DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
Halaman Judul
Daftar Isi i
Daftar Gambar ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Pendahuluan 1
B. Tujuan Penulisan 4
C. Metode Pengumpulan Data 5
D. Ruang Lingkup 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas 8
B. Konsep Hipertensi Pada Lansia 29
BAB III APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN
A. Tahap Persiapan 38
B. Tahap Pengkajian 39
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian Komunitas 86
B. Diagnosa Keperawatan Komunitas 87
C. Intervensi 88
D. Implementasi Keperawatan Komunitas 89
E. Evaluasi Keperawatan Komunitas 94
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 99
B. Saran 99
DAFTAR PUSTAKA 101
LAMPIRAN
i
DAFTAR GAMBAR
ii
Gambar 3. 21 Diagram Distribusi Sumber Air PDAM / Sumur
Penduduk
iii
Gambar 3.38 Diagram Distribusi Kebiasaan Keluarga Sebelum
Ke Pelayanan Kesehatan
iv
Gambar 3.60 Diagram Distribusi Ibu Yang Menyusui Dalam
Keluarga
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Pembangunan kesehatan saat ini yang sudah di deklarasikan
adalah Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan upaya
pembangunan berkelanjutan yang menjadi acuan dalam kerangka
pembanggunan dan perundingan negara - negara di dunia sebagai
pengganti pembangunan global Millenium Development Goals (MDGs)
yang telah berakhir 2 Agustus tahun 2015. SDGs memiliki beberapa
tujuan, diantaranya menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong
kesejahteraan bagi semua orang di segala usia, (Perpres, 2017).
Pencapaian SDGs dengan menjadikan masyarakat yang mandiri
dan dapat menolong dirinya sendiri. Masyarakat sebagai warga
negara Indonesia seharusnya berkomitmen penuh untuk
melaksanakan dan menyukseskannya. Dengan demikian suksesnya
implementasi SDGs di Indonesia tidak terlepas dari masalah
ketersediaan data, untuk mendukung pelaksanaan SDGs di Indonesia,
(BPS, 2016).
Menuju masyarakat mandiri tidak terlepas dari kegiatan
keperawatan di masyarakat. Keperawatan komunitas sebagai suatu
bidang keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan
peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan
promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan
perawatan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu
sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan untuk
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, (Mubarak,
dkk. 2012).
1
2
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaporkan praktek keperawatan komunitas dengan menerapkan
konsep-konsep keperawatan komunitas guna meningkatkan
kemampuan mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan
komunitas pada 26 Kepala Keluarga
5
2. Tujuan Khusus
Setelah dilaksanakan praktek keperawatan komunitas, diharapkan
mahasiswa mampu:
a. Memberikan gambaran kondisi kesehatan yang ada pada 26
keluarga kelolaan
b. Menganalisa kondisi kesehatan yang ada pada 26 keluarga
kelolaan
c. Menyusun rencana kegiatan Plan Of Action (POA) bersama
masyarakta untuk
d. Menyelesaikan masala-masalah kesehatan pada 26 keluarga
kelolaan
e. Melaksanankan kegiatan sesuai POA yang telah dibuat untuk
menyelesaikan masalah kesehatan yang ditemukan pada 26
keluarga kelolaan
f. Mengevaluasi hasil kegiatan yang telah dilakukan dalam
mengatasi masalah yang ada di masyarakat dan selanjutnya
menyusun rencana kegiatan POA untuk menyelesaikan masala-
masalah kesehatan pada 26 keluarga kelolaan
g. Mendokumentasikan dan melaporkan hasil kegiatan selama
praktek keperawatan komunitas pada 26 keluarga kelolaan
Program Studi Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Kalimantan Timur.
1. Wawancara
Pengumpulan data yang menggunakan tanya jawab secara
langsung dari aspek sosial budaya, ekonomi, kebiasaan,
kebersihan, lingkungan dan sebagainya yang dilakukan kepada
masyarakat.
2. Observasi
Dilakukan dengan winshell survey yaitu mengamati hal-hal
yang mendukung terjadinya masalah dalam Keperawatan
Komunitas. Misalnya, yang berkaitan dengan lingkungan,
kebiasaan dan sebagainya.
3. Studi Kepustakaan
Dengan mempelajari buku-buku referensi yang terkait dengan
asuhan keperawatan komunitas yaitu mengumpulkan bahan-
bahan yang berkaitan dengan masalah kesehatan dan sumber-
sumber Asuhan Keperawatan Komunitas.
4. Angket
Angket dibuat berdasarkan referensi yang berkaitan dengan
penyakit hipertensi, diabetes melitus, kolesterol penyakit yang
disebarkan kepada masyarakat untuk memperoleh data.
D. Ruang Lingkup
Penulisan laporan akhir praktek keperawatan komunitas ini berisi
tentang pembahasan kegiatan-kegiatan mahasiswa profesi Ners
Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur kepada 26 keluarga
kelolaan. Kegiatan praktek keperawatan komunitas dilakukan dari 25 –
30 Oktober 2021 dengan agenda menyelesaikan masalah kesehatan
yang ada.
