H DENGAN
MASALAH UTAMA HIPERTENSI DAN TB MELALUI
PENERAPAN TEKNIK RELAKSASI
Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Bangkalan
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Untuk Memenuhi Salah
Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Studi Profesi Ners
AMILIA CANDRASARI
(NIM: 201920461011077)
i
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA NY. H DENGAN
MASALAH UTAMA HIPERTENSI DAN TB MELALUI
PENERAPAN TEKNIK RELAKSASI
Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Bangkalan
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Untuk Memenuhi Salah
Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Studi Profesi Ners
AMILIA CANDRASARI
(NIM : 201920461011077)
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Karya Ilmiah Akhir Nurse : Asuhan Keperawatan Pada Ny.H Dengan
Masalah Utama Hipertensi dan TB Melalui
Penerapan Teknik Relaksasi
Nama Lengkap : Amilia Candrasari
NIM : 2019204610111077
Jurusan : Profesi Ners
Universitas/institut/Politeknik : Universitas Muhammadiyah Malang
Alamat Rumah dan No Tel./HP : Perumahan Permata Indah Blok F2,
Bangkalan Madura
Dosen Pembimbing
Nama Lengkap dan Gelar : Nur Lailatul Masruroh, S.Kep.,Ns.,MNS
NIP UMM/NIDN : 11413120523
Alamat Rumah dan No Tel./Hp : 081216965194
Menyetujui, Malang,_________
Ketua Program Studi Profesi Ners
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang Dosen Pembimbing I
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh:
AMILIA CANDRASARI
(NIM: 201920461011077)
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
bimbinganya saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Ny.H dengan Masalah Hipertensi dan TB melalui
Teknik”. KIAN ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Profesi
Ners (Ns) pada Program Studi Profesi Ners Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Malang.
Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya
dengan hati yang tulus kepada:
1. Bapak Faqih Ruhyanudin, M.Kep, Sp.KMB. Selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammdiyah Malang
2. Ibu Ririn Harini S.Kep.Ns.M.Kep. Selaku Ketua Program Studi Profesi
Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Ibu Nur Lailatul Masruroh, S.Kep.,Ns.,MS. selaku Dosen Pembimbing yang
sabar dalam memberikan dorongan, masukan, motivasi serta memberikan
dukungan untuk mengerjakan KIAN.
4. Seluruh jajaran dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat dan barokah.
5. Kepada kedua orang tua saya yang selalu memberikan dukungan, motivasi
dan doa yang tiada hentinya.
Penulis
v
ABSTRAK
1
Mahasiswa Program Studi Ners, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Malang
2
Dosen Program Studi Ilmu Ners, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Malang
vi
ABSTRACT
Mrs.H's Family Nursing Care with the Main Problems of Hypertension and
TB through the Application of Relaxation Techniques in the Work Area of
the Bangkalan City Health Center
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN SAMPUL................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ iv
KATA PENGANTAR.................................................................................... v
ABSTRAK....................................................................................................... vi
ABSTRACT..................................................................................................... vii
DAFTAR ISI................................................................................................... viii
DAFTAR BAGAN.......................................................................................... xi
DAFTAR TABEL........................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................ 3
1.3.1 Tujuan Umum....................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus...................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................... 4
1.4.1 Manfaat Teoritis..................................................................... 4
1.4.2 Manfaat Praktis...................................................................... 4
viii
2.2.3 Faktor Risiko......................................................................... 12
2.2.4 Kriteria Hipertensi................................................................ 14
2.2.5 Manifestasi Klinis....................................................................... 15
2.2.6 Penatalaksanaan Non Farmakologis dan Farmakologis............. 15
2.2.7 Komplikasi Hipertensi................................................................ 16
2.2.8 Konsep Terapi Relaksasi............................................................ 16
2.2.8.1 Pengertian....................................................................... 16
2.2.8.2 Manfaat Teknik Relaksasi Autogenik............................ 17
2.2.8.3 Pengaruh Teknik Relaksasi Autogenuk Untuk
Menurunkan Tekanan Darah..................................................... 17
2.2.8.4 Langkah-Langkah Dari Teknik Relaksasi...................... 19
2.2.8.5 Penelitian Terkait............................................................ 21
BAB V PENUTUP.......................................................................................... 38
5.1 Kesimpulan..................................................................................... 38
5.2 Saran............................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 40
Lampiran 1........................................................................................................ 41
Lampiran 2........................................................................................................ 56
ix
Lampiran 3........................................................................................................ 57
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kriteria Hipertensi ........................................................................... 14
xi
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1
negara berkembang yang memiliki keterbatasan sumber daya (Belay et. al, 2017).
Di Indonesia penyakit TB Paru merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah
penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan pada semua
kelompok usia dan nomor satu dari golongan penyakit menular (Harrison, 2013).
Menurut Kemenkes RI, 2013 jumlah kasus BTA+ yang ditemukan di Indonesia
pada tahun 2012 sebanyak 202.301 kasus. Jumlah tersebut sedikit lebih
meningkat dibandingkan pada tahun 2011 sebesarr 197.797 kasus.
Dalam menangani berbagai penyakit dimasyarakat khususnya perawatan
keluarga dan komunitas, Program Indonesia Sehat mempunyai rencana strategis
Kementrian Kesehatan tahun 2015-2019 yang dilakukan melalui pendekatan
keluarga, disingkat PIS-PK. Pada program PIS-PK, pendekatan keluarga menjadi
salah satu cara puskesmas meningkatkan jangkauan dan sasaran dengan
meningkatkan akses yankes di wilayahnya (mendatangi keluarga). Tujuan
pendekatan keluarga salah satunya adalah untuk meningkatkan akses keluarga
pada pelayanan kesehatan yang komprehensif dan bermutu. PIS-PK dilaksanakan
dengan ciri sasaran utama adalah keluarga, mengutamakan upaya promotif-
preventif, disertai penguatan upaya kesehatan berbasis masyarakat, kunjungan
rumah dilakukan secara aktif dan melalui pendekatan siklus kehidupan. Pelayanan
kesehatan yang dilaksanakan terkait penanganan penyakit menular dan tidak
menular yang salah satunya adalah penyakit hipertensi (Sarkomo, 2016).
Pelayanan kesehatan pada penyakit hipertensi di tingkat keluarga
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Asuhan
keperawatan yang diberikan kepada keluarga meliputi pengkajian, perumusan
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi keperawatan
yang bertujuan agar pelayanan kesehatan yang dilaksanakan bisa efektif dan
komprehensif. Semua pelayanan itu diterapkan pada semua tatanan puskesmas
(Koes Irianto, 2014). Namun selain mengandalkan pengobatan di layanan
kesehatan, keluarga juga dapat menambahkan pengobatan alternatif dirumah guna
mempercepat proses kesembuhan baik dari segi fisik dan kenyamanan anggota
keluarga yang sedang sakit salah satu diantaranya yakni terapi relaksasi.
Terapi Relaksasi dapat mengembalikan keseimbangan fisik dan emosional
yang kita butuhkan pada saat stres yang berlebihan dengan cara mengembalikan
2
keseimbangan fisik dan emosional yang sehat. Terapi ini memungkinkan kita
untuk mematikan respons stres dan beralih padalawannya yaitu respon relaksasi
dan mengembalikan keseimbangan alami tubuh kita (Rodin, 2017). Metode ini
berfokus pada berbagai manifestasi fisik relaksasi dalam tubuh yang dapat
membantu menyeimbangkan kembali keseluruhan sistem tubuh dan pikiran,
dengan menguasainya sendiri (Bird, 2016).
Berdasarkan catatan dan laporan dari Sistem Informasi Kesehatan Puskesmas
Kota Bangkalan yang pelayanannya mencakup beberapa kelurahan menunjukkan
bahwa hipertensi masuk dalam daftar 10 besar penyakit terbanyak urutan nomor
satu tahun 2018. Pada tahun 2019 didapatkan data dengan total penderita
hipertensi sejumlah 1127. Untuk itulah perlu dilakukan upaya pelayanan
kesehatan keluarga dengan hipertensi yang salah satunya adalah Ny.H dan
keluarga. Ny.H merupakan seorang asisten rumah tangga, rata-rata keluarga inti
Ny.H mengalami penyakit hipertensi namun hanya Ny.H yang menderita TBC
MDR. Dari latar belakang di atas, perlu dilakukan upaya pelayanan kesehatan
dengan asuhan keperawatan pada keluarga Ny.H dengan Tipe keluarga Childless
and single family.
