Anda di halaman 1dari 79

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

HEMATEMESIS MELENA PADA Tn. I.P

DI RUANG AGUSTINUS ANGELA

RSU GUNUNG MARIA TOMOHON

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH:

RENALDI JENDRI PAJOW

NIM: 2019049

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GUNUNG MARIA

TOMOHON

2022
STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

HEMATEMESIS MELENA PADA Tn. I.P

DI RUANG AGUSTINUS ANGELA

RSU GUNUNG MARIA TOMOHON

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH:

RENALDI JENDRI PAJOW

NIM: 2019049

Sebagai Salah Satu Pesryaratan dalam Menyelesaikan Pendidikan Ahli Madya


Keperawatan di Sekolah Tinggi Gunung Maria Tomohon

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GUNUNG MARIA


TOMOHON
2022
PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


NAMA : RENALDI JENDRI PAJOW
NIM : 2019049
Program Studi : Diploma Tiga Keperawatan

Menyatakan bahwa karya tulis ilmiah ini adalah benar merupakan hasil karya yang
saya buat sendiri dan sepanjang sepengetahuan dan keyakinan saya tidak
mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan yang telah dipublikasikan sebelumnya
atau ditulis oleh orang lain, atau sebagian bahan yang pernah diajukan untuk gelar
atau ijazah pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gunung Maria atau perguruan tinggi
lainnya.
Apabila pada masa yang akan datang diketahui bahwa pernyataan ini tidak benar
adanya, saya bersedia menerima sanksi yang diberikan dengan segala
konsekuensinya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Tomohon, Juni 2022

RENALDI JENDRI PAJOW


LEMBAR PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH DENGAN JUDUL


STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

HEMATEMESIS MELENA PADA Tn. I.P

DI RUANG AGUSTINUS ANGELA

RSU GUNUNG MARIA TOMOHON

Telah disetujui untuk diuji dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gunung Maria Tomohon

Pembimbing

Dr. Vione D. O. Sumakul, S.Kep., Ns., M.Kep


NIDN: 0912106501

Tomohon, Juni 2022


Mengetahui
KETUA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GUNUNG MARIA

Ibu. Henny Pongantung, Ns., MSN., DN.Sc


NIDN: 0912106501
LEMBAR PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH DENGAN JUDUL
STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

HEMATEMESIS MELENA PADA Tn. I.P

DI RUANG AGUSTINUS ANGELA

RSU GUNUNG MARIA TOMOHON

Telah diuji dalam ujian komprehensif yang dilaksanakan pada:

Hari/Tanggal : selasa, 21 Juni 2022

Jam :

Tempat : Kampus Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gunung Maria

Tim penguji :

1. Fransiskus X. Dotulong, Ns., M.Kep ( )


NIDN: 0915028601
2. Meylani D. Wowor, Ners.,M.Kep ( )
NIDN: 090058103
3. Dr. Vione D. O. Sumakul S.Kep., Ns., M.Kep ( )
Disahkan Oleh:
Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gunung Maria

Ibu. Henny Pongantung, Ns., MSN., DN.Sc


NIDN: 0912106501
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI
Sebagai civitas Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gunung Maria, saya yang bertanda
tangan di bawah ini:
Nama : RENALDI JENDRI PAJOW
NIM : 2019049
Program studi : Diploma Tiga Keperawatan
Jenis Karya : Karya Tulis Ilmiah

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gunung Maria Hak Bebas Royalty Non-eksklusif
(Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya tulis ilmiah saya yang berjudul
STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
HEMATEMESIS MELENA PADA Tn. I.P DI RUANG AGUSTINUS ANGELA
RSU GUNUNG MARIA TOMOHON beserta perangkat yang ada (jika diperlukan).
Dengan Hak Bebas Royalty Non-eksklusif ini, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Gunung Maria berhak menyimpan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat, dan mempublikasikan karya tulis ilmiah selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Tomohon, Juni 2022


Yang menyatakan,

RENALDI JENDRI PAJOW


CURRICULUM VITAE

Identitas Penulis
Nama : RENALDI JENDRI PAJOW
NIM : 2019049
Tempat Tanggal Lahir : sonder, 15 januari 1999
Agama : Kristen protestan
Jenis Kelamin : Laki - laki
Suku/Bangsa : Minahasa/Indonesia
Alamat Tempat Tinggal : talikuran, jaga 3, kecamatan sonder
Nomor Handphone : 081527258544
Email : renaldijendripajow@gmail.com

Riwayat Pendidikan
TK Nasareth Talikuran tamat tahun 2006
SD Impres Talikuran tamat tahun 2012
SMP N 1 Sonder tamat tahun 2014
SMK N 1 Sonder tamat tahun 2017
STIKES Gunung Maria Tomohon tamat tahun 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat dan tuntunan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis
ilmiah Studi Kasus Asuhan Keperawatan Gerontik Penyakit Hipertensi Pada Tn I.P di
ruangan agustinus angela RSU Gunung Maria Tomohon
Tujuan penulisan karya tulis ilmiahh ini untuk memenuhi persyaratan dalam
menyelesaikan Program Diploma Tiga Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Gunung Maria Tomohon.
Saat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, penulis mengalami begitu banyak
pengalaman baru yang dilewati, ada pula hambatan dan tantangan, namun dengan
kehendak dan niat yang kuat serta dukungan, doa dan motivasi dari berbagai pihak
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan baik. Oleh karena
itu perkenankan penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Keluarga saya serta saudara yang telah memberikan motivasi, dukungan, serta
doa maupun semangat kepada penulis selama studi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Gunung Maria Tomohon bahkan sampai pada saat ini penulis dapat menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini.
2. Ibu. Henny Pongantung, Ns., MSN., DN.Sc sebagai Ketua Stikes Gunung
Maria Tomohon, seluruh Staf Dosen dan seluruh Staf Pendidikan yang telah
membantu penulis selama melaksanakan perkuliahan di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Gunung Maria Tomohon sampai pada masa penyelesaian karya tulis
ilmiah ini.
3. Ibu. Cicilia Lariwu, S.Kep., Ns., M.Kes sebagai dosen pembimbing KTI yang
telah menuntun, membimbing memberikan masukan, dan juga arahan bagi penulis
selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
4. Ibu Meylani D. Wowor, Ners., M.Kep sebagai dosen penguji 1, dan Ibu. Ibu
Mareyke Y.L. Sepang S.Kep., Ns., M.Kes sebagai dosen penguji 2, terima kasih telah
menguji penulis dalam melaksanakan ujian karya tulis ilmiah ini dengan baik
sehingga penulis mampu menguasai materi yang dibawakan serta telah memberikan
saran dan masukan yang baik dalam proses penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
5. Ibu Mareyke Y.L. Sepang S.Kep., Ns., M.Kes sebagai pembimbing akademik
yang sudah membimbing,, memotivasi, dukungan, serta mengarahkan penulis agar
bisa memenuhi persyaratan untuk selesai tepat waktunya di STIKES Gunung Maria
Tomohon.
6. Ibu Pricilia M. Toreh, S.Kep., Ns sebagai wali kelas, yang telah membimbing
dan membina penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
7. Keluarga Ny. J.M. yang telah memberika ijin dan kesempatan kepada penulis
untuk melaksanakan proses pengkajian keperawatan Gerontik kepadan Ny. J.M. yang
membantu penulis dalam rangka menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah ini
yang berlangsung mulai tanggal 28 maret 2022 sampai 31 maret 2022.
8. Teman-teman Angkatan XVIII STIKES Gunung Maria Tomohon yang selalu
saling memberi dukung dan semangat selama proses perkuliahan sampai proses
penyusun karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan karya tulis ilmiah ini masih memiliki
kekurangan dan keterbatasan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk dapat melengkapi karya tulis ilmiah ini. Semoga berguna dan
bermanfaat bagi pembaca sehingga menambah pengetahuan dibidang Kesehatan
terutama dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan.

Tomohon, Juni 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyakit tidak menular( PTM) merupakan salah satu masalah kesehatan di
masyarakat yang setiap tahunnya mengalami peningkatan, dan menjadi penyumbang
terbesar kejadian kematian global. Sebagian besar (80%) PTM terjadi di Negara
berkembang, termasuk Indonesia. Menurut Global Status Report on Non
Communicable Disaeses, WHO (2010) PTM dapat terjadi akibat kurangnya aktivitas
fisik, merokok pola makan yang tidak efektif, akibatnya dapat menyebabkan
kenaikan tekanan, kenaikan gula darah, dan peningkatan lemak darah.
Melena adalah tinja hitam yang terjadi sebagai akibat dari perdarahan
gastrointenstinal. Pendarahan ini biasanya berasal dari saluran gastrointenstinal
bagian atas, yang meliputi mulut, kerongkongan, lambung, dan bagian pertama dari
usus kecil. Dalam beberapa kasus, perdarahan dikolon asendens dari usus besar, yang
terletak di saluran gastrointenstinal bagian bawah, juga menyebabkan melena
(Osmosis from ELSEVIER, Melena 2017)
Penyebab paling umum dari melena adalah penyakit tukak lambung, di mana
bisul atau luka yang menyakitkan berkembang di perut atau usus kecil. Hal ini dapat
disebabkan oleh infeksi Heliobacter pylori (H. pylori), yang smenyebabkan radang
lambung yang dikenal sebagai gastritis, menyebabkan sekresi asam tinggi yang
merusak mukosa dan dapat menyebabkan perkembangan ulkus. Demikian pula,
penggunaan kronis aspirin atau obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) lainnya juga
dapat menyebabkan gastritis dan ulkus yang dihasilkan dari saluran GI. Kerusakan
pada saluran GI dapat disebabkan oleh berbagai kondisi lain, seperti robekan
Mallory-Weiss, yang mengacu pada robekan atau laserasi dan akibat perdarahan di
esofagus bagian bawah yang biasanya disebabkan oleh muntah yang berlebihan.
Selain itu, kondisi yang terkait dengan produksi asam yang berlebihan, seperti
penyakit refluks gastroesofagus (GERD), dapat menyebabkan peradangan parah pada
kerongkongan yang dikenal sebagai esofagitis erosif, yang pada gilirannya dapat
menyebabkan ulserasi dan perdarahan (Osmosis from ELSEVIER, Melena).
Insidensi hematemesis melena di negara barat mencapai 100 hingga 160 kasus
per 100.000 penduduk atau mencapai 400.000 pertahun dengan penyebab terbanyak
di Amerika Serikat yaitu tukak peptik sekitar 40 % (Holster dan Kuipers, 2012). Hasil
yang sama ditunjukan pada penelitian sebelumnya oleh Hearnshaw (2010) di Inggris,
dengan penyebab terbanyak adalah tukak peptik sebanyak 36%, diikuti oleh varises
esofagus sebanyak 11%. Sementara itu di Indonesia, tahun 2009 terdapat 1673 kasus
hematemesis melena di SMF Penyakit (Adi, 2009). Data rekam medik penderita
perdarahan SCBA yang dirawat di RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado periode
2013-2015. Hasil penelitian memperlihatkan terdapat 139 kasus perdarahan SCBA
terdiri dari 87 pasien laki-laki (63%) dan 52 pasien perempuan (37%). Dari 139 kasus
tersebut hanya ditemukan dua penyebab kasus perdarahan SCBA, yaitu ulkus
peptikum pada 105 kasus (76%) dan varises esofagus pada 34 kasus (24%).
Berdasarkan usia, tertinggi pada golongan usia 56-65 tahun sebanyak 43 kasus (31%)
dan terendah pada golongan usia 15-25 tahun sebanyak 6 kasus (6%). Simpulan: Pada
penelitian ini yang tersering ditemukan ialah ulkus peptik sebagai penyebab
perdarahan SCBA, kelompok usia 56-65 tahun, dan pada jenis kelamin laki-laki.

