Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SKRINING DALAM EPIDEMIOLOGI

Oleh:

Kelompok 1

Amilia Candrasari (226170101111011)

Suci Kurniaty (22617010011108)

Yessy Endyka (226170101111014)

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

DEPARTEMEN KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2022


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan menyelesaikan Laporan Tugas
ini sebagai pemenuhan tugas Mahasiswa pada mata kuliah Epidemiologi dalam Komunitas
tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penyusunan laporan ini, baik dari segi
EBI, kosakata, tata bahasa, etika maupun isi. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran seluas-luasnya dari pembaca yang kemudian akan penulis jadikan sebagai evaluasi
perbaikan.

Malang, 7 Oktober 2022

Penulis
Bab I

Pendahuluan

Pentingnya memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, mencegah dan


mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan masyarakat perlu disediakan dan
diselenggarakan Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Public Health Service) yang sebaik–
baiknya, oleh karena itu pelayanan kesehatan masyarakat yang diberikan harus sesuai
dengan kebutuhan (Health Needs) dari masyarakat. Namun dalam praktek sehari – hari
ternyata tidaklah mudah untuk menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan
masyarakat yang maksimal. Masalah pokok yang dihadapi adalah sulitnya merumuskan
kebutuhan kesehatan yang ada dalam masyarakat karena pola kehidupan masyarakat yang
beraneka ragam sehingga mengakibatkan kebutuhan kesehatan yang ditemukan juga
beraneka ragam.
Perumusan kebutuhan kesehatan dapat dilakukan jika diketahui masalah
kesehatan yang ada di masyarakat. Misalnya; apabila dalam suatu masyarakat banyak
ditemukan masalah kesehatan berupa penyakit menular (TBC), maka pelayanan
kesehatan yang disediakan akan lebih diarahkan kepada upaya untuk mengatasi masalah
penyakit menular tersebut. Salah satu upaya/program dalam mengatasi masalah kesehatan
adalah Skrinning. Penyaringan atau screening adalah upaya mendeteksi/mencari
penderita dengan penyakit tertentu dalam masyarakat dengan melaksanakan pemisahan
berdasarkan gejala yang ada atau pemeriksaan laboratorium untuk memisahkan yang
sehat dan yang kemungkinan sakit, selanjutnya diproses melalui diagnosis dan
pengobatan.
Skrining atau penyaringan merupakan suatu tes yang sederhana dan relatif murah,
dapat diterapkan pada populasi tertentu yang relatif sehat. Program skrining sangat
dibutuhkan karena adanya isu yang mendasari penemuan gejala penyakit secara dini akan
lebih baik dibandingkan dalam waktu yang lama, pencegahan sebelum terjadinya
penyakit akan lebih baik dibandingkan dengan sudah terjadinya penyakit serta
pencegahan memerlukan biaya yang relatif ringan sehingga diagnosis lengkap kepada
orang yang mempunyai faktor resiko tinggi dan pengobatan kepada penderita dapat
dilakukan secara dini (Noor, 2018).
Bab II

Tinjauan Pustaka

1. Definisi Riwayat Alamiah Penyakit (natural history of disease)


Riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) adalah deskripsi tentang
perjalanan waktu dan perkembangan penyakit pada individu, dimulai sejak terjadinya
paparan dengan agen kausal hingga terjadinya akibat penyakit, seperti kesembuhan atau
kematian, tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi preventif maupun terapetik. Riwayat
alamiah penyakit merupakan salah satu elemen utama epidemiologi deskriptif. Riwayat
alamiah penyakit perlu dipelajari.
Pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit sama pentingnya dengan kausa
penyakit untuk upaya pencegahan dan pengendalian penyakit. Dengan mengetahui
perilaku dan karakteristik masing-masing penyakit maka bisa dikembangkan intervensi
yang tepat untuk mengidentifikasi maupun mengatasi problem penyakit tersebut.
Manfaat yang diperoleh dari riwayat alamiah penyakit, yaitu:
 Untuk diagnostik: masa inkubasi dapat dipakai sebagai pedoman penentuan jenis
penyakit, misalnya jika trejadi KLB (Kejadian Luar Biasa
 Untuk pencegahan: dengan mengetahui kuman patologi penyebab dan rantai
perjalanan penyakit dapat dengan mudah dicari titik potong yang penting dalam
upaya pencegahan penyakit
 Untuk terapi: intervensi atau terapi hendaknya biasanya diarahkan ke fase pasling
awal. Pada tahap perjalanan awal penyakit itu terapi tepat sudah perlu diberikan.
Keteralambatan diagnosis akan berkaitan dengan keterlambatan terapi.

