Anda di halaman 1dari 58

PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM


OBAT TB PARU PADA PENDERITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
BALONGPANGGANG

IDA RUFAIDAH
2123201003

PROGRAM STUDI S1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAJAPAHIT MOJOKERTO
2023
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA
DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT TB
PARU PADA PENDERITA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS BALONGPANGGANG

PROPOSAL SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan


Masyarakat (S.K.M)
Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit

IDA RUFAIDAH
2123201003

PROGRAM STUDI S1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAJAPAHIT MOJOKERTO
2023

i
PENGESAHAN

Dipertahankan di depan Tim Penguji


Skripsi Program Studi S1 Ilmu
Kesehatan Masyarakat
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit
dan diterima untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh
gelar Sarjana Keperawatan (S.K.M)
pada tanggal 01 Maret 2023

Mengesahkan

Ketua Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Arief Fardiansyah, ST., M. Kes.


NIK. 220 250 007

Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit

Dr. Nurwidji, M.Si., MHA.


NIK. 220 250 002

ii
PENETAPAN TIM PENGUJI

Telah diuji
Pada tanggal 22 Februari 2023

TIM PENGUJI

Ketua : Dr Henry Sudiyanto, S.Kp., M. Kes. ( )


NIK. 220 250 001

Anggota : 1. Arief Fardiansyah, ST., M. Kes. ( )


NIK. 220 250 007

2. Dwi Helynarti Syurandhari, S.Si., S.K.M., M.Kes. ( )


NIK. 220 250 010

iii
PERSETUJUAN

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat (S.K.M)
Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit

Oleh :

IDA RUFAIDAH
NIM 2123201003

Menyetujui,
Mojokerto, 13 Februari 2023

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Arief Fardiansyah, ST., M. Kes. Dwi Helynarti Syurandhari, S.Si., S.K.M., M.Kes.
NIK. 220 250 007 NIK. 220 250 010

iv
HALAMAN PERNYATAAN TENTANG ORIGINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :


Nama : IDA RUFAIDAH
NIM : 2123201003.
Program Studi : S1 KESEHATAN MASYARAKAT
Minat Studi : PKIP
Angkatan : 2022
Jenjang : S1

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan Karya
Tulis Ilmiah saya yang berjudul“ HUBUNGAN DUKUNGAN
KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT TB PARU PADA
PENDERITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BALONGPANGGANG
KABUPATEN GRESIK”. Apabila suatu saat nanti saya terbukti melakukan
tindakan plagiat, maka saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Mojokerto, 22 februari 2023


Peneliti

IDA RUFAIDAH
NIM. 2123201003

v
MOTTO

*Ilmu adalah harta yang tidak akan pernah habis

*kesuksesan bisa diraih karena usaha, usaha ada karena kemauan, kemauan tercipta

karena adanya cita-cita, cita-cita berasal dari mimpi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada semua pihak yang telah

memberikan dukungan, motivasi dan mengiringi langkah serta doaku :

1. Kepada Bapak Abdul Hamid dan Ibu Sumiatun yang selalu memberikan

dukungan penuh dalam mengerjakan skripsi dan telah bekerja keras

mengasuh dan mendidik serta senantiasa memberikan dukungan materiil,

doa dan kasih sayang yang selalu mengiringi langkahku.

2. Untuk suami Agus Alfianto yang telah membantu baik materil maupun

spiritual sehingga dapat terselesaikannya proposal skripsi ini..

3. Buat Adikku Nurma Ervanti dan Ismiwati yang tidak pernah berhenti

memberi dukungan, terima kasih atas semuanya.

4. Teman-teman seperjuanganku di Stikes Majapahit angkatan 2022-2023

yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu terima kasih atas dukungan dan

bantuannya suatu saat pasti kita akan merindukan kebersamaan ini.

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT ata Karunia dan Hidahnyanya penyusuan

skripsi dengan judul “ Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum

Obat TB Paru pada Penderita di Wilayah Kerja Puskesmas Balongpanggang

Kabupaten Gresik” ini dapat terselesaikan. Proposal Skripsi ini disusun untuk

memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program S1 Kesehatan

Masyarakat di Stikes Majapahit Mojokerto Tahun Akademik 2023.

Skripsi ini berisikan mengenai “Hubungan Dukungan Keluarga dengan

Kepatuhan Minum Obat Pada Penderita TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas

Balongpanggang Kabupaten Gresik", dan hasil temuan dapat membantu para

peneliti meningkatkan kualitas analisis data yang sebelumnya banyak terjadi

kesalahan dalam proses pengolahan data.

Dalam penyusunan skripsi tidak lepas dari bimbingan arahan dan petunjuk dari

berbagai pihak. Untuk itu dengan penuh rasa hormat, penulis menyampaikan

banyak terima kasih kepada :

1. Dr. Nurwidji, M.Si., MHA. selaku Ketua Stikes Majapahit Mojokerto yang

telah memberikan ijin penelitian.

2. Dr. Henry Sudiyanto, S.Kp, M.Kes selaku Penguji yang telah meluangkan

waktu untuk memberikan bimbingan dan kesediaan menguji sehingga dapat

terselesaikannya proposal skripsi ini.

3. Arief Fardiansyah, ST.,M.Kes selaku Ketua Program Studi S1Ilmu Kesehatan

Masyarakat Stikes Majapahit Mojokerto serta pembimbing pertama yang telah

banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, motivasi dan saran

demi kesempurnaan proposal skripsi ini.

vii
4. Dwi Helynarti Syurandhari, S.Si., S.K.M., M. Kes. selaku serta pembimbing

kedua yang telah

banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, motivasi dan saran

demi kesempurnaan proposal skripsi ini.

5. Bapak dan ibu yang telah membantu baik meteriil maupun spiritual dan

memberi semangat dalam penyusunann proposal skripsi ini.

6. Semua temanku dan pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

7. Responden penelitian atas kesediaannya meluangkan waktu dalam proses

penelitian.

Demikian, semoga proposal skripsi ini bisa memberi manfaat bagi diri kami

sendiri dan pihak lain yang menggunakan.

Mojokerto, 2023

viii
ABSTRAK

ix
ABSTRACT

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii
HALAMAN PENETAPAN TIM PENGUJI................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................ iv
HALAMAN ORIGINALITAS........................................................................ v
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN.............................................. vi
KATA PENGANTAR................................................................................... vii
ABSTRAK..................................................................................................... ix
ABSTRACT..................................................................................................... x
DAFTAR ISI.................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL.......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xv
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN................................................ xvi
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian.................................................................... 5
1. Tujuan Umum.................................................................. 5
2. Tujuan Khusus................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian.................................................................. 6
1. Manfaat Praktis................................................................ 6
2. Manfaat Teoritis.............................................................. 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 7
A. Landasan Teori....................................................................... 7
1. Tuberculosis....................................................................... 7
a. Sejarah Tuberkulosis..................................................... 7
b. Pengertian Tuberkulosis................................................. 8
c. Etiologi Tuberkulosis..................................................... 9
d. Patofisiologi Tuberkulosis.............................................. 9
e. Gejala Klinis Tuberkulosis............................................. 10
f. Faktor yang mempengaruhi kejadian Tuberkulosis........... 11
g. Diagnosis Tuberkulosis.................................................. 16
h. Pengobatan Tuberkulosis............................................... 18

2. Dukungan Keluarga.......................................................... 22
a. Definisi Keluarga....................................................... 22
b. Fungsi Keluarga......................................................... 22
c. Pengertian Dukungan Keluarga.................................. 23
B. Kerangka Konseptual............................................................. 25
BAB 3 METODE PENELITIAN.............................................................. 27

xi
A. Jenis dan Rancangan Bangun Penelitian................................ 27
B. Frame Work............................................................................ 28
C. Hipotesis Penelitian................................................................ 28
D. Variabel dan Data Operasional................................................. 29

1. Variabel Penelitian............................................................. 29

2. Data Operasional
E. Populasi................................................................................... 30
F. Sampel dan Teknik Sampling................................................... 31
G. Lokasi dan Waktu Penelitian
H. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
I. Teknik Pengolahan dan Analisi Data
J. Etika Penelitian
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

