal putung jadi faktor ekonomi dan
faktor sosial berpengaruh terhadap pengambilan keputusan.
Hasil penelitian Ruhinda, (2020) dengan judul Alasan Patronase
Pengaturan Tulang Tradisional Sebagai Alternative Untuk Pengobatan
Fraktur Ortodoks Di Kabupaten Mubela, Kagera Tanzania. Menunjukan hasil
bahwa dari 103 responden, terdapat 69 responden percaya terhadap
keberhasilan pengobatan tulang tradisional (TBS) sedangkan 34 responden
memiliki pendidikan tingkat menengah-bawah jadi faktor budaya dan faktor
pengetahuan berpengaruh terhadap pemilihan pengobatan tradisional.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti ditempat
Sangkal putung Sidomulyo selatan diperoleh data jumlah pasien fraktur yang
menjalani pengobatan pada bulan maret-mei yaitu sebanyak 55 pasien.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan ditempat Sangkal putung pada
tanggal 03 mei 2021, hasil wawancara dengan 5 orang pasien fraktur yang
saya temui mereka mengatakan bahwa ada berbagai alasan kenapa mereka
lebih memilih pergi ke tempat Sangkal putung. 2 diantaranya ada yang
mengatakan biaya ke sangkal putung lebih murah di bandingkan Rumah
Sakit. 1 diantaranya mengatakan lebih percaya ke tempat Sangkal putung
yang terbukti kesembuhannya dari pada harus pergi ke Rumah Sakit. 2
pasien lainnya mengatakan tahu lokasi tempat Sangkal putung ini dari
kerabat yang pernah berobat ke Sangkal putung dan sembuh, sehingga
banyak dari mereka percaya dan memilih berobat ke tempat Sangkal putung
saat terjadi fraktur (patah tulang).
Nabi Muhammad memiliki pemahaman yang sangat luar biasa
tentang kesejahteraan manusia. Usulannya tentang kesehatan dan sistem
penyembuhan serta obat-obatan yang dia berikan sangat berhasil. Hal ini
dapat dibenarkan dengan alasan bahwa semua yang dia anjurkan adalah
petunjuk dari Allah. Seperti yang dikatakannya dalam surah Yunus [10]: (57)
yang berbunyi :

N‫ ي‬N‫ ِف‬N‫ ا‬N‫ َم‬Nِ‫ ل‬N‫ ٌء‬N‫ ا‬N‫ َف‬N‫ش‬Nِ N‫و‬Nَ N‫ ْم‬N‫ ُك‬N‫ ِّب‬N‫ر‬Nَ N‫ن‬Nْ N‫ ِم‬N‫ ٌة‬N‫ظ‬ Nَ N‫ع‬Nِ N‫و‬Nْ N‫ َم‬N‫ ْم‬N‫ ُك‬N‫ ْت‬N‫ َء‬N‫ ا‬N‫ج‬Nَ N‫د‬Nْ N‫ َق‬N‫س‬ Nُ N‫ ا‬N‫ َّن‬N‫ل‬N‫ ا‬N‫ ا‬N‫ َه‬N‫ َأ ُّي‬N‫ ا‬N‫َي‬
)57( N‫ن‬ Nَ N‫ ي‬N‫ ِن‬N‫ْؤ ِم‬NN‫ ُم‬N‫ ْل‬Nِ‫ ل‬N‫ ٌة‬N‫ َم‬N‫ح‬Nْ N‫ر‬Nَ N‫و‬Nَ N‫ ى‬N‫ ًد‬N‫ ُه‬N‫و‬Nَ N‫ر‬Nِ N‫ و‬N‫ ُد‬N‫ص‬ ُّ N‫ل‬N‫ا‬

3
Yang artinya : wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu
pelajaran dari tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada
dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman (Q.s Yunus
[10] : 57)
Ayat diatas menjelaskan satu hal penting bagi mereka yang
menginginkan kesembuhan dalam menjalankan pengobatan. Dimana yang di
anjuran Rasullulah Saw dengan meyakini bahwa Allah Swt yang memberikan
sakit dan hanya Allah Swt lah sebagai satu-satunya penyembuh. Kemudian
kita hendaknya pintar untuk memilah-milah pengobatan apa saja yang akan
kita lakukan dengan mengikuti perkembangan yang sudah modern ini.
Berdasarkan hal inilah peneliti merasa tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan
pengobatan tradisional pada pasien fraktur di Sangkal putung Sidomulyo
Selatan”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Jumlah pasien fraktur yang berobat ke Sangkal putung di Sidomulyo
selatan sebanyak 55 pasien dari bulan maret - mei 2021
2. Sebagian besar masyarakat yang berobat ke Sangkal putung di
Sidomulyo selatan mempunyai beberapa masalah diantaranya faktor
sosial, faktor ekonomi dan faktor budaya.
1.3 Rumusan Masalah
1. Apakah faktor sosial mempengaruhi pemilihan pengobatan tradisional
pada pasien fraktur yang berobat ke Sangkal putung di Sidomulyo
selatan?
2.   Apakah faktor ekonomi mempengaruhi pemilihan pengobatan tradisional
pada pasien fraktur yang berobat ke Sangkal putung di Sidomulyo
selatan?
3. Apakah faktor budaya mempengaruhi pemilihan pengobatan tradisional
pada pasien fraktur yang berobat ke Sangkal putung di Sidomulyo
selatan?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi pemilihan pengobatan tradisional pada pasien fraktur ke Sangkal
putung di Sidomulyo selatan.

1.4.2 Tujuan khusus

4
1. Mengidentifikasi faktor Dukungan Sosial masyarakat yang berobat ke
Sangkal putung di Sidomulyo selatan
2. Mengidentifikasi faktor Ekonomi masyarakat yang berobat ke Sangkal
putung di Sidomulyo selatan
3. Mengidentifikasi faktor Budaya masyarakat yang berobat ke Sangkal
putung di Sidomulyo selatan
4. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pengobatan
tradisional pada pasien Fraktur ke Sangkal putung di Sidomulyo selatan
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Hasil pemeriksaan ini dapat dimanfaatkan sebagai semacam perspektif
dalam kemajuan ilmu di bidang ilmu keperawatan dan eksplorasi ini dapat
menjadi bahan referensi untuk pemeriksaan tambahan sejenis
1.5.2 Manfaat praktis
1. Profesi Keperawatan
Konsekuensi dari penelitian ini dapat memperluas data dan informasi tentang
variabel-variabel yang mempengaruhi keputusan pengobatan tradisional
pada pasien retak
2. Pelayanan kesehatan
Hasil dari penelitian ini sebagai kontribusi bagi klinik kesehatan untuk lebih
mengembangkan administrasi kesehatan dan asuhan keperawatan untuk
pasien retak sehingga akan berdampak pada individu untuk
mempertimbangkan lebih dinamis dalam pemilihan administrasi
kesehatan
3. Masyarakat
Hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat
tentang pentingnya mempertimbangkan untuk menentukan pilihan terbaik
untuk memilih administrasi kesehatan yang akan dipilih sehingga mereka
mendapatkan perawatan yang tepat untuk pasien dengan retakan
4. Penelitian selanjutnya
Hasil dari pemeriksaan ini dapat memberikan data dan informasi yang dapat
digunakan sebagai alasan untuk eksplorasi tambahan atau pemeriksaan
yang sebanding, misalnya penelitian yang diidentifikasi dengan
penentuan pengobatan pada pasien retak pada sendi panggul.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Fraktur


2.1.1 Definisi Fraktur
Retak adalah pecahnya perkembangan tulang yang tidak mengeras
yang ditunjukkan oleh jenis dan derajatnya. Retakan terjadi ketika faktor
tekanan yang diterapkan jauh ke bawah lebih penting daripada yang dapat
ditahan oleh tulang. Istirahat dapat disebabkan oleh benturan keras, atau
karena kecelakaan. (Suzanne dan Brenda, 2013:2357)
Retak adalah pecahnya kesesuaian konstruksi tulang. Retakan dapat
berupa lebih dari satu patahan, penyusutan atau konstruksi kortikal, biasanya
retakan total dan bagian tulang tercabut (Wijaya dan Putri, 2013: 2).
Breaks dapat terjadi pada limit atau appendages, yang disebut
dengan appendage cracks. Patah tulang belakang adalah retakan yang
terjadi pada tulang yang membentuk area keuntungan, (pergelangan tangan,
lengan, siku, bahu) dan titik terjauh bawah (pinggul, paha, tungkai bawah,
tungkai bawah). Retak dapat menyebabkan pemuaian, hilangnya kapasitas
biasa, kemerahan, krepitasi, distorsi, dan penderitaan (Astuti Nur, 2018: 2).

2.1.2 Klasifikasi Fraktur


Retakan dapat diurutkan menjadi retakan tertutup dan retakan
terbuka. Retak tertahan digambarkan oleh kulit yang tidak bercacat di atas
lokasi cedera, sementara retakan terbuka digambarkan dengan robekan kulit
di atas cedera tulang. Kerusakan jaringan bisa sangat luas di celah terbuka,
yang dipisahkan oleh keseriusannya (Aristi dan Asti, 2018: 6) :
a. Derajat 1 : cederah dibawah 1 cm, kekotoran batin yang tidak signifikan
b. Derajat 2 : cedera lebih dari 1 cm, noda sedang
c. Derajat 3 : luka melebihi 6 hingga 8 cm, cedera melebihi 6 hingga 8 cm,
ada kerusakan luas pada jaringan halus, ligamen, saraf, dan polusi luas.
Istirahat terbuka tingkat 3 harus segera ditangani karena bahaya
kontaminasi
Menurut Handiyani, (2014:11) patahan dapat dibedakan menjadi tiga
macam, antara lain retakan dalam, retak terbuka, dan retak kompleks.
Contained crack adalah jenis retakan yang tidak disambung oleh luka di
bagian luar permukaan kulit sehingga tulang yang rusak tidak bersentuhan
dengan bagian luar kulit. Retak tertahan adalah retakan yang tidak
menyebabkan robekan pada kulit. Selain itu, open break adalah suatu kondisi
pada tulang dengan adanya luka pada permukaan kulit yang disertai dengan
kematian yang cukup besar, sehingga tulang bersentuhan langsung dengan
udara luar. Pada orang-orang tertentu yang mengalami patah tulang terbuka,
tulang yang rusak akan menggelembung dari lapisan luar kulit dan pada

6
beberapa orang tidak menonjol. Istirahat terbuka memerlukan perawatan
segera karena bahaya kontaminasi dan faktor kekacauan lainnya. Akhirnya
terjadi patahan rumit yang terjadi pada dua kondisi, khususnya retakan pada
titik terjauh, sedangkan pelepasan terjadi pada sambungan.
Sementara itu, sebagaimana dikemukakan oleh Freye dan Lammers,
(2019: 7) jenis patahan menurut radiologi antara lain retak silang, yaitu retak
spesifik dimana garis retak berlawanan dengan poros panjang tulang.
Fragmen tulang yang patah direposisi atau dikecilkan kembali ke tempatnya
yang khas, kemudian, pada saat itu bagian-bagian ini akan stabil dan
biasanya dikendalikan dengan penyangga gips. Retak kominutif adalah jenis
patahan yang terjadi dan mengakibatkan rusaknya kejujuran jaringan pada
area yang terdapat banyak potongan tulang. Retak menyamping adalah jenis
patahan yang memiliki titik separasi yang membingkai sebuah titik jauh ke
bawah. Retak menyamping adalah jenis retakan yang goyah dan sulit diobati.
Retakan segmental adalah dua patahan yang berdekatan satu sama lain
dalam satu tulang, membuat bagian fokus terpisah dari suplai darah, dengan
asumsi retakan semacam ini terjadi, salah satu ujung yang tidak memiliki
vena akan sulit untuk pulih sehingga diperlukan prosedur medis dalam
penanganannya. administrasi. Retak impaksi atau tekanan pecah terjadi
ketika dua tulang menyerang tulang di antara tulang belakang. Retakan
semacam ini dapat ditentukan dengan bantuan radiografi. Pengeluaran berat
dapat terjadi pada orang di usia muda yang mengalami gangguan seperti ini,
orang juga akan mengalami syok hipovolemik (kemalangan darah), dan
bahkan retakan tekanan dapat menyebabkan lewat jika tekanan peredaran
darah, detak jantung, dan pernapasan tidak diperhatikan secara konsisten.
Jadwal. 24 jam hingga 48 jam. Twisting crack adalah jenis patahan yang
disebabkan oleh adanya kekuatan yang terlalu kuat. Retakan berliku
umumnya terjadi pada pemain ski, ketika ujung ski tenggelam ke dalam salju
sehingga ski berputar dan membuat pemain ski patah. Kerusakan semacam
ini tidak menyebabkan efek yang berlebihan, dan hanya sedikit merusak
jaringan halus, sehingga retakan semacam ini dapat diperbaiki lebih lanjut
tanpa masalah.

2.1.3 Etiologi Fraktur


Menurut Fitria wijaya, (2013:4) Ada tiga alasan untuk istirahat, untuk
menjadi kebiadaban langsung tertentu yang menyebabkan retakan pada
tanda kekejaman. Retakan ini sering merupakan retakan terbuka dengan
garis retak melintang atau miring. Misalnya, kecelakaan jalanan, masalah
fisik selama pertandingan, benda bergerak yang mengenai bagian tubuh di
atas tulang. Kebiadaban tidak langsung menyebabkan retakan di tempat-
tempat yang jauh dari tempat kekejaman itu terjadi. Tulang yang retak
biasanya merupakan bagian yang paling rapuh dari jalur konduksi vektor.
Kebiadaban karena tekanan otot adalah istirahat karena ketegangan otot

7
yang sangat jarang terjadi. Kekuatan bisa berupa melengkung, memelintir
dan meremas, perpaduan ketiganya, dan menarik.
Sementara itu, menurut Astuti Nur, (2018: 5) retakan dapat
disebabkan oleh benturan keras, kekuatan menghancurkan, pengembangan
pemain yang tiba-tiba, dan bahkan penyempitan otot pada titik-titik terjauh,
organ-organ tubuh dapat dirugikan karena kekuatan yang dibawa. tentang
oleh istirahat atau karena bagian tulang.

2.1.4 Patofisiologi Fraktur


Tingkat keparahan kerusakan bergantung pada efek yang
menyebabkan retakan. Jika batas patah tulang sedikit saja terlampaui, tulang
hanya boleh retak, bukan retak. Jika efeknya sangat luar biasa, misalnya
penyok spatbor, tulangnya bisa pecah berkeping-keping. Ketika terjadi patah,
otot-otot yang berhubungan dengan penutupan tulang bisa terganggu. Otot
mungkin cocok dan menarik bagian istirahat keluar dari posisinya.
Pengumpulan otot yang besar dapat membuat kecocokan yang solid yang
bahkan dapat mencabut tulang besar, seperti tulang paha. Meskipun bagian
proksimal dari patahan tetap terpasang, bagian distal dapat dipindahkan
karena unsur-unsur yang menyebabkan keretakan atau kecocokan otot-otot
yang mengelilinginya. Potongan patah mungkin bergerak ke samping, pada
satu titik, atau mengganggu bagian tulang lainnya. Bagian juga dapat
berputar atau bergerak (Freye dan Lammers, 2019:5).
Juga, periosteum dan vena kortikal seperti sumsum tulang yang retak
terganggu, menyebabkan cedera jaringan halus yang terus-menerus.
Pengeringan terjadi karena cedera jaringan halus atau cedera jauh di lubuk
hati itu sendiri. Di parit sumsum (medula), hematoma terjadi di antara bagian
tulang dan di bawah periosteum. Jaringan tulang di sekitar lokasi retakan
akan menendang ember dan membuat reaksi pembakar ekstrim yang
menyebabkan siksaan, edema, vasodilatasi, kehilangan kapasitas, eksudasi
plasma dan leukosit. Reaksi patofisiologis juga merupakan fase
penyembuhan tulang (Freye dan Lammers, 2019:6).

2.1.4 Manifestasi Klinis Fraktur


Menurut Fitria Wijaya, (2013: 6), mendiagnosis retakan harus
didasarkan pada indikasi pelanggan, riwayat, penilaian aktual, dan penemuan
radiologis. Tanda-tanda dan efek samping retak termasuk distorsi, khususnya
pembesaran dari pengeringan lingkungan yang dapat menyebabkan
deformasi di lokasi patahan. Otot cocok dapat menyebabkan pemendekan
pelengkap, cacat rotasi, atau angulasi. Dibandingkan dengan sisi padat, situs
patahan dapat memiliki deformasi yang dicap. Dari sana, edema mungkin
muncul dengan cepat, karena pengumpulan cairan serosa di lokasi retakan
dan ekstravasasi darah ke jaringan sekitarnya. Pembengkakan lebih lanjut
terjadi karena pengeringan subkutan di lokasi kerusakan. Kesesuaian otot
wajib diisi sebagai penyangga khas untuk mengurangi perkembangan lebih

8
lanjut dari bagian istirahat. Akan ada siksaan jika pelanggan masih dapat
diterima secara neurologis, penderitaan akan secara konsisten mengikuti
retakan, kekuatan dan keseriusan siksaan akan beragam untuk setiap
pelanggan. Siksaan umumnya rajin, berkembang jika retakan disiapkan. Ini
terjadi karena kecocokan otot, menutupi bagian yang patah atau cedera pada
desain yang mengelilinginya. Akan ada ketegangan di atas situs retakan
karena cedera. Kehilangan kapasitas terjadi karena rasa sakit yang
disebabkan oleh patah atau karena hilangnya kapasitas lengan sakelar di
kaki yang terpengaruh. Kehilangan gerak juga dapat terjadi akibat cedera
saraf. Perkembangan dan krepitasi yang tidak biasa, tanda-tanda ini terjadi
karena perkembangan titik fokus tulang atau penggilingan di antara bagian
yang retak. Kemudian, pada saat itu akan terjadi perubahan neurovaskular
karena kerusakan pada saraf tepi atau konstruksi vaskular terkait. Pelanggan
mungkin mengeluh mati atau menggigil atau tidak ada detak jantung di ruang
distal dari istirahat. Syok akan terjadi jika bagian tulang dapat merobek
pembuluh darah. Pengeringan yang sangat besar atau rahasia dapat
menyebabkan syok.

