Disusun Oleh:
HENDRA ISMAWANDI
2022207209038
Disusun Oleh:
HENDRA ISMAWANDI
2022207209038
NIM : 2022207209038
MENYETUJUI
Pembimbing
ii
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Ilmiah Akhir ini telah diperiksa dan disetujui pada tanggal
MENGESAHKAN
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
iii
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
MOTTO
َ ب ا ْل ِع ْل ِم فَ ُه َو فى
ِسبِ ْي ِل هللا َ َمنْ َخ َر َج فِى
ِ َطل
‘’Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka dia berada di jalan Allah ‘’
(HR.Turmudzi)
iv
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpah rahmat, hidayah dan
tulis ilmiah “Karya Ilmiah Akhir Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada
Batuk Efektif”.
Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan dorongan berbagai
pihak, pada kesempatan ini perkenankan penulis menghaturkan rasa terima kasih
Pringsewu.
Muhammadiyah Pringsewu.
3. Ns. Rita Sari,M.Kep selaku ketua Program studi Profesi Ners Universitas
Muhammadiyah Pringsewu.
Muhammadiyah Pringsewu.
Muhammadiyah Pringsewu.
v
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
7. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan asuhan keperawatan
ini.
Semoga Allah SWT berkenan membalas kebaikan serta bantuan yang telah
diberikan. Amin.
Penulis
vi
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
INTI SARI
Secara global tahun 2016, ada 10 juta kasus TB, setara 120 kasus per 100 ribu
penduduk. Lima negara dengan insiden tertinggi : India, Indonesia, Cina, Filipina
dan Pakistan. Sebagian besar kasus TB pada 2016 terjadi di Asia Tenggara (45%).
Indonesia salah satunya dan 25% terjadi di Afrika. Kasus baru TB di Indonesia
420.994 kasus tahun 2017. Berdasarkan survei prevalensi insiden TB pada laki-
laki tiga kali lebih banyak dibanding perempuan. Tujuan umum dari penulisan
Karya ilmiah Akhir ini adalah untuk melaksanaan asuhan keperawatan medikal
bedah pada pasien TB Paru dengan inovasi booklet penerapan pendidikan
kesehatan etika batuk efektif menggunaan pendekatan keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
vii
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN.................................................................................................i
SAMPUL DALAM..............................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN...........................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................iv
MOTTO ...............................................................................................................v
KATA PENGANTAR........................................................................................vi
INTI SARI..........................................................................................................vii
DAFTAR ISI.....................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................x
DAFTAR TABEL...............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................3
C. Tujuan Penelitian .............................................................................4
D. Manfaat Penelitian..............................................................................5
viii
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
3. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul...........................................40
4. Rencana Keperawatan...................................................................41
5. Implementasi Keperawatan...........................................................51
6. Evaluasi..........................................................................................55
E. Tinjauan Menurut Al Islam Kemuhammadiyahan..............................57
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian...........................................................................................78
B. Diagnosa Keperawatan.......................................................................79
C. Perencanaan........................................................................................80
D. Implementasi.......................................................................................81
E. Evaluasi...............................................................................................82
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................84
B. Saran...................................................................................................84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Anatomi Paru – Paru.....................................................................................8
2.2 Bagian-Bagian Pada Paru-Paru Manusia......................................................12
3.1Genogram Klien.............................................................................................62
x
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Aktivitas Klien.............................................................................................63
3.2 Skala Resiko Jatuh Morse...........................................................................64
3.3 Pemeriksaan Laboratorium..........................................................................70
3.4 Keterangan Obat..........................................................................................71
3.5 Data Fokus...................................................................................................72
3.6 Analisa Data................................................................................................73
3.7 Perencanaan.................................................................................................74
3.8 Implementasi...............................................................................................77
3.9 Evaluasi Keperawatan.................................................................................77
xi
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
DAFTAR LAMPIRAN
xii
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
melalui udara melalui batuk, hingga masyarakat sangat rentan terhadap infeksi
dikeluarkan penderita TBC disaat batuk, bersin, atau berbicara sambil tatap
Secara global tahun 2016, ada 10 juta kasus TB, setara 120 kasus per 100 ribu
penduduk (Pakaya et al., 2021). Lima negara dengan insiden tertinggi : India,
Indonesia, Cina, Filipina dan Pakistan (Maelani & Cahyati, 2019). Sebagian
besar kasus TB pada 2016 terjadi di Asia Tenggara (45%). Indonesia salah
satunya dan 25% terjadi di Afrika (Amiar, 2020). Kasus baru TB di Indonesia
420.994 kasus tahun 2017 (data per 17 Mei 2018). Berdasarkan survei
Pria lebih rentan terhadap faktor risiko TB, hal ini diakibatkan oleh beberapa
seluruh partisipan pria perokok mencapai 68,5%, hanya 3,7% yang merupakan
1
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
2
257 per 100.000 penduduk berusia 15 tahun ke atas. Menurut survei Riskesdas
2013, semakin tua, semakin tinggi peluang terkena penyakit ini. Reaktivasi
tuberkulosis dan durasi pajanan bakteri TB lebih lama pada kelompok usia
berdahak selama 2 minggu atau lebih (T. A. P. Sari, 2020). Batuk disertai
dengan gejala lain seperti dahak, batuk darah, sesak napas, lemas, hilang nafsu
makan, penurunan berat badan, lekas marah, keringat malam tanpa aktivitas
fisik, demam lebih dari satu bulan (Alfarizi et al., 2021). Pada pasien HIV-
positif, batuk biasanya bukan merupakan gejala khas TB, sehingga batuk tidak
saluran nafas, perlu upaya untuk mengeluarkan sekret yang dengan dilakukan
batuk efektif (Luies, L., & Preez, 2020). Batuk efektif adalah aktivitas
sekresi (Karyanto & Laili, 2018). Batuk efektif berfungsi menghemat energi
menyebabkan kurang nutrisi terutama kalori yang hilang (Lestari et al., 2020).