3
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mampu memahami teori dan konsep terkait dengan keperawatan
keluarga dan hipertensi dengan diterapkannya terapi relaksasi
(Aromateraphy dan massage)
2. Mampu melakukan pengkajian pada anggota keluarga hipertensi
3. Mampu melakukan diagnosa pada anggota keluarga hipertensi
4. Mampu melakukan intervensi keperawatan dengan pendekatan terapi
komplementer khusunya relaksasi autogenik pada anggota keluarga d
engan hipertensi
5. Mampu Menerapkan implementasi yang dilakukan pada anggota kelu
arga dengan hipertensi
6. Mampu Menerapkan evaluasi pada pasien hipertensi.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
5
lagi merupakan hal yang umum, para ahli keluarga mempertanyakan
“sejauh apa kelurga tradisional tetap menjadi sesuatu yang umum” tipe
keluarga semacam ini tampaknya masih menjadi hal yang umum yang
ideal , tetapi bukan kelaziman yang nyata (Friedman, 2013).
Dua variasi yang berkembang diantara keluarga inti adalah dual
earning (kedua pasangan sama-sama memiliki penghasilan) dan keluarga
diad (keluarga tanpa anak. keluarga adopsi dan keluarga asuh adalah tipe
lain keluarga inti yang disebutkan di literatur sebagai keluarga yang
memiliki kondisi dan kebutuhan yang khusus (Friedman, 2013).
b. Extended Family
Extended family tradisional adalah keluarga dengan pasangan yang
berbagai pengaturan rumah tangga dan pengeluaran keuangan dengan orang
tua, kakak/ adik, dan keluarga dekat lainnya. Anak-anak kemudian
dibesarkan oleh bebrapa generasi dan memiliki pilihan model pola prilaku
yang akan membentuk perilaku mereka. Tipe keluarga seperti ini adalah
tipe keluarga kelas pekerja dan keluarga migran baru kebanyakan
(Friedman, 2013).
c. Keluarga orang tua tunggal
Keluarga orang tua tunggal adalah keluarga dengan ibu (83%
keluarga) atau ayah (17%) sebagai kepala rumah. Keluarga orang tua
tunggal tradisional adalah keluarga dengan kepala rumah tangga duda/janda
yang bercerai, ditelantarkan, atau berpisah. Keluarga orang tua tunggal
non tradisional adalah keluarga yang keras kepala keluarganya tidak
menikah (Friedman, 2013).
d. Dewasa lajang yang tinggal sendiri
Jumlah individu yang tinggal sendiri juga makin meningkat.
Menurut sensus 2000, jumlah lajang amerika yang tinggal sendiri
tumbuh hampir dua kali laju popolasi yang dilaporkakan hampir 26%
dari keseluruhan populasi. Banyak wanita lansia yang tinggal sendiri,
tetapi peningkatan jumalah orang yang tinggal sendiri terjadi pada orang
dewasa per 20-an dan 30-an. (Friedman 2013).
6
e. Keluarga orang tua tiri
Biasanya bentuk keluarga ini adalah keluarga yang pada awalnya
mengalami proses penyatuan yang kompleks dan penuh dengan stress.
Banyak penyesuaian yang perlu dilakukan dan sering kali individu yang
berbeda atau sub kelompok keluarga yang baru terbentuk ini beradaptasi
dengan kecepataan yang tidak sama. Walaupun selueruh anggota keluarga
harus menyesuaikan diri dengan situasi keluarga yang baru. Anak-anak
sering kali memiliki masalah koping yang lebih besar karena usia dan
tugas perkembangan mereka, serta karena keanggotaan ganda mereka
(Friedman
2010)
f. Keluarga Binuklir
Keluarga binukir adalah keluarga yang terbentuk setelah perceraian
yaitu anak merupakan anggota dari sebuah sistem keluarga yang terdiri
atas dua rumah tangga inti , maternal dan paternal, dengankeragaman
dalam hal tingkat kerja sama dan waktu yang dihabiskan dalam setiap
rumah tangga. Dengan adanya gerakan keseteraan peran gender,
peningkatan partisipasin ayah dalam kegiatan sebagai orang tua , dan
peningkatan kesadaran akan kehilangan hak pengasuh anak serta akibat
negatif pada anak apabaila tidak ada kontak dengan ayah mereka,
maka muncul beragam cara untuk terlibat aktif menjadi orang tua bersama.
g. Cohabiting Family
Faktanya cohabiting family tampaknya semakin dipandang sebagai
sebuah proses normatif menuju pernikahan. Tidak hanya kaum muda yang
tinggal bersma tanpapernikahan. Tidak hanya kaum muda yang tinggal
bersama tanpa menikah, tetapi individu yang lebih tua, dan janda atau
individu yang bercerai juga mulai tinggal bersama tanpa menikah,
sering kali untuk alasan petemanan dan berbagai sumber finansial yang
terbatas.
h. Keluarga Homoseksual
Keluarga homoseksual sangat berbeda dalam hal bentuk dan
komposisinya. Pertama-tama, mereka adalah keluarga yang terbentuk dari
7
kekasih, teman, anak kandung dan adopsi, kerabat sedarah, anak tiri, dan
bahkan mantan kekasih. Selain itu, keluarga tidak perlu untuk tinggal
dalam rumah tangga yang sama. Oleh karena itu tidak ada bentuk
keluarga normatif atau seragam dalam keluarga homoseksual, biasanya
keluarga homoseksual adalah pasangan dengan jenis kelamin yang sama,
tetapi keluarga tersebut dpat juga dikepalai oleh orang tua tunggal yang
homoseksual atau berbagai figur orang tua.
8
bentuk keluarga. karena keluarga orang tua tunggal dan orang tua
tinggikemungkinan adalah dua bentuk keluarga inti yang paling umum,
kedua tipe bentuk keluarga ini akan diuraikan dalam hal pengaturan
peran unik dan penekanan peran mereka.
3) Pengaruh Kebudayaan Etnik
Norma dan nilai yang berasal dari budaya atau etnik yang sangat
berpengaruh mengenai bagaimana peran dijalankan dalam suatu sistem
keluarga yang baku. Pengetahuan akan nilai dasar, kebiasaan dan tradisi
kelompok etnik tertentu penting guna menginterprestasi apakah peran
keluarga berfungsi.
4) Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga berpengaruh terhadap peran
keluargatahap perkembangan secara unik, namun secara umum seluruh
keluarga mengikuti pola yang sama (Friedman, 2010).
c. Peran Keluarga Selama Gangguan Kesehatan
1) Peran ibu dalam sehat dan sakit
9
penting dalam menentukan apakah bisa atau tidak anggota yang mengalami
disabilitas atau sakit dapat menghindari anggota masuk institusi.
3) Perubahan peran selama sakit dan hospitalisasi
Dalam sebuah periode krisis, misalnya yang disebabkan oleh
penyakit serius anggota keluarga, struktur keluarga dimodifikasi, lunya
modifikasi bergantung pada seberapa besar derajat anggota yang sakit
mampu menjalankan peran basanya dalam keluarga dan pemusatan peran
atau tugas –tugas yang kosong dari tindakan saat penyakit tidak dapat
disembuhkan dan diobati, layanan medis dan kesehatan yang dimanfaatkan ,
serta sumber bantuan keluarga primer peran pervasif dan inti dari ibu
sebagai pengambil keputusan kesehatan utama , pendidikan , konselor, dan
pemberi asuhan dalam matrix keluarga telah menjadi temuan konstan.
Dalam peran ini, Ibu mendefinisikan gejala dan memutuskan alternatif
sumber yang “tepat”. Ia juga memegang kendali yang kuat terhadap apakah
anak akan mendapatkan layanan pencegahan atau pengobatan. Peran
pemberi asuhan bervariasi sesuai dengan posisi atau hubungannya dengan
bermakna saat pemberi asuhan ;yaitu peran berubah secara bermakna
saat pemberi asuhan adalah pasangan hidup, orang tua, anak, saudara
kandung, atau teman. Ibu adalah pemberi asuhan primer. Pasangan atau
anak usia dewasa adalah pemberi asuhan lansia yang paling sering (Shepard
& mahon, 2016).
10
keluarga lainya” (Fiedman, 2010).
11
yang meningkatkan resiko seperti: alkohol, diet, kebiasaan merokok,
stres emosi, obesitas dan lain-lain (Sustrani, 2016).
b. Hipertensi sekunder
Meliputi 5-10% kasus hipertensi. Termasuk dalam kelompok ini
antara lain hipertensi akibat gangguan estrogen, penyakit ginjal
(hipertensi renal), hipertensi endokrin, kelainan saraf pusat, obat-obatan
dan lain-lain. Kasus yang jarang terjadi adalah karena tumor kelenjar
adrenal. Garam dapur memperburuk kondisi hipertensi, tetapi bukan
faktor penyebab (Sustrani, 2016).
