Anda di halaman 1dari 93

ANALISIS PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN KELUARGA

DENGAN HIPERTENSI DI DESA MANUSAK


KECAMATAN KUPANG TIMUR

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

OLEH
HELDAI IWISNI STIMA SABUNA
NIM: 48802819

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA
KUPANG
2020
ANALISIS PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN KELUARGA
DENGAN HIPERTENSI DI DESA MANUSAK
KECAMATAN KUPANG TIMUR

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ners

OLEH
HELDAI IWISNI STIMA SABUNA
NIM: 48802819

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA
KUPANG
2020

ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Heldai Iwisni Stima Sabuna

NIM : 48802819

Tanda Tangan :

Tanggal : 11 September 2020

iii
HALAMAN PERSETUJUAN

KIAN ini diajukan oleh :


Nama : Heldai Iwisni Stima Sabuna
Program Studi : Profesi Ners
Judul KIAN : Analisis Praktek Klinik Keperawatan Keluarga
dengan Hipertensi Di Desa Manusak Kecamatan
Kupang Timur.

Telah disetujui oleh pembimbing dan diterima sebagai bagian persyaratan yang

diperlukan untuk memperoleh gelar Ners pada Program Studi Profesi Ners,

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maranatha Kupang pada tanggal 11 September

2020

Mengetahui

Pembimbing

Ns Irlin Falde, Riti,M.Kes


NIDN : 0813099002

iv
HALAMAN PENGESAHAN

KIAN ini diajukan oleh :


Nama : Heldai Iwisni Stima Sabuna.
Program Studi : Profesi Ners
Judul KIAN : Analisis Praktek Klinik Keperawatan Keluarga
Dengan Hipertensi Di Desa Manusak Kecamatan
Kupang Timur
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners pada
Program Studi Profesi Ners, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maranatha
Kupang pada tanggal September 2020

DEWAN PENGUJI

Ketua Penguji : Ns. Stefanus Mendes Kiik, M.Kep., Sp.Kep.Kom ....................


NIDN.0828058401

Penguji : Ns Irlin Falde, Riti,M.Kes ……………


NIDN : 0813099002

Mengetahui

Ketua Program Studi SI Keperawatan


Ketua STIKes Maranatha Kupang

Ns. Stefanus Mendes Kiik, M.Kep., Sp.Kep.Kom Ns. Ni Made Merlin, S.Kep., M.Kep
NIDN.0828058401 NIDN. 0803099201
 
v
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Rahmat-Nyalah, maka saya dapat menyelesaikan KIAN dengan judul “Analisis

Praktek Klinik Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi Di Desa Manusak

Kecamatan Kupang Timur” dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh karena itu,

penulis mengucapkan limpah terimakasih kepada:

1. Ketua Yayasan Maranatha Kupang, Alfred Selan, atas dukungannya.

2. Ns. Stefanus Mendes Kiik., M.Kep.,Sp.Kep.Kom selaku Ketua STIKes

Maranatha Kupang beserta staf yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas

kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan pada STIKes

Maranatha Kupang.

3. Ns Irlin Falde,Riti,M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah banyak

memberikan masukan, saran, dan motivasi kepada penulis.

4. Ns. Stefanus Mendes Kiik, M.Kep., Sp.Kep.Kom selaku dosen penguji yang telah

memberikan masukan, saran untuk perbaikan penulisan KIAN ini

5. Waket I, II, III STIKes Maranatha Kupang, yang telah memfasilitasi kelancaran

perkuliahan pada program studi Profesi Ners

6. Ni Made Merlin, S.Kep.Ns. M.Kep.,selaku Ketua Program Studi Profesi Ners

STIKes Maranatha Kupang yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas

untuk mengikuti pendidikan pada Program Studi Profesi Ners.

vi
7. Bapak dan Ibu dosen yang mengabdi di STIKes Maranatha Kupang, yang telah

dengan susah payah mengajar, membimbing, serta memotivasi selama menjalani

pendidikan di STIKes Maranatha Kupang.

8. Kepala Desa Manusak Bapak Arthur Ximenes, SH dan Ibu Ketua PKK yang telah

memberikan ijin melakukan Praktik Keperawatan Keluarga dan Komunitas.

9. Kedua orang tua yang saya cintai, Bapak Yesaya E. Sabuna dan Ibu Pitronela

Sabuna/dera. Baik yang tidak pernah berhenti memberikan dukungan moril, doa

dan material dalam setiap perjuangan dan perjalanan hidup.

10. Saudara yang tercinta : Klarita Merukh, Yismaya Sabuna, Sitrai sabuna. Baik

yang senantiasa memberikan dukungan Dan Dan kepada penulis.

11. Teman – teman Profesi NERS angkatan 2019 yang selalu senantiasa memberikan

dukungan kepada penulis.

12. Dan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

KIAN ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan semua pihak yang telah

memberikan bantuan dalam menyelesaikan penyusunan KIAN ini. Penulis menyadari

bahwa KIAN ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala masukan, saran

demi perbaikan penulisan KIAN ini penulis terima dengan senang hati.

Kupang, 11 September 2020

Penulis

vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas Akademik STIKes Maranatha Kupang, saya yang bertanda tangan
dibawah ini :
Nama : Heldai Iwisni Stima Sabuna
Nim : 48802819
Program Studi : Profesi Ners
Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyutujui untuk memberikan kepada
STIKes Maranatha Kupang Hak Bebas Royalti Nonekklusif (Non-Exclusive Royality
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
“Analisis Praktek Klinik Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi Di Desa Manusak
Kecamatan Kupang Timur”
Beserta perangkat yang ada (jika diperhatikan). Dengan hak bebas Royality Non-
Exklusif ini STIKes Maranatha Kupang berhak untuk menyimpan, mengalih
media/mengformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (data based),
merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Di buat di Kupang
Pada Tanggal 11 September 2020
Yang Menyatakan

Heldai Iwisni Stima Sabuna

viii
ABSTRAK

Nama : Heldai Iwisni Stima Sabuna

Program Studi : Profesi Ners

Judul : Analisis Praktek Klinik Keperawatan Keluarga


Dengan Hipertensi Di Desa Manusak Kecamatan Kupang
Timur

Latar Belakang : Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari
140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang.Tujuan : penulisan karya ilmiah akhir ini bertujuan untuk
memberikan gambaran pemberian asuhan keperawatan keluarga pada pasien dengan
penyakit hipertensi. Metode : pendekatan yang digunakan dalam menyelesaikan
masalah keperawatan dengan hipertensi yaitu dengan menggunakan proses
keperawatan yang komprehensif. Berdasarkan pengkajian didapatkan masalah
manajemen kesehatan keluarga tidak efektif. Intervensi keperawatan secara lima
TUK, dengan pemberian terapi Terapi nonfarmakologi mengguakana air hangat Hasil
: pemberian terapi nonfarmakologi air hangat yang diberikan kepada keluarga pasien
yang mengalami hipertensi menunjukan bahwa ada penurunan tekanan darah.
Kesimpulan dan Rekomendasi :pemberian intervensi air hangat ini dapat
menurunkan tekanan darah, rekomendasi hasil karya ilmiah ini adalah pemberian
terapi menggunakan air hangat dijadikan sebagai terapi untuk mengatasi hipertensi.

Kata Kunci : Hipertensi, keluarga,Terapi Rendam Kaki air Hangat.

ix
ABSTRACT

Nama : Heldai Iwisni Stima Sabuna

Study Program : Profession Nurses

Title : Family Nursing Clinical Practice Analysis

With Hypertension in Manusak Village, East Kupang District

Background: Hypertension is an increase in systolic blood pressure of more than 140


mmHg and diastolic blood pressure of more than 90 mmHg at two measurements
with an interval of five minutes in a state of rest / calm. Purpose: the writing of this
final scientific paper aims to provide an overview of the provision of care family
nursing in patients with hypertension. Methods: the approach used in solving nursing
problems with hypertension is by using a comprehensive nursing process. Based on
the assessment, it was found that the problem of family health management was
ineffective. Nursing intervention by five TUK, with the provision of non-
pharmacological therapy using warm water Results: the provision of non-
pharmacological warm water therapy given to the family of patients with
hypertension showed that there was a decrease in blood pressure. Conclusions and
Recommendations: giving warm water intervention can lower blood pressure, the
recommendation of this scientific paper is that therapy using warm water is used as a
therapy to treat hypertension.

Keywords: Hypertension, family, Warm Water Foot Soak Therapy.

x
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN ........................................................................ i


HALAMAN SAMPUL DALAM ...................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS............................................... iii
LEMBARAN PERSETUJUAN.......................................................................... iv
LEMBARAN PENGESAHAN........................................................................... v
KATA PENGANTAR........................................................................................ vi
ABSTRAK.......................................................................................................... x
ABSTRACT........................................................................................................ xi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii
DAFTTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xv
1. BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1................................................................................................................ Latar
belakang ............................................................................................... 1
1.2................................................................................................................ Tujuan
............................................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum .......................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus ......................................................................... 4
1.3................................................................................................................
Manfaat ................................................................................................ 5
2. BAB II TINJAUAN TEORI ..................................................................... 7
2.1............................................................................................................
Konsep Hipertensi............................................................................. 7
2.1.1. Pengertian hipertensi ........................................................... 7
2.1.2. Klasifikasi hipertensi ............................................................ 8
2.1.3. Etiologi hipertensi................................................................. 9
2.1.4. Patofisiologi hipertensi.......................................................... 12
2.1.5. Komplikasi hipertensi........................................................... 14
2.1.6. Penatalaksanaan hipertensi.................................................... 15
2.2............................................................................................................Konsep
asuhan keperawatan ......................................................................... 18
2.2.1 Pengkajian keperawatan....................................................... 18
2.2.2 Diagnosa keperawatan.......................................................... 23
2.2.3 Intervensi keperawatan......................................................... 24
2.2.4 implementasi........................................................................ 25
2.2.5 evaluasi................................................................................. 27
2.3............................................................................................................Konsep
dasar keluarga.................................................................................... 28
2.3.1 Pengertian dan konsep dasar keluarga................................... 28

xi
2.3.2 Tipe keluarga.......................................................................... 28
2.3.3 Jenis struktur keluarga............................................................ 31
2.3.4 Fungsi keluarga...................................................................... 35
2.3.5 Tahap dan perkembangan keluarga........................................ 37
2.3.6 Tugas perkembangan keluarga............................................... 47

2.4............................................................................................................
Konsep evidence based nursing yang diterapkan............................. 48
2.4.1 Pengertian rendam kaki air hangat....................................... 48
2.4.2 Manfaat rendam kaki air hangat........................................... 50
3. BAB III LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA............................. 54
3.1............................................................................................................
Pengkajian Keperawatan................................................................... 54
3.2............................................................................................................
Diagnosa Keperawatan ..................................................................... 58
3.3............................................................................................................
Intervensi Keperawatan .................................................................... 60
3.4............................................................................................................
Implementasi Keperawatan .............................................................. 61
3.5............................................................................................................
Evaluasi Keperawatan ...................................................................... 62
4. BAB IV ANALISA SITUASI ................................................................... 64
4.1. Profil Lahan Praktik......................................................................... 64
4.2. Analisa Masalah Keperawatan......................................................... 66
4.3. Analisis intervensi............................................................................ 67
4.4. Alternatif pemecahan masalah......................................................... 70
5. BAB V PENUTUP ...................................................................................... 72
5.1. Kesimpulan..................................................................................... 72
5.2. Saran.............................................................................................. 73
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 75

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah pada orang dewasa............................... 8


Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah............................................................... 8
Tabel 2.2.3 Intervensi keperawatan...................................................................24

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1:SAP Terapi rendam kaki


Lampiran 2: Leaflet Terapi rendam kaki untuk pasien hipertensi
Lampiran 3: SOP Terapi rendam kaki Menggunakan air Hangat
Lampiran 4: Dokumentasi.
Lampiran 5: Lembaran Konsultasi

xiv
xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg

dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran

dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.

Peningkatan tekanan darah dengan jangka waktu yang lama dapat menimbulkan

kerusakan pada ginjal, jantung dan otak apabila tidak dilakukan pengobatan

secara dini (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017).

Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar

1,13 Miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia

terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap

tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena

hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat

hipertensi dan komplikasinya.