No. Judul Tabel Halaman

Tabel 2.1. Dosis rekomendasi OAT lini pertama untuk dewasa...................... 19

Tabel 2.2. Paduan obat standar pasien TB kasus baru...................................... 20

Tabel 2.3. Definisi hasil pengobatan................................................................ 20

Tabel 3.1. Definisi Operasional hubungan dukungan keluarga dan tingkat

kepatuhan minum obat TB Paru pada penderita............................................... 29

xiii
DAFTAR GAMBAR

No Judul Gambar Halaman

Gambar 2.1. Algoritme diagnosis TB paru pada dewasa................................. 17

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Hubungan Dukungan Keluarga dengan

Kepatuhan Minum Obat TB Paru Pada Penderita di Wilayah Kerja Puskesmas

Balongpanggang Kabupaten Gresik................................................................. 22

Gambar 3.1 Frame Work Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat TB

Paru Pada Penderita di Wilayah Kerja Puskesmas Balongpanggang Kabupaten

Gresik ............................................................................................................... 28

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Lampiran

1. Lembar Karakteristik Responden

2. Lembar Kuesioner Penelitian

3. Lembar Observasi

4. Lembar Bimbingan Proposal

xv
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

Daftar Arti Lambang

/ : per

% : percent

Daftar Singkatan
TD = Tekanan Darah
Kg = Kilogram
Mg = Miligram
BMI = Body Massa Index
IUGR = Intrauterine Growth Retardation
AKI = Angka Kematian Ibu
PER = Preeklamsia Ringan
PEB = Preeklamsia Berat
mmHg = Mili meter hekto gram
RAAS= Renin angiotensin-aldosteron system
IMT = Indeks Masa Tubuh
USG = Ultrasonografi

xvi
xvii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) paling sering menyerang organ paru dan juga bisa

menyerang organ lainnya. Penyakit ini menular yang penyebabnya adalah bakteri

mycobacterium tuberculosis (Kementrian Kesehatan RI, 2018). Sepuluh penyakit

yang menyebabkan kematian di dunia salah satunya adalah Tuberkulosis (Suarez,

2019). Tuberkulosis merupakan salah satu masalah utama kesehatan global,

meskipun negara yang telah melakukan berbagai macam upaya untuk

menanggulanginya (Muniroh et al, 2013).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) telah merilis laporan

tentang tuberkulosis (TB) skala global tahun 2021 termasuk di dalamnya laporan

tentang keadaan TB di Indonesia dalam dokumen Global Tuberculosis Report

2022. Dalam laporannya, pandemi Covid-19 masih menjadi salah satu faktor

penyebab terganggunya capaian. Terutama pada penemuan kasus dan diagnosis,

akses perawatan hingga pengobatan TB. Kemajuan-kemajuan yang telah dibuat

pada tahun-tahun sebelumnya terus melambat bahkan terhenti sejak tahun 2019.

Target capaian bebas TB secara global saat ini benar-benar berada pada “luar

jalur” atau off track dari yang telah direncanakan.

WHO melaporkan bahwa estimasi jumlah orang terdiagnosis TB tahun

2021 secara global sebanyak 10,6 juta kasus atau naik sekitar 600.000 kasus

dari tahun 2020 yang diperkirakan 10 juta kasus TBC. Dari 10,6 juta kasus

tersebut, terdapat 6,4 juta (60,3%) orang yang telah dilaporkan dan menjalani

1
2

pengobatan dan 4,2 juta (39,7%) orang lainnya belum ditemukan/ didiagnosis

dan dilaporkan.

TB dapat diderita oleh siapa saja, dari total 10,6 juta kasus di tahun

2021, setidaknya terdapat 6 juta kasus adalah pria dewasa, kemudian 3,4 juta

kasus adalah wanita dewasa dan kasus TB lainnya adalah anak-anak, yakni

sebanyak 1,2 juta kasus. Kematian akibat TB secara keseluruhan juga terbilang

sangat tinggi, setidaknya 1,6 juta orang mati akibat TB, angka ini naik dari

tahun sebelumnya yakni sekitar 1,3 juta orang. Terdapat pula sebesar 187.000

orang yang mati akibat TB dan HIV. (WHO,Global Tuberculosis Report 2022).

Indonesia sendiri berada pada posisi KEDUA (ke-2) dengan jumlah

penderita TB terbanyak di dunia setelah India, diikuti oleh China, Filipina,

Pakistan, Nigeria, Bangladesh dan Republik Demokratik Kongo secara

berutan. Pada tahun 2020, Indonesia berada pada posisi ketiga dengan beban

jumlah kasus terbanyak, sehingga tahun 2021 jelas tidak lebih baik. Kasus TB

di Indonesia diperkirakan sebanyak 969.000 kasus TB (satu orang setiap 33

detik). Angka ini naik 17% dari tahun 2020, yaitu sebanyak 824.000 kasus.

Insidensi kasus TB di Indonesia adalah 354 per 100.000 penduduk, yang

artinya setiap 100.000 orang di Indonesia terdapat 354 orang di antaranya yang

menderita TBC. Angka kematian akibat TB di Indonesia mencapai 150.000

kasus (satu orang setiap 4 menit), naik 60% dari tahun 2020 yang sebanyak

93.000 kasus kematian akibat TB. Dengan tingkat kematian sebesar 55 per

100.000 penduduk. (WHO,Global Tuberculosis Report 2022).

Pada tahun 2021 kasus TB paling banyak ditemukan di Jawa Barat, diikuti

Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan rincian jumlah kasus seperti terlihat pada
3

grafik. Kasus tuberkulosis di ketiga provinsi tersebut menyumbang angka sebesar

44% dari jumlah seluruh kasus tuberkulosis di Indonesia. ( Kemenkes, 2021).

Pada 2021 sebanyak 57,5% dari kasus TB nasional ditemukan pada laki-laki,

sedangkan pada perempuan proporsinya 42,5%. Adapun kasus TBCpaling banyak

ditemukan di kelompok umur 45–54 tahun dengan proporsi 17,5% dari total kasus

nasional. Diikuti kelompok umur 25–34 tahun dengan proporsi 17,1%, dan

kelompok umur 15–24 tahun sebanyak 16,9%. ( Kemenkes, 2021).

Prevalensi TB mengalami peningkatan yang signifikan berdasarkan hasil

resume profil Kesehatan di Kabupaten Gresik tahun 2022 dengan jumlah

penduduk 37170 ditemukan pengidap TB sebanyak 580 yang mengidap TBC dan

di temukan di Puskesmas Balongpanggang Gresik.

Tidak tercapainya pengobatan TB dikarenakan besarnya angka

ketidakpatuhan dalam pengobatan, sehingga menyebabkan kegagalan pengobatan.

Ketidakpatuhan pasien TB dalam menjalani pengobatan akan menyebabkan

tingkat kesembuhan rendah, terjadinya resistensi terhadap OAT sehingga

penyakit TB akan sangat sulit untuk disembuhkan dan juga angka kematian akan

semankin meningkat (Irnawati, 2016).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam minuman obat anti

tuberkulosis yaitu tingkat pengetahuan pasien tentang tuberculosis, motivasi

untuk sembuh, jarak, biaya berobat, efek samping obat, dukungan keluarga, dan

peran dari petugas kesehatan pengobatan tuberculosis (Tukayo, 2020).

Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor penting yang

mempengaruhi kepatuhan pengobatan TB dimana keluarga berfungsi sebagai

system pendukung bagi anggota keluarganya yang sakit, selain itu keluarga juga
4

siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Irnawati, 2016). Jika

seseorang berada dalam lingkungan keluarga yang suportif umumnya memiliki

kondisi kesehatan yang lebih baik, karena dukungan keluarga dianggap dapat

mengurangi atau menyangga efek kesehatan mental individu (Friedman, 2013).

Dukungan keluarga penting untuk penderita penyakit kronis seperti

tuberculosis sebab dengan dukungan tersebut akan mempengaruhi perilaku

individu, seperti penurunan rasa cemas, rasa tidak berdaya dan putus asa sehingga

pada akhirnya dapat meningkatkan status kesehatan penderita (Ratnasari, 2012).

