Anda di halaman 1dari 186

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI

JORONG SARUASO UTARA NAGARI SARUASO


KECAMATAN TANJUNG EMAS KABUPATEN
TANAH DATAR 01 OKTOBER
SAMPAI 7 NOVEMBER
TAHUN 2021

KELOMPOK I

1. Fitriani (Nim : 2014901066) 6. Novita Delvi (Nim : 2014901069)


2. Fetricya Dwi R (Nim : 2014901086) 7. Nelli Aprienty (Nim : 2014901084)
3. Fitri Ruzani (Nim : 2014901088) 8. Oktia Rahmi (Nim : 2014901093)
4. Ilma Fitrianti (Nim : 2014901090) 9. Rina Angelina (Nim : 2014901087)
5. Lina Sariani (Nim : 2014901085) 10. Vivi Oktarina (Nim : 2014901091)

DOSEN PEMBIMBING:

Ns. Cory Febrina, S.Kep, M.Kes


Ns. Lidya Mardison, S.Kep, M.Kes
Rahmat Syukri, S.Kep, M.KM

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN


PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGI
TAHUN 2021
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Laporan Asuhan Keperawatan Komunitas Di Jorong Saruaso Utara Nagari


saruaso Kecamatan Tanjung Emas Kabupaten Tanah Datar 01 Oktober Sampai 7
November Tahun 2021. Disusun oleh kelompok I Mahasiswa Profesi Ners Non
Reguler Universitas Fort De Kock Tahun 2021.

Batusangkar, Oktober 2021

Telah disahkan oleh :

Ci Ruangan Pembimbing Akademik

( ………………………….. ) ( …………………………… )
ABSTRAK

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI


JORONG SARUASO UTARA NAGARI SARUASO
KECAMATAN TANJUNG EMAS KABUPATEN
TANAH DATAR 01 OKTOBER
SAMPAI 7 NOVEMBER
TAHUN 2021

Keperawatan kesehatan komunitas merupakan pelayanan keperawatan professional yang


ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi dalam
upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan
evaluasi pelayanan keperawatan. Praktik keperawatan kesehatan komunitas mahasiswa
Program Pendidikan Profesi Ners Keperawatan Universitas Ford de kock dilaksanakan di
jorong Saruaso Utara. Praktik keperawatan komunitas ini dibagi menjadi beberapa
kelompok kerja yaitu Balita, Lansia dan Kesehatan lingkungan. Selain itu juga
dilaksanakan praktik di Puskesmas dan melaksanakan pelayanan kesehatan secara
langsung pada masyarakat. dari hasil pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
windshield survey, observasi, wawancara dan penyebaran kuesioner di jorong Saruaso
Utara didapatkan permasalahan penderita hipertensi yang kurang kontrol, masalah
PHBS yaitu merokok dan tidak maksimalnya vaksinasi Covid-19. Maka diagnosa
keperawatan yang muncul dari hasil analisa data yang telah dilakukan pemeliharaan
kesehatan kurang efektif yang disebabkan karena kurang kontrolnya penderita hipertensi
ke pelayanan kesehatan,perilaku kesehatan cenderung beresiko yang disebabkan
banyaknya warga jorong Saruaso Utara yang merokok, defisit kesehatan komunitas yang
berhubungan dengan kurang tercapainya vaksinasi Covid-19 di jorong Saruaso Utara.
Perencanaan dan tindakan keperawatan yang telah lakukan mahasiswa dan masyarakat
meliputi penyuluhan tentang terapi komplementer mengatasi hipertensi, mengaktifkan
toga untuk terapi komplementer pada hipertensi, pemeriksaan tekanan darah yang
bekerjasama dengan posyandu lansia, penyuluhan bahaya merokok, memasang stiker
bebas asap rokok didalam rumah warga, penyuluhan vaksinasi Covi-19, serta
bekerjasama dengan puskesmas untuk vaksinasi warga jorong Saruaso Utara. Dari hasil
evaluasi rencana dan tindakan keperawatan yang telah dilakukan berjalan dengan baik
dan lancar. Rencana tindak lanjut kepada masyarakat, kader dan puskesmas agar dapat
melanjutkan kegiatan yang telah berlangsung hingga tercapai derajat kesehatan yang
maksimal pada warga jorong Saruaso Utara.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunitas merupakan kelompok sosial yang ditentukan oleh

keterkaitan terhadap nilai-nilai umum dan kepentingan, saling berinteraksi

dengan yang lain. Keperawatan komunitas adalah perpaduan antara praktik

keperawatan dan praktik kesehatan masyarakat, penekanan pada peningkatan

dan pemeliharaan kesehatan pada seluruh penduduk. Pemberdayaan

masyarakat merupakan bentuk upaya agar masyarakat dapat mengenal

masalah yang dihadapi, merencanakan dan melakukan upaya pemecahannya

dengan memanfaatkan potensi, kondisi dan kebutuhan setempat.

Pemberdayaan masyarakat pada suatu komunitas perlu dilakukan untuk

meningkatkan tingkat kesehatan mandiri, kelompok dengan dilakukan secara

optimal.

Kesehatan merupakan bagian integral dari kehidupan manusia,

bertolak dari latar belakang manusia yang berbeda-beda. Hal ini

mengakibatkan banyak faktor yang terjadi dan berhubungan dengan masalah

kesehatan. Ilmu keperawatan adalah salah satu disiplin ilmu yang merupakan

sistem dari pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat. Pada dasarnya

keperawatan kesehatan masyarakat merupakan sintesa konsep keperawatan

dengan kesehatan masyarakat yang didukung oleh ilmu-ilmu lainnya.

Sasaran keperawatan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga,

kelompok khusus serta masyarakat dalam wilayah kerja puskesmas. Suatu

1
bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan

kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan

bio, psiko, sosio, spiritual yang komprehensif ditujukan pada individu,

keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat. Pelayanan keperawatan

berupa bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental,

keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemauan, sehingga dengan

bantuan yang diberikan tersebut diperoleh kemampuan melaksanakan

kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan dalam

upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan,

pemulihan serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya

pelayanan kesehatan utama (Primary Health Care) untuk memungkinkan

setiap orang mencapai kemampuan hidup sehat dan produktif.

Dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang telah di

peroleh di pendidikan. Mahasiswa/i melakukan pendekatan secara langsung

kepada masyarakat. Kemudian bersama-sama berusaha untuk menentukan

prioritas dan untuk selanjutnya melakukan pencatatan dan pelaporan serta

masalah yang ditemui selama proses keperawatan di lakukan.

Berbagai masalah dan kendala yang perlu mendapatkan perhatian

serta pemecahan agar pelayanan dapat lebih baik. Upaya pencegahan menjadi

tanggung jawab semua pihak yang terkait. Sedangkan puskesmas sebagai

pelaksana terdepan upaya keperawatan kesehatan masyarakat perlu

mengambil langkah-langkah agar kegiatan yang dilakukan dapat berguna dan

berhasil guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sehingga mendapat

kesehatan yang optimal.

2
Berdasarkan kenyataan diatas, maka mahasiswa/i Universitas Fort De

Kock Bukittinggi program Studi Ners melaksanakan praktek Asuhan

Keperawatan Komunitas di Jorong Saruaso Utara, Nagari Saruaso,

Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar 1 Oktober Sampai 7

November 2021.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa/I mampu mengaplikasikan konsep dan teori

keperawatan komunitas yang telah diperoleh pada tahap akademik secara

nyata dalam memberikan Asuhan Keperawatan Komunitas di Jorong

Saruaso Utara, Nagari Saruaso, Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah

Datar 1 Oktober Sampai 7 November 2021.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengumpulan data hasil pengkajian pada masyarakat di

Asuhan Keperawatan Komunitas di Jorong Saruaso Utara, Nagari

Saruaso, Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar 1

Oktober Sampai 7 November 2021.

b. Melakukan analisa data hasil pengkajian pada masyarakat di Asuhan

Keperawatan Komunitas di Jorong Saruaso Utara, Nagari Saruaso,

Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar 1 Oktober

Sampai 7 November 2021.

c. Menentukan diagnosa keperawatan hasil pengkajian pada

masyarakat di Asuhan Keperawatan Komunitas di Jorong Saruaso

3
Utara, Nagari Saruaso, Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah

Datar 1 Oktober Sampai 7 November 2021.

d. Menginformasikan tentang prioritas masalah yang ada di Asuhan

Keperawatan Komunitas di Jorong Saruaso Utara, Nagari Saruaso,

Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar 1 Oktober

Sampai 7 November 2021.

e. Menginformasikan perencanaan Asuhan Keperawatan Komunitas di

Asuhan Keperawatan di Jorong Saruaso Utara, Nagari Saruaso,

Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar 1 Oktober

Sampai 7 November 2021.

f. Menginformasikan pelaksanaan Asuhan Keperawatan Komunitas di

Asuhan Keperawatan Komunitas di Jorong Saruaso Utara, Nagari

Saruaso, Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar 1

Oktober Sampai 7 November 2021.

3. Waktu

Pelaksanaan Praktik Keperawatan Komunitas dimulai pada tanggal

1 Oktober 2021 – 7 November 2021.

4. Tempat Praktik

Praktik Keperawatan Komunitas di tempatkan di Jorong Saruaso

Utara, Nagari Saruaso, Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah

Datar.

4
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. Konsep Dasar Teori

1. Definisi Komunitas dan Kesehatan Masyarakat

Menurut Kontjaraningrat, komunitas adalah sekumpulan manusia

yang saling bergaul, atau dengan istilah lain saling berinteraksi (Mubarak,

2007). Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat,

saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat

dan interest yang sama. Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang

tinggal di suatu lokasi yang sama dengan di bawah pemerintahan yang sama,

area atau lokasi yang sama di mana mereka tinggal, kelompok sosial yang

mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2007).

Keperawatan komunitas adalah bidang khusus dari keperawatan yang

merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan

ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang

diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang

sehat atau yang sakit secara komprehensif melalui upaya promotif, preventif,

kuratif dan rehabilitatif serta resosialitatif dengan melibatkan peran serta

aktif dari masyarakat. Peran serta aktif masyarakat bersama tim kesahatan

diharapkan dapat mengenal masalah kesehatan yang dihadapi serta

memecahkan masalah tersebut (Elisabeth, 2007).

5
Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga/

kelompok dan masyarakat dengan fokus upaya kesehatan primer, sekunder

dan tersier. Oleh karenanya pendidikan masyarakat tentang kesehatan dan

perkembangan sosial akan membantu masyarakat dalam mendorong

semangat untuk merawat diri sendiri, hidup mandiri dan menentukan

nasibnya sendiri dalam menciptakan derajat kesehatan yang optimal

(Elisabeth, 2007).

Peran serta masyarakat diperlukan dalam hal perorangan. Komunitas

sebagai subyek dan obyek diharapkan masyarakat mampu mengenal,

mengambil keputusan dalam menjaga kesehatannya. Sebagian akhir tujuan

pelayanan kesehatan utama diharapkan masyarakat mampu secara mandiri

menjaga dan meningkatkan status kesehatan masyarakat (Mubarak, 2005).

2. Definisi Keperawatan Komunitas

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai

bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi,

social dan spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada individu keluarga

dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia

(Riyadi, 2007).

Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan

profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada

kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang

optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan, dengan

6
menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan

melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi

pelayanan keperawatan.

Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan

meningkatkan kesehatan serta memberikan bantuan melalui intervensi

keperawatan sebagai dasar keahliannya dalam membantu individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat dalam mengatasi barbagai masalah keperawatan

yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari (Efendi, 2009). Keperawatan

sebagai bentuk komprehensif melakukan penekanan tujuan untuk menekan

stressor atau meningkatkan kemampuan komunitas mengatasi stressor

melalui pencegahan primer, sekunder, tersier. Peningkatan kesehatan berupa

pencegahan penyakit ini bisa melalui pelayanan keperawatan langsung dan

perhatian langsung terhadap seluruh masyarakat dan mempertimbangkan

bagaimana masalah kesehatan masyarakat mempengaruhi kesehatan

individu, keluarga, dan kelompok. Peningkatan peran serta masyarakat

dalam bidang kesehatan merupakan suatu proses dimana individu, keluarga

dan lembaga masyarakat termasuk swasta mengambil tanggung jawab

terhadap masyarakat atas kesehatan diri keluarga dan masyarakat,

mengembangkan kemampuan untuk menyehatkan diri, keluarga dan

masyarakat serta menjadi pelaku atau perintis kesehatan dan peminpin yang

menggerakan kegiatan masyarakat dibidang kesehatan berdasarkan azas

kemandirian dan kebersamaan. Dari hal tersebut masyarakat dapat berperan

serta dengan menyumbangkan tenaga, pikiran atau pengetahuan, sarana, dana

7
yang dimilikinya untuk upaya kesehatan.

Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik maupun

mental, keterbatasan pengetahuan serta kurang kemauan menuju kepada

kemampuan melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan ini

dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan

pada upaya pelayanan kesehatan utama (Primary Health care) untuk

memungkinkan setiap orang mencapai kemampuan hidup sehat dan

produktif. Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan wewenang, tanggung jawab

serta etika profesi keperawatan (Riyadi, 2007).

Dalam rapat kerja keperawatan kesehatan masyarakat dijelaskan bahwa

keperawatan komunitas merupakan suatu bidang keperawatan yang

merupakan perpaduan antara keperawatan (Nursing) dan kesehatan

masyarakat (Public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara

aktif dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara

berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif

secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan

(Nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara

optimal sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2005).

Perawatan komunitas adalah perawatan yang diberian dari luar suatu

institusi yang berfokus pada masyarakat atau individu dan keluarga

(Elisabeth, 2007).

8
3. Prinsip perawatan kesehatan masyarakat

Pada perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan

beberapa prinsip, yaitu:

a. Kemanfaatan

Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat

yang besar bagi komunitas. Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan

harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas, artinya

ada keseimbangan antara manfaat dan kerugian (Mubarak, 2005).

b. Kerjasama

Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat

berkelanjutan serta melakukan kerja sama lintas program dan lintas

sektoral (Riyadi, 2007).

c. Secara langsung

Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi,

klien dan lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik

mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan (Riyadi, 2007).

d. Keadilan

Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau

kapasitas dari komunitas itu sendiri. Dalam pengertian melakukan upaya

atau tindakan sesuai dengan kemampuan atau kapasitas komunitas

(Mubarak, 2005).

e. Otonomi

Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau

9
melaksanakan beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah

kesehatan yang ada (Mubarak, 2005).

4. Tujuan keperawatan kesehatan komunitas

Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan

yang dilakukan sebagai upaya dalam pencegahan dan peningkatan derajat

kesehatan masyarakat melalui pelayanan keperawatan langsung (direction)

terhadap individu, keluarga dan kelompok di dalam konteks komunitas serta

perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat dan

mempertimbangkan masalah atau isu kesehatan masyarakat yang dapat

mempengaruhi individu, keluarga serta masyarakat.

a. Tujuan Umum

Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara

meyeluruh dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat

kesehatan yang optimal secara mandiri.

b. Tujuan khusus

1) Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.

2) Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat untuk melaksanakan upaya perawatan dasar dalam

rangka mengatasi masalah keperawatan.

3) Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlukan

pembinaan dan asuhan keperawatan.

10
4) Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang

memerlukan pembinaan dan asuhan keperawatan di rumah, di panti

dan di masyarakat.

5) Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindak

lanjut dan asuhan keperawatan di rumah.

6) Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko

tinggi yang memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di

rumah dan di Puskesmas.

7) Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial

untuk menuju keadaan sehat optimal.

5. Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas

Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan

dalam keperawatan kesehatan masyarakat, yaitu:

a. Pendidikan kesehatan (Health Promotion)

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan

dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga

masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa

melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan

(Elisabeth, 2007).

Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan

kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai

suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat

11
secara keseluruhan ingin hidup sehat, pendidikan kesehatan adalah suatu

penerapan konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan (Mubarak,

2005).

b. Proses kelompok (Group Process)

Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok

masyarakat sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang terdapat di

dalamnya, yaitu: individu, keluarga, dan kelompok khusus, perawat

spesialis komunitas dalam melakukan upaya peningkatan, perlindungan

dan pemulihan status kesehatan masyarakat dapat menggunakan

alternatif model pengorganisasian masyarakat, yaitu: perencanaan

sosial, aksi sosial atau pengembangan masyarakat (Elisabeth, 2007).

c. Kerjasama atau kemitraan (Partnership)

Kemitraan adalah hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau

lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan

atau memberikan manfaat. Partisipasi klien/ masyarakat

dikonseptualisasikan sebagai peningkatan inisiatif diri terhadap segala

kegiatan yang memiliki kontribusi pada peningkatan kesehatan dan

kesejahteraan (Elisabeth, 2007).

Kemitraan antara perawat komunitas dan pihak-pihak terkait

dengan masyarakat digambarkan dalam bentuk garis hubung antara

komponen-komponen yang ada. Hal ini memberikan pengertian

perlunya upaya kolaborasi dalam mengkombinasikan keahlian masing-

masing yang dibutuhkan untuk mengembangkan strategi peningkatan

12
kesehatan masyarakat (Elisabeth, 2007).

d. Pemberdayaan (Empowerment)

Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai

proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk

interaksi transformatif kepada masyarakat, antara lain: adanya

dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri

untuk membentuk pengetahuan baru (Elisabeth, 2007).

Perawat komunitas perlu memberikan dorongan atau pemberdayaan

kepada masyarakat agar muncul partisipasi aktif masyarakat.

Membangun kesehatan masyarakat tidak terlepas dari upaya-upaya

untuk meningkatkan kapasitas, kepemimpinan dan partisipasi

masyarakat (Elisabeth, 2007).

6. Sasaran praktik keperawatan komunitas

Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga,

kelompok khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang

mempunyai masalah kesehatan atau perawatan (Effendy, 1998), sasaran ini

terdiri dari:

a. Individu

Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh

dari aspek biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada

individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya

mencakup kebutuhan biologi, social, psikologi dan spiritual karena

13
adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang

kemauan menuju kemandirian pasien/klien.

b. Keluarga

Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat

secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara

perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya

sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya

mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat dilihat pada

Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman

dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri.

c. Kelompok khusus

Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai

kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang

terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan. Yang

termasuk kelompok khusus adalah:

1) Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat

perkembangan dan pertumbuhannya, seperti:

a) Ibu hamil

b) Bayi baru lahir

c) Balita

d) Anak usia sekolah

e) Lansia

14
2) Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan

dan bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:

a) Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS,

penyakit kelamin lainnya.

b) Penderita dengan penynakit tak menular, seperti: penyakit

diabetes mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental

dan lain sebagainya.

3) Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, yaitu:

a) Wanita tunasusila

b) Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba

c) Kelompok pekerja-pekerja tertentu, dan lain-lain

4) Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:

a) Panti werdha

b) Panti asuhan

c) Pusat-pusat rehabilitasi

d) Penitipan balita

d. Masyarakat

Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan

bekerjasama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka

dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-

batas yang telah ditetapkan dengan jelas. Masyarakat merupakan

kelompok individu yang saling berinteraksi, saling tergantung dan

bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dalan berinteraksi sesama anggota

15
masyarakat akan muncul banyak permasalahan, baik permasalahan

sosial, kebudayaan, perekonomian, politik maupun kesehatan

khususnya.

Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan dalam

praktek keperawatan. Sebagai sasaran praktek keperawatan klien dapat

dibedakan menjadi individu, keluarga dan masyarakat (Riyadi, 2007).

e. Individu sebagai klien

Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh

dari aspek biologi, psikologi, sosial dan spiritual. Peran perawat pada

individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya

mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena

adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang

kemauan menuju kemandirian klien (Riyadi, 2007).

f. Keluarga sebagai klien

Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat

secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara

perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya

sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya

mempengaruhi dalam lingkup kebutuhan dasar manusia dapat dilihat

pada Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa

aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri

(Riyadi, 2007).

16
g. Masyarakat sebagai klien

Kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem

adat istiadat tetentu yang bersifat terus menerus dan terikat oleh suatu

indentitas bersama (Riyadi, 2007).

7. Asumsi dan Kepercayaan Terhadap Perawatan Kesehatan Komunitas

Menurut ANA (American Nurses Associationi)

a. Asumsi

1) Sistem pemeliharaan yang kompleks.

2) Komponen sistem pemeliharaan kesehatan primer, sekunder dan

tersier.

3) Perawatan subsistem pemeliharaan kesehatan dan produk

pendidikan dasar praktek penelitian.

4) Pemeliharaan kesehatan primer lebih menonjol dari sekunder dan

tersier.

5) Perawatan kesehatan menyangkut setting pemeliharaan kesehatan

primer.

b. Kepercayaan

1) Pemeliharaan kesehatan harus memadai dan diterima semua orang.

2) Orang yang menerima asuhan harus dilibatkan.

3) Perawat sebagai pemberi dan klien sebagai konsumen pelayanan

kesehatan.

4) Lingkungan berdampak terhadap kesehatan populasi dan individu.

17
5) Pencegahan penyakit bagian esensial dari peningkatan kesehatan.

6) Kesehatan sebagai proses menyangkut kehidupan dalam jangka

waktu yang lama.

7) Klien hanya anggota tetap dari tim pemeliharaan kesehatan.

8) Individu dalam sistem kesehatan masyarakat bertanggung jawab

secara mandiri dan aktif berpartisipasi dalam pemeliharaan

kesehatan.

8. Paradigma dan Falsafah Keperawatan Komunitas

Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen

pokok, yaitu manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan (Logan &

Dawkins, 1987). Kesehatan dalam keperawatan kesehatan komunitas

didefenisikan sebagai kemampuan melaksanakan peran dan fungsi dengan

efektif. Kesehatan adalah proses yang berlangsung mengarah kepada

kreatifitas, konstruktif dan produktif. Menurut Hendrik L., ada empat faktor

yang mempengaruhi kesehatan, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan

kesehatan dan keturunan. Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan

lingkungan sosial. Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang berkaitan dengan

fisik seperti air, udara, sampah, tanah, iklim, dan perumahan. Contoh, di

suatu daerah mengalami wabah diare dan penyakit kulit akibat kesulitan air

bersih.

Keturunan merupakan faktor yang telah ada pada diri manusia yang

dibawanya sejak lahir, misalnya penyakit asma. Keempat faktor tersebut

18
saling berkaitan dan saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam

menentukan derajat kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Keperawatan dalam keperawatan kesehatan komunitas dipandang

sebagai bentuk pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat kepada

individu, keluarga, dan kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah

kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan

menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan yang

optimal. Lingkungan dalam paradigma keperawatan berfokus pada

lingkungan masyarakat, dimana lingkungan dapat mempengaruhi status

kesehatan manusia. Lingkungan disini meliputi lingkungan fisik, psikologis,

sosial dan budaya dan lingkungan spiritual.

Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar

tersebut, maka dapat dikembangkan falsafah keperawatan komunitas sebagai

landasan praktik keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan

komunitas, keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan

perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)

terhadap kesehatan komunitas dan memberikan prioritas pada strategi

pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi

keperawatan komunitas mengacu kepada paradigma keperawatan yang

terdiri dari 4 hal penting, yaitu: manusia, kesehatan, lingkungan dan

pelayanan keperawatan sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:

19
a. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang

luhur dan manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat.

b. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan

kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi

terwujudnya manusia yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat

pada umumnya.

c. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat

diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya

kesehatan.

d. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa

mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.

e. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan

berlangsung secara berkesinambungan.

f. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai

consumer pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu

hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam

kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan ke arah peningkatan status

kesehatan masyarakat.

g. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan

secara berkesinambungan dan terus-menerus. Individu dalam suatu

masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatannya, ia harus ikut

20
dalam upaya mendorong, mendidik dan berpartisipasi aktif dalam

pelayanan kesehatan mereka sendiri.

9. Peran Perawat Komunitas (Provider of Nursing Care)

Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan

masyarakat diantaranya adalah:

a. Penyedia pelayanan (Care provider)

Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah

keperawatan yang ada, merencanakan tindakan keperawatan,

melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi pelayanan yang

telah diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

b. Pendidik dan konsultan (Educator and Counselor)

Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat

secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga

terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai

derajat kesehatan yang optimal.

Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan

mengatasi tatanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun

hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan

perkembangan seseorang. Di dalamnya diberikan dukungan emosional

dan intelektual.

Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu : pengkajian,

21
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses

keperawatan dalam fase pengkajian seorang perawat mengkaji

kebutuhan pembelajaran bagi pasien dan kesiapan untuk belajar. Selama

perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan strategi pengajaran.

Selama pelaksanaan perawat menerapkan strategi pengajaran dan

selama evaluasi perawat menilai hasil yang telah didapat (Mubarak,

2005).

c. Role Model

Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh

yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat

ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.

d. Advokasi (Advocate)

Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat

komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya

melalui pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat. Seorang pembela

klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk di

dalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan

kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Mubarak,

2005).

Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab

membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari

berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain

22
yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (Informed Concent) atas

tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Tugas yang lain

adalah mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan

karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi

dengan banyak petugas kesehatan (Mubarak, 2005).

e. Manajer kasus (Case Manager)

Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola

berbagai kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat

sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan

kepadanya.

f. Kolaborator

Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara

bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi,

ahli radiologi, dan lain-lain dalam kaitannya membantu mempercepat

proses penyembuhan klien. Tindakan kolaborasi atau kerjasama

merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap

proses keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting untuk

merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan (Mubarak, 2005).

g. Perencana tindak lanjut (Discharge Planner)

Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah

menjalani perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit.

Perencanaan ini dapat diberikan kepada klien yang sudah mengalami

perbaikan kondisi kesehatan.

23
h. Penemu masalah kesehatan (Case Finder)

Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang

terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang

menyangkut masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul

serta berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah,

pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data.

i. Koordinator pelayanan kesehatan (Coordinator of Services)

Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan,

merencanakan dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang

diberikan kepada klien. Pelayanan dari semua anggota tim kesehatan,

karena klien menerima pelayanan dari banyak profesional (Mubarak,

2005).

j. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and

Leader)

Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang

berinisiatif merubah atau yang membantu orang lain membuat

perubahan pada dirinya atau pada sistem. Marriner torney

mendeskripsikan pembawa peubahan adalah yang mengidentifikasikan

masalah, mengkaji motivasi dan kemampuan klien untuk berubah,

menunjukkan alternative, menggali kemungkinan hasil dari alternatif,

mengkaji sumber daya, menunjukkan peran membantu, membina dan

mempertahankan hubungan membantu, membantu selama fase dari

proses perubahan dan membimbing klien melalui fase-fase ini

24
(Mubarak, 2005).

Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari

perawatan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat

membantu klien untuk merencanakan, melaksanakan dan menjaga

perubahan seperti : pengetahuan, keterampilan, perasaan dan perilaku

yang dapat meningkatkan kesehatan (Mubarak, 2005).

k. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care

Provider and Researcher)

Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan

kepada masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan

dan evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan masalah yang diberikan.

Tindakan pencarian atau pengidentifikasian masalah kesehatan yang lain

juga merupakan bagian dari peran perawat komunitas.

10. Ruang Lingkup Perawatan Komunitas

Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi: upaya-

upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif),

pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (curatif), pemulihan kesehatan

(rehabilitatif) dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan

masyarakatnya (resosialisasi). Dalam memberikan asuhan keperawatan

komunitas, kegiatan yang ditekankan adalah upaya preventif dan promotif

dengan tidak mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif.

25
a. Upaya Promotif

Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:

1) Penyuluhan kesehatan masyarakat

2) Peningkatan gizi

3) Pemeliharaan kesehatan perorangan

4) Pemeliharaan kesehatan lingkungan

5) Olahraga secara teratur

6) Rekreasi

7) Pendidikan seks

b. Upaya Preventif

Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit

dan gangguan terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat melalui kegiatan:

1) Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil

2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu,

puskesmas maupun kunjungan rumah

3) Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas

ataupun di rumah

4) Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui

c. Upaya Kuratif

Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-

anggota keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit

26
atau masalah kesehatan, melalui kegiatan:

1) Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)

2) Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari

puskesmas dan rumah sakit

3) Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu

bersalin dan nifas

4) Perawatan payudara

5) Perawatan tali pusat bayi baru lahir

d. Upaya Rehabilitatif

Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi

penderita-penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-

kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama, misalnya kusta,

TBC, cacat fisik dan lainnya., dilakukan melalui kegiatan:

1) Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita

kusta, patah tulang maupun kelainan bawaan

2) Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit

tertentu, misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke:

fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh perawat

e. Upaya Resosialitatif

Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu,

keluarga dan kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat,

diantaranya adalah kelompok-kelompok yang diasingkan oleh

masyarakat karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS,

27
atau kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti Wanita Tuna Susila

(WTS), tuna wisma dan lain-lain. Di samping itu, upaya resosialisasi

meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali kelompok yang

mempunyai masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar

masalah kesehatan yang mereka derita. Hal ini tentunya membutuhkan

penjelasan dengan pengertian atau batasan-batasan yang jelas dan dapat

dimengerti.

11. Konsep Masalah Kesehatan Komunitas

1. Kesehatan Lingkungan

Lingkungan dapat didefinisikan sebagai tempat pemukiman dengan

segala sesuatunya di mana organisme hidup beserta segala keadaan dan

kondisi yang secara langsung maupun tidak langsung serta ikut

mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari organisme

tersebut (Efendi, 2009).

Kesehatan lingkungan dapat dijabarkan sebagai suatu kondisi

lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang

dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung

tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia (Himpunan

Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia). Menurut WHO (2005),

lingkungan merupakan suatu keseimbangan ekologi yang harus ada

antara manusia dengan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat

dari manusia (Efendi, 2009).

28
Dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan, Pemerintah

menggalakkan Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

(STBM). Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Merupakan

Program Nasional yang bersifat lintas sektoral di bidang sanitasi.

Program Nasional STBM dicanangkan oleh Menteri Kesehatan RI pada

Agustus 2008.

Tujuan dari Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

(STBM) adalah menurunkan kejadian diare melalui intervensi terpadu

dengan menggunakan pendekatan sanitasi total. Sanitasi total adalah

kondisi ketika suatu komunitas:

a. Tidak BAB sembarangan

b. Mencuci tangan pakai sabun

c. Mengelola air minum dan makanan yang aman

d. Mengelola sampah dengan benar

e. Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman

Menurt WHO, terdapat 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan

yaitu sebagai berikut:

a. Penyediaan air minum

b. Pengelolaan air buangan (limbah) dan pengendalian pencemaran

c. Pembuangan sampah padat

d. Pengendalian vector

e. Pencegahan atau pengandalian pencemaran tanah oleh ekskresi

manusia

29
f. Higiene makanan, termasuk higiene susu

g. Pengendalian pencemaran udara

h. Pengendalian radiasi

i. Kesehatan kerja

j. Pengendalian kebisingan

k. Perumahan dan pemukiman

l. Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara

m. Perencanaan daerah dan perkotaan

n. Pencegahan kecelakaan

o. Rekreasi umum dan pariwisata

p. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan

epidemi (wabah), bencana alam dan perpindahan penduduk

q. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan

Menurut pasal 22 ayat 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992,

terdapat delapan ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai

berikut:

a. Penyehatan air dan udara

b. Pengamanan limbah padat atau sampah

c. Pengamanan limbah cair

d. Pengamanan limbah gas

e. Pengamanan radiasi

f. Pengamanan kebisingan

g. Pengamanan vektor penyakit

30
h. Penyehatan dan pengamanan lainnya seperti pada situasi pasca

bencana

2. Perilaku Masyarakat

Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu

tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi

dan tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan

berbagai faktor yang saling berinteraksi (Wawan A & Dewi M, 2010).

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang

terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem

pelayanan kesehatan , makanan serta lingkungan. Batasan ini

mempunyai 2 unsur pokok, yakni respon dan stimulus atau

perangsangan. Respon atau reaksi manusia, baik bersifat pasif

(pengetahuan, persepsi dan sikap) maupun bersifat aktif (tindakan yang

nyata atau practice). Sedangkan stimulus atau rangsangan di sini terdiri

dari 4 unsur pokok, yakni: sakit dan penyakit, sisitem pelayanan

kesehatan, makanan dan lingkungan (Wawan A & Dewi M, 2010).

Perilaku yang mempengaruhi kesehatan dapat digolongkan dalam

dua kategori (Wawan A & Dewi M, 2010), yaitu:

a. Perilaku yang terwujud secara sengaja dan sadar

b. Perilaku yang terwujud secara tidak sengaja atau tidak sadar

Ada perilaku-perilaku yang sengaja atau tidak sengaja membawa

manfaat bagi kesehatan individu atau kelompok kemasyarakatan

sebaliknya ada yang disengaja atau tidak disengaja berdampak

31
merugikan kesehatan (Wawan A & Dewi M, 2010).

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Komunitas

Asuhan keperawatan komunitas merupakan suatu metode atau proses

yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontinu dan berkesinambungan dalam

rangka memecahkan masalah kesehatan dari klien, keluarga serta kelompok atau

masyarakat melalui langkah-langkah: pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi keperawatan. Dalam penerapan proses keperawatan (nursing process),

terjadi proses alih peran dari tenaga keperawatan kepada klien (sasaran) secara

bertahap dan berkelanjutan untuk mencapai kemandirian sasaran dalam

menyelesaikan masalah kesehatannya (Herawati & Neny FS, 2012).

1. Pengkajian

Pengkajian komunitas (community assessment) adalah proses

pengumpulan data yang berhubungan dengan status kesehatan komunitas

dan merupakan sumber data untuk perumusan diagnosa keperawatan.

Pengkajian komunitas merupakan suatu upaya untuk dapat mengenal

masyarakat. Tujuan keperawatan dalam mengkaji komunitas adalah

mengidentifikasi faktor-faktor (baik positif maupun negatif) yang

mempengaruhi kesehatan warga masyarakat agar dapat mengembangkan

strategi promosi kesehatan (Herawati & Neny FS, 2012).

Jenis data yang dikumpulkan pada pengkajian secara umum dapat

diperoleh dari data subyektif dan data obyektif. Data subyektif yaitu data

yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh individu,

32
keluarga, kelompok dan komunitas yang diungkapkan secara langsung

melalui lisan. Data obyektif yaitu data ayang diperoleh melalui suatu

pemeriksaan, pengamatan, dan pengukuran. Sedangkan sumber data dapat

diperoleh dari data primer dan sekunder, dengan pendekatan kuantitatif

maupun kualitatif. Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh pengkaji

berdasarkan hasil pengkajian, sedangkan data sekunder diperoleh dari

sumber lain yang dapat dipercaya. Metode pengumpulan data yang dapat

dilakukan yaitu: wawancara informan (informan interview), analisis

sekunder, observasi atau pengamatan (windshield survey) (Herawati & Neny

FS, 2012). Salah satu model pengkajian yang dapat digunakan adalah “Betty

Neuman”. Pada model ini terdapat 8 komponen yang harus dikaji, ditambah

dengan data inti dari masyarakat itu sendiri (community core).

a. Community Core (data inti)

1) Histori dari komunitas, kaji sejarah perkembangan komunitas.

2) Data demografi: umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, ras,

tipe keluarga, status perkawinan.

3) Vital statistik: angka kelahiran, angka kematian, angka kesakitan.

4) Agama, nilai-nilai, keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok

atau komunitas.

b. Delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas (Betty Neuman) :

1) Lingkungan fisik: perumahan yang dihuni oleh penduduk,

bagaimana penerangannya, sirkulasi dan kepadatan penduduk.

33
2) Pendidikan: Apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan

untuk meningkatkan pengetahuan. Status pendidikan (lama sekolah,

jenis sekolah, bahasa), fasilitas pendidikan (SD, SMP, dll) baik di

dalam maupun di luar komunitas.

3) Keamanan dan transportasi: Bagaimana keselamatan dan keamanan

di lingkungan tempat tinggal, apakah tidak menimbulkan stress.

