Anda di halaman 1dari 106

KARYA ILMIAH AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA PASIEN TB PARU


DENGAN INOVASI BOOKLET PENERAPAN PENDIDIKAN
KESEHATAN ETIKA BATUK EFEKTIF

Karya Ilmiah Akhir Ners

Disusun Oleh:

HENDRA ISMAWANDI
2022207209038

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSWU LAMPUN
TAHUN 2022
KARYA ILMIAH AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA PASIEN TB PARU


DENGAN INOVASI BOOKLET PENERAPAN PENDIDIKAN
KESEHATAN ETIKA BATUK EFEKTIF

Karya Ilmiah Akhir Ners

Disusun Oleh:

HENDRA ISMAWANDI
2022207209038

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSWU LAMPUN
TAHUN 2022
LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN

Karya Ilmiah Akhir

Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal

Judul KIA : Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Pasien TB


Paru Dengan Inovasi Booklet Penerapan Pendidikan
Kesehatan Etika Batuk Efektif
Nama Mahasiswa : Hendra Iswandi

NIM : 2022207209038

MENYETUJUI

Pembimbing

Ns.Pira Prahmawati, S.Kep,. M.Kes.


NIDN. 203028002

ii
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Ilmiah Akhir Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Pasien TB


Paru Dengan Inovasi Booklet Penerapan Pendidikan Kesehatan Etika Batuk
Efektif

Karya Ilmiah Akhir ini telah diperiksa dan disetujui pada tanggal

MENGESAHKAN

Penguji : Ns. Pira Prahmawati, S.Kep,. M.Kes. (……………..)


NIDN. 203028002

Ketua Program Studi

Ns. Rita Sari, M.Kep


NIDN. 0220077403

Mengetahui,
Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu

Elmi Nuryati, M.Epid.


NIDN. 0215117601

iii
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
MOTTO

َ ‫ب ا ْل ِع ْل ِم فَ ُه َو فى‬
ِ‫سبِ ْي ِل هللا‬ َ ‫َمنْ َخ َر َج فِى‬
ِ َ‫طل‬

‘’Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka dia berada di jalan Allah ‘’

(HR.Turmudzi)

iv
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpah rahmat, hidayah dan

karuniya-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proses penyusunan karya

tulis ilmiah “Karya Ilmiah Akhir Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada

Pasien TB Paru Dengan Inovasi Booklet Penerapan Pendidikan Kesehatan Etika

Batuk Efektif”.

Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan dorongan berbagai

pihak, pada kesempatan ini perkenankan penulis menghaturkan rasa terima kasih

kepada yang terhormat :

1. Drs. H. Wanawir Am, M.M., M.Pd selaku rektor Universitas Muhammadiyah

Pringsewu.

2. Elmi Nuryati, M.Epid selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Pringsewu.

3. Ns. Rita Sari,M.Kep selaku ketua Program studi Profesi Ners Universitas

Muhammadiyah Pringsewu.

4. Ns. Pira Prahmawati, S.Kep,. M.Kes., selaku Pembimbing dalam pembuatan

Karya Ilmiah Akhir Ners

5. Seluruh Dosen Pengajar di Program Studi Profesi Ners Universitas

Muhammadiyah Pringsewu.

6. Teman-teman seangkatan Program Studi Profesi Ners Universitas

Muhammadiyah Pringsewu.

v
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
7. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan asuhan keperawatan

ini.

Semoga Allah SWT berkenan membalas kebaikan serta bantuan yang telah

diberikan. Amin.

Pringsewu, Desember 2022

Penulis

vi
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

KIA, Desember 2022


(Hendra Iswansdi, 86 Halaman)

INTI SARI

KARYA ILMIAH AKHIR ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL


BEDAH PADA PASIEN TB PARU DENGAN INOVASI BOOKLET
PENERAPAN PENDIDIKAN KESEHATAN
ETIKA BATUK EFEKTIF

Secara global tahun 2016, ada 10 juta kasus TB, setara 120 kasus per 100 ribu
penduduk. Lima negara dengan insiden tertinggi : India, Indonesia, Cina, Filipina
dan Pakistan. Sebagian besar kasus TB pada 2016 terjadi di Asia Tenggara (45%).
Indonesia salah satunya dan 25% terjadi di Afrika. Kasus baru TB di Indonesia
420.994 kasus tahun 2017. Berdasarkan survei prevalensi insiden TB pada laki-
laki tiga kali lebih banyak dibanding perempuan. Tujuan umum dari penulisan
Karya ilmiah Akhir ini adalah untuk melaksanaan asuhan keperawatan medikal
bedah pada pasien TB Paru dengan inovasi booklet penerapan pendidikan
kesehatan etika batuk efektif menggunaan pendekatan keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

Setelah dilakukan intervensi pada diagnosa keperawatan pada pengkajian Tn. R


yang menjalani rawat jalan di Puskesmas Palas peneliti menyimpulkan pada
pengkajian peneliti menemukan kesenjangan antara teori dan kasus, pada
penegakan diagnose keperawatan, peneliti menemukan perbedaan antara teori dan
kasus, didalam teori didapatkan delapan diagnosa dan pada kasus didapatkan satu
diagnose, tindakan keperawatan yang dilakukan pasien telah sesuai dengan
rencana yang telah disusun sebelumnya dan pada evaluasi masalah keperawatan
sudah mulai teratasi Tn. R mengerti dan menerapkan etika batuk efektif untuk
mencegah penularan TB Paru. Saran diharapkan perawat memiliki tanggung
jawab dan keterampilan yang baik serta selalu berkomunikasi dengan tim
kesehatan yang lain dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya pada klien
dengan kasus TB Paru.agar bisa memberikan pelayanan yang maklimal dalam
proses penyembuhan klien.

Kata Kunci : TB Paru, Booklet, Etika Batuk Efektif.

vii
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN.................................................................................................i
SAMPUL DALAM..............................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN...........................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................iv
MOTTO ...............................................................................................................v
KATA PENGANTAR........................................................................................vi
INTI SARI..........................................................................................................vii
DAFTAR ISI.....................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................x
DAFTAR TABEL...............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................3
C. Tujuan Penelitian .............................................................................4
D. Manfaat Penelitian..............................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar Paru-Paru......................................................................6
1. Anatomi Paru-Paru........................................................................6
2. Fisiologi Paru-Paru........................................................................8
B. Konsep Dasar Tuberculosis (TB Paru)................................................12
1. Pengertian TB Paru........................................................................12
2. Klasifikasi TB Paru........................................................................13
3. Etiologi TB Paru............................................................................15
4. Patofisiologi TB Paru....................................................................16
5. Komplikasi ....................................................................................17
6. Tanda dan Gejala...........................................................................18
7. Pencegahan....................................................................................20
8. Pemeriksaan Penunjang TB Paru...................................................20
9. Penatalaksanaan TB Paru..............................................................21
C. Konsep Pendidikan Kesehatan............................................................23
1. Pengertian Pendidikan kesehatan .................................................23
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan ......................................................23
3. Sasaran Pendidikan Kesehatan .....................................................23
4. Media Promosi Pendidikan Kesehatan Dengan Booklet...............24
D. Konsep Asuhan Keperawatan TB Paru...............................................32
1. Pengkajian......................................................................................32
2. Pemeriksaan Diagnostik................................................................39

viii
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
3. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul...........................................40
4. Rencana Keperawatan...................................................................41
5. Implementasi Keperawatan...........................................................51
6. Evaluasi..........................................................................................55
E. Tinjauan Menurut Al Islam Kemuhammadiyahan..............................57

BAB III STUDI KASUS


A. Pengkajian...........................................................................................59
B. Diagnosa Keperawatan.......................................................................72
C. Perencanaan........................................................................................73
D. Implementasi.......................................................................................76
E. Evaluasi...............................................................................................76

BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian...........................................................................................78
B. Diagnosa Keperawatan.......................................................................79
C. Perencanaan........................................................................................80
D. Implementasi.......................................................................................81
E. Evaluasi...............................................................................................82

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................84
B. Saran...................................................................................................84

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1 Anatomi Paru – Paru.....................................................................................8
2.2 Bagian-Bagian Pada Paru-Paru Manusia......................................................12
3.1Genogram Klien.............................................................................................62

x
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
3.1 Aktivitas Klien.............................................................................................63
3.2 Skala Resiko Jatuh Morse...........................................................................64
3.3 Pemeriksaan Laboratorium..........................................................................70
3.4 Keterangan Obat..........................................................................................71
3.5 Data Fokus...................................................................................................72
3.6 Analisa Data................................................................................................73
3.7 Perencanaan.................................................................................................74
3.8 Implementasi...............................................................................................77
3.9 Evaluasi Keperawatan.................................................................................77

xi
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian


Lampiran 2 Informed Consent
Lampiran 3 Format Pengkajian
Lampiran 4 Lembar Konsultasi

xii
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) adalah masalah kesehatan masyarakat dunia, khususnya di

Indonesia (Fatikha et al., 2021). Menempati urutan kedua penyebab kematian

akibat penyakit menular setelah (HIV). TB paru sangat mudah menular

melalui udara melalui batuk, hingga masyarakat sangat rentan terhadap infeksi

(Kusuma, 2019). Bakteri menyebar melalui semprotan dahak, droplet yang

dikeluarkan penderita TBC disaat batuk, bersin, atau berbicara sambil tatap

muka (Frisilia. M, 2021).

Secara global tahun 2016, ada 10 juta kasus TB, setara 120 kasus per 100 ribu

penduduk (Pakaya et al., 2021). Lima negara dengan insiden tertinggi : India,

Indonesia, Cina, Filipina dan Pakistan (Maelani & Cahyati, 2019). Sebagian

besar kasus TB pada 2016 terjadi di Asia Tenggara (45%). Indonesia salah

satunya dan 25% terjadi di Afrika (Amiar, 2020). Kasus baru TB di Indonesia

420.994 kasus tahun 2017 (data per 17 Mei 2018). Berdasarkan survei

prevalensi insiden TB pada laki-laki tiga kali lebih banyak dibanding

perempuan (Kemenkes, 2018).

Pria lebih rentan terhadap faktor risiko TB, hal ini diakibatkan oleh beberapa

hal seperti merokok dan ketidakpatuhan terhadap pengobatan. Survei dari

seluruh partisipan pria perokok mencapai 68,5%, hanya 3,7% yang merupakan

perokok wanita. Menurut Survei Prevalensi TB 2013-2014, prevalensi TB

1
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
2

dikonfirmasi secara bakteriologis di Indonesia sebanyak 759 per 100.000

penduduk berusia diatas 15 tahun , dan prevalensi TB BTA-positif sebanyak

257 per 100.000 penduduk berusia 15 tahun ke atas. Menurut survei Riskesdas

2013, semakin tua, semakin tinggi peluang terkena penyakit ini. Reaktivasi

tuberkulosis dan durasi pajanan bakteri TB lebih lama pada kelompok usia

lebih muda. Sebaliknya, semakin tinggi kelompok indeks kekayaan , semakin

rendah kejadian TB (Kemenkes, 2018). Gejala utama TB paru adalah batuk

berdahak selama 2 minggu atau lebih (T. A. P. Sari, 2020). Batuk disertai

dengan gejala lain seperti dahak, batuk darah, sesak napas, lemas, hilang nafsu

makan, penurunan berat badan, lekas marah, keringat malam tanpa aktivitas

fisik, demam lebih dari satu bulan (Alfarizi et al., 2021). Pada pasien HIV-

positif, batuk biasanya bukan merupakan gejala khas TB, sehingga batuk tidak

selalu berlangsung 2 minggu atau lebih (Kemenkes, 2018).

Gejala awal penderita TB dan sering di keluhkan adalah batuk terusmenerus

disertai sekret (Masting et al., 2021). Tertimbunnya sekret di saluran

pernafasan bawah dapat menambah batuk semakin keras dan menyumbat

saluran nafas, perlu upaya untuk mengeluarkan sekret yang dengan dilakukan

batuk efektif (Luies, L., & Preez, 2020). Batuk efektif adalah aktivitas

perawatan membersihkan jalan nafas yang berfungsi meningkatkan mobilisasi

sekresi (Karyanto & Laili, 2018). Batuk efektif berfungsi menghemat energi

karena efek OAT pada proses pengolahan di awal minggu hingga

menyebabkan kurang nutrisi terutama kalori yang hilang (Lestari et al., 2020).

Faktanya, banyak penderita TBC batuk tidak produktif, yang dapat

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


3

memperburuk keadaan karena batuk terlalu sering merusak struktur lunak

paru-paru, tenggorokan, dan pita suara (Puspitasari et al., 2021). Upaya

peningkatan batuk efektif dilakukan dengan cara melakukan batuk efektif pada

pasien TB, memberikan informasi akurat teknik batuk efektif, dan mendorong

mempraktikkan teknik batuk efektif (Puspitasari et al., 2019). Upaya lain

dapat dilakukan oleh keluarga memberikan motivasi kepada pasien minum

obat secara rutin (Karyanto & Laili, 2018).

Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan memegang peranan

penting dalam upaya pencegahan dan promosi (Rofi’i et al., 2019). Tindakan

utama yang dilakukan mengurangi gejala yang timbul akibat TB paru

misalnya batuk berdahak dan penumpukan sekret (Banna, 2021).

Berdasarkan fenomena tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul asuhan keperawatan medikal bedah pada pasien TB

Paru dengan inovasi booklet penerapan pendidikan kesehatan etika batuk

efektif.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

Bagaimanakah pelaksanaan asuhan keperawatan medikal bedah pada pasien

TB Paru dengan inovasi booklet penerapan pendidikan kesehatan etika batuk

efektif?

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


4

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari laporan kasus pasien ini adalah untuk melaksanaan

asuhan keperawatan medikal bedah pada pasien TB Paru dengan inovasi

booklet penerapan pendidikan kesehatan etika batuk efektif.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari laporan studi kasus ini adalah memberikan gambaran

tentang :

a. Melakukan pengkajian keperawatan medikal bedah pada pasien TB

Paru dengan inovasi booklet penerapan pendidikan kesehatan etika

batuk efektif.

b. Merumuskan diagnosa keperawatan medikal bedah pada pasien TB

Paru dengan inovasi booklet penerapan pendidikan kesehatan etika

batuk efektif.

c. Merumuskan rencana keperawatan medikal bedah pada pasien TB

Paru dengan inovasi booklet penerapan pendidikan kesehatan etika

batuk efektif.

d. Melakukan implementasi pada pasien TB Paru dengan inovasi booklet

penerapan pendidikan kesehatan etika batuk efektif.

e. Melakukan evaluasi pada pasien TB Paru dengan inovasi booklet

penerapan pendidikan kesehatan etika batuk efektif.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


5

D. Manfaat

1. Teoritis

Hasil laporan kasus ini dapat dijadikan sebagai dasar dalam

memperdalam asuhan keperawatan medikal bedah pada pasien TB Paru

dengan inovasi booklet penerapan pendidikan kesehatan etika batuk

efektif.

2. Praktis

Perawat dapat menerapkan asuhan keperawatan meliputi pengkajian

sampai evaluasi dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien TB

Paru dengan inovasi booklet penerapan pendidikan kesehatan etika batuk

efektif.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Paru-Paru

1. Anatomi Paru-Paru

Paru merupakan salah satu organ vital yang memiliki fungsi utama sebagai

alat respirasi dalam tubuh manusia, paru secara spesifik memiliki peran

untuk terjadinya pertukaran oksigen (O2) dengan karbon dioksida (CO2).

Pertukaran ini terjadi pada alveolus – alveolus di paru melalui sistem kapiler

(Rohman, 2019).

Paru-paru manusia terletak pada rongga dada, bentuk dari paru-paru adalah

berbentuk kerucut yang ujungnya berada di atas tulang iga pertama dan

dasarnya berada pada diafragma. Paru terbagi menjadi dua bagian yaitu,

paru kanan dan paru kiri. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan

paru-paru kiri mempunyai dua lobus. Setiap paru-paru terbagi lagi menjadi

beberapa sub-bagian, terdapat sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut

bronchopulmonary segments. Paru-paru bagian kanan dan bagian kiri

dipisahkan oleh sebuah ruang yang disebut mediastinum (Evelyn, 2016).

