Anda di halaman 1dari 154

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERUBAHAN FUNGSI KOGNITIF DAN FUNGSI SOSIAL


PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA

TESIS

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh


Gelar Magister Keperawatan
Pada Program Studi Magister Keperawatan

Oleh

ELVA MUMTAZIYA
NPM. 1712201010003

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERWATAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2019
I,F:MBAR PEN(]ESAHAN

JudulTesis : Analisis Faktor-Fattor Yang Mempengaruh Peiubahafl Fungsi


KognitifDar Fungsi Sosial Pada Pasien Skizofrenia Di Rumah
Sakit Jiwa

Nama Mahasiswa : Elva Mumtaziya


NPM : 1712201010003
Program Studi : Program Studi Magisler Keperawatan

Banda Aceh, l0 Desember 2019

Menyetujui Untuk Sidang Tesis

Komisi Pembimbing

Pembimbing t, Pembimbing ll,

Proi Dr. dra. Kanini Hasballah, M.S., Apt Dr.rer. med. Ns. Marthoenis. M.Sc.. MPH
NIP. 19541222 198103 2 002 NIK. 19810729 201609 I l0l

Mengetahui

Koordinator Prograrn Studi Magister F


Keperawatan Fakultas Keperawatan Syiah Kuala
Universitas S

Ns. Sp.Kom., Ph.D Hai jul Kamil, S.Kp., M.Kep


NtP . 19',18t122 2002t2 2 002 . 19680307 199002 I 00t

lt
LEMBARAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PERUBAHAN FUNGSI KOGNITIF DAN FUNGSI SOSIAL
PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKTT JIWA

Oleh

Elva Mumtaziya
NPM. 17 t 2201010003

Telah Dipertahankan di Hadapan Komisi Penguji


Pada Tanggal 27 Desember 2019
Dinyatakan Telah Memenuhi Syamt Untuk Diterima

Ketua Sidang Hasil Tesis

l. Prof. Dr. dm. Kartini Hasballah, M.S., Apt


Pembimbing I

Panitia Komisi Pembimbing

l. Prof. Dr. dra. Kartini Hasballah, M.S., Apt


Pembimbing I

2. Dr.rer. med. Ns. Marthoenis, M.Sc., MPH


Pembimbing II

P:nitia Komisi Pcnguji

l. Ns. Suryane Sulistiana Susanti, MA.. Ph.D


Penguj iI 0

2. Ns. Syarifah Rauzatul Jannah, S.Kep., MNS., Ph.D


Penguii II

Banda Aceh, 27 Desember 2019


Koordinator Program Studi Magister Keperawatan
Fakultas Keperawatan U n1 itas Sviah Kuala
r

Ns. M Ph.D
NrP. r9781 122 2 002

lI
I'IiRNYA'I'AAN

Saya yang benanda tangan di bawah ini

Nama : Elva Mumtaziya

NPM :1712201010003

Dengan ini menyatakan bahwa :

l. Dalam tesis yang saya susun ini tidak lerdapat bagian atau kesatuan yang utuh dari

lugas akhir atau tesis, disertasi, buku, atau b€ntuk lain yang saya kutip dari karya

omng lain tanpa saya sebutkan sumbemya yang dapat dipandang sebagai tindakan

plagiat.

2. Saya menyadari dalam tesis saya ini tidak terdap^t kdrya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain yang seolah-olah dijadikan karya

saya sendiri.

Apabila temyata dalam tesis ini terdapat bagian-bagian yang memenuhi unsur-unsur

plagiat, maka saya menyatakan untuk ditunda hak alas gelar magister saya.

Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenamya untuk dapat dipergunakan

seperlunya.

Banda Aceh. Desember 2019

laya yang membuat pemyataan.

F.n,o;g 'EIva Mumtaziya


PERSEMBAHAN

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” (QS. Asy-Syarh ayat 6).

Segala cinta untuk Sang Khalik, Allah SWT yang telah menuntun langkah dan tekad ini
agar tetap bertahan dalam setiap tantangan kehidupan. Ia menguji hamba-Nya dengan
berbagai tantangan bukan untuk memberi kesulitan tetapi untuk mengembangkan
potensi luar biasa yang terdapat pada hamba-Nya. Maha Suci Allah yang telah
mempermudah penulisan dan penyusunan tesis ini serta menempatkan peneliti diantara
orang-orang yang baik dan shalih.

Kedua orangtuaku; H.Syukri Daud, BA dan Hj. Nurlainah Abdurrahman yang telah
begitu banyak memberikan dukungan dan do’a untuk kelancaran pengerjaan tesis ini.
Sungguh pengorbanan Ayah dan Bunda tidak dapat terbalas dengan nilai apapun,
semoga Allah merangkul Ayah dan Bunda dalam cinta-Nya yang mempesona.
Begitu juga Suamiku, Edi Gunawan, S.E., M.Pd yang telah memberikan dukungan yang
luar biasa dan selalu meyakinkan bahwa aku bisa melewati semua proses pendidikan
ini. Begitu pula, dua buah hatiku, Hanif Mudhaffar dan Hasna Nabila yang begitu
sabar memahami bahwa menuntut ilmu butuh pengorbanan. Begitu pula abang dan
kakakku yang tak pernah putus untuk menyokongku. Sungguh ini merupakan
perjuangan hidup yang sangat indah dikenang dan sungguh sukar dilupakan. Suatu
rahmat memiliki saudara-saudara seiman yang tulus mencintaiku.

Sahabat-sahabatku: Kak Pai, Kak Erna, Kak Jihan, Kak Wardah, Odah, Nurul, Kiki,
Agus, Badrul, Rambe, Bang Maskur, dan yang lainnya yang tak mampu kusebutkan
satu persatu. Terimakasih sekali atas dukungan kalian. Begitu membahagiakan bisa
kenal dengan kalian!Semoga Allah mempertemukan kita kembali, tidak hanya di dunia,
tapi insya Allah di surga-Nya kelak. Aamiin.

Akhir kata, semoga tesis ini bermanfaat untuk umat. “Sesungguhnya sebaik-baik kamu
adalah yang paling banyak memberikan manfaat kepada orang lain”(Hadits).

Elva Mumtaziya

v
Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Fungsi Kognitif
Dan Fungsi Sosial Pada Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa

Elva Mumtaziya
NPM : 1712201010003

Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. dra. Kartini Hasballah, MS., APT
Dr.rer. med. Ns. Marthoenis, M.Sc., MPH

ABSTRAK

Skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa berat yang paling sering terjadi.
Pasien skizofrenia biasanya mengalami perubahan fungsi kognitif dan fungsi sosial.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan fungsi kognitif dan fungsi sosial pada pasien skizofrenia rawat inap di
Rumah Sakit Jiwa. Sebanyak 172 orang pasien skizofrenia secara total sampling
dilibatkan sebagai responden dalam penelitian ini. Fungsi kognitif diukur dengan
menggunakan Mini Addenbrooke’s Cognitive Examination (M-Ace), sedangkan fungsi
sosial diukur dengan menggunakan PSP (Personality Social Performance). Jenis
penelitian ini bersifat deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan wawancara.
Sedangkan analisis data menggunakan uji chi-square dan Binary regresi logistic. Hasil
uji bivariat diperoleh tiga variabel independen yang signifikan mempengaruhi
perubahan fungsi kognitif yaitu pendidikan, konsumsi ganja dan lama konsumsi ganja,
sedangkan variabel independen yang mempengaruhi fungsi sosial adalah jenis kelamin,
pendidikan, lama pemakaian ganja, riwayat keluarga, konsumsi obat antipsikotik
golongan 2 dan kombinasi obat antikonelergik. Hasil analisis regresi logistik
disimpulkan bahwa fungsi kognitif sangat berhubungan signifikan dengan faktor
pendidikan P-value 0,009 : OR= 4,799 dan faktor konsumsi ganja P-value 0,001 : OR =
0,197 sedangkan fungsi sosial sangat berhubungan signifikan dengan faktor jenis
kelamin P-value 0,002 : OR = 4,902, faktor pendidikan P-value 0,018 : OR = 2,892 dan
riwayat keluarga P-value 0,009 : OR = 0,256.

Kata Kunci : Skizofrenia, Fungsi Kognitif, Fungsi Sosial

vi
Analysis Factors Associated With Cognitive and Social Functions Among
Schizophrenia Patients in Psychiatric Hospital

Elva Mumtaziya
Student Number : 1712201010003

Supervisors:
Prof. Dr. dra. Kartini Hasballah, MS., APT
Dr.rer. med. Ns. Marthoenis, M.Sc., MPH

ABSTRACT

Schizophrenia is one of the most common and severe mental disorders. The patients
with this disorder usually experience changes in cognitive and social functions. The
purpose of this study is to identify which factors influence the cognitive and social
functions among schizophrenia patients in the Psychiatric Hospital. 172 patients of total
sampling were involved in this study. An assessment was carried out using questioner
and interviews. We measured cognitive functions using Mini Addenbrooke's Cognitive
Examination (Mini-Ace), while personality social performance (PSP) was used to
evaluate the social function. Descriptive correlation with the cross-sectional approach of
chi-square and binary logistic regression were applied to explain the assessment result.
The result of chi-square tests showed that three independent variables significantly
affect cognitive functionality, namely education, cannabis consumption, and the
duration of cannabis usage, while the independent variables that affect social function
are gender, education, duration of cannabis usage, family history, consumption of
second class antipsychotic drugs, and combination antipsychotics drugs. With binary
logistic regression, two major factors were found to significantly influence the cognitive
function are education (p-value 0,009: OR = 4,799) and cannabis consumption (p-value
0.001: OR = 0.197). While three major factors between identified six factors were found
as the major influence for the social function, i.e. gender factors (P-value 0.002: OR =
4.902), educational factors (P-value 0.018: OR = 2.892), and family history (P-value
0.009: OR = 0.256). A specific intervention needed to improve cognitive and social
functions among inpatient with schizophrenia includes more therapies. Next study
suggested to compare between inpatients and outpatients to see the effectiveness of
hospital care for cognitive and social functions in schizophrenia.

Keywords: Schizophrenia, Cognitive Function and Social Function

vii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga proposal tesis yang berjudul “Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Perubahan Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial Pada Pasien

Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa” dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat beserta

salam kepangkuan Nabi Muhammmad SAW, keluarga dan sahabat beliau sekalian.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hajjul Kamil, S.Kp., M.Kep. sebagai Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

2. Bapak Teuku Tahlil, S.Kp.,MS.,Ph.D sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik

Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

3. Bapak Ns. Ardia Putra, S.Kep., MNS sebagai Wakil Dekan II Fakultas Keperawatan

Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

4. Ibu Ns. Sri Intan Rahayuningsih, S.Kep., M.Kep., Sp.An sebagai Wakil Dekan III

Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

5. Ibu Ns. Syarifah Rauzatul Jannah, S.Kep., MNS., Ph.D sebagai Ketua Jurusan

Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

6. Ibu Ns. Asniar, M. Kep.,Sp.Kom., Ph.D sebagai Koordinator Program Studi Magister

Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

7. Ibu Prof. Dr. dra. Kartini Hasballah, M.S.,Apt. selaku pembimbing I yang telah

membimbing dengan penuh kesabaran, keikhlasan dan telah banyak memberikan

kontribusi yang sangat bermanfaat sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik

dan tepat waktu.

viii
8. Bapak Dr.rer.med. Ns. Marthoenis, M.Sc., MPH selaku pembimbing II yang telah

membimbing dengan penuh kesabaran, keikhlasan dan telah banyak memberikan

kontribusi yang sangat bermanfaat sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik

dan tepat waktu.

9. Ibu Ns. Suryane Sulistiana Susanti, MA., Ph.D sebagai penguji tesis I yang telah

menguji dan memberikan masukan perbaikan tesis ini.

10. Ibu Ns. Syarifah Rauzatul Jannah, S.Kep., MNS., Ph.D sebagai penguji tesis II

yang telah menguji dan memberikan masukan perbaikan tesis ini.

11. Seluruh dosen dan staf Program Studi Magister Keperawatan Fakultas Keperawatan

Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

12. Ayahanda, Ibunda dan seluruh keluarga yang selalu mendukung dan mendoakan

dalam penelitian dan penulisan tesis ini.

13. Sahabat seperjuangan Magister Keperawatan Peminatan Jiwa angkatan 2017, dan

seluruh mahasiswa Program Studi Magister Keperawatan Fakultas Keperawatan

Universitas Syiah Kuala Banda Aceh yang telah banyak membantu dan mendukung

peneliti dalam proses penyusunan tesis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih terdapat banyak

kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun

dari seluruh pihak agar proposal tesis ini menjadi lebih baik dan dapat

dipertanggungjawabkan. Akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis menyerahkan diri

karena tidak ada satu pun kejadian di muka bumi ini kecuali atas kehendak-Nya.

Banda Aceh, 27 Desember 2019

Penulis

ix
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBARAN JUDUL .................................................................................... ……….. i


LEMBARAN PENGESAHAN ...................................................................... ……….. ii
LEMBARAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ................................. ……….. iii
LEMBARAN PERNYATAAN ..................................................................... ……….. iv
LEMBARAN PERSEMBAHAN ................................................................ ……….. v
ABSTRAK ....................................................................................................... ……….. vi
ABSTRACT .................................................................................................... ……….. vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ……….. viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ……….. x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ……….. xiv
DAFTAR SKEMA ......................................................................................... ……….. xvi
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ ……….. xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ……….. xviii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... ………..1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum ...................................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 4
1.4.1 Manfaat Teoritis .................................................................................. 4
1.4.2 Manfaat Praktis .................................................................................... 5
1.4.3 Manfaat Untuk Penelitian Berikutnya ............................................... 5

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1 Konsep Skizofrenia........................................................................ ………. 6
2.1.1 Penyebab Skizofrenia ......................................................................... 6
2.1.2 Gejala Skizofrenia............................................................................... 8
2.1.3 Tipe-tipe Skizofrenia .......................................................................... 8
2.1.4 Penatalaksanaan Pasien Skizofrenia .................................................. 11
2.2 Konsep Fungsi Kognitif ............................................................................... 13
2.2.1 Pengertian Fungsi Kognitif ................................................................. 13

x
2.2.2 Domain Fungsi Kognitif ..................................................................... 13
2.2.3 Defisit Kognitif Pada Skizofrenia ...................................................... 16
2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif ......................... 16
2.2.5 Instrumen Tes Kognitif Mini-Addenbrooke’s Cognitive
Examination (M-ACE) ........................................................................ 19
2.3 Konsep Fungsi Sosial Pada Skizofrenia ................................................... 21
2.3.1 Pengetian Fungsi Sosial ..................................................................... 21
2.3.2 Domain Fungsi Sosial ........................................................................ 22
2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fungsi Sosial Pada
Skizofrenia .......................................................................................... 22
2.3.4 Instrumen Test Fungsi Sosial Personal and Social
Performance (PSP) ............................................................................ 23

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Kerangka Konsep Penelitian ...................................................... ……….. 26
3.2 Hipotesis Penelitian..................................................................... ……...... 27
3.3 Definisi Operasional Penelitian .................................................. ……..… 29
3.4 Metode dan Desain Penelitian .................................................... ……...... 31
3.5 Populasi dan Sampel ................................................................... .…….….32
3.5.1 Populasi .............................................................................. ………...32
3.5.2 Sampel ................................................................................ …….…..32
3.6 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... …….......33
3.7 Etika Penelitian............................................................................ .............. 33
3.8 Instrumen Penelitian ................................................................... ………...34
3.8.1 Instrumen A ........................................................................ ………...34
3.8.2 Instrumen B ........................................................................ ………...35
3.8.3 Instrumen C ....................................................................... ………...37
3.9 Uji Instrumen Penelitian ............................................................. ………...38
3.10 Prosedur Penelitian..................................................................... ………...39
3.10.1 Tahap Persiapan ............................................................... ………...39
3.10.2 Tahap Pelaksanaan........................................................... ………...40
3.11 Pengolahan Data ........................................................................ ………...42

xi
3.12 Teknik Analisa Data ................................................................... ………...42
3.12.1 Uji Normalitas .................................................................. ………...42
3.12.2 Analisis Univariat ............................................................ ………...43
3.12.3 Analisis Bivariat .............................................................. ………...43
3.12.4 Analisis Multivariat ......................................................... ………...44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian ............................................................................. ………. 45
4.1.1 Analisa Univariat ................................................................................ 45
4.1.2 Analisa Bivariat................................................................................... 49
4.1.3 Analisa Multivariat ............................................................................. 61
4.2 Pembahasan ................................................................................................. 67
4.2.1 Hubungan Usia Terhadap Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial
Pada Pasien Skizofrenia. .................................................................... 68
4.2.2 Hubungan Jenis Kelamin Terhadap Fungsi Kognitif dan Fungsi
Sosial Pada Pasien Skizofrenia .......................................................... 69
4.2.3 Hubungan Pendidikan Terhadap Fungsi Kognitif dan Fungsi
Sosial Pada Pasien Skizofrenia .......................................................... 70
4.2.4 Hubungan Status Pernikahan Terhadap Fungsi Kognitif dan
Fungsi Sosial Pada Pasien Skizofrenia .............................................. 71
4.2.5 Hubungan Suku Terhadap Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial
Pada Pasien Skizofrenia .................................................................... 72
4.2.6 Hubungan Riwayat Keluarga Terhadap Fungsi Kognitif dan
Fungsi Sosial Pada Pasien Skizofrenia ............................................. 73
4.2.7 Hubungan Frekuensi Rawat Inap Terhadap Fungsi Kognitif dan
Fungsi Sosial Pada Pasien Skizofrenia ............................................. 75
4.2.8 Hubungan Konsumsi Ganja Terhadap Fungsi Kognitif dan Fungsi
Sosial Pada Pasien Skizofrenia ......................................................... 76
4.2.9 Hubungan Lama Konsumsi Ganja Terhadap Fungsi Kognitif
dan Fungsi Sosial Pada Pasien Skizofrenia .................................... 77
4.2.10 Hubungan Olahraga Terhadap Fungsi Kognitif dan Fungsi
Sosial Pada Pasien Skizofrenia ....................................................... 78

xii
4.2.11 Hubungan Penggunaan Antipsikotik Terhadap Fungsi Kognitif
dan Fungsi Sosial Pada Pasien Skizofrenia ................................... 79
4.2.12 Hubungan Penggunaan Antikolinergik Terhadap Fungsi
Kognitif dan Fungsi Sosial Pada Pasien Skizofrenia .................... 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ................................................................................... ………. 84
5.2 Saran ............................................................................................................. 84
5.3 Keterbatasan ............................................................................................... 85
5.4 Rekomendasi .............................................................................................. 85

DAFTAR PUSTAKA……………………………………… ........ ………………….. 86

xiii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Gambaran Efek Samping Obat Antipsikotik Tipikal ……………………… 11


Tabel 2.2 Efek Samping Obat Antipsikotik Atipikal …………………….................... 12
Tabel 2.3 Domain Penilaian dan Komponen Personal and Social Performance ….… 25
Tabel 3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kognitif dan Fungsi Sosial Pasien
Skizofrenia ……………………………………………………………….... 29
Tabel 3.2 Perubahan Kognitif Pada Skizofrenia …………………………………….. 30
Tabel 3.3 Perubahan Fungsi Sosial Pada Pasien Skizofrenia ………………………... 31
Tabel 3.4 Revisi Sub Domain M-ACE ………………………………………………. 36
Tabel 3.5 Pengujian Kognitif Pada Responden Dengan M-ACE ……………………. 36
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Data Karakteristik Responden Pasien Skizofrenia di
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Aceh ………………………………………….. 46
Tabel 4.2 Status Mental Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa ............................... 48
Tabel 4.3 Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial Pasien Skizofrenia ………………...…. 49
Tabel 4.4 Nilai Signifikansi Variabel Independen Terhadap Domain Fungsi
Kognitif Pada Pasien Skizofrenia …………………………………………. 50
Tabel 4.5 Hasil Analisis Hubungan Usia Responden Dengan Fungsi Kognitif dan
Fungsi Sosial ……………………………………………………………… 51
Tabel 4.6 Hasil Analisis Hubungan Jenis Kelamin Responden Dengan Fungsi
Kognitif dan Fungsi Sosial ……………………………………………….. 52
Tabel 4.7 Hasil Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan Responden Dengan Fungsi
Kognitif dan Fungsi Sosial ……………………………………………….. 53
Tabel 4.8 Hasil Analisis Hubungan Status Pernikahan Dengan Fungsi Kognitif
dan Fungsi Sosial ….........……………………………………………….… 53
Tabel 4.9 Hasil Analisis Hubungan Suku Responden Dengan Fungsi Kognitif dan
Fungsi Sosial …………………………………………………………........ 54
Tabel 4.10 Hasil Analisis Hubungan Riwayat Keluarga Dengan Fungsi Kognitif dan
Fungsi Sosial ………………………………………………………………. 55
Tabel 4.11 Hasil Analisis Hubungan Frekuensi Rawat Inap Dengan Fungsi Kognitif
dan Fungsi Sosial ………………………………………………………… 56

xiv
Tabel 4.12 Hasil Analisis Hubungan Konsumsi Ganja Dengan Fungsi Kogntif dan
Fungsi Sosial ………………………………………………………………. 57
Tabel 4.13 Hasil Analisis Hubungan Lama Konsumsi Ganja Responden Dengan
Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial ………………………………………… 57
Tabel 4.14 Hasil Analisis Hubungan Aktivitas Olah Raga Responden Dengan
Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial ………………………………………… 58
Tabel 4.15 Hasil Analisis Hubungan Penggunaan Obat Dengan Fungsi Kognitif dan
Fungsi Sosial ………………………………………………………….….... 59
Tabel 4.16 Penggunaan Obat Antispikotik Pada Responden ........................................... 60
Tabel 4.17 Hasil Analisis Hubungan Variabel Independen Terhadap Fungsi Kognitif
dan Fungsi Sosial Pada Pasien Skizofrenia ………………………………... 60
Tabel 4.18 Hasil Analisis Langkah Pertama Seleksi Kandidat variabel Faktor
Dengan Metode Stepwise yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif….…......... 61
Tabel 4.19 Hasil Analisis Langkah Kedua Multivariat Logistic Regression
Dengan Metode Stepwise yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif ………..... 62
Tabel 4.20 Hasil Klasifikasi Prediksi Fungsi Kognitif Pasien Skizofrenia ………........ 63
Tabel 4.21 Hasil Analisis Langkah Pertama Seleksi Kandidat variabel Faktor
Dengan Metode Stepwise yang Mempengaruhi Fungsi Sosial ……............. 64
Tabel 4.22 Hasil Analisis Langkah Kedua Multivariat Logistic Regression
Dengan Metode Stepwise yang Mempengaruhi Fungsi Sosial...................... 66
Tabel 4.23 Hasil Klasifikasi Prediksi Fungsi Sosial Pasien Skizofrenia ………............ 67

xv
DAFTAR SKEMA

Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian …………………………………………… 27


Gambar 3.2 Alur Penelitian …………………………………………………………. 41

xvi
DAFTAR SINGKATAN

ACE : Addenbrooke’s Cognitive in Schizophrenia


ADS : Anti Clolinergic Drug Scale
AP1 : Antipsikotik Golongan I
AP2 : Antipsikotik Golongan II
BACS : Brief Assesment of Cognitive
BDNF : Neurotropik Brain Derived Neurotropic Factor
DSM : Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
DUP : Duration of Untreated Psychosis
GAFS : Global Assessment of Functioning Scale
M-ACE : Mini Addenbrooke’s Cognitive in Schizophrenia
MMSE : Mini Mental State Examination
MoCA : Montreal Cognitive Assessment
OR : Odd Ratio
PSP : Personal and Social Performance
THP : Tryhexylfenidil

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Permohonan Menjadi Responden


Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 : Kuesioner A
Lampiran 4 : Kuesioner B (Mini-Addenbrooke’s Cognitive Examination)
Lampiran 5 : Kuesioner C (Personal and Social Performance)
Lampiran 6 : Surat Izin Pengambilan Data Awal Dari Fakultas Keperawatan
Universitas Syiah Kuala
Lampiran 7 : Surat Izin Pengambilan Data Awal Dari Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Aceh
Lampiran 8 : Surat Selesai Pengumpulan Data Awal Dari Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Aceh
Lampiran 9 : Surat Keterangan Lulus Uji Etik
Lampiran 10 : Surat Uji Kuesioner
Lampiran 11 : Surat Selesai Uji Kuesioner
Lampiran 12 : Hasil Uji Instrumen Penelitian
Lampiran 13 : Surat Izin Pengumpulan Data
Lampiran 14 : Surat Selesai Pengumpulan Data
Lampiran 15 : Hasil Tabulasi Data Penelitian
Lampiran 16 : Hasil Pengolahan Data Penelitian
Lampiran 17 : Jadwal Penelitian
Lampiran 18 : Biodata Penulis

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang meliputi gangguan neurologis terutama

pada neurotransmitter, anatomi, elektron, dan pengaturan kerja saraf (Gilmore, 2010).

Gejala utama gangguan jiwa ini adalah gejala positif dan gejala negatif yang dapat

menurunkan kualitas hidup penderitanya (Stuart, 2016).

Prevalensi skizofrenia terus meningkat dan berbeda di setiap negara. Prevalensi di

negara Cina mencapai 0,42%, Netherlands sebesar 0,36%, sedangkan Afrika Utara dan

Afrika Timur memiliki prevalensi paling rendah. Di benua Asia, prevalensi paling tinggi

berada di bagian Asia Timur yaitu 7,2 juta penduduk dan diikuti oleh Asia Tenggara yaitu

4 juta penduduk. Secara umum, peningkatan prevalensi skizofrenia dari 11, 6 % pada tahun

1990 menjadi 20,9% pada tahun 2016. Ini berarti sekitar 14,8 juta penduduk dunia

menderita skizofrenia (Charlson et al., 2018).

Data Riset Kesehatan Dasar oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian

Kesehatan (Kemenkes) di Indonesia menunjukkan prevalensi skizofrenia sekitar 400.000

orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 (permil) penduduk (Riskesdas, 2013). Hasil survey

selanjutnya pada 300.000 sampel rumah tangga (1.2 juta jiwa) di 34 provinsi di Indonesia

menyebutkan bahwa provinsi dengan proporsi rumah tangga yang memiliki anggota

keluarga dengan skizofrenia terbanyak adalah Provinsi Bali. Sedangkan Provinsi Aceh kini

menempati urutan ke 4 (empat) terbanyak yang memiliki penderita skizofrenia yang

diperkirakan sekitar 18.000 jiwa (Riskesdas, 2018).

Prevalensi skizofrenia yang terus meningkat ini tentu menjadi perhatian bagi para

peneliti untuk mengetahui penyebab pasti terjadinya penyakit ini. Namun, hingga saat ini

penyebab pasti skizofrenia belum dapat dipastikan. Perpaduan multifaktor yang


mempengaruhi kerja neurotransmitter diyakini sebagai penyebab skizofrenia (Gibbons &

Dean, 2016). Tidak ada penyebab tunggal dari skizofrenia (Gilmore, 2010), namun faktor

genetik diyakini sebagai faktor resiko utama terjadinya skizofrenia (Gottesman et al.,

2010).

Pengobatan skizofrenia saat ini mengutamakan penggunaan antipsikotik yang

diyakini dapat menekan gejala utama skizofrenia seperti halusinasi dan waham serta dapat

mengurangi resiko untuk mencederai/bunuh diri. Diseminasi pengobatan antipsikotik pada

tahun 1950-an menjanjikan perubahan positif pada pasien skizofrenia. Namun

kenyataannya, antipsikotik hanya mampu menurunkan gejala psikotik pada pasien dan

tidak diikuti dengan perbaikan fungsi yang seharusnya mendukung pasien untuk kembali

beraktivitas (integrasi) di dalam masyarakat (Goff et al., 2011). Fungsi yang diyakini

berkaitan erat dengan integrasi dalam masyarakat adalah fungsi kognitif ((Keefe &

Harvey, 2012) dan fungsi sosial (Brissos et al., 2011).

Pada umumnya, pasien skizofrenia mengalami penurunan kognitif dengan diikuti

oleh kesulitan dalam mengelola diri dan hubungan interpersonal dengan lingkungan, hal

ini menjadi permasalahan baru dalam meningkatkan keberfungsian sosial. Oleh karena itu,

wajar jika dalam sejumlah penelitian, fungsi kognitif dan sosial merupakan dua hal yang

sering diukur sebagai hasil keluaran (outcome) pasien skizofrenia (Kurtz et al., 2018).

Gangguan pada fungsi kognitif mengakibatkan menurunnya kemauan dan

kesanggupan untuk bekerja, kemandirian, kualitas hidup, pencegahan relaps, komorbiditi

penyakit dan meningkatnya biaya perawatan untuk diri sendiri dan keluarga yang merawat

(Keefe & Harvey, 2012). Begitu halnya dengan fungsi sosial, akibat yang ditimbulkan

adanya penurunan kemampuan mengelola diri dan hubungan interpersonal, sehingga

cenderung melakukan aktivitas diluar akal sehat. Penurunan fungsi kognitif diyakini oleh

para peneliti sebagai bagian dari efek pengobatan antipsikotik yang mempengaruhi

aktivitas neurotransmitter di otak (Stuart, 2016). Sebaliknya masih sedikit penelitian yang
meneliti hubungan antipsikotik terhadap fungsi sosial (Patrick et al., 2010). Walaupun

demikian, kedua komponen ini berhubungan positif, yang berarti perbaikan fungsi kognitif

akan diikuti oleh fungsi sosial (Kurtz et al., 2018).

Beberapa faktor yang menjadi variabel independen dalam penelitian sebelumnya

yaitu usia (Atake et al., 2018), jenis kelamin, status pernikahan (Talreja et al., 2013),

pendidikan (Rajji et al., 2014), pengobatan (Green & Harvey, 2014), riwayat penggunaan

ganja (Crean et al., 2011), senam/latihan aerobik (Baker et al., 2010). Namun, penelitian

tentang hubungan faktor suku dan frekuensi rawat inap terhadap fungsi kognitif dan fungsi

sosial masih sangat sedikit.

Perawatan skizofrenia di seluruh dunia tidak hanya dapat dilaksanakan di rumah

sakit jiwa melibatkan kerjasama antara psikiater, perawat, psikolog dan tenaga terampil

lainnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa perawat ruang inap di Rumah

Sakit Jiwa pada tanggal 22 s.d.23 April 2019, diperoleh informasi bahwa setiap pasien

yang berstatus rawat inap di Rumah Sakit Jiwa selain diberikan obat, juga diikutsertakan

dalam kegiatan lainnya seperti olahraga dan terapi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan

kualitas hidup pasien skizofrenia. Namun, penilaian fungsi kognitif dan fungsi sosial pada

pasien skizofrenia dan faktor yang dominan mempengaruhi kedua fungsi ini masih sedikit

sehingga hal ini yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian terkait dengan

fungsi kognitif dan sosial serta faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi

kognitif dan fungsi sosial pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa.

1.2 Rumusan Masalah


Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif dan fungsi

sosial pada pasien skizofrenia rawat inap masih sedikit, padahal pasien skizofrenia

umumnya mengalami penurunan fungsi kognitif dan fungsi sosial. Hal ini menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Faktor-faktor apa saja yang berhubungan
dengan perubahan fungsi kognitif dan fungsi sosial pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit

Jiwa?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara

faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif dan fungsi sosial terhadap

perubahan fungsi kognitif dan fungsi sosial pada pasien skizofrenia di Rumah

Sakit Jiwa

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Untuk mengetahui derajat fungsi kognitif dan fungsi sosial pada pasien

skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa

1.3.2.2 Untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang diduga

mempengaruhi fungsi kognitif terhadap perubahan fungsi kognitif pada

pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa

1.3.2.3 Untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang diduga

mempengaruhi fungsi sosial terhadap perubahan fungsi sosial pada

pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa

1.3.2.4 Untuk mengetahui faktor yang paling dominan mempengaruhi fungsi

kognitif dan fungsi sosial pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:
1. Memberikan tambahan pengetahuan bagi semua pihak terkait khususnya

perawat maupun tenaga medis lainnya dalam upaya melakukan perawatan

skizofrenia di unit layanan kesehatan.

