TESIS
Oleh
ELVA MUMTAZIYA
NPM. 1712201010003
Komisi Pembimbing
Proi Dr. dra. Kanini Hasballah, M.S., Apt Dr.rer. med. Ns. Marthoenis. M.Sc.. MPH
NIP. 19541222 198103 2 002 NIK. 19810729 201609 I l0l
Mengetahui
lt
LEMBARAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI
Oleh
Elva Mumtaziya
NPM. 17 t 2201010003
Ns. M Ph.D
NrP. r9781 122 2 002
lI
I'IiRNYA'I'AAN
NPM :1712201010003
l. Dalam tesis yang saya susun ini tidak lerdapat bagian atau kesatuan yang utuh dari
lugas akhir atau tesis, disertasi, buku, atau b€ntuk lain yang saya kutip dari karya
omng lain tanpa saya sebutkan sumbemya yang dapat dipandang sebagai tindakan
plagiat.
2. Saya menyadari dalam tesis saya ini tidak terdap^t kdrya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain yang seolah-olah dijadikan karya
saya sendiri.
Apabila temyata dalam tesis ini terdapat bagian-bagian yang memenuhi unsur-unsur
plagiat, maka saya menyatakan untuk ditunda hak alas gelar magister saya.
Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenamya untuk dapat dipergunakan
seperlunya.
Segala cinta untuk Sang Khalik, Allah SWT yang telah menuntun langkah dan tekad ini
agar tetap bertahan dalam setiap tantangan kehidupan. Ia menguji hamba-Nya dengan
berbagai tantangan bukan untuk memberi kesulitan tetapi untuk mengembangkan
potensi luar biasa yang terdapat pada hamba-Nya. Maha Suci Allah yang telah
mempermudah penulisan dan penyusunan tesis ini serta menempatkan peneliti diantara
orang-orang yang baik dan shalih.
Kedua orangtuaku; H.Syukri Daud, BA dan Hj. Nurlainah Abdurrahman yang telah
begitu banyak memberikan dukungan dan do’a untuk kelancaran pengerjaan tesis ini.
Sungguh pengorbanan Ayah dan Bunda tidak dapat terbalas dengan nilai apapun,
semoga Allah merangkul Ayah dan Bunda dalam cinta-Nya yang mempesona.
Begitu juga Suamiku, Edi Gunawan, S.E., M.Pd yang telah memberikan dukungan yang
luar biasa dan selalu meyakinkan bahwa aku bisa melewati semua proses pendidikan
ini. Begitu pula, dua buah hatiku, Hanif Mudhaffar dan Hasna Nabila yang begitu
sabar memahami bahwa menuntut ilmu butuh pengorbanan. Begitu pula abang dan
kakakku yang tak pernah putus untuk menyokongku. Sungguh ini merupakan
perjuangan hidup yang sangat indah dikenang dan sungguh sukar dilupakan. Suatu
rahmat memiliki saudara-saudara seiman yang tulus mencintaiku.
Sahabat-sahabatku: Kak Pai, Kak Erna, Kak Jihan, Kak Wardah, Odah, Nurul, Kiki,
Agus, Badrul, Rambe, Bang Maskur, dan yang lainnya yang tak mampu kusebutkan
satu persatu. Terimakasih sekali atas dukungan kalian. Begitu membahagiakan bisa
kenal dengan kalian!Semoga Allah mempertemukan kita kembali, tidak hanya di dunia,
tapi insya Allah di surga-Nya kelak. Aamiin.
Akhir kata, semoga tesis ini bermanfaat untuk umat. “Sesungguhnya sebaik-baik kamu
adalah yang paling banyak memberikan manfaat kepada orang lain”(Hadits).
Elva Mumtaziya
v
Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Fungsi Kognitif
Dan Fungsi Sosial Pada Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa
Elva Mumtaziya
NPM : 1712201010003
Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. dra. Kartini Hasballah, MS., APT
Dr.rer. med. Ns. Marthoenis, M.Sc., MPH
ABSTRAK
Skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa berat yang paling sering terjadi.
Pasien skizofrenia biasanya mengalami perubahan fungsi kognitif dan fungsi sosial.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan fungsi kognitif dan fungsi sosial pada pasien skizofrenia rawat inap di
Rumah Sakit Jiwa. Sebanyak 172 orang pasien skizofrenia secara total sampling
dilibatkan sebagai responden dalam penelitian ini. Fungsi kognitif diukur dengan
menggunakan Mini Addenbrooke’s Cognitive Examination (M-Ace), sedangkan fungsi
sosial diukur dengan menggunakan PSP (Personality Social Performance). Jenis
penelitian ini bersifat deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan wawancara.
Sedangkan analisis data menggunakan uji chi-square dan Binary regresi logistic. Hasil
uji bivariat diperoleh tiga variabel independen yang signifikan mempengaruhi
perubahan fungsi kognitif yaitu pendidikan, konsumsi ganja dan lama konsumsi ganja,
sedangkan variabel independen yang mempengaruhi fungsi sosial adalah jenis kelamin,
pendidikan, lama pemakaian ganja, riwayat keluarga, konsumsi obat antipsikotik
golongan 2 dan kombinasi obat antikonelergik. Hasil analisis regresi logistik
disimpulkan bahwa fungsi kognitif sangat berhubungan signifikan dengan faktor
pendidikan P-value 0,009 : OR= 4,799 dan faktor konsumsi ganja P-value 0,001 : OR =
0,197 sedangkan fungsi sosial sangat berhubungan signifikan dengan faktor jenis
kelamin P-value 0,002 : OR = 4,902, faktor pendidikan P-value 0,018 : OR = 2,892 dan
riwayat keluarga P-value 0,009 : OR = 0,256.
vi
Analysis Factors Associated With Cognitive and Social Functions Among
Schizophrenia Patients in Psychiatric Hospital
Elva Mumtaziya
Student Number : 1712201010003
Supervisors:
Prof. Dr. dra. Kartini Hasballah, MS., APT
Dr.rer. med. Ns. Marthoenis, M.Sc., MPH
ABSTRACT
Schizophrenia is one of the most common and severe mental disorders. The patients
with this disorder usually experience changes in cognitive and social functions. The
purpose of this study is to identify which factors influence the cognitive and social
functions among schizophrenia patients in the Psychiatric Hospital. 172 patients of total
sampling were involved in this study. An assessment was carried out using questioner
and interviews. We measured cognitive functions using Mini Addenbrooke's Cognitive
Examination (Mini-Ace), while personality social performance (PSP) was used to
evaluate the social function. Descriptive correlation with the cross-sectional approach of
chi-square and binary logistic regression were applied to explain the assessment result.
The result of chi-square tests showed that three independent variables significantly
affect cognitive functionality, namely education, cannabis consumption, and the
duration of cannabis usage, while the independent variables that affect social function
are gender, education, duration of cannabis usage, family history, consumption of
second class antipsychotic drugs, and combination antipsychotics drugs. With binary
logistic regression, two major factors were found to significantly influence the cognitive
function are education (p-value 0,009: OR = 4,799) and cannabis consumption (p-value
0.001: OR = 0.197). While three major factors between identified six factors were found
as the major influence for the social function, i.e. gender factors (P-value 0.002: OR =
4.902), educational factors (P-value 0.018: OR = 2.892), and family history (P-value
0.009: OR = 0.256). A specific intervention needed to improve cognitive and social
functions among inpatient with schizophrenia includes more therapies. Next study
suggested to compare between inpatients and outpatients to see the effectiveness of
hospital care for cognitive and social functions in schizophrenia.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa” dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat beserta
salam kepangkuan Nabi Muhammmad SAW, keluarga dan sahabat beliau sekalian.
1. Bapak Dr. Hajjul Kamil, S.Kp., M.Kep. sebagai Dekan Fakultas Keperawatan
3. Bapak Ns. Ardia Putra, S.Kep., MNS sebagai Wakil Dekan II Fakultas Keperawatan
4. Ibu Ns. Sri Intan Rahayuningsih, S.Kep., M.Kep., Sp.An sebagai Wakil Dekan III
5. Ibu Ns. Syarifah Rauzatul Jannah, S.Kep., MNS., Ph.D sebagai Ketua Jurusan
6. Ibu Ns. Asniar, M. Kep.,Sp.Kom., Ph.D sebagai Koordinator Program Studi Magister
7. Ibu Prof. Dr. dra. Kartini Hasballah, M.S.,Apt. selaku pembimbing I yang telah
kontribusi yang sangat bermanfaat sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik
viii
8. Bapak Dr.rer.med. Ns. Marthoenis, M.Sc., MPH selaku pembimbing II yang telah
kontribusi yang sangat bermanfaat sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik
9. Ibu Ns. Suryane Sulistiana Susanti, MA., Ph.D sebagai penguji tesis I yang telah
10. Ibu Ns. Syarifah Rauzatul Jannah, S.Kep., MNS., Ph.D sebagai penguji tesis II
11. Seluruh dosen dan staf Program Studi Magister Keperawatan Fakultas Keperawatan
12. Ayahanda, Ibunda dan seluruh keluarga yang selalu mendukung dan mendoakan
13. Sahabat seperjuangan Magister Keperawatan Peminatan Jiwa angkatan 2017, dan
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh yang telah banyak membantu dan mendukung
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun
dari seluruh pihak agar proposal tesis ini menjadi lebih baik dan dapat
karena tidak ada satu pun kejadian di muka bumi ini kecuali atas kehendak-Nya.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... ………..1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum ...................................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 4
1.4.1 Manfaat Teoritis .................................................................................. 4
1.4.2 Manfaat Praktis .................................................................................... 5
1.4.3 Manfaat Untuk Penelitian Berikutnya ............................................... 5
x
2.2.2 Domain Fungsi Kognitif ..................................................................... 13
2.2.3 Defisit Kognitif Pada Skizofrenia ...................................................... 16
2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif ......................... 16
2.2.5 Instrumen Tes Kognitif Mini-Addenbrooke’s Cognitive
Examination (M-ACE) ........................................................................ 19
2.3 Konsep Fungsi Sosial Pada Skizofrenia ................................................... 21
2.3.1 Pengetian Fungsi Sosial ..................................................................... 21
2.3.2 Domain Fungsi Sosial ........................................................................ 22
2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fungsi Sosial Pada
Skizofrenia .......................................................................................... 22
2.3.4 Instrumen Test Fungsi Sosial Personal and Social
Performance (PSP) ............................................................................ 23
xi
3.12 Teknik Analisa Data ................................................................... ………...42
3.12.1 Uji Normalitas .................................................................. ………...42
3.12.2 Analisis Univariat ............................................................ ………...43
3.12.3 Analisis Bivariat .............................................................. ………...43
3.12.4 Analisis Multivariat ......................................................... ………...44
xii
4.2.11 Hubungan Penggunaan Antipsikotik Terhadap Fungsi Kognitif
dan Fungsi Sosial Pada Pasien Skizofrenia ................................... 79
4.2.12 Hubungan Penggunaan Antikolinergik Terhadap Fungsi
Kognitif dan Fungsi Sosial Pada Pasien Skizofrenia .................... 83
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
xiv
Tabel 4.12 Hasil Analisis Hubungan Konsumsi Ganja Dengan Fungsi Kogntif dan
Fungsi Sosial ………………………………………………………………. 57
Tabel 4.13 Hasil Analisis Hubungan Lama Konsumsi Ganja Responden Dengan
Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial ………………………………………… 57
Tabel 4.14 Hasil Analisis Hubungan Aktivitas Olah Raga Responden Dengan
Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial ………………………………………… 58
Tabel 4.15 Hasil Analisis Hubungan Penggunaan Obat Dengan Fungsi Kognitif dan
Fungsi Sosial ………………………………………………………….….... 59
Tabel 4.16 Penggunaan Obat Antispikotik Pada Responden ........................................... 60
Tabel 4.17 Hasil Analisis Hubungan Variabel Independen Terhadap Fungsi Kognitif
dan Fungsi Sosial Pada Pasien Skizofrenia ………………………………... 60
Tabel 4.18 Hasil Analisis Langkah Pertama Seleksi Kandidat variabel Faktor
Dengan Metode Stepwise yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif….…......... 61
Tabel 4.19 Hasil Analisis Langkah Kedua Multivariat Logistic Regression
Dengan Metode Stepwise yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif ………..... 62
Tabel 4.20 Hasil Klasifikasi Prediksi Fungsi Kognitif Pasien Skizofrenia ………........ 63
Tabel 4.21 Hasil Analisis Langkah Pertama Seleksi Kandidat variabel Faktor
Dengan Metode Stepwise yang Mempengaruhi Fungsi Sosial ……............. 64
Tabel 4.22 Hasil Analisis Langkah Kedua Multivariat Logistic Regression
Dengan Metode Stepwise yang Mempengaruhi Fungsi Sosial...................... 66
Tabel 4.23 Hasil Klasifikasi Prediksi Fungsi Sosial Pasien Skizofrenia ………............ 67
xv
DAFTAR SKEMA
Halaman
xvi
DAFTAR SINGKATAN
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
pada neurotransmitter, anatomi, elektron, dan pengaturan kerja saraf (Gilmore, 2010).
Gejala utama gangguan jiwa ini adalah gejala positif dan gejala negatif yang dapat
negara Cina mencapai 0,42%, Netherlands sebesar 0,36%, sedangkan Afrika Utara dan
Afrika Timur memiliki prevalensi paling rendah. Di benua Asia, prevalensi paling tinggi
berada di bagian Asia Timur yaitu 7,2 juta penduduk dan diikuti oleh Asia Tenggara yaitu
4 juta penduduk. Secara umum, peningkatan prevalensi skizofrenia dari 11, 6 % pada tahun
1990 menjadi 20,9% pada tahun 2016. Ini berarti sekitar 14,8 juta penduduk dunia
Data Riset Kesehatan Dasar oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian
orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 (permil) penduduk (Riskesdas, 2013). Hasil survey
selanjutnya pada 300.000 sampel rumah tangga (1.2 juta jiwa) di 34 provinsi di Indonesia
menyebutkan bahwa provinsi dengan proporsi rumah tangga yang memiliki anggota
keluarga dengan skizofrenia terbanyak adalah Provinsi Bali. Sedangkan Provinsi Aceh kini
Prevalensi skizofrenia yang terus meningkat ini tentu menjadi perhatian bagi para
peneliti untuk mengetahui penyebab pasti terjadinya penyakit ini. Namun, hingga saat ini
Dean, 2016). Tidak ada penyebab tunggal dari skizofrenia (Gilmore, 2010), namun faktor
genetik diyakini sebagai faktor resiko utama terjadinya skizofrenia (Gottesman et al.,
2010).
diyakini dapat menekan gejala utama skizofrenia seperti halusinasi dan waham serta dapat
kenyataannya, antipsikotik hanya mampu menurunkan gejala psikotik pada pasien dan
tidak diikuti dengan perbaikan fungsi yang seharusnya mendukung pasien untuk kembali
beraktivitas (integrasi) di dalam masyarakat (Goff et al., 2011). Fungsi yang diyakini
berkaitan erat dengan integrasi dalam masyarakat adalah fungsi kognitif ((Keefe &
oleh kesulitan dalam mengelola diri dan hubungan interpersonal dengan lingkungan, hal
ini menjadi permasalahan baru dalam meningkatkan keberfungsian sosial. Oleh karena itu,
wajar jika dalam sejumlah penelitian, fungsi kognitif dan sosial merupakan dua hal yang
sering diukur sebagai hasil keluaran (outcome) pasien skizofrenia (Kurtz et al., 2018).
penyakit dan meningkatnya biaya perawatan untuk diri sendiri dan keluarga yang merawat
(Keefe & Harvey, 2012). Begitu halnya dengan fungsi sosial, akibat yang ditimbulkan
cenderung melakukan aktivitas diluar akal sehat. Penurunan fungsi kognitif diyakini oleh
para peneliti sebagai bagian dari efek pengobatan antipsikotik yang mempengaruhi
aktivitas neurotransmitter di otak (Stuart, 2016). Sebaliknya masih sedikit penelitian yang
meneliti hubungan antipsikotik terhadap fungsi sosial (Patrick et al., 2010). Walaupun
demikian, kedua komponen ini berhubungan positif, yang berarti perbaikan fungsi kognitif
yaitu usia (Atake et al., 2018), jenis kelamin, status pernikahan (Talreja et al., 2013),
pendidikan (Rajji et al., 2014), pengobatan (Green & Harvey, 2014), riwayat penggunaan
ganja (Crean et al., 2011), senam/latihan aerobik (Baker et al., 2010). Namun, penelitian
tentang hubungan faktor suku dan frekuensi rawat inap terhadap fungsi kognitif dan fungsi
sakit jiwa melibatkan kerjasama antara psikiater, perawat, psikolog dan tenaga terampil
lainnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa perawat ruang inap di Rumah
Sakit Jiwa pada tanggal 22 s.d.23 April 2019, diperoleh informasi bahwa setiap pasien
yang berstatus rawat inap di Rumah Sakit Jiwa selain diberikan obat, juga diikutsertakan
dalam kegiatan lainnya seperti olahraga dan terapi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien skizofrenia. Namun, penilaian fungsi kognitif dan fungsi sosial pada
pasien skizofrenia dan faktor yang dominan mempengaruhi kedua fungsi ini masih sedikit
sehingga hal ini yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian terkait dengan
fungsi kognitif dan sosial serta faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi
sosial pada pasien skizofrenia rawat inap masih sedikit, padahal pasien skizofrenia
umumnya mengalami penurunan fungsi kognitif dan fungsi sosial. Hal ini menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Faktor-faktor apa saja yang berhubungan
dengan perubahan fungsi kognitif dan fungsi sosial pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit
Jiwa?”
Adapun tujuan umum penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara
perubahan fungsi kognitif dan fungsi sosial pada pasien skizofrenia di Rumah
Sakit Jiwa
1.3.2.1 Untuk mengetahui derajat fungsi kognitif dan fungsi sosial pada pasien
kognitif dan fungsi sosial pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
berikut:
1. Memberikan tambahan pengetahuan bagi semua pihak terkait khususnya
kesehatan jiwa kepada pasien dan keluarga sesuai dengan kebutuhan pasien.
Sakit Jiwa
Hasil penelitian ini dapat menjadi data dasar atau tambahan untuk dilakukan
TINJAUAN TEORI
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani yaitu “Schizein” yang berarti untuk
berbagi, dan “phren” yang artinya pikiran (Stuart, 2016). Skizofrenia merupakan
salah satu gangguan jiwa berat (American Psychiatric Association, 2013) yang terdiri
dari kumpulan gejala penyakit yang beragam (Videbeck, 2011). Menurut Pedoman
PPDGJ III dan DSM V (2013), skizofrenia berupa gangguan yang khas pada persepsi
dan pikiran serta afek yang mempengaruhi bahasa, persepsi, dan kesadaran diri.
a. Genetik
Penurunan volume otak terutama terjadi pada bagian gray matter and white
abnormalitas neuron pada masa remaja (Faludi & Mirnics, 2011). Gangguan
pasien skizofrenia
Paparan virus influenza pada kehamilan trimester pertama diyakini menjadi salah
satu penyebab terjadinya skizofrenia (Brown & Derkits, 2010). Teori ini
berdasarkan data bahwa lebih banyak angka kelahiran orang skizofrenia yang
lahir pada musim dingin yang tinggal di perkotaan. Infeksi virus lebih sering
d. Biologis
fungsi lobus frontal yang menyebabkan gangguan pada umpan balik otak dalam
e. Gejala Pemicu
penggunaan obat yang tidak tepat dan berperilaku agresif (Stuart, 2016).