Paru sendiri memiliki kemampuan recoil, yakni kemampuan untuk

mengembang dan mengempis dengan sendirinya. Elastisitas paru untuk

mengembang dan mengempis ini di sebabkan karena adanya surfactan yang

dihasilkan oleh sel alveolar tipe 2. Namun selain itu mengembang dan

6
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
7

mengempisnya paru juga sangat dibantu oleh otot – otot dinding thoraks

dan otot pernafasan lainnya, serta tekanan negatif yang teradapat di dalam

cavum pleura. Paru manusia terbentuk setelah embrio mempunyai panjang

3 mm. Pembentukan paru di mulai dari sebuah Groove yang berasal dari

Foregut. Selanjutnya pada Groove ini terbentuk dua kantung yang dilapisi

oleh suatu jaringan yang disebut Primary Lung Bud. Bagian proksimal

foregut membagi diri menjadi 2 yaitu esophagus dan trakea . Pada

perkembangan selanjutnya trakea akan bergabung dengan primary lung

bud. Primary lung bud merupakan cikal bakal bronchi dancabang-

cabangnya. Bronchial-tree terbentuk setelah embrio berumur 16 minggu,

sedangkan alveoli baru berkembang setelah bayi lahir dan jumlahnya terus

meningkat hingga anak berumur 8 tahun. Ukuran alveol bertambah besar

sesuai dengan perkembangan dinding toraks. Jadi, pertumbuhan dan

perkembangan paru berjalan terus menerus tanpa terputus sampai

pertumbuhan somatic berhenti (West, 2020).

Saluran pernafasan terdiri dari rongga hidung, rongga mulut, faring, laring,

trakea, dan paru. Laring membagi saluran pernafasan menjadi 2 bagian,

yakni saluran pernafasan atas dan saluran pernafasan bawah. Pada

pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan external, oksigen di pungut

melalui hidung dan mulut. Pada waktu bernafas, oksigen masuk melalui

trakea dan pipa bronchial ke alveoli dan dapat erat hubungan dengan darah

didalam kapiler pulmunaris (West, 2020).

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


8

Hanya satu lapis membran yaitu membran alveoli, memisahkan oksigen dan

darah oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel

darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa didalam arteri

kesemua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan

oksigen 100 mm hg dan tingkat ini hemoglobinnya 95%. Di dalam paru-

paru, karbon dioksida, salah satu hasil buangan. Metabolisme menembus

membran alveoli, kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui

pipa bronchial, trakea, dinafaskan keluar melalui hidung dan mulut

(Tarwoto & Wartonah., 2015).

Gambar 2.1 Anatomi Paru – Paru

(Sumber: Crotton,2012)

2. Fisiologi Paru-Paru

Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih tekanan yang

terdapat antara atmosfir dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot. Seperti

yang telah diketahui, dinding toraks berfungsi sebagai penembus. Selama

inspirasi, volume toraks bertambah besar karena diafragma turun dan iga

terangkat akibat kontraksi beberapa otot yaitu sternokleidomastoideus

mengangkat sternum ke atas dan otot seratus, skalenus dan interkostalis

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


9

eksternus mengangkat iga-iga (Wilson, 2016).

Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat

elastisitas dinding dada dan paru-paru. Pada waktu otot interkostalis

eksternus relaksasi, dinding dada turun dan lengkung diafragma naik ke atas

ke dalam rongga toraks, menyebabkan volume toraks berkurang.

Pengurangan volume toraks ini meningkatkan tekanan intrapleura maupun

tekanan intrapulmonal. Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfir

menjadi terbalik, sehingga udara mengalir keluar dari paru-paru sampai

udara dan tekanan atmosfir menjadi sama kembali pada akhir ekspirasi

(Wilson, 2016).

Tahap kedua dari proses pernapasan mencakup proses difusi gas-gas

melintasi membrane alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5

μm). Kekuatan pendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan

parsial antara darah dan fase gas. Tekanan parsial oksigen dalam atmosfir

pada permukaan laut besarnya sekitar 149 mmHg. Pada waktu oksigen

diinspirasi dan sampai di alveolus maka tekanan parsial ini akan mengalami

penurunan sampai sekiktar 103 mmHg. Penurunan tekanan parsial ini terjadi

berdasarkan fakta bahwa udara inspirasi tercampur dengan udara dalam

ruangan sepi anatomic saluran udara dan dengan uap air. Perbedaan

tekanan karbondioksida antara darah dan alveolus yang jauh lebih rendah

menyebabkan karbondioksida berdifusi kedalam alveolus. Karbondioksida

ini kemudian dikeluarkan ke atmosfir (Wilson, 2016).

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


10

Dalam keadaan beristirahat normal, difusi dan keseimbangan oksigen di

kapiler darah paru-paru dan alveolus berlangsung kira-kira 0,25 detik dari

total waktu kontak selama 0,75 detik. Hal ini menimbulkan kesan bahwa

paru-paru normal memiliki cukup cadangan waktu difusi. Pada beberapa

penyakit misal; fibosis paru, udara dapat menebal dan difusi melambat

sehingga ekuilibrium mungkin tidak lengkap, terutama sewaktu berolahraga

dimana waktu kontak total berkurang. Jadi, blok difusi dapat mendukung

terjadinya hipoksemia, tetapi tidak diakui sebagai faktor utama (Rohman,

2019).

Paru-paru mempunyai pertahanan khusus dalam mengatasi berbagai

kemungkinan terjadinya kontak dengan aerogen dalam mempertahankan

tubuh. Sebagaimana mekanisme tubuh pada umumnya, maka paru-paru

mempunyai pertahanan seluler dan humoral. Beberapa mekanisme

pertahanan tubuh yang penting pada paru-paru dibagi atas:

a. Filtrasi udara

Partikel debu yang masuk melalui organ hidung akan :

1) Yang berdiameter 5-7 μ akan tertahan di orofaring.

2) Yang berdiameter 0,5-5 μ akan masuk sampai ke paru-paru

3) Yang berdiameter 0,5 μ dapat masuk sampai ke alveoli, akan tetapi

dapat pula di keluarkan bersama sekresi.

b. Mukosilia

Baik mucus maupun partikel yang terbungkus di dalam mucus akan

digerakkan oleh silia keluar menuju laring. Keberhasilan dalam

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


11

mengeluarkan mucus ini tergantung pada kekentalan mucus, luas

permukaan bronkus dan aktivitas silia yang mungkin terganggu oleh

iritasi, baik oleh asap rokok, hipoksemia maupun hiperkapnia.

c. Sekresi Humoral Lokal

1) Zat-zat yang melapisi permukaan bronkus antara lain, terdiri dari :

2) Lisozim, dimana dapat melisis bakteri

3) Laktoferon, suatu zat yang dapat mengikat ferrum dan bersifat

bakteriostatik.

4) Interferon, protein dengan berat molekul rendah mempunyai

kemampuan dalam membunuh virus. Ig A yang dikeluarkan oleh sel

plasma berperan dalam mencegah terjadinya infeksi virus.

Kekurangan Ig A akan memudahkan terjadinya infeksi paru yang

berulang.

d. Fagositosis

Sel fagositosis yang berperan dalam memfagositkan mikroorganisme

dan kemudian menghancurkannya. Makrofag yang mungkin sebagai

derivate monosit berperan sebagai fagositer. Untuk proses ini diperlukan

opsonim dan komplemen. Faktor yang mempengaruhi pembersihan

mikroba di dalam alveoli adalah :

1) Gerakan mukosiliar.

2) Faktor humoral lokal.

3) Reaksi sel.

4) Virulensi dari kuman yang masuk.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


12

5) Reaksi imunologis yang terjadi.

Gambar 2.2 Bagian-Bagian Pada Paru-Paru Manusia

Sumber: Mukhty, 2014.

B. Konsep Dasar Tuberculosis (TB Paru)

1. Pengertian TB Paru

Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosis. Tuberculosis bisa menyerang bagian paru- paru dan dapat

menyerang semua bagian tubuh (Puspasari, 2019). Tuberculosis adalah

penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB

Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru-

paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Tuberculosis adalah

penyakit infeksius kronik dan berulang biasanya mengenai organ paru yang

disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (LeMone & Burke, 2016).

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


13

2. Klasifikasi TB Paru

Klasifikasi berdasarkan (Puspasari, 2019) :

a. Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit

1) Tuberculosis paru adalah TB yang menyerang jaringan (parenkim)

paru dan tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.

2) Tuberculosis ekstra paru adalah TB yang menyerang organ tubuh

selain paru seperti pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium),

kelenjar limfe, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan

lain-lain.

b. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya

1) Klien baru TB, yakni klien yang belum pernah diobati dengan OAT

atau sudah pernah menelan OAT kurang dari 1 bulan (< dari 28

dosis).

2) Klien yang pernah diobati TB, yakni klien yang sebelumnya pernah

menelan OAT selama 1 bulan atau lebih (≥ dari 28 dosis).

3) Klien ini selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan hasil pengobatan

TB terakhir :

a) Klien kambuh, yaitu klien TB yang sebelumnya pernah

mendapat pengobatan TB dan telah dinyatakan sembuh atau

pengobatan lengkap, didiagnosis TB berdasarkan hasil

pemeriksaan bakteriologi atau klinis.

b) Klien yang diobati kembali setelah gagal, yaitu klien TB yang

pernah diobati dan dinyatakan gagal pada pengobatan terakhir.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


14

c) Klien yang diobati kembali setelah putus obat, yakni klien yang

telah berobat dan putus obat 2 bulan atau lebih dengan BTA

positif.

d) Lain-lain, yaitu klien TB yang pernah diobati namun hasil akhir

pengobatan sebelumnya tidak diketahui.

c. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan uji kepekaan obat

1) Mono resistan (TB MR): resistan terhadap salah satu jenis OAT lini

pertama saja.

2) Poli resistan (TB RR): resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT

lini pertama selain Insoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara

bersamaan.

3) Multidrug resistan (TB MDR): resistan terhadap Isoniazid (H) dan

Rifampisin (R) secara bersamaan.

4) Extensive drug resistan (TB XDR): TB MDR yang sekaligus juga

resistan terhadap salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan

minimal salah satu dari OAT lini kedua jenis suntikan.

5) Resistan Rifampisin (TB RR): resistan terhadap Rifampisin dengan

atau tanpa resistensi terhadap OAT lain yang terdeteksi

menggunakan metode genotype atau metode fenotipe.

d. Klasifikasi klien TB berdasarkan status HIV

1) Klien TB dengan HIV positif

2) Klien TB dengan HIV negative

3) Klien TB dengan status HIV tidak diketahui

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


15

3. Etiologi TB Paru

Tuberculosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyebaran

nya melalui batuk atau bersin dan orang yang menghirup droplet yang

dikeluarkan oleh penderita. Meskipun TB menyebar dengan cara yang

sama dengan flu, tetapi penularannya tidak mudah. Infeksi TB biasanya

menyebar antar anggota keluarga yang tinggal serumah. Akan tetapi

seseorang bisa terinfeksi saat duduk disamping penderita di dalam bus atau

kereta api. Selain itu, tidak semua orang yang terkena TB bisa

menularkannya (Puspasari, 2019)

TB disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini

berbentuk batang, memiliki dinding lemak yang tebal, tumbuh lambat,

tahan terhadap asam dan alcohol, sehingga sering disebut basil tahan asam

(BTA). Kuman ini memasuki tubuh manusia terutama melalui paru-paru,

namun dapat juga lewat kulit, saluran kemih, dan saluran makanan

(Puspasari, 2019).

Penyakit ini disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Bakteri atau

kuman ini berbentuk batang, dengan ukuran panjang 1-4 µm dan tebal 0,3-

0,6 µm. sebagian besar kuman berupa lemak /lipid, sehingga kuman tahan

terhadap asam dan lebih tahan terhadap kimia/ fisik. Sifat lain kuman ini

adalah aerob yang menyukai daerah dengan banyak oksigen, dan daerah

yang memiliki kandungan oksigen tinggi yaitu apical/apeks paru. Daerah

ini menjadi predileksi pada penyakit tuberculosis (Somantri, 2012).

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


16

4. Patofisiologi TB Paru

Menghirup Mycobacterium Tuberculosis menyebabkan salah satu dari

empat kemungkinan hasil, yakni pembersihan organisme, infeksi laten,

permulaan penyakit aktif (penyakit primer), penyakit aktif bertahun- tahun

kemudian (reaktivasi penyakit). Setelah terhirup, droplet infeksius tetesan

menular menetap diseluruh saluran udara. Sebagian besar bakteri terjebak

dibagian atas saluran nafas dimana sel epitel mengeluarkan lender. Lender

yang dihasilkan menangkap zat asing dan silia dipermukaan sel terus-

menerus menggerakkan lender dan partikelnya yang terangkap untuk

dibuang. System ini memberi tubuh pertahanan fisik awal yang mencegah

infeksi tuberculosis (Puspasari, 2019).

Sistem kekebalan tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi.

Neutrophil dan magrofag memfagositosis (menelan) bakteri. Limfosit

yang spesifik terhadap tuberculosis menghancurkan (melisiskan) basil dan

jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan terakumulasinya

eksudat dalam alveoli dan terjadilah bronkopneumonia. Infeksi awal

biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar. Massa

jaringan baru disebut granuloma, yang berisi gumpalan basil yang hidup

dan yang sudah mati, dikelilingi oleh makrofag yang membentuk dinding.

Granuloma berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah

dari massa tersebut disebut Ghon Tubercle. Materi yang terdiri atas

makrofag dan bakteri menjadi nekrotik, membentuk perkijuan (necrotizing

caseosa). Setelah itu akan terbentuk kalsifikasi, membentuk jaringan

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


17

kolagen. Bakteri menjadi non-aktif. Penyakit akan berkembang menjadi

aktif setelah infeksi awal, karena respons system imun yang tidak adekuat.

Penyakit aktif juga timbul akibat infeksi ulang atau aktifnya kembali

bakteri yang tidak aktif. Pada kasus ini, terjadi ulserasi pada ghon tubercle,

dan akhirnya menjadi perkijuan. Tuberkel yang ulserasi mengalami proses

penyembuhan membentuk jaringan parut. Paru-paru yang terinfeksi

kemudian meradang, mengakibatkan bronkopneumonia, pembentukan

tuberkel, dan seterusnya (Somantri, 2012).

5. Komplikasi

Komplikasi yang terjadi pada penyakit TB paru, menurut (Puspasari,

2019) antara lain :

1) Nyeri tulang belakang. Nyeri punggung dan kekakuan adalah

komplikasi tuberculosis yang umum.

2) Kerusakan sendi. Atritis tuberculosis biasanya menyerang pinggul dan

lutut.

3) Infeksi pada meningen (meningitis). Hal tersebut dapat menyebabkan

sakit kepala yang berlangsung lama atau intermiten yang terjadi selam

berminggu-minggu.

4) Masalah hati atau ginjal. Hati dan ginjal memiliki fungsi membantu

menyaring limbah dan kotoran dari aliran darah. Apabila terkena

tuberkulosis maka hati dan ginjal akan terganggu.

5) Gangguan jantung. Hal tersebut bisa jarang terjadi, tuberculosis dapat

menginfeksi jaringan yang mengelilingi jantung, menyebabkan

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


18

pembengkakan dan tumpukan cairan yang dapat mengganggu

kemampuan jantung untuk memompa secara efektif.

Sedangkan menurut Ardiansyah, 2012 dibedakan menjadi 2 yaitu :

a. Komplikasi dini

1) Pleuralitis, 2) Efusi pleura, 3) Empiema, 4) Laryngitis, 5) TB usus

b. Komplikasi lanjut

1) Obstruksi jalan nafas, 2) Kor pulmonal, 3) Amiloidosis, 4)

Karsinoma paru, 5) Sindrom gagal nafas

6. Tanda dan Gejala

a. Gejala utama

Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih

(Mardiah, 2019).

b. Gejala tambahan, yang sering dijumpai adalah sebagai berikut.

