Anda di halaman 1dari 90

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. M DENGAN HIPERTENSI PADA NY.

M
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KUTASARI
KABUPATEN PURBALINGGA

KARYA TULIS ILMIAH


Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

Afra Nur ‘Baety


NIM. P1337420519010

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN MAGELANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2022
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. M DENGAN HIPERTENSI PADA NY. M
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KUTASARI
KABUPATEN PURBALINGGA

KARYA TULIS ILMIAH


Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan
Pada Program Studi D III Keperawatan Magelang

Afra Nur ‘Baety


NIM. P1337420519010

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN MAGELANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2022
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Karya Tulis Ilmiah oleh Afra Nur ‘Baety, NIM. P1337420519010, dengan judul
Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. M dengan Hipertensi pada Ny. M di
Wilayah Kerja Puskesmas Kutasari Kabupaten Purbalingga telah diperiksa
dan disetujui untuk diuji.

Magelang, 25 Mei 2022

Pembimbing

Adi Isworo, SKM., MPH


NIP. 197207211998031003

Tanggal : 25 Mei 2022

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Afra Nur ‘Baety, NIM. P1337420519010, dengan judul
Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. M dengan Hipertensi pada Ny. M di
Wilayah Kerja Puskesmas Kutasari Kabupaten Purbalingga ini telah
dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal

Dewan Penguji

Pramono Giri K, S. Pd, MPH Ketua (…..……………….)


NIP. 196205101986031007

Moh. Ridwan, SKM, MPH Anggota (…..……………….)


NIP. 197204151998031004

Adi Isworo, SKM, MPH Anggota (……………..…….)


NIP. 197207211998031003

Mengetahui,
Ketua Perwakilan Jurusan Keperawatan Magelang

Hermani Triredjeki, S. Kep, Ns., M. Kes


NIP. 196902221988032001

iv
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan nikmat-
Nya, peneliti dapat menyelesaikan laporan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. M dengan Hipertensi pada Ny. M di
Wilayah Kerja Puskesmas Kutasari Kabupaten Purbalingga.
Laporan Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan tujuan memenuhi salah satu
syarat dalam menyelesaikan studi di Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Prodi D III Keperawatan Magelang dan sebagai syarat memperoleh gelar Ahli
Madya Keperawatan
Selama proses penyusunan laporan Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti
menghadapi banyak stressor, baik terkait penyusunan laporan ataupun terkait
masalah masalah di luar penyusunan laporan. Namun, hal tersebut dapat teratasi
berkat adanya arahan dan motivasi dari berbagai pihak. Peneliti mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang ikut andil dalam penyusunan laporan ini,
yaitu :
1. Dr. Marsum, BE., S.Pd., MHP., Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Semarang.
2. Suharto, S.Pd., MN., Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Semarang.
3. Hermani Triredjeki, S.Kep., Ns., M.Kes., Ketua Perwakilan Jurusan
Keperawatan Magelang sekaligus Ketua Program Studi D III Keperawatan
Magelang.
4. Pramono Giri K, S.Pd, MPH., Ketua Penguji Penyusunan Karya Tulis
Ilmiah
5. Moh. Ridwan, SKM, MPH., Anggota Penguji Penyusunan Karya Tulis
Ilmiah
6. Adi Isworo, SKM., MPH., Anggota Penguji, Dosen Pembimbing
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah, sekaligus Dosen Pembimbing Akademik

v
saya yang selalu memberikan motivasi serta dukungan selama Penyusunan
Karya Tulis Ilmiah
7. Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Program Studi Keperawatan Magelang.
8. Ayah, mamah, dan kedua adik saya yang selalu memberikan doa serta
dukungan baik secara moril juga materiil.
9. Teman-teman seperjuangan di kelas Wisanggeni dan kakak-kakak tingkat
yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, terima kasih atas dukungan,
kritik, saran, juga kebersamaan yang selalu dibangun dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini.
10. Jihan Fadhilah, Raihan Dhia Firmandani, Destika Dian Fitriana, Hana
Fortuna Pawestri, dan Ekatiara Siva Safira sahabat-sahabat saya yang sudah
banyak mendukung, memberikan motivasi, dan turut memberikan kritik
saran dalam pembuatan laporan ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat ditulis satu per satu yang turut serta ikut andil
dan membantu peneliti dalam penyusunan laporan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun dan menulis laporan Karya
Tulis ini masih banyak kekurangan. Peneliti berharap adanya kritik saran yang
dapat membangun dan menjadi perbaikan untuk selanjutnya. Semoga laporan
Karya Tulis Ilmiah ini dapat menjadi manfaat bagi peneliti juga bagi semua pihak
yang membaca.

Magelang, 25 Mei 2022

Penulis,
Afra Nur ‘Baety

vi
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. M DENGAN HIPERTENSI
PADA NY. M DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KUTASARI
KABUPATEN PURBALINGGA

Afra Nur ‘Baety¹ , Pramono Giri² , Moh Ridwan³ , Adi Isworo4


¹Mahasiswa program studi D III Keperawatan Magelang
²Dosen Jurusan Keperawatan Magelang
Korespondensi: ayaaafr19@gmail.com

ABSTRAK
Latar belakang : Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang cukup berbahaya
di dunia, karena hipertensi merupakan faktor risiko utama yang menyebabkan
penyakit kardiovaskuler seperti serangan jantung, gagal jantung, stroke dan
penyakit ginjal. Beberapa gejala hipertensi yaitu sakit kepala dan pusing.
Kebanyakan orang hanya mengandalkan obat untuk menurunkan rasa sakit, padahal
terdapat cara non farmakologis (tanpa obat). Cara non farmakologis tersebut dapat
dilakukan dengan cara terapi pijat relaksasi. Kurangnya pengetahuan keluarga
dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya hal tersebut.
Metoda : Metode yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan yakni
metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus yang berfokus pada satu keluarga
saja tanpa pembanding.
Hasil : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam didapatkan hasil
klien yang semula nyeri dengan skala sedang (skala 6) dapat turun hingga ke skala
ringan (skala 3) dengan menggunakan terapi pijat relaksasi dan tidak lupa
mengonsumsi obat antihipertensi secara rutin. Selain itu, derajat pengetahuan
keluarga klien juga sudah meningkat. Hal itu dibuktikan dengan keluarga dan klien
mampu menjelaskan kembali apa yang sudah dijelaskan terkait hipertensi.
Simpulan : Nyeri yang dirasakan klien dapat berkurang dan derajat pengetahuan
keluarga klien dapat meningkat

Kata kunci: nyeri,defisien pengetahuan,hipertensi,terapi relaksasi,edukasi

vii
FAMILY NURSING CARE OF TN. M FAMILY
WITH HYPERTENSION ON NY. M AT THE WORKING AREA
PUBLIC HEALTH CENTER OF KUTASARI
PURBALINGGA DISTRICT

Afra Nur ‘Baety¹, Pramono Giri², Moh Ridwan, Adi Isworo4


¹Student of D III of Magelang Nursing Study Program
²Lecturer of Nursing Department of Poltekkes Kemenkes Semarang
Correspondence: ayaaafr19@gmail.com

ABSTRACT
Background: Hypertension is a health problem that is quite dangerous in the world,
because hypertension is a major risk factor that causes cardiovascular diseases such
as heart attack, heart failure, stroke and kidney disease. Some of the symptoms of
hypertension are headaches and dizziness. Most people only rely on drugs to reduce
pain, even though there are non-pharmacological ways (without drugs). This non-
pharmacological method can be done by means of relaxation massage therapy. Lack
of family knowledge can be one of the causes of this.
Method: The method used in providing nursing care is a descriptive method with a
case study approach that focuses on only one family without comparison.
Results: After nursing care for 3 x 24 hours, the results of the client's initial pain
on a moderate scale (scale 6) can go down to a mild scale (scale 3) by using
relaxation massage therapy and not forgetting to take antihypertensive drugs
regularly. In addition, the level of knowledge of the client's family has also
increased. This is evidenced by the family and the client being able to re-explain
what has been explained regarding hypertension.
Conclusion: The pain felt by the client can be reduced and the degree of knowledge
of the client's family can increase

Keywords: pain, knowledge deficiency, hypertension, relaxation therapy, education

viii
DEKLARASI ORISINALITAS

Yang bertandatangan di bawah ini :


Nama : Afra Nur ‘Baety
NIM : P1337420519010
Prodi : D III Keperawatan Magelang
Email : ayaaafr19@gmail.com
Alamat Lengkap : Perum Wirasana Regency RT 08/02, Purbalingga

Dengan ini menyatakan bahwa :


a. Karya Tulis Ilmiah saya ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (ahli madya keperawatan) baik di Poltekkes
Kemenkes Semarang maupun di perguruan tinggi lain.
b. Karya Tulis Ilmiah ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya
sendiri tanpa bantuan orang lain, kecuali tim pembimbing dan para
narasumber
c. Dalam Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah
ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama
pengarang dan judul buku aslinya serta dicantumkan dalam daftar pustaka
d. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
saya peroleh dan sanksi lain dengan norma yang berlaku di Poltekkes
Kemenkes Semarang.
Magelang, 25 Mei 2022
Yang membuat pernyataan,

Afra Nur ‘Baety


NIM. P1337420519010

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL…………………………………………………………….i
HALAMAN JUDUL..…………………………………………………………….ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
DEKLARASI ORISINALITAS............................................................................. ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xivv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 3
D. Manfaat penulisan ....................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 5
A. Konsep Dasar Penyakit ............................................................................... 5
1. Pengertian Hipertensi ............................................................................... 5
2. Etiologi Hipertensi ................................................................................... 5
3. Manifestasi Klinis..................................................................................... 6
4. Penatalaksanaan ........................................................................................ 6
5. Komplikasi ............................................................................................... 7
6. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................ 8
7. Patofisiologi.............................................................................................. 9
B. Konsep Keluarga ....................................................................................... 10
1. Definisi Keluarga ................................................................................... 10
2. Fungsi Keluarga ..................................................................................... 10

x
3. Ciri Keluarga .......................................................................................... 12
4. Tipe Keluarga ......................................................................................... 12
5. Struktur Keluarga ................................................................................... 13
6. Tahap Perkembangan Keluarga .............................................................. 14
C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga.................................................... 19
1. Pengertian Asuhan Keperawatan Keluarga ............................................ 19
2. Tujuan ..................................................................................................... 19
3. Sasaran .................................................................................................... 20
4. Pengkajian Asuhan Keperawatan ........................................................... 20
5. Perumusan Masalah ................................................................................ 24
6. Penentuan Prioritas ................................................................................. 28
7. Diagnosis Keperawatan .......................................................................... 30
8. Perencanaan dan Implementasi Keperawatan ........................................ 32
9. Evaluasi Keperawatan ............................................................................ 36
D. Konsep Lansia ........................................................................................... 36
1. Definisi Lansia ....................................................................................... 36
2. Karakteristik Lansia ............................................................................... 37
3. Batasan Lansia ........................................................................................ 38
4. Perubahan Lansia ................................................................................... 38
5. Proses Menua ......................................................................................... 40
E. PATHWAY ............................................................................................... 41
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 42
A. Rancangan Penelitian ................................................................................ 42
B. Subjek Penelitian....................................................................................... 42
C. Tempat dan Waktu .................................................................................... 42
2. Tempat .................................................................................................... 42
3. Waktu ..................................................................................................... 42
D. Pengumpulan Data .................................................................................... 43
E. Cara Pengolahan Data ............................................................................... 43
F. Etika Penulisan .......................................................................................... 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 46

xi
A. Hasil .......................................................................................................... 46
B. Pembahasan ............................................................................................... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 69
A. Kesimpulan ............................................................................................... 69
B. Saran .......................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 72

xii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1.1 Tabel Komposisi Keluarga…………………..……………………….....…. 20
1.2 Skala Prioritas Masalah Kesehatan Keluarga……………..…….…………. 29
1.3 Komposisi Keluarga Tn. M……………....................................................... 46
1.4 Pemeriksaan Fisik Keluarga Tn. M…………………………………………51
1.5 Distribusi Frekuensi Skala Prioritas Keperawatan Keluarga Tn. M………..54
1.6 Distribusi Frekuensi Skala Prioritas Keperawatan Keluarga Tn. M………..55

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1 Simbol-simbol genogram………………………………………………..…. 21
2.2 Genogram Keluarga Tn. M………………………………………………… 46
2.3 Denah Rumah Tn. M………………………………………………………. 48

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden


Lampiran 2 Lembar Informed Consent Surat Persetujuan
Lampiran 3 Format Pengkajian Keperawatan Keluarga
Lampiran 4 Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Lampiran 5 Lembar Sop Pengukuran Tekanan Darah
Lampiran 6 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 7 Lembar Bimbingan

xv
DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization


KB : Keluarga Berencana
SPAL : Saluran Pembuangan Air Limbah
THT : Telinga Hidung Tenggorokan
SOAP : Subjective, Objective, Assesment, Planning
BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
IQ : Intelligence Quotients
ICS : Intercosta Space
VAS : Visual Analogue Scale
NRS : Numeric Rating Scale
ADL : Activity Daily Living
TTV : Tanda-Tanda Vital

xvi
BAB I PENDAHULUAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang cukup berbahaya di dunia,


karena hipertensi merupakan faktor risiko utama yang menyebabkan penyakit
kardiovaskuler seperti serangan jantung, gagal jantung, stroke dan penyakit ginjal
yang pada tahun 2016 akan menyebabkan penyakit jantung iskemik dan stroke
menjadi dua penyebab utama kematian di dunia (WHO, 2018).
Menurut WHO (2019), hipertensi bisa dikatakan salah satu penyebab
kematian dini di seluruh dunia. Hipertensi disebut sebagai “silent killer”. Dikatakan
sebagai “silent killer” karena gejala hipertensi seringkali muncul tanpa keluhan.
Biasanya penderita tidak mengetahui apakah dirinya memiliki tekanan darah tinggi
dan baru diketahui memiliki hipertensi ketika telah timbul komplikasi. Kebanyakan
orang merasa bugar dan sehat meskipun memiliki hipertensi.
Kejadian hipertensi mencapai lebih dari 1,3 milyar orang di dunia. Angka
ini menunjukkan 31% dari populasi orang dewasa di dunia. Sampai saat ini
hipertensi masih menjadi masalah besar. Menurut data dari WHO (World Health
Organization), 22% penduduk dunia terkena penyakit ini. Sedangkan di Asia
Tenggara, angka kejadian hipertensi mencapai 36%. Menurut hasil Riskesdas tahun
2018, prevalensi kejadian hipertensi mencapai 34.1%. Angka tersebut meningkat
cukup tinggi dibandingkan hasil pada tahun 2016, yaitu dengan kasus hipertensi
30,9 %. Ada juga peningkatan yang signifikan pada pasien hipertensi berusia 60
tahun ke atas. Baru-baru ini kita mulai sering menghadapi kejadian hipertensi pada
usia yang relatif lebih muda di masyarakat kita.
Prevalensi penduduk di Provinsi Jawa Tengah dengan kasus hipertensi yaitu
sebesar 37,57 persen (Riskesdas, 2018). Dengan angka tersebut, Jawa Tengah
menempati urutan ke-empat dengan kasus hipertensi tertinggi di Indonesia
(Kemenkes RI, 2018). Faktor usia menjadi penyebab tingginya kasus hipertensi.
Diperkirakan jumlah penderita hipertensi berusia >15 th tahun 2019 sebanyak

