G DENGAN
MASALAH RESIKO KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI
JARINGAN OTAK DI RUANG BELIBIS
RSUD WANGAYA
ii
iii
iv
v
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
BINA USADA BALI PROGRAM STUDI PROFESI NERS
ABSTRAK
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyebab utama
terjadinya kematian di seluruh dunia. Penyebab utama peningkatan hipertensi
adalah pola makan yang tidak sehat, aktivitas fisik yang kurang, konsumsi alkohol
dan merokok. Hipertensi mengakibatkan munculnya beberapa masalah salah
satunya adalah resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak. Karya ilmiah ini
dilakukan untuk menganalisis penerapan Breathing exercise pada pasien
Hipertensi dalam menangani masalah keperawatab resiko ketidakefektifan perfusi
jaringan otak di Ruang Belibis RSUD Wangaya. Penatalaksanaan non
farmakologi hipertensi dapat dijadikan pendukung terapi farmakologi, terapi non
farmakologi yang bisa digunakan adalah terapi Breathing Exercise. Terapi
Breathing Exercise dilakukan 3 kali selama 3 hari. Saat pertemuan perawat
memberikan edukasi dan demontrasi tentang terapi Breathing Exercise. Evaluasi
dari tindakan tersebut pasien yang semula mengalami tekanan darah tinggi setelah
diberikan tindakan Breathing Exercise didapatkan hasil tekanan darah pasien
mengalami penurunan. Dengan hasil yang didapatkan melalui analisis praktik
klinik keperawatan penulis menarik kesimpulan bahwa pemberian breathing
exercise dinyatakan efektif untuk mengurangi tekanan darah dalam mengatasi
resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak pada pasien Hipertensi.
vi
INSTITUTE OF HEALTH SCIENCE BINA USADA BALI NURSING
PROFESSIONAL STUDY PROGRAM
Analysis of Nursing Care in Mr. G with the Problem of Ineffective Risk of Brain
Tissue Perfusion in the Belibis Room of Wangaya Hospital
ABSTRACT
Hypertension or high blood pressure is one of the main causes of death
worldwide. The main causes of increased hypertension are unhealthy eating
patterns, lack of physical activity, alcohol and smoking. Hypertension resulted in
the emergence of nursing problems risk of brain tissue perfusion ineffective. This
scientific work was conducted to analyze the application of Breathing exercise in
patients with hypertension who are having problems nursing ineffectiveness risk
of brain tissue perfusion at Belibis Room of Wangaya Hospital. Non-
pharmacological management of hypertension can be a supporter of
pharmacological treatment, non-pharmacological therapy that can be used is
Breathing Exercise therapy. Breathing exercise therapy conducted over 3 days.
During the meeting the nurse gave education and demonstration about Breathing
Exercise therapy. Evaluation of these measures is given after the Breathing
Exercise action for patients who have high blood pressure is expected to decrease
patient's blood pressure. With the results obtained through analysis of nursing
clinical practice authors conclude that administration declared effective breathing
exercise to reduce blood pressure to overcome the ineffectiveness of risk brain
tissue perfusion in patients with hypertension.
Bibliography: 21 (2014-2019)
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
anugrahNya, sehingga penulis bisa menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners yang
berjudul “Analisis Asuhan Keperawatan pada Tn. G dengan Masalah Resiko
Ketidakefektifan Perfusi Otak Di Ruang Belibis RSUD Wangaya” dengan sebaik-
baiknya. Karya Ilmiah Akhir Ners ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ners di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Usada Bali.
