SKRIPSI
NURUL HASANAH
NIM. C01417135
SKRIPSI
NURUL HASANAH
NIM. C01417135
i
i
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pemilihan Pengobatan Tradisional Pada Pasien
Fraktur Ke Sangkal Putung Di Sidomulyo Selatan. Adalah karya saya
di bawah arahan dari komisi pembimbing. Skripsi ini belum pernah di
ajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun dan
bebas dari unsur plagiat. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya oleh penulis lain telah disebut dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka dengan jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penulisan buku pedoman penulisan skripsi/ karya ilmiah Universitas
Muhammadiyah Gorontalo. Apabila dikemudian hari ditemukan unsur-
unsur plagiat pada skripsi ini maka saya bersedia menerima sanksi hukum
dan kademik sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku
Nurul Hasanah
NIM. C01417135
i
PENGESAHAN PEMBIMBING
Disetujui Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Ns. Abdul Wahab Pakaya, S.Kep, MM, M.Kep Ns. Harismayanti, S.Kep, M.Kep
NBM : 1328876 NBM : 1150469
Mengetahui
Ns. Abdul Wahab Pakaya, S.Kep, MM, M.Kep Ns. Harismayanti, S.Kep, M.Kep
NBM : 1328876 NBM : 1150469
ii
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI
KOMISI PENGUJI
Mengetahui
Ns.Abdul Wahab Pakaya, S.Kep, MM, M.Kep Ns. Harismayanti, S.Kep, M.Kep
NBM : 1328876 NBM : 1150469
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
iv
Kepada pembimbing saya Ns. Abdul Wahab Pakaya MM, M.Kep
dan Ns. Harismayanti M.Kep yang telah meluangkan waktu
untuk membimbing dan mengarahkan saya untuk menyelesaikan
skripsi ini dengan ikhlas dan tulus
Kepada sahabat seperjuangan, Siti Nurkholizah Masionu, Hartati
Pulubuhu, Vidya Salsabilla Taib, Rahmona Monengo, Srisusanti
Abdullah, Elsilawati Yunus, Firawaty Ishak yang sudah banyak
membantu tenaga dan pikirannya dalam penyusunan skripsi ini,
yang selalu memberi motivasi dan selalu memberikan semangat
untukku.
KATA PENGANTAR
Dengan sepenuh hati yang meliputi pengertian syukur dan puji, peneliti
memanjatkan syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan prososal dengan judul
“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Pengobatan Tradisional Pada
Pasien Fraktur ke Sangkal Putung di Sidomulyo Selatan” Selama menyelesaikan
penyusunan proposal ini peneliti banyak mendapat bantuan, bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu melalui kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Abd. Kadim Masaong, M.pd selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Gorontalo (UMGo).
2. Prof. Dr. Hj. Moon Otuluwa, M.Hum selaku Wakil Rektor I dalam Bidang
Akademik Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
3. Dr. Salahudin Pakaya, MH selaku Wakil Rektor II dalam Bidang Administrasi
Umum, Keuangan, Perencanaan dan Sumber Daya Universitas
Muhammadiyah Gorontalo.
4. Dr. Apris Ara Tilome, S.Ag., M.Si selaku Wakil Rektor III dalam Bidang
Kemahasiswaan, Al-Islam Kemuhammadiyahan & Kerja sama Universitas
Muhammadiyah Gorontalo.
v
5. Ns. Abdul Wahab Pakaya, S.Kep., MM., M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo dan sebagai pembimbing
1, yang telah banyak membantu, memberi bimbingan, serta masukan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Ns. Andi Akifa Sudirman, S.Kep M.Kep selaku Ketua Jurusan Keperawatan
7. Ns. Harismayanti, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo dan sebagai
pembimbing 2, yang telah banyak membantu, memberi bimbingan, serta
masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Staf Dosen Program Studi S1 Keperawatan yang selama ini banyak
membimbing dan memotivasi selama saya studi.
9. Kepada kepala desa Sidomulyo Selatan dan Bapak Caliak yang telah
memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di tempat
pengobatan sangkal putung sidomulyo selatan
10. Kepada kedua orang tua saya yang telah memberikan doa restu, kasih
sayang, dukungan dan pengorbanannya hingga saya dapat menyelesaikan
studi.
11. Teman-teman seperjuangan yang saling memotivasi dan memberikan
semangat
Meski demikian penulis menyadari masih banyak kesalahan dalam
penyusunan proposal ini. Oleh karena itu penulis sangat menghargai
masukan guna untuk dijadikan sebagai bahan evaluasi. Semoga Allah SWT
membalas kebaikan semua pihak yang telah memberi kesempatan,
dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini. Aamiin
Penulis
vi
ABSTRACT
NURUL HASANAH. Factors Affecting the Choice of Traditional Medicine in
Fracture Patients with Sangkal Putung in South Sidomulyo Selatan. Supervised
by ABDUL WAHAB PAKAYA as chairman and HARISMAYANTI as a member.
vii
ABSTRAK
NURUL HASANAH. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Pengobatan
Tradisional pada Pasien Fraktur ke Sangkal Putung di Sidomulyo Selatan. Di
Bimbing oleh ABDUL WAHAB PAKAYA sebagai ketua dan HARISMAYANTI
sebagai anggota.
viii
Kata kunci : budaya, dukungan sosial, ekonomi, fraktur, pengobatan
tradisional,
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Rumusan Masalah
ix
1.4 Tujuan Penelitian
1.5 Manfaat Penelitian
x
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Penelitian Relevan......................................................................................27
2. Definisi Operasional....................................................................................34
3. Distribusi frekuensi dukungan Sosial masyarakat yang berobat ke sangkal
putung di sidomulyo selatan........................................................................43
4. Distribusi frekuensi faktor ekonomi masyarakat yang berobat ke sangkal
putung di sidomulyo selatan........................................................................43
5. Distribusi frekuensi faktor budaya masyarakat yang berobat ke sangkal
putung di sidomulyo selatan........................................................................43
6. Pemilihan pengobatan tradisional pada pasien fraktur ke sangkal putung di
sidomulyo selatan.......................................................................................44
7. Hasil analisis dukungan sosial terhadap pemilihan pengobatan tradisional ke
sangkal putung di sidomulyo selatan..........................................................44
8. Hasil analisis faktor ekonomi terhadap pemilihan pengobatan tradisional ke
sangkal putung di sidomulyo selatan..........................................................45
9. Hasil analisis faktor budaya terhadap pemilihan pengobatan tradisional ke
sangkal putung di sidomulyo selatan..........................................................46
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka Teori...........................................................................................31
2. Kerangka Konsep.......................................................................................32
3. Skema Alur Penelitian.................................................................................41
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Riwayat Hidup.............................................................................................67
2. Surat pengambilan data awal......................................................................68
3. Permintaan Rekomendasi Penelitian..........................................................69
4. Surat Rekomendasi dari Kesbangpol..........................................................60
5. Surat keterangan selesai meneliti...............................................................71
6. Permohonan Menjadi Responden...............................................................72
7. Surat persetujuan responden......................................................................73
8. Lembar kuesioner.......................................................................................74
9. Uji reliabilitas...............................................................................................78
10. Master tabel ...............................................................................................80
11. Uji Statistik .................................................................................................83
12. Dokumentasi...............................................................................................87
xiii
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa
sebagian besar kasus crack disebabkan oleh kecelakaan. Kecelakaan mobil
jalanan menewaskan 3,25 juta orang di seluruh dunia pada tahun 2016 dan
melukai hingga 50 juta orang. Tingkat kelulusan dari luka lalu lintas jalan
adalah 3,6 kali lebih tinggi di negara-negara gaji liga besar (9,6 kelulusan per
100.000 penduduk) (WHO, 2017).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 di
Indonesia, terdapat beberapa kasus retakan akibat luka, antara lain tertabrak
mobil, terjatuh dan luka akibat benda tajam/kasar. Dilihat dari tempat
terjadinya cedera, 44,7% terjadi di rumah dan iklim, 31,4% terjadi di jalan
raya, 9,1% di tempat kerja, 8,3% terjadi di tempat yang berbeda, dan 6,5%
terjadi di sekolah dan keadaan mereka saat ini.. Sedangkan cedera yang
disebabkan kecelakaan lalu lintas di provinsi Gorontalo sebanyak 66,8%.
(Riskesdas, 2018)
Pengobatan tradisional untuk pasien fraktur (patah tulang) masih
menjadi pilihan di negara-negara tertentu. Salah satu pengobatan tradisional
retakan di berbagai negara sering disebut TBS (pengobatan tulang
konvensional). Klien terbesar dari perawatan retak tradisional adalah orang
Nigeria. Sebenarnya di Nigeria pengobatan tradisional retak (patah tulang)
masih sangat mungkin dilakukan oleh penduduk negara ini, hal ini terlihat dari
tingkat penduduk yang memilih pengobatan patah tulang secara tradisional,
yaitu hanya sekitar 90%. . Di Afrika Sub-Sahara, lebih dari 80% penduduk
memilih pengobatan retak konvensional (masalah rusak yang masih harus
diselesaikan) penyakit mereka. Selain Nigeria dan Afrika, di Ghana, sekitar
78% penduduk suka pergi ke TBS untuk memperbaiki retakan (patah tulang).
(Airlangga, 2015:4).
Dari keterangan di atas, dapat diduga bahwa meskipun sudah banyak
pelayanan kesehatan yang ada saat ini, namun masih banyak orang,
terutama pasien retak (patah tulang) yang mencari pengobatan untuk
menyembuhkan penyakitnya. terapi adat Sangkal Putung.
Pilihan kelompok masyarakat untuk memilih dan menjalani
pengobatan adat Sangkal putung disidomulyo selatan sebagian besar
disebabkan oleh berbagai masalah yang ada seperti faktor dukungan sosial
dimana masih banyak masyarakat yang terpengaruh oleh sugesti atau
pandangan dari orang lain ataupun kerabat yang membuatnya mengikuti
sugesti tersebut. Mereka mengatakan manfaat pergi ke pengobatan sangkal
putung sangat banyak dan presentasi kesembuhannya juga tinggi. Itu yang
membuat masyarakat tertarik untuk pergi ke pengobatan sangkal putung saat
terjadi fraktur. Selain itu faktor ekonomi juga mempengaruhi pemilihan
pengobatan yang akan dilakukan. Dimana masyarakat yang kurang mampu
menjadikan pengobatan sangkal putung ini menjadi pilihan alternative pada
saat terjadi fraktur karena membutuhkan sedikit biaya, waktu dan tenaga
dalam proses pengobatan. Walaupun ada BPJS untuk pergi ke Rumah Sakit
tapi tetap saja biaya yang akan dikeluarkan sangat banyak dan memakan
2
waktu yang lama. Yang terakhir yaitu faktor budaya dimana masyarakat
masih mengikuti adat istiadat, suku dan kepercayaan yang menjadi
kebiasaan masyarakat untuk memilih suatu pengobatan yang mereka
percaya dapat menyembuhkan.
Hasil penelitian Siti Sholihah, (2018) tentang Analisis Faktor Yang
Mempengaruhi Pengambilan Keputusan pada pasien Cedera
Musculoskeletal yang Memilih Berobat ke Sangkal Putung Berdasarkan
Pendekatan Teori Health Belief Model. Menunjukan hasil bahwa dari 109
responden, terdapat 67 responden dengan pendapatkan penghasilan kurang
dari 3.500.000 per bulan sedangkan 78 responden dengan pengalaman
keluarga yang pernah berobat ke sangkal putung jadi faktor ekonomi dan
faktor sosial berpengaruh terhadap pengambilan keputusan.
Hasil penelitian Ruhinda, (2020) dengan judul Alasan Patronase
Pengaturan Tulang Tradisional Sebagai Alternative Untuk Pengobatan
Fraktur Ortodoks Di Kabupaten Mubela, Kagera Tanzania. Menunjukan hasil
bahwa dari 103 responden, terdapat 69 responden percaya terhadap
keberhasilan pengobatan tulang tradisional (TBS) sedangkan 34 responden
memiliki pendidikan tingkat menengah-bawah jadi faktor budaya dan faktor
pengetahuan berpengaruh terhadap pemilihan pengobatan tradisional.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti ditempat
Sangkal putung Sidomulyo selatan diperoleh data jumlah pasien fraktur yang
menjalani pengobatan pada bulan maret-mei yaitu sebanyak 55 pasien.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan ditempat Sangkal putung pada
tanggal 03 mei 2021, hasil wawancara dengan 5 orang pasien fraktur yang
saya temui mereka mengatakan bahwa ada berbagai alasan kenapa mereka
lebih memilih pergi ke tempat Sangkal putung. 2 diantaranya ada yang
mengatakan biaya ke sangkal putung lebih murah di bandingkan Rumah
Sakit. 1 diantaranya mengatakan lebih percaya ke tempat Sangkal putung
yang terbukti kesembuhannya dari pada harus pergi ke Rumah Sakit. 2
pasien lainnya mengatakan tahu lokasi tempat Sangkal putung ini dari
kerabat yang pernah berobat ke Sangkal putung dan sembuh, sehingga
banyak dari mereka percaya dan memilih berobat ke tempat Sangkal putung
saat terjadi fraktur (patah tulang).