peningkatan batuk efektif dilakukan dengan cara melakukan batuk efektif pada
pasien TB, memberikan informasi akurat teknik batuk efektif, dan mendorong
penting dalam upaya pencegahan dan promosi (Rofi’i et al., 2019). Tindakan
efektif.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
efektif?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari laporan kasus pasien ini adalah untuk melaksanaan
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari laporan studi kasus ini adalah memberikan gambaran
tentang :
batuk efektif.
batuk efektif.
batuk efektif.
D. Manfaat
1. Teoritis
efektif.
2. Praktis
efektif.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi Paru-Paru
Paru merupakan salah satu organ vital yang memiliki fungsi utama sebagai
alat respirasi dalam tubuh manusia, paru secara spesifik memiliki peran
Pertukaran ini terjadi pada alveolus – alveolus di paru melalui sistem kapiler
(Rohman, 2019).
Paru-paru manusia terletak pada rongga dada, bentuk dari paru-paru adalah
berbentuk kerucut yang ujungnya berada di atas tulang iga pertama dan
dasarnya berada pada diafragma. Paru terbagi menjadi dua bagian yaitu,
paru kanan dan paru kiri. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan
paru-paru kiri mempunyai dua lobus. Setiap paru-paru terbagi lagi menjadi
dihasilkan oleh sel alveolar tipe 2. Namun selain itu mengembang dan
6
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
7
mengempisnya paru juga sangat dibantu oleh otot – otot dinding thoraks
dan otot pernafasan lainnya, serta tekanan negatif yang teradapat di dalam
3 mm. Pembentukan paru di mulai dari sebuah Groove yang berasal dari
Foregut. Selanjutnya pada Groove ini terbentuk dua kantung yang dilapisi
oleh suatu jaringan yang disebut Primary Lung Bud. Bagian proksimal
sedangkan alveoli baru berkembang setelah bayi lahir dan jumlahnya terus
Saluran pernafasan terdiri dari rongga hidung, rongga mulut, faring, laring,
melalui hidung dan mulut. Pada waktu bernafas, oksigen masuk melalui
trakea dan pipa bronchial ke alveoli dan dapat erat hubungan dengan darah
Hanya satu lapis membran yaitu membran alveoli, memisahkan oksigen dan
darah oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel
darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa didalam arteri
membran alveoli, kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui
(Sumber: Crotton,2012)
2. Fisiologi Paru-Paru
Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih tekanan yang
terdapat antara atmosfir dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot. Seperti
inspirasi, volume toraks bertambah besar karena diafragma turun dan iga
eksternus relaksasi, dinding dada turun dan lengkung diafragma naik ke atas
udara dan tekanan atmosfir menjadi sama kembali pada akhir ekspirasi
(Wilson, 2016).
melintasi membrane alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5
parsial antara darah dan fase gas. Tekanan parsial oksigen dalam atmosfir
pada permukaan laut besarnya sekitar 149 mmHg. Pada waktu oksigen
diinspirasi dan sampai di alveolus maka tekanan parsial ini akan mengalami
penurunan sampai sekiktar 103 mmHg. Penurunan tekanan parsial ini terjadi
ruangan sepi anatomic saluran udara dan dengan uap air. Perbedaan
tekanan karbondioksida antara darah dan alveolus yang jauh lebih rendah
kapiler darah paru-paru dan alveolus berlangsung kira-kira 0,25 detik dari
total waktu kontak selama 0,75 detik. Hal ini menimbulkan kesan bahwa
penyakit misal; fibosis paru, udara dapat menebal dan difusi melambat
dimana waktu kontak total berkurang. Jadi, blok difusi dapat mendukung
2019).
a. Filtrasi udara
b. Mukosilia
bakteriostatik.
berulang.
d. Fagositosis
1) Gerakan mukosiliar.
3) Reaksi sel.
1. Pengertian TB Paru
paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Tuberculosis adalah
penyakit infeksius kronik dan berulang biasanya mengenai organ paru yang
2. Klasifikasi TB Paru
paru dan tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
kelenjar limfe, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan
lain-lain.
1) Klien baru TB, yakni klien yang belum pernah diobati dengan OAT
atau sudah pernah menelan OAT kurang dari 1 bulan (< dari 28
dosis).
2) Klien yang pernah diobati TB, yakni klien yang sebelumnya pernah
TB terakhir :
c) Klien yang diobati kembali setelah putus obat, yakni klien yang
telah berobat dan putus obat 2 bulan atau lebih dengan BTA
positif.
1) Mono resistan (TB MR): resistan terhadap salah satu jenis OAT lini
pertama saja.
2) Poli resistan (TB RR): resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT
bersamaan.