2.1.2 Gejala Skizofrenia
meliputi gejala positif dan gejala negatif. Gejala positif terdiri dari waham,
halusinasi, gaduh gelisah, bersikap agresif, dan gembira yang berlebihan sedangkan
gejala negatif berupa alam perasaan (affect) yang tumpul atau mendatar, tidak
(day dreaming), kontak emosional yang rendah, pendiam dan memiliki pola pikir
yang negatif.
Tipe skizofrenia menurut PPDGJ III tahun 2013 atau DSM IV-TR, meliputi:
mengancam pasien
meliputi :
umumnya menonjol;
di bawah ini:
mutisme/tidak berbicara;
3. Gaduh gelisah, aktivitas motorik yang tidak jelas tujuannya dan dipengaruhi
perintah;
menggerakkan dirinya;
2. Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada tetapi tidak lagi mendominasi
gambaran klinis),
3. Gelaja-gelaja depresi masih dapat ditemui (F.32.) dan telah ada dalam kurun
Tipe ini merupakan kategori yang dianggap telah terlepas dari skizofrenia
tidak wajar yang tidak sepenuhnya delusional. Gejala-gejala residual itu dapat
meliputi menarik diri secara sosial, pikiran-pikiran ganjil, inaktivitas, dan afek
datar. Selain itu, skizofrenia tipe residual dapat ditandai dengan frekuensi gejala
1. Gejala negatif yang dijumpai pada skizofrenia tipe residual tanpa didahului
sebagai kehilangan minat yang drastis tanpa adanya tujuan hidup serta sikap
a. Terapi Farmakologi
gangguan psikotik, gangguan mental berat, dan gangguan mood yang tidak
skizofrenia. Obat antipsikotik umumnya terbagi atas dua kelompok yaitu antipsikotik
kurang efektif mengatasi gejala negatif. Efek samping utama obat ini adalah
menyebabkan ketidakpatuhan minum obat pada pasien (Stuart, 2016). Selain gejala
Tabel 2.1
Gambaran Efek Samping Obat Antipsikotik Tipikal
Agitasi + sampai ++
Agranulasitosis Jarang
Efek antikolinergik + sampai +++
Gejala ekstrapiramidal (EPS) + sampai +++
Dosis berhubungan dengan EPS Ya
Mual/dyspepsia +
Hipotensi ortostatik + sampai +++
Peningkatan kadar prolactin + sampai ++
Sedasi ++ sampai +++
Kejang +
Tardif dyskinesia +++
Sumber : Stuart (2016)
Jenis obat yang tergolong antipsikotik tipikal meliputi: haloperidol,
dengan cara menghambat dopamine 2 (D2) dan serotonin (5-HT2) reseptor pasca
Penggunaan obat ini biasanya pada pasien dengan gangguan suasana hati,
(Stuart, 2016). Obat antipsikotik atipikal juga menimbulkan efek samping. Adapun
efek samping obat ini dapat dilihat pada tabel 2.2 dibawah ini:
Tabel 2.2
Efek Samping Obat Antispikotik Atipikal
No Efek samping yang ditimbulkan
1 Menyebabkan sindrom metabolik yang berhubungan dengan masalah
pertambahan berat badan, diabetes dan dislipidemia, serta
mengakibatkan penyakit kardiovaskular.
2 Biaya yang dikeluarkan juga lebih besar dibandingkan obat antipsikotik
tipikal.
3 Risperidone cenderung meningkatkan kadar prolaktin serum dan dapat
meningkatkan gejala ekstrapiramidal pada dosis yang lebih tinggi
dan ziprasidone.
keputusan, dan kemampuan berbahasa (Keefe & Harvey, 2012). Fungsi kognitif
merupakan semua proses yang digunakan oleh manusia untuk mengatur informasi
penting dalam memori dan sebagian besar aktivitas sehari-hari manusia. Hal tersebut
dapat memberikan dampak pada fungsi fisik dan psikis pasien skizophrenia.
Biasanya gangguan yang terjadi pada fungsi fisik pada penderita skizophrenia
kemampuan motorik.
dapat diartikan sebagai proses yang mengontrol perhatian pada sebuah stimulus dan
pemilihan nilai yang berarti selektif terhadap nilai sebuah stimulus. Dua bagian ini
berkaitan erat dengan memori kerja (working memory). Stimulus yang diterima oleh
diinterpretasi nilai dari sebuah stimulus apakah layak untuk diperhatikan atau tidak.
menurunnya keterampilan sehari-hari dan hubungan sosial (Keefe & Harvey, 2012).
Perhatian terbagi ke dalam 3 aspek, antara lain: kewaspadaan, orientasi dan control
b. Memori (Memory)
Memori terbagi menjadi dua bagian yaitu memori jangka pendek dan memori
jangka panjang. Memori jangka panjang terdiri dari memori deklaratif dan memori non
seseorang dalam waktu tertentu (Bowie & Harvey, 2006); (Ojeda et al., 2010). Verbal
fluency (VF) meliputi 2 (dua) bagian yaitu semantic fluency (SF) dengan menilai
kemampuan seseorang untuk mengucapkan kata sesuai kategori kata yang diberikan
mengucapkan kata yang dimulai dari huruf tertentu. Pada pasien skizofrenia, verbal
fluency dipengaruhi oleh working memory (Ojeda et al., 2010) dan pusat eksekutif
(Leiderman & Strejilevich, 2004) Penurunan verbal fluency juga berhubungan dengan
rendahnya fungsi interpersonal dan fungsi sosial dalam masyarakat (Bowie & Harvey,
2006).
d. Bahasa (Language)
skizofrenia dan merupakan gangguan pada area otak. Bahasa meliputi 2 (dua) bagian
wacana dan pragmatis. Penurunan bahasa pada pasien skizofrenia lebih didominasi
pada bagian makrolinguistik, dan ini berkaitan erat dengan penurunan perhatian dan
aktif di atas ambang batas termasuk saat mengalami gangguan dari peristiwa internal
dan eksternal. Penilaian memori adalah dengan tes verbal dan visuospasial. Ada empat
visual jangka pendek, fonologi yaitu mempertahankan informasi verbal jangka pendek,
(Bhattaacharya, 2015).
f. Fungsi Eksekutif
Fungsi eksekutif menunjukkan kepada perilaku kewaspadaan, perencanaan,
dan pengawasan yang memungkinkan dalam modifikasi perilaku dan pikiran dalam
meliputi perawatan diri, sosial, interpersonal, integrasi dalam masyarakat dan fungsi
Wisconsin Card Sorting Test (WCST), fungsi eksekutif ini berhubungan dengan
fungsi dorsolateral prefrontal pada pasien skizofrenia (Keefe & Harvey, 2012). Selain
itu, fungsi eksekutif juga berkaitan dengan pencapaian perawatan seperti kurangnya
terapi, pengobatan dan lamanya menjalani perawatan di rumah sakit (Bowie &
Harvey, 2006).
dan mengatasi masalah serta kemampuan untuk memulai pembicaraan (Bowie &
Harvey, 2006).
(Keefe & Harvey, 2012). Penurunan fungsi kognitif pada skizofrenia terjadi saat
mulai timbulnya penyakit, dan tetap stabil atau menetap pada sisa perjalanan
memiliki fungsi kognitif yang lebih baik daripada pasien yang sudah lama
mengalami skizofrenia.
2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif Pada Skizofrenia
1) Faktor Usia
hasil fungsi kognitif yang kurang baik daripada kelompok kontrol. Defisit domain
fungsi eksekutif cenderung terjadi pada kelompok usia 46-55 tahun. Dalam
semua kategori usia ditemukan terjadi penurunan fungsi kognitif pada kelompok
fungsi kognitif. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin baik fungsi
perbedaan kognitif antara laki-laki dan perempuan (Miller & Halpern, 2014).
akan memiliki fungsi kognitif lebih baik dibandingkan dengan individu tanpa
5) Faktor Suku
Penelitian tentang hubungan antara suku dengan fungsi kognitif masih sangat
kesehatan mental. Hal ini menjadi tantangan untuk terjadi penurunan fungsi
kognitif pasien skizofrenia masih sangat sedikit (Harvey et al., 2013). Sebaliknya,
angka rawat inap diduga akan meningkat jika pasien skizofrenia mengalami
penurunan kognitif.
golongan kedua (atipikal) terhadap fungsi kognitif masih kontroversial (Keefe &
Harvey, 2012). Aktivitas atipikal yang memiliki ikatan yang relatif lemah
terhadap reseptor D2 (dopamine) dan antagonis yang lebih kuat pada serotonin
memunculkan dugaan bahwa atipikal lebih baik daripada tipikal. Namun, dugaan
penggunaan antikolinergik yang lama disertai dosis yang tinggi akan menurunkan
pada domain verbal, memori jangka pendek, memori kerja, fungsi eksekutif,
11) Olahraga
dari aktivitas fisik terhadap peningkatan fungsi kognitif pasien gangguan jiwa.
al., 2014). Aktivitas fisik berupa latihan aerobik dapat meningkatkan fungsi
kognitif pasien skizofrenia dengan syarat harus dilakukan secara rutin dalam
durasi yang cukup dan jenis latihan yang bervariasi (Firth et al., 2016).
oleh Medical Research Council Cognition dan Brain Sciences Unit di Cambridge
pada akhir tahun 1990 alat uji sederhana untuk mendeteksi demensia dan
meliputi Mini Mental State Examination (MMSE) atau tes Folstein dengan
dalam 5 (lima) domain yaitu attention/orientation (18 poin), memory (26 poin),
fluency (14 poin), language (26 poin) dan visuospasial (16 poin) dengan total nilai
penilaian 100 poin. Pengujian ini membutuhkan waktu 10-15 menit. Penelitian
lebih baik dibandingkan MMSE. ACE-R terbagi dalam 3 (tiga) pilihan yaitu versi A,
digunakan secara luas, namun pengujian domain kognitif pada ACE-R belum sesuai
memperkenalkan M-ACE sebagai alat skrining kognitif yang sangat singkat dan
sensitif untuk demensia. M-ACE memiliki skor maksimum 30 dengan skor yang
lebih tinggi menunjukkan fungsi kognitif yang lebih baik dan berisikan 4 domain
penelitiannya (Hsieh, 2015) terdapat dua nilai cut-off untuk skrining pasien, meliputi:
cut-off yang lebih tinggi dari 25/30 memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi
kognitif dengan nilai skor total M-ACE 21/30 hampir dipastikan responden diagnosis
dengan beberapa kelebihan dalam klinis meliputi: instrumen yang singkat, sehingga
Inggris dan tidak memerlukan pelatihan khusus formal untuk melakukan penilaian.
Adapun manfaat utama dari M-ACE adalah hasil turunan ACE-III menjadi M-ACE
diperoleh secara empiris dan terdiri dari item-item yang termasuk dalam ACE-III
dan pendahulunya.
sensitivitas lebih besar dibandingkan dengan MMSE. Manfaat lain dari M-ACE
adalah sebagai alat skrining kognitif pendek untuk melakukan pemeriksaan klinis
(MoCA). Ditemukan bahwa skor M-ACE dan MoCA sangat berkorelasi (0,86).
Nilai cut off yang digunakan adalah (M-ACE ≤25/30; MoCA <26/30). Hasil yang
diperoleh bahwa baik M-ACE dan MoCA sensitif (> 0,90), tetapi tidak spesifik
al., 2010).
secara sosial (Brissos et al., 2011). Fungsi sosial adalah segala kemampuan esensial
Adanya gangguan fungsi sosial pada pasien skizofrenia dapat dijumpai pada
lingkungannya, tidak mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain
secara baik, sehingga menimbulkan gangguan kejiwaan yang mengakibatkan
dari gejala utama skizofrenia saja, tetapi dapat juga ditinjau dari performa dan fungsi
sosial yang terjadi pada pasien skizofrenia (Reverger, 2012). Fungsi sosial yang
diharapkan pada pasien skizofrenia terdiri dari kemampuan untuk berperan dalam
lingkungan keluarga, sosial atau pekerjaan, kemampuan menilai diri sendiri, serta
beraktivitas hidup sehari-hari. Domain fungsi sosial terdiri dari 4 domain (Patrick et
a. Perawatan diri, terdiri dari: mandi, makan, keramas, menyikat gigi, berganti
b. Aktivitas yang berguna secara sosial, terdiri dari: bekerja atau bersekolah, berperan
c. Hubungan personal dan Sosial, terdiri dari: hubungan baik dengan keluarga,
menyumpah, mengancam, melakui diri sendiri dan orang lain, merusak benda-
benda, terlibat dalam perkelahian serta perilaku sosial yang tidak pantas.
b. Jenis kelamin. Pasien dengan jenis kelamin laki-laki memiliki nilai fungsi sosial
d. Usia. Pasien dengan usia tahap anak-anak dan remaja cenderung mengalami
f. Obat, konsumsi obat antispsikotika dapat memberikan interaksi obat dan efek
2.3.4 Instrument Test Fungsi Sosial Personal and Social Performance (PSP)
2.3.4.1 Sejarah Instrumen Personal and Social Performance (PSP)
social performance (PSP) dan pada tahun 2000, Morosini beserta rekannya
mempublikasikan bahwa PSP dapat digunakan untuk mengukur fungsi sosial dan
personal pasien skizofrenia (Reverger, 2012). Skala PSP tepat digunakan untuk
melihat fungsi sosial pasien pasca penggunaan obat antipsikotik. Skala ini terdiri atas
penilaian terhadap 4 (empat) domain, yaitu (1) perawatan diri (2) keterlibatan dalam
aktivitas sosial (3) hubungan personal dan sosial serta (4) adanya perilaku agresif
empat domain harus dinilai pada skala enam poin yang terdiri dari absen (yang
berarti tidak ada masalah pada dimensi ini), kesulitan ringan, terlihat, nyata, berat
hingga sangat berat.pada pasien skizofrenia akut, domain perawatan diri dan
perilaku yang mengganggu menjadi perhatian yang lebih besar sedangkan untuk
pasien dengan fase stabil, perhatian lebih penting tertuju pada hubungan pribadi
dan kegiatan sosial lebih (Patrick et al., 2010). Penilaian akhir PSP adalah sebagai
berikut:
3. Skor yang kurang atau sama dengan skor 30 menunjukkan fungsi pasien sangat
pasien skizofrenia oleh dr. Dharmawan A. Purnama, Sp. KJ pada tahun 2008 di
Indonesia, dengan nilai validitas sebesar 0,77 dan reliabel (Purnama, et al., 2012;
observer. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan nilai skala PSP ini
memiliki construct validity yang baik, sebesar 70,504% dengan nilai korelasi
Spearman yang kuat (r=0,84; p < 0,05) antara skor skala PSP dengan skala GAF,
yang menunjukkan bahwa skala PSP memiliki concurrent validity sangat baik.
Ranks Test yang tidak berbeda signifikan (PSP rater 1=PSP rater 2; p > 0,05)
versi bahasa Indonesia yang diuji telah terbukti kesahihan dan keandalannya untuk
dan adaptasi pada beberapa butir pertanyaan (Purnama et al., 2012) dapat
Tabel 2.3
Domain Penilaian dan Komponen Personal and Social Performance
Versi Purnama et al (2012)
Ranah Penilaian Komponen
1. Perawatan Diri a. Minum Obat
b. Makan
c. Mandi
d. Menyikat Gigi
e. Mengganti Pakaian
2. Aktivitas yang Berguna Secara Sosial a. Bekerja
b. Bekerja sebagai relawan atau mengikuti
aktivitas kelompok
c. Melakukan pekerjaan rumah tangga
3. Hubungan Personal dan Sosial a. Hubungan dengan pasangan, keluarga
dan/atau teman-teman
b. Sistem pendukung di luar terapi
4. Perilaku Mengganggu dan Agresif a. Bicara terlalu keras atau menyumpah
b. Mengancam melukai diri sendiri atau
orang lain
c. Memecahkan atau melempar benda-
benda
d. Penyerangan fisik atau perkelahian
e. Perilaku sosial yang tidak pantas (misal:
membuka baju di depan umum)
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang terdiri dari kerangka konsep
sampel, tempat dan waktu penelitian, metode pengumpulan data, etika penelitian, uji coba
yang digunakan sebagai suatu landasan penelitian yang terdiri dari variabel independen
dan variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang
diduga mempengaruhi fungsi kognitif dan fungsi sosial pasien skizofrenia, yang terdiri
dari faktor, meliputi: usia (Atake et al., 2018), jenis kelamin (Talreja et al., 2013);
Reverger, 2012), tingkat pendidikan (Talreja et al., 2013), status pernikahan (Talreja et al.,
2013., Reverger, 2012), suku (Veling et al., 2010), riwayat keluarga (Hughes et al., 2005;
Reverger, 2012), frekuensi rawat inap (Harvey et al., 2013), aktivitas olahraga (Firth et al.,
2016), riwayat konsumsi ganja (Crean et al., 2011., Reverger, 2012), penggunaan
antipsikotik (Green & Harvey, 2014; Nielsen et al., 2015), dan penggunaan antikolinergik
Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah fungsi kognitif (Hsieh et
al., 2015; Bhattacharya, 2015; Bowie & Hervey, 2006; Keefe & Harvey, 2012) dan fungsi
sosial (Patrick et al., 2010). Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil yang diperoleh dari pengaruh
variabel independen terhadap fungsi kognitif pasien skizofrenia meliputi 2 (dua) output
yaitu buruk dan baik fungsi kognitif. Sedangkan hasil pengaruh dari variabel independen
terhadap fungsi sosial diukur dengan 3 (tiga) output yaitu ringan, sedang dan sangat buruk.
Secara umum, kerangka konsep penelitian ini dapat dilihat pada skema 3.1 di bawah.
Skema 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
kognitif dan fungsi sosial pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa.
3.2.2 Hipotesis Minor
Ha1 : Terdapat hubungan antara faktor usia terhadap perubahan fungsi kognitif dan
Ha2 : Terdapat hubungan antara faktor jenis kelamin terhadap perubahan fungsi
kognitif dan fungsi sosial pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
Ha3 : Terdapat hubungan antara faktor tingkat pendidikan terhadap perubahan fungsi
kognitif dan fungsi sosial pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
Ha4 : Terdapat hubungan antara faktor status pernikahan terhadap perubahan fungsi
kognitif dan fungsi sosial pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
Ha5 : Terdapat hubungan antara faktor suku terhadap perubahan fungsi kognitif dan
Ha6 : Terdapat hubungan antara faktor riwayat keluarga terhadap perubahan fungsi
kognitif dan fungsi sosial pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
Ha7 : Terdapat hubungan antara faktor frekuensi rawat inap terhadap perubahan
fungsi kognitif dan fungsi sosial pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
Ha8 : Terdapat hubungan antara faktor aktivitas olahraga terhadap perubahan fungsi
kogntif dan fungsi sosial pada pasien skizofrenia rawat inap di Rumah Sakit
Jiwa
Ha9 : Terdapat hubungan antara faktor riwayat konsumsi ganja terhadap perubahan
fungsi kognitif dan fungsi sosial pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
Ha10: Terdapat hubungan antara faktor lama konsumsi ganja terhadap perubahan
fungsi kognitif dan fungsi sosial pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
perubahan fungsi kognitif dan fungsi sosial pada pasien skizofrenia di Rumah
Sakit Jiwa
Ha12: Terdapat hubungan antara faktor penggunaan antikolinergik terhadap
perubahan fungsi kognitif dan fungsi sosial pada pasien skizofrenia di Rumah
Sakit Jiwa
Tabel 3.1
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Funsi Kognitif dan Fungsi Sosial
Pada Pasien Skizofrenia
Cara & Alat Skala
Variabel Definisi Operasional Hasil Ukur
Ukur Ukur
Tabel 3.2
Perubahan Kognitif Pasien Skizofrenia
Definisi Cara & Alat Skala
Variabel Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur
mencari ada tidaknya korelasi (hubungan) antara 2 (dua) variabel yaitu metode
terhadap suatu keadaan secara subyektif dan obyektif. Desain penelitian yang
mempelajari korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek yang berupa penyakit
atau kesehatan tertentu dengan pendekatan poin time/satu waktu. Setiap subjek dalam
penelitian diobservasi hanya satu kali saja, dan faktor resiko serta efek yang diukur
Dalam hal ini, peneliti mengukur fungsi kognitif menggunakan Instrumen Mini-
inap pada Rumah Sakit Jiwa, sedangkan nilai fungsi sosial responden diukur dengan
menggunakan instrumen Personal and Social Performance Scale (PSP) serta
sosial pada pasien skizofrenia selama dirawat inap pada Rumah Sakit Jiwa.