Nabi Muhammad memiliki pemahaman yang sangat luar biasa
tentang kesejahteraan manusia. Usulannya tentang kesehatan dan sistem
penyembuhan serta obat-obatan yang dia berikan sangat berhasil. Hal ini
dapat dibenarkan dengan alasan bahwa semua yang dia anjurkan adalah
petunjuk dari Allah. Seperti yang dikatakannya dalam surah Yunus [10]: (57)
yang berbunyi :
N يN ِفN اN َمNِ لN ٌءN اN َفNشNِ NوNَ N ْمN ُكN ِّبNرNَ NنNْ N ِمN ٌةNظ Nَ NعNِ NوNْ N َمN ْمN ُكN ْتN َءN اNجNَ NدNْ N َقNس Nُ N اN َّنNلN اN اN َهN َأ ُّيN اNَي
)57( Nن Nَ N يN ِنNْؤ ِمNN ُمN ْلNِ لN ٌةN َمNحNْ NرNَ NوNَ N ىN ًدN ُهNوNَ NرNِ N وN ُدNص ُّ NلNا
3
Yang artinya : wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu
pelajaran dari tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada
dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman (Q.s Yunus
[10] : 57)
Ayat diatas menjelaskan satu hal penting bagi mereka yang
menginginkan kesembuhan dalam menjalankan pengobatan. Dimana yang di
anjuran Rasullulah Saw dengan meyakini bahwa Allah Swt yang memberikan
sakit dan hanya Allah Swt lah sebagai satu-satunya penyembuh. Kemudian
kita hendaknya pintar untuk memilah-milah pengobatan apa saja yang akan
kita lakukan dengan mengikuti perkembangan yang sudah modern ini.
Berdasarkan hal inilah peneliti merasa tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan
pengobatan tradisional pada pasien fraktur di Sangkal putung Sidomulyo
Selatan”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Jumlah pasien fraktur yang berobat ke Sangkal putung di Sidomulyo
selatan sebanyak 55 pasien dari bulan maret - mei 2021
2. Sebagian besar masyarakat yang berobat ke Sangkal putung di
Sidomulyo selatan mempunyai beberapa masalah diantaranya faktor
sosial, faktor ekonomi dan faktor budaya.
1.3 Rumusan Masalah
1. Apakah faktor sosial mempengaruhi pemilihan pengobatan tradisional
pada pasien fraktur yang berobat ke Sangkal putung di Sidomulyo
selatan?
2. Apakah faktor ekonomi mempengaruhi pemilihan pengobatan tradisional
pada pasien fraktur yang berobat ke Sangkal putung di Sidomulyo
selatan?
3. Apakah faktor budaya mempengaruhi pemilihan pengobatan tradisional
pada pasien fraktur yang berobat ke Sangkal putung di Sidomulyo
selatan?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi pemilihan pengobatan tradisional pada pasien fraktur ke Sangkal
putung di Sidomulyo selatan.
4
1. Mengidentifikasi faktor Dukungan Sosial masyarakat yang berobat ke
Sangkal putung di Sidomulyo selatan
2. Mengidentifikasi faktor Ekonomi masyarakat yang berobat ke Sangkal
putung di Sidomulyo selatan
3. Mengidentifikasi faktor Budaya masyarakat yang berobat ke Sangkal
putung di Sidomulyo selatan
4. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pengobatan
tradisional pada pasien Fraktur ke Sangkal putung di Sidomulyo selatan
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Hasil pemeriksaan ini dapat dimanfaatkan sebagai semacam perspektif
dalam kemajuan ilmu di bidang ilmu keperawatan dan eksplorasi ini dapat
menjadi bahan referensi untuk pemeriksaan tambahan sejenis
1.5.2 Manfaat praktis
1. Profesi Keperawatan
Konsekuensi dari penelitian ini dapat memperluas data dan informasi tentang
variabel-variabel yang mempengaruhi keputusan pengobatan tradisional
pada pasien retak
2. Pelayanan kesehatan
Hasil dari penelitian ini sebagai kontribusi bagi klinik kesehatan untuk lebih
mengembangkan administrasi kesehatan dan asuhan keperawatan untuk
pasien retak sehingga akan berdampak pada individu untuk
mempertimbangkan lebih dinamis dalam pemilihan administrasi
kesehatan
3. Masyarakat
Hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat
tentang pentingnya mempertimbangkan untuk menentukan pilihan terbaik
untuk memilih administrasi kesehatan yang akan dipilih sehingga mereka
mendapatkan perawatan yang tepat untuk pasien dengan retakan
4. Penelitian selanjutnya
Hasil dari pemeriksaan ini dapat memberikan data dan informasi yang dapat
digunakan sebagai alasan untuk eksplorasi tambahan atau pemeriksaan
yang sebanding, misalnya penelitian yang diidentifikasi dengan
penentuan pengobatan pada pasien retak pada sendi panggul.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
beberapa orang tidak menonjol. Istirahat terbuka memerlukan perawatan
segera karena bahaya kontaminasi dan faktor kekacauan lainnya. Akhirnya
terjadi patahan rumit yang terjadi pada dua kondisi, khususnya retakan pada
titik terjauh, sedangkan pelepasan terjadi pada sambungan.
Sementara itu, sebagaimana dikemukakan oleh Freye dan Lammers,
(2019: 7) jenis patahan menurut radiologi antara lain retak silang, yaitu retak
spesifik dimana garis retak berlawanan dengan poros panjang tulang.
Fragmen tulang yang patah direposisi atau dikecilkan kembali ke tempatnya
yang khas, kemudian, pada saat itu bagian-bagian ini akan stabil dan
biasanya dikendalikan dengan penyangga gips. Retak kominutif adalah jenis
patahan yang terjadi dan mengakibatkan rusaknya kejujuran jaringan pada
area yang terdapat banyak potongan tulang. Retak menyamping adalah jenis
patahan yang memiliki titik separasi yang membingkai sebuah titik jauh ke
bawah. Retak menyamping adalah jenis retakan yang goyah dan sulit diobati.
Retakan segmental adalah dua patahan yang berdekatan satu sama lain
dalam satu tulang, membuat bagian fokus terpisah dari suplai darah, dengan
asumsi retakan semacam ini terjadi, salah satu ujung yang tidak memiliki
vena akan sulit untuk pulih sehingga diperlukan prosedur medis dalam
penanganannya. administrasi. Retak impaksi atau tekanan pecah terjadi
ketika dua tulang menyerang tulang di antara tulang belakang. Retakan
semacam ini dapat ditentukan dengan bantuan radiografi. Pengeluaran berat
dapat terjadi pada orang di usia muda yang mengalami gangguan seperti ini,
orang juga akan mengalami syok hipovolemik (kemalangan darah), dan
bahkan retakan tekanan dapat menyebabkan lewat jika tekanan peredaran
darah, detak jantung, dan pernapasan tidak diperhatikan secara konsisten.
Jadwal. 24 jam hingga 48 jam. Twisting crack adalah jenis patahan yang
disebabkan oleh adanya kekuatan yang terlalu kuat. Retakan berliku
umumnya terjadi pada pemain ski, ketika ujung ski tenggelam ke dalam salju
sehingga ski berputar dan membuat pemain ski patah. Kerusakan semacam
ini tidak menyebabkan efek yang berlebihan, dan hanya sedikit merusak
jaringan halus, sehingga retakan semacam ini dapat diperbaiki lebih lanjut
tanpa masalah.
7
yang sangat jarang terjadi. Kekuatan bisa berupa melengkung, memelintir
dan meremas, perpaduan ketiganya, dan menarik.
Sementara itu, menurut Astuti Nur, (2018: 5) retakan dapat
disebabkan oleh benturan keras, kekuatan menghancurkan, pengembangan
pemain yang tiba-tiba, dan bahkan penyempitan otot pada titik-titik terjauh,
organ-organ tubuh dapat dirugikan karena kekuatan yang dibawa. tentang
oleh istirahat atau karena bagian tulang.
8
lanjut dari bagian istirahat. Akan ada siksaan jika pelanggan masih dapat
diterima secara neurologis, penderitaan akan secara konsisten mengikuti
retakan, kekuatan dan keseriusan siksaan akan beragam untuk setiap
pelanggan. Siksaan umumnya rajin, berkembang jika retakan disiapkan. Ini
terjadi karena kecocokan otot, menutupi bagian yang patah atau cedera pada
desain yang mengelilinginya. Akan ada ketegangan di atas situs retakan
karena cedera. Kehilangan kapasitas terjadi karena rasa sakit yang
disebabkan oleh patah atau karena hilangnya kapasitas lengan sakelar di
kaki yang terpengaruh. Kehilangan gerak juga dapat terjadi akibat cedera
saraf. Perkembangan dan krepitasi yang tidak biasa, tanda-tanda ini terjadi
karena perkembangan titik fokus tulang atau penggilingan di antara bagian
yang retak. Kemudian, pada saat itu akan terjadi perubahan neurovaskular
karena kerusakan pada saraf tepi atau konstruksi vaskular terkait. Pelanggan
mungkin mengeluh mati atau menggigil atau tidak ada detak jantung di ruang
distal dari istirahat. Syok akan terjadi jika bagian tulang dapat merobek
pembuluh darah. Pengeringan yang sangat besar atau rahasia dapat
menyebabkan syok.
9
mendorong masuknya histamin oleh otot-otot yang terkena,
menyebabkan edema lebih parah dan perfusi lebih lanjut berkurang.
10
medis memperbesar risiko pasien untuk patah kombinasi semacam ini. Kondisi
siksaan teritorial yang kompleks adalah gangguan kehancuran dan pelecehan
yang disertai dengan siksaan dan perluasan dari embel-embel yang berdenyut.
b. Reduksi
Tujuan penurunan adalah untuk menetapkan kembali panjang dan susunan
garis keras, yang dapat dicapai dengan penurunan terbuka. Shut
reduction dilakukan dengan pijakan manual atau mekanis untuk menarik
retakan, kemudian, pada saat itu kontrol untuk membangun kembali
pengaturan garis yang khas. Setiap kali penurunan tertutup gagal atau
tidak dapat diterima, penurunan terbuka dapat dilakukan. Penurunan
terbuka dilakukan dengan menggunakan perangkat obsesi batin untuk
mengikuti situasi sampai tulang memperbaiki kuat. Peralatan obsesi
interior menggabungkan pena, kabel, sekrup, dan pelat. Instrumen ini
dimasukkan ke dalam celah melalui prosedur medis ORIF (Open
Reduction Internal Fixation). Tindakan medis terbuka ini akan
melumpuhkan retakan sampai tulang yang rusak dapat disambungkan
kembali.
11
c. Retensi
Imobilisasi retak dimaksudkan untuk mencegah relokasi potongan
dan mencegah perkembangan yang dapat merusak asosiasi.
Pemasangan pelat atau pondasi direncanakan untuk mengimbangi
penurunan batas retak.
d. Rehabilitasi
Membangun kembali tindakan utilitarian seideal mungkin. Setelah
tindakan medis, pasien akan membutuhkan bantuan untuk melakukan
aktivitas. Sesuai Astuti dan Aini, (2020:7) Praktik pemulihan dipartisi
menjadi tiga kelas. Pertama-tama, perkembangan tidak aktif
dimaksudkan untuk membantu pasien dengan mengikuti lingkup gerakan
sendi dan mencegah cengkeraman atau kontraktur jaringan halus dan
mencegah ketegangan ekstrem pada otot yang diperbaiki pasca operasi.
Yang kedua adalah pengembangan dinamis yang dilakukan untuk
mengikuti dan mengembangkan lebih lanjut, sering kali dibantu oleh
tangan, katrol atau tongkat yang sehat. Akhirnya, latihan penguatan
adalah aktivitas dinamis yang direncanakan untuk memperkuat otot.
Latihan biasanya dimulai ketika kerusakan jaringan halus telah diperbaiki,
4 bulan setengah setelah prosedur medis atau pada pasien dengan
masalah titik terjauh.
