Anda di halaman 1dari 52

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN CODE

BLUE TERHADAP KESIAPSIAGAAN TENAGA


KESEHATAN DI RS PKU MUHAMMADIYAH
GAMPING YOGYAKARTA

PROPOSAL SKRIPSI

HALAMAN SAMPUL LUAR

Disusun oleh:

HAVIDA VORTUNA FAMOSA


2011604045

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


PROGRAM SARJANA TERAPAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2023
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN CODE
BLUE TERHADAP KESIAPSIAGAAN TENAGA
KESEHATAN DI RS PKU MUHAMMADIYAH
GAMPING YOGYAKARTA

PROPOSAL SKRIPSI

HALAMAN SAMPUL LUAR

Disusun oleh:

HAVIDA VORTUNA FAMOSA


2011604045

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


PROGRAM SARJANA TERAPAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2023

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

HU BUNGAN TING KAT PEN GETA HUAN CODE BLUE


TERHADAP KESIAPSIAGAAN TENAGA KESEHATAN
DI RS PKU MUHAMMADIYAH
GAMPING YOGYAKARTA

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun oleh:
HAVIDA VORTUNA FAMOSA
2011604045

Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui untuk Mengikuti Ujian Proposal


Program Studi Keperawatan Anestesiologi
Program Sarjana Terapan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Oleh : Muhaji, S.Kep., Ners., M.Si., M.Tr.Kep

Tanggal : ................................................................

Tanda tangan : ................................................................

iii
HALAMAN PENGESAHAN

HU BUNGAN TING KAT PEN GETA HUAN CODE BLUE


TERHADAP KESIAPSIAGAAN TENAGA KESEHATAN
DI RS PKU MUHAMMADIYAH
GAMPING YOGYAKARTA

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun oleh:
HAVIDA VORTUNA FAMOSA
2011604045

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


Pada Tanggal :…………………………2023

Dewan Penguji :
Penguji I : Ratih Kusuma Dewi, S. Kep., Ns., M. Biomed

Penguji II : Muhaji, S.Kep.,Ns., M.Si., M.Tr.Kep

Mengetahui,
Ketua Prodi Keperawatan Anestesiologi
Program Sarjana Terapan

dr. Joko Murdiyanto, Sp.An., MPH., FisQua

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas
berkat limpahan rahmat-Nya dan dukungan dari orang tua serta pembimbing,
penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “Hubungan Tingkat
Pengetahuan Code Blue Terhadap Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan di RS PKU
Muhammadiyah Gamping Yogyakarta” dengan tepat waktu. Proposal skripsi ini
diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk mendapakan gelar sarjana terapan
kesehatan di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. Proposal ini ini kupersembahkan
untuk:
1. Dr. Warsiti, S.Kp., M.Kep,. Sp.Mat selaku Rektor Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta.
2. Moh. Ali Imron, S.Sos., M.Fis selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
3. dr. Joko Murdiyanto, Sp. An., MPH., FisQua selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Anestesiologi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta.
4. Ratih Kusuma Dewi, S. Kep., Ns., M. Biomed selaku penguji I, terimakasih
sudah meluangkanwaktu dan memberi masukan serta perbaikan dalam proses
penyusunan proposal skripsi ini setulus hati.
5. Muhaji, S.Kep.,Ners., M.Si., M.Tr.Kep selaku pembimbing dan penguji II,
terimakasih sudah meluangkan waktunya dan membimbing penulis dengan
sabar dalam proses penyusunan proposal skripsi ini.
6. Direktur RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta, terimakasih karena
telah memberikan izin sehingga peneliti dapat melakukan penelitian untuk
menyelesaikan proposal skripsi ini.
7. Orang tua, serta adik yang selalu memberikan support dan doanya selama ini.
Terimakasih banyak.
8. Akhir kata, ucapan terimakasih dari penulis untuk semua orang yang terlibat
dalam proses awal kuliah sampai proses penyelesaian proposal skripsi ini,
semoga proposal skripsi ini bermanfaat untuk kita semua.
Penulis menyadari dalam menyusun proposal skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik san saran yang bersifat
membangun dari semua pihak.
Yogyakarta, 2023

Penulis

v
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER ............................................................................................. i
HALAMAN JUDUL ............................................ Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv
KATA PENGANTAR .............................................................................................v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang ..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................3
C. Tujuan Penelitian...........................................................................................3
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................4
E. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................................4
F. Keaslian Penelitian ........................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................9
A. Tinjauan Teoritis............................................................................................9
B. Tinjauan Islami ............................................................................................21
C. Kerangka Teori ............................................ Error! Bookmark not defined.
D. Kerangka Konsep ........................................................................................22
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................24
A. Rancangan Penelitian ..................................................................................24
B. Variabel Penelitian ......................................................................................24
C. Definisi Operasional Penelitian...................................................................24
D. Populasi dan Sampel ...................................................................................25
E. Etika Penelitian ...........................................................................................26
F. Alat dan Metode Pengumpulan ...................................................................26
G. Metode Pengolahan dan Analisis Data ........................................................28
H. Rencana Jalannya Penelitian .......................................................................31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Keaslian Penelitian dan Perbedaan Penelitian ........................................6

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Teori .................................. Error! Bookmark not defined.


Gambar 2. 2 Kerangka Konsep ..............................................................................22

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gawat merupakan keadaan yang mengancam nyawa, sedangkan darurat

merupakan tindakan penanganan atau tindakan segera. Kegawatdaruratan

merupakan suatu kondisi darurat di mana penderita membutuhkan bantuan dengan

cepat, tepat, dan tanggap agar tidak terjadi kecacatan dan kematian (Suswitha &

Arindari, 2020). Kegawatdaruratan juga dapat terjadi dimana saja dan kapan saja,

serta sudah menjadi tugas dari petugas kesehatan untuk menangani masalah

tersebut (Ngurah & Putra, 2019).

Code blue merupakan kode prosedur yang digunakan untuk kondisi gawat

darurat, dimana ditemukannya korban yang mengalami henti jantung (cardiac

arrest) atau henti napas (respiratory arrest) dan situasi darurat lainnya yang

menyangkut nyawa pasien, dimana keadaan ini pasien membutuhkan resusitasi atau

sebaliknya membutuhkan perhatian medis segera (Eroglu et al., 2014). Menurut

American Heart Association dalam Penelitian dan Pengembangan Yayasan

Ambulans Gawat Darurat 118 (2012), menjelaskan bahwa penanganan cepat untuk

cardiacrespiratory arrest atau henti jantung paru-paru adalah 3 – 5 menit setelah

pasien terserang henti jantung untuk mendapatkan segera Cardiopulmonary

Resuscitation (CPR) dan defibrilasi dengan alat medis Automatic External

Defibrillator (AED) (Mulya & Fahrizal, 2019).

Prevalensi tentang code blue korban henti jantung di dalam rumah sakit

Prevalensi kejadian henti jantung di dunia yang terjadi di dalam rumah sakit

berkisar antara 0,5% hingga 2%. Studi yang dilakukan di Australia dan New

Zealand menunjukkan angka kejadian henti jantung di rumah sakit berkisar 2-6

1
2

kasus per 1.000 pasien yang dirawat di rumah sakit (Fennessy et al.,2016).

