Anda di halaman 1dari 114

LAPORAN MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA (MMD)

KEPERAWATAN KOMUNITAS DAN KELUARGA DENGAN MASALAH


DARAH TINGGI (HIPERTENSI)
Dosen Pembimbing : Ns. Alfi Arif F.,M.Kep

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 7

Abdul Muis 2011102412020


Eksa Hentin Sekarningrum 2011102412054
Hardian 2011102412018
Hardiyanti Wardanah 2011102412027
Ismi Nurina Sari 2011102412093
Jihan Safitri 2011102412052
Julita Pratiwi 2011102412034
May Fajriani 2011102412086
Mentari Apriani 2011102412065
Mira Wati 2011102412073
Nur Asiyah 2011102412053
Resta Revalda Ningsih 2011102412056
Riscananda Novia Armah 2011102412082

PROGRAM PENDIDIKAN KEPERAWATAN PROFESI


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
2021
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Daftar Isi i
Daftar Gambar ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Pendahuluan 1
B. Tujuan Penulisan 4
C. Metode Pengumpulan Data 5
D. Ruang Lingkup 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas 8
B. Konsep Hipertensi Pada Lansia 29
BAB III APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN
A. Tahap Persiapan 38
B. Tahap Pengkajian 39
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian Komunitas 86
B. Diagnosa Keperawatan Komunitas 87
C. Intervensi 88
D. Implementasi Keperawatan Komunitas 89
E. Evaluasi Keperawatan Komunitas 94
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 99
B. Saran 99
DAFTAR PUSTAKA 101
LAMPIRAN

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Diagram Distribusi Umur Penduduk

Gambar 3.2 Diagram Distribusi Jenis Kelamin Penduduk

Gambar 3.3 Diagram Distribusi Agama Penduduk

Gambar 3.4 Diagram Distribusi

Gambar 3.5 Diagram Distribusi Pekerjaan Penduduk

Gambar 3.6 Diagram Distribusi Suku

Gambar 3.7 Diagram Kepemilikan Kartu BPJS

Gambar 3.8 Diagram Distribusi Penghasilan KK perbulan

Gambar 3.9 Diagram Distribusi Kepemilikan Tabungan Keluarga

Gambar 3.10 Diagram Status Kepemilikan Rumah Penduduk

Gambar 3.11 Diagram Distribusi Tipe Rumah Penduduk

Gambar 3.12 Diagram Distribusi Lantai Rumah Penduduk

Gambar 3.13 Diagram Distribusi Tersedia Jendela Tiap Kamar


Rumah

Gambar 3.14 Diagram Distribusi Jendela Dibuka Tiap Hari

Gambar 3.15 Diagram Distribusi Pencahayaan Rumah di Siang


Hari

Gambar 3.16 Diagram Distribusi Jarak Rumah DenganTetangga

Gambar 3.17 Diagram Distribusi Halaman Di Sekitar Rumah

Gambar 3.18 Diagram Distribusi Lokasi Halaman Rumah

Gambar 3.19 Diagram Distribusi Pemanfaatan Halaman Rumah

Gambar 3. 20 Diagram Distribusi Sumber Air Untuk Masak Dan


Minum

ii
Gambar 3. 21 Diagram Distribusi Sumber Air PDAM / Sumur
Penduduk

Gambar 3.22 Diagram Distribusi Jarak Sumber Air Dengan Septic


Tank

Gambar 3.23 Diagram Distribusi Tempat Penampungan Air


Sementara

Gambar 3.24 Diagram Distribusi Kondisi Tempat Penampungan Air

Gambar 3.25 Diagram Distribusi Kondisi Air Dalam Penampungan

Gambar 3.26 Diagram Distribusi Terdapat Jentik Nyamuk di


Penampungan Air

Gambar 3. 27 Diagram Distribusi Tempat Keluarga Membuang


Sampah

Gambar 3.28 Diagram Distribusi Tempat Penampungan Sampah


Sementara

Gambar 3.29 Diagram Distribusi Keadaan Tempat Penampungan


Sampah

Gambar 3.30 Diagram Distribusi Jarak Tempat Penampungan


Sampah dengan Rumah

Gambar 3.31 Diagram Distribusi Kebiasaan Keluarga BAB & BAK

Gambar 3.32 Diagram Distribusi Jenis Jamban Yang Digunakan

Gambar 3.33 Diagram Distribusi Pembuangan Air Limbah

Gambar 3.34 Diagram Distribusi Kepemilikan Kandang Ternak

Gambar 3.35 Diagram Distribusi Kondisi Kandang Ternak

Gambar 3.36 Diagram Distribusi Sarana Kesehatan terdekat

Gambar 3.37 Diagram Distribusi Kebiasaan Keluarga Berobat

iii
Gambar 3.38 Diagram Distribusi Kebiasaan Keluarga Sebelum
Ke Pelayanan Kesehatan

Gambar 3.39 Diagram Distribusi Sumber Pendanaan Kesehatan


Keluarga

Gambar 3.40 Diagram Distribusi Sarana Transportasi Ke


Pelayanan Kesehatan Keluarga

Gambar 3.41 Diagram Distribusi Jarak Rumah Dengan Sarana


Kesehatan

Gambar 3.42 Diagram Distribusi Masalah kesehatan Anggota


Keluarga Yang Diderita

Gambar 3.43 Diagram Distribusi Anggota Keluarga / Tetangga


Yang Menderita Sakit DBD Sebelumnya

Gambar 3.44 Diagram Distribusi Keluarga Melakukan Kegiatan 3 M


Plus

Gambar 3.46 Diagram Distribusi Keteraturan Keluarga


Memeriksa & Minum Obat Hipertensi

Gambar 3.47 Diagram Distribusi Keluarga Dengan Pasangan


Usia Subur

Gambar 3.48 Diagram Distribusi Keluarga Akseptor KB

Gambar 3.54 Diagram Distribusi Jenis Kontrasepsi Yang


Digunakan

Gambar 3.55 Diagram Distribusi Ibu Hamil Dalam Keluarga

Gambar 3.56 Diagram Distribusi Umur Kehamilan

Gambar 3.58 Diagram Distribusi Jumlah Kehamilan

Gambar 3.58 Diagram Distribusi Usia Ibu

Gambar 3.59 Diagram Distribusi Pemeriksaan Ibu Hamil

iv
Gambar 3.60 Diagram Distribusi Ibu Yang Menyusui Dalam
Keluarga

Gambar 3.61 Diagram Distribusi Balita Yang Di Bawa Ke


Posyandu

Gambar 3.62 Diagram Distribusi Balita Diimunisasi Dasar


Lengkap

Gambar 3.63 Diagram Distribusi Kepemilikan KMS

Gambar 3.64 Diagram Distribusi Penyakit Pada Lansia

Gambar 3.65 Diagram Distribusi Pemanfaatan Waktu Luang Pada


Lansia

Gambar 3.66 Diagram Distribusi Lansia Mengikuti Posyandu Lansia

Gambar 3.67 Diagram Distribusi Penggunaan Waktu Luang Anak


Dan Remaja

v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Pembangunan kesehatan saat ini yang sudah di deklarasikan
adalah Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan upaya
pembangunan berkelanjutan yang menjadi acuan dalam kerangka
pembanggunan dan perundingan negara - negara di dunia sebagai
pengganti pembangunan global Millenium Development Goals (MDGs)
yang telah berakhir 2 Agustus tahun 2015. SDGs memiliki beberapa
tujuan, diantaranya menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong
kesejahteraan bagi semua orang di segala usia, (Perpres, 2017).
Pencapaian SDGs dengan menjadikan masyarakat yang mandiri
dan dapat menolong dirinya sendiri. Masyarakat sebagai warga
negara Indonesia seharusnya berkomitmen penuh untuk
melaksanakan dan menyukseskannya. Dengan demikian suksesnya
implementasi SDGs di Indonesia tidak terlepas dari masalah
ketersediaan data, untuk mendukung pelaksanaan SDGs di Indonesia,
(BPS, 2016).
Menuju masyarakat mandiri tidak terlepas dari kegiatan
keperawatan di masyarakat. Keperawatan komunitas sebagai suatu
bidang keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan
peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan
promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan
perawatan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu
sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan untuk
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, (Mubarak,
dkk. 2012).

1
2

Penyelenggaraan upaya kesehatan untuk mencapai peningkatan


derajat hidup sehat bagi setiap penduduk yang termuat didalam sistem
kesehatan nasional atau SKN dengan tujuan agar dapat mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur
kesejahteraan umum dari tujuan nasional, (Perpres. 2012). Hal ini
sesuai dengan yang telah diberlakukannya UU no.23 tahun 1992 yaitu
pasal 5 yang menyatakan bahwa setiap orang berkewajiban untuk ikut
serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan.
Sejak tahun 2016, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
telah meluncurkan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga (PIS - PK) merupakan salah satu program pemerintah
mewujudkan VISI dan MISI Presiden pada agenda ke 5 dalam 9
Agenda Prioritas (NAWA CITA): Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia
dalam Rencana Strategis Kemenkes 2015 - 2019 yaitu penerapan
paradigma, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan
nasional (JKN) melalui pendekatan keluarga, (Permenkes. 2016).
Tujuan pendekatan keluarga salah satunya adalah untuk
meningkatkan akses keluarga pada pelayanan kesehatan yang
komprehensif dan bermutu. PIS-PK dilaksanakan dengan ciri sasaran
utama adalah keluarga, mengutamakan upaya promotif-preventif,
disertai penguatan upaya kesehatan berbasis masyarakat, kunjungan
rumah dilakukan secara aktif dan melalui pendekatan siklus
kehidupan. Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan terkait
penanganan penyakit menular dan tidak menular yang salah satunya
adalah penyakit hipertensi (Sarkomo, 2016).
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan
darah tinggi secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari
140 mmHg, tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau
3

penyakit darah tinggi merupakan suatu keadaan peredaran darah


meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih
cepat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan
nutrisi di dalam tubuh (Koes Irianto, 2014).
Dewasa ini ada sekitar 422 juta orang penyandang hipertensi yang
berusia 18 tahun di seluruh dunia atau 8,5% dari penduduk dunia.
Namun 1 dari 2 orang dengan penderita hipertensi tidak tahu bahwa
dia penyandang hipertensi. Oleh karena itu sering ditemukan penderita
hipertensi pada tahap lanjut dengan komplikasi seperti serangan
jantung, stroke.
Di Indonesia data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi hipertensi dari
5,7% tahun 2007 menjadi 6,9% atau sekitar 9,1 juta pada tahun 2013.
Data Sample Registration Survey tahun 2014 menunjukkan bahwa
hipertensi merupakan penyebab kematian terbesar nomor 3 di
Indonesia dengan prosentasi sebesar 6,7% setelah stroke dan
penyakit jantung. Pelayanan kesehatan pada penyakit hipertensi di
tingkat keluarga dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan. Asuhan keperawatan yang diberikan kepada
keluarga meliputi pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi keperawatan yang
bertujuan agar pelayanan kesehatan yang dilaksanakan bisa efektif
dan komprehensif. Semua pelayanan itu diterapkan pada semua
tatanan puskesmas (Koes Irianto, 2014).
Dalam rangka mewujudkan pembangunan kesehatan, mahasiswa
S1 program profesi Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Kalimantan Timur melaksanakan praktek keperawatan komunitas dan
keluarga. Tujuan dari praktek tersebut adalah untuk memberikan
asuhan keperawatan pada individu, keluarga, dan masyarakat dengan
4

melakukan penekanan usaha pencegahan penyakit, pemeliharaan


kesehatan dan memandirikan keluarga, masyarakat untuk dapat
meningkatkan serta mempertahankan derajat kesehatan yang optimal.
Praktek keperawatan komunitas dan keluarga ini dilakukan pada
26 Kepala Keluarga pasien kelolaan 13 mahasiswa kelompok 7
dikarenakan terkendalanya waktu dan pelaksanaan diakibatkan oleh
pandemik Covid-19. Adapaun karakteristik khusus dengan berbagai
permasalahan kesehatan yang ditemukan 26 Keluarga ini merupakan
pasien binaan kelompok 7 profesi keperawatan dimana sasarannya
masalah kesehatan yang berisiko tinggi, baik ibu hamil, balita, anak
sekolah, remaja, dewasa dan lansia yang mempunyai masalah
kesehatan individu maupun lingkungannya.
Berdasarkan hasil identifikasi masalah kesehatan bersama
keluarga pada tanggal 25-30 Oktober 2021 masalah-masalah
kesehatan yang ditemukan pada pasien kelolaan, adalah hipertensi.
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan kelompok dan
penyusunan prioritas masalah yang dilaksanakan bersama pada 26
Kepala Keluarga telah disepakati bersama bahwa masalah kesehatan
yang akan diselesaikan adalah masalah kesehatan hipertensi dalam
rumah tangga yang telah kami dapatkan pada saat kami melakukan
pengkajian.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaporkan praktek keperawatan komunitas dengan menerapkan
konsep-konsep keperawatan komunitas guna meningkatkan
kemampuan mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan
komunitas pada 26 Kepala Keluarga
5

2. Tujuan Khusus
Setelah dilaksanakan praktek keperawatan komunitas, diharapkan
mahasiswa mampu:
a. Memberikan gambaran kondisi kesehatan yang ada pada 26
keluarga kelolaan
b. Menganalisa kondisi kesehatan yang ada pada 26 keluarga
kelolaan
c. Menyusun rencana kegiatan Plan Of Action (POA) bersama
masyarakta untuk
d. Menyelesaikan masala-masalah kesehatan pada 26 keluarga
kelolaan
e. Melaksanankan kegiatan sesuai POA yang telah dibuat untuk
menyelesaikan masalah kesehatan yang ditemukan pada 26
keluarga kelolaan
f. Mengevaluasi hasil kegiatan yang telah dilakukan dalam
mengatasi masalah yang ada di masyarakat dan selanjutnya
menyusun rencana kegiatan POA untuk menyelesaikan masala-
masalah kesehatan pada 26 keluarga kelolaan
g. Mendokumentasikan dan melaporkan hasil kegiatan selama
praktek keperawatan komunitas pada 26 keluarga kelolaan
Program Studi Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Kalimantan Timur.

C. Metode Pengumpulan Data


Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan laporan
keperawatan komunitas ini adalah metode deskriptif, yang bertujuan
memperoleh gambaran tentang masalah kesehatan masyarakat pada
keluarga kelolaan kelompok 7 yang terjadi saat ini dengan
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
6

1. Wawancara
Pengumpulan data yang menggunakan tanya jawab secara
langsung dari aspek sosial budaya, ekonomi, kebiasaan,
kebersihan, lingkungan dan sebagainya yang dilakukan kepada
masyarakat.
2. Observasi
Dilakukan dengan winshell survey yaitu mengamati hal-hal
yang mendukung terjadinya masalah dalam Keperawatan
Komunitas. Misalnya, yang berkaitan dengan lingkungan,
kebiasaan dan sebagainya.
3. Studi Kepustakaan
Dengan mempelajari buku-buku referensi yang terkait dengan
asuhan keperawatan komunitas yaitu mengumpulkan bahan-
bahan yang berkaitan dengan masalah kesehatan dan sumber-
sumber Asuhan Keperawatan Komunitas.
4. Angket
Angket dibuat berdasarkan referensi yang berkaitan dengan
penyakit hipertensi, diabetes melitus, kolesterol penyakit yang
disebarkan kepada masyarakat untuk memperoleh data.