3. Etiologi TB Paru
nya melalui batuk atau bersin dan orang yang menghirup droplet yang
seseorang bisa terinfeksi saat duduk disamping penderita di dalam bus atau
kereta api. Selain itu, tidak semua orang yang terkena TB bisa
tahan terhadap asam dan alcohol, sehingga sering disebut basil tahan asam
namun dapat juga lewat kulit, saluran kemih, dan saluran makanan
(Puspasari, 2019).
kuman ini berbentuk batang, dengan ukuran panjang 1-4 µm dan tebal 0,3-
0,6 µm. sebagian besar kuman berupa lemak /lipid, sehingga kuman tahan
terhadap asam dan lebih tahan terhadap kimia/ fisik. Sifat lain kuman ini
adalah aerob yang menyukai daerah dengan banyak oksigen, dan daerah
4. Patofisiologi TB Paru
dibagian atas saluran nafas dimana sel epitel mengeluarkan lender. Lender
yang dihasilkan menangkap zat asing dan silia dipermukaan sel terus-
dibuang. System ini memberi tubuh pertahanan fisik awal yang mencegah
jaringan baru disebut granuloma, yang berisi gumpalan basil yang hidup
dan yang sudah mati, dikelilingi oleh makrofag yang membentuk dinding.
dari massa tersebut disebut Ghon Tubercle. Materi yang terdiri atas
aktif setelah infeksi awal, karena respons system imun yang tidak adekuat.
Penyakit aktif juga timbul akibat infeksi ulang atau aktifnya kembali
bakteri yang tidak aktif. Pada kasus ini, terjadi ulserasi pada ghon tubercle,
5. Komplikasi
lutut.
sakit kepala yang berlangsung lama atau intermiten yang terjadi selam
berminggu-minggu.
4) Masalah hati atau ginjal. Hati dan ginjal memiliki fungsi membantu
a. Komplikasi dini
b. Komplikasi lanjut
a. Gejala utama
(Mardiah, 2019).
radang. Batuk baru ada setelah terjadi peradangan pada paru – paru
Namun akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yaitu pada
3) Nyeri dada : nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai
otot, keringat malam dan lain-lain. Gejala malaise ini semakin lama
yang jelas, atau tidak ada penambahan berat badan dalam waktu
jelas (bukan demam tifoid, infeksi saluran kemih, malaria, dan lain-
7. Pencegahan
c. Olah raga secara teratur, makan makanan yang bergizi dan istirahat
yang cukup.
baik.
sebagai berukut :
c. Skin test (PPD, Mantoux, Tine, Vollmer Patch) : reaksi positif (area
pada lesi awal di bagian paru-paru bagian atas, deposit kalsium pada
dan fibrosa.
Mycobacterium tuberculosis.
f. Needle biopsy of lung tissue : positif untuk granuloma TB, adanya sel-
kerusakan paru.
9. Penatalaksanaan TB Paru
a. Penatalaksanaan Keperawatan
a) Vaksinasi BCG
b) Menggunakan Isoniazid
b. Penatalaksanaan Medis
1) Jangka pendek
Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1-3
bulan
2) Jangka panjang
Etambutol.
kombinasi obat :
a) Rifampicin
b) Isoniazid
c) Ethambutol
d) Pyridoxin
hidup sehat ataupun peran aktif sebagai upaya dalam penanganan derajat
sebanyak mungkin sasaran, maka media yang dipilih adalah flyer atau
a. Pengertian Booklet
dalam bentuk media cetak. Media ini memuat materi pelajaran dalam
bentuk fisik yang unik, menarik, dan fleksibel. Unik karena bentuk fisik
yang kecil lengkap dengan desain full colour yang akan menumbuhkan
yang kecil (lebih kecil dari buku pada umumnya), sehingga dapat
Ada yang mengatakan bahwa istilah booklet berasal dari buku dan
dengan buku atau sebuah buku dengan format (ukuran) kecil seperti
dalam bentuk buku yang ukurannya lebih kecil dan ringkas dari buku
relatif kecil. Booklet yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebuah
media yang berbentuk buku berukuran kecil dan tidak terlalu tebal,
berisi informasi tentang diit rendah garam bagi pasien hipertensi yang
hipertensi.
b. Ciri-Ciri Booklet
Booklet adalah buku berukuran kecil (setengah kuarto) dan tipis, tidak
hanya saja cara penyajian isinya jauh lebih singkat daripada sebuah
media lini bawah (below the line media). Sesuai sifat yang melekat
pada media lini bawah, pesan yang ditulis pada media tersebut
itu, penggunaan huruf tidak kurang dari 10 pt, dikemas menarik dan
dimengerti dan akan lebih menarik jika Booklet tersebut disertai dengan
Pesan dan informasi yang terdapat dalam booklet ditulis dengan bahasa
umum tentang topik tersebut perlu diungkapkan. Struktur atau isi dari
booklet sama seperti buku biasa. Struktur booklet pada umumnya terdiri
dari pendahuluan, isi, dan penutup. Hanya saja cara penyajian isinya
lebih singkat dari sebuah buku. Bentuk booklet yang praktis dan
jenis kertas.
6) Buatkan konsepnya
1) Ukuran kertas
3) Background
4) Tata Letak
Fungsi tata letak adalah untuk membat booklet menjadi tampak rapi
dan elegan.
5) Pemakaian huruf
6) Pemilihan gambar
Dari uraian di atas tentang prinsip pembuatan booklet dan hal-hal yang
pembuatan booklet harus menerapkan prinsip yang ada agar hasil dari
booklet yang dibuat baik, dapat diterima, dan dipahami oleh pembaca
berulang kali
sederhana
menurunkan kualitas.
cetakan.
sikap.
5) Jika tidak dirawat dengan baik media cetak cepat rusak atau hilang.