Masalah kesehatan tersebut didapatkan dengan melakukan
survey melalui kuesioner oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah
7
8
9
berikut:
a. Proses kelompok (Group Process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit,
tentunya setelah belajar dari pengalaman – pengalaman
seseorang sebelumnya, selain faktor pendidikan/pengetahuan
individu, media masa, Televisi, penyuluhan yang dilakukan
petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga dengan
masalah kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya
gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan
sebelumnya sangat mempengaruhi upaya penangan atau
pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika masyarakat
sadar bahwa penangan yang bersifat individual tidak akan
mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu,
maka mereka telah melakukan pemecahan- pemecahan
masalah kesehatan melalui proses kelompok.
b. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku
yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan hanya
sekedar proses transfer materi/teori dari seseorang ke orang
lain dan bukan pula seperangkat prosedur. Akan tetapi,
perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari dalam diri
individu, kelompok atau masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan
dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang
Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu
¨meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental dan
sosialnya; sehingga produktif secara ekonomi maupun secara
sosial.
c. Kerjasama (Partnership)
13
2) Meja 2
- Penimbangan balita dann ibu hamil
3) Meja 3
- Pengisian KMS
4) Meja 4
-Diketahui BB anak yang naik/tidak naik, ibu hamil dengan
resiko tinggi, PUS yang belum mengikuti KB
-Penyuluhan kesehatan
-Pelayanan PMT, oralit, Vit. A, Tablet zat besi, Pil
ulangan, Kondom
5) Meja 5
-Pemberian imunisasi
-Pemeriksaan Kehamilan
dan diukur
6) Martyr, yaitu orang yang rela menderita atau meninggal dari
pada menyerah karena mempertahankan
agama/kepercayaan. Dalam kesehatan, seseorang yang
tidak memperdulikan kesehatannya, dia tetap berjuang untuk
kesehatan/keselamatan orang lain
7) Optimistic, yaitu meskipun secara medis dan social sakit,
tetapi mempunyai harapan baik. Keadaan ini sering kali
sangat membantu dalam penyembuhan sakit medisnya
8) Seriously ill, yaitu benar-benar sakit, baik secara psikologis,
medis dan sosial
7. Hubungan Konsep Keperawatan Komunitas Dengan Pelayanan
Kesehatan Utama
Keperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan
masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat yang
bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan
masyarakat dengan menekankan kepada peningkatan peran serta
masyarakat dalam melakukan upaya promotif dan perventif
dengan tidak melupakan tindakan kuratif dan rehabilitatif sehingga
diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan
dalam memelihara kesehatannya (Depkes, 2017).
Asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan memandang
komunitas sebagai klien dengan strategi intervensi keperawatan
komunitas yang mencakup tiga aspek yaitu primer, sekunder dan
tertier melalui proses individu dan kelompok dengan kerja sama
lintas sektoral dan lintas program. Pelayanan yang diberikan oleh
keperawatan komunitas mencakup kesehatan komunitas yang
20
luas dan berfokus pada pencegahan yang terdiri dari tiga tingkat
yaitu:
21
a. Pencegahan primer
Pelayanan pencegahan primer ditunjukkan kepada
penghentian penyakit sebelum terjadi karena itu pencegahan
primer mencakup peningkatan derajat kesehatan secara umum
dan perlindungan spesifik. Promosi kesehatan secara umum
mencakup pendidikan kesehatan baik pada individu maupun
kelompok. Pencegahan primer juga mencakup tindakan spesifik
yang melindungi individu melawan agen-agen spesifik misalnya
tindakan perlindungan yang paling umum yaitu memberikan
imunisasi pada bayi, anak balita dan ibu hamil, penyuluhan gizi
bayi dan balita.
b. Pencegahan sekunder
Pelayanan pencegahan sekunder dibuat untuk menditeksi
penyakit lebih awal dengan mengobati secara tepat. Kegiatan-
kegiatan yang mengurangi faktor resiko dikalifikasikan sebagai
pencegahan sekunder misalnya memotivasi keluarga untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui
posyandu dan puskesmas.
c. Pencegahan tersier
Yang mencakup pembatasan kecacatan kelemahan pada
seseorang dengan stadium dini dan rehabilitasi pada orang
yang mengalami kecacatan agar dapat secara optimal
berfungsi sesuai dengan kemampuannya, misalnya
mengajarkan latihan fisik pada penderita patah tulang.
Selanjutnya agar dapat memberikan arahan pelaksanaan
kegiatan, berikut ini diuraikan falsafah keperawatan komunitas
dan pengorganisasian masyarakat.
22
8. Pengorganisasian Masyarakat
Tiga model pengorganisasian masyarakat menurut Rothman
(1998) meliputi peran serta masyarakat (localiti developmen),
perencanaan sosial melalui birokrasi pemerintah (social
developmant) dan aksi sosial berdasarkan kejadian saat itu (social
action) (Mubarak, 2015).
Pelaksanaan pengorganisasian masyarakat dilakukan melalui
tahapan-tahapan berikut:
a. Tahap Persiapan
Dilakukan dengan memilih area atau daerah yang menjadi
prioritas, menentukan cara untuk berhubungan dengan
masyarakat,mempelajari dan bekerjasama dengan
masyarakat.
b. Tahap Pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok dan penyesuaian
dengan pola yang ada dimasyarakat dengan pembentukan
kelompok kerja kesehatan
c. Tahap Pendidikan dan Pelatihan
Melalui kegiatan-kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok
masyarakat melalui pengkajian, membuat pelayanan
keperawatan langsung pada individu, keluarga dan
masyarakat.
d. Tahap formasi kepemimpinan
Memberikan dukungan latihan dan mengembangkan
keterampilan yang mengikuti perencanaan, pengorganisasian,
pergerakan dan pengawasan kegiatan pendidikan kesehatan.
e. Tahap koordinasi
23
f. Tahap akhir
Supervisi bertahap dan diakhiri dengan evaluasi dan pemberian
umpan balik dan masing-masing evaluasi untuk perbaikan
untuk kegiatan kelompok kesehatan kerja selanjutnya.