3.5.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini yaitu pasien skizofrenia yang sedang
3.5.2 Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan
menetapkan kriteria responden menjadi dua yaitu: kriteria inklusi dan ekslusi:
kepribadian).
Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan surat keterangan lulus dari Komite
Etik Penelitian Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala tanggal 29 Juli 2019.
Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang menjadi pertimbangan dan berkaitan
tujuan dan prosedur penelitian, sehingga proses penelitian ini dapat memberikan
Secara umum, Sumantri (2011) terdapat 4 prinsip utama dalam etik penelitian
memiliki hak asasi dan kebebasan untuk menetukan pilihan ikut atau menolak
Dalam penelitian ini, peneliti mengacu pada UU No.290 Pasal 13 tahun 2008,
bahwa persetujuan diberikan oleh pasien yang kompeten. Pada pasien gangguan
jiwa, penilaian kompetensi didasarkan pada status mentalnya. Jika pasien tidak
kompeten, maka persetujuan diberikan oleh pihak yang berkuasa atau yang
responden.
confidentiality).
subjek, dengan cara meniadakan identitas, kemudian diganti dengan kode tertentu
sebesar-besarnya bagi subjek penelitian dan populasi dimana hasil penelitian akan
data, meliputi:
3.8.1 Instrumen A
Instrumen A dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu: bagian pertama
adalah rekam medis pasien. Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan
pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Data pada rekam medis
digunakan sebagai data untuk variabel independen yaitu: usia saat ini, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, status pernikahan, suku, dan penggunaan obat. Sedangkan
bagian kedua adalah daftar pertanyaan yang disusun oleh peneliti yang berisi
3.8.2 Instrumen B
ACE digunakan oleh peneliti untuk mengukur empat domain kognitif responden,
berisikan 4 aktivitas responden yang harus diuji penilaian kognitif responden secara
tatap muka (face to face) oleh peneliti, dengan ketentuan khusus domain memory
dilakukan dua kali penilaian (penilaian pertama disebut learning dan penilaian kedua
dalam Bahasa Indonesia (back translation) dengan melibatkan 3 pakar yang ahli
dalam tatanan Bahasa dan keilmuan kejiwaan yaitu Ns. Aiyub, S.Kep., M.Sc. dan
Dr. dr. Harapan, M.Infect.Dis., dan Dr.rer. med. Ns. Marthoenis, M.Sc., MPH.
perbedaan pada item yang diuji. Hal ini dilakukan agar pengujian ini tepat dan sesuai
Tabel 3.5
Pengujian kognitif pada responden dengan M-ACE
Waktu Cara Mengukur Tujuan Pengujian Range
Pengujian Pengujian Score
No Domain
3.8.3 Instrumen C
and Social Performance (PSP) versi bahasa Indonesia yang diadopsi dari dr.
kondisi responden yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Jiwa. Skala PSP
digunakan untuk menilai fungsi sosial pasien skizofrenia yang terdiri dari 4 (empat)
domain, yaitu (1) merawat diri, (2) aktivitas sosial yang berguna, (3) hubungan
personal dan sosial, serta (4) perilaku agresif dan mengganggu (Patrick et al., 2010).
Penilaian fungsi sosial dengan PSP terdiri dari tiga tahap (Patrick et al., 2010;
Reverger, 2012), yaitu :
3. Tahap Ketiga, penentuan skor akhir dengan interval 10 poin, antara lain:
Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur sehingga berfungsi menilai valid tidaknya suatu
instrumen penelitian, salah satunya adalah kuesioner. Uji validitas digunakan untuk
mengukur keabsahan sebuah instrumen penelitian yang akan valid apabila instrumen
tersebut mampu mengukur apa saja yang seharusnya diukur sesuai dengan situasi
a. Uji Content
Kuala yaitu Ns. Aiyub, S.Kep., M.Sc; Dr.rer. med. Ns. Marthoenis, M.Sc.,
MPH; dan Ns. Syarifah Rauzatul Jannah, S.Kep., MNS., Ph.D. Nilai rata-rata
CVI/I-CVI (content validity index) untuk uji konten instrumen penelitian ini
adalah 0.92, artinya proporsi rata-rata item pertanyaan dinilai relevan oleh ketiga
pakar ahli.
b. Uji Konstruk
Product Moment (r), yaitu membandingkan antara nilai r hitung dengan r tabel.
Hasil uji dikatakan valid apabila nilai r hasil (kolom corrected item-total
correlation) antara masing-masing item pernyataan lebih besar dari r-tabel. Butir
pertanyaan dikatakan valid jika nilai r hitung > r tabel. Peneliti melakukan uji
Hasil pengujian M-Ace diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,94 dan hasil
uji PSP diperoleh nilai realibilitas sebesar 0,72. Ini menunjukkan bahwa kedua
Syiah Kuala, yang kemudian disampaikan kepada Direktur Rumah Sakit Jiwa
(Lampiran 6).
b) Setelah mendapatkan izin pengambilan data awal penelitian dari pihak Rumah
Sakit Jiwa, peneliti melakukan wawancara kepada beberapa perawat yang bertugas
pada delapan ruang inap untuk memperoleh informasi awal jumlah pasien
pendidikan terakhir Ners) agar pengumpulan data dapat lebih mudah. Kelima
yang meliputi cara melihat data rekam medis, cara melakukan wawancara dengan
responden, cara mengatasi jika responden terjadi perubahan mood saat wawancara
berlangsung, cara memberikan skor (nilai) terhadap instrument M-ACE dan PSP.
b) Peneliti dan enumerator mendatangi ruang inap pasien dan meminta izin kepada
kepala ruangan dan menjelaskan tujuan dan cara pengumpulan data penelitian
dilakukan.
c) Peneliti dan enumerator meminta nama-nama pasien yang sesuai dengan kriteria
dengan melihat rekam medis dan keadaan fungsi sosial responden pada perawat
ruangan (instrumen A)
g) Setelah seluruh data terkumpul, peneliti melaporkan kembali pada Bidang
Penelitian dan Pengembangan Balai Diklat Rumah Sakit Jiwa untuk mendapatkan
Dokumentasi
3.11.1 Editing
Peneliti memeriksa kembali kesuaian data yang sudah dikumpulkan sesuai dengan
semua item pernyataan kuesioner sudah diisi secara lengkap dan tidak ditemukan
3.11.2 Processing
Tahapan memproses data agar dapat dianalisis. Proses ini dilakukan dengan
pengkodean (coding).
3.11.3 Cleaning
Memeriksa kembali data yang sudah dimasukkan ke dalam tabel dan melakukan
3.11.4 Tabulating
Pengorganisasian data agar lebih mudah untuk dijumlah dan disusun untuk
dianalisis. Dalam hal ini, semua jawaban dari responden dikelompokkan oleh
peneliti berdasarkan kategori yang telah ditetapkan untuk setiap variabel yang
dilakukan.
normal atau mendekati normal, yaitu data yang berdistribusi berbentuk lonceng
(bell shaped) (Santoso, 2010). Uji distribusi normal adalah uji untuk mengukur
apakah data sudah memiliki distribusi normal, sehingga dapat dipakai dalam
apakah suatu variabel normal atau tidak. Untuk mengetahui normalitas data
1. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 distribusi data adalah
tidak normal.
2. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 distribusi data adalah
normal.
Pada penelitian ini, hasil uji normalitas didapatkan nilai probabilitas < 0,05 yang
Analisis data ini digunakan untuk menguji distribusi sampel/responden yang tidak
dan dipaparkan dalam bentuk distribusi frekuensi. Pada penelitian ini, uji univariat
software SPSS versi 22, untuk mengetahui signifikasi hubungan antara masing-
masing variabel independen dengan variabel dependen (fungsi kognitif dan fungsi
1) Uji x2 test dimana p-value < 0,05 berarti mempunyai nilai signifikan, atau p-
angka prevalence odds ratio (POR) atau Exp (ß) dengan meniadakan beberapa
Dalam penelitian ini, analisis multivariat yang dilakukan antara fungsi variabel
independent dan fungsi kognitif dan fungsi sosial melalui uji binary logistic
uji binary logistic regression karena output yang ada hanya dua kategori (dikotomi).
BAB IV
sampai dengan 6 Oktober 2019 di delapan ruang inap intermediet Rumah Sakit Jiwa.
wawancara langsung dengan responden dan divalidasi dengan data yang terdapat di
buku rekam medis responden. Sedangkan pengukuran fungsi kognitif dan fungsi sosial
perawat ruangan. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dan dianalisis
karakteristik dari masing-masing variabel yang diteliti. Pada penelitian ini, data
variabel dependen meliputi hasil pengkajian fungsi kognitif dan fungsi sosial.
Distribusi data karakter responden skizofrenia pada penelitian ini meliputi: usia,
jenis kelamin, pendidikan, status menikah, suku, riwayat keluarga, frekuensi rawat
inap, aktivitas olahraga, konsumsi ganja, lama konsumsi ganja, penggunaan obat
Berdasarkan tabel 4.1, diketahui bahwa sebagian besar responden skizofrenia pada
kategori usia 31-50 tahun yaitu sebanyak 96 orang (55,9%). Jenis kelamin yang paling
dominan adalah laki-laki sebanyak 141 orang (82,0%). Status responden yang belum
menikah sebanyak 115 orang (66,9%) lebih mendominasi dari responden lainnya. Tingkat
Pendidikan berada pada kategori SMA dan sarjana yaitu sebanyak 71 orang (41,3%).
Ditinjau dari riwayat keluarga, responden yang memiliki anggota keluarga yang memiliki
Responden dalam kategori suku Aceh lebih dominan sebanyak 146 orang (84,9%).
Responden dengan jumlah rawatan 1-2 kali sebanyak 61 orang (35,5%). Responden
dengan riwayat tidak pernah mengonsumsi ganja sebanyak 98 orang (57%). Jumlah
responden yang mempunyai frekuensi senam 3-4 kali dalam seminggu sebanyak 35 orang
orang (52,9%) dengan lama pengobatan 1-10 tahun (645%) dan responden mengkonsumsi
sebanyak 26 orang (15%), gejala positif (84%) serta insight derajat II dan III sebanyak
54,1%.
sejumlah 47 orang dan fungsi kogntif buruk sejumlah 125 orang. Sedangkan fungsi sosial,
diketahui responden dengan gangguan fungsi sosial ringan sejumlah 125 orang dan
responden dengan gangguan fungsi sosial sedang sebanyak 47 orang. Hasil analisis data
1. Fungsi Kognitif
Baik 47 27,3
Buruk 125 72,7
2. Fungsi Sosial
Ringan 125 72,7
Sedang 47 27,3
Total 172 100
Sumber : data primer, (diolah Oktober 2019)
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa jumlah responden dengan fungsi kognitif
baik hanya 27,3% dan responden dengan fungsi sosial sedang sebanyak 72,7%.
normal dan diketahui jenis data dalam penelitian ini bersifat non parametrik, sehingga
untuk mengetahui hubungan kedua variabel digunakan analisis data uji Non Parametrik.
Dalam penelitian ini, variabel independen terdiri dari 12 faktor, sedangkan variabel
dependen terbagi menjadi dua bagian yaitu fungsi kognitif dan fungsi sosial. Fungsi
kognitif diukur dengan Mini-Ace yang terdiri dari 4 domain kognitif meliputi perhatian,
domain pada M-Ace, maka dilakukan uji man-whitney test dan kruskal wallis. Hasil
analisis data bivariat untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan
masing-masing domain M-Ace dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini:
Tabel 4.4
Nilai Signifikansi Variabel Independen Terhadap Domain Fungsi Kognitif
Pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa (n = 172)
Domain M-Ace
Berdasarkan tabel 4.4, diketahui bahwa variabel yang berhubungan dengan domain
perhatian yaitu status menikah, pendidikan, konsumsi ganja, dan lama konsumsi ganja.
Variabel yang berhubungan dengan domain memori yaitu status menikah, suku,
pendidikan, konsumsi ganja, lama konsumsi ganja, olahraga dan penggunaan antipsikotik
golongan II. Variabel yang berhubungan dengan domain kelancaran yaitu usia, jenis
kelamin, frekuensi rawat inap, konsumsi ganja, lama konsumsi ganja, dan olahraga.
Variabel yang berhubungan dengan domain visuospasial antara lain usia, jenis kelamin,
pendidikan, lama konsumsi ganja, riwayat keluarga dan olahraga. Sedangkan variabel yang
mempengaruhi memori ulang yaitu suku, pendidikan, konsumsi ganja, lama konsumsi
4.1.2.2 Hubungan Antara Faktor Independen dengan Fungsi Kognitif dan Fungsi
Sosial
4.1.2.2.1 Faktor Usia
Usia responden dalam penelitian ini diperoleh dari buku rekam medis pasien. Hasil
analisis data bivariat berdasarkan usia dikatagorikan dalam tiga interval usia sebagaimana
Tabel 4.5
Hasil Analisis Hubungan Usia Responden Dengan
Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial (n = 172)
Katagori Usia Fungsi Kognitif Fungsi Sosial
P-value P-value
Baik Buruk Ringan Sedang
n (%) n (%) n (%) n (%)
Usia 20 – 30 16 32 36 12
(9,3%) (18,6%) (20,9%) (6,9%)
Usia 31 – 50 25 71 68 28
(14,5%) (41,2%) 0,486 (39,5%) (16,2%) 0,831
Usia 51 – 64 6 22 21 7
(3,4%) (12,7%) (12,2%) (4%)
Total 47 125 125 47
(27,3%) (72,6%) (72,6%) (27,3%)
Sumber : data primer, (diolah Oktober 2019).
Berdasarkan tabel 4.5, Hasil uji statistik dengan Chi-Square pada α = 0,05
didapatkan nilai korelasi P-value antara usia dengan fungsi kognitif sebesar 0,486,
sedangkan hubungan usia dengan fungsi sosial memiliki nilai P-value 0,831. Dapat
disimpulkan bahwa Ha ditolak yang berarti, tidak terdapat hubungan antara usia terhadap
Data jenis kelamin dalam penelitian ini diperoleh dari pengamatan pada responden
dan divalidasi dengan data pada buku rekam medis responden. Hasil analisis data dapat
Tabel 4.6
Hasil Analisis Hubungan Jenis Kelamin Responden Dengan
Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial (n = 172)
Jenis Fungsi Kognitif Fungsi Sosial
Kelamin Baik Buruk P-value Ringan Sedang P-value
n (%) n (%) n (%) n (%)
Perempuan 4 27 14 17
(2,3%) (15,6%) (8%) (10%)
Laki-laki 43 98 0,058 111 30 0,002
(25%) (56,9%) (65%) (17%)
Total 47 125 125 47
(27%) (73%) (73%) (27%)
Sumber : data primer, (diolah Oktober 2019).
Berdasarkan tabel 4.6, hasil uji statistik dengan Chi-Square dengan fungsi kognitif
diperoleh nilai P-value 0,058. Dapat disimpulkan bahwa Ha ditolak yang berarti tidak ada
hubungan antara jenis kelamin dengan fungsi kognitif pada pasien skizofrenia. Hasil uji
chi square antara jenis kelamin dengan fungsi sosial diperoleh nilai P-value 0,002 yang
menunjukkan ada hubungan antara jenis kelamin dengan fungsi sosial pasien skizofrenia.
langsung dengan responden dan divalidasi dengan data yang terdapat di buku rekam medis.
Hasil analisis data dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah ini:
Tabel 4.7
Hasil Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan
Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial (n = 172)
Tingkat Fungsi Kognitif Fungsi Sosial
Pendidikan Baik Buruk P-value Ringan Sedang P-value
n (%) n (%) n (%) n (%)
Rendah 4 38 28 14
(2,3%) (22%) (16%) (8%)
Menengah 14 45 37 22
(8%) (26,1 0,001 (22%) (13%) 0,013
Tinggi 29 %)
42 60 11
(16,8%) (24,4 (35%) (6%)
Total 47 %)
125 125 47
(27%) (73%) (73%) (27%)
Sumber : data primer, (diolah Oktober 2019).
Berdasarkan tabel 4.7, hasil uji statistik Chi-Square dengan fungsi kognitif diperoleh
nilai P-value 0,001. Dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan ini menunjukkan bahwa
terdapat hubungan signifikan antara tingkat pendidikan dengan fungsi kognitif pada pasien
skizofrenia. Hasil uji statistik Chi-Square dengan fungsi sosial diperoleh nilai P-value
0,013 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara tingkat pendidikan
Tabel 4.8
Hasil Analisis Hubungan Status Pernikahan Responden
Dengan Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial (n = 172)
Status Menikah Fungsi Kognitif Fungsi Sosial
Baik Buruk P-value Ringan Sedang P-value
n (%) n (%) n (%) n (%)
Belum Menikah 24 79 78 25
(13,9%) (45,9%) (45,3%) (14,5%)
Menikah 14 36 34 16
(8,1%) 20,9%) 0,096 (19,7%) (9,3%) 0,547
Cerai 9 10 13 6
(5,2%) (5,8%) (7,5%) (3,4%)
Total 47 125 125 47
(27,3%) (72,6%) (72,6%) (27,3%)
Sumber : data primer, (diolah Oktober 2019).
Berdasarkan tabel 4.8, diketahui hasil uji chi square dengan fungsi kognitif dan
fungsi sosial diperoleh nilai P-value > 0,05 yang berarti Ha ditolak. Ini menunjukkan
bahwa tidak terdapat hubungan antara status menikah dengan fungsi kognitif dan fungsi
Data tentang suku dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara dengan responden
dan divalidasi dengan data yang terdapat pada rekam medis. Hasil analisis data dapat
Tabel 4.9
Hasil Analisis Hubungan Suku Responden Dengan
Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial (n = 172)
Suku Fungsi Kognitif Fungsi Sosial
Baik Buruk P-value Ringan Sedang P-value
n (%) n (%) n (%) n (%)
Aceh 41 105 104 42
(23,8%) (61%) 0,598 (60,4%) (2,4%) 0,315
Non Aceh 6 20 21 5
(3,4%) (11,6%) (12,2%) (2,9%)
Total 47 125 125 47
(27,3%) (72,6%) (72,6%) (27,3%)
Sumber : data primer, (diolah Oktober 2019).