1) Batuk/batuk darah: batuk terjadi dikarenakan adanya iritasi pada

bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk

radang. Batuk baru ada setelah terjadi peradangan pada paru – paru

setelah berminggu-minggu. Sifat batuk dimulai dari batuk kering

kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif

(menghasilkan sputum) (Widiastuti & Siagian, 2019). Keadaan

lanjut adalah berupa batuk darah karena pembuluh darah yang

pecah. Kebanyakan terjadi pada kavitas, namun dapat terjadi juga di

ulkus dinding bronkus.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


19

2) Sesak nafas : pada penyakit ringan belum dirasakan sesak napas.

Namun akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yaitu pada

infiltrasinya sudah meliputi setengah paru.

3) Nyeri dada : nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai

ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua

pleura sewaktu pasien inspirasi atau aspirasi.

4) Rasa kurang enak badan (malaise) : gejala ini sering ditemukan

berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, meriang, nyeri

otot, keringat malam dan lain-lain. Gejala malaise ini semakin lama

semakin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.

5) Penurunan berat badan selama tiga bulan berturut-turut tanpa alasan

yang jelas, atau tidak ada penambahan berat badan dalam waktu

satu bulan setelah upaya perbaikan gizi dilakukan.

6) Demam yang lama (≥2minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang

jelas (bukan demam tifoid, infeksi saluran kemih, malaria, dan lain-

lain). Demam umumnya tidak tinggi. Keringat malam saja bukan

merupakan gejala spesifik TBC apabila tidak disertai dengan gejala-

gejala sistemik/umum lain. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh

daya tahan tubuh penderita dan banyaknya bakteri yang masuk

(Rahmaniati & Apriyani, 2018).

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


20

7. Pencegahan

Berdasarkan (Nanda, 2015) :

a. Mempelajari penyebab dan penularan TB.

b. Berhenti merokok dan minum alcohol.

c. Olah raga secara teratur, makan makanan yang bergizi dan istirahat

yang cukup.

d. Selalu menjaga kebersihan mulut dan mempelajari cara batuk yang

baik.

8. Pemeriksaan Penunjang TB Paru

Menurut (Somantri, 2012) pemeriksaan penunjang TB paru antara lain

sebagai berukut :

a. Kultur sputum : menunjukkan hasil positif Mycobacterium

tuberculosis pada stadium aktif.

b. Ziehl Neelsen (Acid-fast Staind applied to smear of body fluid) : positif

untuk bakteri tahan asam (BTA).

c. Skin test (PPD, Mantoux, Tine, Vollmer Patch) : reaksi positif (area

indurasi 10 mm atau lebih, timbul 48-72 jam setelah injeksi antigen

intradermal) mengindikasikan infeksi lama dan adanya antibody tetapi

tidak mengindikasikan penyakit sedang aktif.

d. Foto rongen dada (chest x-ray) : dapat memperlihatkan infiltrasi kecil

pada lesi awal di bagian paru-paru bagian atas, deposit kalsium pada

lesi primer yang membaik atau cairan pada efusi. Perubahan

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


21

mengindikasikan TB yang lebih berat, dapat mencakup area berlubang

dan fibrosa.

e. Histologi atau kultur jaringan (termasuk kumbah lambung, urine dan

CSF, serta biopsy kulit) : menunjukkan hasil positif untuk

Mycobacterium tuberculosis.

f. Needle biopsy of lung tissue : positif untuk granuloma TB, adanya sel-

sel besar yang mengindikasikan nekrosis.

g. Elektrolit : mungkin abnormal bergantung pada lokasi dan beratnya

infeksi, misalnya hyponatremia mengakibatkan retensi air, mungkin

ditemukan pada TB paru kronik lanjut.

h. ABGs : mungkin abnormal, bergantung pada lokasi, berat dan sisa

kerusakan paru.

i. Bronkografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan

bronkus atau kerusakan paru karena TB.

j. Pemeriksaan darah : leukositosis, laju endap darah (LED) meningkat.

k. Tes fungsi paru : VC menurun, dead space meningkat, TLC menurun,

dan saturasi oksigen menurun yang merupakan gejala sekunder dari

fibrosis infiltrasi paru da penyakit pleura.

9. Penatalaksanaan TB Paru

a. Penatalaksanaan Keperawatan

1) Promotif , terbagi antara lain :

a) Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC

b) Pemberitahuan baik melalui spanduk atau iklan tentang

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


22

bahaya TBC, cara penularan, cara pencegahan, dan faktor resiko.

c) Mensosialisasikan BCG dimasyarakat

2) Preventif, terbagi antara lain:

a) Vaksinasi BCG

b) Menggunakan Isoniazid

c) Membersihkan lingkungan dari tempat kotor dan lembab.

d) Bila ada gejala TBC segera ke Puskesmas atau Rumah Sakit.

b. Penatalaksanaan Medis

Dalam pengobatan TB Paru dibagi 2 bagian:

1) Jangka pendek

Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1-3

bulan

2) Jangka panjang

Tata cara pengobatan : setiap 2x seminggu, selama 13-18 bulan,

tetapi setelah perkembangan pengobatan ditemukan terapi. Terapi

TB Paru dapat dilakukan dengan meminum obat : INH, Rivampicin,

Etambutol.

3) Dengan menggunakan obat program TB Paru Combipack bila

ditemukan pada pemeriksaan sputum BTA positif dengan

kombinasi obat :

a) Rifampicin

b) Isoniazid

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


23

c) Ethambutol

d) Pyridoxin

C. Konsep Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian Pendidikan kesehatan

Menurut (Notoadmojo, 2018) pendidikan kesehatan adalah sebuah upaya

persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau

melakukan tindakan-tindakan untuk memelihara, dan meningkatkan taraf

kesehatannya. Pendidikan kesehatan merupakan bentuk tindakan mandiri

keperawatan untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun

masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan

pembelajaran yang didalamnya perawat sebagai perawat pendidik sesuai

dengan tugas seorang perawat.

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Menurut Nursalam & Efendi tujuan pendidikan kesehatan merupakan

suatu harapan agar terjadi perubahan pada pengetahuan, sikap, dan

perilaku individu, keluarga maupun masyarakat dalam memelihara prilaku

hidup sehat ataupun peran aktif sebagai upaya dalam penanganan derajat

kesehatan yang optimal (Deborah, 2020).

3. Sasaran Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan dapat diberikan kepada sasaran secara langsung

maupun melalui menggunakan media tertentu. Dalam situasi di mana

pendidik tidak dapat bertemu dengan sasaran, media sangat diperlukan

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


24

untuk pendidikan. Media pendidikan kesehatan adalah saluran komunikasi

yang dipakai untuk mengirimkan pesan kesehatan. Pemilihan media

pendidikan kesehatan ditentukan oleh banyaknya sasaran, keadaan

geografis, karakteristik partisipan dan sumber daya pendukung. Contohnya

di daerah terpencil yang hanya dapat dicapai dengan pesawat terbang

khusus dan pendidikan kesehatan yang diinginkan adalah mencapai

sebanyak mungkin sasaran, maka media yang dipilih adalah flyer atau

media elektronik jika sumber dayanya memungkinkan. Beberapa media

pendidikan kesehatan dapat juga digunakan sebagai alat peraga jika

pendidik kesehatan bertemu langsung dengan partisipan dalam proses

promosi kesehatan. Media poster dapat dianggap sebagai media peraga

berupa gambar, demikian juga dengan billboard dan sebagainya.

4. Media Promosi Pendidikan Kesehatan Dengan Booklet

a. Pengertian Booklet

Media booklet merupakan salah satu media massa yang dijadikan

sebagai media (alat peraga) ditujukan kepada banyak orang maupun

umum yang waktu penyampaian isi tidak teratur (Parwiyati et al.,

2014). Booklet adalah buku berukuran kecil yang didesain untuk

mengedukasi pembaca dengan tips dan strategi untuk menyelesaikan

suatu masalah (Sari, 2017).

Booklet merupakan salah satu bentuk inovasi media pembelajaran

dalam bentuk media cetak. Media ini memuat materi pelajaran dalam

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


25

bentuk fisik yang unik, menarik, dan fleksibel. Unik karena bentuk fisik

yang kecil lengkap dengan desain full colour yang akan menumbuhkan

rasa ketertarikan untuk menggunakannya. Fleksibel karena bentuknya

yang kecil (lebih kecil dari buku pada umumnya), sehingga dapat

dibawa dan digunakan di manapun dan kapanpun (Andreansyah, 2015).

Ada yang mengatakan bahwa istilah booklet berasal dari buku dan

leaflet, artinya media booklet merupakan perpaduan antara leaflet

dengan buku atau sebuah buku dengan format (ukuran) kecil seperti

leaflet (BPTP Balitbangtan Jambi., 2017).

Berdasarkan pengertian booklet tersebut dapat disimpulkan bahwa

booklet merupakan salah satu media pembelajaran cetak yang dicetak

dalam bentuk buku yang ukurannya lebih kecil dan ringkas dari buku

pada umumnya. Booklet untuk penyuluhan adalah salah satu media

yang digunakan dalam penyuluhan atau promosi kesehatan yang

berfungsi untuk menyampaikan informasi atau pesan kesehatan dalam

bentuk buku, baik berupa tulisan maupun gambar yang ukurannya

relatif kecil. Booklet yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebuah

media yang berbentuk buku berukuran kecil dan tidak terlalu tebal,

berisi informasi tentang diit rendah garam bagi pasien hipertensi yang

dilengkapi dengan ilustrasi gambar. Booklet tersebut digunakan untuk

mempermudah dalam penyampaian pesan dan informasi terkait

penyuluhan tentang pengetahuan diit rendah garam bagi pasien

hipertensi.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


26

b. Ciri-Ciri Booklet

Booklet adalah buku berukuran kecil (setengah kuarto) dan tipis, tidak

lebuh dari 30 halaman bolak-balik, yang berisi tulisan dan gambar-

gambar. Struktur isinya seperti buku (ada pendahuluan, isi, penutu)

hanya saja cara penyajian isinya jauh lebih singkat daripada sebuah

buku (BPTP Balitbangtan Jambi., 2017).

Booklet merupakan media komunikasi yang termasuk dalam kategori

media lini bawah (below the line media). Sesuai sifat yang melekat

pada media lini bawah, pesan yang ditulis pada media tersebut

berpedoman pada beberapa kriteria yaitu menggunakan kalimat pendek,

sederhana, singkat, ringkas menggunakan huruf besar dan tebal. Selain

itu, penggunaan huruf tidak kurang dari 10 pt, dikemas menarik dan

kata yang digunakan ekonomis (Hapsari, 2013). Booklet berisikan

informasi-informasi penting, yang isinya harus jelas, tegas, mudah

dimengerti dan akan lebih menarik jika Booklet tersebut disertai dengan

gambar (Septiwiharti, 2015).

Dari beberapa ciri-ciri yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa

booklet umumnya berbentuk seperti buku yang dicetak, namun

ukurannya lebih kecil dan lebih tipis, dapat dibolak-balik, mudah

dibawa, memuat pesan dan informasi baik dalam tulisan maupun

gambar atau ilustrasi, serta biasanya menggunakan desain yang minim.

Pesan dan informasi yang terdapat dalam booklet ditulis dengan bahasa

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


27

yang lugas dan mudah dipahami dalam waktu yang singkat.

c. Prinsip Pembuatan Booklet

Penulisan booklet bermula dari penentuan topiknya. Topiknya tersebut

diperjelas, subjek yang hendak dikembangkan dan kepada siapa booklet

tersebut ditujukan. Pada bagian awal, latar belakang, dan informasi

umum tentang topik tersebut perlu diungkapkan. Struktur atau isi dari

booklet sama seperti buku biasa. Struktur booklet pada umumnya terdiri

dari pendahuluan, isi, dan penutup. Hanya saja cara penyajian isinya

lebih singkat dari sebuah buku. Bentuk booklet yang praktis dan

menarik akan mempermudah peserta dalam belajar. Selain itu,

diharapkan ilustrasi dalam booklet akan menambah motivasi dan minat

peserta untuk menggunakan booklet (Septiwiharti, 2015).

Booklet yang berbentuk seperti buku memiliki beberapa prinsip dalam

pembuatannya, hal ini dikemukakan oleh (Utami, 2018):

1) Visible, yaitu memuat isi yang mudah dilihat

2) Interesting, yaitu menarik

3) Simple, yaitu sederhana

4) Useful, yaitu bermanfaat untuk sumber ilmu pendidikan

5) Accourate, benar dan tepat sasaran

6) Legitimate, yaitu sah dan masuk akal

7) Structured, yaitu tersusun secara baik dan runtut

Sementara itu, dalam sudut pandang lain, Prastowo (2012)

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


28

mengemukakan bahwa terdapat teknik penyusunan media booklet yang

mana booklet tersebut merupakan media pendidikan cetak yaitu dengan

langkah-langkah sebagai berikut.

1) Judul dan materi yang disajikan berintikan pada pencapaian

kompetensi dasar atau materi peserta.

2) Memuat bahasa yang mudah dipahami sesuai dengan

perkembangan kebahasaan sasaran penggunanya.

3) Mampu menguji pemahaman peserta terhadap suatu hal.

4) Adanya stimulan yaitu berkaitan dengan nyaman dan tidaknya

sebuah tampilan mata misalnya tipis, ukuran huruf, warna, dan

jenis kertas.

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan booklet

menurut Utami (2018), yaitu:

1) Tentukan kelompok sasaran yang ingin dicapai

2) Tuliskan apa tujuannya

3) Tentukan isi singkat hal-hal yang akan ditulis dalam booklet

4) Kumpulkan tentang subjek yang akan disampaikan

5) Buat garis-garis besar cara penyajian pesan, termasuk di dalamnya

bagaimana bentuk tulisan, gambar, serta tata letaknya

6) Buatkan konsepnya

7) Konsep ditester lebih dahulu pada kelompok sasaran yang hampir

sama dengan kelompok sasaran

8) Perbaiki konsep dan buat ilustrasi yang sesuai dengan isi

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


29

Selain itu, menurut (Andreansyah, 2015) berbagai hal yang harus

diperhatikan dalam membuat booklet adalah sebagai berikut :

1) Ukuran kertas

Kertas yang direkomendasikan untuk pembuatan booklet adalah

berukuran setengah dari kertas A4 atau sekitar 15 cm x 21 cm.

2) Content atau isi

Tulisan-tulisan yang terdapat dalam booklet sebaiknya singkat,

padat, menarik serta membuat penasaran pembaca.

3) Background

Gunakan warna background yang kontras dengan tulisan serta tidak

membuat pembaca booklet kesulitan ketika membaca.

4) Tata Letak

Fungsi tata letak adalah untuk membat booklet menjadi tampak rapi

dan elegan.

5) Pemakaian huruf

Pemilihan huruf dalam pembuatn booklet dapat mrnggantikan

fungsi gambar sebagai sarana visualisasi isi booklet. Huruf yang

digunakan harus mdah dipahami oleh pembaca.

6) Pemilihan gambar

Penambahan gambar dalam booklet akan menambah keindahan

dalam booklet dan pemilihan gambar harus sesuai dengan tema.

Dari uraian di atas tentang prinsip pembuatan booklet dan hal-hal yang

perlu diperhatikan dalam membuat booklet diketahui bahwa dalam

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


30

pembuatan booklet harus menerapkan prinsip yang ada agar hasil dari

booklet yang dibuat baik, dapat diterima, dan dipahami oleh pembaca

sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

d. Keunggulan dan Kelemahan Booklet

Menurut Ewles dalam (Hapsari, 2013) media booklet memiliki

beberapa keunggulan yaitu sebagai berikut :

1) Klien dapat menyesuaikan dari belajar mandiri

2) Pengguna dapat melihat isinya pada saat santai

3) Informasi dapat dibagi dengan keluarga dan teman

4) Mudah dibuat, diperbanyak, dan diperbaiki serta mudah disesuaikan

5) Mengurangi kebutuhan mencatat

6) Dapat dibuat secara sederhana dengan biaya relatif murah

7) Awet/ tahan lama, tidak mudah rusak, dapat dimanfaatkan

berulang kali

8) Daya tampung lebih luas, memuat tulisan yang lebih banyak

9) Dapat diarahkan pada segmen tertentu

Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut (Sari, 2017) terdapat

beberapa keunggulan booklet, antara lain.