Prevalensi henti jantung di Indonesia menurut Perhimpunan Dokter Spesialis

Kardiovaskular Indonesi (PERKI) berkisar 10 dari 100.000 orang normal yang

berusia dibawah 35 tahun pertahunnya mencapai 300.00 – 350.000 kejadian

Berdasarkan UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang Sistem Penanggulangan

Gawat Darurat Terpadu. Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang

membutuhkan tindakan medis segera untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan

kecacatan. Pelayanan Gawat Darurat adalah tindakan medis yang dibutuhkan oleh

Korban/Pasien Gawat Darurat dalam waktu segera untuk menyelamatkan nyawa

dan pencegahan kecacatan.

Henti jantung merupakan keadaan gawat darurat jika tidak ditangani secara

cepat dan tepat akan menyebabkan kematian. Ketika jantung berhenti berdetak

tidak aka nada aliran darah, sehingga oksigen tidak dapat dialirkan ke seluruh

tubuh. Kerusakan otak mungkin terjadi jika tidak ditangani 3-5 menit. Penanganan

yang tepat adalah satu jam pertama waktu penanganan penyelamatan korban,

penanganan ini dapat menekan sampai 85% dari angka kematian (Kusuma et al.,

2021).

Kesiapsiagaan didefinisikan sebagai kesiapan dalam bentuk upaya menghadapi

bencana yang telah dilakukan dengan langkah-langkah efektif (Mardiatno, 2018).

Hal-hal yang perlu dalam kesiapsiagaan adalah pengetahuan tentang ancaman yang

terjadi disekitar, mengetahui cara melindungi diri dan melakukan upaya

perlindungan diri dan orang lain serta faktor dukungan dari orang terdekat dan

lingkungan (BNPB, 2018).

Pengetahuan merupakan hasil dari ketahui serta ini terjalin setelah seorang

melaksanakan penginderaan terhadap sesuatu objek. Penginderaan terjalin lewat


3

panca indera manusia, ialah pengelihatan, rungu, penciuman, rasa, serta raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata serta kuping.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang (Nasir, 2021).

Peneliti menilai bahwa pengetahuan code blue terhadap kesiap siagaan tenga

kesehatan di RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta. Pengetahuan code

blue sangat di perlukan sebagai upaya yang efektif sehingga pasien bisa

terselamatkan. Hal ini mendorong peneliti untuk meneliti Hubungan Tingkat

Pengetahuan Code blue Terhadap Kesiap Siagaan Tenaga Kesehatan di RS PKU

Muhammadiyah Gamping Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui Bagaimana Tingkat Pengetahuan Code Blue Terhadap

Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan di IGD RS PKU Muhammadiyah Gamping

Yogyakarta.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan Tingkat

Pengetahuan Code Blue Terhadap Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan di IGD RS

PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pengetahuan Code Blue Terhadap Kesiapsiagaan

Tenaga Kesehatan di IGD RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta.


4

b. Mengetahui kesiap siagaan tenaga kesehatan di IGD RS PKU

Muhammadiyah Gamping Yogyakarta.

c. Mengetahui keeratan hubungan tingkat pengetahuan code blue terhadap

kesiap siagaan tenaga kesehatan di IGD RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Perawat RS PKU Muhammadiyah Gamping

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai ilmu yang dapat

dibagikan kepada tenaga kesehatan yang lain sebagai pengetahuan sesama

tenaga kesehatan dalam menghadapi terjadinya code blue.

2. Bagi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengembangan pengetahuan

di rumah sakit serta berkelanjutan dalam memberikan pengetahuan serta

keterampilan tenaga kesehatan dalam penanganan code blue.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat dijadikan sebagai informasi dan sumber penelitian lanjutan khususnya

tentang tingkat pengetahuan code blue terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan

di rumah sakit.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi dalam penelitian ini adalah tentang pengetahuann

perawat khususnya mengetahui Tingkat Pengetahuan Code Blue Terhadap

Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan di IGD RS PKU Muhammadiyah Gamping

Yogyakarta.
5

2. Ruang Lingkup Subyek

Ruang lingkup subyek penelitian pada tenaga kesehatan di IGD RS PKU

Muhammadiyah Gamping Yogykarta

3. Ruang Lingkup Tempat

Ruang lingkup tempat dalam penelitian ini yaitu dilakukan di IGD RS PKU

Muhammadiyah Gamping Yogyakarta, karena rumah sakit tersebut sangat

berpotensi untuk dilakukan penelitian tentang pengetahuan code blue .

4. Ruang Lingkup Waktu

Ruang linkup waktu dalam penelitian ini yaitu dilaksanakan mulai dari Agustus

2022 sampai dengan November yaitu dimulai dari penyusunan proposal sampai

laporan hasil penelitian.


6

F. Keaslian Penelitian

Penelitian yang berkaitan dengan hubungan tingkat pengetahuan code blue terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan di IGD RS PKU
Muhammadiyah Gamping Yogyakarta. Hal ini terlihat pada tabel berikut :
Tabel 1. 1 Keaslian Penelitian dan Perbedaan Penelitian
Nama dan Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan dan Perbedaan
Pengalaman Perawat Dalam Penelitian ini menggunakan Penelitian didapatkan empat Persamaan pada penelitian ini
Penatalaksanaan Pengaktifan metode penelitian kualitatif tema utama yaitu Pemahaman terdapat pada variabel terikat.
Code blue System Pada Kasus dengan pendekatan deskriptif perawat tentang henti nafas dan Perbedaan penelitian ini terdapat
Pasien Henti Nafas dan Henti penomenologi. Partisipan yang henti jantung, Pemahaman pada RSUD Wangaya Denpasar
Jantung di RSUD Wangaya digunakan pada penelitian ini perawat tentang code blue serta perbedaan tempat, jumlah
Denpasar (Surya, 2019). adalah sebanyak lima orang, system, Penerapan pengaktifan populasi dan Teknik
dengan tehnik purposive code blue system dan Hambatan pengambilan sampel.
sampling. dan solusi dalam pengaktifan
code blue system.