1. Pengkajian
(Somantri, 2012).
a. Data Pasien
pada anak dapat terjadi pada usia berapapun, namun usia paling umum
pada usia<3 tahun. angka kejadian (prevalensi) TB paru pada usia 5-12
b. Riwayat Kesehatan
2) Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini terjadi
setengah paru-paru.
4) Keringat malam.
terdorong ke sisi yang sakit. Pada foto toraks, pada sisi yang sakit
d. Riwayat Kesehatan
sakitnya
penyakitnya
1) Riwayat pekerjaan.
2) Aspek psikososial.
g. Faktor Pendukung:
1) Riwayat lingkungan.
h. Pemeriksaan Fisik
pada malam hari. Suhumungkin tinggi atau tidak teratur. Seiring kali
bronki
3) Abdomen
i. Pemeriksaan Diagnostik
penyakit.
3) Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas; pada tahap dini
1) Aktivitas / istirahat
kerja, kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari,
2) Integritas Ego
tidakberdaya/putus asa.
ketakutan,mudah terangsang.
penurunanberat badan.
otot/hilanglemak subkutan.
gelisah
5) Pernafasan
Bunyi nafas tubuler dan / atau bisikan pektoral di atas lesi luas.
Krekel tercatat diatas apek pru selama inspirasi cepat setelah batuk
6) Keamanan
tes HIVpositif.
7) Interaksi Sosial
8) Penyuluhan
perawatan rumah.
2. Pemeriksaan Diagnostik
bermakna pada pasien yang secara klinis sakit berarti bahwa TB aktif
yang berbeda.
d. Foto Torak : Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas,
tuberculosis.
f. Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB, adanya
h. GDA : Dapat normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada
paru.
mati, peningkatan rasio uadar residu dan kapasitas paru total, dan
paru meluas) .
cara penularan TB
4. Rencana Keperawatan
Definisi : ketidakmampuan Definisi: kemampuan Definisi : mengidentfikasi dan mengelola kepatenan jalan nafas
membersihkan sekret atau membersihkan sekret atau
obstruksi jalan nafas untuk obstruksi jalan nafas untuk Tindakan :
mempertahankan jalan nafas mepertahankan jalan nafas Observasi :
tetap paten. paten - Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
Penyebab: Setelah dilakukan tindakan - Monitor bunyi nafas tambahan (mis, gurgling, mengi,
Fisiologis keprawatan diharapkan wheezing, ronkhi kering )
1. Spasme jalan nafas masalah pada jalan nafas - Monitor sputum ( jumlah, warna, aroma)
2. Benda asing dalam jalan dapat teratasi dengan kriteria Teraupeutik :
nafas hasil: - Pertahankan kapatenan jalan napas dengan head-tilt dan
3. Sekresi yang tertahan 1. Jalan nafas paten - chin- lift ( jaw-thrust jika curiga trauma Servikal)
4. Proses infeksi 2. Sekret berkurang - Posisikan semi-fowler atau fowler
5. Respon alergi 3. Frekuensi nafas dalam - Berikan minum hangat
Situasional batas normal - Lakukan fisiotrapi dada, jika perlu
1. Merokok aktif 4. Kilen mampu melakuan - Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
2. Merokok pasif Batuk efektif dengan - Berikan oksigen , jika perlu
3. Terpajan polutan Gejala benar Edukasi :
tanda mayor - Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,jika tidak kontraindikasi
Subjektif :- - Ajarkan teknik batuk efektif
Obektif : Kolaborasi :
1. Batuk tidak efektif - Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspetoran, mukolitik,
2. Tidak mampu batuk jika perlu
3. Sputum berlebih
3. Pemantauan Respirasi
Definisi : mengupulkan dan menganalisis data untuk
memastikan kepatenan jalan nafas dan ke efektifan
pertukaran gas.
Tindakan :
Observasi :
- Monitor frekuensi,irama, kedalaman dan upaya nafas
- Monitor pola napas seperti ( sepertibradipnea
taipnea, hiperventilasi)
- Monitor kemampuan batuk efektif
- Monitor adanya produksi sputum
- Monitor adanya sumbatan jalan nafas
- Palpasi kesmetrisan ekspansi paru
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik :
- Atur interval pemantauan resprasi sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Eduasi :
- Jelaskan tujuan dan perusedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan , jika perlu
2 SDKI SLKI SIKI
Defisit nutrisi Setatus Nutrisi 1. Menejemen Nutrisi
Definisi : Asupan nutrisi tidak Definisi : keadekuatan asupan Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi
cukup untuk memenuhi nutrisi untuk memenuhi yang seimbang
kebutuhan dari metabolisme kebutuhan metabolisme. Tindakan
Penyebab : Setelah dilakukan tindakan Observasi :
1. Ketidakmampuan menelan keprawatan nutrisi dapat terpenuhi - Identifikasi stataus nutrisi
makanan
2. Ketidakmapuan mencerna dengan kreteria hasil. - Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
makanan 1. Kekuatan otot mengunyah - Identifikasi makanan yang disukai
3. Ketidakmampuan meningkat - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis cairan
mengabsorbsi nutrien 2. Kekuatan otot menelan - Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
4. Peningkatan kebutuhan meningkat - Monitor asupan makan makanan
metabolisme 3. Serum albumin meningkat - Monitor berat bedan
5. Faktor ekonomi 4. Verbalisasi keinganan untuk - Monitor hasil pemeriksaan laboraturium
6. Faktor pisikologis meningkatkan nutrisi Trapeutik :
5. Pengetahuan untuk memilih - Lakukan oral hygiene seblum makan , jika perlu
Gejala dan tanda mayor : makanan yang sehat
Subjektif : - - Fasilitasi menentukan pedoman diet,
meningkat (mis.piramida makanan )
Objektif : Berat badan menurun 6. Pengetahun untuk memilih
minimal 10% dibawah rentang - Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
minuman yang baik sesuai
ideal meningkat
Gejala dan tanda minor : - Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
7. Pengetahuan tentang standar konstipasi
Subjektif : asupan nutrisi yang tepat
1. Cepat kenyang setelah - Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
8. Penyiapan dan penyimpanan
makan - Berikan siplemen makanan ,jika perlu
makanan meningkat
2. Kram/nyeri abdomen - Hentikan pemberian makanan melalui selang
9. Sikap terhadap makanan/
3. Nafsu makan menurun nasogastrik jika asupan oral dapat ditoleransi
minuman sesuai dengan tujuan Edukasi :
kesehatan meningkat
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
10. Perasaan cepat kenyang
- Ajarkan diet yang di programkan
menurun
Kolaborasi :
11. Nyeri abdomen menurun
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
12. Rambut rontok menurun
13. Diare menurun (mis. Pereda nyeri, antiemetic), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
14. Berat badan membaik
jumlah kalori dan jenis nutrien yang di butuhkan.
