SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mengikuti ujian Sarjana
Keperawatan
Oleh
8411417233
disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh ujian akhir di
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan yang saya kutip dari hasil
karya orang lain telah dituliskan sumbernya dengan jelas sesuai dengan etika, norma,
kaidah penulisan ilmiah dan buku pedoman penulisan karya ilmiah Universitas
Negeri Gorontalo.
Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian skripsi ini bukan
hasil karya saya sendiri atau terdapat plagiat dalam bagian-bagian tertentu, maka saya
Demikian pernyataan ini dibuat dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan dari
siapapun.
Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada keringanan. Karena itu bila kau sudah
selesai (mengerjakan yang lain). Dan berharaplah kepada Tuhanmu.
(Q.S Al Insyira :6-8).
PERSEMBAHAN
Bahagia yang terindah dalam hidupku ketika melihat kedua orang tuaku
serta keluarga kecilku Tersenyum bahagia
akan keberhasilan Studiku
Kedua orang tuaku tercinta Drs. H. Abd. Hamid Tombokan dan Dra.
Hadiyah Ngurawan. Terima kasih atas kasih sayang, dukungannya
serta doa di setiap sujud kalian demi keselamatan dan kesuksesan
studiku.
Keluarga kecilku tersayang suamiku Nahrowi Abd. Ngurawan serta
kedua putraku Firaz Radhitya Ngurawan dan Ghiffary Abd. Muis
Ngurawan yang senantiasa mendampingi dan memberikan dukungan,
kasih sayang serta cinta kasih selama menyelesaikan tugas akhir ini.
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas izin dan kuasa-
Pemberian Stimulasi Murrotal Al-Qur’an dan Terapi Musik Klasik terhadap Nilai
Glasgow Coma Scale (GCS) Pasien dengan Penurunan Kesadaran di Unit Rawatan
Kritis RSUD Prof dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo” sebagai salah satu syarat untuk
Dengan penuh ketulusan penulis mengakui dalam penyusunan skripsi ini tidak
lepas dari dukungan, bimbingan, percikan pemikiran, bantuan, nasehat serta doa restu
dari berbagai pihak. Penulis menyadari kontribusi yang telah mereka berikan
besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Hi. Syamsu Qamar Badu, M.Pd selaku Rektor Universitas
Negeri Gorontalo.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Mahludin H. Baruwadi, M.Pd selaku Wakil Rektor I
Universitas Negeri Gorontalo. Bapak Supardi Nani, SE, M.Si, selaku Wakil
Rektor II Universitas Negeri Gorontalo. Bapak Dr. Fence M. Wantu, SH., MH.
selaku Wakil Rektor III Universitas Negeri Gorontalo. Bapak Prof. Dr.
Gorontalo.
3. Ibu Dr. Lintje Boekoesoe, M.Kes selaku Dekan Fakultas Olahraga dan
4. Ibu Risna Podungge, S.Pd., M.Pd. selaku Wakil Dekan I Fakultas Olahraga dan
Gorontalo.
5. Ibu dr. Zuhriana K. Yusuf, M.Kes., selaku wakil dekan II Fakultas Olahraga
yang telah sabar, tulus, dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam
6. Ibu dr. Nanang Roswita Paramata, M.Kes., selaku Ketua Program Studi Ilmu
7. Bapak Ns. Rhein M. Djunaid, S.Kep, M.Kes., selaku Sekretaris Program Studi
Gorontalo.
8. Ibu Ita Sulistiani Basir, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Pembimbing II yang telah
sabar, tulus, dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam
9. Ibu dr. Nanang Roswita Paramata M.kes. selaku Penguji I yang telah
10. Bapak Ns. H. Abd. Wahab Pakaya , S.Kep, M.Kep., selaku Penguji II yang
telah memberikan masukan, saran dan arahan yang bersifat membangun demi
11. Seluruh Bapak dan Ibu Staff Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Olahraga dan Kesehatan Universitas Negeri Gorontalo, terima kasih atas ilmu
bermanfaat yang telah diberikan selama menjalani studi sebagai mahasiswa ini.
12. Ibu Ns. Susanti Monoarfa, M.Kep, selaku Kepala Ruangan beserta seluruh staff
Intensive Care Unit (ICU) RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe yang telah banyak
membantu peneliti.
13. Ibu Ns. Lili Adolo, S.Kep, selaku Kepala Ruangan beserta seluruh staff High
Care Unit (HCU) RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe yang telah banyak
membantu peneliti
14. Bapak Ns. Idris Jusuf Pakaya, S.Kep, selaku Kepala Ruangan beserta seluruh
staff Cardio Vasculer Care Unit (CVCU) RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe yang
bersedia melibatkan diri dalam penelitian ini, terima kasih atas partisipasinya.
17. Anak-anakku tercinta, Firaz Radhitya Ngurawan dan Ghiffary Abd. Muis
studi.
18. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Ners B Angkatan 2017 yang tidak dapat
19. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah ikut
studiku.
‘alamiin
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa masih
adanya saran dan kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
A. Identitas
Lampiran 9 Dokumentasi
BAB I
PENDAHULUAN
Unit perawatan kritis merupakan unit pelayanan di rumah sakit yang khusus
mengelola pasien dalam kondisi kritis atau sakit berat, cedera dengan penyulit yang
mengancam jiwa, yang membutuhkan tenaga terlatih dengan didukung oleh peralatan
khusus (Husna,2015).
untuk memberikan perawatan kritis sesuai filosofi perawatan kritis tanpa batas
(critical care without wall), yaitu kebutuhan pasien kritis harus dipenuhi dimanapun
pasien tersebut secara fisik berada di dalam rumah sakit (Jevon & Ewens, 2012).
Dengan demikian pasien kritis erat kaitannya dengan perawatan intensif oleh karena
dengan cepat dapat dipantau perubahan fisiologis yang terjadi atau terjadinya
Pasien yang dirawat di unit perawatan kritis rata-rata adalah pasien yang dalam
Penurunan kesadaran dalam hal ini digambarkan sebagai keadaan dimana penderita
tidak sadar dalam arti tidak terjaga/tidak terbangun secara utuh sehingga tidak mampu
Diperkirakan bahwa sekitar 13 sampai dengan 20 juta orang per tahun membutuhkan
Bhagwanjee, & Rubenfeld, 2010). Pasien kritis prevalensinya terus meningkat setiap
tahunnya. World Health Organization (WHO) tahun 2017 melaporkan bahwa
kematian akibat penyakit kritis hingga kronik di dunia meningkat sebanyak 1,1-7,4
juta orang dan terdapat 9,8-24,6 pasien sakit kritis dan dirawat di ICU per 100.000
neurologic yakni dengan menggunakan skor Glasgow Coma Scale (GCS) dengan
nilai terendah 3 (respon paling sedikit), tertinggi adalah 15 (paling berespon), dan
vital, ukuran dan reaksi pupil, dan kekuatan ekstremitas (Smeltzer & Bare, 2013).
pembedahan, serta tindakan non farmakologi (Garland et al., 2013). Berbagai upaya
kesadaran pasien, antara lain: oksigenasi, pengaturan posisi, dan stimulasi suara dan
adalah terapi suara atau terapi musik (Mutaqqin, 2011). Terapi musik yang saat ini
kesadaran.
normal, dan meregangkan ketegangan otot tubuh. Istimewahnya pula, pengaruh ini
tidak hanya dialami oleh umat muslim, bahkan non muslim pun ikut merasakan hal
yang sama ketika diperdengarkan bacaan Al-qur’an. (Aqil dan Charis, 2016).
