TAHUN 2023
SKRIPSI
MOH.FAUZAN
NPM : 19.156.01.11.057
SKRIPSI
MOH.FAUZAN
NPM : 19.156.01.11.030
Penguji I Penguji II
NIDN.0301096505 NIDN.0305059202
i
HALAMAN PENGESAHAN
Bekasi,04Febuari2023
Penguji I Penguji II
NIDN.0301096505 NIDN.0305059202
Mengetahui :
Kepala Program Studi Keperawatan (S1) dan Pendidikan Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Indonesia
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan alih tulis atau pikiran
orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila
dikemudian hari ditemukan dapat dibuktikan bahwa skripsi ini hasil jiplakan,
maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya sendiri.
MOH.FAUZAN
NPM. 19.156.01.11.057
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat
yang telah diberikan kepada penulis, baik berupa kesehatan fisik dan mental,
maka penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul "Hubungan Dukungan
Keluarga Dengan Kualitas Hidup Lansia Di Kelurahan Wanasari Kabupaten
Bekasi Tahun 2023". Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk penelitian dan
memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Ilmu
Keperawatan (SI) STIKes Medistra Indonesia.
iv
10. Hilda MeriyandahAgilS.Kep.,MPH selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan dan motivasi dalam menyusun proposal penelitian ini.
11. Rotua Suryani S.Kep.,M.Kes selaku dosen pembimbing akademik.
12. Nurti YK Gea,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.Aselaku wali kelas atas arahan dan
bimbingan yang diberikan selama kuliah.
13. Seluruh jajaran dosen dan staff STIKes Medistra Indonesia yang turut
membantu memberikan banyak ilmu, masukan dan arahan selama proses
pendidikan.
14. Terkhusus kepada ayah dan ibu tercinta yang selalu memberikan bantuan dan
dorongan baik secara moril maupun materil serta do’a dan semangat yang
selalu penyertai penulis dalam proses penulisan skripsi ini.
15. Terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu, telah memberikan motivasi dan bantuan hingga skripsi
penelitian ini dapat terselesaikan
Dalam hal ini penulis menyadari, bahwa penyusunan skripsi ini mash jauh
dari sempurna, maka kepada para pembaca khususnya Mahasiswa Program Studi
SI Ilmu Keperawatan jika ada kesalahan dalam penulisan skripsi ini, penulis
mohon kesediaannya untuk memberikan kritik dan saran, serta motivasi yang
membangun. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan
umumnya bagi para pembaca.
Bekasi, 04 Febuarin2023
MOH.FAUZAN
v
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR TABEL..................................................................................................vii
DAFTAR SKEMA...............................................................................................viii
BAB IPENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................6
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................6
E. Keaslian Penelitian........................................................................................8
1. Definisi Lansia..........................................................................................9
4. Klasifikasi Lansia....................................................................................12
vi
3. Komponen Kualitas Hidup......................................................................23
C. Dukungan Keluarga....................................................................................32
1. Definisi Keluarga....................................................................................32
2. Tipe/Bentuk Keluarga.............................................................................32
5. Fungsi Keluarga......................................................................................35
6. Struktur Keluarga....................................................................................36
D. Kerangka Teori...........................................................................................39
E. Kerangka Konsep........................................................................................40
F. Hipotesis Penelitian.....................................................................................40
B. Populasi.......................................................................................................41
D. Variabel Penelitian......................................................................................44
E. Definisi Oprasional.....................................................................................45
F. Jenis Data....................................................................................................46
H. Instrumen Penelitian...................................................................................48
I. Pengelolahan Data.......................................................................................49
J. Analisis Data...............................................................................................51
vii
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................55
viii
DAFTAR TABEL
ix
ABSTRAK
Peneliti Pembimbing
Moh.fauzan1413@gmail.com
Latar Belakang : Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang telah
memasuki masa penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population).
Kemajuan di bidang kesehatan berdampak pada meningkatnya kualitas kesehatan
serta meningkatnya umur harapan hidup. Menurut World Health Organization
(WHO) pada tahun 2013, proporsi populasi penduduk berusia lebih dari 60 tahun
adalah 11,7% dari total populasi dunia dan akan terus meningkat sejalan dengan
peningkatan usia harapan hidup. Jumlah lansia tahun 2009 telah mencapai 737 juta
jiwa dan sekitar dua pertiga dari jumlah lansia tersebut tinggal di negara-negara
berkembang seperti Indonesia. Diperkirakan pada tahun 2020 populasi lansia
meningkat 7,2%, hampir sama dengan proporsi lansia di negara-negara maju saat
ini (Naftali et al., 2017).
11
ABSTRAK
Peneliti Pembimbing
Moh.fauzan1413@gmail.com.
Latar Belakang : Indonesia is a developing country that has entered the age
structured population. Advances in the health sector have an impact on improving
the quality of health and increasing life expectancy. According to the World
Health Organization (WHO) in 2013, the proportion of the population aged over
60 years is 11.7% of the total world population and will continue to increase in line
with the increase in life expectancy. The number of elderly in 2009 has reached
737 million people and about two-thirds of the number of elderly live in developing
countries such as Indonesia. It is estimated that in 2020 the elderly population will
increase by 7.2%, almost the same as the proportion of elderly in developed
countries today (Naftali et al., 2017).
Hasil Penelitian : The results of the bivariate analysis show that there is a
"Relationship Between Family Support and Quality of Life of the Elderly in
Wanasari Village, Bekasi Regency in 2023" with chi-square results with sig (2-
12
tailed) and α value of 0.00 with P value = (0.00) obtained so that H0 is rejected
and Ha is accepted.
Kesimpulan: there is a relationship between family support and the quality of life
of the elderly in Wanasari Village, Bekasi Regency in 2023
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persentase lansia secara global pada tahun 2019 adalah 9,1% dan
akan menjadi peningkatan di tahun 2030 dengan jumlah persentase
11,37% (WPP,2019). Dari data hasil sensus penduduk di Indonesia
pada tahun 2020, persentase lansia mencapai (9,92 %) atau sekitar
26,82 juta orang. Provinsi Jawa barat adalah provinsi ke 5 dengan
14
jumlah lansia terbanyak. Menurut Germas Profil Kesehatan kabupaten
Bekasi tahun 2020 Pada tahun 2020 penduduk usia tua (>65 tahun) se-
banyak 112.969 jiwa atau sebesar 6,17 persen (Dinkes,2020). Hal ini
mengakibatkan besarnya beban yang harus ditanggung oleh penduduk
usia produktif di Kota Bekasi. Menurut data Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan Provinsi, Jawa Barat di diami sebanyak
46.497.176 juta jiwa tersebar di 26 kabupaten/kota, 625 kecamatan
cibitung dan 5899 desa/kelurahan wanasari. Menurut badan pusat
statistik Provinsi Jawa Barat, (Badan Pusat Statistik, 2019).
Sehubungan dengan proses penuaan, lansia akan mengalami proses
Kemunduran yang mengakibatkan lemahnya otot, kemunduran fisik
serta berbagai penyakit degeneratif, faktor tersebut mempengaruhi
kualitas hidup lansia secara progresif. Kemunduran yang terjadi
menjadi alasan bagi lansia bergantung pada orang lain, menarik diri dari
kegiatan kemasyarakatan dan menjadi cemas akibat pensiun.
Normalnya usia yang masih produktif akan dengan mudah mengatasi
perubahan yang lansia alami. Naun, ketidaksesuaian kondisi lansia
dengan harapan mereka dapat menyebabkan orang lanjut usia
mengalami perubahan pada kualitas hidup pada lansia (Kiik et al,
2018).
Lansia mengalami perubahan dan kerugian ketika menua.
Perubahan tersebut meliputi sosial ekonomi, lingkungan, pendidikan,
dan faktor gizi. Semua sistem dalam tubuh dipengaruhi oleh penuaan.
Pemeriksaan perubahan pada sistem kardiovaskular, yang mengalami
perubahan ada pada atrofi miokard yang megakibatkan volume darah
yang dipompa berkurang, Mengenai sistem pernafasan, hilangnya
elastisitas pada jaringan paru-paru, pergeseran dinding dada, dan
hilangnya kekuatan pada otot-otot pernapasan, dan mengakibatkan
penurunan oksigen. Dalam hal kerangka sistem, usia tua dapat
menyebabkan massa tulang menurun, dan peningkatan stres dapat
15
menyebabkan patah tulang. Penurunan kepadatan tulang pada tingkat
0,75% - 1% dapat dialami pada wanita dari usia 30 – 35 tahun, dan
pada pria di usia 50 – 55 tahun. Usia tua juga dapat menyebabkan
osteoartritis (pengapuran) dan artritis reumatoid (rematik). Usia tua
menyebabkan serat otot merespon rangsangan saraf lebih lambat, dan
menyebabkan otot refleks. Dari segi sistem metabolisme, usia tua dapat
menyebabkan penurunan toleransi glukosa.
Lansia akan mengalami beberapa perubahan pada tubuhnya.
Perubahan tersebut mencakup perubahan fisik, kognitif, mental,
spiritual dan psikososial. Perubahan yang terjadi pada lansia dapat
mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh, sehingga muncul
penyakit yang dapat berdampak pada status kesehatan lansia. Ketika
status kesehatan lansia menurun, lansia tidak dapat beraktivitas seperti
biasa. Lansia merasa dirinya lemah dan pada akhirnya lansia tidak dapat
bersosialisasi dengan lingkungan. Jika kondisi tersebut berlangsung
lama, akan berdampak pada kualitas hidup lansia (Pradina et al., 2022)
16
aktivitas dan interaksi dengan lingkungan, merasa kesepian, dan lansia
akan sering jatuh sakit (Pradina et al., 2022).
17
mengantisipasi perubahan sosial ekonomi serta memberikan motivasi
dukungan dan memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi lansia. Bila
dukungan keluarga tinggi maka dapat menurunkan angka kesakitan dan
akan kematian yang akhirnya akan meningkatkan kualitas hidup lansia.