2. Menjadi data dasar untuk pertimbangan penyusunan program pendidikan

kesehatan jiwa kepada pasien dan keluarga sesuai dengan kebutuhan pasien.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Merupakan suatu studi yang bermanfaat untuk pengembangan/pembaruan

tindakan medis dalam perawatan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa

2. Dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pengambilan kebijakan dalam

upaya peningkatan aspek penatalaksanaan bagi pasien skizofrenia di Rumah

Sakit Jiwa

1.4.3 Manfaat Untuk Penelitian Berikutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi data dasar atau tambahan untuk dilakukan

penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan skizofrenia.


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Skizofrenia

Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani yaitu “Schizein” yang berarti untuk

berbagi, dan “phren” yang artinya pikiran (Stuart, 2016). Skizofrenia merupakan

salah satu gangguan jiwa berat (American Psychiatric Association, 2013) yang terdiri

dari kumpulan gejala penyakit yang beragam (Videbeck, 2011). Menurut Pedoman

PPDGJ III dan DSM V (2013), skizofrenia berupa gangguan yang khas pada persepsi

dan pikiran serta afek yang mempengaruhi bahasa, persepsi, dan kesadaran diri.

Penderita skizofrenia umumnya merasakan pengalaman psikotik yang dapat

mengganggu fungsi diri melalui hilangnya kemampuan yang diperoleh untuk

mendapatkan mata pencaharian, atau gangguan dalam belajar. Pengendalian gangguan

jiwa ini membutuhkan upaya yang komprehensif dan berkelanjutan.

2.1.1 Penyebab Skizofrenia

Skizofrenia merupakan gangguan perkembangan saraf otak. Interaksi antara

berbagai faktor meliputi gen dan lingkungan menjadi pencetus terjadinya

skizofrenia. Skizofrenia tidak terjadi dengan faktor tunggal (Gilmore, 2010).

Beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab terjadinya skizofrenia adalah:

a. Genetik

Faktor genetik dominan yang memicu terjadinya skizofrenia adalah adanya

hubungan tingkat pertama (orangtua, saudara kandung, dan anak) maupun

hubungan tingkat kedua (kakek-nenek, paman-bibi, sepupu dan cucu) dengan

penderita skizofrenia (Gottesman et al., 2010).


b. Neurobiologi

Faktor neurobiologi paling dominan yang menyebabkan skizofrenia adalah

adanya penurunan volume otak dan perubahan sistem neurotransmitter.

Penurunan volume otak terutama terjadi pada bagian gray matter and white

matter (Arnsten, 2011), yang disebabkan adanya gangguan mielinisasi dan

abnormalitas neuron pada masa remaja (Faludi & Mirnics, 2011). Gangguan

sistem neurobiologi yang menjadi penyebab skizofrenia adalah (Stuart, 2016):

1) Sistem limbik (lobus temporal), mempengaruhi terjadinya gejala positif pada

pasien skizofrenia

2) Korteks frontal, mempengaruhi timbulnya gejala negatif pasien skizofrenia

3) Sistem neurotransmitter yang meliputi dopamine, serotonin dan glutamate

c. Virus dan Infeksi

Paparan virus influenza pada kehamilan trimester pertama diyakini menjadi salah

satu penyebab terjadinya skizofrenia (Brown & Derkits, 2010). Teori ini

berdasarkan data bahwa lebih banyak angka kelahiran orang skizofrenia yang

lahir pada musim dingin yang tinggal di perkotaan. Infeksi virus lebih sering

terjadi pada musim dingin dan tempat yang ramai.

d. Biologis

faktor biologis yang menjadi penyebab skizofrenia adalah adanya penurunan

fungsi lobus frontal yang menyebabkan gangguan pada umpan balik otak dalam

mengatur dan memproses informasi (Stuart, 2016).

e. Gejala Pemicu

Beberapa gejala terjadinya skizofrenia adalah riwayat kesehatan dan akses

pelayanan kesehatan yang buruk, pengaruh lingkungan, rendahnya konsep diri,

hilangnya motivasi, ketidakmampuan memenuhi kebutuhan spiritual,

penggunaan obat yang tidak tepat dan berperilaku agresif (Stuart, 2016).
2.1.2 Gejala Skizofrenia

Menurut American Psychiatric Association (2013), gejala-gejala skizofrenia

meliputi gejala positif dan gejala negatif. Gejala positif terdiri dari waham,

halusinasi, gaduh gelisah, bersikap agresif, dan gembira yang berlebihan sedangkan

gejala negatif berupa alam perasaan (affect) yang tumpul atau mendatar, tidak

melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya (withdrawn), sering melamun

(day dreaming), kontak emosional yang rendah, pendiam dan memiliki pola pikir

yang negatif.

2.1.3 Tipe Skizofrenia

Tipe skizofrenia menurut PPDGJ III tahun 2013 atau DSM IV-TR, meliputi:

a) Skizofrenia Paranoid (F.20.0)

1. Kriteria umum skizofrenia terpenuhi

2. Menonjolnya halusinasi dan waham

3. Halusinasi dapat berupa pendengaran, pengecapan ataupun seksual yang

mengancam pasien

4. Merasakan adanya waham yang dikendalikan (delusion of control),

dipengaruhi (delusion of influence), delusion of passivity dan keyakinan

dikejar oleh seseorang

5. Adanya gangguan afektif, pembicaraan, dorongan kehendak serta gejala

katatonik yang tidak menonjol.

b) Tipe Skizofrenia Hebefrenik (F.20.1)

Skizofreni tipe heberfrenik (F.20.1) dapat ditemui dengan beberapa gejala,

meliputi :

1. Kriteria umum skizofrenia terpenuhi;

2. Terjadi pada usia remaja dan dewasa muda (15-25 tahun);


3. Bersikap pemalu, senang menyendiri (premorbid);

4. Gejala terjadi bertahap dalam rentang waktu 2-3 minggu;

5. Dorongan kehendak, gangguan afektif serta gangguan proses pikir

umumnya menonjol;

6. Adanya perilaku tanpa tujuan dan tidak dapat diramalkan

7. Afektif yang dangkal dan tidak wajar

c) Tipe Katatonik (F.20.2)

1. Kriteria umum skizofrenia terpenuhi. Terdapatnya satu atau lebih perilaku

di bawah ini:

2. Stupor (pasien kurang berpartisipasi terhadap lingkungan sekitarnya dan

mutisme/tidak berbicara;

3. Gaduh gelisah, aktivitas motorik yang tidak jelas tujuannya dan dipengaruhi

oleh stimuli eksternal;

4. Menampilkan ketidakwajaran posisi tubuh

5. Negativism, memberikan perlawanan yang tidak jelas terhadap semua

perintah;

6. Reginitas, mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya

menggerakkan dirinya;

7. Fleksibelitas cerea/waxy flexibility, mempertahankan anggota gerak dan

tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar;

8. Command automatism, kepatuhan secara otomatis terhadap perintah dan

pengulangan kata-kata serta kalimat-kalimat.

d) Tipe Undifferentiated (F.20.3)

Ciri-ciri pasien dengan tipe ini meliputi:

1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia,

2. Tidak paranoid, hebefrenik, dan katatonik,


3. Tidak memenuhi skizofrenia residual atau depresi pasca skizofrenia.

e) Depresi Pasca Skizofrenia (F.20.4)

1. Kriteria umum diagnosis skizofrenia selama 12 bulan terakhir,

2. Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada tetapi tidak lagi mendominasi

gambaran klinis),

3. Gelaja-gelaja depresi masih dapat ditemui (F.32.) dan telah ada dalam kurun

waktu paling sedikit 2 (dua) minggu

f) Tipe Residual (F.20.5)

Tipe ini merupakan kategori yang dianggap telah terlepas dari skizofrenia

(halusinasi) tetapi masih memperlihatkan gejala-gejala residual atau sisa,

seperti keyakinan-keyakinan negatif, atau mungkin masih memiliki ide-ide

tidak wajar yang tidak sepenuhnya delusional. Gejala-gejala residual itu dapat

meliputi menarik diri secara sosial, pikiran-pikiran ganjil, inaktivitas, dan afek

datar. Selain itu, skizofrenia tipe residual dapat ditandai dengan frekuensi gejala

skizofrenia (waham/halusinasi) telah berkurang dalam kurun lebih satu tahun

dan telah timbul sindrom “negative” dari skizofrenia.

g) Skizofrenia Simpleks (F.20.6)

Diagnosis skizofrenia simpleks tergantung pada gejala-gejala dan

perkembangan pasien skizofrenia, meliputi:

1. Gejala negatif yang dijumpai pada skizofrenia tipe residual tanpa didahului

riwayat halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik,

2. Perilaku pribadi mengalami perubahan yang bermakna, bermanifestasi

sebagai kehilangan minat yang drastis tanpa adanya tujuan hidup serta sikap

menarik diri lingkungan.


2.1.4 Penatalaksanaan Pasien Skizofrenia

a. Terapi Farmakologi

Antipsikotik merupakan jenis obat yang digunakan dalam pengobatan

gangguan psikotik, gangguan mental berat, dan gangguan mood yang tidak

responsif terhadap pengobatan lainnya. Antipsikotik dapat menurunkan gejala-

gejala psikotik dari beberapa gangguan neurodegeneratif dan psikiatrik terutama

skizofrenia. Obat antipsikotik umumnya terbagi atas dua kelompok yaitu antipsikotik

tipikal dan atipikal (Stuart, 2016).

1) Penggunaan Obat Antipsikotik Tipikal

Obat antipsikotik tipikal disebut juga antipsikotik generasi pertama. Obat

ini bekerja dengan cara menghambat reseptor D2 postsinaptik pada beberapa

saluran DA di otak. Antipsikotik tipikal efektif mengatasi gejala positif namun

kurang efektif mengatasi gejala negatif. Efek samping utama obat ini adalah

menimbulkan gejala ekstrapiramidal (EPS) dan diskenesia tardif sehingga sering

menyebabkan ketidakpatuhan minum obat pada pasien (Stuart, 2016). Selain gejala

ekstrapiramidal, efeksamping lain yang ditimbulkan dari penggunaan obat ini

tercantum pada tabel 2.1 di bawah ini:

Tabel 2.1
Gambaran Efek Samping Obat Antipsikotik Tipikal
Agitasi + sampai ++
Agranulasitosis Jarang
Efek antikolinergik + sampai +++
Gejala ekstrapiramidal (EPS) + sampai +++
Dosis berhubungan dengan EPS Ya
Mual/dyspepsia +
Hipotensi ortostatik + sampai +++
Peningkatan kadar prolactin + sampai ++
Sedasi ++ sampai +++
Kejang +
Tardif dyskinesia +++
Sumber : Stuart (2016)
Jenis obat yang tergolong antipsikotik tipikal meliputi: haloperidol,

trifluoperazine, fluphenazine perpenazine, chlorpromazine, loxapine, Pimozide,

thiothixene, mesoridazine, phenothiazine.

2) Penggunaan Obat Antipsikotik Atipikal

Obat antipsikotik atipikal disebut juga antipsikotik generasi kedua bekerja

dengan cara menghambat dopamine 2 (D2) dan serotonin (5-HT2) reseptor pasca

sinaptik. Obat atipikal bersifat sebagai antagonis DA dan 5-HT. Aripiprazole

adalah atipikal pertama generasi baru sebagai stabilisor dopamine-serotonin.

Antipsikotik atipikal mampu memperbaiki gejala positif dan gejala negatif.

Penggunaan obat ini biasanya pada pasien dengan gangguan suasana hati,

kekerasan, sikap bermusuhan, resiko bunuh diri, dan kesulitan bersosialisasi

(Stuart, 2016). Obat antipsikotik atipikal juga menimbulkan efek samping. Adapun

efek samping obat ini dapat dilihat pada tabel 2.2 dibawah ini:

Tabel 2.2
Efek Samping Obat Antispikotik Atipikal
No Efek samping yang ditimbulkan
1 Menyebabkan sindrom metabolik yang berhubungan dengan masalah
pertambahan berat badan, diabetes dan dislipidemia, serta
mengakibatkan penyakit kardiovaskular.
2 Biaya yang dikeluarkan juga lebih besar dibandingkan obat antipsikotik
tipikal.
3 Risperidone cenderung meningkatkan kadar prolaktin serum dan dapat
meningkatkan gejala ekstrapiramidal pada dosis yang lebih tinggi

4 Berat badan dan gangguan metabolisme. Olanzapine dan clozapine


cenderung menjadi penyebab dominan masalah ini.
5 Sedasi umumnya terjadi pada pasien yang mengonsumsi obat
quetiapine, olanzapine, dan clozapine.
6 Obat ziprasidone memiliki efek samping ke denyut jantung sehingga
penggunaannya harus disertai pengawasan dan pemantauan fungsi
jantung
Sumber: Stuart (2016)
Adapun yang termasuk obat antipsikotik tipikal meliputi: aripiprazole,

asenapine, clozapine, iloperidone, risperidone, lurasidone, paliperidone, quetiapine

dan ziprasidone.

2.2 Konsep Fungsi Kognitif


2.2.1 Pengertian Fungsi Kognitif

Fungsi kognitif merupakan suatu proses persepsi, atensi, memori, membuat

keputusan, dan kemampuan berbahasa (Keefe & Harvey, 2012). Fungsi kognitif

merupakan semua proses yang digunakan oleh manusia untuk mengatur informasi

yang diterima (input) dari lingkungan (sensori), transduksi (persepsi/visuospasial),

pemusatan (atensi), penyimpanan informasi (memori), dibahasakan, dan akhirnya

informasi diimplementasikan (psikomotor). Fungsi kognitif memegang peranan

penting dalam memori dan sebagian besar aktivitas sehari-hari manusia. Hal tersebut

dapat memberikan dampak pada fungsi fisik dan psikis pasien skizophrenia.

Biasanya gangguan yang terjadi pada fungsi fisik pada penderita skizophrenia

meliputi: menurunnya fungsi memori otak, keterampilan, pemahaman serta

kemampuan motorik.

2.2.2 Domain Fungsi Kognitif


a. Perhatian (Attention)

Perhatian (attention) meliputi 2 (dua) bagian yaitu pemilihan input yang

dapat diartikan sebagai proses yang mengontrol perhatian pada sebuah stimulus dan

pemilihan nilai yang berarti selektif terhadap nilai sebuah stimulus. Dua bagian ini

berkaitan erat dengan memori kerja (working memory). Stimulus yang diterima oleh

bagian pemilihan input akan diteruskan ke working memori untuk selanjutnya

diinterpretasi nilai dari sebuah stimulus apakah layak untuk diperhatikan atau tidak.

Sejumlah penelitian mengungkapkan bahwa umumnya pasien skizofrenia


mengalami penurunan kemampuan untuk mempertahankan perhatian pada sebuah

stimulus yang diberikan (Luck & Gold, 2008).

Penurunan perhatian pada pasien skizofrenia dapat menyebabkan kesulitan

dalam memahami komunikasi, ketidakmampuan dalam mengikuti petunjuk,

menurunnya keterampilan sehari-hari dan hubungan sosial (Keefe & Harvey, 2012).

Perhatian terbagi ke dalam 3 aspek, antara lain: kewaspadaan, orientasi dan control

executive. Kewaspadaan menunjukkan adanya kemampuan untuk menerima dan

mempertahankan kepekaan yang tinggi terhadap stimulus. Orientasi adalah proses

untuk memilih informasi dari datangnya stimulus, sedangkan control executive

adalah mekanisme untuk memonitor/menyelesaikan masalah diantara pikiran,

perasaan dan respon (Bhattacharya, 2015).

b. Memori (Memory)

Memori terbagi menjadi dua bagian yaitu memori jangka pendek dan memori

jangka panjang. Memori jangka panjang terdiri dari memori deklaratif dan memori non

deklaratif. Memori deklaratif meliputi memori episotik dan memori semantik.

Sedangkan memori non deklaratif meliputi prosedural pembelajaran yang berlangsung

di bawah batas sadar. Pasien skizofrenia umumnya mengalami penurunan memori

deklaratif (Bhattacharya, 2015).

c. Kelancaran Ucapan (Verbal Fluency)

Verbal fluency meliputi banyaknya kata yang mampu diuucapkan oleh

seseorang dalam waktu tertentu (Bowie & Harvey, 2006); (Ojeda et al., 2010). Verbal

fluency (VF) meliputi 2 (dua) bagian yaitu semantic fluency (SF) dengan menilai

kemampuan seseorang untuk mengucapkan kata sesuai kategori kata yang diberikan

dan phonological fluency (PF) dengan menilai kemampuan seseorang untuk

mengucapkan kata yang dimulai dari huruf tertentu. Pada pasien skizofrenia, verbal
fluency dipengaruhi oleh working memory (Ojeda et al., 2010) dan pusat eksekutif

(Leiderman & Strejilevich, 2004) Penurunan verbal fluency juga berhubungan dengan

rendahnya fungsi interpersonal dan fungsi sosial dalam masyarakat (Bowie & Harvey,

2006).

d. Bahasa (Language)

Gangguan bahasa merupakan penurunan yang umum terjadi pada pasien

skizofrenia dan merupakan gangguan pada area otak. Bahasa meliputi 2 (dua) bagian

yaitu kemampuan mikrolinguistik yang meliputi kemampuan leksikal dan

morfosintaksis, dan kemampuan makrolinguistik yang meliputi pemrosesan tahap

wacana dan pragmatis. Penurunan bahasa pada pasien skizofrenia lebih didominasi

pada bagian makrolinguistik, dan ini berkaitan erat dengan penurunan perhatian dan

fungsi eksekutif (Marini et al., 2008).

e. Memori Kerja(Working Memory)

Memori kerja merupakan kemampuan untuk mempertahankan representasi

aktif di atas ambang batas termasuk saat mengalami gangguan dari peristiwa internal

dan eksternal. Penilaian memori adalah dengan tes verbal dan visuospasial. Ada empat

komponen memori kerja yaitu sketsa visuospasial yaitu mempertahankan informasi

visual jangka pendek, fonologi yaitu mempertahankan informasi verbal jangka pendek,

dan sentral eksekutif yang mendukung manipulasi, transformasi informasi yang

diterima, serta buffer episodic yang terintegrasi dalam penyimpanan informasi

(Bhattaacharya, 2015).

f. Fungsi Eksekutif
Fungsi eksekutif menunjukkan kepada perilaku kewaspadaan, perencanaan,

dan pengawasan yang memungkinkan dalam modifikasi perilaku dan pikiran dalam

menanggapi perubahan informasi dan lingkungan. Fungsi eksekutif setidaknya


memiliki 5 (lima) komponen, antara lain: atensi dan inhibisi, manajemen tugas,

perencanaan, monitoring dan kode temporal (Bhattacharya, 2015). Penilaian fungsi

eksekutif merupakan penilaian terbaik untuk memperkirakan penampilan seseorang

meliputi perawatan diri, sosial, interpersonal, integrasi dalam masyarakat dan fungsi

okupasi (Bhattacharya, 2015).

Salah satu instrument penilaian dalam fungsi eksekutif adalah menggunakan

Wisconsin Card Sorting Test (WCST), fungsi eksekutif ini berhubungan dengan

fungsi dorsolateral prefrontal pada pasien skizofrenia (Keefe & Harvey, 2012). Selain

itu, fungsi eksekutif juga berkaitan dengan pencapaian perawatan seperti kurangnya

terapi, pengobatan dan lamanya menjalani perawatan di rumah sakit (Bowie &

Harvey, 2006).

2.2.3 Defisit Kognitif Pada Skizofrenia

Pasien skizofrenia umumnya mengalami masalah-masalah pada aspek kognisi,

yaitu: kemampuan memusatkan perhatian, kemampuan untuk mengingat dan

mengingat kembali (recall) informasi, kemampuan untuk memproses informasi dan

informasi dengan cepat, kemampuan berpikir kritis, merencanakan, mengorganisir

dan mengatasi masalah serta kemampuan untuk memulai pembicaraan (Bowie &

Harvey, 2006).

Sekitar 98 % pasien skizofrenia memiliki nilai fungsi kognitif yang rendah

(Keefe & Harvey, 2012). Penurunan fungsi kognitif pada skizofrenia terjadi saat

mulai timbulnya penyakit, dan tetap stabil atau menetap pada sisa perjalanan

penyakit. Pasien skizofrenia dengan riwayat pertama mengalami skizofrenia

memiliki fungsi kognitif yang lebih baik daripada pasien yang sudah lama

mengalami skizofrenia.
2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif Pada Skizofrenia

1) Faktor Usia

Usia mempengaruhi perubahan fungsi kognitif pasien skizofrenia. Penelitian

fungsi kognitif terhadap kelompok pasien skizofrenia dibandingkan kelompok

kontrol menunjukkan bahwa kelompok pasien dengan skizofrenia memperoleh

hasil fungsi kognitif yang kurang baik daripada kelompok kontrol. Defisit domain

fungsi eksekutif cenderung terjadi pada kelompok usia 46-55 tahun. Dalam

semua kategori usia ditemukan terjadi penurunan fungsi kognitif pada kelompok

skizofrenia (Mosiołek et al., 2016).

2) Faktor Tingkat Pendidikan


Tingkat pendidikan yang rendah memiliki resiko lebih tinggi untuk terjadinya

skizofrenia (Rajji et al., 2013)). Tingkat pendidikan berhubungan kuat terhadap

fungsi kognitif. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin baik fungsi

kognitif pasien skizofrenia (Brissos et al., 2011).

3) Faktor Jenis Kelamin


Jenis kelamin menjadi faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif pasien

skizofrenia. Perbedaan hormonal pada prenatal diyakini menjadi penyebab

perbedaan kognitif antara laki-laki dan perempuan (Miller & Halpern, 2014).

4) Faktor Status Pernikahan

Status pernikahan mempengaruhi fungsi kognitif. Individu dengan status menikah

akan memiliki fungsi kognitif lebih baik dibandingkan dengan individu tanpa

menikah maupun bercerai (Sommerlad et al., 2018).

5) Faktor Suku

Penelitian tentang hubungan antara suku dengan fungsi kognitif masih sangat

sedikit. Namun, kondisi kelompok dapat mempengaruhi fungsi kognitif anggota

kelompok. Kelompok minoritas yang sering mengalami diskriminasi akan


kesulitan untuk mempertahankan identitas diri, sehingga mempengaruhi

kesehatan mental. Hal ini menjadi tantangan untuk terjadi penurunan fungsi

kognitif (Veling et al., 2010).

6) Faktor Frekuensi di Rawat Inap

Penelitian tentang hubungan jumlah frekuensi rawat inap terhadap penurunan

kognitif pasien skizofrenia masih sangat sedikit (Harvey et al., 2013). Sebaliknya,

angka rawat inap diduga akan meningkat jika pasien skizofrenia mengalami

penurunan kognitif.

7) Faktor Penggunaan Obat

Pengaruh obat antipsikotik golongan pertama (tipikal) maupun antipsikotik

golongan kedua (atipikal) terhadap fungsi kognitif masih kontroversial (Keefe &

Harvey, 2012). Aktivitas atipikal yang memiliki ikatan yang relatif lemah

terhadap reseptor D2 (dopamine) dan antagonis yang lebih kuat pada serotonin

dan reseptor alfa adrenergic sehingga mampu mengurangi efek extrapiramidal,

memunculkan dugaan bahwa atipikal lebih baik daripada tipikal. Namun, dugaan

ini belum meyakinkan (Minzenberg & Carter, 2012).

8) Penggunaan Obat Antikolinergik


Penggunaan antikolinergik bertujuan untuk mengatasi masalah yang

berhubungan dengan ekstrapiramidal. Triheksifenidil merupakan jenis obat yang

sering digunakan apabila didapatkan sindroma ekstrapiramidal akibat dari

penggunaan antipsikotik dengan dosis 4-15 mg/hari (Stuart, 2016). Durasi

penggunaan antikolinergik yang lama disertai dosis yang tinggi akan menurunkan

fungsi kognitif (Eum et al., 2017).


9) Riwayat Keluarga

Adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami skizofrenia beresiko untuk

menimbulkan skizofrenia pada anggota keluarga lainnya (O’Reilly et al., 2013)).

Namun, riwayat keluarga diyakini tidak mempengaruhi fungsi kognitif pasien

skizofrenia (Hughes et al., 2005).

10) Riwayat Penggunaan Ganja

Pemakaian ganja dalam jangka panjang akan mempengaruhi gangguan kognitif

pada domain verbal, memori jangka pendek, memori kerja, fungsi eksekutif,

kemampuan abstrak, pengambilan keputusan, dan perhatian (Foti et al., 2010).

11) Olahraga

Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa ada manfaat positif yang diperoleh

dari aktivitas fisik terhadap peningkatan fungsi kognitif pasien gangguan jiwa.

Penyebab peningkatan fungsi kognitif ini dikaitkan dengan neurogenesis,

plastisitas neuron (ketersediaan kapiler kortikal, jumlah koneksi sinaptik, dan

pengembangan neuron), synaptogenesis dan neurotransmisi (Oertel-Knöchel et

al., 2014). Aktivitas fisik berupa latihan aerobik dapat meningkatkan fungsi

kognitif pasien skizofrenia dengan syarat harus dilakukan secara rutin dalam

durasi yang cukup dan jenis latihan yang bervariasi (Firth et al., 2016).

2.2.5 Instrumen Test Kognitif Mini-Addenbrooke’s Cognitive Examination (M-ACE)


2.2.5.1 Sejarah Mini Addenbrooke’s Cognitive Examination (M-ACE)

Addenbrooke’s Cognitive Examination (ACE) pertama kali dikembangkan

oleh Medical Research Council Cognition dan Brain Sciences Unit di Cambridge

pada akhir tahun 1990 alat uji sederhana untuk mendeteksi demensia dan

membedakan alzeimer dengan penyakit demensia frontotemporal. Awalnya, ACE

meliputi Mini Mental State Examination (MMSE) atau tes Folstein dengan

penambahan item pengujian fronto eksekutif dan ekstra visuospasial.


Sejalan waktu, ACE dikembangkan lagi menjadi ACE-R (Addenbrooke’s

Cognitive Examination-Revised) yang mencakup 26 komponen yang terbagi ke

dalam 5 (lima) domain yaitu attention/orientation (18 poin), memory (26 poin),

fluency (14 poin), language (26 poin) dan visuospasial (16 poin) dengan total nilai

penilaian 100 poin. Pengujian ini membutuhkan waktu 10-15 menit. Penelitian

menunjukkan bahwa ACE-R sensitif untuk mendeteksi keparahan demensia dan

lebih baik dibandingkan MMSE. ACE-R terbagi dalam 3 (tiga) pilihan yaitu versi A,

B dan C yang masing-masing versi memiliki perbedaan perlakuan. Meskipun

digunakan secara luas, namun pengujian domain kognitif pada ACE-R belum sesuai

standar neuropsikologi. Untuk memperbaiki beberapa kelemahan ACE-R ini seperti

repetition, comprehension, visuospatial, maka ACE-R dikembangkan lagi menjadi

ACE-III yang memiliki skor total 100 poin.

Sejalan dengan perkembangan penelitian, (Hsieh et al., 2015)

memperkenalkan M-ACE sebagai alat skrining kognitif yang sangat singkat dan

sensitif untuk demensia. M-ACE memiliki skor maksimum 30 dengan skor yang

lebih tinggi menunjukkan fungsi kognitif yang lebih baik dan berisikan 4 domain

kognitif utama: orientasi, memori, bahasa dan fungsi visuospatial. Dalam

penelitiannya (Hsieh, 2015) terdapat dua nilai cut-off untuk skrining pasien, meliputi:

cut-off yang lebih tinggi dari 25/30 memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi

dan setidaknya 5 kali lebih berpeluang terjadinya demensia. Sebaliknya, penurunan

kognitif dengan nilai skor total M-ACE 21/30 hampir dipastikan responden diagnosis

sindrom demensia terlepas dari tingkat prevalensi.

Dalam implementasinya, M-ACE membutuhkan waktu kurang dari 5 menit,

dengan beberapa kelebihan dalam klinis meliputi: instrumen yang singkat, sehingga

memberikan penilaian yang cepat, mudah diterjemahkan ke dalam bahasa non-

Inggris dan tidak memerlukan pelatihan khusus formal untuk melakukan penilaian.
Adapun manfaat utama dari M-ACE adalah hasil turunan ACE-III menjadi M-ACE

diperoleh secara empiris dan terdiri dari item-item yang termasuk dalam ACE-III

dan pendahulunya.

2.2.5.2 Perbandingan Mini-Addenbrooke’s Cognitive Examination Dengan Instrumen Tes


Kognitif Lainnya

Sensitivitas dan spesifisitas M-ACE pada semua nilai cut-off memiliki

sensitivitas lebih besar dibandingkan dengan MMSE. Manfaat lain dari M-ACE

adalah sebagai alat skrining kognitif pendek untuk melakukan pemeriksaan klinis

yang memiliki gangguan kognitif lebih ringan (Larner, 2016). Pemeriksaan

kognitif pasien Dimensia dan MCI (Mild Cognitive Impairment) dengan

menggunakan Mini-Addenbrooke (M-ACE) dan Montreal Cognitive Assessment

(MoCA). Ditemukan bahwa skor M-ACE dan MoCA sangat berkorelasi (0,86).

Nilai cut off yang digunakan adalah (M-ACE ≤25/30; MoCA <26/30). Hasil yang

diperoleh bahwa baik M-ACE dan MoCA sensitif (> 0,90), tetapi tidak spesifik

(<0,6) untuk diagnosis demensia dan MCI (Larner, 2016).

2.3 Konsep Fungsi Sosial Pada Skizofrenia

Pengukuran fungsi sosial penting dilakukan pada pasien skizofrenia karena

berhubungan dengan pekerjaan, hubungan interpersonal dan perawatan diri (Patrick et

al., 2010).

2.3.1. Pengertian Fungsi Sosial

Fungsi sosial adalah kemampuan seseorang untuk melakukan keberfungsian

secara sosial (Brissos et al., 2011). Fungsi sosial adalah segala kemampuan esensial

agar seseorang mampu mempertahankan kehidupan yang independen secara sosial.

Adanya gangguan fungsi sosial pada pasien skizofrenia dapat dijumpai pada

ketidakmampuan ataupun kegagalan dalam menyesuaikan diri terhadap

lingkungannya, tidak mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain
secara baik, sehingga menimbulkan gangguan kejiwaan yang mengakibatkan

timbulnya perilaku maladaptif terhadap lingkungan disekitarnya.

2.3.2 Domain Fungsi Sosial

Perkembangan pengobatan dan penatalaksanaan skizofrenia tidak hanya ditinjau

dari gejala utama skizofrenia saja, tetapi dapat juga ditinjau dari performa dan fungsi

sosial yang terjadi pada pasien skizofrenia (Reverger, 2012). Fungsi sosial yang

diharapkan pada pasien skizofrenia terdiri dari kemampuan untuk berperan dalam

lingkungan keluarga, sosial atau pekerjaan, kemampuan menilai diri sendiri, serta

beraktivitas hidup sehari-hari. Domain fungsi sosial terdiri dari 4 domain (Patrick et

al., 2010) antara lain:

a. Perawatan diri, terdiri dari: mandi, makan, keramas, menyikat gigi, berganti

pakaian serta kemampuan pasien untuk minum obat

b. Aktivitas yang berguna secara sosial, terdiri dari: bekerja atau bersekolah, berperan

dalam aktivitas kelompok serta melakukan pekerjaan rumah tangga

c. Hubungan personal dan Sosial, terdiri dari: hubungan baik dengan keluarga,

hubungan baik dengan pendukung terapi

d. Perilaku Mengganggu dan Agresif, terdiri dari: berbicara terlalu keras,

menyumpah, mengancam, melakui diri sendiri dan orang lain, merusak benda-

benda, terlibat dalam perkelahian serta perilaku sosial yang tidak pantas.

