Anda di halaman 1dari 76

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PENCEGAHAN

PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI PUSKESMAS


TIMIKA KECAMATAN MIMIKA BARU KABUPATEN
MIMIKA PROVINSI PAPUA

SKRIPSI

OLEH :
YUVINIA BUNAI
NIM 1614201368

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA


FAKULTAS KEPERAWATAN
MANADO
2018
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PENCEGAHAN
PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI PUSKESMAS
TIMIKA KECAMATAN MIMIKA BARU KABUPATEN
MIMIKA PROVINSI PAPUA

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh


Gelar Sarjana Keperawatan
Pada
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Pembangunan Indonesia (UNPI)

OLEH :
YUVINIA BUNAI
NIM 1614201368

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA


FAKULTAS KEPERAWATAN
MANADO
2018

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan pencegahan Demam


Berdarah Dengue di Puskesmas Timika Kecamatan Mimika Baru
Kabupaten Mimika Provinsi Papua
Nama : Yuvinia Bunai
Nim : 1614201368
Program Studi : Ilmu Keperawatan

Telah Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Ns Julia Rottie, SKep. MKes DR. Stefanus Timah, SKM, M.Kes

Mengetahui,

Dekan,

Ns. Verra Karame, S.Kep,M.Ke

NIDN :0906127701

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pencegahan Penyakit


Demam Berdarah Dengue di Puskesmas Timika Kecamatan Mimika Baru
Kabupaten Mimika Provinsi papua.
Nama : Yuvinia Bunai
Nim : 1614201368
Program Studi : Ilmu Keperawatan

Telah Disetujui Oleh :

Penguji I Ns. Frida Mendur, S.Kep.,M.Kes (………..………)

Penguji II Ns. Engryne Nindi, S.Kep.,M.Kes. (.........................)

Pembimbing I Ns. Julia Rottie, S.Kep. M.Kes (…………….…..)

Pembimbing II DR. Stefanus Timah, SKM, M.Kes, (……..……….....)

Mengetahui,

Dekan,

Ns. Verra Karame, S. Kep, M.Kes


NIDN. 0906127701

iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :
 Hati Manusia Memikir-Memikirkan JalanNya, Tetapi Tuhan Yang
Menentukan Arah Langka Nya, Amsal. 16 : 9
 Ikutilah Aku Kemana Saya Aku Pergi
 Pergilah Kamu Karena Kamu Utus
 Benih Yang Akan Tumbuh, Tetap Akan Menuai
 Satu Kali Memilih Milih Yang Benar Karena Kamu Utus.

PERSEMBAHAN
Dengan senang hati yang penuh ungkapan kasih kupesekan karyaini kepada
1. Kedua orangtua ku ayah armahum, yohanes bunai dan lusiah nakapa yang
selaluh memberikan masukan dan arahan dalam penyelesain pendidikan.
2. Saya megucapkan banyak terima kasih kepada kedua orang tua yang
membiyaiyai saya, marius bunai dan fransiskus bunai.
3. Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada saudara, yanuarius
yumai, dengan menerima baik, karena saya menyelesaikan study
pendidikan
4. Saya mengucapkan terima kasih kepada, bung, daniel zonggonau selaluh
motivasih dan dorongan saya.
5. Saya mugucapkan banyak terima kasih kepada adik, selpius bunai yang
telah mengorbangkan tenaga admin.
6. Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada adikku yang kesayangan,
alowisius kedepa, selalu membantu dan mengorbangkan tenaga.
7. Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada, katua, asrama intan jaya
bersama badan pengurus (fkmi) dan sejayaran-Nya.
8. Sahabat yang selaluh kusayangi, Daniel Nakapa.

iv
9. Adik yang tersayang, Henderika Sani, Selaluh bersama memberikan
motivasi-Nya.
10. Senioritas maupun yunioritas “komakapa” yang selaluh mendorang dan
mebantu, memberikan motivasi dalam perkuliahan ini.
11. Almamaterku akademik fakultas keperawatan universitas pembagunan
indonesia (unpi) manado.

Penulis

Yuvinia Bunai

v
CURICCULLUM VITAE

Nama :Yuvinia Bunai

NIM :1614201368

Tempat/Tgl Lahir :Yabomaida, 25 Juli 1989

Alamat :Kelurahan Batu Kota Lingkungan I Kota

Manado

Riwayat Pendidikan :

Tahun 2003 Lulus SD YPPK Dauwagu

Tahun 2007 Lulus SMP Negeri 1 Komopa

Tahun 2010 Lulus SMA Negeri I Satria Jayapura

Tahun 2013 Lulus AKPER YAMAS Yayasan Masyarakat Sejahtera Papua

Tahun 2016 Masuk di Fakultas Keperawatan Universitas Pembangunan Indonesia

manado

vi
YuviniaBunai, 2018.Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan pencegahan
Demam Berdarah Dengue di Puskesmas Timika Kecamatan Mimika Baru
Kabupaten Mimika Provinsi Papua (Di bombing oleh Julia Rottie dan
Stefanus Timah).

ABSTRAK

Penyakit menular yang disebabkan oleh virus dari golongan Arbovirosis


group A dan B yang bermasalah di Indonesia dikenal dengan Demam
Berdarah Dengue (DBD) yang merupakan penyakit endemis dan
menimbulkan masalah kesehatan, bukan hanya di Indonesia tapi juga di
Negara tropis dan subtropis di dunia, adapun tujuan dari penelitian ini yaitu
Diketahui hubungan pengetahuan ibu dengan pencegahan DBD di Puskesmas
Timika Kecamatan Mimika Baru Kabupaten Mimika Provinsi Papua.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan
Cross Sectional study, waktu dan tempat penelitian telah di laksanakan pada
bulan juli tahun 2018 bertempat di Puskesmas Timika Kecamatan Mimika
Baru.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang
menderita penyakit demam berdarah berjumlah 30 responden.
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis univariat dan
analisis bivariate untuk analisis bivariate dalam menanalisa hubungan antara
variable maka di uji dengan Chi Square dengan derajat kepercayaan 95% bila
menunjukkan hubungan bermakna, bila menunjukkan
pengaruh tidak bermakna.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan bermakna antara
pengetahuan dengan pencegahan penyakit demam berdarah, terdapat
hubungan bermakna antara sikap dengan kejadian penyakit demam
berdarah.
Kesimpulan Dari hasil penelitian diketahui sebagian besar responden
memiliki pengetahuan yang kurang tentang penyakit demam berdarah dan
tindakan pencegahan penyakit demam berdarah sebagaian besar
masayarakat kurang melakukan upaya pencegahan

Kata Kunci : Pengetahuan dengan Pencegahan Demam berdarah

vii
Yuvinia Bunai, 2018. Relationship between maternal knowledge and
prevention of fever Dengue Blood in Timika Health Center Mimika Baru
District Mimika Regency Papua Province (Guided by Julia Rottie and
Stefanus Timah).

ABSTRACT

Infectious diseases caused by viruses from the Arbovirosis group A and B are
problematic in Indonesia known as Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) which
is an endemic disease and causes health problems, not only in Indonesia but
also in tropical and subtropical countries in the world, as for the purpose of
This research is known the relationship of maternal knowledge with the
prevention of dengue at the Timika Health Center, MimikaBaru District,
Mimika Regency, Papua Province.
This type of research is a descriptive analytic study with a Cross Sectional
Study approach, the time and place of research was carried out in July 2018
at the Timika Health Center in New MimikaSubdistrict.
The population in this study were all people who suffered from dengue fever
totaling 30 respondents.
Analysis of the data used in this study is univariate analysis and bivariate
analysis for bivariate analysis in analyzing the relationship between variables
then tested with Chi Square with a 95% confidence level if it shows a
meaningful relationship, if it shows no significant effect.
From the results of the study, it was found that there was a significant
relationship between knowledge and the prevention of dengue fever, there
was a significant relationship between attitudes and the incidence of dengue
fever.
Conclusion From the results of the study it is known that most respondents
have less knowledge about dengue fever and preventive measures for dengue
fever in large part of the community do not take preventive measures

Keywords: Community behavior with dengue fever

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih dan

Penyayang atas berkat dan rahmat yang diberikanNya, juga kemampuan yang Dia

berikan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan

Pengetahuan Ibu Dengan pencegahan Demam Berdarah Dengue di Puskesmas

Timika Kecamatan Mimika Baru Kabupaten Mimika Provinsi Papua ”, sebagai

salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Program

Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Pembangunan

Indonesia Manado. Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menemukan

hambatan dan kesulitan, namun hal ini dapat dilalui berkat bimbingan, pengarahan

serta bantuan dari berbagai pihak, untuk itu perkenankan penulis menyampaikan

terimakasih kepada :

1. Drs. Frans H. Rende selaku Pembina Yayasan Generasi Pembangunan

Indonesia yang telah memberikan motivasi dan kesempatan kepada penulis

untuk menempuh pendidikan di Universitas Pembangunan Indonesia Manado.

2. Dra. Debby Christin Rende, M.Si selaku Rektor Universitas Pembangunan

Indonesia yang sudah memberi kesempatan kepada penulis untuk menempuh

pendidikan pada Fakultas Keperawatan Universitas Pembangunan Indonesia

Manado.

ix
3. Ns. Verra Karame, S.Kep., M.Kes,selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Pembangunan Indonesia Manado, yang telah membantu penulis

dalam administrasi ujian skripsi.

4. Ns. Thirsa Mongi, S.Kep.,,M.Kes, selaku pembimbing I yang telah

membantu, mengarahkan, membimbing penulis dalam menyelesaikan

penulisan skripsi ini.

5. Dr. Stefanus Timah, S.Sos.,SKM., M.Kes, selaku pembimbing II yang juga

telah membantu, membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Kepala Puskesmas dan Staf Puskesmas Timika kecamatan baru Kabupaten

Mimika yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data awal.

7. Penulis sampaikan terimakasih juga kepada semua pihak yang tidak dapat

disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penelitian dan

penyusunan penulisan ini, karena itu sangat diharapkan saran dan kritikan untuk

penyempurnaannya.Terima kasih.