Meningkatnya kesehatan akan meningkatkan kualitas hidup individu,
dukungan keluarga diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup
seseorang
Adanya dukungan dari keluarga, para lansia ini merasa ada yang
memperhatikan dan dihargai keberadaannya sehingga terbangun rasa
gembira dan motivasi dalam menjalani masa tuanya. Dukungan ini
dapat diberikan baik berupa dukungan harapan, dukungan nyata,
dukungan informasi serta dukungan emosional. Kualitas hidup lansia
dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah dukungan
keluarga. Tinggi rendahnya dukungan keluarga mempengaruhi kualitas
hidup para lansia. Semakin tinggi dukungan keluarga maka semakin
baik kualitas hidup lansia. Sebaliknya, semakin rendah dukungan
keluarga, maka kualitas hidupnya juga menurun (Naftali et al., 2017).
18
rendah, sehingga bermanfaat dalam mempertahankan kemampuan
fungsional lansia dan mencegah perlakuan yang salah kepada lansia
(Naftali et al., 2017).
19
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui apakah ada “Hubungan Antara Dukungan
Keluarga Dengan Kualitas Hidup Lansia di Kelurahan Wanasari
Kabupaten Bekasi Tahun 2023 ?
2. Tujuan Khusus
1. Teoritis
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi acuan untuk tempat
penelitian mengenai pemberian dukungan keluarga pada lansia
mengenai kualitas hidup dan keluarga dapat bertindak dengan baik
dalam memberi dukungan pada lansia hidup sehat.
2. Praktis
a. Bagi Keluarga
20
Memberikan informasi dan motivasi kepada keluarga
tentang pentingnya memberi dukungan keluarga dalam
merawat lansia
b. Bagi Lansia
Kemampuan lansia dalam pengetahuan aktivitas sehari-
hari jika dukungan keluarga yang optimal diberikan maka
lansia terdorong untuk mandiri dalam aktivitas sehari-hari,
sehingga status kesehatannya meningkat
c. Bagi Institusi Pendidikan
Mengembangkan ilmu keperawatan dan dapat digunakan
untuk keperluan penelitian selanjutnya
d. Bagi Peneliti
Menambah wawasan pengetahuan bagi peneliti serta dapat
mengaplikasikan teori-teori khususnya mengenai kualitas
hidup lansia sehat dan dukungan keluarga.
E. Keaslian Penelitian
Table 1.1
KeaslianPenelitian
21
Okatiranti dengan mempunyai penelitian “dukungan
Wati, Desak Kualitas dampak yang keluarga”
Ketut Hidup berpengaruh Variable
Kencana Lansia terhadap dependen
(Studi Kasus kualitas “kualitas
: Kelurahan kesehatan hidup”
Sukamiskin lansia,
Bandung ) Dukungan
keluarga yang
baik akan
meningkatkan
kualitas hidup
lansia
sehingga
lansia dapat
menikmati
hidup di masa
tuanya.
3 Pradina, Hubungan 2022 Lansia akan Lokasi Variable
Elisabet antara mengalami penelitian, independent
Irene Venny Dukungan proses menua waktu yaitu:
Marti, Eva Keluarga yang penelitian “dukungan
Ratnawati, dengan mengakibatka keluarga”
Emmelia Kualitas n terjadinya Variable
Hidup pada perubahan, dependen
Lansia di mulai dari “kualitas
Padukuhan perubahan hidup”
Pranan, fisik hingga
Sendangsari, psikososial.
Minggir, Perubahan
Sleman tersebut akan
berpengaruh
pada kualitas
hidup lansia.
22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KonsepLanjutUsia
1. Definisi Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun
keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah
memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang
dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging
Process atau proses penuaan. Lanjut usia adalah fenomena biologis
yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu. UU No. IV. Tahun
1965 Pasal 1, menyatakan bahwa seseorang dapat dikatakan lanjut
usia setelah mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak
berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-
hari, dan menerima nafkah dari orang lain (Savitri Gemini, Rvi Yu-
lia, Siska Roswandani, Hetti Marlina Pakpahan, Eppy Setiyowati,
Hardiyati, Sandy Ardiansyah, Novita Maulidya Jalal, Poniyah
Simanullang, 2021).
23
hidupannya, yaitu neonatus, toodler, prasekolah, sekolah, remaja, de-
wasa, dan menjadi lansia. Tahap berbeda ini di mulai baik secarabi-
ologis maupun psikologis. Lansia atau menua adalah suatu keadaan
yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Menuameruapakan proses
sepanjanghidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu,tetapi
dimulai sejak permulaan.
1) Teori-teori biologi
a. Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik
untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai
akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh
molekul - molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi sehingga terjadi penurunan kemampuan
fungsional sel.
b. Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh
lelah (rusak).
2) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
24
Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan
masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan
kerusakan organ tubuh.
4) Teori stres
7) Teori program
25
3. Teori kejiwaan sosial
a. Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
4. Klasifikasi Lansia
Menurut WHO (2013) menggolongkan lansia secara
kronologis/biologis menjadi 4 kategori :
1) Usia pertengahan (middle age) dengan usia 45-59 tahun
2) Lanjut usia (elderly) dengan usia 60-74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) dengan usia 75-90 tahun
26
4) Usia sangat tua (very old) dengan usia diatas 90 tahun
Menurut Depkes RI (2013) klasifikasi lansia terdiri dari :
1) Pra lansia yaitu seorang yang berusia seseorang dengan
usia 45-59tahun.
2) Lansia ialah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3) Lansia risiko tinggi ialah seorang seorang yang berusia
60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
4) Lansia potensial adalah lansia yang masih mampu
melakukan pekerjaan 54dan kegiatan yang dapat
menghasilkan barang atau jasa.
5) Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya
mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada
bantuan orang lain.
a. Fisiologis
27
ini. Hal ini kemudian mengakibatkan tulang leher beserta
kepala terlihat menunduk ke depan. Di sisi lain, terjadi
pembelokan pada tulang belakang atau bisa disebut kifosis.
Begitu pula dengan panggul, dan lutut yang mengalami
fleksi. Kondisi ini tentu saja dapat menggangu gerak orang
lanjut usia, sebab tak lagi bebas menggerakkan seluruh
tubuhnya seperti sedia kala (Ratnawati, 2018).
b. Saluran pencernaan
c. Rongga mulut
28
sekresi ludah juga menurun hingga terjadi gangguan
pengunyahan dan penelanan. Jika gigi geligi dapat
menggangu hubungan oklusi gigi atas dan bawah. Hal
ini akan mengakibatkan daya kunyah menurun, dari
yang semula maksimal mencapai maksimal 300 poinds
per square inch dapat mencapai 50 pounds per square
inch. Selain itu, akar gigi juga dapat terbuka jika terjadi
atropi ginggiva dan procesusu alveolaris. Akibatnya
akan terasa sakit semakin memperparah bersamaan dan
penurunan daya kunyah.
d. Esophagus
e. Lambung
29
lambung pada lanjut usia dengan sendirinya akan
menipis. Di atas usia 60 tahun, sekresi HCL, dan pepsin
berkurang. Akibat yang ditimbulkan adalah penyerapan
vitamin dan zat besi kurang sehingga menimbulkan
terjadinya osteomalasia dan osteoporosis (Ratnawati,
2018).
f. Usus
Penyerapan zat gizi masih dalam batas normal, namun
pada masa ini berat total usus halus telah berkurang.
Pada masa lanjut usia, usus halus akan menampung
kolonisasi bakteri dengan gastritis atrofi yang dapat
menghambat penyerapan vitamin B. selain itu,
motilititas usu halus dan usu halus terganggu sehingga
menyebabkan konstipasi sering terjadi (Qurniawati,
2018).
g. Sistem endoktrin
h. Sistem pernapasan
Terjadi pembesaran pada diameter antroposterior
paru sehingga menimbulakan “barrel chest”.
Gangguan kelenturan juga terjadi pada paru yang
selanjutnya akan menurunkan kapasitas vital. Hal ini
disebabkan oleh osteoporosis yang progresif dan
30
kifosis. Semua perubahan pada akhirnya akan
menurunkan fungsi paru dan tampak sebagai
enfisema pada hasil foto rontgen (Qurniawati, 2018).
i. MetabolismeTubuh
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan
seperti penurunan produksi sebagai penurunan fungsi
yang nyata karena kehilangan gigi, indra pengecap
menurun, rasa lapar menurun, (kepekan rasa lapar
menurun), liver (hati) makin mengecil dan
menurunnya tempat penyimpanan, dan berkurangnya
aliran darah. Penurunan metabolisme tubuh pada
lansia salah satunya pergerakan usus menjadi lebih
lambat, sehingga menjadi lebih cepat merasa
kenyang. Selain itu, penyerapan vitamin juga menjadi
lambat seperti vitamin D, asam folat, vitamin B12,
kalsium dan asam lemak, di usus halus(Kholifah,
2016).
31
menerus timbul lecet bahkan infeksi, kelemahan otot,
kontraktur/kekakuan otot dan sendi, infeksi paru-paru dan
saluran kemih, konstipasi dan lain-lain.
Penanganan : latihan fisik, perubahan posisi secara teratur,
menggunakan kasur anti dekubitus, monitor asupan cairan
dan makanan yang berserat.
b. Instability (insabilitas dan jatuh)
Penyebab jatuh misalnya kecelakaan seperti
terpeleset, sinkop/kehilangan kesadaran mendadak,
dizzines/vertigo, hipotensi orthostatik, proses penyakit dan
lain-lain. Dipengaruhi oleh faktor intrinsik (faktor risiko
yang ada pada pasien misalnya kekakuan sendi,
kelemahan otot, gangguan pendengaran, penglihatan,
gangguan keseimbangan, penyakit misalnya hipertensi,
DM, jantung, dll ) dan faktor risiko ekstrinsik (faktor yang
terdapat di lingkungan misalnya alas kaki tidak sesuai,
lantai licin, jalan tidak rata, penerangan kurang, benda-
benda dilantai yang membuat terpeleset dll). Akibat yang
ditimbulkan akibat jatuh berupa cedera kepala, cedera
jaringan lunak, sampai patah tulang yang bisa
menimbulkan imobilisasi. Prinsip dasar tatalaksana usia
lanjut dengan masalah instabilitas dan riwayat jatuh
adalah: mengobati berbagai kondisi yang mendasari
instabilitas dan jatuh, memberikan terapi fisik dan
penyuluhan berupa latihan cara berjalan, penguatan otot,
alat bantu, sepatu atau sandal yang sesuai, serta mengubah
lingkungan agar lebih aman seperti pencahayaan yang
cukup, pegangan, lantai yang tidak licin.
c. Incontinence Urin dan Alvi (Beser BAB dan BAK)
32
Inkontinensia urin didefinisikan sebagai keluarnya urin
yang tidak dikehendaki dalam jumlah dan frekuensi
tertentu sehingga menimbulkan masalah sosial dan atau
kesehatan. Inkontinensia urin akut terjadi secara
mendadak dapat diobati bila penyakit yang mendasarinya
diatasi misalnya infeksi saluran kemih, gangguan
kesadaran, obat-obatan, masalah psikologik dan skibala.