Menurut data Sample Registration System (SRS) Indonesia tahun 2014,

Hipertensi dengan komplikasi (5,3%) merupakan penyebab kematian nomor 5

(lima) pada semua umur. Sedangkan berdasarkan data International Health

Metrics Monitoring and Evaluation (IHME) tahun 2017 di Indonesia, penyebab

kematian pada peringkat pertama disebabkan oleh Stroke, diikuti dengan

1
2

Penyakit Jantung Iskemik, Diabetes, Tuberkulosa, Sirosis , diare, PPOK,

Alzheimer, Infeksi saluran napas bawah dan Gangguan neonatal serta kecelakaan

lalu lintas.

Berdasarkan laporan Riskesdas 2018 prevalensi hipertensi di NTT

berdasarkan diagnosis adalah 8,4%, selanjutnya prevalensi hipertensi

berdasarkan diagnosis atau minum obat sebesar 8,8%. Data hipertensi di NTT

berdasarkan hasil Riskesdas 2018 yaitu prevalensi hipertensi berdasarkan hasil

pengukuran pada penduduk usia 18 tahun di NTT adalah lebih dari 22,8%,

diketahui bahwa sebesar lebih dari 5,5% terdiagnosis hipertensi dan lebih dari

4,7% orang yang terdiagnosis hipertensi atau minum obat (Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan, 2018). Berdasarkan laporan profil kesehatan Kota

Kupang 2015 yang dibuat Dinas Kesehatan Kota Kupang angka kejadian

hipertensi di Kota Kupang pada tahun 2015 tercatat sebanyak 13.111 (8,7%).

Angka ini kemudian meningkat pada tahun 2016 14.535 (8,8%). Kejadian

hipertensi di Kota Kupang kemudian terus meningkat pada tahun 2017 yakni

sebanyak 21.856 kasus (9,9%) hingga pada tahun 2018 data kasus hipertensi

menjadi 19.353 kasus (11,1%). Di Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun

2016 hipertensi berada diurutan ke 4 dari data 10 penyakit utama terbesar

sekitar 76.130%. Sementara di kota kupang Dinas Kesehatan (2018) mencatat

pada tahun 2017 hipertensi berada di urutan 3 dari data 10 penyakit utama

terbesar sebesar 8,8% dari total populasi.


3

Berdasarkan Musyawarah Masyarakat Desa III yang dilakukan oleh

mahasiswa NERS Stikes Maranatha di Desa Manusak, Kecamatan Kupang

Timur,Kabupaten Kupang (2020) didapatkan orang dengan Hipertensi sebanyak

103 orang.

Sesuai dengan kasus yang penulis dapat di desa manusak dusun II pada

salah 1 keluarga binaan yaitu keluarga Tn H.G dengan masalah Hipertensi.

Pasien berusia 65 tahun dengan riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu, tipe

kelurga tari Tn H.G yaitu keluarga inti yang terdiri dari Ayah Ibu dan juga anak

dan keluarga sangat mendukung dalam kesembuhan Tn. H.G, tetapi tidak

memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan baik dan tidak mengkonsumsi obat

secara teratur

Pada prinsipnya ada dua macam terapi yang bisa dilakukan untuk

mengobati penyakit hipertensi, yaitu terapi farmakologi dengan menggunakan

obat, dan terapi nonfarmakologi, yaitu dengan modifikasi pola hidup sehari-hari

dan kembali ke produk alami yaitu dengan mengacu pada bahan lokal yang

banyak terdapat di masyarakat salah satunya adalah dengan rendaman air hangat

yang bertemperatur 39- 40°C. Secara ilmiah air hangat mempunyai dampak

fisiologis bagi tubuh, pertama berdampak pada pembuluh darah dimana

hangatnya air membuat sirkulasi darah menjadi lancar, menstabilkan aliran darah

dan kerja jantung serta faktor pembebanan didalam air yang akan menguatkan

otot-otot dan ligament yang mempengaruhi sendi tubuh (Lalage, 2015).


4

Cara kerja air hangat dalam menurunkan tekanan darah yaitu dengan

adanya peningkatan sel dan memperluas/melebarkan pembuluh darah sehingga

aliran darah keseluruh tubuh menjadi tidak terhambat. Dari hasil penelitian yang

dilakukan oleh Hardianti Intan, dkk tahun 2018 tentang Manfaat metode

perendaman dengan air hangat dalam menurunkan tekanan darah pada penderita

hipertensi, bahwa manfaat dari terapi air hangat dapat menurunkan tekanan

darah, dijelaskan melalui teori konduksi yaitu terjadi perpindahan panas dari

hangat kedalam tubuh sehingga dapat menyebabkan pelebaran pembuluh darah

dan penurunan otot-otot yang tegang, kemudian mempengaruhi baroreseptor

yang ada pada arteri maupun arkus aorta lalu akan disampaikan melalui serabut

saraf kepada otak sehingga akan merangsang tekanan sistol lalu terjadi tekanan

otot ventrikel dan kotraksi otot ventrikel. Sehingga penulis menggunakan terapi

rendam kaki air hangat pada anggota keluarga dengan hipertensi dalam

membantu menurunkan tekanan darah.

Berdasarkan data diatas maka penulis mengangkat judul tentang “Analisis

Praktek Klinik Keperawatan KeluargaDengan Hipertensi Di Desa Manusak

Kecamatan Kupang Timur”

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan Umum dari penulisan ini adalah untuk menganalisis

asuhan keperawatan pada pasien hipertensi dengan memberikan terapi


5

rendam kaki air hangat sebagai tindakan yang diaplikasikan untuk

menurunkan tekanan darah di Desa Manusak.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mampu memahami konsep teori hipertensi : definisi, etiologi,

klasifikasi, patofisiologi, tanda dan gejala, komplikasi,

penatalaksanaan Non Farmakologi.

2. Mampu melakukan asuhan keperawatan teori dengan hipertensi :

pengkajian, diagnosa keperawatan intervensi, implementasi dan

evaluasi.

3. Mampu melakukan studi kasus pada keluarga dengan masalah

hipertensi didesa Manusak.

4. Mampu menerapkan salah satu intervensi dari jurnal terkat dalam

keluarga dengan pemberian terapi rendam kaki menggunakan air

hangat pada penderita hipertensi didesa Manusak.

5. Mampu menganalis hasil dari penerapan intervensi pemberian

terapi rendam kaki menggunakan air hangat pada penderita

hipertensi didesa manusak.

1.3 Manfaat

1.3.1. Manfaat Teoritis

Diharapkan agar Karya Ilmiah Akhir NERS ini dapat

membantu memberikan tambahan informasi tentang tindakan yang


6

dilakukan pada pasien hipertensi dengan diagnosa keperawatan

keluarga Manfaat Praktis

1.3.2. Manfaat Praktis

1. Bagi mahasiswa

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pembelajaran,

kusunya bagi mahasiswa-mahasiswi kesehatan STIKes Maranatha

Kupang sehingga dapat diaplikasikan di masyarakat

2. Bagi lahan Praktek

Dapat dijadikan sebagai acuan dan sebagai masukan dalam

memberikan promosi kesehatan terkait penatalaksanaan di

masyarakat terkususnya di Desa Manusak agar penderita

hipertensi tidak mengalami komplikasi atau kematian.

3. Bagi institusi pendidikan

hasil penulisan ini dapat memberi informasi untuk STIKes

Maranatha Kupang dan bahan untuk dikembangkan dalam ilmu

keperawatan terkhususnya terapi rendam kaki air hangat, dalam

mengatasi diagnosa keperawatan manajemen kesehatan keluarga

tidak efektif pada pasien hipertensi dalam keluarga.

4. Profesi keperawatan

Diharapkan hasil penulisan ini dapat memberikan informasi dan

menambah wacana bagi profesi keperawatan dalam memberikan

asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi.


7
8

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Hipertensi

2.1.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140

mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali

pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup

istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah dengan jangka waktu yang

lama dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal, jantung dan otak apabila

tidak dilakukan pengobatan secara dini (Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 2017).

Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan

peningkatan tekanan darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari

140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (WHO,

2013; Ferri, 2017).

Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan

tekanan darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka

morbiditas maupun mortalitas, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg

menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase

diastolik 90 mmHg menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung

(Triyanto, 2014).

8
9

2.1.2 Klasifikasi Hipertensi

Menurut (WHO, 2018) batas normal tekanan darah adalah tekanan

darah sistolik kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik kurang

dari 80 mmHg. Seseorang yang dikatakan hipertensi bila tekanan darah

sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.

Table 2.1.2

Klasifikasi Tekanan Darah pada Orang Dewasa Sebagai

Patokan dan Diagnosis Hipertensi (mmHg)

Kategori Tekanan darah Kategori

Normal < 120 mmHg <80 mmHg

Prehipertensi 120-129 mmHg <80 mmHg

Hipertensi stage I 130-139 mmHg 80-89 mmHg

Hipertensi stage II ≥ 140 mmHg ≥ 90 mmHg

(Sumber : American Heart Association, Hypertension Highlights 2018 :

Guideline For The Prevention, Detection, Evaluation And Management Of

High Blood Pressure In Adults 2013).

Tabel 2.1.2 Klasifikasi Tekanan Darah

Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik


Klasifikasi Tekanan Darah
WHO-ISH ESH-ESC WHO-ISH ESH-ESC

Optimal <120 <120 <80 <80

Normal <130 120-129 <85 80-84


10

Tinggi-Normal 130-139 130-139 85-89 85-89

Hipertensi kelas 1 (ringan) 140-159 140-159 90-99 90-99

Cabang: perbatasan 140-149 90-94

Hipertensi kelas 2 (sedang) 160-179 160-179 100-109 100-109

Hipertensi kelas 3 (berat) ≥180 ≥180 ≥110 ≥110

hipertensi sistolik terisolasi ≥140 ≥180 <90 <90

Cabang: perbatasan 140-149 <90

(Setiati, 2015; Bope & Kellerman, 2017)

2.1.3 Etiologi

Penyebab hipertensi sesuai dengan tipe masing-masing hipertensi, yaitu :

1. Etiologi

Menurut Smeltzer (2013), berdasarkan penyebab terjadinya,

hipertensi terbagi atas dua bagian, yaitu :

a. Hipertensi Primer (Esensial)

Jenis hipertensi primer sering terjadi pada populasi dewasa antara

90% - 95%. Hipertensi primer, tidak memiliki penyebab klinis

yang dapat diidentifikasi, dan juga kemungkinan kondisi ini

bersifat multifaktor (Smeltzer, 2013). Hipertensi primer tidak bisa

disembuhkan, akan tetapi bisa dikontrol dengan terapi yang tepat.

Dalam hal ini, faktor genetik mungkin berperan penting untuk

pengembangan hipertensi primer dan bentuk tekanan darah tinggi


11

yang cenderung berkembang secara bertahap selama bertahun-

tahun (Bell, Twiggs, & Olin, 2015).

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder memiliki ciri dengan peningkatan tekanan

darah dan disertai penyebab yang spesifik, seperti penyempitan

arteri renalis, kehamilan, medikasi tertentu, dan penyebab lainnya.

Hipertensi sekunder juga bisa bersifat menjadi akut, yang

menandakan bahwa adanya perubahan pada curah jantung

(Ignatavicius, Workman, & Rebar, 2017).Faktor resiko

2. Faktor resiko yang bisa dirubah

a. Usia

Faktor usia merupakan salah satu faktor resiko yang berpengaruh

terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya usia maka

semakin tinggi pula resiko mendapatkan hipertensi. Insiden

hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya usia, hal ini

disebabkan oleh perubahan alamiah dalam tubuh yang

mempengaruhi pembuluh darah, hormon serta jantung(Triyanto,

2014).

b. Lingkungan (stres)

Faktor lingkungan seperti stress juga memiliki pengaruh terhadap

hipertensi. Hubungan antara stress dengan hipertensi melalui saraf

simpatis, dengan adanya peningkatan aktivitas saraf simpatis akan


12

meningkatkan tekanan darah secara intermitten (Triyanto, 2014).

c. Obesitas

Faktor lain yang dapat menyebabkan hipertensi adalah kegemukan

atau obesitas. Perenderita obesitas dengan hipertensi memiliki

daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah yang lebih tinggi

jika dibandingkan dengan penderita yang memiliki berat badan

normal (Triyanto, 2014)

d. Rokok

Kandungan rokok yaitu nikotin dapat menstimulus pelepasan

katekolamin. Katekolamin yang mengalami peningkatan dapat

menyebabkan peningkatan denyut jantung, iritabilitas miokardial

serta terjadi vasokontriksi yang dapat meningkatkan tekanan darah

(Ardiansyah, 2012).

e. Kopi

Substansi yang terkandung dalam kopi adalah kafein. Kafein

sebagai anti-adenosine (adenosine berperan untuk mengurangi

kontraksi otot jantung dan relaksasi pembuluh darah sehingga

menyebabkan tekanan darah turun dan memberikan efek rileks)

menghambat reseptor untuk berikatan dengan adenosine sehingga

menstimulus sistem saraf simpatis dan menyebabkan pembuluh

darah mengalami konstriksi disusul dengan terjadinya peningkatan

tekanan darah (Blush, 2014).