Berdasarkan tabel 4.9, diketahui hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p-value
0,596 untuk fungsi kognitif dan p-value 0,315 untuk fungsi sosial. Dapat disimpulkan
bahwa Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara suku dengan fungsi kognitif dan
Data riwayat keluarga mencakup informasi mengenai ada tidaknya anggota keluarga
yang mengalami penyakit yang sama dengan responden. Data ini didapat melalui
wawancara langsung dengan responden dan divalidasi dengan data dari rekam medis. Hasil
Berdasarkan tabel 4.10, diketahui hasil uji statistik Chi-square dengan fungsi
kognitif diperoleh nilai p-value sebesar 0,059. Dapat disimpulkan bahwa Ha ditolak, ini
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan faktor riwayat keluarga skizofrenia dengan
perubahan fungsi kognitif pada pasien skizofrenia. Hasil uji statistik Chi-square dengan
fungsi sosial diperoleh nilai p-value sebesar 0,015. Dapat disimpulkan bahwa Ha diterima
yang menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan faktor riwayat keluarga dengan
Data tentang frekuensi rawat inap masing-masing responden dalam penelitian ini
diperoleh dari wawancara lansung dengan responden dan divalidasi dengan data yang
terdapat pada buku rekam medis. Hasil analisis data dapat dilihat pada tabel 4.11 di bawah
ini:
Tabel 4.11
Hasil Analisis Hubungan Frekuensi Rawat Inap Responden
Dengan Fungsi Kogntif dan Fungsi Sosial (n=172)
Frekuensi Fungsi Kognitif Fungsi Sosial
Rawat Inap
Baik Buruk P-value Ringan Sedang P-value
n (%) n (%) n (%) n (%)
1 – 2 kali 16 45 43 18
(9,3%) (26,1%) (25%) (10,4%)
3 kali 16 48 0,701 45 19
(9,3%) (27,9%) (26,1%) (11%)
> 3 kali 15 32 37 10 0,551
(8,7%) (18,6%) (21,5%) (5,81%)
Total 47 125 125 47
(27,3) (72,6%) (72,6%) (27,3)
Sumber : data primer, (diolah Oktober 2019).
Berdasarkan tabel 4.11, diketahui hasil uji statistik Chi-Square dengan fungsi
kognitif diperoleh nilai P-value 0,701. Dapat disimpulkan bahwa Ha ditolak, ini
menunjukkan tidak adanya hubungan antara frekuensi rawat inap dengan fungsi kognitif
pasien skizofrenia. Hasil uji statistik Chi-Square dengan fungsi sosial diperoleh nilai P-
value 0,551. Dapat disimpulkan bahwa Ha ditolak, ini menunjukkan tidak adanya
hubungan antara frekuensi rawat inap dengan fungsi sosial pasien skizofrenia.
Berdasarkan tabel 4.12, diketahui hasil uji statistik Chi-square dengan fungsi
kognitif diperoleh nilai P-value sebesar 0,0001. Dapat disimpulkan bahwa Ha diterima, ini
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan faktor konsumsi ganja dengan
perubahan fungsi kognitif pada pasien skizofrenia. Hasil uji statistik Chi-square diperoleh
nilai P-value sebesar 0,099. Dapat disimpulkan bahwa Ha ditolak sehingga tidak ada
hubungan faktor konsumsi ganja dengan perubahan fungsi sosial pada pasien skizofrenia.
Hasil analisis data konsumsi ganja dapat dilihat pada tabel 4.12 di bawah ini:
Tabel 4.12
Hasil Analisis Hubungan Konsumsi Ganja Dengan
Fungsi Kogntif dan Fungsi Sosial (n=172)
Fungsi Kognitif P-value Fungsi Sosial P-value
Data interval waktu penggunaan ganja oleh masing-masing responden diperoleh dari
wawancara langsung antara peneliti dengan responden. Hasil analisis data dapat dilihat
Tabel 4.13
Hasil Analisis Hubungan Lama Konsumsi Ganja Responden
Dengan Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial (n=172)
Lama Konsumsi Ganja Fungsi Kognitif P-value Fungsi Sosial P-value
Berdasarkan tabel 4.13, hasil uji statistik Chi-square dengan fungsi kognitif
diperoleh nilai P-value sebesar 0,001 dan dengan fungsi sosial p-value 0,032. Dapat
disimpulkan bahwa Ha diterima, ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan
faktor lama konsumsi ganja dengan perubahan fungsi kognitif dan fungsi sosial pada
pasien skizofrenia.
Data tentang aktivitas olahraga ini mencakup aktivitas senam yang responden
lakukan pada setiap ruang inap maupun olah raga yang dipimpin oleh instruktur terlatih di
bagian rehabilitasi. Data ini diperoleh dengan wawancara langsung pada responden dan
divalidasi ke perawat ruangan. Hasil analisis data dapat dilihat pada tabel 4.14 di bawah
ini:
Tabel 4.14
Hasil Analisis Hubungan Aktivitas Olahraga Responden
Dengan Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial (n = 172)
Fungsi P-value Fungsi Sosial P-value
Kognitif
Aktivitas Olah
Raga Baik Buruk Ringan Sedang
n (%) n (%) n (%) n (%)
Sering 15 20 27 8
(9%) (12%) (16%) (5%)
Jarang 15 43 41 17 0,787
(9%) (25%) 0,059 (24%) (10%)
Tidak Pernah 17 62 57 22
(10%) (36%) (33%) (13%)
Total 47 125 125 47
(27%) (73%) (73%) (27%)
Sumber : data primer, (diolah Oktober 2019).
Berdasarkan tabel 4.14, hasil uji statistik Chi-square dengan fungsi kognitif
diperoleh nilai p-value sebesar 0,059 dan fungsi sosial p-value 0,787. Dapat disimpulkan
bahwa Ha ditolak, ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan faktor olahraga dengan
Data tentang penggunaan obat untuk masing-masing responden diperoleh dari buku
rekam medis responden yang terdapat pada masing-masing ruang inap. Penggunaan obat
antipsikotik kepada responden dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu: obat
Antipsikotik (AP1 & AP2). Hasil analisis data dapat dilihat pada tabel 4.15 di bawah ini:
Tabel 4.15
Hasil Analisis Hubungan Penggunaan Obat Responden
Dengan Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial (n = 172)
Konsumsi Jenis Obat Fungsi Kognitif P-value Fungsi Sosial P-value
Berdasarkan tabel 4.15, hasil uji chi square fungsi kognitif dengan AP I diperoleh
nilai p-value sebesar 0,176, AP II p-value 0,326 dan kombinasi AP I dan AP II p-value
0,906. Dapat disimpulkan bahwa Ha ditolak, yang berarti tidak terdapat hubungan antara
terhadap fungsi kognitif. Hasil uji chi square fungsi sosial dengan AP I diperoleh nilai p-
value sebesar 0,176 yang berarti Ha ditolak. Artinya tidak terdapat hubungan antara
penggunaan AP I dengan fungsi sosial. Hasil uji chi-square dengan AP II (p-value 0,014)
dan kombinasi AP I dan AP II (p-value 0,001) yang berarti Ha diterima, artinya terdapat
Berdasarkan tabel 4.16, diketahui bahwa responden sebagian besar diberikan obat
Data tentang penggunaan antikolinergik pada responden diperoleh dari buku rekam
medis responden yang terdapat pada setiap ruangan rawat inap. Hasil analisis data dapat
Tabel 4.17
Hasil Analisis Hubungan Penggunaan Antikolinergik Responden
Dengan Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial (n = 172)
Penggunaan Fungsi Kognitif P- Fungsi Sosial P-
Antikolinergik Value Value
fungsi kognitif p-value 0,960 dan fungsi sosial p-value 0,960. Ini berarti Ha ditolak yang
Analisis multivariat dalam penelitian ini menggunakan uji logistic regression dengan
metode stepwise. Uji ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang sangat
berhubungan mempengaruhi perubahan fungsi kognitif dan fungsi sosial pada pasien
skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa. Langkah pertama adalah dengan cara memasukkan
semua sub variabel faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif pasien skizofrenia
yaitu pendidikan, konsumsi ganja, lama penggunaan ganja, jenis kelami, penggunaan obat
AP1, Riwayat keluarga, olah raga, tipe skizofrenia dan status menikah yang mempunyai
nilai P-value < 0,25. Berikut merupakan hasil langkah pertama uji multivariat logistic
regression dengan metode stepwise untuk menyeleksi kandidat yang masuk ke dalam
model.
Tabel 4.18
Hasil Analisis Langkah Pertama Seleksi Kandidat Variabel Faktor Dengan Metode
Stepwise Untuk Faktor Yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif Pada Pasien
Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa (n = 172)
95% C.I.
P-
Prediktor B OR Value Lower Upper
Pendidikan 1,801 6,054 0,007 1,647 22,248
Konsumsi Ganja -3,099 0,045 0,012 ,004 0,511
Lama Kom. -1,440 0,237 0,245 ,021 2,684
Ganja
Jenis Kelamin 1,031 2,804 0,122 ,758 10,372
Konsumsi AP1 0,593 1,810 0,318 ,565 5,801
Riwayat Keluarga 1,048 2,853 0,095 ,833 9,779
Olah Raga -,738 0,478 0,165 ,169 1,354
Tipe Skizofrenia 2,317 10,142 0,068 ,844 121,891
Status Menikah 1,608 4,995 0,019 1,297 19,233
Sumber : data primer, (diolah Oktober 2019).
Tabel 4.18 di atas adalah model 1 yang terbentuk dari uji multivariat logistic
regression dengan metode stepwise. Terdapat dua faktor dengan nilai P-value < 0,05
artinya masing-masing dari faktor tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
perubahan fungsi kognitif pasien skizofrenia di dalam model. Untuk faktor pendidikan
mempunyai nilai P-value 0,007, faktor konsumsi ganja mempunyai nilai P-value 0,012
dan faktor status menikah mempunyai P-value 0,019 dan selanjutnya ketiga faktor tersebut
Langkah kedua adalah mengeluarkan variabel yang memiliki nilai P-value > 0,05
yaitu faktor lama konsumsi ganja, jenis kelamin, konsumsi obat AP1, riwayat keluarga,
olah raga, dan tipe skizofrenia. Sedangkan variabel faktor yang memiliki nilai P-value <
0,05 dimasukkan kembali ke dalam model yaitu pendidikan, konsumsi ganja dan status
menikah. Untuk mengetahui variabel faktor mana yang mempengaruhi fungsi kognitif
dapat dilihat melalui nilai Odds Ratio terbesar yang dihasilkan dalam model 2. Berikut ini
merupakan hasil langkah kedua uji multivariat logistic regression dengan metode stepwise.
Tabel 4.19
Hasil Analisis Langkah Kedua Multivariat Logistic Regression Dengan Metode
Stepwise Untuk Faktor Yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif Pada Pasien
Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa (n = 172)
95% C.I.
Prediktor B OR P-Value Lower Upper
Pendidikan 1,568 4,799 0,009 1,478 15,586
Konsumsi Ganja -1,625 0,197 0,001 0,079 0,494
Sumber : data primer, (diolah Oktober 2019).
Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa kedua faktor yaitu pendidikan dan konsumsi
ganja berhubungan secara signifikan terhadap perubahan fungsi kognitif pada pasien
skizofrenia. Faktor pertama yang sangat berhubungan dengan perubahan fungsi kognitif
pasien skizofrenia adalah pendidikan yang dibuktikan dengan nilai P-value 0,009 dan
memiliki nilai OR tertinggi 4,799 artinya tingkat pendidikan mempunyai peluang untuk
pendidikan pasien, maka akan berpeluang meningkatkan nilai kognitif pasien skizofrenia
Selanjutnya, faktor konsumsi ganja dengan nilai P-value 0,001 dan memiliki nilai
OR sebesar 0,197 artinya pasien yang mengkonsumsi ganja mempunyai peluang untuk
terjadinya penurunan fungsi kognitif, sehingga setiap satu kali perubahan penggunaan
ganja, maka akan berpeluang menurunkan nilai fungsi kognitif pasien sebesar 0,197 kali.
Hasil analisis data Omnibus Test of Model Coefficients diperoleh Nilai p-value sebesar
0.000, sehingga dapat dipastikan variabel faktor Pendidikan dan konsumsi ganja secara
mempengaruhi fungsi kognitif pada pasien skizofrenia. Hasil uji parameter untuk
Tabel 4.20
Hasil Klasifikasi Prediksi Fungsi Kognitif Pasien Skizofrenia Pada
Rumah Sakit Jiwa (n = 172)
Observed Predicted
Katagori M-Ace Percentage
Baik Buruk Correct
Step 1 Katagori M-Ace Baik 5 42 10.6
Buruk 1 124 99.2
Overall Percentage 75.0
Sumber : data primer, (diolah Oktober 2019).
mempunyai fungsi kognitif baik berjumlah 47 orang dan responden yang benar-benar
mempunyai kognitif baik berjumlah 5 orang, dan yang seharusnya tidak mempunyai
kognitif baik namun mempunyai peluang kognitif baik berjumlah 42 orang. Sedangkan
jumlah responden yang mempunyai kognitif buruk sebanyak 125 orang, responden yang
Berdasarkan nilai overall percentage dapat dibuktikan bahwa model uji regresi
logistik yang digunakan dalam penelitian ini telah cukup baik, karena mampu
menerjemahkan pengaruh yang diberikan oleh variabel faktor pendidikan dan konsumsi
ganja sebesar 75%, sedangkan 25% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
yang mempengaruhi fungsi sosial pasien skizofrenia yaitu jenis kelamin, pendidikan,
konsumsi ganja, lama penggunaan ganja, penggunaan obat AP1, Riwayat keluarga,
penggunaan obat AP2, dan penggunaan obat kombinasi AP1 dan AP2 yang mempunyai
nilai P-value < 0,25. Berikut merupakan hasil langkah pertama uji multivariat logistic
regression dengan metode stepwise untuk menyeleksi kandidat yang masuk ke dalam
model.
Tabel 4.21
Hasil Analisis Langkah Pertama Seleksi Kandidat Variabel Faktor Dengan Metode
Stepwise Untuk Faktor Yang Mempengaruhi Fungsi Sosial
Pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa (n = 172)
95% C.I.
Prediktor B P-Value OR Lower Upper
Jenis Kelamin 1.474 .003 4.367 1.651 11.552
Pendidikan .998 .035 2.714 1.074 6.857
Konsumsi Ganja -1.416 .017 .243 .076 .774
Lama Penggunaan Ganja -1.043 .089 .352 .106 1.171
Riwayat Keluarga -1.360 .017 .257 .084 .784
Konsumsi AP1 -.971 .613 .379 .009 16.273
Konsumsi AP2 -.310 .867 .733 .020 27.435
Kombinasi (AP1&AP2) .672 .715 1.958 .053 71.850
Sumber : data primer, (diolah Oktober 2019).
Tabel 4.21 di atas adalah model 1 yang terbentuk dari uji multivariat logistic
regression dengan metode stepwise. Terdapat empat faktor dengan nilai P-value < 0,05
artinya masing-masing dari faktor tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
perubahan fungsi sosial pada pasien skizofrenia di dalam model. Untuk faktor jenis
kelamin mempunyai nilai P-value 0,003, pendidikan mempunyai nilai P-value 0,035,
konsumsi ganja mempunyai nilai P-value 0,017 dan riwayat keluarga mempunyai P-value
0,017 dan selanjutnya ketiga faktor tersebut akan dimasukkan ke dalam uji model 2.
Langkah kedua adalah mengeluarkan variabel yang memiliki nilai P-value > 0,05
dan memasukkan kembali variabel faktor yang memilki nilai P-value < 0,05 ke dalam uji
model 2 yaitu variabel faktor jenis kelamin, Pendidikan, konsumsi ganja dan riwayat
keluarga. Untuk mengetahui variabel faktor mana yang mempengaruhi fungsi kognitif
dapat dilihat melalui nilai Odds Ratio terbesar yang dihasilkan dalam model 2. Berikut ini
merupakan hasil langkah kedua uji multivariat logistic regression dengan metode stepwise.
Tabel 4.22
Hasil Analisis Langkah Kedua Multivariat Logistic Regression Dengan Metode
Stepwise Untuk Faktor Yang Mempengaruhi Fungsi Sosial
Pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa (n = 172)
95% C.I.
Prediktor B OR P-Value Lower Upper
Jenis Kelamin 1,590 4,902 0,001 1.975 12.167
Pendidikan 1.062 2.892 0,018 1.201 6.965
Riwayat Keluarga -1.362 0.256 0,009 0.092 0.716
Sumber : data primer, (diolah Oktober 2019).
Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga faktor yaitu jenis kelamin,
pendidikan dan riwayat keluarga yang skizofrenia berhubungan secara signifikan terhadap
fungsi sosial pasien skizofrenia. Faktor pertama yang sangat berhubungan dengan
perubahan fungsi sosial pasien skizofrenia adalah jenis kelamin dengan nilai P-value 0,001
dan memiliki nilai OR tertinggi 4,902 artinya jenis kelamin mempunyai peluang untuk
terjadinya perubahan fungsi sosial sebesar 4,902 kali. Faktor kedua yang sangat
berhubungan dengan perubahan fungsi sosial pasien skizofrenia adalah pendidikan dengan
nilai P-value 0,018 dan memiliki nilai OR tertinggi 2,892 artinya faktor pendidikan
mempunyai peluang untuk terjadinya perubahan fungsi sosial sebesar 2,892 kali. Faktor
ketiga yang sangat berhubungan dengan perubahan fungsi sosial pasien skizofrenia adalah
riwayat keluarga dengan nilai P-value 0,009 dan memiliki nilai OR 0.256 artinya adanya
riwayat skizofrenia dalam keluarga mempunyai peluang untuk terjadinya perubahan fungsi
Hasil analisis data Omnibus Test of Model Coefficients diperoleh Nilai p-value
sebesar 0.000 < 0,05, sehingga dapat dipastikan variabel faktor jenis kelamin, pendidikan
kecenderungan yang dapat mempengaruhi fungsi sosial pada pasien skizofrenia. Hasil uji
parameter untuk keseluruhan responden dapat dijelaskan pada tabel 4.23 di bawah ini.
Tabel 4.23
Hasil Klasifikasi Prediksi Fungsi Sosial Pasien Skizofrenia
Pada Rumah Sakit Jiwa (n = 172)
Observed Predicted
Katagori PSP
Percentage
Ringan Sedang Correct
Step 1 Katagori PSP Ringan 114 11 91,2
Sedang 29 18 38,3
Overall Percentage 76,7
Sumber : data primer, (diolah Oktober 2019).
Berdasarkan tabel 4.23, diketahui bahwa jumlah pasien yang berpeluang mempunyai
fungsi sosial ringan berjumlah 125 orang dan pasien yang benar-benar mempunyai fungsi
sosial ringan berjumlah 114 orang, dan yang seharusnya tidak mempunyai sosial ringan
namun mempunyai peluang fungsi sosial sedang berjumlah 11 orang. Sedangkan jumlah
pasien yang mempunyai fungsi sosial sedang sebanyak 47 orang, pasien yang benar-benar
mempunyai fungsi sosial sedang sebanyak 29 orang dan yang seharusnya mempunyai
fungsi sosial ringan namun tidak menutup kemungkinan terjadinya mempunyai fungsi
Berdasarkan nilai overall percentage dapat dibuktikan bahwa model uji regresi
logistik yang digunakan dalam penelitian ini telah cukup baik, karena mampu
menerjemahkan pengaruh yang diberikan oleh variabel faktor jenis kelamin, pendidikan
dan riwayat keluarga sebesar 76,7%, sedangkan 23,3% lainnya dipengaruhi oleh faktor
4.2 Pembahasan
4.2.1 Hubungan Usia Terhadap Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial Pada Pasien
Skizofrenia.
Hasil analisis uji bivariat tabel 4.16 didapatkan faktor usia tidak mempunyai
hubungan terhadap fungsi kognitif (M-Ace) dengan nilai p-value 0,486. Hasil uji bivariat
dalam penelitian ini didapatkan data (tabel 4.5) bahwa jumlah responden yang memiliki
fungsi kognitif baik pada rentang usia 31-50 tahun (usia rata-rata 37,52 tahun) adalah
sejumlah 25 orang responden dan yang memiliki fungsi kognitif buruk sejumlah 71 orang.