1) Pesan-pesan booklet bersifat permanen, mudah disimpan, diambil

kembali, dan dibaca ulang sesuai dengan kemampuan pembaca.

2) Mampu mengatasi hambatan jarak dan geografis sehingga dapat

menjangkau sasaran lebih banyak

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


31

3) Harganya relatif murah

4) Pembaca dapat belajar sendiri atau berkelompok

5) Booklet dapat menampung informasi lebih lengkap, praktis, dan

sederhana

Selain keunggulan booklet yang telah disebutkan di atas, booklet juga

memiliki kelemahan. Menurut (Sari, 2017) booklet memiliki beberapa

kelemahan, antara laian sebagai berikut.

1) Keberhasilan menyampaikan informasi tergantung kepada

kemampuan membaca sasaran yang dituju

2) Apabila rancangan lambang visual yang digunakan untuk

mempermudah penyampaian materi kurang tepat malah akan

menurunkan kualitas.

Sedangkan menurut (Sari, 2017) booklet sebagai media cetak

memiliki keterbatasan, yaitu:

1) Sulit menampilkan gerak dalam halaman media cetakan.

2) Biaya percetakan akan mahal apabila ingin menampilkan ilustrasi,

gambar, atau foto berwarna.

3) Proses pencetakan media seringkali memakan waktu yang cukup

lama tergantung kepada alat cetak dan kerumitan pada halaman

cetakan.

4) Media cetak dapat membawa hasil yang baik jika tujuan

pembelajaran bersifat kognitif, fakta dan keterampilan. Jarang

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


32

sekali yang mencoba menekankan pada perasaan, emosi, atau

sikap.

5) Jika tidak dirawat dengan baik media cetak cepat rusak atau hilang.

D. Konsep Asuhan Keperawatan TB Paru

1. Pengkajian

Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan TB paru

(Somantri, 2012).

a. Data Pasien

Penyakit TB paru dapat menyerang manusia mulai dari usia anak

sampai dewasa dengan perbandingan yang hampir sama antara laki-

laki dan perempuan. Penyakit ini biasanya banyak ditemukan pada

pasien yang tinggal didaerah dengan tingkat kepadatan tinggi sehingga

masuknya cahaya matahari kedalam rumah sangat minim. TB paru

pada anak dapat terjadi pada usia berapapun, namun usia paling umum

adalah antara 1-4 tahun. Anak-anak lebih sering mengalami TB diluar

paru-paru (extrapulmonary) dibanding TB paru dengan perbandingan

3:1. TB diluar paru-paru adalah TB berat yang terutama ditemukan

pada usia<3 tahun. angka kejadian (prevalensi) TB paru pada usia 5-12

tahun cukup rendah, kemudian meningkat setelah usia remaja dimana

TB paru menyerupai kasus pada pasien dewasa (sering disertai

lubang/kavitas pada paru-paru).

b. Riwayat Kesehatan

keluhan yang sering muncul antara lain:

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


33

1) Demam: subfebris, (febris 40°C - 41°C) hilang timbul

2) Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini terjadi

untuk membuang/mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari

batuk kering sampai dengan atuk purulent (menghasilkan sputum).

3) Sesak nafas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai

setengah paru-paru.

4) Keringat malam.

5) Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi

radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.

6) Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat

badan menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam.

7) Sianosis, sesak nafas, kolaps: merupakan gejala atelektasis. Bagian

dada pasien tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung

terdorong ke sisi yang sakit. Pada foto toraks, pada sisi yang sakit

nampak bayangan hitam dan diagfragma menonjol keatas.

8) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya

penyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan

tetapi merupakan penyakit infeksi menular.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu

1) Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh

2) Pernah berobat tetapi tidak sembuh

3) Pernah berobat tetapi tidak teratur

4) Riwayat kontak dengan penderita TB paru

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


34

5) Daya tahan tubuh yang menurun

6) Riwayat vaksinasi yang tidak teratur

7) Riwayat putus OAT.

d. Riwayat Kesehatan

Keluarga Biasanya pada keluarga pasien ditemukan ada yang

menderita TB paru.Biasanya ada keluarga yang menderita penyakit

keturunan seperti Hipertensi, Diabetes Melitus, jantung dan lainnya.

e. Riwayat Pengobatan Sebelumnya

1) Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan

sakitnya

2) Jenis, warna, dan dosis obat yang diminum.

3) Berapa lama pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan

penyakitnya

4) Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.

f. Riwayat Sosial Ekonomi

1) Riwayat pekerjaan.

Jenis pekerjaan, waktu, dan tempat bekerja, jumlah penghasilan.

2) Aspek psikososial.

Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikasi dengan bebas,

menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang mampu, masalah

berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu

yang lama dan biaya yang banyak, masalah tentang masa

depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan putus harapan.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


35

g. Faktor Pendukung:

1) Riwayat lingkungan.

2) Pola hidup: nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola

istirahat dan tidur, kebersihan diri.

3) Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang

penyakit, pencegahan, pengobatan dan perawatannya.

h. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum: biasanya KU sedang atau buruk

TD : Normal (kadang rendah karena kurang istirahat) Nadi : Pada

umumnya nadi pasien meningkat Pernafasan : biasanya nafas pasien

meningkat (normal : 16- 20x/i) Suhu : Biasanya kenaikan suhu ringan

pada malam hari. Suhumungkin tinggi atau tidak teratur. Seiring kali

tidak ada demam

1) Kepala Inspeksi : Biasanya wajah tampak pucat, wajah tampak

meringis, konjungtiva anemis, skelra tidak ikterik, hidung tidak

sianosis, mukosa bibir kering, biasanya adanya pergeseran trakea.

2) Thorak Inpeksi : Kadang terlihat retraksi interkosta dan tarikan

dinding dada, biasanya pasien kesulitan saat inspirasi Palpasi :

Fremitus paru yang terinfeksi biasanya lemah Perkusi : Biasanya

saatdiperkusi terdapat suara pekak Auskultasi : Biasanya terdapat

bronki

3) Abdomen

Inspeksi : biasanya tampak simetris

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


36

Palpasi : biasanya tidak ada pembesaran hepar Perkusi : biasanya

terdapat suara tympani

Auskultasi : biasanya bising usus pasien tidak terdengar

4) Ekremitas atas Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak

pucat, tidak ada edema

5) Ekremitas bawah Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin,

tampak pucat, tidak ada edema

i. Pemeriksaan Diagnostik

1) Kultur sputum: Mikobakterium TB positif pada tahap akhir

penyakit.

2) Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15

mm terjadi 48-72 jam).

3) Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas; pada tahap dini

tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak

jelas; pada kavitas bayangan, berupa cincin; pada klasifikasi

tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.

4) Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atatu kerusakan

paru karena TB paru.

5) Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).

6) Spirometri: penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun.

j. Pola Kebiasaan Sehari-hari

1) Aktivitas / istirahat

Gejala : Kelelahan umum dan kelemahan, nafas pendek karena

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


37

kerja, kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari,

menggigil dan/atau berkeringat.

Tanda : Takikardi, takipnea/dispnea pada saat kerja , kelelahan

otot,nyeri, sesak (tahap lanjut).

2) Integritas Ego

Gejala : Adanya faktor stres lama, masalah keuangan, perasaan

tidakberdaya/putus asa.

Tanda : Menyangkal (khususnya pada tahap dini), ansietas,

ketakutan,mudah terangsang.

3) Makanan dan cairan

Gejala : Kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna,

penurunanberat badan.

Tanda : Turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik, kehilangan

otot/hilanglemak subkutan.

4) Nyeri dan Kenyamanan

Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.

Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi,

gelisah

5) Pernafasan

Gejala : Batuk, produktif atau tidak produktif , nafas pendek,

riwayat tuberkulosis/terpajan pada individu terinfeksi.

Tanda : Peningkatan frekuensi pernafasan Penyakit luas atau

fibrosisparenkim paru dan pleura). Pengembangan pernafasan tak

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


38

simetris (effusi pleural). Perkusi pekak dan penurunan fremitus

(cairan pleural atau penebalan pleural). Bunyi nafas menurun / tak

ada secara bilateral atau unilateral (effusi pleural/pneumotorak).

Bunyi nafas tubuler dan / atau bisikan pektoral di atas lesi luas.

Krekel tercatat diatas apek pru selama inspirasi cepat setelah batuk

pendek (krekels pasttussic).

6) Keamanan

Gejala : Adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker,

tes HIVpositif.

Tanda : Demam rendah atau sakit panas akut.

7) Interaksi Sosial

Gejala : Perasaan terisolasi/penolakan karena penyakit

menular,perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/perubahan

kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.

8) Penyuluhan

Gejala : Riwayat keluarga TB, ketidakmampuan umum/status

kesehatanburuk, gagal untuk membaik/kambuhnya TB, tidak

berpartisipasi dalam terapi.

Rencana Pemulangan : Memerlukan bantuan dengan/gangguan

dalamterapi obat dan bantuan perawatan diri dan pemeliharaan/

perawatan rumah.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


39

2. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik yang perlu dikaji pada pasien tuberkulosis paru

menurut (Wherdhani, 2008) antara lain :Klutur sputum: Positif untuk

Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit.

a. Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan

cairan darah): positif untuk basil asam-cepat.

b. Tes kulit (PPD,Mantoux, potongan Vollmer): Reaksi positif (area

indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi

intradermal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya

antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi

bermakna pada pasien yang secara klinis sakit berarti bahwa TB aktif

tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mikrovakterium

yang berbeda.

c. ELISA/Westren Blot : Dapat menyatakan adanya HIV

d. Foto Torak : Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas,

simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau effusi cairan. Perubahan

menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk rongga, area fibrosa.

e. Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster, urine dan

cairan serebrospinal, biopsi kulit) : positif untuk Mycobacterium

tuberculosis.

f. Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB, adanya

sel raksasa menunjukkan nekrosis

g. Elektrosit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


40

infeksi; contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air

dapat ditemukan pada TB paru kronis luas.

h. GDA : Dapat normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada

paru.

i. Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang

mati, peningkatan rasio uadar residu dan kapasitas paru total, dan

penurunan saturasioksigen sekunder terhadap inflitrasi

parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru, dan penyakit pleural (TB

paru meluas) .

3. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul

Secara teoritis diagnosa keperawatan yang dapat muncul dengan klien TB

Paru adalah sebagai berikut :

a. Ketidak efektifan bersihan jalan napas b.d penumpukan sekret berlebih

b. Resiko infeksi b.d kerusakan jaringan atau tambahan infeksi

c. Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan jumlah

hemoglobin dalam darah

d. Gangguan pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen

e. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake

makanan tidak adekuat, anoreksia

f. Gangguan Pola Tidur b.d kebisingan lingkungan sekitar

g. Resiko terjadinya penularan b.d kurang pengetahuan keluarga tentang

cara penularan TB

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


41

4. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


1 SDKI SLKI SIKI
Bersihan nafas tidak efektif Jalan Nafas 1. Menejemen Jalan Nafas

Definisi : ketidakmampuan Definisi: kemampuan Definisi : mengidentfikasi dan mengelola kepatenan jalan nafas
membersihkan sekret atau membersihkan sekret atau
obstruksi jalan nafas untuk obstruksi jalan nafas untuk Tindakan :
mempertahankan jalan nafas mepertahankan jalan nafas Observasi :
tetap paten. paten - Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
Penyebab: Setelah dilakukan tindakan - Monitor bunyi nafas tambahan (mis, gurgling, mengi,
Fisiologis keprawatan diharapkan wheezing, ronkhi kering )
1. Spasme jalan nafas masalah pada jalan nafas - Monitor sputum ( jumlah, warna, aroma)
2. Benda asing dalam jalan dapat teratasi dengan kriteria Teraupeutik :
nafas hasil: - Pertahankan kapatenan jalan napas dengan head-tilt dan
3. Sekresi yang tertahan 1. Jalan nafas paten - chin- lift ( jaw-thrust jika curiga trauma Servikal)
4. Proses infeksi 2. Sekret berkurang - Posisikan semi-fowler atau fowler
5. Respon alergi 3. Frekuensi nafas dalam - Berikan minum hangat
Situasional batas normal - Lakukan fisiotrapi dada, jika perlu
1. Merokok aktif 4. Kilen mampu melakuan - Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
2. Merokok pasif Batuk efektif dengan - Berikan oksigen , jika perlu
3. Terpajan polutan Gejala benar Edukasi :
tanda mayor - Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,jika tidak kontraindikasi
Subjektif :- - Ajarkan teknik batuk efektif
Obektif : Kolaborasi :
1. Batuk tidak efektif - Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspetoran, mukolitik,
2. Tidak mampu batuk jika perlu
3. Sputum berlebih

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


42

4. Mengi,wheezing dan/atau 2. Latihan Batuk Efektif


ronkhi kering Definisi : melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan
5. Mekonium di jalan nafas ( batuk efektif secara efetif untuk membersihkan laring,
pada neonatus ) trakeadan brounklolus dari sekret atau benda asing di jalan
Gejala tanda minor nafas.
Subjektif : Tindakan :
1. Dispnea Observasi
2. Sulit bicara - Identifikasi kemampuan batuk
3. Ortopnea - Monitor adanya retensi sputum
Objektif : - Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
1. Gelisah - Monitor input dan output cairan (mis. Jumlah dan
2. Sianosis karakteristik)
3. Bunyi nafas menurun Terapeutik
4. Frekuensi nafas berubah - Atur posisi semi fowler atau fowler
5. Pola nafas berubah - Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
- Buang sekret pada tempat sputum Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
- Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4
detik
- ,ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari
mulut dengan bibir mencucu ( dibulatkan) 8 detik.
- Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
- Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik
napas dalam yang ke-3
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika
perlu

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


43

3. Pemantauan Respirasi
Definisi : mengupulkan dan menganalisis data untuk
memastikan kepatenan jalan nafas dan ke efektifan
pertukaran gas.
Tindakan :
Observasi :
- Monitor frekuensi,irama, kedalaman dan upaya nafas
- Monitor pola napas seperti ( sepertibradipnea
taipnea, hiperventilasi)
- Monitor kemampuan batuk efektif
- Monitor adanya produksi sputum
- Monitor adanya sumbatan jalan nafas
- Palpasi kesmetrisan ekspansi paru
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik :
- Atur interval pemantauan resprasi sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Eduasi :
- Jelaskan tujuan dan perusedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan , jika perlu
2 SDKI SLKI SIKI
Defisit nutrisi Setatus Nutrisi 1. Menejemen Nutrisi
Definisi : Asupan nutrisi tidak Definisi : keadekuatan asupan Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi
cukup untuk memenuhi nutrisi untuk memenuhi yang seimbang
kebutuhan dari metabolisme kebutuhan metabolisme. Tindakan
Penyebab : Setelah dilakukan tindakan Observasi :
1. Ketidakmampuan menelan keprawatan nutrisi dapat terpenuhi - Identifikasi stataus nutrisi
makanan

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


44

2. Ketidakmapuan mencerna dengan kreteria hasil. - Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
makanan 1. Kekuatan otot mengunyah - Identifikasi makanan yang disukai
3. Ketidakmampuan meningkat - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis cairan
mengabsorbsi nutrien 2. Kekuatan otot menelan - Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
4. Peningkatan kebutuhan meningkat - Monitor asupan makan makanan
metabolisme 3. Serum albumin meningkat - Monitor berat bedan
5. Faktor ekonomi 4. Verbalisasi keinganan untuk - Monitor hasil pemeriksaan laboraturium
6. Faktor pisikologis meningkatkan nutrisi Trapeutik :
5. Pengetahuan untuk memilih - Lakukan oral hygiene seblum makan , jika perlu
Gejala dan tanda mayor : makanan yang sehat
Subjektif : - - Fasilitasi menentukan pedoman diet,
meningkat (mis.piramida makanan )
Objektif : Berat badan menurun 6. Pengetahun untuk memilih
minimal 10% dibawah rentang - Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
minuman yang baik sesuai
ideal meningkat
Gejala dan tanda minor : - Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
7. Pengetahuan tentang standar konstipasi
Subjektif : asupan nutrisi yang tepat
1. Cepat kenyang setelah - Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
8. Penyiapan dan penyimpanan
makan - Berikan siplemen makanan ,jika perlu
makanan meningkat
2. Kram/nyeri abdomen - Hentikan pemberian makanan melalui selang
9. Sikap terhadap makanan/
3. Nafsu makan menurun nasogastrik jika asupan oral dapat ditoleransi
minuman sesuai dengan tujuan Edukasi :
kesehatan meningkat
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
10. Perasaan cepat kenyang
- Ajarkan diet yang di programkan
menurun
Kolaborasi :
11. Nyeri abdomen menurun
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
12. Rambut rontok menurun
13. Diare menurun (mis. Pereda nyeri, antiemetic), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
14. Berat badan membaik
jumlah kalori dan jenis nutrien yang di butuhkan.
15. Indek masa tubuh (IMT)
membaik
16. Frekuensi makan membaik

