Anda di halaman 1dari 89

KARYA TULIS ILMIAH

 ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN  A.N DENGAN DIAGNOSA MEDIS


ASMA BRONKHIAL DI RUANG KOMODO RSUD PROF. DR. W. Z.
JOHANNES KUPANG

OLEH

MARIA YOSEFINA BONE TUAMES


NIM 11391117

YAYASAN MARANATHA NUSA TENGGARA TIMUR


AKADEMI KEPERAWATAN MARANATHA GROUPS
2020
 
  
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN  A.N DENGAN DIAGNOSA MEDIS
ASMA BRONKHIAL DI RUANG KOMODO  RSUD PROF. DR. W. Z.
JOHANNES KUPANG

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Dalam rangka Menyelesaikan Ujian Akhir Program Pada Akademi


Keperawatan Maranatha Groups
 

OLEH

MARIA YOSEFINA BONE TUAMES


NIM : 11391117
 

YAYASAN MARANATHA NUSA TENGGARA TIMUR


AKADEMI KEPERAWATAN MARANATHA GROUPS
2020

i
 
SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya sendiri
dan tidak merupakan jiplakan atau tiruan dari Karya Tulis Ilmiah orang lain untuk
memperoleh gelar dari berbagai jenjang pendidikan di perguruan tinggi manapun
baik sebagian maupun keseluruhan.

Kupang, 03 Agustus 2020


Yang Menyatakan

Maria Yosefina Bone Tuames


NIM : 11391117

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.A.N DENGAN DIAGNOSA MEDIS


ASMA BRONKHIAL DI RUANG KOMODO RSUD PROF. DR. W.Z
JOHANNES KUPANG

OLEH:

MARIA YOSEFINA BONE TUAMES


NIM : 11391117

Dinyatakan memenuhi syarat ujian sidang


Pada tanggal 03 Agustus 2020

Disetujui Oleh:

PEMBIMBING

JOLI R NUBATONIS, S.Kep,NS


NUP: 9908420086

iii
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.A.N DENGAN DIAGNOSA MEDIS


ASMA BRONKHIAL DI RUANG KOMODO RSUD PROF. DR. W.Z
JOHANNES KUPANG
 

Disusun Oleh:

MARIA YOSEFINA BONE TUAMES

Pada Tanggal 05 Agustus 2020

KOMISI PENGUJI

Penguji I Penguji II

Kornelis Nama Beni S.Kep., Ns. M.Kep Meldy E. H. Lede S.Kom., M.Kes
NUP: 9908420092 NIDN: 0814057602

Mengetahui
Direktur Akademi Keperawatan Maranatha Groups

Camelia Bakker S.Si-Teol., M.Si

iv
IDENTITAS TIM PENGUJI

JUDUL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.A.N DENGAN DIAGNOSA MEDIS

ASMA BRONKHIAL DI RUANG KOMODO RSUD PROF. DR. W. Z.

JOHANNES KUPANG

Nama Mahasiswa : Maria Yosefina Bone Tuames

Nim : 113911117

Program Studi : DIII Keperawatan

Komisi Pembimbing

Pembimbing : Joli Riyana Nubatonis S.Kep.,Ns

Tim Dosen Penguji

Penguji I : Kornelis Nama Beni, S.Kep.,Ns.M.Kep

Penguji Ii : Meldy E H Lede, S.Kom, M.Kes

Tanggal Ujian : Rabu, 05 Agustus 2020

v
KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat dan rahmat perlindungan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah dengan judul: asuhan keperawatan pada TN A.N  dengan diagnosa

medis  Asma Bronkhial diruang komodo  RSUD PROF. DR. W. Z. Johannes

Kupang. Karya tulis ilmiah ini penulis selesaikan dalam rangka memenuhi

persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan D III Keperawatan pada Akper

Maranatha Groups.           

            Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan laporan Karya Tulis

Ilmiah banyak kendala dan hambatan, namun berkat kerelaan dan bantuan dari

beberapa pihak baik secara langsung maupun tidak langsung akhirnya Karya Tulis

Ilmiah ini dapat diselesaikan. Melalui kesempatan ini dengan setulus hati penulis

menyampaikan ucapan Terima Kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Drs. Samuel Sellan, selaku Ketua Dewan Pembina Yayasan Maranatha

Nusa Tenggara Timur yang memberikan fasilitas dalam perkuliahan.

2. Ariesty Sellan, selaku Pembina Yayasan Maranatha Nusa Tenggara Timur

yang memberikan kesempatan pada penulis dalam menyelesaikan

perkuliahan di Akademi Keperawatan Maranatha Groups.

3. Alfreid Selan selaku Ketua Yayasan Maranatha Nusa Tenggara Timur yang

memberikan kesempatan pada penulis dalam menyelesaikan perkuliahan

di Akademi Keperawatan Maranatha Groups

4. Camelia Bakker ,S,Si–Teol.,M.Si selaku Direktur Akademi Keperawatan

Maranatha Groups yang telah memberikan rekomendasi dan kesempatan

vi
bagi penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Awaliyah M. Suwetty S.Kep.Ns.M.Kep selaku Dosen Akademi

Keperawatan Maranatha Groups Kupang yang telah memberikan

rekomendasi dan kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah ini.

6. Joli R. Nubatonis, S.Kep,Ns, selaku pembimbing yang telah mengarahkan

dan membimbing penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Kornelis Nama Beni S.Kep.Ns.M.Kep selaku penguji 1 yang telah

mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini.

8. Meldy E.H.Lede S.Kom.,M,Kes selaku penguji 2 yang telah mengarahkan

dan membimbing penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Seluruh staf dosen Akademi Keperawatan Maranatha Groups yang telah

memberikan ilmu, bimbingan, motivasi, dan arahan selama dalam proses

perkuliahan serta para staf akademik dan pegawai perpustakaan yang

sudah mengijinkan penulis untuk meminjamkan buku sebagai referensi

dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

10. Kedua orang tua tercinta Bapak Daniel Tuames dan Mama Edebidis Salis

Benevidis, serta Kakak dan Adik tersayang kk pit, kk aje, kk yosti, kk

alula, adik aleks, adik Sandra, yang memberi semangat dan selalu

mendukung penulis dalam bentuk materi maupun doa selama proses

perkuliahan sampai penyelesaian Karya Tulis Imiah ini.

vii
11. Teman-teman kost Rianti esy, norci, santi, reni, iren, veni, alya, marlin,

marlen, ka sipri, vera, lewis, amandus yang telah memberi semangat dan

selalu mendukung penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis Imiah ini.

12. Teman-teman Mahasiswa Akademi Keperawatan Maranatha Groups

angkatan ke 15 tahun 2017 (AKM 17) atas kebersamaan, bantuan, dan

motivasi.

Semoga Tuhan Yang maha Esa memberkati dan menyertai kita masing-masing

di dalam tugas dan karya kita semua. Penulis menyadari bahwa Karya Tulis

Ilmiah ini ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran

yang bersifat membangun dan bermanfaat sangat penulis harapkan dalam

penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhir kata penulis berharap semoga

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

                                                                             Kupang, 05 Agustus  2020


 
 
                                                                                         Penulis

viii
DAFTAR ISI

Halaman
COVER
LEMBAR JUDUL ..................................................................................................i
SURAT PERNYATAAN........................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iv
IDENTITAS PENGUJI..........................................................................................v
KATA PENGANTAR............................................................................................vi
DAFTAR ISI..........................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................3
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................3
D. Manfaat Penulisan...............................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
A. Konsep Medis......................................................................................................5
1. Defenisi............................................................................................................5
2. Etiologi............................................................................................................5
3. Klasifikasi........................................................................................................7
4. Manifestasi Klinis............................................................................................8
5. Patofisiologi.....................................................................................................9
6. Komplikasi....................................................................................................10
7. Pemeriksaan Penunjang.................................................................................11
8. Penatalaksanaan.............................................................................................12
B. Konsep Asuhan Keperawatan ...........................................................................13
1. Pengkajian Keperawatan...............................................................................13
2. Diagnosa Keperawatan..................................................................................16
3. Intervensi Keperawatan.................................................................................19

ix
4. Implementasi Keperawatan...........................................................................25
5. Evaluasi Keperawatan...................................................................................28
BAB III TINJAUAN KASUS..............................................................................30
A. Pengkajian Keperawatan...................................................................................30
B. Diagnosa keperawatan Berdasarkan Prioritas...................................................35
C. Intervensi Keperawatan.....................................................................................36
D. Implementasi Keperawatan...............................................................................39
E. Evaluasi Keperawatan.......................................................................................41
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................42
A. Gambaran Lokasi .............................................................................................42
B. Hasil dan Pembahasan.......................................................................................43
1. Pengkajian Keperawatan...............................................................................43
2. Diagnosa keperawatan...................................................................................47
3. Intervensi keperawatan..................................................................................50
4. Implementasi Keperawatan...........................................................................53
5. Evaluasi Keperawatan...................................................................................53
BAB V PENUTUP................................................................................................55
A. Kesimpulan........................................................................................................55
B. Saran..................................................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................58

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Pathway ...............................................................................59


Lampiran I : Format Askep........................................................................60
Lampiran III : Lembar konsultasi.................................................................77

xi
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah sistem pernapasan yang cukup mengancam nyawa saat ini adalah

asma. Karena asma merupakan salah satu penyakit yang menyerang sistem

pernafasan yang dapat terjadi pada anak-anak hingga orang dewasa. Sehingga tak

jarang mengalami kematian. Asma merupakan salah satu penyakit serius yang

menyebabkan kematian dimana kalau tidak ditangani dengan baik dan tepat akan

menyebabkan kematian. Angka kejadian asma bervariasi di berbagai Negara,

tetapi kecendrungan bahwa penderita penyakit ini meningkat jumlahnya,

meskipun belakangan ini obat-obatan asma banyak dikembangkan. Menurut para

ahli, prevelensi asma akan terus meningkat. Sekitar 100-150 juta penduduk dunia

terserang asma dengan penambahan 180.000 setiap tahunnya. Dharmayanti dan

Hapsari (2015).

Penyakit asma masih menunjukan prevelensi yang tinggi. Berdasarkan

data dari GINA (2011), diseluruh dunia diperkirakan terdapat 300 juta orang yang

menderita asma dan tahun 2025 diperkirakan jumlah pasien asma mencapai 400

juta. Jumlah ini dapat saja besar mengingat asma merupakan penyakit yang

underdianosed. buruknya kualitas udara dan berubahnya pola hidup masyarakat

diperkirakan menjadi penyebab menigkatnya penderita asma. Data dari berbagai

Negara menunjukan bahwa prevelensi penyakit asma berkisar antara 1-18%

(infodatin, 2017). Prevelensi asma diindonesia menurut data diagno kesehatan

1
2

rumah tangga sebesar 4%. Sedangkan berdasarkan Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2017, prevelensi asma untuk seluruh kelompok usia sebesar

3,5% dengan prevelensi penderita asma pada anak usia 1-4 tahun sebesar 3,5%

tahun sebesar 2,0%. Infodatin (2017). Prevelensi asma di NTT khususnya

(Ruangan komodo RSUD Prof Dr. W.Z Johannes kupang) dari bulan September

2018 sampai bulan april 2019 dari total pasien 437 pasien 7,3%, 6 diantaranya

menderita penyakit asma. Register Ruang komodo (2018).

Masalah yang sering muncul pada pasien dengan asma bronkhial adalah

sesak napas, yang disertai dengan batuk. Penanganan yang dilakukan pada pasien

asma dari agen-agen yang dapat membuat asma kambuh seperti debu,bulu

binatang, perubahan cuaca, dll. serta selalu berikan masker pada pasien dan

kenakan pakaian yang hangat, saat cuaca dingin agar tidak terjadi kekambuhan

pada penderita asma. Asuhan keperawatan yang diberikan melalui pengkajian,

Diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan

evaluasi keperawatan. Upaya yang dilakukan dalam menurunkan angka kejadian

asma belum berhasil di karenakan tingkat pengetahuan yang kurang tentang faktor

penyebab terjadinya asma serta selalu menganggap remeh masalah asma padahal

asma merupakan penyakit yang serius karena menyerang organ pernapasan.

Dampak yang akan terjadi jika pasien dengan penyakit asma bronchial

tidak ditangani dengan tepat, dimana lingkungan memiliki peran dalam memicu

kekambuhan asma. selain itu ada factor lain yang dapat meningkat keparahan

asma. Beberapa diantaranya adalah rhinitis yang tidak diobati atau sinisitus,

gangguan gastroesofagal, sensitivitas terhadap aspirin, pemaparan terhadap


3

senyawa sulfit atau obat golongan beta bloker, dan influenza, factor mekanik, dan

factor psikis/stres. Sullies (2016). Peran perawat untuk merawat pasien asma

adalah melalui memberikan posisi semi fowler pendekatan proses keperawatan

Berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis sangat tertarik untuk

melaksanakan asuhan keperawatan dengan judul “ Asuhan keperawatan pada Tn.

A.N Dengan Diagnosa Medis Asma Bronchial di ruang Komodo RSUD. PROF.

DR. W.Z JOHANNES KUPANG “.

B. Rumusan masalah

Bagaimana asuhan keperawatan pada TN.A.N dengan diagnosa medis Asma

Bronkhial pada Tn. A.N di Ruang Komodo RSUD Prof.Dr W.Z Johannes

Kupang?

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Mahasiswa Mampu mengembangkan pola pikir ilmiah dalam memberikan

asuhan keperawatan pada Tn. A.N dengan diagnosa medis asma bronchial di

Ruangan komodo RSUD Prof. Dr W.Z Johannes Kupang Dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa Mampu mengidentifikasi pengkajian pada Tn. A.N dengan

diagnosa medis asma bronchial di Ruangan komodo RSUD Prof.Dr. W.Z

Johannes Kupang
4

b. Mahasiswa Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. A.N dengan

dignosa medis asma bronchial di Ruangan komodo RSUD Prof.Dr W.Z

Johannes Kupang.

c. Mahasiswa Mampu merumuskan intervensi keperawatan pada Tn. A.N

dengan diagnosa medis diagnosa medis asma bronchial Di Ruangan komodo

RSUD Prof.Dr W.Z Johannes Kupang.

d. Mahasiswa Mampu melakukan implementasi keperawatan pada Tn. A.N

dengan diagnosa medis asma bronchial diRuangan komodo RSUD Prof.Dr

W.Z Johannes Kupang.

e. Mahasiswa Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Tn. A.N dengan

diagnosa medis asma bronchial di Ruangan komodo RSUD Prof.Dr W.Z

Johannes Kupang.