Gambaram Pengetahuan dan Penelitian ini menggunakan Hasilnya mayoritas responden Persamaan pada penelitian ini
Penanganan Perawat Sebagai deskriptif retrospektif metode. berusia lanjut 26-35 tahun terdapat pada variabel bebas.
First Responder Pada Kejadian kriteria perawat sedang sebanyak 39 responden (46,4%) Perbedaan penelitian ini terdapat
In Hospital Cardiac Arest responden pertama dari pasien sebagian besar perempuan 78 pada RS Semarang serta
(IHCA) (Victoria et al., 2022) yang dialami oleh jantung responden (92,9%), dengan perbedaan tempat, jumlah
penangkapan, lembar kuesioner pendidikan Diploma 51 populasi dan Teknik
yang digunakan dan wawancara responden (60,7%) dan Perawat pengambilan sampel.
dengan perawat responden profesional 33 responden
pertama pada kejadian serangan (39,3%) dan 43 responden
jantung di Januari 2022 (84 (51,2%) pernah pengetahuan
responden) baik, 38 responden (45,2%)
cukup pengetahuan dan
penanganan henti jantung sudah
baik sebanyak 66 responden.
7

Gambaran Tingkat Jenis penelitian ialah deskriptif Hasil penelitian mendapatkan Persamaan pada penelitian ini
Pengetahuan Perawat Tentang dengan desain potong lintang. sebanyak 27 perawat (29,67%) terdapat pada variabel bebas.
Code blue System di RSUP pengukuran menggunakan alat mempunyai tingkat pengetahuan Perbedaan penelitian ini terdapat
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado ukur kuesioner. tentang code blue system dengan pada RSUP Prof. Dr. R. D.
(Dame et al., 2018) Sampel penelitian dipilih dengan kategori tinggi; 23 perawat Kandou Manado serta perbedaan
cara cluster sampling dan (25,28%) dengan kategori cukup tempat, jumlah populasi dan
menggunakan rumus Slovin tinggi; 24 perawat (26,37%) Teknik pengambilan sampel.
sehingga didapatkan 91 dengan kategori rendah; dan 17
responden. Responden diambil peerawat (18,68%) dengan
dari beberapa ruang rawat inap di kategori sangat rendah.
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado

Hubungan Pengetahuan dan penelitian adalah rancangan Hasil penelitian yang diperoleh Perssamaam pada penelitian ini
Sikap Perawat Dengan Perilaku korelasional dengan pendekatan yaitu pengetahuanbaik 28 orang terdapat pada variabel terikat.
Aktivasi Indikator Code Blue di cross sectional. Jumlah sampel (51,9%), sikap cukup 30 orang Perbedaan pada penelitian ini
Ruangan Internis Rumah Sakit pada penelitian sebanyak 54 (55,6%) yang memiliki perilaku terdapat pada lokasi dan jumlah
Santa Elizabeth Medan Tahun orang perawat dengan baik yaitu 25 orang (46,3%). sampel.
2018 (Srinta Decy pengambilan sampel Berdasarkan uji statistik regresi
Chrisna.2018) menggunakan teknik purposive linear menunjukkan bahwa ada
sampling. hubungan pengetahun dan sikap
perawat dengan perilaku aktivasi
indikator code blue

Hubungan Antara Karakteristik Desain penelitian menggunakan Hasil penelitian didapatkan Persamaan pada penelitian ini
Perawat Dengan Pengetahuan cross sectional dengan populasi jumlah responden yang terdapat pada variabel terikat.
Code Blue Di Ruang Rawat perawat riwat inap. Penentuan didapatkan tidak sesuai dengan Perbedaan
Inap Rsud Dr. Soekardjo sampel dilakukan dengan metode hasil perhitungan yaitu sebanyak
Tasikmalaya (Nurcahyati, purposive sampling sejumlah 87 responden memiliki
2021). 120 perawat. mayoritas usia rentang usia 26-
35 tahun,
8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Kegawatdaruratan

a. Definisi Kegawatdaruratan

Gawat artinya mengancam nyawa, sedangkan darurat adalah perlu

mendapatkan penanganan atau tindakan segera untuk menghilangkan

ancaman nyawa korban. Jadi darurat adalah keadaan yang mengancam nyawa

yang harus dilakukan tindakan segera untuk menghindari kecacatan bahkan

kematian korban (Hutabarat & Putra, 2016).

Situasi gawat darurat tidak hanya terjadi akibat lalu lintas jalan raya yang

sangat padat saja, tapi juga dalam lingkup keluarga dan pemahaman pun

sering terjadi. Misalnya, seorang yang habis melakukan olahraga tiba-tiba

terserang penyakit jantung, seorang yang makan tiba-tiba tersedak, seorang

yang sedang membersihkan rumput di kebun tiba-tiba digigit ular berbisa, dan

sebagainya. Semua situasi tersebut perlu diatasi segera dalam hitungan menit

bahkan detik, sehingga perlu pengetahuan praktis bagi semua masyarakat

tentang pertolongan pertama pada gawat darurat. Pertolongan pertama pada

gawat darurat adalah serangkaian usaha-usaha pertama yang dapat dilakukan

pada kondisi gawat darurat dalam rangka menyelamatkan pasien dari

kematian (Sutawijaya, 2009).

b. Tujuan pelayanan gawat darurat

Kondisi gawat darurat dapat terjadi dimana saja, baik pre hospital maupun

in hospital ataupun post hospital, oleh karena itu tujuan dari pertolongan

gawat darurat ada tiga yaitu:

9
10

1) Pre Hospital

Rentang kondisi gawat darurat pada pre hospital dapat dilakukan orang

awam khusus ataupun petugas kesehatan diharapkan dapat melakukan

tindakan penanganan berupa:

a) Menyingkirkan benda-benda berbahaya di tempat kejadian yang

berisiko menyebabkan jatuh korban lagi, misalnya pecahan kaca

yang masih menggantung dan lain-lain.

b) Melakukan triase atau memilih dan menentukan kondisi gawat darurat

serta memberikan pertolongan pertama sebelum petugas kesehatan

yang lebih ahli datang untuk membantu

c) Melakukan fiksasi atau stabilisasi sementara

d) Melakukan evakuasi yaitu korban dipindahkan ke tempat yang lebih

aman atau dikirim ke pelayanan kesehatan yang sesuai kondisi korban

e) Mempersiapkan masyarakat awam khusus dan petugas kesehatan

melalui pelatihan siaga terhadap bencana

2) In Hospital

Kondisi gawat darurat in hospital dilakukan tindakan menolong korban

oleh petugas kesehatan. Tujuan pertolongan di rumah sakit adalah:

a) Memberikan pertolongan profesional kepada korban bencana sesuai

dengan kondisinya

b) Memberikan Bantuan Hidup Dasar (BHD) dan Bantuan Hidup Lanjut

(BHL)

c) Melakukan stabilisasi dan mempertahankan hemodinamika yang akurat

d) Melakukan rehabilitasi agar produktifitas korban setelah kembali ke

masyarakat setidaknya setara bila dibanding bencana menimpanya


11

e) Melakukan pendidikan kesehatan dan melatih korban mengenali

kondisinya dengan segala kelebihan yang dimiliki

3) Post Hospital

Kondisi gawat darurat post hospital hampir semua pihak menyatakan

sudah tidak ada lagi kondisi gawat darurat padahal kondisi gawat darurat

ada yang terjadi setelah diberikan pelayanan di rumah sakit, contohnya

korban perkosa. Korban perkosa mengalami gangguan trauma psikis yang

mendalam seperti, merasa tidak berharga, harga diri rendah, sehingga

mengambil jalan pintas dengan mengakhiri hidupnya sendiri. Tujuan

diberikan pelayanan dalam rentang post hospital adalah:

a) Mengembalikan rasa percaya diri pada korban

b) Mengembalikan rasa harga diri yang hilang sehingga dapat tumbuh dan

berkembang

c) Meningkatkan kemampuan bersosialisasi pada orang-orang terdekat

dan masyarakat yang lebih luas

d) Mengembalikan pada permanen sistem sebagai tempat kehidupan nyata

korban

e) Meningkatkan persepsi terhadap realitas kehidupannya pada masa yang

akan datang (Hutabarat & Putra, 2016).

a. Tujuan penanggulangan gawat darurat

Tujuan penanggulangan gawat darurat adalah :

1) Mencegah kematian dan cacat pada pasien gawat darurat, hingga dapat

hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat.