15. Indek masa tubuh (IMT)
membaik
16. Frekuensi makan membaik
Definisi : Gangguan kualitas Definisi : Kedekuatan kualitas dan Definisi : Memfasilitasi siklus tidur dan terjaga yang teratur
kuantitas waktu tidur akibat kuantitas Tindakan
faktor eksternal Observasi :
Penyebab Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi pola aktivitas dan tidur
1. Hambatan lingkungan (mis, keprawatan diharapkan kualitas - Identifikasi faktor pengganggu tidur ( fisik dan / atau
kelembapan lingkungan tidur pasien kembali normal pisikologi)
sekitar, suhu lingkungan , dengak kereteria hasil sebagai - Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu
pencahayaan , kebisingan berikut : tidur ( mis. Kopi, the, alcohol. Makan mendekti waktu
,bau tidak sedap, jadwal 1. Keluhan sulit tidur menurun / tidur, minum banyak air sbelum tidur )
2. Kurang kontrol tidur hilang - Identifikasi obat tifur yang dikonsumsi
3. Kurang privasi 2. Keluhan sering terjaga Terapeutik :
4. Restraint fisik menurun/hilang - Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaaan,kebisingan,
5. Ketiadaan teman tidur 3. Keluhan tidur tidak puas tidur sushu,matras, dan tempat tidur)
6. Tidak familiar dengan menurun/hilang - Batasi waktu tidur siang jika perlu
peralatan tidur 4. Keluhan pola tidur berubah - Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
menurun/hilang
- Tetapkan jadwal tidur rutin
Gejala dan tanda mayor 5. Keluhan istirahat tidak cukup - Lakukan perosedur untuk meningkatan kenyamanan
Subjektif : menurun/hilang
(mkis. pijat, pengaturan posisi, terapi akupresur )
1. Mengeluh sulit tidur 6. Kemampuan beraktivitas - Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/ atau tinjakan
2. Mengeluh sering terjaga meningkat untuk menunjang siklur tidur terjaga
3. Mengeluh tidak puas tidur Edukasi :
4. Mengeluh pola tidur berubah - Jelaskan tidur cukup selama sakit
Terapeutik :
- Sediakan materi dan media edukasi
- Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan keluargan dan pasien untuk
bertanya
Edukasi :
- Jelaskan gejala fisik penarikan nikotin (mis. Sakit
kepala, pusing, mual, dan insomnia )
- Jelaskan gejala berhenti merokok ( mis. Mulut
kering, batuk , tenggorokan gatal )
- Jelaskan aspek pisikososial yang mempengaruhi
perilaku merokok
- Informasikan produk pengganti nikotin ( mis, permen
karet, semprotan hidung, inhaler )
- Ajarkan cara berhenti merokok.
5. Implementasi Keperawatan
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas
normal
2. Memonitor tipe dan jumlah
aktivitas yang bisa dilakukan
3. Memonitor interaksi anak dan
orang tua saat makan
4. Memonitor lingkungan saat
makan
5. Menjadwalkan pengobatan
pencegahannya.
6. Memberikan pujian kepada
keluarga atas kemampuannya
menjelaskan kembal
6. Evaluasi
didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang telah ditetapkan,
yang diberikan mengacu kepada tujuan dan kriteria hasil (Nursalam, 2020).
berikut :
ditetapkan.
perubahan dan kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.
dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil
dilakukan.
Rasulullah saw, menjelaskan bahwa ada dua macam penyakit sesuai dengan
keadaan manusia yang terdiri dari tubuh jasad dan tubuh rohani. Untuk obat
rohaniah adalah membaca Al Qur’an dan untuk sakit fisik adalah materi,
diantaranya adalah madu. Dalam salah satu hadis riwayat Wailah bin Al
untuk penyakit yang berada di dalam dada dan madu adalah obat untuk
fisik dan jiwanya sekaligus. Pada jaman moderen dewasa ini sebagaimana
yang biasa dilakukan oleh para dokter, mereka lebih banyak mengobati
maupun ruhani. Al-Qur’an sebagai obat penyakit ruhani sudah banyak yang
meyakini, sedang al-Qur’an sebagai obat penyakit fisik belum banyak yang
al-Qalb, atau bisa disebut penyakit hati. Keimanan, psikis, dan fisik
teknologinya.
tidak saja mengancam penderita tetapi juga orang-orang yang dekat dengan
TB hukumnya wajib.
bahaya. Bahaya dalam artian ini sangat luas, bahkan termasuk di dalamnya
harus dihilangkan sebagaimana hadits ini, karena penyakit ini sudah terbukti
TINJAUN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas diri
Nama : Tn. R
Umur : 17 tahun
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : SD
Nama : Ny. S
Umur : 44 tahun
Pendidikan : SD
60
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
61
2022 pukul 10.00 WIB dari rumah dibawa oleh keluarganya dengan
keluhan sesak nafas, badan terasa panas, batuk berdarah sejak 2 hari
x/menit, batuk berdahak yang disertai darah sejak dua hari yang lalu,
2) Riwayat Alergi
makanan tertentu.