Penelitian Idawati Siregar, (2019) yang berjudul Hubungan Dukungan Keluarga

Dengan Kepatuhan Minum Obat TB Paru di Puskesmas Pangaribuan, Puskesmas

Situmeang Habinsaran dan Puskesmas Hutabaginda di Tapanuli Selatan. Tujuan

dari penelitian ini untuk mengetahui Hubungan Dukungan Keluarga Dengan

Kepatuhan Minum Obat TB Paru di Puskesmas Pangaribuan, Puskesmas

Situmeang 23 Habinsaran dan Puskesmas Hutabaginda di Tapanuli Selatan. Jenis

penelitian kuantitatif cross sectional pada 60 responden dengan teknik total

sampling. Kesimpulan dari penelitian ini hitungan statistik bermakna terdapat

hubungan antara variable dukungan keluarga terhadap variable kepatuhan minum

obat.

Penelitian Sunarmi et al. (2020). Tujuan penelitian untuk mengetahui

hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB

Paru di Rumah Sakit Khusus Paru Provinsi Sumatera Selatan. Metode penelitian

ini menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional,

sampel penelitian ini adalah pasien TB yang menjalani rawat jalan di poliklinik

Rumah Sakit Khusus Paru Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 30 responden.


5

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Januari 2019. Uji statistik yang digunakan

adalah uji chi square.

Penelitian Nasution, Zulkarnain & Tambunan, S.J.L (2021) yang berjudul

Hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan pengobatan pasien tuberculosis

paru di Puskesmas Padang Bulan, Medan. Tujuan dari penelitian ini untuk

menganalisis Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat

pada Penderita TB Paru. Jenis penelitian yang digunakan adalah survey analitik

dengan pendekatan cross sectional menggunakan uji chi square. Populasi dalam

penelitian ini berjumlah 163 orang. Sampel penelitian ini yaitu 62 orang. Teknik

pengambilan sampel adalah accidental sampling.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah nya

apakah ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat

TB Paru pada penderita di wilayah kerja Puskesmas Balongpanggang Kabupaten

Gresik?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan

keluarga dengan kepatuhan minum obat TB Paru pada penderita di wilayah kerja

Puskesmas Balongpanggang Kabupaten Gresik.

2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengidentifikasi dukungan keluarga pada penderita TB Paru di

Wilayah Kerja Puskesmas Balongpanggang Kabupaten Gresik.


6

2. Untuk mengidentifikasi kepatuhan minum obat TB Paru di Wilayah Kerja

Puskesmas Balongpanggang Kabupaten Gresik.

3. Untuk menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan pada

pasien TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Balongpanggang Kabupaten

Gresik.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan pengetahuan

pada masyarakat bahwa dukungan keluarga dapat memberikan pencegahan

kekambuhan bagi penderita TB Paru.

2. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menjelaskan hubungan dukungan keluarga

dengan kepatuhan minum obat TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas

Balongpanggang Kabupaten Gresik. Sehingga dapat dijadikan sebagai dasar

dalam pengembangan ilmu kesehatan masyarakat terkait upaya dukungan

keluarga.
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

1. Tuberkulosis

a. Sejarah Tuberkulosis

Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit infeksi kronis yang tidak hanya

menyerang paru-paru tetapi dapat menyerang hampir semua organ yang ada di

dalam tubuh manusia. Hakekatnya infeksi tuberkulosis sudah ada sejak zaman

purbakala. Di Mesir kuno pada tahun 2000-4000 sebelum masehi ditemukan

penemuan yang berasal dari ukiran dinding pyramid. Pada zaman neolitikum di

Heinberg didapatkan penemuan kerusakan tulang bagian vertebra toraks yang

merupakan khas dari penyakit tuberkulosis tulang. Bakteri penyebab tuberkulosis

berhasil ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882, selanjutnya Albert

Calmette dan Camille Guerine di Institute Pasteur Perancis berhasil menemukan

vaksin. Bacillus Callmate- Guerine (BCG) yang pertama kali diberikan ke

manusia pada tahun 1921. Sejarah eradikasi dengan kemoterapi pada tuberkulosis

berhasil dilakukan pada tahun 1944. Beberapa tahun selanjutnya terdapat

penemuan asam para amino salisilik (PAS). Robitzkk dan Selikoff pada tahun

1952 berhasil menemukan isoniazid yang memiliki potensi tinggi sebagai anti

tuberkulosis. Kemudian ditemukan pirazinamid (1952), etambutol (1954) dan

rifampisin (1963) yang menjadi obat utama bagi penderita tuberkulosis atau

sekarang dikenal dengan sebagai obat anti tuberkulosis (OAT) ini pertama.

Tuberkulosis alias TB merupakan salah satu penyakit menular mematikan

di dunia. Menurut laporan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), terdapat 385.295


9

kasus TB yang ditemukan dan diobati di Indonesia sepanjang 2021. Jumlah

tersebut turun 2,04% dari tahun sebelumnya. Pada 2020, tercatat jumlah kasus TB

yang ditemukan dan diobati sebanyak 393.323 kasus.

Dalam sepuluh tahun terakhir, jumlah kasus TB memiliki tren yang

fluktuatif. Pada 2011, misalnya, penyakit TB yang ditemukan dan diobati

sebanyak 321.308 kasus. Kemudian, jumlahnya cenderung meningkat pada tiap

tahun berikutnya hingga mencapai 570.289 kasus pada 2018. Kasus TB baru

mulai menurun pada 2019 menjadi 568.997 kasus. Lalu, angkanya kembali

merosot pada 2020 dan 2021.

Meski demikian, Kemenkes memperkirakan jumlah riil dari kasus TB di

dalam negeri masih jauh lebih banyak dari yang ditemukan dan diobati tersebut.

Maka dari itu, pemerintah terus mendorong upaya untuk melakukan skrining

penyakit TB secara masif, salah satunya yakni dengan menggunakan teknologi

kecerdasan buatan. (Sumber : Kementerian Kesehatan (Kemenkes), 2022).

b. Pengertian Tuberkulosis

Tuberkulosis (TB) paling sering menyerang organ paru dan juga bisa

menyerang organ lainnya. Penyakit ini menular yang penyebabnya adalah bakteri

mycobacterium tuberculosis (Kementrian Kesehatan RI, 2018). Sepuluh penyakit

yang menyebabkan kematian didunia salah satunya adalah Tuberkulosis (Suarez,

2019). Tuberkulosis merupakan salah satu masalah utama kesehatan global,

meskipun banyak negara yang telah melakukan berbagai macam upaya untuk

menanggulanginya (Muniroh et al, 2013). Berdasarkan data WHO (2017) telah

dilaporkan bahwa di dunia penderita TB sekitar 10 juta jiwa dan yang meninggal

dunia sebesar 1,6 juta jiwa.


10

Mycobacterium Tuberculosis mempunyai ukuran 0.5-3 um yang termasuk

basil tahan asam. Bakteri ini ditularkan melalui droplet ketika penderita batuk atau

bersin. Droplet bisa bertahan hidup diudara dalam hitungan menit sampai jam

setelah proses ekspektorasi (Amanda, 2018).

c. Etiologi Tuberkulosis

Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu infeksi kronik yang sangat

menular. Penyebab dari penyakit tuberkulosis adalah Mycobacterium

Tuberculosis yang merupakan bakteri tahan asam (BTA). Bakteri ini memiliki

bentuk basil atau seperti batang yang memiliki ukuran sebesar l-4μm dan

ketebalan sebesar 0,3-0,6/μm. Bakteri tuberkulosis sangat rentan terhadap sinar

matahari sehingga dalam beberapa menit akan mati. Selain itu, bakteri

tuberkulosis juga mudah mati dalam waktu yang singkat apabila terkena alkohol

70%. Bakteri ini memiliki sifat dormant (tidak dalam bentuk aktif) yaitu sifat

istirahat pada bakteri dan dapat aktif kembali. Bakteri ini bersifat aerob yaitu

dapat bertahan pada jaringan yang kadar oksigennya tinggi.

d. Patofisiologi Tuberkulosis

Penyakit tuberculosis paru ditularkan melalui udara secara langsung dari

penderita penyakit tuberculosis kepada orang lain. Dengan demikian, penularan

penyakit tuberculosis terjadi melalui hubungan dekat antara penderita dan orang

yang tertular (terinfeksi), misalnya berada didalam ruangan tidur atau ruang kerja

yang sama. Penyebaran penyakit tuberculosis sering tidak mengetahui bahwa ia

menderita sakit tuberculosis.