1
8.070.378 orang atau sebesar 30,4 persen dari total penduduk berusia >15 tahun.
Kabupaten/kota dengan persentase pelayanan kesehatan kepada penderita
hipertensi tertinggi adalah di Karanganyar, Jepara dan Kota Magelang, masing-
masing sebesar 100 persen. Sementara persentase terendah ada di Purworejo (12,9
persen). Kasus hipertensi di Kabupaten Purbalingga menurut Dinkes Kabupaten
Purbalingga tahun 2018 ditemukan 29.363 kasus atau 17,39 % dari total 168.805
orang dengan usia ≥ 18 tahun yang dilakukan pengukuran tekanan darah di
puskesmas atau fasilitas kesehatan lain. Sedangkan kasus hipertensi di Puskesmas
Kutasari Kabupaten Purbalingga pada tahun 2018 tergolong tinggi karena mencapai
90,97 % terdiri dari penduduk berusia ≥ 18 tahun.
Melihat dari beberapa prevalensi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi
masih menjadi salah satu penyakit tidak menular yang angkanya masih tergolong
tinggi di Indonesia. Hipertensi yang biasanya terjadi di kalangan lansia, saat ini
sudah merambah di kalangan usia muda. Menurut (Muhlis dan Jihan Prameswari,
2020) masalah keperawatan yang seringkali muncul pada pasien hipertensi yaitu
ketidakpatuhan dalam program terapi (minum obat antihipertensi). Banyak pasien
hipertensi yang mengabaikan hal tersebut, padahal kepatuhan program terapi adalah
suatu faktor yang sangat berpengaruh untuk mengontrol tekanan darah. Defisiensi
pengetahuan merupakan faktor pemicu terjadinya ketidakpatuhan program terapi
yang sering diabaikan oleh pasien. Meskipun tubuh terasa sehat dan baik-baik saja,
pasien tetap harus patuh dan rutin minum obat anti hipertensi.
Untuk dapat mencapai derajat kesehatan yang lebih tinggi, keluarga
berperan penting dalam merawat anggota keluarga yang sakit. Peneliti tertarik
untuk menulis laporan asuhan keperawatan keluarga pada salah satu anggota
keluarga yang menderita hipertensi karena dengan memberikan asuhan tersebut,
keluarga dapat menjaga pola hidup yang sehat dan merawat anggota keluarga yang
sakit.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan keluarga pada pasien hipertensi

2
C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum
Penulis dapat memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan keluarga
dengan pasien hipertensi
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian berupa identitas, riwayat kesehatan pasien, hasil
pemeriksaan data fokus, dan pemeriksaan penunjang
b. Membuat analisa data, menyusun diagnosa keperawatan, dan melakukan
diskoring menggunakan skala prioritas masalah
c. Menyusun perencanaan tindakan keperawatan (intervensi keperawatan)
untuk dapat mengatasi masalah
d. Melakukan tindakan keperawatan yang tepat untuk dapat mengatasi
masalah
e. Melakukan evaluasi berdasarkan tindakan keperawatan yang telah
dilakukan
f. Mengidentifikasi kesenjangan antara teori dengan kondisi di lapangan

D. Manfaat penulisan

Diharapkan laporan ini dapat memberikan manfaat bagi


1. Masyarakat
Memberi pengetahuan kepada masyarakat agar mampu mengenal masalah
hipertensi sehingga mampu mengatasi masalah tersebut secara mandiri
2. Institusi Kesehatan
Sebagai salah satu sumber informasi bagi pelaksana penelitian di bidang
keperawatan terkait asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi
3. Institusi Pendidikan
Membantu mahasiswa keperawatan untuk lebih memahami terkait asuhan
keperawatan keluarga

3
4. Klien
Memberikan informasi kepada klien terkait definisi, penyebab, tanda dan
gejala, penatalaksanaan juga pencegahannya
5. Pembaca
Menambah wawasan pengetahuan bagi pembaca

4
BAB II TINJAUAN PU ST

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup
berbahaya di dunia, karena hipertensi merupakan faktor risiko utama yang
menyebabkan penyakit kardiovaskuler seperti serangan jantung, gagal jantung,
stroke dan penyakit ginjal yang mana pada tahun 2016 penyakit jantung iskemik
dan stroke menjadi dua penyebab kematian utama di dunia (WHO, 2018).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg dengan dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang. Hipertensi yang berkepanjangan dapat merusak ginjal, jantung
dan otak apabila tidak dilakukan pengobatan secara dini (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2017).
Seiring bertambahnya usia, hampir setiap orang akan mengalami
peningkatan tekanan darah (Arif, Amalia, Sesrianty & Kartika, 2019).
Hipertensi menjadi masalah pada lanjut usia karena sering di temukan faktor
utama penyakit jantung koroner. Lebih dari separuh kematian di atas usia 60
tahun disebabkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah otak (Fitrina &
Wiryanti, 2018).

2. Etiologi Hipertensi
Faktor penyebab hipertensi dapat dibagi menjadi dua faktor yaitu yang
tidak dapat dikendalikan (seperti keturunan, jenis kelamin, dan umur) dan yang
dapat dikendalikan (seperti kegemukan, kurang olahraga, merokok, serta
konsumsi alkohol dan garam). Selain itu, hipertensi memiliki berbagai faktor
risiko yang berkaitan erat dengan pemicu terjadinya penyakit tersebut. Berbagai
faktor risiko tersebut meliputi genetik, ras, usia, jenis kelamin, merokok,
obesitas, serta stress psikologis dan terdapat juga faktor yang menyebabkan

5
kambuhnya hipertensi yaitu pola makan, merokok dan stres (Aidha dan Tarigan,
2019).

3. Manifestasi Klinis
Kebanyakan orang dengan hipertensi tidak menyadari bahwa mereka
memiliki riwayat hipertensi karena penyakit ini seringkali tidak menunjukkan
gejala. Ada gejala seperti sakit kepala dan emosi yang berkepanjangan yang
banyak orang mengaitkan hal tersebut menjadi indikasi hipertensi. Namun, hal
itu belum tentu hipertensi karena bisa jadi merupakan gejala penyakit lainnya.
Menurut Handi (2017), gejala hipertensi umumnya baru muncul setelah jangka
waktu yang lama atau setelah terjadi komplikasi dan memerlukan pengendalian
tekanan darah.
Sedangkan American Heart Association (2020) menemukan bahwa
tanda dan gejala lain yang sering mucul pada penderita hipertensi adalah
nyeri dada, sesak nafas, adanya palpitasi, edema perifer, sakit kepala,
penglihatan kabur, nokturia dan hematuria, serta merasakan pusing.

4. Penatalaksanaan
Menurut Junaedi, Sufrida & Gusti (2013) tatalaksana hipertensi dibagi
menjadi 2 bagian, sebagai berikut :
a. Terapi non-farmakologi (non-obat)
Terapi non-farmakologi adalah pengobatan hipertensi tanpa menggunakan
obat-obatan. Dengan terapi ini, perubahan tekanan darah dapat diupayakan
melalui pola hidup sehat seperti :
1) Membatasi asupan garam dan natrium
2) Menurunkan berat badan hingga batas ideal
3) Olahraga teratur
4) Kurangi / tidak mengonsumsi minuman beralkohol
5) Kurangi/ tidak merokok
6) Hindari stres
7) Hindari obesitas

6
b. Terapi farmakologi (terapi dengan obat)
Selain terapi non-farmakologi, terapi farmakologi menjadi hal yang utama.
Obat antihipertensi yang biasa digunakan dalam pengobatan antara lain
obat-obatan golongan diuretik, beta bloker, antagonis kalsium, dan
penghambat konfersi enzim angiotensi.
1) Diuretik. Diuretik adalah obat antihipertensi yang merangsang ekskresi
garam dan air. Mengonsumsi diuretik dapat menurunkan jumlah cairan
dalam pembuluh darah dan menurunkan tekanan pada dinding
pembuluh darah.
2) Beta bloker. Beta bloker dapat mengurangi kecepatan jantung
memompa darah dan mengurangi jumlah darah yang dipompa jantung.
3) ACE-inhibitor. ACE-inhibitor ini dapat mencegah penyempitan dinding
pembuluh darah sehingga dapat mengurangi tekanan pada pembuluh
darah dan menurunkan tekanan darah.
4) Ca bloker, dapat menurunkan denyut jantung dan merelaksasikan
pembuluh darah.

5. Komplikasi
Menurut Triyanto (2014), komplikasi hipertensi dapat menyebabkan hal
berikut:
a. Stroke
Stroke dapat terjadi akibat perdarahan tekanan tinggi di otak atau sebagai
akibat dari emboli yang dilepaskan dari pembuluh non otak yang terpajan
tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-
arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal,
sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang.
b. Infark miocard
Infark miocard dapat terjadi ketika arteri koroner yang arterosklerosis tidak
dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau juga dapat terjadi
apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh
darah tersebut.

7
c. Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler-kapiler ginjal. Jika glomerulus rusak, darah akan mengalir ke
unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat menyebabkan
hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus, protein
akan keluar melalui urin. Keluarnya urin dapat mengakibatkan tekanan
osmotik koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema yang umum
terjadi pada hipertensi kronik.
d. Ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya ke
jantung dengan cepat akan mengakibatkan caitan terkumpul di paru, kaki
dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan di dalam paru-paru
menyebabkan sesak napas, sedangkan timbunan cairan ditungkai
menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema. Ensefolopati
dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang cepat).
Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan
kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruangan intertisium diseluruh
susunan saraf pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolap dan dapat
menyebabkan koma.
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Aspiani (2016) dalam melakukan pemeriksaan hipertensi
terdapat 3 cara yaitu :
a. Laboratorium
1) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
2) Darah perifer lengkap
3) Kimia darah (kalium, natrium, keratin, gula darah puasa)
b. EKG
1) Hipertrofi ventrikel kiri
2) Iskemia atau infark miocard
3) Peninggian gelombang P
4) Gangguan konduksi

8
c. Foto Rontgen
1) Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta.
2) Pembendungan, lebar paru
3) Hipertrofi parenkim ginjal
4) Hipertrofi vaskular ginjal

7. Patofisiologi
Menurut Triyanto (2014), peningkatan tekanan darah pada arteri dapat
terjadi melalui beberapa cara yaitu jantung lebih keras dalam memompa
sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya. Arteri besar
kehilangan elastisitasnya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Darah
di setiap denyutan jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit dari
pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Hal ini yang terjadi pada usia
lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis.
Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi
vasokonstriksi. Bertambahnya darah dalam sirkulasi bisa menyebabkan
meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika ada kelainan fungsi ginjal
sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh
meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat.
Triyanto (2014) juga mengemukakan sebaliknya, ketika aktivitas
pemompaan jantung berkurang maka arteri akan melebar sehingga banyak
cairan keluar dari sirkulasi dan tekanan darah turun. Penyesuaian terhadap
faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan didalam fungsi ginjal dan
sistem saraf otonom. Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa
cara yaitu jika tekanan darah meningkat, ginjal akan mengeluarkan garam dan
air yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan
tekanan darah normal. Sebaliknya, ketika tekanan darah turun, ginjal
mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan
tekanan darah kembali normal. Ginjal juga dapat meningkatkan tekanan darah
dengan memproduksi enzim yang disebut enzim renin yang akan memicu

9
pembentukan hormon angiotensi yang selanjutnya akan memicu pelepasan
hormon aldosteron. Ginjal adala organ peting dalam mengembalikan tekanan
darah. Oleh karena itu, berbagai penyakit dan gangguan pada ginjal dapat
menyebabkan tekanan darah tinggi.

B. Konsep Keluarga

1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah rumah tangga yang memiliki hubungan darah
perkawinan serta menyediakan terselenggaranya fungsi-fungsi dasar
instrumental dan ekspresif keluarga bagi para anggotanya yang berada dalam
lingkup jaringan (Lestari, 2016).
Menurut Stuart (2016), keluarga merupakan unit terkecil dari
masyarakat. Keluarga dapat didefinsikan dengan kekerabatan dimana invidu
disatukan oleh ikatan perkawinan dan kemudian menjadi orang tua. Dalam
arti luas, anggota keluarga adalah mereka yang memiliki hubungan pribadi
dan timbal balik untuk memenuhi kewajiban dan dukungan melalui kelahiran,
adopsi, maupun perkawinan.

2. Fungsi Keluarga
Friedman dalam Padila (2018) mengidentifikasi lima fungsi dasar
keluarga, yaitu:
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif mengacu pada fungsi internal keluarga yang merupakan
kekuatan keluarga. Fungsi afektif ini berguna dalam memenuhi kebutuhan
psikososial. Fungsi afektif dianggap berhasil bila keluarga tampak bahagia.
Anggota keluarga mengembangkan konsep diri yang positif, rasa dimiliki
dan memiliki, rasa berarti serta merupakan sumber kasih sayang. Penguatan
dan dukungan dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dalam
keluarga.
Komponen yang harus dipenuhi oleh keluarga untuk memenuhi fungsi
afektif adalah :

10
1) Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima dan
mendukung. Ketika setiap anggota keluarga menerima kasih sayang dan
dukungan, maka kemampuan mereka untuk memberi akan meningkat
sehingga tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung.
2) Saling menghargai. Memelihara iklim yang positif dimana semua
anggota keluarga baik orang tua maupun anak diakui dan dihargai dalam
keberadaan dan hak-hak mereka.
3) Ikatan dan identifikasi. Hal ini dapat dimulai ketika pasangan memulai
hidup baru. Kemudian berkembang dan beradaptasi dengan berbagai
aspek kehidupan dan keinginan yang tidak dapat dicapai sendiri,
misalnya mempunyai anak.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dialami
individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam
lingkungan (Friedman dalam Padila 2018). Keluarga adalah tempat dimana
individu melakukan sosialisasi. Tahap perkembangan individu dan keluarga
tersebut dicapai melalui interaksi atau hubungan yang terwujud dalam
sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, memiliki nilai/norma, budaya
dan perilaku melalui interaksi dalam keluarga sehingga individu tersebut
dapat berperan dalam masyarakat.
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan meningkatkan sumber
daya manusia. Berlakunya program Keluarga Berencana (KB)
menyebabkan fungsi ini sedikit dapat dikendalikan.
d. Fungsi Ekonomi
Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti pangan, sandang, dan
papan, maka keluarga membutuhkan sumber keuangan.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Fungsi lain keluarga adalah fungsi perawatan kesehatan. Selain
menyediakan pangan, sandang, dan papan, keluarga juga berfungsi
melakukan perawatan kesehatan terhadap angotanya baik untuk mencegah

11
terjadinya gangguan terhadap diri sendiri maupun merawat anggota yang
sakit. Kemampuan keluarga melaksanakan perawatan kesehatan terhadap
anggotanya dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan.
Tugas kesehatan keluarga adalah (Frieman dalam Padila 2018) :
1) Mengetahui masalah kesehatan.
2) Membuat keputusan untuk mengambil tindakan yang tepat.
3) Merawat anggota keluarga yang sakit.
4) Menyediakan lingkungan hidup yang sehat.
5) Memanfaatkan fasilitas kesehatan masyarakat yang ada.

3. Ciri Keluarga
Menurut (Charles dalam Padila 2018), ciri-ciri keluarga meliputi :
a. Keluarga adalah hubungan perkawinan.
b. Keluarga berbentuk lembaga sehubungan dengan hubungan perkawinan
yang dibentuk dan dipertahankan secara sadar.
c. Keluarga memiliki sistem tata nama (Nomen clatur) yang meliputi
perhitungan garis keturunan.
d. Keluarga memiliki fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggotanya yang
terkait dengan kemampuan untuk memiliki keturunan dan membesarkan
anak.
e. Keluarga adalah tempat tinggal bersama atau rumah tangga.

4. Tipe Keluarga
Secara umum keluarga dibagi menjadi tradisional dan non
tradisional (Nadirawati, 2018). Tipe keluarga tradisional terdiri dari the
nuclear family yaitu keluarga yang terdiri dari ayah ibu dan anak baik biologis
maupun adopsi, the extended family yaitu keluarga yang terdiri dari keluarga
inti disertai kakek, nenek, paman, bibi, keponakan dan lain-lain, the single-
parent family yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu)
dengan anak yang masih menjadi tanggung jawabnya sebagai akibat dari
perceraian atau kematian, blended family atau keluarga campuran yaitu duda
atau janda yang menikah kembali dan membesarkan anak dari hasil perkawinan

12
baik yang sekarang maupun yang sebelumnya, dan single adult atau dewasa
lajang yang tinggal sendiri yaitu keluarga yang terdiri dari orang dewasa
yang hidup sendiri, biasanya terjadi pada seorang dewasa yang tidak menikah
sehingga tidak memiliki suami/ istri.
Sedangkan keluarga non tradisional terdiri dari the unmarried
teenage mother yaitu keluarga yang terdiri dari ibu dan anak dari hubungan
tanpa nikah, the step-parent family yaitu keluarga dengan orang tua tiri,
commune family yaitu beberapa keluarga yang tidak memiliki hubungan akan
tetapi hidup bersama dalam satu rumah, the non-marital heterosexual
cohabiting family yaitu keluarga yang hidup bersama bergonta ganti
pasangan tanpa adanya ikatan pernikahan, gay and lesbian family yaitu dua
orang atau lebih yang berjenis kelamin sama hidup bersama seperti
layaknya suami dan istri, dan foster family yaitu keluarga yang menerima anak
yang tidak ada hubungan keluarga/saudara untuk sementara waktu.

