Anda di halaman 1dari 12

PENULISAN ILMIAH

HIPERTENSI

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Bahasa Indonesia

Disusun oleh :

Moh.subaidi
NIM : 0101017039

AKADEMI KEPERAWATAN BHAKTI HUSADA

Jl. RE. Martadinata (By Pass) Cikarang-Bekasi 17530

2017
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seluruh alam atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga

dapat diselesaikan penulisan ilmiah dengan judul “ Hipertensi”. Penulisan ilmiah ini dibuat

untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Penulisan ilmiah ini terwujud karena

adanya pihak yang telah banyak membantu, membimbing, serta memberi dorongan dan doa

dalam menyelesikan penulisan ilmiah ini. Oleh karna itu ucapan terima kasih yang tak terhingga

disampaikan kepada :

1. Ibu Iin Ira Kartika, S.KM, M.KM, selaku Direktur Akper Bhakti Husada

2. Bpk Fathkurozi, M.Pdi, selaku koordinator dan dosen mata ajar Bahasa Indonesia

3. Ummu H, SKp,M.Kep, selaku pembimbing Penulisan Ilmiah

Disadari bahwa dalam penyusunan penulisan ilmiah ini jauh dari sempurna, untuk itu

kritik dan saran sangat diharapkan sebagai masukan untuk perbaikan penulisan ilmiah

berikutnya. Diharapkan penulisan ilmiah ini dapat bermanfaat bagi seluruh mahasiswa.

Bekasi, November 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................................

B. Tujuan Penulisan.........................................................................................................

C. Sistematika penulisan..................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi hipertensi.......................................................................................................

B. Penyebab dari hipertensi..............................................................................................

C. Akibat gejala dari hipertensi.......................................................................................

D. Pencegaha dan pengobatan .........................................................................................

BAB III PEMBAHASAN

A. Pengkajian Masalah.....................................................................................................

B. Pembahasan.................................................................................................................

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................................................

B. Saran............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah mengalami peningkatan yang

memberi gejala berlanjut pada suatu organ target di tubuh. Hal ini dapat menimbulkan

kerusakan yang lebih berat, misalnya stroke (terjadi pada otak dan menyebabkan

kematian yang cukup tinggi), penyakit jantung koroner (terjadi kerusakan pembuluh

darah jantung), dan hipertrofi ventrikel kiri (terjadi pada otot jantung). Hipertensi juga

dapat menyebabkan penyakit gagal ginjal, penyakit pembuluh lain dan penyakit lainnya

(Syahrini et al., 2012).

Umumnya penyakit hipertensi terjadi pada orang yang sudah berusia labih dari 40

tahun. Penyakit ini biasanya tidak menunjukkan gejala yang nyata dan pada stadium awal

belum menimbulkan gangguan yang serius pada kesehatan penderitanya (Gunawan,

2012). Hal ini serupa seperti yang dikemukakan oleh Yogiantoro (2006), Hipertensi tidak

mempunyai gejala khusus sehingga sering tidak disadari oleh penderitanya.

Didunia diperkirakan 7,5 juta kematian disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Pada

tahun 1980 jumlah orang dengan hipertensi ditemukan sebanyak 600 juta dan mengalami

peningkatan menjadi hampir 1 milyar pada tahun 2008 (WHO, 2013).Hasil riset WHO

pada tahu 2007 menetapkan hipertensi pada peringkat tiga sebagai faktor resiko penyebab

kematian dunia. Hipertensi telah menyebabkan 62% kasus stroke, 49% serangan jantung

setiap tahunnya (Corwin, 2007).

Di indonesia sendiri, berdasarkan hasil riset kesehatan tahun 2007 diketahui bahwa

prevalensi hipertensi di indonesia pada tahun 2013 sebesar 25,8%. Daerah Bangka

Belitung menjadi daerah dengan prevalensi yang tertinngi yaitu sebesar 30,9%, kemudian
diikuti oleh Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (20,6%) dan jawa barat

(29,4%) (Riskesdas, 2013).

Di probvinsi Kalimantan Timur berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah

ditemukan prevalensi sebesar 33,8% pada Kabupaten Kutai Kartanegara yang

menempatkan kabupaten tersebut menempati posisi kedua dengan prevalensi hipertensi

terbanyak (Riskesdas, 2013).