12
menyerang pria pada usia di atas 31 tahun, sedangkan pada wanita
terjadi setelah usia 45 tahun (menopause).
b. Faktor yang dapat dikontrol
1) Kegemukan
Merupakan ciri khas dari populasi hipertensi. Telah
dibuktikan pula bahwa faktor ini mempunyai kaitan erat dengan
terjadinya hipertensi di kemudian hari. Walaupun belum dapat
dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi
penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi
volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi
dibandingkan dengan penderita hipertensi dengan berat badan
normal.
2) Konsumsi garam berlebih
Konsumsi garam yang berlebihan dengan sendirinya akan
menaikkan tekanan darah, karena garam mempunyai sifat menahan
air. Sebaiknya hindari pemakaian garam yang berlebihan atau
makanan yang diasinkan. Hal itu tidak berarti menghentikan
pemakaian garam sama sekali dalam makanan. Namun, sebaiknya
penggunaan garam dibatasi seperlunya saja.
3) Olahraga kurang teratur
Orang yang kurang aktif berolahraga pada umumnya
cendrung mengalami kegemukan. Olahraga isotonik, seperti
bersepeda, joging, dan aerobik yang teratur dapat memperlancar
peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga
juga dapat mengurangi atau mencegah obesitas serta mengurangi
asupan garam ke dalam tubuh. Garam akan keluar dari dalam
tubuh bersama keringat.
4) Merokok
13
batang rokok yang dihisap seseorang. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa nikotin dapat meningkatkan pengumpalan darah dalam
pembuluh darah. Selain itu, nikotin juga dapat menyebabkan
terjadinya pengapuran pada dinding pembuluh darah.
5) Alkohol
Efek dari konsumsi alkohol juga meransang hipertensi karena adanya
peningkatan sintesis katekolamin yang dalam jumlah besar dapat
memicu kenaikan tekanan darah (Dalimartha, 2018).
14
2.2.5 Manifestasi Klinis
Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya gejala
pada hipertensi esensial. Kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala
dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ ginjal, mata,
otak, dan jantung (Dalimartha, 2018).
Gejala hipertensi yang umum adalah pusing, mudah marah, telinga
berdenging, mimisan (jarang), sukar tidur, sesak napas, rasa berat ditengkuk,
mudah lelah, mata berkunang-kunang. Jika terdapat hipertensi sekunder, tanda
dan gejala dapat berhubungan dengan keadaan yang menyebabkannya.
Sebagai contoh, sindrom cushing dapat menyebabkan obesitas batang
tubuh dan striae bewarna kebiruan sedangkan pasien feokromositoma bisa
mengalami sakit kepala, mual, muntah, palpitasi, pucat, dan perspirasi yang
sangat banyak (Dalimartha, 2018).
15
b. Penanganan farmakologis
Pada penatalaksanaan Farmakologis, pengobatan hipertensi
dilandasi oleh beberapa prinsip. Pertama, pengobatan hipertensi sekunder
lebih mendahulukan pengobatan penyebab hipertensi. Kedua, pengobatan
hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dan
mengurangi timbulnya komplikasi. Ketiga, upaya menurunkan tekanan
darah dicapai dengan menggunakan obat anti hipertensi. Empat,
pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang dan seumur
hidup (Dalimartha, 2018).
16
maupun somatik menyebabkan perubahan dalam kesadaran melalui
autosugesti sehingga tercapailah keadaan rileks (Luthe, 2019).
2.2.8.2 Manfaat Teknik Relaksasi Autogenik
Menurut pratiwi (2012), seseorang dikatakan sedang dalam keadaan
baik atau tidak, bisa ditentukan oleh perubahan kondisi yang semula tegang
menjadi rileks. Kondisi psikologis individu akan tampak pada saat individu
mengalami tekanan baik bersifat fisik maupun mental (Burhanuddin, 2013).
Setiap individu memiliki respon yang berbeda terhadap tekanan, tekanan dapat
berimbas buruk pada respon fisik, psikologis serta kehidupan sosial seorang
individu. Teknik relaksasi dikatakan efektif apabila setiap individu dapat
merasakan perubahan pada respon fisiologis tubuh seperti penurunan tekanan
darah, penurunan ketegangan otot, denyut nadi menurun, perubahan kadar
lemak dalam tubuh, serta penurunan proses inflamasi. Teknik relaksasi
memiliki manfaat bagi pikiran kita, salah satunya untuk meningkatkan
gelombang alfa (α) di otak sehingga tercapailah keadaan rileks,
peningkatan konsentrasi serta peningkatan rasa bugar dalam tubuh.Teknik
relaksasi autogenik mengacu pada konsep baru.Selama ini, fungsi-fungsi tubuh
yang spesifik dianggap berjalan secara terpisah dari pikiran yang tertujuan pada
diri sendiri(Potter & Perry, 2015).
2.2.8.3 Pengaruh Teknik Relaksasi Autogenik Untuk Menurunkan Tekanan
Darah
Relaksasi autogenik akan membantu tubuh untuk membawa perintah
melalui autosugesti untuk rileks sehingga dapat mengendalikan pernafasan,
tekanan darah, denyut jantung serta suhu tubuh. Imajinasi visual dan mantra-
mantra verbal yang membuat tubuh merasa hangat, berat dan santai
merupakan standar latihan relaksasi autogenik.Sensasi tenang, ringan dan
hangat yang menyebar keseluruh tubuh merupakan efek yang bisa dirasakan
dari relaksasi autogenik.Perubahan yang terjadi selama maupun setelah
relaksasi autogenik mempengaruhi kerja syaraf otonom.Respon emosi dan efek
menenangkan yang ditimbulkan oleh relaksasi ini mengubah fisiologi diminan
simpatis menjadi dominan system parasimpatis.Memusatkan fikiran secara pasif
kepernafasan, rasakan gerakan udara yang keluar masuk melalui lubang hidung.
17
Saat udara dihisap dan masuk kedalam paru-paru, pusatkan fikiran dan hayati
rasa segar udara tersebut dan pada saat udara dihembuskan keluar pusatkan
fikiran pada keadaan tenang dan rileks. Kemudian fikiran diarahkan kepada
pengertian bahwa tidur bukanlah masalah yang terpenting adalah istirahat
dengan tenang plasma norepinefrin dilepas apabila latihan telah mencapai 50%
VO2max. Sedangkan konsentrasi epinefrin tidak akan signifikan hingga
intensitas latihan mancapai 60%-70% VO2max. Epinefrin akan turun kembali
apabila recovery beberapa menit, sedangkan norepinefrin dapat bertahan selama
beberapa jam.
18
e. Dilatasi pembuluh koroner, meningkatkan suplai darah ke otot
jantung
f. Meningkatkan vasodilatasi periferal aliran darah menuju otot rangka
yang Vasokontriksi menuju sebagian besar jaringan untuk
mencegah darah mengalirinya dan mengalihkannya ke otot yang
aktif
g. Meningkatkan tekanan darah, memberikan perfusi otot, dan
memperbaiki aliran darah vena menuju jantung.
Sistem saraf parasimpatis memiliki tugas utama sebagai pengeluaran,
seperti: pencernaan, urinasi, sekresi kelenjar, dan konservasi energi. Sistem ini
lebih afektif apabila tubuh dalam keadaan tenang dan saat istirahat.
Tugasnya cenderung berlawanan dengan sistem saraf simpatis karena
menurunkan denyut jantung, kontriksi pembuluh koroner, dan
brokontriksi.Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dijelaskan percabangan
sistem saraf otonom khususnya saraf simpatis dan parasimpatis.Sistem saraf
otonom berhulu di hipotalamus, medula oblongata, dan saraf tulang
belakang.Saraf parasimpatis berhubungan langsung pada medula oblongata,
sedangkan saraf simpatis berhubungan dengan saraf tulang belakang (Council,
2013).