Inkontinensia alvi/fekal sebagai perjalanan spontan atau
ketidakmampuan untuk mengendalikan pembuangan feses
melalui anus, penyebab cedera panggul, operasi
anus/rektum, prolaps rektum, tumor. Pada inkontinensia
urin untuk menghindari sering mengompol pasien sering
mengurangi minum yang menyebabkan terjadi dehidrasi.
d. Infection (infeksi)
33
bedah berupa implantasi koklea. Gangguan penglihatan
bisa disebabkan gangguan refraksi, katarak atau
komplikasi dari penyakit lain misalnya diabetes,
hipertensi, dll, penatalaksanaan dengan memakai alat
bantu kacamata atan dengan operasi pada katarak.
f. Isolation (Depression)
Isolation (terisolasi) / depresi, penyebab utama
depresi pada lanjut usia adalah kehilangan seseorang
yang disayangi, pasangan hidup, anak, bahkan binatang
peliharaan. Selain itu kecenderungan untuk menarik diri
dari lingkungan, menyebabkan dirinya terisolasi dan
menjadi depresi. Keluarga yang mulai mengacuhkan
karena merasa direpotkan menyebabkan pasien akan
merasa hidup sendiri dan menjadi depresi. Beberapa
orang dapat melakukan usaha bunuh diri akibat depresi
yang berkepajangan.
g. Inanition (malnutrisi)
Asupan makanan berkurang sekitar (25%) pada usia
40-70 tahun. Anoreksia dipengaruhi oleh faktor fisiologis
(perubahan rasa kecap, pembauan, sulit mengunyah,
gangguan usus dll), psikologis (depresi dan demensia) dan
sosial (hidup dan makan sendiri) yang berpengaruh pada
nafsu makan dan asupan makanan.
h. Inpecunity (tidak punya penghasilan)
Semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik
dan mental akan berkurang secara perlahan-lahan, yang
menyebabkan ketidakmampuan tubuh dalam mengerjakan
atau menyelesaikan pekerjaan sehingga tidak dapat
memberikan penghasilan. Usia pensiun dimana sebagian
dari lansia hanya mengandalkan hidup dari tunjangan hari
34
tuanya. Selain masalah finansial, pensiun juga berarti
kehilangan teman sejawat, berarti interaksi sosial pun
berkurang memudahkan seorang lansia mengalami
depresi.
i. Iatrogenik (penyakit karena pemakaian obat-obatan)
Lansia sering menderita penyakit lebih dari satu jenis
sehingga membutuhkan obat yang lebih banyak, apalagi
sebagian lansia sering menggunakan obat dalam jangka
waktu yang lama tanpa pengawasan dokter sehingga dapat
menimbulkan penyakit. Akibat yang ditimbulkan antara
lain efek samping dan efek dari interaksi obat-obat
tersebut yang dapat mengancam jiwa.
j. Insomnia (sulit tidur)
Dapat terjadi karena masalah-masalah dalam hidup
yang menyebabkan seorang lansia menjadi depresi. Selain
itu beberapa penyakit juga dapat menyebabkan insomnia
seperti diabetes melitus dan gangguan kelenjar thyroid,
gangguan di otak juga dapat menyebabkan insomnia. Jam
tidur yang sudah berubah juga dapat menjadi
penyebabnya. Berbagai keluhan gangguan tidur yang
sering dilaporkan oleh lansia yaitu sulit untuk masuk
kedalam proses tidur, tidurnya tidak dalam dan mudah
terbangun, jika terbangun sulit untuk tidur kembali,
terbangun dini hari, lesu setelah bangun di pagi hari.
k. Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh)
Daya tahan tubuh menurun bisa disebabkan oleh
proses menua disertai penurunan fungsi organ tubuh, juga
disebabkan penyakit yang diderita, penggunaan obat-
obatan, keadaan gizi yang menurun. Pada lanjut usia
terdapat beberapa penyakit sekaligus, menurunnya daya
35
tahan/imunitas terhadap infeksi, menurunnya daya
komunikasi pada lanjut usia sehingga sulit/jarang
mengeluh, sulitnya mengenal tanda infeksi secara dini.
l. Impontence (gangguan seksual)
Impotensi/ ketidakmampuan melakukan aktivitas
seksual pada usia lanjut terutama disebabkan oleh
gangguan organik seperti gangguan hormon, syaraf, dan
pembuluh darah dan juga depresi.
m. Impaction (sulit buang air besar)
Faktor yang mempengaruhi: kurangnya gerak fisik,
makanan yang kurang mengandung serat, kurang minum,
akibat obat-obat tertentu dan lain-lain. Akibatnya
pengosongan usus menjadi sulit atau isi usus menjadi
tertahan, kotoran dalam usus menjadi keras dan kering
dan pada keadaan yang berat dapat terjadi penyumbatan
didalam ususF dan perut menjadi sakit.
n. Intlectual impairement (gangguan intlektual seperti
demensia dan delirium)
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan
memori didapat yang disebabkan oleh penyakit otak,
yang tidak berhubungan dengan gangguan tingkat
kesadaran sehingga mempengaruhi aktifitas kerja dan
sosial secara bermakna. Demensia tidak hanya masalah
pada memori. Demensia mencakup berkurangnya
kemampuan untuk mengenal, berpikir, menyimpan atau
mengingat pengalaman yang lalu dan juga kehilangan
pola sentuh, pasien menjadi perasa, dan terganggunya
aktivitas.
Gejalanya: gangguan kognitif global berupa gangguan
memori jangka pendek, gangguan persepsi (halusinasi,
36
ilusi), gangguan proses pikir (diorientasi waktu, tempat,
orang),komunikasi tidak relevan.
B. Konsep Kualitas Hidup Lansia
1. Pengertian kualitas hidup
The World Health Organization Quality Of Life atau
WHOQOL Group (1997, dalam Netuveli dan Blane, 2008)
mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu
terhadap kehidupannya di masyarakat dalam konteks budaya
dan sistem nilai yang ada yang terkait dengan tujuan,
harapan, standar, dan juga perhatian. Kualitas hidup dalam
hal ini merupakan suatu konsep yang sangat luas yang
dipengaruhi kondisi fisik individu, psikologis, tingkat
kemandirian, serta hubungan individu dengan
lingkungan(Mia Fatma Ekasari, Ni Made Riasmini, 2018).
Kualitas hidup adalah tingkat kepuasan atau
ketidakpuasan yang dirasakanseseorang tentang berbagai
aspek dalam kehidupannya. Kualitas hidup termasuk
kemandirian, privacy, pilihan, penghargaan dan kebebasan
bertindak. Kualitas hidup pada lansia dikategorikan menjadi
tiga bagian yaitu kesejahteraan fisik, kesejahteraan psikologis
dan kesejahteraan interpersonal. Kualitas hidup adalah
tingkatan yang menggambarkan keunggulan seorang individu
yang dapat dinilai dari kehidupan mereka. Keunggulan
individu tersebut biasanya dilihat dari tujuan hidupnya,
kontrol pribadinya, hubungan interpersonal, perkembangan
pribadi, intelektual dan kondisi materi(Mia Fatma Ekasari, Ni
Made Riasmini, 2018).
Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat
disimpulkan bahwa, kualitas hidup adalah persepsi individu
terhadap kesehatan fisik, sosial dan emosi yang dimilikinya.
37
Hal tersebut berkaitan dengan keadaan fisik dan emosi
individu tersebut dalam kemampuannya melaksanakan
aktifitas sehari-hari yang ditunjang dengan sarana dan
prasarana yang ada di lingkungan sekitar(Mia Fatma Ekasari,
Ni Made Riasmini, 2018).
Kesejahteraan merupakan konsep multidimensi yang
berhubungan dengan sejumlah domain kesehatan mencakup
komponen fisik, psikologis, emosional dan sosial. Persepsi
individu terhadap kesejahteraan berhubungan dengan
kesehatan yang berkaitan dengan kualitas hidup. Peningkatan
kualitas hidup lansia dilakukan melalui pemberdayaan
potensi lansia dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-
hari disamping dukungan dari berbagai pihak dalam
memberikan pelayanan keperawatan secara komprehensif
dan holistik sehingga dapat dikembangkan berbagai kegiatan
yang mendukung kemandirian lansia dalam melakukan
aktivitas. Kehangatan dan keterbukaan dalam keluarga. dapat
memberikan perasaan aman. diterima dan dicintai serta
memberikan kebahagiaan dalam kehidupannya sehingga
meningkatkan kualitas hidupnya(Mia Fatma Ekasari, Ni
Made Riasmini, 2018).
2. Dimensi kualitas hidup
Netuveli dan Blane (2008) menjelaskan ada 2 dimensi
kualitas hidup yaitu objektif dan subjektif. Kualitas hidup
digambarkan dalam rentang dari unidimensi yang merupakan
domain utama yaitu kesehatan atau kebahagiaan sampai pada
multidimensi dimana kualitas hidup didasarkan pada
sejumlah domain yang berbeda yaitu domain objektif
(pendapatan, kesehatan, lingkungan) dan subjektif (kepuasan
hidup, kesejahteraan psikologis). Kualitas hidup objektif
38
yaitu berdasarkan pada pengamatan eksternal individu seperti
standar hidup, pendapatan, pendidikan, status kesehatan,
umur panjang dan yang terpenting adalah bagaimana
individu dapat mengontrol dan sadarmengarahkan
hidupnya(Mia Fatma Ekasari, Ni Made Riasmini, 2018).
