Anda di halaman 1dari 119

LAPORAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANG NS 300 RS PERMATA CIREBON


TAHUN 2019

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan


Program Pendidikan Ners PSIK STIKes Cirebon

Disusun Oleh :
1. Kurniasih
2. Tati Sri Hartati
3. Siti Ningrum
4. Oom Komalasari
5. Ning Suningsih
6. Ira Rahayu Ambarwati
7. Sri Suarni
8. Idi Rosidi
9. Kartono
10. Erwin

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) CIREBON
CIREBON
2019

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

BAB IPENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG .................................................................................... 1

B. TUJUAN ......................................................................................................... 7

1. Tujuan Umum 7
2. Tujuan Khusus 7
C. MANFAAT ..................................................................................................... 8

D. WAKTU .......................................................................................................... 9

E. CARA PENGUMPULAN DATA ................................................................. 9

BAB IITINJAUAN TEORI ................................................................................ 10

A. KONSEP MANAJEMEN KEPERAWATAN ........................................... 10

1. Definisi 10
2. Proses Manajemen Keperawatan 11
B. KONSEP MANAJEMEN UNIT ................................................................. 15

1. Manajemen Unit 15
2. Kekuatan Kerja 18
C. METODE TIM ............................................................................................. 21

1. Konsep Metode TIM ............................................................................. 21

2. Efisiensi Ruang Rawat ................................................................................. 29

3. Discharge Planning 31
BAB IIIMANAJEMEN RUANGAN ANYELIRRSUD GUNUNG JATI
KOTA CIREBON TAHUN 2018 ....................................................................... 37

A. Gamabaran umum RSUD Gunung Jati Kota Cirebon

1. Kajian Situasi Rumah Sakit37

2
2. Kajian / Analisi Situasi Ruangan Perawatan ANYELIR 42
BAB IVANALISIS DATA DAN PERENCANAAN ........................................ 88

A. ANALISIS DATA ........................................................................................ 88

B. ANALISIS SWOT ........................................................................................ 90

C. PRIORITAS MASALAH ............................................................................ 95

D. FISH BONE .................................................................................................. 96

E. ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH ....................................... 97

F. REWARD AND PUNISHMENT................................................................ 98

G. JUMLAH TENAGA KEPERAWATAN .................................................. 98

H. SARANA DAN PRASARANA ................................................................... 98

I.PRIORITAS MASALAH BELUM TERATASI.......................................


.....99

BAB V IMLEMENTASI

A. Pendokumentasian ASKEP………………………………………………90

B. Supervisi ………………………………………………………………....93

BAB VI SIMPULAN & SARAN

A. Simpulan ………………………………………………………………...97

B. Saran……………………………………………………………………..97

3
KATA PENGANTAR

‫الر ِحي ِْم‬


َّ ِ‫الرحْ َمن‬
َّ ‫ْــــــــــــــــــمالل ِه‬
ِ ‫ِبس‬

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat
dan kasih sayangNya kepada kita semua karena keridoan-Nya pula maka
Alhamdulillah penulis dapat menyelesikan tugas Manajemen Keperawatan yang
berjudul “Laporan Praktik Manajemen Keperawatan di NS 300 RS Permata
Cirebon Tahun 2019”, tidak lupa pula sholawat dan salam akan selalu tercurah
kepada junjungan kita tercinta Rasullah Muhammad SAW.

Dalam penyusunan laporan ini, tim penulis tidak lepas dari kesulitan dan
hambatan. Akan tetapi dengan dorongan, bimbingan serta bantuan dari semua
pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Untuk itu pada
kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. H. Firman Ismana M.M sebagai Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan


Cirebon
2. Healty Sepentina sirait , S.Kep., Ners., M.Kep selaku Ketua Prodi Profesi
Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Cirebon
3. Ali Imron S.Kep.,Ners., selaku Manajer Keperawatan
4. Meta Aviani AMK selaku Kepala Ruang NS 300 Rs Peramata Cirebon
5. Lin Herlina, M.Kep selaku pembimbing akademik yang telah memberikan
arahan dan masukan dalam membimbing kami dalam stase manajemen
ini.Dengan menyadari sepenuhnya akan kekurangan dan keterbatasan yang

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pelayanan keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan

kesehatan mempunyai peran penting dalam mencapai tujuan pembangunan

bidang kesehatan dan meningkatkan kualitas bidang keperawatan.

Keperawatan sebagai profesi dan perawat sesuai kompetensi dan

kewenangan yang dimiliki secara mandiri maupun kerja sama dengan

anggota tim kesehatan lain (Depkes, 2009). Keperawatan merupakan

pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan

kesehatan, berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan

bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif dan ditujukan kepada

individu, kelompok dan masyarakat baik sakit maupun sehat (Ali, 2001).

Sebagai profesi yang merupakan bagian dari masyarakat, keperawatan

mengalami perkembangan dan perubahan seiring dengan perubahan

masyarakat itu sendiri. Keperawatan dapat dilihat dari berbagai aspek,

antara lain keperawatan sebagai bentuk asuhan profesional kepada

masyarakat, keperawatan sebagai IPTEK, keperawatan sebagai kelompok

masyarakat profesional (Nursalam, 2016).

Keperawatan sebagai profesi merupakan bagian dari masyarakat

yang akan terus berubah seirama dengan berubahnya masyarakat yang terus-

menerus berkembang dan mengalami perubahan (Nursalam, 2011).

5
Perubahan ke arah tujuan yang lebih baik dapat dilakukan dengan salah satu

upaya yang sangat penting dalam meningkatkan mutu pelayanan

keperawatan, yaitu dengan cara meningkatkan mutu pada sumber daya

manusia dan pengelolaan manajemen keperawatan (Gillies, 2000). Rachman

(2006) mengemukakan bahwa keperawatan sebagai profesi mengharuskan

pelayanan keperawatan diberikan secara profesional oleh perawat dengan

kompetensi yang memenuhi standar dan memperhatikan kaidah etik dan

moral. Untuk menjadikan perawat sebagai tenaga profesional maka perlu

dilakukan pembinaan secara terus menerus secara berkesinambungan,

sehingga menjadikan perawat sebagai tenaga kerja yang perlu diperhatikan,

diakui dan dihargai keprofesionalannya melalui penerapan sistem

manajemen.(Rachman, 2006)

Manajemen keperawatan merupakan pelayanan keperawatan

profesional dimana tim keperawatan dikelola dengan menjalankan 4 fungsi

manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan

pengendalian. Keempat fungsi tersebut saling berhubungan dan memerlukan

keterampilan - keterampilan teknis, hubungan antara manusia dan

konseptual yang mendukung tercapainya asuhan keperawatan yang bermutu,

berdaya guna dan berhasil guna kepada klien. Adanya alasan tersebut

manajemen keperawatan perlu mendapat prioritas utama dalam

pengembangan keperawatan dimasa depan. Hal tersebut berkaitan dengan

tuntunan profesi dan tuntunan global bahwa setiap perkembangan dan

6
perubahan memerlukan secara profesional dengan memperhatikan setiap

perubahan yang terjadi (Nursalam, 2016).

Perawat dituntut untuk selalu melaksanakan asuhan keperawatan

dengan benar atau rasional dan baik atau etikal, hal ini dilakukan sebagai

bentuk profesionalisme keperawatan (Nursalam, 2016). Salah satu upaya

untuk memperbaiki dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam

hal ini klien, adalah asuhan keperawatan. Karena melalui upaya

keperawatan akan membentuk individu-individu sehat dan akan mampu

menjadi sumber daya manusia yang mampu meningkatkan kesehatan

masyarakat umumnya dan klien pada khususnya. Kerangka operasional

dalam pelaksanaan asuhan keperawatan klien adalah proses keperawatan

yang berupa rangkaian kegiatan yang sistematis, sehingga klien mampu

mandiri dalam mengatasi masalahnya (Depkes RI, 2004).

Pelayanan keperawatan perlu mendapat prioritas utama sehingga

perawat diharuskan untuk mengembangkan ilmu pengetahuannya dan

berubah sesuai tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan

keperawatan dan menjadi perawat yang profesional. Perubahan pelayanan

kesehatan/ keperawatan merupakan kesatuan yang menyatu dalam

perkembangan dan perubahan keperawatan di Indonesia. Perubahan adalah

cara keperawatan mempertahankan diri sebagai profesi dan berperan aktif

dalam menghadapi era kesejagatan (Nursalam, 2011).

Di samping itu, mengutip Nurachmah (2000), para manajer

keperawatan hendaknya senantiasa menjamin bahwa pelayanan yang

7
diberikan oleh para pelaksana keperawatan adalah pelayanan yang aman dan

mementingkan kenyamanan pasien. Selain itu juga, para manajer perawat

seyogyanya menggunakan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi

kesehatan/ keperawatan sebagai upaya untuk mewujudkan praktik

keperawatan yang beradsarkan pengetahuan dan fakta (knowledge/ evidence

based nursing practice).

Untuk meningkatkan kualitas praktek keperawatan profesional

dirumah dapat digunakan beberapa metode pemberian asuhan keperawatan

salah satunya MPKP (Metode Praktek Keperawatan Profesional). MPKP

merupakan sistem (struktural, proses dan nilai – nilai profesional) yang

memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan

keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan

keperawatan tersebut. Dalam pengembangan MPKP, diharapkan nilai

profesional dapat diaplikasikan secara nyata, sehingga meningkatkan mutu

asuhan dan pelayanan keperawatan untuk mewujudkan keperawatan

profesional.

Rumah sakit adalah bagian yang sangat penting dari suatu sistem

kesehatan dan dapat menjadi unit pelaksanan pemerintah dalam memberikan

pelayanan publik (Suroso, 2003). Rumah sakit umum mempunyai misi

memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh

masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Sedangkan tugas rumah sakit umum yaitu melaksanakan upaya kesehatan

secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya

8
penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu

dengan upaya peningkatan dan pencegahan, serta melaksanakan upaya

rujukan. Salah satu kegiatan untuk menyelenggarakan tugas tersebut rumah

sakit umum menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan (Kep

menkes RI no. 983,th 1992).

Pembangunan RS Pemata Cirebon awalnya diajukan oleh Dewan Kota

pada tahun 1919 dan kemudian pada tanggal 14 Maret 1920 dilaksanakan

peletakkan batu pertama pembangunan gedung rumah sakit yang terletak di

Jalan Kesambi. Rumah sakit selesai pada tanggal 31 agustus 1921 oleh De

Burgermeester Van Cheribon, sehingga tanggal 31 Agustus ditetapkan

sebagai hari lahir RSD Gunung Jati Kota Cirebon. Rumah sakit mulai

berfungsi pada tanggal 1 September 1921 dengan nama “Oranje

Zikeunhuis” dibawah pimpinan dr. E. Gottlieb sebagai kepala rumah sakit

yang pertama.

Pada tanggal 1 Maret 1942 seluruh rumah sakit beserta sarananya

dievakuasi ke Rumah Sakit Sidawangi selama kurang lebih 2 minggu dan

setelah kembali ke kota Cirebon pada tanggal 15 Maret 1942 nama rumah

sakit diubah dari Rumah Sakit Oranje menjadi Rumah Sakit Kesambi. Pada

tanggal 8 November 1975 nama rumah sakit diubah menjadi Rumah Sakit

Gunung Jati kelas D berdasarkan surat keputusan DPRD Kotamadya Daerah

Tingkat II Cirebon Nomor: 30/DPRD/XI/75. Selanjutnya pada tanggal 22

Februari 1979 ditingkatkan menjadi kelas C berdasarkan Surat Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 41/MENKES/SK/II/79, dan

9
pada tanggal 21 Januari 1987 ditingkatkan lagi menjadi Rumah Sakit kelas

B berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor: 41/MENKES/SK/I/87. Pada tanggal 30 Januari 1989 ditetapkan

menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Jati Kotamadya Cirebon

Daerah Tingkat II Cirebon kelas B berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Dalam Negeri Nomor: 061/350/SJ.

Dalam upaya peningkatan pelayanan maka pada tahun 1997

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: YM

02.03.3.5.5237. RSD Gunung Jati Kota Cirebon ditetapkan dengan status

“Akreditasi Penuh”. Pada tanggal 15 Februari 1998 berdasarkan

rekomendasi dari Departemen Kesehatan melalui Surat Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor: 153/MENKES/SK/II/1998, RSD Gunung Jati Kota

Cirebon ditetapkan sebagai “Rumah Sakit Kelas B Pendidikan”. Peresmian

sebagai Rumah Sakit Kelas B Pendidikan dilakukan oleh Gubernur Jawa

Barat tanggal 21 April 1999 berdasarkan Surat Keputusan Mendagri Nomor:

445.03-1023, tanggal 12 November 1998 dengan Struktur Organisasi dan

Tata Kerja RSD Kelas B Pendidikan.

Salah satu upaya tersebut dapat dilakukan melalaui praktek

manajemen program profesi Ners yang dilakukan di ruang Anyelir RSD

Gunung Jati Kota Cirebon, yang diharapkan dapat memberikan

pembelajaran dan pengalaman nyata bagi para praktikannya tentang proses

pendidikan manajemen keperawatan di suatu unit pelayanan kesehatan.

Berdasarkan fenomena tersebut kami mengkaji Manajemen unit dan

10
manajemen Asuhan keperawatan di Ruang Rawat Penyakit Dalam

Perempuan Ruang Anyelir RSD Gunung Jati Kota Cirebon.

1.2 TUJUAN

1.2.1 Tujuan Umum

Setelah mengikuti kegiatan praktik ini diharapkan mampu

melakukan pengelolaan manajemen unit, menerapkan prinsip-

prinsip manajemen keperawatan dengan menggunakan model

praktik keperawatan profesional (MPKP), dan manajemen asuhan

keperawatan di Ruang perawatan NS 300.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Melakukan kajian situasi melalui analisa SWOT terhadap lima

dimensi manajemen yaitu man, metode, material, money,

marketing di Ruang Perawatan NS 300 Rs Permata Cirebon.

Mendiagnosa masalah-masalah terkait 5 M dalam proses

pemberian pelayanan keperawatan di Ruang Perawatan 300.

b. Membuatplan of actionuntuk menjawab masalah-masalah yang

ditemukan menggunakan CARL atau HANLON.

c. Mengimplementasikan rencana tindakan untuk mengatasi

masalah yang ditemukan.

d. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah

dilaksanakan.

e.

11
1.3 MANFAAT

1.3.1 Bagi Mahasiswa

a. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat

sehingga dapat memodifikasi metode penugasan yang akan

dilaksanakan.

b. Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan model

MPKP yang diaplikasikan di ruang 300

c. Mahasiswa dapat menganalisis masalah dengan metode SWOT

dan menyusun rencana strategi.

d. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan

model asuhan keperawatan profesional ruang 300.

1.3.2 Bagi Petugas Pelaksana Ruangan

a. Melalui praktek profesi manajemen keperawatan dapat

diketahui masalah-masalah yang ada di ruang 300 sebagai

ruangan baru yang berkaitan dengan pelaksanaan MPKP.

b. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.

c. Terbinanya hubungan yang baik antara sesama profesi lain,

pasien dan keluarga.

d. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri petugas

kesehatan.

12
1.3.3 Bagi Pasien dan Keluarga

a. Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang memuaskan.

b. Tingkat kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan

tinggi.

1.3.4 Bagi Institusi dan Pendidikan

Sebagai bahan masukan dan gambaran tentang pengelolaan

ruangan dengan pelaksanaan model MPKP Tim.

1.4 WAKTU

Praktek Aplikasi manajemen keperawatan ini dilakukan di RS

Permata Cirebon yang berlangsung selama 3 minggu terhitung dari tanggal

2 September sampai 15 September 2019.

1.5 CARA PENGUMPULAN DATA

1.5.1 Observasi

Mengobservasi proses pelayanan asuhan keperawatan yang

dilakukan, keadaan inventaris ruangan, pelaksanaan tugas kepala

ruangan, hubungan staf keperawatan dengan tim kesehatan lain,

discharge planning, pelaksanaan universal precaution, pasien safety

dan komunikasi kepada klien.

1.5.2 Wawancara

Wawancara dilakukan pada kepala ruangan.

1.5.3 Studi dokumentasi

Mengumpulkan data mengenai dokumentasi keperawatan,

struktur organisasi, inventaris ruangan.

13
1.5.4 Angket

Kuesioner untuk menilai kepuasan pasien, kinerja perawat

dan kepuasan perawat.

14
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP MANAJEMEN KEPERAWATAN

2.1.1 Definisi

Manajemen keperawatan diartikan secara singkat sebagi proses

pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan untuk

memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada

pasien/ keluarga/ masyarakat (Suyanto, 2008).

Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui

anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan

secara profesional (Nursalam, 2007).

Manajemen keperawatan adalah perencanaan. Perencanaan adalah

yang utama untuk seluruh aktivitas yang lain atau fungsi-fungsi dari

manajemen. Perencanaan adalah suatu pemikiran atau konsep nyata

yang sering dilaksanakan dalam penulisan, meskipun banyak orang

dalam perawatan menggunakan perencanaan secara informal, tanggung

jawab dari perencanaan tidak dituliskan, kemungkinan tidak

dilaksanakan (Swansburg, 2000).

Pada hakekatnya proses manajemen keperawatan sejalan dengan

proses keperawatan sebagai satu metode pelaksanaan asuhan

keperawatan secara professional yang akhirnya keduanya saling

menopang. Sebagaimana dalam proses keperawatan, dalam manajemen

11
keperawatan terdiri dari: pengumpulan data, identifikasi masalah,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil.