2. Proses Perjalanan Penyakit :


 Tahap Prepatogenesis
Pada tahap ini individu berada dalam keadaan normal sehat tetapi mereka pada
dasarnya peka terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan agen penyakit
(stge of suseptibility). Walaupun demikian pada tahap ini sebenarnya telah terjadi
interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit . tetapi interaksi ini masih terjadi
di luar tubuh, dalam arti bibit penyakit masih ada di luar tubuh penjamu di mana
para kuman mengembangkan potensi infektifitas, siap menyerang penjamu.
Gambaran tahap prepatogenesis :
- Kondisi host masih normal/sehat
- Sudah ada interaksi antara host dan agent, tetapi agent masih diluar host
- Jika interaksi Host, Agent dan environment berubah maka host jadi lebih
rentan atau agent jadi lebih virulen jadi agent masuk ke host (memasuki
tahap patogenesis)
 Tahap Patogenesis :
- Tahap Inkubasi
Tahap inkubasi merupakan tenggang waktu antara masuknya bibit
penyakit ke dalam tubuh yang peka terhadap penyakit, sampai sebelum
timbulnya gejala penyakit. tahap ini ditandai dengan mulai masuknya
Agent ke dalam Host, sampai sebelum timbulnya gejala penyakit. Tiap
penyakit mempuyai masa inkubasi berbeda – beda (jam, hari, minggu,
bulan, sampai bertahun - tahun)
Ciri – ciri dari tahap inkubasi yaitu :
o Perubahan akibat infeksi atau paparan masih belum tampak
o Terjadi perkembangbiakkan mikroorganisme patogen (inkubasi)
o Pada penyakit non infeksi terjadi perubahan anatomi dan histologi
 Tahap Penyakit Dini
Tahap ini mulai dengan munculnya gejala penyakit yang kelihatannya
ringan. Tahap ini sudah mulai menjadi masalah kesehatan karena sudah ada
gangguan patologis (pathologic changes), walaupun penyakit masih dalam masa
subklinik (stage of subclinical disease). Seandainya memungkinkan, pada tahap
ini sudah diharapkan diagnosis dapat ditegakkan secara dini.
 Tahap Lanjut
Merupakan tahap di mana penyakit bertambah jelas dan mungkin tambah
berat dengan segala kelainan patologis dan gejalanya (stage of clinical disease).
Pada tahap ini penyakit sudah menunjukkan gejala dan kelainan klinik yang jelas
sehingga diagnosis sudah realtif mudah ditegakkan. Saatnya pula, setelah
diagnosis ditegakknan, diperlukan pengobatan yang tepat untuk menghindari
akibat lanjut yang kurang baik
 Tahap Akhir Penyakit
Berada pada 5 jenis, yaitu :
- Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tumbuh menjadi
pulih, sehat kembali.
- Sembuh dengan cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit sudah
tidak ada, tetapi tubuh tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan bekas
gangguan yang permanen berupa cacat.
- Karier, di mana tubuh penderita pulih kembali, namun bibit penyakit
masih tetap ada dalam tubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit.
- Penyakit tetap berlangsung secara kronik
- Berakhir dengan kematian

3. Level Pencegahan Penyakit


 Pencegahan Primordial
Tujuannya adalah untuk menghindari munculnya dan pembentukan pola
kehidupan sosial, ekonomi dan budaya yang diketahui berkontribusi pada
peningkatan resiko penyakit (Bonita Beaglehole,2016).
Pencegahan primordial disebut juga pencegahan dasar, hal ini
meliputi usaha memelihara dan mempertahankan kebiasaan atau pola hidup yang
sudah ada dalam masyarakat yang dapat mencegah meningkatna resiko terhadap
penyaki tertentu dengan melestarikan pola atau kebiasaan hidup sehat yang dapat
mencegah atau mengurangi tingkat resiko terhadap penyakit tertenttu (Noor,
2021).

