Anda di halaman 1dari 76

PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN KONSUMSI ZAT BESI, PROTEIN DAN ZAT INHIBITOR

DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA DI KOFIBRIK

SURABAYA PADA ERA NEW NORMAL

MEGA INDAH KUMAIROH

2330018058

DOSEN PEMBIMBING :

PRATIWI HARIYANI PUTRI, S.Gz., M.Kes

PROGRAM STUDI S1 GIZI

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

2022

i
PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN KONSUMSI ZAT BESI, PROTEIN DAN ZAT INHIBITOR


DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA DI KOFIBRIK
SURABAYA PADA ERA NEW NORMAL

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Gizi (S.Gz)

Dalam Program Studi S1 Gizi

MEGA INDAH KUMAIROH

2330018058

PROGRAM STUDI S1 GIZI

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

2022

i
LEMBAR PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS

Sebagai civitas akademik Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, saya yang


bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Mega Indah Kumairoh


NPM : 2330018058
Program Studi : S1 Gizi
Fakultas : Fakultas Kesehatan
Angkatan : 2018
Jenis Karya : Skripsi
Jenjang : Sarjana

menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan skripsi
saya yang berjudul:

“Hubungan Konsumsi Zat Besi, Protein, dan Zat Inhibitor dengan Kejadian
Anemia Pada Remaja di Kofibrik Surabaya pada Era New Normal”

Skripsi ini dibuat dengan sejujurnya dengan mengkuti kaidah Etika Akademik
Prodi S1 Gizi UNUSA. Apabila suatu saat nanti terbukti saya melanggar Etika
Akademik dan melakukan tindakan plagiat, maka saya akan menerima sanksi
yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar – benarnya.

Surabaya, 31 Desember 2021


Yang bersangkutan,

(Mega Indah Kumairoh)

ii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

iii
HALAMAN PENGESAHAN

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufik, hidayah serta inayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul “Hubungan Konsumsi Zat Besi, Protein, dan Zat Inhibitor dengan Kejadian
Anemia Pada Remaja di Kofibrik Surabaya pada Era New Normal” sebagai
persyaratan Pendidikan Akademik untuk menyusun Skripsi dalam rangka
menyelesaikan Program Pendidikan S1 Gizi di Fakultas Kesehatan Universitas
Nahdlatul Ulama Surabaya. Penulisan Skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. DR. Ir. Achmad Jazidie, M. Eng., selaku Rektor Universitas Nahdlatul
UlamaSurabaya.
2. Prof. Edijanto Poegoeh Soebagdjo, Sp, PK (k) selaku Dekan Fakultas
Kesehatan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.
3. Rizki Nurmalya Kardina, S.Gz., M. Kes, selaku Kaprodi S1 Gizi Universitas
Nahdlatul Ulama Surabaya
4. Pratiwi Hariyani Putri, S.Gz., M. Kes, selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan dan masukan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi
ini
5. Endah Budi Permana Putri, S.TP., M.PH selaku penguji 2 dan Farah
Nuriannisa, S.Gz., M.P.H selaku penguji 3 yang telah memberikan arahan dan
masukan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini
6. Kepada orang tua yang selalu memberikan doa tulus, motivasi dan
pengorbanan baik dari segi moral maupun material hingga terselesainya
skripsi ini.
7. Sahabat dan teman-teman yang selalu memberikan semangat, dukungan serta
bantuan saat pembuatan skripsi ini sehingga skripsi ini selesai dengan baik
Semua pihak-pihak yang terkait dalam kelancaran pembuatan skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal dan perbuatan
yang telah di berikan dan penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna,
oleh karena itu saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan
demi perbaikan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga Skripsi ini dapat
bermanfaat baik bagi penulis dan pihak yang membutuhkannya.