2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Sosial Pada Skizofrenia

Beberapa faktor yang mempengaruhi performa fungsi sosial pada pasien

skizofrenia (Reverger, 2012), antara lain:

a. Tipe skizofrenia yang diderita oleh pasien sangat mempengaruhi kemampuan

pasien dalam melakukan aktivitas dan kegiatan sehari-hari

b. Jenis kelamin. Pasien dengan jenis kelamin laki-laki memiliki nilai fungsi sosial

yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien perempuan.


c. Lama penyakit, semakin lama seseorang menderita skizofreia maka akan

mengurangi kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan kegiatan sosial

d. Usia. Pasien dengan usia tahap anak-anak dan remaja cenderung mengalami

penurunan fungsi dibandingkan dengan penderita skizofrenia dewasa.

e. Riwayat Keluarga, Adanya riwayat gangguan skizofrenia pada keluarga dapat

memperburuk fungsi yang dapat dicapai setelah pengobatan

f. Obat, konsumsi obat antispsikotika dapat memberikan interaksi obat dan efek

samping sehingga mempengaruhi fungsi pasien sehari-hari.

g. Terapi psikososial dapat meningkatkan fungsi sosial pada pasien skizofrenia.

2.3.4 Instrument Test Fungsi Sosial Personal and Social Performance (PSP)
2.3.4.1 Sejarah Instrumen Personal and Social Performance (PSP)

Tahun 1999 merupakan awal mula pengembangan instrumen personal and

social performance (PSP) dan pada tahun 2000, Morosini beserta rekannya

mempublikasikan bahwa PSP dapat digunakan untuk mengukur fungsi sosial dan

personal pasien skizofrenia (Reverger, 2012). Skala PSP tepat digunakan untuk

melihat fungsi sosial pasien pasca penggunaan obat antipsikotik. Skala ini terdiri atas

penilaian terhadap 4 (empat) domain, yaitu (1) perawatan diri (2) keterlibatan dalam

aktivitas sosial (3) hubungan personal dan sosial serta (4) adanya perilaku agresif

dan mengganggu (Patrick et al., 2010)

Tingkat hendaya (keparahan) fungsi sosial pasien dikelompokkan ke dalam

empat domain harus dinilai pada skala enam poin yang terdiri dari absen (yang

berarti tidak ada masalah pada dimensi ini), kesulitan ringan, terlihat, nyata, berat

hingga sangat berat.pada pasien skizofrenia akut, domain perawatan diri dan

perilaku yang mengganggu menjadi perhatian yang lebih besar sedangkan untuk

pasien dengan fase stabil, perhatian lebih penting tertuju pada hubungan pribadi
dan kegiatan sosial lebih (Patrick et al., 2010). Penilaian akhir PSP adalah sebagai

berikut:

1. Skor 100-70 menunjukkan hanya ada kesulitan fungsi yang ringan

2. Skor 69-31 menunjukkan adanya disabilitas yang bermanifestasi dalam berbagai

tingkatan (fungsi sosial sedang)

3. Skor yang kurang atau sama dengan skor 30 menunjukkan fungsi pasien sangat

buruk dan memerlukan bantuan atau supervisi.

2.3.4.2 Validitas Personal and Social Performance (PSP) di Indonesia


Instrumen Personal and Social Performance (PSP) telah divalidasi pada

pasien skizofrenia oleh dr. Dharmawan A. Purnama, Sp. KJ pada tahun 2008 di

Indonesia, dengan nilai validitas sebesar 0,77 dan reliabel (Purnama, et al., 2012;

Reverger, 2012). Dalam penelitiannya terhadap 100 pasien skizofrenia di Poliklinik

Jiwa RSCM, dilakukan analisis faktor untuk menunjukkan construct validity,

analisis korelasi Spearman untuk menunjukkan concurrent validity, dan analisis

Wilcoxon Signed Rank Test untuk menunjukkan reliabilitas inter-rater/inter-

observer. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan nilai skala PSP ini

memiliki construct validity yang baik, sebesar 70,504% dengan nilai korelasi

Spearman yang kuat (r=0,84; p < 0,05) antara skor skala PSP dengan skala GAF,

yang menunjukkan bahwa skala PSP memiliki concurrent validity sangat baik.

Reliabilitas inter-rater/inter-observer menunjukkan hasil Wilcoxon Signed

Ranks Test yang tidak berbeda signifikan (PSP rater 1=PSP rater 2; p > 0,05)

diantara penilai/pengamat yang berbeda. Personal and Social Performance Scale

versi bahasa Indonesia yang diuji telah terbukti kesahihan dan keandalannya untuk

diaplikasikan pada pasien skizofrenia di Indonesia, dengan dilakukan modifikasi

dan adaptasi pada beberapa butir pertanyaan (Purnama et al., 2012) dapat

ditemukan pada https://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?.


Domain PSP terdiri dari 4 (empat) bagian yaitu perawatan diri (5

komponen), aktivitas yang berguna secara sosial (3 komponen), hubungan personal

dan sosial (2 komponen) dan perilaku mengganngu dan agresif (2 komponen).

Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.3
Domain Penilaian dan Komponen Personal and Social Performance
Versi Purnama et al (2012)
Ranah Penilaian Komponen
1. Perawatan Diri a. Minum Obat
b. Makan
c. Mandi
d. Menyikat Gigi
e. Mengganti Pakaian
2. Aktivitas yang Berguna Secara Sosial a. Bekerja
b. Bekerja sebagai relawan atau mengikuti
aktivitas kelompok
c. Melakukan pekerjaan rumah tangga
3. Hubungan Personal dan Sosial a. Hubungan dengan pasangan, keluarga
dan/atau teman-teman
b. Sistem pendukung di luar terapi
4. Perilaku Mengganggu dan Agresif a. Bicara terlalu keras atau menyumpah
b. Mengancam melukai diri sendiri atau
orang lain
c. Memecahkan atau melempar benda-
benda
d. Penyerangan fisik atau perkelahian
e. Perilaku sosial yang tidak pantas (misal:
membuka baju di depan umum)
BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang terdiri dari kerangka konsep

penelitian, hipotesis penelitian, definisi operasional, desain penelitian, populasi dan

sampel, tempat dan waktu penelitian, metode pengumpulan data, etika penelitian, uji coba

instrumen, prosedur pengumpulan data dan teknik analisis data.

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menjelaskan tentang kerangka konseptual penelitian

yang digunakan sebagai suatu landasan penelitian yang terdiri dari variabel independen

dan variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang

diduga mempengaruhi fungsi kognitif dan fungsi sosial pasien skizofrenia, yang terdiri

dari faktor, meliputi: usia (Atake et al., 2018), jenis kelamin (Talreja et al., 2013);

Reverger, 2012), tingkat pendidikan (Talreja et al., 2013), status pernikahan (Talreja et al.,

2013., Reverger, 2012), suku (Veling et al., 2010), riwayat keluarga (Hughes et al., 2005;

Reverger, 2012), frekuensi rawat inap (Harvey et al., 2013), aktivitas olahraga (Firth et al.,

2016), riwayat konsumsi ganja (Crean et al., 2011., Reverger, 2012), penggunaan

antipsikotik (Green & Harvey, 2014; Nielsen et al., 2015), dan penggunaan antikolinergik

(Eum et al., 2017).

Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah fungsi kognitif (Hsieh et

al., 2015; Bhattacharya, 2015; Bowie & Hervey, 2006; Keefe & Harvey, 2012) dan fungsi

sosial (Patrick et al., 2010). Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil yang diperoleh dari pengaruh

variabel independen terhadap fungsi kognitif pasien skizofrenia meliputi 2 (dua) output

yaitu buruk dan baik fungsi kognitif. Sedangkan hasil pengaruh dari variabel independen
terhadap fungsi sosial diukur dengan 3 (tiga) output yaitu ringan, sedang dan sangat buruk.

Secara umum, kerangka konsep penelitian ini dapat dilihat pada skema 3.1 di bawah.

Variabel Independen Variabel Dependen

Faktor-faktor yang Fungsi Kognitif:


Mempengaruhi Fungsi Kognitif
dan Fungsi Sosial pada a. Perhatian
 Baik
Skizofrenia: b. Memori
a. Usia c. Kelancaran
Verbal  Buruk
b. Jenis Kelamin
c. Tingkat Pendidikan d. Visuospasial
d. Status Pernikahan e. Memori Ulang
e. Suku
f. Riwayat Keluarga
g. Frekuensi Rawat Inap Fungsi Sosial  Ringan
h. Aktivitas Olahraga
a. Merawat diri
i. Riwayat Konsumsi Ganja  Sedang
b. Aktivitas sosial
j. Lama Konsumsi Ganja
c. Hubungan
k. Penggunaan Antipsikotik
personal dan  Buruk
l. Penggunaan Antikolinergik
sosial
d. Perilaku agresif
dan mengganggu

Skema 3.1
Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep, hipotesis penelitian yang muncul dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

3.2.1 Hipotesis Mayor

Ha : Terdapat hubungan antara variabel independen terhadap perubahan fungsi

kognitif dan fungsi sosial pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa.
3.2.2 Hipotesis Minor

Ha1 : Terdapat hubungan antara faktor usia terhadap perubahan fungsi kognitif dan

fungsi sosial pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa

Ha2 : Terdapat hubungan antara faktor jenis kelamin terhadap perubahan fungsi

kognitif dan fungsi sosial pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa

Ha3 : Terdapat hubungan antara faktor tingkat pendidikan terhadap perubahan fungsi

kognitif dan fungsi sosial pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa

Ha4 : Terdapat hubungan antara faktor status pernikahan terhadap perubahan fungsi

kognitif dan fungsi sosial pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa

Ha5 : Terdapat hubungan antara faktor suku terhadap perubahan fungsi kognitif dan

fungsi sosial pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa

Ha6 : Terdapat hubungan antara faktor riwayat keluarga terhadap perubahan fungsi

kognitif dan fungsi sosial pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa

Ha7 : Terdapat hubungan antara faktor frekuensi rawat inap terhadap perubahan

fungsi kognitif dan fungsi sosial pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa

Ha8 : Terdapat hubungan antara faktor aktivitas olahraga terhadap perubahan fungsi

kogntif dan fungsi sosial pada pasien skizofrenia rawat inap di Rumah Sakit

Jiwa

Ha9 : Terdapat hubungan antara faktor riwayat konsumsi ganja terhadap perubahan

fungsi kognitif dan fungsi sosial pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa

Ha10: Terdapat hubungan antara faktor lama konsumsi ganja terhadap perubahan

fungsi kognitif dan fungsi sosial pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa

Ha11:Terdapat hubungan antara faktor penggunaan obat antipsikotik terhadap

perubahan fungsi kognitif dan fungsi sosial pada pasien skizofrenia di Rumah

Sakit Jiwa
Ha12: Terdapat hubungan antara faktor penggunaan antikolinergik terhadap

perubahan fungsi kognitif dan fungsi sosial pada pasien skizofrenia di Rumah

Sakit Jiwa

3.3 Definisi Operasional Penelitian

Tabel 3.1
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Funsi Kognitif dan Fungsi Sosial
Pada Pasien Skizofrenia
Cara & Alat Skala
Variabel Definisi Operasional Hasil Ukur
Ukur Ukur

Usia Usia responden saat Rekam Medis Usia tahun Nominal


dilakukan penelitian

Jenis Kelamin Karakteristik biologis Rekam Medis Laki-laki Nominal


yang dilihat dari Wanita
penampilan luar
responden

Tingkat Jenjang pendidikan Rekam Medis SD Ordinal


Pendidikan akademik responden SMP
SMA/Sarjana
Status Hubungan sosial dan Rekam Medis Kawin Nominal
pernikahan biologis melalui ikatan
perkawinan sah secara Tidak Kawin
norma agama, norma
Cerai
hukum, dan norma
sosial.

Suku Daerah asal responden Rekam Medis Aceh Nominal


yang membawa
kebiasaan secara turun Non-Aceh
temurun dari
kelompoknya

Riwayat Riwayat adanya anggota Wawancara Ada Nominal


Keluarga keluarga inti yang dan rekam
mengalami skizofrenia medis Tidak ada

Frekuensi rawat Jumlah rawatan Wawancara 1-2 kali Nominal


inap responden di Rumah dan rekam 3 kali
Sakit Jiwa medis >3 kali

Aktivitas Latihan fisik secara Wawancara Sering Ordinal


olahraga berkelompok yang
dilakukan responden di Jarang
Rumah Sakit Jiwa
Tidak Pernah
Riwayat Ada tidaknya riwayat Wawancara Ada Nominal
konsumsi ganja pernah mengonsumsi Tidak ada
ganja pada pasien
skizofrenia di Rumah
Sakit Jiwa

Lama Konsumsi Durasi waktu konsumsi Wawancara 0-1 Tahun Nominal


ganja ganja pada pasien
skizofrenia di Rumah >1 tahun
Sakit Jiwa

Penggunaan Jenis dan dosis obat Rekam Medis Ada Nominal


obat antipsikotik yang Tidak ada
antipsikotik dikonsumsi oleh
responden selama
menjalani rawat inap di
Rumah Sakit Jiwa

Penggunaan Jenis dan obat Rekam Medis Ada Nominal


antikolinergik antikolinergik yang
dikonsumsi oleh Tidak ada
responden selama
menjalani rawat inap di
Rumah Sakit Jiwa

Tabel 3.2
Perubahan Kognitif Pasien Skizofrenia
Definisi Cara & Alat Skala
Variabel Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur

Fungsi Kemampuan Diukur Skor Total Ordinal


Kognitif responden dalam menggunakan
menerima, Instrumen test (0 – 30)
mengolah maupun kognitif Mini-
menyampaikan ACE
kembali informasi (Addenbrooke’s  Baik atau tidak
yang diberikan Cognitive ada penurunan
Examination), kognitif (cut off
terdiri dari 4 M-ACE
domain yaitu > 21/30
Attention,
Memory/Recall  Buruk atau ada
memory, penurunan
Fluency, kognitif (cut off
Visuospasial. M-ACE
≤ 21/30)
Tabel 3.3
Perubahan Fungsi Sosial Pada Pasien Skizofrenia
Definisi Cara & Alat Skala
Variabel Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur

Fungsi Sosial Kemampuan Diukur Skor Total Ordinal


responden dalam menggunakan (0 – 100)
melaksanakan Instrumen test  Fungsi sosial
fungsi dan peran Personal and yang ringan
secara sosial Social (angka skor total
selama menjalani Performance PSP antara 100-
rawat inap di Scale (PSP), 70)
Rumah Sakit Jiwa terdiri dari 22  Fungsi sosial
item pertanyaan yang sedang
wawancara (angka skor total
terstruktur. PSP 69-31)
 Fungsi sosial
yang buruk
(angka skor total
PSP < 30)

3.4 Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif korelatif untuk

mencari ada tidaknya korelasi (hubungan) antara 2 (dua) variabel yaitu metode

penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk menganalisa faktor-faktor

terhadap suatu keadaan secara subyektif dan obyektif. Desain penelitian yang

digunakan adalah cross-sectional. Cross-sectional adalah penelitian yang

mempelajari korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek yang berupa penyakit

atau kesehatan tertentu dengan pendekatan poin time/satu waktu. Setiap subjek dalam

penelitian diobservasi hanya satu kali saja, dan faktor resiko serta efek yang diukur

dianalisis berdasarkan keadaan dan waktu saat diteliti (Sumantri, 2011).

Dalam hal ini, peneliti mengukur fungsi kognitif menggunakan Instrumen Mini-

ACE (Addenbrooke’s Cognitive Examination) serta menghubungkannya dengan

faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif pasien skizofrenia selama dirawat

inap pada Rumah Sakit Jiwa, sedangkan nilai fungsi sosial responden diukur dengan
menggunakan instrumen Personal and Social Performance Scale (PSP) serta

menghubungkannya dengan faktor-faktor yang diperkirakan mempengaruhi fungsi

sosial pada pasien skizofrenia selama dirawat inap pada Rumah Sakit Jiwa.

3.5 Populasi dan Sampel

3.5.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini yaitu pasien skizofrenia yang sedang

menjalani rawat inap di Rumah Sakit Jiwa.

3.5.2 Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan

total sampling dengan jumlah responden sebanyak 172 orang. Peneliti

menetapkan kriteria responden menjadi dua yaitu: kriteria inklusi dan ekslusi:

3.5.2.1 Kriteria Inklusi:

1. Pasien dalam keadaan tenang/tidak gaduh gelisah, tidak bersikap agresif,

bersedia diwawancara (kooperatif).

2. Pasien yang terdiagnosa skizofrenia berdasarkan PPDGJ-III atau DSM-IV

TR di Rumah Sakit Jiwa.

3. Pasien rawat inap di Rumah Sakit Jiwa minimal 4 (empat) minggu

4. Pasien dengan usia 18 sampai dengan 65 tahun.

5. Pasien dengan riwayat serangan pertama atau berulang (relaps).

3.5.2.2 Kriteria Ekslusi:

1. Pasien dengan gangguan axis II (keterbelakangan mental, gangguan

kepribadian).

2. Pasien dengan riwayat neurologis (epilepsi dan delirium).

3. Pasien yang mengalami penyakit medis yang beresiko menurutkan fungsi

kognitif seperti: alzheimer, tumor otak, diabetes, dan demensia.


3.6 Tempat dan Waktu Penelitian

3.6.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di 8 (delapan) ruangan intermediet di Rumah Sakit


Jiwa Provinsi Aceh.

3.6.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 11 September s.d. 6 Oktober 2019.

3.7 Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan surat keterangan lulus dari Komite

Etik Penelitian Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala tanggal 29 Juli 2019.

Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang menjadi pertimbangan dan berkaitan

dengan permasalahan etik, yaitu memberikan penjelasan kepeda responden tentang

tujuan dan prosedur penelitian, sehingga proses penelitian ini dapat memberikan

perlindungan dan kenyamanan terhadap responden.

Secara umum, Sumantri (2011) terdapat 4 prinsip utama dalam etik penelitian

keperawatan, antara lain:

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (Respect for human dignity).

Penelitian ini dilakukan dengan tidak adanya paksaan, dimana subjek

memiliki hak asasi dan kebebasan untuk menetukan pilihan ikut atau menolak

penelitian (autonomy). Subjek berhak memperoleh informasi yang jelas tentang

pelaksanaan penelitian meliputi tujuan dan manfaat penelitian, prosedur penelitian,

resiko penelitian, keuntungan yang mungkin didapat dan kerahasiaan informasi.

Dalam penelitian ini, peneliti mengacu pada UU No.290 Pasal 13 tahun 2008,

bahwa persetujuan diberikan oleh pasien yang kompeten. Pada pasien gangguan

jiwa, penilaian kompetensi didasarkan pada status mentalnya. Jika pasien tidak

kompeten, maka persetujuan diberikan oleh pihak yang berkuasa atau yang

memiliki wewenang dengan mempertimbangkan asas kebaikan untuk pasien.


Dalam penelitian ini, informed consent dimintakan pada kepala ruangan rawat inap

responden.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek (Respect for privacy and

confidentiality).

Proses penelitian ini memungkinkan menyebabkan terbukanya informasi subjek,

sehingga peneliti harus merahasiakan berbagai informasi yang menyangkut privasi

subjek, dengan cara meniadakan identitas, kemudian diganti dengan kode tertentu

yaitu inisial nama

3. Menghormati keadilan dan inklusivitas (Respect for justice inclusiveness).

Prinsip keadilan dilakukan dengan cara menjelaskan prosedur penelitian dengan

jelas dan senantiasa memperhatikan prinsip kejujuran.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harm and

benefit). Artinya, bahwa setiap peneliti harus mempertimbangkan manfaat yang

sebesar-besarnya bagi subjek penelitian dan populasi dimana hasil penelitian akan

diterapkan (beneficience). Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan

manfaat yang sebesar-besarnya bagi subjek penelitian dalam pemulihan kognitif

bagi pasien skizofrenia.

3.8 Instrumen Penelitian


Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti menggunakan instrument pengumpulan

data, meliputi:

3.8.1 Instrumen A

Instrumen A dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu: bagian pertama

adalah rekam medis pasien. Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan

dokumen tentang indentitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan

pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Data pada rekam medis

digunakan sebagai data untuk variabel independen yaitu: usia saat ini, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, status pernikahan, suku, dan penggunaan obat. Sedangkan

bagian kedua adalah daftar pertanyaan yang disusun oleh peneliti yang berisi

pertanyaan yang mencakup riwayat penggunaan ganja, lama mengkonsumsi ganja,

lama pengobatan, riwayat keluarga, dan aktivitas olahraga.

3.8.2 Instrumen B

Instrumen B yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mini-Addenbrooke’s

Cognitive Examination (M-ACE) versi terjemahan bahasa Indonesia. Instrumen M-

ACE digunakan oleh peneliti untuk mengukur empat domain kognitif responden,

meliputi: attention, memory/recall memory, fluency, visuospatial. Instrumen ini

berisikan 4 aktivitas responden yang harus diuji penilaian kognitif responden secara

tatap muka (face to face) oleh peneliti, dengan ketentuan khusus domain memory

dilakukan dua kali penilaian (penilaian pertama disebut learning dan penilaian kedua

disebut recall/ulang). Dalam penelitian ini, peneliti mengadopsi instrumen baku

Mini-Addenbrooke’s Cognitive Examination (M-ACE) dan menterjemahkannya ke

dalam Bahasa Indonesia (back translation) dengan melibatkan 3 pakar yang ahli

dalam tatanan Bahasa dan keilmuan kejiwaan yaitu Ns. Aiyub, S.Kep., M.Sc. dan

Dr. dr. Harapan, M.Infect.Dis., dan Dr.rer. med. Ns. Marthoenis, M.Sc., MPH.

Penterjemahan M-Ace ke dalam Bahasa Indonesia menimbulkan sedikit

perbedaan pada item yang diuji. Hal ini dilakukan agar pengujian ini tepat dan sesuai

dilakukan pada responden penelitian. Perubahan (revisi) M-ACE versi bahasa

Inggris ke dalam bahasa Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3.4.


Tabel 3.4
Revisi Sub Domain M-ACE
No M-ACE versi Bahasa Inggris Revisi M-ACE versi Bahasa
Indonesia

1. Pada bagian Memory dan Recall Bagian Memori dan


Memory dengan skor (0-7) diuji dengan Memori Ulang diuji
pertanyaan untuk menyebut nama dan dengan nama dan tempat
tempat: sebagai berikut:

a. John Marshall a. Dewi Sartika


b. 24 Market Street b. Jalan Pocut Baren
c. Spilsby c. Jambotape
d. Lincolnshire d. Banda Aceh

Tabel 3.5
Pengujian kognitif pada responden dengan M-ACE
Waktu Cara Mengukur Tujuan Pengujian Range
Pengujian Pengujian Score
No Domain

1 Attention 2 Menit Peneliti bertanya kepada Tes domain ini 0–4


responden: hari, tanggal, dirancang untuk
bulan, dan tahun mengukur tingkat
perhatian pada
stimulus yang
diberikan

2 Memory 2 menit Peneliti mengucapkan Tes domain ini 0–7


nama, nama jalan, nama dirancang untuk
daerah dan nama kota, mengukur
kemudian responden kemampuan
diminta mengulangi responden
kembali sampai 3 kali terhadap kata yang
pengulangan diberikan/diterima

3 Fluency 1 menit Responden menyebutkan Tes domain ini 0–7


nama binatang sebanyak dirancang untuk
mungkin dalam waktu mengukur
satu menit kemampuan
menyebutkan kata
sesuai kategori
kata yang
diberikan dengan
lancar dan benar

4 Kemampuan 3 menit Responden menggambar Tes domain ini 0–5


Visuospasial sebuah jam lengkap dirancang untuk
dengan angka-angkanya, mengukur
dan mampu kemampuan
menunjukkan Pukul konstruksional
05.10 WIB (Jam 5 lewat responden berupa
10 menit) kemampuan
meniru gambar
dan memecahkan
masalah

5 Recall 2 menit Peneliti meminta kepada Tes ini dirancang


Memory responden untuk untuk mengukur
menyebutkan nama telah kemampuan
disebutkan pada awal tes responden untuk 0-7
(domain memory) mengingat
kembali kata yang
pernah diucapkan

3.8.3 Instrumen C

Instrumen C yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen Personal

and Social Performance (PSP) versi bahasa Indonesia yang diadopsi dari dr.

Dharmawan A. Purnama, Sp. KJ dan telah mengalami modifikasi. Modifikasi ini

bertujuan agar pertanyaan-pertanyaan yang disusun sesuai dengan keadaan dan

kondisi responden yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Jiwa. Skala PSP

digunakan untuk menilai fungsi sosial pasien skizofrenia yang terdiri dari 4 (empat)

domain, yaitu (1) merawat diri, (2) aktivitas sosial yang berguna, (3) hubungan

personal dan sosial, serta (4) perilaku agresif dan mengganggu (Patrick et al., 2010).

Penilaian fungsi sosial dengan PSP terdiri dari tiga tahap (Patrick et al., 2010;
Reverger, 2012), yaitu :

1. Tahap Pertama, melakukan penilaian tingkat hendaya (keparahan) responden

pada empat domain

2. Tahap Kedua, menilai responden pada interval 10 poin

3. Tahap Ketiga, penentuan skor akhir dengan interval 10 poin, antara lain:

a. Skor 100-70 menunjukkan hanya ada kesulitan fungsi yang ringan

b. Skor 69-31 menunjukkan adanya disabilitas yang bermanifestasi dalam

berbagai tingkatan (fungsi sosial sedang)


c. Skor yang kurang atau sama dengan skor 30 menunjukkan fungsi sosial

pasien buruk dan memerlukan bantuan atau supervisi.

3.9 Uji Instrumen Penelitian


3.9.1 Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang diukur sehingga berfungsi menilai valid tidaknya suatu

instrumen penelitian, salah satunya adalah kuesioner. Uji validitas digunakan untuk

mengukur keabsahan sebuah instrumen penelitian yang akan valid apabila instrumen

tersebut mampu mengukur apa saja yang seharusnya diukur sesuai dengan situasi

dan kondisi tertentu.

a. Uji Content

Uji content (validitas isi) merupakan validitas yang di ukur melalui

pengujian terhadap isi instrumen dengan analisis rasional/professional

judgment. Dalam uji konten, pertanyaan yang dicari jawabannya dinilai

sejauhmana item-item instrumen dapat meliputi keseluruhan kawasan isi objek

yang akan diukur.

Pengujian content validity dilakukan pada instrumen Personal and Social

Performance (PSP) dengan melibatkan tiga pakar ahli dalam bidang

keperawatan jiwa di Program Studi Magister Keperawatan Universitas Syiah

Kuala yaitu Ns. Aiyub, S.Kep., M.Sc; Dr.rer. med. Ns. Marthoenis, M.Sc.,

MPH; dan Ns. Syarifah Rauzatul Jannah, S.Kep., MNS., Ph.D. Nilai rata-rata

CVI/I-CVI (content validity index) untuk uji konten instrumen penelitian ini

adalah 0.92, artinya proporsi rata-rata item pertanyaan dinilai relevan oleh ketiga

pakar ahli.
b. Uji Konstruk

Uji konstruk dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi Pearson

Product Moment (r), yaitu membandingkan antara nilai r hitung dengan r tabel.

Hasil uji dikatakan valid apabila nilai r hasil (kolom corrected item-total

correlation) antara masing-masing item pernyataan lebih besar dari r-tabel. Butir

pertanyaan dikatakan valid jika nilai r hitung > r tabel. Peneliti melakukan uji

konstruk pada instrumen B (M-ACE versi terjemahan bahasa Indonesia) dan

instrument C (Personal and Social Performance) dengan melibatkan 18

responden (pasien skizofrenia diluar responden penelitian).

Hasil pengujian M-Ace diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,94 dan hasil

uji PSP diperoleh nilai realibilitas sebesar 0,72. Ini menunjukkan bahwa kedua

instrument ini dapat digunakan dalam penelitian.

3.10 Prosedur Penelitian


3.10.1 Tahap Persiapan

Adapun langkah-langkah dalam prosedur pengumpulan data, adalah :

a) Peneliti mengajukan permohonan izin pengambilan data awal penelitian kepada

Ketua Program Studi Magister Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas

Syiah Kuala, yang kemudian disampaikan kepada Direktur Rumah Sakit Jiwa

(Lampiran 6).

b) Setelah mendapatkan izin pengambilan data awal penelitian dari pihak Rumah

Sakit Jiwa, peneliti melakukan wawancara kepada beberapa perawat yang bertugas

pada delapan ruang inap untuk memperoleh informasi awal jumlah pasien

skizofrenia sesuai dengan kriteria inklusi penelitian (Lampiran 7).

c) Peneliti mengajukan permohonan izin etik ke komite etik Fakultas Keperawatan

Universitas Syiah Kuala.


d) Setelah mendapatkan izin etik (lampiran 9), peneliti mengajukan surat permohonan

izin penelitian kepada Koordinator Program Studi Magister Keperawatan, yang

kemudian disampaikan kepada Direktur Rumah Sakit Jiwa (Lampiran 13).

3.10.2 Tahap Pelaksanaan

Setelah mendapatkan izin dari Rumah Sakit Jiwa, peneliti melakukan

pengumpulan data responden dengan tahap sebagai berikut:

a) Peneliti meminta bantuan lima orang enumerator (perawat dengan minimal

pendidikan terakhir Ners) agar pengumpulan data dapat lebih mudah. Kelima

enumerator diberikan penjelasan mengenai cara melakukan pengumpulan data

yang meliputi cara melihat data rekam medis, cara melakukan wawancara dengan

responden, cara mengatasi jika responden terjadi perubahan mood saat wawancara

berlangsung, cara memberikan skor (nilai) terhadap instrument M-ACE dan PSP.

b) Peneliti dan enumerator mendatangi ruang inap pasien dan meminta izin kepada

kepala ruangan dan menjelaskan tujuan dan cara pengumpulan data penelitian

dilakukan.

c) Peneliti dan enumerator meminta nama-nama pasien yang sesuai dengan kriteria

inklusi maupun ekslusi pada kepala ruangan.

d) Peneliti meminta kesediaan kepala ruangan untuk menandatangani surat

persetujuan (informed consent) sebagai wali/orang yang dikuasakan karena

responden tidak memenuhi syarat untuk memberikan informed consent

e) Selanjutnya, peneliti menjumpai calon responden dan mengukur fungsi kognitif

dengan menggunakan M-Ace (instrument B) dan mengukur fungsi sosial

menggunakan PSP (instrumen C).

f) Peneliti melakukan validasi informasi data demografi yang disampaikan responden

dengan melihat rekam medis dan keadaan fungsi sosial responden pada perawat

ruangan (instrumen A)
g) Setelah seluruh data terkumpul, peneliti melaporkan kembali pada Bidang

Penelitian dan Pengembangan Balai Diklat Rumah Sakit Jiwa untuk mendapatkan

surat keterangan telah selesai melakukan penelitian (Lampiran 14).

Penyusunan Proposal, Persiapan


Instrumen Penelitian dan Konsultasi
dengan Pembimbing Tesis
Tahap Persiapan

Permohonan surat izin Pengumpulan data


awal dari Fakultas ke Direktur Rumah Sakit
Jiwa Provinsi Aceh

Penentuan Sampel sesuai dengan kriteria


insklusi, Uji Instrumen M-Ace terjemahan
dan PSP

Pengisian informed concent, pengumpulan


data dengan melihat rekam medis dan
wawancara dengan responden
Tahap Pelaksanaan

Mengukur fungsi kognitif responden


dengan M-Ace dan Fungsi Sosial dengan
Personal and Social Performance (PSP)

Dokumentasi

Tahap Pengolahan Data


Editing, Coding, /Entry data/Tabulating

Tahap Analisis Data


Uji Normalitas, Analisis Univariat
Analisis Bivariat, Analisis Multivariat

Gambar 3.2 Alur Penelitian


3.11 Pengolahan Data

Setelah dilakukan pengumpulan data, maka data tersebut diolah menggunakan

langkah-langkah sebagai berikut (Lapau, 2013):

3.11.1 Editing

Peneliti memeriksa kembali kesuaian data yang sudah dikumpulkan sesuai dengan

kategori/klasifikasi, meliputi kelengkapan demografi responden dan memastikan

semua item pernyataan kuesioner sudah diisi secara lengkap dan tidak ditemukan

data yang hilang (missing).

3.11.2 Processing

Tahapan memproses data agar dapat dianalisis. Proses ini dilakukan dengan

memasukkan (entry) data ke dalam master tabel/database computer berupa

pengkodean (coding).