Mengingat penjelasan di atas, sangat mungkin beralasan bahwa
retakan adalah putusnya koherensi tulang yang tidak mengeras seperti
yang ditunjukkan oleh jenis dan derajatnya. Retakan dapat disebabkan
oleh benturan keras atau karena kecelakaan. Keseriusan patahan yang
sebenarnya bergantung pada efek yang menyebabkan keretakan,
dengan asumsi tepi retakan tulang hanya sedikit dilampaui, tulang
mungkin hanya retak, bukan patah. Namun, sekali lagi, jika efeknya
sangat luar biasa, misalnya tabrakan otomatis, tulang bisa pecah
berkeping-keping. Saat terjadi patah tulang, pasien mungkin mengalami
beberapa gangguan, termasuk cedera saraf, gangguan kompartemen,
kontraktur Volkman, dan kondisi emboli lemak. Ada dua cara berbeda
untuk mengobati retak, yaitu pengobatan klinis khusus dan pengobatan
konvensional. Perawatan klinis itu sendiri dimulai dari kesimpulan dan
penilaian retakan, penurunan, pemeliharaan, dan pemulihan. Sedangkan
pengobatan konvensional untuk retak adalah seseorang yang
memberikan perawatan atau perawatan patah secara tradisional.
12
2.2 Konsep Pengobatan Tradisional
2.2.1 Definisi Pengobatan Tradisional
Pengobatan adat adalah pengobatan atau pengobatan melalui
obat dan pengobatannya yang mengacu pada kemampuan bawaan,
pengalaman, pengajaran atau persiapan, dan diterapkan sesuai standar
yang berlaku di arena publik (Kemenkes RI, 2016). Ditinjau dari
pengobatannya, pemberian obat konvensional dibedakan menjadi dua
macam, yaitu pemberian obat tradisional yang memanfaatkan
kemampuan dan bahan-bahannya (Tarigan, 2017:1).
Pengobatan tradisional adalah teknik pengobatan yang digunakan
dalam masyarakat kuno dan kemudian diturunkan dari satu zaman ke
zaman lain dan berkembang perlahan-lahan tergantung pada informasi
manusia yang adil dan teratur. Pengobatan adat atau pengobatan
konvensional umumnya disinggung sebagai pengobatan rakyat,
pengobatan alami, dan lain-lain (Utami, 2015: 2).
WHO mencirikan pengobatan tradisional sebagai keseluruhan
kemampuan, informasi, dan praktik yang bergantung pada spekulasi,
keyakinan, dan pertemuan individu yang memiliki tradisi sosial yang khas,
jika digambarkan. Digunakan dalam dukungan kesejahteraan seperti
dalam pencegahan, perbaikan, analisis, atau pengobatan penyakit fisik
dan psikologis (Ariyanto, 2015: 6).
13
4) Terpercayanya upaya pengobatan adat dalam seluruh program
penyelenggaraan kesejahteraan, mulai dari tingkat keluarga,
puskesmas hingga tingkat rujukan
14
6) Akupresur adalah seseorang yang menawarkan jenis bantuan klinis
dengan metode terapi gosok jarum menggunakan ujung jari atau alat
lain selain jarum.
7) Ahli akupunktur adalah seseorang yang melakukan manfaat klinis
dengan menghidupkan fokus terapi jarum dengan menanamkan jarum
dan berbagai cara, misalnya terapi jarum elektro.
8) Chiropractor adalah seseorang yang melakukan perawatan
chiropractic melalui prosedur luar biasa untuk masalah otot dan sendi.
9) Batra lain dengan teknik yang sebanding
b. Pengobat tradisional ramuan
Penyembuh rempah adat adalah seseorang yang melakukan pengobatan
konvensional atau pengobatan konvensional dengan memanfaatkan
obat/rempah adat yang diperoleh dari tumbuh-tumbuhan (hijau), fauna,
bahan mineral, air, dan bahan baku lainnya, antara lain :
1) Obat alam Indonesia (jamu) adalah orang perseorangan yang
memberikan pengobatan atau perawatan dengan memanfaatkan
bahan-bahan terapi dari tumbuh-tumbuhan, makhluk, mineral dan
lain-lain, baik yang diracik tanpa bahan lain, seperti halnya obat-
obatan tradisional Indonesia.
2) Batra gurah adalah seseorang yang menawarkan jenis bantuan klinis
dengan memanfaatkan penemuan dribble hidung, yang didapat dari
jawaban kulit pohon sengguguh yang sepenuhnya ditujukan untuk
mengobati masalah saluran pernapasan bagian atas seperti pilek,
sinusitis, dan lain-lain.
3) Shinshe ialah individu yang memberikan pengobatan atau perawatan
dengan menggunakan rempah-rempah pengobatan tradisional Cina.
Cara berpikir yang mendasari teknik pengobatan ini adalah ajaran
“taoisme)” dimana penalarannya merupakan keselarasan antara
komponen Yin dan Yang.
4) Tabib ialah individu yang memberikan pengobatan dengan bahan-
bahan terapi konvensional yang didapat dari bahan-bahan biasa yang
biasanya dilakukan oleh orang India atau Pakistan.
5) Homoepath ialah seseorang yang memiliki strategi pengobatan
dengan menggunakan obat-obatan/rempah-rempah dengan porsi
yang kecil (sedikit) namun memiliki potensi penyembuhan yang tinggi,
15
menggunakan metode yang menyeluruh tergantung pada keselarasan
antara pandangan fisik, mental, mental, dan semangat penderita.
6) Aromaterapis ialah seseorang yang memberikan pengobatan dengan
menggunakan rangsangan penciuman yang disampaikan oleh minyak
esensial yang didapat dari ekstrak tumbuhan (sari dari bunga, bahan
alam, daun, biji, kulit, batang/ranting akar, getah) untuk menyesuaikan
tubuh, otak dan perasaan.
7) Batra lain dengan strategi komparatif
16
kemudian memposisikannya kembali dengan menarik dan menekuknya
hingga tiba di posisi yang tepat. Pencapaian metodologi bergantung pada
jenis cedera yang dialami. Jika cederanya ringan, kemungkinan kemajuannya
lebih tinggi, tetapi jika cederanya parah, biasanya tidak memberikan hasil
yang baik atau pasien biasanya disarankan untuk kembali ke putung
pengganti gigi (Yuniar dan Nasution, 2017:1).
Sangkal putung adalah pengobatan adat yang umumnya dilakukan
oleh seorang dukun, yaitu seorang dukun yang memiliki informasi atau bakat
unik tentang pembuluh darah atau otot dalam tubuh manusia sehingga dapat
mengatasi atau meluruskan kembali individu yang mengalami patah tulang
atau ligamen yang salah (Dewi, 2020).
Sangkal putung merupakan salah satu obat konvensional yang pada
dasarnya diawali dengan prosedur menggosok. Hanya saja gosok punggung
dilakukan secara eksplisit untuk mengobati patah tulang, cedera, cedera, dan
pemisahan tulang (perubahan area tulang). Perawatan untuk gigi palsu
areola sendiri dapat berupa gosok punggung, gosok, faktor pengepresan,
dan penarikan. Pembelajaran dalam pertukaran informasi kemampuan
sangkal putung memiliki interaksi perolehan yang terdiri dari 5 tahapan
pembelajaran, yaitu tahap perilaku (adat), tahap njajal (mencoba), tahap
ngetrapake (aplikasi), tahap tumut (mengikuti) dan tahap panggung
jumeneng piyambak (gratis) (Nurulsiah , 2016:2)
Mengampuni pengobatan areola adalah pengobatan tulang tanpa
melalui prosedur medis. Hal inilah yang membedakan terapi penggantian gigi
putung dengan perawatan klinis. Perawatan untuk gigi palsu areola biasanya
tidak termasuk obat penenang, sehingga pasien akan terus merasa tersiksa
sepanjang siklus perawatan. Selain itu, ditolak bahwa putung tidak
menggunakan pulpen dan gif, namun hanya ditopang dengan karton atau
lembaran kayu sesuai ukuran dan ditempelkan pada bagian yang terkena
kemudian dibungkus dengan kain perca. Dalam kasus tertentu, seperti patah
tulang di tangan, hanya balutan dengan bahan jahit yang ditempelkan di
leher. Hal ini dilakukan jika bagian yang rusak adalah tangan atau kaki
(Sinaga, 2014:5).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka cenderung beralasan bahwa
perawatan gigi pengganti putung adalah hubungan patah tulang karena
kecelakaan atau jatuh dengan strategi adat tanpa melalui prosedur medis.
Seseorang yang melakukan perawatan putung pengganti gigi ini adalah
orang-orang yang saat ini memiliki kemampuan untuk melakukan gosok
punggung hingga tulang kembali seperti sedia kala. Jika cederanya mudah,
peluang untuk keluar lebih tinggi, tetapi jika cederanya parah, pasien harus
kembali ke penggantian gigi beberapa kali.
17
Menurut Tarigan (2017:16) Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
seseorang untuk memilih pengobatan sangkal putung konvensional, lebih
spesifiknya :
18
ada kecenderungan bagi mereka yang memiliki gaji tinggi untuk meremehkan
layanan kesehatan yang menghabiskan banyak energi. Ini diharapkan oleh
klinik darurat yang membutuhkan pasien dari pertemuan pangeran.
Menggantung periode ketat dan lapisan untuk manfaat klinis harus dikurangi.
Dengan cara ini cenderung beralasan bahwa makin tinggi tingkat
ekonomi keluarga (pendapatan keluarga) maka kecenderungan untuk memilih
fasilitas kesehatan yang lebih baik dan lebih mahal akan semakin tinggi pula,
demikian juga sebaliknya. Faktor ini diperkuat dengan persepsi masyarakan
bahwa pengobatan tradisional membutuhkan sedikit tenaga, biaya, dan waktu.
19
Standar di mata publik sangat mempengaruhi perilaku individu di bidang
kesejahteraan, karena standar yang mereka miliki dianggap sebagai perilaku
yang dapat diterima. Misalnya: upaya menurunkan angka kematian ibu dan
bayi baru lahir menemui banyak kendala karena ada standar yang menolak
hubungan antara dokter spesialis yang menawarkan jenis bantuan dan ibu
hamil sebagai klien administrasi. Demikian pula dalam pemanfaatan fasilitas
kesehatan, jika sakit dan pergi ke pengobatan tradisional tidak bertentangan
dengan norma yang berlaku karena hal tersebut merupakan hal yang wajar
dan sudah biasa.
20
2.4.7 Faktor Pengetahuan
Sebagian besar informasi manusia diperoleh melalui mata, telinga, atau
jiwa yang sangat penting untuk pengembangan aktivitas seseorang. Informasi
diperoleh secara resmi dan santai. Pengobatan tradisional masih digunakan oleh
banyak orang, tidak hanya karena tidak adanya fasilitas kesehatan konvensional
yang moderat, tetapi juga karena variabel sosial Indonesia yang memiliki
kepercayaan yang kuat terhadap pengobatan tradisional. Cara hidup yang
berhubungan dengan singular mempengaruhi bagaimana singular berpikir dan
bertindak. Di Indonesia juga terdapat banyak jenis pengobatan konvensional
yang tersedia, sehingga memudahkan masyarakat setempat untuk
menggunakan pelayanan pengobatan tradisional.
Melihat penjelasan di atas, cenderung beralasan bahwa unsur-unsur
yang mempengaruhi pilihan pengobatan sangkal putung adalah unsur sosial
dimana satu individu memberikan dampak kepada orang lain dengan tujuan
tertentu dalam pikiran sehingga individu mengikuti dampak tanpa intuisi. Faktor
finansial adalah tempat dimana pasien dengan gaji rendah atau rata-rata ketika
ada celah ingin berobat ke dokter gigi pengganti. Variabel sosial adalah tempat di
mana tradisi atau budaya mereka telah mempengaruhi karakter orang itu sendiri.
Komponen mental adalah masalah sosial atau antusias yang membutuhkan
pasien untuk pulih dengan cepat sehingga mereka pergi ke pengobatan biasa.
Faktor imersi manfaat klinis adalah tempat di mana pasien yang lelah dengan
perawatan kesehatan lama membuat mereka mencari obat tradisional untuk
menyembuhkan penyakit mereka. Faktor keuntungan dan keberhasilannya
adalah ketika mereka mampu dengan pengobatan tradisional, ketika terjadi
keretakan, mereka segera mencari pengobatan di sangkal putung karena
mereka pasti tahu khasiat dan cara menyembuhkannya. Terakhir, ada faktor
informasi, khususnya ketika mereka berobat secara adat tanpa mengetahui
alasan dan manfaatnya.
21
2.5 Kajian Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Tabel 1. Penelitian yang relevan
22
kepercayaan
akan
mendapatkan
manfaat dan
rintangan dari
tindakan yang
dilakukan
sebanyak 21
(61,76%)
responden, serta
faktor pelayanan
kesehatan dan
kepercayaan
terhadap
penyedia layanan
sebanyak 23
(71,88%)
responden.