Droplet yang mengandung basil tuberculosis yang dihasilkan oleh batuk

dapat melayang diudara sehingga kurang lebih 1-2 jam tergantung ada atau
11

tidaknya sinar matahari serta kualitas ventilasi ruangan dan kelembaban. Dalam

suasana yang gelap dan lembab kuman dapat bertahan sampai berhari-hari bahkan

bisa berbulan-bulan. Jika droplet terhirup oleh orang lain yang sehat, maka droplet

akan masuk ke sistem pernapasan. Droplet besar akan terdampar pada saluran

pernapasan bagian atas, sedangkan droplet kecil akan masuk kedalam alveoli

dilobus manapun, tidak ada predileksi lokasi terdamparnya droplet kecil.

Pada tempat terdamparnya, basil tuberculosis tersebut dan tubuh penderita

akan memberikan reaksi inflamasi. Setelah itu infeksi tersebut akan menyebar

melalui sirkulasi, yang pertama terangsang adalah limfokinase yaitu akan

dibentuk lebih banyak untuk merangsang macrophage, sehingga berkurang yaitu

akan dibentuk lebih banyak untuk merangsang macrophage. Karena fungsi dari

macrophage lebih banyak maka klien akan sembuh dan daya tahan tubuhnya akan

meningkat. Apabila kekebalan tubuhnya menurun pada saat itu maka kuman

tersebut akan bersarang didalam jaringan paru-paru dengan membentuk tuberkel

(biji-biji kecil sebesar kepala jarum). Tuberkel lama-kelamaan akan bertambah

besar dan bergabung menjadi satu dan lama-lama akan timbul perkejuan di tempat

tersebut. Apabila jaringan yang nekrosis tersebut dikeluarkan saat penderita batuk

yang menyebabkan pembuluh darah pecah, maka klien akan batuk darah

(hemaptoe). (Djojodibroto, 2014)

e. Gejala klinis Tuberkulosis

Tuberkulosis memberikan gejala berupa batuk terus menerus dan

berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Gejala lain yang sering dijumpai adalah

dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas dan nyeri dada, badan lemah,

nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak badan (malaise),
12

berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan

(Amin,H. 2015).

f. Faktor yang mempengaruhi kejadian Tuberkulosis

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian TB paru, antara lain:

1. Umur berperan dalam kejadian penyakit TB. Risiko untuk mendapatkan TB

dapat dikatakan seperti halnya kurva normal tebalik, yakni tinggi ketika

awalnya, menurun karena di atas 2 tahun hingga dewasa memiliki daya tangkal

terhadap TB dengan baik. Puncaknya tentu dewasa muda dan menurun kembali

ketika seseorang atau kelompok menjelang usia tua.

2. Tingkat pendapatan mempengaruhi angka kejadian TB, kepala keluarga yang

mempunyai pendapatan dibawah UMR akan mengkonsumsi makanan dengan

kadar gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan bagi setiap anggota keluarga

sehingga mempunyai status gizi yang kurang dan akan memudahkan untuk

terkena penyakit infeksi diantaranya TB paru,

3. Kondisi rumah menjadi salah satu faktor resiko penularan TB paru. Atap,

dinding dan lantai dapat menjadi tempat perkembang biakan kuman. Lantai

dan dinding yang sulit dibersihkan akan menyebabkan penumpukan debu,

sehingga akan dijadikan sebagai media yang baik bagi perkembangbiakan

kuman,

4. Kualitas hidup seperti membuka jendela setiap pagi dan merokok berpengaruh

terhadap kejadian TB paru. Kegiatan membuka jendela setiap pagi merupakan

salah satu upaya pencegahan penyakit TB paru. Dengan membuka jendela

setiap pagi, maka dimungkinkan sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah

atau ruangan. Sedangkan kebiasaan merokok memperburuk gejala TB.


13

Demikian juga dengan perokok pasif yang menghisap rokok, akan lebih mudah

terinfeksi TB paru,

5. Riwayat kontak dengan penderita TB paru menyebabkan penularan TB paru

dimana seorang penderita rata-rata dapat menularkan kepaa 2-3 orang di dalam

rumahnya, sedangkan besar resiko terjadinya penularan untuk rumah tangga

dengan penderita lebih dari 1 orang adalah 4 kali dibanding rumah tangga

dengan hanya 1 orang penderita TB paru.

Dalam penelitian Girsang (2011) dijelaskan bahwa ada dua faktor resiko

yang mengakibatkan terjadinya penyakit TB paru. Pertama faktor lingkungan

yaitu kondisi rumah penderita yang tidak memenuhi syarat antara lain dinding

tidak permanen, kepadatan hunian tinggi, tidak ada pembuangan sampah, rumah

berlantai tanah dan mengkonsumsi air yang tidak memenuhi syarat. Kedua faktor

perilaku yaitu masyarakat masih memiliki pola hidup yang belum sehat dan masih

banyak masyarakat yang merokok.

Kurniasari (2012) mengatakan bahwa faktor resiko penyakit TB paru

yaitu kondisi sosial ekonomi, pencahayaan ruangan dan luas ventilasi. Kondisi

sosial ekonomi yang kurang baik menyebabkan penderita tidak memiliki

kemampuan untuk membuat rumah yang sehat atau memenuhi syarat, kurangnya

pengetahuan untuk mendapatkan informasi kesehatan, kurangnya mendapat

jangkauan layanan kesehatan dan kurangnya pemenuhan gizi yang berakibat pada

daya tahan tubuh yang randah sehingga mudah untuk terinfeksi. Pencahayaaan

yang kurang menyebabkan kuman tuberkulosis dapat bertahan hidup pada tempat

yang sejuk, lembab, dan gelap tanpa sinar matahari sampai bertahun tahun

lamanya, dan mati bila terkena sinar matahari. Luas ventilasi yang kurang
14

menyebabkan peningkatan kelembaban ruangan karena terjadinya proses

penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ruangan yang tinggi

akan menjadi media yang baik untuk tumbuh dan berkembang biaknya bakteri-

bakteri patogen termasuk kuman tuberkulosis.

Sudiantara (2014) mengatakan bahwa kejadian TB paru yang

berhubungan dengan kondisi lingkungan fisik rumah tidak berdiri sendiri oleh

satu faktor saja tetapi banyak faktor yang berhubungan secara bersama-sama

adalah kelembaban dan ventilasi kamar tidur. Pada keadaan ventilasi yang kurang

maka udara terperangkap dalam kamar dan keadaan kamar menjadi pengap dan

lembab. Kelembaban dalam rumah memudahkan berkembangbiaknya kuman

Mycobacterium tubercolusis, demikian juga keadaan ventilasi udara dalam kamar

yang kecil erat kaitannya dengan kejadian penyakit TB paru. Ventilasi kurang dari

15% dari luas lantai beresiko terjadinya TB paru 16,9 lebih besar. Ventilasi kamar

tidur berperan besar dalam sirkulasi udara terutama mengeluarkan CO2 termasuk

bahan - bahan yang tercemar seperti kuman bakteri, sehingga ventilasi suatu

ruangan tidak memenuhi standar minimal, maka ruang akan menjadi panas dan

udara stagnan di dalamnya akhirnya membahayakan pemakainya. Riwayat

penularan anggota keluarga jika ada yang menderita TB paru akan mampu

menularkan 79,781 kali dari keluarga yang tidak ada yang menderita TB paru.

