Anda di halaman 1dari 93

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA NY.

N DENGAN

HALUSINASI PENDENGARAN DI YAYASAN

PADLANURSABANIAH MANONJAYA

TUGAS AKHIR

Oleh :

N. EUIS PIROH

NIM. P2.06.20.3.17.121

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

TASIKMALAYA

2018

i
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA NY. N DENGAN

HALUSINASI PENDENGARAN DI YAYASAN

PADLANURSABANIAH MANONJAYA

TUGAS AKHIR

Diajukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat dalam

menyelesaikan Peogram Pendidikan D III Keperawatan

Pada Program Studi Keperawatan

Tasikmalaya

Oleh :

N. EUIS PIROH

NIM. P2.06.20.3.17.121

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

TASIKMALAYA

2018

i
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA NY. N DENGAN

HALUSINASI PENDENGARAN DI YAYASAN PADLANURSABANIAH

MANONJAYA

PENYUSUN : N. EUIS PIROH

NIM : P2.06.20.3.17.121

Proposal Karya Tulis ini telah diperiksa dan disetujui

Oleh Pembimbing untuk diajukan

Tasikmalaya, 30 Mei 2018

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Hj. Peni Cahyati, S.Kp.,M.Kes Drs. Unang Arifin, M.Kes

NIP: 196406221986032003 NIP: 195912021980031001


ii
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA NY. N DENGAN

HALUSINASI PENDENGARAN DI YAYASAN PADLANURSABANIAH

MANONJAYA

PENYUSUN : N. EUIS PIROH

NIM : P2.06.20.3.17.121

Proposal Karya Tulis ini telah diujikan dan dipertanggung jawabkan

pada tanggal 06 agustus 2018

Penguji

ketua anggota anggota

Hj. Peni Cahyati, S.Kp.,M.Kes H. Asep Riyana, S.Kep.,Ners.,MA.Kes Dudi Hartono,Ns., M.Kep
NIP: 195912021980031001 NIP: 197601012001121002 NIP: 197105121992931002

Mengetahui Disahkan oleh :


Ketua Jurusan Keperawatan Ketua Program Studi D III Keperawatan
Tasikmalaya Tasikmalaya

Dudi Dudi Hartono,Ns., M.Kep Lia Herliana, Ners., M.Kep


NIP: 197105121992931002 NIP: 197304141997032001

iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : N. Euis Piroh

NIM : P2 0620317121

Program studi : Prodi Keperawatan Tasikmalaya

Judul Karya Tulis : “Asuhan Keperawatan Jiwa Ny. N dengan Halusinasi


Pendengaran di YAYASAN PADLANURSABANIAH
MANONJAYA”

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis yang saya susun ini benar-
benar hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilan alihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atas pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa karyatulis ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas pembuatan tersebut.

Tasikmalaya 30 Mei 2018

Yang Membuat pernyataan

N. Euis Piroh
P2 0620317121

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, karena atas berkat,

rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis yang

berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Jiwa Dengan Gangguan Persepsi

Sensori : Halusinasi Pendengaran Pada Ny. N di Yayasan Padlanursabaniah

Manonjaya”

Adapun penyusun Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai salah satu syarat

dalam menyelesaikan Program Studi Keperawatan Tasikmalaya. Selama

mengikuti pendidikan dan penyusunan Proposal Karya Tulis ini penulis mendapat

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempata ini penulis

memberikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas

dukungan yang diberikan.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada yang terhormat :

1. Ibu Hj. Betty Suprati, S.Kp. M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Tasikmalaya.

2. Bapak Dudi Hartono, Ners, M.Kep selaku Ketua Jurusan Program Studi D

III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Tasikmalaya.

3. Ibu Lia Herliana S.Kep, Ners, M.Kep selaku Ketua Program Studi D III

Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Tasikmalaya.

4. Ibu Hj. Peni Cahyati, S.Kp.,M.Kes selaku pembimbing 1 yang penuh

kesabaran meluangkan waktu dan pemikirannya dalam memberikan

bimbingan.

v
5. Bapak Drs. Unang Arifin, M.Kes selaku pembimbing 2 yang penuh

kesabaran meluangkan waktu dan pemikirannya dalam memberikan

bimbingan.

6. Seluruh staf dan karyawan Program Studi D III Keperawatan Politeknik

Kesehatan Kemenkes Tasikmalaya yang telah membantu dalam

pengurusan surat izin penelitian.

7. Suami serta anak anak tercinta dan seluruh keluarga yang selalu

memberikan dukungan baik materi, motivasi serta doa untuk kelancaran

dalam menempuh pendidikan.

8. Teman-teman mahasiswa Program Studi D III Keperawatan serta semua

pihak yang telah turut serta membantu penyelesaian proposal karya tulis

ilmiah ini.

Penulis menyadari dalam penulisan proposal karya tulis ilmiah ini masih

jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penuliskan mengharapkan kritik, saran, dan

bimbingan lebih lanjut untuk kesempurnaan proposal karya tulis ilmiah ini

Tasikmalaya, 30 Mei 2018

Penulis

vi
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY. N DENGAN GANGGUAN
HALUSINASI DENGAR DI YAYASAN PADLANURSABANIAH
MANONJAYA

ABSTRAK

Halusinasi pendengaran yang ditemukan di Yayasan Padlanursabaniah Manonjaya


dari tahun ke tahun semakin ditingkatkan oleh penyebab pengalaman masa lalu
yang tidak menyenangkan, sering melamun dan tidak beergaul dengan orang lain.
Data pasien di Rumah Sakit dr. Soekardjo Tasikmalaya pada tahun 2015 terdapat
pasien halusinasi sejumlah 171 pasien, dan pada tahun 2015 sejumlah 291 pasien.
Gangguan persepsi sensori menduduki peringkat pertama dengan jumlah pasien
291 ,yang kedua resiko perilaku kekerasan dengan jumlah pasien 56, yang ketiga
defisit perawatan diri dengan jumlah pasien 54, yang keempat harga diri rendah
dengan jumlah pasien 47, dan yang terakhir yaitu menarik diri dengan jumlah
pasien 11. Di Puskesmas Manonjaya, jumlah pasien dengan gangguan jiwa
sampai tahun 2018 sebanyak 124 orang. Tujuan : untuk mengetahui asuhan
keperawatan klien halusinasi termasuk penilaian, diagnose, intervensi,
implementasi dan evaluasi keperawatan. Hasil : setelah asuhan keperawatan
selama 3x pertemuan diperoleh halusinasi pendengaran dapat dikontrol dengan
cara menegur, berbicara dengan orang lain, membuat jadwal dan minum obat,
sementara yang belum diraih adalah dukungan keluarga, karena selama ini
keluarga asuhan keperawatn tidak datang. Hasil pengkajian ditemukan banyak
masalah dengan 3 diagnosa keperawatan. Kesimpulan : kerja sama antara tim
kesehatan denganklien atau keluarga klien sangat diperlukan untuk keberhasilan
perawatan pada klien, komunikasi terapeutik dapat mendorong lebih banyak klien
kooperatif, peran keluarga sangat penting dalam merawat klien dengan gangguan
persepsi sensorik : halusinasi.

Kata kunci : halusinasi, mendengar suara, melamun, mengontrol halusinasi,

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia


Poltekes Kemenkes Tasikmalaya
N. Euis Piroh’
P2 0620317121
Hj. Peni Cahyati, S.Kp, M.Kes¹
Drs. Unang Arifin, M.Kes²

vii
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY. N DENGAN GANGGUAN
HALUSINASI DENGAR DI YAYASAN PADLANURSABANIAH
MANONJAYA

ABSTRAC

Hearing hallucinations found at the Padlanursabaniah Manonjaya Foundation


from year to year are increasingly enhanced by the causes of unpleasant past
experiences, often daydreaming and not interacting with others. Patient data at Dr.
Soekardjo Tasikmalaya in 2015 there were 171 patients with hallucinations, and
in 2015 there were 291 patients. Sensory perception disorder ranks first with 291
patients, the second is the risk of violent behavior with 56 patients, the third is
self-care deficit with 54 patients, the fourth is low self-esteem with 47 patients,
and the last is withdrawing from the number of patients 11. At the Manonjaya
Health Center, the number of patients with mental disorders until 2018 was 124
people. Objective: to find out the client's nursing care hallucinations including
assessment, diagnosis, intervention, implementation and evaluation of nursing.
Results: after nursing care for 3x meetings obtained auditory hallucinations can be
controlled by reprimanding, talking to other people, making schedules and taking
medication, while what has not been achieved is family support, because during
this nursing family the family did not come. The results of the study found many
problems with 3 nursing diagnoses. Conclusion: the collaboration between the
health team and the client or family of clients is necessary for successful client
care, therapeutic communication can encourage more cooperative clients, the role
of the family is very important in caring for clients with sensory perception
disorders: hallucinations.

Keywords: hallucinations, hearing sounds, daydreaming, controlling


hallucinations,

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia


Poltekes Kemenkes Tasikmalaya
N. Euis Piroh’
P2 0620317121
Hj. Peni Cahyati, S.Kp, M.Kes¹
Drs. Unang Arifin, M.Kes²

viii
DAFTAR ISI

BAB I .................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................................... 4
C. Manfaat .................................................................................................................. 5
BAB II................................................................................................................................. 6
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................... 6
A. Konsep Biomedis ................................................................................................... 6
B. Konsep Masalah Keperawatan Halusinasi ....................................................... 11
C. Konsep Asuhan Keperawatan............................................................................ 19
BAB III ............................................................................................................................... 29
METODE TUGAS AKHIR .................................................................................................... 29
A. Desain Tugas Akhir ............................................................................................... 29
B. Subyek Tugas Akhir .............................................................................................. 29
C. Batasan Istilah (Defenisi Konseptual) .................................................................. 29
D. Lokasi Dan Waktu Tugas Akhir............................................................................. 30
E. Prosedur Tugas Akhir ........................................................................................... 30
F. Instrumen Pengumpulan Data ............................................................................. 30
BAB IV ............................................................................................................................. 32
HASIL KARYA TULIS ILMIAH DAN PEMBAHASAN .............................................. 32
A. KARYATULIS ILMIAH ................................................................................... 32
B. Pembahasan ......................................................................................................... 52
BAB V .............................................................................................................................. 68
PENUTUP ........................................................................................................................ 68
A. KESIMPULAN ................................................................................................... 68
B. SARAN ................................................................................................................. 70
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 72
LAMPIRAN...................................................................................................................... 73

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organitation (WHO) menyatakan kesehatan jiwa adalah

berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan

keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadianya.

Gangguan jiwa adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,

intelektual, emosional secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini

berjalan selaras dengan orang lain (UU Kesehatan Jiwa No.3 Tahun 1966 dalam

Herman, 2011 hal 1).

Kesehatan jiwa merupakan bagian integral dari kesehatan pada umumnya.

Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian Disability Adjusted Life Year (DALY),

dimana masalah kesehatan jiwa berada pada urutan ketiga (10%) setelah penyakit

infeksi dan parasit (22,9%) serta kecelakaan (11%) yang berkontribusi terhadap

masalah kesehatan (WHO, 1999 dalam Hendra, 2010, h 4).

Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang

sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah penderita

gangguan jiwa bertambah. Data dari World Health Organitation (WHO) ada

sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan jiwa. Indonesia sendiri

diperkirakan sebanyak 264 dari 1.000 anggota rumah tangga mengalami gangguan

jiwa. Angka itu menunjukkan jumlah penderita gangguan kesehatan jiwa di

masyarakat yang sangat tinggi, yakni empat diagnose yang paling banyak di

1
Indonesia adalah rasa cemas, depresi, penyalahgunaan obat, kenakalan remaja

bahkan sampai skizofrenia (Yosep, 2014 hal 34).

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI, 2010)

menyebutkan total jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia mencapai lebih

dari 28 juta orang, dengan kategori gangguan jiwa ringan 11,6% dari populasi dan

0,46% menderita gangguan jiwa berat. Data jumlah gangguan jiwa terus

bertambah, data dari 33 rumah sakit jiwa (RSJ) diseluruh Indonesia hingga kini

jumlah penderita gangguan jiwa berat mencapai 2,5 juta orang. 11,6% penduduk

Indonesia yang berusia diatas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional

atau berkisar 19 tahun mengalami gangguan jiwa berat atau sekitar 1 juta

penduduk (http://etd.eprints.ums.ac.id).

Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku yang secara klinis

bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan

hendaya pada satu atau lebih kehidupan manusia. Gangguan jiwa diklasifikasi

dalam bentuk penggolongan diagnosis (Keliat dkk 2011, h. 1). Halusinasi

merupakan gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau gambaran dan

pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar meliputi semua

sistem pengindraan (Ermawati dkk 2009, h. 18).

Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan

sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi (Muhith 2011, h. 212). Halusinasi bisa

berupa suara-suara yang bising atau mendengung, dan yang paling sering berupa

kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat. Biasanya kalimat tersebut

membicarakan mengenai keadaan pasien yang ditujukan pada pasien tersebut.

2
Akibatnya pasien menjadi marah, bahkan mencederai diri, orang lain dan

lingkungan yang terjadi karena suara halusinasi tersebut. Pasien juga terlihat

seperti mendengarkan suara dan berbicara keras-keras seperti menjawab

pertanyaan seseorang dan bibirnya bergerak-gerak. Kadang-kadang pasien

menganggap halusinasi datang dari setiap tubuh atau diluar tubuhnya, halusinasi

ini kadang-kadang menyenangkan misalnya bersifat khayalan, ancaman dan lain-

lain (Nita 2010, h. 52).