D. Ruang Lingkup
Penulisan laporan akhir praktek keperawatan komunitas ini berisi
tentang pembahasan kegiatan-kegiatan mahasiswa profesi Ners
Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur kepada 26 keluarga
kelolaan. Kegiatan praktek keperawatan komunitas dilakukan dari 25 –
30 Oktober 2021 dengan agenda menyelesaikan masalah kesehatan
yang ada.
Masalah kesehatan tersebut didapatkan dengan melakukan
survey melalui kuesioner oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah
7

Kalimantan Timur. Masalah-masalah yang akan di survey lebih lanjut


dibatasi pada:
1. Masalah lingkungan dan sanitasi
2. Masalah perilaku tidak sehat
3. Masalah kesehatan ibu hamil dan pasangan usia subur
4. Masalah kesehatan bayi dan balita
5. Masalah kesehatan lansia
6. Masalah kesehatan masyarakat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas


1. Definisi
Keperawatan komunitas merupakan pelayanan keperawatan
profesional yang ditujukan pada masyarakat dengan resiko tinggi
agar mampu mencapai ststus drajat kesehatan yang optimal
melalui melalui upaya peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemeliharaan dan rehabilitas dengan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan
melibatkan klien klien sebagai mitra dalam perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan (CHN, 1977 dalam
Kartiningrum, 2017).
Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan
profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan
pendekatan pada kelompok resiko tinggi dalam upaya pencapaian
derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien
sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pelayanan keperawatan. Pelayanan Keperawatan Komunitas
adalah seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga dan
kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk didaerah
kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau
termasuk kelompok bayi, balita, lansia dan ibu hamil (Veronica,
Nuraeni, & Supriyono, 2017).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan
keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontinyu,

8
9

dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah


kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui
langkah-langkah seperti pengkajian, perencanaan, implementasi,
dan evaluasi keperawatan (Wahyudi, 2010 dalam kartiningrum,
2017). Stanhope & Lancaster (2020) menjelaskan bahwa
komunitas atau masyarakat adalah kumpulan orang yang hidup
bersama dalam suatu daerah atau suatu lokasi, membentuk
budaya dan salaing berinteraksi satu dengan lainnya, bersifat
berkelanjutan serta terikat oleh identitas bersama.
Menurut ANA (American Nurse Association) keperawatan
kesehatan komunitas adalah sintesis prakitk keperawatan klinis
dan kesehatan masyarakat yang bersifat konferhensif, hilistis dan
berlangsung secara terus mennerus, dilakuakan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan populasi dengan fokus prakitk pada
upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan kuratif dan
rehabilitatif serta ditujukan pada masyarakat secara keseluruhan
baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Nies and
McEwen, 2019).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
perawatan kesehatan komunitas adalah suatu bidang dalam ilmu
keperawatan yang merupakan keterpaduan antara keperawatan
dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta
masyarakat, serta mengutamakan pelayanan promotif dan
preventif secara berkesinambungan dengan tanpa mengabaikan
pelayanan kuratif dan rehabilitatif, secara menyeluruh dan terpadu
ditujukan kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk
ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal.
10

2. Tujuan Keperawatan Komunitas


a. Tujuan Umum

Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat


sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat
menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan kapasitas yang
mereka miliki. Tujuan proses keperawatan dalam komunitas
adalah untuk pencegahan dan peningkatan kesehatan
masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut :
1) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care)
terhadap individu, keluarga dan kelompok dalam konteks
komunitas.
2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh
masyarakat (health general community) dengan
mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan
masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga, individu,
dan kelompok.
b. Tujuan Khusus
Secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat mempunyai kemampuan untuk :
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami
2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan
masalah tersebut
3) Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah
kesehatan atau
4) Menanggulangi masalah kesehatan atau keperawatan
yang mereka hadapi
5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang
mereka hadapi, yang akhirnya dapat meningkatkan
11

kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri


(self care).
6) Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah
kesehatan atau keperawatan
7) Mendorong dan menigkatkan partisipasi masyarakat dalam
pelayanan kesehatan atau keperawatan
8) Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan
secara mandiri
9) Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan
kesehatan

3. Fungsi Keperawatan Komunitas


Fungsi dari keperawatan Komunitas yaitu sebagai berikut :
a. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan
ilmiah bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam
memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan.
b. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai
dengan kebutuhannya dibidang kesehatan
c. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan
pemecahan masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta
melibatkan peran serta masyarakat
d. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan
dengan permasalahan atau kebutuhannya sehingga
mendapatkan penanganan dan pelayanan yang cepat dan
pada akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhan
(Mubarak, 2015)

4. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas


Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai
12

berikut:
a. Proses kelompok (Group Process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit,
tentunya setelah belajar dari pengalaman – pengalaman
seseorang sebelumnya, selain faktor pendidikan/pengetahuan
individu, media masa, Televisi, penyuluhan yang dilakukan
petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga dengan
masalah kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya
gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan
sebelumnya sangat mempengaruhi upaya penangan atau
pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika masyarakat
sadar bahwa penangan yang bersifat individual tidak akan
mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu,
maka mereka telah melakukan pemecahan- pemecahan
masalah kesehatan melalui proses kelompok.
b. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku
yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan hanya
sekedar proses transfer materi/teori dari seseorang ke orang
lain dan bukan pula seperangkat prosedur. Akan tetapi,
perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari dalam diri
individu, kelompok atau masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan
dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang
Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu
¨meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental dan
sosialnya; sehingga produktif secara ekonomi maupun secara
sosial.
c. Kerjasama (Partnership)
13

Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam


lingkungan masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan
menjadi ancaman bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh
karena itu, kerja sama sangat dibutuhkan dalam upaya
mencapai tujuan asuhan keperawatan komunitas melalui
upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan masyarakat
akan dapat diatasi dengan lebih cepat.

5. Pusat Kesehatan Komunitas


Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat
dilakukan di berbagai tempat antara lain :
a. Sekolah atau Kampus
Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan meliputi
pendidikan pencegahan penyakit, peningkatan derajat
kesehatan dan pendidikan seks. Selain itu perawata yang
bekerja di sekolah dapat memberikan perawatan untuk peserta
didik pada kasus penyakit akut yang bukan kasus kedaruratan
misalnya penyakit influensa, batu dll. Perawat juga dapat
memberikan rujukan pada peserta didik dan keluarganya bila
dibutuhkan perawatan kesehatan yang lebih spesifik.
b. Lingkungan Kesehatan Kerja
Beberapa perusahaan besar memberikan pelayanan kesehatan
bagi pekerjanya yang berlokasi di gedung perusahaan tersebut.
Asuhan keperawatan di tempat ini meliputi lima bidang.
Perawatan menjalankan program yang bertujuan untuk :
1) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan
mengurangi jumlah kejadian kecelakaan kerja
2) Menurunkan resiko penyakit akibat kerja
3) Mengurangi transmisi penyakit menular antar pekerja
14

4) Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan


penyakit, dan pendidikan kesehatan
c. Lembaga Perawatan Kesehatan di Rumah
Klien sering kali membutuhkan asuhan keperawatan khusus
yang dapat diberikan secara efisien di rumah. Perawat di
bidang komunitas juga dapat memberikan perawatan
kesehatan di rumah misalnya: perawata melakukan kunjungan
rumah, hospice care, home care dll. Perawat yang bekerja di
rumah harus memiliki kemampuan mendidik, fleksibel,
berkemampuan, kreatif dan percaya diri, sekaligus memiliki
kemampuan klinik yang kompeten
d. Lingkungan Kesehatan Kerja Lain

Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat

bekerja dan memiliki peran serta tanggungjawab yang

bervariasi. Seorang perawat dapat mendirikan praktek sendiri,

bekerja sama dengan perawata lain, bekerja di bidang

pendididkan , penelitian, di wilayah binaan, puskesmas dan lain

sebagainya. Selain itu, dimanapun lingkungan tempat kerjanya,

perawat ditantang untuk memberikan perawatan yang

berkualitas (Mubarak, 2015).


15

6. Bentuk Pendekatan dan Partisipasi Masyarakat


a. Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat
dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan
kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan
dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan
bayi (Depkes, 2017).
Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan
posyandu. Secara sederhana dapat diartikan sebagai pusat
kegiatan dimana masyarakat dapat sekaligus memperoleh
pelayanan KB dan Kesehatan. Selain itu posyandu juga dapat
diartikan sebagai wahana kegiatan keterpaduan KB dan
kesehatan ditingkat kelurahan atau desa, yang melakukan
kegiatan-kegiatan seperti kesehatan ibu dan anak,Keluarga
Berencana, imunisasi, peningkatan gizi, sanitasi dasar,
penyediaan obat (Depkes, 2017).
Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu, hal
ini bertujuan untuk memberikan kemudahan dan keuntungan
bagi masyarakat karena di posyandu tersebut masyarakat
dapat memperolah pelayanan lengkap pada waktu dan tempat
yang sama. Posyandu dipandang sangat bermanfaat bagi
masyarakat namun keberadaannya di masyarakat kurang
berjalan dengan baik, oleh karena itu pemerintah mngadakan
revitalisasi posyandu. Revitalisasi posyandu merupakan upaya
16

pemberrdayaan posyandu untuk megurangi dampak dari krisis


ekonomi terhadap penurunan status gizi dan kesehatan ibu
dan anak. Kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan
pemberdayaan masyarakat dalam menunjang upaya
mempertahankan dan meningkatkan status gizi serta
kesehatan ibu dan anak melalui peningkatan kemampuan
kader, manajemen dan fungsi posyandu (Depkes,2017).
Tujuan pokok penyelenggaraan Posyandu adalah untuk :
1) Mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak
2) Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan
IMR
3) Mempercepat penerimaan NKKBS ( Norma Keluarga Kecil
Bahagia dan Sejahtera).
4) Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan lain
yang menunjang peningkatan kemampuan hidup sehat
5) Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan pada
penduduk berdasarkan letak geografi.
6) Meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat
dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha
kesehatan masyarakat.
Menurut (Depkes,2017) untuk menjalankan kegiatan Posyandu
dilakukan dengan system meja, system 5 meja yaitu terdiri
dari :
1) Meja 1
- Pendaftaran
- Pencacatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan
PUS (Pasangan Usia Subur)
17

2) Meja 2
- Penimbangan balita dann ibu hamil
3) Meja 3
- Pengisian KMS
4) Meja 4
-Diketahui BB anak yang naik/tidak naik, ibu hamil dengan
resiko tinggi, PUS yang belum mengikuti KB
-Penyuluhan kesehatan
-Pelayanan PMT, oralit, Vit. A, Tablet zat besi, Pil
ulangan, Kondom
5) Meja 5
-Pemberian imunisasi
-Pemeriksaan Kehamilan

Salah satu model keperawatan kesehatan komunitas yaitu


Model Health Care System (Betty Neuman, 1972). konsep ini
merupakan model konsep yang menggambarkan aktivitas
keperawatan, yang ditujukan kepada penekanan penurunan
stress dengan cara memperkuat garis pertahanan diri, baik
yang bersifat fleksibel, normal, maupun resisten dengan
sasaran pelayanan adalah komunitas (Mubarak & Chayatin,
2016). Teori Betty Neuman berpijak pada metaparadigma
keperawatan yang terdiri dari yang terdiri dari klien, lingkungan,
kesehatan dan keperawatan.Asumsi Betty Neuman tentang
empat konsep utama yang terkait dengan keperawatan
komunitas adalah:
1) Manusia, merupakan suatu sistem terbuka yang selalu
mencari keseimbangan dari harmoni dan merupakan suatu
kesatuan dari variabel yang utuh, yaitu: fisiologi, psikologi,
18

sosiokultural, perkembangan dan spiritual


2) Lingkungan, meliputi semua faktor internal dan eksternal atau
pengaruh-pengaruh dari sekitar atau sistem klien.
3) Sehat, merupakan kondisi terbebas dari gangguan
pemenuhan kebutuhan. Sehat merupakan keseimbangan
yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan menghindari
atau mengatasi stresor.

Skema 1. Sehat Bersifat Dinamis

Sehat menurut Neuman adalah suatu keseimbangan bio,


psiko, cultural dan spiritual pada tiga garis pertahanan klien,
yaitu garis pertahanan fleksibel, normal dan resisten. Sehat
dapat diklasifikasikan dalam delapan tahapan, yaitu:
1) Normally well, yaitu sehat secara psikologis, medis dan
social
2) Pessimistic, yaitu bersikap atau berpandangan tidak
mengandung harapan baik (misalnya khawatir sakit, ragu
akan kesehatannya, dan lain-lain)
3) Socially ill, yaitu secara psikologis dan medis baik, tetapi
kurang mampu secara social, baik ekonomi maupun
interaksi social dengan masyarakat
4) Hypochondriacal, yaitu penyakit bersedih hati dan kesedihan
tanpa alasan
5) Medically ill, yaitu sakit secara medis yang dapat diperiksa
19

dan diukur
6) Martyr, yaitu orang yang rela menderita atau meninggal dari
pada menyerah karena mempertahankan
agama/kepercayaan. Dalam kesehatan, seseorang yang
tidak memperdulikan kesehatannya, dia tetap berjuang untuk
kesehatan/keselamatan orang lain
7) Optimistic, yaitu meskipun secara medis dan social sakit,
tetapi mempunyai harapan baik. Keadaan ini sering kali
sangat membantu dalam penyembuhan sakit medisnya
8) Seriously ill, yaitu benar-benar sakit, baik secara psikologis,
medis dan sosial
7. Hubungan Konsep Keperawatan Komunitas Dengan Pelayanan
Kesehatan Utama
Keperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan
masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat yang
bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan
masyarakat dengan menekankan kepada peningkatan peran serta
masyarakat dalam melakukan upaya promotif dan perventif
dengan tidak melupakan tindakan kuratif dan rehabilitatif sehingga
diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan
dalam memelihara kesehatannya (Depkes, 2017).
Asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan memandang
komunitas sebagai klien dengan strategi intervensi keperawatan
komunitas yang mencakup tiga aspek yaitu primer, sekunder dan
tertier melalui proses individu dan kelompok dengan kerja sama
lintas sektoral dan lintas program. Pelayanan yang diberikan oleh
keperawatan komunitas mencakup kesehatan komunitas yang
20

luas dan berfokus pada pencegahan yang terdiri dari tiga tingkat
yaitu:
21

a. Pencegahan primer
Pelayanan pencegahan primer ditunjukkan kepada
penghentian penyakit sebelum terjadi karena itu pencegahan
primer mencakup peningkatan derajat kesehatan secara umum
dan perlindungan spesifik. Promosi kesehatan secara umum
mencakup pendidikan kesehatan baik pada individu maupun
kelompok. Pencegahan primer juga mencakup tindakan spesifik
yang melindungi individu melawan agen-agen spesifik misalnya
tindakan perlindungan yang paling umum yaitu memberikan
imunisasi pada bayi, anak balita dan ibu hamil, penyuluhan gizi
bayi dan balita.
b. Pencegahan sekunder
Pelayanan pencegahan sekunder dibuat untuk menditeksi
penyakit lebih awal dengan mengobati secara tepat. Kegiatan-
kegiatan yang mengurangi faktor resiko dikalifikasikan sebagai
pencegahan sekunder misalnya memotivasi keluarga untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui
posyandu dan puskesmas.
c. Pencegahan tersier
Yang mencakup pembatasan kecacatan kelemahan pada
seseorang dengan stadium dini dan rehabilitasi pada orang
yang mengalami kecacatan agar dapat secara optimal
berfungsi sesuai dengan kemampuannya, misalnya
mengajarkan latihan fisik pada penderita patah tulang.
Selanjutnya agar dapat memberikan arahan pelaksanaan
kegiatan, berikut ini diuraikan falsafah keperawatan komunitas
dan pengorganisasian masyarakat.
22

