I DENGAN DIAGNOSA
MEDIS ASMA DALAM GANGGUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN OKSIGENASI DI RUANG
PERAWATAN RSUD BAHTERAMAS
OLEH
SAFIRAWATI
P00320018083
i
HALAMAN PERSETUJUAN
SAFIRAWATI
P00320018083
Pembimbing :
Mengetahui :
Ns . M.kes
330 199503 1001
2
HALAMAN PENGESAHAN
Menyetujui :
Mengetahui :
Ns . M.kes
330 199503 1001
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Nama : SAFIRAWATI
NIM :P00320018083
Safirawati
iv
MOTTO
Ketika kita terus berusaha dan berdoa tidak ada yang tidak mungkin untuk kita
raih
Yakin dan percaya setelah apa yang kita perjuangkan selama ini lelah menjadi
Tiada hasil yang membanggakan tanpa adanya perjuangan dan doa kedua
orangtua
Kupersembahkan karya tulis ini untuk Ayah dan Ibuku tercinta, Keluarga, dan
sahabat yang selalu memberikan support dan doanya, yang menjadi semangat,
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS
1. Nama : Safirawati
5. Agama : Islam
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT atas segala
rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
ini. Sholawat dan salam semoga dilimpahkan olehNya kepada suri tauladan Nabi
Muhammad SAW, para sahabat, dan semua pengikutnya yang setia hingga akhir
zaman.
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada NY. I Dengan
Walaupun Karya Tulis Ilmiah ini telah dibuat, Penulis menyadari bahwa masih
maka penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini pada waktu yang telah
ditentukan.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
kepada:
vii
3. Bapak Indriono Hadi.,S.Kep.,Ns.,M.KepSelaku Ketua Jurusan Keperawatan
PoltekkesKemenkesKendari.
4. Ibu Rusna Tahir, S.kep, Ns, M.Kep dan Ibu Dali, SKM., M.Kes, Selaku
5. Bapak Abd. Syukur Bau, S.Kep.,Ns MM selaku penguji I, ibu Hj. Nurjannah,
penguji III yang dengan sabar memberikan masukan dan arahan hingga karya
6. Kepala Ruangan Lambu Barakati LT.1 dan para staf yang memberikan
7. Kepada kedua orang tuaku tercinta dan keluarga yang selalu memberikan
dukungan dan doa sehingga penulis bisa sampai pada tahap ini.
8. Sahabat Asdin, Vivian, Airi, Nela, Faisyah, Ica, Aida, Salsa, yustin, Asri,
2018 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang sudah membantu penulis
Penulis ingin memohon maaf atas kekurangan yang ada pada tulisan ini
viii
ABSTRAK
Kata Kunci: Asuhan Keperawatan, Oksigenasi, Asma, dan Posisi Semi Fowler
ix
DAFTAR ISI
x
A. Kesimpulan .............................................................................................. 57
B. Saran ........................................................................................................ 58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
episodik otot-otot polos dalam dinding saluran udara bronkhial (spasme bronkus)
menjadi sulit dan menimbukan bunyi mengi. Terdapat dua tipe utama asma,
penyakit ini adalah hiperaktivitas bronkus dan obstruksi jalan napas. Gejala asma
adalah gangguan pernapasan (sesak), batuk produktif terutama pada malam hari
atau menjelang pagi, dan dada terasa tertekan (Depkes, 2013 dikutip dari Arifian
kronik pada saluran napas. Ditandai dengan mengi, batuk dan rasa sesak di dada
yang brulang dan timbul pada malam atau menjelang pagi akibat penyumbatan
saluran penapasan. Penyakit ini diderita oleh semua kalangan dari anak-anak
hingga orang dewasa dan dari derajat yang ringan hingga yang berat serta pada
Data dari World Health Organization (WHO), saat ini jumlah penderita
asma di seluruh dunia mencapai 300 juta. Ada sekitar 250.000 kematian yang
disebabkan oleh serangan asma setiap tahunnya, yang kebanyakan berasal dari
negara dengan ekonomi rendah-sedang. Menurut hasil riskesdas pada tahun 2018
1
( Dalam afghani, 2020 ). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2011) di
dan fasilitas pengobatan. Berdasarkan data yang di peroleh dari Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah, prevalensi kasus asma di Jawa Tengah pada tahun
2012 sebesar 0,42% dengan prevalensi tertinggi di Kota Surakarta sebesar 2,46
%. ( Saranani, 2016).