Data pasien di Rumah Sakit dr. Soekardjo Tasikmalaya pada tahun 2015

terdapat pasien halusinasi sejumlah 171 pasien, dan pada tahun 2015 sejumlah

291 pasien. Gangguan persepsi sensori menduduki peringkat pertama dengan

jumlah pasien 291 ,yang kedua resiko perilaku kekerasan dengan jumlah pasien

56, yang ketiga defisit perawatan diri dengan jumlah pasien 54, yang keempat

harga diri rendah dengan jumlah pasien 47, dan yang terakhir yaitu menarik diri

dengan jumlah pasien 11. Di Puskesmas Manonjaya, jumlah pasien dengan

gangguan jiwa sampai tahun 2018 sebanyak 124 orang, diantaranya adalah

sebagai berikut :

Tabel 1.1

Diagnosa Penyakit Gangguan Jiwa di PKM Manonjaya s/d Juni 2018.

JenisPenyakit L P Jumlah %
1. Skizofrenia 37 31 68 18.2 %
2. Depresi 6 12 18 6.8%
3. Epilepsi 6 6 12 1,0%
4. PSM (psikosomatik) 6 20 26 47,6%
Sumber : Data Puskesman Manonjaya s/d bulan Juni 2018

3
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa penyakit Skizofrenia menduduki

peringkat ke 1 dibanding penyakit yang lain. Dampak penyakit Skizofrenia pada

KDM antara lain:

Kebutuhan fisiologis, Aktivitas sehari-hari, Kebutuhan Rasa Aman dan

Keselamatan, Kebutuhan Rasa Cinta dan Memiliki, Kebutuhan Harga Diri dan

Kebutuhan Aktualisasi Diri.

Dari uraian di atas maka Penulis berminat untuk menyusun karya tulis

ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa pada Ny. H dengan Halusinasi

Pendengaran di Yayasan Padlanursabaniah Manonjaya”

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Menerapkan asuhan keperawatan klien dengan halusinasi pendengaran

secara komprehensif.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari asuhan keperawatan klien dengan halusinasi

pendengaran dapat :

a. Melakukan pengkajian pada pasien yang mengalami halusinasi

pendengaran.

b. Menentukan masalah keperawatan pada pasien halusinasi

pendengaran.

c. Menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan halusinasi

pendengaran.

4
d. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana pada pasien

dengan halusinasi pendengaran.

e. Mengevaluasi sesuai dengan tindakan keperawatan pada pasien

dengan halusinasi pendengaran.

C. Manfaat

1. Bagi Profesi Keperawatan

Untuk menambah sumber informasi dalam rangka peningkatan

mutu pelayanan keperawatan optimal.

2. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Karya tulis ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan

bagi perkembangan keperawatan jiwa, khususnya berhubungan dengan

asuhan keperawatan jiwa dengan halusinasi pendengaran.

3. Bagi Penulis

Diharapkan penulis dapat mengaplikasikan pengetahuan tentang

ilmu pengetahuan yang didapatkan dari pengalaman nyata dalam

memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi

pendengaran dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan, serta

dapat meningkatkan wawasan dan keterampilan tentang karya tulis

ilmiah, khususnya yang berhubungan dengan asuhan keperawatan jiwa

dengan halusinasi pendengaran.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Biomedis

1. Pengertian skizofrenia

Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu “Skizo” yang artinya retak

atau pecah (split), dan “frenia” yang artinya jiwa. Dengan demikian

seseorang yang menderita gangguan jiwa Skizofrenia adalah orang yang

mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian (splitting of

personality) (Hawari, 2010).

Menurut Kreapelin pada penyakit ini terjadi kemunduran

intelegensi sebelum waktunya; sebab itu dinamakannya demensia

(kemunduran intelegensi) precox (muda, sebelum waktunya), (Kaplan dan

Sadock, 2010).

Berdasarkan teori diatas maka dapat disimpulkan pengertian

skizofrenia adalah gangguan jiwa yang menetap, bersifat kronis dan bisa

terjadi kekambuhan dengan gejala psikotik beranekaragam dan tidak khas,

seperti: penurunan fungsi kognitif yang disertai halusinasi dan waham,

afek datar, disorganisasi perilaku dan memburuknya hubungan sosial.

2. Tanda dan Gejala

Perjalanan penyakit skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Fase prodromal

6
Biasanya timbul gejala-gejala non spesifik yang lamanya

bisa minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset

psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi : hendaya fungsi

pekerjaan, fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu luang dan

fungsi perawatan diri. Perubahan-perubahan ini akan mengganggu

individu serta membuat resah keluarga dan teman. Mereka akan

mengatakan “orang ini tidak seperti yang dulu”. Semakin lama fase

prodromal semakin buruk prognosisnya.

b. Fase aktif

Gejala positif/psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku

katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan afek.

Hampir semua individu datang berobat pada fase ini. Apabila tidak

mendapat pengobatan gejala-gejala tersebut dapat hilang spontan

saat mengalami eksaserbasi atau terus bertahan. Fase aktif akan

diikuti oleh fase residual.

c. Fase residual

Gejala-gejala fase ini sama dengan fase prodromal tetapi

gejala positif/psikotiknya sudah berkurang. Di samping gejala-

gejala yang terjadi pada ketiga fase di atas, penderita skizofrenia

juga mengalami gangguan kognitif berupa gangguan berbicara

spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan dan eksekutif

(atensi, konsentrasi, hubungan sosial) (Luana, 2010).

7
3. Jenis Skizofrenia
a. Skizofrenia simpleks

Skizofrenia simpleks, sering timbul pertama kali pada masa

pubertas. Gejala utama ialah kedangkalan emosi dan kemunduran

kemauan. Gangguan proses berfikir biasanya sukar ditemukan.

Waham dan halusinasi jarang sekali didapati. Jenis ini timbul

secara perlahan. Pada permulaan mungkin penderita kurang

memperhatikan keluarganya atau menarik diri dari pergaulan.

Makin lama ia semakin mundur dalam kerjaan atau pelajaran dan

pada akhirnya menjadi pengangguran, dan bila tidak ada orang

yang menolongnya ia akan mungkin akan menjadi “pengemis”,

“pelacur” atau “penjahat” (Maramis, 2008).

b. Skizofrenia hebefrenik

Skizofrenia hebefrenik atau disebut juga hebefrenia.

Menurut Maramis (2010) permulaannya perlahan-lahan dan sering

timbul pada masa remaja atau antara 15–25 tahun. Gejala yang

menyolok adalah gangguan proses berfikir, gangguan kemauan dan

adanya depersonalisasi. Gangguan psikomotor seperti perilaku

kekanak-kanakan sering terdapat pada jenis ini. Waham dan

halusinasi banyak sekali.

8
c. Skizofrenia katatonik

Menurut Maramis (2010) skizofrenia katatonik atau disebut

juga katatonia, timbulnya pertama kali antara umur 15-30 tahun

dan biasanya akut serta sering didahului oleh stres emosional.

d. Skizofrenia Paranoid

Jenis ini berbeda dari jenis-jenis lainnya dalam perjalanan

penyakit. Hebefrenia dan katatonia sering lama-kelamaan

menunjukkan gejala-gejala skizofrenia simplek atau gejala

campuran hebefrenia dan katatonia. Tidak demikian halnya dengan

skizofrenia paranoid yang jalannya agak konstan (Maramis, 2010).

e. Episode skizofrenia akut

Gejala skizofrenia ini timbul mendadak sekali dan pasien

seperti keadaan mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam

keadaan ini timbul perasaan seakan-akan dunia luar dan dirinya

sendiri berubah. Semuanya seakan-akan mempunyai arti yang

khusus baginya. Prognosisnya baik dalam waktu beberapa minggu

atau biasanya kurang dari enam bulan penderita sudah baik.

Terkadang bila kesadaran yang berkabut tadi hilang, maka timbul

gejala-gejala salah satu jenis skizofrenia yang lainnya (Maramis,

2010).

f. Skizofrenia residual

Skizofrenia residual, merupakan keadaan skizofrenia

dengan gejala-gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas adanya

9
gejala-gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali

serangan skizofrenia (Maramis, 2010).

g. Skizofrenia skizoafektif

Pada skizofrenia skizoafektif, di samping gejala-gejala

skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaan, juga gejala-gejala

depresi atau gejala-gejala mania. Jenis ini cenderung untuk

menjadi sembuh tanpa efek, tetapi mungkin juga timbul lagi

serangan (Maramis, 2010).

4. Penatalaksanaan Skizofrenia

Ada berbagai macam terapi yang bisa kita berikan pada

skizofrenia. Hal ini diberikan dengan kombinasi satu sama lain dan

dengan jangka waktu yang relatif cukup lama. Terapi skizofrenia terdiri

dari pemberian obat-obatan, psikoterapi, dan rehabilitasi. Terapi

psikososial pada skizofrenia meliputi: terapi individu, terapi kelompok,

terapi keluarga, rehabilitasi psikiatri, latihan ketrampilan sosial dan

manajemen kasus (Hawari, 2010).

WHO merekomendasikan sistem 4 level untuk penanganan

masalah gangguan jiwa, baik berbasis masyarakat maupun pada tatanan

kebijakan seperti puskesmas dan rumah sakit, yaitu diantaranya:

a. Level keempat adalah penanganan kesehatan jiwa di keluarga

b. Level ketiga adalah dukungan dan penanganan kesehatan jiwa di

masyarakat

c. Level kedua adalah penanganan kesehatan jiwa melalui puskesmas

10
d. Level pertama adalah pelayanan kesehatan jiwa komunitas.

Penerapan nyata yang dilakukan oleh pihak RSJ melalui 4 level tersebut

yaitu:

a. Level 4 : melakukan home visit, namun tidak ke semua pasien (hanya

yang bermasalah). Contohnya pasien yang jarang dikunjungi pihak

keluarga, pasien yang sering mengalami kekambuhan, dan pasien

dengan riwayat pemasungan.

b. Level 3 : memberikan penyuluhan/pengobatan gratis melalui program

bansos.

c. Level 2 :Pihak RSJ juga dengan rutin melakukan kunjungan setiap

bulannya disetiap puskesmas, memberikan pengobatan secara rutin,

melatih tenaga puskesmas (dokter & perawat) untuk mampu

memberikan penanganan pertama pada pasien.

d. Level 1 : RSJ setiap tahunnya melakukan bakti sosial dan program

komunitas yaitu penanganan & penyuluhan.

B. Konsep Masalah Keperawatan Halusinasi

1. Definisi Halusinasi

Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam

membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal

(dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan

tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien

mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang bicara

11
(Herman, 2011 hal 109). Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan

persepsi sensori dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya

tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar

(Maramis, 2010 hal 129).

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien

mengalami perubahan sensori persepsi, seperti merasakan sensasi palsu

berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghidungan,

klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada (Muhith, 2011 h.

255). Halusinasi dapat didefinisikan sebagai terganggunya persepsi

sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus (Yosep, 2010 h. 223).

Pengertian halusinasi berdasarkan referensi di atas adalah persepsi

klien yang salah terhadap lingkungan tanpa adanya rangsangan atau

stimulus yang nyata sehingga klien mempersiapkan dan merasakan

sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.

Pengertian halusinasi menurut penulis berdasarkan referensi di atas

adalah gangguan psikotik atau mental yang timbul secara tiba-tiba tanpa

ada objek atau rangsangan yang nyata.

2. Etiologi

Faktor penyebab yang mendukung terjadinya halusinasi

diantaranya adalah :

a. Faktor Predisposisi

Menurut Muhith (2011, h.220-222), faktor predisposisi adalah

faktor risiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang

12
dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stres. Diperoleh

baik dari klien maupun keluarganya, mengenai faktor

perkembangan sosisal kultural, biokimia, psikologis, dan genetik

yaitu faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber

yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stres.

Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya

respon neurobiology seperti pada halusinasi antara lain :

1) Faktor genetik

Telah diketahui bahwa secara genetik schizophrenia diturunkan

melalui kromosom-kromosom tertentu. Namun demikian,

kromosom yang keberapa menjadi faktor penentu gangguan ini

sampai sekarang masih dalam tahap penelitian.

2) Faktor perkembangan

Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan

interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stres dan

kecemasan.

3) Faktor neurobiology

Ditemukan bahwa kortex pre frontal dan kortex limbic pada klien

dengan schizophrenia tidak pernah berkembang penuh. Ditemukan

juga pada klien schizophrenia terjadi penurunan volume dan

fungsi otak yang abnormal.

13
4) Faktor neurotransmitter

Schizophrenia diduga juga disebabkan oleh adanya

ketidakseimbangan neurotransmitter serta dopamine berlebihan,

tidak seimbang dengan kadar serotinin.

5) Faktor biokimia

Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Dengan

adanya stres yang berlebihan yang dialami seseorang, maka tubuh

akan menghasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik

neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetytranferase (DPM).

6) Teori virus

Paparan virus influenza pada trimester ke-3 kehamilan dapat

menjadi faktor predisposisi schizophrenia.

7) Psikologis

Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi

schizophrenia, antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang

pencemas, terlalu melindungi, dingin dan tidak berperasaan,

sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.

8) Faktor sosiokultural

Berbagai faktor dimasyarakat dapat menyebabkan seorang merasa

disingkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat klien

dibesarkan.

14
b. Faktor Presipitasi

Menurut Nita (2010, h. 54) Faktor presipitasi yaitu stimulus yang

dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman, atau

tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk menghadapinya.

Adanya rangsangan dari lingkungan, dan juga suasana sepi atau

terisolasi sering menjadi pencetus terjadinya halusinasi. Hal

tersebut dapat meningkatkan stres dan kecemasan yang

merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.

3. Tahapan Halusinasi

Pathofisiologi halusinasi menurut Herman, (2011 hal 113) berkembang

melalui 4 fase, yaitu sebagai berikut :

a. Fase comforting yaitu fase yang menyenangkan. Pada fase ini masuk

dalam golongan non psikotik. Karakteristik : klien mengalami stress,

cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak,

dan tidak dapat diselesaikan. Klien mulai melamun dan memikirkan

hal-hal yang menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara.

Perilaku klien: tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan

bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat

jika sedang asik dengan halusinasinya, dan suka menyendiri.

b. Fase comdemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi

menjijikan, termasuk dalam psikotik ringan. Karakteristik: pengalaman

sensori menjijikan dan menakutkan, kecemasan meningkat, melamun,

dan berfikir sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang

15
tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu, dan dia dapat

mengontrolnya. Perilaku klien: meningkatkan tanda-tanda sistem

syarafotonom seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah.