 Pencegahan Primer :
Merupakan upaya mencegah berkembangnya atau memodifikasi faktor
resiko sebelum berubah menjadi patologis/penyakit. Tujuan dilakukannya
pencegahan primer untuk menunda kasus baru suatu penyakit. Pencegahan primer
dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu mencegah agen untuk kontak dan atau
memapar penjamu dan menurunkan kepekaan penjamu (host susceptibility).
Pencegahan pada tahap ini yaitu tahapan susceptibility sebelum patogen
menyerang tubuh. Tujuan utamanya adalah mengurangi insiden penyakit pada
masyarakat. Bentuk pencegahan primer antara lain berupa promosi kesehatan dan
pencegahan khusus. Kegiatan promosi kesehatan berupa penkes, konsultasi gizi,
penyediaan air bersih, pembersihan lingkungan/kerja bakti lingkungan. Kegiatan
pencegahan khusus berupa pemberian imunisasi dasar, pemberian vitamin A (Sari
et al., 2021)
 Pencegahan Sekunder
Upaya pencegahan pada fase penyakit asimptomtis pada tahap preklinis.
Pencegahan ini ditunjukkan untuk mendeteksi penyakit sedini mungkin untuk
mendapatkan pengobatan yang tepat. Pencegahan ini dapat menghambat atau
memperlambat progresivitas penyakit, mencegah komplikasi dan membatasi
kemungkinanan kecacatan lebih lanjut.
Bentuk pencegahan sekunder berupa diagnosa awal dan pengobatan tepat,
serta pembatasan kecacatan. Diagnosa awal dan pengobatan yang tepat meliputi
kegiatan screening, penjajakan kasus (case finding), pemeriksaan khusus
(laboratorium dan tes), pemberian obat yang rasional dan efektif.
Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah upaya pencegahan penyakit yang lebih buruk
dengan tujuan memperbaiki kualitas hidup pasien. Bentuk pencegahan tersier
yaitu rehabilitasi, baik itu fisik, sosial dan kera. Contoh rehabilitasi fisik yaitu
rehabilitasi cacat tubuh dengan pemberian alat bantu. Rehabilitasi sosial yaitu
berupa rumah perawatan orang tua/panti jompo. Rehabilitasi kerja yaitu
rehabilitasi masuk ke tempat kerja (Ismah, 2018).

4. Definisi Skrining dalam Epidemiologi


Penyaringan atau screening adalah upaya mendeteksi/mencari penderita dengan
penyakit tertentu dalam masyarakat dengan melaksanakan pemisahan berdasarkan gejala
yang ada atau pemeriksaan laboratorium untuk memisahkan yang sehat dan yang
kemungkinan sakit, selanjutnya diproses melalui diagnosis dan pengobatan.
Menurut WHO pengertian skrining adalah upaya pengenalan penyakit atau
kelainan yang belum diketahui dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur lain
yang dapat secara cepat membedakan orang yang tampak sehat benar-benar sehat dengan
orang yang tampak sehat tetapi sesungguhnya menderita kelainan.
Skrining adalah suatu penerapan uji/tes terhadap orang yang tidak menunjukkan
gejala dengan tujuan mengelompokkan mereka kedalam kelompok yang mungkin
menderita penyakit tertantu.
A. Macam-Macam Program Skrining
1. Mass screening
Skrining yang dilakukan pada seluruh populasi. Misalnya, mass X-ray survey atau
blood pressure skrining pada seluruh masyarakat yang berkunjung pada pelayanan
kesehatan.
Contoh :
1) Screening Test terhadap Kadar Cholesterol Darah di Komunitas dengan
menggunakan Nesco
Kolesterol tinggi dapat menyebabkan plak yang mengakibatkan penyumbatan
pembuluh darah arteri. Plak pada pembuluh darah arteri dapat terbentuk
selama bertahun-tahun tanpa gejala, akhirnya menyebabkan serangan jantung
atau stroke. Tekanan darah tinggi, diabetes, dan merokok juga dapat
menyebabkan terbentuknya plak pada pembuluh darah arteri.
2) Screening Test terhadap Hipertensi di Komunitas
Saat usia bertambah, maka resiko terjadinya hipertensi/tekanan darah
meningkat tinggi. Skrining ini dapat dilakukan di Komunitas Darbin dengan
melakukan pemeriksaan pada keluarga binaan