asma tahun 2018-2020 mencapai 193 jiwa. Dengan total kematian Asma pada
Asma menyebabkan gejala seperti mengi, sesak napas, dada sesak dan
batuk yang bervariasi dari waktu ke waktu dalam kejadian, frekuensi dan
intensitasnya. Gejala ini berhubungan dengan aliran udara ekspirasi variabel, yaitu
lendir. Beberapa variasi aliran udara juga dapat terjadi pada orang tanpa asma,
tetapi lebih besar pada asma yang tidak diobati. Ada berbagai jenis asma (juga
1
hidup dan aktivitas berbagai organ dan sel tubuh. Secara normal elemen ini
diperoleh dengan cara menghirup O2 setiap kali bernafas dari atmosfer untuk
Pada pasien yang mengalami masalah pola napas tidak efektif dapat
aroma), pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift ( jaw-
thrust jika curiga trauma servikal), posisikan semi fowler atau fowler, berikan
minum hangat, lakukan fisioterapi dada jika perlu, lakukan penghisapan lendir
keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep Mcgill, berikan oksigen jika perlu,
anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari jika tidak kontraindikasi, ajarkan teknik
perlu. ( SIKI).
Posisi fowler merupakan posisi tempat tidur dimana posisi kepala dan
tubuh ditinggikan 45o hingga 60o dimana posisi lutut mungkin/mungkin tidak
dalam posisi tertekuk, sedangkan posisi semi fowler merupakan posisi tempat
tidur dimana posisi kepala dan tubuh ditinggikan 15o hingga 45o . Posisi ini
biasanya disebut dengan fowler rendah dan biasanya ditinggikan setinggi 30o
(Kozier dan Erb’s, 2016 dikutip dari Firdaus, Ehwan, & Rachmadi, 2019).
2
Tindakan memberikan posisi semi fowler yaitu menggunakan gaya
dan paru akan berkembang secara maksimal dan volume tidal paru akan
terpenuhi. Dengan terpenuhinya volume tidal paru maka sesak nafas dan
penurunan saturasi oksigen pasien akan berkurang. Posisi semi fowler biasanya
penurunan saturasi oksigen, seperti pasien TB paru, asma, PPOK dan pasien
B. Rumusan Masalah
a. Tujuan umum:
b. Tujuan khusus:
3
diruang perawatan RSUD Bahteramas.
Bahteramas Kendari.
4
3. Masyarakat
4. penulis
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Oksigenasi
hidup dan aktivitas berbagai organ dan sel tubuh. Secara normal elemen ini
diperoleh dengan cara menghirup O2 setiap kali bernafas dari atmosfer untuk
Oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam
kekurangan oksigen ditandai dengan keadaan hipoksia, yang dalam proses lanjut
(Anggraini & Hafifah, 2014 di kutip dari Taketelide, Kumaat & Malara, 2017).
2. Penyebab
a. Faktor Fisiologis
6
sewaktu-waktu apabila terdapat gangguan pada tubuh. Misalnya,
pada penderita anemia atau pada saat yang terpapar racun. Kondisi
c.) Hipovolemik
Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus-
penyakit kronis.
b. Faktor perkembangan
7
hialin yang membatasi ujung saluran pernafasan. Kondisi ini
trimester akhir.
e.) Lansia
8
c. Faktor Perilaku
a.) Nutrisi
pernapasan.
b.) Olahraga
d.) Emosi
9
pernapasan sehingga kebutuhan oksigen meningkat. Selain itu,
pernapasan.
d. Faktor Lingkungan
a.) Suhu
ikatan Hb dan O₂. Dengan kata lain, suhu lingkungan juga bisa
b.) Ketinggian
c.) Polusi
10
lain pada orang yang menghisapnya. Para pekerja di pabrik asbes
3. Klasifikasi
a. Ventilasi
b. Difusi gas
c. Transportasi gas
1. Definisi Asma
11
melibatkan banyak sel dan elemennya.Inflamasi kronis menyebabkan peningkatan
mengi, sesak napas, dada terasa berat, dan batuk-batuk terutama malam dan atau
dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan napas yang luas,
bervariasi, dan sering kali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan
2. Klasifikasi
a. Asma Alergik
remaja.