Berdasarkan semua data di atas penulis tertarik untuk memahami lebih jauh
mengenai penyakit system pencernaan khususnya hematemesis melena sehingga
penulis memilih untuk mengambil karya tulis ilmiah dengan judul studi kasus asuhan
keperawatan medical bedah system pencernaan hematemesis melena pada Tn. I.P. di
irina Agustinus Angela Rsu Gunung Maria Tomohon.

Manfaat dari asuhan keperawatan yang hendak saya berikan kepada pasien
yang ini untuk membantu mengatasi segala masalah yang nantinya akan muncul,
sehingga sebagai perawat saya akan mengusahakan yang terbaik dalam proses
penyembuhan pasien sesuai dengan standar operasional prosedur yang ada.
Harapan yang hendak dicapai oeh penulis ialah dapat menangani kasus
hematemesis melena dengan memberikan asuhan keperawatan yang professional
kepada pasien serta memberikan pendidikan kesehatan yang dapat bermanfaat bagi
pasien dan keluarga serta berkolabolasi dengan segala tenaga kesehatan yang ada
dirumah sakit sehingga pasien dapat pulih seperti pada waktu sebelum sakit.

1.2 Perumusan masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis ingin lebih mendalami dengan
lanjut mengenai penyakit hematemesis melena, karena berdasarkan pengalaman yang
penulis dapati selama dilahan peraktik klinik keperawatan, tindakan keperawatan
yang diberikan oleh tenaga kesehatan khususnya pada penderita hematemesis melena
masih seperti menangani kasus biasa dengan memberikan tindakan keperawatan
sebagai mana yang selalu diberikan, sedangkan tindakan keperawatan yang diberikan
harus sesuai dengan standar operasional prosedur . oleh karena itu, ini menjadi
bagian yang membuat penulis tertarik untuk bisa memberikan asuhan keperawatan
yang sesuai dengan standar yang ada.
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Mendeskrepsikan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan sitem pencernaan
hematemesis melena pada Tn.I.P di ruangan agustinus angela rumah sakit gunung
maria tomohon.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Diperolehnya kemampuan dalam melaksanakan pengkajian keperawatan
pada pasien hematemesis melana.
2. Diperolehnya kemampuan merumuskan diangnosis keperawatan pada
pasien hematemesis melena.
3. Diperolehnya kemampuan dalam menyusun rencana atau intervesi
keperawatan pada pasien hematemesis melena.
4. Diperolehnya kemampuan dalam melaksanakan tindakan keperawatan
pada pasien hematemesis melena .
5. Diperolenya kemampuan dalam mengevaluasi asuhan keperawatan pada
pasien hematemesis melena.
1.4 Manfaat penulisan
1.4.1 Pasien dan keluarga
Sebagai sumber informasi kesehatan dalam rangka untuk tindakan
pencegahan, serta menambah pengetahuan tentang hematemesis melena.
1.4.2 Pelayanan keperawatan
Sebagai masukkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien dengan hematemesis
melena.
1.4.3 Institusi pendidikan
Sebagai bahan bacaan dan sumber refrensi bagi mahasiswa/mahasiswi
mengenai hematemesis melena di perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Gunung Maria Tomohon dalam meningkatkan mutu pendidikan.
1.4.4 Penulis
Hasil penelitian ini bisa menambah ilmu serta wawasan penulis selama
menempuh pendidikan dan juga sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan diploma III keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gunung
Maria Tomohon.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar Hematemesis Melena
2.1.1 Definisi
Melena adalah feses yang mengandung darah yang telah dicerna mereka
memiliki penampilan hitam (sering digambarkan sebagai 'hitam legam') dan bau yang
khas dan ofensif ( SienceDirect, Hematemesis). Hematemesis dan melena merupakan
tanda-tanda perdarahan saluran cerna bagian atas. Hematemesis didefinisikan sebagai
muntah darah atau bekuan darah, sedangkan melena didefinisikan sebagai buang air
besar berwarna gelap dan lembek dengan bau khas yang menyengat. Hematemesis
segar sering merupakan tanda yang dapat diandalkan yang menandakan sedang
berlangsung atau aktif ( Jurnal Online, Hematemesis and melena).
2.1.2 Etiologi
Hematemesis terjadi bila ada perdarahan di daerah proksimal jejunum dan
melena dapat terjadi tersendiri atau bersama-sama dengan hematemesis. Paling
sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50-100ml. Banyaknya darah yang keluar selama
hematemesis sulit dipakai sebagai patokan untuk menduga besar kecilnya perdarahan
saluran makan bagian atas. Hematemesis merupakan suatu keadaan yang gawat dan
memerlukan perawatab segera di rumah sakit. Menurut (Nurarif, Amin dll 2015)
Etiologi dari hematemesis melena adalah:
2.1.2.1 Kelainan esofagus
1. Varises esophagus
Penderita hematemesis yang disebabkan oleh pecahnya varises esophagus,
tidak mengeluh rasa nyeri atau pedih di epigastrum. Pada umumnya sifar
perdarahan timbul spontan dan massif. Darah yang dimuntahkan berwarna
kehitam-hitaman dan tidak embeku karena sudah tercampur dengan asam
lambung.
2. Karsinoma eshopagus
Karisoma eshopagus sering memberikan keluhan melena dari pada
hematemesis. Disamping mengeluh disfagia, badan mengurus dan anemis,
hanya sesekali penderita muntah darah dan itu pun tidak massif
3. Sindroma Mallory-Weiss
Suatu kondisi yang ditandai dengan robekan pada selaput lender, yang
terletak dibawah kerongkongan. Robekan tersebut biasanya linear dan
muncul dipersampingan yang menghubungkan esofagus dan lambung,
robekan tersebut rentan terhadap pendarahan. Biasanya disebabkan karena
terlalu sering muntah-muntah hebat dan terus menerus.
4. Esofangitis dan tukak esophagus
Esophagus bila sampai menimbulkan perdarahan lebih sering intermitten
atau kronis dan biasanya ringan, sehingga lebih sering timbul melena dari
pada hematemesis tukak di esophagus jarang sekali mengakibatkan
perdarahan jika dibandingkan dengan tukak lambung dan duodenum.
5. Esophagus korosiva
Pernah ditemukan penderita wanita dan pria yang muntah darah setelah
tidak sengaja meminum air keras untuk patri. Air keras tersebut
mengandung asam sitras dan asam HCI yang bersifat korosif untuk mukosa
mulut, esophagus dan lambung. Penderita juga mengeluh nyeri dan panas
seperti terbakar di mulut, dada, dan epigastrum.
2.1.2.2 Kelainan di lambung
1. Gastritiserisovanhemoragika
Hematemesis tidak massif dan timbul setelah penderita minum obat-obatan
yang menyebabkan iritasi lambung. Sebelum muntah penderita mengeluh
nyeri ulu hati.
2. Tukak lambung
Penderita mengalami dyspepsia barupa mual, muntah, nyeri ulu dan
sebelum hematemesis didahului rasa nyeri atau pedih di epigastrum yang
berhubungan dengan makanan. Sifat hematemesis tidak begitu massif dan
melena lebih dominan dari hematemesis
3. Karsinoma lambung
Insidensinya jarang, pasien umumnya berobat dalam fase lanjut dengan
keluhan rasa pedih dan nyeri di ulu hati, rasa cepat kenyang, badan lemah.
Jarang mengalami hematemsis, tetapi sering melena.
2.1.3 Anatomi dan fisiologi

Sistem Saluran Pencernaan Saluran pencernaan makanan merupakan saluran


yang menerima makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh
dengan jalan proses pencernaan (penguyahan, penelanan, dan pencampuran) dengan
enzim dan zat cair yang terbentang mulai dari mulut (oris) sampai anus.

Susunan saluran pencernaan terdiri dari:

1. Oris (mulut)
a. Mulut atau oris adalah pemulaan saluran pencernaan yang terdiri
atas 2 bagian yaitu :
1) Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang antara
gusi, gigi, bibir, dan pipi.
2) Bagian rongga mulut bagian dalam, yaitu rongga mulut yang
dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris, palatum dan
mandibularis, di sebelah belakang bersambung dengan faring.
Selaput lendir mulut ditutupi, epitelium yang berlapis-lapis,
dibawahnya terletak kelenjarkelenjar halus yang
mengeluarkan lendir. Selaput ini kaya akan pembuluh darah
dan juga memuat banyak ujung akhir syaraf sensoris.
Di sebelah luar mulur ditutupi oleh kulit dan di sebelah
dalam ditutupi oleh selaput lendir (mukosa). Otot orbikularis
oris menutupi bibir, levator anguli oris mengangkat dan
depresor anguli oris menekan ujung mulut.
b. Palatum terdiri atas 2 bagian yaitu :
1) Palatum durum (palatum keras) yang tersusun atas tajuk-tajuk
palatum dan sebelah depan tulang maksilaris dan lebih
kebelakang terdiri dari 2 tulang palatum.
2) Palatummole (palatum lunak) terletak dibelakang yang
merupakan lipatan menggantung yang bergerak, terdiri atas
jaringan fibrosa dan selaput lendir. Gerakannya dikendalikan
oleh mukosa yang mengandung papila, otot yang terdapat
pada pipi adalah otot buksinator. Didalam rongga mulut
terdapat geligi kelenjar ludah dan lidah.
c. Geligi ada dua macam yaitu :
1) Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak umur 6-7 bulan,
lengkap pada umur 2½ tahun jumlahnya adalah 20 buah
tersebut juga gigi susu, terdiri dari: 8 buah gigi seri (dens
insivusi), 4 buah gigi taring (dens karinus) dan 8 buah gigi
geraham (molare).
2) Gigi tetap (gigi permanen) tumbuh pada umur 6- 12 tahun,
jumlahnya 32 buah terdiri dari: 8 buah gigi seri (dens
insisivus) 4 buah gigi taring (dens karinus) 18 buah gigi
geraham (molare, dan 12 buah gigi geraham peremolare).
Fungsi gigi terdiri dari: gigi seri untuk memotong makanan,
gigi taring gunanya untuk memutuskan makanan yang keras
dan liat, dan gigi geraham gunanya untuk mengunyah
makanan yang sudah dipotong-potong.
d. Lidah Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput
lendir, kerja otot ini dapat digerakkan ke seluruh arah. Lidah
dibagi atas tiga bagian, radiks lingua (pangkal lidah), dorsum
lingua (punggung lidah), dan apeks lingua (ujung lidah). Pada
pangkal lidah yang belakang tedapat terdapat epiglotis, yang
berfungsi untuk menutup jalan nafas pada waktu kita menelan
makanan, supaya makanan jangan masuk ke jalan nafas. Fungsi
lidah yaitu mengaduk makanan, membentuk suara, sebagai alat
pengecap dan menelan, serta merasakan makanan. Kelenjar ludah
merupakan kelenjar yang mempunyai duktus yang bernama
duktus wartoni dan duktus stensoni. Kelenjar ludah ini ada yakni
yaitu
1) Kelenjar ludah yang bawah rahang (kelenjar submaksilaris),
yang terdapat di bawah tulang rahang atas pada bagian
tengah.
2) Kelenjar ludah bawah lidah (kelenjar sublingualis) yang
terdapat di sebelah depan di bawah lidah.
2. Faring (tekak) Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga
mulut dengan kerongkongan (esofagus). Didalam lengkung faring
terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limpe yang banyak
mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi.
3. Esofagus (kerongkongan) Esofagus merupakan saluran yang
menghubungkan tekak lambung, panjangnya 25 cm, mulai dari faring
sampai pintu masuk kardiak di bawah lambung. Lapisan dari dalam ke
luar: lapisan selaput lendir (mukosa), lapisan submukosa, lapisan otot
melingkar sirkuler, dan lapisan otot memanjang longitudinal. Esofagus
terletak di belakang trakea dan didepan tilang punggung, setelah melalui
toraks menembus diafragma masuk ke dalam abdomen menyambung
dengan lambung.
4. Ventrikulus (lambung) Lambung atau gaster merupakan bagian dari
saluran yang dapat mengembang paling banyak terutama di daerah
epigaster. Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan
dengan esofagus melalui orifisium pilorik, terletak di bawah diafragma
di depan pankreas dan limpa, menempel di sebelah kiri fundus uteri.
Bagian lambung terdiri dari:
a. Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol ke atas terletak disebelah
kiri osteum kardium dan biasanya penuh berisi gas.
b. Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada
bagian bawah kurvatura minor.
c. Antrum pilorus, bagian lambung berbentuk tabung mempunyai
otot yang tebal membentuk sfingter pilorus.
d. Kurvatura minor, tedapat di sebelah kanan lambung, terbentang
dari osteum kardiak sampai ke pilorus.
e. Kurvatura mayor, lebih panjang dari kurvatura minor, terbentang
dari sisi kiri osteum kardiak melalui fundus ventrikuli menuju ke
kanan sampai ke pilorus inferior. Ligamentum gastrolienalis
terbentang dari bagian atas kurvatura mayor sampai ke limpa.
f. Osteum kardiak, merupakan tempat esofagus bagian abdomen
masuk ke lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium pilorik.
Fungsi lambung meliputi: Menampung makanan, menghancurkan
dan mengahaluskan makanan oleh peristaltik lambung dan getah
lambung. Getah cerna lambung dihasilkan: Pepsin, fungsinya
memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan pepton).
Agar garam (HCL), fungsinya mengasamkan makanan sebagai
antiseptik dan disenfektan, dan membuat suasana asam pada
pepsinogen sehingga menjadi pepsin. Renin fungsinya, sebagai
ragi yang membekukan susu dan membentuk kasein dari
karsinogen (karsinogen dan protein susu). Lapisan lambung
jumlahnya sedikit memecah lemak menjadi asam lemak yang
merangsang sekresi getah lambung.
2. Usus Halus Usus halus atau intestinum minor adalah bagian dari sistem
pencernaan makanan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada
pada sekum panjangnya 6 m, merupakan saluran paling panjang tempat
proses pencernaan dan absorbsi hasil pencernaan yang terdiri dari
lapisan usus halus (lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot
melingkar (M. Sirkuler), lapisan otot memanjang (M. Longitudinal),
lapisan serosa (sebelah luar) dan usus halus terbagi menjadi 3 bagian
yaitu:
a. Duodenum Duodenum disebut juga usus 1 jari, panjangnya
±25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri, pada
lengkungan ini terdapat pankreas. Pada bagian kanan
duodenum ini terdapat selaput lendir, yang berbukit disebut
papila vateri. Pada bagian papila vateri ini bermuara saluran
empedu (duktus koledokus) dan saluran pankreas (duktus
wirsung/duktus pankreatikus). Emepedu dibuat di hati untuk
dikeluarkan ke duodenum melalui duktus koledokus yang
fungsinya mengemulsikan lemak, dengan bantuan lipase.
Pankreas juga menghasilkan amilase yang berfungsi
mencerna hidrat arang menjadi di sakarida, dan tripsin yang
berfungsi mencerna protein menjadi asam amino atau
albumin dan polipeptida. Dinding duodenum mempunyai
lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar, kelenjar
ini disebut kelenjar brunner, berfungsi untuk memproduksi
getah intestinum.
b. Jejenum dan ileum Jejenum dan ilium mempunyai panjang
sekitar 6 meter. Dua perlima bagian atas adalah (jejenum)
dengan panjang ±23 meter dan ilium panjang 4-5 m. Lekukan
jejenum dan ilium melekat pada dinding 15 abdomen
posterior dengan perantaraan lipatan peritonium yang
berbentuk kipas kenal sebagai mesenterium. Akar
mesentrium memungkinkan keluar dan masuknya cabang-
cabang arteri dan vena mesentrika superior, pembuluh limfe
dan saraf ke ruang antara 2 lapisan peritonium yang
membentuk mesentrium. Sambungan antara jejenum dan
ileum tidak mempunyai batas yang tegas. Ujung bawah ileum
berhubungan dengan sekum dengan perantaraan lubang yang
bernama orifisium ileosekalis. Fungsi usus adalah menerima
zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui
kapiler-kapiler darah dan saluran-saluran limfe, menyerap
protein dalam bentuk asam amino, karbohidrat diserap dalam
bentuk monosakarida. Intestinum mayor (usus besar) Usus
besar adalah intestinum mayor panjangnya ±1 1 /2 m,
lebarnya adalah 5-6 cm, lapisan-lapisan usus besar dari dalam
ke luar: selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot
memanjang, jaringan ikat. Fungsi usus besar adalah menyerap
air dari makanan, tempat tinggal bakteri koli, tempat feses.
Usus besar terbagi dari beberapa bagian yaitu:
a. Sekum Di bawah sekum mendapat apendiks vermiformis
yang berbentuk seperti cacing sehingga disebut juga
umbai cacing, panjangnya 6 cm. Seluruhnya ditutupi oleh
peritoneum mudah bergerak walaupun tidak mempunyai
mesentrium dan dapat diraba melalui dinding abdomen
pada orang yang masih hidup.
b. Kolon asendens Panjangnya 13 cm, terletak dibawah
abdomen sebelah kanan, membujur ke atas dari ileum di
bawah hati. Di bawah hati melengkung ke kiri,
lengkungan ini disebut fleksura hepatika, dilanjutkan
sebagai kolon tranversum.
c. Kolon transversum Panjangnya ±38 cm, membujur dari
ujung kolon asendens sampai ke kolon desendens berada
di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura
hepatika dan sebelah kiri terdapat fleksura lienalis.
d. Kolon desendens Panjangnya ±25 cm, terletak di bawah
abdomen bagian kiri membujur dari atas ke bawah dan
fleksura lenalis sampai ke depan ileum kiri, bersambung
dengan kolon sigmoid.
e. Kolon sigmoid Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari
kolon desendens, terletak miring dalam rongga pelvis
sebelah kiri, bentuknya menyerupai hurup S, ujung
bawahnya berhubungan dengan rektum.
3. Rektum
Rektum terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan
intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan
os sakrum dan os koksigis.
4. Anus
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan
rektum dengan dunia luar (udara luar). Terletak di dasar pelvis,
dindingnya diperkuat oleh 3 sfingter. ( syaifuddin,2019)
2.1.4 Faktor risiko
Terdapat beberapa faktor risiko yang dianggap berperan dalam patogenesis
perdarahan SCBA.Faktor risiko yang telah di ketahui adalah usia, jenis kelamin,
penggunaan OAINS, penggunaan obat antiplatelet, merokok, mengkonsumsi alkohol,
riwayat ulkus, diabetes mellitus dan infeksi bakteri Helicobacter pylori.
1. Usia Perdarahan SCBA sering terjadi pada orang dewasa dan risiko
meningkat pada usia >60 tahun. Penelitian pada tahun 2001-2005
dengan studi retrospektif di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
terhadap 837 pasien yang memenuhi kriteria perdarahan SCBA
menunjukkan rata-rata usia pasien laki-laki adalah 52,7 ± 15,82 tahun
dan rata-rata usia pasien wanita adalah 54,46 ± 17,6.26 Usia ≥ 70 tahun
dianggap sebagai faktor risiko karena terjadi peningkatan frekuensi
pemakaian OAINS dan interaksi penyakit komorbid yang menyebabkan
terjadinya berbagai macam komplikasi.
2. Jenis kelamin Kasus perdarahan SCBA lebih sering dialami oleh laki-
laki. Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa sekitar 51,4%
yang mengalami perdarahan SCBA berjenis kelamin laki-laki.11 Dari
penelitian yang sudah dilakukan mayoritas menggunakan pendekatan
epidemiologi dan belum ada penelitian yang secara spesifik menjelaskan
hubungan perdarahan SCBA dengan jenis kelamin.
3. penggunaan obat antiinflamasi non steroid (OAINS) Peningkatan risiko
komplikasi ulkus (rawat inap, operasi, kematian) terjadi pada orang tua
yang mengkonsumsi OAINS. Studi cross sectional terhadap individu
yang mengkonsumsi OAINS pada dosis maksimal dalam jangka waktu
lama 35% hasil endoskopi adalah normal, 50% menunjukkan adanya
erosi atau petechiae, dan 5%-30% menunjukkan adanya ulkus.27 Jenis-
jenis OAINS yang sering dikonsumsi adalah ibuprofen, naproxen,
indomethacin, piroxicam, asam mefenamat, diklofenak.
4. Penggunaan obat-obat antiplatelet Penggunaan aspirin dosis rendah (75
mg per hari) dapat menyebabkan faktor perdarahan naik menjadi dua
kali lipat, bahkan dosis subterapi 10 mg per hari masih dapat
menghambat siklooksigenase. Aspirin dapat menyebabkan ulkus
lambung, ulkus duodenum, komplikasi perdarahan dan perforasi pada
perut dan lambung. Obat antiplatelet seperti clopidogrel berisiko tinggi
apabila dikonsumsi oleh pasien dengan komplikasi saluran cerna.
5. Merokok : Dari hasil penelitian menunjukkan merokok meningkatkan
risiko terjadinya ulkus duodenum, ulkus gaster maupun keduanya.
Merokok menghambat proses penyembuhan ulkus, memicu
kekambuhan, dan meningkatkan risiko komplikasi.
6. Alkohol Mengkonsumsi alkohol konsentrasi tinggi dapat merusak
pertahanan mukosa lambung terhadap ion hidrogen dan menyebabkan
lesi akut mukosa gaster yang ditandai dengan perdarahan pada mukosa.
7. Riwayat Gastritis Riwayat Gastritis memiliki dampak besar terhadap
terjadinya ulkus. Pada kelompok ini diprediksi risiko terjadi bukan
karena sekresi asam tetapi oleh adanya gangguan dalam mekanisme
pertahanan mukosa dan proses penyembuhan.8.
8. Diabetes mellitus (DM) Beberapa penelitian menyatakan bahwa DM
merupakan penyakit komorbid yang sering ditemui dan menjadi faktor
risiko untuk terjadinya perdarahan. Namun, belum ada penelitian yang
menjelaskan mekanisme pasti yang terjadi pada perdarahan SCBA yang
disebabkan oleh diabetes mellitus.
9. Infeksi bakteriHelicobacter pylori Helicobacter pylori merupakan
bakteri gram negatif berbentuk spiral yang hidup dibagian dalam lapisan
mukosa yang melapisi dinding lambung. Beberapa penelitian di
Amerika Serikat menunjukkan tingkat infeksi H.pylori
10. Chronic Kidney Disease Patogenesis perdarahan saluran cerna pada
chronic kidney disease masih belum jelas, diduga faktor yang berperan
antara lain efek uremia terhadap mukosa saluran cerna, disfungsi
trombosit akibat uremia, hipergastrinemia, penggunaan antiplatelet dan
antikoagulan, serta heparinisasi pada saat dialysis.
11. Hipertensi Hipertensi menyebabkan disfungsi endotel sehingga mudah
terkena jejas. Selain itu hipertensi memperparah artherosklerosis karena
plak mudah melekat sehingga pada penderita hipertensi dianjurkan
untuk mengkonsumsi obat-obat antiplatelet.
12. Chronic Heart Failure Penelitian yang ada mengatakan bahwa chronic
heart failure dapat meningkatkan faktor risiko perdarahan SCBA
sebanyak 2 kali lipat. (damayanti,2016)
2.1.5 Manifestasi Klinis
Menurut (Nurarif, Amin dkk. 2015) Gejala terjadi akibat perubahan morfologi
dan lebih menggambarkan beratnya kerusakan yang terjadi dari pada etiologinya.
Didapatkan gejala dan tanda sebagai berikut :
1. Gejala-gejala intestinal yang tidak khas seperti anoreksia, mual, muntah
dan diare. Demam, berat badan turun, lekas lelah ascietas,hidratonaks
dan edemo
2. Icterus, kadang-kadang urin menjadi lebih tau warnany atau kecoklatan
3. Hematomegali, bila telah lanjut hati dapat mengecil karena fibrosis.
Hati-hati akan kemungkinan timbulnya prekoma dan koma hepatikum
4. Kelainan pembuluh darah seperti kolateralkolateral dinding, koput
medusa, wasir dan varises esofagus
5. Kelainan endokrin yang merupakan tanda dari hieperestrogenisme
yaitu : impotensiginekomastia, hilangnya rambu axila dan pubis.
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan tinja
Makoskopis dan mikroskopis, ph dan kadar gula jika diduga ada
intoleransi gula, biarkan kuman untuk mencari kuman penyabab dan uji
resistensi terhadap berbagai antibiotika (pada diare persisten).
2. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan yaitu pemeriksaan darah rutin
berupa hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit, pemeriksaan
hemostatis lengkap untuk menunjang adanya sirosis hati, pemeriksaan
hemostasis lengkap untuk mengetahui adanya sirosis hati, pemeriksaan
fungsi ginjal untuk menyingkirkan adanya penyakit gagal ginjal kronis,
pemeriksaan adanya infeksi helicobacter pylori.
3. Pemeriksaan esofagogastroduodenoskopi
Merupakan pemeriksaan penunjang yang paling penting karena dapat
memastikan diagnosis pecahnya varises esophagus atau penyebab
perdarahan dari esophagus, lambung dan duodenum
4. Kontas barium (radiografis)
Bermanfaat untuk menentukan lesi penyebab perdarahan. Ini dilakukan
atas dasar urgenesisnya dan keadaan kegawatan.
5. Angiografi
Bermanfaat untuk pasien-pasien dengan perdarahan saluran cerna yang
tersembunyi dari fisual endoskopi. (Nurarif, Amin dkk. 2015)
2.1.7 Penatalaksanaan Medis
1. Keperawatan
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini
mungkin dan sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan
pengawasan yang teliti dan pertolongan yang lebih baik. Pengobatan
meliputi:
a. Tirah baring
b. Diet makanan lunak
c. Pemeriksaan Hb, Ht
d. Pemberian transfusi darah bila terjadi perdarahan luas
e. Pemberian cairan IV untuk mencegah dehidrasi
f. Pengawasan terhadap TD, N dan kesadaran bila perlu pasang CVP
g. Pertahankan kadar Hb 50-70% nilai normal
h. Pemberian obat hemostatik seperti Vit K
i. Lakukan klisma dengan air biasa dan pemberian antibiotik yang tidak
diserap usus
2. Medis
a. Pemasangan balon SB Tube
Dilakukan pemasangan balon SB tube untuk penderita perdarahan
akibat pecahnya varises. Sebaiknya pemasangan SB tube dilakukan
sesudah penderita tenang dan komperatif, sehingga penderita dapat
diberitau dan dijelaskan makna pemakaian alat tersebut, cara
pemasangannya dan kemungkinan kerja yang dapat timbul pada waktu
selama pemasangan.
b. Tindakan operasi
Bila usaha-usaha penanggulangan perdarahan diatas mengalami
kegagalan dan perdarahan tetap berlangsung, maka dapat dilakukan
tindakan operasi. Tindakan operasi yang biasa dilakukan adalah: ligasi
varises esophagus, transeksi esophagus, pentasaan portokaval. Operasi
efektif dianjurkan setelah enam minggu perdarahan berhenti dan fungsi
hati membaik (Nurarif, Amin dkk. 2015)
2.1.8 Komplikasi
Komplikasi hematemesis melena antara lain:
1. Syok hipovolemik
Disebut juga dengan syok reload yang ditandai dengan menurunnya
volume intravaskuler oleh karena perdarahan. Dapat terjadi karena
kehilangan cairan tubuh yang lain. Menurunnya volume intravaskuler
menyebabkan penurunan volume intraventrikel. Gagal ginjal akut terjadi
akibat syok yang tidak teratasi dengan baik. Untuk mencegah gagal ginjal
maka setelah syok diobati dengan menggantikan volume intravaskuler.
2. Anemia karena perdarahan
Anemia karena perdarahan adalah berkurangnya jumlah sel darah merah
atau jumlah hemoglobin. Perdarahan hebat merupakan penyabab tersering
dari anemia. Jika kehilangan darah, tubuh segera menarik cairan dari luar
pembuluh darah sebagai usaha untuk menjaga agar pembuluh darah tetap
terisi. Akibatnya darah menjadi encer dan presentasi sel darah merah
berkurang.
3. Koma hepatik
Suatu sindrom neuro psikiatrik yang ditandai dengan perubahan
kesadaran, intelektual, dan kelaian neurologis yang menyertai kelainan
parenkim hati.
4. Aspirasi pneumoni
Infeksi paru yang terjadi akibat cairan yang masuk ke saluran napas.
5. Anemi post hemoragik
Kehilangan darah yang mendadak dan tidak disadari.
BAB III

