Anda di halaman 1dari 117

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN TB PARU Tn. N DAN Tn.

A
DENGAN INTERVENSI UTAMA FISIOTERAPI DADA
DI RUANG DAHLIA RSUD ULIN BANJARMASIN

KARYA TULIS ILMIAH

NAHDHEA KHAIRUNISA
NIM 1140970120064

POLITEKNIK KESDAM VI BANJARMASIN


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2023
GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN TB PARU Tn. N DAN Tn. A
DENGAN INTERVENSI UTAMA FISIOTERAPI DADA
DI RUANG DAHLIA RSUD ULIN BANJARMASIN

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan

NAHDHEA KHAIRUNISA
NIM 1140970120064

POLITEKNIK KESDAM VI BANJARMASIN


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2023

ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Nahdhea Khairunisa

NIM : 11409710120064

Program Studi : DIII Keperawatan

Institusi : Politeknik Kedam VI Banjarmasin

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa karya tulis ilmiah yang saya

tulis ini adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan

pengambilan alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil

tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila kemudian hari terbukti atau dapat

dibuktikan karya tulis ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima

sanksi atas perbuatan tersebut.

Banjarmasin, Mei 2023


Pembuat Pernyataan

Nahdhea Khairunisa
NIM.1140970120064

iii
PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Nahdhea Khairunisa

NIM : 1140970120064

Prodi : DIII Keperawatan

Judul Karya Tulis Ilmiah : Gambaran Asuhan Keperawatan Pasien TB Paru

Tn. N dan Tn. A Dengan Intervensi Utama

Fisioterapi Dada Di Ruangan Dahlia RSUD Ulin

Banjarmasin

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah ini merupakan hasil

karya cipta saya sendiri dan bukan flagiat, begitu pula hal yang terkait di

dalamnya baik megenai isinya, sumber yang dikutip, maupun teknik di dalam

pembuatan dan penyususnan karya tulis ilmiah.

Pernyataan ini akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya , apabila di

kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya cipta saya atau flagiat

atau jiblakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut

berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal

25 (2) dan Pasal 70.

Dibuat di : Banjarmasin
Pada tanggal : Mei 2023
Saya Yang Menyatakan,

Nahdhea Khairunisa
NIM.1140970120064

iv
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL : Gambaran Asuhan Keperawatan Pasien TB Paru Tn. N dan

Tn.A Dengan Intervensi Utama Fisioterapi Dada Di Ruangan

Dahlia RSUD Ulin Banjarmasin

NAMA : Nahdhea Khairunisa

NIM : 1140970120064

Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui untuk di ujikan pada tanggal....

Nahdhea Khairunisa
NIM.1140970120064

Pembimbing

Wahyu Asnuriyati, S.Kep., Ns., M.M


NIDN.1110058001

v
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Nahdhea Khairunisa NIM. 1140970120064 dengan judul

“Gambaran Asuhan Keperawatan Pasien TB Paru Tn. N dan Tn. A Dengan

Intervensi Utama Fisioterapi Dada Di Ruang Dahlia RSUD Ulin Banjarmasin”.

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal 17 Mei 2023.

TIM PENGUJI

1. Wahyu Asnuriyati, S.Kep., Ns., M.M ( Penguji I ) ( )


NIDN. 1110058001

2. Sri Purwanti Ariani, S.Kep., Ns., M.Kep ( Penguji II ) ( )


NIDN. 1119099301

3. Murjani, S. Kep., Ns., M.Kep ( Penguji III ) ( )


NIP. 19741011 199402 1 001

Mengetahui
Koordinator Prodi DIII Keperawatan

Ernawati, S.Kep., Ns., M.Kep


NIK 014 637 120

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan

judul “Gambaran Asuhan Keperawatan Pasien TB Paru Tn. N dan Tn. A Dengan

Intervensi Utama Fisioterapi Dada Di Ruang Dahlia RSUD Ulin Banjarmasin“.

Dimana dalam penulisan karya tulis ilmiah ini banyak sekali hambatan dan

kendala yang dihadapi, namun berkat bantuan bimbingan-Nya, akhirnya karya

tulis ilmiah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Penulisan karya tulis ilmiah ini disusun dalam rangka menempuh ujian

akhir program Diploma III Keperawatan, Politeknik Kesdam VI Banjarmasin

Tahun akademik 2023. Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak terlepas

dari bantuan dan dukungan dari berbagai sumber yang berupaya memberikan

nasihat, masukan, usulan, dan bahan penulisan yang semuanya dapat berguna

dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. Penulis ingin menyampaikan ucapan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang tersebut dibawah

ini:

1. Hj. Tri Mawarni, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Direktur Politeknik Kesdam VI

Banjarmasin beserta staf dan dosen Politeknik Kesdam VI Banjarmasin.

2. Bapak dr. Izaak Zoelkarnain Akbar, Sp.OT (k) selaku Direktur RSUD Ulin

Banjarmasin.

3. Ibu Ernawati, S.Kep.,Ns.,M.kep selaku koordinator DIII Keperawatan

Politeknik Kesdam VI Banjarmasin

4. Ibu Wahyu Asnuriyati, S.kep., Ns., M.M selaku pembimbing sekaligus

penguji I yang senantiasa memberikan bimbingan dan masukan dalam

penyusunan laporan studi kasus ini.

vii
5. Ibu Sri Purwanti Ariani, S.Kep., Ns., M.kep selaku penguji II.

6. Bapak Murjani, S.Kep., Ns., M.Kep selaku penguji III.

7. Staf dan dosen Politeknik Kesdam VI Banjarmasin.

8. Kedua orang tua dan seluruh keluarga dan orang yang saya sayangi selalu

memberi motivasi, nasehat, perhatian, dan do’a.

9. Seluruh temen-temen saya mahasiswa Politeknik Kesdam VI Banjarmasin

Angkatan Sembilan Belas ( ATLAS ) terutama temen-temen yang telah

banyak membantu saya dalam penulisan laporan studi kasus ini.

Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak dan dapat dipahami oleh pembaca. Penulis menyadari Karya Tulis

Ilmiah ini tidak luput dari berbagai kekurangan, sehingga penulis mengharapkan

saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikan di masa depan.

Banjarmasin, Mei 2023


Penulis

viii
ABSTRAK

“ GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TB PARU Tn. N


DAN Tn. A DENGAN INTERVENSI UTAMA FISIOTERAPI DADA
DI RUANG DAHLIA RSUD ULIN BANJARMASIN “

Nahdhea Khairunisa (2023)

Program Diploma III Keperawatan Politeknik Kesdam VI Banjarmasin

TB Paru adalah infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium


tuberculosis yang menyerang paru-paru. TB Paru adalah suatu penyakit yang
diakibatkan karena adanya gangguan mikroba pathogen pada tubuh manusia.
Menurut World Health Organizing (WHO) mencatat kurang lebih 10,4 juta kasus
TB Paru diseluruh dunia. Ada 7 negara yang menyumbang 64% kasus TB Paru,
Indonesia sendiri termasuk dalam urutan yang ke-2 . Provinsi kalimantan selatan
memiliki jumlah kasus TB Paru sebesar 3.655 kasus. Fisioterpi dada Sebagian
besar efektif bagi penderita TB Paru untuk membantu mengeluarkan sputum
yang tertahan. AdapaunTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
asuhan keperawatan pada pasien TB Paru Tn. N dan Tn. A dengan intervensi
utama fisioterapi dada.

Metode dalam penelitian ini menggunakan studi kasus deskriptif secara


komprehensip dan pendekatan proses asuhan keperawatan, cara pengambilan
data dengan cara mengobservasi 2 orang pasien TB Paru, penelitian dilakukan
selama 3 minggu.

Hasil studi kasus yang dilakukan pada Tn. N dan Tn. A yang menderita
TB Paru dengan Tindakan fisioterapi dada selama 3 hari diperoleh hasil pada Tn.
N mampu mengeluarkan secret pada hari ketiga dan pada Tn. A sekret bisa
dikeluarkan pada hari ketiga.

Untuk mendapatkan hasil keperawatan yang diharapkan, diperlukan


membina hubungan yang baik dan keterlibatan pasien, keluarga, dan tim
kesehatan layanan. Perawat perlu mengembangkan dan meningkatkan
pemahaman terhadap konsep manusia secara komprehensif sehingga perawat
mampu menerapkan asuhan keperawatan dengan baik

Pembimbing : Wahyu Asnuriyati, S.Kep., Ns., M.M


Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, TB Paru, Fisioterapi Dada

ix
ABSTRACT

"DESCRIPTION OF NURSING CARE IN PULMONARY TB PATIENTS Mr.


NAND Mr. A WITH MAIN INTERVENTION OF CHEST PHYSIOTHERAPY IN
THE DAHLIA ROOM ULIN BANJARMASIN HOSPITAL”

Nahdhea Khairunisa (2023)

Diploma III Nursing Program, Kesdam VI Banjarmasin Polytechnic

Pulmonary TB is an infection caused by mycobacterium tuberculosis


which attacks the lungs. Pulmonary TB is a disease caused by interference with
pathogenic microbes in the human body. According to the World Health
Organizing (WHO) records approximately 10.4 million cases of pulmonary TB
worldwide. There are 7 countries that account for 64% of pulmonary TB cases,
Indonesia itself is in 2nd place. South Kalimantan Province has a total of 3,655
cases of pulmonary TB. Chest physiotherapy is mostly effective for people with
pulmonary TB to help remove stuck sputum. Adapaun The aim of this study was
to find out the description of nursing care in pulmonary TB patients. N and Mr. A
with chest physiotherapy main intervention.

The method in this study used a comprehensive descriptive case study


and a nursing care process approach, the method of data collection was by
observing 2 pulmonary TB patients, the study was conducted for 3 weeks.

The results of the case study conducted on Mr. N and Mr. A who suffered
from pulmonary TB with chest physiotherapy for 3 days obtained the results on
Mr. N was able to secrete on the third day and on Mr. A secretion can be
removed on the third day.

To get the expected nursing outcomes, it is necessary to foster good


relationships and involvement of the patient, family, and health care team. Nurses
need to develop and improve their understanding of human concepts in a
comprehensive manner so that nurses are able to apply nursing care properly

Supervisor : Wahyu Asnuriyati, S.Kep., Ns., M.M


Keywords: Nursing Care, Pulmonary TB, Chest Physiotherapy

x
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPA

N..............................................................................................................................i
HALAMAN SAMPUL DALAM...............................................................................ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.................................................................iii
PERNYATAAN ORISINALITAS...........................................................................iv
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................v
KATA PENGANTAR.............................................................................................vi
DAFTAR ISI..........................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xiii
DAFTAR TABEL.................................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................4
C.Tujuan Studi Kasus..................................................................................5
1. Tujuan umum.......................................................................................5
2. Tujuan Khusus.....................................................................................5
D. Manfaat Studi Kasus...............................................................................6
1. Bagi Peneliti.........................................................................................6
2. Bagi Tempat Penelitian........................................................................6
3. Bagi Profesi Keperawatan...................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................7


A. Konsep Medis.......................................................................................7
1. Pengertian...........................................................................................7
2. Anatomi fisiologi pernapasan..............................................................8
3. Etiologi...............................................................................................13
4. Tanda dan gejala...............................................................................15
5. Patofisiologi.......................................................................................16
6. Patway...............................................................................................18
7. Faktor Risiko......................................................................................19
8. Komplikasi.........................................................................................20
9. Penatalaksanaan...............................................................................20
B. Konsep Prosedur/ Intervensi Fisioterapi Dada...................................22
1. Pengertian..........................................................................................22
2. Tujuan................................................................................................23
3. Indikasi...............................................................................................23
4. Kontraindikasi.....................................................................................23
5. Waktu.................................................................................................24
6. Persiapan alat....................................................................................24
7. Persiapan pasien................................................................................24
8. Persiapan perawat.............................................................................25
9. Tahap pelaksanaan............................................................................25
C. Konsep asuhan keperawatan.............................................................27
1. Pengkajian..........................................................................................27
2. Diagnosa keperawatan.......................................................................31

xi
3. Intervensi keperawatan.......................................................................32
4. Implementasi keperawatan.................................................................34
5. Evaluasi keperawatan.........................................................................35
6. Dokuementasi Keperawatan...............................................................35

BAB III METODE PENULISAN...........................................................................36


A. Rancangan Studi Kasus.....................................................................36
B. Subjek Penelitian................................................................................36
C. Definisi Operasional............................................................................37
D. Lokasi Dan Waktu Penelitian..............................................................37
E. Teknik Dan Instrument Pengumpulan Data........................................37
F. Analisis Data.......................................................................................38
G. Penyajian Data...................................................................................38
H. Etika Penelitian...................................................................................38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................40


A. HASIL.................................................................................................40
B. PEMBAHASAN...................................................................................67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................78


A. Kesimpulan.........................................................................................78
B. Saran..................................................................................................80
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................82
DAFTAR LAMPIRAN

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2 1 Alat-Alat Pernapasan........................................................................8


Gambar 2 2 Pernapasan Bagian Atas...................................................................8
Gambar 2 3 Trakhea...........................................................................................10
Gambar 2 4 Alveous............................................................................................12
Gambar 2 5 Paru-paru........................................................................................13

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Distribusi 10 penyakit terbanyak di Ruang Dahlia RSUD Ulin


Banjarmasin Tahun 2020................................................................2
Tabel 1. 2 Distribusi 10 Penyakit Terbanyak Di Ruang Dahlia RSUD Ulin
Banjarmasin Tahun 2021................................................................3
Tabel 1. 3 Distribusi 10 Penyakit Terbanyak Di Ruang Dahlia RSUD Ulin
Banjarmasin Tahun 2023................................................................3

Tabel 2. 1 Intervensi Keperawatan ……………………………………………..32

Tabel 4. 1 Identitas pasien dan Penanggung Jawab…………………………..40


Tabel 4. 2 Pengkajian Keperawatan...............................................................41
Tabel 4. 3 Pemeriksaan Fisisk.......................................................................45
Tabel 4. 4 Pola Kebiasaan.............................................................................48
Tabel 4. 5 Hasil Pemeriksaan Diagnostik Pasien 1 pada Tanggal 02 Maret
2023..............................................................................................50
Tabel 4. 6 Hasil Pemeriksaan Diagnostik Pasien 1 pada Tanggal 10 Maret
2023..............................................................................................50
Tabel 4. 7 Hasil Pemeriksaan Diagnostik Pasien 2 pada Tanggal 9 Maret
2023..............................................................................................51
Tabel 4. 8 Hasil Pemeriksaan Diagnostik Pasien 2 pada Tanggal 13 Maret
2023..............................................................................................51
Tabel 4. 9 Hasil pemeriksaan Diagnostik Radiologi.......................................52
Tabel 4.10 Farmakologi...................................................................................53
Tabel 4.11 Analisa Data..................................................................................54
Tabel 4.12 Intervensi Keperawatan.................................................................57
Tabel 4.13 Implementasi.................................................................................60
Tabel 4.14 Evaluasi.........................................................................................63

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 10 penyakit terbanyak di ruangan dahlia Rsud ulin banjarmasin


Tahun 2020-2022
Lampiran 2 Lembar persetujuan menjadi responden
Lampiran 2 Lembar permohonan menjadi responden
Lampiran 3 SOP Fisioterapi Dada
Lampiran 4 Penilaian kesadaran dengan pemeriksaan GCS
Lampiran 5 Skala Nyeri
Lampiran 6 Skala Otot
Lampiran 7 Nilai IMT
Lampiran 8 Format Pengkajian Asuhan Keperawatan
Lampiran 9 Lembar Konsul

xv
xvi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kesehatan,

memberikan dampak pada mahalnya kesehatan. Hal ini membuat semakin

kompleksnya masalah kesehatan yang muncul, salah satunya ialah TB Paru.

TB Paru merupakan penyakit yang sudah dikenal sejak dulu dan telah

melibatkan manusia.

TB Paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

mycobacterium tuberculosis yang ditularkan memalui udara (droplet nuclei)

saat pasien tuberculosis batuk dan percikan ludah yang mengandung bakteri

tersebut terhirup oleh orang lain saat bernapas. Penderita tuberkulosis akan

mengalami tanda dan gejala seperti berkurangnya berat badan, demam,

keringat dingin, mudah lelah, kehilangan nafsu makan, batuk, sputum

berdarah, nyeri dada, dan sesak napas (Susyanti, Syaiful, Murti, & Pratama,

2021) .

Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2016

diperkirakan terdapat 10,4 juta kasus baru (insidensi) TB Paru di seluruh

dunia, diantaranya 6,2 juta laki-laki, 3.2 juta Wanita, dan 1 juta adalah anak-

anak. Dan diantaranya penderita TB tersebut 10% merupakan penderita HIV

positif. 7 negara yang menyumbang 64% kasus baru TB Paru di dunia

adalah India, Indonesia, Tiongkok, Filipina, dan Pakistan. Pada tahun yang

sama 1,7 juta orang meninggal karena TB Paru termasuk penderita HIV.

Namun secara global, tingkat kematian penderita TB Paru mengalami

penurunan sebanyak 37% ditahun 2000-2016 (Sunarmi & Kurniawaty, 2022).

Indonesia tercatat sebagai negara kedua dengan penderita TB Paru

terbesar di dunia pada tahun 2017 yaitu 1.020.000 jiwa. Prevalensi TB paru

1
2

menurut Riskesdas (2013) sebanyak 0,4% lima provinsi tertinggi dengan TB

paru adalah Jawa barat 0,7%, Papua 0,6%, DKI Jakarta 0,6%, Gorontalo

0,5%, Banten 0,4%, dan papua barat 0,4%. Kasus TB Paru tahun 2016,

jumlah tertinggi terdapat di provinsi jawa barat sebanyak 52.328 kasus

diantaranya laki-laki sebanyak 29,429 orang dan perempuan 22,899 orang

(Herawati, 2020).

Jumlah kasus TB Paru di Provinsi Kalimantan selatan mencapai

sebesar 3.655 kasus. Menurut kabupaten/kota jumlah kasus TB Paru

tertinggi berada di kota Banjarmasin yaitu sebear 729 kasus, diikuti dengan

kabupaten Banjar sebanyak 498 kasus sedangkan terendah berada di

kabupaten Balanagan yaitu mencapai 44 kasus (Suparyanto dan Rosad,

2020).

Hasil studi pendahuluan diruang Dahlia RSUD Ulin Banjarmasin, TB

paru termasuk dalam kategori sepuluh penyakit sebagai berikut :

Tabel 1. 1 Distribusi 10 penyakit terbanyak di Ruang Dahlia RSUD Ulin


Banjarmasin Tahun 2020
No Jenis Penyakit Jumlah %
1 TB Paru 412 28%
2 Ca Paru 253 17%
3 CAP 238 17%
4 Efusi 211 16%
5 LRTI 111 14%
6 TB MDR 99 7%
7 Tu Paru 47 7%
8 Sepsis 45 3%
9 SOPT 43 3%
10 PPOK 38 3%
Jumlah 1497 100%
Sumber: Ruang Dahlia RSUD Ulin Banjarmasin 2020

Berdasarkan tabel 1.1 penyakit TB paru pada tahuan 2020 menempati

urutan pertama dari 10 penyakit terbanyak di ruang dahlia dengan jumlah

412 dari 1497 kasus yang ada diruang dahlia RSUD Ulin Banjarmasin.
3

Tabel 1. 2 Distribusi 10 Penyakit Terbanyak Di Ruang Dahlia RSUD Ulin


Banjarmasin 2021
No Jenis Penyakit Jumlah %
1 TB Paru 229 24%
2 Ca Paru 189 20%
3 CAP 162 17%
4 Efusi 136 14%
5 LRTI 75 8%
6 TB MDR 65 7%
7 Tu Paru 32 3%
8 Asma BR 31 3%
9 SOPT 26 3%
10 Bronchitis dan SOB 21 2%
Jumlah 966 100%
Sumber: Ruang Dahlia RSUD Ulin Banjarmasin 2021

Berdasarkan tabel 1.2 menunjukkan, penyakit TB paru pada tahun

2021 masih menempati urutan pertama dari 10 penyakit terbanyak dengan

jumlah 229 dari 966 kasus yang ada di ruang Dahlia RSUD Ulin

Banjarmasin.