2. Klasifikasi Hipertensi
Tabel 2.1 Berikut adalah klasifikasi hipertensi: Klasifikasi
Hipertensi
Category Systolic (mmHg) Diastolic
(mmHg)
Normal BP <130 And <85
High Normal BP 130-139 And/ Or 85-89
Grade 1 Hypertension 140-159 And/ Or 90-99
Grade 2 Hypertention ≥160 And/ Or ≥ 100
Sumber: 2020 International Society of Hypertension Global
Hypertension Practice Guidelines (Unger et.al, 2020)
b. Perdarahan hidung
34
c. Pusing
e. Mual, muntah
f. Sesak nafas
g. Gelisah
7. Pencegahan Hipertensi
Menurut Febry, et al (2018), pencegahan terjadi hipertensi
meliputi :
a. Mengurangi konsumsi garam. Kebutuhan garam per hari
yaitu sebanyak 5 gram ( 1 dst).
b. Mencegah kegemukan
c. Membatasi konsumsi lemak
d. Olah raga teratur
e. Makan buah dan sayuran segar
f. Hindari merokok dan tidak minum alcohol
g. Latihan relaksasi/ meditasi
h. Berusaha membina hidup yang positif
8. Pengobatan Hipertensi
Menurut ACC/ AHA (Cardiologi/ American Heart Association )
(2020) pengobatan hipertensi diagi menjadi 2 jenis yaitu
a. Pengobatan Non Farmakologi diantaranya:
1) Diit rendah garam/ kolesteral/ lemak jenuh
2) Mengurangi asupan garam kedalam tubuh
3) Ciptakan keadaan rilek
4) Melakukan olah raga seperti senam aerobic atau jalan
cepat selama 30-45menit atau sebanyak 3-4 kali seminggu.
5) Berhenti merokok dan Alkohol
36
b. Pengobatan Farmakologi
1) Deuretik
Bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh( lewat
kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang
mengakibatkan daya pompa jantung lebih ringan . contoh:
Hidroklorotiazid
2) Penghambat simpatetik
Bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf
yang bekerja pada saat kita beraktivitas).Contoh:
Metildopa, Klonidin dan resepin.
3) Betabloker
Mekanisme kerja obat antihipertensi ini adalah melalui
penurunan daya pompa jantung dan tidak dianjurkan pada
penderita yang mengidap gangguan pernapasan seperti
asma bronchial. Pada orang tua terdapat gejala
bronkospame( penyempitan saluran pernapasan),
sehingga pemberian obat harus berhati-hati. Contoh:
Metoprolol, propanplol dan atenolol
4) Antagonis kalsium
Menurunkan daya pompa jantung dengan cara
menghambat kontraksi jantung (kontraktilitis)Contoh:
nifedipin, Diltiasem dan Verapamil
9. Diit Hipertensi
Diit hipertensi adalah cara untuk mencegah terjadinya
hipertensi tanpa efek samping, karena menggunakan bahan
makanan yang lebih alami dari pada menggunakan obat
penurunan tekanan darah (Febry et al, 2017).Diit hipertensi
37
diantaranya adalah:
a. Mengurangi asupan garam
Mengurangi garam sering juga diimbangi dengan asupan lebih
banyak kalsium, magnesium, dan kalium (bila diperlukan untuk
kasus tertentu). Puasa garam untuk kasus tertentu dapat
menurunkan tekanan darah secara nyata , mengkonsumsi
garam dalam seharian pagi penderita hipertensi tidak boleh
lebih dari 4 gram / hari bagi hipertensi ringan,jika hipertensi
berat hanya 2 gram / hari. Tujuan dari diit rendah garam adalah
membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam
jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi. Syarat diit rendah garam adalah cukup energy.
Protein, mineral dan vitamin.
b. Memperbanyak serat
Mengkonsumsi lebih banyak atau makanan rumahan yang
mengandung banyak serat memperlancar buang air besar dan
menahan sebagian asupan natrium. Sebaiknya penderita
hipertensi menghindari makanan kalengan dan makanan siap
saji dari restoran, yang dikuatirkan dapat mengandung
banyak pengawet dan kurang serat
c. Menghentikan kebiasaan buruk
Menghentikan rokok, kopi dan alcohol dapat mengurangi beban
jantung, sehingga jantung dapat bekerja dengan baik. Rokok
dapat meningkatkan resiko kerusakan pembuluh darah yang
mengedap kolestrol pada pembuluh darah koroner, sehingga
jantung bekerja lebih keras
d. Memperbanyak asupan kalium
Diketahui bahwa dengan mengkonsumsi 3.500 miligram kalium dapat
membantu mengatasi kelebihan natrium, sehingga dengan volume
38
darah yang ideal dapat dicapai kembali tekanan darah yang normal.
Kalium bekerja mengusir natirum dari senyawanya, sehingga lebih
mudah dikeluarkan. Makanan yang kaya kalium adalah pisang, sari
jeruk, jagung, kubis dan brokoli.
e. Memenuhi kebutuhan magnesium
Kebutuhan magnesium menurut kecukupan gizi yang
dianjurkan atau RDA ( Recommended dietary Allowance)
adalah sekitar 350 miligram . kekurangan asupan magnesium
terjadi dengan semakin banyaknya makanan olahan yang
dikonsumsi. Sumber makanan yang kaya mahnesium antara
lain kacang tanah, bayam, kacang polong dan makanan laut.