Manado,15 Juli 2018,

Yuvinia bunai

x
DAFTAR ISI

LEMBARAN JUDUL ....................................................................................... i

LEMBARAN PERSETUJUAN......................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iv

CURICULLUM VITTA .................................................................................... v


ABSTRACT ....................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x

DAFTAR TABE ................................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian........................................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Pengetahuan .......................................................................... 6

B. Konsep Dasar Demam Berdarah Dengue ...................................................... 9

C. Pencegahan dan Pengendalian Vektor .......................................................... 15

D. Manajemen Kesehatan Lingkungan .............................................................. 17

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFINISI


OPERASIONAL DAN KERANGKA KERJA
A. KerangkaKonsep ........................................................................................... 24

B. Hipotesis ........................................................................................................ 24

C. Definisi Operasional ..................................................................................... 25

xi
BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .............................................................................................. 26

B. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................... 26

C. Instrumen Penelitian ..................................................................................... 27

D. Populasi Dan Sampel .................................................................................... 27

E. Analisa Data .................................................................................................. 27

F. Etika Penelitian .............................................................................................. 28

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ............................................................................................. 30

B. Pembahasan ................................................................................................... 39

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................................... 47

B. Saran .............................................................................................................. 48

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 49

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

3.1. Kerangka Konsep …………………..…………………………… 25

xiii
DAFTAR TABEl

Nomor Halaman

3.1 Tabel Definisi Operasional ............................................................................... 26

5.1 Tabel keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan ...................................... 30

5.2 Tabel Data tenaga kesehatan Puskesmas Teling Atas ....................................... 32

5.3 Tabel Responden berdasarkan umur .................................................................. 34

5.5 Tabel Distribusi responden berdasarkan pendidikan ......................................... 35

5.6 Tabel Distribusi responden berdasarkan ekerjaan ............................................ 36

5.7 Tabel Distribusi responden berdasarkan pengetahuan ....................................... 37

5.8 Tabel Distribusi responden berdasarkan pencegahan DBD ............................... 37

5.9 Tabel hubungan pengetahuan dengan pencegahan DBD ................................... 38

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

1 Informed Concent…........................................................... Lampiran 1

2 Kuesioner dan Lembar Observasi……………………….... Lampiran 2

3 Daftar Tabulasi Data …………………………………....... Lampiran 3

4 Master Tabel ........................................................................ Lampiran 4

5 Uji Statistika Deskripsi Responden……………………….. Lampiran 5

6 Uji Statistika Analisis Univariat Setiap Variabel Penelitian. Lampiran 6

7 Uji Statistika Analisis Bivariat Penelitian………………... Lampiran 7

8 Surat Keterangan Permohonan Pengambilan Data.............. Lampiran 8

9 Surat Keterangan Ijin Penelitian……………........................ Lampiran 9

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Data World Health Organisation (WHO) tahun 2016 Salah satu penyakit

menular yang disebabkan oleh virus dari golongan Arbovirosis group A dan B

yang bermasalah di Indonesia merupakan Demam Berdarah Dengue (DBD)

yang merupakan penyakit endemis dan menimbulkan masalah kesehatan,

bukan hanya di Indonesia tapi juga dinegara tropis dan subtropis di dunia.

Demam berdarah dengue merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh

virus dengue yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes

aegypty. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan

kematian, terutama anak serta sering menimbulkan Wabah (Suriadi, 2016).

Penyakit demam berdarah dengue masih menjadi masalah kesehatan

masyarakat Indonesia, penyakit dengue hemorrhagic fever tercatat pertama kali

di Asia pada tahun di 1954, sedangkan di Indonesia penyakit demam berdarah

dengue pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya mencatat 58

kasus DHF dengan 24 kematian dan sekarang menyebar keseluruh propinsi di

Indonesia (Soegijanto, 2014). Faktor kepadatan penduduk memicu tingginya

kasus dengue hemorrhagic fever, karena tempat hidup nyamuk hampir

seluruhnya adalah buatan manusia mulai dari kaleng bekas, ban bekas hingga

bak mandi.

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dengan insiden DBD

yang sangat tinggi. Prevalensi nasional DBD berdasarkan data Riset Kesehatan

1
Dasar 2013 adalah 0,62 %. Beberapa provinsi yang memiliki prevalensi di atas

rata-rata nasional adalah Nanggroe Aceh Darussalam, Riau, Bengkulu, DKI

Jakarta, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah,

Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Papua

Barat, dan Papua. Beberapa provinsi yang terus mengalami peningkatan

insidens DBD dari tahun 2016 adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan

Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa

Tenggara Timur( Kemenkes RI, 2016).

Data kementerian kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia mencatat

jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) pada tahun 2016 mencapai

sekitar 150 ribu. Pada tahun 2017 ada sekitar 1.420 korban meninggal akibat

demam berdarah dengue dan sekitar 1.317 korban meninggal pada bulan

Januari sampai dengan Maret tahun 2018 ( Kemenkes RI, 2017).

Jurnal penelitian Heri Djainal tahun 2015 di Puskesmas Bacan Kabupaten

Halmahera Utara tentang hubungan pengetahuan masyarakat dengan

pencegahan penyakit DBD, menggunakan analisis Chi-Square dengan nilai p =

0,0013 terdapat hubungan yang sangat signifikan (Djainal, 2016).

Di Provinsi Papua, penyakit Demam Berdarah Dengue pertama kali

ditemukan pada tahun 1973 kemudian berturut turut menyebar ke berbagai

daerah di Papua. Angka insiden Demam Berdarah di Papua masih sangat tinggi

dalam beberapa tahun terakhir ini perkembangan sangat fluktuatif. Case

Fatality Rate penyakit DBD tercatat sebagai berikut yaitu pada tahun 2006

2
CFR = 1,3%, tahun 2004 CFR = 4,9% dan tahun 2005 CFR = 1,3% (Slamet,

2011).

Berdasarkan data Dinkes Papua, Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD yang

terjadi pada tahun 2016, total pasien capai 1100 penderita tersebar di beberapa

wilayah terutama terbanyak di Nabire dan Mimika ( Data DinKes Papua,

2016). Data yang diperoleh sampai dengan bulan Desember 2017 tercatat

sebanyak 554 kasus penyakit Demam berdarah yang terinfeksi di Kabupaten

Mimika (Dinkes Kabupaten Mimika, 2017).

Pengetahuan ibu di wilayah Puskesmas sesuai dengan observasi awal yang

peneliti lakukan pada bulan April tahun 2018 ternyata dari 25 ibu yang diminta

informasi tentang penyebab demam berdarah, tanda dan gejala demam

berdarah, secara pencegahan demam berdarah dan pengobatan demam berdarah

semua ibu tidak paham dan mengerti.

Wilayah kerja Puskesmas Timika data DBD pada tahun 2016 ada 2

penderita meninggal dunia karena DBD dan pada tahun 2018 dan khusus untuk

penyakit DBD mengalami peningkatan menjadi 32 penderita, dengan 1 orang

penderita meninggal dunia pada bulan Januari sampai dengan Maret 2018. Hal

ini terjadi karena kurangnya pengetahuan ibu tentang penyebab tanda dan

gejala, serta cara pencegahan penyakit demam berdarah.

Dari uraian tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Hubungan pengetahuan ibu dengan pencegahan DBD di

Puskesmas Timika Kecamatan Mimika Baru Kabupaten Mimika Provinsi

Papua”.

3
B.Rumusan Masalah

“Apakah ada hubungan pengetahuan ibu dengan pencegahan DBD di

Puskesmas Timika Kecamatan Mimika Baru Kabupaten Mimika Provinsi

Papua ?”

C.Tujuan Penelitian

1.Tujuan Umum

Diketahui hubungan pengetahuan ibu dengan pencegahan DBD di Puskesmas

Timika Kecamatan Mimika Baru Kabupaten Mimika Provinsi Papua.

2.Tujuan Khusus

a. Diketahui pengetahuan ibu tentang pencegahan DBD di Puskesmas

Timika Kecamatan Mimika Baru Kabupaten Mimika Provinsi Papua

b. Diketahui Kejadian penyakit DBD di Puskesmas Timika Kecamatan

Mimika Baru Kabupaten Mimika Provinsi Papua

c. Teranalisis hubungan pengetahuan ibu dengan pencegahan DBD di

Puskesmas Timika Kecamatan Mimika Baru Kabupaten Mimika Provinsi

Papua

D.Manfaat Penelitian

1.Bagi Dinas Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi

Pemerintah lewat Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika dalam rangka

penentuan arah kebijakan program pemberantasan DBD di Puskesmas

Timika.

2. Manfaat bagi Masyarakat

4
Hasil penelitian ini sebagai bahan informasi bagi masyarakat tentang

upaya pengendalian dan pencegahan penyakit.

3 Manfaat bagi Peneliti Lanjutan

Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang

keberadaan penyakit DBD di Puskesmas Timika.baru

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Pengetahuan.

Pengetahuan merupakan tahap awal bagi seseorang untuk berbuat

sesuatu. Oleh sebab itu bila dilihat ,manusia sebagai individu, maka yang

diperlukan agar ia dapat berbuat sesuatu adalah :

1. Pengetahuan tentang apa yang dilakukan

2. Keyakinan atau kepercayaan tentang tentang manfaat dan kebenaran

apa yang dilakukan.

3. Sarana yang di perlukan untuk melakukanya,

4. Dorongan atau motifasi untuk membuat sesuatu yang di landasi oleh

kebutuhan yang dirasakan.

Dalam kamus bahasa Indonesia (Poerdarminto, 2010) pengetahuan dalam

kata Tahu yang artinya suatu proses pada panca indera terutama mata

terhadap suatu objek secara actual ada, serta berlangsung dalam keadaan

sadar selanjutnya dari sekedar tahu berkembang menjadi suatu

pengetahuan melalui membaca, mendengar dan mangalami.

Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai

tingkatan sebagai berikut:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

6
di pelajari oleh rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “ TAHU

“ ini adalah merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata

kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

antara lain : menyebutkan, menguraikan , mendefinisikan, menyatakan

dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang subjek yang diketahui dan didapat mengintepresentasikan

meteri tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek

atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi riil. Aplikasi disini dapat diartikan

aplikasi atau penggunaan hukum- hukum, rumus, metode, prinsip dalam

konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalaman komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu

struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitanya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata – kata kerja :

dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokan.

e. Sintesis (synthetis)

7
Sintetis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian – bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintetis ini kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi – formulasi yang ada, misalanya : dapat menyusun,

dapat merencanakan, dapat meringkas,dapat menyesuaikan tahapan suatu

teori atau rumusan –rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemamapuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian – penilaian ini

berdasarkan suatu Kriteria-kriteria yang telah ada, misalanya : dapat

membandingkan, dapat menanggapi dan sebagainya.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isis materi yang hendak di ukur dari suatu

objek penilaian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang hendak

kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkat – tingkat

tersebut diatas (Notoatmodjo, 2010).