2.1.2 Proses Manajemen Keperawatan

a. Pengkajian-Pengumpulan Data

Proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah

padasuatu tujuan. Didalam proses keperawatan, bagian akhir

mungkin berupa sebuah pembebasan dari gejala, eliminasi resiko,

pencegahan komplikasi, agumentasi pengetahuan atau keterampilan

kesehatan dan kemudahan dari kebebasan maksimal. Didalam proses

manajemen keperawatan, bagian akhir adalah perawatan yang efektif

dan ekonomis bagi semua kelompok pasien (Gillies, 1996).

Gambar 2.1Proses manajemen yang mendukung proses

Pengkajian Diagnosis Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi

Pengumpulan Perencanaan Pengelolaan Kepegawaian Kepemimpinan Pengawasan


data

Data-data yang perlu dikumpulkan oleh perawat pada tingkat


pelayanan diruangan atau sebagian pendekatansystem yang
disampaikan oleh (Gillies, 1989).

12
Gambar 2.2 Sistem Manajamen Keperawatan (Modifikasi Gillies, 1996)

13
b. Perencanaan

1) Definisi

Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan

penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan di masa

yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah

ditentukan (Siagian, 2001).

a) Menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan

b) Menegakan tujuan

c) Mengalokasikan anggaran belanja

d) Memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang

dibutuhkan

e) Membuat pola struktur organisasi

f) Menegakan kebijaksanaan

Prosedur perencanaan dimaksudkan untuk menyusun

suatuperencanaan yang strategis dalam mencapai suatu tujuan

organisasi yang telah ditetapkan yaitu: Operasional untuk

mencapai visi misi yang ditetapkan.

2) Tujuan perencanaan menurut Douglas:

a) Hal tersebut menimbulkan keberhasilan dalam mencapai

sasaran dan tujuan

b) Hal tersebut bermakna pada pekerjaan

c) Hal tersebut memberikan penggunaan efektif dari personel

dan fasilitas yang tersedia

14
d) Hal tersebut efektif dalam hal biaya

e) Hal tersebut berdasarkan masa lalu dan akan datang, sehingga

membantu elemen perubahan

f) Hal tersebut dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan

untuk berubah

g) Hal tersebut diperlukan untuk kontrol yang efektif

3) Langkah – langkah perencanaan

a) Pahami dan tentukan misi, filosofi dan tujuan

b) Kumpulkan data

c) Analisa

d) Buat alternatif

e) Pilih dan usulkan alternatif

f) Pimpinan menetapkan alternatif

g) Susun rencana

h) Kaji ulang

4) Tahapan dalam perencanaan

a) Pengumpulan data

 Sensus pasien harian

 Kapasitas tempat tidur

 BOR

 Rata- rata lama dirawat

 Kecenderungan populasi pasien

 Perkembangan teknologi

15
 Ketenagaan

b) Analisa lingkungan

 Internal : strength, weakness

 Eksternal : opportunity, threats


c) Pengorganisasian data
Pilih data penunjang dan penghambat
d) Pembuatan rencana

2.2 KONSEP MANAJEMEN UNIT

2.3.1 Manajemen Unit

Menurut Nursalam (2007), manajemen unit terdiri dari:

a. Ruangan

1) Sarana Ruangan: Lingkungan kerja untuk pencapaian proses

manajemen keperawatan di ruang rawat inap penyakit dalam

secara keseluruhan mempunyai: Ruang perawatan lengkap

dengan tempat tidur dan kamar mandi klien, nursestation dan

front office berada ditengah ruang perawatan, ruang kepala

ruangan, kamar mandi, ruang peralatan, ruang ganti dan kamar

mandi perawat, ruang mahasiswa, ruang administrasi, spoel hoek,

dapur dan pantry serta depo farmasi.

2) Letak: jauh dari tempat keramaian seperti kantin, dekat dengan

masjid, aman dan nyaman.

3) Posisi: dekat dengan nurse station dan depo farmasi.

16
4) Kondisi: Pencahayaan cukup dan sesuai luas ruangan, besar

ruangan sesuai dengan jumlah tempat tidur, jumlah dan ukuran

jendela sesuai dengan besar ruangan, warna cat lembut, bersih,

pintu fleksibel dapat dilalui brankard. Perbandingan kamar mandi

dengan klien sesuai, kurang bersih, sedikit licin namun letak

terjangkau oleh klien. Sebagian besar kasur bersih, dapat dirubah

posisinya, terdapat side rails, fasilitas ruangan tidak mengganggu

delivery klien.

b. Alat dan bahan

1) Alat tenun (jumlah dan kondisinya): Laken, sarung bantal, perlak,

stik laken, selimut, waslap, handuk, sarung buli-buli, sarung

oksigen, gorden, dan vitrage.

2) Alat kesehatan (jumlah dan kondisinya): Bak instrumen (besar,

sedang, kecil), bak steril, kom, pinset anatomis dan sirurgis, gunting

(jaringan, hecting, perban), bengkok, korentang dan tempatnya.

3) Alat-alat tanda vital: spigmomanometer, stetoskop, termometer.

4) Alat-alat pemeriksaan fisik: reflekshammer, tonguespatel, timbangan

BB, medline.

5) WWZ panas/dingin, baskom mandi.

6) Alat transportasi: Brankard, kursi roda

7) Emergency trolley

8) Oksigen dan manometer

17
9) Bahan habis pakai: alkohol, betadine, aquadest, NaCI, cairan infus,

lysol, spuit dengan berbagai ukuran, kapas, kassa plester, set infus,

kateter, NGT, kondom kateter, urinebag, dan obat-obatan.

10) Alat-alat rumah tangga: Kasur, bantal, meja, jam dinding, kursi,

lemari (besar dan kecil), lampu, alat makan (piring, sendok,

gelas), kompor, gayung, tempat sampah (medis, ATK, umum),

kapstok pakaian, rak handuk, keset, telepon dan whiteboard.

11) ATK, amplop, buku ekspedisi, buku laporan, buku, lem, spidol,

formulir (perencanaan, pengkajian dan implementasi), resume klien

pulang/meninggal/dirujuk, grafik suhu nadi, pemeriksaan

penunjang seperti laboratorium dan radiologi.

c. Hubungan perawat-klien

1) Hubungan perawat-klien dimulai sejak klien masuk, selama

perawatan (pelaksanaan proses keperawatan) sampai klien pulang.

2) Pada profesi keperawatan, komunikasi menjadi lebih bermakna

karena merupakan metode utama dalam mengimplementasikan

proses keperawatan. Dengan kata lain kualitas asuhan yang

diberikan pada klien sangat tergantung pada hubungan perawat-

klien.

d. Hubungan perawat-perawat

1) Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.

2) Mekanisme pengambilan keputusan disesuaikan dengan kondisi.

18
3) Kegiatan serah terima klien dilakukan setiap pergantian dinas dan

berorientasi pada asuhan keperawatan yang telah direncanakan..

e. Hubungan perawat-profesi lain

1) Bekerjasama sebagai sebuah tim kesehatan untuk menangani

masalah tim.

2) Komunikasi antar profesi berjalan dengan baik.

3) Saling menghargai antar profesi.

2.3.2 Kekuatan Kerja

a. Manusia/Man

Jumlah tenaga perawat keseluruhan (profesional lanjut, profesional

pemula, vokasional, dan lain-lain). Jenis ketenagaan atau

pendidikan.keterampilan khusus yang dimiliki perawat yang didapat melalui

kursus atau pendidikan dan pelatihan. Jumlah tenaga profesional lainnya yang

terkait meliputi: dokter, ahli gizi, petugas lab, tenaga administrasi, dan

cleaning service (Nursalam, 2007).

1) Untuk alat ukur dibuat berdasarkan rata-rata klien membutuhkan

perawatan:

a) Minimal Care : 1 jam/hari

b) Intermidiate Care : 3 jam/hari

c) Maksimal Care : 6 jam/hari

2) Formula pembagian shift :

a) Pagi : 47 %

b) Sore : 36 %

19
c) Malam : 17 %

3) Pembagian proporsi tenaga untuk asuhan langsung profesional:55% : 45%

4) Jumlah hari libur dalam setahun:

a) Rata-rata hari minggu pertahun : 52 Hari

b) Libur Nasional : 13 Hari

c) Cuti Sakit : 8 Hari

d) Jumlah Hari Pertahun : 365 Hari

e) Jam Kerja Produktif : 7 Jam/hari

5) Jumlah Perawat (tenaga asuhan langsung)

Total kebutuhan jam perawatan/hari x Jumlah hari dalam setahun

(Jumlah hari dalam setahun – hari libur dalam setahun) x 7

6) Jumlah Tenaga Pendukung Asuhan

(Kapasitas unit/30 x jml shift x 20 jam)x jml hari /thn

(Jml hari dlm Setahun – hari libur dlm setahun) x 7

b. Uang/Money

Sumber keuangan dan pengelolaannya/pengeluarannya harus

jelas, dalam arti harus transparan.Untuk pengeluaran ada

perencanaan pengeluaran seperti untuk pengembangan program,

insentif perawat dan untuk lain-lain (Supriyatno, 2005).

c. Metode

Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang

berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap

sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim / grup

20
yang terdiri dari tenaga profesional, teknikal dan pembantu dalam

satu grup kecil yang saling membantu.

1) Konsep dasar SOP dan SAK

a) Pengertian SOP

1) Suatu standar/ pedoman tertulis yang dipergunakan

untuk mendorong dan menggerakkan suatu kelompok

untuk mencapai tujuan organisasi.

2) SOP merupakan tata cara atau tahapan yang dibakukan

dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses

kerja tertentu.

b) Tujuan SOP

1) Agar petugas/ pegawai menjaga konsistensi dan tingkat

kinerja petugas/ pegawai atau tim dalam organisasi atau

unit kerja.

2) Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap

posisi dalam organisasi

3) Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab

dari petugas/ pegawai terkait.

4) Melindungi organisasi/ unit kerja dan petugas/ pegawai

dari malpraktek atau kesalahan administrasi lainnya.

5) Untuk menghindari kegagalan/ kesalahan, keraguan,

duplikasi dan inefisiensi.

21
c) Fungsi SOP :

1) Memperlancar tugas petugas/ pegawai atau tim/ unit

kerja.

2) Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan.

3) Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan

mudah dilacak.

4) Mengarahkan petugas/ pegawai untuk sama-sama

disiplin dalam bekerja.

5) Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin.

d) Penerapan SOP

1) SOP harus sudah ada sebelum suatu pekerjaan dilakukan

2) SOP digunakan untuk menilai apakah pekerjaan tersebut

sudah dilakukan dengan baik atau tidak

3) Uji SOP sebelum dijalankan, lakukan revisi jika ada

perubahan langkah kerja yang dapat mempengaruhi

lingkungan kerja.

e) Keuntungan adanya SOP

1) SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana,

menjadi alat komunikasi dan pengawasan dan

menjadikan pekerjaan diselesaikan secara konsisten

2) Para pegawai akan lebih memiliki percaya diri dalam

bekerja dan tahu apa yang harus dicapai dalam setiap

pekerjaan

22
3) SOP juga bisa dipergunakan sebagai salah satu alat

trainning dan bisa digunakan untuk mengukur kinerja

pegawai.

Dalam menjalankan operasional perusahaan, peran

pegawai memiliki kedudukan dan fungsi yang sangat

signifikan. Oleh karena itu diperlukan standar-standar

operasi prosedur sebagai acuan kerja secara sungguh-

sungguh untuk menjadi sumber daya manusia yang

profesional, handal sehingga dapat mewujudkan visi dan

misi perusahaan.

f) Pengertian SAK

Standar praktek keperawatan adalah suatu pernyataan

yang menguraikan suatu kualitas yang diinginkan terhadap

pelyanan keperawatan yang diberikan untuk klien (Gillies,

1989). Fokus utama standar praktek keperawatan adalah

klien. Digunakan untuk mengetahui proses dan hasil

pelayanan keperawatan yang diberikan dalam upaya

mencapai pelayanan keperawatan. Melalui standar praktek

dapat diketahui apakah intervensi atan tindakan keperawatan

itu yang telah diberi sesuai dengan yang direncanakan dan

apakah klien dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Tipe standar praktek keperawatan. Beberapa tipe

standar telah digunakan untuk mengarahakan dan mengontrol

23
praktek keperawatan. Standar dapat berbentuk ‘normatif’

yaitu menguraikan praktek keperawatan yang ideal yang

menggambarkan penampilan perawat yang bermutu tinggi,

standar juga berbentuk ‘empiris’ yaitu menggambarkan

praktek keperawatan berdasarkan hasil observasi pada

sebagaian besar sarana pelayanan keperawatan (Gillies,

1989).

Secara umum standar praktek keperawatan ditetapkan

untuk meningkatkan asuhan atau pelayanan keperawatan

dengan cara memfokuskan kegiatan atau proses pada usaha

pelayanan untuk memenuhi kriteria pelayanan yang

diharapkan. Penyusunan standar praktek keperawatan

berguna bagi perawat, rumah sakit/ institusi, klien, profesi

keperawatan dan tenaga kesehatan lain.

d. Material

Peralatan dan perlengkapan medis dan non medis:

1) Alat tenun

a) Alas baki j) Perlak

b) Alas brankard
k) Laken dewasa

c) Bantal
l) Selimut wol

d) Duk bolong

24
e) Duk balutan m) Stik laken

f) Duk alas n) Sarung bantal

g) Gorden tebal o) Sarung penderita sampiran

h) Gorden vitrase p) Waslap

i) Handuk q) Kasur dewasa

25
2) Alat kedokteran dan kesehatan

a) Alat mandi: waskom mandi, standar waskom.

b) Alat eliminasi: pispot, urinal, gelas ukur.

c) Alat oksigenasi: manometer oksigen, roda oksigen besar,

kunci inggris, ambu bag.

d) Pengukuran tanda-tanda vital: tensimeter, stetoskop,

termometer, timbangan biasa, tonguespatel.

e) Alat transportasi: brankard, kursi roda.

f) Machine: suction portabel, EKG, nebulizer.

g) Lain-lain: vena seksi set, perlak, buli-buli panas, standar

infus, stabilisator listrik

h) Dressing set: pinset anatomis, pinset sirurgis, gunting

benang, gunting jaringan, kom besar tertutup, kom sedang,

kom kecil, korentang, gunting perban, bak instrumen besar,

bak instrumen sedang, bak instrumen kecil, baki besar,

bengkok besar, bengkok sedang, gunting besar, benang,

gunting jahitan.

26
2.3 METODE TIM

2.3.1 Konsep Metode Tim

a. Definisi Metode Tim

Setelah bertahun-tahun menggunakan Model

Fungsional, beberapa pimpinan keperawatan (nursing leader) mulai

mempertanyakan keefektifan model tersebut dalam pemberian

asuhan keperawatan profesional. Oleh karena adanya berbagai jenis

tenaga dalam keperawatan, diperlukan adanya supervisi yang

adekuat, maka pada tahun 1950 dikembangkan Model tim dalam

pelayanan asuhan keperawatan.

Model tim merupakan suatu model pemberian asuhan

keperawatan dimana seorang perawat professional memimpin

sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan

keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan

kolaboratif (Douglas, 1984).

Konsep model ini didasarkan kepada falsafah bawah

sekelompok tenaga keperawatan bekerja secara bersama-sama secara

terkoordinasi dan kooperatif sehingga dapat berfungsi secara

menyeluruh dalam memberikan asuhan keperawatan kepada setiap

pasien.

Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota

kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan

memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa

27
tanggung jawab perawat yang tinggi, sehingga setiap anggota tim

merasakan kepuasan karena diakui kontribusinya di dalam mencapai

tujuan bersama yaitu mencapai kualitas asuhan keperawatan yang

bermutu. Potensi setiap anggota tim saling komplementer menjadi

satu kekuatan yang dapat meningkatkan kemampuan kepemimpinan

serta timbul rasa kebersamaan dalam setiap upaya pemberian asuhan

keperawatan, sehingga dapat menghasilkan sikap moral yang tinggi.

b. Tujuan metode tim, yaitu:

1) Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif.

2) Menerapkan penggunaan proses keperawatan sesuai standar.

3) Menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda.

Menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan model tim harus

berdasarkan konsep berikut:

1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu

menggunakan tehnik kepemimpinan.

2) Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana

keperawatan terjamin.

3) Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.

4) Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan

berhasil baik bila didukung oleh kepala ruang.

Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang

berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap

sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim/

28
group yang terdiri dari tenaga professional, tehnikal dan pembantu

dalam satu grup kecil yang saling membantu. Dalam penerapannya

ada kelebihan dan kelemahannya yaitu (Nursalam, 2002).

a) Kelebihan :

3) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.

4) Mendukung pelaksanakaan proses keperawatan.

5) Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik

mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.

b) Kelemahan :

Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam

bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu

dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.

c. Tanggung jawab perawat dalam Model Praktik Keperawatan

Profesional (MPKP).

1) Tanggung jawab kepala ruangan :

a. Perencanaan

1) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-

masing.

2) Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya.

3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat,

transisi dan persiapan pulang bersama ketua tim.

29
4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan

berdasarkan aktifitas dan kebutuhan klien bersama ketua

tim, mengatur penugasan / penjadwalan.

5) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.

6) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi,

patofisiologis, tindakan medis yang dilakukan, program

pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang

tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.

7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keparawatan:

a. Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan.

b. Membimbing penerapan proses keperawatan dan

menilai asuhan keperawatan.

c. Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah.

d. Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga


yang baru masuk RS.
e. Membantu mengembangkan niat pendidikan dan

latihan diri.

f. Membantu membimbing terhadap peserta didik

keperawatan.

g. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan di

rumah sakit.

b. Pengorganisasian

1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan.

2) Merumuskan tujuan metode penugasan.