Riwayat kontak penderita dalam satu keluarga dengan anggota keluarga yang lain

yang sedang menderita TB paru merupakan hal yang sangat penting karena kuman

Mycobacterium tuberkulosis sebagai etiologi TB paru adalah memiliki ukuran

yang sangat kecil, bersifat aerob dan mampu bertahan hidup dalam sputum yang

kering atau ekskreta lain dan sangat mudah menular melalui ekskresi inhalasi baik
15

melalui nafas, batuk, bersin ataupun berbicara (droplet infection). Sehingga

adanya anggota keluarga yang menderita TB paru aktif, maka seluruh anggota

keluarga yang lain akan rentan dengan kejadian TB paru termasuk juga anggota

keluarga dekat. Riwayat kontak anggota keluarga yang serumah dan terjadi kontak

lebih dari atau sama dengan 3 bulan berisiko untuk terjadinya TB paru terutama

kontak yang berlebihan melalui penciuman, pelukan, berbicara langsung.

Hasilpenelitian didapatkan sebesar 63,8% yang terdeteksi menderita TB paru yang

berasal dari kontak serumah dengan keluarga atau orang tua yang menderita TB

paru. Keadaan status gizi dan penyakit infeksi merupakan pasangan yang

terkait.Penderita infeksi sering mengalami anoreksia, penggunaan waktuyang

berlebih, penurunan giziatau gizi kurang akan memilikidaya tahan tubuh yang

rendah dan sangat peka terhadap penularan penyakit. Padakeadaan gizi yang

buruk ,makareaksi kekebalan tubuh akan menurun sehingga kemampuandalam

mempertahankan diriterhadap infeksi menjadi menurun.

Dalam jurnal Firdiansyah (2015) ventilasi responden masih belum

memenuhi syarat, kondisi lingkungan yang padat dan rapat berpengaruh terhadap

jumlah dan ukuran ventilasi di setiap rumah responden. Dengan ventilasi yang

kurang akan menyebabkan kelembaban udara dalam ruangan akan menjadi tinggi,

kurangnya cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah membuat bakteri atau

kuman penyakit akan berkembangbiak dengan baik dan beresiko terhadap

penghuninya. Selain itu penempatan ventilasi juga penting agar cahaya matahari

dapat masuk menyinari rumah dengan baik. Cahaya yang masuk ke dalam rumah

sangat kurang hal ini terlihat dengan gelapnya kondisi ruangan rumah. Gelapnya

kondisi ruangan di dalam rumah disebabkan kurangnya ventilasi sehingga akan


16

membuat cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah menjadi berkurang dan

dapat berpengaruh terhadap tingginya kelembaban udara. Kelembaban udara yang

terdapat di rumah responden belum memenuhi syarat, kurangnya ventilasi dan

cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah responden membuat kelembaban

udara menjadi tinggi atau tidak memenuhi syarat. Selain itu kondisi rumah

responden yang kurang luas dengan berbagai barangbarang yang ada semakin

membuat kelembaban udara yang tidak memenuhi syarat akan menjadi tempat

yang baik untuk berkembangnya kuman TB. Responden sebagian besar berumur

lanjut yang pada jaman dahulu menganggap pendidikan tidak seberapa penting.

Melalui pengetahuan, pendidikan berkontribusi terhadap perilaku kesehatan

seseorang. Sehingga rendahnya tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap

seberapa jauh pengetahuan seseorang khusususnya dalam berperilaku sehat.

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan kondisi lingkungan rumah

responden masih kurang memenuhi syarat rumah sehat. Pendapatan merupakan

indikator keadaan ekonomi sebuah keluarga. Dengan pendapatan yang tinggi

seseorang akan bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendidikan berpengaruh

terhadap tingkat pendapatan, namun dalam penelitian ini tingkat pendapatan tidak

berpengaruh signifikan dikarenakan jenis pekerjaan merupakan faktor yang

dikendalikan (matching). Sehingga antara subyek kasus dan subyek kontrol

memiliki jenis pekerjaan yang sama. Pekerjaan responden sebagian besar adalah

pedagang dan ibu rumah tangga karena kurangnya tingkat pendidikan dan

responden yang berumur lanjut sehingga kurang produktivitas yang berpengaruh

terhadap kondisi ekonomi keluarga.


17

g. Diagnosis Tuberkulosis

Penegakkan diagnosa TB dapat ditentukan dari gejala klinis, pemeriksaan

fisik, pemeriksaan bakteriologi (pemeriksaan dahak maupun cairan dari organ

yang dicurigai terjangkit TB ekstra paru), pemeriksaan radiologi (rontgen), dan

pemeriksaan penunjang lainnya. Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosa

TB yang biasa dilakukan adalah dengan pemeriksaan BTA. Dulu, pemeriksaan ini

dilakukan sebanyak tiga kali, namun saat ini pemeriksaan ini cukup dilakukan

hanya sebanyak dua kali saja, yaitu dahak sewaktu dan dahak pagi. Dahak

sewaktu adalah dahak yang dikeluarkan pada saat pasien datang pertama kali

untuk pemeriksaan atau siang setelah pemeriksaan dahak pagi. Sedangkan dahak

pagi adalah dahak yang dikeluarkan pada saat bangun tidur sebelum makan dan

minum. Petugas kesehatan yang bertugas di fasilitas kesehatan yang melayani

penanangan pasien TB akan memberikan petunjuk bagaimana cara mengeluarkan

dahak yang baik dan benar sehingga akurat untuk dilakukan pemeriksaan.

Selain dengan pemeriksan BTA, saat ini telah dikembangkan pemeriksaan

dahak yang lebih canggih dengan sensitifitas yang lebih baik dibandingkan

dengan pemeriksaan BTA mikroskopis, yaitu pemeriksaan dengan menggunakan

Gene Xpert. Pemeriksaan Gene Xpert merupakan suatu tes molekuler berbasis

PCR, yaitu tes amplifikasi asam nukleat secara automatis sebagai sarana deteksi

TB dan uji kepekaan untuk Rifampisin (salah satu obat TB). Dengan kata lain,

pemeriksaan dengan alat ini langsung meneliti dan mengurai DNA bakteri,

sehingga hasil pemeriksaannya lebih akurat jika dibandingkan dengan metode

pemeriksaan konvensional yang menggunakan mikroskop. Pemeriksaan ini juga


18

lebih cepat karena hasilnya dapat diketahui hanya dalam waktu 1 - 2 jam saja.

Dengan alat ini, pasien TB awal yang jumlah BTAnya tidak terdeteksi dengan

pemeriksaan BTA mikroskopik dan pasien TB yang kebal terhadap Rifampisin

akan bisa terdeteksi serta mempercepat penanganan dan pengobatan. Saat ini,

pemeriksaan Gene Xpert sudah dapat dilakukan di Instalasi Laboratorium

Puskesmas Balongpanggang.

Gambar 2.1. Algoritme diagnosis TB paru pada dewasa

Suspek TB

Sputum mikroskopia (BTA) Foto toraks

BTA (+) BTA (-)

Kasus deinitif TB BTA (+) Lihat klinis dan foto toraks

Tidak sesuai TB Sesuai TB

Antibiotik 2 minggu Kasus TB BTA (-)

Perbaikan Tidak perbaikan, klinis sesuai TB

Bukan TB Obati sesuai kasus TB BTA (-)


serta melakukan pemeriksaan
biakan sputum M.tb

Keterangan :

Garis putus putus menunjukkan bila terdapat fasilitas bisa dilakukan Foto
Thorax
Bila terdapat riwayat OAT sebelumnya, selain melakukan pemeriksaan
sputum mikroskopis BTA juga dilakukan pemeriksaan biakan sputum M.Tb /
Identifikasi kuman dan uji kepekaan obat
19

h. Pengobatan Tuberkulosis

Setelah diagnosa TB ditegakkan, penderita akan mendapatkan

pengobatan obat anti TB (OAT) kombinasi selama beberapa bulan yang harus

dilakukan secara rutin dan tidak boleh terputus. Selain untuk mempercepat proses

penyembuhan penyakit, hal ini juga dilakukan untuk mencegah penyakit

berkembang menjadi TB kebal obat atau TB Multi Drugs Resistance (TB MDR).

Ketika penderita TB belum dinyatakan sembuh (gagal) maupun

mengalami kekambuhan padahal sudah menjalani pengobatan TB sesuai dengan

resep dan aturan minum obat yang benar, penderita tersebut dapat dicurigai

menderita TB MDR yaitu TB yang tidak mempan (kebal/ resisten) dengan

berbagai macam obat. Penderita TB MDR ini harus kembali menjalani

pengobatan dari awal dengan kombinasi obat yang lebih banyak dalam jangka

waktu 18 - 24 bulan.