3) Kebiasaan Merokok/kopi/obat-obatan/alkohol/lain-lain
sekarang sudah tidak merokok lagi sejak tahun 2022 awal. Pasien juga
2020.
Genogram :
Tn. R
Keterangan :
Laki-Laki :
Perempuan :
Klien :
Tinggal Serumah :
Hubungan Perkawinan :
Keturunan :
Meninggal :
Waktu : pagi
Konsistensi : lembek
b. BAK
Frekuensi : 4-5 x sehari
warna : kuning jernih
bau : pesing
2) olahraga
jenis : - frekuensi :-
(-) mandi
(-) berhajat
5) Pola bekerja
jatuh.
d. Neurologi
Tn. R mengatakan juga tidak merasa kesemutan, dan kebas tetapi pasien
stroke. Dari hasil pemeriksaan fisik pasien, GCS 15, kesadaran compos
mentis, status mental terorientasi baik itu waktu, tempat dan orang. Pasien
tidak ada gelisah, halusinasi atau kehilangan memori. Pasien juga tidak
mengalami disfagia. Ukuran pupil kiri dan kanan 3 mm, reaksi pupil kiri
55555555
Pemeriksaan CT-Scan tidak dilakukan. Dari hasil pengkajian diatas
e. Endokrin
kelenjar.
keperawatan.
f. Persepsi diri
Hal yang dipikirkan saat ini : Klien mengatakan ingin sembuh dan kembali
keluarganya
h. Hubungan/komunikasi : Baik
1) Bicara
(ya) Jelas
(ya) Relevan
2) Tempat tingggal
3) Kehidupan keluarga
Keuangan : cukup
i. Pertahanan koping
Pengambilan keputusan
(-) Sendiri
(-) Makan
(-) Tidur
j. Sistem kepercayaan
sebutkan : Sholat
3. Pemeriksaan Fisik
b. Kepala
tekan dikepala.
c. Mata
1) Inspeksi: sklera klien tidak ikterik, posisi mata simetris kiri dan
tidak anemis (merah muda ), palpebra dan kantung mata klien hitam
d. Hidung
1) Inspeksi: lubang hidung klien simetris kiri dan kanan, tidak terdapat
oksigen.
e. Telinga
telinga klien
2) Palpasi: tidak teraba benjolan dan tidak terdapat nyeri tekan pada
telinga klien
f. Mulut
Inspeksi: mulut klien sedikit kotor, terdapat caries gigi pada gigi
g. Leher
Inspeksi :
Perkusi
Suara : sonor
Auskultasi
i. Jantung
j. Abdomen
kuning langsat.
hanya sedikit.
k. Muskuloskeletal
55555555
l. Eksterimitas
4. Pemeriksaan penunjang
dalam batas normal , pada paru terdapat gambaran TB paru di Apek paru
2.RHZE Dimulai dari Kegunaan RHZE Penderita yang Efek samping yang
1x3 tablet 15 November tablet adalah untuk mengalami reaksi sering
2022 mengobati penyakit hipersensitivi tas dilaporkan akibat
tuberkulosis (TBC) terhadap sala h satu
pemakaian obat yang
komponen obat ini.
Pasien yang mengandung
menderita neuritis ethambutol adalah
optik, kecuali ada terjadinya gangguan
penilaian klinis yang penglihatan (neuritis
menyatakan obat ini retrobulbar) yang
bisa diberikan. disertai penurunan
Pasien yang tidak
visus, skotoma sentral,
bisa mendeteksi dan
melaporkan buta warna
terjadinya gangguan hijau- merah, serta
penglihatan, penyempitan
misalnya anak-anak pandangan.
< 13 tahun.
Sebaiknya obat ini Efek samping ini lebih
tidak diberikan rentan dialami jika obat
kepada penderita digunakan dengan dosis
gangguan hati yang
berlebihan atau
diinduksi oleh
isoniazid (INH). penderita gangguan
Penderita hepatitis, ginjal.