8. Pengorganisasian Masyarakat
Tiga model pengorganisasian masyarakat menurut Rothman
(1998) meliputi peran serta masyarakat (localiti developmen),
perencanaan sosial melalui birokrasi pemerintah (social
developmant) dan aksi sosial berdasarkan kejadian saat itu (social
action) (Mubarak, 2015).
Pelaksanaan pengorganisasian masyarakat dilakukan melalui
tahapan-tahapan berikut:
a. Tahap Persiapan
Dilakukan dengan memilih area atau daerah yang menjadi
prioritas, menentukan cara untuk berhubungan dengan
masyarakat,mempelajari dan bekerjasama dengan
masyarakat.
b. Tahap Pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok dan penyesuaian
dengan pola yang ada dimasyarakat dengan pembentukan
kelompok kerja kesehatan
c. Tahap Pendidikan dan Pelatihan
Melalui kegiatan-kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok
masyarakat melalui pengkajian, membuat pelayanan
keperawatan langsung pada individu, keluarga dan
masyarakat.
d. Tahap formasi kepemimpinan
Memberikan dukungan latihan dan mengembangkan
keterampilan yang mengikuti perencanaan, pengorganisasian,
pergerakan dan pengawasan kegiatan pendidikan kesehatan.
e. Tahap koordinasi
23

Kerjasama dengan sektor terkait dalam upaya memandirikan


masyarakat
24

f. Tahap akhir
Supervisi bertahap dan diakhiri dengan evaluasi dan pemberian
umpan balik dan masing-masing evaluasi untuk perbaikan
untuk kegiatan kelompok kesehatan kerja selanjutnya.

9. Proses Pelaksanaan Keperawatan Komunitas

Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang khusus


keperawatan yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan,
ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat baik yang
sehat maupun yang sakit (mempunyai masalah
kesehatan/keperawatan).
Secara komprehensif melalui upaya promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif dan resosialitatif dengan melibatkan peran serta aktif
masyarakat secara terorganisir bersama tim kesehatan lainnya
untuk dapat mengenal masalah kesehatan dan keperawatan yang
dihadapi serta memecahkan masalah-masalah yang mereka miliki
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan sesuai
dengan hidup sehat sehingga dapat meningkatkan fungsi
kehidupan dan derajat kesehatan seoptimal mungkin dan dapat
diharapkan dapat mandiri dalam memelihara kesehatannya
(Effendi, 2015).
Menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kesehatan.
Pelayanan keperawatan profesional yang merupakan perpaduan
antara konsep kesehatan masyarakat dan konsep keperawatan
25

yang ditujukan pada seluruh masyarakat dengan penekanan pada


kelompok resiko tinggi (Efendi, 2015). Keperawatan komunitas
merupakan Pelaksanaan keperawatan komunitas dilakukan melalui
beberapa fase yang tercakup dalam proses keperawatan komunitas
dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang
dinamis. Fase-fase pada proses keperawatan komunitas secara
langsung melibatkan komunitas sebagai klien yang dimulai dengan
pembuatan kontrak/partner ship dan meliputi pengkajian,
diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Efendi, 2015).
Asuhan keperawatan yang diberikan kepada komunitas atau
kelompok adalah :
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara
lengkap dan sistematis terhadap mesyarakat untuk dikaji dan
dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh
masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang
menyangkut permasalah pada fisiologis, psikologis, sosial
ekonomi, maupun spiritual dapan ditentukan.
b. Pengumpulan Data
Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok antara
lain:

1) Inti meliputi : Data demografi kelompok atau komunitas yang


terdiri atas usia yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin,
pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan, serta riwayat
timbulnya kelompok atau komunitas.

2) Mengkaji 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas,


antara lain:

a) Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi,


26

bagaimana kepadatannya karena dapat menjadi stresor


bagi penduduk

b) Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan


yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat.

c) Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan


dan keamanan tempat tinggal, apakah masyarakat
merasa nyaman atau tidak, apakah sering mengalami
stres akibat keamanan dan keselamatan yang tidak
terjamin

d) Kualiti dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan,


apakah cukup menunjang, sehingga memudahkan
masyarakat mendapatkan pelayanan di berbagai bidang
termasuk kesehatan

e) Pelayanan kesehatan yang tesedia, untuk diteksi dini


atau memantau gangguan yang terjadi

f) Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan


deteksi dini dan merawat atau memantau gangguan
yang terjadi

g) Sistem komunikasi, serta komunikasi apa saja yang


dapat dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan
pengetahuan yang terkait dengan gangguan penyakit

h) Sistem ekonomi, tingkat sosial ekonomi masyarakat


secara keseluruhan, apakah pendapatan yang terima
sesuai dengan Upah Minimum Registrasi (UMR) atau
sebaliknya.

i) Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja


27

dibuka, apakah biayanya dapat dijangkau masyarakat.


c. Jenis Data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan
data objektif :
1) Data Subjektif
Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang
dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok, dan komunitas,
yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.
2) Data Objektif
Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan,
pengamatan dan pengukuran
d. Sumber Data
1) Data Primer
Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dari individu,keluarga,
kelompok, masyarakat berdasarkan hasil pemeriksaan atau
pengkajian
2) Data Sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya,
misalnya: kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien atau
medical record
e. Cara Pengumpulan Data
1) Wawancara yaitu: kegiatan timbale balik berupa tanya
jawab.
2) Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca
indra.
3) Pemeriksaan fisik: melakukan pemeriksaan pada tubuh
individu
f. Pengelolaan Data
28

1) Klasifikasi data atau kategorisasi data.


29

2) Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan


telly
3) Tabulasi data
4) Interpretasi data
g. Analisa Data
Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan
data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat
diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi
oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah
keperawatan.
h. Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah
kesehatan dan masalah keperawatan yang dihadapi oleh
masyarakat sehingga dapat dirumuskan masalah kesehatan.
1) Prioritas Masalah
Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki
kebutuhan Abraham H Maslow:
a) Keadaan yang mengancam kehidupan
b) Keadaan yang mengancam kesehatan
c) Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan
2) Diagnosa Keperawatan
Kesehatan Diagnosis keperawatan ialah respon individu
pada masalah kesehatan baik yang aktual maupun
potensial. Diagnosa keperawatan komunitas akan
memeberikan gambaran tentang masalah dan status
kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang mungkin
terjadi. Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat rekreasi
30

komunitas terhadap stresor yang ada. Selanjutnya


dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu problem/masalah (P),
etiology atau penyebab (E), dan symptom atau manifestasi/data
penunjang (S).
a) Problem : merupakan kesenjangan atau penyimpangan
dari keadaan normal yang seharusnya terjadi.
b) Etiologi : penyebab masalah kesehatan atau keperawatan
yang dapat memeberikan arah terhadap intervensi
keperawatan.
c) Symptom : tanda atau gejala yang tampak menunjang
masalah yang terjadi.
3) Perencanaan / Intervensi
Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan
rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis
keperawatan yang sudah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencanaan intervensi
yang dapat dilakukan berkaitan dengan diagnosa
keperawatan komunitas yang muncul diatas adalah
(Mubarak, 2015):
a) Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit
b) Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani
penyakit
c) Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit
d) Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam mennetukan
diet yang tepat
e) Lakukan olahraga secara rutin
f) Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat
setempat untuk memperbaiki lingkungan komunitas
31

g) Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan


4) Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana
asuhan keperawatan yang telah disusun. Dalam
pelaksanaannya tindakan asuhen keperawatan harus
bekerjasama dengan angoota tim kesehatan lain dalam hal
melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota
masyarakat (Mubarak, 2015). Perawat bertanggung jawab
dalam melaksanakan tindakan yang telah direncanakan
yang bersifat (Effendi, 2016), yaitu:
a) Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit
b) Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini
perilaku hidup sehat dan melaksanakan upaya
peningkatan kesehatan
c) Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk
mencegah gangguan penyakit
d) Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi
terpenuhinya kebutuhan komunitas
5) Penilaian/Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus
dilakukan untuk menentukan apakah rencana keperawatan
efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan,
merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan
(Manurung, 2011).
Adapun tindakan dalam melakukan evaluasi adalah:
a) Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah
dilakukan intervensi
b) Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan
intervensi keperawatan
32

c) Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah


sakit

B. Konsep Hipertensi Pada Lansia


1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan systole dan
diastole mengalami kenaikan yang melebihi batas normal yaitu
tekanan darah systole > 140mmHg dan diatole . 90 mmHg.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu penyakit salah
satu resiko tinggi yang bisa menjadi penyakit jantung, stroke dan
gagal ginjal ( Muwarni, 2011 ;Zhao, 2018).
Kaplan memberikan batasan hipertensi dengan
memperhatikan usia dan jenis kelamin ( Soeparman dalam buku
Udjianti, 2015).

a. Pria berusia lebih dari 45 tahun, dikatakan hipertensi bila


tekanan darah pada waktu berbaring lebih dari 120/90 mmHg.
b. Pria berusia 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan
darahnya lebih dari 145/95 mmHg.
c. Wanita, hipertensi bila tekanan darah lebih dari 150/95 mmHg
33

2. Klasifikasi Hipertensi
Tabel 2.1 Berikut adalah klasifikasi hipertensi: Klasifikasi
Hipertensi
Category Systolic (mmHg) Diastolic
(mmHg)
Normal BP <130 And <85
High Normal BP 130-139 And/ Or 85-89
Grade 1 Hypertension 140-159 And/ Or 90-99
Grade 2 Hypertention ≥160 And/ Or ≥ 100
Sumber: 2020 International Society of Hypertension Global
Hypertension Practice Guidelines (Unger et.al, 2020)

3. Macam – Macam Hipertensi


Faktor peyebab hipertensi menurut Kemenkes (2018) terbagi
menjadi 2 golongan yaitu:

a. Hipertensi esensial, kemungkinan penyebab paling banyak


yang ditemukan di masyarakat. Beberapa erubahan pada
jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama
menebabkan meningkatnya tekanan darah.

b. Hipertensi sekunder, hipertensi ini biasanya disebkan oleh


penyakit ginal (5-10%) dan kelainan hirmon pemakaian obat
tertentu (pil KB) (1-2%)

4. Tanda dan Gejala Hipertensi

Menurut Kemenkes (2016) tanda dan gejala hipertensi yang


sering terjadi adalah:

a. Sakit kepala( rasa berat di tengkuk)

b. Perdarahan hidung
34

c. Pusing

d. Wajah kemerahan dan kelelahan

e. Mual, muntah

f. Sesak nafas

g. Gelisah

h. Pandangan menjadi kabur

5. Faktor penyebab mempengaruhi hipertensi menurut ACC/ AHA


(2018)
a. Faktor keturunan
b. Diit
c. Minuman beralkohol
d. Obesitas
e. Stress
f. Level aktivitas

6. Faktor Yang Mempengaruhi Kekambuhan Hipertensi


a. Gaya hidup
Kebiasaan mengkonsumsi makanan dengan kandungan garam
yang tinggi memicu naiknya tekanan darah.
b. Stress
Realitas kehidupan setiap hari yang tidak bisa dihindari, stress
atau ketegaan emosional dapat mempengaruhi system
kardiovaskuler, khusus hipertensi, stress dianggap sebagai
faktor psikologis yang dapat meningkatkan tekanan darah.
c. Merokok
Pada sistem kardiovaskuler, rokok menyebabkan peningkatan
35

tekanan darah. Merokok juga mengakibatkan dinding pembuluh


darah menebal secara bertahap yang dapat menyulitkan jantung
untuk memompa darah. Kerja jantung yang lebih berat tentu dapat
meningkatkan tekanan darah (Marliani, 2009).