5. Struktur Keluarga
Menurut Bakri (2017), struktur keluarga terdiri dari empat komponen,
antara lain :
a. Pola komunikasi dalam keluarga
Komunikasi yang terjalin dalam keluarga akan menentukan kedekatan
antara anggota keluarga. Pola komunikasi yang tidak berfungsi dengan
baik akan menyebabkan berbagai masalah, khususnya tekanan psikologis
pada anggota keluarga seperti konsentrasi pembicaraan hanya pada satu
orang, tidak ada diskusi dan juga hilangnya empati dalam keluarga.
b. Struktur peran
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi sosial yang diberikan. Di dalam keluarga, ayah, ibu dan anak
memiliki peran masing-masing yang diharapkan dapat saling memahami
dan mendukung.

13
c. Struktur kekuatan
Struktur kekuatan keluarga menggambarkan kekuatan dalam keluarga yang
dapat digunakan untuk mengendalikan dan mempengaruhi anggota
keluarga ke arah positif baik dari segi perilaku maupun kesehatan.
d. Nilai-nilai dalam kehidupan keluarga
Ada nilai-nilai dalam keluarga yang diterapkan dalam tradisi keluarga.
Nilai adalah suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang mempersatukan
anggota keluarga dalam satu budaya. Misalnya, tradisi makan bersama,
memiliki nilai positif dalam membangun kebersamaan dan melatih untuk
berbagi

6. Tahap Perkembangan Keluarga


Nadirawati (2018) mengemukakan bahwa perkembangan keluarga
merupakan suatu proses perubahan dalam keluarga yang terbagi dalam
beberapa tahap, dengan setiap tahapannya keluarga memiliki tugas
perkembangan yang harus dipenuhi. Tugas perkembangan keluarga menurut
Nadirawati (2018), meliputi:
a. Tahap pertama pasangan baru atau keluarga baru (beginning family)
Keluarga baru dimulai ketika suami istri memulai sebuah keluarga
melalui ikatan perkawinan yang sah, secara psikologi keluarga tersebut
membentuk keluarga baru. Pasangan suami istri yang membentuk keluarga
baru tersebut perlu mempersiapkan kehidupan yang baru karena keduanya
membutuhkan penyesuaian peran individu dan fungsi pada kehidupan
sehari-hari. Masing-masing pasangan suami istri harus menghadapi
perpisahan dengan keluarga orang tuanya dan mulai membina hubungan
baru dengan keluarga dan kelompok sosial pasangan masing -masing.
Mereka belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan
sendiri dan pasangannya.
Selain itu, suatu hal yang juga perlu diputuskan adalah kapan waktu
yang tepat untuk mempunyai anak dan berapa jumlah anak yang
diharapkan agar sesuai dengan keinginan dan rencana dua belah pihak.

14
Untuk membentuk suatu keluarga yang baik maka terdapat beberapa
tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain adalah membina
hubungan intim dan kepuasan bersama, menetapkan tujuan bersama,
membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dan kelompok sosial,
merencanakan kehamilan dan jumlah anak (KB), dan menyesuaikan diri
dengan kehamilan dan mempersiapkan diri untuk menjadi orang tua.
b. Tahap kedua keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family)
Sebuah keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari
kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak
pertama berusia 30 bulan (2,5 tahun). Kehamilan dan kelahiran bayi harus
dipersiapkan oleh pasangan suami istri melalui beberapa tugas
perkembangan yang penting. Kelahiran bayi pertama memberi
perubahan yang besar dalam sebuah keluarga. Oleh karena itu, pasangan
suami istri harus beradaptasi dengan perannya masing-masing untuk
memenuhi kebutuhan anak pertama mereka. Masalah yang sering terjadi
dengan kelahiran bayi adalah salah satu pasangan merasa diabaikan karena
fokus perhatian kedua pasangan tertuju pada bayi. Suami merasa belum siap
menjadi ayah atau sebaliknya.
Tugas perkembangan pada masa ini antara lain mempersiapkan
diri menjadi orang tua, membagi peran dan tanggung jawab masing-masing
serta anak, menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana
rumah yang menyenangkan bagi keluarga, mempersiapkan biaya atau
dana child bearing, memfasilitasi role learning masing-masing anggota
keluarga, bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita, dan
tidak lupa juga mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
c. Tahap ketiga keluarga dengan anak pra sekolah (families with
preschool)
Tahapan ini akan dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan
berakhir pada saat anak sudah berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua akan
beradaptasi terhadap segala kebutuhan-kebutuhan dan minat dari anak pra
sekolah dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangannya.

15
Beberapa kehidupan keluarga pada tahap ini biasanya akan disibukkan
dengan berbagai hal karena anak sangat bergantung pada orang tua.
Kedua orang tua harus mampu mengatur waktunya sedemikian rupa,
sehingga kebutuhan keluarga, baik anak, suami/istri, dan pekerjaan dapat
terpenuhi dengan baik.
Dalam kehidupan berkeluarga, orang tua tentu akan menjadi
arsitek keluarga karena mereka harus mampu merancang dan mengarahkan
perkembangan keluarga agar kehidupan perkawinan tetap utuh dan
langgeng dengan cara menguatkan kerja sama antara pasangan suami
istri. Orang tua mempunyai peran untuk menstimulasi perkembangan
individual anak, khususnya kemandirian pada anak agar tugas
perkembangan anak pada fase ini dapat tercapai sesuai keinginan. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini yaitu memenuhi kebutuhan setiap
anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi, rasa aman,
membantu anak untuk berlatih cara bersosialisasi, beradaptasi dengan
anak yang baru lahir, mempertahakan hubungan yang sehat baik di dalam
maupun di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar), membagi
waktu untuk individu, pasangan dan anak, membagi tanggung jawab tiap
anggota keluarga, serta melakukan kegiatan dan menyediakan waktu untuk
stimulasi tumbuh dan kembang anak
d. Tahap keempat keluarga dengan anak usia sekolah (families with
children)
Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah
pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini
keluarga akan mencapai jumlah anggota keluarga yang maksimal,
sehingga keluarga akan sangat sibuk. Selain aktifitas di sekolah, masing-
masing anak memiliki aktifitas dan minat bakat sendiri demikian
pula orang tua yang mempunyai aktifitas berbeda dengan anak.
Oleh karena itu, keluarga perlu bekerja sama untuk mencapai tugas
perkembangan masing-masing anggota keluarga. Pada tahap ini keluarga
(khususnya orang tua) perlu belajar berpisah dengan anak, memberi

16
kesempatan pada anak untuk bersosialisasi dengan lingkungannya, baik
aktifitas di sekolah maupun di luar sekolah. Tugas perkembangan keluarga
yang harus dilaksanakan pada tahap ini yaitu memberikan perhatian
tentang kegiatan sosial anak, pendidikan dan semangat belajar, tetap
mempertahanan hubungan yang harmonis dalam perkawinan, mendorong
anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual, menyediakan
aktifitas positif untuk anak, menyesuaikan pada aktifitas komunitas dengan
mengikutsertakan anak.
e. Tahap kelima keluarga dengan anak remaja (families with teenagers)
Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan
biasanya berakhir sampai pada usia 19-20 tahun atau pada saat anak dapat
meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuannya keluarga melepas anak
remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar
untuk mempersiapkan diri agar menjadi lebih dewasa. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain memberikan
kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab kepada anak,
mengingat remaja yang sudah bertambah dan meningkat otonominya,
mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga, mempertahakan
komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, hindari perdebatan,
kecurigaan dan permusuhan, dan menciptakan perubahan sistem peran dan
peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
f. Tahap keenam keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan
(lounching center families)
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.
Lamanya tahap ini bergantung pada banyaknya anak dalam keluarga atau
jika anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.
Tujuan utama pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga
untuk tetap berperan dalam melepas anaknya untuk hidup sendiri.
Keluarga mempersiapkan anaknya yang tertua untuk membentuk
keluarga sendiri dan tetap membantu anak terakhir untuk lebih mandiri. Saat
semua anak meninggalkan rumah, pasangan perlu menata ulang dan

17
membina hubungan suami istri seperti pada fase awal. Orang tua akan
merasa kehilangan peran dalam merawat anak dan merasa kosong karena
anak-anaknya sudah tidak tinggal serumah lagi.
Guna mengatasi keadaan ini orang tua perlu melakukan
aktifitas kerja, meningkatkan peran sebagai pasangan, dan tetap
memelihara hubungan dengan anak. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini adalah memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar,
mempertahankan keintiman pasangan, membantu orang tua suami atau
istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua, mempersiapkan
untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anak, menata kembali
fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga, berperan sebagai suami istri,
kakek, dan nenek, serta menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi
contoh bagi anak-anaknya
g. Tahap ketujuh keluarga usia pertengahan (middle age families)
Tahapan ini dimulai saat anak yang terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada
tahap ini semua anak meninggalkan rumah, maka pasangan berfokus
untuk mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktifitas. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain mempertahankan
kesehatan, mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti
mengolah minat sosial dan waktu santai, memulihkan hubungan antara
generasi muda dengan generasi tua, membangun keakraban dengan
pasangan, memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga, serta
mempersiapkan masa tua atau pensiun dengan meningkatkan keakraban
pasangan.
h. Tahap kedelapan keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal. Proses usia
lanjut dan pensiun merupakan realitas yang tidak dapat dihindari karena
berbagai proses stresor dan kehilangan yang harus dialami keluarga.
Stresor tersebut adalah berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai

18
hubungan sosial, kehilangan pekerjaan serta perasaan menurunnya
produktifitas dan fungsi kesehatan. Mempertahankan penataan kehidupan
yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini. Usia
lanjut umumnya lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri
daripada tinggal bersama anaknnya.
Tugas perkembangan tahap ini adalah mempertahankan suasana
rumah yang menyenangkan, adaptasi dengan perubahan kehilangan
pasangan, teman, kekuatan fisik, dan pendapatan, mempertahankan
keakraban suami istri dan saling merawat, mempertahakan hubungan
anak dan sosial masyarakat, melakukan life review, dan menerima
kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan kematian.

C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Pengertian Asuhan Keperawatan Keluarga


Asuhan keperawatan keluarga adalah rangkaian proses keperawatan
yang diberikan melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Tahapan
proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,
implementasi dan evaluasi. Keperawatan keluarga adalah serangkaian kegiatan
yang diberikan melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. (Bakri
2017, p.101).

2. Tujuan
Menurut Suprajitno (2014), tujuan asuhan keperawatan keluarga dibagi
menjadi 2 yaitu tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu :
a. Tujuan umum
Dapat meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan anggota keluarganya secara mandiri.
b. Tujuan khusus
1) Mengenal masalah kesehatan keluarga.
2) Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan
keluarga.

19
3) Melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat pada anggota
keluarga yang sakit, mempunyai gangguan fungsi tubuh, atau keluarga
yang membutuhkan bantuan, sesuai dengan kemampuan keluarga.
4) Memelihara dan memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis dan
sosial) sehingga dapat meningkatkan kesehatan keluarga.
5) Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat (misal, puskesmas,
posyandu, atau sarana kesehatan) untuk memperoleh pelayanan
kesehatan sesuai kebutuhan keluarga.
3. Sasaran
Menurut Suprajitno (2014), sasaran asuhan keperawatan keluarga
adalah keluarga-keluarga yang kesehatannya rawan atau dalam artian memiliki
masalah atau risiko kesehatan. Sasaran dalam keluarga yang dimaksud adalah
individu sebagai anggota keluarga dan keluarga itu sendiri.
4. Pengkajian Asuhan Keperawatan
Sesuai dengan teori model Family Centre Nursing Friedman (dalam
Padila, 2018) pengkajian asuhan keperawatan keluarga meliputi 7 komponen
pengkajian yaitu :
A. Data umum
1) Identitas kepala keluarga.
a. Nama kepala keluarga (KK).
b. Umur (KK).
c. Pekerjaan kepala keluarga (KK).
d. Pendidikan kepala keluarga (KK).
e. Alamat dan nomor telepon.
2) Komposisi anggota keluarga :
Tabel 1.1
Tabel komposisi keluarga
Nama Umur Gender Hubungan Pendidikan Pekerjaan keterangan
dengan KK

20
3) Genogram
Genogram harus menyangkut minimal 3 generasi, harus tertera
nama, umur, kondisi kesehatan tiap keterangan gambar. Terdapat
keterangan gambar dengan simbol berbeda (Friedman dalam Padila,
2012) seperti:

laki-laki perempuan klien sakit

meninggal menikah pisah

cerai tinggal serumah Anak angkat


tanpa ikatan

Aborsi Kembar Tinggal serumah

---------------------

Gambar 2.1 Simbol-simbol genogram

4) Tipe keluarga
5) Suku bangsa:
a. Asal suku bangsa keluarga
b. Bahasa yang dipakai keluarga
c. Kebiasaan keluarga yang dipengaruhi oleh suku yang dapat
mempengaruhi kesehatan
6) Agama :
a) Agama yang dianut keluarga
b) Kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan
7) Status sosial ekonomi keluarga :
a) Rata-rata penghasilan seluruh anggota keluarga

21
b) Jenis pengeluaran keluarga tiap bulan
c) Tabungan khusus kesehatan
d) Barang (harta benda) yang dimiliki keluarga (perabot, transportasi)
8) Aktifitas rekreasi keluarga
B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua)
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
3) Riwayat keluarga inti :
a) Riwayat terbentuknya keluarga inti
b) Penyakit yang diderita keluarga orang tua (adanya penyakit
menular atau penyakit menurun di keluarga tersebut)
4) Riwayat keluarga sebelumnya (suami istri) :
a) Riwayat penyakit keturunan dan penyakit menular di keluarga
b) Riwayat kebiasaan/gaya hidup yang mempengaruhi kesehatan
C. Lingkungan
1) Karakteristk rumah :
a) Ukuran rumah (luas rumah)
b) Kondisi dalam dan luar rumah
c) Kebersihan rumah
d) Ventilasi rumah
e) Saluran pembuangan air limbah (SPAL)
f) Air bersih
g) Pengelolaan sampah
h) Kepemilikan rumah
i) Kamar mandi/wc
j) Denah rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal :
a) Apakah ingin tinggal dengan satu suku saja
b) Aturan dan kesepakatan penduduk setempat
c) Budaya setempat yang dapat mempengaruhi kesehatan

22
3) Mobilitas geografis keluarga :
a) Apakah keluarga sering pindah rumah
b) Dampak pindah rumah terhadap kondisi keluarga (apakah
menyebabkan stress)
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
a) Perkumpulan/organisasi sosial yang diikuti oleh tiap anggota
keluarga
b) Digambarkan dalam ecomap
5) Sistem pendukung keluarga
Siapa saja yang terlibat bila keluarga mengalami masalah
D. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga :
a) Cara dan jenis komunikasi yang dilakukan keluarga
b) Cara keluarga memecahkan masalah
2) Struktur kekuatan keluarga :
a) Respon keluarga bila ada anggota keluarga yang mengalami
masalah
b) Power yang digunakan keluarga
3) Struktur peran (formal dan informal)
Peran seluruh anggota keluarga
4) Nilai dan norma keluarga.
E. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif :
a) Bagaimana cara keluarga mengekspresikan perasaan kasih sayang
b) Perasaan saling memiliki
c) Dukungan terhadap anggota keluarga
d) Saling menghargai, kehangatan
2) Fungsi sosialisasi :
a) Bagaimana cara memperkenalkan anggota keluarga dengan dunia
luar
b) Interaksi dan hubungan dalam keluarga