menderita gangguan
hati yang parah, Efek samping
gangguan ginjal, ethambutol yang juga
epilepsi dan pecandu sering adalah ruam kulit
alkohol kronis. karena reaksi alergi,
dan gangguan
pada saluran pencernaan
Efek samping
ethambutol yang jarang
adalah terjadinya
masalah pada organ hati
(penyakit kuning),
6. Data Fokus
Tabel 3.5 Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
Pasien mengatakan batuk Pasien saat batuk terlihat berdahak di tangan
berdahak Pasien tampak susah untuk mengeluarkan dahak
Pasien mengatakan dahak yang dan saat keluar terdapat darah pada dahak di
keluar berwarna kemerahan tangan pasien
karna bercampurDarah Auskultasi bunyi nafas ronkhi
Pasien mengatakn susah untuk Terdapat penggunaan otot bantu nafas
mengeluarkan dahak Pasien tampak gelisah
Pasien mengatakan sesak nafas Mata pasien tampak melotot / terbuka lebar
Pasien mengatakan badan terasa Nafas pasien cepat dan dangkal
letih
TD: 120/60 mmHg
Klien mengatakan nafsu makan
N: 89 x/m
berkurang
S: 36,6 ˚C
Pasien mengatakan BB turun 10
kg dalam 3 bulan terakhir (55 kg P: 26 x/m
menjadi 45 kg) Pasien tampak hanya mampu menghabiskan 3-4
Pasien mengatakan hanya sendok dari porsi makannya
mampu menghabiskan 3-4 Pasien tampak pucat
sendok makan saja Pasien tampak lemah
Pasien mengtakan tidur hanya 4- Mukosa bibir lembab
B. Diagnosa Keperawayan
Tabel 3.6 Analisa Data
Masalah
Data Etiologi
Keperawatan
DS:
Pasien mengatakan batuk berdahak Penumpukan Bersihan jalan
Pasien mengatakan dahak sekret nafas tidak
Yang keluar berwarna kemerahan karna berlebih efektif
bercampur Darah
Pasien mengatakn susah untuk
mengeluarkan dahak
Pasien mengatakan sesak nafas
DO:
Pasien tampak batuk berdahak
Pasien tampak susah untuk
mengeluarkan dahak
Auskultasi bunyi nafas ronkhi
Terdapat penggunaan otot bantu nafas
Nafas pasien cepat dan dangkal
Pasien tampak gelisah
Mata pasien tampak melotot / terbuka
lebar
TD: 120/60 mmHg
N: 89 x/i
S: 36,6 ˚C
P: 26 x/i
C. Perencanaan
Tabel 3.7 Perencanaan
Pemantauan Respirasi
Definisi : mengupulkan dan
menganalisis data untuk memastikan
kepatenan jalan nafas dan ke efektifan
pertukaran gas.
Tindakan :
Observasi :
- Monitor frekuensi,irama,
kedalaman dan upaya nafas
- Monitor pola napas seperti ( seperti
bradipnea taipnea,hiperventilasi)
- Monitor kemampuan batuk efektif
- Monitor adanya produksi sputum
- Monitor adanya sumbatan jalan
nafas
- Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Auskultasi bunyi napas
Terapeutik :
- Atur interval pemantauan resprasi
sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Eduasi :
- Jelaskan tujuan dan perusedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan ,
D. Implementasi
Tabel 3.8 Implementasi
E. Evaluasi Keperawatan
TD: 120/60
mmHg
N: 89 x/i
S: 36,6 C
P: 25 x/i P: 25 x/i
A:
A: A:
Masalah bersihan jalan
Masalah bersihan jalan Masalah bersihan
nafas belum teratasi
nafas belum teratasi jalan nafas sudah
P:
P: teratasi
Intervensi dilanjutkan
Intervensi dilanjutkan P:
Intervensi dilanjutkan
Latihan batuk efektif
secara mandiri
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan Medikal
Kesehatan Etika Batuk Efektif pada pasien Tn. R di Puskesmas Palas. Prinsip
dari pembahasan ini dengan memfokuskan pada tindakan Etika Batuk Efektif.
Disini penulis hanya akan membahas diagnosa keperawatan bersihan jalan nafas
A. Pengkajian
Puskesmas Palas tanggal 15 November 2022 pukul 10.00 WIB dari rumah
dibawa oleh keluarganya dengan keluhan sesak nafas, badan terasa panas,
batuk berdarah sejak 2 hari yang lalu dan berat badan menurun. Pada saat
berdahak yang disertai darah sejak dua hari yang lalu, klien mengatakan dahak
susah keluar, klien mengatakan nafsu makan berkurang, mual, muntah, klien
juga mengatakan sering berkeringat dimalam hari dan demam naik turun.
Pada tinjauan pustaka menurut (Rahmaniati & Apriyani, 2018) tanda dan
gejala TB paru yaitu batuk/batuk darah, sesak nafas, nyeri dada, rasa kurang
enak badan (malaise), penurunan berat badan selama tiga bulan berturut-turut
tanpa alasan yang jelas, demam yang lama (≥2minggu) dan/atau berulang
79
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
80
yaitu keluhan sesak nafas, badan terasa panas, batuk berdarah sejak 2 hari
yang lalu dan berat badan menurun sedangka mnurut manifestasi klinis ada
gejala yang lain seperti nyeri dada, rasa kurang enak badan (malaise).
B. Diagnosa Keperawatan
masalah keperawatan yaitu bersihan jalan nafas tidak Efektif. Data yang
penggunaan otot bantu nafas, nafas pasien cepat dan dangkal, pasien tampak
gelisah, mata pasien tampak melotot / terbuka lebar, TD: 120/60 mmHg, N:
napas, dispnea, sputum dalam jumlah yang berlebihan, batuk yang tidak
efektif, orthopnea, gelisah, mat terbuka lebar (Amin Huda, & Hardi, 2015).
keperawatan dalam teori (Amin Huda, & Hardi, 2015) karena pada klien
keluar dan dari data objektif terdengar suara nafas tambahan yaitu ronkhi dan
jalan nafas dan tidak segera diefektifkan kebutuhan oksign pasien terganggu.