7. Pencegahan Hipertensi
Menurut Febry, et al (2018), pencegahan terjadi hipertensi
meliputi :
a. Mengurangi konsumsi garam. Kebutuhan garam per hari
yaitu sebanyak 5 gram ( 1 dst).
b. Mencegah kegemukan
c. Membatasi konsumsi lemak
d. Olah raga teratur
e. Makan buah dan sayuran segar
f. Hindari merokok dan tidak minum alcohol
g. Latihan relaksasi/ meditasi
h. Berusaha membina hidup yang positif

8. Pengobatan Hipertensi
Menurut ACC/ AHA (Cardiologi/ American Heart Association )
(2020) pengobatan hipertensi diagi menjadi 2 jenis yaitu
a. Pengobatan Non Farmakologi diantaranya:
1) Diit rendah garam/ kolesteral/ lemak jenuh
2) Mengurangi asupan garam kedalam tubuh
3) Ciptakan keadaan rilek
4) Melakukan olah raga seperti senam aerobic atau jalan
cepat selama 30-45menit atau sebanyak 3-4 kali seminggu.
5) Berhenti merokok dan Alkohol
36

b. Pengobatan Farmakologi
1) Deuretik
Bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh( lewat
kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang
mengakibatkan daya pompa jantung lebih ringan . contoh:
Hidroklorotiazid
2) Penghambat simpatetik
Bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf
yang bekerja pada saat kita beraktivitas).Contoh:
Metildopa, Klonidin dan resepin.
3) Betabloker
Mekanisme kerja obat antihipertensi ini adalah melalui
penurunan daya pompa jantung dan tidak dianjurkan pada
penderita yang mengidap gangguan pernapasan seperti
asma bronchial. Pada orang tua terdapat gejala
bronkospame( penyempitan saluran pernapasan),
sehingga pemberian obat harus berhati-hati. Contoh:
Metoprolol, propanplol dan atenolol
4) Antagonis kalsium
Menurunkan daya pompa jantung dengan cara
menghambat kontraksi jantung (kontraktilitis)Contoh:
nifedipin, Diltiasem dan Verapamil
9. Diit Hipertensi
Diit hipertensi adalah cara untuk mencegah terjadinya
hipertensi tanpa efek samping, karena menggunakan bahan
makanan yang lebih alami dari pada menggunakan obat
penurunan tekanan darah (Febry et al, 2017).Diit hipertensi
37

diantaranya adalah:
a. Mengurangi asupan garam
Mengurangi garam sering juga diimbangi dengan asupan lebih
banyak kalsium, magnesium, dan kalium (bila diperlukan untuk
kasus tertentu). Puasa garam untuk kasus tertentu dapat
menurunkan tekanan darah secara nyata , mengkonsumsi
garam dalam seharian pagi penderita hipertensi tidak boleh
lebih dari 4 gram / hari bagi hipertensi ringan,jika hipertensi
berat hanya 2 gram / hari. Tujuan dari diit rendah garam adalah
membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam
jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi. Syarat diit rendah garam adalah cukup energy.
Protein, mineral dan vitamin.
b. Memperbanyak serat
Mengkonsumsi lebih banyak atau makanan rumahan yang
mengandung banyak serat memperlancar buang air besar dan
menahan sebagian asupan natrium. Sebaiknya penderita
hipertensi menghindari makanan kalengan dan makanan siap
saji dari restoran, yang dikuatirkan dapat mengandung
banyak pengawet dan kurang serat
c. Menghentikan kebiasaan buruk
Menghentikan rokok, kopi dan alcohol dapat mengurangi beban
jantung, sehingga jantung dapat bekerja dengan baik. Rokok
dapat meningkatkan resiko kerusakan pembuluh darah yang
mengedap kolestrol pada pembuluh darah koroner, sehingga
jantung bekerja lebih keras
d. Memperbanyak asupan kalium
Diketahui bahwa dengan mengkonsumsi 3.500 miligram kalium dapat
membantu mengatasi kelebihan natrium, sehingga dengan volume
38

darah yang ideal dapat dicapai kembali tekanan darah yang normal.
Kalium bekerja mengusir natirum dari senyawanya, sehingga lebih
mudah dikeluarkan. Makanan yang kaya kalium adalah pisang, sari
jeruk, jagung, kubis dan brokoli.
e. Memenuhi kebutuhan magnesium
Kebutuhan magnesium menurut kecukupan gizi yang
dianjurkan atau RDA ( Recommended dietary Allowance)
adalah sekitar 350 miligram . kekurangan asupan magnesium
terjadi dengan semakin banyaknya makanan olahan yang
dikonsumsi. Sumber makanan yang kaya mahnesium antara
lain kacang tanah, bayam, kacang polong dan makanan laut.
Tetapi berhati-hati agar jangan mengkonsumsi terlalu banyak
suplemen magnesium karena dapat menyebabkan diare
f. Melengkapi kebutuhan kalsium
Walaupun masih menjadi perdebatan mengenai ada atau
tidaknya pengaruh kalsium dengan penurunan tekanan darah,
tetapi untuk menjaga dari resiko lain< 800 miligram kalsium per
hati (setara dengan 3 gelas susu) sudah lebih dari cukup.
Sumber lain yang kaya kalsium adalah keju rendah lemak dan
ikan, seperti salmon.
g. Mengetahui sayuran dan bumbu dapur yang bermanfaat untuk
tekanan darah.Sayuran dan bumbu dapur yang bermanfaat
untuk pengontrolan tekanan darah adalah:
1) Tomat
2) Wortel
3) Seledri, sedikitnya 4 batang per hari dalam sup/ masakan
lain
4) Bawang putih, sedikitnya satu siung per hari. Bisa juga
digunakan bawang merah dan bawang bombai
39

5) Kunyit
6) Bumbu lain adalah lada hitam, adas, kemangi, dan rempah
lainnya.
Contoh Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan bagi
penderita hipertensi sebegai berikut :

Tabel 2.2 Contoh Bahan makanan yang dianjurkan dan


tidak dianjurkan

Bahan Dianjurkan Tidak Dianjurkan


Makanan
Sumber Beras,kentang,singkong,terigu Roti, biskut dan kue-kue
Karbohidrat , makanan yang diolah yang dimasak dengan garam
bahan makanan tersebut dapur/ baking pouder dan
diatas tanpa garam dapur soda.
dan soda seperti : makroni,
mi, bihun,
roti, biskut ,kue kering
Sumber Daging dan ikan maksimal 100 Otak, ginjal,lidah,sardine,
protein gramsehari, telur maksimal daging,ikan ,susu,dan telur yang
Hewani 1butir/ hari diawet dengan garam dapur
seperti daging asap, ham,
bacon,dendeng,abon,keju,ikanasin
, ikan kaleng,koenet, udang
kering,telur asin, dan telur
pindang.
Sumber Semua kacang-kacangan Keju, kacang tanah dan semua
dan
Protein kacang-kacangan yang hasilnya
nabati hasilnya yang diolah dan dimasak dengan garam dapur
40

dimasak tanpa garam dapur dan

ikatan natrium
Sayuran Semua sayuran Sayuran yang dimasak dan
segar,sayuran yang diawet diawet dengangaram dapur
tanpa garam dapur dan seperti sayuran dalamkaleng,sawi
natrium benzoat asin,
asinandan acar
Buah- buahan Semua buah-buahan Buah-buahan yang diawet
segar, buah yang diawet dengan garam dapur dan lain
tanpa garam dapur dan ikatan natrium seperti buah
natrium dalam kaleng
banzoat
Lemak Minyak goreng, margain, dan Margain dan mentaga biasa

mentaga tanpa garam


Minuman Teh Minuman ringan, kopi
BAB III
APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN

Dalam rangka mengaplikasikan ilmu keperawatan di komunitas dan


untuk menerapkan konsep-konsep maka diperlukan praktik langsung ke
masyarakat dalam memberikan asuhan keperawatan dalam konteks
perawatan dasar. Namun dikarenakan karena adanya PPKM akibat
pandemi Covid-19 saat ini maka kelompok program Profesi Ners UMKT
untuk stase Kesehatan keluarga dan Komunitas mendapatkan tugas
melakukan proses asuhan keperawatan di lingkungan sekitar tempat
tinggal mahasiswa dengan total 26 keluarga binaan yang berlokasi di
beberapa daerah yaitu : Samarinda, Kota Bangun, Balikpapan dan
Penajam Paser Utara yang dilakukan pada tanggal 11 Oktober 2021 s.d 06
November 2021 kemudian dijadikan satu kesatuan dalam bentuk laporan
komunitas.
Tahap kegiatan kelompok kerja komunitas yang akan dilaporkan sesuai
dengan metodologi proses keperawatan yang akan diuraikan dalam
tahapan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi, dan evaluasi, antara lain sebagai berikut :
A. Tahap Persiapan
Kegiatan Program Profesi Ners asuhan keperawatan Komunitas di
mulai dengan tahap persiapan yang merupakan tahap awal dari semua
kegiatan yang akan dilakukan oleh mahasiswa selama melakukan
keperawatan komunitas. Tahap persiapan di awali dengan sosialisasi
mahasiswa 2 keluarga binaan yaitu dengan cara pendekatan pada
kedua kepala keluarga di rumah tersebut baik formal maupun informal,
yang berlokasi dibeberapa daerah dilingkungan sekitar tempat tinggal
mahasiswa pada tanggal 11 Oktober 2021 s.d 06 November 2021.

41
42

B. Tahap Pengkajian
Tahap pengkajian merupakan tahap awal dimulainya kegiatan
asuhan keperawatan komunitas. Pada tahap ini dimulai dengan
penentuan sampel. Dalam penentuan jumlah sampel, kelompok
menggunakan teknik total sampling (Notoatmodjo, 2002). Berdasarkan
teknik tersebut, pengambilan sampel diambil sebanyak 26 kepala
keluarga dengan total anggota keluarga termasuk KK sebanyak 99
orang. Pengkajian dilakukan pada keluarga dengan child bearing,
keluarga dengan anak prasekolah, keluarga dengan anak remaja,
keluarga dengan anak dewasa, keluarga paruh baya (middle age) dan
keluarga lansia.
Setelah jumlah sampel ditentukan, maka dilanjutkan dengan
pengkajian komunitas melalui wawancar pada responden. Pengkajian
pada tahap ini kelompok melakukan pengkajian data dasar, data
lingkungan fisik dan pengkajian data masyarakat. Dalam proses
pengkajian selain menggunakan format pengkajian yang telah dibuat
juga dilakukan dengan observasi lingkungan secara sekilas (winshield
survey). Hal-hal yang diobservasi antara lain tentang perumahan,
lingkungan sekitar rumah, kepadatan pemukiman penduduk, jenis
bangunan, jarak, sistem pembuangan sampah, dan air limbah, pusat
pelayanan kesehatan yang ada di lingkungan tempat tinggal.
Hasil analisa dari data dasar tersebut kemudian dijadikan bahan
untuk diskusi pada komunitas yang menjadi keluarga binaan.
Pengkajian data komunitas yang meliputi interaksi 16 subsistem yaitu,
data demografi, data ekonomi, lingkungan fisik perumahan, sumber
air, pembuangan sampah, pembuangan limbah, kandang ternak,
pelayanan kesehatan, masalah kesehatan khusus, pasangan usia
subur, ibu hamil dan menyusui, balita, anak dan remaja serta usia
43

lanjut.
Berdasarkan hasil pengkajian yang diperoleh, data yang telah diolah
dan disajikan adalah sebagai berikut :
1. Hasil Winshield Survey
a. Batas Wilayah, tidak dapat dijelaskan secara rinci dikarenakan
pengkajiaan dilakukan di beberapa daerah sesuai dengan tempat
tinggal mahasiswa
b. Gambaran Umum
1) Kepadatan pemukiman penduduk cukup padat terutama
pengkajian yang dilakukan di daeah kota Samarinda dan
Balikpapan.
2) Jenis bangunan rumah hasil dari observasi pada 28 rumah
adalah jenis bangunan rumah permanen, semi permanen
dan tidak permanen.
3) Jalan utama didaerah keluarga yang dikaji telah dilakukan
semenisasi.
4) Sistem pembuangan sampah untuk daerah perkotaan adalah
dibuang ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS),
beberapa rumah lainnya dengan cara dibakar.
5) Sistem pembuangan limbah keluarga di masyarakat melalui
got atau selokan dan resapan tanah.
6) Hasil pengamatan dari keluarga binaan rata-rata memiliki
kebun bunga.
7) Pelayanan Posyandu di beberapa lokasi pengkajian selama
pandemi ini tetap berjalan 1 bulan sekali dengan penerapan
protokol kesehatan.
8) Keluarga menggunakan pelayanan kesehatan dengan
berobat kepraktek dokter swasta, bidan, klinik swasta,
Rumah Sakit dan ke Puskesmas.
44

2. Hasil Pengkajian Data Kesehatan Komunitas


Data yang diperoleh dari pengkajian pada 26 keluarga binaan yaitu:
a. Data Demografi
1) Usia
Diagram distribusi penduduk berdasarkan usia

Distribusi Usia
3%
10%
15%
1 - 5 Th
11% 6 - 12 Th
13 - 20 Th
21 - 25 Th
26 - 49 Th
50 - 59 Th
20%
>=60 Th

31%

9%

Gambar 3.1 Diagram Distribusi Umur Penduduk


Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa
presentasi usia anggota keluarga binaan dengan total 99
orang terdapat 3% (3 jiwa) Balita, 15% (15 jiwa) anak
sekolah, 20% (20 jiwa) remaja, 9% (9 jiwa) dewasa muda,
32% (31 Jiwa) dewasa, 11% (11 jiwa) pralansia dan 10%
(10 jiwa) lansia.
45

2) Jenis Kelamin

Distribusi Jenis Kelamin

Laki-Laki
46% Perempuan

54%

Diagram distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin


Gambar 3.2 Diagram Distribusi Jenis Kelamin Penduduk
Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa presentasi
jenis kelamin Penduduk dengan total 99 jiwa terdapat 46%
(46 jiwa) laki- laki dan 54% (53 jiwa) perempuan.
3) Agama
Diagram distribusi penduduk berdasarkan agama

Distribusi Agama
4%

ISLAM
KRISTEN
KATHOLIK
HINDU
BUDHA
KONGHUCU

96%

Gambar 3.3 Diagram Distribusi Agama Penduduk


46

Berdasarkan diagram diatas dapat disimpulkan bahwa


presentasi agama penduduk dengan total 99 orang terdapat
96% (94 jiwa) beragama Islam dan 4% (4 jiwa) beragama
Kristen.
4) Pendidikan
Diagram distribusi penduduk berdasarkan pendidikan

Dsitribusi Pendidikan
1%
4%
PAUD
14% TK
24%
SD

SMP

SMA

S1
13%
BELUM SEKOLAH

TIDAK SEKOLAH
43%

Gambar 3.4 Diagram Distribusi


Berdasarkan diagram diatas dapat disimpulkan bahwa
presentasi pendidikan penduduk dengan total 103 orang
terdapat 1% (1 jiwa) TK, 24% (24 jiwa) berpendidikan SD,
13% (13 jiwa) berpendidikan SMP, 44% (43 jiwa)
berpendidikan SMA, 14% (14 jiwa) berpendidikan S1, dan
4% (4 jiwa) belum sekolah.
47

5) Pekerjaan

Distribusi Pekerjaan
4% 3%

17%
PNS
HONORER
SWASTA
WIRAUSAHA
40% 8% LAINNYA
PELAJAR/MAHASISWA
TIDAK BEKERJA

27%

Diagram distribusi penduduk berdasarkan pekerjaan

Gambar 3.5 Diagram Distribusi Pekerjaan Penduduk

Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa


presentasi pekerjaan penduduk dengan total 99 orang
terdapat 3% (3 jiwa) PNS, 17% (17 jiwa) Swasta, 8% (8
jiwa) Wiraswasta, 41% (40 jiwa) Pelajar/Mahasiswa,
27% (27 jiwa) berprofesi lainnya dan 4% (4 jiwa) tidak
bekerja.
48

6) Suku
Diagram distribusi penduduk berdasarkan suku
Distribusi Suku
4%

22% JAWA
BANJAR
40% BUGIS
KUTAI
MINANG
LAINNYA

15%

18%

Gambar 3.6 Diagram Distribusi Suku


Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa
presentasi suku di penduduk dengan total 99 orang yaitu
41% (40 jiwa) suku Jawa, 18% (18 jiwa) suku Banjar, 15%
(15 jiwa) suku Bugis, 22% (22 jiwa) suku Kutai dan 4% (4
jiwa) suku Minang
49

7) Kepemilikan BPJS
Diagram kepemilikan kartu BPJS

Distribusi Kepemilikan Kartu BPJS

7%

ADA TIDAK

93%

Gambar 3.7 Diagram Kepemilikan Kartu BPJS

Berdasarkan diagram diatas dapat disimpulkan bahwa


presentasi kepemilikan kartu BPJS di penduduk dengan
total 99 orang yaitu 93% (94 jiwa) telah memiliki jaminan
atau kartu BPJS, dan 7% (7 jiwa)
50

8) Data ekonomi

Distribusi Penghasilan KK
8% 6%

<1 Jt
1-3 Jt
>3 Jt

86%

Diagram distribusi penduduk berdasarkan penghasilan perbulan.


