Oleh:
Kelompok 1
DEPARTEMEN KEPERAWATAN
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan menyelesaikan Laporan Tugas
ini sebagai pemenuhan tugas Mahasiswa pada mata kuliah Epidemiologi dalam Komunitas
tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penyusunan laporan ini, baik dari segi
EBI, kosakata, tata bahasa, etika maupun isi. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran seluas-luasnya dari pembaca yang kemudian akan penulis jadikan sebagai evaluasi
perbaikan.
Penulis
Bab I
Pendahuluan
Tinjauan Pustaka
Pencegahan Primer :
Merupakan upaya mencegah berkembangnya atau memodifikasi faktor
resiko sebelum berubah menjadi patologis/penyakit. Tujuan dilakukannya
pencegahan primer untuk menunda kasus baru suatu penyakit. Pencegahan primer
dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu mencegah agen untuk kontak dan atau
memapar penjamu dan menurunkan kepekaan penjamu (host susceptibility).
Pencegahan pada tahap ini yaitu tahapan susceptibility sebelum patogen
menyerang tubuh. Tujuan utamanya adalah mengurangi insiden penyakit pada
masyarakat. Bentuk pencegahan primer antara lain berupa promosi kesehatan dan
pencegahan khusus. Kegiatan promosi kesehatan berupa penkes, konsultasi gizi,
penyediaan air bersih, pembersihan lingkungan/kerja bakti lingkungan. Kegiatan
pencegahan khusus berupa pemberian imunisasi dasar, pemberian vitamin A (Sari
et al., 2021)
Pencegahan Sekunder
Upaya pencegahan pada fase penyakit asimptomtis pada tahap preklinis.
Pencegahan ini ditunjukkan untuk mendeteksi penyakit sedini mungkin untuk
mendapatkan pengobatan yang tepat. Pencegahan ini dapat menghambat atau
memperlambat progresivitas penyakit, mencegah komplikasi dan membatasi
kemungkinanan kecacatan lebih lanjut.
Bentuk pencegahan sekunder berupa diagnosa awal dan pengobatan tepat,
serta pembatasan kecacatan. Diagnosa awal dan pengobatan yang tepat meliputi
kegiatan screening, penjajakan kasus (case finding), pemeriksaan khusus
(laboratorium dan tes), pemberian obat yang rasional dan efektif.
Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah upaya pencegahan penyakit yang lebih buruk
dengan tujuan memperbaiki kualitas hidup pasien. Bentuk pencegahan tersier
yaitu rehabilitasi, baik itu fisik, sosial dan kera. Contoh rehabilitasi fisik yaitu
rehabilitasi cacat tubuh dengan pemberian alat bantu. Rehabilitasi sosial yaitu
berupa rumah perawatan orang tua/panti jompo. Rehabilitasi kerja yaitu
rehabilitasi masuk ke tempat kerja (Ismah, 2018).
2. Selective screening
Populasi tertentu menjadi sasaran dari jenis skrining ini, dengan target populasi
berdasarkan pada risiko tertentu. Tujuan selective screening pada kelompok risiko
tinggi untuk mengurangi dampak negatif dari skrining.
Contoh :
Contoh :
Case finding adalah upaya dokter, bidan atau tenaga kesehatan untuk menyelidiki
suatu kelainan yang tidak berhubungan dengan kelompok pasien yang datang untuk
kepentingan pemeriksaan kesehatan. Contoh penderita yang datang dengan keluhan
diare kemudian dilakukan pemeriksaan terhadap mamografi atau rongen torax,
5. Multiphasic screening
Pemeriksaan skrining untuk beberapa penyakit pada satu kunjungan waktu tertentu.
Jenis skrining ini sangat sederhana, mudah dan murah serta diterima secara luas
dengan berbagai tujuan seperti pada evaluasi kesehatan dan asuransi. Sebagai contoh
adalah pemeriksaan kanker disertai dengan pemeriksaan tekanan darah, gula darah
dan kolesterol serta skrining Antenatal.
5. Prinsip Skrinning
Untuk menghasilkan program skrining/penapisan yang bermanfaat bagi masyarakat luas,
harus ada kriteria tertentu dalam memilih penyakit apa yang akan diskrining/penapisan.
Berikut beberapa katrakteristik penyakit yang harus dipertimbangkan dalam memutuskan
kebijkan skrining/penapisan.
a. Jenis penyakit harus termasuk jenis penyakit yang parah, yang relatif umum dan
dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat oleh masyarakat.
b. Skrining/penapisan harus aman dan dapat diterima oleh masyarakat luas. Dalam proses
skrining/penapisan membutuhkan partisipasi dari masyarakat yang dinilai cocok untuk
menjalani pemeriksaan. Oleh karena itu skrining/penapisan harus aman dan tidak
mempengaruhi kesehatannya.
c. Skrining/penapisan harus akurat dan reliable. Tingkat akurasi menggambarkan sejauh
mana hasil tes sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dari kondisi kesehatan/penyakit
yang diukur. Sedangkan reliabilitas biasanya berhubungan salah satu dengan
standardisasi atau kalibrasi peralatan pengujian atau keterampilan dan keahlian dari
orang-orang menginterpretasikan hasil tes.
d. Harus mengerti riwayat alamiah penyakit dengan baik dan percaya bahwa dengan
melakukan skrining/penapisan maka akan menghasilkan kondisi kesehatan yang jauh
lebih baik.
e. Skrining/penapisan akan sangat bermanfaat jika dilakukan pada saat yang tepat.
f. Kebijakan, prosedur dan tingkatan uji harus ditentukan untuk menentukan siapa yang
harus dirujuk untuk pemeriksaan, diagnosis dan tindakan lebih lanjut (Maulani, 2019).
Penutup
Kesimpulan
Saran
Hulu, V. T., Salman, S., Supinganto, A., Amalia, L., Khariri, K., Sianturi, E., ... & Syamdarniati,
S. (2020). Epidemiologi Penyakit Menular: Riwayat, Penularan Dan Pencegahan.
Yayasan Kita Menulis.
Maulani, J., 2019. Aplikasi Kesehatan Menggunakan Metode Epidemiologi Skrining Tes Untuk
Karyawan Cv.Annisa. Technol. J. Ilm. 10, 10. Https://Doi.Org/10.31602/Tji.V10i1.1759
Rajab, Wahyudin. (2019). Buku Ajar Epidemiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan, Jakarta:
Egc.