Tetapi berhati-hati agar jangan mengkonsumsi terlalu banyak
suplemen magnesium karena dapat menyebabkan diare
f. Melengkapi kebutuhan kalsium
Walaupun masih menjadi perdebatan mengenai ada atau
tidaknya pengaruh kalsium dengan penurunan tekanan darah,
tetapi untuk menjaga dari resiko lain< 800 miligram kalsium per
hati (setara dengan 3 gelas susu) sudah lebih dari cukup.
Sumber lain yang kaya kalsium adalah keju rendah lemak dan
ikan, seperti salmon.
g. Mengetahui sayuran dan bumbu dapur yang bermanfaat untuk
tekanan darah.Sayuran dan bumbu dapur yang bermanfaat
untuk pengontrolan tekanan darah adalah:
1) Tomat
2) Wortel
3) Seledri, sedikitnya 4 batang per hari dalam sup/ masakan
lain
4) Bawang putih, sedikitnya satu siung per hari. Bisa juga
digunakan bawang merah dan bawang bombai
39
5) Kunyit
6) Bumbu lain adalah lada hitam, adas, kemangi, dan rempah
lainnya.
Contoh Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan bagi
penderita hipertensi sebegai berikut :
ikatan natrium
Sayuran Semua sayuran Sayuran yang dimasak dan
segar,sayuran yang diawet diawet dengangaram dapur
tanpa garam dapur dan seperti sayuran dalamkaleng,sawi
natrium benzoat asin,
asinandan acar
Buah- buahan Semua buah-buahan Buah-buahan yang diawet
segar, buah yang diawet dengan garam dapur dan lain
tanpa garam dapur dan ikatan natrium seperti buah
natrium dalam kaleng
banzoat
Lemak Minyak goreng, margain, dan Margain dan mentaga biasa
41
42
B. Tahap Pengkajian
Tahap pengkajian merupakan tahap awal dimulainya kegiatan
asuhan keperawatan komunitas. Pada tahap ini dimulai dengan
penentuan sampel. Dalam penentuan jumlah sampel, kelompok
menggunakan teknik total sampling (Notoatmodjo, 2002). Berdasarkan
teknik tersebut, pengambilan sampel diambil sebanyak 26 kepala
keluarga dengan total anggota keluarga termasuk KK sebanyak 99
orang. Pengkajian dilakukan pada keluarga dengan child bearing,
keluarga dengan anak prasekolah, keluarga dengan anak remaja,
keluarga dengan anak dewasa, keluarga paruh baya (middle age) dan
keluarga lansia.
Setelah jumlah sampel ditentukan, maka dilanjutkan dengan
pengkajian komunitas melalui wawancar pada responden. Pengkajian
pada tahap ini kelompok melakukan pengkajian data dasar, data
lingkungan fisik dan pengkajian data masyarakat. Dalam proses
pengkajian selain menggunakan format pengkajian yang telah dibuat
juga dilakukan dengan observasi lingkungan secara sekilas (winshield
survey). Hal-hal yang diobservasi antara lain tentang perumahan,
lingkungan sekitar rumah, kepadatan pemukiman penduduk, jenis
bangunan, jarak, sistem pembuangan sampah, dan air limbah, pusat
pelayanan kesehatan yang ada di lingkungan tempat tinggal.
Hasil analisa dari data dasar tersebut kemudian dijadikan bahan
untuk diskusi pada komunitas yang menjadi keluarga binaan.
Pengkajian data komunitas yang meliputi interaksi 16 subsistem yaitu,
data demografi, data ekonomi, lingkungan fisik perumahan, sumber
air, pembuangan sampah, pembuangan limbah, kandang ternak,
pelayanan kesehatan, masalah kesehatan khusus, pasangan usia
subur, ibu hamil dan menyusui, balita, anak dan remaja serta usia
43
lanjut.
Berdasarkan hasil pengkajian yang diperoleh, data yang telah diolah
dan disajikan adalah sebagai berikut :
1. Hasil Winshield Survey
a. Batas Wilayah, tidak dapat dijelaskan secara rinci dikarenakan
pengkajiaan dilakukan di beberapa daerah sesuai dengan tempat
tinggal mahasiswa
b. Gambaran Umum
1) Kepadatan pemukiman penduduk cukup padat terutama
pengkajian yang dilakukan di daeah kota Samarinda dan
Balikpapan.
2) Jenis bangunan rumah hasil dari observasi pada 28 rumah
adalah jenis bangunan rumah permanen, semi permanen
dan tidak permanen.
3) Jalan utama didaerah keluarga yang dikaji telah dilakukan
semenisasi.
4) Sistem pembuangan sampah untuk daerah perkotaan adalah
dibuang ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS),
beberapa rumah lainnya dengan cara dibakar.
5) Sistem pembuangan limbah keluarga di masyarakat melalui
got atau selokan dan resapan tanah.
6) Hasil pengamatan dari keluarga binaan rata-rata memiliki
kebun bunga.
7) Pelayanan Posyandu di beberapa lokasi pengkajian selama
pandemi ini tetap berjalan 1 bulan sekali dengan penerapan
protokol kesehatan.
8) Keluarga menggunakan pelayanan kesehatan dengan
berobat kepraktek dokter swasta, bidan, klinik swasta,
Rumah Sakit dan ke Puskesmas.