Tujuan pengobatan TB adalah:

- Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktivitas pasien

- Mencegah kematian akibat TB aktif atau efek lanjutan

- Mencegah kekambuhan TB

- Mengurangi penularan TB kepada orang lain

- Mencegah perkembangan dan penularan resisten obat.

World Health Organization merekomendasikan obat kombinasi dosis tetap

(KDT) untuk mengurangi risiko terjadinya TB resisten obat akibat monoterapi.

Dengan KDT pasien tidak dapat memilih obat yang diminum, jumlah butir obat
20

yang harus diminum lebih sedikit sehingga dapat meningkatkan ketaatan pasien

dan kesalahan resep oleh dokter juga diperkecil karena berdasarkan berat badan.

Dosis harian KDT di Indonesia distandarisasi menjadi empat kelompok berat

badan 30-37 kg BB, 38-54 kg BB, 55-70 kg BB dan lebih dari 70 kg BB.

Tabel 2.1. Dosis rekomendasi OAT lini pertama untuk dewasa

OAT Harian 3 kali per minggu


Dosis Maksimum Dosis Maksimum
(mg/kgBB) (mg) (mg/kgBB) (mg)
Isoniazid 5 (4-6) 300 10 (8-12) 900
Rifampisin 10 (8-12) 600 10 (8-12) 600
Pirazinamid 25 (20-30) - 35 (30-40) -
Etambutol 15 (15-20) - 30 (25-35) -
Streptomisin* 15 (12-18) 15 (12-18) 1000

Pasien berusia di atas 60 tahun tidak dapat mentoleransi lebih dari 500-700 mg per

hari, beberapa pedoman merekomendasikan dosis 10 mg/kg BB pada pasien

kelompok usia ini. Pasien dengan berat badan di bawah 50 kg tidak dapat

mentoleransi dosis lebih dari 500-750 mg per hari.

Sumber : Panduan Tata Laksana tuberkulosis.

Pasien yang menerima OAT tiga kali seminggu memiliki angka resistensi

obat yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang menerima pengobatan harian.

Oleh sebab itu WHO merekomendasikan pengobatan dengan paduan harian

sepanjang periode pengobatan OAT (2RHZE/4RH) pada pasien dengan TB paru

kasus baru dengan alternatif paduan 2RHZE/4R3H3 yang harus disertai

pengawasan ketat secara langsung oleh pengawas menelan obat (PMO). Obat

program yang berasal dari pemerintah Indonesia memilih menggunakan paduan

2RHZE/4R3H3 dengan pengawasan ketat secara langsung oleh PMO.


21

Tabel 2.2. Paduan obat standar pasien TB kasus baru (dengan asumsi atau

diketahui peka OAT)

Fase intensif Fase lanjutan

RHZE 2 bulan ( 6 x 28 tablet ) RH 4 bulan ( 12x 28 tablet )

Berdasarkan hasil penelitian metaanalisis maka WHO merekomendasikan paduan

standar untuk TB paru kasus baru adalah 2RHZE/4RH

Rekomendasi A : Paduan alternatif 2RHZE/4R3H3 harus disertai pengawasan

ketat secara langsung untuk setiap dosis obat.

Rekomendasi B : Biakan M. tuberculosis dan uji resistensi obat sebaiknya

dilakukan pada pasien yang menghentikan pengobatan selama 2 bulan berturut-

turut atau lebih.

Tabel 2.3. Deinisi hasil pengobatan

Hasil Deinisi

Sembuh Pasien TB paru dengan konirmasi bakteriologis pada

awal pengobatan dan apusan dahak BTA negatif atau

biakan negatif pada akhir pengobatan dan / atau

sebelumnya.

Pengobatan lengkap Pasien TB yang telah menyelesaikan pengobatan tetapi

tidak memiliki bukti gagal TETAPI tidak memiliki

rekam medis yang menunjukkan apusan dahak BTA

atau biakan negatif pada akhir pengobatan dan satu


22

kesempatan sebelumnya, baik karena tidak dilakukan

atau karena hasilnya tidak ada.

Pengobatan gagal Pasien TB dengan apusan dahak atau biakan positif

pada bulan kelima atau setelahnya selama pengobatan.

Termasuk juga dalam deinisi ini adalah pasien dengan

strain kuman resisten obat yang didapatkan selama

pengobatan baik apusan dahak BTA negatif atau

positif.

Meninggal Pasien TB yang meninggal dengan alasan apapun

sebelum dan selama pengobatan.

Putus obat (pada revisi Pasien TB yang tidak memulai pengobatan atau

guideline WHO 2013 menghentikan pengobatan selama 2 bulan berturut-

deisini ini direvisi turut atau lebih.

menjadi “tidak dapat

dilacak”)

Dipindahkan (pada Pasien yang dipindahkan ke rekam medis atau

revisi guideline pelaporan lain dan hasil pengobatannya tidak diketahui.

WHO 2013 deisini

ini direvisi menjadi

“tidak dievaluasi”)

Pengobatan sukses Jumlah pasien TB dengan status hasil pengobatan

sembuh dan lengkap.

2. Dukungan Keluarga
23

a. Definisi Keluarga

Menurut friedman (2013) keluarga diartikan sebagai bersatunya 2 orang

atau lebih yang dipersatukan berdasarkan emosional serta keintiman.

Keluarga merupakan sekumpulan orang yang mempunyai hubungan baik

dari hasil adobsi, perkawinan maupun kelahiran.

b. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (2013) keluarga memiliki 5 fungsi keluarga : a. Fungsi

afektif Didalam keluarga fungsi keluarga harus terlaksana untuk saling

memberikan cinta, saling mengasihi, mendukung dan menghargai, fungsi

afektif ini sangat memberikan manfaat dalam keluarga. b. Fungsi

sosialisasi Keluarga mendukung terjadinya proses interaksi, didalam

keluarga mempelajari norma, kedisiplinan dan juga budaya c. Fungsi

reproduksi Dalam suatu pernikahan selain untuk memenuhi kebutuhan

biologis 20 tujuan pernikahan/berkeluarga adalah untuk melanjutkan

generasi penerus atau keturunan d. Fungsi ekonomi Fungsi ekonomi dalam

keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan finansial dalam keluarga

yaitu untuk memenuhi kebutuhan , sandang, pangan dan juga papan. e.

Fungsi perawatan kesehatan Keluarga mempunyai peranan penting dalam

bidang kesehatan seperti merawat anggota keluarga yang memiliki

masalah kesehatan. Diharapkan jika perawatan kesehatan dalam keluarga

berfungsi dengan baik maka masalah kesehatan dapat diatasi .

c. Pengertian Dukungan Keluarga


24

Pengertian dari dukungan keluarga adalah suatu bentuk sikap, tindakan

dan juga penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa

dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan

dukungan emosional. Jadi dukungan keluarga diartikan sebagai bentuk

hubungan interpersonal baik sikap, tindakan dan juga penerimaan terhadap

anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang

memperhatikan. Jika seseorang berada dalam lingkungan keluarga yang

suportif umumnya memiliki kondisi kesehatan yang lebih baik, karena

dukungan keluarga dianggap dapat mengurangi atau menyangga efek

kesehatan mental individu (Friedman, 2013).

Menurut Sarafino (2011) terdapat 4 aspek dukungan keluarga yaitu:

1) Dukungan Emosional Dukungan emosional dalam keluarga sangat

diperlukan, keluarga membantu penguasaan dan pemulihan terhadap emosi

serta sebagai tempat yang damai untuk istirahat. Dukungan emosional

dalam keluarga meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi,

adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan.

Dukungan emosional melibatkan rasa empati, memberikan semangat,

kehangatan pribadi, cinta atau bantuan emosional.

2) Dukungan Instrumental Dukungan instrumental dalam keluarga

merupakan sumber bantuan praktis dan konkrit, seperti pemenuhan

kebutuhan keuangan, makan, minum, dan istirahat.