Begitu pula pada kategori usia lanjut (50-64 tahun) yang memiliki fungsi kognitif baik
hanya 6 orang dan yang memiliki kognitif buruk sejumlah 22 orang. Untuk kelompok usia
lebih muda, fungsi kognitif baik sejumlah 16 orang dan yang fungsi kognitif buruk adalah
sejumlah 32 orang. Ini berarti, dari seluruh kelompok usia, jumlah responden dengan
fungsi kognitif buruk lebih banyak dari jumlah responden dengan fungsi kognitif baik. Hal
ini menunjukkan bahwa dalam penelitian ini, usia tidak mempengaruhi fungsi kognitif.
Hasil penelitian ini menguatkan penelitian Kishi et al., (2010) dan Rajji et al., (2013)
yang menyatakan usia tidak mempengaruhi fungsi kognitif. Akan tetapi, hasil penelitian
ini berbeda dengan hasil penelitian Kaneda et al., (2013). Kaneda menyebutkan bahwa
semakin lanjut usia maka nilai fungsi kognitif akan semakin rendah. Perbedaan ini
mungkin disebabkan karena perbedaan penggunaan variabel yang dianalisis. Selain itu,
perbedaan ini bisa disebabkan karena perbedaan desain dan jumlah responden penelitian.
Jika ditinjau dari hubungan usia terhadap domain M-Ace, pada penelitian ini
didapatkan bahwa usia mempengaruhi domain kelancaran (p-value 0,001) dan visuospasial
(p-value 0,001). Hal ini berarti semakin lanjut usia seseorang maka semakin rendah fungsi
Hasil uji bivariat dengan chi-square didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan
antara usia dengan fungsi sosial (p-value 0,831). Pada penelitian ini lebih didominasi oleh
responden dengan usia 31-50 tahun (55,9%). Responden dengan lanjut usia atau 51-64
tahun (16,3%). Seluruh responden berada di ruangan intermediet sehingga tidak terdapat
gangguan fungsi berarti pada fungsi sosial responden. Hasil penelitian ini berbeda dengan
penelitian Bae et al (2010) yang menyatakan bahwa usia mempengaruhi fungsi sosial
terutama pada usia di atas 41,5 tahun dengan lama penyakit lebih dari 16 tahun.
4.2.2 Hubungan Jenis Kelamin Terhadap Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial Pada Pasien
Skizofrenia
Hasil uji chi square terhadap fungsi kognitif (total M-Ace) diperoleh nilai ρ value
0,058 yang berarti bahwa jenis kelamin tidak mempunyai hubungan dengan perubahan
fungsi kognitif pada pasien skizofrenia. Karakteristik responden pada penelitian ini (tabel
4.1) didominasi oleh responden laki-laki (82%) sedangkan responden perempuan (18%).
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa responden laki-laki memiliki fungsi kognitif baik sebanyak
hubungan yang signifikan terhadap domain kelancaran (p-value 0,001) dan visuospasial
dengan p-value 0,0001 dengan laki-laki memiliki nilai yang lebih tinggi daripada
perempuan. Ini menunjukkan bahwa fungsi kelancaran dan visuospasial pada laki-laki
lebih baik dibandingkan dengan perempuan. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil
penelitian Talreja (2013) yang menyatakan bahwa laki-laki memiliki fungsi bahasa dan
Berdasarkan tabel 4.6, pengukuran fungsi sosial pasien skizofrenia diperoleh nilai p-
value sebesar 0,002, dengan perbandingan nilai fungsi sosial ringan laki-laki dan
perempuan (65% : 8%) dan fungsi sosial sedang (17% : 10%). Ini menunjukkan bahwa
laki-laki memiliki fungsi sosial yang lebih baik dibandingkan perempuan. Disamping itu,
hasil analisis multivariat (tabel 4.22) diketahui bahwa faktor jenis kelamin menjadi faktor
paling dominan mempengaruhi fungsi sosial pada pasien skizofrenia dengan p-value 0,001
dan nilai OR yaitu 4,902. Ini menunjukkan bahwa setiap pertambahan responden laki-laki
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian oleh Merhej et al (2017) yang
mengemukakan bahwa perempuan memiliki fungsi sosial yang lebih baik dibandingkan
dengan laki-laki dan lebih efektif dalam pengobatan pengembalian fungsi sosial.
Perbedaan hasil ini dapat disebabkan karena status mental pada responden perempuan yang
terlibat pada penelitian ini tidak sebaik responden laki-laki sehingga mempengaruhi hasil
statistik.
4.2.3 Hubungan Pendidikan Terhadap Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial Pada Pasien
Skizofrenia
Hasil uji parsial untuk masing-masing domain M-Ace (tabel 4.4), diketahui bahwa
pendidikan mempunyai hubungan signifikan terhadap semua domain memori M-Ace (p-
value < 0,05). Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan
nilai fungsi kognitif akan semakin bertambah terutama domain perhatian, memori,
Karakteristik responden pada penelitian ini (tabel 4.1) didominasi oleh responden
dengan tingkat pendidikan SMA/sarjana (41,3%) memiliki fungsi kognitif baik (tabel 4.9)
sebanyak 16,8%, tingkat pendidikan SMP memiliki fungsi kognitif baik sebanyak 8% dan
tingkat pendidikan SD memiliki fungsi kognitif baik sebesar 2,3%. Ini menunjukkan
bahwa semakin tinggi pendidikan responden maka semakin baik fungsi kognitif. Hal ini
dibuktikan dengan nilai p-value antara pendidikan dengan fungsi kognitif (total M-Ace)
sebesar 0,013.
Hasil uji multivariat pada tabel 4.19, diketahui bahwa pendidikan mempunyai
hubungan yang sangat signifikan dan positif terhadap perubahan fungsi kognitif pasien
skizofrenia dengan nilai P-value 0,009 dan memiliki nilai OR terbesar yaitu 4,799. Ini
berarti semakin tinggi pendidikan seseorang akan memiliki peluang 4,799 kali untuk
meningkatkan fungsi kognitif. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pendidikan dapat
mempengaruhi perubahan volume area abu-abu (gray matter volume) di otak sehingga
yang diberikan (Kaneda et al., 2013). Hasil penelitian ini menguatkan penelitian Rajji et
al (2013) yang menyatakan bahwa seseorang dengan tingkat pendidikan rendah akan
Berdasarkan tabel 4.7 (hasil uji bivariat), diketahui bahwa hubungan antara variabel
pendidikan dengan fungsi sosial signifikan dengan p-value 0,013. Secara multivariat
(tabel 4.22), pendidikan menjadi faktor kedua dominan yang mempengaruhi fungsi sosial
dengan p-value 0,018 dan OR 2,892. Ini menunjukkan arti bahwa semakin tinggi
pendidikan seseorang akan berpeluang sebesar 2,892 kali meningkatkan fungsi sosial.
Sejalan dengan hasil ini, Bae et al (2010) menyatakan bahwa status sosio-ekonomi (salah
seseorang maka semakin rendah fungsi sosialnya. Dutescu et al (2018) menyatakan bahwa
pasien skizofrenia yang memiliki status sosio-ekonomi (pendidikan) rendah tanpa disertai
dengan aktivitas yang baik akan mempengaruhi kemampuannya untuk melakukan fungsi
sosial.
4.2.4 Hubungan Status Pernikahan Terhadap Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial Pada
Pasien Skizofrenia
Dari hasil uji chi-square dengan fungsi kognitif diperoleh nilai ρ value 0,096 yang
menunjukkan tidak terdapat hubungan antara status menikah dengan fungsi kognitif. Pada
tabel 4.1, diketahui bahwa responden dengan status belum menikah lebih mendominasi
dengan persentase 59,9%, diikuti dengan responden status menikah (29,1%) dan cerai
(11%).
Hasil uji parsial terhadap domain M-Ace (tabel 4.4) diketahui bahwa status
pernikahan memiliki hubungan dengan domain memori (nilai ρ value 0,016). Responden
dengan status menikah memiliki nilai domain memori lebih tinggi dibandingkan dengan
responden dengan status belum menikah. Hasil penelitian ini menguatkan hasil penelitian
Hakansson dan rekannya (2009) yang menyatakan bahwa fungsi kognitif pada orang yang
tidak menikah akan beresiko mengalami penurunan dibandingkan dengan orang yang
Berdasarkan fungsi sosial, hasil penelitian menunjukkan nilai ρ value 0,547, yang
berarti tidak terdapat hubungan antara status menikah dengan fungsi sosial. Perbandingan
responden dengan status belum menikah dengan status menikah yang memiliki fungsi
sosial ringan adalah 45,3% : 19,7% (tabel 4.8). Perbandingan ini tidak begitu signifikan
sehingga ditemukan tidak ada pengaruh status pernikahan terhadap fungsi sosial. Hasil
penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian oleh Li et al (2015) yang mengemukakan
bahwa status pernikahan merupakan hal paling dominan yang berpengaruh terhadap
fungsi sosial. Begitu pula penelitian Nyer et al (2010) yang mengemukakan bahwa orang
dengan skizofrenia yang telah menikah atau telah hidup bersama memiliki fungsi sosial
yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang hidup sendiri/cerai atau pisah.
4.2.5 Hubungan Suku Terhadap Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial Pada Pasien
Skizofrenia
Hasil uji chi square pada total M-Ace (tabel 4.9) tidak ditemukan hubungan antara
suku dengan fungsi kognitif dengan nilai p-value 0,598, namun faktor suku mempengaruhi
domain memori (p-value 0,042). Dalam penelitian ini, pengkajian suku dibagi menjadi dua
kelompok yaitu kelompok suku Aceh dan kelompok suku non-Aceh (Jawa, Batak).
Keikutsertaan responden berdasarkan suku dalam penelitian ini (tabel 4.1) diketahui bahwa
responden dengan suku Aceh memiliki persentase lebih besar (84,9%) dibandingkan
Penelitian tentang keterkaitan suku terhadap fungsi kognitif pasien skizofrenia masih
sangat sedikit. Namun, sehubungan dengan hasil penelitian ini, Veling et al (2010) dalam
sosial yang akhirnya berpengaruh pada perubahan kognitif. Hal ini umum terjadi pada
kelompok yang mengalami diskriminasi yang mempengaruhi upaya untuk aktualisasi diri
anggota kelompok dalam masyarakat. Anggota kelompok yang tidak mampu untuk
sebesar p-value 0,315, sehingga suku tidak mempunyai hubungan signifikan untuk
khusus yang meneliti hubungan suku dengan fungsi sosial. Namun, secara psikososial, hal
ini berbeda dengan hasil yang didapatkan oleh Chang dan rekannya (2014). Chang
menjelaskan bahwa suku secara tidak langsung dapat mempengaruhi faktor lainnya seperti
4.2.6. Hubungan Riwayat Keluarga Terhadap Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial Pada
Pasien Skizofrenia
Hasil uji bivariat antara riwayat keluarga dengan fungsi kognitif menunjukkan nilai
p-value 0,059. Ini berarti tidak terdapat hubungan antara riwayat keluarga dengan fungsi
kognitif. Pada tabel 4.10, sebanyak 9 orang responden (5,2%) yang memiliki fungsi
kognitif baik dari 20 responden yang memiliki riwayat keluarga skizofrenia. Jika
dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki riawayat keluarga skizofrenia (152
orang/88,2%), terdapat 38 responden (22%) yang memiliki fungsi kognitif baik. Artinya,
proporsi nilai kognitif baik antara kelompok yang memiliki riwayat keluarga dengan yang
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hughes et al (2005)
pada 3 (tiga) kelompok responden yang meliputi kelompok pasien skizofrenia, kelompok
saudara kandung pasien skizofrenia tanpa psikotik, dan kelompok kontrol yang terdiri dari
orang sehat. Hasil yang didapatkan bahwa pada kelompok saudara kandung menunjukkan
hasil yang lebih baik pada domain memori dan fungsi eksekutif dibandingkan kelompok
kandung, sama-sama menunjukkan pada penurunan domain kelancaran verbal dan lebih
disebabkan pada nilai IQ (intellectual quation). Lebih lanjut, Hughes menyatakan bahwa
penurunan fungsi kognitif pada pasien skizofrenia bukan merupakan sesuatu yang diwarisi
terjadi pada pada bayi kembar monozigot. Analisis genom kembar monozigot yang tidak
sesuai dengan gejala memiliki potensi untuk mengidentifikasi gen yang berkontribusi pada
kognitif.
Hasil uji chi square fungsi sosial pasien skizofrenia (tabel 4.10) diperoleh nilai p-
value sebesar 0,015 yang berarti terdapat hubungan kuat antara riwayat keluarga dengan
fungsi sosial. Hasil yang didapatkan bahwa dari 20 responden yang memiliki riwayat
keluarga, 50% memiliki fungsi sosial sedang. Sebaliknya dari 152 responden yang tidak
memiliki riawayat keluarga, 21,5% yang memiliki fungsi sosial sedang. Ini menunjukkan
Disamping itu, hasil analisis multivariat pada tabel 4.21 didapatkan faktor riwayat
keluarga mempunyai hubungan yang sangat signifikan terhadap fungsi kognitif pada
pasien skizofrenia dalam model, dimana faktor faktor riwayat keluarga mempunyai nilai
P-value 0,009 < 0,05 dan memiliki nilai OR terbesar yaitu 0,256 artinya setiap
meningkatnya jumlah pasien yang berasal dari riwayat keluarga skizofrenia maka akan
Hasil penelitian ini menguatkan penelitian Reverger (2012) yang menyatakan bahwa
adanya riwayat gangguan skizofrenia dalam keluarga akan menurunkan fungsi sosial
maupun fasilitas kesehatan. Diskriminasi yang terus menerus akan menyebabkan seseorang
4.2.7 Hubungan Frekuensi Rawat Inap Terhadap Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial Pada
Pasien Skizofrenia
Hasil analisis data pada tabel 4.11, diketahui bahwa frekuensi rawat inap tidak
mempunyai hubungan signifikan terhadap perubahan fungsi kognitif (p-value 0,701) dan
fungsi sosial (p-value 0,551). Responden dengan rawatan pertama atau kedua memiliki
fungsi kognitif baik sebanyak 9,3%, sedangkan responden dengan jumlah rawatan lebih
dari 3 (tiga) kali memiliki fungsi kognitif baik sebanyak 8,7%. Begitu halnya dengan
fungsi sosial, responden dengan rawatan pertama maupun kedua memiliki fungsi sosial
sedang sebanyak 10,4% dan responden dengan jumlah lebih dari tiga kali memiliki fungsi
sosial sedang sebanyak 5,81%. Data ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh
bahwa fungsi kognitif pasien skizofrenia tidak dipengaruhi oleh jumlah rawatan. Namun,
terkait fungsi sosial, hasil ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Dutescu et al
(2018) yang memaparkan bahwa ada hubungan signifikan antara jumlah frekuensi rawat
inap dengan fungsi sosial. Lebih lanjut, Dutescu memaparkan bahwa hal ini dipengaruhi
oleh perawatan yang tidak tepat saat perjalanan penyakit yang berhubungan dengan
Hasil uji parsial terhadap domain M-Ace (tabel 4.12), diketahui bahwa penggunaan
ganja mempunyai hubungan signifikan dengan semua domain (p-value < 0,05). Hasil uji
bivariat, didapatkan hubungan yang sangat kuat antara penggunaan ganja dengan fungsi
kognitif (p-value 0,0001). Begitu halnya hasil analisis multivariat menunjukkan faktor
dominan setelah pendidikan, dengan nilai OR 0,197 dengan arah negatif yang berarti
artinya setiap meningkatnya jumlah pasien skizofrenia yang konsumsi ganja maka akan
Penelitian ini tidak mengukur kadar kandungan zat ganja yang telah dikonsumsi oleh
pasien skizofrenia tidak hanya dipengaruhi oleh penggunaan ganja tetapi tidak dipungkiri
perubahan fungsi kognitif juga dapat disebabkan oleh paparan ganja baik jangka pendek
maupun jangka panjang. Dalam hal ini, (Radhakrishnan et al., 2014) menjelaskan sebagian
besar skizofrenia yang mengalami gangguan psikosis tidak pernah terpapar ganja dan
psikosis bagi individu yang rentan. Dengan demikian, sebahagian pasien yang mengalami
penurunan fungsi kognitif dapat juga berasal dari pengguna dan bukan pengguna ganja.
Pada penelitian ini, berdasarkan tabel 4.12 diketahui bahwa pasien yang tidak
mengkonsumsi ganja mempunyai kognitif baik 22% dibandingkan dengan pasien yang
mengkonsumsi ganja (9%), begitu juga perbandingan fungsi kognitif buruk sebahagian
banyak terjadi pada pasien yang mengkonsumsi ganja (37,7%) dan yang tidak
mengkonsumsi ganja (35%). Hasil uji chi square diperoleh nilai P value 0,006 < 0,05
menunjukkan bahwa terdapat hubungan pemakaian ganja dengan fungsi kognitif pada
mempunyai riwayat konsumsi ganja diperoleh nilai p-value sebesar 0,099 > 0,005, yang
berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi ganja dengan perubahan
fungsi sosial pada pasien skizofrenia. Dari 59 responden yang mengonsumsi ganja,
terdapat 40 responden yang memiliki fungsi sosial ringan. Ini menunjukkan arti bahwa
4.2.9 Hubungan Lama Konsumsi Ganja Terhadap Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial Pada
Pasien Skizofrenia
Hasil analisis parsial terhadap domain M-Ace, diketahui bahwa lama penggunaan
ganja memiliki hubungan kuat dengan fungsi kognitif dengan p-value < 0,05 dengan
domain memori sebagai domain yang paling kuat signifikansinya (p-value 0,0001).
Demikian halnya hasil uji bivariat, didapatkan p-value 0,032 yang menunjukkan ada
hubungan signifikan antara lama penggunaan ganja dengan fungsi kognitif. Hasil
penelitian ini menguatkan penelitian Foti et al (2010), yang menyatakan bahwa pemakaian
ganja dalam jangka panjang menyebabkan gangguan kognitif terutama pada domain verbal
dan memori. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh L. et al (2014) bahwa
penggunaan ganja dalam jangka waktu lama mempengaruhi terjadinya defisit kognitif
Ditinjau dari fungsi sosial, diketahui bahwa lama konsumsi ganja mempengaruhi
fungsi sosial responden (p-value 0,032). Tabel 4.13 menunjukkan bahwa dari 22 responden
yang mengonsumsi ganja lebih dari 1 tahun, 10 diantaranya memiliki fungsi sosial sedang.
Hal ini berbeda dengan responden yang mengonsumsi ganja di bawah satu tahun, dari 38
responden tersebut hanya 10 responden yang memiliki fungsi sosial sedang. Ini
menunjukkan bahwa lamanya konsumsi ganja mempengaruhi fungsi sosial responden.
Hasil ini menguatkan penelitian Clausen et al (2014) menyatakan bahwa lama penggunaan
ganja pada pasien psikotik dalam rentang waktu 5 tahun dapat menurunkan fungsi
sosialnya.