23
3) Fungsi perawatan kesehatan :
a) Kondisi perawatan kesehatan seluruh anggota keluarga (bukan
hanya jika sakit saja tetapi bagaimana preventif/promotif)
b) Bila ditemui data maladaptif, langsung lakukan pengkajian tahap II
(berdasar 5 tugas keluarga seperti bagaimana keluarga mengenal
masalah, mengambil keputusan, merawat anggota keluarga,
memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan).
F. Stress dan koping keluarga
1) Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek serta kekuatan
keluarga.
2) Respon keluarga terhadap stress.
3) Strategi koping yang digunakan.
4) Strategi adaptasi yang fungsional
5) Adakah cara keluarga mengatasi masalah secara maladaptif.
G. Pemeriksaan fisik (head to toe)
1) Tanggal pemeriksaan fisik
2) Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga
3) Aspek pemeriksaan fisik mulai vital sign, rambut, kepala, mata, mulut,
THT, leher, toraks, abdomen, ekstremitas atas dan bawah, sistem
genitalia
4) Pemeriksaan fokus pada kasus yang akan diangkat
5) Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik
H. Harapan keluarga
1) Terhadap masalah kesehatan keluarga
2) Terhadap petugas kesehatan yang ada
5. Perumusan Masalah
Setelah melakukan proses pengkajian, kemudian melakukan perumusan
masalah kesehatan dalam keluarga. Rumusan masalah yang dibuat harus sesuai
dengan kondisi kesehatan dan status kesehatan keluarga tersebut berdasarkan
pengkajian yang sudah dilakukan. Menurut Effendy (dalam Bakri, 2017) dalam

24
melakukan perumusan masalah kesehatan dan perawatan keluarga, harus
mengacu pada tipologi masalah kesehatan dan keperawatan serta beberapa
alasan dari ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas–tugas seluruh
anggota keluarga dalam bidang kesehatan. Tipologi tersebut yaitu :
a. Ancaman kesehatan
Merupakan keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya suatu
penyakit, kecelakaan, dan kegagalan dalam mencapai potensi kesehatan.
Ancaman kesehatan tersebut meliputi :
1) Penyakit keturunan, seperti asma bronkiale, diabetes
2) Keluarga/anggota keluarga penderita penyakit menular (seperti TBC,
gonore, hepatitis)
3) Jumlah anggota keluarga yang terlalu besar dan juga tidak sesuai
dengan kemampuan serta sumber daya keluarga. Contohnya seperti
keluarga dengan pemasukan kecil, tapi mempunyai anak banyak
4) Risiko terjadinya kecelakaan dalam keluarga. Contohnya seperti
kebiasaan dalam meletakkan benda tajam di sembarang tempat atau
kondisi tangga di rumah yang dibuat sangat curam
5) Kekurangan atau kelebihan gizi dari anggota keluarga.
6) Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan masalah lain meliputi :
a) Hubungan antar anggota keluarga yang kurang harmonis
b) Hubungan orangtua dengan anak yang tidak terlalu dekat
c) Para orangtua yang kurang dewasa
7) Sanitasi lingkungan buruk, antara lain :
a) Ventilasi dan penerangan rumah yang kurang baik
b) Tempat pembuangan sampah belum memenuhi standar
c) Sumber air yang tercemar karena tempat pembuangan tinja yang
tidak diperhitungkan
d) Tempat pembuangan air limbah tidak memenuhi syarat
e) Sumber air minum tidak memenuhi syarat
f) Kebisingan
g) Udara yang sudah tercemar

25
8) Kebiasaan-kebiasaan yang merugikan kesehatan, antara lain :
a) Kebiasaan merokok
b) Minum minuman keras
c) Kebiasaan telanjang kaki
d) Makan obat tanpa resep yang jelas
e) Kebiasaan dalam mengonsumsi daging mentah
f) Kebersihan personal yang dinilai kurang
9) Sifat kepribadian yang melekat, misalnya pemarah
10) Riwayat persalinan sulit
11) Imunisasi anak tidak lengkap
b. Kurang/tidak sehat
Kurang/tidak sehat merupakan kegagalan dalam memelihara
kesehatan. Lingkup dari kondisi ini antara lain sebagai berikut :
1) Keadaan sakit, baik sesudah maupun sebelum diagnosis
2) Kegagalan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang tidak
sesuai dengan pertumbuhan normal
c. Situasi krisis
Merupakan situasi dimana banyak menuntut individu atau keluarga
dalam menyesuaikan diri termasuk juga dalam hal sumber daya keluarga.
Lingkup situasi ini antara lain :
1) Perkawinan.
2) Kehamilan.
3) Persalinan.
4) Masa nifas.
5) Menjadi orangtua.
6) Penambahan anggota keluarga, misalnya bayi baru lahir.
7) Abortus.
8) Anak masuk sekolah.
9) Anak remaja.
10) Kehilangan pekerjaan.
11) Kematian anggota keluarga.

26
12) Pindah rumah.
Sementara itu masih menurut Effendy (dalam Bakri, 2017),
ketidakmampuan keluarga memenuhi tugas-tugas kesehatan dan perawatan
keluarga dibagi menjadi lima kelompok, yaitu :
a) Ketidaksanggupan mengenal masalah kesehatan keluarga. Adapun
penyebabnya yaitu :
(1) Kurangnya pengetauhuan/ketidaktahuan fakta.
(2) Rasa takut akibat masalah yang diketahui.
(3) Sikap dan falsafah hidup.
b) Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan
tindakan yang tepat. Penyebabnya yaitu :
(1) Tidak memahami mengenai sifat, berat, dan luasnya masalah
(2) Masalah kesehatan tidak begitu menonjol
(3) Keluarga tidak sanggup memecahkan masalah karena kurang
pengetahuan, dan kurangnya sumber daya keluarga
(4) Tidak sanggup memilih tindakan di antara beberapa pilihan
(5) Ketidakcocokan pendapat dari anggota-anggota keluarga
(6) Tidak tahu tentang fasilitas kesehatan yang ada
(7) Takut dari akibat tindakan
(8) Sikap terhadap masalah kesehatan
(9) Fasilitas kesehatan tidak terjangkau
(10) Kurang percaya terhadap petugas dan lembaga kesehatan
(11) Kesalahan informasi terhadap tindakan yang diharapkan
c) Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit. Adapun
penyebabnya antara lain :
(1) Tidak mengetahui keadaan penyakit. Misalnya sifat, penyebab,
penyebaran, perjalanan penyakit, gejala, dan perawatannya serta
pertumbuhan dan perkembangan anak
(2) Tidak mengetahui tentang perkembangan perawatan yang
dibutuhkan
(3) Kurang/tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk perawatan

27
(4) Tidak seimbang sumber-sumber yang ada dalam keluarga,
misalnya keuangan, anggota keluarga yang bertanggung jawab,
fasilitas fisik untuk perawatan
(5) Sikap terhadap yang sakit
(6) Konflik individu dalam keluarga
(7) Sikap dan pandangan hidup
(8) Perilaku yang mementingkan diri sendiri
d) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan (Padila, 2018)
meliputi :
(1) Keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan
(2) Pentingnya hygiene sanitasi
(3) Upaya pencegahan penyakit
e) Ketidakmampuan menggunakan sumber di masyarakat guna
memelihara kesehatan. Adapun penyebabnya yaitu :
(1) Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada
(2) Tidak memahami keuntungan yang diperoleh
(3) Kurang percaya terhadap petugas kesehatan dan lembaga kesehatan
(4) Rasa takut pada akibat dari tindakan
(5) Tidak terjangkau fasilitas yang diperlukan
(6) Tidak adanya fasilitas yang diperlukan
(7) Rasa asing dan tidak ada dukungan dari masyarakat
(8) Sikap dan falsafah hidup
6. Penentuan Prioritas
Skoring dilakukan bila menemukan diagnosis keperawatan lebih dari
satu. Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon dan
Maglaya (Suprajitno, 2016, p.45).

28
Tabel 1.2
Skala Prioritas Masalah Kesehatan Keluarga
No. Kriteria Skor Bobot Pembenaran
1. Sifat masalah :
a. Aktual 3
1
b. Risiko 2
c. Tinggi 1
2. Kemungkinan masalah
dapat diubah :
a. Tinggi 2 2
b. Sedang 1
c. Rendah 0
3. Potensial untuk dicegah:
a. Mudah 3
1
b. Cukup 2
c. Tidak dapat 1
4. Menonjolnya masalah
a. Masalah
dirasakan dan 2
perlu segera
ditangani 1
b. Masalah 1
dirasakan
c. Masalah tidak 0
dirasakan
Total skor
Sumber : Padila (2018)

Proses skoring yang dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan:


a. Tentukan skornya sesuai dengan krteria yang dibuat perawat.
b. Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dan dilakukan dengan
bobot:
Skor yang diperoleh x Bobot
Skor tertinggi
c. Jumlah skor untuk semua kriteria (skor maksimum sama dengan jumlah
bobot, yaitu 5).
Empat kriteria yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas masalah :
1) Kriteria pertama (sifat masalah)
Prioritas utama diberikan pada anggota keluarga yang tidak atau kurang
sehat karena perlu tindakan segera dan biasanya disadari oleh keluarga.
2) Kriteria kedua (kemungkinan masalah yang dapat diubah)

29
Untuk kriteria kedua perlu diperhatikan:
a) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi, dan tindakan untuk
menangani masalah
b) Sumber daya keluarga: fisik, keuangan, tenaga
c) Sumber daya perawat: pengetahuan, keterampilan, waktu
d) Sumber daya lingkungan: fasilitas, organisasi, dan dukungan sosial
masyarakat
3) Kriteria ketiga (potensi masalah bisa dicegah)
Untuk kriteria ketiga perlu diperhatikan:
a) Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit
b) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu
c) Tindakan yang sedang dijalankan atau yang tepat untuk memperbaiki
masalah
d) Adanya kelompok yang berisiko untuk dicegah agar tidak aktual dan
menjadi masalah
4) Kriteria keempat
Perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga menilai masalah
keperawatan tersebut.
7. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien individu, keluarga
dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2017). Tipe dari diagnosis keperawatan sebagai berikut :
a. Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan)
Komponen diagnosis keperawatan aktual mencangkup masalah
(problem/P), penyebab (etiologi/E) dan tanda gejala (sign/S). Perumusan
masalah (P) adalah respon klien terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan
dasar manusia. Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi klien

30
dengan hipertensi menurut (Nurarif, 2015 dan Tim pokja SDKI DPP PPNI
2017) :
1) Nyeri akut
2) Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
3) Hypervolemia
4) Defisiensi pengetahuan
Sedangkan penyebab (E) mengacu pada 5 tugas keluarga yaitu :
a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
(1) Persepsi terhadap penyakit
(2) Pengertian
(3) Tanda serta gejala
(4) Penyebab
(5) Persepsi keluarga terhadap masalah kesehatan
b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
(1) Sejauh mana keluarga mengerti sifat dan seberapa besar masalah
(2) Masalah dirasakan keluarga/keluarga menyerah terhadap masalah
yang ada
(3) Sikap negatif terhadap masalah kesehatan
(4) Kurang percaya terhadap tenaga kesehatan
c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
(1) Bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakit
(2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan
(3) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga
(4) Sikap keluarga terhadap yang sakit
d) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan
(1) Keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan
(2) Pentingnya higyene sanitasi
(3) Upaya pencegahan penyakit
e) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas keluarga
(1) Keberadaan fasilitas kesehatan
(2) Keuntungan yang didapat

31
(3) Kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan
(4) Pengalaman keluarga yang kurang baik
(5) Pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh keluarga
b. Risiko (ancaman kesehatan)
Belum terjadi suatu gangguan kesehatan namun sudah ada yang
menunjang, misalnya lingkungan rumah yang kurang bersih, pola makan
yang tidak teratur, stimulasi perkembangan yang tidak adekuat
c. Potensial (keadaan sejahtera/wellness)
Keadaan keluarga sejahtera dimana kesehatan keluarga dapat
ditingkatkan dan belum ada data-data maladaptif. Dalam diagnosis
potensial hanya terdapat P (problem) saja atau P (problem) dan E (etiologi)
tanpa S (symptom).
8. Perencanaan dan Implementasi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
luaran (outcome) yang diharapkan. Sedangkan tindakan keperawatan adalah
perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi keperawatan. Tindakan pada intervensi
keperawatan terdiri atas observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi (PPNI,
2018). Menurut Nurarif & Kusuma (2015) dan Tim pokja SDKI PPNI (2017)
a. Nyeri akut
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri
menurun
Kriteria hasil : Tingkat nyeri ( L.08066)
1) Pasien mengatakan nyeri berkurang dari skala 7 menjadi 2
2) Pasien menunjukan ekspresi wajah tenang
3) Pasien dapat beristirahat dengan nyaman
Rencana tindakan : (Manajemen nyeri I.08238)
a) Identifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi, frekuensi, intensitas nyeri
b) Identifikasi skala nyeri
c) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

32
d) Berikan terapi non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis:
akupuntur,terapi musik hopnosis, biofeedback, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin)
e) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan,
pencahayaan,kebisingan)
f) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
g) Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri
h) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
b. Perfusi perifer tidak efektif
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perfusi perifer
meningkat
Kriteria hasil : Perfusi perifer (L.02011)
1) Nadi perifer teraba kuat
2) Akral teraba hangat
3) Warna kulit tidak pucat
Rencana tindakan : Pemantauan tanda vital ( I.02060 )
a) Memonitor tekanan darah
b) Memonitor nadi (frekuensi, kekuatan, irama)
c) Memonitor pernapasan (frekuensi, kedalaman)
d) Memonitor suhu tubuh
e) Memonitor oksimetri nadi
f) Identifikasi penyebab perubahan tanda vital
g) Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien
h) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
c. Hipervolemia
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keseimbangan
cairan meningkat
Kriteria hasil : ( keseimbangan cairan L. 03020)
1) Terbebas dari edema
2) Haluaran urin meningkat
3) Mampu mengontrol asupan cairan

33
Rencana tindakan : (Manajemen hipervolemia I.03114)
a) Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis: ortopnes, dipsnea, edema,
JVP/CVP meningkat, suara nafas tambahan)
b) Monitor intake dan output cairan
c) Monitor efek samping diuretik (mis : hipotensi ortortostatik,
hipovolemia, hipokalemia, hiponatremia)
d) Batasi asupan cairan dan garam
e) Anjurkan melapor haluaran urin <0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam
f) Ajarkan cara membatasi cairan
g) Kolaborasi pemberian diuretik
d. Defisit pengetahuan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat
pengetahuan meningkat
Kriteria Hasil : Tingkat pengetahuan (L.12111)
1) Pasien melakukan sesuai anjuran
2) Pasien tampak mampu menjelaskan kembali materi yang disampaikan
3) Pasien mengajukan pertanyaan
Rencana Tindakan : Edukasi kesehatan ( I.12383)
a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
b) Identifikasi factor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
c) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
d) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
e) Berikan kesempatan untuk bertanya
f) Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
g) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
h) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
Sedangkan rencana dan implementasi tindakan keperawatan
keluarga berdasarkan 5 tugas keluarga sebagai berikut :

34
(1) Menstimulasi kesadaran dan penerimaan terhadap masalah keperawatan
keluarga. Tindakan yang dapat dilakukan yaitu :
(a) Mengembangkan dasar pengetahuan keluarga
(b) Membantu keluarga memahami dampak dari situasi yang ada
(c) Menghubungkan antara kebutuhan kesehatan dengan sasaran yang
telah ditentukan
(d) Mengembangkan sikap positif dalam menghadapi masalah.
(2) Membantu keluarga agar dapat menentukan keputusan yang tepat.
Tindakan yang dapat dilakukan yaitu
(a) Melakukan diskusi bersama keluarga tentang konsekuensi yang akan
timbul jika tidak melakukan suatu tindakan
(b) Melakukan diskusi bersama keluarga tentang alternatif tindakan yang
mungkin dapat diambil
(c) Melakukan diskusi bersama keluarga tentang manfaat dari alternatif
tindakan
(3) Meningkatkan kepercayaan diri dalam memberikan perawatan terhadap
anggota keluarga yang sakit. Tindakan yang dapat dilakukan yaitu :
(a) Mempraktikkan contoh tindakan yang diperlukan
(b) Memanfaatkan fasilitas yang ada di rumah
(c) Menghindari hal-hal yang menghalangi keluarga merujuk klien atau
mencari pertolongan pada petugas kesehatan.
(4) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menciptakan lingkungan yang
menunjang kesehatan. Tindakan yang dapat dilakukan yaitu :
(a) Menolong keluarga mencari cara menghindari adanya ancaman dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga
(b) Menolong keluarga memperbaiki fasilitas fisik yang ada di
lingkungan tempat tinggal
(c) Menghindari ancaman dalam hal psikologis dengan memperbaiki pola
komunikasi antar anggota keluarga
(d) Menegaskan peran masing-masing anggota keluarga

35
(e) Mengembangkan kesanggupan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
psikososial.
(5) Membantu keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.
Tindakan yang dapat dilakukan yaitu perawat harus memiliki
pengetahuan yang luas dan tepat tentang sumber daya yang ada di
masyarakat dan cara memanfaatkannya.
9. Evaluasi Keperawatan
Dijelaskan dalam Bakri (2017, p.129) ada dua evaluasi yang dapat
dilakukan, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif
bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan
kegiatan yang dilakukan seusai kontrak pelaksanaan, sedangkan evaluasi
sumatif bertujuan menilai secara keseluruhan terhadap pencapaian diagnosis
keperawatan apakah rencana diteruskan, diteruskan sebagian, diteruskan
dengan perubahan intervensi, atau dihentikan. Untuk melakukan evaluasi, ada
baiknya disusun dengan menggunakan metode SOAP secara operasional:
S adalah berbagai persoalan yang disampaikan oleh keluarga pasien setelah
dilakukan tindakan keperawatan.
O adalah berbagai persoalan yang ditemukan oleh perawat setelah dilakukan
tindakan keperawatan.
A adalah analisis dari hasil yang telah dicapai dan mengacu pada tujuan yang
terkait dengan diagnosis.
P adalah perencanaan direncanakan kembali setelah mendapatkan hasil dari
respon keluarga pada tahapan evaluasi

D. Konsep Lansia

1. Definisi Lansia
Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang
ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress
lingkungan (Pudjiastuti dalam Muhith & Siyoto, 2016, p. 1).