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


45

17. Bising usus membaik

18. Tebal lipatan kulit trisep


membaik
19. Membrane mukosa membaik
2. Peromosi Berat Badan
Definisi : Memfasilitasi peningkatan berat badan Tindakan
Observasi :
- Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang
- Monitor adanya mual dan muntah
- Monitor jumlah kalori yang dikonsumsinya sehari-hari
- Monitor berat badan
- Monitor albumin,limfosit, dan elektrolit serum
Terapeutik :
- Berika perawatan mulut sebelum pemberian makan,jika
perlu
- Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi pasien (mis.
Makanan dengan tekstur halus,makanan yang dibelender,
makanan yang cair diberikan melalaui NGT atau
gastrostomy, total parenteral nutrition sesuai indikasi)
- Hidangkan makanan secara menarik
- Berikan suplemen, jika perlu
- Berikan pujian pada pasien /keluaraga untung
peningkatan yang capai
Edukasi :
- Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namun tetap
terjangkau
- Jelaskan peningkatan asupan kalori yang dibutuhkan

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


46

3 SDKI SLKI SIKI

Gangguan pola tidur Pola Tidur 1. Dukungan Tidur

Definisi : Gangguan kualitas Definisi : Kedekuatan kualitas dan Definisi : Memfasilitasi siklus tidur dan terjaga yang teratur
kuantitas waktu tidur akibat kuantitas Tindakan
faktor eksternal Observasi :
Penyebab Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi pola aktivitas dan tidur
1. Hambatan lingkungan (mis, keprawatan diharapkan kualitas - Identifikasi faktor pengganggu tidur ( fisik dan / atau
kelembapan lingkungan tidur pasien kembali normal pisikologi)
sekitar, suhu lingkungan , dengak kereteria hasil sebagai - Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu
pencahayaan , kebisingan berikut : tidur ( mis. Kopi, the, alcohol. Makan mendekti waktu
,bau tidak sedap, jadwal 1. Keluhan sulit tidur menurun / tidur, minum banyak air sbelum tidur )
2. Kurang kontrol tidur hilang - Identifikasi obat tifur yang dikonsumsi
3. Kurang privasi 2. Keluhan sering terjaga Terapeutik :
4. Restraint fisik menurun/hilang - Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaaan,kebisingan,
5. Ketiadaan teman tidur 3. Keluhan tidur tidak puas tidur sushu,matras, dan tempat tidur)
6. Tidak familiar dengan menurun/hilang - Batasi waktu tidur siang jika perlu
peralatan tidur 4. Keluhan pola tidur berubah - Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
menurun/hilang
- Tetapkan jadwal tidur rutin
Gejala dan tanda mayor 5. Keluhan istirahat tidak cukup - Lakukan perosedur untuk meningkatan kenyamanan
Subjektif : menurun/hilang
(mkis. pijat, pengaturan posisi, terapi akupresur )
1. Mengeluh sulit tidur 6. Kemampuan beraktivitas - Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/ atau tinjakan
2. Mengeluh sering terjaga meningkat untuk menunjang siklur tidur terjaga
3. Mengeluh tidak puas tidur Edukasi :
4. Mengeluh pola tidur berubah - Jelaskan tidur cukup selama sakit

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


47

5. Mengeluh istirahat tidak - Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur


cukup - Anjurkan menghindari makanan/minuman
Objektif :- yang mengganggu tidur
- Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengganggu
supresor terhadap tidur REM
Gejala dan tanda minor - Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
Subjektif : gangguan pola tidur ( mis. Pisikologis, gaya hidup, sering
Mengeluh kemampuan berubah shift bekerja )
beraktifitas menurun - Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara
Objektif : - nonfarmokologi lainnya

2. 2. Edukasi Aktivitas /Istirahat


Definisi :
Mengajarkan pengaturan aktivitas dan istirahat
Tindakan :
Observasi :
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik :
- Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan
istirahat
- Jadwalkan pemeberian pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
- Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk
bertanya
Edukasi :
- Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik / olahraga
secara rutin
- Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, aktivitas
bermain atau aktivitas lainnya
- Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


48

- Ajarkan cara mengindentifikasi kebutuhan istirahat (mis.


Kelelahan , sesak napas saat aktivitas)
- Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas
sesuai kemampuan

4 SDKI SLKI SIKI


Defisit Pengetahuan Tingkat Pengetahuan 1. Eedukasi Kesehatan
Definisi : ketiadaan atau Definisi : kecukupan informasi Definisi : mengajarkan mengelola faktor resiko penyakit dan
kurangnya informasi kognitif kognitif yang berkaitan dengan perilaku hidup bersih dan sehat.
yang berkaitan dengan topik topik tertentu
tertentu. Tindakan
Setelah dilakukan tindakan Observasi :
Penyabab : keprawatan diaharapkan - Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
1. Keteratasan kognitif pengetahuan dapat terpenuhi - Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
2. Gangguan fungsi kognitif dank lien mampu memahami menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat.
3. Kekeliruan mengikuti tentang kesehatan dengan kriteria Terapeutik :
anjuran hasil : - Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
4. Kurang terpapar informasi 1. Perilaku sesuai enjuran - Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
5. Kurang minat dalam belajar meningkat - Berikan kesempatan untuk bertanya
6. Kurang mampu mengingat 2. Verbalisasi minat dalam belajar Edukasi :
7. Ketidaktahuan menemukan meningkat - Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
sumber informasi 3. Kemampuanmenjelaskan - Ajarkan perilaku hidup bersih sehat
pengetahuan tentang suatu - Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkat
Gejala dan Tanda Mayor topik meningkat
Subjektif : kan perilaku hidup bersih dan sehat
4. Kemampuan menggambarkan
1. Menanayakan masalah pengalaman sebelumnya yang
yang di haadapi sesuai topik meningkat
5. Perilaku sesuai dengan
pengetahuan

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


49

6. Pertanyaan tentang masalah


yang di hadapi menurun
7. Peresepsi yang keliru terhadap
masalah menurun
8. Menjalani pemeriksaan yang
tidak tepat menurun
9. Perilaku membaik
Objektif : 2. Edukasi Pola Perilaku Kesehatan
1. Menunjukan perilaku tidak Definisi : Memberikan infomasi untuk meningkatkan
sesuai anjuran atau mempertahankan perilaku kebersihan diri dan
2. Menunjukan persepsi yang lingkungan
keliru terhadap masalah Tindakan
Gejala dan Tanda Minor Observasi :
Subjektif : - - Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
Objektif : informasi
1. Menjalani pemeriksaan - Identifikasi kemampuan menjaga kebersihan diri dan
yang tidak tepat lingkungan
2. Menunjukan perilaku - Monitor kemampuan melakukan dan mempertahankan
berlebihan (mis. Apatis, kebersihan diri dan lingkungan
bermusuhan, agitas, Terapeutik :
heteria) - Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
- Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk bertanya
- Peraktekan bersama keluarga cara menjaga kebersihan
diri dan lingkungan
Edukasi :
- Jelaskan masalah yang dapat timbul akibat tidak menjaga
kebersihan diri dan lingkungan
- Ajarkan cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan

3. Edukasi Berhenti Merokok

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


50

Definisi : Memberikan inbformasi terkait dampak merokok


dan upaya berhenti merokok.
Tindakan :
Observasi :
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi

Terapeutik :
- Sediakan materi dan media edukasi
- Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan keluargan dan pasien untuk
bertanya
Edukasi :
- Jelaskan gejala fisik penarikan nikotin (mis. Sakit
kepala, pusing, mual, dan insomnia )
- Jelaskan gejala berhenti merokok ( mis. Mulut
kering, batuk , tenggorokan gatal )
- Jelaskan aspek pisikososial yang mempengaruhi
perilaku merokok
- Informasikan produk pengganti nikotin ( mis, permen
karet, semprotan hidung, inhaler )
- Ajarkan cara berhenti merokok.

5. Implementasi Keperawatan

No Diagnosa keperawatan Implementasi Evaluasi


1. Bersihan nafas tidak 1. Memonitor status respirasi S:
efektif 2. Memposisikan pasien untuk - pasien mengatakan sesak sedikit berkuang

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


51

memaksimalkan ventilasi - pasien mengatakan sudah bisa mengeluarkan secret


3. Melakukan fisioterapi dada O:
bila perlu - pasien tampak batuk
4. Mengeluarkan sekret dengan - pasien tampak duduk denagn posisi semi fowler
batuk atau suction - pasien terpasang O2 2 ltr
5. Mengauskultasi suara nafas, - auskultasi bunyi nafas ronkhi
catat jika perlu adanya suara A:
tambahan - masalah Ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum
teratasi
6. Mengatur intake cairan P:
untuk mengoptimalkan - intervensi dilanjutkan
keseimbangan
7. Memberikan bronkodilator
bila perlu
8. Ajarkan batuk efektif
2. Defisit nutrisi Nutrition Managemen S:
1. Mengkaji adanya alergi - Pasien mengatakan selama sakit nafsu makan
makanan berkurang
2. Mengkolaborasi dengan ahli - Pasien mengatakan badan terasa letih dan lemah
gizi untuk menentukan - Keluarga pasien mengatakan parsi yang
jumlah kalori dan nutrisi diberikan tidak habis
yang dibutuhkan pasien O:
3. Menganjurkan pasien untuk - Pasien tampak letih
meningkatkan intake Fe - Pasien tamoak berbaring ditempat tidur
4. Menganjurkan pasien untuk - Berat badan pasien turun
meningkatkan protein dan A:
vitamin C - Masalah Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
5. Menyakinkan diet yang kebutuhan tubuh tertasi sebagian

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


52

dimakan mengandung tinggi P:


serat untuk mencegah - Intervensi dilanjutkan
konstipasi
6. Memberikan makanan
yang
terpilih(sudah
dikonsultasikan dengan ahli
gizi
7. Mengajarkan pasien
bagaimana membuat catatan
makanan harian
8. Memonitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
9. Memberikan informasi
tentang kebutuhan nutrisi
10. Mengkaji kemampuan pasien
untuk mendapat nutrisi yang
dibutuhkan

Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas
normal
2. Memonitor tipe dan jumlah
aktivitas yang bisa dilakukan
3. Memonitor interaksi anak dan
orang tua saat makan
4. Memonitor lingkungan saat
makan
5. Menjadwalkan pengobatan

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


53

dan tindakan tidak selama


jam makan
6. Memonitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
7. Memonitor turgor kulit
8. Memonitor kekeringan,
rambut kusam, dan mudah
patah
9. Memonitor mual dan muntah
10. Memonitor kadar Hb, dan
kadar Ht
11. Memonitor pertumbuhan dan
perkembangan
12. Memonitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
13. Memonitor kalori dan intake
nutrisi
14. Mencatat adanya edema
15. Mencatat warna lidah jika
berwarna magenta
3. Gangguan pola tidur Sleep Enhancement S:
1. Memonitor jam tidur pasien - Keluarga pasien pasien selama sakit tidur kurang
sehari-hari - Pasien megatakan susuh tidur karena batuk
2. Memonitor waktu makan O:
atau minum dngan waktu - Pasien tampak letih karna kurang tidur
tidur - Pasien tampak susah tidur
3. Memonitor kebutuhan tidur A:

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


54

pasien setiap hari dan - Masalah Gangguan Pola Tidur sebagian


jamnya terastasi
4. Memonitor efek – efek P:
medikasi terhadap pola tidur - Intervensi dilanjutkan
5. Menjelaskan pentingnya tidur
yang adekuat
6. Menciptakan lingkungan
yang aman dan nyaman
7. Mendiskusikan dengan
pasien dan keluarga
8. Memfasilitasi pasien untuk
mempertahankan aktivitas
sebelum tidur
9. Mengkolaborasi pemberiaan
obat tidur
4. Defisit pengetahuan 1. Mengkaji pengetahuan keluarga S:
tentang cara penularan dan - Keluarga pasien mengatakan takut kalau anggota
pencegahan penyakit TB paru. keluarga yang lain tertular
2. Memberikan leaflef tentang TB - Pasien khawatir denagn penyakit yang dia deita
Paru. O:
3. Mendiskusikan dengan keluarga
- Keluarga pasien mengerti dengan apa yang dijelaskan
dengan menggunakan leaflet
tentang penyakit dan apa akibatnya pada keluarga
tentang proses penularan
penyakit TB. yang lain
4. Mendiskusikan dengan keluarga - Keluarga tampak memahami
tentang cara pencegahan A:
penyakit TB. - masalah Resiko terjadinya penularan teratasi sebagian
5. Memotivasi keluarga untuk P:
menjelaskan kembali tentang - Intervensi dilanjutkan
proses penularan dan cara

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


55

pencegahannya.
6. Memberikan pujian kepada
keluarga atas kemampuannya
menjelaskan kembal

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


56

6. Evaluasi

Penilaian terakhir proses keperawatan didasarkan pada tujuan keperawatan

yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan

didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang telah ditetapkan,

yaitu terjadinya adaptasi pada individu. Evaluasi dilakukan dengan

menggunakan pendekatan SOAP. Evaluasi terhadap tindakan keperawatan

yang diberikan mengacu kepada tujuan dan kriteria hasil (Nursalam, 2020).

Jenis-jenis evaluasi dalam asuhan keperawatan yaitu (Adinda, 2019) sebagai

berikut :

a. Evaluasi formatif (proses)

Evaluasi formatif adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil

kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi formatif harus

dilaksanakan segera setelah rencana keperawatan diimplementasikan

untuk membantu menilai efektivitas intervensi tersebut. Evaluasi

formatif harus terus menerus dilaksanakan hingga tujuan yang telah

ditentukan tercapai. Metode pengumpulan data dalam evaluasi formatif

terdiri atas analisis rencana asuhan keperawatan, pertemuan kelompok,

wawancara, observasi klien, dan menggunakan format evaluasi. Ditulis

pada catatan perawatan.

b. Evaluasi sumatif (hasil)

Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi serta analisa status kesehatan

sesuai waktu pada tujuan ditulis pada catatan perkembangan. Fokus

evaluasi sumatif adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


57

pada akhir asuhan keperawatan. Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada

akhir asuhan keperawatan secara paripurna.

Hasil dari evaluasi dalam asuhan keperawatan adalah sebagai berikut

a. Tujuan tercapai/masalah teratasi, jika klien menunjukkan perubahan

sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

b. Tujuan tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian, jika klien

menunjukkan perubahan sebagian dari standar dan kriteria yang telah

ditetapkan.

c. Tujuan tidak tercapai/masalah tidak teratasi, jika klien tidak menunjukkan

perubahan dan kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.

Penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi adalah

dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil

yang telah ditetapkan.

a. S (subjektif) : adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien

setelah tindakan diberikan.

b. O (objektif) : adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,

penilaian, pengukuran yang dilakukan perawat setelah tindakan

dilakukan.

c. A (analisis) : adalah membandingkan antara informasi subjektif dan

objektif dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan

bahwa masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi.

d. P (planning) : adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan

dilakukan berdasarkan hasil analisa.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


58

E. Tinjauan Menurut Al Islam Kemuhammadiyahan

Rasulullah saw, menjelaskan bahwa ada dua macam penyakit sesuai dengan

keadaan manusia yang terdiri dari tubuh jasad dan tubuh rohani. Untuk obat

rohaniah adalah membaca Al Qur’an dan untuk sakit fisik adalah materi,

diantaranya adalah madu. Dalam salah satu hadis riwayat Wailah bin Al

Asqa’ disebutkan bahwa ketika seorang sahabat mengeluh sakit

kerongkongan kepada rasulullah, maka beliau bersabda : “Bacalah Al-

Qur’an dan minumlah madu, karena membaca Al-Qur’an merupakan obat

untuk penyakit yang berada di dalam dada dan madu adalah obat untuk

tiap penyakit”. Hadist tersebut juga mengajarkan bahwa bila mengobati

manusia yang sakit haruslah bersifat holistik (menyeluruh), yakni mengobati

fisik dan jiwanya sekaligus. Pada jaman moderen dewasa ini sebagaimana

yang biasa dilakukan oleh para dokter, mereka lebih banyak mengobati

penyakitnya saja, bukan mengobati manusianya yang sakit.

Al-Qur’an mempunyai potensi untuk menyembuhkan penyakit baik jasmani

maupun ruhani. Al-Qur’an sebagai obat penyakit ruhani sudah banyak yang

meyakini, sedang al-Qur’an sebagai obat penyakit fisik belum banyak yang

disinggung. Penggunaan istilah penyakit terulang sebanyak kali dalam

berbagai termnya. Sedangkan istilah maradh yang dihubungkan dengan kata

al-Qalb, atau bisa disebut penyakit hati. Keimanan, psikis, dan fisik

mempunyai hubungan yang sangat erat. Hampir setiap penyakit melibatkan

baik tubuh maupun jiwa.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


59

Perlu diketahui bahwa Allah menurunkan segala penyakitnya tanpa

menjelaskan secara terperinci mengenai jenis penyakitnya dan Alah

menurunkan obatnya tanpa menyebutkan detail apa obatnya dan bagaimana

memakainya. Masalah ini haruslah dikerjakan oleh manusia dengan akal,

ilmu dan penyelidikan yang sekarang dinamai “SCIENCE” bersama

teknologinya.

Melihat bahaya/madharat yang ditimbulkan penyakit TB sangat besar, yang

tidak saja mengancam penderita tetapi juga orang-orang yang dekat dengan

penderita bahkan anak-anak, maka jelas dalam Islam menanggulangi penyakit

TB hukumnya wajib.

Hal ini sebagaimana hadist Nabi Muhammad SAW berikut:

"Tidak boleh ada bahaya dan yang membahayakan”. (Maksudnya sesuatu

yang dapat menimbulkan bahaya harus dihilangkan).

Dari hadits di atas diketahui bahwa Islam memerintahkan kepada para

pemeluknya agar senantiasa menghilangkan segala hal yang mengandung

bahaya. Bahaya dalam artian ini sangat luas, bahkan termasuk di dalamnya

ancaman penyakit TB. Penyakit TB dapat dikategorikan sebagai bahaya yang

harus dihilangkan sebagaimana hadits ini, karena penyakit ini sudah terbukti

membunuh jutaan orang.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


BAB III

TINJAUN KASUS

A. Pengkajian

1. Identitas diri

Nama : Tn. R

Umur : 17 tahun

Jenis kelamin : Laki-Laki

Status perkawinan : Belum Menikah

Agama : Islam

Suku : Sunda

Pendidikan : SD

Alamat : Desa Mekar Mulya

No. Rekam medis : 502690

Tanggal Berobat : 15 November 2022

Tanggal Pengkajian : 16 November 2022

Diagnosa Medis : TB Paru

Keluarga terdekat yang bisa di hubungi :

Nama : Ny. S

Umur : 44 tahun

Pendidikan : SD

Hubungan dengan klien : Ibu

60
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
61

2. Status Kesehatan Saat Ini

a. Alasan Kunjungan /Keluhan Utama

Pasien mengatakan berobat ke Puskesmas Palas tanggal 15 November

2022 pukul 10.00 WIB dari rumah dibawa oleh keluarganya dengan

keluhan sesak nafas, badan terasa panas, batuk berdarah sejak 2 hari

yang lalu dan berat badan menurun.

b. Keluhan Saat Pengkajian

Pada saat pengkajian 16 November 2022 pasien sesak nafas, RR 26

x/menit, batuk berdahak yang disertai darah sejak dua hari yang lalu,

klien mengatakan dahak susah keluar, klien mengatakan nafsu makan

berkurang, mual (+), muntah (+), klien juga mengatakan sering

berkeringat dimalam hari dan demam naik turun.

c. Riwayat Kesehatan Yang Lalu

1) Penyakit yang pernah di alami

Pasien dan keluarga mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami

Penyakit TB Paru atau penyakit penyakit kronis Lainnya

2) Riwayat Alergi

Pasien mengatakan pasien tidak ada alergi terhadap obat maupun

makanan tertentu.

3) Kebiasaan Merokok/kopi/obat-obatan/alkohol/lain-lain

Pasien mengatakan klien dulu adalah seorang perokok aktif yang

menghabiskan 2 bungkus rokok dalam sehari bahkan lebih tetapi

sekarang sudah tidak merokok lagi sejak tahun 2022 awal. Pasien juga

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


62

mengatakan sering meminum alkohol tetapi sudah berhenti sejak tahun

2020.

4) Riwayat kesehatan keluarga

Genogram :

Bagan4.3 Genogram Klien

Tn. R

Keterangan :
Laki-Laki :
Perempuan :
Klien :
Tinggal Serumah :
Hubungan Perkawinan :
Keturunan :
Meninggal :

Pasien mengatakan ibunya pernah menderita penyakit yang sama

dengan dirinya yaitu TB paru, tetapi pasien mengatakan tidak ada

anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


63

Tabel 3.1 Aktivitas Klien


No Aktivitas Di rumah
1. Pola nutrisi  Frekuensi makan : 2x sehari
dan cairan  Intake cairan : 7-8 gelas
 Diet : Tidak
 Makanan dan minuman yang disukai: jus ,nasi
goreng
 Makanan pantangan: udang
 Napsu makn : menurun
 Perubahan BB bln terakhir : 10 kg turun
 Keluhan yang dirasakan : mual muntah ,sesak
batuk berdahak
2. Pola a. BAB
eliminasi  Frekuensi : 1 x sehari
 Penggunaan pencahan : -

 Waktu : pagi
 Konsistensi : lembek
b. BAK
 Frekuensi : 4-5 x sehari
 warna : kuning jernih
 bau : pesing

3. Pola istirahat  Waktu tidur (jam ):6-7 jam


dan tidur  Kebiasaan dalam hal tidur :(- )
 Menjelang tidur (-) sering/mudah terbangun (ya)
 merasa tidak puas setelah bangun tidur

Pola aktivitas dan latihan

1) kegiatan dalam pekerjaan : Petani

2) olahraga

jenis : - frekuensi :-

3) kegiatan diwaktu luang : Rekreasi bersama keluarga

4) kesulitan/keluhan dalam hal pergerakan tubuh

(-) mandi

(-) mengenakan pakaian (-) bersolek

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


64

(-) berhajat

(ya) sesak napas setelah mengadakan aktifitas (ya) mudah lelah

5) Pola bekerja

 Jenis pekerjaan : petani

 Jumlah jam kerja : 3-4 jam

 Jadwal kerja : pagi- sore

Tabel 3.2 Skala Resiko Jatuh Morse

NO PENGKAJIAN SKALA NILAI KET.


1. Riwayat jatuh: apakah klienpernah Tidak 0 0
jatuh dalam 3 bulan terakhir? Ya 25
2. Diagnosasekunder: apakah Tidak 0 15
klienmemiliki lebih dari satu penyakit? Ya 15
3. Alat Bantu jalan: 0
-Bedrest/ dibantu perawat 0
- Kruk/ tongkat/ walker 15
-Berpegangan padabenda-bendadi 30
sekitar
4. TerapiIntravena: apakahsaat ini klien Tidak 0 0
terpasanginfus? Ya 20
5. Gayaberjalan/ caraberpindah: 0
- Normal 0
-Lemah (tidak bertenaga) 10
- Gangguan/ tidak normal (pincang/ 20
diseret)
6. Status Mental 0
-Klienmenyadari kondisi dirinya 0
-Klienmengalami keterbatasan 15
dayaingat
Total Nilai 15

Berdasarkan skala morse didapatkan total nilai 15, sehingga dapat

dikategorikan risiko sedang untuk jatuh. Berdasarkan Dari hasil

pengkajian diatas tidak ditemukan masalah keperawatan pada Resiko

jatuh.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


65

d. Neurologi

Tn. R mengatakan tidak merasakan pusing ataupun sakit pada kepalanya.

Tn. R mengatakan juga tidak merasa kesemutan, dan kebas tetapi pasien

mengatakan sedikit lemah pada kakinya. Tn. R tidak pernah mengalami

stroke. Dari hasil pemeriksaan fisik pasien, GCS 15, kesadaran compos

mentis, status mental terorientasi baik itu waktu, tempat dan orang. Pasien

tidak ada gelisah, halusinasi atau kehilangan memori. Pasien juga tidak

mengalami disfagia. Ukuran pupil kiri dan kanan 3 mm, reaksi pupil kiri

dan kanan isokor. Hasil pemeriksaan kaku kuduk negative, hasil

pemeriksaan reflek patologis negatif. Hasil pemeriksaan reflek fisiologis

positif. Genggaman lepas tangan kiri dan kanan sama kuat.

Kekuatan otot : 55555555

55555555
Pemeriksaan CT-Scan tidak dilakukan. Dari hasil pengkajian diatas

maka tidak ditemukan masalah keperawatan.

e. Endokrin

Tn. R tidak memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus, pembengkakan

kelenjar.

Berdasarkan hasil pengkajian tidak didapatkan adanya masalah

keperawatan.

f. Persepsi diri

Hal yang dipikirkan saat ini : Klien mengatakan ingin sembuh dan kembali

keluarganya

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


66

g. Suasana hati : Bingung

Rentang perhatian : Baik

h. Hubungan/komunikasi : Baik

1) Bicara

Bahasa utama : Sunda

Bahasa daerah : Sunda

(ya) Jelas

(ya) Relevan

(ya) Mampu mengekpresikan

(ya) Mampu mengerti orang lain

2) Tempat tingggal

( ya ) Bersama orang tua

3) Kehidupan keluarga

 Adat istiadat yang dianut : Adat Sunda

 Pembuatan keputusan : Kepala Keluarga

 Pola komunikasi : Baik

 Keuangan : cukup

4) Kesulitan dalam keluarga

(Baik ) Hubungan orang tua

(Baik) Hubungan sanak keluarga

i. Pertahanan koping

 Pengambilan keputusan

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


67

(-) Sendiri

(ya) Dibantu orang lain, sebutkan : Keluarga

 Yang disukai tentang diri sendiri : -

 Yang ingin diubah dari kehidupan : pola hidup

 Yang dilakukan jika stress

(ya) Pemecahan masalah

(-) Makan

(-) Tidur

(-) Makan Obat

(ya) Cari pertolongan

j. Sistem kepercayaan

1) Siapa atau apa sumber kepercayaan : Ustadz

2) Apakah Tuhan,Agama atau kepercayaan yang dilakukan (Macam dan

frekuensi ), sebutkan: Agama Islam,Ibadah

3) Kegiatan agama atau kepercayaan yang ingin dilakukan selama sakit,

sebutkan : Sholat

3. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum : Lemah

Tingkat Kesadaran : Compos Mentis

Vital Sign : TD: 120/60 mmHg, N: 89x/m, S: 36,6 □C, P: 26 x/m

b. Kepala

1) Inspeksi: keadaan rambut dan hygen kepala bersih, rambut klien

bewarna hitam, tidak terlihat adanya benjolan ataupun luka.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


68

2) Palpasi: tidak teraba adanya benjoloan, klien tidak merasakan nyeri

tekan dikepala.

c. Mata

1) Inspeksi: sklera klien tidak ikterik, posisi mata simetris kiri dan

kanan, reflek cahaya (+/+), pupil klien isokor, konjungtiva klien

tidak anemis (merah muda ), palpebra dan kantung mata klien hitam

2) Palpasi: tidak teraba benjolan, klien tidak merasakan nyeri tekan.

d. Hidung

1) Inspeksi: lubang hidung klien simetris kiri dan kanan, tidak terdapat

serumen, tidak terdapat pernafasan cuping hidung dan terpasang

oksigen.

2) Palpasi: tidak teraba adanya benjolan, tidak ada nyeri tekan

e. Telinga

1) Inspeksi: Tidak terdapat serumen, tidak terdapat benjolan pada

telinga klien

2) Palpasi: tidak teraba benjolan dan tidak terdapat nyeri tekan pada

telinga klien

f. Mulut

Inspeksi: mulut klien sedikit kotor, terdapat caries gigi pada gigi

bagian dalam, gigi klien lengkap, mukosa bibir klien lembab

g. Leher

1) Inspeksi: tidak tampak adanya pembesaran kelenjer tyroid,

2) Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


69

h. Dada atau Thorak

Inspeksi :

1) Bentuk : simetris kanan dan kiri, tidak ada luka, pengembangan

dada kanan kiri sama

2) Warna : kuning langsat

3) Retraksi : pergerakan kiri dan kanan sama

4) Otot bantu nafas : pasien terdapat penggunaan otot bantu nafas

5) Jenis pernafasan : dada

Perkusi

Suara : sonor

Auskultasi

Bunyi : terdapat suara ronchi di paru kiri dan kanan

i. Jantung

1) Auskultasi: irama jantung normal,

j. Abdomen

1) Inspeksi: tidak terlihat asites, tidak teraba adanya benjolan, warna

kuning langsat.

2) Auskultasi: bising usus (+) 11x/m.

3) Perkusi: terdengar bunyi thympani, pada saat perut terisi makanan

hanya sedikit.

4) Palpasi: tidak teraba adanya massa ataupun benjolan pada abdomen,

tidak ada nyeri tekan

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


70

k. Muskuloskeletal

1) Inspeksi: ekstermitas atas dan bawah tidak terlihat adanya edema.