Surabaya, 31 Desember 2021

Penulis

v
DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM
LEMBAR PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii
DAFTAR TABEL...............................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................ix
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Pembatasan Masalah.....................................................................................4
C. Rumusan Masalah.........................................................................................4
D. Tujuan Penelitian..........................................................................................5
E. Manfaat Penelitian........................................................................................6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................7
A. Remaja..........................................................................................................7
B. Anemia..........................................................................................................9
C. Zat Besi.......................................................................................................19
D. Protein.........................................................................................................22
E. Zat Inhibitor................................................................................................24
F. Pola Makan Remaja....................................................................................26
G. Penelitian Terdahulu...................................................................................28
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN.....32
A. Kerangka Konseptual..................................................................................32
B. Hipotesis Penelitian.....................................................................................35
BAB 4 METODE PENELITIAN........................................................................36
A. Jenis dan Rancangan Bangun......................................................................36
B. Populasi Penelitian......................................................................................36
C. Sampel, Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel..............................36
D. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................................39
E. Kerangka Kerja (Operasional) Penelitian...................................................40
F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.............................................41
G. Instrumen Penelitian dan Cara Pengumpulan Data.....................................42
H. Pengolahan dan Analisis Data.....................................................................44
I. Etika Penelitian...........................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................49
LAMPIRAN..........................................................................................................53

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Konsumsi Zat besi, Protein dan
Zat Inhibitor dengan Kejadian Anemia pada Remaja di
Kofibrik
Surabaya……………………………………………………..32
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian…………………………………..40

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Batas Normal kadar Hb………...……………………………10


Tabel 2.2 Tahapan Anemia Defisiensi Besi……………………………15
Tabel 2.3 Kecukupan Zat Besi Remaja Menurut AKG
2019…………..22
Tabel 2.4 Angka Kecukupan Gizi Protein Menurut AKG 2019……….23
Tabel 2.5 Penelitian Terdahulu..……………………………………….28
Tabel 4.1 Defisiensi Operasional
Variabel……………………………..41

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Perijinan Pengambilan Data Awal .…………………..54


Lampiran 2 Lembar Penjelasan Penelitian Disetujui…………………….55
Lampiran 3 Lembar Persetujuan Tindakan Medis……………………….58
Lampiran 4 Lembar Persetujuan Mengikuti Penelitian……...…………..59
Lampiran 5 Lembar Pengunduran Diri…………………………………..60
Lampiran 6 Formulir Semi Quantitative Food Frequency Questionare....61
Lampiran 7 Jadwal Rencana Pelaksanaan Penelitian…………………....64
Lampiran 8 Lembar Konsultasi Skripsi………………………..………...65

ix
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Anemia adalah suatu kondisi kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih

rendah dari normal untuk kelompok orang menurut umur dan jenis kelamin.

Anemia merupakan masalah gizi yang paling banyak dijumpai di berbagai dunia

baik negara maju maupun negara berkembang. Hal ini ditandai dengan tingginya

prevalensi menurut World Health Organization (WHO) yaitu lebih dari 30%

penduduk dunia menderita anemia, dan sebagian besar diantaranya berasal dari

negara berkembang. WHO menetapkan anemia menjadi salah satu dari 10

masalah kesehatan serius yang harus ditangani dengan segera (Sholikhah et al,

2021).

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, prevalensi anemia di Indonesia tidak

jauh dengan prevalensi anemia global yaitu sebesar 32% dimana prevalensi

anemia tersebut sudah masuk ke dalam kategori masalah kesehatan masyarakat

yang tinggi, sehingga anemia perlu mendapatkan perhatian khusus. Populasi

tertinggi penderita anemia defisiensi zat besi merupakan usia produktif terutama

pada remaja (Sholikhah et al, 2021). Remaja sangat rawan mengalami anemia

dibandingkan dewasa dan anak-anak dikarenakan remaja pada masa pertumbuhan

dan perkembangan sehingga lebih banyak membutuhkan zat gizi makro dan mikro

(Lewa, 2016). Data Riskesdas tahun 2013 prevalensi anemia pada remaja

kelompok usia 15- 24 tahun sebesar 18,4%, kemudian terjadi peningkatan pada

tahun 2018 menjadi 48,9%. Prevalensi anemia di kalangan mahasiswa di kota

Surabaya yang berusia 19-21 tahun sekitar 26,1% dengan rata-rata kadar Hb
2

sebesar 10,85 g/dl. Angka ini tergolong tinggi bila dibandingkan dengan

prevalensi anemia pada remaja di Kota Jakarta yaitu sebesar 13,5% (Sholikhah et

al, 2021).