Dalam proses penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners ini tidak lepas dari
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga Karya Ilmiah Akhir Ners ini
bisa terselesaikan. Untuk itu dalam kesempatan baik ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang tulus kepada yang Terhormat:
Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah Akhir Ners ini masih terdapat
banyak kekurangan baik isi maupun penyusunannya. Penulis berharap Karya
Ilmiah Akhir Ners ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................................v
ABSTRACT ..................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
1. Definisi .................................................................................6
3. Etiologi .................................................................................10
ix
4. Klasifikasi .............................................................................11
6. Patofisiologi ..........................................................................13
7. Pathway ................................................................................16
8. Komplikasi ...........................................................................17
9. Penatalaksanaan ....................................................................17
B. Breathing Exercise
1. Definisi .................................................................................18
2. Tujuan ...................................................................................19
1. Pengkajian ............................................................................22
5. Evaluasi ................................................................................34
1. Pengkajian ............................................................................37
x
4. Intervensi Keperawatan ........................................................39
6. Evaluasi ................................................................................41
A. Simpulan .....................................................................................49
B. Saran ...........................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah menurut WHO-ISH dan ESH-ESC ..........12
Indonesia ..............................................................................................12
Tabel 3.4 Hasil Evaluasi Pengukuran Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tekanan darah sistolik sama dengan atau diatas 140 mmHg serta tekanan
diastolik sama dengan atau diatas 90 mmHg. Penyakit ini disebut sebagai
peningkatan hipertensi adalah pola makan yang tidak sehat, aktivitas fisik
lebih umum terjadi di negara dengan penghasilan rendah atau menengah, hal
bertambahnya umur harapan hidup dan perubahan gaya hidup masyarakat dan
1
2
Provinsi Bali, 2019). Hasil yang sama juga terjadi di RSUD Wangaya dengan
data penyakit hipertensi yang selalu meningkat. Dari data yang didapatkan
20% pasien pasien datang dengan keluhan hiprtensi, jantung, stroke dan
pskiatri.
& Kamitsuru, 2018). Faktor resiko penyebab terjadinya hipertensi adalah diet
yang tidak sehat (konsumsi garam yang berlebihan, asupan buah dan sayuran
stress baik stress fisik maupun emosional yang akhirnya dapat menurunkan
untuk menurunkan tekanan darah pada klien hipertensi. Dorongan aferen dari
akibatnya akan ada penurunan tekanan darah dari aktivasi reflek baroreseptor
Verstappen, 2014).
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan Umum
RSUD Wangaya.
2. Tujuan Khusus
Hipertensi.
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
c. Bagi Pasien
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
peningkatan tekanan darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari
140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (World
masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Gejala
2017)
6
7
2. Anatomi Fisiologi
membawa gas -gas pernafasan , nutrisi, hormon - hormon dan zat lain ke
oleh:
a. Jantung
susunanya sama dengan otot lintang, tetapi cara kerjanya sama otot
polos yaitu di luar kemauan kita yang dipengaruhi oleh susunan saraf
jari di bawah papilla mamae. Pada tempat ini teraba adanya jantung
genggaman tangan kanan dan beratnya kira – kira 250 – 300 gram.
8
1) Lapisan jantung
bundalan otot.
menuju ke paru–paru.
b. Pembuluh Darah
kuat dan tebal tetapi sifatnya elastic, antara lain: tunika intima /
adalah lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot yang terdiri
yang paling luar sekali trdiri dari jaringan ikat lembur yang
dari daerah kepala, thorax dan ektremitas atas, vena cava inferor
3. Etiologi / Predisposisi
a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi terdiri atas faktor genetik
risiko lebih tinggi mengalami hipertensi, ras kulit hitam lebih sering
mengalami hipertensi dari pada ras kulit putih sehingga ras kulit
jenis kelamin laki-laki lebih berisiko terkena stroke, hal ini terkait
alkohol dan obat, dan pola hidup tidak sehat (Sari, 2016). Secara
obesitas, selain itu obesitas juga salah satu pemicu utama dalam
4. Klasifikasi
2014.