30
3) Membuat rincian tugas tim dan anggota tim secara jelas.

4) Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2

ketua tim dan ketua tim membawahi 2 – 3 perawat.

5) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.

6) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.

7) Mendelegasikan tugas kepala ruang tidak berada di tempat,

kepada ketua tim.

8) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus

administrasi pasien.

9) Identifikasi masalah dan cara penanganannya.

c. Pengarahan

1) Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua

tim.

2) Memberikan pujian kepada anggota tim yang melaksanakan

tugas dengan baik.

3) Memberikan motivasi dalam peningkatan pengetahuan,

keterampilan dan sikap.

4) Menginformasikan hal – hal yang dianggap penting dan

berhubungan dengan asuhan keperawatan pasien.

5) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.

6) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam

melaksanakan tugasnya.

7) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.

31
d. Pengawasan
1) Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi

langsung dengan ketua tim dalam pelaksanaan mengenai

asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.

2) Melalui supervisi:

a) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati

sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan dan

memperbaiki / mengawasi kelemahannya yang ada saat

itu juga.

b) Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir

ketua tim, membaca dan memeriksa rencana

keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan

sesudah proses keperawatan dilaksanakan

(didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim

tentang pelaksanaan tugas.

c) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan

dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama

ketua tim.

d) Audit keperawatan.

2) Tanggung Jawab Ketua Tim

a) Mengkaji setiap pasien dan menetapkan rencana

keperawatan.

b) Mengkoordinasi rencana keperawatan dengan tindakan

medik.

32
c) Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap

anggota tim dan memberikan bimbingan melaui pre atau

post conference.

d) Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun

hasil yang diharapkan serta mendokumentasikannya.

3) Tanggung Jawab Anggota Tim

a) Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan

keperawatan yang telah disusun.

b) Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang

telah diberikan berdasarkan respon pasien.

c) Berpartisipasi dalam setiap memberikan masukan untuk

meningkatkan asuhan keperawatan.

d) Menghargai bantuan dan bimbingan dari ketua tim.

Pelaksanaan model tim tidak dibatasi oleh suatu pedoman

yang kaku. Model tim dapat diimplementasikan pada tugas pagi,

sore, dan malam. Apakah terdapat 2 atau 3 tim tergantung pada

jumlah dan kebutuhan serta jumlah dan kualitas tenaga

keperawatan. Umumnya satu tim terdiri dari 3-5 orang tenaga

keperawatan untuk 10-20 pasien.

Berdasarkan hasil penelitian Lambertson seperti dikutip

oleh Douglas (1984), menunjukkan bahwa model tim bila

dilakukan dengan benar merupakan model asuhan keperawatan

yang tepat dalam meningkatkan pemanfaatan tenaga keperawatan

33
yang bervariasi kemampuannya dalam memberikan asuhan

keperawatan. Hal ini berarti bahwa model tim dilaksanakan

dengan tepat pada kondisi dimana kemampuan tenaga keperawatan

bervariasi.

Kegagalan penerapan model ini, jika penerapan konsep

tidak dilaksanakan secara menyeluruh/ total dan tidak dilakukan

pre atau post conference dalam sistem pemberian asuhan

keperawatan untuk pemecahan masalah yang dihadapi pasien

dalam penentuan strategi pemenuhan kebutuhan pasien.

Gambar 2.3 Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Metode Tim

34
2.3.2 Efisiensi Ruang Rawat

Efisiensi ruang rawat merupakan salah satu aspek dalam mutu

pelayanan kesehatan, menyangkut pemanfaatan semua sumber daya di

rumah sakit secara berdaya guna dan berhasil guna dapat dilihat dari

segi ekonomi dan medis, dimana pasien dirawat dan tinggal di rumah

sakit untuk jangka waktu tertentu, untuk pasien yang memerlukan

asuhan dan pelayanan keperawatan dan pengobatan secara

berkesinambungan lebih dari 24 jam (Posma, 2001).

Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk

mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah

sakit. Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat

inap:

a. BOR (Bed Ocupancy Ratio = Angka pengguanaa tempat tidur)

BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient

service days to inpatient bed count days in a periode under

consideration”. Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR adalah

presentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu.

Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat

pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang

ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).

Rumus:

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑘𝑖𝑡


𝑥 100%
(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒

35
b. ALOS (Average Lenght of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)

ALOS menurut Huffman (1994) adalah “The average

hospitalization stay of inpatient discharge during the periode under

consideration”. ALOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata

lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan

gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu

pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat

dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum

nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).

Rumus:

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑑𝑖𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡


𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 + 𝑚𝑎𝑡𝑖)

c. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)

TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana

tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya.

Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan

tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran

1-3 hari.

Rumus:

((𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟 𝑥 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒) − 𝐻𝑎𝑟𝑖𝑃𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛)


𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 + 𝑚𝑎𝑡𝑖)

d. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tepat tidur)

BTO menurut Huffman (1994) adalah “the net effect of changed

in occupancy ratye and lenght of stay”. BTO menurut Depkes RI

36
(2005) adalah frekuensi pemakaian tempattidur pada satu periode,

berapa kali tempat tidur dipaka dalam satu satuan waktu tertentu.

Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50

kali.

Rumus:

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑑𝑖𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡(ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 + 𝑚𝑎𝑡𝑖)


𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟

e. NDR (Net Death Rate)

NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam

setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini

memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit.

Rumus:

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑚𝑎𝑡𝑖 > 48 𝑗𝑎𝑚


𝑥 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 + 𝑚𝑎𝑡𝑖)

f. GDR (Gross Death Rate)

GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum

untuk setiap 1000 penderita keluar.

Rumus:

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑚𝑎𝑡𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎


𝑥 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟(ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 + 𝑚𝑎𝑡𝑖)

2.3.3 Discharge Planning

Kozier (2004) mendefenisikan discharge planning sebagai proses

mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan

37
kepada unit yang lain didalam atau di luar suatu agen pelayanan

kesehatan umum.

Perencanaan pulang didapatkan dari proses interaksi dimana

perawatan professional, pasien dan keluarga berkolaborasi untuk

memberikan dan mengatur kontinuitas keperawatan yang diperlukan

oleh pasien dimana perencanaan harus berpusat pada masalah pasien,

yaitu pencegahan, teurapeutik, rehabilitative, serta perawatan rutin

yang sebenarnya (Swanberg, 2000).

Rindhianto (2008) mendefinisikan discharge planning sebagai

perencanaan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada

klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan

dilakukan sehubunagan dengan kondisi penyakitnya.

Discharge planning (perencanaan pulang) merupakan komponen

sistem perawatan berkelanjutan, pelayanan yang diperlukan klien

secara berkelanjutan dan bantuan untuk perawatan berlanjut pada

klien dan membantu keluarga menemukan jalan pemecahan masalah

dengan baik, pada saat tepat dan sumber yang tepat dengan harga yang

terjangkau (Doenges & Moorhouse, 2000).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa discharge planning adalah

komponen sistem perawatan berkelanjutan sebagai perencanaan

kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada pasien dan

keluarganya yang dituliskan untuk meninggalkan satu unit pelayanan

kepada unit yang lain didalam atau diluar suatu agen pelayanan

38
kesehatan umum, sehingga pasien dan keluarganya mengetahui

tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubunagan

dengan kondisi penyakitnya.

a. Tujuan Discharge Planning

Tujuan dari dilakukannya discharge planning sangat baik

untuk kesembuhan dan pemulihan pasien pasca pulang dari rumah

sakit. Menurut Nursalam (2011) tujuan discharge planning/

perencanaan pulang antara lain sebagai berikut:

1) Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan

sosial.

2) Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga.

3) Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien.

4) Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain.

5) Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan

keterampilan serta sikap dalam memperbaiki serta

mempertahankan status kesehatan pasien.

6) Melaksanakan rentang keperawatan antara rumah sakit dan

masyarakat.

Di dalam perencanaan pulang, terdapat pemberian edukasi

atau discharge teaching dari tim kesehatan. Menurut William &

Wilkins (2009) discharge teaching harus melibatkan keluarga pasien

atau perawat lainnya untuk memastikan bahwa pasien mendapatkan

home care yang tepat. discharge teaching bertujuan agar pasien

39
1) Memahami mengenai penyakitnya

2) Melakukan terapi obat secara efektif

3) Mengikuti aturan diet secara hati-hati

4) Mengatur level aktivitasnya

5) Mengetahui tentang perawatan yang dilakukan

6) Mengenali kebutuhan istirahatnya

7) Mengetahui komplikasi yang mungkin dialami

8) Mengetahui kapan mencari follow up care

b. Manfaat Discharge Planning

1) Bagi Pasien:

a) Dapat memenuhi kebutuhan pasien

b) Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses perawatan

sebagai bagian yang aktif dan bukan objek yang tidak berdaya.

c) Menyadari haknya untuk dipenuhi segala kebutuhannya

d) Merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya dan memperoleh

support sebelum timbulnya masalah.

e) Dapat memilih prosedur perawatannya


f) Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa

yang dapat dihubunginya.

2) Bagi Perawat:
a) Merasakan bahwa keahliannya di terima dan dapat di gunakan.

b) Menerima informasi kunci setiap waktu.

c) Memahami perannya dalam system.

d) Dapat mengembangkan ketrampilan dalam prosedur baru.

40
e) Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang berbeda

dan cara yang berbeda.

f) Bekerja dalam suatu system dengan efektif.

c. Prinsip-Prinsip Disharge Planning

1) Pasien merupakan focus dalam perencanaan pulang, nilai

keinginan dan kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi.

2) Kebutuhan dari pasien diidentifikasi, kebutuhan ini dikaitkan

dengan masalah yang mungkin timbul pada saat pasien pulang,

nanti, sehingga kemungkinan masalah yang timbul di rumah dapat

segera antisipasi.

3) Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif, perencanaan

pulang merupakan pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus

saling bekerja sama.

4) Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas

yang ada, tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah

pulang disesuaikan dengan pengetahuan dari tenaga yang tersedia

maupun fasilitas yang tersedia di masyarakat.

5) Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan

kesehatan, setiap klien masuk tatanan pelayanan maka perencanaan

pulang harus dilakukan.

d. Jenis-jenis Discharge Planning

1) Conditioning discharge (pulang sementara atau cuti), keadaan

pulang ini dilakukan apabila kondisi pasien baik dan tidak

41
terdapat komplikasi. Pasien untuk sementara dirawat dirumah

sakit namun harus ada pengawasan dari pihak rumah sakit atau

puskesmas terdekat.

2) Absolute discharge (pulang mutlak atau selamanya) cara ini

merupakan akhir dari hubungan pasien dengan rumah sakit,

namun apabila pasien perlu dirawat kembali, maka prosedur

perawatan dapat dilakuakan kembali.

3) Judicial discharge (pulang paksa), kondisi ini pasien

diperbolehkan pulang walaupun kondisi kesehatan tidak

memungkinkan untuk pulang, tetapi pasien hrus dipantau

dengan melakukan kerja sama dengan perawatan puskesmas

terdekat.

42
Gambar 2.4 Alur Discharge Planning

Dokter dan Tim Kesehatan PP dibantu PA

Keadaan Pasien:

1. Klinis dan
pemeriksaan
penunjang lain
2. Tingkatketergantunga
n Pasien

PerencanaanPulang

Penyelesaian administrasi  Program kontrol, obat, Lain - lain


dan perawatan
 Gizi
 Aktivitas dan istirahat
 Perawatan diri

Monitor(sebagai program
service safety) oleh:
keluarga dan petugas

43
BAB III

MANAJEMEN RUANGAN ANYELIR

RSD GUNUNG JATI KOTA CIREBON TAHUN 2019

3.1 GAMBARAN UMUM RSD GUNUNG JATI KOTA CIREBON

Rumah Sakit Daerah Gunung Jati Kota Cirebon di bentuk pertama kali

melalui pengajuan oleh Dewan Kota Cirebon pada tahun 1919. Kemudian

pada tanggal 14 maret 1920 dilaksanakan peletakan batu pertama

pembanguan gedung rumah sakit yang terletak di jalan Kesambi. Rumah

sakit selesai di bangun dan di resmikan pada tanggal 31 Agustus 1921 oleh

De Burger meester Van Cheribon sehinggal pada tanggal 31 Agustus 1921

ditetapkan sebagai hari lahir RSD Gunung Jati Kota Cirebon.

Pembangunan rumah sakit yang pada waktu di nilai sangat mewah dan

mahal biayanya adalah 544.00, (lima ratus empat puluh empat gulden)

yang diperoleh dari Gemeente Van Chirebon ditambah dana dari pabrik

gula se wilayah Cirebon serta dana dari para dernawan.

Rumah sakit mulai berfungsi pada tanggal 1 September 1921 sebagai

Gemeemtelijk Ziekenhuis dengan nama Oranye Zeinhuis (Rumah Sakit

Oranye), dibawah pimpinan dr. E. Gottlieb, sebagai rumah sakit yang

pertama dengan kapasitas 133 tempat tidur. Data mengenai perkembangan

selanjutnya adalah antara tahun 1922-1929 didapat dari buku peringatan

50 Tahun Kota Besar Tjirbon, yang mengutarakan perkembangan jumlah

44
hari perawatan dari 4 macam kelas perawatan dari tahun 1922-1929.

Kemudian antara tahun 1930-1940 tidak banyak diketahui karena tidak ada

data dan informasi.

Pada tanggal 1 maret 1942 seluruh Rumah Sakit Oranye beserta

sarananya di evakuasikan ke Rumah Sakit Sidawangi selama lebih kurang

2 minggu dan setelah kembali ke Kota Cirebon pada tanggal 15 maret

1942 nama rumah sakit berubah menjadi Rumah Sakit Kesambi. Pada

tanggal 8 November 1975 nama rumah sakit berubah menjadi Rumah

Sakit Gunung Jati Kelas D dengan surat keputusan DPRD Kota Madya

Daerah Tingkat II Cirebon No : 30/DPRD/XI/75.

Selanjutnya pada tanggal 22 Februari 1979 rumah sakit ditingkatkan

kelasnya menjadi rumah Sakit Gunung Jati Kelas C dengan Surat

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 41/MENKES

/SK/II/79. Pada tanggal 21 Januari 1987 ditingkatkan lagi menjadi Rumah

Sakit Gunung Jati Kelas B dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor : 41/MENKES/SK/I/87.

Pada tanggal 30 Januari 1989 Rumah Sakit ditetapkan menjadi Rumah

Sakit Gunung Jati Kotamadya Daerah Tingkat II Cirebon Kelas B, dengan

Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor Kelas B sejak tanggal 1

April 1996 061/350 / SJ. Dalam pengelolaan keuangan dengan Peraturan

Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II cirebon Nomor 15 Tahun 1995

ditetapkan sebagai unit swadana Daerah.

45
Dalam upaya peningkatan pelayanan, maka pada tahun 1997 dengan

Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: YM 02.o3.3.5.5237. RSD

Gunung Jati Kota Cirebon ditetapkan dengan status Akreditasi penuh 5

Kelompok Pelayanan Pada tanggal 15 Februari 1998 berdasarkan perintah

dari Departemen Kesehatan melalui surat keputusan Menteri Kesehatan

Nomor: 153 / MENKES / sk / IT / 1998 Rumah Sakit Umum Daerah

Gunung Jati Kota Cirebon ditetapkan menjadi Rumah sakit kelas B yang

peresmiannya dilakukan oleh Gubernur Jawa Barat tanggal 20 April 1999

berdasarkan Surat Keputusan Mendagri Nomor: 445.03-1023 tanggal 12

November 1998.

Seiring dengan perubahan paradigma penyelenggaraan otonomi

daerah maka berdasarkan Peraturan Daerah Kota Cirebon Nomor: 5 Tahun

2002 maka Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Jati Kota Cirebon

ditetapkan sebagai Lembaga Teknis Daerah Kota Cirebon, berbentuk

badan dibawah dan bertanggung jawab kepada walikota melalui sekotda.

Di dalam PP No. 41 tentang: Pedoman organisasi Perangkat Daerah

(Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 09) (Tambahan Lembaran Negara

Nomor 4741) termasuk RSD, Rumah Sakit Daerah akan diatur dengan

keputusan Presiden. Dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 1 Tahun

2004 tentang Badan Layanan Umum (BLU) dan dengan Keputusan

walikota Nomor 445 / Kep 359 DPPKD / 2009 pada tanggal 14 Desember

2009 Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Jati Kota Cirebon ditetapkan

46
sebagai Rumah Sakit dengan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan

Umum Daerah (PPK-BLUD).

Pada tanggal 2 Agustus 2011, Rumah Sakit Umum Daerah Gunung

Jati Kota Cirebon diterjemahkan LULUS 16 layanan oleh Tim Akreditasi

Rumah Sakit dengan sertifikat EL KARS / SERF / 40 / VIII / 2011 yang

berlaku sampai dengan 2 Agustus 2014. Pada Tanggal 10 Agustus 2011

Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Jati Kota Cirebon KONSEKSI

Rumah Sakit Berprestasi Program Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi

(RSSIB) Tingkat Provinsi Jawa Barat Tahun 2011.