Siti Sholihah,
Analisis Faktor- Desain Variabel 1. Tempat penelitian 1. Sama-sama Hasil penelitian ini
2018 Faktor Yang kuantitatif, independent di Sangkal putung meneliti didapatkan faktor
Mempengaruhi mengguna modifying KH. Kemas faktor-faktor usia, pendidikan,
Pengambilan kan faktor: usia, Abdulrahman Bin yang dan jenis kelamin
Keputusan metode jenis kelamin, Kemas Awang dan mempengaru tidak ada
Pada Pasien deskriptif pendidikan, Sangkal putung hi pemilihan hubungan
Cedera analtik social ekonomi, Muhajir pengobatan dengan
23
Musculoskelet pengalaman 2. Pengambilan tradisional perceived
al Yang keluarga, sampel 2. Metode benefit,
Memilih individual belief menggunakan penelitian perceived
Berobat Ke : perceived kriteria sampel kuantitatif barriers, dan self
Sangkal benefit, inklusi dan kriteria efficacy dalam
Putung perceived sampel eksklusi pengambilan
Berdasarkan barriers, self dengan jumlah keputusan pada
Pendekatan afficacy dan sampel 90 orang pasien cedera
Teori Health variabel 3. Variabel musculoskeletal
Belief Model dependent independent dan yang memilih
pengambilan variabel berobat ke
keputusan dependent sangkal putung
berdasarkan teori
Health Belief
Model.
Sedangkan faktor
sosial, ekonomi,
pengalaman
keluarga,
perceived
benefit,
perceived barrier,
dan self efficacy
berhubungan
dengan
pengambilan
keputusan pada
24
pasien cedera
musculoskeletal
yang memilih
berobat ke
sangkal putung
berdasarkan
pendekatan teori
Health Belief
Model.
Ruhinda, Reasons for Metode Variabel 1. Tempat penelitian 1. Sama-sama Hasil penelitian ini
(2020) Patronage of penelitian independent di klinik meneliti didapatkan faktor
Traditional kualitatif faktor biaya, pengaturan tulang faktor-faktor biaya,
Bone Setting dengan faktor ketidak tradisional kagera yang ketidaktahuan, dan
As an mengguna tahuan, tidak Tanzania mempengaru faktor tidak dapat
Alternative to kan dapat di 2. Metode penelitian hi pemilihan diaksesnya
Orthodox pendekata aksesnya kualitatif pengobatan kesehatan orthodox
Fracture n cross- kesehatan 3. Sampel pada tradisional jasa berpengaruh
Treatment A sectional. orthodox jasa penelitian ini terhadap seseorang
Case of dan vaiabel menggunakan yang lebih memilih
Mubela dependent total sampling pengaturan tulang
District, preferensi dengan jumlah tradisional dan
Kagera pengaturan sampel 103 ketiga faktor itu
Tanzania. tulang responden menjadi alasan
tradisional 4. Variabel kenapa mereka lebih
(TBS) independent dan memilih TBS.
variabel
25
dependent
Diana Cici Gambaran Metode Variabel 1. Tempat penelitian 1. Sama-sama Hasil penelitian ini
Ariyani, Persepsi dan deskriptif independen ini di pengobatan meneliti didapatkan faktor
Rakhmat Kepercayaan kuantitatif faktor usia, tradisional Batra faktor-faktor yang berpengaruh
Susilo, Pasien Fraktur faktor Al-Qaromah yang dengan persepsi dan
(2018) yang Berobat pendidikan, 2. Variabel mempengaru kepercayaan pasien
Di Pengobatan faktor independen faktor hi pemilihan fraktur yang berobat
Tradisional pendapatan usia, faktor pengobatan di pengobatan
Batra Al- dan faktor pendidikan tradisional tradisional batra al-
Qaromah di budaya. 2. Metode qaromah yaitu faktor
Desa Cirahab Variabel penelitian usia dengan kategori
Kecamatan dependent kuantitatif dewasa awal
Lumbir persepsi dan 3. Tehnik sebanyak 21 (27,6%)
Kabupaten kepercayaan pengambilan responden, faktor
Banyu Mas pasien fraktur sampel pendidikan dengan
menggunaka pendidikan SMA
n total sebanyak 30 (39,5%)
sampling responden, faktor
dengan pendapatan dengan
jumlah pendapatan per
sampel 76 bulan > UMR
responden sebanyak 43 (56,6%),
dan faktor budaya
sebanyak 40 (51,7%)
responden.
Beny Dwi Latar Belakang Metode Variabel 1. Tempat penelitan 1. Sama-sama Hasil penelitian
Ariyanto, Masyarakat pendekata independen di dusun meneliti didapatkan bahwa
26
2018 dalam Memilih n kualitatif tingkat Patinggen, Desa faktor-faktor latar belakang
Jasa pendapatan, kalirandu, yang masyarakat memilih
Pengobatan tingkat Kecamatan mempengaru pengobatan
Tradisional pendidikan, petarukan, hi pemilihan tradisional patah
Patah Tulang persepsi Kabupaten pengobatan tulang sangkal
Sangkal kemampuan pemalang tradisional putung karena biaya
Putung di penyembuhan, 2. Metode penelitian 2. Tehnik terjangkau atau
Dusun dan tingkat kualitatif pengambilan relative lebih murah
Petinggen, kepuasan 3. Variabel sampel sebanyak 71,88%,
Desa pengobatan independent purposive pendidikan rendah
Kalirandu, Variabel dependent tingkat sampling tamatan sekolah
Kecamatan memilih jasa pendidikan, dengan dasar sebanyak
Petarukan, pengobatan persepsi jumlah 53,13%, persepsi
Kabupaten tradisional kemampuan sampel 32 kemampuan
Pemalang penyembuhan, responden penyembuhan yakni
tingkat kepuasan ada perkembangan
pengobatan setelah
mendapatkan
pengobatan
sebanyak 100,00%,
dan tingkat
kepuasan
pengobatan setelah
mendapatkan
pelayanan dan
penanganan
pengobatan
27
sebanyak 100,00%.
28
2.6 Kerangka Teori
Fraktur
Penatalaksanaan fraktur
l
4. faktor psikologis
5. faktor kejenuhan pelayanan medis
6. Faktor manfaat dan keberhasilan
7. Faktor pengetahuan
29
2.7 Kerangka Konsep
Keterangan :
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
: Hubungan
Gambar 2 Kerangka Konsep
2.8 Hipotesis
2.8.1 Hipotesis Kerja
1. Terdapat pengaruh faktor dukungan sosial terhadap pemilihan
pengobatan tradisional pasien fraktur
2. Terdapat pengaruh faktor ekonomi terhadap pemilihan pengobatan
tradisional pasien fraktur
3. Terdapat pengaruh faktor budaya terhadap pemilihan pengobatan
tradisional pasien fraktur
30
BAB III
METODE PENELITIAN
31
dukun , teman, 2. Mengik h an 60-
gan ataupun uti pertan 100%
sosial orang lingku yaan 2. cukup bila
lain ngan 10, responde
terhadap sekita meng n
pemiliha r gunak menjawa
n an b ≤ 59%
pengoba skala (Ismail, 2015)
tan guttm
sangkal an
putung
sehingg
a
mereka
mengiku
ti tanpa
berpikir
panjang
2. Faktor Pendapatan Pendapat Kuesione 1. Tinggi UMP Nomina
ekono masyara an r > 2.788.826 l
mi kat /bulan
dalam 2. Rendah
memenu UMP ≤
hi 2.788.826
kebutuh (Ariyani &
an Susilo,
sehari- 2020)
hari
3. Faktor Pikiran, 1. suku Kuesione 1. mendukun Nomina
budaya adat- 2. r g jika l
istiadat, kebia responden
suku, saan mengataka
kepercay masy n 60-100%
aan, arakat 2. tidak
yang mendukun
menjadi g jika
kebiasaa responden
n menjawab
masyara ≤ 59%
kat (Ismail, 2015)
Variabel Mengenai 1. Daya Kuesione 1. Menjadi Nomina
depen alasan tangg r pilihan l
den : dalam ap yang tepat
Pemilihan pemiliha 2. penga jika
32
pengo n mbila responden
batan pengoba n menjawab
tradisi tan keput 60-100%
onal tradision usan 2. Tidak
al menjadi
Sangkal pilihan
Putung yang tepat
jika
responden
menjawab
≤ 59%
3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat
dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sementara
sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili
populasi yang ada Nursalam, (2020). Tehnik sampling di Sangkal putung
sidomulyo selatan menggunakan total sampling yaitu tehnik penentuan
sampel jika jumlah populasi kurang dari 100. Jadi Jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah 55 pasien yang pernah berobat di sangkal putung
sidomulyo selatan. Dengan melihat kriteria Inklusi dan Eksklusi.
1. Adapun kriteria Inklusi yaitu :
a. Masyarakat yang pernah berobat di sangkal putung sidomulyo selatan
b. Bersedia untuk menjadi responden
c. Bisa membaca dan menulis
2. Adapun kriteria Eksklusi yaitu :
a. Masyarakat yang tidak siap menjadi responden
b. Orang yang memiliki gangguan jiwa
3.5 Tehnik Pengumpulan Data
3.5.1 Jenis Data
a. Data primer
Data primer diperoleh melalui penyebaran lembar kuisioner.
b. Data sekunder
33
Data sekunder diperoleh melalui data dari tempat pengobatan sangkal
putung.
34
Kuesioner ini adalah kuesioner pemilihan pengobatan tradisional pada pasien
fraktur, yang terdiri dari 10 pertanyaan. Kuesioner diisi sendiri dengan
memberikan tanda centang pada kolom yang disediakan (Azwar, 2017).
2. Analisa Bivariat
Pemeriksaan bivariat adalah penyelidikan yang digunakan untuk
memutuskan hubungan antara dua faktor, baik sebagai korelatif, dekat,
dan kenal (Saryono dan Anggraeni, (Saryono dan Anggraeni, Metodologi
Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, 2013) khususnya untuk melihat
pengaruh antara faktor otonom , secara spesifik faktor bantuan sosial,
35
unsur moneter dan komponen sosial dan variabel terikatnya adalah
pilihan pengobatan yang biasa dilakukan pada pasien retak sehingga
dapat dilihat dampak atau kontras dari kedua faktor tersebut.
a. Uji validitas
Uji legitimasi merupakan uji yang bertujuan untuk menentukan
ketercapaian hal-hal asersi dalam mencirikan faktor. Prosedur pengujian
dalam penelitian ini menggunakan r check. Kami memikirkan hasil r-check
dari hasil SPSS di setiap pernyataan dengan r-tabel df=n-2 dan
menghitung tingkat kepentingan 5% atau 0,05.
Untuk membedah keabsahan setiap hal yang disurvei, dengan
melihat pada r tabel dimana jumlah responden (n) dalam penelitian ini
berjumlah 32 orang, maka pada saat itu r tabel dalam pengujian ini
adalah 0,338. Jika nilai r cek lebih penting dari r tabel, maka hal tersebut
substansial, hal lain dengan asumsi nilai r penghitungan tidak sebanyak r
36
tabel, maka hal tersebut tidak sah. Apalagi dengan menghitung derajat
kepentingannya (sig.2-followed). Jika nilai besar di bawah 0,05, hal itu
penting, sesuatu yang lain jika lebih besar dari 0,05 dianggap tidak valid.
b. Uji reliabilitas
Uji ketergantungan digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan
dan konsistensi responden dalam mencatat pernyataan dalam jajak
pendapat. Untuk menguji ketergantungan dalam penelitian ini
memanfaatkan alpha cronbach dengan nilai alpha 0,60. Jika nilai alpha
lebih menonjol daripada hasil, itu seharusnya solid. Kemudian lagi, jika
nilai alpha lebih sederhana daripada hasil, itu dinyatakan tidak konsisten.
3.8 Etika Penelitian
Eksplorasi kode moral adalah aturan moral yang berlaku pada setiap
gerakan pemeriksaan yang meliputi ilmuwan, pihak yang diselidiki, dan
daerah setempat yang akan mendapatkan efek pemeriksaan (Notoatmodjo,
2012).
Sebagaimana ditunjukkan oleh (Hidayat, 2010) akhlak yang harus
diperhatikan antara lain
1. Informed Consent
Educationed Consent adalah jenis kesepahaman antara responden dan
analis dengan memberikan struktur persetujuan. Lembar persetujuan akan
diberikan kepada pasien post sectio caesarea untuk dijadikan responden.
Ilmuwan harus mengklarifikasi alasan dan tujuan pemeriksaan yang akan
diselesaikan. Dengan asumsi ibu akan menjadi responden, mereka harus
menandatangani struktur persetujuan. Namun, jika ibu tidak bersedia menjadi
responden, dokter spesialis akan mempertimbangkan pilihan ibu.