Klien asyik dengan halusinasinya dan tidak dapat membedakan realitas.

c. Fase controling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori menjadi

berkuasa, termasuk dalam gangguan psikotik. Karakteristik: bisikan,

suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan mengontrol

klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.

Perilaku klien: kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian

hanya beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien

berkeringat, tremor, dan tidak mampu mematuhi perintah.

d. Fase conquering atau panik yaitu klien lebur dengan halusinasinya,

termasuk dalam psikotik berat. Karakteristik : halusinasinya berubah

menjadi mengancam, memerintah, dan memarahi klien. Klien menjadi

takut, tidak berdaya, hilang kontrol, dan tidak dapat berhubungan secara

nyata dengan orang lain di lingkungan. Perilaku klien : perilaku teror

akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi, menarik

diri dan kakatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah kompleks,

dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.

16
4. Jenis halusinasi

Muhith (2011, h. 216) menjelaskan jenis-jenis halusinasi sebagai berikut:

a. Halusinasi pendengaran

Mendengarkan suara atau kebisingan yang kurang jelas ataupun yang

jelas, di mana terkadang suara-suara tersebut seperti mengajak

berbicara klien dan kadang memerintah klien untuk melakukan

sesuatu.

b. Halusinasi penglihatan

Stimulus visual dalam betuk kilatan atau cahaya, gambaran atau

bayangan yang rumit dan kompleks. Bayangan bisa menyenangkan

atau menakutkan.

c. Halusinasi penghidungan

Membau bau-bauan tertentu seperti bau darah, urine, feses, parfum,

atau bau yang lain. Ini sering terjadi pada seseorang pasca serangan

stroke, kejang atau demensia.

d. Halusinasi pengecapan

Merasa mengecap rasa seperti darah, urine, feses, atau lainnya.

e. Halusinasi perabaan

Merasa mengalami nyeri, rasa tersetrum atau ketidaknyamanan tanpa

stimulus yang jelas.

f. Halusinasi canesthetic

Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,

pencernaan makanan atau pembentukan urine.

17
g. Halusinasi kinestetika

Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

5. Rentang Respon

Prabowo (2014, h 134) menjelaskan persepsi mengacu pada identifikasi

dan interpretasi awal dari suatu stimulus berdasarkan informasi yang diterima

melalui panca indera. Respon neuro biologis sepanjang rentang sehat sakit

berkisar dari adaptif pikiran logis, persepsi akurat, emosi konsisten, dan

perilaku sesuai sampai dengan respon maladaptive meliputi delusi, halusinasi,

dan isolasi sosial. Rentang respon dapat digambarkan sebagai berikut:

Rentang respon neurobiologist

Adaptif Mal Adaptif

- Pikiran logis - Pikiran kadang - Kelainan


- Persepsi akurat menyimpan pikiran
- Emosi - Reaksi - Halusinasi
konsisten emosionalberlebihan - Ketidakmam
- Perilaku sosial - Perilaku tidaklazim puan
- Hubungan - Menarik diri - Emosi
sosial

Prabowo (2014, h 134)

18
C. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian sebagai tahap awalproses keperawatan meliputi

pengumpulan data dan perumusan pohon masalah klien.

a. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data klien secara holistik,

meliputi aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Seorang

perawat jiwa diharapkan memiliki kesadaran atau kemampuan titik

diri (self awareness), kemampuan mengobservasi dengan akurat,

berkomunikasi secara terapeutik dan kemampuan berespons secara

efektif. Karena hal itu menjadi kunci utama dalam menumbuhkan

hubungan saling percaya dengan klien. Hubungan saling percaya

antara perawat dengan klien akan memudahkan perawat dalam

melaksanakan asuhan keperawatan. Oleh karena itu, dapat

membantu klien menyelesaikan masalah sesuai kemampuan yang

dimilikinya (stuart dan sundeen, 2011 dalam yusuf dkk, 2014).

Menurut Stuart dan Sundeen (2011) dalam Yusuf dkk,

(2014) menyebutkan bahwa faktor predisposisi, faktor presipitasi,

penilaian terhadap stresor, sumber koping dan kemampuan koping

yang dimiliki klien adalah aspek yang digali selama proses

pengkajian.

Data tersebut dapat dikelompokan menjadi data objektif

dan data subjektif. Data objektif adalah data yang didapatkan

19
melalui observasi atau pemeriksaan secara langsung oleh perawat.

Data subjektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh klien

atau keluarga sebagai hasil wawancara perawat. Setelah data

terkumpul dan didokumentasikan dalam format pengkajian

kesehatan jiwa, maka seorang perawat harus mampu melakukan

analisis data dan menetapkan suatu kesimpulan terhadap masalah

yang dialami klien (Yusuf dkk, 2014)

b. Analisa data

Jenis Halusinasi Data Subjektif Data Objektif


Halusinasi Dengar - Mendengar suara menyuruh - Mengarah telinga pada
melakukan sesuatu yang sumber suara
berbahaya - Berbicara atau teratawa
- Mendengar suara atau bunyi sendiri
- Mendengar suara yang - Marah-marah tanpa
mengajak bercakap-cakap sebab
- Mendengar seseorang yang - Menutup telinga
sudah meninggal - Mulut komat kamit
- Mendengar suara yang
mengancam diri klien
Halusinasi - Melihat orang yang sudah - Tatapan mata pada
penglihatan meninggal, melihat makhluk temppat tertentu
tertentu, melihat bayangan, - Menunjukan kearah
hantu atau sesuatu yang tertentu
menakutkan
Halusinasi - Mencium sesuatu seperti - Ekspresi wajah seperti
penghidungan bau mayat, darah, bayi, mencium sesuatu
feses, atau bau masakan, dengan gerakan cuping
parfum yang menyenangkan hidung, mengarahkan
- Klien serin mengatakan hidung pada tempat
mencium bau sesuatu tertentu
- Tipe halusinasi ini sering
menyertai klien demensia,
kejang atau penyakit
serebrovaskuler
Halusinasi perabaan - Klien mengatakan ada - Mengusap, menggaruk-
sesuatu yang garuk meraba-raba
menggerayangi tubuh, permukaan kulit, terlihat
seperti tangan, binatang menggerak-gerakan
kecil, makhluk halus badan seperti merasakan
- Merasakan sesuatu di sesuatu rabaan
permukaan kulit, merasakan
sangat panas atau dingin,
merasakan tersengat aliran
listrik

20
Halusinasi - Klien seperti sedang - Seperti mengecap
pengecapan merasakan makanan sesuatu, gerakan
tertentu, rasa tertentu atau mengunyah, meludah
mengunyah sesuatu atau muntah
Cenesthetic & - Klien melaporkan bahwa - Klien terlihat menatap
kinestic hallucination fungsi tubuhnya tidak dapat tubuhnya sendiri dan
terdeteksi misalnya tidak terlihat merasakan
adanya denyutan di otak, sesuatu yang aneh
atau sensasi pembentukan tentang tubuhnya
urine dalam tubuhnya,
perasaan tubuhnya
melayang di atas bumi

c. Pohon Masalah

Pohon masalah berdasarkan Nita (2010, h. 60) adalah sebagai berikut:

Bagan 1.1 Pohon Masalah

Resiko Mencederai Diri Sendiri, Lingkungan, Orang lain

Halusinasi Pendengaran, Penglihatan,


Pengecapan, Perabaan, dan Penghidungan

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

2. Diagnosis Keperawatan

Menurut Carpenito (2000) dalam Yusuf dkk, (2014) diagnosis

keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons aktual atau

21
potensi dari individu, keluarga atau masyarakat terhadap masalah

kesehatan/proses kehidupan. Rumusan diagnosis yaitu Permasalahan

(P) berhubungan dengan Etiologi (E) dan keduanya ada hubungan

sebab akibat secara ilmiah. Perumusan diagnosis Keperawatan jiwa

mengacu pada pohon masalah yang sudah dibuat. Misalnya pada

pohon masalah diatas, maka dapat dirumuskan diagnosis sebagai

berikut :

1) Perubahan sensori halusinasi

2) Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

3) Isolasi sosial : menarik diri

3. Rencana Tindakan Keperawatan

Tabel Rencana Tindakan Keperawatan


Rencana Keperawatan
Tgl. Diagnosa
Kriteria Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi
Gangguan Pasien mampu: Setelah SP 1
Persepsi - Mengenali ….kali - Bantu pasien
Sensori: halusinasi pertemuan, pasien mengenal
Halusinaasi yang dapat halusinasi(isi, frekuen
Dengar dialaminya menyebutkan: si, waktu
- Mengontrol - Isi, waktu, terjadinya,situasi
halusinasin frekuensi, pencetus, perasaan
ya situasi, pencet saat terjadi halusinasi)
- Mengikuti us, perasaa - Latih mengontrol
program - Mampu halusinasi dengan cara
kegiatan memperagaka menghardik
n cara dalam Tahap tindakannya
mengontrol meliputi:
halusinasi - Jelaskan cara
- Menyebutkan menghardik halusinasi
manfaat - Peragakan cara
dari program menghardik
pengobatan - Minta pasien
memperagakan ulang
- Masukkan dalam
jadwal
kegiatan pasien.
- Jelaskan akibat bila
putus obat
- Latih pasien minum

22
obat
- Masukkan dalam
jadwalnya harian
pasien

Setelah…kali SP 2
interaksi pasien - Evaluasi kegiatan
mampu : yang lalu ( SP 1 )
- Menyebutkan - Latih berbicara /
kegiatan yang bercakap-cakap
sudah dengan orang lain saat
dilakukan halusianasi muncul
- Memperagak - Masukkan dalam
an cara jadwal kegiatan pasien
bercakap-
cakap dengan
orang lain
Setelah…kali SP 3
interaksi pasien - Evaluasi kegiatan
mampu : yang lalu (SP 1 dan
- Menyebutkan SP 2)
kegiatan yang - Latih kegiatan agar
sudah halusinasi tidak
dilakukan muncul Tahapan :
- Memuat - Jelaskan pentingnya
jadwal aktivitas yang teratur
kegiatan untuk mengatasi
sehari-hari halusinasi
dan mampu - Diskusikan aktivitas
memperagaka yang biasa dilakukan
nnya oleh pasien
- Latih pasien
melakukan aktivitas
- Susun jadwal
aktivitas sehari-hari
sesuai dengan
aktivitas yang telah
dilatih (dari bangun
pagi sampai tidur
malam)
- Pantau pelaksanaan
jadwal kegiatan,
berikan penguatan
terhadap perilaku
yang positif

Setelah...kali SP 4
interaksi pasien - Evaluasi kegiatan
mampu : yang lalu (SP 1,SP 2
dan SP 3)
- Menyebutkan
kegiatan yang
sudah
dilakukan

23
Keluarga Setelah..kali SP 1
mampu pertemuan - Identifikasi masalah
merawat pasien keluarga mampu keluarga dalam
di rumah dan m menjelaskan merawat pasien
enjadi sistem tentang halusinasi - Jelaskan tentang
pendukung yang halusinasi :
efektif untuk a. Pengertian halusinasi.
pasien b. Jenis halusinasi yang
pasien alami.
c. Tanda dan gejala
halusinasi.
d. Cara merawat pasien
halusinasi(cara
berkomunikasi, pembe
rian obat dan
pemberian aktivitas
pada pasien)

Setelah..kali SP 2
pertemuan - Evaluasi kemampuan
keluarga mampu : keluarga ( SP1)
- Menyelesaika - Latih keluarga
n merawat pasien
kegiatanyang - Rencana tindak lanjut
sudah keluarga/jadwal
dilakukan keluarga untuk
- Memperagak merawat pasien
an cara
merawat
pasien

Setelah..kali SP 3
pertemuan - Evaluasi kemampuan
keluargamampu : keluarga( SP 2)
- Menyebutkan - Latih keluarga
kegiatan yang merawat pasien
sudah - Rencana tindak lanjut
dilakukan keluarga/ jadwal kelua
- Memperagak rga untuk merawat pas
an cara ien
merawat
pasien serta
mampu
membuat
rencana
tindak lanjut

Setelah..kali SP 4 :
pertemuan - Evaluasi kemampuan
keluarga mampu : keluarga
- Menyebutkan - Evaluasi kemampuan
kegiatan yang pasien
sudah - Rencana tindak lanjut
dilakukan keluarga :

24
- Melaksanakan a. Follow up
follow up b. Rujukan
/rujukan

4. Implementasi

Saat memulai suatu implementasi tindakan keperawatan, perawat

harus membuat kontrak dengan klien menjelaskan apa yang akan

dikerjakan dan peran serta klien yang diharapkan. Kemudian penting

untuk diperhatikan terkait dengan standar tindakkan yang telah dan aspek

legal yaitu mendokumentasikan apa yang telah dilaksanakan (Yusuf dkk,

2014).

Adapun Strategi Pelaksanaan untuk masalah keperawatan

halusinasi untuk pasien adalah sebagai berikut :

1) SP 1

a) Bantu pasien mengenal halusinasi (isi, frekuensi, waktu

terjadinya, situasi pencetus, perasaan saat terjadi halusinasi)

b) Latih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik

c) Tahap tindakannya meliputi

d) Jelaskan cara menghardik halusinasi

e) Peragakan cara menghardik

f) Minta pasien memperagakan ulang

g) Jelaskan akibat bila putus obat

h) Latih pasien minum obat

i) Masukkan dalam jadwalnya harian pasien

25
2) SP 2

a) Evaluasi kegiatan yang lalu ( SP 1 )

b) Latih berbicara / bercakap-cakap dengan orang lain saat

halusianasi muncul

c) Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien

3) SP 3

a) Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1dan SP 2)

b) Latih kegiatan agar halusinasi tidak muncul Tahapan :

c) Jelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi

halusinasi

d) Diskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien

e) Latih pasien melakukan aktivitas

f) Susun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang

telah dilatih (dari bangun pagi sampai tidur malam)

g) Pantau pelaksanaan jadwal kegiatan, berikan penguatan

terhadap perilaku yang positif

4) SP 4

a) Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1,SP 2 dan SP 3)

Adapun Strategi Pelaksanaan untuk masalah keperawatan halusinasi

untuk pasien adalah sebagai berikut :

1) SP 1
a) Identifikasi masalah keluarga dalam merawat pasien

b) Jelaskan tentang halusinasi :

(1) Pengertian halusinasi.