B. Konsep Dasar Demam Berdarah Dengue

1. Pengertian

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang

ditularkan dari orang sakit dan orang sehat pada umumnya melalui

gigitan nyamuk penular

(vektor), yaitu nyamuk aedes. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi

virus dengue. Pemberantasan yang paling sederhana dan dapat

8
dilaksanakan atau disosialisasikan pada masyarakat adalah

pemberantasan vektor. Untuk menunjang keberhasilan pemberantasan

nyamuk vektor ini diperlukan survey entomologi DBD yang mengamati

perilaku dari berbagai lingkungan , vektor, cara – cara pemberantasan

vektor dan cara – cara menilai hasil pemberantasan vektor. Pada survei

entomologi DBD ada 5 kegiatan pokok yaitu pengumpulan data terkait,

survai telur, survai jentik atau larva, survai nyamuk dan survai lain –

lain ( Pitoyo , 2012 ).

2. Etiologi

Virus dengue tergolong dalam famili/suku/grup flaviviridae dan

dikenal ada 4 serotipe. Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika

berlangsungnya perang dunia ke-II, sedangkan dengue 3 dan 4

ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953 – 1954.

Virus dengue berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap

inaktivasi oleh dietileter dan natrium dioksikolat, pada suhu 700 ºC.

Dengue merupakan serotipe yang paling banyak beredar.

3. Perjalanan Penyakit Demam Berdarah Dengue

Demam berdarah dengue mempunyai perjalanan penyakit yang sulit di

ramalkan. Pada umumnya semua pasien mengalami fase demam selama

2-7 hari, kemudian diikuti oleh fase kritis selama 2-3 hari. Fase kritis

ini suhu turun, dan resiko terjadinya SSD (syndrome syok dengue)

meningkat yang kadang-kadang dapat bersifat fatal apabila tidak

mendapat pengobatan yang adekuat. Apabila timbul pendarahan atau

9
syok ,maka harus dilakukan pengobatan yang cepat dan tepat

( Nursalam, 2012).

Patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit ialah :

meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunya

volume plasma darah, terjadinya hipotensi, trombositopeni dan diatetis

hemoragik. Penyelidikan autopsi penderita demam berdarah dengue

(DBD) yang meninggal dunia membuktikan adanya kerusakan umum

sistem vaskuler dengan akibat peninggian permeabilitas dinding

pembuluh darah terhadap protein plasma dan efusipada ruang serosa di

daerah peritonel, pleural, dan pericardial. Pada kasus berat pengurangan

volume volume dapat mencapai 30 % atau lebih. Menghilangnya

plasma melalui endothelium di tandai oleh peningkatan nilai

hematokrit, mengakibatkan keadaan hipovolemik dan menimbulkan

renjatan. Renjatan yang di tanggulangi secara tidak adekuat dapat

menimbulkan anoreksia jaringan, asidosis metabolic dan kematian.

Penyelidikan kadar asam basa pada penderita sindrom syok dengue

(SSD) membuktikan adanya asidosis metabolik sedang . di samping

hemokonsentrasi secara klinik, kebocoran plasma dapatdi buktikan

dengan pemeriksaan rontgen (foto thoraks). Efusi pleura paru kanan

terdapat pada 66% penderita SSD dan 19 % penderita DBD tanpa

renjatan. Gangguan dinding pembuluh darah bersifat sementara oleh

karena itu dengan pemberian cairan yang cukup, renjatan dapat diatasi

dengan cepat dan efusi pleura setelah beberapa hari akan menghilang.

10
Sebab lain kematian DBD (demam berdarah dengue) adalah perdarahan

hebat pada saluran pencernaan yang biasanya timbul setelah renjatan

berlangsung lama dan tidak dapat diatasi.

Patogenesis perdarahan pada penyakit DBD telah diselidiki secara

intensif yaitu disebabkan trombositopeni hebat dan gangguan fungsi

trombosit disamping defisiensi ringan atau sedang dan faktor kapiler.

Penyelidikan mendalam di lakukan dengan penyelidikan secara seri

jumlah trombosit, fibrinogen degradation product, morfologi eritrosit

dan penyelidikan pasca kematian ( DepKes RI, 2016).

4. Klasifikasi DBD

WHO, 2016 mengklasifikasikan DBD menurut derajat penyakitnya

menjadi 4 golongan, yaitu :

a. Derajat I

Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi

perdarahan ialah uji tourniquet.

b. Derajat II

Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan dikulit dan atau

perdarahan lain.

c. Derajat III

Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan

nadi menurun,atau hipotensi,sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan

lembab,dan anak tampak gelisah.

d. Derajat IV

11
Syok berat,nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.

5. Faktor – faktor yang terkait dalam penularan demam berdarah pada

manusia

a. Kepadatan penduduk, lebih padat lebih mudah untuk terjadi

penularan demam berdarah dengue , oleh karena jarak terbang nyamuk

diperkirakan sampai 300 - 500 meter.

b. Mobilitas penduduk, memudahkan penularan dari suatu tempat ke

tempat lain.

c. Kualitas perumahan, jarak antar rumah, pencahayan, bentuk rumah,

bahan bangunan akan mempengaruhi penularan. Bila disuatu rumah

ada nyamuk penularnya maka akan menularkan penyakit pada orang

lain yang tinggal dirumah tersebut atau rumah disekitarnya yang berada

dalam jarak terbang nyamuk dan orang- orang yang berkunjung

dirumah itu.

d. Pendidikan , akan mempengaruhi kunjungan untuk berobat ke

puskesmas atau rumah sakit.

e. Mata pencaharian , akan mempengaruhi penghasilan.

f. Sikap hidup, kalau rajin dan senang akan kebersihan dan cepat

tanggap dalam masalah akan mengurangi resiko ketularan penyakit.

g. Perkumpulan yang ada, bisa digunakan untuk sarana PKM

h. Golongan umur, akan mempengaruhi peluang terjadinya penularan

penyakit.lebih banyak golongan umur kurang dari 15 tahun berarti

peluang untuk sakit demam berdarah dengue lebih besar.

12
i. Suku bangsa, setiap suku bangsa mempunyai kebiasaan masing–

masing sehingga hal ini juga mempengaruhi penularan demam

berdarah dengue.

j. Kerentanan terhadap penyakit pada tiap individu , kekuatan dalam

tubuhnya tidak sama dalam menghadapi suatu penyakit, ada yang

mudah kena penyakit dan ada yang tahan terhadap penyakit. Ada pula

beberapa hal yang mempengaruhi penularan penyakit demam berdarah

dimana keterkaitan lingkungan fisik diantaranya :

1. Macam tempat penampungan air (TPA) sebagai tempat perindukan

nyamuk aedes aegepti. Macam tempat penampungan air dibedakan lagi

berdasarkan bahan TPA (logam, plastic, porselin, fiberglass, semen,

tembikar), warna TPA (putih, hijau, coklat). Letak TPA (didalam rumah

atau diluar rumah), penutup TPA (ada atau tidak ada ), pencahayan TPA

(terang atau gelap).

2. Ketinggian tempat , didaerah pantai kelembaban udara mempengaruhi

umur nyamuk sedangkan didataran tinggi suhu udara mempengaruhi

pertumbuhan virus ditubuh nyamuk.

3. Curah hujan, menambah genangan air sebagai tempat perindukan,

menambah kelembaban udara terutama untuk daerah pantai.

Kelembaban udara menambah jarak jarak terbang nyamuk dan umur

nyamuk didaerah pantai.

4. Kecepatan angin, mempengaruhi juga suhu udara dan palaksanaan

pemberantasan vektor dengan cara fogging.

13
5. Pestisida yang digunakan, mempengaruhi kerentanan nyamuk

6. Kelembaban udara, mempengaruhi umur nyamuk.

Dari suatu populasi nyamuk yang ada , pada musim penularan mungkin

hanya beberapa persen saja dari populasi nyamuk tersebut yang menjadi

vektor, mungkin kurang dari 5%. Nyamuk akan menjadi vektor apabila:

1. Ada virus dengue pada orang yang dihisap darahnya, yaitu orang yang

terserang penyakit demam berdarah dengue 1-2 hari sebelum demam

atau pada 4-7 hari selama demam.

2. Nyamuk hanya bisa menularkan apabila umurnya lebih dari 10 hari

oleh karena masa inkubasi extrinsik virus di dalam tubuh nyamuk 8-10

hari.

Kebiasaan menggigit dari Aedes aegepty pada pagi hingga sore hari

yaitu pada pukul 08.00- pukul 12.00 dan pukul 15.00 – pukul 17.00.

kebiasaan hinggap istirahat, lebih banyak didalam rumah yaitu pada

benda – benda yang bergantungan , berwarna gelap dan tempat –

tempat lain yang terlindung, juga didalam sepatu. Jarak terbang

nyamuk diperkirakan 300-500 meter ( Pitoyo, 2012).

C. Pencegahan Dan Pengendalian Vektor

Mengingat obat dan vaksin pencegah penyakit demam berdarah dengue

hingga dewasa ini belum tersedia, maka upaya pemberantasan penyakit

DBD dititik beratkan pada pemberantasan nyamuk penularnya

disamping kewaspadaan dini terhadap kasus demam berdarah untuk

membatasi angka kematian. Dalam upaya pencegahan dan

14
penanggulangan penyakit demam berdarah dengue ini, kegiatan

pengasapan adalah kegiatan yang hanya membunuh sebagian nyamuk

Aedes aegypti vektor penular virus penyebab penyakit demam berdarah

dengue.

Selama jentik yang ada ditempat-tempat perindukan tidak

diberantas setiap hari, akan muncul nyamuk-nyamuk baru yang menetas

dan penularan penyakit akan terulang kembali. Untuk meningkatkan

upaya pemberantasan penyakit demam berdarah di Indonesia mulai

tahun 1998 diselenggarakan pergerakan masyarakat dalam “ Bulan

Gerakan 3M “ yang dilakukan secara serentak ditanah air.