Tekanan darah tinggi dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, salah satunya

adalah stres. Stres merupakan suatu respon nonspesifik dari tubuh terhadap setiap tekanan

atau tuntunan yang mungkin muncul, baik dari kondisi yang menyenangkan maupun

tidak menyenangkan (Sadock & Sadock, 2003).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Riskesdas (2013) untuk

mengetahui prevalensi gangguan mental emosional (disstres psikologis) di indonesia

diketahui bahwa terdapat 3,2% orang yang memiliki gangguan mental emosional pada

provinsi Kalimantan Timur. Pada daerah kabupaten Kutai Kartanegara sendiri, dari hasil

penelitian yang dilakukan oleh Riskesdas Provvinsi Kalimantan Timur (2009) diketahui

prevalensi gangguan mental emosional adalah sebesar 4,8%.

Sedangkan berdasarkan pada survei pendahuluan yang telah dilakukan oleh penulis

di puskesmas Rapak Mahang Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur

diketahui bahwa banyak penderita hipertensi yang datang untuk melakukan pemeriksaan

di puskesmas tersebut yang mengeluhkan adanya tekanan atau tuntunan pada diri mereka,

seperti misalnya adanya tuntunan pekerjaan, tuntunan ekonomi, dan sebagainya yang

membuat mereka pada akhirnya mengalami stres.


Stres dapat memicu timbulnya hipertensi melalui aktifitas sistem saraf simpatis

yang mengakibatkan naiknya tekanan darah secara intermiten (tidak menentu) (Andria,

2013). Pada saat seseorang mengalami stres, hormon adrenalin akan dilepaskan dan

kemudian akan meningkatkan tekanan darah melalui kontraksi arteri (vasonkontriksi) dan

peningkatan denyut jantung. Apabila stres berlanjut, tekanan darah akan tetap tinggi

sehingga orang tersebut akan mengalami hipertensi (South,2014).

Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk mengetahui hubungan antara

stres dengan hipertensi pada pasien rawat jalan di puskesmas Rapak Malang Kabupaten

Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu memahami tentang hipertensi

2. Tujuan khusus

Setelah penulisan ilmiah ini, Mahasiswa mampu mengetahui tentang:

a. Definisi hipertensi

b. Penyebab hipertensi

c. Gejala dari hipertensi

d. Pengobatan hipertnsi

C. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ilmiah ini terdiri dari 4 BAB dengan daftar isi. Pada BAB I

pendahuluan tentang latar belakang Hipertensi , tujuan penulisandan sistematika penulisan

pada BAB II tinjauan Hipertensi : membahas pengertian Hipertensi. Selanjutnya pada BAB

III pembahasan : berisi pengkajian masalah dan pembahasan. BAB VI yaitu berisi penutup.

Kesimpulan, saran dan daftar pustaka.

BAB II

TINJAUAN
A. KONSEP DASAR

1. Definisi hipertensi

Tekanan darah adalah jumlah tekanan yang digunakan dalam aliran

darah saat melewati arteri. Ketika berkontraksi, ventrikel kiri pada jantung

mendorong darah keluar dari arteri. Arteri utama kemudian mengembang

untuk menerima darah yang datang. Lapisan otot arteri melawan tekanan,

darah didorong ke luar menuju pembuluh yang lebih kecil. Tekanan darah

adalah tekanan gabungan dari pemompaan oleh jantung, perlawanan

dinding arteri, dan penutupan katup jantung.

Tekanan maksimal arteri berhubungan dengan kontraksi ventrikel kiri

yang disebut tekanan sistolik. Tekanan minimal, yang terjadi saat jantung

berada pada kondisi relaksasi maksimal disebut tekanan diastolik.

Hipertensi dasar adalah peningkatan tekanan darah secara tetap

khususnya, tekanan diastolik melebihi 95 milimeter air raksa yang tidak

bisa dihubungkan dengan penyebab organik apapun . Hampir 85% kasus

sesuai dengan pengertian ini, sedangkan 15% sisanya mencakup berbagai

bentukg hipertensi sekunder, yang bisa disebabkan oleh beberapa kondisi.

(Eka wati. S. R, 2016)

2. Penyebab Hipertensi
Penyebab hipertensi adalah Arteriosklorosis atau pengerasan arteri.

Penyakit ini menurukan kelenturan arteri yang terpengaruhi. Simpanan

lemak menghalangi aliran darah yang melalui arteri tersebut. Kedua faktor

ini cenderung meningkatkan tekanan darah. Arteriosklerosis seringkali

menyebabkan peningkatan darah pada orang lanjut usia.

Penyakit ginjal atau gangguan aliran darah normal dalam ginjal.