Gambar 3.8 Diagram Distribusi Penghasilan KK perbulan

Berdasarkan diagram diatas sebagian besar penduduk


penghasilan keluarga rata-rata perbulan dari 26 Kepala
Keluarga, 6% (1 KK) dengan penghasilan kurang dari
Rp.1.000.000, 86% (15 KK) dengan penghasilan Rp.
1.000.000, – Rp.3.000.000 dan 8% (10 KK) lebih dari
Rp. 3.000.000 perbulan
51

9) Kepemilikan Tabungan

Sales

25%

ADA
TIDAK ADA

75%

Diagram Distribusi Penduduk Berdasarkan kepemilikan tabungan


kesehatan.
Gambar 3.9 Diagram Distribusi Kepemilikan Tabungan Keluarga

Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa presentasi

yang memiliki tabungan keluarga dari total 26 KK, yaitu 75%

(21 KK) memiliki tabungan dan 25% (7 KK) tidak memiliki

tabungan kesehatan keluarga.


52

10) Status Kepemilikan Rumah

Distribusi Kepemilikan Rumah


8%

8%

PRIBADI
SEWA/KONTRAK
IKUT ORTU/KLG

85%

Diagram distribusi status kepemilikan rumah

Gambar 3.10 Diagram Status Kepemilikan Rumah Penduduk

Berdasarkan diagram status kepemilikan rumah diatas


dari 26 KK 84% (22 KK) kepemilikan rumah sendiri, 8% (2
KK) kepemilikan rumah sewa/kontrak dan 2% (2 KK) yang
tinggal menumpang dengan orangtua
53

11) Tipe Rumah


Diagram distribusi tipe rumah penduduk
Gambar 3.11
Distribusi Tipe Rumah
Diagram
6% Distribusi Tipe
8%
Rumah
Penduduk
PERMANEN
SEMI PERMANEN
TIDAK PERMANEN

87%

Berdasarkan diagram distribusi tipe rumah penduduk

dengan total 26 KK, 87% (22 KK) tipe rumah permanen, 8%

(2 KK) semi permanen dan 5% (2 KK) tidak permanen


54

12) Lantai Rumah


Diagram distribusi lantai rumah
Distribusi Tipe Lantai Rumah

12%

PAPAN
KEMARIK
SEMEN
TANAH

88%

Gambar 3.12 Diagram Distribusi Lantai Rumah Penduduk

Berdasarkan diagram diatas di RT.13 dengan total 26

KK, terdapat 12% (3 KK) menggunakan lantai papan, 88%

(23 KK) menggunakan lantai keramik.

13) Tersedia Jendela Tiap Kamar

Distribusi Tersedia Jendela


8%

ADA
TIDAK ADA

92%

Diagram distribusi berdasarkan tersedianya jendela tiap kamar


Gambar 3.13 Diagram Distribusi Tersedia Jendela Tiap Kamar Rumah

Berdasarkan diagram diatas dengan total 24 KK,

terdapat 92% (24 KK) memiliki rumah dengan jendela tiap


55

kamar dan 8% (2 KK) dengan rumah yang tidak memiliki

jendela disetiap kamar.

14) Jendela Dibuka Tiap Hari

Diagram distribusi berdasarkan jendela dibuka

Gambar
Distribusi Jendela Dibuka 3.14
Diagram
13%
Distribusi
Jendela
Dibuka
Tiap Hari
YA
TIDAK

87%

Berdasarkan diagram diatas dengan total 26 KK,

terdapat 87% (22 KK) membuka jendela tiap hari dan 13% (4

KK) tidak membuka jendela tiap hari.


56

15) Pencahayaan Rumah Di Siang Hari


Distribusi Pencahayaan Rumah

TERANG
REMANG-REMANG
GELAP

100%

Diagram distribusi berdasarkan pencahayaan rumah di siang hari

Gambar 3.15 Diagram Distribusi Pencahayaan Rumah di


Siang Hari

Berdasarkan diagram diatas dengan total 26 KK,

terdapat 100% (26 KK) memiliki pencahayaan yang baik di

dalam rumah melalui sinar matahari tanpa perlu

penerangan tambahan dari cahaya lampu pijar.


57

16) Jarak Rumah Dengan Tetangga

Distribusi Jarak Antar Rumah


4%

27%
DEKAT
TERPISAH
TEMPEL DINDING

69%

Diagram Distribusi Penduduk Berdasarkan Jarak Antar


Rumah
Gambar 3.16 Diagram Distribusi Jarak Rumah DenganTetangga

Berdasarkan diagram diatas dengan total 26 KK terdapat

69% (18 KK) memiliki jarak rumah yang dekat dengan

tetangga, 27% (7 KK) memiliki jarak rumah yang terpisah

dengan tetangga dan 4% (1 KK) memiliki jarak rumah yang

langsung tempel dinding antar rumah.


58

Distribusi Halaman DI Sekitar Rumah 17) Diag


ram

YA
TIDAK

100%

distribusi berdasarkan halaman di sekitar rumah


Gambar 3.17 Diagram Distribusi Halaman Di Sekitar Rumah

Berdasarkan diagram diatas dengan total 26 KK

terdapat 100% (26 KK) yang memiliki halaman di sekitar

rumah.

18) Lokasi Halaman

Distribusi lokasi halaman rumah

4%
8%

DIDEPAN
SAMPING
BELAKANG
TIDAK ADA

88%

Diagram distribusi berdasarkan lokasi halaman rumah


penduduk
Gambar 3.18 Diagram Distribusi Lokasi Halaman Rumah
59

Berdasarkan diagram diatas dengan total 26 KK

terdapat 88% (23 KK) memiliki halaman didepan rumah,

8% (2 KK) memiliki halaman disamping rumah dan 4%

(1 KK) memiliki halaman dibelakang rumah.

19) Pemanfaatan Halaman

Diagram distribusi berdasarkan pemanfaatan halaman


Distribusi Pemanfaatan Halaman

12%

KEBUN
KOLAM
23% GARASI
TIDAK ADA

65%

Gambar 3.19 Diagram Distribusi Pemanfaatan Halaman Rumah

Berdasarkan diagram diatas dengan total 26 KK terdapat

65% (17 KK) memanfaatkan halaman untuk berkebun, 23%

(6 KK) memanfaatkan halaman untuk garasi dan 12% (3 KK)

tidak memanfaatkan pekarangan.


60

20) Sumber Air Untuk Masak Dan Minum


Diagram distribusi berdasarkan sumber air untuk masak
Distribusi Sumber Air Masak & Minum

31%

PDAM
SUMUR
GALON/MINERAL

69%

Gambar 3. 20 Diagram Distribusi Sumber Air Untuk Masak Dan Minum

Berdasarkan diagram diatas dengan total 26 KK,

terdapat 69% (18 KK) menggunakan air PDAM untuk masak

dan minum dan 31% (10 KK) menggunakan air

mineral/galon.
61

21)Penggunaan Air PDAM /Sumur

Distribusi Sumber Air

27%

MCK
MAMIN
MCK & MAMIN

73%

Diagram Distribusi Berdasarkan Penggunaan Air PDAM

Gambar 3. 21 Diagram Distribusi Sumber Air PDAM / Sumur Penduduk

Berdasarkan diagram diatas dengan total 26 KK yang

menggunakan air PDAM / Sumur, terdapat 73% (19 KK)

menggunakan air PDAM untuk kebutuhan MCK dan 27% (7

KK) menggunakan air PDAM untuk kebutuhan MCK serta

makan minum
62

22) Jarak Sumber Air Dengan Septic Tank

Diagram distribusi berdasarkan jarak sumber air dengan septic tank


Distribusi Jarak Sumber Air Dengan Septic Tank
Gambar 3.22
8% Diagram
Distribusi Jarak
Sumber Air
Dengan Septic
JARAK > 10 M
JARAK < 10 M Tank

92%

Berdasarkan diagram diatas dengan total 26 KK, terdapat 92% (24 KK)

yang jarak sumber air dengan septik tank lebih dari 10 meter, dan 8% (2

KK) yang jarak sumber air dengan septic tank kurang dari 10 meter.

23) Tempat Penampungan Air Sementara

Diagram distribusi berdasarkan tempat penampungan air sementara


Distribusi Tempat Penampungan Air Sementara

35%
BAK
42% GENTONG
DRUM
TANDON

23%

Gambar 3.23 Diagram Distribusi Tempat Penampungan Air Sementara

Berdasarkan diagram diatas dengan total 26 KK, terdapat 35% (9 KK)

menggunakan bak permanen sebagai tempat penampungan air sementara,

23% (6 KK) menggunakan drum, dan 42% (11 KK) menggunakan Tandon

untuk menampung air sementara.


63

24) Kondisi Tempat Penampungan Air


Diagram distribusi berdasarkan kondisi tempat penampungan air
Distribusi Kondisi Tempat Penampungan Air

23%

TERBUKA
TERTUTUP

77%

Gambar 3.24 Diagram Distribusi Kondisi Tempat Penampungan Air

Berdasarkan diagram diatas dengan total 26 KK, terdapat 23% (6 KK)

tidak menutup tempat penampungan airnya dan 77% (20 KK) menutup

tempat penampungan airnya

25) Kondisi Air Dalam Penampungan


Diagram distribusi berdasarkan kondisi air dalam penampungan

Distribusi Kondisi Air

8%

12%

TIDAK BERWARNA,
BERBAU/BERASA
BERBAU/BERASA
BEWARNA

81%

Gambar 3.25 Diagram Distribusi Kondisi Air Dalam Penampungan

Berdasarkan diagram diatas dengan total 26 KK, didapatkan

sebanyak 81% (21 KK) kondisi air tidak berwarna, tidak berbau atau

berasa, 11% (3 KK) kondisi air berasa, 8 % (2 KK) kondisi air berwarna.
64

26) Terdapat Jentik Dalam Penampungan Air

Distribusi Jentik di Penampungan Air

12%

ADA
TIDAK ADA

88%

Diagram distribusi berdasarkan terdapat jentik dalam penampungan


air
Gambar 3.26 Diagram Distribusi Terdapat Jentik Nyamuk di Penampungan
Air

Berdasarkan diagram diatas dengan total 26 KK, terdapat 88% (23 KK)

tidak terdapat jentik nyamuk dalam penampungan airnya, dan 12% (3 KK)

terdapat jentik nyamuk dalam tempat penampungan airnya.

27) Tempat Keluarga Membuang Sampah


Distribusi Pembuangan Sampah Diagram
8% Distribusi
Berdasarkan

DITIMBUN
Tempat
DIBAKAR
TPS Keluarga
Membuang
Sampah.
92% Gambar 3. 27 Diagram
Distribusi Tempat Keluarga
Membuang Sampah

Berdasarkan diagram diatas dengan total 26 KK, terdapat 92% (24 KK)

membuang sampah ke TPS dan 8% (2 KK) membakar sampah.


65

28) Tempat Keluarga Membuang Sampah

Distribusi Penampungan Sampah Sementara

ADA
TIDAK ADA/BERSERAKAN

100%

Diagram Distribusi Berdasarkan Tempat Penampungan Sampah


Sementara dirumah
Gambar 3.28 Diagram Distribusi Tempat Penampungan Sampah
Sementara

Berdasarkan diagram diatas dengan total 26 KK, terdapat 100% (26

KK) semua memiliki tempat penampungan sampah sementara di rumah

mereka.
66

29) Keadaan Tempat Penampungan Sampah


Distribusi Keadaan Tempat Penampungan Sampah

42% TERBUKA
Ttertutup

58%

Diagram distribusi berdasarkan keadaan tempat penampungan


sampah

Gambar 3.29 Diagram Distribusi Keadaan Tempat Penampungan


Sampah

Berdasarkan diagram diatas dengan total 26 KK, terdapat 58% (15

KK) keadaan tempat penampungan sampah tertutup dan 42% (11 KK)

keadaan tempat sampah terbuka.


67

30) Jarak Tempat Penampungan Sampah Dengan Rumah

Distribusi Jarak TPS Dengan Rumah


Diagram
distribusi
15%
berdasarkan
jarak tempat
DEKAT (<5M) penampungan
JAUH (>5M)
sampah
dengan rumah

85% Gambar 3.30


Diagram
Distribusi Jarak Tempat Penampungan
Sampah dengan Rumah

Berdasarkan diagram diatas dari 26 KK yang memiliki tempat

penampungan sampah, terdapat 85% (22 KK) yang jarak tempat

penampungan sampahnya lebih dari 5 meter dari rumah dan 15%% (4 KK)

yang jarak tempat penampungan sampahnya kurang dari 5 meter dari

rumah.
68

31) Kebiasaan Keluarga BAB & BAK

Distribusi Tempat Keluarga BAB/BAK Diagram

JAMBAN/WC

100%

Distribusi Berdasarkan Kebiasaan Keluarga BAB & BAK

Gambar 3.31 Diagram Distribusi Kebiasaan Keluarga BAB & BAK

Berdasarkan diagram diatas dari 26 KK, terdapat 100% (26 KK)

terbiasa BAB/BAK di Jamban / WC.

32) Jenis Jamban Yang Digunakan

Distribusi Jenis Jamban Diagram


distribusi
berdasarkan
jenis jamban
yang digunakan
38%
CLOSET
LEHER ANGSA Gambar 3.32 Diagram
SUNGAI (CEMPLUNG)
Distribusi Jenis Jamban Yang
Digunakan
62%

Berdasarkan

diagram diatas

dari 26 KK didapatkan 62% (16 KK) menggunakan jenis jamban closet dan

38% (10 KK) menggunakan jenis jamban leher angsa.


69

33) Pembuangan Air limbah

Diagram distribusi berdasarkan pembuangan air limbah


Distribusi Pembuangan Air Limbah
Gambar 3.33 Diagram
Distribusi
Pembuangan Air
38%
Limbah
RESAPAN
GOT/SELOKAN

62%

Berdasarkan diagram diatas dengan total 26 KK terdapat 62% (16 KK)

memiliki pembuangan limbah berupa tanah resapan dan 38% (10 KK)

memiliki pembuangan limbah berupa got/selokan.

34) Kepemilikan Kandang Ternak

Diagram
Distribusi Kepemilikan Kandang Ternak

8%

ADA
TIDAK ADA

92%

distribusi berdasarkan kepemilikan kandang ternak


Gambar 3.34 Diagram Distribusi Kepemilikan Kandang Ternak

Berdasarkan diagram diatas dengan total 26 KK terdapat 93% (24 KK)

tidak memiliki kandang ternak dan 7% (2 KK) memiliki kandang ternak.