3.11.3 Cleaning

Memeriksa kembali data yang sudah dimasukkan ke dalam tabel dan melakukan

koreksi apabila terdapat kesalahan.

3.11.4 Tabulating

Pengorganisasian data agar lebih mudah untuk dijumlah dan disusun untuk

dianalisis. Dalam hal ini, semua jawaban dari responden dikelompokkan oleh

peneliti berdasarkan kategori yang telah ditetapkan untuk setiap variabel yang

diukur dan selanjutnya ditabulasikan ke dalam tabel distribusi frekuensi untuk

memudahkan pengolahan data serta menginterpretasikan hasil penelitian yang telah

dilakukan.

3.12 Teknik Analisis Data

3.12.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi

normal atau mendekati normal, yaitu data yang berdistribusi berbentuk lonceng
(bell shaped) (Santoso, 2010). Uji distribusi normal adalah uji untuk mengukur

apakah data sudah memiliki distribusi normal, sehingga dapat dipakai dalam

statistik parametrik. Tujuan dilakukannya uji normalitas adalah untuk mengetahui

apakah suatu variabel normal atau tidak. Untuk mengetahui normalitas data

menggunakan Kolmogorov-Smirnov, dengan ketentuan, yaitu:

1. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 distribusi data adalah

tidak normal.

2. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 distribusi data adalah

normal.

Pada penelitian ini, hasil uji normalitas didapatkan nilai probabilitas < 0,05 yang

menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi secara normal sehingga peneliti

menggunakan analisa non parametrik.

3.12.2 Analisis Univariat

Analisis data ini digunakan untuk menguji distribusi sampel/responden yang tidak

merata, dependensi, perubahan atau perbedaan (Sumantri, 2011). Analisis univariat

dilakukan untuk mendeskripsikan gambaran terhadap setiap variabel yang diteliti

dan dipaparkan dalam bentuk distribusi frekuensi. Pada penelitian ini, uji univariat

menggunakan software SPSS versi 22.

3.12.3 Analisis Bivariat

Dalam hal analisa bivariat, peneliti menggunakan uji chi-square melalui

software SPSS versi 22, untuk mengetahui signifikasi hubungan antara masing-

masing variabel independen dengan variabel dependen (fungsi kognitif dan fungsi

sosial), dan menghitung besarnya resiko dengan menggunakan indikator

prevalence odds ratio (OR) signifikansi hubungan diketahui dengan ketentuan:

1) Uji x2 test dimana p-value < 0,05 berarti mempunyai nilai signifikan, atau p-

value > 0,05 berarti tidak signifikan;


2) Menentukan confidance interval (C.I) 95% dari OR, jika CI 95%, OR > 1 atau

1 < OR < -1 berarti signifikan

Uji yang dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen

dengan domain M-Ace adalah uji Mann-Whitney dan Kruskal Wallis.

3.12.4 Analisis Multivariat

Analisis multivariat bertujuan untuk mengetahui variabel independen yang

benar-benar berhubungan dengan variabel dependen (M-ACE) dan Fungsi Sosial

(Personal and Social Performance). Artinya, menghitung besarnya resiko dengan

angka prevalence odds ratio (POR) atau Exp (ß) dengan meniadakan beberapa

pengaruh variabel pengganggu (Lapau, 2013).

Dalam penelitian ini, analisis multivariat yang dilakukan antara fungsi variabel

independent dan fungsi kognitif dan fungsi sosial melalui uji binary logistic

regression. Sedangkan untuk fungsi sosial, analisis multivariat juga menggunakan

uji binary logistic regression karena output yang ada hanya dua kategori (dikotomi).
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian


Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan mulai tanggal 11 September

sampai dengan 6 Oktober 2019 di delapan ruang inap intermediet Rumah Sakit Jiwa.

Pengumpulan data berupa karakteristik responden dilakukan dengan cara teknik

wawancara langsung dengan responden dan divalidasi dengan data yang terdapat di

buku rekam medis responden. Sedangkan pengukuran fungsi kognitif dan fungsi sosial

masing-masing responden dilakukan dengan wawancara langsung dan divalidasi ke

perawat ruangan. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dan dianalisis

dengan menggunakan statistik univariat, bivariat, dan multivariat.

4.1.1. Analisa Univariat


Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan dan mendeskripsikan

karakteristik dari masing-masing variabel yang diteliti. Pada penelitian ini, data

variabel independen meliputi sebagian besar karakteristik responden, sedangkan

variabel dependen meliputi hasil pengkajian fungsi kognitif dan fungsi sosial.

4.1.1.1. Karakteristik Responden

Distribusi data karakter responden skizofrenia pada penelitian ini meliputi: usia,

jenis kelamin, pendidikan, status menikah, suku, riwayat keluarga, frekuensi rawat

inap, aktivitas olahraga, konsumsi ganja, lama konsumsi ganja, penggunaan obat

antipsikotik dan penggunaan obat antikolinergik. Distribusi frekuensi data

karakteristik responden dapat ditunjukkan pada tabel 4.1 berikut:


Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Data Karakteristik Responden Pasien Skizofrenia
di Rumah Sakit Jiwa (n=172)
s

No Data Karakteristik Frekuensi Persentase


Responden (%)
1. Usia
 20-30 tahun 48 27,9
 31-50 tahun 96 55,9
 51-64 tahun 28 16,3
2. Jenis Kelamin
 Perempuan 31 18,0
 Laki-laki 141 82,0
3. Status Menikah
 Belum Menikah 103 59,9
 Menikah 50 29,1
 Cerai 19 11,0
4. Pendidikan
 Rendah 42 24,4
 Menengah 59 34,3
 Tinggi 71 41,3
5. Riwayat Keluarga
 Ada 152 88,4
 Tidak Ada 20 11,6
6. Suku
 Aceh 146 84,9
 Non Aceh 26 15,1
7. Frekuensi Rawat Inap
 1-2 kali 61 35,5
 3 kali 64 37,2
 > 3kali 47 27,3
8. Konsumsi Ganja
 Tidak ada 98 57,0
 Ada 74 43,0
10. Lama Konsumsi Ganja
 Tidak ada 98 57,0
 <1 tahun 52 30,2
 >1 tahun 22 12,8
11. Olah Raga
 Sering 35 20,3
 Jarang 58 33,7
 Tidak pernah 79 45,9
12. Penggunaan Antipsikotik
 Antipsikotik Tipikal 20 11,6
 Antipsikotik Atipikal 91 52,9
 Kombinasi Antipsikotik 61 35,5
13. Lama Penggunaan Antipsikotik
 < (kurang dari) 1 tahun 43 25
 1-10 tahun 110 64
 > (lebih dari) 1 tahun 19 11
13. Penggunaan Antikolinergik
 Ada 103 59,9
 Tidak ada 69 40,1
Sumber : data primer, (diolah Oktober 2019).

Berdasarkan tabel 4.1, diketahui bahwa sebagian besar responden skizofrenia pada

kategori usia 31-50 tahun yaitu sebanyak 96 orang (55,9%). Jenis kelamin yang paling

dominan adalah laki-laki sebanyak 141 orang (82,0%). Status responden yang belum

menikah sebanyak 115 orang (66,9%) lebih mendominasi dari responden lainnya. Tingkat

Pendidikan berada pada kategori SMA dan sarjana yaitu sebanyak 71 orang (41,3%).

Ditinjau dari riwayat keluarga, responden yang memiliki anggota keluarga yang memiliki

penyakit yang sama sebanyak 20 orang (11,6%).

Responden dalam kategori suku Aceh lebih dominan sebanyak 146 orang (84,9%).

Responden dengan jumlah rawatan 1-2 kali sebanyak 61 orang (35,5%). Responden

dengan riwayat tidak pernah mengonsumsi ganja sebanyak 98 orang (57%). Jumlah

responden yang mempunyai frekuensi senam 3-4 kali dalam seminggu sebanyak 35 orang

(20,3%). Responden mengkonsumsi obat antipsikotik atipikal golongan II sebanyak 91

orang (52,9%) dengan lama pengobatan 1-10 tahun (645%) dan responden mengkonsumsi

obat antikolinergik (tryhexyphenidil) sebanyak 103 orang (59,9%).


Tabel 4.2
Status Mental Pasien Skizofrenia
di Rumah Sakit Jiwa (n = 172)
No Penilaian Golongan Gejala Jumlah/Persentase

Mood and Affect


1. Sedih Gejala negatif 4 orang (2,3%)
2. Afek tumpul Gejala negatif 20 orang (11,6%)
3. Takut/menghindar Gejala negatif 2 orang (1,2%)
Total 26 orang (15%)
Perceptual Disturbance
1. Halusinasi Gejala positif 126 orang (73,3%)
2. Waham Gejala positif 12 orang (7%)
Total 146 orang (84%)
Insight
1 Derajat II - 40 orang (23,3%)
2 Derajat III - 53 orang (30,8%)
3 Derajat IV - 65 orang (37,8%)
4 Derajat V - 14 orang (8,1%)
Sumber : data primer, (diolah Oktober 2019).

Berdasarkan tabel 4.2, diketahui bahwa responden memiliki gejala negative

sebanyak 26 orang (15%), gejala positif (84%) serta insight derajat II dan III sebanyak

54,1%.

4.1.1.2 Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial


Berdasarkan hasil analisa data, diketahui responden dengan fungsi kognitf baik

sejumlah 47 orang dan fungsi kogntif buruk sejumlah 125 orang. Sedangkan fungsi sosial,

diketahui responden dengan gangguan fungsi sosial ringan sejumlah 125 orang dan

responden dengan gangguan fungsi sosial sedang sebanyak 47 orang. Hasil analisis data

responden dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini :


Tabel 4.3
Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial Pasien Skizofrenia
di Rumah Sakit Jiwa (n = 172)

No. Variabel/Kategori Frekuensi Persentase

1. Fungsi Kognitif
 Baik 47 27,3
 Buruk 125 72,7
2. Fungsi Sosial
 Ringan 125 72,7
 Sedang 47 27,3
Total 172 100
Sumber : data primer, (diolah Oktober 2019)

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa jumlah responden dengan fungsi kognitif

baik hanya 27,3% dan responden dengan fungsi sosial sedang sebanyak 72,7%.

4.1.2 Analisis Bivariat


Berdasarkan uji normalitas diketahui bahwa semua data tidak terdistribusi dengan

normal dan diketahui jenis data dalam penelitian ini bersifat non parametrik, sehingga

untuk mengetahui hubungan kedua variabel digunakan analisis data uji Non Parametrik.

Dalam penelitian ini, variabel independen terdiri dari 12 faktor, sedangkan variabel

dependen terbagi menjadi dua bagian yaitu fungsi kognitif dan fungsi sosial. Fungsi

kognitif diukur dengan Mini-Ace yang terdiri dari 4 domain kognitif meliputi perhatian,

memori/memori ulang, kelancaran, visuospasial. Seluruh nilai pada domain M-Ace

dihubungkan dengan variabel independen, sedangkan pengukuran fungsi sosial hanya

dihubungkan nilai total dengan variabel independen.

4.1.2.1 Hubungan Variabel Independen dengan Domain M-Ace


Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan masing-masing

domain pada M-Ace, maka dilakukan uji man-whitney test dan kruskal wallis. Hasil

analisis data bivariat untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan

masing-masing domain M-Ace dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini:
Tabel 4.4
Nilai Signifikansi Variabel Independen Terhadap Domain Fungsi Kognitif
Pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa (n = 172)

Domain M-Ace

Variabel Uji/P-value Perha Memori Kelan Visuo Memori


tian caran spasial Ulang
UsiaIndependen Kruskall Wallis 0,400 0,434 0,001 0,001 0,459
Jenis Kelamin Mann Whitney U 0,935 0,153 0,001 0,000 0,437
Status Menikah Kruskall Wallis 0,036 0,016 0,126 0,126 0,123
1
Suku Mann Whitney U 0,065 0,042 0,804 0,879 0,031
Pendidikan Kruskall Wallis 0,000 0,0001 0,039 0,000 0,0001
Frekuensi rawat Kruskall Wallis 0,882 0,316 0,591 0,591 0,227
Inap 1 1
Tipe Skizofrenia Mann Whitney U 0,424 0,117 0,007 0,889 0,174
Konsumsi Ganja Mann Whitney U 0.012 0,001 0,040 0,037 0,001
Lama Konsumsi Kruskall Wallis 0,002 0,0001 0,009 0,009 0,001
Ganja
Riwayat Keluarga Mann Whitney U 0,570 0,789 0,001 0,006 0,767
Olah raga Kruskall Wallis 0,070 0,001 0,0001 0,000 0,0001
Antisikotik Gol I Mann Whitney U 0,815 0,579 0,328 0,511 0,994
1
Antisikotik Gol II Mann Whitney U 0,104 0,021 0,107 0,073 0,012
KombinasiAP1 & Mann Whitney U 0,089 0,054 0,128 0,136 0,025
AP2
Antikolinergik Mann Whitney U 0,573 0,415 0,847 0,053 0,072
Sumber : data primer, (diolah Oktober 2019).

Berdasarkan tabel 4.4, diketahui bahwa variabel yang berhubungan dengan domain

perhatian yaitu status menikah, pendidikan, konsumsi ganja, dan lama konsumsi ganja.

Variabel yang berhubungan dengan domain memori yaitu status menikah, suku,

pendidikan, konsumsi ganja, lama konsumsi ganja, olahraga dan penggunaan antipsikotik

golongan II. Variabel yang berhubungan dengan domain kelancaran yaitu usia, jenis

kelamin, frekuensi rawat inap, konsumsi ganja, lama konsumsi ganja, dan olahraga.

Variabel yang berhubungan dengan domain visuospasial antara lain usia, jenis kelamin,

pendidikan, lama konsumsi ganja, riwayat keluarga dan olahraga. Sedangkan variabel yang
mempengaruhi memori ulang yaitu suku, pendidikan, konsumsi ganja, lama konsumsi

ganja dan olahraga.

4.1.2.2 Hubungan Antara Faktor Independen dengan Fungsi Kognitif dan Fungsi
Sosial
4.1.2.2.1 Faktor Usia

Usia responden dalam penelitian ini diperoleh dari buku rekam medis pasien. Hasil

analisis data bivariat berdasarkan usia dikatagorikan dalam tiga interval usia sebagaimana

dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini:

Tabel 4.5
Hasil Analisis Hubungan Usia Responden Dengan
Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial (n = 172)
Katagori Usia Fungsi Kognitif Fungsi Sosial
P-value P-value
Baik Buruk Ringan Sedang
n (%) n (%) n (%) n (%)
Usia 20 – 30 16 32 36 12
(9,3%) (18,6%) (20,9%) (6,9%)
Usia 31 – 50 25 71 68 28
(14,5%) (41,2%) 0,486 (39,5%) (16,2%) 0,831
Usia 51 – 64 6 22 21 7
(3,4%) (12,7%) (12,2%) (4%)
Total 47 125 125 47
(27,3%) (72,6%) (72,6%) (27,3%)
Sumber : data primer, (diolah Oktober 2019).

Berdasarkan tabel 4.5, Hasil uji statistik dengan Chi-Square pada α = 0,05

didapatkan nilai korelasi P-value antara usia dengan fungsi kognitif sebesar 0,486,

sedangkan hubungan usia dengan fungsi sosial memiliki nilai P-value 0,831. Dapat

disimpulkan bahwa Ha ditolak yang berarti, tidak terdapat hubungan antara usia terhadap

perubahan fungsi kognitif dan fungsi sosial pada pasien skizofrenia.


4.1.2.2.2 Faktor Jenis Kelamin

Data jenis kelamin dalam penelitian ini diperoleh dari pengamatan pada responden

dan divalidasi dengan data pada buku rekam medis responden. Hasil analisis data dapat

dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini:

Tabel 4.6
Hasil Analisis Hubungan Jenis Kelamin Responden Dengan
Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial (n = 172)
Jenis Fungsi Kognitif Fungsi Sosial
Kelamin Baik Buruk P-value Ringan Sedang P-value
n (%) n (%) n (%) n (%)
Perempuan 4 27 14 17
(2,3%) (15,6%) (8%) (10%)
Laki-laki 43 98 0,058 111 30 0,002
(25%) (56,9%) (65%) (17%)
Total 47 125 125 47
(27%) (73%) (73%) (27%)
Sumber : data primer, (diolah Oktober 2019).

Berdasarkan tabel 4.6, hasil uji statistik dengan Chi-Square dengan fungsi kognitif

diperoleh nilai P-value 0,058. Dapat disimpulkan bahwa Ha ditolak yang berarti tidak ada

hubungan antara jenis kelamin dengan fungsi kognitif pada pasien skizofrenia. Hasil uji

chi square antara jenis kelamin dengan fungsi sosial diperoleh nilai P-value 0,002 yang

menunjukkan ada hubungan antara jenis kelamin dengan fungsi sosial pasien skizofrenia.

4.1.2.2.3 Faktor Pendidikan

Data tentang tingkat pendidikan dalam penelitian ini diperoleh wawancara

langsung dengan responden dan divalidasi dengan data yang terdapat di buku rekam medis.

Hasil analisis data dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah ini:
Tabel 4.7
Hasil Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan
Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial (n = 172)
Tingkat Fungsi Kognitif Fungsi Sosial
Pendidikan Baik Buruk P-value Ringan Sedang P-value
n (%) n (%) n (%) n (%)
Rendah 4 38 28 14
(2,3%) (22%) (16%) (8%)
Menengah 14 45 37 22
(8%) (26,1 0,001 (22%) (13%) 0,013
Tinggi 29 %)
42 60 11
(16,8%) (24,4 (35%) (6%)
Total 47 %)
125 125 47
(27%) (73%) (73%) (27%)
Sumber : data primer, (diolah Oktober 2019).

Berdasarkan tabel 4.7, hasil uji statistik Chi-Square dengan fungsi kognitif diperoleh

nilai P-value 0,001. Dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan ini menunjukkan bahwa

terdapat hubungan signifikan antara tingkat pendidikan dengan fungsi kognitif pada pasien

skizofrenia. Hasil uji statistik Chi-Square dengan fungsi sosial diperoleh nilai P-value

0,013 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara tingkat pendidikan

dengan fungsi sosial pada pasien skizofrenia.

4.1.2.2.4 Faktor Status Pernikahan

Tabel 4.8
Hasil Analisis Hubungan Status Pernikahan Responden
Dengan Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial (n = 172)
Status Menikah Fungsi Kognitif Fungsi Sosial
Baik Buruk P-value Ringan Sedang P-value
n (%) n (%) n (%) n (%)
Belum Menikah 24 79 78 25
(13,9%) (45,9%) (45,3%) (14,5%)
Menikah 14 36 34 16
(8,1%) 20,9%) 0,096 (19,7%) (9,3%) 0,547
Cerai 9 10 13 6
(5,2%) (5,8%) (7,5%) (3,4%)
Total 47 125 125 47
(27,3%) (72,6%) (72,6%) (27,3%)
Sumber : data primer, (diolah Oktober 2019).
Berdasarkan tabel 4.8, diketahui hasil uji chi square dengan fungsi kognitif dan

fungsi sosial diperoleh nilai P-value > 0,05 yang berarti Ha ditolak. Ini menunjukkan

bahwa tidak terdapat hubungan antara status menikah dengan fungsi kognitif dan fungsi

sosial pada pasien skizofrenia.

4.1.2.2.4 Faktor Suku

Data tentang suku dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara dengan responden

dan divalidasi dengan data yang terdapat pada rekam medis. Hasil analisis data dapat

dilihat pada tabel 4.9 di bawah ini:

Tabel 4.9
Hasil Analisis Hubungan Suku Responden Dengan
Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial (n = 172)
Suku Fungsi Kognitif Fungsi Sosial
Baik Buruk P-value Ringan Sedang P-value
n (%) n (%) n (%) n (%)
Aceh 41 105 104 42
(23,8%) (61%) 0,598 (60,4%) (2,4%) 0,315
Non Aceh 6 20 21 5
(3,4%) (11,6%) (12,2%) (2,9%)
Total 47 125 125 47
(27,3%) (72,6%) (72,6%) (27,3%)
Sumber : data primer, (diolah Oktober 2019).

Berdasarkan tabel 4.9, diketahui hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p-value

0,596 untuk fungsi kognitif dan p-value 0,315 untuk fungsi sosial. Dapat disimpulkan

bahwa Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara suku dengan fungsi kognitif dan

fungsi sosial pada pasien skizofrenia.

4.1.2.2.5 Faktor Riwayat Keluarga

Data riwayat keluarga mencakup informasi mengenai ada tidaknya anggota keluarga

yang mengalami penyakit yang sama dengan responden. Data ini didapat melalui

wawancara langsung dengan responden dan divalidasi dengan data dari rekam medis. Hasil

analisis data dapat dilihat pada tabel 4.10 di bawah ini:


Tabel 4.10
Hasil Analisis Hubungan Riwayat Keluarga Responden Dengan
Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial (n = 172)
Riwayat Fungsi Kognitif P-value Fungsi Sosial P-value
Keluarga
Baik Buruk Ringan Sedang
n (%) n (%) n (%) n (%)
Tidak ada 38 114 115 37
(22%) (66,2%) 0,059 (66,8%) (21,5%) 0,015
Ada 9 11 10 10
(5,2%) (6,3%) (5,8%) (5,8%)
Total 47 125 125 47
(27,3%) (72,6%) (72,6%) (27,3%)
Sumber : data primer, (diolah Oktober 2019).

Berdasarkan tabel 4.10, diketahui hasil uji statistik Chi-square dengan fungsi

kognitif diperoleh nilai p-value sebesar 0,059. Dapat disimpulkan bahwa Ha ditolak, ini

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan faktor riwayat keluarga skizofrenia dengan

perubahan fungsi kognitif pada pasien skizofrenia. Hasil uji statistik Chi-square dengan

fungsi sosial diperoleh nilai p-value sebesar 0,015. Dapat disimpulkan bahwa Ha diterima

yang menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan faktor riwayat keluarga dengan

perubahan fungsi sosial pada pasien skizofrenia.

4.1.2.2.6 Faktor Frekuensi Rawat Inap

Data tentang frekuensi rawat inap masing-masing responden dalam penelitian ini

diperoleh dari wawancara lansung dengan responden dan divalidasi dengan data yang

terdapat pada buku rekam medis. Hasil analisis data dapat dilihat pada tabel 4.11 di bawah

ini:
Tabel 4.11
Hasil Analisis Hubungan Frekuensi Rawat Inap Responden
Dengan Fungsi Kogntif dan Fungsi Sosial (n=172)
Frekuensi Fungsi Kognitif Fungsi Sosial
Rawat Inap
Baik Buruk P-value Ringan Sedang P-value
n (%) n (%) n (%) n (%)
1 – 2 kali 16 45 43 18
(9,3%) (26,1%) (25%) (10,4%)
3 kali 16 48 0,701 45 19
(9,3%) (27,9%) (26,1%) (11%)
> 3 kali 15 32 37 10 0,551
(8,7%) (18,6%) (21,5%) (5,81%)
Total 47 125 125 47
(27,3) (72,6%) (72,6%) (27,3)
Sumber : data primer, (diolah Oktober 2019).

Berdasarkan tabel 4.11, diketahui hasil uji statistik Chi-Square dengan fungsi

kognitif diperoleh nilai P-value 0,701. Dapat disimpulkan bahwa Ha ditolak, ini

menunjukkan tidak adanya hubungan antara frekuensi rawat inap dengan fungsi kognitif

pasien skizofrenia. Hasil uji statistik Chi-Square dengan fungsi sosial diperoleh nilai P-

value 0,551. Dapat disimpulkan bahwa Ha ditolak, ini menunjukkan tidak adanya

hubungan antara frekuensi rawat inap dengan fungsi sosial pasien skizofrenia.

4.1.2.2.7 Faktor Konsumsi Ganja

Berdasarkan tabel 4.12, diketahui hasil uji statistik Chi-square dengan fungsi

kognitif diperoleh nilai P-value sebesar 0,0001. Dapat disimpulkan bahwa Ha diterima, ini

menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan faktor konsumsi ganja dengan

perubahan fungsi kognitif pada pasien skizofrenia. Hasil uji statistik Chi-square diperoleh

nilai P-value sebesar 0,099. Dapat disimpulkan bahwa Ha ditolak sehingga tidak ada

hubungan faktor konsumsi ganja dengan perubahan fungsi sosial pada pasien skizofrenia.

Hasil analisis data konsumsi ganja dapat dilihat pada tabel 4.12 di bawah ini:
Tabel 4.12
Hasil Analisis Hubungan Konsumsi Ganja Dengan
Fungsi Kogntif dan Fungsi Sosial (n=172)
Fungsi Kognitif P-value Fungsi Sosial P-value

Konsumsi Ganja Baik Buruk Ringan Sedang


n (%) n (%) n (%) n (%)
Tidak ada 38 60 85 28
Konsumsi (22%) (35%) 0,0001 (49,4%) (16,2%)
0,099
Ada Konsumsi 9 65 40 19
(5%) (37,7%) (23,2%) (11,0%)
Total 47 125 125 47
(27,3%) (72,6%) (72,6%) (27,3%)
Sumber : data primer, (diolah Oktober 2019).

4.1.2.2.8 Faktor Lama Konsumsi Ganja

Data interval waktu penggunaan ganja oleh masing-masing responden diperoleh dari

wawancara langsung antara peneliti dengan responden. Hasil analisis data dapat dilihat

pada tabel 4.13 di bawah ini:

Tabel 4.13
Hasil Analisis Hubungan Lama Konsumsi Ganja Responden
Dengan Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial (n=172)
Lama Konsumsi Ganja Fungsi Kognitif P-value Fungsi Sosial P-value

Baik Buruk Ringan Sedang


n (%) n (%) n (%) n (%)
0 bulan (Tidak 37 68 85 27
Mengkonsumsi Ganja) (22%) (40%) (49,4%) (15,6%)
0,001 0,032
< 1 tahun 9 36 28 10
(5%) (21%) (16,2%) (5,8%)
> 1 tahun 1 21 12 10
(1%) (12%) (6,9%) (5,8%)
Total 47 125 125 47
(27%) (73%) (73%) (27%)
Sumber : data primer, (diolah Oktober 2019).

Berdasarkan tabel 4.13, hasil uji statistik Chi-square dengan fungsi kognitif

diperoleh nilai P-value sebesar 0,001 dan dengan fungsi sosial p-value 0,032. Dapat

disimpulkan bahwa Ha diterima, ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan
faktor lama konsumsi ganja dengan perubahan fungsi kognitif dan fungsi sosial pada

pasien skizofrenia.

4.1.2.2.9 Faktor Olahraga

Data tentang aktivitas olahraga ini mencakup aktivitas senam yang responden

lakukan pada setiap ruang inap maupun olah raga yang dipimpin oleh instruktur terlatih di

bagian rehabilitasi. Data ini diperoleh dengan wawancara langsung pada responden dan

divalidasi ke perawat ruangan. Hasil analisis data dapat dilihat pada tabel 4.14 di bawah

ini:

Tabel 4.14
Hasil Analisis Hubungan Aktivitas Olahraga Responden
Dengan Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial (n = 172)
Fungsi P-value Fungsi Sosial P-value
Kognitif
Aktivitas Olah
Raga Baik Buruk Ringan Sedang
n (%) n (%) n (%) n (%)
Sering 15 20 27 8
(9%) (12%) (16%) (5%)
Jarang 15 43 41 17 0,787
(9%) (25%) 0,059 (24%) (10%)
Tidak Pernah 17 62 57 22
(10%) (36%) (33%) (13%)
Total 47 125 125 47
(27%) (73%) (73%) (27%)
Sumber : data primer, (diolah Oktober 2019).

Berdasarkan tabel 4.14, hasil uji statistik Chi-square dengan fungsi kognitif

diperoleh nilai p-value sebesar 0,059 dan fungsi sosial p-value 0,787. Dapat disimpulkan

bahwa Ha ditolak, ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan faktor olahraga dengan

perubahan fungsi kognitif dan fungsi sosial pada pasien skizofrenia.

4.1.2.2.13 Faktor Penggunaan Obat

Data tentang penggunaan obat untuk masing-masing responden diperoleh dari buku

rekam medis responden yang terdapat pada masing-masing ruang inap. Penggunaan obat
antipsikotik kepada responden dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu: obat

Antipsikotik Golongan I (AP1), obat Antipsikotik Golongan II (AP2), dan kombinasi

Antipsikotik (AP1 & AP2). Hasil analisis data dapat dilihat pada tabel 4.15 di bawah ini:

Tabel 4.15
Hasil Analisis Hubungan Penggunaan Obat Responden
Dengan Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial (n = 172)
Konsumsi Jenis Obat Fungsi Kognitif P-value Fungsi Sosial P-value

Baik Buruk Ringan Sedang


n (%) n (%) n (%) n (%)
Antipsikotik Gol. I ( AP I) 0,176 0,176
Tidak Konsumsi 39 113 113 39
Ada Konsumsi 8 12 12 8
Antipsikotik Gol. II (AP II) 0,326 0,014
Tidak Konsumsi 25 56 66 15
Ada Konsumsi 22 69 59 32
Kombinasi Antipsikotik 0,906 0,001
(AP I&AP II) Konsumsi 30
Tidak 81 71 40
Ada Konsumsi 17 44 54 7
Sumber: data primer, (diolah Oktober 2019).

Berdasarkan tabel 4.15, hasil uji chi square fungsi kognitif dengan AP I diperoleh

nilai p-value sebesar 0,176, AP II p-value 0,326 dan kombinasi AP I dan AP II p-value

0,906. Dapat disimpulkan bahwa Ha ditolak, yang berarti tidak terdapat hubungan antara

penggunan obat antipsikotik golongan pertama, kedua maupun kombinasi antipsikotik

terhadap fungsi kognitif. Hasil uji chi square fungsi sosial dengan AP I diperoleh nilai p-

value sebesar 0,176 yang berarti Ha ditolak. Artinya tidak terdapat hubungan antara

penggunaan AP I dengan fungsi sosial. Hasil uji chi-square dengan AP II (p-value 0,014)

dan kombinasi AP I dan AP II (p-value 0,001) yang berarti Ha diterima, artinya terdapat

hubungan antara penggunaan AP II dan kombinasi antipsikotik terhadap fungsi sosial.


Tabel 4.16
Penggunaan Obat Antipsikotik Pada Responden
Nama Obat Jumlah Golongan Dosis yang Dosis pemberian
responden disarankan obat pada
Obat responden

Risperidone 90 Atipikal 2-8 mg/hari* 2x1(2mg) atau


3x1(2mg)

Clozapine 61 Atipikal 25-600 mg/hari* 2x1

chlorpromazine 6 Tipikal 200-1000 1x1(100mg) atau


mg/hari* 2x1(100mg)

Haloperidole 26 Tipikal 2-20 mg/hari* 2x1(mg) atau


3x1(5mg)

Trifluoferazine 33 Tipikal 5-20 mg/hari* 2x1(5mg)

*dosis yang disarankan dalam Stuart (2016)

Berdasarkan tabel 4.16, diketahui bahwa responden sebagian besar diberikan obat

antipsikotik golongan kedua (atipikal) yaitu Risperidone. Sedangkan pemberian

antipsikotik golongan pertama (tipikal) banyak diberikan trifluoferazine.

4.1.2.2.12 Penggunaan Antikolinergik

Data tentang penggunaan antikolinergik pada responden diperoleh dari buku rekam

medis responden yang terdapat pada setiap ruangan rawat inap. Hasil analisis data dapat

dilihat pada tabel 4.17 di bawah ini:

Tabel 4.17
Hasil Analisis Hubungan Penggunaan Antikolinergik Responden
Dengan Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial (n = 172)
Penggunaan Fungsi Kognitif P- Fungsi Sosial P-
Antikolinergik Value Value

Baik Buruk Ringan Sedang


n (%) n (%) 0,960 n (%) n (%) 0,960
Tidak Konsumsi 28 75 75 28
Ada Konsumsi 19 50 50 19
Sumber : data primer, (diolah Oktober 2019).
Berdasarkan tabel 4.17, Hasil uji chi-square penggunaan antikolinergik dengan

fungsi kognitif p-value 0,960 dan fungsi sosial p-value 0,960. Ini berarti Ha ditolak yang

menunjukkan tidak terdapat hubungan antara penggunaan antikolinergik dengan fungsi

kognitif dan fungsi sosial.