Kondisi ini bisa menyebabkan ginjal melepaskan renin ke dalam

darah. Enzim ini mempercepat pembentukan angiotensin dari protein

plasma. Penyempit pembuluh darah yang kuat, angiotensin merupakan

perantara yang paling kuat dalam meningkatan tekanan darah.

Aldoteronisme atau aldosteron merupakan hormon yang

meningkatan penyimpanan garam dan air oleh ginjal sehingga

memperbesar volume plasma. Pelepasan aldosteron berlebihan bisa

menyebabkan peningkatan tekanan darah.

Ketika arteriosklerosis terjadi dalam pembuluh darah otak, bagian

yang menjadi kasar pada lapisan dalam pembuluh menyebkan darah yang

melewatinya membentuk bekuan. Atau pembuluh darah, sebagian atau

seluruhnya, mengalami kemacetan; simpanan lemak memperlemah

dinding pembuluh yang kemudian pecah dan berdarah. Pada setiap kasus,

bagian dari otak terluka dan pasien mengalami stroke apopletik.

Kolestrol merupakan zat yang kompleks dan mirip lilin. Kelebihan

kolestrol, serta kelebihan zat lemak lain, bisa tersimpan dalam dinding

pembuluh darah. Proses ini menyebabkan aterosklerosis. Sel sel pembuluh


darah bereaksi terhadap kolestrol seperti reaksinya terhadap zat asing.

Jaringan luka terbentuk di sekeliling kolestrol berupa dinding untuk

menahanmya. Pembentukan dinding inilah yang mengubah dan merintangi

pembuluh darah yang normalnya memiliki bentuk halus dan menciptakan

arteriosklerosis.

Ketika kolesterol berlebihan melebihi arteri, risiko tekanan darah

tinggi semakin meningkat. Orang dengan tekanan darah tinggi seringkali

tidak hanya memiliki aterosklerosis tetapi suatu penyakit pada bagian

tengah dinding arteri yang disebut media. Penyakit ini dikenal sebagai

ateroma (zat berlemak), yakni pembentukan lika di lapisan arteri, serta

kemunduran kondisi bagian tengah arteri karena tekanan darah tinggi.

3. Gejala hipertensi
Gejala hipertensi merupakan kendala utama dalam mengenali

tekanan darah tinggi dan mengobatinya. Kondisi ini tidak memberi

pemberitahuan atas kedatangannya. Kerusakan yang ditimbulkannya

berlangsung perlahan lahan dan tidak terang terangan sehingga tetap

merasa sehat.

Banyak pasien hipertensi tidak menyadari ada yang salah dalam

diri mereka. Seringkali, pertanda awal dari masalah ini adalah stroke atau

serangan jantung yang sebenarnya bisa dicegah jika hipertensi dikenali

dan diobati sejak awal. Data statistik Amerika menunjukkan angka

kematian tertinggi dari penyakit ini, dengan sekitar 28 kematian per

100.000 orang. Angka ini terus meningkat.

Gejala masalah bukan petunjuk yang bisa dipercaya. Sakit kepala

bisa menyertai hipertensi, namun gejala ini juga bisa dihubungkan dengan

kemunduran fungsi penglihatan yang mengharuskan anda membeli

kacamata baru. Gejala lain meliputi pening, letih, jantung berdebar, serta

kemerahan dan panas pada wajah. Petunjuk yang paling pasti adalah

perubahan tekanan darah itu sendiri.

4. Pengobatan Hipertensi
Pengobatan pada penderita hipertensi memang dilakukan secara

teratur dan diberikan selama hidupnya. bila tidak diobati, dalam jangka

waktu yang lama bisa mengakibatkan komplikasi atau sakit yang lebih

parah namun, pengobatan yang diberikan untuk penderita hipertensi harus

memperhatikan faktor penyebabnya. Dengan demikian, riwayat penyakit

pasien sangat diperlukan oleh dokter sebelum iya memberikan obat yang

sesuai untuk penderita/pasien. Sebagai contoh, obat jenis betabloker tidak

di anjurkan pada penderita hipertensi yang telah diketahui mengidap

gangguan pernapasan seperti asma bronkial.

Obat obatan yang lazim diberikan pada penderita hipertensi antara

lain adalah obat obatan jenis diuretik atau pil air, obat penghambat

simpatetik yang bekerja dengan menghambat aktivitas sarah simpatis,

betabloker yang bekerja melalui penurunan daya pompa jantung, dan lain

lainnya.

Anda mungkin juga menyukai