26
(2) Jenis halusinasi yang pasien alami.

(3) Tanda dan gejala halusinasi.

(4) Cara merawat pasien halusinasi(cara

berkomunikasi, pemberian obat dan pemberian aktivitas pada

pasien)

2) SP 2

a) Evaluasi kemampuan keluarga ( SP1)

b) Latih keluarga merawat pasien

c) Rencana tindak lanjut keluarga/jadwal keluarga untuk merawat

pasien

3) SP 3

a) Evaluasi kemampuan keluarga( SP 2)

b) Latih keluarga merawat pasien

c) Rencana tindak lanjut

keluarga/ jadwal keluarga untuk merawat pasien

4) SP 4

a) Evaluasi kemampuan keluarga

b) Evaluasi kemampuan pasien

c) Rencana tindak lanjut keluarga :

(1) Follow up

(2) Rujukan

27
5. Evaluasi

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari

tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada

respon klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dibagi

menjadi dua jenis, yaitu (1) evaluasi proses atau evaluasi formatif, yang

dilakukan setiap selesai melakukan dengan membandingkan respons klien

pada tujuan khusus dan umum yang telah ditetapkan.

Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP sebagai pola pikir,

dimana masing-masing huruf tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

S: respons subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan.

O: respons objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan.

A: analisis ulang terhadap data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan

apakah masalah masih tetap ada, muncul masalah baru, atau ada data yang

kontradiksi terhadap masalah yang ada.

P : perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis respon klien.

28
BAB III

METODE TUGAS AKHIR

A. Desain Tugas Akhir

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

penelitian deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang dilakukan

dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara

objektif dengan pendekatan studi kasus. Metode penelitian deskriptif

digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang

dihadapi pada situasi sekarang (Notoatmodjo, 2010). Hasil yang diharapkan

oleh peneliti adalah melihat penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa pada Ny. H

dengan Halusinasi Pendengaran.

B. Subyek Tugas Akhir

Subyek dalam studi kasus ini adalah idividu Ny. N yang mengalami

gangguan halusinasi pendengaran yang dirawat di Yayasan Padlanursabaniah

Manonjaya.

C. Batasan Istilah (Defenisi Konseptual)

Menjelaskan semua istilah yang digunakan dan batasan yang

berhubungan dengan judul Tugas Akhir (Tim KaryaTulisIlmiah, 2018).

1. Asuhan Keperawatan : Suatu tindakan atau proses dalam praktik

keperawatan yang memerlukan ilmu, teknik, dan keterampilan

29
interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien atau

keluarga, terdiri dari lima tahap yang berhubungan, yaitu pengkajian,

diagnose, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Nursalam, 2001).

2. Proses Keperawatan : Proses perawatan merupakan suatu metode bagi

perawat untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.

3. Gangguan Persepsi sensori : Suatu keadaan dimana seseorang mengalami

perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang mendekat (yang

diprakarsai secara internal atau eksternal: disertai dengan suatu

pengurangan berlebih-lebihan, distorsi atau kelainan berespon terhadap

setiap stimulus (Towsend, 1998).

4. Halusinasi : Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam

membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal

(dunia luar).

D. Lokasi Dan Waktu Tugas Akhir

Studi kasus ini akan dilakukan di Yayasan Padlanursabaniah

Manonjaya. Waktu penerapan asuhan keperawatan ini selama 1 bulan (Juni

2018)

E. Prosedur Tugas Akhir

Prosedur tugas akhir diawali dengan pengajuan judul tugas akhir,

setelah itu dilanjutkan dengan kegiatan laporan kasus.

F. Instrumen Pengumpulan Data

Instrument yang digunakan adalah format asuhan keperawatan yang

digunakan di RSMM Bogor.

30
G. Keabsahan Data

Data yang didapatkan pada laporan studi kasus ini bisa dikatakan

absah karena bersumber dari pasien keluarga dan pengelola yayasan

Padlanursabaniah.

31
BAB IV

HASIL KARYA TULIS ILMIAH DAN PEMBAHASAN

A. KARYA TULIS ILMIAH

1. Pengkajian

a. Identitas

1) Identitas klien

Nama : Ny.N

Umur : 35 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Sukaraja Kota Tasik

2) Alasan masuk

Klien bicara sendiri, menyendiri, dan sering melamun.

3) Faktor predisposisi

Keluarga klien mengatakan klien seorang ibu dari ke empat

anaknya, klien orang yang selalu ingin memiliki apa yan dimiliki

oleh orang lain yang lebih dari dirinya, dan klien juga selalu

mendapat perlakuan kekerasan oleh suaminya. Awal mulanya

klien mengalami gangguan jiwa saat usia 32 tahun setelah

32
melahirkan anak ke 4nya, dan klien sudah di bawa ke Ustad dan

pengobatan ke Kampung dengan keluhan yang sama yakni klien

sering bicara kacau, marah-marah tanpa sebab, melamun dan suka

membuka bajunya. Dua bulan yang lalu klien dibawa ke Yayasan

Padlanursabaniah Manonjaya dan menjalankan pengobatan di

yayasan tersebut.

4) Pemeriksaan fisik

1) Tanda-tanda Vital

TD : 120/80 mmHg. Suhu : 36,4 °C. Nadi : 90 x /menit.

RR : 24 x / menit. TB : 150 cm. BB : 68 kg.

5) Psikososial

a) Genogram

Keterangan :

: laki-laki : orang tinggal serumah

: perempuan

: klien

: garis keturunan

33
b) Konsep Diri

1) Gambaran diri

Klien menyukai semua bagian tubuhnya dan bersyukur atas

semua yang diciptakan Tuhan. Klien mengatakan kurang puas

dengan bentuk tubuhnya yang kurus dan rambutnya yang

sudah mulai beruban.

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

2) Identitas Diri

Klien mengetahui bahwa dirinya adalah seorang perempuan

dan klien menerima dengan ikhlas dia sebagai perempuan.

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

3) Peran

Klien seorang ibu rumah tangga, di rumah klien sudah terbiasa

menyelesaikan semua pekerjaan rumah seperti mencuci,

masak, menyapu, mengepel dan lain-lain. Klien adalah single

parent bagi anak-anaknya. Klien tidak bekerja sehingga tidak

bisa menafkahi anaknya. Anaknya dinafkahi oleh ayah klien.

Dan merasa tidak sempurna.

Masalah keperawatan : Harga diri rendah

4) Ideal Diri

Klien mengatakan ingin menafkahi anaknya sendiri, tetapi

klien tidak bekerja, klien tidak ingin membebani ayahnya.

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

34
5) Harga Diri

Klien mengatakan bahwa dirinya kurang percaya diri dan

merasa malu karena klien dianggap orang sakit jiwa oleh

tetangga-tetanganya dan penyakit yang diderita saat ini tidak

bisa sembuh, klien lebih suka menyendiri di rumah dari pada

berkumpul dengan tetangganya.

Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah

6) Hubungan Sosial

Selama klien dirawat di Yayasan Padlanursabaniah Manonjaya

klien mengatakan suka berkumpul dengan teman-temannya.

Tetapi Klien lebih suka sendiri dikamarnya dan melamun.

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

7) Spiritual (nilai dan keyakinan)

Klien berkeyakinan pada agama Islam, kegiatan ibadah seperti

sholat dilakukan ketika belum masuk rumah sakit. Selama

klien di rawat di Yayasan Padlanursabaniah Manonjaya klien

menyatakan jarang menjalankan sholat 5 waktu.

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

c) Status mental

1) Penampilan

Kebersihan dan kerapihan klien cukup baik, rapi dan pakaian

yang dikenakan klien juga sesuai.

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

35
2) Pembicaraan

Saat diajak berkomunikasi klien bicara cepat, keras, mudah

dimengerti.

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

a) Aktvitas Motorik

Klien sehari-hari banyak menghabiskan waktu di kamarnya

dan melamun, tampak gelisah. Klien kadang-kadang juga suka

membuka bajunya.

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

b) Alam Perasaan

Klien merasa sedih karena kangen dengan keempat anaknya.

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

c) Afek

Afek klien labil, emosinya cepat berubah-ubah, kadang

senang, sedih dan gelisah.

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

d) Interaksi Selama Wawancara

Klien kooperatif ketika diajak ngobrol, tapi kontak mata klien

kurang,

Masalah keperawatan : Harga diri rendah

e) Persepsi

Klien mengalami halusinasi dengar. Klien mendengar

suara-suara yang muncul saat klien sendirian melamun. Isi

36
suara itu adalah suara wanita dan kadang laki-laki. Klien juga

sering mendengar suara orang yang menyuruhnya agar dia

membawa benda tajam, suara-suara itu muncul kadang-kadang

siang dan malam hari, klien mendengar suara itu saat dia

melamun, dan sendirian. Lama suara-suara itu kurang lebih 5

menit. Saat klien mendengar suara-suara itu klien merasa

takut, cemas dan sangat mengganggu. Klien biasanya hanya

berdo’a dan minta perlindungan dari Allah SWT agar suara itu

bisa hilang.

Masalah keperawatan : Halusinasi pendengaran

f) Proses Fikir

Saat berinteraksi klien mampu menjawab apa yang

ditanyakan lawan bicara secara berurutan sesuai dengan topik

tanpa menunggu lama, Klien menjawab pertanyaan yang

diberikan dengan pembicaraan yang cepat dan lancar.

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

g) Isi Pikir

Klien tidak menalami ketakutanlebih dan pikir magis.

Tidak ditemukan gangguan waham.

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

h) Tingkat Kesadaran

Tingkat kesadaran klien masih cukup baik. Orientasi waktu

baik dapat menyebutkan pagi, siang, sore atau malam. Klien

37
juga mengetahui kalau saat ini sedang di Yayasan

Padlanursabaniah Manonjaya.

i) Memori

Jangka Panjang : Baik, klien dapat menyebutkan nama ke

empat anaknya.

Jangka Pendek : Baik, klien dapat menyebutkan nama teman-

temannya yang ada di yayasan tersebut.

Memori Saat Ini : Baik, klien dapat mengingat nama yang

mempunyai yayasan tersebut dan klien juga ingat menu

makanan apa saja yang sudah dimakan tadi.

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

j) Tingkat Konsentrasi Dan Berhitung

Klien mampu berkonsentrasi dengan baik, ketika diberikan

pertanyaan tidak meminta mengulang pertanyaan yang

diberikan, klien mampu melakukan penghitungan sederhana

misalnya 20+25+25 berapa ? klien menjawab 70.

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

k) Kemampuan Penilaian

Klien mampu mengambil keputusan sederhana misalnya

“Apabila ibu diminta milih maka ibu milih makan dulu atau

mandi dulu ?” klien menjawab “Saya memilih makan dulu

baru mandi, karena setelah makan harus cuci piring nanti bisa

kotor kalau pilih mandi dulu”.

38
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

l) Daya Tilik Diri

Klien menyadari bahwa klien saat ini mengalami gangguan

jiwa dan pernah dirawat di Yayasan Padlanursabaniah

Manonjaya

m) Kebutuhan persiapan pulang

(1) Makan

Klien makan 3 kali sehari (pagi, siang, sore) habis seporsi

dengan menu yang berbeda yang disediakan, klien makan

sendiri tanpa bantuan.

(2) Minum

Klien minum 8 gelas perhari, selama klien dirawat. Klien

minum sesuai yang disediakan.

(3) BAB / BAK

Klien BAB 2 kali sehari dan BAK 4-6 kali sehari.

Klien melakukan sendiri tanpa bantuan.

(4) Mandi

Klien mandi 2 kali sehari tiap pagi dan sore dengan

memakai sabun, menggosok gigi setiap mandi dan dua hari

sekali keramas.

(5) Berpakaian

Klien mampu memakai pakaian sendiri tanpa bantuan,

klien berpakaian cukup rapi.

39
(6) Istirahat / Tidur

Klien dapat istirahat cukup dan tidur selama kurang lebih 8

jam tiap harinya, pada siang hari Ny.N tidur kurang lebih 1

jam dan tidur malam dari jam 21.00 wib sampai 04.00 wib,

saat tidur malam terkadang Ny.N terbangun karena

mendengar suara-suara.

(7) Penggunaan Obat

Klien minum obat 2 kali sehari (pagi dan sore). Klien

minum obat sesuai dosis dan anjuran yang telah ditentukan

secara rutin dan teratur.

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

n) Mekanisme koping

Jika klien mendapatkan masalah klien lebih memilih untuk

memendamnya sendiri (menyendiri) dengan alasan malu

menceritakan masalahnya kepada orang lain.

Masalah keperawatan : Harga diri rendah

o) Masalah psikologis dan lingkungan

Klien mengatakan “Saya lebih suka menyendiri dikamar dari

pada berkumpul dengan teman-teman saya yang ada diruangan

tetapi kadang juga saya suka berbincang dengan teman-

teman”.