D. Manfaat Penulisan

1. Peneliti
Karya Tulis Ilmiah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan

bagi peneliti dalam memahami teori penyakit asuhan keperawatan pada

pasien Asma Bronkhial.

2. Tempat Penelitian

Karya Tulis Ilmiah ini menjadi panduan untuk pemberian asuhan

keperawatan pada pasien dengan Asma Bronkhial.

3. Perkembangan Ilmu Pengatahuan

Karya Tulis Ilmiah ini sebagai salah satu acuan pengembangan

asuhan keperawatan yang profesional pada pasien dengan Asma

Bronkhial.
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis

1. Defenisi

Asma adalah penyakit inlfamasi (peradangan) kronik saluran napas

yang ditandai dengan adanya mengi, batuk, dan rasa sesak di dada yang

berulang dan timbul terutama pada malam atau menjelang pagi akibat

penyumbatan saluran pernapasan. Infodati ( 2017).

Asma bronkhial merupakan proses inflamasi kronik saluran

pernapasan menjadi hipereponsf, sehingga memudahkan terjadinya

bronkoknstriksi, edema dan hipersekresi kelenjar. Nelson (2013).

Asma adalah suatu keadaan dimana saluran pernapasan mengalami

penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang

menyebabkan peradangan. Amin dan Hardi (2016).

2. Etiologi Asma

Faktor predisposisi pada asma yaitu:

Genetik diturunkannya bakat alergi dari keluarga dekat, akibat

adanya bakat. alergi ini penderita sangat mudah terkena asma apabila dia

terpapar dengan faktor pencetus. Nurarif & Kusuma (2015).

Faktor pencetus dari asma adalah:

a. Alergen : Merupakan suatu bahan penyebab alergi. Dimana ini

dibagi menjadi tiga, yaitu: Inhalan, yang masuk melalui

saluran pernapasan seperti debu, bulu binatang, serbuk bunga,

5
6

bakteri, dan polusi.

b. Ingestan : yang masuk melalui mulut yaitu makanan dan obat-

obatan tertentu seperti penisilin, salisilat, beta blocker, kodein,

dan sebagainya.

c. Kontaktan : seperti perhiasan, logam, jam tangan, dan

aksesoris lainnya yang masuk melalui kontak dengan kulit.

d. Infeksi : saluran pernapasan Infeksi saluran pernapasan

terutama disebabkan oleh virus. Virus Influenza merupakan

salah satu faktor pencetus yang paling sering menimbulkan

asma bronkhial, diperkirakan dua pertiga penderita asma

dewasa serangan asmanya ditimbulkan oleh infeksi saluran

pernapasan

e. Perubahan cuaca : cuaca lembab dan hawa yang dingin sering

mempengaruhi asma, perubahan cuaca menjadi pemicu

serangan asma.

f. Lingkungan kerja : merupakan faktor pencetus yang

menyumbang 2-15% klien asma. Misalnya orang yang bekerja

di pabrik kayu, polisi lalu lintas, penyapu jalanan.

g. Olahraga : Sebagian besar penderita asma akan mendapatkan

serangan asma bila sedang bekerja dengan berat/aktivitas berat.

Lari cepat paling mudah menimbulkan asma.


7

h. Stress : gangguan emosi dapat menjadi pencetus terjadinya

serangan asma, selain itu juga dapat memperberat serangan

asma yang sudah ada. Disamping gejala asma harus segera

diobati penderita asma yang mengalami stres harus diberi

nasehat untuk menyelesaikan masalahnya. Wahid &

Suprapto(2013).

3. Klasifikasi Asma.

Menurut Zullies (2016)

a. Intermitten : gejala muncul sebanyak 2 hari atau kurang dalam satu

minggu, Terbangun di tengah malam 2 kali atau kurang dalam satu

bulan, menggunakan inhaler : 2 kali atau kurang per minggu, tidak

mengalami gangguan saat beraktivitas.

b. Asma Ringan : gejala yang muncul lebih dalam satu minggu, satu

minggu, terbangun di tengah malam 3-4 kali dalam satu bulan,

menggunakan inheler lebih dari 2 kali per minggu, aktivitas sedikit

terganggu.

c. Asma Sedang : gejala muncul hampir setiap hari, terbangun di tengah

malam lebih dari 2 kali dalam satu minggu, aktivitas terganggu.

d. Asma Berat : gejala yang muncul setiap hari bahkan hampir seharian,

sering terbangun di tengah malam, menggunakan inhaler beberapa kali

dalam satu hari, aktivitas sangat terganggu.


8

4. Manifestasi Klinis

Berikut ini adalah tanda dan gejala asma, menurut Purwati (2016), tanda

dan gejala pada penderita asma.

1) Stadium dini:

Faktor hipersekresi yang lebih menonjol

a. Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek

b. Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang

timbul

c. Wheezing belum ada

d. Belum ada kelainan bentuk thorak

e. Ada peningkatan eosinofil darah dan IGE

f. Blood gas analysis (BGA) belum patologis

2) Stadium lanjut:

a. Batuk, ronkhi

b. Sesak napas berat dan dada seolah-olah tertekan

c. Dahak lengket dan sulit dikeluarkan

d. Suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent chestt)

e. Thorak seperti barel chest

f. Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus

g. Sianosis

h. BGA PaO2 kurang dari 80%

i. Terdapat gambaran bronkhovaskuler kiri dan kanan pada paru


9

j. Hipokanea dan alkalosisis bahkan asidosis respiratori

5. Patofisiologi

Berbagai faktor pencetus terjadinya Asma Bronkhial adalah

alergen, stres, cuaca, kontakan, olahraga, stres, perubahan cuaca dan

lingkungan kerja menyebabkan antigen yang terikatan IGE pada

permukaan sel mast dan basonofil mengeluarkan mediator histamine,

platelet, bradikardi dan menyebabkan permeabilitas kapiler meningkat

sehingga terjadinya edema pada mukosa sekresi menjadi produktif

kontriksi otot polos menjadi meningkat. Maka terjadinya spasme otot

polos sekresi kelenjar bronkus meningkat. Jika spasme otot polos

meningkat maka akan terjadinya penyempitan proksimal dan bronkus pada

tahap ekspirasi dan inspirasi dari penyempitan yang terjadi maka akan

menimbulkan batuk, wheezing, serta mukus yang berlebihan dan akan

mengalami sesak napas akibat penyempitan proksimal, maka muncul

masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas. Dan jika terjadi kontriksi

otot polos meningkat maka konsentrasi O2 dalam darah meningkat

sehingga akan terjadi hipoksemia dan suplai darah dan O2 ke jantung

berkurang sehingga terjadinya kardiak output. Dengan begitu maka

tekanan darah akan menurun dan akan menyebabkan seseorang akan

mengalami kelemahan dan keletihan, maka muncul masalah keperawatan

intoleransi aktivitas. Zullies (2016).

Tanda dan gejala yang muncul seperti batuk, wheezing, sasak

napas akan menyebabkan tekanan partial oksigen di alveoli menurun


10

dengan begitu suplai oksigen ke jaringan menurun maka muncul masalah

perfusi jaringan perifer. Jika terjadi penyempitan pada jalan napas akan

menyebabkan hiperventilasi dan kebutuhan O2 akan meningkat dengan

begitu akan terjadinya retensi O2 dan peningkatan kerja otot pernapasan

dapat mengakibatkan masalah ketidakefektifan pola jalan napas.

Kebutuhan O2 yang meningkat juga dapat menyebabkan napsu makan

akan menurun maka muncul masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh. zullies (2016).

6. Komplikasi

Komplikasi Bila serangan asma sering terjadi dan telah

berlangsung lama, maka akan terjadi emfisema dan mengakibatkan

perubahan bentuk toraks, yaitu toraks menbungkuk ke depan dan

memanjang. Pada foto rontgen toraks terlihat diafragma letaknya rendah,

gambaran jantung menyempit, corakan hilus kiri dan kanan bertambah.

Pada asma kronik dan berat dapat terjadi bentuk dada burung dara dan

tampak sulkus Harrison. Bila sekret banyak dan kental, salah satu bronkus

dapat tersumbat sehingga dapat terjadi atelektasis pada lobussegmen yang

sesuai. Mediastinum tertarik ke arah atelektasis. Bila atelektasis

berlangsung lama dapat berubah menjadi bronkietasis, dan bila ada infeksi

akan terjadi bronkopneumonia. Serangan asma yang terus menerus dan

berlangsung beberapa hari serta berat dan tidak dapat diatasi dengan obat-

obat yang biasa disebut status asmatikus. Bila tidak ditolong dengan

semestinya dapat menyebabkan kematian, kegagalan pernafasan dan


11

kegagalan jantung. Zaini (2016).

7. Pemeriksaan Penunjang

Ada beberapa pemeriksaan diagnostik bagi para penderita asma,

antara lain :

a. Uji faal paru. Ngastiyah (2013),

Uji faal paru dikerjakan untuk menentukan derajat obstruksi,

menilai hasil provokasi bronkus, menilai hasil pengobatan dan

mengikuti perjalanan penyakit. Alat yang digunakan untuk uji faal

paru adalah peak flow meter, caranya anak disuruh meniup flow

meter beberapa kali (sebelumnya menarik napas dalam melalui

mulut kemudian menghembuskan dengan kuat) dan dicatat hasil.

b. Foto toraks. Djojodibroto D, (2012).

Foto toraks dilakukan terutama pada anak yang baru

berkunjung pertama kali di poliklinik, untuk menyingkirkan

kemungkinan ada penyakit lain. Pada pasien asma yang telah

kronik akan terlihat jelas adanya kelainan berupa hiperinflasi dan

atelektasis.

c. Pemeriksaan darah. Djojodibroto D, (2012).

Hasilnya akan terdapat eosinofilia pada darah tepi dan sekret

hidung. Bila tidak eosinofilia kemungkinan bukan asma. Selain itu

juga, dilakukan uji tuberkulin dan uji kulit dengan menggunakan

alergen. Analisa gas darah (7,38-7,42), Pco2 : 38-42 mmHg, PaO2 :

75-100 mmHg, saturasi oksigen 95-100%.


12

8. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan medis. Rengganis (2011)

1) Tatalaksana jangka panjang

a) Pelega (reliever)

Prinsipnya untuk dilatasi jalan napas melalui relaksasi otot

polos, memperbaiki dan atau menghambat bronkostriksi yang

berkaitan dengan gejala akut seperi mengi, rasa berat di dada

dan batuk, tidak memperbaiki inflamasi jalan napas atau

menurunkan hiperesponsif jalan napas.

b) Pengontrol (controlles)

Pengontrol adalah medikasi asma jangka panjang untuk

mengontrol asma, diberikan setiap hari untuk mencapai dan

mempertahankan keadaan asma terkontrol pada asma

persisten.

2) Terapi cairan melalui infus NaCl

3) Terapi oksigen : 2-4L/m

4) Kortikosteroid (inhalasi, dipropionad, siklesonik, flunosid.

Triamsinolon)

b. Penatalaksaan keperawatan

1) Fisioterapi dada

2) Memposisikan pasien semi fowler

3) Mengajarkan pasien batuk efektif


13

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Menurut (Kusuma, 2015) meliputi :

a. Anamnesis

1) Identitas Klien

Meliputi, Nama, umur (asma sering terjadi pada anak-anak

karena anak memiliki alergi terhadap hal tertentu makanan, debu,

atau lingkungan berpolusi, asma juga bisa menyerang orang

dewasa). Jenis kelamin, Agama, Pendidikan, Pekerjaan (yang

beresiko bisa menyebabkan asma adalah buruh bangunan serta

mereka yang sering terpapar dengan alergen seperti debu),

Alamat. Adeniyi BO (2016).

Riwayat Sakit Dan sehat :

a) Keluhan utama: Pasien mengatakan sesak napas dan lendir

sulit keluar

b) Riwayat penyakit saat ini : Bagaimana proses terjadinya

keluhan utama yang menyebabkan pasien dibawah ke

Rumah Sakit. Pasien mengeluh sesak napas, batuk dan

banyak mengeluarkan dahak.

c) Riwayat penyakit dahulu : Apakah pasien pernah mengalami

sakit yang sama seperti sekarang ini atau tidak

d) Riwayat kesehatan keluarga : Dalam keluarga tidak ada yang

memiliki riwayat penyakit asma.