Qur’an sebagai media terapi. Al-Qur’an yang berarti bacaan merupakan mu’jizat
yang diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW dan merupakan
suatu ibadah jika membacanya. Murottal adalah rekaman suara Al-Qur’an yang
Stimulus Al Qur’an sama halnya dengan stimulus musik yang juga akan
Purnawan, 2012)
komponen emosional untuk kesadaran pasien yang tidak bisa melakukan komunikasi
verbal dan jatuh dalam kondisi koma (Keafsey, 1997 dalam Dewi, 2014). Stimulus
atas sistem saraf simpatis sehingga menghasilkan suatu kondisi relaks, keadaan ini
terjadi penurunan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, hambatan pembuluh darah
dan komsumsi oksigen oleh tubuh (Chiu & Kumar, 2003 dalam Widaryati, 2015).
surah Ar-Rahman, namun dalam penelitian ini tidak terdapat kelompok kontrol,
sedangkan pada penelitian Habi (2018) dengan judul pengaruh terapi murottal
terhadap peningkatan Glasgow Coma Scale pasien yang dirawat di ruangan ICU
RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo, dimana pada penelitian ini disertai
dengan kelompok kontrol namun kelompok kontrol disini tidak diberi perlakuan sama
sekali, sehingga dalam penelitian ini penulis tertarik menggunakan surah Ar-Rahman
sebagai media stimulasi Al-Qur’an dan Terapi Musik Klasik. Pemilihan surah Ar-
Rahman oleh ciri khas surah ini yakni kalimat berulang 31 kali “Fa-biayyi alaa'i
Rabbi kuma tukadzdzi ban (Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu
dustakan) yang terletak di akhir setiap ayat yang menjelaskan nikmat Allah SWT
bahkan memiliki kekuatan yang dapat menyembuhkan (Utama, 2011 dalam Firdaus,
Hasil survey awal di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe,
diperoleh jumlah pasien di unit rawatan kritis (ICU, HCU, dan CVCU) sebanyak
1352 orang (Medical Record, 2018), dan pada saat melakukan pengambilan data awal
kesadaran dengan rincian Icu 3 pasien, CVCU 1 pasien dan HCU terdapat 2 orang
Stimulasi Al-Qur’an. Sedangkan untuk Terapi Musik Klasik belum Pernah di Teliti.
Berdasarkan latar belakang dan data yang didapatkan di atas, penulis tertarik
Qur’an dan Terapi Musik terhadap Nilai Glasgow Coma Scale (GCS) Pasien dengan
Penurunan Kesadaran di Unit Rawatan Kritis RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota
Gorontalo”
1. Pasien yang dirawat di unit perawatan kritis rata-rata adalah pasien yang dalam
pasien yang dirawat di ruangan ICU RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota
Gorontalo, dimana pada penelitian ini disertai dengan kelompok kontrol namun
4. Hasil survey awal peneliti di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Hi. Aloei
Saboe, diperoleh bahwa dalam data kurun waktu 6 bulan terakhir (data April
(ICU, HCU, dan CVCU) ada sebanyak 1352 orang. (Medical Record, 2018).
Stimulasi Al-Qur’an dan Pemberian Terapi Musik klasik terhadap Nilai Glasgow
Coma Scale (GCS) Pasien dengan Penurunan Kesadaran di Unit Rawatan Kritis
Musik Klasik terhadap Nilai Glasgow Coma Scale (GCS) Pasien dengan Penurunan
Kesadaran di Unit Rawatan Kritis RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo”.
Kesadaran di Unit Rawatan Kritis RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota
Gorontalo
Unit Rawatan Kritis RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo.
Klasik terhadap Nilai Glasgow Coma Scale (GCS) Pasien dengan Penurunan
Kesadaran di Unit Rawatan Kritis RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota
Gorontalo.
1.5 Manfaat Penelitian
penelitian selanjutnya.
tentang stimulasi Al-Qur’an dan Terapi Musik Klasik. Selain itu hasil penelitian
ini akan dijadikan sebagai kerangka acuan untuk penelitian selanjutnya, serta
3. Bagi Peneliti
melakukan penelitian.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Kesadaran yang utuh adalah suatu keadaan individu yang sadar akan dirinya
dan lingkungannya pada saat menghadapi stimulasi yang adekuat. Kesadaran yang
bagian sentral batang otak bagian rostral mulai dari mielum sampai di
Kesadaran menurun dengan derajat paling berat dikenal sebagai koma, merupakan
kasus kedaruratan neurologik yang memerlukan tindakan yang tepat, cepat dan
kesadaran menurun harus bersifat antisipatif dan bukannya reaktif, dengan kecepatan
dan kecermatan tindakan sesuai prosedur tetap yang berlaku (Harsono, 2015).
mendahului penurunan kesadaran, jadi merupakan suatu siklus. Pada kesadaran yang
meningkat atau eksitasi serebral dapat ditemukan tremor, euphoria, dan mania. Pada
mania, penderitanya dapat merasakan ia hebat (grandios) ; alur pikiran cepat berubah,
hiperaktif, banyak bicara dan insomnia (tak dapat atau sulit tidur).
Menurut Hermayudi & Ariani (2017) tingkat kesadaran terdiri dari tujuh
tingkatan yakni :
1) Compos mentis
2) Apatis
Keadaan dimana pasien tampak segan dan acuh tak acuh terhadap lingkungan
sekitarnya.
3) Delirium
Penurunan kesadaran yang disertai kekacauan motorik, serta siklus tidur dan
bangun yang terganggu. Pasien tampak gaduh gelisah, kacau, diorientasi, dan
meronta ronta.
4) Somnolen
Keadaan mengantuk yang masih dapat pulih penuh bila dirangsang, tetapi bila
5) Sopor (stupor)
rangsangan yang kuat, misalnya dengan ranngsangan nyeri tetapi pasien tidak
terbangun sempurna dan tidak dapat memberikan jawaban verbal yang baik.
dan tidak dapat dibangunkan sama sekali, tetapi refleks (kornea, pupil) masih
7) Koma
Penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak ada gerakan spontan dan tidak
a. Membuka mata
Respon 3
Setelah rangsangan suara atau perintah √
terhadap suara
Rangsangan
Setelah rangsangan pada ujung jari √ terhadap 2
tekanan
Tidak membuka mata sama sekali, 1
√ Tidak ada
tanpa faktor penghalang
Tertutup oleh faktor lokalis √ Tidak dapat X
dinilai
Respon Verbal
Mengerang √ Suara 2
rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga
nadi, dan aktifitas gelombang otak. Laju pernafasan yang lebih dalam atau
Murottal adalah rekaman suara Al-Qur’an yang dilagukan oleh seorang Qori’
diperdengarkan sebagai media atau sarana untuk menenangkan diri dan mendekatkan
diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Lantunan Al-Qur’an secara fisik mengandung
yang menakjubkan dan alat yang paling mudah dijangkau (Purna, 2006). Tempo yang
mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas, dan tegang, memperbaiki sistem kimia
mujarab. Seperti yang telah dijelaskan didalam Al-Qur’an surah Al-isra:82. “Dan
Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-
orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang
menunjukkan bahwa Al-Qur’an sebagai obat dari berbagai penyakit. Allah tidak
Hal tersebut didukung dari Firman Allah yang menyebutkan “ Dan kami
merupakan media yang mampu menjadi penyembuh bagi suatu penyakit dan
penawar nya. Dalam melakukan terapi harus ada pengulangan yang berulang hal ini
sangat penting untuk bisa merasakan yang lebih sering agar memori yang dirasakan
Dalam Shahih muslim, terdapat sabda Rasulullah SAW, riwayat Jabir bin
Abdilah yang artinya, “untuk setiap penyakit ada obatnya. Apabila obat sesuai dengan
penyakit, ia akan sembuh dengan izin Allah”. Maksud hadis ini, apabila seseorang
diberi obat sesuai dengan penyakitnnya , dan waktu sesuai dengan ketentuan Allah ,
atas izin-nya, maka orang sakit itu dapat sembuh dari penyakitnya. (Al-jauzi, 2005).
ketenangan jiwa.