Kemudian pada bulan Oktober 2012 Rumah Sakit Umum Daerah

Cirebon mendapatkan penghargaan sebagai Rumah Sakit Gunung Jati

Kelas B Pendidikan Utama Klasifikasi Utama A. Rumah sakit Daerah

Gunung Jati adalah salah satu rumah sakit daerah kelas B pendidikan

utama klasifikasi utama kelas A di Kota Cirebon pada bulan Oktober

2012. Kemudian pada tanggal 15 Desember 2015 RSD Gunung Jati

meraih kelulusan Akreditasi Standar Versi 2012 Tingkat Paripurna dari

Komisi Akreditasi Rumah Sakit KARS yang menjadi rumah sakit rujukan

dari rumah sakit kabupaten. Pelayanan Gawat Darurat RSD Gunung Jati

terdapat Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan laboratorium IGD yang

melayani 24 jam. Ruang Perawatan RSD Gunung Jati terdiri dari ruang

rawat jalan dan rawat inap, ruang HCU, ICU, ICCU, NICU, dan PICU,

pusat pelayanan maternal dan perinatal instalasi bedah sentral, dignostik

dan non diagnostic, klinik khusus ODC (One Day Care), dan hemodialisa,

47
pendidikan dan penelitian pusat. pelayanan terpadu (PPT), Stroke Unit,

klinik HOT (Hematologi, Onkologi, dan Thalasemia, Cath Lab.

RSD Gunung Jati kota Cirebon di pimpin oleh direktur rumah sakit

yang membawahi 3 wakil direktur (wadir). Wadir tersebut adalah :

a. Wadir Pelayanan Medis dan Keperawatan

Membawahi bidang pelayanan medis dan bidang keperawatan.

Masing-masing kepala bidang memebawahi kepala seksi.

b. Wadir Penunjang Medis dan Pendidikan

Membawahi bidang penunjnag medis dan bidang DIKLITBANG dan

pemasaran.Masing-masing kepala bidang membawahi kepala seksi.

c. Wadir Umum dan Keuangan

Membawhai bagian umum, bagian keuangan dan bagian perencanaan

serta rekam medis.Masing-masing kepala bidang membawahi sub-

bagian.

d. Komite Profesi

Membawahi staf komitemedis, komite keperawatan, komite NAKES

lainnya.

3.2 KAJIAN SITUASI RUMAH SAKIT

3.2.1 Visi Rumah Sakit

“TERWUJUDNYA RUMAH SAKIT DAERAH GUNUNG JATI

KOTA CIREBON MENJADI RUMAH SAKIT RUJUKAN

REGIONAL DI JAWA BARAT TERDEPAN PADA TAHUN 2023”

48
3.2.2 Misi Rumah Sakit

A. Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.

B. Meningkatkan mutu sarana, prasarana dan SDM yang berkualitas.

C. Meningkatkan mutu rumah sakit sebagai rumah sakit pendidikan.

D. Motto Rumah Sakit

1) CE = CEpat

R = Ramah

IA = IlmiAh

2) Melayani dengan Hati

E. Nilai Rumah Sakit

“Jujur, Profesional, Berani”

F. Sifat, Maksud, dan Tujuan Rumah Sakit

RSD Gunung Jati Kota Cirebon Kelas B Pendidikan merupakan

unsur pendukung otonomi daerah di bidang kesehatan, dipimpin oleh

seorang Direktur, berada dibawah dan bertanggung jawab kepada

Walikota melalui Sekertaris Daerah.

Organisasi dan Tata Kerja RSD Gunung Jati Kota Cirebon

mempunyai tugas pokok membantu Walikota dalam penyelenggaraan

pemerintah kota di bidang teknis kesehatan dengan metode atau cara

penyembuhan maupun pemulihan yang dilaksanakan secara serasi,

terpadu melalui kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif

49
serta melaksanakan upaya rujukan dan menyelenggarakan kegiatan

pendidikan sesuai dengan fungsi sebagai Rumah Sakit Pendidikan tipe-

B.

Tujuan Rumah Sakit Gunung Jati diantaranya adalah :

1) Meningkatkan pelayanan kesehatan lanjutan.

2) Meningkatkan pelayanan administrasi dan menajemen.

3) Meningkatkan kualitas pendidikan sebagai rumah sakit pendidikan

utama.

3.1 KAJIAN / ANALISASITUASI RUANGANPERAWATAN ANYELIR

3.1.1 Karakteristik Unit

A. Visi ruangan

Berdasarkan hasil observasi, visi ruangan belum ada secara tertulis

atau terpasang diruang Anyelir.

B. Misi ruangan

Berdasarkan hasil observasi, misi ruangan belum ada secara tertulis

atau terpasang diruang Anyelir.

C. Sifat kekayaan ruangan

1) Fokus telaah

Fokus telaah ruang rawat inap penyakit dalam di Ruang

Anyelir RSD Gunung Jati dalam bidang pelayanan yaitu ruang

penyakit dalam perempuan usia 14 tahun keatas. Ruang perawatan

penyakit dalam Anyelir merupakan unit pelayanan bagi pasien

BPJS dan non BPJS (umum).

50
Dalam bidang pendidikan fokus telaah ruang Anyelir adalah

dokter, perawat, staff, pasien, keluarga pasien dan juga mahasiswa

yang membutuhkan pengetahuan dan pengalaman dalam

memenuhi kebutuhan pasien dengan masalah penyakit interna dan

non interna.

Dalam bidang penelitian , fokus telaah ruang Anyelir adalah

individu , kelompok , maupun institusi yang akan menjadi riset /

penelitian pada berbagai unsur yang ada di ruangan.

2). Lingkup garapan

Lingkup garapan dalam bidang pelayanan di ruang rawat inap

penyakit dalam Anyelir adalah pemenuhan kebutuhan dasar

manusia berdasarkan fokus telaah interna dan non interna,

meliputi segala gangguan atau hambatan pemenuhan kebutuhan

dasar manusia yang terjadi akibat perubahan fisiologis pada system

kardiovaskuler, system pernafasan, system pencernaan, sistem endokrin,

sistem perkemihan, sistem integumen, system persyarafan baik aktual maupun

potensial yang memiliki indikasi rawat inap, penyakit infeksi serta penyakit non

bedah lainnya.

Di ruang Anyelir juga selain pemberian Kebutuhan Dasar

Manusia. Perawat memberikan finaly education sebagai dischange

planing pada keluarga pasien sebagai persiapan pulang.

Dalam bidang penelitian ruang Anyelir memfasilitasi

penelitian demi meningkatkan pelayanan ruangan dan rumah sakit.

51
3). Basis intevensi

Basis intervensi dalam bidang pelayanan ruang Anyelir adalah

ketidaktahuan, ketidakmampuan dan ketidak mampuan pasien

maupun keluarga pasien untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien

dengan masalah gangguan interna dan non interna. Pemberian

intervensi di ruang Anyelir pada pasien kamar isolasi yaitu total

care dan pasien kamar tenang dengan minimal care. Intervensi

yang dilakukan mengacu pada teori Nanda NIC NOC.

Namun,dalam pelaksanaanasuhan keperawatan berdasarkan

kemampuan perawat pelaksananya.

4). Model layanan

Di ruang Anyelir menggunakan model pelayanan keperawatan

metode TIM dimana terdapat 2 TIM yaitu TIM I (Internal) dan

TIM II (Non Internal) ruang perawatan, metode ini sudah

terlaksana untuk saat ini.

5). Letak ruangan

Lokasi ruang rawat inap Anyelir RSD Gunung Jati terletak di

bagian belakang, berjauhan dengan beberapa sarana seperti IGD,

Kamar Operasi, Laboratorium, Bank Darah, Perinatologi, VK, Unit

Fisioterapi dan Radiologi. Unit layanan yang terdekat adalah

Ruang Jenderal Soedirman, Ruang Isolasi, Klinik Paru-paru,

Ruang Prabu Siliwangi I - IV, Ruang soka , Ruang Kemuning, Poli

52
Rawat Jalan dan masjid RSD Gunung jati. Adapun denah untuk

Ruang Anyelir adalah sebagai berikut :

53
Gambar 3.1 Denah Ruang Anyelir RSD Gunung Jati Kota Cirebon

Sumber : Laporan bulanan Ruangan Instalasi Rawat Inap Ruang Anyelir bulan Maret 2019

54
6). Kapasitas unit ruangan

Tabel 3.1 Fasilitas Ruangan Anyelir

No Fasilitas Ruangan Jumlah Keterangan


1 Jumlah tempat tidur 48 2 tempat tidur tanpa pengaman
2 Ruang Pasien biasa 7 Setiap ruangan terdapat 6
tempat tidur
Ruang Pasien Isolasi 0 Terdapat kamar B untuk
diagnose tertentu dengan 6
tempat tidur (1 ruangan dalam
perbaikan)
3 Ruang observasi 1 -
4 Kamar Mandi 18 2 kamar mandi tanpa
pengaman
6 Ruang obat 1
7 Dapur 1
pantry 1
Ruang mahasiswa dan linen 1 -
bersih
Ruang Ganti Perawat 1 Terdapat loker kondisi baik
dengan 20 pintu bersampingan
dengan kamar mandi karyawan
Ruang Administrasi dan nurse 1 Bersebelahan dengan ruang
station nursestation
Ruang linen kotor 0 Ruang linen kotor sementara di
spoel hoek
Ruang Spoel Hock 1
Ruang penunggu pasien 0
Ruang gudang 1
Ruang dokter 1 Menyatu dengan ruang nurse
station
Sumber : Laporan bulanan Ruangan Instalasi Rawat Inap Ruang

Anyelir bulan Maret 2019

7). Analisi Pasien

 Karakteristik

Ruang Anyelir adalah ruang perawatan penyakit dalam

perempuan kelas 3 yang melayani perawatan pasien dewasa

dengan kasus penyakit dalam/internal non internal atau sistem

55
kardiovaskular, sistem pernafasan, sistem pencernaan, sistem

endokrin, sistem perkemihan, sistem integumen, dan sistem

persyarafan baik actual maupun potensial yang memiliki

indikasi rawat inap, penyakit infeksi serta penyakit non bedah

lainnya.

a) Jumlah pasien menurut cara pembayaran

Tabel 3.2Jumlah Pasien Menurut Cara Pembayaran di Ruang Anyelir Bulan

Maret 2019

No Cara Pembayaran Jumlah


1 Pasien BPJS 223
2 Pasien Umum 21
3 Pasien Kontraktor 0
4 Pasien SKTM 5
Jumlah 249
Sumber : Laporan bulanan Ruangan Instalasi Rawat Inap Ruang

Anyelir bulan Maret 2019

b) Jumlah pasien masuk menurut rujukan/asal ruang pasien

Tabel 3.3 Jumlah Pasien Masuk Menurut Rujukan/Asal Ruang Pasien di

Ruang Anyelir

No Asal Ruangan Jumlah


1 IGD 240
2 Poliklinik 9
Jumlah 249
Sumber : Laporan bulanan Ruangan Instalasi Rawat Inap Ruang

Anyelir bulan Maret 2019

56
c) Jumlah pasien keluar

Tabel 3.4 Jumlah Pasien Keluar di Ruang Anyelir

No Pasien Keluar Jumlah


1 Pulang Dengan Perbaikan 212
2 Pulamg Paksa / Belum Perbaikan 22
3 Pindah Ke Ruang Rawat Lain 15
4 Pindah Ke Ruang HCU 2
5 Pindah Ke Ruang intensif 9
6 Pasien Dirujuk Ke RS Lain (Vertikal) 0
7 Pasien Meninggal
Pasien Meninggal > 48 Jam 16
Pasien Meninggal < 48 Jam 9
Jumlah 283
Sumber : Laporan bulanan Ruangan Instalasi Rawat Inap Ruang

Anyelir bulan Maret 2019

d) . Jumlah kunjungan di ruang Anyelir


Tabel 3.5 Jumlah Pasien Sesuai SMF di Ruang Anyelir
No SMF Jumlah
1 SMF Dalam 159
2 SMF Paru-Paru 37
3 SMF Jantung 27
4 SMF Saraf 24
5 SMF Kulit 2
Jumlah 249
Sumber : Laporan bulanan Ruangan Instalasi Rawat Inap Ruang

Anyelir bulan Maret 2019

e) 10 Diagnosa Medis Terbanyak

Diagram 3.1 Diagnosa Medis Terbanyak

57
Low Intake
GEA
Febris
TB
Series 1
CHF
Column1
CKD
Column2
Hipertensi
DM
Dispepsia
Anemia

0 20 40 60 80

Sumber : Buku rekap pasien ruang Anyelir pada bulan Januari-Maret 2019

f) 10 Diagnosa Keperawatan Terbanyak

 Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif

 Nyeri akut

 Intoleransi aktivitas

 Pola nafas tidak efektiv

 Defisit volume cairan

 Hipertermi

 Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

 Gangguan perfusi jaringan perifer

 defisit pengetahuan

 kelebihan volume cairan

g) 10 Tindakan Yang Sering Dilakukan

58
 Injeksi

 Pasang/lepas infuse

 Pasang/lepas cateter

 Pasang/lepas NGT

 Ganti Balutan

 Nebulizer

 EKG

 Suction

 RJP

 Pasang/lepas Tranfusi

h) Tingkat ketergantungan

Tingkat ketergantungan rata- rata pasien di Ruang

Anyelir bulan Januari-Maret 2019 dari 32 pasien dengan

tingkat ketergantungan pasien berdasarkan oservasi

ketergantungan total 3, parsial 16 dan mandiri 13 pasien

Tabel 3.6 Jumlah Perawat yang Dibutuhkan Menurut Metode Douglas

Dinas
Kategori
Pagi Sore Malam
Total Care 3 x 0,36 = 1,08 3 x 0,3 = 0,9 3 x 0,2 = 0,6
Partial care 16 x 0,27 = 4,32 16 x 0,15 = 2,4 16 x 0,10 = 1,6
Minimal care 13 x 0,17 = 2,21 13 x 0,14 = 1,82 13 x 0.07 = 0,91
Jumlah 7,61 = 8 orang 5,1 = 5 orang 3,11 = 3 orang
8 orang 5 orang 3 orang
Sumber : Hasil Observasi Ruangan Anyelir Mahasiswa Praktik Profesi

Ners STIKes Cirebon

59
Berdasarkan analisis tabel di atas dengan tingkat

ketergantungan pasien dari 32 pasien didapat jumlah perawat

ideal pada shift pagi 8 orang, siang 5 orang dan malam 3 orang,

namun pada tanggal 29 Maret 2019 jumlah perawat pagi 5 orang,

siang 4 orang dan malam 3 orang, sehingga kerja tim belum

optimal karena tidak sesuainya jumlah perawat yang dinas dengan

tingkat ketergantungan pasien.

Sedangkan menurut metode Gillies, kebutuhan perawat

yang ada adalah sebagai berikut :

1. Rata-rata jam perawatan klien/hari = 5 jam/hari

2. Rata-rata ketergantungan klien bulan Januari-Maret 2019 = 32

orang ( mandiri 13 pasien, total 3 pasien, parsial 16 pasien)

3. Jumlah jam kerja tiap perawat = 40 jam/minggu (6

hari/minggu) jadi jumlah jam kerja/hari 40 jam dibagi 6 = 7

jam/hari.

4. Jumlah hari libur = 73 hari (52 + 8(cuti) + 13 (libur nasional)

 Jumlah jam keperawatan langsung

a. Ketergantungan minimal/mandiri 13 pasien x 1 jam =

13 jam

b. Ketergantungan total 3 pasien x 6 jam = 18 jam

c. Ketergantungan parsial 16 pasien x 3 jam = 48 jam

Jumlah jam = 79 jam

 Jumlah jam keperawatan tidak langsung

60
32 pasien x 1 jam = 32 jam

 Pendidikan kesehatan = 32 pasien x 0,25 jam 8 jam


79+32+8
Sehingga jumlah total jam keperawatan /klien/hari = 𝑥 = 32 pasien = 3,71875

jam/klien/hari

Jadi :

3,71875x32x365 43.435
1. Jumlah tenaga yang dibutuhkan 𝑥 = (365−73)x7
= = 21,25 (21org)
2.044

2. Untuk cadangan 20 % 21 x 20% = 4,2 ( 4 orang )

Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 21+4 = 25 orang

8). Analisis unit layanan keperawatan

 Flow of Care

a) Proses Transfer

Gambar 3.Error! No text of specified style in document.-1Alur penerimaan

pasien baru Ruang Anyelir

Poli IGD Ruangan lain

Ruang Anyelir

61
Keluar
Pindah keruangan
lain

b). Orintasi pasien baru

Berdasarkan hasil observasi pelayanan penerimaan pasien

baru pada tanggal 26-29 April 2019 diruangan Anyelir

sebanyak 24 pasien adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7Pelaksanaan Orientasi pasien baru diruang Anyelir RSD Gunung

Jati Cirebon tahun 2019

No Hal-hal yang Diorientasikan Ya Tidak


01 P1 :Perkenalan (orientasiruangan, saranalain, dan orang )
Perkenalan 33,3% 66,7 %
Perkenalan perawat yang bertanggung jawab, yaitu kepala
66,7 % 33,3%
ruangan, perawat primer, perawat associate
Perkenalan dokter yang bertanggung jawab dan tenaga non
66,7 % 33.3 %
keperawatan (administrasi, ahligizi dan lain-lain )
Perkenalkan pasien baru dengan pasien yang sekamar (bila
0% 100 %
ada)
2 P2 : Peraturan rumah sakit

62
Penjelasan tentang aturan rumah sakit
a. Fasilitas 33.3 % 66,7 %
b. Jelaskan hak dan kewajiban pasien 0% 100 %
c. Fungsi gelang 66,7 % 33.3 %
d. Jam berkunjung 67,7 % 33.3 %
e. Waktu makan 0% 100 %
f. Tata cara pembayaran jasa rumah sakit 0% 100 %
g. Penjelasanakan system sentralisasi obat 67,7 % 33.3 %
h. Anjurkan untuk tida kmembawa barang berharga 33.3 % 67,7 %
i. Bel pasien 0% 100 %
j. Ruangan tunggu keluarga pasien 66,7 % 33,3 %
k. Jelaskan cara operasional tempat tidur 0% 100 %
l. Tempat pembungan sampah 66,7 % 33,3 %
3 P3 : Penyakit / Diagnosa
a. Pengertian 66,7 % 33,3 %
b. Etiologi 33,3 % 66,7%
c. Tanda dan gejala 33,3 % 66,7 %
d. Pemeriksaan 66,7 % 33,3 %
e. Pengobatan 66,7 % 33,3 %
f. Prognosis 0% 100 %
Dengan kriteria hasil jika YA :

66,5 % - 100 % : baik

33,3 % - 66,4 % : kurang baik

0 % - 33,2 % : sangat kurang baik

Sumber: Praktik Manajemen Keperawatan Profesi Ners 2019

c). Discharge Planning

Tabel 3.8 Tabel Discharge Planning Ruang Anyelir

No Hal-hal yang direncanakan Ya Tidak

1 Menyiapkan form rencana pemulangan (discharge


planning), lengkap dan gabungkan dengan form pengkajian 33,3 % 66,7 %
awal

2 Menulis identitas pasien pada kolom yang tersedia,


33,3 % 66,7 %
membuat tanggal masuk pasien pada kolom yang tersedia

3 Membuat tanggal masuk pasien dirumah sakit serta


100% 0%
rencana tanggal dan jam pulang dari rumah sakit

4 Membuat perencanaan pulang khusus (pulang paksa) 100% 0%

63
5 Mengisi transportasi yang dipakai untuk pulang serta yang
100% 0%
mendampingi dan merawat pasien dirumah

6 Mengisi pengobatan yang dilanjutkan dirumah 100% 0%

7 Mengisi diet khusus pasien 100% 0%

8 Menjelaskan peralatan medis yang dilanjutkan dirumah


100% 0%
serta alat bantu yang dipakai dirumah

9 Memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga pasien


100% 0%
dan pasien

10 Mendokumentasikan apa yang sudah diberikan oleh


100% 0%
perawat kepada keluarga pasien dan pasien

11 Menuliskan jadwal kontrol berikutnya 100% 0%

12 Menulis tanda tangan dan nama jelas perawat yang


memberikan dan nama keluarga yang sudah diberikan 33,3% 66,7 %
penjelasan.