12
Tabel 2.2 Kategori tekanan darah menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Kategori Tekanan Darah
(mmHg) (mmHg)
Normal 120-129 80-89
Normal tinggi 130-139 89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 ≥ 160 ≥ 100
Hipertensi derajat 3 > 180 > 110
seperti terjadi pada gejala ringan yaitu pusing atau sakit kepala, cemas,
berdengung, sulit tidur, sesak napas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah,
hipertensi berat.
terganggu.
jantung.
6. Patofisiologi
(volume darah yang dipompa dari ventrikel jantung) dengan hearth rate
teori- teori tersebut antara lain, perubahan yang terjadi pada bantalan
organ vital seperti stroke, gagal ginjal, aneurisme dan cedera retina
arteriol akibat naiknya tonus otot polos pada pembuluh darah tersebut.
Jika hipertensi sudah dialami cukup lama, maka yang akan sering
darah arteriol seperti penebalan pada tunika interna dan terjadi hipertrofi
sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi lagi sehingga terjadi
anoksia relatif. Hal ini dapat diperjelas dengan adanya sklerosis koroner
7. Pathway
Factor pencetus atau etiologi:
Jenis Kelamin, Usia, Merokok & alcohol, Hipertensi atau Tekanan Kerusakan vaskuler pembuluh
Obesitas, Konsentrasi garam, Stress Darah Tinggi darah
Emosioal, Kurang olahraga
Perubahan Struktur
Penyempitan pembuluh
darah (oklusi vaskuler)
8. Komplikasi
vaskuler, ensefalopati.
9. Penatalaksanaan
tekanan darah arteri pada atau kurang dari 140/90 mmHg (130/80 mmHg
terkecil, dan peluang terbesar untuk diterima pasien. Dua kelas obat
kompleks.
B. Breathing Exercise
1. Definisi
yang dalam hal ini perawat mengajar kepada klien bagaiman cara
2. Tujuan
kewaspadaan.
denyut jantung dan sebagai akibatnya akan ada penurunan tekanan darah
3. Prinsip Pelaksanaan
a. Indikasi
terbatas
kronis.
5) Penderita hipertensi
b. Kontraindikasi:
4. Prosedur Penggunaan
(Priharjo, 2013):
c. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara
bawah rileks
secara perlahan-lahan
atau hilang
22
1. Pengkajian
a. Biodata
b. Keluhan utama.
makanan apa saja yang biasanya dimakan sehari- hari dan apa
mengalami hipertensi.
23
observasi
sistem respirasi.
3) Sistem neurologi
d. Sosial interaksi.
obesitas
3) Pola eliminasi
usus.
tidak kooperatif.
antagonis histamin.
tubuh
26
2. Diagnosa Keperawatan
embolisme
3. Intervensi Keperawatan
NIC: TTV
1. Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
2. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor adanya pulsus
paradoksus
8. Monitor adanya pulsus
28
alterans
9. Monitor jumlah dan irama
jantung
10. Monitor bunyi jantung
11. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
12. Monitor suara paru
13. Monitor pola pernapasan
abnormal
14. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
15. Monitor sianosis perifer
16. Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
17. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
2 Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan NIC LABEL: MANAJEMEN
keperawatan selama ...x... NYERI
diharapkan nyeri pasien 1. Lakukan pengkajian nyeri
berkurang dengan kriteria komprehensif yang meliputi
hasil: lokasi, karakteristik,
NOC LABEL: KONTROL onset/durasi, frekuensi,
NYERI kualitas, intensitas atau
1. Mengenali kapan nyeri beratnya nyeri dan faktor
terjadi (4) pencetus.