Pokok – pokok gerakan 3M meliputi :

1. Penyuluhan intensif melalui berbagai media seperti TV, radio, surat

kabar dan lain-lain. Penyuluhan kelompok maupun penyuluhan tatap

muka oleh kader-kader di desa termasuk kader dasawisma, tokoh-

tokoh masyarakat dan agama.

2. Kerja bakti secara serentak untuk membersihkan lingkungan

termasuk penampungan-penampungan air untuk keperluan sehari – hari

,setiap minggu, baik dirumah, disekolah maupun tempat –tempat umum

lainnya.

3. Kunjungan dari rumah kerumah untuk memeriksa jentik ditempat –

tempat yang dapat menjadi perindukan nyamuk oleh tenaga terlatih dan

menaburkan bubuk abate apabila masih ditemukan jentik nyamuk.

15
Tindakan atau upaya 3M yang harus dilakukan dalam kemasyarakatan

selain upaya diatas diantaranya adalah ;

a. Menguras tempat-tempat penampungan air secara teratur sekurang-

kurangnya seminggu sekali atau menaburkan manaburkan bubuk abate

kedalamnya.

b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air

c.Mengubur/menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat

menampung air hujan seperti kaleng – kaleng bekas, plastik dan lain

sebagainya. Oleh karena itu berdasarkan keputusan manteri kesehatan

KepMenkes No.581/1992 tentang pemberantasan penyakit demam

berdarah dengue, maka upaya pemberantasan penyakit ini dilaksanakan

oleh pemerintah dan masyarakat. Yang pelaksanaanya didesa /

kelurahan dilaksanakan melalui pokja DBD-LKMD yang dibina secara

berjenjang oleh pokjanal Pembina LKMD tingkat kecamatan sampai

dengan tingkat pusat.Dengan “ bulan Gerakan 3 M “ yang dilakukan

setiap tahun itu dan penyuluhan kepada masyarakat secaraterus menerus

melalui media diharapkan 3M menjadi kegiatan yang selalu dikerjalan

masyarakat. Kegiatan – kegiatan dalam rangka bulan gerakan 3M yang

akan dikerjakan setiap tahun ini merupakan suatu perwujudan dari

gerakan jumat bersih dan perwujudan dari aspek budaya bersih dari

gerakan budaya disiplin nasional. Untuk itu diperlukan gerakan 3M

secara nasional yang pendanaanNya bersumber dari APBN / APBD I/II

maupun sumbangan donasi yang tidak mengikat (Depkes, 2010).

16
D. Manajemen Kesehatan Lingkungan

Menurut Notoatmodjo, manajemen kesehatan lingkungan adalah suatu

kegiatan atau suatu seni untuk mengatur para petugas kesehatan dan non

petugas kesehatan guna meningkatkan kesehatan masyarakat. Dengan kata

lain, manajemen kesehatan masyarakat adalah penerapan manajemen umum

dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat sehingga yang menjadi objek dan sasaran

manajemen adalah sistem pelayanan kesehatan masyarakat (Herlambang, 2012)

Ruang lingkup manajemen kesehatan secara garis besar mengerjakan

kegiatan yang berkaitan dengan,

Kebijakan dalam rangka penanggulangan menyebarnya DBD adalah

1. Peningkatan perilaku dalam hidup sehat dan kemandiriian masyarakat

terhadap penyakit DBD,

2. Meningkatkan perlindungan kesehatan masyarakat terhadap penyakit DBD,

3. Meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi program pemberantasan

DBD, dan

4. Memantapkan kerjasama lintas sektor/lintas program.

Pemberdayaan masyarakat meningkatnya peran aktif masyarakat dalam

pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD merupakan salah satu kunci

keberhasilan upaya pemberantasan penyakit DBD. Untuk mendorong

meningkatnya peran aktif masyarakat, maka upaya-upaya KIE, sosial marketing

,advokasi, dan berbagai upaya penyuluhan kesehatan lainnya dilaksanakan secara

intensif dan berkesinambungan melalui berbagai media massa dan sarana (Endang,

2012).

17
Peningkatan kemitraan berwawasan bebas dari penyakit DBD Upaya

pemberantasan penyakit DBD tidak dapat dilaksanakan oleh sektor kesehatan

saja, peran sektor terkait pemberantasan penyakit DBD sangat menentukan.

Oleh sebab itu, maka identifikasi

Stakeholders baik sebagai mitra maupun pelaku potensial, merupakan

langkah awal dalam menggalang, meningkatkan dan mewujudkan kemitraan.

Jaringan kemitraan diselenggarakan melalui pertemuan berkala, guna

memadukan berbagai sumber daya yang tersedia di masing-masing mitra.

Pertemuan berkala sejak dari tahap perencanaan sampai tahap pelaksanaan,

pemantauan dan penilaian.

Peningkatan profesionalisme pengelola program SDM yang terampil dan

menguasai IPTEK merupakan salah satu unsur penting dalam pelaksanaan

program P2 DBD. Pengetahuan mengenai Bionomik vektor, virologi dan faktor-

faktor perubahan iklim, tata laksanakasus harus dikuasai karena hal-hal

tersebut merupakan landasan dalam penyususnan kebijaksanaan program P2 DBD

Desentralisasi Optimalisasi pendelegasian wewenang pengelola kepada

Kabupaten/Kota.Penyakit DBD hampir tersebar luas di seluruh Indonesia

kecuali di daerah yang di atas 1000 m diatas permukaan air laut. Angka

kesakitan penyakit inibervariasi antara satu wilayah dengan wilayah lain,

dikarenakan perbedaan situasi dan kondisi wilayah. Pembangunan berwawasan

kesehatan lingkungan Meningkatnya mutu lingkungan hidup dapat mengurangi

angka kesakitan penyakit DBD karena di tempat-tempat penampungan air

bersih dapat dibersihkan setiap minggu secara berkesinambungan, sehingga

18
populasi vektor sebagai penular penyakit DBD dapat berkurang. Orientasi,

sosialisasi, dan berbagai kegiatan KIE kepada semua pihak yang terkait perlu

dilaksanakan agar semuanya dapat memahami peran lingkungan dalam

pemberantasan penyakit DBD. Pokok-pokok program pemberantasan DBD

mencakup

1. Kewaspadaandini DBD,

2. Pemberantasan vektor melalui PSN dengan cara 3M Plus, dan pemeriksaan

jentik berkala (PJB) yang dilakukan setiap 3 bulan sekali,

3. Bulan Bakti gerakan ”3M”,

4. Penanggulangan kasus, dimana Puskesmas melakukan penyelidikan

epidemiologi (PE) untuk mengurangi persebaran lebih luas dantindakan

yang lebih tepat,

5. Penanggulangan KLB,

6. Peningkatan profesionalisme SDM,

7. Pendekatan Peran Serta Masyarakat dann PSN DBD,

8. Penelitian (Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat, 2016) Setiap

diketahui adanya penderita DBD, segera ditindaklanjuti dengan kegiatan

Penyelidikan Epidemiologis (PE) dan Penanggulangan Fokus sehingga

kemungkinan penyebarluasan DBD dapat dibatasi dan KLB dapat dicegah.

Selanjutnya dalam melaksanakan kegiatan pemberantasan DBD sangat

diperlukan peran serta masyarakat, baik untuk membantu kelancaran

pelaksanaan kegiatan pemberantasan maupun dalam memberantas jentik

nyamuk penularnya, Penyelidikan Epidemiolegis (PE) adalah kegiatan

19
pencarian penderita ataut ersangka DBD lainnya dan pemeriksaan jentik

nyamuk penular DBD ditempat tinggal penderita dan rumah/bangunan

sekitarnya, termasuk tempat-tempat umum dalam radius sekurang-kurangnya

100 m. Tujuannya adalah untuk mengetahui penularan dan penyebaran DBD

lebih lanjut serta tindakan penanggulangan yang perlu dilakukan di wilayah

sekitar tempat penderita. PE juga dilakukan untuk mengetahui adanya

penderita dan tersangka DBD lainnya, mengetahui ada tidaknya jentik

nyamuk penular DBD, dan menentukan jenis tindakan (penanggulangan

fokus) yang akan dilakukan. Penanggulangan Fokus adalah kegiatan pemberantasan

nyamuk penular DBD yang dilaksanakan dengan melakukan Pemberantasan

Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD), larvasidasi,

penyuluhan, dan pengasapan menggunakan insektisisda sesuai kriteria.

Tujuannya adalah membatasi penularan DBD dan mencegah terjadinya KLB

di lokasi tempat tinggal penderita DBD dan rumah/bangunan sekitarnya serta

tempat-tempat umum yang berpotensi menjadi sumber penularan DBD lebih

lanjut. Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah upaya

penanggulangan yang meliputi pengobatan/perawatan penderita,

pemberantasan vektor penularDBD, penyuluhan kepada masyarakat dan

evaluasi/penilaian penanggulangan yang dilakukan di seluruh wilayah yang

terjadi KLB. Tujuannya adalah membatasi penularan DBD, sehingga KLB

yang terjadi di suatu wilayah tidak meluas ke wilayah lainnya. Penilaian

Penanggulangan KLB meliputi penilaian operasional dan penilaian

epidemiologi. Penilaian operasional ditujukan untuk mengetahui persentase

20
pemberantasan vektor dari jumlah yang direncanakan. Penilaian ini dilakukan

melalui kunjungan rumah secara acak dan wilayah-wilayah yang

direncanakan untuk pengasapan, larvasidasi, dan penyuluhan. Sedangkan

penilaian epidemiologi ditujukan untuk mengetahui dampak upaya

penanggulangan terhadap jumlah penderita dan kematian DBD dengan cara

membandingkan data kasus/kematian DBD sebelum dan sesudah

penanggulangan KLB. Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN

DBD) adalah kegiatan memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk

penular DBD ditempat-tempat perkembangbiakannya. Tujuannya adalah

mengendalikan populasi nyamuk sehingga penularan DBD dapat dicegah dan

dikurangi. Keberhasilan PSN DBD diukur dengan Angka Bebas Jentik

(ABJ). Apabila ABJ lebih atau sama dengan 95% diharapkan penularan DBD

dapat dicegah atau dikurangi. Cara PSN DBD dilakukan dengan ”3M”, yaitu

a. menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air,

b. menutup rapat-rapat tempat penampungan air, dan

c. mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air

hujan.