Transportasi apa yang tersedia di komunitas.

4) Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan: Apakah

cukup menunjang sehingga memudahkan komunitas mendapat

pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan, jenjang

pemerintahan, kebijakan depkes.

5) Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi dini

gangguan atau merawat atau memantau apabila gangguan sudah

terjadi.

6) Sistem komunikasi: Sarana komunikasi apa saja yang dapat

dimanfaatkan di komunitas tersebut untuk meningkatkan

pengetahuan terkait dengan gangguan penyakit. Misalnya televisi,

radio, koran atau leaflet yang diberikan kepada komunitas.

7) Sistem ekonomi: Tingkat sosial ekonomi komunitas secara

keseluruhan apakah sesuai dengan UMR (Upah Minimum

Regional), dibawah UMR atau diatas UMR sehingga upaya

pelayanan kesehatan yang ditujukan pada anjuran dapat

34
dilaksanakan, misalnya anjuran untuk konsumsi jenis makanan

sesuai status ekonomi tersebut.

8) Rekreasi: Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan

apakah biayanya terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini

hendaknya dapat digunakan komunitas untuk membantu

mengurangi stressor.

c. Status kesehatan komunitas

Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital

statistic, antara lain angka mortalitas, angka morbiditas, IMR, MMR,

serta cakupan imunisasi.

1) Pengumpulan data

Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh

informasi mengenai masalah kesehatan pada masyarakat sehingga

dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi

masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial

ekonomi dan spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhi

(Mubarak, 2005).

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara sebagai

berikut :

a) Wawancara atau anamnesa

Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang

berbentuk tanya jawab antara perawat dengan pasien atau

keluarga pasien, masyarakat tentang hal yang berkaitan dengan

35
masalah kesehatan pasien. Wawancara harus dilakukan dengan

ramah, terbuka, menggunakan bahasa yang sederhana dan

mudah dipahami oleh pasien atau keluarga pasien, dan

selanjutnya hasil wawancara atau anamnesa dicatat dalam

format proses keperawatan (Mubarak, 2005).

b) Pengamatan

Pengamatan dalam keperawatan komunitas dilakukan

meliputi aspek fisik, psikologis, perilaku dan sikap dalam

rangka menegakkan diagnosa keperawatan. Pengamatan

dilakukan dengan menggunakan panca indera dan hasilnya

dicatat dalam format proses keperawatan (Mubarak, 2005).

c) Pemeriksaan fisik

Dalam keperawatan komunitas dimana salah satunya

asuhan keperawatan yang diberikan adalah asuhan keperawatan

keluarga, maka pemeriksaan fisik yang dilakukan dalam upaya

membantu menegakkan diagnosa keperawatan dengan cara

Inspeksi, Perkusi, Auskultasi dan Palpasi (Mubarak, 2005).

2) Pengolahan data

Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah

pengolahan data dengan cara sebagai berikut :

a) Klasifikasi data atau kategori data

b) Penghitungan prosentase cakupan

c) Tabulasi data

36
d) Interpretasi data

3) Analisis data

Analisis data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data

dan menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang

dimiliki sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah

yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau

masalah keperawatan (Mubarak, 2005).

4) Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan

Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan

dan keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat

dirumuskan yang selanjutnya dilakukan intervensi. Namun

demikian masalah yang telah dirumuskan tidak mungkin diatasi

sekaligus. Oleh karena itu diperlukan prioritas masalah (Mubarak,

2005).

5) Prioritas masalah

Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat

dan keperawatan perlu mempertimbangkan berbagai faktor sebagai

kriteria diantaranya adalah (Mubarak, 2005):

a) Perhatian masyarakat

b) Prevalensi kejadian

c) Berat ringannya masalah

d) Kemungkinan masalah untuk diatasi

e) Tersedianya sumberdaya masyarakat

37
f) Aspek politis

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan

baik yang aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang

diperoleh pada saat pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah masalah

yang mungkin timbul kemudian. Jadi diagnosa keperawatan adalah suatu

pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang status dan masalah kesehatan

yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Dengan demikian

diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan.

Diagnosa keperawatan akan memberi gambaran masalah dan status

kesehatan masyarakat baik yang nyata (aktual), dan yang mungkin terjadi

(Mubarak, 2009). Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan tingkat

reaksi terhadap stressor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam 3

komponen: Problem, Etiologi, Simptom (Herawati & Neny FS, 2012).

Contoh : Risiko terjadinya peningkatan ISPA pada warga di desa X

sehubungan dengan kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat

terhadap peningkatan status kesehatan ditandai dengan tingginya angka

kejadian ISPA pada 6 bulan terakhir yaitu 25% berdasarkan data Puskesmas.

Masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat dapat disampaikan

dalam pelaksanaan lokakarya mini atau istilah lainnya Musyawarah

Masyarakat Desa/RW(MMRW).

38
3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan

keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesui dengan

diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya

kebutuhan klien (Mubarak, 2009). Tahap berikutnya dari proses keperawatan

merupakan tindakan menetapkan apa yang harus dilakukan untuk membantu

sasaran dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Langkah

pertama dalam tahap perencanaan adalah menetapkan tujuan dan sasaran

kegiatan untuk mengatasi masalah yang telah ditetapkan sesuai dengan

diagnosis keperawatan. Dalam menentukan tahap berikutnya yaitu rencana

pelaksanaan kegiatan maka ada dua faktor yang mempengaruhi dan

dipertimbangkan dalam menyusun rencana tersebut yaitu sifat masalah dan

sumber/potensi masyarakat seperti dana, sarana, tenaga yang tersedia.

Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui

tahapan sebagai berikut :

a. Tahap persiapan

Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas

menentukan cara untuk berhubungan dengan masyarakat, mempelajari

dan bekerjasama dengan masyarakat.

b. Tahap pengorganisasian

Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk

menumbuhkan kepedulian terhadap kesehatan dalam masyarakat.

Kelompok kerja kesehatan (Pokjakes) adalah suatu wadah kegiatan yang

39
dibentuk oleh masyarakat secara bergotong royong untuk menolong diri

mereka sendiri dalam mengenal dan memecahkan masalah atau

kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan, meningkatkan kemampuan

masyarakat berperanserta dalam pembangunan kesehatan di wilayahnya.

c. Tahap pendidikan dan latihan

1) Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat

2) Melakukan pengkajian

3) Membuat program berdasarkan masalah atau diagnose keperawatan

4) Melatih kader

5) Keperawatan langsung terhadap individu, keluarga dan masyarakat

d. Tahap formasi kepemimpinan

e. Tahap koordinasi intersektoral

f. Tahap akhir

Dengan melakukan supervisi atau kunjungan bertahap untuk

mengevaluasi serta memberikan umpan balik untuk perbaikan kegiatan

kelompok kerja kesehatan lebih lanjut.

Untuk lebih singkatnya perencanaan dapat diperoleh dengan

tahapan sebagai berikut:

1) Pendidikan kesehatan tentang gangguan nutrisi

2) Demonstrasi pengolahan dan pemilihan makanan yang baik

3) Melakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan kurang gizi melalui

pemeriksaan fisik dan laboratorium

40
4) Bekerjasama dengan aparat Pemda setempat untuk mengamankan

lingkungan atau komunitas bila stressor dari lingkungan

5) Rujukan ke rumah sakit bila diperlukan

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan

keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan,

perawat kesehatan masyarakat harus bekerjasama dengan anggota tim

kesehatan lainya. Dalam hal ini melibatkan pihak Puskesmas, Bidan desa

dan anggota masyarakat (Mubarak, 2009). Prinsip yang umum digunakan

dalam pelaksanaan atau implementasi pada keperawatan komunitas adalah:

a. Inovatif

Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan

mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

tehnologi (IPTEK) dan berdasar pada iman dan taqwa (IMTAQ)

(Mubarak, 2009).

b. Integrated

Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama dengan

sesama profesi, tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat berdasarkan azas kemitraan (Mubarak, 2009).

c. Rasional

Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan

harus menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya

41
rencana program yang telah disusun (Mubarak, 2009).

d. Mampu dan mandiri

Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan dan

kemandirian dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta kompeten

(Mubarak, 2009).

e. Ugem

Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas

kemampuannya dan bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan

keperawatan yang diberikan akan tercapai. Dalam melaksanakan

implementasi yang menjadi fokus adalah : program kesehatan

komunitas dengan strategi : komuniti organisasi dan partnership in

community (model for nursing partnership) (Mubarak, 2009).

Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat bertanggung jawab

untuk melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yang sifatnya:

a. Bantuan dalam upaya mengatasi masalah-masalah kurang nutrisi,

mempertahankan kondisi seimbang atau sehat dan meningkatkan

kesehatan.

b. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah kurang

gizi.

c. Sebagai advokat komunitas, untuk sekaligus menfasilitasi terpenuhinya

kebutuhan komunitas.

Pada kegiatan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat

pencegahan, yaitu :

42
a. Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan

pada populasi sehat, mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum

serta perlindungan khusus terhadap penyakit, contoh: imunisasi,

penyuluhan gizi, simulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga.

b. Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya

perubahan derajat kesehatan masyarakat clan ditemukan masalah

kesehatan. Pencegahan sekunder ini menekankan pada diagnosa dini dan

tindakan untuk mnghambat proses penyakit, Contoh: Mengkaji

keter¬belakangan tumbuh kembang anak, memotivasi keluarga untuk

melakukan penieriksaan kesehatan seperti mata, gigi, telinga, dll.

c. Pencegahan tertier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian

individu pada tingkat berfungsinya secara optimal dari ketidakmampuan

keluarga, Contoh: Membantu keluarga yang mempunyai anak dengan

resiko gangguan kurang gizi untuk melakukan pemeriksaan secara

teratur ke Posyandu.

5. Evaluasi

Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan

keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan

antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan

keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat

kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat

kemajuan kesehatan masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah

43
ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2009). Kegiatan yang

dilakukan dalam penilaian:

a. Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan yang

telah ditetapkan.

b. Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian

sampai dengan pelaksanaan.

c. Hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan

selanjutnya apabila masalah belum teratasi.

d. Perlu dipahami bersama oleh perawat kesehatan masyarakat bahwa

evaluasi dilakukan dengan melihat respon komunitas terhadap

implementasi yang telah dilakukan.

Sedangkan fokus dari evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan

komunitas adalah :

a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan target

pelaksanaan

b. Perkembangan atau kemajuan proses: kesesuaian dengan perencanaan,

peran staf atau pelaksana tindakan, fasilitas dan jumlah peserta.

c. Efisiensi biaya. Bagaimanakah pencarian sumber dana dan

penggunaannya serta keuntungan program.

d. Efektifitas kerja. Apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau

masyarakat puas terhadap tindakan yang dilaksanakan.

e. Dampak. Apakah status kesehatan meningkat setelah dilaksanakan

tindakan, apa perubahan yang terjadi dalam 6 bulan atau 1 tahun.

44
BAB III
LAPORAN ASUHAN KEPERATAN KOMUNITAS

A. Pengkajian

Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara optimal,

maka melalui Praktek Keperawatan Komunitas Mahasiswa Pendidikan Profesi

Ners Universitas Fort De Kock Bukittinggi di Desa Saruaso Utara akan

menerapkan konsep-konsep keperawatan komunitas yang didalamnya dilakukan

pendekatan keperawatan keluarga sebagai dasar dalam pemberian pelayanan

kesehatan utama pada masyarakat.

Kegiatan praktek keperawatan komunitas yang dilaksanakan Desa Saruaso

Utara terdiri dari beberapa tahap kegiatan meliputi survey wilayah binaan,

pengkajian awal (pengumpulan dan pengolahan data), pembinaan Kelompok

Kerja (POKJAKES) yang anggotanya terdiri dari kader kesehatan, tokoh

masyarakat, tokoh agama, pemuda, dan kalangan pelajar, yang nantinya akan

bersama sama dengan mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan meliputi baksos

yaitu membersihkan mesjid, kantor desa.

1. Inti komunitas

a. Sejarah

Jorong Saruaso Utara adalah jorong yang terletak di nagari

saruaso, kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi

Sumatera Barat. Dimana pada zaman dahulu jorong Saruaso Utara

bernama Kutie Anyir, hal ini dikarenakan pada umumnya suku inilah

45
yang banyak berdomisili di jorong ini. Seiring perkembangan zaman

karena letak jorong ini dibagian utara nagari saruaso maka jorong ini

dinamakan jorong Saruaro Utara.

b. Demografi

Peta Wilayah desa Saruaso Utara

Sumber : Peta administrasi jorong Saruaso Utara

Di jorong Saruaso Utara telah berkembang terdapat berbagai

sarana dan prasarana masyrakat. Di bidang pendidikan, terdapat 1

PAUD, 1 buah SD, dan untuk menunjang pendidikan formal masyarakat

46
Saruaso Utara. Sementara beberapa kelompok-kelompok masyarakat

yang berkembang aktif saat ini antara lain adalah LKAAM, PKK, Bundo

Kanduang, Majelis Taklim, dan Ikatan- ikatan Pemuda, Keberadaan

lembaga dan kelompok masyarakat ini sangat penting artinya dan

memberi manfaat dalam masyarakat jorong Saruaso Utara.

c. Etnis

Dari hasil pengkajian didapatkan etnis yang ada di wilayah jorong

Saruaso Utara yaitu terdiri dari suku minang.

d. Keyakinan

Semua masyarakat di jorong Saruaso Utara beragama islam.

2. Subsistem

a. Lingkungan

Jorong Saruaso Utara merupakan slaah satu jorong yang berada di

wilayah kerja kecamatan tanjung emas dengan jumlah KK adalah 396

KK Sebagian besar lahan dipergunakan untuk pertanian tanah kering,

ladang, dan padi. Jarak tempuh kurang lebih 8 km ke pusat kota

batusangkar.

Sebagian besar rumah warga sudah permanen, lingkungan

pekarangan yg ada belum dimanfaatkan secara maksimal khususnya

penanaman Toga di rumah-rumah warga masih kurang.

Secara administratif, jorong Saruaso Utara terletak dengan batas

wilayah sebagai berikut:

47
1) Sebelah Utara, berbatasan dengan Jorong Saruaso Timur.

2) Sebelah Selatan, berbatasang dengan Jorong Suaruso Barat.

3) Sebelah Barat, berbatasan dengan Jorong Koto Tangah.

4) Sebelah Timur, berbatasan dengan Jorong Kubang Landai.

b. Pelayanan kesehatan

Terdapat satu Polindes/Pokesri dan 1 posyandu Balita. Menurut PWK

Posyandu Lansia ada tapi tidak aktif semenjak Pandemi. Akses ke

Puskesmas juga tidak terlalu jauh kurang lebih memerlukan waktu 15-20

menit.

c. Pendidikan

Di jorong Saruaso Utara terdapat sarana pendidikan PAUD, SD.

Pendidikan masyarakat jorong Saruaso Utara tamat SMP sebanyak 450

orang, tamat SMA 528 orang dan tamat Perguruan tinggi sebanyak 98

orang.

d. Sosial Ekonomi

Di jorong Saruaso Utara pada sebagian besar memiliki mata pencarian

bertani 70%, berdagang 10%, PNS dan ABRI 20%. Pendapatan warga

jorong Saruaso Utara tidak menentu, karna saat musim panen pendapatan

akan meningkat.

e. Transportasi

Untuk transportasi masyarakat pada umumnya menggunakan

sepeda motor roda dua, untuk kebutuhan misalnya masyarakat pergi ke

sawah atau ke ladang. serta pergi kepasar untuk memenuhi kebutuhan

48
sehari- hari.

f. Komunikasi

Bahasa sehari-hari yang digunakan masyarakat di Saruaso Utara adalah

bahasa minang. Masyarakat jorong saruaso utara memiliki perangkat

jorong yang aktif, sehingga keluhan masyarakat ditampung serta di

selesaikan dengan baik. Dari hasil observasi masyarakat Jorong saruaso

utara juga sangat kooperatif dan positif dalam menerima informasi baru.

3. Hasil pengkajian

a. Gambaran umum

1) Distribusi Jumlah Penduduk

Laki Laki Perempuan Total


Jumlah
Penduduk 563 590 1153
Persentase 44% 56% 100%

Dari tabel diatas jumlah penduduk di Jorong Saruaso Utara

terdapat 1153 orang, jumlah penduduk perempuan (56%) lebih

banyak dari pada penduduk laki-laki (44%).

49
2) Distribusi Kelompok Usia
No Kelompok Usia Laki-Laki Perempuan Jumlah %
1 Usia subur 143 185 328 28,4
2 Ibu hamil - 18 18 1,6
3 Ibu bersalin - 18 18 1,6
4 Ibu menyusui - 35 35 3,0
5 Bayi usia 0-5 bulan 5 2 7 ,6
6 Bayi usia 0-11 bulan 10 7 17 1,5
7 Baduta usia 0-23 bulan 23 10 33 2,9
8 Baduta usia 0-35 bulan 32 18 50 4,3
9 Balita usia 0-59 bulan 45 28 73 6,3
10 Anak balita 12-59 bulan 35 21 56 4,9
11 Pra sekolah 60-72 bulan 6 6 12 1,0
12 Anak usia 7-9 tahun 22 18 40 3,5
13 Remaja usia 10-18 tahun 75 64 139 12,1
14 Lanjut usia 45-59 tahun 75 55 130 11,3
15 Lansia 60-69 tahun 54 60 114 9,9
16 Lansia usia ≥70 tahun 38 45 83 7,2
Total 563 590 1153 100%

Dari tabel pengelompokan usia terdapat kelompok terbanyak

pada usia subur dengan persentasi 28,4%.

50
3) Distribusi penyakit
a) Distribusi jumlah 10 penyakit terbanyak
No Penyakit Jumlah Persentase
1 Hipertensi 95 23,2%
2 Myalga 57 13,9%
3 Dermatitis 46 11,2%
4 Gastritis 40 9,8%
5 OA 33 8,1%
6 Ispa 30 7,3%
7 Cepalgia 30 7,3%
8 Common Cold 29 7,1%
9 Faringitis 28 6,8%
10 Asma 21 5,1%
Total 409 100,0%

Dari tabel diatas diperoleh penyakit terbanyak yaitu

Hipertensi dari 10 penyakit terbanyak dengan jumlah 95 kasus

(23,2%).

b) Distribusi Hipertensi Terkontrol


Kejadian Hipertensi Jumlah Persentasi
Tidak Terkontrol 65 68,4%
Terkontrol 30 31,6%
Total 95 100%

51
Data Puskesmas berdasarkan kunjungan kasus Hipertensi

dari jorong Saruaso Utara pada bulan September 2021

sebanyak 30 orang dari total kasus 95 kasus.

Dari hasil wawancara diperoleh data bahwa banyak

masyarakat yang hipertensi karena pola makanan yang

cenderung tidak sehat serta olahraga yang kurang. Mereka tidak

berobat secara teratur karena mereka tidak paham dengan

pengobatan hipertensi, serta tidak paham dengan gaya hidup

sehat. Masyarakat mengatakan belum ada penyuluhan terkait

hipertensi. Hasil wawancara dengan kepala jorong juga

memperkuat pernyataan bahwa di jorong Saruaso Utara

penyakit terbanyak warga adalah hipertensi. Menurut informasi

PWK setempat Posyandu Lansia juga tidak dilaksanakan

selama pandemi.

Dari hasil observasi di temukan bahwa masyarakat

banyak konsumsi makanan bersantan, goreng-goreng serta ikan

asin, Posyandu lansia pun belum dilaksanakan semenjak

52
pandemik. Dari hasil pemeriksaan tekanan darah saat

pendataan ditemukan lansia dengan tekanan darah >140/80

mmHg sebanyak 34 orang.

4) Pekerjaan

No Pekerjaan Persentase
1 Tani 70%
2 ABRI dan PNS 10%
3 Pedagang 10%
4 Lain-Lain 10%
Total 100,0%

Dari tabel diatas diperoleh pekerjaan penduduk lebih banyak


yaitu tani (70%).
5) Data PHBS
a) Sarana Air Bersih
Bulan Air Bersih Total Persentase Total
Ya Tidak Sampel Ya Tidak
Sept 275 - 275 100% 0% 100%

53
Dari tabel diatas didapatkan hasil 275 (100%)

menggunakan sarana air bersih. Dari hasil wawancara dan

observasi seluruh warga sudah menggunakan air PDAM, ada

beberapa rumah yang tersedia sumur tapi tetap menggunakan

PDAM.

b) Jamban Sehat

Bulan Permanen Pengguna Sharing / Pengguna


Komunal
SEPT 319 1047 14 29

Dari tabel diatas didapatkan hasil 319 rumah

menggunakan jamban sehat permanen dan 14 rumah

menggunakan jamban sharing/komunal.

Penanganan masalah di Jorong Saruaso Utara sudah baik,

terbukti dari hampir seluruh KK sudah memiliki akses Jamban

sehat.

54
c) PHBS Indikator 10 (merokok didalam rumah)

PHBS Indikator 10 Jumlah Persentasi


Baik 55 20%
Kurang baik 220 80%
Total 275 100%

Dari tabel diatas didapatkan hasil 80% masyarakat

merokok baik didalam rumah maupun diluar rumah.

Dari hasil observasi umumnya masyarakat usia produktif

yang lebih banyak merokok. Aktivitas merokok tampak di

dalam rumah maupun di luar rumah seprti di warung atau di

tempat umum.

Masyarakat tidak perduli walaupun di bungkus rokok

sudah sangat dijelaskan tentang bahaya merokok,

Data di Puskesmas menjelaskan program PHBS dan PIS

PK dari puskesmas juga sudah dilaksanakan di Jorong Saruaso

Utara utara namun belum menunjukkan adanya perubahan

kebiasaan merokok di Jorong Saruaso Utara.

55
d) Posyandu Balita

Kunjungan Jumlah Persentasi


Posyandu
Datang 20 28,6%
Tidak Datang 50 71,4%
Total 70 100%

Dari tabel diatas didapatkan hasil hanya 28,6% ibu yang

memiliki bayi dan balita (70 sasaran) yang datang ke posyandu

di bulan Oktober. Hasil wawancara menyatakan semenjak

pandemi ibu takut membawa anaknya ke Posyandu, sekitar 8

(11,4%) orang ibu mengatakan bahwa anak nya sudah lengkap

imunisasi dan tidak perlu di bawa lagi ke Posyandu.

b. Kecanduan Gadget

Kecanduan Gadget Jumlah Persentasi


Baik 65 46,8
Kurang Baik 74 53,2
Total 139 100,0

56
Dari tabel diatas didapatkan hasil 53,2% masyarakat dengan usia

remaja kecanduan gatget. Hasil wawancara dengan orang tua

mengatakan anak mereka semenjak sekolah daring dibelikan HP sendiri

sebanyak 72 orang (51,8%). Sekitar 76 orang tua (54,7%) menyatakan

mereka sibuk bekerja sehingga tidak bisa 24 jam mengontrol anaknya.

c. Covid-19

1) Pengetahun Covid-19

Pengetahun Covid-19 Jumlah Persentasi


Baik 362 65,0
Kurang Baik 195 35,0
Total 557 100,0

Dari tabel diatas didapatkan hasil 65% masyarakat memiliki

pengetahuan kurang baik terkait COVID-19.

57
Terlihat dari beberapa pertanyaan yang dijawab salah

mengenai covid-19 : sebanyak 67,3% masyarakat sasaran vaksin

salah mendefinisikan covid-19 serta gejala spesifik covid-19, lebih

dari setengah masyarakat yang menjadi sasaran vaksin yaitu 557

orang tidak mengetahui masa inkubasi covid-19 yaitu 82,8%, 87,4%

warga sasaran vaksin menjawab salah bagaimana cara penularan

covid-19.

2) Sikap

Sikap Jumlah Persentasi


Positif 312 56,0
Negatif 245 44,0
Total 557 100,0

Dari tabel diatas didapatkan hasil 56,0% masyarakat memiliki

sikap negatif terkait COVID-19.

3) Tindakan

Tindakan Jumlah Persentasi


Kurang baik 287 51,5
Baik 270 48,5
Total 557 100,0

58
Dari tabel diatas didapatkan hasil 51,5% masyarakat memiliki

tindakan kurang baik terkait COVID-19.

Dari hasil observasi terlihat hampir tidak ada masyarakat yang

memakai masker saat keluar rumah atau berkumpul di warung. Saat

diadakan penyuluhan oleh mahasiswa masih ada masyarakat yang

tidak menggunakan masker. Kebiasaan mencuci tangan belum

terlihat di jorong Saruaso Utara, belum ada rumah yang

menyediakan tempat mencuci tangan di luar rumah.

4) Vaksin Covid-19

Vaksin Covid-19 Jumlah Persentasi


Belum Vaksin 425 76,3%
Sudah Vaksin 132 23,7%
Total 557 100%

59
Dari tabel diatas didapatkan hasil 76,3% masyarakat belum

vaksin COVID-19.

Dari hasil wawancara warga mengatakan mereka bekerja saat

pagi hari jadi tidak sempat datang ke puskesmas, ada juga yang

mengatakan takut di vaksin sebab ada isu yang beredar ada warga

yang lumpuh setelah di vaksin, mereka jg berfikir negative takut di

covid kan jika berobat ke pelayanan kesehatan serta belum adanya

penyuluhan kesehatan terkait covid-19 dan vaksinasi covid-19 di

Jorong saruaso utara

60
B. Prioritas masalah

1. Data Fokus

DS DO
- Menurut PWK dan warga Posyandu - Di bidang pendidikan, terdapat 1
Lansia ada tapi tidak aktif semenjak PAUD, 1 buah SD, dan untuk
Pandemi menunjang pendidikan formal
- Masyarakat jorong saruaso utara masyarakat Saruaso Utara.
memiliki perangkat jorong yang Sementara beberapa kelompok-
aktif, sehingga keluhan masyarakat kelompok masyarakat yang
ditampung serta di selesaikan berkembang aktif saat ini antara
dengan baik. lain adalah LKAAM, PKK, Bundo
- Dari hasil wawancara diperoleh data Kanduang, Majelis Taklim, dan
bahwa banyak masyarakat yang Ikatan- ikatan Pemuda, Keberadaan
hipertensi karena pola makanan yang lembaga dan kelompok masyarakat
cenderung tidak sehat serta olahraga ini sangat penting artinya dan
yang kurang. Mereka tidak berobat memberi manfaat dalam
secara teratur karena mereka tidak masyarakat jorong Saruaso Utara.
paham dengan pengobatan - Sebagian besar rumah warga sudah
hipertensi, serta tidak paham dengan permanen, lingkungan pekarangan
gaya hidup sehat. Masyarakat yg ada belum dimanfaatkan secara
mengatakan belum ada penyuluhan maksimal khususnya penanaman
terkait hipertensi. Hasil wawancara Toga di rumah-rumah warga masih
dengan kepala jorong juga kurang.
memperkuat pernyataan bahwa di - Pendidikan masyarakat jorong
jorong Saruaso Utara penyakit Saruaso Utara tamat SMP
terbanyak warga adalah hipertensi. sebanyak 450 orang, tamat SMA
Menurut informasi PWK setempat 528 orang dan tamat Perguruan
Posyandu Lansia juga tidak tinggi sebanyak 98 orang.
dilaksanakan selama pandemi. - Mata pencarian bertani 70%,
- Hasil wawancara menyatakan berdagang 10%, PNS dan ABRI
semenjak pandemi ibu takut 20%.
membawa anaknya ke Posyandu, - Jenis penyakit yang di Jorong
sekitar 8 (11,4%) orang ibu Saruaso Utara terbanayak adalah
mengatakan bahwa anak nya sudah Hipertensi (23,2%), selanjutnya
lengkap imunisasi dan tidak perlu di Myalgia (13,9%), Dermatitis
bawa lagi ke Posyandu. (11,2%), Gastritis (9,8%) dan
- Hasil wawancara dengan orang tua penyakit lainnya.
mengatakan anak mereka semenjak - Data Puskesmas berdasarkan
sekolah daring dibelikan HP sendiri kunjungan kasus Hipertensi dari
sebanyak 72 orang (51,8%). Sekitar jorong Saruaso Utara pada bulan
76 orang tua (54,7%) menyatakan September 2021 sebanyak 30
mereka sibuk bekerja sehingga tidak orang dari total kasus 95 kasus.

61
bisa 24 jam mengontrol anaknya. - Dari hasil observasi di temukan
- Dari hasil wawancara warga bahwa masyarakat banyak
mengatakan mereka bekerja saat konsumsi makanan bersantan,
pagi hari jadi tidak sempat datang ke goreng-goreng serta ikan asin,
puskesmas, ada juga yang Posyandu lansia pun belum
mengatakan takut di vaksin sebab dilaksanakan semenjak pandemik.
ada isu yang beredar ada warga yang Dari hasil pemeriksaan tekanan
lumpuh setelah di vaksin, mereka jg darah saat pendataan ditemukan
berfikir negative takut di covid kan lansia dengan tekanan darah
jika berobat ke pelayanan kesehatan >140/80 mmHg sebanyak 34
serta belum adanya penyuluhan orang.
kesehatan terkait covid-19 dan - 80% masyarakat merokok baik
vaksinasi covid-19 di Jorong saruaso didalam rumah maupun diluar
utara rumah.
- Dari hasil observasi umumnya
masyarakat usia produktif yang
lebih banyak merokok. Aktivitas
merokok tampak di dalam rumah
maupun di luar rumah seperti di
warung atau di tempat umum.
- Masyarakat tidak perduli
walaupun di bungkus rokok sudah
sangat dijelaskan tentang bahaya
merokok,
- Data di Puskesmas menjelaskan
program PHBS dan PIS PK dari
puskesmas juga sudah
dilaksanakan di Jorong Saruaso
Utara utara namun belum
menunjukkan adanya perubahan
kebiasaan merokok di Jorong
Saruaso Utara.
- 28,6% ibu yang memiliki bayi dan
balita (70 sasaran) yang datang ke
posyandu di bulan Oktober.
- 53,2% masyarakat dengan usia
remaja kecanduan gatget.
- 65% masyarakat memiliki
pengetahuan kurang baik terkait
COVID-19. Terlihat dari beberapa
pertanyaan yang dijawab salah
mengenai covid-19 : sebanyak
67,3% masyarakat sasaran vaksin
salah mendefinisikan covid-19

62
serta gejala spesifik covid-19, lebih
dari setengah masyarakat yang
menjadi sasaran vaksin yaitu 557
orang tidak mengetahui masa
inkubasi covid-19 yaitu 82,8%,
87,4% warga sasaran vaksin
menjawab salah bagaimana cara
penularan covid-19.
- 56,0% masyarakat memiliki sikap
negatif terkait COVID-19.
- 51,5% masyarakat memiliki
tindakan kurang baik terkait
COVID-19.
- Dari hasil observasi terlihat hampir
tidak ada masyarakat yang
memakai masker saat keluar rumah
atau berkumpul di warung. Saat
diadakan penyuluhan oleh
mahasiswa masih ada masyarakat
yang tidak menggunakan masker.
Kebiasaan mencuci tangan belum
terlihat di jorong Saruaso Utara,
belum ada rumah yang
menyediakan tempat mencuci
tangan di luar rumah.
- 76,3% masyarakat belum vaksin
COVID-19.

2. Analisa Data
No Analisa Data Masalah
1. DS :
Dari hasil wawancara diperoleh data bahwa banyak Perilaku kesehatan
masyarakat yang hipertensi karena pola makanan yang cenderung beresiko :
cenderung tidak sehat serta olahraga yang kurang. Hipertensi (D.0099)
Mereka tidak berobat secara teratur karena mereka
tidak paham dengan pengobatan hipertensi, serta tidak
paham dengan gaya hidup sehat.

Hasil wawancara dengan kepala jorong juga


memperkuat pernyataan bahwa di jorong Saruaso
Utara penyakit terbanyak warga adalah hipertensi.

Menurut informasi PWK setempat Posyandu Lansia

63
juga tidak dilaksanakan selama pandemi.

DO:
- Jenis penyakit yang di Jorong Saruaso Utara
terbanayak adalah Hipertensi (23,2%),
selanjutnya Myalgia (13,9%), Dermatitis
(11,2%), Gastritis (9,8%) dan penyakit lainnya.
- Dari hasil pemeriksaan tekanan darah saat
pendataan ditemukan lansia dengan tekanan
darah >140/80 mmHg sebanyak 34 orang.
- Data puskesmas bulan September 2021
masyarakat Jorong Saruaso Utara yang
berkunjung ke Puskesmas hanya 30 orang dari
kasus 95 orang.
- Pendidikan masyarakat jorong Saruaso Utara
tamat SMP sebanyak 450 orang, tamat SMA 528
orang dan tamat Perguruan tinggi sebanyak 98
orang.
- Hasil observasi pemanfaatan toga di masyarakat
masih rendah. Sebagian besar rumah warga
sudah permanen, lingkungan pekarangan yg ada
belum dimanfaatkan secara maksimal
khususnya penanaman Toga di rumah-rumah
warga masih kurang.
2. DS : - Perilaku kesehatan
cenderung beresiko :
DO : Merokok (D.0099)
- Sikap negative terhadap pelayanan kesehatan
- Gaya hidup tidak sehat (rokok, olahraga
kurang)
- 80% masyarakat merokok baik didalam rumah
maupun diluar rumah.
- Dari hasil observasi umumnya masyarakat usia
produktif yang lebih banyak merokok. Aktivitas
merokok tampak di dalam rumah maupun di
luar rumah seperti di warung atau di tempat
umum.
- Masyarakat tidak perduli walaupun di bungkus
rokok sudah sangat dijelaskan tentang bahaya
merokok,
- Data di Puskesmas menjelaskan program PHBS
dan PIS PK dari puskesmas juga sudah
dilaksanakan di Jorong Saruaso Utara utara
namun belum menunjukkan adanya perubahan

64
kebiasaan merokok di Jorong Saruaso Utara.

3. DS : Kesiapan peningkatan
Masyarakat jorong saruaso utara memiliki perangkat koping komunitas
jorong yang aktif, sehingga keluhan masyarakat (D.0091)
ditampung serta di selesaikan dengan baik.
Menurut warga akses ke Puskesmas juga tidak terlalu
jauh kurang lebih memerlukan waktu 15-20 menit.

DO :
- Terdapat kelompok-kelompok masyarakat yang
berkembang aktif antara lain LKAAM, PKK,
Bundo Kanduang, Majelis Taklim, dan Ikatan-
ikatan Pemuda, Keberadaan lembaga dan
kelompok masyarakat.
- Dari hasil observasi masyarakat Jorong saruaso
utara juga sangat kooperatif dan positif dalam
menerima informasi baru.
- Terdapat satu Polindes/Pokesri dan 1 posyandu
Balita. Posyandu Lansia ada tapi tidak aktif
semenjak Pandemi. Akses ke Puskesmas juga
tidak terlalu jauh kurang lebih memerlukan
waktu 15-20 menit.
4. DS : Manajemen kesehatan
Dari hasil wawancara warga mengatakan mereka tidak efektif (D.0116)
bekerja saat pagi hari jadi tidak sempat datang ke
puskesmas, ada juga yang mengatakan takut di vaksin
sebab ada isu yang beredar ada warga yang lumpuh
setelah di vaksin, mereka jg berfikir negative takut di
covid kan jika berobat ke pelayanan kesehatan, serta
belum adanya penyuluhan kesehatan terkait covid-19
dan vaksinasi covid-19 di jorong Saruaso Utara.