2.1.6 Komplikasi Fraktur


Menurut Caroline dan Mary (2015:264) ada beberapa keterikatan dari
break. Kebingungan bergantung pada jenis cedera, usia pelanggan, adanya
kondisi medis lain (penyerta) dan penggunaan obat-obatan yang
mempengaruhi kematian, misalnya, wafarin, kortikosteroid, dan NSAID.
Keterikatan yang terjadi setelah retak meliputi :
a. Cedera saraf
Bagian tulang dan edema jaringan yang berhubungan dengan cedera dapat
memicu cedera saraf. Harus diperhatikan bahwa ada kaki pelanggan
yang pucat dan dingin, ada penyesuaian kemampuan pelanggan yang
lemah untuk merasa jelas, ada penyesuaian kapasitas pasien untuk
merasa tersingkir pelanggan untuk menggerakkan jari atau kaki.
Parestesia, atau protes dari siksaan yang diperluas.
b. Sindroma kompartemen
Kompartemen otot di pelengkap atas dan bawah dilapisi oleh selempang
yang tidak elastis yang tidak mengembang saat otot membesar. Edema
yang terjadi karena retakan dapat menyebabkan peningkatan tekanan
kompartemen yang dapat menurunkan perfusi darah yang tipis. Jika
suplai darah lingkungan tidak dapat memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan, iskemia terjadi. Gangguan kompartemen adalah keadaan
masalah peredaran darah yang terkait dengan ekspansi reformis dalam
tekanan yang terjadi di ruang terbatas. Ini karena apa pun yang
mengurangi ukuran kompartemen. Pembalut ketat atau faktor interior
seperti drainase atau edema. Dilanjutkan dengan iskemia akan

9
mendorong masuknya histamin oleh otot-otot yang terkena,
menyebabkan edema lebih parah dan perfusi lebih lanjut berkurang.

Ekspansi korosi laktat menyebabkan lebih banyak pencernaan anaerobik dan


peningkatan aliran darah yang mendorong peningkatan tekanan jaringan.
Ini akan menyebabkan pola perluasan tekanan kompartemen. Kondisi
kompartemen dapat terjadi di mana saja, namun umumnya normal pada
tungkai bawah atau lengan. Mungkin juga ada sensasi menggigil atau
makan (paresthesia) pada otot.
c. Kontraktur volkman
Kontraktur Volkman adalah distorsi embel-embel karena gangguan
kompartemen yang tidak diobati. Dengan cara ini, faktor tekanan terus-
menerus yang menyebabkan iskemia otot kemudian dengan santai
digantikan oleh jaringan otot yang menjepit ligamen dan saraf. Kondisi
kompartemen setelah patah tulang tibia dapat membuat kaki terasa sakit
atau mati rasa, patah, dan terpuntir.
d. Sindroma emboli lemak
Emboli lemak seperti emboli pneumonia yang terjadi pada pasien istirahat.
Kondisi emboli lemak terjadi setelah patah tulang panjang seperti tulang
paha, tibia, tulang rusuk, fibula, dan panggul.

Ketidaknyamanan jarak jauh dari retak termasuk kekakuan sendi atau


nyeri sendi. Setelah cedera atau imobilisasi jarak jauh, kekakuan sendi dapat
terjadi dan dapat menyebabkan kontraktur sendi, perkembangan tendon, atau
kerusakan otot. Aktivitas gerakan sendi dinamis harus dilakukan sebanyak
mungkin yang diharapkan oleh pelanggan. Aktivitas gerakan sendi lepas untuk
mengurangi bahaya kekencangan sendi. Kerusakan avaskular kaput femur
terjadi terutama pada patahan proksimal leher femur. Ini terjadi karena masalah
aliran di dekatnya. Oleh karena itu, untuk menghindari terjadinya kerusakan
pembuluh darah, prosedur medis diselesaikan secepat waktu memungkinkan
untuk memperbaiki tulang setelah retak. Malunion terjadi ketika bagian yang
retak diperbaiki dalam kondisi yang tidak semestinya karena tarikan otot yang
miring dan gravitasi. Hal ini dapat terjadi jika pasien meletakkan beban pada kaki
yang sakit dan mengabaikan instruksi dokter atau sebaliknya jika alat bantu jalan
digunakan sebelum memperbaiki tempat patah yang tepat. Asosiasi yang lemah,
asosiasi yang diblokir terjadi ketika memperbaiki panggilan kembali namun tidak
sepenuhnya berhenti, kemungkinan karena gangguan pada bagian retak atau
adanya penyebab mendasar seperti kontaminasi. Non-asosiasi adalah
pemulihan istirahat yang terjadi 4 hingga setengah tahun setelah cedera yang
mendasarinya dan setelah perbaikan yang tidak dibatasi mungkin tidak akan
terjadi. Ini biasanya hasil dari suplai darah yang kurang dan faktor tekanan yang
tidak terkendali di tempat istirahat. Asosiasi berserabut, jaringan berotot terletak
di antara potongan-potongan. Kemalangan tulang karena cedera atau prosedur

10
medis memperbesar risiko pasien untuk patah kombinasi semacam ini. Kondisi
siksaan teritorial yang kompleks adalah gangguan kehancuran dan pelecehan
yang disertai dengan siksaan dan perluasan dari embel-embel yang berdenyut.

2.1.7 Penatalaksanaan Fraktur


Pedoman penanganan retakan adalah mengembalikan patahan ke
posisi uniknya dan mengikuti situasi tersebut selama jangka waktu perbaikan
retakan. Metode utama pengobatan hanya pengamanan tanpa reposisi atau
imobilisasi, misalnya menggunakan mytel. Biasanya dilakukan pada patah
tulang rusuk dan retakan klavikula pada anak-anak. Strategi selanjutnya
adalah imobilisasi luar tanpa reposisi, biasanya dilakukan pada retakan kaki
bagian bawah tanpa pemisahan. Strategi ketiga adalah reposisi melalui
kontrol diikuti dengan imobilisasi, biasanya dilakukan pada jeda jarak distal.
Cara keempat adalah reposisi dengan pijakan tanpa henti untuk jangka waktu
tertentu. Ini dilakukan untuk jeda yang, ketika diposisikan ulang, akan
terlepas di dalam gips. Teknik kelima adalah reposisi yang diikuti dengan
imobilisasi dengan obsesi dari luar. Cara ke-6 adalah sebagai reposisi yang
tidak dapat dipekerjakan. Strategi ketujuh adalah sebagai Employable
Repositioning diikuti oleh Interior Obsession yang biasa disebut dengan ORIF
(Open Reduction Internal Fixation). Teknik terakhir adalah ekstraksi bagian
yang patah dengan prostesis
Sesuai Handiyani, (2014:15) administrasi klinis menggabungkan :
a. Diagnosis dan penilaian fraktur
Sebuah masa lalu yang diisi dengan penilaian klinis dan radiologis dilakukan
untuk memutuskan dan mensurvei keadaan retakan. Menjelang awal
perawatan, penting untuk fokus pada area retakan, keadaan patah, untuk
memutuskan strategi yang cocok untuk perawatan kebingungan yang
mungkin terjadi selama perawatan.

b. Reduksi
Tujuan penurunan adalah untuk menetapkan kembali panjang dan susunan
garis keras, yang dapat dicapai dengan penurunan terbuka. Shut
reduction dilakukan dengan pijakan manual atau mekanis untuk menarik
retakan, kemudian, pada saat itu kontrol untuk membangun kembali
pengaturan garis yang khas. Setiap kali penurunan tertutup gagal atau
tidak dapat diterima, penurunan terbuka dapat dilakukan. Penurunan
terbuka dilakukan dengan menggunakan perangkat obsesi batin untuk
mengikuti situasi sampai tulang memperbaiki kuat. Peralatan obsesi
interior menggabungkan pena, kabel, sekrup, dan pelat. Instrumen ini
dimasukkan ke dalam celah melalui prosedur medis ORIF (Open
Reduction Internal Fixation). Tindakan medis terbuka ini akan
melumpuhkan retakan sampai tulang yang rusak dapat disambungkan
kembali.

11
c. Retensi
Imobilisasi retak dimaksudkan untuk mencegah relokasi potongan
dan mencegah perkembangan yang dapat merusak asosiasi.
Pemasangan pelat atau pondasi direncanakan untuk mengimbangi
penurunan batas retak.
d. Rehabilitasi
Membangun kembali tindakan utilitarian seideal mungkin. Setelah
tindakan medis, pasien akan membutuhkan bantuan untuk melakukan
aktivitas. Sesuai Astuti dan Aini, (2020:7) Praktik pemulihan dipartisi
menjadi tiga kelas. Pertama-tama, perkembangan tidak aktif
dimaksudkan untuk membantu pasien dengan mengikuti lingkup gerakan
sendi dan mencegah cengkeraman atau kontraktur jaringan halus dan
mencegah ketegangan ekstrem pada otot yang diperbaiki pasca operasi.
Yang kedua adalah pengembangan dinamis yang dilakukan untuk
mengikuti dan mengembangkan lebih lanjut, sering kali dibantu oleh
tangan, katrol atau tongkat yang sehat. Akhirnya, latihan penguatan
adalah aktivitas dinamis yang direncanakan untuk memperkuat otot.
Latihan biasanya dimulai ketika kerusakan jaringan halus telah diperbaiki,
4 bulan setengah setelah prosedur medis atau pada pasien dengan
masalah titik terjauh.
Mengingat penjelasan di atas, sangat mungkin beralasan bahwa
retakan adalah putusnya koherensi tulang yang tidak mengeras seperti
yang ditunjukkan oleh jenis dan derajatnya. Retakan dapat disebabkan
oleh benturan keras atau karena kecelakaan. Keseriusan patahan yang
sebenarnya bergantung pada efek yang menyebabkan keretakan,
dengan asumsi tepi retakan tulang hanya sedikit dilampaui, tulang
mungkin hanya retak, bukan patah. Namun, sekali lagi, jika efeknya
sangat luar biasa, misalnya tabrakan otomatis, tulang bisa pecah
berkeping-keping. Saat terjadi patah tulang, pasien mungkin mengalami
beberapa gangguan, termasuk cedera saraf, gangguan kompartemen,
kontraktur Volkman, dan kondisi emboli lemak. Ada dua cara berbeda
untuk mengobati retak, yaitu pengobatan klinis khusus dan pengobatan
konvensional. Perawatan klinis itu sendiri dimulai dari kesimpulan dan
penilaian retakan, penurunan, pemeliharaan, dan pemulihan. Sedangkan
pengobatan konvensional untuk retak adalah seseorang yang
memberikan perawatan atau perawatan patah secara tradisional.

12
2.2 Konsep Pengobatan Tradisional
2.2.1 Definisi Pengobatan Tradisional
Pengobatan adat adalah pengobatan atau pengobatan melalui
obat dan pengobatannya yang mengacu pada kemampuan bawaan,
pengalaman, pengajaran atau persiapan, dan diterapkan sesuai standar
yang berlaku di arena publik (Kemenkes RI, 2016). Ditinjau dari
pengobatannya, pemberian obat konvensional dibedakan menjadi dua
macam, yaitu pemberian obat tradisional yang memanfaatkan
kemampuan dan bahan-bahannya (Tarigan, 2017:1).
Pengobatan tradisional adalah teknik pengobatan yang digunakan
dalam masyarakat kuno dan kemudian diturunkan dari satu zaman ke
zaman lain dan berkembang perlahan-lahan tergantung pada informasi
manusia yang adil dan teratur. Pengobatan adat atau pengobatan
konvensional umumnya disinggung sebagai pengobatan rakyat,
pengobatan alami, dan lain-lain (Utami, 2015: 2).
WHO mencirikan pengobatan tradisional sebagai keseluruhan
kemampuan, informasi, dan praktik yang bergantung pada spekulasi,
keyakinan, dan pertemuan individu yang memiliki tradisi sosial yang khas,
jika digambarkan. Digunakan dalam dukungan kesejahteraan seperti
dalam pencegahan, perbaikan, analisis, atau pengobatan penyakit fisik
dan psikologis (Ariyanto, 2015: 6).

2.2.2 Tujuan Pengobatan Tradisional


Menurut Kesehatan et al., (2015:9) tujuan dari pelaksanaan Obat
tradisional adalah :
a. Tujuan umum
Memperluas penggunaan obat-obatan tradisional, baik secara mandiri atau
secara terpadu dalam keseluruhan kerangka administrasi kesehatan,
untuk mencapai status kesehatan umum yang ideal. Oleh karena itu,
kemasan adat menjadi salah satu pilihan yang cukup disukai oleh
masyarakat setempat. Oleh karena itu, daerah kesehatan mencoba untuk
memahami dan, jika mungkin, memasukkan pengobatan tradisional.
b. Tujuan khusus
1) Meningkatkan sifat penyelenggaraan pengobatan tradisional, dengan
tujuan agar daerah terlindung dari akibat buruk pengobatan
konvensional.
2) Meningkatnya kebebasan kelompok masyarakat dalam mengatasi
masalah kesehatan dengan upaya pengobatan secara adat.
3) Dasar dari tenaga kerja klinis tradisional yang berbeda dalam
administrasi kesejahteraan.

13
4) Terpercayanya upaya pengobatan adat dalam seluruh program
penyelenggaraan kesejahteraan, mulai dari tingkat keluarga,
puskesmas hingga tingkat rujukan

2.2.3 Jenis Pengobat Tradisional


a. Pengobat tradisional keterampilan
Menurut Nurulsiah, (2016:3) Tabib konvensional berbakat adalah seseorang
yang melakukan pengobatan tradisional atau pengobatan berdasarkan
kemampuan yang sebenarnya dengan menggunakan alat bantu atau alat
bantu lainnya, antara lain :
1) Battra crack adalah seseorang yang memberikan treatment atau
perawatan patahan pada umumnya. Disebut sangkal putung (Jawa),
dukun potong (Madura), sandro pauru (Sulawesi Selatan).
2) Battra uleni adalah seseorang yang memberikan manfaat terapi atau
perawatan dengan cara menggosok atau meremas bagian atau
seluruh tubuh yang lemah. Tujuannya adalah untuk menyegarkan otot
yang mengendur, mengurangi kelelahan, dan untuk mengatasi kondisi
medis atau memperbaiki keluhan penyakit. Gosok punggung ini
sebaiknya dapat dilakukan dengan menggunakan jari tangan, telapak
tangan, siku, lutut, tumit atau dengan bantuan alat tertentu, antara lain
diremas oleh dukun/pijat adat, gosok untuk tunanetra, dan lain
sebagainya.
3) Sunat Battra adalah seseorang yang memberikan administrasi sunat
adat (sunat). Sunat Battra menggunakan berbagai istilah, misalnya
bong supit (yogya), bengkong (jawa barat). Kemampuan awal
sebagian besar diperoleh dari satu zaman ke zaman lainnya.
4) Batra dukun adalah seseorang yang memberikan pertolongan selama
persalinan kepada ibu hamil serta memberikan asuhan kepada bayi
dan ibu setelah mengandung anak selama 40 hari. Di Jawa Barat
disebut Paraji, Dukun Rembi (Madura), Sandro Pammana (Sulawesi
Selatan), Sandro Bersalin (Sulawesi Tengah), Balian Manak (Bali),
dan Suhu Batui di Aceh.
5) Battra pijat refleksi adalah seseorang yang melakukan pengobatan
melalui gosokan dengan jari atau pemandu lain pada daerah refleks,
terutama pada telapak tangan atau kaki.

14
6) Akupresur adalah seseorang yang menawarkan jenis bantuan klinis
dengan metode terapi gosok jarum menggunakan ujung jari atau alat
lain selain jarum.
7) Ahli akupunktur adalah seseorang yang melakukan manfaat klinis
dengan menghidupkan fokus terapi jarum dengan menanamkan jarum
dan berbagai cara, misalnya terapi jarum elektro.
8) Chiropractor adalah seseorang yang melakukan perawatan
chiropractic melalui prosedur luar biasa untuk masalah otot dan sendi.
9) Batra lain dengan teknik yang sebanding
b. Pengobat tradisional ramuan
Penyembuh rempah adat adalah seseorang yang melakukan pengobatan
konvensional atau pengobatan konvensional dengan memanfaatkan
obat/rempah adat yang diperoleh dari tumbuh-tumbuhan (hijau), fauna,
bahan mineral, air, dan bahan baku lainnya, antara lain :
1) Obat alam Indonesia (jamu) adalah orang perseorangan yang
memberikan pengobatan atau perawatan dengan memanfaatkan
bahan-bahan terapi dari tumbuh-tumbuhan, makhluk, mineral dan
lain-lain, baik yang diracik tanpa bahan lain, seperti halnya obat-
obatan tradisional Indonesia.
2) Batra gurah adalah seseorang yang menawarkan jenis bantuan klinis
dengan memanfaatkan penemuan dribble hidung, yang didapat dari
jawaban kulit pohon sengguguh yang sepenuhnya ditujukan untuk
mengobati masalah saluran pernapasan bagian atas seperti pilek,
sinusitis, dan lain-lain.
3) Shinshe ialah individu yang memberikan pengobatan atau perawatan
dengan menggunakan rempah-rempah pengobatan tradisional Cina.
Cara berpikir yang mendasari teknik pengobatan ini adalah ajaran
“taoisme)” dimana penalarannya merupakan keselarasan antara
komponen Yin dan Yang.
4) Tabib ialah individu yang memberikan pengobatan dengan bahan-
bahan terapi konvensional yang didapat dari bahan-bahan biasa yang
biasanya dilakukan oleh orang India atau Pakistan.
5) Homoepath ialah seseorang yang memiliki strategi pengobatan
dengan menggunakan obat-obatan/rempah-rempah dengan porsi
yang kecil (sedikit) namun memiliki potensi penyembuhan yang tinggi,

15
menggunakan metode yang menyeluruh tergantung pada keselarasan
antara pandangan fisik, mental, mental, dan semangat penderita.
6) Aromaterapis ialah seseorang yang memberikan pengobatan dengan
menggunakan rangsangan penciuman yang disampaikan oleh minyak
esensial yang didapat dari ekstrak tumbuhan (sari dari bunga, bahan
alam, daun, biji, kulit, batang/ranting akar, getah) untuk menyesuaikan
tubuh, otak dan perasaan.
7) Batra lain dengan strategi komparatif

c. Pengobat tradisional pendekatan agama


Penyembuh adat dengan metodologi ketat terdiri dari penyembuh
konvensional dengan metodologi Islam, Kristen, Katolik, Hindu, atau
Buddha.
d. Pengobat tradisional supranatural
Penyembuh adat dunia lain terdiri dari penyembuh konvensional tenaga
dalam (prana), peramal, reiky ace, qigong, dukun kebatinan, dan tabib
konvensional lainnya yang strateginya komparatif.

