Anda di halaman 1dari 94

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN

PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI DESA


JONO, KECAMATAN BAYAN, KABUPATEN PURWOREJO

SKRIPSI

Oleh
Indah Murnitasari
NIM. 152201055

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2021

i
HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN
PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI
DESA JONO, KECAMATAN BAYAN, KABUPATEN
PURWOREJO

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kebidanan

Oleh

Indah Murnitasari
NIM. 152201055

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2021

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN


PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI
DESA JONO, KECAMATAN BAYAN, KABUPATEN
PURWOREJO

Disusun oleh :
Indah Murnitasari
NIM. 152201055

telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing serta telah


diperkenankan untuk diujikan

Ungaran, Januari 2022


Pembimbing

Cahyaningrum, S.Si.T., M.Kes


NIDN. 0602088001
HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN


PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI
DESA JONO, KECAMATAN BAYAN, KABUPATEN
PURWOREJO

Disusun oleh :
Indah Murnitasari
NIM. 152201055

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kebidanan


Program Sarjana, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo, pada :
Hari :
Tanggal :
Tim Penguji : Ketua/ Pembimbing

Cahyaningrum, S.Si.T., M.Kes


NIDN. 0602088001
Penguji 1 Penguji 2

NIDN. NIDN.

Ketua Program Studi Dekan Fakultas

Luvi Dian Afriyani, S.Si.T., M.Kes Rosalina, S.Kp., M.Kes


NIDN. 0627048302 NIDN. 0621127102
PERNYATAAN ORISINILITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini saya,

Nama : Indah Murnitasari


NIM : 152201055
Program Studi/ Fakultas : Program Studi Kebidanan Program Sarjana/
Fakultas Ilmu Kesehatan
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Skripsi berjudul “Hubungan Antara Pendidikan Kesehatan Dengan
Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang AKDR Di Desa Jono,
Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo” adalah karya ilmiah asli dan
belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik apapun di
Perguruan Tinggi manapun
2. Skripsi ini merupakan ide dan hasil karya murni saya yang dibimbing dan
dibantu oleh tim pembimbing dan narasumber
3. Skripsi ini tidak memuat karya atau pendapat orang lain yang telah
dipublikasikan kecuali secara tertulis dicantumkan dalam naskah sebagai
acuan dengan menyebut nama pengarang dan judul aslinya serta dicantumkan
dalam daftar pustaka
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidak benaran di dalam pernyataan ini, saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya
peroleh dan sanksi lain sesuai dengan norma yang berlaku di Universitas
Ngudi Waluyo.
Semarang, Januari 2022

Pembimbing, Yang membuat pernyataan,

Cahyaningrum, S.Si.T., M.Kes Indah Murnitasari


NIDN. 0602088001
KESEDIAAN PUBLIKASI

Yang bertanda tangan di bawah ini,


Nama : Indah Murnitasari

NIM : 152201055

Program Studi/ Fakultas : Program Studi Kebidanan Program Sarjana/


Fakultas Ilmu Kesehatan

Menyatakan memberikan kewenangan kepada Program Studi (Dosen Pembimbing


Skripsi) untuk menyimpan, mengalikan media, diformatkan, merawat atau
mempublikasikan, skripsi saya yang berjudul “Hubungan Antara Pendidikan
Kesehatan Dengan Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang AKDR Di Desa
Jono, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo” untuk kepentingan akademik.

Ungaran, Januari 2022


Yang membuat pernyataan

Indah Murnitasari
BIODATA

1. Nama : Indah Murnitasari


2. Nim : 152201055
3. Tempat Tanggal Lahir : Purworejo, 16 Agustus 1999
4. Nama Orang Tua :

a. Ayah : Sunaryono

b. Ibu : Sarimah

5. Agama : Islam

6. Alamat : Desa Jono Rt 01 Rw 02, Kecamatan Bayan,


Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
7. Email : indahmurnitasari56@gmail.com
8. No Hp/WA : 085848986414
9. Pendidikan : TK PKK Jono (2004-2005)

SDN Jono (2005-2011)

SMPN 7 Purworejo (2011-2014)

SMAN 8 Purworejo (2014-2017)

Akademi Kebidanan Bhakti Putra Bangsa

Purworejo (2017-2020)

S1 Kebidanan Universitas Ngudi Waluyo

(2020-sekarang)
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan Rahmat-Nya
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Hubungan Antara
Pendidikan Kesehatan Dengan Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang AKDR
Di Desa Jono, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo” di susun untuk
melengkapi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Kebidanan Universitas Ngudi
Waluyo.

Skripsi ini dapat di selesaikan dengan bantuan berbagai pihak, dengan rendah
hati di sampaikan rasa terimakasih kepada:
1. Prof. DR. Subyantoro, M. Hum selaku Rektor Universitas Ngudi Waluyo.
2. Luvi Dian Afriani, S.Si.T., M. Kes selaku Ketua Program Studi Sarjana
Kebidanan Universitas Ngudi Waluyo.
3. Rosalina, S.Kp., M.Kes selaku Dekan Falkultas Universitas Ngudi Waluyo
4. Cahyaningrum, S.Si.T., M.Kes sebagai Dosen pembimbing dan Ketua
Penguji, terimakasih atas bimbingan, kritik, dan saran ibu selama
penyusunan skripsi
5. sebagai Dosen Penguji I, terimakasih yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan masukan kepada penulis dalam menyempurnakan skripsi ini
6. sebagai Dosen Penguji II, terimakasih yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan masukan kepada penulis dalam menyempurnakan skripsi ini
7. Seluruh staff TU Universitas Ngudi Waluyo, terimakasi telah membantu
dalam segala urusan administrasi dan surat perijinan penelitian.
8. Budiati selaku Kepala Desa Jono beserta staf dan jajarannya atas kerjasama
dalam urusan perijinan dan pelaksanaan penelitian
9. Seluruh jajaran Penyuluh KKBPK Kecamatan Bayan
10. Keluarga yang telah memberikan dukungan dan doa dalam penyusunan
skripsi

Semoga Tuhan senasntiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya,


sebagai imbalan atas segala amal dan kebaikan dan bantuannya. Penulisan skripsi
ini masih jauh dari sempurna, diharapkan kritik dan saran demi sempurnanya
skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Ungaran, Januari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

COVER ...................................................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ............................................................ iv
PERNYATAAN ORISINALITAS........................................................................v
KESEDIAAN PUBLIKASI ................................................................................. vi
BIODATA ............................................................................................................ vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
ABSTRACT ...........................................................................................................ix
PRAKATA ..............................................................................................................x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ..............................................................................................
1. Tujuan Umum ....................................................................................... ..5
2. Tujuan Khusus ...................................................................................... ..5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................................
1. Manfaat Teoritis.................. ....................................................................5
2. Manfaat Praktis ........................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Teori ................................................................................................7
B. Kerangka Teori .............................................................................................56
C. Kerangka Konsep..........................................................................................57
D. Hipotesis .......................................................................................................57

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian ..........................................................................................59
B. Lokasi Penelitian ..........................................................................................59
C. Subjek Penelitian ..........................................................................................59
D. Definisi Operasional .....................................................................................61
E. Variabel Penelitian........................................................................................62
F. Pengumpulan Data ........................................................................................62
G. Analisis Data .................................................................................................69

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.3 Kerangka Teori .................................................................................... 56


Bagan 2.4 Kerangka Konsep Penelitian ................................................................ 57
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ......................................................................... 61


Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Pengetahuan AKDR ......................................... 64
Tabel 3.3 Skor Pengetahuan .............................................................................. 69
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jenis AKDR Menurut Sifat dan Bnetuknya .................................. 29


Gambar 2.2. Macam-Macam AKDR ................................................................ 32
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Studi Pendahuluan Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas


Ngudi Waluyo
Lampiran 2 Surat Studi Pendahuluan Desa Jono
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Data Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Ngudi Waluyo
Lampiran 4 Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Data Desa Jono
Lampiran 5 Surat Persetujuan Responden
Lampiran 6 Kuesioner Penelitian
Lampiran 7 Lembar Konsultasi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah

visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan

sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal,

berwawasan kedepan, bertanggungjawab, harmonis dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa. Dalam paradigma baru program Keluarga

Berencana ini, misinya sangat menekankan pentingnya upaya

menghormati hak-hak reproduksi, sebagai upaya integral dalam

meningkatkan kualitas keluarga. Keluarga adalah salah satu di antara

kelima matra kependudukan yang sangat mempengaruhi perwujudan

penduduk yang berkualitas (Affandi, 2014).

Hasil Survei Kinerja dan Akuntabilitas Pemerintah (SKAP) tahun

2018 menunjukkan 3 (tiga) indikator capaian RENSTRA BKKBN 2015-

2019 yang telah mencapai target, yaitu: pertama penurunan angka

kelahiran total menjadi 2,38 per WUS usia 15-49 tahun dari target tahun

2018 sebesar 2,31 (persentase capaian 97,1%); Kedua, penurunan angka

putus pakai menjadi 25% dari target tahun 2018 sebesar 25% (persentase

capaian 100%) dan ketiga peningkatan penggunaan Metode Kontrasepsi

Jangka Panjang (MKJP) sebesar 23,1% dari target tahun 2018 sebesar

22,3% (persentase capaian 103,6%) (BKKBN, 2019).

1
2

Hasil prevalensi KB di Indonesia berdasarkan survey peserta

KB Provinsi Jawa Tengah bulan September 2019 di dapatkan jumlah

pasangan usia subur (PUS) 307.168 dengan jumlah peserta KB

sebanyak 178.949 di dominasi oleh peserta KB suntik 102.441

(57%), Implan 25.133 (14%), Pil 20.240 (11%), IUD 16.641 (9%),

MOW 8.262 (5%), Kondom 4.768 (3%), MOP 1.464 (1%)

(BKKBN, 2019).

Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di Kabupaten Purworejo

bulan November tahun 2019 sebanyak 3.104. Cakupan PUS peserta

KB aktif pada bulan November 2019 sebanyak 2.722. Jumlah peserta

KB aktif yang menggunakan Suntik 18.537, Implan 9.264, Pil 4.512,

AKDR 4.203, MOW 1.864, Kondom 1.225, MOP 345 (BKKBN

Purworejo, 2019).

Jumlah wanita usia subur (WUS) peserta KB aktif di Wilayah

Kerja Kecamatan Bayan sebanyak 70 dengan jumlah peserta Suntik

61, Implan 5, AKDR 2, MOW 2, MOP 0, PIL 0, Kondom 0. Dalam

hal ini, KB suntik banyak diminati oleh wanita usia subur (PLKB

Kecamatan Bayan, 2020).

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa kontrasepsi

AKDR kurang diminati pasangan usia subur. Hal tersebut disebabkan

adanya beberapa faktor internal yang berupa pengalaman, takut

terhadap efek samping, pengetahuan atau pemahaman yang salah

tentang AKDR, pendidikan Wanita Usia Subur (WUS) yang rendah,


3

malu dan risih, adanya kondisi tertentu yang merupakan

kontraindikasi AKDR, dan persepsi tentang AKDR. Faktor eksternal

berupa prosedur pemasangan AKDR yang rumit, pengaruh dan

pengalaman akseptor AKDR lainnya, sosial, budaya, ekonomi, dan

pekerjaan (Marmi, 2016).