gelombang otak. Laju pernafasan yang lebih dalam atau lebih lambat
akan meningkat, baik orang tersebut tahu arti Al-Quran atau tidak. Kesadaran
keadaan ini otak pada gelombang alpha, merupakan gelombang otak pada
frekuensi 7-14HZ. Ini merupakan keadaan energi otak yang optimal dan dapat
Musik adalah bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda-beda berdasarkan
sejarah, lokasi, budaya dan selera seseorang. (setiawan dan asmara, 2007). Hodges
(2000), mengatakan manusia akan makin memahami hidup berkat adanya lingkungan
verbal, kreatifitas dan rasa yang alamiah dari musik , juga sebagai fasilitator untuk
dimulai sejak 3000 tahun yang lalu. Walaupun penyakit masih merupakan misteri
bagi masyarakat kuno, secara intuitif mereka tahu bahwa bunyi-bunyian sangat
penting utuk penyembuhan. (kate dan mucci, 2002). Sedangkan menurut Campbell,
(2002) pemanfaatn musik untuk penyembuhan sudah berasal dari zaman phytagoras,
namun sesudah zaman renaisance munculah pendekatan baru yang analitis terhadap
ilmu kedokteran, dan sedikit dokter dan musikus yang bersedia menggunakan bunyi
digunakan untuk fungsi otak tingkat tinggi (higher brain function). (djohan, 2007)
Menurut Djohan (2016), Salah satu maksud dari terapi musik melalui intervensi
dan kesehatan serta kesejahteraan spritual maka dalam definisinya pun terdapat
1) Terapi musik yang digunakan terapis musik dalam sebuah tim yang terdiri dari
masuk dan melewati tubuh maka kitalah yang mebuat itu tubuh berfungsi. Jika
frekuensi kita bergetar dalam keselarasan, maka kita bisa sehat, kita bisa merasa
dalam keadaan baik serta bisa berhubungan dengan diri kita sendiri dan dengan orang
idealnya selaras dengan seluruh tubuh. Setiap bunyi mulai dari yang lembut seperrti
nada-nada musik yang murni sampai yang kasar seperti tembakan pistol,
Strategi terapi musik, serta delapan alasan penggunaan musik dalam kegiatan
terapeutik adalah :
saling percaya dan kooperatif satu sama lain dengan panduan satu
fasilitator.
Kesadaran di Ruang Intensive Care Unit(ICU) RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe
Kota Gorontalo. Desain penelitian Pre Experiment dengan one grup pre-post
ruang Intensive Care Unit. (ICU) RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota
Gorontalo.
2. Penelitian yang dilakukan Ismet Habi (2018) dengan judul Pengaruh Terapi
Unit (ICU) RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Desain penelitian
perlakuan pasien yang dirawat di ruangan ICU RSUD. Prof. Dr. H.Aloe Saboe
Penelitian ini merupakan pra eskperimen, dengan desain one group pre test-
post test. Hasil analisis variable GCS diperoleh nilai signifikansi 0,04.
terhadap tekanan darah sistolik dan diastolic, frekuensi respirasi dan nadi.
Pengaruh Stimulasi Sensori terhadap Nilai Glasgow Coma Scale pada Pasien
Cedera Kepala di Ruang Neurosurgical Critical Care Unit RSUP dr. Hasan
GCS pada kelompok kontrol dan perlakuan dianalisis dengan dependent t test.
pengaruh stimulasi sensori terhadap nilai GCS pada pasien cedera kepala
primer (p=0,041).
5. Penelitian yang dilakukan Safri (2013) dengan judul Murottal Al Qur`An dapat
adalah pre and post test non equivalent control group design. Terbukti bahwa
6. Penelitian yang dilakukan Arif Setyo Upoyo (2012) dengan judul Stimulasi
Murotal Al Quran terhadap Nilai Glasgow Coma Scale pada pasien Stroke
Iskemik. Desain penelitian adalah pre and post tes control group design. Hasil
yang didapatkan adalah terdapat perbedaan nilai GCS yang bermakna sebelum
KESADARAN
konsep lainnya dari masalah yang diteliti sesuai dengan apa yang telah diuraikan pada
terhadap penelitian yang dilakukan dan memberi landasan kuat terhadap topik
Pada penelitian ini, kerangka konsep yang diambil oleh peneliti adalah sebagai
berikut
Kelompok Intervensi 1
Stimulasi Al-Qur’an
Perubahan
GCS
Kelompok lntevensi 2
Terapi Musik Kalsik
Musik Klasik efektiv terhadap Nilai Glasgow Coma Scale (GCS) Pasien dengan
Penurunan Kesadaran di Unit Rawatan Kritis RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota
Gorontalo”.
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Unit Rawatan Kritis RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe
Kota Gorontalo. Unit Rawatan Kritis mencakup Ruang Intensive Care Unit (ICU),
Ruang High Care Unit (HCU), dan Ruang Cardio Vascular Care Unit (CVCU).
menggunakan metode Two group pre and post test desain. Dalam desain ini
Dalam desain ini, kedua kelompok intervensi diukur GCS (pre test), kemudian
diberi perlakuan kedua kelompok dites kembali GCS (post test) dan hasil kedua tes
akhir dibandingkan.
Eksperimen (R1) O1 X1 O2
Eksperimen (R2) O3 X2 O4
(Sugiyono, 2012).
Keterangan:
dalam sehari
ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2013). Variabel dependen dalam penelitian
dilaksanakan dalam penelitian (Putra, 2013). Definisi operasional pada penelitian ini
3.4.1 Populasi
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2013). Populasi dalam penelitian
ini adalah pasien dengan penurunan kesadaran di Unit Rawatan Kritis RSUD Prof.
Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo dengan jumlah sebanyak 30 pasien.
3.4.2 Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seruluh populasi. Dengan kata lain sampel adalah elemen-elemen
3. Berusia ≥ 12 tahun.
Tahapan persiapan dalam pengumpulan data terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil observasi yang diperoleh
melakukan observasi pasien serta pengambilan data awal di Rumah Sakit Umum
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari lingkungan penelitian. Data
sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari bagian Medical Record di Rumah Sakit
sesuai dengan kriteria responden. Setelah itu, peneliti kemudian mendatangi calon
observasi.
sebanyak 4x dalam sehari, dengan jedah waktu pemberian selama 2 jam. Setelah
tingkat kesadaran. Pelaksanaan intervensi ini dilakukan dalam kurun waktu 1 hari,
lembar observasi.
berikut:
a. Audio player dengan menggunakan headset yang berisi murottal Surah Ar-
Rahman
Scale (kuantitatif) yang akan digunakan untuk mengukur saat sebelum dan
setelah perlakuan
1. Editing/Memeriksa
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh
atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah
terkumpul.
3. Processing/Entri Data
Processing adalah memproses data agar data yang sudah di-entry dapat
dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan cara meng-entry data dari kuesioner ke
4. Cleaning/Pembersihan Data
1. Analisa Univariat
karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya
Dalam penelitian ini yang termasuk dalam analisa univariat adalah usia
dan Terapi Musik Klasik dan GCS setelah intervensi stimulasi Al-Qur’an dan Terapi
Musik Klasik
2. Analisa Bivariat
variabel. Analisis bivariat bertujuan untuk melihat pengaruh antara variabel bebas dan
variable terikat. Uji statistik yang digunakan adalah uji T berpasangan untuk
Stimulasi Al-Qur’an, uji T berpasangan untuk Terapi Musik, dan Independen T test,
jika data terdistribusi normal dan jika tidak maka dilakukan uji alternatif atau non
Dalam penelitian ini yang termasuk dalam analisa bivariat adalah pengaruh
stimulasi al-qur’an dan terapi musik klasik terhadap perubahan GCS dengan
berdistribusi normal
penjelasan (infomerd) tentang maksud, cara pelaksanaan dan efek dari penelitian itu
dan izin tertulis. Dalam penelitian ini, lembar persetujuan untuk responden yang
tanda tangan pada lembar persetujuan bahwa keluarganya dijadikan responden. Jika
kelurga`menolak untuk di jadikan responden maka peneliti tidak akan memaksa dan
2. Confidentiality (Kerahasian)
peneliti. Data hanya akan disajikan atau dilaporkan dalam bentuk kelompok yang
3. Privacy (Privasi)
Pada penelitian ini tidak mengganggu keleluasaan diri/privacy, dalam hal: rasa
hormat, harga diri, praktek budaya dan tidak mengganggu ketenangan hidup dan
keleluasaan diri/gerak, hal ini juga berkaitan dengan kerahasiaan dan maslah pribadi
pasien.