Cafe Kofibrik adalah salah satu kedai minuman yang ada di Surabaya yang

memiliki banyak cabang. Kofibrik selalu ramai dikunjungi oleh remaja atau

mahasiswa untuk bertatap muka baik itu dengan keluarga, teman atau rekan

bisnis. Hasil studi pendahulan yang telah dilakukan pada bulan Juni 2021 pada

remaja yang mengunjungi kafe Kofibrik di Surabaya dengan dilakukan

pengukuran kadar hemoglobin menggunakan alat easy touch didapatkan

responden sebanyak 30 responden dengan hasil bahwa remaja mengalami anemia

sebesar 30% dengan rata-rata siswa dan mahasiswa yang berusia 16-21 tahun.

Faktor yang menyebabkan tingginya angka kejadian anemia pada remaja

diantaranya adalah rendahnya asupan zat besi, protein, Vitamin C, serta konsumsi

zat yang dapat menghambat penyerapan zat besi (inhibitor) (Birawan D, 2014).

Anemia pada remaja dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor penyebab

langsung dan faktor penyebab tidak langsung. Faktor penyebab langsung yaitu

menstruasi pada remaja putri, status gizi, pertumbuhan dan perkembangan remaja,

intake zat gizi yang tidak mencukupi, dan penyakit infeksi. Sedangkan faktor

penyebab tidak langsung adalah tingkat pengetahuan dan sosial ekonomi

(Anindita, 2018). Remaja yang tingkat konsumsi makanan sumber zat besi

rendah akan beresiko mengalami anemia (Hapzah, 2012).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Damanik et al (2019), menunjukkan

bahwa proporsi asupan zat besi kurang pada remaja di SMA Muhammadiyah 7
3

Sawangan Depok sebesar 92,9%, dan yang mengonsumsi cukup zat besi sebanyak

7,1%. Sedangkan proporsi konsumsi zat inhibitor pada remaja di SMA

Muhammadiyah 7 Sawangan Depok yang sering mengonsumsi zat inhibitor

sebesar 71,4% dan yang jarang mengonsumsi zat inhibitor zat besi sebesar 28,6%.

Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Sholicha dan Lailatul (2019) di SMA

Negeri 1 Manyak Gresik menunjukkan bahwa tingkat kecukupan zat besi pada

remaja dengan proporsi asupan zat besi kurang sebesar 66,1% dan asupan cukup

sebesar 33,9% sedangkan untuk proporsi asupan protein kurang sebesar 56,5%

dan asupan cukup sebesar 43,5%. Berdasarkan uji statistik hubungan asupan zat

besi dan protein terhadap kadar hemoglobin diperoleh p-value=0,000 yang

menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan asupan zat besi dan protein

dengan kadar hemoglobin pada remaja.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Sung et al (2018) menyatakan bahwa

konsumsi kopi dapat menghambat penyerapan zat besi non-heme sebesar 40%

serta mengonsumsi teh dapat menghambat penyerapan zat besi sebesar 70-90%.

Teh merupakan inhibitor yang paling kuat menghambat penyerapan zat besi.

Kebiasaan mengonsumsi kopi dan teh seperti sudah menjadi gaya hidup remaja

dan juga banyak sekali remaja saat ini yang sering datang ke cafe untuk

nongkrong dan meminum kopi, teh, dan sejenisnya. Apabila remaja tidak

memperhatikan kecukupan zat gizi serta sering mengkonsumsi teh dan kopi dalam

waktu yang bersamaan akan menyebabkan remaja lebih mudah mengalami

anemia defisiensi besi (Masthalina et al, 2015).