Tabel 1. 3 Distribusi 10 Penyakit Terbanyak Di Ruang Dahlia RSUD Ulin


Banjarmasin 2022
No Jenis Penyakit Jumlah %
1 TB Paru 159 23%
2 Tu Paru 133 19%
3 Efusi pleura 98 14%
4 Peneumonia 75 11%
5 CAP 65 9%
6 Ca Paru 44 6%
7 Asma 42 6%
8 SOB 31 4%
9 PPOK 26 4%
10 Peneumothorax 20 2%
Jumlah 693 100%
Sumber: Ruang Dahlia RSUD Ulin Banjarmasin 2021

Berdasarkan tabel 1.2 yang diambil dari buku sensus penyakit di

ruang Dahlia menunjukkan, bahwa penyakit TB paru pada tahun 2022 masih

menempati urutan pertama dari 10 penyakit terbanyak dengan jumlah 159

dari 693 kasus yang ada di ruang Dahlia RSUD Ulin Banjarmasin.

Pasien TB paru akan mengeluhkan batuk berdahak yang kental

disertai darah, sesak napas, nyeri pada daerah dada, keringat pada malam
4

hari tanpa aktivitas, penurunan nafsu makan. Pemeriksaan fisik menunjukan

tanda-tanda berupa peningkatan frekuensi napas, irama napas tidak teratur,

dan rochi. Merujuk pada manifestasi tersebut, masalah keperawatan yang

umum terjadi pada pasien TB paru adalah bersihan jalan napas tidak efektif.

Bersihan jalan napas tidak efektif merupakan ketidakmampuan

membersihkan sekresi atau penyumbatan saluran napas. Hal ini disebabkan

karena adanya penumpukan sputum pada jalan napas yang mengakibatkan

ventilasi menjadi tidak adekuat/efektif. Untuk itu perlu dilakukan tindakan

memobilisasi pengeluaran sputum agar proses pernapasan dapat berjalan

dengan baik. Tindakan yang dapat membantu untuk pengeluaran sputum

salah satunya adanya fisioterapi dada. Fisioterapi dada merupakan salah

satu dari fisioterapi yang menggunakan teknik postural drainase, vibrasi dan

perkusi. Tujuan dari fisioterapi dada ini selain untuk sekret juga dapat

mengurangi sesak napas, nyeri dada karena terlalu sering batuk, penurunan

ekspansi thoraks, dan jalan napas yang terganggu akibat sekresi yang

berlebihan, sehingga mampu meningkatkan kemampuan fungsional dan

pasien akan merasa lebih rileks (Dila Syahfitri, 2020).

Permasalahan yang diuraikan diatas menjadikan penulis tertarik untuk

melakukan studi kasus dengan judul “Gambaran Asuhan Keperawatan Pada

Pasien TB Paru Tn. N Dan Tn. A Dengan Intervensi Utama Fisioterapi Dada

Di Ruang Dahliah RSUD Ulin Banjarmasin.” Dengan pendekatan tahapan

proses keperawatan secara komprehensif yaitu bio-psiko sosio-cultural dan

spiritual.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dibuat suatu

perumusan masalah sebagai berikut, “Bagaimana Gambaran Asuhan


5

Keperawatan Pasien TB Paru Tn. N Dan Tn. A Dengan Intervensi Utama

Fisioterapi Dada di ruang Dahlia RSUD Ulin Banjarmasin ?”. Rumusan

masalah tersebut dapat dirincikan sebagai berikut:

1. Bagaimana melakukan Pengkajian pada pasien TB paru Tn. N dan Tn. A

dengan Intervensi utama fisioterapi dada di ruang Dahlia RSUD Ulin

Banjarmasin?

2. Bagaimana menentukan diagnosa keperawatan yang muncul pada

pasien

Tn. N dan Tn. A dengan TB paru di ruang Dahlia RSUD Ulin

Banjarmasin?

3. Bagaimana menetukan intervensi keperawatan pada pasien Tn. N dan

Tn.A dengan TB paru di ruang Dahlia RSUD Ulin Banjarmasin?

4. Bagaimana melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien

Tn. N dan Tn. A dengan TB paru di ruang Dahlia RSUD Ulin

Banjarmasin?

5. Bagaimana melakukan evaluasi keperawatan pada pasien Tn. N dan

Tn. A dengan TB Paru di ruang Dahlia RSUD Ulin Banjarmasin?

6. Bagaimana melakukan pendokumentasian pada pasien Tn. N dan Tn. A

dengan TB paru diruang Dahlia RSUD Ulin Banjarmasin?

C. Tujuan Studi Kasus

Adapun tujuan dari penulisan studi kasus ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan umum

Mampu memberikan Asuhan keperawatan pada pasien

Tuberkulosis paru dengan intervensi utama fisioterapi dada di ruang

Dahlia RSUD Ulin Banjarmasin secara tepat sesauai dengan standar

asuhan keperawatan yang berlaku.


6

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pasien Tuberkulosis

Paru dengan intervensi keperawatan utama fisioterapi dada di

ruang Dahlia RSUD Ulin Banjarmasin.

b. Mampu menetapkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan

TB paru di ruang Dahlia RSUD Ulin Banjarmasin.

c. Mampu menetapkan intervensi keperawatan pada pasien dengan

TB paru di ruang Dahlia RSUD Ulin Banjarmasin.

d. Mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien

dengan TB paru di ruang Dahlia RSUD Ulin Banjarmasin.

e. Mampu mengevaluasi terhadap Tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan pada pasien dengan TB paru di ruang Dahlia RSUD

Ulin Banjarmasin.

f. Mampu mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pada

pasien dengan TB paru di ruang Dahlia RSUD Ulin Banjarmasin.

D. Manfaat Studi Kasus

Penulisan studi kasus keperawatan pada klien dengan TB Paru ini

diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Penulis

Melaksanakan asuhan keperawatan secara tepat sesuai dengan

standar keperawatan yang berlaku menjadikan pengalaman tersendiri

bagi peneliti dan dapat mentukan tindakan keperawatan untuk

meningkatkan asuhan keperawatan khususnya pada klien dengan TB

paru.

2. Bagi Tempat Penelitian


7

Sebagai bahan masukan serta pembandingan antara metode teori

yang telah diberikan oleh Pendidikan dan pelayanan kesehatan yang

dilaksanakan di ruang Dahlia RSUD Ulin Banjarmasin.

3. Bagi Profesi Keperawatan

Sebagai referensi baru untuk meningkatkan pengetahuan dalam

menerapkan ilmu-ilmu dan penerapan penanganan kasus penyakit TB

paru tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis

1. Pengertian

Tb Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri

mycobacterium tuberculosis dan paling sering menyerang paru (Afifah &

Sumarni, 2022).

Tb paru (penyakit infeksi) adalah suatu penyakit yang diakibatkan

karena adanya gangguan mikroba pathogen pada tubuh manusia.

Mycobacterium tuberculosis menjadi agen penyebab TB paru yang

bertanggung jawab atas jutaan kematian setiap tahunnya (Mar’iyah &

Zulkarnain, 2021)

Tb paru adalah infeksi bakteriologis kronis yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis dan ditandai dengan pembentukan

granuloma pada jaringan yang terinfeksi dan hipersensitivitas yang

diperantarai sel.(Aritonang, Anggraini, & Leniwita, 2020)

Berdasarkan beberapa pengertian TB paru diatas dapat

disimpulkan penulis bahwa TB paru adalah penyakit infeksi yang

disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-

paru yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang

terinfeksi.

8
9

2. Anatomi fisiologi pernapasan

Gambar 2 1 alat-alat pernapasan


Sumber: (Aritonang et al., 2020)

Anatomi fisiologi pernapasan dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Sistem pernapasan bagian atas

Gambar 2 2 pernapasan bagian atas


Sumber: (Aritonang et al., 2020)

1) Rongga Hidung

Hidung adalah organ utama saluran pernapasan yang

langsung berhubungan dengan dunia paling luar yang

berfungsi sebagai jalan masuk dan keluarnya udara


10

melalui proses pernapasan. Selain itu, hidung juga

berfungsi untuk mempertahankan dan menghangatkan

udara yang masuk, sebagai filter dalam membersihkan

benda asing yang masuk dan berperan untuk resonansi

suara, sebagai tempaat reseptor alfaktorius (Aritonang et

al., 2020c).

2) Faring

Faring atau tenggorokan merupakan saluran berbentuk

corong dengan Panjang 13 cm. dinding faring disusun oleh

otot rangka dan dibatasi oleh membrane mukosa. Otot

rangka yang terelaksasi untuk membuat faring dalam

posisi tetap sedangkan apabila otot rangka kontraksi maka

seang terjadi proses menelan. Fungsi faring ialah sebagai

saluran untuk udara dan makanan, menyediakan ruang

resonasi untuk suara saat bicara, dan tempat bagi tongsil

(berperan pada reaksi imun terhadap benda asing) (Agus

Setiyawan, 2022).

3) Laring

Laring tersusun atas 9 bagian jaringan kartilago, 3

bagian tunggal dan 3 lagi bagian berpasangan. 3 bagian

yang berpasangan adalah kartilago arytenoid, cuneiform,

dan corniculate. Arytenoid adalah bagian yang paling

signifikan dimana jaringan ini mempengaruhi pergerakan

membrane mukosa (lipatan vocal sebenarnya) untuk

menghasilkan suara. 3 bagian lain yang merupakan bagian

tunggal adalah tiroid, epiglottis, dan cricoid. Tiroid dan

cricoid keduanya befungsi melindungi pita suara.


11

Sedangkan efiglotis berfungsi untuk melindungi saluarn

udara dan mengalihkan makanan dan minuman agar

melewati esofagus (Agus Setiyawan, 2022).

4) Trakhea

Trakea adalah merupakan organ tabung antara laring

sampai dengan puncak paru, panjangnya sekita 10-12 cm,

setinggi sevikal 6-torakal 5 disebut juga batang

tenggorokan. Ujung trakea bercabang menjadi dua

bronkus yang disebut karina (Aritonang et al., 2020).

Trakea atau batang tenggorokan adalah saluran tubuler

yang dilewari oleh udara dari laring menuju ke paru-paru.

Trakea juga dilapisi oleh epitel kolumnar bersilia sehingga

dapat menjebak zat selain udara ditelan atau dikeluarkan

lewat dahak. Trakea dan bronkus juga memiliki reseptor

iritan yang menstimulasi batuk, memaksa partikel besar

yang masuk Kembali keatas (Agus Setiyawan, 2022).

Gambar 2 3 Trakhea
Sumber: (Aritonang et al., 2020)

b. Sistem pernapasan bawah


12

1) Bronchus

Bronchus meruapakan cabang utama trakea yang

disebut bronki primer atau bronki utama. Bronki primer

bercabang menjadi bronki lobar, bronki segmental, bronki

subsegmental. Struktur bronkus primer mirip dengan

trakea hanya cincin berupa lempeng tulang rawan tidak

teratur. Makin ke distal makin berkurang, dan pada

bronkus subsegmental hilang sama sekali. Otot polos

tersusun atas anyaman dan spiral. Mukosa tersususn atas

lipatan memanjang. Epitel bronkus: kolimnar bersilia

dengan banyal sel goblet dan kelenjar sibmukosa. Lamina

propria: serat rektikular, elastin, limfosit, sel mast, dan

eosinophil (Francisco, 2018).

2) Bronkhiolus

Cabang ke 12-15 bronkus. Tidak mengandung lempeng

tulang rawan, tidak mengandung kelenjar submucosa. Otot

polos bercampur dengan jaringat ikat longgar. Epitelkuboid

bersilia dan sel bronkiolar tanpa silia (sel clara). Lamina

propria tidak mengandung sel goblet (Francisco, 2018).

3) Alveolus
13

Alveolus adalah bagian terminal cabang-cabang bronkus

dan bertanggung jawab akan struktur paru-paru yang

menyerupai kantong kecil terbuak pada salah satu sisinya

dan tempat pertukaran O2 dan CO2. Terdapat sekitar 300

juta yang jika Bersatu membentuk satu lembar akan seluar

70 m2 (Aritonang et al., 2020).

Gambar 2 4 Alveous
Sumber: (Aritonang et al., 2020)

4) Paru-paru

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang Sebagian

besar berada pada rongga dada bagian atas, dibatasi oleh

diafragma yang berotot kuat. Paru- paru merupakan organ

yang elastis berbentuk kerucut terletak dalam rongga dada

atau toraks. Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum

sentral yang berisi jantung dan beberapa pembulih darah

besar. Setiap paru mempunyai apeks dan basis paru

kanan lebih besar dan tebagi menjadi 3 lobus oleh fisura

interlobaris. Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2

lobus. Lobus-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa

segmen sesuai dengan segmen bronkusnya (Aritonang et

al., 2020)
14

Tiap-tiap bronkus primer memasuki perbatasan medial

paru-paru melalui hilum paru. Bentuknya seperti celah

didalam paru-paru. Dimana ini merupakan tabung udara

utama, pembukuh darah, saraf masuk dan meninggalkan

organ. Paru-paru berbentuk dua kerucut dada serta

mengapit jantung pada kedua arah (Agus Setiyawan,

2022).

Gambar 2 5 Paru-paru
Sumber: (Aritonang et al., 2020)

3. Etiologi

Mycobacterium tuberculosis Bacillus tubercle adalah salah satu

dari lebih dari 30 anggota genus Mycobacterium yang diketahui, banyak

di antaranya tidak terklasifikasi. Bersama dengan bakteri yang

berkerabat dekat, yaitu M. Bovis, bakteri ini menyebabkan tuberkulosis.

(Aritonang et al., 2020)

Mycobacteria dipisahkan oleh lipid permukaan yang membuatnya

tahan asam, sehingga tidak dapat diwarnai dengan alkohol asam

setelah pewarnaan. Karena adanya lipid ini, panas atau deterjen

biasanya diperlukan untuk melengkapi pewarna primer. Untuk

memahami patogenesis tuberkulosis, perlu dipahami bahwa M.


15

Tuberculosis mengandung banyak zat imunoreaktif. Lipid permukaan

mikobakteri dan komponen peptidoglikan yang larut dalam air dari

dinding sel adalah aditif penting lainnya yang dapat mengerahkan

efeknya terutama melalui efeknya pada makrofag inang. Mycobacterium

mengandung berbagai antigen polisakarida dan protein, beberapa di

antaranya mungkin spesifik spesies, tetapi yang lain memiliki epitop

yang sangat luas di seluruh genus. Hipersensitivitas yang diperantarai

sel merupakan karakteristik tuberkulosis dan merupakan faktor penting

dalam patogenesis penyakit ini. (Aritonang et al., 2020)

Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

Bacillus Mycobacterium tuberculosis tipe Humanus, bakteri berbentuk

batang dengan panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian besar

bakteri terdiri dari asam lemak (lipid). Lipid ini membuat bakteri lebih

tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan

fisik. (Aritonang et al., 2020)

Kuman ini bertahan hidup di udara kering atau suhu rendah. Ini

karena kuman tidak aktif.Berkat sifat tidak aktif ini, kuman dapat bangkit

kembali dan mengaktifkan kembali tuberkulosis. Properti lain dari kuman

adalah oksigen. Propertihal ini menunjukkan bahwa kuman lebih

menyukai jaringan dengan kadar oksigen yang tinggi. Dalam hal ini,

tekanan di bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya,

sehingga bagian apikal adalah tempat yang disukai tuberkulosis

(Aritonang et al, 2020).

Tb paru adalah penyakit menular pada saluran pernapasan.

Mycobacteria menembus melalui dalam jaringan paru-paru dari saluran

pernapasan ke alveoli, kemudian terjadi infeksi primer (Ghon), yang

kemudian menyebar ke kelenjar getah bening setempat, membentuk


16

kompleks primer, keduanya disebut tuberkulosis primer, yang sembuh

terutama selama perjalanannya. Tuberkulosis, peradangan terjadi di

depan tubuh memiliki resistensi spesifik terhadap miobakteri (Aritonang

et al, 2020).

Tuberkulosis paling sering terjadi antara usia 1 dan 3 tahun. Yang

disebut tuberkulosis pasca-primer, di sisi lain, adalah peradangan

jaringan paru-paru melalui transmisi ulang, di mana kekebalan spesifik

terhadap bakteri berkembang di dalam tubuh.Kuman ini bertahan hidup

di udara dalam ruangan yang keringkondisi dingin. Ini karena kuman

tidak aktif. Dari sifat kuman yang tidak aktif ini dapat menyembuhkan

dan mengaktifkan kembali tuberkulosis. Properti lain dari kuman adalah

oksigen. Fitur ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyukai kain yang

tinggi.kandungan oksigennya. Dalam hal ini, tekanan di bagian apikal

paru-paru lebih tinggi dari pada di bagian lain, sehingga bagian apikal ini

rentan terhadap tuberculosis (Aritonang et al., 2020)

4. Tanda dan gejala

Menurut (Aritonang et al., 2020) tuberculosis paru dapat dibagi

menjadi 2 golongan sebagai berikut:

a. Gejala repiratorik, meliputi:

1. Gejala batuk timbul paling dini. Batuk dapat terjadi karena

adanya iritasi pada bronkus. Batuk sangat diperlukan untuk

membuang produk-produk radang keluar. Sifat batuk ini

diawali dengan batuk kering (non produktif) kemudian setelah

itu timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan dahak)

ini berlangsung sema 3 minggu.


17

2. Batuk darah dalam dahak bervariasi, seperti bercak-bercak

darah, gumpalan darah atau darah segar dengan jumlah yg

lumayan banyak. Batuk darah ini terjadi karena pecahnya

pembuluh darah.

3. Sesak napas ditemukan jika penyakit sudah berlanjut, dimana

infiltrasi sudah setengah bagian paru-paru. Gejala ini terjadi

karna rusaknya parenkim paru yang sudah meluas atau

karena ada hal yang menyertai seperti efusi pleura,

pneumothoraks, dll.

4. Nyeri dada pada tb paru termasuk nyeri ringan . gejala ini

dapat timbul apabila terkenanya sistem persarafan di pleura.

b. Gajala sistemik, meliputi:

1. Demam

2. Biasanya sufebril menyerupai demam influenza. Bahkan bisa

juga demam hingga 40-410C. Dan demam biasanya timbul

pada sore hingga malam hari.

3. Gejala sistemik lain misalnya keringat malam, anoreksia,

penurunan berat badan serta malaise (tidak nafsu makan,

sakit kepala, meriang, nyeri otot). Timbulnya gradual dalam

beberapa minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut dengan

batuk, panas, dan sesak napas.

5. Patofisiologi

Seseorang yang menghirup bakteri M. tuberculosis hidup

menyebabkan bakteri tersebut melewati saluran napas menuju alveoli,

tempat bakteri tersebut berkumpul dan berkembang biak. M.

tuberculosis juga dapat menyebar ke bagian tubuh lain, seperti ginjal,


18

tulang, dan korteks serebral, serta bagian lain paru-paru (lobus atas),

melalui kelenjar getah bening dan cairan tubuh. Sistem kekebalan dan

sistem kekebalan merespons dengan mencoba respons inflamasi. Sel

pemulung menekan bakteri dan limfosit spesifik tuberkulosis

menghancurkan (melisiskan) bakteri dan jaringan normal. Reaksi ini

menyebabkan sekresi menumpuk di kantung udara paru-paru, yang

dapat menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya paparan

bakteri (Mar’iyah & Zulkarnain, 2021)

Interaksi antara bakteri Mycobacterium tuberculosis dan sistem

kekebalan tubuh pada tahap awal infeksi membentuk granuloma.

Granuloma terdiri dari kumpulan basil hidup dan mati yang dikelilingi

oleh makrofag. Pusat massa disebut tuberkulum terang dan menjadi

nekrotik membentuk massa seperti keju. Setelah infeksi awal,

seseorang mungkin mengalami penyakit aktif karena respons sistem

kekebalan yang lemah atau tidak memadai. Dalam hal ini, tuberkel Ghon

hancur dan membentuk bagian nekrotik dari selubung di bronkus.