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode
Hasil Penelitian
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Hi. Aloei
Saboe Kota Gorontalo pada tanggal 19 November - 05 Desember 2018. Rumah Sakit
Umum Daerah Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe merupakan Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) terbesar yang ada di wilayah Provinsi Gorontalo dengan tipe B yang terletak
di jalan Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara,
Kota Gorontalo.
Rumah sakit umum daerah (RSUD) Prof. Dr. Hi. Aloe Saboe dilengkapi
dengan fasilitas kesehatan lainnya berupa askes Center, apotek, poliknik, medical
record, ruang operasi, UGD, CVCU, ICU, NICU, PICU, Hemodialisa, Radiologi,
Laboratorium, Ruang VK, adapun ruangan yang termasuk dalam ruangan rawatan
kritis yakni ruangan : ICU, CVCU, HCU, PICU dan NICU. ICU adalah ruangan
Intensive Care Unit yang di khususkan untuk pasien yang dengan penurunan
Care Unit) adalah ruangan yang di khususkan untuk pasien dengan gangguan pada
jantung. Dan untuk ruangan HCU (high care unit) yang terdiri dari beberapa ruangan
yakni : HCU infeksi, HCU Non infeksius, HCU bedah, HCU cardio. Jumlah perawat
yang bertugas diruangan ICU 21 orang, yang bertugas di ruangan CVCU 25 0rang
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe
Kota Gorontalo diperoleh distribusi responden berdasarkan umur pada tabel berikut
ini:
1 16-25 tahun 0 0 3 30
2 26-35 tahun 0 0 1 10
3 36-45 tahun 0 0 1 10
4 46-55 tahun 5 50 3 30
5 56-65 tahun 3 30 0 0
6 > 65 tahun 2 20 2 20
terbanyak pada kelompok Stimulasi Al-Qur’an yakni dengan umur 45-55 tahun yakni
sebanyak 5 responden (50%), umur 56-65 tahun sebanyak 3 responden (30%) dan >
tahun dan 46-55 tahun masing-masing sebanyak 3 responden (30%), kemudian umur
> 65 tahun sebanyak 2 orang (20%) dan 26-35 tahun serta 36-45 tahun masing-
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe
Kota Gorontalo diperoleh distribusi responden berdasarkan jenis kelamin pada tabel
berikut ini:
1 Laki-laki 4 40 4 40
2 Perempuan 6 60 6 60
penelitian didapatkan bahwa jenis kelamin responden terbanyak baik pada kelompok
stimulasi Al-Qur’an maupun kelompok musik adalah sama yakni jenis kelamin
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe
2 Stroke Haemorragic 3 30 2 20
4 Myastenia Gravis 0 0 1 10
5 PPOK 1 10 0 0
didapatkan bahwa diagnosa medis responden terbanyak pada kelompok Stimulasi Al-
Cedera Otak Berat sebanyak 4 responden (40%), kemudian diagnosa Stroke Non
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe
Kota Gorontalo diperoleh distribusi Glasgow Comma Scale (GCS) responden dengan
penurunan kesadaran sebelum dan setelah dilakukan terapi Stimulasi Al-Qur’an pada
Tabel 4.4 Tabel Glasgow Comma Scale (GCS) Responden dengan Penurunan
Kesadaran Sebelum dan Setelah dilakukan Stimulasi Al-Qur’an
Pre Test Post Test
No. Keterangan
Stimulasi Al-Qur’an Stimulasi Al-Qur’an
1 10 11 Meningkat
2 9 10 Meningkat
3 12 13 Meningkat
4 9 10 Meningkat
5 8 9 Meningkat
6 10 11 Meningkat
7 11 12 Meningkat
8 8 9 Meningkat
9 4 5 Meningkat
10 8 8 Tetap
terapi murottal terbanyak yakni dengan GCS 8 sebanyak 3 responden, kemudian GCS
9 dan GCS 10 masing-masing sebanyak 2 responden, serta GCS 4, GCS 11 dan GCS
Nilai GCS responden sebagian besar berada pada GCS 9, GCS 10 dan GCS 11 yakni
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe
Kota Gorontalo diperoleh distribusi Glasgow Comma Scale (GCS) responden dengan
penurunan kesadaran sebelum dan setelah dilakukan terapi Musik Klasik pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.5 Tabel Glasgow Comma Scale (GCS) Responden dengan Penurunan
Kesadaran Sebelum dan Setelah dilakukan Terapi Musik Klasik
Pre Test Post Test
No. Keterangan
Terapi Musik Klasik Terapi Musik Klasik
1 8 8 Tetap
2 11 12 Meningkat
3 8 9 Meningkat
4 6 7 Meningkat
5 10 11 Meningkat
6 6 7 Meningkat
7 9 9 Tetap
8 8 9 Meningkat
9 9 10 Meningkat
10 8 9 Meningkat
terapi musik klasik terbanyak yakni dengan GCS 8 sebanyak 3 responden, kemudian
GCS 6 dan GCS 9 masing-masing sebanyak 2 responden serta GCS 10 dan GCS 11
masing-masing sebanyak 1 orang. Setelah diberikan terapi musik klasik Nilai GCS
responden sebagian besar berada pada GCS 9 yakni sebanyak 4 respoden, GCS 7
sebanyak 2 responden dan GCS 8, GCS 10, GCS 11 dan GCS 12 masing-masing
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe
Kota Gorontalo diperoleh gambaran Perbedaan Rata-rata Nilai Glasgow Coma Scale
Stimulasi Al-Qur’an dan Terapi Musik Klasik pada tabel berikut ini:
Tabel 4.6 Perbedaan Rata-rata Nilai Glasgow Coma Scale (GCS) Responden
Sebelum dan Setelah Prosedur Antara Pemberian Stimulasi Stimulasi Al-
Qur’an dan Terapi Musik Klasik di Unit Rawatan Kritis RSUD Prof Dr.
Hi. Aloei Saboe
Mean CI p
Variabel N Mean SD
Difference Lower Upper Value
Stimulasi Al-Qur’an 10
Berdasarkan tabel 4.6, menunjukan data rata-rata Glasgow Coma Scale (GCS)
sebelum pemberian terapi stimulasi Al-Qur’an adalah 8.90 dan rata-rata Glasgow
Coma Scale (GCS) setelah pemberian terapi stimulasi Al-Qur’an adalah 9.80.
Berdasarkan hasil uji T berpasangan didapatkan p Value = 0,000 (p= < 0,05).
Interpretasi dari hasil uji ini adalah ada perbedaan yang signifikan rata-rata skor
Glasgow Coma Scale (GCS) responden sebelum dan setelah pemberian terapi
stimulasi Al-Qur’an di Unit Rawatan Kritis RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe tahun
2018.
Dapat juga diketahui bahwa data rata-rata Glasgow Coma Scale (GCS) sebelum
pemberian terapi musik klasik adalah 8.30 dan rata-rata Glasgow Coma Scale (GCS)
setelah pemberian terapi musik klasik adalah 9.10. Berdasarkan hasil uji T
brpasangan di dapatkan p Value = 0,000 (p= < 0,05). Interpretasi dari hasil uji ini
adalah ada perbedaan yang signifikan rata-rata skor Glasgow Coma Scale (GCS)
responden sebelum dan setelah pemberian terapi musik klasik di Unit Rawatan Kritis
4.3 Pembahasan
responden (20%) serta GCS 4, GCS 11 dan GCS 12 masing-masing sebanyak 1 orang
(10%).
disetiap perlakuan durasi waktu pemberian stimulasi Murrotal Al-Qur’an ±12 menit,
maka nilai GCS responden sebagian besar berada pada GCS 9, GCS 10 dan GCS 11
Terapi murottal ini bekerja pada otak, dimana ketika didorong oleh rangsangan
dari luar (stimulasi Murrotal Al-Quran), maka otak akan memproduksi zat kimia yang
mereka yang ada di dalam tubuh dan akan memberikan umpan balik berupa
laju pembuluh darah, nadi dan denyut jantung. Stimulasi murottal Al- Qur’an ketika
diperdengarkan pada manusia akan membawa gelombang suara dan mendorong otak
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahman, (2018) dengan
judul Pengaruh Stimulasi Al-Qur’an terhadap Glasgow Coma Scale Pasien dengan
Penurunan Kesadaran di Ruang Intensive Care Unit(ICU) RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei
Saboe Kota Gorontalo. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh stimulasi Al-
Qur’an terhadap Glasgow Coma Scale pasien dengan penurunan kesadaran di ruang
Intensive Care Unit (ICU) RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo.