44
Distribusi Usia
3%
10%
15%
1 - 5 Th
11% 6 - 12 Th
13 - 20 Th
21 - 25 Th
26 - 49 Th
50 - 59 Th
20%
>=60 Th
31%
9%
2) Jenis Kelamin
Laki-Laki
46% Perempuan
54%
Distribusi Agama
4%
ISLAM
KRISTEN
KATHOLIK
HINDU
BUDHA
KONGHUCU
96%
Dsitribusi Pendidikan
1%
4%
PAUD
14% TK
24%
SD
SMP
SMA
S1
13%
BELUM SEKOLAH
TIDAK SEKOLAH
43%
5) Pekerjaan
Distribusi Pekerjaan
4% 3%
17%
PNS
HONORER
SWASTA
WIRAUSAHA
40% 8% LAINNYA
PELAJAR/MAHASISWA
TIDAK BEKERJA
27%
6) Suku
Diagram distribusi penduduk berdasarkan suku
Distribusi Suku
4%
22% JAWA
BANJAR
40% BUGIS
KUTAI
MINANG
LAINNYA
15%
18%
7) Kepemilikan BPJS
Diagram kepemilikan kartu BPJS
7%
ADA TIDAK
93%
8) Data ekonomi
Distribusi Penghasilan KK
8% 6%
<1 Jt
1-3 Jt
>3 Jt
86%
9) Kepemilikan Tabungan
Sales
25%
ADA
TIDAK ADA
75%
8%
PRIBADI
SEWA/KONTRAK
IKUT ORTU/KLG
85%
87%
12%
PAPAN
KEMARIK
SEMEN
TANAH
88%
ADA
TIDAK ADA
92%
Gambar
Distribusi Jendela Dibuka 3.14
Diagram
13%
Distribusi
Jendela
Dibuka
Tiap Hari
YA
TIDAK
87%
terdapat 87% (22 KK) membuka jendela tiap hari dan 13% (4
TERANG
REMANG-REMANG
GELAP
100%
27%
DEKAT
TERPISAH
TEMPEL DINDING
69%
YA
TIDAK
100%
rumah.
4%
8%
DIDEPAN
SAMPING
BELAKANG
TIDAK ADA
88%
12%
KEBUN
KOLAM
23% GARASI
TIDAK ADA
65%
31%
PDAM
SUMUR
GALON/MINERAL
69%
mineral/galon.
61
27%
MCK
MAMIN
MCK & MAMIN
73%
makan minum
62
92%
Berdasarkan diagram diatas dengan total 26 KK, terdapat 92% (24 KK)
yang jarak sumber air dengan septik tank lebih dari 10 meter, dan 8% (2
KK) yang jarak sumber air dengan septic tank kurang dari 10 meter.
35%
BAK
42% GENTONG
DRUM
TANDON
23%
23% (6 KK) menggunakan drum, dan 42% (11 KK) menggunakan Tandon
23%
TERBUKA
TERTUTUP
77%
tidak menutup tempat penampungan airnya dan 77% (20 KK) menutup
8%
12%
TIDAK BERWARNA,
BERBAU/BERASA
BERBAU/BERASA
BEWARNA
81%
sebanyak 81% (21 KK) kondisi air tidak berwarna, tidak berbau atau
berasa, 11% (3 KK) kondisi air berasa, 8 % (2 KK) kondisi air berwarna.
64
12%
ADA
TIDAK ADA
88%
Berdasarkan diagram diatas dengan total 26 KK, terdapat 88% (23 KK)
tidak terdapat jentik nyamuk dalam penampungan airnya, dan 12% (3 KK)
DITIMBUN
Tempat
DIBAKAR
TPS Keluarga
Membuang
Sampah.
92% Gambar 3. 27 Diagram
Distribusi Tempat Keluarga
Membuang Sampah
Berdasarkan diagram diatas dengan total 26 KK, terdapat 92% (24 KK)
ADA
TIDAK ADA/BERSERAKAN
100%
mereka.
66
42% TERBUKA
Ttertutup
58%
KK) keadaan tempat penampungan sampah tertutup dan 42% (11 KK)
penampungan sampahnya lebih dari 5 meter dari rumah dan 15%% (4 KK)
rumah.
68
JAMBAN/WC
100%
Berdasarkan
diagram diatas
dari 26 KK didapatkan 62% (16 KK) menggunakan jenis jamban closet dan
62%
memiliki pembuangan limbah berupa tanah resapan dan 38% (10 KK)
Diagram
Distribusi Kepemilikan Kandang Ternak
8%
ADA
TIDAK ADA
92%
100%
10
15
10
65
sarana kesehatan terdekat yaitu Rumah Sakit, 10% (3 KK) memiliki sarana
kesehatan terdekat yaitu praktik Dokter dan 10% (3 KK) memiliki sarana
bila sakit
10
10
20 60
memilih berobat ke Puskesmas bila sakit, 20% (5 KK) memilih ke Rumah Sakit
untuk berobat bila sakit, 10% (3 KK) memilih berobat ke praktik Dokter dan 10% (3
pelayanan kesehatan
30
70
Berdasarkan diagram diatas dengan total 26 KK, terdapat 70% (18 KK)
15
80
jiwa) memiliki sumber pendanaan kesehatan keluarga dari BPJS, 15% (15
kesehatan keluarga
10
90
Berdasarkan diagram diatas dengan total 26 KK, terdapat 90% (23 KK)
kesehatan.
15
80
memiliki jarak rumah < 1 km dengan sarana kesehatan dan 5% (1 KK) dan
yang di derita
11%
4%
6%
1%
1%
1%
76%
yang menderita penyakit Diare, dan 76% (75 jiwa) tidak memiliki masalah
kesehatan .
76
100
Gambar 3.43 Diagram Distribusi Anggota Keluarga / Tetangga Yang Menderita Sakit
DBD Sebelumnya
Penerapan 3M plus
100
Sudah Belum
pernah menderita DBD, terdapat 100% (26 KK) telah melakukan kegiatan
3M Plus .