13

3. Faktor resiko yang tidak bisa dirubah

a. Genetik

Faktor genetik ternyata juga memiliki peran terhadap angka

kejadian hipertensi. Penderita hipertensi esensial sekitar 70-80 %

lebih banyak pada kembar monozigot (satu telur) dari pada

heterozigot (beda telur). Riwayat keluarga yang menderita

hipertensi juga menjadi pemicu seseorang menderita hipertensi,

oleh sebab itu hipertensi disebut penyakit turunan (Triyanto,

2014).

b. Ras

Orang berkulit hitam memiliki resiko yang lebih besar untuk

menderita hipertensi primer ketika predisposisi kadar renin plasma

yang rendah mengurangi kemampuan ginjal untuk

mengekskresikan kadar natrium yang berlebih (Kowalak, Weish,

& Mayer, 2011).

2.1.4 Patofisiologi

Tekanan darah arteri sistemik merupakan hasil perkalian total

resistensi/ tahanan perifer dengan curah jantung (cardiac output). Hasil

Cardiac Output didapatkan melalui perkalian antara stroke volume

(volume darah yang dipompa dari ventrikel jantung) dengan hearth rate

(denyut jantung). Sistem otonom dan sirkulasi hormonal berfungsi untuk

mempertahankan pengaturan tahanan perifer. Hipertensi merupakan suatu


14

abnormalitas dari kedua faktor tersebut yang ditandai dengan adanya

peningkatan curah jantung dan resistensi perifer yang juga meningkat

(Kowalak, 2011; Ardiansyah, 2012).

Berbagai teori yang menjelaskan tentang terjadinya hipertensi,

teori-teori tersebut antara lain (Kowalak, 2011):

1. Perubahan yang terjadi pada bantalan dinding pembuluh darah arteri

yang mengakibatkan retensi perifer meningkat.

2. Terjadi peningkatan tonus pada sistem saraf simpatik yang abnormal

dan berasal dalam pusat vasomotor, dapat mengakibatkan

peningkatan retensi perifer.

3. Bertambahnya volume darah yang disebabkan oleh disfungsi renal

atau hormonal.

4. Peningkatan penebalan dinding arteriol akibat faktor genetik yang

disebabkan oleh retensi vaskuler perifer.

5. Pelepasan renin yang abnormal sehingga membentuk angiotensin II

yang menimbulkan konstriksi arteriol dan meningkatkan volume

darah.

Sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon

rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan

tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin,

yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol

dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor


15

pembuluh darah (Padila, 2013). Perubahan struktural dan fungsional

meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan

kemampuan relaksasi otot polos pembuluh darah akan menurunkan

kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah, sehingga

menurunkan kemampuan aorta dan arteri besar dalam mengakomodasi

volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),

mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer

(Saferi & Mariza, 2013).

2.1.5 Komplikasi

Tekanan darah tinggi bila tidak segera diobati atau ditanggulangi,

dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan ateri didalam tubuh

sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi

yang dapat terjadi pada penderita hipertensi (Aspiani, 2014) yaitu :

1. Stroke terjadi akibat hemoragi disebabkan oleh tekanan darah tinggi

di otak dan akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak

yang terpajan tekanan darah tinggi.

2. Infark miokard dapat terjadi bila arteri koroner yang arterosklerotik

tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium dan apabila

membentuk 12 trombus yang bisa memperlambat aliran darah

melewati pembuluh darah. Hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel,

kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi dan dapat

terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Sedangkan


16

hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran

listrik melintasi ventrikel terjadilah disritmia, hipoksia jantung, dan

peningkatan resiko pembentukan bekuan.

3. Gagal jantung dapat disebabkan oleh peningkatan darah tinggi.

Penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot

jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, disebut

dekompensasi. Akibatnya jantung tidak mampu lagi memompa,

banyak cairan tertahan diparu yang dapat menyebabkan sesak nafas

(eudema) kondisi ini disebut gagal jantung.

4. Ginjal tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kerusakan ginjal.

Merusak sistem penyaringan dalam ginjal akibat ginjal tidak dapat

membuat zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui

aliran darah dan terjadi penumpukan dalam tubuh.

2.1.6 Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Farmakologi

Penatalaksanaan farmakologi menurut Saferi & Mariza (2013)

merupakan penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain :

a. Diuretik (Hidroklorotiazid)

Diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan berlebih dalam

tubuh sehingga daya pompa jantung menjadi lebih ringan.

b. Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin)


17

Obat-obatan jenis penghambat simpatetik berfungsi untuk

menghambat aktifitas saraf simpatis.

c. Betabloker (Metoprolol, Propanolol dan Atenolol)

Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk menurunkan daya

pompa jantung, dengan kontraindikasi pada penderita yang

mengalami gangguan pernafasan seperti asma bronkial.

d. Vasodilator (Prasosin, Hidralasin)

Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh darah dengan

relaksasi otot polos pembuluh darah.

e. Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor (Captopril)

Fungsi utama adalah untuk menghambat pembentukan zat

angiotensin II dengan efek samping penderita hipertensi akan

mengalami batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.

f. Penghambat Reseptor Angiotensin II (Valsartan)

Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika obat-obatan jenis

penghambat reseptor angiotensin II diberikan karena akan

menghalangi penempelan zat angiotensin II pada reseptor.

Antagonis Kalsium (Diltiasem dan Verapamil) Kontraksi jantung

(kontraktilitas) akan terhambat.

2. Penatalaksanaan Nonfarmakologis

Menurut beberapa ahli, pengobatan nonfarmakolgis sama

pentingnya dengan pengobatan farmakologis, terutama pada


18

pengobatan hipertensi derajat I, jika obat antihipertensi diperlukan,

pengobatan nonfarmakologis dapat dipakai sebagai pelegkap untuk

mendapatkan hasil pengobatan yang lebih baik. (Sitti Roadhah, 2012).

1. Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih. Peningkatan

berat badan di usia dewasa sangat berpengaruh terhadap tekanan

darah. Oleh karena itu, manajemen berat badan sangat penting

dalam prevensi dan kontrol hipertensi.

2. Meningkatkan aktifitas fisik. Orang yang aktifitasnya rendah

berisiko terkena hipertensi 30-50% daripada yang aktif. Oleh

karena itu, aktifitas fisik selama 30-45 menit sebanyak > 3x / hari

penting sebagai pencegahan primer dari hipertensi.

3. Mengurangi asupan natrium. Apabila diet tidak membantu selama

dalam 6 bulan, maka perlu pemberian obat anti hipertensi oleh

dokter.

4. Berhenti Merokok dan Hindari Konsumsi Alkohol Berlebih.

Nikotin dalam tembakau adalah penyebab meningkatnya tekanan

darah. Nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah di dalam

paru-paru dan diedarkan ke aliran darah. dalam beberapa detik

nikotin mencapai ke otak. Otak bereaksi kepada nikotin dengan

memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin

(adrenalin), sehingga dengan pelepasan hormon ini akan

menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk


19

bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Demikian

juga dengan alkohol, semakin banyak menkonsumsi alkohol maka

semakin tinggi tekanan darah, sehingga peluang terkena hipertensi

semakin tinggi. Alkohol dalam darah merangsang pelepasan

epinefrin (adrenalin dan hormon-hormon lain yang membuat

pembuluh darah menyempit atau menyebabkan penumpukan lebih

banyak natrium dan air.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam

praktek keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga pada

tatanan komunitas dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman

pada standar keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab

keperawatan (WHO, 2014).

Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian yang diberikan

melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan

untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan, yaitu sebagai berikut

(Heniwati, 2008):

2.2.1 Pengkajian keperawatan

Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan

keperawatan, agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai

dengan keadaan keluarga.Sumber informasi dari tahapan pengkaajian


20

dapat menggunakan metode wawancara keluarga, observasi fasilitas

rumah, pemeriksaan fisik pada anggota keluarga dan data sekunder.

Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :

1. Data Umum

Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi

a. Nama kepala keluarga

b. Alamat dan telepon

c. Pekerjaan kepala keluarga

d. Pendidikan kepala keluarga

e. Komposisi keluarga dan genogram

f. Tipe keluarga

g. Suku bangsa

h. Agama

i. Status sosial ekonomi keluarga

j. Aktifitas rekreasi keluarga

2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :

a. Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak

tertua dari keluarga inti.

b. Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan

mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh

keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut

belum terpenuhi.
21

c. Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat

kesehatan pada keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit

keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga,

perhatian terhadap pencegahan penyakit, sumber pelayanan

kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta

pengalamanpengalaman terhadap pelayanan kesehatan.

d. Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai

riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.

3. Pengkajian Lingkungan

a. Karakteristik rumah

b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW

c. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

d. Sistem pendukung keluarga

4. Struktur keluarga

a. Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara

berkomunikasi antar anggota keluarga.

b. Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga

mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah

perilaku.

c. Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing

anggota keluarga baik secara formal maupun informal.


22

d. Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai

dan norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan

dengaan kesehatan.

5. Fungsi keluarga :

a. Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota

keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga,

dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lain, bagaimana

kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana

keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.

b. Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi

atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga

belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.

c. Fungsi perawatan kesehatan, yaitu meenjelaskan sejauh mana

keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlu dukungan

serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana

pengetahuan keluarga mengenal sehat sakit. Kesanggupan

keluarga dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat

dilihat dari kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas

kesehatan keluarga, yaitu mampu mengenal masalah

kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan,

melakukan perawatan kesehatan pada anggota keluarga yang

sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatan


23

kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas

kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.

d. Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah

sejauh mana kemampuan keluarga dalam mengenal,

mengambil keputusan dalam tindakan, merawat anggota

keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang

mendukung kesehatan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan yang ada.

6. Stres dan koping keluarga

a. Stressor jaangka pendek dan panjang

1) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami

keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu

kurang dari 5 bulan.

2) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami

keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu

lebih dari 6 bulan.

b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor

c. Koping yang digunakan keluarga bila menghadapi

permasalahan.

d. Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila menghadapi

permasalah
24

7. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggotaa

keluarga.Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak

berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik. Harapan keluarga

yang dilakukan pada akhir pengkajian, menanyakan harapan

keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.

2.2.2 Diagnosa keperawatan

1. Defisit pengetahuan d.d kurang terpaparnya informasi

2. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif d.d kompleksitivitas

program
25

2.2.3 Intervensi

Tabel 2.2.3 intervensi keperawatan

No Diagnosa Kode Luaran Kode Intervensi Kode


1. Defisit D.0111 Tingkat pengetahuan L.12111 Edukasi kesehatan I.12383
pengetahuan Ekspektasi Meningkat Tindakan :
d.d kurang 1) Pertanyaan tentang Observasi :
terpaparnya masalah yang  Identifikasi kesiapan dan
informasih dihadapi cukup kemampuan menerima
Adalah meningkat(2) informasih
ketiadaan atau 2) Perilaku sesuai  Identifikasi factor-faktor
kurang dengan anjuran yang dapat meningkatkan
informasih cukup dan menurunkan motivasi
kognitif yang meningkat(4) prilaku hidup bersih dan
berkaitan 3) Kemampuan sehat.
dengan topik. menjelaskan Teraupetik
pengetahuan  Sediakan materi dan
tentang hipertensi media pendidikan
sedang(3) kesehatan
4) Perilaku sesuai  Beri kesempatan untuk
dengan bertanya
pengetahuan Edukasi
sedang (3).  Jelaskan factor risiko
yang dapat
mempengaruhi kesehatan
 Ajarkan prilaku hidup
bersih dan sehat.
2. Manajemen D.0115 Manajemen kesehatan L.12105 Terapi keluarga I.09322
kesehatan keluarga Tindakan:
keluarga tidak Ekspektasi meningkat Observasi
efektif d.d 1. Kemampuan  Identifikasi riwayat
kompleksitivita menjelaskan kesehatan keluarga
s program masalah kesehatan  Identifikasi cara
perawatan atau yang dialami keluarga memecahkan
pengobatan sedang(3) masalah
Adalah pola 2. Tindakan untuk  Identifikasi pola
penanganan mengurangi factor komunikasih keluarga
masalah risiko cukup  Identifikasih kekuatan
kesehatan meningkat(4) atau sumber daya
dalam keluarga 3. Verbalisasi keluarga
tidak kesulitan Teraupeutik
memuaskan menjalankan  Fasilitasi diskusi
untuk perawatan yang keluarga
memulihkan ditetapkan cukup  Fasilitasi strategi
kondisi meningkat (2) menurun stress
kesehatan  Diskusi rencana terapi
anggota dengan keluarga
keluarga.
 Diskusi cara
26

membudayakan prilaku
baru
Edukasi
 Edukasi berkomunikasih
lebih efektif
 Anjurkan anggota
memprioritaskan dan
memilih masalh keluarga
 Anjurkan mengubah cara
berhungan dengan
anggota keluarga lain.