4.2.10 Hubungan Olahraga Terhadap Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial Pada Pasien
Skizofrenia
Hasil uji bivariat fungsi kognitif diperoleh hasil p-value 0,059 dan fungsi sosial p-
value 0,787, sehingga aktivitas olah raga tidak mempunyai hubungan dengan fungsi
kognitif dan fungsi sosial. Pengkajian terhadap aktivitas olah raga responden dilakukan
dengan menanyakan secara langsung kepada responden tentang aktivitas olahraga yang
dilakukan tanpa observasi secara intens. Untuk menguatkan informasi ini, peneliti juga
menanyakan kepada perawat ruangan tentang ada tidaknya senam aerobik seperti senam
pagi yang dilakukan oleh pasien. Olah raga yang dimaksud adalah olah raga ringan
Berdasarkan informasi dari perawat, dari 8 ruangan yang diteliti, hanya 5 ruangan
yang dilakukan senam dan tidak dilakukan rutin setiap hari. Aktivitas olahraga yang
dilakukan responden berupa senam ringan dengan durasi waktu yang tidak teratur karena
disesuaikan dengan kondisi responden. Pada tabel 4.1, sebanyak 45,9% responden
mengatakan bahwa tidak pernah melakukannya dan hanya 20,3% responden yang
mengatakan sering melakukannya (intensitas lebih dari 3 kali dalam seminggu). Data ini
menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak pernah melakukan aktivitas olahraga
olahraga atau 36% dari total responden memiliki fungsi kognitif buruk. Sedangkan
responden yang sering melakukan olahraga dengan intensitas 3-4 kali seminggu memiliki
fungsi kognitif buruk sebanyak 20 orang atau 12% dari total responden. Data ini
menunjukkan arti bahwa aktivitas olahraga yang dilakukan responden tidak mempengaruhi
fungsi kognitifnya.
Hasil penelitian ini menguatkan penelitian Firth et al (2016) yang menyatakan bahwa
aktivitas olahraga yang dilakukan pasien secara teratur dan rutin dengan durasi yang sama
selama 30 menit akan mempengaruhi fungsi kognitifnya. Hal tersebut dikarenakan oleh
fungsi kognitif sangat eratnya dengan fungsi neurogenesis dan neurotropik brain derived
neurotropic factor (BDNF) yang dapat meningkatkan ketahanan dan pertumbuhan neuron
antara lain neuron glutamanergik dan dapat meningkatkan vaskularisasi pada otak
Berdasarkan fungsi sosial, diketahui bahwa tidak terdapat hubungan antara aktivitas
olahraga dengan fungsi sosial. Tabel 4.14 menunjukkan bahwa dari 79 responden yang
tidak melakukan aktivitas olahraga, terdapat 22 responden yang memiliki fungsi sosial
sedang. Demikian halnya dari 35 responden yang sering melakukan olahraga, terdapat 8
responden yang memiliki fungsi sosial sedang. Data ini menunjukkan bahwa ada tidaknya
aktivitas olahraga yang dilakukan tidak berpengaruh pada fungsi sosial responden.
4.2.11 Hubungan Penggunaan Antipsikotik Terhadap Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial
Pada Pasien Skizofrenia
Hasil uji bivariat (tabel 4.15) diketahui bahwa tidak terdapat hubungan antara
penggunaan obat antipsikotik terhadap fungsi kognitif (p-value > 0,05). Namun, hasil
analisis parsial terhadap domain M-Ace, diketahui bahwa penggunaan obat AP2
mempengaruhi domain memori (p-value 0,021) dan memori ulang (p-value 0,012),
sedangkan penggunaan kombinasi AP1 & AP2 hanya mempengaruhi memori ulang (p-
value 0,025).
Efek dari obat antipsikotik golongan pertama (tipikal) maupun antipsikotik golongan
kedua (atipikal) masih kontroversial (Keefe & Harvey, 2011). Dugaan sebelumnya bahwa
antipsikotik atipikal lebih baik untuk memperbaiki kognisi daripada tipikal didasari pada
aktivitas atipikal memiliki ikatan yang relative lemah pada reseptor D2 namun
antagonisme yang lebih kuat pada serotonin dan reseptor alfa adrenergic yang mampu
mengurangi efek extrapiramidal. Namun, penelitian tentang antipsikotik atipikal lebih baik
clozapine (tabel 4.3). Kedua obat ini termasuk dalam golongan antipisikotik atipikal.
Rendahnya gejala extrapiramidal yang dihasilkan oleh atipikal dipengaruhi oleh aktivitas
cortex prefrontal yang hipoaktif dan reseptor D2 antagonis yang menyebabkan penurunan
Penggunaan antipsikotik golongan pertama dan kedua berbeda pada efek yang
dihasilkan. Antipsikotik golongan pertama lebih efektif untuk menekan gejala positif,
sedangkan antipsikotik golongan kedua diyakini dapat menekan gejala positif dan gejala
negatif (Stuart, 2016). Gejala negatif pada pasien meliputi sikap apatis, menarik diri, afek
datar maupun tumpul, bicara jarang dan terlihat murung atau sedih (emotional withdrawal)
dan sikap ambivalen. Sedangkan gejala positif berupa halusinasi, waham dan agitasi
responden (15%) memiliki gejala negatif dan 146 orang (84%) memiliki gejala positif
(Tabel 4.3). Persentase gejala negatif responden tidak terlalu menonjol dibandingkan
gejala positif. Gejala positif diyakini tidak berhubungan dengan penurunan kognitif.
Namun, hal ini masih menjadi pertimbangan karena pemilihan sampel dinilai kurang tepat
misalnya sampel berupa pasien dengan gejala psikotik yang parah, sehingga penilaian
kognitif tidak tepat dilakukan (Minzenberg & Carter, 2012). Namun, dalam penelitian
lainnya disebutkan bahwa gejala negatif sangat berhubungan dengan fungsi kognitif
(Green & Harvey, 2014) dan rendahnya fungsi psikososial (Patel et al, 2015).
Pada tabel distribusi frekuensi (Tabel 4.1), didapatkan bahwa 64% responden
merupakan pasien dengan jangka waktu pengobatan antara 1 sampai 10 tahun. 25%
responden adalah pasien dengan jangka waktu pengobatan kurang dari 1 tahun dan 10%
dengan jangka waktu di atas 10 tahun. Data ini memberikan gambaran bahwa persentase
responden didominasi oleh responden dengan lama pengobatan antara 1 sampai 10 tahun.
Hasil penelitian ini menguatkan penelitian Husa et al., (2017) yang menyebutkan bahwa
tidak perbedaan antara antipsikotik pertama (tipikal) maupun antipsikotik kedua (atipikal)
untuk menurunkan kognitif, namun lebih disebabkan karena pengaruh dosis dan lamanya
pengobatan lebih dari 10 tahun. Paparan antipsikotik yang lama akan mempengaruhi
penurunan volume dan struktur otak serta fungsi kognitif pada bagian verbal learning dan
memori.
Selain itu, dosis obat yang diberikan kepada masing-masing responden pada
penelitian ini masih dalam batas yang disarankan (tabel 4.16) sehingga tidak
Berbagai upaya pengobatan yang diberikan untuk pasien gangguan jiwa tidak berarti
jika pasien tidak patuh untuk minum obat. Kesadaran akan penyakit yang diderita (insight)
pasien menjadi hal utama terhadap tindakan kepatuhan minum obat. Pada tabel 4.2,
diketahui bahwa 65 responden (37,8%) memiliki insight pada tingkat 4, dan 14 orang
(8,1%) memiliki insight tingkat 5. Selebihnya didominasi oleh responden dengan insight
tingkat 2 dan 3 (93 orang atau 54,1%). Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar
responden tidak terlalu menyadari akan penyakit yang dideritanya sehingga menjadi salah
satu faktor yang mempengaruhi fungsi kognitifnya. Nair et al (2013) yang menyatakan
terdapat hubungan signifikan antara insight dan fungsi kognitif pada pasien psikotik.
nilai p-value sebesar 0,960 yang menunjukkan tidak terdapat hubungan antara
responden memiliki fungsi kognitif baik. Dosis pemberian antikolinergik kepada pasien
skizofrenia yang dibenarkan adalah 4-15 mg per hari (Stuart, 2016). Namun, dalam
penelitian ini diketahui pemberian obat antikolinergik yang diberikan kepada pasien
penelitian ini menguatkan penelitian oleh Eum et al (2017) bahwa semakin tinggi dosis
akumulasi antikolinergik, maka semakin rendah nilai fungsi kognitif pada pasien
skizofrenia.
mempengaruhi fungsi sosial (p-value > 0,05). Demikian halnya penggunaan antikolinergik
sosial (p-value 0,001). Hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan penelitian Reverger
(2012) yang mengemukakan bahwa efek pemberian antipskotik dapat mempengaruhi
p-value 0,960. Temuan ini menunjukkan tidak terdapat hubungan antara penggunaan
antikolinergik dengan fungsi kognitif. Demikian halnya hasil uji bivariat dengan fungsi
sosial p-value 0,960 yang berarti penggunaan antikolinergik tidak mempengaruhi fungsi
sosial. Berdasarkan data pada tabel 4.17, diketahui bahwa dari 69 responden yang
fungsi kognitif baik. Begitu pula dari 103 responden yang mengonsumsi antikolinergik,
hanya 28 responden yang memiliki fungsi kognitif baik. Data ini menunjukkan bahwa ada
fungsi kognitif.
antikolinergik terdapat 19 responden yang memiliki fungsi sosial sedang. Sedangkan dari
memiliki fungsi sosial sedang. Data ini menunjukkan bahwa penggunaan antikolinergik
pada responden adalah 2 mg dengan 2 kali penggunaan dalam sehari. Dosis yang diberikan
ini berada dalam batas yang disarankan sehingga tidak berpengaruh terhadap fungsi
kognitif. Dosis antikolinergik yang tinggi menjadi nilai akumulasi antikolinergik dalam
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa adalah faktor pendidikan dan lama konsumsi
ganja.
kombinasi antipsikotik.
sedangkan yang faktor yang dominan mempengaruhi fungsi sosial adalah jenis
kelamin.
5.2 Saran
berbagai terapi yang mendukung peningkatan fungsi kognitif dan fungsi sosial
yaitu:
1. Alat ukur fungsi kognitif yang digunakan belum komprehensif mengukur aspek
2. Desain penelitian dengan pendekatan cross sectional, sehingga tidak dapat melihat
perubahan fungsi kognitif dan fungsi sosial pada pasien skizofenia sebelum dan
5.4 Rekomendasi
dengan menggunakan alat ukur fungsi kognitif yang lebih komprehensif mengukur
domain kognitif pada pasien skizofrenia rawat inap dan rawat jalan sehingga dapat
Bae, S. M., Lee, S. H., Park, Y. M., Hyun, M. H., & Yoon, H. (2010). Predictive factors
of social functioning in patients with schizophrenia: Exploration for the best
combination of variables using data mining. Psychiatry Investigation.
https://doi.org/10.4306/pi.2010.7.2.93
Baker, L. D., Frank, L. L., Foster-Schubert, K., Green, P. S., Wilkinson, C. W., McTiernan,
A., Plymate, S. R., Fishel, M. A., Watson, G. S., Cholerton, B. A., Duncan, G. E.,
Mehta, P. D., & Craft, S. (2010). Effects of aerobic exercise on mild cognitive
impairment: A controlled trial. Archives of Neurology.
https://doi.org/10.1001/archneurol.2009.307
Benedict, C., Brooks, S. J., Kullberg, J., Nordenskjöld, R., Burgos, J., Le Grevès, M.,
Kilander, L., Larsson, E. M., Johansson, L., Ahlström, H., Lind, L., & Schiöth, H. B.
(2013). Association between physical activity and brain health in older adults.
Neurobiology of Aging. https://doi.org/10.1016/j.neurobiolaging.2012.04.013
Brissos, S., Molodynski, A., Dias, V. V., & Figueira, M. L. (2011). The importance of
measuring psychosocial functioning in schizophrenia. In Annals of General
Psychiatry. https://doi.org/10.1186/1744-859X-10-18
Brown, A. S., & Derkits, E. J. (2010). Prenatal infection and schizophrenia: A review of
epidemiologic and translational studies. In American Journal of Psychiatry.
https://doi.org/10.1176/appi.ajp.2009.09030361
Charlson, F. J., Ferrari, A. J., Santomauro, D. F., Diminic, S., Stockings, E., Scott, J. G.,
McGrath, J. J., & Whiteford, H. A. (2018). Global epidemiology and burden of
schizophrenia: Findings from the global burden of disease study 2016. Schizophrenia
Bulletin. https://doi.org/10.1093/schbul/sby058
Chang, Weiss, Marques, Baer, Vogeli,. . . Yeung. (2014). Race/ethnicity and other social
determinants of psychological well-being and functioning in mental health clinics. J
Health Care Poor Underserverd. doi: 10.1353/hpu.2014.0138
Clausen, L., Hjorthoj, C. R., Thorup, A., Jeppesen, P., Petersen, L., Bertelsen, M., &
Nordentoft, M. (2014). Change in cannabis use, clinical symptoms and social
functioning among patients with first-episode psychosis: A 5-year follow-up study of
patients in the OPUS trial. Psychological Medicine.
https://doi.org/10.1017/S0033291713000433
Crean, R. D., Crane, N. A., & Mason, B. J. (2011). An evidence-based review of acute and
long-term effects of cannabis use on executive cognitive functions. Journal of
Addiction Medicine, 5(1), 1–8. https://doi.org/10.1097/ADM.0b013e31820c23fa
Dutescu, MM., Popescu, R.E., . . .Pirlog, MC. (2018). Social functioning in Schizophrenia
clinical correlations. Current health sciences Journal 44 (2), 151
Eum, S., Hill, S. K., Rubin, L. H., Carnahan, R. M., Reilly, J. L., Ivleva, E. I., Keedy, S.
K., Tamminga, C. A., Pearlson, G. D., Clementz, B. A., Gershon, E. S., Keshavan,
M. S., Keefe, R. S. E., Sweeney, J. A., & Bishop, J. R. (2017). Cognitive burden of
anticholinergic medications in psychotic disorders. Schizophrenia Research.
https://doi.org/10.1016/j.schres.2017.03.034
Faludi, G., & Mirnics, K. (2011). Synaptic changes in the brain of subjects with
schizophrenia. International Journal of Developmental Neuroscience.
https://doi.org/10.1016/j.ijdevneu.2011.02.013
Firth, J., Carney, R., Jerome, L., Elliott, R., French, P., & Yung, A. R. (2016). The effects
and determinants of exercise participation in first-episode psychosis: A qualitative
study. BMC Psychiatry. https://doi.org/10.1186/s12888-016-0751-7
Foti, D. J., Kotov, R., Guey, L. T., & Bromet, E. J. (2010). Cannabis use and the course of
schizophrenia: 10-year follow-up after first hospitalization. American Journal of
Psychiatry. https://doi.org/10.1176/appi.ajp.2010.09020189
Gibbons, A., & Dean, B. (2016). The Cholinergic System: An Emerging Drug Target for
Schizophrenia. Current Pharmaceutical Design, 22(14), 2124–2133.
https://doi.org/10.2174/1381612822666160127114010
Gilmore, J. H. (2010). Understanding What Causes Schizophrenia: A Developmental
Perspective. American Journal of Psychiatry.
https://doi.org/10.1176/appi.ajp.2009.09111588
Goff, D. C., Hill, M., & Barch, D. (2011). The treatment of cognitive impairment in
schizophrenia. Pharmacology, Biochemistry, and Behavior.
https://doi.org/10.1016/j.pbb.2010.11.009
Gonzales-Torres, M.A., Oraa, R., Aristegui, M., Fernandez-Rivas, A., & Guimon, J.
(2007). Stigma and discrimination towards people with schizophrenia and their family
members: A qualitative study with focus groups. Social Psychiatry and Psychiatry
Epidemiology. https://doi.org/10.1007/s00127-006-0126-3
Gottesman, I. I., Laursen, T. M., Bertelsen, A., & Mortensen, P. B. (2010). Severe mental
disorders in offspring with 2 psychiatrically ill parents. Archives of General
Psychiatry. https://doi.org/10.1001/archgenpsychiatry.2010.1
Green, M. F., & Harvey, P. D. (2014). Cognition in schizophrenia: Past, present, and
future. Schizophrenia Research: Cognition.
https://doi.org/10.1016/j.scog.2014.02.001
Harvey, P. D., Loewenstein, D. A., & Czaja, S. J. (2013). Hospitalization and psychosis:
Influences on the course of cognition and everyday functioning in people with
schizophrenia. In Neurobiology of Disease.
https://doi.org/10.1016/j.nbd.2012.10.022
Hsieh, S., McGrory, S., Leslie, F., Dawson, K., Ahmed, S., Butler, C. R., Rowe, J. B.,
Mioshi, E., & Hodges, J. R. (2015). The mini-addenbrooke’s cognitive examination:
A new assessment tool for dementia. Dementia and Geriatric Cognitive Disorders.
https://doi.org/10.1159/000366040
Hughes, C., Kumari, V., Das, M., Zachariah, E., Ettinger, U., Sumich, A., & Sharma, T.
(2005). Cognitive functioning in siblings discordant for schizophrenia. Acta
Psychiatrica Scandinavica. https://doi.org/10.1111/j.1600-0447.2004.00392.x
Kaneda, A., Katagai, T., & Yasui-Furukori, N. (2013). Comparing the influences of age
and disease on the brief assessment of cognition in schizophrenia in japanese patients
with schizophrenia. Neuropsychiatric Disease and Treatment, 9, 1203–1208.
https://doi.org/10.2147/NDT.S43280
Kishi, T., Moriwaki, M., Kawashima, K., Okochi, T., Fukuo, Y., Kitajima, T., Furukawa,
O., Naitoh, H., Fujita, K., & Iwata, N. (2010). Investigation of clinical factors
influencing cognitive function in Japanese schizophrenia. Neuroscience Research.
https://doi.org/10.1016/j.neures.2009.12.007
Kurtz, M. M., Gopal, S., John, S., & Thara, R. (2018). Cognition, social cognition and
functional disability in early-stage schizophrenia: A study from southern India.
Psychiatry Research, 265(July 2017), 231–237.
https://doi.org/10.1016/j.psychres.2018.03.091
Lapau, Buchari. (2013). Metode Penelitian Kesehatan. Metode Ilmiah Penulisan Skripsi,
Tesis dan Disertasi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Li, X. J., Wu, J. H., Liu, J. B., Li, K. P., Wang, F., Sun, X. H., & Ma, S. H. (2015). The
influence of marital status on the social dysfunction of schizophrenia patients in
community. International Journal of Nursing Sciences.
https://doi.org/10.1016/j.ijnss.2015.04.015
Liemburg, E. J., Knegtering, H., Klein, H. C., Kortekaas, R., & Aleman, A. (2012).
Antipsychotic medication and prefrontal cortex activation: A review of neuroimaging
findings. In European Neuropsychopharmacology.
https://doi.org/10.1016/j.euroneuro.2011.12.008
Maslim, Rusdi. (2013). Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-
5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya
Merhej, G., Hallit, S., Haddad, C., Hachem, D., & Haddad, G. (2017). Neurological soft
signs in Schizophrenia: Gender differences and promising suggestions. Journal of
Psychopathology.
Miller, D. I., & Halpern, D. F. (2014). The new science of cognitive sex differences. In
Trends in Cognitive Sciences. https://doi.org/10.1016/j.tics.2013.10.011
Minzenberg, M. J., & Carter, C. S. (2012). Developing treatments for impaired cognition
in schizophrenia. In Trends in Cognitive Sciences.
https://doi.org/10.1016/j.tics.2011.11.017
Mosiołek, A., Gierus, J., Koweszko, T., & Szulc, A. (2016). Cognitive impairment in
schizophrenia across age groups: A case-control study. BMC Psychiatry.
https://doi.org/10.1186/s12888-016-0749-1
Nielsen, R. E., Levander, S., Kjaersdam Telléus, G., Jensen, S. O. W., Østergaard
Christensen, T., & Leucht, S. (2015). Second-generation antipsychotic effect on
cognition in patients with schizophrenia-a meta-analysis of randomized clinical trials.