14

b. Observasi

Mengobservasi keadaan pasien, TTV seperti tekanan darah, nadi,

RR, suhu.

c. Pemeriksaan Fisik :

Menurut (Nuraruf dan Kusuma, 2015)

a) Pernafasan B1 (breath):Inspeksi: pada pasien asma terlihat

adanya penigkatan usaha dan frekuensi pernapasan, serta

penggunaan otot bantu napas. Inspeksi pada dada terutama

melihat postur bentuk dan kesimetrisan, peningkatan diameter

anterposterior, retrakasi otot-otot interkostalis, sifat dan irama

pernafasan dan frekuensi. Palpasi: biasanya kesimetrisan,

ekspansi, dan taktil fremitus normal. Perkusi: pada perkusi

didapatkan suara sonor sampai hipersonor sedangkan

diafragma menjadi datar dan rendah. Auskultasi: terdapat suara

vesikuler yang meningkat disertai dengan ekspirasi lebih dari 4

detik atau lebih dari 3 kali inspirasi, dengan bunyi napas

tambahan utama wheezing pada akhir ekspirasi.

b) Kardivaskuler B2 (blood : Dampak asma pada status

kardiovaskuler seperti terjadinya hipoksemia, penurunan

tekanan darah, nadi menurun, CRT <3 detik, mengalami

sianosis dikarenakan konsentrasi O2 meningkat dalam darah

yang menyebabkan hipoksemia, serta adanya penurunan suplai

darah dan O2 ke jantung berkurang menyebabkan penurunan


15

kardiak output sehingga menyebabkan tekanan darah menurun.

c) Persyarafan B3 (brain):Tingkat kesadaran saat inspeksi perlu

dikaji. Disamping itu perlu pemeriksaan GCS, untuk

menentukan tingkat kesadaran klien apakah compasmentis,

samnolen atau koma, pada pasien dengan asma tingkat

kesadaran composmentis.

d) Perkemihan B4 (bladder): Berkaitan dengan intake cairan

maka perhitungan dan pengukuran volume output urine perlu

dilkukan, sehingga perawat memonitor apakah oliguria, karena

hal tersebut merupakan tanda awal dari syok.

e) Pencernaan B5 (bowel): inspeksi : simetris, tidak ada

pemberasan dibagian abdomen, palpasi : tidak ada nyeri tekan,

auskultasi : 12x/m. pengkajian tentang status nutrisi klien

meliputi jumlah, frekuensi, dan kesulitan-kesulitan dalam

memenuhi kebutuhannya. pada klien dengan sesak napas,

sangat potensial terjadi kekurangan pemenuhan kebutuhan

nutrisi, hal ini karena terjadi dipnea saat makan lalu

metabolisme serta kecemasan yang dialami klien.

f) B6 (bone) : Mengkaji edema ekstremitas, tremor dan tanda-

tanda infeksi pada ekstremitas. Pada integument perlu dikaji

adanya permukaan yang kasar, kering, pigmentasi, turgor kulit,

kelembaban, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus,

eksim, dan adanya bekas atau tanda urtikraria atau dermatitis.


16

Pada rambut dikaji warna rambut, kelembaban dan kusam.

Tidur, dan istirahat, serta berapa besar akibat kelelahan yang

dialami klien juga dikaji, adanya wheezing, sesak dan ortopnea

dapat mempengaruhi pola tidur dan istirahat klien. Akitivitas

sehari-hari klien diperhatikan seperti olahraga, bekerja, dan

aktivitas lainnya. Aktivitas fisik juga dapat menjadi factor

pencetus asma yang disebut dengan exerciseinduced asma.

d. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Kusuma (2015)

1) Tes kulit (tuberculin dan alergi)

2) Rontgen: foto thorax menunjukan hiperinflasi dan pernapasan

diafragma.

3) Pemeriksaan sputum: terdapat jernih atau berbusa (alergi)

4) Pemeriksaan darah: Eusinofilia (kenaikan badan eusinofil),

Peningkatan kadar IgE pada asma alergi, AGD hipoxi (serangan

akut).

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Amin Huda Nararif (2015)

Diagnosa yang dapat diambil pada pasien dengan Asma adalah :

a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran

alveolar kapiler.

Gangguan pertukaran gas adalah kelebihan atau kekurangan oksigen

dan pembuangan karbondioksida pada membrane alveoli kapiler.


17

Batasan karakteristik : penurunan CO2, takikardi, hiperkapnia,

keletihan, dispnea.

Faktor yang berhubungan : suplai oksigen, ketidakseimbangan

perfusi ventilasi

b. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan

penyempitan jalan napas.

Ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah ketidakmampuan

untuk membersihkan sekret atau obstruksi saluran napas guna

mempertahankan jalan napas yang bersih..

Batasan karakteristik : dipnea penurunan suara napas, kelainan suara

napas (wheezing).

Faktor yang berhubungan : lingkungan, fisiologi, obstruksi jalan

napas.

c. Pola napas tidak efektif

Ventilasi atau pertukaran udara inspirasi dan atau ekspirasi tidak

adekuat.

Batasan karakteristik : penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi,

penurunan pertukaran udara per menit, menggunakan otot pernapasan

tambahan, nasal faring.

Faktor yang berhubungan : hiperventilasi, deformitas tulang,

kelelahan otot pernapasan, kelainan dinding dada.


18

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan suplai kebutuhan oksigen

(hipoksia).

Intoleransi aktivitas adalah penurunan dalam kapasitas fisiologi

seseorang untuk melakukan aktivitas sampai tingkat yang diinginkan

atau yang dibutuhkan. Intoleransi akitivitas merupakan

ketidakcukupan energi fisiologi atau psikologi untuk melanjutkan

atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin atau dilakukan.

Batasan karakteristik : melaporkan secara verbal adanya kelelahan

atau kelemahan, respon abnormal dari tekanan darah atau nadi

terhadap aktivitas.

Faktor yang berhubungan : tirah baring atau imobilisasi, kelemahan

yang menyeluruh.

e. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kontakbilitas dan

volume sekuncup jantung

Penurunan curah jantung adalah suatu keadaan dimana pompa darah

oleh jantung yang tidak adekuat untuk mencapai kebutuhan

metabolisme tubuh.

Batasan karakteristik : perubahan kecepatan jantung/irama, aritmia,

bradikardi, palpitasi, takikardi.

Faktor yang berhubungan : perubahan kecepatan jantung, perubahan

irama, perubahan volume gerak.


19

f. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat nafsu

makan menurun Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan

metabolisme tubuh

Batasan karakteristik: kelemahan otot yang digunakan untuk

menelan atau mengunyah.

Faktor yang berhubungan: ketidakmampuan pemasukan atau

mencerna makanan atau mengabsorsi zat-zat berhubungan dengan

faktor biologis, psikologis atau ekonomi.

3. Intervensi Keperawatan

Menurut Amin Huda Nurarif (2015). intervensi keperawatan berikut ini

ditunjukan pada dignosa keperawatan yang muncul pada pasien antara lain :

Diagnosa 1 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan

perubahan mebran alveolar kapiler : kelebihan atau defisit pada

oksigenasi dan/eliminasi karbondioksida pada membran alveoli-kapiler.

NOC : 1) respiratory : gas exachange . 2) respiratory status : ventilation. 3)

vitas sigh statu. kriteria hasil : 1) mendemonstrasikan peningkatan

ventilasi dan oksigenasi yang adekuat. 2) memelihara kebersihan paru-paru

dan bebas dari tanda-tanda distres pernafasaan. 3) mendemonstrasikan batuk

efektif dan suara nafas yang bersih , tidak ada sianosis dan dyspnea (mampu

mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed

lips). 4) tanda-tanda vital dalam rentang normal. NIC: airway

management. 1) buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift. 2) posiskan


20

pasien untuk memaksimalkan ventilasi. 3) identifikasi pasien perlunya

pemasangan alat jalan nafas buatan. 4) pasang mayo bila perlu. 5) lakukan

fisioterapi bila perlu. 6) keluarkan secret dengan batuk atau suction. 7)

auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan. 8) lakukan suction

pada mayo. 9) berikan bronkodilatator bila perlu. 10) atur intake untuk

cairan mengoptimalkan keseimbangan. 11) berikan pelembab udara.

respiratory motoring : 1 ) monitor rata-rata kedalaman, irama, dan usaha

respirasi, 2) catat pergerakan dada, amati kesimertisan, penggunaan otot,

retraksi otot subclavikular dan intercosta. 3) monitor suara nafas, sepreri

dengkur. 4) monitor pola nafas: bradipena, takipnea, kussmaul,

hiperventilasi. 5) catat lokasi trakea. 6) monitor kelelahan otot diafrgama

(gerakan paradoksis). 7) auskultasi suara nafas, catat area penurunan atau

tidak adanya ventilasi crakles dan ronkhi pada jalan nafas utama. 8)

auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya.

Diagnosa 2 : Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhungan

dengan penyempitan jalan napas. NOC: respiratory status: ventilation,

respiratory status : airway patency , kriteria hasil : 1) mendemonstrasikan

batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis, dan dipsnea

(mampu mengeluarkan sputum , mampu bernafas dengan mudah, tidak ada

purser lips) . 2). menunjukan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa

tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentan normal, tidak ada

suara nafas abnormal). 3). Mampu mengidentifikasikan dan mencegah

faktor yang dapat menghambat jalan nafas. NIC : airway suction 1).
21

pastikan kebutuhan oral atau tracheal sactioning . 2). auskultasi suara nafas

sebelum dan sesudah suctioning. 3) minta klien nafas dalam sebelum

suction dilakukan. 4) berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk

memfasilitasi suction nasotrakeal. 5) gunakan alat yang steril setiap

melakukan tindakan. 6) anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam

setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal. 7) monitor status oksigen

pasien. 8) ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suction. 9) hentikan

suction dan berikan oksigen apabila pasien menunjukan bradikardi,

meningkatkan saturasi O2. Airway management 1) buka jalan nafas,

gunakan teknik chin lift atau juw thrust bila perlu. 2) identifikasi pasien

perlu pemasangan alat jalan nafas buatan. 3) pasang mayo bila perlu. 4)

lakukan fisioterapi bila perlu. 5) keluarkan secret dengan batuk atau suction.

6) auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan. 7) lakukan suction

pada mayo. 8) berikan bronkodilatator bila perlu. 9) berikan pelembab udara

kasa basa NaCl lembab. 10) atur cairan untuk mengoptimalkan

keseimbangan. 11) monitor respirasi dan status O2.

Diagnosa 3 : pola napas tidak efektif pertukaran udara inspirasi dan

ekspirasi tidak adekuat. NOC: 1) respirasori status : ventilation, 2)

respiratory status : airway patency, 3) vital sign status.kriteria hasil : 1)

mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas yang bersih, tidak ada

sianosis dan dypsnea atau mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas

dengan mudah, tidak ada pursed lips. 2) menunjukan jalan napas yang paten

( klien tidak merasa tercekik, irama napas, frekuensi napas dalam rentang
22

normal dan tidak ada suara napas abnormal. 3) tanda-tanda vital dalam

rentang normal (tekanan darah, nadi, pernapasan). NIC: airway

management. 1) buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau juw thrust

bila perlu. 2) posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi. 3)

indentifikasi perlu adanya pemasanagan alat jalan napas buatan. 4) pasang

mayo bila perlu. 5) lakukan fisioterapi dada jika perlu. 6) keluarkan sekret

dengan batuk atau suction. 7) auskultasi suara napas, catat adanya suara

tambahan. 8) lakukan suction pada mayo. 9) berikan pelembab udara kassa

basah NaCL lembab. 10) atur intake untuk mengoptimalkan keseimbangan.

11) monitor respiratory dan status O2. Terapi oksigen: 1) bersihkan mulut,

hidung dan sekret trakea. 2) pertahankan jalan napas yang paten. 3) atur

peralatan oksigen. 4) monitor aliran oksigen. 5) pertahankan posisi pasien.

6) observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi. 7) monitor adanya

kecemasan pasien terhadap oksigenasi.

Diagnosa 4 : intoleransi aktivitas ketidak cukupan energi psikologi

atau fisiologi untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan

sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan. NOC : 1) energi

conservation 2) aktivity. 3) self care: ADLs. kriteria hasil : 1) berpartisipasi

dalam akitvitas fisk tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi, dan RR.

2). Mampu melakukan aktivitas sehari (ADLs) secara mandiri. 3) tanda-

tanda vital normal. 4) energy psikomotor. 5) level kelemahan. 6) mampu

berpindah: dengan atau tanpa bantuan alat. 7) status kardiopulmonari

adekuat. 8) sirkulasi status baik. 9) status respirasi pertukaran gas dan


23

ventilasi adekuat. NIC: Energy Management: 1) Observasi adanya

pembatasan klien dalasm melakukan aktivitas. 2) Dorong pasien untuk

mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan. 3) Kaji adanya factor yang

menyebabkan kelelahan. 4)Monitor nutrisi dan sumber energi yang

adekuat. 5) Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara

berlebihan. 6) Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas. 7) Monitor

pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien. Activity Therapy :1)

Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan

progran terapi yang tepat. 2) Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas

yang mampu dilakukan. 3) Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang

sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social. 4) Bantu untuk

mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas

yang diinginkan. 5) Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti

kursi roda, kruk. 6) Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai. 7)

Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang. 8) Bantu

pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas. 9)

Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas. 10) Bantu pasien

untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan. 11) Monitor respon

fisik, emoi, social dan spiritual.

Diagnosa 5 : Penurunan curah jantung berhubungan dengan

kontakbilitas dan volume sekuncup jantung. (NOC): setelah dilakukan

tindakan keperawatan pasien akan mempertahankan curah jantung yang stabil

dengan kriteria hasil : kesehatan Fisiologis, jantung paru, Denyut nadi apikal,
24

Tekanan darah sistol dan distol, Ukuran jantung, Intoleransi aktivitas. (NIC) :

Perawatan jantung : 1) Catat tanda dan gejala penurunan curah jantung, 2)

Monitor EKG, 3) Evaluasi perubahan tekanan darah, 4) Monitor sesak,

kelelahan, takipnea.

Diagnosa 6 : resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat

nafsu makan menurun. Kriteria hasil: 1) adanya peningkatan berat badan

dengan tujuan: 2) berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan, 3) mampu

mengidentifikasi kebutuhan nutrisi, 4) tidak terjadi mallnurtisi, 5) tidak ada

penurunan berat badan yang berarti. NOC: 1) nutritional status, 2) nutritional

status: food and fluid intake, 3) nutritional status: nuttrient intake. kriteria

hasil: 1) adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan, 2) berat badan

ideal sesuai dengan tinggi badan, 3) mampu mengidentifikasi kebutuhan

nutrisi, 4) tidak ada mallnutrisi, 5) menunjukan penigkatan fungsi pengecapan

dan menelan, 6) tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti. Batasan

karakteristik : NIC: 1) kaji adanya alergi makanan, 2) kolaborasi dengan

ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien,

3) amjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C, 4) kaji

kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan. Nutrition

Monitoring 1) BB pasien dalam batas normal, 2) monitor adanya penurunan

berat badan, 3) monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan, 4)

monitor lingkungan selama makan, 5) monitor kalori dan intake nutrisi.


25

4. Implementasi Keperawatan

Menurut Amin Huda Nurarif (2015).