2.2.4 Implementasi

Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga

berdasarkan perencanaan mengenai diagnosis yang telah dibuat

sebelumnya. Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup lima

tugas kesehatan keluarga menurut Friedman, 2017), yaitu:

1. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai

masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan

informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang

kesehatan dan mendorong sikap emosi yang sehat terhadap

masalah.

2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang

tepat dengan cara mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan

tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki

keluarga, mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan.


27

3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga

yang sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan,

menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah, mengawasi

keluarga melakukan perawatan.

4. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat

lingkungan menjadi sehat, dengan cara menemukan sumber-

sumber yang dapat digunakan keluarga, melakukan perubahan

lingkungan dengan seoptimal mungkin.

5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan

yang ada dengan cara memperkenalkan fasilitas kesehatan yang

ada di lingkungan keluarga dan membantu keluarga

menggunakan fasilitas kesehatan.

Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah

disusun.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan

keperawatan terhadap keluarga yaitu sumber daya keluarga, tingkat

pendidikan keluarga, adat istiadat yang berlaku, respon dan

penerimaan keluarga dan sarana dan prasarana yang ada pada

keluarga.
28

2.2.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan komponen terakhir dari proses

keperawatan. Evaluasi merupakan upaya untuk menentukan apakah

seluruh proses sudah berjalan dengan baik atau belum.

Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil

implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk

melihat keberhasilannya.Kerangka kerja evaluasi sudah terkandung

dalam rencana perawatan jika secara jelas telah digambarkan tujuan

perilaku yang spesifik maka hal ini dapat berfungsi sebagai kriteria

evaluasi bagi tingkat aktivitas yang telah dicapai Evaluasi disusun

dengan menggunakan SOAP secara operasional.

Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif.

Evaluasi formatif dilakukan selama proses asuhan keperawatan,

sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir. (Friedman,2017).

Evaluasi disusun menggunakan SOAP, (Suprajitno,2013) :

1. S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan

secara subyektif oleh keluarga setelah diberikan

implementasi keperawatan.

2. O : Keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh

perawat menggunakan pengamatan yang obyektif.

3. A : Merupakan analisis perawat setelah mengetahui

respon subyektif dan obyektif.


29

4. P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan

analisis

2.3 Konsep Dasar Keluarga

2.3.1 Pengertian Konsep Dasar Keluarga

Menurut Duvall dalam (Harmoko, 2012) konsep keluarga

merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan

perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan

mempertahankan budaya yang umum: meningkatkan perkembangan

fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota.Keluarga

merupakan aspek terpenting dalam unit terkecil dalam masyarakat,

penerima asuhan, kesehatan anggota keluarga dan kualitas kehidupan

keluarga saling berhubungan, dan menempati posisi antara individu dan

masyarakat (Harmoko, 2012)

2.3.2 Tipe Keluarga

Tipe keluarga menurut Harmoko (2012) yaitu sebagai berikut :

1. NuclearFamily

Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang

tinggal dalam satu rumah di tetapkan oleh sanksi-sanksi legal

dalam suatu ikatan perkawinan, satu/ keduanya dapat bekerja di

laur rumah.
30

2. ExtendedFamily

Keluarga inti ditambahkan dengan sanak saudara,

misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman,

bibi, dan sebagainya.

3. ReconstitudNuclear

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan

kembali suami/istri, tinggal dalam pembentuan satu rumah

dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama

maupun hasil dari perkawinan baru.Satu atau keduanya dapat

bekerja di luar rumah.

4. MiddleAge/AgingCouple

Suami sebagai pencari uang.Istri di rumah/ kedua-duanya

bekerja di rumah, anak-anak sudah meningglakan rumah karena

sekolah/ perkawinan/meniti karier.

5. Dyadic Nuclear

Suami istri yang sudah berumur da tidak mempunyai

anak, keduanya/slah satu bekerja di rumah.

6. Single Parent

Satu orang tua sebagai akibat perceraian/kematian

pasangannya dan anak- anaknya dapat tinggal di rumah/ di luar

rumah.
31

7. DualCarier

Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.

8. CommuterMarried

Suami istri/ keduanya orang karier dan tinggal terpisah

pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-

waktu tertentu.

9. Single Adult

Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak

adanya keinginan untuk menikah.

10. Three Generation

 Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.

11. Comunal

Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang

monogami dengan anak- anaknya dan bersama-sama dalam

penyediaan fasilitas.

12. GroupMarriage

Satu perumahan terdiri atas orangtua dan keturunannya di

dalam satu kesatuan keluarga dan tiap indivisu adalah menikah

dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
32

13. Unmarried paret andchild

Ibu dan aak dmana perkawinan tidak dikehendaki, anakya

di adopsi.

14. Cohibing Cauple

Dua orang/ satu pasangan yang tinggal bersama tanpa

pernikahan. (Harmoko, hal 23; 2012)

2.3.3 Jenis struktur keluarga

Menurut Dion (2013) struktur keluarga umumnya yang ada di

NTT atau Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan jalur hubungan darah

a. Patrilineal

Yang dimaksud dengan struktur patrilinear adalah

keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam

beberapa generasi, di mana hubungan itu disusun berdasarkan

garis keturunan Ayah.

b. Matrilineal

Yang dimaksudkan dengan struktur matrilineal adalah

keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi di mana hubungan itu di susun melalui gars

keturunan Ibu.

2. Berdasarkan keberadaan tempat tinggal

a. Matrilokal
33

Merupakan pasangan suami istriyang mana setelah

menikah dan tinggal bersama keluarga sedarah istri.

b. Patrilokal

Merupakan sepasang suami istri yang tinggal bersama

keluarga sedarah suami.

3. Berdasarkan pribadi pengambilan keputusan

Keputusan meruapakan peran yang harus dilakukan oleh suami

dan atau istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, namun

selamanya pengambilan keputusan dilaksanakan bersama-sama.

Berikut adalah pembagian struktur berdasarkan siapa yang

mengambil keputusan, adalah sebagai berikut :

1. Patriakal:

Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami.

Pengambilan keputusan bagi keluarga menganut struktur

patriakal memang didasarkan pada peran ayah yang mengetuk

pali persetujuan, namun dalam menentukan keputusan tersebut

seharusnya melibatkan ibu sebagai orang yang

mempertimbangkan.

2. Matriakal:

Dominasi pengambilan keputusan ada pihak istri. Dalam

struktur matriakal, peran istri adalah sebagai pengambulan

keputusan.Namun seharusnya perlu melibatkan suami dalam


34

mempertimbangkan suami dalam mempertimbangkan

keputusan tersebut.

Menurut Parad dan Caplan (1965) yang diadopsi oleh friedman (1998)

dalam buku Dion & Betan (2013) mengatakan ada 4 dimensi strulktur

keluarga yaitu:

1. Pola dan Proses Komunikasi

Adalah proses tukar menukar perasaan, keinginan, kebutuhan-

kebutuhan dan opini. Pola dan komunikasi ini akan menggambarkan

bagaimana cara dan komunikasi dalam keluarga diterapkan baik

antar sesama orang tua dengan anak, anak dengan anak dan anggota

keluarga besar dengan keluarga inti.

Komunikasi sukses bila ide-ide pesan yang disampaikan dapat

dimengerti.Komunikasi keluarga berfungsi baik bila ada kehangatan,

keterbukaan dan jujur.Dapat meningkatkan kreatifitas anak sehingga

menumbuhkan kemandirian anakirnya tercip0ta tumbuh kembang

anak yang sukses.Faktor yang menghambat komunikasi di dalam

keluarga adalah perbedaan pengalaman, kebudayaan, sosial,

pendidikan dan emosi.

Menurut Galvin dan Brommel (1986) dalam buku Dion &

Betan (2013) komunikasi keluarga sebagai proses simbolik,

transaksional untuk menciptakan dan mengungkapkan pengertian

dalam keluarga. Struktur komunikasi untuk memudahkan


35

pencapaian fungsinya yang umum.Komunikasi keluarga yang

adekuat memungkinkan keluarga untuk mensosialisaikan anak-anak

dengan lebih baik sebagai fungsi dasar keluarga.

2. Sruktur Peran

Peran adalah serangkain perilaku yang diharapkan dari

seseorang dalam situasi sosial tertentu.Peran keluarga

menggambarkan seperangkat prilaku interpersonal, sifat, kegiatan

yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi

tertentu.Peran individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan

pola perilaku dari berbagai keluarga, kelompok dan

masyarakat.Struktur keluarga menggambarkan peran masing-masing

anggota keluarga dalam keluargannya sendiri (informal) dan

perannya di lingkungan masyarakat (formal).

3. struktur kekuatan

kekuatan adalah kemampuan seseorang iindividu untuk

mengontrol, mempengaruhi dan mengubah tingkalaku seseorang.

Struktur kekuatan keluarga menggambarkan kemampuan anggota

keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lai untuk

mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan.

4. Struktur nilai-nilai keluarga

Nilai adalah suatu ide, sifat dan kepercayaan yang secara sadar

maupun tidak sadar mengikuti seluruh anggota keluarga dalam suatu


36

budaya yang lazim.Kebudayaan keluarga merupakan suatu sumber

sistem nilai dan norma-norma utama dari sebuah keluarga.

Sebaliknya kelompok keluarga merupakan suatu sumber utama

sistem kepercayaan, nilai dan norma yang menentukan pemahaman

individu terhadap sifat dan makna dari dunia, tempat mereka dalam

kelompok keluarga dan bagaimana mencapai tujuan-tujuan dan

aspirasi-aspirasi mereka.

Nilai-nilai berfungsi sebagai pedomaan umum bagi perilku dan

dalam keluarga, nilai-nilai tersebut membimbing perkembangan

aturan-aturan dan nilai-nilai dari keluarga, misalnya jika seseorang

menilai kesehatan dan merasakannya dalam suatu keadaan yang

menyenangkan, maka jauh lebih mungkin ia ikut dalam upaya

perawatan kesehatan dan kebiasaan-kebiasaan yang sehat.

2.3.4 Fungsi Keluarga

Menurut Friedman dalam Suprajitno (2004), secaraumum fungsi

keluarga adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Afektif

Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk

pemenuhan kebutuhan resiko sosial. Komponen yang perlu dipenuhi

oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah


37

a. Saling mengasuh; cinta kasih, kehangatan, saling menerima,

saling mendukung anatar anggota keluarga, mendapatkan kasih

sayang dan dukungan dari anggota yang lain. Hubungan intim

didalam keluarga merupakan modal dasar dalam memberi

hubungan dengan orang lain diluar keluarga/masyarakat.

b. Saling menghargai.

c. Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan

sepakat memulai hidup baru.

Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan

kebahagiaan keluarga.keretakan keluarga kenakalan anak atau

masalah keluarga, timbul karena fungsi afektif didalam keluarga

tidak dapat terpenuhi.

2. Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang

dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar

berperan dalam lingkungan sosial (Friedman 1986). Keluarga

merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi misalnya

anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan orang-orang

yang disekitarnya. Keberhasilan perkembangan individu dan

keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota

keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi.


38

Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-norma,

budaya dan       perilaku melalui hubungan dan interaksi keluarga.

3. Fungsi Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan

menambah sumber daya manusia.Maka dengan ikatan suatu

perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis

pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk

meneruskan keturunan.

4. Fungsi Ekonomi

Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan

seluruh anggota yakni makanan, pakaian dan tempat tinggal.

5. Fungsi Perawatan Kesehatan

Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan

praktek asuhan kesehatan yaitu untuk mencegah terjadinya

gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang

sakit.Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan

dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan.