12
makanan) juga mungkin menjadi factor. Serangan asma idiopatik/
c. Asma Gabungan
3. Etiologi
serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin dan olahraga. Pada suatu
serangan asma , otot polos dari bronki mengalami kejang dan jaringan yang
pelepasan lendir ke dalam saluran udara. Hal ini akan memperkecil diameter dari
penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas. Sel-sel tertentu di
dalam saluran udara (terutama sel mast) diduga bertanggungjawab terhadap awal
1. Faktor predisposisi
a. Genetik
13
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
2. Faktor presipitasi
a. Asma alergik
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan
polusi
14
kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim
b.) Stress
tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada
aktifitas tersebut.
15
4. Patofisiologi
Perubahan jaringan pada asma tanpa komplikasi terbatas pada bronkus dan
terdiri dari spasme otot polos, edema mukosa, dan infiltrasi sel-sel Radang yang
menetap dan hipersekresi mucus yang kental. Keadaan ini pada orang-orang yang
tercermin dengan rendahnya usaha ekspirasi paksa pada detik pertama, dan
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkus yang
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma
tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi
dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan
antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast
yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan
bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody IgE orang
tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel
mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat,
16
dihasilkan menyebabkan kontraksi otot polos bronkiolus. Apabila respon
maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan ruang intestinum paru,
5. pathway
Faktor Pencetus Serangan
17
Edema dinding bronkiolus Kontraksi otot polos Pe↑ produksi mukus
6. Manifestasi klinis
MK: Intoleransi aktivitas MK: Gangguan pola tidur MK: Defisit pengetahuan
Gejala-gejala yang lazim muncul pada asma adalah dispnea, dan mengi.
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala
klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam,
pernafasan bekerja dengan keras. Gejala klasik dari asma adalah sesak nafas,
mengi ( whezing ), dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada.
Gejala-gejala tersebut tidak selalu dijumpai bersamaan. Pada serangan asma yang
lebih berat , gejala-gejala yang timbul makin banyak, antara lain : silent chest,
dangkal . Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari, Selain gejala
1. Takipnea
2. Gelisah
18
3. Diaphorosis
5. Fatigue ( kelelahan)
berbicara.
9. Sianosis sekunder
11. Seragan dapat berlangsung dari 30 menit sampai beberapa jam dan
7. Komplikasi
1. Pneumothoraks
yang dicurigai bila terdapat benturan atau tusukan dada. Keadaan ini
19
melawan spasme bronkhiolus, pembengkakan bronkhiolus, dan mukus
2. Ateleltaksis
3. Status asmatikus
dengan serius.
4. Bronchitis
5. Aspergilosis
Penyakit ini juga dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lainnya,
20
misalnya pada otak dan mata. Istilah Aspergilosis dipakai untuk
8. Pemeriksaan Diagnostik
1. Spirometri
menunjukkan obstruksi.
bronkus dengan allergen, dan hanya dilakukan pada pasien yang alergi
21
3. Pemeriksaan sputum
kristal eosinophil
mucus plug.
4. Uji kulit
5. Elektrokardiografi
22
6. Pemeriksaan Ig E
30 % menderita alergi.
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
9. Penatalaksanaan
a. Medis
a.) Farmakologi
2 golongan:
23
tersedia dalam bentuk tablet, sirup,suntikan dan semprotan.
selanjutnya dihirup.
2. Santin (teofilin)
memperkuat.
3. Kromalin
sama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah
4. Ketolifen
24
b.) Keperawatan
1) Memberikan penyuluhan
3) Pemberian cairan.
4) Fisiotherapy.