36
Sedangkan menurut BKKBN, lansia adalah individu yang berusia diatas
60 tahun, pada umumnya memiliki tanda-tanda penurunan pada fungsi-fungsi
biologis, psikologis, sosial dan ekonomi (Muhith & Siyoto, 2016, p. 1).
2. Karakteristik Lansia
Menurut Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI (2016),
lansia dapat dilihat berdasarkan berbagai karakteristik sebagai berikut :
a. Jenis Kelamin
Dari data Kemenkes RI (2016), lansia lebih didominasi oleh jenis
kelamin perempuan. Hal ini dapat menunjukkan bahwa harapan hidup yang
paling tinggi di Indonesia adalah perempuan. Hal ini patut dijadikan
sorotan bagi pemerintah agar harapan hidup laki-laki sama tingginya
dengan harapan hidup perempuan.
b. Status Perkawinan
Berdasarkan Badan Pusat Statistik RI, SUPAS (2015), penduduk
lansia ditilik dari status perkawinannya sebagian besar berstatus kawin (60
persen) dan cerai mati (37 persen). Adapun perinciannya yaitu lansia
perempuan yang berstatus cerai mati sekitar 56,04 persen dari keseluruhan
yang cerai mati, dan lansia laki-laki yang berstatus kawin ada 82,84 persen.
Hal ini berhubungan dengan angka harapan hidup perempuan lebih tinggi
dari pada laki-laki.
c. Living Arrangement
Angka beban tanggungan adalah angka yang menunjukkan
perbandingan banyaknya orang yang tidak produktif (umur < 15 tahun dan
> 65 tahun) dengan orang yang berusia produktif (umur 15-64). Angka
tersebut menjadi cermin besarnya beban ekonomi yang harus ditanggung
penduduk usia produktif untuk membiayai penduduk usia non produktif.
d. Kondisi Kesehatan
Angka kesehatan, menurut Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI
(2016) merupakan salah satu indikator untuk mengukur kesehatan
penduduk. Angka kesehatan bisa menjadi indikator kesehatan negatif.
Artinya semakin tinggi angka kesakitan menunjukkan derajat kesehatan

37
penduduk yang semakin baik. Masih menurut Pusat Data dan Informasi
Kemenkes RI (2016), angka kesakitan lansia tahun 2014 sebesar 25,05
persen, artinya setiap 100 orang lansia ada 25 orang lansia yang mengalami
sakit.
3. Batasan Lansia
Menurut pendapat berbagai ahli dalam Ratnawati (2017, p. 18),
batasan-batasan umur yang mencakup umur lansia sebagai berikut:
a. Menurut Kemenkes RI, lanjut usia dikelompokkan menjadi usia lanjut (60-
69 tahun) dan usia lanjut dengan risiko tinggi (lebih dari 70 tahun atau
lebih dengan masalah kesehatan).
b. Menurut WHO batasan lanjut usia meliputi: usia pertengahan (middle age)
ialah 45-59 tahun, lanjut usia (ederly) ialah 60-70 tahun, lanjut usia tua
(old) ialah 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) ialah usia diatas 90
tahun.
4. Perubahan Lansia
Perubahan yang terjadi pada lansia menurut Artinawati (2014, p. 16) meliputi:
a. Perubahan fisik
1) Sel: jumlah sel menurun/ lebih sedikit, jumlah cairan tubuh berkurang,
jumlah sel otak menurun, mekanisme perbaikan sel terganggu.
2) Sistem persyarafan: saraf panca indra mengecil sehingga fungsinya
menurun dan lambat dalam merespon, kurang sensitif terhadap
sentuhan, hilangnya lapisan myelin akson sehingga menyebabkan
berkurangnya respon motorik dan refleks.
3) Sistem pendengaran: hilangnya daya pendengaran pada telinga dalam
terutama terhadap bunyi suara atau nada yang tinggi dan suara tidak
jelas. Terjadi pengumpulan serumen, dapat mengeras karena
meningkatnya keratin. Fungsi pendengaran akan semakin menurun
pada lansia jika lansia sedang mengalami stress.
4) Sistem penglihatan: respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap
gelap menurun, akomodasi menurun, lapang panjang menurun dan
katarak.

38
5) Sistem kardiovaskuler: katup jantung menebal dan kaku, kemampuan
memompa darah menurun,meingkatnya retensi pembuluh darah
sehingga tekanan darah meningkat.
6) Sistem pencernaan: kesehatan gigi dan gizi buruk, indera pengecap
menurun terutama rasa manis dan asin, adanya iritasi selaput lendir
yang kronis, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, peristaltik
melemah, dan biasa timbul konstipasi.
7) Sistem reproduksi wanita: vagina mengalami pengecilan, ovarium
menciut dan uterus mengalami atrofi, atrofi payudara, atrofi vulva,
selaput lendir menurun, permukaan menjadi halus dan sifatnya
alkali serta terjadi perubahan warna.
8) Sistem reproduksi pria: testis masih dapat memproduksi spermatozoa,
meskipun ada penurunan secara berangsur-angsur. Dorongan seksual
menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatannya
baik.
9) Sistem integumen: keriput, kulit kepala dan rambut menipis, rambut
dalam hidung dan telinga menebal, elastisitas menurun, kuku keras dan
rapuh.
10) Sistem muskuloskeletal: osteoporosis, bungkuk, persendian membesar
menjadi kaku, kram, tremor, tendon mengkerut.
11) Belajar dan memori: kemampuan belajar masih ada tetapi relatif
menurun. Kenangan jangka panjang, beberapa jam sampai beberapa
hariyang lalu dan mencakup beberapa perubahan.
12) Integentia question (IQ): IQ tidak berubah dengan infromasi
matematika dan perkataan verbal.
13) Sistem respirasi: otot-otot pernafasan kekuatannya menurun dan kaku,
elastisitas paru-paru menurun, kemampuan batuk menurun dan
penyempitan pada bronkus.
b. Perubahan sosial
1) Peran: single woman, single parent.
2) Keluarga: kesendirian, kehampaan.

39
3) Teman: ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan kapan
akan meninggal. Berada dirumah terus menerus akan cepat pikun.
4) Abuse: kekerasan berbentuk verbal (dibentak) dan non verbal (dicubit,
tidak diberi makan).
5) Masalah hukum: berkaitan dengan perlindungan aset dan kekayaan
pribadi yang terkumpul sejak muda.
6) Pensiun: kalau PNS akan ada tabungan, kalau tidak maka anak dan cucu
yang memberiuang.
7) Ekonomi: kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang cocok untuk
lansia.
8) Keamanan: jatuh dan terpleset.
9) Pendidikan: kesempatan untuk tetap belajar sesuai dengan hak asasi
manusia
10) Agama: melaksanakan ibadah.
c. Perubahan psikologis
Perubahan psikologis pada lansia meliputi memori jangka pendek, frustasi
kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian,
perubahan keinginan, dan kecemasan.
d. Perkembangan spiritual
Agama dan kepercayaan semakin terintegrasi dalam kehidupan. Lanjut usia
semakin matur dalam kehidupan keagamaannya. Perkembangan spiritual
pada usia 70 tahun, perkembangan yang dicapai pada usia ini adalah
berpikir dan bertindak dengan cara memberi contoh cara mencintai dan
keadilan.
5. Proses Menua
Proses penuaan merupakan proses yang berhubungan dengan umur
seseorang. Penuaan dapat dilihat dari 3 prespektif, yaitu usia biologis yang
berhubungan dengan kapasitas fungsi sistem organ, usia psikologis yang
berhubungan dengan kapasitas perilaku adaptasi, serta usia sosial yang
berhubungan dengan perubahan dan prilaku sesuai usia manusia (Sunaryo
dkk, 2016, p. 36).

40
E. PATHWAY

Etiologi yang tidak Etiologi yang dapat


dapat terkontrol terkontrol

keturunan Jenis kelamin Umur Kegemukan Kurang merokok Konsumsi alkohol


olahraga & garam

HIPERTENSI

Kerusakan vaskuler
pembuluh darah

Perubahan status
Perubahan struktur
kesehatan

Penyumbatan
Defisiensi pengetahuan
pembuluh darah
b.d ketidakmampuan
keluarga mengenal
Vasokonstriksi masalah

Gangguan sirkulasi

otak ginjal Pembuluh darah koroner

Vasokonstriksi pembuluh Iskemi miokard


Resisters pembuluh Suplai O2 darah ginjal
darah otak otak menurun Nyeri akut b.d
Respon RAA ketidakmampu
Nyeri akut an keluarga
Perfusi perifer merawat
b.d tidak efektif Rangsang aldosteron
ketidakma anggota
b.d keluarga yang
mpuan ketidakmampu Retensi Na sakit
keluarga
an keluarga
mengambil
menggunakan Hipervolemia b.d ketidakmampuan
keputusan fasilitas keluarga memelihara lingkungan
kesehatan

Pathway Hipertensi
Sumber : Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia dalam PPNI, 2017

41
BAB III METODE P ENELI TIAN

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Metode penulisan yang digunakan dalam penelitian studi kasus ini adalah
metode deskriptif. Metode deskriptif adalah penelitian yang berfokus pada satu
variabel tanpa membandingkan atau menghubungkan variabel tersebut dengan
variabel lainnya (Sugiyono, 2018). Oleh karena itu, proposal laporan kasus ini akan
memuat penjelasan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan pada
kasus yang dipilih yaitu “Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. M dengan Hipertensi
pada Ny. M Di wilayah kerja Puskesmas Kutasari Kabupaten Purbalingga”.

B. Subjek Penelitian
Menurut Sugiyono (2018), sampel penelitian adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi. Prinsip pemilihan sampel dalam
studi kasus ini adalah subjek yang memiliki masalah keperawatan hipertensi dan
diutamakan untuk lansia. Saat memilih sampel, perhatian harus diberikan pada
ketersediaan unit sampel dan juga bagaimana mengakses unit sampel secara tepat
dan adekuat.

C. Tempat dan Waktu


2. Tempat
Pelaksanaan studi kasus dengan fokus asuhan keperawatan keluarga dengan
hipertensi akan dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kutasari Kabupaten
Purbalingga
3. Waktu
10 – 12 Februari 2022

42
D. Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2018) terdapat beberapa teknik pengumpulan data,
tiga diantaranya yaitu :
1. Wawancara
Wawancara digunakan untuk pengumpulan data dengan berkomunikasi
langsung dengan responden yang bertujuan mendapatkan informasi-
informasi yang lebih mendalam dan mendetail.
2. Observasi
Dalam melakukan observasi, peneliti meninjau langsung ke lapangan untuk
melihat situasi dan kondisi responden. Observasi bisa diikuti dengan
melakukan wawancara kepada responden.
3. Dokumen
Selain menggunakan metode wawancara dan observasi, pengumpulan data
juga dilakukan dengan menggunakan dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan responden. Dokumen tersebut dapat berupa catatan rekam medis,
pemeriksaan fisik, hasil laboratorium, dll.

E. Cara Pengolahan Data


Analisa data kualitatif adalah upaya untuk mengungkap makna dari data
penelitian dengan mengumpulkan data sesuai dengan klasifikasi tertentu. Analisa
data dilakukan secara induktif, yaitu penelitian kualitatif tidak dimulai dari deduksi
teori tetapi dimulai dari fakta empiris. Terdapat teknik analisis data menurut model
Mails & Huberman dalam Sugiyono ( 2017:132 ) dengan tahapan teknik analisis
data sebagai berikut :
1. Data Collecting ( pengumpulan data )
Tahap ini merupakan tahap dimana data dikumpulkan dengan cara
observasi, wawancara, dan juga dokumentasi. Semakin lama peneliti
melakukan pengumpulan data, maka data yang didapatkan lebih banyak dan
dapat lebih mendetail.

43
2. Data reduction ( reduksi data)
Tahap ini berupa memilah data yang ada dan memfokuskan pada data yang
penting. Dalam reduksi data, data-data yang sudah diperoleh di lapangan
akan direduksi kemudian disusun secara singkat dan sistematis.
3. Data Disply ( Penyajian Data )
Data yang sering digunakan dalam tahap penyajian data pada penelitian
kualitatif adalah dengan teks naratif. Teks naratif digunakan agar kumpulan
data dapat terlihat secara keseluruhan oleh peneliti.
4. Klasifikasi Data ( Penarikan Kesimpulan dan klarifikasi )
Seluruh data yang sudah diperoleh akan dikumpulkan menjadi satu dan dari
situ akan menjadikan sebuah kesimpulan penelitian. Namun, kesimpulan
tersebut harus tetap diverifikasi sejak awal penelitian hingga akhir agar
dapat menghasilkan kesimpulan paling akhir

F. Etika Penulisan
Etika penelitian yang mendasari penyusunan karya tulis ilmiah ini menurut
Notoatmodjo (2018 p.203) yaitu :
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)
Peneliti harus memperhatikan hak-hak subjek penelitian untuk bisa
memperoleh informasi tentang tujuan penelitian dalam melakukan
penelitian tersebut. Selain itu, peneliti juga memberikan kebebasan kepada
subjek untuk memberikan informasi atau tidak memberikan informasi.
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for
privacy and confidentiality)
Setiap orang memiliki kebebasan dan hak privasi dalam memberikan
informasi kepada siapa pun. Hal ini dapat diartikan bahwa setiap orang
berhak untuk tidak memberikan apa yang diketahui orang tersebut kepada
orang lain. Oleh karena itu, peneliti tidak boleh mengungkapkan informasi
identitas dan merahasiakan identitas subjek

44
3. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice an
inclusiveness)
Asas keterbukaan dan keadilan harus benar-benar dijaga oleh peneliti
dengan kejujuran, keterbukaan dan bahkan kehati-hatian. Lingkungan
penelitian juga dikondisikan pada pemenuhan prinsip keterbukaan, yaitu
kejelasan prosedur penelitian.
4. Mempertimbangkan manfaat dan kerugian yang timbul (balancing harms
and benefits)
Penelitian sesuai dengan prosedur guna mendapat hasil yang bermanfaat
bagi subjek penelitian dan juga dapat digeneralisasikan ditingkat populasi
(beneficence). Penelitian dapat meminimalisasi dampak yang merugikan
(nonmaleficence).