2.3.5 Tahap Dan Perkembangan Keluarga

Tahapan dan tugas perkembangan keluarga menurut Duvall

&Miller (1985) dalam Margaretha Teli (2015);

1. Tahap pertama pasangan baru atau keluarga baru

(beginningfamily) Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing


39

individu, yaitu suami dan istri membentuk keluarga melalui

perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga melalui

perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing,

secara psikologi keluarga tersebut membentuk keluarga baru.

Suami istri yang membentuk keluarga baru tersebut perlu

mempersiapkan kehidupan yang baru karena keduanya

membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi sehari-hari. Masing-

masing pasangan menghadapi perpisahan dengan keluarga orang

tuanya dan mulai membina hubungan baru dengan keluarga dan

kelompok sosial pasangan masing- masing.Masing-masing belajar

hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan

pasangannya. Misalnya kebiasaan makan, tidur, bangun pagi,

bekerja dan sebagainya.Hal ini yang perlu diputuskan adalah kapan

waktu yang tepat untuk mempunyai anak dan berapa jumlah anak

yangdiharapkan. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini

antara lain :

a. Membina hubungan intim dan kepuasan bersama.

b. Menetapkan tujuan bersama

c. Membina hubungan dengan keluarga lain; teman,

dan kelompok sosial

d. Merencanakan anak(KB)

e. Menyesuaikan diri dengan kehamilan


40

f. Mempersiapkan diri untuk menjadi orangtua

2. Tahap kedua keluarga dengan kelahiran anak pertama (child

bearing family)

Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari

kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai

anak pertama berusia 30 bulan (2,5 tahun). Kehamilan dan

kelahiran bayi perlu disiapkan oleh pasangan suami istri melalui

beberapa tugas perkembangan yang penting.Kelahiran bayi

pertama memberi perubahan yang besar dalam keluarga, sehingga

pasangan harus beradaptasi dengan perannya untuk memenuhi

kebutuhan bayi.Masalah yang sering terjadi dengan kelahiran bayi

adalah pasangan merasa diabaikan karena fokus perhatian kedua

pasangan tertuju pada bayi.Suami merasa belum siap menjadi

ayah atau sebaliknya. Tugas perkembangan pada masa ini antara

lain :

a. Persiapan menjadi orangtua

b. Membagi peran dan tanggungjawab

c. Menata ruang untuk anak atau mengembangkan

suasana rumah yang menyenangan

d. Mempersiapkan biaya atau dana childbearing

e. Memfasilitasi role learning anggota keluarga


41

f. Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi

g. Mangadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.

3. Tahap ketiga keluarga dengan anak pra sekolah (families

withpreschool)

Tahap ini dimulai saat kelahirn anak berusia 2,5 tahun dan

berakhir saat anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua

beradaptasi terhadap kebutuhan-kebutuhan dan minat dari anak

prasekolah dalam meningatkan pertumbuhannya.Kehidupan

keluarga pada tahap ini sangat sibuk dan anak sangat bergantung

pada orang tua.Kedua orang tua harus mengatur waktunya

sedemikian rupa, sehingga kebutuhan anak, suami/istri, dan

ekerjaan (punya waktu/paruh waktu) dapat terpenuhi. Orang tua

menjadi arsitek keluarga dalam merancang dan mengarahkan

perkembangan keluarga dalam merancang dan mengarahkan

perkembangan keluarga agar kehidupan perkawinan tetap utuh

dan langgeng dengan cara menguatkan kerja sama antara suami

istri. Orang tua mempunyai peran untuk menstimulasi

perkembangan individual anak, khususnya kemandirian anak agar

tugas perkembangan anak pada fase ini tercapai.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain

sebagai berikut :

a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti :


42

kebutuhan tempat tinggal, privasi, dan rasa aman.

b. Membantu anak untuk bersosialisasi

c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir,

sementara kebutuhan anak yang lain juga harus

terpenuhi

d. Mempertahakan hubungan yang sehat, baik di

dalam maupun di luar keluarga ( keluarga lain

dan lingkungan sekitar)

e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan

anak ( tahap paling repot)

f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga

g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan

kembang anak.

4. Tahap keempat keluarga dengan anak usia sekolah (families

withchildren)

Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki

sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada

fase ini keluarga mencapai jumlah anggota keluarga maksimal,

sehngga keluarga sangat sibuk. Selain aktifitas di sekolah, masing-

masing anak memiliki aktifitas dan minat sendiri demikian pula

orang tua yang mempunyai aktifitas berbeda dengan anak. Untuk

itu, keluarga perlu bekerja sama untuk mencapai tugas


43

perkembangan. Pada tahap ini keluarga (orang tua) perlu belajar

berpisah dengan anak, memberi kesempatan pada anak untuk

bersosialisasi, baik aktifitas di sekolah maupun di luar sekolah.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah sebagai

berikut :

a. Memberikan perhatian tentang kegiatan Social

anak, pendidikan dan semangat belajar

b. Tetap mempertahanan hubungan yang

harmonis dalam perkawinan

c. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan

daya intelektual

d. Menyediakan aktifitas untuk anak

e. Manyesuaikan pada aktifitas komunitas

dengan mengikut sertakan anak.

5. Tahap kelima keluarga dengan anak remaja (families

withteenagers)

Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan

biasanya berakhir sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat anak

meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuannya keluarga melepas

anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang

lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa.


44

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai

berikut :

a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan

tanggung jawab mengingat remaja yang sudah

bertambah dan meningkat otonominya.

b. Mempertahankan hubungan yang intim

dengankeluarga.

c. Mempertahakan komunikasi terbuka antara anak dan

orang tua, hindari perdebatan, kecurigaan dan

permusuhan.

d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh

kembang keluarga.

6. Tahap keenam keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan

(lounching centerfamilies)

Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan

rumah.Lamanya tahap ini bergantung pada banyaknya anak dalam

keluarga atau jika anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal

bersama orang tua.

Tujuan utama pada tahap ini adalah mengorganisasi

kembali keluarga untuk tetap berperan dalam melepas anaknya

untuk hidup sendiri.Keluarga empersiapkan anaknya yang tertua


45

untuk membentuk keluarga sendiri dan tetap membantu anak

terakhir untuk lebih mandiri.Saat semua anak meninggalkan

rumah, pasangan perlu menata ulang dan membina hubungan

suami istri seperti pada fase awal. Orang tua akan merasa

kehilangan peran dalam merawat anak dan merasa kosong karena

anak- anaknya sudah tidak tinggal serumah lagi. Guna mengatasi

keadaan ini orang tua perlu melakukan aktifitas kerja,

meningkatkan peran sebagai pasangan, dan tetap memelihara

hubungan dengan anak.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :

a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar

b. Mempertahankan keintiman pasangan

c. Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan

memasuki masa tua

d. Mempersiapkan untuk hidup mandiri dan menerima

kepergian anak

e. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada

keluarga

f. Berperan sebagai suami istri, kakek, dan nenek.

7. Tahap ketujuh keluarga usia pertengahan (middle age families)


46

Tahapan ini dimulai saat anak yang terakhir meninggalkan

rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan

meninggal.Pada tahap ini semua anak meninggalkan rumah, maka

pasangan berfokus untuk mempertahankan kesehatan dengan

berbagai aktifitas.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini atara lain adalah :

a. Mempertahankan kesehatan

b. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti

mengolah minat sosial dan waktu santai

c. Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan

generasi tua

d. Keakraban dengan pasangan

e. Memelihara hubungan/kontak dengan anak dankeluarga

f. Persiapan masa tua atau pensiun dengan

meningkatkan keakraban pasangan.

8. Tahap kedelapan keluarga usia lanjut

Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai saat salah

satu pasangan pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal.

Proses usia lanjut dan pensiun merupakan realitas yang tidak dapat

dihindari karena berbagai proses stresor dan kehilangan yang

harus dialami keluarga.


47

Stresor tersebut adalah berkurangnya pendapatan,

kehilangan berbagai hubungan sosial, kehilangan pekerjaan serta

perasaan menurunnya produktifitas dan fungsi

kesehatan.Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan

merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini. Usia lanjut

umumnya lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri dari

pada tinggal bersama anaknnya.

Tugas perkembangan tahap ini adalah :

a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan

b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan,

teman, kekuatan fisik, dan pendapatan.

c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling

merawat.

d. Mempertahakan hubungan anak dan social

masyarakat.

e. Melakukan lifereview

f. Menerima kematian pasangan, kawan, dan

mempersiapkan kematian (harmoko,2012).

2.3.6 Tugas Perkembagan Keluarga

Menurut Freedman (2010) membagi 5 tugas keluarga dalam

bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu:

1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya


48

Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga

secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab

keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu

segera dicatat kapan erjadinya, perubahan apa yang terjadi dan

beberapa besar perubahannya.

2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat

bagi keluarga.

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk

mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan

keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang

mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan

tindakan keluarga maka segera melakukan tindakan tepat agar

masalah kesehatan dapat dikurangi atau 20 bahkan teratasi.

Jika keluarga mempunyai keterbatasan seyogyanya meminta

bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluarga.

3. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang

tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya

yang terlalu muda.

Perawatan ini dapat dilakukan tindakan dirumah apabila

keluarga memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk

pertolongan pertama atau kepelayanan kesehatan untuk


49

memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah

tidak terjadi.

4. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan

kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan

lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).

2.4 Konsep Evidence Based Nursing Yang Diterapkan

2.4.1 Pengertian Rendam kaki Air Hangat

Kaki adalah jantung kedua tubuh manusia, barometer yang

mencerminkan kondisi kesehatan badan.Ada banyak titik akupuntur di

telapak kaki.Enam meridian (hati, empedu, kandung kemih, ginjal,

limpa, dan perut) ada di kaki. Air hangat adalah salah satu media terapi

yang bisa mencegah dan memulihkan seseorang dari penyakit

hipertensi. Hal tersebut dikarenakan efek hidrostatik, hidrodinamik, dan

suhu hangatnya yang membuat peredaran darah di dalam tubuh menjadi

lancar.Selain dapat memperlancar peredaran darah air hangat juga

memberikan efek ketenangan bagi tubuh sehingga keseimbangan dalam

tubuh (homeostasis) dapat tercapai dengan baik (Tari, 2015).

Rendam kaki menggunakan air hangat merupakan bagian dari

terapi air (hydrotherapy), yang sebelumnya dikenal sebagai hidropati

(hydropathy), yaitu metode pengobatan menggunakan air untuk


50

mengobati atau meringankan kondisi yang menyakitkan dan merupakan

metode terapi dengan pendekatan lowtech yang mengandalkan pada

respon-respon tubuh terhadap air (Hembing, 2006). Kusuma astuti

(2008) berpendapat bahwa rendam kaki air hangat adalah salah satu

terapi non farmakologis yang mudah dan murah yang dapat digunakan

untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Pengobatan

secara non farmakologis dapat dilakukan dengan mengubah gaya hidup

yang lebih sehat dan melakukan terapi dengan rendam kaki

menggunakan air hangat yang bisa dilakukan setiap saat. Efek rendam

kaki air hangat sama dengan berjalan dengan kaki telanjang selama 30

menit.

2.4.2 Manfaat Rendam Kaki Air Hangat

Manfaat atau efek hangat adalah efek fisik panas atau hangat

yang dapatmenyebabkan zat cair, padat, dan gas mengalami pemuaian

ke segala arah dandapat meningkatkan reaksi kimia. Pada jaringan akan

tejadi metabolisme seiiringdengan peningkatan pertukaran antara zat

kimia tubuh dengan cairan tubuh. Efek biologis panas atau hangat dapat

menyebabkan dilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan

sirkulasi darah.Secara fisiologis respon tubuh terhadap panas yaitu

menyebabkan pelebaran pembuluh darah, menurun kanpembekuan

darah, menurunkan ketegangan otot, meningkatkan metabolisme

jaringan dan meningkatkan permeabilitas kapiler. Respon dari hangat


51

inilah yang dipergunakan untuk keperluan terapi pada berbagai kondisi

dan keadaan dalam tubuh (Damayanti, 2014).