Kualitas hidup dari dimensi subyektif didasarkan pada
respon psikologis individu terhadap kepuasan dan
kebahagiaan hidup. Jadi kualitas hidup subjektif adalah
sebagai persepsi individu tentang bagaimana suatu hidup
yang baik dirasakan oleh masing-masing individu yang
memilikinya. Domain objektif diukur dengan indikator sosial
yang menggambarkan standar kehidupan dalam
hubungannya dengan norma budaya. Sedangkan domain
subjektif diukur berdasarkan bagaimana individu menerima
kehidupan yang disesuaikan dengan standar internal(Mia
Fatma Ekasari, Ni Made Riasmini, 2018).
Kualitas hidup merupakan persepsi subjektif dan
evaluasi dari kondisi kehidupan individu yang didasarkan
pada standar internal (nilai, harapan, aspirasi,dll). Pada lansia
aspek signifikan dari penilaian kualitas hidup adalah
otonomi, kecukupan diri, pengambilan keputusan, adanya
nyeri dan penderitaan, kemampuan sensori, mempertahankan
sistem dukungan sosial, tingkat finansial tertentu, perasaan
berguna bagi orang lain dan tingkat kebahagiaan(Mia Fatma
Ekasari, Ni Made Riasmini, 2018).
3. Komponen Kualitas Hidup
The World Health Organization (WHO) mendefinisikan
kualitas hidup sebagai persepsi individu terhadap posisinya
dalam kehidupan dalam konteks budaya dan sistem nilai
dimana mereka tinggal dan dalam hubungannya dengan
39
tujuan, harapan, standard dan perhatian. Definisi WHO
difokuskan pada perspektif klien dalam kualitas hidup dan
asumsi pada evaluasi dari beberapa domain kehidupan oleh
klien. Secara garis besar komponen kualitas hidup dibagi
dalam fungsi fisik, psikologis dan sosial. Beberapa studi
menambahkan domain yang lain seperti sensasi somatik,
fungsi okupasi, status ekonomi, fungsi kognitif, produktifitas
personal dan intimacy.
Menurut(Mia Fatma Ekasari, Ni Made Riasmini, 2018)
komponen kualitas hidup menurut WHO (1996) yang disebut
WHOQOL-BREF sebagai berikut:
a. Kesehatan fisik mencakup: aktivitas kehidupan sehari-
hari, ketergantungan terhadap obat-obatan dan bantuan
medis, energi dan kelelahan, mobilitas, nyeri dan tidak
nyaman, tidur dan istirahat serta kapasitas kerja.
b. Kesehatan psikologis mencakup: citra tubuh dan
penampilan, perasaan negatif. perasaan positif, harga
diri, spiritualitas/agama/keyakinan personal, berpikir,
belajar, memori dan konsentrasi.
c. Hubungan sosial mencakup: hubungan personal,
dukungan sosial dan aktivitas seksual.
d. Lingkungan mencakup: sumber finansial, kebebasan,
keamanan fisik, pelayanan kesehatan dan sosial:
keterjangkauan dan kualitas, lingkungan rumah,
kesempatan memperoleh informasi dan keterampilan
baru, partisipasi dan rekreasi/aktivitas waktu luang,
lingkungan fisik (polusi/kebisingan/lalu lintas/iklim)
dan transportasi.
40
Teori kualitas hidup yang dikembangkan oleh Wilson
dan Cleary (1995) dalam Peterson dan Brewdow (2004),
merepresentasikan hubungan kausal diantara konsep dasar
kesehatan berhubungan dengan kualitas hidup (HRQOL).
Teori ini terdiri dari 5 determinan yaitu faktor
biologis/fisiologis, status gejala, status fungsional, persepsi
terhadap kesehatan dan kualitas hidup secara keseluruhan.
Kelima determinan ini dipengaruhi oleh karakteristik individu
dan lingkungan. Variabel biologis dan fisiologis ditujukan
pada gangguan dalam fungsi sel, organ dan sistem organ.
Faktor-faktor tersebut dikaji melalui pemeriksaan diagnostik
yang akan digunakan untuk menentukan perubahan biologis
dan fisiologis yang mempunyai potensi berpengaruh terhadap
HRQOL(Mia Fatma Ekasari, Ni Made Riasmini, 2018).
1) Karakteristik individu
2) Faktor biologis/ fisiologis
3) Status gejala
41
4) Status fungsional
5) Persepsi tentang kesehatan
6) Kualitas
7) Karakteristik
42
fisik yang dialami lansia dapat menurunkan kemampuan
berfungsi sehingga berdampak terhadap kondisi mental
dimana lansia merasa nilai diri dan kompetensinya menurun,
depresi dan takut ditinggaloleh keluarganya (Mia Fatma
Ekasari, Ni Made Riasmini, 2018).
43
Menjaga kualitas hidup yang baik pada lanjut usia sangat
dianjurkan dalam kehidupan sehari-hari. Hidup lanjut usia
yang berkualitas merupakan kondisi fungsional yang optimal,
sehingga mereka dapat menikmati masa tuanya dengan
bahagia dan dapat berguna. Ini seperti yang dikemukakan
lebih Sutikno bahwa hidup lanjut usia yang berkualitas
merupakan kondisi fungsional lanjut usia pada kondisi
optimal, sehingga mereka bisa menikmati masa tuanya
dengan penuh makna, membahagiakan dan berguna(Mia
Fatma Ekasari, Ni Made Riasmini, 2018).
Kenyataanya, tidak semua individu yang berusia lanjut
memiliki kualitas hidup yang baik. Berkualitas atau tidaknya
hidup lanjut usia menurut Doblhammer dan Scholz berkaitan
dengan kesadaran lanjut usia terhadap masalah kesehatan dan
kebiasaan hidup sehat yang tepat. Karena kesadaran itu
sendiri berkaitan erat dengan penurunan stress dan
peningkatan kualitas individu(Mia Fatma Ekasari, Ni Made
Riasmini, 2018).
Lanjut usia harus bisa menyesuikan diri dan menerima
segala perubahan yang terjadi dalam tubuhnya, baik itu
perubahan fisik dan perubahan psikologis. penerimaan ini
bisa dilakukan oleh lanjut usia dengan menyadari dan lebih
peka dengan segala perubahan tersebut, seperti kesadaran
akan udara yang masuk dan mengalir dalam tubuh, kesadaran
akan indra dan organ yang ada dalam tubuh, inilah yang
disebut dengan mindfulness(Mia Fatma Ekasari, Ni Made Ri-
asmini, 2018).
Kualitas hidup dipengaruhi oleh berbagai situasi dan
faktor-faktor yang dikaitkan dengan usia yaitu perubahan
status kesehatan dengan kemampuan koping terhadap
44
tekanan kehidupan, identifikasi peran baru, kesempatan, dan
tersedianya dukungan sosial. Faktor demografi (usia, jenis
kelamin, suku), sosial ekonomi (pendidikan, status sosial,
pendapatan, dukungan sosial), pengaruh budaya dan nilai,
faktor kesehatan (kondisi kesehatan, penyakit, status
fungsional, tersedianya layanan kesehatan) dan karakteristik
personal (mekanisme koping, efikasi diri) merupakan
prediktor dari kualitas hidup. Ketegangan peran dan beban
keluarga menyebabkan keterbatasan interaksi antara keluarga
dengan lansia sehingga berpengaruh terhadap kualitas hidup
lansia(Mia Fatma Ekasari, Ni Made Riasmini, 2018).
Program latihan kesehatan berhubungan dengan kualitas
hidup lansia didasarkan pada kemampuan melakukan BADL
dan IADL. Kualitas hidup yang rendah pada lansia akibat
proses menua disebabkan karena kehilangan kemandirian,
masa depan dan keterbatasan partisipasi dalam melakukan
aktivitas(Mia Fatma Ekasari, Ni Made Riasmini, 2018).
45
ada juga dua kali. Makananyang tidak keras, tidak asin
dan tidak berlemak. Kebutuhan sandang.dibutuhkan
pakaian yang nyaman dipakai. Pilihan warna sesuai
denganbudaya setempat. Model yang sesuai dengan
usia dan kebiasaanmereka. Frekwensi pembeliannya
umumnya setahun sekali sudahmencukupi. Kebutuhan
papan, secara umum membutuhkan rumahtinggal yang
nyaman. Tidak kena panas. hujan, dingin, angin,
terlindungi dari mara bahayadan dapat untuk
melaksanakan kehidupan sehari hari, dekat kamarkecil
dan peralatan Lansia secukupnya.
Pelayanan kesehatan bagiLanjut Usia sangat vital.
Obat-obatan ringan sebaiknya selalu siapdidekatnya
dan bila sakit segera diobati. Lansia juga membutuhkan
fasilitas pelayananpengobatan rutin, murah, gratis dan
mudah dijangkau. Kebutuhanlainnya bagi lansia yang
ditinggalkan mati pasangannya adalah adanya teman
untuk mencurahkan isi hati agar tidak merasakan
kesepian. Lansia memerluka teman ngobrol, menjalani
pekerjaaan, bepergian, teman ketika berobat. Lansia
juga jika meninggal kelak ia dapatditunggui kerabat
yang berasal dari kampung halamannya.
b. Kebutuhan Psikologis
Kondisi Lanjut Usia yang rentan secara psikologis,
membutuhkan lingkungan yang mengerti dan
memahami mereka. Lansia membutuhkan teman yang
sabar, yang mengerti dan memahamikondisinya. Mereka
membutuhkan teman ngobrol, membutuhkandikunjungi
kerabat, sering disapa dan didengar nasehatnya. Lansia
46
juga butuh rekreasi, silaturahmi kepada kerabat dan
masyarakat.
c. Kebutuhan sosial
Lansia membutuhkan orang-orang dalam menjalin
hubungan sosial, terutama kerabat, juga teman sebaya,
sekelompok kegiatan dan masyarakatdilingkungannya.
Jalinan hubungan sosial tersebt dapat dipenuhi melalui
kegiatan keagamaan, olah raga, arisan, danlain-lain.
d. Kebutuhan Ekonomi
Lansia sudah memasuki masa pensiun dan juga sudah
mengalami kelemahan fisik, sehingga secara finansial
lansia memiliki keterbatasan ekonomi. Lansia
membutuhkan bantuansumber keuangan, terutama yang
berasal dari kerabatnya. Secara ekonomi, lansia yang
tidak potensial membutuhkan uang untukbiaya hidup.