Diagnosa 1 : ganngguan pertukaran gas berhubungan dengan

perubahan membran alveoli kapiler : 1) membuka jalan nafas, gunakan

teknik chin lift. 2) memposiskan pasien untuk memaksimalkan ventilasi. 3)

mengidentifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan. 4)

memasang may. 5) melakukan fisioterapi bila perlu. 6) mengeluarkan secret

dengan batuk atau suction. 7) mengauskultasi suara nafas, catat adanya suara

tambahan. 8) melakukan suction pada mayo. 9) memberikan bronkodilatator.

10) mengatur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan. 11)

memberikan pelembab udara. respiratory motoring : 1 ) memonitor rata-rata

kedalaman, irama, dan usaha respirasi, 2) mencatat pergerakan dada, amati

kesimertisan, penggunaan otot, retraksi otot subclavikular dan intercosta. 3)

memonitor suara nafas, seperti dengkur. 4) monitor pola nafas: bradipena,

takipnea, kussmaul, hiperventilasi. 5) mencatat lokasi trakea. 6) memonitor

kelelahan otot diafrgama (gerakan paradoksis). 7) mengauskultasi suara

nafas, catat area penurunan atau tidak adanya ventilasi crakles dan ronkhi

pada jalan nafas utama. 8) mengauskultasi suara paru setelah tindakan untuk

mengetahui hasilnya.

Diagnosa 2 : ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan

dengan penyempitan jalan napas. 1). memastikan kebutuhan oral atau

tracheal sactioning. 2). Mengauskultasi suara nafas sebelum dan sesudah

suctioning . 3) Meminta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan. 4)


26

Memberikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suction

nasotrakeal . 5) Meggunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan . 6)

Menganjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter

dikeluarkan dari nasotrakeal. 7) Memonitor status oksigen pasien. 8)

Mengajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suction. 9) Menghentikan

suction dan berikan oksigen apabila pasien menunjukan bradikardi,

meningkatkan saturasi O2. Airway management 1) Membuka jalan nafas,

gunakan teknik chin lift atau juw thrust. 2) Mengidentifikasi pasien perlu

pemasangan alat jalan nafas buatan . 3) Memasang mayo. 4) Melakukan

fisioterapi. 5) Mengeluarkan secret dengan batuk atau suction. 6)

Mengauskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan . 7) Melakukan

suction pada mayo. 8) Memberikan bronkodilatator. 9) Memberikan

pelembab udara kasa basa NaCl lembab. 10) Mengatur cairan untuk

mengoptimalkan keseimbangan. 11) Memonitor respirasi dan status O2.

Diagnosa 3 : pola napas tidak efektif. 1) membuka jalan napas,

gunakan teknik chin lift atau juw thrust. 2) memposisikan pasien untuk

memaksimalkan ventilasi. 3) mengindentifikasi perlu adanya pemasanagan

alat jalan napas buatan. 4) pasang mayo. 5) melakukan fisioterapi dada jika

perlu. 6) mengeluarkan sekret dengan batuk atau suction. 7) mengauskultasi

suara napas, catat adanya suara tambahan. 8) melakukan suction pada mayo.

9) memberikan pelembab udara kassa basah NaCL lembab. 10) mengatur

intake untuk mengoptimalkan keseimbangan. 11) memonitor respiratory dan

status O2. Terapi oksigen: 1) membersihkan mulut, hidung dan sekret trakea.
27

2) mempertahankan jalan napas yang paten. 3) mengatur peralatan oksigen. 4)

memonitor aliran oksigen. 5) mempertahankan posisi pasien. 6)

mengobservasi adanya tanda-tanda hipoventilasi. 7) memonitor adanya

kecemasan pasien terhadap oksigenasi.

Diagnosa 4 : intoleransi aktivitas berhubungan dengan suplai

oksigen. 1) mengobservasi adanya pembatasan klien dalasm melakukan

aktivitas. 2) mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan terhadap

keterbatasan. 3) mengkaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan. 4)

memonitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat. 5) memonitor pasien

akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan. 6) memonitor

respon kardivaskuler terhadap aktivitas. 7) memonitor pola tidur dan

lamanya tidur/istirahat pasien. Activity Therapy :1) mengkolaborasikan

dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan progran terapi yang

tepat. 2) membantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu

dilakukan. 3) membantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai

dengan kemampuan fisik, psikologi dan social. 4) membantu untuk

mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas

yang diinginkan. 5) membantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas

seperti kursi roda, kruk. 6) membantu untu mengidentifikasi aktivitas yang

disukai. 7) membantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang. 8)

membantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam

beraktivitas. 9) menyediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas.

10) membantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan.


28

11) memonitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual.

Diagnosa 5 : penurunan curah jantung berhubungan dengan

kontakbilitas dan volume sekuncup jantung. 1) mencatat tanda dan gejala

penurunan curah jantung, 2) memonitor EKG, 3) mengevaluasi perubahan

tekanan darah, 4) memonitor sesak, kelelahan, takipnea.

Diagnosa 6 : resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat nafsu makan menurun.

1) mengkaji adanya alergi makanan, 2) mengkolaborasi dengan ahli gizi

untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien, 3)

menganjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C, 4)

mengkaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan.

Nutrition Monitoring 1) BB pasien dalam batas normal, 2) memonitor

adanya penurunan berat badan, 3) memonitor tipe dan jumlah aktivitas

yang biasa dilakukan, 4) memonitor lingkungan selama makan, 5)

memonitor kalori dan intake nutrisi.

5. Evaluasi Keperawatan

Setelah melakukan tindakan keperawatan maka dilakukan evaluasi

berdasarkan masalah yang muncul pada pasien, menurut Amin Huda Nurarif

(2015).

a. Diagnosa Gangguan Pertukaran Gas diharapkan gangguan pertukaran gas

teratasi.

b. Diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan napas sudah teratasi karena pasien

tidak mengeluh sesak lagi.


29

c. Diagnosa pola napas tidak efektif sudah teratasi dan pasien tidak mengeluh

sesak lagi.

d. Diagnosa Intoleransi aktivitas sudah teratasi karena pasien mengatakan

dapat bernapas lega, pasien dapat melakukan kebutuhan dasarnya seperti

mandi, makan minum, serta BAK dan BAB secara mandiri.

e. Diagnosa penurunan curah jantung diharapkan tidak terjadi penurunan

penurunan curah jantung.

f. Diagnosa resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

tidak ada penurunan berat badan pada pasien.


30

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

1. Pengumpulan data

a. identitas

Nama Tn. A.N, Umur 40 tahun, Jenis kelamin laki-laki, Agama Kristen

protestan, Pendidikan SMA, Pekerjaan swasta/ buruh bangunan, Suku

bangsa timor/Indonesia, Tanggal MRS 16 juni 2020, Tanggal

pengkajian 17 Juni 2020, Diagnosa medis Asma Bronkhial , Alamat

sikumana.

b. Riwayat Keluhan

1) Keluhan utama : pasien mengatakan sesak napas.

2) Riwayat Keluhan : pada tanggal 16 Juni Tn A.N datang ke RS

dengan keluhan sesak napas. Sebelumnya pada tanggal 5 Juni

2020 Pasien sudah pernah berobat ke puskesmas sikumana dan

mendapatkan terapi teofilin dan sudah membaik. Namun pada

tanggal 15 Juni 2020 sesak napas yang di rasakan pasien kembali

muncul dan dilarikan ke puskesmas sikumana, namun sesak yang

dirasakan pasien cukup parah maka dirujuk ke RSUD PROF. DR.

W.Z. JOHANNES KUPANG pada tanggal 16 Juni 2020 untuk

mendapatkan penanganan selanjutnya.


31

3) Keluhan saat ini : pasien mengatakan sesak napas

4) Riwayat penyakit dahulu: pasien mengatakan sudah 1 tahun yang

lalu menderita penyakit 30


asma bronkhial.

5) Riwayat penyakit keluarga: pasien mengatakan tidak ada keluarga

yang menderita penyakit asma.

c. Observasi

Keadaan umum pasien kesadaran composmentis, TTV :

TD :130/80 mmHg, RR : 29x/m.

Pemeriksaan Berdasarkan body of System

a. B1 (breathing) klien mengeluh ada sesak napas dan terpasang O2 4

liter, dengan pemeriksaan fisik: inspeksi klien sesak napas, ada

retraksi dinding dada, napas cuping hidung, frekuensi napas 29x/m.

palpasi: tidak ada nyeri tekan, getaran antara kiri dan kanan teraba

sama. perkusi :(sonor):bergaung, nada rendah. Auskultasi: bunyi

napas mengi, Jenis pernapasan dypsnea (sesak napas), irama teratur,

kecepatan tachipnea (frekuensi napas teratur namun cepat “tidak

normal”).

b. B2 (blood) inspeksi : dada terlihat simetris, palpasi: tidak ada edema,

acral teraba hangat tidak ada nyeri dada saat ditekan. auskultasi :

Irama jantung regular, bunyi jantung normal (lup dup lup dup), CTR <

3 detik, tidak ada getaran didada. Tekanan darah 130/80 mmHg, nadi

125x/m.
32

c. B3 (brain) inspeksi : Kesadaran composmentis (sadar penuh), GCS:

13, E: 4 (spontan buka mata), V: 3 (kata-kata tidak jelas). M: 6

(mengikuti perintah).

d. B4 (bladder) Produksi urine pasien 500 cc/24 jam, frekuensi BAK

pasien kira=kira 5 sampai 6x/hari, warna urine kuning, bau: khas

(amoniak)

e. B5 (bowel) Nafsu makan pasien menurun, porsi makan tidak habis,

minum: ±1500 cc/hari jenis air putih, kondisi mulut pasien bersih,

mukosa bibir kering, tenggorokan tidak ada nyeri menelan, tidak sulit

menelan dan tidak ada pembesaran tonsil. abdomen normal (tidak

tegang, tidak kembung, tidak ada asites dan tidak ada

pembesaran/massa). ada keluhan mual tapi tidak muntah dan nyeri.

peristaltik usus 28 x/menit. Buang air besar (BAB) frekuensi 1 sampai

2 x/hari, konsistensi padat.

f. B6 (bone). Kemampuan pergerakan otot sendi (ROM) terbatas.

Pareselamah gerakan badan, tidak bisa beraktivitas secara mandiri,

tidak lumpuh, Kekuatan otot kiri atas 5 (mampu mengerakan

persendian dan melawan gravitasi). Kanan atas 4 (mampu mengerakan

persendian dengan gaya gravitasi maupun melawan dengan sedang).

Kanan bawah 3 (mampu menahan walaupun tidak mampu menahan

tekanan). tidak ada edema. Tulang tulang belakang tidak mengalami

kifosis (bungkuk yang abnormal) dan tidak mengalami lordordosis


33

(lengkungan daerah pinggang). Kulit pasien berwarna pucat, turgor

kulit pasien sedang.

3. Pola aktivitas sehari-hari

a. Pola personal hygiene : pasien mengatakan mandi sebelum sakit

2x/hari menggunakan sabun dan sikat gigi, 2x/hari. Saat sakit pasien

hanya dilap dan sikat gigi sehari sekali.

b. Pola aktivitas sehari-hari : klien adalah seorang buruh bangunan yang

dimana setiap harinya terpapar allergen (debu).

c. Psikologis

pasien mengatakan mempunyai keyakinan pada penguasa

kehidupan : Tuhan Yang Maha Esa, sebagai sumber kekuatan saat

sakit. Ritual yang sering dilakukan klien : klien mengatakan selalu

berdoa kepada kepada tuhan sehingga diberikan kekuatan dalam

menghadapi penyakit yang diderita.

d. Keadaan lingkungan rumah

Keluarga mengatakan tidak menjaga kebersihan rumah

dikarenakan semua sibuk bekerja, pakaian dibiarkan bergantungan.

e. Pemeriksan penunjang

Hasil pemeriksaan penunjang didapatkan hasil pada pemeriksaan

sputum dijumpai eonsinofil, serum IgE, lebih dari 100 IU menandakan

suatu kondisi alergi. Pemeriksaan foto X-ray toraks ditemukan

gambaran hiperinflasi atau penebalan pada dinding bronchial, PCO2

hasilnya 47 MmHg dengan nilai normal (38-42 mmHg), PaO2


34

hasilnya 80 mmHg dengan nilai normal (75-100 mmHg) saturasi O2

hasilnya 85% dengan nilai normal (95-100%).

f. Terapi

Diruang komodo Tn. A.N mendapatkan terapi masker oksigen 4

l/menit, posisi semi fowler (indikasi klien sesak napas, kontra indikasi

fraktur tulang pelvis, post operasi abdoment, fraktur tulang belakang),

Angonis beta kerja lambat (pada pasien asma dan ppok, kontra

indikasi ibu hamil dan menyusui). Kortikosteroid/dipropionad

( indikasi pada penderita asma, reumatoid athritis, bronkitis sedangkan

kontra indikasi ibu hamil dan menyusui). Teofilin (indikasi pada

pasien asma kontra indikasi ibu hamil)

2. Klasifikasi Data

Berdasarkan pengkajian dan hasil yang didapatkan pada Tn. A.N maka

didapatkan data sebagai berikut :

a. Data Subjektif : pasien mengatakan sesak napas, dan badan terasa

lemah. Keluarga pasien mengatakan jarang membersihkan rumah.

b. Data Objektif: pasien tampak sesak, pernafasan cuping hidung,

tampak lemas PCO2 47 MmHg, dan aktivitas pasien tampak dibantu

saturasi O2 85%. RR 29x/m, TD 130/80 mmHg, RR 29 x/m.

3. Analisa data

Berdasarkan pengakajian dan hasil yang didapatkan pada Tn A.N maka

didapatkan data sebagai berikut :

a. Data subjektif : pasien mengatakan sesak napas. Data objektif :,


35

pernapasan cuping hidung, TD : 130/80 mmHg, SPO2: 85%, PCO2 47

mmHg. Maka masalah keperawatan yang muncul Gangguan

pertukaran gas etiologi dengan perubahan membran alveoli kapiler.

b. Data subjektif : pasien mengatakan badan terasa lemah. Data objektif :

pasien tampak lemah aktivitas pasien dibantu keluarga saturasi O2

85%, RR 29x/m. maka masalah keperawatan yang muncul intoleransi

aktivitas etiologi dengan suplai oksigen.

c. Data subjektif : keluarga pasien mengatakan jarang membersihkan

rumah. Data objektif : rumah tampak kotor.