45
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil

Asuhan keperawatan keluarga Tn. M dengan Hipertensi pada Ny. M di


Wilayah Kerja Puskesmas Kutasari Kabupaten Purbalingga telah dilakukan dalam
kurun waktu 3 hari dengan data yang didapatkan sebagai berikut :

1. Biodata Klien
Bernama Ny. M berusia 67 tahun, bertempat tinggal di Kutasari
Purbalingga, beragama Islam, sudah tidak bekerja (pernah bekerja sebagai
pedagang), dan memiliki pendidikan terakhir SD.
2. Pengkajian
Pengkajian dilakuan tanggal 10 Februari 2022 pukul 16.00 WIB. Dari
pengkajian yang dilakukan, didapatkan data sebagai berikut :

Tabel 1.3
komposisi keluarga Tn. M
No. Nama Usia Jenis Hubungan Pendidikan Pekerjaan Agama
Kelamin dg KK terakhir
1. Ny. M 67 th Perempuan Istri SD - Islam
2. Tn. Y 56 th Laki-laki Menantu SMP Pensiun Islam
3. Ny. K 48 th Perempuan Anak SMP - Islam
4. Tn. N 22 th Laki-laki Cucu SMA - Islam
5. Nn. J 20 th Perempuan Cucu SMA - Islam

Gambar 2.2 Genogram Keluarga Tn. M

46
Keterangan :

: Perempuan : Klien

: Laki-laki : Tinggal
satu rumah

⁄ : Sudah
meninggal
: Menikah

Keluarga klien merupakan tipe keluarga extended family yang terdiri dari
Ny. M selaku seorang istri yang tinggal bersama anak, menantu dan cucunya dalam
satu atap. Klien memiliki 3 orang anak, satu perempuan dan dua laki-laki. Ia tinggal
bersama anak perempuan pertamanya dikarenakan Tn. M selaku suami sudah
meninggal dunia.
Keluarga klien berasal dari suku Jawa, bahasa yang digunakan dalam sehari-
hari menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Seluruh anggota keluarganya
beragama Islam dan selalu menjalankan ibadahnya. Dalam keluarga klien tidak
terdapat adat istiadat atau kepercayaan yang dianut berkaitan dengan kesehatan
ataupun bertentangan dengan kesehatan.
Ny. M dulu pernah bekerja sebagai pedagang, namun sekarang sudah tidak
lagi bekerja karena kondisi tubuhnya yang sudah menurun. Pendapatan keluarga
didapatkan dari Tn. Y selaku menantu sebagai pensiunan dengan total pemasukan
sebesar Rp 60.000.000,00 per tahun. Pendapatan tersebut digunakan untuk
keperluan sehari-hari seperti membayar listrik dan air, makan, serta biaya kuliah
anak-anak Tn. Y.
Biasanya Ny. M mengisi hari-harinya dengan menonton televisi di rumah.
Keluarga berada di tahap perkembangan keluarga dengan anak dewasa. Pada tahap
perkembangan ini yang harus dilakukan antara lain memperluas keluarga inti,
membantu orang tua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tuanya,
penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.

47
Dalam keluarga klien belum ada yang pernah dirawat di rumah sakit. Ketika
sakit hanya berobat ke fasilitas kesehatan terdekat, tidak hingga dirawat di fasilitas
kesehatan tersebut. Keluarga klien memiliki penyakit menurun yaitu hipertensi dan
diabetes.
Keluarga klien tinggal di rumah milik sendiri dengan luas bangunan kurang
lebih 110 m², sekat rumah terbuat dari tembok. Dalam rumah tersebut terdapat 1
ruang tamu, 4 kamar tidur, 1 ruang keluarga, 2 kamar mandi, 1 dapur, dan 1 gudang.
Lantai rumah terbuat dari ubin. Dalan rumah tersebut terdapat ventilasi berupa
jendela di setiap ruangannya sehingga sinar matahari tetap bisa masuk ke dalam
rumah. Sampah rumah tangga biasanya dipisah antara plastik dan non plastik.
Untuk yang plastik dibakar di halaman belakang rumah, sedangkan yang non
plastik ditimbun di tempat yang sudah disediakan di halaman belakang rumah.
Jamban di rumah sudah memenuhi syarat karena terdapat septic tank. Listrik yang
digunakan bersumber dari PLN dan air yang digunakan bersumber dari PDAM juga
sumur.

10 9 8

1 S
2

Gambar 2.3 Denah Rumah Tn. M

48
Keterangan :

1 : Ruang tamu 6 : Kamar : Pintu


2 : Ruang keluarga 7 : Kamar
3 : Kamar 8 : Kamar mandi : Jendela
4 : Kamar mandi 9 : Dapur
5 : Kamar 10 : Gudang

Ny. M tinggal di wilayah pedesaan, jarak antara satu rumah dan rumah lain
berdekatan. Ia sudah menetap di rumah tersebut kurang lebih 48 tahun. Alat
transportasi yang digunakan untuk sehari-hari adalah sepeda motor dan mobil,
namun klien sudah tidak dapat menggunakan alat transportasi itu sendiri. Waktu
yang digunakan untuk berkumpul bersama biasanya di malam hari. Dalam kegiatan
sehari-hari, ia masih sering mengikuti kegiatan yang ada di masyarakat seperti
posyandu lansia dan kegiatan keagamaan di masjid terdekat.
Jika ada anggota keluarga yang sakit, biasanya berobat ke puskesmas atau
fasilitas kesehatan terdekat menggunakan sepeda motor atau mobil (tergantung
situasi dan kondisi). Menurut Ny. M, kesehatannya di masa tua merupakan suatu
hal yang penting. Namun, ia sendiri sudah jarang memeriksakan kesehatannya
dengan alasan pandemi Covid-19
Klien dan keluarga berkomunikasi menggunakan bahasa jawa dan bahasa
Indonesia. Apabila terdapat masalah, selalu diselesaikan dengan cara musyawarah
untuk mencari penyelesaian terbaiknya.
Fungsi afektif dalam keluarga dibuktikan dengan seluruh anggota keluarga dalam
satu rumah tersebut saling menyayangi dan saling menjaga. Fungsi sosialisasi
dibuktikan dengan masih sering berkumpul dengan tetangga sekitar dan mengikuti
kegiatan kemasyarakatan yang ada. Fungsi perawatan kesehatan meliputi :
a. Kemampuan keluarga mengenal masalah
Keluarga mengetahui jika klien memiliki penyakit hipertensi. Dulu sebelum
adanya pandemi Covid-19, keluarga selalu membawanya kontrol ke
Puskesmas Kutasari setiap sebulan sekali. Namun, semenjak pandemi
Covid-19, sudah tidak lagi kontrol ke dokter. Bahkan setelah dikaji lebih
lanjut, keluarga tidak mengetahui bahwa obat hipertensi harus diminum

49
secara rutin tanpa terputus. Semenjak tidak kontrol, klien hanya minum obat
ketika hipertensinya sedang kambuh saja. Keluarga juga belum mengetahui
banyak terkait hipertensi, termasuk cara perawatannya.
b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan
Mengenai pengambilan keputusan, keluarga sudah mampu mengatasi
masalah kesehatan yang dialami dengan benar. Jika hipertensi sedang
kambuh, klien langsung meminum obatnya. Jika terdapat anggota keluarga
yang sakit, segera disarankan untuk berobat ke fasilitas kesehatan terdekat
dan menyarankan agar istirahat yang cukup.
c. Kemampuan keluarga merawat anggota yang sakit
Pada saat hipertensi sedang kambuh, biasanya klien merasa pusing, sakit
kepala, bahkan hingga nyeri dada dan sesak napas. Ny. M sudah memahami
cara memanajemen sakit dan nyeri jika sedang kambuh yaitu dengan minum
obat. Namun, belum mengetahui cara perawatan nyeri dengan non
farmakologis.
d. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan
Seluruh anggota keluarga selalu menjaga kebersihan lingkungan rumahnya.
Hal itu mereka lakukan suasana rumah menjadi nyaman, bersih, dan juga
sehat. Dalam rumah tersebut juga tidak terdapat anggota keluarga yang
merokok.
e. Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan
Dalam hal memanfaatkan fasilitas kesehatan, keluarga sudah memanfaatkan
fasilitas kesehatan dengan baik karena jika ada anggota keluarga yang sakit
diperiksakan ke fasilitas kesehatan terdekat agar dapat ditangani dengan
baik oleh tenaga kesehatan.
Fungsi reproduksi Tn. M dan Ny. M ditunjukkan dengan memiliki 3 orang
anak, 1 perempuan dan 2 laki-laki. Anak pertama dan anak keduanya sudah
menikah, sedangkan anak ketiga belum menikah dan tinggal di Jakarta. Fungsi
ekonomi dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari seperti sandang, pangan,
dan papan cukup.

50
Stressor jangka pendek yang dialami keluarga Ny. M adalah merasa cemas
dan khawatir jika ada anggota keluarga yang mengeluh sakit. sedangkan, stressor
jangka panjang adalah merasa cemas dan khawatir mengenai kondisi kesehatan
klien bila penyakitnya kambuh secara terus menerus. Keluarga berharap klien dapat
menikmati masa tuanya bersama anak-anaknya dengan kondisi badan yang sehat.
Harapan keluarga dan klien terhadap tenaga kesehatan yaitu bisa
mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan meliputi cara pencegahan dan juga
perawatan yang tepat terhadap penyakit yang diderita.

Tabel 1.4
pemeriksaan fisik keluarga Tn. M

Pemeriksaan Anggota keluarga


fisik Ny. M Tn. Y Ny. K Tn. N Nn. J
KU Baik Baik Baik Baik Baik
Kesadaran Composmen Composmen Composmen Composmen Composm
tis tis tis tis entis
TTV TD:162/120 TD:125/82 TD:130/87 TD:120/83 TD:96/78
mmHg x/menit x/menit x/menit x/menit
N:97 N:96 N:95 N:96 N:95
x/menit x/menit x/menit x/menit x/menit
RR:28 RR:24 RR:25 RR:22 RR:21
x/menit x/menit x/menit x/menit x/menit
Suhu : 36,2 Suhu : 36 °C Suhu : 36,4 Suhu : 36,4 Suhu :
°C °C °C 36,6 °C
BB 68 kg 75 kg 70 kg 62 kg 53 kg
TB 153 cm 160 cm 157 cm 165 cm 156 cm
Kepala Mesocephal Mesocephal Mesocephal Mesocephal Mesoceph
,nyeri skala al
6,pusing
Rambut Bersih, Bersih, Bersih, Bersih, Bersih,
rambut rambut rambut rambut rambut
sebagian beruban beruban hitam, lurus, hitam,
beruban, sebagian, sedikit, dan pendek lurus dan
rambut lurus rambut lurus rambut panjang
panjang pendek bergelomba
ng panjang
Mata Lensa mata Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,
berwarna konjungtiva konjungtiva konjungtiva konjungti
keruh, tidak tidak tidak va tidak
simetris, anemis, anemis, anemis, anemis,
konjungtiva sklera tidak sklera tidak sklera tidak sklera
tidak ikterik ikterik ikterik tidak
anemis, ikterik
sklera tidak
ikterik

51
Telinga Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih,
terdapat terdapat terdapat terdapat tidak
luka, luka, luka, luka, terdapat
simetris, simetris, simetris, simetris, luka,
pendengaran pendengaran pendengaran pendengaran simetris,
kurang baik baik baik baik pendengar
an baik
Hidung Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih,
ada ada ada ada tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran pembesara
polip polip polip polip n polip
Mulut & gigi Mukosa Mukosa Mukosa Mukosa Mukosa
bibir bibir bibir bibir bibir
lembab, gigi lembab, gigi lembab, gigi lembab, gigi lembab,
sudah tidak masih masih masih gigi masih
lengkap, lengkap, lengkap, lengkap, lengkap,
tidak tidak tidak tidak tidak
terdapat terdapat terdapat terdapat terdapat
karises gigi karises gigi karises gigi karises gigi karises
gigi
Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran pembesara
kelenjar kelenjar kelenjar kelenjar n kelenjar
tiroid tiroid tiroid tiroid tiroid
Paru-paru I : simetris I : simetris I : simetris I : simetris I : simetris
P : vocal P : vocal P : vocal P : vocal P : vocal
fremitus fremitus fremitus fremitus fremitus
teraba sama teraba sama teraba sama teraba sama teraba
P : sonor P : sonor P : sonor P : sonor sama
A : vesikuler A : vesikuler A : vesikuler A : vesikuler P : sonor
A :
vesikuler
Jantung I : ictus I : ictus I : ictus I : ictus I : ictus
cordis tidak cordis tidak cordis tidak cordis tidak cordis
terlihat, CRT terlihat terlihat terlihat tidak
< 2 detik dan P : ictus P : ictus P : ictus terlihat
tidak ada cordis teraba cordis teraba cordis teraba P : ictus
sianosis pada ICS 5 pada ICS 5 pada ICS 5 cordis
P : ictus P : pekak P : pekak P : pekak teraba
cordis teraba A : S1, S2 A : S1, S2 A : S1, S2 pada ICS
pada ICS 5 reguler reguler reguler 5
P : basic P : pekak
jantung A : S1, S2
berada di reguler
ICS II dari
lateral ke
media linea,
para sterna
sinistra,
tidak
melebar,.
pinggang
jantung
berada di
ICS III dari

52
linea para
sterna kiri,
tidak
melebar.
apeks
jantung
berada di
ICS V dari
linea
midclavicula
sinistra,
tidak
melebar,
A : terdengar
bunyi
jantung
normal dan
regular,
tidak ada
bunyi
jantung
tambahan
Abdomen I : tidak ada I : tidak ada I : tidak ada I : tidak ada I : tidak
lesi lesi lesi lesi ada lesi
A : 8x/menit A : 8x/menit A : 8x/menit A : 8x/menit A :
P : timpani P : timpani P : timpani P : timpani 8x/menit
P : tidak P : tidak P : tidak P : tidak P : timpani
terdapat terdapat terdapat terdapat P : tidak
nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan terdapat
nyeri
tekan
Ekstremitas Ekstremitas Ekstremitas Ekstremitas Ekstremitas Ekstremit
atas dan atas dan atas dan atas dan as atas dan
bawah : bawah : bawah : bawah : bawah :
tidak tidak tidak tidak tidak
terdapat terdapat terdapat terdapat terdapat
edema, tidak edema, tidak edema, tidak edema, tidak edema,
terdapat lesi terdapat lesi terdapat lesi terdapat lesi tidak
terdapat
lesi
Integumen Kulit bersih, Kulit bersih, Kulit bersih, Kulit bersih, Kulit
berwarna berwarna berwarna berwarna bersih,
sawo matang sawo matang sawo matang sawo matang berwarna
sawo
matang

3. Analisa data
Setelah dilakukan pengkajian, data yang ditemukan yaitu keluarga
belum mampu merawat anggota keluarga yang sakit. Hal itu dibuktikan dengan
data subjektif yang diperoleh yaitu klien mengatakan sebulan terakhir ini sering

53
merasa pusing dan sakit kepala (nyeri) karena hipertensi yang dialami. Nyeri
yang dirasakan seperti dipukul-pukul dengan skala 6 dari rentang skala 0 sampai
10. Jika Ny. M pusing dan sakit kepala, keluarga hanya memberikan obat
hipertensi yang dimiliki. Keluarga mengatakan tidak memahami cara lain untuk
meredakan sakit yang dirasakan klien. Selain itu, diperoleh juga data objektif
yaitu klien tampak menunjukkan ekspresi meringis kesakitan. Dari analisa
tersebut, diperoleh diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

Selain itu, data lain yang ditemukan yaitu keluarga belum mampu
mengenal masalah kesehatan yang dialami oleh Ny. M. Data subjektif yang
diperoleh yaitu klien dan keluarganya mengatakan kurang mengetahui tentang
penyebab dan tata cara minum obat antihipertensi dengan benar. Klien
meminum obat yang diberikan oleh Puskesmas namun hanya ketika merasa
tubuhnya tidak fit karena hipertensi yang sedang kambuh. Sedangkan data
objektif yang diperoleh, Ny. M dan keluarganya tampak bingung ketika ditanya
seputar hipertensi serta perawatan dan pengobatannya. Dari hasil analisa
tersebut, diperoleh diagnosa keperawatan yaitu defisiensi pengetahuan
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah.

