Anda di halaman 1dari 4

KEPUTUSAN DIREKTUR

RUMAH SAKIT PERMATA CIREBON


Nomor :080/PER/DIR/RSPC/IX/2015

tentang
KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Instalasi Gawat Darurat Rumah
Sakit Permata cirebon, maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan yang bermutu
tinggi dan sesuai standar.
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud diatas perlu adanya
keputusan Direktur tentang Kebijakan Pelayanan Instalasi Gawat Darurat di Rumah
Sakit Permata cirebon.

Mengingat : 1. Penetapan Direktur PT. Raudhatussyfaa Sehat Bersama Nomor : 002/RSB/SK/V/2015


tentang Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital By Laws).
2. Peraturan Direktur PT. Raudhatussyfaa Sehat Bersama Nomor : 003/RSB/SK/V/2015
tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja.
3. Keputusan Direktur PT. Raudhatussyfaa Sehat Bersama Nomor :
28/PT.RSB/SK/VI/2015 tentang Penunjukan Direktur Rumah Sakit Permata Cirebon.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : Menetapkan Kebijakan Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Permata cirebon
Kedua : Kebijakan Pelayanan Instalasi Gawat Darurat digunakan sebagai acuan dalam
menjalankan kegiatan Instalasi Gawat Darurat dilingkungan RS Permata cirebon
Ketiga : Kepala Pelayanan bertanggung jawab dan memimpin penyelenggaraan pelayanan
kepada Kepala Bidang Pelayanan Medis RS Permata cirebon.

Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan dilakukan evaluasi kebijakan
setiap 3 tahun, serta akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Cirebon, 3 September 2015


Rumah Sakit Permata cirebon

dr. Asad , Sp.THT - KL


Direktur
Lampiran : Keputusan Direktur RS Permata cirebon
Nomor : 080/PER/DIR/RSPC/IX/2015
Tanggal : 3 Januari 2017

KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT


RUMAH SAKIT PERMATA CIREBON

A. Kebijakan Umum

1. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat dilaksanakan 24 jam dalam sehari dan tujuh hari dalam seminggu,
yang didukung dengan pelayanan radiologi, farmasi dan laboratorium 24 jam.

2. Pemenuhan fasilitas dalam penyelenggaraan pelayanan IGD diupayakan sesuai dengan standar
fasilitas dalam ketentuan yang berlaku.

3. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat harus selalu berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien.
4. Seluruh petugas harus bekerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, standar profesi, pedoman
atau panduan dan standar prosedur operasional yang berlaku, serta sesuai dengan etika profesi, etika
RS dan etiket RS yang berlaku

5. Apabila terjadi permasalahan pelayanan, pelaporan dan koordinasi disesuaikan dengan struktur
organisasi dan bila terjadi di luar dinas maka supervisor dijadikan rujukan.

6. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan, kualifikasi dan distribusinya.
7. Semua petugas IGD wajib memiliki izin profesi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
8. Setiap petugas atau staf Instalasi Gawat Darurat wajib meningkatkan kompetensinya melalui program
pengembangan SDM

9. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan K3L (Keselamatan,
Kesehatan Kerja dan Lingkungan) termasuk pengelolaan Bahan Beracun dan Berbahaya (B3),
penggunaan alat pelindung diri (APD), Maintenance peralatan dan kalibrasi, pengelolaan kesehatan
lingkungan kerja, pencegahan dan tanggap darurat bahaya serta proteksi kebakaran.

10. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan pencegahan dan
pengendalian infeksi termasuk budaya hand higyne, sterilisasi dan desinfeksi, Pengelolaan limbah
dan air bersih, pest control serta pengelolaan linen

11. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin
12. Untuk melaksanakan fungsi pengawasan dibuat mekanisme monitoring dan pelaporan yang
teragenda

B. Kebijakan Khusus

1. Setiap pasien yang datang ke IGD dilakukan skrining awal untuk mendapatkan pelayanan yang tepat
dan sesuai dengan kondisi pasien.

2. Skrining yang dilakukan dengan metode triage untuk membedakan kasus “true emergency” dan
“false emergency”.
3. Instalasi Gawat Darurat melayani kasus “true emergency“ dan “false emergency” pada ruangan
terpisah sesuai penggolongan triase.

4. Pelayanan gawat darurat terutama life saving dilaksanakan tanpa membayar uang muka

5. Tindakan resusitasi untuk live saving dapat dilakukan tanpa memerlukan informed concent yang pada
saatnya dapat dihentikan dengan pertimbangan medis atau atas permintaan keluarga yang berhak.

6. Untuk beberapa kasus tertentu, maka diperlukan observasi di IGD untuk menilai kemajuan kondisi
pasien.

7. Pada pasien “death on arrival” (DOA) tidak dilakukan resusitasi kecuali atas permintaan keluarga dan
harus diberi nomor Rekam Medis.

8. IGD menerapkan asesmen awal yang meliputi risiko pasien jatuh dan asesmen nyeri serta
melakukan asesmen ulang terhadap pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau
pengobatan

9. IGD memberikan asuhan medis, asuhan keperawatan dan asuhan nutrisi serta penunjang medis
lainnya sesuai standar yang telah di tetapkan serta di dokumentasikan dalam formulir pencatatan
yang telah ditentukan.

10. Setiap individu yang akan mendapatkan pelayanan di Rumah Sakit harus terdaftar sebagai pasien
dan mendapatkan satu Nomor Rekam Medis yang berlaku seterusnya.