DO :
- 65% masyarakat memiliki pengetahuan kurang
baik terkait COVID-19.
- Terlihat dari beberapa pertanyaan yang dijawab
salah mengenai covid-19 : sebanyak 67,3%
masyarakat sasaran vaksin salah
mendefinisikan covid-19 serta gejala spesifik
covid-19, lebih dari setengah masyarakat yang
menjadi sasaran vaksin yaitu 557 orang tidak
mengetahui masa inkubasi covid-19 yaitu

65
82,8%, 87,4% warga sasaran vaksin menjawab
salah bagaimana cara penularan Covid-19
- Kurang terpapar informasi
- Sikap negative terhadap pelayanan kesehatan
- Dari hasil observasi terlihat hampir tidak ada
masyarakat yang memakai masker saat keluar
rumah atau berkumpul di warung. Saat
diadakan penyuluhan oleh mahasiswa masih
ada masyarakat yang tidak menggunakan
masker. Kebiasaan mencuci tangan belum
terlihat di jorong Saruaso Utara, belum ada
rumah yang menyediakan tempat mencuci
tangan di luar rumah.
- 76,3% masyarakat belum vaksin COVID-19.

3. Diagnosa keperawatan komunitas


a. Proses Skoring Prioritas Masalah
1) Rumus skala skoring

No Kriteria Skor Bobot


Sifat masalah
Skala : Ancaman kesehatan 2
1. Tidak/kurang sehat 1
3
Krisis 1
Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala : Tinggi 2
2. Cukup 2
1
Rendah 0
Potensi masalah untuk dicegah
Skala : Tinggi 3
3. Cukup 1
2
Rendah 1
Menonjolnya masalah 1
Skala : Masalah berat harus ditangani 2
4. Masalah tidak perlu segera 1 1
ditangani
Masalah tidak dirasakan 0

66
No Masalah 1 2 3 4 skor Prioritas
1. Perilaku kesehatan cenderung beresiko : 2 2 2 2 8 1
Hipertensi (D.0099)
2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko : 2 1 2 2 7 2
Merokok (D.0099)
3. Kesiapan peningkatan koping komunitas 2 1 2 2 7 3
(D.0091)
4. Manajemen kesehatan tidak efektif 2 1 2 1 6 4
(D.0116)

b. Diagnosa Keperawatan

1) Perilaku kesehatan cenderung beresiko : Hipertensi (D.0099)

2) Perilaku kesehatan cenderung beresiko : Merokok (D.0099)

3) Kesiapan peningkatan koping komunitas (D.0091)

4) Manajemen kesehatan tidak efektif (D.0116)

67
C. Rencana Asuhan Keperawatan Komunitas
No Data Diagnosa keperawatan SLKI SIKI
Kode Diagnosa Kode Hasil Kode Hasil
1 DS : D.0099 Perilaku Prevensi primer Prevensi primer
Dari hasil wawancara diperoleh kesehatan L.12106 Pemeliharaan I.12383 Edukasi kesehatan
data bahwa banyak masyarakat cenderung Kesehatan (Peningkatan
yang hipertensi karena pola beresiko : Pengetahuan
makanan yang cenderung tidak Hipertensi Prevensi seknder Tentang Hipertensi
sehat serta olahraga yang L.12107 Perilaku Kesehatan Dengan Metode
kurang. Mereka tidak berobat Pendidikan
secara teratur karena mereka L.12104 Manajemen Kesehatan Di
tidak paham dengan Kesehatan Lingkungan
pengobatan hipertensi, serta Masyarakat
tidak paham dengan gaya Prevensi tersier Retnaningsih &
hidup sehat. L.12110 Tingkat Kepatuhan Larasati, 2021)

Hasil wawancara dengan L.12111 Tingkat Pengetahuan Prevensi sekunder


kepala jorong juga memperkuat I.09282 Kontrak perilaku
pernyataan bahwa di jorong positif
Saruaso Utara penyakit I.12464 Penentuan tujuan
terbanyak warga adalah bersama
hipertensi.
Prevensi tersier
Menurut informasi PWK I.12472 Promosi perilaku
setempat Posyandu Lansia juga upaya kesehatan
tidak dilaksanakan selama
pandemi.

68
DO:
- Jenis penyakit yang di
Jorong Saruaso Utara
terbanayak adalah
Hipertensi (23,2%),
selanjutnya Myalgia
(13,9%), Dermatitis
(11,2%), Gastritis (9,8%)
dan penyakit lainnya.
- Dari hasil pemeriksaan
tekanan darah saat
pendataan ditemukan
lansia dengan tekanan
darah >140/80 mmHg
sebanyak 34 orang.
- Data puskesmas bulan
September 2021
masyarakat Jorong
Saruaso Utara yang
berkunjung ke Puskesmas
hanya 30 orang dari kasus
95 orang.
- Pendidikan masyarakat
jorong Saruaso Utara
tamat SMP sebanyak 450
orang, tamat SMA 528
orang dan tamat
Perguruan tinggi sebanyak

69
98 orang.

2 DS : - D.0099 Perilaku Prevensi primer Prevensi primer


kesehatan L.12107 Perilaku kesehatan I.13484 Modifoikasi prilaku
DO : cenderung keterampilan sosial
- Sikap negative terhadap beresiko : Prevensi sekunder
pelayanan kesehatan Merokok L.12104 Manajemen I.12383 Edukasi kesehatan
- Gaya hidup tidak sehat kesehatan (Penyuluhan
(rokok, olahraga kurang) Kesehatan Tentang
- 80% masyarakat Prevensi tersier Dampak Kebiasaan
merokok baik didalam L.12106 Pemeliharaan Merokok
rumah maupun diluar kesehatan Gustina & Anandita,
rumah. 2021)
- Dari hasil observasi
umumnya masyarakat Prevensi sekunder
usia produktif yang I.12472 Promosi perilaku
lebih banyak merokok. upaya kesehatan
Aktivitas merokok
tampak di dalam rumah Prevensi tersier
maupun di luar rumah I.09258 Dukungan kelompok
seperti di warung atau di konseling
tempat umum.
- Masyarakat tidak perduli
walaupun di bungkus
rokok sudah sangat
dijelaskan tentang
bahaya merokok,
- Data di Puskesmas

70
menjelaskan program
PHBS dan PIS PK dari
puskesmas juga sudah
dilaksanakan di Jorong
Saruaso Utara utara
namun belum
menunjukkan adanya
perubahan kebiasaan
merokok di Jorong
Saruaso Utara.
3 DS : D.0091 Kesiapan Prevensi primer Prevensi primer
Dari hasil wawancara diperoleh peningkatan sttus koping keluarga
data bahwa banyak masyarakat koping L.09088 L.1311 Dukungan Sosial.
yang hipertensi karena pola komunitas Prevensi sekunder 3
makanan yang cenderung tidak ketahanan komunitas
sehat serta olahraga yang
kurang. Mereka tidak berobat L.08075 Status Kesehatan
secara teratur karena mereka Komunitas
tidak paham dengan
pengobatan hipertensi, serta L.12109 Prevensi tersier
tidak paham dengan gaya tingkat pengetahuan
hidup sehat.
Masyarakat mengatakan belum L.12111
ada penyuluhan terkait HT di
Jorong Saruaso Utara

Masyarakat jorong saruaso


utara memiliki perangkat

71
jorong yang aktif, sehingga
keluhan masyarakat ditampung
serta di selesaikan dengan baik.

DO :
- Terdapat kelompok-
kelompok masyarakat
yang berkembang aktif
antara lain LKAAM,
PKK, Bundo Kanduang,
Majelis Taklim, dan
Ikatan- ikatan Pemuda,
Keberadaan lembaga
dan kelompok
masyarakat.
- Dari hasil observasi
masyarakat Jorong
saruaso utara juga
sangat kooperatif dan
positif dalam menerima
informasi baru.
- Terdapat satu
Polindes/Pokesri dan 1
posyandu Balita.
Posyandu Lansia ada
tapi tidak aktif semenjak
Pandemi. Akses ke

72
Puskesmas juga tidak
terlalu jauh kurang lebih
memerlukan waktu 15-
20 menit.
- Hasil observasi
pemanfaatan toga di
masyarakat masih
rendah. Sebagian besar
rumah warga sudah
permanen, lingkungan
pekarangan yg ada
belum dimanfaatkan
secara maksimal
khususnya penanaman
Toga di rumah-rumah
warga masih kurang.
4 DS : Manajemen Prevensi primer Prevensi primer
Dari hasil wawancara warga D.0116 kesehatan tidak L12104 Manajemen I.13484 Edukasi kesehatan
mengatakan mereka bekerja efektif kesehatan (Hubungan Persepsi
saat pagi hari jadi tidak sempat Tentang Efektifitas
datang ke puskesmas, ada juga Prevensi sekunder Vaksin Dengan
yang mengatakan takut di L.12106 Pemeliharaan Sikap Kesediaan
vaksin sebab ada isu yang kesehaatan Mengikuti Vaksinasi
beredar ada warga yang Covid-19
lumpuh setelah di vaksin, L.10100 Proses informasi Widayanti &
mereka jg berfikir negative Kusumawati, 2021)
takut di covid kan jika berobat Prevensi tersier
ke pelayanan kesehatan, serta L.12110 Tingkat kepatuhan Gambaran

73
belum adanya penyuluhan Pengetahuan
kesehatan terkait covid-19 dan L.12111 Tingkat pengetahuan Masyarakat Tentang
vaksinasi covid-19 di jorong Covid-19 Dan
Saruaso Utara. Perilaku Masyarakat
Di Masa Pandemi
Covid-19
DO : Yanti1, Nugraha,
- 65% masyarakat Wisnawa, Agustina,
memiliki pengetahuan & Diantari, 2020)
kurang baik terkait
COVID-19. Prevensi sekunder
- Terlihat dari beberapa I.13484 Modifikasi prilaku
pertanyaan yang dijawab keterampilan sosial
salah mengenai covid-19
: sebanyak 67,3% Prevensi tersier
masyarakat sasaran I.10334 Dukungan kelompok
vaksin salah konseling
mendefinisikan covid-19
serta gejala spesifik
covid-19, lebih dari
setengah masyarakat
yang menjadi sasaran
vaksin yaitu 557 orang
tidak mengetahui masa
inkubasi covid-19 yaitu
82,8%, 87,4% warga
sasaran vaksin
menjawab salah

74
bagaimana cara
penularan Covid-19
- Kurang terpapar
informasi
- Sikap negative terhadap
pelayanan kesehatan
- Dari hasil observasi
terlihat hampir tidak ada
masyarakat yang
memakai masker saat
keluar rumah atau
berkumpul di warung.
Saat diadakan
penyuluhan oleh
mahasiswa masih ada
masyarakat yang tidak
menggunakan masker.
Kebiasaan mencuci
tangan belum terlihat di
jorong Saruaso Utara,
belum ada rumah yang
menyediakan tempat
mencuci tangan di luar
rumah.
- 76,3% masyarakat
belum vaksin COVID-
19.

75
RENCANA KERJA (PLAN OF ACTION / POA) KOMUNITAS PADA KELOMPOK SARUASO UTARA
DI JORONG SARUASO UTARA

No Diagnosa Kegiatan Tujuan Sasaran Sumber Daya


Keperawatan Penanggung Waktu Tempat Alokasi
Jawab Dana
1 Perilaku - Akan memberikan Setelah dilakukan penyuluhan Masyarakat Kelompok 15 Oktober Kantor Kelompok
kesehatan penyuluhan diharapkan masyarakat Saruaso Jorong mahasisw 2021 Jorong mahasisw
cenderung kesehatan tentang Utara dapat mengetahui tentang Saruaso Saruaso Utara 14.00 WIB Saruaso
beresiko : terapi hipertensi dan terapi Utara s/d selesai Utara
Hipertensi komplementer komplementer yang
hipertensi dilaksanakan
- Akan melakukan Setelah dilakukan pemeriksaan
pemeriksaan tekanan darah diharapkan
tekanan darah masyarakat Saruaso utara dapat
darah bekerjasama mengetahui tekanan darah dan
dengan posyandu rutin kontrol tekanan darah pada
lansia posyandu lanisa
2 Perilaku - Akan Setelah dilakukan penyuluhan Lansia Kelompok 15 Oktober Kantor Kelompok
kesehatan melaksanakan bahaya merokok diharapkan Jorong mahasisw 2021 Jorong mahasisw
cenderung penyuluhan masyarakat Saruaso Utara Saruaso Saruaso Utara 14.00 WIB Saruaso
beresiko : tentang bahaya mengerti akibat merokok Utara s/d selesai Utara
Merokok merokok
- Akan memasang Setelah dilakukan pemasangan Rumah Kelompok 17 Oktober Jorong Kelompok
stiker bebas asap stiker bebas asap rokok dirumah Masyarakat mahasisw 2021 Saruaso mahasisw
rokok dirumah diharapkan masyarakat Saruaso Jorong Saruaso Utara 09.00 WIB Utara Saruaso
warga Utara tidak ada lagi yang Saruaso s/d selesai Utara

76
merokok didalam rumah Utara
3 Kesiapan - Akan Stelah dilakukan pengaktifan Rumah Kelompok 16 Oktober Jorong Kelompok
peningkatan mengaktifkan toga toga diharapkan masyarakat Warga yang mahasisw 2021 Saruaso mahasisw
koping pada masyarakat Saruaso Utara dapat mengetahui Hipertensi di Saruaso Utara 09.00 WIB Utara Saruaso
komunitas dengan tentang terapi komplementer Jorong s/d selesai Utara
mengunjungi yang dilaksanakan untuk Saruaso
rumah warga mengtasi hipertensi Utara

4 Manajemen - Akan Setelah dilakukan penyuluhan Masyarakat Kelompok 15 Oktober Kantor Kelompok
kesehatan melaksanakan diharapkan masyarakat Saruaso Jorong mahasisw 2021 Jorong mahasisw
tidak efektif penyuluhan Utara dapat mengetahui tentang Saruaso Saruaso Utara 14.00 WIB Saruaso
tentang vaksinasi pencegahan virus corona Utara s/d selesai Utara
covid 19.

- Akan bekerjasama Setelah dilakukan vaksinasi Masyarakat Kelompok 29 Oktober Kantor Kelompok
dengan Puseksmas diharpakan masyarakat Saruaso Jorong mahasisw 2021 Jorong mahasisw
setempat Utara dapat terhindar dari Covid Saruaso Saruaso Utara 09.00 WIB Saruaso
melakukan 19. Utara s/d selesai Utara
vaksinasi

77
D. Implementasi
Dx keperawatan Waktu Implementasi
Pelaksanaan
Perilaku kesehatan 15 Oktober 2021 - Memberikan penyuluhan kesehatan
cenderung beresiko 14.00 WIB s/d tentang terapi komplementer hipertensi
: Hipertensi selesai - Melakukan pemeriksaan tekanan darah
darah bekerjasama dengan posyandu
lansia
Perilaku kesehatan 15 Oktober 2021 - Melaksanakan penyuluhan tentang
cenderung beresiko 14.00 WIB s/d bahaya merokok
: Merokok selesai
17 Oktober 2021 - Memasangg stiker bebas asap rokok
09.00 WIB s/d dirumah warga
selesai
Kesiapan 16 Oktober 2021 - Mengaktifkan toga pada masyarakat
peningkatan koping 09.00 WIB s/d dengan mengunjungi rumah warga
komunitas selesai

Manajemen 15 Oktober 2021 - Melaksanakan penyuluhan tentang


kesehatan tidak 14.00 WIB s/d vaksinasi Covid 19.
efektif selesai
29 Oktober 2021 - Bekerjasama dengan Puseksmas
09.00 WIB s/d setempat melakukan vaksinasi
selesai

E. Evaluasi
Dx keperawatan Waktu Evaluasi
Pelaksanaan
Perilaku kesehatan 15 Oktober 2021 S:
cenderung beresiko 14.00 WIB s/d - Masyarakat mengatakan mengetahui
: Hipertensi selesai tentang hipertensi dan terapi
komplementer untuk penderita
hipertensi.
- Masyarakat mengatakan mau
dilakukan pemeriksaan tekanan
darah.
O:
- Masyarakat tampak mengerti saat
ditanya kembali tentang hipertensi
dan terapi komplementer untuk
penderita hipertensi.
- Masyarakat tampak melakukan
pemeriksaan tekanan darah.

A : Tujuan tercapai

P : Intervensi dihentikan

78
Perilaku kesehatan 15 Oktober 2021 S:
cenderung beresiko 14.00 WIB s/d - Masyarakat mengatakan mengetahui
: Merokok selesai tentang bahaya rokok.
O:
- Masyarakat tampak mengerti saat
ditanya tentang bahaya rokok.

A : Tujuan tercapai

P : Intervensi dihentikan
17 Oktober 2021 S:
09.00 WIB s/d - Masyarakat mengatakan mau
selesai memasang stiker bebas asap rokok
dirumahnya.

O:
- Masyarakat tampak mengizinkan
dipasangkan stiker bebas asap rokok
dirumahnya.
- Rumah warga ditempelkan stiker
bebas asap rokok.

A : Tujuan tercapai

P : Intervensi dihentikan
Kesiapan 16 Oktober 2021 S:
peningkatan koping 09.00 WIB s/d - Masyarakat mengatakan mau
komunitas selesai mengaktifkan kembali toga
dirumahnya.

O:
- Masyarakat tampak mengizinkan
ditanami toga dirumahnya.
- Rumah warga ditanami 5 jenis toga.

A : Tujuan tercapai

P : Intervensi dihentikan
Manajemen 16 Oktober 2021 S:
kesehatan tidak 09.00 WIB s/d - Masyarakat mengatakan tahu dan
efektif selesai mengerti tentang Covid 19
- Masyarakat mengatakan akan
melakukan vaksin Covid 19.

O:
- Masyarakat tampak mengerti saat
ditanya kembali tentang Covid 19.

79
A : Tujuan tercapai

P : Intervensi dihentikan
29 Oktober 2021 S:
09.00 WIB s/d - Masyarakat mengatakan akan
selesai melakukan vaksin Covid 19.

O:
- Masyarakat melakukan vaksinasi di
Polindes sebanyak 100 orang yang
mendaftar, 88 orang melakukan
suntik vaksin dan 12 orang diundur
karena hipertensi.

A : Tujuan tercapai

P : Intervensi dihentikan

80
BAB IV
PEMBAHASAN

Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang

melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan klien / keluarga atau

masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Carpenito, 1995).

Konsep keperawatan komunitas yang profesional mangacu pada ilmu dan

kiat keperawatan yang di tujukan pada masyarakat terumatama kelompok-

kelompok yang berisiko tinggi terhadap terserangnya penyakit atau akibat proses

penuaan. Peran serta aktif masyarakat sangat mempengaruhi proses penerapana

asuhan keperawatan di masyarakat itu sendiri. Pengkajian yang dilakukan sangat

tergantung pada respon masyarakat, terutama dalam memberikan informasi yang

valid dan akurat.

Melalui pengkaderan serta melibatkan pihak terkait baik pemerintah

setempat, tokoh masyarakat, tokoh agama dapat diperoleh data yang sangat

mendukung proses pemberian asuhan langsung pada masyarakat.

Tahapan proses keperawatan komunitas pada dasarnya sama dengan tahapan

pada proses keperawatan yang meliputi: Pengkajian, Perencanaan, Pelaksanaan

dan Evaluasi Pembahasan inipun mengacu pada analisis SWOT

(Strength/kekuatan, Weakness/kelemahan, Opportunity/kesempatan dan

Threat/ancaman).

Berdasarkan hasil asuhan keperawatan komunitas melalui pendekatan

proses keperawatan didapatkan beberapa hasil yang meliputi :

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan dasar utama dari proses keperawatan, berguna

untuk menentukan aktivitas keperawatan dan sumber data bagi profesi lain.

81
Pada tahap pengkajian, yang perlu dikaji pada kelompok atau

komunitas menurut teori Anderson adalah data inti yang terdiri atas data

demografi : umur , pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai

keyakinan serta riwayat timbulnya komunitas dan mengkaji sub sistem yang

mempengaruhi komunitas, seperti lingkungan fisik perumahan, pendidikan

kesehatan, keamanan dan keselamatan politik, kebijakan pemerintah terkait

kesehatan, pelayanan kesehatan yang tersedia, sistem komunikasi , ekonomi

dan realisasi.

Pengkajian dilaksanakan dengan menggunakan metode wawancara

dan observasi langsung berdasarkan format pengkajian/kuesioner yang

disusun berdasarkan prioritas masalah yang telah disepakati dalam pertemuan

dengan pemerintah setempat, masyarakat, dan tokoh agama. Pengkajian

dilakukan pada seluruh kepala keluarga yang ada di Wilayah Jorong Saruaso

Utara Kecamatan Tanjung Emas Kabupaten Tanah Datar.

Berikut gambaran Analisis SWOT untuk melihat secara nyata faktor

pendukung dan penghambat pengkajian.

1. Strenght / Kekuatan

a. Adanya dukungan positif dari Masyarakat/ keluarga yang dimintakan

data ( Masyarakat cukup kooperatif ).

b. Adanya Kader yang berperan aktif dalam pengumpulan data,

terutama berperan dalam pemahaman bahasa daerah.

c. Dukungan dari Pemerintah, Kecamatan, Kelurahan dan dari PKM

tanjung emas.

82
d. Adanya dukungan dari kepala Jorong, tokoh masyarakat, tokoh

agama, dan para remaja mesjid di jorong Saruaso Utara.

2. Weekness / Kelemahan

a. Tingkat pekerjaan Penduduk di Saruaso Utara yang rata-rata petani,

berdagang, ABRI/PNS dan lain-lain.

b. Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh masyarakat Saruaso Utara

adalah bahasa minang dan bahasa daerah setempat yang beberapa

katanya kurang dipahami oleh mahasiswa.

c. Pendidikan masyarakat jorong Saruaso Utara yang mayoritas rendah

menjadi salah satu faktor penghambat pemahaman masyarakat

terhadap pertanyaan yang diberikan.

3. Opportunity / Kesempatan

a. Kebutuhan masyarakat akan petugas kesehatan

b. Kebutuhan masyarakat tentang pendidikan kesehatan.

c. Keinginan masyarakat untuk hidup sehat atau berperilaku hidup

sehat.

4. Threat / Ancaman

a. Keakuratan pengkajian dari pengumpul data secara mendalam.

b. Jawaban hasil pendataan yang memungkinkan, tidak sesuai dengan

keadaan yang sebenarnya.

83
B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan merupakan penilaian atau kesimpulan yang

diambil dari pengkajian keperawatan ( Carpenito, 1995 ).

Berdasarkan hasil pengkajian muncul 4 masalah keperawatan, hal ini

dimungkinkan karena kesadaran masyarakat sudah meningkat tentang

kesehatan dan prosentasi penyebab masalah ini tidak terlalu tinggi.

Tiga masalah yang muncul di Wilayah Saruaso Utara Kenagarian

Saruaso Kecamatan Tanjung Emas Kabupaten Tanah Datar adalah:

1. Perilaku kesehatan cenderung beresiko : Hipertensi (D.0099)

2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko : Merokok (D.0099)

3. Kesiapan peningkatan koping komunitas (D.0091)

4. Manajemen kesehatan tidak efektif (D.0116)

C. Intervensi Keperawatan

Setelah merumuskan diagnosa, maka intervensi dan aktivitas

keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi atau menghilangkan dan

mencegah masalah keperawatan yang terdiri dari :

1. Menentukan prioritas masalah

2. Menetapkan tujuan umum dan tujuan khusus

3. Menetapkan Kriteria evaluasi dan Standar

4. Merumuskan intervensi dan aktivitas keperawatan

Jadi rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang

dapat mencapai tiap tujuan khusus. Perencanaan memberi alasan ilmiah

berdasarkan literature, hasil penelitian dan pengalaman praktik.

84
Berikut gambaran Analisis SWOT untuk melihat secara nyata faktor

pendukung dan penghambat Perencanaan keperawatan komunitas.

1. Strength / Kekuatan

a. Dukungan dari Pemerintah, Jorong, Kecamatan, dan dari PKM

Tanjung Emas

b. Adanya Kader posyandu yang berperan aktif dalam perencanaan

kegiatan.

c. Adanya dukungan dari Tokoh - tokoh masyarakat / Agama.

2. Weekness / Kelemahan

a. Kurangnya sponsor dana yang dapat bertanggung jawab untuk

beberapa kegiatan yang membutuhkan pembiayaan besar sehingga

beberapa metode tepat guna disiapkan untuk mengahadapi kendala

dana tersebut

b. Kurang disiplinnya masyarakat, mahasiswa dan pihak yang terkait

sehingga waktu pelaksanaan kegiatan pernah tidak sesuai dengan

jadwal yang disepakati.

3. Opertunity / Kesempatan

a. Banyaknya waktu luang dari masyarakat untuk ikut serta dalam

kegiatan yang direncanakan.

b. Bantuan dari Puskesmas dan pihak terkait yang diwujudkan dalam

kerja dalam beberapa kegiatan yang telah direncanakan.

85
4. Threat / Ancaman

a. Kemungkinan peran serta aktif masyarakat dalam pelaksanaan

nantinya akan berkurang berhubungan dengan kesibukan dalam

bidang ekonomi sebagai petani, berdagang, ABRI/PNS dan lain

sebagainya.

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi disesuaikan dengan rencana tindakan dan sebelum

melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, dalam melaksanakan

tindakan harus benar-benar melakukan kontrak waktu dengan masyarakat

agar seluruh rangkaian kegiatan dapat berjalan dengan baik.

Berikut gambaran Analisis SWOT untuk melihat secara nyata faktor

pendukung dan penghambat implementasi.

1. Perilaku kesehatan cenderung beresiko: Hipertensi

a. Strength (kekuatan)

1) Tersedinya sarana dan prasarana yang memadai untuk dijadikan

pendukung diadakanya implementasi keperawatan komunitas

2) Implementasi disesuaikan dengan kebutuan masyarakat

3) Penentuan tempat dan waktu atas kehendak masyarakat

b. Weakness (kelemahan)

1) Dari total 95 kasus hipertensi hanya 30 kasus yang melakukan

kontrol rutin ke puskuemas dan polindes.

2) Kurangnya informasi tentang penyakit hipertensi.

86
c. Opportunity (Kesempatan)

1) Adanya program penyuluhan kesehatan tentang hipertensi dari

mahasiswa

2) Sarana dan prasarana kesehatan yang menunjang pelayanan

kesehatan.

3) Adanya informasi melalui media massa dan elektronik.

d. Treath (Ancaman)

1) Tidak semua penderita hipertensi memahmi tentang penyakit

hipertensi karena tidak mengikuti penyuluhan yang di adakan

mahasiswa.

2. D0099 Perilaku kesehatan cenderung beresiko: merokok

a. Strenght / Kekuatan

1) Adanya program pemerintah dan puskesmas untuk pelaksanaan

10 indikator keluarga sehat.

2) Adanya Kader kesehatan yang berperan aktif dalam setiap

kegiatan.

b. Weakness / Kelemahan

1) Kurangnya partisipasi masyarakat untuk menerapkan perilaku

tidak merokok dalam rumah.

2) Adanya persepsi masyarakat tentang budaya merokok dalam

rumah sudah biasa.

c. Opportunity / Kesempatan

1) Sejalan dengan beberapa kegiatan dari program pemerintah dan

87
puskesmas, misalnya, PISPK (Program Indonesia Sehat dengan

Pendekatan Keluarga .

d. Threat / Ancaman

1) Tingkat pendidikan rata – rata penduduk yang rendah

2) Tingkat kesadaran dan pengetahuan masyarakat yang masih

kurang untuk selalu mengontrol kondisi kesehatan secara teratur

pada fasilitas-fasilitas kesehatan yang tersedia.

3) Kurangnya petugas kesehatan melakukan kunjungan rumah.

3. D.0091 Kesiapan peningkatan koping komunitas

a. Strenght / Kekuatan

1) Keinginan dari masyarakat jorong Saruaso Utara yang mau

merubah gaya hidup

2) Adanya Kader kesehatan yang berperan aktif dalam setiap

kegiatan.

3) Masyarakat jorong Saraso Utara sangat kooperatif dan positif

dalam menerima informasi baru

b. Weakness / Kelemahan

1) Kurangnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan penyuluhan

tentang bahaya rokok yang dilakukan oleh siswa

2) Gaya hidup beberapa masyarakat yang susah untuk dirubah

salah satunya merokok dalam rumah.

c. Opportunity / Kesempatan

1) Sejalan dengan beberapa kegiatan dari program pemerintah dan

88
puskesmas, misalnya, program PISPK..

d. Threat / Ancaman

1) Tingkat pendidikan rata – rata penduduk yang rendah

2) Gaya hidup masyarakat dijorong Saruaso Utara.

4. Manajemen kesehatan tidak efektif D.0116

a. Strenght / Kekuatan

1) Adanya program pemerintah dan puskesmas untuk pelaksanaan

vaksinasi covid-19.

2) Adanya Kader kesehatan yang berperan aktif dalam setiap

kegiatan.

b. Weakness / Kelemahan

1) Ketakutan masyarakat untuk di vaksin Covid-19 sebab ada isu

warga lumpuh setelah di vaksin.

c. Opportunity / Kesempatan

1) Sejalan dengan program pemerintah yaitu pelaksnaan vaksinasi

covid-19.

d. Threat / Ancaman

1) Sikap negatif masyarakat terhadap pelayanan kesehatan karena

kurang terpapar informasi.

2) Gaya hidup masyarakat dijorong Saruaso Utara.

89
E. Evaluasi

Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan

keperawatan kepada masyarakat.. Evaluasi dilakukan baik dari respon verbal,

non verbal maupun psikomotornya.

1. Rencana kegiatan mahasiswa selalu mendapat respon positif dari

masyarakat.

2. Pada pelaksanaan kegiatan (implementasi) biasanya masyarakat kurang

berespon berhubungan dengan kurangnya kesadaran.

3. Rata-rata penduduk sudah mulai merasakan arti pentingnya kesehatan

terbukti dari terjadi perubahan terhadap meningkatnya kesadaran

masyarkat dan meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang prilaku

sehat, dan tidak merokok dalam rumah. Di tunjang pula dengan

lingkungan yang sudah mulai bersih , pemanfaatan air bersih, dll.

4. Kegiatan yang berhasil dilaksanakan umumnya karena dukungan dari

kader setempat, tokoh masyarakat, pemerintah terkait, puskesmas dan

swadana mahasiswa sendiri.

90
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kegiatan praktik keperawatan komunitas di Jorong Saruaso Utara

Kecamatan Tanjung Emas telah dilakukan selama enam minggu. Kegiatan

praktik keperawatan komunitas diawali dengan pendekatan melalui bidan

desa Saruaso Utara, kemudian dilanjutkan dengan pendekatan kepada kepala

jorong Saruaso Utara dan seluruh kader. Mahasiswa melakukan pengkajian

masyarakat dengan menggunakan metode, observasi, wawancara dan

kuesioner. Dari hasil pengkajian mahasiswa menemukan empat masalah

utama yang mayoritas dialami masyarakat meliputi hipertensi, merokok

dalam rumah, covid-19, penggunaan gadged pada anak remaja.

Hasil musyawarah bersama dengan masyarakat mendapatkan tiga

masalah harus harus diselesaikan yaitu hipertensi, merokok dalam rumah dan

Covid-19. Masalah keperawatan yang diangkat yaitu Perilaku kesehatan

cenderung beresiko : Hipertensi, Perilaku kesehatan cenderung beresiko :

merokok, Kesiapan peningkatan koping komunitas, Manajemen kesehatan

tidak efektif.

Proses keperawatan komunitas yang dilaksanakan mahasiswa meliputi

pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi berdasarkan konsep

community as partner. Mahasiswa melibatkan kader sebagai perwakilan

warga untuk turun langsung ke dalam kepanitian yang disusun mahasiswa

dalam melakukan intervensi. Kader memiliki peran penting yaitu

memperkenalkan mahasiswa kepada masyarakat jorong Saruaso Utara dan

91
membantu menyebarluaskan informasi kepada masyarakat mengenai rencana

kegiatan yang akan dilakukan selama enam minggu.

Kegiatan yang dilakukan sebagai intervensi untuk masalah hipertensi

yaitu penyuluhan mengenai hipertensi dan terapi komplementer mengajarkan

masyarakat menanam tanaman toga untuk pengobatan hipetensi. Evaluasi

untuk kegiatan tersebut yaitu 93% peserta mengalami peningkatan

pengetahuan tentang hipertensi. Semua peserta dapat mempraktekkan

menanam tanaman toga seperti seledri, kunyit, tomat, dan lain-lain. Kegiatan

dapat berjalan tepat waktu dan lancar. Semua peserta yang membawa balita

tetap berusaha membuat tenang anaknya. Kegiatan yang dilakukan sebagai

intervensi masalah merokok dalam rumah yaitu penyuluhan mengenai bahaya

rokok dan pembuatan asbak sederhana di luar rumah serta menempel

kawasan tanpa rokok di depan pintu masuk rumah. Kegiatan ini dilaksanakan

tepat waktu sehingga beberapa warga datang lebih awal dan mengikuti

kegiatan penuh dari awal sampai akhir. Hasil evaluasi yaitu warga antusias

mengikuti penyuluhan dan dapat mengikuti intruksi dalam pembuatan asbak

sederhana. Sedangkan untuk Covid-19 yaitu penyuluhan mengenai Covid-19

5M dan vaksinasi di lanjutkan di hari berikutnya. Kegiatan ini dilaksanakan

di Polindes yang di fasilitasi oleh Vaksinator dari puskesmas Tanjung Emas,

bidan polindes dan kepala jorong Saruaso utara. Hasil evaluasi yaitu warga

sangat antusias mengikuti kegiatan penyuluhan dan mengikuti kegiatan

vaksinasi yang dilaksanakan dan memenuhi target yang diharapkan.

92
B. Saran

1. Untuk masyarakat (jorong Saruaso Utara):

a. Perlu adanya pertemuan kader untuk mendata warga yang sehat,

sakit dan berisiko sehingga kondisi kesehatan seluruh warga jorong

Saruaso Utara terpantau. Disamping itu, tiap kader jorong Saruaso

Utara juga mempunyai data tetap warga yang sehat, sakit dan

berisiko.

b. Tiap kader bisa menjadi perwakilan untuk melaporkan masalah

kesehatan yang ada di masyarakat ke tingkat yang lebih tinggi

(Puskesmas /Kelurahan).

c. Perlu adanya sosialisasi pada masyarakat mengenai peran kader

salah satunya promosi kesehatan.

d. Kader dapat menerapkan pengetahuan yang telah didapatkan

mengenai kesehatan dengan melakukan penyuluhan kembali pada

masyarakat secara langsung saat door to door atau saat

posyandu/posbindu.

e. Kepala jorong, dan Para Kader dapat bekerja sama untuk

mendukung rancangan kegiatan yang sudah disepakati dengan

mahasiswa praktik supaya dilakukan secara berkelanjutan.

2. Untuk Kelurahan

a. Memberikan follow up setiap kegiatan yang dilakukan di masyarakat

seperti kegiatan di Posyandu maupun Posbindu.

b. Mengalokasikan anggaran untuk program yang mendukung kegiatan

93
kesehatan sehingga derajat kesehatan masyarakat meningkat.

c. Berperan serta dalam setiap kegiatan yang dilakukan di kelurahan

khususnya di Jorong Saruaso Utara seperti turun langsung ke

masyarakat untuk melakukan supervisi kegiatan.

3. Untuk Pelayanan Kesehatan

a. Pihak pelayanan kesehatan memberikan pelatihan secara rutin

kepada kader untuk melakukan kegiatan promosi kesehatan kepada

masyarakat.

b. Perwakilan dari pelayanan kesehatan atau bidan polindes melakukan

evaluasi secara berkala pada jorong Saruaso Utara untuk memantau

kondisi kesehatan masyarakat dan mendiskusikan kebutuhan yang

diperlukan masyarakat untuk mengatasi dan mempertahankan

kondisi kesehatan.

c. Pihak pelayanan kesehatan dapat memberdayakan Kader untuk

melakukan pendekatan dan mengajak masyarakat yang memiliki

kesadaran rendah akan kesehatan supaya dapat memanfaatkan unit

pelayana kesehatan dan program-programnya.