6) Edukasi penderita
10. Pencegahan
mungkin dapat saja bantal, kasur, pakaian jenis tertentu, hewan peliharaan ; kuda,
detergen, sabun, makanan tertentu, jamur, dan serbuk sari. Jika serangan berkaitan
dengan musim, maka serbuk sari dapat menjadi dugaan kuat. Upaya harus dibuat
a. Pengkajian
25
paru – paru.
1. Riwayat Penyakit:
a) Keluhan Utama
kesehatan keluarga.
2. Pemeriksaan fisik
pemeriksaan:
a. Dada
26
3. Pemeriksaan Penunjang
▪ Spirometri
▪ Pemeriksaan sputum
▪ Uji kulit
▪ Elektrokardiografi
▪ Pemeriksaan Ig E
▪ Foto dada
b. Diagnosa Keperawatan
24x/menit.
c. Rencana Keperawatan
27
Hambatan maka pola napas usaha napas).
Upaya Napas. membaik, dengan 2.Monitorbunyi nafas
d.d: kriteria hasil: tambahan ( mis.
- mengeluh Gurgling, mengi,
sesak napas. 1.Dipsnea dari wheezing, ronkhi
--sesaknya meningkat (1) kering).
terus-menerus. menjadi cukup Terapeutik
-jika berbaring menurun (4). 1.Posisikan semi fowler
tambah sesak. atau fowler.
-nampak sesak 2. Ortopnea dari 2.Berikan minum hangat.
napas. meningkat (1) 3.Berikan oksigen jika
-sulit bernapas. menjadi cukup perlu.
-duduk semi menurun (4). Kolaborasi
fowler. 1.Kolaborasi pemberian
-terpasang O2 5 bronkodilator,
liter. 3. Frekuensi ekspektoran, mukoltik,
-terdengar suara nafas dari jika perlu.
wheezing. memburuk
-frekuensi napas (1)menjadi
24x/menit. cukup membaik
(4)
28
nyeri
7) Identifikasi
pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
8) Monitor
keberhasilan terapi
komplementer yang
sudah diberikan
9) Monitor efek
samping
pemberian
analgetik
Terapeutik
1) Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
(mis.relaksasi nafas
dalam)
2) Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri)
3) Fasilitas istirahat dan
tidur
4) Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1) Jelaskan
penyebab,periode
dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4) Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
5) Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
29
Kolaborasi pemberian
d. Implementasi
2016).
e. Evaluasi
Asma adalah dapat mengatasi sesak napas, dan hambatan pada pola napas.
1. Definisi
Posisi semi fowler merupakan suatu posisi dimana bagian kepala tempat
tidur dinaikkan 15 – 45°, bagian ujung dan tungkai kaki sedikit diangkat, lutut
diangkat dan ditopang, dengan demikian membuat cairan dalam rongga abdomen
2. Batasan Karakteristik
I. Data mayor
- Dispnea
30
- Penggunaan otot bantu pernapasan
- Ortopnea
-Pernapasan pursed-lip
Faktor yang berhubungan dengan kondisi pola napas tidak efektif adalah
Posisi semi fowler atau posisi setengah duduk adalah posisi di tempat tidur
dengan kepala dan tubuh ditinggikan dan lutut dapat fleksi atau tidak fleksi. Posisi
31
semi fowler dapat bermanfaat membantu memusatkan diafragma dan ekspansi
paru. Caranya dengan mengatur posisi setengah duduk kepala diberi bantal atau
mengatur tempat tidur pasien dengan meninggikan bagian atas kepala. Dengan
dilakukan tindakan pengaturan posisi semi fowler pada pasien dengan penyakit
32
dan mengurangi tekanan dari abdomen pada diafragma (Potter dan Perry, 2005
1. Persiapan alat
a. Bantal seperlunya
b. Hand roll
c. 1-2 trochanter roll
d. Papan kaki
2. Persiapan pasien
a. Menjelaskan langkah-langkah tindakan
3. Pelaksanaan
a. Mencuci tangan
b. Mempersiapkan alat
33
h. Letakkan bantal untuk mendukung lengan dan tangan jika pasien
k. Letakkan bantal kecil di bawah kaki mulai dari bawah lutut sampai
ke tumit
m. Mencuci tangan
SLKI
intervensi utama manajemen jalan napas pada diagnosis pola napas tidak efektif.