Bagi Lanjut Usia yang masih produktif membutuhkan
ketrampilan, Usaha Ekonomi Produktif (UEP) dan
bantuan modal usahasebagai penguatan usahanya.
e. Kebutuhan Spiritual
Lansia banyak mengisi waktunya untuk beribadah.
Lansia mendapatkan ketenangan jiwa, pencerahan dan
kedamaian melalui kegiatan ibadah yang dilakukannya.
Lansia juga menginginkan anak- anak dan cucunya taat
beribadah. Pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari
lansia sering menghadapi beberapa kendala baik yang
didapat dari lansia itu sendiri maupun dari keluarga.
Keluarga banyak yang belum memahami dan
mengetahu tentang kondisi lansia. Keluarga juga
memiliki aktivitas dan kegiatan yang cukup menyita
waktu mereka, sehingga kurang memberikan waktu dan
47
perhatiannya bagi lansia. Tak jarang banyak pula
keluarga yang kemampuan ekonominya terbatas yang
tidak memungkinkan untuk menanggung biaya
kehidupan dan perawatan bagi lanjut usia. Menurut(Mia
Fatma Ekasari, Ni Made Riasmini, 2018) adapun
beberapa kendala yang dihadapi oleh lansia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari adalah
sebagai berikut:
a) Masalah fisik
Kemampuan fisik lansia secara alamiah akan
mengalami penurunan, sejalan dengan
meningkatnya usia, sehingga para lansia menjadi
rentan terhadap berbagai penyakitdegeneratif dan
kronis seperti jantung, kencing manis, hipertensi
dan lainnya.
b) Masalah psikologis
Lansia cenderung mengalami perubahan emosi,
sepertimudah tersinggung, merasa tidak aman,
merasa tidak berguna danberbagai perasaan yang
kurang menyenangkan lainnya.
c) Masalah sosial
Para Lansia merasa kesepian dan tersisih karena
anak-anaknya telah berkeluarga dan tidak berada
dilingkungannya karena sudah tidak tinggal
serumah atau kurangnya berinteraksi dengan
kelompok sebaya.
d) Masalah ekonomi
Sebagian besar para lansia membutuhkan
dukungan penuh dari keluarganya karena tidak
mempunyai penghasilan lagi atau pensiun.
48
Berbagai kendala di atas sangat mempengaruhi
kualitas hidup lansia. Jika kebutuhan hidup lansia
dapat terpenuhi, maka lansia akan memiliki
kualitas hidup yang baik, sehat, bahagia dan
mandiri, begitupun sebaliknya.
C. Dukungan Keluarga
1. DefinisiKeluarga
Keluarga merupakan satu kelompok manusia yang hidup
bersama sebagai satu kesatuan unit masyarakat yang
terkecil dan biasanya tidak selalu ada hubungan darah,
ikatan perkawinan atau ikatan lain. Dukungan keluarga di
artikan sebagai bantuanya Keluarga adalah sekumpulan
manusia yang memiliki hubungan darah perkawinan dan
adopsi yang terdiri dari kepala keluarga dan anggota kelu-
arga yang menempati suatu tempat dalam satu atap dan sal-
ing bergantungan(Putra, 2019).
Anggota keluarga yang tinggal serumah mempunyai
hubungan yang sangat erat, baik dari aktifitas secarafisik
maupun emosional. Individu membutuhkan dukungan kelu-
arga agar dapat mempengaruhi kenyamanan dan kesehatan-
nya. Dukungan keluarga berkaitan dengan kualitas Kese-
hatan seseorang(Putra, 2019).
2. Tipe/BentukKeluarga
49
2) Keluarga besar (Extended family) adalah keluarga
inti yang ditambah dengan sanak saudara, misalnya
nenek, kakek, keponakan, saudara, dsb.
3) Keluarga berantai (serial family) adalah keluarga
yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih
dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.
4) Keluarga duda/janda (single fanily) adalah keluarga
yang terjadi karena perceraian atau kematian.
5) Keluarga komposisi (Composite) adalah keluarga
yang perkawinannya lebih darisatu (poligami dan
hidup secara bersama).
6) Keluargakabitas (Cahabitation) adalah dua orang
menjadi satu tanpapernikahan tetapi membentuk su-
atukeluarga(Putra, 2019).
3. Aspek-aspekDukunganKeluarga
Dukungan keluarga merupakan bantuan yang diterima
oleh salah satu anggota keluarga dari anggota kluarga yang
lainnya. Dukungan keluarga merupakan bentuk dukungan
yang menjadisumber dukunganpraktis dan konkret bagi
anggota keluarga lainnya. Bentuk dukungan dapat berupa
finansial, merawat anggota keluarga yang sakit, melakukan
tugas rumah tangga, menggantikan peran anggota keluarga
yang sakit, dan memanfaatkan fasilitas serta materi yang
ada untuk keperluan perawatan.
Bentuk dukungan keluarga lainnya dapat berupa kualitas
dukungan yang baik dan bersifat komprehensif, menun-
jukkan sikap empati, memberikan fasilitas dan menyediakan
informasi yang dibutuhkan, dapat meningkatkan motivasi
dan membuat pasien merasa lebih aman dan nyaman saat
50
berada di dekat keluarga. Menurut(Putra, 2019), dukungan
keluarga memiliki 4 jenis dukungan, yaitu:
1) Dukungan Informasional
Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan
munculnya stressor karena informasi yang diberikan
dapat penyumbangan sugesti yang khusus pada
pasien (Ikeda, 2013; Scott, 2012). Aspek – aspek
dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran,
petunjuk, dan pemberian informasi.
2) Dukungan Penilaian / Penghargaan
Dukungan yang positifdari orang orang diseki-
tarnya, dorongan atau pernyataan setuju terhadap
ide-ide atau perasaan individu (Scott, 2012). Dukun-
gan ini membuat seseorang merasa bangga dan di-
hargai, keluarga bertindak sebagai sebuah bimbin-
gan umpan balik, membimbing dan menengahi
masalah, diantaranya: memberikan support, pen-
gakuan, penghargaan, dan perhatian.
3) Dukungan Instrumental
Manfaat dukungan ini adalah mendukung pulih-
nya semangat yang menurun, merasa masih ada per-
hatian dan kepedulian dari lingkungan pada seseo-
rang yang sedang mengalami penderitaan (Scott,
2012). Dukungan yang diberikan dapat beru-
padukungan instrumental selama perawatan ataupun
pengobatan. Keluarga merupakan sumber pertolon-
gan praktis dan konkrit diantaranya: bantuan lang-
sung dari orang yang diandalkan seperti materi,
tenaga dan sarana.
4) Dukungan Emosional
51
Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan
damai membantu penguasaan terhadap emosi. Man-
faat dari dukungan ini adalah menjamin nilai-nilai
individu akan selalu terjaga kerahasiaannya dari
keingin tahuan orang lain. Aspek -aspek dari dukun-
gan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan
dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian
dan mendengarkan serta didengarkan.
4. Faktor Yang MempengaruhiDukunganKeluarga
Menurut(Yahya, 2021)mempunyai 2 faktor yang mempen-
garuhidukungankelurgayaitu :
a. Faktor Internal
1) Tahap perkembangan
2) Pendidikan atau tingkat pengetahuan
3) Faktor emosional
4) Spiritual
b. Faktor Eksternal
1) Praktik di keluarga
2) Faktor keluarga
3) Latar belakang
5. Fungsi Keluarga
Menurut(Damanik & Hasian, 2019)memiliki 5 fungsi
keluarga yaitu :
1) Fungsi efektif adalah fungsi internal keluarga sebagai
dasar kekuatan keluarga. Didalamnya terkait dengan sal-
ing mengasihi, saling mendukung dan saling menghargai
antara anggota keluarga.
2) Fungsi sosialisasi adalah fungsi yang mengembangkan
proses interaksi dalam keluarga. Sosialisasi dimulai se-
52
jaklahir dan keluarga merupakan tempat individu untuk
belajar bersosialisasi.
3) Fungsi reproduksi, adalah fungsi keluarga untuk
meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah
sumber daya manusia.
4) Fungsi Ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk
memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarganya
yaitu :sandang, pangan dan papan.
5) Fungsi perawatan kesehatan, adalah fungsi keluarga un-
tuk mencegah terjadinya masalah kesehatan dan merawat
anggota keluarga yang mengalami masalah Kesehatan
6. Struktur Keluarga
Menurut Friedman (2003) dalam (Putra, 2019)salah satu
pendekatan dalam keluarga adalah pendekatan struktural
fungsional. Struktur keluarga menyatakan bagaimana
keluarga disusun atau bagaimana unit-unit ditata dan saling
terkait satu sama lain. Struktur dalam keluarga terbagi
menjadi 4 yaitu:
1) Pola komunikasi keluarga
Komunikasi sangatlah pentingdalam suatu
hubungan namun tidak hanya untuk keluarga, tetapi
juga untuk semua jenis hubungan. Tanpa komunikasi,
tidak akan ada hubungan yang dekat dan intim atau
bahkan saling pengertian. Dalam keluarga ada
beberapa interaksi yang efektif dan beberapa yang
tidak.
Mode interaktif yang berfungsi dalam keluarga
memiliki karakteristik sebagai berikut :
53
a) Terbuka, jujur, berpikiran positif, dan selalu
berusaha menyelesaikan konflik keluarga.
b) Komunikasi berkualitas tinggi antara pembicara
dan audiens .
2) Struktur Peran
Struktur peran adalah rangkaian perilaku yang
diharapkan dari posisi tertentu. Ayah berperan
sebagai kepala keluarga, ibu berperan sebagai daerah
domestik keluarga, dan anak memiliki perannya
masing-masing dan berharap dapat saling memahami
dan mendukung. Selain peran utama terdapat peran
informal, peran tersebut dilakukan dalam kondisi
tertentu atau sudah menjadi kesepakatan antar
anggota keluarga. Misalnya, jika suami mengizinkan
istrinya bekerja diluar rumah, maka istri akan
berperan informal. Begitu pula suami akan
melakukan tugas iformal tanpa sungkan dengan
membantu istrinya mengurus rumah.