2. Selective screening

Populasi tertentu menjadi sasaran dari jenis skrining ini, dengan target populasi
berdasarkan pada risiko tertentu. Tujuan selective screening pada kelompok risiko
tinggi untuk mengurangi dampak negatif dari skrining.
Contoh :

1) Screening IVA dan Pap Smear untuk mendeteksi Kanker serviks


Untuk mendeteksi secara dini adanya kanker cerviks, dapat dilakukan
screening dengan pemeriksaan IVA test maupun Pap smear.
.
2) Screening Test terhadap Kanker Payudara dengan menggunakan
mammografi
Screening yang dilakukan menggunakan alat dan mendapatkan hasil yang
lebih akurat adalah dengan mammografi. Mammografi adalah suatu alat yang
digunakan untuk membentuk citra/ gambaran jaringan payudara
menggunakan sinar-X dosis rendah. Dengan menggunakan alat ini, dapat
menemukan adanya benjolan pada payudara sebelum anda merasakannya
pada perabaan, meskipun hasil yang normal tidak sepenuhnya
mengesampingkan adanya kanker. Pada usia 40an tahun, sebaiknya wanita
melakukan screening menggunakan mammografi setiap tahun. Kemudian
pada usia antara 50 dan 74 tahun, dapat dilakukan setiap beberapa tahun
sekali tergantung faktor resiko yang anda miliki.

3) Single disease screening

Jenis skrining yang hanya dilakukan untuk satu penyakit.

Contoh :

1) Screening Test terhadap HIV


HIV adalah virus yang menyebabkan AIDS. Penyakit ini menyebar
melalui transfusi darah atau cairan tubuh dengan orang yang terinfeksi,
seperti melalui hubungan seks tanpa kondom atau jarum kotor. Skrining
Kehamilan dengan Plano Test
2) Skrining kurang gizi pada ibu hamil dengan menggunakan pita ukur LILA
3) Pemeriksaan fisik Head to Toe; Untuk mendeteksi adanya keadaan abnormal
pada ibu hamil.

4. Case finding screening

Case finding adalah upaya dokter, bidan atau tenaga kesehatan untuk menyelidiki
suatu kelainan yang tidak berhubungan dengan kelompok pasien yang datang untuk
kepentingan pemeriksaan kesehatan. Contoh penderita yang datang dengan keluhan
diare kemudian dilakukan pemeriksaan terhadap mamografi atau rongen torax,

5. Multiphasic screening

Pemeriksaan skrining untuk beberapa penyakit pada satu kunjungan waktu tertentu.
Jenis skrining ini sangat sederhana, mudah dan murah serta diterima secara luas
dengan berbagai tujuan seperti pada evaluasi kesehatan dan asuransi. Sebagai contoh
adalah pemeriksaan kanker disertai dengan pemeriksaan tekanan darah, gula darah
dan kolesterol serta skrining Antenatal.