Santoso (2015) menyatakan merendam kaki dengan air hangat

akan membuat pembuluh darah melebar dan meningkatkan sirkulasi

darah. Sehingga dapat merelaksasikan seluruh tubuh dan mengurangi

kelelahan dan hari yang penuh dengan aktifitas. Sedangkan menurut

Damayanti (2014), berpendapat prinsip kerja terapi rendam kaki air

hangat dengan mempergunakan air hangat yaitu secara konduksi dimana

terjadi perpindahan panas atau hangat dari air hangat ke dalam tubuh

akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan penurunan

ketegangan otot sehingga dapat melancarkan peredaran darah yang akan

mempengaruhi tekanan arteri oleh baroreseptor pada sinus kortikus

danarkus aorta yang akan menyampaikan impuls yang dibawa serabut

saraf yang membawa isyarat dari semua bagian tubuh untuk

menginformasikan kepada otak perihal tekanan darah, volume darah dan

kebutuhan khusus semua organ ke pusat saraf simpatis ke medulla

sehingga akan merangsang tekanan sistolik yaitu regangan otot ventrikel

akan merangsang ventrikel untuk segera berkontraksi.

Oktaviana (2011) menyatakan bahwa pada awal kontraksi, katup

aorta dan katup seminularis belum terbuka. Sehingga untuk membuka

katup aorta, tekanandi dalam ventrikel harus melebihi tekanan katup

aorta. Keadaan dimana kontraksi ventrikel mulai terjadi sehingga


52

dengan adanya pelebaran pembuluh darah, aliran darah akan lancar

sehingga akan mudah mendorong darah masuk ke jantung sehingga

menurunkan tekanan sistoliknya. Pada tekanan diastolik keadaan

relaksasi ventrikular isovolemik saat ventrikel berelaksasi, tekanan di

dalam ventrikel turun drastis, aliran darah lancar dengan adanya

pelebaran pembuluh darah sehingga akan menurunkan tekanan diastolik.

Maka dinyatakan ada hubungan yang signifikan antara terapi rendam

kaki air hangat dengan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik.

Hal yang berbeda diungkapkan oleh Damayanti (2014) bahwa

keuntungan yang diperoleh dari terapi air hangat antara lain: untuk

mencegah flu atau demam, memperbaiki fertilitas, menyembuhkan

kelelahan, meningkatkan fungsi imunitas, meningkatkan energi tubuh,

dan membantu kelancaran sirkulasi darah.

Wijayanti (2009) menyatakan air adalah media terapi yang tepat

untuk pemulihan cidera, karena secara ilmiah air hangat dapat

berdampak fisiologi tubuh. Pertama, berdampak pada pembuluh darah

yaitu membuat sirkulasi menjadi lancar. Kedua, faktor pembebanan di

dalam air akan menguatkan otot oto tligament yang mempengaruhi

sendi-sendi tubuh. Selain itu, suhu air yang hangat akan meningkatkan

kelenturan jaringan. Sedangkan menurut Sudarta (2013) berpendapat

bahwa air hangat mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh sehingga

rendam kaki air hangat dapat digunakan sebagai salah satu terapi yang
53

dapat digunakan sebagai salah satu terapi yang dapat memulihkan otot

sendi yangkaku serta menyembuhkan stroke apabila dilakukan melalui

kesadaran dan kedisplinan.

Merendam bagian tubuh ke dalam air hangat dapat

meningkatkan sirkulasi, mengurangi edema, meningkatkan relaksasi

otot. Terapi rendam kakipada air hangat mempunyai banyak manfaat

diantaranya yaitu

a. Mendilatasi pembuluh darah, melancarkan peredaran darah, dan

memicu syaraf yang ada pada telapak kaki untuk bekerja. Saraf

yang ada pada telapakkaki menuju ke organ vital tubuh diantaranya

menuju ke jantung, paru-paru, lambung dan pankreas.

b. Berdampak pada pembuluh darah. Hangatnya air membuat sirkulasi

darah menjadi lancar.

c. Faktor pembebanan di dalam air akan menguatkan otot-otot dan

ligament yang mempengaruhi sendi-sendi tubuh.

d. Latihan di dalam air berdampak positif terhadap otot jantung dan

paru-paru. Latihan di dalam air membuat sirkulasi pernapasan

menjadi lebih baik. Efek hidrostatik dan hidrodinamik pada terapi

ini juga membantu menopang berat badan saat latihan jalan

(Damayanti, 2014).
54
BAB III

LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

3.1 Pengkajian Keperawatan

Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 25 Juli 2020 di

dapatkan Data Umum dengan nama Kepala Keluarga: Tn H.G, Pendidikan:

SLTA, berumur: 65 Tahun dengan Pekerjaan: Pensiunan TNI yang beralamat di

Desa Manusuak Dusun RW 02/RT 016, memiliki Susunan anggota keluarga

yaitu: pertama, Tn H.G, berumur 65 tahun dengan jenis kelamin laki-laki,

berstatus sebagai seorang suami dan pendidikan terakhir SLTA. Kedua, Ny M,

berumur 61 tahun dengan jenis kelamin perempuan, berstatus sebagai Istri dan

berpendidikan terkhir SD. Ketiga, Nn. A, berumur 22 tahun, berjenis kelamin

perempuan, sebagai seorang anak dengan pendidikan terakhir SLTA. Keempat,

An. S, berumur 09 tahun, berjenis kelamin perempuan, berstatus sebagai seorang

anak dengan pendidikan terakhir SD. Genongram dari keluarga yaitu: kedua

orang tua dari Tn. H.G sudah meninggal dan kedua orangtua dari istri Tn. H.G

juga sudah meninggal, Tn. H.G dan istrinya adalah anak tunggal dan memiliki

anak sebanyak 6 orang yaitu 3 orang anak laki-laki dan 3 orang anak perempuan.

Tipe Keluarga dari Tn. H.G yaitu Tipe keluarga ekstended family, Tn H.G

merupakan suku bangsa Indonesia, suku ossu Bahasa yang digunakan sehari-hari

adalah bahasa Indonesia dan kadang menggunakan bahasa Indonesia dan

keluarga mengatakan tidak memiliki pantangan/pemali, Keluarga Tn H.G

55
56

menganut agama Kristen katolik dan mengatakan bahwa semenjak

adanya covid, keluarga hanya beribadah dirumah saja, Status sosial ekonomi

keluarga yaitu Sumber pendapatan keluarga yang diperoleh dari gaji pensiunan,

aktifitas rekreasi keluarga yaitu keluarga Tn H.G mengatakan bahwa

mereka jarang berekreasi dan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dan di

kebun. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga, Tahap perkembangan

keluarga Tn H.G saat ini berada pada tahap VIII keluarga usia lanjut, tugas

perkembangan keluarga yang belum terpenuhi: Keluarga telah menjalankan tugas

perkembangan keluarga yaitu mempertahankan kesehatan karna dalam anggota

keluarga ada yang mengalami hipertensi. Riwayat kesehatan keluarga inti yaitu,

Tn H.G mengatakan bahwa ia memiliki penyakit hipertensi. Tanda dan gejala

leher sering tegang dan sering pusing. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya,

Tn H.G Mengatakan bahwa beberapa tahun yang lalu sempat terjatuh di kebun

karna kepala pusing dan mata berkunang-kunang. Data Lingkungan Keluarga

dengan karakteristik rumah, yaitu rumah Tn H.G bersifat semi permanent

memiliki 3 kamar dengan 1 ruang keluarga dan 1 ruang tamu dan 1 gudang dan

dapur, memiliki siklus udara yang baik dan rumah tanpak bersih dengan sumber

air sumur Bor, Penerangan yang dipakai PLN baik, Kondisi WC tanpak bersih

dan jarak kurang lebih 3 M dari rumah. Karakteristik tetangga dan komunitas

rumah tangga dari keluarga yaitu Tetangga dekat Tn H.G ada disamping kiri dan

kanan, dengan bangunan semi permanent dan menjalani hubungan baik dengan

tetangga sekitar, Mobilitas geografis dari keluarga, Tuan H.G mengatakan mulai
57

tinggal dirumahnya bersama keluarga sejak tahun 2006 hingga sekarang dan

tidak berpindah-pindah, kemudian perkumpulan dan interaksi keluarga dengan

masyarakat, Keluarga Tn H.G berkumpul dengan kerabat/ atau keluarga dan

masyerakat dan Tn H.G merupakan salah satu tokoh masyarakat dan sistem

pendukung keluarga yaitu keluarga Tn H.G selalu saling menghargai dan

saling membantu satu dengan yang lain. Struktur Keluarga: Struktur peran,

keluarga melakukan perannya dengan Tn H.G sebagai kepala keluarga yaitu

mencari nafkah dan mengelola kebun dan Ny M mengurus Rumah Tangga

sedangkan kedua anaknya masih menjadi pelajar dan sering membantu pekerjaan

rumah, nilai atau norma keluarga yaitu Tn H.G dan keluarga menganut agama

Katolik dan Tn H.G mengajarkan kepada keluarga untuk rajin beribadah dan

menghargai sesama terutama orang yang lebih Tua. Pola komunikasi dalam

keluarga dengan sering menggunakan bahasa tetun dan kadang menggunakan

bahasa Indonesia dan berkomunikasi yang baik dalam keluarga dan sering

terbuka saat menghadapi masalah. Struktur kekuatan keluarga dengan pengambil

keputusan tertinggi dalam keluarga adalah Tn H.G. Adapun Fungsi Keluarga

yaitu Fungsi Afektif, Tn H.G mengatakan bahwa merasa saling menyayangi dan

menghargai satu dengan yang lain dan keluarga menjalin hubungan yang

harmonis. Fungsi sosialisasi, setiap hari keluarga selalu melakukan aktivitas

seperti biasa istri memasak di dapur dan suami pergi ke kebun. Fungsi Perawatan

Kesehatan, Keluarga Tn H.G menyatakan bahwa ketika ada anggota keluarga

yang sakit mereka selalu pergi dan berobat dirumah sakit atau puskesmas dan
58

membeli obat-obatan diapotek dan Tn H.G mengatakan jika ia sakit selalu

bekerja untuk mengeluarkan keringat dan jika sakitnya berkepanjangan maka ia

segera kepuskesmas untuk berobat, ia juga mengatakan bahwa dai juga sudah

lama menderita penyakit hipertensi.tetapi tidak kontrol ke rumah sakit, Tn H.G

mengatakan sering merokok dan minum kopi dan mengkonsumsi alcohol dan

mengkonsumsi micin yang berlebihan. Stress dan Koping Keluarga, dari Stressor

jangka pendek, keluarga merasa saat ini tidak ada kecemasan yang mendalam

mengenai penyakit yang diderita, dari stressor jangka panjang, Tn H.G

mengatakan ia mulai memikirkan kondisi kesehatannya Tn H.G takut hipertensi

yang dideritanya akan mempengaruhi dalam bekerja dirumah dll. Kemampuan

keluarga untuk berespon terhadap stersor, jika ada masalah yang dihadapi maka

kelauarga selalu mencari solusi dan jalan keluar untuk mengatasi masalah stress

tersebut. Strategi koping yang digunakan keluarga, selalu berdoa dan mencari

solusi bersama sama saat menghadapi masalah. Harapan keluarga terhadap

asuhan keperawatan keluarga, agar semua anggota keluarga berharap semua

anggota keluarga sehat saja. Kemandirian keluarga yaitu Kemandirian keluarga

Tingkat II. Pemeriksaan Fisik Semua anggota keluarga, keadaan umum klien

dengan tinggi badan/BB : 167 cm BB. 59 Kg, Nadi: 85 x/menit, Pernafasan: 20

x/menit, Tekanan darah: 150/90 MmHg. Pemeriksaan HEAD TO TOE, di bagian

kepala, Bentuk kepala bulat, tidak ada benjolan, tidak ada bekas luka dan rambut

mulai memutih, Bentuk wajah oval dan mulai mengkerut tidak ada bekas luka

,konjungtiva merah muda, sklera putih, bibir tidak kering, pendengaran normal,
59

Leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, dan tidak ada pembesaran vena

jugularis, bentuk dada simetris retraksi dinding dada normal, tidak ada

pemeriksaan abdomen , Genitalia dan Pelvis, tulang belakang simetris, tidak

ada nyeri dan tidak ada kelainan pada tulang belakang, Ekstremitas: 5, 5, 5, 5,

Tidak ada fraktur.

Analisa data yang didapatkan dari pengkajian yang dilakukan pada Tn.

H.G yaitu: Data focus, Data subjektif: Tn H.G mengatakan bahwa suka makan

makanan yang banyak micin, Tn H.G mengatakan jika sakit tidak memanfaatkan

layanan kesehatan, Tn H.G mengatakan sering sakit di bagian tengkuk dan

sering Pusing, Tn H.G mengatakan suka merokok dan minum alcohol, Tn H.G

mengatakan beberapa tahun yang lalu pernah terjatuh dikebun karna pusing dan

mata berkunang-kunang. Data objektif: Hasil TTV : TD 150/90 MmHg, dan

masalah Menejemen kesehatan keluarga tidak efektif.