4.1.3 Analisa Data Multivariat


4.1.3.1 Analisis Multivariat Hubungan Variabel Independen Terhadap Fungsi
Kognitif Pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa

Analisis multivariat dalam penelitian ini menggunakan uji logistic regression dengan

metode stepwise. Uji ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang sangat

berhubungan mempengaruhi perubahan fungsi kognitif dan fungsi sosial pada pasien

skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa. Langkah pertama adalah dengan cara memasukkan

semua sub variabel faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif pasien skizofrenia

yaitu pendidikan, konsumsi ganja, lama penggunaan ganja, jenis kelami, penggunaan obat

AP1, Riwayat keluarga, olah raga, tipe skizofrenia dan status menikah yang mempunyai

nilai P-value < 0,25. Berikut merupakan hasil langkah pertama uji multivariat logistic

regression dengan metode stepwise untuk menyeleksi kandidat yang masuk ke dalam

model.

Tabel 4.18
Hasil Analisis Langkah Pertama Seleksi Kandidat Variabel Faktor Dengan Metode
Stepwise Untuk Faktor Yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif Pada Pasien
Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa (n = 172)
95% C.I.
P-
Prediktor B OR Value Lower Upper
Pendidikan 1,801 6,054 0,007 1,647 22,248
Konsumsi Ganja -3,099 0,045 0,012 ,004 0,511
Lama Kom. -1,440 0,237 0,245 ,021 2,684
Ganja
Jenis Kelamin 1,031 2,804 0,122 ,758 10,372
Konsumsi AP1 0,593 1,810 0,318 ,565 5,801
Riwayat Keluarga 1,048 2,853 0,095 ,833 9,779
Olah Raga -,738 0,478 0,165 ,169 1,354
Tipe Skizofrenia 2,317 10,142 0,068 ,844 121,891
Status Menikah 1,608 4,995 0,019 1,297 19,233
Sumber : data primer, (diolah Oktober 2019).

Tabel 4.18 di atas adalah model 1 yang terbentuk dari uji multivariat logistic

regression dengan metode stepwise. Terdapat dua faktor dengan nilai P-value < 0,05

artinya masing-masing dari faktor tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

perubahan fungsi kognitif pasien skizofrenia di dalam model. Untuk faktor pendidikan

mempunyai nilai P-value 0,007, faktor konsumsi ganja mempunyai nilai P-value 0,012

dan faktor status menikah mempunyai P-value 0,019 dan selanjutnya ketiga faktor tersebut

akan dimasukkan ke dalam uji model 2.

Langkah kedua adalah mengeluarkan variabel yang memiliki nilai P-value > 0,05

yaitu faktor lama konsumsi ganja, jenis kelamin, konsumsi obat AP1, riwayat keluarga,

olah raga, dan tipe skizofrenia. Sedangkan variabel faktor yang memiliki nilai P-value <

0,05 dimasukkan kembali ke dalam model yaitu pendidikan, konsumsi ganja dan status

menikah. Untuk mengetahui variabel faktor mana yang mempengaruhi fungsi kognitif

dapat dilihat melalui nilai Odds Ratio terbesar yang dihasilkan dalam model 2. Berikut ini

merupakan hasil langkah kedua uji multivariat logistic regression dengan metode stepwise.

Tabel 4.19
Hasil Analisis Langkah Kedua Multivariat Logistic Regression Dengan Metode
Stepwise Untuk Faktor Yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif Pada Pasien
Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa (n = 172)
95% C.I.
Prediktor B OR P-Value Lower Upper
Pendidikan 1,568 4,799 0,009 1,478 15,586
Konsumsi Ganja -1,625 0,197 0,001 0,079 0,494
Sumber : data primer, (diolah Oktober 2019).

Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa kedua faktor yaitu pendidikan dan konsumsi

ganja berhubungan secara signifikan terhadap perubahan fungsi kognitif pada pasien
skizofrenia. Faktor pertama yang sangat berhubungan dengan perubahan fungsi kognitif

pasien skizofrenia adalah pendidikan yang dibuktikan dengan nilai P-value 0,009 dan

memiliki nilai OR tertinggi 4,799 artinya tingkat pendidikan mempunyai peluang untuk

mempengaruhi perubahan fungsi kognitif, setiap terjadinya satu kali peningkatan

pendidikan pasien, maka akan berpeluang meningkatkan nilai kognitif pasien skizofrenia

sebesar 4,799 kali.

Selanjutnya, faktor konsumsi ganja dengan nilai P-value 0,001 dan memiliki nilai

OR sebesar 0,197 artinya pasien yang mengkonsumsi ganja mempunyai peluang untuk

terjadinya penurunan fungsi kognitif, sehingga setiap satu kali perubahan penggunaan

ganja, maka akan berpeluang menurunkan nilai fungsi kognitif pasien sebesar 0,197 kali.

Hasil analisis data Omnibus Test of Model Coefficients diperoleh Nilai p-value sebesar

0.000, sehingga dapat dipastikan variabel faktor Pendidikan dan konsumsi ganja secara

bersama-sama dapat digunakan untuk menjelaskan kecenderungan yang dapat

mempengaruhi fungsi kognitif pada pasien skizofrenia. Hasil uji parameter untuk

keseluruhan responden dapat dijelaskan pada tabel 4.20 di bawah ini.

Tabel 4.20
Hasil Klasifikasi Prediksi Fungsi Kognitif Pasien Skizofrenia Pada
Rumah Sakit Jiwa (n = 172)
Observed Predicted
Katagori M-Ace Percentage
Baik Buruk Correct
Step 1 Katagori M-Ace Baik 5 42 10.6
Buruk 1 124 99.2
Overall Percentage 75.0
Sumber : data primer, (diolah Oktober 2019).

Berdasarkan tabel 4.19, diketahui bahwa jumlah responden yang berpeluang

mempunyai fungsi kognitif baik berjumlah 47 orang dan responden yang benar-benar

mempunyai kognitif baik berjumlah 5 orang, dan yang seharusnya tidak mempunyai

kognitif baik namun mempunyai peluang kognitif baik berjumlah 42 orang. Sedangkan
jumlah responden yang mempunyai kognitif buruk sebanyak 125 orang, responden yang

benar-benar mempunyai kognitif buruk sebanyak 1 orang dan yang seharusnya

mempunyai kognitif baik, namun tidak menutup kemungkinan terjadinya penurunan

kognitif berjumlah 124 orang.

Berdasarkan nilai overall percentage dapat dibuktikan bahwa model uji regresi

logistik yang digunakan dalam penelitian ini telah cukup baik, karena mampu

menerjemahkan pengaruh yang diberikan oleh variabel faktor pendidikan dan konsumsi

ganja sebesar 75%, sedangkan 25% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak

termasuk dalam pengujian logistik penelitian ini.

4.1.3.2 Analisis Multivariat Hubungan Variabel Independen Terhadap Fungsi


Sosial Pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
Langkah pertama adalah dengan cara memasukkan semua sub variabel faktor-faktor

yang mempengaruhi fungsi sosial pasien skizofrenia yaitu jenis kelamin, pendidikan,

konsumsi ganja, lama penggunaan ganja, penggunaan obat AP1, Riwayat keluarga,

penggunaan obat AP2, dan penggunaan obat kombinasi AP1 dan AP2 yang mempunyai

nilai P-value < 0,25. Berikut merupakan hasil langkah pertama uji multivariat logistic

regression dengan metode stepwise untuk menyeleksi kandidat yang masuk ke dalam

model.

Tabel 4.21
Hasil Analisis Langkah Pertama Seleksi Kandidat Variabel Faktor Dengan Metode
Stepwise Untuk Faktor Yang Mempengaruhi Fungsi Sosial
Pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa (n = 172)
95% C.I.
Prediktor B P-Value OR Lower Upper
Jenis Kelamin 1.474 .003 4.367 1.651 11.552
Pendidikan .998 .035 2.714 1.074 6.857
Konsumsi Ganja -1.416 .017 .243 .076 .774
Lama Penggunaan Ganja -1.043 .089 .352 .106 1.171
Riwayat Keluarga -1.360 .017 .257 .084 .784
Konsumsi AP1 -.971 .613 .379 .009 16.273
Konsumsi AP2 -.310 .867 .733 .020 27.435
Kombinasi (AP1&AP2) .672 .715 1.958 .053 71.850
Sumber : data primer, (diolah Oktober 2019).

Tabel 4.21 di atas adalah model 1 yang terbentuk dari uji multivariat logistic

regression dengan metode stepwise. Terdapat empat faktor dengan nilai P-value < 0,05

artinya masing-masing dari faktor tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

perubahan fungsi sosial pada pasien skizofrenia di dalam model. Untuk faktor jenis

kelamin mempunyai nilai P-value 0,003, pendidikan mempunyai nilai P-value 0,035,

konsumsi ganja mempunyai nilai P-value 0,017 dan riwayat keluarga mempunyai P-value

0,017 dan selanjutnya ketiga faktor tersebut akan dimasukkan ke dalam uji model 2.

Langkah kedua adalah mengeluarkan variabel yang memiliki nilai P-value > 0,05

dan memasukkan kembali variabel faktor yang memilki nilai P-value < 0,05 ke dalam uji

model 2 yaitu variabel faktor jenis kelamin, Pendidikan, konsumsi ganja dan riwayat

keluarga. Untuk mengetahui variabel faktor mana yang mempengaruhi fungsi kognitif

dapat dilihat melalui nilai Odds Ratio terbesar yang dihasilkan dalam model 2. Berikut ini

merupakan hasil langkah kedua uji multivariat logistic regression dengan metode stepwise.

Tabel 4.22
Hasil Analisis Langkah Kedua Multivariat Logistic Regression Dengan Metode
Stepwise Untuk Faktor Yang Mempengaruhi Fungsi Sosial
Pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa (n = 172)
95% C.I.
Prediktor B OR P-Value Lower Upper
Jenis Kelamin 1,590 4,902 0,001 1.975 12.167
Pendidikan 1.062 2.892 0,018 1.201 6.965
Riwayat Keluarga -1.362 0.256 0,009 0.092 0.716
Sumber : data primer, (diolah Oktober 2019).

Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga faktor yaitu jenis kelamin,

pendidikan dan riwayat keluarga yang skizofrenia berhubungan secara signifikan terhadap

fungsi sosial pasien skizofrenia. Faktor pertama yang sangat berhubungan dengan
perubahan fungsi sosial pasien skizofrenia adalah jenis kelamin dengan nilai P-value 0,001

dan memiliki nilai OR tertinggi 4,902 artinya jenis kelamin mempunyai peluang untuk

terjadinya perubahan fungsi sosial sebesar 4,902 kali. Faktor kedua yang sangat

berhubungan dengan perubahan fungsi sosial pasien skizofrenia adalah pendidikan dengan

nilai P-value 0,018 dan memiliki nilai OR tertinggi 2,892 artinya faktor pendidikan

mempunyai peluang untuk terjadinya perubahan fungsi sosial sebesar 2,892 kali. Faktor

ketiga yang sangat berhubungan dengan perubahan fungsi sosial pasien skizofrenia adalah

riwayat keluarga dengan nilai P-value 0,009 dan memiliki nilai OR 0.256 artinya adanya

riwayat skizofrenia dalam keluarga mempunyai peluang untuk terjadinya perubahan fungsi

sosial pada pasien skizofrenia sebesar 0,256 kali.

Hasil analisis data Omnibus Test of Model Coefficients diperoleh Nilai p-value

sebesar 0.000 < 0,05, sehingga dapat dipastikan variabel faktor jenis kelamin, pendidikan

dan riwayat keluarga secara bersama-sama dapat digunakan untuk menjelaskan

kecenderungan yang dapat mempengaruhi fungsi sosial pada pasien skizofrenia. Hasil uji

parameter untuk keseluruhan responden dapat dijelaskan pada tabel 4.23 di bawah ini.

Tabel 4.23
Hasil Klasifikasi Prediksi Fungsi Sosial Pasien Skizofrenia
Pada Rumah Sakit Jiwa (n = 172)
Observed Predicted
Katagori PSP
Percentage
Ringan Sedang Correct
Step 1 Katagori PSP Ringan 114 11 91,2
Sedang 29 18 38,3
Overall Percentage 76,7
Sumber : data primer, (diolah Oktober 2019).

Berdasarkan tabel 4.23, diketahui bahwa jumlah pasien yang berpeluang mempunyai

fungsi sosial ringan berjumlah 125 orang dan pasien yang benar-benar mempunyai fungsi

sosial ringan berjumlah 114 orang, dan yang seharusnya tidak mempunyai sosial ringan

namun mempunyai peluang fungsi sosial sedang berjumlah 11 orang. Sedangkan jumlah
pasien yang mempunyai fungsi sosial sedang sebanyak 47 orang, pasien yang benar-benar

mempunyai fungsi sosial sedang sebanyak 29 orang dan yang seharusnya mempunyai

fungsi sosial ringan namun tidak menutup kemungkinan terjadinya mempunyai fungsi

sosial sedang berjumlah 18 orang.

Berdasarkan nilai overall percentage dapat dibuktikan bahwa model uji regresi

logistik yang digunakan dalam penelitian ini telah cukup baik, karena mampu

menerjemahkan pengaruh yang diberikan oleh variabel faktor jenis kelamin, pendidikan

dan riwayat keluarga sebesar 76,7%, sedangkan 23,3% lainnya dipengaruhi oleh faktor

lain yang tidak termasuk dalam pengujian logistik penelitian ini.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Hubungan Usia Terhadap Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial Pada Pasien
Skizofrenia.

Hasil analisis uji bivariat tabel 4.16 didapatkan faktor usia tidak mempunyai

hubungan terhadap fungsi kognitif (M-Ace) dengan nilai p-value 0,486. Hasil uji bivariat

dalam penelitian ini didapatkan data (tabel 4.5) bahwa jumlah responden yang memiliki

fungsi kognitif baik pada rentang usia 31-50 tahun (usia rata-rata 37,52 tahun) adalah

sejumlah 25 orang responden dan yang memiliki fungsi kognitif buruk sejumlah 71 orang.

Begitu pula pada kategori usia lanjut (50-64 tahun) yang memiliki fungsi kognitif baik

hanya 6 orang dan yang memiliki kognitif buruk sejumlah 22 orang. Untuk kelompok usia

lebih muda, fungsi kognitif baik sejumlah 16 orang dan yang fungsi kognitif buruk adalah

sejumlah 32 orang. Ini berarti, dari seluruh kelompok usia, jumlah responden dengan

fungsi kognitif buruk lebih banyak dari jumlah responden dengan fungsi kognitif baik. Hal

ini menunjukkan bahwa dalam penelitian ini, usia tidak mempengaruhi fungsi kognitif.

Hasil penelitian ini menguatkan penelitian Kishi et al., (2010) dan Rajji et al., (2013)

yang menyatakan usia tidak mempengaruhi fungsi kognitif. Akan tetapi, hasil penelitian
ini berbeda dengan hasil penelitian Kaneda et al., (2013). Kaneda menyebutkan bahwa

semakin lanjut usia maka nilai fungsi kognitif akan semakin rendah. Perbedaan ini

mungkin disebabkan karena perbedaan penggunaan variabel yang dianalisis. Selain itu,

perbedaan ini bisa disebabkan karena perbedaan desain dan jumlah responden penelitian.

Jika ditinjau dari hubungan usia terhadap domain M-Ace, pada penelitian ini

didapatkan bahwa usia mempengaruhi domain kelancaran (p-value 0,001) dan visuospasial

(p-value 0,001). Hal ini berarti semakin lanjut usia seseorang maka semakin rendah fungsi

kelancaran dan visuospasial. Hasil penelitian ini menguatkan penelitian Kaneda et al

(2013) yang juga menyatakan usia mempengaruhi kelancaran.

Hasil uji bivariat dengan chi-square didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan

antara usia dengan fungsi sosial (p-value 0,831). Pada penelitian ini lebih didominasi oleh

responden dengan usia 31-50 tahun (55,9%). Responden dengan lanjut usia atau 51-64

tahun (16,3%). Seluruh responden berada di ruangan intermediet sehingga tidak terdapat

gangguan fungsi berarti pada fungsi sosial responden. Hasil penelitian ini berbeda dengan

penelitian Bae et al (2010) yang menyatakan bahwa usia mempengaruhi fungsi sosial

terutama pada usia di atas 41,5 tahun dengan lama penyakit lebih dari 16 tahun.

4.2.2 Hubungan Jenis Kelamin Terhadap Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial Pada Pasien
Skizofrenia

Hasil uji chi square terhadap fungsi kognitif (total M-Ace) diperoleh nilai ρ value

0,058 yang berarti bahwa jenis kelamin tidak mempunyai hubungan dengan perubahan

fungsi kognitif pada pasien skizofrenia. Karakteristik responden pada penelitian ini (tabel

4.1) didominasi oleh responden laki-laki (82%) sedangkan responden perempuan (18%).

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa responden laki-laki memiliki fungsi kognitif baik sebanyak

25% dan perempuan memiliki fungsi kognitif baik sebanyak 2%.


Hasil uji bivariat dengan domain M-Ace, diketahui bahwa jenis kelamin memiliki

hubungan yang signifikan terhadap domain kelancaran (p-value 0,001) dan visuospasial

dengan p-value 0,0001 dengan laki-laki memiliki nilai yang lebih tinggi daripada

perempuan. Ini menunjukkan bahwa fungsi kelancaran dan visuospasial pada laki-laki

lebih baik dibandingkan dengan perempuan. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil

penelitian Talreja (2013) yang menyatakan bahwa laki-laki memiliki fungsi bahasa dan

memori yang lebih baik daripada perempuan.

Berdasarkan tabel 4.6, pengukuran fungsi sosial pasien skizofrenia diperoleh nilai p-

value sebesar 0,002, dengan perbandingan nilai fungsi sosial ringan laki-laki dan

perempuan (65% : 8%) dan fungsi sosial sedang (17% : 10%). Ini menunjukkan bahwa

laki-laki memiliki fungsi sosial yang lebih baik dibandingkan perempuan. Disamping itu,

hasil analisis multivariat (tabel 4.22) diketahui bahwa faktor jenis kelamin menjadi faktor

paling dominan mempengaruhi fungsi sosial pada pasien skizofrenia dengan p-value 0,001

dan nilai OR yaitu 4,902. Ini menunjukkan bahwa setiap pertambahan responden laki-laki

akan berpeluang mempengaruhi perubahan fungsi sosial sebesar 4,902 kali.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian oleh Merhej et al (2017) yang

mengemukakan bahwa perempuan memiliki fungsi sosial yang lebih baik dibandingkan

dengan laki-laki dan lebih efektif dalam pengobatan pengembalian fungsi sosial.

Perbedaan hasil ini dapat disebabkan karena status mental pada responden perempuan yang

terlibat pada penelitian ini tidak sebaik responden laki-laki sehingga mempengaruhi hasil

statistik.
4.2.3 Hubungan Pendidikan Terhadap Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial Pada Pasien
Skizofrenia

Hasil uji parsial untuk masing-masing domain M-Ace (tabel 4.4), diketahui bahwa

pendidikan mempunyai hubungan signifikan terhadap semua domain memori M-Ace (p-

value < 0,05). Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan

nilai fungsi kognitif akan semakin bertambah terutama domain perhatian, memori,

kelancaran dan visuospasial.

Karakteristik responden pada penelitian ini (tabel 4.1) didominasi oleh responden

dengan tingkat pendidikan SMA/sarjana (41,3%) memiliki fungsi kognitif baik (tabel 4.9)

sebanyak 16,8%, tingkat pendidikan SMP memiliki fungsi kognitif baik sebanyak 8% dan

tingkat pendidikan SD memiliki fungsi kognitif baik sebesar 2,3%. Ini menunjukkan

bahwa semakin tinggi pendidikan responden maka semakin baik fungsi kognitif. Hal ini

dibuktikan dengan nilai p-value antara pendidikan dengan fungsi kognitif (total M-Ace)

sebesar 0,013.

Hasil uji multivariat pada tabel 4.19, diketahui bahwa pendidikan mempunyai

hubungan yang sangat signifikan dan positif terhadap perubahan fungsi kognitif pasien

skizofrenia dengan nilai P-value 0,009 dan memiliki nilai OR terbesar yaitu 4,799. Ini

berarti semakin tinggi pendidikan seseorang akan memiliki peluang 4,799 kali untuk

meningkatkan fungsi kognitif. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pendidikan dapat

mempengaruhi perubahan volume area abu-abu (gray matter volume) di otak sehingga

mempengaruhi kemampuan untuk mempertahankan perhatian pada sebuah ransangan

yang diberikan (Kaneda et al., 2013). Hasil penelitian ini menguatkan penelitian Rajji et

al (2013) yang menyatakan bahwa seseorang dengan tingkat pendidikan rendah akan

memiliki nilai fungsi kognitif yang rendah.

Berdasarkan tabel 4.7 (hasil uji bivariat), diketahui bahwa hubungan antara variabel

pendidikan dengan fungsi sosial signifikan dengan p-value 0,013. Secara multivariat
(tabel 4.22), pendidikan menjadi faktor kedua dominan yang mempengaruhi fungsi sosial

dengan p-value 0,018 dan OR 2,892. Ini menunjukkan arti bahwa semakin tinggi

pendidikan seseorang akan berpeluang sebesar 2,892 kali meningkatkan fungsi sosial.

Sejalan dengan hasil ini, Bae et al (2010) menyatakan bahwa status sosio-ekonomi (salah

satunya pendidikan) mempengaruhi fungsi sosial. Semakin rendah status sosio-ekonomi

seseorang maka semakin rendah fungsi sosialnya. Dutescu et al (2018) menyatakan bahwa

pasien skizofrenia yang memiliki status sosio-ekonomi (pendidikan) rendah tanpa disertai

dengan aktivitas yang baik akan mempengaruhi kemampuannya untuk melakukan fungsi

sosial.

4.2.4 Hubungan Status Pernikahan Terhadap Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial Pada
Pasien Skizofrenia

Dari hasil uji chi-square dengan fungsi kognitif diperoleh nilai ρ value 0,096 yang

menunjukkan tidak terdapat hubungan antara status menikah dengan fungsi kognitif. Pada

tabel 4.1, diketahui bahwa responden dengan status belum menikah lebih mendominasi

dengan persentase 59,9%, diikuti dengan responden status menikah (29,1%) dan cerai

(11%).

Hasil uji parsial terhadap domain M-Ace (tabel 4.4) diketahui bahwa status

pernikahan memiliki hubungan dengan domain memori (nilai ρ value 0,016). Responden

dengan status menikah memiliki nilai domain memori lebih tinggi dibandingkan dengan

responden dengan status belum menikah. Hasil penelitian ini menguatkan hasil penelitian

Hakansson dan rekannya (2009) yang menyatakan bahwa fungsi kognitif pada orang yang

tidak menikah akan beresiko mengalami penurunan dibandingkan dengan orang yang

menikah maupun tinggal bersama .

Berdasarkan fungsi sosial, hasil penelitian menunjukkan nilai ρ value 0,547, yang

berarti tidak terdapat hubungan antara status menikah dengan fungsi sosial. Perbandingan
responden dengan status belum menikah dengan status menikah yang memiliki fungsi

sosial ringan adalah 45,3% : 19,7% (tabel 4.8). Perbandingan ini tidak begitu signifikan

sehingga ditemukan tidak ada pengaruh status pernikahan terhadap fungsi sosial. Hasil

penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian oleh Li et al (2015) yang mengemukakan

bahwa status pernikahan merupakan hal paling dominan yang berpengaruh terhadap

fungsi sosial. Begitu pula penelitian Nyer et al (2010) yang mengemukakan bahwa orang

dengan skizofrenia yang telah menikah atau telah hidup bersama memiliki fungsi sosial

yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang hidup sendiri/cerai atau pisah.

4.2.5 Hubungan Suku Terhadap Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial Pada Pasien
Skizofrenia

Hasil uji chi square pada total M-Ace (tabel 4.9) tidak ditemukan hubungan antara

suku dengan fungsi kognitif dengan nilai p-value 0,598, namun faktor suku mempengaruhi

domain memori (p-value 0,042). Dalam penelitian ini, pengkajian suku dibagi menjadi dua

kelompok yaitu kelompok suku Aceh dan kelompok suku non-Aceh (Jawa, Batak).

Keikutsertaan responden berdasarkan suku dalam penelitian ini (tabel 4.1) diketahui bahwa

responden dengan suku Aceh memiliki persentase lebih besar (84,9%) dibandingkan

dengan responden suku non-Aceh (15,1%).

Penelitian tentang keterkaitan suku terhadap fungsi kognitif pasien skizofrenia masih

sangat sedikit. Namun, sehubungan dengan hasil penelitian ini, Veling et al (2010) dalam

penelitiannya menyebutkan bahwa kondisi kelompok dapat mempengaruhi terjadinya stres

sosial yang akhirnya berpengaruh pada perubahan kognitif. Hal ini umum terjadi pada

kelompok yang mengalami diskriminasi yang mempengaruhi upaya untuk aktualisasi diri

anggota kelompok dalam masyarakat. Anggota kelompok yang tidak mampu untuk

melakukannya akan kesulitan untuk menunjukkan prestasi dan akhirnya menyebabkan

distress dan menjadi tantangan pada kondisi kognitif.


Berdasarkan hasil analisis bivariat (tabel 4.9) diperoleh nilai signifikan fungsi sosial

sebesar p-value 0,315, sehingga suku tidak mempunyai hubungan signifikan untuk

mempengaruhi perubahan fungsi sosial. Secara spesifik, belum ditemukan penelitian

khusus yang meneliti hubungan suku dengan fungsi sosial. Namun, secara psikososial, hal

ini berbeda dengan hasil yang didapatkan oleh Chang dan rekannya (2014). Chang

menjelaskan bahwa suku secara tidak langsung dapat mempengaruhi faktor lainnya seperti

status kesehatan dan fungsi sosial.

4.2.6. Hubungan Riwayat Keluarga Terhadap Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial Pada
Pasien Skizofrenia

Hasil uji bivariat antara riwayat keluarga dengan fungsi kognitif menunjukkan nilai

p-value 0,059. Ini berarti tidak terdapat hubungan antara riwayat keluarga dengan fungsi

kognitif. Pada tabel 4.10, sebanyak 9 orang responden (5,2%) yang memiliki fungsi

kognitif baik dari 20 responden yang memiliki riwayat keluarga skizofrenia. Jika

dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki riawayat keluarga skizofrenia (152

orang/88,2%), terdapat 38 responden (22%) yang memiliki fungsi kognitif baik. Artinya,

proporsi nilai kognitif baik antara kelompok yang memiliki riwayat keluarga dengan yang

tidak memiliki riwayat hampir sebanding.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hughes et al (2005)

pada 3 (tiga) kelompok responden yang meliputi kelompok pasien skizofrenia, kelompok

saudara kandung pasien skizofrenia tanpa psikotik, dan kelompok kontrol yang terdiri dari

orang sehat. Hasil yang didapatkan bahwa pada kelompok saudara kandung menunjukkan

hasil yang lebih baik pada domain memori dan fungsi eksekutif dibandingkan kelompok

pasien skizofrenia. Namun, baik kelompok skizofrenia maupun kelompok saudara

kandung, sama-sama menunjukkan pada penurunan domain kelancaran verbal dan lebih

disebabkan pada nilai IQ (intellectual quation). Lebih lanjut, Hughes menyatakan bahwa
penurunan fungsi kognitif pada pasien skizofrenia bukan merupakan sesuatu yang diwarisi

dan lebih disebabkan oleh faktor lain.

O’Reilly et al (2013) menyatakan bahwa skizofrenia dan gangguan bipolar sering

terjadi pada pada bayi kembar monozigot. Analisis genom kembar monozigot yang tidak

sesuai dengan gejala memiliki potensi untuk mengidentifikasi gen yang berkontribusi pada

pengembangan skizofrenia dan gangguan terkait, sehingga riwayat keluarga

mempengaruhi timbulnya skizofrenia, namun tidak mempengaruhi penurunan fungsi

kognitif.

Hasil uji chi square fungsi sosial pasien skizofrenia (tabel 4.10) diperoleh nilai p-

value sebesar 0,015 yang berarti terdapat hubungan kuat antara riwayat keluarga dengan

fungsi sosial. Hasil yang didapatkan bahwa dari 20 responden yang memiliki riwayat

keluarga, 50% memiliki fungsi sosial sedang. Sebaliknya dari 152 responden yang tidak

memiliki riawayat keluarga, 21,5% yang memiliki fungsi sosial sedang. Ini menunjukkan

bahwa adanya anggota keluarga yang mengalami skizofrenia mempengaruhi responden

untuk melakukan fungsi sosial.

Disamping itu, hasil analisis multivariat pada tabel 4.21 didapatkan faktor riwayat

keluarga mempunyai hubungan yang sangat signifikan terhadap fungsi kognitif pada

pasien skizofrenia dalam model, dimana faktor faktor riwayat keluarga mempunyai nilai

P-value 0,009 < 0,05 dan memiliki nilai OR terbesar yaitu 0,256 artinya setiap

meningkatnya jumlah pasien yang berasal dari riwayat keluarga skizofrenia maka akan

mempunyai peluang terjadinya penurunan fungsi sosial sebesar 0,256 kali.

Hasil penelitian ini menguatkan penelitian Reverger (2012) yang menyatakan bahwa

adanya riwayat gangguan skizofrenia dalam keluarga akan menurunkan fungsi sosial

pasien. Gonzales et al (2007) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pasien skizofrenia


dan keluarganya umumnya mengalami diskriminasi dan kekerasan dalam masyarakat

maupun fasilitas kesehatan. Diskriminasi yang terus menerus akan menyebabkan seseorang

kesulitan untuk menunjukkan identitas diri sehingga menyebabkan stress berkepanjangan

(Veling et al., 2010) dan akhirnya mempengaruhi fungsi sosial.

4.2.7 Hubungan Frekuensi Rawat Inap Terhadap Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial Pada
Pasien Skizofrenia

Hasil analisis data pada tabel 4.11, diketahui bahwa frekuensi rawat inap tidak

mempunyai hubungan signifikan terhadap perubahan fungsi kognitif (p-value 0,701) dan

fungsi sosial (p-value 0,551). Responden dengan rawatan pertama atau kedua memiliki

fungsi kognitif baik sebanyak 9,3%, sedangkan responden dengan jumlah rawatan lebih

dari 3 (tiga) kali memiliki fungsi kognitif baik sebanyak 8,7%. Begitu halnya dengan

fungsi sosial, responden dengan rawatan pertama maupun kedua memiliki fungsi sosial

sedang sebanyak 10,4% dan responden dengan jumlah lebih dari tiga kali memiliki fungsi

sosial sedang sebanyak 5,81%. Data ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh

pertambahan jumlah rawatan terhadap perubahan kognitif pasien skizofrenia.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Amalina et al (2014) yang menyatakan

bahwa fungsi kognitif pasien skizofrenia tidak dipengaruhi oleh jumlah rawatan. Namun,

terkait fungsi sosial, hasil ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Dutescu et al

(2018) yang memaparkan bahwa ada hubungan signifikan antara jumlah frekuensi rawat

inap dengan fungsi sosial. Lebih lanjut, Dutescu memaparkan bahwa hal ini dipengaruhi

oleh perawatan yang tidak tepat saat perjalanan penyakit yang berhubungan dengan

bertambahnya angka rawatan pasien.


4.2.8 Hubungan Konsumsi Ganja Terhadap Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial Pada
Pasien Skizofrenia

Hasil uji parsial terhadap domain M-Ace (tabel 4.12), diketahui bahwa penggunaan

ganja mempunyai hubungan signifikan dengan semua domain (p-value < 0,05). Hasil uji

bivariat, didapatkan hubungan yang sangat kuat antara penggunaan ganja dengan fungsi

kognitif (p-value 0,0001). Begitu halnya hasil analisis multivariat menunjukkan faktor

dominan setelah pendidikan, dengan nilai OR 0,197 dengan arah negatif yang berarti

artinya setiap meningkatnya jumlah pasien skizofrenia yang konsumsi ganja maka akan

mempunyai peluang untuk menurunkan fungsi kognitif sebesar 0,197 kali.