94
DAFTAR PUSTAKA

Clark M.J. 1999. Nursing in the community: Dimensions of community health


nursing. Standford Connecticut: Appleton & Lange.

Efendi F. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam


Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta.

Gustina, I., & Anandita, M. Y. R. (2021). Penyuluhan Kesehatan Tentang Dampak


Kebiasaan Merokok. JPM Bakti Parahita : Jurnal Pengabdian Masyarakat
Bakti Parahita, 2, 73–81.

Herawati, Neni FS. 2012. Buku Panduan Praktikum Keperawatan Komunitas I.


PSIK FK UNLAM: Banjarbaru.

Hidayat AH. 2004. Pengantar Konsep Keperawatan Dasar. Salemba Medika:


Jakarta.

Mubarak IW. 2009. Pengantar dan Teori Ilmu Keperawatan Komunitas 1. CV


Sagung Seto: Jakarta.

Wawan A, Dewi M. 2010. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Manusia. Nuha Medika: Yogyakarta.

Retnaningsih, D., & Larasati, N. (2021). Peningkatan Pengetahuan Tentang


Hipertensi Dengan Metode Pendidikan Kesehatan Di Lingkungan Masyarakat.
Communnity Development Journal, 2(2), 378–382.

Widayanti, L. P., & Kusumawati, E. (2021). Hubungan Persepsi Tentang Efektifitas


Vaksin Dengan Sikap Kesediaan Mengikuti Vaksinasi Covid-19. Hearty Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 9(2), 78–84.

Yanti1, N. P. E. D., Nugraha, I. M. A. D. P., Wisnawa, G. A., Agustina, N. P. D., &


Diantari, N. P. A. (2020). Gambaran Pengetahuan Masyarakat Tentang Covid-19
Dan Perilaku Masyarakat Di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Keperawatan
Jiwa, 8(3), 491–504.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
HIPERTENSI

Topik : Hipertensi
Sasaran : Masyarakat Jorong Saruaso Utara
Hari/Tanggal : Jumat, 15 Oktober 2021
Waktu : 14.00 WIB s/d Selesai
Tempat : Jorong saruaso Utara

I. Latar Belakang
Hipertensi adalah kondisi peningkatan persisten tekanan darah pada
pembuluh darah vascular, tekanan yang semakin tinggi pada pembuluh darah
menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah. Berdasarkan
data Badan Kesehatan Dunia WHO (2015) menyatakan 1,3 Milyar orng di Dunia
menderita Hipertensi data itu mengartikan 1 dari 3 orang di Dunia terdiagnosis
menderita Hipertensi. Di Indonesia hasil Riskesdas tahun 2018 Hipertensi mengalami
kenaikan jika di bandingkan hasil riskesdas 2013 dari 25,8% menjadi 34,1%. Jorong
Saruaso Utara merupakan salah satu jorong diantara 6 jorong yang ada di
Nagari Saruaso Kecamatan Tanjung Emas. Jumlah penduduk Jorong Saruaso
Utara sebanyak 1164 jiwa (per September 2021) yang tersebar pada 396
kepala keluarga. Warga Jorong Saruaso Utara bekerja sebagai petani dengan
persentasi 70%, PNS dan ABRI 10% dan 10 % sebagai pedagang. Dari hasil
wawancara dengan Bidan Desa dan Wali Jorong Saruaso Utara, masayarakat
Jorong Saruaso Utara perlu dilakukan sosialisasi mengenai pola hidup sehat
dan bersih dimasa pandemi COVID-19 dan di era New Normal. Dari hasil
wawancara dengan masyarakat Jorong Saruaso Utara didapatkan data masih
adanya masayarakat belum mengerti dengan hipertensi, kurangnya kesadaran
masyarakat dalam pencegahan hipertensi menjadi penyebab tingginya angka
hipertensi di jorong Saruaso Utara. Selain itu, kurangnya pemahaman warga
mengenai pencegahan hipertensi juga menjadi penyebab tingginya angka
hipertensi, ini dapat dilihat mayoritas masyarakat yang terkena hipertensi
tidak melakukan kontrol ke pelayanan kesehatan, dimana dari 95 orang yang
hipertensi hanya 30 orang yang melakukan kontrol secara rutin ke pelayanan
kesehatan,

II. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah proses penyuluhan diharapkan masyarakat Jorong Saruaso Utara
dapat mengetahui tentang Hipertensi.

2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan masyarakat mampu:
a. Memahami pengertian hipertensi.
b. Mengenali tanda dan gejala hipertensi.
c. Memahami faktor penyebab hipertensi.
d. Mengetahui komplikasi dari hipertensi.
e. Mengetahui cara pengobatan hipertensi.
f. Mengetahui cara pencegahan terhadap hipertensi

III. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab

IV. Materi
Terlampir
V. Media
Leaflet

VI. Setting Tempat

Keterangan :
: Moderator
: Penyaji
: Peserta
: Fasilitator
: Oberver

VII. Pembagian Tugas


Moderator : Fitriani
Penyaji : Lina Sariani
Observer : Ilma Fitrianti, Fitri Ruzani, Novita Delvi, Fetricya Dwi R
Fasilitator : Vivi Oktarina, Neli Aprienty, Rina Angelina, Oktia Rahmi
VIII. Kegiatan Penyuluhan
NO LANGKAH- WAKTU KEGIATAN KEGIATAN SASARAN
PENYULUH
LANGKAH

1 Pendahuluan 2 menit  Memberi salam  Menjawab salam


 Memperkenalkan diri  Menjawab pertanyaan
 Menjelaskan maksud
dan tujuan
 Memberi pretest
2 Penyajian 8 menit  Menjelaskan Mendengarkan dengan
pengertian hipertensi. saksama
 Menjelaskan faktor
penyebab hipertensi.
 Menjelaskan tanda
dan gejala hipertensi.
 Menjelaskan
komplikasi dari
hipertensi.
 Menjelaskan cara
pengobatan
hipertensi.
 Menjelaskan cara
pencegahan terhadap
hipertensi
3 Evaluasi 3 menit  Tanya jawab Partisipasi aktif
 Menanyakan kembali
 Postest
4 Penutup 2 menit  Memberi atau  Memberi pesan dan
meminta pesan dan kesan
kesan  Menjawab salam
 Memberi salam

IX. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Tim penyuluh datang sebelum waktu yang ditetapkan untuk
mempersiapkan sarana dan prasarana untuk kegiatan penkes.

2. Evaluasi proses
a. Pelaksanaan penyuluhan berjalan sesuai rencana.
b. Masyarakat antusias mendengarkan materi penkes dan menjawab
pertanyaan yang diajukan penyaji.
c. Penyuluhan dimulai tepat waktu.

3. Evaluasi hasil
a. Masyarakat dapat memahami pengertian, tanda gejala, faktor
penyebab, komplikasi, cara pengobatan dan cara pencegahan
Hipertensi.
b. Masyarakat dapat mengajukan pertanyaan dan mampu menjawab
pertanyaan yang diajukan penyaji.
c. 75% pertanyaan yang diajukan dapat dijawab dengan benar.
Pertanyaan yang akan diajukan berupa :
1) Apakah pengertian hipertensi?
2) Apa sajakah tanda dan gejala hipertensi?
3) Apa sajakah faktor penyebab hipertensi?
4) Apakah komplikasi dari hipertensi?
5) Bagaiaman cara pengobatan hipertensi?
6) Bagaimana cara pencegahan terhadap hipertensi?

X. REFERENSI
Depkes RI. (2002). Modul Pedoman Kader PHC. Magelang: Bapelkes
Salaman Magelang
Mansjoer, Arief. 2005. Kapita Selekta Kedokteran. EGC: Jakarta.
LAMPIRAN MATERI HIPERTENSI

A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur
paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Tekanan darah normal
bervariasi sesuai usia, sehingga setiap diagnosis hipertensi harus bersifat spesifik
usia. Namun, secara umum seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila
tekanan darahnya lebih tinggi daripada 160mmHg sistolik atau 90mmHg
diastolik. (Elizabeth J.Corwin,2000).

B. Penyebab
Penyebab hipertensi terdiri dari factor genetic (keturunan), bertambahnya
usia dan lingkungan. Paling sedikit ada 3 faktor lingkungan yang dapat
menyebabkan hipertensi, yakni makan garam (natrium) berlebihan, stress psikis,
dan obesitas.
Hipertensi sekunder, dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, Penyakit
endokrin (hipertensi endokrin), obat, dan alkohol, serta kehamilan. Penyebab
hipertensi antara lain adalah :
1. Stres,
2. Usia,
3. Merokok,
4. Obesitas (kegemukan),
5. Alkohol,
6. Faktor keturunan,
7. Faktor lingkungan (gaduh/bising)

C. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala yang biasanya terjadi :
1. Pusing
2. Rasa berat di tengkuk
3. Mudah marah
4. Telinga berdenging
5. Sukar tidur
6. Sesak nafas
7. Mudah lelah
8. Mata berkunang-kunang
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul
gejala berikut:
1. sakit kepala
2. kelelahan
3. mual
4. muntah
5. sesak nafas
6. gelisah
7. pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal.

D. Komplikasi
1. Penyakit jantung (gagal jantung)
2. Penyakit ginjal (gagal ginjal)
3. Penyakit otak (stroke)
Pencegahan agar tidak terjadi komplikasi dari hipertensi
1. Kontrol teratur
2. Minum obat teratur
3. Diit rendah garam dan lemak

E. Pengobatan
Pengobatan hipertensi untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut:
1. Pengobatan farmakologis yaitu dengan menggunakan obat-obatan atas ijin
dokter
2. Pengobatan non farmakologis yaitu dengan
a. Mengurangi asupan garam dan lemak
b. Mengurangi atau menghilangkan kebiasaan minum alkohol
c. Berhenti merokok bagi yang merokok
d. Menurunkan berta badan bagi yang kegemukan
e. Olah raga teratur seperti joging, jalan cepat, bersepeda, berenang
f. Menghindari ketegangan
g. Istirahat cukup
h. Hidup tenang
Pengobatan tradisional yang dapat dibuat dirumah antara lain dengan
mengkonsumsi secara teratur jus:
1. Buah mentimun
2. Buah belimbing
3. Daun seledri
Sedangkan cara membuat obat tradisional seperti jus mentimun adalah
1. ½ kg buah mentimun dicuci bersih
2. Dikupas kulitnya kemudian diparut
3. Saring airnya menggunakan penyaring/kain bersih
4. Diminum setiap hari ± 1 kg untuk 2 kali minum pagi dan sore hari

F. Pencegahan hipertensi
1. Makanan yang dianjurkan untuk penderita hipertensi antara lain:
a. Sayur-sayuran hijau kecuali daun singkong, daun melinjo dan melinjonya
b. Buah-buahan keculi buah durian
c. Ikan laut tidak asin terutama ikan laut air dalam seperti kakap dan tuna
d. Telur boleh dikonsumsi maksimal 2 butir dalam 1 minggu dan
diutamakan putih telurnya saja
e. Daging ayam (kecuali kulit, jerohan dan otak karena banyak mengandung
lemak)
2. Makanan yang perlu dihindari
a. Makanan yang di awetkan seperti makanan kaleng, mie instant, minuman
kaleng
b. Daging merah segar seperti hati ayam, sosis sapi, daging kambing
c. Makanan berlemak dan bersantan tinggi serta makanan yang terlalu asin
d. Pengobatan tradisional
SATUAN ACARA PENYULUHAN
BAHAYA MEROKOK

Topik : Bahaya Merokok


Sasaran : Masyarakat Jorong Saruaso Utara
Hari/Tanggal : Jumat, 15 Oktober 2021
Waktu : 14.00 WIB s/d Selesai
Tempat : Jorong saruaso Utara

I. Latar Belakang
Rokok sudah dikenal dari kalangan orang dewasa maupun remaja,
tidak hanya orang dewasa yang merokok kalangan remajapun smakin banyak
di jumpai, bahkan anak ank sekarang berani merokok, Merokok dapat
mengakibatkan banyak penyakit yang berhubungan dengan saluran pernafasan
dan jantung. Akibat yang lain dari kebiasaan merokok adalah mereka lebih
mudah untuk menggunakan narkoba dibandingkan orang yang tidak merokok.
Orang yang merokok dan pengguna narkoba mempunyai ketergantungan
penggunaan yang cukup tinggi. Sehingga dipandang perlu untuk memberikan
penyuluhan tentang bahaya merokok.
Jorong Saruaso Utara merupakan salah satu jorong diantara 6 jorong
yang ada di Nagari Saruaso Kecamatan Tanjung Emas. Jumlah penduduk
Jorong Saruaso Utara sebanyak 1164 jiwa (per September 2021) yang tersebar
pada 396 kepala keluarga. Warga Jorong Saruaso Utara bekerja sebagai petani
dengan persentasi 70%, PNS dan ABRI 10% dan 10 % sebagai pedagang. Dari
hasil wawancara dengan Bidan Desa dan Wali Jorong Saruaso Utara,
masayarakat Jorong Saruaso Utara perlu dilakukan sosialisasi mengenai pola
hidup sehat dan bersih dimasa pandemi COVID-19 dan di era New Normal.
Dari hasil wawancara dengan masyarakat Jorong Saruaso Utara didapatkan
data masih adanya masayarakat belum mengerti dengan bahaya rokok. Hal ini
dapat dilihat dari hasil survei menggunakan kuesioner dimana 80% masyarakat
merokok didalam rumah.

II. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah proses penyuluhan diharapkan masyarakat Jorong Saruaso Utara
dapat memahami bahaya Merokok.

2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan masyarakat mampu:
a. Memahami tentang pengertian merokok
b. Memahami tentang bahaya merokok
c. Memahami tentang dampak merokok
d. Memahami tentang bagaimana tips berhenti merokok
e. Memahami tentang peran keluarga dan kader untuk menciptakan
rumah tanpa asap rokok

III. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab

IV. Materi
Terlampir

V. Media
Leaflet
VI. Setting Tempat

Keterangan :
: Moderator
: Penyaji
: Peserta
: Fasilitator
: Oberver

VII. Pembagian Tugas


Moderator : Fetricya Dwi R
Penyaji : Rina Angelina
Observer : Ilma Fitrianti, Fitri Ruzani, Novita Delvi, Fitriani
Fasilitator : Vivi Oktarina, Neli Aprienty, Lina Sariani, Oktia Rahmi

VIII. Kegiatan Penyuluhan


NO LANGKAH- WAKTU KEGIATAN KEGIATAN SASARAN
PENYULUH
LANGKAH

1 Pendahuluan 2 menit  Memberi salam  Menjawab salam


 Memperkenalkan diri  Menjawab pertanyaan
 Menjelaskan maksud
dan tujuan
 Memberi pretest
2 Penyajian 8 menit  Menjelaskan Mendengarkan dengan
pengertian merokok saksama
 Menjelaskan bahaya
merokok
 Menjelaskan dampak
merokok
 Menjelaskan tips
berhenti merokok
 Menjelaskan peran
keluarga dan kader
untuk menciptakan
rumah tanpa asap
rokok
3 Evaluasi 3 menit  Tanya jawab Partisipasi aktif
 Menanyakan kembali
 Postest
4 Penutup 2 menit  Memberi atau  Memberi pesan dan
meminta pesan dan kesan
kesan  Menjawab salam
 Memberi salam

IX. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Tim penyuluh datang sebelum waktu yang ditetapkan untuk
mempersiapkan sarana dan prasarana untuk kegiatan penkes.

2. Evaluasi proses
a. Pelaksanaan penyuluhan berjalan sesuai rencana.
b. Masyarakat antusias mendengarkan materi penkes dan menjawab
pertanyaan yang diajukan penyaji.
c. Penyuluhan dimulai tepat waktu.

3. Evaluasi hasil
a. Masyarakat dapat memahami pengertian, bahaya, dampak, tips
berhenti merokok dan peran keluarga dan kader untuk menciptakan
rumah tanpa asap rokok.
b. Masyarakat dapat mengajukan pertanyaan dan mampu menjawab
pertanyaan yang diajukan penyaji.
c. 75% pertanyaan yang diajukan dapat dijawab dengan benar.
Pertanyaan yang akan diajukan berupa :
1) Apa yang dimaksud merokok ?
2) Apa sajakah bahaya merokok ?
3) Apakah dampak merokok ?
4) Bagaimana tips berhenti merokok ?
5) Apa sajakah peran keluarga dan kader untuk menciptakan rumah
tanpa asap rokok ?

X. REFERENSI
Smeltzer, SC & Bare, BG, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth, Edisi 8 Vol 2, EGC, Jakarta.
Mansjoer, A., 2004, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid Satu,
Media Aeskulapius, Jakarta.
Susalit, E., Kapojos, E.J., Lubis, H.R., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
“Hipertensi Primer”, FK UI, Jakarta.
Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap 2011
LAMPIRAN MATERI BAHAYA MEROKOK

A. PENGERTIAN
Membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik yang telah dibentuk
rokok maupun menggunakan pipa.
1. Perokok Aktif
Adalah orang yang mengonsumsi rokok secara rutin berapapun jumlahnya,
atau menghirup asap rokok secara sengaja.
2. Perokok Pasif
Adalah orang yang bukan perokok tapi dengan terpaksa menghirup asap rokok
orang lain yang berada disekitarnya.

B. BAHAYA MEROKOK
Rokok mengandung 4000 bahan kimia, 200 diantaranya beracun dan 43
penyebab kanker. Racun utama pada rokok adalah nikotin , tar dan karbon
monoksida (CO).
1. Nikotin
Adalah zat adiktif (menimbulkan kekambuhan) yang mempengaruhi syaraf
dan peredaran darah. Zat ini mampu memicu kanker paru dan penyakit
jantung yang mematikan.
2. Tar
Adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-
paru sehingga merusak dan mengganggu fungsi paru.
3. Karbon Monoksida
Adalah zat yang mengikat hemoglobin dalam darah, membuat darah tidak
mampu mengikat oksigen. Oksigen sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia.
C. DAMPAK MEROKOK
1. Kerontokan rambut
2. Gangguan pada mata seperti katarak
3. Kehilangan pendengaran lebih awal dibanding bukan perokok
4. Sakit paru-paru kronis
5. Merusak gigi dan bau mulut yang tidak sedap
6. Serangan jantung dan stroke
7. Kerapuhan tulang sehingga mudah patah
8. Kanker kulit, kanker payudara, kanker rahim, kanker lidah, kanker mulut
kelenjar ludah, kanker kerongkongan, kanker anus, kanker ginjal
9. Kemandulan dan impotensi
10. Keguguran pada ibu hamil

D. TIPS BERHENTI MEROKOK


Beberapa cara dapat meningkatkan peluang untuk berhenti merokok :
1. Kurangi jumlah batang rokok yang dihisap perhari
2. Kurangi kadar nikotin per-batang rokok yang dihisap perhari
3. Jauhkan atribut rokok
4. Kenali keadaan yang berkaitan dengan kebiasaan merokok
5. Jauhi tempat dimana banyak perokok
6. Gantilah kebiasaan pegang rokok
7. Catat kemajuan anda
8. Giat berolahraga
9. Kurangi tidur larut malam
10. Minum sari jeruk
11. Kuatkan niat untuk berhenti merokok dan tetapkan tanggal akan berhenti
12. Minta orang terdekat untuk mendukung
E. PERAN KELUARGA DAN KADER UNTUK MENCIPTAKAN RUMAH
TANPA ASAP ROKOK
1. Memberikan penyuluhan tentang pentingnya prilaku tidak merokok di rumah
2. Menggalang kesepakatan keluarga untuk menciptakan rumah tanpa asap
rokok
3. Menegur anggota rumah tanggayang merokok di dalam rumah
4. Orangtua menjadi panutan dalam prilaku tidak merokok
5. Melarang anak merokok bukan karena alasan ekonomi, tetapi justru karena
alasan kesehatan.
6. Tidak memberikan dukungan kepada orang tua yang merokok dalam bentuk
apapun. Diantara lain memberi uang untuk membeli rokok, tidak memberi
kesempatan siapapun untuk merokok didalam rumah, tidak menyediakan
asbak.
7. Tidak menyuruh anak membeli rokok
8. Uang biasanya untuk membeli rokok dialihkan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga yang lebih bermanfaat : peningkatan gizi keluarga, kesehatan,
pendidikan.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
CARA MENCEGAH VIRUS CORONA

Topik : Pencegahan Virus Corona


Sasaran : Masyarakat Jorong Saruaso Utara
Hari/Tanggal : Jumat, 15 Oktober 2021
Waktu : 14.00 WIB s/d Selesai
Tempat : Jorong saruaso Utara

I. Latar Belakang
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (Undang-Undang
Nomor 24 tahun 2007 pasal 1). Menurut WHO (2002) Bencana (disaster)
adalah setiap kejadian yang menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis,
hilangnya nyawa manusia, atau memburuknya derajat kesehatan atau
pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respon dari luar
masyarakat atau wilayah yang terkena. Pada tanggal 31 Desember 2019,
WHO China Country Office melaporkan kasus pneumonia yang tidak
diketahui etiologinya dikota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Pada tanggal 7
Januari 2020, China mengidentifikasi Pneumonia yang tidak diketahui
etiologinya tersebut sebagai jenis baru dari coronavirus (novel corona virus).
Pada awal tahun 2020 Covid-19 mulai menjadi pandemi global dan menjadi
masalah kesehatan di beberapa negara di luar RRC. Berdasarkan World
Health Organization (WHO) kasus pneumonia dengan etiologi yang tidak
jelas di kota Wuhan telah menjadi permasalahan kesehatan diseluruh dunia.
Pandemi ini terus berkembang hingga adanya laporan kematian dan kasus
baru diluar China.
Pada tanggal 30 Januari 2020, WHO menetapkan COVID-19
sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC)/
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD).
Penambahan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat. Penyebaran
virus Corona penyebab pandemi Covid-19 di dunia belum juga mereda.
Bahkan, di banyak negara varian Delta merebak dan menyebabkan lonjakan
kasus. Berdasarkan data dari Dari JHU CSSE COVID-19 pada 6 Oktober
2021 total kasus Covid-19 di Dunia sebanyak 219 juta dengan jumlah kasus
meninggal dunia sebanyak 4,55 juta. Sementara itu, kasus Covid-19 di
Indonesia juga semakin mengkhawatirkan. Hal tersebut terlihat dari kasus
aktif dan angka kematian yang masih terus bertambah. Data yang dihimpun
pemerintah hingga Kamis, 6 Oktober 2021 total kasus Covid-19 sebanyak
4,22 juta dengan jumlah kasus meninggal dunia sebanyak 142.000.
Sedangkan, di Sumatera Barat berdasarkan Data Pantauan COVID-19
Provinsi Sumatera Barat Kasus Terkonfirmasi Covid-19 07 Oktober 2021
sebanyak 89.527 kasus positif dengan kasus aktif 669 (0.75%), meninggal
2.130 (2.38%) dan sembuh 86.728 (96.87%). Pelayanan keperawatan tidak
hanya terbatas diberikan pada instansi pelayanan kesehatan seperti rumah
sakit saja. Tetapi pelayanan keperawatan juga sangat dibutuhkan dalam situasi
tanggap bencana. Kemampuan tanggap bencana juga sangat dibutuhkan oleh
perawat pada saat keadaan darurat. Hal ini diharapkan menjadi bekal bagi
perawat untuk bisa terjun memberikan pertolongan dalam situasi bencana.
Peran perawat dapat dimulai sejak tahap mitigasi (pencegahan), tanggap
darurat bencana dalam fase prehospital dan hospital, hingga tahap recovery.
Jorong Saruaso Utara merupakan salah satu jorong diantara 6 jorong yang ada
di Nagari Saruaso Kecamatan Tanjung Emas. Jumlah penduduk Jorong
Saruaso Utara sebanyak 1164 jiwa (per September 2021) yang tersebar pada
396 kepala keluarga. Warga Jorong Saruaso Utara bekerja sebagai petani
dengan persentasi 70%, PNS dan ABRI 10% dan 10 % sebagai pedagang.
Dari hasil wawancara dengan Bidan Desa dan Wali Jorong Saruaso Utara,
masayarakat Jorong Saruaso Utara perlu dilakukan sosialisasi mengenai pola
hidup sehat dan bersih dimasa pandemi COVID-19 dan di era New Normal.
Dari hasil wawancara dengan masyarakat Jorong Saruaso Utara didapatkan
data masih adanya masayarakat belum mengerti dengan pandemi COVID-19
ini dapat dilihat mayoritas masyarakat tidak memakai masker pada saat
berinteraksi dengan orang lain, kurangnya kesadaran masyarakat untuk
mencuci tangan setelah berinteraksi dengan orang lain. Selain itu, kurangnya
pemahaman warga mengenai pencegahan Covid 19 juga dapat dilihat dari data
jumlah warga Jorong Saruaso Utara yang telah melakukan vaksin Covid 19
yaitu hanya 132 orang.

II. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah proses penyuluhan diharapkan masyarakat Jorong Saruaso Utara
mengerti tentang pencegahan virus corona.

2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan masyarakat mampu:
a. Menyebutkan pengertian virus corona
b. Menyebutkan tanda gejala virus corona
c. Menyebutkan penyebab adanya virus corona
d. Mengetahui cara pencegahan virus corona

III. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab

IV. Materi
Terlampir

V. Media
Leaflet

VI. Setting Tempat

Keterangan :
: Moderator
: Penyaji
: Peserta
: Fasilitator
: Oberver

VII. Pembagian Tugas


Moderator : Ilma Fitrianti
Penyaji : Vivi Oktarina
Observer : Fitriani, Fitri Ruzani, Novita Delvi, Fetricya Dwi R
Fasilitator : Lina Sariani, Neli Aprienty, Rina Angelina, Oktia Rahmi
VIII. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 5 menit Pembukaan:
a. Membuka kegiatan dengan Mendengarkan
mengucapkan salam pembukaan yang
b. Memperkenalkan diri disampaikan oleh
c. Menjelaskan tujuan dari penyuluhan pemateri
d. Menyebutkan materi yang akan
diberikan
e. Menyampaikan kontrak waktu
2 15 menit Pelaksanaan Mendengarkan dan
Penyampaian materi oleh pemateri: memberikan umpan
a. Menggali pengetahuan peserta balik terhadap materi
tentang corona yang disampaikan
b. Menjelaskan tentang pengertian
corona
c. Menjelaskan penyebab corona
d. Menjelaskan tentang pencegahan
corona

3 10 menit Tanya jawab: Mengajukan pertanyaan


Memberikan kesempatan kepada peserta
untuk bertanya tentang materi yang kurang
dipahami
4 5 menit Evaluasi: Menjawab pertanyaan
Menanyakan kembali kepada peserta
tentang materi yang telah diberikan dan
reinforcement kepada peserta yang dapat
menjawab pertanyaan
5 5 menit Penutup: Mendengarkan dengan
a. Menjelaskan kesimpulan dari materi seksama dan menjawab
penyuluhan salam
b. Ucapan terima kasih
c. Salam penutup

IX. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Tim penyuluh datang sebelum waktu yang ditetapkan untuk
mempersiapkan sarana dan prasarana untuk kegiatan penkes.
2. Evaluasi proses
a. Pelaksanaan penyuluhan berjalan sesuai rencana.
b. Masyarakat antusias mendengarkan materi penkes dan menjawab
pertanyaan yang diajukan penyaji.
c. Penyuluhan dimulai tepat waktu.
3. Evaluasi hasil
a. Masyarakat dapat memahami pengertian, tanda gejala, penyebab
terjangkit dan cara pencegahan virus corona.
b. Masyarakat dapat mengajukan pertanyaan dan mampu menjawab
pertanyaan yang diajukan penyaji.
c. 75% pertanyaan yang diajukan dapat dijawab dengan benar.
Pertanyaan yang akan diajukan berupa :
1) Apa yang dimaksud virus corona?
2) Apa sajakah tanda gejala virus corona?
3) Apa penyebab terjangkitnya virus corona?
4) Bagaimana cara pencegahan virus corona?

X. REFERENSI
World Health Organization (WHO). 2020. http://www.who.int/health-
topics/coronavirus
World Health Organization (WHO). 2020. Global surveillance for human
infection with novel-coronavirus(2019-ncov).
http://www.who.int/publications-detail/global-surveilance-for-human-
infection-with-novel-coronavirus-(2019-ncov)
World Health Organization (WHO). 2020. Clinical management of severe
acute Respiratory infection when novel coronavirus (nCoV) infection is
suspected. http://www.who.int/internal-publications-detail/clinical-
management-of-serve-acute-respiratory-infection-when-novel-
coronavirus-(ncov)-infection-is-suspected
https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3644583/mau-pandemi-usai-
ketahui-pentingnya-gerakan-5m-covid-19
LAMPIRAN MATERI VIRUS CORONA

I. DEFINISI
Coronavirus (CoV) adalah keluarga besar virus yang menyebabkan
penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya 2 jenis
coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat
menimbulkan gejala berat seperi Middle East Respiratory Syndrome
(MERS--CoV) dan Srver Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV).
Novel coronavirus (2019-nCoV) adalah virus jenis baru yang belum
pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus corona adalah
zoonis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian menyebutkan
bahwa SARS-CoV ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke
manusia dan MERS-CoV dari unta ke manusia. Beberapa coronavirus
yang dikenal beredar pada hewan namun belum terbukti menginfeksi
manusia.

II. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala biasanya muncul dalam 2 hari hingga 14 hari setelah
paparan. Tanda dan gejala umum infeksi coronavirus antara lain gejala
gangguan pernafasan akibat seperti demam, batuk dan sesak nafas. Pada
kasus yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernafasan
akut, gagal ginjal dan bahkan kematian.
Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan
kasus penuomonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan,
Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020, Cina mengidentifikasi
pneumonia etiologinya tersebut sebagai jenis baru coronavirus.
Penambahan jumla kasus 2019-nCoV berlangsung cukup cepat dan sudah
terjadi penyebaran ke luar wilayah Wuhan dan Negara lain. Sampai
tanggal 26 Januari 2020, secara global 1.320 kasus confirm di 10 negara
dengan 41 kematian (CFR 3,1%). Rincian China 1297 kasus konfirmasi
(termasuk Hongkong, Taiwan dan Macau) dengan 41 kematian (39
kematian di Provinsi Hubei, 1 kematian di Provinsi Hebei, 1 kematian di
Provinsi Heilongjiang), Jepang (3 kasus), Thailand (4 kasus), Korea
Selatan (2 kasus), Perancis (3 kasus), Australia (3 kasus). Diantara kasus
tersebut, sudah ada beberapa tenaga kesehatan yang dilaporkan terinfeksi.
Sampai dengan 24 Januari 2020, WHO melaporkan bahwa penularan dari
manusia ke manusia terbatas (pada kontak keluarga) telah dikonfirmasi di
sebagian besar Kota Wuhan, China dan Negara lain.
Tanda-tanda dan gejala klinis yang dilaporkan sebagian besar adalah
demam, dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil
rontgen menunjukkan infiltrate pneumonia luas di kedua paru-paru.
Menurut hasil penyelidikan epidemologi awal, sebagian besar kasus di
Wuhan memiliki riwayat bekerja, menangani atau pengunjung yang sering
berkunjung ke Pasar Grosir makanan laut Huanan. Sampai saat ini,
penyebab penularan masih belum diketahui secara pasti.

III. PENYEBAB
Infeksi virus Corona atau COVID 19 disebabkan oleh coronavirus,
yaitu kelompok virus yang menginfeksi aiatem pernafasan. Pada sebagian
besar kasus, coronavirus hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan
sampai sedang, seperti flu. Akan tetapi, virus ini juga bisa menyebabkan
infeksi pernapasan berat, seperti MERS, SARS dan pneumonia.
Ada dugaan bahwa virus Corona awalnya ditularkan dari hewan ke
manusia. Namun, kemudian diketahui bahwa virus Corona juga menular
dari manusia ke manusia.
Seseorang dapat tertular COVID-19 melalui berbagai cara, yaitu:
a. Tidak sengaja menghirup percikan ludah dari bersin atau batuk
penderita COVID-19
b. Memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih
dahulu, setelah menyentuh benda yang terkena cipratan air liur
penderita COVID-19
c. Kontak jarak dekat dengan penderita COVID-19, misalnya
bersentuhan atau berjabat tangan.
d. Virus Corona dapat menginfeksi siapa saja, tetapi efeknya akan
lebih berbahaya atau bahkan fatal bila terjadi pada orang lanjut
usia, orang yang sedang sakit, atau orang yang daya tahan
tubuhnya lemah.

IV. PENCEGAHAN
Sampai saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah virus Corona atau
COVID-19. Oleh sebab itu, cara pencegahan yang terbaik adalah dengan
mematuhi protocol kesehatan dan menerapkan 5M, yaitu :
1. Memakai Masker
Anda diharapkan untuk memakai masker saat berada di luar
rumah, atau ketika berkumpul bersama kerabat di mana pun
berada.
2. Mencuci Tangan
Anda mesti mencuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun
secara berkala. Jika tak ada air dan sabun, Anda bisa menggunakan
hand sanitizer untuk membersihkan tangan dari kuman-kuman
yang menempel.
3. Menjaga Jarak
Jika ada keperluan mendesak yang membuat Anda harus pergi ke
luar rumah, ingatlah untuk menjaga jarak satu sama lain. Jarak
yang dianjurkan adalah 1 hingga 2 meter dari orang sekitar Anda.
4. Menjauhi Kerumunan
Anda juga diminta untuk menjauhi kerumunan saat berada di luar
rumah. Ingat, semakin banyak dan sering Anda bertemu orang,
kemungkinan terinfeksi corona bisa semakin tinggi.
5. Mengurangi Mobilitas
Jika tidak ada keperluan yang mendesak, tetaplah berada di rumah.
Meski sehat dan tidak ada gejala penyakit, belum tentu Anda
pulang ke rumah dengan keadaan yang masih sama.
SOP
PEMERIKSAAN GULA DAN TEKANAN DARAH GRATIS

OLEH KELOMPOK JORONG SARUASO UTARA :

1. FITRIANI
2. FETRICYA DWI R
3. FITRI RUZANI
4. ILMA FITRIANTI
5. LINA SARIANI
6. NOVITA DELVI
7. NELLI APRIENTY
8. OKTIA RAHMI
9. RINA ANGELINA
10. VIVI OKTARINA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
TAHUN 2021
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMERIKSAAN GULA DAN TEKANAN DARAH GRATIS

A. Definisi
Suatu kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa untuk melakukan pemeriksaan
tekanan darah dan gula pada masyarakat.pemeriksaan gula darah dan tekanan darah ini
untuk mengetahui tekanan darah dan gula darah di masyarakat jorong saruaso utara.