3.2 Diagnosa Keperawatan

Dari Data mayor yaitu Data subjektif dan Data objektif: Mengonsumsi

makanan yang tinggi natrium. Sedangkan Data minor yaitu Data objektif: Pasien

ketika mengeluh pusing dan leher tegang tidak pergi ke faskes. Kode dari

diagnose yang diangkat D.0117 dengan diagnose keperawatan yang pertama

resiko perfusi jaringan serebral tidak efektif b.d hipertensi d.d hipertensi dan

kedua Pemeliharan kesehatan tidak efektif b.d ketidakmampuan mengatasi

masalah (keluarga) d.d kurang menunjukan pemahaman tentang perilaku sehat,


60

tidak mampu menjalankan perilaku sehat, kurang menunjukan minat untuk

meningkatkan perlaku sehat.

Tujuan dari diagnose keperawatan yang diangkat yaitu denagn kode

L.12111, TUK1: Keluarga mampu mengenal hipertensi masalah kesehatan,

Setelah dilakukan 2 kali kunjungan rumah tingkat pengetahuan meningkat,

dengan kriteria hasil: Perilaku sesuai anjuran meningkat, Kemampuan

menjelaskan pengetahuan tentang suatu topic, Perilaku sesuai pengetahuan

meningkat, Perilaku membaik. Kode L.13112 TUK2:mengambil keputusan

untuk tindakan hipertensi kesehatan yang tepat, Setelah dilakukan 2 kali

kunjungan rumah dukungan keluarga meningkat, dengan kriteri hasil: keinginan

untuk mendukung anggota keluarga yang sakit meningkat, Menanyakan kondisi

pasien meningkat, Bekerja sama dengan anggota keluarga yang sakit dalam

menentukan perawatan. Kode L.13121, TUK 3: memberi perawatan kepada

anggota keluarga yang sakit hipertensi, Setelah dilakukan 2 kali kunjungan

rumah peran pemberi asuhan meningkat, dengan kriteria hasil: Kemampuan

memberikan asuhan meningkat, Kemampuan merawat pasien meningkat,

Kemampuan menyelesaikan tugas merawat pasien, TUK4: memodifikasi

lingkungan rumah, Setelah dilakukan 2 kali kunjungan keamanan lingkungan

rumah meningkat, dengan kriteria hasil: Pemeliharaan rumah meningkat,

Kebersihan huniaan, Sistem respon kegawat daruratan meningkat, Keamanan

penyimpanan obat dan Pemeliharaan peralatan rumah. Kode L.09074 , TUK 5:

keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan. Setelah dilakukan 2 kali


61

kunjungan ketahanan keluarga meningkat, dengan kriteria hasil:

Mengidentifikasi sumber daya dikomunitas, Memanfaatkan sumber daya

dikomunitas, Memenfaatkan tenaga kesehatan untuk mendapatkan informasi,

Memanfaatkan tenaga kesehatan untuk mendapatkan informasi.

3.3 Perencanaan Keperawatan

Perencanaan yang diangkat dengan Kode tindakan I.12383 tentang

Edukasi kesehatan. Dilakukan Observesi yaitu Identifikasi kesiapan dan

kemampuan menerima informasi, Identifikasi faktor-faktor yang dapat

meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat,

Jekaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan dan Ajarkan perilaku

hidup bersih dan sehat. Kode tindakan kedua I.09265 tentang Dukungan

pengambilan keputusan dilakukan Observasi yaitu identifikasi persepsi mengenai

masala dan intomasi yang memicu konfik, Terapeutik: Fasilitasi mengklarifikasi

nilai dan harapan yang membantu membuat pilihan, Diskusikan kelebihan dan

kekurangan dari setiap solusi, Motivasi mengungkapkan tujuan perawatan yang

diharapkan. Edukasi: informasikan altematif solusi secara jelas, Berikan infomasi

yang diminta pasien. Kode tindakan I.14525 yaitu Pelibatan keluarga . Observasi:

Identifikesi kesiapan keluarga untuk terilibat dalam perawatan. Terapeutik:

Ciptakan hubungan terapeutik pasien dengan keluarga dalam perawatan,

Diskusikan cara perawatan di rumah, Motivasi kaluarga mengembangkan aspek

positif rencana perawatan. Edukasi: Jelaskan kondisi pasien kepada keluarga,

Infomasikan tingkat ketergantungan pasien kepada keluarga, Infomasikan


62

harapan pasien kepada keluarga, Anjurkan keluarga bersikap asertif dalam

perawatan, Anjurkan keluarga terlibat dalam perawatan. Kode tindakan I.14513,

tentang Manajemen keselamatan lingkungan. Observasi: Monitor perubahan

status keselamatan lingkungan. Terapeutik: Modifikasi lingkungan untuk

meminimalkan bahaya resiko lingkungan (nis. comimode chair dan pegangan

tangan), Sediakan alat bantu keamanan, Gunakan perangkat pelindung (mis.

pengekangan fisik, rel samping, piriu terkunci, pagar), Hubungi pihak berwerang

sesuai masalah komunitas (mis. Puskesmas). Edukasi: Ajarkan individu, keluarga

dan kelompok risiko tinggi bahayalingkungan. Kode tindakan I.12435 tentang

Edukasi perilaku upaya kesehatan. Obsenvasi: Identifikasi kesiapan dan

kemampuan menerima informasi. Terapeutik: Gunakan pendekatan promosi

kesehatan dengan memperhatikan pengaruh dan harmbatan dari lingkungan,

sosial serta budaya. Edukasi: Informasikan sumber yang tepat yang tersedia di

masyarakat, Anjurkan menggunakan fasilitas kesehatan, Ajarkan manentukan

perilaku spesifik yang akan diubah (mis. keinginan mengunjungi fasilitas

kesehatan), Ajarkan pencarian dan penggunaan sistem faslitas pelayanan

kesehatan.

3.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi dilakukan pada tanggal 27 Juli 2020, dengan diagnosa

keperawatan Resiko perfusi jaringan serebral tidak efektif dan Pemeliharaan

kesehatan tidak efektif dengan implementasi yang dilakukan yaitu TUK1

Keluarga mampu mengenal: Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan


63

menerima informasi, Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapal meningkatkan

dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat Menjelakan faktor

resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan. TUK2 Keluarga mampu

menentukan tindakan hipertensi yang tepat: Megidentikasi persepsi mengenai

masala dan intomasi yang memicu konfik, Memotivasi mengungkapkan tujuan

perawatan yang diharapkan. Edukasi yang dilakukan: Memberikan infomasi yang

diminta pasien. TUK3 Memberi perawatan kepada anggota keluarga yang sakit

hipertensi, Megidentifikasi kesiapan keluarga untuk terlibat dalam perawatan,

Dikusikan cara perawatan dirumah, Menjelaskan kondisi pasien kepada keluarga,

Menganjurkan keluarga terlibat dalam perawatan.

3.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dilakukan pada tanggal 28 Juli 2020 dengan hasil: S: keluarga

mampu menjelaskan tentang masalah hipertensi, O: keluarga antusias dan

memperhatikan dalam menerima penjelasan, A: TUK 1 tercapai, keluarga

mampu mengenal masalah Tn H.G, P: lanjutkan intervensi TUK 2. Evaluasi

kedua dilakukan pada tanggal 29 Juli 2020 dengan hasil, S: keluarga mampu

menjelaskan srategi untuk mencegah masalah hipertensi pada Tn. H.G, O:

keluarga tampak antusias dalam proses diskusi, A: TUK 2 tercapai dalam

indicator keluarga mampu memilih alternative tindakan yang tepat untuk Ny. S,

dan P: lanjutkan intervensi TUK 3 memberi perawatan. Evaluasi ketiga

dilakukan tanggal 30 Juli 2020 dengan hasil, S: keluarga mampu merawat Ny. S

dengan penyakit hipertensi, O: keluarga menyelesaikan tugas merawat, A: TUK


64

3 tercapai dengan indikator keluarga mampu merawat Tn H.G. dengan masalah

hipertensi, dan P: lanjutkan intervensi TUK 4 keluarga mampu memodifikasi

lingkungan.
65

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Profil Lahan Praktik

Desa Manusak dulunya merupakan Dusun 1 yang disebut juga dengan

Tetelek yang merupakan bagian dari wilayah administratif Desa Pukdale.

Sebagai salah satu Dusun terjauh dengan jarak kurang lebih 7 km dari pusat

Desa (Kantor Desa Pukdale) tentu mengalami kesulitan untuk mendapatkan

pelayanan baik pelayan pemerintah Desa maupun pelayanan kesehatan.

Alasan inilah yang menjadi pertimbangan dimekarkannya Dusun ini menjadi

Desa defenitif. Pada tahun 2004 telah ada upaya dari Pemerintah Desa

Pukdale dan masyarakat Dusun 1 untuk mengusulkan kepada pemerintah

Kabupaten agar Dusun 1 segera dimekarkan menjadi Desa defenitif dengan

alasan pendekatan pelayanan umum, namun usulan tersebut belum

sepenuhnya diterima. Meskipun demikian, upaya demi upaya tak henti-

hentinya dilakukan. Setahun kemudian, tepatnya pada tahun 2005, usulan

pemekaran tersebut dijawab oleh pemerintah kabupaten dan saat itulah secara

resmi Dusun 1 dimekarkan menjadi Desa defenitif dan dinamakan Desa

Manusak hingga sekarang.

Batas administrative Desa dan luas wilayah, Desa Manusak merupakan

1 dari 13 wilayah Desa dan kelurahan yang berada di kecamatan Kupang


66

Timur.. Luas wilayah Desa mencapai 2.500 ha dengan jarak dari ibukota

kecamatan 7 km dan jarak dari ibukota kabupaten 5 km.

Sebagai sebuah wilayah administrasi pedesaan, Desa Manusak memiliki

batas-batas wilayah defenitif yakni:

a. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Naibonat.

b. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Raknamo, Desa Naunu.

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pukdale, Desa Fatuteta, Desa

Kuanheum, Desa Oefeto.

d. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Naibonat dan Desa Naunu.

Dusun 2 sendiri merupakan bagian dari wilayah administrasi Desa Manusak.

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan oleh penulis, Dusun 2 Desa

Manusak terdiri dari 275 kepala keluarga dengan jumlah penduduk sebanyak

1403 jiwadimana komposisi penduduk terbanyak yaitu golongan usia 22 – 45

tahun sebesar 36,4% dan paling sedikit usia 0 – 12 bulan dengan persentase

1,7% yang tersebar di 13 RT. Penduduk utama terdiri dari warga pendatang

dari Timor Leste sedangkan warga aslinya menjadi warga minoritas di

wilayah ini.

Dusun 2 terdapat fasilitas terdapat beberapa saran umum seperti tempat

pemakaman umum, PAUD, gereja dan Masjid, beberapa fasilitas pelayanan

kesehatan yaitu 2 posyandu bayi balita Teratai dan Lorosae yang melakukan
67

kegiatan penimbangan bayi balita secara teratur tiap bulannya kecuali pada

masa pandemi Covid.

Berdasarkan hasil pendataan 12 indikator keluarga sehat, dari total 275

kepala keluarga disimpulkan bahwa rata – rata indikator kesehatan keluarga di

Dusun 2 Desa Manusak berada pada keluarga pra sehat yang berarti keluarga

belum sepenuhnya menerapkan 12 indikator kesehatan dalam rumah tangga

dimulai dari keluarga mengikuti program keluarga berencana hingga keluarga

dengan perawatan orang dengan gangguan jiwa.

Hasil wawancara yang dilakukan selama pengkajiaan,didapatkan

perolehan indikator keluarga pra sehat diatas disebabkan oleh beberapa faktor

seperti kondisi ekonomi keluarga, pendidikan dan sosial budaya masyarakat

setempat.