Pemeriksaan Jentik Berkala adalah pemeriksaan tempat-tempat

perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang dilakukan secara teratur oleh

petugas kesehatan atau kader atau petugas pemantau jentik (jumantik).

Tujuannya adalah melakukan pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD

termasuk memotivasi keluarga/masyarakat dalam melaksanakan PSN DBD.

Masyarakat juga berperan dalam upaya pemberantasan vektor yang

21
merupakan upaya paling penting untuk memutuskan rantai penularan dalam

rangka mencegah dan memberantas penyakit DBD muncul di masa yang akandatang.

Dalam upaya pemberantasan vektor tersebut antara lain masyarakatberperan

secara aktif dalam pemantauan jentik berkala dan melakukan gerakan

serentak Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Seperti diketahui nyamuk

Aedes aegipty adalah nyamuk domestik yang hidup sangat dekat dengan

pemukiman penduduk sehingga upaya pemberantasan dan pencegahan

penyebaran penyakit DBD adalah upaya yang diarahkan untuk

menghilangkan tempat perindukan (breeding places) nyamuk Aedes aegypti

yang ada dalam lingkungan permukiman penduduk. Dengan demikian gerakan

PSN dengan 3M Plus, yaitu menguras tempat-tempat penampungan air

minimal seminggu sekali atau menaburinya dengan bubuk abate untuk

membunuh jentik nyamuk Aedes aegypti , menutup rapat-rapat tempat

penampungan air agar nyamuk Aedes aegypti tidak bisa bertelur di tempat

itu, mengubur/membuang pada tempatnya barang-barang bekasseperti ban

bekas, kaleng bekas yang dapat menampung air hujan. (Direktorat Kesehatan

dan Gizi Masyarakat, 2016) Masyarakat juga melakukan upaya mencegah gigitan

nyamuk dengan menggunakan obat gosok antinyamuk, tidur dengan kelambu,

menyemprot rumah dengan obat nyamuk yang tersedia luas di pasaran. Hal sederhana

lainnya yang dilakukan oleh masyarakat adalah menata gantungan baju dengan

baik agar tidak menjadi tempat hinggap dan istirahat nyamuk Aedes aegypti

(Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat, 2016) Pemberantasan DBD akan

berhasil dengan baik jika upaya PSN dengan 3M Plus dilakukan secara

22
sistematis, terus-menerus berupa gerakan serentak,sehingga dapat mengubah

perilaku masyarakat dan lingkungannya ke arah perilaku dan lingkungan

yang bersih dan sehat, tidak kondusif untuk hidupnyamuk Aedes aegypti

Berbagai gerakan yang pernah ada di masyarakat seperti, Gerakan JumatBersih (GJB),

Adipura, dan gerakan-lainnya dapat dihidupkan kembali

untuk membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jika ini

dilakukan maka selain penyakit DBD maka penyakit-penyakit lain yang

berbasis lingkungan ikut terberantas (Aswar, 2012)

23
BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel dependen

Pengetahuan Pencegahan
Demam
Ibu
Berdarah

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

B.Hipotesis :

- Ho : Tidak ada hubungan Pengetahuan ibu dengan Pencegahan Demam

Berdarah

- Ha : Ada hubungan Pengetahuan ibu dengan Pencegahan Demam Berdarah

24
C.Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional

Skala
Variabel Definisi Alat ukur Skore
Ukur
Independen:
Pengetahuan Pemahaman ibu tentang Penyakit
penderita DBD dan mengetahui penyebab Kuesioner Ordinal - Baik : Jika ≥ nilai
DBD, Penularan DBD dan median
Pencegahan serta pengendalian - Kurang Baik : Jika <
vektor Nilai median

Dependent : Pencegahan Kasus Penyakit


Pencegahan Demam berdarah Dengue
DBD Kuesioner Nominal -Ada Pencegahan DBD
: 2
-Tidak ada pencegahan
DBD : 1

25
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan

cross Sectional study yaitu penelitian sekali dalam waktu yang

bersamaan(Nursalm, 2012).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Puskesmas Timika Kecamatan Mimika

Baru Kabupaten Mimika Provinsi Papua

2. Waktu Penelitian

Adapun penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2018.

C. Populasi dan sampel

1.Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan di peroleh

(Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah yang suspek

penderita demam berdarah berjumlah 30 ibu dan hasil pemeriksaan darah

positif demam berdarah.

2.Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah ibu yang Positif demam berdarah berjumlah

30 ibu yang berada di Wilayah kerja Puskesmas Timika Kabupaten Mimika

Baru.

26
D. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari :

1. Kueioner Pengetahuan ibu tentang penyakit DBD dengan skala ukur

ordinal dengan kategori baik jika lebih atau sama dengan nilai median dan

kategori kurang jika kurang dari nilai median.

2. Kuesioner Pencegahan DBD dengan skala ukur nominal dengan kategori

ada dengan skore 10 dan kategori tidak dengan skore 5.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam membahas penelitian ditempuh

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Observasi yaitu peneliti mencatat langsung hasil pengamatan sesuai kondisi

situasi yang ditemui di lapangan seperti: profil Puskesmas Timika, kondisi

lingkungan yang ada di Puskesmas Timika.

2. Angket, yaitu teknik angket tertutup yang disusun dalam bentuk pertanyaan

sebagai instrumen dari variabel penelitian dan akan disebarkan pada 30

orang responden yang akan diteliti. Di mana setiap responden akan memilih

salah satu jawaban dalam angket tersebut.

3. Dokumentasi yaitu teknik ini ditempuh dengan melakukan pencatatan data

berupa dokumen atau arsip yang sudah ada di tempat atau lokasi penelitian.

G. Analisa Data

1. Analisa Univariat yaitu Setelah data kuisioner terkumpul, telah diperiksa

kembali untuk mengetahui kelengkapan isi selanjutnya ditabulasi dan di

distribusi frekuensi untuk masing-masing variable penelitian.

27
2. Analisa Bivariat

Untuk membuktikan ada atau tidaknya Hubungan Pengetahuan dan Sikap

ibu dengan Pencegahan Penyakit DBD. untuk di analisa dengan analisa

Chi-Square dengan nilai signifikansi 𝛼 = 0,05. Dari hasi perbandingan

kedua variabel terikat dan variable bebas tersebut akan ditentukan apakah

hipotesa diterima atau ditolak. Apabila nilai yang didapat lebih besar

daripada signifikasi nilai p < 𝛼, (𝛼= 0,05), maka hipotesa 0 ditolak dan

hipotesa alternative diterima. Tapi apabila nilai yang di dapat lebih kecil

daripada signifikasi p < 𝛼,maka hipotesa alternatif diterima dan hipotesa

nol di tolak.

H.Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memperhatikan masalah etika penelitian.

Etika penelitian meliputi (Alimun,2013) :

1.Informed Concent (informasi untuk responden)

Sebelum melakukan tindakan, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan riset

yang akan di lakukan. Jika responden bersedia untuk di teliti maka responden

harus menandatangani lembar persetujuan tersebut dan tidak memaksa.

2.Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan responden dalam penelitian, maka peneliti tidak

mencantumkan namanya pada lembar dan kuisioner data,cukup dengan

memberi nomor kode pada masing-masing lembar yang hanya diketahui oleh

peneliti.

28
3.Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan responden dijamin oleh peneliti. Hanya kelompok data tertentu

saja yang disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset.

29
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Timika Kecamatan Mimika Baru Kabupaten Mimika Provinsi

Papua.

2. Geografis

Berdasarkan data Survey Mawas Diri Puskesmas Timika baru

mempunyai total luas wilayah 35,5Km2, yang terdiri atas 2 Kampung

dan 4 Kelurahan. Luas Wilayah Kerja (km²) Puskesmas Timika baru dirinci

sebagai berikut :

Tabel 5.1

Luas Wilayah Kerja Puskesmas Timika baru Berdasarkan Kampung dan

Kelurahan Tahun 2017

Luas
No Kampung / Kelurahan Wilayah Presentase (%)
(km2)
1 Kelurahan Timika baru 6
2 Kelurahan Wanagon 9
3 Kampung Hangaitji 6
4 Kampung Ninabua 6

JUMLAH 27
Sumber: Data Profil Kabupaten Mimika

Wilayah Kerja Puskesmas Timika baru memiliki topografi dataran rendah

berawa dan berkali

30
3. Hidrologi dan Klimatologi

Rata-rata suhu udara minimum di wilayah mimika selama tahun

2016 sebesar 20,80C dan maksimum sebesar 35,00C. Sedangkan rata-rata

tekanan udara minimum di wilayah mimika yaitu sebesar 1.005,3Mbs dan

maksimum sebesar 1.015,0Mbs. Kelembaban udara di Kabupaten Mimika

rata-rata sebesar 88,5% dengan kelembaban udara tertinggi pada bulan

Juni dan Juli. Kecepatan angin di Kabupaten Mimika rata-rata sebesar 5,9

Knot dengan kecepatan angin terendah pada bulan Juni dan Juli.

Selanjutnya curah hujan tertinggi di Kabupaten Mimika terjadi pada

bulan Maret yaitu sebesar 774,5 mm dan terendah pada bulan November

sebesar 276,6 mm. Hampir setiap hari di Timika turun hujan, hal ini dapat

terlihat dari rentan waktu hari hujan yang berada pada kisaran 22 – 30 hari

hujan. Curah hujan yang tinggi di Kabupaten Mimika, sangatlah

bermanfaat bagi mayoritas masyarakatnya, karena air hujan digunakan

untuk air minum.