Begitu pula dengan peneltian yang dilakukan oleh Habi, (2018) dengan judul
Pengaruh Terapi Murottal terhadap Peningkatan Glasgow Coma Scale (GCS) Pasien
yang Mengalami Penurunan Kesadaran yang Dirawat di Ruangan Intensive Care Unit
(ICU) RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Desain penelitian ini
perlakuan pasien yang dirawat di ruangan ICU RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloe Saboe Kota
sistem saraf simpatis. Sehingga terjadi keseimbangan pada kedua system saraf
autonom tersebut. Hal ini yang menjadi prinsip dasar dari timbulnya respon relaksasi,
yaitu terjadi keseimbangan antara sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis.
suci Al-Qur’an mampu memperbaiki psikologis bagi yang sakit, dapat berperan
sebagai metode relaksasi dan memulihkan ke keadaan yang lebih baik. Gelombang
Adapun salah satu responden yang tidak terdapat perbedaan GCS sebelum dan
Hemoragik. Stroke hemoragik terjadi akibat pembuluh darah yang menuju ke otak
tekanan yang tiba-tiba meningkat ke otak, sehingga pembuluh darah yang tersumbat
tidak dapat lagi menahan tekanan sehingga pecah dan menyebabkan perdarahan.
Akibat dari kebocoran tersebut darah tidak dapat mencapai sasaran sehingga otak
yang membutuhkan suplai darah terhenti sehingga dan akhirnya sel otak mengalami
pada korteks secara menyeluruh.dan dapat pula disebabkan oleh gangguan ARAS
pada batang otak.karena terjadinya perdarahan pada otak sehingga menekan ARAS,
2. Nilai Glasgow Coma Scale (GCS) Sebelum dan Sesudah Pemberian Terapi
Musik Klasik pada Pasien dengan Penurunan Kesadaran di Unit Rawatan
Kritis Prof. Dr. Hi. Aloei saboe Kota Gorontalo
dilakukan terapi musik klasik terbanyak yakni dengan GCS 8 sebanyak 3 responden
serta GCS 10 dan GCS 11 masing-masing sebanyak 1 orang (10%). Setelah diberikan
terapi musik klasik Nilai GCS responden sebagian besar berada pada GCS 9 yakni
sebanyak 4 respoden (40%), GCS 7 sebanyak 2 responden (20%) dan GCS 8, GCS
perlakuan durasi waktu pemberian terapi musik Klasik ± 12 menit dalam selang
waktu 2 jam. Jenis musik klasik yang diperdengarkan adalah musik mozart yang
berjudul Concerto in C Major for flute Harp and Orchestra. maka harmonisasi dalam
musik klasik yang indah akan masuk telinga dalam bentuk suara (audio),
koklearis menuju otak dan menciptakan imajinasi keindahan di otak kanan dan otak
kiri. Yang akan memberikan dampak berupa kenyamanan dan perubahan perasaan.
Perubahan perasaan ini diakibatkan karena musik klasik dapat menjangkau wilayah
kiri kortek cerebri (Mindlin, 2009). Dari korteks limbik, jaras pendengaran
merupakan area perilaku kesadaran yang bekerja pada tingkat bawah sadar, sinyal
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rihiantoro (2008) dengan
judul Pengaruh Terapi Musik terhadap Status Hemodinamika pada Pasien Koma di
Ruang ICU Rumah Sakit Lampung dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh yang bermakna terapi musik terhadap MAP (p value = 0,031),
frekuensi jantung (p value = 0.015) dan frekuensi nafas (p value = 0,000). Penurunan
Dewi (2014) dengan judul pengaruh Terapi Musik terhadap Peningkatan Glasgow
Coma Scale pada pasien Stroke di RSUD Moewardi tahun 2014. Hasil penelitian
menunjukan bahwa rata-rata Glasgow Coma Scale sebelum pada kelompok intervensi
adalah 6,50 dan rata-rata setelah adalah 10,0. Berdasarkan hasil uji Hasil uji T sample
0,05.Interpretasi hasil uji ini adalah tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata
skala Glasgow Coma Scale responden sebelum dan sesudah pada kelompok
setelah 3 kali pemberian terapi dan yang bagian yang mengalami peningkatan adalah
musik yang sesuai maka denyut nadi dan tekanan darahnya dapat menurun dengan
stabil, gelombang otak melambat, pernapasan melanbat dan teratur sehingga supplai
oksigen adekuat, dan otot-otot berada pada kondisi rileks (Mucci, 2002 dalam
Rihiantoro, 2008).
koklea untuk selanjutnya melalui saraf koklearis menuji ke otak, seperti system
system limbic ini teraktivasi dan individu pun menjadi rileks (Aemilia, 2007).
Dengan adanya kondisi relaks maka organ vital dapat bekerja secara optimal dalam
Pada hasil penelitian ini terdapat 2 pasien yang tidak mengalami perubahan
yakni Myastenia Gravis dimana Myastenia Gravis ini adalah kelemahan otot yang
individu. Gejala yang mungkin timbul adalah gangguan pada mata, otot wajah, otot
palatal, otot leher, otot-otot pernapasan (Tarwoto et al, 2007). Sedangkan responden
no 14 adalah pasien yang baru masuk di ICU dengan stroke hemoragik, yakni
yang tinggi seingga menekan saraf-saraf di otak sehingga memerlukan waktu yang
(GCS) sebelum pemberian terapi stimulasi Al-Qur’an adalah 8.90 dan rata-rata
Glasgow Coma Scale (GCS) setelah pemberian terapi stimulasi Al-Qur’an adalah
9.80. Berdasarkan hasil uji T brpasangan di dapatkan p Value = 0,000 (p= < 0,05).
Interpretasi dari hasil uji ini adalah ada perbedaan yang signifikan rata-rata skor
Glasgow Coma Scale (GCS) responden sebelum dan setelah pemberian terapi
stimulasi Al-Qur’an di Unit Rawatan Kritis RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe tahun
2018.
Dapat juga diketahui bahwa data rata-rata Glasgow Coma Scale (GCS) sebelum
pemberian terapi musik klasik adalah 8.30 dan rata-rata Glasgow Coma Scale (GCS)
setelah pemberian terapi musik klasik adalah 9.10. Berdasarkan hasil uji T
brpasangan di dapatkan p Value = 0,000 (p= < 0,05). Interpretasi dari hasil uji ini
adalah ada perbedaan yang signifikan rata-rata skor Glasgow Coma Scale (GCS)
responden sebelum dan setelah pemberian terapi musik klasik di Unit Rawatan Kritis
efek neuroprotektif yang mencegah kerusakan sel-sel otak dari iskemik yang
ditimbulkan cedera kepala. Stimulasi sensori dapat berupa sensori auditori, taktil,
olfaktori dan gusgatori. Salah satunya adalah sensori auditori, yang dalam penelitian
Qur’an.
kesadaran pasien yang tidak bisa melakukan komunikasi verbal dan jatuh dalam
kondisi koma (Keafsey, 1997 dalam Widaryati, 2016). Musik juga merupakan
kekuatan yang luar biasa dalam memberikan efek emosional dan mampu menjangkau
jauh ke dalam dan menyentuh inti setiap pribadi. Lebih jauh lagi, musik dapat
menyentuh tingkat kesadaran fisik, psikologi, spiritual dan social (Widaryati, 2016).