2. Anonimity ( Tanpa Nama )
Moral dalam asuhan bersalin adalah masalah yang menjamin
pemanfaatan subjek dalam penelitian dengan tidak mencantumkan atau
memberi nama responden pada lembar instrumen estimasi namun
memberikan kode pada lembar ragam informasi atau hasil yang akan
diperkenalkan.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Isu ini merupakan isu yang menjamin klasifikasi eksplorasi, baik data maupun
berkenaan dengan isu yang berbeda. Semua data yang telah diperoleh
ditakdirkan untuk diklasifikasikan oleh spesialis, hanya pengumpulan
informasi tertentu yang akan diperkenalkan dalam hasil eksplorasi.
37
3.10 Alur Penelitian
Pemasukan Judul
SK pembimbing dan judul Permohonan data awal Responden Penyusunan proposal Bimbingan proposal
Ujian skripsi
Gambar 3. Skema alur penelitian
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
39
4.2 Analisis Univariat
a. Dukungan sosial
Tabel 3
Distribusi frekuensi dukungan sosial masyarakat yang berobat ke sangkal putung
di sidomulyo selatan
Dukungan Sosial Frekuensi Presentase
Baik 30 55%
Cukup 15 27%
Kurang 10 18%
Jumlah 55 100%
Sumber : olahan data primer (2021)
Dilihat dari tabel di atas terlihat bahwa dari 55 responden terdapat 30
responden yang memiliki bantuan sosial yang baik, 15 responden yang
berbeda memiliki bantuan sosial yang cukup, dan 10 responden yang
memiliki bantuan sosial yang kurang baik
.
b. Faktor ekonomi
Tabel 4
Distribusi frekuensi faktor ekonomi masyarakat yang berobat ke sangkal putung
di sidomulyo selatan
Ekonomi Frekuensi Presentase
Tinggi UMP 21 38%
Rendah UMP 34 62%
Jumlah 55 100%
Sumber : olahan data primer (2021)
Dilihat dari tabel diatas terlihat bahwa dari 55 responden terdapat 21
responden dengan pendapatan tinggi UMP, sedangkan 34 responden memiliki
pendapatan rendah UMP.
c. Faktor budaya
Tabel 5
Distribusi frekuensi faktor budaya masyarakat yang berobat ke sangkal putung di
sidomulyo selatan
Budaya Frekuensi Presentase
Mendukung 40 73%
Tidak mendukung 15 27%
Jumlah 55 100%
Sumber : olahan data primer (2021)
40
Dilihat dari tabel diatas terliat bahwa dari 55 responden terdapat 40
responden memiliki budaya yang mendukung, sedangkan 15 responden memiliki
budaya yang tidak mendukung.
d. Pemilihan pengobatan tradisional sangkal putung
Tabel 6
Distribusi frekuensi Pemilihan pengobatan tradisional pada pasien fraktur ke
sangkal putung di sidomulyo selatan
Pemilihan pengobatan tradisional Frekuensi Presentasi
Tepat 45 89%
Tidak tepat 10 11%
Jumlah 55 100%
Sumber : olahan data primer (2021)
Berdasarkan pada tabel di atas menunjukkan bahwa dari 55 responden
terdapat 45 responden yang menjadikan pengobatan sangkal putung ini menjadi
pilihan yang tepat, sedangkan 10 responden menganggap pengobatan sangkal
putung ini bukanlah pilihan yang tepat.
41
kategori kurang dengan pemilihan pengobatan tradisional yang tepat berjumlah 5
responden (9%) dan dukungan sosial kategori kurang dengan pemilihan
pengobatan tradisional yang tidak tepat berjumlah 5 responden (9%). Hasil
analisa data dengan menggunakan uji statistic chi square maka diperoleh nilai
signifikan 0,003 (α <0,05) ini berarti H₀ ditolak dan Ha diterima. Dari hasil
tersebut maka terdapat pengaruh antara dukungan sosial terhadap pemilihan
pengobatan tradisonal pada pasien fraktur ke sangkal putung di sidomulyo
selatan.
2. Pengaruh faktor ekonomi terhadap pemilihan pengobatan tradisional
Tabel 8
Hasil analisis pengaruh faktor ekonomi terhadap pemilihan pengobatan
tradisional ke sangkal putung di sidomulyo selatan
Pemilihan pengobatan tradisional
Faktor Jumlah
Tepat Tidak tepat P Value
Ekonomi
N % N % N %
Tinggi UMP 14 25,4 7 12,7 21 38
0,022
Rendah UMP 31 56,3 3 5,4 34 62
Total 45 81,8 10 18,2 55 100
Sumber : olahan data primer (2021)
Tabel di atas menunjukan bahwa faktor ekonomi kategori tinggi UMP
dengan pemilihan pengobatan tradisional yang tepat berjumlah 14 responden
(25,4%) dan faktor ekonomi kategori tinggi UMP dengan pemilihan pengobatan
tradisional yang tidak tepat berjumlah 7 responden (12,7%). Faktor ekonomi
kategori rendah UMP dengan pemilihan pengobatan tradisional yang tepat
berjumlah 31 responden (56,3%) dan faktor ekonomi kategori rendah UMP
dengan pemilihan pengobatan tradisional yang tidak tepat berjumlah 3
responden (5,4%). Hasil analisa data dengan menggunakan uji statistic chi
square maka diperoleh nilai signifikan 0,022 (α <0,05) ini berarti H₀ ditolak dan
Ha diterima. Dari hasil tersebut maka terdapat pengaruh antara faktor ekonomi
terhadap pemilihan pengobatan tradisonal pada pasien fraktur ke sangkal putung
di sidomulyo selatan.
42
Tabel 9
Hasil analisis pengaruh faktor budaya terhadap pemilihan pengobatan tradisional
ke sangkal putung di sidomulyo selatan
Pemilihan pengobatan tradisional
Jumlah
Faktor Budaya Tepat Tidak tepat P Value
N % N % N %
Mendukung 36 65,4 4 7,2 40 89
Tidak 9 16,3 6 10,9 15 10 0,010
Mendukung
Total 45 81,8 10 18,2 55 100
Sumber : olahan data primer (2021)
Tabel di atas menunjukan bahwa faktor budaya kategori mendukung
dengan pemilihan pengobatan tradisional yang tepat berjumlah 36 responden
(65,4%) dan faktor budaya kategori mendukung dengan pemilihan pengobatan
tradisional yang tidak tepat berjumlah 4 responden (7,2%). Sedangkan faktor
budaya kategori tidak mendukung dengan pemilihan pengobatan tradisional yang
tepat berjumlah 9 responden (16,3%) dan faktor budaya kategori tidak
mendukung dengan pemilihan pengobatan tradisional yang tidak tepat berjumlah
6 responden (10,9%). Hasil analisa data dengan menggunakan uji statistic chi
square maka diperoleh nilai signifikan 0,010 (α <0,05) ini berarti H₀ ditolak dan
Ha diterima. Dari hasil tersebut maka terdapat pengaruh antara faktor budaya
terhadap pemilihan pengobatan tradisonal pada pasien fraktur ke sangkal putung
di sidomulyo selatan.
4.4 Pembahasan
Di era modern sekarang ini banyak terobosan baru mengenai pemilihan
pengobatan tradisional yang ada pada masyarakat. Saat masyarakat lebih
memilih pengobatan tradisional bukan berarti fasilitas pelayanan kesehatan yang
kurang memadai, tetapi masyarakat itu sendiri mempunyai pilihan terhadap
keputusan yang akan mereka ambil. Begitu juga pada saat terjadi fraktur (patah
tulang) masyarakat langsung memilih pengobatan sangkal putung sebagai
tempat untuk berobat. Karena mereka beranggapan bahwa berobat ke
pengobatan tradisional sangkal putung mempunyai banyak manfaat dan tingkat
presentase sembuh yang tinggi.
Perawatan patah tulang praktis dapat diakses di seluruh wilayah di
Indonesia. Di wilayah Sidomulyo Selatan menyanggah pengobatan putung,
43
peminatnya cukup besar, mulai dari anak-anak hingga orang tua. Keputusan
pengobatan konvensional dipengaruhi oleh beberapa variabel termasuk bantuan
sosial, moneter dan elemen sosial
4.4.1 Pembahasan Univariat
1. Distribusi frekuensi dukungan sosial masyarakat yang berobat ke sangkal
putung di sidomulyo selatan
Hasil penelitian ini menunjukan distribusi frekuensi dukungan sosial
berjumlah 55 responden. Dengan dukungan sosial kategori baik berjumlah 30
responden (55%), dukungan sosial kategori cukup berjumlah 15 responden
(27%) dan dukungan sosial kategori kurang berjumlah 10 responden (18%). Jadi
mayoritas dukungan sosial masyarakat yang berobat ke sangkal putung di
sidomulyo selatan paling banyak yaitu dukungan sosial dengan kategori baik.
Hal ini didukung oleh teori (Sari et al., 2017) sosial yang merupakan cara
pandang atau pengaruh seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu
sehingga orang tersebut mengikuti pandangan/pengaruh tersebut tanpa berpikir
panjang memang merupakan salah satu faktor yang mendorong masyarakat
untuk tetap memilih pengobatan tradisional. Biasanya masyarakat merasa yakin
jika khasiat dari pengobatan tradisional itu disampaikan oleh masyarakat lainnya
atau orang terdekatnya dibandingkan dengan informasi yang diperoleh dari iklan
media cetak maupun elektronik. Kehidupan masyarakat yang suka berkelompok
atau bersosialisasi ini memudahkan mereka untuk mendapatkan berbagai jenis
pengobatan tradisional.
Hal ini didukung oleh hipotesis (Sri Maslihah, 2016) bahwa bantuan sosial
adalah bantuan dan dukungan yang diperoleh individu dari kerjasamanya
dengan orang lain. Bantuan sosial muncul dari pemahaman bahwa ada individu
yang akan membantu jika terjadi keadaan atau peristiwa yang dianggap
menimbulkan beberapa masalah. Banyak orang mengikuti pandangan orang lain
dalam memilih pengobatan yang akan mereka lakukan.
Hal ini didukung oleh hipotesis (Cahyadi, 2018) bahwa bantuan sosial
adalah sebagai data verbal atau non-verbal, bantuan atau perilaku yang tulus
yang diberikan oleh individu yang berada di dekat subjek dalam iklim sosialnya
dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan atau mempengaruhi perilaku
penerima manfaat. . Bantuan sosial adalah kehadiran orang lain yang dapat
44
diandalkan untuk memberikan bantuan, kegembiraan, pertimbangan sehingga
dapat bekerja atas bantuan pemerintah dari individu yang bersangkutan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Nurbaya,
2016) menunjukan dukungan sosial yang baik berasal dari keluarga, kerabat
ataupun teman-teman yang pernah sembuh dengan pengobatan tradisional. Hal
itu membuat masyarakat dilingkungan sekitar memanfaatkan juga tempat
pengobatan tradisional untuk menyembuhkan penyakitnya karena presentase
kesembuhannya yang tinggi.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dipimpin oleh (Wijaya, 2016)
yang mengamati bahwa 76 responden memilih pengobatan tradisional karena
yang lain mengatakan pengobatan konvensional lebih berhasil. Hal ini karena
adanya bantuan sosial di balik berbagai peningkatan tersebut, sehingga akan
benar-benar ingin memberikan hasil wawasan yang beragam. Dengan asumsi
bahwa seorang individu memiliki asumsi dan keputusan besar tentang keadaan
tertentu, aktivitas akan muncul sesuai dengan keadaan, begitu juga sebaliknya.
Menurut analis, bantuan sosial adalah salah satu elemen yang terjadi
dalam hubungan persahabatan, khususnya pandangan atau pengaruh
seseorang sehingga orang lain mengikuti pandangan itu untuk waktu yang lama.
Bantuan sosial yang berasal dari keluarga, anggota keluarga dan pendamping
yang memberikan pemahaman tentang pengobatan sangkal putung dengan
menyebutkan keuntungan berobat ke sangkal putung. Maka salah satu unsur
yang mempengaruhi keputusan berobat konvensional pada pasien retak sangkal
putung di Sidomulyo Selatan adalah bantuan sosial yang besar.
2. Distribusi frekuensi faktor ekonomi masyarakat yang berobat ke sangkal
putung di sidomulyo selatan
Hasil penelitian ini menunjukan distribusi frekuensi faktor ekonomi
berjumlah 55 responden. Dengan faktor ekonomi kategori tinggi UMP berjumlah
21 responden (38%) dan faktor ekonomi kategori rendah UMP berjumlah 34
responden (62%). Jadi mayoritas faktor ekonomi pada masyarakat yang berobat
ke sangkal putung di sidomulyo selatan yakni faktor ekonomi kategori rendah
UMP.
Hal ini didukung oleh teori (Sari et al., 2017) Variabel keuangan
merupakan pekerjaan utama dalam pengakuan atau pengakuan pengobatan.