2.2.8.4 Langkah-Langkah Dari Teknik Relaksasi
Langkah-langkah dari teknik relaksasi autogenik (Council, 2013)
a. Mengatur posisi tubuh
19
terapi ini Anda harus melepaskan jam tangan, cincin kalung dan perhiasan
yang mengikat lainnya serta longgarkan pakaian yang ketat. Yang
terpenting melakukan terapi ini anda harus menghindari makan banyak
sebelum melakukan teknik ini, karena makanan dalam lambung anda bisa
menyebabkan teknik ini menjadi kurang efektif.
b. Konsentrasi dan kewaspadaan
Pernapasan dalam sambil dihitung 1 hingga 7 dilakukan guna
meyakinkan.Gerakan ini dilakukan sebanyak 6 kali.Selanjutnya adalah
tarikan dan hembusan napas dengan hitungan 1 hingga 9, yang dilakukan
sebanyak 6 kali.Ketika menghembuskan napas perlu dirasakan kondisi yang
semakin rileks dan seolah-olah tenggelam dalam ketenangan. Latihan ini
diulangi 3 kali sehingga mendapatkan konsentrasi yang lebih baik dengan
memfokuskan pikiran pada pernafasan serta mengabaikan distraktor yang
lain. Fokus pada pernafasan dilakukan dengan cara memfokuskan
pandangan pada titik imajiner yang berada pada 2 inci (+ 2,5 cm) dari
lubang hidung. Latihan ini mempertahankan kondisi secara pasif untuk tetap
berkonsentrasi dan nafas dihembuskan melewati titik tersebut. Selama
latihan tetap mempertahankan irama nafas untuk tetap tenang, dan selalu
menggunakan pernafasan perut.Sasaran utama mempertahankan pikiran
terfokus pada pernafasan.
c. Fase-fase pada pelatihan autogenic
Ada lima langkah dalam relaksasi autogenik yaitu:
1) Perasaan berat
2) Perasaan hangat
3) Ketenangan dan kehangatan pada
jantung
4) Perasaan dingin di dahi
5) Ketenangan pernafasan
Langkah relaksasi dengan menggunakan basic six dan fokus pada
pernapasan dilakukan selama ± 10 menit.Kemudian setelah latihan nafas
dilanjutkan dengan pengalihan kepada kalimat “mantra” saya merasa
tenang dan nyaman berada di sini.Responden disugestikan untuk
20
memasukan kalimat tersebut ke dalam pikirannya dan diintruksikan
supaya tenggelam dalam ketenangan ketika mendengar kalimat
tersebut.Akhir dari relaksasi autogenik responden merasakan hangat,
berat, dingin dan tenang.Tahap akhir dari relaksasi ini responden
diharapkan mempertahankan posisi dan mencoba menempatkan
perasaan rileks ini ke dalam memori sehingga relaksasi autogenik dapat
diingat saat merasa nyeri.Menurut Pratiwi (2012), sebuah review
meta-analisis Stetter (2012) dari 60 pelajar dari 35 negara, ditemukan
efek besar pada perbandingan untuk pre dan post intervensi teknik
relaksasi autogenik, efek menengah terhadap kelompok kontrol, dan
tidak ada efek bila dibandingkan dengan terapi psikologis yang lain.
Relaksasi autogenik efektif dilakukan selama 20 menit dan relaksasi
autogenik dapat dijadikan sebagai sumber ketenangan selama sehari
(Kanji, 2016). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Setyawati
(2010), relaksasi autogenik yang dilakukan sebanyak 3 kali
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penurunan tekanan darah
dan kadar gula darah pada klien diabetes melitus tipe 2 dengan
hipertensi.
2.2.8.5 Penelitian Terkait
21
tekanan darah sesudah 130/80 mmHg. Hasil uji statistik didapatkan p value
0,000 maka dapat disimpulkan adanya pengaruh relaksasi autogenik terhadap
penurunan tekanan darah pada klien hipertensi diwilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Makasar tahun 2015.
22
6) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala
atau masalah- masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga
tersebuttipe keluarga Extended Family yang menderita masalah kesehatan
adalah salah satu anggota keluarga yang memiliki riwayat hipertensi.
7) Suku bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut. Anggota keluarga
berasal dari minangkabau bahasa yang digunakan adalah bahasa minang.
8) Agama
23
kakek, nenek dari ayah dan ibu. Mengali mengenai riwayat kesehatan
pada keluarga dari pihak suami dan istri. Pada anggota keluarga yang
mengalami hipertensi tidak ada faktor keturunan, akan tetapi suami dari
keluarga yang terkena hipertensi mengalami stroke.
b. Pengkajian lingkungan
1) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah didentifikasikan dengan melihat luas rumah,
tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan,
peletakan perabotan rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic tank
dengan sumber air, sumber air minum yang digunakan serta denah
rumah.
2) Karakteristik tetangga
Mengali mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas
setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau
kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang mempengaruhi
kesehatan.
3) Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan denganKeluarga
tidak pernah berpindah tempat selama tinggal dirumah tersebut.
Anggota keluarga tinggal dalam berkomunitas dan lingkungan sekitar
yang sama selama kehidupan mereka.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Mengali mengenai waktu yang digunakan keluargauntuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana
keluarga interaksinya dengan masyarakat.
e. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
Dalam mengobservasi keluarga secara keseluruhan atau
rangkaian hubungan dari keluarga bagaimana tugasnya dan jelaskan
anggota keluarga mengutarakan kebutuhan perasaan mereka. Mengali
mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga, Anggota
keluarga pola komunikasi yang tidak baik dan tidak sehat akan
24
menimbulkan stres pada keluarga sehingga dapat terjadi dampaknya
hipertensi.
2) Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan
mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku. Anggota keluarga
harus bisa mengendalikan perilaku hidup bersih untuk semua anggota
keluarga, yang menderita penyakit hipertensi dan mengubah gaya hidup
anggota keluarga
3) Struktur peran
Menunjukkan kepada beberapa perilaku yang kurang lebih
bersifat homogen dan diharapakan secara normatif dalam situasi sosial.
Mengali peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal
maupun informal. Peran keluarga bertambah untuk merawat anggota yang
sakit dengan adanya perawat untuk keluarga yang menderita hipertensi
4) Nilai atau norma keluarga
Sebagai suatu sistem ide, sikap, dan kepercayaan tentang nilai
suatu keseluruhan atau konsep yang secara sadar maupun tidak sadar
mengikat bersama-sama seluruh anggota keluarga. Mengali mengenai
nilai dan norma yang dianut oleh keluarga, yang berhubungan dengan
kesehatan.
f. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
Berhubungan dengan fungsi intrenal keluarga perlindungan dan
dukungan keluarga. Keluarga melakukan tugas yang menunjang
pertumbuhan dan perkembangan yang sehat bagi anggota yang menderita
penyakit hipertensi dengan memenuhi kebutuhannya. Hal yang perlu
dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan
dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga
lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga.
2) Fungsi sosialisasi
Suatu proses yang berlangsungan seumur hidup dimna individu
secara kontinu mengubah perilaku anggota keluarga. Hal yang perlu
25
dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana
anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku
3) Fungsi perawatan keluarga
Mengali sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana
pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit. Kesanggupan keluarga di
dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan
keluarga melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga
mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota keluarga
yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan, dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang terdapat dilingkungan setempat. Pada anggota dengan hipertensi
dapat ditemui adanya keluhan nyeri kepala, pusing, kuduk terasa berat dll.
Anggota keluarga dengan hipertensi dapat memiliki faktor resiko
kebiasaan makan berlemak, kurang olahraga, merokok dan stres.
4) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji megenai fungsi reproduksi keluarga adalah:
a. Berapa jumlah anak
b. Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga
c. Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga
5) Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah:
a. Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan
dan papan
b. Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di
masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga
c. Stres dan koping keluarga
26
sendiri dapat menimbulkan stres, sters sendiri dapat menimbulkan
hipertensi.
b. Stresor jangka panjang yaitu stresor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan..
Hipertensi sendiri dapat menimbulkan stres, sters sendiri dapat
menimbulkan hipertensi.
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Apakah keluarga mampu bertindak berdasarkan penilaian yang
objektif dan realistis terhadap situasi yang penuh dengan stres.
Menimbulkan stress pada keluarga sehingga dapat terjadi dampak
hipertensi. Hal yang perlu dikaji dalam anggota adalah sejauh mana
keluarga berespon terhadap situasi atau stresor.
3) Strategi koping yang digunakan
Anggota keluarga terhadap stres muncul dari riset dan upaya
teoritis hingga kira-kira pengetahuan adalah bahwa keluarga semata-mata
merupakan sebuah reaktor stres. Keluarga untuk menhadapi macam-
macam maslah seperti yang dialami oleh salah satuanggota keluarga yang
memiliki riwayat hipertensi. Strategi koping apa yang digunakan keluarga
bila meghadapi permasalahan.