C. Perencanaan
rencana Tindakan keperawatan sesuai dengan teori yang meliputi tujuan dan
dibuat berdsarkan pada ilmu dan teori yang ada dan berdasarkan masalah yang
monitor pola napas, bunyi napas tambahan, posisikan semi fowler, berika
minum air hangat, anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, ajarkan etika batuk,
Latihan napas daam, cara meludah yang benar, gaya hidup dan sanitasi yang
baik, anjurkan minum obat anti tuberculosis (OAT) sesuai dengan anjuran.
Menurut (Andra & Yessie, 2013) terdapat tindakan mengajarkan teknik batuk
efektif dan melakukan clupping dada, didalam kasus tidak dimasukkan karena
Menurut pendapat peneliti bahwa etika batuk efektif perlu diterapkan untuk
menularkannya kepada orang lain. Hal ini wajib diperhatikan saat seseorang
D. Implementasi
Tahap ini merupakan tahap lanjutan setelah tahap perencanaan dari masalah
keperawatan yang dialami klien dapat teratasi. Dari jangka waktu yang telah
nafas Kembali efektif. Pada kasus yang dialami oleh klien 1 dan klien 2,
semua Tindakan telah dilakukan. Menurut (Amin & Hardi, 2015) Tindakan
cara untuk napas dalam, memberikan minum air hangat, mengajarkan etika
batuk yang baik dan benar, mengajarkan cara meludah yang benar,
Dari tindakan diatas yaitu memberikan edukasi etika batuk efektif dilakukan
pada klien. Hasil catatan perkembangan dapat dilihat dari kepatuhan untuk
efektif.
E. Evaluasi
tercapai.
Penerapan etika batuk efektif yang cukup buruk terlihat pada Tn. R dengan
tangan saat batuk dan kebiasaan mencuci tangan menggunakan air mengalir
dan sabun. Penerapan etika batuk efektif merupakan salah satu bentuk
Hasil penelitian (Resita, 2020) menyatakan upaya pencegahan TBC Paru dapat
pengetahuan, sikap, dan praktik etika batuk. Hal ini juga perlu melibatkan
peran aktif keluarga dan penderita TBC untuk memutus transmisi penyakit.
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan penerapan tindakan latihan senam kaki pada pasien
kasus.
antara teori dan kasus. Didalam teori didapatkan delapan diagnosa dan
B. Saran
Paru., penulis memberikan usulan dan masukan positif pada bidang kesehatan
antara lain :
85
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
86
keperawatan yang optimal pada umumnya dan khususnya bagi klien dengan
kasus TB Paru.
penyembuhan klien.
Alfarizi, M. ., Ricky Riyanto Iksan, & Sri Atun Wahyuningsih. (2021). Increase
Family Knowledge of Lung Tuberculosis Prevention Attitudes.
Comprehensive Health Care, 5(3), 89–98. https://doi.org/10.37362/
jch.v5i3.724
Banna, T. (2021). Pengaruh Batuk Efektif Terhadap Bersihan Jalan Nafas Pasien
Tuberkulosis Paru Dewasa Di Rumah. Journal of Nursing and Health,
6(2), 115–121. https://doi.org/10.52488/jnh.v6i2.136
BPTP Balitbangtan Jambi. (2017). Booklet dan Buku Saku. BPTP Balitbangtan
Jambi.
Evelyn, C. (2016). Anatomi dan Fisiologis Untuk Para Medis, Cetakan kedua
puluh Sembilan. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Fatikha, A. N., Martini, M., Hestiningsih, R., & Kusariana, N. (2021). Spatial
Analysis of a Tuberculosis Incidence in Magelang City in 2021. Disease
Prevention and Public Health Journal, 16(1), 37–46.
https://doi.org/10.12928/dpphj.v16i1.4677
Karyanto, R., & Laili, N. (2018). Pelaksanaan Batuk Efektif Pada Pasien
Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Uptd Puskesmas Puhjarak Kecamatan
Plemahan Kabupaten Kediri. Jurnal Iklkes (Jurnal Ilmu Kesehatan), 9(1),
79.
LeMone, Burke, & B. (2016). Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa. EGC.
Lestari, E. D., Umara, A. F., & Immawati, S. A. (2020). Effect of Effective Cough
on Sputum Expenditure in Pulmonary Tuberculosis Patients. Jurnal Ilmiah
Keperawatan Indonesia [JIKI], 4(1), 1. https://doi.org/10.31000
/jiki.v4i1.2734
Luies, L., & Preez, I. du. (2020). The echo of pulmonary tuberculosis:
Mechanisms of clinical symptoms and other disease-induced systemic
complications.
Masting, K., Syafar, M., & Yusuf, A. (2021). Determinan Sosial Kesehatan
Terhadap Kepatuhan Pengobatan Dots Penderita Tb Paru. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Sandi Husada, 10(2), 552–559. https://doi.org/10.35816/
jiskh.v10i2.646
Puspitasari, N. D., Widiastutik, D. U., & Najib, M. (2019). Teknik Batuk Efektif
Dan Bersihan Jalan Nafas Pada Klien Tuberkulosis Paru Di Rsud M .
Soewandhie Surabaya. Jurnal Keperawatan, 12(2), 121–128.
Rofi’i, M., Warsito, B. E., Santoso, A., & Ulliya, S. (2019). Gambaran Intervensi
Perawat dalam Asuhan Keperawatan Pasien Tuberkulosis Paru di Rumah
Sakit. Holistic Nursing and Health Science, 2(2), 1–9.
https://doi.org/10.14710/hnhs.2.2.2019.1-9
Tarwoto dan Wartonah., 2015. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Salemba Medika.