Elemen ini terkait dengan wawasan daerah setempat bahwa pengobatan
45
tradisional membutuhkan tenaga, biaya, dan uang yang lebih sedikit. Untuk
mencapai bantuan pemerintah tertentu, masyarakat akan mengkonsumsi
berbagai tenaga kerja dan produk, untuk itu penggunaan administrasi
digarisbawahi sebagai administrasi kesejahteraan. Tikungan pemanfaatan
kesejahteraan dan pemanfaatan produk dibatasi oleh garis pembayaran.
Hal ini didukung oleh hipotesis (Soekidjo, 2018) bahwa tingkat bantuan
pemerintah keluarga biasanya diukur dengan penunjukan melalui status
keuangan dalam keluarga, karena status keuangan akan menentukan
pemenuhan kebutuhan keluarga. Dalam model yang diusulkan oleh Anderson,
status keuangan adalah variabel dari kemampuan individu, khususnya sebagai
pembayaran sebagai bantuan atau dukungan untuk memanfaatkan
kesejahteraan yang bergantung pada kemampuan pembeli untuk membayar.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dipimpin oleh (Yuliani et al.,
2020) dalam penelitian tentang hubungan unsur keuangan dengan pengobatan
pasien istirahat, yang dilihat sebagai 61% pasien dengan masalah keuangan
rendah. Hal ini dapat diperoleh dari pengaruh faktor keuangan dengan pemilihan
pengobatan tradisional, terbukti bahwa orang yang memiliki gaji lebih rendah
sangat bersemangat untuk berobat ke pengobatan tradisional karena biaya
pengobatan tradisional berbeda dengan saat ini. pengobatan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Miftahul,
2016) pada penelitian ini didapatkan 64 orang lebih memilih pengobatan
tradisional karena lebih terjangkau biayanya. Hasil wawancara yang dilakukan
oleh peneliti mengenai pembiayaan pengobatan tradisional patah tulang,
didapatkan yaitu pasien mengatakan pembiayaan pengobatan tradisiional patah
tulanglebih terjangkau sehingga pengeluaran lebih minimal dari pada berobat ke
rumah sakit.
Menurut asumsi peneliti faktor ekonomi merupakan peranan besar dalam
penerimaan atau penolakan suatu pengobatan. Semakin tinggi tingkat ekonomi
keluarga maka kecenderungan memilih fasilitas kesehatan yang lebih baik dan
lebih mahal akan semakin tinggi pula, demikian juga sebaliknya pada saat tingkat
ekonomi keluarga yang rendah atau pas-passan maka mereka lebih memilih
untuk berobat ke pengobatan tradisional terlebih dahulu.
46
3. Distribusi frekuensi faktor budaya masyarakat yang berobat ke sangkal
putung di sidomulyo selatan
Hasil penelitian ini menunjukan distribusi frekuensi faktor budaya
berjumlah 55 responden. Dengan faktor budaya kategori mendukung berjumlah
40 responden (73%). Dan kategori tidak mendukung berjumlah 15 responden
(27%). Jadi mayoritas faktor budaya masyarakat yang berobat ke sangkal putung
di sidomulyo selatan paling banyak yakni faktor budaya kategori mendukung.
Hal ini didukung oleh teori (Marwati, 2018) budaya merupakan
determinan dasar keinginan dan perilaku seseorang melalui keluarga dan
isntitusi lainnya. Budaya sendiri dipengaruhi oleh beberapa tradisi yaitu perilaku
kesehatan dan status kesehatan misalnya jika mereka sudah mempercayai suatu
pengobatan maka susah untuk menghilangkan pikirang yang telah ia percayai.
Hal ini didukung oleh hipotesis (Hakim, 2018) keyakinan yang dimiliki
individu tertentu, terutama dalam kesehatan cara hidup mereka. Seperti yang
dijelaskan saat ini, pesona sangat mengesankan dan mempengaruhi budaya
Jawa. Kesejahteraan dari penilaian dunia lain tentang sifat yang sebenarnya dan
sifat selain sifat yang sebenarnya, khususnya mendalam. Sikap sejahtera yang
terkena dampak, baik fisik maupun mental, merupakan pandangan yang masuk
akal bagi individu yang berhubungan dengan budaya Indonesia.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Nurbaya,
2016) terdapat 70 orang dengan faktor budaya yang berpengaruh terhadap
keputusan masyarakat memilih pengobatan tradisional. Hal ini disebabkan
karena masih banyak pula masyarakat yang memilih pengobatan secara
tradisional karena sudah terbukti sejak dulu dan masih banyak di manfaatkan
masyarakat sekitar.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Agung,
2020) terdapat 43 orang dengan aspek budaya yang mendukung pada saat
mereka sudah menganggap sesuatu sebagai kebiasaan pada masyarakat itu
yang disebut budaya. Budaya sendiri ialah satu susunan perlakuan yang
dipelajari dan di kaitkan dengan kehendak atau fungsi yang kekal dalam
masyarakat yang digunakan bersama masyarakat yang berkenaan.
Menurut asumsi peneliti budaya merupakan sesuatu kepercayaan yang
masih kental dan sudah melekat di masyarakat yang bersifat tradisional sehingga
fenomena seperti ini sudah lajim terjadi di masyarakat kita. Jadi pada saat
47
masyarakat sudah mempunyai kepercayaan terhadap pengobatan yang akan
dilakukan pada saat jatuh sakit, maka susah baginya untuk menghilangkan
kepercayaan tersebut dan akan terus mengikuti budayanya.
48
gosok punggung konvensional diketahui secara umum sangat baik. hasil. Pada
dasarnya pengakuan adanya hubungan antara diri sendiri, dengan adanya
sesuatu dengan luar, semakin membumi dan semakin dekat hubungan tersebut,
semakin menonjol keunggulan seseorang dalam kebiasaan menggosok
punggung.
Menurut asumsi peneliti pemilihan pengobatan tradisional yang tepat
yaitu seseorang yang berobat ke sangkal putung dan bisa sembuh itu yang
membuat mereka menjadikan pengobatan sangkal putung pilihan yang tepat
untuk dilakukan. sedangkan pemilihan pengobatan tradisional yang tidak tepat
yaitu seseorang yang berobat ke sangkal putung tetapi tidak merasakan manfaat
dari sangkal putung itu sendiri atau tidak sembuh setelah menjalani pengobatan
ke sangkal putung dikarenakan fraktur atau patah tulangnya yang parah itu yang
membuat pengobat tradisional tidak bisa menyembuhkan. Dan mereka
menganggap pengobatan sangkal putung ini tidak tepat untuk dilakukan.
49
pengobatan yang dilakukan oleh pengobat dan 1 responden ini tidak sembuh hal
ini yang menjadikan pengobatan sangkal putung tidak tepat untuk mengobati
patah tulangnya. secara keseluruhan dukungan sosial kategori baik berjumlah 30
responden (54,5%).
Dukungan sosial kategori cukup dengan pemilihan pengobatan tradisional
yang tepat berjumlah 11 responden (20%) hal ini dikarenakan 11 responden
berobat ke sangkal putung hanya mendapatkan informasi tentang pengobatan
sangkal putung ini dari teman-temannya dan membuat mereka berobat ke
pengobatan sangkal putung, 11 responden tersebut merasa nyaman dengan
pengobatan yang dilakukan dan mereka mempercayai pengobat ahli tulang bisa
menyembuhkan patah tulangnya. Jadi mereka menganggap pengobatan sangkal
putung ini sudah menjadi pilihan yang tepat pada saat terjadi fraktur (patah
tulang). Sedangkan dukungan sosial kategori cukup dengan pemilihan
pengobatan tradisional yang tidak tepat berjumlah 4 responden (7,2%). Hal ini
dikarenakan 4 responden ini mengetahui tempat pengobatan sangkal putung dari
teman-temannya yang membuat mereka mengambil keputusan untuk berobat ke
sangkal putung tapi 4 responden ini pada saat berobat mereka tidak menyakini
seorang ahli tulang bisa menyembuhkan patah tulangnya dan mereka tidak
sembuh pada saat melakukan pengobatan. Hal ini yang membuat 4 responden
menjadikan pengobatan sangkal putung pilihan yang tidak tepat untuk mengobati
patah tulangnya. Total dukungan sosial kategori cukup berjumlah 15 responden
(27,2%).
50
nyaman dengan pelayanan di sangkal putung dan tidak mendapatkan
kesembuhan. Hal ini yang menjadikan pengobatan sangkal putung tidak tepat
untuk mengobati patah tulangnya. Total dukungan sosial kategori kurang
berjumlah 10 responden (18%). Maka didapatkan hasil analisa data dengan
menggunakan uji statistic chi square diperoleh nilai signifikan 0,003 dengan
tingkat signifikan < 0,05. Ini berarti H₀ ditolak dan Ha di terima. Dari hasil tersebut
terdapat pengaruh antara dukungan sosial terhadap pemilihan pengobatan
tradisional pada pasien fraktur ke sangkal putung di sidomulyo selatan.
Hal ini didukung oleh teori (Semt, 2016) Bantuan sosial diperlukan oleh
setiap orang dalam mengatur orang lain untuk melanjutkan kehidupannya di
tengah masyarakat. Bantuan sosial adalah elemen koneksi sosial, dan koneksi
sosial yang menggambarkan sifat keseluruhan dari koneksi relasional. Bantuan
sosial menetap pada individu mengikuti pilihan untuk mencari tahu apa yang
akan dia pilih.
Hal ini didukung oleh teori (Nurbaya, 2016) Aspek sosial yang
mempengaruhi perilaku kesehatan antara lain adalah umur yakni jika dilihat dari
golongan umur maka ada perbedan pola penyakit dan hal ini mempengaruhi pola
pemikiran seseorang dalam mengambil kebijakan, semakin tua umur seseorang
maka pola pikir akan semakin lebih bijaksana. Disisi lain ditinjau dari jenis
kelamin maka keputusan untuk menggunakan pengobatan alternative dalam
keluarga sangat dipengaruhi oleh kepala keluarga yakni pihak laki-laki sebagai
pengambil keputusan dalam keluarga.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Miftahul,
2016) didapatkan 76 responden lebih memilih pengobatan tradisional karena
keluarga atau orang lain yang mengatakan bahwa pengobatan tradisional lebih
efektif untuk dilakukan. Hal ini disebabkan oleh dukungan sosial yang
melatarbelakangi stimulus berbeda, maka akan dapat membawa perbedaan hasil
persepsi. Seseorang apabila memiliki harapan dan penilaian yang baik terhadap
situasi tertentu, maka akan muncul tindakan selaras dengan situasi yang terjadi,
demikan pun sebaliknya.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Hartono,
2020) Pada hasil pemeriksaan informasi, sudut sosial menunjukkan kelas yang
layak di atas 25 individu (setengah). Sosial berkenaan dengan peristiwa gagasan
atau pengenalan pandangan atau dampak oleh satu individu kepada individu lain
51
dengan tujuan tertentu dalam pikiran sehingga individu tersebut mengikuti
dampak tersebut tanpa berpikir. Menurut perspektif humanistik, seperti yang
ditunjukkan oleh Bentuk, kontras antara asumsi dan kenyataan atau antara
keadaan saat ini dan keadaan yang seharusnya.
Berdasarkan penjelasan di atas peneliti mengasumsikan bahwa
dukungan sosial berpengaruh terhadap pemilihan pengobatan tradisional.
Dukungan sosial kategori kurang dengan pemilihan pengobatan tradisional yang
tidak tepat yang terbanyak. Hal ini dikarenakan dukungan sosial yang kurang
membuat mereka yang telah berobat ke sangkal putung merasa pemilihan
pengobatan tradisional sangkal putung ini tidak tepat. Responden dengan
pemilihan pengobatan tradisional yang tepat kebanyakan dukungan sosialnya
kategori baik. Jadi semakin baik dukungan sosialnya maka pemilihan
pengobatan tradisional yang tidak tepat semakin sedikit.
52
keseluruhan faktor ekonomi dengan kategori tinggi UMP berjumlah 21 responden
(38%).
Faktor ekonomi kategori rendah UMP dengan pemilihan pengobatan
tradisional yang tepat berjumlah 31 responden (56,3) ini dikarenakan 31
responden berobat ke sangkal putung karena pendapatannya yang rendah UMP
sehingga mereka memilih untuk berobat ke sangkal putung terlebih dahulu dan
31 responden ini bisa merasakan manfaat berobat ke sangkal putung dan
sembuh. Hal ini menjadikan pengobatan sangkal putung menjadi pengobatan
yang tepat untuk dilakukan pada saat terjadi fraktur. Sedangkan faktor ekonomi
kategori rendah UMP dengan pemilihan pengobatan tradisional yang tidak tepat
berjumlah 3 responden (5,4%) ini karena 3 responden berobat ke sangkal putung
karena pendapatannya yang rendah UMP dan pada saat mereka berobat ke
sangkal putung mereka tidak nyaman dengan pelayanan yang ada di sangkal
putung dan 3 responden tidak bisa sembuh harus tetap berobat ke rumah sakit.