Bakteri kemudian dibawa ke udara, menyebabkan penyebaran penyakit

lebih lanjut. Tuberkel yang sekarat sembuh dan membentuk jaringan

parut, menyebabkan paru-paru yang terinfeksi membengkak lebih lanjut,

menyebabkan bronkopneumonia lebih lanjut (Mar’iyah & Zulkarnain,

2021).
19

6. Patway

Droplet mengandung
mycobacterium
tuberculosis
Invasi melalui saluran
pernapasan

Menempel di paru

Alveoli

Merangsang Proses inflamasi


Hipertermia
termoreguler tuberkel

Produksi sekret
meluas Perubahan cairan berlebihan
intrapleura
Hematogen Sekret sukar
dikeluarkan
Sesak napas
Bakterimia
Bersihan jalan
peritonium napas tidak
Pola Napas Tidak Efektif efektif

Asam lambung
meningkat Meningkatkan
aktivitas seluler
Anoreksia,
mual, muntah Peningkatan
metabolisme tubuh

Defisit nutrisi
Pemecahan karbohidrat,
lemak, dan protein yang
berlebihan
20

Cadangan suplai
energi berkurang

Intoleransi Metabolisme jaringan


Kelemahan otot
aktivitas lambat

Sumber: https://www.scribd.com/document/381094461/4-Pathway-TB-Paru

7. Faktor Risiko

Menurut (Mar’iyah & Zulkarnain, 2021) faktor resiko tuberculosis

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya sebagai berikut:

a. Umur menjadi faktor utama resiko terkena penyakit TB paru

karena kasus tertinggi penyakit ini terjadi pada usia muda hingga

dewasa. Indonesia sendiri di perkirakan 75% penderita berasal

dari kelompok usia produktif (15-49tahun), dimana pada usia

produktif responden banyak melakukan aktifitas yang padat dan

kondisi kerja yang kurang baik sehingga lebih rentan terhadap

suatu penyakit karena sistem imun lemah.

b. Jenis kelamin: penyakit ini lebih banyak menyerang laki-laki dari

pada Wanita, karena Sebagian besar laki-laki mempunyai

kebiasaan merokok.

c. Kebiasaan merokok dapat menurunkan daya tahan tubuh,

sehingga mudah untuk terserang penyakit terutama pada laki-laki

yang mempunyai kebiasaan merokok dan minum alkohol.

d. Pekerjaan dapat menjadi salah satu faktor risiko kontak langsung

dengan penderita. Salah satunya seorang tenaga kesehatan yang

secara langsung kontak dengan penderita di rumas sakit,


21

walaupun masih ada beberasa pekerjaan lain misalnya sorang

tenaga pabrik.

e. Status ekonomi juga menjadi faktor karena masyarakat yang

memiliki pendapatan yang kecil membuat orang tidak dapat

memenuhi syarat-syakat kesehatan.

f. Faktor lingkungan juga mempengaruhi pencahayaan rumah,

kelembapan, suhu, kondisi atap, dinding, lantai rumah, serta

kepadatan hunian. Kuman mycobacterium tuberculosis dapat

masuk kedalam rumah yang memiliki pencahyaan yang gelap dan

tidak ada sinar matahari (Budi, Ardillah, Sari, & Septiawati, 2018).

8. Komplikasi

Menurut (Aritonang et al., 2020) komplikasi yang sering terjadi pada

penderita stadium lanjut sebagai berikut:

a. Hemomtisis berat (pendarahan dari saluran napas bawah) yang

dapat menimbulkan kematian karena syok hipovolemik atau

adanya sumbatan jalan napas.

b. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.

c. Bronkiektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis

(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif)

pada paru.

d. Pneumototrak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan:

kolaps spontan karena adanya keruskan jaringan paru.

e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian,

ginjal, dan sebagainya.

f. Insufisiensi kardio pulmoner, penderita yang mengalami

komplikasi berat perlu dirawat inap di RS


22

9. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan medis

Tujuan pengobatan pada penderita TB selain untuk

menyembuhkan/mengobati penderita juga mencegah kematian,

kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta memutuskan mata

rantai penularan (Aritonang et al., 2020).

Pengobatan TB diberikan dalan 2 tahap, yaitu:

a. Tahap intensif (2-3 bulan)

Pada tahan awal ini penderita mendapat jenis obat setiap hari dan

diawasi langsung untuk menjegah terjadinya kekebalan terhadap

semua OAT, terutama rifampisin. Bila pengobatan tahap awal ini

diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak

menular dalam kurun waktu 2 minggu.

b. Tahap lanjut (4-7 bulan)

Pada tahap lanjutan ini penderita medapatkan jenis obat yang lebih

sedikit, tetapi dalam jangka waktu yang agak lama. Tahap lanjutan

ini untuk membunuh bakteri persisten sehingga mencegah

terjadinya kekambuhan. Panduan obat yang digunaan harus sesuai

dengan yang disarankan oleh WHO yaitu Rifampisin, INH,

Pirasinamid, Streptomisin, dan Etambutol. Sedangkan jenis obat

tambaha yaitu Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan Amoksisilin +

Asam Klavulanat, derivate Rifampisin/INH.

2. Pencegahan penyakit TB paru

Cara mencegah penyakit TB menurut (Aritonang et al, 2020):


23

a. Hidup sehat (makan-makanan gizi seimbang)

b. Bila batuk mulut di tutup

c. Jangan meludah disembarang tempat

d. Lingkungan sehat

e. Vaksinasi dari bayi

3. Pencegahan penularan penyakit TB paru

a. Pencegahan penularan di RS

Infeksi nosocomial adalah bakteri dari orang yang sedang

sakit di rumah sakit bisa menular pada orang yang ada dirumh

sakit, baik dokter, perawat, dan pengunjung. Untuk mencegah

terjadinya infeksi nosokomial di rumah sakit maka sebaiknya

mengikuti peraturan yang dibuat oleh rumah sakit sebagai

pencegahan, seperti, mengikuti jam berkunjung. Sebab, di luar

jam kunjungan resiko penularan infeksi sangat tinggi karena

adanya kegiatan misalnya pembersihan ruangan, penggantian

sprei, penggantian pembalut luka dan sebagainya. Bagi tenaga

kesehatan yang ada di rumah sakit juga harus mengikuti

peraturan yang tela ditetapkan melalui pencegahan infeksi dengan

melakukan imunisasi, menerapkan mencuci tangan sebelum dan

sesudah kontak dengan pasien.

b. Pencegahan penularan di rumah:

1. Jika berbicara tidak berhadapan

2. Bila batuk ditutup dan tidak meludah sembarangan

3. Peralatan makan tersendiri

4. Ventilasi dan pencahyaan rumah harus memenuhi syarat.

B. Konsep Prosedur/ Intervensi Fisioterapi Dada


24

1. Pengertian

Fisioterapi dada merupakan serangkaian Teknik atau prosedur yang

digunakan untuk mengeluarkan sekret, baik dilakukan secara sendiri

maupun kombinasi, untuk mencegah penimbunan sekret sehingga

menyebabkan obstruksi saluran napas dan komplikasi penyakit lainnya,

sehingga dapat mempengaruhi penurunan fungsi aliran udara paru

(Wardiyah, Wandini, & Rahmawati, 2022)

Fisioterapi dada merupakan suatu tindakan yaitu, perkusi, vibrasi, dan

postural drainase, yang mana tindakan itu sangat penting untuk

membersihkan dan meningkatkan kelancaran jalan napas pada pasien

dengan gangguan jalan napas (Ningrum, Manurung, Magdalena, Bolon, &

Situmorang, 2022)

Fisioterapi dada merupakan salah satu dari fisioterapi yang

menggunakan Teknik postural drainase, vibrasi, dan perkusi yang bertujuan

untuk mengurangi sesak napas, nyeri dada karena terlalu sering batuk,

penurunan ekspanasi thoraks, dan jalan napas yang terganggu diakibatkan

oleh sekresi yang berlebihan, sehingga mampu meningkatkan kemampuan

fungsional dan pasien akan merasakan lebih rileks (Dila Syahfitri, 2020).

Berdasarkan beberapa pengertian mengenai fisioterapi dada diatas

dapat disimpulkan oleh penulis bahwa fisioterapi dada adalah serangakaian

tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien TB paru dengan bersihan

jalan napas. Fisioterapi dada dilakukan dengan menggunakan Teknik

postural drainase, vibrasi, dan perkusi yang bertujuan untuk membantu

mengeluarkan sekret yang menumpuk pada saluran pernapasan dan dapat

dilakukan secara mandiri ataupun kombinasi.

2. Tujuan
25

Tujuan utama dilakukan tindakan fisioterapi dada adalah untuk

membersihkan obstruksi jalan napas, mengurangi hambatan jalan napas,

meningkatkan pertukaran gas dan mengurangi kerja pernapasan (Ningrum

et al., 2022).

3. Indikasi

a. Terdapat penumpukan sekret pada saluran napas yang melekat di

jalan napas dengan menfaatkan gaya gravitasi

b. Sulit mengeluarkan sekret yang terdapat pada saluran pernapasan.

4. Kontraindikasi

1. Hemoptisis

2. Penyakit jantung

3. Serangan asma akut

4. Deformitas struktur dinding dada dan tulang belakang

5. Nyeri meningkat

6. Kepala pening

7. Kelemahan

5. Waktu

Penerapan fisioterapi dada dilaksanakan selama 3 hari, dengan

frekuensi Latihan 2 kali dalam sehari pada pagi dan sore hari (Tahir, Sry

Ayu Imalia, & Muhsinah, 2019).

6. Persiapan alat

1. Stetoskop

2. Handuk

3. Sputum pot

4. Hanscoon
26

5. Tissue

6. Bengkok

7. Alat tulis

7. Persiapan pasien

a. Salam terapeutik

b. Menjelaskan tindakan prosedur dan tujuan kepada responden

c. Menjaga privasi pasien

d. Memberikan informened consent

e. Longgarkan pakaian atas pasien

f. Periksa nadi dan tekanan darah

g. Ukur saturasi oksigen, frekuensi napas, produksi sputum.

8. Persiapan perawat

a. Memiliki pengetahuan anatomi fisiologi sistem pernapasan dan sistem

peredaran darah.

b. Memiliki pengetahuan tentang pemeriksaan fisik sistem pernapasan.

9. Tahap pelaksanaan

1) Posturnal drainasi

a) Perawat mencuci tangan, lalu memasang hanscoon

b) Auskultasi area lapag paru untuk menentukan lokasi sekret

c) Atur Posisi:

(1) Semi fowler bersandar ke kanan, ke kiri lalu kedepan

apabila daerah yang akan di drainage pada lobus atas

bronkus apical.
27

(2) Tegak dengan sudut 45o membungkuk ke depan apabila

daerah yang akan di drainage bronkus posterior.

(3) Berbaring dengan bantal dibawah lutut apabila yang akan

di drainage bronkus anterior.

(4) Posisi trendelenberg dengan sudut 30o atau menaikkan

kaki tempat tidur 35-40 cm, sedikit miring kiri apabila yang

akan di drainage pada lobus tengah (bronkus lateral dan

medial).

(5) Posisi trendelenberg dengan 35-40 cm, sedikit miring ke

kanan apabila daerah yang akan di drainage pada bronkus

superior dan interior.

(6) Condong dengan bantal di bawah panggul apabila yang di

drainage bronkus apical

(7) Posisi trendelenberg dengan sudut 45o atau dengan

menaikkan kaki tempat tidur 45-50 cm, miring ke samping

kanan apabila drainage bronkus medinal.

(8) Posisi trendelenberg dengan sudut 45o atau dengan

menaikkan kaki tempat tidur 45-50 cm, miring ke samping

kiri apabila yang akan di drainage bronkus lateral.

(9) Posisi trendelenberg condong sudut 45o dengan bantal

dibawah panggul, apabila yang akan di drainage bronkus

posterior.

(10) Lama pengaturan posisi pertama kali adalah 10 menit,

kemudian periode selanjutnya kurang lebih 15-30 menit.

(11) Lakukan observasi ttv selama prosedur.

(12) Setelah pelaksanaan drainage lakukan clapping dan

vibrasi.
28

(13) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

2) Perkusi dada

a. Letakkan handuk diatas kulit pasien

b. Rapatkan jari-jari dan sedikit difleksikan membentuk mangkok

tangan

c. Lakukan perkusi dengan menggerakkan sendi pergelangan

tangan, prosedur benar jika terdenganr suara gema pada saat

perkusi

d. Perkusi seluruh area target, dengan menggunakan pola yang

sistematis

3) Vibrasi dada

a. Intruksikan pasien untuk Tarik napas dalam dan mengeluarkan

napas perlahan-lahan

b. Pada saat buang napas, lakukan prosedur vibrasi, dengan Teknik:

c. Tangan non dominan berada dibawah tangan dominan,

dandiletakkan pada area target

d. Intruksikan untuk menarik napas dalam

e. Pada saat membuang napas, perlahan getarkan tangan dengan

capat tanpa melakukan penekanan berlebihan

f. Posisikan pasien untuk melakukan tindakan batuk efektif.

(Sumber : Pakpahan R.E., 2020)

C. Konsep asuhan keperawatan

Konsep asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan

praktif keperawatan langsung pada klien dibagian tatanan pelayanan

keehatan yang pelaksanaanya berdasarkan kaidah profesi keperawatan dan

merupakan inti dari keperawatan standar asuhan keperawatan identic


29

dengan standar asuahan keperawatan berguna sebagai kriteria untuk

mengukur keberhasilan dan mutu asuhan keperawatan konsep asuhan

keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi

keperawatan, implementasi keperawatan, dan dokumentasi.

1. Pengkajian

a. Data pasien

Penyakit tuberkulosis dan menyerang manusia mulai dari usia anak

sampai dewasa dengan perbandingan yang hampir sama antara laki-

laki dan perempuan. Dan penyakit ini ditemukan di daerah dengan

tingkat kepadatan tinggi dan minim masukknya cahaya matahari,

tuberkolusis dialami anak yang berumur 1-4 tahun. Anak-anak lebih

sering mengalami TB luar paru-paru (extrapulmonary) disbanding TB

paru-paru dengan perbandingan 3:1. Tuberkulosis luar paru-paru

adalah TB berat yang terutama ditemukan pada usia <3 tahun. Angka

kejadian (prevelensi) TB paru-paru pada usia 5-12 tahun cukup rendah

(Aritonang et al., 2020).

b. Riwayat keperawatan

Keluh yang sering muncul:

1. Demam : subfrebis, (40-41° c) hilang timbul

2. Batuk: karena adanya iritasi pada bronkus

3. Sesak napas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang

sampai setengah paru-paru

4. Nyeri dada: nyeri akan timbul bila infiltrasi radang sampai

ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis

5. Malaise: ditemukan berupa anokresia, nafsu makan


30

menurun, bb menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat

malam.

6. Sianosis, sesak napas, kolaps: merupakan gejala

atelektatis. Bagian dada pasien tidak bergerak pada saat

bernapas dan jantung terdorong ke sisi yang sakit.

7. Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, apakah

terdapat penyakit TB dilingkungannya.

c. Riwayat penyakit sebelumnya

1. Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh

2. Pernah berobat tetapi tidak sembuh

3. Pernah berobat tetapi tidak teratur

4. Riwayat kontak dengan penderita tuberculosis

5. Daya tahan tubuh yang menurun

6. Riwayat vaksinasi yang tidak teratur

d. Riwayat pengobatan sebelumnya

1. Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan

dengan sakitnya.

2. Jenis, warna, dosis obat yang diminum.

3. Berapa lama psien menjalani pengobatan sehubung

dengan penyakitnya.

4. Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.

e. Riwayat social ekonomi

1. Riwayat pekerjaaan, jenis pekerjaan, waktu dan tempat

bekerja, jumlah.

2. Penghasilan

3. Aspek psikososial, merasa dikucilakn, tidak dapat


31

berkomunikasi dengan bebas, menarik diri.

f. Faktor pendukung

1. Riwayat lingkungan

2. Pola hidup: nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol,

pola istirahat dan tidur, kebersihan diri

g. Pemeriksaan fisik

1. Pada tahap dini sulit diketahui

2. Ronchi basah, kasar, penyaring

3. Hipersonor/tymphani bila terdapat kavitas yang cukup dan

pada auskultasi memberika suara umfrorik

4. Pada keadaan lanjut terjadi atropi, retraksi intercostal, dan

fibroris

5. Bial mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi

memberikan suatu pekak).

6. Pola kebiasaan sehari-hari :

a. Pola latihan dan istirahat Subjectif: rasa cepat lelah,

aktivitas berat timbul sesak,sulit tidur, demam,

menggigggil, berkeringat pada malam hari Obyektif:

takikardia, takipnea/dyspnea saat kerja, irritable sesak

(tahap, lanjut: infiltrasi radang sampai setelah paru)

demam subfebris , (40-41° c) hilang timbul.

b. Pola nutrisi Subjektif: anoreksia, mual, tidak enak

diperut, penurunan bb Obyektif: turgor kulit jelek, kuli

kering,/bersisik, kehilangan lemak sub kutan.

c. Respirasi

Sebjektif: mulai batuk kering sampai batuk dengan


32

sputum hijau/pulurent, mukoid kuning atau bercak

darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdenganr bunyi

ronchi basah, kasar didaerah apeks paru, takipneu (

penyakit luas atau fibrosis paremkim paru dan pleural),

perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural),

dviasi trakeal (penyebab bronkokinetik).

d. Rasa nyaman/nyeri Subjektif; nyeri dada meningkat

Karena batuk berulang Objektif: bentuk hati pada

area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa

timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga

timbul pleuritis

e. Integrasi ego Subjektif: faktor stress lama, masalah

keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada harapan

Objektif: menyangkal (selama tiap dini), ansietas

ketakutan, mudah tersinggung.

h. Pemeriksaan penunjang

1) Kultur sputum: mikoblesi awal pada aea paruacterium

tuberkolusis positif pada tahap akhir penyakit.

2) Tes tuberculin: mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15

mm menjadi 48-72 mm).

3) Foto thorax: infiltanasi lesi awal pada area paru atas

4) Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atau keruskan

paru karena TB paru 5. Darah: peningkatan leukosit dan laju

endap darah.

5) Spirometri penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital

menurun.
33

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap respon

individu pada masalah kesehatan. Diagnosis keperawatan yang mungkin

ada dalam tuberkulosis paru (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017), antara lain:

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan

hipersekresi jalan napas; sekresi yang tertahan.

b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan Hambatan

upaya napas.

c. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit; infeksi.

d. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan

metabolism; ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient; faktor

psikologis (keengganan untuk makan).

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan

antara suplai dan kebutuhan oksigen.

3. Intervensi keperawatan

Tabel 2. 1 Intervensi Keperawatan


No. Diagnosa Tujuan dan kriteria intervensi
Keperawatan hasil
I. Bersihan jalan napas Setelah dilakukan Observasi:
tidak efektif b.d tindakan keperawatan 1. Identifikasi
sekret kental atau selam 1x24 jam Maka kemampuan
sekret darah, bersihan jalan napas batuk
kelemahan, upaya meningkat dengan 2. Monitor bunyi
batuk buruk. kriteria hasil : napas tambahan
1. Batuk efektif 3. Monitor sputum
meningkat
2. Produksi Terapeuik:
sputum 1. Atur posisi semi
menurun fowler atau fowler
3. Ronchi 2. Lakukan
menurun fisioterapi dada
34

4. Dispnea
menurun Edukasi:
5. Frekuensi 1. Ajarkan Teknik
napas batuk efektif
membaik
Kolaborasi:
1. Kolaborasi
pemberian
mukolitik atau
ekspektoran, jika
perlu
2. Berikan oksigen

II. Pola napas tidak Setelah dilakukan Observasi:


efektif b.d hambatan tindakan keperawatan 1. Monitor TTV
upaya napas selama 1x24 jam 2. Monitor pola
diharapkan pola napas napas (frekuensi,
membaik dengan irama,
kriteria hasil: kedalaman, dan
1. Pola napas upaya napas.
normal 3. Monitor saturasi
2. Dispnea oksigen
menurun
3. Penggunaan Terapeutik:
otot bantu 1. Pertahankan
pernapasan kepatenan jalan
menurun. napas
2. Posisikan semi
fowlwr/fowler

Edukasi:
1. Ajarkan teknik
relaksasi napas
dalam
2. Ajarkan pasien
untuk mengubah
posisi secara
mandiri

Kolaborasi:
1. Pemberian
oksigen

III. Hipertermia Setelah dilakukan Observasi:


berhubungan tindakan keperawatan 1. Monitor suhu
dengan proses selama 1x24 jammaka tubuh
penyakit: infeksi. termogulasi membaik 2. Monitor kadar
dengan kriteria hasil: elektrolit
1. Suhu tubuh
membaik Terapeutik:
2. Suhu kulit 1. longgarkan atau
membaik lepaskan pakaian
3. Tekanan 2. berikan cairan
darah oral.
membaik
4. Pucat Edukasi:
menurun 1. anjurkan tirah
baring
35

Kolaborasi:
1. kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena, jika
perlu

IV. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Observasi:


berhubungan tindakn selam 1x24 1.monitor asupan
dengan jam maka status nutrisi makanan
peningkatan membaik dengan
kebutuhan kriteria hasil: Terapeutik:
metabolism; 1. nafsu makan 1. sajikan makanan
ketidakmampuan membaik secara menarik
mengabsorbsi 2. porsi makanan dengan kondisi
nutrient; faktor yang yang hangat
psikologis dihabiskan 2. berikan diet
(keengganan untuk meningkat makanan sesuai
makan). 3. frekuensi yang
makan diprogramkan
membaik
4. albumin Edukasi:
meningkat 1. anjurkan duduk
5. membrane saat makan
mukosa
membaik Kolaborasi:
1. kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan
2. kolaborasi
dengan ahli gizi.

V. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Observai:


berhubungan tindakn keperawtan 1. Monitor tanda-
dengan selama 1x24 jammaka tanda vital
ketidakseimbangan toleransi aktivitas 2. Monitor lokasi
antara suplai dan meningkat dengan dan
kebutuhan oksigen kriteria hasil: ketidaknyamanan
1. keluhan lelah selama
menurun melakukan
2. dispnea saat aktivitas
dan setelah Terapeutik:
aktivitas 1. Sediakan
menurun lingkungan
3. perasaan nyamn dan
lemah rendah stimulasi (
menurun missal cahaya,
4. frekuensi nadi suara, dan
meningkat kunjungan)
5. saturasi 2. Lakukan Latihan
oksigen rentang gerak
meningkat. parif/aktif.
3. Fasilitasi duduk di
sisi tempat tidur,
jika tidak dapat
berpindah atau
36

berjalan.

Edukasi:
1. Anjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap.

Kolaborasi:
1. Kolaborasi
dengan ahli gizi,
tentang cara
meningkatkan
asupan makanan,

4. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status

Kesehatan yang dihadapi oleh perawat untuk membantu klien dari masalah

status Kesehatan yang dihadapi dengan baik. Ukuran intervensi

keperawatan yang diberikan pada klien terkait dengan dukungan,

pengobatan, dan Tindakan untuk memperbaiki kondisi dan Pendidikan untuk

klien-keluarga atau Tindakan untuk mencegah masalah Kesehatan yang

muncul dikemudian hari. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat

kepada kebutuhan klien dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebuhan

keperawatan dan strategi implementasi keperawatan dan kegiatan

komunikasi (Safitri, 2019).

Jadi, implementasi keperawatan adalah kategori serangkaian kegiatan

perawat yang berkoordinasi dengan pasien, keluarga, dan tim Kesehatan

lainnya untuk membantu masalah kesehatan pasien sesuai perencanaan

dan kriteria hasil yang telah ditentukan dengan cara mengawasi dan

mencatat respon pasien terhadap Tindakan keperawatan yang diberikan.

5. Evaluasi keperawatan
37

Evaluasi adalah suatu proeses identifikasi untuk mengukur/menilai

apakah suatu kegiatan atau juga program yang dilaksanakan itu sesuai

dengan perencanaan atau tujuan yang ingin dicapai. Juga ada yang

mengatakan bahwa arti dari evaluasi ini adalah suatu kegiatan atau aktivitas

mengumpulkan informasi mengenai kinerja sesuatu (metode, manusia,

peralatan), yang mana informasi ini akan digunakan untuk menentukan

alternatif terbaik dalam membuat keputusan ( Aswita Aprililian, 2021).

6. Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi keperawatan adalah catatan tentang hasil pengkajian

yang dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat

data dasar tentang pasien, dan membuat catatan tentang respons kesehatan

pasien (Leniwita & Anggraini, 2019).


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Studi Kasus

Rancangan studi yang digunakan adalah bentuk studi kasus dengan

desain deskriptif. Studi kasus ini berisi tentang penerapan intervensi

keperawatan fisioterapi dada pada asuhan keperawatan pasien dengan

tuberculosis paru. Pendekatan yang akan digunakan adalah pendekatan

asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,

intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan dokumentasi

asuhan keperawatan.

B. Subjek Penelitian

Subyek yang digunakan dalam penelitian adalah pasien. subyek

penelitian yang akan diteliti adalah 2 pasien tuberkulosis dengan kriteria

inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

1. Kriteria Inklusi

a. Terdapat penumpukan sekret pada saluran napas yang melekat

dijalan napas dengan manfaatkan gaya gravitasi.

b. Sulit mengeluarkan sekret yang terdapat pada saluran pernapasan.

2. Kriteria eksklusi

a. Hemoptisis

b. Penyakit jantung

c. Serangan asma akut

d. Deformitas stuktur dinding dada dan tulang belakang.

e. Nyeri meningkat

f. Kepala pening

38
39

g. Kelemahan.

C. Definisi Operasional

1. TB paru

Tb Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri

mycobacterium tuberculosis dan paling menyerang paru-paru yang

ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang

terinfeksi.

2. Fisioterapi dada

Fisioterapi dada adalah serangakaian tindakan keperawatan yang

dilakukan pada pasien TB paru dengan bersihan jalan napas.

Fisioterapi dada dilakukan dengan menggunakan Teknik postural

drainase, vibrasi, dan perkusi yang bertujuan untuk membantu

mengeluarkan sekret yang menumpuk pada saluran pernapasan dan

dapat dilakukan secara mandiri ataupun kombinasi.

D. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Studi kasus ini akan dilaksanakan di ruang Dahlia RSUD Ulin

Banjarmasin di Jalan A. Yani KM. 2,5 No.43, RW.5, sungai Baru, Kec.

Banjarmasin Tengah, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan 70233.

2. Waktu

Waktu penelitian akan dilaksanakan selama 5 bulan terhitung dari

tanggal 9 januari-3 juni 2023.

E. Teknik Dan Instrument Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data


40

Teknik pengumpulan data yang diguankan adalah observasi dan

wawancara seperti, hasil anamnesis yang berisi tentang identitas

pasien, keluhan utama pasien, Riwayat penyakit sekarang, Riwayat

penyakit dahulu, Riwayat penyakit keluarga. Wawancara juga bisa

dilakukan secara terstruktur dan tidak terstruktur seperti, sumber data

dari klien, keluarga, dan perawat lainnya.

2. Intrumen Pengumpulan Data

Alat atau intrumen pengumpulan data menggunakan format

pengkajian keperawatan sesuai ketentuan (terlampir)

F. Analisis Data

Analisa data dilakukan sejak peneliti dilapangan, sewaktu

pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data

dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan

dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan.

Teknik analisa yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban yang

diperoleh dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab

rumusan masalah.Teknik analisis digunakan dengan cara wawancara,

observasi dan dokumentasi. Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan,

kemudian disalin dalam bentuk traskip. Data yang dikumpulkan terkait

dengan data pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, evaluasi,

dan SOP (terlampir).

G. Penyajian Data

Penyajian data studi kasus disajikan secara narasi dan dapat disertai

dengan cuplikan ungkapan verbal dan subjek studi kasus yang merupakan

data pendukung. Penyajian data adalah salah satu kegiatan dalam

pembuatan laporan hasil penelitian yang telah dilakukan agar dapat


41

dipahami dan dianalisis sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Data yang

disajikan harus sederhana dan jelas agar mudah di pahami oleh pembaca.

H. Etika Penelitian

Pertimbangan etik dalam penelitian ini dilaksanakan dengan memenuhi

prinsip-prinsip the five of human subjekcts in research (Macnee, 2004):

1. Hak untuk self determination

Pasien memiliki ototnomi dan hak untuk membuat keputusan secara

sadar dan dipahami dengan baik, bebas dari paksaan untuk

berpartipasi dalam penelitian ini dan mengundurkan diri dari

penelitian ini.

2. Hak terhadap privacy dan dignity

Bahwa pasien memiliki hak untuk di hargai tentang apa yang

mereka lakukan dan apa yang dilakukan terhadap mereka serta

untuk mengontrol kapan dan bagaimana informasi tentang

penyakitnya dibagi dengan orang lain.

3. Hak anonymity dan confidentiality

Dimana informasi yang didapat dari pasien harus dijaga dengan

sedemikian rupa sehingga informs tersebut tidak langsung dikaitkan

dengan pasien, dan pasien juga harus dijaga kerahasian atas

keterlibatannya dalam penelitian ini mis, peneliti menguraikan data

tanpa mengungkapkan identitas pasien.

4. Hak terhadap penanganan yang adil

Dimana perawat harus pemperlakukan pasien dengan hak yang

sama tanpa dipilih untuk terlibat dalam penelitian dan beri

penaganan yang sama dengan menghormasi seluruh persetujuan


42

yang disepakati untuk memberi penaganan terhadap masalah yang

muncul selama partisipasi dalam penelitian.

5. Hak untuk mendapatkan perlindungan

Klien di lindungi dan penelitian harus menjamin bahwa semua

usaha dilakukan untuk meminimalkan bahaya atau kerugian dari

suatu penelitian serta memaksimalkan manfaat dari penelitian.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. Gambaran Lokasi Penelitian


Hasil Karya Tulis Ilmiah ini dilaksanakan di RSUD Ulin

Banjarmasin di Ruang Dahlia. RSUD Ulin Banjarmasin adalah rumah

sakit tingkat A dan merupakan salah satu rumah sakit terbesar yang

beralamatkan di Jl. A.Yani km 2,5 kota Banjarmasin dengan pelayanan

dan penanganan cepat dan memiliki usaha yang baik untuk melayani

pasien.

2. Karakteristik Subjek Penelitian (Identitas Pasien)

Tabel 4. 1 Identitas pasien dan Penanggung Jawab


Identitas Pasien dan Pasien 1 Pasie n 2
Penanggung Jawab
1 2 3
Nama Pasien Tn.N Tn. A
Umur 38 tahun 56 tahun
Jenis kelamin Laki-laki Laki-laki
Agama Islam Islam
Suku/bangsa Banjar/Indonesia Banjar/Indonesia
Status perkawinan Belum Kawin Kawin
Alamat Jln. Basuki Rahmat, Jln. Penggalaman,
Tanjung Kertak Hanyar
Pendidikan Tidak terkaji Tidak terkaji
Pekerjaan Karyawan Petani
Tanggal MRS 02 Maret 2023 13 Maret 2023
Tanggal Pengkajian 07 Maret 2023 14 Maret 2023
Diagnosa Medis TB Paru DIH OAT + B20 TB Paru DIH OAT +
+ Malnutrisi Malnutrisi
Nama Penanggung jawab Tn. A Tn. A
Umur 30 tahun 32 tahun
Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki
Pekerjaan Wiraswasta Swasta
Agama Islam Islam
Suku/bangsa Banjar/Indonesia Banjar/Indonesia
Alamat Buntok Kalimantan Jln. Penggalaman,
Tengah Kertak Hanyar
Hubungan dengan Pasien Saudara kandung Anak

43
44

3. Data Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian Keperawatan

Tabel 4. 2 Pengkajian Keperawatan


Riwayat Penyakit Pasien 1 Pasien 2

Keluhan Utama Sesak napas, batuk Pasien mengatakan


berdahak dan sulit sesak napas, pasien
mengeluarkan dahak. mengatakan batuk
berdahak dan sulit
mengeluarkan dahak.

Riwayat penyakit Pasien mengatakan Pasien mengatakan


Sekarang sebelum MRS pasien sebelum MRS pasien
mengeluh badan terasa mengeluh sesak napas
lemas dan sesak napas ± 2 minggu terakhir.
± 2 bulan terakhir. Keluhan ini dirasakan
Keluhan ini dirasakan saat melakukan
saat melakukan aktivitas aktivitas, pasien juga
berat. Pasien juga mengeluhkan batuk
mengeluh demam dan berdahak dan dahaknya
berkeringat dimalam hari sulit dikeluarkan sejak ±
disertai nyeri kepala dan 1 bulan terakhir disertai
penurunan BB ± 10 kg keringat dingin pada
dalam 2 bulan, dari malam hari. Pada bulan
58,5kg menjadi 45kg. januari 2023 pasien
Pada bulan februasi dinyatakan kembali
2023 pasien dibawa ke terkonfirmasi TB Paru
RS Muhammadiyah dari pemeriksaan dahak
Palangkaraya karena dan pasien berobat
mengeluh batuk yang denagn OAT sudah ±
tak kunjung sembuh, 1bulan. Namun pada
sesak napas, dan tanggal 11 februari 2023
dinyatakan terkonfirmsi OAT distop dokter di poli
TB Paru. Karena DOTS karena
keluhan tidak kunjung peningkatan fungsi hati.
berkurang maka pada Dan pada tanggal 13
tanggal 01 maret 2023 maret 2023 keluhan
pasien dibawa oleh tidak juga berkurang
keluarga ke IGD RSUD kemudian pasien dibawa
Ulin Banjarmasin untuk oleh keluarganya ke IGD
dilakukan pengobatan RSUD Ulin Banjarmasin
intensif dan pada untuk melakukan
tanggal 02 Maret 2023 pemeriksaan dan pada
pasien di pindahkan ke Jam 23.30 pasien
ruang Dahlia untuk dipindahkan ke ruang
melakukan rawat inap. Dahlia dan dirawat inap
untuk mendapatkan
pemeriksaan dan
pengobatan lebih lanjut.

Riwayat penyakit dahulu Keluarga pasien Pasien mengatakan 20


45

mengatakan pasien tahun yang lalu pernah


tidak pernah menderita melakukan pengobatan
penyakit seperti yang TB paru selama 6 bulan
dialaminya saat ini dan dari hasil pemeriksaan
tidak pernah menderita bakteriologi di
penyakit menular seperti puskesmas km.7
TB paru sebelumnya. dinyatakan sembuh dari
pemeriksaan dahak.

Riwayat penyakit Keluarga Pasien mengatakan Pasien mengatakan


bahwa didalam anggota didalam anggota
keluarganya tidak ada keluarga tidak ada
yang memiliki penyakit memiliki riawat penyakit
seperti yang dialami hipertensi, Diabetes, dan
pasien dan tidak ada penyakit menular lainnya
yang mempunyai seperti TB Paru.
penyakit menular seperti
TB Paru, hepatitis, DM,
dan hipertensi.
46

Genogram

Pasien 1

X X X X

Ket:

: laki-laki X : Meninggal

: Perempuan : Serumah

: Pasien

Penjelasan:

Pasien mengatakan kedua orang tuanya masih hidup dan pasien

merupakan anak ke 6 dari 6 bersaudara, pasien belum menikah dan

sekarang tinggal serumah dengan kedua orang tuanya dan saudara yang

ke 5.
47

Pasien 2

X X X X

X X X

Ket:

: laki-laki X : Meninggal

: Perempuan : Serumah

: Pasien

Penjelasan:

Pasien mengatakan kedua orang tuanya sudah meninggal dan pasien

merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara. Pasien sudah menikah dan memiliki 5

orang anak, pasien tinggal serumah dengan istri dan anak yang ke 5.
48

Tabel 4. 3 Pemeriksaan Fisisk


Pemeriksaan Pasien 1 Pasien 2
Fisik
Keadaan Umum Pasien tampak lemah Lemah
Kesadaran: composmentis TTV:
Gcs: E4V5M6 = 15 TD: 120/77mm/Hg
TTV: N : 92x/menit
TD:100/60mm/Hg S : 35,60C
N : 87x/menit RR: 25x/menit
S : 36,30C SPO2 : 94%
RR: 24x/menit O2 : 2lpm
SPO2: 94% E4V5M6
O2 : 2lpm Composmentis
Data antropometri: Data antropometri:
BB sekarang: 45kg BB: 32kg
TB :165cm TB :160cm
BBI: 58,5 BBI: 54,0
Kulit Kulit pasien cukup bersih, tidak Kulit pasien tampak cukup
terdapat luka/lesi, warna kulit bersih, warna kulit sawo
sawo matang, integritas kulit matang, tidak terdapat
tampak kering, turgor kembali luka/lesi pada kulit, integritas
dalam 2 detik, dan tidak kulit tampak lembab, turgor
tampak sianosis. kulit kembali dalam keadaan 2
detik setelah ditekan, tidak
tampak sianosis, dan tidak
ada keluhan lainnya.
Kepala dan leher Kepala pasien tampak cukup Kepala pasien tampak bersih,
bersih, warna rambut hitam, rambut berwarna hitam
rambut pendek, tidak ada bercampur putih (uban), tidak
benjolan pada kepala pasien, ada benjolan pada kepala
tidak ada luka/lesi, leher pasien, leher pasien tampak
pasien tampak bersih, tidak bersih. Tidak ada pembesaran
ada pembesaran kelenjar kelenjar gondok atau thyroid,
thyroid, tidak ada luka/lesi, dan tidak ada luka atau lesi dileher
tidak ada keluhan lainnya. pasien, dan tidak ada
peradanagan.
Mata Mata pasien tampak bersih, Mata pasien tampak bersih,
(penglihatan) fungsi penglihatan baik fungsi penglihatan mata baik
(pengkajian dengan VOD= (pengkajia dengan COD=2/60
3/60 dan VOS= 3/60 pasien dan VOS= 3/60 dapat melihat
dapat melihat jelas jari hitung jelas jari hitung perawat
perawat dengan cara menutup dengan cara menutup salah
salah satu mata dalam jarak ± satu mata dalam jarak ± 3
3 meter) karena tempatnya meter) karena tempat yang
yang terbatas , pergerakan terbatas. menggunakan alat
bola mata baik dapat melirik ke bantu kacamata, pergerakan
kanan dan kekiri dan keatas bola mata baik dapat melirik
kebawah, konjungtiva tampak ke kanan dan kekiri dan
anemis, sclera tidak ikterik, keatas kebawah, konjungtiva
tidak terdapat peradangan tampak anemis, sclera tidak
atau pendarahan pada mata ikterik, tidak terdapat
dan tidak ada keluhan lainnya. peradangan atau pendarahan
pada mata dan tidak ada
49

keluhan lainnya.
Hidung Hidung pasien tampak bersih, Hidung pasien tampak bersih,
(penciuman) bentuk hidung simetris antara bentuk hidung simetris antara
kanan dan kiri, tidak ada kanan dan kiri, tidak ada
peradangan atau pendarahan, peradangan atau pendarahan,
tidak terdapat pembengkakan, tidak terdapat pembengkakan,
fungsi penciuman baik dapat fungsi penciuman normal,
membedakan minyak kayu pasien dapat membedakan/
putih dan parfum dengan mata mencium bau parfum dan
tertutup, dan tidak ada keluhan minyak kayu putih dengan
lainnya. mata tertutup, dan tidak ada
keluhan lainnya.
Telinga Telinga tampak bersih tidak Telinga tampak bersih tidak
(pendengaran) ditemukan serumen yang ditemukan serumen. Bentuk
keluar dari lubang telinga. telinga kanan dan kiri simetris,
Bentuk telinga kanan dan kiri tidak ditemukan peradangan
simetris, tidak ditemukan atau pendarahan pada
peradangan atau pendarahan telinga, fungsi pendengaran
pada telinga, fungsi pasien baik diukur dengan
Pendengaran pasien baik arloji terdengar jelas dengan
dapat diukur dengan suara jarak ± 3 meter, dan tidak ada
arloji dengan jarak ± 3 meter. keluhan lainnya
Mulut Kebersihan mulut pasien Kebersihan mulut pasien
tampak sedikit kotor, terdapat bersih, pasien tidak
ulserasi dan adanya bercak- menggunakan gigi palsu, tidak
bercak putih, tidak ada lesi/luka, tidak terdapat
menggunakan gigi palsu, pendarahan dan peradangan
mukosa bibir tampak kering pada mulut, pasien mampu
dan pucat, fungsi bicara berorientasi dengan baik,
pasien baik dapat berbicara fungsi bicara pasien baik
dengan jelas. dapat berbicara dengan jelas,
mukosa bibir tampak kering
dan pucat, dan gigi pasien
cukup bersih tidak ada
keluhan lainnya.
Dada Inspeksi: Inspeksi:
(pernafasan) Dada tampak bersih, Dada tampak bersih, bentuk
pengembangan dada sama dada simetris antara kiri dan
antara kiri dan kanan, bentuk kanan, pergerakan dada
dada simetris, tidak ada simetris, tidak ada luka/lesi,
luka.lesi, tidak ada benjolan, terdapat retraksi dinding dada,
pasien tampak sesak, RR: pasien tampak gelisah dan
24x/menit sesak dengan RR: 25x/menit.