Sales
31%
69%
Ya Tidak
Gambar 3.46 Diagram Distribusi Keteraturan Keluarga Memeriksa & Minum Obat
Hipertensi
25%
YA
TIDAK
75%
KK) memiliki anggota keluarga pasangan usia subur dan 25% (6 KK) tidak
24%
Ya Tidak
76%
usia subur, terdapat 76% (15 KK) merupakan akseptor KB dan 24% (5 KK)
6% IUD
25%
SUNTIK PIL
25%
IMPLANT
0%
KONDOM
13%
LAINNYA
TIDAK BER KB
0% 31%
kontrasepsi Suntik, 25% (4 KK) tidak ber KB, 13% (2 KK) menggunakan
7%
ADA
TIDAK
93%
memiliki ibu yang sedang hamil dalam keluarga dan 93% (24 KK) tidak
0-3 BLN
4-6 BLN
> 6 BLN
100%
Berdasarkan diagram diatas dari 2 orang ibu yang sedang hamil, 100%
PRIMI
MULTI
GRANDE
100%
20 THN
20 - 35 THN
> 35 THN
100%
kehamilannya
YA
TIDAK
100%
0 HR- 1 BLN
33% 0 HR - 3 BLN
0 HR- 6 BLN
7 BLN - 1 THN
67% > 1 THN
menyusui anaknya usia >1 dan 33% (1 orang) yang mmenyusui bayinya
YA
Tidak
100%
dibawa ke posyandu.
YA
Tidak
100%
YA
Tidak
100%
Hipertensi
30% Diabetes Melitus
Tidak Memiliki
Masalah
70%
lansia
MENGAJI/BACA KITAB
52%
JALAN-JALAN
7%
Posyandu Lansia.
30%
YA
TIDAK
70%
lansia) tidak pernah berkunjung ke Posyandu Lansia dan 30% (3 lansia) rutin
remaja.
Gambar 3.67 Diagram Distribusi Penggunaan Waktu Luang Anak Dan Remaja
Berdasarkan diagram diatas dari jumlah 28 anak dan remaja, 43% (12 orang)
bermain musik atau menonton TV, 11% (3 orang) menggunakan waktu luangnya
untuk olahraga dan 11% (3 orang) menggunakan waktu luangnya untuk aktivitas
keagama
BAB IV
PEMBAHASAN
Penajam Paser Utara yang dilakukan pada tanggal 11 Oktober 2021 s.d 06 November
2021 kemudian dijadikan satu kesatuan dalam bentuk laporan komunitas.
A. Pengkajian Komunitas
1. Tahap Orientasi
Dalam tahap orientasi mahasiswa melakukan pendekatan terhadap keluarga
binaan yang berada dilingkungan sekitar mahasiswa. Dalam tahap ini mahasiswa
mendapat persetujuan dari keluarga binaan untuk diadakannya kegiatan praktek
(intervensi dan implementasi keperawatan) komunitas secara daring. Hasil akhir
yang didapat adalah keluarga binaan dengan senang hati dan terbuka untuk
memberikan informasi akurat mengenai masalah-masalah kesehatan yang
mereka hadapi atau rasakan.
2. Pendataan
Setelah orientasi dan observasi awal dilakukan, maka selanjutnya dilakukan
pendataan pada keluarga binaan yang berada disekitar lngkungan mahasiswa.
Untuk efisiensi dan efektifitas waktu maka mahasiswa mendapatkan tanggung
jawab melakukan pendataan.
Pendataan dilakukan selama tiga hari, selain pada pagi dan siang hari,
pendataan dilakukan pula pada sore hari, hal ini disebabkan tidak semua
penduduk dapat ditemui pada pagi atau siang hari dikarenakan kesibukan aktifitas
hariannya dan selama pendataan tidak ditemukan penolakan atau penerimaan
negative dari keluarga binaan.
Masing-masing mahasiswa melakukan pendataan selama 15-20 menit,
proses pendataan meliputi wawancara dan observasi di dalam rumah terutama
untuk melihat kondisi jamban, sumber air dan kebersihan rumah. Proses
wawancara dilakukan dengan menggunakan format pengkajian yang telah
disediakan. Pertanyaan langsung diajukan kepada kepala keluarga atau anggota
keluarga yang ada dirumah.
Setelah itu mahasiswa melakukan observasi langsung kedalam rumah untuk
melihat keadaan WC, tempat air minum, sumber air minum yang digunakan. Hal
ini dimaksudkan untuk melihat secara langsung kondisi yang ada di lapangan dan
91
yang kami anggap paling relevan untuk memprioritaskan masalah kesehatan yang
ada di lingkungan sekitar mahasiswa.
Dalam Format Mueke digunakan 12 kriteria pemecahan masalah dengan skor
pembobotan antara 1-5 (Sangat rendah-rendah-cukup-tinggi- sangat tinggi). Hasil
dari perhitungan 12 kriteria itulah yang digunakan untuk memprioritaskan masalah
kesehatan dengan kemungkinan teratasi cukup tinggi. Hasil dari penapisan tersebut
pada akhirnya memprioritaskan pertama perilaku kesehatan cenderung beresiko di
keluarga binaan sekitar lingkungan mahasiswa kedua Manajemen kesehatan tidak
efektif pada keluarga binaan disekitar lingkungan mahasiwa ketiga Gangguan
proses keluarga pada keluarga binaan dilingkungan sekitar mahasiswa.