Bacaan Al Qur’an dengan murotal merupakan bacaan dengan irama yang teratur,
tidak ada perubahan yang mencolok, nada rendah dan tempo antara 60-70, sesuai
dengan standar musik sebagai terapi. Sehingga dapat dibandingkan sama dengan
irama musik.
kognitif, dan sosial bagi individu dari berbagai kalangan usia (Suhartini, 2008).
musik merupakan teknik yang sangat mudah dilakukan dan terjangkau, tetapi efeknya
menunjukkan betapa besar dan musik dalam mempengaruhi ketegangan atau kondisi
rileks pada diri seseorang, karena dapat merangsang pengeluaran endorphine dan
serotonin yaitu sejenis morfin alami tubuh dan juga metanonim sehingga bisa merasa
Seorang ahli teologi dan orang soleh yaitu Abu Nu’aim yang termasuk orang
mekanisme terapi musik. Al-Qur’an akan memberikan efek pada aspek psikologis
Penelitian lain yang mendukung hasil penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Lumbantobing dan Anna (2015) tentang pengaruh stimulasi sensori
terhadap nilai GCS pasien cedera kepala, dimana didapatkan bahwa terdapat
pengaruh adanya stimulasi sensori terhadap peningkatan nilai GCS dengan nilai p
bahwa peneliti secara spesifik dengan bentuk stimulasi auditori yaitu meperdengarkan
stimulasi dalam 4 bentuk yaitu olfaktori, auditori, taktil dan gustatory. Sedangkan
empat variabel lain yaitu tekanan darah sistolik, diastolic, frekuensi respiasi dan nadi
tidak ada perubahan setelah diberikan intervensi murotal Al-Qur’an. Hal ini karena
keempat variabel tersebut lebih bersifat sistemik, berbeda dengan nilai GCS yang
akan memberikan efek ketenangan dalam tubuh sebab adanya unsur meditasi,
autosugesti dan relaksasi yang terkandung didalamnya. Rasa tenang ini kemudian
persepsi positif yang didapat dari murottal Ar-Rahman selanjutnya akan merangsang
hipotalamus untuk mengeluarkan hormon endorfin, seperti yang kita ketahui hormon
Aloei Saboe Kota Gorontalo bahwa terdapat pengaruh stimulasi Al-Qur’an dan terapi
musik klasik terhadap nilai Glasgow Coma Scale (GCS) pada pasien dengan
penurunan kesadaran. Selain itu tidak ada perbandingan secara signifikan antara
stimulasi Al-Qur’an dan terapi musik karena selama proses penelitian efek stimulasi
Al-Qur’an dan terapi musik sama-sama memberikan dampak pada perubahan nilai
GCS dan status kesadaran pasien. Namun jika dilihat dari tingkat kesasadaran dan
nilai Mean Difference, terapi stimulasi Al-Qur’an lebih tinggi selisihnya terhadap
perubahan nilai GCS responden dibandingkan terapi musik tapi dilihat dari hasil uji
statistik tidak ada perbedaan secara signifikan antara kedua terapi. Jadi stimulasi Al-
Qur’an dan terapi musik merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk
meningkatkan status kesadaran dan nilai GCS pasien dengan penurunan kesadaran.
penyakit, lama hari rawatan dan terapi-terapi farmakologi yang diperoleh pada pasien
kritis sehingga mempengaruhi hasil dari penelitian. Pada penelitian ini juga peneliti
sulit menemukan responden dengan GCS 3 serta beberapa keluarga calon responden
belum bersedia keluarganya untuk dijadikan responden dalam penelitian ini. Pada
penelitian ini juga pemilihan musik oleh peneliti besar kemungkinan responden tidak
PENUTUP
5.1 Simpulan
Qur’an Nilai GCS responden berada pada GCS 9, GCS 10 dan GCS 11 masing-
1 respoden (10%).
dilakukan terapi musik klasik yakni GCS 8 sebanyak 3 responden (30%), GCS
masing 1 orang (10%). Setelah diberikan terapi musik klasik Nilai GCS
responden (20%) dan GCS 8, GCS 10, GCS 11 dan GCS 12 masing-masing 1
respoden (10%).
Klasik terhadap Nilai Glasgow Coma Scala (GCS) pasien dengan penurunan
kesadaran di Unit Rawatan Kritis RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota
5.2 Saran
penelitian tentang stimulasi Al-Qur’an dan Terapi Musik Klasik. Selain itu hasil
penelitian ini akan dijadikan sebagai kerangka acuan untuk penelitian selanjutnya,
3. Bagi Peneliti
melakukan penelitian dan hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber ataupun
Adhikari, N.K., Fowler, R.A., Bhagwanjee ,S., & Rubenfeld, G.D., 2010. Critical care and
the global burden of critical illness In adults. The Lancet, 376(9749), pp. 1339- 46.
Aqil, A,A dan Charis, M,A. (2016). 5 Amalan Penyejuk Hati. Jak-Sel : Qultum Media
Bally K., Debbie Campbell., Kathy Chesnick., Joan E. & Tranmer. (2010). Efek Terapi Musik
terhadap Nyeri dan Kecemasan pada Pasien Controlled Angiografi Koroner.
http://www.aacn.org.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 2011. Surveillance for traumatic brain
injury–Related Deaths — United States,1997–2007. MMWR 2011;60(No. SS-
#):[inclusive page numbers]. Atlanta: Department of Health and Human Services
Endiyono & Yulianingsari. (2016). Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur’an Surat Ar-Rahman
Terhadap Kualitas Tidur Pasien di Ruang ICCU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Faradisi, F. (2012). Efektivitas Terapi Murotal dan Terapi Musik Klasik terhadap Penurunan
Tingkat Kecemasan Pasien Pra Operasi di Pekalongan. STIKES Muhammadiyah
Pekajangan Pekalongan.
Firdaus, M, Bayhakki, dan, Misrawati. (2014). Efektifitas Terapi Musik Mozart Terhadap
Penurunan Intensitas Nyeri pada Pasien Post Operasi Fraktur Ekstremitas
Bawah.PSIK
Garland, K, O., CD, R., M, Y. and R, F. (2013) ‘Epidemiology of critically ill patients in
intensive care units: a population-base observational study’, Critical Care, 17(5), p.
212. doi: 10.1186/cc13026.
Goysal, Y. 2016. Bahan Ajar Kesadaran Menurun (Koma). Makasasar: SMF Neurologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin RS Wahidin Sudirohusodo Makassar
Habi, I. 2018. Pengaruh Terapi Murottal terhadap Peningkatan Glasgow Coma Scale (GCS)
Pasien yang Mengalami Penurunan Kesadaran yang Dirawat
di Ruangan Intensive Care Unit (ICU) RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota
Gorontalo. Mini Riset. Gorontalo: Program Studi Ilmu Keperawatan
Harsono. (2015). Buku Ajar Neurologi Klinis Kedokteran Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Hartono, Y. D. (2011). Efek Musik Baroque Terhadap Penurunan Tekanan Darah dan
Denyut Nadi. Bandung
Hermayudi & Ariani, (2017). Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Husna. (2015). Peran Perawat dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan Keperawatan Intensif.
https://rsa.ugm.ac.id/2015/01/peran-perawat-dalam-meningkatkan-mutu-pelayanan-
keperawatan-intensif/
Jevon, P and Ewens, B. 2012. Monitoring the Critically Ill patient, 3rd Edition (Terjemahan)
Jakarta: Erlangga
Kate,M & Mucci. (2002). The Healing Sound Of Music. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Maryani, E.D., & Hartati, E. (2013). Intervensi terapi audio dengan murottal surah Ar-
Rahman terhadap Perilaku Anak Autis. Jurnal Keperawatan Soedirman (The
Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.2.
Morton, Patricia G, dkk. 2011. Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistik. Jakarta:
EGC
Muttaqin, A. (2011). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan. Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
Novita, D. 2012. Pengaruh Treapi Musik Terhadap Nyeri Post Operasi Open Reduction
Internal Fixation (ORIF) di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Tesis.
Jakarta: Universitas Indonesia
Nursalam. (2013). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2010). Buku ajar: Fundamental keperawatan; Konsep proses dan
praktek, alih bahasa: Renata, K., dkk, Edisi 4, Volume: 2, Jakarta: EGC.
Price, S.A., & Wilson, L.M. (2012). Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit Edisi
6 Vol.2, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Remolda, P, 2009. Pengaruh AlQuran pada Manusia dalam Perspektif Fisiologi dan
Psikologi. Avaliable from: http://www.the edc.com .