Penelitian ini tidak mengukur kadar kandungan zat ganja yang telah dikonsumsi oleh

masing-masing responden. Meskipun secara etiologi, penyebab perubahan kognitif pada

pasien skizofrenia tidak hanya dipengaruhi oleh penggunaan ganja tetapi tidak dipungkiri

perubahan fungsi kognitif juga dapat disebabkan oleh paparan ganja baik jangka pendek

maupun jangka panjang. Dalam hal ini, (Radhakrishnan et al., 2014) menjelaskan sebagian

besar skizofrenia yang mengalami gangguan psikosis tidak pernah terpapar ganja dan

kemungkinan besar ganja dapat juga berkonstribusi menyebabkan terjadinya gangguan

psikosis bagi individu yang rentan. Dengan demikian, sebahagian pasien yang mengalami

penurunan fungsi kognitif dapat juga berasal dari pengguna dan bukan pengguna ganja.

Pada penelitian ini, berdasarkan tabel 4.12 diketahui bahwa pasien yang tidak

mengkonsumsi ganja mempunyai kognitif baik 22% dibandingkan dengan pasien yang

mengkonsumsi ganja (9%), begitu juga perbandingan fungsi kognitif buruk sebahagian

banyak terjadi pada pasien yang mengkonsumsi ganja (37,7%) dan yang tidak

mengkonsumsi ganja (35%). Hasil uji chi square diperoleh nilai P value 0,006 < 0,05

menunjukkan bahwa terdapat hubungan pemakaian ganja dengan fungsi kognitif pada

pasien skizofrenia. Radhakrishnan et al (2014) mengemukakan bahwa cannabis dan


cannabinoid sistesis lainnya dapat menyebabkan gangguan kognitif terutama pada bagian

verbal, memori jangka pendek, fungsi eksekutif, perhatian dan konsentrasi..

Berdasarkan fungsi sosial, hasil penelitian menunjukkan hubungan pasien yang

mempunyai riwayat konsumsi ganja diperoleh nilai p-value sebesar 0,099 > 0,005, yang

berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi ganja dengan perubahan

fungsi sosial pada pasien skizofrenia. Dari 59 responden yang mengonsumsi ganja,

terdapat 40 responden yang memiliki fungsi sosial ringan. Ini menunjukkan arti bahwa

penggunaan ganja tidak mempengaruhi fungsi sosial.

4.2.9 Hubungan Lama Konsumsi Ganja Terhadap Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial Pada
Pasien Skizofrenia

Hasil analisis parsial terhadap domain M-Ace, diketahui bahwa lama penggunaan

ganja memiliki hubungan kuat dengan fungsi kognitif dengan p-value < 0,05 dengan

domain memori sebagai domain yang paling kuat signifikansinya (p-value 0,0001).

Demikian halnya hasil uji bivariat, didapatkan p-value 0,032 yang menunjukkan ada

hubungan signifikan antara lama penggunaan ganja dengan fungsi kognitif. Hasil

penelitian ini menguatkan penelitian Foti et al (2010), yang menyatakan bahwa pemakaian

ganja dalam jangka panjang menyebabkan gangguan kognitif terutama pada domain verbal

dan memori. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh L. et al (2014) bahwa

penggunaan ganja dalam jangka waktu lama mempengaruhi terjadinya defisit kognitif

pada domain memori dan fungsi eksekutif.

Ditinjau dari fungsi sosial, diketahui bahwa lama konsumsi ganja mempengaruhi

fungsi sosial responden (p-value 0,032). Tabel 4.13 menunjukkan bahwa dari 22 responden

yang mengonsumsi ganja lebih dari 1 tahun, 10 diantaranya memiliki fungsi sosial sedang.

Hal ini berbeda dengan responden yang mengonsumsi ganja di bawah satu tahun, dari 38

responden tersebut hanya 10 responden yang memiliki fungsi sosial sedang. Ini
menunjukkan bahwa lamanya konsumsi ganja mempengaruhi fungsi sosial responden.

Hasil ini menguatkan penelitian Clausen et al (2014) menyatakan bahwa lama penggunaan

ganja pada pasien psikotik dalam rentang waktu 5 tahun dapat menurunkan fungsi

sosialnya.

4.2.10 Hubungan Olahraga Terhadap Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial Pada Pasien
Skizofrenia

Hasil uji bivariat fungsi kognitif diperoleh hasil p-value 0,059 dan fungsi sosial p-

value 0,787, sehingga aktivitas olah raga tidak mempunyai hubungan dengan fungsi

kognitif dan fungsi sosial. Pengkajian terhadap aktivitas olah raga responden dilakukan

dengan menanyakan secara langsung kepada responden tentang aktivitas olahraga yang

dilakukan tanpa observasi secara intens. Untuk menguatkan informasi ini, peneliti juga

menanyakan kepada perawat ruangan tentang ada tidaknya senam aerobik seperti senam

pagi yang dilakukan oleh pasien. Olah raga yang dimaksud adalah olah raga ringan

(aerobik) maupun latihan khusus oleh instruktur senam di ruang rehabilitasi.

Berdasarkan informasi dari perawat, dari 8 ruangan yang diteliti, hanya 5 ruangan

yang dilakukan senam dan tidak dilakukan rutin setiap hari. Aktivitas olahraga yang

dilakukan responden berupa senam ringan dengan durasi waktu yang tidak teratur karena

disesuaikan dengan kondisi responden. Pada tabel 4.1, sebanyak 45,9% responden

mengatakan bahwa tidak pernah melakukannya dan hanya 20,3% responden yang

mengatakan sering melakukannya (intensitas lebih dari 3 kali dalam seminggu). Data ini

menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak pernah melakukan aktivitas olahraga

selama menjalani rawat inap.

Berdasarkan tabel 4.14, diketahui bahwa 62 responden yang tidak melakukan

olahraga atau 36% dari total responden memiliki fungsi kognitif buruk. Sedangkan

responden yang sering melakukan olahraga dengan intensitas 3-4 kali seminggu memiliki
fungsi kognitif buruk sebanyak 20 orang atau 12% dari total responden. Data ini

menunjukkan arti bahwa aktivitas olahraga yang dilakukan responden tidak mempengaruhi

fungsi kognitifnya.

Hasil penelitian ini menguatkan penelitian Firth et al (2016) yang menyatakan bahwa

aktivitas olahraga yang dilakukan pasien secara teratur dan rutin dengan durasi yang sama

selama 30 menit akan mempengaruhi fungsi kognitifnya. Hal tersebut dikarenakan oleh

fungsi kognitif sangat eratnya dengan fungsi neurogenesis dan neurotropik brain derived

neurotropic factor (BDNF) yang dapat meningkatkan ketahanan dan pertumbuhan neuron

antara lain neuron glutamanergik dan dapat meningkatkan vaskularisasi pada otak

(Benedict et al., 2013).

Berdasarkan fungsi sosial, diketahui bahwa tidak terdapat hubungan antara aktivitas

olahraga dengan fungsi sosial. Tabel 4.14 menunjukkan bahwa dari 79 responden yang

tidak melakukan aktivitas olahraga, terdapat 22 responden yang memiliki fungsi sosial

sedang. Demikian halnya dari 35 responden yang sering melakukan olahraga, terdapat 8

responden yang memiliki fungsi sosial sedang. Data ini menunjukkan bahwa ada tidaknya

aktivitas olahraga yang dilakukan tidak berpengaruh pada fungsi sosial responden.

4.2.11 Hubungan Penggunaan Antipsikotik Terhadap Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial
Pada Pasien Skizofrenia

Hasil uji bivariat (tabel 4.15) diketahui bahwa tidak terdapat hubungan antara

penggunaan obat antipsikotik terhadap fungsi kognitif (p-value > 0,05). Namun, hasil

analisis parsial terhadap domain M-Ace, diketahui bahwa penggunaan obat AP2

mempengaruhi domain memori (p-value 0,021) dan memori ulang (p-value 0,012),

sedangkan penggunaan kombinasi AP1 & AP2 hanya mempengaruhi memori ulang (p-

value 0,025).
Efek dari obat antipsikotik golongan pertama (tipikal) maupun antipsikotik golongan

kedua (atipikal) masih kontroversial (Keefe & Harvey, 2011). Dugaan sebelumnya bahwa

antipsikotik atipikal lebih baik untuk memperbaiki kognisi daripada tipikal didasari pada

aktivitas atipikal memiliki ikatan yang relative lemah pada reseptor D2 namun

antagonisme yang lebih kuat pada serotonin dan reseptor alfa adrenergic yang mampu

mengurangi efek extrapiramidal. Namun, penelitian tentang antipsikotik atipikal lebih baik

daripada tipikal masih belum meyakinkan (Minzenberg & Carter, 2012).

Pada penelitian ini, sebagian besar responden mengonsumsi risperidone dan

clozapine (tabel 4.3). Kedua obat ini termasuk dalam golongan antipisikotik atipikal.

Penggunaan antipsikotik tipikal berupa haloperidol hanya 26 responden. Berdasarkan hasil

wawancara dengan responden bahwa responden merasa lebih nyaman mengonsumsi

risperidone karena efek kaku (gejala ekstrapiramidal) yang dihasilkan minimal.

Rendahnya gejala extrapiramidal yang dihasilkan oleh atipikal dipengaruhi oleh aktivitas

cortex prefrontal yang hipoaktif dan reseptor D2 antagonis yang menyebabkan penurunan

hipodopaminergik dari jalur mesokortikal yang diproyeksikan ke korteks prefrontal

(Liemburg et al, 2012).

Penggunaan antipsikotik golongan pertama dan kedua berbeda pada efek yang

dihasilkan. Antipsikotik golongan pertama lebih efektif untuk menekan gejala positif,

sedangkan antipsikotik golongan kedua diyakini dapat menekan gejala positif dan gejala

negatif (Stuart, 2016). Gejala negatif pada pasien meliputi sikap apatis, menarik diri, afek

datar maupun tumpul, bicara jarang dan terlihat murung atau sedih (emotional withdrawal)

dan sikap ambivalen. Sedangkan gejala positif berupa halusinasi, waham dan agitasi

(Kaplan & Sadock, 2007).

Hasil pengkajian status mental responden, diketahui bahwa terdapat 26 orang

responden (15%) memiliki gejala negatif dan 146 orang (84%) memiliki gejala positif
(Tabel 4.3). Persentase gejala negatif responden tidak terlalu menonjol dibandingkan

gejala positif. Gejala positif diyakini tidak berhubungan dengan penurunan kognitif.

Namun, hal ini masih menjadi pertimbangan karena pemilihan sampel dinilai kurang tepat

misalnya sampel berupa pasien dengan gejala psikotik yang parah, sehingga penilaian

kognitif tidak tepat dilakukan (Minzenberg & Carter, 2012). Namun, dalam penelitian

lainnya disebutkan bahwa gejala negatif sangat berhubungan dengan fungsi kognitif

(Green & Harvey, 2014) dan rendahnya fungsi psikososial (Patel et al, 2015).

Pada tabel distribusi frekuensi (Tabel 4.1), didapatkan bahwa 64% responden

merupakan pasien dengan jangka waktu pengobatan antara 1 sampai 10 tahun. 25%

responden adalah pasien dengan jangka waktu pengobatan kurang dari 1 tahun dan 10%

dengan jangka waktu di atas 10 tahun. Data ini memberikan gambaran bahwa persentase

responden didominasi oleh responden dengan lama pengobatan antara 1 sampai 10 tahun.

Hasil penelitian ini menguatkan penelitian Husa et al., (2017) yang menyebutkan bahwa

tidak perbedaan antara antipsikotik pertama (tipikal) maupun antipsikotik kedua (atipikal)

untuk menurunkan kognitif, namun lebih disebabkan karena pengaruh dosis dan lamanya

pengobatan lebih dari 10 tahun. Paparan antipsikotik yang lama akan mempengaruhi

penurunan volume dan struktur otak serta fungsi kognitif pada bagian verbal learning dan

memori.

Selain itu, dosis obat yang diberikan kepada masing-masing responden pada

penelitian ini masih dalam batas yang disarankan (tabel 4.16) sehingga tidak

mempengaruhi perubahan fungsi kognitif responden. Hal ini menguatkan pernyataan

bahwa tingginya akumulasi dosis-tahun terhadap penggunaan antipsikotik berpengaruh

kuat terhadap penurunan kognitif (Husa et al, 2017).

Berbagai upaya pengobatan yang diberikan untuk pasien gangguan jiwa tidak berarti

jika pasien tidak patuh untuk minum obat. Kesadaran akan penyakit yang diderita (insight)
pasien menjadi hal utama terhadap tindakan kepatuhan minum obat. Pada tabel 4.2,

diketahui bahwa 65 responden (37,8%) memiliki insight pada tingkat 4, dan 14 orang

(8,1%) memiliki insight tingkat 5. Selebihnya didominasi oleh responden dengan insight

tingkat 2 dan 3 (93 orang atau 54,1%). Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar

responden tidak terlalu menyadari akan penyakit yang dideritanya sehingga menjadi salah

satu faktor yang mempengaruhi fungsi kognitifnya. Nair et al (2013) yang menyatakan

terdapat hubungan signifikan antara insight dan fungsi kognitif pada pasien psikotik.

Semakin tinggi insight pasien, maka semakin baik fungsi kognitifnya.

Ditinjau dari hubungan penggunaan antikolinergik dengan fungsi kognitif, diperoleh

nilai p-value sebesar 0,960 yang menunjukkan tidak terdapat hubungan antara

antikolinergik dengan fungsi kognitif. Dari 69 orang responden yang mengkonsumsi

antikolinergik, diketahui sebanyak 19 responden memiliki fungsi kognitif baik, sedangkan

dari 103 responden yang tidak mengonsumsi antikolinergik diketahui sebanyak 28

responden memiliki fungsi kognitif baik. Dosis pemberian antikolinergik kepada pasien

skizofrenia yang dibenarkan adalah 4-15 mg per hari (Stuart, 2016). Namun, dalam

penelitian ini diketahui pemberian obat antikolinergik yang diberikan kepada pasien

skizofrenia dengan dosis 2 mg masing-masing 2 kali sehari, sehingga pemberian

antikolinergik kepada responden tidak mempengaruhi perubahan fungsi kognitif. Hasil

penelitian ini menguatkan penelitian oleh Eum et al (2017) bahwa semakin tinggi dosis

akumulasi antikolinergik, maka semakin rendah nilai fungsi kognitif pada pasien

skizofrenia.

Berdasarkan fungsi sosial, penggunaan antipsikotik pertama maupun kedua tidak

mempengaruhi fungsi sosial (p-value > 0,05). Demikian halnya penggunaan antikolinergik

(p-value 0,960). Namun, pemberian antipsikotik secara kombinasi mempengaruhi fungsi

sosial (p-value 0,001). Hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan penelitian Reverger
(2012) yang mengemukakan bahwa efek pemberian antipskotik dapat mempengaruhi

performa fungsi sosial pasien skizofrenia.

4.2.12. Hubungan Penggunaaan Antikolinergik Terhadap Perubahan Fungsi Kognitif dan


Fungsi Sosial Pasien Skizofrenia

Hasil uji chi-square penggunaaan Antikolinergik dengan fungsi kognitif diketahui

p-value 0,960. Temuan ini menunjukkan tidak terdapat hubungan antara penggunaan

antikolinergik dengan fungsi kognitif. Demikian halnya hasil uji bivariat dengan fungsi

sosial p-value 0,960 yang berarti penggunaan antikolinergik tidak mempengaruhi fungsi

sosial. Berdasarkan data pada tabel 4.17, diketahui bahwa dari 69 responden yang

mengonsumsi antikolinergik berupa tryhexyphenidil, hanya 19 responden yang memiliki

fungsi kognitif baik. Begitu pula dari 103 responden yang mengonsumsi antikolinergik,

hanya 28 responden yang memiliki fungsi kognitif baik. Data ini menunjukkan bahwa ada

atau tidaknya responden yang mengonsumsi antikolinergik, tidak berpengaruh terhadap

fungsi kognitif.

Demikian halnya dengan fungsi sosial, sebanyak 69 responden yang mengonsumsi

antikolinergik terdapat 19 responden yang memiliki fungsi sosial sedang. Sedangkan dari

103 responden yang tidak mengonsumsi antikolinergik, terdapat 28 responden yang

memiliki fungsi sosial sedang. Data ini menunjukkan bahwa penggunaan antikolinergik

tidak berpengaruh pada fungsi sosial. Dosis pemberian antikolinergik (tryhexyphenidil)

pada responden adalah 2 mg dengan 2 kali penggunaan dalam sehari. Dosis yang diberikan

ini berada dalam batas yang disarankan sehingga tidak berpengaruh terhadap fungsi

kognitif. Dosis antikolinergik yang tinggi menjadi nilai akumulasi antikolinergik dalam

tubuh responden menjadi tinggi. Tingginya nilai akumulasi dosis antikolinergik

mempengaruhi fungsi kognitif (Eum et al., 2017).


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa sebagian besar mengalami penurunan

fungsi kognitif dan mengalami kesulitan ringan pada fungsi sosial.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi kognitif pada pasien

skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa adalah faktor pendidikan dan lama konsumsi

ganja.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi sosial pada pasien

skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa adalah jenis kelmain, pendidikan, lama

penggunaan ganja, riwayat keluarga, konsumsi obat antipsikotik II dan konsumsi

kombinasi antipsikotik.

4. Faktor paling dominan yang mempengaruhi fungsi kognitif adalah pendidikan

sedangkan yang faktor yang dominan mempengaruhi fungsi sosial adalah jenis

kelamin.

5.2 Saran

1. Kepada Institusi Pendidikan Keperawatan

Meningkatkan wawasan peserta didik tentang tatalaksana perawatan dan

peningkatan fungsi kognitif dan fungsi sosial pada pasien skizofrenia

2. Kepada Rumah Sakit Jiwa

Mempertahankan dan mengembangkan penatalaksanaan perawatan pasien

skizofrenia berupa optimalisasi pengkajian fungsi kognitif, pengobatan, dan

berbagai terapi yang mendukung peningkatan fungsi kognitif dan fungsi sosial

pada pasien skizofrenia.


5.3 Keterbatasan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penelitian ini mempunyai keterbatasan,

yaitu:

1. Alat ukur fungsi kognitif yang digunakan belum komprehensif mengukur aspek

domain kognitif, sehingga mempengaruhi hasil penelitian.

2. Desain penelitian dengan pendekatan cross sectional, sehingga tidak dapat melihat

perubahan fungsi kognitif dan fungsi sosial pada pasien skizofenia sebelum dan

sesudah menjalani perawatan di Rumah Sakit Jiwa.

5.4 Rekomendasi

Untuk peneliti selanjutnya, agar dapat melakukan pengembangan penelitian ini

dengan menggunakan alat ukur fungsi kognitif yang lebih komprehensif mengukur

domain kognitif pada pasien skizofrenia rawat inap dan rawat jalan sehingga dapat

melihat efek perawatan sesudah menjalani perawatan di Rumah Sakit Jiwa.


DAFTAR PUSTAKA

Amalina, Effendy, Camellia. (2014). Social and Personal Functioning in Schizophrenia:


Relationship to Sosiodemographic and Clinical Factors. Journal of Biology,
Agriculture and Healthcare. Vol.4.No.24. ISSN 2225-093X

American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and statistical manual of mental


disorders : DSM-5. American Psychiatric Association. In DSM.
https://doi.org/10.1176/appi.books.9780890425596.744053
Arnsten, A. F. T. (2011). Prefrontal cortical network connections: Key site of vulnerability
in stress and schizophrenia. International Journal of Developmental Neuroscience,
29(3), 215–223. https://doi.org/10.1016/j.ijdevneu.2011.02.006
Atake, K., Nakamura, T., Ueda, N., Hori, H., Katsuki, A., & Yoshimura, R. (2018). The
impact of aging, psychotic symptoms, medication, and brain-derived neurotrophic
factor on cognitive impairment in Japanese chronic schizophrenia patients. Frontiers
in Psychiatry, 9(MAY), 1–8. https://doi.org/10.3389/fpsyt.2018.00232

Bae, S. M., Lee, S. H., Park, Y. M., Hyun, M. H., & Yoon, H. (2010). Predictive factors
of social functioning in patients with schizophrenia: Exploration for the best
combination of variables using data mining. Psychiatry Investigation.
https://doi.org/10.4306/pi.2010.7.2.93

Baker, L. D., Frank, L. L., Foster-Schubert, K., Green, P. S., Wilkinson, C. W., McTiernan,
A., Plymate, S. R., Fishel, M. A., Watson, G. S., Cholerton, B. A., Duncan, G. E.,
Mehta, P. D., & Craft, S. (2010). Effects of aerobic exercise on mild cognitive
impairment: A controlled trial. Archives of Neurology.
https://doi.org/10.1001/archneurol.2009.307

Benedict, C., Brooks, S. J., Kullberg, J., Nordenskjöld, R., Burgos, J., Le Grevès, M.,
Kilander, L., Larsson, E. M., Johansson, L., Ahlström, H., Lind, L., & Schiöth, H. B.
(2013). Association between physical activity and brain health in older adults.
Neurobiology of Aging. https://doi.org/10.1016/j.neurobiolaging.2012.04.013

Bhattacharya, K. (2015). Cognitive Function in Schizophrenia: A Review. Journal of


Psychiatry, 18(1), 1–8. https://doi.org/10.4172/psychiatry.1000187
Bowie, C. R., & Harvey, P. D. (2006). Cognitive deficits and functional outcome in
schizophrenia Profile of cognitive impairments in schizophrenia. Neuropsychiatric
Disease and Treatment, 2(4), 531–536.
https://doi.org/https://doi.org/10.2147/nedt.2006.2.4.531

Brissos, S., Molodynski, A., Dias, V. V., & Figueira, M. L. (2011). The importance of
measuring psychosocial functioning in schizophrenia. In Annals of General
Psychiatry. https://doi.org/10.1186/1744-859X-10-18
Brown, A. S., & Derkits, E. J. (2010). Prenatal infection and schizophrenia: A review of
epidemiologic and translational studies. In American Journal of Psychiatry.
https://doi.org/10.1176/appi.ajp.2009.09030361
Charlson, F. J., Ferrari, A. J., Santomauro, D. F., Diminic, S., Stockings, E., Scott, J. G.,
McGrath, J. J., & Whiteford, H. A. (2018). Global epidemiology and burden of
schizophrenia: Findings from the global burden of disease study 2016. Schizophrenia
Bulletin. https://doi.org/10.1093/schbul/sby058

Chang, Weiss, Marques, Baer, Vogeli,. . . Yeung. (2014). Race/ethnicity and other social
determinants of psychological well-being and functioning in mental health clinics. J
Health Care Poor Underserverd. doi: 10.1353/hpu.2014.0138

Clausen, L., Hjorthoj, C. R., Thorup, A., Jeppesen, P., Petersen, L., Bertelsen, M., &
Nordentoft, M. (2014). Change in cannabis use, clinical symptoms and social
functioning among patients with first-episode psychosis: A 5-year follow-up study of
patients in the OPUS trial. Psychological Medicine.
https://doi.org/10.1017/S0033291713000433

Crean, R. D., Crane, N. A., & Mason, B. J. (2011). An evidence-based review of acute and
long-term effects of cannabis use on executive cognitive functions. Journal of
Addiction Medicine, 5(1), 1–8. https://doi.org/10.1097/ADM.0b013e31820c23fa

Dutescu, MM., Popescu, R.E., . . .Pirlog, MC. (2018). Social functioning in Schizophrenia
clinical correlations. Current health sciences Journal 44 (2), 151

Eum, S., Hill, S. K., Rubin, L. H., Carnahan, R. M., Reilly, J. L., Ivleva, E. I., Keedy, S.
K., Tamminga, C. A., Pearlson, G. D., Clementz, B. A., Gershon, E. S., Keshavan,
M. S., Keefe, R. S. E., Sweeney, J. A., & Bishop, J. R. (2017). Cognitive burden of
anticholinergic medications in psychotic disorders. Schizophrenia Research.
https://doi.org/10.1016/j.schres.2017.03.034
Faludi, G., & Mirnics, K. (2011). Synaptic changes in the brain of subjects with
schizophrenia. International Journal of Developmental Neuroscience.
https://doi.org/10.1016/j.ijdevneu.2011.02.013
Firth, J., Carney, R., Jerome, L., Elliott, R., French, P., & Yung, A. R. (2016). The effects
and determinants of exercise participation in first-episode psychosis: A qualitative
study. BMC Psychiatry. https://doi.org/10.1186/s12888-016-0751-7

Foti, D. J., Kotov, R., Guey, L. T., & Bromet, E. J. (2010). Cannabis use and the course of
schizophrenia: 10-year follow-up after first hospitalization. American Journal of
Psychiatry. https://doi.org/10.1176/appi.ajp.2010.09020189
Gibbons, A., & Dean, B. (2016). The Cholinergic System: An Emerging Drug Target for
Schizophrenia. Current Pharmaceutical Design, 22(14), 2124–2133.
https://doi.org/10.2174/1381612822666160127114010
Gilmore, J. H. (2010). Understanding What Causes Schizophrenia: A Developmental
Perspective. American Journal of Psychiatry.
https://doi.org/10.1176/appi.ajp.2009.09111588
Goff, D. C., Hill, M., & Barch, D. (2011). The treatment of cognitive impairment in
schizophrenia. Pharmacology, Biochemistry, and Behavior.
https://doi.org/10.1016/j.pbb.2010.11.009

Gonzales-Torres, M.A., Oraa, R., Aristegui, M., Fernandez-Rivas, A., & Guimon, J.
(2007). Stigma and discrimination towards people with schizophrenia and their family
members: A qualitative study with focus groups. Social Psychiatry and Psychiatry
Epidemiology. https://doi.org/10.1007/s00127-006-0126-3

Gottesman, I. I., Laursen, T. M., Bertelsen, A., & Mortensen, P. B. (2010). Severe mental
disorders in offspring with 2 psychiatrically ill parents. Archives of General
Psychiatry. https://doi.org/10.1001/archgenpsychiatry.2010.1
Green, M. F., & Harvey, P. D. (2014). Cognition in schizophrenia: Past, present, and
future. Schizophrenia Research: Cognition.
https://doi.org/10.1016/j.scog.2014.02.001
Harvey, P. D., Loewenstein, D. A., & Czaja, S. J. (2013). Hospitalization and psychosis:
Influences on the course of cognition and everyday functioning in people with
schizophrenia. In Neurobiology of Disease.
https://doi.org/10.1016/j.nbd.2012.10.022
Hsieh, S., McGrory, S., Leslie, F., Dawson, K., Ahmed, S., Butler, C. R., Rowe, J. B.,
Mioshi, E., & Hodges, J. R. (2015). The mini-addenbrooke’s cognitive examination:
A new assessment tool for dementia. Dementia and Geriatric Cognitive Disorders.
https://doi.org/10.1159/000366040
Hughes, C., Kumari, V., Das, M., Zachariah, E., Ettinger, U., Sumich, A., & Sharma, T.
(2005). Cognitive functioning in siblings discordant for schizophrenia. Acta
Psychiatrica Scandinavica. https://doi.org/10.1111/j.1600-0447.2004.00392.x

Kaneda, A., Katagai, T., & Yasui-Furukori, N. (2013). Comparing the influences of age
and disease on the brief assessment of cognition in schizophrenia in japanese patients
with schizophrenia. Neuropsychiatric Disease and Treatment, 9, 1203–1208.
https://doi.org/10.2147/NDT.S43280

Keefe, R. S. E., & Harvey, P. D. (2012). Cognitive impairment in schizophrenia. Handbook


of Experimental Pharmacology. https://doi.org/10.1007/978-3-642-25758-2_2

Kishi, T., Moriwaki, M., Kawashima, K., Okochi, T., Fukuo, Y., Kitajima, T., Furukawa,
O., Naitoh, H., Fujita, K., & Iwata, N. (2010). Investigation of clinical factors
influencing cognitive function in Japanese schizophrenia. Neuroscience Research.
https://doi.org/10.1016/j.neures.2009.12.007

Kurtz, M. M., Gopal, S., John, S., & Thara, R. (2018). Cognition, social cognition and
functional disability in early-stage schizophrenia: A study from southern India.
Psychiatry Research, 265(July 2017), 231–237.
https://doi.org/10.1016/j.psychres.2018.03.091
Lapau, Buchari. (2013). Metode Penelitian Kesehatan. Metode Ilmiah Penulisan Skripsi,
Tesis dan Disertasi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Larner, A. (2016). M-ACE VERSUS MOCA: COMPARATIVE STUDY. Journal of


Neurology, Neurosurgery & Psychiatry. https://doi.org/10.1136/jnnp-2016-
315106.62
Leiderman, E. A., & Strejilevich, S. A. (2004). Visuospatial deficits in schizophrenia:
Central executive and memory subsystems impairments. Schizophrenia Research.
https://doi.org/10.1016/S0920-9964(03)00215-9
L., K., P., R., B., R., A., B., M., R., H.-J., A., C., L., Karila, L., Roux, P., Rolland, B.,
Benyamina, A., Reynaud, M., Aubin, H.-J., Lancon, C., L., K., P., R., B., R., A., B.,
M., R., … Lancon, C. (2014). Acute and long-term effects of cannabis use: A review.
Current Pharmaceutical Design. https://doi.org/10.2174/13816128113199990620

Li, X. J., Wu, J. H., Liu, J. B., Li, K. P., Wang, F., Sun, X. H., & Ma, S. H. (2015). The
influence of marital status on the social dysfunction of schizophrenia patients in
community. International Journal of Nursing Sciences.
https://doi.org/10.1016/j.ijnss.2015.04.015

Liemburg, E. J., Knegtering, H., Klein, H. C., Kortekaas, R., & Aleman, A. (2012).
Antipsychotic medication and prefrontal cortex activation: A review of neuroimaging
findings. In European Neuropsychopharmacology.
https://doi.org/10.1016/j.euroneuro.2011.12.008

Luck, S. J., & Gold, J. M. (2008). The Construct of Attention in Schizophrenia. In


Biological Psychiatry. https://doi.org/10.1016/j.biopsych.2008.02.014
Marini, A., Spoletini, I., Rubino, I. A., Ciuffa, M., Bria, P., Martinotti, G., Banfi, G.,
Boccascino, R., Strom, P., Siracusano, A., Caltagirone, C., & Spalletta, G. (2008).
The language of schizophrenia: An analysis of micro and macrolinguistic abilities and
their neuropsychological correlates. Schizophrenia Research.
https://doi.org/10.1016/j.schres.2008.07.011

Maslim, Rusdi. (2013). Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-
5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya

Merhej, G., Hallit, S., Haddad, C., Hachem, D., & Haddad, G. (2017). Neurological soft
signs in Schizophrenia: Gender differences and promising suggestions. Journal of
Psychopathology.
Miller, D. I., & Halpern, D. F. (2014). The new science of cognitive sex differences. In
Trends in Cognitive Sciences. https://doi.org/10.1016/j.tics.2013.10.011
Minzenberg, M. J., & Carter, C. S. (2012). Developing treatments for impaired cognition
in schizophrenia. In Trends in Cognitive Sciences.
https://doi.org/10.1016/j.tics.2011.11.017
Mosiołek, A., Gierus, J., Koweszko, T., & Szulc, A. (2016). Cognitive impairment in
schizophrenia across age groups: A case-control study. BMC Psychiatry.
https://doi.org/10.1186/s12888-016-0749-1

Nielsen, R. E., Levander, S., Kjaersdam Telléus, G., Jensen, S. O. W., Østergaard
Christensen, T., & Leucht, S. (2015). Second-generation antipsychotic effect on
cognition in patients with schizophrenia-a meta-analysis of randomized clinical trials.
Acta Psychiatrica Scandinavica, 131(3), 185–196.
https://doi.org/10.1111/acps.12374

Nyer, M., Kasckow, J., Fellows, Di., Lawrence, E. C., Golshan, S., Solorzano, E., &
Zisook, S. (2010). The relationship of marital status and clinical characteristics in
middle-aged and older patients with schizophrenia and depressive symptoms. Annals
of Clinical Psychiatry.
O’Reilly, R., Torrey, E. F., Rao, J., & Singh, S. (2013). Monozygotic twins with early-
onset schizophrenia and late-onset bipolar disorder: A case report. Journal of Medical
Case Reports. https://doi.org/10.1186/1752-1947-7-134

Oertel-Knöchel, V., Mehler, P., Thiel, C., Steinbrecher, K., Malchow, B., Tesky, V.,
Ademmer, K., Prvulovic, D., Banzer, W., Zopf, Y., Schmitt, A., & Hänsel, F. (2014).
Effects of aerobic exercise on cognitive performance and individual psychopathology
in depressive and schizophrenia patients. European Archives of Psychiatry and
Clinical Neuroscience, 264(7), 589–604. https://doi.org/10.1007/s00406-014-0485-9
Ojeda, N., Sánchez, P., Peña, J., Elizagárate, E., Yoller, A. B., Larumbe, J., Gutiérrez, M.,
Casais, L., & Ezcurra, J. (2010). Verbal fluency in schizophrenia: Does cognitive
performance reflect the same underlying mechanisms in patients and healthy
controls? Journal of Nervous and Mental Disease.
https://doi.org/10.1097/NMD.0b013e3181d61748
Patrick, D. L., Burns, T., Morosini, P., Gagnon, D. D., Rothman, M., & Adriaenssen, I.
(2010). Measuring social functioning with the personal and social performance scale
in patients with acute symptoms of schizophrenia: Interpretation of results of a pooled
analysis of three Phase III trials of paliperidone extended-release tablets. Clinical
Therapeutics. https://doi.org/10.1016/j.clinthera.2010.02.003

Patel, K. R., Cherian, J., Gohil, K., & Atkinson, D. (2014). Schizophrenia: overview and
treatment options. P & T : A Peer-Reviewed Journal for Formulary Management,
39(9), 638–645. Retrieved from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25210417%0Ahttp://www.pubmedcentral.nih
.gov/articlerender.fcgi?artid=PMC4159061

Purnama DA., Amir N., Budiman, R., Heriani, Ariawan. I., (2012). Uji Validitas dan
Reliabilitas Personal and Social Performance Scale Pada Pasien Skizofrenia di
Indonesia. CDK-190.39(2):98-101, diakses melalui
https://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?