a. Diagnosa Keperawatan
diagnosis yang dapat diangkat untuk tindakan posisi semi fowler , yaitu :
b. Luaran
34
1. Definisi
2. Ekspektasi
3. Kriteria Hasil
meningkat (5)
menurun (5)
menurun (5)
menurun (5)
35
c. Intervensi
Intervensi yang dapat diberikan untuk diagnosis pola napas tidak efektif
1) Definisi
2) Tindakan
Observasi :
kering)
Terapeutik :
36
Edukasi :
Kolaborasi
perlu.
37
BAB III
A. Desain Penelitian
subyek pada studi kasus ini adalah individu dengan Asma dan mengalami
D. Definisi operasional
Asma merupakan penyakit inflamasi saluran napas yang sering dialami oleh
sesak napas, mengi, adanya suara wheezing, dada terasa berat, batuk semakin
38
2. Definisi posisi semi fowler
mana pada bagian kepala tempat tidur lebih tinggi. posisi ini dilakukan
3. Pola napas
napas (SLKI).
bedah ( KMB) adalah format pengkajian yang digunakan oleh perawat untuk
39
H. Analisa data dan penyajian data
Penyajian data dalam studi kasus ini berbentuk narasi dan disertai
40
BAB IV
Pada bab ini diuraikan penerapan asuhan keperawatan kepada Ny.I. usia
tenggara yang dilaksanakan sejak tanggal 11maret 2021 sampai 15maret 2021.
a. Pengkajian
a) Biodata
1. Identitas Klien
Nama : Ny.I
Usia : 21 Tahun
Alamat : Baruga
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
41
2. Identitas Penanggung
Nama : Tn.I
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Baruga
b) Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
dilakukan pada tanggal 11Maret 2021 diperoleh dari hasil observasi dan
yang dialami klien yaitusesak napas, sesak dialami sejak 1 hari yang
lalu, klien memiliki riwayat Asma, jika berbaring merasa tambah sesak,
sesaknya terus-menerus.
lantai1.
42
b. Genogram:
21
Keterangan:
=Laki-Laki
=Perempuan
=Laki– Lakimeningggal
=Perempuanmeninggal
=GarisPerkawian
=GarisKeturunan
=TinggalSerumah
=Klien
4. Pemeriksaan fisik
43
24x/menit, Nadi 69x/ menit, Suhu 37°C, Spo2 100
d) Pemeriksaan Penunjang
Oksigen5liter,diberikanterapiNebulizer
44
b. Analisis data
45
- Tanda– TandaVital :
TD :110/70 mmHg
N : 69 x/menit
S:37OC
P : 24x/menit
- Spo2 :100%
c. Diagnosis Keperawatan
Yang ditandai dengan klien mengeluh sesak napas,sesak dialami sejak 1 hari yang
d. Intervensi Keperawatan
46
-terpasang O2 5 dari memburuk fowler atau fowler
liter. (1) menjadi - Berikan minum
-terdengar suara cukup membaik hangat.
wheezing. (4). - Berikan oksigen jika
-frekuensi napas perlu
24x/menit.
• Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
Mukolitik, jika
perlu.
47
e. ImplementasidanEvaluasiKeperawatan
48
2 Pola Napas Tidak Jumat / 10 : 30 1.Monitor pola nafas (mis.11Frekuensi,
2 S :1.klien mengatakan masih sedikit sesak.
Efektif 13/2021 kedalaman, usaha nafas) b 2.klien mengatakan sesaknyabsedikit berkurang
Berhubungan b –
Hasil : frekuensi bernafas : sedikit 3.klien mengatakan jikaduduk, bernafas lebih mudah
Dengan Hambatan 2
sedikit, usaha nafas : masih susah.