Siritunga, S., Wijewardena, K., & Ekanayaka, R. 2013. Effect of music on blood pressure,
pulse rate and respiratory rate of asymptomatic individuals: A randomized controlled
trial. http://file.scirp.org/pdf/Health_2013041910192792.pdf
Siswantinah. (2011). Pengaruh Terapi Murottal Terhadap Kecemasan Pasien Gagal Ginjal
Kronik yang Dilakukan Tindakan Hemodialisa di RSUD Kraton Kabupaten
Pekalongan. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Semarang.
Smeltzer & Bare (2013), Buku Ajar Keperawtan Medikal Bedah Bruner &. Suddarth Edisi 8.
Jakarta : EGC
Sokeh. (2013). Pengaruh Perangsang Auditori Murottal Al-Qur’an Terhadap Nyeri Pada
Pasien yang Terpasang Ventilator Mekanik di Ruang ICU RS Islam Sultan Agung
Semarang. UNIMUS.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif & RND.
Bandung: Alfabeta.
Swarihadiyanti, R. 2014. Pengaruh Pemberian Terapi Musik Instrumental dan Musik Klasik
terhadap Nyeri saat Wound Care pada Pasien Post Op di Ruang Mawar RSUD dr.
Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. SKRIPSI. Surakarta. Stikes Kusuma Husada
Teasdale, G. 2015. Penilaian Kesadaran menurut Skala Glasgow. Institute Ilmu Saraf NHS
Greater Glasgow dan Clyde http://www.glasgowcomascale.org/downloads/GCS-
Assessment-Aid-Bahasa.pdf
University of California Davis Health System. (2009). Critical Care Service. California.
Documentation Notice, CPT Codes 99291 – 99292.
http://nersdody.blogspot.co.id/2014/09/intensive-care-unit-icu/iccu/h.html.
World Health Organization. (2017). World Health Statistic 2016. USA: WHO.
Zahrofi, D.N. (2013). Pengaruh Pemberian Terapi Murotal Al-Qur’an Terhadap Tingkat
Kecemasan Pada Pasien Hemodialisa Di RS PKU Muhammadiyah Surakarta. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Zasler, N. D., Katz, D. I., & Zafonte, R. D. (2012). Brain Injury Medicine, 2nd
Edition: Principles and Practice. USA: Demosmedical.
Lampiran 1
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bernama Nisa Akmaliah Tombokan / 841417233 adalah mahasiswa
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Negeri
Gorontalo. Saat ini sedang melakukan penelitian tentang Efektivitas Pemberian Stimulasi
murrotal Al-Qur’an dan terapi Musik Klasik terhadap Nilai Glasgow Coma Scale (GCS)
Pasien dengan Penurunan Kesadaran di Unit Rawatan Kritis RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe
Kota Gorontalo. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas
akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas
Negeri Gorontalo.
memperkenankan pasien dalam hal ini keluarga menjadi responden dalam penelitian ini. Jika
bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kerelaan keluarga
Partisipasi pasien dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga bebas mengundurkan
diri setiap saat tanpa sanksi apapun. Identitas pribadi pasien dan semua informasi yang
diberikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian ini.
Peneliti
PERNYATAAN KESEDIAAN
Nama :
Usia :
Alamat :
“Efektivitas Pemberian Stimulasi Murrotal Al-Qur’an dan Terapi Musik Klasik terhadap
Nilai Glasgow Coma Scale (GCS) Pasien dengan Penurunan Kesadaran di Unit Rawatan
Kritis RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo” yang akan dilakukan oleh Nisa
Akmaliah Tombokan mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Olahraga dan
Kesehatan Universitas Negeri Gorontalo. Saya telah dijelaskan bahwa pengambilan data ini
hanya digunakan untuk keperluan penelitian dan saya secara suka rela bersedia pasien
Yang Menyatakan
_______________________
Lampiran 3
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Stimulasi Al-Qur’an (Nurjamiah, 2015)
A. Pengertian
Stimulasi Al-Qur’an adalah rangsangan pendengaran yang diberikan berupa
rekaman suara Al-Qur’an yang dilagukan oleh seorang qori’ (pembaca Al-Qur’an),
lantunan Al-Qur’an secara fisik mengandung unsur suara manusia.
B. Tujuan
Tujuan stimulasi Al-Qur’an adalah untuk menurunkan hormon-hormon stres,
mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan
perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga
menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi,
dan aktivitas gelombang otak.
C. Manfaat
1. Mendengarkan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an dengan tartil akan mendapatkan
ketenangan jiwa.
2. Lantunan Al-Qur’an secara fisik mengandung unsur suara manusia, suara manusia
merupakan instrumen penyembuhan yang menakjubkan dan alat yang paling mudah
dijangkau.
D. Persiapan
1. Persiapan Pasien dan keluarga diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan
dilakukan
2. Persiapan Alat
a. Audio player yang berisi Murottal Al-Qur’an Surah Ar-Rahman
3. Persiapan Perawat
a. Menyiapkan alat dan mendekatkan ke arah pasien
b. Mencuci tangan
4. Persiapan Lingkungan
a. Menutup sampiran
b. Memastikan privasi pasien terjaga
E. Pelaksanaan
Cara melakukan stimulasi Al-Qur’an adalah:
1. Mencuci tangan
2. Menyalakan audio player berisikan murottal (Ar-Rahman)
3. Hubungkan headset / earphone ke telinga responden. Dengarkan murottal (Ar-
Rahman) selama ±15 menit sampai dengan selesai
4. Evaluasi
Lampiran 4
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Terapi Musik Klasik (Swarihadiyanti, 2014)
A. Pengertian
Musik yang komposisinya lahir dari budaya eropa, musik yang jika didengarkan akan
merasa nyaman dan terdengar lembut. judul dari musik klasik yang digunakan adalah
Canon in d Major Pachelbel.
B. Manfaat
1. Meningkatkan IQ
2. Meredakan stress
3. Meningkatkan daya ingat
4. Mengatasi insomnia
C. Persiapan
1. Persiapan Pasien
Pasien dan keluarga diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan
2. Persiapan Alat
a. Handphone yang berisi Musik Klasik
3. Persiapan Perawat
c. Menyiapkan alat dan mendekatkan ke arah pasien
d. Mencuci tangan
4. Persiapan Lingkungan
c. Menutup sampiran
d. Memastikan privasi pasien terjaga
D. Pelaksanaan
1. Mencuci tangan
2. Menyalakan handphone berisi musik klasik
3. Hubungkan headset/earphone ke telinga responden dan putar audioplayer selama
±15 menit sampai dengan selesai
4. Evaluasi
Lampiran 5
Lembar Observasi
Kelompok Intervensi Terapi Murrotal Al-Qur’an
No. Responden :
Nama Responden :
Usia :
Hari/Tanggal :
Dx. Medis :
Intervensi
Penilaian
Pre Post
E (1-4)
V (1-5)
M (1-6)
GCS
Lampiran 5
Lembar Observasi
Kelompok Intervensi Terapi Musik Klasik
No. Responden :
Nama Responden :
Usia :
Hari/Tanggal :
Dx. Medis :
Intervensi
Penilaian
Pre Post
E (1-4)
V (1-5)
M (1-6)
GCS
Lampiran 6
PANDUAN PENGISIAN LEMBAR OBSERVASI
1. Observasi dilakukan pada 2 (dua) waktu yaitu:
a. Pre: sesaat sebelum intervensi diberikan
b. Post: 15 menit setelah selesai pemberian intervensi.
2. Intervensi
Stimulasi Al-Qur’an dilakukan sebanyak 4 (empat) kali sehari dan setiap sesi maksimal
30 menit.
3. Data yang dikumpulkan
Tingkat kesadaran pasien dengan menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS)
Skor Keterangan
Eye (Membuka Mata) = 4
4 Membuka mata dengan spontan.
3 Membuka mata dengan rangsang suara (menyuruh pasien untuk
membuka mata).
2 Membuka mata dengan rangsang nyeri (berikan rangsang nyeri, seperti
menekan jari tangan maupun kaki).