4) Strategi adaptasi disfungsional
Mengingatkan keluarga yang mengalami stres cenderung
bertindak dalam suatu arah yang dapat mengurangi stres. Namun stres
kembali karena stres sangat penting ditanangi dan tidak menimbulkan
penyakit.
27
28
BAB III
LAPORAN KASUS KELOLAAN
3.1 Pengkajian
Ny.H seorang asisten rumah dengan dengan tipe keluarga Childless and
single family. Pendidikan terakhir Ny.H adalah SMP. Beliau tinggal 1 rumah
dengan majikanya ± 12 tahun yaitu Ny.L yang berjumlah 7 orang anggota
keluarga. Ny H memiliki riwayat hipertensi dan diabetes namun sering kontrol ke
perawat yang berada di lingkungan perumahan, terkadanag Ny.L membawanya ke
RS jika sakitya lebih dari 3 hari. Meskipun begitu Ny.H tidak pernah menjaga
pola makannya, Ia sering mengonsumsi manis sehingga sering batuk dan kadar
gulanya tinggi. Ny.H sering makan bias 4-6x sehari tetapi porsinya sedikit.
Pada saat pengkajian terhadap Ny.H didapatkan nyeri kepala dan sakit
pada tenggkuk, Susah tidur, batuk berdahak dan bertambah parah di malam hari.
Jika tekanan darahnya tinggi Ny.H memilih untuk beristirahat dirumah, pijat
tradisional dan menonton TV hingga nyerinya dirasa berkurang. Setelah sembuh
Ny.H kembali beraktifitas seperti biasa yaitu menjadi asisten rumah tangga.
Pada riwayat kesehatan keluarga. Ayah Ny.H memiliki DM dan ibunya
mempunyai Asam urat dan hipertesi, Baru akhir-akhir ini Ny.H kembali
didiagnosa menderita TB MDR paru pada bulan pertengahan bulan Juli 2020.
Penyakit TB MDR masuk kedalam 10 kategori penyakit yang rentan terserang
corona 19 virus dan ketika dilakukan tes rapid dan PCR Covid-19 hasilnya
positif, namun setelah dilakukan kultur dahak yang ditemukan hanyalah Bakteri
mycobacterium tuberculosis sehingga dapat disimpulkan bahwa Ny.H tidak
terinfeksi virus Covid-19, Sehingga pengobatan dan pemulihan dilakukan full di
rumah. Untuk inum obat, NY. H harus diingatkan terlebih dahulu karena sudah
mulai pelupa dan sedikit malas minum obat. Saat dilakukan pemeriksaan fisik
pada 24 oktober 2020 pada Ny.H, TD: 150/100 mmHg, RR: 22x/mnt, Suhu: 36,8 o
C, TB: 158 cm, BB: 48 Kg.
29
3.2 Analisis Data Dan Diagnosa Keperawatan
Analisis data dilakukan berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada
tangga 24 oktober 2020 telah dilakukan sebelumnya. Sehingga masalah yang
dapat diangkat berdasarkan (SDKI, 2017). Dari hasil pengkajian didapatkan 3
masalah keperawatan yang muncul yaitu:
DATA MASALAH ETIOLOGI
DS: klien mengatakan merasa pusing, linu kaki kanan Nyeri Akut(D.0077) Agen Penceder
sudah cukup lama Fisiologis
DO:
DO:
30
- Klien terlihat gelisah dan susah tidur
DO:
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b/d Agen Pencedera Fisiologis d/d klien merasa pusing, linu
kaki kanan sudah cukup lama (D.0077)
2. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d Sekresi yang tertahan (D.0001)
3. Ketidakpatuhan b/d program terapi yang kompleks/lama (D.0114)
4. Gangguan proses keluarga b/d perubahan peran keluarga (D.1020)
31
selama 3x24 jam, maka tingkat nyeri Observasi:
menurun dengan kriteria hasil: o Lokasi, karakteristik, durasi,
1. Kemampuan Menuntaskan aktifitas, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Meningkat (5) o Identifikasi skala nyeri
2. Keluhan nyeri, Menurun (5) o Identifikasi respon nyeri non
3. Meringis, Menurun (5) verbal
4. Gelisah, Menurun (5) o Identifikasi faktor yang
5. Kesulitan tidur, menurun (5) memperberat dan memperingan
6. Frekuensi nadi, Membaik (5) nyeri
7. Tekanan darah, membaik (5) o Identifikasi pengetahuan dan
8. Pola napas, membaik (5) keyakinan tentang nyeri
o Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
o Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
o Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
o Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik:
o Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
o Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan,
32
kebisingan)
o Fasilitasi istirahat dan tidur
o Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri.
Edukasi:
o Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
o Jelaskan strategi meredakan nyeri
o Anjurkan memonitor nyri secara
mandiri
o Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
o Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
o Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d Sekresi yang tertahan (D.0001)
SLKI SIKI
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Latihan Batuk Efektif (1.02075)
selama 1x24 jam diharapkan Bersihan
Jalan Nafas (L.01001) Meningkat, Observasi
dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi
1. Produksi sputum menurun (5) kemampuan batuk
2. Betuk efektif meningkat (5) 2. Monitor adanya
3. Gelisah menurun (5) retensi sputum
3. Monitor tanda dan
gejala infeksi
Terapeutik
1. Posisikan pasien
semi-fowler atau fowler dengan
33
kaki kebawah atau posisi
nyaman
2. Pasak
bengkok/perlak pada klien
3. Buang secret pada
tempat sputum
4. Berikan dukungan
emosional dan spiritual
Edukasi
5. Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
34
menurun (5)
4. Perilaku
enjalankan
anjuran, mebaik
(5)
35
2. Informasikan fasilitas perawatan
kesehatan yang tersedia
Kolaborasi
1. Rujuk untuk terapi keluarga,
jika perlu
36
meminta uang saja.
37
manfaat yang diperoleh jika teratur menjalani pengobatan.
Masalah keperawatan keempat adalah Gangguan proses keluarga
berhubungan dengan perubahan peran keluarga. Dengan outcome yang
diharapkan adalah hubungan atau fungsi keluarga membaik. Intervensi yang akan
diberikan yaitu dengan memberikan dukungan koping keluarga terhadap
pengobatan klien melalui perantara/penengah agar hubungan antara klien dan
keluarga membaik dengan menginformasikan kemajuan/perkembangan
pengobatan klien.
38
Masalah keperawatan yang ketiga adalah ketidakpatuhan, tindakan yang
sudah dilakukan adalah dengan memberikan edukasi menggunakan media leaflat
tentang penyakit hipertensi dan TB MDR yang dialami oleh klien (pengertian,
tanda gejala, fakto risiko, komplikasi dll), menjelaskan hal-hal yang dapat
memperburuk keadaan dan menjelaskan tentang diet pada pasien hipertensi dan
DM serta berdiskusi atau tanya jawanb tentang penyakit yang diderita klien.
Masalah keperawatan yang keempat adalah gangguan proses keluarga,
tindakan yang sudah dilakukan adalah dukungan koping keluarga dengan
melibatkan orang ketiga sebagai penengah antara klien dengan keluarga sehingga
fungsi keluarga membaik.
3.5 Evaluasi
Pada masalah keperawatan yang sudah diatasi selama beberapa hari
melalui implementasi dan evalusi menunjukkan hasil sebagai berikut:
Masalah yang pertama adalah nyeri akut, klien mengatakan nyeri timbul
ketika tekanan darah tinggi nyeri saat ini pada skala 3. Klien sudah tampak
nyaman dan sudah tidak terlihat menahan sakit.
Masalah keperawatan kedua yaitu bersihan jalan napas tidak efektif, klien
mengatakan napas lebih lega dan batuk tidak begitu berat serta tidur lebih cepat
(kualitas tidur meningkat).
Masalah keperawatan ketiga adalah ketidakpatuhan klien mengatakan akan
rutin kontrol asalkan ditemani Ny.L dan ingin cepat sembuh agar bisa sehat
kembali dan dapat menjadi ART yang lebih baik. Dan keluarga membimbing,
memotivasi dan mengedukasi Ny.H dengan bahasa yang mudah dimengerti agar
Ny.H paham akan penyakit yang diderita.
Masalah keperawatan keempat adalah perubahan mproses
keluarga. Klien mengatakan akan lebih sering menunjungi keluraganya di
kampong, begitupun juga dengan keluarga klien. Mereka mengatakan akan lebih
sering menelepon klien dan ikut memberikan dukungan adaptif dengan
mendengarkan masalah dan perasaan klien.