2) Palpasi: akral klien terba hangat , Kekuatan otot


55555555

55555555
l. Eksterimitas

1) Atas bawah : tidak ada ganguuan

4. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 15 November 2022

Tabel 3.3 Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Nilai Normal Analisa


Laboratorium
A. Hematologi
Hb : 11.0 g/dL N = 13,0 - 16,0 Menurun
RBC : 4.40 x 106 N = 4,5 - 5,5 Normal
/uL
HCT : 32.1 % N = 40,0 – 48,0 Menurun
WBC : 10.85 x 103 N = 5,0 – 10,0 Normal
/uL
Platelet : 227 x 103 /uL N = 150 – 400 Normal
B. Kimia Klinik
Glukosa: 110 mg/dL N = 74 – 106 Normal
Ureum : 20 mg/dL N = 15 – 43 Normal
Creatinin: 0.41 mg/dL N = 0,60 – 1,20 Menurun
b. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan Rontgen Thorak: hasil rotgen tanggal 02 oktober 2022 cor

dalam batas normal , pada paru terdapat gambaran TB paru di Apek paru

dan lobus medium,

Pemeriksaan sputum : BTA ( + )

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


71

5. Terapi yang diberikan

Tabel 3.4 Keterangan Obat


No Nama Obat Hari/ tanggal Indikasi Kontra indikasi Efek Samping
1. OBH Syirup Dimulai dari Sebagai ekspektoran Penderita dengan Mengantuk, Gangguan
15 November (pengencer dahak) gangguan fungsi hati pencernaan, Gangguan
2022 pada gangguan dan ginjal psikomotor, takikardi,
batuk aritmia, mulut kering,
retensi urin.
Penggunaan dosis besar
dan jangka panjang
Menyebabkan
kerusakan hati

2.RHZE Dimulai dari Kegunaan RHZE Penderita yang Efek samping yang
1x3 tablet 15 November tablet adalah untuk mengalami reaksi sering
2022 mengobati penyakit hipersensitivi tas dilaporkan akibat
tuberkulosis (TBC) terhadap sala h satu
pemakaian obat yang
komponen obat ini.
Pasien yang mengandung
menderita neuritis ethambutol adalah
optik, kecuali ada terjadinya gangguan
penilaian klinis yang penglihatan (neuritis
menyatakan obat ini retrobulbar) yang
bisa diberikan. disertai penurunan
Pasien yang tidak
visus, skotoma sentral,
bisa mendeteksi dan
melaporkan buta warna
terjadinya gangguan hijau- merah, serta
penglihatan, penyempitan
misalnya anak-anak pandangan.
< 13 tahun.
Sebaiknya obat ini Efek samping ini lebih
tidak diberikan rentan dialami jika obat
kepada penderita digunakan dengan dosis
gangguan hati yang
berlebihan atau
diinduksi oleh
isoniazid (INH). penderita gangguan
Penderita hepatitis, ginjal.
menderita gangguan
hati yang parah, Efek samping
gangguan ginjal, ethambutol yang juga
epilepsi dan pecandu sering adalah ruam kulit
alkohol kronis. karena reaksi alergi,
dan gangguan
pada saluran pencernaan

Efek samping
ethambutol yang jarang
adalah terjadinya
masalah pada organ hati
(penyakit kuning),

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


72

neuritis perifer, efek


samping pada sistem
saraf Pusat dan kelainan
darah.
3.Ranitidin 2x1 Dimulai dari Ranitidine digunakan Obat ranitidine Beberapa efek
15 November untuk pengobatan harus digunakan Samping yang
2022 tukak lambung dan dengan hati- Mungkin saja dapat
duo denum akut, Hati pada terjadi setelah
refluks esofagitis, Kondisi ini bawah menggunakan ranitidin
keadaan hipersekresi ini: adalah:
asam lambung Lansia Diare.
patologis seperti pada Ibu hamil Muntah- muntah.
sindroma Zollinger-
Ibu menyusui Sakit kepala.
Ellison, hipersekresi
pasca bedah. Kanker lambung Insomnia.
Penyakit ginjal Vertigo.
Mengonsu msi obat Ruam.
non- steroid anti Konstipasi.
-inflamasi Sakit perut.
Sakit paru paru Sulit menelan.
Diabetes Urine tampak keruh.
Masalah dengan Bingung.
sistem kekebalan Berhalusinasi.
tubuh
Porfiria akut
(gangguan metabolis
me langka)

6. Data Fokus
Tabel 3.5 Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
 Pasien mengatakan batuk  Pasien saat batuk terlihat berdahak di tangan
berdahak  Pasien tampak susah untuk mengeluarkan dahak
 Pasien mengatakan dahak yang dan saat keluar terdapat darah pada dahak di
keluar berwarna kemerahan tangan pasien
karna bercampurDarah  Auskultasi bunyi nafas ronkhi
 Pasien mengatakn susah untuk  Terdapat penggunaan otot bantu nafas
mengeluarkan dahak  Pasien tampak gelisah
 Pasien mengatakan sesak nafas  Mata pasien tampak melotot / terbuka lebar
 Pasien mengatakan badan terasa  Nafas pasien cepat dan dangkal
letih
 TD: 120/60 mmHg
 Klien mengatakan nafsu makan
 N: 89 x/m
berkurang
 S: 36,6 ˚C
 Pasien mengatakan BB turun 10
kg dalam 3 bulan terakhir (55 kg  P: 26 x/m
menjadi 45 kg)  Pasien tampak hanya mampu menghabiskan 3-4
 Pasien mengatakan hanya sendok dari porsi makannya
mampu menghabiskan 3-4  Pasien tampak pucat
sendok makan saja  Pasien tampak lemah
 Pasien mengtakan tidur hanya 4-  Mukosa bibir lembab

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


73

5 jam dalam sehari  BB: 55 sebelum sakit


 Pasien mengatakan susah tidur  BB: 45 setelah sakit
dimalam hari  TB: 163
 Klien mengatakan sering  HB: 11,0
terbangun dimalam hari karena
 Pasien tampak lebih sering tidur di tempat tidur
batuk-batuk
 Pasien tidak banyak melakukan kegiatan
 Psien mengatakan tidurnya
maupun berjalan
kurang nyenyak karena sesak
nafas  Pasien tampak lesu
 Pasien mengatakan tidak segar  Pasien tampak tidak segar
saat bangun di pagi hari  Mata pasien tampak cekung
 Pasien mengatakan tidak  Palpebra hitam
mengerti dengan penyakit yang  Akral teraba hangat
dialami  Pasien tampak lesu
 Pasien mengatakan bingung  Pasien tampak bingung saat ditanya tentang
bertanya penyakitnya penyakitnya
 Pasien sering bertanya tentang penyakitnya

B. Diagnosa Keperawayan
Tabel 3.6 Analisa Data
Masalah
Data Etiologi
Keperawatan
DS:
 Pasien mengatakan batuk berdahak Penumpukan Bersihan jalan
 Pasien mengatakan dahak sekret nafas tidak
Yang keluar berwarna kemerahan karna berlebih efektif
bercampur Darah
 Pasien mengatakn susah untuk
mengeluarkan dahak
 Pasien mengatakan sesak nafas
DO:
 Pasien tampak batuk berdahak
 Pasien tampak susah untuk
mengeluarkan dahak
 Auskultasi bunyi nafas ronkhi
 Terdapat penggunaan otot bantu nafas
 Nafas pasien cepat dan dangkal
 Pasien tampak gelisah
 Mata pasien tampak melotot / terbuka
lebar
 TD: 120/60 mmHg
 N: 89 x/i
 S: 36,6 ˚C
 P: 26 x/i

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


74

C. Perencanaan
Tabel 3.7 Perencanaan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


1 SDKI SLKI SIKI
Bersihan nafas tidak efektif Jalan Nafas Menejemen Jalan Nafas
Definisi : ketidakmampuan Definisi: kemampuan membersihkan sekret Definisi : mengidentfikasi dan mengelola
membersihkan sekret atau atau obstruksi jalan nafas untuk kepatenan jalan nafas
obstruksi jalan nafas untuk mepertahankan jalan nafas paten
mempertahankan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan keprawatan Tindakan :
tetap paten. diharapkan masalah pada jalan nafas Observasi :
Penyebab: dapat teratasi dengan kriteria hasil: - Monitor pola nafas (frekuensi,
fisiologis 1. Jalan nafas paten kedalaman, usaha napas)
1. Spasme jalan nafas 2. Sekret berkurang - Monitor bunyi nafas tambahan (mis,
2. Benda asing dalam jalan nafas 3. Frekuensi nafas dalam batas normal gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering )
3. Sekresi yang tertahan 4. Kilen mampu melakuan Batuk - Monitor sputum ( jumlah, warna, aroma )
4. Proses infeksi efektif dengan benar Teraupeutik :
5. Respon alergi - Pertahankan kapatenan jalan napas
Situasional - Posisikan semi-fowler atau fowler
1. Merokok aktif - Berikan minum hangat
2. Merokok pasif - Berikan oksigen , jika perlu
3. Terpajan polutan Gejala tanda Edukasi :
mayor Subjektif :- - Anjurkan asupan cairan 2000
Obektif : ml/hari,jika tidak kontraindikasi
1. Batuk tidak efektif - Ajarkan teknik batuk efektif
2. Tidak mampu batuk Kolaborasi :
3. Sputum berlebih - Kolaborasi pemberian bronkodilator,
4. Mengi,wheezing dan/atau
ronkhi kering

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


75

Gejala tanda minor ekspetoran,mukolitik, jika perlu


Subjektif :
5. Sulit bicara Latihan Batuk Efektif
6. Ortopnea Definisi : melatih pasien yang
Objektif : tidak memiliki kemampuan batuk efektif
6. Gelisah secara efetif untuk membersihkan
8. Bunyi nafas menurun laring, trakeadan brounklolus dari
9. Frekuensi nafas sekret atau benda asing di jalan nafas.
berubah
10. Pola nafas berubah Tindakan : Observasi
- Identifikasi kemampuan batuk
- Monitor adanya retensi sputum
- Monitor tanda dan gejala infeksi
saluran nafas
- Monitor input dan output cairan
(mis. Jumlah dan karakteristik)
Terapeutik
- Atur posisi semi fowler atau fowler
- Pasang perlak dan bengkok di
pangkuan pasien
- Buang sekret pada tempat sputum
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
efektif
- Anjurkan tarik nafas dalam melalui
hidung selama 4 detik ,ditahan
selama 2 detik, kemudian keluarkan
dari mulut dengan bibir mencucu
( dibulatkan) 8 detik.
- Anjurkan mengulangi tarik napas
dalam hingga 3 kali

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


76

langsung setelah tarik napas dalam


yang ke-3
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian mukolitik
atau ekspektoran, jika perlu

Pemantauan Respirasi
Definisi : mengupulkan dan
menganalisis data untuk memastikan
kepatenan jalan nafas dan ke efektifan
pertukaran gas.
Tindakan :
Observasi :
- Monitor frekuensi,irama,
kedalaman dan upaya nafas
- Monitor pola napas seperti ( seperti
bradipnea taipnea,hiperventilasi)
- Monitor kemampuan batuk efektif
- Monitor adanya produksi sputum
- Monitor adanya sumbatan jalan
nafas
- Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Auskultasi bunyi napas
Terapeutik :
- Atur interval pemantauan resprasi
sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Eduasi :
- Jelaskan tujuan dan perusedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan ,

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


77

D. Implementasi
Tabel 3.8 Implementasi

Diagnosa Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3


Keperawatan 16 Nov 2022 17 Nov 2022 18 Nov 2022
Bersihan jalan 1. Memonitor 1. Memonitor 1. Memonitor
nafas b.d status respirasi: status respirasi: status respirasi:
penumpukan ventilasi ventilasi ventilasi
sekret berlebih Klien tampak Klien tampak Klien tampak
sesak sesak sesak
 TD: 130/60  TD: 120/60  TD: 120/60
mmHg mmHg mmHg
 N: 89 x/i  N: 89 x/i  N: 89 x/i
 S: 36,6 C  S: 36,6 C  S: 36,6 C
 P: 25 x/i  P: 25 x/i  P: 25 x/i
2. Mengajurkan 2. Mengajurkan 2. Mengajurkan
pasien minum pasien minum pasien minum
air hangat air hangat air hangat
3. Mengatur 3. Mengatur 3. Mengatur
Posisi Semi Posisi Semi Posisi Semi
Fowler Fowler Fowler
4. Mengajarkan 4. Mengajarkan 4. Mengajarkan
tehnik batuk tehnik batuk tehnik batuk
efektif efektif efektif

E. Evaluasi Keperawatan

Tabel 3.9 Evaluasi Keperawatan

No Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3


DX 16 Nov 2022 17 Nov 2022 18 Nov 2022
1 S: S: S:
 Klien mengatakan  Klien mengatakan  Klien mengatakan
batuk berdahak batuk berdahak batuk berdahak
 Klien mengatakan  Klien mengatakan  Klien mengatakan
nafas masih sesak nafas masih sesak nafas masih sesak
O: O: O:
 Klien terdengar batuk  Klien terdengar  Klien tampak
berdahak dan tampak batuk berdahak dan mampu batuk dg
dahak di tangan pasien tampak dahak di mengeluarkan
 Klien tampak sesak tangan pasien dahak dan tampak
 TD: 120/60 mmHg  Klien tampak sesak dahak di tangan
 N: 89 x/i  TD: 120/60 mmHg pasien
 S: 36,6 C  N: 89 x/i  Klien tampak
 P: 25 x/i  S: 36,6 C sedikit sesak

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


78

 TD: 120/60
mmHg
 N: 89 x/i
 S: 36,6 C
 P: 25 x/i  P: 25 x/i
A:
A: A:
Masalah bersihan jalan
Masalah bersihan jalan Masalah bersihan
nafas belum teratasi
nafas belum teratasi jalan nafas sudah
P:
P: teratasi
Intervensi dilanjutkan
Intervensi dilanjutkan P:
Intervensi dilanjutkan
Latihan batuk efektif
secara mandiri

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan Medikal

Bedah Pada Pasien TB Paru Dengan Inovasi Booklet Penerapan Pendidikan

Kesehatan Etika Batuk Efektif pada pasien Tn. R di Puskesmas Palas. Prinsip

dari pembahasan ini dengan memfokuskan pada tindakan Etika Batuk Efektif.

Disini penulis hanya akan membahas diagnosa keperawatan bersihan jalan nafas

b.d penumpukan sekret berlebih.

A. Pengkajian

Dalam pengkajian keperawatan terhadap Tn. R mengatakan alasan berobat ke

Puskesmas Palas tanggal 15 November 2022 pukul 10.00 WIB dari rumah

dibawa oleh keluarganya dengan keluhan sesak nafas, badan terasa panas,

batuk berdarah sejak 2 hari yang lalu dan berat badan menurun. Pada saat

pengkajian 16 November 2022 pasien sesak nafas, RR 26 x/menit, batuk

berdahak yang disertai darah sejak dua hari yang lalu, klien mengatakan dahak

susah keluar, klien mengatakan nafsu makan berkurang, mual, muntah, klien

juga mengatakan sering berkeringat dimalam hari dan demam naik turun.

Pada tinjauan pustaka menurut (Rahmaniati & Apriyani, 2018) tanda dan

gejala TB paru yaitu batuk/batuk darah, sesak nafas, nyeri dada, rasa kurang

enak badan (malaise), penurunan berat badan selama tiga bulan berturut-turut

tanpa alasan yang jelas, demam yang lama (≥2minggu) dan/atau berulang

tanpa sebab yang jelas.

79
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
80

Hasil penelitian ini didukukung oleh penelitian (Partono, 2019) yang

menyatakan pengkajian dilakukan pada pasien Tn. B.M dengan diagnosa

medis Tuberculosis Paru ditandai dengan keluhan batuk berdahak, batuk di

sertai darah, sesak napas.

Berdasarkan asumsi peneliti terdapat kesenjangan antara hasil pengkajian

dengan teori tentang TB Paru, peneliti hanya menemukan beberapa gejala

yaitu keluhan sesak nafas, badan terasa panas, batuk berdarah sejak 2 hari

yang lalu dan berat badan menurun sedangka mnurut manifestasi klinis ada

gejala yang lain seperti nyeri dada, rasa kurang enak badan (malaise).

B. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan peneliti pada Tn. R didapatkan

masalah keperawatan yaitu bersihan jalan nafas tidak Efektif. Data yang

menunjang dalam diagnosa keperawatan adalah data subjektif Tn. R pasien

mengatakan batuk berdahak, pasien mengatakan dahak yang keluar berwarna

kemerahan karna bercampur darah, pasien mengatakn susah untuk

mengeluarkan dahak, pasien mengatakan sesak nafas. Data Objektif dari

maslaah keperawatan ini pasien tampak batuk berdahak, pasien tampak

susah untuk mengeluarkan dahak, auskultasi bunyi nafas ronkhi, terdapat

penggunaan otot bantu nafas, nafas pasien cepat dan dangkal, pasien tampak

gelisah, mata pasien tampak melotot / terbuka lebar, TD: 120/60 mmHg, N:

89 x/i, S: 36,6 ˚C, 26 x/i.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


81

Menurut (Nanda, 2015) ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah

ketidakmampuan untuk membersihkan secret atau obstruksi dari saluran

pernapasan untuk mempertahankan bersihan jalan nafas. Batasan karakteristik

dari diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah ada

batuk, suara napas tambahan,, perubahan frekuensi napas, perubahan irama

napas, sianosis, kesulitan bicara atau mengeluarkan suara, penurunan bunyi

napas, dispnea, sputum dalam jumlah yang berlebihan, batuk yang tidak

efektif, orthopnea, gelisah, mat terbuka lebar (Amin Huda, & Hardi, 2015).

Menurut pendapat peneliti, studi kasus ini yaitu diagnose keperawatan

ketidakefektifan bersihan jalan nafas sudah sesuai dalam penegakan diagnose

keperawatan dalam teori (Amin Huda, & Hardi, 2015) karena pada klien

mengatakan batuk – batuk terkadang bercampur darah serta dahaknya sulit

keluar dan dari data objektif terdengar suara nafas tambahan yaitu ronkhi dan

perubahan frekuesi nafas. Dalam kebutuhan hierarki maslow masalah yang

berhubugan dengan pernafasan harus didahulukan karena jika ada sumbatan

jalan nafas dan tidak segera diefektifkan kebutuhan oksign pasien terganggu.