3) Dukungan Informasional Dukungan informasional berguna sebagai

pemberi informasi, keluarga memberikan sugesti, saran dan juga informasi

yang bisa digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah. Aspek-aspek


25

dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian

informasi.

4) Dukungan Penilaian atau Penghargaan Keluarga memberikan dukungan

penghargaan atau penilaian yang berguna untuk menengahi pemecahan

masalah, sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga.

Dukungan penilaian dan penghargaan keluarga 22 memberikan penilaian

yang positif terhadap suatu ide-ide melalui ekspreasi yang baik dan positif.

Dukungan Keluarga dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti usia, kelas

sosial ekonomi, dan juga tingkat Pendidikan.

Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

kepatuhan pengobatan TB dimana keluarga berfungsi sebagai sistem

pendukung bagi anggota keluarganya yang sakit, selain itu keluarga juga

siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Irnawati,

2016). Dukungan social penting untuk penderita penyakit kronis seperti

tuberculosis sebab dengan dukungan tersebut akan mempengaruhi perilaku

individu, seperti penurunan rasa cemas, rasa tidak berdaya dan putus asa

sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan status kesehatan penderita

(Ratnasari, 2012). Seseorang yang menjalani perawatan pengobatan

dirumah mengharapkan dukungan praktis dari setiap anggota keluarga

yang cukup bertanggung jawab untuk mengurus orang sakit. Pasien

mengharapkan dukungan emosional dan bimbingan dari anggota keluarga

dan menganggap rumah menjadi surga tempat istirahat dan penyembuhan

(Sukumani et al, 2012).

B. KERANGKA KONSEPTUAL
Kerangka konseptual pada penelitian ini dapat dilihat dibawah ini :
26

Faktor Predisposisi :
1. Umur
2. Pendidikan
3. Pekerjaasn
4. Pengetahuan

Faktor Pemungkin :
1. Akses
2. Biaya
3. Informasi

Faktor Determinan / Penguat :


1. Dukungan Petugas Kepatuhan minum
obat TB Paru
2. Dukungan Keluarga Ya Patuh
a. Dukungan Emosional Tidak Patuh
b. Dukungan Instrumental
c. Dukungan Informasional
d. Dukungan Penilaian dan
Penghargaan Keluarga

Keterangan :

: Yang Diperiksa

: Yang Tidak DSiperiksa

Sumber : Dewi dkk ( 2018 )


Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Hubungan dukungan keluarga dengan

kepatuhan minum obat TB Paru pada penderita di Wilayah Kerja

Puskesmas Balongpanggang Kabupaten Gresik.

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada kerangka konseptual, kerangka


27

konseptual ini membahas sebagian dari kerangka teori yang dipandang lebih

banyak berperan dalam mendukung kepatuhan minum obat TB sebagai lingkup

penelitian, yaitu bahwa pada penderita TB dipengaruhi oleh beberapa faktor

predisposisi antara lain : Dukungan petugas dan dukungan keluarga yang disini

dukungan keluarga terdiri : Dukungan emosional, Dukungan instrumental,

Dukungan Informasional, Dukungan Penilaian dan Penghargaan Keluarga. Dan

disini dukungan keluarga yang dipilih untuk meneliti.


BAB 3
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Bangunan Penelitian

Desain penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian cross sectional,

dengan desain penelitian menggunakan retrospektif study dimana data yang

menyangkut variabel bebas yaitu dukungan keluarga dan veriabel terikat yaitu

penderita TB. Pengukuran variabel tersebut dilakukan dan dikumpulkan dalam

waktu yang bersamaan (Iscemi,2013).


29

B. Frame Work

Populasi semua penderita TB Paru di wilayah kerja Puskesmas


Balongpanggang Kabupaten Gresik sebanyak 90 penderita dan di sampling 30
penderita

Sampel keluarga penderita TB Paru yang tinggal dalam serumah

Teknik sampel Nonprobability sampling dengan total sampling


populasi

Pengumpulan data menggunakan kuesioner

Pengolahan data: Coding, Scoring, Tabulating

Analisis data
Setelah data terkumpul dilakukan analisis
dengan menggunakan rumus Scort T dan di
uji dengan program SPSS uji spearman rho

Kesimpulan dan hasil

Gambar 3.1 Frame Work Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum
obat TB Paru penderita di wilayah kerja Puskesmas Balongpanggang
Kabupaten Gresik.

C. Hipotesis Penelitian

HI.1 : Adanya hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan minum

obat TB Paru pada penderita.


30

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu objek atau kegiatan yang mempunyai

variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2012). Pada penelitian ini telah ditentukan 2

variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen.

1. Jenis Variabel

a. Variabel independen atau variabel bebas

Merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah Dukungan Keluarga.

b. Variabel dependen atau variabel terikat

Merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena

adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah

kepatuhan minum obat TB Paru pada penderita.

Definisi operasional merupakan penjelasan dari masing-masing variabel

yang digunakan dalam penelitian terhadap indikator-indikator yang

membentuknya.

Definisi operasional ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.1 Definisi Operasional hubungan dukungan keluarga dan tingkat

kepatuhan minum obat TBC pada penderita.

Variabel Definisi Kriteria Skala Data


Operasional
Variabel Independen: Persepsi pasien Skor: Nominal
Dukungan Keluarga terhadap Menggunakan
suami,istri,anak, dukungan skala likert
kakak,adik,orangtua,mertua keluarga yang dengan
. diukur meliputi pembagian
aspek 1 =Tidak
31

emosional, Pernah
Instrumental, 2 = Kadang
Informasional, 3 = Sering
dan Penilaian 4 =Selalu
dan
Penghargaan Kategori
Keluarga yang Skor:
tinggal dalam Puas : Jika skor
satu rumah T ≥ 50%
Kurang Puas:
Jika skor T <
50%

Variabel dependen : Perilaku yang Skor: Nominal


Kepatuhan minum Obat dilakukan oleh Menggunakan
penderita dalam skala likert
melaksanakan dengan
pengobatan atas pembagian
anjuran yang 1 =Tidak
diberikan oleh Pernah
tenaga kesehatan 2 = Kadang
untuk tidak lupa 3 = Sering
untuk meminum 4 =Selalu
OAT
Kategori Skor:
Patuh : Jika
skor T ≥ 50%
Kurang Patuh :
Jika skor T <
50%

E. Populasi

Populasi penelitian merupakan seluruh subyek atau obyek dengan

karakteristik tertentu yang akan diteliti, tetapi bukan hanya subyek atau obyek

yang dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subyek

atau obyek tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah semua keluarga

penderita TB Paru sebanyak 90 penderita yang di sampling 30 penderita di

Puskesmas Balongpanggang Kabupaten Gresik.

F. Sampel
32

1. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh po-

pulasi. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan kriteria sampel menurut

hidayat (2012) yang meliputi :

a. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Keluarga bersedia menjadi responden

2) Keluarga pada penderita TB Paru yang masih dalam proses

pengobatan di puskesmas.

3) Keluarga yang merawat atau tinggal dalam satu rumah dengan

penderita TB Paru.

4) Keluarga bisa membaca dan menulis.

b. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Keluarga memiliki keadaan atau penyakit yang mengganggu

pengukuran maupun interpretasi hasil, stroke yang tidak

memungkinkan untuk menjadi responden.

2) Terdapat keadaan yang mengganggu kemampuan pelaksanaan,

seperti subjek yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap.

2. Besar Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara nonprobability

sampling dengan teknik purposive sampling. Purposive sampling disebut

juga dengan judgement sampling adalah suatu teknik penetapan sampel

dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang

dikehendaki peneliti (tujuan atau masalah dalam penelitian), sehingga

sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal


33

sebelumnya. Peneliti ingin meneliti hubungan antara dukungan keluarga

dengan kepatuhan minum obat TBC pada penderita di Wilayah Kerja

Puskesmas Balongpanggang Kabupaten Gresik.

G. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Balongpanggang Kabupaten Gresik.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan setelah mendapat ijin dari institusi peneliti

mengajukan ijin ke Instansi Puskesmas Balongpanggang Kabupaten Gresik untuk

melakukan penelitian dan ijin pengambilan data, adapun penelitian ini

dilaksanakan pada 06 Februari – 04 Maret 2023.

H. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber

dan berbagai cara. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat

menggunakan data sekunder.

a. Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara

membaca, mempelajari dan memahami melalui media lain yang berseumber

dari literatur, buku-buku serta dokumen. Data sekunder pada penelitian ini

adalah jumlah penderita TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Balongpanggang

Kabupaten Gresik.

I. Instrumen Pengumpulan Data


34

Untuk melakukan penelitian dan pengumpulan data ini menggunakan

angket atau kuesioner terstruktur. Kuesinoner atau angket adalah suatu alat

pengumpul data dalam assesment non tes, berupa serangkaian yang diajukan

kepada responden.

Dukungan keluarga

Instrumen penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kuesioner .

Kuesioner yang digunakan kuesioner baku berisi tentang dukungan keluarga yang

bersumber dari Nursalam (2017). Skala yang dipakai adalah skala likert dengan

pertanyaan positif. Setiap pertanyaan memiliki empat pilihan dengan kriteria

jawaban sebagai berikut 4= selalu, 3= sering, 2= kadang, 1= tidak pernah.

Blue Print Kuesioner dukungan keluarga yaitu :

a. Dukungan emosional / keluarga memiliki 10 pertanyaan yaitu soal nomor 1-5

terdiri dukungan emosional, nomor 6-10 dukungan instrumental, nomor 11-15

dukungan informasional, nomor 16-20 dukungan penilaian / penghargaan

keluarga.

b. Dukungan kepatuhan memiliki 5 pertanyaan yaitu soal nomor 21-25.

J. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

1. Teknik Pengolahan

Menurut Notoatmodjo, (2010:176) bahwa pengolahan data

dilakukan untuk mencegah GIGO (garbage in garbage out), bila yang

masuk sampah maka keluarnya juga sampah. Oleh karena itu proses

pengolahan data terdiri dari beberapa tahap yaitu :

a. Editing
35

Editing adalah kegiatan untuk pengecekan atau perbaikan isisan

kuesioner. Editing meliputi isian, kelengkapan jawaban, kuesioner

serta relavansi terhadap kuesioner dengan melakukan koreksi data.

Saat selesai dilakukan pengisian kuesioner harus segera diproses

editing agar bila terjadi kesalahan atau ketidaklengkapan dalam

pengisian dapat diperbaiki responden. Peneliti Kembali melakukan

pengecekan terhadap beberapa jawaban kuesioner yang tidak sesuai

dengan pernyataan.

b. Pengkodean (coding)

Setelah data terkumpul dan selesai diteliti di lapangan. Tahap

selanjutnya adalah mengkode data yaitu melakukan pemberian kode

untuk setiap pertanyaan untuk mempermudah dalam pengolahan data.

Pemberian kode pada tiap variabel disesuaikan pada pemberian skor

pada variabel dependen dan independen meliputi dukungan keluarga,

kepatuhan minum obat pada penderita TB Paru.

c. Processing ( Memasukkan data )

Pada tahap ini, peneliti memasukkan data data ke dalam program

computer. Peneliti memasukkan ke dalam Microsoft Excel terlebih

dahulu kemudian data dimasukkan dan diolah dengan program

computer. Data yanbg sudah selesai diolah kemudian di cek Kembali

bila ada data yang salah ataupun tidak sesuai dengan jumlah responden

maka diolah ulang.

d. Cleaning ( Pembersihan Data )


36

Tahap pengecekan kembali atau koreksi data untuk menghindari

adanya kemungkinan kesalahan yang terjadi. Peneliti melakukan

cleaning untuk membersihkan data data yang tidak sesuai.

e. Analisis Data

Data akan diolah menggunakan computer untuk dianalisis.

Menganalisis data dengan menginterprestasikan hasil penelitian. Hasil

penelitian setelah dianalisis memperoleh makna atau arti dari

penelitian tersebut. Setelah semua terkumpul, dilakukan analisis data

dengan menggunakan uji korelasi Spearman Rho.

Uji Korelasi Spearman Rho dipilih klarena tujuan uji adalah korelasi,

jumlah sampel 30, dengan jenis variable semi kuaantitatif ( skala

ordinal ).

Untuk hasil signifikasi atau kemaknaan ditentukan α 0,05. Jika uji

statistik menunjukkan α ≤ 0,05, maka H1 diterima artinya ada

hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat

pada penderita TB Paru. Seluruh tehnik pengolahan menggunakan

SPSS. Kekuatan korelasi (r) jika 0,00 – 0,25 : sangat lemah, 0,26 –

0,50 : Cukup, 0,51-0,75 : Kuat, 0,76 - 0,99 : Sangat Kuat, 1,00 :

Korelasi Sempurna.

K. Etika Penelitian

1. Informed consent (Lembar persetujuan)

Menjelaskan kepada responden mengenai penelitian yang akan dilakukan

sehingga tidak ada tuntutan dikemudian hari serta tidak ada yang merasa

dirugikan keduabelah pihak penelitian maupun responden.


37

2. Anonymity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan maka peneliti tidak mencantumkan nama

responden pada lembar pengumpulan data cukup diberikan nama inisial

pada lembar penelitian tersebut.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan ditanggung oleh peneliti dengan cara menjaga dan

memperhatikan denga baik serta tidak akan membicarakan identitas dan

mempermasalahkan responden dengan orang lain, hanya kelompok data

tertentu akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil penelitian.


38
DAFTAR PUSTAKA

Sukarmani et al, (2012 ). Sukumani JT, Lebese R.T., Khoza L.B., Risenga P.R.”
Expeiences of Family members caring for Tuberculosis patients at home at
Vhembe District in Limpopo Province”. CURATIONIS Journal. 2012;35:8. Epub
18 May 2012.

Girsang, (2011 ). “Faktor Penyebab Kejadian TBC serta Hubungannya dengan


Lingkungan Tempat Tinggal di Provinsi Jawa Tengah”. ( Analisi Lanjutan
Riskesdas 2007 )
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://
www.researchgate.net/publication/
344535432_FAKTOR_YANG_MEMPENGARUHI_KEPATUHAN_MINUM_OBA
T_ANTI_TUBERKULOSIS_PADA_PASIEN_TUBERKULOSIS_PARU_DI_PUSK
ESMAS_WAENA&ved=2ahUKEwj14eOInqH9AhUnArcAHUXfAFAQFnoECAsQ
AQ&usg=AOvVaw2QNhNBXT8-BT31fT8Zaaet Diakses 1 Maret 2011

Sudiantara, (2014 ). “Kejadian TB Paru yang berhubungan dengan Kondisi


Fisik”.

WHO, Global Tuberculosis Report, ( 2021 ) Keadaan TBC di Indonesia.


https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1375/tbc Diakses 24 Agustus 2022

WHO, Global Tuberculosis Report, ( 2022 ) Keadaan TBC di Indonesia


http://p2p.kemkes.go.id/melalui-ina-time-2022-ke-4-menkes-budi-minta-90-
penderita-tbc-dapat-terdeteksi-di-tahun 2024/#:~:text=Berdasarkan%20Global
%20TB%20Report%202021,sudah%20ditemukan%20namun%20belum
%20dilaporkan Diakses 9 September 2022

Sugiyono, RD ( 2016 ). “Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif “


Bandung ; Alfabeta

Kemenkes, RI ( 2018 ). “Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI “.


Jakarta

Tukayo, ( 2020 ). “Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Minum Obat Anti TBC
pada Penderita TBC”. Jurnal Vol II No.2 ( 2020 ) Juli-Artikel “Perbandingan
Produktivitas Kerja Perawat dengan Wawasan Keperawatan Kesehatan Kerja
( OHN ) dan Tanpa WAwasan”.

Sulistiyawati & Kurniawati, T. (2012). Hubungan dukungan keluarga dengan


tingkat stress pada pasien tuberculosis usia produktif di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta.Diperoleh tanggal 14 Juni 2017 dari
http://opac.unisayogya.ac.id/902/1/NASKAH%20PUBLIKASI
SULISTIYAWATI PDF
40

Anda mungkin juga menyukai