2) Merujuk pasien gawat darurat melalui sistem rujukan untuk

memperoleh penanganan yang lebih memadai.


12

3) Penanggulangan korban bencana

Penolong harus mengetahui penyebab kematian agar dapat mencegah

kematian. Berikut ini penyebab kematian, antara lain:

a. Mati dalam waktu singkat (4-6 menit)

1) Kegagalan sistem otak

2) Kegagalan sistem pernapasan

3) Kegagalan sistem kardiovaskuler

b. Mati dalam waktu lebih lama (perlahan-perlahan)

1) Kegagalan sistem hati

2) Kegagalan sistem ginjal (perkemihan)

3) Kegagalan sistem pankreas (Krisanty et al., 2016)

4) Tenaga kesehatan

a. Definisi

Dalam UU Nomor 36 Tahun 2014 yang dimaksud dengan tenaga

kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan

serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan dalam

bidang kesehatan jenis tertentu yang memerlukan kewenangan untuk

melakukan upaya kesehatan. Menurut Anna Kurniati dan Ferry Efendi

pengertian tenaga kesehatan adalah setiap orang yang memperoleh

pendidikan baik formal maupun non formal yang mendedikasikan diri dalam

berbagai upaya yang bertujuan mencegah, mempertahankan serta

meningkatkan derajat kesehatan.

b. Jenis-jenis tenaga kesehatan

Berdasarkan Undang-Undang No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan

pasal 11 pengelompokan Tenaga Kesehatan adalah sebagai berikut :


13

1) Tenaga medis meliputi dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dokter gigi

spesialis.

2) Tenaga psikologi klinis ialah psikolog klinis.

3) Tenaga keperawatan terdiri atas berbagai jenis perawat.

4) Tenaga kebidanan ialah bidan.

5) Tenaga kefarmasian meliputi apoteker dan tenaga teknis kefarmasian.

6) Tenaga kesehatan masyarakat terdiri atas epidemiolog kesehatan, tenaga

promosi, kesehatan dan ilmu perilaku, pembimbing kesehatan kerja,

tenaga administrasi dan, kebijakan kesehatan, tenaga biostatistik dan

kependudukan, serta tenaga kesehatan reproduksi dan keluarga.

7) Tenaga kesehatan lingkungan terdiri atas tenaga sanitasi lingkungan,

entomolog kesehatan, dan mikrobiolog kesehatan.

8) Tenaga gizi terdiri atas nutrisionis dan dietisien.

9) Tenaga keterapian fisik terdiri atas fisioterapis, okupasi terapis, terapis

wicara, dan akupunktur.

10) Tenaga keteknisian medis terdiri atas perekam medis dan informasi

kesehatan, teknik kardiovaskuler, teknisi pelayanan darah, refraksionis

optisien/ optometris, teknisi gigi, penata anestesi, terapis gigi dan mulut,

dan audiologis.

11) Tenaga teknik biomedika terdiri atas radiografer, elektromedis, ahli

teknologi laboratorium medik, fisikawan medik, radioterapis, dan ortotik

prostetik.

12) Tenaga kesehatan tradisional terdiri atas tenaga kesehatan tradisional

ramuan dan tenaga kesehatan tradisional keterampilan.


14

13) Tenaga kesehatan lain terdiri atas tenaga kesehatan yang ditetapkan oleh

Menteri yang membindangi urusan kesehatan.

c. Peran tenaga kesehatan

Menurut Potter dan Perry (2007) macam-macam peran tenaga

kesehatan dibagi menjadi beberapa, yaitu :

1) Sebagai komunikator Komunikator adalah orang yang memberikan

informasi kepada orang yang menerimanya. Menurut Mundakir (2006)

komunikator merupakan orang ataupun kelompok yang menyampaikan

pesan atau stimulus kepada orang atau pihak lain dan diharapkan pihak

lain yang menerima pesan (komunikan) tersebut memberikan respons

terhadap pesan yang diberikan. Proses dari interaksi antara komunikator

ke komunikan disebut juga dengan komunikasi. Selama proses

komunikasi, tenaga kesehatan secara fisik dan psikologis harus hadir

secara utuh, karna tidak cukup hanya dengan mengetahui teknik

komunikasi dan isi komunikasi saja tetapi juga sangat penting untuk

mengetahui sikap, perhatian, dan penampilan dalam berkomunikasi.

Sebagai seorang komunikator, tenaga kesehatan seharusnya memberikan

informasi secara jelas kepada pasien. Pemberian informasi sangat

diperlukan karena komunikasi bermanfaat untuk memperbaiki kurangnya

pengetahuan dan sikap masyarakat yang salah terhadap kesehatan dan

penyakit (Mandriwati, 2017).

2) Sebagai motivator

Peran tenaga kesehatan sebagai motivator tidak kalah penting dari peran

lainnya. Seorang tenaga kesehatan harus mampu memberikan motivasi,

arahan, dan bimbingan dalam meningkatkan kesadaran pihak yang


15

dimotivasi agar tumbuh ke arah pencapaian tujuan yang diinginkan

(Mubarak, 2012). Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya sebagai

motivator memiliki ciri-ciri yang perlu diketahui, yaitu melakukan

pendampingan, menyadarkan, dan mendorong kelompok untuk mengenali

masalah yang dihadapi, dan dapat mengembangkan potensinya untuk

memecahkan masalah tersebut (Novita, 2013).

3) Sebagai fasilitator

Tenaga kesehatan harus mampu menjadi seorang pendamping dalam suatu

forum dan memberikan kesempatan pada pasien untuk 16 bertanya

mengenai penjelasan yang kurang dimengerti. Menjadi seorang fasilitator

tidak hanya di waktu pertemuan atau proses penyuluhan saja, tetapi

seorang tenaga kesehatan juga harus mampu menjadi seorang fasilitator

secara khusus, sepertimenyediakanwaktu dan tempat ketika pasien ingin

bertanya secara lebih mendalam dan tertutup (Sardiman, 2017)

4) Sebagai konselor

Konselor adalah orang yang memberikan bantuan kepada orang lain dalam

membuat keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman

terhadap fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan klien

(Depkes RI, 2016).