Palpasi: Palpasi:
Tidak ada nyeri tekan dikedua Tidak ada nyeri tekan dikedua
lapang dada, taktil fremitus lapang dada, taktil fremitus
teraba getaran jelas simetris. teraba getaran jelas dan
simetris.
Perkusi :terdengar sonor
Perkusi: terdengar sonor
Auskultasi:
Terdapat suara napas Auskultasi :
tambahn ronkhi dibagian paru Terdapat suara napas
dextra atas dan terdengar tambahan ronkhi dibagian
suara jantung normal lup-dup paru dextra atas dan
(S1 – S2 tunggal), frekuensi terdengar suara jantung lup-
nadi 87x/menit. dup (S1 – S2 tunggal),
50

frekuensi nadi 92x/menit.

Abdomen Inspeksi: Inspeksi:


Abdomen bersih, tidak ada Abdomen bersih, tidak
bekas luka/lesi. terdapat luka/lesi.

Auskultasi: Auskultasi:
Bising usus 24x/menit Bising usus 26x/menit

Perkusi: Perkusi:
Saat diperkusi terdengar Saat diperkusi terdengar
timpani timpani

Palpasi: Palpasi:
Tidak ada nyeri tekan dan Tidak ada nyeri tekan dan
tidak ada benjolan tidak ada benjolan.
Ekstremitas atas Ekstremitas atas dan bawah Ekstrimitas atas dan bawah
dan bawah tampak bersih, lengkap, tidak tampak bersih, lengkap tidak
ada lesi/luka, tidak terdapat terdapat luka ataupun lesi,
fraktur, terpasang infus Nacl fungsi pergerakan ekstremitas
20tpm di ektremitas atas atas baik terpasang infus Nacl
sinistra, dan tidak ada keluhan 20 tpm di ektremitas atas
lainnya. Sinistra .
Kekuatan otot: Kekuatan otot:

dextra sinistra dextra sinistra


4444 4444 5555 5555
4444 4444 5555 5555

Ket: Ket:
Skala Ciri-ciri Skala Ciri-ciri
0 Lumpuh total 0 Lumpuh total
1 Tidak ada 1 Tidak ada Gerakan,
Gerakan, teraba/terlihat
teraba/terlihat adanya kontraksi
adanya kontraksi otot.
otot. 2 Ada Gerakan pada
2 Ada Gerakan pada sendi tetapi tidak
sendi tetapi tidak dapat melawan
dapat melawan gravitas (hanya
gravitas (hanya bergeser)
bergeser) 3 Bisa melawan
3 Bisa melawan gravitasi tetapi tidak
gravitasi tetapi dapat menahan
tidak dapat atau melawan
menahan atau tahanan pemeriksa
melawan tahanan 4 Bisa bergerak
pemeriksa melawan tahanan
4 Bisa bergerak pemeriksa tapi
melawan tahanan kekuatannya
pemeriksa tapi berkurang.
kekuatannya 5 Dapat melawan
berkurang. tahanan pemeriksa
5 Dapat melawan dengan kekuatan
tahanan pemeriksa maksimal.
dengan kekuatan
maksimal.
Genetalia Jenis kelamin laki-laki, Jenis kelamin laki-laki,
51

keluarga pasien mengatakan keluarga pasien mengatakan


alat genetalia pasien dalam alat genetalia pasien dalam
keadaan bersih, dan pasien keadaan bersih, dan pasien
tidak menggunakan kateter. tidak menggunakan kateter.

Tabel 4. 4 Pola Kebiasaan


Pola Pasien 1 Pasien 2
Kebiasaan
Pola Persepsi Menurut pasien sehat adalah suatu Pasien mengatakan sakit
Kesehatan kondisi dimana seseorang dapat adalah kondisi tubuh yang
Dan melakukan aktivitas tanpa sangat lemah karena tidak
Pemeliharaan terganggu oleh suatu keadaan mampu bekerja seperti
Kesehatan apapun termasuk kelemahan pada biasanya. apabila pasien
tubuh. Sedangkan sakit menurut memiliki masalah kesehatan
pasien adalah seseorang yang tidak selalu berobat ke puskemas
bisa melakukan aktivitas secara terdekat.
mandiri dan selalu memerlukan
bantuan orang lain. Saat salah satu
dari anggota keluarga ada yang
mengalami masalah kesehatan
makan biasanya berobat ke klinik
terdekat.

Pola Nutrisi Pasien mengatakan dirumah makan Pasien mengatakan dirumah


3x sehari (porsi ± 20 sendok) jenis makan 3x sehari (porsi ± 20
makanan yang dimakan nasi, sendok) dengan jenis
sayur,dan ikan. makanan yang dimakan
Tidak ada pantanagan makanan nasi,sayur-sayuran, ikan, dan
yang membuat alergi, pasien tidak kadang ada makan tambahan
mengonsumsi obat penambah seperti kue-kue an, dan tanpa
nafsu makan. Sedangkan minum ada pantangan yang
pasien ± 8 gelar/hari (± 2000 cc) menyebabkan terjadinya
jenisnya kadang air teh manis, kopi, alergi pada pasien, pasien
dan air putih, dan tidak ada keluhan tidak mengonsumsi obat
lainnya saat sehat dirumah. penambah nafsu makan.
Saat di RS pasien mengatakan Sedangkan minum ± 8
makan 3x sehari dengan diet yang gelas/hari (± 2000cc) jenisnya
disediakan Rs yaitu NLTKTP, dan kadang air putih biasa dan
pasien hanya mampu juga kopi, dan tidak ada
menghabiskan makanannya ± 3 keluhan lainnya saat dirumah.
sendok saja dengan porsi yang ada Saat di RS pasien
setiap makan, karena psien mengatakan makan 3x sehari
mengatakan nafsu makannya dan hanya mampu
menurun dan jika dipaksakan untuk menghabiskan makanannya ±
makan pasien mual dan muntah, 10 sendok atau setengah dari
tetapi pasien pada jam 10 biasanya porsi yang disediakan setiap
mendapatkan snack dari RS berupa makan, tetapi biasanya pasien
buah-buahan dapat snack seperti buah dan
(pasien hanya memakan bauah ± 1 kue dari RS dan pasien hanya
potong saja). memakan kue ± 1 potong dan
buah ± 1 pototng karena
pasien mengatakan nafsu
makannya.
52

Pola Pasien mengatakan BAB sehari 2 Pasien mengatakan BAK


Eliminasi kali konsistensi padat, berbau khas sehari 3-6 kali dengan jumlah
feses, tidak ada darah maupun sekali BAK ± 200ml dengan
lendir. sedangkan BAK 3-5 kali warna kuning pucat,
sehari, dengan jumlah sekali ± 250 sedangkan BAB sehari 2-3
ml dengan warna kekuningan . kali dengan konsistensi
Tidak ada keluhan lainnya. lembek, warna kekuningan,
berbau khas feses normal,
dan tidak ada darah maupun
lendir.
Pola Aktivitas Sebelum sakit pasien dapat Pasien mengatakan aktivitas
dan Latihan melakukan aktivitas secara mandiri mandirinya seperti, mandi, ke
tanpa dibantu orang lain, namum wc, memakai pakaian dapat
pada saat pasien sakit dibantu oleh dilakukan sendiri. Tapi setelah
keluarganya karena tidak dapat sakit kegiatnnya Sebagian di
melakukan aktivitas secara mandiri. bantu oleh keluarganya.

Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan dan √ Aktivitas 0 1 2 3 4
minum Makan dan √
Mandi √ minum
Berpakaian √ Mandi √
Berpindah √ Berpakaian √
Toileting √ Berpindah √
Mobilitas √ Toileting √
ditempat Mobilitas √
tidur ditempat
tidur
Ket:
0: Mandiri Ket:
1: Alat bantu 0: Mandiri
2: Dibantu orang lain 1: Alat bantu
3: Dibantu orang lain dan alat 2: Dibantu orang lain
4: tergantung total 3: Dibantu orang lain dan alat
4: tergantung total
Pola Istirahat Pada saat dirumah pasien Pada saat dirumah pasien
dan Tidur mengatakan pasien tidur malam jam mengatakan pasien tidur
23.00- 06.00 dan tidur siang ± 1 jam sekitar jam 22.00 malam dan
karena harus bekerja. bangun pada jam 05.00 pagi,
Pada saat di RS pasien tidur malam tidur siang ± 1-2 jam.
dari jam 22.00-05.00 pagi dan tidur Saat di RS pasien
siang ± 2-3 jam, dan tidak ada mengatakan tidur malam jam
gangguan pola tidur. 21.00-04.30 walaupun kadang
terbangun dikarenakan
kadang2 batuk dan tidur siang
± 2-3 jam.
Pola Persepsi Pasien mengatakan kurang Pasien mengtakan kurang
Kognitif mengetahui tentang penyakit dan tentang proses penyakitnya.
pengobatannya
Pola Persepsi Pasien mengatakan kondisi nya Pasien mengatakan tidak ada
Diri sekarang membuat hambatan bagi masalah dan hambatan dalam
dirinya karena tidak bisa melakukan dirinya.
aktivitas seperti biasanya dan
menjadi beban keluarganya.
Pola Hubungan pasien dengan Pasien sangat berhubungan
Hubungan- saudaranya sangat baik, pasien baik dengan orang terdekat
Peran juga mau berinteraksi dengan seperti istri dan anaknya,
Interaksi perawat dan orang terdekat. serta pasien juga memiliki
53

Sosial interaksi yang baik terhdapat


orang sekitar seperti kepada
perawat dan pasien/keluarga
pasien yang lainnya.
Pola Seksual Pasien berjenis kelamin laki-laki dan Pasien berjenis kelamin laki-
belum menikah. laki, berusia 56 tahun, sudah
menikah dan memiliki anak.
Pola Stres- Pasien dirumah sakit hanya dapat Pasien mengatakan jika
Koping berbaring dan duduk di tempat tidur merasa bosan berbaring di
ditemani oleh saudara. tempat tidur, pasien biasanya
duduk di bawah Bersama istri
atau berjalan-jalan keluar
kamar ditemani istri.
Pola Pasien mengatakan bahwa ia Pasien beragama islam dan
Kepercayaan beragama islam dan menjalankan tekun melakukan ibadah.
dan Nilai ibadah sesuai dengan ketentuan.
Keyakinan

1) Prosedur Diagnostik

Tabel 4. 5 Hasil Pemeriksaan Diagnostik Pasien 1 pada


Tanggal 02 Maret 2023.
pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hemoglobin 8.5 * 14.0-18.0 g/dl
Eritrosit 3.29 4.10-6.00 juta/ul
Hematokrit 25.0 42.0-52.0 %
RDW-CV 17.3 * 12.1-14.0 %
MCV 76.0 80.0-92.0 fl
MCH 25.8 28.0-32.0 pg
Limfosit% 9.3 * 20.0-40.0 %
Limfosit# 0.40 1.25-4.00 ribu/ul
Bilirubin Direk 0.69 0.00-0.20 mg/dl
SGOT 461* 5-34 U/L
SGPT 176* 0-55 U/L
Kreatinin 0.69 0.72-1.25 mg/dl
Natrium 126 136-145 Mgq/L
HIV Rapid Reaktif Non Reaktif UI/l

Tabel 4. 6 Hasil Pemeriksaan Diagnostik Pasien 1 pada


Tanggal 10 Maret 2023
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hemoglobin 10.6* 14.0-18.0 g/dl
Eritrosit 4.08 4.10-6.00 Juta/ul
Hematokrit 32.4 42.0-52.0 %
Trombisit 137 150-450 Ribu/ul
RDW-CV 18.6 12.1-14.0 %
MCV 79.4 80.0-92.0 fl
MCH 26.0 28.0-32.0 pg
MCHC 32.7 33.0-37.0 %
Eosinophil% 3.6 1.0-3.0 %
Monosit% 11.6 2.0-8.0 %
Limfosit# 0.96 1.25-4.00 Ribu/ul
SGOT 290* 5-34 U/L
54

SGPT 142* 0-55 U/L


Calsium 7.3 8.4-10.0 Mg/dl
Natrium 132 136-145 Meq/L
Kalium 3.2 3.5-5.1 Meq/L

Tabel 4. 7 Hasil Pemeriksaan Diagnostik Pasien 2 pada


Tanggal 09 maret 2023
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hemoglobin 10.1 14.0-18.0 g/dl
Lekosit 11.8 4.0-10.5 Ribu/ul
Eritrosit 3.67 4.10-6.00 Juta/ul
Hematokrit 32.6 42.0-52.0 %
Trombisit 681* 140-450 Ribu/ul
RDW-CV 21.6 12.1-14.0 %
MCH 27.5 80.0-92.0 pg
MCHC 31.0 33.0-37.0 %
Basophil% 1.8 0.0-1.0 %
Eosinofil% 10.5 1.0-3.0 %
Monosit% 10.1 2.0-8.0 %
Monosit# 1.20 0.30-1.00 Ribu/ul
Bilirubin total 3.65 0.20-1.20 Mg/dl
Bilirubin direk 1.75 0.00-0.20 Mg/dl
Bilirubin indek 1.90 0.20-0.80 Mg/dl
SGOT 93* 5-34 U/L
Natrium 132 136-145 Meq/L
chlorida 93 98-107 Meq/L

Tabel 4. 8 Hasil Pemeriksaan Diagnostik Pasien 2 pada


Tanggal 13 Maret 2023
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hemoglobin 10.1 14.0-18.00 g/dl
Eritrosit 3.58 4.10-6.00 Juta/ul
Hemaktorit 32.7 42.0-52.0 %
Trombosit 651 140-450 Ribu/ul
RDW-CV 19.5 12.1-14.0 %
MCHC 30.9 33.0-37.0 %
Eosinofil% 5.5 1.0-3.0 %
Monosit% 11.6 2.0-8.0 %
Monosit# 1.22 0.30-1.00 Ribu/ul
LDH 579 <200.00 U/L
Albumin 2.9* 3.5-5.2 g/dl
Bilirubin total 3.23 0.20-1.20 Mg/dl
Bilirubin direk 2.80 0.00-1.20 Mg/dl
SGOT 58 5-34 U/L
Natrium 132 132 Meq/L
55

Tabel 4. 9 Hasil pemeriksaan Diagnostik Radiologi


Hasil Pemeriksaan Kesimpulan
Pasien 1
Foto thorax PA : secara
radiologi cor dalam batas
normal pulmo tampak infiltrate
bilateral dengan lesi kistik
terutama kanan kes :
pneumocyrtic carinii pneumonia
bilateral terutama kanan
Tak tampak destruksi
costa/scapula/clavikula.

08 maret 2023

Pasien 2
Foto thorax :
- Cor : ukuran normal
- Pulmo : tampak infiltrate
paru bilateral dengan
honey comb
appearance +, corakan
bronchovaskuler
normal, hilus tak
melebar
- Sinus tajam
- Diafragma normal

Kesimpulan :
- Cor normal
- Far Advanced TB Paru
dengan bronchiectasis

14 januari 2023
56

13 Maret 2023

2) Farmakologi

Tabel 4. 10 Farmakologi
Pasien Nama Obat Dosis Cara
Pemberian
Tn. N Infus Nacl 0.9% 1000cc/24jam, 20 IV
tpm.
Drip SNMC 1amp/12jam IV
Injeksi Omeprazole 1x40/12 jam IV
Injeksi 1x4/8 jam IV
Ondansentron
P.o Albumin 3x2 caps Oral
P.o HP Pro 3x1 caps Oral
P.o UDCA 3x250mg Oral
P.o NAC 3x400mg Oral
P.o Ibuprofen 3x400mg Oral
P.o Cotrimaoxazole 1x960 mg Oral
Tn. A Infus Nacl 0,9% 1000cc/24 jam, 20 IV
tpm.
Injeksi Cefriaxon 2x1 IV
Injeksi Omeprazole 1x40mg IV
P.o Azithromycin 1x500mg Oral
P.o NAC 3x400mg Oral
P.o HP Pro 3x1 Oral
P.o Curcuma 3x1 Oral
P.o UDCA 3x1 Oral
combifen 1amp/4jam Nebulizer
57

b. Analisa data

Tabel 4. 11 Analisa Data


Analisa Data Etiologi Masalah
Pasien 1
Ds: Hambatan upaya pola napas tidak efektif
- Pasien mengatakan napas (D.0005)
sesak napas selama
2 minggu
Do:
- Foto thorax PA :
secara radiologic or
dalam batas
normalpilmo tampak
infiltrate bilateral;
dengan lesi kistik
terutama kanan
- Pasien tampak sesak
- Terpasang O2 : 2 lpm
- TTV:
TD : 100/60 mmHg
N : 87x/menit
RR : 24x/menit
S : 36.3oC
SPO2 : 94%
Ds: Sekresi yang tertahan Bersihan jalan napas
- Pasien mengatakan tidak efektif
batuk selama 2 (D.0149)
minggu
- Pasien mengatakan
sulit mengeluarkan
dahak.

Do:
- Pasien tampak batuk
- Pasien nampak sulit
mengeluarkan dahak
- Terdapat suara napas
tambahan (ronchi)
- TTV:
TD : 100/60 mmHg
N : 87x/menit
RR : 24x/menit
S : 36.3oC
SPO2 : 94%
Ds: anoreksia Defisit nutrisi
- Pasien mengatakan
nafsu makan (D.0019)
menurun
- Pasien mengatakan
mampu
menghabiskan ± 3
sendok dengan porsi
yang ada setiap
makan
- Pasien mengatakan
jika dipaksakan
58

makan banyak akan


mual dan bisa muntah
Do:
-Terdapat ulserasi
atau bercak-bercak
putih pada mulut
- Mukosa bibir tampak
kering dan pucat
- TTV:
TD : 100/60 mmHg
N : 87x/menit
RR : 24x/menit
S : 36.3oC
SPO2 : 94%
TB : 165 cm
BB : 45kg
BBI : 58,5
Pasien 2
Ds: Hambatan upaya pola napas tidak efektif
- Pasien mengatakan napas (D.0005)
sesak napas hilang
timbul selama 2
minggu.
- Pasien mengatakan
sesak napas saat
beraktivitas

Do:
- Foto thorax : cor
ukuran normal, pulmo
tampak infiltrate paru
bilateral dengan
honey combo
appearance +,
corakan
bronchovaskuler
normal, hilus tak
melebar, sinur tajam,
diafragma normal.
Kesimpulan : far
advance TB Paru
dengan
bronchiectasis
- Pasien tampak sesak
- Retraksi dinding dada
- Terpasang O2 : 2lpm
- TTV:
TD : 120/77 mmHg
N : 92x/menit
RR : 25x/menit
S : 35,6oC
SPO2 : 94%
Ds: Sekresi yang tertahan Bersihan jalan napas
- Pasien mengtakan tidak efektif
batuk berdahak yang (D.0149)
tak kunjung sembuh
selama 1 bulan.
- Pasien mengatakan
59

sulit mengeluarkan
dahak
Do:
- Terdapat suara napas
tambahan (ronchi)
- TTV:
TD :120/77 mmHg
N : 92x/menit
RR : 25x/menit
S : 35,6oC
SPO2 : 94%
Ds : Anoreksia Defisit nutrisi
- Pasien mengatakan
nafsu makannya (D.0019)
menurun
- pasien mengatakan
hanya mampu
menghabiskan
makanannya ± 10
sendok atau setengah
dari porsi yang
disediakan setiap
makan
Do:
- mukosbibir tampak
kering dan pucat
- terdapat sisa
makanan di atas
meja kamar pasien
-
- TTV:
TD :120/77 mmHg
N : 92x/menit
RR : 25x/menit
S : 35,6oC
SPO2 : 94%
TB : 160 cm
BB : 32kg
BBI : 54,0

c. Prioritas Masalah

Pasien 1:

1. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas

2. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan.