B. Tujuan
1. Dapat mengetahui dalam memecahkan permasalahan kesehatan yang dihadapi oleh
masyarakat.
2. Setelah di lakukan pemeriksaan di harapkan masyarakat mengetahui kondisi
kesehatannya dan dengan diberikannya penyuluhan mampu meningkatkan
pengetahuan warga tentang bagaimana cara memperbaiki dan menjaga kesehatan
tubuhnya dengan cara diantaranya mengenai pola makan, pola istirahat dan perilaku
hidup sehat lainnya

C. Alat & Bahan


1. Handsoon
2. Glucometer/alat monitor kadar glukosa darah
3. Kapas alkohol
4. Stik GDS/ strip test glukosa darah
5. Lanset atau jarum penusuk
6. Bengkok
7. Tensi meter
8. Tempat sampah
9. leaflet

D. Prosedur pelaksanaan
1. Mahasiswa melakukan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat
2. Melakukan pengisian absen kepada masyarakat yang datang
3. Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada pasien
4. Mencuci tangan
5. Memakai hendscoen
6. Melakukan pengukuran tekanan darah
7. Atur posisi pasien senyaman mungkin
8. Letakan alat didekat pasien
9. Pastikan alat bisa digunakan
10. Pasang stik GDA pada alat glucometer
11. Mengurut jari yang akan ditusuk (darah diambil dari salah satu ujung jari
telunjuk,jari tengah, jari manis tangan kiri atau kanan)
12. Desinfeksi jari yang akan ditusuk dengan kapas alkohol
13. Masukkan lanset di jari tangan pasien, dan biarkan darah mengalir secara spontan
14. Menghidupkan alat glukometer yang sdh terpasang stik GDA
15. Menutup bekas tusukan dengan dengan kapas alkohol
16. Alat glucometer akan berbunyi dan baca angka yang terterat pada monitor
17. Kelurkan strip test glukosa dari alat monitor
18. Matikan alat monitor kadar gula darah
19. Membersihkan alat
20. Mencuci tangan
SOP
STIKER RUMAH BEBAS ROKOK

OLEH KELOMPOK JORONG SARUASO UTARA :

1. FITRIANI
2. FETRICYA DWI R
3. FITRI RUZANI
4. ILMA FITRIANTI
5. LINA SARIANI
6. NOVITA DELVI
7. NELLI APRIENTY
8. OKTIA RAHMI
9. RINA ANGELINA
10. VIVI OKTARINA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
STIKER RUMAH BEBAS ROKOK

A. Definisi
Suatu kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa untuk melakukan
pembinaan bagi masyarakat terutama keluarga dalam memberikan bekal
pengetahuan tentang pentingnya rumah tanpa/bebas asap rokok serta
wawasan mereka tentang bahaya yang ditimbulkan oleh rokok bukan hanya
untuk para perokok yang aktif, tetapi juga sangat berbahaya bagi perokok
pasif.

B. Tujuan
1. Dapat mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh rokok, baik perokok
aktif maupun perokok negative.
2. Setelah di lakukan penyuluhan dan penempelan stiker rumah bebas tanpa
asap rokok di harapkan tidak ada lagi keluarga yang merokok di dalam
rumah.
3. Mengupayakan mengurangi kebiasan merokok pada keluarga

C. Alat & Bahan :


1. Stiker rumah bebas tanpa asap rokok

D. Prosedur pelaksanaan :
1. Mahasiswa mendatangi rumah keluarga
2. Mahasiswa melakukan wawancara tentang bahaya merokok bagi perokok
aktif dan pasif
3. Mahasiswa menempelkan stiker rumah bebas tanpa asap rokok di depan
rumah.
SOP
PENANAMAN TOGA

OLEH KELOMPOK JORONG SARUASO UTARA :

1. FITRIANI
2. FETRICYA DWI R
3. FITRI RUZANI
4. ILMA FITRIANTI
5. LINA SARIANI
6. NOVITA DELVI
7. NELLI APRIENTY
8. OKTIA RAHMI
9. RINA ANGELINA
10. VIVI OKTARINA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
TAHUN 2021
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PENANAMAN TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA)

A. Definisi
Suatu kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa dalam proses penanaman
tanaman keluarga (TOGA)yang bisa dimanfaatkan.Tanaman obat keluarga
dapat di jadikan Sebagai sarana mendekatkan tanaman obat kepada
masyarakat untuk upaya kesehatan mandiri. Sebagai pendayagunaan tanaman
obat yang dapat diarahkan untuk peningkatan kesehatan (promotif),
pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan
pemulihan kesehatan (rehabilitatif).

B. Tujuan
1. Mengenalkan kepada masyarakat untuk mengenal pengobatan lainnya
yang dapat di lakukan secara mandiri berupa (TOGA).
2. Setelah mendapat penyuluhan masyarakat mempunyai kesadaran untuk
menanam tanaman obat keluarga sebagai langkah awal untuk pencegahan
penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan penyakit dengan
mandiri
3. Meningkatkan taraf kesehatan masyarakat dengan melakukan pengobatan
secara mandiri

C. Alat & Bahan :


1. Leflleat
2. 5 buah polibex per kk
3. 5 macam tanaman per kk

D. Prosedur pelaksanaan :
1. Mahasiswa mendatangi rumah keluarga toga
2. Mahasiswa melakukan wawancara tentang
 Jenis tanaman dan jumlah jenis tanaman obat tersebut
 Pengelompokan tanaman
 Cara memperlakukan tanaman obat bila di pakai sebagai pengobatan
untuk pertolongan pertama dan dapat di lakukan secara mandiri
3. Tahap 1 pengenalan alat dan bahan
Pada tahap ini pengenalan alat dan bahan menggunakan metode ceramah
dan praktik langsung sehingga efektif untuk meningkatkan pelatihan
kepada masyarakat
4. Tahap ke 2 melakukan penanaman tanaman obat keluarga
Pada tahap ini mahasiswa bersama keluarga melakukan penanaman
tanaman obat keluarga di sekitar rumah.
Tanda dan Gejala Pengobatan
Hipertensi Pengobatan hipertensi untuk mencegah
ian tubuh
terjadinya komplikasi lebih lanjut:
1. Pengobatan farmakologis yaitu dengan
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang  Pusing menggunakan obat-obatan atas ijin
bersifat abnormal dan diukur paling tidak  Rasa berat di tengkuk dokter
pada tiga kesempatan yang berbeda. 2. Pengobatan non farmakologis yaitu
Dikatakan hipertensi apabila tekanan  Mudah marah
dengan
darahnya besar dari 130 mmHg sistolik  Telinga berdenging  Mengurangi asupan garam dan
atau besar darI 90 mmHg diastolik.
 Sukar tidur lemak
 Sesak nafas  Mengurangi atau menghilangkan
kebiasaan minum alkohol
 Mudah lelah  Berhenti merokok bagi yang
 Mata berkunang-kunang merokok
 Menurunkan berta badan bagi yang
kegemukan
 Olah raga teratur seperti joging,
Penyebab Hipertensi jalan cepat, bersepeda, berenang
??????  Menghindari ketegangan
 Istirahat cukup
1. Stres,
 Hidup tenang
Komplikasi
2. Usia,
3. Merokok,
4. Obesitas (kegemukan),
1. Penyakit jantung (gagal jantung) Pengobatan tradisional yang dapat dibuat
5. Alkohol,
dirumah antara lain dengan mengkonsumsi
6. Faktor keturunan, 2. Penyakit ginjal (gagal ginjal)
secara teratur jus:
7. Faktor lingkungan (gaduh/bising) 3. Penyakit otak (stroke) 1. Buah mentimun
2. Buah belimbing
3. Daun seledri
Ayoooo Cegah 2. Makanan yang perlu dihindari

Hipertensi  Makanan yang di awetkan

dengan........
seperti makanan kaleng, mie
instant, minuman kaleng
1. Makanan yang dianjurkan untuk  Daging merah segar seperti HIPERTENSI
penderita hipertensi antara lain: hati ayam, sosis sapi, daging
 Sayur-sayuran hijau kecuali daun kambing
singkong, daun melinjo dan  Makanan berlemak dan
melinjonya bersantan tinggi serta
 Buah-buahan keculi buah durian makanan yang terlalu asin
 Ikan laut tidak asin terutama ikan  Pengobatan tradisional
laut air dalam seperti kakap dan
tuna
DISUSUN OLEH:
 Telur boleh dikonsumsi maksimal
2 butir dalam 1 minggu dan 1. FITRIANI
2. FETRICYA DWI R
diutamakan putih telurnya saja 3. FITRI RUZANI
4. ILMA FITRIANTI
 Daging ayam (kecuali kulit,
5. LINA SARIANI
jerohan dan otak karena banyak 6. NOVITA DELVI
7. NELLI APRIENTY
mengandung lemak)
8. OKTIA RAHMI
9. RINA ANGELINA
10. VIVI OKTARINA

PROGRAM STUDI ILMU


KEPERAWATAN DAN PENDIDIKAN
NERS FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS FORT DE KOCK
BUKITTINGI TAHUN 2021-2022
Bahaya Merokok 2012  Timah hitam (Racu Untuk Badan
Kita neh…)
Apa Si Merokok Itu??  Tar (memicu kanker paru-paru)
Bagi kesehatan Membakar tembakau yang
kemudian dihisap asapnya,
baik yang telah dibentuk
rokok maupun  Rusaknya susunan syaraf (Jadi
menggunakan pipa mikirnya agak telat..mau??)
 Penyakit Jantung
Kenapa Rokok Bahaya?  Penyakit Stroke
Zat yg ada dalam rokok  Kanker paru
(Tuh Bahan Kimia Semua Kan?!)  Radang paru
 Penyakit ginjal
 Gangguan pada hati dan perut
 Bikin malas, bodoh, boros &
miskin

 Zat-zat kimia berbahaya yang


bisa bisa menyebabkan
penyakit kanker.
 Karbon monoksida (bikin darah
mudah mengendap & dinding
pembuluh darah kaku dan
rapuh)
Program Profesi Ners
Stase Keperawatan Komunitas  Nikotin (merusak jaringan
Jurusan Keperawatan syaraf & bikin ketagihan
Universitas Muhammadyah Purwokerto merokok)
2. Belajar yang rajin, dan lakukan
kegiatan yang bermanfaat aja.. 7. Satu lagi… Berhenti dan STOP
Sudah tahu kenapa masih MEROKOK!!!!
merokok ?? 3. Kalau gak pengin sakit, jangan
 Kemauan sendiri (coba-coba, merokok, Lihat gambar dibawah
neh..
melihat teman-temannya)
 Diajari atau dipaksa merokok
oleh teman-temannya
 Takut dianggap tidak jantan,
sombong, tidak solider dan
penakut, takut dibilang banci..)
 Ketagihan
DAN INI SANGAT GAK BOLEH
4. Satu lagi, MASA DEPAN KALIAN DITIRU!!!!!!!!!
MASIH PANJANG!! Jadi jangan di
sia-siakan dengan merokok….

Cara Menolak:
Prinsip tegas & cara yang luwes
(simpatik & tidak menyinggung
perasaan orang lain). Contoh: “terima
kasih saya tidak merokok” 5. Ganti rokok dengan permen
karet & latihan minum vitamin C

Cara berhenti Merokok dan


Menghindari Rokok
1. Olahraga teratur
6. Rokok bukan simbol Kejantanan
dan gak bikin kalian kaya gini….
Cara pencegahan CEGAH COVID COVID-19
covid-19 DENGAN 5M

Selalu memakai masker bila


mendesak keluar rumah dan
ketika berbicara dengan orang
Memakai
masker OLEH
lain Jangan mengosok mata
FETRICYA DWI R
dengan tangan FITRIANI

jangan memasukan jari ke Mencuci tangan FITRI RUZANI

lubang hidung
ILMA FITRIANTI

LINA SARIANI
Jangan mengigit kuku Menjaga jarak
NELY APRIENTY
Jangan mengorek telinga NOVITA DELVI
dengan benda apapun
OKTIA RAHMI
Rajin cuci tangan dengan sabun
RINA ANGELINA
dan air mengalir
Membatasi VIVI OKTARINA
jangan konsumsi daging mentah mobilitas

UNIVERSITAS FORT DE KOCK


BUKITTINGGI

Menghindari
kerumunan
APA ITU COVID- TANDA DAN Cara penularan
19 ???? GEJALA ??? covid

Demam Tidak sengaja menghirup


Virus Corona atau severy
• •

• Batuk kering percikan ludah dari bersin atau


respiratorys syndrome coranavirus • Nyeri tenggorokan penderita covid-19
2 ( SARS-CoV-2) adalah virus • Kesulitan bernafas • Memegang mulut atau hidung
yang menyerang sistem • Sakit kepala tanpa mencuci tangan terlebih
dahulu setelah menyentuh
pernafasan.Virus corona bisa • Hilangnya indera perasa dan
penciuman benda yang terkena cipratan ai
menyebabkan gangguan ringan • Ruam pada kulit dan perubahan liur penderita covid-19
pada sistem pernafasan,infeksi warna kuku tangan dan kaki • Kontak jarak dekat dengan
paru paru yang berat hingga penderita covid-19,misalnya
kematian
bersentuhan atau berjaba
tangan
• Ruangan tertutup dengan
ventilasi yang kurang bai
menjadi tempat nyaman
penyebaran virus

GEJALA MUNCUL DI HARI KE


2-14 SETELAH TERPAPAR
LAPORAN HASIL KEGIATAN
PENYULUHAN HIPERTENSI

OLEH KELOMPOK JORONG SARUASO UTARA :

1. FITRIANI
2. FETRICYA DWI R
3. FITRI RUZANI
4. ILMA FITRIANTI
5. LINA SARIANI
6. NOVITA DELVI
7. NELLI APRIENTY
8. OKTIA RAHMI
9. RINA ANGELINA
10. VIVI OKTARINA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
TAHUN 2021
LAPORAN HASIL KEGIATAN
PENYULUHAN HIPERTENSI

A. Persiapan
Pre planning kegiatan penyuluhan tentang hipertensi di Saruaso Utara
telah dibuat dan dikonsultasikan oleh pembimbing sebelum kegiatan
dilaksanakan. Selain itu, pihak pengurus jorong Saruaso Utara juga telah
dihubungi dua hari sebelum acara. Hal ini dilakukan agar persiapan dapat
dilakukan dengan maksimal dan hasil yang didapatkan dapat optimal. Pihak
pengurus jorong Saruaso Utara bersedia dan menyambut dengan baik niat
mahasiswa untuk melakukan penyuluhan mengenai Hipertensi. Koordinasi
dengan pihak pengurus jorong Saruaso Utara juga dilakukan dengan
melakukan kerjasama mengenai persiapan kegiatan yang akan dilakukan.
Sebagian persiapan seperti pemberitahuan dan persiapan tempat
dilakukan oleh pihak pengurus jorong Saruaso Utara dibantu oleh ibu-ibu
kader. Persiapan yang lainnya dilakukan oleh mahasiswa. Mahasiswa telah
menyiapkan semua media dan alat yang dibutuhkan untuk keperluan
kegiatan, seperti materi penyuluhan, LCD, leaflet dan konsumsi serta telah
menyusun acara kegiatan agar pelaksanaan kegiatan penyuluhan berjalan
efektif dan bermanfaat bagi para peserta lansia dan warga yang hadir.

B. Pelaksanaan
Penyuluhan tentang Hipertensi di lingkungan jorong Saruaso Utara
telah dilakukan di kantor wali jorong Saruaso Utara pada hari Jum’at, 15
Oktober 2021. Acara penyuluhan direncanakan mulai pada pukul 14.00
tetapi karena waktunya bersamaan dengan acara pengajian maka
penyuyluhan dimulai pada pukul 14.30 WIB.Peserta yang hadir mengikuti
acara pengajian dan penyuluhun sekitar 13 orang.
Pembawa acara membuka acara dengan basmalah dan penyaji materi
mengajikan materi penyuluhan dalam waktu 8 menit. Penyajian materi
dilaksanakan dengan penampilan slide setelah itu dilanjutkan dengan sesi
tanya jawab. Peserta yang hadir antusias mengikuti kegiatan penyuluhan dan
ada peserta yang mengajukan pertanyaan.
Acara dilanjutkan dengan evaluasi yang dilakukan oleh pembawa
acara. Acara penyuluhan ditutup dengan membaca hamdallah yang dipimpin
oleh pembawa acara.

C. Hasil
1. Struktur
- Pembuatan pre planning telah dikonsultasikan dua hari sebelum
penyuluhan dilakukan. Pre planning juga sudah diperbaiki setelah
mendapatkan koreksi dari pembimbing.
- Media berupa materi penyuluhan dalam bentuk power point, laptop
dan LCD sudah disiapkan.
- Peralatan lain seperti leaflet, lembar absensi, lembar observasi dan
notulensi sudah disiapkan.
- Pihak pengurus jorong Saruaso Utara dan kader sudah bersedia dan
menyediakan tempat.

2. Proses
- Acara penyuluhan dilaksanakan pada pukul 14.00, mundur 30 menit
dari jadwal yang direncanakan dan acara berakhir pada pukul 16.30
- Jumlah peserta yang hadir sebanyak 13 orang.
- Ada beberapa peserta yang hadir terlambat, tetapi dapat mengikuti
acara dengan baik.
- Ada beberapa peserta yang aktif dalam proses diskusi baik dalam
diskusi kecil maupun saat pembacaan hasil diskusi dalam kelompok
besar.

3. Hasil
- Peserta menyebutkan pengertian hipertensi
- Peserta menyebutkan tanda dan gejala hipertensi
- Peserta menyebutkan faktor penyebab hipertensi
- Peserta menyebutkan komplikasi dari hipertensi
- Peserta menyebutkan cara pengobatan hipertensi
- Peserta menyebutkan cara pencegahan terhadap hipertensi
LAPORAN HASIL KEGIATAN
PENYULUHAN BAHAYA MEROKOK

OLEH KELOMPOK JORONG SARUASO UTARA :

1. FITRIANI
2. FETRICYA DWI R
3. FITRI RUZANI
4. ILMA FITRIANTI
5. LINA SARIANI
6. NOVITA DELVI
7. NELLI APRIENTY
8. OKTIA RAHMI
9. RINA ANGELINA
10. VIVI OKTARINA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
TAHUN 2021
LAPORAN HASIL KEGIATAN
PENYULUHAN BAHAYA MEROKOK

A. Persiapan
Pre planning kegiatan penyuluhan tentang hipertensi di Saruaso Utara
telah dibuat dan dikonsultasikan oleh pembimbing sebelum kegiatan
dilaksanakan. Selain itu, pihak pengurus jorong Saruaso Utara juga telah
dihubungi dua hari sebelum acara. Hal ini dilakukan agar persiapan dapat
dilakukan dengan maksimal dan hasil yang didapatkan dapat optimal. Pihak
pengurus jorong Saruaso Utara bersedia dan menyambut dengan baik niat
mahasiswa untuk melakukan penyuluhan mengenai Bahaya Merokok.
Koordinasi dengan pihak pengurus jorong Saruaso Utara juga dilakukan
dengan melakukan kerjasama mengenai persiapan kegiatan yang akan
dilakukan.
Sebagian persiapan seperti pemberitahuan dan persiapan tempat
dilakukan oleh pihak pengurus jorong Saruaso Utara dibantu oleh ibu-ibu
kader. Persiapan yang lainnya dilakukan oleh mahasiswa. Mahasiswa telah
menyiapkan semua media dan alat yang dibutuhkan untuk keperluan
kegiatan, seperti materi penyuluhan, LCD, leaflet dan konsumsi serta telah
menyusun acara kegiatan agar pelaksanaan kegiatan penyuluhan berjalan
efektif dan bermanfaat bagi para peserta lansia dan warga yang hadir.

B. Pelaksanaan
Penyuluhan tentang Bahaya Merokok di lingkungan jorong Saruaso
Utara telah dilakukan di kantor wali jorong Saruaso Utara pada hari Jum’at,
15 Oktober 2021. Acara penyuluhan direncanakan mulai pada pukul 14.00
tetapi karena waktunya bersamaan dengan acara pengajian maka
penyuyluhan dimulai pada pukul 14.30 WIB.Peserta yang hadir mengikuti
acara pengajian dan penyuluhun sekitar 13 orang.
Pembawa acara membuka acara dengan basmalah dan penyaji materi
mengajikan materi penyuluhan dalam waktu 8 menit. Penyajian materi
dilaksanakan dengan penampilan slide setelah itu dilanjutkan dengan sesi
tanya jawab. Peserta yang hadir antusias mengikuti kegiatan penyuluhan dan
ada peserta yang mengajukan pertanyaan.
Acara dilanjutkan dengan evaluasi yang dilakukan oleh pembawa
acara. Acara penyuluhan ditutup dengan membaca hamdallah yang dipimpin
oleh pembawa acara.

C. Hasil
1. Struktur
- Pembuatan pre planning telah dikonsultasikan dua hari sebelum
penyuluhan dilakukan. Pre planning juga sudah diperbaiki setelah
mendapatkan koreksi dari pembimbing.
- Media berupa materi penyuluhan dalam bentuk power point, laptop
dan LCD sudah disiapkan.
- Peralatan lain seperti leaflet, lembar absensi, lembar observasi dan
notulensi sudah disiapkan.
- Pihak pengurus jorong Saruaso Utara dan kader sudah bersedia dan
menyediakan tempat.

2. Proses
- Acara penyuluhan dilaksanakan pada pukul 14.00, mundur 30 menit
dari jadwal yang direncanakan dan acara berakhir pada pukul 16.30
- Jumlah peserta yang hadir sebanyak 13 orang.
- Ada beberapa peserta yang hadir terlambat, tetapi dapat mengikuti
acara dengan baik.
- Ada beberapa peserta yang aktif dalam proses diskusi baik dalam
diskusi kecil maupun saat pembacaan hasil diskusi dalam kelompok
besar.

3. Hasil
- Peserta menyebutkan yang dimaksud merokok
- Peserta menyebutkan bahaya merokok
- Peserta menyebutkan dampak merokok
- Peserta menyebutkan tips berhenti merokok
- Peserta menyebutkan peran keluarga dan kader untuk menciptakan
rumah tanpa asap rokok
LAPORAN HASIL KEGIATAN

PENYULUHAN COVID-19 5 M

OLEH KELOMPOK JORONG SARUASO UTARA :

1. FITRIANI
2. FETRICYA DWI R
3. FITRI RUZANI
4. ILMA FITRIANTI
5. LINA SARIANI
6. NOVITA DELVI
7. NELLI APRIENTY
8. OKTIA RAHMI
9. RINA ANGELINA
10. VIVI OKTARINA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
TAHUN 2021
LAPORAN HASIL KEGIATAN

PENYULUHAN COVID-19 5 M

A. Persiapan
Pre planning kegiatan penyuluhan tentang hipertensi di Saruaso Utara
telah dibuat dan dikonsultasikan oleh pembimbing sebelum kegiatan
dilaksanakan. Selain itu, pihak pengurus jorong Saruaso Utara juga telah
dihubungi dua hari sebelum acara. Hal ini dilakukan agar persiapan dapat
dilakukan dengan maksimal dan hasil yang didapatkan dapat optimal. Pihak
pengurus jorong Saruaso Utara bersedia dan menyambut dengan baik niat
mahasiswa untuk melakukan penyuluhan mengenai Covid-19 5M.
Koordinasi dengan pihak pengurus jorong Saruaso Utara juga dilakukan
dengan melakukan kerjasama mengenai persiapan kegiatan yang akan
dilakukan.
Sebagian persiapan seperti pemberitahuan dan persiapan tempat
dilakukan oleh pihak pengurus jorong Saruaso Utara dibantu oleh ibu-ibu
kader. Persiapan yang lainnya dilakukan oleh mahasiswa. Mahasiswa telah
menyiapkan semua media dan alat yang dibutuhkan untuk keperluan
kegiatan, seperti materi penyuluhan, LCD, leaflet dan konsumsi serta telah
menyusun acara kegiatan agar pelaksanaan kegiatan penyuluhan berjalan
efektif dan bermanfaat bagi para peserta lansia dan warga yang hadir.

B. Pelaksanaan
Penyuluhan tentang Covid-19 5M di lingkungan jorong Saruaso
Utara telah dilakukan di kantor wali jorong Saruaso Utara pada hari Jum’at,
15 Oktober 2021. Acara penyuluhan direncanakan mulai pada pukul 14.00
tetapi karena waktunya bersamaan dengan acara pengajian maka
penyuyluhan dimulai pada pukul 14.30 WIB.Peserta yang hadir mengikuti
acara pengajian dan penyuluhun sekitar 13 orang.
Pembawa acara membuka acara dengan basmalah dan penyaji materi
mengajikan materi penyuluhan dalam waktu 15 menit. Penyajian materi
dilaksanakan dengan penampilan slide setelah itu dilanjutkan dengan sesi
tanya jawab. Peserta yang hadir antusias mengikuti kegiatan penyuluhan dan
ada peserta yang mengajukan pertanyaan.
Acara dilanjutkan dengan evaluasi yang dilakukan oleh pembawa
acara. Acara penyuluhan ditutup dengan membaca hamdallah yang dipimpin
oleh pembawa acara.

C. Hasil
1. Struktur
- Pembuatan pre planning telah dikonsultasikan dua hari sebelum
penyuluhan dilakukan. Pre planning juga sudah diperbaiki setelah
mendapatkan koreksi dari pembimbing.
- Media berupa materi penyuluhan dalam bentuk power point, laptop
dan LCD sudah disiapkan.
- Peralatan lain seperti leaflet, lembar absensi, lembar observasi dan
notulensi sudah disiapkan.
- Pihak pengurus jorong Saruaso Utara dan kader sudah bersedia dan
menyediakan tempat.

2. Proses
- Acara penyuluhan dilaksanakan pada pukul 14.00, mundur 30 menit
dari jadwal yang direncanakan dan acara berakhir pada pukul 16.30
- Jumlah peserta yang hadir sebanyak 13 orang.
- Ada beberapa peserta yang hadir terlambat, tetapi dapat mengikuti
acara dengan baik.
- Ada beberapa peserta yang aktif dalam proses diskusi baik dalam
diskusi kecil maupun saat pembacaan hasil diskusi dalam kelompok
besar.

3. Hasil
- Peserta menyebutkan macam pengertian virus corona.
- Peserta menyebutkan tanda gejala virus corona.
- Peserta menyebutkan penyebab terjangkitnya virus corona
- Peserta menyebutkan cara pencegahan virus corona.
Communnity Development Journal Vol.2, No. 2 Juni 2021, Hal.378-382

PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DENGAN


METODE PENDIDIKAN KESEHATAN DI LINGKUNGAN
MASYARAKAT
Dwi Retnaningsih1, Novi Larasati2
1,2 )
Program Studi Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Bisnis, dan Teknologi,
Universitas Widya Husada Semarang
e-mail: dwiretnaningsih81@yahoo.co.id

Abstrak
Hipertensi merupakan masalah besar di Indonesia dengan prevalensi sebesar 25,8%. Data di Provinsi
Jawa Tengah tahun 2015 urutan pertama sebesar 57,87%. Peningkatan kasus hipertensi disebabkan
oleh faktor kurangnya pengetahuan, sikap yang dimiliki masyarakat mengenai hipertensi sehingga
masyarakat memiliki perilaku yang rendah dalam melakukan pencegahan hipertensi. Tingkat
pendidikan yang rendah dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi yang disebabkan oleh gaya hidup,
perilaku, dan lingkungan. Tujuan dilakukan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan
pada kelompok masyarakat dengan hipertensi. dengan menggunakan metode pendidikan kesehatan.
Metode implementasi pendidikan kesehatan terdiri dari tahap persiapan, perijinan dan pelaksanaan.
Pada tahap persiapan, dilakukan survei di lingkungan masyarakat sekitar dan penyusunan media
pembelajaran. dengan melakukan kunjungan pada masyarakat yang menderita hipertensi di wilayah
Mijen Semarang dengan pendidikan kesehatan serta memberikan asuhan keperawatan. Pendidikan
kesehatan dilakukan secara langsung dengan menggunakan lembar balik. Hasil yang diperoleh adalah
kegiatan pendidikan kesehatan berjalan dengan baik dan lancar, masyarakat aktif dan mengikuti
seluruh kegiatan dengan baik.

Kata kunci: Pendidikan Kesehatan, Hipertensi, Pengetahuan

Abstract
Hypertension is a big problem in Indonesia with a prevalence of 25.8%. Data in Central Java Province
in 2015 ranked first at 57.87%. The increase in hypertension cases is caused by a lack of knowledge,
attitudes that people have about hypertension so that people have low behavior in preventing
hypertension. Low levels of education can affect the occurrence of hypertension caused by lifestyle,
behavior, and environment. The purpose of health education is to increase knowledge in groups of
people with hypertension. using health education methods. The method of implementing health
education consists of the stages of preparation, licensing and implementation. In the preparation stage,
a survey was conducted in the surrounding community and the preparation of learning media. by
visiting people who suffer from hypertension in the Mijen area of Semarang with health education and
providing nursing care. Health education is carried out directly using flipcharts. The results obtained
are health education activities run well and smoothly, the community is active and participates in all
activities well.

Keywords: Health Education, Hypertension, Knowledge

PENDAHULUAN
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam
keadaan cukup istirahat/ tenang. Peningkatan tekanan darah dengan jangka waktu yang lama dapat
menimbulkan kerusakan pada ginjal, jantung, dan otak apabila tidak dilakukan pengobatan secara dini
(Kementrian Kesehatan Republik, 2017). Prevalansi hipertensi nasional berdasarkan Riskesdas 2013
sebesar 25,8% dengan orang yang mengalami hipertensi hanya 1/3 yang terdiagnosis sedangkan 2/3
tidak terdiagnosis dan 0,7% orang yang terdiagnosis tekanan darah tinggi dengan memiliki kebiasaan
meminum obat hipertensi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita hipertensi tidak
menyadari menderita hipertensi (Kementrian Kesehatan Republik, 2017).
Faktor resiko hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, genetik, kebiasaan
merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, kebiasaan minum-minuman beralkohol, obesitas,

P-ISSN 2721-4990 | E-ISSN 2721-5008 378


Communnity Development Journal Vol.2, No. 2 Juni 2021, Hal.378-382

kurang aktivitas fisik, stress dan penggunaan estrogen (Kementrian Kesehatan Republik, 2017).
Munculnya masalah kesehatan tidak hanya disebabkan oleh kelalian individu, namun dapat pula
disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat sebagai akibat dari kurangnya informasi yang benar
mengenai suatu penyakit (Rahmadiana, 2012). Rendahnya pengetahuan tenaga kesehatan, pasien, dan
masyarakat tentang hipertensi merupakan penyebab utama tidak terkontrolnya tekanan darah,
terutama pada pasien hipertensi di Asia (Park J.B., Kario, K., dan Wang, 2015).
Pengetahuan pasien hipertensi yang sudah baik itu diperoleh dari media elektronik seperti
televisi, radio, internet, membaca majalah atau lewat promosi kesehatan dari petugas kesehatan dan
juga dari teman-teman terdekat yang mengetahui tentang penyakit hipertensi (Dirhan, 2012). Adanya
peningkatan pengetahuan tentang hipetensi setelh pemberian pendidikan dengan skor rerata yaitu 4,46
(sebelum) dan 13,97 (setelah), yang artinya pemberian pendidikan kesehatan dapat meningkatkan
pengetahuan mengenai hipertensi pada lansia (Fitria, W. D. And Candrasari, 2010).
Pengetahuan bisa didapatkan melalui pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan tentang
perawatan hipertensi pada anggota keluarga dapat memberikan informasi yang dibutuhkan keluarga
yang dapat meningkatkan pengetahuan keluarga sehingga keluarga dapat menentukan sikap yang
lebih baik dalam perawatan hipertensi anggota keluarga (Mardhiah, A., Abdullah, 2013). Penyukuhan
kesehatan berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan perilaku klien hipertensi, akan
meningkatkan pola hidup sehingga dapat mengontrol tekanan darah dengan baik (Purwati, R. D.,
Bidjuni, H. And Babakal, 2014). Berdasarkan hal tersebut maka sangat diperlukan adanya kegiatan
pemberian pendidikan kesehatan mengenai hipertensi di lingkungan masyarakat. Tujuannya untuk
mengetahui gambaran tingkat pengetahuan di lingkungan masyarakat sekitar tentang hipertensi, yang
dilakukan dengan menggunakan metode pendidikan kesehatan

METODE
Kegiatan ini terdiri dari tahap persiapan, perijinan dan pelaksanaan. Pada tahap persiapan,
dilakukan survei di lingkungan masyarakat sekitar dan penyusunan media pembelajaran. Pada tahap
perijinan, dilakukan dengan meminta ijin di lingkungan dan kelurahan setempat untuk kesediaan
diberikannya ijin melakukan pendidikan kesehatan. Sedangkan pada tahap pelaksanaan, metode
implementasi dilakukannya pemberian materi pembelajaran berupa lembar balik pada lingkungan
masyarakat.
Subjek dalam kegiatan penyuluhan ini adalah masyarakat dengan hipertensi di wilayah Mijen
Semarang. Pada tahap awal, dilakukan pengukuran tingkat pengetahuan yang berkaitan dengan
hipertensi. Adapun media yang digunakan adalah lembar balik dengan tampilan yang menarik dan
mudah dipahami. Pengetahuan dasar dalam lembar balik tersebut meliputi pengertian hipertensi,
penyebab hipertensi, tanda & geaja hipertensi, komplikasi, dan cara penanganan hipertensi melalui
perbaikan pola hidup.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil pengukuran tingkat pengetahuan pada klien menunjukkan masih rendahnya tingkat
pengetahuan tentang hipertensi. Hal itu dapat dilihat saat dilakukannya identifikasi tingkat
pengetahuan klien belum memahami tetang hipertensi. Pada saat dilakukan pengkajian terdapat hasil,
Klien mengatakan nyeri kepala hingga tengkuk belakang dengan Tekanan Darah 150/110 mmHg.
Setelah dilakukan identifikasi tingkat pengetahuan, klien diberikan edukasi mengenai pengetahuan
tentang hipertensi berupa media lembar balik. Bahasa yang digunakan dalam media lembar balik
disesuaikan dengan kondisi klien dalam penyampaian materi lebih dipilih istilah-istilah umum yang
mudah dipahami dan tidak banyak menggunakan istilah medis. Penyesuaian bahasa merupakan hal
penting karena dengan bahasa yang mudah dipahami dan dengan pemisalan-pemisalan yang
sederhana, materi dapat diterima dan dipahami lebih mudah. Berikut salah satu dokumentasi kegiatan;

P-ISSN 2721-4990 | E-ISSN 2721-5008 379


Communnity Development Journal Vol.2, No. 2 Juni 2021, Hal.378-382

Gambar: Pelaksanaan pendidikan kesehatan mengenai hipertensi


Hipertensi sebagian besar terjadi pada usia 31 - 55 tahun dan umumnya berisiko lebih tinggi pada
generasi di atas 40 tahun. Bahkan bisa lebih tinggi pada usia lebih dari 60 tahun. Secara fisiologis,
hubungan antara usia dan peningkatan tekanan darah terjadi karena adanya perubahan elastisitas
dinding pembuluh darah dari waktu ke waktu, proliferasi kolagen, dan endapan kalsium yang
berhubungan dengan aterosklerosis (Kusumawaty, J., Hidayat, N., 2016).
Faktor risiko peningkatan tekanan darah meliputi usia, keturunan, kebiasaan merokok, konsumsi
garam berlebihan, kolesterol, stres, dan kelebihan berat badan atau obesitas. Penderita hipertensi
biasanya tidak memiliki gejala khusus hingga gejala ringan seperti pusing, cemas, mimisan, dan sakit
kepala. Peningkatan tekanan darah hanya akan terlihat setelah pemeriksaan kesehatan (Sutanto, 2010).
Tingkat pendidikan yang rendah dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi yang disebabkan oleh
gaya hidup, perilaku, lingkungan, dan sistem. Tingkat pendidikan sangat erat kaitannya dengan gaya
hidup. Masyarakat berpengetahuan rendah cenderung memiliki kesadaran untuk berperilaku gaya
hidup yang kurang sehat seperti perilaku merokok. (Retnaningsih et al., 2017) Selain itu, aspek
psikologis mengenai beban kerja dan lingkungan kerja dapat menjadi pemicu timbulnya gangguan
kesehatan seseorang khususnya terkait dengan penyakit seperti hipertensi (Sinuraya, R. K., Siagian,
B. J., Taufik, A., Destiani, D. P., Puspitasari, I. M., Lestari, K., & Diantini, 2017), dijelaskan dalam
penelitian bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan keluarga
dengan hipertensi. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya (Purwati, R. D., Bidjuni, H. And
Babakal, 2014) terdapat pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan klien
hipertensi dan penelitian Beigi dijelaskan bahwa program pendidikan efektif dalam meningkatkan
pengetahun, meningkatkan manajemen diri, dan mengendalikan kebiasaan gaya hidup yang
merugikan pasien dengan hipertensi (Beigi, M.A., Zibaeenezad M.J., Aghasadeghi K., Aghasadeghi,
K., Jokar, A., Shekarforoush, S., & Khazraei, 2014). Hasil penelitian bahwa program pendidikan
hipertensi dapat berguna dalam meningkatkan pengetahuan tentang hipertensi (Roca, B., Nadal, E.,
Rovira, R.E., Valls, S., Lapuebla, C., & Lloria, 2003).
Informasi dapat membantu mempercepat seseoarang untuk memperoleh pengetahuan. Berbagai
macam informasi yang didapat oleh masyarakat terutama masalah penyakit hipertensi akan dapat
meningkatkan pengetahuan masyarakat. Salah satu informasi yang didapatkan adalah penyuluhan atau
pendidikan kesehatan yang diberikan oleh peneliti sehingga pengetahuan klien menjadi baik semua.
Promosi kesehatan yang dilakukan dengan metode pendidikan kesehatan tentang hipertensi dan faktor
risiko akibat dari hipertensi. Semakin meningkatnya pengetahuan pasien tentang hipertensi akan
mendorong seseorang untuk berperilaku yang lebih baik dalam mengontrol hipertensi sehingga
tekanan darahnya tetap terkendali, pengetahuan pasien mengenai hipertensi juga berpengaruh pada

P-ISSN 2721-4990 | E-ISSN 2721-5008 380


Communnity Development Journal Vol.2, No. 2 Juni 2021, Hal.378-382

kepatuhan pasien dalam melakukan pengobatan. Seiring dengan meningkatnya pengetahuan tentang
hipertensi maka dapat melakukan penatalaksanaan penyakitnya sehingga pasien menjadi lebih baik
(Wulansari, J ., Ichsan, B. and Usdiana, 2013). Pengetahuan yang baik tentang hipertensi dapat
mempengaruhi perilaku masyarakat dalam mencegah hipertensi. (Dwi Retnaningsih, 2019; Limbong,
V ., Rumayar, A. And Kandou, 2016)Pekerjaan dapat mempengaruhi hipertensi karena dalam
melakukan kerja banyak beban yang dirasakan kemudian menyebabkan seseorang seringkali stress
dan cemas dalam memikirkan kondisi sakitnya. (Kurniawan, A., Armiyati, Y., & Astuti, 2013).
Pendidikan kesehatan memberikan wawasan baru, mengurangi ketegangan dan ketakutan pada
seseorang yang khawatir akan penyakitnya sehingga dapat menurunkan tekanan darah yang tadinya
tinggi karena perasaan cemas dan khawatir terkait dengan penyakit yang dideritanya kemudian
memicu hipertensi. Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat, agar
masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk memelihara (mengatasi masalah-
masalah), dan meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau tindakan pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan yang dihasilkan oleh pendidikan kesehatan ini didasarkan kepada pengetahuan dan
kesadarannya melalui proses pembelajaran, sehingga perilaku tersebut diharapkan akan berlangsung
lama dan menetap, karena didasari oleh kesadaran (Notoatmodjo, 2010). Menurut Susanti, ada
pengaruh yang signifikan antara pemberian pendidikan tentang hipertensi terhadap peningkatan
pengetahuan mengelola hipertensi (Susanti, M.T , Suryani, M, 2012), sejalan dengan penelitian Bayo
bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan klien tentang cara pencegahan
hipertensi (Bayo, 2008).
Proses belajar dalam pendidikan kesehatan merupakan proses terjadinya perubahan kemampuan
pada subjek belajar dengan keluaran yang diharapkan adalah kemampuan sebagai hasil perubahan
perilaku dari sasaran didik (Notoatmodjo, 2010). Peningkatan pengetahuan yang terjadi setelah
diberikan pendidikan kesehatan merupakan salah satu aspek kemampuan yang dicapai oleh sasaran
didik sebagai akibat adanya proses belajar.
Pendidikan kesehatan merupakan aktifitas pembelajaran yang dirancang oleh perawat sesuai
kebutuhan klien. Pencapaian tujuan pendidikan kesehatan akan lebih mudah dengan penggunaan
media pembelajaran yang sesuai dan dapat meningkatkan kemudahan penerimaan informasi dan
penggunaan alat bantu berupa tulisan akan lebih menghasilkan peningkatan pengetahuan daripada
kata-kata (Nies, M.A., & McEwen, 2001).
Pendidikan kesehatan sangatlah penting bagi responden terutama yang menderita hipertensi agar
lebih memahami tentang bahaya dari dampak penyakit tersebut dan dapat merubah pola hidup sehat.
Pendidikan kesehatan tentang gaya hidup sehat merupakan upaya untuk memberikan dorongan agar
responden mampu menerapkan diet rendah garam, melakukan berolahraga secara teratur dengan
melakukan jalan pagi atau menggunakan sepeda dan melakukan ktivitas dirumah, mengurangi stress
dengan melakukan tidur tepat waktu dan menghindari perselisihan pemikiran dengan orang lain,
mencegah kegemukan dengan mengurangi pola makan dan berhenti merokok. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian Tirtana dan membuktikan terdapat pengaruh pendidikan kesehatan
hipertensi terhadap perubahan pengetahuan responden tentang perilaku hidup sehat seperti mengatur
pola makan dengan membatasi asupan garam, lemak, alkohol, berhenti merokok, dan mengontrol
berat badan, melakukan aktivitas fisik, istirahat dan tidur (Tirtana, 2014).