Masalah keperawatan : isolasi sosial

40
2. Analisa data

TABEL 4.1

DATA dan MASALAH

NO. DATA MASALAH


DS : Klien mengatakan “Saya suka mendengar Halusinasi Pendengaran
1 suara cewek dan cowokmenyuruh membawa
benda tajam ,kadang-kadang suara orang yang
menyuruh saya untuk mati. Suara-suara itu
muncul kadang-kadang 2 kali dalam 1 hari
biasanya muncul kalo saya lagi menyendiri dan
melamun, lama suara itu ± 5 menit“.
DO : Klien tampak bingung.
Berbicara sendiri.
- Klien kadang bicara sendiri.
- Klien kadang mondar-mandir.
- Koping maladaptif.
DS : Klien mengatakan tidak suka berkumpul Isolasi sosial
2 dengan teman-temannya maupun pemilik
yayasan.
DO :
Klien terlihat lebih suka menyendiri di kamarnya
dan melamun.
Kontak mata kurang.
DS : Klien mengatakan “Saya merasa terganggu Resiko mencederai diri, orang
3 jika mendengar suara-suara menyuruh untuk lain dan lingkungan
membawa benda tajam, saya juga jengkel dan
rasanya ingin melempar barang-barang kalau
suara-suara itu muncul “.
Klien mengatakan sebelum dibawa kesini klien
marah-marah, melamun, dan suka menyendiri.
DO: Pandangan kontak mata kurang.
- Nada suara cepat dan agak tinggi

41
3. Aspek Medis

a. Diagnosa Medik : Skizofrenia paranoid

b. Terapi Medis :

1) Terapi farmakologi

TABEL 4.2

NAMA OBAT

Nama Obat Dosis


Triheksilfenidil 2x2 mg/hari

Chlorpromazine 2x100 mg/hari

Haloperidol 2x1,5 mg/hari

4. Pohon Masalah
a. BAGAN
MASALAH KEPERAWATAN

Resiko Perilaku Kekerasan

Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran

Isolasi sosial

Gb 2.2 Pohon masalah halusinasi

5. Diagnosa Keperawatan

a. Halusinasi Pendengaran

b. Isolasi Sosial

c. Resiko Perilaku Kekerasan

42
7. Rencana Keperawatan

TABEL 4.3

PERENCANAAN GANGGUAN : HALUSINASI PENDENGARAN

KRITERIA
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
EVALUASI
TUM : Setelah 1x interaksi 1. Beri salam/panggil nama 1. Untuk menjaga
1 Klien dapat klien menunjukan klien. saling percaya
mengontrol tanda-tanda percaya 2. Sebutkan nama perawat 2. Agar mengetahui
halusinasinya. kepada penulis : sambil berjabat tangan. nama penulis
1. Ekpresi wajah klien 3. Jelaskan maksud 3. Untuk mengetahu
TUK 1 : bersahabat. hubungan interaksi. maksud dan tujuan
Klien dapat 2. Klien menunjukkan 4. Jelaskan tentang kontrak 4. Agar klien
membina hubungan rasa senang. yang akan dibua. bersedia mengikuti
saling percaya. 3. Ada kontak mata. 5. Beri rasa aman dan sikap yang telah
4. Klien mau berjabat empati direncanakan
tangan. 6. Lakukan kontak singkat 5. Agar klien
5. Klien tapi sering nyaman dengan
mau menyebutkan adanya penulis
nama. 6. Agar klien tidak
6. Klien jenuh dan
mau menjawab sal mengamul
am.
7. Klien
mau duduk berda
mpingan
dengan penulis.
8. Klien
bersedia mengung
kapkan masalah y
ang dihadapi.
TUK 2 : Setelah 2x interaksi 1. Lakukan kontak sering 1 Agar klien percaya
Klien dapat klien menunjukan dan singkat secara dan mengetahui
mengenal tanda-tanda percaya bertahap. tentang kondisi
halusinasinya kepada penulis : 2. Observasi tingkah laku pasien saat
(jenis, Klien dapat klien terkait dengan wawancara
waktu, isi, situasi, menyebutkan jenis, halusinasinya : bicara 2 agar mengetahui
frekuensi, dan waktu, isi, situasi, dan tertawa tanpa tentan halusinasi.
respon saat frekuensi, dan respon stimulus, mengarahkan 3 Untuk menentukan
timbulnya timbulnya halusinasi telinga kekiri, kekanan, intervensi
halusinasi). kedepan seolah olah selanjutnya.
klien mendengar suara- 4 Untuk menentukan
suara. intervensi
3. Bantu klien mengenal selanjutnya.
halusinasinya : 5 Untuk menentukan
a. Tanyakan apakah intervensi
ada suara yang selanjutnya.
didengar. 6 Agar klien tetap
b. Tanyakan apa yang percaya
dikatakan
halusinasinya.
c. Katakan penulis

43
KRITERIA
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
EVALUASI
percaya bahwa klien
mendengar suara
itu, namun perawat
sendiri tidak
mendengarnya.
d. Katakan bahwa
klien lain juga ada
yang seperti itu.
e. Katakan bahwa
perawat akan
membantu klien
4. Diskusikan dengan klien
:
a. Situasi yang
menimbulkan/ tidak
menimbulkan
halusinasi.
b. Waktu dan
frekuensi terjadinya
halusinasi.
5. Diskusikan dengan klien
apa yang dirasakan jika
terjadi halusinasi
(marah, takut, sedih dan
senang).
6. Beri kesempatan klien
untuk mengungkapkan
perasaannya.
7. Pemberian obat atas
intruksi dari dokter
TUK 3 : Setelah 2x interaksi 1. Identifikasi bersama 1. Agar mengetahui
Klien dapat klien menunjukan klien cara tindakan yang keadaan klien dan
mengontrol tanda-tanda percaya dilakukan jika terjadi memudahkan
halusinasinya. kepada penulis : halusinasi. melakukan
1. Klien dapat 2. Diskusikan manfaat cara intervensi
menyebutkan yang digunakan klien, selanjutnya.
tindakan yang jika bermanfaat beri 2. Agar klien
biasanya dilakukan Pujian. melakukan
untuk 3. Diskusikan cara baru kegiatan yang telah
mengendalikan untuk memutus/ di jadwalkan.
halusinasinya. mengontrol timbulnya 3. Agar halusinasi
2. Klien dapat halusinasi dengan cara : hilang dan tidak
menyebutkan cara a. Menghardik. datang kembali.
baru untuk b. Menemui orang lain 4. Untuk memulihkan
mengontrol untuk bercakap- kondisi klien.
halusinasi. cakap. 5. Mengetahui paham
3. Klien dapat c. Melakukan kegiatan dan tidaknya klien.
memilih cara yang biasa
mengatasi dilakukan.
halusinasi seperti 4. Bantu klien memilih dan
yang telah melatih cara mengontrol
didiskusikan halusinasinya secara
dengan penulis. bertahap.

44
KRITERIA
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
EVALUASI
4. Klien dapat 5. Beri kesempatan kepada
melaksanakan cara klien untuk melakukan
yang telah dipilih cara yang telah dilatih,
untuk evaluasi hasilnya, dan
mengendalikan beri pujian jika berhasil.
halusinasi.
5. Klien dapat
mencoba cara
menghilangkan
halusinasi.
TUK 4 : 1. Keluarga menyataka 1. Buat kontrak waktu, te 1. Keluarga mampu
Klien dapat n setuju untuk men mpat, dan topik membantu untuk
dukungan dari gikuti dengan keluarga saat kesembuhan klien
keluarga dalam pertemuan dengan p keluarga berkunjung. 2. karena dukungan
mengontrol enulis. 2. Diskusikan pada keluarg keluarga sangat
halusinasinya. 2. Keluarga mampu a tentang pengertian hal penting.
menyebutkan penger usinasi, 3. Agar keluarga
tian, tanda dan tanda dan gejala halusin mengetahui.
gejala, proses terjad asi, proses terjadinya ha 4. Agar keluarga
inya halusinasi dan lusinasi, serta mengetahu cara
tindakan untuk men cara yang dapat perawatan pasien
gendalikan dilakukan klien dan kel jiwa.
halusinasi. uarga untuk memutus h 5. Agar
alusinasi. meminumnya
3. Jelaskan tentang obat- dengan teratur.
obatan halusinasi. 6.
4. Jelaskan cara merawat
anggota keluarga yang
halusinasi dirumah
misalnya
beri kegiatan, jangan bi
arkan sendirian, makan
bersama
5. Anjurakan pengurus
yayasan untuk
memantau obat-
obatan dan cara pem-
beriannya untuk mengata
si halusinasi.
TUK 5 : Setelah 3x interaksi 1. Diskusikan dengan klien 1. Agar keluarga
Klien dapat klien menunjukan dan keluarga tentang mengetahui jadwal
memanfaatkan obat tanda-tanda percaya dosis, frekuensi dan minum obat dan
dengan baik. kepada penulis : manfaat minum obat. mengingatkan
1. Klien dapat 2. Anjurkan klien meminta klien jika klien
menyebutkan sendiri obat pada lupa.
manfaat, dosis dan perawat dan merasakan 2. Agar mengetahui
efek samping obat. manfaatnya. kondisi klien.
2. Klien dapat 3. Anjurkan klien bicara 3. Agar klien
mendemonstrasika dengan penulis tentang mengetahui dan
n penggunaan obat manfaat dan efek meminumnya.
dengan benar. samping minum obat 4. Agar
3. Klien dapat yang dirasakan mengetahuinya.
informasi tentang 4. Diskusikan akibat 5. Agar klien teratur

45
KRITERIA
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
EVALUASI
efek dan efek berhenti mengonsumsi meminum obat.
samping obat. obat-obat tanpa
4. Klien dapat konsultasi.
memahami akibat 5. Bantu klien
berhentinya menggunakan obat
mengonsumsi obat- dengan prinsip 6 benar
obat tanpa
konsultasi.
5. Klien dapat
menyebutkan
prinsip 6 benar
penggunaan obat

8. Implementasi Dan Evaluasi

TABEL 4.4

Catatan Perkembangan

Nama Klien : Ny. N

Hari/tanggal : Rabu, 11 juni 2018 Pukul : 10.30 WIB

Hari Pertama

No.
IMPLEMENTASI EVALUASI
Dx
Data Subjektif : S:
1. Klien mengatakan “Saya - Klien mengatakan senang berkenalan dengan penulis.
suka mendengar suara - Klien mengatakan “Saya suka mendengar suara wanita
cewek dan dan laki-laki, kadang-kadang suara orang yang menyuruh
cowokmenyuruh saya untuk membawa benda tajam dan menyuruh
membawa benda tajam membuka baju. Suara-suara itu muncul kadang-kadang 2
,kadang-kadang suara kali dalam 1 hari biasanya muncul kalau saya lagi
orang yang menyuruh menyendiri dan melamun, lama suara itu ± 5 menit, saya
saya untuk mati. Suara- merasa cemas dan takut kalau suara-suara itu muncul “.
suara itu muncul kadang- - Klien mengatakan bersedia memasukan cara yang telah
kadang 2 kali dalam 1 dilatih kedalam jadwal harian.
hari biasanya muncul O :
kalo saya lagi menyendiri - klien kooperatif saat diajak interaksi.
dan melamun, lama suara - Klien mau membina hubungan saling percaya
itu ± 5 menit“. dengan penulis.
- Kontak mata klien ada saat interaksi.
Data Objektif : - Klien mau menjawab pertanyaan yang
- Klien tampak bingung. diberikan oleh penulis.
- Berbicara sendiri. - Klien mau menceritakan masalahnya .
- Klien kadang bicara - Klien mau
sendiri. memperhatikan cara menghardik yang diajarkan dan

46
No.
IMPLEMENTASI EVALUASI
Dx
- Klien kadang mondar- mau mempraktekkannya dengan benar.
mandir. A:
- Koping maladaptif. Halusinasi muncul 2x sehari
P:
Diagnosa Keperawatan Klien :
Halusinasi Pendenaran - Motivasi klien utuk melakukan menghardik halusinasi
secara mandiri sesuai jadwal yaitu setiap pagi jam 09.00 ,
Tindakan Keperawatan : siang jam 13.00 dan malam jam 22.00
SP1 Halusinasi Penulis :
1. Melakukan - Evaluasi SP1 Halusinasi
binahubungan saling - Monitor klien latihan menghardik sesuai dengan jadwal
percaya yang telah disusun.
dengan klien. - Lanjutkan SP2
2. Menanyakan tentang Halusinasi
perasaan klien. Paraf
3. Mengidentifikasi
halusinasi yang N. Euis Piroh
dialami klien (jenis,
isi, frekuensi, waktu,
situasi, dan respon).
4. Menjelaskan kepada
klien cara-cara untuk
mengontrol
halusinasi.
5. Melatih klien cara
mengontrol halusinas
i dengan cara yang
pertama yaitu
menghardik
halusinasi.
6. Memberikan
kesempatan kepada
klien untuk
melakukan cara yang
sudah diajarkan.
7. Memberikan
reirforcement positif
kepada klien.
8. Melakukan Evaluasi
terhadap perasaan
klien setelah latihan
mengontrol halusinasi
dengan cara
menghardik.
9. Memasukan latihan
menghardik
halusinasi dalam
jadwal kegiatan
harian klien.
10. Memberikan terapi
obat atas intruksi
dokter

47
TABEL 4.5

Catatan Perkembangan

Nama Klien : Ny. N

Hari/tanggal : Jumat, 13 juni 2018 Pukul : 10.00 WIB

Hari Kedua

No.
IMPLEMENTASI EVALUASI
Dx
1. Data Subjektif : S:
Klien mengatakan tidak
suka berkumpul dengan - Klien mengatakan perasaanya hari ini senang bertemu
teman-temannya maupun lagi dengan penulis.
pemilik yayasan. - Klien mengatakan “Saya masih suka mendengar suara
wanida dan laki-laki, kadang-kadang suara orang yang
Data Objektif : menyuruh saya untuk membawa bendatajam dan membuka
- Klien terlihat lebih suka baju. Suara-suara itu muncul kadang-kadang 2 kali dalam 1
menyendiri dikamarnya hari biasanya muncul kalau saya lagi menyendiri dan
dan melamun. melamun, lama suara itu ± 5 menit“.
- Kontak mata kurang. - Klien mengatakan kalau kemarin sudah diajarkan
bagaimana cara untuk menghardik halusinasi.
Dianosa Keperawatan : - Klien mengatakan setelah menghardik suara-suara yang
Isolasi Sosial didengarnya itu hilang.
- Klien mengatakan mau
Tindakan Keperawatan : diajari cara mengontrol halusinasi dengan menemui ora
SP2 Halusinasi ng lain untuk bercakap-cakap dan mau mempraktekanya.
1. Melakukan bina
hubungan saling O:
percaya dengan klien
dan mengingatkan - Klien kooperatif
kembali nama penulis. - Klien mau melakukan kontak mata dengan perawat.
2. Menanyakan tentang - Klien mampu mengajak bercakap-cakap dengan perawat
perasaan klien. meskipun hanya sebentar.
3. Menanyakan pada - Klien mau memasukan kedalam jadwal harian.
klien apakah
halusinasinya masih A:
muncul. Klien dapat menghardik halusinasi
4. Validasi jenis, isi,
waktu, frekuensi, P:
situasi dan respon Klien :
klien terkait - Motivasi klien utuk segera menemui perawat atau klien
halusinasinya. lain dan bercakap-cakap jika halusinasinya muncul.
5. Mengevaluasi cara Penulis :
mengontrol halusinasi - Evaluasi SP2 Halusinasi
dengan cara pertama - Penulis selalu siap ketika klien mengajak bercakap-cakap
yang sudah diajarkan saat halusinasinya muncul.
dan mengevaluasi - Lanjut SP3 Halusinasi
jadwal kegiatan harian
klien.