4. Kependudukan dan mata pencahariann

Berdasarkan data yang diperoleh dari Survey Mawas Diri oleh

Puskesmas Timika pada bulan Maret s/d April tahun 2018 adalah 12.898

jiwa dari luas wilayah km2 yang tersebar pada 2 Kampung dan 2

Kelurahan. Jumlah penduduk tiap Kampung/Kelurahan dapat dilihat pada

tabel di bawah ini:

31
Tabel 5.2

Luas Wilayah, JumlahKampung/Kelurahan, Jumlah Penduduk,

Wilayah Kerja Puskesmas Timika baru

Tahun 2018

Luas

No Kampung / Kelurahan Wilayah Jumlah penduduk

1 Kelurahan Timika baru 4.401

2 Kelurahan Wanagon 3.332

3 Kampung Hangaitji 2.424

4 Kampung Ninabua 3.174

JUMLAH 13.331

Sumber: Pusdatin Prov.Papua

Data yang tertera pada tabel 2 di atas menunjukkan bahwa

Kelurahan/Kampung yang mempunyai jumlah penduduk tertinggi adalah

Kelurahan Timika baru dengan jumlah penduduk sebanyak 4.401 jiwa

dengan luas wilayah Km2. Sedangkan kelurahan / Kampung yang

mempunyai jumlah penduduk terkecil adalah Kampung Hangaitji dengan

jumlah penduduk sebanyak 2.424 jiwa, Mata pencaharian penduduk di

Wilayak Kerja Puskesmas Timika baru sebagian besar adalah bercocok

tanam, berdagang, sedangkan sisanya lagi adalah nelayan dan pegawai

negeri.

32
5. Pendidikan

Berdasarkan data yang kami peroleh dari Kantor BPS, fasilitas

pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Timika baru saat ini adalah :

a. TK : 7

b. SD : 8

c. SLTP : 1

d. SMU : 2

Data yang terlihat di atas menunjukkan bahwa jumlah fasilitas

pendidikan di Wilayah kerja Puskesmas Timika baru tahun 2018 sebanyak

17 fasilitas yang terdiri dari 7 Taman Kanak-Kanank, 8 Sekolah Dasar, 1

Sekolah Menengah Pertama, 2 Sekolah Menengah Atas,

6. Karakteristik Responden

a. Karakteristik responden berdasarkan umur

Setelah melakukan penelitian, diperoleh jumlah total populasi

sebanyak 30 orang dengan karakteristik sebagai berikut :

Karakteristik responden berdasarkan umur Umur

Umur responden pada penelitian ini dibagi dalam empat kategori seperti

terlihat pada tabel 5.3 berikut ini :

33
Tabel 5.3. Berdasarkan Umur Responden

Banyak Responden
Umur
n %

< 20 tahun 6 20

20 - 30 tahun 13 43,33

31 - 40 tahun 3 10

> 40 tahun 8 26.67

Total 30 100,0

Berdasarkan data pada tabel 3 terlihat dari total 30 responden, lebih

banyak responden berada pada kelompok umur 20 – 30 tahun yakni

sebanyak 13 orang (43%) dan lebih sedikit berada pada kelompok umur

31 – 40 tahun yaitu sebanyak 3 orang(10%).

Berdasarkan Tabel 5.4 yakni gambaran responden, terlihat sebanyak 13

orang (43,33%) berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak 17 orang (56,67%)

berjenis kelamin perempuan.

c.Karakteristik responden menurut tingkat pendidikan

Pendidikan masyarakat yang menjadi responden pada penelitian terdistribusi

mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai tingkat sarjana. Untuk jelasnya

dapat dilihat pada Tabel 5.5.

34
Tabel 5.5. Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan

Banyak Responden
Pendidikan
n %

SD 2 6,67

SLTP 4 13,33

SLTA 17 56,67

D-3 1 3,33

S1 6 20

Total 30 100,0

Tabel 5.5 terlihat dari 30 orang yang menjadi responden pada penelitian

ini, sebagian besar berpendidikan SLTA yakni sebanyak 17 orang

(56,67%), dan yang paling sedikit yaitu berpendidikan SD dan D3 masing

sebanyak 2 orang (6,67%) dan 1 orang (3,33%), dan pendidikan S1

sebanyak 6 orang atau 20 %.

d. Distribusi responden menurut Pekerjaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat yang menjadi responden

pada penelitian ini terdistribusi dalam tujuh jenis pekerjaan seperti terlihat

pada Tabel 5.6 berikut ini:

35
Tabel 5.6. Distribusi freuensi berdasarkan pekerjaan

Banyak Responden
Pekerjaan
N %

PNS 5 16,67

Pegawai Swasta 11 36,67

Petani 2 6,67

Mahasiswa / Pelajar 4 13,33

Buruh/Tukang 1 3,33

Tidak Bekerja 7 23,33

Total 30 100,0

Berdasarkan Tabel 5.6 terlihat bahwa lebih banyak responden tidak

bekerja secara formal dan sebagai ibu rumah tangga serta bekerja sebagai

pegawai swasta, yakni masing-masing sebanyak 23,33% dan 36,67%. Dan

yang paling sedikit bekerja sebagai buruh/tukang

7. Analisis Univariat

a. Pengetahuan

Pengetahuan dalam penelitian ini terdiri dari tiga kategori yaitu baik, cukup

dan kurang baik. Data hasil penelitian tentang pengetahuan dapat dilihat pada

Tabel 5.7 berikut ini.

36
Tabel 5.7. Distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan

Banyak Responden
Pengetahuan demam berdarah
n %

Cukup 5 16,7

Baik 8 14 26,7

Kurang baik 17 56,6

Total 30 100,0

Tabel diatas terlihat bahwa sebagian responden memiliki pengetahuan yang

baik tentang penyakit demam berdarah, yakni sebanyak 8 orang (26,7%).

berpengetahuan cukup ada 5 orang atau 16,7 % sedangkan berpengetahuan

kurang ada 17 orang atau 56,6 %

c. Tindakan pencegahan Demam berdarah

Tindakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga kategori yaitu cukup baik, baik

dan sangat baik. Data hasil penelitian tentang tindakan dapat dilihat pada Tabel

5.8 berikut ini.

Tabel 5.8. Distribusi freuensi berdasarkan Tindakan

Banyak Responden
Tindakan Pencegahan
n %

Ada 11 36,7

Tidak ada 19 73,3

Total 30 100,0

37
Tabel 5.8 diatas terlihat bahwa sebagian responden tidak melakukan upaya

pencegahan demam berdarah yaitu sebesar 19 responden atau

73,3 % sedangkan yang melakukan tindakan pencegahan penyakit demam

berdarah dngue sebanyak 11 responden atau 36,7%.

8. Analisis Bivariat

a. Hubungan pengetahuan dengan pencegahan Demam Berdarah

Analisis statistik untuk melihat hubungan antara pengetahuan dengan

kejadian Demam Berdarah dilakukan dengan menggunakan Chi-Square .

Hasil uji dapat dilihat pada Tabel 5.10.

Tabel 5.10. Hubungan pengetahuan dengan pencegahan demam berdarah

Kejadian

Pengetahuan Demam berdarah Total P

Ya/perna Tidak ada

Cukup 1 (4,8%) 4(44,4%) 5(16,6%)

Baik 6 (28,6%) 2(22,2%) 8(26,7%) 0,024

Kurang baik 14 (66,7%) 3(33,3%) 17(56,7%)

Total 21 (100%) 9(100%) 30(100%)

Dari hasil uji analisa statistik dengan Uji Chi-Square menunjukkan

Dari responden yang ada ternyata 5 responden memiliki pengetahuan

tentang pencegahan demam berdarah cukup dan dari 30 respondn yang ada

yang memilki pengetahuan baik sebanyak 8 responden atau 26,7 persen dan

38
melakukan upaya pencegahan penyakit demam berdarah sebanyak 8

responden atau 28,6%.

Untuk pengetahuan responden yang memiliki pengetahuan tentang demam

berdarah kurang beik sebanyak 17 responden atau 56,7% akan tetapi yang

melakukan pencegahan demam berdarah sebanyak 14 responden atau 66,7%.

Dari hasil analisa uji chi- square diperoleh nilai p=0,024 dengan demikian

Ho ditolak yang artinya ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian

demam berdarah di Puskesmas Teling Atas nilai P= 0,024 sedangkan

dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima sehingga ada

hubungan pengetahuan dengan kejadian demam berdarah.

B. Pembahasan

1.Analisa Univariat

a. Pengetahuan Ibu tentang pencegahan penyakit Demam Berdarah

Dalam penelitian ini jumlah sampel sebanyak 30 responden dan

diuraikan gambaran karakteristik responden yang meliputi umur, tingkat

pendidikan, pekerjaan,pengetahuan dan sikap yang berhubungan dengan

pencegahan demam berdarah. Umur responden pada penelitian ini lebih

banyak responden berada pada kelompok umur 20 – 30 tahun yakni

sebanyak 13 orang (43%). Memberikan gambaran bahwa sebagian besar ibu

di wilayah kerja Puskesmas Timika yang berumur 20 – 30 tahun

mengalami kejadian demam berdarah.

Tingkat pendidikan responden pada penelitian terdistribusi mulai dari

tingkat Sekolah Dasar sampai tingkat sarjana dan dari 30 orang yang

39
menjadi responden pada penelitian ini, sebagian besar berpendidikan SLTA

yakni sebanyak 17 orang (56,67%), dan yang paling sedikit yaitu

berpendidikan SD dan D3 masing sebanyak 2 orang (6,67%) dan 1 orang

(3,33%), seiring dengan penelitian disertasi dari yeremia mokosuli pada

tahun 2015 tentang hubungan pengetahuan dengan Pencegahan Demam

berdarah di Kota Bitung ternyata pengetahuan ibu yang kurang baik

terhadap pengelolaan lingkungan memicu terjadinya peningkatan penyakit

demam berdarah ( Mokosuli, 2015).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang menjadi responden pada

penelitian ini terdistribusi dalam enam jenis pekerjaan lebih banyak

responden tidak bekerja secara formal dan bekerja sebagai pegawai swasta,

yakni masing-masing sebanyak 46,67% dan 36,67%. Dan yang paling

sedikit bekerja sebagai buruh/tukang. Di sini terlihat bahwa pekerjaan

seseorang dapat mempengaruhi, terutama pekerjaan ayah sebagai kepala

rumah tangga, jika seseorang memperoleh pekerjaan yang layak, maka

diharapkan pendapatan dan taraf hidup keluarga bisa meningkat pula.

Faktor lain yang sering muncul dan menjadi masalah antara lain

dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor tersebut dapat berasal dari orang itu

sendiri, pengaruh orang lain yang mendorong untuk berperilaku baik atau

buruk, maupun kondisi lingkungan sekitar yang dapat mendukung terhadap

perubahan perilaku (Notoatmodjo, 2010).