METODOLOGI PENULISAN

3.1 Jenis/desain penulisan


Jenis penelitian ini adalah kasus deskriptif (case studies) yang bertujuan
menjelaskan secara rinci tentang satu kasus asuhan keparawatan. Medical bedah
system pencernaan hematemesis melena untuk memperoleh pemahaman terhadap
fenomena yang terjadi pada pasien yang menderita hematemesis melena serta
manfaat terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan di sarana pelayanan rumah sakit.
3.2 Subjek studi kasus
Subjek studi kasus dalam karya tulis ilmiah ini adalah individu yang
mengalami gangguunan system pencernaan yaitu penyakit hematemesis melena yang
termasuk dalam bagin keperawatan medikal bedah
3.3 Definisi operasional
1. Asuhan keperawatan adalah rangkaian interaksi perawat dengan klien
dan lingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan
kemandirian klaindalam merawat dirinya (UU No 38 Tahun 2014).
2. Keperawatan medikal bedah merupakan pelayanan professional yang
didasarkan ilmu dan teknik keperawatan medikal bedah berbentuk
pelayanan bio-pisko-sosio-spiritual yang komprehensif ditujukan pada
orang dewasa dengan atau yang cenderung mengalami gangguan
fisiologi dengan atau tanpa gangguan struktur akibat truma (CHS, 1992)
3.4 Lokasi dan waktu studi kasus
Tempat pengambilan studi kasus karya tulis ilmia yaitu di ruan rawat inap
penyakit dalam sta. Agustinus Angela rumah sakit gunung maria tomohon. Waktu
pelaksanaan pengambilan studi kasus yaitu pada bulan maret 2022-april 2022 dan
dilakukan selama 4 hari 3 malam perawatan secara menyeluruh.
3.5 Proses pengumpulan data
3.5.1. Kepustakaan
1. Literature buku
Penulisan menggunakan buku tentang keperawatan medikal bedah yang
didalamnya terdapat materi tentang hematemesis melena daan juga buku
anatomi fisiologi system pencernaan hematemesis melena
2. Literature jurnal cetak
Penulis menggunakan jurnal online tentang keperawatan medikal bedah
dengan penyakit hematemesis melena
3. Literature jurnal online
Penulis menggunakan jurnal online tentang keperawatan medikal bedah
dengan penyakit hematemesis melena
4. Literature internet
Penulisan menggunakan internet dalam mengambil gambar anatoi
sistemm pencernaan hematemesis melena data mengenai prevelensi
penderita hematemesis melena
3.5.2 Kasus asuhan keperawatan
1. Wawancara
Penulis berkominikasi secara langsung dengan pasien keluarga serta
perawat dan dokter untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan
pasien yang menderita hematemesis melena
2. Observasi
Penuis melihat langsung keadan dan kondisi pasien secara langsung
meliputi pengkajian fisik pemberian tindakan dan mengevaluasi akan
tindakan yang di berikan
3. Pemeriksaan fisik
Penulis melakukan pemeriksaaan kesehatan pada pasien hematemesis
melena meliputi inspeksi palpasi perkusi dan auskultasi.
4. Implementasi keperawatan
Penuliis melakukan implementasi berdasarkan semua rencana
keperawatan yang di sususn sesuai denngan masalah keperawatan yang di
temukan pada kasus ini
5. Pendokumentasian
Penulis melakaukan pendokumentasian asuhan keperawatan yang di
lakukan pada pasien termasuk evaluasi tindakan yang di lakukan dan
rekam medic dan data laboratorium
6. Diskusi
Penulis melakukan diskusi dengan perawat dokter dosen pembimbing dan
rekan mahasiswa mengenai proses asuhan keperawaatan pada kasus ini.
3.6 Penyajian data
1. Narasi
a. Pengkajian
sampai ujung kaki kepada pasien kelolaan
b. Pola Kesehatan
Penulis mengkaji pola kesehatan pasien dan menuliskannya dalam
karya tulis ilmia ini.
c. Hasil pemeriksaan diagnostic
Penulisan melampirkan dalam karya tulis tentang hasil
pemeriksaan diagnostic pasien yang mendukung kasus ini
d. Penatalaksanaan terapi pengobatan
Penulis melaksanakan terapi pengobatan yang dapat membantu
proses penyembuan pasien sesuai anjuran dokter
2. Table
a. Hasil pemeriksaan laboratorium
Penulis melampirkan dalam karya tulis ilmia demua hasil
pemeriksaan laboratorium dalam bentuk table
b. Rencana asuhan keperawatan
Penulis membuat rencana tindakan untuk asuhan keperawatan
pada kasus hematemesis melena dalam bentuk table
c. Implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan
Penulis melakukan tindakan yang telah direncanakan sebelumnya
dan akan melakukan evluasi dan tindakan tersebut dalam bentuk
table
3.1. Etika Penelitian
3.7.1. Prinsip respect to person (hormat)
Informed conset (IC) adalah lembar persetujuan yang diberikan oleh perawat
atas dasar informasi dan penelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan
terhadap pasien tersebaut perawat menjelaskan manfaat tujuan prosedur dan dampak
dari penelitian yang akan dilaakukan setelah dijelaskan lembar informed conset akan
diberikan kepasien dan keluarga pasien, jika setuju maka informend consent harus
ditandatangani oleh pasien dan keluarga.
Anonymity adalah untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak mencamtumkan
nama respon, tetapi lembar tersut diberikan kode
Confidentially adalah untuk menjaga semua kerahasian informasi yang
didapat dari pasien beberapa kelompok data yang diperlukan akan dilaporkan dalam
hasil penelitian selain itu semua data dan informasi yang telah terkumpul dijamin
kerasiaanya oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan hasil
penelitian.
Autonomy adalah perinsip yang menghormati hak-hak pasien. Terutama hak
otonoi pasien dan merupakan kekuatan yang dimiliki pasien untuk memutuskan suatu
prosedur medis. Penulis memberikan surat pernyataan kepada pasien yang
menyatakan bawha pasie setuju.

FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Ruang Perawatan:Irina Agustinus Angela Auotoanamnese :√


Kamar :kamar IX bed II Alloanamnese : √
Tgl masuk RS :15 Maret 2022 Tgl pengkajian :25 Maret 2022
Nomor RM :394234 Nomor register :02102

A. PENGKAJIAN
I. Identitas
a. Pasien
Nama (Initial) : Tn.I.P
Umur : 80 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Status Perkawinan : Menikah
Jumlah Anak :4
Agama/Suku : Kristen Protestan
Warga Negara : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Alamat Rumah : Kakaskasen 3 lingkungan IV Tomohon Utara
b. Penanggung jawab
Nama(initial) : Ny.T.P
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Tangerang selatan
Pekerjaan : Swasta
Hubungan Keluarga : Anak
c. Data Medik
Diagnosa Medik
Saat Masuk : Hematemesis melena
Saat Pengkajian : Post Hemetemesis melena, anemia, susp pneumonia

II. Keadaan Umum


a. Keadaan Sakit
Pasien tampak sakit Sedang
Alasannya : karena pasien masih bisa makan sendiri, namun tidak
bisa melakukan aktivitas karena pasie terpasang kateter.
b. Kesadaran
1. Kualitatif : Compos mentis
2. Kuantitatif
Skala Koma Glasgow (GCS)
Respon Motorik :6
Respon Bicara :5
Respon Membuka Mata: 4
Jumlah : 15
Kesimpulan : Sadar penuh
c. Pemeriksaan TTV
1. Tekanan darah : 120/70mmHg
Posisi : Terlentang
Lokasi : Lengan kanan
MAP : 120+2.90 = 310 = 103 mmHg
3 3

Kesimpulan : Perfusi darah keginjal memadai dengan nilai


normal 70-110 mmHg

2. Suhu : 36’90C
Lokasi : Axial
3. Pernapasan : 20x/Menit
Irama : Reguler
Jenis : Pernapasan dada
4. Nadi : 72x/Menit
Irama : Reguler
Kekuatan : kuat
5. Pengukuran
Tinggi Badan : 159 cm
Berat Badan : 65
Indeks Massa Tubuh :

Kesimpulan :

III. Genogram

80
Keterangan :

Perempuan :

Pria :

Pasien :

IV. Pemeriksaan Fisik Head To Toe


a. Keadaan Rambut dan Hygiene Kepala: saat dilakukan pengkajian rambut
pasien tampak beruban dan penyebaran rambut tidak merata
b. Hidrasi Kulit daerah dahi: saat dilakukan pengkajian CRT kembali ˃ 2
detik
c. Mata
1) Palpebra : saat dilakukan pengkajian tidak ada edema di
palpebral
2) Sklera : saat dilakukan pengkajian sklera pasien tampak icterus
dengan nilai normal 2mm
3) Konjungtiva : saat dilakukan pengkajian konjung tiva tampak
anemis
4) Tekanan bola mata (TIO): saat dilakukan pengkajian tekanan bola
mata pasien
5) Pupil dan reflex cahaya :saat dilakukan pengkajian pupil tampak
mengecil ketika terkena reflex cahaya
6) Visus ketajaman penglihatan:saat dilakukan pengkajian pengliatan
pasien masih baik
7) Pergerakan Bola mata:saat dilakukan pengkajian pergerakan bola
mata pasien baik keseluruh arah
d. Hidung
1) Septum Hidung:saat dilakuakan pengkajian tampak septum berada di
tengah
2) Kebersihan Hidung:saat dilakuakan pengkajian hidung pasien tampak
sedikit kotor
3) Fungsi Penciuman:saat di lakukan pengkajian pasien mengatakan
masi mencium aroma-aroma di sekitar
e. Telinga
1) Kebersihan Telinga:saat dilakukan pengkajian tampak sedikit kotor
2) Canalis:saat dilakukan pengkajian canalis pasien tampak bersih dan
tidak bernanah
3) Refleks Cahaya politser:saat dilakukan pengkajian cahaya polister
memantul saat terkena cahaya penlight
4) Fungsi Pendengaran:saat dilakukan pengkajian fungsi pendengaran
masih baik
f. Mulut
1) Kebersihan Mulut:saat dilakukan pengkajian mulut pasien tampak
kotor
2) Karang gigi:saat dilakukan pengkajian tampak ada karang gigi
3) Kelengkapan gigi:saat dilakukan pengkajian gigi pasien tampak masi
lengkap
4) Keadaan lidah:saat dilakukan pengkajian lidah tampak sedikit kotor
5) Tonsil:saat dilakukan pengkajian tonsil tampak normal T1
6) Fungsi rasa:saat dilakukan pengkajian fungsi rasa masih baik
g. Leher
1) Kaku kuduk:saat dilakukan pengkajian pasien tidak merasakan kaku
kuduk
2) Kelenjar getah bening:saat dilakukan pengkajian tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening
3) Kelenjar tiroid:saat dilakukan pengkajian tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid
4) Fungsi menelan:saat dilakukan pengkajian fungsi menelan pasien
masih baik
5) Tekanan vena Jugularis:saat dilakukan pengkajian tidak ada tekanan
pada vena jugularis
h. Toraks dan fungsi pernapasan
1) Bentuk dada:saat dilakukan pengkajian bentuk dada pasien normal
2) Bunyi pernapasan:saat dilakukan pengkajian vesikuler
3) Vocal fremitus:saat dilakukan pengkajian normal yaitu getaran pada
dinding dada kanan dan Kiri sama dan suara
4) Perkusi dinding dada:perkusi dada pasien normal
5) Suara napas:tidak ada suara napas tambahan
6) Jumlah pernapasan:saat dilakukan pengkajian jumlah pernapasan
pasien 20
i. Jantung
1) Ictus Cordis:saat dilakukan pengkajian letak ictus cordis normal yaitu
pada ICS ke 5

2) Jumlah HR:saat dilakukan pengkajian jumlah 72 x / menit


3) Batas-batas jantung:saat dilakukan pengkajian letak ictuss cordis
normal yaitu pada ICS ke 5 dengan jumlah HR 103/menit,dan saat
dilakukan pengkajian batas jantung kanan atas SIC II linea para
sternalis dextra, kanan bawah SIC II linea para sternalis sinistra.dan
kiri bawah SIC IV linea medio clavicularis dextra, kiri atas SIC II
linea para sternalis sinistra.dan kiri atas
j. Abdomen
Bentuk abdomen pasien tampak membuncit dan teraba massa, umbilicus
tidak menonjol, peristaltic usus pasien 20x/ menit dengan nilai normal
yaitu5-35x/ menit, tidak ada nyeri tekan, tidak ada nyeri pada daerah
appendiks, hepar pasien tidak teraba, tidak ada pembesaran lien, perkusi
abdomen normal atau thympani dan tidak ada nyeri pada ginjal saat
diperkusi
k. Kelenjar limfe ingunal, Genetalia dan anus
Tidak ada pembesaran dan tidak ada nyeri tekan pada kelenjar limfe
inguinal, dan saat dilakukan pengkajian pada daerah genetalia dan anus,
genetalia pasien normal, dan pada anus normal tidak ada pembengkakan
hemoroid externa
l. Ekstremitas
1) Ekstremitas atas kiri dan kanan: rentang gerak terbatas, dengan
terpasang IVFD di lengan kanan, cairan NaCl 20 tetes/menit, tidak
ada edema, tidak ada luka dan tidak ada fraktur dan tidak ada
dislokasi

2) Ekstremitas bawah kiri dan kanan:pasien tampak masih bias


melakukan aktivitas dengan baik, tidak ada luka, tidak ada edema, dan
tidak ada fraktur dan tidak ada dislokasi
Kanan Kiri
5 5
5 5

5= Kekuatan utuh
m. Kolum Vertebralis: kolum vertebralis berbentuk kiposis, tidak ada luka,
tidak ada lesi, tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan
V. Pengkajian Pola Kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
1) Keadaan Sebelum sakit:saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan
selalu menjaga kesehatan dengan baik
2) Riwayat penyakit saat ini:saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan
ketika pasien terlambat makan pasien akan mengalami bab berwarna
hitam
3) Keluhan utama: pasien mengatakan BAB pasien berwarna hitam
4) Riwayat keluhan utama: pasien mengatakan ketika pasien terlambat
makan, pasien akan mengalami BAB berwarna hitam

5) Keluhan lain yang menyertai: pasien mengatakan merasa nyeri ketika


BAB

6) Riwayat penyakit yang pernah dialami: pasien mengatakan tidak pernah


mengalami penyakit

7) Riwayat penyakit keluarga:pasien mengatakan tidak ada penyakit


keturunan.

b. Pola Nutrisi dan Metabolik


Keadaan sebelum sakit:pasien mengatakan makan 3x/hari nasi, sayur, ikan
dan minum kurang lebih 1 liter air putih dan teh manis.
Keadaan sejak sakit:pasien mengatakan 3x/hari bubur sedikit minum air
karena harus dikurangi
c. Pola Eliminasi
Keadaan sebelum sakit:pasien mengatakan 2-3 kali BAK 1x/hari BAB
Keadaan sejak sakit:pasien tampak terpasang kateter, dan BAB pasien tidak
lancer.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
Keadaan sebelum sakit:pasien mengatakan beraktivitas seperti biasa.
Keadaan sejak sakit:pasien mengatakan perlu bantuan dalam melakukan
aktivitas.
e. Pola Istirahat dan Tidur
Keadaan sebelum sakit:pasien mengatakan istirahat ± 2 jam dari pukul
13:00-14:00 dan saat tidur malam pasien mengatakan tidur ±7 jam
Keadaan sejak sakit:pasien mengatakan istirahat ± 2 jam dari pukul 13:00-
14:00 dan tidur malam pasien mengatakan tidur ± 7 jam
f. Pola Kognitif dan Perseptual
Keadaan sebelum sakit: pasien mengatakan menjaga kesehatannya dengan
baik
Keadaan sejak sakit: pasien mengatakan merasa tidak tenang karena
penyakitnya
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Keadaan sebelum sakit:pasien mengatakan selalu menjaga kesehatan
dengan baik
Keadaan sejak sakit:pasien mengatakan tetap berusaha berpikir positif agar
tidak memperparah penyakitnya
h. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
Keadaan sebelum sakit:pasien mengatakan hubungannya dengan keluarga,
saudara dan masyarakat terjalin dengan baik dan akrab
Keadaan sejak sakit:pasien mengatakan hubungan dengan keluarga,
perawat, dokter, dan petugas laboratorium terjalin dengan baik
i. Pola Reproduksi dan Seksualitas
Keadaan sebelum sakit:pasien mengatakan jumlah anak 4 orang anak, dan
pasien masih memiliki istri
Keadaan sejak sakit: genetalia pasien tampak terpasang kateter
j. Pola Koping dan Toleransi terhadap stress
Keadaan sebelum sakit:pasien mengatakan jika memiliki masalah pasien
akan menceritakan pada anak-anaknya dan mencari solusi masalah
bersama-sama
Keadaan sejak sakit:pasien mengatakan merasa tidak tenang dengan
penyakit yang diderita dan selalu menceritakan masalah penyakitnya pada
anak-anaknya
k. Pola Sistem Nilai Kepercayaan
Keadaan sebelum sakit:pasien mengatakan sering kegereja sesuai dengan
agama yang dianut pasien yaitu Kristen Protestan
Keadaan sejak sakit:pasien mengatakan hanya berdoa secara pribadi dan
tidak kegereja karena keadaan pasien saat ini terbaring sakit
VI. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Parameter Result Unit Ref.Range
WBC 4.86x10^3/uL 4.00 – 10.00
Neu% 52.1% 50.0 – 70.0
Lym% 31.3% 20.0 – 40.0
Mon% 12.0% 3.0 – 12.0
Eos% 4.0% 0.5 – 5.0
Bas% 0.6% 0.0 – 1.0
Neu# 2.54x10^3/uL 2.00 – 7.00
Lym# 1.52x10^3/uL 0.80 – 4.00
Mon# 0.58x10^3/uL 0.12 – 1.20
Eos# 0.19 x10^3/uL 0.02 – 0.50
Bas# 0.03x10^3/uL 0.00 – 0.10