Sumber: Praktik Manajemen Keperawatan Profesi Ners 2019

Data tersebut diambil dari 4 buah Rekam Medik pasien yang sudah

pulang pada tanggal 26 April 2019 dan atas izin kepala perawat

diruangan anyelir.

64
3.1.2 Manajemen unit

A. Daftar SPO ruang Anyelir

1. Panduan Do Not Recuscitate (Dnr) Di Lingkungan RSD Gunung

Jati Cirebon

2. Pedoman Pelayanan Dan Asuhan Pasien Pada Rumah Sakit

Daerah Gunung Jati Kota Cirebon

3. Panduan Assesmen Pasien Pada Rumah Sakit Daerah Gunung

Jati Kota Cirebon

4. Panduan Perencanaan Pemulangan Pasien ( Discharge Planning )

RSD Gunung Jati Kota Cirebon

5. Panduan Pelayanana Tindakan Klinik Dan Diagnostik RSD

Gunung Jati Kota Cirebon

6. Pedoman Konseling Dan Tes Hiv Sukarela (KIS) Pada Rumah

Sakit Daerah Gunung Jati Kota Cirebon

7. Pengaduan Pasien Dan Keluarga

8. Permintaan Informasi Dan Pegawai

9. Penyimpanan Informasi Pada Wartawan

10. Pengadaan Barang Dan Jasa

11. Kliping Berita

12. Audit Membersihkan Tangan

13. Assesment Ulang Mengurangi Risiko Cidera Karena Pasien Jatuh

14. Komunikasi Efektf Assesmen Ulang Mengurangi Risiko Cidera

Karena Pasien Jatuh

65
15. Komunikasi Antara Perawat Dan Tim Kesehtan Lain

16. Pencegahan Resiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh Pada Lansia

17. Komunikasi Perawat Dengan Perawat Saat Pertukaran Shift

18. Pemasangan Gelang Identifikasi

19. Layananan Pemberian Sedasi

20. Sedasi Ringan

21. Persiapan Alat Alat Untuk Anastesi Moderat Dan Dalam

22. Panduan Skrinning Rumah Sakit Daerah Gunung Jati Kota

Cirebon

23. Panduan Mengurangi Resiko Cidera Karena Pasien Jatuh Di

Lingkungan RSD Gunung Jati Kota Cirebon

24. Menjaga Privasi Pasien

25. Pemberian Persetujuan Tindakan Kedokteran

26. Penolakan Tindakan Atau Pengobatan

27. Prosedur Menanggapi Keluhan Pasien

28. Perlindungan Barang Milik Pasien

29. Perlindungan Kebutuhan Privasi Klien

30. Peran Staf Megidentifikasi Nilai Nilai Kepercayaan Pasien

31. Pelayanan Kerohanian

32. Pemberian Transfusi Darah

33. Pelayanan Yang Seragam Diseluruh Rumah Sakit

34. Konsultasi Anastesi

66
35. Panduan Persetujuan Umum Pelayanan Kesehatan

(GeneralConsent For Treatment) Di Lingkungan Rumah Sakit

Gunung Jati Kota Cirebon

36. Panduan Pealayanan Pasien Paliative Rumah Sakit Daerah

Gunung Jati Kota Cirebon

37. Panduan Komunikasi Efektif Di Lingungan RSD Gunung Jati

Kota Cirebon

38. Audit Gelang Pengenal Pada Pasien Rawat Inap

39. Panduan Mengidentifikasi Pasien Dengan Benar Di RSD Gunung

Jati Kota Cirebon

40. Panduan Penundaan Pelayanan Pada Rumah Sakit Gunung Jati

Kota Cirebon

41. Panduan Pelayanan Rohani Di Lingkungan RSD Gunung Jati

Kota Cirebon

42. Panduan Triase Di Lingkungan RSD Gunung Jati Kota Cirebon

43. Panduan Identifikasi Nilai Nilai Dan Kepercayaan Pasien Di

Lingkungan RSD Gunung Jati Kota Cirebon

44. Pedoman Perlidungan Hak Pasien Dan Keluarga RSD Gunung

Jati Kota Cirebon

45. Panduan Penandaan Lokasi Operasi Dan Checklist Keselamatan

Pasien Di RSD Gunung Jati Kota Cirebon

46. Panduan Mengurangi Resiko Cidera Pasien Akibat Terjatuh Di

Lingkungan RSD Gunung Jati Kota Cirebon

67
47. Pedoman Sistem Rujukan Pada Rumah Sakit Gunung Jati Kota

Cirebon

48. Panduan Membersihkan Tangan Di Lingkungan RSD Gunung

Jati Kota Cirebon

49. Panduan Assesmen Resiko Jatuh Di Lingkungan RSD Gunung

Jati Kota Cirebon

50. Panduan Pelayanan Tindakan Klinik Dan Diagnostik Di

Lingkungan RSD Gunung Jati Kota Cirebon

51. Penetapan Manajemen Pelayanan Pasien Di RSD Guung Jati

Kota Cirebon

52. Panduan Perencanaan Pemulangan Pasien ( Discharge Planning )

Di RSD Gunung Jati Kota Cirebon

53. Panduan Penundaan Pelayanan Di RSD Gunung Jati Kota

Cirebon

54. Panduan Skrining Pasien Di RSD Gunung Jati Kota Cirebon

55. Panduan Pelayanan Ambulan Di RSD Gunung Jati Kota Cirebon

56. Panduan Pelayanan Dan Asuhan Pasien Terintegrasi Di RSD

Gunung Jati Kota Cirebon

57. Panduan Perlindungan Kekerasan Di RSD Gunung Jati Kota

Cirebon

58. Panduan Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (Ikp) Di

Lingkungan RSD Gunung Jati Kota Cirebon

68
59. Panduan Hak Pasien Dan Keluarga Di RSD Gunung Jati Kota

Cirebon

60. Panduan Menanggapi Keluhan Di RSD Gunung Jati Kota

Cirebon

61. Panduan Manajer Pelayanan Pasien Di RSD Gunung Jati Kota

Cirebon

62. Panduan Informasi Hak Dan Kewajiban Di RSD Gunung Jati

Kota Cirebon

63. Panduan Hak Pasien Dalam Pelayanan Di Lingkungan RSD

Gunung Jati Kota Cirebon

64. Panduan Transfor Di RSD Guung Jati Kota Cirebon

65. Panduan Persetujuan Atau Penolakan Tindakan Di Lingkungan

RSD Gunung Jati Kota Cirebon

66. Panduan Perlindungan Barang Milik Pasien Di Lingkungan RSD

Guung Jati Kota Cirebon

67. Panduan Perlindungan Privasi Pasien Di Lingkungan RSD

Gunung Jati Kota Cirebon

68. Panduan Membersihkan Tangan Di RSD Gunung Jati Kota

Cirebon

69. Panduan Pelayanan Pasien Difabel Di RSD Gunung Jati Kota

Cirebon

70. Panduan Asssesmen Resiko Jatuh Di RSD Gunung Jati Kota

Cirebon

69
71. Mengganti Alat Tenun Kotor Dengan Pasien Diatasnya

72. Penatalaksanaan Pasien Isolasi

73. Memandikan Pasien Di Atas Tempat Tidur

74. Keramas Atau Mencuci Rambut

75. Meindahkan Pasien Dari Tempat Tidur Ke Kursi Roda

76. Pengambilan Jenazah Ke Kamar Jenazah

77. Pemberian Obat Melalui Intra Muskular

78. Pemberian Obat Melalui Selang Intravena

79. Pemberian Obat Intravena Langsung

80. Memberikan Obat Secara Subkutan

81. Memberikan Obat Melalui Intra Kutan

82. Pemberian Obat Melalui Vagina

83. Pemberian Obat Melalui Sublingual

84. Memberikan Obat Melalui Oral

85. Menyiapkan Tempat Tidur

86. Teknik Distraksi

87. Mengangkat Dan Melepaskan Kateter Urin

88. Kerangka Waktu Penyelesaian Asesmen Pasien Gawat Darurat

89. Asesmen Ulang Medis Rawat Inap

90. Asesmen Ulang Keperawatan Rawat Inap

91. Penatalaksanaan Tertusuk Jarum Atau Benda Tajam

92. Kominikasi Via Telepon

93. Hand Over

70
94. Pelepasan Gelang

95. Identifikasi Pasien Sebelum Pemberian Transfusi Darah Atau

Produk Darah

96. Identifikasi Pasien Sebelum Pemberian Obat

97. Identifikasi Pasien Sebelum Pengambilan Darah Atau Spesimen

98. Identifikasi Pasien Sebelum Tindakan Medis

99. Identifikasi Pasien Tidak Sadar

100. Pemasangan Gelang Identifikasi

101. Pemilihan Dan Pewadahan Sampah Medis Di Ruangan

102. Etika Batuk

103. Labelling Pasien Infeksius

104. Melepaskan Infus

105. SPO Pelayanan Darah

106. Pencegahan Pengendalian Infeksi Saluran Kemih

107. Pencegahan Pengendalian Infeksi Infeksi Aliran Darah Primer

108. Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Plebitis

109. Pencegahan Pengendalian Infeksi Ventilator

AssociationPheumonia Dan Hospital Acquired Pheunomonia

110. Prosedur Terapi Gizi Terintegrasi Pasien Rawat Inap

111. Prosedur Pasien Membawa Makanan Dari Luar

112. Prosedur Pemesanan Makanan Pasien Dari Ruang Rawat Inap Ke

Instalasi Gizi

113. Estimasi Berat Badan Berdsarkan Lingkar Lengan Atas

71
114. Estimasi Tinggi Badan Berdasarkan Lutut

115. Alur Transfer Pasien Infeksius Dan Menular : Droplet

116. Alur Transfer Pasien Infeksius Dan Menular : Kontak

117. Alur Transfer Pasien Infeksius Dan Menular : Airbone

118. Pasien Masuk Ke Ruang ICU

119. Pasien Keluar Dari Ruang ICU

120. Pasien Masuk Ke Unit Rawat Intensif Kardiovaskuler

121. Pasien Masuk Ke Ruang High Care Unit

122. Membangun Kesadaran Tentang Budaya Keselamatan Pasien

123. Membersihkan Tangan

124. Penatalaksanaan Pelayanan Darah Dan Cairan Tubuh

125. Pembersihan Tumpahan Darah Dan Cairan Tubuh

126. Penggunaan Alat Pelindung Diri

127. Praktek Menyuntik Aman

Tabel 3.9Data Inventaris Ruangan Anyelir Per Maret 2019

Fasilitas dan logistik merupakan penetapan peralatan keperawatan yang

meliputi: penentuan kebutuhan (jumlah, jenis, spesifikasi, ukuran dan ratio) serta

pengelolaannya dalam upaya mewujudkan pelayanan keperawatan yang

berkualitas. Standar peralatan keperawatan terdiri dari : standar alat kesehatan

(keperawatan), standar alat rumah tangga dan standar alat tenun.

72
No Fasilitas Ruangan jumlah Ket

1 Jumlah tempat tidur sesua SK 48

Kelas 2 0

Kelas 3 48

2 Tempat tidur tanpa pengamanan 2

3 Jumlah ruang tindakan 0

4 Jumlah ruang isolasi 0

5 Jumlah ruang observasi 1

6 Jumlah kamar mandi 18

7 Jumlah ruang depo obat 1

8 Pantry 1

9 Dapur 1

10 Ruang mahasiswa/ linen bersih 1 Menyatu

11 Nurse stasion 1

12 Ruang linen kotor 0 Tempat linen kotor


sementara dispoel
hoek
13 Spoelhoek 1

14 Ruang penunggu pasien 0

15 Ruang gudang 1

Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa ruang observasi dikondisikan

dikamar 1 yang dekat dengan nurse stasion. Adapun ruang isolasi dikondisikan

disatu kamar paling ujung dekat ruang mawar, namun kamar tersebut belum

seseuai standar untuk kamar isolasi. Kasus penyakit yang pernah menempati

kamar isolasi antara lain morbili, hepatitis C dan TB Paru.

73
Tabel daftar alat kesehatan diruang anyelir

No Nama barang/ jenis barang Jumlah Keterangan

1 Blankar 3

2 Troli 7

3 Kursi roda 5

4 Timbangan 1 Rusak sedang dalam


perbaikan (pengajuan
tanggal 28 Oktober 2017)
5 EKG dewasa 1

6 Oximetri 2 Dipakai bersama ruang


mawar
7 Syaringe pump 1 Dipakai bersama ruang
mawar
8 Infuse pump 1

9 tensimeter 4 1 ondisi dalam perbaikan


IPSRS
10 Stetoskop 4

11 Ambu bag 2

12 Glukotest 1

13 Thermometer 2

14 Tiang infus kaki 3 atau 5 28 Cat standar infus banyak


yang terkelupas perlu
pengecetan ulang (sudah
koordinasi dengan petugas
IPSRS namun belum
terealisai)
15 Dorongan O2 besar 1
Dorongan 02 kecil 0
16 Suction 1

17 Nebulizer 1

18 Light box 1

19 Regulator O2 17 Kurang

20 Sampiran 2

21 Pot sorok 20

22 Penlight 1

23 Spatel 2 Disimpan di CSSD sebanyak

74
1 spatel

24 Buli-buli 7

25 Bengkok 6

26 Kasur dekubitus 0 Perlu pengadaan untuk


pasien yang imobilisasi

Berdasarkan tabel diatas jumlah alat kesehatan sudah memadai kecuali

dorongan oksigen kecil, kasue decubitus, thermometer, regulator oksigen dan

suction. Ruang anyelir yang merawat pasien dengan penyakit dalam sangat

membutuhkan pemakaina oksigen untuk itu perlu diadakannya oksigen sentral.