5) Kesiapsiagaan

a. Definisi kesiapsiagaan

Kesiapsiagaan adalah tindakan-tindakan yang memungkinkan

pemerintah, organisasi, keluarga, dan individu untuk mampu

menanggapi suatu situasi bencana secara cepat dan tepat guna untuk

mengurangi kerugian maupun korban jiwa. Termasuk kedalam


16

tindakan kesiapsiagaan adalah penyusunan rencana penanggulangan

bencana, pemeliharaan sumber daya dan pelatihan personil. Konsep

kesiapsiagaan yang digunakan lebih ditekankan pada kemampuan

untuk melakukan tindakan persiapan menghadapi kondisi darurat

bencana secara cepat dan tepat (Natalia et al., 2020).

b. Tingkat Kesiapsiagaan Kondisi darurat

Penanganan kondisi darurat dan/atau bencana dilakukan

berdasarkan tingkatan kesiapsiagaan. Untuk kejadian adanya bencana

wabah/endemic atau pandemik maka tingkatannya mengikuti

kebijakan Rumah Sakit dan juga mengacu dari kebijakan pemerintah

pusat (Mukhsal Mahdi, Mudatsir, 2014).

Status kondisi Istilah dalam Penjelasan


darurat bahasa
I Awas/ Merah Kondisi darurat
dan/atau bencana
yang dapat
diselesaikan dengan
bantuan pihak luar
II Siaga/Orange Kondisi darurat
dan/atau bencana
yang dapat
diselesaikan oleh
internal Rumah Sakit
III Waspada/kuning kondisi darurat
dan/atau bencana
yang dapat
diselesaikan oleh
satuan
kerja/unit/instalasi
terkait

6) Pasien Emergency

Orang yang berada dalam ancaman kematian dan kecacatan yang

memerlukan tindakan medis segera. Pada pasien dengan kondisi gawat darurat

yang mengancam nyawa/fungsi vital dengan penanganan dan pemindahan


17

bersifat segera, antara lain: gangguan pernapasan, gangguan jantung dan

gangguan kejiwaan yang serius. Non Emergency Pada prioritas III yaitu Pasien

gawat darurat semu (false emergency) yang tidak memerlukan pemeriksaan

dan perawatan segera(Muyasaroh, 2020).

7) Code blue

a. Definisi

Code blue adalah kode panggilan yang menandakan adanya kondisi

kegawatdaruratan pasien (henti napas dan henti jantung). Panggilan code blue

adalah panggilan aktivasi sistem code blue oleh petugas yang mendapatkan

pasien dengan ancaman kegawatan atau kejadian henti jantung dan henti

napas. Tim medis yang siap dipanggil setiap saat untuk melakukan

pengelolaan pasien yang mengalami kondisi kritis akut di rumah sakit. Code

blue didefinisikan sebagai suatu kode aktivasi sistem untuk kondisi gawat

darurat yang terjadi di rumah sakit atau suatu institusi kesehatan dimana

terdapat pasien yang mengalami cardiopulmonary arrest dan perlu

penanganan sesegera mungkin. (Monangi S et al., 2018).

b. Organisasi Tim Code blue

Tim Code blue merupakan tim yang selalu siap setiap saat/ sepanjang

waktu. Tim code blue respon primer beranggotakan kru yang telah

menguasai Basic Life Support (BLS) atau Bantuan Hidup Dasar. Tim Code

blue terdiri dari 3 sampai 4 anggota,yaitu: (Singh S et al., 2015)

1) 1 Koordinator Tim

2) 1 Petugas Medis

3) 1 Assisten Petugas Medis dan 1 atau 2 perawat (perawat pelaksana

dan tim resusitasi)


18

4) 1 Kelompok Pendukung (jika perlu)

1. Uraian Tugas:

a. Koordinator Tim

1) Dijabat oleh dokter ICU/NICU

2) Bertugas mengkoordinir segenap anggota tim. Bekerjasama

dengan diklat membuat pelatihan kegawatdaruratan yang

dibutuhkan oleh anggota tim.

b. Penanggung Jawab Medis

1) Dokter jaga/ dokter ruangan

2) Mengidentifikasi awal / triage pasien

3) Memimpin penanggulangan pasien saat terjadi

kegawatdaruratan

4) Memimpin tim saat pelaksanaan RJP

5) Menentukan sikap selanjutnya

b. Perawat Pelaksana

1) Bersama dokter pemanggungjawab medis melakukan

triage pada pasien

2) Membantu dokter penanggungjawab medis menangani

pasien gawat dan gawat darurat d. Tim Resusitasi

3) Perawat-perawat terlatih dan dokter ruangan /dokter jaga

4) Memberikan bantuan hidup dasar kepada pasien gawat atau

gawat darurat

5) Melakukan resusitasi jantung paru kepada pasien gawat

atau gawat darurat


19

• Daftar nama Tim Code blue meruapakan tanggung jawab

Koordinator setiap bulan dalam MECC Setiap anggota tim code

blue akan memiliki tanggung jawab yang ditunjuk seperti

pemimpin tim, manajer airway, kompresi dada, IV line, persiapan

obat dan defibrilasi. Setiap anggota tim yang ditunjuk harus

membawa hand phone.

c. Fase Code blue

Sistem Alert Harus ada sistem yang baik dan terkoordinasi di

tempat yang digunakan untuk mengaktifkan peringatan terjadinya

keadaan darurat medis dalam lingkup rumah sakit kepada anggota

tim code blue. Sistem telepon yang ada akan digunakan. Jika terjadi

keadaan darurat medis, personil rumah sakit di mana saja dalam

lingkup rumah sakit tersebut dapat mengktifkan respon dari code

blue lewat telepon untuk bantuan dan pengaktifan:

a. Local Alert

• Pengumuman melaluisistem PA

Menampilkan nama-nama tim code blue primer di

lokasistrategis di zona mereka

• Setelah aktivasi code blue terjadi, Tim Primer harus

meninggalkan pekerjaannya dan mengambil tas code blue dan

bergegas ke lokasi dan memulai CPR / BLS

b. Hospital Alert : Nomor telepon code blue Pusat Panggilan

Kegawatdaruatan Medis: Prioritas

1: Untuk mengaktifkan team code blue sekunder dari ETD

Prioritas
20

2: Untuk memeriksa (sebagai jaring pengaman kedua)

pengaktifan team code blue primer. Anggota tim respon code

blue primer yang telah ditentukan disekitar tempat terjadinya

kegawatdaruatan medis akan menanggapi situasi code blue

sesegera mungkin. Anggota tim akan memobilisasi alat

resusitasi mereka dan bergegas ke lokasi darurat medis. Tim

ETD code blue juga akan menanggapisituasi code blue. Jika

semua tim tidak yakin apakah lokasi darurat medis tersebut

tercakup di daerah cakupan mereka, mereka tetap harus

merespon alarm 'code blue'. Standar layanan untuk durasi waktu

yang dibutuhkan antara menerima pesan 'code blue' (code blue

aktivasi) dan kedatangan tim code blue di lokasi kejadian adalah

5 sampai 10 menit.