SIMPULAN
Kegiatan penyuluhan dengan metode pendidikan kesehatan di lingkungan masyarakat dapat
berjalan dengan baik dan lancar. Responden aktif, antusias, dan dapat bekerja sama dengan baik dan
responden dapat meningkatkan dan memiliki pengetahuan serta memahami dengan baik mengenai
hipertensi.

SARAN
Meningkatkan kesadaran masyarakat agar dapat melaksanakan kebiasaan hidup sehat
dengan berolahraga dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan posyandu dan tanaman
obat keluarga sebagai terapi komplementer.

UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih ditujukan kepada masyarakat, kader kesehatan serta lurah Mijen Semarang.

P-ISSN 2721-4990 | E-ISSN 2721-5008 381


Communnity Development Journal Vol.2, No. 2 Juni 2021, Hal.378-382

DAFTAR PUSTAKA
Bayo, M. . (2008). Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan klien tentang cara
pencegahan hipertensi di kelurahan tinjomoyo Semarang.
Beigi, M.A., Zibaeenezad M.J., Aghasadeghi K., Aghasadeghi, K., Jokar, A., Shekarforoush, S., &
Khazraei, H. J. (2014). The effect of educational program on hypertension management.
International Cardiovascular Research Journal, 8(3), 94–98.
Dirhan. (2012). Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Ketaatan Berobat Dengan Derajat Sistole Dan
Diastole Pasien Hipertensi. Jurnal Ilmiah Farmasi, 9(1).
Dwi Retnaningsih. (2019). PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DALAM RANGKA
PEMBERDAYAAN LANSIA MENURUNKAN HIPERTENSI. Jurnal Implementasi Pengabdian
Masyarakat Kesehatan, 1(2), 39–42. file:///C:/Users/Dwi Retnaningsih/Downloads/14-57-1-
PB.pdf
Fitria, W. D. And Candrasari, A. (2010). Peningkatan Pengetahuan Tentang Hipertensi pada Lansia di
Posyandu Lansia Dukuh Gantungan Desa Makamhaji Kartasura Sukoharjo. Warta, 13, 28–36.
Kementrian Kesehatan Republik. (2017). Hipertensi. Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Kurniawan, A., Armiyati, Y., & Astuti, R. (2013). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Pre Operasi
Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Hernia di RSUD Kudus. 6(2).
Kusumawaty, J., Hidayat, N., & G. (2016). No TitleKusumawaty, J., Hidayat, N., & Ginanjar, E.
(2016). Relationship between Gender and Hypertension Intensity of the Elderly in the Work Area
of the Lakbok Health Center in Ciamis Regency. Mutiara Medika, 16 (2), 46–51. Mutiara Medika,
16(2), 46–51.
Limbong, V ., Rumayar, A. And Kandou, G. (2016). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan
Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Tateli Kabupaten Minahasa. Jurnal KESMAS,
7(4).
Mardhiah, A., Abdullah, A. A. H. (2013). Pendidikan Kesehatan Dalam Peningkatan Pengetahuan,
Sikap Dan Keterampilan Keluarga Dengan Hipertensi Pilot Study. Jurnal Ilmu Keperawatan, 111–
121.
Nies, M.A., & McEwen, M. (2001). Community health nursing : Promoting the health of population
(3rd ed.). W.B. Saunders Company.
Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. Rineka Cipta.
Park J.B., Kario, K., dan Wang, J. . (2015). "Systolic Hypertension; n Increasing Clinical Challange
in Asia” dalam Hypertension Research. 38(4), 227–236.
Purwati, R. D., Bidjuni, H. And Babakal, A. (2014). Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap
Pengetahuan Perilaku Klien Hipertensi di Puskesmas Bahu Manado. Journal Keperawatan, 2(2),
1–8.
Rahmadiana, M. (2012). Komunikasi Kesehatan Sebuah Tinjauan. Jurnal Psikolognesis, 1(1), 88–94.
Retnaningsih, D., Kustriyani, M., & Sanjaya, B. T. S. (2017). Perilaku Merokok dengan Kejadian
Hipertensi pada Lansia. Prosiding Seminar Nasional & International, 122–130.
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/view/2284/2264
Roca, B., Nadal, E., Rovira, R.E., Valls, S., Lapuebla, C., & Lloria, N. (2003). No TitleRoca, B.,
Nadal, E., Rovira, R.E., Valls, S., Lapuebla, C., & Lloria, N. (2003). Usefulness of a hypertension
education program, Southern Medical Journal, 96 (11). Southern Medical Journal, 96(11).
Sinuraya, R. K., Siagian, B. J., Taufik, A., Destiani, D. P., Puspitasari, I. M., Lestari, K., & Diantini,
A. (2017). Assessment of Knowledge on Hypertension among Hypertensive Patients in Bandung
City: A Preliminary Study. Indonesian Journal of Clinical Pharmacy, 6(4), 290–297.
https://doi.org/https://doi.org/10.15416/ijcp.2017.6.4.290
Susanti, M.T , Suryani, M, & S. (2012). Pengaruh pendidikan kesehatan tentang hipertensi terhadap
pengetahuan dan sikap mengelola hipertensi di puskesmas pandanaran semarang.
Sutanto. (2010). Blocking the modern diseases. ANDI Offset.
Tirtana, A. (2014). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Hipertensi Pada Lansia
Hipertensi Di Rw 04 Tegal Rejo Kelurahan Tegal Rejo.
Wulansari, J ., Ichsan, B. and Usdiana, D. (2013). ‘Hubungan Pengetahuan Tentang Hipertensi
Dengan Pengendalian Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD
DR. MOEWARDI SURAKARTA.’ Biomedika, 5(1), 17–22.

P-ISSN 2721-4990 | E-ISSN 2721-5008 382


Penyuluhan Kesehatan Tentang Dampak Kesehatan Kebiasaan Merokok

JPM Bakti Parahita : Gustina dan Anandita


Jurnal Pengabdian Masyarakat Volume 2 Nomor 1, halaman 73-81
Juni 2021
Bakti Parahita
Sejarah Artikel p-ISSN-27472094-
Diterima : Revisi : Disetujui :
Februari 2021 Mei 2021 Juni 2021

PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG DAMPAK


KEBIASAAN MEROKOK

HEALTH COUNSELLING ON THE IMPACT OF SMOKING HABITS


Irwanti Gustina1*, Mella Yuria Rachma Anandita2
*Penulis Koresponden: Irwanti@binawan.ac.id

1,2Kebidanan, Fakultas Keperawatan dan Kebidanan, Universitas Binawan, Jakarta, Indoneia

Abstrak

Menurut WHO tahun 2015 di Indonesia diperkirakan 36% atau sekitar 60


juta pendduduk Indonesia merokok secara rutin. Berdasarkan berbagai survey,
perilaku merokok sudah mulai dilakukan oleh generasi penerus bangsa mulai dari
usia sekolah. Tujuan PKM ini untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada para
warga yang bertempat tinggal di Kelurahan Cawang Jakarta Timur. Kegiatan
diilaksanakan melalui Metode Ceramah dilanjutkan dengan diskusi dan Tanya jawab. Kata Kunci:
Hasil dari pengabdian ini, jika dilihat berdasarkan nilai pretest dan posttest rata-rata  dampak
terdapat peningkatan pengetahuan warga dari sebelumnya 50% menjadi 80%. Hasil  kebiasaan
diskusi untuk dapat mencegah dan mengurangi kebiasaan merokok berasal dari diri  merokok
sendiri dan lingkungan, Selain itu para warga diharapkan dapat memahami tentang
dampak kebiasaan merokok dan dapat memberikan informasi kepada keluarga dan
khalayak khususnya para pemuda tentang dampak kebiasaan merokok.

Abstract

According to the WHO in 2015, it was estimated that 36% or around 60 million
Indonesians smoked regularly. Based on various surveys, smoking behavior has begin
to be carried out by the nation's next generation starting from school age. The purpose
of this PKM is to provide health education to residents who live in Cawang Village, East
Jakarta. The activity was carried out through the Lecture Method followed by
discussion and Q&A. The results of this service, if seen based on the average pretest and Keywords:
posttest scores, there is an increase in the knowledge of the citizens from the previous  impact
50% to 80%. The results of the discussion are to be able to prevent and reduce smoking  habits
habits from themselves and the environment. In addition, residents are expected to  smoking
understand the impact of smoking habits and can provide information to families and
the public, especially young people about the impact of smoking habits.

1. PENDAHULUAN

Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO bahwa jumlah pecandu rokok di
Indonesia cenderung meningkat, Kebiasaan merokok masyarakat masih sulit untuk
dihentikan, padahal dalam rokok terkandung tidak kurang dari 4000 zat kimia beracun.

73
Penyuluhan Kesehatan Tentang Dampak Kesehatan Kebiasaan Merokok

Ironisnya para perokok sebenarnya sudah mengetahui dampak dan bahaya dari
merokok. (Ruhiyat, 2019)

Di Indonesia, kebiasaan merokok merupakan kegiatan yang sering dijumpai di


masyarakat. Saat ini Indonesia menghadapi ancaman serius akibat meningkatnya jumlah
perokok, prevalensi perokok laki-laki di Indonesia merupakan yang tertinggi di dunia dan
diprediksi lebih dari 97 juta penduduk Indonesia terpapar asap rokok (Kemenkes, 2018).
Merokok merupakan kebiasaan yang sulit dihentikan dan memberikan dampak
buruk bagi perokok dan orang- orang yang berada disekelilingnya, melihat kondisi tersebut
pemerintah membuat Undang-Undang berisi tentang kebijakan publik dilarang merokok di
tempat umum, tempat kerja, tempat proses belajar mengajar, tempat pelayanan kesehatan,
area kegiatan anak-anak, tempat ibadah dan angkutan umum (UU No. 32Tahun 2010).
Kebijakan lain dari pemerintah selanjutnya adalah Peraturan Pemerintah No. 19 tahun
2003 pasal 8 tentang diharuskannya produsen rokok meletakkan kutipan “Merokok Dapat
Menyebabkan Kanker, Serangan Jantung, Impotensi Dan Gangguan Kehamilan Dan Janin”
pada salah satu sisi kemasan rokok (Sari et al. 2019).
Kandungan Yang terdapat dalam rokok (tembakau) adalah Nikotin. Nikotin
merupakan senyawa alkaloid utama dalam daun tembakau yang aktif sebagai insektisida,
Nikotin diyakini dapat menjadi racun syaraf yang potensial dan digunakan sebagai bahan
baku berbagai jenis insektisida. (Aji, et al. 2015)
Pengaruh Nikotin ini sangat berbahaya, dijelaskan bahwa otak perokok memiliki
aktivitas yang berbeda dengan Non perokok di daerah Ventral. Gangguan yang terjadi pada
otak terkait dengan gangguan psikologis seperti cemas, Depresi/sedih, marah, gelisah, sulit
berkonsentrasi, hingga perilaku kompulsif. Selain itu peningkatan Grey meter pada insula
otak menimbulkan emosi tertentu dan memberi sensasi pada tubuh, sehingga mendorong
terjadinya penurunan cara memverbalisasi emosi. (Liem, 2016)
Kecenderungan peningkatan prevalensi merokok terlihat lebih besar pada kelompok
anak-anak dan remaja, Riskesdas 2018 menunjukan bahwa terjadi peningkatan prevalensi
merokok penduduk usia 18 tahun dari 7,2% menjadi 9,1%. Berdasarkan Riskesdas tahun
2018, persentase penduduk umur 10 tahun ke atas 24,3% merokok setiap hari, 4,6%
merokok kadang-kadang, sebanyak 5,3% adalah mantan perokok dan bukan perokok
65,9%.
Kajian Badan Litbangkes Tahun 2015 menunjukkan Indonesia menyumbang lebih
dari 230.000 kematian akibat konsumsi produk tembakau setiap tahunnya. Globocan 2018
menyatakan, dari total kematian akibat kanker di Indonesia, Kanker paru menempati

74
Penyuluhan Kesehatan Tentang Dampak Kesehatan Kebiasaan Merokok

urutan pertama penyebab kematian yaitu sebesar 12,6%. Berdasarkan data Rumah Sakit
Umum Pusat Persahabatan 87% kasus kanker paru berhubungan dengan merokok.
(Kemenkes, 2019).
Jika konsumsi rokok setiap tahunnya tidak bisa diminimalisir maka angka
kematian akibat merokok di Indonesia juga akan terus meningkat. Kegiatan merokok
ini tidak bisa dipungkiri lagi sudah mengakar dalam kehidupan masyarakat Indonesia,
menjadi budaya dan tradisi masyarakat. Setiap orang memiliki hak untuk memilih
merokok atau tidak. Terlepas dari itu, masih banyak masyarakat yang bersikap acuh akan
dampak atau bahaya dari kebiasaan merokok.
Beberapa hal melatarbelakangi seseorang untuk merokok, seperti faktor sosial,
faktor farmakologis dan faktor psikologis. Faktor sosial merupakan faktor eksternal yang
mempengaruhi sikap seseorang untuk merokok. Umumnya faktor sosial ini berasal dari
lingkungan sekitar seperti orang tua dan teman sebaya. Dari tinjauan farmakologis, nikotin
yang terkandung dalam rokok menimbulkan efek adiktif atau ketergantungan, sehingga
seseorang cenderung atau ketagihan untuk terus merokok. Faktor psikologis merupakan
faktor internal yang mempengaruhi seseorang untuk merokok. Adanya krisis psikososial
berupa simbolisasi diri bahwa merokok merupakan simbol kematangan, kekuatan, dan
daya tarik terhadap lawan jenis melatarbelakangi seseorang untuk merokok.
Teman sebaya memberikan kontribusi yang cukup besar kepada remaja untuk
merokok, dalam hal ini jika orang tua tidak menginginkan anaknya merokok, maka orang
tua perlu waspada terhadap kelompok teman sebaya anak-anaknya (Komasari, 2000).
Rokok merupakan salah satu produk industri dan komoditi internasional yang
mengandung sekitar 300 bahan kimiawi. Unsur-unsur yang penting antara lain tar,
nikotin, benzovrin, metal-kloride, aseton, amonia, dan karbon monoksida (Bustan, 2007).
Selain itu sebatang rokok mengandung 4.000 jenis senyawa kimia beracun yang
berbahaya untuk tubuh dimana 43 diantaranya bersifat karsinogenik. Dengan komponen
utama adalah nikotin suatu zat berbahaya penyebab kecanduan, tar yang bersifat
karsinogenik, dan CO (karbon) yang dapat menurunkan kandungan O2 (oksigen) dalam
darah. Rokok juga dapat menimbulkan penyakit seperti jantung koroner, stroke dan
kanker (Aditama, 1997).
Mayoritas Perilaku Merokok lebih dilakoni oleh remaja pria, walaupun sebagian kecil
remaja wanita berperilaku merokok. Pencegahan perilaku merokok perlu disesuaikan
dengan karakteristik remaja yang merokok, sehingga informasi serta tindakan dapat
tepat sasaran dan efektif untuk menurunkan perilaku merokok pada remaja pria.
(Hardiyanti, et al. 2019)

75
Penyuluhan Kesehatan Tentang Dampak Kesehatan Kebiasaan Merokok

Berdasarkan pendataan yang telah dilakukan bersama mahasiswa di wilayah sekitar


kampus Universitas Binawan (kelurahan Cawang) Jakarta Timur. ditemukan para remaja
usia sekolah yang aktif merokok. Selain remaja juga ditemukan sebanyak 20% adalah pria
produktif yang aktif (rutin) merokok.

2. METODE PELAKSANAAN

Kegiatan ini dilakukan di Ruang Kelas (201) Universitas Binawan, pukul 09.00 s/d
12.00, pada Hari Rabu, tanggal 23 Desember 2020 dengan jumlah peserta sebanyak 35
peserta.
Para peserta yang mengikuti kegiatan penyuluhan adalah para warga/masyarakat
yang bertempat tinggal di lingkungan Unversitas Binawan (Kelurahan Cawang Jakarta
Timur). Selanjutnya para peserta yang hadir diberikan pendidikan kesehatan tentang
“Dampak dari Kebiasaan Merokok” (Gambar 1).

(a) (b)

Gambar 2. Kegiatan Pelaksanaan Penyuluhan Dampak Kebiasaan Merokok:


(a). Pemberian penyuluhan dengan ceramah (b). Peserta penyuluhan

Dalam pelaksanaan kegiatan kami juga mengundang para kader sebagai peserta.
Alasan menyertakan kader sebagai peserta dalam pendidikan kesehatan ini karena peran
serta aktif kader cukup tinggi dalam kegiatan di wilayah tersebut, dan karena
penyelenggaraan kegiatan pendidikan kesehatan di adakan pada saat hari kerja dan
sekolah, maka kami melibatkan kader sebagai peserta, dengan harapan peran serta aktif
kadar dapat memberikan perubahan terhadap lingkungan di wilayah tersebut.
Persiapan yang dilakukan sebelum kegiatan penyuluhan dengan menginformasikan
melalui pesan personal melalui aplikasi handphone (Whats App) serta Undangan tertulis
yang kami sampaikan atas nama Prodi Kebidanan Universitas Binawan kepada para Kader
dan warga serta tokoh masayarakat di wilayah Universitas Binawan (kelurahan cawang).
Proses penyuluhan disampaikan dalam paparan Power Point Presentation (PPT), dan
peserta diberikan leaflet sebagai ringkasan pengetahuan dari materi yang disampaikan.

76
Penyuluhan Kesehatan Tentang Dampak Kesehatan Kebiasaan Merokok

Adapun materi yang disampaikan adalah tentang definisi atau kandungan yang terdapat
dalam rokok, Dampak dari merokok, penyakit yang ditimbulkan dari bahaya merokok dan
solusi atau cara untuk dapat berhenti merokok. Diakhir sesi diadakan diskusi atau tanya
jawab seputar bahaya merokok.
Indikator capaian atau target luaran dari kegiatan pengabdian masyarakat ini
diharapkan dapat menambah pengetahuan warga tentang dampak kesehatan yang
ditimbulkan dari bahaya atau kebiasaan merokok.
Untuk mengukur ketercapaian kegiatan tersebut, maka dilakukan evaluasi dalam
bentuk pre test dan post test secara tertulis, berupa Pilihan ganda dengan jumlah 10 butir
soal pada saat sebelum dan sesudah kegiatan penyuluhan berlangsung.

3. HASIL DAN DISKUSI


Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan pada tanggal 23 Desember 2020, langkah
awal dilakukan pre test sebelum kegiatan penyuluhan berlangsung diperoleh nilai dari
100% peserta didapatkan, nilai pre test sebanyak 50% peserta yang sudah mengetahui
dampak kesehatan secara langsung dari kebiasaan merokok, sedang 50% nya tidak
mengetahui, dan setelah diberikan penyuluhan didapatkan data 80% menyatakan
mengetahui dampak kesehatan secara langsung dari kebiasaan merokok, sedang 20% nya
tidak tahu (Gambar 2).

10
20%
9
8
7
6
50%
5
4
3
2
1
0
Pre Tes Post Tes

Tahu Tidak tahu

Gambar 2. Hasil Pre test dan Post test

77
Penyuluhan Kesehatan Tentang Dampak Kesehatan Kebiasaan Merokok

Dengan adanya kegiatan penyuluhan ini membuktikan adanya perubahan ilmu


pengetahuan seseorang melalui proses belajar, seperti dijelaskan dalam Teori kognitif
yang mulai berkembang pada abad 20-an. Secara sederhana teori ini menggambarkan
bahwa belajar adalah aktivitas internal yang terdiri dari beberapa proses, seperti
pemahaman, mengingat, mengolah informasi, problem solving, analisis, prediksi, dan
perasaan. Ada juga yang menggambarkan bahwa teori belajar kognitif itu ibarat komputer.
Proses awalnya dimulai dengan input data, kemudian mengolahnya hingga mendapatkan
hasil akhir (Ramadhani, 2020).
Dengan demikian pendidikan kesehatan dapat merubah prilaku manusia, selain itu
Notoatmodjo juga menjelaskan perilaku kesehatan adalah sesuatu respon (organisme)
terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku
pemeliharaan kesehatan ini terjadi dari tiga aspek: Aspek pertama adalah perilaku
pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan
bilamana telah senbuh dari sakit. Aspek kedua adalah Perilaku peningkatan kesehatan,
apabila seseorang dalam keadaan sehat. Aspek ketiga merupakan perilaku konsumsi gizi
makan dan minum.
Berdasarkan hasil kegiatan penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh Bambang
Wahyono dan tim tentang bahaya merokok pada siswa SLTP Negeri Limbangan Kendal
Jawa Tengah. Di dapatkan hasil terdapat peningkatan pengetahuan tentang Dampak
Kebiasaan merokok yang dapat dilihat melalui pre test dan post test rata-rata terdapat
peningkatan dari sebelumnya sebesar 5,6 menjadi 8,75.
Menurut Dony Tri wahyudi, 2020 dalam penelitiannya tentang Pendidikan Kesehatan
dengan Media Asbak terhadap persepsi pencegahan merokok didalam rumah tangga
Proses pendidikan yang berkelanjutan menjadikan faktor anggota keluarga memiliki
peran penting dalam mengingatkan untuk tidak merokok di dalam rumah. Upaya tersebut
dilakukan dengan promotif dengan memberikan stimulus agar perilaku merokok dapat
dicegah. Kondisi ini didukung dengan pemberian informasi atau pengetahuan oleh tenaga
kesehatan yang dilakukan secara berkelanjutan di daerah tersebut dengan kolaborasi
pemberian informasi tentang bahaya merokok.
Beberapa alasan yang diberikan para remaja perokok adalah merokok dianggap
bergaya, dari gambar-gambar bintang pop dan film. Selain itu, orang dewasa yang
melambangkan ‘otoritas’ sehingga remaja menganggap bahwa merokok merupakan cara
untuk mengungkapkan penentangan dan kemandirian. Alasan lain mengapa remaja

78
Penyuluhan Kesehatan Tentang Dampak Kesehatan Kebiasaan Merokok

merokok adalah adanya pendapat bahwa merokok menimbulkan rasa santai dan
merupakan cara untuk mengatasi stres (Alamsyah, 2009).
Hal lain yang menjadi alasan remaja putra untuk merokok adalah Remaja mempunyai
rasa ingin ta hu yang tinggi dan sering meniru perilaku yang dilakukan oleh orang
dewasa termasuk merokok, walaupun sebagian remaja mengetahui dampak atau bahaya
umum dari merokok namun mereka tetap melakukan kebiasaan merokok (Maseda, et al.
2013)
Hasil survei awal yang dilakukan peneliti di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura pada
bulan Maret 2015 didapatkan bahwa jumlah siswa laki-laki sebanyak 103 Orang. Pada
saat dilakukan wawancara, didapatkan siswa kelas VIII yang benar-benar perokok itu
berjumlah 87 orang (84.47%) dan sisanya 16 orang (15.53%) siswa itu tidak pernah
merokok. Pengetahuan tentang merokok pada para siswa masih kurang. Pada 10 orang
siswa mengatakan tidak mengetahui tentang bahaya merokok dan sebanyak tiga siswa
mengatakan tidak peduli untuk mengetahui sumber yang benar tentang merokok.
Bahaya rokok juga bukan hanya ditunjukkan bagi para perokok (perokok aktif) tetapi
juga bagi orang-orang yang bukan perokok menghirup asap rokok yang berada disekitar
perokok (perokok Pasif) dan justru efek yang di terima dari perokok pasif akan jauh lebih
berbahaya dari perokok aktif (Parwati, 2018).
Penyakit yang ditimbulkan akan tergantung dari kadar zat berbahaya yang
terkandung, kurun waktu kebiasaan merokok, dan cara menghisap rokok. Semakin muda
seseorang mulai merokok, makin besar risiko orang tersebut mendapat penyakit saat
mencapai lanjut usia.

4. SIMPULAN DAN SARAN


Pentingnya terlaksana kegiatan Penyuluhan Kesehatan tentang Dampak Kebiasaan
Merokok bagi warga atau lingkungan masyarakat, khususnya para Remaja yang aktif
merokok. Selain itu untuk dapat mencegah dan mengurangi kebiasaan merokok berasal
dari kesadaran diri akan bahaya yang ditimbulkan, baik bagi diri sendiri maupun bagi
lingkungan sekitar.
Untuk dapat terus meningkatkan kesadaran masyarakat pentingnya pemantauan
berkelanjutan sebagai monitoring dan evaluasi dari kegiatan penyuluhan kesehatan yang
telah diberikan.

79
Penyuluhan Kesehatan Tentang Dampak Kesehatan Kebiasaan Merokok

5. UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada seluruh Warga, Ketua RW 13, RT 07, dan
para kader yang telah berpartisipasi aktif dalam kegiatan penyuluhan kesehatan, LPPM
Universitas Binawan yang telah memfasilitasi kegiatan serta Tim PKM dosen dan
Mahasiswa yang ikut mendukung pelaksanaan kegiatan Penyuluhan Kesehatan di
Lingkungan Universitas Binawan.

DAFTAR PUSTAKA

Aditama T.Y. (1997), “Rokok dan Kesehatan” Edisi ketiga, UI Press, Jakarta.

Aji, A. Maulinda, L. Amin, S. (2015), Isolasi Nikotin Dari Puntung Rokok Sebagai Insektisida,
Jurnal Teknologi Kimia Unimal 4 : 1 (Mei 2015) 100 –
120https://ojs.unimal.ac.id /index.php/jtk/article/view/67

Alamsyah, RM. (2009) Faktor faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok dan
Hubungannya Dengan Penyakit Periodontal Remaja di Kota Medan, 2009
https://www.researchgate.net/publication/42324630

Bustan, M.N. (2007). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Cet 2, Jakarta : Rineka Cipta
https://scholar.google.co.id/citations?user=vSLjcgkAAAAJ&hl=id

Ruhyat, E. (2021). Perilaku Merokok Di Masa Covid 19, Jurnal Sehat Masada Volume
XV NO.1 Januari 2021, Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat
STIKes Dharma Husada Bandung, http://ejurnal
.stikesdhb.ac.id/index.php/Jsm/article/view/178/145

Hardiyanti, V. Efendi, F. Kusumaningrum, T. (2019). Determinan Perilaku Merokok Pada


Remaja Pria: https://www.researchgate.net/publication/342923167_
Determinan_Perilaku_Merokok_Pada_Remaja_Pria_Literatur_Review

Kemenkes. 2018. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Kemenkes


https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/
Hasil-riskesdas-2018_1274.pdf

Kemenkes, 2019. Jangan biarkan rokok merenggut nafas kita


https://www.kemkes.go.id/article/view/19071100001/htts-2019-jangan-
biarkan-rokok-merenggut-napas-kita.html

Komasari D, d a n Helmi, F A . Faktor-faktor penyebab perilaku merokok pada remaja.


Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada. Press. 2000; 2-3.
https://jurnal.ugm.ac.id/jpsi/article/view/7008/5460

80
Penyuluhan Kesehatan Tentang Dampak Kesehatan Kebiasaan Merokok

Liem, A (2016), Pengaruh Nikotin Terhadap Aktivitas Dan Fungsi Otak Serta Hubungannya
Dengan Gangguan Psikologis Pada Pecandu Rokok. Fakultas Psikologi
Universitas Gajah Mada: https://jurnal.ugm.ac.id/
buletinpsikologi/article/view/11536

Maseda, DR. Suba, BR. Wongkar, D. (2013), Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang
Bahaya Merokok Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di Sma
Negeri I Tompasobaru, Jurnal Keperawatan Unsrat,
https://ejournal.unsrat.ac.id/ index.php/jkp/article/view/2176

Parwati, E.P. (2018), Pengaruh merokok pada perokok aktif dan pasif terhadap kadar
Trigliserida, Stikes surya mitra Husada, https://osf.io/wp4tf/

Ramadhani, N. (2020), Contoh dan pengertian teori belajar menurut para ahli
https://www.akseleran.co.id/blog/teori-belajar/

Sari, M.J, Yanto dan Sari, S. (2019). Sikap Perokok aktif dalam menanggapi peringatan
bahaya merokok pada Iklan rokok di TV, Prodi FIKOM dan FIS,
Universitas Dehasen Bengkulu. Jurnal Profesional FIS UNIVED Vol 6 No
1 Juni 2019. https://jurnal.unived.ac.id/index.php/prof/article/view/840

Wahyudi D.T.(2020), Pendidikan Kesehatan dengan Media Asbak terhadap persepsi


pencegahan merokok didalam rumah tangga, Jurnal Ilmiah Kesehatan
Pencerah, 09 (1), 2020, https://stikesmu-sidrap.e-
journal.id/JIKP/article/view/160

81
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 8 No 3, Agustus 2020, Hal 485 - 490 p-ISSN2338-2090
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah e-ISSN 2655-8106

GAMBARAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG COVID-19 DAN PERILAKU


MASYARAKAT DI MASA PANDEMI COVID-19
Ni Putu Emy Darma Yanti1*, I Made Arie Dharma Putra Nugraha2, Gede Adi Wisnawa1, Ni Putu Dian
Agustina2, Ni Putu Arsita Diantari2
1
Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Jalan PB. Sudirman, Denpasar, Bali, Indonesia 80234
2
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana, Jalan Raya Kampus UNUD, Jimbaran, Bali,
Indonesia 803611
*emydarmayanti@unud.ac.id

ABSTRAK
Coronavirus 2019 atau COVID-19 merupakan pandemi yang telah mengakibatkan tingginya angka
mortalitas di berbagai belahan dunia. Pengetahuan mengenai pandemi COVID-19 yang baik dan perilaku
hidup bersih dan sehat sebagai upaya mencegah penularan COVID-19 penting untuk diterapkan. Tujuan
penelitian untuk mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat tentang pandemi COVID-19 dan perilaku
masyarakat di masa pandemi COVID-19. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain deskriptif
survei pada 150 masyarakat di Desa Sumerta Kelod, Denpasar, Bali melalui purposive sampling. Penelitian
ini menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data dan data dianalisis secara univariat dengan
menyajikan distribusi frekuensi variabel. Hasil analisis mendapatkan pengetahuan masyarakat tentang
pandemi COVID-19 ada pada kategori baik yaitu 70%. Distribusi perilaku masyakarat menunjukkan
masyarakat telah mematuhi protokol kesehatan di masa pandemi COVID-19. Kategori kasus masyakarat
sebagian besar ada pada kategori kasus risiko rendah (85.33%).