3. Defisit nutrisi b.d anoreksia

Pasien 2:

1. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas

2. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan


60

3. Defisit nutrisi b.d anoreksia

d. Intervensi Keperawatan

Tabel 4. 12 Intervensi Keperawatan


Dx Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
Pasien 1
Pola napas tidak Setelah dilakukan tindakan Observasi :
efektif b.d hambatan keperawatan selama 1x6 jam 1. Monitor TTV
upaya napas diharapkan pola napas 2. Monitor pola napas
membaik dengan kriteria (frekuensi,
hasil : kedalaman,usaha
1. Pola napas normal napas)
2. Dispnea menurun 3. Monitor status respirasi
3. Penggunaan otot dan oksigen
bantu pernapasan
menurun Terapeutik :
1. Pertahankan
kepatenan jalan napas
2. Posisikan pasien semi
fowler/fowler

Edukasi :
1. Ajarkan Teknik
relaksasi napas dalam
2. Ajarkan pasien untuk
merubah posisi secara
mandiri

Kolaborasi :
1. Pemberian oksigen
Bersihan jalan napas Setelah dilakukan tindakan Observasi :
tidak efektif b.d keperawatan selama 3x6 jam 1. Monitor TTV
sekresi yang tetahan diharapkan bersihan jalan 2. Identifikasi kemampuan
napas meningkat dengan pasien untuk batuk dan
kriteria hasil : mengeluarkan sputum
1. Batuk efektif 3. Auskultasi bunyi napas,
2. Produksi sputum catat suara napas
menurun tambahan.
3. Sesak napas
menurun Terapeutik :
1. Lakukan fisioterapi
dada

Edukasi :
1. Ajarkan pasien batuk
efektif dan napas
dalam
2. Anjurkan minum air
hangat

Kolaborasi :
1. Pemberian
bronkodilator
Defisit Nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan Observasi:
anoreksia keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi status
jam diharapkan status nutrisi nutrisi
61

membaik: 2. Monitor berat badan


1. Porsi makan yang 3. Identifikasi alergi dan
dihabiskan intoleransi makanan
meningkat. 4. Monitor adanya mual
2. Berat badan muntah
membaik
3. Nafsu makan Terapeutik:
membaik 1. Lakukan oral hygiene
4. Membrane mukosa sebelum makan, jika
membaik perlu
5. Sariawan menurun 2. Berikan suplemen, jika
perlu

Edukasi:
1. Jelaskan jenis
makanan yang bergizi
tinggi, namun tetep
terjangkau.
2. Anjurkan untuk makan
dengan porsi
kecil/sedikit tapi sering

Kolaborasi:
1. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrient yang
Pasien 2
Pola napas tidak Setelah dilakukan tindakan Observasi :
efektif b.d hambatan keperawatan selama 3 x6 1. Monitor TTV
upaya napas jam diharapkan pola napas 2. Monitor pola napas
membaik dengan kriteria (frekuensi,
hasil : kedalaman,usaha
1. Pola napas normal napas)
2. Dispnea menurun 3. Monitor status respirasi
3. Penggunaan otot dan oksigen
bantu pernapasan
menurun Terapeutik :
1. Pertahankan
kepatenan jalan napas
2. Posisikan pasien semi
fowler/fowler

Edukasi :
1. Ajarkan Teknik
relaksasi napas dalam
2. Ajarkan pasien untuk
merubah posisi secara
mandiri

Kolaborasi :
1. Pemberian oksigen
Bersihan jalan napas Setelah dilakukan tindakan Observasi :
tidak efektif b.d keperawatan selama 3x6 jam 1. Monitor TTV
sekresi yang diharapkan bersihan jalan 2. Identifikasi kemampuan
62

tertahan napas meningkat dengan pasien untuk batuk dan


kriteria hasil : mengeluarkan sputum
1. Batuk efektif 3. Auskultasi bunyi napas,
2. Produksi sputum catat suara napas
menurun tambahan.
3. Sesak
napasmenurun Terapeutik :
1. Lakukan fisioterapi
dada

Edukasi :
1. Ajarkan pasien batuk
efektif dan napas
dalam
2. Anjurkan minum air
hangat

Kolaborasi :
1. Pemberian
bronkodilator
Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan Observasi:
anoreksia keperawatan selama 3x6 jam 1. Identifikasi status
diharapkan status nutrisi nutrisi
membaik: 2. Monitor berat
1. Porsi makan yang badan
dihabiskan 3. Identifikasi alergi
meningkat. dan intoleransi
2. Berat badan makanan
membaik 4. Monitor adanya
3. Nafsu makan mual muntah
membaik Terapeutik:
4. Membrane mukosa 5. Lakukan oral
membaik hygiene sebelum
makan, jika perlu
6. Berikan suplemen,
jika perlu

Edukasi:
1. Jelaskan jenis
makanan yang bergizi
tinggi, namun tetep
terjangkau.
2. Anjurkan untuk makan
dengan porsi
kecil/sedikit tapi sering

Kolaborasi:
1. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrient yang

e. Implementasi

Tabel 4. 13 Implementasi
63

Diagnosa 08 maret 2023 09 maret 2023 10 maret 2023


Keperawatan Pukul 08.30 Pukul 08.30 Pukul 08.30
Pasien 1
Pola napas 1. Memonitor TTV: 1. Memonitor TTV: 1. Memonitor TTV:
tidak efektif TD : TD : TD :
b.d hambatan 110/75mmHg 120/70mmHg 115/80mmHg
upaya napas N : 92x/menit N : 87x/menit N : 90x/menit
RR : 24x/menit RR :22x/menit RR : 22x/menit
S : 36,5oC S : 35,2oC S : 36,5oC SPO2:
SPO2 : 95% SPO2 : 98% 99%

2. Mencatat 2. Mencatat 2. Mencatat


karakteristik karakteristik karakteristik
pernapasan pernapasan pernapasan
3. Memberikan 3. Memberikan 3. Memberikan
posisi nyaman posisi nyaman posisi nyaman
4. Melakukan teknik 4. Melakukan 4. Melakukan teknik
relaksasi napas teknk relaksasi relaksasi napas
dalam napas dalam dalam
5. Pemberian 5. Pemberian 5. Pemberian
oksigen oksigen oksigen

Jam 08.30 08.45 08.55

Paraf

Bersihan jalan 1. Mengkaji secara 1. Mengkaji 1. Mengkaji secara


napas tidak komprehensif, secara komprehensif,
efektif b.d durasi, frekuensi, komprehensif, durasi, frekuensi,
sekresi yang kualitas, durasi, kualitas,
tertahan intensitas batuk frekuensi, intensitas batuk
dan penumpukan kualitas, dan
secret. intensitas batuk penumpukan
2. Menganjurkan dan secret.
minum air hangat penumpukan 2. Menganjurkan
3. Melakukan secret. minum air
fisioterapi dada 2. Menganjurkan hangat
4. Melakuakan minum air 3. Melakukan
batuk efektif hangat fisioterapi dada
3. Melakukan 4. Melakuakan
fisioterapi dada batuk efektif
4. Melakuakan
batuk efektif
Jam 09.00 08.55 09.55

Paraf

Defisit Nutrisi 1. Mengkaji status 1. Mengkaji 1. Mengkaji status


b.d anoreksia nutrisi klien status nutrisi nutrisi klien
turgor kulit, berat klien turgor turgor kulit,
badan, integritas kulit, berat berat badan,
mukosa, dan badan, integritas
kemampuan integritas mukosa, dan
menelan mukosa, dan kemampuan
2. Menimbang kemampuan menelan
berat badan menelan 2. Menimbang
64

3. Mengajurkan 2. Menimbang berat badan


klien berat badan 3. Mengajurkan
melaksanakan 3. Mengajurkan klien
oral hygiene klien melaksanakan
sebelum dan melaksanakan oral hygiene
sesudah makan oral hygiene sebelum dan
4. Mengkolaborasik sebelum dan sesudah makan
an dengan ahli sesudah 4. Mengkolaborsik
gizi untuk makan an dengan ahli
menetapkan 4. Mengkolaboras gizi untuk
komposisi dan ikan dengan menetapkan
jenis diet yang ahli gizi untuk komposisi dan
tepat menetapkan jenis diet yang
5. Menganjurkan komposisi dan tepat
pasien untuk jenis diet yang 5. Menganjurkan
makan dalam tepat pasien untuk
porsi sedikit tapi 5. Menganjurkan makan dalam
sering pasien untuk porsi sedikit tapi
makan dalam sering
porsi sedikit
tapi sering.
Jam 08.30 08.45 08.55

Paraf

Pasien 2 15 maret 2023 16 maret 2023 17 maret 2023


Pukul 08.30 Pukul 08.30 Pukul 08.30
Pola napas 1. Memonitor TTV: 1. Memonitor 1. Memonitor TTV:
tidak efektif TD : TTV: TD :
b.d hambatan 140/80mmHg TD : 130/80mmHg
upaya napas N : 96x/menit 140/90mmHg N : 97x/menit
RR :24x/menit N : 107x/menit RR : 22x/menit
S : 36,3oC RR : 22x/menit S : 36,5oC
SPO2: 95% S :36,5oC SPO2:99%
SPO2 : 97%
2. Mencatat 2. Mencatat
karakteristik 2. Mencatat karakteristik
pernapasan karakteristik pernapasan
3. Memberikan pernapasan 3. Memberikan
posisi nyaman 3. Memberikan posisi nyaman
4. Melakukan teknk posisi nyaman 1. Melakukan teknk
relaksasi napas 4. Melakukan relaksasi napas
dalam teknik relaksasi dalam
5. Pemberian napas dalam 2. Pemberian
oksigen 2lpm 5. Pemberian oksigen 2lpm
oksigen 2lpm
Jam 08.55 08.35 08.45

Paraf

Bersihan jalan 1. Mengkaji secara 1. Mengkaji secara 1. Mengkaji secara


napas tidak komprehensif, komprehensif, komprehensif,
efektif b.d durasi, frekuensi, durasi, durasi, frekuensi,
sekresi yang kualitas, frekuensi, kualitas,
tertahan intensitas batuk kualitas, intensitas batuk
dan penumpukan intensitas batuk dan
65

secret dan penumpukan


2. Melakukan penumpukan secret
fisioterapi dada secret 2. Melakukan
3. Melakukan batuk 2. Mengkaji fisioterapi dada
efektif frekuensi batuk 3. Melakukan batuk
4. Berkolaborasi dan banyak efektif
pemberian sekret 4. Berkolaborasi
nebulizer 3. Melakukan pemberian
- Combifen fisioterapi dada nebulize
1amp/4 jam 4. Melakukan - Combifen 1
batuk efektif amp/4jam
5. Berkolaborasi
pemberian
nebulizer
- Combifen 1
amp/4 jam
Jam 08.30 08.45 09.55

Paraf

Defisit nutrisi 1. Mengkaji status 1. Mengkaji status 1. Mengkaji status


b.d anoreksia nutrisi klien nutrisi klien nutrisi klien turgor
turgor kulit, berat turgor kulit, kulit, berat badan,
badan, integritas berat badan, integritas
mukosa, dan integritas mukosa, dan
kemampuan mukosa, dan kemampuan
menelan kemampuan menelan
2. Menimbang menelan 2. Menimbang berat
berat badan 2. Menimbang badan
3. Mengajurkan berat badan 3. Mengajurkan
klien 3. Mengajurkan klien
melaksanakan klien melaksanakan
oral hygiene melaksanakan oral hygiene
sebelum dan oral hygiene sebelum dan
sesudah makan sebelum dan sesudah makan
4. Mengkolaborasik sesudah makan 4. Mengkolaborasik
an dengan ahli 4. Mengkolaborasi an dengan ahli
gizi untuk kan dengan ahli gizi untuk
menetapkan gizi untuk menetapkan
komposisi dan menetapkan komposisi dan
jenis diet yang komposisi dan jenis diet yang
tepat jenis diet yang tepat
5. Menganjurkan tepat 5. Menganjurkan
pasien untuk 5. Menganjurkan pasien untuk
makan dalam pasien untuk makan dalam
porsi sedikit tapi makan dalam porsi sedikit tapi
sering porsi sedikit tapi sering
sering
Jam 08.30 08.45 08.55

Paraf

f. Evaluasi
66

Tabel 4. 14 Evaluasi
Diagnosa 08 maret 2023 09 maret 2023 10 maret 2023
Keperawatan
1 2 3 4
Pasien 1
Jam 13.15 12.30 12.45
Pola napas S: S: S:
tidak efektif - Pasien mengatakan - Pasien - Pasien
b.d belum ada merasakan mengatakan mulai mengatakan sudah
hambatan perubahan yang merasakan merasa nyaman
uapaya berarti setelah nyaman setelah setelah diberikan
napas dilakukan tindakan dilakukan tindakan
keperawatan tindakan keperawatan
- Pasien mengatakan keperawatan - pasien
masih sesak - pasien mengatakan sesak
mengatakan kadang-kadang
O: sesak berkurang
- pasien tampak
Masih sesak O: O:
- terpasang O2 :2lpm - pasien tampak - pasien tampak
bernapas dengan tenang dan rilek
- TTV: nyaman dan -pasien tampak
TD : 120/75mmHg teratur bernapas dengan
N : 94x/menit - O2 dipakai saat frekuensi yang
RR : 24x/menit merasa sesak teratur
S : 36,2oC saja - pasien tampak
SPO2 : 97% - TTV: tidak menggunakan
TD : O2
A: masalah belum 125/70mmHg - TTV:
teratasi N : 89x/menit TD :125/85mmHg
RR : 22x/menit N : 92x/menit
P: lanjutkan S : 35,6oC RR : 22x/menit
intervensi SPO2 : 98% S : 36,5oC
SPO2: 99%
A: masalah
Teratasi A:masalah
sebagian Teratasi

P: lanjutkan
intervensi P: intervensi
dihentikan
pasien pulang

Bersihan S: S: S:
jalan napas - Pasien mengatakan - pasien - pasien mengatakn
tidak efektif batuk mengatakan batuk berkurang
b.d sekresi -pasien mengatkan masih batuk - pasien
yang sulit mengeluarkan kadang-kadang mengatakan dahak
tertahan. dahak - pasien sudah bisa
mengatakan dikeluarkan
dahak bisa
O: dikeluarkan O:
- pasien tampak batuk walaupun sedikit -pasien tampak
- Pasien tampak sulit batuk sesekali
mengeluarkan dahak O: - suara ronci mulai
- terdapat suara suara - pasien tampak berkurang
ronchi batuk sesekali
- pasien tampak
67

masih berusaha A: masalah


mengeluarkan Teratasi
A: masalah belum dahak
teratasi - masih terdapat
suara ronchi P: intervensi
dihentikan
A: masalah pasien pulang
Teratasi dan tetap
P: lanjutkan sebagian menganjurkan
intervensi melakukan
P: intervensi fisioterapi dada
dilanjutkan mandiri
Defisit nutris S: S: S:
b.d anoreksia - Pasien - Pasien - Pasien
mengatakan nafsu mengatakan mengatakan
makan menurun nafsu makan nafsu makan
- Pasien mulai meningkat
mengatakan membaik - Pasien
mampu - Pasien mengatakan
menghabiskan ± 3 mengatakan dapat
sendok dengan telah makan menghabiskan
porsi yang ada setengah makanan yang
setiap makan porsi ± 8 diberikan,
- Pasien sendok dengan cara
mengatakan jika dengan makan sedikit
dipaksakan makan sedikit tapi sering
makan banyak tapi sering - Pasien
akan mual dan - Pasien mengatakan tidak
bisa muntah mengatakan merasa mual lagi
mual saat saat makan
O: makan
- Terdapat ulserasi berkurang O:
atau bercak- dan tidak ada - Bercak-bercah
bercak putih pada muntah putih dimulut
mulut pasien tinggal
- Mukosa bibir O: sedikit
tampak kering dan - Bercak- - Mukosa bibir
pucat bercak putih tambak lembab
- TTV: pada mulut - TTV:
TD : 120/75mmHg berkurang TD:125/85mmHg
N : 94x/menit - Mukosa bibir N : 92x/menit
RR : 24x/menit tambah RR : 22x/menit
S : 36,2oC lembab S : 36,5oC
SPO2 : 97% walaupun SPO2: 99%
TB : 165 cm pucat TB: 165 cm
BB : 45kg - TTV: BB: 45kg
BBI : 58,5 TD:125/70mmHg BBI: 58,5
N : 89x/menit
A: masalah belum RR : 22x/menit A: masalah
Teratasi S : 35,6oC teratasi
SPO2 : 98%
P: lanjutkan TB: 165 cm P: intervensi
Intervensi BB: 45 kg dihentikan
BBI: 58,5 pasien pulang

A: masalah
teratasi
sebagian
68

P: lanjutkan
Intervensi
Pasien 2 15 maret 2023 16 maret 2023 17 maret 2023
Jam 13.45 13.30 13.15
Pola napas S: S: S:
tidak efektif - pasien mengatakan - Pasien - pasien
b.d belum merasakn mengatakan mulai mengatakan
hampatan perubahan yang merasa nyaman nyaman setelah
upaya napas signifikan setelah dilakukan dilakukan tindakn
- Pasien mengatakan tindakan keperawatan
sesak saat beraktivitas kepeawatan - pasien
napas dalam mengatakan sesak
O: -pasien berkurang
- pasien Nampak mengatakan
sesak sesak saat O:
- terdapat retraksi beraktivitas mulai - pasien tampak
dinding dada bekurang tenang dan hanya
- TTV: kdang-kadang
TD : 135/85mmHg O: merasa sesak
N : 94x/menit - pasien tampak - retraksi dinding
RR :24x/menit bernapas dengan dada berkurang
S : 36,5oC teratur - TTV:
SPO2: 96% - retraksi dinding TD :130/86mmHg
masih ada N : 98x/menit
A: masalah belum - TTV: RR : 22x/menit
teratasi S : 36,2oC
TD :140/80mmHg SPO2:99%
P: lanjutkan N : 102x/menit
intervensi RR : 22x/menit A: masalah
S :35,5oC Teratasi
SPO2 : 98%

A: Masalah P: intervensi
teratasi dihentikan
sebagian pasien pulang

P: lanjutkan
intervensi
Bersihan S: S: S:
jalan napas - Pasien mengatakan - Pasien - pasien
tidak efektif masih masih batuk mengatakan mengatakan batuk
b.d sekresi - pasien mengatakan batuk kadang- berkurang
yang dahak sulit kadang -pasien mengatakn
tertahan. dikeluarkan Pasien dahak dapat
mengatakan dikeluarkan dikit
O: dahak masih sulit demi sedikit setelah
- pasien tambak masih dikeluarkan dilakukan fisioterapi
batuk dada
- pasien masih tampak
kesulitan
mengeluarkan dahak O: O:
- terdapat suara napas - pasien tampak - pasien tampak
tambahan (ronchi) berusaha batuk rileks
dengan keras - suara ronchi mulai
untuk berkurang
mengeluarkan
A: masalah belum
69

teratasi dahak
- masih terdapat A: masalah
P: lanjutkan suara ronchi Teratasi
intervensi
A: masalah
Teratasi P: intervensi
sebagiam dihentikan
pasien pulang
P: lanjutkan dan tetap
intervensi mengajurkan
melakukan
fisioterapi dada
mandiri

Defisit nutrisi S: S: S:
b.d anoreksia - Pasien - Pasien - Pasien
mengatakan nafsu mengatakan mengatakan
makannya nafsu makan nafsu makan
menurun mulai meningkat
- pasien membaik - Pasien
mengatakan - Pasien mengatakan
hanya mampu mengatakan mampu
menghabiskan belum mampu mengahabiskan
makanannya ± 10 menghabiskan makanan yang
sendok atau makanan yang disediakan
setengah dari diberikan dan setiap makan
porsi yang hanya dapat
disediakan setiap mengahbiskan O:
makan ± 15 sendok - Mukosa bibir
O: setiap makan tampak
- mukos bibir yang lembab dan
tampak kering disediakan tidak pucat
dan pucat - Tidak terdapat
- terdapat sisa O: sisa makanan
makanan di atas - Mukosa bibir di atas meja
meja kamar tampak kamar pasien
pasien lembab - TTV:
- TTV: - Tampak TD :130/86mmHg
TD:120/77mmHg terdapat sisa N : 98x/menit
N :92x/menit makanan RR : 22x/menit
RR : 25x/menit diatas meja S : 36,2oC
S : 35,6oC kamar pasien SPO2:99%
SPO2 : 95% - TTV: TB : 160 cm
TB : 160 cm TD:140/80mmHg BB : 32kg
BB : 32kg N : 102x/menit BBI : 54,0
BBI : 54,0 RR : 22x/menit
S :35,5oC A: masalah
A: masalah belum SPO2 : 98% teratasi
Teratasi TB : 160 cm
BB : 32kg P: intervensi
P: intervensi BBI : 54,0 Dihentikan
dilanjutkan Pasien pulang
A: masalah
teratasi
Sebagian

P: intervensi
dilanjutkan
70

B. PEMBAHASAN

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan pada kasus ini dilakukan pada 2 pasien

sesuai dengan subjek studi kasus yang diminta pada BAB III. Pasien 1

dilakukan pada tanggal 7 Maret 2023, pasien 2 dilakukan pada tanggal

14 Maret 2023. Hasil dari pengkajian tersebut adalah :

Pada pasien 1 berusia 38 tahun, jenis kelamin laki-laki, pekerjaan

wiraswasta, diagnosa medis TB Paru DIH OAT+B20+Malnutrisi

dengan keluhan utama sesak napas, dan badan lemah diikuti batuk

berdahak yang sulit dikeluarkan. Sedangkan pasien 2 berusia 56

tahun, jenis kelamin laki-laki, pekerjaan petani, diagnosa medis TB

Paru DIH OAT+Malnutrisi dengan keluhan utama batuk berdahak

susah dikeluarkan dan sesak napas. Keluhan yang dirasakan pasien 1

dan 2 sesuai dengan teori menurut (Aritonang et al., 2020) bahwa

pada pasien TB Paru tanda dan gejalanya salah satunya adalah Batuk

berdahak yang susah dikeluarkan dan sesak napas.