Tabel Daftar Alat Rumah Tangga

No Nama barang Jumlah Keterangan

1 Lemari pasien 48

2 Lemari kayu 5

3 Lemari kaca 4

4 Papan tulis (white board) 2

5 Meja tulis kayu 10

6 Kursi 75

7 Tempat tidur pasien 48

8 Washtafel 3 1 washtafel retak sudah


diajukan perbaikan
namun belum
diperbaiki oleh IPSRS
tanggal 5 Oktober 2017

9 Kasur 48 Sebanyak 30 kasur


tanpa sarung oskar

10 Tangga pasien 1 Rusak

11 Tong sampah besar 4

12 Tong sampah kecil 12

75
13 Kompor Gas 1

14 Rak piring 0

15 Jam dinding 2

16 Gordeng 180

17 AC Split ½ PK 1

18 AC Split 1 PK 21 1 AC tidak berfungsi


diruang mahasiswa (
sudah diajukan
perbaikan ke IPSRS
tanggal 10 Desember
2017)

19 Tempat sampah medis bertutup, roda 2


dan injakan kaki ukuran 120 ltr

20 Wall Exhausfan 10 inch 27 Tidak berfungsi perlu


perbaikan exhausfan
setiap kamar untuk
membersihakan udara (
sudah dilaporkan ke
IPSRS belum ada
perbaikan)

21 Baskom 15

22 Lemari emergency 1

23 Nampan 1

24 Bantal 0

76
Daftar Alat Tenun

No Nama barang Jumlah Keterangan

1 Seprei 128

2 Selimut 10

3 Barakshort 3

4 Steak linen 48

5 Perlak kecil 0

6 Perlak besar 1

7 Sarung tabung O2 besar 4

8 Sarung tabung O2 kecil 0

9 Tutup alat 3

10 Sarung bantal 51

11 Baju pasien 1

Tabel 3.10 Daftar Logistik Ruang Anyelir Bulan Maret 2019

Kamar Logistik Jumlah Keterangan

Tempat tidur pasien 6 Beberapa kondisinya kurang baik

Lemari pasien 6 Baik, tanpa meja untuk makan

AC 2 Kurang sejuk

Kursi 5 Baik
Kamar 1
Standar infus 6 Baik

Oksigen Central - -

Terdapat pegangan, sedikit licin, lampu


Kamar mandi klien 1
menyala,

Wastafel - -

Kamar 2 Tempat tidur pasien 6 Beberapa kondisinya kurang baik

Lemari pasien 6 Baik, tanpa meja untuk makan

77
AC 2 Baik

Kursi 6 Baik

Standar infus 6 Baik

Oksigen Central - -

Kamar mandi klien 1 Terdapat pegangan, sedikit licin, lampu


menyala,

Wastafel - -

Kamar 3 Tempat tidur pasien 6 Beberapa kondisinya kurang baik

Lemari pasien 6 Baik, tanpa meja untuk makan

AC 1 Baik

Kursi 7 Baik

Standar infus 6 Baik

Oksigen Central - -

Kamar mandi klien 1 Terdapat pegangan, sedikit licin, lampu


menyala,

Wastafel - -

Kamar 4 Tempat tidur pasien 6 Beberapa kondisinya kurang baik

Lemari pasien 6 Baik, tanpa meja untuk makan

AC 1 Kurang sejuk

Kursi 6 Baik

Standar infus 6 Baik

Oksigen Central - -

Kamar mandi klien 1 Tidak terdapat pegangan, licin, lampu menyala

Wastafel - -

Kamar 5 Tempat tidur pasien 6 Beberapa kondisinya kurang baik

Lemari pasien 6 Baik, tanpa meja untuk makan

AC 1 Baik

Kursi 7 Baik

Standar infus 6 Baik

78
Oksigen Central - -

Kamar mandi klien 1 Terdapat pegangan, sedikit licin, lampu


menyala,

Wastafel - -

Kamar 7 Tempat tidur pasien 6 Beberapa kondisinya kurang baik

Lemari pasien 6 Baik, tanpa meja untuk makan

AC 1 Kurang sejuk

Kursi 6 Baik

Standar infus 6 Baik

Oksigen Central - -

Kamar mandi klien 1 Tidak terdapat pegangan, licin, lampu menyala

Wastafel - -

Tempat tidur pasien 6 Beberapa kondisinya kurang baik

Lemari pasien 6 Baik, tanpa meja untuk makan

AC 1 Baik

Kursi 6 Baik
Kamar B
Standar infus 6 Baik

Oksigen Central - -

Kamar mandi klien 1 Terdapat pegangan, sedikit licin, lampu


menyala,

Wastafel - -

Administrasi Penunjang

1) Lembar Observasi 4) Buku Obat

2) Lembar Dokumentasi 5) Buku Pasien Pulang

3) Buku Observasi 6) Buku Rincian pasien pindahan

Sumber : Hasil Observasi Ruangan Anyelir Tanggal 26 April 2019 Mahasiswa

Praktik Profesi Ners STIKes Cirebon

79
B. Sumber Daya Atau Kekuatan Kerja

1. Manusia

a) Struktur Organisasi Anyelir (Penyakit Dalam Perempuan

Secara struktural Ruang Anyelir (penyakit dalam perempuan)

dibawah bidang instalasi rawat inap yang dipimpin oleh

seorang kepala ruangan dan dibantu, 2 kepala tim dan 17

perawat pelaksana. Berikut gambaran struktur organisasi

Ruang AnyelirRSD Gunung Jati Kota Cirebon

80
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Ruang AnyelirRSD Gunung Jati Kota

Cirebon

Kepala Ruangan
Ns. Setya Vahani, S.Kep.,M.Kep

TENAGA POS ADMINISTRASI


Erry Purwanto Entin Sumarni, SE

KETUA TIM I (INTERNA) KETUA TIM II (NON INTERNA)


Sri Hastuti, S.Kep., Ners Rina Hartini, S.Kep., Ners

PERAWAT PELAKSANA PERAWAT PELAKSANA


Indah Yati, S.Kep., Ners Sairoh, S.Kep., Ners
Uswatun Hasanah, S.Kep., Ners Wawan Kurniawan, Amd.Kep
Ariska. Amd.Kep Budiyanto, S.Kep
Siti Chaeriah Eka P Amd.Kep Cecep Sopian H,Amd.Kep
Sari, Amd.Kep Abdullah, Amd.Kep
Aripin,Amd.Kep Astri Rahayu, Amd.Kep
Moh Aba Sujaya, Amd.Kep Siti Umaiah, Amd.Kep
Sutini, Amd.Kep
Destian Wulandari, Amd.Kep
Ayu Warniasih, Amd.Kep

b) Ketenagakerjaan / Sumber Daya Manusia

Tenaga kerja Ruang Anyelir berjumlah 22 orang yang terdiri1

kepala ruangan, 2 ketua tim, 2 clinical instruktur, 17 perawat

pelaksana, 1 tenaga administrasi, 1 perkarya/POS, 1 tenaga

81
kebersihan . Dari 22 orang tenaga kerja yang bekerja diruang

Anyelir berpendidikan sebagai berikut :

Tabel 3.11Daftar KeadaanPegawai


Ruang AnyelirRSD Gunung Jati Kota Cirebon
NO JABATAN NAMA KEADAAN BEBAN
KERJA
PEND DIKLAT INDIVIDU
BULAN
MARET 2019

1 Kepala Setya Vahani S,kepM,kep  PPI 175 jam


Ruangan  BHD
 K3RS
 Mutu & Keselamatan pasien
 Managemen bangsa
 Komunikasi Efektif
2 Ketua Tim Sri Hastuti S.Kep., Ners  PPI 161 jam
 BHD
 K3RS
 Mutu & Keselamatan pasien
3 Ketua Tim Rina S.Kep., Ners  PPI 161 jam
HartiniS.Kep.,  BHD
NS  K3RS
 Mutu & Keselamatan pasien
 EWS
4 Clinical SairohS.Kep.,N S.Kep., Ners  PPI 172 jam
instruktur s  BHD
 K3RS
 Mutu & Keselamatan pasien
5 Clinical Indah Yati S.Kep., Ners  PPI 161 jam
instruktur  BHD
 K3RS
 Mutu & Keselamatan pasien
6 Perawat Ariska D3 Kep  PPI 164 jam
pelaksana  BHD
 K3RS
 Mutu & Keselamatan pasien
7 Perawat Wawan D3 Kep  PPI 164 jam
Pelaksana Kurniawan  BHD
 K3RS
 EWS
8 Perawat Siti C. Ekka E., D3 Kep  PPI 172 jam
Pelaksana  BHD
 K3RS

82
Mutu & Keselamatan pasien
9 Perawat Sari, Amd. Kep D3 Kep  PPI 172 jam
Pelaksana  BHD
 K3RS
 Mutu & Keselamatan pasien
10 Perawat Aripin, D3 Kep  PPI 171 jam
Pelaksana Amd.Kep  BHD
 K3RS
 Mutu & Keselamatan pasien
11 Perawat Moh.Aba D3 Kep  PPI 174 jam
Pelaksana Sujana,Amd.Ke  BHD
p  K3RS
 Mutu & Keselamatan pasien
12 Perawat Astri Rahayu, D3 Kep  PPI Cuti
Pelaksana Amd.Kep  BHD melahirkan
 K3RS
 Mutu & Keselamatan pasien
13 Perawat Cecep Sopian D3 Kep  PPI Cuti Sakit
Pelaksana H., Amd.Kep  BHD
 K3RS
Mutu & Keselamatan pasien
14 Perawat Sutini, D3 Kep  PPI 165 jam
Pelaksana Amd.Kep  BHD
 K3RS
 Mutu & Keselamatan pasien
15 Perawat Budiyanto, D3 Kep  PPI 164 jam
Pelaksana S.Kep.,Ns  BHD
 K3RS

16 Perawat Siti Umaiyah, D3 Kep  PPI 168 jam


Pelaksana Amd.Kep  BHD
 K3RS
 Mutu & Keselamatan pasien
17 Perawat Ayu Warniasih, D3 Kep  PPI 165 jam
Pelaksana AMK  BHD
 K3RS
 Mutu & Keselamatanpasien
18 Perawat Destian D3 Kep  PPI 165 jam
Pelaksana Wulandari,  BHD
Amd.Kep  K3RS
 Mutu & Keselamatan pasien
19 Perawat Abdullah, D3 Kep  PPI 157 jam
Pelaksana Amd. Kep  BHD
 K3RS
 Mutu & Keselamatan pasien
20 Perawat UswatunHasan D3 Kep  PPI 172 jam
Pelaksana ahS.Kep  BHD
 K3RS
 Mutu & Keselamatan pasien

83
Tabel 3.12Data Jumlah Pasien di Ruang Anyelir Maret 2019
RSD Gunung Jati Cirebon

No Bulan Jumlah

1 Januari 195

2 Februari 229

3 Maret 249

Sumber: Praktik Manajemen Keperawatan Profesi Ners2019


2. Non Manusia (5M)
a) M2 (Money)
1) Biaya operasional ruangan berasal dari Anggaran Rumah
Sakit
2) Pembiayaan pasien sebagai besar BPJS dan umum (biaya
sendiri)
3) Tidak Ada biaya bagi perawat yang akan melanjutkan
pendidikan kejenjang selanjutnya.
4) Ada anggaran diklat untuk perawat PNS dan PTT yang
ditugaskan mengikuti pelatihan dan seminar di RSD
Gunung Jati dan tidak ada anggran diklat untuk perawat
yang mengikuti pelatihan dan seminar di luar RSD Gunung
Jati.
5) Kebutuhan Ruangan seperti fasilitas cuci tangan (tissue)
belum 100% terpenuhi
6) Setiap bulan perawat mendapat intensif
b) M3 (Metode)
Manajemen asuhan keperawatan di Ruang Anyelir
menggunakan metode keperawatan tim. Yang dibagi menjadi 2
tim yaitu Tim Internal dan Tim non Internal. Metode ini
diterapkan dengan menggunakan kerjasama tim perawat
heterogen, terdiri dari ketua Tim dan perawat pelaksana yang
saling membantu. Pembagian tugas dalam kelompok atau grup

84
dilakukan oleh kepala ruangan. Selain itu, kepala ruangan
bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota tim sebelum
tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan perawatan
pasien, serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan
tugas apabila mengalami kesulitan, selanjutnya ketua tim yang
melaporkan kepada kepala ruangan tentang kemajuan
pelayanan/asuhan keperawatan terhadap klien.
Adapun hasil observasi pada pendokumentasian proses
keperawatan pada 12 status rekam medis pasien yang sudah
pulang didapatkan.

Tabel 3.13 Timbang Terima di Ruang Anyelir dari tanggal 26-29 April

2019

Tahap SOP Timbang Terima Malam Pagi

Ya Tidak Ya Tidak

Persiapan 1. Timbang terima dilaksanakan 100% 0% 100% 0%


pada setiap pergantian sift
2. Timbang terima meliputi 100% 0% 100% 0%
semua pasien
Pelaksanaan 1. Serah terima didahului 66,7% 33,3% 100% 0%
dengan doa bersama
2. Komunikasi antar 100% 0% 100% 0%
pemberi tanggung jawab
dan penerima tanggung
jawab dilakukan dengan
suara perlahan/tidak
ribut

85
3. Menyebutkan identitas 100% 0% 100% 0%
pasien
4. Menyebutkan diagnosis 100% 0% 100% 0%
medis
5. Menyebutkan diagnosa 100% 0% 100% 0%
keperawatan
6. Menyebutkan tindakan 100% 0% 100% 0%
keperawatan yang telah
dilakukan beserta waktu
pelaksanaanya
7. Menginformasikan jenis 100% 0% 100% 0%
dan waktu rencana
tindakan keperawatan
yang belum dilakukan
8. Menyebutkan 100% 0% 100% 0%
perkembangan pasien
yang ada selama shift
9. Menginformasikan 100% 0% 100% 0%
pendidikan kesehatan
yang telah dilakukan
(bila ada)
10. Mengevaluasi hasil 100% 0% 100% 0%
tindakan keperawatan
11. Menyebut terapi dan 100% 0% 100% 0%
tindakan medis beserta
waktunya yang
dilakukan selama shift
12. Menyebutkan tindakan 100% 0% 100% 0%
medis yang belum
dilakukan selama shift
13. Menginformasikan 33,3% 66,7% 33,3% 66,7%
kepada pasien/keluarga
nama perawat shift
berikutnya pada akhir
tugas
14. Memberikan salam 100% 0% 100% 0%
kepada pasien, keluarga
serta mengobservasi dan
menginspeksi keadadaan
pasien, menanyakan
keluhan keluhan pasien.
Post – 1. Timbang terima ditutup 0% 100% 0% 100%
Timbang dengan doa
terima

Sumber: Praktik Manajemen Keperawatan Profesi Ners 2019

Tabel 3.14 Pendokumentasian Proses Keperawatan


Pendokumentasian

86
Katagori Tidak
Terisi lengkap lengkap

Pengkajian awal rawat inap 1 3

Penilaian resiko jatuh 1 3

Lembar pemantauan TTV 1 3

Edukasi 1 3

Catatan perkembangan pasien 3 1

Discharge planing 0 4
Sumber: Praktik Manajemen Keperawatan Profesi Ners 2019

c) M4 (Material)
1) Ruang jaga perawat yang di fasilitasi oleh kursi dan meja,
telpon, dan wastafel.
2) Bagan stuktur sudah tersedia dan sudah terpasang dan
pendokumentasian askep sudah tersedia namun tidak
relevan karena belum dilakukan revisi mengenai beberapa
perawat yang dipindah dinaskan ke ruangan lain .
3) Lantai keseluruh ruangan diberikan keramik putih dengan
ukuran 30x30 cm kering dan tidak licin setiap hari
dibersihkan oleh CS
4) Kamar kelas 3 di satukan antara BPJS dan Umum
5) Di ruang Anyelir terdapat 8 ruangan yang 1 kamar berisi 6
bed. Semua pasien merupakan pasien Wanita
6) Tinggi atap (flapon) kuranglebih3 meter

Tabel 3.15 Observasi Sarana Dan Prasarana Alat Pelindung Diri (Apd)
No Pengamatan Ya Tidak

1 Perawat mencuci tangan sebelum melakukan tindakan 55 % 45%


perawatan

87
2 Perawat mencuci tangan sesudah melakukan tindakn 100 % 0%
keperawatan

3 Perawat mencuci tangan pada air mengalir atau wastafel 100 % 0%

4 Perawat mencuci tangan dengan menggunakan : 100 % 0%

a. sabun atau cleanser

b. larutan antiseptik 100% 0%

5 Mencuci tangan dilakukan selama:

a. 10 sampai 15 detik 100% 0%

b. > 120 detik 0% 100%

6 Perawat menggunakan masker pada pasien yang terindikasi 66,7% 33,3%


beresiko menular

7 Perawat memakai masker sebelum mencuci tangan sebelum 33,3% 66,7%


menggunakan masker dan memakai gaun

8 Masker dipakai satu kali untuk merawat satu pasien 66,7% 33,3%

9 Perawat menggantungkan masker dileher untuk digunakan 0% 100%


kembali

10 Perawat melepaskan masker setelah melepaskan sarung tangan 100% 0%


dan mencuci tangan terlebih dahulu

11 Perawat menggunakan apron saat akan melakukan tindakan 0% 100%

12 Perawat menggunakan sarung tangan saat melakukan tindakan 100% 0%


keperawatan

13 Sarung tangan di ganti setiap melakukan tindakan pada pasien 100% 0%


yang berbeda

14 Perawat mencuci tangan setelah melepaskan sarung tangan 100% 0%

Sumber: Praktik Manajemen Keperawatan Profesi Ners 2019

3.1.3 Lingkungan Kerja


A. Lingkungan fisik
Lingkungan fisik adalah semua keadaan yang terdapat disekitar,
seperti ruangan, suhu udara, sirkulasi udara, pencahayaan,
kebisingan, getaran mekanis, kebersihan dan bau-bauan, warna akan
berpengaruh secara signifikan tehadap hasil kerja manusia tersebut
(Wingjosoebroto, 2000).

88
 Sirkulasi Udara
Sirkulasi udara diruang Anyelir kurang baik, dikarenakan setiap
kamar atau ruangan ada ventilasi berupa jendela namun terdapat
blower yang rusak. Sehingga sirkulasi udara akan sedikit
terganggu. Hal ini jelas akan mempengaruhi kesembuhan pasien
karena sirkulasi udaranya kurang berjalan dengan baik, serta dapat
terhirup sampai ke nurse station yang berakibat penularan jika
terhirup langsung. Terlebih jika daya tahan tubuhnya sedang tidak
baik. Disamping itu hampir disetiap ruangan terpasang AC namun
kebanyakan tidak berfungsi sehingga tak jarang pasien yang
mengeluh kepanasan dan mengganggu kenyamanan pasien.
 Pencahayaan
Pencahayaan ruang Anyelir cukup, yang terbantu oleh adanya
jendela-jendela setiap kamar/ruangan dan sudah terpasang lampu-
lampu yang membuat terang.
 Kebisingan
Ruang Anyelir tempat yang strategis dari kebisingan seperti polusi
yang bisa mempengaruhi kinerja perawat dan istirahatnya pasien-
pasien yang sedang dalam perawatan intensif. Ruang Anyelir jauh
dari suara-suara yang keras seperti jauh dari jalan raya, jauh dari
pabrik, dan suara-suara yang mengganggu komunikasi, gangguan
tidur, gangguan perilaku, gangguan fisiologis, serta ruang Anyelir
dekat dengan masjid sehingga setiap Adzan berkumandang dapat
membuat pasien merasa nyaman.
 Kebersihan dan bau-bauan
Dalam segi kebersihan ruang Anyelir terpelihara baik kebersihan
ruangan, kamar pasien, kamar mandi dan halamannya. Terdapat
tempat sampah non medis dan ruang perawat. Setiap hari ruangan
Anyelir di bersihkan sehari 2 kali (pagi dan siang).
B. Lingkungan non fisik

89
Lingkungan kerja non-fisik dibagi ke dalam tiga kriteria, diantaranya
yaitu:
 Hubungan perawat dan pasien
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 26 April
2019 didapatkan bahwa interaksi antara perawat-pasien, terjadi
pada saat perawat melakukan tindakan keperawatan langsung,
diantaranya: mengganti alat tenun, mengganti balutan, menyuntik
obat, memasang infus dan memberikan tindakan keperawatan
lainnya. Hubungan juga terjadi pada saat perawat melakukan
asuhan keperawatan tidak langsung, seperti: operan dinas
(timbang terima) dan visite dokter.