4. Skoring prioritas masalah


a. Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang sakit.
Tabel 1.5
Distribusi Frekuensi Skala Prioritas Keperawatan Keluarga Tn. M

No. Kriteria Hitungan Skor Pembenaran


1. Sifat masalah 3/3 x 1 1 Masalah sudah
Skala : terjadi
Tidak/kurang sehat
2. Kemungkinan skala dapat 2/2 x 2 2 Masalah dapat
diubah diatasi dengan
Skala : perawatan
Mudah hipertensi
dengan baik
3. Potensial masalah 2/3 x 1 2/3 Masalah lebih
Skala : serius dapat
Cukup dicegah

54
4. Menonjolnya masalah 2/2 x 1 1 Masalah
Skala : memerlukan
Harus segera ditangani penanganan
segera agar tidak
terjadi masalah
yang lebih serius
Total 4 2/3

b. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga


mengenal masalah
Tabel 1.6
Distribusi Frekuensi Skala Prioritas Keperawatan Keluarga Tn. M

No. Kriteria Hitungan Skor Pembenaran


1. Sifat masalah 3/3 x 1 1 Masalah sudah
Skala : terjadi
Tidak/kurang sehats
2. Kemungkinan skala dapat 1/2 x 1 1/2 Masalah dapat
diubah diubah dengan
Skala : perawatan
Sebagian hipertensi yang
lebih baik
3. Potensial masalah 2/3 x 1 2/3 Masalah lebih
Skala : serius dapat
Cukup dicegah
4. Menonjolnya masalah 1/2 x 1 1/2 Keluarga klien
Skala : menganggap
Ada masalah tetapi tidak perlu hipertensi bukan
ditangani masalah yang
mengancam jiwa
Total 2 2/3

5. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit
b. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah

6. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan dilakukan pada 10 Februari 2022 pukul 16.00 berupa:
a. Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit
Tujuan umum :

55
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri yang dirasakan
klien dapat berkurang menjadi skala ringan (1-3)
Tujuan khusus :
Keluarga dapat melakukan perawatan nyeri secara non farmakologis yang
tepat untuk mengurangi nyeri
Intervensi :
1) Monitor TTV (terutama tekanan darah)
2) Identifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi, frekuensi, intensitas nyeri
3) Identifikasi skala nyeri
4) Edukasi perawatan nyeri dengan farmakologis
5) Ajarkan teknik non farmakologis (terapi pijat relaksasi) untuk
mengurangi nyeri
b. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah
Tujuan umum :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan berupa pendidikan kesehatan,
diharapkan keluarga mampu mengenal masalah hipertensi.
Tujuan khusus :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan keluarga mampu
menjelaskan kembali tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, serta
perawatan yang dapat dilakukan
Intervensi :
1) Identifikasi tingkat pengetahuan klien serta keluarga klien terkait
dengan penyakit
2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
4) Jelaskan pengertian, penyebab, tanda gejala, dan perawatan yang
dilakukan (farmakologis dan non farmakologis)
5) Berikan kesempatan untuk bertanya
6) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

56
7. Implementasi
Implementasi pertama dilakukan pada 10 Februari 2022 pukul 17.00
dengan masalah keperawatan nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. Tindakan keperawatan yang
dilakukan yaitu memonitor tekanan darah. Mengidentifikasi lokasi,
karakteristik nyeri, durasi, frekuensi, intensitas nyeri. Mengidentifikasi skala
nyeri. Mengedukasi perawatan nyeri dengan farmakologis. Ajarkan teknik non
farmakologis (terapi pijat relaksasi) untuk mengurangi nyeri. Pijat relaksasi
yang dilakukan yaitu dengan cara melakukan pijatan di sudut dalam kedua
mata, di pangkal hidung yang dekat dengan ujung alis. Tekan menggunakan
kedua ujung jari telunjuk lalu ditahan selama beberapa detik. Pijat relaksasi juga
dapat dilakukan di bagian belakang kepala, di bawah dasar tengkorak, tepatnya
di cekungan antara dua otot leher yang besar. Letakkan jari telunjuk dan jari
tengah pada posisi tersebut dengan posisi jari menghadap ke atas, lalu tekan
dengan kuat selama 2-3 menit. Pijatan tersebut dapat dilakukan secara mandiri
jika klien sedang pusing atau sakit kepala.

Masalah keperawatan kedua yaitu defisiensi pengetahuan berhubungan


dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah. Tindakan keperawatan
yang dilakukan meliputi mengidentifikasi tingkat pengetahuan klien serta
keluarganya terkait dengan penyakit. Menjadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan. Menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan.
Menjelaskan pengertian, penyebab, tanda gejala, dan perawatan yang dilakukan
(farmakologis dan non farmakologis) menggunakan media leaflet. Memberikan
kesempatan untuk bertanya. Mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat.

Implementasi kedua dilakukan pada 11 Februari 2022 pukul 10.00


dengan masalah keperawatan nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. Tindakan keperawatan yang
dilakukan yaitu memonitor tekanan darah. Mengidentifikasi kembali skala,
frekuensi dan intensitas nyeri. Mengevaluasi pijat relaksasi yang sudah pernah
diajarkan.

57
Implementasi ketiga dilakukan pada 12 Februari 2022 pukul 14.00
dengan masalah keperawatan nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. Tindakan keperawatan yang
dilakukan yaitu memonitor tekanan darah. Mengidentifikasi skala, frekuensi,
dan intensitas nyeri. Mengevaluasi pijat relaksasi.

8. Evaluasi
a. Evaluasi pertama, pada 10 Februari 2022
1) Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit
S : Klien mengatakan pusing dan sakit kepala berkurang
Pengkajian nyeri :
P : Hipertensi
Q : Seperti dipukul pukul
R : Kepala
S :5
T : Hilang timbul (terjadi sudah 1 bulan terakhir)
O : Keluarga dan klien tampak memperhatikan apa yang sedang
diajarkan, TD : 162/120 mmHg
A : Masalah nyeri akut teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi. Motivasi klien untuk minum obat dan
mengurangi nyeri dengan pijat relaksasi (mandiri atau dibantu keluarga)
2) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah
S : Klien dan keluarga sudah memahami terkait hipertensi
O : Klien dan keluarga tampak antusias dan aktif bertanya saat diberi
edukasi. Keluarga klien dapat menjelaskan kembali apa yang sudah
dijelaskan
A : Masalah defisiensi pengetahuan sudah teratasi
P : Pertahankan intervensi. Motivasi klien dan keluarganya agar
mempertahankan atau menambah (jika perlu) pengetahuan tentang
hipertensi

58
b. Evaluasi kedua, pada 11 Februari 2022
Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit
S : Klien mengatakan pusing dan sakit kepala berkurang. Klien
mengatakan melakukan pijat secara mandiri jika sedang pusing. Keluarga
juga mengatakan klien rutin minum obat hipertensi untuk meredakan tanda
gejala hipertensi.
Pengkajian nyeri :
P : Hipertensi
Q : Seperti dipukul pukul
R : Kepala
S :4
T : Hilang timbul (terjadi sudah 1 bulan terakhir)
O : Klien tampak sudah tidak menunjukkan ekspresi kesakitan, TD :
158/117 mmHg
A : Masalah nyeri akut teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi. Motivasi klien untuk minum obat dan
mengurangi nyeri dengan pijat relaksasi (mandiri atau dibantu keluarga)
c. Evaluasi ketiga, pada 12 Februari 2022
Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit
S : Klien mengatakan pusing dan sakit kepala sudah sangat membaik.
Selain itu ia juga mengatakan melakukan pijat secara mandiri jika sedang
pusing. Keluarga mengatakan klien rutin minum obat hipertensi untuk
meredakan tanda gejala hipertensi.
Pengkajian nyeri :
P : Hipertensi
Q : Seperti dipukul pukul
R : Kepala
S :3
T : Hilang timbul (terjadi sudah 1 bulan terakhir)

59
O : Klien tampak rileks dan sudah tidak menunjukkan ekspresi kesakitan,
TD : 154/116 mmHg
A : Masalah nyeri akut teratasi
P : Pertahankan intervensi. Motivasi klien untuk selalu rutin minum obat
dan jika nyeri kembali dapat melakukan pijat relaksasi (mandiri atau dibantu
keluarga)

B. Pembahasan

Pada bagian ini, akan dilakukan pembahasan terkait asuhan keperawatan


yang telah dilakukan kepada keluarga Tn. M dengan Hipertensi pada Ny. M.
Pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai dengan tahapan proses keperawatan
keluarga yang dikemukakan oleh Bakri (2017, p.101) meliputi pengkajian,
diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Selain membahas
terkait asuhan keperawatan yang telah dilakukan, juga akan membahas terkait
kesenjangan antara hal-hal yang telah ditemukan di lapangan dengan teori dalam
proses keperawatan.

Proses pengkajian yang dilakukan sudah sesuai dengan teori model Family
Centre Nursing Friedman (dalam Achjar, 2012) pengkajian asuhan keperawatan
keluarga meliputi 7 komponen pengkajian yaitu data umum (identitas, komposisi
keluarga, genogram, dsb), riwayat dan tahap perkembangan keluarga, lingkungan,
struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping keluarga, pemeriksaan fisik,
dan harapan keluarga

Pengkajian dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara dan


observasi langsung ke lapangan. Hal itu sesuai dengan teori menurut (Sugiyono,
2017) tentang teknik pengumpulan data yang dapat dilakukan oleh perawat
keluarga untuk mendapatkan data yaitu dengan cara wawancara dan observasi.

Pada hasil pengkajian diperoleh tipe keluarga klien merupakan tipe keluarga
extended family yang terdiri dari Ny. M selaku seorang istri yang tinggal bersama
anak, menantu dan cucunya dalam satu atap. Hal itu sesuai dengan teori
(Nadirawati, 2018). Klien memiliki 3 orang anak, satu perempuan dan dua laki-

60
laki. Klien tinggal bersama anak perempuan pertamanya dikarenakan Tn. M selaku
suami sudah meninggal dunia.

Hasil pengkajian juga diperoleh data bahwa klien mengeluh pusing dan
sakit kepala selama sebulan terakhir akibat hipertensi yang dimiliki. Sakit yang
dirasakan seperti dipukul-pukul dengan skala 6 dan dirasakan hilang timbul. Hal itu
sesuai dengan teori menurut (American Heart Association, 2020) bahwa tanda dan
gejala yang sering mucul pada penderita hipertensi adalah nyeri dada, sesak
nafas, adanya palpitasi, edema perifer, sakit kepala, penglihatan kabur,
nokturia dan hematuria, serta merasakan pusing.

Penentuan skala nyeri 5 pada Ny.M sesuai dengan teori Visual Analogue
Scale (VAS) atau Numeric Rating Scale (NRS) Wong-Baker Faces Scale. Kategori
pertama adalah tidak nyeri dengan skala 0. Kedua, ringan (1-3) klien merasakan
nyeri tapi tidak mengganggu aktivitas. Ketiga, sedang (4-6) merasakan sedikit
mengganggu aktivitas, namun masih bisa melakukan Activity Daily Living (ADL)
secara mandiri. Keempat, berat (7-10) nyeri sangat mengganggu dan tidak
tertahankan (Mardana, & Aryasa, 2017, p.6).

Dalam mengambil keputusan, Ny.M sudah mampu sesuai dengan tugas


keluarga dalam kesehatan pada teori yang diungkapkan oleh (Nurarif, 2015) dimana
keluarga mampu mengerti sifat dan seberapa besar masalah, tidak menyerah dengan
masalah yang ada, tidak memiliki pikiran negatif terhadap masalah kesehatan, dan
percaya kepada tenaga kesehatan.

Klien dan keluarganya belum mampu melakukan perawatan yang tepat


untuk mengurangi tanda gejala yang sedang dialami karena keluarga hanya
mengandalkan perawatan farmakologis menggunakan obat hipertensi yang didapat
dari puskesmas, padahal terdapat cara perawatan non farmakologisnya yaitu dengan
terapi pijat relaksasi. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori menurut (Junaedi,
Sufrida & Gusti, 2013) tentang tatalaksana hipertensi secara non farmakologis yaitu
dengan cara pola hidup sehat meliputi membatasi asupan garam dan natrium,
menurunkan berat badan hingga batas ideal, olahraga teratur, kurangi / tidak

61
mengonsumsi minuman beralkohol, kurangi/ tidak merokok, hindari stress, dan
hindari obesitas.

Menurut (Nurarif, 2015) diagnosa keperawatan keluarga dapat ditegakkan


dengan cara dikaitkan dengan tugas dan fungsi keluarga yaitu ketidakmampuan
keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan dan keperawatan. Hal itu
meliputi komponen problem (P) dan etiologi (E). Dimana problem (P) merupakan
respon terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan dasar, sedangkan etiologi (E)
mengacu pada 5 tugas keluarga dalam kesehatan keluarga.

Setelah dilakukan pengkajian, kemudian data yang diperoleh dianalisis.


Ditemukan lebih dari satu masalah keperawatan keluarga. Maka dari itu, perlu
dilakukan skoring untuk menentukan prioritas masalah. Proses skoring dilakukan
sesuai dengan teori yang telah dirumuskan oleh Bailon dan Maglaya (Suprajitno,
2016, p.45). Proses skoring tersebut dilakukan dengan cara menentukan skornya
sesuai dengan keriteria yang di buat, kemudian skor dibagi dengan angka tertinggi
dan dikalikan bobot dan jumlah skor untuk semua kriteria. Setelah dilakukan
skoring, diperoleh diagnosa keperawatan berupa nyeri akut berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dan defisiensi
pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah.
Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit menjadi diagnosa prioritas karena dalam proses skoring
mendapat nilai tertinggi.

Nurarif (2015) mengemukakan bahwa terdapat 5 kelompok masalah


keperawatan keluarga yaitu ketidakmampuan keluarga mengenal masalah,
ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit, ketidakmampuan keluarga memelihara
lingkungan, dan ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan. Pada
kasus Ny. M ditemukan dua masalah keperawatan keluarga yaitu ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah. Tiga masalah keperawatan keluarga yang lain tidak muncul
karena sudah dapat dipenuhi oleh keluarga klien.

62
Pada diagnosis keperawatan keluarga dengan hipertensi terdapat nyeri akut,
ketidakefektifan perfusi perifer, hypervolemia dan defisiensi pengetahuan. Nyeri
akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan dengan berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan (SDKI,
2017, p.172). Dalam kasus Ny. M, diagnosa ini ditegakkan sebagai diagnosa
prioritas menurut proses skoring yang sudah dilakukan. Diagnosa nyeri akut
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit karena klien mengeluh pusing dan sakit kepala selama sebulan terakhir serta
keluarga tidak mampu merawat anggota keluarga yang sakit. Hal itu dibuktikan
dengan keluarga yang hanya mengandalkan perawatan farmakologis untuk
mengurangi tanda gejala hipertensi yang dialami Ny. M dan belum mengetahui
bahwa terdapat perawatan non farmakologis yang dapat dilakukan yaitu dengan
cara terapi pijat relaksasi.

Selain diagnosa nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga


merawat anggota keluarga yang sakit yang ditegakkan menjadi diagnosa prioritas,
terdapat diagnosa nyeri akut lainnya yaitu nyeri akut berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan. Diagnosa tersebut tidak muncul
dalam kasus Ny. M karena keluarga klien sudah mampu mengambil keputusan
dengan tepat setiap ada anggota keluarga yang sakit langsung dibawa ke fasilitas
kesehatan terdekat dan diminta istirahat yang cukup.

Menurut Nurarif (2017), terdapat penyebab masalah keperawatan keluarga


yang mengacu pada 5 tugas keluarga salah satunya yaitu ketidakmampuan keluarga
mengambil keputusan. Pada poin tersebut terdapat beberapa kriteria yang termasuk
ke dalam ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan antara lain sejauh mana
keluarga mengerti sifat dan seberapa besar masalah, masalah dirasakan
keluarga/keluarga menyerah terhadap masalah yang ada, sikap negatif terhadap
masalah kesehatan, dan kurang percaya terhadap tenaga kesehatan. Tidak
ditegakkan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengambil keputusan karena dalam keluarga klien tidak terdapat seluruh kriteria

63
yang sudah disebutkan tadi. Dalam kata lain, tugas keluarga dalam hal mengambil
keputusan sudah terpenuhi.

Ketidakefektifan perfusi perifer adalah penurunan sirkulasi darah pada level


kapiler yang dapat mengganggu metabolisme tubuh (SDKI, 2017, p.37). Dalam
kasus ini, tidak mengangkat diagnosa ketidakefektifan perfusi perifer berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan karena
keluarga sudah mampu menggunakan fasilitas kesehatan dengan baik jika ada
anggota keluarga yang sakit.

Hypovolemia adalah peningkatan volume cairan intravaskular, interstisial,


dan/atau intraselular (SDKI, 2017, p.62). Dalam kasus ini, tidak mengangkat
diagnosa hypovolemia berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memelihara
lingkungan karena setelah dilakukan observasi langsung ke lapangan, kondisi
rumah dan lingkungan sekitar rumah yang bersih dan tertata rapi. Klien
mengemukakan bahwa setiap harinya rumah selalu dibersihkan agar suasana rumah
menjadi nyaman.