Anggota tim respon code blue primer yang telah

ditentukan disekitar tempat terjadinya kegawatdaruatan medis

akan menanggapi situasi code blue sesegera mungkin. Anggota

tim akan memobilisasi alat resusitasi mereka dan bergegas ke

lokasi darurat medis. Tim ETD code blue juga akan

menanggapisituasi code blue. Jika semua tim tidak yakin

apakah lokasi darurat medis tersebut tercakup di daerah

cakupan mereka, mereka tetap harus merespon alarm 'code

blue'. Standar layanan untuk durasi waktu yang dibutuhkan

antara menerima pesan 'code blue' (code blue aktivasi) dan

kedatangan tim code blue di lokasi kejadian adalah 5 sampai 10

menit.
21

B. Tinjauan Islami

Dalam ajaran Islam serta pada surah (Al-Maidah), menolong sesama manusia

dalam situasi gawat darurat merupakan sesuatu hal kebaikan dan kewajiban bagi

setiap muslim. Sebagaimana mestinya konsep tolong menolong sesama manusia ini

dikemas sesuai dengan syariat Islam, dalam artian tolong menolong hanya

diperbolehkan dalam kebaikan dan takwa.

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,


dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”.

Ayat tersebut menjelaskan bahwa melakukan tolong menolong dalam kebaikan


dengan diiringi ketakwaan kepada-Nya, terkandung rida Allah SWT. Barang siapa
yang mendapatkan keridaan Allah SWT dan rida manusia, sungguh kebahagiaan
yang didapatkan telah sempurna dan kenikmatan baginya sudah melimpah (Al-
Anshari, 2000). Artinya kita sebagai seorang muslim diwajibkan untuk saling
tolong menolong orang lain, dan pertolongan itu menyangkut dengan ketakwaan
kepada Allah SWT.
22

C. Kerangka Konsep

Kesiapsiagaan Pengetahuan code blue

1. Pendidikan
2. Informasi
3. Sosial budaya
4. Pengalaman
5. Usia

6. Lingkungan
7. Pengalaman
Gambar 2. 1Usia
Kerangka Konsep
Keterangan

Tidak diteliti :

Diteliti :
23

D. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan

penelitian. Menurut (Sugiyono, 2019) hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian

telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Adapun hipotesis dari

penelitian ini yaitu :

Ho : tidak adanya hubungan antara tingkat pengetahuan code blue terhadap

kesiapsiagaan tenaga kesehatan

Ha : adanya hubungan antara tingkat pengetahuan code blue terhadap

kesiapsiagaan tenaga kesehatan


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperiment yang bersifat kuantitatif

dengan desain korelasi, yaitu penelitian hubungan antara dua variabel pada situasi

atau kelompok subjek. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara dua

varibel bebas dan variabel terikat. Rancangan dalam penelitian ini menggunakan

pendekatan waktu cross-sectional yaitu merupakan rancangan yang digunakan

selama satu periode pengumpulan data dan diteliti dalam satu kali pada satu saat.

(Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini menghubungkan antara tingkat pengetahuan

code blue terhadap kesiapsiagaan tenaga kesehatan di RS PKU Muhammadiyah

Gamping Yogyakarta.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas (independent) adalah variabel yang mempengaruhi atau

dianggap menentukan variabel terikat, variabel ini menjadi timbulnya variabel

terikat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah tingkat pengetahuan.

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel Terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau disebut juga luaran,

efek atau akibat, karena adanya variable bebas.

C. Definisi Operasional Penelitian

Definisi operasional penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari

obyek atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya atau untuk

24
25

membatasi variable yang diteliti. Definisi variabel-variabel penelitian harus

dirumuskan untuk menghindari kesesatan dalam mengumpulkan data.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional
Tingkat Pengetahuan Kuesioner Mengisi lembar Hasil ukur Ordinal
pengetahuan perawat dengan 12 kuesioner sesuai dengan
code blue merupakan pertanyaan pengetahuan kategoti :
terhadap kesiap kemampuan multiple yang dimiliki 1. Kategori
siagaan perawat perawat untuk choice oleh perawat Baik
dalam mengetahui IGD RS PKU (>20)
penanganan kondisi pasien Muhammadiyah 2. Kategori
pada pasien emergency Gamping Cukup
emergency IGD berdasarkan Yogyakarta (16-19)
RS PKU pengukuran 3. Kategori
Muhammadiyah menggunakan Kurang
Gamping kuesioner (<15)
Yogyakarta

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek yang memiliki karakteristik yang sama,

yang diteliti. Populasi juga didefinisikan sebagai wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Populasi juga bukan sekedar subyek unyk dipelajari, tetapi

meliputi karakteristik yang dimiliki subyek tersebut. (Sugiyono, 2012). Dalam

penelitian ini popolasi sebanyak 28 populasi perawat IGD.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2022) sampel adalah jumlah dan karakteristik yang

dimiliki populasi itu sendiri. Jika sampel itu besar tidak mungkin untuk dipelajari
26

semuanya maka peneliti dapat menggunakan sampel dari populasi itu. Apa yang

dipelajari dari sampel itu kesimpulannya diberlakukan untuk populasi.

a. Kriteria Inklusi

1) Sudah mengikuti BTCLS.

2) Sudah mengikuti PPGD.

3) Bersedia menjadi responden

4) Perawat IGD

b. Kriteria Eklusi

1) Tidak bersedia menjadi responden.

2) Perawat rawat inap.

3) Belum mendapatkan pelatihan BTCLS/PPGD

E. Etika Penelitian

Secara etimologi kata “etika” berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos dalam

bentuk tunggal yang mempunyai banyak arti seperti, tempat tinggal yang biasa,

padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap maupun

cara berpikir. Dalam bentuk jamak yaitu ta etha yang artinya adalah adat kebiasaan.

Arti terakhir inilah yang menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah etika yang

oleh filsuf Yunani besar Aristoteles sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat

moral. Sehingga, etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu

tentang adat kebiasaan (Haryani Wiworo, 2022)

F. Alat dan Metode Pengumpulan

1. Alat dan bahan yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini

adalah:

a. Lembar kuesioner tingkat pengetahuan


27

Kuesioner yang digunakan oleh peneliti tentang tingkat pengetahuan

Code blue Kuesioner ini terdiri dari 12 item pernyataan Skala yang

digunakan dalam instrumen ini adalah skala Likert 4 , yaitu pengukuran untuk

mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang

ditanyakan dengan alternatif jawaban a, b, c, dan d. Apabila responden

menjawab dengan benar akanmendapat nilai 2 tetapi bilasalah akan diberi

nilai 1.

b. Lembar kuesioner kesiap siagaan

Kuesioner yang digunakan oleh peneliti tentang kesiapsiagaan yaitu

dengan penjelasan sebagai berikut: Alat yang digunakan untuk mengukur

kesiap siagaan dengan mengadopsi kuesioner yang pernah digunakan Uji

Validitas dan Reliabilitas

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk

mendapatkan data yang valid dan reliabel. Instrumen yang valid berarti alat

ukur berarti alat ukur tersebut dapat digunakan untuk mengumpulkan data

yang valid. Jadi instrumen yang valid dan reliabel .oleh karena itu ,peneliti

harus mampu mengendalikan obyek yang diteliti dan meningkatkan

kemapuan dan mengguankan instrumen untuk mengukur variable yang

diteliti

2. Metode Pengumpulan Data

Berikut ini dijelaskan metode penelitian yang digunakan oleh peneliti:

a. Mengambil sampel dari populasi sesuai dengan kriteria yang sudah

ditentukan oleh peneliti.