Radhakrishnan, R., Wilkinson, S. T., & D’Souza, D. C. (2014). Gone to pot-a review of
the association between cannabis and psychosis. Frontiers in Psychiatry, 5(MAY),
1–24. https://doi.org/10.3389/fpsyt.2014.00054
Rajji, T. K., Voineskos, A. N., Butters, M. A., Miranda, D., Arenovich, T., Menon, M.,
Ismail, Z., Kern, R. S., & Mulsant, B. H. (2013). Cognitive performance of
individuals with schizophrenia across seven decades: A study using the MATRICS
consensus cognitive battery. American Journal of Geriatric Psychiatry.
https://doi.org/10.1016/j.jagp.2012.10.011

Reverger, Monika, Joy. (2012). Perbandingan Performa Fungsi Pasien Skizofrenia yang
Mendapatkan Terapi Tunggal dengan yang Mendapatkan Terapi Kombinasi
Antipsikotika di Rumah Sakiy Cipto Mangunkusumo (Periode Desember 2011-Mei
2012. Jurnal Psikiatri, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta

Riset Kesehatan Dasar. (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, diakses melalui
http://www.depkes.go.id., tanggal 8 April 2019
Riset Kesehatan Dasar. (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, diakses melalui
http://www.depkes.go.id., tanggal 2 April 2019

Sadock, B.J., Sadock, V.A. (2007). Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry
Behavioral Sciences/Clinical Pstchiatry. (10th ed.). Philadelphia: Lippincott
Williams and Wilkins: a Wolters Kluwer

Stuart, G.W (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart. Edisi
Indonesia Pertama, oleh Anna Budi Keliat dan Jesika Pasaribu. Singapore : Elsevier

Sommerlad, A., Ruegger, J., Singh-Manoux, A., Lewis, G., & Livingston, G. (2018).
Marriage and risk of dementia: Systematic review and meta-analysis of observational
studies. Journal of Neurology, Neurosurgery and Psychiatry.
https://doi.org/10.1136/jnnp-2017-316274

Sumantri, Arif. (2011). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group

Talreja, B., Kataria, L., & Shah, S. (2013). Cognitive function in schizophrenia and its
association with socio-demographics factors. Industrial Psychiatry Journal, 22(1),
47. https://doi.org/10.4103/0972-6748.123619
Veling, W., Hoek, H. W., Wiersma, D., & MacKenbach, J. P. (2010). Ethnic identity and
the risk of schizophrenia in ethnic minorities: A case-control study. Schizophrenia
Bulletin. https://doi.org/10.1093/schbul/sbp032

Videbeck, Sheila L. (2011). Psychiatric-Mental Health Nursing. Fifth Edition.


Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
l-ampiran I

l,[\IB \ll I'llRlIOllON.\N ]lll\,IAI)I ItISPO]-I)EN

Kepada Yth,
Bapaklbu Calon Responden
di
Tempat

Dengan Hormal
Saya yang bertanda tangan dibawah ini
Nama : Elva Mumlaziya
Nim |1712201020003
Alamat : Jl. Tgk Chik Lampaloh, No. 98, Desa Lampaloh
Kec. Lueng Bata, Banda Aceh

adalah mahasiswa Program Studi Magister Keperawatan Peminatan Keperawatah Jiwa


Universitas Syiah Kual yang akan mengadakan penelitian untuk menyelesaikan tesis
sebagai salah satu syaral untuk memperoleh gelar magister keperawatan. Adapun
penelitian ini ber.judul 'Analisis Faktor-faktor yang M€mpengaruhi Perubahan
Fungsi KogDitif dan Fungsi Sosial Pada Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Aceh" yang benujuan untuk mengetahui perubahan fungsi kognitif dan fungsi
sosial rcsponden skizofrenia.

Untuk maksud tersebut saya nemerlukan dala./informasi yang nyata dan akurat dari
bapak/ibu melalui pengisian kuesioner yang akan saya lampirkan pada surat ini.
Bapak/ibu berhak berpartisipasi atau tidak. Bila bapak/ibu setuju terlibat dalam penelilian
ini, mohon menandatangani lembaran persetujuan menjadi responden yang telah
disediakan. Penelitian ini tidak menimbulkan kerugian pada bapak/ibu dan kerahasiaan
informasiyang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Atas kesediaan dan partisipasi Bapak/lbu, Saudara/i, saya ucapkan terima kasih

Banda Aceh. September 2019


Hormat saya.

Elva Mumtaziya
NPM. 171220 t020003
Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAI\
MENJADI RESPONDDN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

Jabatan : Kepala Ruangan

Setelah mendengar penjelasan penelitian, maka saya mewakili responden (nama

responden^o.CM) memberikan persetujuan terhadap penelitian yang dilakukan oleh

Mahasiswa Program Studi Magister Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

yang bemama Elva Mumtaziya dengan NPM l'712201020003 dengan judul "Aralisis

Fiktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial

Pada Pasien Skizofrenia di Rumsh Sskit Jiws Proyinsi Aceh". Saya mengetahui

informasi yang saya berikan ini sangat besar manfaatnya baSi p€ningkatan dan

pengembangan bidang keperawatan di masa yang akan datang. Saya menyadari dan

mengertibahwa penelitian ini tidak membawa dampak buruk bagi responden.

Demikian persetujuan ini dan dapat digunakan dengan sebaik-baiknya

Banda Aceh, Juli 2019


Kepala Ruang

( )
l-ampiran 3

lrt,ESIONER Pl;N}]Ll I IAN


(INSTRUMEN A)

Judul Penelitian: Analisis l'aktor-Faktor Yang Mempedgaruhi P€rubahan Fungsi


Kogoilil dan Fungsi Sosi&l Pada Pasicn Skizofrenia Di Rumah Sakil
.Iirra Provinsi Ac€h

Kode Responden diisi oleh Peneliti/Enumerator

BAGIAN A
PetuDluk Pcngisirn!
l. Isilah data demograli responden dengan cara melihat rekam medis bersamaan dengan
validasi pada responden!
DATA DEMOGRAFI
l. Nama Responden (lnisial) : ... .. .. ...

2. No. Registrasi : ..................

3. Alamat : ... ........


4. Usia saat ini : ....-.....tahun

5. Jenis kelamin : I Laki-laki ! P".".puan


6. status Menikah : ! Menikah E Tidak Menikah E cerai
7. Suku :
! Aceh E Jawa
I Sunda ! Batak f] dll
8.TipeSkizofrenia :................................

9. Penggunaan obat saat ini(minimal I bulan terahir):

Antipsiotik I)('sis Antipsikotik Dosis Obat lainnya I)osis


Golongan I Golotrgan II (Antikolinergik)
Chlorpromazine Aripiprazole Trihexyphenidyl
Thioridazinc Asenapine
Mesoridazinc Clozapine
Perphenazine Iloperidone
Trifluoperazine Lurasidone
Flupenazine Olanzapinc
Ilaloperidol Palipcridone
Thiothix€ne Risperidone
Loxapine Quctiapinc
Pimozide Ziprasidone
Lanpiran -)

BAGIAN I}
Pctunjuk l'engisiarl
Isilah data berikut dengan cara melakukan wawancara pada responden!
a- Riwsyat Penggurran Gaojr/Nsrkobe
l. Apakah Anda pernah mengonsumsi ganja?
'l idak

2. Jika ada, berapa lama penggunaan ganja? ....... bulan/tahun+

b. RilYayat Keluarga
L Apakah ada anggota keluarga yang mengalami gangguanjiwa?
Ada Ada Iidak rda

Keikutsertaan Aklivilas Olahragd


Centang pada kolom yang sesuai dengan keterangan respondenl

Pern)ataan Selalu Sering Kadang Tidak


pemah
Berapa kali Anda mengikuti olahraga setiap minggu?

KeteranBan:

Sclalu .lika responden melakukan minimal5 kalidalam satu minggu


Sering lika re-.ponden melakukan 3-4 kali dalam satu minggu
Kadang Jika responden melakukan I-2 kali dalam satu minggu
Tidak Pemah Jika responden tidak pemah melakukan sama sekali dalam satu
minggu terakhir

d. Frekuensi Rrwat Itrap


Berapakah kalijumah Anda masuk dan dirawat di rumah sakit ini?

I kali

2-3kali
! I kali
I-arnpiran,l

MIM-ADDEIlBROOKE'S COGNTTIVE EXAMINATION (M-ACE)


VERSI BAI{ASA IIYDoNESIA
Nama Responden Tanggal Pemeriksaan
Tanggal Lahir
Alamat Rumah Sakit tJsia ferakhir Pendidikan
Pekerjaan
Riwayal Kidal
AllenlionlPerhatiin
Tanyakan: IIari l anggal Bulan Tahun Perhatian
lNilai 0-11

Memo4,lMemori
Katakan: " Saya akan memberikan Bapak/lbu nama dan alamat, dan saya ingin Bapak"/lbu Memori
menyebut nama dan alamat tersebut setelah saya menyebutnya. Jadi Bapak/lbu memiliki lNilai 0 7l
kesempatan untuk mengingat. Kita akan melakukannya atau mengulangnya sebanyak liga
kali. Di akhir wawancara ini. saya akan menanyakan nama dan alamat tersebut.

Percohaan Perlomo Percobaan Kcdud Percoboan Keligo

Delvi Snrlika

Jalan Pocut Baren

Jambotape

Banda Aceh

Fluency lKelancaran
He\van
Katakan: "Sekarang tolong Bapak{bu menyebutkan nama hewan sebanyak mungkin. Kelancaran
Boleh dari hurufapa saja. Saya akan memberimu waktu saru meDil. Mari muiai sekarang!,, [Nilai0
I
2?
t7-21
I.l- I6 j
I l-ll t
9- l0 l
7-8 2
5-6 I

<5 0
total benar
Visuospatial
Mclukis Jam lNilai 0-51

Mintalah responden untuk menggambar sebuahjam dengan angka-angkanya. Lalu minta


respond€n untuk menunjukkan pukul 5 lewat 10 menit dengan menggunakan jarum jam.
Skor penilaian:
Skor I :jika responden menggambar lingkaran
Skor 2 : jika responden dapat menulis angka-angkajam
Skor 2 : Jika responden mampu menuniukkan pukul 5 lewat l0 menit secara tepat

Mernory Recall/]l/Iemori Ulrllg

Kalakan: "Sekamng coba Bapak/lbu sebutkan kembali nama dan alamat yang sudah kita ulangi bersama
pada awal tadi

Memori
Dewi Sarlika Recall
[Nilai0-7]
Jalan Pocut Barcn

Jambotape

Banda Aceh

Total Nilsi t30


Lampiran 5

KtiITSIONER
PERSONAL DAN SOCIAL PERFORMANCE SCTZE (PSP)
PADA PASIEN SKIZOFRENIA YANG MfNJAI,ANI
ITAWAT INAP DI RUMAH SAKI'I'

Petunjuk Pengisianl

Berikan tanda centang (v) pada kolom jawaban (Ya/Tidak) sesuai dengan jawaban yang
diperoleh dari responden.

Daftar penanyaan pada kuesioner Personal dan Social l'erformance Sca/e (PSP) ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat k€parahan (hendaya) pasien yang mempengaruhi
fungsi sosial dalam satu hulan terakhir. Kuesioner ini terdiri dari I domain (A_C) antara
lain: perawatan diri, aktivitas yang berguna serta hubungan sosial dan personal mentiliki
acuan penilaian hendaya yan8 sama, sedangkan Domain D (p€rilaku mengganggu dan
agresi0 memiliki acuan penilaian lersendiri.

Acuan p€nilaian dapat dilihal di halaman paling belakang p€nanyaan-penanyaan ini

I)omain A (Perariatan Diri) Ti{lnk


1 Apakah Anda mandi setiap hari?
2 Apakah perawat atau teman harus mengingatkan Anda untuk
mandi?
Apakah Anda selalu menyikat gigi?
.t Apakah Anda makan nasi sesuai denganjadwal?
5 Apakah Anda harus dibantu untuk merylrapkan makanan kc dalam
mulut?
6. Apakah Anda minum obat sesuai dengan jadwal yang diberikan

Domain B (Aktivitrs Yang Berguna Secara Sosial)

I Apakah Anda selalu merapikan tempat tidur anda?


2. Apakah Anda mau membantu membersihkan ruangan?
-l Apakah Anda berkeinginan untuk kcmbali bekerja?
I Apakah Anda mengikuti kegiatan yang dilakukan di ruangan?
Domain C (Hubungan Sosial dan Pcrsonal)
I Apakah Anda sering menyendiri?
Apakah Anda suka bercerita dengan teman?
l Apakah keiuarga pemah menjenguk Anda?
I Apakah Anda sering dihubungi oleh keluarga?
5 Apakah Anda merasa senang dengan kedatangan keluarga?
Apakah Anda sudah mengenal semua teman di ruangan?
,7
Apakah Anda mempunyai teman dekat?
Domain D (Perilaku Meogarggu dan Agresif) Tidak
I Apakah Anda mudah tersinggung saat berbicar. dengan teman?
2TA pakah Anda pernah diingatkrn oleh teman atnu Pcrallal karena
-t
bcrbicara terlalu kasar,) l
Apakah Anda pcmah hcrtengkar mulut dengan lcman?
l Apakah Anda pemah melukai diri s€ndiri?
l
5 Apakah Anda pemah melukai orang lain?
6 Apakah Anda pernah merusak atau memukul barang-barang yang
ada di Anda'l

TAHAP PENENTUAN NII,AI DAN KEPARAHAN FUNGSI SOSIALPADA PASIEN


SKIZOFRENIA
L Tingkal Keparahan llendaya Pada Empat Domain Fungsi Sosial Pada Skizofrenia

Tingkat Keparahan Henda,a 'fingkat Keparahan Hendaya


(Domain a-c) domai
L Tidak ada L Tidak rde
2. fungrn: hanya diketahui oleh 2. Ritrgan: setara dengan kekasaran ringan. tidak
seseoEmg yang sanga! mengenal psien dapat bergaul atau mengeluh
3. Terlihat: kesulitan jelas terlihat oleh 3. Terlihatlermasuk perilaku sep€ni berbicara
semua orang, tetapi secara substansial keras atau berbicara pada orang lain dengan
tidak mengganggu kemampuannya sikap terlalu akrab, atau makan dengan sikap
dalam menjaiankan perannya dalam yang tidak dapat diterima secara rasional
area tersebut. sesuai konleks sosio- 4. Nyata/Jelas: menghina orang di tempat umum.
kultural, usia, jenis kelamin dan tingkat memecahkan/merusak benda, sering berperilaku
pendidikan pasien. tidak sesuai secara sosial tetapi dalam cara yang
4. NyatrJeles: kesulitan sangat tidak membahayakan (contohnya: terlanjang
mengganggu peran kemampuannya atau kencing di lempat umum), tidak terjadi
dalam bidang tenentu, namun individu sesekali.*
masih dapat melakukan beberapa hal 5. Berat: seing mengancam secara verbal atau
tanpa pertolongan profesional atau sering menyerang secara fisik, taipa sebab atau
penolongan sosral. meskipun lidak kemungkinan Iuka yang serius, tidak terjadi
sering dan atau kadang-kadang saja. sesekali.*
Bila dibantu, ia mungkin dapat 6. Saogat berat: bemiat atau tampak dapat
mencapai taraf fungsi sebelumnya meyebabkan luka serius, tidak terjadi sesekali.*
5. Berat: kesulitan membuat individu
tidak dapat menjalankan peran apapun . Pada kanteks ini, '1idak te4adi sesekali"
pada bidang tersebut, jika tidak dibantu didelnisikan sehagai kemunculak > 3 kali
secam profesional, atau mendorong selada periode lerlehtu. Periloku menggonggu
individu menjadi destruktif Meskipun ini dapat diperlimbangkon "hanya sesekali
demikian. tidak ada resiko kematian jika nuncltl hanyo satu atau dua kali selama
6. Sangat Berat: intensitas hendaya dan periode, dan professional kesehatan jiwa dan
(esulilan )ang ada membahayakan diri pengosuh yakin bahwa tidak akan muncul lagi
rndivrdu. Resiko bunuh diri harus dalon 6 bulan mendatanq. Pada kasus ini-
diperhitungkan hanya jika piliran- skornya han/s diturunkan I (contoh, berat
pikiran bunuh diri itu mempengaruhi nenjadi tyala/jelas)
lungsisosialnya

P€nilaian Fungsi Sosi Dengan Personal and Social Pe{omance (PSP)


^l
Tabel untuk Tidak Ringan Terlihal Nyata/ Ilerat Sangal
menilai kcempat ad:r Jelas Berat
Perawalan Diri

Aklivitas rang
berguna secara
sosial
Hubungan

sosial
Perilaku
MengganSgu dan
Agresif

2. PenilaianIt Fungsi Sosial dengan lntervrl Skala l0 Poin


Skoring PSP dengan interval l0 poin

100-91 Fungsi yang sangat baik pada semua domain. Pasien dipertimbangkan dalam
kualitas baik, mampu beradaptasi terhadap masalah kehidupan dengan baik. dan
terlibat dalam aktivilas dan kelenarikan yang luas
90-81 yang baik pada semua domain. Pasien hanya menunjukkan masalah dan
kesulitan untunl
80-71 Kesulitan ringan pada satu atau lebih dari ranah a-c

70-6t Kesulitan terlihat tetapitidak sampai nyata./jelas pada satu atau lebih pada domain
a-c; atau kesulitan ringan pada domain d. Untuk domain b, fungsi kerja dapar
dimasukkan jika prestasi kerjanya baik
60-51 Kesulitan yang nyalaljelas hanya pada salah satu domain a-c; ata! hanya kesulitan
yang terlihat pada domain d
50-{l Kesulitan yang nyataljelas pada dua atau tiga domain a-c; atau kesulitan berat
hanya pada satu domain a-c tanpa kesulitan yang nyata4elas pada dua domain
lainnya. Tidak ada kesulitan yanS nyata./jelas pada domain d
r10-l I Kesulitan berat hanya pada satu dari domaifi a-c dan kesulitan yang nyata/jelas
pada paling tidak satu dari dua yang lainnyai atau kesulitan yang nyataljelas pada
ranah d
30-21 Kesulitan berat pada dua domain a-c; atau kesulitan berat pada domain d,
walaupunjika kesulitan berat dan nyata/jelas tidak ada pada domain a-c
20-tl Kesulitan berat pada semua ranah a-c; atau kesulitan sangat berat pada d, walaupun
kesulitan berat tidak ada pada domain a-c. Jika pasien bereaksi terhadap stimulus
ekstemal, skor yang disarankan (20-16);jika tidak (I6-l l)
t0-t Tidak adanya otonomi pada fungsi dasar dengan perilaku yang ekstrim tetapi tanpa
resiko pertahanan hidup (skor l0-6)i atau dengan risiko pertahanan hidup, seperti
malnutrisi, dehidrasi, infeksiJidak dapat menyadari situasi berbahaya (skor 5-l).
3. Penentuan skor aklir dengan interval l0 poin, antara lain:
a. Skor 100-70 menunjukkan hanya ada kesulitan fungsi yang ringon
b. Skor 69-31 menunjukkan adanya disabilitas yang bermanifestasi dalam berbagai
tingkatan (fungsi sosial sedang)
c. Skor yang kurang atau sama dengan skor 30 menunjukkan fungsi sosial pasien
salgat buruk dan memerlukan bantuan atau supervisi.
TINGCI
KEMEN'TERIAN RIS[,T, TDKNOI,OGI DAN PENDIDII(AN
UNIVERSITA S SYIAH KUALA
FAKULTAS KEPERAWATAN
ACEH DARUSSALAM. BANDA
Ir l.r.l065l) ;555155. i5551.]0. t'er'(0551)75552t9 l,anlpiran 6
E{.ii, r\.rd\n$ rt'h ie idw.r,ir': w* o('p-u"vrrhr' ld

Norrrcr B/B]rruNl i. 1. l2lKM,2019 I0 Apnl i019


Lampiran
Perihal Pengumpulan Data Awal untuk Proposal Tesis

Yth Direktur Rumah Sakit Jiwa


Banda Aceh
di -
Tempat

Dengan honnat, sehubungan dengan penyusunan p.oposal tesis yarg dilakukan oleh mahasiswa
Program Studi Magister Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala berikut:

Nama Elva Mumtaziya


NPM 1712201010003
Judul Proposal Tesis Analisis Faktor-fakror yang Mempengaruhi Perubahan
Fungsi Kognitif pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit
Jiwa Provinsi Aceh

untuk rtu kamr mohon kesediaan Bapal</lbu memberikan izin kepada yang bersangl-utan
melakukan pengumpujan data awal di rnstansi/wilayal kerja Bapakflbu.

Demikian, atas bantuan dan kerjasama yang oaik kami ucapkan terima kasih.

Eekal I, ,

t":
1,
Kp., M.S., Ph.D
i2 200112 I 001
), "1,
PEMERINTAH ACEH l-ampiran 7

RUMAH SAKIT JIWA


+ Jl. Dr T. Sysdsi TlEy€b No. 25 Tolp. ( 0651 ) 32010 - 32020 Fadrnlb ( 0651 ) 25857
BANDAACEH ?3123

Banda Aceh, l6 April 2019 M

Nomor 423/ tS5\ Yang 'l erhormat


Sifat Biasa wakil Dekan I Fakultas Keperawatar
Lampiran Universitas Syiah Kuala
Hal Izin Pengambilan l)ala Awal di-
Banda Aceh

1. Sehubungan dengan surat saudara norror : B/81 I tiN i L | .l 2/KN4/2019 tanggal l0April
2019 tentang pengambilan data awal skripsi, dengan ini menerangkan bahwa:

Nama Elva Mumtaziya


NIM 1712201010003
Pekerjaan Mahasiswi
JudulPenelitian Analisis Fakto. Fattor Yarg Mempengaruhi
Perubahan Fungsi Kofrritif Pada Pasien Skizofrenia
di Rumah Sakit Jiwa Aceh

2. Dapat disetujui untuk meiakukan pengambilan data awal di RSJ Aceh, dengan
ketentuan sebagai berikut i

a. Mengisi formulir izin penelitian / Pengambilan data.


b. l'idak dibenarkan mengambil gambar atau merekam pasien diruangan tanpa izin
dari Rumah sakit Jiwa Aceh.
c. Menyerahkan I ( satu ) eks skipsi/karya tulis kepada pihak Rumah Sakit Jiwa.

3. Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerja samanya diucapkan terima kasih

7t

,';il;x;,1/
+
j
C

Pembina TK I
NIP. t 97l0l0l 199603 l006
PEMERINTAH ACEH
RUMAH SAKIT JIWA
t
Lampiran 8

Jl. Drr Sl€d€flEyeb No.25T€lp. ( 0651 ) 32010 - 32020 F8rmllo ( 0651 )2585i
BAIUAACEH 23.126

Banda Aceh.02 Mei 2019 M

Nomor 473, /6/b Yang Terhormat


Sifat Biasa Wakil Dekan I
Fakultas Keperawatan
Lampiran Universitas Syiah Kuala
Hal Sclesai Pcngambrlan data d-
Banda Aceh

l. Sehubungan dengan surat saudara nomor I B/83 I IJN I l. l. I 2 ,(M/2019 tanggal

l0 Ap l 2019 tentang pernohonan izin pengambilan data, dengan ini


menerangkan bahwa:

Nama Elva Mumtaziya


NIM 1712201010003
Pekerjaan Mahasiswi
JudulPenelitian Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi
Perubahan Fungsi Kofnitif Pada Pasien

Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Aceh

2. Dcnar tclah sclesai melakukan pengambllan data di Rumah Sakir Jiwa Aceh,
Pada tanggal 23 Sampai dengan 24 April2019.

3. Demikian kami sampaikan dan terima kasih

rNf
M DAN UMU
JIWA AC !,,7
-!

a.
4
DD
Pembina TK I
NIP. 197t0101 199603 I 006
Lampiran 9

KOMITE ETIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA

Komite Etik PenElitian Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala menerangkan bahwa
penelitian tersebut dibawah ini:

Judrrl Penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Fungsl


Kognitit dan Fungsi Sosial Pada Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakrt
Jiwa ProvinsiAceh
Kode Penelitian 112003030719
Nama PenelitiNlM Elva Mumtaziya/ 1 71 2201010003
Afiliasi Magister Keperawatan Fakultas Keperawatan Unsyiah
Ar6mat koE.Ponrrcn!l ,Jt, t gk. chtK Lampaton N0, 9, Lueng gala, Eanoa Aceh/

0852 1 3894380/ elvamumtaziya@gmail.com

Telah direview dan berdasarkan informasiyang diberikan dalam form etik penelitian pada Fakultas
Keperawatan Universitas Syiah Kuala dan revisinya, proposal penelitian tersebut dinyatakan
LULUS kajian etik

Banda Aceh. 29 Juli2019

yarifah RauzatulJ ah, S.Kep., MNS, Ph D


770224 200212 2 001

NB: Harap memberitahu komisietik via email kea etik.fkep@omail.com setiap ada perubahan
pelaksanaan penelitian yang dilakukan
KEMtrNItrl1rAN I\IJE r, r Er\tr\rL
UNIVERSITAS SYIAH KUALA

I
FAKULTAS KEPERAWATAN
DARUSSALAM, BANDA ACEH
-El,p {0651} 7555255, 7555130, FAX.(0651)7555249
E-m lJkep@unsyiah.ac-id. Website:wtry-lk6p_unsyiah.ac.id.ec.id I-un)pira! Ill

Nomor B /r99,{JNl l.l 12tKl|",/2,t9 I Agustus 2019


Lampiran
Perihal Uji Kuesioner

Kepada Yth : Direktur Rumah Sakit Jiwa


Provinsi Aceh
di -
Tempat

Dengan hormat, sehubungan dengan pelaksanaan uji kuesioner yang akan dilakukan oleh
mahasrswa Prcgam Studi Magister Keperawatafl Fakultas Keperawatan Universitas Syiah
Kuala berikut ini :

Nama Elva Mumtaziya


NIM 1712201010003
Judul Analisis Faktor-Faktor yarg Memp€ngaruhi P€rubahan Fungsi Kognitif
dan Fungsi Sosial pada Pasien Skizoftenia di Rumah Sakit Jiwa Provinsi
' Aceh

Kami mohon kesedian Bapak4bu untuk memberikan izin kepada ytng bersangkutan agar dapat
nTeiakukarr uji kuesioner di instansi/wilayah kerja Saudara.

i)emikian, atas bantuan dan kedasama yang baik kami ucapkan teriria kasih

,y

S.Kp., M.S., Ph.D


NIP 2001 12 10012
,l
PEMERINTAH ACEH l.ampiran i I

,,,,,FIJ,Y,SH,S*TIIJ.,I^Y,1,,.
Telepon (0651) 32010 - 32020, Faksimile (0651) 25857
.

e-mail : nij@acehprov.go-id, Website : https://wwwacehprov. g(] r r

llanda Aceh. 27 Agustus 2019 \1


Nomor 423lsrgp Yang Terhormat
Sifat Biasa Wakil Dekan I Fakultas Kepera\atan
[,ampiran I Jniversitas Syiah Kuala

Hal Selesar Uji Kucsioner di -


Banda Aceh

L Sehubungan dengan sural saudara romor: Il. lq5i,UNll l l2,KM'2019 langgal l

Agustus 2019 tentang uji Kuesioner, dengan ini menerangkan bahwa :

Nama Elva Mumtaziya


NIM t71220t010003
Pekerjaan Mahasisrvi

Judul Penelitian Analisis Faklor Faklor Yang Mempengaruhr Perubahan


Fungsi Kognitif Dan Fungsi Sosial Pada Pasien

Skizofrenia di Rurnah Sakit Jiwa Aceh

2. Benar telah selesai melahrkan Uji kuesioner di Rumah Sakit Jiwa Aceh, mulai tanggal
ll sampaj dengan 2J Agustus 2019
3 Demikian ka i sompaikan da. tcrida kasih.

WAD]R ADN4 DAN I]M IJM


SAKIT JIWA A cEt(

DIN SE N'I.
TKI
I 199603 I 006
Hasil uji Reliability PSP

RELIABI LITY
/VARIABLES= Attention Memory Fluency Visuo Varoo05
/MODEL=ALPHA
/SUMMARY = TOTAL.

Scale: ANY

Case
,Y %

Coses Valid 18 94,74


Enluded 1 5,26
Total 19 1OO,OO

Reliability Statistics
Cronbach'sAloho N ol ltems
,94

Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale variance if Cmnbach'sAlpha if


Item Deleted Item Deleted Total Item Deleted
Correlation
\2,44 50,97 ,90 ,93
1O,83 4r,9r ,87 ,92
12,28 49,o4 ,91 ,92
12,50 48,38 ,78 ,94
11,o6 38,41 ,88 ,93
UJI RELIABILITY

RELIABILITY
/VARIABLES=PSPI PSP, PSP3 PSP4PSPsPS PSPT PSPB PSP9 PSPI0PSPSII PSPI2PSPI3 PSPI4PSPI5 PSPI6PSPIT
PSPIS PSPI9 PSP'O PSP2I PSP22 PSP23

C6e ProcesmB Sunnary

l3

l3

Crurbacht,llbh.

,72 2l

cn(kd h. rdat c@.tdio1

.73
l5,ll
1.2t .20 .'12

1.r,83 ,77

,00

5,33

l5,l I 6,22.