Acta Psychiatrica Scandinavica, 131(3), 185–196.
https://doi.org/10.1111/acps.12374
Nyer, M., Kasckow, J., Fellows, Di., Lawrence, E. C., Golshan, S., Solorzano, E., &
Zisook, S. (2010). The relationship of marital status and clinical characteristics in
middle-aged and older patients with schizophrenia and depressive symptoms. Annals
of Clinical Psychiatry.
O’Reilly, R., Torrey, E. F., Rao, J., & Singh, S. (2013). Monozygotic twins with early-
onset schizophrenia and late-onset bipolar disorder: A case report. Journal of Medical
Case Reports. https://doi.org/10.1186/1752-1947-7-134
Oertel-Knöchel, V., Mehler, P., Thiel, C., Steinbrecher, K., Malchow, B., Tesky, V.,
Ademmer, K., Prvulovic, D., Banzer, W., Zopf, Y., Schmitt, A., & Hänsel, F. (2014).
Effects of aerobic exercise on cognitive performance and individual psychopathology
in depressive and schizophrenia patients. European Archives of Psychiatry and
Clinical Neuroscience, 264(7), 589–604. https://doi.org/10.1007/s00406-014-0485-9
Ojeda, N., Sánchez, P., Peña, J., Elizagárate, E., Yoller, A. B., Larumbe, J., Gutiérrez, M.,
Casais, L., & Ezcurra, J. (2010). Verbal fluency in schizophrenia: Does cognitive
performance reflect the same underlying mechanisms in patients and healthy
controls? Journal of Nervous and Mental Disease.
https://doi.org/10.1097/NMD.0b013e3181d61748
Patrick, D. L., Burns, T., Morosini, P., Gagnon, D. D., Rothman, M., & Adriaenssen, I.
(2010). Measuring social functioning with the personal and social performance scale
in patients with acute symptoms of schizophrenia: Interpretation of results of a pooled
analysis of three Phase III trials of paliperidone extended-release tablets. Clinical
Therapeutics. https://doi.org/10.1016/j.clinthera.2010.02.003
Patel, K. R., Cherian, J., Gohil, K., & Atkinson, D. (2014). Schizophrenia: overview and
treatment options. P & T : A Peer-Reviewed Journal for Formulary Management,
39(9), 638–645. Retrieved from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25210417%0Ahttp://www.pubmedcentral.nih
.gov/articlerender.fcgi?artid=PMC4159061
Purnama DA., Amir N., Budiman, R., Heriani, Ariawan. I., (2012). Uji Validitas dan
Reliabilitas Personal and Social Performance Scale Pada Pasien Skizofrenia di
Indonesia. CDK-190.39(2):98-101, diakses melalui
https://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?
Radhakrishnan, R., Wilkinson, S. T., & D’Souza, D. C. (2014). Gone to pot-a review of
the association between cannabis and psychosis. Frontiers in Psychiatry, 5(MAY),
1–24. https://doi.org/10.3389/fpsyt.2014.00054
Rajji, T. K., Voineskos, A. N., Butters, M. A., Miranda, D., Arenovich, T., Menon, M.,
Ismail, Z., Kern, R. S., & Mulsant, B. H. (2013). Cognitive performance of
individuals with schizophrenia across seven decades: A study using the MATRICS
consensus cognitive battery. American Journal of Geriatric Psychiatry.
https://doi.org/10.1016/j.jagp.2012.10.011
Reverger, Monika, Joy. (2012). Perbandingan Performa Fungsi Pasien Skizofrenia yang
Mendapatkan Terapi Tunggal dengan yang Mendapatkan Terapi Kombinasi
Antipsikotika di Rumah Sakiy Cipto Mangunkusumo (Periode Desember 2011-Mei
2012. Jurnal Psikiatri, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
Sadock, B.J., Sadock, V.A. (2007). Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry
Behavioral Sciences/Clinical Pstchiatry. (10th ed.). Philadelphia: Lippincott
Williams and Wilkins: a Wolters Kluwer
Stuart, G.W (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart. Edisi
Indonesia Pertama, oleh Anna Budi Keliat dan Jesika Pasaribu. Singapore : Elsevier
Sommerlad, A., Ruegger, J., Singh-Manoux, A., Lewis, G., & Livingston, G. (2018).
Marriage and risk of dementia: Systematic review and meta-analysis of observational
studies. Journal of Neurology, Neurosurgery and Psychiatry.
https://doi.org/10.1136/jnnp-2017-316274
Sumantri, Arif. (2011). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group
Talreja, B., Kataria, L., & Shah, S. (2013). Cognitive function in schizophrenia and its
association with socio-demographics factors. Industrial Psychiatry Journal, 22(1),
47. https://doi.org/10.4103/0972-6748.123619
Veling, W., Hoek, H. W., Wiersma, D., & MacKenbach, J. P. (2010). Ethnic identity and
the risk of schizophrenia in ethnic minorities: A case-control study. Schizophrenia
Bulletin. https://doi.org/10.1093/schbul/sbp032
Kepada Yth,
Bapaklbu Calon Responden
di
Tempat
Dengan Hormal
Saya yang bertanda tangan dibawah ini
Nama : Elva Mumlaziya
Nim |1712201020003
Alamat : Jl. Tgk Chik Lampaloh, No. 98, Desa Lampaloh
Kec. Lueng Bata, Banda Aceh
Untuk maksud tersebut saya nemerlukan dala./informasi yang nyata dan akurat dari
bapak/ibu melalui pengisian kuesioner yang akan saya lampirkan pada surat ini.
Bapak/ibu berhak berpartisipasi atau tidak. Bila bapak/ibu setuju terlibat dalam penelilian
ini, mohon menandatangani lembaran persetujuan menjadi responden yang telah
disediakan. Penelitian ini tidak menimbulkan kerugian pada bapak/ibu dan kerahasiaan
informasiyang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
Atas kesediaan dan partisipasi Bapak/lbu, Saudara/i, saya ucapkan terima kasih
Elva Mumtaziya
NPM. 171220 t020003
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAI\
MENJADI RESPONDDN
Nama
Mahasiswa Program Studi Magister Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
yang bemama Elva Mumtaziya dengan NPM l'712201020003 dengan judul "Aralisis
Pada Pasien Skizofrenia di Rumsh Sskit Jiws Proyinsi Aceh". Saya mengetahui
informasi yang saya berikan ini sangat besar manfaatnya baSi p€ningkatan dan
pengembangan bidang keperawatan di masa yang akan datang. Saya menyadari dan
( )
l-ampiran 3
BAGIAN A
PetuDluk Pcngisirn!
l. Isilah data demograli responden dengan cara melihat rekam medis bersamaan dengan
validasi pada responden!
DATA DEMOGRAFI
l. Nama Responden (lnisial) : ... .. .. ...
BAGIAN I}
Pctunjuk l'engisiarl
Isilah data berikut dengan cara melakukan wawancara pada responden!
a- Riwsyat Penggurran Gaojr/Nsrkobe
l. Apakah Anda pernah mengonsumsi ganja?
'l idak
b. RilYayat Keluarga
L Apakah ada anggota keluarga yang mengalami gangguanjiwa?
Ada Ada Iidak rda
KeteranBan:
I kali
2-3kali
! I kali
I-arnpiran,l
Memo4,lMemori
Katakan: " Saya akan memberikan Bapak/lbu nama dan alamat, dan saya ingin Bapak"/lbu Memori
menyebut nama dan alamat tersebut setelah saya menyebutnya. Jadi Bapak/lbu memiliki lNilai 0 7l
kesempatan untuk mengingat. Kita akan melakukannya atau mengulangnya sebanyak liga
kali. Di akhir wawancara ini. saya akan menanyakan nama dan alamat tersebut.
Delvi Snrlika
Jambotape
Banda Aceh
Fluency lKelancaran
He\van
Katakan: "Sekarang tolong Bapak{bu menyebutkan nama hewan sebanyak mungkin. Kelancaran
Boleh dari hurufapa saja. Saya akan memberimu waktu saru meDil. Mari muiai sekarang!,, [Nilai0
I
2?
t7-21
I.l- I6 j
I l-ll t
9- l0 l
7-8 2
5-6 I
<5 0
total benar
Visuospatial
Mclukis Jam lNilai 0-51
Kalakan: "Sekamng coba Bapak/lbu sebutkan kembali nama dan alamat yang sudah kita ulangi bersama
pada awal tadi
Memori
Dewi Sarlika Recall
[Nilai0-7]
Jalan Pocut Barcn
Jambotape
Banda Aceh
KtiITSIONER
PERSONAL DAN SOCIAL PERFORMANCE SCTZE (PSP)
PADA PASIEN SKIZOFRENIA YANG MfNJAI,ANI
ITAWAT INAP DI RUMAH SAKI'I'
Petunjuk Pengisianl
Berikan tanda centang (v) pada kolom jawaban (Ya/Tidak) sesuai dengan jawaban yang
diperoleh dari responden.
Daftar penanyaan pada kuesioner Personal dan Social l'erformance Sca/e (PSP) ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat k€parahan (hendaya) pasien yang mempengaruhi
fungsi sosial dalam satu hulan terakhir. Kuesioner ini terdiri dari I domain (A_C) antara
lain: perawatan diri, aktivitas yang berguna serta hubungan sosial dan personal mentiliki
acuan penilaian hendaya yan8 sama, sedangkan Domain D (p€rilaku mengganggu dan
agresi0 memiliki acuan penilaian lersendiri.
Aklivitas rang
berguna secara
sosial
Hubungan
sosial
Perilaku
MengganSgu dan
Agresif
100-91 Fungsi yang sangat baik pada semua domain. Pasien dipertimbangkan dalam
kualitas baik, mampu beradaptasi terhadap masalah kehidupan dengan baik. dan
terlibat dalam aktivilas dan kelenarikan yang luas
90-81 yang baik pada semua domain. Pasien hanya menunjukkan masalah dan
kesulitan untunl
80-71 Kesulitan ringan pada satu atau lebih dari ranah a-c
70-6t Kesulitan terlihat tetapitidak sampai nyata./jelas pada satu atau lebih pada domain
a-c; atau kesulitan ringan pada domain d. Untuk domain b, fungsi kerja dapar
dimasukkan jika prestasi kerjanya baik
60-51 Kesulitan yang nyalaljelas hanya pada salah satu domain a-c; ata! hanya kesulitan
yang terlihat pada domain d
50-{l Kesulitan yang nyataljelas pada dua atau tiga domain a-c; atau kesulitan berat
hanya pada satu domain a-c tanpa kesulitan yang nyata4elas pada dua domain
lainnya. Tidak ada kesulitan yanS nyata./jelas pada domain d
r10-l I Kesulitan berat hanya pada satu dari domaifi a-c dan kesulitan yang nyata/jelas
pada paling tidak satu dari dua yang lainnyai atau kesulitan yang nyataljelas pada
ranah d
30-21 Kesulitan berat pada dua domain a-c; atau kesulitan berat pada domain d,
walaupunjika kesulitan berat dan nyata/jelas tidak ada pada domain a-c
20-tl Kesulitan berat pada semua ranah a-c; atau kesulitan sangat berat pada d, walaupun
kesulitan berat tidak ada pada domain a-c. Jika pasien bereaksi terhadap stimulus
ekstemal, skor yang disarankan (20-16);jika tidak (I6-l l)
t0-t Tidak adanya otonomi pada fungsi dasar dengan perilaku yang ekstrim tetapi tanpa
resiko pertahanan hidup (skor l0-6)i atau dengan risiko pertahanan hidup, seperti
malnutrisi, dehidrasi, infeksiJidak dapat menyadari situasi berbahaya (skor 5-l).
3. Penentuan skor aklir dengan interval l0 poin, antara lain:
a. Skor 100-70 menunjukkan hanya ada kesulitan fungsi yang ringon
b. Skor 69-31 menunjukkan adanya disabilitas yang bermanifestasi dalam berbagai
tingkatan (fungsi sosial sedang)
c. Skor yang kurang atau sama dengan skor 30 menunjukkan fungsi sosial pasien
salgat buruk dan memerlukan bantuan atau supervisi.
TINGCI
KEMEN'TERIAN RIS[,T, TDKNOI,OGI DAN PENDIDII(AN
UNIVERSITA S SYIAH KUALA
FAKULTAS KEPERAWATAN
ACEH DARUSSALAM. BANDA
Ir l.r.l065l) ;555155. i5551.]0. t'er'(0551)75552t9 l,anlpiran 6
E{.ii, r\.rd\n$ rt'h ie idw.r,ir': w* o('p-u"vrrhr' ld
Dengan honnat, sehubungan dengan penyusunan p.oposal tesis yarg dilakukan oleh mahasiswa
Program Studi Magister Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala berikut:
untuk rtu kamr mohon kesediaan Bapal</lbu memberikan izin kepada yang bersangl-utan
melakukan pengumpujan data awal di rnstansi/wilayal kerja Bapakflbu.
Demikian, atas bantuan dan kerjasama yang oaik kami ucapkan terima kasih.
Eekal I, ,
t":
1,
Kp., M.S., Ph.D
i2 200112 I 001
), "1,
PEMERINTAH ACEH l-ampiran 7
1. Sehubungan dengan surat saudara norror : B/81 I tiN i L | .l 2/KN4/2019 tanggal l0April
2019 tentang pengambilan data awal skripsi, dengan ini menerangkan bahwa:
2. Dapat disetujui untuk meiakukan pengambilan data awal di RSJ Aceh, dengan
ketentuan sebagai berikut i
3. Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerja samanya diucapkan terima kasih
7t
,';il;x;,1/
+
j
C
Pembina TK I
NIP. t 97l0l0l 199603 l006
PEMERINTAH ACEH
RUMAH SAKIT JIWA
t
Lampiran 8
Jl. Drr Sl€d€flEyeb No.25T€lp. ( 0651 ) 32010 - 32020 F8rmllo ( 0651 )2585i
BAIUAACEH 23.126
2. Dcnar tclah sclesai melakukan pengambllan data di Rumah Sakir Jiwa Aceh,
Pada tanggal 23 Sampai dengan 24 April2019.
rNf
M DAN UMU
JIWA AC !,,7
-!
a.
4
DD
Pembina TK I
NIP. 197t0101 199603 I 006
Lampiran 9
Komite Etik PenElitian Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala menerangkan bahwa
penelitian tersebut dibawah ini:
Telah direview dan berdasarkan informasiyang diberikan dalam form etik penelitian pada Fakultas
Keperawatan Universitas Syiah Kuala dan revisinya, proposal penelitian tersebut dinyatakan
LULUS kajian etik
NB: Harap memberitahu komisietik via email kea etik.fkep@omail.com setiap ada perubahan
pelaksanaan penelitian yang dilakukan
KEMtrNItrl1rAN I\IJE r, r Er\tr\rL
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
I
FAKULTAS KEPERAWATAN
DARUSSALAM, BANDA ACEH
-El,p {0651} 7555255, 7555130, FAX.(0651)7555249
E-m lJkep@unsyiah.ac-id. Website:wtry-lk6p_unsyiah.ac.id.ec.id I-un)pira! Ill
Dengan hormat, sehubungan dengan pelaksanaan uji kuesioner yang akan dilakukan oleh
mahasrswa Prcgam Studi Magister Keperawatafl Fakultas Keperawatan Universitas Syiah
Kuala berikut ini :
Kami mohon kesedian Bapak4bu untuk memberikan izin kepada ytng bersangkutan agar dapat
nTeiakukarr uji kuesioner di instansi/wilayah kerja Saudara.
i)emikian, atas bantuan dan kedasama yang baik kami ucapkan teriria kasih
,y
,,,,,FIJ,Y,SH,S*TIIJ.,I^Y,1,,.
Telepon (0651) 32010 - 32020, Faksimile (0651) 25857
.
2. Benar telah selesai melahrkan Uji kuesioner di Rumah Sakit Jiwa Aceh, mulai tanggal
ll sampaj dengan 2J Agustus 2019
3 Demikian ka i sompaikan da. tcrida kasih.
DIN SE N'I.
TKI
I 199603 I 006
Hasil uji Reliability PSP
RELIABI LITY
/VARIABLES= Attention Memory Fluency Visuo Varoo05
/MODEL=ALPHA
/SUMMARY = TOTAL.
Scale: ANY
Case
,Y %
Reliability Statistics
Cronbach'sAloho N ol ltems
,94
Item-Total Statistics
RELIABILITY
/VARIABLES=PSPI PSP, PSP3 PSP4PSPsPS PSPT PSPB PSP9 PSPI0PSPSII PSPI2PSPI3 PSPI4PSPI5 PSPI6PSPIT
PSPIS PSPI9 PSP'O PSP2I PSP22 PSP23
l3
l3
Crurbacht,llbh.
,72 2l
.73
l5,ll
1.2t .20 .'12
1.r,83 ,77
,00
5,33
l5,l I 6,22.
15,73 ,,0
,4r
14,39 ,12
14.31 7,68 ,73
14,83 NaN ,73
l.l.3l 7l
14.31 73
72
TABEL CONTENT VALIDITY INDIX (CVI) UNTUK XUESIONER PSP
PENILAI
I'I'EM YAN(; I)INILAI
AHLI I AHLI 2 AHLI 3 .IT:NTLAH I-CVI
DOMAIN A
I I I
ttt
l l I
2 I 0 l 2 0.66667
3 I I I 3 I
I I I I I
5 l I I 3 I
6
DOMAIN I]
7
m 0
l
I
I
I
I
2 0.66667
I
I I I I I
9 0 I I 2 0.66661
l0
DOMAIN
ll
C m l
l
I
I
I
1 3
I
I
t2 l I I I
l3 I I I I
l1 l I l 3 I
t5 I I I 3 I
I6 I l I l I
17 l I I l I
DOMAIN D
t8 l I I 3 I
l9 I I 0 2 0.66667
20 l I 1 3 I
21 I I I I
2). l I 1 I
23 I l 0 2 0.66667
Rala-rata I-CVl 0.92
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DA]'I PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
t FAKULTAS KEPERAWATAN
OARUSSALAM, BANDA ACEH
rELP.(0651) 75s5255, 75ss130, FAX.(0651)7sss249
E-mail:ft.p@un!yirh..c.id, W.bsite:w*w.ft ep_unlyiah.rc.id.rc.id
Lampiran ll
Yrh.
Direlrur Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Aceh
Dengan hormat, sehubungan dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa
Progam Studi Magister Keperawatan Fakultas Kepemwatan Universitas Syiah Kuala berikut
ini :
untuk itu kami mohol kesedian Bapak{bu memberikan izin kepada yang bcrsangkutan
melakukan penelitian sesuai denganjudul p€nelitiaulya di instansi yang Saudara pimpin.
Demikian kami sampaikan, atas bantuan dan keiasarna yang baik kami ucapkan terima kasih
I
{
I
ahlil, S.Kp., M.S., Ph D
204 2001L2 1 001
PEMERINTAH ACEH Lampiran 1,1
Pekerjaan Mahasiswi
JudulPeneiitian Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi
Perubahan Fungsi Kognitif dan Fungsi Sosial Pada
2. Benar telah selesai melakukan penelitian di Rumah Sakit Jiwa Aceh, tanggal ll
September sampai dengan 6 Oktober20l9.