B. Diagnosa keperawatan

1. Daftar diagnosa keperawatan

a) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran

alveoli kapiler.

b) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan suplai oksigen


c) Ketidakmampuan koping keluarga berhubungan dengan gaya

koping yang tidak sesuai diantara orang terdekat.

2. Prioritas Diagnosa keperawatan

a) Masalah keperawatan Gangguan pertukaran gas etiologi

perubahan membran alveoli kapiler

b) Masalah keperawatan Intoleransi aktivitas etiologi suplai oksigen

c) Masalah keperawatan Ketidakmampuan koping keluarga etiologi

gaya koping yang tidak sesuai diantara orang terdekat.


36

C. Intervensi keperawatan

Menurut diagnosa keperawatan (NANDA, 2015), intervensi keperawatan

berikut ini ditunjukan pada diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien

asma antara lain :

1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran

alveoli kapiler. kelebihan atau defisit pada oksigenasi dan/eliminasi

karbondioksida pada membran alveoli-kapiler. NOC : 1) respiratory : gas

exachange . 2) respiratory status : ventilation. 3) vitas sigh statu. kriteria

hasil : 1) mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang

adekuat. 2) memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda-tanda

distres pernafasaan. 3) mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas

yang bersih , tidak ada sianosis dan dyspnea (mampu mengeluarkan

sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips). 4) tanda-

tanda vital dalam rentang normal. NIC: airway management. 1) posiskan

pasien untuk memaksimalkan ventilasi (posisi semi fowler). 2) respiratory

motoring : 1 ) monitor rata-rata kedalaman, irama, dan usaha respirasi. 2)

catat pergerakan dada, amati kesimertisan, penggunaan otot, retraksi otot

subclavikular dan intercosta. 3) monitor pola nafas: bradipena, takipnea,

kussmaul, hiperventilasi. 5) catat lokasi trakea. 6) monitor kelelahan otot

diafrgama. 7) auskultasi suara nafas, catat area penurunan atau tidak

adanya ventilasi crakles dan ronkhi pada jalan nafas utama. 8) auskultasi

suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya.


37

2) Intoleransi aktivitas : ketidak cukupan energi psikologi atau fisiologi

untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari

yang harus atau yang ingin dilakukan . NOC : 1. energi conservation 2.

aktivity. 3. self care : ADLs. kriteria hasil : 1. berpartisipasi dalam

akitvitas fisk tanpa disertai peningkatan tekanan darah , nadi , dan RR. 2.

Mampu melakukan aktivitas sehari (ADLs) secara mandiri. 3. tanda-tanda

vital normal. 4. energy psikomotor. 5. level kelemahan. 6. mampu

berpindah : dengan atau tanpa bantuan alat. 7. status kardiopulmonari

adekuat. 8. sirkulasi status baik. 9. status respirasi pertukaran gas dan

ventilasi adekuat. NIC : 1. Observasi adanya pembatasan klien dalam

melakukan aktivitas. 2. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan

terhadap keterbatasan. 3. Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan.

4. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat. 5. Monitor pasien

akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan. 6. Monitor

respon kardivaskuler terhadap aktivitas. 7. Monitor pola tidur dan

lamanya tidur/istirahat pasien. Activity Therapy :1. Kolaborasikan dengan

Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan progran terapi yang tepat.

2. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan. 3.

Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan

fisik, psikologi dan sosial. 4. Bantu untuk mengidentifikasi dan

mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan. 5.

Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, kruk. 6.

Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai. 7. Bantu klien untuk


38

membuat jadwal latihan diwaktu luang. 8. Bantu pasien/keluarga untuk

mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas. 9. Sediakan penguatan

positif bagi yang aktif beraktivitas. 10. Bantu pasien untuk

mengembangkan motivasi diri dan penguatan. 11. Monitor respon fisik,

emoi, sosial dan spiritual.

3) Ketidakmampuan koping keluarga : perilaku terdekat (anggota keluarga

atau orang penting lainnya) yang membatasi kapasitas atau

ketidakmampuannya dan kemampuan klien untuk secara efektif

menangani adaptasi keduanya terhadap masalah kesehatan. NOC : 1)

family copimg, disable. 2) parenting, impaired. 3) inffective. 4) violence:

other directed, risk for. Kriteria hasil : 1) hubungan pemberi asuhan

pasien : interaksi dan hubungan yang positif antara pemberi dan penerima

asuhan. 2) performa pemberi asuhan. 3) perawatan langsung : penyediaan

perawatan kesehatan dan perawatan personal yang tepat kepada keluarga

oleh pemberi perawatan keluarga. 4) kesejahteraan pemberi asuhan dan

kondisi kehidupan pemberi perawatan primer. 5) potensial ketahanan

pemberi asuhan : faktor yang meningkatkan kontinuitas perawatan oleh

pemberi perawatan keluarga dalam periode waktu yang lama 6) koping

keluarga : tindakan keluarga untuk mengelola stresor yang membebani

sumber-sumber keluarga. 7) mampu mengatasi masalah keluarga. 8)

mencari bantuan keluarga jika perlu. 9) mampu menyelesaikan konflik

tanpa kekerasan. 10) memperlihatkan fleksibilitas peran. 11)

mengungkapkan peningkatan kemampuan untuk melakukan koping


39

terhadap perubahan dalam struktur dalam dinamika keluarga. 12)

mengungkapkan perasaan yang tidak terselesaikan. 13) identifikasi gaya

koping yang bertentangan. 14) partisipasi dalam pengembagan dan

implementasi rencana. NIC : coping enhanchement : 1) dorong untuk

memperlihatkan kekhawatiran dan untuk membantu merencanakan pasca

hospitalisasi. 2) bantu memotivasi keluarga untuk berubah. 3) dukung

emosi : memberikan penenagan, penerimaan, dan dorong selama periode

stres. 4) memfasilitasi partisipasi keluarga dalam perawatan emosi dan

fisik pasien. 5) bantu anggota keluarga dalam mengklasifikasi apa yang

mereka harapkan dan butuhkan satu sama lain. Caregiver support. 1)

menyediakan informasi penting, advokasi, dan dukungan yang dibutuhkan

untuk memfasilitasi perawatan primer pasien sekain dari profesional

kesehatan.

D. Implementasi keperawatan

Berdasarkan diagnosa dan intervensi yang telah ditetapkan diatas. Maka

untuk mengatasi masalah tersebut, perlu dilakukan implementasi keperawatan.

Implementasi yang dilakukan pada tanggal 17 juni 2020 adalah :

1) Gangguan pertukaran gas : 1. memposiskan pasien untuk memaksimalkan

ventilasi (posisi semi fowler). respiratory motoring : 1. memonitor rata-

rata kedalaman, irama, dan usaha respirasi( RR, adanya pernapasan cuping

hidung. 2. mencatat pergerakan dada, amati kesimertisan, penggunaan otot,

retraksi otot subclavikular dan intercosta (adanya retraksi dinding dada).


40

3. memonitor pola nafas: bradipena, takipnea, kussmaul, hiperventilasi. 4.

mencatat lokasi trakea. 5. memonitor kelelahan otot diafrgama (gerakan

paradoksis). 6. mengauskultasi suara nafas, catat area penurunan atau tidak

adanya ventilasi crakles dan ronkhi pada jalan nafas utama. 7.

mengauskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya.

2) intoleransi aktivitas. 1. mengkaji status fisiologi pasien yang menyebabkan

kelelahan. 2. menganjurkan pasien mengungkapkan perasaan secara verbal

mengenai keterbatasan yang dialami. 3. menggunakan instruman yang valid

untuk mengukur kelelahan. 4. memilih intervensi untuk mengurangi kelahan

baik secara farmakologi maupun non farmakologi dengan tepat.5.

menentukan jenis dan banyaknya aktivitas yang dibutuhkan untuk menjaga

kesehatan. 6. memonitor intake atau asupan nutrisi untuk mengetahui

sumber energi yang adekuat. 7. memonitor atau mencatat waktu dan lama

istirahat/tidur pasien. 8. membantu pasien mengidentifikasi pilihan aktivitas-

aktivitas yang akan dilakukan.

3) Ketidakmampuan koping keluarga : coping enhanchement : 1) mendorong

untuk memperlihatkan kekhawatiran dan untuk membantu merencanakan

pasca hospitalisasi. 2) membantu memotivasi keluarga untuk berubah. 3)

mendukung emosi: memberikan penenagan, penerimaan, dan dorong selama

periode stres. 4) memfasilitasi partisipasi keluarga dalam perawatan emosi

dan fisik pasien. 5) membantu anggota keluarga dalam mengklasifikasi apa

yang mereka harapkan dan butuhkan satu sama lain. Caregiver support. 1)

menyediakan informasi penting, advokasi, dan dukungan yang dibutuhkan


41

untuk memfasilitasi perawatan primer pasien selain dari profesional

kesehatan (mengenai perawatan lingkungan sekitar rumah).

E. Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan pada tanggal 18 Juni 2020,

1) S : pasien mengatakan sesak berkurang. O : pasien tampak sesak

berkurang, RR 27x/m. A : masalah belum teratasi. P : lanjutkan intervensi

1-7 dilanjutkan.

2) S : pasien mengatakan lelah saat beraktivitas O : pasien tampak lemas

setelah beraktivitas. A : masalah belum teratasi. P : intervensi 1-8

dilanjutkan.

3) S : keluarga mampu mengerti dan memahami peran dalam perawatan

memfasilitasi klien. O : keluarga mengerti tentang apa yang di jelaskan. A

: masalah teratasi . P : intervensi 1-6 dilanjutkan.

Evaluasi keperawatan 19 Juni 2020

1) S : pasien mengatakan sesak berkurang. O : pasien tampak sesak

berkurang, RR 27x/m. A : masalah belum teratasi. P : lanjutkan intervensi

1-7 dilanjutkan.

2) S : pasien mengatakan lelah saat beraktivitas O : pasien tampak lemas

setelah beraktivitas. A : masalah belum teratasi. P : intervensi 1-8

dilanjutkan.

3) S : keluarga mampu mengerti dan memahami peran dalam perawatan

memfasilitasi klien. O : keluarga mengerti tentang apa yang di jelaskan. A

: masalah teratasi . P : intervensi 1-6 dilanjutkan.


42

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi

RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang merupakan rumah sakit

pemerintah di Kota Kupang yang beralamat di Jl. Moch Hatta.No.19 Oetete,

Kec.Oebobo, Kota Kupang-NTT. Status rumah sakit saat ini tipe B yang

dimana Tim KARS ingin menaikan status rumah sakit menjadi tipe A. Rumah

sakit ini memiliki banyak ruangan baik itu rawat inap maupun rawat jalan

dengan kapasitas tempat tidur yaitu 371 tempat tidur yang terdiri dari 46

tempat tidur untuk ruangan intensif dan 261 untuk ruang rawat inap, jumlah ini

tidak termasuk pasien bayi dan cuci darah. pasien Tn A . N diruang rawat inap

komodo kelas II laki-laki.

Peneliti menggunakan Ruang Komodo yaitu ruang inap kelas II laki-

laki, digunakan bagi laki-laki yang mengalami masalah dan penyakit yang di

terima langsung setelah pasien datang dari IGD dan poli. Jumlah pasien yang

ada di ruang komodo berubah setiap hari karena merupakan ruang dimana

pasien kapan pun datang dari IGD dan poli. Dan segera di alih rawat setelah

kondisi pasien mulai stabil.

42
43

B. Hasil dan Pembahasan

1. Pengkajian

Proses pengkajian merupakan tahap awal dalam proses

keperawatan. Dalam pengkajian penulis menunjukan data menggunakan

wawancara, observasi, pemeriksaan fisik secara sistematik dan melihat

data-data penunjang melalui catatan keperawatan dan status pasien.

Menurut Kusuma (2015) pada identitas asma sering terjadi pada

anak-anak karena anak memiliki alergi terhadap hal tertentu makanan,

debu, atau lingkungan berpolusi, asma juga bisa menyerang orang dewasa,

sedangkan pada kasus Tn. A.N asma terjadi pada orang dewasa

dikarenakan faktor resiko pasien sering terpapar pada lingkungan yang

berpolusi serta debu yang didapatkan dari pabrik. Pekerjaan yang beresiko

bisa menyebabkan asma adalah buruh bangunan serta mereka yang sering

terpapar dengan alergen seperti debu, sedangkan pada kasus Tn. A.N

pasien bekerja di pabrik bangunan yang dimana setiap harinya harus

terpapar dengan alergen seperti debu, dan lingkungan yang berpolusi di

sekitar pabrik, yang dimana debu serta lingkungan yang berpolusi akan

mengeluarkan mediator histamine, platelet yang lama kelamaan membuat

permeabilitas kapiler meningkat yang mengakibatkan sekresi produktif

dan kontriksi otot polos meningkat maka dengan begitu akan terjadi

penyempitan proksimal dan bronkus..


44

Keluhan utama Kusuma (2015) Pasien dengan asma biasanya

mengalami sesak napas dan lendir sulit keluar. Sedangkan pada kasus Tn

A.N didapatkan keluhan utama pasien mengeluh sesak napas. Dimana

pada pasien asma akan mengalami gangguan pada sistem pernapasan yang

menyebabkan sesak napas karena adanya penyempitan dibagian bronkus,

inflamasi atau peradangan kronik yang terjadi pada saluran pernapasan

ditandai dengan rasa sesak di dada akibat adanya penyumbatan yang

terjadi pada tahap ekspirasi dan inspirasi pada saluran pernapasan (Setiyo,

dkk, 2017).