70

35) Kondisi Kandang Ternak

Diagram distribusi berdasarkan kondisi kandang ternak

Distribusi Kondisi Kandang Ternak

TERAWAT TIDAK TERAWAT

100%

Gambar 3.35 Diagram Distribusi Kondisi Kandang Ternak

Berdasarkan diagram diatas dari 100%(2 KK) yang memiliki kandang

ternak keduanya memiliki kondisi kandang ternak yang terawat.

1) Sarana Kesehatan Terdekat

Diagram distribusi berdasarkan sarana kesehatan terdekat

10
15

10

65

RS Puskesmas Klinik Praktik Dokter

Gambar 3.36 Diagram Distribusi Sarana Kesehatan terdekat

Berdasarkan diagram diatas dengan total 26 KK terdapat 65% (16 KK)

memiliki sarana kesehatan terdekat yaitu Puskesmas, 15% (4 KK) memiliki

sarana kesehatan terdekat yaitu Rumah Sakit, 10% (3 KK) memiliki sarana

kesehatan terdekat yaitu praktik Dokter dan 10% (3 KK) memiliki sarana

kesehatan terdekat dengan klinik.


71

2) Kebiasaan Keluarga Untuk Minta Tolong Bila Sakit

Diagram distribusi berdasarkan kebiasaan keluarga untuk minta tolong

bila sakit

10

10

20 60

Puskesmas RS Klinik Praktik Dr

Gambar 3.37 Diagram Distribusi Kebiasaan Keluarga Berobat


Berdasarkan diagram diatas dengan total 26 KK terdapat 60% (15 KK) yang

memilih berobat ke Puskesmas bila sakit, 20% (5 KK) memilih ke Rumah Sakit

untuk berobat bila sakit, 10% (3 KK) memilih berobat ke praktik Dokter dan 10% (3

KK) memilih berobat ke Klinik bila sakit.

3) Kebiasaan Keluarga Sebelum Ke Pelayanan Kesehatan

Diagram distribusi berdasarkan kebiasaan keluarga sebelum ke

pelayanan kesehatan

30

70

Obat Bebas Obat Tradisonal

Gambar 3.38 Diagram Distribusi Kebiasaan Keluarga Sebelum Ke Pelayanan


Kesehatan
72

Berdasarkan diagram diatas dengan total 26 KK, terdapat 70% (18 KK)

memiliki kebiasaan membeli obat bebas sebelum ke pelayanan kesehatan

dan 30% (8 KK) memiliki kebiasaan meminum obat tradisional (herbal)

sebelum ke pelayanan kesehan.

4) Sumber Pendanaan Kesehatan Keluarga

Diagram distribusi berdasarkan sumber pendanaan kesehatan


keluarga

15

80

BPJS Asuransi Mandiri Tidak Memiliki

Gambar 3.39 Diagram Distribusi Sumber Pendanaan Kesehatan Keluarga

Berdasarkan diagram diatas dengan total 99 jiwa, terdapat 80% (79

jiwa) memiliki sumber pendanaan kesehatan keluarga dari BPJS, 15% (15

jiwa) memiliki sumber pendanaan kesehatan keluarga dari asuransi

mandiri/swasta dan 5% (5 jiwa) tidak memiliki jaminan pendanaan khusus

untuk kesehatan keluarga.


73

5) Sarana Transportasi Ke Pelayanan Kesehatan Keluarga

Diagram distribusi berdasarkan sarana transportasi ke pelayanan

kesehatan keluarga

10

90

Pribadi Angkutan Umum & Online

Gambar 3.40 Diagram Distribusi Sarana Transportasi Ke Pelayanan Kesehatan


Keluarga

Berdasarkan diagram diatas dengan total 26 KK, terdapat 90% (23 KK)

menggunakan kendaraan pribadi sebagai sarana transportasi ke pelayanan

kesehatan, dan 10% (3KK) menggunakan kendaraan angkutan Umum dan

Transportasi Online sebagai sarana transportasi ke pelayanan kesehatan.


74

6) Jarak Rumah Dengan Sarana Kesehatan

Diagram distribusi berdasarkan jarak rumah dengan sarana

kesehatan.

Jarak Dengan Fsilitas Kesehatan


5

15

80

1-5 Km < 1 Km > 5 Km

Gambar 3.41 Diagram Distribusi Jarak Rumah Dengan Sarana Kesehatan

Berdasarkan diagram diatas dengan total 26 KK terdapat 80% (21 KK)

memiliki jarak rumah 1-5 km dengan sarana kesehatan, 15% (4 KK)

memiliki jarak rumah < 1 km dengan sarana kesehatan dan 5% (1 KK) dan

memiliki jarak rumah > 5 km dengan sarana kesehatan.


75

7) Masalah Kesehatan Anggota Keluarga Yang Di Derita

Diagram distribusi berdasarkan Masalah Kesehatan anggota keluarga

yang di derita

11%

4%

6%
1%
1%
1%

76%

Hipertensi Asam Urat Diabetes Melitus Asma


Hipotensi Diare Tidak Ada Masalah
Gambar 3.42 Diagram Distribusi Masalah kesehatan Anggota Keluarga Yang Diderita

Berdasarkan diagram diatas dengan total 99 jiwa, terdapat 11% (11

jiwa) memiliki anggota keluarga yang menderita penyakit Hipertensi

(Tekanan Darah Tinggi), 6% (6 jiwa) memiliki anggota keluarga yang

menderita penyakit Diabetes Melitus, 4% (4 jiwa) memiliki anggota keluarga

yang menderita penyakit Asam Urat, 1% (1 jiwa) memiliki anggota keluarga

yang menderita penyakit Asma, 1% (1 jiwa) memiliki anggota keluarga

yang menderita penyakit Hipotensi, 1% (1 jiwa) memiliki anggota keluarga

yang menderita penyakit Diare, dan 76% (75 jiwa) tidak memiliki masalah

kesehatan .
76

8) Anggota Keluarga / Tetangga Yang Menderita Sakit DBD Sebelumnya

Diagram distribusi berdasarkan anggota keluarga / tetangga yang

menderita sakit DBD sebelumnya

Riwayat DBD Sebelumnya

100

Ada Tidak ada

Gambar 3.43 Diagram Distribusi Anggota Keluarga / Tetangga Yang Menderita Sakit
DBD Sebelumnya

Berdasarkan diagram diatas 99 jiwa yang anggota keluarganya pernah

mengalami demam berdarah, terdapat 100% (99 jiwa) tidak memiliki

anggota keluarga / tetangga yang pernah menderita sakit DBD, dan 0% (0

jiwa) memiliki anggota keluarga yang pernah menderita penyakit DBD.

9) Keluarga Melakukan Kegiatan 3 M Plus

Penerapan 3M plus

100

Sudah Belum

Gambar 3.44 Diagram Distribusi Keluarga Melakukan Kegiatan 3 M Plus


77

Berdasarkan diagram diatas dari 26 KK yang anggota keluarganya

pernah menderita DBD, terdapat 100% (26 KK) telah melakukan kegiatan

3M Plus .

10) Keteraturan Keluarga Memeriksa & Minum Obat Hipertensi

Diagram distribusi berdasarkan keteraturan keluarga memeriksa &

minum obat Hipertensi.

Sales

31%

69%

Ya Tidak

Gambar 3.46 Diagram Distribusi Keteraturan Keluarga Memeriksa & Minum Obat
Hipertensi

Berdasarkan diagram diatas dengan total 11 Jiwa yang menderita


hipertensi, terdapat 31% (4 Jiwa) yang teratur memeriksa & minum obat
Hipertensi. Dan terdapat 69% (7 jiwa) yang tidak teratur memeriksa &
minum obat hipertensi.
78

11) Keluarga Pasangan Usia Subur (PUS)

Diagram distribusi berdasarkan keluarga pasangan usia subur

Distribusi Keluarga Pasangan Usia Subur

25%
YA
TIDAK

75%

Gambar 3.47 Diagram Distribusi Keluarga Dengan Pasangan Usia Subur

Berdasarkan diagram diatas dengan total 26 KK, terdapat 75% (20

KK) memiliki anggota keluarga pasangan usia subur dan 25% (6 KK) tidak

memiliki anggota keluarga pasangan usia subur.

12) Keluarga Akseptor KB

Diagram distribusi berdasarkan keluarga akseptor kb

Distribusi Keluarga Akseptor KB

24%
Ya Tidak
76%

Gambar 3.48 Diagram Distribusi Keluarga Akseptor KB

Berdasarkan diagram diatas dari 20 KK yang merupakan pasangan

usia subur, terdapat 76% (15 KK) merupakan akseptor KB dan 24% (5 KK)

tidak menjadi akseptor KB.


79

54) Jenis Kontrasepsi Yang Digunakan

Diagram distribusi berdasarkan jenis kontrasepsi yang digunakan

Distribusi Penggunaan Jenis Kontrasepsi

6% IUD
25%
SUNTIK PIL
25%
IMPLANT
0%
KONDOM
13%
LAINNYA
TIDAK BER KB
0% 31%

Gambar 3.54 Diagram Distribusi Jenis Kontrasepsi Yang Digunakan

Berdasarkan diagram diatas 15 KK yang menjadi aksesor KB, terdapat

31% (5 KK) menggunakan kontrasepsi Pil, 25% (4 KK) menggunakan

kontrasepsi Suntik, 25% (4 KK) tidak ber KB, 13% (2 KK) menggunakan

kontrasepsi Kondom dan 6% (1 KK) menggunakan kontrasepsi IUD.

55) Ibu Hamil Dalam Keluarga

Diagram distribusi berdasarkan ibu hamil dalam keluarga

Distribusi Ibu Hamil dalam Keluarga

7%

ADA
TIDAK

93%

Gambar 3.55 Diagram Distribusi Ibu Hamil Dalam Keluarga

Berdasarkan diagram diatas dengan total 26 KK, terdapat 7% (2 KK)

memiliki ibu yang sedang hamil dalam keluarga dan 93% (24 KK) tidak

memiliki ibu yang sedang hamil dalam keluarga.


80

56) Umur Kehamilan

Diagram distribusi berdasarkan umur kehamilan

Distribusi Usia Kehamilan dalam Keluarga

0-3 BLN
4-6 BLN
> 6 BLN

100%

Gambar 3.56 Diagram Distribusi Umur Kehamilan

Berdasarkan diagram diatas dari 2 orang ibu yang sedang hamil, 100%

(2 orang) hamil dengan usia kehamilan trisemester I (0-3 bulan).

57) Jumlah Kehamilan

Diagram distribusi berdasarkan jumlah kehamilan

Distribusi Berdasarkan Jumlah Kehamilan


0%

PRIMI
MULTI
GRANDE
100%

Gambar 3.58 Diagram Distribusi Jumlah Kehamilan

Berdasarkan diagram diatas dari 2 orang ibu yang sedang hamil,

100% (2 orang) merupakan kehamilan yang pertama.


81

58) Usia Ibu Hamil

Diagram distribusi berdasarkan usia ibu hamil

Distribusi Usia Ibu Hamil

20 THN
20 - 35 THN
> 35 THN

100%

Gambar 3.58 Diagram Distribusi Usia Ibu

Berdasarkan diagram diatas dengan total 2 orang ibu hamil, 100% (2

orang) berusia 20 - 35 tahun.

59) Pemeriksaan Ibu Hamil

Diagram distribusi berdasarkan ibu hamil yang memeriksakan

kehamilannya

Distribusi Pemeriksaan Ibu Hamil

YA
TIDAK

100%

Gambar 3.59 Diagram Distribusi Pemeriksaan Ibu Hamil

Berdasarkan diagram diatas dari 2 orang ibu yang sedang hamil,

100% (2 orang) telah memeriksakan kehamilannya.


82
83

60) Ibu Yang Menyusui Dalam Keluarga

Diagram distribusi berdasarkan ibu yang menyusui dalam keluarga.

Distribusi Ibu Menyusui dalam Keluarga

0 HR- 1 BLN
33% 0 HR - 3 BLN
0 HR- 6 BLN
7 BLN - 1 THN
67% > 1 THN

Gambar 3.60 Diagram Distribusi Ibu Yang Menyusui Dalam Keluarga

Berdasarkan diagram diatas total 26 KK terdapat 67% (2 orang) yang

menyusui anaknya usia >1 dan 33% (1 orang) yang mmenyusui bayinya

usia <1 tahun.

61) Balita Dibawa Ke Posyandu

Diagram distribusi berdasarkan balita rutin yang dibawa ke posyandu

Distribusi Balita Rutin dibawa ke Posyandu

YA
Tidak

100%

Gambar 3.61 Diagram Distribusi Balita Yang Di Bawa Ke Posyandu


84

Berdasarkan diagram diatas dari 3 balita, terdapat 100% (3 balita) rutin

dibawa ke posyandu.

62) Anak Yang Diimunisasi

Diagram distribusi berdasarkan balita diimunisasi dasar lengkap

Distribusi Balita Diimunisasi Dasar Lengkap

YA
Tidak

100%

Gambar 3.62 Diagram Distribusi Balita Diimunisasi Dasar Lengkap

Berdasarkan diagram diatas dari jumlah 3 balita terdapat 100% (3

balita) telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap.

63) Kepemilikan KMS

Diagram distribusi berdasarkan kepemilikan KMS


Distribusi Balita Memiliki KMS

YA
Tidak

100%

Gambar 3.63 Diagram Distribusi Kepemilikan KMS

Berdasarkan diagram diatas dari jumlah 3 balita terdapat 100% ( 3

balita) memiliki kartu KMS.

64) Penyakit Pada Lansia


85

Diagram distribusi berdasarkan penyakit pada lansia

Penyakit pada Lansia

Hipertensi
30% Diabetes Melitus
Tidak Memiliki
Masalah

70%

Gambar 3.64 Diagram Distribusi Penyakit Pada Lansia

Berdasarkan diagram diatas dari jumlah 10 lansia, 70% (7 lansia)

memiliki penyakit Hipertensi, 30% (3 lansia) memiliki penyakit DM.


86

65) Pemanfaatan Waktu Luang Pada Lansia

Diagram distribusi berdasarkan pemanfaatan waktu senggang pada

lansia

Distribusi Pemanfaatan Waktu Luang Lansia


3%
0%
BERKEBUN/PEKERJAAN
RUMAH
MENGASUH CUCU
38%

MENGAJI/BACA KITAB
52%
JALAN-JALAN
7%

Gambar 3.65 Diagram Distribusi Pemanfaatan Waktu Luang Pada Lansia

Berdasarkan diagram diatas dari jumlah 10 lansia terdapat 52% (4

lansia) memanfaatkan waktu senggangnya dengan mengaji atau membaca

kita, 38% (3 lansia) mengisi waktu luang dengan berkebun atau

mengerjakan pekerjaan rumah, 7% (2 lansia) memanfaatkan waktu

mengasuh cucu dan 3% (1 lansia) memanfaatkan waktu senggangnya

dengan kegiatan lainnya.