28

3. Kisi-kisi Kuesioner

Kuesioner pengetahuan tentang code blue pada penelitian ini

menggunakan kuesioner yang disusun oleh Kaykisiz et al. (2017) dengan

menggunakan pedoman AHA (2015). Kuesioner diterjemahkan kedalam

bahasa Indonesia, selanjutnya dimodifikasi sesuai kebutuhan dan dilakukan uji

validitas dan reliabilitas. Jumlah kuesioner sebanyak 10 pertanyaan, dengan

perolehan nilai jika menjawab dengan benar dinilai 1, jika menjawab salah

dinilai 0 dan jika menjawab tidak tahu dinilai 0. Sehingga total skor didapatkan

dengan cara menjumlahkan semua item pertanyaan. Total skor yang didapatkan

antara 0-10.

Tabel 3.2 kisi-kisi kuesioner

No Materi Nomor item dan Jumlah


jenis responden
1 Kriteri aktivasi code blue 1,4,9,10 4
2 Petugas code blue 2,6,7 3
3 Proses aktivasi code blue 3,5,8 3

G. Metode Pengolahan dan Analisis Data

1. Metode Pengolahan Data

Pengolahan data adalah pengubahan data mentah menjadi data yang lebih

bermakna (Arikunto, 2013). Langkah-langkah pengolahan data dalam

Notoatmodjo (2012) pada umumnya melalui langkah berikut ini:

a. Penyuntingan Data (Editing)

Hasil kuesioner dan observasi yang diperoleh atau dikumpulkan

melalui kuesioner dan lembar observasi perlu disunting (edit) terlebih dahulu.

Kalau ternyata masih ada data atau informasi yang tidak lengkap dan tidak
29

mungkin dilakukan observasi dan kuesioner maka data tersebut dikeluarkan

(droup out).

b. Membuat Lembaran Kode (Coding)

Lembaran atau kartu kode adalah instrumen berupa kolom-kolom

untuk merekam data secara manual. Lembaran atau kartu kode berisi nomor

responden dan nomor-nomor pertanyaan, antara tes yang pertama dengan

yang kedua dalam penelitian ini berarti tes sebelum pelatihan dan tes setelah

pelatihan.

c. Memasukan Data (Data Entry) Atau Processing

Melakukan entry data berupa jawaban-jawaban dari masingmasing

responden yang dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam

program atau software komputer. Software komputer yang digunakan pada

pengolahan data ini yaitu paket program SPSS for Window.

d. Pembersihan Data (Tabulating)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinankemungkinan

adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan lainnya. Setelah itu

dilakukan pembetulan dan koreksi.

2. Analisis Data

a. Analisis Deskriptif (Analisis Univariate)

Analisis univariate bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012).

𝑝 = 𝑓 : n × 100% 𝑛

Keterangan :
30

P : Persentase yang dicari.

f : Frekuensi subjek dengan karakteristik.

n : Jumlah sampel

b. Analisis Bivariat

Apabila telah dilakukan analisis univariate hasilnya diketahui

karakteristik atau distribusi setiap variabel dan dapat dilanjutkan analisis

bivariate. Analisis ini dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2012). Tahapannya sebagai

berikut:

1) Analisis dari uji statistik.

Melihat dari uji statistik akan dapat disimpulkan adanya hubungan

Analisis dari uji statistik. Melihat dari uji statistik akan dapat

disimpulkan adanya hubungan 2 variabel tersebut bermakna atau tidak

bermakna. Uji statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji

stastistik menggunakan SPSS 25.

Teknik uji statistik ini untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif

dua sampel yang berkorelasi bila datanya berbentuk ordinal (Sugiyono,

2015). Adapun rumus yang digunakan, maka statistiknya adalah sebagai

berikut (Riwidikdo, 2012).

2𝑆
𝑇=
𝑁 (𝑁 − 1)

Keterangan:

S : total skor seluruhnya (grand total), yang merupakan jumlah


31

skor urutan kewajaran pasangan data pada salah satu variabel

T : Ukuran Sampel.

N : banyaknya pasangan ranking.

2) Pengujian Hipotesis

Berdasarkan hasil pengujian (perhitungan statistik) tersebut hipotesis

diterima atau ditolak.

3) Penafsiran dan Penyimpulan

Penafsiran hasil penelitian dilakukan untuk mencari pengertian

terhadap hasil pengolahan data, sehingga membentuk berbagai penemuan

ilmiah (Notoatmodjo, 2012). Kesimpulan adalah hasil dari proses berfikir

induktif dari penemuan penelitian tersebut dan sebagai hasil dari

pembuktian hipotesis (Notoatmodjo, 2012). Untuk menarik kesimpulan

ada hubungan antara dua variabel, maka dapat dilihat dari nilai p, jika

p≤0,05 maka Ha diterima artinya terdapat hubungan antara dua variabel

yang diuji, sedangkan jika p>0,05 maka Ho diterima artinya tidak terdapat

hubungan antara 2 variabel yang tidak dikolerasikan.

H. Rencana Jalannya Penelitian

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan diawali dengan melakukan studi pustaka dengan

mempelajari materi yang menarik dan layak untuk diteliti dari berbagai sumber

buku, jurnal, dan artikel. Selanjutnya peneliti mengajukan judul kepada

pembimbing yang kemudian disetujui oleh dosen pembimbing, serta setelahnya


32

melakukan konsultasi dengan pembimbing. Selanjutnya, peneliti melakukan

studi pendahuluan di RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta dan

dilanjutkan menyusun proposal penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Penelitian dilakukan dengan terlebih dahulu melengkapi surat izin

penelitian. Setelah mendapat izin, peneliti meminta izin kepala sekolah.

Selanjutnya, peneliti bertemu dengan pendamping peneliti untuk mendiskusikan

rencana jalannya penelitian dan menyamakan persepsi. Kemudian, peneliti

bertemu dengan responden yang difasilitasi oleh rumah sakit pada.