Pemeriksaan fisik

B1 (breath): Nuraruf dan Kusuma (2015) pada pasien asma terlihat

adanya peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan, serta penggunaan

otot bantu napas. retrakasi otot-otot interkostalis, bunyi napas tambahan

wheezing pada akhir ekspirasi. Sedangkan pemeriksaan fisik pada system

pernapasan pada kasus Tn. A.N didapatkan klien mengeluh ada sesak

napas dan napas pendek, ada retraksi dinding dada, napas cuping hidung,

bunyi mengi. Terjadi sesak napas serta ada retraksi dinding dada,

pernapasan cuping hidung, bunyi mengi karena terjadinya permeabilitas

kapiler yang meningkat serta menyebabkan sekresi menjadi produktif,

kontriksi otot polos meningkat, maka terjadi penyempitan proksimal dan

bronkus pada tahap ekspirasi dan inspirasi, dengan begitu akan

menyebabkan sesak napas, serta adanya retraksi dinding, serta terdapat

bunyi napas tambahan yaitu wheezing karena adanya penyempitan pada


45

proksimal dan bronkus. (Nuraruf, 2015).

B2 (blood) Kusuma, (2015). Kardiovaskuler : Dampak asma pada

status kardiovaskuler seperti terjadinya hipoksemia, penurunan tekanan

darah, nadi menurun, CRT <3 detik, mengalami sianosis dikarenakan

konsentrasi O2 meningkat dalam darah yang menyebabkan hipoksemia,

serta adanya penurunan suplai darah dan O2 ke jantung berkurang

menyebabkan penurunan kardiak output sehingga menyebabkan tekanan

darah menurun. Sedangkan pada pemeriksaan kardiovaskuler pada kasus

Tn. A.N didapatkan tidak terjadinya hipoksemia, tekanan darah dalam

batas normal, tidak terjadi sianosis serta CRT >3 detik. Dikarenakan

suplai darah dan O2 ke jantung masih bagus dan tidak mengalami

gangguan sehingga masalah kardiovaskuler pada pasien masih bagus.

B3 (brain) Kusuma (2015): Pemeriksaan GCS, untuk menentukan

tingkat kesadaran klien apakah composmentis, samnolen atau koma, pada

pasien dengan asma tingkat kesadaran composmentis. Sedangkan

pemeriksaan B3 pada kasus Tn A.N kesadaran composmentis sehingga

tidak ada kesenjangan karena teori dan kasus kesadarannya sama yaitu

composmentis.

B4 (bladder) Kusuma (2015) Berkaitan dengan intake cairan maka

perhitungan dan pengukuran volume output urine perlu dilakukan,

memonitor apakah oliguria, karena hal tersebut merupakan tanda awal

dari syok. Sedangkan pemeriksaan B4 pada kasus Tn A.N pasien tidak

mengalami oliguria dikarenakan pasien tidak mengalami syok karena


46

suplai darah dan O2 ke jantung dan jaringan masih baik dan tidak

mengalami gangguan sehingga pasien tidak mengalami syok seperti yang

dijelaskan pada teori.

B5 (bowel) Kusuma (2015): Pada klien dengan sesak napas, sangat

potensial terjadi kekurangan pemenuhan kebutuhan nutrisi, hal ini karena

terjadi dispnea saat makan lalu metabolisme serta kecemasan yang

dialami klien. sedangkan pemeriksaan B5 pada kasus Tn. A.N didapatkan

nafsu makan menurun dan porsi makan menurun, terjadi penurunan

kebutuhan nutrisi karena sesak napas yang dirasakan pasien membuat

pasien sulit untuk makan, serta menyebabkan penurunan metabolisme

tubuh akibat sesak yang dirasakan pasien.

B6 (bone) Kusuma (2015): Mengkaji edema ekstremitas, tremor

dan tanda-tanda infeksi pada ekstremitas. Pada integument perlu dikaji

adanya permukaan yang kasar, kering, pigmentasi, turgor kulit,

kelembaban, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, eksim, dan

adanya bekas atau tanda urtikraria atau dermatitis akibat kekurangan suplai

darah dan O2 ke jantung dan jaringan. Sedangkan pada pemeriksaan B6

pada kasus Tn. A.N didapatkan ekstremitas atas dan bawah tidak

mengalami gangguan maupun kelainan karena suplai darah dan O2 ke

jantung dan jaringan masih bagus sehingga tidak mengalami gangguan

pada ekstremitas.
47

Pemeriksaan penunjang Kusuma, (2015). pada teori didapatkan

Rontgen: foto thorax menunjukan hiperventilasi dan pernapasan

diafragma. Periksaan sputum: terdapat jernih atau berbusa (alergi).

Pemeriksaan darah: Eusinofilia (kenaikan badan eusinofil), Peningkatan

kadar IgE pada asma alergi, AGD hipoxi (serangan akut). Sedangkan

pada kasus Tn A.N pemeriksaan penunjang didapatkan hasil pada

pemeriksaan sputum dijumpai eonsinofil, serum IgE, lebih dari 100 IU

menandakan suatu kondisi alergi. Pemeriksaan foto X- ray toraks

ditemukan gambaran hiperinflasi atau penebalan dinding bronchial,

PCO2 47 MmHg (38-42 mmHg), PaO2 80 mmHg (75-100 mmHg)

saturasi O2 85% (95-100%) .

B. Diagnosa keperawatan

Menurut diagnosa keperawatan (Nanda, 2015). Diagnosa yang muncul

pada teori Asma Bronkhial adalah : 1) Gangguan pertukaran gas berhubungan

dengan gangguan perubahan membran alveoli kapiler. 2). Ketidakefektifan

bersihan jalan napas berhubungan dengan penyempitan jalan napas. 3) Pola

napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru. 4)

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan suplai kebutuhan oksigen. 5)

penurunan curah jantung berhubungan dengan kontakbilitas dan volume

sekuncup jantung. 6) resiko ketidakseimbagan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan nafsu makan menurun. Sedangkan pada kasus


48

Diagnosa yang muncul pada kasus Tn. A.N yaitu:

Diagnosa I : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan

membran alveoli kapiler. Dimana gangguan pertukaran gas terjadi karena

kontriksi otot polos meningkat sehingga menyebabkan konsentrasi O2

meningkat dalam darah yang menyebabkan hipoksemia maka akan

menimbulkan gangguan pertukaran gas. Kusuma (2015).

Diagnosa II : Intoleransi aktivitas behubungan dengan suplai kebutuhan

oksigen (hipoksia) kelemahan. Dimana Intoleransi aktivitas terjadi di

karenakan tekanan partial oksigen di alveoli menurun menyebabkan

terjadinya hipoksemia tekanan darah menurun terjadilah kelemahan dan

keletihan. kusuma (2015).

Diagnosa III : ketidakmampuan koping keluarga berhubungan dengan gaya

koping yang tidak sesuai diantara orang terdekat. Penulis mengambil

diagnosa ini karena keluarga tidak menjaga lingkungan rumahnya dengan

baik sehingga menimbulkan alergen seperti debu, yang kita ketahui alegen

seperti debu dapat menyebabkan seseorang mengalami asma. Maka diambil

diagnosa ini agar meningkatkan kemampuan keluarga dalam melakukan

perawatan terhadap pasien saat berada di rumah.

Sedangkan diagnosa yang tidak muncul pada kasus atau yang tidak diambil

yaitu :

Diagnosa I : ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan

penumpukan sekret. Penulis tidak mengambil diagnosa ini karena yang terjadi

pada kasus Tn. A.N dimana pada pasien asma akan mengalami gangguan
49

pada sistem pernapasan yang menyebabkan sesak napas karena adanya

penyempitan dibagian bronkus yang terjadi pada saluran pernapasan ditandai

dengan rasa sesak di dada akibat adanya penyumbatan yang terjadi pada tahap

ekspirasi dan inspirasi pada saluran pernapasan (Setiyo, dkk, 2017).

Diagnosa II : Pola napas tidak efektif. Penulis tidak mengambil diagnosa ini

karena yang terjadi pada kasus Tn. A.N pasien mengalami spasme otot polos

serta sekresi kelenjar bronkus meningkat yang menyebabkan mucus

berlebihan serta adanya batuk dan sesak napas yang dimana lebih mengarah

pada ketidaefektifan bersihan jalan napas. Jika sekret berkurang maka

masalah sesak pada klien akan teratasi.

Diagnosa III : Penurunan curah jantung berhubungan dengan berhubungan

dengan kontakbilitas dan volume sekuncup jantung. Penulis tidak mengambil

diagnosa ini karena yang terjadi pada kasus Tn. A.N pasien didapatkan tidak

terjadinya hipoksemia, tekanan darah dalam batas normal, tidak terjadi

sianosis serta CRT >3 detik. Dikarenakan suplai darah dan O2 ke jantung

masih bagus dan tidak mengalami gangguan sehingga masalah kardiovaskuler

pada pasien masih bagus. (Kusuma, 2015).

Diagnosa IV : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat nafsu makan

menurun. Penulis tidak mengambil diagnosa ini karena yang terjadi pada

kasus Tn A.N Nafsu makan pasien menurun, porsi makan tidak habis,

minum: ±1500 cc/hari jenis air putih, kondisi mulut pasien bersih, mukosa

bibir kering, tenggorokan tidak ada nyeri menelan, tidak sulit menelan dan
50

tidak ada pembesaran tonsil. abdomen normal (tidak tegang, tidak kembung,

tidak ada asites dan tidak ada pembesaran/massa). ada keluhan mual tapi

tidak muntah dan nyeri. peristaltik usus 28 x/menit. Diagnosa ini tidak

diangkat karena pada status nutrisi pasien tidak mengalami penurunan BB

lebih dari 20%.

C. Intervensi keperawatan

Menurut intervensi keperawatan (Nanda NIC-NOC, 2015 jilid 2)

1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveoli

kapiler. kelebihan atau defisit pada oksigenasi dan/eliminasi karbondioksida

pada membran alveoli-kapiler. NOC : 1) respiratory : gas exachange . 2)

respiratory status : ventilation. 3) vitas sigh statu. kriteria hasil : 1)

mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat. 2)

memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda-tanda distres

pernafasaan. 3) mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang

bersih , tidak ada sianosis dan dyspnea (mampu mengeluarkan sputum,

mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips). 4) tanda-tanda vital

dalam rentang normal. NIC: airway management. 1) posiskan pasien

untuk memaksimalkan ventilasi (posisi semi fowler). 2) respiratory

motoring : 1 ) monitor rata-rata kedalaman, irama, dan usaha respirasi. 2)

catat pergerakan dada, amati kesimertisan, penggunaan otot, retraksi otot

subclavikular dan intercosta. 3) monitor pola nafas: bradipena, takipnea,

kussmaul, hiperventilasi. 5) catat lokasi trakea. 6) monitor kelelahan otot

diafrgama. 7) auskultasi suara nafas, catat area penurunan atau tidak adanya
51

ventilasi crakles dan ronkhi pada jalan nafas utama. 8) auskultasi suara paru

setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya.

2) Intoleransi aktivitas : ketidak cukupan energi psikologi atau fisiologi untuk

melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus

atau yang ingin dilakukan . NOC : 1. energi conservation 2. aktivity. 3. self

care : ADLs. kriteria hasil : 1. berpartisipasi dalam akitvitas fisk tanpa

disertai peningkatan tekanan darah , nadi , dan RR. 2. Mampu melakukan

aktivitas sehari (ADLs) secara mandiri. 3. tanda-tanda vital normal. 4.

energy psikomotor. 5. level kelemahan. 6. mampu berpindah : dengan atau

tanpa bantuan alat. 7. status kardiopulmonari adekuat. 8. sirkulasi status

baik. 9. status respirasi pertukaran gas dan ventilasi adekuat. NIC : 1.

Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas. 2. Dorong

pasien untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan. 3. Kaji

adanya factor yang menyebabkan kelelahan. 4. Monitor nutrisi dan sumber

energi yang adekuat. 5. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan

emosi secara berlebihan. 6. Monitor respon kardivaskuler terhadap

aktivitas. 7. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien. Activity

Therapy :1. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam

merencanakan progran terapi yang tepat. 2. Bantu klien untuk

mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan. 3. Bantu untuk memilih

aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan

sosial. 4. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang

diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan. 5. Bantu untuk mendpatkan alat


52

bantuan aktivitas seperti kursi roda, kruk. 6. Bantu untuk mengidentifikasi

aktivitas yang disukai. 7. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan

diwaktu luang. 8. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan

dalam beraktivitas. 9. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif

beraktivitas. 10. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan

penguatan. 11. Monitor respon fisik, emoi, sosial dan spiritual.

3)Ketidakmampuan koping keluarga : perilaku terdekat (anggota keluarga atau

orang penting lainnya) yang membatasi kapasitas atau ketidakmampuannya

dan kemampuan klien untuk secara efektif menangani adaptasi keduanya

terhadap masalah kesehatan. NOC : 1) family copimg, disable. 2) parenting,

impaired. 3) inffective. 4) violence: other directed, risk for. Kriteria hasil :

1) hubungan pemberi asuhan pasien : interaksi dan hubungan yang positif

antara pemberi dan penerima asuhan. 2) performa pemberi asuhan. 3)

perawatan langsung : penyediaan perawatan kesehatan dan perawatan

personal yang tepat kepada keluarga oleh pemberi perawatan keluarga. 4)

kesejahteraan pemberi asuhan dan kondisi kehidupan pemberi perawatan

primer. 5) potensial ketahanan pemberi asuhan : faktor yang meningkatkan

kontinuitas perawatan oleh pemberi perawatan keluarga dalam periode

waktu yang lama 6) koping keluarga : tindakan keluarga untuk mengelola

stresor yang membebani sumber-sumber keluarga. 7) mampu mengatasi

masalah keluarga. 8) mencari bantuan keluarga jika perlu. 9) mampu

menyelesaikan konflik tanpa kekerasan. 10) memperlihatkan fleksibilitas

peran. 11) mengungkapkan peningkatan kemampuan untuk melakukan


53

koping terhadap perubahan dalam struktur dalam dinamika keluarga. 12)

mengungkapkan perasaan yang tidak terselesaikan. 13) identifikasi gaya

koping yang bertentangan. 14) partisipasi dalam pengembagan dan

implementasi rencana. NIC : coping enhanchement : 1) dorong untuk

memperlihatkan kekhawatiran dan untuk membantu merencanakan pasca

hospitalisasi. 2) bantu memotivasi keluarga untuk berubah. 3) dukung emosi

: memberikan penenagan, penerimaan, dan dorong selama periode stres. 4)

memfasilitasi partisipasi keluarga dalam perawatan emosi dan fisik pasien.