15,39 .22 ,73


15.61 ,ll ,73
,20 ,12
15,31 ,13

15,73 ,,0
,4r
14,39 ,12
14.31 7,68 ,73
14,83 NaN ,73

l.l.3l 7l
14.31 73

72
TABEL CONTENT VALIDITY INDIX (CVI) UNTUK XUESIONER PSP

PENILAI
I'I'EM YAN(; I)INILAI
AHLI I AHLI 2 AHLI 3 .IT:NTLAH I-CVI
DOMAIN A
I I I
ttt
l l I
2 I 0 l 2 0.66667
3 I I I 3 I
I I I I I
5 l I I 3 I
6
DOMAIN I]
7
m 0

l
I

I
I

I
2 0.66667

I
I I I I I
9 0 I I 2 0.66661
l0
DOMAIN
ll
C m l

l
I

I
I

1 3
I

I
t2 l I I I
l3 I I I I
l1 l I l 3 I
t5 I I I 3 I
I6 I l I l I

17 l I I l I
DOMAIN D
t8 l I I 3 I
l9 I I 0 2 0.66667
20 l I 1 3 I

21 I I I I
2). l I 1 I

23 I l 0 2 0.66667
Rala-rata I-CVl 0.92
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DA]'I PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS SYIAH KUALA

t FAKULTAS KEPERAWATAN
OARUSSALAM, BANDA ACEH
rELP.(0651) 75s5255, 75ss130, FAX.(0651)7sss249
E-mail:ft.p@un!yirh..c.id, W.bsite:w*w.ft ep_unlyiah.rc.id.rc.id
Lampiran ll

Nomor B/ 2 tsquN 1 1. t. t2 tDLt 2o1g 30 Agustus 2019


Lampiran
Perihal Izin Penelitia,; '

Yrh.
Direlrur Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Aceh

Dengan hormat, sehubungan dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa
Progam Studi Magister Keperawatan Fakultas Kepemwatan Universitas Syiah Kuala berikut
ini :

Nama Elva Mumlaziya


NIM t 7 t22o10tooo3
Judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Fungsi Kogmtif
dan Fungsi Sosial pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Aceh

untuk itu kami mohol kesedian Bapak{bu memberikan izin kepada yang bcrsangkutan
melakukan penelitian sesuai denganjudul p€nelitiaulya di instansi yang Saudara pimpin.

Demikian kami sampaikan, atas bantuan dan keiasarna yang baik kami ucapkan terima kasih

I
{

I
ahlil, S.Kp., M.S., Ph D
204 2001L2 1 001
PEMERINTAH ACEH Lampiran 1,1

, SII, }TIH,S IKIT, J"ryA,


", ",, (0651) 32O1O - 32ozo, Faksimile (0651) 25 857
Telepon
2t)

e-mail : @acchprov. go.id, Website, https://www.aceh r()v o.id

Banda Aceh,2l Oktober 2019 M

Nomor ll:i$fr Yang Terhormat


Sifat Biasa Wakil Dekan I Fakultas
Lampiran Keperawatan Universitas Sl,iah
I Ial Selesai Penelitian Kuala
di -
Banda Aceh

1. Sehubungan dengan surat saudara nomor B/2l86ruNll.l.l212019 langgal i0


Agustus 2019 tentang permohonan izin Penelitian. dengan ini menerangkan bahwa.

Nama EIva Mumtaziya


NIM 1712201010003

Pekerjaan Mahasiswi
JudulPeneiitian Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi
Perubahan Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial Pada

Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Aceh

2. Benar telah selesai melakukan penelitian di Rumah Sakit Jiwa Aceh, tanggal ll
September sampai dengan 6 Oktober20l9.

3. Demikian kami sampaikan dan te ma kasih

MDANIIM

a
l!'/
-)

S MSi
Cc lna TKI
0101 199603 r 006
ia L t 0 I I I I at
I I a I I I 9r89t0606r at
I 0 I I I ta
I I a I I I I I 1[a1r0a06r
I I 0 0 I I I aa
Il la I I z I I I I lt
0 I 0 I I I IT z88 t t00t r I L'
arl !a I I I L

t.- I I I I 6199100t 31 ta
lt a L I I I I I 19t9t0901rr ti
0 I I ta6zl0l,0! I ta
n 0 L 0 L L I I t9z900al0I aa
tl I I I I 0 I LI 9t t690/0tl lz
I I I t I I
3t I I I ! I I I I I

I I a I I I I 6at0t00Ilt
I L I 7 0 Z I I I z I LI 110600t tzl LI
0 0 l I I I ! I a I 6'tr r0a06t
I t 0 I I a I ar 991ro0900r 9I
0i a I i 0 I I 9t tt00zt0l
.I 0 0 I I L I z I I I 6r,al0z0tl .I
al 0 0 0 I I I If Z1

ai 1l I 0 0 I I 0 I ! 0 I LT rzzt0torr II
i, lr- I I I I t t 0 I at 9241t08061 0l
i, ti 0 I I 0 0 I a a 0 I Illlt08061
l.i 0 I I c I I I IZtd0806r
le I I 0 0 I a I I

li 0 I L 0 I I t I 3i
fl I 0 I I z 0 I flfat0t06t
ti I I 0 I I I I la tzftI0806l
ti 0 I l l I l,s€4t08061
0 I 0 I I I i. LI Des q-vl ,0r9oo9o I I I
L L I I I 1 I I al 899100t04t T

: l-,\ lu ,"{ I c] xt

mrrrt.ui(t Nnr( lrsH


'sPInqDf
st : usrdu"'r
. .
a :
i

! 4 E ];Ult E
I
llrlB

tt
P
"i ls le
3 g
a 3 .e
E] 8

tJ_
,1.
E
Eld
l= EIE]E ffi slelslalE|:ls
dddffi EIB
-t- :
l= lE lt l=
! l a

E
4 a ,l*l*ll, E E I
ll E
E
!
3 E 5 3
l,l; 3 3
5
ll 2
e 8 t: : 5
E
E;HBEEdd+
a
ELH+$ l3
6
=
L I I o6alloro
I L

I
l l
f 1!l!fi,ri -.,1
t
I a I I I I I zt 6tt
t 'o.osl
z
I I 0 I I I I I l It&.r0606l Ill
L 0 0 I 0 0 0 I

I I L a! 6al
,t1 0 0 ! 0 I 0 I 9f |9l! oto,l lta l
aa 0 I I I 1t *s ,F"vT ,mr lorol r Ltt
0 t L I l I I 0 ,P!dl rtt9to6o6t 9
I 0 L I L L I as I azgroo6oo r 9tl
I 0 I t I 0 IS I r r.000z06 fal
0 I 0 L I a

I L I l I strrlolor r z
I I I I Itl
0 I 0 I I L I ra azral0606r 0al
08 0 I I I L la6t00l I0l 6tt
L I 0 I L a, t 'r\-D@s t
,llzoor r6 N;I
L I loa9rt0606r LZl
I I a I I I It I tgsooozo6 9at
7 I I I I I L I I LI | -n{a 9ZI
I 0 I I I I IT r----------iiE!4 l006r8&ocr izl
0 I 0 0 I I I I 0i I qEDK DuJal 5rz6ooi0zl tzt
I I l I 0€ I s^.f )pul 66t8806o61 zzl
I I 0 I 0 t I a I I I it T rloftn" tzl
L I L I 0 a I I I I ta I io88lo8o. r 041
I I I t I I I I a I ta 8 t88 t0209 t 6lt
a! I t 0 L a I I L I at I q,vEpwsl l6a6zotor I , I
I I 0 I 0 I I I l.l I
.L I 0 I 0 I 0 I I I I I 0 I fl ".,g
q;tl sor,6' lz6l I 9ll
.L LI I 0 I t I I I I I 0 I P13r:rp'dl 0r6a00z t6 9tl
0 0 I a 0 I I I I l aa I toa00l00l III
I 0 I 0 0 0 L I I I L
qrv !p@al trSflororl .I I
L I L I I L a z I I It erlr xprdl s8roiozl alr
.L 0 I a 0 I z I I I N' 8t tLl0z09t t
0 I , I I I I z I I l83Z0t08l OII
I I I t I I 9S f ejcln q-vT trzrlorolt
I I 0 t 0 I I Z I qsv Bp@€l tOtOrOrO8l 801
.: a I :: ;

tl
llJ E

l,li
5
3

3 ]{]IJ! I I
EIAIJ.,
!t"ti 4 3

e E ^IJ; Et;t ;lJ;


5 E EIE l5
3 ; 9l9t9 ;IEIE ;I=EEI
E-EI:TaT#E el=ls
dlg E
tt lslE
g
'l"l=l=l
:
I ampiran 1r, : I lasil Pengolahan Data l)enclilian

Hasil lrjiBildial varaibel l.dependcn Dcngan M-A.!

k.ncrsia. N,lAaYN (tosst$ulalion

I l6 32 48
2 25 '71 96
:l 22 2E
17 125 t72

(hi

(2-sided)
I 142. 2 .i|86
Lik.lihood Ratio 1.431 2 48E
Lincar-by-Line Associalion 1.397 I .237
172

a 0 ells (,0olo) hav. cxpsted count less th 5. Thc minimun cxp.crcd counr is
1,65_

Gcndcr. MACYN Crosstabulatio,

MA('YN
baik
G.nd.r 0 26 30
I :t3 99 112
Tor.l 41 125 t12

('h
Asymp Si8 Exaci Sig. Exa.t Sig
di (2-sid.d) (z-sidcd) ( l-sid.d)
t.5E2. I 058
CoDtinuity Comcrionb 2.780 I 095
4.027 I 045
012. 0{l
Lincsrby-Lired As$cialion 1.562 I 059
N ofvalidCases 112

a.0c6lls(,07o) havc cxpected count les the 5. The minimum expeclcd count 8.20.
b. Compulcd only for a 2x2 rable 's

Shrns r MACYN Crossr,bul.1i..


Counl
MACYN

Status 0 :J '19 r0l


l

2 9 t0
47 I25 112

(h,
Asymp. Si8.
JI (2-sided)
4.695. 2 096
4.329 : IIJ
Lined-hy-Lincd Asocialion l.9tl I .01E
t72

& 0 cclls (,0',6) havc.xp€ctcd counl less dan 5. Tlc minimum.xp.clcd count is
5,t9.

SDku ' M CYN Gossrabulanon

MACYN
lL,L.r

SDku I .I 105 t16


6 20 26
t25 112

chi
Asymp. Si8. Exad Sig. Exact SiB.
Lil (2-sidcd) (2{id.d) (l-sid.d)
27al 598
Conlinuily Conection" .083 773
Likelihood R.tio 287 592
8ll t96
Lined-by-Linee Association 271 l
N ofvalid Cases t12

a. 0c.lls (,07o) have expecied couil less lhe 5. Tle minimum cxpcctcd count is 7.10.
b. Computed only for a 2x2 tablc

Pendididka, I MACIN CrossBhulalion

MACYN

I -l l8 12
2 l.l 45 59
l 29 42 1t
47 125 t12

chi
Asymp. Sig.
dl (2-sidcd)
13.62r. 00t
l 0r)l
l.hcdrbll.inear As!)cLoror l
ltl
a 0 cells(.0i;) halc crpected counr lc Ihe minnnum.xp..red counl is
48

I:rdN lin,p' MACYN L fu,s\rnhuLarion

M ('YN
0 I6 45 6t
I t6 48 64
l5 12
I25 112

chi
Aslmp. Sig
(2-sid.d)
Pcarson Chi-Squaie 7l0l 2 70t
Likelihood Ratio .697 2 706
Litr. -by-Lin.or Asociation .314 I 541
N ofvalid Cas€s 172

a 0 cclls (.Po) h.ve cxpcctcd counl less than 5 'fte minimun cxp.d.d coum is
12.E4.

Tip8liro ' Kt Soiimic Crdstrbulrtion

Ilail
I 124 I68
2 l I 4
41 125 t72

ch
Asymp. Sig. Exact Sig
dl (2-sid.d) (l-sidcd)
4.687. 010
Continuity Co(.ciionb : 551 0
Likclihood Ralio ,1.034 oLl5
063 061
N of Yalid Cas.s 172

a. 2 cclls (50,0"/0) hav. .xp..ted count lcss than 5. Thc minimum .xp€cted counr is I ,09
b. Compulcd only for a 2, lable
Konigeja'v ( YN Gos\r bulalion

NI ('YN

0 l, 6t 98
I l0 74
'Iolal 125 112

('hi
Asymp. Si8. Iixad Si8 Exacl Si8.
.ll (2-sided) (l{ided)
12477'
c6nlintritu a.m.ri.nb ll.2E6 00t
Likeliho; Rario l3 214

Lined-by-Lincar Associalion I2..lort


N of Yalid C6.s t72

a- 0 cells (,0 6) havc €xpcctd counr less rhe 5. Th. mininum cxpered counr is 20,22-
b. Comput d only for s 2x2 labl.

l-amra.nia I MA('YN (ir\\hhulallon

MACYN
brlt
0 37 6l 98
I 9 1l 52
2 I 2l 22
47 t25 172

(lhr
Asymp. Sig.
di (2-sided)
l3 745. 1 00t
Likelihood Ratio t5175 2 .000
Lincar-by-Lincir Associ.tion 13.142 I .000
N ofvalid Calcs t72

& 0 cells(,0%) have cxpected count less $an 5. Thc minimum expected couDt h
6,0t.

RBrXls . MACYN CrossDbnlation

M C\'N
I olal
R!(KIS 0 ]E ltl 152
I 9 ll 20
Toi.al 17 t25 172
chi,s
l\acl SiB tirncr Sic
\i1 t2-sid.d)
t.560. I 059
Coniinuily Corccliont 2.624 I 105
I 270 071
051
Linear-hy-Linear Association 1.519
t12

4 0 @lls (,0'l') hrvc o(pccted counr less fian t Thc minimum cxpeclcd counl is 5.47
b. Compur.d only for a 2)(2 labl.

OlahESa ' MACYN ( rxsrabul.!tn),

NlACYN

Olal'mga I t5 20 l5
2 t5 {3 58
l t1 62 19
4l 125 172

Asymp. Si8
df (2-sidcd)
5.655. 2 059
5.3s1 2 t)69
Lined-by-Lin.e As@ialio, 4 895 I 027
172

a- 0c€lls(.0%) have cxpected counl less $an 5.'lhc minimum cxpected courl is
9.56.

A?lbenar' MACYN (iostabulatbn

MACYN

0 l9 ll3 152
I E t2 20
Total 47 125 t12

(h
Aslmp. Sig Ix&t Sig. Exact Si8.
dl (2-sid.d) (2-sided) (l-sided)
1.831. -176
Continuity Coretioob r.180 .277
Likclihood Ralio 1.713 l9l
Fisheds Exact Tesl ll9
Lin$r'by-Lined Asocialion LE20 I 171
N ofvalid Cas.s t12
a.0 cclls (-0%) have expecred co!nl lcsr rh fhc mjnimuB expecLed count ls j.+l
b Compurcd onlr ior a 2\2 rahle

AP2bend I MA(lYN Crosstabulalion

N,IACYN

25 56 8l
I 22 69 9l
11 125 t12

chi
Asymp. Si8. Exad Sig. Exacr Si8
df (2-sided) (2-sidcd) (l'sided)
965. 326
(lonti.un) Qrec!on' .l l7
.96i1 326
392 209
Lined-by-Lincd Asociarion 960 327
t72

a. 0 cells (,0%) have expecied cornl less than 5. The minimum expeded couni is 22.11
b. Computed only for a 21 labl€

A?ldanA?2 t MACYN (,osstabulalion

MACYN

0 30 8l lll
I t1 6l
Toial 47 125 t12

chi
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
dl (2-sided) (2-sided) (l-sided)
906
Continuity Corectionb .000
Likclihood Ralio .014 906
1.000 521
Linear-by-Linem Asociarion .0t+
172

a. 0 cells (,0olo) have expected count les thm 5. The minimum expectcd count h 16.67
b- Compuied only for a 2x2 table

AnliklnS I MAC\'l\l Croslabulation


Counl
I{AC\]{

Antiklng 0 28 75 103
l I9 50 69
Tol,al 77 125 112
I

Aslmp. Si8.
dl (2*ided)

CoDlinuiry Corecrionb .000 I 000


001 960
1 000 5.17
Lined-b)-Linee Asocialion 001
t12

a. 0 cells (.07o) have expected counl less tha. 5. The minimum expecled count is 18.85
b. Computcd only fora2x2 table

N N N
'I ipeskiro * Ktesorinrac t72 100.0% 0 0.00/a t72 100.0%
Hasil Uji Biurirl VAri!bcl lndclt€ndcr

Lodrurin * PSI't\ (ro$rxl'trhtio

I l2
2 68 2ll
-1
2t 28
125 t12

(hi
Asymp. Si8
J' (2-sided)
1 8lt
Lik.lihood Ratio -772 2 610
Lin@-by-Lirw Association .015 I 901
N ofvalid Cascs t7z

a.0celk(,0%) have.xpectod counl less lhan 5. The minimum cxpcded count is


765

valid
N N N
t72 t00.0% 0 0.0% t72 t00.0%

C€nd.r r PSPYN ( ro$rabulslion

PSPY\

0 t5 t5 30
I I I0 32 142
r25 17 t12

{h
Exact Si8.
di (2-sided) (2-sided) ( l-sided)
9.406r .002
Conlinuity CoEedion! 4.016 .004
Lik.lihood Rario 8.6t5 .001
Fishe,'s Exa.t Tesl 001 .001
Lincar-by'Lin.-ar Associalion 9 tJ3 _N7
N ofvalid Cascs 112

r 0 ells (,Po) hav. cxpccied @unt les th& 5. Tltc minimum exp€ctcd count is 8,20.
b. Compurcd only for a 2x2 tsble
Slatu\ " PSPYN ( rosstrbul,lion

0 7E 25 I0l
I 34 l6 50
2 I3 t9
125 112

Lll (2{idcd)
I 207' 2 .547
2 550
Linear-by-Lincfi Associadon 966 I .326
172

a. 0 c.lls (.0%) havc expectod counr 16 ths 5. The minimum cxpccted.ount is


5.19.

Sulu i PSPIN (rosst buhrion

PSP\'N

I 104 1l t46
2 2t 26
125 112

Asymp. Si8. Exacl Sig. ExacI Sig.


di (2-sided) (2'sidcd) ( l-sid.d)
l.0t t. lt5 L
Conlinuity Conedionb .J88 .143
Likelihood Ralio 1.071 ..t00
Fishe,'s Ertact Tesr '1r_ 1 225
Lineai-by-Lincar Association 1.005 I ll6
Nof Valid Ca!€s t72

a.0 ctlls (,00/o) have cxpected count less than 5. Th€ minimum exp€ctcd counr is 7,10.
b. Compur.d only for a 2r2 rablc
I,endid kan * PSPI'\ ( rrs(abularirr

PSf) \

I 2a t4 42
2 37 ?2 59
l 60 II 71
125 47 112

Asymp. SiB.
dt (2-sided)
I7t8. 2 .013
9.t t1 2 .010
Lin@-by-Lincar Association 5.526 I .0t9
N ofvatid Cas.s t72

a.0calls(,0%) have cxp.ct€d count l€ss than 5. The minimumcxpccrcd count is


48

fn*.lir.p r PSPYN Crosslrbul.tion

PSI'YN

0 43 t8 6t
I t5 l9 64
? t7 IO 47
t25 47 t12

Asymp. Sig.
(2-sided)
P..rson ChLSque 1.192. 2 .551
Likclihood ktio r.2t3 2 540
Lincrr-by-Lin@ AsGiaIion 8t6 I .t66
N ofValid Cascs 112

a.0cells(,0'lo) hav. expccrcd counl les rhm 5. Theminimum cxpcctcd count is


t2.84.

Tip.skiro ' PSPYN Cro3strbul.tion

PSPYN

I t22 166
l l I
Total 125 172
( hi,

rl-i,i.J l

I
Conlinuil-1 Corectionr I 000
Likclihood Ralio 0t I I .9t5
I 000
I-incaFby'Lin.d Asociation .01 I I
l'12

a.2 cells (50,0%) harc cxpeded counl lcssthan 5. Tle minimum expecrcd counr is 1,0t,
b. Compuled only fora 2x2 6ble

Xotrsg,nj, t PSP! N Cros3tahulariotr

0 16 22 98
I 25 74
Total r25 47 t72

(h
Asymp. Sig Exact Sig Exact Sig.
dl (2-sided) (2'sidcd) (l-sided)
? 7?8' 099
Continuily CoEeIionb 2.tEl 139
Li*clihood Ratio 2 7t0 r00
t10 070
Lincar-by-Linee Association 2.7t2 1 I00
N ofvalid Cascs t7z

d.0 c.lls (.0%) have oxpectod counl les lhan 5. The miniDumexp@ted counl is 20,22
b. Compured onlyfor a 2x2 table

Lrmrgrrj. r PSPI N ( rossr.buhrion

0 76 22 98
I 38 t4 52
7 ll ll 22
125 47 t72

Arymp. SiB.
df (2-!idcd)
6.8131 2 .032
Likclihood Rario 6.292 2 043
Lin.,r-by-Lind Assiation 5 521 I .019
N of valid Cas.s t72
R*lxlg ' PSPI \ ( rossr.htrlrlhn

PSPYN

RwrKlg 0 lt5 )7 152


I t0 t0 2\)
125 17 172

Asymp. Sig !\act Sig Eract Si8.


di (2-sided) (2,sidcd) ( l-sided)

5 E5E 015
Continuil}_ Core.lionh 4.61E 0lt
5.t01 02t

Lineu-by-Linear Ass{riaaon 5 E25 l


t12

L 0 ells (,0/o) hav. cxFctcd @unr lcss rhd 5. Tl. minimumcxpcctd counr is 5,47
b. Computcd only for a 2x2 lablc

Ol.hrrg. ' PSPYN Crotsl.bol.lion

Olalraga I 6 l5
2 4t t7 5E
l 57 22 79
125 47 172

Asymp. Si8
df (2-sidcd)
4781 2 781
.,189 2 ?E.l
Linear-by-l,inca, Association .190 I 661
172

a.0 cells (.0%) havc expected count lcss than 5. The minimum cxpcclcd counl is
9.56.

APlben.r i PSPYN Crosstrbuhlion

PSPYN

0 Ill 39 152
1 12 6 20
t25 41 112
E\act Si8. Eracr Sig.
dt (2-sidcd) ( l-sidcd)
t.E3 r. t76
Conrinuity Corccrionb I180 211
t.713 l9r
l]l]
Lin@-by-Lined Association I 820 1'1
t12

a.0 c.lls (.00/6,) havc cxFded count less rho 5.1-h. mirimum exp.cicd cou is 5.47
b. Computedonl) fora 2, iable

AP2bcndr * Psl'\ :,1 ( ro$t{bulilnr

PSPYN

0 t5 EI
I l2 9t
125 17 t72

(-h
Asymp SiB. Exact Sig. Dxact Sig
dl (2-sided) (2-sidcd) (l-sided)
5.980. I 014
Continuity Cor.cc on! 5 l7l I 021
Likelihood Ratio 6 l0l I 014
0l? 0
Linc$-by-Lir@ AssociatioD 5 9r5 I 0t5
N ofvalid Cas€s It2

a- 0 cclls (,0./c) halc qpet.d count 1s thm 5. Thc minimrm cxp.cled courl is 22.l3-
b. Compur.d only for a 2x2 lablc

APldrnAPz' PSPI N Crostrbul.tion

PSPYN

0 7t 40 nr
I 51 1 6l
I:J t72

As)mp. Sig. Eran Sig Exact Si8.


di (2-sidcd) (2-sidcd) (l-sided.)
Pcrrcon Chisquarc .958' 00r
Continuiry Conecrionb t0.753 c0r
Likclihood Ralio ll. t67 000
.00r
Lin€ar-by-Lincar Alrocialion ll 888 I 00r
t12
.lqer zxz R roJ Iluo PsnduoS 'q
98 8 | sr tunoJ poDtdx. unururu .qf 'S mql s.t luno. plpedx. .^sq (c/oo') sI.. 0 e

zLt sa:) PIF JO N


096 I [00 uoll?r.ossv r?rur.I-,{q-murI
Its 000 1 ls.I Dex3 s,i.r{slJ
096 800' o!p[ pooq!t.111
000 {uotlrilo] {nnunuo:)
096 .t00 .rEnbs-'qJ uosrs.d
(PapF-r) (Prpts-z) (papF_z) IP
i'S riixa '3rS l.€xl

aLt Lt tzt
0s I
f0l 8a SL 0 ?utlnuy

N.t.tsd

uorrPtnqrl\n ) \\Jsd, ttr|)l'ruv


Ha3il UjiSt tu! Monl.l R6pond.n (n:172)
STATUS MENTAL RESPONDEI{
B.h.viourrl

57 331 33,1 331


105 61 0 61,0
2.3 96,5
3 1,7 98,3
Geral tubuh tidak lortonlml 2 1.2 994
1 ,6 ,6 100 0
172 100.0

1 15 86,9 66.9 66.9


3 1,7 17 68.6
S6dih 23 70,9
3 1.7 17 72.7
2 1,2 12 736
G€lisah 2 1,2 1,2 750
20 r 1.6 110 866
Labil 22 12.4 124 994
1 .6 ,6 100 0
1 72 100.0 100 0
s h

| | ,"ro
103 "",""n'
59,9 "",""^
59.9 59.9
Samar 26 15.1 15,1 75.0
I ,6 ,6 75.6
C€Dat 9 5.2 80.8
Gaqap 5 2.9 83,7
Menqulan*ula.q kata Yanq 2 12 1.2 E4.9
5 35 3,5 88.4
20 17.0 17.0 100,0
0 ,0 0 100.0
172 100 0 100 0

16 9.3 9,3
1 .6 .6 9,9
7 4,1 14.0
1 6 ,6 14,5
2 12 1,2 15,7
12 7.0 7.0 22.7
Sesuei 133 773 77,3 100,0
Toril 172 100 0 100.0

Halu3in.3i p€n&ngaran 124 72,1 72,',| 72.'1


2 1,2 '1,2 73,3
45 26,2 .2 99,4
1 ,6 1@,0
Tolial 172 100.0 't00.0
"",""n,
I v",,0
"",".n,
Bingung 42 244 24,4 244
0 0 0 24.4
6 35
'124 72.1 72,1 100,0
172 100,0 '100.0

Tidak mampu berhilunq 2_3 2.3 23


30 '17 4 17,4 19I
Tidak mamo'r berkossniBsi 24 140 14,0 337
Ganqquan dava inqat 18 10,5 10,5 442
GanOOUan daya inqat 52 30,2 30,2
256 25,6 100 0
172 100 0 100 0

Msnyelahkan halhal di luar


19 11,0 11,0 11 0

G.ngguan k6mamPuan
63 36,6 36,6

Gangguan k€mampuan
penilaian bermakna 46 26,7 26,7

25,6 25,6 1@,0


Total 100,0 100,0

ht

Oerajai 2 4A 23,3 233 23,3


oerajat 3 53 30,8 30,8 54,1
Derajal4 65 37,8 374 91,9
Derajal5 8,1 8,1 100,0
172 100,0 100,0

20 11,6 11.6 11,6


T6ngensial 3 1,7 'l,7 13,4
10 5,8 5,8 19,2
Flishl of idae 6 35 35 22,7
Elocling 9 5,2

p€mbicaraarvPsrB6vera 7 320

117 680 660 100 0


172 100,0 100,0
FoRMAT iENILAIAN SlAlXs VE\T;L
A. Behavioural dnd Gehetul Ap?erunu (Akti\itas mo(orik d!n I'enampilan Umum)

Kllsul Terlihat aneh Agitasi

E Rapi gerak tubuh yang lidak te*ontrol Tik


Tegang Grimasen Kompulsif
Lesu
B. Mood and AIIect (Atam perasaan dan Afck)
Normal D cembira berlebihan Af€k tumpul
Marah tl ketakutan Labil
Sedih
E Gelisah Tidak sesuai

C. Speac, (Pcmbicaraan)

f] Normal E Cepat E Keras

E Samcr I cagap Lambal

E Tidal terdengar E Mengulang-ulang kata yarg sama Apatis


D. Thougt Conte (lsi Pikif\

E Obsesive-kompulsif E waham, sebulkan jenis wahamnya...

Lf Hipokondria I Sesuai

E Depersonalisasi

E Phobia

E Pikiran magis
E. Thoust Pruce$ (Proses Pikir)

E Sirkumlansial Flight ofidea E Sesuai

E Tangensial Blocking

E Kehilangan asosiasi pengulangan pembicaraaD/perseverasi

F. Petceptual DisTu rbance (Genggusn Persepsi)

! HalusinasiPendengaran

E Halusinasi Penciuman

E] Halusinasi Peraba

E HalusinasiPenglihatan

E Halusinasi Perasa

C.lnpals Contnl (Kontrol lmpuls)

E Bing1lng E Stupor

E Sedasi tl Disorientasi
H. Q)gnititD, onl Stn$rir?,, I l)xrx inraal (lxn Iingkrl Kon\( lrnsir

Tidak mampu b€rhitung

E Mudah dialihkan

E Tidak manpu berkonsentrasi

tr cangguan daya ingatjangka panjang

E Gangguan daya ingat jangka pendek

l. Nnowledge and Judgen er, (Pengetahuan dan Kemampurn Penilaian)

Menyalahkan hal-hal di Iuar dirinya


Gangguan kemampuan Penilaian rinSan
Gan€€uan Kemampuan Penilaian bermakna

J. lnsight
tr Derajat I (menyangkal sama sekali akan penyakitnya)

tr Derajat 2 (Sedikit rnenyangkal, butuh bantuan unluk membuat pasien sadar akan penyakitnya)

tr Dearajat 3 (Pasien menyada p€nyakihya namun m€nyalahkan faktor ekstemal sebagai


penyebabnya

tr Derajat 4 (pasien menyadad akan penyakitnya namun tidak inisiatifmelakukan perubalEn


unluk kesembuhan

tr Dearajat 5 (pasien menyadari penyakihya dan melakukan perubahan untuk kesembuhan


t,ampiran l7
Rencana Jadwal Kcgirrin P€trelitian
ANALISIS FAKTOR.FAKTOR YANC MEMPENGARUHT PERUBAHAN
FUNGSI KOGNTIF DAN FUNGSI SOSIAI, PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA

Jadnal Kesialan
:{o Kegialan

ffi
Jan'19 feb'19 Mar'19 Apr'19 Nlei'19 Juni'19 Juli'19 Agusl'19 Scpl'19 ()kt't9 Nov'19 l)es'19
Pensaiuan Judul Peneiitian |il I It
Tttt
I

tT +
t+ TtrtrtItttif
3
Sludi KQustakaan
Penlusunan Proposal Penelitian T[It -]-
l
5
Seminar Proposal

Perbaikan Proposal

ult]-tltt
I I

u + +H+t L
L
It
Uji Etik Penelitian
Tt Tftt
6

+l.t+H+
7

8
Uj i lnstrumen Penelitian

Pengolahan Data Hasil tlji Irstrumcn

l+I llllt IlTII t


ffi t
ffi
9 Pelaksanaan Penelitian

l
t0
ll
l2
Penyusunan laporar

Ujian Tesis
Perbaikan Tesi5
l
+ Il+
_l
+ +F
TtT t ffi + l+ ++ r
I] I I

Banda Aceh.9 Desember 2019


Penelti

Elva Mumt.ziy.
NPM. 171220r0r0r0003
I-ampiran l8

I)AFTAR RIWAYAT IIIDI IP

A. Identilrs Pribadi

Nama Elva Mumtaziya


Tempal dan Tanggal Lahir Banda Aceh, 9 Aguslus 1990

Jenis kelamin Perempuan

Status Menikah
Agama
Pekerjaaan Mahasiswa

Alamat Jl. Tgk Chik Lampaloh, no.98, Desa Lampaloh, Kec


Lueng Bata, Banda Aceh

B, Orrtrg Tua
l. Ayah H.Syukri Daud. llA
2. lbu Hj.Nurlainah Abdurrahman

C. Suami datr Atrak


l. Suami Edi Cunawan, S.E., M.Pd
2. Anak a. HanifMudhaffar

b. Hasna Nabila

D. Rhdayat PendidikaD
SD MIN Mesjid Raya Banda Aceh Lulus : 2002
SMP MTsN Model Banda Aceh Lulus:2005
SMU MAN Model Banda Aceh Lulus : 200E
Perguruan Tinggi Sl llmu Keperawatan Unsyiah Lulus:2012
Profesi Ners Lulus:2013
Magisler Keperawatan 2017 - Sekarang

Anda mungkin juga menyukai