Hasil penilaian kepuasan Pasien di ruang Anyelir didapatkan hasil sebagai berikut
:
Tabel 3. 16Penilaian Kepuasan pasien di Ruang Anyelir RSD

Gunung Jati Kota Cirebon

JAWABAN
NO PERAWATAN
YA TIDAK

1. Apakah perawat selalu memperkenalkan diri 34,6% 65,4%

2. Apakah perawat sering mengingatkan untuk tidak merokok diluar 61,5% 38,5%
ruangan

3. Apakah perawat selalu menanyakan bagaimana nafsu makan anda 73,1% 26,9%
(pasien)

4. Apakah perawat pernah menanyakan pantangan dalam hal 42,3% 57,7%


makanan anda (pasien)

5. Apakah perawat menanyakan/memperhatikan berapa jumlah 76,9% 23,1%


makanan dan minuman yang bisa anda (pasien) habiskan

6. Apabila pasien tidak mampu makan sendiri apakah perawat 30,8% 69,2%

90
membantu menyuapinya

7. Pada saat anda (pasien)dipasang infus, apakah perawat selalu 100% 0%


memeriksa cairan/tetesannya dan area/daerah sekitar pemasangan
jarum infus.

8. Apabila anda (pasien) mengalami kesulitan buang air besar, 73,1% 26,9%
apakah perawat menganjurkan makan buah dan sayuran

9. Pada saat perawat membantu anda (pasien) waktu buang air besar, 46,2% 53,8%
buang air kecil, apakah perawat memasang sampiran/selimut,
menutup pintu/jendela, mempersilahkan pengunjung keluar
ruangan

10. Apakah ruangan tidur anda (pasien) dijaga kebersihannya dengan 100% 0%
disapu dan dipel setiap hari

11. Apakah lantai kamar mandi/WC selalu bersih, tidak berbau, 80,8% 19,2%
cukup terang.

12. Selama anda (pasien) belum mampu mandi ( dalam keadaan 7,7% 92,3%
istirahat total ), apakah dimandikan oleh perawat.

13. Apakah anda (pasien) dibantu oleh perawat jika tidak mampu 7,7% 92,3%
menggosok gigi/membersihkan mulut, mengganti pakaian dan
menyisir rambut.

14. Apakah alat-alat tenun seperti seprei, selimut dan lain-lain diganti 73,1% 26,9%
setiap kotor.

15. Apakah perawat pernah memberikan penjelasan akibat dari : 76,9% 23,1%
kurang bergerak, berbaring terlalu lama.

16. Pada saat anda (pasien) masuk rumah sakit apakah perawat 80,0% 15,4%
memberikan penjelasan tentang fasilitas yang tersedia dan cara
penggunaannya, peraturan/tata tertib yang berlaku dirumah sakit.

17. Selama anda (pasien) dalam perawatan, apakah perawat 96,2% 3,8%
memanggil nama dengan benar.

18. Selama anda (pasien) dalam perawatan, apakah perawat 88,6% 11,5%
mengawasi keadaan anda secara teratur.

19. Apakah perawat bersikap : sopan, ramah 100% 0%

20. Apakah anda (pasien)anda mengetahui perawat yang bertanggung 80,8% 19,2%
jawab setiap kali pergantian dinas.

21. Apakah perawat selalu memberikan penjelasan sebelum 92,3% 7,7%


melakukan tindakan keperawatan/pengobatan.

22. Apakan perawat selalu bersedia mendengarkan dan 100% 0%


memperhatikan setiap keluhan anda (pasien).

23. Dalam hal memberika obat, apakah perawat membantu 53,8% 46,2%
menyiapkan/meminum obat.

91
24. Selama anda (pasien) dirawat, apakah diberikan penjelasan 80,8% 19,2%
tentang perawatan/pengobatan/pemeriksaan lanjut setelah anda
(pasien) anda diperbolehkan pulang.

Sumber: Praktik Manajemen Keperawatan Profesi Ners 2019


 Hubungan antara perawat dan perawat
Dari hasil pengamatan, proses komunikasi antara sesama
perawat sudah berjalan dengan baik.
a) Komunikasi dilakukan dengan sistem kekeluargaan,
terbuka dan akrab, serta tidak ada batasan antara senior
dan junior. Nama panggilan biasanya berupa nama
pengganti seperti: ibu, bapak, aa, teteh dan kakak.
Pengambilan keputusan dilakukan dengan musyawarah
dan komunikasi dua arah. Jika terjadi masalah atau
konflik diantara para perawat, permasalah tersebut
diselesaikan secara langsung sehingga tidak mengganggu
hubungan dalam pekerjaan dan kinerja perawat.
b) Berdasarkan keterangan kepala ruangan, jadwal dinas
perawat di ruang Anyelir dibagi dalam 2 (dua) Tim, yaitu
tim 1 dan tim 2. Ketika melakukan tindakan, perawat
melakukan seluruh tindakan secara bersama-sama dimulai
dari kamar 1 sampai kamar 9. Tindakan keperawatan
rutin yang dilakukan secara bersama-sama, diantaranya:
injeksi obat, operan dinas.
c) Jadwal dinas perawat di Ruang Anyelir RSD Gunung Jati
berdasarkan metode tim. Setiap perawat mendapatkan
jadwal dinas 2 (dua) kali dinas pagi, 2 (dua) kali dinas
siang, 2 (dua) kali dinas malam, satu kali lepas, dan 1
(satu) hari libur dalam satu minggu
 Hubungan perawat dan profesi lain
Menurut keterangan hasil pengamatan secara
langsung oleh kelompok kami, hubungan perawat dan
profesi lain di ruang Anyelir berjalan dengan baik.

92
Tim kesehatan bekerjasama sebagai tim untuk
menangani masalah pasien serta saling menghormati
dan menghargai antar profesi. Pada waktu dan
keadaan tertentu, dokter dan perawat melakukan
diskusi untuk menyelesaikan pemasalahan pasien,
begitu juga dengan petugas medis lain atau bahkan
non medis. Masing-masing petugas kesehatan menulis
di rekam medik pasien dengan lengkap dan jelas. Jika
terdapat instruksi atau pendelegasian tugas, maka
proses pendelegasian dilakukan secara tegas dan
tertulis.

3.1.4 Kajian Indikator Mutu Ruangan


A. Alat Ukur (Teori Indikator Mutu Ruangan)
1. BOR (Bed Occupancy Rate)
Indikator mutu ruangan bulan Maret 2019 sebagai
beriku:
Tabel 3.17Kinerja Rawat Inap Ruang Anyelir Bulan Maret 2019

No Uraian Jumlah
1 BOR 76,2 %
2 LOS 4-5 hari
3 BTO 59 kali
4 TOI 1-2 hari
5 GDR 0/00 84 0/00
6 NDR 0/00 56 0/00
7 Jumlah hari rawat 1134 hari
8 Jumlah TT 48
9 Jumlah pasien 249
10 Pasien masuk/keluar pada hari yang sama 0

93
Sumber : Laporan bulanan Ruangan Instalasi Rawat Inap Ruang
Anyelir bulan Maret 2019

Dari data yang diambil selama bulan Maret di dapatkan nilai BOR 76,2%, LOS 4-
5 hari, GDR 84 %, BTO 59x/hari, dan TOI 1-2 hari.

Tabel 3.18Hasil perhitungan BOR pasienRuang Anyelir tanggal

26-29 April 2019

No Hari / Tanggal JumlahPasienRuangan BOR

1 Jumat , 26 April 2019 P = 5 orang 29


𝑥 100 % = 60,4%
48

T = 5 orang

M = 19 orang

2 Sabtu, 27 April 2019 P = 6 orang 31


𝑥 100 % = 64,5 %
48
T = 5 orang

M = 20 orang

3 Minggu , 28 April 2019 P = 18 orang 34


𝑥 100 % = 70,8%
48

T = 2 orang

M = 14 orang

4 Senin , 29 April 2019 P = 4 orang 38


𝑥 100 % = 79,1 %
48
T = 4 orang

M = 20 orang

Sumber: Praktik Manajemen Keperawatan Profesi Ners 2019

94
Perhitungan BOR Ruang Anyelir
𝑏𝑜𝑟 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑙𝑢 + ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛
Rumus = 2
76,2 % + 68,7 %
= 2
144,95
= 2

= 72,475 %
= 72 %

95
BAB IV

ANALISIS DATA DAN PERENCANAAN

4.1 ANALISIS DATA

Berdasarkan hasil pengkajian dari tanggal 26 April 2019 sebanyak

24 orang dapat diketahui bahwa hasil pengkajian, didapatkan masalah

sebagai berikut :

No. Data Pengkajian Masalah yang muncul


Orientasi pasien baru
- 75% Pasien baru tidak diperkenalkan tentang ruangan,
Sarana, perawat ppjp dan dokter dpjp.
- 87,5% Pasien baru yang tidak dijelaskan tentang
1. Orientasi pasien baru belum optimal
peraturan RS dan peraturan ruang anyelir.
- 79% perawat yang tidak menjelasakn hak dan
kewajiban pasien pada keluarga maupun pasien.
Kebutuhan Dasar Manusia
1- Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan 25 orang
2. - Perawat yang tersedia diruangan Anyelir hanya ada
20 orang Jumlah tenaga kerja kurang
- Rata - rata beban kerja perawat 170 jam sedangkan
idealnya 160 jam (maksimal).
Aplikasi Proses Dokumentasi Keperawatan
3. - Lembar DPO tidak di tandatangan oleh keluarga/
pasien
- Terdapat Ketidak sesuain antara diagnosa dan
intervensi yang ditulis pada rekam medik status Pendokumentasian proses
pasien keperawatan belum optimal
- Adanya ketidak sesuaian antara keluhan utama
pasien dengan pengisian form assesment awal pada
rekam medik status pasien
Manajemen Unit (Sarana & Prasarana)
4. - Tidak terpasangnya poster visi misi ruangan di ruang
anyelir
- Sarana dan prasarana di ruangan anyelir yang tidak
sesuai dengan Standar MENKES
- Banyak pasien mengeluhkan hawa panas di ruang
perawatan
Sarana dan prasarana di Ruang
- Tidak tersedianya ruang isolasi untuk pasien-pasien
Anyelir belum optimal
dengan diagnosa tertentu
- Dinding di ruang anyelir terlihat kusam
- Bangunan ruang anyelir salah satu bangunan paling
tua di Rs gunung jati kota cirebon.

96
Metode Asuhan Keperawatan
5. - Belum terbentuknya reward and punishment untuk
petugas keperawatan
- Belum terbentuknya sangsi untuk petugas kesehatan Reward and punishment belum
untuk yang melanggar peraturan terbentuk
- Belum terbentuknya penghargaan untuk petugas
kesehatan yang disiplin

97
4.2 ANALISA SWOT

VARIABEL STRENGHT (S) WEAKNESS (W) OPPORTUNITY (O) THREATMENT (T)

1. Karu berlatar belakang pendidikan M.Kep 1. Jumlah perawat kurang dari standar 1. Adanya penerapan 1. Adanya beberapa rumah sakit
(5%), dan PP sebanyak 5 orang perawat 2. Pasien baru yang tidak diperkenalkan program jenjang karir kompetitor yang berada disekitar
berlatar pendidikan S1 Keperawatan Ners tentang ruangan, sarana, perawat dan 2. Terdapat kesempatan Rumah Sakit
(25%), S1 Keperawatan sebanyak 1 orang dokter yang bertanggungjawab perawat untuk
(5%) dan D3 Keperawatan sebanyak 13 sebanyak direkomendasikan
orang (65%) 3. Masih ada pasien baru yang tidak mengikuti pelatihan
2. Lebih dari setengah perawat berlatar dijelaskan tentang peraturan RS 65% dan diangkat menjdi
MAN
belakang D3 yaitu 13 orang (65%) Pasien baru yang tidak dijelaskan PT (Pegawai Tetap)
3. Karu, Katim dan perawat pelaksana di ruang tentang penyakit/ diagnosa 65%
Anyelir sudah mengikuti pelatihan
keperawatan sesuai kebutuhan ruangan.
Sebagian besar perawat dengan status
kepegawaian tetap sebanyak 4 orang dan
sisanya sebanyak 16 orang
1. Kelengkapan fasilitas sarana dan prasarana 1. Terdapat beberapa bad pasien yang 1. Adanya dana untuk 1. Semakin berkembangnya Rumah
bagi pasien di ruang Anyelir 50% kurang baik 30 % sarana prasarana yg Sakit kompetitor dengan sarana
2. Kelengkapan fasilitas sarana dan prasarana 2. Pasien mengeluh ruangan panas dialokasikan untuk prasarana yang lebih menunjang
fasilitas alat kesehatan di ruang Anyelir 50 akibat AC di ruangan mati rumah sakit
MATERIAL % 3. Masih banyak sarana dan prasarana
yang tidak sesuai dengan standar
3. Kelengkapan fasilitas alat tulis kantor sudah menkes 50 %
baik
4. Kelengkapan sarana prasarana rumah tangga
60% 5. Sudah terdapat SPO di ruangan 98%
1. Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil 1. Tidak terlihat dilakukan ronde 1. Adanya kebijakan dari 1. Adanya kompetitor dari Rumah Sakit
pendokumentasian asuhan keperawatan keperawatan RS Gunung Jati lain yang sudah menerapkan metode
sudah 45 % 2. Sebagian besar pengetahuan perawat Cirebon mengenai MPKP.
METHODE 2. Dilakukannya pengurangan resiko pasien dalam kategori cukup, yaitu penerapan metode
jatuh 60% mengenai: MPKP di Ruang
a. Metode Tim cukup Anyelir

98
b. Supervisi kurang
3. Sebagian besar pengetahuan perawat
dalam kategori Sedang, yaitu
mengenai:
a. Sentralisasi Obat kurang
b. Ronde keperawatan kurang
4. Berdasarkan hasil observasi
didapatkan pilar:
a. Pasien safety ketepatan
identifikasi pasien baru
5. Adanya beberapa tindakan
keperawatan yang tidak sesuai
dengan prosedur SOP yaitu:
a. Penerapan pemasangan infus
yang SOP yang baru belum
diterapkan di ruang anyelir
b. Perawatan luka tidak sesuai SOP
c. Pemasangan NGT tidak sesuai
sop
6. Belum terbentuknya reward and
punishmentuntuk petugas kesehatan.
7. Belum terbentuknya sanksi untuk
petugas kesehatan untuk yang
melanggar peraturan
8. Belum terbentuknya penghargaan
untuk petugas kesehatan yang
disiplin

99
1. Dana Operasional 100% didapatkan dari 1. Tidak Ada biaya bagi perawat yang 1. Bekerjasama dengan 1. Terdapat Rumah Sakit kompetitor
anggaran Rumah Sakit akan melanjutkan pendidikan ke pihak institusi Gunung Jati diantaranya: RST
2. Sumber dana peralatan kesehatan dan jenjang selanjutnya pendidikan Ciremai dengan jarak 1 KM
prasarana penunjang diperoleh dari anggaran (mahasiswa yang
Rumah Sakit praktek di klinik)
3. Adanya dana untuk jaminan kesehatan melalui Diklat
berupa BPJS Kesehatan bagi PNS dan PTT
4. Adanya tunjangan hari raya (THR) bagi PNS
dan PTT
5. Adanya gaji pokok untuk karyawan yang
didapatkan setiap bulan dari rumah sakit
MONEY sesuai dengan golongan masa kerja
6. Adanya sumber dana yang berasal dari
kerjasama dengan perusahaan lain
(pengadaan alkes)
7. Adanya sumber dana yang berasal dari kerja
sama dengan pihak Institusi pendidikan
(mahasiswa yang praktek klinik)
8. Adanya alokasi dana untuk pelatihan yang
diadakan oleh Rumah Sakit bagi perawat
diruangan dari Bidang Keperawatan, PPNI,
Komite dan Diklat. Contohnya seperti
pelatihan BTCLS, serta mengikuti seminar/
workshop.