39
BAB IV
ANALISIS SITUASI
40
b. Nyeri kepala oksipital yang terjadi saat bangun dipagi hari katena
peningkatan tekanan intracranial yang disertai mual dan muntah
c. Epitaksis karena kelainan vaskuler akibat hipertensi yang diderita
d. Sakit kepala, pusing dan keletihan disebabkan oleh penurunan perfusi
darah akibat vasokontriksi pembuluh darah
e. Penglihatan kabur akibat kerusakan pada retina sebagai dampak hipertensi
f. Nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) akibat dari peningkatan
filtrasi oleh glomerulus. Namun hipertensi sering ditemukan juga tanpa
gejala (asimptomatik).
Hasil Pengkajian yang didapatkan masalah keperawatan yang muncul
berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) oleh PPNI (2017)
edisi 1 pada klien kelolaan adalah Nyeri Kronis berhubungan dengan penekanan
syaraf. Analisis data yang mendukung nyeri akut meliputi data subjektif dan
objektif. Data subyektifnya yaitu Ny.H mengeluh sering sakit kepala, sakit pada
tengkuk yang bertambah parah saat bangun tidur dipagi hari. Untuk data
objektifnya mengeluh nyeri, gelisah, sulit tidur, dan linu-linu hingga kaki sebelah
kanan dan pengkajian PQRST nya yaitu P: Nyeri bertambah jika tekanan darah
dirasa tinggi, Q: nyeri menetap didaerah tengkuk, R: nyeri terasa pada tengkuk,
S : skala 4-5, T : saat tekanan darahnya tinggi.
Intervensi yang akan diberikan adalah relaksasi pijat tradisional (massage)
untuk mengurangi nyeri dan mengajarkan teknik relaksasi slow deep breating.
Selain itu juga menganjurkan pasien untuk istirahat yang cukup dan tidak boleh
terlalu banyak pikiran.
4.2.2 Analisis Masalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Masalah keperawatan kedua yaitu Bersihan jalan napas tidak efektif
berhubungan dengan spasme yang tertahan. Analisis yang mendukung diagnose
tersebut dikarenakan klien menderita penyakit Tuberkulosis paru yang dalam
pengobatan penyembuhan. Arti dari Tuberculosis merupakan penyakit infeksi
yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosa yang berarti tonjolan
kecil dan keras yang terbentuk ketika sistem kekebalan membangun tembok
mengelilingi bakteri didalam patu-paru. TB paru ini bersifat menahun dan secara
khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan.
41
TB paru dapat menular melalui kontak udara (batuk, bensin dan bicara).
Berdasarkan Analisis data subyektif dan obyektif, Ny. H mengatakan sering
batuk dan bertambah parah di malam hari, mudah lelah, sesak dan dada terasa
berat. Ny.H juga terlihat gelisah dan belum bisa batuk secara efektif katena
kadang terlihat lemas dan tidak pernah latihan batuk efektif. Maka dari itu
masalah Bersihan jalan nafas dapat diatasi dengan mengajarkan klien untuk batuk
efektif dan memberikan teknik relaksasi dengan menggunakan aromatherapy
(laverder + peppermint) yang ditetesken kedalam diffuser sehingga memberikan
efek pernapasan klien terasa lebih lega dan kualitas tidur lebih meningkat.
4.2.3. Analisis Masalah Ketidakpatuhan
Masalah keperawatan ketiga yaitu ketidakpatuhan. Pada klien hipertensi dan
penyakit kompleks lainnya, ketidakpatuhan berhubungan dengan program terapi
kompleks dan atau lama. Ketidakpatuhan terhadap regimen pengobatan adalah
kondisi perilaku individu atau pemberi asuhan yang gagal untuk menepati rencana
promosi kesehatan atau rencana terapiutik yang telah disepakati oleh individu
(atau keluarga, atau komunitas) dan tenaga kesehatan professional sehingga
mengakibatkan hasil yang secara klinis tidak efektif atau hasil yang sebagian tidak
efektif (Wilkinson dan Ahenrn, 2011).
Ketidakpatuhan pada pasien hipertensi dengan tidak minum obat
antihipertensi dapat menyebabkan komplikasi pada penyakit hipertensi sehingga
dapat menyebabkan kerusakan organ meliputi otak, karena hipertensi yang tidak
terkontrol dapat meningkatkan risiko stroke kemudian kerusakan pada jantung,
hipertensi meningkatkan beban kerja jantung yang akan menyebabkan
pembesaran jantung sehingga meningkatkan risiko gagal jantung dan serangan
jantung (Fitrhia, 2014).
Penyebab ketidakpatuhan regimen pengobatan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain: Disabilitas (penurunan daya ingat), efek samping pengobatan
dan perawatan, beban biaya perawatan, waktu pengobatan yang lama dan
ketidakadekuatan pemahaman (sekunder akibat defisit kognitif, kecemasan,
gangguan penglihatan/pendengaran, kelelahan, kurang motivasi (PPNI,2016).
Analisis data yang mendukung diagnosa tersebut meliputi data subjektif
dan objektif, yaitu Ny. H mengatakan mudah lupa, harus ditemani dan didampingi
42
minum obat. Klien juga terlihat harus dipaksa saat melakukan perawatan di
puskesmas dan saaat minum obat karena Ny.H mengaku sudah bosan minum
obat. Hal tersebut mendukung terjadinya masalah keperawatan ketidakpatuhan
berhubungan dengan program terapi kompleks dan atau lama. Berdasarkan teori,
Ketidakpatuhan adalah perilaku individu dan atau pemberi asuhan tidak mengikuti
rencana perawatan atau pengobatan yang telah disepakati dengan tenaga
kesehatan, sehingga menyebabkan hasil perawatan atau pengobatan tidak efektif
(PPNI, 2017). Ketidakpatuhan pada terapi menyebabkan timbul dampak negatif
seperti semakin parahnya tingkat hipertensi dan menimbulkan gejala yang lebih
parah serta timbulnya komplikasi.
Maka dari itu Ketidakpatuhan dapat diatasi dengan memberikan edukasi
menggunakan media leaflat tentang penyakit hipertensi dan TBC yang dialami
oleh klien (pengertian, tanda gejala, fakto risiko, komplikasi dll), menjelaskan hal-
hal yang dapat memperburuk keadaan dan menjelaskan tentang diet pada pasien
hipertensi serta berdiskusi atau tanya jawab tentang penyakit hipertensi dengan
klien.
4.2.4 Analisis Masalah Gangguan Proses Keluarga
Masalah keperawatan keempat yaitu gangguan proses keluarga. Sesuai
dengan fungsikeluarga Ny.H ditemukan beberapa masalah yaitu keluarga belum
mampu mengenal masalah kesehatan Tb paru dan keluarga belum mampu
memelihara lingkungan rumah yang sehat, juga untuk masalah hubungan dengan
keluarga tampaknya akan membaik karena Ny.H sudah mau untuk berkomunikasi
yang intens dengan keluarga dekatnya
43
hipertensi ini merupakan penyakit tidak menular dan paling banyak diderita oleh
lansia. Banyak faktor resiko yang dapat menimbulkan terjadinya hipertensi ini
seperti karena faktor keturuanan, konsumsi obat – obatan, stress, gaya hidup
(Majampoh, 2013). Nyeri kepala pada pasien hipertensi disebabkan oleh
kerusakan vaskuler pada seluruh pembuluh perifer. Perubahan arteri kecil dan
arteola menyababkkan penyumbatan pembuluh darah, yang mengakibatkan aliran
darah akan terganggu. Sehingga supalai oksigen akan menurun dan peningkatan
karbondioksida kemudian terjadi metabolisme anaerob di dalam tubuh
mengakibatkan peningkatkan asam laktat dan menstimulasi peka nyeri kapiler
pada otak. Menurut Kowalak, Welsh, dan Mayer (2012) nyeri kepala disebabkan
kerak pada pembuluh darah atau aterosklerosis sehingga elastisitas kelenturan
pada pembuluh darah menurun. Aterosklerosis tersebut menyebabkan spasme
pada pembuluh darah (arteri), sumbatan dan penurunan O2 (oksigen) yang akan
berujung pada nyeri kepala atau distensi dari struktur di kepala atau leher.
Salah satu upaya untuk mengatasi nyeri yang disebabkan oleh hipertensi
adalah dengan memberikan teknik relaksasi pijat tradisional (massage) untuk
mengurangi nyeri dan mengajarkan teknik relaksasi slow deep breating ketika
nyeri itu terasa hebat. Slow Deep Breathing adalah suatu aktivitas untuk mengatur
pernapasan secara lambat dan dalam yang aktivitasnya disadari oleh pelakunya,
korteks serebri mengatur pengendalian pernafasan secara sadar dan medulla
oblongata mengatur pernapasan secara spontan atau automatic (Tarwoto, 2011).