4.2 Analisis Masalah Keperawatan

Sesuai dengan data yang ada saat dilakukan pengkajian, terdapat

beberapa masalah yang muncul dalam keluarga yaitu: Riwayat kesehatan

keluarga inti yaitu, Tn H.G mengatakan bahwa ia memiliki penyakit

hipertensi. Tanda dan gejala leher sering tegang dan sering pusing. Riwayat

kesehatan keluarga sebelumnya, Tn H.G Mengatakan bahwa beberapa tahun

yang lalu sempat terjatuh di kebun karna kepala pusing dan mata berkunang-

kunang, Tn H.G mengatakan jika ia sakit selalu bekerja untuk mengeluarkan


68

keringat dan jika sakitnya berkepanjangan maka ia segera kepuskesmas untuk

berobat, ia juga mengatakan bahwa dai juga sudah lama menderita penyakit

hipertensi.tetapi tidak kontrol ke rumah sakit, Tn H.G mengatakan sering

merokok dan minum kopi dan mengkonsumsi alcohol dan mengkonsumsi

micin yang berlebihan. Stress dan Koping Keluarga, dari Stressor jangka

pendek, keluarga merasa saat ini tidak ada kecemasan yang mendalam

mengenai penyakit yang diderita, dari stressor jangka panjang, Tn H.G

mengatakan ia mulai memikirkan kondisi kesehatannya Tn H.G takut

hipertensi yang dideritanya akan mempengaruhi dalam bekerja dirumah dll.

Masalah kesehatan yang diangkat dari hasil pengkajian yaitu Menejemen

kesehatan keluarga tidak efektif.

4.3 Analisis Intervensi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140

mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali

pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup

istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah dengan jangka waktu yang lama

dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal, jantung dan otak apabila tidak

dilakukan pengobatan secara dini (Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 2017).
69

Dari data yang ditemukan penulis dalam kasus kelolaan dan juga

analisis hasil yang ada pada beberapa jurnal yang telah diteliti sebelumnya,

jika hipertensi tidak ditangani maka akan menyebabkan komplikasi atau

penyakit tambahan yang akan memperparah keadaan pasien, sehingga

dibutuhkan alternatif untuk membantu keluarga dalam merawat anggota

keluarga yang sakit. Adapun cara untuk mengobati anggota keluarga penderita

hipertensi yaitu dengan terapi farmakologi dan non farmakologi. Terapi yang

digunakan penulis dalam kasus yang diangkat yaitu terapi non-farmakologi

dengan cara terapi rendam kaki air hangat yang bertujuan dalam

menyebabkan dilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan

sirkulasi darah. Secara fisiologis respon tubuh terhadap panas yaitu

menyebabkan pelebaran pembuluh darah, menurun kan pembekuan darah,

menurunkan ketegangan otot, meningkatkan metabolisme jaringan dan

meningkatkan permeabilitas kapiler, sehingga dengan terapi rendam kaki air

hangat sangat berpengaruh dalam menurunkan tekanan darah.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yessi Harnani,

Astri Axmalia tahun 2017 tentang Terapi Rendam Kaki Menggunakan Air

Hangat Efektif Menurunkan Tekanan Darah Pada Lanjut Usia, dengan hasil

uji stask didapatkan rata-rata tekanan darah diastolik sesudah diberikan terapi

rendam kaki mengunakan air hangat adalah 74,00 dan standar deviasi 5,026,

dengan nilai P value sistolik yaitu 0,000 (< 0,05) dan P value diastolik yaitu
70

0,000 (<0,05) Sehingga dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh rendam kaki

menggunakan air hangat terhadap penurunan tekanan darah. Dengan kata lain,

terapi rendam kaki menggunakan air hangat efekf terhadap penurunan tekanan

darah pada lanjut usia.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Erika Untari

Dewi, tentang Pengaruh Terapi Rendam Kaki Air Hangat Terhadap

Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita hipertensi Di Rt 7 Rw 5 Kelurahan

Wonoteto Kecamatan Wonokromo Surabaya dengan hasil uji wilcoxon

dengan hasil 0,02 yang berarti ada pengaruh terapi rendam kaki air hangat

terhadap perubahan tekanan darah,diharapkan terapi rendam kaki air hangat

dapat dijadikan pengobatan alternatif untuk menurunkan tekanan darah.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwi Agung

Santoso, tahun 2015 tentang Pengaruh Terapi Rendam Kaki Air Hangat

Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di

Wilayah Kerja Upk Puskesmas Khatulistiwa Kota Pontianak dengan hasil

pengkajian sebelum dilakukan terapi sebagian besar lansia mengalami

hipertensi derajat I. Hasil uji statistik dengan uji t berpasangan didapatkan

bahwa nilai p diastolik yaitu 0,000 (<0,05) dan hasil uji Wilcoxon pada

tekanan darah sistolik didapatkan bahwa nilai p sistolik yaitu 0,001 (<0,05)

dan H0 ditolak.
71

Sehingga penulis berpendapat bahwa dengan adanya terapi non

farmakologi yaitu terapi rendam kaki air hangat sangat besar pengaruhnya

dalam menurunkan tekanan maka dapat dipakai sebagai alternative untuk

membantu menurunkan tekanan darah dan membantu anggota keluarga yang

menderita hipertensi.

4.4 Alternatif Pemecahan Masalah

Pengobatan hipertensi sangat diperlukan dalam menurunkan hipertensi

untuk mencegah terjadinya komplikasi. Pengobatan yang dapat dilakukan

yaitu dengan terapi farmakologi dan nonfarmakologi. Sesuai dengan kasus

yang diambil, penulis menerapkan terapi nonfarmakologi sebagai alternative

mudah dalam menurunkan tekanan darah yaitu terapi rendam kaki air hangat.

Ada juga beberapa terapi nonfarmakologi lain yang dapat diterapkan dalam

keluarga untuk melalukan perawatan pada anggota keluarga yang sakit yaitu,

terapi pemberian jus mentimun. Berdasarkan hasil penelitian, buah mentimun

mempunyai sifat hipotensif (menurunkan tekanan darah) karena kandungan

air dan kalium dalam mentimun meregulasi tekanan kemudian menarik

natrium ke dalam intraseluler dan bekerja dengan membuka pembuluh darah

(vasodilatasi) yang dapat menurunkan tekanan darah. Kalium merupakan ion

utama didalam cairan intrasel yang bekerja berkebalikan dari natrium/garam.

Mineral magnesium juga berperan melancarkan aliran darah dan

menenangkan saraf dapat menurunkan tekanan darah. Berdasarkan penelitian


72

yang dilakukan oleh Lovinda Putri Lebalado tahun 2014 di Semarang

menunjukan hasil dari pemberian jus mentimun dengan dosis 150 ml selama 7

hari dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik sebesar 12%.

Sehingga penulis berasumsi dengan adanya terapi mentimun dapat

menurunkan tekanan darah dan dapat membantu anggota keluarga yang

mempunyai kebiasaan tidak minum obat dengan teratu, dapat diganti dengan

menggunakan jus mentimun sebagai obat herbal untuk menurunkan tekanan

darah.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Seiring dengan bertambahnya usia, maka pembuluh darah semakin tidak

elastis dan mengakibatkan kekakuan pada pembuluh darah sehingga

mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Ditengah kebisaan masyarakat

dalam keluarga selalu menganggap bahwa hipertensi merupakan penyakit yang

tidak berbahaya sehingga pengobatan bagi penderita hipertensi tidak secara

teratur dilakukan. jika tidak diobati maka akan menyebabkan keparahan pada

penderita hipertensi, sehingga dibutuhkan cara yang mudah diaplikasikan dalam

keluarga dan anggota keluarga yang sakit terhadap pengobatan hipertensi yang

sederhana. Terapi Rendam kaki air hangat bertujuan untuk melebarkan

pembuluh darah dan memperlancar aliran darah sehingga dapat dilakukan terapi

rendam kaki air hangat bagi penderita hipertensi dan juga dapat dipakai dalam

keluarga untuk membantu anggota keluarga yang sakit sebagai alternative

mudah dalam mengatasi hipertensi. Sesuai dengan penelitian yang sudah

dilakukan oleh beberapa peneliti dan sesuai dengan studi kasus dalam penulisan

bahwa ada pengaruh pemberian terapi rendam kaki air hangat sehingga dapat

diterapkan dalam kelurga untuk merawat anggota keluarga yang menderita

hipertensi.
74

5.2 Saran

5.2.1 Untuk Pelayanan Kesehatan

untuk pelayanan kesehatan khusunya para Puskesmas agar dapat

mengoptimalkan intervensi promosi kesehatan kususnya hipertensi

untuk pemeliharaan kesehatan serta program penurunan angka kejadian

hipertensi di wilayah kerja puskesmas.Selain itu dapat juga

mengoptimalkan peran kader-kader kesehatan di masyarakat.

5.2.2 Untuk Keluarga

Saran untuk keluarga adalah diharapakan keluarga dapat

meningkatkan akses informasi tentang hipertensi dan meningkatkan

peran keluarga dalam meningktakan kesehatan khusunya dalam

penangan hipertensi.

5.2.3 Untuk Perawat Komunitas/Keluarga

Perawat komunitas/ keluarga dapat mengembangkan intervensi

keperawatan terkait promosi kesehatan hipertensi sebagai upaya

preventif dalam menurunkan angka kejadian hipertensi. Intervensi ini

juga harus dilakukan dengan dilihat dari sudut pandang 4 strategi

intervensi keperawatan komunitas yaitu pendidikan kesehatan, aktivitas

kelompok,pemberdayaan, dan strategi lintas sektor. Tidak hanya dalam

kunjungan keluarga, intervensi juga dapat dilakukan dalam komunitas

melaluai penyuluhan di posyandu lansia dengan menggunakan leaflet.


75

Sehingga masyarakat lebih luas dapat menerima dan mengetahui

tentang hipertensi.

5.2.4 Untuk Institusi Kesehatan

Saran untuk institusi kesehatan dapat mengembangkan intervensi

ketidak efektifan pemeliharan kesehatan keluarga (penyakit hipertensi)

menjadi kajian khusus pada keilmuan komunitas dalam memberikan

asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi.


DAFTAR PUSTAKA

AHA (american Heart Association). (2017). Hypertension : The Silent Killer :


Updated JNC-8 Guideline Recommendations. Alabama Pharmacy
Association. https://doi.org/0178-0000-15-104-H01-P

Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogjakarta: Diva Press.

Aspiani, R. Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan

Kardiovaskular Aplikasi NIC & NOC. Jakarta: EGC.

Bell, K., Twiggs, J., & Olin, B. R., (2015). Hypertension: The Silent Killer:

Updated JNC-8 Guideline Recommendations, Albama Pharmacy

Association, Continuing Education, www.Aprarx.org

Bope E T., Rick D. K. 2017. Conn’s Current Therapy 2017. Philadelphia: Elsevier
Inc.

Dendy et al. 2011. Efektifitas Konsumsi Jus Mentimun Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pada Pasien Hipertensi. Volume 2 (2), hal 124-131

Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Profil Kesehatan Nusa Tenggara
Timur 2018. 2020

El Manna M. 2011. Basmi Keluhan-Keluhan Kesehatan Harian Dengan Obat-

Obatan Alami. Yokyakarta : Flash Books

Ferri, F. F. 2017. Ferri's Clinical Advisor 2017: 5 Books in 1. Philadelphia: Elsevier,


Inc.

76
77

Ignatavicius, Workman, & Rebar. 2017. Medical Surgical Nursing: Concepts For
Interprofessional Collaborative Care (9th ed.). St. Louis : Elsevier, Inc.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2019.


Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2019.

Kowalak, J. P. 2011. Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Kowalak JP, Welsh W, Mayer B. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Alihbahasa oleh
Andry Hartono. Jakarta: EGC.

Lebalado Lovindy Putri, Tatik Mulyati. 2014. Pengaruh Pemberian Jus Mentimun
(Cucumis Sativus L.) Terhadap Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik Pada
Penderita Hipertensi. Volume 3 (3), Hal. 396-403

Nisa, Intan. 2012. Ajaibnya terapi herbal tumpas penyakit darah tinggi. Jakarta :

Dunia Sehat

Nurhidayat Saiful. 2012. Efektivitas Jus Mentimun Terhadap Penurunan Tekanan


Darah Tinggi Pada Penderita Hipertensi. Ponorogo: Muhammadiyah
University of Ponorogo Press

Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Nuha Medika. Yogyakarta.

Saferi, A.,& Mariza, Y.(2013). KMB 1 Keperawatan medikal bedah (keperawatan

dewasa). Yogyakarta: Nu Med.

Smeltzer, Susan C. 2013. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth : Alih


Bahasa, Devi Yulianti, Amelia Kimin : editor edisi bahasa Indonesia, Eka
Anisa Mardella. – Ed. 12. Jakarta: EGC

Triyanto, E. (2014). Pelayanan keperawatan bagi penderita Hipertensi Secara


78

Terpadu. Yokyakarta: Graha Ilmu.

World Health Organization. A global brief on hypertension: silent killer, global


public health crisis. 2015

Anda mungkin juga menyukai