Peran serta Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan

dasar masyarakat sangatlah penting. Dalam penelitian yang dilakukan

40
( Zega , 2009). Dikatakan pencegahan demam berdarah Di Daerah HCI

(High Case Incidence), Yang tinggi dipengaruhi oleh tingkat pendidikan

yang masih rendah, hal senada diungkapkan ( Siahaan, 2008 ), bahwa

tingkat pendidikan yang rendah memperkecil peluang masyarakat untuk

mempunyai pekerjaan yang memberikan penghasilan yang cukup. Tingkat

pendidikan yang rendah menyebabkan kurangnya pengetahuan sehingga

pemahaman tentang pemberantasan demam berdarah juga kurang. Kondisi

ini menyebabkan buruknya tindakan masyarakat dalam pemberantasan

demam berdarah. Pengetahuan ibu tentang pencegahan dan pencarian

pengobatan yang baik pada saat kejadian demam berdarah, menunjukkan

bahwa pemahaman masyarakat untuk sesegera mungkin melakukan tindakan

pencegahan sesuai dengan yang disampaikan oleh petugas kesehatan dan

media informasi lainnya, sekaligus mengupayakan pencarian pengobatan

untuk penyakit demam berdarah.

Pengetahuan responden tentang kejadian malaria terdiri dari tiga

kategori pengetahuan cukup baik, pengetahuan baik dan pengetahuan

sangat baik terlihat bahwa sebagian responden memiliki pengetahuan

baik tentang demam berdarah sebanyak 14 orang ( 46,7 % ). Hal ini

disebabkan karena seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan

serta teknologi informasi mengenai kesehatan maka masyarakat lebih

banyak mengetahui informasi dan pengetahuan tentang kejadian demam

berdarah

41
b. Pencegahan penyakit DBD

Tabel 5.8 diatas terlihat bahwa sebagian responden tidak melakukan upaya

pencegahan demam berdarah yaitu sebesar 19 responden atau 73,3

% sedangkan yang melakukan tindakan pencegahan penyakit demam

berdarah dngue sebanyak 11 responden atau 36,7%.

Pencegahan penyakit DBD di Wilayah kerja Puskesmas Timika Kecamatan

Mimika Baru Kabupaten Mimika Provinsi Papua, dari hasil penelitian

diperoleh hasil ada umumnya masyarakat tidak melakukan upaya pencegahan

demam berdarah.

Keadaan kesehatan lingkungan yang kurang baik sebagai pencetus

penyakit DBD juga dipengaruhi oleh perilaku masyarakat yang kurang baik

atau sering membuang sampah sembarangan tempat, dimana, sampah

merupakan media berkembang biaknya populasi nyamuk pembawa virus

Dengue,

Pencegahan penyakit DBD juga dipengaruhi oleh keadaan iklim dimana

curah hujan yang tinggi mempengaruhi meningkatnya populasi nyamuk,

populasi nyamuk yang tingi dibarengi dengan masing-masing nyamuk

membawa virus sangat memicu terjadinya angka kejadian penyakit DBD.

Masyarakat juga melakukan upaya mencegah gigitan nyamuk dengan menggunakan

obat gosok antinyamuk, tidur dengan kelambu, menyemprot rumah dengan obat

nyamuk yang tersedia luas di pasaran. Hal sederhana lainnya yang dilakukan oleh

masyarakat adalah menata gantungan baju dengan baik agar tidak menjadi

tempat hinggap dan istirahat nyamuk Aedes aegypti (Direktorat Kesehatan

42
dan Gizi Masyarakat, 2016) Pemberantasan DBD akan berhasil dengan baik

jika upaya PSN dengan 3M Plus dilakukan secara sistematis, terus-menerus

berupa gerakan serentak,sehingga dapat mengubah perilaku masyarakat dan

lingkungannya ke arah perilaku dan lingkungan yang bersih dan sehat, tidak

kondusif untuk hidupnyamuk Aedes aegypti Berbagai gerakan yang pernah ada di

masyarakat seperti, Gerakan JumatBersih (GJB), Adipura, dan gerakan-lainnya

dapat dihidupkan kembali untuk membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS). Jika ini dilakukan maka selain penyakit DBD maka penyakit-

penyakit lain yang berbasis lingkungan ikut terberantas (Aswar, 2012)

Pencegahan penyakit demam berdarah juga dipengaruhi oleh tingkat

kelembaban udara hal senada juga dengan penelitian dari Agus tentang faktor-

faktor yang mempengaruhi pencegahan Demam berdarah yang dipengaruhi

oleh kelembaban udara yang tinggi menyebabkan populasi nyamuk perantara

virus dengue semakin banyak.

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan Pengetahuan dengan pencegahan DBD di Puskesmas Timika

Kecamatan Mimika Baru Kabupaten Mimika Provinsi Papua.

Dari responden yang ada ternyata 5 responden memiliki pengetahuan tentang

pencegahan demam berdarah cukup dan dari 30 respondn yang ada yang

memilki pengetahuan baik sebanyak 8 responden atau 26,7 persen dan

melakukan upaya pencegahan penyakit demam berdarah sebanyak 8 responden

atau 28,6%.

43
Untuk pengetahuan responden yang memiliki pengetahuan tentang demam

berdarah kurang beik sebanyak 17 responden atau 56,7% akan tetapi yang

melakukan pencegahan demam berdarah sebanyak 14 responden atau 66,7%.

Hubungan pengetahuan dengan kejadian DBD dengan analisis statistik

menggunakan uji chi-square menunjukkan hasil bahwa ada hubungan antara

pengetahuan dengan kejadian demam berdarah.

Hubungan pengetahuan dengan kejadian demam berdarah analisis

statistik untuk melihat hubungan pengetahuan dengan pencegahan demam

berdarah, dengan menggunakan uji chi-square di dapatkan bahwa terdapat

hubungan antara penetahuan dengan pencegahan demam berdarah.

Hubungan tindakan pencegahan demam berdarah dengan analisis statistik

menggunakan uji chi-square menunjukkan hasil bahwa ada hubungan antara

pengetahuan dengan pencegahan demam berdarah.

Ruang lingkup manajemen kesehatan secara garis besar mengerjakan

kegiatan yang berkaitan dengan,

Kebijakan dalam rangka penanggulangan menyebarnya DBD adalah

1. Peningkatan perilaku dalam hidup sehat dan kemandiriian masyarakat

terhadap penyakit DBD,

2.Meningkatkan perlindungan kesehatan masyarakat terhadap penyakit DBD,

3. Meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi program pemberantasan

DBD, dan

4. Memantapkan kerjasama lintas sektor/lintas program.

44
Pemberdayaan masyarakat meningkatnya peran aktif masyarakat dalam

pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD merupakan salah satu kunci

keberhasilan upaya pemberantasan penyakit DBD. Untuk mendorong

meningkatnya peran aktif masyarakat, maka upaya-upaya KIE, sosial marketing

,advokasi, dan berbagai upaya penyuluhan kesehatan lainnya dilaksanakan secara

intensif dan berkesinambungan melalui berbagai media massa dan sarana (Endang,

2012).

Peningkatan kemitraan berwawasan bebas dari penyakit DBD Upaya

pemberantasan penyakit DBD tidak dapat dilaksanakan oleh sektor kesehatan

saja, peran sektor terkait pemberantasan penyakit DBD sangat menentukan.

Oleh sebab itu, maka identifikasi

Stakeholders baik sebagai mitra maupun pelaku potensial, merupakan

langkah awal dalam menggalang, meningkatkan dan mewujudkan kemitraan.

Jaringan kemitraan diselenggarakan melalui pertemuan berkala, guna

memadukan berbagai sumber daya yang tersedia di masing-masing mitra.

Pertemuan berkala sejak dari tahap perencanaan sampai tahap pelaksanaan,

pemantauan dan penilaian.

Peningkatan profesionalisme pengelola program SDM yang terampil dan

menguasai IPTEK merupakan salah satu unsur penting dalam pelaksanaan program

P2 DBD. Pengetahuan mengenai Bionomik vektor, virologi dan faktor-faktor

perubahan iklim, tata laksanakasus harus dikuasai karena hal-hal tersebut

merupakan landasan dalam penyususnan kebijaksanaan program P2 DBD

Desentralisasi Optimalisasi pendelegasian wewenang pengelola kepada

45
Kabupaten/Kota.Penyakit DBD hampir tersebar luas di seluruh Indonesia

kecuali di daerah yang di atas 1000 m diatas permukaan air laut. Angka

kesakitan penyakit inibervariasi antara satu wilayah dengan wilayah lain,

dikarenakan perbedaan situasi dan kondisi wilayah.

Pengetahuan yang baik dengan respon positif dari masyarakat dalam hal

upaya pencegahan serta pengendalian nyamuk yang membawa virus dengue

sangat membantu mencegah terjadinya panyakit DBD pada masyarakat.

Pengetahuan, dan tindakan pencegahan merupakan domain dari perilaku

dimana perilaku masyarakat yang kurang baik terhadap kesehatan lingkungan

antara lain membuang sampah sembarang tempat, tidak melaksanakan 3 M,

sangat mempengaruhi meningkatnya angka kejadian demam berdarah ,hal

yang sama juga sesuai dengan penelitian mujari yang menyatakan bahwa

perilaku masyarakat yang kurang peduli terhadap kesehatan lingkungan

mempengaruhi meningkatnya kejadian demam berdarah.

46
B A B VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Dari hasil penelitian diketahui sebagian besar responden memiliki

pengetahuan yang kurang tentang penyakit demam berdarah

2. Dari hasil penelitian tentang tindakan pencegahan penyakit demam berdarah

sebagaian besar masayarakat kurang tidak melakukan upaya pencegahan .

3. Dari hasil penelitian diketahui ada hubungan bermakna antara pengetahuan

dengan pencegahan penyakit demam berdarah.

B. Saran

1. Bagi Pemerintah

Diharapkan secara berkelanjutan melaksanakan sosialisasi dalam upaya

pencegahan dan pengendalian vektor penyebaran penyakit Demam

berdarah.

2. Bagi masyarakat

Diharapkan masyarakat secara proaktif melaksanakan jumpa pagi bersih

lingkungan,serta secara berkelanjutan melaksanakan Pengendalian sarang

nyamuk dan sehingga populasi vektor pembawa penyakit Demam

berdarah berkurang.