11. Prosedur identifikasi menggunakan NAMA dan TANGGAL LAHIR, disesuaikan dengan tanda pengenal
resmi pasien.

12. Setiap pasien yang masuk rawat inap dipasangkan gelang identitas pasien.
13. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah, sebelum pengambilan
darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan laboratorium klinis, serta sebelum tindakan atau
prosedur dengan menggunakan identitas pasien NAMA, TANGGAL LAHIR, NOMOR REKAM MEDIS

14. Dalam memberikan pelayanan harus selalu menghormati dan melindungi hak-hak pasien termasuk
hak mendapatkan informasi atas kondisinya, hak privasi, perlindungan atas harta benda dan
perlindungan kekerasan

15. Pemeriksaan penunjang dasar rontgen thorak dilakukan sesuai indikasi medis dan atau dengan
ketentuan umur lebih dari 40 tahun.

16. Pemeriksaan penunjang dasar EKG dilakukan sesuai indikasi medis dan atau dengan ketentuan umur
lebih dari 35 tahun.

17. Pelayanan sedasi ringan yang dilaksanakan oleh tenaga medis yang kompeten dan yang prosesnya
didokumentasikan dan terbagi dalam pra induksi dan sedasi , durante sedasi dan paska sedasi
menjadi tanggung jawab masing-masing pelayanan.

18. IGD memberikan informasi apabila akan terjadi penundaan pelayanan atau pengobatan.
19. Informed Consent adalah suatu proses komunikasi yang wajib dilakukan antara dokter dan pasien
atau keluarga atau penanggung jawabnya yang hasilnya berupa kesepakatan atau ketidaksepakatan
tindakan medis yang akan dilakukan dokter terhadap pasien dan dibuktikan dalam bentuk
Penandatanganan formulir Informed Consent secara tertulis.

20. IGD menerapkan satu sistem penanganan keluhan pelanggan dengan pendekatan empati dan
mekanisme tindakan korektif dan pencegahan agar permasalahan yang sama tidak berulang.
21. Setiap tindakan medis yang mempunyai risiko tinggi harus mendapat persetujuan tertulis dari pasien
atau keluarganya atau penanggung jawabnya, kecuali pada kondisi gawat darurat yang mengancam
kehidupannya.

22. Transfer pasien dapat dilakukan apabila kondisi pasien layak atau sesuai kriteria dengan
memastikan keselamatan dan keamanan pasien saat menjalani pelaksanaan transfer yang dilakukan
intra rumah sakit atau antar rumah sakit di dampingi petugas yang berkompeten.

23. Pemindahan pasien dari igd ke ranap juga perlu diperhatikan privasi pasien. Dengan menggunakan
selimut dan melalui jalur khusus.

24. IGD mengupayakan sarana dan prasarana untuk kepentingan komunikasi internal maupun eksternal
serta konsisten dalam melakukan verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan dengan mencatat,
membaca kembali dan mengkonfirmasi ulang terhadap perintah yang diberikan

25. Untuk pasien yang memerlukan ruang perawatan husus tapi ruangan tidak tersedia,igd dan atau
keluarga menghubungi rumah sakit yang tersedia

26. Observasi di IGD dilakukan untuk menstabilkan kondisi pasien ataupun menunggu ruang yang di
butuhkan pasien tersedia

27. Bila pasien dengan kondisi menunggu, di observasi maksimal 6 jam dari pasien masuk IGD,
setelahnya harus diputuskan mau dirawat diruang yg ada atau dirujuk dengan sebelumnya diberikan
informconsent

28. IGD melaksanakan kegiatan serah terima dengan unit pelayanan selanjutnya atas pelayanan yang
diberikan kepada pasien

29. Keputusan pemulangan pasien setelah mendapatkan pelayanan dapat berasal dari dokter
penanggung jawab pasien atau pasien atau keluarga atau penanggung jawab disertai dokumen
riwayat perawatan serta informasi lain yang dianggap perlu

30. Setiap pasien yang memerlukan pemeriksaan diagnostik atau terapi atau spesimen yang tidak
tersedia di Rumah Sakit dapat dilakukan rujukan ke Rumah Sakit lain, termasuk juga bagi pasien yang
memerlukan rujukan rawat inap yang diindikasikan karena penyakitnya.

31. Pelayanan ambulance meliputi pemulangan jenazah, transportasi pasien dengan kegawat daruratan
serta pemulangan, penjemputan dan transfer, didampingi petugas yang berkompeten dengan
standar sarana ambulance yang telah ditentukan.

32. Pelayanan kerohanian dan pelayanan khusus pasien terminal di mungkinkan untuk mendukung hak
pasien untuk mendapatkan pelayanan yang penuh hormat dan kasih sayang pada akhir
kehidupannya.

33. IGD melakukan menejemen pengelolaan dan pengawasan obat – obat high alert yang ada di IGD
34. Ruang IGD bisa diperuntukan untuk ruang perawatan sementara bila terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB)
dalam hal ini bencana alam dan kecelakaan masal.
35. Instalasi Gawat Darurat membentuk tim khusus yang siap bekerja bila terjadi KLB
36. Instalasi Gawat Darurat menetapkan indikator klinis dan manajerial sebagai tolok ukur mutu
pelayanan

Direktur RS Permata,

Dr. Asad , Sp.THT-KL

Anda mungkin juga menyukai