C. Perencanaan

Perencanaan keperawatan merupakan intervensi yang harus dilakukan dalam

mengatasi permasalahan yang muncul. Pada tahap ini penulis membuat

rencana Tindakan keperawatan sesuai dengan teori yang meliputi tujuan dan

kriteria hasil yang dirumuskan dan telah ditetapkan sebelumnya, serta

penulisan rencana Tindakan yang operasional. Perencanaan secara umum

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


82

dibuat berdsarkan pada ilmu dan teori yang ada dan berdasarkan masalah yang

terjadi pada pasien dengan memperhatikan kondisi fisik, sosial ekonomi

keluarga dan sarana prasarana yang ada di puskesmas. Tindakan keperawatan

itu meliputi aspek promotive, preventif, kuratif, dan rehabilitative serta

melibatkan keluarga, sehingga semua rencana yang ada padateori dapat

dilaksanakan semua pada kasus nyata. Rencana keperawatan dalam

pengkajian sudah sesuai dengan diagnose keperawatan yang muncul yaitu

monitor pola napas, bunyi napas tambahan, posisikan semi fowler, berika

minum air hangat, anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, ajarkan etika batuk,

Latihan napas daam, cara meludah yang benar, gaya hidup dan sanitasi yang

baik, anjurkan minum obat anti tuberculosis (OAT) sesuai dengan anjuran.

Menurut (Andra & Yessie, 2013) terdapat tindakan mengajarkan teknik batuk

efektif dan melakukan clupping dada, didalam kasus tidak dimasukkan karena

kontraindikasi pada batuk efektif dilakukannya clupping dada adalah pasien

yang mengalami hemaptoe.

Menurut pendapat peneliti bahwa etika batuk efektif perlu diterapkan untuk

mencegah penyebaran bakteri atau virus ke udara sehingga tidak

menularkannya kepada orang lain. Hal ini wajib diperhatikan saat seseorang

sedang batuk atau bersin.

D. Implementasi

Tahap ini merupakan tahap lanjutan setelah tahap perencanaan dari masalah

keperawatan yang muncul pada klien. Tindakan secara umum dilakukan

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


83

berdasarkan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Perencanaan

keperawatan serta Tindakan keperawatan dilaksanakan bertujuan agar masalah

keperawatan yang dialami klien dapat teratasi. Dari jangka waktu yang telah

ditentukan selama 3 x 120 menit diharapkan keidakefektifan bersihan jalan

nafas Kembali efektif. Pada kasus yang dialami oleh klien 1 dan klien 2,

semua Tindakan telah dilakukan. Menurut (Amin & Hardi, 2015) Tindakan

keperawatan yang telah dilakukan yaitu memeriksa TTV meliputi TD, S, N,

RR & pola napas meliputi (frekuensi, kedalaman, usaha napas), memberikan

inj. Streptomycin 1 gr melalui IM, memeriksa apakah ada bunyi nafas

tambahan dengan auskultasi, memberikan posisi semi fowler, mengajarkan

cara untuk napas dalam, memberikan minum air hangat, mengajarkan etika

batuk yang baik dan benar, mengajarkan cara meludah yang benar,

menganjurkan berjemur di pagi hari, menganjurkan minum air putih yang

banyak, menganjurkan gaya hidup dan sanitasi yang baik, menganjurkan

minum Obat Anti Tuberculosis (OAT) sesuai dengan anjuran dokter.

Dari tindakan diatas yaitu memberikan edukasi etika batuk efektif dilakukan

pada klien. Hasil catatan perkembangan dapat dilihat dari kepatuhan untuk

melakukan tindakan yang dianjurkan oleh perawat mengenai etika batuk

efektif.

E. Evaluasi

Evaluasi merupakan proses yang dilakukan dalam menilai keberhasilan dan

suatu Tindakan keperawatan serta menentukan sejauh mana tujuan sudah

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


84

tercapai.

Penerapan etika batuk efektif yang cukup buruk terlihat pada Tn. R dengan

penggunaan masker, penggunaan tisu segara setelah dipakai ketempatnya,

pembuangan spesimen dahak yang tidak pada tempatnya, penggunaan telapak

tangan saat batuk dan kebiasaan mencuci tangan menggunakan air mengalir

dan sabun. Penerapan etika batuk efektif merupakan salah satu bentuk

pencegahan terhadap pebularan TB paru.

Hasil penelitian (Resita, 2020) menyatakan upaya pencegahan TBC Paru dapat

dilakukan dengan pendidikan kesehatan dikarenakan mampu meningkatkan

pengetahuan, sikap, dan praktik etika batuk. Hal ini juga perlu melibatkan

peran aktif keluarga dan penderita TBC untuk memutus transmisi penyakit.

Berdasarkan asumsi peneliti dari hasil evaluasi yang peneliti dapatkan

didukukung oleh hasil evaluasi studi terdahulu terbukti edukasi pendidikan

kesehatan tentang etika batuk efektif mencegah penuluaran TB paru.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan penerapan tindakan latihan senam kaki pada pasien

dengan asuhan keperawatan TB Paru Tn. R yang menjalani rawat jalan di

Puskesmas Palas, peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada pengkajian Tn. R peneliti menemukan kesenjangan antara teori dan

kasus.

2. Pada penegakan diagnose keperawatan, peneliti menemukan perbedaan

antara teori dan kasus. Didalam teori didapatkan delapan diagnosa dan

pada kasus didapatkan satu diagnosa.

3. Tindakan keperawatan yang dilakukan pasien telah sesuai dengan rencana

yang telah disusun sebelumnya.

4. Pada evaluasi masalah keperawatan sudah mulai teratasi. Tn. R mengerti d

an menerapkan etika batuk efektif untuk mencegah penularan TB Paru.

B. Saran

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. R dengan kasus TB

Paru., penulis memberikan usulan dan masukan positif pada bidang kesehatan

antara lain :

1. Bagi Puskesmas Palas

Diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan dan

menjaga hubungan kerjasama yang baik antara tim kesehatan maupun

85
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
86

dengan klien, sehingga dapat mampu meningkatkan pelayanan mutu asuhan

keperawatan yang optimal pada umumnya dan khususnya bagi klien dengan

kasus TB Paru.

2. Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya Perawat

Diharapkan perawat memiliki tanggung jawab dan keterampilan yang baik

serta selalu berkomunikasi dengan tim kesehatan yang lain dalam

memberikan asuhan keperawatan khususnya pada klien dengan kasus TB

Paru.agar bisa memberikan pelayanan yang maklimal dalam proses

penyembuhan klien.

3. Bagi Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung

Diharapkan selalu memberikan mutu pelayanan yang lebih berkualitas

sehingga dapat menghasilkan lulusan perawat yang professional, terampil,

inovatif, dan bermutu dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan

secara komperhensif berdasarkan ilmu dan kode etik keperawatan.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


DAFTAR PUSTAKA

Adinda, D. (2019). Komponen Dan Jenis-Jenis Evaluasi Dalam Asuhan


Keperawatan. https://doi.org/10.31227/osf.io/dea5u

Alfarizi, M. ., Ricky Riyanto Iksan, & Sri Atun Wahyuningsih. (2021). Increase
Family Knowledge of Lung Tuberculosis Prevention Attitudes.
Comprehensive Health Care, 5(3), 89–98. https://doi.org/10.37362/
jch.v5i3.724

Amiar, W. (2020). Indonesian Journal of Nursing Science and Practice.


Indonesian Journal of Nursing Practices, 011(1), 42–47.

Amin Huda, & Hardi, K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis Dan Nanda Nic-Noc (2nd ed). Mediaction.

Andra, S. W., & Yessie, M. P. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah


Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Nuha Medika.

Andreansyah. (2015). Pengembangan Booklet sebagai Media Kehidupan di Muka


Bumi Kelas X di SMA Negeri 12 Semarang Tahun 2015 Skripsi. 125.

Banna, T. (2021). Pengaruh Batuk Efektif Terhadap Bersihan Jalan Nafas Pasien
Tuberkulosis Paru Dewasa Di Rumah. Journal of Nursing and Health,
6(2), 115–121. https://doi.org/10.52488/jnh.v6i2.136

BPTP Balitbangtan Jambi. (2017). Booklet dan Buku Saku. BPTP Balitbangtan
Jambi.

Deborah, S. (2020). Keperawatan Keluarga. Yayasan Kita Menulis.

Evelyn, C. (2016). Anatomi dan Fisiologis Untuk Para Medis, Cetakan kedua
puluh Sembilan. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Fatikha, A. N., Martini, M., Hestiningsih, R., & Kusariana, N. (2021). Spatial
Analysis of a Tuberculosis Incidence in Magelang City in 2021. Disease
Prevention and Public Health Journal, 16(1), 37–46.
https://doi.org/10.12928/dpphj.v16i1.4677

Frisilia. M. (2021). Pengetahuan dan Upaya Pencegahan pada Keluarga tentang


Tuberkulosis. Gorontalo Jurnal Of Public Health, 4(2), 97–105.

Hapsari, cindy melinda. (2013). Efektifivitas Komunikasi Media Booklet “Anak


Alami” Sebagai Media Penyampai Pesan Gentle Birthing Service. Jurnal

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


E-Komunikasi, 1(3), 264–275.

Karyanto, R., & Laili, N. (2018). Pelaksanaan Batuk Efektif Pada Pasien
Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Uptd Puskesmas Puhjarak Kecamatan
Plemahan Kabupaten Kediri. Jurnal Iklkes (Jurnal Ilmu Kesehatan), 9(1),
79.

Kemenkes. (2018). Tuberkulosis ( TB ). Carbohydrate Polymers, 6(1), 5–10.

Kusuma, S. A. K. (2019). Deteksi Dini Tuberkulosis Sebagai Upaya Pencegahan


Penularan Penyakit Tuberkulosis Dan Pengolahan Herbal Antituberkulosis
Berbasis Riset. Dharmakarya, 8(2), 124. https://doi.org/10.24198/
dharmakarya.v8i2.19484

LeMone, Burke, & B. (2016). Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa. EGC.

Lestari, E. D., Umara, A. F., & Immawati, S. A. (2020). Effect of Effective Cough
on Sputum Expenditure in Pulmonary Tuberculosis Patients. Jurnal Ilmiah
Keperawatan Indonesia [JIKI], 4(1), 1. https://doi.org/10.31000
/jiki.v4i1.2734

Luies, L., & Preez, I. du. (2020). The echo of pulmonary tuberculosis:
Mechanisms of clinical symptoms and other disease-induced systemic
complications.

Maelani, T. &, & Cahyati, W. . (2019). Karakteristik Penderita, Efek Samping


Obat dan Putus Berobat Tuberkulosis Paru. Higeia Journal of Public
Health Research and Development, 3(2), 227–238.

Mardiah, A. (2019). Skrining Tuberkulosis (Tb) Paru Di Kabupaten Banyumas


Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Kedokteran, 4(1), 694. https://doi.org/
10.36679/kedokteran.v4i1.62

Masting, K., Syafar, M., & Yusuf, A. (2021). Determinan Sosial Kesehatan
Terhadap Kepatuhan Pengobatan Dots Penderita Tb Paru. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Sandi Husada, 10(2), 552–559. https://doi.org/10.35816/
jiskh.v10i2.646

Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi


10 editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. EGC.

Notoadmojo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.

Nursalam. (2020). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis


(Vol. 4, Issue 1). Salemba Medika.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


Pakaya, R., Olii, M. R., & Djafar, L. (2021). Distribusi Spasial Tuberkulosis Paru
BTA Positif Berhubungan dengan Faktor Cuaca di Kota Gorontalo Tahun
2016-2018. Gorontalo Journal of Public Health, 4(1), 1–12.

Partono. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn B.M Dengan Tuberculosis


Paru Di Ruang Tulip RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang.
http://repository.poltekeskupang.ac.id/1578/1/KTI Partono FIX.pdf.

Parwiyati, S., Sumekar, W., & Mardiningsih, D. (2014). Pengaruh penggunaan


media booklet pada peningkatan pengetahuan peternak kambing tentang
penyakit scabies di KTT Ngupyo Sato Desa Wonosari Kecamatan
Petabon. Animal Agriculture Journal, 3(4), 581–585.

Puspasari. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem


Pernapasan,. Pustaka Baru Press.

Puspitasari, N. D., Widiastutik, D. U., & Najib, M. (2019). Teknik Batuk Efektif
Dan Bersihan Jalan Nafas Pada Klien Tuberkulosis Paru Di Rsud M .
Soewandhie Surabaya. Jurnal Keperawatan, 12(2), 121–128.

Rahmaniati, R., & Apriyani, N. (2018). Sosialisasi Pencegahan Penyakit TBC


Untuk Masyarakat Flamboyant Bawah Di Kota Palangka Raya.
PengabdianMu: Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(1), 47–
54. https://doi.org/10.33084/pengabdianmu.v3i1.30

Resita, I. . (2020). Penerapan Pendidikan Kesehatan Tentang Etika Batuk Pada


Keluarga Dengan Penderita Tuberkulosis Paru [Diploma thesis, Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta]. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2580/

Rofi’i, M., Warsito, B. E., Santoso, A., & Ulliya, S. (2019). Gambaran Intervensi
Perawat dalam Asuhan Keperawatan Pasien Tuberkulosis Paru di Rumah
Sakit. Holistic Nursing and Health Science, 2(2), 1–9.
https://doi.org/10.14710/hnhs.2.2.2019.1-9

Rohman. (2019). Asuhan, Penerapan Terapi Batuk Efektif Dalam Ruangan,


Keperawatan Tn.I Dengan Tb Paru Di Mochtar, Rawat Inap Paru RSUD.
DR. ACHMAD 2019, Bukittinggi tahun. STIKes Perintis Padang.

Sari, D. . (2017). Penerapan Media Booklet Untuk Meningkatkan Perkembangan


Bahasa (Membaca Awal) Pada Kelompok B Di Tk Kemala Bhayangkari
34 Kendal. 64. https://lib.unnes.ac.id/30413/1/1601413096.pdf

Sari, T. A. P. (2020). Potensi Aktivitas Anti-Tuberkulosis Ekstrak Daun Pegagan


(Centella Asiatica L. Urban) dalam Menghambat Pertumbuhan
Mycobacterium Tuberculosa. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada,

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


12(2), 878–888. https://doi.org/10.35816/jiskh.v12i2.429
Septiwiharti, L. (2015). Pengembangan Bahan Ajar Berbentuk Booklet Sejarah
Indonesia Pada Materi Pertempuran Lima Hari di Semarang Terhadap
Minat Belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Semarang Tahun Ajaran
2014/2015. 1–16.

Somantri, I. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem


Pernafasan. Edisi 2. Salemba Medika.

Tarwoto dan Wartonah., 2015. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Salemba Medika.

Utami, F. (2018). Pengembangan Media Booklet Teknik Kaitan Untuk Siswa


Kelas X SMKN 1 Saptosari Gunung Kidul. 124.
http://forschungsunion.de/pdf/industrie_4_0_umsetzungsempfehlungen.pd
f%0Ahttps://www.dfki.de/fileadmin/user_upload/import/9744_171012-KI-
Gipfelpapier-online.pdf%0Ahttps://www.bitkom.org/sites/default/files/
pdf/ Presse/Anhaenge-an-PIs/ 2018/180607 -Bitkom-KPM

West, J. B. (2020). West’s Respiratory Physiology: The Essentials. Wolters


Kluwer.

Wherdhani. (2008). Patogenesis Tuberkulosis. Gramedia.

Wilson, L. M. (2016). Prosedur Diagnostik pada Penyakit Pernapasan. In:


Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. EGC.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


LAMPIRAN

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


LEMBAR KONSULTASI

Nama Mahasiswa : Hendra Ismawandi


NIM :
Prodi : Profesi Ners
Judul KIA : Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Pasien TB
Paru Dengan Inovasi Booklet Penerapan Pendidikan
Kesehatan Etika Batuk Efektif
Dosen Pembimbing :

NO TANGGAL BAB URAIAN BIMBINGAN PARAF

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu


Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu

Anda mungkin juga menyukai