87

66) Kunjungan ke Posyandu Lansia

Diagram distribusi berdasarkan Lansia mengikuti kegiatan di

Posyandu Lansia.

Distribusi Mengikuti Posyandu Lansia

30%
YA
TIDAK

70%

Gambar 3.66 Diagram Distribusi Lansia Mengikuti Posyandu Lansia

Berdasarkan diagram diatas dari jumlah 10 lansia terdapat 70% (7

lansia) tidak pernah berkunjung ke Posyandu Lansia dan 30% (3 lansia) rutin

berkunjung ke Posyandu Lansia setiap bulan sebelum Pandemi.


88

67) Penggunaan Waktu Luang Anak Dan Remaja

Diagram distribusi berdasarkan penggunaan waktu luang anak dan

remaja.

Distribusi Penggunaan Waktu Luang Pada Anak & Remaja


11% MUSIK/TV
11% SMARTPHONE
21%
BERMAIN DGN KAWAN
14%
43% OLAHRAGA
KEAGAMAAN

Gambar 3.67 Diagram Distribusi Penggunaan Waktu Luang Anak Dan Remaja

Berdasarkan diagram diatas dari jumlah 28 anak dan remaja, 43% (12 orang)

menggunakan waktu luangnya untuk bermain smartphone,21% (6 orang) memilih

bermain musik atau menonton TV, 11% (3 orang) menggunakan waktu luangnya

untuk olahraga dan 11% (3 orang) menggunakan waktu luangnya untuk aktivitas

keagama
BAB IV

PEMBAHASAN

Keperawatan Komunitas merupakan pelayanan keperawatan profesional yang


ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok resiko tinggi dalam
upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pelayanan keperawatan. Sasaran pelayanan Keperawatan Komunitas adalah
seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga dan kelompok yang beresiko tinggi
seperti keluarga penduduk didaerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak
terjangkau termasuk kelompok bayi, balita, lansia dan ibu hamil (Veronica, Nuraeni, &
Supriyono, 2017).
Perawatan komunitas ditujukan untuk Mengidentifikasi masalah kesehatan yang
dialami masyarakat, serta memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan
pemecahan masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta
masyarakat (Mubarak, 2015).
Asuhan keperawatan diberikan karena adanya suatu masalah kesehatan,
kurangnya pengetahuan serta kemampuan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari
secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan dengan
penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama (Primary Health care) untuk
memungkinkan setiap orang mencapai kemampuan hidup sehat dan produktif. Kegiatan
ini dilakukan sesuai dengan wewenang, tanggung jawab serta etika profesi
keperawatan (Mubarak, 2015).
Praktik keperawatan komunitas yang dilakukan oleh mahasiswa program profesi
nurse Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur sebagai tugas untuk memenuhi
target perkuliahan Stase Keperawatan Komunitas yang bertujuan untuk meningkatkan
derajat kesehatan dan pengetahuan individu, keluarga, dan komunitas yang berada di
lingkungan sekitar tempat tinggal mahasiswa dengan total 26 keluarga binaan yang
berlokasi di beberapa daerah yaitu : Samarinda, Kota Bangun, Balikpapan dan
90

Penajam Paser Utara yang dilakukan pada tanggal 11 Oktober 2021 s.d 06 November
2021 kemudian dijadikan satu kesatuan dalam bentuk laporan komunitas.

A. Pengkajian Komunitas
1. Tahap Orientasi
Dalam tahap orientasi mahasiswa melakukan pendekatan terhadap keluarga
binaan yang berada dilingkungan sekitar mahasiswa. Dalam tahap ini mahasiswa
mendapat persetujuan dari keluarga binaan untuk diadakannya kegiatan praktek
(intervensi dan implementasi keperawatan) komunitas secara daring. Hasil akhir
yang didapat adalah keluarga binaan dengan senang hati dan terbuka untuk
memberikan informasi akurat mengenai masalah-masalah kesehatan yang
mereka hadapi atau rasakan.
2. Pendataan
Setelah orientasi dan observasi awal dilakukan, maka selanjutnya dilakukan
pendataan pada keluarga binaan yang berada disekitar lngkungan mahasiswa.
Untuk efisiensi dan efektifitas waktu maka mahasiswa mendapatkan tanggung
jawab melakukan pendataan.
Pendataan dilakukan selama tiga hari, selain pada pagi dan siang hari,
pendataan dilakukan pula pada sore hari, hal ini disebabkan tidak semua
penduduk dapat ditemui pada pagi atau siang hari dikarenakan kesibukan aktifitas
hariannya dan selama pendataan tidak ditemukan penolakan atau penerimaan
negative dari keluarga binaan.
Masing-masing mahasiswa melakukan pendataan selama 15-20 menit,
proses pendataan meliputi wawancara dan observasi di dalam rumah terutama
untuk melihat kondisi jamban, sumber air dan kebersihan rumah. Proses
wawancara dilakukan dengan menggunakan format pengkajian yang telah
disediakan. Pertanyaan langsung diajukan kepada kepala keluarga atau anggota
keluarga yang ada dirumah.
Setelah itu mahasiswa melakukan observasi langsung kedalam rumah untuk
melihat keadaan WC, tempat air minum, sumber air minum yang digunakan. Hal
ini dimaksudkan untuk melihat secara langsung kondisi yang ada di lapangan dan
91

melakukan penilaian kesehatan secara akurat.


3. Tabulasi data
Setelah proses pendataan selesai dilakukan, maka langkah selanjutnya
adalah mentabulasi data berdasarkan data yang terkumpul dan mengelompokkan
masalah kesehatan yang ditemukan di komunitas. Proses tabulasi data memakan
waktu selama empat hari dan berhasil merumuskan masalah kesehatan yang
paling dominan ada pada keluarga binaan disekitar lingkungan. Hasil inilah yang
nantinya akan dikemukakan dalam Musyawarah Masyarakat Desa (MMD).
B. Diagnosa Keperawatan Komunitas
Diagnosa keperawatan yang diterapkan, diangkat berdasarkan masalah
kesehatan yang paling dominan yang ditemukan pada saat pendataan. Dalam
praktek keperawatan komunitas yang dilaksanakan pada keluarga binaan
dilingkungan sekitar mahasiswa, ditegakkan tiga diagnosa keperawatan komunitas
berdasarkan acuan dari SDKI, SIKI, dan SLKI. Ketiga diagnosa tersebut mewakili
masalah kesehatan utama yang ada pada keluarga binaan dilingkungan sekitar
mahasiswa, yaitu di antara lain :
1. Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan kurang terpapar
informasi ditandai dengan gagal melakukan tindakan pencegahan masalah
kesehatan
2. Manajemen kesehatan tidak efektif berhubungan dengan ketidakefektifan pola
perawatan keluarga ditandai dengan gagal menerapkan perawatan atau
pengobatan dalam kehidupan sehari-hari
3. Gangguan proses keluarga berhubungan dengan transisi perkembangan
ditandai dengan kurangnya komunikasi secara terbuka diantara anggota
keluarga binaan
Ketiga diagnosa keperawatan komunitas ini diangkat berdasarkan data subjektif
yang kami dapatkan melalui wawancara dengan keluarga binaan yang berada
dilingkungan sekitar mahasiswa. Data objektif yang didasarkan atas hasil observasi
yang kami amati dilingkungan sekitar mahasiswa. Selanjutnya ketiga diagnosa ini
dianalisis dan disusun berdasarkan scoring masalah dengan menggunakan Format
Mueke. Format Mueke digunakan untuk penapisan masalah dikarenakan format ini
92

yang kami anggap paling relevan untuk memprioritaskan masalah kesehatan yang
ada di lingkungan sekitar mahasiswa.
Dalam Format Mueke digunakan 12 kriteria pemecahan masalah dengan skor
pembobotan antara 1-5 (Sangat rendah-rendah-cukup-tinggi- sangat tinggi). Hasil
dari perhitungan 12 kriteria itulah yang digunakan untuk memprioritaskan masalah
kesehatan dengan kemungkinan teratasi cukup tinggi. Hasil dari penapisan tersebut
pada akhirnya memprioritaskan pertama perilaku kesehatan cenderung beresiko di
keluarga binaan sekitar lingkungan mahasiswa kedua Manajemen kesehatan tidak
efektif pada keluarga binaan disekitar lingkungan mahasiwa ketiga Gangguan
proses keluarga pada keluarga binaan dilingkungan sekitar mahasiswa.

C. Intervensi
Dimulai sejak dilakukannya Musyawarah Masyarakat Desa 1 yang dihadiri oleh
mahasiswa, keluarga binaan, dan dosen pembimbing secara daring. Perencanaan
di komunitas harus berpedoman pada masalah utama yang ditemukan dan
pelaksanaannya harus disesuaikan dengan kemampuan atau kemauan masyarakat
dengan melibatkan peran serta petugas pelayananan kesehatan setempat.
Intervensi yang dilakukan hendaknya tidak mengganggu aktifitas atau kegiatan rutin
masyarakat. Optimalitas waktu pelaksanaan intervensi harus diukur seakurat
mungkin sehingga masyarakat mau melaksanakannya tanpa ada keterpaksaan.
Dari penapisan masalah dengan format Mueke ada empat prioritas masalah
yang menurut masyarakat harus ditangani sesegera mungkin. Berdasarkan prioritas
maka masalah yang harus ditangani tersebut adalah:
1. Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan kurang terpapar
informasi ditandai dengan gagal melakukan tindakan pencegahan masalah
kesehatan
Berdasarkan hasil pendataan di lingkungan sekitar tempat tinggal mahasiswa
dengan total 26 keluarga binaan yang berlokasi di beberapa daerah terdapat 70
% (18 KK) memiliki kebiasaan membeli obat bebas sebelum kepelayanan
kesehatan dan 30 % (8 KK) memiliki kebiasaan meminum obat tradisional
(herbal) sebelum ke pelayanan kesehatan.dari jumlah 10 lansia terdapat 70% (7
93

lansia) tidak pernah berkunjung ke Posyandu Lansia dan 30% (3 lansia) rutin
berkunjung ke Posyandu Lansia setiap bulan sebelum Pandemi
2. Manajemen kesehatan tidak efektif berhubungan dengan ketidakefektifan pola
perawatan keluarga ditandai dengan gagal menerapkan perawatan atau
pengobatan dalam kehidupan sehari-hari
Berdasarkan hasil pendataan di lingkungan sekitar tempat tinggal
mahasiswa yang berlokasi di beberapa daerah terdapat 70% (7 lansia) memiliki
penyakit Hipertensi, 30% (3 lansia) memiliki penyakit DM dari jumlah 10 lansia.
Hal ini dikarenakan warga yang mempunyai penyakit hipertensi tidak
mengkonsumsi obat secara teratur dan jarang melakukan aktivitas olahraga
ditambah lagi penyataan dari salah satu keluarga binaan yang mengatakan
lokasi puskesmas cukup jauh untuk di jangkau. Sehingga intervensi yang telah
didiskusikan bersama pada Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) 1 untuk
masalah ini adalah pelaksanaan pendidikan kesehatan terkait hipertensi

3. Gangguan proses keluarga berhubungan dengan transisi perkembangan ditandai


dengan kurangnya komunikasi secara terbuka diantara anggota keluarga binaan
Berdasarkan hasil pendataan di lingkungan sekitar tempat tinggal mahasiswa dari
jumlah 28 anak dan remaja, 43% (12 orang) menggunakan waktu luangnya untuk
bermain smartphone,21% (6 orang) memilih bermain musik atau menonton TV,
11% (3 orang) menggunakan waktu luangnya untuk olahraga dan 11% (3 orang)
menggunakan waktu luangnya untuk aktivitas keagamaan.
Hal ini diperparah dengan pengakuan dari keluarga binaan yang
mengatakan bahwa anak-anak mereka jarang berkomunikasi dengan keluarga.

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN KOMUNITAS


Tahapan ini dilakukan mulai dari minggu keempat pelaksanaan praktek
keperawatan komunitas. Implementasi yang dilakukan berdasarkan pada rencana
atau program kerja yang telah disusun sebelumnya dengan metode daring.
Implementasi dilakukan dengan cara tidak memaksakan kehendak atau
kemauan mahasiswa melainkan disesuaikan dengan kemampuan dan kesediaan
masyarakat yang berlokasi dibeberapa daerah dilingkungan sekitar tempat tinggal
94

mahasiswa ataupun situasi dan kondisi masyarakat saat akan dilaksanakannya


implementasi tersebut. Sekitar 100% rencana atau program kerja yang telah
disusun sebelumnya oleh mahasiswa dan akan di terapkan oleh masyarakat,
seperti :
1. Masalah Perilaku kesehatan cenderung beresiko
a. Edukasi Perilaku Upaya Kesehatan dilingkungan sekitar tempat tinggal
mahasiswa dengan menjelaskan pentingnya cara menkonsumsi obat
dengan benar dan bahayanya jika membeli obat diwarung tanpa resep
dokter
b. Memotivasi lansia untuk lebih sering memeriksakan kesehatannya ke
posyandu lansia
Table 4.1 Analisa SWOT Masalah Perilaku Kesehatan Cenderung
Beresiko

Strength Weakness
1. Kekuatan dari implementasi 1. Kunjungan lansia ke posyandu
adalah persiapan yang matang lansia masih kurang
sehingga kegiatan yang telah 2. Peserta yang tidak
direncanakan dapat terlaksana memperhatikan materi
dengan baik. penyuluhan yang telah diberikan
2. Kerjasama yang baik antara
teman kelompok, dengan job
description yang jelas, serta
setiap kegiatan yang akan
dilakukan ditunjuk penanggung
jawab dari masing-masing
kegiatan
3. Setiap kegiatan terdapat
penanggung jawab dari pihak
mahasiswa
4. Keoperatifan dari keluarga
memberikan ruang pada
95

mahasiswa untuk melakukan


penyuluhan
5. Antusiasme dari peserta di
lingkungan sekitar mahasiswa
cukup baik
6. Pembuatan pre planning yang
dibuat sebelum pelaksanaan
kegiatan
Opportunity Treath
1. Adanya dukungan positif dari 1. Kurangnya informasi tentang
Pembimbing Akademik dan penggunaan obat yang benar
masyarakat dilingkungan sekitar dan bahayanya mengkonsumsi
mahasiswa tentang pelaksanaan obat tanpa resep dokter dapat
kegiatan penyuluhan tersebut menjadi ancaman bagi
2. Sejalan dengan Program masyarakat
Puskesmas yaitu mengadakan 2. Kurangnya peminatan lansia
posyandu lansia disetiap daerah untuk berkunjung ke posyandu
sehingga lansia dapat rutin lansia
memeriksakan kesehatannya

2.Masalah manajemen kesehatan tidak efektif terhadap penyakit hipertensi


a. Penyuluhan terkait Hipertensi dan lebih menekankan dalam pemeliharaan
kesehatan untuk penderita hipertensi terkait gaya hidup
b. Pengukuran tekanan darah rutin untuk masyarakat penderita hipertensi
96