MDANIIM
a
l!'/
-)
S MSi
Cc lna TKI
0101 199603 r 006
ia L t 0 I I I I at
I I a I I I 9r89t0606r at
I 0 I I I ta
I I a I I I I I 1[a1r0a06r
I I 0 0 I I I aa
Il la I I z I I I I lt
0 I 0 I I I IT z88 t t00t r I L'
arl !a I I I L
t.- I I I I 6199100t 31 ta
lt a L I I I I I 19t9t0901rr ti
0 I I ta6zl0l,0! I ta
n 0 L 0 L L I I t9z900al0I aa
tl I I I I 0 I LI 9t t690/0tl lz
I I I t I I
3t I I I ! I I I I I
I I a I I I I 6at0t00Ilt
I L I 7 0 Z I I I z I LI 110600t tzl LI
0 0 l I I I ! I a I 6'tr r0a06t
I t 0 I I a I ar 991ro0900r 9I
0i a I i 0 I I 9t tt00zt0l
.I 0 0 I I L I z I I I 6r,al0z0tl .I
al 0 0 0 I I I If Z1
ai 1l I 0 0 I I 0 I ! 0 I LT rzzt0torr II
i, lr- I I I I t t 0 I at 9241t08061 0l
i, ti 0 I I 0 0 I a a 0 I Illlt08061
l.i 0 I I c I I I IZtd0806r
le I I 0 0 I a I I
li 0 I L 0 I I t I 3i
fl I 0 I I z 0 I flfat0t06t
ti I I 0 I I I I la tzftI0806l
ti 0 I l l I l,s€4t08061
0 I 0 I I I i. LI Des q-vl ,0r9oo9o I I I
L L I I I 1 I I al 899100t04t T
: l-,\ lu ,"{ I c] xt
! 4 E ];Ult E
I
llrlB
tt
P
"i ls le
3 g
a 3 .e
E] 8
tJ_
,1.
E
Eld
l= EIE]E ffi slelslalE|:ls
dddffi EIB
-t- :
l= lE lt l=
! l a
E
4 a ,l*l*ll, E E I
ll E
E
!
3 E 5 3
l,l; 3 3
5
ll 2
e 8 t: : 5
E
E;HBEEdd+
a
ELH+$ l3
6
=
L I I o6alloro
I L
I
l l
f 1!l!fi,ri -.,1
t
I a I I I I I zt 6tt
t 'o.osl
z
I I 0 I I I I I l It&.r0606l Ill
L 0 0 I 0 0 0 I
I I L a! 6al
,t1 0 0 ! 0 I 0 I 9f |9l! oto,l lta l
aa 0 I I I 1t *s ,F"vT ,mr lorol r Ltt
0 t L I l I I 0 ,P!dl rtt9to6o6t 9
I 0 L I L L I as I azgroo6oo r 9tl
I 0 I t I 0 IS I r r.000z06 fal
0 I 0 L I a
I L I l I strrlolor r z
I I I I Itl
0 I 0 I I L I ra azral0606r 0al
08 0 I I I L la6t00l I0l 6tt
L I 0 I L a, t 'r\-D@s t
,llzoor r6 N;I
L I loa9rt0606r LZl
I I a I I I It I tgsooozo6 9at
7 I I I I I L I I LI | -n{a 9ZI
I 0 I I I I IT r----------iiE!4 l006r8&ocr izl
0 I 0 0 I I I I 0i I qEDK DuJal 5rz6ooi0zl tzt
I I l I 0€ I s^.f )pul 66t8806o61 zzl
I I 0 I 0 t I a I I I it T rloftn" tzl
L I L I 0 a I I I I ta I io88lo8o. r 041
I I I t I I I I a I ta 8 t88 t0209 t 6lt
a! I t 0 L a I I L I at I q,vEpwsl l6a6zotor I , I
I I 0 I 0 I I I l.l I
.L I 0 I 0 I 0 I I I I I 0 I fl ".,g
q;tl sor,6' lz6l I 9ll
.L LI I 0 I t I I I I I 0 I P13r:rp'dl 0r6a00z t6 9tl
0 0 I a 0 I I I I l aa I toa00l00l III
I 0 I 0 0 0 L I I I L
qrv !p@al trSflororl .I I
L I L I I L a z I I It erlr xprdl s8roiozl alr
.L 0 I a 0 I z I I I N' 8t tLl0z09t t
0 I , I I I I z I I l83Z0t08l OII
I I I t I I 9S f ejcln q-vT trzrlorolt
I I 0 t 0 I I Z I qsv Bp@€l tOtOrOrO8l 801
.: a I :: ;
tl
llJ E
l,li
5
3
3 ]{]IJ! I I
EIAIJ.,
!t"ti 4 3
I l6 32 48
2 25 '71 96
:l 22 2E
17 125 t72
(hi
(2-sided)
I 142. 2 .i|86
Lik.lihood Ratio 1.431 2 48E
Lincar-by-Line Associalion 1.397 I .237
172
a 0 ells (,0olo) hav. cxpsted count less th 5. Thc minimun cxp.crcd counr is
1,65_
MA('YN
baik
G.nd.r 0 26 30
I :t3 99 112
Tor.l 41 125 t12
('h
Asymp Si8 Exaci Sig. Exa.t Sig
di (2-sid.d) (z-sidcd) ( l-sid.d)
t.5E2. I 058
CoDtinuity Comcrionb 2.780 I 095
4.027 I 045
012. 0{l
Lincsrby-Lired As$cialion 1.562 I 059
N ofvalidCases 112
a.0c6lls(,07o) havc cxpected count les the 5. The minimum expeclcd count 8.20.
b. Compulcd only for a 2x2 rable 's
2 9 t0
47 I25 112
(h,
Asymp. Si8.
JI (2-sided)
4.695. 2 096
4.329 : IIJ
Lined-hy-Lincd Asocialion l.9tl I .01E
t72
& 0 cclls (,0',6) havc.xp€ctcd counl less dan 5. Tlc minimum.xp.clcd count is
5,t9.
MACYN
lL,L.r
chi
Asymp. Si8. Exad Sig. Exact SiB.
Lil (2-sidcd) (2{id.d) (l-sid.d)
27al 598
Conlinuily Conection" .083 773
Likelihood R.tio 287 592
8ll t96
Lined-by-Linee Association 271 l
N ofvalid Cases t12
a. 0c.lls (,07o) have expecied couil less lhe 5. Tle minimum cxpcctcd count is 7.10.
b. Computed only for a 2x2 tablc
MACYN
I -l l8 12
2 l.l 45 59
l 29 42 1t
47 125 t12
chi
Asymp. Sig.
dl (2-sidcd)
13.62r. 00t
l 0r)l
l.hcdrbll.inear As!)cLoror l
ltl
a 0 cells(.0i;) halc crpected counr lc Ihe minnnum.xp..red counl is
48
M ('YN
0 I6 45 6t
I t6 48 64
l5 12
I25 112
chi
Aslmp. Sig
(2-sid.d)
Pcarson Chi-Squaie 7l0l 2 70t
Likelihood Ratio .697 2 706
Litr. -by-Lin.or Asociation .314 I 541
N ofvalid Cas€s 172
a 0 cclls (.Po) h.ve cxpcctcd counl less than 5 'fte minimun cxp.d.d coum is
12.E4.
Ilail
I 124 I68
2 l I 4
41 125 t72
ch
Asymp. Sig. Exact Sig
dl (2-sid.d) (l-sidcd)
4.687. 010
Continuity Co(.ciionb : 551 0
Likclihood Ralio ,1.034 oLl5
063 061
N of Yalid Cas.s 172
a. 2 cclls (50,0"/0) hav. .xp..ted count lcss than 5. Thc minimum .xp€cted counr is I ,09
b. Compulcd only for a 2, lable
Konigeja'v ( YN Gos\r bulalion
NI ('YN
0 l, 6t 98
I l0 74
'Iolal 125 112
('hi
Asymp. Si8. Iixad Si8 Exacl Si8.
.ll (2-sided) (l{ided)
12477'
c6nlintritu a.m.ri.nb ll.2E6 00t
Likeliho; Rario l3 214
a- 0 cells (,0 6) havc €xpcctd counr less rhe 5. Th. mininum cxpered counr is 20,22-
b. Comput d only for s 2x2 labl.
MACYN
brlt
0 37 6l 98
I 9 1l 52
2 I 2l 22
47 t25 172
(lhr
Asymp. Sig.
di (2-sided)
l3 745. 1 00t
Likelihood Ratio t5175 2 .000
Lincar-by-Lincir Associ.tion 13.142 I .000
N ofvalid Calcs t72
& 0 cells(,0%) have cxpected count less $an 5. Thc minimum expected couDt h
6,0t.
M C\'N
I olal
R!(KIS 0 ]E ltl 152
I 9 ll 20
Toi.al 17 t25 172
chi,s
l\acl SiB tirncr Sic
\i1 t2-sid.d)
t.560. I 059
Coniinuily Corccliont 2.624 I 105
I 270 071
051
Linear-hy-Linear Association 1.519
t12
4 0 @lls (,0'l') hrvc o(pccted counr less fian t Thc minimum cxpeclcd counl is 5.47
b. Compur.d only for a 2)(2 labl.
NlACYN
Olal'mga I t5 20 l5
2 t5 {3 58
l t1 62 19
4l 125 172
Asymp. Si8
df (2-sidcd)
5.655. 2 059
5.3s1 2 t)69
Lined-by-Lin.e As@ialio, 4 895 I 027
172
a- 0c€lls(.0%) have cxpected counl less $an 5.'lhc minimum cxpected courl is
9.56.
MACYN
0 l9 ll3 152
I E t2 20
Total 47 125 t12
(h
Aslmp. Sig Ix&t Sig. Exact Si8.
dl (2-sid.d) (2-sided) (l-sided)
1.831. -176
Continuity Coretioob r.180 .277
Likclihood Ralio 1.713 l9l
Fisheds Exact Tesl ll9
Lin$r'by-Lined Asocialion LE20 I 171
N ofvalid Cas.s t12
a.0 cclls (-0%) have expecred co!nl lcsr rh fhc mjnimuB expecLed count ls j.+l
b Compurcd onlr ior a 2\2 rahle
N,IACYN
25 56 8l
I 22 69 9l
11 125 t12
chi
Asymp. Si8. Exad Sig. Exacr Si8
df (2-sided) (2-sidcd) (l'sided)
965. 326
(lonti.un) Qrec!on' .l l7
.96i1 326
392 209
Lined-by-Lincd Asociarion 960 327
t72
a. 0 cells (,0%) have expecied cornl less than 5. The minimum expeded couni is 22.11
b. Computed only for a 21 labl€
MACYN
0 30 8l lll
I t1 6l
Toial 47 125 t12
chi
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
dl (2-sided) (2-sided) (l-sided)
906
Continuity Corectionb .000
Likclihood Ralio .014 906
1.000 521
Linear-by-Linem Asociarion .0t+
172
a. 0 cells (,0olo) have expected count les thm 5. The minimum expectcd count h 16.67
b- Compuied only for a 2x2 table
Antiklng 0 28 75 103
l I9 50 69
Tol,al 77 125 112
I
Aslmp. Si8.
dl (2*ided)
a. 0 cells (.07o) have expected counl less tha. 5. The minimum expecled count is 18.85
b. Computcd only fora2x2 table
N N N
'I ipeskiro * Ktesorinrac t72 100.0% 0 0.00/a t72 100.0%
Hasil Uji Biurirl VAri!bcl lndclt€ndcr
I l2
2 68 2ll
-1
2t 28
125 t12
(hi
Asymp. Si8
J' (2-sided)
1 8lt
Lik.lihood Ratio -772 2 610
Lin@-by-Lirw Association .015 I 901
N ofvalid Cascs t7z
valid
N N N
t72 t00.0% 0 0.0% t72 t00.0%
PSPY\
0 t5 t5 30
I I I0 32 142
r25 17 t12
{h
Exact Si8.
di (2-sided) (2-sided) ( l-sided)
9.406r .002
Conlinuity CoEedion! 4.016 .004
Lik.lihood Rario 8.6t5 .001
Fishe,'s Exa.t Tesl 001 .001
Lincar-by'Lin.-ar Associalion 9 tJ3 _N7
N ofvalid Cascs 112
r 0 ells (,Po) hav. cxpccied @unt les th& 5. Tltc minimum exp€ctcd count is 8,20.
b. Compurcd only for a 2x2 tsble
Slatu\ " PSPYN ( rosstrbul,lion
0 7E 25 I0l
I 34 l6 50
2 I3 t9
125 112
Lll (2{idcd)
I 207' 2 .547
2 550
Linear-by-Lincfi Associadon 966 I .326
172
PSP\'N
I 104 1l t46
2 2t 26
125 112
a.0 ctlls (,00/o) have cxpected count less than 5. Th€ minimum exp€ctcd counr is 7,10.
b. Compur.d only for a 2r2 rablc
I,endid kan * PSPI'\ ( rrs(abularirr
PSf) \
I 2a t4 42
2 37 ?2 59
l 60 II 71
125 47 112
Asymp. SiB.
dt (2-sided)
I7t8. 2 .013
9.t t1 2 .010
Lin@-by-Lincar Association 5.526 I .0t9
N ofvatid Cas.s t72
PSI'YN
0 43 t8 6t
I t5 l9 64
? t7 IO 47
t25 47 t12
Asymp. Sig.
(2-sided)
P..rson ChLSque 1.192. 2 .551
Likclihood ktio r.2t3 2 540
Lincrr-by-Lin@ AsGiaIion 8t6 I .t66
N ofValid Cascs 112
PSPYN
I t22 166
l l I
Total 125 172
( hi,
rl-i,i.J l
I
Conlinuil-1 Corectionr I 000
Likclihood Ralio 0t I I .9t5
I 000
I-incaFby'Lin.d Asociation .01 I I
l'12
a.2 cells (50,0%) harc cxpeded counl lcssthan 5. Tle minimum expecrcd counr is 1,0t,
b. Compuled only fora 2x2 6ble
0 16 22 98
I 25 74
Total r25 47 t72
(h
Asymp. Sig Exact Sig Exact Sig.
dl (2-sided) (2'sidcd) (l-sided)
? 7?8' 099
Continuily CoEeIionb 2.tEl 139
Li*clihood Ratio 2 7t0 r00
t10 070
Lincar-by-Linee Association 2.7t2 1 I00
N ofvalid Cascs t7z
d.0 c.lls (.0%) have oxpectod counl les lhan 5. The miniDumexp@ted counl is 20,22
b. Compured onlyfor a 2x2 table
0 76 22 98
I 38 t4 52
7 ll ll 22
125 47 t72
Arymp. SiB.
df (2-!idcd)
6.8131 2 .032
Likclihood Rario 6.292 2 043
Lin.,r-by-Lind Assiation 5 521 I .019
N of valid Cas.s t72
R*lxlg ' PSPI \ ( rossr.htrlrlhn
PSPYN
5 E5E 015
Continuil}_ Core.lionh 4.61E 0lt
5.t01 02t
L 0 ells (,0/o) hav. cxFctcd @unr lcss rhd 5. Tl. minimumcxpcctd counr is 5,47
b. Computcd only for a 2x2 lablc
Olalraga I 6 l5
2 4t t7 5E
l 57 22 79
125 47 172
Asymp. Si8
df (2-sidcd)
4781 2 781
.,189 2 ?E.l
Linear-by-l,inca, Association .190 I 661
172
a.0 cells (.0%) havc expected count lcss than 5. The minimum cxpcclcd counl is
9.56.
PSPYN
0 Ill 39 152
1 12 6 20
t25 41 112
E\act Si8. Eracr Sig.
dt (2-sidcd) ( l-sidcd)
t.E3 r. t76
Conrinuity Corccrionb I180 211
t.713 l9r
l]l]
Lin@-by-Lined Association I 820 1'1
t12
a.0 c.lls (.00/6,) havc cxFded count less rho 5.1-h. mirimum exp.cicd cou is 5.47
b. Computedonl) fora 2, iable
PSPYN
0 t5 EI
I l2 9t
125 17 t72
(-h
Asymp SiB. Exact Sig. Dxact Sig
dl (2-sided) (2-sidcd) (l-sided)
5.980. I 014
Continuity Cor.cc on! 5 l7l I 021
Likelihood Ratio 6 l0l I 014
0l? 0
Linc$-by-Lir@ AssociatioD 5 9r5 I 0t5
N ofvalid Cas€s It2
a- 0 cclls (,0./c) halc qpet.d count 1s thm 5. Thc minimrm cxp.cled courl is 22.l3-
b. Compur.d only for a 2x2 lablc
PSPYN
0 7t 40 nr
I 51 1 6l
I:J t72
aLt Lt tzt
0s I
f0l 8a SL 0 ?utlnuy
N.t.tsd
| | ,"ro
103 "",""n'
59,9 "",""^
59.9 59.9
Samar 26 15.1 15,1 75.0
I ,6 ,6 75.6
C€Dat 9 5.2 80.8
Gaqap 5 2.9 83,7
Menqulan*ula.q kata Yanq 2 12 1.2 E4.9
5 35 3,5 88.4
20 17.0 17.0 100,0
0 ,0 0 100.0
172 100 0 100 0
16 9.3 9,3
1 .6 .6 9,9
7 4,1 14.0
1 6 ,6 14,5
2 12 1,2 15,7
12 7.0 7.0 22.7
Sesuei 133 773 77,3 100,0
Toril 172 100 0 100.0
G.ngguan k6mamPuan
63 36,6 36,6
Gangguan k€mampuan
penilaian bermakna 46 26,7 26,7
ht
p€mbicaraarvPsrB6vera 7 320
C. Speac, (Pcmbicaraan)
Lf Hipokondria I Sesuai
E Depersonalisasi
E Phobia
E Pikiran magis
E. Thoust Pruce$ (Proses Pikir)
E Tangensial Blocking
! HalusinasiPendengaran
E Halusinasi Penciuman
E] Halusinasi Peraba
E HalusinasiPenglihatan
E Halusinasi Perasa
E Bing1lng E Stupor
E Sedasi tl Disorientasi
H. Q)gnititD, onl Stn$rir?,, I l)xrx inraal (lxn Iingkrl Kon\( lrnsir
E Mudah dialihkan
J. lnsight
tr Derajat I (menyangkal sama sekali akan penyakitnya)
tr Derajat 2 (Sedikit rnenyangkal, butuh bantuan unluk membuat pasien sadar akan penyakitnya)
Jadnal Kesialan
:{o Kegialan
ffi
Jan'19 feb'19 Mar'19 Apr'19 Nlei'19 Juni'19 Juli'19 Agusl'19 Scpl'19 ()kt't9 Nov'19 l)es'19
Pensaiuan Judul Peneiitian |il I It
Tttt
I
tT +
t+ TtrtrtItttif
3
Sludi KQustakaan
Penlusunan Proposal Penelitian T[It -]-
l
5
Seminar Proposal
Perbaikan Proposal
ult]-tltt
I I
u + +H+t L
L
It
Uji Etik Penelitian
Tt Tftt
6
+l.t+H+
7
8
Uj i lnstrumen Penelitian
l
t0
ll
l2
Penyusunan laporar
Ujian Tesis
Perbaikan Tesi5
l
+ Il+
_l
+ +F
TtT t ffi + l+ ++ r
I] I I
Elva Mumt.ziy.
NPM. 171220r0r0r0003
I-ampiran l8
A. Identilrs Pribadi
Status Menikah
Agama
Pekerjaaan Mahasiswa
B, Orrtrg Tua
l. Ayah H.Syukri Daud. llA
2. lbu Hj.Nurlainah Abdurrahman
b. Hasna Nabila
D. Rhdayat PendidikaD
SD MIN Mesjid Raya Banda Aceh Lulus : 2002
SMP MTsN Model Banda Aceh Lulus:2005
SMU MAN Model Banda Aceh Lulus : 200E
Perguruan Tinggi Sl llmu Keperawatan Unsyiah Lulus:2012
Profesi Ners Lulus:2013
Magisler Keperawatan 2017 - Sekarang