C. Intervensi
Dimulai sejak dilakukannya Musyawarah Masyarakat Desa 1 yang dihadiri oleh
mahasiswa, keluarga binaan, dan dosen pembimbing secara daring. Perencanaan
di komunitas harus berpedoman pada masalah utama yang ditemukan dan
pelaksanaannya harus disesuaikan dengan kemampuan atau kemauan masyarakat
dengan melibatkan peran serta petugas pelayananan kesehatan setempat.
Intervensi yang dilakukan hendaknya tidak mengganggu aktifitas atau kegiatan rutin
masyarakat. Optimalitas waktu pelaksanaan intervensi harus diukur seakurat
mungkin sehingga masyarakat mau melaksanakannya tanpa ada keterpaksaan.
Dari penapisan masalah dengan format Mueke ada empat prioritas masalah
yang menurut masyarakat harus ditangani sesegera mungkin. Berdasarkan prioritas
maka masalah yang harus ditangani tersebut adalah:
1. Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan kurang terpapar
informasi ditandai dengan gagal melakukan tindakan pencegahan masalah
kesehatan
Berdasarkan hasil pendataan di lingkungan sekitar tempat tinggal mahasiswa
dengan total 26 keluarga binaan yang berlokasi di beberapa daerah terdapat 70
% (18 KK) memiliki kebiasaan membeli obat bebas sebelum kepelayanan
kesehatan dan 30 % (8 KK) memiliki kebiasaan meminum obat tradisional
(herbal) sebelum ke pelayanan kesehatan.dari jumlah 10 lansia terdapat 70% (7
93
lansia) tidak pernah berkunjung ke Posyandu Lansia dan 30% (3 lansia) rutin
berkunjung ke Posyandu Lansia setiap bulan sebelum Pandemi
2. Manajemen kesehatan tidak efektif berhubungan dengan ketidakefektifan pola
perawatan keluarga ditandai dengan gagal menerapkan perawatan atau
pengobatan dalam kehidupan sehari-hari
Berdasarkan hasil pendataan di lingkungan sekitar tempat tinggal
mahasiswa yang berlokasi di beberapa daerah terdapat 70% (7 lansia) memiliki
penyakit Hipertensi, 30% (3 lansia) memiliki penyakit DM dari jumlah 10 lansia.
Hal ini dikarenakan warga yang mempunyai penyakit hipertensi tidak
mengkonsumsi obat secara teratur dan jarang melakukan aktivitas olahraga
ditambah lagi penyataan dari salah satu keluarga binaan yang mengatakan
lokasi puskesmas cukup jauh untuk di jangkau. Sehingga intervensi yang telah
didiskusikan bersama pada Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) 1 untuk
masalah ini adalah pelaksanaan pendidikan kesehatan terkait hipertensi
Strength Weakness
1. Kekuatan dari implementasi 1. Kunjungan lansia ke posyandu
adalah persiapan yang matang lansia masih kurang
sehingga kegiatan yang telah 2. Peserta yang tidak
direncanakan dapat terlaksana memperhatikan materi
dengan baik. penyuluhan yang telah diberikan
2. Kerjasama yang baik antara
teman kelompok, dengan job
description yang jelas, serta
setiap kegiatan yang akan
dilakukan ditunjuk penanggung
jawab dari masing-masing
kegiatan
3. Setiap kegiatan terdapat
penanggung jawab dari pihak
mahasiswa
4. Keoperatifan dari keluarga
memberikan ruang pada
95
Strength Weakness
1. Kekuatan dari implementasi 1. Pelaksanaan kegiatan
adalah persiapan yang matang penyuluhan disiang hari
sehingga kegiatan yang telah sehingga terdapat beberapa
direncanakan dapat terlaksana peserta mengantuk
dengan baik. 2. Waktu pelaksanaan acara
2. Kerjasama yang baik antara penyuluhan mundur 30 menit
teman kelompok, dengan job
description yang jelas, serta
setiap kegiatan yang akan
dilakukan ditunjuk penanggung
jawab dari masing-masing
kegiatan
3. Setiap kegiatan terdapat
penanggung jawab dari pihak
mahasiswa
4. Keoperatifan dari keluarga
memberikan ruang pada
mahasiswa untuk melakukan
penyuluhan
5. Antusiasme dari peserta di
lingkungan sekitar mahasiswa
cukup baik
6. Pembuatan pre planning yang
dibuat sebelum pelaksanaan
kegiatan
Opportunity Treath
1. Adanya dukungan positif dari 1. Kesadaran masyarakat tentang
Pembimbing Akademik dan gaya hidup yang sehat masih
masyarakat dilingkungan sekitar kurang
97
Strength Weakness
1. Kekuatan dari implementasi adalah 1. Peserta yang tidak memperhatikan
persiapan yang matang sehingga mengenai materi penyuluhan yang
kegiatan yang telah direncanakan telah diberikan
dapat terlaksana dengan baik.
2. Kerjasama yang baik antara teman
kelompok, dengan job description
yang jelas, serta setiap kegiatan
yang akan dilakukan ditunjuk
penanggung jawab dari masing-
masing kegiatan
3. Setiap kegiatan terdapat
penanggung jawab dari pihak
mahasiswa
4. Keoperatifan dari keluarga
memberikan ruang pada
mahasiswa untuk melakukan
penyuluhan
98
1. Evaluasi struktur
Evaluasi struktur merupakan evaluasi terhadap persiapan-persiapan yang
diperlukan selama pelaksanakan kegiatan, meliputi: pre planning, kontrak waktu
dan tempat, serta media yang digunakan. Dengan adanya evaluasi terhadap
struktur kegiatan, akan memberi arah pada kemantapan persiapan yang harus
dilakukan sehingga perencanaan kegiatan akan lebih matang dan dapat memilih
waktu yang tepat serta media sesuai dengan jumlah dan karakteristik sasaran.