Upaya Napas. d.d: 2
2.Monitor bunyi nafas tambahan. O :1.nampak klien sedikit sesak
- mengeluh sesak Hasil : masih terdengar suara j 2.nampak sesaknya berkurang
napas. wheezing j 3.masih terdengar suara wheezing
--sesaknya terus- h
3.Memposisikan flower atau semi 4.nampak klien duduk semi fowler
menerus. flower. h 5.diberikan terapi Nebulizer
-jika berbaring Hasil :klien mengatakan jika aduduk 6.TTV:TD:110/70
tambah sesak. k
lebih mudah bernafas(semi fowler) R :22x/m
-nampak sesak 4.Memberikan minuman hangat a N :69X/m
napas. k
Hasil :keadaan klien lebih membaik. S :37O C
-sulit bernapas. a
5.Memberikan oksigen jika perlu SPO2:100%
-duduk semi fowler. k
Hasil :klien lebih mudah bernafas
-terpasang O2 5 liter. atau lancar bernafas. a A :masalah belum teratasi
-terdengar suara 2
wheezing. P : intervensi 1,2,3,4,5 dilanjutkan
-frekuensi napas
24x/menit.
49
3 Pola Napas Tidak Sabtu 10 : 30 1.Memonitor pola nafas (mis. i. a S :1.klien mengatakan sesaknya mulai berkurang
Efektif /14/3/20 Frekuensi, kedalaman, usaha nafas) h 2.klien mengatakan jika duduk, bernafas lebih mudah
Berhubungan 21 Hasil :frekuensi bernafas mulai h
Dengan Hambatan membaik, usaha nafas :mulai h O :1.nampak sesaknya mukai berkurang
Upaya Napas. d.d: membaik h 2.tidak terdengar suara whezzing
- mengeluh sesak 2.Memonitor bunyi nafas tambahan a 3.nampak klien duduk semi fowler
napas. Hasil :sudah tidak terdengar suara h 4.diberikan terapi Nebulizer
--sesaknya terus- wheezing a 5.TTV:TD:110/70
menerus. 3.Memposisikan fowler atau semi h R :20x/m
-jika berbaring fowler. a N :69X/m
tambah sesak. Hasil :klien lebih mudah bernafas h S :37O C
-nampak sesak 4.Memberikan minum hangat h SPO2:100%
napas. Hasil :keadaan klien lebih membaik s A :masalah belum teratasi
-sulit bernapas. 5.Memberikan oksigen jika perlu
-duduk semi fowler. Hasill :tidak terpasang lagi oksigen P : intervensi 1,2,3,4,5
-terpasang O2 5 liter. dilanjutkan
-terdengar suara
wheezing.
-frekuensi napas
24x/menit.
4 Pola Napas Tidak Minggu 11:0 1.Memonitor pola nafas (mis. S :1.klien mengatakan sudah tidak sesak.
Efektif /15/3/20 0 Frekuensi, kedalaman, usaha nafas.
Berhubungan 21 Hasil :frekuensi dan usaha nafas
Dengan Hambatan membaik O :1.terlihat klien tidak sesak lagi
Upaya Napas. d.d: 2.Memonitor bunyi nafas tambahan
- mengeluh sesak Hasil :tidak terdengar lagi suara 2. TTV:TD:120/80
napas. wheezing. R :16x/m
50
--sesaknya terus- 3.Memposisikan semi fowler atau N :66x/m
menerus. fowler S :35O C
-jika berbaring Hasil :klien sudah tidak sesak SPO2:100%
tambah sesak. 4.Memberikan minuman hangat A :masalah teratasi
-nampak sesak Hasil : keadaan klien membaik
napas. 5.Memberikan oksigen jika perlu P :intervensi dihentikan (Pasien pulang).
-sulit bernapas. Hasil : tidak terpasang lagi oksigen.
-duduk semi fowler.
-terpasang O2 5 liter.
-terdengar suara
wheezing.
-frekuensi napas
24x/menit.