B. Manfaat Program Skrining


1) Angka mortalitas (kematian) menjadi lebih rendah, penurunan angka morbiditas
(kesakitan), dan biaya kesehatan yang lebih rendah.
2) Meningkatnya harapan hidup sehat dan kualitas hidup, berkurangnya rasa nyeri,
kecemasan, dan ketidakmampuan.
3) Menemukan orang yang terdeteksi menderita suatu penyakit sedini mungkin sehingga
dapat dengan segera memperoleh pengobatan.
4) Mencegah meluasnya penyakit dalam masyarakat
5) Mendidik dan membiasakaan masyarakat untuk memeriksakan diri sedini mungkin
6) Mendidik dan memberikan gambaran kepada petugas kesehatan tentang sifat penyakit
dan untuk selalu waspada melakukan pengamatan terhadap gejala dini.
7) Mendapatkan keterangan epidemiologis yang berguna bagi klinis dan peneliti.
8) Biaya yang dikeluarkan relatif murah serta dapat dilaksanakan dengan efektif
9) Dapat lebih cepat memperoleh keterangan tentang sifat dansituasi penyakit dalam
masyarakat untuk usaha penanggulangan penyakit yang akan timbul
10) Mendeteksi kondisi medis pada tahap awalsebelum gejala ditemukan sedangkan
pengobatan lebih efektif ketika penyakittersebut sudah terdeteksi keberadaannya.

5. Prinsip Skrinning
Untuk menghasilkan program skrining/penapisan yang bermanfaat bagi masyarakat luas,
harus ada kriteria tertentu dalam memilih penyakit apa yang akan diskrining/penapisan.
Berikut beberapa katrakteristik penyakit yang harus dipertimbangkan dalam memutuskan
kebijkan skrining/penapisan.
a. Jenis penyakit harus termasuk jenis penyakit yang parah, yang relatif umum dan
dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat oleh masyarakat.
b. Skrining/penapisan harus aman dan dapat diterima oleh masyarakat luas. Dalam proses
skrining/penapisan membutuhkan partisipasi dari masyarakat yang dinilai cocok untuk
menjalani pemeriksaan. Oleh karena itu skrining/penapisan harus aman dan tidak
mempengaruhi kesehatannya.
c. Skrining/penapisan harus akurat dan reliable. Tingkat akurasi menggambarkan sejauh
mana hasil tes sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dari kondisi kesehatan/penyakit
yang diukur. Sedangkan reliabilitas biasanya berhubungan salah satu dengan
standardisasi atau kalibrasi peralatan pengujian atau keterampilan dan keahlian dari
orang-orang menginterpretasikan hasil tes.
d. Harus mengerti riwayat alamiah penyakit dengan baik dan percaya bahwa dengan
melakukan skrining/penapisan maka akan menghasilkan kondisi kesehatan yang jauh
lebih baik.
e. Skrining/penapisan akan sangat bermanfaat jika dilakukan pada saat yang tepat.
f. Kebijakan, prosedur dan tingkatan uji harus ditentukan untuk menentukan siapa yang
harus dirujuk untuk pemeriksaan, diagnosis dan tindakan lebih lanjut (Maulani, 2019).