2. Melaporkan nyeri yang 2. Gunakan strategi
terkontrol (4) komunikasi terapeutik untuk
NOC LABEL: TINGKAT mengetahui pengalaman
NYERI nyeri dan sampaikan
1. Nyeri yang dilaporkan penerimaan pasien terhadap
(4) nyeri
2. Menggosok area yang 3. Gali pengetahuan dan
terkena dampak (4) kepercayaan pasien
mengenai nyeri
4. Gali bersama pasien faktor-
29
irama jantung
7.
hemodinamik infasif
8.
output
9.
rinchi, eodem perifer dan
penambahan BB
10.
odema
5 Risiko Cedera Setelah dilakukan asuhan NIC LABEL: MANAJEMEN
keperawatan selama ...x... LINGKUNGAN:
diharapkan resiko cidera KESELAMATAN
tidak terjadi, dengan kriteria 1. Identifikasi hal-hal yang
hasil: membahayakan di
NOC LABEL: FUNGSI lingkungan (misalnya,
SENSORI bahaya fisik, biologi dan
PENGELIHATAN kimiawi)
1. Pandangan Kabur 2. Singkirkan bahan berbahaya
(4) dari lingkungan jika
2. Pengelihatan diperlukan
terganggu (4) 3. Modifikasi lingkungan
untuk meminimalkan bahan
berbahaya dan berisiko
4. Sediakan alat untuk
beradaptasi (misalnya, kursi
untuk pijakan dan pegangan
tangan)
5. Gunakan alat perlindungan
(misalnya, pengekangan,
pegangan pada sisi, kunci
pintu, pagar dan gerbang)
untuk membatasi mobilitas
fisik atau akses pada situasi
yang membahayakan
6. Monitor lingkungan
terhadap terjadinya
33
perubahan status
keselamatan.
6 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan NIC: ENERGY MANAGEMENT
berhubungan dengan keperawatan selama ...x... 1.
kelemahan, diharapkan Intoleransi klien dalam melakukan
ketidakseimbangan suplai aktivitas teratasi, dengan aktivitas
dan kebutuhan oksigen kriteria hasil: 2.
NOC LABEL : mengungkapkan perasaan
1. Energy terhadap keterbatasan
conservation 3.
2. Self Care : menyebabkan kelelahan
ADLs 4.
energi tangadekuat
Kriteria Hasil : 5.
1. B kelelahan fisik dan emosi
erpartisipasi dalam secara berlebihan
aktivitas fisik tanpa 6.Monitor respon kardivaskuler
disertai peningkatan terhadap aktivitas
tekanan darah, nadi dan 7.
RR lamanya tidur/istirahat
2. M pasien
ampu melakukan
aktivitas sehari hari NIC: ACTIVITY THERAPY
(ADLs) secara mandiri 1.
Rehabilitasi Medik
dalammerencanakan
progran terapi yang tepat.
2.
mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
3.
konsisten yangsesuai
dengan kemampuan fisik,
psikologi dan social
4.
dan mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
34
4. Implementasi Keperawatan
Tujuan dari implementasi adalah untuk mencapai tujuan dari apa yang
5. Evaluasi
Tahun 1921 dengan jumlah tempat tidur 30 buah, 15 buah untuk orang sakit
bangsa Eropa dan Cina serta 15 tempat tidur lainnya untuk bumiputera. Pada
saat itu Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar merupakan
pusat pelayanan kesehatan untuk Bali Selatan, sedangkan untuk Bali Utara
Denpasar pada Tahun 1992 maka Rumah Sakit Wangaya Denpasar berada
pelayanan rawat inap RSUD Wangaya juga melayani pelayanan rawat jalan
36
37
1. Pengkajian
rumah sakit pasien sempat kejang satu kali dirumah, pada saat di IGD
pasien diobservasi selama dua jam dan dipasang infuse NaCl 0,9% 20
pusing, leher terasa tegang, pasien mengeluh kaki dan tangan sebelah
dan empat tahun lalu pernah mengalami stroke. Hasil tanda-tanda vital,
2. Analisa Data
obyektif.
sadar dan kejang satu kali dirumah, pasien mengeluh pusing, pasien
2) Data obyektif yaitu hasil tekanan darah 180/90 mmHg, suhu: 36°C,
3. Diagnosa Keperawatan
pasien sempat tidak sadar dan kejang satu kali dirumah, pasien
riwayat stroke 4 tahun yang lalu, hasil tekanan darah 180/90 mmHg,
teraba dingin
4. Intervensi Keperawatan
No.