100
4.3 PRIORITAS MASALAH

No. Masalah Manajemen Mg Sv Mn Nc Af Skor Prioritas

Orientasi pasien baru


1. 454454 454444 445444 454455 554455 131 1
belum optimal

Jumlah tenaga kerja


2. 555555 555555 554555 555555 553555 147 3
kurang

Pendokumentasian
3. proses keperawatan 455455 444455 455455 444455 554455 122 2
belum optimal

Sarana dan prasarana


4. di ruangan belum 545555 544555 554555 554555 553555 143 4
sesuai standar

Reward dan
5. punishment belum 545455 544455 544455 554455 544455 137 5
terbentuk

101
4.4 FISHBONE

102
4.5 ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH

Setelah diketahui faktor penyebab dari masalah tersebut,kemudian

faktor penyebab di cari cara untuk menyelesaikannya. Adapun

penyelesaiannya terdapat pada dijelaskan pada tabel berikut ini:

4.5.1 Pendokumentasian proses keperawatan belum optimal

No Penyebab Penyelesaian
1. Adanya lembar DPO yang belum terisi Sosialisasikan untuk Melengkapi DPO
sesuai SPO sesuai dengan prinsip 5 benar.
2. Tidak semua perawat menggunakan 7 Penerapan SOP 7 prinsip benar pemberian
prinsip benar pemberian obat obat
3. Belum termotivasi untuk melakukan Peningkatan motivasi harus sering
pengaplikasian DPO dilakukan, seperti memberi reward
4. Kurangnya sosialisasi dalam penerapan Sosialisasi penerapan DPO dan prinsip 5
DPO dan prinsip 5 benar pemberian obat benar pemberian obat harus sering
dilakukan
5. Pendokumentasian yang belum optimal. Peningkatan supervisi penerapan DPO
sesuai prinsip 5 benar.
6. Penndokumentasian dalam pengisian Edukas i perawat mengenai pentingnya
status pasien tidak relevan atara diagnosa pengisisan pada form intervensi
dengan intervensi keperawatan yang keperawatan pada status pasien
dilakukan
7. Pengisian pada status pasian masih ada Sosialisasikan kepada perawat agar dapat
yang tidak sesuai antara keluhan utama mengisi assesment awal sesuai dengan
pasien dengan format pengkajian awal. keluhan utama pasien.
8. Form pada status pasien yang belum terisi Mengedukasikan pada perawat untuk
dengan lengkap. mengisi form rekam medik pasien dengan
lengkap dan melakukan supervisi pada
rekam medik pasien.
9. Diagnosa keperawatan belum terupdate Sosialisasi dan edukasi diagnosa
sesuai dengan PPNI keperawatan terbaru sesuai dengan PPNI
4.5.2 Orientasi pasien baru belum optimal

No Penyebab Penyelesaian
1 Kurangnya Penerapan tindakan Edukasi Peningkatan penerapan
Keperawatan yang belum sesuai SOP tindakan Keperawatan sesuai SOP
belum optimal
2 Tidak semua perawat Persamaan persepsi dalam
mengaplikasikan SOP yang ada pengaplikasian sop
3 Belum adanya motivasi untuk Pemberian reward (Penghargaan)
melakukan pengaplikasian SOP yang untuk anggota yang teladan
ada
4 Sosialisasi SOP penerimaan pasien Sosialisasikan sop penerimaan pasien
baru belum optimal baru denagn role play

103
4.6 Reward and punishment belum terbentuk

No. Penyebab Penyelesaian


1. Belum adanya penyusunan dan pembuatan Penyusunan dan pembuatan reward and
rewardandpunishment punishment

2. Semua perawat belum mengetahui adanya Menginformasikan dan mensosialisasikan


rewardandpunishment diruangan tentang reward and punishment diruangan
3. Belum adanya motivasi untuk mendapatkan Memotivasi perawat untuk mendapatkan
reward dan menghindari punishment reward dan menghindari punishment
4. Penetapan reward and punishment belum Penetapan poin-poin reward and
berjalan punishment
5. Belum adanya media cetak, maupun media suara Pembuatan media cetak tentang reward
yang menginformasikan adanya reward and and punishment di ruangan
punishment

4.7 Jumlah tenaga keperawatan (SDM) masih kurang dari kebutuhan

No. Penyebab Penyelesaian


1. Berdasarkan perhitungan jumlah tenaga kerja Usulan penambahan tenaga kerja
ideal sdm sebanyak 25 orang sedangkan di keperawatan di ruangan.
ruangan hanya ada 20 orang perawat .
2. Rata-rata Beban kerja perawat 170 jam perbulan Usulan penambahan tenaga kerja
sedangkan idealnya 160 jam keperawatan di ruangan
3. Belum adanya media untuk kepuasan pasien Usulan diadakannya pembuatan kotak
saran untuk mengetahuai kepuasan selama
menjalani hospitalisasi .

4.8 Sarana dan prasarana masih belum sesuai dengan SOP

No. Penyebab Penyelesaian


1. Masih banyak pasien yang mengeluh akan Usulan untuk pemasangan/ perbaikan AC,
kenyamanan ruangan rawat inap seperti panas serta pemasangan blower sebagai sirkulasi
dan kotor ac mati dll udara
2. Tidak adanya ruang isolasi

104
4.9 PRIORITAS MASALAH BERDASARKAN METODE CARL

No Daftar Masalah C A R L Nilai Urutan

Pendokumentasian Proses Keperawatan Belum


1. Optimal 5 4 5 5 500 1

Orientasi Penerimaan Pasien Baru Belum Optimal


2. 4 4 4 5 320 2

Jumlah Tenaga Kerja Kurang


3. 2 2 2 1 8 4

Sarana dan Prasarana diruangan Belum Sesuai


4. Standar 3 3 4 3 108 3

Agar masalah lebih bisa diselesaikan maka dilakukan pembobotan

alternatif penyelesaian masalah, dengan memperhatikan aspek :

1. Capability(C) :Kemampuan melaksanakan alternatif


2. Acessibility(A) :Kemudahan melaksanakan alternatif
3. Readiness (R) :Kesiapan dalam melaksanakan alternatif
4. Leverage(L) :Dayaungkit alternatif dalampenyelesaian masalah

Kriteria Nilai :

Tidak penting : Bernilai 1

Kurang penting : Bernilai 2

Cukup penting : Bernilai 3

Penting : Bernilai 4

Sangat penting : Bernilai 5

105
4.10 Planning of Action

No. Uraian Kegitatan Tujuan Sasaran Metoda Media Dana Waktu PJ


 Sosialisasikan Perawat Persentasi PPT, Buku Mahasiswa 13 Mei Mahasiswa
tentang kelompok 2019
pentingnya manajemen
pengisisan
dokumentasi  Supaya pendokumentasian
keperawatan keperawatan sesuai dengan
sesuai dengan SOP yang telah ditentukan
SOP dan terupdate yang mengacu
1  Sosialisasi tentang pada PPNI
pelatihan  Untuk meningkatkan
pendokumentasian pengetahuan perawat dalam
diagnose pengisian dokumentasi serta
keperawatan pelaksanaan asuhan
terupdate sesuai keperawatan berjalan
PPNI. dengan baik
 Meningkatkan kepuasan
pasien

106
BAB V

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

5.1 PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN

5.1.1 Kajian Teori

Pendokumentasian adalah proses pencatatan yang merupakan

metode tepat untuk pengambilan keputusan yang sistematis, problem

solving, dan inset lebih lanjut. Dokumentasi proses keperawatan

mencakup pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan, dan tindakan.

Perawat kemudian mengobservasi dan mengevaluasi respon klien terhadap

tindakan yang di berikan, dan mengkomunikasikan informasi tersebut

kepada tenaga kesehatan lain nya.

Menurut Deswani (2011) adalah suatu yang di tuliskan atau di

cetak, kemudian diandalkan sebagai catatan bukti bagi orang yang

berwenang, dan merupakan bagian dari praktik professional. Dokumentasi

keperawatan merupakan informasi tertulis tentang status dan

perkembangan kondisi klien serta semua kegiatan asuhan keperawatan

yang di lakukan oleh perawat (fisbach,1991 dalam setiadi,2012).

Dokumentasi (catatan) asuhan keperawatan merupakan dokumen

penting karena merupakan bukti dari pelaksanaan asuhan keperawatan

yang menggunakan metode pendekatan proses keperawatan dan berisi

107
catatan tentang respon pasien terhadap tindakan medis, tindakan

keperawatan, dan reaksi pasien terhadap penyakit.

5.1.2 Implementasi

1. Pendokumentasian Proses Keperawatan Belum Optimal

Mensosialisasikan pendokumentasian proses keperawatan yang

sesuai oleh Kepala Ruangan kepeda Ketua Tim dan Ketua Tim

menyampaikan kepada perawat pelaksana.

1) Mengecek pendokumentasian asuhan keperawatan dan SOAP.

2. Rencana Tindak Lanjut (RTL)

1) Penerapan program pelaksanaan supervise

3. EVALUASI

1) Kajian teori

Tabel 5.1 Lembar preobservasi Kelengkapan pendokumen assesment awal

pada pasien baru

1. PENGKAJIAN AWAL PASIEN

NO PENGKAJIAN AWAL REKAMEDIK PASIEN


1 KELENGKAPAN 1 2 3 4 5 Jumlah
1. Faktor pencetus √ - √ √ √ 4
2. Riwayat penyakit dahulu - - - - - 0
3. Riwayat alergi - - - - - 0
4. Riwayat penyakit keluarga - - - - - 0
5. Form penilaian tingkat nyeri √ √ √ √ - 4
6. Bb,tb,serta lingkar kepala pasien √ - √ √ - 3
7. Penilaian fisik √ √ √ √ √ 5
8. Skrining nutrisi - √ - - √ 2

108
9. Budaya pasien √ √ √ √ √ 5
10. Kebutuhan belajar dan edukasi √ - √ - - 2
11. Lokasi nyeri - √ - √ √ 3
12. Pemantauan tanda-tanda vital √ √ √ √ √ 5
13. Imunisasi √ - - √ √ 3
14. Penilaian Resiko Jatuh - √ √ - √ 3
15. Data Psikologis √ - √ √ - 3
16. Penilaian resiko Dekubitus - - - - - 0
17. Tanggal √ √ √ √ √ 5
18. Nama Perawat √ √ √ √ √ 5
19. Tanda Tangan √ √ √ √ √ 5

Persentase 60% 57

Analisis : Berdasarkan tabel 5.1 pendokumentasian asuhan keperawatan dan


SOAP di ruang anyelir sudah dilakukan dengan cukup dengan
presentasi 60%.

2 Kesesuaian dan Kondisi Pasien


1. Keluhan utama pasien dengan Adanya ketidaksesuaian karena PPJP Menceklis
pemeriksaan fisik (pasien mengeluh pernafasan vesikuler atau pernafasan normal pada
sesak) form penilaian fisik pasien
3 Kesesuaian Antara Pengkajian dengan Diagnosa yang Ditegakan
1. Pengisisan diagnose keperawatan Pasien mengeluh nyeri kepala namun pada rencana
dengan rencana keperawatan belum keperawatan PPJP belum menerapkan manajemen
optimal nyeri sesuai dengan SPO yang telah ditentukan untuk
mengurangi rasa nyeri pasien
Sumber : hasil observasi tanggal 11-13 mei 2019 diruang anyelir RSD Gunung

Jati Cirebon

5.2 SUPERVISI

5.2.1 Kajian teori

Era globalisasi dapat memberikan dampak positif bagi setiap

profesi kesehatan untuk terus berusaha meningkatkan kinerja diberbagai

kebutuhan pelayanan kesehatan secara professional. Sejalan dengan hal

109
tersebut tuntunan masyarakat akan kualitas pelayanan kesehatan juga

makin meningkat dalam memberikan asuhan keperawatan secara

professional seharusnya didukung dengan adanya sumberdaya manusia

yang bermutu, standar pelayanan, termasuk pelayanan yang berkualitas,

disamping fasilitas yang sesuai dengan harapan masyarakat agar

pelayanan keperawatan sesuai dengan harapan konsumen dan memenuhi

standar yang berlaku maka perlu dilakukan pengawasan atau supervisi

terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan. Supervisi merupakan salah

satu bentuk kegiatan dari menejemen keperawatan dan merupakan cara

yang tepat untuk menjaga mutu pelayanan keperawatan.supervisi adalah

teknik pelayanan yang tujuan utamanya adalah mempelaari dan

memperbaiki secara bersama-sama kunci sukses supervisi yaitu 3f yaitu:

fair,fieedback,followup, supervise merupakan ujung tombak tercapainya

tujuan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

5.2.2 Implementasi

1. Mengecek pendokumentasian asuhan keperawatan dan soap

2. Mensosialisasikan pendokumetasian proses keperawatan yang


sesuai oleh pembimbing klinik
3. Mensosialisasiakan pendokumentasia assessment awal proses
keperawatan yang sesuai oleh Kepala Ruangan kepeda Ketua
Tim dan Ketua Tim menyampaikan kepada perawat
pelaksana.
5.2.3 Rencana Tindak Lanjut (RTL)

1. Menyusun alur pelaksanaan supervisi

110
2. Menyusun format supervise

3. Membuat jadwal mingguan kepala ruangan untuk pelaksaan supervisi,

4. Pembuatan instrument supervise

5. Penerapan program pelaksanaan supervise.

5.2.4 EVALUASI

1. Kajian Teori

Tabel 5.2 Lembar postobservasi kelengkapan dokumentasi asuhan

keperawatan pada assessment awal pasien baru.

1. PENGKAJIAN AWAL PASIEN

NO PENGKAJIAN AWAL REKAMEDIK PASIEN

1 KELENGKAPAN 1 2 3 4 5 Jumlah

1. Faktor pencetus √ √ √ √ √ 5

2. Riwayat penyakit dahulu - √ √ - √ 3

3. Riwayat alergi - √ √ - √ 3

4. Riwayat penyakit keluarga - √ √ - √ 3

5. Form penilaian tingkat nyeri √ √ √ √ √ 5

6. Bb,tb,serta lingkar kepala pasien √ - √ √ - 3

7. Penilaian fisik √ √ √ √ √ 5

8. Skrining nutrisi √ √ - √ - 3

9. Budaya pasien √ √ √ √ √ 5

10. Kebutuhan belajar dan edukasi - - √ √ √ 3

11. Lokasi nyeri √ - - √ √ 3

12. Pemantauan tanda-tanda vital √ √ √ √ √ 5

13. Imunisasi √ √ - - √ 3

111
14. Penilaian Resiko Jatuh √ √ - √ √ 4

15. Data Psikologis √ √ √ - √ 4

16. Penilaian resiko Dekubitus - √ - √ - 2

17. Tanggal √ √ √ √ √ 5

18. Nama Perawat √ √ √ √ √ 5

19. Tanda Tangan √ √ √ √ √ 5

Persentase 77,9 % 74

Analisa data :

Pada saat pengkajian awal didapatkan data bahwa

pendokumentasian asuhan keperawatan pada pasien baru dan SOAP sudah

cukup dengan presentasi 60% namun untuk penulisan assessment dan

diagnosa keperawatan tidak ditulis dengan spo yang sudah ada. Sehingga

penyusun tertarik untuk mengangkat masalah ini untuk dilakukan

implementasi. Setelah dilakukan implementasi dengan sosialisasi

pendokumentasian asuhan keperawatan assessment awal pada pasien baru

dan SOAP, ada perubahan dalam penulisan asuhan keperawatan dan SOAP

sudah baik dengan presentasi 77,9%. Berdasarkan dari perbedaan presentase

sebelum dan sesudah dilakukan inplementasi menunjukan perbedaan

presentasi yang cukup berarti. Hal ini menunjukan bahwa ada perubahan

dalam penulisan asuhan keperawatan pada assessment awal pasien baru dan

SOAP ketahap yang lebih baik.

2 Kesesuaian dan Kondisi Pasien

112
1. Keluhan utama pasien dengan Pengisian form penilaian fisik pasien sudah sesuai
pemeriksaan fisik (pasien mengeluh
sesak)
3 Kesesuaian Antara Pengkajian dengan Diagnosa yang Ditegakan
1. Pengisisan diagnose keperawatan PPJP sudah menerapkan manajemen nyeri sesuai
dengan rencana keperawatan belum dengan SPO yang telah ditentukan untuk
optimal mengurangi rasa nyeri pasien

2. Dukungan

Pelaksanaan program sangat didukung oleh kepala ruangan dan

perawat yang ada di ruangan anyelir, selain itu pembimbing lapangan dan

pembimbing akademik memberikan masukan serta memberi bimbingan

untuk pelaksanaan program yang dianjurkan oleh mahasiswa.

BAB VI

113
KESIMPULAN

6.1 KESIMPULAN

1. Hasil evaluasi pelaksanaan sosialisasi pendokumentasian asuhan

keperawatan dan SOAP di ruang anyelir RSD Gunung Jati Kota Cirebon

termasuk dalam katagori baik yang sebesar 77,9%.

2. Hasil evaluasi pengecekan diruang Anyelir RSD Gunung Jati Kota

Cirebon sudah memiliki SPO asuhan keperawatan dan SOAP yang akan

digunakan untuk supervise

6.2 SARAN

Berdasarkan hasil evaluasi selama dua hari dapat disimpulkan

bahwa manajemen dalam hal pendokumentasian asuhan keperawatan dan

SOAP diruang Anyelir RSD Gunung Jati Kota Cirebon baik. Namun, ada

beberapa hal yang harus ditingkatkan yaitu tentang penerapan komunikasi

terapeutik dengan 4P (Point, POTTY, Possititation, Possesive) dalam SBAR

saat Handover didepan pasien, kepatuhan perawat dalam melakukan

orientasi ruangan pada pasien baru maupun pasien pindahan,

mengoptimalkan kegiatan supervise untuk meningkatkan mutu pelayanan di

rumah sakit. Diharapkan kepatuhan perawat saat melakukan tindakan

keperawatan dapat menerapkan 5 moment dan hand hygiene sesuai dengan

prosedur yang benar , serta dalam melakukan tindakan keperawatan sesuai

dengan SPO. Untuk jumlah ketenagakerjaan yang kurang memadai perlu

114
mendapatkan perhatian khusus sehingga dapat mencapai pelayanan

keperawatan professional yang optimal.

115

Anda mungkin juga menyukai