Dari keseluruhan kegiatan yang telah dilaksanakan, mahasiswa telah
mempersiapkan pre planning, kontrak waktu dan tempat dengan warga, serta
media yang digunakan disiapkan dengan baik.
Pre planning dalam hal ini adalah pemilihan penanggung jawab yang
berasal dari warga dan mahasiswa untuk setiap kegiatan yang dilakukan pada
saat pelaksanaan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) 1. Begitu pula dengan
waktu dan tempat yang telah disepakati bersama warga binaan. Dimana ada
beberapa kegiatan seperti penyuluhan penyakit Hipertensi terkhusus manajemen
gaya hidup yang baik untuk penderita hipertensi. Sedangkan media yang
digunakan telah disesuaikan dengan jenis kegiatan, tempat pelaksanaan
kegiatan, dan sasaran kegiatan.
2. Evaluasi proses
Pentingnya melakukan evaluasi proses kerja adalah untuk mengetahui
suatu kegiatan yang dilakukan dari seberapa besar partisipasi audience atau
sasaran dalam mengikuti suatu kegiatan, halini sangat berhubungan dengan
topik yang tertuang, kebutuhan masyarakat, serta media yang dibutuhkan. Pada
setiap kegiatan yang telah dilaksanakan sebagian besar telah ditentukan
topiknya dengan mempertimbangkan kebutuhan masyarakat, serta pengkajian
yang dilakukan secara sistematis berdasarkan prioritas masalah yang
ditemukan, sedangkan penggunaan media telah disesuaikan dengan jumlah
audience dan tingkat pendidikan serta usia rata-rata audience atau sasaran.
Akan tetapi, evaluasi proses yang dilakukan menonjolkan kuantitasnya saja,
karena batasan evaluasi lebih condong pada ada tidaknya kriteria yang
100
ditentukan saat sebelum pelaksanaan kegiatan, namun evaluasi ini akan lebih
sempurna apabila diukur juga secara kualitasnya dengan cara mengobservasi
lebih lanjut terhadap setiap item yang terdapat pada evaluasi proses.
3. Evaluasi hasil
Peningkatan pengetahuan dan tahapan dari perubahan merupakan
indikator dalam melakukan evaluasi hasil. hal ini digambarkan oleh Maslow
(1954), yaitu adanya tuntutan setelah terjadi peningkatan pengetahuan dan
sesuai dengan pendapat Kurt Lewin (1991), yang menjelaskan bahwa salah
satu tahapan dari perubahan yaitu pencairan atau unfreezing, yaitu motivasi
yang kuat untuk beranjak dari keadaan semula dan berubahnya keseimbangan
yang ada, merasa perlu untuk berubah dan berupaya untuk berubah,
menyiapkan diri dan siap untuk berubah atau melakukan perubahan.
1. Perilaku Penyuluhan edukasi Sebagian besar
kesehatan perilaku upaya masyarakat merespon
cenderung peningkatan Kesehatan dengan baik dan
beresiko dilingkungan sekitar mengajukan pertanyaan
tempat tinggal mahasiswa saat diberikan
dengan menjelaskan kesempatan bertanya
pentingnya cara Sebagian besar
menkonsumsi obat masyarakat mampu
dengan benar dan menjawab pertanyaan
bahayanya jika membeli yang diajukan oleh
obat diwarung tanpa penyuluh disesi tanya
resep dokter jawab
2. Manajemen Penyuluhan terkait Sebagian besar
kesehatan tidak penyakit Hipertensi (gaya masyarakat merespon
efektif terhadap hidup) dengan baik dan
penyakit mengajukan pertanyaan
hipertensi saat diberikan
kesempatan bertanya
Sebagian besar
101
masyarakat mampu
menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh
penyuluh disesi tanya
jawab
Pemeriksaa tekanan Hanya sebagian kecil
darah masyarakat yang rutin
periksa tekanan
darahnya
3. Gangguan Penyuluhan edukasi Sebagian besar
proses keluarga proses keluarga tentang masyarakat merespon
ditandai dengan pentingnya komunikasi dengan baik dan
kurangnya antar keluarga dalam satu mengajukan pertanyaan
komunikasi rumah saat diberikan
secara terbuka kesempatan bertanya
diantara anggota Sebagian besar
keluarga binaan masyarakat mampu
menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh
penyuluh disesi tanya
jawab
Berdiskusi bersama Sebagian besar anak
tentang dukungan sosial remaja dilingkungan
yang baik untuk diberikan sekitar mahasiswa lebih
Menganjurkan keluarga suka menghabiskan
untuk lebih sering waktunya untuk bermain
melakukan aktivitas rutin smartpone
yang dapat dilakukan Tidak terdapatnya anak
bersama remaja yang ikut dalam
proses diskusi
Menganjurkan keluarga Sebagian besar
untuk lebih sering masyarakat merespon
102
4. Mahasiswa
Kegiatan praktik komunitas dan keluarga yang telah dilaksanakan pada
masyarakat di sekitar mahasiswa Program Profesi Ners Universitas
Muhammadiyah Kalimantan Timur diharapkan dapat melakukan pengkajian
keperawatan yang lebih mendalam sehingga hasil yang diharapkan lebih akurat
dan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak WI., Nurul C., Joko S 2015 Standar Asuhan Keperawatan dan prosedur
tetap dalam Praktik Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
105
106
LAMPIRAN
107
108