Slow Deep Breathing merangsang sekresi neurotransmitter endorphin pada sistem
syaraf otonom yang berefek pada penurunan kerja syaraf simpatis dan
meningkatkan kerja syaraf parasimpatis yang efeknya dapat mempengaruhi
denyut jantung menjadi lebih lambat dan terjadiya vasodilatasi pada pembuluh
darah (Mahtani et al., 2016). Slow Deep Breathing juga signifikan dalam
menurunkan tekanan arteri rata-rata atau Mean Arterial Pressure (MAP) serta
meningkatan Heart Rate Variability (Nagarajan, 2014).
4.3.5 Pemberian Edukasi Kesehatan Untuk Mengatasi Ketidakpatuhan
Pemberian pedukasi kesehatan sesuai dengan teori Pender yang
mempromosikan gaya hidup sehat melalui health promotion model (HPM)atau
model promosi kesehatan (MPK) (Pender, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh
44
Prasetya, (2014) Pada klien dengan hipertensi, yang mana didapatkan hasil adanya
penurunan yang siginifikan terhadap ansietas dibandingkan yang tidak diberikan
pendidikan kesehatan.
Pada dasarnya manusia adalah makhluk komprehensif yang terdiri dari
biologi, psikologi, sosial dan spiritual. Menurut teori Martha E. Rogers dikenal
dengan konsep manusia sebagai unit. Martha berasumsi bahwa manusia
merupakan satu kesatuan yang utuh, memiliki sifat dan karakter yang berbeda.
Dalam proses kehidupan manusia yang dinamis, manusia selalu berinteraksi
dengan lingkungan yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi, serta dalam
proses kehidupan manusia setiap individu akan berbeda satu sama lain
4.4 Rekomendasi Intervensi Lanjutan Yang Dapat Dilakukan
Pada klien dengan hipertensi dan Tb paru dapat dilakukan terapi intervensi
tambahan yaitu pisisi duduk semi fowler 45 0 untuk membantu melancarkan nafas
menuju paru sehingga oksigen akan mudah masuk. Menurut penulis hal ini sesuai
dengan teori Penelitian terkait juga disampaikan oleh Sulistyana dan Susanti
(2017) yang menyatakan pengetahuan dan sikap keluarga penderita TB
berpengaruh terhadap upaya pencegahan TB. Ada kecenderungan Jika keluarga
pasien memiliki pengetahuan baik terkait TB maka akan melakukan upaya
pencegahan sebesar 9,6 kali lipat. Sehingga upaya pencegahan Tuberkulosis dapat
dilakukan di tingkat terkecil yaitu keluarga dalam hal ini kepala keluarga yang
memegang peranan penting dalam upaya pencegahan Tuberkulosis.
45
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hasil pengkajian didapatkan Ny.H mengatakan sering batuk, pusing,
nyeri kepala dan kaki. Pada teori diagnosis keperawatan pada Ny.H
ditemukan ada 4 diagnosis keperawatan. Diagnosis utama yang
diangkat Nyeri, Bersihan jalan napas. Rencana keperawatan untuk 3
diagnosis utama tersebut adalah melakukan menejemen nyeri dan
latihan batuk efektif serta pemberian edukasi pada klien dan keluarga.
Implementasi keperawatan yang dilakukan adalah memberikan
perawatan teknik relaksasi berupaa pijat dan Aromaterapi (lavender +
peppermint) yang membantu untuk mengurangi nyeri, batuk, dan sulit
untuk tidur. Hasil evaluasi untuk diagnosis nyeri dan bersihan jalana
nafas yaitu nyeri dan batuk berangsir-angsur berkurang dan sudah bisa
beraktifitas dengan normal, juga meningkatnya kualitas tidur pasien.
5.2 Saran
1. Bagi Perawat
Studi kasus yang peneliti lakukan dapat menjadi sumbangan
pemikiran bagi perawat di puskesmas kota Bangkalan dalam
melakukan asuhan keperawatan secara profesional.
2. Bagi instiusi Pendidikan
Dapat dijadikan bahan bacaan di perpustakaan untuk menambah
wawasan dalam melakukan asuhan keperawatan secara profesional.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat dijadikan sebagai data awal untuk peneliti selanjutnya
dalam penerapan asuhan keperawatan secara profesional.
46
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2013). Keperawatan Medikal Bedah (12th ed.). Jakarta: EGC.
47
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI. (2019). Standart Luaran Keperawatan Indonesia (Cetakan Ke). Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Sarkono, P.(2016). Pengaruh Pendidikan Kesehatan TerhadapTingkat Ansietas
Klien Hipertensi. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VII No.1
Edisi Juni 2014, ISSN: 19779-469X
Tarwoto, W. (2011). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.
Tetty, S.(2015). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : ECG.
Udjianti, W.J.(2011). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika
Volume 2 ( Edisi 18).Jakarta : EGC
48
Lampiran 1 : Format
Pengkajian Keluarga
PRAKTIKUM MATA AJAR KEPERAWATAN KELUARGA
PROGRAM ILMU KEPERAWATAN FIKES UMM
Jln. Bendungan Sutami No. 188A Telp. 0341 551149 psw 109
:terdiri dari 1 KK
Komposisi (*Kaji Permasalahan yang muncul terkait dengan Tipe dan
dengan 8 anggota
keluarga Komposisi Klg )
keluarga
49
Keterangan : = Laki-laki
;
= Perempuan
= Pisah
atau = Meninggal
= Garis pernikahan
= Garis Keturunan
= Klien
Latar belakang :-
budaya - Ny.H lahir dan besar di pulau Madura. Suku Madura.
- Ny.H terdapat pantangan makanan, yaitu durian dan tidak suka makan a
sejak disantet
- Ny.H menjaga pola makan agar gula darah tidak naik karena ada keturun
diabetes
- Bahasa sehari-hari yang digunakan keluarga adalah bahasa Indonesia dan
bahasa Madura jika menobrol dengan tetangga
Identitas religius : klien beragama islam, rajin mengaji, dan terkadang shalat malam
Status ekonomi : menengah kebawah, Ny. H bekerja sebagai asisten rumah tangga. Sudah 12 tah
ikut bersama Ny.L
- Gaji per bulan kurang lebih 700.000- 1000.000
- Ny.H tidak mempunyai asuransi kesehatan
- Ny.H memiliki tabungan
50
Aktivitas : Pergi berbelanja ke pasar dan ke mall, menonton tv, mengobrol dengan tetangg
rekreasi waktu
luang
Riwayat :
(Kesehatan ) Bapak dari Ny H menderita DM
keluarga
Ibu dari Ny. Menderita Asam Urat dan Hipertensi
sebelumnya
3. DATA LINGKUNGAN
Karakteristik (deskripsikan kepemilikan, penerangan, ventilasi, lantai, tangga, kebersihan)
rumah Lengkapi dengan Denah Rumah
51
52
Karakteristik
lingkungan
Observasi:, Ligkungan rumah berada di perumahan, luas, rindang, septictank be
di luar rumah, pencahayaan kurang dan pengap.
4. STRUKTUR KELUARGA
Pola komunikasi - Bahasa yang digunakan dalam keluarga adalah bahasa indonesia
- Keluarga berkomunikasi secara langsung.
Struktur Hubungan keluarga Ny.H tidak akur, menurut klien ia lebih suka bersama denga
kekuasaan keluarga majikan karena lebih menghargai dan membantu satu sama lain.
keluarga
Struktur peran - Ny.H bekerja sebagai ART selama 12 tahun. ia merasa betah karena tera
seperti keluarga sendiri
- Ny.H kurang akur dengan keluarga inti/kandungnya, jika ada masalah ia
selalu curhat pada majikan
Struktur nilai Struktur nilai dalam keluarga terlihat selalu menghargai, dan masih terasa kental
dengan adat istriadat Madura
5. FUNGSI KELUARGA
Fungsi afektif Kasih aying dan perhatian yang diberikan kepada setiap anggota keluarga sama
Keluarga juga saling mendukung satu sama lain. Meskipun ia bekerja sebagai A
namun Ny H sudah seperti keluarga yang bias bekerja/tidak sesuka hatinya.