RBC L 2.80x10^6/uL 3.50 – 5.00


HGB L 8.2 g/dL 11.0 – 15.0
HCT L 24.6 % 37.0 – 47.0
MCV 88.0fL 80.0 – 100.0
MCH 29.2 pg 27.0 – 34.0
MCHC 33.1 g/dL 32.0 – 36.0
RDW-CV 14.8 % 11.0 – 16.0
RDW-SD 55.1 fL 35.0 – 56.0

PLT 104 x10^3/uL 100 – 300


MPV 8.2 fL 6.5 – 12.0
PDW L 15.9 9.0 – 17.0
PCT 0.085% 0.108 – 0.282
VII.Terapi
A. Obat
1) Nama Obat
a. Omeprazole merupakan golongan obat proton pump inhibitors
(PPIs). Obat ini merupakan obat resep yang mana penggunaanya
tidak dapat sembarang, melainkan harus menggunakan resep
dokter. Indikasi untuk tukak lambung dan duodenum, tukak
lambung dan duodenum, regimen eradikasi H. pylori pada tukak
peptic, refluks esophagitis, sindrom zollinger Ellison.
Kontraindikasi: dikontraindikasikan untuk pasien yang diketahui
hipersensitivitas terhadap obat ini atau bahan lain yang terdapat
dalam formulasi.
Dosis untuk pasien 2 x 30 mg
Cara pemberian omeprazole diberikan melalui rute oral.
Efek samping: Omeprazole
1. Sakit kepala
2. Perut kembung
3. Mual dan muntah
b. Sucralafat sirup merupakan golongan obat antasida yang berfungsi
untuk menurunkan asam lambung berlebih. Selain itu, obat ini juga
termasuk dalam golongan protektan yang akan menempel pada luka
atau jaringan yang rusak, lalu melindunginya dari asam lambung,
enzim pepsin, dan garam empedu.
Indikasi: indikasi obat ini untuk mengatasi tukak pada lambung dan
usus halus.
Kontraindikasi: jangan dikonsumsi obat ini jika mempunyai kondisi
medis, seperti: alergi terhadap sucralfat, gangguan fungsi ginjal
yang berat, kadar magnesium dalam daraah meningkat
(hipermgnesia)
Dosis untuk pasien: 4 x 500 mg sendok makan
Cara pemberian: sucralfat diberikan melalui rute oral.
Efek samping :
1. Diare
2. Sakit kepala
3. Kesulitan buang air besar
c. Furosemide merupakan golongan obat yang bekerja dengan cara
menghalangi penyerapan natrium di dalam sel-sel tubulus ginjal.
Dengan begitu urine yang dihasilkan serta dikeluarkan oleh tubuh
akan meningkat.
Indikasi : untuk mengatasi penumpukan cairan di dalam tubuh atau
edema. Obat ini termasuk dalam kelompok diuretic ini juga bisa
digunakan untuk mengatasi tekanan darah tinggi atau hipertensi.
Kontraindikasi : dikontraindikasikan kepada pasien dengan
gangguan fungsi ginjal, karena furosemide dapat menimbulkan
nefrotoksisitas.
Dosis untuk pasien : 1 x 40 mg
Cara pemberian : furosemide dberikan melalui rute IV ( intravena )
Efek samping :
1. Pusing
2. Sakit kepala
3. Mual dan muntah
d. Curcuma merupakan golongan suplemen makanan yang
mengandung ekstrak temulawak. Suplemen ini dikonsumsi untuk
tujuan meningkatkan napsu makan sekaligus memperbaiki fungsi
kerja organ hati.
Indikasi: untuk membantu memelihara kesehatan fungsi hati,
membantu menjaga daya tahan tubuh, serta membantu memperbaiki
nafsu makan.
Kontraindikasi: orang hipersensitif terhadap suplemen ini, dan tidak
baik dikonsumsi oleh ibu hamil dan menyusui.
Dosis untuk pasien : 3 x 20 mg
Cara pemberian : curcuma diberikan melalui rute oral
Efek samping :
1. Mual ringan
2. Iritasi lambung
3. Nyeri ulu hati
a. Cairan
1) Jenis cairan : NaCL ( sodium chloride )
2) Komposisi cairan : NaCL 0,9 % setiap 500 ml mengandung 4,5 natrium
klorida ( NaCL) air untuk injeksi ada 500 ml
3) Indikasi : untuk menggantikkan cairan, menggantikan elektrolit dan
cairan yang hilang di intravaskuler.
4) Tetesan/menit : 20 tetes/ menit
5) Jumlah cairan : 500 cc

A. Klasifikasi Data
a. Data Subjektif:
1. Pasien mengatakan BAB pasien berwarna hitam
2. Pasien mengatakan nyeri perut dibekas luka operasi
3. Pasien mengatakan lemah badan
4. Pasien mengatakan belum mengerti dengan penyakit yang dideritanya
5. Pasien mengatakan sulit beraktivitas karena pasien terpasang kateter
6. Pasien mengatakan sulit untuk makan dan makanan yang habis hanya 3
sendok makan dari 1 porsi makanan
7. Pasien mengatakan merasa gatal didaerah bekas operasi
b. Data Objektif:
1. Pasien tampak lemah
2. Pasien tampak pucat
3. Mukosa bibir pasien kering
4. Pasien tampak meringis
5. Pasien tampak bingung saat ditanyakan tentang penyakitnya
6. Pasien tampak sulit menelan makanan
7. Pasien tampak cemas jika luka bekas operasinya infeksi
8. Luka bekas operasi pasien tampak memerah
TTV
1. TD : 110/70 mmHg
2. N : 71x/menit
3. R : 20x/menit
4. SB: 36,5o C
5. SPO2 : 9
B. Analisis Data
No Data (Sign/Simptom) Penyebab Masalah
(Etiologi) (Problem)
1 DS Pencedera fisik Nyeri akut
1. Pasien mengatakan
BAB pasien berwarna
hitam
2. Pasien mengatakan
nyeri perut dibekas
operasi
DO
1. Pasien tampak pucat
2. Mukosa bibir pasien
kering
3. Pasien tampak
meringis

2 DS Efef prosedur Risiko infeksi


1. Pasien mengatakan invasif
merasa gatal didaerah
bekas operasi
DO
2. Pasien tampak cemas
jika luka bekas
operasinya infeksi
3. Luka bekas operasi
pasien tampak
3 memerah Kelemahan Intoleransi
aktivitas

DS
1 Pasien mengatakan
lemah badan
2 Pasien mengatakan
sulit beraktivitas
4 karena pasien Kesulitan menelan Deficit nutrisi
makanan
terpasang kateter
DO
1. Pasien tampak lemah
badan
DS
1. Pasien mengatakan
sulit untuk makan dan
5 makanan yang habis Kurang terpapar Deficit
informasi pengetahuan
hanya 3 sendok
makan dari 1 porsi
makanan
DO
1. Pasien tampak sulit
menelan makanan
DS
2. Pasien mengatakan
kurang mengerti
dengan penyakit yang
dideritanya
DO
3. Pasien tampak
bingung saat
ditanyakan tentang
penyakitnya

B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Hipovolemia b/d pengeluaran cairan aktif
2. Risiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasive
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
4. Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan menelan makanan
5. Defisit pengetahuan b/d kurang terpapar informasi
C. RENCANA KEPERAWATAN, TINDAKAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI
No Hari/tgl/ Diagnosis Tujuan Intervensi Jam Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1. Sabtu 26 Hipovolemia b/d Setelah dilakukan 1. Monitor 07:20 1. Meminitor intake Hari/tgl/jam
maret 2022 kekurangan cairan tindakan intake dan dan output cairan Minggu 27
aktif keperawatan output Hasil : pasien maret 2022
cairan tampak
Ds : selama 24 jam S:
masalah kekurangan
1. Keluarga pasien hipovolemia dapat cairan masuk dan 1. Keluarga
mengatakan keluar pasien
teratasi dengan 12:15 mengatakan
pasien merasa 2. Berikan 2. Memberikan
kriteria hasil : pasien masih
lemas asupan asupan cairan
cairan oral oral mengeluh
2. Keluarga pasien - Turgor haus
kulit Hasil : pasien
mengatakan 2. Keluarga
mrningkat diberikan minum pasien
pasien mengeluh
- Berat melalui NGT mengatakan
haus 02:30
3. Anjurkan 3. Menganjurkan pasien masih
badan
Do : memperban memperbanyak lemas
membaik asupan cairan
1. Pasien tampak yak asupan
- Keluhan oral
lemah cairan oral
haus Hasil : pasien o:
2. Berat badan - Membran minum
mukosa secukupnya pada 1. Pasien masih
pasien tampak
tampak
menurun bibir malam hari dan
4. Tatalaksana lemah
membaik sesudah makan 2. turgor kulit
3. Wajah pasien
pemberian
tampak pucat cairan IV 4. Tatalaksana masih
pemberian cairan tampak jelek
4. Turgor kulit isotonis
IV isotonis NaCl 3. wajah
pasien menurun NaCl Hasil : pasien pasien
5. Bibir pasien masih
terpasang
tampak kering tampak
IVFD pada pucat
tangan kaki 4. mukosa
bibir
sebelah kir pasien
masih
tampak
kering

A : masalah
hipovolemia
beluam teratasi

P : intervensi
lanjut

1. Monitor
intake
dan
output
cairan
2. Berikan
asupan
cairan
oral
3. Anjurka
n
memper
banyak
asupan
cairan
oral
Tatalaks
ana
pemberi
an
cairan
IV
isotonis
NaCl
No Hari/tgl/ Diagnosis Tujuan Intervensi Jam Implementasi Evaluasi
Keperawatan
2. Sabtu 27 Risiko infeksi Setelah dilakukan 1. monitor tanda 08:00 1. monitor tanda Hari/tgl/jam
maret 2022 dibuktikan dengan tindakan dan gejala dan gejala senin 28 maret
efek prosedur invasif keperawatan ± 3x24 2022
infeksi local dan infeksi local dan
ditandai dengan jam masalah risiko Jam 07:00
DS infeksi dapat teratasi sistemik sistemik S:
1. Pasien dengan kriteria respon : pasien 1. Pasien
mengatakan hasil : mengatakan gatal mengatakan
1. tingkat dan nyeri diluka
merasa gatal merasa
infeksi bekas operasi
dan nyeri hasil : luka pasien gatal dan
1) kemeraha
didaerah tampak memerah nyeri
n (5)
bekas operasi. 2. batasi didaerah
2) kebersiha 11:00 2. membatasi
DO pengunjung bekas
1. Pasien tampak n tangan pengunjung
operasi.
cemas jika meningka respon : pasien
O:
t (5) mengatakan merasa
luka bekas 1. Pasien
nyaman ketika tidak
operasinya terlalu banyak tampak
infeksi pengunjung cemas jika
hasil : pasien tampak
2. Luka bekas luka bekas
nyaman ketika
operasi pasien dibatasi pengunjung operasinya
tampak infeksi
memerah 3. memberikan 2. Luka bekas
12:10 perawatan kulit
3. berikan operasi
perawatan pada area edema, pasien
kulit pada area dengan cara tampak
edema membersihkan memerah
4. jelaskan tanda luka bekas A:

dan gejala operasi pasien Risiko infeksi


respon : pasien belum teratasi
infeksi
mengatakan merasa P:
5. ajarkan cara Intervensi lanjut
lebih baik ketika
mencuci dilakukan perawatan nomor
luka 1. monitor
tangan dengan
hasil : pasien tampak tanda dan
benar
lebih nyaman ketika gejala
perban diganti
12:20 infeksi local
4. menjelaskan
dan
tanda dan gejala
sistemik
infeksi, dengan
2. memberika
cara mengatakan
n perawatan
bahwa tanda-
kulit pada
tanda dan gejala
infeksi yaitu luka area edema
berbau tidak
sedap, luka
mengeluarkan
cairan, luka
bernanah.
Respon : pasien
mengatakan
mengerti dengan
penjelasan perawat
10:00 Hasil : pasien
tampak memahami
dengan baik apa
yang perawat
jelaskan.
5. Mengajarkan
cara mencuci
tangan yang
benar, dengan
cara perawat
mempraktekan
langkah-langkah
mencuci tangan
yang benar
Respon : pasien
mengatakan
mengerti dan mampu
mempraktekan
langkah-langkah
mencuci tangan
yantg benar
Hasil : pasien
tampak
mempraktekan
langkah-langkah
mencuci tangan
dengan baik