48
No.
IMPLEMENTASI EVALUASI
Dx
6. Melatih klien Paraf
mengontrol halusinas
i dengan cara yang N. Euis Piroh
kedua yaitu bercakap-
cakap bersama orang
lain.
7. Memberi kesempatan
kepada klien untuk
mempraktekan cara
bercakap-cakap
dengan orang lain.
8. Memberikan
reirforcement positif
kepada klien.
9. Melakukan evaluasi
terhadap perasaan
klien setelah latihan
mengontrol halusinasi
dengan cara yang
kedua yang telah
diajarkan.
10. Memasukan latihan
cara mengontrol
halusinasi dengan cara
menemui orang lain
untuk diajak bercakap-
cakap kedalam jadwal
kegiatan harian klien.

49
TABEL 4.6

Catatan Perkembangan

Nama Klien : Ny. N

Hari/tanggal : Sabtu, 14 juni 2018 Pukul : 11.00 WIB

Hari Ketiga
No.
IMPLEMENTASI EVALUASI
Dx
1. Data Subjektif : S : - Klien mengatakan “Saya masih suka
Klien mengatakan “Saya merasa terganggu mendengar suara wanita dan laki-laki,
jika mendengar suara-suara menyuruh kadang-kadang suara orang yang
untuk membawa benda tajam, saya juga menyuruh saya untuk mengambil benda
jengkel dan rasanya ingin melempar barang- tajam dan membuka baju. Suara-suara itu
barang kalau suara-suara itu muncul “. muncul kadang-kadang 2 – 3 kali dalam 1
Klien mengatakan sebelum dibawa kesini hari biasanya muncul kalau saya lagi
klien marah-marah, melamun, dan suka menyendiri dan melamun, lama suara itu ±
menyendiri. 5 menit“.
- Klien mengatakan sudah melakukan cara
Data Objektif : yang diajarkan yaitu menghardik dan
- Pandangan kontak mata kurang. menemui orang lain untuk bercakap-cakap
- Nada suara cepat dan agak tinggi sesuai jadwal dan saat suara-suaranya
muncul.
Diagnosa Keperawatan : - Klien mengatakan selalu berusaha untuk
Halusinasi Pendengaran berkumpul dan melakukan aktivitas.
O:
Tindakan Keperawatan :
SP3 Halusinasi - Klien masih mengingat nama penulis,
1. Melakukan bina hubungan saling dan masih ingat cara mengontrol
percaya dengan klien dan halusinasi dengan cara pertama dan kedua
mengingatkan kembali nama penulis. (menghardik halusinasi dan menemui
2. Menanyakan tentang perasaan klien. orang lain untuk bercakap-cakap) yang
3. Menanyakan apakah halusinasinya sebelumnya telah diajarkan.
masih muncul. - Klien kooperatif saat diajak bicara.
4. Mengevaluasi cara mengontrol - Klien mau melakukan kontak mata
halusinasi dengan cara pertama dan dengan perawat.
kedua yang sudah diajarkan serta - Klien mampu menyebutkan kegiatan
mengevaluasi jadwal kegiatan harian apa saja yang biasa dilakukan yaitu
klien. menyapu, mencuci piring, melipat pakaian,
5. Melatih klien mengontrol halusinasi dan lain-lain.
dengan cara yang ketiga yaitu dengan - Klien mampu melakukan kegiatan yang
melakukan aktifitas terjadwal yang sudah dipilih dan dilatih dengan benar.
biasa dilakukan. - Klien mau memasukan kegiatan yang
6. Mengidentifikasi bersama klien cara sudah dipilih dan dilatih kedalam jadwal
atau tindakan yang dilakukan jika kegiatan harian.
terjadi halusinasi. A:
7. Mendiskusikan Halusinasi dapat teratasi
cara yang digunakan klien P :
yaitu melakukan aktivitas dan memb Klien :
eri pujian - Motivasi klien utuk belajar mengontrol

50
No.
IMPLEMENTASI EVALUASI
Dx
pada Klien jika bisa melakukannya. halusinasi dengan cara mengahardik, me
8. Memotivasi Ny. A dalam melakukan nemui orang lain untuk bercakap cakap
aktivitas untuk menghilangkan dan melakukan aktivitas sesuai dengan
halusinasinya jadwal yang telah disusun.
9. Membantu membuat dan Penulis:
melaksanakan jadwal kegiatan harian - Monitor klien latihan menghardik,
yang telah disusun klien. menemui orang lain untuk bercakap-
10. Meminta teman, keluarga, atau pera cakap, dan melakukan aktivitas sesuai
wat untuk menyapa klien jika sedan jadwal.
g halusinasi. Paraf
11. Membantu klien memilih cara yang
sudah dianjurkan dan dilatih untuk N. Euis Piroh
mencobanya.
12. Memberi kesempatan pada
klien untuk melakukan cara yang
dipilih dan dilatih

51
B. Pembahasan

Berdasarkan asuhan keperawatan pada Ny.N dengan Gangguan Persepsi :

Sensori Halusinasi Pendengaran yang dilaksanakan di Yayasan

Padlanursabaniah Manonjaya selama 3 hari dari tanggal 11 - 14 Juli 2018,

proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, keperawatan,

intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan. Pada bab ini penulis akan

membahas seluruh tahapan sebagai berikut

1. Pengantar Bab

Pada pembahasan ini membahas tentang proses keperawatan yang

terdiri dari pengkajian, diagnosa, keperawatan, intervensi, implementasi

dan evaluasi keperawatan.

2. Interpretasi dan Diskusi Hasil

a) Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses

keperawatan yang terdiri atas pengumpulan data dan perumusan

kebutuhan, atau masalah klien. Pengumpulan data pengkajian

meliputi aspek identitas klien, alasan masuk, faktor predisposisi,

fisik, psikososial, status mental, kebutuhan persiapan pulang,

mekanisme koping, masalah psikososial lingkungan, pengetahuan,

dan aspek medik (Keliat, 2010). Dalam pengumpulan data penulis

menggunakan metode wawancara dengan, observasi langsung

terhadap kemampuan dan perilaku Ny.N. Selain itu pemilik yayasan

juga berperan sebagai sumber data yang mendukung dalam

52
memberikan asuhan keperawatan, namun pada saat pengkajian tidak

ada anggota keluarga yang menjenguknya, tetapi penulis mendapat

informasi dari pihak keluarga melalui telepon seluler.

Dari hasil pengkajian didapatkan data Ny.N suka bicara sendiri,

menyendiri, dan sering melamun. Dalam pengkajian pola fungsional

difokuskan pada pola persepsi didapatkan data bahwa

Ny.N mengalami halusinasi pendengaran. Klien mendengar suara

wanita dan laki-laki dan juga mendengar suara orang yang

menyuruhnya agar dia mengambil benda tajam dan membuka

bajunya, suara-suara itu muncul kadang-kadang 2 sampai 3 kali

sehari, klien mendengar suara itu saat dia melamun, sendirian dan

malam hari. Lama suara-suara itu kurang lebih 5 menit. Saat klien

mendengar suara-suara itu klien merasa takut, cemas

dan sangat mengganggu. Keluarga klien mengatakan klien sudah 4

tahun mengalami seperti ini, klien merupakan orang yang mudah

tersinggung, dan selalu ingin memiliki apa yang dimiliki orang lain

yang lebih dari dirinya, klien mempunyai beberapa masalah yang

kurang menyenangkan yaitu suka ada KDRT dan ditinggalkan

suaminya.

Menurut Videbeck, (2010) tanda gejala halusinasi pendengaran

yaitu mendengar suara-suara, bicara sendiri, tertawa sendiri, marah-

marah tanpa sebab, mulut komat-kamit, menutup telinga, dan

menyendiri. Adanya rangsangan dari lingkungan, seperti partisipasi

53
pasien dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak berkomunikasi,

objek yang ada di lingkungan, dan juga suasana sepi atau terisolasi

sering menjadi pencetus terjadinya halusinasi (Direja, 2011). Faktor

predisposisi gangguan halusinasi Menurut Stuart, (2009) dapat

muncul sebagai proses panjang yang berhubungan dengan

kepribadian seseorang, karena itu halusinasi dipengaruhi oleh

pengalaman-pengalaman psikologis seseorang. Sedangkan menurut

Yosep, (2011) faktor predisposisi adalah faktor resiko yang

mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan

oleh individu untuk mengatasi stress. Faktor predisposisi dapat

meliputi faktor perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis,

genetik dan pola asuh.

Dari hasil pengkajian yang dilakukan oleh penulis dalam studi

kasusnya yang berjudul “Asuhan Keperawatan Gangguan Keamanan

Pada Ny. N Dengan Halusinasi Pendengaran” didapatkan data klien

beberapa klien di yayasan yang suka bicara sendiri, menyendiri,

melamun, dan kadang mondar-mandir. Dalam pengkajian pola

fungsional difokuskan pada pola persepsi klien, didapatkan data

bahwa klien mengalami halusinasi pendengaran. Klien suka

mendengar suara laki-laki dan perempuan, suara itu muncul sehari 2

kali selama 3 menit. Namun, klien pernah mempunyai pengalaman

yang kurang menyenangkan yaitu mendapat prilaku kekerasan dari

suaminya dan ditinggalkan oleh suaminya

54
Dari perbandingan data menurut teori dan data yang ditemukan

pada klien tidak muncul adanya kesenjangan dimana seperti yang

dijelaskan dalam teori bahwa gangguan halusinasi dipengaruhi oleh

pengalaman-pengalaman psikologis seseorang. Hal ini juga dialami

baik Ny. N ataupun klien yang ada di yayasan yang sama-sama

memiliki masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu Ny. N sering

diperlakukan KDRT oleh suaminya dan di tinggal suaminya menikah

lagi, sehingga menyebababkan Ny. N sering menyendiri. Sedangkan

pasien yang lain tidak mendapatkan gaji selama 2 bulan dalam

pekerjaan.

Faktor pendukung yang didapatkan penulis selama melakukan

pengkajian adalah klien cukup kooperatif dan hubungan saling

percaya antara penulis dengan klien terbina dengan baik.

Faktor penghambat yang didapatkan penulis tidak dapat melakukan

pengkajian dengan maksimal karena keluarga klien pada saat

pengkajian belum ada yang menjenguk.

Upaya yang dilakukan penulis untuk mengatasi kendala diatas

adalah penulis melakukan validasi kepada pemilik yayasan.

b) Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pengkajian pada Ny. N secara garis besar ditemukan

data subyektif dan data obyektif yang menunjukan karakteristik Ny.

N dengan diagnosa gangguan persepsi sensori : halusinasi

pendengaran yang ditandai dengan data subyektif Ny.N mengatakan

55
mendengar suara wanita dan laki-laki, Ny.N juga mendengar suara

orang yang menyuruhnya untuk membawa benda tajam dan

membuka bajunya, suara-suara itu muncul kadang-kadang 2 sampai 3

kali sehari, Ny.N mendengar suara itu saat dia melamun, sendirian

dan malam hari. Sedangkan data obyektif yang didapatkan, Ny.N

tampak bingung, sering bicara sendiri dan koping maladaptif, dimana

klien suka menyendiri jika ada masalah. Hal ini yang menjadi dasar

bagi penulis untuk mengangkat diagnosa tersebut.

Menurut Videbeck, (2010) menyatakan bahwa diagnosa

keperawatan berbeda dari diagnosa psikiatrik medis dimana diagnosa

keperawatan adalah respon klien terhadap masalah medis atau

bagaimana masalah mempengaruhi fungsi klien sehari-hari yang

merupakan perhatian utama dari diagnosa keperawatan. Menurut

Keliat, (2010) pada pohon masalah dijelaskan bahwa Halusinasi

terjadi karena isolasi sosial : menarik diri. Menarik diri bisa

menyebabkan masalah utama/core problem gangguan persepsi

sensori : halusinasi, dari halusinasi bisa menyebabkan

resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

Pada studi kasus yang pada klien yang lain dengan kasus yang

sama didapatkan diagnosa keperawatan yang muncul sebagai

prioritas utama adalah gangguan persepsi sensori : halusinasi

pendengaran. Data yang memperkuat

diagnosa gangguan persepsi sensori :

56
halusinasi pendengaran diperoleh data subyektif yaitu klien

mengatakan mendengar suara laki-laki dan perempuan yang membuat

klien susah tidur, suara itu muncul sehari 1 kali selama 3 menit. suara

itu muncul pada malam hari saat klien tidur dan klien merasa jengkel

jika mendengar suara tersebut. Sedangkan data obyektif yang

didapatkan yaitu klien tampak bingung, mondar-mandir, sering

berbicara sendiri, konsentrasi kurang, dan koping maladaptif, dimana

klien suka menyendiri atau menghindar jika ada masalah.