Mengingat klarifikasi di atas, sangat baik dapat dianggap bahwa


pengobatan konvensional adalah strategi pengobatan yang digunakan dalam
masyarakat kuno tergantung pada berbagai tingkat informasi dan tradisi
sosial. Ada beberapa jenis dukun, antara lain dukun kemampuan, dukun
alami, dukun konvensional dengan metodologi ketat, dan dukun luar biasa.
Kemampuan penyembuh adat itu sendiri, khususnya seseorang yang
melakukan pengobatan atau perawatan dengan menggunakan pelengkap
atau petunjuk lain. Bagi pengobat tradisional rempah-rempah, lebih tepatnya
seseorang yang melakukan pengobatan dan perawatan dengan
menggunakan ramuan tradisional dari berbagai tanaman. Penyembuh adat
dengan metode ketat adalah seseorang yang melakukan pengobatan dan
perawatan dengan menggunakan metode ketat mereka sendiri. Terakhir ada
dukun konvensional yang luar biasa, khususnya peramal atau dukun yang
melakukan pengobatan atau perawatan.

2.3 Konsep Pengobatan Sangkal Putung


Sangkal putung adalah istilah klinis elektif untuk menyambung tulang
yang patah karena kecelakaan atau jatuh dengan strategi adat tanpa melalui
prosedur medis. Orang yang merawat sangkal putung ini adalah seorang ahli
tulang dan sendi dengan kepiawaian yang unik sebagai strategi pengobatan
yang luar biasa dan ramuan adat bahkan mantra (Sumirat, 2017: 7).
Seorang spesialis otot memainkan reposisi langsung dari pasien yang
terluka. Ahli pelurusan melakukan ini dengan melihat tampilan luar bagian,

16
kemudian memposisikannya kembali dengan menarik dan menekuknya
hingga tiba di posisi yang tepat. Pencapaian metodologi bergantung pada
jenis cedera yang dialami. Jika cederanya ringan, kemungkinan kemajuannya
lebih tinggi, tetapi jika cederanya parah, biasanya tidak memberikan hasil
yang baik atau pasien biasanya disarankan untuk kembali ke putung
pengganti gigi (Yuniar dan Nasution, 2017:1).
Sangkal putung adalah pengobatan adat yang umumnya dilakukan
oleh seorang dukun, yaitu seorang dukun yang memiliki informasi atau bakat
unik tentang pembuluh darah atau otot dalam tubuh manusia sehingga dapat
mengatasi atau meluruskan kembali individu yang mengalami patah tulang
atau ligamen yang salah (Dewi, 2020).
Sangkal putung merupakan salah satu obat konvensional yang pada
dasarnya diawali dengan prosedur menggosok. Hanya saja gosok punggung
dilakukan secara eksplisit untuk mengobati patah tulang, cedera, cedera, dan
pemisahan tulang (perubahan area tulang). Perawatan untuk gigi palsu
areola sendiri dapat berupa gosok punggung, gosok, faktor pengepresan,
dan penarikan. Pembelajaran dalam pertukaran informasi kemampuan
sangkal putung memiliki interaksi perolehan yang terdiri dari 5 tahapan
pembelajaran, yaitu tahap perilaku (adat), tahap njajal (mencoba), tahap
ngetrapake (aplikasi), tahap tumut (mengikuti) dan tahap panggung
jumeneng piyambak (gratis) (Nurulsiah , 2016:2)
Mengampuni pengobatan areola adalah pengobatan tulang tanpa
melalui prosedur medis. Hal inilah yang membedakan terapi penggantian gigi
putung dengan perawatan klinis. Perawatan untuk gigi palsu areola biasanya
tidak termasuk obat penenang, sehingga pasien akan terus merasa tersiksa
sepanjang siklus perawatan. Selain itu, ditolak bahwa putung tidak
menggunakan pulpen dan gif, namun hanya ditopang dengan karton atau
lembaran kayu sesuai ukuran dan ditempelkan pada bagian yang terkena
kemudian dibungkus dengan kain perca. Dalam kasus tertentu, seperti patah
tulang di tangan, hanya balutan dengan bahan jahit yang ditempelkan di
leher. Hal ini dilakukan jika bagian yang rusak adalah tangan atau kaki
(Sinaga, 2014:5).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka cenderung beralasan bahwa
perawatan gigi pengganti putung adalah hubungan patah tulang karena
kecelakaan atau jatuh dengan strategi adat tanpa melalui prosedur medis.
Seseorang yang melakukan perawatan putung pengganti gigi ini adalah
orang-orang yang saat ini memiliki kemampuan untuk melakukan gosok
punggung hingga tulang kembali seperti sedia kala. Jika cederanya mudah,
peluang untuk keluar lebih tinggi, tetapi jika cederanya parah, pasien harus
kembali ke penggantian gigi beberapa kali.

2.4  Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Pengobatan Tradisional


Sangkal Putung

17
Menurut Tarigan (2017:16) Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
seseorang untuk memilih pengobatan sangkal putung konvensional, lebih
spesifiknya :

2.4.1 Faktor Dukungan Sosial


Salah satu variabel yang mendasari terjadinya hubungan sosial adalah
ide, khususnya pemberian pandangan atau dampak oleh seseorang kepada
orang lain dengan tujuan tertentu sehingga individu mengikuti
pandangan/dampak tersebut tanpa pengurangan. Faktor sosial berasal dari
keluarga, tetangga, kawan dan lingkungan sekitar yang mempengaruhi perilaku
kesejahteraan meliputi :
a) Umur
Jika dilihat dari kelompok usia, terdapat perbedaan desain
penyakit berdasarkan kelompok usia. Misalnya, bayi mengalami efek
buruk dari penyakit yang tak tertahankan, sedangkan kelompok usia
lebih sering mengalami penyakit seperti hipertensi, penyakit jantung,
keganasan, dan lain-lain. Umur juga mempengaruhi pola pemikiran
seseorang dalam mengambil kebijakan.semakin tua umur seseorang
maka pola pikir semakin bijaksana.
b) Jenis kelamin
Kontras seks akan melahirkan berbagai penyakit. Misalnya,
wanita mengalami efek buruk dari pertumbuhan kanker payudara,
sementara pria mengalami efek buruk penyakit prostat. Seorang laki-
laki memegang peranan yang kuat dalam mengambil sebuah
keputusan. Hal ini dikarenakan laki-laki berpikir bahwa mereka adalah
pemimpin dalam sebuah keluarga, keputusan yang diambil akan
diikuti oleh seluruh anggota keluarganya.
2.4.2 Faktor Ekonomi
Variabel moneter memainkan peran utama dalam pengakuan atau
pemberhentian pengobatan. Dengan mempertimbangkan tingkat ekonomi
keluarga maka pemilihan tempat pengobatan yang akan digunakan.
Ada (hubungan) antara gaji tingkat atas dan minat untuk perawatan
medis, terutama sejauh administrasi kesejahteraan saat ini. Jika gaji
meningkat, garis gaji akan bergeser ke satu sisi sehingga jumlah tenaga kerja
dan produk kesehatan meningkat. Pada individu bergaji rendah, mereka akan
membahas masalah produk terlebih dahulu, setelah persyaratan produk
terpenuhi, pertimbangkan kesejahteraan
Sebagian besar layanan kesehatan adalah produk biasa di mana
kenaikan gaji keluarga akan meningkatkan minat layanan kesehatan. Namun,

18
ada kecenderungan bagi mereka yang memiliki gaji tinggi untuk meremehkan
layanan kesehatan yang menghabiskan banyak energi. Ini diharapkan oleh
klinik darurat yang membutuhkan pasien dari pertemuan pangeran.
Menggantung periode ketat dan lapisan untuk manfaat klinis harus dikurangi.
Dengan cara ini cenderung beralasan bahwa makin tinggi tingkat
ekonomi keluarga (pendapatan keluarga) maka kecenderungan untuk memilih
fasilitas kesehatan yang lebih baik dan lebih mahal akan semakin tinggi pula,
demikian juga sebaliknya. Faktor ini diperkuat dengan persepsi masyarakan
bahwa pengobatan tradisional membutuhkan sedikit tenaga, biaya, dan waktu.

2.4.3 Faktor Budaya


Kebudayaan adalah suatu gagasan, kebiasaan, keyakinan, yang menjadi
kecenderungan bagi masyarakat. Kualitas sosial yang dominan pada orang
sangat mempengaruhi pengaturan karakter individu. Untuk situasi ini, budaya
dipengaruhi oleh identitas yang diambil oleh pasien, jika perspektif etnis
mengatur, pemikiran untuk mengakui atau menolak tergantung pada kesamaan
etnis yang dianut. Semua masyarakat memiliki strategi pengobatan, beberapa
termasuk teknik logis atau termasuk kekuatan luar biasa dan surgawi. Sudut
sosial dapat mempengaruhi kesejahteraan individu, antara lain :
a) Pengaruh tradisi
Ada banyak kebiasaan yang mempengaruhi perilaku kesehatan dan
status kesehatan, misalnya kebiasaan merokok pada pria menunjukkan
bahwa lebih banyak pria yang mengalami penyakit infeksi paru-paru daripada
wanita. Kebiasaan wanita setelah mengandung anak tidak diperbolehkan
makan ikan karena ASI akan berbau tidak sedap, sehingga ibu pasca hamil
tidak boleh makan ikan. Dalam pemilihan pengobatan tradisional, tradisi
turun-temurun dalam keluarga besar sangat mempengaruhi. Dorongan serta
sugesti dari seseoarng yang dituakan dalam keluarga mempengaruhi
keputusan dalam pelayanan kesehatan.
b) Sikap fatalistis
Watak fatalistik adalah sikap tentang terjadinya kematian dari daerah yang
juga mempengaruhi perilaku kesejahteraan. Model: beberapa orang lokal di
antara komunitas tertentu (penggemar) yang beragama Islam menerima bahwa
anak-anak diberkahi oleh Tuhan dan penyakit atau kematian adalah takdir,
sehingga orang tidak berusaha untuk segera mencari bantuan medis untuk
anak-anak mereka yang musnah. Dengan didasari oleh hal tersebut jika sakit
lebih banyak orang akan pergi ke orang yang dianggap memiliki kekuatan
supranatural atau yang di anggap memiliki ilmu agama yang kuat.
c) Pengaruh norma

19
Standar di mata publik sangat mempengaruhi perilaku individu di bidang
kesejahteraan, karena standar yang mereka miliki dianggap sebagai perilaku
yang dapat diterima. Misalnya: upaya menurunkan angka kematian ibu dan
bayi baru lahir menemui banyak kendala karena ada standar yang menolak
hubungan antara dokter spesialis yang menawarkan jenis bantuan dan ibu
hamil sebagai klien administrasi. Demikian pula dalam pemanfaatan fasilitas
kesehatan, jika sakit dan pergi ke pengobatan tradisional tidak bertentangan
dengan norma yang berlaku karena hal tersebut merupakan hal yang wajar
dan sudah biasa.

2.4.4 Faktor Psikologis


Psikologis adalah ilmu yang mempelajari tentang hakekat manusia.
Pengaruh faktor psikologis terhadap kepercayaan muncul karena adanya
masalah-masalah perilaku atau emosional, sehingga masalah psikolohis yang
meliputi Kondisi buruk ini akan dijalani pasien untuk mencari kesembuhan dan
meringankan beban penyakitnya, termasuk datang ke pengobatan konvensional
tradisional.

2.4.5 Faktor Kejenuhan Pelayanan Medis


Dalam arti yang sebenarnya, pentingnya tenggelam itu kuat atau penuh
dengan tujuan agar pada saat ini tidak mengandung apa-apa. Selain itu,
kelelahan juga bisa berarti kelelahan atau kelelahan. Di dalam mendapatkan
pelayanan kesehatan, pasien sering mengalami peristiwa negative disebut jenuh
dalam menunggu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan
atau pasien sering jenuh jika dalam proses pengobatan tidak mengalami
perubahan. Hal ini yang mendorong pasien mencari pengobatan tradisional lain
untuk kesembuhannya. Siklus pengobatan yang terlalu lama membuat korban
kelelahan dan berusaha menemukan berbagai obat yang mempercepat sistem
pemulihan.

2.4.6 Faktor Manfaat Dan Keberhasilan


Kecukupan pengobatan tradisional merupakan pembenaran yang sangat
kuat untuk keputusan pengobatan tradisional. Adakalanya seseorang merasa
cocok melakukan pengobatan tradisional karena pernah berobat ke pengobatan
tradisional dan langsung sembuh dibandingkan saat berobat ke sarana
kesehatan namun tidak kunjung sembuh. Faktor manfaat dan keberhasilan
merupakan tujuan utama dari pengobatan yang dilakukan oleh masyarakat. Jika
masyarakat merasakan manfaat dari pengobatan yang dilakukan dan
memberikan dampak yang lebih baik untuk kesembuhan maka mereka akan
merasa yakin dan melakukan pengobatan tradisional secara terus-menerus.

20
2.4.7 Faktor Pengetahuan
Sebagian besar informasi manusia diperoleh melalui mata, telinga, atau
jiwa yang sangat penting untuk pengembangan aktivitas seseorang. Informasi
diperoleh secara resmi dan santai. Pengobatan tradisional masih digunakan oleh
banyak orang, tidak hanya karena tidak adanya fasilitas kesehatan konvensional
yang moderat, tetapi juga karena variabel sosial Indonesia yang memiliki
kepercayaan yang kuat terhadap pengobatan tradisional. Cara hidup yang
berhubungan dengan singular mempengaruhi bagaimana singular berpikir dan
bertindak. Di Indonesia juga terdapat banyak jenis pengobatan konvensional
yang tersedia, sehingga memudahkan masyarakat setempat untuk
menggunakan pelayanan pengobatan tradisional.
Melihat penjelasan di atas, cenderung beralasan bahwa unsur-unsur
yang mempengaruhi pilihan pengobatan sangkal putung adalah unsur sosial
dimana satu individu memberikan dampak kepada orang lain dengan tujuan
tertentu dalam pikiran sehingga individu mengikuti dampak tanpa intuisi. Faktor
finansial adalah tempat dimana pasien dengan gaji rendah atau rata-rata ketika
ada celah ingin berobat ke dokter gigi pengganti. Variabel sosial adalah tempat di
mana tradisi atau budaya mereka telah mempengaruhi karakter orang itu sendiri.
Komponen mental adalah masalah sosial atau antusias yang membutuhkan
pasien untuk pulih dengan cepat sehingga mereka pergi ke pengobatan biasa.
Faktor imersi manfaat klinis adalah tempat di mana pasien yang lelah dengan
perawatan kesehatan lama membuat mereka mencari obat tradisional untuk
menyembuhkan penyakit mereka. Faktor keuntungan dan keberhasilannya
adalah ketika mereka mampu dengan pengobatan tradisional, ketika terjadi
keretakan, mereka segera mencari pengobatan di sangkal putung karena
mereka pasti tahu khasiat dan cara menyembuhkannya. Terakhir, ada faktor
informasi, khususnya ketika mereka berobat secara adat tanpa mengetahui
alasan dan manfaatnya.

21
2.5 Kajian Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Tabel 1. Penelitian yang relevan

Nama Judul Desain Variabel Penelitian Perbedaan Persamaan Hasil Penelitian


Peneliti/ Penelitian
Tahun
Susi HanifahFaktor Yang Metode Variabel 1. Tempat penelitian 1. Sama-sama Hasil penelitian ini
Kurnia, Melatarbelaka deskriptif independen ini di Sumedang meneliti didapatkan tiga
Cecep Eli ngi Pasien kuantitatifFaktor motivasi, 2. Pengambilan faktor-faktor faktor yang
Kasasih, Patah Tulang faktor Belief in sampel yang paling
dan Ayu Berobat Ke Health Threat, menggunakan mempengar berpengaruh
Prawesti. Pengobatan faktor tehnik accidental uhi dalam
2012 Tradisional kepercayaan, sampling dengan pemilihan menentukan
Ahli Tulang Di faktor jumlah sampel 34 pengobatan keputusannya
Sumedang pelayanan responden tradisional untuk memilih
kesehatan 3. Variabel 2. Metode tempat
faktor isyarat independen faktor penelitian pengobatan
dan variabel motivasi, Belief in kuantitatif tradisional ahli
dependent Health Threat tulang, yaitu
pengobatan kepercayaan, faktor motivasi
tradisional ahli pelayanan untuk
tulang kesehatan, isyarat menyembuhkan
sakitnya
sebanyak 22
(64,7%)
responden,
faktor

22
kepercayaan
akan
mendapatkan
manfaat dan
rintangan dari
tindakan yang
dilakukan
sebanyak 21
(61,76%)
responden, serta
faktor pelayanan
kesehatan dan
kepercayaan
terhadap
penyedia layanan
sebanyak 23
(71,88%)
responden.

Siti Sholihah,
Analisis Faktor- Desain Variabel 1. Tempat penelitian 1. Sama-sama Hasil penelitian ini
2018 Faktor Yang kuantitatif, independent di Sangkal putung meneliti didapatkan faktor
Mempengaruhi mengguna modifying KH. Kemas faktor-faktor usia, pendidikan,
Pengambilan kan faktor: usia, Abdulrahman Bin yang dan jenis kelamin
Keputusan metode jenis kelamin, Kemas Awang dan mempengaru tidak ada
Pada Pasien deskriptif pendidikan, Sangkal putung hi pemilihan hubungan
Cedera analtik social ekonomi, Muhajir pengobatan dengan

23
Musculoskelet pengalaman 2. Pengambilan tradisional perceived
al Yang keluarga, sampel 2. Metode benefit,
Memilih individual belief menggunakan penelitian perceived
Berobat Ke : perceived kriteria sampel kuantitatif barriers, dan self
Sangkal benefit, inklusi dan kriteria efficacy dalam
Putung perceived sampel eksklusi pengambilan
Berdasarkan barriers, self dengan jumlah keputusan pada
Pendekatan afficacy dan sampel 90 orang pasien cedera
Teori Health variabel 3. Variabel musculoskeletal
Belief Model dependent independent dan yang memilih
pengambilan variabel berobat ke
keputusan dependent sangkal putung
berdasarkan teori
Health Belief
Model.
Sedangkan faktor
sosial, ekonomi,
pengalaman
keluarga,
perceived
benefit,
perceived barrier,
dan self efficacy
berhubungan
dengan
pengambilan
keputusan pada

24
pasien cedera
musculoskeletal
yang memilih
berobat ke
sangkal putung
berdasarkan
pendekatan teori
Health Belief
Model.