3) Struktur Kekuatan
Kondisi struktur keluarga yang menggambarkan
adanya kekuasaan yang digunakan untuk mengontrol
dan mempengaruhi anggota keluarga lainnya dalam
sebuah keluarga, setiap individu dalam keluarga
memiliki kekuatan untuk mengubah perilaku
anggotanya kearah yang lebih positif dalam hal
perilaku dan kesehehatannya. Ketika seseorang
memiliki kekuatan sebenarnya dia dapat mengontrol
interaksi. Dimana kekuatan ini dapat dibangun
dengan berbagai cara. Selain itu, terdapat banyak
faktor dalam struktur kekuatan keluarga, diantaranya :
54
a) Kekuatan hukum (kekuatan/kewenangan
hukum)
Dalam konteks kekeluargaan, kekuatan ini
sebenarnya tumbuh secara mandiri, karena
adanya hirarki (pemimpin) yang merupakan
struktur masyarakat kita. kepala keluarga
merupakan pemegang kemampuan interaktif
dalam keluarga. Ia berhak mengontrol tingkah
laku anggota keluarga lainnya, terutam pada
anak-anak.
b) Referent power
Dalam masyarakat orang tua merupakan
contoh teladan dalam keluarga, terutama
kedudukan sang ayah sebagai kepala
keluarga. Apa yang dilakukan sang ayah
akan menjadi teladan bagi pasangan dan
anak-anaknya.
(1) Reward power/kemampuan menghargai
Imbalan penting untuk memiliki dampak yang
mendalam didalam keluarga. Hal ini tentunya
sering terjadi dimasyarakat kita, jika anak-
anak mereka mencapai nilai terbaik disekolah,
mereka akan diberikan hadiah.
(2) Coercive powe
Dalam memperkuat hubungan disebuah
rumah tangga peraturan sangat penting untuk
diterapkan. Konsekuensinya apabila
melakukan pelanggaran atau tidak mematuhi
peraturan yang ada maka ancaman atau
berupa hukuman akan diterima (Adhi, 2020).
55
56
D. Kerangka Teori
Bagan 2.1
Kerangka Teori
57
E. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-
konsep yang akan diukur maupun diamati dalam suatu penelitian.
Sebuah kerangka konsep haruslah dapat memperlihatkan hubungan
antara variabel-variabel yang akan diteliti. Kerangka konsep yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kerangka konsep dengan teori
sebab-akibat (Notoatmodjo, 2018).
Skema 2.2
Kerangka Konsep
Keterangan :
: Variabel Bebas
: Variabel Terikat
F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis atau sering juga disebut dengan hipotesa meupakan
jawaban atau dugaan sementara terhadap rumusan pada suatu
masalah penelitian (Widiasworo, 2019), sebagai berikut :
H0 : Tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup
pada lansia di RT 001, 002 dan 003 RW 024 Kelurahan Wanasari
Kecamatan Cibitung Kabupaten bekasi
58
HA : Ada hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada
lansiadiRT 001,002 dan 003 RW 024 Kelurahan Wanasari
Kecamatan Cibitung Kabupaten bekasi
59
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
60
sebagai unit dimana hasil penelitian akan diterapkan (Dharma,
2017).Populasi penelitian adalah keseluruhan dari suatu
karakteristik subjek atau objek penelitian yang terdiri dari
manusia, hewan, benda, ataupun peristiwa yang dapat menjadi
sumber data di dalam suatu penelitian. Populasi dalam penelitian
ini adalah hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup
pada lansia di RT. 001, 002, 003 RW 024 Kelurahan Wanasari
Kecamatan Cibitung Kabupaten Bekasi sebanyak 65 orang.
2. Sampel
Sampel penelitian sebagai unit yang lebih kecil lagi dari
sekelompok individu yang merupakan bagian dari populasi
terjangkau dimana peneliti langsung mengumpulkan data atau
melakukan pengamatan/pengukuran pada unit ini. Pada dasarnya
penelitian dilakukan pada sampel yang terpilih dari populasi
terjangkau (Dharma, 2017). Sampel dibutuhkan karena
kemungkinan objek penelitian sangat banyak hingga direduksi,
dan untuk kepentingan generalisasi. Sampel dalam penelitian ini
adalah lansia di RT 001 dengan jumlah 20 lansia, RT 002 dengan
jumlah 27 lansia,RT 003 dengan jumlah 18 lansia di RW 024
Kelurahan Wanasari Kecamatan Cibitung Kabupaten Bekasi
dengan jumlah KK sebanyak 65 KK.
Tabel 3.1
Kriteria Responden
Insklusi Eksklusi
61
3. Lansia yang tinggal bersama kelu- sia
arga
3. Teknik Sampling
Metode sampling adalah suatu cara yang ditetapkan peneliti
untuk menentukan atau memilih sejumlah sampel dari
populasinya. Metode sampling digunakan agar hasil penelitian
yang dilakukan pada sampel dapat mewakili populasinya.
Metode ini sangat ditentukan oleh jenis penelitian, desain
penelitian, dan kondisi populasi target dimana sampel berada
(Dharma, 2017).
1. Lokasi Penelitian
Peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan
Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pada Lansia
Sehat” adapun lokasi penelitian dilakukan di RT 001 dan RW
024 Kelurahan Wanasari Kecamatan Cibitung Kabupaten
bekasi.
62
2. Waktu Penelitian
Tabel 3.2
Waktu Penelitian
1. Persiapan
menyusun
proposal
2. Sidang
proposal
3. Pelaksanaan
penelitian
4. Sidang akhir
skripsi
C. Variabel Penelitian
63
dipengaruhi oleh variabel independen(Imas Masturoh, 2018).
Vareabel independen yang di teliti adalah Hubungan Dukungan
Keluarga. Variabel dependen Kualitas Hidup Pada Lansia.
1. Variabel bebas (independent variable)
Variabel bebas (independent variable) disebut juga variabel
sebab yaitu karakteristik dari subjek yang dengan
keberadaannya menyebabkan perubahan pada variabel
lainnya(Dharma, 2017). Variabel bebas pada penelitian ini
adalah Dukungan Keluarga.
D. Definisi Oprasional
64
Tabel 3.3
Definisi Oprasional
E. Jenis Data
65
Suatu bahan observasi atau data dapat berupa orang, benda dan lain-
lain. Data yang diperoleh oleh peneliti harus sinkron dengan maksud
dan tujuan dalam melakukan sebuah penelitian. Data kesehatan
masyarakat dibedakan menjadi dua sumber, data yang berasal dari
masyarakat, dan yang berasal dari fasilitas(Eryando, 2017). Menurut
(Imas Masturoh, 2018)data dapat dikumpulkan dari sumber primer
dan sekunder:
1. Data Primer
Data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara
langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data
asli atau data baru yang up to date. Untuk mendapatkan data primer,
peneliti dapat mengumpulkannya dengan menggunakan teknik
wawancara, observasi, diskusi kelompok terarah, dan penyebaran
kuesioner. Data primer pada data Dukungan Keluarga dan data
Kualitas Hidup Pada Lansia diperoleh secara langsung dari
responden melalui penyebaran kuesioner secara angket di sebar
luaskan kepada RT 001, 002 dan 003 RW 024 untuk mempermudah
dan pendataan distribusi.
2. Data Sekunder
Data sekunder tidak digunakan dalam penelitianini
F. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada
subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan
dalam suatu penelitian (Nursalam, 2020). Metode pengumpulan data
sangat ditentukan oleh jenis penelitian. Penelitian kuantitatif secara
umum menggunakan 3 pilihan metode pengumpulan data yaitu
metode kueisoner, wawancara terstruktur dan observasi (Dharma,
2017). Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan
66
metode kueisoner yang akan diberikan kepada responden.Langkah-
langkah pengumpulan data:
1. Penelitian diawali dengan proses perizinan dalam melakukan
penelitian, peneliti akan mengajukan surat permohonan izin
penelitian dari pihak STIKes Medistra Indonesia, setelah lulus
uji proposal.
2. Menyerahkan atau mengajukan surat permohonan izin
penelitian kepada RT 001, 002, 003 RW 024 Kelurahan
Wanasari Kecamatan Cibitung Kabupaten Bekasi.
3. Peneliti mendapatkan izin dari pihak RT001, 002, 003 RW024
Kelurahan Wanasari Kecamatan Cibitung Kabupaten Bekasi
untuk melakukan penelitian ditempat tersebut.
4. Peneliti menyebarkan kuesioner melalui RT/RW setempat.
5. Peneliti memberikan arahan atau petunjuk pengisian
kuesioner sebelum mengisi kuisioner, responden diberikan
informed consent untuk diisi oleh responden atau (pihak
keluarga terdekat) sebagai persetujuan atas kesediaan menjadi
responden.
6. Peneliti mengucapkan terimakasih kepada pihak responden
atau keluarga yang ikut serta membantu pengambilan data
untuk penelitian.
7. Setelah data terkumpul, data diolah dan dianalisis oleh
peneliti.
67
G. Instrumen Penelitian
68
b. Skala kualitas hidup lansia sehat (skala likert)
Instrumen kualitas hidup lansia sehat terdiri dari 15 perny-
ataan dengan menggunakan skala likert. Dengan kategori
Tidak setuju 1, Kurang setuju 2, Setuju 3, Sangat Setuju 4.
Setelah itu untuk menentukan kualitas hidup lansia sehat di RT
001, 002,003 RW 024 Kelurahan Wanasari termasuk dalam
kategori baik, cukup baik dan kurang baik maka skor dari mas-
ing-masing item dijumlahkan kemudian hasilnya disesuaikan
dengan interpretasi skoring
1. Skor Kualitas baik : 56 - 75
2. Skor Kualitas cukup baik : 36- 55
3. Skor Kualitas kurang baik : 15-35
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian kualitas hidup
lansiaini merupakan kuesioner yang di buat oleh Kamalie
yang telah di modifikasi dan diuji validitaskembali oleh
penelitidenganhasil0,4973dan reliabilitasnya oleh peneliti
dengan Chronbach Alpha di peroleh nilai realibilitas 1.000
yang berarti > 0,6.dari Jumlah 15 pertanyaan yang sudah
diuji validitas.