Berdasarkan latar belakang diatas, perlu adanya penelitian tentang anemia

pada remaja yang dilakukan di era new normal ini di cafe Kofibrik Surabaya
4

mengingat tingginya angka kejadian anemia di Kota Surabaya menurut penelitian

yang dilakukan oleh Sholikhah pada remaja di kota Surabaya terjadi peningakatan

sebesar 26,1% pada tahun 2021 serta hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan

di Kofibrik Surabaya sebesar 30%. Selain itu, tingginya tingkat konsumsi zat

inhibitor, kurangnya asupan zat besi dan protein yang dapat memberikan efek

negatif terhadap kesehatan remaja yaitu anemia yang akan berdampak pada

kesehatan reproduksi untuk remaja perempuan, menurunnya daya tahan tubuh

serta konsentrasi belajar. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan

konsumsi zat besi, protein dan zat inhibitor dengan kejadian anemia pada remaja

di Kofibrik Surabaya pada era new normal.

B. Pembatasan Masalah

Mengingat banyaknya variabel yang mempengaruhi kejadian anemia pada

remaja seperti intake zat besi, intake protein, intake zat inhibitor, tingkat

pengetahuan, kebutuhan fisiologis (menstruasi), status gizi, penyakit infeksi dan

ekonomi. Maka sebab itu, agar penelitian ini lebih terarah dan tidak meluas

peneliti membatasi penelitian ini yang berfokus pada “Hubungan Konsumsi Zat

Besi, Protein, dan Zat Inhibitor dengan Kejadian Anemia pada Remaja di Kofibrik

Surabaya pada Era New Normal.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, maka dirumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Apakah terdapat hubungan antara konsumsi zat besi dengan kejadian

anemia pada remaja di Kofibrik Surabaya pada era new normal?


5

2. Apakah terdapat hubungan antara konsumsi protein dengan kejadian

anemia pada remaja di Kofibrik Surabaya pada era new normal?

3. Apakah terdapat hubungan antara konsumsi zat inhibitor dengan kejadian

anemia pada remaja di Kofibrik Surabaya pada era new normal?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Hubungan Konsumsi Zat Besi,

Protein, dan Zat Inhibitor dengan Kejadian Anemia pada Remaja di Kofibrik

Surabaya pada Era New Normal.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

a. Mengidentifikasi pola konsumsi zat besi pada remaja di Kofibrik

Surabaya pada era new normal

b. Mengidentifikasi pola konsumsi protein pada remaja di Kofibrik Surabaya

pada era new normal

c. Mengidentifikasi pola konsumsi zat inhibitor pada remaja di Kofibrik

Surabaya pada era new normal

d. Mengidentifikasi kejadian anemia pada remaja di Kofibrik Surabaya pada

era new normal

e. Menganalisis hubungan antara pola konsumsi zat besi dengan kejadian

anemia pada remaja di Kofibrik Surabaya pada era new normal

f. Menganalisis hubungan antara pola konsumsi protein dengan kejadian

anemia pada remaja di Kofibrik Surabaya pada era new normal


6

g. Menganalisis hubungan antara pola konsumsi zat inhibitor dengan

kejadian anemia pada remaja di Kofibrik Surabaya pada era new normal

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan

kepada peneliti maupun pembaca laporan penelitian mengenai hubungan

konsumsi zat besi, protein, dan zat inhibitor dengan kejadian anemia pada

remaja

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Menambah sumber informasi dan pengetahuan bagi peneliti mengenai

hubungan konsumsi zat besi, protein dan zat inhibitor dengan kejadian

anemia pada remaja

b. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai hasil penelitian

hubungan konsumsi zat besi, protein, dan zat inhibitor dengan kejadian

anemia pada remaja

c. Bagi Institusi Pendidikan

Untuk menambah referensi dalam perpustakaan dan dapat menjadi

masukan bagi pembaca serta sebagai informasi dalam mengurangi

prevalensi anemia pada remaja


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja

Remaja (adolescent) merupakan masa peralihan individu dari anak-anak

menuju dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, biologis, kematangan