Ruhinda, Reasons for Metode Variabel 1. Tempat penelitian 1. Sama-sama Hasil penelitian ini
(2020) Patronage of penelitian independent di klinik meneliti didapatkan faktor
Traditional kualitatif faktor biaya, pengaturan tulang faktor-faktor biaya,
Bone Setting dengan faktor ketidak tradisional kagera yang ketidaktahuan, dan
As an mengguna tahuan, tidak Tanzania mempengaru faktor tidak dapat
Alternative to kan dapat di 2. Metode penelitian hi pemilihan diaksesnya
Orthodox pendekata aksesnya kualitatif pengobatan kesehatan orthodox
Fracture n cross- kesehatan 3. Sampel pada tradisional jasa berpengaruh
Treatment A sectional. orthodox jasa penelitian ini terhadap seseorang
Case of dan vaiabel menggunakan yang lebih memilih
Mubela dependent total sampling pengaturan tulang
District, preferensi dengan jumlah tradisional dan
Kagera pengaturan sampel 103 ketiga faktor itu
Tanzania. tulang responden menjadi alasan
tradisional 4. Variabel kenapa mereka lebih
(TBS) independent dan memilih TBS.
variabel

25
dependent
Diana Cici Gambaran Metode Variabel 1. Tempat penelitian 1. Sama-sama Hasil penelitian ini
Ariyani, Persepsi dan deskriptif independen ini di pengobatan meneliti didapatkan faktor
Rakhmat Kepercayaan kuantitatif faktor usia, tradisional Batra faktor-faktor yang berpengaruh
Susilo, Pasien Fraktur faktor Al-Qaromah yang dengan persepsi dan
(2018) yang Berobat pendidikan, 2. Variabel mempengaru kepercayaan pasien
Di Pengobatan faktor independen faktor hi pemilihan fraktur yang berobat
Tradisional pendapatan usia, faktor pengobatan di pengobatan
Batra Al- dan faktor pendidikan tradisional tradisional batra al-
Qaromah di budaya. 2. Metode qaromah yaitu faktor
Desa Cirahab Variabel penelitian usia dengan kategori
Kecamatan dependent kuantitatif dewasa awal
Lumbir persepsi dan 3. Tehnik sebanyak 21 (27,6%)
Kabupaten kepercayaan pengambilan responden, faktor
Banyu Mas pasien fraktur sampel pendidikan dengan
menggunaka pendidikan SMA
n total sebanyak 30 (39,5%)
sampling responden, faktor
dengan pendapatan dengan
jumlah pendapatan per
sampel 76 bulan > UMR
responden sebanyak 43 (56,6%),
dan faktor budaya
sebanyak 40 (51,7%)
responden.
Beny Dwi Latar Belakang Metode Variabel 1. Tempat penelitan 1. Sama-sama Hasil penelitian
Ariyanto, Masyarakat pendekata independen di dusun meneliti didapatkan bahwa

26
2018 dalam Memilih n kualitatif tingkat Patinggen, Desa faktor-faktor latar belakang
Jasa pendapatan, kalirandu, yang masyarakat memilih
Pengobatan tingkat Kecamatan mempengaru pengobatan
Tradisional pendidikan, petarukan, hi pemilihan tradisional patah
Patah Tulang persepsi Kabupaten pengobatan tulang sangkal
Sangkal kemampuan pemalang tradisional putung karena biaya
Putung di penyembuhan, 2. Metode penelitian 2. Tehnik terjangkau atau
Dusun dan tingkat kualitatif pengambilan relative lebih murah
Petinggen, kepuasan 3. Variabel sampel sebanyak 71,88%,
Desa pengobatan independent purposive pendidikan rendah
Kalirandu, Variabel dependent tingkat sampling tamatan sekolah
Kecamatan memilih jasa pendidikan, dengan dasar sebanyak
Petarukan, pengobatan persepsi jumlah 53,13%, persepsi
Kabupaten tradisional kemampuan sampel 32 kemampuan
Pemalang penyembuhan, responden penyembuhan yakni
tingkat kepuasan ada perkembangan
pengobatan setelah
mendapatkan
pengobatan
sebanyak 100,00%,
dan tingkat
kepuasan
pengobatan setelah
mendapatkan
pelayanan dan
penanganan
pengobatan

27
sebanyak 100,00%.

28
2.6 Kerangka Teori

Fraktur

Fraktur tertutup Fraktur terbuka

Penatalaksanaan fraktur
l

Pengobatan medis Pengobatan tradisional

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan


pengobatan tradisional pada pasien
fraktur
1. faktor :
dukungan sosial
2. faktor ekonomi
3. faktor budaya

4. faktor psikologis
5. faktor kejenuhan pelayanan medis
6. Faktor manfaat dan keberhasilan
7. Faktor pengetahuan

Gambar 1 Kerangka Teori (Sumber : Siti Sholihah, 2018)

29
2.7 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Faktor Dukungan Sosial


Pemilihan Pengobatan
Faktor Ekonomi
Tradisional
Faktor Budaya

Keterangan :
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
: Hubungan
Gambar 2 Kerangka Konsep

2.8 Hipotesis
2.8.1 Hipotesis Kerja
1. Terdapat pengaruh faktor dukungan sosial terhadap pemilihan
pengobatan tradisional pasien fraktur
2. Terdapat pengaruh faktor ekonomi terhadap pemilihan pengobatan
tradisional pasien fraktur
3.   Terdapat pengaruh faktor budaya terhadap pemilihan pengobatan
tradisional pasien fraktur

2.8.2 Hipotesis Nol


1. Tidak terdapat pengaruh dukungan faktor sosial terhadap pemilihan
pengobatan tradisional pasien fraktur
2. Tidak terdapat pengaruh faktor ekonomi terhadap pemilihan
pengobatan tradisional pasien fraktur
3. Tidak terdapat pengaruh faktor budaya terhadap pemilihan pengobatan
tradisional pasien fraktur

30
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian


Pemeriksaan akan dilaksanakan dibulan juli 2021 di tempat
pengobatan Sangkal putung di sidomulyo selatan.

3.2 Desain Penelitian


Pemeriksaan ini menggunakan metodologi kuantitatif yang sangat
ilmiah dengan rencana eksplorasi cross-sectional. Dalam pemeriksaan ini,
spesialis perlu mengetahui unsur-unsur yang mempengaruhi pemilihan
pengobatan konvensional pada pasien retak yang berobat di Sangkal putung
Sidomulyo selatan.

3.3 Penentuan Variabel Penelitian


Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
3.3.1 Variabel Independent (bebas)
Faktor yang mempengaruhi atau nilainya menentukan faktor-faktor
yang berbeda. Faktor bebas dari pemeriksaan ini adalah variabel sosial,
moneter dan sosial.

3.3.2 Variabel Dependent (terikat)


Variabel yang nilainya dipengaruhi ditentukan oleh variabel lain.
Variabel reaksi akan muncul karena kontrol faktor yang berbeda. Variabel
yang bergantung pada penelitian ini adalah penentuan pengobatan
konvensional.

3.3.3 Definisi Operasional


Definisi fungsional adalah gambaran tentang batasan variabel yang
diacu, atau tentang apa yang diperkirakan oleh variabel yang diacu
(Notoatmodjo, 2018).

Tabel 2 Definisi Operasional

Variabel Definisi Paramete Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasio r dan
nal cara
ukur
Variabel Pandangan/ 1. Pengar Kuesione 1. baik bila Nomina
Indepe pengaru uh r responde l
nden : h keluar Dengan n
1. Faktor keluarga ga jumla mengatak

31
dukun , teman, 2. Mengik h an 60-
gan ataupun uti pertan 100%
sosial orang lingku yaan 2. cukup bila
lain ngan 10, responde
terhadap sekita meng n
pemiliha r gunak menjawa
n an b ≤ 59%
pengoba skala (Ismail, 2015)
tan guttm
sangkal an
putung
sehingg
a
mereka
mengiku
ti tanpa
berpikir
panjang
2. Faktor Pendapatan Pendapat Kuesione 1. Tinggi UMP Nomina
ekono masyara an r > 2.788.826 l
mi kat /bulan
dalam 2. Rendah
memenu UMP ≤
hi 2.788.826
kebutuh (Ariyani &
an Susilo,
sehari- 2020)
hari
3. Faktor Pikiran, 1. suku Kuesione 1. mendukun Nomina
budaya adat- 2. r g jika l
istiadat, kebia responden
suku, saan mengataka
kepercay masy n 60-100%
aan, arakat 2. tidak
yang mendukun
menjadi g jika
kebiasaa responden
n menjawab
masyara ≤ 59%
kat (Ismail, 2015)
Variabel Mengenai 1. Daya Kuesione 1. Menjadi Nomina
depen alasan tangg r pilihan l
den : dalam ap yang tepat
Pemilihan pemiliha 2. penga jika

32
pengo n mbila responden
batan pengoba n menjawab
tradisi tan keput 60-100%
onal tradision usan 2. Tidak
al menjadi
Sangkal pilihan
Putung yang tepat
jika
responden
menjawab
≤ 59%

3.4 Populasi Dan Sampel


3.4.1 Populasi
Populasi dalam pemeriksaan, menurut Nursalam, (2020) adalah
subjek yang memenuhi langkah-langkah yang ditetapkan oleh analis untuk
dipertimbangkan. Populasi dalam penyelidikan ini ialah pasien yang berobat
ke tempat Sangkal putung sidomulyo selatan. Populasi seluruh pasien fraktur
yang berobat ke Sangkal putung berjumlah 55 pasien.

3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat
dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sementara
sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili
populasi yang ada Nursalam, (2020). Tehnik sampling di Sangkal putung
sidomulyo selatan menggunakan total sampling yaitu tehnik penentuan
sampel jika jumlah populasi kurang dari 100. Jadi Jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah 55 pasien yang pernah berobat di sangkal putung
sidomulyo selatan. Dengan melihat kriteria Inklusi dan Eksklusi.
1. Adapun kriteria Inklusi yaitu :
a. Masyarakat yang pernah berobat di sangkal putung sidomulyo selatan
b. Bersedia untuk menjadi responden
c. Bisa membaca dan menulis
2. Adapun kriteria Eksklusi yaitu :
a. Masyarakat yang tidak siap menjadi responden
b. Orang yang memiliki gangguan jiwa
3.5 Tehnik Pengumpulan Data
3.5.1 Jenis Data
a. Data primer
Data primer diperoleh melalui penyebaran lembar kuisioner.
b. Data sekunder

33
Data sekunder diperoleh melalui data dari tempat pengobatan sangkal
putung.

3.5.2 Instrumen Penelitian


Instrumen yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah
polling/survey. Jajak pendapat adalah semacam pengumpulan informasi
formal bagi subjek untuk menjawab pertanyaan yang direkam sebagai
salinan cetak (Notoatmodjo, 2018). Jajak pendapat dalam pemeriksaan ini
terdiri dari 40 pertanyaan yang diidentifikasi dengan komponen-komponen
yang mempengaruhi keputusan pengobatan konvensional untuk pasien retak
di Sangkal putung, Sidomulyo Selatan menggunakan skala Guttman,
khususnya skala estimasi semacam ini akan menemukan solusi yang pasti,
lebih spesifik. "ya atau tidak".
Jajak pendapat untuk faktor gratis terdiri dari faktor bantuan sosial,
unsur keuangan dan komponen sosial. Kemudian untuk variabel terikat,
khususnya penentuan pengobatan untuk pasien retak. Ilmuwan tersebut
menganut survei dari eksplorasi Siti Sholihah (2018) yang telah dicoba
keabsahannya dengan disesuaikan sehingga sesuai penelitian ini. Survei ini
dipartisi menjadi 5 bagian, lebih spesifiknya :
1. Lembar Data Demografi
Pada lembar data demografi berisi tentang karakteristik responden yang
terdiri dari inisial nama, usia, jenis kelamin, hubungan dengan pasien,
status pekerjaan dan status pernikahan.
2. Kuesioner faktor dukungan sosial
Kuesioner ini adalah kuesioner yang melihat pengaruh faktor sosial terhadap
pemilihan pengobatan tradisional pada pasien fraktur, yang terdiri dari 10
pertanyaan. Kuesioner diisi sendiri dengan memberikan tanda centang
pada kolom yang disediakan (Azwar, 2017).

3. Kuesioner faktor ekonomi


Kuesioner ini adalah kuesioner yang melihat pengaruh faktor ekonomi
terhadap pemilihan pengobatan tradisional pada pasien fraktur, yang
terdiri dari 10 pertanyaan. Jajak pendapat diisi tanpa orang lain dengan
menetapkan tanda persetujuan di segmen yang diberikan (Azwar, 2017).
4. Kuesioner faktor budaya
Kuesioner ini adalah kuesioner yang melihat pengaruh faktor budaya
terhadap pemilihan pengobatan tradisional pada pasien fraktur, yang
terdiri dari 10 pertanyaan. Jajak pendapat diisi tanpa orang lain dengan
menetapkan tanda persetujuan di segmen yang diberikan (Azwar, 2017).
5. Kuesioner pemilihan pengobatan tradisional

34
Kuesioner ini adalah kuesioner pemilihan pengobatan tradisional pada pasien
fraktur, yang terdiri dari 10 pertanyaan. Kuesioner diisi sendiri dengan
memberikan tanda centang pada kolom yang disediakan (Azwar, 2017).

3.6 Tehnik Analisis Data


3.6.1 Tehnik Pengolahan Data
Proses pengolahan data atas pemeriksaan ini menggunakan program
SPSS dengan 4 tahap yaitu :
1. Editing / memeriksa
Editing adalah memeriksa informasi yang telah dikumpulkan untuk
memeriksa pemenuhan, kejelasan tentang pentingnya tanggapan yang
sesuai, konsistensi dan kesalahan antara jawaban pada polling.
2. Coding / memberi tanda kode
Coding adalah memberikan kode untuk bekerja dengan persiapan informasi.
Setelah polling diubah, pengkodean dilakukan, khususnya mengubah
informasi berupa kalimat atau huruf menjadi angka.
3. Processing / entri data
Processing adalah memasukkan data untuk di olah menggunakan komputer.
Balasan dari setiap responden sebagai "kode" (angka atau huruf) masuk
ke "pemrograman” komputer.

4. Cleaning / pembersihan data


Pada tahap ini apabila semua data dari setiap sumber atau responden
selesai dimasukkan, perlu pengecekan kembali untuk melihat adanya
kemungkinan terjadi kesalahan kode, ketidakpastian data dan banyak
lagi, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

3.6.2 Analisa Data


1. Analisa Univariat
Analisa univariat adalah analisa yang digunakan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik dari masing-masing variabel, baik variabel
bebas dan variabel terikat serta karakteristik responden Notoatmodjo,
(2018). Analisis univariat dalam penelitian ini menggambarkan distribusi
dan presentase dari variabel setelah diberikan kuesioner.

2. Analisa Bivariat
Pemeriksaan bivariat adalah penyelidikan yang digunakan untuk
memutuskan hubungan antara dua faktor, baik sebagai korelatif, dekat,
dan kenal (Saryono dan Anggraeni, (Saryono dan Anggraeni, Metodologi
Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, 2013) khususnya untuk melihat
pengaruh antara faktor otonom , secara spesifik faktor bantuan sosial,

35
unsur moneter dan komponen sosial dan variabel terikatnya adalah
pilihan pengobatan yang biasa dilakukan pada pasien retak sehingga
dapat dilihat dampak atau kontras dari kedua faktor tersebut.

Pemeriksaan bivariat dalam pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui


pengaruh faktor bantuan sosial, variabel moneter dan komponen sosial
terhadap keputusan pengobatan konvensional pada pasien istirahat. 05
Tes terukur yang digunakan adalah Chi-kuadrat.

3.7 Hipotesis Statistik


1. H₀ : Dikatakan tidak bermakna jika mempunyai nilai p ≥ 0,05. Maka Hₐ ditolak
dan H₀ diterima yang berarti tidak terdapat pengaruh
a. Antara faktor dukungan sosial dengan pemilihan pengobatan tradisional
b. Antara faktor ekonomi dengan pemilihan pengobatan tradisional
c. Antara faktor budaya dengan pemilihan pengobatan tradisional
2. Hₐ Dikatakan bermakna jika mempunyai nilai p ≤ 0,05. Maka Ha diterima dan H₀
ditolak yang berarti terdapat pengaruh
a. Antara faktor dukungan sosial dengan pemilihan pengobatan tradisional
b. Antara faktor ekonomi dengan pemilihan pengobatan tradisional
c. Antara faktor budaya dengan pemilihan pengobatan tradisional

3.8 Pengecekan Keasahan Data


Uji keabsahan data kuantitatif menggunakan uji validitas dan uji reabilitas,
yang digunakan untuk menguji daftar pertanyaan untuk melihat pertanyaan
dalam polling yang telah dibulatkan responden sesuai atau tidak yang digunakan
untuk mengumpulkan informasi.

a. Uji validitas
Uji legitimasi merupakan uji yang bertujuan untuk menentukan
ketercapaian hal-hal asersi dalam mencirikan faktor. Prosedur pengujian
dalam penelitian ini menggunakan r check. Kami memikirkan hasil r-check
dari hasil SPSS di setiap pernyataan dengan r-tabel df=n-2 dan
menghitung tingkat kepentingan 5% atau 0,05.
Untuk membedah keabsahan setiap hal yang disurvei, dengan
melihat pada r tabel dimana jumlah responden (n) dalam penelitian ini
berjumlah 32 orang, maka pada saat itu r tabel dalam pengujian ini
adalah 0,338. Jika nilai r cek lebih penting dari r tabel, maka hal tersebut
substansial, hal lain dengan asumsi nilai r penghitungan tidak sebanyak r

36
tabel, maka hal tersebut tidak sah. Apalagi dengan menghitung derajat
kepentingannya (sig.2-followed). Jika nilai besar di bawah 0,05, hal itu
penting, sesuatu yang lain jika lebih besar dari 0,05 dianggap tidak valid.
b. Uji reliabilitas
Uji ketergantungan digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan
dan konsistensi responden dalam mencatat pernyataan dalam jajak
pendapat. Untuk menguji ketergantungan dalam penelitian ini
memanfaatkan alpha cronbach dengan nilai alpha 0,60. Jika nilai alpha
lebih menonjol daripada hasil, itu seharusnya solid. Kemudian lagi, jika
nilai alpha lebih sederhana daripada hasil, itu dinyatakan tidak konsisten.
3.8 Etika Penelitian
Eksplorasi kode moral adalah aturan moral yang berlaku pada setiap
gerakan pemeriksaan yang meliputi ilmuwan, pihak yang diselidiki, dan
daerah setempat yang akan mendapatkan efek pemeriksaan (Notoatmodjo,
2012).
Sebagaimana ditunjukkan oleh (Hidayat, 2010) akhlak yang harus
diperhatikan antara lain
1. Informed Consent
Educationed Consent adalah jenis kesepahaman antara responden dan
analis dengan memberikan struktur persetujuan. Lembar persetujuan akan
diberikan kepada pasien post sectio caesarea untuk dijadikan responden.
Ilmuwan harus mengklarifikasi alasan dan tujuan pemeriksaan yang akan
diselesaikan. Dengan asumsi ibu akan menjadi responden, mereka harus
menandatangani struktur persetujuan. Namun, jika ibu tidak bersedia menjadi
responden, dokter spesialis akan mempertimbangkan pilihan ibu.
2. Anonimity ( Tanpa Nama )
Moral dalam asuhan bersalin adalah masalah yang menjamin
pemanfaatan subjek dalam penelitian dengan tidak mencantumkan atau
memberi nama responden pada lembar instrumen estimasi namun
memberikan kode pada lembar ragam informasi atau hasil yang akan
diperkenalkan.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Isu ini merupakan isu yang menjamin klasifikasi eksplorasi, baik data maupun
berkenaan dengan isu yang berbeda. Semua data yang telah diperoleh
ditakdirkan untuk diklasifikasikan oleh spesialis, hanya pengumpulan
informasi tertentu yang akan diperkenalkan dalam hasil eksplorasi.