Table 4.2 Analisa SWOT Masalah Manajemen Kesehatan Tidak


Efektif Terhadap Penyakit Hipertensi

Strength Weakness
1. Kekuatan dari implementasi 1. Pelaksanaan kegiatan
adalah persiapan yang matang penyuluhan disiang hari
sehingga kegiatan yang telah sehingga terdapat beberapa
direncanakan dapat terlaksana peserta mengantuk
dengan baik. 2. Waktu pelaksanaan acara
2. Kerjasama yang baik antara penyuluhan mundur 30 menit
teman kelompok, dengan job
description yang jelas, serta
setiap kegiatan yang akan
dilakukan ditunjuk penanggung
jawab dari masing-masing
kegiatan
3. Setiap kegiatan terdapat
penanggung jawab dari pihak
mahasiswa
4. Keoperatifan dari keluarga
memberikan ruang pada
mahasiswa untuk melakukan
penyuluhan
5. Antusiasme dari peserta di
lingkungan sekitar mahasiswa
cukup baik
6. Pembuatan pre planning yang
dibuat sebelum pelaksanaan
kegiatan
Opportunity Treath
1. Adanya dukungan positif dari 1. Kesadaran masyarakat tentang
Pembimbing Akademik dan gaya hidup yang sehat masih
masyarakat dilingkungan sekitar kurang
97

mahasiswa tentang pelaksanaan 2. Kurangnya motivasi masyrakat


kegiatan penyuluhan tersebut untuk memperbaiki pola hidup
yang lebih sehat

3.Masalah gangguan proses keluarga ditandai dengan kurangnya komunikasi


secara terbuka diantara anggota keluarga binaan
a. Melakukan edukasi proses keluarga tentang pentingnya komunikasi antar
keluarga dalam satu rumah
b. Berdiskusi bersama tentang dukungan sosial yang baik untuk diberikan
c. Menganjurkan keluarga untuk lebih sering melakukan aktivitas rutin yang
dapat dilakukan bersama
Table 4.3 Analisa SWOT Masalah Gangguan Proses Keluarga Ditandai Dengan
Kurangnya Komunikasi Secara Terbuka Diantara Anggota Keluarga Binaan

Strength Weakness
1. Kekuatan dari implementasi adalah 1. Peserta yang tidak memperhatikan
persiapan yang matang sehingga mengenai materi penyuluhan yang
kegiatan yang telah direncanakan telah diberikan
dapat terlaksana dengan baik.
2. Kerjasama yang baik antara teman
kelompok, dengan job description
yang jelas, serta setiap kegiatan
yang akan dilakukan ditunjuk
penanggung jawab dari masing-
masing kegiatan
3. Setiap kegiatan terdapat
penanggung jawab dari pihak
mahasiswa
4. Keoperatifan dari keluarga
memberikan ruang pada
mahasiswa untuk melakukan
penyuluhan
98

5. Antusiasme dari peserta di


lingkungan sekitar mahasiswa
cukup baik
6. Pembuatan pre planning yang
dibuat sebelum pelaksanaan
kegiatan
Opportunity Treath
1. Adanya dukungan positif dari 1. Kurangnya motivasi masyarakat
Pembimbing Akademik dan tentang informasi komunikasi yang
masyarakat dilingkungan sekitar efektif antar keluarga
mahasiswa tentang pelaksanaan 2. Lemahnya kesadaran keluarga
kegiatan penyuluhan tersebut tentang pentingnya komunikasi
2. Kegiatan keluarga dalam terbuka dalam satu rumah, dan
melakukan ativitas rutin dirumah terlalu acuh terhadap dampak
dapat berlanjut secara kontinue negative yang dapat ditimbulkan

E. EVALUASI KEPERAWATAN KOMUNITAS


Evaluasi dilakukan pada minggu kelima praktek keperawatan komunitas dan
akan ditampilkan pada presentasi hasil laporan kelompok yang akan dihadiri
beberapa keluarga binaan dan Pembimbing Akademik, yang dilaksanakan pada
tanggal 10 November 2021 melalui metode daring. Evaluasi merupakan tahap akhir
proses keperawatan yang digunakan untuk menilai tingkat keberhasilan dari
pemecahan masalah keperawatan komunitas yang ada. Evaluasi yang dilakukan
dapat diketahui masalah kesehatan komunitas bisa terpecahkan seluruh, sebagian,
atau tidak terpecahkan tetapi menimbulkan masalah baru. Kegitan evaluasi adalah
mengukur keberhasilan dengan mengumpulkan data dan menganalisisnya, kegiatan
ini dilakukan bersama masyarakat.
99

1. Evaluasi struktur
Evaluasi struktur merupakan evaluasi terhadap persiapan-persiapan yang
diperlukan selama pelaksanakan kegiatan, meliputi: pre planning, kontrak waktu
dan tempat, serta media yang digunakan. Dengan adanya evaluasi terhadap
struktur kegiatan, akan memberi arah pada kemantapan persiapan yang harus
dilakukan sehingga perencanaan kegiatan akan lebih matang dan dapat memilih
waktu yang tepat serta media sesuai dengan jumlah dan karakteristik sasaran.
Dari keseluruhan kegiatan yang telah dilaksanakan, mahasiswa telah
mempersiapkan pre planning, kontrak waktu dan tempat dengan warga, serta
media yang digunakan disiapkan dengan baik.
Pre planning dalam hal ini adalah pemilihan penanggung jawab yang
berasal dari warga dan mahasiswa untuk setiap kegiatan yang dilakukan pada
saat pelaksanaan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) 1. Begitu pula dengan
waktu dan tempat yang telah disepakati bersama warga binaan. Dimana ada
beberapa kegiatan seperti penyuluhan penyakit Hipertensi terkhusus manajemen
gaya hidup yang baik untuk penderita hipertensi. Sedangkan media yang
digunakan telah disesuaikan dengan jenis kegiatan, tempat pelaksanaan
kegiatan, dan sasaran kegiatan.
2. Evaluasi proses
Pentingnya melakukan evaluasi proses kerja adalah untuk mengetahui
suatu kegiatan yang dilakukan dari seberapa besar partisipasi audience atau
sasaran dalam mengikuti suatu kegiatan, halini sangat berhubungan dengan
topik yang tertuang, kebutuhan masyarakat, serta media yang dibutuhkan. Pada
setiap kegiatan yang telah dilaksanakan sebagian besar telah ditentukan
topiknya dengan mempertimbangkan kebutuhan masyarakat, serta pengkajian
yang dilakukan secara sistematis berdasarkan prioritas masalah yang
ditemukan, sedangkan penggunaan media telah disesuaikan dengan jumlah
audience dan tingkat pendidikan serta usia rata-rata audience atau sasaran.
Akan tetapi, evaluasi proses yang dilakukan menonjolkan kuantitasnya saja,
karena batasan evaluasi lebih condong pada ada tidaknya kriteria yang
100

ditentukan saat sebelum pelaksanaan kegiatan, namun evaluasi ini akan lebih
sempurna apabila diukur juga secara kualitasnya dengan cara mengobservasi
lebih lanjut terhadap setiap item yang terdapat pada evaluasi proses.
3. Evaluasi hasil
Peningkatan pengetahuan dan tahapan dari perubahan merupakan
indikator dalam melakukan evaluasi hasil. hal ini digambarkan oleh Maslow
(1954), yaitu adanya tuntutan setelah terjadi peningkatan pengetahuan dan
sesuai dengan pendapat Kurt Lewin (1991), yang menjelaskan bahwa salah
satu tahapan dari perubahan yaitu pencairan atau unfreezing, yaitu motivasi
yang kuat untuk beranjak dari keadaan semula dan berubahnya keseimbangan
yang ada, merasa perlu untuk berubah dan berupaya untuk berubah,
menyiapkan diri dan siap untuk berubah atau melakukan perubahan.
1. Perilaku Penyuluhan edukasi  Sebagian besar
kesehatan perilaku upaya masyarakat merespon
cenderung peningkatan Kesehatan dengan baik dan
beresiko dilingkungan sekitar mengajukan pertanyaan
tempat tinggal mahasiswa saat diberikan
dengan menjelaskan kesempatan bertanya
pentingnya cara  Sebagian besar
menkonsumsi obat masyarakat mampu
dengan benar dan menjawab pertanyaan
bahayanya jika membeli yang diajukan oleh
obat diwarung tanpa penyuluh disesi tanya
resep dokter jawab
2. Manajemen Penyuluhan terkait  Sebagian besar
kesehatan tidak penyakit Hipertensi (gaya masyarakat merespon
efektif terhadap hidup) dengan baik dan
penyakit mengajukan pertanyaan
hipertensi saat diberikan
kesempatan bertanya
 Sebagian besar
101

masyarakat mampu
menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh
penyuluh disesi tanya
jawab
Pemeriksaa tekanan  Hanya sebagian kecil
darah masyarakat yang rutin
periksa tekanan
darahnya
3. Gangguan Penyuluhan edukasi  Sebagian besar
proses keluarga proses keluarga tentang masyarakat merespon
ditandai dengan pentingnya komunikasi dengan baik dan
kurangnya antar keluarga dalam satu mengajukan pertanyaan
komunikasi rumah saat diberikan
secara terbuka kesempatan bertanya
diantara anggota  Sebagian besar
keluarga binaan masyarakat mampu
menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh
penyuluh disesi tanya
jawab
Berdiskusi bersama  Sebagian besar anak
tentang dukungan sosial remaja dilingkungan
yang baik untuk diberikan sekitar mahasiswa lebih
Menganjurkan keluarga suka menghabiskan
untuk lebih sering waktunya untuk bermain
melakukan aktivitas rutin smartpone
yang dapat dilakukan  Tidak terdapatnya anak
bersama remaja yang ikut dalam
proses diskusi
Menganjurkan keluarga  Sebagian besar
untuk lebih sering masyarakat merespon
102

melakukan aktivitas rutin dengan baik dan


yang dapat dilakukan mengajukan pertanyaan
bersama saat diberikan
kesempatan bertanya
 Masyarakat sangat
antusias mendengarkan

Perubahan pada tingkat pengetahuan masyarakat binaan mendorong


masyarakat untuk bergerak atau berubah dan dapat ditunjukkan dari aktifnya dalam
mengikuti kegiatan mulai dari pelatihan, keterlibatan dalam membantu pelaksanaan
kegiatan yang telah diprogramkan atau direncanakan sebelumnya.
Pada setiap item kegiatan yang telah dilaksanakan masih ada sebagian belum
dapat mencapai hasil yang maksimal, hal ini mungkin karena ada beberapa faktor
penghambat sebagaimana yang dijelaskan pada analisa SWOT sebelumya, sehingga
dalam kegiatan ini masih memerlukan adanya tindak lanjut agar tidak mengalami
kemunduran atau kembalinya pada keadaan seperti sebelum dilakukan tindakan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil survei kesehatan yang dilakukan dilingkungan sekitar
mahasiswa Program Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur,
didapatkan beberapa masalah, yakni :

1. Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan kurang


terpapar informasi ditandai dengan gagal melakukan tindakan
pencegahan masalah kesehatan
2. Manajemen kesehatan tidak efektif berhubungan dengan ketidakefektifan
pola perawatan keluarga ditandai dengan gagal menerapkan perawatan
atau pengobatan dalam kehidupan sehari-hari
3. Gangguan proses keluarga berhubungan dengan transisi perkembangan
ditandai dengan kurangnya komunikasi secara terbuka diantara anggota
keluarga binaan
Implementasi yang akan dilakukan berdasarkan masalah yang muncul pada
hasil survei tersebut antara lain melakukan penyuluhan perilaku kesehatan
tentang pentingnya cara menkonsumsi obat dengan benar dan bahayanya
jika membeli obat diwarung tanpa resep dokter, penyuluhan kesehatan
tentang Hipertensi, pemeriksaan tekanan darah, serta melakukan edukasi
proses keluarga tentang pentingnya komunikasi antar keluarga dalam satu
rumah
B. Saran
Berdasarkan dari kesimpulan diatas, maka disarankan untuk :
1. Masyarakat
Peran serta dari masyarakat di sekitar mahasiswa Program Profesi Ners
Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur dalam upaya meningkatkan
kesadaran masyarakat mengenai pentingnya perilaku hidup sehat dan
kesehatan lingkungan. Perlu dilakukan tindak lanjut atas pelaksanaan kegiatan
penyuluhan yang telah dilakukan agar masyarakat di sekitar mahasiswa
Program Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur, secara
104

bertahap mulai menyadari dan memahami serta menerapkannya perilaku hidup


bersih dan sehat di kehidupannya sehari-hari
2. Pelayanan Kesehatan
a. Peningkatan pemantauan terhadap masalah kesehatan yang ada pada
masyarakat di sekitar mahasiswa Program Profesi Ners Universitas
Muhammadiyah Kalimantan Timur
b. Melakukan evaluasi dan tindak lanjut atas kegiatan pemantauan secara
rutin dan berkelanjutan
c. Meningkatkan peran serta kader-kader kesehatan dalam meningkatkan
kesadaran masyarakat di sekitar mahasiswa Program Profesi Ners
Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur. Dan juga membantu
perangkat desa untuk berkoordinasi dengan pihak-pihak lain yang dapat
membantu memecahkan masalah-masalah kesehatan yang timbul
3. Institusi
Kegiatan praktik komunitas dan keluarga yang telah dilaksanakan pada
masyarakat di sekitar mahasiswa Program Profesi Ners Universitas
Muhammadiyah Kalimantan Timur perlu ditindak lanjuti oleh mahasiswa
angkatan berikutnya untuk mempertahankan dan mengoptimalkan hal-hal yang
telah dicapai serta menindak lanjuti hal-hal yang belum dicapai.

4. Mahasiswa
Kegiatan praktik komunitas dan keluarga yang telah dilaksanakan pada
masyarakat di sekitar mahasiswa Program Profesi Ners Universitas
Muhammadiyah Kalimantan Timur diharapkan dapat melakukan pengkajian
keperawatan yang lebih mendalam sehingga hasil yang diharapkan lebih akurat
dan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. (2017). Sebagian Besar Penderita Hipertensi tidak Menyadari, Biro


Komunikasiv dan Pelayanan Masyarakat. Kementrian Kesehatan RI.

Kartiningrum,dkk. (2017). Konseo Dasar Keperawatan Komunitas. Mojokerto :


STIKes Majapahit Mojokerto.

Mubarak WI., Nurul C., Joko S 2015 Standar Asuhan Keperawatan dan prosedur
tetap dalam Praktik Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Veronika, N., Nuraeni, A., & Supriyono, M. (2017). Efektifitas Pelaksanaan


Pendampingan Oleh Kader dalam Peraturan Diet Rendah Garam Taerhadap Kestabilan
Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi Dikelurahan Puwoyoso Semarang. Ilmu
Keperawatan dan Kebidanan, 46-53.

105
106

LAMPIRAN
107
108

Anda mungkin juga menyukai