1 Tidak ada respon.
Verbal (Respon Bicara) = 5
5 Bicara dengan biasa.
4 Bicara ngacau.
3 Hanya dengan kata kata saja.
2 Hanya dengan suara.
1 Tidak ada respon.
Motoric (Respon Gerakan) = 6
6 Mengikuti apa yang diperintah.
5 Melokalisir bagian nyeri (menjauhkan maupun menjangkau stimulus saat
diberi rangsang nyeri).
4 Menarik dari nyeri (menghindari /menarik tubuh menjauhi stimulus saat
diberi rangsang nyeri).
3 Fleksi abnormal (kedua maupun satu tangan posisi kaku di atas dada serta
kaki jika diberi rangsang nyeri).
2 Ekstensi abnormal (kedua maupun satu tangan ekstensi di sisi tubuh
dengan jari mengepal serta kaki ekstensi jika diberi rangsang nyeri)
Tidak ada respon.
1
Master Tabel
1 SM 2 49 4 3 10 11 1 AN 2 29 2 5 8 8
2 HT 2 59 5 2 9 10 2 MSI 2 68 6 3 11 12
3 SH 1 65 4 3 12 13 3 HK 1 16 1 1 8 9
4 HA 1 53 4 3 9 10 4 ART 1 18 1 1 6 7
5 EH 2 62 5 2 8 9 5 RU 1 53 4 3 10 11
6 EK 1 55 4 3 10 11 6 AHM 2 53 4 1 6 7
7 E 2 68 6 3 11 12 7 AY 2 55 4 2 9 9
8 MSY 1 53 4 3 8 9 8 RL 1 40 3 3 8 9
9 IN 2 68 6 4 4 5 9 MSL 2 75 6 2 9 10
10 JK 2 64 5 2 8 8 10 WS 2 16 1 1 8 9
Keterangan:
JK : Jenis Kelamin 3: 36-45 tahun 1: COB
1: Laki-laki 4: 46-55 tahun 2: SH
2: Perempuan KU : Kriteria Umur (menurut 5: 56-65 tahun 3: SNH
Depkes RI, 2009) 6: > 65 tahun 4: PPOK
U: Umur 1: 15-25 tahun Dx: Diagnosa 5: Myastenia Gravis
2: 26-35 tahun
Kategori GCS
1: Compos Mentis (14-15)
2: Apatis (12-13)
3: Delirium (10-11)
4: Somnolent (7-9)
5: Stupor (5-6)
6: Semicoma (4)
OUTPUT SPSS TERAPI MUSIK
Frequencies
Statistics
Jenis Kriteria Diagnosa Diagnosa GCS GCS
Kelamin Usia Medis Pendukung Sebelum Setelah
Valid 10 10 10 10 10 10
N
Missing 0 0 0 0 0 0
Mean 1.60 3.20 2.40 1.70 8.30 9.10
Median 2.00 3.50 2.00 .00 8.00 9.00
Std. Deviation .516 1.932 1.838 2.908 1.567 1.595
Frequency Table
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Laki-Laki 4 40.0 40.0 40.0
Valid Perempuan 6 60.0 60.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
Kriteria Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
15-25 tahun 3 30.0 30.0 30.0
26-35 tahun 1 10.0 10.0 40.0
36-45 tahun 1 10.0 10.0 50.0
Valid
46-55 tahun 3 30.0 30.0 80.0
> 65 tahun 2 20.0 20.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
Diagnosa Medis
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Cedera Otak Berat 4 40.0 40.0 40.0
Stroke Haemorragik 2 20.0 20.0 60.0
Valid
Stroke Non Haemorragik 3 30.0 30.0 90.0
Myastenia Gravis 1 10.0 10.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
GCS Sebelum
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
6 2 20.0 20.0 20.0
8 4 40.0 40.0 60.0
9 2 20.0 20.0 80.0
Valid
10 1 10.0 10.0 90.0
11 1 10.0 10.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
GCS Setelah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
7 2 20.0 20.0 20.0
8 1 10.0 10.0 30.0
9 4 40.0 40.0 70.0
Valid 10 1 10.0 10.0 80.0
11 1 10.0 10.0 90.0
12 1 10.0 10.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
Explore
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
GCS Sebelum 10 100.0% 0 0.0% 10 100.0%
GCS Setelah 10 100.0% 0 0.0% 10 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Mean 8.30 .496
Lower Bound 7.18
95% Confidence Interval for Mean
Upper Bound 9.42
5% Trimmed Mean 8.28
Median 8.00
Variance 2.456
GCS Sebelum Std. Deviation 1.567
Minimum 6
Maximum 11
Range 5
Interquartile Range 2
Skewness .030 .687
Kurtosis -.069 1.334
Mean 9.10 .504
Lower Bound 7.96
95% Confidence Interval for Mean
Upper Bound 10.24
5% Trimmed Mean 9.06
Median 9.00
Variance 2.544
GCS Setelah Std. Deviation 1.595
Minimum 7
Maximum 12
Range 5
Interquartile Range 3
Skewness .415 .687
Kurtosis -.133 1.334
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
GCS Sebelum .224 10 .168 .925 10 .401
GCS Setelah .225 10 .164 .929 10 .441
a. Lilliefors Significance Correction
T-Test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
GCS Sebelum 8.30 10 1.567 .496
Pair 1
GCS Setelah 9.10 10 1.595 .504
Frequencies
Statistics
Jenis Kriteria Diagnosa Diagnosa GCS GCS
Kelamin Usia Medis Pendukung Sebelum Setelah
Valid 10 10 10 10 10 10
N
Missing 0 0 0 0 0 0
Mean 1.60 4.70 3.40 1.50 8.90 9.80
Median 2.00 4.50 3.00 .00 9.00 10.00
Std. Deviation .516 .823 2.366 3.240 2.183 2.251
Frequency Table
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Laki-Laki 4 40.0 40.0 40.0
Valid Perempuan 6 60.0 60.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
Kriteria Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
46-55 tahun 5 50.0 50.0 50.0
56-65 tahun 3 30.0 30.0 80.0
Valid
> 65 tahun 2 20.0 20.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
Diagnosa Medis
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Stroke Haemorragik 3 30.0 30.0 30.0
Stroke Non Haemorragik 6 60.0 60.0 90.0
Valid
PPOK 1 10.0 10.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
GCS Sebelum
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
4 1 10.0 10.0 10.0
8 3 30.0 30.0 40.0
9 2 20.0 20.0 60.0
Valid 10 2 20.0 20.0 80.0
11 1 10.0 10.0 90.0
12 1 10.0 10.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
GCS Setelah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
5 1 10.0 10.0 10.0
8 1 10.0 10.0 20.0
9 2 20.0 20.0 40.0
10 2 20.0 20.0 60.0
Valid
11 2 20.0 20.0 80.0
12 1 10.0 10.0 90.0
13 1 10.0 10.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
Explore
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
GCS Sebelum 10 100.0% 0 0.0% 10 100.0%
GCS Setelah 10 100.0% 0 0.0% 10 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Mean 8.90 .690
Lower Bound 7.34
95% Confidence Interval for Mean
Upper Bound 10.46
5% Trimmed Mean 9.00
Median 9.00
Variance 4.767
GCS Sebelum Std. Deviation 2.183
Minimum 4
Maximum 12
Range 8
Interquartile Range 2
Skewness -1.043 .687
Kurtosis 2.319 1.334
Mean 9.80 .712
Lower Bound 8.19
95% Confidence Interval for Mean
Upper Bound 11.41
5% Trimmed Mean 9.89
Median 10.00
Variance 5.067
GCS Setelah Std. Deviation 2.251
Minimum 5
Maximum 13
Range 8
Interquartile Range 3
Skewness -.859 .687
Kurtosis 1.396 1.334
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
GCS Sebelum .240 10 .107 .911 10 .287
GCS Setelah .161 10 .200* .949 10 .662
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
T-Test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
GCS Sebelum 8.90 10 2.183 .690
Pair 1
GCS Setelah 9.80 10 2.251 .712
RUANGAN ICU
RUANGAN HCU
RUANGAN CVCU