37
3.10 Alur Penelitian

Pemasukan Judul

SK pembimbing dan judul Permohonan data awal Responden Penyusunan proposal Bimbingan proposal

Permohonan izin pada pihak kepala


Penelitian Perbaikan Seminar proposal Uji turnitin
Sangkal putung

Responden Bersedia Mengisi lembar kuesioner Tanpa nama

Tidak bersedia Pengumpulan data dan pengolahan Kerahasiaan


data menggunakan spss

Analisa data Uji Chi square Konsul hasil

Perbaikan Ujian hasil Uji turnitin


hasil
Penyusunan abstrak

Ujian skripsi

Gambar 3. Skema alur penelitian

38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Penelitian


Sangkal putung sidomulyo selatan ini didirikan oleh bapak caliak, pada
tahun 1993. Untuk pelayanan sangkal putung buka pada hari minggu-kamis 24
jam, hari jumat dan sabtu libur. Pengunjung sangkal putung dalam satu hari
tidak menentu kadang sampai 10 pasien, ada juga satu hari tidak ada pasien.
Cara pengobatan di sangkal putung ini, pertama diberikan minyak pada tulang
yang patah lalu di urut bahkan sampai ditarik kemudian dicangkok (pembidaian).
Pengobat tradisional mengatakan saat pasien berobat ke sangkal putung
memang karena yakin bahwa pengobat tersebut bisa menyembuhkan patah
tulangnya karena Allah SWT maka pasien itu akan sembuh, tapi sebaliknya saat
mereka hanya mencoba-coba dan tidak yakin maka mereka tidak akan
mendapatkan kesembuhan.
Kondisi di Sangkal Putung, Sidomulyo selatan, bisa dibilang kurang padat
dengan kendaraan mekanis. Keadaan saat ini membuat orang setuju untuk
berobat karena keadaan tenang. Untuk lokasi, Sangkal Putung tidak jauh dari
jalan raya, sehingga memudahkan masyarakat untuk menelusuri lokasi
pengobatan. Tepatnya, Jalan Karang Anyar, Desa Sidomulyo Selatan,
Kecamatan Boliyohuto. Dari kota sangat baik dapat ditempuh dalam waktu ±60
menit menggunakan sepeda motor atau kendaraan pribadi, untuk kendaraan
atau angkutan umum menuju kawasan ini masih jarang ditemukan sehingga
sebagian besar pengunjung menggunakan kendaraan pribadi. Efek samping dari
penelitian ini diperoleh melalui konsekuensi penyelidikan dan pengaturan jajak
pendapat kepada responden. Contoh dalam penelitian ini adalah pasien yang
datang ke Sangkal Putung Sidomulyo Selatan dengan keluhan retak atau jeda
yang luas dengan jumlah responden 55 orang dan responden dimaksud
diingatkan untuk aturan pertimbangan. jam ujian dilakukan pada bulan
September 2021.

39
4.2 Analisis Univariat
a. Dukungan sosial
Tabel 3
Distribusi frekuensi dukungan sosial masyarakat yang berobat ke sangkal putung
di sidomulyo selatan
Dukungan Sosial Frekuensi Presentase
Baik 30 55%
Cukup 15 27%
Kurang 10 18%
Jumlah 55 100%
Sumber : olahan data primer (2021)
Dilihat dari tabel di atas terlihat bahwa dari 55 responden terdapat 30
responden yang memiliki bantuan sosial yang baik, 15 responden yang
berbeda memiliki bantuan sosial yang cukup, dan 10 responden yang
memiliki bantuan sosial yang kurang baik
.
b. Faktor ekonomi
Tabel 4
Distribusi frekuensi faktor ekonomi masyarakat yang berobat ke sangkal putung
di sidomulyo selatan
Ekonomi Frekuensi Presentase
Tinggi UMP 21 38%
Rendah UMP 34 62%
Jumlah 55 100%
Sumber : olahan data primer (2021)
Dilihat dari tabel diatas terlihat bahwa dari 55 responden terdapat 21
responden dengan pendapatan tinggi UMP, sedangkan 34 responden memiliki
pendapatan rendah UMP.
c. Faktor budaya
Tabel 5
Distribusi frekuensi faktor budaya masyarakat yang berobat ke sangkal putung di
sidomulyo selatan
Budaya Frekuensi Presentase
Mendukung 40 73%
Tidak mendukung 15 27%
Jumlah 55 100%
Sumber : olahan data primer (2021)

40
Dilihat dari tabel diatas terliat bahwa dari 55 responden terdapat 40
responden memiliki budaya yang mendukung, sedangkan 15 responden memiliki
budaya yang tidak mendukung.
d. Pemilihan pengobatan tradisional sangkal putung
Tabel 6
Distribusi frekuensi Pemilihan pengobatan tradisional pada pasien fraktur ke
sangkal putung di sidomulyo selatan
Pemilihan pengobatan tradisional Frekuensi Presentasi
Tepat 45 89%
Tidak tepat 10 11%
Jumlah 55 100%
Sumber : olahan data primer (2021)
Berdasarkan pada tabel di atas menunjukkan bahwa dari 55 responden
terdapat 45 responden yang menjadikan pengobatan sangkal putung ini menjadi
pilihan yang tepat, sedangkan 10 responden menganggap pengobatan sangkal
putung ini bukanlah pilihan yang tepat.

4.3 Analisa Bivariat


1. Pengaruh dukungan sosial terhadap pemilihan pengobatan tradisional
Tabel 7
Hasil analisis pengaruh dukungan sosial terhadap pemilihan pengobatan
tradisional ke sangkal putung di sidomulyo selatan
Pemilihan pengobatan tradisional
Dukungan Jumlah
Tepat Tidak tepat P Value
sosial
N % N % N %
Baik 29 52 1 1,8 30 54,5
Cukup 11 20 4 7,2 15 27 0,003
Kurang 5 9 5 9 10 18
Jumlah 45 81 10 18 55 100
Sumber : olahan data primer (2021)
Tabel di atas menunjukan bahwa dukungan sosial kategori baik dengan
pemilihan pengobatan tradisional yang tepat berjumlah 29 responden (52%) dan
Dukungan sosial kategori baik dengan pemilihan pengobatan tradisional yang
tidak tepat berjumlah 1 responden (1,8%). Dukungan sosial kategori cukup
dengan pemilihan pengobatan tradisional yang tepat berjumlah 11 responden
(20%) dan dukungan sosial kategori cukup dengan pemilihan pengobatan
tradisional yang tidak tepat berjumlah 4 responden (7,2%). Dukungan sosial

41
kategori kurang dengan pemilihan pengobatan tradisional yang tepat berjumlah 5
responden (9%) dan dukungan sosial kategori kurang dengan pemilihan
pengobatan tradisional yang tidak tepat berjumlah 5 responden (9%). Hasil
analisa data dengan menggunakan uji statistic chi square maka diperoleh nilai
signifikan 0,003 (α <0,05) ini berarti H₀ ditolak dan Ha diterima. Dari hasil
tersebut maka terdapat pengaruh antara dukungan sosial terhadap pemilihan
pengobatan tradisonal pada pasien fraktur ke sangkal putung di sidomulyo
selatan.
2. Pengaruh faktor ekonomi terhadap pemilihan pengobatan tradisional
Tabel 8
Hasil analisis pengaruh faktor ekonomi terhadap pemilihan pengobatan
tradisional ke sangkal putung di sidomulyo selatan
Pemilihan pengobatan tradisional
Faktor Jumlah
Tepat Tidak tepat P Value
Ekonomi
N % N % N %
Tinggi UMP 14 25,4 7 12,7 21 38
0,022
Rendah UMP 31 56,3 3 5,4 34 62
Total 45 81,8 10 18,2 55 100
Sumber : olahan data primer (2021)
Tabel di atas menunjukan bahwa faktor ekonomi kategori tinggi UMP
dengan pemilihan pengobatan tradisional yang tepat berjumlah 14 responden
(25,4%) dan faktor ekonomi kategori tinggi UMP dengan pemilihan pengobatan
tradisional yang tidak tepat berjumlah 7 responden (12,7%). Faktor ekonomi
kategori rendah UMP dengan pemilihan pengobatan tradisional yang tepat
berjumlah 31 responden (56,3%) dan faktor ekonomi kategori rendah UMP
dengan pemilihan pengobatan tradisional yang tidak tepat berjumlah 3
responden (5,4%). Hasil analisa data dengan menggunakan uji statistic chi
square maka diperoleh nilai signifikan 0,022 (α <0,05) ini berarti H₀ ditolak dan
Ha diterima. Dari hasil tersebut maka terdapat pengaruh antara faktor ekonomi
terhadap pemilihan pengobatan tradisonal pada pasien fraktur ke sangkal putung
di sidomulyo selatan.

3. Pengaruh faktor budaya terhadap pemilihan pengobatan tradisional

42
Tabel 9
Hasil analisis pengaruh faktor budaya terhadap pemilihan pengobatan tradisional
ke sangkal putung di sidomulyo selatan
Pemilihan pengobatan tradisional
Jumlah
Faktor Budaya Tepat Tidak tepat P Value
N % N % N %
Mendukung 36 65,4 4 7,2 40 89
Tidak 9 16,3 6 10,9 15 10 0,010
Mendukung
Total 45 81,8 10 18,2 55 100
Sumber : olahan data primer (2021)
Tabel di atas menunjukan bahwa faktor budaya kategori mendukung
dengan pemilihan pengobatan tradisional yang tepat berjumlah 36 responden
(65,4%) dan faktor budaya kategori mendukung dengan pemilihan pengobatan
tradisional yang tidak tepat berjumlah 4 responden (7,2%). Sedangkan faktor
budaya kategori tidak mendukung dengan pemilihan pengobatan tradisional yang
tepat berjumlah 9 responden (16,3%) dan faktor budaya kategori tidak
mendukung dengan pemilihan pengobatan tradisional yang tidak tepat berjumlah
6 responden (10,9%). Hasil analisa data dengan menggunakan uji statistic chi
square maka diperoleh nilai signifikan 0,010 (α <0,05) ini berarti H₀ ditolak dan
Ha diterima. Dari hasil tersebut maka terdapat pengaruh antara faktor budaya
terhadap pemilihan pengobatan tradisonal pada pasien fraktur ke sangkal putung
di sidomulyo selatan.

4.4 Pembahasan
Di era modern sekarang ini banyak terobosan baru mengenai pemilihan
pengobatan tradisional yang ada pada masyarakat. Saat masyarakat lebih
memilih pengobatan tradisional bukan berarti fasilitas pelayanan kesehatan yang
kurang memadai, tetapi masyarakat itu sendiri mempunyai pilihan terhadap
keputusan yang akan mereka ambil. Begitu juga pada saat terjadi fraktur (patah
tulang) masyarakat langsung memilih pengobatan sangkal putung sebagai
tempat untuk berobat. Karena mereka beranggapan bahwa berobat ke
pengobatan tradisional sangkal putung mempunyai banyak manfaat dan tingkat
presentase sembuh yang tinggi.
Perawatan patah tulang praktis dapat diakses di seluruh wilayah di
Indonesia. Di wilayah Sidomulyo Selatan menyanggah pengobatan putung,

43
peminatnya cukup besar, mulai dari anak-anak hingga orang tua. Keputusan
pengobatan konvensional dipengaruhi oleh beberapa variabel termasuk bantuan
sosial, moneter dan elemen sosial
4.4.1 Pembahasan Univariat
1. Distribusi frekuensi dukungan sosial masyarakat yang berobat ke sangkal
putung di sidomulyo selatan
Hasil penelitian ini menunjukan distribusi frekuensi dukungan sosial
berjumlah 55 responden. Dengan dukungan sosial kategori baik berjumlah 30
responden (55%), dukungan sosial kategori cukup berjumlah 15 responden
(27%) dan dukungan sosial kategori kurang berjumlah 10 responden (18%). Jadi
mayoritas dukungan sosial masyarakat yang berobat ke sangkal putung di
sidomulyo selatan paling banyak yaitu dukungan sosial dengan kategori baik.
Hal ini didukung oleh teori (Sari et al., 2017) sosial yang merupakan cara
pandang atau pengaruh seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu
sehingga orang tersebut mengikuti pandangan/pengaruh tersebut tanpa berpikir
panjang memang merupakan salah satu faktor yang mendorong masyarakat
untuk tetap memilih pengobatan tradisional. Biasanya masyarakat merasa yakin
jika khasiat dari pengobatan tradisional itu disampaikan oleh masyarakat lainnya
atau orang terdekatnya dibandingkan dengan informasi yang diperoleh dari iklan
media cetak maupun elektronik. Kehidupan masyarakat yang suka berkelompok
atau bersosialisasi ini memudahkan mereka untuk mendapatkan berbagai jenis
pengobatan tradisional.
Hal ini didukung oleh hipotesis (Sri Maslihah, 2016) bahwa bantuan sosial
adalah bantuan dan dukungan yang diperoleh individu dari kerjasamanya
dengan orang lain. Bantuan sosial muncul dari pemahaman bahwa ada individu
yang akan membantu jika terjadi keadaan atau peristiwa yang dianggap
menimbulkan beberapa masalah. Banyak orang mengikuti pandangan orang lain
dalam memilih pengobatan yang akan mereka lakukan.
Hal ini didukung oleh hipotesis (Cahyadi, 2018) bahwa bantuan sosial
adalah sebagai data verbal atau non-verbal, bantuan atau perilaku yang tulus
yang diberikan oleh individu yang berada di dekat subjek dalam iklim sosialnya
dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan atau mempengaruhi perilaku
penerima manfaat. . Bantuan sosial adalah kehadiran orang lain yang dapat

44
diandalkan untuk memberikan bantuan, kegembiraan, pertimbangan sehingga
dapat bekerja atas bantuan pemerintah dari individu yang bersangkutan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Nurbaya,
2016) menunjukan dukungan sosial yang baik berasal dari keluarga, kerabat
ataupun teman-teman yang pernah sembuh dengan pengobatan tradisional. Hal
itu membuat masyarakat dilingkungan sekitar memanfaatkan juga tempat
pengobatan tradisional untuk menyembuhkan penyakitnya karena presentase
kesembuhannya yang tinggi.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dipimpin oleh (Wijaya, 2016)
yang mengamati bahwa 76 responden memilih pengobatan tradisional karena
yang lain mengatakan pengobatan konvensional lebih berhasil. Hal ini karena
adanya bantuan sosial di balik berbagai peningkatan tersebut, sehingga akan
benar-benar ingin memberikan hasil wawasan yang beragam. Dengan asumsi
bahwa seorang individu memiliki asumsi dan keputusan besar tentang keadaan
tertentu, aktivitas akan muncul sesuai dengan keadaan, begitu juga sebaliknya.
Menurut analis, bantuan sosial adalah salah satu elemen yang terjadi
dalam hubungan persahabatan, khususnya pandangan atau pengaruh
seseorang sehingga orang lain mengikuti pandangan itu untuk waktu yang lama.
Bantuan sosial yang berasal dari keluarga, anggota keluarga dan pendamping
yang memberikan pemahaman tentang pengobatan sangkal putung dengan
menyebutkan keuntungan berobat ke sangkal putung. Maka salah satu unsur
yang mempengaruhi keputusan berobat konvensional pada pasien retak sangkal
putung di Sidomulyo Selatan adalah bantuan sosial yang besar.
2. Distribusi frekuensi faktor ekonomi masyarakat yang berobat ke sangkal
putung di sidomulyo selatan
Hasil penelitian ini menunjukan distribusi frekuensi faktor ekonomi
berjumlah 55 responden. Dengan faktor ekonomi kategori tinggi UMP berjumlah
21 responden (38%) dan faktor ekonomi kategori rendah UMP berjumlah 34
responden (62%). Jadi mayoritas faktor ekonomi pada masyarakat yang berobat
ke sangkal putung di sidomulyo selatan yakni faktor ekonomi kategori rendah
UMP.
Hal ini didukung oleh teori (Sari et al., 2017) Variabel keuangan
merupakan pekerjaan utama dalam pengakuan atau pengakuan pengobatan.
Elemen ini terkait dengan wawasan daerah setempat bahwa pengobatan

45
tradisional membutuhkan tenaga, biaya, dan uang yang lebih sedikit. Untuk
mencapai bantuan pemerintah tertentu, masyarakat akan mengkonsumsi
berbagai tenaga kerja dan produk, untuk itu penggunaan administrasi
digarisbawahi sebagai administrasi kesejahteraan. Tikungan pemanfaatan
kesejahteraan dan pemanfaatan produk dibatasi oleh garis pembayaran.
Hal ini didukung oleh hipotesis (Soekidjo, 2018) bahwa tingkat bantuan
pemerintah keluarga biasanya diukur dengan penunjukan melalui status
keuangan dalam keluarga, karena status keuangan akan menentukan
pemenuhan kebutuhan keluarga. Dalam model yang diusulkan oleh Anderson,
status keuangan adalah variabel dari kemampuan individu, khususnya sebagai
pembayaran sebagai bantuan atau dukungan untuk memanfaatkan
kesejahteraan yang bergantung pada kemampuan pembeli untuk membayar.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dipimpin oleh (Yuliani et al.,
2020) dalam penelitian tentang hubungan unsur keuangan dengan pengobatan
pasien istirahat, yang dilihat sebagai 61% pasien dengan masalah keuangan
rendah. Hal ini dapat diperoleh dari pengaruh faktor keuangan dengan pemilihan
pengobatan tradisional, terbukti bahwa orang yang memiliki gaji lebih rendah
sangat bersemangat untuk berobat ke pengobatan tradisional karena biaya
pengobatan tradisional berbeda dengan saat ini. pengobatan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Miftahul,
2016) pada penelitian ini didapatkan 64 orang lebih memilih pengobatan
tradisional karena lebih terjangkau biayanya. Hasil wawancara yang dilakukan
oleh peneliti mengenai pembiayaan pengobatan tradisional patah tulang,
didapatkan yaitu pasien mengatakan pembiayaan pengobatan tradisiional patah
tulanglebih terjangkau sehingga pengeluaran lebih minimal dari pada berobat ke
rumah sakit.
Menurut asumsi peneliti faktor ekonomi merupakan peranan besar dalam
penerimaan atau penolakan suatu pengobatan. Semakin tinggi tingkat ekonomi
keluarga maka kecenderungan memilih fasilitas kesehatan yang lebih baik dan
lebih mahal akan semakin tinggi pula, demikian juga sebaliknya pada saat tingkat
ekonomi keluarga yang rendah atau pas-passan maka mereka lebih memilih
untuk berobat ke pengobatan tradisional terlebih dahulu.