33

DAFTAR PUSTAKA

Dame, R. B., Kumaat, L. T., & Laihad, M. L. (2018). Gambaran Tingkat


Pengetahuan Perawat Tentang Code Blue System di RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado. E-CliniC, 6(2), 162–168.
https://doi.org/10.35790/ecl.6.2.2018.22176
Kusuma, U., Surakarta, H., Pada, P., Henti, K., Di, J., & Sragen, P. (2021). 1) 1) 2)
3). 38.
Mukhsal Mahdi, Mudatsir, N. (2014). KESIAPSIAGAAN PERAWAT DALAM
MENGHADAPI WABAH FLU BURUNG DI INSTALASI GAWAT
DARURAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr . ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH influenza is a communicable disease caused by influenza virus
transmitted by poultry attacking human in variety of ag. Jurnal Ilmu
Kebencanaan (JIKA, 1(2), 22–27.
Mulya, W., & Fahrizal, M. S. (2019). Tanggap Darurat Medis (Code Blue) Studi
Kasus Pada Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Di Samarinda.
IDENTIFIKASI: Jurnal Ilmiah Keselamatan, Kesehatan Kerja Dan Lindungan
Lingkungan, 5(2), 93–103. https://doi.org/10.36277/identifikasi.v5i2.92
Muyasaroh, H. (2020). Kajian Jenis Kecemasan Masyarakat Cilacap dalam
menghadapi Pandemi Covid 19. LP2M UNUGHA Cilacap, 3.
http://repository.unugha.ac.id/id/eprint/858
Natalia, R. N., Malinti, E., & Elon, Y. (2020). Tingkat Pengetahuan Dan
Kesiapsiagaan Remaja Dalam Menghadapi Wabah Covid-19. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Diagnosis, 15(2), 2302–2531.
http://180.178.93.169/index.php/jikd/article/view/203
Surya, D. (2019). Pengalaman Perawat Dalam Penatalaksanaan Pengaktifan Code
Blue System Pada Kasus Pasien Henti Nafas Dan Henti Jantung Di Rsud
Wangaya Denpasar. Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU, X(1), p.1-5.
Suswitha, D., & Arindari, D. R. (2020). Pengaruh Simulasi First Aid
Kegawatdaruratan Kecelakaan Terhadap Pengetahuan Penanganan Fraktur.
Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan, 12(1), 97–109.
Victoria, A. Z., Ryandini, F. R., & Wati, Fransiska, A. (2022). Gambaran
Pengetahuan dan Penanganan Perawat Sebagai First Responder pada Kejadian
In Hospital Cardiac Arrest (IHCA). Jurnal Nursing Update, 13(4), 92–102.
Dame, R. B., Kumaat, L. T., & Laihad, M. L. (2018). Gambaran Tingkat
Pengetahuan Perawat Tentang Code Blue System di RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado. E-CliniC, 6(2), 162–168.
https://doi.org/10.35790/ecl.6.2.2018.22176
34

Kusuma, U., Surakarta, H., Pada, P., Henti, K., Di, J., & Sragen, P. (2021). 1) 1) 2)
3). 38.
Mukhsal Mahdi, Mudatsir, N. (2014). KESIAPSIAGAAN PERAWAT DALAM
MENGHADAPI WABAH FLU BURUNG DI INSTALASI GAWAT
DARURAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr . ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH influenza is a communicable disease caused by influenza virus
transmitted by poultry attacking human in variety of ag. Jurnal Ilmu
Kebencanaan (JIKA, 1(2), 22–27.
Mulya, W., & Fahrizal, M. S. (2019). Tanggap Darurat Medis (Code Blue) Studi
Kasus Pada Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Di Samarinda.
IDENTIFIKASI: Jurnal Ilmiah Keselamatan, Kesehatan Kerja Dan Lindungan
Lingkungan, 5(2), 93–103. https://doi.org/10.36277/identifikasi.v5i2.92
Muyasaroh, H. (2020). Kajian Jenis Kecemasan Masyarakat Cilacap dalam
menghadapi Pandemi Covid 19. LP2M UNUGHA Cilacap, 3.
http://repository.unugha.ac.id/id/eprint/858
Natalia, R. N., Malinti, E., & Elon, Y. (2020). Tingkat Pengetahuan Dan
Kesiapsiagaan Remaja Dalam Menghadapi Wabah Covid-19. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Diagnosis, 15(2), 2302–2531.
http://180.178.93.169/index.php/jikd/article/view/203
Ngurah, I. G. K. G., & Putra, I. G. S. (2019). Pengaruh Pelatihan Resusitasi Jantung
Paru Terhadap Kesiapan Sekaa Teruna Teruni dalam Memberikan Pertolongan
Pada Kasus Kegawatdaruratan Henti Jantung. Jurnal Gema Keperawatan,
12(1), 12–22.
Surya, D. (2019). Pengalaman Perawat Dalam Penatalaksanaan Pengaktifan Code
Blue System Pada Kasus Pasien Henti Nafas Dan Henti Jantung Di Rsud
Wangaya Denpasar. Jurnal Kesehatan SAMODRA ILMU, X(1), p.1-5.
Suswitha, D., & Arindari, D. R. (2020). Pengaruh Simulasi First Aid
Kegawatdaruratan Kecelakaan Terhadap Pengetahuan Penanganan Fraktur.
Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan, 12(1), 97–109.
Victoria, A. Z., Ryandini, F. R., & Wati, Fransiska, A. (2022). Gambaran
Pengetahuan dan Penanganan Perawat Sebagai First Responder pada Kejadian
In Hospital Cardiac Arrest (IHCA). Jurnal Nursing Update, 13(4), 92–102.
Wahyudi, I. (2020). Pengalaman Perawat Menjalani Peran Dan Fungsi Perawat Di
Puskesmas Kabupaten Garut. Jurnal Sahabat Keperawatan, 2(01), 36–43.
https://doi.org/10.32938/jsk.v2i01.459
35
36
LAMPIRAN

37
38

Lampiran 1. Permohonan Menjadi Responden Penelitian

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Kepada Yth.
Bapak/Ibu Responden
di tempat
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Dengan hormat, saya yang bertanda tangan di bawah ini mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Nama : Havida Vortuna Famosa
NIM : 2011604045
Pembimbing : Muhaji, S.Kep., Ners., M.Si., M.Tr.Kep
Bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Code Blue
Terhadap Kesiap Siagaan Perawat Dalam Penanganan Pada Pasien Emergency Di IGD RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta”. Dengan ini saya mohon kesidaan Bapak/Ibu untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini sebagi responden. Atas ketersediaan dan pastisipasinya saya
ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta, 2023
Peneliti

Havida Vortuna Famosa


39

FORMULIR PERSETUJUAN UNTUK


BERPARTISIPASI DALAM PENELITIAN

Judul Penelitian :
Hubungan Tingkat Pengetahuan Code Blue Terhadap Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan Di RS PKU
Muhammadiyah Gamping Yogyakarta

Saya (Nama Lengkap) :


• Secara suka rela menyetujui bahwa saya terlibat dalam penelitian di atas.
• Saya yakin bahwa saya memahami tentang tujuan, proses, dan efek yang mungkin terjadi
pada saya jika terlibat dalam penelitian ini.
• Saya telah memiliki kesempatan untuk bertanya dan saya puas dengan jawaban yang saya
terima
• Saya memahami bahwa partisipasi saya dalam penelitian ini bersifat sukarela dan saya dapat
keluar sewaktu-waktu dari penelitian
• Saya memahami bahwa saya akan menerima salinan dari lembaran pernyataan informasi dan
persetujuan

Nama dan Tanda tangan Tanggal


responden No. HP

Nama dan Tanda tangan


Tanggal
saksi

Nama dan Tanda tangan


Tanggal
wali (jika diperlukan)

Saya telah menjelaskan penelitian kepada pastisipan yang bertandatangan diatas, dan saya yakin bahwa
responden tersebut paham tentang tujuan, proses, dan efek yang mungkin terjadi jika dia ikut terlibat
dalam penelitian ini.
40

Nama dan Tanda tangan Tanggal 27 Agustus 2023


peneliti Havida Vortuna Famosa No HP 0895366334550
41

Lampiran lembar konsul


42
43

Lampiran surat studi pendahuluan


44

Anda mungkin juga menyukai