5) bantu anggota keluarga dalam mengklasifikasi apa yang mereka harapkan

dan butuhkan satu sama lain. Caregiver support. 1) menyediakan informasi

penting, advokasi, dan dukungan yang dibutuhkan untuk memfasilitasi

perawatan primer pasien sekain dari profesional kesehatan.

D. Implementasi keperawatan

Implementasi dilakukan pada Tn. A.N adalah melaksanakan perencanaan

yang ditentukan sesuai dengan kondisi pasien yaitu : Diagnosa keperawatan

1:gangguan pertukaran gas. Diagnosa keperawatan 2 : intoleransi aktivitas.

Diagnosa keperawatan 3 : ketidakmampuan koping keluarga.

E. Evaluasi keperawatan

Setelah melakukan tahapan dalam proses keperawatan maka proses yang

akan dilakukan selanjutnya adalah melakukan tindakan evaluasi. Evaluasi

pada kasus ini dilakukan sesuai tahapan implementasi dari masing-masing

diagnosa yang ada yang memacu pada kriteria atau tujuan objektif yang

ditetapkan. Evaluasi akhir untuk setiap diagnosa keperawatan mengacuh pada


54

tujuan yang sudah ditetapkan, yaitu sebagai berikut :

Diagnosa keperawatan 1 : mampu mendemonstrasikan peningkatan

ventilasi dan oksigenasi yang adekuat, memelihara kebersihan paru-paru dan

dan bebas dari tanda-tanda distres pernapasan, tanda-tanda vital normal.

Diagnosa keperawatan 2: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan

suplai kebutuhan oksigen (hipoksia) kelemahan. Ditunjukan dengan data

pasien mampu berpartisipasi dalam akitvitas fisik tanpa disertai peningkatan

tekanan darah, nadi, dan RR. Mampu melakukan aktivitas sehari ADLs secara

mandiri, tanda-tanda vital normal, energy psikomotor. Level kelemahan,

mampu berpindah dengan atau tanpa bantuan alat, status kardiopulmonari

adekuat, sirkulasi status baik, status respirasi pertukaran gas dan ventilasi

adekuat .

Diagnosa keperawatan 3: ketidakmampuan koping keluarga

berhubungan dengan gaya koping yang tidak sesuai diantara orang terdekat :

mampu mengatasi masalah keluarga, mencari bantuan keluarga jika perlu,

mampu menyelesaikan konflik tanpa kekerasan, memperlihatkan fleksibilitas

peran, mengungkapkan peningkatan kemampuan untuk melakukan koping

terhadap perubahan dalam struktur dalam dinamika keluarga,

mengungkapkan perasaan yang tidak terselesaikan, identifikasi gaya koping

yang bertentangan, partisipasi dalam pengembangan dan implementasi

rencana.
55

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Asma merupakan proses inflamasi kronik saluran pernapasan menjadi

hipereponsf, sehingga memudahkan terjadinya bronkoknstriksi, edema dan

hipersekresi kelenjar. (Nelson, 2013). Pasien yang menderita asma akan

mengalami Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek, Ronchi basah

halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul, Wheezing belum

ada, Belum ada kelainana bentuk thorak, Ada peningkatan eosinofil darah dan

IGE, menurut zullies (2016).

Pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan asma diruang rawat inap

komodo Rumah sakit RSUD Prof Dr. W. Z. JOHANNES KUPANG Tahun 2020

tanggal 16 Juni 2020 dapat dilakukan dengan baik dan tidak mengalami kesulitan

dalam mengumpulkan data, dilakukan pengkajian kasus di ruangan komodo,

pasien berinisial Tn. A.N pasien mengatakan sesak napas sudah sejak 1 minggu,

disertai batuk yang tidak sembuh-sembuh.

Pada diagnosa asuhan keperawatan pasien dengan diagnosa medis asma

bronkhial diruang rawat inap komodo Rumah sakit RSUD Prof Dr. W. Z.

JOHANNES KUPANG. Tahun 2020 dapat dirumuskan 3 diagnosa pada tinjauan

kasus, yaitu: ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan

penumpukan sekret, resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat nafsu makan

55
56

menurun. intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

Intervensi keperawatan pada pasien dengan asma diruang rawat inap komodo

RSUD Prof Dr. W. Z. JOHANNES KUPANG Tahun 2020 semua perencanaan

dapat diterapkan pada tinjauan kasus.

Rencana yang dilakukan pada Tn. A.N pada perencanaan asuhan

keperawatan pada pasien dengan asma diruang rawat inap komodo Rumah sakit

RSUD Prof Dr. W. Z. JOHANNES KUPANG Tahun 2020 semua perencanaan

dapat diterapkan pada tinjauan kasus. Rencana yang dilakukan pada Tn. A.N pada

diagnosa pertama adalah: buka jalan nafas , gunakan teknik chin lift, posiskan

pasien untuk memaksimalkan ventilasi, identifikasi pasien perlunya pemasangan

alat jalan nafas buatan, pasang mayo bila perlu , lakukan fisioterapi bila perlu,

keluarkan secret dengan batuk atau suction, auskultasi suara nafas , catat adanya

suara tambahan, lakukan suction pada mayo.diagnosa kedua adalah : auskultasi

suara napas sebelum dan sesudah suctioning, minta klien napas dalam, anjurkan

pasien untuk istirahat dan napas dalam, monitor status oksigen pasien. Diagnosa

ketiga : observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas, monitor

klien akan adanya kelemahan fisik dan emosi secara berlebihan.

Pada implementasi asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis

Asma diruang rawat inap komodo Rumah sakit RSUD Prof Dr. W. Z.

JOHANNES KUPANG Tahun 2020 hampir semua dapat dilakukan.

Evaluasi pada pasien dengan asma asuhan keperawatan pada pasien dengan

asma diruang rawat inap komodo Rumah sakit RSUD Prof Dr. W. Z.

JOHANNES KUPANG Tahun 2020 dapat dilakukan dan dari diagnosa hampir
57

semua masalah teratasi dan pasien boleh pulang.

B. Saran

1. Bagi penulis

Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini menambah wawasan serta

memperoleh pengelaman dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan,

khususnya studi kasus tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada

pasien dengan diagnosa Medis Asma Bronkhial.

2. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan dalam rangka pengembangan dan meningkatkan pelayanan

kesehatan yang di berikan pada pasien Asma Bronkhial pada umumnya,

pada khususnya maka perlu memperhatikan pengadaan fasilitas yang

menunjang dalam suatu penyembuhan pasien Asma Bronkhial.

3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan

Penelitian ini menambahkan wawasan penelitian tentang asuhan

keperawatan Medikal Bedah pada pasien dengan Asma .

4. Bagi masyarakat

Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini menjadi khasanah pengembangan

ilmu keperawatan terutama dalam asuhan keperawatan pada pasien

dengan Asma Bronkhial.


58

DAFTAR PUSTAKA

Adeniyi BO. (2013). Acute savere asthma. African journal of respiratory


medicene

Amin dan Hardi, 2016. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah.

Amin Huda Nurarif (2015). aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa


Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta. MediaAction.

Atmoko W (2011). Prevelens asma tidak terkontrol dan faktor-faktor yang


berhubungan dengan tingkat kontrol asma di poliklinik asma rumah sakit
persahabatan, jakarta. J Respir indo.

Burnner dan suddarth, 2013. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.

Dharmayanti dan Hapsari, 2015 ketidakefektifan pemberian posisi semi fowler


terhadap penurunan sesak napas pada pasien asma di ruang rawat inap
kelas III RSUD Dr. Moewardi Surakarta Vol. 8 No, 2 Jurnal. Stikes.
Aisyiyah. X19/26 diakses pada 29 Juli 2020.

Djojodibroto D, (2012). Respirologi (respirologi medicine). Jakarta: penerbit


buku Kedokteran EGC hal. 105-15.

GINA global intiative for astma. 2011 levels of asma control http://ginastma.com.

Infodatin 2017. Pedoman pengendalian penyakit asma.

Nelson, 2013. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah jilid 2.

Ngastiyah 2013. Asma pedoman diagnosis dan penatalakasanaan di indonesia.


Cetakan ii. Jakarta : perhimpunan Dokter paru indonesia.

Nurarif & Kusuma, 2015 aplikasi asuhan keperawatan bardasarkan NANDA


north American nursing diagnosis Association

Purwati (2016). Hubungan menifestasi klinis asma dengan kualitas anak. program
studi ilmu kedokteran klinik kekhususan ilmu kesehatan anak.

Rengganis (2011). Diagnosis dan tatalaksana Asma Bronkhial. Majalah


kedokteran indonesia

Riskesdas 2017 Riset kesehatan dasar Jakarta : Balitang Kemenkes RI sullies,


2016. Asma Bronkhial. : hood alsagaf. eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru,
pp: 41-54.
Wahid & Suprapto, 2013 Diagnosis dan penatalaksanaan Asma. Jakarta
Depertement Pulmonologi dan ilmu kedokteran Respiratory FKUL.
60

LAMPIRAN II

TINJAUAN KASUS

Tn. A.N lahir tanggal 26 agustus 1980 datang ke rumah sakit pada tanggal

16 juni Tn A.N datang ke RS dengan keluhan sesak napas dan batuk disertai

dahak. Sebelumnya pada tanggal 5 Juni 2020 Pasien sudah pernah berobat ke

puskesmas terdekat dan mendapatkan terapi uap (combivent 5 ml). dan sudah

membaik. Namun pada tanggal 15 Juni 2020 sesak napas yang di rasakan pasien

kembali muncul dan dilarikan ke puskemas terdekat, namun sesak yang dirasakan

pasien cukup parah maka dirujuk ke RSUD PROF. DR. W.Z. JOHANNES

KUPANG pada tanggal 16 Juni 2020 untuk mendapatkan penanganan selanjutnya.

Saat dilakukan pengkajian pemeriksaan fisik didapatkan hasil TD : 130/80

MmHg, N : 125x/m, S : 36,5 derajat celcius, RR : 29x/m, pasien tampak sesak

pernapasan cuping hidung dan aktivitas dibantu oleh keluarga.


61

FORMAT ASKEP

A. PENGKAJIAN DATA DASAR

Tangal pengkajian : 16-06-2020 Jam : 10.00 WITA

Tanggal MRS : 15-06-2020 No.Reg :-

Ruang/kelas : komodo No.RM :-

Nama Mahasiswa : Maria Y B Tuames Diagnosa Medis : Asma Bronkhial

NIM : 11391117

A. Pengumpulan Data

1. Identitas klien

Nama : Tn.A.N

Umur : 40 tahun

Jenis kelamin : aki-laki

Agama : Kristen Protestan

Pendidkan : SMA

Pekerjaan : Swasta/buruh bangunan

Suku/bangsa : Timor/Indonesia

Alamat : Sikumana kupang

Status perkawinan : Menikah

Penanggung jawab : BPJS


62

a. Keluhan utama : pasien mengatakan sesak napas, disertai batuk berdahak.

b. Keluhan saat ini : pada tanggal 16 juni Tn A.N datang ke RS dengan

keluhan sesak napas. Sebelumnya pada tanggal 5 Juni 2020 Pasien

sudah pernah berobat ke puskesmas terdekat dan mendapatkan terapi

teofilin. dan sudah membaik. Namun pada tanggal 15 Juni 2020 sesak

napas yang di rasakan pasien kembali muncul dan dilarikan ke

puskemas terdekat, namun sesak yang dirasakan pasien cukup parah

maka dirujuk ke RSUD PROF. DR. W.Z. JOHANNES KUPANG pada

tanggal 16 Juni 2020 untuk mendapatkan penanganan selanjutnya.

c. Riwayat penyakit dahulu: pasien mengatakan sudah 1 tahun yang lalu

menderita penyakit asma bronchial.

d. Riwayat penyakit keluarga: pasien mengatakan tidak ada keluarga yang

menderita penyakit asma.

2. Pemeriksaan Berdasarkan body of System

a. Pernafasan B1 (breathing) klien mengeluh ada sesak napas dengan

pemeriksaan fisik: inspeksi klien sesak napas, ada retraksi dinding

dada, napas cuping hidung, frekuensi napas 29x/m. palpasi: tidak ada

nyeri tekan, getaran antara kiri dan kanan teraba sama. perkusi :

(sonor):bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada jaringan paru normal.

bunyi yang pendek serta lemah, ditemukan diatas bagian jantung,

mamae, dan hati. Auskultasi: bunyi napas mengi, Jenis pernapasan

dypsnea (sesak napas), irama teratur, kecepatan tachipnea (frekuensi

napas teratur namun cepat “tidak normal”).


63

b. Kardivaskuler B2 (blood) Irama jantung regular, tidak ada nyeri

dada, bunyi jantung normal (lup dup lup dup), CTR < 3 detik, acral

teraba hangat, thriil negative (tidak ada getaran didada). Tekanan darah

130/80 mmHg, nadi 125x/m.

c. Persyarafan B3 (brain) Kesadaran composmentis (sadar penuh),

GCS: 13, E: 4 (spontan buka mata), V: 3 (kata-kata tidak jelas). M: 6

(mengikuti perintah).

d. Perkemihan B4 (bladder) Produksi urine pasien 500 cc/24 jam,

frekuensi BAK pasien kira=kira 5 sampai 6x/hari, warna urine kuning,

bau: khas (amoniak)

e. Pencernaan B5 (bowel) Nafsu makan pasien menurun, frekuensi

2x/hari, porsi makan tidak habis, minum: ±1500 cc/hari jenis air putih,

kondisi mulut pasien bersih, mukosa bibir kering, tenggorokan tidak

ada nyeri menelan, tidak sulit menelan dan tidak ada pembesaran tonsil.

abdomen normal (tidak tegang, tidak kembung, tidak ada ascites dan

tidak ada pembesaran/massa).tidak ada keluhan (anoreksia, mual,

muntah dan nyeri). peristaltik usus 28 x/menit. Hepatoma tidak ada

riwayat hepatoma (kanker hati). Spenomegali tidak ada pembesaran

limpa. Buang air besar (BAB) frekuensi 1 sampai 2 x/hari, konsistensi

lunak.

f. Muskuloskletal/integument B6 (bone). Kemampuan pergerakan otot

sendi (ROM) terbatas. Pareselamah gerakan badan, tidak bisa

beraktivitas secara mandiri, paraliasis (tidak lumpuh). Kekuatan otot


64

kiri atas 5 (mampu mengerakan persendian dan melawan gravitasi).