No Hari/tgl/ Diagnosis Tujuan Intervensi Jam Implementasi Evaluasi


Keperawatan
3. Sabtu 26 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1. Monitor pola 1. Memonitor Hari/tgl/jam
maret 2022 b/d kelemahan tindakan dan jam tidur pola dan jam selasa 29 maret
ditandai dengan keperawatan ± 3x24 2. Sediakan 2022
tidur, dengan
DS jam masalah lingkungan S:
1. Pasien intoleransi aktivitas nyaman dan cara 1. Pasien
mengatakan dapat teratasi dengan rendah menanyakan mengatakan
kriteria hasil: stimulus
lemah badan 1. Kemudahan (misalnya jam tidur lemah
2. Pasien dalam cahaya, suara, pasien badan
kunjungan)
mengatakan melakukan Respon : pasien 2. Pasien
3. Lakukan
sulit aktivitas mengatakan malam mengatakan
latihan
hari tidur sekitar jam
beraktivitas sehari-hari rentang gerak sulit
22:00-05:00
pasif dan aktif
karena pasien meningkat Hasil : pasien tampak beraktivitas
4. Fasilitasi
terpasang (5) tidurr optimal karena
duduk di sisi
2. Menyediakan
kateter 2. Kekuatan tempat tidur, pasien
jika tidak lingkungan
DO tubuh bagian terpasang
dapat yang nyaman,
1. Pasien tampak atas dan kateter
berpindah
lemah badan dengan cara
bawah atau berjalan O:
5. Kolaborasi merapikan 1. Pasien
meningkat
dengan ahli tempat tidur tampak
(5) gizi tentang
pasien lemah
cara
meningkatkan Respon : pasien badan
asupan mengatakan merasa
A:
makanan lebih baik
Masalah intoleransi
Hasil : pasien tampak
aktivitas belum
lebih nyaman
teratasi
3. Melakukan
P:
latihan Intervensi lanjut
gerakan- nomor
gerakan aktif 1. Lakukan

dan sederhana, latihan

seperti gerakka-

meminta gerakan

pasien untuk aktif dan

mengangkat sederhana

kedua tangan 2. Fasilitasi

didepan dan pasien

gerakan untuk

Respon: pasien duduk disisi


mengatakan merasa tempat
lebih segar tidur, atau
Hasil : pasien tampak
berpindah
jauh kelihatan lebih
segar tempat dan
4. Mengfasilitasi berjalan
pasien untuk
duduk disisi
tempat tidur
atau berpindah
disisi yang lain
Respon: pasien
mengatakan sudah
bisa duduk disisi
tempat tidur
5. Penatalaksanaa
n dalam
meningkatkan
asupan
makanan
asupan
makanan
Respon: pasien
mengatakan mendapat
makanan yang sesuai
dengan kebutuhannya
Hasil : pasien tampak
mendapat makanan
nasi, ikan, dan sayur

No Hari/tgl Diagnosis Tujuan Intervensi Jam Implementasi Evaluasi


Keperawatan
4. Sabtu 26 maret Defisit nutrisi Setelah 1. Monitor asupan makanan 1. Memonitor asupan Hari/tgl/jam
2022 berhubungan dengan dilakukan 2. Monitor berat badan makanan S:
ketidakmampuan tindakan 3. Sajikan makanan secara Hasil : porsi makanan 1. Pasien
menelan makanan keperawatan ± pasien yang dihabiskan mengatakan
menarik dan suhu yang
Data subjektif: 3x24 jam hanya 3 sendok makan
sesuai sulit untuk
a. Pasien masalah dalam 1 porsi makanan
deficit nutrisi 4. Berikan makanan tinggi makan dan
mengatakan sulit Respon: pasien mengatakan
dapat teratasi nafsu makan menurun makanan
untuk makan dan kalori dan tinggi protein
dengan 2. Memonitor berat
5. Ajarkan diet yang yang habis
makanan yang kriteria hasil:
badan hanya 3
habis hanya 3 a. Porsi diprogramkan
Hasil : berat badan pasien sendok
sendok makan makan 6. Tatalaksana dengan ahli
65kg
yang gizi untuk menentukan makan dari 1
dari 1 porsi 3. Menyajikan
dihabis jumlah kalori dan jenis porsi
makanan makanan yang
kan nutrien yang makanan
Data objektif : menarik dan suhu
a. Pasien tampak menin dibutuhkan,jika perluh O:
yang sesuai
1. Pasien tampak
sulit menelan gkat Hasil :
sulit menelan
makanan b. Nafsu 4. Memberikan
makanan
makan makanan tinggi
A:
memba kalori dan tinggi
Masalah deficit
ik protein nutrisi belum
Hasil : teratasi
Respon : P:
5. Mengajarkam diet Intervensi
yang diprogramkan dilanjutkan
1. Monitor
Hasil :
Respon : asupan
6. Menatalaksana makanan
dengan ahli gizi
untuk menentukan 2. Sajikan

jumlah kalori dan makanan

jenis nutrien yang secara

dibutuhkan, jika menarik

perlu dan suhu


yang
sesuai
No Hari/tgl Diagnosis Tujuan Intervensi Jam Implementasi Evaluasi
Keperawatan
5. Sabtu 26 maret Deficit pengetahuan b/d Setelah 1 Identifikasi masalah 1. Mengidentifikasi Hari/tgl/jam
2022 kurang terpapar dilakukan kesehatan individu, masalah kesehatan Rabu 30 maret
informasi ditandai tindakan S:
keluarga dan individu, keluarga
dengan: keperawatan ± 1. Pasien
DS 3x24 jam masyarakat dan masyarakat,
mengatakan
1. Pasien masalah dengan cara
kurang
mengatakan deficit
menanyakan
pengetahuan mengerti
kurang mengerti masalah apa yang
dapat teratasi dengan
dengan penyakit dengan dihadapi pasien saat
penyakit
yang dideritanya kriteria hasil: ini
1. Kemampu yang
DO Respon : pasien
an dideritanya
1. Pasien tampak
mengatakan saat ini
menjelask O:
bingung saat
mengalami masalah 1. Pasien
ditanyakan an
yaitu sulit tampak
tentang pengetahu
memahami tentang bingung
penyakitnya an suatu
masalah kesehatan saat
topic
yang sekarang ditanyakan
meningka
dialami pasien tentang
t (5) Hasil : pasien tampak penyakitny
2. persep kebingungan a
menjelaskan masalah
si yang A:
kesehatannya
keliru 2 Fasilitasi pemenuhan Masalah
2. Mengfasilitasi
deficit
terhada kebutuhan kesehatan pemenuhan pengetahuan
p mandiri kebutuhan belum teratasi
masala kesehatan P:
Intervensi
h (5) mandiri dengan
lanjut nomor
cara 1. Berika
memberikan n
kesempatan inform
pasien untuk asi
mengatakan berupa
kebutuhan yang alur
diperlukan leafelet
pasien atau
Respon : pasien gambar
mengatakan
untuk
membutuhkan
informasi mengenai memud
masalah penyakitnya ahkan
Hasil : pasien tampak pasien
ingin sekali mencari menda
tahu tentang masalah
3 Lakukan penguatan patkan
kesehatannya saat ini
potensi pasien dan 3. Melakukan inform
keluarga untuk penguatan asi
menerima informasi potensi pasien kesehat
dan keluarga an
untuk menerima
informasi,
dengan cara
mengatakan
kepada pasien
bahwa segala
informasi yang
akan
disampaikan
harus bisa
diterima
Respon : pasien
mengatakan bersedia
menerima segala
informasi yang akan
diberikan perawat
Hasil: Pasien tampak
4 Libatkan pengambil bersedia menerima
keputusan dalam semua informasi yang
akan disampaikan
keluarga untuk
4. Melibatkan
menerima informasi
pengambil
keputusan dalam
keluarga untuk
menerima
informasi,
dengan cara
mengatakan
kepada keluarga
bahwa harus ada
yang mengambil
keputusan ketika
informasi
diterima
Respon : pasien
mengatakan bersedia
mengambil keputusan
ketika informasi
5 Berikan informasi diterima
berupa alur leafelet Hasil: pasien tampak
bersedia menerima
atau gambar untuk
informasi
memudahkan pasien
mendapatkan informasi 5. Memberikan
kesehatan informasi
berupa alur
leafelet atau
gambar untuk
memudahkan
pasien
mendapatkan
informasi
kesehatan,
dengan cara
memberikan
informasi
kepada pasien
dengan
menggunakan
media gambar
agar pasien bisa
mengerti
penjelasan
perawat
Respon : pasien
mengatakan mengerti
ketika perawat
menjelaskan informasi
menggunakan media
gambar
Hasil : pasien tampak
mengerti mengenai
informasi yang
diberikan ketika
mengggunakan media
gambar
D. CATATAN PERKEMBANGAN
No Hari/Tgl Diagnosis Keperawatan Jam Implementasi Evaluasi
1 Minggu Hipovolemia b/d 1. Meminitor intake dan output cairan Hari/tgl/jam
27 maret kekurangan cairan aktif Hasil : pasien tampak kekurangan S:
2022 cairan masuk dan keluar
Ds : 1. Keluarga pasien
mengatakan pasien
- Keluarga pasien
masih merasa haus
mengatakan pasien 2. Memberikan asupan cairan oral
2. Keluarga pasien
masih mengeluh Hasil : pasien diberikan minum melalui
mengtakan pasien
haus NGT masih lemah
- Keluarga pasien badannya
mengatakan pasien
masih lemas
3. Menganjurkan memperbanyak asupan
O:
cairan oral
Do : Hasil : pasien minum secukupnya pada 1. Pasien tampak
malam hari dan sesudah makan lemas
- Pasien masih tampak 2. Wajag pasien
lemah tampak anemis
- turgor kulit masih 3. Muka bibir pasien
tampak jelek masih tampak
- wajah pasien masih kering
tampak pucat 4. Tatalaksana pemberian cairan IV
4. Tanda-tanda vital
- mukosa bibir pasien isotonis NaCl
TD : 130/90
Hasil : pasien terpasang IVFD pada tangan kaki
masih tampak kering
- tanda-tanda vital sebelah kiri N : 89 x/menit
TD : 140/90 R : 21 x/menit
N : 104 x/menit SB : 36,2 oc
R : 20 x/menit Spo2 : 98%
SB : 36,6 oc
Spo2 : 99 %
A : masalah hipovolemia
belum teratasi

P : intervensi lanjut

1. Monitor intake dan


output cairan
2. Berikan asupan
cairan oral
3. Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan oral
Tatalaksana pemberian
cairan IV isotonis NaCl
2 Minggu Risiko infeksi dibuktikan 1. monitor tanda dan gejala infeksi local
27 maret dengan efek prosedur dan sistemik S:
2022 invasif 1. Pasien mengatakan
respon : pasien mengatakan gatal dan nyeri
merasa gatal dan nyeri di
diluka bekas operasi
daerah bekas operasi
hasil : luka pasien tampak memerah
2. membatasi pengunjung O:
respon : pasien mengatakan merasa nyaman 1. Pasien tampak cemas
ketika tidak terlalu banyak pengunjung jika luka bekas operasi
hasil : pasien tampak nyaman ketika dibatasi pasien tampak infeksi
pengunjung 2. Luka bekas operasi
3. memberikan perawatan kulit pada area pasien tampak memerah
A:
edema, dengan cara membersihkan luka
Masalah keperawatan
bekas operasi pasien risiko infeksi dibuktikan
respon : pasien mengatakan merasa lebih baik dengan efek prosedur
ketika dilakukan perawatan luka invasif belum teratasi
hasil : pasien tampak lebih nyaman ketika P:
Intervensi lanjut
perban
3 Minggu Intoleransi aktivitas b/d 1. Memonitor pola dan jam tidur, dengan
27 maret kelemahan cara menanyakan jam tidur pasien S:
2022 1. Pasien mengatakan
Respon : pasien mengatakan malam hari tidur
lemah badan
sekitar jam 22:00-05:00
2. Pasien mengatakan sulit
Hasil : pasien tampak tidurr optimal
beraktivitas karena pasien
2. Menyediakan lingkungan yang nyaman,
terpasang kateter
dengan cara merapikan tempat tidur O:
pasien 1. Pasien tampak lemah
badan
Respon : pasien mengatakan merasa lebih baik
A:
Hasil : pasien tampak lebih nyaman
Masalah keperawatan
3. Melakukan latihangerakan-gerakan intoleransi aktivitas b/d
aktif dan sederhana, seperti meminta kelemahan belum teratasi
pasien untuk mengangkat kedua tangan
didepan dan gerakan
Respon: pasien mengatakan merasa lebih segar
Hasil : pasien tampak jauh kelihatan lebih segar
4. Mengfasilitasi pasien untuk duduk
disisi tempat tidur atau berpindah disisi
yang lain
Respon: pasien mengatakan sudah bisa duduk
disisi tempat tidur
5. Penatalaksanaan dalam meningkatkan
asupan makanan asupan makanan
Respon: pasien mengatakan mendapat makanan
yang sesuai dengan kebutuhannya
Hasil : pasien tampak mendapat makanan nasi,
ikan, dan sayur
4 Minggu Defisit nutrisi b/d 1. Memonitor asupan makanan
27 maret ketidakmampuan menelan Hasil : porsi makanan pasien yang dihabiskan S:
2022 makanan hanya 3 sendok makan dalam 1 porsi makanan 1. Pasien mengatakan sulit
Respon: pasien mengatakan nafsu makan untuk makan dan makanan
menurun yang habis hanya 3 sendok
2. Memonitor berat badan makan dari 1 porsi
Hasil : berat badan pasien 65kg makanan
3. Menyajikan makanan yang menarik dan O:
1. Pasien tampak sulit
suhu yang sesuai
menelan
Hasil : A:
4. Memberikan makanan tinggi kalori dan Masalah keperawatan
tinggi protein defisit nutrisi b/d
ketidakmampuan menelan
Hasil :
belum teratasi
Respon :
P:
5. Mengajarkam diet yang diprogramkan
Intervensi lanjut
Hasil :
Respon :
6. Menatalaksana dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perluh

5 Minggu Defisit pengetahuan b/d 6. Mengidentifikasi masalah kesehatan


27 maret kurang terpapar informasi individu, keluarga dan masyarakat, S:
2022 1. Pasien mengatakan
dengan cara menanyakan masalah apa
kurang mengerti dengan
yang dihadapi pasien saat ini penyakit yang dideritanya
Respon : pasien mengatakan saat ini O:
1. Pasien tampak bingung
mengalami masalah yaitu sulit memahami saat ditanyakan tentang
tentang masalah kesehatan yang sekarang peyakitnya
dialami pasien A:
Hasil : pasien tampak kebingungan Masalah keperawatan
menjelaskan masalah kesehatannya defisit pengetahuan b/d
7. Mengfasilitasi pemenuhan kebutuhan kurang terpapar informasi
kesehatan mandiri dengan cara belum teratasi
P:
memberikan kesempatan pasien untuk
Intervensi lanjut
mengatakan kebutuhan yang diperlukan
pasien
Respon : pasien mengatakan membutuhkan
informasi mengenai masalah penyakitnya
Hasil : pasien tampak ingin sekali mencari tahu
tentang masalah kesehatannya saat ini
8. Melakukan penguatan potensi pasien
dan keluarga untuk menerima
informasi, dengan cara mengatakan
kepada pasien bahwa segala informasi
yang akan disampaikan harus bisa
diterima
Respon : pasien mengatakan bersedia
menerima segala informasi yang akan
diberikan perawat
Hasil: Pasien tampak bersedia menerima semua
informasi yang akan disampaikan
9. Melibatkan pengambil keputusan dalam
keluarga untuk menerima informasi,
dengan cara mengatakan kepada
keluarga bahwa harus ada yang
mengambil keputusan ketika informasi
diterima
Respon : pasien mengatakan bersedia
mengambil keputusan ketika informasi diterima
Hasil: pasien tampak bersedia menerima
informasi
10. Memberikan informasi berupa alur
leafelet atau gambar untuk
memudahkan pasien mendapatkan
informasi kesehatan, dengan cara
memberikan informasi kepada pasien
dengan menggunakan media gambar
agar pasien bisa mengerti penjelasan
perawat
Respon : pasien mengatakan mengerti ketika
perawat menjelaskan informasi menggunakan
media gambar
Hasil : pasien tampak mengerti
mengenai informasi yang diberikan
ketika mengggunakan media gambar
1 Senin 28 Hipovolemia b/d 1. Meminitor intake dan output cairan Kamis, 31 Maret 2022
maret kekurangan cairan aktif Hasil : pasien tampak kekurangan
2022 cairan masuk dan keluar S:

1. Keluarga pasien
mengatakan pasien
2. Memberikan asupan cairan oral
sudah tidak merasa
Hasil : pasien diberikan minum melalui
haus lagi
NGT 2. Keluarga pasien
mengatakan badan
pasien masih lemas
3. Menganjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
O:
Hasil : pasien minum secukupnya pada
malam hari dan sesudah makan 1. Wajah pasien tidak
tampak amnemis
lagi
2. mukosa bibir sudah
tidak tampak kering
4. Tatalaksana pemberian cairan IV
isotonis NaCl
Hasil : pasien terpasang IVFD pada
tangan kaki sebelah kiri
2 Senin 28 Risiko infeksi dibuktikan 1. monitor tanda dan gejala infeksi local S:
maret dengan efek prosedur dan sistemik 1. Pasien mengatakan tidak
2022 invasif merasa gatal di daerah
respon : pasien mengatakan gatal dan nyeri
bekas operasi
diluka bekas operasi
O:
hasil : luka pasien tampak memerah
1. Pasien tampak cemas
2. membatasi pengunjung
jika luka bekas operasi
respon : pasien mengatakan merasa nyaman pasien tampak infeksi
ketika tidak terlalu banyak pengunjung A:
hasil : pasien tampak nyaman ketika dibatasi Masalah keperawatan
pengunjung risiko infeksi dibuktikan
3. memberikan perawatan kulit pada area dengan efek prosedur
edema, dengan cara membersihkan luka invasif teratasi
P:
bekas operasi pasien
Intervensi dihentikan
respon : pasien mengatakan merasa lebih baik
ketika dilakukan perawatan luka
hasil : pasien tampak lebih nyaman ketika
perban
3 Senin 28 Intoleransi aktivitas b/d 1. Memonitor pola dan jam tidur, dengan S:
maret kelemahan cara menanyakan jam tidur pasien 1. Pasien mengatakan tidak
2022 lemah badan
Respon : pasien mengatakan malam hari tidur
sekitar jam 22:00-05:00
Hasil : pasien tampak tidurr optimal O:
2. Menyediakan lingkungan yang nyaman, 1. Pasien tampak tidak
dengan cara merapikan tempat tidur lemah badan
A:
pasien
Masalah keperawatan
Respon : pasien mengatakan merasa lebih baik intoleransi aktivitas b/d
Hasil : pasien tampak lebih nyaman kelemahan teratasi
3. Melakukan latihan gerakan-gerakan P: Intervesi dihentikan
aktif dan sederhana, seperti meminta
pasien untuk mengangkat kedua tangan
didepan dan gerakan
Respon: pasien mengatakan merasa lebih segar
Hasil : pasien tampak jauh kelihatan lebih segar
4. Mengfasilitasi pasien untuk duduk
disisi tempat tidur atau berpindah disisi
yang lain
Respon: pasien mengatakan sudah bisa duduk
disisi tempat tidur
5. Penatalaksanaan dalam meningkatkan
asupan makanan asupan makanan
Respon: pasien mengatakan mendapat makanan
yang sesuai dengan kebutuhannya
Hasil : pasien tampak mendapat makanan nasi,
ikan, dan sayur

4 Senin 28 Defisit nutrisi b/d 1. Memonitor asupan makanan S:


maret ketidakmampuan menelan Hasil : porsi makanan pasien yang dihabiskan 1. Pasien mengatakan
2022 makanan hanya 3 sendok makan dalam 1 porsi makanan sudah dapat menghabiskan
Respon: pasien mengatakan nafsu makan porsi makan
menurun O:
2. Memonitor berat badan 1. Pasien tampak tidak sulit
menelan
Hasil : berat badan pasien 65kg
A:
3. Menyajikan makanan yang menarik dan
Masalah keperawatan
suhu yang sesuai defisit nutrisi b/d
Hasil : ketidakmampuan menelan
4. Memberikan makanan tinggi kalori dan teratasi
P:
tinggi protein
Intervensi dihentikan
Hasil :
Respon :
5. Mengajarkam diet yang diprogramkan
Hasil :
Respon :
6. Menatalaksana dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perluh

5 Senin 28 Defisit pengetahuan b/d 1. Mengidentifikasi masalah kesehatan S:


maret kurang terpapar informasi individu, keluarga dan masyarakat, 1. Pasien mengatakan
mengerti dengan penyakit
dengan cara menanyakan masalah apa
yang dideritanya
yang dihadapi pasien saat ini O:
Respon : pasien mengatakan saat ini 1. Pasien tampak tidak
mengalami masalah yaitu sulit memahami bingung saat ditanyakan
tentang masalah kesehatan yang sekarang tentang peyakitnya
dialami pasien A:
Hasil : pasien tampak kebingungan Masalah keperawatan
menjelaskan masalah kesehatannya defisit pengetahuan b/d
2. Mengfasilitasi pemenuhan kebutuhan kurang terpapar informasi
teratasi
kesehatan mandiri dengan cara
P:
memberikan kesempatan pasien untuk Intervensi dihentikan
mengatakan kebutuhan yang diperlukan
pasien
Respon : pasien mengatakan membutuhkan
informasi mengenai masalah penyakitnya
Hasil : pasien tampak ingin sekali mencari tahu
tentang masalah kesehatannya saat ini
3. Melakukan penguatan potensi pasien
dan keluarga untuk menerima
informasi, dengan cara mengatakan
kepada pasien bahwa segala informasi
yang akan disampaikan harus bisa
diterima
Respon : pasien mengatakan bersedia
menerima segala informasi yang akan
diberikan perawat
Hasil: Pasien tampak bersedia menerima semua
informasi yang akan disampaikan
4. Melibatkan pengambil keputusan dalam
keluarga untuk menerima informasi,
dengan cara mengatakan kepada
keluarga bahwa harus ada yang
mengambil keputusan ketika informasi
diterima
Respon : pasien mengatakan bersedia
mengambil keputusan ketika informasi diterima
Hasil: pasien tampak bersedia menerima
informasi
5. Memberikan informasi berupa alur
leafelet atau gambar untuk
memudahkan pasien mendapatkan
informasi kesehatan, dengan cara
memberikan informasi kepada pasien
dengan menggunakan media gambar
agar pasien bisa mengerti penjelasan
perawat
Respon : pasien mengatakan mengerti ketika
perawat menjelaskan informasi menggunakan
media gambar
Hasil : pasien tampak mengerti mengenai
informasi yang diberikan ketika mengggunakan
media gambar

Anda mungkin juga menyukai