Hal ini menjadikan pengobatan sangkal putung bukanlah pilihan yang tepat untuk
mengobatan patah tulangnya. Secara keseluruhan faktor ekonomi kategori
rendah UMP berjumlah 34 responden (61%). Maka didapatkan hasil analisa data
dengan menggunakan uji statistic chi square diperoleh nilai signifikan 0,022
dengan tingkat signifikan < 0,05. Ini berarti H₀ ditolak dan Ha di terima. Dari hasil
tersebut terdapat pengaruh antara faktor ekonomi terhadap pemilihan
pengobatan tradisional pada pasien fraktur ke sangkal putung di sidomulyo
selatan.
Hal ini didukung oleh hipotesis (Hakim, 2018) bahwa sebagian besar
individu yang melakukan praktik pengobatan tradisional berasal dari kalangan
bawah dengan alasan selain sederhana juga sederhana sehingga pengobatan
konvensional seperti ini merupakan keputusan biasa karena biaya terbatas dan
masuk ke spesialis. Penjelasan di balik biaya sebagai penjelasan paling esensial
dalam pemilihan pengobatan konvensional. Pengobatan sederhana sering
dianggap sebagai alasan mendasar dalam memutuskan untuk pergi ke
pengobatan konvensional.
Hal ini didukung oleh hipotesis (Yuliani et al., 2020) bahwa elemen
moneter memainkan peran penting dalam pengakuan atau penolakan
pengobatan. Variabel ini didukung oleh pemahaman masyarakat bahwa
pengobatan tradisional membutuhkan sedikit tenaga, biaya dan waktu. Kapasitas
53
keuangan dengan gaji dan tingkat sosial individu keluarga memutuskan
bagaimana individu memilih dan menjalani perawatan yang ideal. Gaji yang lebih
tinggi atau status moneter sebagian besar akan condong ke arah pengobatan
klinis karena mereka mempertimbangkan dampak pengobatan yang dapat
merugikan.
Hal ini didukung oleh hipotesis (Ismail, 2015) bahwa individu yang
mengalami efek buruk dari siksaan fisik dan non-aktual mutlak membutuhkan
pengobatan agar penyakitnya dapat pulih secepat mungkin. Budaya masa kini
yang memiliki sumber daya yang memadai adalah pilihan terbaik untuk
mengalahkan penyakit mereka, tentu saja, mereka akan memilih spesialis atau
fakultas klinis untuk menganalisis dan membangun kembali menggunakan obat-
obatan saat ini sesuai keluhan mereka. Kemudian lagi, orang-orang yang kurang
berani keluar untuk mengobati penyakitnya membuat pengobatan sendiri dari
informasi tradisional yang diturunkan dari satu zaman ke zaman lainnya atau
mencari pengobatan konvensional yang mereka anggap dapat disembuhkan.
Eksplorasi ini sesuai dengan penelitian yang dipimpin oleh (Hartono,
2020) tentang konsekuensi pemeriksaan informasi, dari sudut pandang moneter
menunjukkan kelas yang memadai sebanyak 24 orang (48%). Sehingga ada
pengaruh unsur moneter dengan penentuan perawatan putung pengganti gigi.
Aspek keuangan adalah informasi sosial dalam berkonsentrasi pada perilaku
manusia dalam menjelajahi kehidupan individu, terutama dengan pekerjaan
untuk mengatasi masalah sehari-hari untuk mencapai kesuksesan dan bantuan
pemerintah..
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang diarahkan oleh (Yuliani et
al., 2020) diketahui bahwa responden yang memiliki variabel keuangan rendah
cenderung terhadap pengobatan tradisional, khususnya 14 (93,3%) dari hasil di
atas, hal ini menunjukkan bahwa responden rendah terikat untuk mengawasi
pengobatan. Pasalnya, meski biaya pengobatan bisa ditanggung oleh otoritas
publik atau BPJS, rata-rata biaya sembako yang mereka pilih tidak bisa
ditekankan. Ketika keluarga menunggu pasien untuk terapi, menghabiskan
sebagian besar hari dengan tujuan agar lebih banyak responden yang lebih
memilih untuk memilih terapi tradisional daripada pengobatan klinis.
Berdasarkan penjelasan di atas peneliti mengasumsikan bahwa faktor
ekonomi berpengaruh terhadap pemilihan pengobatan tradisional pada pasien
54
fraktur ke sangkal putung di sidomulyo selatan. Faktor ekonomi kategori tinggi
UMP dengan pemilihan pengobatan tradisional yang tidak tepat yang terbanyak.
Hal ini dikarenakan mereka yang berobat ke sangkal putung hanya untuk coba-
coba dan tidak menyembuhkan bagi mereka itu yang membuat pengobatan
sangkal putung tidak tepat bagi mereka. Responden dengan pemilihan
pengobatan yang tepat kebanyakan dari faktor ekonomi yang rendah UMP.
Faktor ekonomi kategori rendah UMP yang membuat masyarakat pada saat
pendapatan kurang lebih memilih untuk berobat ke pengobatan tradisional dan
bisa merasakan manfaatnya. Jadi semakin rendah pendapatan seseorang maka
pemilihan pengobatan sangkal putung sudah menjadi pilihan yang tepat.
55
memilih berobat ke sangkal putung, dan 9 responden pada saat berobat ke
sangkal putung mereka nyaman dengan pelayanan yang diberikan, mereka
menyakini bahwa ahli tulang bisa menyembuhkan patah tulangnya . hal ini
menjadikan pengobatan sangkal putung pilihan yang tepat untuk mengobati
patah tulangnya. Sedangkan faktor budaya terhadap pemilihan pengobatan
tradisional yang tidak tepat berjumlah 6 responden (10,9%) ini karena 6
responden berobat ke sangkal putung dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain
yang membuat mereka mengambil keputusan untuk berobat ke sangkal putung
terlebih dahulu dan pada saat mereka berobat ke sangkal putung 6 responden
tidak sembuh. Ini menjadikan pengobatan sangkal putung pilihan yang tidak
tepat untuk mengobati patah tulangnya. Secara keseluruhan faktor budaya
kategori tidak mendukung berjumlah 15 responden (27%). Maka didapatkan hasil
analisa data dengan menggunakan uji statistic chi square diperoleh nilai
signifikan 0,010 dengan tingkat signifikan < 0,05. Ini berarti H₀ ditolak dan Ha di
terima. Dari hasil tersebut terdapat pengaruh antara faktor budaya terhadap
pemilihan pengobatan tradisional pada pasien fraktur ke sangkal putung di
sidomulyo selatan.
Hal ini didukung oleh hipotesis (Dian Mirza Togobu, 2018) bahwa
kecenderungan masyarakat yang lebih mempercayai dukun daripada tenaga
kesehatan memang sulit untuk diubah karena sebelum mengenal pengobatan
modern mereka lebih dulu mengenal pengobatan konvensional. Pengobatan
konvensional telah datang dari pendahulunya dan mereka menerima bahwa
segala penyakit dapat disembuhkan dengan pengobatan tradisional.
Hal ini didukung oleh hipotesis (Hakim, 2018) keyakinan yang dimiliki
individu tertentu, terutama dalam kekuatan cara hidup mereka. Keyakinan sangat
kuat dan menembus budaya Jawa. Kesehatan penilaian magis terdiri dari jenis
yang sebenarnya dan sifat yang sebenarnya, khususnya mendalam. Pandangan
terhadap kesejahteraan yang terkena dampak, baik fisik maupun mental,
merupakan sikap yang masuk akal bagi individu yang berhubungan dengan
budaya Indonesia. Ketika seseorang merasa bahwa pengobatan konvensional
adalah budaya yang diturunkan dari satu zaman ke zaman yang lain, tidak ada
alasan bagi mereka untuk tidak melakukannya.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Ismail, 2015)
hasil analisis statistic didapatkan data faktor budaya menunjukan kategori
56
mnendukung sebanyak 63 responden. Hal ini menunjukan ada pengaruh faktor
budaya dengan keputusan masyarakat dalam pemilihan obat tradisonal. Pada
saat seseorang sudah menyakini budayanya maka susah untuk mereka
meninggalkan budaya yang sudah ada sejak turun temurun.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Nurbaya,
2016) di dapatkan 70 orang yang mengatakan bahwa faktor budaya
mempengaruhi terhadap keputusan masyarakat memilih pengobatan tradisional
nilai-nilai budaya yang dominan pada individu sangat mempengaruhi
pembentukan kepribadian individu tersebut. Banyaknya tradisi yang
mempengaruhi perilaku kesehatan dan status kesehatan misalnya tradisi berobat
ke pengobatan tradisional, pada saat seseorang sakit mereka langsung
membawanya ke pengobatan tradisional tanpa berpikir panjang.
Berdasarkan penjelasan di atas peneliti mengasumsikan bahwa faktor
budaya berpengaruh terhadap pemilihan pengobatan tradisional pada pasien
fraktur ke sangkal putung di sidomulyo selatan. Faktor budaya kategori tidak
mendukung terhadap pemilihan pengobatan tradisional yang tida tepat paling
banyak. Hal ini dikarenakan faktor budaya yang tidak mendukung membuat
mereka tidak mempercayai pengobatan sangkal putung ini dapat menymbuhkan
ini yang membuat mereka tidak menjadikan sangkal putung ini pengobatan yang
tepat. Responden dengan pemilihan pengobatan tradisional yang tepat
kebanyakan faktor budayanya mendukung ini yang membuat mereka percaya
dengan pengobatan sangkal putung dan menjadikan pengobatan sangkal putung
ini sebagai pengobatan yang tepat. Jadi semakin faktor budayanya mendukung
maka pemilihan pengobatan tradisional yang tidak tepat menjadi sedikit.
57
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil Berdasarkan pemeriksaan dan percakapan, dapat ditarik
kesimpulan mengenai variabel-variabel yang mempengaruhi pemilihan obat
tradisional pada pasien istirahat di Sidomulyo Selatan sebagai berikut:
1. Dukungan sosial masyarakat yang berobat ke sangkal putung di sidomulyo
selatan paling banyak yaitu dukungan sosial kategori baik dengan presentase
55%.
2. Faktor ekonomi masyarakat yang berobat ke sangkal putung di sidomulyo
selatan paling banyak yaitu faktor ekonomi kategori rendah UMP dengan
presentase 62%.
3. Faktor budaya masyarakat yang berobat ke sangkal putung di sidomulyo
selatan paling banyak yaitu faktor budaya kategori mendukung dengan
presentase 73%.
4. Terdapat pengaruh antara dukungan sosial terhadap pemilihan pengobatan
tradisional pada pasien fraktur ke sangkal putung di sidomulyo selatan
dengan P Value p=0,003 lebih kecil 0,05.
Terdapat pengaruh antara faktor ekonomi terhadap pemilihan pengobatan
tradisional pada pasien fraktur ke sangkal putung di sidomulyo selatan
dengan P Value p=0,022 lebih kecil 0,05.
Terdapat pengaruh antara faktor budaya terhadap pemilihan pengobatan
tradisional pada pasien fraktur ke sangkal putung di sidomulyo selatan
dengan P Value p=0,010 lebih kecil 0,05.
58
5.2 Saran
1. Profesi Keperawatan
Diharapkan penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai tambahan referensi
informasi tentang unsur-unsur yang mempengaruhi keputusan berobat pada
pasien istirahat.
2. Administrasi kesejahteraan
Hal ini diandalkan untuk memiliki pilihan untuk bekerja pada presentasi
petugas dan fakultas klinis lainnya untuk lebih mengembangkan perawatan untuk
pasien patah (patah tulang).
3. Masyarakat
Dipercaya bahwa mereka dapat membangun data dan informasi tentang
pengobatan tradisional dan memahami pengobatan konvensional seperti yang
mereka lakukan.
4. Ilmuwan berikut
Ilmuwan masa depan diandalkan untuk memiliki pilihan untuk melibatkan
konsekuensi dari tinjauan ini sebagai semacam perspektif atau pemeriksaan
signifikan yang akan mengarahkan penelitian pada penentuan pengobatan
konvensional untuk sangkal putung.
59
DAFTAR PUSTAKA
Aristi, & Asti. (2018). Penerapan Mobilisasi Dini Pada Pasien Post Orif Fraktur
Ekstremitas Bawah Dengan Gangguan Mobilitas Fisik. Polltekkes
Kemenkes, 1–5.
Astuti Nur, & E. (2018). Penerapan Teknik Relaksasi Nafas Dalam Pada
Gangguan Kbutuhan Nyaman: Nyeri Pasien Post Operasi Fraktur Femure.
1–44.