46
3. Distribusi frekuensi faktor budaya masyarakat yang berobat ke sangkal
putung di sidomulyo selatan
Hasil penelitian ini menunjukan distribusi frekuensi faktor budaya
berjumlah 55 responden. Dengan faktor budaya kategori mendukung berjumlah
40 responden (73%). Dan kategori tidak mendukung berjumlah 15 responden
(27%). Jadi mayoritas faktor budaya masyarakat yang berobat ke sangkal putung
di sidomulyo selatan paling banyak yakni faktor budaya kategori mendukung.
Hal ini didukung oleh teori (Marwati, 2018) budaya merupakan
determinan dasar keinginan dan perilaku seseorang melalui keluarga dan
isntitusi lainnya. Budaya sendiri dipengaruhi oleh beberapa tradisi yaitu perilaku
kesehatan dan status kesehatan misalnya jika mereka sudah mempercayai suatu
pengobatan maka susah untuk menghilangkan pikirang yang telah ia percayai.
Hal ini didukung oleh hipotesis (Hakim, 2018) keyakinan yang dimiliki
individu tertentu, terutama dalam kesehatan cara hidup mereka. Seperti yang
dijelaskan saat ini, pesona sangat mengesankan dan mempengaruhi budaya
Jawa. Kesejahteraan dari penilaian dunia lain tentang sifat yang sebenarnya dan
sifat selain sifat yang sebenarnya, khususnya mendalam. Sikap sejahtera yang
terkena dampak, baik fisik maupun mental, merupakan pandangan yang masuk
akal bagi individu yang berhubungan dengan budaya Indonesia.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Nurbaya,
2016) terdapat 70 orang dengan faktor budaya yang berpengaruh terhadap
keputusan masyarakat memilih pengobatan tradisional. Hal ini disebabkan
karena masih banyak pula masyarakat yang memilih pengobatan secara
tradisional karena sudah terbukti sejak dulu dan masih banyak di manfaatkan
masyarakat sekitar.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Agung,
2020) terdapat 43 orang dengan aspek budaya yang mendukung pada saat
mereka sudah menganggap sesuatu sebagai kebiasaan pada masyarakat itu
yang disebut budaya. Budaya sendiri ialah satu susunan perlakuan yang
dipelajari dan di kaitkan dengan kehendak atau fungsi yang kekal dalam
masyarakat yang digunakan bersama masyarakat yang berkenaan.
Menurut asumsi peneliti budaya merupakan sesuatu kepercayaan yang
masih kental dan sudah melekat di masyarakat yang bersifat tradisional sehingga
fenomena seperti ini sudah lajim terjadi di masyarakat kita. Jadi pada saat

47
masyarakat sudah mempunyai kepercayaan terhadap pengobatan yang akan
dilakukan pada saat jatuh sakit, maka susah baginya untuk menghilangkan
kepercayaan tersebut dan akan terus mengikuti budayanya.

4. Distribusi frekuensi pemilihan pengobatan tradisional pada pasien fraktur ke


sangkal putung di Sidomulyo selatan
Hasil penelitian ini menunjukan distribusi frekuensi pemilihan pengobatan
tradisional berjumlah 55 responden. Dengan pemilihan pengobatan tradisional
kategori tepat berjumlah 45 responden (89%) dan pemilihan pengobatan
tradisional dengan kategori tidak tepat dengan jumlah 11 responden (10%). Jadi
mayoritas pemilihan pengobatan tradisional pada masyarakat ke sangkal putung
di sidomulyo selatan paling banyak pemilihan pengobatan tradisional kategori
tepat.
Hal ini didukung oleh teori (Mulyono Notosiswoyo, 2016) pengobatan
tradisional merupakan cara-cara pengobatan yang mengacu pada falsafah, cara-
cara pemeliharaan, penggunaan peralatan pengobatan yang tidak digunakan
oleh ilmu kedokteran konvesional maupun modern dan merupakan bagian dari
kebudayaan yang umunya diturunkan secara lisanatau tulisan. Pengobatan
tradisional adalah suatu pelayanan jasa yang berkembangdi masyarakat yang
dikenal dalam taraf dengan pola-pola hubungan antar warga yang didasarkan
pada landasan timbale balik dan interpersonal.
Hal ini didukung oleh hipotesis (Yuliani et al., 2020) bahwa pilihan
pengobatan individu benar-benar bergantung pada terjemahan individu terhadap
infeksi. Siklus dinamis untuk memilih sumber perawatan dimulai dengan
mendapatkan data, menangani prospek ekstra. Layanan pengobatan tradisional
untuk istirahat sering menjadi keputusan lokal untuk alasan tertentu seperti biaya
yang lebih rendah dan sosial ekonomi rumah yang jauh dari kantor kesehatan
dan pengalaman orang-orang terdekat mereka yang dapat mempengaruhi pilihan
seseorang untuk memilih. pengobatan yang tepat. Orang yang datang ke
pengobatan tradisional dengan alasan biaya pengobatan yang lebih murah, dan
pengobatan yang diharapkan lebih cepat.
Penelusuran ini sesuai dengan penelitian yang dipimpin oleh (Hartono,
2020) minat masyarakat terhadap gosok punggung adat Sangkal Putung di
Kabupaten Nganjuk tahun 2020. Bahwa hasil pemeriksaan minat terbuka pada

48
gosok punggung konvensional diketahui secara umum sangat baik. hasil. Pada
dasarnya pengakuan adanya hubungan antara diri sendiri, dengan adanya
sesuatu dengan luar, semakin membumi dan semakin dekat hubungan tersebut,
semakin menonjol keunggulan seseorang dalam kebiasaan menggosok
punggung.
Menurut asumsi peneliti pemilihan pengobatan tradisional yang tepat
yaitu seseorang yang berobat ke sangkal putung dan bisa sembuh itu yang
membuat mereka menjadikan pengobatan sangkal putung pilihan yang tepat
untuk dilakukan. sedangkan pemilihan pengobatan tradisional yang tidak tepat
yaitu seseorang yang berobat ke sangkal putung tetapi tidak merasakan manfaat
dari sangkal putung itu sendiri atau tidak sembuh setelah menjalani pengobatan
ke sangkal putung dikarenakan fraktur atau patah tulangnya yang parah itu yang
membuat pengobat tradisional tidak bisa menyembuhkan. Dan mereka
menganggap pengobatan sangkal putung ini tidak tepat untuk dilakukan.

4.4.2 Pembahasan Bivariat


1. Hasil analisis pengaruh antara dukungan sosial terhadap pemilihan
pengobatan tradisional pada pasien fraktur ke sangkal putung di desa
sidomulyo selatan
Hasil penelitian pengaruh dukungan sosial terhadap pemilihan
pengobatan tradisional pada pasien fraktur ke sangkal putung di sidomulyo
selatan menghasilkan dukungan sosial kategori baik dengan pemilihan
pengobatan tradisional yang tepat berjumlah 29 responden (52%), hal ini
dkarenakan masyarakat yang berobat ke sangkal putung dipengaruhi oleh
keluarga, kerabat bahkan teman-teman yang membuat kebanyakan masyarakat
mengambil keputusan untuk berobat ke sangkal putung pada saat terjadi fraktur
dan saat berobat 29 responden tersebut mengatakan bahwa mereka menjadikan
pengobatan sangkal putung ini menjadi pilihan yang tepat karena mereka dapat
merasakan manfaat berobat ke sangkal putung sidomulyo selatan. Sedangkan
dukungan sosial kategori baik dengan pemilihan pengobatan tradisional yang
tidak tepat berjumlah 1 responden (1,8%), dimana 1 responden ini berobat ke
sangkal putung karena mendapatkan informasi dari keluarga, kerabat bahkan
teman-teman yang membuatnya memilih berobat ke sangkal putung walaupun
pada saat berobat ke sangkal putung 1 responden ini tidak nyaman dengan

49
pengobatan yang dilakukan oleh pengobat dan 1 responden ini tidak sembuh hal
ini yang menjadikan pengobatan sangkal putung tidak tepat untuk mengobati
patah tulangnya. secara keseluruhan dukungan sosial kategori baik berjumlah 30
responden (54,5%).
Dukungan sosial kategori cukup dengan pemilihan pengobatan tradisional
yang tepat berjumlah 11 responden (20%) hal ini dikarenakan 11 responden
berobat ke sangkal putung hanya mendapatkan informasi tentang pengobatan
sangkal putung ini dari teman-temannya dan membuat mereka berobat ke
pengobatan sangkal putung, 11 responden tersebut merasa nyaman dengan
pengobatan yang dilakukan dan mereka mempercayai pengobat ahli tulang bisa
menyembuhkan patah tulangnya. Jadi mereka menganggap pengobatan sangkal
putung ini sudah menjadi pilihan yang tepat pada saat terjadi fraktur (patah
tulang). Sedangkan dukungan sosial kategori cukup dengan pemilihan
pengobatan tradisional yang tidak tepat berjumlah 4 responden (7,2%). Hal ini
dikarenakan 4 responden ini mengetahui tempat pengobatan sangkal putung dari
teman-temannya yang membuat mereka mengambil keputusan untuk berobat ke
sangkal putung tapi 4 responden ini pada saat berobat mereka tidak menyakini
seorang ahli tulang bisa menyembuhkan patah tulangnya dan mereka tidak
sembuh pada saat melakukan pengobatan. Hal ini yang membuat 4 responden
menjadikan pengobatan sangkal putung pilihan yang tidak tepat untuk mengobati
patah tulangnya. Total dukungan sosial kategori cukup berjumlah 15 responden
(27,2%).

Dukungan sosial kategori kurang dengan pemilihan pengobatan


tradisional yang tepat berjumlah 5 responden (9%) ini karena 5 responden yang
berobat ke sangkal putung bukan pengaruh dukungan sosialnya melainkan dari
faktor-faktor yang lain ini yang membuat 5 responden berobat ke sngkal putung
dan 5 responden ini sembuh karena mereka yakin bahwa seorang ahli tulang
bisa menyembuhkan patah tulangnya karena Allah SWT. Hal ini yang
menjadikan pengobatan sangkal putung sudah menjadi pilihan yang tepat untuk
mengobatai patah tulang. sedangkan dukungan sosial yang kurang dengan
pemilihan pengobatan tradisional yang tidak tepat berjumlah 5 responden (9%).
Ini karena 5 responden yang berobat ke sangkal putung dipengaruhi oleh faktor-
faktor yang lain dan pada saat berobat ke sangkal putung 5 responden ini tidak

50
nyaman dengan pelayanan di sangkal putung dan tidak mendapatkan
kesembuhan. Hal ini yang menjadikan pengobatan sangkal putung tidak tepat
untuk mengobati patah tulangnya. Total dukungan sosial kategori kurang
berjumlah 10 responden (18%). Maka didapatkan hasil analisa data dengan
menggunakan uji statistic chi square diperoleh nilai signifikan 0,003 dengan
tingkat signifikan < 0,05. Ini berarti H₀ ditolak dan Ha di terima. Dari hasil tersebut
terdapat pengaruh antara dukungan sosial terhadap pemilihan pengobatan
tradisional pada pasien fraktur ke sangkal putung di sidomulyo selatan.
Hal ini didukung oleh teori (Semt, 2016) Bantuan sosial diperlukan oleh
setiap orang dalam mengatur orang lain untuk melanjutkan kehidupannya di
tengah masyarakat. Bantuan sosial adalah elemen koneksi sosial, dan koneksi
sosial yang menggambarkan sifat keseluruhan dari koneksi relasional. Bantuan
sosial menetap pada individu mengikuti pilihan untuk mencari tahu apa yang
akan dia pilih.
Hal ini didukung oleh teori (Nurbaya, 2016) Aspek sosial yang
mempengaruhi perilaku kesehatan antara lain adalah umur yakni jika dilihat dari
golongan umur maka ada perbedan pola penyakit dan hal ini mempengaruhi pola
pemikiran seseorang dalam mengambil kebijakan, semakin tua umur seseorang
maka pola pikir akan semakin lebih bijaksana. Disisi lain ditinjau dari jenis
kelamin maka keputusan untuk menggunakan pengobatan alternative dalam
keluarga sangat dipengaruhi oleh kepala keluarga yakni pihak laki-laki sebagai
pengambil keputusan dalam keluarga.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Miftahul,
2016) didapatkan 76 responden lebih memilih pengobatan tradisional karena
keluarga atau orang lain yang mengatakan bahwa pengobatan tradisional lebih
efektif untuk dilakukan. Hal ini disebabkan oleh dukungan sosial yang
melatarbelakangi stimulus berbeda, maka akan dapat membawa perbedaan hasil
persepsi. Seseorang apabila memiliki harapan dan penilaian yang baik terhadap
situasi tertentu, maka akan muncul tindakan selaras dengan situasi yang terjadi,
demikan pun sebaliknya.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Hartono,
2020) Pada hasil pemeriksaan informasi, sudut sosial menunjukkan kelas yang
layak di atas 25 individu (setengah). Sosial berkenaan dengan peristiwa gagasan
atau pengenalan pandangan atau dampak oleh satu individu kepada individu lain

51
dengan tujuan tertentu dalam pikiran sehingga individu tersebut mengikuti
dampak tersebut tanpa berpikir. Menurut perspektif humanistik, seperti yang
ditunjukkan oleh Bentuk, kontras antara asumsi dan kenyataan atau antara
keadaan saat ini dan keadaan yang seharusnya.
Berdasarkan penjelasan di atas peneliti mengasumsikan bahwa
dukungan sosial berpengaruh terhadap pemilihan pengobatan tradisional.
Dukungan sosial kategori kurang dengan pemilihan pengobatan tradisional yang
tidak tepat yang terbanyak. Hal ini dikarenakan dukungan sosial yang kurang
membuat mereka yang telah berobat ke sangkal putung merasa pemilihan
pengobatan tradisional sangkal putung ini tidak tepat. Responden dengan
pemilihan pengobatan tradisional yang tepat kebanyakan dukungan sosialnya
kategori baik. Jadi semakin baik dukungan sosialnya maka pemilihan
pengobatan tradisional yang tidak tepat semakin sedikit.