Hari/Tgl
Dx
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
5. Implementasi Keperawatan
intervensi yang tertera diatas tetapi disini penulis lebih jauh akan
6. Evaluasi
Tabel 3.4 Hasil Evaluasi Pengukuran Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah
Menggunakan Terapi Breathing Exercise
Pada kasus kelolaan pasien bernama Tn. G berjenis kelamin laki-laki yang
perempuan, hal ini terkait bahwa laki-laki kebanyakan perokok. Rokok dapat
penduduk di Indonesia tahun 2013 lebih tinggi dijumpai pada kelompok jenis
kelamin laki-laki dimana 64,9% laki-laki dan 2,1% perempuan. Zat yang
darah sehingga pembuluh darah menjadi sempit dan kaku yang memicu
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi salah satunya usia. Pada
42
43
(2015) menyatakan usia yang paling rentang terkena hipertensi adalah 60-69
tahun, orang lanjut usia pembuluh darahnya akan lebih kaku karena adanya
plak dan berkaitan dengan proses degenerasi (penuaan) yang terjadi secara
alamiah dimana saat usia semakin bertambah kondisi jaringan tubuh sudah
stroke empat tahun yang lalu. Pada pemeriksaan tekanan darah didapatkan
hasil melebihi batas normal yaitu 180/90 mmHg, RR: 22x/mnt, nadi 88
x/mnt, suhu 36,8°C dan GCS E 4 M6 V5, dengan saturasi oksigen 98%.
menyebabkan oklusi arteri dan cedera iskemik (Yonata, Satria, & Pratama,
2016). Bila tekanan sistolik di atas 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih
darah otak dan akan menimbulkan perdarahan, akan sangat fatal bila terjadi
interupsi aliran darah ke bagian distal, di samping itu darah ekstravasal akan
terganggunya aliran darah ke otak dan sel sel otak akan mengalami kematian
tindakan awal yaitu letakan kepala pasien pada posisis 30 derajat, bebaskan
jalan nafas dan memberikan O2, mengontrol glukosa dan aliran darah tetap
mandiri yaitu breathing exercise pasien lebih tenang dan tekanan darah
45
pasien dalam batas normal dan stabil. Hal tersebut mengurangi resiko
C. Analisis Intervensi
pernah memiliki riwayat stroke 4 tahun yang lalu, hasil tekanan darah 180/90
leher pasien terasa tegang berkurang, TD. 130/80 mmHg, nadi 90x/mnt, RR
Masalah keperawatan yang timbul pada pasien dapat diatasi bila terjadi
kolaborasi yang baik antara pasien dan perawat. Peran perawat dalam
dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien cara melakukan nafas dalam,
D. Analisis Implementasi
dilakukan intervensi selama 3 hari yaitu tanggal 1-3 Oktober 2019 didapatkan
hasil pasien mengalami penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik. Dari
tiga hari waktu pengukuran tekanan darah didapatkan hasil yang berbeda
pada pengukuran tekanan darah yaitu pada hari pertama tekanan darah 155/90
47
mmHg, hari ke dua 140/80 mmHg, dan hari ketiga turun menjadi 130/80
mmHg.
rileks dan nyaman, dengan melakukan nafas dalam secara perlahan tubuh
penelitian yang dilakukan oleh Juli Andri (2018), menunjukkan bahwa pasien
sistolik dan diastolik yang bermakna antara sebelum dan setelah melakukan
breathing exercise.
48
A. Simpulan
breathing exercise.