Pada Riwayat penyakit keluarga pasien 1 dan 2 mengatakan

keluarga pasien 1 tidak memiliki atau tidak menderita penyaikit yang

sama dengan pasien. Sedangkan keluarga pasien 2 juga tidak memiliki

Riwayat penyakit yang sama dengan pasiien hanya saja penyakit

seperti hipertensi dan diabetes.

Menurut teori (Aritonang et al., 2020) pemeriksaan penunjang

yang dapat dilakukan oleh pasien dengan TB Paru salah satunya

adalah pemeriksaan laboratorium radiologi. Pada kasus pasien 1 dan 2

sudah dilakukan pemeriksaan laboratorium: foto thorax dan kultur


71

sputum. Penulis berpendapat bahwa pemeriksaan harus dilakukan

selengkap mungkin seperti teori yang ada untuk membantu penegakan

diagnosa medis untuk terapi yang tepat sesuai penyebab TB Paru.

2. Diagnosa Keperawatan

Pada pasien 1 dan 2 diagnosa yang muncul ada 3 :

a. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas (SDKI D.0005)

Berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia

(SDKI), pola napas tidak efektif berhubungan dengan pencedera

fisiologis (D.0005) pada pasien 1 dan pasien 2 adalah pasien tampak

bernafas menggunakan otot bantu napas, pola napas dispnea.

Sedangkan menurut SDKI pola nafas tidak efektif adalah

untuk menegakkan diagnose ini jika terdapat data mayor : subjektif

dispnea, objektif penggunaan otot bantu pernafasan, fase ekspirasi

memanjang, pola nafas abnormal, dan data Minor : subjektif ortopnra,

objektif pernafasan pursed-lip, pernafasan cuping hidung, diameter

thoraks anterior-posterior meningkat, ventilasi semenit menurun,

kapasitas vital menurun, tekanan ekspirasi menurun, tekanan

inspirasi menurun, eskkursi dada berubah.

Berdasarkan teori diatas maka ada kesesuaian antara

keluahan yang dirasakan pasien dengan teori yang ada, hal ini juga

sesuai dengan konsep teori pola nafas tidak efektif dapat

menyebabkan pasien susah bernafas sehingga melakukan

pemasangan oksigen agar membantu pasien bernafas.

b. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan


72

Berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia

(SDKI), bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan

(D.0149) pada pasien 1 dan pasien 2 adalah pasien tampak batuk

tidak efektif, pola napas dispnea, terdapat rokhi.

Sedangkan menurut SDKI pola nafas tidak efektif adalah

untuk menegakkan diagnose ini jika terdapat data mayor : objektif

batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebihan, mengi,

wheezing dan ronkhi. Dan data Minor : subjektif dispnea, ortopnea,

sulit bicar. objektif gelisah, sianosis, bunyi napas menurun, pola

napas berubah.

Berdasarkan teori diatas maka ada kesesuaian antara

keluahan yang dirasakan pasien dengan teori yang ada, hal ini juga

sesuai dengan konsep teori bersihan jalan napas tidak efektif

menyebabkan pasien susah bernafas karena sekret yang tertahan.

Hal ini diperlukan tindakan fisioterapi dada untuk membantu

pengeluaran sekret yang tertahan pada saluran pernapasan.

c. Defisit nutrisi b.d anoreksia ( nafsu makan menurun)

Berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia

(SDKI), defisit Nutrisi (D.0019) pada pasien 1 dan 2 adalah nafsu

makan menurun dan penurunan berat badan.

Sedangkan menurut SDKI deficit nutrisi adalah Untuk

menegakkan diagnose ini jika terdapat data mayor : objektif berat

badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal. dan data minor :

subjek nafsu makan menurun, objektif bising usus hiperaktif,

membrane mukosa pucat, sariawan, diare.


73

Berdasarkan teori diatas maka ada kesesuaian antara

keluahan yang dirasakan pasien dengan teori yang ada.

3. Intervensi Keperawatan

Pada perencanaan ini Tindakan pada Tn.P dan Tn.S penulis

melakukan sesuai dengan (SIKI ,2018) yaitu :

a. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas

Intervensi yang diberikan pada pasien 1 dan 2 dengan diagnosa

Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya

napas, intervensi utama yang akan diberikan kepada pasien 1 dan 2

adalah monitor status respirasi dan oksigen, untuk intervensinya

meliputi obesrvasi, terapeutik, edukasi, dan kolaborasi seperti

monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas, monitor pola

napas, monitor satutasi oksigen, posisikan pasien semi fowler/fowler,

ajarkan Teknik relaksasi napas dalam dan kolaborasi peberian

oksigen. Pada intervensi ini juga ditetapkan Standar Luaran

Keperawatan Indonesia (SLKI) yakni : penggunaan otot bantu nafas

menurun, frekuensi nafas membaik, kedalaman nafas membaik.

Berdasarakan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)

pada penurunan kapasitas adatif intrakranial meliputi tindakan dari

observasi dan terapeutik seperti : observasi monitor frekuensi, irama,

kedalaman dan upaya nafas, monitor pola nafas, monitor adanya

produk sputum, lakukan penghisapan lendir, monitor saturasi

oksigen, terapeutik kolaborasi pemberian bronkodilator. Berdasarkan

Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) pada diagnosa pola


74

nafas tidak efektif pasien 1 diharapkan penggunaan otot bantu napas

menurun,frekuensi nafas membaik, kedalaman nafas membaik.

Salah satu intervensi yang dapat mengatasi Pola nafas tidak

efektif yakni pemberian terapi oksigen, terapi fisik, terapi okupasi,

terapi pernapasan, terapi nutrisi dan pemberian posisi semi fowler.

Posisi semi fowler merupakan posisi 45 derajat pada bagian kepala

daerah tempat tidur. Tujuan dari posisi semi fowler adalah membantu

mengatasi kesulitas pernapasan dan kardiovaskular (Nurani and

Arianti 2022).

Intervensi yang dirumuskan pada pasien 1 dengan masalah pola

nafas tidak efektif sudah sesuai dengan teori yang ada pada Standar

Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).

b. Bersihan Jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan

Intervensi yang diberikan pada pasien 1 dan 2 dengan diagnosa

bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan, intervensi

utama yang akan diberikan kepada pasien 1 dan 2 adalah monitor

fisioterapi dada, untuk intervensinya meliputi obesrvasi, terapeutik,

edukasi, dan kolaborasi seperti monitor TTV, identifikasi kemampuan

pasien untuk batuk dan mengeluarkan sputum, auskultasi bunyi napas, catat

suara napas tambahan, lakukan fisioterapi dada, ajarkan pasien untuk batuk

efektif dan napas dalam, anjurkan minur air hangat, dan kolaborasi pemberian

bronkodilator. Pada intervensi ini juga ditetapkan Standar Luaran

Keperawatan Indonesia (SLKI) yakni : batuk efektif, sesak napas

menurun, produksi sputum menurun.

Berdasarakan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)

pada sekresi yang tetahan meliputi tindakan dari observasi,

terapeutik, dan kolaborasi seperti : identifikasi kemampuan pasien


75

untuk batuk ddan mengeluarkan sputum, asukultasi suara napas

tambahan, lakukan tindakan fisioterapi dada, dan pemberian

bronkodilator. Berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia

(SLKI) pada diagnosa bersihan jalan tidak efektif pasien 1 dan pasien

2 diharapkan batuk efektif, mampu mengeluarkan dahak, sesak

napas menurun.

Salah satu intervensi yang dapat mengatasi bersihan jalan

napas tidak efektif yakni, melakukan fisioterapi dada. Fisioterapi dada

merupakan salah satu dari fisioterapi yang menggunakan Teknik

postural drainase, vibrasi dan perkusi, tujuan dilakukan fisioterspi

dada ini untuk mengurasi sesak napas, nyeri dada karena terlalu

sering batuk, jalan napas yang terganggu akibat sekresi yang

berlebihan, sehingga mampu meningkatkan kemampuan fungsional

dan pasien akan merasa lebih rileks ( Dila Syahfitri, 2020).

Intervensi yang dirumuskan pada pasien 1 dan pasien 2 dengan

masalah bersihan jalan napas tidak efektif sudah sesuai dengan teori

yang ada pada Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).

c. Defisit nutrisi b.d anoreksia

Intervensi yang diberikan pada pasien 1 dan 2 dengan diagnosa

defisit nutrisi b.d anoreksia, untuk intervensinya meliputi obesrvasi,

terapeutik, edukasi, dan kolaborasi seperti identifikasi status nutrisi,

monitor berat badan, identifikasi alergi dan intoleransi makanan,

monitor adanya mual muntah, lakukan oral hygiene sebeleum makan,

berikan suplemen, jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namun

tetap terjangkau, anjurkan untuk makanan dengan posrsi sedikit tapi

sering, kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori

dan jenis nutrient yang perlu. Pada intervensi ini juga ditetapkan
76

Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) yakni : porsi makan

yang dihabiskan meningkat, berat badan membaik, nafsu makan

membaik, membrane mukosa membaik.

Berdasarakan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)

pada sekresi yang tetahan meliputi tindakan dari observasi,

terapeutik, dan kolaborasi seperti : identifikasi status nutrisi, monitor

berat badan, identifikasi alergi dan intoleransi makanan, monitor

adanya mual muntah, jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi

namun tetap terjangkau, anjurkan untuk makanan dengan posrsi

sedikit tapi sering, kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan

jumlah kalori dan jenis nutrient yang perlu. Berdasarkan Standar

Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) pada diagnosa bersihan jalan

tidak efektif pasien 1 dan pasien 2 diharapkan porsi makan yang

dihabiskan, berat badan membaik, dan nafsu makan membaik.

Salah satu intervensi yang dapat mengatasi drfisit nutrisi yakni

identifikasi status nutrisi, monitor berat badan dan menganjurkan

makan sedikit tapi sering (Siti Maulidah Hafidzah, 2020).

Intervensi yang dirumuskan pada pasien 1 dan pasien 2 dengan

masalah defisit Nutrisi sudah sesuai dengan teori yang ada pada

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).

4. Implementasi Keperawatan

a. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas

Implementasi yang dilakukan pada pasien 1 dan 2 pada diagnosa

Pola Napas Tidak Efektif yaitu : Memonitor pola napas yaitu mengukur

frekuensi napas dalam satu menit, Memonitor pola napas, Memonitor

saturasi oksigen, memberikan posisi semi fowler. Fowler, mengajarkan

teknik relaksasi napas dalam Berkolaborasi pemberian oksigen. Dari


77

hasil pengkajian diatas didapatkan pasien 1 dan 2 yang terdiagnosa

Pola Napas Tidak Efektif dengan data objek pasien tampak sesak,

terpasang O2: 2lpm NK, RR : 24x/menit, dan SPO2 : 94%

b. Bersihan jalan napas tidak efektif

Implementasi yang dilakukan pada pasien 1 dan 2 pada diagnosa

bersihan jalan napas tidak efektif yaitu : identifikasi kemampuan pasien

untuk batuk dan mengeluarkan sputum, auskultasi bunyi napas, catat suara

napas tambahan, lakukan fisioterapi dada, ajarkan pasien untuk batuk efektif

dan napas dalam, anjurkan minur air hangat, dan kolaborasi pemberian

bronkodilator

Agar bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan

dan terhindar dari komplikasi, maka diberikan Tindakan keperawatan

fisioterapi dada. Seperti yang di sebutkan oleh (Defina Puspitasari,

2022) bahwa Tindakan fisioterapi dada ini sangat efektif untuk

membantu mengeluarkan sekret.

Teknik fisioterapi dada berpengaruh pada pasien Tb paru

terharap pengeluarkan sputum nilai p value 0.025, dimana ada

perbedaan yang bermaksan antara pengeluaran sputum sebelum dan

sesudah dilakukan fisioterapi dada (Aditia Mulia Ningrum, 2022)

Salah satu terapi Intervensi pada penerapan ini adalah melakukan

tindakan fisioterapi dada dimana jika dilakukan tindakan secara rutin,

baik dan benar dapat mengatasi bersihan jalan napas tidak efektif

pada pasien TB Paru, mampu membantu pengeluaran sputum pada

pasien dan memberikan kenyamanan kembali bernapas pada pasien

TB Paru. Maka tindakan fisioterapi dada dapat menjadi tindakan yang

efektif dapat dilakukan dirumah sakit maupun dirumah yang dilakukan


78

oleh keluarga sebagai tindakan mandiri bagi keluarga pasien TB Paru

(Ria Dila Syahfitri, 2020).

c. Defisit Nutrisi

Implementasi yang di lakukan pada pasien 1 dan 2 pada diagnose

defisit Nutrisi yaitu : seperti identifikasi status nutrisi, monitor berat

badan, identifikasi alergi dan intoleransi makanan, monitor adanya

mual muntah, lakukan oral hygiene sebeleum makan, berikan

suplemen, jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namun tetap

terjangkau, anjurkan untuk makanan dengan posrsi sedikit tapi sering,

kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis

nutrient yang perlu

5. Evaluasi

Evaluasi adalah Tindakan untuk melengkapi proses keperawatan

yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan, intervensi

keperawatan, implementasi keperawatan, tahap evaluasi memungkinkan

perawat memonitor kegiatan pelaksanaan keperawatan yang terjadi

selama tahap pengakajian, Analisa, intervensi, dan implementasi

Pada hari pertama masalah belum teratasi pasien masih batuk

dan dahak sulit dikeluarkan, hari kedua masalah teratasi Sebagian dan

pada hari ke tiga mampu mengeluarkan dahak masalah teratasi pasien

diperbolehkan pulang tetapi saat dirumah pasien diminta tetap melakukan

Tindakan fisioterapi dada.

Pada pasien 1 dapat teratasi dengan diagnosa pola napas tidak

efektif b.d hambatan upaya napas, bersihan jalan napas tidak efektif b.d

sekresi yang tertahan, defisit nutrisi b.d anoreksia. Dapat teratasi pada

tanggal 10 maret 2023 selama 3 hari dilakukan pengkajian dan pada

pasien 2 dengan diagnosa pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya
79

napas, bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan,

defisit nutrisi b.d anoreksia. Dapat tertasi pada tanggal 17 maret 2023

selama 3 hari dilakukan pengkajian.

6. Dokumentasi

Pendokumentasian adalah salah satu peran perawat sebagai

tanggung jawab keperawatan komponen yang di gunakan tiga aspek

yaitu :

a. Komunikasi

b. Proses keperawatan

c. Standar keperawatan

Dokumentasi keperawatan adalah catatan tentang hasil pengkajian

yang dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat

data dasar tentang pasien, dan membuat catatan tentang respons

kesehatan pasien (Leniwita & Anggraini, 2019).

Semua hasil Tindakan asuhan keperawatan pada Tn.N (36 tahun)

sebagai pasien 1 dan Tn. A (56 tahun) sebagai pasien 2 yang dilakukan

dari pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, perenecanaan

keperawatan, implementasi keperawatan, evaluasi dilaksanakan secara

berkesinambungan dan rutin sesuai dengan asuhan keperawatan.

Seluruh proses keperawatan telah di dokumentasikan sesuai dengan

standar format yang ada dan sebagai bahan pembelajaran untuk

meningkatkan ilmu tentang penyakit terutama masalah penyakit Tb Paru.

Dari hasil evaluasi didapatkan bahwa pasien 1 dan pasien 2

mengalami perubahan setelah dilakukan fisioterapi dada. Hal ini di

dukung penelitian tentang pengaruh dengan Teknik fisioterapi dada pada

pasien Tb paru terhadap pengeluarkan sputum nilai p value 0.025,

dimana ada perbedaan yang bermaksan antara pengeluaran sputum


80

sebelum dan sesudah dilakukan fisioterapi dada (Aditia Mulia Ningrum,

2022)

Dilakukan memenuhi rasa nyaman dengan masalah keperawatan

bersihan jalan napas yang dilakukan selama 3 hari dan hasil yang

didapatkan mengalami perubahan .


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada pasien 1 Tn. N (36

tahun) dan pasien 2 Tn. A (56 tahun) secara menyeluruh (komprehensif),

Asuhan keperawatan dilakukan mulai pengkajian, penetapan diagnose

keperawatan, intervensi, implementasi, evaluasi dan pendokumentasian.

Hasil asuhan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 7 maret 2023

sampai 10 maret 2023 pada pasien Tn.N dan tanggal 13 maret sampai 17

maret 2023 pada pasien 2 Tn. A .

Pasien TB PAru setelah dilakukan pengkajian keperawatan

dengan hasil didapatkan yaitu : pasien TB Paru mengalami batuk. Pada

saat pengkajian pasien mengatakan sesak napas, batuk berdahak dan

sulit untuk mengeluarkan dahak.

Diagnosa yang muncul pada pasien 1 dan 2 adalah pola napas

tidak efektif b.d hambatan upaya napas, bersihan jalan napas tidak efektf

b.d sekresi yang tertahan, dan defisit nutrisi b.d anoreksia.

Intervensi yang sesuai dengan masalah keperawatan yang

muncul pada pasien 1 dan 2 mengacu pada landasan teori

penatalaksaaan intervensi (SIKI) semua dilaksanakan sesuai acuan yang

mencakup empat point yaitu observasi, terapeutik, edukasi dan

kolaborasi.

implementasi pada pasien 1 dan 2 masing-masing diberikan 3 hari

berturut-turut dengan memperhatikan waktu sesuai kondisi pasien.

81
82

Mampu dilaksanakan karena didukung oleh sikap kooperatif dari keluarga

dan pasien dalam progam asuhan keperawatan.

Evaluasi dilakukan untuk menilai keberhasilan Tindakan

berdasarkan kriteria hasil masing-masing diagnosa. Adapun hasil

evaluasi yaitu : pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas,

bersihan jalan napas tidak efektf b.d sekresi yang tertahan, dan defisit

nutrisi b.d anoreksia.

Pengkajian, perumusan diagnose keperawatan, perencanaan

keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi telah di

dokumentasikan sesuai dengan standar format yang baik.

Asuhan keperawatan pada Tn. N dan Tn. A dengan TB Paru di ruang

Dahlia RSUD Ulin Banjarmasin yang dimulai pada tanggal 6 maret 2023

sampai dengan 25 maret 2023 dengan menggunakan metode

pendekatan proses keperawatan seperti pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan serta

evalusi maka dapat disimpulkan, pada saat pengkajian diperolehkan data

yang sesuai dengan pengkajian menurut teori, sehingga dari data

pengakajian dapat ditegakkan diagnosa keperawatan standar. Pada saat

pengkajian keluarga sangat keperatif dan mau bekerja sama yang

ditunjukkan oleh pihak keluarga dalam memberikan penjelasan sehingga

pengkajian dapat diselesaikan dengan baik.

Hasil pengkajian, Analisa data masalah keperawatan yang muncul

pada Tn. N dan Tn. A dengan TB paru adalah Pola napas tidak efektif b.d

hambatan upaya napas dan Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi

yang tertahan.
83

Intervensi dibuat sesuai dengan masalah yang muncul pada saat

pengkajian dan mengacu pada landasan teori yang dicatat dalam format

rencana keperawatn, berbentuk kolom perencanaan, dan tidak semua

rencana yang ada pada konsep dasar dapat dimuat dalam asuhan

keperawatan pasien, namun disesuaikan dengan kondisi paisien tersebut.