Azwar, S (2017). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka belajar
60
Hartono, A. B. (2020). Survei minat masyarakat terhadap pengobatan Tradisional
Sangkal putung se-Kabupaten Nganjuk.
Pradana, & A. (2017). Gambaran health belief model pada individu yang memilih
dan menjalani pengobatan tradisional Sangkal putung di desa Sumput,
kecamatan Sidoharjo. 1–18.
Sari, A., Priambodo, A., Pramono, D., Yudhanto, E., & Budijitno, S. (2017).
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETERLAMBATAN
BEROBAT PADA PASIEN PATAH TULANG YANG MENGGUNAKAN
SISTEM PEMBIAYAAN JAMKESMAS. In Jurnal Kedokteran Diponegoro
(Vol. 1, Issue 1).
61
Putung H. Atmo Saidi Di Desa Sroyo Kecamatan Jaten Kabupaten
Karanganyar. Sosialitas: Jurnal Ilmiah Pendidikan Sosiologi-Antropologi,
5(2).
Yuliani, E., Maryuni, S., & Martini, M. (2020). Hubungan Faktor Ekonomi
Terhadap Pemilihan Pengobatan pasien Fraktur. 1(2), 20–27.
62
63
Lampiran 1
RIWAYAT HIDUP
64
Lampiran 2
65
LAMPIRAN 3
66
LAMPIRAN 4
67
LAMPIRAN 5
68
LAMPIRAN 6
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
Alamat :Jl. Prof. DR. H. Mansoer Pateda, Desa Pentadio Timur Kab.Gorontalo
Website:http://www.umgo.ac.id/Email:info@umgo.ac.idTlp./fax(0435)881135881136
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Gorontalo Program Studi S1 Keperawatan: Nama : Nurul
Hasanah NIM : C01417135. Akan melakukan penelitian dengan judul “Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Pengobatan Tradisional pada pasien
Fraktur di Sangkal putung Sidomulyo Selatan”.
Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi
bapak/ibu sebagai responden. Kerahasiaan semua informasi akan dijaga dan
dipergunakan untuk kepentingan penelitian. Jika bapak/ibu tidak bersedia
menjadi responden dalam penelitian ini, maka tidak ada ancaman bagi
bapak/ibu. Jika bapak/ibu menyetujui, maka saya mohon kesediaan bapak/ibu
untuk menandatangani lembar persetujuan saya dan menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang saya sertakan. Atas perhatian dan kesediaan bapak/ibu
sebagai responden saya ucapkan terima kasih.
Peneliti,
NURUL HASANAH
69
LAMPIRAN 7
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
Alamat :Jl. Prof. DR. H. Mansoer Pateda, Desa Pentadio Timur Kab.Gorontalo
Website:http://www.umgo.ac.id/Email:info@umgo.ac.idTlp./fax(0435)881135881136
Gorontalo, 2021
Responden
70
Lampiran 8
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
Alamat :Jl. Prof. DR. H. Mansoer Pateda, Desa Pentadio Timur Kab.Gorontalo
Website:http://www.umgo.ac.id/Email:info@umgo.ac.idTlp./fax(0435)881135881136
Petunjuk Pengisian
1. Pertanyaan dibawah ini adalah pertanyaan yang berisi tentang respon
saudara/i ketika berobat di Sangkal putung Sidomulyo selatan.
2. Berikan tanda centang ( ) pada kolom yang ada disebelah kanan pada
masing-masing pertanyaan dengan pilihan yang sesuai dengan yang
anda alami.
1. Ya
2. Tidak
Nama :
Tanggal pengisian :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Pendapatan :
Suku :
Pengobatan yang dilakukan sebelum ke sangkal putung :
71
A. Faktor Dukungan Sosial
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah ada keluarga atau teman yang pernah
berobat di pengobatan Sangkal putung
Sidomulyo selatan?
2. Apakah saat mengalami fraktur (patah tulang)
keluarga atau kerabat anda langsung pergi
berobat ke sangkal putung?
3. Apakah anda menggunakan pengobatan sangkal
putung karena banyak orang yang
memanfaatkannya?
4. Apakah anda menggunakan pengobatan sangkal
putung karena keluarga atau kerabat anda
sembuh dengan pengobatan tersebut?
5. Apakah masyarakat dilingkungan anda menggunakan
pengobatan sangkal putung pada saat terjadi
fraktur?
6. Pengobatan sangkal putung dapat digunakan semua
umur sehingga saya memanfaatkannya?
7. Apakah anda menggunakan pengobatan sangkal
putung karena ada yang menyarankannya?
8. Saya merasa pengobatan sangkal putung merupakan
salah satu jenis pengobatan yang tepat untuk
digunakan?
9. Apakah ada pengalaman keluarga yang tidak
menyenangkan saat berobat disangkal putung?
10 Apakah pengobatan sangkal putung menjadi
pertolongan pertama pada saat mengalami
fraktur?
B. Faktor Ekonomi
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Saya menggunakan pengobatan sangkal putung
karena biayanya dapat dijangkau
2. Apakah pendapatan anda besar UMP 2.788.826 ?
3. Saya menggunakan pengobatan sangkal putung
karena lokasinya lebih dekat dari tempat tinggal
sehingga tidak perlu menggunakan biaya
transportasi yang tinggi?
4. Pengobatan sangkal putung tidak memerlukan resep
obat sehingga tidak perlu mengeluarkan banyak
uang
72
5. Saya akan menggunakan pengobatan sangkal putung
karena hasilnya lebih baik dan biaya yang sedikit
6. Jika melakukan pengobatan sangkal putung tidak
perlu membayar ruangan karena pasien langsung
pulang ke rumah setelah mendapatklan
pengobatan
7. Fraktur adalah penyakit yang harus cepat ditangani
sehingga saya lebih memilih pengobatan sangkal
putung
8. Pengobatan sangkal putung merupakan pilihan bagi
keluarga dengan tingkat pendapatan rendah
9. Saya menggunakan pengobatan sangkal putung
dibandingkan pengobatan medis karena sama-
sama menyembuhkan dan tidak mahal
10 Pengobatan sangkal putung bukanlah pengobatan
yang murah tapi memang dapat menyembuhkan
C. Faktor Budaya
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Jika ada kecelakaan, masyarakat sekitar tempat
tinggal saya terlebih dahulu pergi ke pengobatan
sangkal putung?
2. Apakah berobat ke Sangkal putung sudah menjadi
kebiasaan masyarakat saat terjadi fraktur (patah
tulang) ?
3. Saya dan keluarga percaya bahwa dengan berobat
kesangkal putung akan sembuh?
4. Pengobatan sangkal putung merupakan pengobatan
patah tulang yang menyembuhkan?
5. Sejak dulu sampai sekarang pengobatan sangkal
putung menjadi pengobatan pertama pada saat
terkilir bahkan patah tulang?
6. Pengobatan sangkal putung diyakini dapat mengobati
fraktur (patah tulang) walaupun hanya
menggunakan tehnik memijat?
7. Masyarakat Gorontalo atau Jawa memiliki kebiasaan
pergi ke pengobatan sangkal putung sebelum
keRumah sakit?
8. Saya percaya bahwa orang-orang yang memiliki
keterampilan dalam memberikan pengobatan
Sangkal putung bisa membantu untuk
menyembuhkan patah tulang?
9. Fraktur (patah tulang) dapat disembuhkan walaupun
73
tanpa pergi ke Rumah sakit?
10 Agama saya meyakini bahwa penyakit apapun pasti
dapat disembuhkan dengan izin Tuhan?
74
LAMPIRAN 9 Uji Reliabilitas
1. Faktor sosial
N %
Excludeda 0 .0
Total 32 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.715 10
2. Faktor ekonomi
75
Case Processing Summary
N %
Excludeda 0 .0
Total 32 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.686 10
3. Faktor budaya
N %
Excludeda 0 .0
Total 32 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.622 10
76
Case Processing Summary
N %
Excludeda 0 .0
Total 32 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.615 10
77
LAMPIRAN 10 MASTER TABEL
dukungan
Nama JK U PEKERJAAN PENDAPATAN SUKU pengobatan sebelum ke sangkal putung sosial faktor ekonomi faktor budaya pemilihan pengobatan tradisional
tn. A 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1
tn.S 1 1 1 2 1 3 1 2 1 1
tn.ML 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1
tn. B 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1
An.A 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1
tn.W 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1
tn.MM 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1
tn.K 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1
tn. AS 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1
tn. H 1 2 1 1 1 3 3 2 2 2
tn. NH 1 2 1 1 2 3 1 1 1 1
tn. WM 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1
An. F 1 2 1 1 2 3 2 2 1 2
tn. SP 1 2 1 1 2 3 2 2 1 2
tn. MI 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1
tn. KF 1 2 2 2 2 3 3 2 2 2
tn.SG 1 2 2 2 2 3 1 2 2 1
Tn. G 1 2 2 2 2 3 1 1 1 1
tn. J 1 3 2 1 2 3 1 1 1 1
tn. T 1 3 3 2 2 3 3 2 2 2
tn. AS 1 3 3 2 2 3 3 2 2 1
An. AD 1 3 3 2 2 3 1 2 2 1
tn. R 1 3 3 2 2 3 1 1 1 1
tn. M 1 3 2 2 2 3 1 1 1 1
tn. GN 1 3 2 2 2 3 1 1 1 1
tn. L 1 3 2 2 2 3 1 2 1 1
tn D 1 3 2 2 1 3 2 2 1 2
tn. S 1 3 2 2 1 3 2 2 1 1
tn. SN 1 4 3 2 1 3 2 1 1 1
tn.G 1 4 3 2 2 3 3 1 2 2
78
tn. H 1 4 3 2 2 3 1 2 1 1
tn.P 1 4 3 2 2 2 2 2 1 1
tn.R 1 4 3 2 2 3 2 2 1 1
tn. B 1 4 3 2 2 3 2 2 1 1
ny. M 2 1 1 1 2 2 1 2 1 1
ny. J 2 1 1 2 1 3 1 1 2 1
ny. K 2 1 1 2 1 3 1 1 2 1
ny. EW 2 1 1 1 1 2 2 1 2 2
An. JA 2 1 1 1 2 3 1 2 1 1
An. AI 2 1 1 1 2 1 3 2 1 1
ny. S 2 1 1 2 2 2 3 2 1 2
ny. T 2 2 1 2 2 3 3 1 1 1
ny. MS 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1
ny. I 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1
ny. KJ 2 2 3 1 2 3 1 2 1 1
ny. P 2 2 3 1 2 3 2 2 1 1
ny. JM 2 2 3 1 2 1 3 2 1 1
ny. NJ 2 2 2 1 2 2 3 2 1 1
ny. WA 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1
ny. MI 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2
ny. D 2 2 2 2 2 3 1 1 2 1
ny. IS 2 3 2 2 2 3 1 1 1 1
an. HS 2 3 2 2 2 2 1 1 1 1
Ny. KR 2 3 2 2 2 2 2 2 1 1
ny. K 2 4 2 2 1 2 2 2 2 1
79
Keterangan :
Jenis kelamin Dukungan sosial
1. Laki-laki 1. Baik (16-20 poin)
2. Perempuan 2. Cukup ( 11-14 poin
Usia 3. Kurang (≤10 poin)
1. 8-22 tahun Faktor ekonomi
2. 23-37 tahun 1. Tinggi UMP (14-20 poin)
3. 38-53 tahun 2. Rendah Ump (≤13 poin)
4. 54-65 tahun Faktor budaya
Pendapatan 1. Mendukung (14-20 poin)
1. Tinggi UMP 2. Tidak mendukung (≤13 poin)
2. Rendah UMP Pemilihan pengobatan tradisional
Suku 1. Tepat (14-20 poin)
1. Jawa 2. Tidak tepat (≤13 poin)
1. Gorontalo
Pengobatan sebelum ke sangkal putung
1. Rumah sakit
2. Puskesmas
3. Sangkal putung
Pekerjaan
1. Petani
2.
3. Pedagang
4. Lain-lain
80
LAMPIRAN 11. UJI STATISTIK
1. Analisa Univariat
Dukungan Sosial
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Faktor Ekonomi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Faktor Budaya
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
81
Pemilihan Pengobatan Tradisional
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
2. Analisa bivariat
Count
cukup 11 4 15
kurang 5 5 10
Total 45 10 55
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 55
82
Faktor Ekonomi * Pemilihan Pengobatan Tradisional Crosstabulation
Count
rendah UMP 31 3 34
Total 45 10 55
Chi-Square Tests
Continuity Correction b
3.724 1 .054
N of Valid Cases b
55
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.82.
Count
tidak mendukung 9 6 15
Total 45 10 55
83
Chi-Square Tests
N of Valid Casesb 55
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.73.
84
Lampiran 12. Dokumentasi
85
86