Pada pembahasan tentang pohon masalah, klien dengan koping

yang maladaptif dimana klien cenderung menyendiri jika ada

masalah menjadi pencetus klien mengalami halusinasi, dari halusinasi

yang dialami klien dengan respon merasa jengkel yang potensial akan

dimanifestasikan dengan perbuatan untuk mencederai diri sendiri,

orang lain, dan lingkungan. Hal ini ditemukan baik pada Ny. N

ataupun klien yang lain, dimana keduanya sama-sama memiliki

koping yang maladaptif yaitu cenderung menyendiri jika ada masalah

yang menyebabkan timbulnya halusinasi, dengan respon merasa

jengkel dan membanting barang-barang saat halusinasinya muncul.

Sehingga tidak ditemukan kesenjangan antara teori yang ada dengan

fakta yang ditemukan pada klien.

c) Intervensi Keperawatan

Rencana keperawatan yang penulis lakukan kepada pasien yang

lain dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran yaitu

57
dengan tujuan umum (TUM) agar klien dapat mengontrol halusinasi

yang dialaminya, dan juga tidak mencederai dirinya sendiri, orang

lain, lingkungan. Dan dengan lima tujuan khusus (TUK) gangguan

persepsi sensori halusinasi pendengaran, antara lain : tujuan khusus

pertama (TUK 1), klien dapat membina hubungan saling percaya.

Rasional dari tindakan yang dilakukan yaitu hubungan saling percaya

sebagai dasar interaksi terapeutik antara perawat dan klien. Tujuan

khusus kedua (TUK 2), klien dapat mengenal halusinasinya dari

situasi yang menimbulkan halusinasi, isi, waktu, frekuensi halusinasi,

dan respon klien terhadap halusinasinya. Rasional dari tujuan kedua

adalah peran serta aktif klien sangat menentukan efektifitas tindakan

keperawatan yang dilakukan. Tujuan khusus ketiga (TUK 3), klien

dapat melatih mengontrol halusinasinya, dengan berlatih cara

menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan orang lain, dan

mengalihkan halusinasinya dengan beraktivitas secara terjadwal.

Rasionalnya adalah tindakan yang biasa dilakukan klien

merupakan upaya mengatasi halusinasi. Tujuan khusus keempat

(TUK 4), klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol

halusinasi dengan rasionalnya keluarga mampu merawat klien dengan

halusinasi saat berada di rumah. Tujuan khusus kelima (TUK 5),

klien dapat memanfaatkan obat untuk mengontrol halusinasi dengan

rasionalnya yaitu dapat meningkatkan pengetahuan dan motivasi

klien untuk minum obat secara teratur. Setiap akhir tindakan strategi

58
pelaksanaan diberikan reinforcement positif yang rasionalnya untuk

memberikan penghargaan atas keberhasilan Ny. N.

Menurut Nurjannah, (2010) rencana tindakan keperawatan

merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai setiap tujuan

khusus. Perencanaan keperawatan meliputi perumusan tujuan,

tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada klien

berdasarkan analisis pengkajian agar masalah kesehatan dan

keperawatan klien dapat teratasi. Menurut Akemat dan Keliat, (2010)

tujuan umum yaitu berfokus pada penyelesaian permasalahan dari

diagnosis keperawatan dan dapat dicapai jika serangkaian tujuan

khusus tercapai. Tujuan khusus berfokus pada penyelesaian penyebab

dari diagnosis keperawatan. Tujuan khusus merupakan rumusan

kemampuan klien yang perlu dicapai atau dimiliki. Kemampuan ini

dapat bervariasi sesuai dengan masalah dan kebutuhan klien.

Kemampuan pada tujuan khusus terdiri atas tiga aspek yaitu

kemampuan kognitif, kemampuan psikomor, dan kemampuan afektif

yang perlu dimiliki klien untuk menyelesaikan masalahnya.

Menurut Ngadiran, (2010) Setiap akhir tindakan

strategi pelaksanaan dapat diberikan reinforcement positif yang

rasionalnya untuk memberikan penghargaan atas keberhasilan klien.

Reinforcement positif adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa

frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang

mendukung atau rewarding. Bentuk-bentuk penguatan positif adalah

59
berupa hadiah seperti permen, kado, atau makanan, perilaku sepeti

senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan,

mengacungkan jempol, atau penghargaan. Reinforcement positif

memiliki power atau kemampuan yang memungkinkan tindakan

yang diberi reinforcement positif akan dilakukan secara berulang

oleh pelaku tindakan tanpa adanya paksaan yaitu dengan kesadaran

pelaku tindakan itu sendiri.

Pada study kasus yang dilakukan oleh penulis kepada klien yang

lainnya, pada Tn. E intervensi yang dilakukan yaitu dengan tujuan

umum (TUM) agar klien dapat mengontrol halusinasi yang

dialaminya. Dan dengan lima tujuan khusus (TUK) gangguan

persepsi sensori halusinasi pendengaran, antara lain : tujuan khusus

pertama (TUK 1), klien dapat membina hubungan saling percaya.

Tujuan khusus kedua (TUK 2), klien dapat mengenal halusinasinya

dari situasi yang menimbulkan halusinasi, isi, waktu, frekuensi

halusinasi, dan respon klien terhadap halusinasinya. Tujuan khusus

ketiga (TUK 3), klien dapat melatih mengontrol halusinasinya,

dengan berlatih cara menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan

orang lain, dan mengalihkan halusinasinya dengan beraktivitas secara

terjadwal. Tujuan khusus keempat (TUK 4), klien dapat dukungan

keluarga dalam mengontrol halusinasi. Tujuan khusus kelima (TUK

5), klien dapat memanfaatkan obat untuk mengontrol halusinasi.

60
Berdasarkan intervensi yang penulis lakukan pada Ny. N,

tidak terdapat adanya kesenjangan antara konsep dasar teori dengan

pembahasan pada kasus, karena penulis mengacu pada teori yang ada,

dimana tahapan – tahapan perencanaan yang dilakukan pada Ny. N

sesuai dengan keadaan dan kondisi klien, serta dalam rencana

keperawatan penulis sudah memasukkan tiga aspek dalam

perencanaan, yang meliputi : tujuan umum, tujuan khusus, dan

rencana tindakan keperawatan.

d) Implementasi

Implementasi yang penulis lakukan pada Ny. N dengan gangguan

persepai sensori : halusinasi pendengaran antara lain : pada tanggal

11 juli 2018 pukul 10.30 WIB, penulis melakukan strategi

pelaksanaan 1 yaitu mengenal halusinasi pada Ny.N, menjelaskan

cara mengontrol halusinasi, dan mengajarkan cara pertama

mengontrol halusinasi dengan menghardik halusinasi. Ny.N dilatih

untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak

memperdulikan halusinasi. Kemudian memberikan reirforcement

kepada Ny.N apabila Ny.N berhasil mempraktekan cara menghardik

halusinasi. Respon Ny.N mampu mengenal halusinasinya dan mau

menggunakan cara menghardik saat halusinasinya muncul. Kemudian

menjadwalkan terapi obat secara teratus atas intruksi dari dokter.

Implementasi kedua dilaksanakan pada tanggal 13 juli 2018, pukul

10.00 WIB. Penulis melakukan strategi pelaksanaan 2 yaitu

61
mengajarkan cara kedua mengontrol halusinasi dengan menemui

orang lain dan bercakap-cakap. Penulis melakukan validasi dan

evaluasi cara pertama yaitu menghardik halusinasi. Penulis melatih

cara mengontrol halusinasi dengan menemui orang lain dan

bercakap-cakap. Kemudian memberikan reirforcement positif pada

klien apabila berhasil mempraktekanya. Respon dari klien, klien

mampu menggunakan cara pertama dengan menghardik dengan benar

dan Ny.N mau untuk mengalihkan perhatian dengan menemui orang

lain dan bercakap-cakap.

Implementasi ketiga dilaksanakan pada tanggal 14 juli 2018, pukul

10.30 WIB. Penulis melakukan strategi pelaksanaan 3 yaitu

mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas

terjadwal. Penulis melakukan validasi dan evaluasi strategi

pelaksanaan 1 dan 2, kemudian mengajarkan cara mengontrol

halusinasi dengan melakukan aktivitas terjadwal. Penulis

memberikan reirforcement positif kepada Ny.N apabila Ny.N berhasil

mempraktekanya dengan baik dan benar. Respon Ny.N mampu

menggunakan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik

dan bercakap-cakap dengan orang lain. Ny.N juga mau semua

aktivitas sesuai jadwal.

Menurut Townsend, (2013) implementasi adalah pengelolaan dan

perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap

perencanaan. Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri dari

62
tindakan mandiri (independent), saling ketergantungan (dependent).

Menurut Rasmun, (2010) implementasi yang dilakukan pada klien

dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi yaitu dengan

melakukan pendekatan SP, yaitu : SP 1 (mengajarkan cara pertama

mengontrol halusinasi dengan menghardik halusinasi). Klien

dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul

atau tidak mempedulikan halusinasinya. Jika ini dapat dilakukan,

klien akan mengendalikan diri dan tidak mengikuti

halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada, tetapi

dengan kemampuan ini, klien tidak akan larut untuk menuruti

halusinasinya. SP 2 (mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan

menemui orang lain untuk bercakap-cakap). Ketika klien bercakap-

cakap dengan orang lain, terjadi adanya distraksi dan fokus perhatian

klien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan

dengan orang lain. SP 3 (mengajarkan cara mengontrol halusinasi

dengan melakukan aktivitas terjadwal). Dengan aktivitas secara

terjadwal, klien tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri

yang sering kali mencetuskan halusinasi. SP 4 (mengajarkan cara

minum obat dengan benar). Hal ini dapat meningkatkan pengetahuan

dan motivasi klien untuk minum obat secara teratur.

Pada studi kasus yang dilakukan oleh Aji, (2012) pada Tn.

E implementasi yang dilakukan pada pertemuan pertama melakukan

SP 1 yaitu mengenal halusinasi, menjelaskan cara mengontrol

63
halusinasi, dan mengajarkan cara pertama mengontrol halusinasi

dengan menghardik halusinasi. Pertemuan kedua melakukan SP 2

yaitu mengajarkan cara kedua mengontrol halusinasi dengan

menemui orang lain untuk bercakap-cakap. Pertemuan ketiga

melakukan SP 3 yaitu mengajarkan cara mengontrol halusinasi

dengan melakukan aktivitas terjadwal. Pertemuan keempat

melakukan SP 4 yaitu mengajarkan cara minum obat dengan benar.

Dari implementasi yang dilakukan penulis pada Ny. N

dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran penulis

hanya dapat melakukan SP 1 sampai SP 3, untuk SP 4 penulis

mendelegasikan kepada pemilik yayasan. Sedangkan pada studi

kasus yang dilakukan oleh Aji, (2012) pada Tn. E implementasi yang

dilakukan yaitu SP 1 sampai SP 4. Hal ini dikarenakan keterbatasan

waktu yang diberikan kepada penulis oleh instansi pendidikan dalam

mengelola kasus tersebut.

e) Evaluasi

Pada kasus Ny. N evaluasi yang penulis dapatkan yaitu pada

pelaksanaan strategi pelaksanaan 1 tanggal 11 juli 2018 pukul 11.00

WIB, Ny.N berhasil melakukan dengan baik dalam mengenal

halusinasi dan klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara

menghardik, sehingga dapat dianalisis bahwa masalah teratasi. Pada

pelaksanaan strategi pelaksanaan 2 tanggal 13 juli 2018 pukul 10.30

WIB Ny.N mampu mampu melakukan cara mengontrol halusinasi

64
dengan menemui orang lain, untuk bercakap-cakap sehingga dapat

dianalisis bahwa masalah teratasi. Pada pelaksanaan strategi

pelaksanaan 3 tanggal 14 juli 2018 pukul 11.30 WIB, Ny.N juga

mampu melakukan aktifitas secara terjadwal, sehingga dapat

dianalisis bahwa masalah teratasi.

Evaluasi sudah dilakukan penulis sesuai keadaan klien dan

kekurangan penulis tidak bisa mencapai batas maksimal pada rencana

yang diharapkan.

Dalam melaksanakan strategi pelaksanaan 4, penulis

mendelegasikan kepada pemilik yayasan.

Menurut Townsend, (2010) evaluasi keperawatan adalah proses

berkesinambungan yang perlu dilakukan untuk menentukan seberapa

baik rencana keperawatan dilakukan. Menurut Nurjannah, (2011)

evaluasi adalah tahap berkelanjutan untuk menilai efek dan tindakan

pada klien. Evaluasi dibagi dua yaitu, evaluasi proses atau formatif

yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil

atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan antara respon

klien dengan tujuan khusus dan umum yang telah ditentukan.

Pada studi kasus yang dilakukan oleh penulis kepada klien yang

lain dengan kasus yang sama pada Tn. E evaluasi yang dapatkan

yaitu pada pelaksanaan strategi pelaksanaan 1 sampai strategi

pelaksanaan 4. Klien berhasil melakukan dengan baik dalam

65
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, bercakap-cakap,

melakukan aktivitas terjadwal, serta minum obat dengan benar.

Berdasarkan evaluasi yang penulis lakukan, terdapat kesamaan

antara konsep dasar teori dengan kasus Ny. N, karena penulis

mengacu pada teori yang ada, dimana penulis menggunakan evaluasi

hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan antara

respon klien dengan tujuan khusus dan umum yang telah ditentukan.

3. Keterbatasan Tugas Akhir

Adapun keterbatasan yang ada dalam pengerjaan tugas akhir ini adalah

sebagai berikut :

a) Kurangnya buku sember yang di gunakan penulis

b) Kurangnya pemahaman tantang materi tentang halusinasi

pendengaran

c) Terlalu singkatnya waktu sehingga hanya membuat pertemuan 3

kali pertemuan.

d) Tidak adanya keluarga saat dilakukannya pengkajian, intervensi,

dan implementasi.

4. Implikasi untuk keperawatan

Peranan keluarga saat ini sangat penting terhadap pasien mengenai

kesembuhan pasien. Keluarga dapat membantu pasien dalam intervensi

yang telah dibuat oleh penulis. Dan juga peran dari pihak kepala

yayasan sangat penting untuk memantau pemberian obat secara teratur

dan memberikan aktivitas saat halusinasi tersebut dating kepada klien.