Fungsi - Ny. H mengatakan jika hubungan dengan keluarga inti kurang baikdan le
sosialisasi nyaman dengan keluarga majikannya
(Lengkapi - Ny. H sering berbincang-bincang dengan tetangga
dengan ECO-
- Lokasi rumah berada di pusat kota, mulai dari RS, Puskesmas, hingga pu
MAP)
perbelanjaan sangat dekat
- Alat transportasi yang digunakan yaitu mobil dan motor pribadi
- Ny. H ingin mempunyai keluarga yang utuh
Tetangga
Ny.L Sekitar
(Majikan
)
Ny.H
Pelayanan
kesehatan
Keluarga
Besar
Rekreasi
53
Keterangan:
: Hubungan erat
: Hubungan sedang
: Hubungan Renggang
Fungsi -jika Ny.H sakit, yang bertanggung jawab penuh merawat Ny.H adalah Ny.L sel
perawatan majikan
keluarga - Jika ada yang sakit bergantian untuk merawat anggota yang sakit, segera memb
anggota keluarga yang sakit ke petugas kesehatan
- Ikut mengasuh anak2 majikannya
- Makan dan minum
Ny. H kadang ikut membantu memasak dan suka makan daging sapi.
- Istirahat tidur
Ny. H 21.30 – 04.30, tidur siang kadang-kadang.
Fungsi Ny.H pernah sekali menikah di usia lanjut namun pernikahan hanya 2 tahun saja
reproduksi tidak mempunyai anak
PEMERIKSAAN FISIK
Hasil pemeriksaan fisik semua anggota keluarga dan berfokus pada anggota klg yang sakit
TD: Ny.H 150/100 mmHg
BB : 48kg
TB: 158 cm
Suhu: 36,8 o C
Ny. H dalam masa pemulihan TBC
Ny.H mempunyai riwayat DM dan mudah sakit
Malang, ……………………..
Perawat
(Amilia Candrasari)
54
No Kriteria Bobot Perhitungan Skor Pembenaran
55
1/3X1=1/3 1/3
4. Bersihan Jalan Tidak Efektif
2/3X1=2/3 2/3
Total Score
Keterangan :
Penentuan skor = nilai (masing – masing kriteria) : skor tertinggi (masing – masing kriteria) x bobot (masing – masing kriteria)
TOTAL SCORE DIAGNOSA
1. Ketidakpatuhan = 4
2. Bersihan jalan Nafas = 4
3. Nyeri Akut =3
4. Gangguan Proses Keluarga =3
56
DATA MASALAH ETIOLOG
DS: klien mengatakan merasa pusing, linu kaki kanan Nyeri Akut(D.0077) Agen Penceder
sudah cukup lama Fisiologis
DO:
DO:
57
raya saja
DO:
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b/d Agen Pencedera Fisiologis d/d klien merasa pusing, linu
kaki kanan sudah cukup lama (D.0077)
2. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d Sekresi yang tertahan (D.0001)
3. Ketidakpatuhan b/d program terapi yang kompleks/lama (D.0114)
4. Gangguan proses keluarga b/d perubahan peran keluarga (D.1020)
58
han nyeri, Menurun (5) o Identifikasi faktor yang
3. Meri memperberat dan memperingan
ngis, Menurun (5) nyeri
4. Gelisah, Menurun (5) o Identifikasi pengetahuan dan
5. Kesulitan tidur, menurun (5) keyakinan tentang nyeri
6. Frekuensi nadi, Membaik (5) o Identifikasi pengaruh budaya
7. Tekanan darah, membaik (5) terhadap respon nyeri
8. Pola napas, membaik (5) o Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
o Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
o Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik:
o Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
o Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
o Fasilitasi istirahat dan tidur
o Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri.
Edukasi:
59
o Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
o Jelaskan strategi meredakan nyeri
o Anjurkan memonitor nyri secara
mandiri
o Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
o Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
o Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d Sekresi yang tertahan (D.0001)
SLKI SIKI
Setelah dilakukan tindakan Latihan Batuk Efektif (1.02075)
keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan Bersihan Jalan Nafas Observasi
(L.01001) Meningkat, dengan Identifikasi kemampuan batuk
kriteria hasil: o Monitor adanya retensi sputum
1 Produksi sputum menurun o Monitor tanda dan gejala infeksi
(5) Terapeutik
2 Betuk efektif meningkat (5) Posisikan pasien semi-fowler atau
3 Gelisah menurun (5) fowler dengan kaki kebawah atau
posisi nyaman
Pasak bengkok/perlak pada klien
Buang secret pada tempat sputum
Berikan dukungan emosional dan
spiritual
Edukasi
6. Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
60
3.Ketidakpatuhan b/d program terapi yang kompleks/lama (D.0114)
SLKI SIKI
Setelah dilakukan Dukungan Kepatuhan Program Pengobatan
tindakan keperawatan (1.03115)
selama 1x15 menit Observasi:
diharapkan Tikat Identifikasi kepatuhan menjalani
Kepatuhan (L.12110) program pengobatan
meningkat dengan Terepeutik:
kriteria hasil: Buat komitmen menjalani program
5. Verbalisasi pengobatan dengan baik
mengikuti anjuran, Dokumentasikan selama menjalani
meningkat (5) pengobatan
6. Verbalisasi kemauan Diskusikan hal-hal yang mendukung
mengikuti program atau menghambat berjalannya program
perawatan, pengobatan
meningkat (5) Libatkan keluarga untuk mendukung
7. Resiko komplikasi program pengobatan
menurun (5) Edukasi:
8. Perilaku enjalankan Informasikan kepada klien tentang
anjuran, mebaik (5) pengobatan yang harus dijalani
Anjurkan pasien dan keluarga untuk
melakukan konsultasi ke pelayanan
terdekat
61
Keluarga (L.120) membaik dengan kriteria saat ini
hasil: 2. Identifikasi beban prognosis secara psikologis
3. Adaptasi keluarga 3. Identifikasi pemahaman tentang keputusan
terhadap situasi, meningkat (5) perawatan setelah pulang
4. Adaptasi keluarga
terhadap perubahan meningkat (5) Terapeutik :
4. Dengarkan masalah, perasaan, dan pertanyaan
keluarga
5. Terima nilai-nilai keluarga dengan cara yang
tidak menghakimi
6. Diskusikan rencana medis dan perawatan
7. Fasilitasi untuk memperoleh pengetahuan,
keterampilan dan peralatan yang diperlukan
untuk mempertahankan keputusan perawatan
pasien
8. Hargai dan dukung mekanisme koping adaptif
yang digunakan
Edukasi:
1. Informasikan kemajuan pasien
secara berkala
2. Informasikan fasilitas perawatan
kesehatan yang tersedia
Kolaborasi
1. Rujuk untuk terapi keluarga,
jika perlu
62
Populasi : Populasi dalam penelitian ini adalah lansia penghuni Balai Pelayanan
Sosial Trena Werha Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta yang berjumlah 88
lansia.
Intervensi:
63
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa dari 12 responden (lansia
hipertensi) terdapat 8 responden (66,7%) yang mengalami penurunan
tekanan darah, tidak ada responden yang tekanan darahnya tetap, dan 4
responden (33,3%) yang mengalami peningkatan tekanan darah.
Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa terdapat 8 responden (lansia
hipertensi) yang mengalami penurunan tekanan darah setelah melakukan
olahraga jalan kaki, dimana terdapat 4 responden yeng mengalami
penurunan tekanan darah Sistole, 2 responden yang mengalami penurunan
tekanan darah Diastole, dan 2 responden yang mengalami penurunan
tekanan darah Sistole dan Diastole.
Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa terdapat 4 responden (lansia
hipertensi) yang mengalami peningkatan tekanan darah setelah melakukan
olahraga jalan kaki, dimana 3 responden mengalami peningkatan tekanan
darah Diastole, dan 1 responden yang mengalami peningkatan tekanan
darah Sistole dan Diastole.
Berdasarkan hasil Analisis uji Wilcoxon diketahui bahwa untuk Sistole
nilai Z hitung = -2,271 dengan p value 0,023 = α < 0,05 yang berarti
terjadi perubahan tekanan darah Sistole (turun) setelah melakukan
olahraga jalan kaki. Sedangkan untuk Diastolenilai Zhitung = -2,530
dengan p value 0.011 = α < 0,05 yang berarti terjadi perubahan tekanan
darah Diastole (turun) setelah melakukan olahraga jalan kaki. Hasil ini
menunjukan bahwa Ho ditolak, sehingga Ha diterima yang berarti bahwa
hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh jalan kaki terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi terbukti kebenarannya.
64
Lampiran 2 : Lembar Konsul
65
Lampiran 3: Dokumentasi
a. Pijat tradisional
66
c. Poster edukasi TBC
67