51
B. Pembahasan
Asma khususnya pada kebutuhan oksigenasi yaitu dimana klien merasa sesak
napas. Sedangkan tujuan kasus diperoleh dari studi kasus yang dilakukan pada
a. Pengkajian
klien juga memiliki riwayat asma.Sesak dirasakan sejak 1 hari yang lalu, sesak
terus menerus,jika berbaring merasa tambah sesak. nampak klien sesak napas,
sulit bernapas dengan ekspresi wajah meringis, klien pernah menderita penyakit
serupa sebelumnya.
52
b. Diagnosiskeperawatan
Hambatan Upaya Napas dibuktikan dengan adanya keluhan sesak napas dan
c. Intervensikeperawatan
diharapkan (PPNI, 2018 dikutip dari Yusuf, Saini & Awaludin, 2019).
Jalan Napas, Monitor pola napas, Monitor bunyi napas tambahan, Posisikan seami
d. Implementasi
53
a) Hari ke 1
b) Hari ke 2
susah.
fowler)
54
Hasil :klien lebih mudah bernafas atau lancar bernafas.
c) Hari ke 3
membaik
d) Hari ke 4
55
5. Memberikan oksigen jika perlu
e. Evaluasi
2021 sampai 15Maret 2021, pada hari pertama implementasi, setelah memonitor
pola napas dilakukan klien masih mengeluh sesak, sesakyang dirasakan belum
mengalami penurunan dan nampak masih sesak. pada hari kedua klien masih
sedikit sesak,hari ketiga sesak mulai berkurang. Sesak berkurang dibantu oleh
farmakologis.
evaluasi sesak berkurang setiap hari hingga hari ke 4 pasien tidak sesak lagi.
56
BAB V
A. Kesimpulan
berikut :
mengatakan sesak dialami sejak 1 hari yang lalu, dan klien mengatakan
2. Diagnosis yang diambil oleh peneliti yaitu Pola Napas Tidak Efektif
57
4. Implementasikeperawatan , dilakukan sesuai intervensi keperawatan
keperawatan.
hari maka didapatkan hasil pasien tidak sesak lagi, dan masalah teratasi(
pasien pulang).
B. Saran
Bahteramas Kendari.
2. Bagi institusi
3. Bagi klien
Rumah Sakit atau Puskesmas terdekat, serta hindari hal-hal yang dapat
58
4. Bagi peneliti
wawasan untuk bisa lebih baik lagi dalam menyelesaikan studi kasus
kedepannya.
59
DAFTAR PUSTAKA
A. Pengertian :
Cara berbaring pasien dengan posisi setengah duduk
B. Tujuan :
1) Mengurangi sesak napas
2) Memberikan rasa nyaman
3) Membantu memperlancar keluarnya cairan
4) Membantu mempermudah tindakan pemeriksaan
C. Di lakukan pada :
1) Pasien sesak napas
2) Pasien pasca bedah, bila keadaan umum pasien baik, atau bila pasien suah
benar - benar sadar
D. Persiapan :
1. Persiapan alat
- Sandaran punggung atau kursi
- Bantal atau balok penahan kaki tempat tidur bila perlu
- Tempat tidur khusus (functional bed) jika perlu
2. Persiapan pasien, perawat, dan lingkungan
a. Perkenalkan diri anda pada klien, termasuk nama dan jabatan atau peran dan
jelaskan apa yang akan dilakukan.
b. Pastikan identitas klien
c. Jelaskan prosedur dan alasan dilakukan tindakan tersebut yang dapat
dipahami oleh klien
d. Siapkan peralatan
e. Cuci tangan
f. Yakinkan klien nyaman dan memiliki ruangan yang cukup dan pencahayaan
yang cukup untuk melaksanakan tugas
g. Berikan privasi klien
E. Prosedur :
1) Pasien di dudukkan, sandaran punggung atau kursi di letakkan di bawah
atau di atas kasur di bagian kepala, di atur sampai setengah duduk dan di rapikan.
Bantal di susun menurut kebutuhan. Pasien di baringkan kembali dan pada ujung
kakinya di pasang penahan.
2) Pada tempat tidur khusus (functional bed) pasien dan tempat tidurnya
langsung di atur setengah duduk, di bawah lutut di tinggikan sesuai kebutuhan.
Kedua lengan di topang dengan bantal.
3) Pasien di rapikan.