Anda di halaman 1dari 49

Determinan Sosial Kesehatan

Masyarakat

Heni Setyowati.,S.SiT.,M.Kes
DEFENISI SEHAT
DEFENISI SAKIT
Derajat Kesehatan Masyarakat

Kesehatan bukanlah berarti


segala-galanya, namun tanpa
kesehatan segala-galanya
menjadi tidak berarti
Determinan Kesehatan
(Faktor yang mempengaruhi Kesehatan)

• Kesehatan merupakan konsep yang kompleks, bisa mempu


nyai arti berbeda bagi individu atau etnis yang berbeda.
• Derajat “perasaan sehat” berkaitan erat dengan ke- mamp
uan seseorang mendayagunakan “potensi diri” mereka sec
ara penuh.
• Potensi diri ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lai
n faktor perilaku, perilaku yg berhubungan dg kesehatan, f
aktor-faktor sosial, ekonomi dan lingkungan (spt dukungan
sosial, pekerjaan, penghasilan dan perumahan)
KONSEP SEHAT DAN SAKIT
Konsep sehat dan sakit sesungguhnya
tidak terlalu mutlak dan universal
dikarenakan status kesehatan
seseorang merupakan suatu rentang
(jarak), bersifat dinamis tergantung
mekanisme koping serta banyak factor
yang mempengaruhi
Contoh: Covid-19
FAKTOR-FAKTOR Y A N G M E M P E N G A R U H I STATU
S KESEHATAN
Model “Input to Health” Hendrik L.
Bloom (1974): Empat faktor yang
mempengaruhi status kesehatan :
 Perilaku (Life Style)

 Lingkungan (Environment),

 Keturunan (Herediter),

 Pelayanan kesehatan (Health


Care Services).
Faktor-factor tersebut saling
berinteraksi dan saling ketergantungan
dalam mempengaruhi status
kesehatan individu maupun kelompok Gambar 3. Model Teori H. L.
masy (Notoadmojo,2011) Blum
DETERMINAN STATUS KESEHATAN
Faktor makanan
Pendidikan atau tingkat
pengetahuan
Faktor sosio-ekonomi
Latar belakang budaya

Usia

Faktor emosional
HUBUNGAN SOSIO EKONOMI DA N KESEHATAN
 Pengertian Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi memperlihatkan kedudukan seseorang dalam hubungannya dengan orang
lain berdasarkan suatu ukuran tertentu. Sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi
seseorang dalam kelompok masyarakat ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi,
pendidikan dan pendapatan.
 Hubungan faktor Sosial Ekonomi dengan Kesehatan
Tingkat sosial ekonomi menggambarkan materi dan sumber daya sosial yang tersedia
bagi individu, serta peringkat atau status mereka dalam hirarki sosial. Terkait dengan
kesehatan, sosial ekonomi merupakan ukuran tingkat sosial ekonomi individu dan
keluarga yang mempengaruhi status kesehatan.
PENDAPATAN
 Pendapatan berkaitan dengan kondisi sumber daya keuangan yang dimiliki individu/keluarga
untuk memenuhi kebutuhannya.
 Rumah tangga dgn pendapatan rendah menderita penyakit malaria dan TB lebih tinggi
dibanding dengan rumah tangga berpendapatan tinggi. Prevalensi TB paru paling banyak
pada penduduk dengan tingkat pengeluaran rendah sebesar 607 per 100.000 penduduk.
 Semakin baik keadaan ekonomi rumah tangga semakin rendah prevalensi berat kurang,
pendek dan kurus pada balita.
 Kunjungan ibu hamil (K1 dan K4) cenderung lebih rendah pada kelompok ibu hamil
dengan status ekonomi yang rendah.
 Semakin tinggi status ekonomi cenderung semakin tinggi perilaku imunisasi anak.
Perbedaan persentase imunisasi anak pada status ekonomi terendah (kuintil-1) dan
tertinggi (kuintil-5) antara 20,8%-24,1%.
 Ibu dengan sosek terendah cenderung lebih sedikit mendapatkan pertolongan persalinan
dengan tenaga kesehatan dan di fasilitas kesehatan.
PENDIDIKAN
Pendidikan adalah elemen kunci pembangunan berkelanjutan dan
merupakan salah satu faktor penentu kesehatan yang paling penting pada
tingkat individu dan masyarakat.
Pendidikan menjadi salah satu faktor predisposisi, yaitu sebagai faktor
demografi tertentu yang mendasari adanya suatu perilaku.
Pendidikan adalah elemen kunci pembangunan berkelanjutan dan
merupakan salah satu faktor penentu kesehatan yang paling penting pada
tingkat individu dan masyarakat.
GAYA HIDUP (LIFE STYLE)
 Menurut W H O (2010) gaya hidup: cara hidup seseorang berdasarkan pola perilaku
yang dipengaruhi oleh karakter individual, interaksi sosial, sosek & kondisi lingkungan,
dan diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan gagasan.
 Dari sudut pandang antropologi, gaya hidup merupakan hasil penyaringan dari
berbagai interaksi sosial dan kebudayaan.
 Gaya hidup dapat mempengaruhi status kesehatan. Individu yang menerapkan
kebiasaan baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindari kebiasaan buruk
yang dapat mengganggu kesehatan disebut memiliki gaya hidup sehat
 Gaya hidup yang tidak sehat akan dapat meningkatkan resiko terjadinya berbagai
penyakit & masalah kesehatan. Gaya hidup juga dapat berubah seiring perkembangan
sosial ekonomi.
GAYA HIDUP BERPENGARUH THD KESEHATAN

Depkes (2002) membagi gaya Becker (1989) merumuskan indikator gaya


hidup : hidup
Pola makan
Kebiasaan merokok. Olahraga,

Pola Perilaku merokok


makan
Konsumsi minuman keras dan
Aktivitas fisik. narkoba
Durasi tidur
Stress
GENDER DA N KESEHATAN
Definisi GENDER:
Peran sosial dimana peran laki-laki dan peran perempuan ditentukan (Suprijadi
& Siskel, 2004).
Perbedaan peran dan tanggung jawab sosial bagi perempuan dan laki-laki yang
dibentuk oleh budaya (Azwar, 2001).
Jenis kelamin sosial atau konotasi masyarakat untuk menentukan peran sosial
berdasarkan jenis kelamin (Suryadi & Idris, 2004).
Perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam peran, fungsi, hak, tanggung
jawab, dan perilaku yang dibentuk oleh tata nilai sosial, budaya dan adat istiadat
dari kelompok masyarakat yang dapat berubah menurut waktu serta kondisi
setempat (KPP, 2001; 2004).
INDIKATOR KESEHATAN
INDIKATOR KESEHATAN (WHO)
INDIKATOR KESEHATAN (DEPKES, 2003)
Gambaran Indikator Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia

INDONESIA ADALAH SALAH SATU DARI 68 NEGARA


YANG MEMILIKI KEMATIAN IBU DAN NEONATAL YANG BURUK

LAHIR MATI
KEMATIAN BBL

KEMATIAN IBU
KEMATIAN ANAK
KESEHATAN MATERNAL/IBU
AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa ke
hamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan
oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau pen
gelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab
lain seperti kecelakaan, terjatuh,dll di setiap 1
00.000 kelahiran hidup.
Program Kesehatan Ibu
1990 : Safe Motherhood Initiative
 sebuah program yang memastikan semua wanita mendapatkan p
erawatan yang dibutuhkan sehingga selamat dan sehat selama ke
hamilan dan persalinannya
1996 : Gerakan Sayang Ibu (GSI)
 Program ini melibatkan sektor lain di luar kesehatan.
 Salah satu program utama yang ditujukan untuk mengatasi m
asalah kematian ibu yaitu penempatan bidan di tingkat desa
secara besar-besaran yang bertujuan untuk mendekatkan akses
pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir ke masyarakat.
• 2000 : strategi Making Pregnancy Safer
• 2010 : program Expanding Maternal and Neonat
al Survival (EMAS)
– menurunkan angka kematian ibu dan neonatal sebes
ar 25%.
– Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah
, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. (52,6% kematian)
• Program EMAS:
– 1) meningkatkan kualitas pelayanan emergensi ob
stetri dan bayi baru lahir minimal di 150 Rumah
Sakit PONEK dan 300 Puskesmas/Balkesmas PO
NED);
– 2) memperkuat sistem rujukan yang efisien da
n efektif antar puskesmas dan rumah sakit.
1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil
• diberikan kepada ibu hamil yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan ke
sehatan
• Proses ini dilakukan selama rentang usia keha
milan ibu yang dikelompokkan sesuai usia k
ehamilan menjadi trimester pertama, trimes
ter kedua, dan trimester ketiga.
Elemen pelayanan:
1. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
;
2. Pengukuran tekanan darah;
3. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA);
4. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri);
5. Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian i
munisasi tetanus toksoid sesuai status imunisasi;
6. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet sela
ma kehamilan;
7. Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (D
JJ);
8. Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interp
ersonal dan konseling, termasuk keluarga berencana);
9. Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes
hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan protein urin da
n pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah di
lakukan sebelumnya); dan
10.Tatalaksana kasus
Antenatal Care/Pemeriksaan Kehamilan
• 1 x pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 mingg
u),
• 1 x pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 mingg
u), dan
• 2 x pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu s
ampai persalinan)
– deteksi dini faktor risiko, pencegahan, dan penanganan dini k
omplikasi kehamilan
– Cakupan K1 dan K4
K1 = jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayan
an antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatan dibandi
ngkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pad
a kurun waktu satu tahun.
K 4 = jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelaya
nan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit e
mpat kali sesuai jadwal yang dianjurkan di tiap trime
ster dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilay
ah kerja pada kurun waktu satu tahun
 memperlihatkan akses pelayanan kesehatan terhadap ibu ha
mil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan keha
milannya ke tenaga kesehatan
Zat Besi 90 tablet (Fe3) bagi Ibu Hamil
 Zat besi merupakan mineral yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk se
l darah merah (hemoglobin). Selain digunakan untuk pembentukan sel darah
merah, zat besi juga berperan sebagai salah satu komponen dalam memben
tuk mioglobin (protein yang membawa oksigen ke otot), kolagen (protein yan
g terdapat pada tulang, tulang rawan, dan jaringan penyambung), serta enzim
.
 Zat besi memiliki peran vital terhadap pertumbuhan janin. Selama hamil,
asupan zat besi harus ditambah mengingat selama kehamilan, volume d
arah pada tubuh ibu meningkat. Sehingga, untuk dapat tetap memenuhi ke
butuhan ibu dan menyuplai makanan serta oksigen pada janin melalui plas
enta, dibutuhkan asupan zat besi yang lebih banyak.
 Asupan zat besi yang diberikan oleh ibu hamil kepada janinnya melalui
plasenta akan digunakan janin untuk kebutuhan tumbuh kembangnya, ter
masuk untuk perkembangan otaknya, sekaligus menyimpannya dalam hati s
ebagai cadangan hingga bayi berusia 6 bulan
zat besi juga membantu dalam mempercepat proses
penyembuhan luka khususnya luka yang timbul dalam
proses persalinan. Kekurangan zat besi sejak sebelu
m kehamilan bila tidak diatasi dapat mengakibatkan i
bu hamil menderita anemia.
Anemia merupakan salah satu risiko kematian ibu, kejadi
an bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), infeksi t
erhadap janin dan ibu, keguguran, dan kelahiran premat
ur.
2. Pelayanan imunisasi Tetanus Toksoid wanita us
ia subur dan ibu hamil
• penyebab kematian ibu dan kematian bayi yaitu
infeksi tetanus yang disebabkan oleh bakteri Clos
tridium tetani
– akibat dari proses persalinan yang tidak aman/steril ata
u berasal dari luka yang diperoleh ibu hamil sebelum m
elahirkan
– Clostridium Tetani masuk melalui luka terbuka dan men
ghasilkan racun yang menyerang sistem syaraf pusat.
imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bagi:
 Wanita Usia Subur (WUS) = 15-49 tahun
 WUS/Ibu hamil
5 dosis, dg interval:
 TT2 memiliki interval minimal 4 minggu setelah TT1 dengan masa perlindungan 3
tahun.
 TT3 memiliki interval minimal 6 bulan setelah TT2 dengan masa perlindungan 5 ta
hun.
 TT4 memiliki interval minimal 1 tahun setelah TT3 dengan masa perlindungan 10 t
ahun.
 TT5 memiliki interval minimal 1 tahun setelah TT4 dengan masa perlindungan 25 t
ahun.
3. pelayanan kesehatan ibu bersalin
mendorong agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehata
n terlatih yaitu
 dokter spesialis kebidanan dan kandungan (SpOG),
 dokter umum,
 dan bidan, serta
diupayakan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan persalinan yang
dimulai pada kala I sampai dengan kala IV persalinan.
Keberhasilan program ini diukur melalui indikator persentase pers
alinan ditolong tenaga kesehatan terlatih (Cakupan PN) dan persen
tase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan (cakupan PF)
Target 75%

Terendah: Papua, Maluku, Papua Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara


4. pelayanan kesehatan ibu nifas
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kese
hatan pada ibu nifas sesuai standar, yang dilakukan s
ekurang-urangnya tiga kali sesuai jadwal yang dianjur
kan, yaitu pada enam jam sampai dengan tiga hari pasca
persalinan, pada hari ke empat sampai dengan hari ke-2
8 pasca persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan
hari ke-42 pasca persalinan
Masa nifas dimulai dari enam jam sampai dengan 42 har
i pasca persalinan
Jenis pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan terd
iri dari :
1. Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, dan suh
u);
2. Pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri);
3. Pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam lain;
4. Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif;
5. emberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehata
n ibu nifas dan bayi baru lahir, termasuk keluarga berencana;
6. Pelayanan keluarga berencana pasca persalinan
5. pelayanan/penanganan komplikasi kebidanan

• Komplikasi kebidanan adalah kesakitan pada i


bu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan atau janin
dalam kandungan, baik langsung maupun tida
k langsung, termasuk penyakit menular dan
tidak menular yang dapat mengancam jiwa
ibu dan atau janin
• pelayanan/penanganan komplikasi kebidana
n adalah pelayanan kepada ibu hamil, bers
alin, atau nifas untuk memberikan perlindun
gan dan penanganan definitif sesuai standar
oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat
pelayanan dasar dan rujukan.
Lima penyebab kematian ibu terbesar yaitu
1. perdarahan,
2. hipertensi dalam kehamilan (HDK),
3. infeksi,
4. partus lama/macet,
5. abortus.
 Kematian ibu di Indonesia masih didominasi tiga penyeb
ab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dal
am kehamilan (HDK), dan infeksi.  > 25% HDK
komplikasi dapat dicegah dan ditangani bila :
1. ibu segera mencari pertolongan ke tenaga kesehatan;
2. tenaga kesehatan melakukan prosedur penanganan yang sesu
ai, antara lain penggunaan partograf untuk memantau perk
embangan persalinan, dan pelaksanaan manajemen aktif k
ala III (MAK III) untuk mencegah perdarahan pasca-salin;
3. tenaga kesehatan mampu melakukan identifikasi dini kompl
ikasi;
4. apabila komplikasi terjadi, tenaga kesehatan dapat member
ikan pertolongan pertama dan melakukan tindakan stabilisa
si pasien sebelum melakukan rujukan;
5. proses rujukan efektif;
6. pelayanan di RS yang cepat dan tepat guna
Intervensi yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kem
atian dan kesakitan
ibu dan neonatal yaitu melalui:
1. peningkatan pelayanan antenatal yang mampu mende
teksi dan menangani kasus risiko tinggi secara memadai;
2. pertolongan persalinan yang bersih dan aman oleh te
naga kesehatan terampil, pelayanan pasca persalinan
dan kelahiran; serta
3. pelayanan emergensi obstetrik dan neonatal dasar (P
ONED) dan komprehensif (PONEK) yang dapat dijangk
au secara tepat waktu oleh masyarakat yang membut
uhkan
Upaya yang sudah dilakukan:
1. Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Ko
mplikasi (P4K)
 kepedulian dan peran keluarga dan masyarakat dala m mel
akukan upaya deteksi dini, menghindari risiko kesehatan p
ada ibu hamil, serta menyediakan akses dan pelayanan ke
gawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar di tingkat Pusk
esmas (PONED) dan pelayanan kegawatdaruratan obstetr
i dan neonatal komprehensif di Rumah Sakit (PONEK).
 Bagian dari konsep DESA SIAGA
2. Audit Maternal Perinatal
– Upaya dalam penilaian pelaksanaan serta peningkata
n mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir
.
– Keg: pembahasan kasus kematian ibu atau bayi baru l
ahir sejak di level masyarakat sampai di level fasilitas p
elayanan kesehatan.
• kendala yang timbul dalam upaya penyelamatan ibu pada
saat terjadi kegawatdaruratan maternal dan bayi baru lahir
6. pelayanan kontrasepsi.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 T
ahun 2014 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan Siste
m Informasi Keluarga menyebutkan bahwa program k
eluarga berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahi
ran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur
kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantu
an sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan k
eluarga yang berkualitas.

Anda mungkin juga menyukai