Berdasarkan hasil penelitian dari Ummi Yana (2018) yang

berjudul “Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu

Terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD ) Di

Puskesmas Padang Bulan Medan” menyatakan bahwa ada hubungan

pengetahun terhadap rendahnya minat Ibu terhadap pemilihan alat

kontrasepsi IUD di Puskesmas Padang Bulan Medan.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan dilakukan wawancara

dengan 10 akseptor 8 diantaranya wanita usia subur bukan akseptor

AKDR mengatakan belum pernah mendapatkan informasi tentang

AKDR, belum mengetahui kelebihan dari AKDR dan mengeluh

menggunakan KB hormonal seperti Suntik dan Implan karena berat

badan cenderung naik, namun tidak menghendaki menggunakan

AKDR karena takut lepas dan tidak nyaman saat berhubungan dengan

suami. Sedangkan 2 wanita usia subur aksepor AKDR mengatakan

sudah pernah mendapatkan informasi dari bidan saat awal

menggunakan AKDR tetapi hanya melakukan kunjungan ulang 4

minggu setelah pemasangan sedangkan saat ini sudah 1 tahun


4

pemasangan, hanya mengetahui salah 1 kelebihan AKDR yaitu tidak

membuat badan gamuk.

Dalam hal ini, AKDR masih menjadi kontrasepsi yang

menakutkan bagi sebagian besar wanita usia subur (WUS) karena

belum mengetahui sepenuhnya tentang AKDR. Sehingga perlu

diberikan pendidikan kesehatan yang baik supaya terciptanya

pengetahuan yang baik tentang metode kontrasepsi jangka panjang

khususnya AKDR yang memberikan kenyamanan dan keamanan,

pemakaian yang praktis serta ekonomis.

Berdasarkan hasil penelitian Septika, dkk (2019) yang berjudul “

Faktor-Faktor yang Berhungan dengan Pemakaian KB IUD Pada

Wanita Usia Subur di PKM Kotabumi Udik Kabupaten Lampung

Utara” menyatakan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan

pemakaian KB IUD dapa WUS dengan nilai (p=26).

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk

mengetahui dan meneliti tentang Hubungan Antara Pendidikan

Kesehatan dengan Pengetahuan Wanita Usia Subur tentang AKDR Di

Desa Jono, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikembangkan diatas, rumusan

masalah pada penelitian ini yaitu “Adakah Hubungan Antara Pendidikan

Kesehatan Dengan Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang AKDR di

Desa Jono, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo ?”


5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan kesehatan dengan

pengetahuan wanita usia subur tentang AKDR di Desa Jono

Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengetahuan wanita usia subur tentang AKDR di Desa

Jono Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo sebelum diberikan

pendidikan kesehatan

b. Mengetahui pengetahuan wanita usia subur tentang AKDR di Desa

Jono Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo setelah diberikan

pendidikan kesehatan

c. Mengetahui hubungan antara pendidikan kesehatan dengan

pengetahuan wanita usia tentang AKDR di Desa Jono Kecamatan

Bayan Kabupaten Purworejo

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan informasi yang

dapat digunakan untuk menambah ilmu pengetahuan lebih luas dan

mengaplikasikan pengetahuan maupun pengalaman khususnya

mengenai hubungan antara pendidikan kesehatan dengan pengetahuan

wanita usia subur tentang AKDR.

2. Bagi Instansi
6

a. Bagi Instansi Kesehatan

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan untuk program

peningkatan informasi, konseling dan kualitas pelayanan KB

kepada masyarakat khususnya AKDR

3. Bagi Responden

a. Hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan dalam

penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

b. Menambah jumlah penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

(AKDR).
7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di

dalam bidang kasehatan. Dilihat dari segi pendidikan, pendidikan

kesehatan adalah suatu pedagogik praktis atau praktik pendidikan. Oleh

sebab itu konsep pendidikan kesehatan adalah pendidikan yang

diaplikasikan pada bidang kesehatan (Azmi, 2013).

Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran di kelas, tetapi

merupakan kumpulan pengalaman dimana saja dan kapan saja sepanjang

dapat mempengaruhi pengetahuan sikap dan kebiasaan sasaran

pendidikan. Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan

oleh seseorang kepada orang lain, karena pada akhirnya sasaran

pendidikan itu sendiri yang dapat mengubah kebiasaan dan tingkah

lakunya sendiri. Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah

menciptakan sasaran agar individu, keluarga, kelompok dan masyarakat

dapat mengubah sikap dan tingkah lakunya sendiri (Setyabudi, 2012).

Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaranpendidikan

(individu, keluarga, kelompok dan masyarakat)sudah mengubah sikap

dan tingkah lakunya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan

(Setyabudi, 2012)
8

a. Konsep Dasar Pendidikan

Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar. Hal ini

berarti di dalam pendidikan itu terjadi proses petumbuhan,

perkembangan, atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik,

dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat

(Azmi, 2013).

Konsep ini berangkat dari suatu asumsi bahwa manusia sebagai

makhluk sosial di dalam kehidupannya untuk mencapai nilai-nilai

hidup di dalam masyarakat selalu memerlukan bantuan orang lain

yang mempunyai kelebihan (lebih dewasa, lebih pandai, lebih mampu,

lebih tahu dan sebagainya). Dalam mencapai tujuan tersebut seorang

individu, kelompok atau masyarakat tidak terlepas dari kegiatan

belajar (Azmi, 2013).

Kegiatan atau proses belajar dapat terjadi di mana saja, kapan saja

dan oleh siapa saja. Seseorang dapat dikatakan belajar apabila di

dalam dirinya terjadi perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu, dari

tidak dapat mengerjakan sesuatu menjadi dapat mengerjakan sesuatu.

Namun demikian tidak semua perubahan itu terjadi karena belajar

saja, misalnya perkembangan anak dari tidak dapat berjalan menjadi

dapat berjalan. Perubahan ini terjadi bukan hasil proses belajar, tetapi

karena proses kematangan (Azmi, 2013).

Tujuan pendidikan kesehatan merupakan domain yang akan

dituju dari pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan memiliki


9

beberapa tujuan antara lain pertama, tercapainya perubahan perilaku

individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara

perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta peran aktif dalam upaya

mewujudkan derajat kesehatan yaNg optimal. Kedua, terbentuknya

perilaku sehat pada individu, keluarga dan masyarakat yang sesuai

dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan social sehingga

dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian. Ketiga, menurut

WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk mengubah perilaku

perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan (Joesafira,

2012)

Jadi tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk memperoleh

pengetahuan dan pemahaman pentingnya kesehatan untuk tercapainya

perilaku kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan

fisik, mental dan sosial, sehingga produktif secara ekonomi maupun

sosial (Joesafira, 2012)

b. Ruang Lingkup Pendidikan

Ruang lingkup pendidikan kesehatan masyarakat dapat dilihat

dari 3 dimensi :

1) Dimensi sasaran

a) Pendidikan kesehatan individu dengan sasaran individu

b) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok

masyarakat tertentu.
10

c) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat

luas.

2) Dimensi tempat pelaksanaan

a) Pendidikan kesehatan di rumah sakit dengan sasaran pasien

dan keluarga

b) Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasaran pelajar.

c) Pendidikan kesehatan di masyarakat atau tempat kerja dengan

sasaran masyarakat atau pekerja.

3) Dimensi tingkat pelayanan kesehatan

a) Pendidikan kesehatan promosi kesehatan (Health Promotion),

misal : peningkatan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan, gaya

hidup dan sebagainya.

b) Pendidikan kesehatan untuk perlindungan khusus (Specific

Protection) misal : imunisasi

c) Pendidikan kesehatan untuk diagnosis dini dan pengobatan

tepat (Early diagnostic and prompt treatment) misal : dengan

pengobatan layak dan sempurna dapat menghindari dari

resiko kecacatan.

d) Pendidikan kesehatan untuk rehabilitasi (Rehabilitation) misal

: dengan memulihkan kondisi cacat melalui latihan-latihan

tertentu
11

c. Faktor yang mempengaruhi Pendidikan Kesehatan

Menurut Notoatmojo (2012), ada beberapa faktor yang

mempengaruhi keberhasilan promosi kesehatan dalam melakukan

pendidikan kesehatan diantaranya yaitu:

1) Promosi kesehatan dalam faktor predisposisi

Promosi kesehatan bertujuan untuk menggugah kesadaran,

memberikan atau meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang

pemeliharaan dan peningkatan kesehatan bagi dirinya sendiri,

keluarganya, maupun masyarakatnya. Disamping itu dalam

konteks promosi kesehatan juga memberikan pengertian tentang

tradisi kepercayaan masyarakat dan sebagainya, baik yang

merugikan maupun yang menguntungkan kesehatan. Bentuk

promosi ini dilakukan dengan penyuluhan, pameran, iklan layanan

kesehatan, dan sebagainya.

2) Promosi kesehatan dalam faktor-faktor enabling (penguat)

Bentuk promosi kesehatan dilakukan agar dapat

memberdayakan masyarakat dan mampu mengadakan sarana dan

prasarana kesehatan dengan cara bantuan teknik, memberikan

arahan, dan cara-cara mencari dana untuk pengadaan sarana dan

prasarana.

3) Promosi kesehatan dalam faktor reinforcing (pemungkin)

Promosi kesehatan ini ditujukan untuk mengadakan pelatihan

bagi tokoh agama, tokoh masyarakat, dan petugas kesehatan


12

sendiri dengan tujuan agar sikap dan perilaku petugas dapat

menjadi teladan, contoh atau acuan bagi masyarakat tentang hidup

sehat.

d. Metode Pendidikan Kesehatan

Menurut Notoadmodjo (2010), metode dan teknik pendidikan

kesehatan adalah suatu kombinasi antara cara-cara atau metode dan

alat-alat bantu atau media yang digunakan dalam setiap pelaksanaan

promosi kesehatan. Berdasarkan sasarannya, metode dan teknik

pendidikan kesehatan dibagi menjadi 3 yaitu:

1) Metode pendidikan kesehatan individual

Metode ini digunakan apabila antara promoter kesehatan dan

sasaran atau kliennya dapat berkomunikasi langsung, baik

bertatap muka (face to face) maupun melalui sarana komunikasi

lainnya, misal telepon. Cara ini paling efektif, karena antara

petugas kesehatan dengan klien dapat saling berdialog, saling

merespon dalam waktu yang bersamaan. Dalam menjelaskan

masalah kesehatan bagi kliennya petugas kesehatan dapat

menggunakan alat bantu atau peraga yang relevan dengan

masalahnya. Metode dan teknik pendidikan kesehatan yang

individual ini yang terkenal adalah “councelling”.

2) Metode pendidikan kesehatan kelompok

Teknik dan metode pendidikan kesehatan kelompok ini

digunakan untuk sasaran kelompok. Sasaran kelompok


13

dibedakan menjadi 2 yaitu: kelompok kecil kalau kelompok

sasaran terdiri antara 6-15 orang dan kelompok besar, jika

sasaran tersebut diatas 15 sampai dengan 50 orang. Oleh karena

itu metode pendidikan kesehatan kelompok juga dibedakan

menjadi 2 yaitu:

a) Metode dan teknik pendidikan kesehatan untuk kelompok

kecil

Misalnya diskusi kelompok, metode curah pendapat (brain

storming), bola salju (snow ball), bermain peran (role play),

metode permainan simulasi (simulation game), dan

sebagainya. Untuk mengefektifkan metode ini perlu dibantu

dengan alat bantu atau media, misalnya lembar balik (flip

chart), alat peraga, slide, dan sebagainya.

b) Metode Dan Teknik Pendidikan Kesehatan Untuk Kelompok

Besar

Misalnya metode ceramah yang diikuti atau tanpa diikuti

dengan tanya jawab, seminar, loka karya, dan sebagainya.

Untuk memperkuat metode ini perlu dibantu pula dengan alat

bantu misalnya, overhead projector, slide projector, film,

sound system, dan sebagainya

c) Metode Pendidikan Kesehatan Massa

Apabila sasaran pendidikan kesehatan misal atau publik,

maka metode-metode dan teknik pendidikan kesehatan


14

tersebut tidak akan efektif, karena itu harus digunakan

metode pendidikan kesehatan massa. Metode dan teknik

pendidikan kesehatan untuk massa yang sering digunakan

adalah:

(1) Ceramah umum, misalnya dilapangan terbuka dan

tempat-tempat umum

(2) Penggunaan media massa elektronik, seperti radio dan

televise. Penyampaian pesan melalui radio atau TV ini

dapat dirancang dengan berbagai bentuk, misalnya talk

show, dialog interaktif, simulasi, dan sebagainya.

(3) Penggunaan media cetak, seperti koran, majalah, buku,

leaflet, selebaran poster, dan sebagainya. Bentuk sajian

dalam media cetak ini juga bermacam-macam, antara lain

artikel tanya jawab, komik, dan sebagainya.

(4) Penggunaan media di luar ruang, misalnya billboard,

spanduk, umbul-umbul, dan sebagainya.

2. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

mengadakan penginderaan terhadap suatu objek ternetntu. Penginderaan

terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu

penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian


15

besar pengetahuan manusi diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmojo dalam Wawan Dewi, 2011)

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh factor pendidikan formal.

Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana

diharapkan bahwa pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan

semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan

berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan

rendah pula.

a. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmojo dalam Wawan dan Dewi (2011)

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari

pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup didalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori

yang telah ada sebelumnya setelah mengganti sesuatu. Tahu

berarti mengingat suatu materi yang dipelajari atau rangsangan

yang diterima sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan

yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa seseorang


16

itu tahu adalah ia dapat menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, dan menyatakan.

2) Memahami (comprehension)

Memahami merupakan kemampuan menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi

materi tersebut secara benar. Orang yang paham harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh dan menyimpulkan.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Aplikasi

yang dimaksud disini seperti penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip. Mempelajari aplikasi berarti kemampuan

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai

penggunaan hukum- hukum, rumus, metode, dan prinsip dalam

situasi nyata.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan

dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara

komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau

objek yang diketahui. Analisis adalah kemampuan menjabarkan

materi atau objek ke dalam bagian-bagian yang lebih masih dalam

satu struktur organisasi dan ada kaitannya stu sama lain.


17

Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,

seperti dapat menggambarkan, membuat bagan, membedakan,

memisahkan, dan mengelompokkan.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk

merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis

dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Sintesis

dalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang telah ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu materi atau objek yang didasarkan pada suatu

kriteria yang ditentukan sendiri atau dengan kriteria yang sudah

ada.

b. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmojo dalam Wawan dan Dewi (2011), cara

memperoleh pengetahuan adalah sebagai berikut :

1) Cara Kuno untuk memperoleh pengetahuan

a) Cara coba salah (Trial and Error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan

mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini

dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam

memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak


18

berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah

tersebut dapat dipecahkan.

b) Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-

pemimpin masyarakat baik formal atau informal, ahli agama,

pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang

menerima mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang

mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau

membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris

maupun penalaran sendiri.

c) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadupun dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi masa lalu.

2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau

disebut metodologi penelitan. Cara ini mula-mula dikembangkan

oleh FrANCIS Bacon (1561-1626) kemudian dikembangkan oleh

Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan

penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.

c. Proses Perilaku “Tahu”


19

Menurut Rogers dalam Wawan dan Dewi (2011), perilaku

adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat diamati

langsung dari pihak luar maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar.

Sedangkan sebelum mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang

tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

1) Awareness (kesadaran)

Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih

dahulu terhadap stimulus (objek)

2) Interest (merasa tertarik)

Dimana individu mulai menaruh perhatian dan tertarik pada

stimulus

3) Evaluation (menimbang-nimbang)

Individu akan mempertimbangkan baik buruknya tindakan

terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap

responden sudah lebih baik lagi.

4) Trial (mencoba)

Dimana individu mulai mencoba perilaku baru

5) Adaption (adaptasi)

Sikapnya terhadap stimulus.

Pada penelitian selanjutnya, Rogers dalam Wawan dan Dewi

(2011) menyimpulkan bahwa pengadopsian perilaku yang melalui

proses seperti diatas dan didasari oleh pengetahuan, kesadaran yang

positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting)


20

namun sebaliknya jika perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan

dan kesadaran, maka perilaku tersebut bersifat sementara atau tidak

akan berlangsung lama. Perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek,

yaitu aspek fisik, psikis dan social yang secara terinci merupakan

refleksi dari berbagai gejolak kejiwaan seperti pengetahuan, motivasi,

persepsi, sikap dan sebagainta yang ditentukan dan dipengaruhi oleh

factor pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya.

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

1) Faktor Internal

a) Pendidikan

Pendidikan berartu bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita

tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi

kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya

hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga meningkatkan

kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip Notoadmojo

dalam Wawan dan Dewi (2011), pendidikan dapat

mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang

akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap

berperan dalam pembangunan. Pada umumnya makin tinggi

pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.

b) Pekerjaan
21

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam dalam Wawan

dan Dewi (2011), pekerjaan adalah keburukan yang harus

dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan

kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan,

tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang

membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan

bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu.

Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap

kehidupan keluarga.

c) Umur

Menurut Elisabeth yang dikutip Nursalam dalam Wawan dan

Dewi (2011), usia adalah umur individu yang terhitung mulai

saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut

Huclok dalam Wawan dan Dewi (2011), semakin cukup umur,

tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang

dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat

seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum

tinggi kedewasaanya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman

dan kematangan jiwa.

2) Faktor Eksternal

a) Faktor Lingkungan

Menurut Ann. Mariner yang dikutip dari Nursalam dalam

Wawan dan Dewi (2011), lingkungan merupakan seluruh


22

kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang

dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau

kelompok.

b) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

e. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto dalam Wawan dan Dewi (2011), pengetahuan

seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang

bersifat kualitatif, yaitu :

1) Baik : Hasil presentase 76%-100%

2) Cukup : Hasil presentase 56%-75%

3) Kurang : Hasil presentase <56%

3. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

a. Pengertian

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah satu alat

kontrasepsi modern yang telah dirancang sedemikian rupa (baik

bentuk, ukuran, bahan dan masa aktif fungsi kontrasepsinya) yang

dimasukkan ke dalam rahim yang sangat efektif, reversible dan

berjangka panjang, dan dapat dipakai oleh semua perempuan usia

produktif sebagai suatu usaha pencegahan kehamilan (Marmi, 2016).


23

b. Profil Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

1) Sangat efektif, reversible dan berjangka panjang (dapat sampai 10

tahun : CuT-380 A)

2) Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak

3) Pemasangan dan pencabutan oleh tenaga medis (dokter atau bidan

terlatih)

4) Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi

5) Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terdapat Infeksi

Menular Seksual (IMS) (Affandi, 2014)

c. Cara Kerja Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba fallopi

2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri

3) Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma

sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi

sperma untuk fertilisasi

4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus

(Setiyaningrum, 2015)

d. Keuntungan dan Kerugian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

1) Keuntungan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Menurut Affandi (2014), keuntungan dari penggunaan Alat

Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) yaitu:


24

a) Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi. Sangat efektif 

0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1

kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan)

b) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan

c) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380 A dan

tidak perlu diganti)

d) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.

e) Tidak mempengaruhi hubungan seksual

f) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut

untuk hamil

g) Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-

380A)

h) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

i) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus

(apabila tidak terjadi infeksi)

j) Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah

haid terakhir)

k) Tidak ada interaksi dengan obat-obat

l) Membantu mencegah kehamilan ektopik

m) AKDR modern bersifat efektif dan bekerja lama, sementara

AKDR tembaga harganya sangat murah. Alat ini

menghasilkan kontrasepsi sampai 10 tahun sehingga sangat

efisien dari segi biaya.


25

2) Kerugian atau Efek Samping Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

(AKDR)

a) Efek samping yang umum terjadi

(1) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama

dan akan berkurang setelah 3 bulan pertama)

(2) Haid lebih lama dan banyak

(3) Perdarahan (spotting) antar menstruasi

(4) Saat haid lebih sakit (disminorea)

b) Komplikasi lain :

(1) Merasakan sakit dan kram perut selama 3-5 hari setelah

pemasangan

(2) Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera

setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang selama

1-2 hari

(3) Perdarahan hebat diwaktu haid atau diantaranya dapat

memungkinkan penyebab anemia

(4) Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila

pemasangannya benar)

(5) Tidak mencegah IMS termasuk HIV / AIDS

(6) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau

perempuan yang sering berganti pasangan


26

(7) Penyakit radang panggul dapat terjadi setelah wanita

dengan IMS memakai AKDR. PRP dapat memicu

infertilitas

(8) Prosedur medis termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan

dalam pemasangan AKDR. Seringkali perempuan takut

selama pemasangan

(9) Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri.

Petugas kesehatan terlatih yang harus melepas AKDR

(10) Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering

terjadi apabila AKDR dipasang sesudah melahirkan,

ekspulsi)

(11) Perempuan harus memeriksakan posisi benang AKDR dari

waktu ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus

memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian

perempuan tidak mau melakukan ini (Marmi, 2016).

e. Efektifitas Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Efektivitas AKDR dipengaruhi oleh karateristik alat, keterampilan

penyedia layanan (dalam memasang alat) dan Karakteristik pemakaian

misalnya usia dan paritas. Efektivitas AKDR telah menigkat, dari

angka kehamilan 1 tahun 2-3% untuk AKDR lipes loop dan AKDR

yang mengandung tembaga menjadi kurang dari 0,5% untuk AKDR

yang lebih baru yang mengandung tembaga lebih dari 300mm2.

Berikut efektifitas alat kotrasepsi dalam Rahim (AKDR) :


27

1) Efektivitas dari alat kontrasepsi dalam rahim dinyatakan dalam

angka kontinuitas (continuation rate) yaitu berapa lama alat

kontrasepsi dalam rahim tetap tinggal in-utero tanpa ekspulasi

spontan, terjadinya kehamilan dan pengangkatan/ pengeluaran

karena alasan medis atau pribadi.

2) Efektifitas dari alat kontrasepsi dalam rahim tergantung pada :

a) Ukuran, bentuk, dan mengandung tembaga (Cu) atau

progesteron

b) Akseptor

(1) Umur : semakin tua usia, semakin rendah kehamilan,

ekspulsi dan pengakatan/ pengeluaran alat kontrasepsi

dalam Rahim. Makin muda usia, terutama pada multigravida

maka tinggi angka ekspulsi dan pengangkatan atau

pengeluaran IUD

(2) Paritas : semakin muda usia, terutama pada nulligravid,

semakin tinggi angka ekspulasu dan pengakatan/

pengeluaran alat kontrasepsi dalam Rahim

(3) Frekuensi senggama (Marmi, 2016).

f. Jenis-Jenis AKDR

AKDR menurut kandungan bahannya dibedakan menjadi AKDR

hormonal dan AKDR Non Hormonal.

1) AKDR Non-hormonal
28

Pada saat ini AKDR telah memasuki generasi ke-4. Karena

itu berpuluh-puluh macam AKDR telah dikembangkan. Mulai dari

generasi pertama yang terbuat dari benang sutra dan logam sampai

generasi plastic (polietilen) baik yang ditambah obat atau tidak.

2) AKDR yang mengandung hormonal

a) Progestasert – T = Alza T

(1) Panjang 36 mm, lebar 32 mm, dengan lembar benang ekor

warna hitam

(2) Mengandung 38 mg progesterone dan barium sulfat,

melepaskan 65 μg progesteron setiap hari

(3) Tabung inersinya berbentuk lengkung

(4) Daya kerja 18 bulan

(5) Tekhnik inersi : Plunging (modified withdrawal).

b) LNG 20

(1) Mengandung 40-60 mg Levonogestrel, dengan pelepasan 20

μg per hari

(2) Sedang diteliti di Finlandia

(3) Angka kegagalan, angka terendah : <0,5 per 100 wanita

pertahun

(4) Penghentian pemakaian oleh karena persoalan-persoalan

perdarahan ternyata lebih tinggi dibandingkan IUD lainnya,

karena 25% mengalami amenore atau perdarahan haid yang

sangat sedikit.
29

AKDR dibedakan jenisnya menurut sifat dan bentuknya. Menurut

sifatnya ada dua jenis AKDR, yaitu :

a. AKDR inert (netral), yaitu AKDR yang tidak mengandung bahan

aktif

b. AKDR bidaktif, yaitu AKDR yang mengandung bahan aktif seperti

tembaga (Cu), perak (Ag) dan progesteron.

Gambar 2.1 Jenis AKDR menurut sifat dan bentuknya

Sedangkan menurut bentuknya, jenis AKDR dapat dibedakan

sebagai berikut :

a. AKDR berbentuk terbuka (berbentuk linier)

Contoh AKDR terbuka antara lain adalah Lippes Loop, Soft T Coil,

Shields, Cu-7, Cu-T, Spring Coil, Progestasert (Alza T), Multi

Load, Marguiles Spiral, Nova-T

b. AKDR tertutup (berbentuk cincin). Sedangkan contoh AKDR

tertutup antara lain : Ota Ring, Stainless Ring, Antigen F, Ragab

Ring, Cincin Grafenberg, Altigon dan Graten Ber Ring.

AKDR dibedakan menurut kandungan bahan Tambahan atau

Metal, dibagi menjadi dua jenis :


30

a. Medicated IUD : Misalnya : Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T

220 (daya kerja 3 tahun), Cu T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu T 380

A (daya kerja 8 tahun), Cu-7, Nova T (daya kerja 5 tahun), ML- Cu

375 (daya kerja 3 tahun). Pada jenis Medicated IUD angka yang

tertera dibelakang IUD menunjukkan luasnya kawat halus tembaga

yang ditambahkan, mislanya Cu T 220 berarti tembaga adalah 220

mm2. Cara Inersi : Withdrawal

b. Un Medivated IUD : Misalnya : Lippes Loop, Marguiles, Saf-T

Coil, Antigon. Cara inersi Lippes Loop : Push Out, Lippes Loop

dapat dibiarkan in-utero untuk selama-lamanya samapi menopause,

sepanjang tidak ada keluhan persoalan bagi akseptornya. IUD yang

banyak dipakai di Indonesia dewasa ini dari jenis Un Medivated

yaitu Lippes Loop dan yang dari jenis Medicated Cu T, Cu-7,

Multiload dan Nova-T.

Menurut tipe-tipenya AKDR dibagi menjadi beberapa macam,

diantaranya adalah :

a. IUD yang Tidak Mengandung Obat

1) Lippes Loop, yang terbuat dari plastik dan diisi dengan barium

sulfat masih digunakan diseluruh dunia (kecuali di Amerika

Serikat). Cincin baja tahan karat yang fleksibel digunakan

secara luas di Cina, tetapi tidak di tempat.

2) Nova T serupa dengan Cu-T 200, mengandung 200 mm2

tembaga. Meskipun demikian Nova T mempunyai inti perak


31

pada kawat tembaganya, lengan yang fleksibel, dan sebuah

lengkung besar yang juga fleksibel pada ujung bawah guna

menghindari cidera jaringan servik. Ada sejumlah kekhawatiran

bahwa kemajuan Nova T akan menurun setelah tida tahun

berdasarkan data WHO. Namun, dari data Finlandia dan

Skandinavia menunnjukkan angka kehamilan yang rendah dan

stabil setelah lima tahun penggunaan.

b. IUD Pelepas-Hormon

1) Progestasert (satu-satunya alat yang melepaskan hormone

dipasarkan di Amerika Serikat sejak tahun 1976) adalah IUD

berbentuk T yang terbuat dari etilen/vinil asetat kopoliner

yang mengandung titanium dioksida. Batang vertikalnya

mengandung suatu reservoir progesterone 38 mg bersama

dengan barium sulfat yang terdispersi dalam cairan silicon.

Lengan horizontal berstruktur padat dan terbuat dari

kopolimer yang sama. Dua kawat monofilament berwarna

biRu-hitam melekat pada lubang di dasar batang.

Progesterone dilepas pada kecepatan 65 Ìg per hari.

2) LNG-20, yang dibuat oleh Leiras di Finlandia, melepas secara

in vitro 20 Ìg levonogestrel setiap hari. Alat ini sudah

dipasarkan di Eropa. Alat berbentuk T ini mempunyai kerah

yang melekat pada lengan vertical, yang mengandung 52 mg

levonogestrel yang terdispersi dalam polidimetilsiloksan dan


32

dilepas pada kecepatan 15 Ìg setiap hari in vivo. IUD

levonogestrel bertahan hingga 10 tahun dan mengurangi

jumlah perdarahan haid serta angka infeksi panggul.

Gambar 2.2 Macam - macam AKDR

c. IUD Masa Depan

Modifikasi IUD tembaga sedang diteliti di seluruh dunia.

Ombrelle-250 dan Ombrelle-380, yang dirancang lebih fleksibel

untuk mengurangi ekspulsi dan efek samping telah dipasarkan di

Perancis. IUD tanpa kerangka, flexiGard (juga dikenal sebagai

Cu-Fix), terdiri dari 6 bungkus-lengan tembaga (330 mm2

tembaga), yang terangkai pada benang nilon bedah (polipropilen)

dan disimpul pada satu ujung. Pada saat penyisipan, simpul

tersebut didorong ke dalam myometrium menggunakan jarum

yang ditarikkan, yang bekerja seperti tombak harpoon miniature.

Karena tidak memiliki kerangka, alat ini diharapkan mempunyai


33

angka keharusan pengangkatan karena perdarahan atau nyeri yang

rendah, tetapi karena penyisipan lebih sulit dilakukan terdapat

angka ekspulsi yang juga lebih rendah.

Dari berbagai jenis IUD diatas, saat ini yang umum beredar

dipakai di Indonesia ada 3 macam jenis yaitu :

1) IUD Copper T, terbentuk dari rangka plastic yang lentur dan

tembaga yang berada pada kedua lengan IUD dan batang

IUD

2) IUD Nova T, terbentuk dari rangka plastik dan tembaga. Pada

ujung lengan IUD bentuknya agak melengkung tanpa ada

tembaga, tembaga hanya ada pada batang IUD

3) IUD Mirena, terbentuk dari rangka plastic yang dikelilingi

oleh silinder pelepas hormon Levonogestrel (hormon

progesteron) sehingga IUD ini dapat dipakai oleh ibu

menyusui karena tidak menghambat ASI (Marmi, 2016).

g. Cara Penanggulangan Efek Samping AKDR

Menurut Direktorat Pelayanan Medis dalam Marmi (2016),

penanggulangan efek samping AKDR sebagai berikut :

a. Perdarahan oleh AKDR

1) Bentuk gejala/ keluhan :

a) Perdarahan haid yang lebih lama atau lebih banyak dari

biasa (Menoragia)

b) Perdarahan di luar haid (Metroragia)


34

c) Perdarahan yang berupa tetesan (Spotting)

2) Penyebab Gejala / keluhan :

a) Diperkirakan karena kerja enzim yang terkonsentrasi di

jaringan selaput lender Rahim (endometrium). Enzim ini

bersifat fibrionolitik (menghancurkan fibril). Catatan :

Fibrin adalah zat yang berguna untuk pembekuan darah

b) Factor mekanik yaitu perlakuan selaput lendir rahim karena

kontraksi Rahim. Disebabkan karena adanya ketidakserasian

anatara besarnya AKDR dan rongga Rahim

(incompatibility).

3) Penanggulangan dan pengobatan :

a) KIE :

(1) Penjelasan sebab terjadinya

(2) Gangguan haid berlebihan memang akan terjadi pada 3

bulan pertama pemakaian AKDR

(3) Untuk menoragia segera menghubungi petugas

kesehatan untuk pemeriksaan lebih lanjut

(4) Pada pemakaian AKDR tembaga biasanya tidak

menimbulkan perdarahan yang lama dan banyak.

b) Tindakan medis :

(1) Pemberian vitamin, koagulasi (obat untuk pembekuan

darah), zat besi dan lain-lain. Dalam hal ini bisa

diberikan :
35

1. Vit. K : 3 x 1 tablet sehari (3-5) hari

2. Vit. C : 3 x 1 tablet sehari (3-5) hari

3. Adona : 3 x 1 tablet sehari (3-5) hari

(2) Penggantian AKDR

(3) Apabila tindakan poin 1 dan 2 belum menolong,

dilakukan pencabutan AKDR dan diganti dengan cara

kontrasepsi lainnya. Catatan khusus : dalam keadaan

normal, perdarahan pada waktu haid 35 cc, pada

pemakaian AKDR bisa bertambah antara 20-30 cc.

b. Infeksi oleh AKDR

1) Bentuk gejala / keluhan :

a) Nyeri di daerah perut bawah

b) Keputihan yang berbau

c) Demam

d) Nyeri pada waktu bersetubuh.

2) Penyebab gejala :

a) Peradangan bisa terjadi akibat pemasangan yang tidak steril

b) Peradangan bisa juga terjadi pada waktu pemasangan saja

atau setiap saat selama memakai AKDR.

3) Penanggulangan dan pengobatan :

a) KIE :

(1) Penjelasan sebab terjadinya


36

(2) Segera menghubungi dokter untuk mendapatkan

pengobatan

b) Tindakan Medis :

(1) Pengobatan dengan antibiotika broad spectrum,

misalnya :

(a) Penicilin : 3 x 500 mg 3 – 5 hari (penbritin, amicilin

dan lain-lain)

(b) Teramycin : 3 x 500 mg 3 – 5 hari

(c) Erythromycin : 3 x 500 mg 3 – 5 hari

(d) Penilicin : 800.000 u/hari 3 – 5 hari

(e) Teramyc in injeksi : 500 mg/hari 3 – 5 hari

(f) Geramycin injeksi : 80 mg/ hari 3 – 7 hari

(2) Bila telah dilakukan pengobatan 5-7 hari tidak berhasil,

AKDR di cabut dan diganti cara kontrasepsi yang lain.

Catatan khusus injeksi dapat berupa :

(a) Radang liang senggama (vaginitis)

(b) Radang leher Rahim (cervicitis)

(c) Radang selaput lender Rahim (endometritis)

(d) Radang selaput sel telur (salphingitis/ adnexiitis)

(e) Radang panggul (PID = Pilvis Inflamatory Disease)

(f) Abses (Marmi, 2016)

c. Keputihan oleh AKDR

1) Bentuk gejala/ keluhan :


37

(a) Dapat timbul setelah pemasangan AKDR

(b) Keluar cairan berwarna putih dari vagina

2) Penyebab gejala :

(a) Reaksi dari endometrium karena adanya AKDR di dalam

kandung rahim (benda asing)

(b) Adanya infeksi yang terbawa pada waktu pemasangan

AKDR

3) Penanggulangan dan pengobatan :

(1) KIE : Diberikan penerangan bila keputihan yang terjadi

adalah sedikit dan tidak perlu dirisaukan, karena hal tersebut

adalah gejala biasa, serta diberikan penjelasan sebagai

berikut :

(a) Keputihan bening tidak berbau tidak berbahaya, akan

berkurang setelah 3 bulan

(b) Kalau ada bau, keruh/ kekuningan harus diperiksakan

oleh dokter

(2) Tindakan medis :

(a) Periksa dalam

(b) Bila keputihan banyak agar diberikan obat vaginal yang

tersedia, misla albotil

(c) Dilihat dengan apakah ada erosi portio, bila ada diobati

dengan albotil
38

(d) Bila dengan pengobatan tidak menolong, AKDR dicabut

dan diganti cara kontrasepsi lain. Catatan khusus :

keputihan dapat juga disebabkan oleh penyakit :

(1) Infeksi panggul

(2) Candidiasis (infeksi jamur candida)

(3) Trichomoniasis (infeksi jamur trichomonas)

(4) Vaginitis spesifik (infeksi liang senggama oleh

gonoroe)

(5) Dalam hal ini diberikan pengobatan infeksi (Marmi,

2016).

d. Ekspulsi AKDR

a) Bentuk gejala/ keluhan :

(1) Bila ada AKDR teraba di dalam vagina (bisa seluruh AKDR

atau sebagian)

(2) Dapat terjadi sewaktu-waktu, akan tetapi biasanya pada

waktu haid berikutnya setelah pemasangan

(3) Bisa juga terjadi secara spontan pada bulan pertama

pemasangan.

b) Penyebab gejala :

(1) Karena ukuran AKDR terlalu kecil/ terlalu besar (AKDR

yang terlalu kecil lebih tinggi angka ekspulsi dari pada

AKDR yang lebih besar)

(2) Karena letak AKDR yang tidak sempurna di dalam Rahim.


39

c) Penanggulangan dan pengobatan :

KIE tentang pemantapan kembali pemakaian AKDR. Tindakan

medis : AKDR dikeluarkan dan diganti dengan AKDR baru

yang sesuai dengan ukuran rahim dan cara pemasangan yang

baik. Bila AKDR terlalu kecil, diganti yang lebih besar. Bila

AKDR terlalu besar, ganti yang lebih kecil. Catatan khusus :

Kemungkinan terjadinya ekspulsi ini snagat dipengaruhi oleh

jenis bahan yang dipakai. Makin elastic sifatnya makin besar

kemungkinan terjaidnya ekspulsi. Pada waktu muda dengan

paritas rendah lebih seing terjadi ekspulsi dibanding dengan

wanita yang lebih tua dengan paritas lebih tinggi.

e. Perforasi/ Translokasi oleh AKDR

a) Bentuk gejala/ keluhan :

(1) Bisa tanpa gejala

(2) Biasanya disertai rasa nyeri dan perdarahan

(3) Pada pemeriksaan ginekologi, benang tidak ditemukan,

sewaktu dilakukan sonde tidak ditemukan AKDR dalam

rahim. Perforasi terjadi kira-kira 1% pemakai AKDR.

b) Penyebab gejala :

(1) Karena tindakan yang terlalu kasar pada waktu pemasangan

AKDR

(2) Pada waktu pemasangan AKDR mengalami kesulitan

sehingga dilakukan dengan paksaan


40

(3) Karena memasukkan alat pendorong (insetor) ke dalam

rongga rahim dengan alat yang salah.

c) Penanggulangan dan pengobatan :

(1) KIE :

(a) Penjelasan sebab terjadinya

(b) Bila lipesloop yang perforasi dan tidak ada keluhan,

tidak perlu segera dikeluarkan, karena tidak

menimbulkan reaksi jaringan

(c) Bila AKDR tembaga atau bentuk AKDR tertutup yang

perforasi, sebaiknya segera diangkat/dikeluarkan, karena

dapat mengakibatkan perlekatan sampai ileus.

(2) Tindakan medis :

(a) Memastikan terjadinya perforasi dengan sonde

(b) Merujuk ke RS untuk pemeriksaan dan pertolongan

lebih lanjut.

Pemeriksaan tersebut berupa :

(1) Bila pada pemeriksaan dengan sonde tidak

ditemukan AKDR

(2) Bila pada pemeriksaan dengan sonde tidak

ditemukan AKDR, maka dilakukan foto rontgen

kemudian dilanjutkan dengan HSG (Hystero

Shalhingo Grafi) apabila bayangan AKDR tidak


41

nampak, atau dengan memasang sebuah AKDR

baru, kemudian dibuat foto rontgen perut/abdomen.

(c) Mengangkat AKDR dengan cara laparatomi atau cara

lain sesuai perkembangan teknologi (missal :

laparaskopi atau kuldoskopi).

f. Nyeri waktu haid oleh AKDR

a) Bentuk gejala/ keluhan : Dismenorhe (nyeri waktu haid)

b) Penyebab gejala :

(1) Psichis

(2) Mungkin disebabkan letak AKDR yang salah atau AKDR

tak sesuai dengan rongga rahim (besarnya AKDR yang

terlalu besar)

(3) Kemungkinan lain disebabkan infeksi menahun pada

kandungan.

c) Penanggulan dan pengobatan :

(1) KIE :

(a) Pemantapan agar tetap memakai IUD

(b) Memastikan penyebabnya dengan menganjurkan

pemeriksaan dalam

(2) Tindakan medis :

Pengobatan simtomatik (analgetika = anti nyeri dan atau

spasmotika = anti mules). Apabila tidak berhasil, maka

pengobatan dilanjutkan sebagai berikut :


42

(a) Mengganti AKDR yang baru dan cocok

(b) Pemberian antibiotika

g. Nyeri waktu senggama oleh AKDR

a) Bentuk gejala/keluhan : Dispareunia (nyeri pada waktu

senggama)

b) Penyebab gejala :

(1) Psychis

(2) Karena ada infeksi

c) Penanggulangan dan pengobatan :

(1) KIE :

(a) Pemantapan pemakaian AKDR

(b) Memastikan penyebab dengan menganjurkan

pemeriksaan dalam.

(2) Tindakan medis :

Pengobatan dengan antibiotika bila terjadi infeksi

h. Mules-Mules atau rasa nyeri oleh AKDR

a) Bentuk gejala/keluhan : Rasa mules diperut. Sesudah

pemasangan dapat timbul rasa nyeri seperti mules, kadang dapat

menjadi rasa nyeri atau sakit pinggang terutama pada hari-hari

pertama pemasangan.

b) Penyebab gejala :

(1) Psichis
43

(2) Kemungkinan disebabkan letak AKDR yang salah atau

AKDR tidak sesuai dengan rongga Rahim

c) Penanggulangan dan Pengobatan

(1) KIE :

(a) Pemantapan agar tetap memakai AKDR

(b) Memastikan penyebabnya dengan menganjurkan

pemeriksaan dalam

(2) Tindakan Medis :

(a) Kalau ringan diberi analgetika (obat anti nyeri),

spasmolitika (obat anti mules) atau kombinasi keduanya.

(b) Kalau berat, dilihat apakah AKDR masih ada di dalam

Rahim, sebaiknya oleh dokter. Bila AKDR terlihat

sedikit, berarti sebagian sudah keluar, maka

keluarkanlah AKDR dan hanti AKDR baru.

i. Kegagalan pada pemasangan AKDR

a) Bentuk gejala :

(1) Terjadi kehamilan

(2) Frekuensi kehamilan pada pemakaian AKDR 2-5%. Makin

lama AKDR terpasang, makin berkurang terjadinya

kehamilan. Pada tahun pertama pemasangan 2,4% hamil,

tahun kedua 2% dan pada tahun selanjutnya 1%

(3) Dengan pemasangan AKDR yang dililiti tembaga (Copper-

T, Multiload) akan mengurangi kegagalan ini.


44

b) Penanggulangan :

(1) KIE :

Dianjurkan segara menghubungi dokter untuk penanggulan

dan penjelasan selanjutnya.

(2) Tindakan medis :

(a) Bila benang dapat dilihat, dilakukan pengangkatan

AKDR (sebaiknya oleh dokter), dengan menarik

benangnya perlahan-lahan, sambil menjelaskan kepada

pasien bahwa 25% kemungkinan keguguran spontan

(b) Bila pengangkatan AKDR sukar, AKDR dibiarkan di

dalam rahim. Selama kehamilan, AKDR berada di luar

selaput ketuban, sedangkan bayi berada di dalam selaput

ketuban. Oleh karena itu AKDR dan bayi tidak pernah

bersinggungan selama kehamilan berlangsung, sehingga

tidak perlu dikhawatirkan terjadinya kelainan bawaan

pada bayi yang dilahirkan. Pada waktu persalinan,

AKDR akan “lahir” bersama-sama dengan ari-ari

(c) Dilaporkan bahwa kehamilan dnegna AKDR di dalam

rahim, kira-kira 50% akan mengalami keguguran

(abortus) spontan, kemungkinan kelahiran premature,

kemungkinan hamil ektopik (5%), dan 26% tetap

berlangsung cukup bulan (aterm)


45

(d) Bila benang tidak terlihat, jangan coba untuk diangkat,

sebaiknya pasien dirujuk ke RS

(e) Untuk AKDR yang dililit tembaga, yaitu tpe Copper-T

(Cu-T) dan Multiload (ML) harus diangkat pada

triwulan pertama kehamilan.

h. Indikasi Penggunaan AKDR

Menurut Marmi (2016), indikasi penggunaan AKDR yaitu :

1) Usia reproduksi

2) Keadaan nulipara

3) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang

4) Perempuan menyusui yang menginginkan kontrasepsi

5) Setelah menyusui dan tidak terlihat adanya infeksi

6) Setalah abortus dan tidak terlihat adanya infeksi

7) Perempuan dengan resiko rendah IMS

8) Tidak menghendaki metode hormonal

9) Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari

10) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama

11) Gemuk ataupun kurus

12) Perokok

13) Sedang memakai obat antibiotic dan anti kejang

14) Penderita tumor jinak maupun ganas payudara

15) Pusing-pusing atau nyeri kepala

16) Varises kaki dan vulva


46

17) Pernah menderita penyakit seperti stroke, DM, liver, dan empedu

18) Mendertia hipertensi, jantung, malaria, skistomiasis (tanpa anemia),

penyakit tiroid, epilepsy, atau TBC non pelvis.

19) Pasca KET.

i. Kontra Indikasi AKDR

Menurut Marmi (2016), kontra indikasi AKDR yaitu :

1) Kontra indikasi absolut :

a) Infeksi pelvis yang aktif (akut atau sub-akut), terutama

persangkaan Gonorhoe atau Chlamydia

b) Kehamilan atau persangkaan kehamilan

2) Kontra indikasi relative kuat :

a) Partner seksual yang banyak

b) Pernah mengalami infeksi pelvis atau infeksi pelvis yang

rekuren, post-partum endometritis atau abortus febritis dalam 3

bulan terakhir

c) Kesukaran memperoleh pertolongan gawat darurat bila terjadi

komplikasi

d) Cervitis akut purulent

e) Kelainan darah yang tidak diketahui sebabnya

f) Riwayat kehamilan ektopik atau keadaan-keadaan yang

menyebabkan predisposisi untuk terjadinya kehamilan ektopik

g) Pernah mengalami infeksi pelvis satu kali dan masih

menginginkan kehamilan selanjutnya


47

h) Kelainan pembekuan darah. Sedang mendapat terapi koagulan.

Pemakaian spiral dari tembaga bisa memperparah perdarahan,

yang cocok untuk penderita penyakit ini adalah (spiral) LNG-

IUS

i) Keadaan-keadaan lain yang dapat merupakan kontraindikasi

untuk inersi AKDR :

(1) Penyakit katup jantung. Sakit jantung, penderita penyakit

katup jantung memiliki resiko endocarditis bakterialis

subakut terutama saat pemasangan spiral. Sedangkan pada

perempuan yang menderita katup jantung prostetik harus

diberikan antiniotik disaat pemasangan

(2) Keganasan endometrium atau serviks

(3) Stenosis serviks yang berat. Adanya kelainan kongenital

bentuk rahim atau uterus (mioma, polip, jaringan parut

bekas SC) dan insufisiensi serviks

(4) Uterus yang kecil sekali. TFU <6,5 cm (Indonesia < 5 cm)

(5) Endometriosis, erosi serviks, myoma uteri, polip

endometrium

(6) Dismenorhe yang berat

(7) Darah haid yang banyak, haid yang ireguler atay perdarahan

bercak (spotting)

(8) Alergi terhadap Cu atau penyakit Wilson yaitu penyakit

gangguan Cu yang turun temurun


48

(9) Anemia

(10) Ketidakmampuan untuk mengetahui tanda-tanda bahaya

AKDR

(11) Ketidakmampuan untuk memeriksa sendiri ekor AKDR

(12) Riwayat Gonorhoe, chlamydia, syphilis atau herpes

(13) Actinomycosis genetalia

(14) Riwayat reaksi vso-vagal yang berat atau pingsan

(15) Inkompatibilitas golongan darah misalnya Rh negative

(16) Pernah mengalami problem ekspulsi AKDR

(17) Leukore atau infeksi vagina

(18) Riwayat infeksi pelvis atau operasi pelvis

(19) Keinginan untuk mendapatkan pertimbangan kesuburan

dimana yang akan datang

(20) Sebaiknya tidak dipasang pada akseptor yang belum

memiliki anak

(21) Dioerkirakan adanya tumor, tumor rahim, tumor ovarium,

myoma uteri cavum uteri kurang dari 5 cm

(22) Adanya perdarahan pervagina yang belum jelas

penyebabnya, perdarahan pada saluran kecing/infeksi

panggul

(23) Usia pemakai yang masih muda dan sangat rawan terjangkit

IMS, karena tingkat aktivitas seksualnya yang masih sangat

tinggi
49

(24) Mengidap penyakit trofoblas jinak. Perdarahan yang tidak

teratur bisa mempersulit tindak lanjut dan penatalaksanaan

penyakit ini.

j. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan IUD

Menurut Erfandi dalam Marmi (2016), ada beberapa faktor yang

mempengaruhi pemilihan IUD yaitu :

1) Faktor Internal

a) Pengalaman

Orang yang pernah memakai metode KB IUD, kemudian

mengalami efek samping yang dirasa mengganggu atau

menyebabkan rasa tidak enak/ kurang menyenangkan maka

kemungkinan akan mengalihkan metode kontrasepsi IUD yang

digunakan ke metode KB lainnya

b) Takut terhadap efek samping

Ketakutan akan keluarnya (ekspulsi) material IUD dari

rahim/ jalan lahir. Hal ini biasanya terjadi pada waktu haid,

disebabkan ukuran IUD yang terlalu kecil. Eksplsi ini juga

dipengaruhi oleh jenis bahan yang dipakai. Makin elastis

sifatnya makin besar kemungkinan terjaidnya ekspulsi.

Sedangkan jika permukaan IUD yang bersentuhan dengan

rahim (cavum uteri) cukup besar, kemungkinan terjadinya

ekspulsi kecil. Ketakutan juga dapat terjadi akibat pengalaman

individual orang lain yang mengalami nyeri dan perdarahan


50

(spotting) terjadi segera setelah pemasanagn IUD. Biasanya

menghilang dalam 1-2 hari

c) Pengetahuan/pemahaman yang salah tentang IUD

Kurangnya pengetahuan pada calon akseptor sangat

berpengaruh terhadap pemakaian kontrasepsi IUD. Dari

beberapa temuan fakta memberikan implikasi program, yaitu

manakala pengetahuan dari wanita kurang maka penggunaan

kontrasepsi terutama IUD juga menurun. Jika hanya para wanita

saja yang diberi informasi, sementara para suami kurang

pembinaan dan pendekatan, suami kadang melarang istrinya

karena faktor ketidaktahuan dan tidak ada komunikasi untuk

saling memberikan pengetahuan

d) Pendidikan PUS yang rendah

Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata

laku sesorang atau kelompok orang dalam usaha pendewasakan

manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan

pasangan suami – istri yang rendah akan menyulitkan proses

pengajaran dan pemberian informasi, sehingga pengetahuan

tentang IUD juga terbatas

e) Malu dan risih

Perasaan malas atau risih karena harus memeriksa posisi

benang IUD dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini


51

perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina,

sebagian perempuan tidak mau melakukan ini

f) Adanya penyakit atau kondisi tertentu yang merupakan

kontraindikasi pemasangan IUD

Penyakit kelamin (gonorhoe, sipilis, AIDS), perdarahan

dari kemaluan yang tidak diketahui penyebabnya, tumor jinak

atau ganas dalam rahim, kelainan bawaan rahim, penyakit gula

(diabetes militus) dan anemia

g) Persepsi tentang IUD

Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi

seseorang tidak akurat, seseorang tidak mungkin berkomunikasi

dengan efektif. Persepsilah yang menentukan seseorang untuk

memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Belum

terbiasanya masyarakat setempat dalam penggunaan kontrasepsi

IUD bisa terjadi akibat salah persepsi atau pandangan-

pandangan subyektif seperti IUD dapat mempengaruhi

kenyamanan dalam hubungan seksual. Sikap dan pandangan

negative masyarakat juga berkaitan dengan pengetahuan dan

pendidikan seseorang. Banyak mitos tentang IUD seperti mudah

terlepas jika bekerja terlalu keras, menimbulkan kemandulan

dan lain sebagainya.

2) Faktor eksternal

a) Prosedur pemasangan IUD yang rumit


52

Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan

dalam pemasangan IUD seringkali menimbulkan perasaan takut

selama pemasangan

b) Pengaruh dan pengalaman akseptor IUD lainnya

Pengaruh dari cerita atau pengalaman mantan pengguna

atau akseptor IUD tentang ketidaknyamanan yang dirasakan

akan mengurungkan niat calon akseptor untuk menggunakan

metode IUD. Mereka akan memilih metode yang dianggapnya

lebih aman, mudah dan sedikit efek samping

c) Sosial budaya dan ekonomi

Tingkat ekonomi mempengaruhi pemilihan jenis

kontrasepsi. Hal ini disebabkan karena untuk mendapatkan

pelayanan kontrasepsi yang diperlukan akseptor harus

menyediakan dana yang diperlukan. Walaupun jika dihitung

dari segi keekonomisannya, kontrasepsi IUD lebih murah dari

KB suntik atau pil, tetapi kadang orang melihatnya dari berapa

biaya yang harus dikeluarkan untuk sekali pasang. Kalau

patokannya adalah adalah biaya setiap kali pasang, mungkin

IUD tampak lebih jauh lebih mahal. Tetapi kalau dilihat

masa/jangka waktu penggunaannya, tentu biaya yang harus

dikeluarkan untuk pemasangan IUD akan lebih murah

dibandingkan KB suntik ataupun pil. Untuk sekali pasang, IUD


53

bisa aktif selama 3-5 tahun, bahkan seumur hidup/ sampai

menopause.

Sedangkan KB suntik atau pil hanya mempunyai masa

aktif 1-3 bulan saja, yang artinya untuk mendapatkan efek yang

sama dengan IUD, seseorang harus melakukan 12-36 kali

suntikan bahkan berpuluh-puluh kali lipat.

Pandangan dari agama-agama tertentu yang melarang atau

mengharamkan penggunaan IUD. Ada beberapa orang yang

menganggap bahwa metode KB IUD termasuk yang dilarang

dalam ajaran agama, karena beberapa produk IUD saat ini

terbuat dari bahan yang tidak kondusif bagi zygote sehingga

bisa membunuhnya dan proses kehamilan tidak terjadi.

d) Pekerjaan

Wanita yang bekerja, terutama pekerjaan yang melibatkan

aktivitas fisik yang tinggi seperti bersepeda, berjalan, naik turun

tangga atau sejenisnya, kemungkinan salah akan persepsi untuk

menggunakan metode IUD dengan alas an takut lepas

(ekspulsi), khawatir mengganggu pekerjaan atau menimbulkan

nyeri saat bekerja. Pekerjaan formula kadang-kadang dijadikan

alasan sesorang untuk tidak menggunakan kontrasepsi, karena

tidak sempat atau tidak ada waktu ke pusat pelayanan

kontrasepsi.

k. Waktu Kunjungan Ulang


54

Menurut Marmi (2016), waktu kunjungan ulang IUD yaitu :

1) Satu bulan setelah pemasangan

2) Tiga bulan kemudian

3) Setiap 6 bulan berikutnya

4) Satu tahun seklai

5) Bila terlambat haid 1 minggu

6) Bila terjadi perdarahan banyak dan tidak teratur

7) Petunjuk bagi klien :

a) Selama bulan pertama mempergunakan AKDR, periksalah

benang AKDR secara rutin terutama setelah haid

b) Setelah bulan pertama pemasangan, hanya perlu memeriksa

keberadaan benang setelah haid apabila mengalami :

(1) Kram kejang di perut bagian bawah

(2) Perdarahan (spotting) di antara haid atau setelah senggama

(3) Nyeri setelah senggama atau apabila pemasangan

mengalami tidak nyaman selama melakukan hubungan

seksual

c) CuT-380 A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasnagan, tetapi

dapat dilakukan lebih awal apabila diinginkan

d) Kembali ke klinik apabila :

(1) Tidak dapat meraba benang AKDR

(2) Merasakan bagian yang keras dari AKDR

(3) AKDR terlepas


55

(4) Siklus terganggu/ meleset

(5) Terjadi pengeluaran cairan dan vagina yang mencurigakan

(6) Adanya infeksi


56

B. Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi


pengetahuan :
a. Faktor Internal
1. Pendidikan Pendidikan Kesehatan
2. Umur
3. Pekerjaan
b. Faktor Eksternal
1. Faktor Lingkungan
2. Sosial Budaya
Pengetahuan WUS
tentang AKDR

(Alat Kontrasepsi Dalam


Rahim)

Bagan 2.3 Kerangka Teori


Sumber : Modifikasi Wawan dan Dewi (2011), Notoatmojo (2014)
Keterangan :

: Yang diteliti

: Tidak diteliti
57

C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan

atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara

variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti

(Notoatmodjo, 2012).

Variabel independent yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendidikan kesehatan, sedangkan variabel dependent yang digunakan adalah

pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) tentang AKDR (Alat Kontrasepsi

Dalam Rahim)

Variabel Independent Variabel Dependent

Pendidikan Pengetahuan
Kesehatan WUS tentang
AKDR AKDR

Bagan 2.4 Kerangka Konsep Penelitian

D. Hipotesis

Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang

masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya

(Sugiyono, 2017).

Menurut Arikunto (2013), hipotesis dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Hipotesis Kerja ( Ha )
58

Hipotesis kerja dalam penelitian ini adalah “Ada Hubungan Antara

Pendidikan Kesehatan dengan Pengetahuan Wanita Usia Subur tentang

AKDR di Desa Jono, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo”.

2. Hipotesis Nol ( Ho )

Hipotesis nol dalam penelitian ini adalah “Tidak Ada Hubungan

Antara Pendidikan Kesehatan dengan Pengetahuan Wanita Usia Subur

tentang AKDR di Desa Jono, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo”.


59

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain pra eksperimen dengan rancangan
one group pretest posttest. Rancangan ini tidak menggunakan kelompok
pembanding atau control, tetapi sudah dilakukan observasi pertama yaitu
pretest yang memungkinkan perubahan-perubahan setelah dilakukan perlakuan
(Notoatmodjo, 2012).

Pretest Perlakuan Posttest

O1 X O2

Keterangan :

O1 = Nilai Pre Test

X = pemberian pendidikan kesehatan tentang AKDR

O2 = Nilai Post Test

Perbedaan antara O1 dan O2 dapat diasumsikan sebagai efek atau

pengaruh dari perlakuan yang ada.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Jono, Kecamatan Bayan, Kabupaten

Purworejo pada bulan Januari 2022.

C. Subjek Penelitian

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2017), populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik


60

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah WUS di Desa Jono,

Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo sebanyak 90 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,

2013). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan “Accidental

Sampling“ yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dengan mengambil

kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat

sesuai dengan konteks penelitian (Notoatmojo, 2012).

Purposive sampling adalah sistem pengambilan sampel berdasarkan

kriteria tertentu, terutama keriteria melalui pertimbangan yang diberi oleh

sekelompok pakar atau expert dalam penelitian (Sugiyono, 2016)

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri – ciri yang perlu dipenuhi oleh

setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo,

2012).

Kriteria inklusi dari peneliti yaitu :

a) WUS yang tinggal di Desa Jono, Kecamatan Bayan

b) WUS yang bersedia menjadi responden

c) WUS yang dapat membaca dan menulis

d) WUS yang bersedia mengikuti pendidikan kesehatan dari awal sampai

akhir

Kriteria eksklusi adalah ciri – ciri anggota populasi yang tidak dapat

diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012).


61

Kriteria eksklusi dari peneliti yaitu :

a) WUS yang mengundurkan diri dari kegiatan penelitian

b) WUS tidak ada ditempat penelitian sampai batas waktu penelitian

berakhir.

D. Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang

dimaksud atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan

(Notoatmojo, 2012)

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Varabel Definisi Alat Ukur Parameter dan Skala


Operasional Kategori Pengukuran
Variabel Suatu bentuk Kuesioner 1. Pretest: Nominal
independen : intervensi atau Pengetahuan WUS
Pendidikan upaya untuk sebelum diberikan
Kesehatan meningkatkan Pendidikan
AKDR pengetahuan Kesehatan
AKDR. 2. Posttest:
Pendidikan
kesehatan WUS
tentang AKDR
setelah dilakukan
penyuluhan

Variabel Sesuatu yang Kuesioner 1. Baik : 76-100% Ordinal


dependen : diketahui dan yang 2. Cukup : 56 – 75%
Pengetahuan dimengerti terdiri dari 3. Kurang : <56%
WUS tentang oleh wanita 22 soal (Arikunto dalam
AKDR usia subur Wawan dan Dewi,
tentang AKDR 2011)
yang meliputi
pengertian,
jenis, indikasi,
kontraindikasi
manfaat serta
efek samping.
62

E. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek, atau

kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan ditarik kesimpulan (Sugiyono,2017). Variabel yang dikaji

dalam penelitian ini adalah variabel independen (variabel bebas) dan

dependen (variabel terikat).

1. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable dependen (terikat)

(Sugiyono, 2017). Variabel independen dalam penelitian ini adalah

pendidikan kesehatan AKDR.

2. Variabel Dependen

Variabel Dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono,2017). Variabel terikat

dalam penelitian ini adalah Pengetahuan WUS tentang AKDR.

F. Pengumpulan Data

a. Sumber data

1) Sumber Primer

Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan

data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2017).

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data

primer yang didapatkan langsung dari responden tentang

Pengetahuan WUS tentang AKDR di Desa Jono, Kecamatan Bayan,


63

Kabupaten Purworejo melalui kuesioner untuk memperoleh

informasi yang diperlukan.

2) Sumber Sekunder

Data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan

data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2017).

Dalam penelitian ini data sekunder didapatkan dari Laporan

Bulanan Sistem Informasi Kependudukan dan Keluarga Tingkat

Kabupaten berupa data jumlah WUS, Catatan Keadaan Keluarga

WUS dan Alat Kontrasepsi pada P.PLKB dan Buku Register

Kelompok KB di Desa Jono, Kecamatan Bayan, Kabupaten

Purworejo.

b. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu :

Menurut Arikunto (2013), instrument penelitian adalah alat atau

fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar

pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,

lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

Intstrument untuk menilai pengetahuan WUS tentang AKDR

menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis

yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti

laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Kuesioner yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner tertutup, dimana sudah

disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih. Sebaran butir

kuesioner penelitian dapat dilihat dari tabel berikut ini :


64

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Pengetahuan AKDR

Pernyataan Jumlah
No Indikator
Favorable Unfavorable Pernyataan
1 Pengertian AKDR 1,3,5 2 4
2 Keuntungan AKDR 6,9 8 3
Kelemahan/ Efek
3 15 14
samping AKDR 2
4 Komplikasi AKDR 17,18,20 21 4
5 Efektifitas AKDR 23 24 2
6 Indikasi 27 25,26 3
7 Kontra Indikasi 29 - 1
Kunjungan Ulang
8
AKDR 33 30,34 3
Total Pernyataan 13 9 22

Kuesioner telah digunakan dalam penelitian Indah Murnitasari

(2020) yang berjudul “Pengaruh Penyuluhan AKDR terhadap Sikap

Ibu Tentang AKDR Di Desa Jono, Kecamatan Bayan, Kabupaten

Purworejo yang sebelumnya telah diuji cobakan dengan keakuratan

pengukuran serta kestabilan parameternya dengan menggunakan uji

validitas dan uji reliabilitas di Desa Ketiwijayan, Kecamatan Bayan,

Kabupaten Purworejo.

1) Uji Validitas

Menurut Azwar dalam Sunyoto dan Setiawan (2013), validitas

mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur

dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrument pengukur

dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi jika alat tersebut

menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai

dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Tes yang


65

menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran

dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah. Disisi lain dari

pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran .

Uji validitas pada instrument ini, dilakukan di Desa Ketiwijayan,

Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo pada Sabtu, 8 Februari 2020

dengan alasan Desa Ketiwijayan karateristik respondennya sama

dengan responden yang akan digunakan untuk penelitian dan letak

geografis wilayahnya sama. Uji validitas dalam penelitian ini

menggunakan teknik Product Moment dari Karl Pearson dengan

rumus sebagai berikut :

Keterangan

𝑟𝑥𝑦 : Koefisien korelasi antara variabel x dengan y

𝑛 : Jumlah responden

∑𝑥 : Variabel x / jumlah skor pertanyaan

∑𝑦 : Variabel y / jumlah skor total

∑𝑥𝑦 : Jumlah skor pertanyaan dari ∑𝑥 dan ∑𝑦

(Hidayat, 2014)

Setelah dilakukan Uji Validitas di Desa Ketiwijayan, Kecamatan

Bayan, Kabupaten Purworejo dengan jumlah responden 30 orang.

Kemudian data diolah dengan bantuan SPSS 19.


66

Dari 35 soal, didapatkan 22 soal valid dengan nomor

1,2,3,5,6,8,9,14,15,17,18,20,21,23,24,25,26,27,29,30,33,34. Untuk

nomor yang tidak valid, di hapus dari kuesioner.

Dikatakan valid atau salah jika r hitung < r tabel, dan taraf

signifikan yang digunakan yaitu 5% sehingga menyatakan adanya

korelasi antara skor item dengan jumlah skor total.

2) Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu

alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo,

2012).

Untuk menguji reliabilitas pada instrument ini, teknik yang

digunakan adalah Kuder Richardson formula 20 (KR20) yang

digunakan untuk analisis butir dikotomi dengan penskoran benar-salah.

(Retnawati, 2016)

Dengan rii = reliabilitas skor instrument; n = banyaknya butir

pertanyaan atau banyaknya soal; st2 = varians skor total; pi = proporsi

subjek yang menjawab betul pada suatu butir (proporsi subjek yang

mendapat skor 1) yang dihitung dengan :

banyaknya subjek yang skornya


𝑝= ; dan qi = 1 - pi
N
67

Dari 35 soal, didapatkan 22 soal reliabel dengan nomor

1,2,3,5,6,8,9,14,15,17,18,20,21,23,24,25,26,29,30,33,34. Untuk nomor

yang tidak reliabel, di hapus dari kuesioner. Dikatakan reliable apabila

nilai alpha > 0,70.

c. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu:

1) Pengajuan ijin Kepala Desa Jono

2) Permintaan data WUS di Desa Jono dan PLKB Kecamatan Bayan

3) Peneliti mengambil sampel dengan teknik Accidental Sampling dari

beberapa populasi untuk dijadikan sebagai responden.

4) Peneliti menjelaskan kepada responden yang berpartisipasi dalam

penelitian, responden mengisi formulir persetujuan dilanjutkan

mengisi kuesioner pre test.

5) Responden diberikan penyuluhan secara lisan dengan media leaflet

dan dilanjutkan mengisi kuesioner post test. Pada pengisian kuesioner

jawaban dari pertanyaan responden harus ditulis pada kertas yang

telah disusun tersebut, kemudian kuesioner diambil kembali lalu

diteliti lagi oleh peneliti agar tidak ada pertanyaan yang belum terisi

6) Melakukan perhitungan dari jumlah jawaban responden.

G. Pengolahan Data (sesuai kebutuhan)

a. Pengolahan data

Menurut Notoatmojo (2014), pengolahan data tersebut melalui

5 tahap yaitu :

1) Editing
68

Editing adalah upaya memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan

pada tahap pengumpulan data setelah data terkumpul.

Dalam penelitian ini editing dilakukan dengan

memeriksa kembali kuesioner yang telah diisi responden, agar

tidak adanya kuesioner yang belum diisi.

2) Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian

kode ini sangat penting bila pengelolaan dan analisa data

menggunakan komputer.

Pernyataan pengetahuan WUS tentang AKDR

dikategorikan menjadi “baik 76-100%” diberi kode 1, “cukup

56-75%” diberi kode 2, “kurang <56%” diberi kode 3.

Pengkategorian ini termasuk data ordinal.

3) Scoring

Data dari hasil pengisian kuesioner diberikan skor.

Kemudian jumlah dihitung dengan persentase. Penskoran

menggunakan skala Guttman yang memiliki pengukuran

variabel dengan tipe jawaban yang lebih tegas yaitu “Ya dan

Tidak”, “Benar dan Salah”, “Pernah dan Tidak Pernah”

(Sugiyono, 2016)
69

Tabel 3.3 Skor Pengetahuan

Favorable Skor Unfavorable


Benar 1 Salah
Salah 0 Benar

4) Data Entry

Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master file atau database komputer,

kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan

membuat tabel kontingensi.

Dalam penelitian ini untuk processing yaitu dengan

memasukkan hasil kuesioner dalam salah satu paket program

yang digunakan adalah paket SPSS for Window 19.

5) Tabulasi

Yakni membuat tabel – tabel data, seperti tabel

karakteristik responden dan tabel analisis data.

H. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karateristik setiap variabel penelitian (Notoatmojo,

2014).

Dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian dengan

menggunakan tabel distribusi frekuensi untuk mengetahui

pengetahuan ibu terhadap AKDR, sebelum dan sesudah diberikan


70

pendidikan kesehatan pada WUS di Desa Jono, Kecamatan Bayan,

Kabupaten Purworejo.

Rumus Persentase :

f
𝑃= 𝑥 100%
N

Keterangan :

P : Hasil Persentase

f : Hasil pencapaian / skor total untuk setiap responden

N : Hasil pencapaian maksimal / skor maksimal

I. Analisa Bivariat

Analisa Bivariat merupakan analisa untuk mengetahui interaksi dua

variabel, baik berupa komparatif, asosiatif, maupun korelatif.

Uji statistik yang dilakukan untuk menguji efektifitas suatu

perlakuan terhadap suatu besaran variabel yang ingin ditentukan yaitu

menggunakan uji Paired T – Test. Proses analisis data dibantu dengan

menggunakan SPSS for Windows 19.

đ
𝑇=
(𝑆𝑑 /√𝑛 )

Keterangan :

d : selisih / beda nilai pre dan post

đ : rata – rata nilai pre dan post

Sd : simpangan baku dari d

n : banyaknya sampel setelah data dikumpulkan (Riwidikdo, 2014)


71

Pengambilan keputusan Ho diterima atau ditolak dengan melihat

taraf signifikan. Pada penelitian ini menggunakan taraf signifikan 5% ( α =

0,05) dengan ketentuan Ho ditolak dengan p value < nilai alpha, dan Ho

diterima bila p value ≥ nilai alpha.


72

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, B. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : PT


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Rineka Cipta
BKKBN. 2019. Siaran Pres No RILIS 108 B4. BKKBN. Diakses pada tanggal 5
Oktober
BKKBN Purworejo. 2019. Laporan Bulanan Pengendalian Lapangan Tingkat
Kabupaten/Kota. BKKBN Purworejo
Hidayat, A.A. 2014. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta : Salemba Medika
Marmi. 2016. Buku Ajar Pelayanan KB. Yogyakarta : Pustaka Belajar
Notoatmojo, S. 2012. Metode Penelitan Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
PLKB Bayan. 2019. Catatan Keadaan Keluarga, PUS, Alat Kontrasepsi dan
Pelaksanaan KB. PLKB Kecamatan Bayan
Pratiwi, M. Kuswantoro. Destyowati, M. 2018. Hubungan Tingkat Pengetahuan
Ibu tentang Kontrasepsi IUD dengan Minat Pemakaian
Kontrasepsi IUD di Desa Harjobinangun Kecamatan Grabag
Kabupaten Purworejo. Karya Tulis Ilmiah, Program Studi D III
Kebidanan : Akademi Kebidanan Bhakti Putra Bangsa Purworejo
Retnawati, H. 2016. Validitas dan Reliabilitas dan Karateristik Butir. Yogyakarta
: Parama Publishing
Rilyani, Putri. R, Lestari. D. 2019. Pengaruh Penyuluhan Penggunaan IUD
dengan Pengetahuan Ibu dalam Menggunakan Alat Kontrasepsi
Intrauterine Device (IUD) di Wilayah Kerja Puskesmas Sekincau
Lampung Barat. Holistik Jurnal Kesehatan. Volume 13 No.1, 48 –
55
Riwidikdo, H. 2014. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendekia Pres
Setiawan, A dan Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta :
Nuha Medika
Setiyaningrum, E. 2015. Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi Edisi Revisi. Jakarta : Trans Info Medika
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung :
Alfabeta
_______. 2017. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta
73

Sunyoto, D dan Setiawan, A. 2013. Statistik Kesehatan Parametrik, Non


Parametrik, Validitas dan Reliabilitas. Yogyakarta : Nuha Medika
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010. Tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
Wawan dan Dewi. 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika
74

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN


(Informed Consent)

Saya yang melaksanakan penelitian dibawah ini :


Nama : Indah Murnitasari
NIM : 152201055
Alamat : Desa Jono Rt 01 Rw 02, Kecamatan Bayan,
Kabupaten Purworejo
No. Telepon : 085848986414

Saya selaku mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ngudi Waluyo


Semarang sedang melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Antara
Pendidikan Kesehatan Dengan Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang
AKDR di Desa Jono, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo.”

Penelitian ini bertujuan untuk memenuhi prasyarat melangkah ke Program


Sarjana Kebidanan. Adapun peneliti mengajak saudari sekalian untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian ini akan melibatkan 80 orang
dengan masa penelitian selama 1 semester.

A. Kesukarelaan Responden Penelitian

Saudari bebas mengikuti penelitian ini tanpa ada unsur paksaan. Apabila
saudari telah memutuskan untuk turut serta dalam penelitian, saudari juga
bebas untuk mengundurkan diri dari penelitian tanpa ada sanksi atau denda
apapun.

B. Prosedur Penelitian

Apabila saudarai setuju untuk menjadi responen penelitian ini, maka


saudari akan diminta untuk menandatangani lembar persetujuan yang terdiri
dari dua rangkap; satu untuk saudari simpan dan satu untuk peneliti.
Prosedur selanjutnya :
75

1. Saudari akan mengisi kuesioner pre test dengan durasi waktu 10 menit
tentang Alat Kontrasepsi Dalam Rahim dilengkapi dengan identitas
seperti : nama, usia / tanggal lahir, alamat, no. telp yang bisa dihubungi,
tingkat pendidikan dan pekerjaan

2. Saudari akan menerima pendidikan kesehatan dengan media leaflet


tentang Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

3. Saudari akan mengisi kuesioner post test dengan durasi waktu 10 menit
tentang Alat Kontrasepsi Dalam Rahim dilengkapi dengan identitas
seperti : nama, usia / tanggal lahir, alamat, no. telp yang bisa dihubungi,
dan tingkat pendidikan.

4. Kewajiban Responden Penelitian

Saudari diharapkan mengikuti prosedur yang telah disebutkan di atas.


Apabila terdapat pertanyaan atau keterangan yang masih belum jelas,
diharapkan untuk memberitahukan saya sebelum menandatangani lembar
persetujuan ini.

C. Manfaat

Manfaat bagi saudari sebagai responden dalam penelitian ini adalah


mendapatkan pengetahuan tentang Alat Kontrasepsi Dalam Rahim melalui
pendidikan kesehatan.

D. Kerahasiaan

Keseluruhan data yang diperoleh semata-mata hanya untuk kepentingan


penelitian. Adapaun informasi yang berkaitan dengan saudari selaku
responden penelitian akan dijamin kerahasiaannya. Hasil penelitian akan
dipublikasikan tanpa mencantumkan identitas pribadi saudari.

E. Pembiayaan

Segala pembiayaan yang berhubungan dengan penelitian seluruhnya


ditanggung oleh saya selaku pihak peneliti.
76

F. Informasi Tambahan

Saudarai diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang masih


kurang jelas sehubungan dengan penelitian ini. Apabila sewaktu-waktu
saudarai membutuhkan keterangan lebih lanjut, saudari dapat menghubungi
saya Indah Murnitasari di no.HP 085848986414
77

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PARTISIPASI

Saya telah membaca dan memahami seluruh informasi dan prosedur yang
berkaitan dengan penelitian ini. Dengan menandatangani lembar ini saya
menyatakan persetujuan saya dalam mengikuti penelitian yang berjudul
“Hubungan Antara Pendidikan Kesehatan Dengan Pengetahuan Wanita Usia
Subur Tentang AKDR di Desa Jono, Kecamatan Bayan, Kabupaten
Purworejo”. Saya menyatakan bahwa keikutsertaan saya sebagai responden
penelitian dilakukan secara sukarela dan atau tanpa paksaan dari pihak
manapun.

Purworejo, Januari 2022

Peneliti Responden

(Indah Murnitasari) ( )
78

KUESIONER PENGETAHUAN AKDR


(ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM)

1. IDENTITAS
a. Nama :
b. Umur :
c. Pendidikan :
d. Pekerjaan :
Isilah kolom dengan ( √ ) yang paling sesuai
Keterangan :
B : Benar
S : Salah

No Pernyataan B S
AKDR adalah alat kontrasepsi modern
1
AKDR adalah alat kontrasepsi yang tidak
2 dapat dipakai oleh semua perempuan usia
produktif
AKDR adalah alat kontrasepsi yang sangat
3 efektif dan dimasukkan ke dalam rahim

AKDR adalah alat kontrasepsi jangka


4
panjang
AKDR tidak mempengaruhi kwalitas dan
5
produksi ASI
Menggunakan AKDR dapat mencegah
6
kehamilan
7 AKDR efektivitasnya sangat tinggi
Efek samping AKDR yaitu perubahan
8
siklus haid
Perdarahan (spotting) antar menstruasi
9 adalah efek samping menggunakan AKDR
Menurut saya, AKDR tidak mencegah
10 IMS termasuk HIV/AIDS
AKDR boleh dipakai pada perempuan
11 dengan Infeksi Menular Seksual (IMS)
atau perempuan yang sering berganti
79

pasangan

Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting)


12 terjadi segera setelah pemasangan AKDR.
Biasanya menghilang selama 1-2 hari
Penyakit radang panggul dapat terjadi
13 setelah wanita dengan Infeksi Menular
Seksual memakai AKDR
Menurut saya, semakin tua usia maka
14 semakin rendah kehamilan, ekspulsi dan
pengangkatan atau pengeluaran AKDR
Ibu harus melakukan kunjungan ulang bila
15 terjadi perdarahan banyak dan tidak teratur

Setelah abortus dan tidak terlihat adanya


16 infeksi maka boleh memakai AKDR

Ibu yang menyusui yang menginginkan


17 kontrasepsi jangka panjang, boleh
memakai AKDR
Sebaiknya ibu yang tidak menyukai untuk
mengingat-ingat minum pil setiap hari bisa
18 menggunakan AKDR

Lebih baik ibu yang usianya masih muda


dan tingkat seksualnya tinggi, jangan
19
memakai AKDR karena rawan terjangkit
Infeksi Menular Seksual (IMS)
Ibu tidak perlu sering kontrol ke petugas
20 kesehatan jika menggunakan AKDR

Ibu harus kembali ke klinik apabila AKDR


21
terlepas
Ibu harus kembali ke klinik apabila tidak
22 dapat meraba benang AKDR

Anda mungkin juga menyukai