Hipertensi
49
50
B. Saran
berikut:
2. Bidang Pendidikan
karya ilmiah ini dengan teknik non farmakologi lain yang dapat
DAFTAR PUSTAKA
Andri, J., Waluyo, A., Jumaiyah, W., & Nastashia, D. (2018). Efektivitas
Isometric Handgrip Exercise Dan Slow Deep Breathing Exercise Terhadap
Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Jurnal Keperawatan
Silampari, 2, 371–384. https://doi.org/https://doi.org/10.31539/jks.v2i1.382
Aubert, E., Diest, I. Van, & Verstappen, K. (2014). Inhalation / Exhalation Ratio
Modulates the Effect of Slow Breathing on Heart Rate Variability and
Relaxation, 171–180. https://doi.org/10.1007/s10484-014-9253-x
Brunner, & Suddarth. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.
Chowdhury, S., Stephen, C., Mcinnes, S., & Halcomb, E. (2019). Nurse-Led
Interventions to Manage Hypertension in General Practice: A Systematic
Review Protocol. Collegian. https://doi.org/10.1016/j.colegn.2019.10.004
Dinas Kesehatan Provinsi Bali. (2019). Profil Kesehatan Provinsi Bali 2018.
Denpasar: Dinas Kesehatan Provinsi Bali.
Ghani, L., Mihardja, L. K., & Delima. (2016). Faktor Risiko Dominan Penderita
Stroke di Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan, 49–58.
Pearce, E. C. (2012). Anatomi dan Fisiologi untuk Para Medis. Jakarta: PT.
Gramedia.
Riskesdas. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Shavelle, R. M., Brooks, J. C., Strauss, D. J., & Turner-stokes, L. (2019). Life
Expectancy after Stroke Based On Age , Sex , and Rankin Grade of
Disability : A Synthesis, 1–7.
https://doi.org/10.1016/j.jstrokecerebrovasdis.2019.104450
Smeltzer, & Bare. (2013). Buku Ajar Keperawtan Medikal Bedah (Edisi 8).
Jakarta: EGC.
Ublosakka-jones, C., Tongdee, P., Pachirat, O., & Jones, D. A. (2018). Slow
Loaded Breathing Training Improves Blood Pressure , Lung Capacity And
53
Arm Exercise Endurance For Older People With Treated And Stable Isolated
Systolic Hypertension. Experimental Gerontology, 108(February), 48–53.
https://doi.org/10.1016/j.exger.2018.03.023
Yonata, A., Satria, A., & Pratama, P. (2016). Hipertensi sebagai Faktor Pencetus
Terjadinya Stroke. Medical Journal of Lampung University, 5(September
2016), 17–21.
Zhang, Z., Wang, B., Wu, H., Chai, X., & Wang, W. (2016). Effects of slow and
regular breathing exercise on cardiopulmonary coupling and blood pressure.
Medical & Biological Engineering & Computing.
https://doi.org/10.1007/s11517-016-1517-6
LAMPIRAN
Lampiran 1
Waktu : 1 x 30 Menit
Analisis Situasional
Pelaksana Ayu Putu Yunita Lestari,S.Kep
Peserta Tn. G
Tempat Ruang Belibis RSUD Wangaya
Tujuan Umum Instruksional Melakukan Breathing exercise selama 10 menit dimana
inspirasi dilakukan selama 4 detik dan inspirasi selama 6
detik sehingga tekanan darah mengalami penurunan
Sarana dan Prasarana Ruang dengan situasi yang nyaman untuk melakukan
Breathing exercise
Kegiatan a. Ciptakan lingkungan yang tenang
b. Usahakan tetap rileks dan tenang
c. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi
paru-paru dengan udara melalui hitungan 1,2,3,4 /
selama 4 detik
d. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui
mulut dengan hitungan 5,6,7,8,9,10 / selama 6 detik
sambil merasakan ekstremitas atas dan bawah rileks
e. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
f. Menarik nafas lagi melalui hidung dan
menghembuskan melalui mulut secara perlahan-lahan
g. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
h. Usahakan agar tetap konsentrasi atau mata
sambil terpejam
i. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga
keletihan terasa menurun atau hilang
Lampiran 2
Lampiran 2