3. Bagi Peneliti Lanjtan

Diharapkan penelitian ini dapat dilanjutkan untuk melihat penyebab

penyakit demam berdarah sampai pada tahapan sikunsing untuk

memperoleh data dan informasi perubahan virus

47
.

48
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, 2013. Dalam melakukan penelitian, peneliti memperhatikan masalah etika


penelitian. Etika penelitian,PT Gramedia Jakarta

Arikunto, 2008. Pengantar Imunisasi heparitis B, Mutiara Jakarta.

Arikunto, 2010, Edisi Revisi II, Prosedur Penelitian, Rineka Cipta.

Aswar, 2012. Manajemen kesehatan lingkungan dalam rangka pencegahan


penyakit demam berdarah, PT. Gramedia Jakarta.

DepKes RI, 2016. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Alumny Jakarta.

Direktorat Ked an Gizi Masyarakat, 2016. Materi manajemen kesehatan dalam


pencegahan DBD Methode Penelitian Survey,LP3ES.

DinKes Provinsi Papua, 2017, Pembangunan Kesehatan dibidang Imunisasi.


Inpres Kesehatan, Jakarta.

DinKes Kabupaten Mimika, 2017. Patogenesis perdarahan pada penyakit DBD


telah diselidiki secara intensif

Entjang, 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Alumny Jakarta.

Kusnoputranto, Haryanto. 2010, Imunisasi Hepatitis B dan Penularannya, Jakarta.

Nursalam, 2012, Sikap Manusia Perubahan serta Pengukuran, Jakarta.Penelitian,

Notoatmodjo ,2010. Perilaku Kesehatan , Proseur Mutiara Jakarta.

Padjawiyatna,2012 Etika Filsafat Tingkah Laku, Rineka Cipta.

Pitoyo, 2012. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan kejadian DBD serta upaya
pengedalian Vektor, Gajamadah,Jakarta

Ryadi, 2011 Kesehatan Lingkungan, Karya Anda, Surabaya.

Soegijanto, 2016. Faktor kepadatan penduduk memicu tingginya kasus dengue


hemorrhagic fever,

Umar, 1985. Ilmu Kesehatan Masyarakat , MKMI Tahun XV No. 10 (hal 583 –
588).

49
……………, Undang – undang RI No. 36 Tahun 2009, Kesehatan , Arikola
Surabaya.

……………, Volume 2 Nomor 2, Majalah Sanitasi, Pebruari 1992.

WHO, 2016. Data penyakit yang penyebabnya adalah virus dan perantara
penyakit adalah vector nyamuk.

50
INFORMED CONCENT

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah mendapat penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian ini ,maka saya
yang bertanda tangan di bawah ini ,menyatakan bersedia/tidak bersedia *)
menjadi responden dari kuisioner saudari Yuvinia Bunai yang berjudul : “
Hubungan Pengetahuan Masyarakat dengan pencegahan penyakit Demam
Berdarah Dengue Di Puskesmas Timika Kecamatan Mimika Baru
Kabupaten Mimika Provinsi Papua ”.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan dipergunakan

seperlunya.

Manado, Juni . 2018


Responden

51
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN
PENYAKIT DBD DI WILAYAH KERJA PUKESMAS TIMIKA

No. Kuesioner :
Tanggal :
Petunjuk pengisian
1. Jawaban diisi oleh pewawancara dengan menulis tangan sesuai hasil
wawancara dengan responden
2. Tulislah jawaban dengan rapih dan benar menurut tempat yang telah
disiapkan
3. Isilah kotak jawaban di sebelah kiri yang telah tersedia sesuai dengan nomor
pilihan jawaban saudara.
A. Status Responden
1. Kepala Keluarga 2. Ibu Rumah Tangga
B. Identitas Umum
1. Inisial responden :
2. Umur :
3. Alamat :
4. Pekerjaan :
a. Tidak bekerja b. Pedagang /Wiraswasta
c. Buruh / Jualan kecil-kecilan d. Petani
e. PNS/ABRI f .Pegawai swasta g. Pensiunan
5. Pendidikan terakhir
a. Tidak sekolah b. SMP/sederajat
c. SD/sederajat d . SMA e. S1
C. Identitas Khusus Responden
Nama :
Umur :
Alamat :

52
D. Pengetahuan

1. Apakah Bapak/Ibu pernah mendengar tentang penyakit DBD ?


a. Ya b. Tidak
2. Menurut Bapak/Ibu Demam Tinggi disertai mual dan muntah adalah gejala-
gejala penyakit DBD ?
a. Ya b. Tidak
3. Menurut Bapak/Ibu penyakit DBD termasuk penyakit menular?
a. Ya b. Tidak
4. Menurut Bapak/Ibu Gigitan Nyamuk merupakan sumber atau asal timbulnya
penyakit DBD?
a. Ya b. Tidak
5. Apakah Nyamuk Anopheles yang menularkan DBD ?
a. ya b. Tidak
6. Apakah Aedes Aigypti Nyamuk yang menularkan DBD?
a. ya b. Tidak
7. Menurut Bapak/Ibu apakah air tergenang merupakan tempat berkembang
biak nyamuk Aedes Aigypti?
a. ya b. Tidak
8. Menurut Bapak/Ibu apakah hanya anak-anak saja yang tertular oleh penyakit
DBD ?
a. ya b. Tidak
9. Menurut Bapak/ibu Apakah Fogging merupakan tindakan yang tepat untuk
penanggulangan penyakit DBD ?
a. ya b. Tidak
10. Apa arti dari gerakan 3M plus sangat efektif untuk penanggulangan
penyakit DBD?
a. ya b. Tidak
E. Tindakan Pencegahan DBD

1. Apakah Bapak/Ibu atau anggota keluarga yang lainnya jika sudah ada gejala
panas tidak turun-turun 2-7 hari, sakit kepala, segera memeriksakan diri di
puskesmas/rumah sakit ?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah bapak/ibu melaksanakan tindakan pencegahan penyakit DBD di
rumah ?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah Bapak/Ibu mematuhi anjuran pemerintah untuk melaksanakan
gerakan 3M (Menguras, Menutup dan Menimbun) untuk memberantas
tempat perindukan nyamuk Aedes Aygipti penyebab penyakit DBD?
a. Ya b. Tidak

53
4. Apakah Bapak/Ibu sering membersihkan rumah dan lingkungan disekitar
rumah ?
a. Ya b. Tidak
5. Apakah Bapak/Ibu sering menggunakan Anti Nyamuk dan cream pencegah
gigitan nyamuk pada pagi dan sore hari ?
a. Ya b. Tidak
6. Apakah Bapak/Ibu mengikuti kerja bakti atau bersih-bersih lingkungan
rumah seperti memperbaiki saluran air sebelum dilaksanakan
fogging/pengasapan di wilayah tempat Bapak/Ibu tinggal ?
a. Ya b. Tidak
7. Apakah Bapak/Ibu sering mengontrol dan membersihkan air yang ada pada
tatakan dispenser, penampungan kulkas, pas-pas bunga, kaleng-kaleng
bekas, ban-ban bekas ?
a. Ya b. Tidak
8. Apakah Bapak/Ibu melaksanakan pengurasan bak-bak mandi selama 2 kali
atau lebih dalam seminggu ?
a. Ya b. Tidak
9. Apakah Bapak/Ibu melaksanakan kebiasaan untuk tidak menggantung
pakaian ?
a. Ya b. Tidak
10. Apakah bapak/ibu menaburkan bubuk abate pada tempat penampungan air
yang sulit di kuras ?
a. Ya b. Tidak

54
FCrosstabs

Notes
Output Created 10-May-2018 19:42:30
Comments

Input Active Dataset DataSet0


Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 31
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each table are based on all the
cases with valid data in the specified
range(s) for all variables in each table.
Syntax CROSSTABS
/TABLES=VAR00002 BY VAR00001
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ CC
/CELLS=COUNT TOTAL
/COUNT ROUND CELL.

Resources Processor Time 0:00:00.000


Elapsed Time 0:00:00.013
Dimensions Requested 2
Cells Available 174762

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

Percen

N Percent N Percent N t

pengetahuan * kejadian 30 96.8% 1 3.2% 31 100.0

55
umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

< 20 6 20 20 22,7

20-30 13 43,3 43,3 47,7

Valid 31-40 3 10 10 79,5

>40 8 26,67 26,67 100,0

Total 40 100,0 100,0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

SD 2 6,67 44,1 41,1

SLTP 4 13,33 29,4 29,4

SLTA 17 56,67 17,6 17,6


Valid
S1 1 3,33 8,8 8,8
6 20

Total 100 100 100,0

56
Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

PNS 5 16,67 16,67 41,1

Swasta 11 13,67 13,67 29,4

Petani 2 6,67 6,67 17,6


Valid Pelajar 4 13,33 13,33 8,8
Buruh 1 3,33 3,33 3,33
Tidak bekerja 7 23,38 23,38 23,38

Total 100 100 100,0 100,0

pengetahuan * pencegahan DBD Crosstabulation

Pencegahan

Tidak ada ada Total

pengetahuan cukup baik Count 0 5 5

% of Total .0% 16.7% 16.7%

baik Count 8 6 14

% of Total 26.7% 20.0% 46.7%

sangat baik Count 8 3 11

% of Total 26.7% 10.0% 36.7%

Total Count 16 14 30

% of Total 53.3% 46.7% 100.0%

57
pencegahan DBD Crosstabulation

Pencegahan DBD

Tidak ada ada Total

Pencegahan BDB cukup baik Count 0 5 5

% of Total .0% 16.7% 16.7%

baik Count 8 6 14

% of Total 26.7% 20.0% 46.7%

sangat baik Count 8 3 11

% of Total 26.7% 10.0% 36.7%

Total Count 16 14 30

% of Total 54.3% 46.7% 100%.

Statistics

umur pendidikan pekerjaan

Valid 30 17 11
N
Missing 0 0 0

Chi-Square Tests
58
Value Df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 7.458a 2 .024

Likelihood Ratio 9.443 2 .009

Linear-by-Linear Association 6.046 1 .014

N of Valid Cases 30

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.33.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .446 .024

N of Valid Cases 30

59
Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 8.750a 2 .013

Likelihood Ratio 9.270 2 .010

Linear-by-Linear Association 5.739 1 .017

N of Valid Cases 30

a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.80.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .475 .013

N of Valid Cases 30

60

Anda mungkin juga menyukai