66
Dengan demikian penulis dapat membina hubungan saling percaya

yang baik dengan klien. Membangun hubungan saling percaya

merupakan hal penting dan membantu dalam proses keperawatan.

Untuk membangun hubungan saling percaya maka penulis harus

mengenal secara mendalam tantang pasien. Sehingga penulis harus

memilikiseperangkat perencanaan yang dapat mengungkapkan

perasaan pasien.

Jadi dengan ini keluarga dan pemilik yayasan dapat membantu

penulis dalam asuhan keperawatan kepada pasien sehingga pasien

dapat sembuh dan membaik.

67
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah melakukan asuhan keperawatan selama 3 hari pada Ny.N dengan

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran di Yayasan

Padlanursabaniah Manonjaya, maka pada bab ini penulis dapat menarik

kesimpulan dan saran sebagai berikut :

1. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny. N dengan gangguan

persepsi sensori : halusinasi pendengaran. Klien bersikap kooperatif,

terbuka, dan menceritakan semua masalahnya sehingga data ditemukan

secara lengkap.

2. Penulis mampu menentukan masalah keperawatan pada klien. Masalah

keperawatan yang muncul pada Ny. N sesuai dengan pembahasan pada

pohon masalah bahwa Halusinasi terjadi karena isolasi sosial : menarik

diri. Menarik diri bisa menyebabkan masalah utama/core

problem gangguan persepsi sensori : halusinasi, dari halusinasi bisa

menyebabkan resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan

lingkungan.

3. Penulis mampu membuat diagnosa keperawatan pada klien. Dengan

diagnosa gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran yang

ditandai dengan data subyektif Ny.N mengatakan mendengar suara

wanita dan laki-laki, Ny.N juga mendengar suara orang yang

68
menyuruhnya untuk mengambil benda tajam dan membuka bajunya,

suara-suara itu muncul kadang-kadang 2 sampai 3 kali sehari, Ny.N

mendengar suara itu saat dia melamun, sendirian dan malam hari.

Sedangkan data obyektif yang didapatkan, Ny.N tampak bingung,

sering bicara sendiri dan koping maladaptif, dimana klien suka

menyendiri jika ada masalah.

4. Penulis mampu membuat intervensi atau rencana keperawatan pada

Ny. N. Perencanaan yang dilakukan untuk membina hubungan saling

percaya, mengenal dan mengontrol halusinasinya, dan dapat

memanfaatkan obat dengan benar.

5. Penulis mampu membuat implementasi atau tindakan keperawatan

pada Ny. N. Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis selama 3

hari kepada, Ny.N mampu melakukan strategi pelaksanaan 1 sampai 3

yaitu Ny. N telah mampu mengenal halusinasinya, mampu mengontrol

halusinasinya dengan cara menghardik, bercakap-cakap dengan orang

lain, dan melakukan aktivitas secara terjadwal. Dalam melaksanakan

strategi pelaksanaan 4, penulis mendelegasikan kepada pemilik

yayasan.

6. Penulis mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada Ny. N.

Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan selama tiga hari, evaluasi

tindakan yang dilakukan penulis sampai pada strategi pelaksanaan 3.

Ny.N berhasil dalam mengenal halisinasinya dan berhasil mengontrol

halusinasinya dengan menghardik, bercakap-cakap bersama orang lain,

69
dan melakukan aktivitas terjadwal. Evaluasi sudah dilakukan penulis

sesuai keadaan klien, penulis tidak bisa mencapai batas maksimal pada

rencana yang diharapkan. Dalam melakukan strategi pelaksanaan 4,

penulis mendelegasikan kepada pemilik yayasan.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang bisa penulis berikan

untuk perbaikan dan peningkatan mutu asuhan keperawatan adalah :

1. Bagi instansi pendidikan

Diharapkan pihak instansi pendidikan memberikan waktu yang cukup

kepada mahasiswa dalam mengelola studi kasus.

2. Bagi Puskesmas/Yayasan

Diharapkan mampu melakukan pelayanan kesehatan dengan lengkap

khususnya bagi pasien jiwa dengan persepsi sensori : Halusinasi

Pendengaran.

3. Bagi klien

Klien diharapkan mengikuti program terapi yang telah direncanakan

oleh penulis dan pemilik yayasan untuk mempercepat proses

kesembuhan klien.

4. Bagi keluarga

Keluarga diharapkan mampu memberi dukungan pada klien dalam

mengontrol halusinasi baik dirumah sakit maupun dirumah.

70
5. Bagi Penulis

Sebagai sarana memperoleh informasi dan pengetahuan serta

pengalaman dalam melakukan asuhan keperawatan jiwa pada pasien

dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.

71
DAFTAR PUSTAKA

Direja, A. H. S (2011). Buku Ajar KeperawatanJiwa.Yogyakarta :Nuha Medika.

Ernawati.(2009). Buku Saku Komunikasi Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Fitria,Nita. 2010. Prinsip Dasardan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Herman, Ade. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha

Medika.

Keliat, B.A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas (CMHN –

Basic Course).

Maramis, Rusdi. 2010. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III).

Jakarta: FK Unika Atmajaya.

Nasir, Abdul dan, Abdul, Muhith. 2011. Dasar-dasar Keperawatan Jiwa,

Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba Medika.

PKM Manonjaya. (s/d 2018). Diagnosa Penyakit Gangguan Jiwa. Manonjaya:

tidak diterbitkan

Prabowo, E. 2014.Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Nuha

Medika.

Yosep, Iyus. 2010 & 2014.Keperawatan Jiwa. Bandung : PT. Refika Aditama.

72
LAMPIRAN

73
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

I. IDENTITAS KLIEN

Nama : Umur :

Tanggal masuk RS : No CM :

Alamat : Pendidikan :

Status perkawinan : Pekerjaan :

Sumber data :

Bentuk tubuh :

II. ALASAN MASUK

____________________________________________________________

III. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?

74
( ) ya, tahun ( ) tidak

2. Pengobatan sebelumnya:

( ) berhasil ( ) kurang berhasil ( ) tidak berhasil

3. Trauma

Pelaku Korban/usia saksi/usia

Aniaya Fisik _______ _______ _______

Aniaya Seksual _______ _______ _______

Penolakan _______ _______ _______

Kekerasan dalam Keluarga _______ _______ _______

Tindakan Kriminal _______ _______ _______

Jelaskan: __________________________________________

4. Adakah anggota keluarga mengalami gangguan jiwa? ( ) ya ( )tidak

Hubungan keluarga: ____________________________________

Gejala: ________________________________________________

Riwayat pengobatan: ____________________________________

Masalah keperawatan: ………………………………….

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

______________________________________________________

Masalah Keperawatan: ………………………………….

IV. PEMERIKSAAN FISIK

1. TD: mmHg N: X/mnt S: C P: x/mnt

2. Berat Badan Kg TB Cm

3. Keluhan Fisik ____________________________________

75
Jelaskan: _____________________________________________

Masalah Keperawatan: ……………………………….

V. PSIKOSOSIAL

1. GENOGRAM

Keterangan genogram

Jelaskan: ……………………………………………….

Masalah Keperawatan: ……………………………….

2. KONSEP DIRI

Citra Tubuh __________________________________________

Identitas __________________________________________

Peran __________________________________________

Ideal diri __________________________________________

Harga diri __________________________________________

Masalah Keperawatan: ……………………………….

3. HUBUNGAN SOSIAL

Orang yang berarti ____________________________________

Peran serta dalam kehidupan masyarakat/ kelompok

______________________________________________________

Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

______________________________________________________

Masalah Keperawatan: ……………………………….

4. SPIRITUAL

Nilai dan keyakinan

76
______________________________________________________

Jelaskan: _____________________________________________

Masalah Keperawatan: ……………………………….

VI. STATUS MENTAL

1. Penampilan

( ) tidak rapi ( ) penggunaan pakaian yang tidak sesuai ( )

cara berpakaian tidak seperti biasanya

Jelaskan: _____________________________________________

Masalah Keperawatan: ……………………………….

2. Pembicaraan

( ) cepat ( ) keras ( ) gagap ( ) inkoheren ( ) apatis

( )lambat ( ) membisu ( ) tidak mampu memulai pembicaraan

Jelaskan: _____________________________________________

Masalah Keperawatan: ……………………………….

3. Aktivitas Motorik

( ) lesu ( ) tik ( ) gelisah ( ) tremor ( ) tegang

( ) grimasem ( ) agitasi ( ) kompulsif

Jelaskan: _____________________________________________

Masalah Keperawatan: ……………………………….

4. Alam Perasaan

( ) sedih ( ) kuatir ( ) gembira berlebihan ( ) ketakutan

( ) putus asa

Jelaskan: _____________________________________________

77
Masalah Keperawatan: ……………………………….

5. Afek

( ) labil ( ) datar ( ) tumpul ( ) tidak sesuai

Jelaskan: _____________________________________________

Masalah Keperawatan: ……………………………….

6. Interaksi selama wawancara

( ) bermusuhan ( ) defensive ( ) curiga ( ) tidak kooperatif

( ) mudah tersinggung

Jelaskan: _____________________________________________

Masalah Keperawatan: ……………………………….

7. Persepsi: halusinasi

( ) pengecapan ( ) pendengaran ( ) perabaan ( ) penglihatan

( ) penciuman

Jelaskan: _____________________________________________

Masalah Keperawatan: ……………………………….

8. Isi Pikir

( ) obsesi ( ) depersonalisasi ( ) pikiran magis

( ) phobia ( ) ide yang terkait ( ) hipokondria

Waham

( ) agama ( ) nihilistic ( ) curiga ( ) control pikir

( ) somatic ( ) sisip pikir ( ) kebesaran ( ) siar pikir

Jelaskan: _____________________________________________

Masalah Keperawatan: ……………………………….

78
9. Proses Pikir

( ) sirkumstansial ( ) flight of idea ( ) perseverasi

( ) tangensial ( ) blocking ( ) kehilangan asosiasi

Jelaskan: _____________________________________________

Masalah Keperawatan: ……………………………….

10. Tingkat Kesadaran

( ) bingung ( ) stupor ( ) disorientasi orang

( ) sedasi ( ) disorientasi waktu ( ) disorientasi tempat

Jelaskan: _____________________________________________

Masalah Keperawatan: ……………………………….

11. Memori

( ) gang. daya ingat jangka panjang ( ) gang. daya ingat saat ini

( ) gangguan daya ingat jangka pendek ( ) konfabulasi

Jelaskan: _____________________________________________

Masalah Keperawatan: ……………………………….

12. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung

( ) mudah beralih ( ) tidak mampu berkonsentrasi

( ) tidak mampu berhitung sederhana

Jelaskan: _____________________________________________

Masalah Keperawatan: ……………………………….

13. Kemampuan Penilaian

( ) gangguan ringan ( ) gangguan bermakna

Jelaskan: _____________________________________________

79
Masalah Keperawatan: ……………………………….

14. Daya Tilik Diri

( ) mengingkari penyakit yang diderita

( ) menyalahkan hal-hal diluar dirinya

Jelaskan: _____________________________________________

Masalah Keperawatan: ……………………………….

VII. KEBUTUHAN PERENCANAAN PULANG

Bantuan Total Bantuan Minimal

1. Makan ____________ ____________

2. BAK/ BAB ____________ ____________

Jelaskan: ___________________________________________

Masalah Keperawatan: ……………………………….

3. Mandi ____________ ____________

4. Berpakaian/ berhias ____________ ____________

5. Istirahat dan tidur

a. Tidur siang

b. Tidur malam

c. Kegiatan sebelum/ sesudah tidur

6. Penggunaan obat

80
7. Pemeliharaan kesehatan

a. Perawatan lanjutan

b. Sistem pendukung

8. Kegiatan di dalam rumah

a. Mempersiapkan makan

b. Menjaga kerapihan rumah

c. Mencuci pakaian

d. Pengaturan keuangan

9. Kegiatan di luar rumah

a. Belanja

b. Transportasi

c. Lain-lain

Jelaskan: _____________________________________________

Masalah Keperawatan: ……………………………….

VIII. MEKANISME KOPING

Koping Adaptif

 Bicara dengan orang lain.

 Mampu menyelesaikan masalah.

 Teknik relaksasi.

 Aktivitas konstruktif.

 Olah raga, dll.

Koping maladaptif:

81
 Minum alkohol.

 Reaksi lambat/ berlebih.

 Bekerja berlebihan.

 Menhindar.

 Mencederai diri, dll.

Masalah Keperawatan: ………………………………….

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL dan LINGKUNGAN

 Masalah dengan dukungan kelompok, uraikan:………………...

 Masalah berhubungan dengan lingkungan, uraikan:……………

 Masalah dengan pendidikan, uraikan: ………………………….

 Masalah dengan pekerjaan, uraikan: …………………………...

 Masalah dengan perumahan, uraikan: ………………………….

 Masalah ekonomi, uraikan: …………………………………….

 Masalah dengan pelayanan kesehatan, uraikan: ……………….

 Masalah lainnya, uraikan: ……………………………………..

Masalah Keperawatan: ………………………………….

X. KURANG PENGETAHUAN TENTANG:

 Penyakit jiwa Sistem pendukung

 Factor predisposisi Penyakit fisik

 Koping Obat-obatan

 Lainnya: ………………………………………………………...

Masalah Keperawatan: ………………………………….

XI. Aspek Medik

82
Diagnosa medik: ……………………………………………………….

Terapi medik: …………………………………………………………..

XII. DAFTAR MASALAH

XIII. ANALISA DATA

DATA MASALAH

DS: ………………………………. …………………………...


………………………………..
DO: ………………………………

XIV. POHON MASALAH:

XV. DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN

XVI. NCP

XVII. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Mengetahui, Tasikmalaya, …………..

Pembimbing Pendidikan, CI Ruangan, Mahasiswa,

……………………… …………………….. …………………….

83

Anda mungkin juga menyukai