Implementasi keperawatan dapat dilaksanakan sesuai dengan

intervensi yang disusun oleh penulis dan dilakukan dengan mandiri yang

lebih ditekankan pada upaya promotif, preventif, dan rehabilitative serta

kerja sama dengan tim kesehatan lainnya dan keluarga pasien.

Untuk diagnosa bersihan jalan napas tida efektif b.d sekresi yang

tertahan yaitu dapat perbandinagan antara pasien 1 dan pasien 2 dengan

usia 1 yaitu dewasa muda dan pasien 2 lansia dengan tingkat

keberhasilan pada pasien lansia lebih cepat efektifitasnya dibanding

pasien dewasa muda dalam dilakukan fisioterapi dada dikarenakan

imunitas tubuh yang kurang baik dan pasien mengalami kelemahan.

Semua tindakan asuhan keperawatan telah didokumentasikan sesuai

dengan format yang ada, yaitu dari tahap pengkajian, menentukan

diagnosa keperawatan, menentukan intervensi, melakukan implementasi,

dan melakukan evaluasi keperawatan.

B. Saran

Untuk mendapatkan hasil keperawatan yang diharapkan, diperlukan

membina hubungan yang baik dan keterlibatan pasien, keluarga, dan tim

kesehatan layanan.

Perawat perlu mengembangkan dan meningkatkan pemahaman

terhadap konsep manusia secara komprehensif sehingga perawat

mampu menerapkan asuhan keperawatan dengan baik. Perawat sebagai


84

petugas pelayanan kesehatan hendaknya selalu meningkatkan

kemampuan dan keterampilan yang cukup, serta dapat bekerja sama

dengan tim kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan.

Meningkatkan suatu kualitas asuhan keperawatan yang profesional

alangkah baiknya diadakan seminar yang membahas tentang kesehatan

yang ada pada pasien.


DAFTAR PUSTAKA

Afifah, N., & Sumarni, T. (2022). Studi kasus gangguan oksigenasi pada pasien
TB paru dengan bersihan jalan napas tidak efektif. Journal Of Innovation
Research and knowledge, 2(1), 75–80.

Aritonang, Anggraini, Y., & Leniwita, H. (2020). Buku I : Modul keperawatan


medikal bedah I. Universitas Kristen Indonesia Institutional Repository.
Retrieved from http://repository.uki.ac.id/2744/1/Modul keperawatan medikal
bedahi Buku1.pdf%0Ahttp://repository.uki.ac.id/id/eprint/2744%0A

Budi, I. S., Ardillah, Y., Sari, I. P., & Septiawati, D. (2018). Analisis Faktor Risiko
Kejadian penyakit Tuberculosis Bagi Masyarakat Daerah Kumuh Kota
Palembang. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, 17(2), 87.
https://doi.org/10.14710/jkli.17.2.87-94

Dila Syahfitri, R. (2020). Penerapan Fisioterapi Dada Dalam Mengatasi


Ketidakefekstifan Bersihan Jalan Nafas Pada Pasien TB Paru, volume,
nomor, dan tahun diisi oleh Akper Kesdam II/Sriwijaya Palembang, 9, 1–6.
Francisco, A. R. L. (2018). Tinjauan Kepustakaan Sistem Pernapasan. Journal of
Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699. Retrieved from
http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/20418/1/1267ef1a6941f10cd436af892efd71
b1.pdf

Herawati, C. dkk. (2020). Peran Dukungan Keluarga , Petugas Kesehatan dan


Perceived Stigma dalam Meningkatkan. Kesehatan Masyarakat Indonesia,
15(1), 19–23. Retrieved from https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jkmi,

Agus Setiyawan, U. M. (2022). Modul ajar dasar-dasar layanan kesehatan.

Leniwita, H., & Anggraini, Y. (2019). Modul dokumentasi keperawatan. fakultas


Vokasi Universitas Kristen Indonesia. Retrieved from
http://eprints.ukh.ac.id/id/eprint/694/1/Modul Ajar Dokumentasi
Keperawatan.pdf

Mar’iyah, K., & Zulkarnain. (2021). Patofisiologi penyakit infeksi tuberkulosis.


Prosiding Seminar Nasional Biologi, 7(November), 88–92. Retrieved from
https://doi.org/10.24252/psb.v7i1.23169

Ningrum, A. M., Manurung, R., Magdalena, C., Bolon, T., & Situmorang, R.
(2022). Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Peningkatan Pengeluaran
Sputum Pada Pasien Tuberkolosis Paru Di Rumah Sakit Imelda Pekerja
Indonesia Medan Tahun 2021. Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA, 8(2),
134–141. Retrieved from http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/Jurnal
keperawatan

Safitri, R. (2019). Implementasi Keperawatan Sebagai Wujud Dari Perencanaan


Keperawatan Guna Meningkatkan Status Kesehatan Klien. Journal
Keperawatan, 3(42), 23–26. Retrieved from https://osf.io/8ucph/download

Aswita Aprililian, 4thEdition. (2021). Me Ne. Askep Impelementasi, 19(10), 13.


85
86

Sunarmi, S., & Kurniawaty, K. (2022). Hubungan Karakteristik Pasien Tb Paru


Dengan Kejadian Tuberkulosis. Jurnal ’Aisyiyah Medika, 7(2), 182–187.
https://doi.org/10.36729/jam.v7i2.865

Suparyanto dan Rosad (2015. (2020). No Title No Title No Title. Suparyanto Dan
Rosad (2015, 5(3), 248–253.

Susyanti, D., Syaiful, S., Murti, R. K., & Pratama, M. Y. (2021). Pemenuhan
Kebutuhan Pendidikan Kesehatan terhadap Kepatuhan Minum Obat pada
Pasien Tuberculosis Paru di Rumah Sakit Putri Hijau Medan. Jurnal Riset
Hesti Medan Akper Kesdam I/BB Medan, 6(1), 38.
https://doi.org/10.34008/jurhesti.v6i1.231

Tahir, R., Sry Ayu Imalia, D., & Muhsinah, S. (2019). Fisioterapi Dada dan Batuk
Efektif sebagai Penatalaksanaan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
pada Pasien TB Paru di RSUD Kota Kendari. Health Information : Jurnal
Penelitian, 11(1), 20–25. https://doi.org/10.36990/hijp.v11i1.87

Wardiyah, A. W., Wandini, R. W., & Rahmawati, R. P. (2022). Implementasi


Fisioterapi Dada Untuk Pasien Dengan Masalah Bersihan Jalan Napas Di
Desa Mulyojati Kota Metro. Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada
Masyarakat (Pkm), 5(8), 2348–2362.
https://doi.org/10.33024/jkpm.v5i8.7084

Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2017 Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI 2017 Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI 2017 Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
10 PENYAKIT TERBANYAK DI RUANGAN DAHLIA
RSUD ULIN BANJARMASIN
TAHUN 2020-2022

TAHUN 2020
No Nama Penyakit Jumlah
1 TB Paru 412
2 Ca Paru 253
3 CAP 238
4 Effusi 211
5 LRTI 111
6 Tb MDR 99
7 Tu Paru 47
8 Sepsis 45
9 SOPT 43
10 PPOK 38
Total 1.497

TAHUN 2021
N Nama Penyakit Jumlah
o
1 TB Paru 229
2 Ca Paru 189
3 CAP 162
4 Effusi 136
5 LRTI 75
6 Tb MDR 65
7 Tu Paru 32
8 Asma BR 31
9 SOPT 26
10 Bronchitis dan SOB 21
Total 960

TAHUN 2022
N Nama Penyakit Jumlah
o
1 TB Paru 159
2 Tu Paru 133
3 Efusi pleura 98
4 peneumonia 75
5 CAP 65
6 Ca Paru 44
7 Asma 42
8 SOB 31
9 PPOK 26
10 Peneumothorax 20
Total 693
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Kepada

Yth: Responden di Tempat

Dengan Hormat,

Saya mahasiswa DIII Program Studi Keperawatan Politeknik Kesdam VI

Banjarmasin.

Nama : Nahdhea Khairunisa

NIM : 1140970120064

Bermaksud akan melakukan penelitian tentang “Gambaran Asuhan

Keperawatan Pasien TB Paru Dengan Intervensi Utama Fisioterapi Dada Di

Ruang Dahlia RSUD Ulin Banjarmasin”. Adapun segala informasi yang diberikan

akan dijamin kerahasiaanya dan saya bertanggung jawab apabila informasi yang

diberikan merugikan, maka dari itu tidak perlu mencantumkan nama atau

identitas lainnya.

Sehubungan dengan hal tersebut, apabila setuju untuk ikut serta dalam

penelitian ini maka dimohon untuk menandatangani kolom yang telah disediakan.

Atas kesediaan dan kerjasamanya saya ucapkan terimakasih

Responden Peneliti

Nahdhea Khairunisa
NIM. 1140970120064
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada :

Yth. Responden

Di Tempat

Dengan Hormat,

Saya sebagai mahasiswa Prodi DIII Keperawatan Politeknik Kesdam VI

Banjarmasin bermaksud melakukan “Gambaran Asuhan Keperawatan Pasien TB

Paru Dengan Intervensi Keperawatan Utama Fisioterapi Dada Di Ruang Dahlia

RSUD Ulin Banjarmasin”.

Saya mengharapkan partisipasi saudara atas asuhan yang saya lakukan.

Saya menjamin kerahasiaan dan identitas saudara. Informasi yang saudara

berikan hanya semata-mata digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan

dan tidak digunakan untuk maksud lain.

Atas perhatiaan dan ketersediaanya, saya ucapkan terimaksih.

Banjarmasin, Maret 2023


Peneliti

Nahdhea Khairunisa
NIM. 1140970120064
SOP FISIOTERAPI DADA

Pengertian Fisioterapi dada adalah suatu rangkaian tindakan keperawatan


yang terdiri atas perkusi (clapping), vibrasi, dan postural
drainage
Tujuan a. Membantu melepaskan atau mengeluarkan sekret yang
melekat di jalan napas dengan memanfaatkan gaya gravitasi.
b. Memperbaiki ventilasi.
c. Meningkatkan efisiensi otot-otot pernapasan.
d. Memberi rasa nyaman.

Indikasi a. Terdapat penumpukan sekret pada saluran napas yang


dibuktikan dengan pengkajian fisik, X Ray dan data Klinis.
b. Sulit mengeluarkan sekret yang terdapat pada saluran
pernapasan.

Kontraindikasi a. Hemoptisis
b. Penyakit jantung
c. Serangan Asma Akut
d. Deformitas struktur dinding dada dan tulang belakang
e. Nyeri meningkat
f. Kepala pening
g. Kelemahan

Persiapan alat a. Stetoskop


b. Handuk
c. Sputum pot
d. Handscoon
e. Tissue
f. Bengkok
g. Alat tulis

Persiapan pasien a. Salam terapeutik


b. Menjelaskan prosedur dan tujuan kepada responden
c. Menjaga privasi pasien
d. Memberikan informed consent
e. Longgarkan pakaian atas pasien
f. Periksa nadi dan tekanan darah
g. Ukur Saturasi Oksigen, Frekuensi nafas dan produksi sputum

Persiapa n a. Memiliki pengetahuan anatomi dan fisiologi sistem


perawat pernapasan, sistem peredaran darah
b. Memiliki pengetahuan tentang pemeriksaan fisik sistem
pernafasan

Tahap Pelaksanaan Waktu


1. Posturnal Drainase 5
a. Perawat mencuci tangan, lalu memasang sarung tangan menit
b. Auskultasi area lapang paru untuk menentukan lokasi sekret
c. Atur posisi:
- Semi fowler bersandar ke kanan, ke kiri lalu kedepan apabila daerah yang
akan di drainage pada lobus atas bronkus apical.
- Tegak dengan sudut 45o membungkuk ke depan apabila daerah yang akan
di drainage bronkus posterior.
- Berbaring dengan bantal dibawah lutut apabila yang akan di drainage
bronkus anterior.
- Posisi trendelenberg dengan sudut 30o atau menaikkan kaki tempat tidur
35-40 cm, sedikit miring kiri apabila yang akan di drainage pada lobus
tengah (bronkus lateral dan medial).
- Posisi trendelenberg dengan 35-40 cm, sedikit miring ke kanan apabila
daerah yang akan di drainage pada bronkus superior dan interior.
- Condong dengan bantal di bawah panggul apabila yang di drainage
bronkus apical
- Posisi trendelenberg dengan sudut 45o atau dengan menaikkan kaki tempat
tidur 45-50 cm, miring ke samping kanan apabila drainage bronkus
medinal.
- Posisi trendelenberg dengan sudut 45o atau dengan menaikkan kaki
tempat tidur 45-50 cm, miring ke samping kiri apabila yang akan di
drainage bronkus lateral.
- Posisi trendelenberg condong sudut 45o dengan bantal dibawah panggul,
apabila yang akan di drainage bronkus posterior.
- Lama pengaturan posisi pertama kali adalah 10 menit, kemudian periode
selanjutnya kurang lebih 15-30 menit.
- Lakukan observasi ttv selama prosedur.
- Setelah pelaksanaan drainage lakukan clapping dan vibrasi.
- Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
2. Perkusi dada (clapping) 1-2
a. Letakkan handuk diatas kulit pasien menit
b. Rapatkan jari-jari dan sedikit difleksikan membentuk mangkok tangan
c. Lakukan perkusi dengan menggerakkan sendi pergelangan tangan,
prosedur benar jika terdenganr suara gema pada saat perkusi
d. Perkusi seluruh area target, dengan menggunakan pola yang sistematis
3. Vibrasi Dada 5-8
a. Instruksikan pasien untuk tarik nafas dalam dan mengeluarkan napas menit
perlahan-lahan
b. Pada saat buang napas, lakukan prosedur vibrasi, dengan teknik: Tangan
non dominan berada dibawah tangan dominan, dan diletakkan pada area
target.
c. Instruksikan untuk menarik nafas dalam
d. Pada saat membuangn napas, perlahan getarkan tangan dengan cepat
tanpa melakukan penekanan berlebihan
e. Posisikan pasien untuk dilakukan tindakan batuk efektif
Total ±15
menit
PENILAIAN KESADARAN DENGAN PEMERIKSAAN GCS
(GLASGOW COMA SCALE)
1. PENGERTIAN Pemeriksaan kesadaran dengan pemeriksaan GCS adalah
pemeriksaan tingkat kesadaran pasien dengan menggunakan
skala coma glasgow

2. TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah langkah


penilaian kesadaran dengan pemeriksaan GCS

5. PROSEDUR - Petugas mencuci tangan


- Petugas membawa pasien ke tempat yang aman
-. Petugas mengkaji respon pasien meliputi :
a. Eye ( respon membuka mata)
(4) spontan
(3) dengan rangsang suara ( suruh pasien membuka
mata)
(2) dengan rangsang nyeri (berikan
rangsangan nyeri (berikan
rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari)
(1) tidak ada respon

b. Verbal (respon verbal)

(5) : orientasi baik

(4) : bingung ; berbicara mengacau (sering


bertanya berulang ulang) disorientasi tempat
dan waktu

(3) :kata kata saja (berbicara tidak jelas, tapi


kata kata masih jelas, namun tidak dalam satu
kalimat, misalnya (aduh.........................................................
bapak)

(2) : suara tanpa arti (mengerang)

(1) : tidak ada respon

c. Motor (Respon Motorik)

(6) : mengikuti perintah

(5) : melokalisir nyeri (menjangkau dan


menjauhkan stimulus saat diberi rangsangan
nyeri)

(4) : withdraws (menghindar/menarik extrimitas


atau tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsang
nyeri)

(3) : fleksi abnormal (tangan satu atau keduanya


posisi kaku diatas dada dan kaki ekstensi saat
diberi rangsang nyeri.

(2) : ekstensi abnormal (tangan satu atau


keduanya ekstensi di sisi tubuh, dengan jari
mengepal dan kaki ekstensi saat diberi rangsang
nyeri)

(1) : tidak ada respon

- hasil pemeriksaan tingkat kesadaran dengan


pemeriksaan GCS disajikan dengan simbol
E....V.....M......

- petugas mencuci tangan


- petugas mencatat hasil pemeriksaan
Skala nyeri

A. Jenis-jenis skala Nyeri

Berikut adalah jenis skala nyeri berdasarkan nilai angka :

- Skala 0, tidak nyeri

- Skala 1, nyeri sangat ringan

- Skala 2, nyeri ringan. Ada sensasi seperti dicubit, namun tidak begitu

sakit.

- Skala 3, nyeri sudah mulai terasa, namun masih bisa ditoleransi

- Skala 4, nyeri cukup mengganggu ( contoh: nyeri sakit gigi)

- Skala 5, nyeri benar-benar mengganggu dan tidak bisa didiamkan dalam

waktu lama

- Skala 6, nyeri sudah sampai tahap mengganggu indera, terutqama indera

penglihatan

- Skala 7, nyeri sudah membuat anda tidak bisa melakukan aktivitas

- Skala 8, nyeri mengakibatkan anda tidak bisa berpikir jernih, bahkan

terjadi perubahan perilaku.

- Skala 9, nyeri mengakibatkan ana menjerit-jerit dan menginginkan cara

apapun untuk menyembuhkan nyeri.

- Skala 10, nyeri berada di tahap yang paling parah dan bisa menyebabkan

anda tak sadarkan diri,

B. Cara menghitung skala nyeri

1. Visual Analog Scale (VAS)


2. Verbal rating scale (VRS)

3. Numeric Rating Scale (NRS)

4. Wong-baker pain rating Scale


SKALA KEKUATAN OTOT

Ciri-ciri
0 Lumpuh total
1 Tidak ada Gerakan, teraba/terlihat adanya kontraksi
oto

2 Ada Gerakan pada sendi tetapi tidak dapat melawan


gravitasi(hanya bergeser)
3 Bisa melawan gravitasi tetapi tida dapat menahan
atau melawan tahanan pemeriksa

4 Bisa bergerak melawan tahanan pemeriksa tetapi


kekuatannya berkurang

5 Dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan


maksimal

Nilai IMT dan RUMUS


A. Nilai IMT
Nilai IMT Keterangan

18,4 ke bawah Berat badan kurus

18,5 - 24,9 Berat badan ideal

25 – 29,9 Berat badan lebih

30 – 39,9 Gemuk

40 ke atas Sangat gemuk

B. Rumus menghitung IMT

Berat badan( Kg)


IMT =
Tinggi Badan ( m ) x Tinggi Badan(m)

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN

1. Identitas Pasien

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Agama :

Suku/Bangsa :

Status Perkawinan :

Alamat :

Ruang Dirawat :

Tanggal Masuk Rs :

No. Register :

Diagnosa Medis :

2. Identitas Penanggung Jawab

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Agama :

Alamat :

Hubungan Dengan Pasien :

B. RIWAYAT PENYAKIT

1. Keluhan utama :
2. Riwayat penyakit sekarang :

3. Riwayat penyakit dahulu :

4. Riwayat penyakit keluarga :

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum :

Kesadaran :

Penampilan :

TTV :

2. Kulit :

3. Kepala dan leher :

4. Mata :

5. Hidung :

6. Telinga :

7. Mulut :

8. Dada :

9. Abdomen :

10. Ekstremitas atas dan bawah :

11. Genetalia :

D. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

1. Pola persepsi kesehatan :

2. Nutrisi dan cairan tubuh :

3. Pola eliminasi :

4. Pola aktivitas-latihan :

5. Pola istirahat dan tidur :

6. Pola persepsi kognitfi :

7. Pola persepsi terhadap diri :

8. Pola hubungan-peran interaksi sosial :


9. Pola stress-koping stress :

10. Pola kepercayaan dan nilai keyakinan :

E. POSEDUR DIAGNOSTIK

No Hari/Tanggal Jenis Nilai hasil


Pemeriksaan Normal

I. ANALISA DATA

No Data Objek/Subjektif Etiologi Masalah

II. DAFTAR MASALAH

NO Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanggal


Muncul Teratasi

III. INTERVENSI KEPERAWATAN


No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
Keperawatan &
Kriteria
Hasil

IV. CATATAN PERKEMBANGAN

No Hari/tanggal Jam Diagnosa Perkembangan


Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai