SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Keb
idanan
Oleh :
Posyandu Desa Waelo Kecamatan Waelata Provinsi Maluku Tahun 2022”. Bebas
dari plagiarism dan bukan hasil karya orang lain. Apabila dikemudian hari ditemu
kan seluruh atau sebagian dari skripsi hasil – hasil penelitian tersebut terdapat indi
kasi plagiarism, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan perundang
Demikian pernyataan ini dibuat dalam keadaan sadar dan tanpa unsur paks
i
ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui, diperiksa dan siap untuk dipertahankan dihadapan Tim
Pembimbing
Mengetahui
ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Pengujia Sidang Skirpsi
Universitas Medika Suherman (UMS) guna melengkapi syarat – syarat untuk men
Ketua Penguji
iii
iv
Agama : Islam
Pendidikan :
iv
v
KATA PENGANTAR
rahmat dan hidayah-Nya atas skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu syarat mencapai kebulatan studi strata satu (S-1) Program
Skripsi ini dibuat secara rinci keseluruhan proses penelitian mulai dari
mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada
1. Dr. drg. Eddy Suharso, S.H, M.Kes. selaku Ketua Yayasan Medika Bahagia
Suherman, Bekasi.
3. Amrulloh Ibnu Kholdun, SE., MM, selaku Ketua Senat dan LPMI Universitas
Medika Suherman
4. Ns. Retno Anggraeni, S.Kep., M.Kes, selaku Wakil Rektor Bidang Mutu
5. Vincent Octavius, SE., MM, selaku Wakil Rektor Bidang Human Capital
6. Ns. Yana Setiawan, SKM., S.Kep., M.Kep, selaku Wakil Rektor Bidang
v
vi
7. Ns. Angga Saeful Rahmat Barnas, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep Kom, selaku
ini.
11. Ika Kania Fafdo Wardani, S.ST., M.Kes., selaku Ketua Penguji Skripsi Prodi
12. Seluruh Staf dan Dosen Universitas Medika Suherman yang telah
13. Orangtua yang telah memberikan inspirasi dan dukungan moril yang selalu
Medika Suherman yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah
15. Rekan-rekan Bidan di Puskesmas Waelo dan Kader Posyadu yang telah
penyusunan skripsi.
vi
vii
16. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Penulis hanya bisa memberikan doa dan rasa terima kasih kepada semua
orang yang terlibat dalam penelitian ini. Penulis juga berharap bahwa penelitian
Akhir kata, semoga penelitian bisa dilanjutkan agar bisa menjadi ilmu yang
vii
viii
ABSTRAK
Gizi kurang adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Berat Badan menurut Umur
(BB/U) < 2 SD yang merupakan padanan istilah severely underweight. Berdasarkan hasil studi pen
dahuluan yang dilakukan peneliti di Posyandu Waelo, bahwa pada tahun 2022 didapatkan dari 299
sampel balita terdapat 97 balita yang memiliki status gizi kurang di Desa Waelo. Dari data kejadia
n Gizi kurang yang cukup tinggi di Desa Waelo. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui fa
ktor-faktor yang mempengaruhi gizi kurang pada balita di Posyandu Desa Waelo Kecamatan
Waelata Provinsi Maluku tahun 2022.
Jenis penelitian ini menggunakan analitik kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah 60 ibu dari balita yang anaknya mengalami gizi kurang di
Posyandu Desa Waelo periode bulan Juli - Desember 2022. Sampel dalam penelitian ini mengguna
kan teknik Total sampling yaitu seluruh populasi dijadikan sampel sebanyak 60 balita. Instrumen
yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner. Data dianalisis dengan analisis univariat dan
Bivariat menggunakan uji chi-square.
Hasil menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan kejadian Gizi Kurang pada
balita di Posyandu Waelo Kecamatan Waelata Provinsi Maluku Tahun 2022 adalah Pola Asuh (P=
0,021), Pendapatan (P=0,0029), Pekerjaan (P=0,009), Pengetahuan (P=0,013), dan Pendidikan (P=
0,037). Dari 5 Variabel yang di teliti (Pola Asuh, Pendapatan, Pekerjaan, Pengetahuan, dan
Pendidikan) hasilnya semua variabel ada pengaruh gizi kurang pada balita di Posyandu Waelo
Kecamatan Waelata Provinsi Maluku Tahun 2022.
Saran dengan adanya penelitian ini diharapkan ibu yang memiliki balita mendapatkan inf
ormasi agar dapat memantau dan mencegah nalita mengalami gizi kurang. Untuk tempat penelitian
dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menurunkan angka kejadian Gizi Kurang.
viii
ix
ABSTRACT
Malnutrition is nutritional status based on the index Weight for Age (BB/U) < 2 SD which is the
equivalent of the term severely underweight. Based on the results of a preliminary study conducted
by researchers at the Waelo Posyandu, that in 2022 it was found that from 299 samples of toddlers
there were 97 toddlers who had poor nutritional status in Waelo Village. From the data on the
incidence of malnutrition which is quite high in Waelo Village. The purpose of this study was to
determine the factors that influence undernutrition in toddlers at Posyandu, Waelo Village,
Waelata District, Maluku Province in 2022.
This type of research uses quantitative analysis with a cross sectional approach. The population in
this study were 60 mothers of toddlers whose children were malnourished at the Waelo Village
Posyandu for the period July - December 2022. The sample in this study used a total sampling
technique, namely the entire population was taken as a sample of 60 toddlers. The instrument used
in this research is a questionnaire. Data were analyzed by univariate and bivariate analysis using
the chi-square test.
The results showed that the variables associated with the incidence of malnutrition in toddlers at
Posyandu Waelo, Waelata District, Maluku Province in 2022 were Parenting (P=0.021), Income
(P=0.0029), Occupation (P=0.009), Knowledge (P= 0.013), and Education (P=0.037). Of the 5
variables studied (Parenting, Income, Occupation, Nutrition, and Education) the results are that
all variables have a less influence on toddlers at Posyandu Waelo, Waelata District, Maluku
Province in 2022.
Suggestions with this research are that it is hoped that mothers who have toddlers will get
information so they can monitor and prevent toddlers from experiencing malnutrition. For
research sites, this research is expected to reduce the incidence of malnutrition.
ix
i
DAFTAR ISI
COVER
i
ii
ii
iii
DAFTAR TABEL
iii
i
DAFTAR BAGAN
i
ii
DAFTAR LAMPIRAN
5. Kuesioner
ii
iii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
n zat-zat gizi yang lebih besar dari kelompok umur yang lain sehingga balita p
aling mudah menderita kelainan gizi. Kejadian gizi kurang seperti fenomena g
Gizi kurang adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Berat Badan m
enurut Umur (BB/U) < 2 SD yang merupakan padanan istilah severely underw
eight. Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setia
p orang tua. Perlunya perhatian lebih terhadap tumbuh kembang anak di usia b
alita didasarkan fakta bahwa kurang gizi pada masa emas ini bersifat irreversib
Gizi kurang pada balita dapat menghambat pertumbuhan fisik, mental mau
pun kemampuan berpikir. Balita yang menderita gizi buruk dapat mengalami
penurunan kecerdasan (IQ) hingga sepuluh persen, dampak paling buruk dari
gizi buruk yaitu kematian pada umur yang sangat dini (Putri et al., 2015)
Status gizi kurang pada balita dapat menimbulkan pengaruh yang dapat me
epuluh persen. Dampak paling buruk dari gizi kurang yaitu kematian pada um
ur yang sangat dini. Mengantisipasi makin parahnya kondisi yang mungkin ter
ya masalah gizi seperti kekurangan energi kronis (KEK) serta berdampak pada
perubahan berat badan seseorang. Balita dengan tingkat asupan energi yang re
ndah mempengaruhi pada fungsi dan struktural perkembangan otak serta dapat
rdapat 99 juta anak di bawah usia 5 tahun menderita gizi kurang di dunia diant
aranya 67% terdapat di Asia dan 29% di Afrika serta terdapat kematian 6,34 ju
ta anak usia dibawah 5 tahun atau hampir 17 ribu kematian setiap harinya akib
Menurut Status gizi balita 0-59 bulan dengan indeks TB/BB menunjukkan
persentase kurus dan sangat kurus. Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) 2016
mendapatkan persentase balita 0-23 bulan yang sangat kurus sebesar 3,1%, ku
rus sebesar 8,0% dan gemuk sebesar 4,3%. Provinsi dengan persentase balita k
urus dan sangat kurus terbesar adalah Maluku (22,2%) dan terendah adalah Ba
menterian Kesehatan menyatakan bahwa persentase gizi buruk pada balita usia
0-59 bulan di Indonesia adalah 3,8%, sedangkan persentase gizi kurang adalah
14%. Hal tersebut tidak berbeda jauh dengan hasil PSG tahun 2016 yaitu perse
ntase gizi buruk pada balita usia 0-59 bulan sebesar 3,4% dan persentase gizi k
urang sebesar 14,43%. Provinsi dengan persentase tertinggi gizi buruk dan giz
i kurang pada balita usia 0-59 bulan tahun 2017 adalah Nusa Tenggara Timur
se wanita yang lulus sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) atau yang melanjutk
an ke perguruan tinggi yaitu sebesar 27% ini lebih rendah dibandingkan pria y
aitu sebesar 31%10. Semakin tinggi pendidikan seorang ibu balita maka akan
dengan mudah bagi ibu balita untuk memperoleh dan menafsirkan informasi b
aru, sedangkan rendahnya pendidikan ibu balita akan menjadikan semakin suli
tnya ibu balita mendapatkan maupun menerima informasi baru seperti, dari m
edia massa ataupun informasi baru dari orang lain yang bertentangan dengan p
gizi kurang pada tahun 2018 mencapai 4,7% dari target yang ditetapkan sebes
8 %atau pencapaian 160% pada tahun 2020 prevalensi balita gizi kurang meni
ada tahun 2022 didapatkan dari 299 sampel balita terdapat 97 balita yang mem
iliki status gizi kurang di Desa Waelo Kabupaten Maluku (Profil Puskesmas
Waelo, 2022).
eimbang, adanya riwayat infeksi, pola makan anak, sosial ekonomi keluarga,
serta pelayanan kesehatan dasar, dan lingkungan seperti sanitasi air bersih (Sh
olikah, 2019)
Status gizi balita dipengaruhi banyak faktor, baik penyebab langsung mau
alah asupan nutrisi dan penyakit infeksi yang diderita balita, penyebab tidak la
ngsung meliputi ketersediaan pangan dalam hal ini dengan mengetahui pekerja
an dan pendapatan orang tua (sosial ekonomi), pola asuh anak, serta pelayanan
Sosial ekonomi merupakan suatu konsep dan untuk mengukur status sosial
ekonomi keluarga dilihat dari variabel tingkat pekerjaan atau pendapatan kelua
rga, selain status sosial ekonomi adapun asupan makanan merupakan faktor la
ngsung yang mempengaruhi gizi kurang yaitu berupa pola makan yang dapat
5
dinilai dari jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi, serta cara pemberian
nu yang baik untuk dikonsumsi. Serta semakin banyak pengetahuan gizi ibu, h
ingga ibu akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang dip
erolehnya untuk dikonsumsi tapi sebaik apapun pengetahuan ibu tentang kese
hatan apabila tidak diterapkan ketika mengurus balita maka hal tersebut tidak
Selain itu masih banyak balita yang asupan makanannya kurang dan akhir
nya status gizinya menjadi kurang. Kejadian tersebut karena balita tidak mau
makan, atau masih makan makanan miskin zat gizi, ibu tidak memberikan ma
kanan sesuai makanan tepat, meskipun sang ibu tahu makanan apa yang tepat
n bahwa sebagian besar balita yang mengalami gizi kurang dipengaruhi oleh st
atus sosial ekonomi, pengetahuan ibu, penyakit penyerta, sikap ibu, BBLR dan
asupan makanan.
aktor yang mempengaruhi Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pay
ung Sekaki, faktor yang mempengaruhi status gizi pada balita salah–satunya a
dalah social ekonomi kelurga, semakin tinggi pendapatan akan semakin muda
h untuk membeli bahan pangan sesuai kebutuhan, dari penelitian dapat diketah
ui bahwa ada hubungan antara status gizi balita deng sosial ekonomi keluarga.
6
luarga dan Riwayat Infeksi Dengan Kejadian Gizi Kurang pada Balita di Wila
dapatan, dan pekerjaaan saling berkaitan dalam mempengaruhi gizi balita, kur
a rendah yang menyebabkan anak mengalami masalah gizi, dari penelitian dik
etauhi bahwa adanya hubungan antara ekonomi keluarga dengan status gizi ba
lita.
Berdasarkan survei yang dipapatkan, gizi kurang pada balita perlu mendap
fisik dan status kesehatan pada anak, dan apabila tidak diperhatikan anak bisa
gizi buruk yang beresiko mengalami stunting kemungkinan lebih besar tumbu
h menjadi anak individu dewasa yang tidak sehat. Maka peneliti bermaksud m
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipapatkan, gizi kurang pada balita
pertumbuhan fisik dan status kesehatan pada anak, dan apabila tidak
kemungkinan lebih besar tumbuh menjadi anak individu dewasa yang tidak
sehat. Maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu “Faktor-Faktor Yang
7
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat
8
1. Manfaat praktis
b. Bagi Posyandu
c. Bagi Ibu
d. Bagi Peneliti
didapat sebelumnya.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
1. Pengertian Balita
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia diatas satu tahun
atau lebih popular dengan pengertian anak dibawah lima tahun. Balita
adalah istilah umu bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah
(3- 5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh pada orangtua
untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan
Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini ditandai
terhadap kekebalan tubuh (Gizi et al., 2018).-3 tahun (batita) dan anak
2. Karakteristik Balita
9
10
bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih besar oleh sebab
itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi
sering.
Anak prasekolah adalah anak usia 3-5 tahun, mereka biasanya sudah
membaca. Usia 3-5 tahun anak menjadi konsumen aktif dan sudah
mulai memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini berat badan
3. Pertumbuhan Balita
karena pada masa itu semua organ tubuh yang penting sedang mengalami
dan perkembangan yang membutuhkan zat-zat gizi yang lebih besar dari
Status gizi adalah keadaan seimbang antara asupan gizi dan kebutuhan
gizi dalam tubuh dari hasil proses biologis yang terlihat dengan
dan penggunaan zat gizi, dimana zat gizi sangat dibutuhkan oleh tubuh
dengan umur anak. Indeks ini digunakan untuk menilai anak dengan
anak gemuk atau sangat gemuk. Seorang anak dengan BB/U rendah
diintervensi.
kurang dalam waktu yang lama atau sering sakit. Anak-anak dengan
gangguan endokrin.
atau BB/TB)
gizi buruk (severely wasted) serta anak yang memiliki risiko gizi lebih
oleh penyakit dan kekurangan asupan gizi yang baru saja terjadi (akut)
kurang, gizi baik, berisiko gizi lebih, gizi lebih dan obesitas. Grafik
(Z-Score)
(severely
- 60 bulan
Berat badan normal -2 SD sd +1 SD
menurut Umur
Pendek (stunted) - 3 SD sd <- 2 SD
(PB/U atau TB/U)
Normal -2 SD sd +3 SD
anak usia 0 – 60
Tinggi > +3 SD
Bulan
Tinggi Badan
Gizi kurang (wasted) - 3 SD sd <- 2 SD
(BB/PB atau
Gizi baik (normal) -2 SD sd +1 SD
BB/TB) anak usia 0
Berisiko gizi lebih > + 1 SD sd + 2 SD
- 60 bulan
(possible risk of
overweight)
wasted)
overweight)
Keterangan:
b. Anak pada kategori ini termasuk sangat tinggi dan biasanya tidak menjadi
kriteria diagnosis gizi buruk dan gizi kurang menurut pedoman Tatalaksana
mental. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi
Gizi kurang adalah suatu keadaan dimana berat badan balita tidak sesuai
dengan usia yang disebabkan oleh karena konsumsi gizi yang tidak
masalah gizi yang disebabkan karena kurangnya asupan gizi baik dalam
jangka waktu pendek maupun panjang. Jenis penyakit masalah gizi kurang
berdasarkan jenis zat gizi apa yang kurang dikonsumsi (Setyawati &
Hartini, 2018)
Gizi kurang adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Berat Badan
diketahui oleh setiap orang tua. Perlunya perhatian lebih terhadap tumbuh
17
kembang anak di usia balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi pada
Adriani, 2016)
penyakit infeksi, penurunan nafsu makan atau jumlah makanan yang telah
badan yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan
menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi.
Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih
sumber daya manusia, sehingga jika tidak diatasi dapat menyebabkan lost
terutama pada kelompok usia rawan gizi yaitu balita. Dampak lain akibat
gizi anak balita dapat dipantau dari waktu ke waktu, bila terjadi akan
mengarah pada status gizi yang lebih buruk maka dapat dicegah. Hasil
d. Pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi pada anak umur 6-59 bulan
1. Pola asuh
berperilaku sesuai dengan nilai agama dan budaya yang diyakini (Wisanti,
2015).
20
peran tersebut secara trial dan error atau mempengaruhi orang tua atau
makanannya. Keadaan ini biasanya terjadi pada anak balita dari keluarga
yang harganya mahal biasanya jarang dan bahkan tidak ada (Meryyana,
2014).
digunakan untuk membeli pangan atau bahan makanan yang bergizi tinggi
(Meryyana, 2014).
dilakukan oleh kepala rumah tangga maupun anggota rumah tangga yang
lain. Jenis pekerjaan yang dilakukan oleh kepala rumah tangga dan
dan status ekonomi rumah tangga serta status gizi masyarakat (Meryyana,
2014).
RI, 2014).
Hal ini sejalan dengan teori Sihombing (2015) yaitu pengetahuan ibu
tentang gizi yang dimiliki menjadi lebih baik. Sering masalah gizi timbul
(Berg, 2016).
pangan dan nilai pangan adalah umum dijumpai setiap negara di dunia.
faktor penting dalam masalah kurang gizi. Salah satu faktor yang
pada balita dan peningkatan berat badan ibu (3,7%, p<0,01). Ibu yang
balita dan ibu memiliki berat badan normal (0,32 SD, p<0,01).
pada balita dan untuk melindungi perempuan dari berat badan yang tidak
sehat.
24
D. Kerangka Teori
dengan lengkap dan menyeluruh dengan alur dan skema yang menjelaskan
sebab akibat suatu fenomena. Sumber pembuatan kerangka teori adalah dari
paparan satu atau lebih teori yang terdapat pada tinjauan pustaka. Pemilihan
teori dapat menggunakan salah satu teori atau modifikasi dari berbagai teori,
yang akan dilakukan (Masturoh & Anggita, 2018). Determinan gizi kurang
Penyebab langsung :
1. ASI Ekslusif
2. Makanan pendamping ASI
3. Asupan/gizi ibu
4. Praktik pemberian makan
5. Penyakit infeksi
Sumber : Fitri I & Wiji N Rizki (2017), Irianto K (2019) dan Bappenas (2019)
BAB III
A. Kerangka Konsep
generalisasi dari hal-hal yang khusus, maka konsep tidak dapat langsung
Bagan 3.1
1. Pola asuh
2. Pendapatan Orang tua
Gizi kurang pada balita
3. Pekerjaan Orang tua
4. Pengetahuan Ibu
5. Pendidikan Ibu
26
27
B. Definisi Operasional
dukungan terhadap
anak agar dapat
tumbuh kembang
dengan baik
29
meningkatkan
pendapatan. (Depkes
RI, 2014).
C. HIPOTESIS
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
ntuk mengelola data yang berhubungan dengan angka. Baik sebagai hasil pen
gukuran maupun hasil konvensi. Desain penelitian yang digunakan dalam pen
elitian ini adalah Analitik yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana
1. Populasi
2. Sampel
31
32
adalah suatu cara yang ditempuh dengan pengambilan sampel yang benar-
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel depende
1. Variabel Dependen
ah satu variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Gizi
2. Variabel Independen
variabel resiko atau sebab. Variabel independen dalam penelitian ini adala
h Pola asuh, Pendapatan orang tua, Pekerjaan orang tua, Pengetahuan ibu
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukankan di wilayah Kabupaten Maluku tahun
2022 tepatnya di wilayah kerja Posyandu Waelo
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2022
E. Instrument Penelitian
1. Sumber Data
a. Data Primer
dalam penelitian ini berupa data primer yang didapat dari hasil
masing responden dan masih perlu diolah lebih lanjut agar lebih
b. Data sekunder
Adalah data yang diperoleh dari hasil rekapan secara tertulis dar
menjadi responden.
belum jelas.
kelengkapannya.
G. Pengolahan Data
ebagai berikut :
1. Editing
Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan terhadap data yang telah dik
ng akan diteliti.
2. Coding
35
ini diberi kode 0 jika jawaban ya atau beresiko, dan kode 1 jika jawaban ti
3. Scoring
Langkah ini untuk menilai dari hasil jawaban lembar checklist dala
4. Entry Data
5. Tabulating
H. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Dengan Rumus :
P = f x 100%
Keterangan :
P = Persentasi
36
f = Frekuensi
n = Jumlah
2. Analisi Bivariat
a. Chi-Square
5)) yang artinya uji statistik tidak bermakna artinya tidak ada hubungan
a jika diperoleh nilai ( p < α (0,05)) maka hasil perhitungan statistik ber
X2 = ∑ (O-E)
Keterangan :
O = Nilai Observasi
Hasil dari uji chi-square hanya dapat menyimpulkan ada atau tid
io.
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
menjadi variabel dependent yaitu Gizi Kurang pada Balita, sedangkan variabel
independent yaitu Pola asuh, Pendapatan orang tua, Pekerjaan orang tua,
Table 5.1
38
39
Total 60 100%
6. Pendidikan Ibu ≤ SMA 44 73,3%
≥ SMA 16 26,7%
Total 60 100%
Berdasarkan table 5.1 dari Gizi kurang pada balita terdapat 34 respon
den (56,7%) balita dengan gizi kurang, sedangkan balita yang dengan gizi
pola asuh yang, sedangkan balita yang kurang pada pola asuh sebanyak 48
(23,3%). Pekerjaan orang tua terdapat 37 responden (61,7%) orang tua yan
Tabel 5.2
Berdasarkan tabel 5.2 Pola Asuh dari 60 balita terdapat 34 (56,7%) yang
mengalami gizi kurang pada balita, balita yang mengalami gizi kurang dengan po
la asuh yang cukup sebanyak 3 (5,0%) dan balita yang mengalami gizi kurang de
ngan pola asuh yang kuang sebanyak 31 (51,7%). Hasil uji statistik chi square me
nunjukkan bahwa p-value sebesar 0.021 kurang dari 0,050, sehingga dapat dikata
kan bahwa ada pengaruh antara Pola Asuh dengan Gizi kurang pada balita. Sedan
gkan nilai OR 0,183 yang berarti responden yang Pola Asuhnya kurang
mempunyai resiko mengalami gizi kurang, 0,183 kali lebih besar dari responden
Balita
Table 5.3
(56,7%) pendapatan tinggi orang tua dengan gizi kurang pada balita sebanyak 30
(50,0%) dan pendapatan rendah orang tua sebanyak 4 (6,7%). Hasil uji statistik c
hi square menunjukkan bahwa p-value sebesar 0.029 kurang dari 0,050, sehingga
dapat dikatakan bahwa ada pengaruh antara Pendapatan dengan Gizi kurang pada
balita. Sedangkan nilai OR 0,029 yang berarti responden yang Pendapatan orang
tuanya lebih tinggi mempunyai resiko mengalami gizi kurang, 0,029 kali lebih
Balita.
Table 5.4
Tidak 61,
26 43,3 11 18,3 37
Bekerja 7 4,432 (1,460
0,009
38, - 13,455)
Bekerja 8 13,3 15 25,0 23
3
Berdasarkan tabel 5.4 Pekerjaan orang tua dari total 60 balita terdapat 34
(56,7%) balita yang terkena gizi kurang dengan orang tuanya yang tidak bkerja se
banyak 26 (43,3%) dan Balita yang orang tuanya bekerja sebanyak 8 (13,3%). H
asil uji statistik chi square menunjukkan bahwa p-value sebesar 0.009 kurang dari
0,050, sehingga dapat dikatakan bahwa ada pengaruh antara Pekerjaan dengan Gi
zi kurang pada balita. Sedangkan nilai OR 0,009 yang berarti responden yang
Pekerjaan orang tuanya tidak bekerja mempunyai resiko mengalami gizi kurang,
Tabel 5.5
(56,7%) balita yang mengalami gizi kurang dengan ibu yang pengetahuan cukup
sebanyak 7 (11,7%) dan Balita yang ibu dengan pengetahuan kurang sebanyak 2
7 (45,0%). Hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa p-value sebesar 0.
013 kurang dari 0,050, sehingga dapat dikatakan bahwa ada pengaruh antara Peng
etahuan dengan Gizi kurang pada balita. Sedangkan nilai OR 0,013 yang berarti
kurang, 0,013 kali lebih besar dari responden yang memiliki pengetahuan yang
cukup.
44
Tabel 5.6
Berdasarkan tabel 5.6 Pendidikan Ibu dari total 60 balita terdapat 34 (56,7
%) balita yang mengalami gizi kurang dengan ibu yang pendidikan ≤ SMA seban
yak 13 (21,7%) dan Balita yang ibu dengan pendidikan ≥ SMA sebanyak 21
(35,0%). Hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa p-value sebesar 0.037
kurang dari 0,050, sehingga dapat dikatakan bahwa ada pengaruh antara
Pendidikan dengan Gizi kurang pada balita. Sedangkan nilai OR 0,037 yang berar
kurang, 0,037 kali lebih besar dari responden yang memiliki pendidikan ≤ SMA.
BAB VI
PEMBAHASAN PENELITIAN
22, Hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa p-value sebesar 0.021
kurang dari 0,050 yang secara statistic berarti H 0 ditolak artinya dapat dika
takan terdapat hubungan signifikan antara Pola Asuh dengan Gizi kurang p
ada balita. Yang artinya ada pengaruh antara Pola Asuh dengan Gizi kuran
hubungan yang berarti antara pola asuh ibu dengan kejadian gizi kurang
dan gizi buruk pada balita di wilayah kerja Puskesmas Beruntung Raya
mendapat anak dengan gizi kurang dan gizi buruk dibandingkan ibu yang
45
46
semakin baik pula status gizi pada anak menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara pola asuh terhadap status gizi anak 12-59 bulan di
tian ini menunjukan adanya kesesuaikan antara teori dengan apa yang terja
di pada lapangan. Maka menurut peneliti dalam penelitian ini balita denga
n pola asuh yang kurang akan lebih mudah mengalami Gizi Kurang diband
22, Hasil uji statistik chi square menunjukkan square menunjukkan bahwa
p-value sebesar 0.029 kurang dari 0,050 yang secara statistic berarti H 0 dit
Pendapatan orang tua dengan Gizi kurang pada balita. Yang artinya ada hu
bungan antara Pendapatan orang tua dengan Gizi kurang pada balita di
didapatkan nilai p = 0,012. Hal ini menunjukan bahwa p < α (0,05) ada
pada variabel tingkat pendapatan rendah dan status gizi baik berjumlah 22
47
responden (28,6 %). Pada variable tingkat pendapatan tinggi dan status
dilihat pada hasil statistic terdapat hubungan antara pendapatan orang tua
dengan status gizi pada balita yang menunjukkan nilai p- value sebesar
status gizi baik sedangkan orang tua dengan pendapatan rendah memiliki
hasil uji chi swuare harga p hitung adalah 0,009 untuk distribusi sampel be
rdasarkan BB/U, dan 0,010 untuk distribusi sampel berdasarkan TB/U, sert
itolak dan H1 diterima (p < 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terda
pat hubungan antara pendapatan keluarga dengan status gizi balita di wilay
endapatan keluarga dengan status gizi balita. Hal ini di karenakan penyeba
b timbulnya gizi kurang pada balita dapat di pengaruhi oleh beberapa fakto
tian ini menunjukan adanya kesesuaikan antara teori dengan apa yang terja
48
di pada lapangan. Maka menurut peneliti dalam penelitian ini Keluarga kur
at gizi dalam keluarga terlebih pada balita, pendapatan keluarga akan dapat
bahwa p-value sebesar 0.009 kurang dari 0,050 yang secara statistic berarti
Tua dengan Gizi Kurang pada balita. Yang artinya ada pengaruh antara
Pekerjaan dengan Gizi kurang pada balita di Posyandu Waelo tahun 2022.
Sedangkan sebagian ibu yang tidak bekerja status gizi kurang baik pada
balita sebanyak 5 balita (14,7%) dengan nilai p value 0,002. Hal ini
yang terjadi pada lapangan. Maka menurut peneliti dalam penelitian ini
dengan gizi baik dibandingkan orang tua balita yang tidak memiliki
bahwa p-value sebesar 0.013 kurang dari 0,050 yang secara statistic berarti
dengan Gizi Kurang pada balita. Yang artinya ada pengaruh antara
tahun 2022.
Tapin Utara
(p ≤ 0,05).
data diperoleh nilai ρ value sebesar 0,001. Berdasarkan hasil analisa data
pengetahuan ibu tentang gizi balita dengan status gizi pada balita di Desa
value < α (0,001 < 0,01). Sifat hubungan kedua variabel tersebut adalah
semakin baik pengetahuan ibu balita mengenai gizi maka semakin baik
tian ini menunjukan adanya kesesuaikan antara teori dengan apa yang terja
di pada lapangan. Maka menurut peneliti dalam penelitian ini ibu yang
bahwa p-value sebesar 0.037 kurang dari 0,050 yang secara statistic berarti
dengan Gizi Kurang pada balita. Yang artinya ada pengaruh antara
Pendidikan ibu dengan Gizi kurang pada balita di Posyandu Waelo tahun
2022.
Hal ini sejalan dengan penelitian dari (Nurmaliza & Herlina, 2019)
bahwa seorang anak balita dari ibu yang mempunyai latar belakang
rendah memiliki angka mortalitas lebih tinggi daripada anak dengan ibu
Level pendidikan ibu yang lebih tinggi mengurangi risiko anak mengalami
status gizi kurang atau bahkan stunting. Pendidikan menjadi tolak ukur
yang baik dan benar. Kurangnya pengetahuan mengenai gizi dan makanan
sehat maka kana menjadi penyebab utama dalam masalah gizi kurang pada
anak.
signifikan terhadap status gizi anak, dikarenakan jika pendidikan orang tua
baik atau lebih tinggi, maka akan berdampak pada pemahaman pemenuhan
tian ini menunjukan adanya kesesuaikan antara teori dengan apa yang terja
juga pola asuh sehinggan beresiko memiliki balita dengan gizi kurang
A. KESIMPULAN
1. Adanya hubungan antara Pola Asuh terhadap Gizi Kurang pada balita
tahun 2022.
tahun 2022.
2022.
2022.
54
55
B. SARAN
Untuk ibu yang memiliki balita, diharapkan dari hasil penelitian ini
dapat mempengaruhi gizi kurang pada balita agar ibu dapat mencegah
secara dini gizi kurang pada balita. Karena gizi kurang pada balita ini
2. Bagi Posyandu
wilayah kerja desa waelo dan sekitarnya untuk lebih memberikan informas
i terkait dalam mengatasi kasus Gizi Kurang pada balita, terutama di sekita
Auliya, C., Handayani, O. W. K., & Budiono, I. (2015). Profil Status Gizi Balita
ana Kapitasi JKN pada FKTP Puskesmas di Kabupaten Bogor Tahun 2016. J
Khaeriyah, F., Arifin, S., & Hayatie, L. (2020). Hubungan Pendidikan dan Pola A
suh Ibu dengan Kejadian Gizi Kurang dan Gizi Buruk Pada Balita di Wilaya
8.
Mulyana, A. P. H. (2014). Hubungan pola asuh orang tua dengan status gizi pada
Nurtina, wa ode, Amiruddin, & Munir, A. (2017). Faktor risiko kejadian gizi kura
php/ampibi/article/view/5053
56
57
Putri Ariani, A. (2017). Ilmu Gizi Dilengkapi dengan Standar Penilaian Status Giz
Putri, R. F., Sulastri, D., & Lestari, Y. (2015). Faktor-Faktor yang Berhubungan d
engan Status Gizi Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padan
1.231
AIPA KOTA PALU. Jurnal Preventif, Volume 7 Nomor 2, No : 1- 58, 7, 41–
46.
Septiari, B. B. (2012). Mencetak balita cerdas dan pola asuh orang tua.
Setyawati, V. A. V., & Hartini, E. (2018). Buku ajar dasar ilmu gizi kesehatan ma
syarakat. Deepublish.
Sholikah, A. (2019). Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Balita
13/ojs.v6i2.48
Sudargo, T., & Aristasari, T. (2018). 1000 hari pertama kehidupan. Ugm Press.