H. Pengelolahan Data
69
Pengolahan data secara manual memang sudah jarang
dilakukan, tetapi tetap dapat dilakukan pada situasi dimana aplikasi
pengolah data tidak dapat digunakan. Tahapan analisis data secara
manual adalah sebagai berikut:
1. Editing
Editing atau penyuntingan data adalah tahapan dimana
data yang sudah dikumpulkan dari hasil pengisian kuesioner
disunting kelengkapan jawabannya. Jika pada tahapan
penyuntingan ternyata ditemukan ketidaklengkapan dalam
pengisian jawaban, maka harus melakukan pengumpulan data
ulang (Imas Masturoh, 2018b).
2. Coding
Coding merupakan cara untuk merubah data yang sebelumnya
dalam bentuk huruf menjadi data dalam bentuk numerik atau
angka. Pada proses pengkodean data yang diperoleh dan telah
dirubah menjadi angka agar dapat dibaca oleh system (Imas
Masturoh, 2018).
70
Tabel 3.4
Tabel 3.5
2. Tabulasi Data
Tabulasi data adalah membuat penyajian data, sesuai dengan
tujuan penelitian. Pengolahan data dengan aplikasi pengolah
data hampir sama dengan pengolahan data manual, hanya saja
beberapa tahapan dilakukan dengan aplikasi tersebut (Imas
Masturoh, 2018).
3. Processing
Processing adalah proses setelah semua kuesioner terisi
penuh dan benar serta telah dikode jawaban responden pada
kuesioner ke dalam aplikasi pengelolaan data di. Terdapat
bermacam-macam aplikasi yang dapat digunakan untuk
71
pemrosesan data, antara lain: SPSS, STATA, EPI-INPO, dan
lain-lain. Salah satu program yang banyak dikenal dan relatif
mudah dalam penggunaannya adalah program SPSS (Statistical
Package for Social Sciences).
4. Cleaning Data
Cleaning data adalah pengecekan kembali data yang
sudah dientri apakah sudah betul atau ada kesalahan pada saat
memasukan data. Cleaning data adalah pengecekan kembali data
yang telah dientri dalam bentuk master data atau software
statistic. Tujuan dilakukan cleaning adalah untuk mengetahui
apakah ada kesalahan pada data yang telah dimasukan
sebelumnya.
I. Analisis Data
Data yang telah masuk perlu diketahui hasilnya seperti apa, namun
untuk mengetahui hasil dari data tersebut peneliti harus mengolah
dan menganalisa data tersebut. Analisa data merupakan proses
paling vital dalam sebuah penelitian karena dalam analisa inilah data
harus diterjemahkan oleh peneliti agar mendapatkan hasil yang
sesuai dengan kaidah ilmiah. Menurut jenisnya analisa data
kuantitatif terdapat tiga jenis yaitu Analisa Univariat, Anailas
Bivariat, dan Analisa Multivariat. Jenis amalisa data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Analisa Univariat dan Analisa Bivariat
(Siyoto & Sodik, 2015).
72
analisa univariat merupakan analisa yang digunakan untuk
menganalisa satu variabel dan hasilnya akan digunakan sebagai
dasar dari perhitungan selanjutnya. Analisis univariat dalam
penelitian ini adalah mengidentifikasi distribusi Dukungan
Keluarga Dengan Kualiatas Hidup Lansia di RT001, 002,003
RW024 Kelurahan Wanasari.
2. Analisa Inferensial (Bivariat)
Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara
dua variabel. Kedua variabel tersebut merupakan variabel
pokok, yaitu variabel pengaruh (bebas) dan variabel terpengaruh
(terikat),(Siyoto & Sodik, 2015). Analisis bivariat dalam
penelitian ini digunakan untuk melihat hubungan antara Dukun-
gan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Lansia Sehat. Teknik
analisa data bivariat diperoleh menggunakan Uji Chi-Square.
Proses analisa data dilakukan menggunakan Statistical Packag
For Social Science (SPSS).
Dalam melakukan suatu penelitian terutama pada
bidang kesehatan sangat penting untuk memperhatikan prinsip
etik penelitian, dikarenakan manusia sebagai subjek penelitian
atau responden merupakan mahluk holistik yang terintegrasi dari
aspek fisik, psikologis, sosial dan spiritual yang tidak bisa
dipisahkan satu sama lainnya. Masalah yang terjadi pada salah
satu aspek tersebut akan mempengaruhi aspek-aspek lainnya.
Secara umum ada empat prinsip utama dalam etik penelitian
keperawatan menurut profetto-mcggrath, Polit & beck, 2004
dalam (Dharma, 2017).
3. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human
dignity)
Penelitian harus dilaksanakan dengan menjunjung tinggi harkat
dan martabatmanusia. Subjek memiliki hak asasi dan kebebasan
73
untuk menentukan pilihan ikut atau menolak penelitian
(autonomy). Prinsip ini tertuang dalam pelaksanaan informed
consent yaitu persetujuan untuk berpartisipasi sebagai subjek
penelitian setelah mendapatkan penjelasan yang lengkap dan
terbuka dari peneliti tentang keseluruhan pelaksanaan penelitian.
4. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek (respect for privacy
and confidentiality)
Penelitian informasi tentang subjek peneliti dapat terbuka luas.
Peneliti perlu merahasiakan informasi yang menyangkut privasi
subjek yang tidak ingin identitas dan segala informasi tentang
dirinya diketahui orang lain. Prinsip ini dapat diterapkan dengan
cara meniadakan identitas seperti nama dan alamat subjek
kemudia diganti inisial atau kode tertentu.
5. Menghormati keadilan dan inklusivitas (respect for justice
inclusiveness)
Prinsip keterbukaan dalam penelitian mengandung makna
bahwa penelitian dilakukan secara jujur, tepat, cermat hati-hati
dan dilakukan secara profesional. Prinsip keadilan mengandung
makna bahwa penelitian memberikan keuntungan dan beban
secara merata sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan subjek.
6. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan
(balancing harm and benefits)
Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap peneliti harus
mempertimbangkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi subjek
penelitian dan populasi dimana hasil penelitian akan diterapkan
(beneficience).
74
BAB IV
75
dan Telaga Asih, dan di sebelah Barat dengan desa Sumber Jaya,
Tridayasakti, Mekarsari dan Tambun.
A. Analisis Univariat
1) Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Dukungan KeluargaDi Wanasari RT 001-002-003
RW 024 Kecamatan Cibitung Kabupaten Bekasi Tahun 2023
Total: 65 100
(Sumber : Hasil Pengolahan Data Statistik Oleh Moh Fauzan , Juli 2023)
76
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa dis-
tribusi frekuensi dukungan keluarga dalam kategori baik sebanyak
55 responden (86,4%).
Total: 65 100
(Sumber Hasil Pengolahan Data Statistik Oleh Moh Fauzan , Juli 2023)
77
Tabel 4.3
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Lansia
DiWanasari RT 001-002-003 RW 024 Kecamatan Cibitung
Kabupaten Bekasi Tahun 2023.
N % N % N %
78
001,002,003 RW 024 Kelurahan Wanasari Kecamatan Cibitung
Kabupaten Bekasi Tahun 2023.
79
menggambarkan seberapa baik perasaan seseorang terhadap lingkun-
gan mereka. Hubungan Dukungan keluarga di RT 001,002,003 RW
024 kelurahan wanasari kecamatan cibitung yang tingkat hubungan
dukungan keluarganya pada kategori baik, artinya dari keluarga meru-
paan unsur terpenting membantu untuk menyelesaikan masalah.
Dukungan keluarga menambahkan rasa kepercayaan diri dan motivasi
untuk menghadapi masalah dan meningkatkan kepuasan hidup lansia
dengan baik berdasarkan yang dikemukakan oleh (Alholidin et
al.,2019 dikutip dari Susi Nurhayati, 2020) dimana salah satu bentuk
hubungan dukungan keluarga yaitu sifat caring atau peduli dengan
mengingatkan lansia untuk tidak bekerja berlebihan mengingat
usianya yang sudah tidak muda lagi. Keluarga juga bisa memberikan
dukungan terhadap hobi yang sedang diminati lansia serta memberikan
kesempatan pada lansia untuk beribadah dan beristirahat yang cukup.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat di simpulkan bahwa seba-
gian besar hubungan dukungan keluarga memiliki kualitas hidup lan-
sia yang baik, dapat di buktikan dengan 55 lansia pada kategori baik.
80
penurunan fungsi tubuh, keseimbangan tubuh dan risiko jatuh.
Menurunnya status kesehatan lansia ini berla-wanan dengan keinginan
para lansia agar tetap sehat, mandiridan dapat beraktivitas seperti biasa
misalnya mandi, berpakaian, berpindah secara mandiri.
Menurut analisis peneliti pada penelitian ini bahwa kualitas hidup la-
sia memiliki beberapa faktor tingkat kesejahteraan dan kepuasaan den-
gan peristiwa atau kondisi yang dialami lansia, di pengaruhi penyakit
atau pengobatan. Kualitas hidup lansia ini bisa di dapatkan dari kese-
jahteraan hidup lansia, emosi, fisik, pekerjaan, kognitif, serta kehidupan
sosial. Kualitas hidup lansia yang berada di RT 001,002,003 RW 024
kelurahan wanasari kecamatan cibitung berada pada kategori baik,
artinya bahwa kualitas hidup bagi lansia di tempat tersebut sudah men-
dapatkan keempat domain dalam kualitas hidupnya yaitu kesehatan
fisik, kesehatas psikologis, hubungan sosial, dan aspek lingkungan.
Hal ini sejalan dengan yang dikemukaan oleh (Jackie brown,2004
dikutip dari purwaningsih 2019) bahwa empat domain kualitas hidup
didentifikasi sebagai suatu perilaku, status keberadaan, kapasitas poten-
sial, dan persepsi atau pengalaman subjektif. Berdasarkan dari hasil
penelitian maka dapat di simpulkan sebagian besar kualitas hidup ter-
hadap lansia di RT 001,002,003 RW 024 kelurahan wanasari keca-
matan cibitung melakukan kualitas hidup terhadap lansia berkategori
baik, dan di buktikan dengan 36 orang (55,4%) pada kategori baik.