2. Hasil analisis pengaruh antara faktor ekonomi terhadap pemilihan


pengobatan tradisional pada pasien fraktur ke sangkal putung di sidomulyo
selatan
Hasil penelitian pengaruh faktor ekonomi terhadap pemilihan pengobatan
tradisional pada pasien fraktur ke sangkal putung di sidomulyo selatan
menghasilkan faktor ekonomi kategori tinggi UMP dengan pemilihan pengobatan
tradisional yang tepat berjumlah 14 responden (25,4%) hal ini dikarenakan
walaupun pendapatan 14 responden tinggi dari UMP mereka tetap memilih
pengobatan tradisional sangkal putung untuk mengobatai patah tulangnya yang
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain dan 14 responden ini sembuh dengan
pengobatan yang dilakukan di sangkal putung hal ini menjadikan pengobatan
sangkal putung menjadi pilihan yang tepat pada saat terjadi patah tulang,
sedangkan faktor ekonomi kategori tinggi UMP dengan pemilihan pengobatn
tradisional yang tidak tepat berjumlah 7 responden (12,7) ini dikarenakan 7
responden berobat ke sangkal putung disebabkan oleh faktor-faktor yang lain
entah dukungan sosial maupun faktor budaya yang membuat mereka berobat ke
sangkal putung tetapi pada saat mereka berobat ke sangkal putung 7 responden
ini merasa tidak nyaman dengan pelayanan yang ada di sangkal putung ini dan 7
responden tidak mendapatkan kesembuhan hal ini menjadikan pengobatan
sangkal putung pilihan yang tidak tepat untuk mengobati patah tulang. Secara

52
keseluruhan faktor ekonomi dengan kategori tinggi UMP berjumlah 21 responden
(38%).
Faktor ekonomi kategori rendah UMP dengan pemilihan pengobatan
tradisional yang tepat berjumlah 31 responden (56,3) ini dikarenakan 31
responden berobat ke sangkal putung karena pendapatannya yang rendah UMP
sehingga mereka memilih untuk berobat ke sangkal putung terlebih dahulu dan
31 responden ini bisa merasakan manfaat berobat ke sangkal putung dan
sembuh. Hal ini menjadikan pengobatan sangkal putung menjadi pengobatan
yang tepat untuk dilakukan pada saat terjadi fraktur. Sedangkan faktor ekonomi
kategori rendah UMP dengan pemilihan pengobatan tradisional yang tidak tepat
berjumlah 3 responden (5,4%) ini karena 3 responden berobat ke sangkal putung
karena pendapatannya yang rendah UMP dan pada saat mereka berobat ke
sangkal putung mereka tidak nyaman dengan pelayanan yang ada di sangkal
putung dan 3 responden tidak bisa sembuh harus tetap berobat ke rumah sakit.
Hal ini menjadikan pengobatan sangkal putung bukanlah pilihan yang tepat untuk
mengobatan patah tulangnya. Secara keseluruhan faktor ekonomi kategori
rendah UMP berjumlah 34 responden (61%). Maka didapatkan hasil analisa data
dengan menggunakan uji statistic chi square diperoleh nilai signifikan 0,022
dengan tingkat signifikan < 0,05. Ini berarti H₀ ditolak dan Ha di terima. Dari hasil
tersebut terdapat pengaruh antara faktor ekonomi terhadap pemilihan
pengobatan tradisional pada pasien fraktur ke sangkal putung di sidomulyo
selatan.
Hal ini didukung oleh hipotesis (Hakim, 2018) bahwa sebagian besar
individu yang melakukan praktik pengobatan tradisional berasal dari kalangan
bawah dengan alasan selain sederhana juga sederhana sehingga pengobatan
konvensional seperti ini merupakan keputusan biasa karena biaya terbatas dan
masuk ke spesialis. Penjelasan di balik biaya sebagai penjelasan paling esensial
dalam pemilihan pengobatan konvensional. Pengobatan sederhana sering
dianggap sebagai alasan mendasar dalam memutuskan untuk pergi ke
pengobatan konvensional.
Hal ini didukung oleh hipotesis (Yuliani et al., 2020) bahwa elemen
moneter memainkan peran penting dalam pengakuan atau penolakan
pengobatan. Variabel ini didukung oleh pemahaman masyarakat bahwa
pengobatan tradisional membutuhkan sedikit tenaga, biaya dan waktu. Kapasitas

53
keuangan dengan gaji dan tingkat sosial individu keluarga memutuskan
bagaimana individu memilih dan menjalani perawatan yang ideal. Gaji yang lebih
tinggi atau status moneter sebagian besar akan condong ke arah pengobatan
klinis karena mereka mempertimbangkan dampak pengobatan yang dapat
merugikan.
Hal ini didukung oleh hipotesis (Ismail, 2015) bahwa individu yang
mengalami efek buruk dari siksaan fisik dan non-aktual mutlak membutuhkan
pengobatan agar penyakitnya dapat pulih secepat mungkin. Budaya masa kini
yang memiliki sumber daya yang memadai adalah pilihan terbaik untuk
mengalahkan penyakit mereka, tentu saja, mereka akan memilih spesialis atau
fakultas klinis untuk menganalisis dan membangun kembali menggunakan obat-
obatan saat ini sesuai keluhan mereka. Kemudian lagi, orang-orang yang kurang
berani keluar untuk mengobati penyakitnya membuat pengobatan sendiri dari
informasi tradisional yang diturunkan dari satu zaman ke zaman lainnya atau
mencari pengobatan konvensional yang mereka anggap dapat disembuhkan.
Eksplorasi ini sesuai dengan penelitian yang dipimpin oleh (Hartono,
2020) tentang konsekuensi pemeriksaan informasi, dari sudut pandang moneter
menunjukkan kelas yang memadai sebanyak 24 orang (48%). Sehingga ada
pengaruh unsur moneter dengan penentuan perawatan putung pengganti gigi.
Aspek keuangan adalah informasi sosial dalam berkonsentrasi pada perilaku
manusia dalam menjelajahi kehidupan individu, terutama dengan pekerjaan
untuk mengatasi masalah sehari-hari untuk mencapai kesuksesan dan bantuan
pemerintah..
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang diarahkan oleh (Yuliani et
al., 2020) diketahui bahwa responden yang memiliki variabel keuangan rendah
cenderung terhadap pengobatan tradisional, khususnya 14 (93,3%) dari hasil di
atas, hal ini menunjukkan bahwa responden rendah terikat untuk mengawasi
pengobatan. Pasalnya, meski biaya pengobatan bisa ditanggung oleh otoritas
publik atau BPJS, rata-rata biaya sembako yang mereka pilih tidak bisa
ditekankan. Ketika keluarga menunggu pasien untuk terapi, menghabiskan
sebagian besar hari dengan tujuan agar lebih banyak responden yang lebih
memilih untuk memilih terapi tradisional daripada pengobatan klinis.
Berdasarkan penjelasan di atas peneliti mengasumsikan bahwa faktor
ekonomi berpengaruh terhadap pemilihan pengobatan tradisional pada pasien

54
fraktur ke sangkal putung di sidomulyo selatan. Faktor ekonomi kategori tinggi
UMP dengan pemilihan pengobatan tradisional yang tidak tepat yang terbanyak.
Hal ini dikarenakan mereka yang berobat ke sangkal putung hanya untuk coba-
coba dan tidak menyembuhkan bagi mereka itu yang membuat pengobatan
sangkal putung tidak tepat bagi mereka. Responden dengan pemilihan
pengobatan yang tepat kebanyakan dari faktor ekonomi yang rendah UMP.
Faktor ekonomi kategori rendah UMP yang membuat masyarakat pada saat
pendapatan kurang lebih memilih untuk berobat ke pengobatan tradisional dan
bisa merasakan manfaatnya. Jadi semakin rendah pendapatan seseorang maka
pemilihan pengobatan sangkal putung sudah menjadi pilihan yang tepat.

3. Hasil analisis pengaruh antara faktor budaya terhadap pemilihan pengobatan


tradisional pada pasien fraktur ke sangkal putung di sidomulyo selatan
Hasil penelitian pengaruh faktor budaya terhadap pemilihan pengobatan
tradisional pada pasien fraktur ke sangkal putung di sidomulyo selatan
menghasilkan faktor budaya kategori mendukung dengan pemilihan pengobatan
tradisional yang tepat berjumlah 36 responden (65,4%) hal ini dikarenakan 36
responden berobat ke sangkal putung karena dipengaruhi budaya yang ada
dalam masyarakat maupun keluarganya yang mengharuskan pada saat terjadi
fraktur untuk berobat ke sangkal putung dan 36 responden ini nyaman dengan
pengobatan yang ada di sangkal putung dan bisa sembuh walaupun harus
berulang-ulang berobat. Ini menjadikan pengobatan sangkal putung pilihan yang
tepat pada saat terjadi fraktur. Sedangkan faktor budaya kategori mendukung
dengan pemilihan pengobatan tradisional yang tidak tepat berjumlah 4
responden (7,2%) ini karena 4 responden berobat ke sangkal putung karena
pengaruh budayanya tetapi pada saat berobat ke sangkal putung 4 responden ini
tidak sembuh dan tetap harus berobat ke rumah sakit. Ini menjadikan
pengobatan sangkal putung pilihan yang tidak tepat untuk mengobati patah
tulangnya. Secara keseluruhan faktor budaya kategori mendukung berjumlah 40
responden (72,7%).
Faktor budaya kategori tidak mendukung dengan pemilihan pengobatan
tradisional yang tepat berjumlah 9 responden (16,3%) ini dikarenakan 9
responden berobat ke sangkal putung dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain
entah dukungan sosial maupun faktor ekonomi yang membuat 9 responden ini

55
memilih berobat ke sangkal putung, dan 9 responden pada saat berobat ke
sangkal putung mereka nyaman dengan pelayanan yang diberikan, mereka
menyakini bahwa ahli tulang bisa menyembuhkan patah tulangnya . hal ini
menjadikan pengobatan sangkal putung pilihan yang tepat untuk mengobati
patah tulangnya. Sedangkan faktor budaya terhadap pemilihan pengobatan
tradisional yang tidak tepat berjumlah 6 responden (10,9%) ini karena 6
responden berobat ke sangkal putung dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain
yang membuat mereka mengambil keputusan untuk berobat ke sangkal putung
terlebih dahulu dan pada saat mereka berobat ke sangkal putung 6 responden
tidak sembuh. Ini menjadikan pengobatan sangkal putung pilihan yang tidak
tepat untuk mengobati patah tulangnya. Secara keseluruhan faktor budaya
kategori tidak mendukung berjumlah 15 responden (27%). Maka didapatkan hasil
analisa data dengan menggunakan uji statistic chi square diperoleh nilai
signifikan 0,010 dengan tingkat signifikan < 0,05. Ini berarti H₀ ditolak dan Ha di
terima. Dari hasil tersebut terdapat pengaruh antara faktor budaya terhadap
pemilihan pengobatan tradisional pada pasien fraktur ke sangkal putung di
sidomulyo selatan.
Hal ini didukung oleh hipotesis (Dian Mirza Togobu, 2018) bahwa
kecenderungan masyarakat yang lebih mempercayai dukun daripada tenaga
kesehatan memang sulit untuk diubah karena sebelum mengenal pengobatan
modern mereka lebih dulu mengenal pengobatan konvensional. Pengobatan
konvensional telah datang dari pendahulunya dan mereka menerima bahwa
segala penyakit dapat disembuhkan dengan pengobatan tradisional.
Hal ini didukung oleh hipotesis (Hakim, 2018) keyakinan yang dimiliki
individu tertentu, terutama dalam kekuatan cara hidup mereka. Keyakinan sangat
kuat dan menembus budaya Jawa. Kesehatan penilaian magis terdiri dari jenis
yang sebenarnya dan sifat yang sebenarnya, khususnya mendalam. Pandangan
terhadap kesejahteraan yang terkena dampak, baik fisik maupun mental,
merupakan sikap yang masuk akal bagi individu yang berhubungan dengan
budaya Indonesia. Ketika seseorang merasa bahwa pengobatan konvensional
adalah budaya yang diturunkan dari satu zaman ke zaman yang lain, tidak ada
alasan bagi mereka untuk tidak melakukannya.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Ismail, 2015)
hasil analisis statistic didapatkan data faktor budaya menunjukan kategori

56
mnendukung sebanyak 63 responden. Hal ini menunjukan ada pengaruh faktor
budaya dengan keputusan masyarakat dalam pemilihan obat tradisonal. Pada
saat seseorang sudah menyakini budayanya maka susah untuk mereka
meninggalkan budaya yang sudah ada sejak turun temurun.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Nurbaya,
2016) di dapatkan 70 orang yang mengatakan bahwa faktor budaya
mempengaruhi terhadap keputusan masyarakat memilih pengobatan tradisional
nilai-nilai budaya yang dominan pada individu sangat mempengaruhi
pembentukan kepribadian individu tersebut. Banyaknya tradisi yang
mempengaruhi perilaku kesehatan dan status kesehatan misalnya tradisi berobat
ke pengobatan tradisional, pada saat seseorang sakit mereka langsung
membawanya ke pengobatan tradisional tanpa berpikir panjang.
Berdasarkan penjelasan di atas peneliti mengasumsikan bahwa faktor
budaya berpengaruh terhadap pemilihan pengobatan tradisional pada pasien
fraktur ke sangkal putung di sidomulyo selatan. Faktor budaya kategori tidak
mendukung terhadap pemilihan pengobatan tradisional yang tida tepat paling
banyak. Hal ini dikarenakan faktor budaya yang tidak mendukung membuat
mereka tidak mempercayai pengobatan sangkal putung ini dapat menymbuhkan
ini yang membuat mereka tidak menjadikan sangkal putung ini pengobatan yang
tepat. Responden dengan pemilihan pengobatan tradisional yang tepat
kebanyakan faktor budayanya mendukung ini yang membuat mereka percaya
dengan pengobatan sangkal putung dan menjadikan pengobatan sangkal putung
ini sebagai pengobatan yang tepat. Jadi semakin faktor budayanya mendukung
maka pemilihan pengobatan tradisional yang tidak tepat menjadi sedikit.

4.5 Keterbatasan Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian awal yang dilakukan oleh peneliti
sehingga hasil penelitian ini tidak luput dari keterbatasan. Keterbatasan yang
ditemukan peneliti saat melakukan penelitian yaitu tidak ada responden didalam
rumah dan harus kembali ke esokan harinya. Terdapat jawaban kuesioner yang
tidak konsisten atau dicentang dua-duanya ini membuat peneliti harus melihat
kembali jawaban-jawaban yang telah dijawab. dan objek penelitian yang hanya di
fokuskan pada pasien patah tulang yang berobat ke sangkal putung di sidomulyo
selatan untuk 1 kali pertemuan.

57
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil Berdasarkan pemeriksaan dan percakapan, dapat ditarik
kesimpulan mengenai variabel-variabel yang mempengaruhi pemilihan obat
tradisional pada pasien istirahat di Sidomulyo Selatan sebagai berikut:
1. Dukungan sosial masyarakat yang berobat ke sangkal putung di sidomulyo
selatan paling banyak yaitu dukungan sosial kategori baik dengan presentase
55%.
2. Faktor ekonomi masyarakat yang berobat ke sangkal putung di sidomulyo
selatan paling banyak yaitu faktor ekonomi kategori rendah UMP dengan
presentase 62%.
3. Faktor budaya masyarakat yang berobat ke sangkal putung di sidomulyo
selatan paling banyak yaitu faktor budaya kategori mendukung dengan
presentase 73%.
4. Terdapat pengaruh antara dukungan sosial terhadap pemilihan pengobatan
tradisional pada pasien fraktur ke sangkal putung di sidomulyo selatan
dengan P Value p=0,003 lebih kecil 0,05.
Terdapat pengaruh antara faktor ekonomi terhadap pemilihan pengobatan
tradisional pada pasien fraktur ke sangkal putung di sidomulyo selatan
dengan P Value p=0,022 lebih kecil 0,05.
Terdapat pengaruh antara faktor budaya terhadap pemilihan pengobatan
tradisional pada pasien fraktur ke sangkal putung di sidomulyo selatan
dengan P Value p=0,010 lebih kecil 0,05.

58
5.2 Saran
1. Profesi Keperawatan
Diharapkan penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai tambahan referensi
informasi tentang unsur-unsur yang mempengaruhi keputusan berobat pada
pasien istirahat.
2. Administrasi kesejahteraan
Hal ini diandalkan untuk memiliki pilihan untuk bekerja pada presentasi
petugas dan fakultas klinis lainnya untuk lebih mengembangkan perawatan untuk
pasien patah (patah tulang).
3. Masyarakat
Dipercaya bahwa mereka dapat membangun data dan informasi tentang
pengobatan tradisional dan memahami pengobatan konvensional seperti yang
mereka lakukan.
4. Ilmuwan berikut
Ilmuwan masa depan diandalkan untuk memiliki pilihan untuk melibatkan
konsekuensi dari tinjauan ini sebagai semacam perspektif atau pemeriksaan
signifikan yang akan mengarahkan penelitian pada penentuan pengobatan
konvensional untuk sangkal putung.

59
DAFTAR PUSTAKA

Aristi, & Asti. (2018). Penerapan Mobilisasi Dini Pada Pasien Post Orif Fraktur
Ekstremitas Bawah Dengan Gangguan Mobilitas Fisik. Polltekkes
Kemenkes, 1–5.

Ariyani, D. C., & Susilo, R. (2020). Jurnal Keperawatan Muhammadiyah


Gambaran Persepsi Dan Kepercayaan Pasien Fraktur yang Berobat di
Pengobatan Tra- disional Batra Al- Qaromah di Desa Cirahab Kecamatan
Lumbir Kabupaten Banyumas. September, 75–81.

Ariyanto, B. D. (2015). Latar Belakang Masyarakat dalam Memilih Jasa


Pengobatan Tradiaional Patah Tulang Sangkal Putung di Dusun Petinggen,
Desa Kalirandu, Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang Tahun 2008.

Astuti, L., & Aini, L. (2020). Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender


Terhadap Skala Nyeri Pada Pasien Post Operasi Fraktur. Jurnal Ilmiah Multi
Science Kesehatan, 12(1), 171–178.

Astuti Nur, & E. (2018). Penerapan Teknik Relaksasi Nafas Dalam Pada
Gangguan Kbutuhan Nyaman: Nyeri Pasien Post Operasi Fraktur Femure.
1–44.
Azwar, S (2017). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka belajar

Cahyadi. (2018). Dukungan Sosial Untuk Penerima Manfaat.

Dewi, D. S. (2020). Determinan Pemilihan Pengobatan Pasien Fraktur di RSUD


Raden Mattaher Jambi. 20(1), 207–212.

Dian Mirza Togobu. (2018). Jurnal Kesehatan Masyarakat MENCARI


PENGOBATAN Tradisional Departemen Epidemiologi , Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Tamalatea Makassar J-Kesmas Jurnal Kesehatan Masyarakat.
4(1).

Fitria wijaya, P. (2016). konsep Fraktur dalam pemilihan pengobatan. Journal of


Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Freye, K., & Lammers, W. (2019). Konsep dasar Fraktur. Radiologisches


Wörterbuch, 126–127.

Hakim, L. (2018). socio-cultural factors and societal orientation in the theatment.


1–6.

Handiyani, H. (2014). Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur. Jurnal


Keperawatan Indonesia, 1(4), 137.

60
Hartono, A. B. (2020). Survei minat masyarakat terhadap pengobatan Tradisional
Sangkal putung se-Kabupaten Nganjuk.

Ismail. (2015). Faktor yang mempengaruhi keputusan Masyarakat memilih obat


Tradisional di Gampong Lam Ujong. VI(1), 7–14.

Marwati, A. (2018). Pengaruh budaya, persepsi, dan kepercayaan terhadap


keputusan pembelian obat herbal. 168–180.

Mulyono Notosiswoyo. (2016). Review penelitian pengobatan tradisional patah


tulang.pdf.

Nurulsiah, N. A. (2016). faktor-faktor pemilihan Pengobatan Tradisional pada


kasus Patah tulang. 5–15.

Nursalam. (2016). Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba


Medika.

Nursalam. (2020). Metode Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 5. Jakarta :


Salemba Medika.

Pradana, & A. (2017). Gambaran health belief model pada individu yang memilih
dan menjalani pengobatan tradisional Sangkal putung di desa Sumput,
kecamatan Sidoharjo. 1–18.

Ruhinda, S. K. (2020). Reasons for Patronage of Traditional Bone Setting as an


Alternative to Orthodox Fracture Treatment A case of Muleba District ,
Kagera Tanzania. 27, 29–44.

Sari, A., Priambodo, A., Pramono, D., Yudhanto, E., & Budijitno, S. (2017).
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETERLAMBATAN
BEROBAT PADA PASIEN PATAH TULANG YANG MENGGUNAKAN
SISTEM PEMBIAYAAN JAMKESMAS. In Jurnal Kedokteran Diponegoro
(Vol. 1, Issue 1).