Cara Kerja Skrining


Pemeriksaan kesehatan atau skrining dilakukan mencakup pemeriksaan darah,
pemeriksaan urin (air seni), pemeriksaan tinja, dan pemeriksaan tekanan darah. Jika dokter
curiga bahwa Anda telah terjangkit suatu penyakit, maka pemeriksaan lanjutan untuk
memastikan diagnosis tersebut akan dilakukan. Bagi Anda yang memilih untuk diperiksa
terhadap kemungkinan berbagai jenis penyakit yang sering terjadi, pemeriksaan dapat
berlangsung selama sehari penuh. Dokter yang telah menegakkan diagnosa akan mendiskusikan
hasil tersebut dengan Anda dalam konsultasi lanjutan (follow-up consultation).
Kategori Skrining
Skrining adalah serangkaian tes untuk mengetahui potensi dan gangguan kesehatan
seseorang. Pada dasarnya, skrining memiliki tiga kategori pemeriksaan yang perlu diketahui, di
antaranya adalah:
- Cocok untuk Skrining Tingkat Populasi
Tes ini dilakukan jika ada bukti yang kuat bahwa skrining terbukti efektif secara klinis dan
hemat biaya untuk digunakan untuk pemeriksaan dalam tingkatan populasi. Biasanya, kategori
ini hanya berlaku untuk rentang usia yang ditentukan.
- Cocok untuk Keputusan Tingkat Individu
Tes ini dilakukan jika manfaat yang diberikan tidak melebihi risiko ada tingkatan populasi,
tetapi tes bermanfaat untuk populasi yang berisiko tinggi. Selain itu, bisa juga karena beberapa
bukti bahwa tes skrining efektif, tetapi efektivitas biayanya belum dievaluasi atau rasionya
tidak menguntungkan.
Jenis Skrining
Setidaknya, ada dua jenis skrining yang dapat dilakukan untuk mengetahui potensi atau
gangguan penyakit pada seseorang, yaitu:
- Skrining untuk Preventif Primer - skrining riwayat kesehatan merupakan bentuk deteksi dini
untuk penyakit yang berdampak biaya besar dan menjadi fokus pengendalian contohnya, yaitu
diabetes melitus tipe 2 dan hipertensi.
-Skrining untuk preventif sekunder selektif (penyakit kronis berdasarkan hasil skrining riwayat
kesehatan dan deteksi kanker) deteksi kanker merupakan bentuk deteksi dini untuk penyakit.
Contohnya adalah kanker leher rahim pada wanita yang sudah menikah dan kanker payudara.
Cara Kerja Skrining
Pemeriksaan kesehatan atau skrining dilakukan mencakup pemeriksaan darah,
pemeriksaan urin (air seni), pemeriksaan tinja, dan pemeriksaan tekanan darah. Jika dokter
curiga bahwa Anda telah terjangkit suatu penyakit, maka pemeriksaan lanjutan untuk
memastikan diagnosis tersebut akan dilakukan. Bagi Anda yang memilih untuk diperiksa
terhadap kemungkinan berbagai jenis penyakit yang sering terjadi, pemeriksaan dapat
berlangsung selama sehari penuh. Dokter yang telah menegakkan diagnosa akan mendiskusikan
hasil tersebut dengan Anda dalam konsultasi lanjutan (follow-up consultation).
Bab III

Penutup

Kesimpulan

Skrining merupakan suatu pemeriksaan asimptomatik pada satu atausekelompok orang


untuk mengklasifikasikan mereka dalam kategori yangdiperkirakan mengidap atau tidak
mengidap penyakit. Macam-macam skrining meliputi Mass Screening adalah screening yang
dilakukan secara masal (melibatkan populasi secara keseluruhan), Selective Screening adalah
screening yang dilakukan pada kelompok tertentu, Singgle Disease Screening adalah screening
yang dilakukan pada satu jenis penyakit saja, Multiphasic Screening adalah screening yang
dilakukan dengan menggunakan berbagai metode tertentu dan Chase Finding Screning adalah
screening yang dilakukan karena penemuan kasus baru.
Pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit sama pentingnya dengan kausa penyakit
untuk upaya pencegahan dan pengendalian penyakit. Dengan mengetahui perilaku dan
karakteristik masing-masing penyakit maka bisa dikembangkan intervensi yang tepat untuk
mengidentifikasi maupun mengatasi problem penyakit tersebut

Saran

Dalam membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat diharapkaan tenaga


kesehatan lebih peduli terhadap pelayanan yang berkualitas melalui skrining kesehatan guna
wujud dari deteksi dini kelainan atau penyakit dalam suatu populasi maupun komunitas.
DAFTAR PUSTAKA

Hulu, V. T., Salman, S., Supinganto, A., Amalia, L., Khariri, K., Sianturi, E., ... & Syamdarniati,
S. (2020). Epidemiologi Penyakit Menular: Riwayat, Penularan Dan Pencegahan.
Yayasan Kita Menulis.

Ismah, Z. (2018) ‘Bahan Ajar Dasar Epidemiologi’, P. 53.

Maulani, J., 2019. Aplikasi Kesehatan Menggunakan Metode Epidemiologi Skrining Tes Untuk
Karyawan Cv.Annisa. Technol. J. Ilm. 10, 10. Https://Doi.Org/10.31602/Tji.V10i1.1759

Sari, M.H.N. Et Al. (2021) Dasar-Dasar Epidemiologi. Yayasan Kita Menulis.

Rajab, Wahyudin. (2019). Buku Ajar Epidemiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan, Jakarta:
Egc.

Anda mungkin juga menyukai