81
hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pada lansia di di RT
001,002,003 RW 024 kelurahan wanasari kecamatan cibitung kabupaten
bekasi tahun 2023 dengan menggunakan uji Chi-Square di peroleh hasil
penelitian menunjukan P Vlue sebesar 0,000 dapat di dimpulkan P Vlue
(0,000) < nilai α (0,05). Hal ini menunjukan bahwa H0 ditolak, yang
artinya Ada Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup
Pada Lansia Di RT 001,002,003 RW 024 Kelurahan Wanasari Keca-
matan Cibitung Kabupaten Bekasi Tahun 2023.
Hasil analisa peneliti pada penelitian ini bahwa ada Hubungan
Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pada Lansia Di RT
001,002,003 RW 024 Kelurahan Wanasari Kecamatan Cibitung. Re-
sponden mampu dalam hubungan dukungan keluarga dengan baik dalam
menjaga dan memberikan sikap dukungannya kepada anggota keluar-
ganya yang diberikan pada lansia. Dampak dari kemampuan tersebut, re-
sponden dalam dukungan hubungan keluarga dengan baik akan dapat
meningkatkan hubungan dukungan keluarga pada lansia di RT
001,002,003 RW 024 Kelurahan Wanasari Kecamatan Cibitung.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Nurul (2019) yang dilakukan di wilayah kerja pukesmas kedung
wetan dengan 95 responden pada peran keluarga buruk, sebanyak 47 re-
sponden memiliki kualitas hidup buruk (83,9%) . sedangkan dari 113 re-
sponden dengan peran keluarga baik, hanya 9 responden yang memiliki
kualitas hidup yang buruk (16,1%). Hasil uji Chi-Square mendapatkan P
value 0,000 < 0,05 sehingga dapat diambil kesimpulan ada hubungan
antara hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup lanjut usia.
Hasil penelitian dilapangan menunjukan bahwa dukungan
keluarga merupakan hal yang penting dalam meningkatkan kualitas
hidup lansia. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dukungan keluarga
yang didapatkan pada penelitian ini sudah baik. Urutan indikator dukun-
gan keluarga yang paling baik adalah dukungan emosional, dukungan
82
penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasi. Meskipun
dukungan keluarga sudah baik namun beberapa bentuk dukungan kelu-
arga yang harus ditingkatkan lagi, untuk dukungan emosional seperti
penerapan komunikasi kepada lansia untuk dukungan.
D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan maupun kelemahan yang disadari
oleh peneliti, sehingga dapat dijadikan pertimbangan oleh peneliti
selanjutnya. Adapun keterbatasan dan hambatan yang dialami selama
penelitian berlangsung, sebagai berikut:
1. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan data
primer yaitu dikumpulkan langsung dari Responden, oleh karena itu
bisa saja terjadi kesalahan karena responden tidak menyatakan apa
yang sesungguhnya responden rasakan dan responden kurang
memahami kuesioner yang diberikan. Setelah peneliti konfirmasi
kembali jawaban yang sudah dijawab responden sudah sesuai
dengan apa yang dirasakan responden dan perlunya mendampingi
responden dalam menjawab kuesioner agar pasien tidak kesulitan
dalam memahami isi kuesioner.
2. Dengan penyebaran yang secara offline memerlukan waktu yang
lebih lama karena harus door to door di setiap rumah lansia.
3. Responden yang tidak bisa membaca maupun menulis yang harus di
dampingi dan dibantu mengisi oleh keluarga maupun peneliti untuk
mengisi kuesioner.
83
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan pada
bab sebelumnya tentang “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kuali-
tas Hidup Pada Lansia Di RT 001,002,003 RW 024 Kelurahan Wanasari
Kecamatan Cibitung Tahun 2023.” maka dapat disimpulkan sebagai
berikut.
1. Berdasarkan distribusi frekuensi Dukungan Keluarga didapatkan
data bahwa mayoritas kategori baik
2. Berdasarkan distribusi frekuensi Kualitas Hidup Pada Lansia
didapatkan data bahwa mayoritas dalam kategori baik.
3. Berdasarkan analisa statistik dengan tingkat signifikan 95% atau
nilai α 5% (0,05) di peroleh p value (0,000) < nilai α (0,05)
sehingga dapat disimpulkan dari hasil tersebut H0 ditolak artinya
ada Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pada
Lansia Di RT 001,002,003 RW 024 Kelurahan Wanasari
Kecamatan Cibitung Tahun 2023.
B. A. Saran
84
baik.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat menjadi referensi dalam
mengembangkan ilmu keperawatan, dapat menjadi informasi
tambahan bagi kesehatan tentang dimensia yang baik sehingga dapat
diaplikasikan saat berinteraksi dengan masyarakat.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar melanjutkan penelitian
yang serupa dengan lebih mengembangkan teori - teori yang ada
mengenai dukungan keluarga dan kualitas hidup lansia. Lebih
menekankan penelitian pada keluarga yang memiliki lansia serta
lebih mengkaji lebih dalam
85
DAFTAR PUSTAKA
Damanik, S. M., & Hasian. (2019). Modul Bahan Ajar Keperawatan Gerontik.
Universitas Kristen Indonesia, 26–127.
Naftali, A. R., Ranimpi, Y. Y., & Anwar, M. A. (2017). Kesehatan Spiritual dan
Kesiapan Lansia dalam Menghadapi Kematian. Buletin Psikologi, 25(2),
124–135. https://doi.org/10.22146/buletinpsikologi.28992
Pradina, E. I. V., Marti, E., & Ratnawati, E. (2022). Hubungan antara Dukungan
Keluarga dengan Kualitas Hidup pada Lansia di Padukuhan Pranan,
1
Sendangsari, Minggir, Sleman. Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas,
6(2), 112. https://doi.org/10.22146/jkkk.75227
Savitri Gemini, Rvi Yulia, Siska Roswandani, Hetti Marlina Pakpahan, Eppy
Setiyowati, Hardiyati, Sandy Ardiansyah, Novita Maulidya Jalal, Poniyah
Simanullang, 2021. (2021). Keperawatan Gerontik. Yayasan Penerbit
Muhammad Zaini.
2
LAMPIRAN
lampiran 1 kegiatanbimbinganskripsi
Web:stikesmedistra-indonesia.ac.idEmail: stikes_mi@stikesmedistra-indonesia.ac.id
3
1. Selasa, Pengajuan
18 oktober judul proposal
2022 skripsi
2. Senin, Pengajuan
31 oktober BAB I
2022
4
5. Kamis, Revisi BAB II
01 desember Perbaikan
2022 kalimat dan
paragraf.
Penambahan
sumber jurnal
dan skripsi
terkait.
6. Kamis, Pengajuan
26 januari BAB III
2023
lampiran 2 lembarpersetujuan
5
LEMBAR PERSETUJAN MENJADI RESPONDEN
INFORMED CONSENT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Umur :
Responden
6
( )
lampiran 3. lembarkuesinor
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama (Inisial) :
2. Usia :
3. Jenis Kelamin :
Petunjuk pengisian :
Tidak
No Pernyataan (1) Ya (2)
1 Keluarga merawat bapak/ibu dengan penuh kasih sayang
Keluarga memberikan kedekatan dan kehangatan sehingga
2 membuat bapak/ibu merasa dicintai dan disayangi
Keluarga memberikan perhatian yang lebih pada bapak/ibu
3 saatsedangsakit
4 Keluarga mendengarkan keluhan yang dirasakan oleh
7
bapak/ibu
Keluarga mendampingi bapak/ibu dalam menjalani
5 perawatan Ketika sedangsakit
Keluarga menjelaskan tentang hasil pemeriksaan dan
6 pengobatan yang bapak/ibu jalani
Keluarga menjelaskan pada bapak/ibu tentang pentingnya
7 makan buah dan sayur bagi kesehatan
Keluarga mengingatkan bapak/ibu untuk minum obat
8 secara teratur
Keluarga menjelaskan kepada bapak/ibu tentang
9 pentingnya melakukan olahraga ringan secara teratur
Keluarga menyediakan makanan khusus untuk bapak/ibu
10 yang mendukung perawatan penyakit yang dimiliki
Keluarga membantu bapak/ibu dalam melakukan aktivitas
sehari-hari seperti mandi, berpakaian, menyuapi makan,
bangun dan beranjak dari tempat tidur bila bapak/ibu tidak
11 mampu melakukannya sendiri.
Keluarga mendukung kegiatan atau hobi yang bapak/ibu
senangi dengan menyediakan sarana atau fasilitas yang
12 bapak/ibu perlukan
Keluarga mempersiapkan dana khusus untuk biaya berobat
13 atau memeriksakan kesehatan bapak/ibu
Keluarga melibatkan bapak/ibu dalam pengambilan
keputusan mengenai pengobatan/perawatan yang akan
14 bapak/ibu jalani.
Keluarga memberikan pujian kepada bapak/ibu apabila
patuh dalam menjalani perawatan seperti minum obat
15 secara teratur
Keluarga meminta pendapat/saran dari bapak/ibu terkait
16 hal-hal yang menyangkut masalah keluarga
17 Keluarga menerima pendapat/saran yang bapak/ibu
8
berikan
9
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama (Inisial) :
2. Usia :
3. Jenis Kelamin :
Petunjuk pengisian : Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang sesuai dengan
kondisi yang dialami. Setiap pernyataan memiliki ketentuan sebagai berikut : SangatSe-
tuju (5), Setuju (4), BiasaSaja, (3), TidakSetuju(2), Sangat Tidak Setuju (1).
10
saya saat ini
10 Saya menerima kenyataan dalam
hidup
11 Saya merasa beruntung
dibandingkankebanyakan orang
12 Saya memiliki cukup uang untuk
membayar tagihan
13 Saya menghabiskan waktu luang
dengan melakukan hobi atau
aktivitas lainnya
14 Saya mencoba untuk terlibat
dengan kegiatan - kegiatan sosial
15 Saya memiliki kendali atas
berbagai hal yang penting dalam
hidup saya
11
12
13
14
Lampiran hasil uji SPSS
Dukungankeluarga
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang 10 15.4 15.4 15.4
baik 55 84.6 84.6 100.0
Total 65 100.0 100.0
Kualitashidup
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid cukup 29 44.6 44.6 44.6
baik 36 55.4 55.4 100.0
Total 65 100.0 100.0
15
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 14.671a 1 .000
Continuity Correctionb 12.142 1 .000
Likelihood Ratio 18.449 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 14.445 1 .000
N of Valid Cases 65
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.46.
b. Computed only for a 2x2 table
16