Defisiensi pengetahuan adalah ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif


yang berkaitan dengan topik tertentu (SDKI, 2017, p.246). Dalam kasus ini,
ditegakkan diagnosa defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah karena klien dan keluarganya belum memiliki banyak
pengetahuan terkait hipertensi terutama terkait cara perawatan hipertensi.

Penulis melakukan rencana keperawatan sesuai dengan (SIKI, 2018) dan


(Nurarif & Kusuma, 2015). Rencana keperawatan untuk diagnosa pertama nyeri
akut yaitu monitor TTV (terutama tekanan darah), identifikasi lokasi, karakteristik
nyeri, durasi, frekuensi, intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri, identifikasi faktor
yang memperberat dan memperingan nyeri, berikan terapi non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis: akupuntur, terapi pijat relaksasi, terapi musik hopnosis,
biofeedback, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin), kontrol
lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan,
pencahayaan,kebisingan, anjurkan memonitor nyeri secara mandiri, ajarkan teknik

64
non farmakologis untuk mengurangi nyeri, kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu.

Menurut rencana keperawatan sesuai dengan (SIKI, 2018) dan (Nurarif &
Kusuma, 2015), terdapat beberapa rencana keperawatan yang tidak digunakan
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. M dengan hipertensi karena tidak
sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Rencana keperawatan tersebut antara
lain identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri, kontrol
lingkungan yang memperberat rasa nyeri dan anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri, dan kolaborasi pemberian analgetik (jika perlu).

Menurut (Ngatwadi, Mutdasir & Mulyadi, 2018, p.25) teknik relaksasi


membantu mengendurkan otot yang mengalami spasme yang disebabkan oleh
peningkatan prostaglandin, sehingga meningkatkan aliran darah ke daerah yang
mengalami spasme.

Selain perawatan non farmakologis dengan cara terapi pijat relaksasi, klien
juga dimotivasi untuk selalu rutin mengonsumsi obat hipertensi untuk mengurangi
tanda dan gejala hipertensi yang sedang dialami.

Sedangkan untuk rencana keperawatan diagnosa kedua sesuai (SIKI, 2018)


yaitu identifikasi tingkat pengetahuan klien serta keluarganya terkait dengan
penyakit, identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan sehat, sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan, jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan, jelaskan
pengertian, penyebab, tanda gejala, dan perawatan yang dilakukan (farmakologis
dan non farmakologis), berikan kesempatan untuk bertanya, jelaskan faktor risiko
yang dapat mempengaruhi kesehatan, ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat, ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat.

Terdapat beberapa rencana keperawatan menurut (SIKI, 2018) yang tidak


digunakan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. M dengan hipertensi
karena tidak sesuai dengan situasi dan kondisi klien. Rencana keperawatan tersebut

65
yaitu identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih sehat, jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi
kesehatan, dan ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat.

Tindakan keperawatan untuk diagnosa pertama yaitu memonitor tekanan


darah, mengidentifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi, frekuensi, intensitas
nyeri, identifikasi skala nyeri, mengedukasi perawatan nyeri dengan farmakologis,
mengajarkan teknik non farmakologis (terapi pijat relaksasi) untuk mengurangi
nyeri. Terapi pijat relaksasi yang dilakukan yaitu dengan cara melakukan pijatan di
sudut dalam kedua mata, di pangkal hidung yang dekat dengan ujung alis. Tekan
menggunakan kedua ujung jari telunjuk lalu ditahan selama beberapa detik. Pijat
relaksasi juga dapat dilakukan di bagian belakang kepala, di bawah dasar tengkorak,
tepatnya di cekungan antara dua otot leher yang besar. Letakkan jari telunjuk dan
jari tengah pada posisi tersebut dengan posisi jari menghadap ke atas, lalu tekan
dengan kuat selama 2-3 menit. Pijatan tersebut dapat dilakukan secara mandiri atau
dapat dibantu keluarga jika sedang pusing atau sakit kepala.

Nyeri yang dialami klien merupakan respon subjektif terhadap stresor fisik
dan psikologis. Evans (2016) mengemukakan meskipun nyeri tersebut terjadi akibat
penurunan kondisi kesehatan, namun dapat berdampak pada disfungsi pola
kesehatan fungsional, baik nyeri akut maupun nyeri kronis. Pijat relaksasi ini
merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan dengan tujuan untuk
mengurangi kecemasan, menurunkan ketegangan otot dan secara tidak langsung
juga dapat mengurangi nyeri. Seperti teori menurut (Maruli, Elsye, 2018).

Tindakan keperawatan untuk diagnosa kedua yaitu mengidentifikasi tingkat


pengetahuan klien serta keluarganya terkait dengan penyakit, menjelaskan
pengertian, penyebab, tanda gejala, dan perawatan yang dilakukan (farmakologis
dan non farmakologis), menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
berikan kesempatan untuk bertanya, dan mengajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat. Edukasi yang diberikan menggunakan media leaflet untuk dapat

66
memudahkan klien dan keluarga mengingat materi yang diberikan dan untuk
menambah daya tarik edukasi agar tidak membosankan.

Menurut (Notoatmodjo, 2018) pendidikan kesehatan adalah sebuah upaya


pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-
tindakan untuk memelihara, dan meningkatkan taraf kesehatannya. Pendidikan
kesehatan merupakan bentuk tindakan mandiri keperawatan untuk membantu klien
baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran yang didalamnya perawat sebagai
perawat pendidik sesuai dengan tugas seorang perawat.

Penulis sudah menerapkan evaluasi keperawatan sesuai dengan teori


menurut (Bakri, 2017, p.129) dengan menggunakan metode SOAP. Evaluasi
keperawatan yang muncul sudah sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil dari kedua
diagnosa tersebut sesuai dengan (SLKI, 2018). Evaluasi keperawatan untuk
diagnosa pertama yaitu klien mengatakan nyeri berkurang hingga skala 3 setelah
berulang kali dilakukan terapi pijat relaksasi ketika sedang pusing dan sakit kepala.
Klien juga tampak lebih rileks daripada sebelumnya. Teknik relaksasi membantu
mengendurkan otot yang mengalami spasme yang disebabkan oleh peningkatan
prostaglandin, sehingga meningkatkan aliran darah ke daerah yang mengalami
spasme ((Ngatwadi, Mutdasir & Mulyadi, 2018, p.25). Keluarga klien juga
kooperatif dan turut membantu Ny. M melakukan terapi pijat relaksasi untuk
mengurangi tanda gejala yang dialami. Selain menggunakan terapi relaksasi, obat
hipertensi juga rutin diminum sebagai bentuk perawatan farmakologis hipertensi.

Sedangkan evaluasi keperawatan untuk diagnosa kedua yaitu klien dan


keluarga menjadi lebih memahami terkait hipertensi, aktif bertanya ketika sedang
diberi edukasi dan mampu menjelaskan kembali apa saja yang sudah dijelaskan
terkait hipertensi. Kemudian juga memotivasi Ny. M serta keluarganya agar tetap
mempertahankan bahkan menambah pengetahuan terkait penyakitnya.

Selama proses pelaksanaan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian


hingga evaluasi, tidak ditemukan kendala karena klien dan keluarganya menyambut

67
dengan baik dan kooperatif dari awal hingga akhir asuhan keperawatan dilakukan.
Keluarga klien juga berharap derajat kesehatan keluarga dapat meningkat setelah
dilakukan tindakan keperawatan.

68
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil laporan kasus Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. M


dengan Hipertensi pada Ny. M di Wilayah Kerja Puskesmas Kutasari Kabupaten
Purbalingga dapat disimpulkan bahwa :
Pengkajian asuhan keperawatan dilakukan dengan dua metode yaitu
wawancara dan observasi. Dari hasil pengkajian didapatkan data berupa data umum
(identitas, komposisi keluarga, genogram, dsb), riwayat dan tahap perkembangan
keluarga, lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping
keluarga, pemeriksaan fisik, dan harapan keluarga.. Berdasarkan hasil wawancara,
Ny. M mengatakan sering merasa pusing dan sakit kepala (nyeri) sudah sebulan
terakhir ini karena hipertensi yang dialaminya. Nyeri yang dirasakan berskala 6
seperti dipukul-pukul dan terjadi hilang timbul. Selain itu, klien maupun
keluarganya ternyata masih belum banyak mengetahui terkait penyakit hipertensi
yang dimiliki. Hal itu dibuktikan dengan ketika diberi pertanyaan seputar
hipertensi, banyak pertanyaan yang belum bisa terjawab.
Pada bagian analisa data diperoleh dua diagnosa keperawatan setelah
melalui proses skoring yaitu nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dan defisiensi pengetahuan
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah.
Perencanaan tindakan keperawatan untuk diagnosa pertama yaitu dengan
ajarkan terapi pijat relaksasi sebagai bentuk perawatan non farmakologis untuk
mengurangi nyeri/rasa sakit yang dialami. Sedangkan untuk diagnosa kedua yaitu
dengan berikan pendidikan kesehatan terkait hipertensi dengan menggunakan
media leaflet agar lebih menarik perhatian, serta dapat membuat klien dan keluarga
lebih mudah mengingat materi yang dijelaskan.
Implementasi keperawatan untuk diagnosa pertama yaitu dengan
mengajarkan terapi pijat relaksasi untuk mengurangi nyeri. Untuk implementasi

69
keperawatan diagnosa kedua yaitu memberikan pendidikan kesehatan kepada klien
dan keluarganya terkait hipertensi yang dialami. Pendidikan kesehatan diberikan
dengan metode penggunaan leaflet agar lebih menarik dan mudah diingat.
Evaluasi dari tindakan keperawatan yang sudah dilakukan untuk diagnosa
nyeri akut yaitu klien mengatakan nyeri sudah sangat berkurang dengan skala nyeri
3 yang awalnya nyeri dengan skala 6. Evaluasi tindakan keperawatan untuk
diagnosa defisiensi pengetahuan yaitu klien serta keluarga lebih memahami terkait
hipertensi yakni pengertian, penyebab, tanda gejala, serta perawatan hipertensi baik
farmakologis maupun non farmakologis.
Kesenjangan yang muncul ketika pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap
Ny. M dengan hipertensi yaitu Ny. M hanya mengeluh pusing dan sakit kepala
dengan skala 6 seperti dipukul-pukul dan terjadinya hilang timbul tanpa merasakan
gejala lain seperti nyeri dada, sesak nafas, adanya palpitasi, edema perifer,
penglihatan kabur, nokturia dan hematuria. Selain itu, dari segi diagnosa
keperawatan, hanya terdapat dua diagnosa keperawatan yang muncul setelah
dilakukan analisa data yaitu nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dan defisiensirl pengetahuan
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah.

B. Saran

Ketika melakukan penyusunan karya tulis ilmiah ini, ada beberapa hal yang
ingin disampaikan sebagai berikut :
1. Bagi masyarakat
Diharapkan masyarakat yang memiliki penyakit hipertensi dapat melakukan
perawatan hipertensi bukan hanya melalui farmakologis (menggunakan obat)
tetapi juga dapat melalui non farmakologis yaitu dengan terapi pijat relaksasi
yang dapat membantu untuk mengurangi nyeri yang terjadi jika tanda gejala
hipertensi itu timbul. Terapi pijat relaksasi dapat dilakukan secara mandiri
ataupun dibantu oleh orang lain.

70
2. Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan
Dapat digunakan sebagai salah satu informasi untuk penelitian lebih lanjut dan
meningkatkan ilmu pengetahuan keperawatan terkait tindakan terapi pijat
relaksasi untuk mengurangi nyeri bagi klien yang memiliki riwayat hipertensi.
3. Bagi penulis
Sebagai pengalaman bagi karena sudah dapat melakukan asuhan keperawatan
khususnya tindakan keperawatan terapi pijat relaksasi bagi klien dengan
hipertensi.

71
DAFTAR PUSTAKA

AHA. (2018). Trends in prevalence and control of hypertension according to the


2017 American College of Cardiology/American Heart Association
(ACC/AHA) guideline
Aidha, Z., & , Tarigan, A. A. (2019). Survey hipertensi dan pencegahan
komplikasinya di wilayah pesisir kecamatan percut sei tuan tahun
2018. Jurnal jumantik, 4(1), 101–112.
Arif, M., Amalia, E., Sesrianty, V., & Kartika, K. (2019). Jurnal Abdimas
Kesehatan Perintis Pemberian Intervensi Tekhnik Relaksasi
Autogenik Pada Pasien Hipertensi Di Kecamatan Guguak
Kabupaten Lima Puluh Kota Jurnal Abdimas Kesehatan Perintis.
1(1), 35–39.
Artinawati, Sri. (2014). Asuhan Keperawatan Gerontik. Bogor: In Media.
Badan Pusat Statistik, (2015). Data Statistik Indonesia. Jumlah Penduduk menurut
Kelompok Umur, Jenis Kelamin, Provinsi, dan Kabupaten/Kota,
2015. Diakses pada tanggal 21 September 2021 Dari
http://demografi.bps.go.id/
Bakri, Maria H.( 2017). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka
Mahardika.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta: Depkes RI : 2018. www.depkes.go.id/article/view/ . Diakses
pada 16 September 2021
Dinkes Provinsi Jateng. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2019.
Dinkes Kabupaten Purbalingga tahun 2019

Evans, M. R. (2016). Pathophysiology of Pain and Pain Assessment Module 1 Pain


Management : Pathophysiology of Pain and Pain Assessment
American Academy of Orthopaedic Surgeons. American Medical
Association, 7, 1–12.

Fitrina, Y., & Wiryanti, N. (2018). Pengaruh Pemberian Relaksasi Imajinasi


Terbimbing Terhadap Penurunanan Tekanan Darah Pada Lansia
Penderita Hipertensi. Jurnal Kesehatan Medika Saintika, 9(2), 125–
145.
Handi, R. (2017). Hubungan pengetahuan dan gaya hidup dengan kejadian
hipertensi di wilayah kerja puskesmas Basuki Rahmad Kota
Bengkulu. JNPH, 5(1), 40–45

72
Junaedi, Edi., Sufrida Y., Gusti, Mira, R. (2013). Hepertensi kandas berkat herbal.
Jakarta: FMedia( Imprint Argo Media Pustaka).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Menkes: Lansia Yang Sehat,
Lansia Yang Jauh Dari Demensia. Diakses dari
http://depkes.go.id/article/print/16031000003/menkes-lansia-yang-
sehatyang-jauh-dari-demensia.html. Diakses pada 21 September
2021.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2017) Hipertensi. Jakarta: Pusat Data
dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Lestari, S. (2016). Psikologi keluarga: penanaman nilai dan penanaman konflik
dalam keluarga. Jakarta : Prenada Media.
Muhith, A., Siyoto, S. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta:
CV.ANDI.
Nadirawati. (2018). Buku ajar asuhan keperawatan keluarga teori dan aplikasi
praktik. Bandung : PT Refika Aditama
NANDA. (2018).Buku diagnosa keperawatan definisi dan klasifikasi 2018-2020.
Jakarta: EGC
Notoadmodjo, soekidjo. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta

Padila. (2018). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika.


PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik (1st ed.). DPP PPNI.
Ratnawati, E.(2017). Asuhan Keperawatan Gerontik.Yogyakarta: Pustaka baru
Press.
Riskesdas. Hasil Utama Riskesdas 2016
Riskesdas. Hasil Utama Riskesdas 2018. Available from:
http://www.depkes.go.id/resources/download/info-
terkini/materi_rakorpop_2018/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

Sunaryo,dkk (2016). Asuhan Keparawatan Gerontik. Yogyakarta: CV. ANDI.

73
Suprajitno. (2014). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktis. Jakarta:
EGC
Stuart, G. W. (2016). Prinsip dan praktik keperawatan kesehatan jiwa. Keliat
& Pasaribu (Eds). Singapore: Elseiver.
Triyanto, E. (2014). Pelayanan keperawatan bagi penderita Hipertensi Secara
Terpadu. Yokyakarta: Graha Ilmu.
World Health Organization. High Blood Pressure: Global and Regional Overview.
2013. Available from:
http://www.searo.who.int/entity/world_health_day/leaflet_burden_
hbp_whd2013.pdf?ua=1
World Health Organization. 2018
World Health Organization. 2019

74

Anda mungkin juga menyukai