Kanan atas 4 (mampu mengerakan persendian dengan gaya gravitasi

maupun melawan dengan sedang). Kanan bawah 3 (mampu menahan

walaupun tidak mampu menahan tekanan). Edema tidak ada edema.

Tulang tulang belakang tidak mengalami kifosis (bungkuk yang

abnormal) dan tidak mengalami lordordosis (lengkungan daerah

pinggang). Kulit pasien berwarna pucat, turgor kulit pasien sedang.

3. Pola aktivitas sehari-hari

a. Pola personal hyiegen : pasien mengatakan mandi sebelum sakit

2x/hari menggunakan sabun dan sikat gigi, 2x/hari. Saat sakit pasien

hanya dilap dan sikat gigi sehari sekali.

b. Pola aktivitas sehari-hari : klien adalah seorang buruh bangunan

yang dimana setiap harinya terpapar allergen (debu).

c. Psikologis

pasien mengatakan mempunyai keyakinan pada penguasa

kehidupan : Tuhan Yang Maha Esa, sebagai sumber kekuatan saat

sakit. Ritual yang sering dilakukan klien : klien mengatakan selalu

berdoa kepada kepada tuhan sehingga diberikan kekuatan dalam

menghadapi penyakit yang diderita.

4. Pemeriksan penunjang

Hasil pemeriksaan penunjang didapatkan hasil pada pemeriksaan

sputum dijumpai eonsinofil, serum IgE, lebih dari 100 IU menandakan

suatu kondisi alergi. Pemeriksaan foto X- ray toraks ditemukan


65

gambaran hiperinflasi atau penebalan dinding bronchial, PCO2

hasilnya 47 MmHg dengan nilai normal (38-42 mmHg), PaO2 hasilnya

80 mmHg dengan nilai normal (75-100 mmHg). SPO2 hasilnya 85%

dengan nilai normal (95-100%).

5. Terapi

Diruang komodo Tn. A.N mendapatkan terapi masker oksigen 4

l/menit, posisi semi fowler (indikasi klien sesak napas, kontra indikasi

fraktur tulang pelvis, post operasi abdoment, fraktur tulang belakang),

Angonis beta kerja lambat (pada pasien asma dan ppok, kontra

indikasi ibu hamil dan menyusui). Kortikosteroid/dipropionad

( indikasi pada penderita asma, reumatoid athritis, bronkitis sedangkan

kontra indikasi ibu hamil dan menyusui). Teofilin (indikasi pada

pasien asma kontra indikasi ibu hamil)


66

Analisa Data

No Data Masalah Etiologi

1 DS : pasien mengatakan Gangguan pertukaran Perubahan

sesak napas. gas membran alveoli

DO : pasien tampak kapiler

sesak RR : 29 x/m

2 DS : pasien mengatakan Intoleransi aktivitas Suplai oksigen

cepat lelah dan pasien

juga mengatakan sesak

dan tidak nyaman

DO : pasien tampak

lemah dan aktivitas

pasien tampak dibantu

3 DS : keluargan pasien Ketidakmampuan Gaya koping

mengatakan kurang Koping keluarga yang tidak sesuai

memperhatikan kebersi- diantara orang

han rumah dikarenakan terdekat.

semua sibuk bekerja,

pakian dibiarkan bergan-

tungan.
67

DO: -

B. Diagnosa keperawatan

a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan

membran alveoli kapiler.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan suplai oksigen

c. Ketidakmampuan koping keluarga berhubungan dengan gaya

koping yang tidak sesuai diantara orang terdekat.

C. Intervensi keperawatan

N Dx keperawatan Tujuan Intervensi


o
1 Gangguan 1) respiratory : gas 1) : airway management.

pertukaran gas exachange . 2) 1) posiskan pasien untuk

berhubungan respiratory status : memaksimalkan ventilasi

dengan perubahan ventilation. 3) vitas sigh (posisi semi fowler). 2)

memberan alveoli statu. kriteria hasil : 1) respiratory motoring : 1

kapiler. mendemonstrasikan ) monitor rata-rata

peningkatan ventilasi dan kedalaman, irama, dan

oksigenasi yang adekuat. usaha respirasi. 2) catat

2) memelihara kebersihan pergerakan dada, amati

paru-paru dan bebas dari kesimertisan,

tanda-tanda distres penggunaan otot, retraksi

pernafasaan. 3) otot subclavikular dan


68

mendemonstrasikan intercosta. 3) monitor

batuk efektif dan suara pola nafas: bradipena,

nafas yang bersih , tidak takipnea, kussmaul,

ada sianosis dan dyspnea hiperventilasi. 5) catat

(mampu mengeluarkan lokasi trakea. 6) monitor

sputum, mampu bernafas kelelahan otot diafrgama.

dengan mudah, tidak ada 7) auskultasi suara nafas,

pursed lips). 4) tanda- catat area penurunan atau

tanda vital dalam rentang tidak adanya ventilasi

normal. crakles dan ronkhi pada

jalan nafas utama. 8)

auskultasi suara paru

setelah tindakan untuk

mengetahui hasilnya.

2 Intoleransi 1) energi 1.observasi adanya

aktivitas b.d conservation 2) aktivity . pembatasan klien dalam

suplai oksigen 3) self care : ADL: melakukan aktivitas. 2)

KH : dorong anal untuk

1) berpartisipasi mengungkapkan perasaan

dalam akitvitas fisk terhadap kelelahan. 3) kaji

tanpa disertai adanya faktor yang

peningkatan tekanan menyebabkan kelelahan. 4)

darah , nadi , dan RR . monitor klien akan adanya


69

2). Mampu melakukan kelelahan fisik dan emosi

aktivitas sehari (ADLs) secara berlebihan. 5) monitor

secara mandiri . 3) pola tidur dan lamanya

tanda-tanda vital normal istirahat klien1

. 4) energy psikomotor .

5) level kelemahan . 6)

mampu berpindah :

dengan atau tanpa

bantuan alat . 7) status

kardiopulmonari

adekuat. 8) sirkulasi

status baik . 9) status

respirasi pertukaran gas

dan ventilasi adekuat.

3 Ketidakmampuan 1) family copimg, coping enhanchement : 1)

koping keluarga disable. 2) parenting, dorong untuk

berhubungan impaired. 3) inffective. memperlihatkan

dengan gaya 4) violence: other kekhawatiran dan untuk

koping yang tidak directed, risk for. membantu merencanakan

sesuai dengan Kriteria hasil : 1) pasca hospitalisasi. 2) bantu

orang terdekat hubungan pemberi memotivasi keluarga untuk

asuhan pasien : berubah. 3) dukung emosi :

interaksi dan hubungan memberikan penenagan,


70

yang positif antara penerimaan, dan dorong

pemberi dan penerima selama periode stres. 4)

asuhan. 2) performa memfasilitasi partisipasi

pemberi asuhan. 3) keluarga dalam perawatan

perawatan langsung : emosi dan fisik pasien. 5)

penyediaan perawatan bantu anggota keluarga

kesehatan dan dalam mengklasifikasi apa

perawatan personal yang mereka harapkan dan

yang tepat kepada butuhkan satu sama lain.

keluarga oleh pemberi Caregiver support. 1)

perawatan keluarga. 4) menyediakan informasi

kesejahteraan pemberi penting, advokasi, dan

asuhan dan kondisi dukungan yang dibutuhkan

kehidupan pemberi untuk memfasilitasi

perawatan primer. 5) perawatan primer pasien

potensial ketahanan sekain dari profesional

pemberi asuhan : faktor kesehatan.

yang meningkatkan

kontinuitas perawatan

oleh pemberi perawatan

keluarga dalam periode

waktu yang lama 6)

koping keluarga :
71

tindakan keluarga untuk

mengelola stresor yang

membebani sumber-

sumber keluarga. 7)

mampu mengatasi

masalah keluarga. 8)

mencari bantuan

keluarga jika perlu. 9)

mampu menyelesaikan

konflik tanpa

kekerasan. 10)

memperlihatkan

fleksibilitas peran. 11)

mengungkapkan

peningkatan

kemampuan untuk

melakukan koping

terhadap perubahan

dalam struktur dalam

dinamika keluarga. 12)

mengungkapkan

perasaan yang tidak

terselesaikan. 13)
72

identifikasi gaya koping

yang bertentangan. 14)

partisipasi dalam

pengembagan dan

implementasi rencana

D. Implementasi keperawatan

No Hari/tgl/jam Implementasi Paraf

Dx

1 Selasa/16/06/2020 1) . memposiskan pasien untuk MARIA

memaksimalkan ventilasi (posisi

10.00 WITA semi fowler). respiratory motoring

: 1. memonitor rata-rata

kedalaman, irama, dan usaha

respirasi( RR, adanya pernapasan


73

cuping hidung. 2. mencatat

pergerakan dada, amati

kesimertisan, penggunaan otot,

retraksi otot subclavikular dan

intercosta (adanya retraksi dinding

dada). 3. memonitor pola nafas:

bradipena, takipnea, kussmaul,

hiperventilasi. 4. mencatat lokasi

trakea. 5. memonitor kelelahan otot

diafrgama (gerakan paradoksis). 6.

mengauskultasi suara nafas, catat

area penurunan atau tidak adanya

ventilasi crakles dan ronkhi pada

jalan nafas utama. 7.

mengauskultasi suara paru setelah

tindakan untuk mengetahui

hasilnya.

2 16/06/2020 1. mengkaji status fisiologi pasien yang MARIA

menyebabkan kelelahan. 2.

12.00 WITA menganjurkan pasien mengungkapkan

perasaan secara verbal mengenai

keterbatasan yang dialami. 3.

menggunakan instruman yang valid


74

untuk mengukur kelelahan. 4. memilih

intervensi untuk mengurangi kelahan

baik secara farmakologi maupun non

farmakologi dengan tepat. 5.

menentukan jenis dan banyaknya

aktivitas yang dibutuhkan untuk

menjaga kesehatan. 6. memonitor

intake atau asupan nutrisi untuk

mengetahui sumber energi yang

adekuat. 7. memonitor atau mencatat

waktu dan lama istirahat/tidur pasien.

8. membantu pasien mengidentifikasi

palihan aktivitas-aktivitas yang akan

dilakukan.

3 16/06/2020 1) coping enhanchement : 1) MARIA

mendorong untuk memperlihatkan

12.30 WITA kekhawatiran dan untuk membantu

merencanakan pasca hospitalisasi.

2) membantu memotivasi keluarga

untuk berubah. 3) mendukung

emosi: memberikan penenagan,

penerimaan, dan dorong selama

periode stres. 4) memfasilitasi


75

partisipasi keluarga dalam

perawatan emosi dan fisik pasien.

5) membantu anggota keluarga

dalam mengklasifikasi apa yang

mereka harapkan dan butuhkan

satu sama lain. Caregiver support.

1) menyediakan informasi penting,

advokasi, dan dukungan yang

dibutuhkan untuk memfasilitasi

perawatan primer pasien sekain

dari profesional kesehatan

(mengenai perawatan lingkungan

sekitar rumah).

E. EVALUASI

No Dx. kep Hari/tgl/jam Catatan perkembangan Paraf


1 Ketidakefektifan 16 Juni 2020 S : pasien mengatakan sesak MARIA

bersihan jalan 14.00 WITA berkurang. O : pasien

napas tampak sesak berkurang, RR

27x/m. A : masalah belum

teratasi. P : lanjutkan

intervensi 1-8 dilanjutkan.

2 Intoleransi 16 Juni 2020 S : pasien mengatakan lelah MARIA

aktivitas saat beraktivitas O : pasien


76

14.00 WITA tampak lemas setelah

beraktivitas. A : masalah

belum teratasi. P : intervensi

1-8 dilanjutkan

3 Ketidakmampuan 16 Juni 2020 S : keluarga mampu MARIA

koping keluarga 14.00 WITA mengerti dan memahami

peran dalam perawatan

memfasilitasi klien..

O : keluarga mengerti

tentang apa yang di

jelaskan.

A: masalah teratasi.
P : intervensi 1-
6dihentikan.
Lampiran III

LEMBAR KONSULTASI
KARYA TULIS ILMIAH

NAMA : MARIA YOSEFINA BONE TUAMES


NIM : 11391117
JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN A. N DENGAN
DIAGNOSA MEDIS ASMA BRONKHIAL DI RUANG
KOMODO RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES
KUPANG
PEMBIMBING : JOLI R. NUBATONIS, S.Kep.Ns

NO HARI/TANGGAL MATERI BIMBINGAN TTD


77

PEMBIMBING
1 SABTU, 20-06-2020 Konsul Bab I dan II,
mencakup latar belakang,
rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat, konsep
medis serta konsep asuhan
keperawatan.
2 SENIN, 22-06-2020 Revisi Bab I dan II
mencakup latar belakang,
rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat, konsep
medis serta konsep asuhan
keperawatan.
3 RABU,24-06-2020 Revisi bab I dan II mencakup
latar belakang, konsep
asuhan keperawatan.

4 KAMIS, 25-06-2020 Acc bab I dan II

5 SABTU, 27-06-2020 Konsul bab III mencakup


tinjauan kasus serta asuhan
keperawatan
6 SELASA, 30-06-2020 Revisi bab III mencakup
asuhan keperawatan.
7 JUMAT, 03-07-2020 Acc bab III
8 SABTU, 11-07-2020 Konsul bab IV dan V
mencakup gambaran lokasi,
hasil dan pembahasan,
kesimpulan dan saran
9 SABTU,25-07-2020 Revisi bab IV dan V
mencakup pembahasan dan
78

kesimpulan dan saran

10 JUMAT, 31- 07-2020 Acc siap ujian

11 JUMAT, 28-08-2020 Konsul revisi perubahan


diagnosa

Anda mungkin juga menyukai