Semt, B. (2016). Psikologi Kesehatan. 10–39.

Sholihah, S. (2018). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan


Keputusan Pada Pasien Cedera Muskuloskeletal Yang Memilih Berobat Ke
Sangkal Putung Berdasarkan Pendekatan Teori Health Belief Model. In
(Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).

Sinaga, R. M. (2017). Pengetahuan Pengobatan Tradisional Tentang Penyakit


Dan Cara Pembuatan Obat Tradisional. 3(2), 559–568.

Sri Maslihah. (2016). Studi tentang hubungan dukungan sosial, penyesuaian


sosial di lingkungan sekolah dan prestasi akademik siswa. 103–114.

Sumirat, W. (2017). Perilaku Masyarakat Pada Pengobatan Tradisional Sangkal

61
Putung H. Atmo Saidi Di Desa Sroyo Kecamatan Jaten Kabupaten
Karanganyar. Sosialitas: Jurnal Ilmiah Pendidikan Sosiologi-Antropologi,
5(2).

Tarigan, P. B. (2017). Pengobatan Tradisional sebagai temapt pengobatan


Alternative untuk pasien Fraktur. Jurnal Keperawatan Flora, 53(9), 1689–
1699.

Utami, M. N. (2015). Faktor-faktor Pemilihan Pengobatan Tradisional pada Kasus


Patah Tulang. Jurnal Agromed Unila, 2(3), 339–342.

Wijaya, mihtahul millah. (2016). persepsi pasien fraktur tentang pengobatan


alternatif di cimande ciputat tanggerang.

Yuliani, E., Maryuni, S., & Martini, M. (2020). Hubungan Faktor Ekonomi
Terhadap Pemilihan Pengobatan pasien Fraktur. 1(2), 20–27.

Yuniar, D. P., & Nasution, Z. (2017). Perilaku Pemagang Pengobatan Sangkal


Putung. Jurnal Pendidikan : Teori, Penelitian, Dan Pengembangan,
2(Sangkal Putung), 1656–1661.

62
63
Lampiran 1

RIWAYAT HIDUP

Penulis memiliki Nama lengkap Nurul Hasanah, dilahirkan di


Desa Sidomulyo Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo
pada tanggal 08 desember 1999, Agama Islam, penulis
merupakan anak kedua dari 2 bersaudara dari pasangan suami
istri, Jumirin (Ayah) dan Sujilah (Ibu)
Tahun 2011 penulis lulus dari SDN 2 Sidomulyo, Sekolah Menengah Pertama di
SMPN 1 Boliyohuto pada tahun 2014, sekolah Menengah atas di MA
Muhammadiyah Boliyohuto pada tahun 2017 . Pada tahun 2017 penulis diterima
di Perguruan tinggi Swasta, Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES), Program Studi
Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam beberapa kegiatan kurikuler
maupun ekstrakuler. Penulis aktif dalam kegiatan seminar baik seminar nasional
maupun internasional. dan telah menyelesaikan ujian skripsi yang berjudul
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Pengobatan Tradisional Pada
Pasien Fraktur Ke Sangkal Putung Di Sidomulyo Selatan.

64
Lampiran 2

65
LAMPIRAN 3

66
LAMPIRAN 4

67
LAMPIRAN 5

68
LAMPIRAN 6
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
Alamat :Jl. Prof. DR. H. Mansoer Pateda, Desa Pentadio Timur Kab.Gorontalo
Website:http://www.umgo.ac.id/Email:info@umgo.ac.idTlp./fax(0435)881135881136

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN


Kepada Yth :
Calon responden
Di Sangkal putung Sidomulyo selatan

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Gorontalo Program Studi S1 Keperawatan: Nama : Nurul
Hasanah NIM : C01417135. Akan melakukan penelitian dengan judul “Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Pengobatan Tradisional pada pasien
Fraktur di Sangkal putung Sidomulyo Selatan”.
Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi
bapak/ibu sebagai responden. Kerahasiaan semua informasi akan dijaga dan
dipergunakan untuk kepentingan penelitian. Jika bapak/ibu tidak bersedia
menjadi responden dalam penelitian ini, maka tidak ada ancaman bagi
bapak/ibu. Jika bapak/ibu menyetujui, maka saya mohon kesediaan bapak/ibu
untuk menandatangani lembar persetujuan saya dan menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang saya sertakan. Atas perhatian dan kesediaan bapak/ibu
sebagai responden saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,

NURUL HASANAH

69
LAMPIRAN 7
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
Alamat :Jl. Prof. DR. H. Mansoer Pateda, Desa Pentadio Timur Kab.Gorontalo
Website:http://www.umgo.ac.id/Email:info@umgo.ac.idTlp./fax(0435)881135881136

SURAT PERSETUJUAN RESPONDEN


Setelah membaca dan mendapatkan penjelasan tentang maksud,
tujuan dan manfaat penelitian ini, Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : .....................................................
Umur : .....................................................
Alamat : .....................................................
Dengan ini saya bersedia berpartisipasi sebagai responden dalam
penelitian yang dilakukan oleh saudari Nurul Hasanah selaku mahasiswa
Program Studi S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo
dengan judul ”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Pengobatan
Tradisional pada pasien Fraktur di Sangkal putung Sidomulyo Selatan”,
dengan suka rela dan tanpa paksaan dari siapapun. Saya percaya apa yang
saya informasikan dijamin kerahasiaanya.. Demikian surat persetujuan ini
saya buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Gorontalo, 2021
Responden

70
Lampiran 8
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
Alamat :Jl. Prof. DR. H. Mansoer Pateda, Desa Pentadio Timur Kab.Gorontalo
Website:http://www.umgo.ac.id/Email:info@umgo.ac.idTlp./fax(0435)881135881136

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN


PENGOBATAN TRADISIONAL PADA PASIEN FRAKTUR

Petunjuk Pengisian
1. Pertanyaan dibawah ini adalah pertanyaan yang berisi tentang respon
saudara/i ketika berobat di Sangkal putung Sidomulyo selatan.
2. Berikan tanda centang ( ) pada kolom yang ada disebelah kanan pada
masing-masing pertanyaan dengan pilihan yang sesuai dengan yang
anda alami.
1. Ya
2. Tidak

Nama :
Tanggal pengisian :  
Umur :  
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Pendapatan :
Suku :
Pengobatan yang dilakukan sebelum ke sangkal putung :

71
A. Faktor Dukungan Sosial
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah ada keluarga atau teman yang pernah
berobat di pengobatan Sangkal putung
Sidomulyo selatan?
2. Apakah saat mengalami fraktur (patah tulang)
keluarga atau kerabat anda langsung pergi
berobat ke sangkal putung?
3. Apakah anda menggunakan pengobatan sangkal
putung karena banyak orang yang
memanfaatkannya?
4. Apakah anda menggunakan pengobatan sangkal
putung karena keluarga atau kerabat anda
sembuh dengan pengobatan tersebut?
5. Apakah masyarakat dilingkungan anda menggunakan
pengobatan sangkal putung pada saat terjadi
fraktur?
6. Pengobatan sangkal putung dapat digunakan semua
umur sehingga saya memanfaatkannya?
7. Apakah anda menggunakan pengobatan sangkal
putung karena ada yang menyarankannya?
8. Saya merasa pengobatan sangkal putung merupakan
salah satu jenis pengobatan yang tepat untuk
digunakan?
9. Apakah ada pengalaman keluarga yang tidak
menyenangkan saat berobat disangkal putung?
10 Apakah pengobatan sangkal putung menjadi
pertolongan pertama pada saat mengalami
fraktur?

B. Faktor Ekonomi
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Saya menggunakan pengobatan sangkal putung
karena biayanya dapat dijangkau
2. Apakah pendapatan anda besar UMP 2.788.826 ?
3. Saya menggunakan pengobatan sangkal putung
karena lokasinya lebih dekat dari tempat tinggal
sehingga tidak perlu menggunakan biaya
transportasi yang tinggi?
4. Pengobatan sangkal putung tidak memerlukan resep
obat sehingga tidak perlu mengeluarkan banyak
uang

72
5. Saya akan menggunakan pengobatan sangkal putung
karena hasilnya lebih baik dan biaya yang sedikit
6. Jika melakukan pengobatan sangkal putung tidak
perlu membayar ruangan karena pasien langsung
pulang ke rumah setelah mendapatklan
pengobatan
7. Fraktur adalah penyakit yang harus cepat ditangani
sehingga saya lebih memilih pengobatan sangkal
putung
8. Pengobatan sangkal putung merupakan pilihan bagi
keluarga dengan tingkat pendapatan rendah
9. Saya menggunakan pengobatan sangkal putung
dibandingkan pengobatan medis karena sama-
sama menyembuhkan dan tidak mahal
10 Pengobatan sangkal putung bukanlah pengobatan
yang murah tapi memang dapat menyembuhkan

C. Faktor Budaya
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Jika ada kecelakaan, masyarakat sekitar tempat
tinggal saya terlebih dahulu pergi ke pengobatan
sangkal putung?
2. Apakah berobat ke Sangkal putung sudah menjadi
kebiasaan masyarakat saat terjadi fraktur (patah
tulang) ?
3. Saya dan keluarga percaya bahwa dengan berobat
kesangkal putung akan sembuh?
4. Pengobatan sangkal putung merupakan pengobatan
patah tulang yang menyembuhkan?
5. Sejak dulu sampai sekarang pengobatan sangkal
putung menjadi pengobatan pertama pada saat
terkilir bahkan patah tulang?
6. Pengobatan sangkal putung diyakini dapat mengobati
fraktur (patah tulang) walaupun hanya
menggunakan tehnik memijat?
7. Masyarakat Gorontalo atau Jawa memiliki kebiasaan
pergi ke pengobatan sangkal putung sebelum
keRumah sakit?
8. Saya percaya bahwa orang-orang yang memiliki
keterampilan dalam memberikan pengobatan
Sangkal putung bisa membantu untuk
menyembuhkan patah tulang?
9. Fraktur (patah tulang) dapat disembuhkan walaupun

73
tanpa pergi ke Rumah sakit?
10 Agama saya meyakini bahwa penyakit apapun pasti
dapat disembuhkan dengan izin Tuhan?

D. Pemilihan Pengobatan Tradisional Sangkal Putung


No Pertanyaan Ya Tida
k
1. Apakah anda sembuh dari pengobatan tradisional
sangkal putung?
2. Apakah anda lebih nyaman dengan pelayanan
ditempat pengobatan Sangkal putung?
3. Saya mempercayai kemampuan ahli tulang di tempat
pengobatan sangkal putung dalam menangani
fraktur (patah tulang) saya?
4. Apakah anda merasa pengobatan sangkal putung
bisa menyembuhkan patah tulang?
5. Apakah anda merasa pengobatan sangkal putung
sudah menjadi pilihan yang tepat dilakukan?
6. Apakah anda lebih memilih pengobatan sangkal
putung walaupun jauh dari tempat tinggal?
7. Apakah memilih pengobatan sangkal putung sudah
menjadi keputusan yang tepat?
8. Saya akan menyarankan pengobatan sangkal putung
ini, kepada keluarga dan teman saya jika terjadi
fraktur (patah tulang)?
9. Fraktur (patah tulang) saya sembuh walaupun harus
berulang kali pergi ke pengobatan sangkal
putung?
10 Pada saat terjadi fraktur apakah anda langsung
berobat ke sangkal putung?

74
LAMPIRAN 9 Uji Reliabilitas
1. Faktor sosial

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 32 100.0

Excludeda 0 .0

Total 32 100.0

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.715 10

2. Faktor ekonomi

75
Case Processing Summary

N %

Cases Valid 32 100.0

Excludeda 0 .0

Total 32 100.0

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.686 10

3. Faktor budaya

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 32 100.0

Excludeda 0 .0

Total 32 100.0

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.622 10

4. Pemilihan pengobatan tradisional

76
Case Processing Summary

N %

Cases Valid 32 100.0

Excludeda 0 .0

Total 32 100.0

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.615 10

77
LAMPIRAN 10 MASTER TABEL
dukungan
Nama JK U PEKERJAAN PENDAPATAN SUKU pengobatan sebelum ke sangkal putung sosial faktor ekonomi faktor budaya pemilihan pengobatan tradisional
tn. A 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1
tn.S 1 1 1 2 1 3 1 2 1 1

tn.ML 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1

tn. B 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1

An.A 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1

tn.W 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1

tn.MM 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1

tn.K 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1

tn. AS 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1

tn. H 1 2 1 1 1 3 3 2 2 2

tn. NH 1 2 1 1 2 3 1 1 1 1

tn. WM 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1

An. F 1 2 1 1 2 3 2 2 1 2

tn. SP 1 2 1 1 2 3 2 2 1 2

tn. MI 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1

tn. KF 1 2 2 2 2 3 3 2 2 2

tn.SG 1 2 2 2 2 3 1 2 2 1

Tn. G 1 2 2 2 2 3 1 1 1 1

tn. J 1 3 2 1 2 3 1 1 1 1

tn. T 1 3 3 2 2 3 3 2 2 2

tn. AS 1 3 3 2 2 3 3 2 2 1

An. AD 1 3 3 2 2 3 1 2 2 1

tn. R 1 3 3 2 2 3 1 1 1 1

tn. M 1 3 2 2 2 3 1 1 1 1

tn. GN 1 3 2 2 2 3 1 1 1 1

tn. L 1 3 2 2 2 3 1 2 1 1

tn D 1 3 2 2 1 3 2 2 1 2

tn. S 1 3 2 2 1 3 2 2 1 1

tn. SN 1 4 3 2 1 3 2 1 1 1

tn.G 1 4 3 2 2 3 3 1 2 2

78
tn. H 1 4 3 2 2 3 1 2 1 1

tn.P 1 4 3 2 2 2 2 2 1 1

tn.R 1 4 3 2 2 3 2 2 1 1

tn. B 1 4 3 2 2 3 2 2 1 1

ny. M 2 1 1 1 2 2 1 2 1 1

ny. J 2 1 1 2 1 3 1 1 2 1

ny. K 2 1 1 2 1 3 1 1 2 1

ny. EW 2 1 1 1 1 2 2 1 2 2

An. JA 2 1 1 1 2 3 1 2 1 1

An. AI 2 1 1 1 2 1 3 2 1 1

ny. S 2 1 1 2 2 2 3 2 1 2

ny. T 2 2 1 2 2 3 3 1 1 1

ny. MS 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1

ny. I 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1

ny. KJ 2 2 3 1 2 3 1 2 1 1

ny. P 2 2 3 1 2 3 2 2 1 1

ny. JM 2 2 3 1 2 1 3 2 1 1

ny. NJ 2 2 2 1 2 2 3 2 1 1

ny. WA 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1

ny. MI 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2

ny. D 2 2 2 2 2 3 1 1 2 1

ny. IS 2 3 2 2 2 3 1 1 1 1

an. HS 2 3 2 2 2 2 1 1 1 1

Ny. KR 2 3 2 2 2 2 2 2 1 1

ny. K 2 4 2 2 1 2 2 2 2 1

79
Keterangan :
Jenis kelamin Dukungan sosial
1. Laki-laki 1. Baik (16-20 poin)
2. Perempuan 2. Cukup ( 11-14 poin
Usia 3. Kurang (≤10 poin)
1. 8-22 tahun Faktor ekonomi
2. 23-37 tahun 1. Tinggi UMP (14-20 poin)
3. 38-53 tahun 2. Rendah Ump (≤13 poin)
4. 54-65 tahun Faktor budaya
Pendapatan 1. Mendukung (14-20 poin)
1. Tinggi UMP 2. Tidak mendukung (≤13 poin)
2. Rendah UMP Pemilihan pengobatan tradisional
Suku 1. Tepat (14-20 poin)
1. Jawa 2. Tidak tepat (≤13 poin)
1. Gorontalo
Pengobatan sebelum ke sangkal putung
1. Rumah sakit
2. Puskesmas
3. Sangkal putung
Pekerjaan
1. Petani
2.
3. Pedagang
4. Lain-lain

80
LAMPIRAN 11. UJI STATISTIK
1. Analisa Univariat

Dukungan Sosial

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 30 54.5 54.5 54.5

Cukup 15 27.3 27.3 81.8

Kurang 10 18.2 18.2 100.0

Total 55 100.0 100.0

Faktor Ekonomi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tinggi UMP 21 38.2 38.2 38.2

rendah UMP 34 61.8 61.8 100.0

Total 55 100.0 100.0

Faktor Budaya

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid mendukung 40 72.7 72.7 72.7

tidak mendukung 15 27.3 27.3 100.0

Total 55 100.0 100.0

81
Pemilihan Pengobatan Tradisional

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tepat 45 81.8 81.8 81.8

tidak tepat 10 18.2 18.2 100.0

Total 55 100.0 100.0

2. Analisa bivariat

Dukungan Sosial * Pemilihan Pengobatan Tradisional Crosstabulation

Count

Pemilihan Pengobatan Tradisional

tepat tidak tepat Total

Dukungan Sosial baik 29 1 30

cukup 11 4 15

kurang 5 5 10

Total 45 10 55

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 11.978a 2 .003

Likelihood Ratio 12.126 2 .002

Linear-by-Linear Association 11.760 1 .001

N of Valid Cases 55

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 1.82.

82
Faktor Ekonomi * Pemilihan Pengobatan Tradisional Crosstabulation

Count

Pemilihan Pengobatan Tradisional

tepat tidak tepat Total

Faktor Ekonomi tinggi UMP 14 7 21

rendah UMP 31 3 34

Total 45 10 55

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 5.242a 1 .022

Continuity Correction b
3.724 1 .054

Likelihood Ratio 5.128 1 .024

Fisher's Exact Test .033 .028

Linear-by-Linear Association 5.147 1 .023

N of Valid Cases b
55

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.82.

b. Computed only for a 2x2 table

Faktor Budaya * Pemilihan Pengobatan Tradisional Crosstabulation

Count

Pemilihan Pengobatan Tradisional

tepat tidak tepat Total

Faktor Budaya mendukung 36 4 40

tidak mendukung 9 6 15

Total 45 10 55

83
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 6.600a 1 .010

Continuity Correctionb 4.737 1 .030

Likelihood Ratio 5.958 1 .015

Fisher's Exact Test .018 .018

Linear-by-Linear Association 6.480 1 .011

N of Valid Casesb 55

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.73.

b. Computed only for a 2x2 table

84
Lampiran 12. Dokumentasi

85
86

Anda mungkin juga menyukai