Kata kunci: coronavirus disease 19; pandemi; pengetahuan masyarakat; perilaku masyarakat

PUBLIC KNOWLEDGE ABOUT COVID-19 AND PUBLIC BEHAVIOR DURING THE


COVID-19 PANDEMIC

ABSTRACT
Coronavirus 2019 or COVID-19 is a pandemic that has resulted in mortality and mortality rates in various
parts of the world. Good knowledge of the COVID-19 pandemic and having a clean and healthy behavior as
an effort to prevent transmission of COVID-19 is important to apply. The aim of the research is to find a
picture of the community about the COVID-19 pandemic and people's behavior during the COVID-19
pandemic. This type of research is quantitative with a descriptive survey design on 150 communities in
Sumerta Kelod Village, Denpasar, Bali through purposive sampling. Research using a questionnaire as a
data tool and the data were analyzed univariately by presenting the variable frequency distribution. The
results of the analysis obtained public knowledge about the COVID-19 pandemic in the good category,
namely 70%. The distribution of community behavior shows that the community has complied with health
protocols during the COVID-19 pandemic. Most of the community case categories are in the low-risk case
category (85.33%).

Keywords: coronavirus disease 19; pandemic; public knowledge; public behavior

PENDAHULUAN Aktaş, 2020). Berdasarkan data Gugus Tugas


Pandemi COVID-19 (Coronavirus Disease- COVID-19 Republik Indonesia, per tanggal
2019) yang disebabkan oleh virus SARS- 12 Agustus 2020, jumlah pasien total positif
CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome COVID-19 di dunia mencapai 20.388.408
Coronavirus-2) menjadi peristiwa yang orang, yang diakumulasikan dari pasien
mengancam kesehatan masyarakat secara positif dirawat, pasien positif sembuh, serta
umum dan telah menarik perhatian dunia. pasien positif meninggal. Di Indonesia, total
Pada tanggal 30 Januari 2020, WHO (World pasien positif COVID-19 sebesar 130.718
Health Organization) telah menetapkan orang, dengan pasien sembuh sebesar 85.798
pandemi COVID-19 sebagai keadaan darurat orang dan pasien meninggal sebear 5.908
kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian orang. Provinsi Bali telah menempati posisi
dunia internasional (Güner, Hasanoğlu, & kedelapan di Indonesia dalam jumlah pasien

491
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 8 No 3, Agustus 2020, Hal 491 - 504
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

positif COVID-19, yaitu sebesar 3.892 orang, Guna melawan adanya peningkatan kasus
sedangkan Kota Denpasar menduduki posisi COVID-19, maka berbagai tindakan preventif
teratas di Provinsi Bali dalam jumlah pasien mutlak harus dilaksanakan, baik oleh
positif COVID-19, yaitu sebesar 1.435 orang. pemerintah ataupun masyarakat. Upaya
Secara spesifik, di Desa Sumerta Kelod, preventif sejauh ini merupakan praktik terbaik
jumlah pasien positif COVID-19 cukup tinggi untuk mengurangi dampak pandemi COVID-
bila dibandingkan berbagai desa di Kota 19, mengingat belum adanya pengobatan
Denpasar, yaitu sebesar 14 orang (Gugus yang dinilai efektif dalam melawan virus
Tugas COVID-19, 2020). Berdasarkan data SARS-CoV-2. Saat ini, tidak adanya vaksin
tersebut, maka semua pihak terkait, baik untuk SARS-CoV-2 yang tersedia dan telah
pemerintah ataupun masyarakat, semakin memenuhi berbagai fase uji klinis, sehingga
terdesak untuk segera mengambil tindakan upaya preventif terbaik yang dilakukan adalah
dalam melakukan deteksi dini infeksi serta dengan menghindari paparan virus dengan
mencegah penyebaran COVID-19 terjadi didasarkan pada PHBS (Perilaku Hidup
guna menurunkan jumlah kasus COVID-19. Bersih dan Sehat). Untuk mencapai tujuan ini,
langkah-langkah utama yang hendak
Peningkatan kasus COVID-19 yang terjadi di dilaksanakan masyarakat seperti penggunaan
masyarakat didukung oleh proses penyebaran masker; menutup mulut dan hidung saat
virus yang cepat, baik dari hewan ke manusia bersin ataupun batuk; mencuci tangan secara
ataupun antara manusia. Penularan virus teratur dengan sabun atau desinfeksi dengan
SARS-CoV-2 dari hewan ke manusia pembersih tangan yang mengandung
utamanya disebabkan oleh konsumsi hewan setidaknya 60% alkohol; menghindari kontak
yang terinfeksi virus tersebut sebagai sumber dengan orang yang terinfeksi; menjaga jarak
makanan manusia, utamanya hewan keleawar. dari orang-orang; dan menahan diri dari
Proses penularan COVID-19 kepada manusia menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan
harus diperantarai oleh reservoir kunci yaitu tangan yang tidak dicuci (Di Gennaro et al.,
alphacoronavirus dan betacoronavirus yang 2020). Pengetahuan dan tindakan yang nyata
memiliki kemampuan menginfeksi manusia. dari pemerintah dan masyarakat terkait PHBS
Kontak yang erat dengan pasien terinfeksi akan senantiasi mampu menurunkan jumlah
COVID-19 akan mempermudah proses kasus COVID-19, sehingga masa pandemi
penularan COVID-19 antara manusia. Proses COVID-19 dapat berakhir dengan cepat.
penularan COVID-19 disebabkan oleh Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk
pengeluaran droplet yang mengandung virus mengetahui gambaran pengetahuan
SARS-CoV-2 ke udara oleh pasien terinfeksi masyarakat tentang pandemi COVID-19 dan
pada saat batuk ataupun bersin. Droplet di perilaku masyarakat di masa pandemi
udara selanjutnya dapat terhirup oleh manusia COVID-19, khususnya pada masyarakat Desa
lain di dekatnya yang tidak terinfeksi Sumerta Kelod, sehingga dapat dijadikan
COVID-19 melalui hidung ataupun mulut. dasar dalam menyusun berbagai program oleh
Droplet selanjutnya masuk menembus paru- pemerintah di Desa Sumerta Kelod sehingga
paru dan proses infeksi pada manusia yang terbebas dari pandemi COVID-19.
sehat berlanjut (Shereen, Khan, Kazmi,
Bashir, & Siddique, 2020; Wei et al., 2020). METODE
Secara klinis, representasi adanya infeksi Penelitian ini merupakan jenis penelitian
virus SARS-CoV-2 pada manusia dimulai kuantitatif dengan desain deskriptif analitik.
dari adanya asimtomatik hingga pneumonia Peserta penelitian adalah 150 masyarakat di
sangat berat, dengan sindrom akut pada Desa Sumerta Kelod, Denpasar, Bali yang
gangguan pernapasan, syok septik dan dipilih menggunakan teknik purposive
kegagalan multiorgan, yang berujung pada sampling. Kriteria inklusi penelitian ini
kematian (Guan et al., 2020). Hal ini akan antara lain, yaitu masyarakat yang tinggal di
meningkatkan ancaman dalam masa pandemi wilayah Desa Sumerta Kelod, masyarakat
COVID-19 sehingga jumlah kasus COVID-19 yang bisa membaca, masyarakat yang bisa
di masyarakat dapat terus meningkat. mengakses google form, dan masyarakat

492
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 8 No 3, Agustus 2020, Hal 491 - 504
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian terdiri dari kategori Risiko Rendah, OTG,
ini dengan menandatangani lembar ODP, PDP (Gambar 1).
persetujuan responden.
Hasil penelitian ini dianalisis secara univariat
Variabel dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan
pengetahuan masyarakat mengenai pandemi masyarakat tentang pandemi COVID-19 dan
COVID-19 dan perilaku masyarakat di masa perilaku masyarakat di masa pandemi
pandemi COVID-19. Alat ukur yang COVID-19. Penyajian data dalam bentuk
digunakan untuk menilai kedua variabel distribusi frekuensi karena menggunakan
tersebut adalah kuesioner online. Kuesioner skala kategorik. Penelitian ini telah
pengetahuan terdiri dari 10 pertanyaan mendapatkan keterangan laik etik dari
dengan pilihan jawaban benar dan salah. Komisi Etika Penelitian Fakultas Kedokteran
Benar diberikan skor 1 dan salah skor 0. Universitas Udayana dengan nomor 1754/
Kuesioner perilaku yang digunakan terdiri N14.2.2.V11.1 4lLT 12020.
dari tujuh item pernyataan dengan pilihan
jawaban menggunakan skala Likert. Skor HASIL
kuesioner perilaku untuk pernyataan positif Hasil penelitian ini berkaitan dengan
adalah: Sangat Setuju skor 4, Setuju skor 3, distribusi frekuensi karakteristik peserta
Tidak Setuju skor 2, Sangat Tidak Setuju penelitian, riwayat peserta penelitian,
skor 1, sedangkan untuk pernyataan negatif distribusi pengetahuan masyarakat tentang
skor sebaliknya. Kuesioner telah diuji pandemi COVID-19, distribusi perilaku
validitasnya dengan nilai r hitung 0,187-1 > r masyarakat tentang pandemi COVID-19,
tabel 0,1409 dan reliabilitasnya dengan distribusi kategori pengetahuan masyarakat
Alpha Cronbach 0,770. Berdasarkan tentang pandemi COVID-19 dan kategori
algoritma riwayat dan perilaku masyarakat kasus masyarakat di masa pandemi COVID-
dikategorikan menjadi distribusi kasus 19 ditampilkan pada Tabel 1, Tabel 2, Tabel
masyarakat di masa pandemi Covid-19 yang 3, Tabel 4, Tabel 5, dan tabel 6 secara
berturut-turut.

Gambar 1. Algoritma penentuan kategori kasus masyakarat di masa pandemi COVID-19

493
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 8 No 3, Agustus 2020, Hal 491 - 504
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

Tabel 1.
Distribusi karakteristik peserta penelitian (n=150)
Karakteristik f %
Jenis Kelamin
Laki-Laki 83 55.33
Perempuan 67 44.67
Tingkat Pendidikan
Sarjana 79 52.67
SMA 58 38.66
SMP 11 7.33
SD 1 0.67
Tidak Sekolah 1 0.67
Usia
< 17 tahun 6 4
17-25 tahun 51 34
26-35 tahun 27 18
36-45 tahun 24 16
46-55 tahun 24 16
> 55 tahun 18 12
Pekerjaan
Ibu RT 8 5.33
Pegawai Swasta/ Pensiunan Swasta 46 30.67
ASN/ Pensiunan ASN 19 12.67
TNI/Polri/Purnawirawan 2 1.33
Pelajar 33 22
Wirausaha 31 20.67
Tidak Bekerja 3 2
Lainnya 8 5.33

Tabel 2.
Riwayat peserta penelitian (n=150)
Ya Tidak
Riwayat
f % f %
Kontak langsung dengan orang Positif COVID-19 3 2 147 98
dalam 2 minggu terakhir
Berada dalam satu ruangan/lingkungan yang sama 6 4 144 96
dengan orang positif COVID-19 dengan jarak 1-2m
& waktu > 15 menit
Pernah dinyatakan dokter memiliki salah satu 10 6.67 140 93.33
penyakit berikut: diabetes, hipertensi, jantung,
stroke, TBC, kanker, atau penyakit menahun
lainnya
Sedang demam (suhu 38oC) saat penelitian 3 2 147 98
dilaksanakan atau pernah demam dalam 2 minggu
terakhir
Pernah mengalami salah satu gejala pernafasan 10 6.67 140 93.33
seperti batuk/pilek/sakit menelan/sulit bernafas
dalam minggu terakhir

494
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 8 No 3, Agustus 2020, Hal 491 - 504
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

Tabel 3.
Distribusi pengetahuan masyarakat tentang pandemi COVID-19 (n=150)
Jawaban Benar Jawaban Salah
Pertanyaan
f % F %
COVID-19 adalah penyakit yang tidak berbahaya 126 84 24 16
dan sama seperti flu biasa
Virus korona dapat bertahan hidup beberapa jam di 116 77.33 34 22.67
luar tubuh manusia
Virus korona tidak akan menular pada saat 128 85.33 22 14.67
berbicara
Orang yang bisa menularkan COVID-19 hanyalah 101 67.33 49 32.67
yang memiliki gejala
Orang yang sehat tidak perlu memakai masker saat 142 94.55 8 5.45
keluar rumah
Gejala COVID-19 pada usia lanjut umumnya lebih 136 90.67 14 9.33
berat dari pada pada usia muda
Risiko kematian pasien COVID-19 lebih tinggi 130 86.67 20 13.33
pada penderita penyakit kronis
Anak-anak tidak termasuk kelompok yang berisiko 131 87.33 19 12.67
karena jarang terinfeksi Covid- 19
New normal artinya adalah kembali kepada 107 71.33 43 28.67
kebiasaan semula sebelum munculnya wabah
korona
Isolasi mandiri pada orang yang terinfeksi COVID- 110 73.33 40 26.67
19 tidak diperlukan bagi yang tidak memiliki gejala

Tabel 4.
Distribusi perilaku masyarakat di masa pandemi COVID-19 (n=150)
Hampir Tidak
Selalu Jarang
Pernyataan Selalu Pernah
f % f % f % f %
Saya mencuci tangan dengan sabun atau
mengunakan hand sanitizer setelah 126 84 20 13.33 4 2.67 0 0
memegang benda-benda di tempat umum
Saya mandi dan mengganti pakaian setelah
113 75.33 30 20 7 4.67 0 0
pulang dari bepergian
Saya memakai masker bila berada di
tempat umum (pasar, terminal, tempat 137 91.33 8 5.33 4 2.67 1 0.67
sembahyang, dll)
Saya menjaga jarak minimal 1 meter dari
107 71.33 27 18 13 8.67 3 2
orang lain saat berada di luar rumah
Saya menjaga jarak dengan orang yang
79 52.67 39 26 19 12.67 13 8.67
berusia lanjut
Saya menghadiri acara yang
5 3.33 12 8 67 44.67 66 44
mengumpulkan banyak orang
Saya menggunakan fasilitas umum atau
pergi ke tempat umum (transportasi umum, 5 3.33 15 10 60 40 70 46.67
mall, pasar, tempat wisata)

495
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 8 No 3, Agustus 2020, Hal 491 - 504
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

Tabel 5.
Distribusi kategori pengetahuan masyarakat tentang pandemi COVID-19 (n=150)
Pengetahuan f %
Baik 105 70
Kurang 45 30

Tabel 6.
Distribusi kategori kasus masyarakat di masa pandemi COVID-19 (n=150)
Kasus f %
Risiko Rendah 128 85.33
Risiko Tinggi 17 11.33
ODP 4 2.67
PDP 1 0.67

Tabel 1 menunjukkan mayoritas responden masyarakat yang memiliki risiko rendah


berjenis kelamin laki-laki (55.33%) untuk terpapar infeksi virus SARS-CoV-2
berpendidikan Sarjana (52.67%), berusia sebagai penyebab kasus COVID-19. Hal
antara 17-25 tahun (34%), dan memiliki tersebut didasarkan atas beberapa faktor,
pekerjaan sebagai pegawai swasta atau meliputi kontak langsung ataupun berada
pensiunan swasta (30.67%). Tabel 2 dalam satu ruangan/lingkungan dengan orang
menunjukkan mayoritas masyarakat (>90%) positif COVID-19, ada tidaknya riwayat
tidak memiliki riwayat perilaku berisiko penyakit menahun, riwayat kondisi demam
dalam masa pandemi COVID-19 ataupun (suhu 38°C), serta ada tidaknya gejala
menunjukkan gejala penyakit yang gangguan pernafasan. Pertama, kontak
mengindikasikan COVID-19. Tabel 3 langsung ataupun berada dalam satu
menunjukkan sebagian besar masyarakat ruangan/lingkungan dengan orang positif
menjawab benar pada setiap item pertanyaan COVID-19. Dalam proses kontak langsung,
yang diberikan mengenai pandemi COVID- maka orang sehat secara tidak sengaja
19. Tabel 4 menunjukkan mayoritas peserta menyentuh orang terinfeksi virus SARS-CoV-
menjawab ―Selalu‖ pada setiap poin 2, ataupun orang tersebut menyentuh
pernyataan perilaku masyarakat di masa permukaan dan peralatan yang disentuh orang
pandemi COVID-19 yang positif (poin 1 – 5) terinfeksi virus SARS-CoV-2. Secara umum,
dan sebagian besar menjawab ―Tidak pernah‖ permukaan dan peralatan tersebut telah
pada poin pernyataan perilaku masyarakat di terkontaminasi oleh droplet berukuran besar
masa pandemi COVID-19 yang negatif (poin yang berisi virus SARS-CoV-2 dari pasien
6 dan 7). Hal tersebut menggambarkan COVID-19, dimana virus tersebut dapat tetap
tingginya tingkat kepatuhan masyarakat stabil dalam jangka waktu tertentu (van
dalam mematuhi protokol kesehatan yang Doremalen et al., 2020). Peristiwa-peristiwa
dianjurkan dalam masa pandemic COVID-19. tersebut dapat mendukung masuknya virus
Tabel 5 menunjukkan mayoritas masyarakat SARS-CoV-2 ke dalam tubuh orang yang
memiliki tingkat pengetahuan tentang sehat dan proses infeksi akan berlanjut.
pandemi COVID-19 yang baik (70%). Tabel
6 menunjukkan mayoritas masyarakat berada Di sisi lain, dalam konteks ini, peluang besar
pada kategori kasus risiko rendah terhadap penularan virus SARS-CoV-2 didapat pula
penularan COVID-19 yaitu sebanyak 85.33%. melalui jalur udara, dimana virus telah berada
dalam partikel dan menyebar di udara. Proses
PEMBAHASAN ini dimungkinkan karena sesegera mungkin
Berdasarkan hasil riwayat peserta penelitian setelah pasien positif COVID-19
beserta kategori kasus masyarakat di masa mengeluarkan droplet pada saat bersin atau
pandemi COVID-19, menunjukkan bahwa batuk, maka kandungan cairan dalam droplet
masyarakat Desa Sumerta Kelod tergolong akan menguap dan membentuk partikel

496
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 8 No 3, Agustus 2020, Hal 491 - 504
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

berukuran kecil sehingga pengangkutannya seperti penyakit jantung dan stroke, memiliki
oleh aliran udara lebih mudah dan kerentanan yang tinggi untuk memberikan
membebaskannnya dari adanya gaya graviasi. representasi klinis lebih buruk dibandingkan
Partikel berukuran kecil inilah sangat mudah pasien tanpa riwayat penyakit kardiovaskuler.
menyebar, seperti dalam satu ruangan, Berdasarkan data Chinese Center for Disease
ataupun dalam radius puluhan meter dari Control and Prevention, menunjukkan bahwa
orang positif COVID-19 sedang bersin dari studi klinis terhadap 44.672 kasus yang
ataupun batuk (Morawska & Cao, 2020). terkonfirmasi COVID-19, nilai Case Fatality
Maka dari itu, perlunya tindakan pencegahan Rate (CFR) yang dihasilkan dalam studi
berupa memaksimalkan penggunaan ventilasi, kohort menghasilkan nilai 6%, 7%, dan
menghindari adanya potensi resirkulasi udara, 10,5% untuk pasien COVID-19 dengan
serta meminimalkan jumlah orang dalam riwayat hipertensi, diabetes dan
suatu ruangan tertentu yang saling berbagi kardiovaskuler (Wu & McGoogan, 2020).
lingkungan yang sama. Perlu diketahui Tanda utama dari penyakit kardiovaskuler
bahwa, potensi penumpukan partikel yang yang menjadi penyebab peningkatan
diduga mengandung virus SARS-CoV-2 keparahan representasi klinis pada pasien
sangat tinggi pada fasilitas umum yang COVID-19 adalah adanya cedera jantung akut
memiliki kepadatan orang relatif besar. Di (acute cardiac injury). Cedera jantung akut
samping itu, di ruangan tersebut dinilai menjadi penanda prognostik negatif yang kuat
memiliki stabilitas virus SARS-CoV-2 yang pada pasien COVID-19. Pada pasien dengan
tinggi, sehingga proses penularan virus cedera jantung akut, terjadi peningkatan
kepada orang yang sehat dapat terjadi dengan troponin jantung beberapa kali lipat lebih
sangat mudah (Qian & Zheng, 2018). tinggi sehingga memperparah kondisi pasien
itu sendiri. Di samping itu, pada pasien
Kedua, ada tidaknya riwayat penyakit COVID-19 pula mengalami miokarditis virus
menahun. Berbagai penelitian terhadap orang (viral myocarditis) memiliki risiko kematian
positif COVID-19 telah memberikan hasil tinggi, dimana virus SARS-CoV-2 dapat
bahwa orang yang sedang mengidap penyakit memberikan cedera miokard langsung pada
menahun tidak hanya memiliki risiko lebih jantung dengan ditandai penemuan asam
tinggi untuk terinfeksi virus SARS-CoV-2, ribonukleat virus yang tinggi (Bansal, 2020).
tetapi juga memiliki risiko yang lebih tinggi Namun, perlu diketahui bahwa risiko
untuk meninggal setelah terinfeksi (Verity et kematian pada orang positif COVID-19 pula
al., 2020). Pada penderita diabetes, kadar gula akan meningkat apabila orang tersebut telah
darah yang tinggi dapat merusak sistem berusia lebih dari 60 tahun atau telah berusia
kekebalan tubuh seseorang. Semakin lemah tua (Haybar et al., 2020).
sistem kekebalan tubuh, semakin rendah
kemampuan melawan infeksi, seperti Ketiga, riwayat kondisi demam dengan suhu
COVID-19; dengan demikian, virus dapat 38°C, serta ada tidaknya gejala gangguan
menyebabkan lebih banyak kerusakan pada pernafasan. Adanya demam merupakan gejala
tubuh (Haybar, Kazemnia, & Rahim, 2020). yang umum ditemukan pada tahap awal
Secara spesifik, peningkatan risiko kematian pasien yang terinfeksi virus SARS-CoV-2,
pada penderita diabetes serta hipertensi meskipun demam pula merupakan gejala
diduga disebabkan pula oleh peningkatan umum pada berbagai kasus infeksi lainnya. Di
ekspresi ACE2 (Angiotensin-Converting samping itu, ada tidaknya gangguan
Enzyme 2). Peningkatan ekspresi ACE2 pernapasan yang ditimbulkan pada pasien
mampu memudahkan virus SARS-CoV-2 COVID-19 berupa batuk serta dispnea (sesak
untuk berikatan dengan permukaan sel epitel napas). Dalam satu studi klinis, menunjukkan
dan masuk ke dalam sel inang (Ma & Holt, bahwa manifestasi klinis utama pada pasien
2020). COVID-19 meliputi demam (90% ataupun
lebih), batuk (sekitar 75%), dan dispnea
Berikutnya pada pasien COVID-19 dengan (hingga 50%) (Jiang et al., 2020). Maka dari
adanya riwayat penyakit kardiovaskuler, itu, dengan berbagai faktor risiko di atas,

497
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 8 No 3, Agustus 2020, Hal 491 - 504
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

masyarakat sehendaknya mewaspadai disebutkan bahwa COVID-19 adalah penyakit


berbagai tanda gejala yang ditimbulkan yang tidak berbahaya dan sama seperti flu
ataupun menghindari adanya kontak langsung biasa. Dari pertanyaan ini, 16% masyarakat
terhadap orang positif COVID-19 guna menjawab salah. Dalam faktanya, penting
mencegah adanya penularan serta peningkatan untuk diketahui bahwa meskipun sebanyak
kasus COVID-19 sendiri. 80% kasus COVID-19 bersifat ringan dan
hanya memerlukan perawatan yang cukup
Berdasarkan hasil distribusi pengetahuan untuk memulihkan keadaan orang yang
masyarakat beserta distribusi kategori terserang, namun penyebarannya yang cepat
pengetahuan masyarakat tentang pandemi mengharuskan masyarakat untuk tetap
COVID-19, masyarakat Desa Sumerta Kelod waspada (Kemenkes RI, 2020). Virus SARS-
dikategorikan memiliki pengetahuan yang CoV-2 sendiri sebagai penyebab kasus
baik terkait pandemi COVID-19 yang COVID-19 memiliki kemampuan
ditunjukkan dengan mayoritas jawaban benar berkembang biak dengan cepat dan
pada item-item pertanyaan yang diberikan mengkhawatirkan, sehingga virus ini mampu
terkait pandemi COVID-19. Pengetahuan menghasilkan suatu klaster penyakit pada
adalah salah satu hal yang penting suatu kelompok dengan hanya berasal dari
diperhatikan dalam rangka penanganan kasus satu pasien positif COVID-19. Hal ni terbukti
COVID-19. Pengetahuan masyarakat pada suatu investigasi epidemiologi pada 198
khususnya dalam mencegah transmisi kasus awal COVID-19 mengungkapkan
penyebaran virus SARS-CoV-2 sangat bahwa hanya 22% pasien yang terpapar
berguna dalam menekan penularan virus langsung ke pasar, 32% berhubungan dengan
tersebut (Law, Leung, & Xu, 2020). Dengan kasus yang dicurigai, dan 51% tidak memiliki
memiliki pengetahuan yang baik terhadap kontak dengan salah satu sumber dari
suatu hal, seseorang akan memiliki penyebaran virus tersebut (Arshad Ali,
kemampuan untuk menentukan dan Baloch, Ahmed, Arshad Ali, & Iqbal, 2020).
mengambil keputusan bagaimana ia dapat
menghadapinya (Purnamasari, Ika; Raharyani, Pada item nomor 2 yang menyebutkan virus
2020). Hasil penelitian ini sejalan dengan corona dapat bertahan hidup beberapa jam di
penelitian klinis lainnya, dimana dari 1.102 luar tubuh manusia menunjukkan hasil
responden di Indonesia, mayoritas responden 22,67% dari peserta penelitian menjawab
memiliki tingkat pengetahuan yang baik salah. Informasi awal menunjukkan bahwa
terkait social distancing dalam rangka virus corona dapat bertahan hingga beberapa
pencegahan penularan COVID-19 dengan jam hingga hitungan hari. Karakteristik jenis
prevalensi mencapai 99% (Yanti et al., 2020). permukaan suatu benda yang berbeda akan
Selain itu, penelitian lain di Provinsi DKI memberikan rentang waktu berbeda pada
Jakarta juga memberikan hasil yang sejalan virus tetap aktif dan bertahan hidup menetap
dengan penelitian ini yaitu 83% responden di permukaan benda tersebut. Permukaan
memiliki pengetahuan yang baik dalam benda yang relatif berpori rendah seperti
pencegahan COVID-19 (Utami, Mose, & plastik dan baja, merupakan permukaan benda
Martini, 2020). Dari beberapa penelitian yang paling buruk sebagai tempat menetapnya
tersebut, maka dapat dilihat bahwa virus SARS-CoV-2 yang berasal dari droplet
pengetahuan menjadi aspek penting yang ataupun partikel kecil di udara (Fiorillo et al.,
perlu diperhatikan dalam melakukan 2020). Di samping itu, penelitian Kampf,
pemecahan terhadap permasalahan khususnya Todt, Pfaender, & Steinmann (2020)
terkait COVID-19. menunjukkan bahwa virus SARS-CoV-2
dapat tetap hidup dan menetap di permukaan
Diantara item-item pertanyaan yang diberikan suatu benda selama 9 hari dengan kondisi
pada tabel 3, terdapat 5 item dengan frekuensi suhu kamar. Namun, adanya penggunaan
salah paling banyak saat dijawab oleh disinfektan sederhana dapat membunuh virus
masyarakat Desa Sumerta Kelod, yaitu pada tersebut agar tidak menginfeksi orang lain
item 1, 2, 4, 9, dan 10. Pada item nomor 1 (Kemenkes RI, 2020). Penggunaan beberapa

498
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 8 No 3, Agustus 2020, Hal 491 - 504
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

bahan kimia dengan konsentrasi tertentu, melakukan review pelaksanaannya


seperti etanol, 2-propanol, glutardialdehida, (Perencanaan et al., 2020). Maka dari itu,
povidon iodin, natrium hipoklorit, dan masyarakat sehendaknya tidak semata-mata
hidrogen peroksida dinilai mampu secara mengabaikan berbagai protokol kesehatan
efektif untuk melawan virus SARS-CoV-2 hanya karena penggunaan istilah new normal
(Fiorillo et al., 2020). tersebut. Di samping itu pula berdasarkan
berbagai item pertanyaan di atas, dapat dilihat
Pada item nomor 4 menunjukkan hasil bahwa masyarakat masih memerlukan adanya
32,67% dari peserta penelitian menjawab edukasi terkait COVID-19 agar lebih
salah untuk pertanyaan orang yang bisa menyadari pentingnya pengetahuan dalam
menularkan COVID-19 hanyalah yang rangka pencegahan penularan virus ini.
memiliki gejala serta pada item nomor 10
dengan pertanyaan isolasi mandiri pada orang Berdasarkan hasil distribusi perilaku
yang terinfeksi COVID-19 tidak diperlukan masyarakat Desa Sumerta Kelod beserta
bagi yang tidak memiliki gejala menunjukkan distribusi kategori kasus masyarakat di masa
frekuensi salah 40 (26,67%). Dalam faktanya, pandemi COVID-19, maka masyarakat Desa
orang dengan tanpa gejala yang saat ini Sumerta Kelod secara garis besar tergolong
diistilahkan dengan kontak erat memiliki sebagai masyarakat dengan risiko rendah
kecenderungan mampu menularkan virus yang ditunjukkan dengan perilaku baik yang
SARS-CoV-2 sebanding dengan orang dipilih pada item-item pertanyaan yang
dengan berbagai gejala yang ditunjukkan. diberikan. Perilaku masyarakat khususnya
Orang yang tampaknya tidak memiliki gejala masyarakat Desa Sumerta Kelod sangatlah
tetap memiliki potensi adanya riwayat penting guna membantu masyarakat itu
paparan dari orang positif COVID-19. sendiri dalam mengenali serta mengatasi
Kelompok orang yang dikatakan dengan permasalahan COVID-19 yang menjadi
kontak erat ini sendiri secara umum memiliki pandemi di masa kini. Perilaku tersebut
masa inkubasi virus yang jauh lebih pendek, haruslah didasarkan atas kesadaran masyakat,
sehingga gejala yang ditimbulkan secara garis dikarenakan banyak masyarakat yang
besar tidak akan terlihat, dan mayoritas sebenarnya telah mengetahui berbagai
kelompok ini merupakan orang-orang pada pengetahuan terkait protokol kesehatan
usia muda dibandingkan orang pada usia tua ataupun pandemi COVID-19 namun tidak
(Huang et al., 2020). Oleh karena itu, dapat melaksanakannya secara baik di dalam
masyarakat harus lebih menyadari adanya kehidupannya sehari-hari (Tentama, 2018).
orang tanpa gejala (kontak erat), serta selalu Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
memiliki pengetahuan yang baik terkait lainnya, dimana dari 1.102 responden di
pandemi COVID-19 guna mencegah adanya Indonesia, mayoritas responden memiliki
penularan. sikap yang positif (53%) dan perilaku yang
baik (93%) terkait penerapan social
Pada item nomor 9 dengan pertanyaan new distancing (Yanti et al., 2020). Selain itu,
normal artinya adalah kembali kepada penelitian lain yang dilaksanakan di Provinsi
kebiasaan semula sebelum munculnya wabah DKI Jakarta juga memberikan hasil yang
corona, menunjukkan persentase salah sebesar sejalan dengan penelitian ini yaitu 70,7%
28,67%. Dimana hal ini berarti masih ada responden memiliki sikap yang baik, dan
masyarakat yang memiliki mispersepsi 70,3% responden memiliki keterampilan yang
terhadap istilah new normal yang digunakan baik dalam pencegahan COVID-19 (Utami et
untuk menjelaskan masa penyesuaian baru, al., 2020). Berdasarkan penelitian-penelitian
hidup berdampingan dengan COVID-19 tersebut, maka perilaku seseorang pula
dengan beberapa prasyarat, seperti menjadi aspek penting yang perlu
penggunaan data dan ilmu pengetahuan diperhattikan dalam rangka mencegah dan
sebagai dasar pengambilan keputusan, menangani kasus COVID-19.
dilakukan secara bertahap, penerapan
protokol kesehatan yang ketat, serta

499
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 8 No 3, Agustus 2020, Hal 491 - 504
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

Berdasarkan berbagai item pertanyaan yang penyebaran virus di antara komunitas (Aslam,
diberikan kepada responden, terdapat 2020). Dalam fase social distancing,
beberapa item pertanyaan yang masyarakat sangat disarankan untuk
mengindikasikan bahwa masyarakat Desa menghindari bepergian ke daerah padat
Sumerta Kelod belum mematuhi protokol penduduk karena memiliki risiko infeksi yang
kesehatan dalam melawan COVID-19, yaitu tinggi (Suppawittaya, Yiemphat, & Yasri,
pada item 3, 4, 5, 6, dan 7. Pada item nomor 2020). Namun, karena masyarakat masih
3, dinyatakan bahwa saya memakai masker diperbolehkan untuk tinggal di area selain
bila berada di tempat umum (pasar, terminal, rumah mereka, apabila memang diharuskan,
tempat sembahyang, dll) dengan responden maka memprioritaskan kebersihan dengan
yang menyatakan tidak pernah sebanyak 1 PHBS merupakan suatu keharusan. Sangat
orang (6,67%). Dalam faktanya, penggunaan penting bagi setiap orang untuk
masker sangatlah penting dalam rangka memprioritaskan kebersihan diri termasuk
melawan pandemi COVID-19. Masker mencuci tangan, menggunakan hand sanitizer
memiliki kemampuan untuk melindungi untuk membersihkan tangan yang menyentuh
pemakainya dari adanya parikel infeksius, benda-benda, serta menggunakan masker
ataupun berguna sebagai source control yaitu secara rasional saat berkunjung ke area
membatasi penyebaran droplet yang berisiko tinggi.
dikeluarkan oleh pemakainya ke udara
(Howard et al., 2020). Dengan adanya Secara spesifik, pada orang dengan usia tua,
kesadaran tinggi dalam penggunaan masker memiliki risiko yang lebih besar untuk
oleh semua orang, maka secara tidak langsung terinfeksi virus SARS-CoV-2 serta memiliki
semua orang akan terlindungi dari virus peluang besar untuk menularkan virus
SARS-CoV-2. Namun perlu diketahui, tersebut. Berdasarkan studi menunjukkan
masker dengan bahan dasar berbeda akan bahwa 63,1% orang dewasa dengan usia 60
memberikan efektivitas perlindungan yang tahun ke atas menderita hipertensi, 38% orang
berbeda. Secara umum, masker kain yang dewasa dengan usia 65 tahun ke atas
sering digunakan oleh masyarakat memiliki menderita penyakit ginjal kronis (cronic
tingkat filtrasi antara 49% hingga 86% untuk kidney disease), dan 26,8% orang dewasa
partikel dengan ukuran 0,02 µm yang dengan usia 65 tahun ke atas menderita
dihembuskan, sedangkan masker medis penyakit diabetes (Shahid et al., 2020).
memiliki tingkat filtrasi sebesar 89% untuk Mayoritas pasien tersebut menggunakan ACE
partikel yang sama (Davies et al., 2013). inhibitor dan angiotensin-receptor blockers
Sehingga, masyarakat sehendaknya dapat (ARBs) yang meregulasi ACE2, dimana
memilih masker sesuai dengan kondisi ACE2 merupakan media utama dalam proses
lingkungan orang tersebut guna melindungi infeksi virus SARS-CoV-2 ke dalam tubuh
diri ataupun mengontrol dirinya sendiri dari manusia. Maka dari itu, orang tua dengan
droplet penyebab kasus COVID-19. berbagai penyakit penyerta akan berisiko
tinggi dan mengalami infeksi virus SARS-
Pada item nomor 4, dinyatakan bahwa saya CoV-2 yang lebih parah.
menjaga jarak minimal 1 meter dari orang lain
saat berada di luar rumah dengan responden Pada item nomor 6, dinyatakan bahwa saya
yang menyatakan tidak pernah sebesar 3 menghadiri acara yang mengumpulkan
orang (2%). Serta, pada item nomor 5, banyak orang dengan responden yang
dinyatakan bahwa saya menjaga jarak dengan menyatakan sangat sering sebesar 5 orang
orang yang berusia lanjut. Perlu diketahui (3,33%). Serta, pada item nomor 7,
bahwa, menjaga jarak (social distancing) dinyatakan bahwa saya menggunakan fasilitas
memiliki peran penting dalam meminimalkan umum atau pergi ke tempat umum
interaksi dan kerumunan, serta mencegah (transportasi umum, mall, pasar, tempat
adanya penyebaran virus SARS-CoV-2 dalam wisata) dengan responden yang menyatakan
suatu kelompok. Social distancing akan sangat sering sebesar 5 orang (3,33%). Dalam
membatasi laju reproduction rate (R0) dalam faktanya, orang yang menghabiskan banyak

500
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 8 No 3, Agustus 2020, Hal 491 - 504
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

waktunya di tempat ramai, dengan lalu lintas 4.0078.v1


tinggi, seperti pada berbagai tempat umum
ataupun berada di dalam fasilitas umum Bansal, M. (2020). Cardiovascular disease
memiliki risiko yang tinggi untuk terinfeksi and COVID-19. Diabetes and
SARS-CoV-2 (Saadat, Rawtani, & Hussain, Metabolic Syndrome: Clinical Research
2020). Hal ini dikarenakan masih banyaknya and Reviews, 14(3), 247–250.
tempat umum ataupun fasilitas umum yang https://doi.org/10.1016/j.dsx.2020.03.01
belum mampu menerapkan adanya protokol 3
kesehatan, yaitu social distancing, sehingga
proses penularan virus SARS-CoV-2 antar Davies, A., Thompson, K. A., Giri, K.,
manusia semakin cepat dan semakin mudah. Kafatos, G., Walker, J., & Bennett, A.
Maka dari itu, penerapan PHBS (Perilaku (2013). Testing the efficacy of
Hidup Bersih dan Sehat) mutlak untuk homemade masks: would they protect in
diterapkan secara mandiri oleh masing- an influenza pandemic? Disaster
masing orang guna menjaga dirinya dari Medicine and Public Health
infeksi virus SARS-CoV-2. Preparedness, 7(4), 413–418.
https://doi.org/10.1017/dmp.2013.43
SIMPULAN
Sebagian besar masyarakat Desa Simerta Di Gennaro, F., Pizzol, D., Marotta, C.,
Kelod telah memahami dan mengamalkan Antunes, M., Racalbuto, V., Veronese,
berbagai pengetahuan dan perilaku terkait N., & Smith, L. (2020). Coronavirus
pandemi COVID-19. Masyarakat Desa diseases (COVID-19) current status and
Sumerta Kelod dinilai telah memiliki future perspectives: A narrative review.
pengetahuan yang baik terkait berbagai International Journal of Environmental
protokol kesehatan beserta berbagai dasar Research and Public Health, 17(8).
yang harus dipahami terkait pandemi COVID- https://doi.org/10.3390/ijerph17082690
19. Di samping itu, masyarakat Desa Sumerta
Fiorillo, L., Cervino, G., Matarese, M.,
Kelod dinilai memiliki potensi Kasus
D’amico, C., Surace, G., Paduano, V.,
COVID-19 yang rendah berdasarkan riwayat
… Cicciù, M. (2020). COVID-19
ataupun perilaku yang telah dilaksanakan.
surface persistence: A recent data
Sehendaknya, dengan pengetahuan
summary and its importance for medical
masyarakat yang baik dalam masa pandemi
and dental settings. International
COVID-19 diharapkan dapat meningkatkan
Journal of Environmental Research and
perilaku masyarakat dalam menjalankan
Public Health, 17(9).
perilaku hidup bersih dan sehat atau
https://doi.org/10.3390/ijerph17093132
kepatuhan dalam menerapkan protokol
kesehatan di masa pandemi COVID-19. Guan, W., Ni, Z., Hu, Y., Liang, W., Ou, C.,
He, J., … Zhong, N. (2020). Clinical
DAFTAR PUSTAKA characteristics of coronavirus disease
Arshad Ali, S., Baloch, M., Ahmed, N., 2019 in China. New England Journal of
Arshad Ali, A., & Iqbal, A. (2020). The Medicine, 382(18), 1708–1720.
outbreak of Coronavirus Disease 2019 https://doi.org/10.1056/NEJMoa200203
(COVID-19)—An emerging global 2
health threat. Journal of Infection and
Public Health, 13(4), 644–646. Gugus Tugas COVID-19. (2020). Peta
https://doi.org/10.1016/j.jiph.2020.02.0 Sebaran Data COVID-19. Retrieved
33 from https://covid19.go.id
Aslam, F. (2020). COVID-19 and Importance Güner, R., Hasanoğlu, İ., & Aktaş, F. (2020).
of Social Distancing. Preprints, 30(1), Covid-19: Prevention and control
1–6. measures in community. Turkish
https://doi.org/10.20944/preprints20200 Journal of Medical Sciences, 50(SI-1),

501
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 8 No 3, Agustus 2020, Hal 491 - 504
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

571–577. https://doi.org/10.3906/sag- Law, S., Leung, A. W., & Xu, C. (2020).


2004-146 Severe acute respiratory syndrome
(SARS) and coronavirus disease-2019
Haybar, H., Kazemnia, K., & Rahim, F. (COVID-19): From causes to
(2020). Underlying Chronic Disease preventions in Hong Kong.
and COVID-19 Infection: A State-of- International Journal of Infectious
the-Art Review. Jundishapur Journal of Diseases, 94, 156–163.
Chronic Disease Care, 9(2), 1–7. https://doi.org/10.1016/j.ijid.2020.03.05
https://doi.org/10.5812/jjcdc.103452 9

Howard, J., Huang, A., Li, Z., Tufekci, Z., Ma, R. C. W., & Holt, R. I. G. (2020).
Zdimal, V., & Westhuizen, H. Van Der. COVID-19 and diabetes. Diabetic
(2020). Face Masks Against COVID- Medicine, 37(5), 723–725.
19 : An Evidence Review. Preprints, https://doi.org/10.1111/dme.14300
30(20), 1–8.
https://doi.org/10.20944/preprints20200 Morawska, L., & Cao, J. (2020). Airborne
4.0203.v1 transmission of SARS-CoV-2: The
world should face the reality.
Huang, L., Zhang, X., Zhang, X., Wei, Z., Environment International, 139(1), 1–3.
Zhang, L., Xu, J., … Xu, A. (2020). https://doi.org/10.1016/j.envint.2020.10
Rapid asymptomatic transmission of 5730
COVID-19 during the incubation period
demonstrating strong infectivity in a Perencanaan, K., Nasional, P., Republik, B.,
cluster of youngsters aged 16-23 years Abstraksi, I., Baru, N., Pembangunan,
outside Wuhan and characteristics of R., … Iv, V. (2020). Covid-19, New
young patients with COVID-19: A Normal, dan Perencanaan Pembangunan
prospective contact-tracing study. di Indonesia. Jurnal Perencanaan
Journal of Infection, 80(6), e1–e13. Pembangunan: The Indonesian Journal
https://doi.org/10.1016/j.jinf.2020.03.00 of Development Planning, 4(2), 240–
6 252.
https://doi.org/10.36574/jpp.v4i2.118
Jiang, F., Deng, L., Zhang, L., Cai, Y.,
Cheung, C. W., & Xia, Z. (2020). Purnamasari, Ika; Raharyani, A. E. (2020).
Review of the Clinical Characteristics Tingkat Pengetahuan Dan Perilaku
of Coronavirus Disease 2019 (COVID- Masyarakat Kabupaten Wonosobo
19). Journal of General Internal Tentang Covid-19. Jurnal Ilmiah
Medicine, 35(5), 1545–1549. Kesehatan, 10(1), 33–42. Retrieved
https://doi.org/10.1007/s11606-020- from
05762-w https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/jik/artic
le/view/1311/783
Kampf, G., Todt, D., Pfaender, S., &
Steinmann, E. (2020). Persistence of Qian, H., & Zheng, X. (2018). Ventilation
coronaviruses on inanimate surfaces and control for airborne transmission of
their inactivation with biocidal agents. human exhaled bio-aerosols in
Journal of Hospital Infection, 104(3), buildings. Journal of Thoracic Disease,
246–251. 10(Suppl 19), S2295–S2304.
https://doi.org/10.1016/j.jhin.2020.01.0 https://doi.org/10.21037/jtd.2018.01.24
22
Saadat, S., Rawtani, D., & Hussain, C. M.
Kemenkes RI. (2020). Tanya jawab seputar (2020). Environmental perspective of
virus corona. Jakarta: Kementerian COVID-19. Science of the Total
Kesehatan Republik Indonesia. Environment, 728(1), 1–6.
https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2020.

502
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 8 No 3, Agustus 2020, Hal 491 - 504
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

138870 Ferguson, N. M. (2020). Estimates of


the severity of coronavirus disease
Shahid, Z., Kalayanamitra, R., McClafferty, 2019: a model-based analysis. The
B., Kepko, D., Ramgobin, D., Patel, R., Lancet Infectious Diseases, 20(6), 669–
… Jain, R. (2020). COVID-19 and 677. https://doi.org/10.1016/S1473-
Older Adults: What We Know. Journal 3099(20)30243-7
of the American Geriatrics Society,
68(5), 926–929. Wei, W. E., Li, Z., Chiew, C. J., Yong, S. E.,
https://doi.org/10.1111/jgs.16472 Toh, M. P., & Lee, V. J. (2020).
Presymptomatic Transmission of
Shereen, M. A., Khan, S., Kazmi, A., Bashir, SARS-CoV-2-Singapore. Morbidity and
N., & Siddique, R. (2020). COVID-19 Mortality Weekly Report, 69(14), 411–
infection: Origin, transmission, and 415.
characteristics of human coronaviruses.
Journal of Advanced Research, 24(1), Wu, Z., & McGoogan, J. M. (2020).
91–98. Characteristics of and Important
https://doi.org/10.1016/j.jare.2020.03.00 Lessons from the Coronavirus Disease
5 2019 (COVID-19) Outbreak in China:
Summary of a Report of 72314 Cases
Suppawittaya, P., Yiemphat, P., & Yasri, P. from the Chinese Center for Disease
(2020). Effects of Social Distancing , Control and Prevention. JAMA -
Self-Quarantine and Self-Isolation Journal of the American Medical
during the COVID-19 Pandemic on Association, 323(13), 1239–1242.
People ’ s Well -Being , and How to https://doi.org/10.1001/jama.2020.2648
Cope with It. International Journal of
Science and Healthcare Research, 5(2), Yanti, B., Wahyudi, E., Wahiduddin, W.,
12–20. Novika, R. G. H., Arina, Y. M. D.,
Martani, N. S., & Nawan, N. (2020).
Tentama, F. (2018). Penerapan Perilaku Community Knowledge, Attitudes, and
Hidup Bersih Dan Sehat (Phbs) Demi Behavior Towards Social Distancing
Kesejahteraan Masyarakat Kecamatan Policy As Prevention Transmission of
Tuntang Kabupaten Semarang Jawa Covid-19 in Indonesia. Jurnal
Tengah. Jurnal Pemberdayaan: Administrasi Kesehatan Indonesia, 8(2),
Publikasi Hasil Pengabdian Kepada 4.
Masyarakat, 1(1), 13. https://doi.org/10.20473/jaki.v8i2.2020.
https://doi.org/10.12928/jp.v1i1.309 4-14

Utami, R. A., Mose, R. E., & Martini, M.


(2020). Pengetahuan, Sikap dan
Keterampilan Masyarakat dalam
Pencegahan COVID-19 di DKI Jakarta.
Jurnal Kesehatan Holistic, 4(2), 68–77.
https://doi.org/10.33377/jkh.v4i2.85

Van Doremalen, N., Bushmaker, T., Morris,


D. H., Holbrook, M. G., Gamble, A.,
Wiliamson, B. N., … Munster, V. J.
(2020). Aerosol and Surface Stability of
SARS-CoV-2 as Compared with SARS-
CoV-1. Nejm, 382(1), 1564–1567.

Verity, R., Okell, L. C., Dorigatti, I.,


Winskill, P., Whittaker, C., Imai, N., …

503
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 8 No 3, Agustus 2020, Hal 491 - 504
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah

504
Vol. 9 No. 2, Agustus 2021, Hal. 78-85

HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG EFEKTIFITAS VAKSIN DENGAN SIKAP


KESEDIAAN MENGIKUTI VAKSINASI COVID-19

Linda Prasetyaning Widayanti1, Estri Kusumawati2


1
Linda Prasetyaning Widayanti, Fakultas Psikologi dan Kesehatan, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel,
Jl. A Yani No 117, Kota Surabaya, 60237, Indonesia. Email : linda.prasetyaning@gmail.com
2
Estri Kusumawati, Departement, Fakultas Psikologi dan Kesehatan, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Jl.
A Yani No 117, Kota Surabaya, 60237, Indonesia. Email : estri.kusumawati78@gmail.com

Abstrak
Salah satu upaya pemerintah untuk memutuskan rantai penyebaran serta menurunkan angka kesakitan
dan kematian akibat virus COVID-19 adalah vaksinasi. Tercapainya Herd Immunity adalah tujuan
utama dilakukan vaksinasi untuk mengendalikan pandemi COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisa hubungan persepsi tentang efektivitas vaksin dengan sikap kesediaan mengikuti
vaksinasi COVID-19. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan
pendekatan cross-sectional. Variabel independen adalah persepsi dan variabel dependen adalah sikap.
Sampel ditentukan dengan teknik simple random sampling. Sampel adalah 188 mahasiswa UIN Sunan
Ampel dengan rentang usia 16-24 tahun. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2021. Data
dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner dengan google form. Analisa data dilakukan dengan uji
Chi Square. Hasil penelitian adalah paling banyak responden adalah wanita berusia 16-20 tahun
(52%), mendapatkan informasi tentang COVID-19 melalui internet (55%), menganggap COVID-19
adalah penyakit berbahaya (89%), setuju terhadap efektivitas vaksin (87,2%) dan bersikap bersedia
mengikuti vaksinasi (77,2%). Hasil analisa bivariat menunjukkan nilai p value 0,000 yang berarti
terdapat hubungan signifikan antara persepsi tentang efektivitas vaksin dengan sikap kesediaan
mengikuti vaksinasi. Pentingnya vaksinasi dimaksudkan untuk mempercepat kekebalan masyarakat
agar Indonesia segera bebas dari pandemi COVID-19. Oleh karenanya, diperlukan dukungan penuh
baik dari keluarga, institusi pendidikan, masyarakat dan pemerintah demi terlaksananya hal ini.
Kata kunci : Persepsi, Sikap, Vaksinasi

Pendahuluan
Pandemi COVID-19 terjadi sejak akhir mengatasi lonjakan penyebaran COVID-19,
tahun 2019 hampir di seluruh dunia. Pandemi antara lain dengan melakukan penerapan
ini telah menyebabkan jutaan orang protokol kesehatan, pembatasan wilayah,
meninggal, terhitung Agustus 2021 sebanyak pembatasan aktivitas masyarakat, percepatan
200 juta kasus ditemukan di seluruh dunia vaksinasi dll. (3–7)]
dengan 4,2 juta kasus kematian. Di Indonesia, Vaksinasi adalah pemberian vaksin
kasus COVID-19 pada Juni 2021 mencapai 1,9 yang dapat merangsang pembentukan imunitas
juta dengan kasus kematian mencapai 52 ribu (antibodi) di dalam tubuh manusia. Pemberian
dan terjadi lonjakan kasus pada Agustus vaksin ini merupakan salah satu usaha untuk
mencapai 3,6 juta dengan kasus kematian 104 menekan angka kesakitan dan kematian akibat
ribu.(1)]Lonjakan kasus tersebut diantaranya COVID-19.(8–10) Jenis vaksin yang diberikan
terjadi karena munculnya varian baru yaitu antara lain vaksin Sinovac, vaksin Sinapharm,
varian delta. Varian delta enam kali lebih cepat vaksin Moderna, vaksin Astrazeneca dll. (11,12)
menular dibandingkan varia alfa.(2)] Pemerintah Pemerintah Indonesia telah memulai program
Indonesia telah melakukan beberapa upaya vaksinasi pada awal tahun 2021 dan sejak Juli

78
http://ejournal.uika-bogor.ac.id/index.php/Hearty/issue/archive
2021 dilakakukan percepatan vaksinasi Menurut penelitian yang dilakukan
melalui vaksinasi massal. Vaksinasi Rochani didapatkan hasil berita hoax terkait
sebelumnya telah diberikan pada tenaga COVID-19 berkaitan dengan komposisi
kesehatan, asisten tenaga kesehatan, vaksin, efek samping vaksin, penolakan vaksin
mahasiswa yang sedang menempuh oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI).(12)
pendidikan kedokteran, pelayanan publik, Informasi yang tidak dapat
lansia. Vaksinasi massal diharapkan dapat dipertanggungjawabkan terkait vaksin
mencapai target 75% masyarakat Indonesia COVID-19 menyebabkan kecemasan,
telah divaksin. (13,14) ketakutan dan keraguan terkait vaksinasi.(16)
Program vaksinasi ternyata Hal tersebut dapat mempengaruhi persepsi
menimbulkan banyak permasalahan di terkait keefektivitasan vaksin dan sikap
masyarakat. Banyak pro maupun kontra terkait kesediaan terhadap program vaksinasi.(17)
program vaksinasi ini. Berdasarkan survei Munculnya varian Delta pada kuartal
yang dilakukan oleh kementrian Kesehatan RI, kedua 2021 yang disinyalir lebih rentan
ITAGI, UNICEF dan WHO secara daring pada menginfeksi remaja usia di bawah 18 tahun
19-30 September 2020 dengan 76 % dan anak-anak.(18) Salah satu cara
responden berusia 18-45 tahun, diketahui mengatasinya adalah dengan memberikan
bahwa ada kekhawatiran cukup besar terkait vaksin kepada remaja dan anak-anak yang
keamanan dan efektifitas vaksin, sebelumnya dirasa tidak terlalu menjadi
ketidakpercayaan terhadap vaksin, dan prioritas. Tujuan penelitian ini adalah untuk
persoalan kehalalan vaksin. Adanya hal-hal mengetahui hubungan antara persepsi tentang
tersebut menyebabkan mempengaruhi persepsi efektifitas vaksin COVID-19 terhadap sikap
masyarakat terkait dengan vaksinasi. (15) kesediaan mengikuti vaksinasi.

Metode
Penelitian ini merupakan desain kesehatan selama pandemi COVID-19.
penelitian observasional analitik dengan Responden adalah mahasiswa UIN Sunan
pendekatan cross-sectional. Penelitian Ampel Surabaya yang berjumlah 188 orang.
dilaksanakan bulan Mei 2021. Instrumen yang Tehnik sampling yang digunakan dalam
digunakan dalam penelitian ini berupa penelitian ini simple random sampling. Rumus
kuesioner yang berisi data usia, jenis kelamin, yang digunakan adalah rumus dari Slovin yaitu
sikap tentang bahaya COVID-19, kesiapan n = N/(1+Ne2). Kriteria inklusi adalah
terhadap new normal, sumber informasi mahasiswa UIN Sunan Ampel yang bersedia
COVID-19, persepsi dan sikap kesediaan mengikuti penelitian, belum mendapatkan
mengikuti vaksinasi COVID-19. Kuesioner vaksinasi, angkatan 2019 ke atas. Hasil
dibagikan kepada responden melalui penelitian ini di analisis menggunakan uji Chi
googleform, sebagai upaya mengikuti protokol Square.

79
Hasil
Hasil penelitian disajikan dalam bentuk penyakit flu biasa dan tidak perlu melakukan
tabel yang terdiri dari data karakteristik pencegahan yang berlebihan. Pada pertanyaan
responden, data persepsi dan sikap responden kesiapan menghadapi new normal, responden
serta data crosstab analisa data. Data terbagi menjadi dua pendapat. Separuh (50%)
karakteristik usia responden dapat dilihat pada atau 94 responden mengatakan siap sedangkan
tabel 1. separuhnya lagi menyatakan tidak siap
menghadapi new normal. Data sumber
Tabel 1. Data Karakteristik Responden informasi responden tentang COVID-19 paling
Karakteristik n % banyak berasal dari internet yaitu sebanyak
Usia 103 responden (55%), melalui televisi
a. 16-20 tahun 98 52 sebanyak 75 responden (40%), melalui orang
b. 21-25 tahun 90 48
lain sebanyak 6 responden (3%), melalui koran
Jenis Kelamin
2 responden (1%) dan radio 2 responden (1%).
a. Pria 45 24
Persepsi responden tentang efektivitas
b. Wanita 143 76
Sikap tentang Bahaya vaksin dan sikap kesediaan mengikuti
COVID-19 167 89 vaksinasi dapat dilihat pada Tabel 2.
a. Setuju 21 11
b. Tidak Setuju Tabel 2 Data Persepsi tentang Efektivitas
Kesiapan terhadap New Vaksin dan Sikap Kesediaan Mengikuti
Normal 94 50 Vaksinasi oleh Responden
a. Siap 94 50 Variabel n %
b. Tidak Persepsi tentang Efektivitas
Sumber Informasi COVID-19 Vaksin 164 87,2
a. Internet 103 55 a. Baik 24 12,8
b. TV 75 40 b. Tidak baik
c. Orang lain 6 3 Sikap Kesediaan Mengikuti
d. Koran 2 1 Vaksinasi
e. Radio 2 1 a. Setuju 146 77,7
b. Tidak Setuju 42 22,3
Dari Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa
usia responden masuk dalam kategori remaja. Persepsi responden tentang efektifitas
Kedua kelompok usia memiliki distribusi yang vaksin dapat dilihat di Tabel 2. Mayoritas
hampir sama. Perbedaannya hanya sekitar 4%. responden sebanyak 164 orang (87,2%)
Namun demikian, untuk kelompokm usia 16- menyatakan efektivitas vaksin baik dalam
20 tahun memiliki jumlah lebih banyak yaitu mengatasi COVID-19. Namun sisanya
98 responden (52%) sedangkan kelompok usia sebanyak 24 orang (12,8%) menyatakan
21-25 tahun sebanyak 90 responden (48%). efektifitas vaksin tidak baik dalam mengatasi
Pada karakteristik jenis kelamin, mayoritas COVID-19.
responden adalah wanita sebanyak 143 orang Sikap kesediaan responden mengikuti
(76%) sedangkan laki-laki sebanyak 45 orang vaksinasi dapat dilihat pada Tabel 2. Sebanyak
(24%). Pada karakteristik sikap tentang bahaya 146 (77,7%) responden bersikap setuju
COVID-19, sebanyak 167 responden (89%) mengikuti vaksinasi. Sedangkan, 42 (22,3%)
menyatakan setuju bahwa COVID-19 adalah responden bersikap tidak setuju mengikuti
penyakit yang berbahaya, sedangkan 21 vaksinasi.
responden (11%) sisanya menganggap Analisis data persepsi tentang
COVID-19 tidak berbahaya. Mereka efektivitas vaksin dan sikap kesediaan
menganggap COVID-19 hanya mirip dengan mengikuti vaksinasi oleh responden dapat
dilihat pada tabel 3.

80
Tabel 3. Hubungan Persepsi tentang Efektivitas Hasil analisa statistik menunjukkan
Vaksin dan Sikap Kesediaan Mengikuti terdapat hubungan antara persepsi responden
Vaksinasi oleh Responden tentang efektifitas vaksin COVID-19 dan sikap
Sikap kesediaan mengikuti vaksinasi. Hal ini dapat
p-
Tidak Total
Persepsi Bersedia value dilihat dari tabel 3 dimana p value 0,000 yang
Bersedia
artinya H0 ditolak karena kurang dari α (0,05).
n % n % n %
Hal ini dapat diartikan bahwa variabel persepsi
Setuju 137 72,9 27 14,4 164 87,2
0,000
memiliki hubungan yang signifikan dengan
Tidak
9 4,8 15 8 24 12,8 variabel kesediaan mengikuti vaksinasi.
Setuju
Total 146 77,7 42 22,3 188 100

Pembahasan
Penelitian ini sesuai dengan hasil survey keamanan vaksin (30%). Sedang sisanya
yang dilakukan di Indonesia oleh Kemenkes mengaku takut akan Kejadian Ikutan Pasca
RI, NITAG, UNICEF dan WHO tentang Imunisasi (KIPI) seperti demam, lelah, sakit
penerimaan vaksin tahun 2020 yang pada area suntikan serta alasan keyakinan
menyatakan sebanyak 22% responden merasa agama. Sejatinya tujuan vaksinasi adalah
tidak yakin dengan efektivitas vaksin dalam untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas
mencegah COVID-19.(15)] Pada penelitian akibat COVID-19, membentuk herd immunity,
Tasnim tahun 2020 di Kendari menyebutkan memperkuat sistem kesehatan dan
persepsi masyarakat tentang vaksin COVID-19 meminimalisasi dampak sosial dan
cukup baik sebesar 59% dan 14% memiliki ekonomi.(22)
persepsi yang baik tentang vaksinasi. Persepsi Vaksin Sinovac merupakan vaksin
yang baik mempengaruhi kesediaan untuk pertama yang digunakan pemerintah Indonesia
mengikuti vaksinasi.(19) Sedangkan, menurut dalam upaya pencegahan COVID-19. Polemik
Astuti dkk tahun 2021 menyatakan bahwa awal tentang vaksin ini di masyarakat
persepsi buruk tentang vaksinasi COVID-19 Indonesia adalah masalah kehalalannya
berawal dari kurangnya edukasi dari layanan dikarenakan produsen sinovac adalah negara
kesehatan.(20) China. Oleh karenanya, kehalalan vaksin
Penelitian ini sesuai dengan penelitian menjadi pembahasan tersendiri bagi penerima
Argista di Sumatera Selatan tahun 2021 yang vaksinasi. Indonesia amat ketat memberikan
menyatakan bahwa 63% responden memiliki aturan tentang vaksin yang halal. Hal ini
persepsi positif terhadap vaksin COVID-19 tertuang dalam Fatwa MUI No 02 Tahun 2021
dan sisanya mempunyai persepsi negatif. tentang produksi vaksin COVID-19 Sinovac
Persepsi memiliki hubungan yang bermakna yang menyatakan bahwa vaksin tersebut halal
dengan kesediaan divaksin. Pengetahuan dan diperbolehkan diberikan kepada
berpengaruh terhadap persepsi oleh karenanya masyarakat Indonesia.(23)
dibutuhkan pemberian informasi secara Dalam hal efektivitas, efikasi vaksin
enyeluruh dan merata pada semua kalangan Sinovac di Indonesia hanya sekitar 65,3%.
masyarakat.(21) Nilai tersebut lebih rendah dibanding Turki
Hal ini juga sesuai dengan survei yang (91,25%) dan Brazil (78%). Walaupun belum
dilaksanakan di Samarinda oleh Marwan yang ada bukti Sinovac melindungi seseorang dari
menyatakan responden yang bersedia COVID-19, tetapi berdasarkan uji klinis fase
mengikuti vaksinasi adalah 74,0% sedangkan tiga, vaksin ini mampu memberi risiko tiga
sisanya menolak.(22) Alasan responden kali lebih rendah mengalami COVID-19 yang
terbanyak adalah rasa tidak yakin akan bergejala (confirmed case) dengan nilai RR =

81
0,357. Jika dibandingkan dengan efikasi lansia. Terdapat dua dosis yang memiliki
vaksin Pfizer, Sinovac memang masih jauh rentang waktu penyuntikan tiga bulan. Jika
dibawah Pfizer. Efikasi Pfizer adalah 95% terdapat gejala KIPI, disarankan untuk segera
dengan RR = 20. Artinya, orang yang tidak mengonsumsi obat pereda nyeri dan
mendapatkan vaksin Pfizer memiliki risiko menghubungi layanan kesehatan secepatnya
terkena COVID-19 20 kali lebih besar jika terdapat gejala yang lebih parah.(24)
dibanding orang yang divaksinasi Pfizer. Penelitian ini sejalan dengan studi
Perbedaan efikasi sangat wajar terjadi. Hal ini literatur di 33 negara oleh Sallam tahun 2021
bergantung pada tiga hal yaitu host (manusia), tentang vaksin COVID-19 yang menyatakan
agent (vaksin) dan environtment (lingkungan). negara dengan tingkat penerimaan vaksin
Beberapa KIPI yang mungkin terjadi setelah tertinggi antara lain Ecuador (97,0%),
vaksin antara lain nyeri, iritasi, bengkak, Malaysia (94,3%), Indonesia (93,3%) and
kemerahan, myalgia, atralgia, fatigue, demam China (91,3%). Sedangkan negara dengan
dan pusing. (22) tingkat penerimaan terendah antara lain
Vaksin kedua yang digunakan di Kuwait (23,6%), Jordan (28,4%), Itali (53,7),
Indonesia adalah Astrazeneca. Vaksin ini Russia (54,9%), Poland (56,3%), US (56.9%),
diproduksi oleh negara Inggris. Berita tentang and France (58,9%).(25)
vaksin ini sudah menyebar di seluruh dunia. Laporan WHO tahun 2020 menyatakan
KIPI yang disebabkan oleh Astrazeneca antara bahwa untuk meningkatkan kesediaan
lain demam selama 1-3 hari, mual, muntah, menerima vaksinasi, yang dapat dilakukan
pusing, lemas, nyeri, bengkak, kemerahan adalah menciptakan lingkungan yang
pada bekas suntikan, bahkan yang paling mendukung, memanfaatkan orang yang
buruk adalah kematian yang disebabkan oleh berpengaruh positif dan meningkatkan
pembekuan darah. Namun, perusahaan motivasi masyarakat.(26) Oleh karenanya,
Astrazeneca sendiri telah memberikan upaya pembentukan mind set yang positif,
panduan mengenai vaksin ini. Astrazeneca adanya reward dan sosialisasi amat diperlukan
merupakan vaksin yang diperuntukkan bagi untuk meningkatkan penerimaan vaksinasi di
orang dengan usia 18 keatas terutama bagi masyarakat.

Kesimpulan
Sebanyak 87,2% responden memiliki kesediaan mengikuti vaksinasi. Semakin baik
persepsi baik terhadap efektifitas vaksin persepsi seseorang terhadap vaksin
COVID-19 dan 77,7% responden bersikap COVID_19, semakin seseorang bersikap
setuju mengikuti vaksinasi COVID-19. setuju mengikuti vaksinasi COVID-19 dan
Persepsi responden tentang efektifitas vaksin sebaliknya.
COVID-19 berhubungan dengan sikap

82
Referensi
[1] Satgas Covid. Situasi virus COVID-19 https://doi.org/10.24198/mfarmasetika.v
di Indonesia 2021. 6i1.28092.
[2] Mahase E. Delta variant : What is [11] Yuningsih R. Uji Klinik Coronavac dan
happening with transmission, hospital Rencana Vaksinasi Covid-19 Massal di
admissions, and restrictions ? BMJ Indonesia 2020;12:6.
2021:1–2. [12] Rahayu RN. Vaksin Covid 19 Di
https://doi.org/10.1136/bmj.n1513. Indonesia : Analisis Berita Hoax
[3] Zahrotunnimah Z. Langkah Taktis 2021;02:11.
Pemerintah Daerah Dalam Pencegahan [13] Tim Komunikasi Komite Penanganan
Penyebaran Virus Corona Covid-19 di COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi
Indonesia. SALAM: Jurnal Sosial Dan Nasional. Kedatangan Vaksin Tahap ke-
Budaya Syar-i 2020; 7: 247–60. 21 Percepatan dan Perluasan Vaksinasi
https://doi.org/10.15408/sjsbs.v7i3.1510 Terus Dilakukan. Jakarta: 2021.
3. [14] Kemenkes RI. Vaksinasi COVID-19
[4] Damanik E, Simanjuntak YT, Wiratma Nasional. Jakarta: 2021.
DY. Pencegahan Corona Virus Disease [15] Kementerian Kesehatan, ITAGI,
19 (Covid-19) pada Pedagang Pasar UNICEF, dan WHO. Survei Penerimaan
Helvetia Kelurahan Helvetia Tengah Vaksin COVID-19 di Indonesia.
2020;1:4. Jakarta: 2020.
[5] Damanik RK. Upaya Pencegahan [16] Fitria L, Ifdil I. Kecemasan remaja pada
Penularan Covid-19 Melalui Sosialisasi masa pandemi Covid -19. EDUCATO
dan Penyemprotan Rumah Ibadah (Jurnal Pendidikan Indonesia) 2020;6:1–
2021;4:9. 4.
[6] Refialdinata J. Analisis Upaya [17] Iwani SZ. Persepsi Remaja tentang
Pencegahan Covid-19 pada Masyarakat COVID19. Open Science Framework;
Kampus. Babul Ilmi : Jurnal Ilmiah 2021.
Multi Science Kesehatan 2020;12. [18] Dyer O. Covid-19: Indonesia becomes
[7] Yunus NR, Rezki A. Kebijakan Asia’s new pandemic epicentre as delta
Pemberlakuan Lock Down Sebagai variant spreads. BMJ 2021:n1815.
Antisipasi Penyebaran Corona Virus https://doi.org/10.1136/bmj.n1815.
Covid-19. SALAM: Jurnal Sosial Dan [19] Tasnim. Persepsi Masyarakat Tentang
Budaya Syar-i 2020; 7. Vaksin Covid-19 Di Wilayah Provinsi
https://doi.org/10.15408/sjsbs.v7i3.1508 Sulawesi Tenggara. Kendari: Yayasan
3. Kita Menulis; n.d.
[8] Mashabi S. Penjelasan Kemenkes [20] Astuti NP, Nugroho EGZ, Lattu JC,
pentingnya vaksin Covid-19 untuk Potempu IR, Swandana DA. Persepsi
kurangi keparahan. KompasCom 2021. Masyarakat Terhadap Penerimaan
[9] Asyafin MA, Virdani D, Kasih KD, Arif Vaksinasi Covid-19: Literature Review.
L. Implementasi Kebijakan Vaksinasi Jurnal Keperawatan Stikes Kendal
Covid-19 di Kota Surabaya. Journal 2021;13:569–80.
Publicuho 2021; 4. [21] Argista ZL. Persepsi Masyarakat
https://doi.org/10.35817/jpu.v4i2.18061. Terhadap Vaksin Persepsi Masyarakat
[10] Shafa A, Sriwidodo S. Microneedle: Terhadap Vaksin Covid-19 Di Sumatera
Teknologi Baru Penghantar Vaksin Selatan. Universitas Sriwijaya, 2021.
COVID-19. Majalah Farmasetika [22] Marwan. Peran Vaksin dalam
2020;6. Penanganan Pandemi C19. Samarinda:
2021.

83
[23] MUI. Fatwa Majelis Ulama Indonesia recipients-on-covid-19-vaccine-
Nomor 02 Tahun 2021 tentang Produk astrazeneca (accessed April 20, 2021).
Vaksin Covid-19 dari Sinovac Life [25] Sallam M. COVID-19 Vaccine
Science Co. Ltd. China dan PT. Bio Hesitancy Worldwide : A Concise
Farma (Persero). Jakarta: 2021. Systematic Review of Vaccine
[24] AstraZeneca UK Ltd. COVID-19 Acceptance Rates. Vaccines 2021;9:1–
Vaccine AstraZeneca Solution for 14.
Injection. WwwGovUk 2021:1–7. [26] WHO. Behavioural Considerations for
https://www.gov.uk/government/publica Covid-19 Vaccines and Uptake of
tions/regulatory-approval-of-covid-19- Acceptance. 2020.
vaccine-astrazeneca/information-for-uk-

84

Anda mungkin juga menyukai