emosional dan kemampuan berfikir. Individu dikatan remaja apabila memasuki

usia 12 tahun hingga 21 tahun. Remaja akan mengalami perubahan seperti

perkembangan fisik, psikologi dan pola identifikasi dari masa anak-anak menjadi

dewasa (Amaliyah et al, 2021). Perubahan yang terjadi pada remaja cenderung

menimbulkan berbagai permasalahan dan perubahan perilaku. Salah satu bentuk

perubahan perilaku pada remaja seperti perubahan perilaku makan yang mengarah

pada perilaku makanan yang sehat ataupun makanan yang tidak sehat (Pujiati et

al, 2015). Menurut Diananda (2018), remaja dikelompokkan menjadi 3 tahapan

yaitu :

1. Pra remaja (12-13 atau 14 tahun)

Fase pra remaja memiliki masa yang sangat pendek yaitu kurang lebih

hanya satu tahun. Fase ini juga dikatakan fase negatif karena terlihat tingkah laku

remaja yang cenderung negatif. Pada perkembangan fungsi-fungsi tubuh pada pra

remaja juga terganggu karena mengalami perubahan hormonal yang dapat

menyebabkan perubahan suasana hati yang tak terduga.

2. Remaja awal (13 atau 14 – 17 tahun)

Pada fase remaja awal merupakan perubahan-perubahan yang terjadi sangat

pesat dan mencapai puncaknya. Emisoanal yang stabil juga terjadi pada fase
8

remaja awal ini. Pada masa perkembangan remaja awal, pencapaian kemandirian

sangat menonjol, pemikiran semakin logis, abstrak dan idealis.

3. Remaja lanjut (17-21 tahun)

Pada fase remaja lanjut atau remaja akhir, remaja memiliki perubahan fisik

seperti perubahan karakteristik seksual yaitu pembesaran buah dada,

perkembangan pinggang untuk anak perempuan sedangkan pada anak laki-laki

tumbuhnya kumis, jenggot serta perubahan suara yang semakin dalam. Perubahan

mental pun mengalami perkembangan. Perkembangan tersebut disebut fase

pubertas atau (puberty) yaitu suatu periode dimana kematangan fisik tubuh seperti

proporsi tubuh, berat badan, dan tinggi badan mengalami perubahan serta

kematangan fungsi seksual terjadi secara pesat pada remaja. Akan tetapi, pubertas

bukanlah peristiwa tunggal yang tiba-tiba terjadi melainkan pubertas adalah

bagian dari suatu proses yang terjadi secara berangsur.

Masa remaja adalah masa yang sangat rawan atas kebutuhan zat gizi.

Pemenuhan zat gizi yang seimbang dibutuhkan oleh remaja untuk pertumbuhan,

perkembangan dan menjalankan aktivitas sehari-hari (Amaliyah et al, 2021). Pada

masa pertumbuhan dan perkembangan remaja mengalami perubahan pada

komposisi tubuh seperti pada lemak. Lemak tubuh remaja perempuan sekitar 22-

26% dari total massa tubuh sedangkan remaja laki-laki hanya 15-18% dari total

massa tubuh. Hormon estrogen dan progrsteron pada remaja perempuan

menambah massa lemak lebih banyak daripada penambahan pada remaja laki-

laki. Hormon testosterone dan hormon anabolik adrenal androgen pada remaja

laki-laki menambah massa otot secara proposional, meningkatkan rangka tubuh


9

yang lebih berat serta pembentukan massa sel darah merah lebih banyak dari pada

remaja perempuan (Deviana, 2017).

Remaja yang masih dalam mencari identitas diri, pemikiran semakin logis

dan kritis mudah tergiur oleh modernisasi dan teknologi yang mempengaruhi

perilaku konsumsi makanan pada remaja. Cara berpikir yang belum matang pada

remaja menyebabkan remaja memiliki preferensi makan yang kurang tepat. Sering

kali remaja mengonsumsi makanan berdasarkan makanan yang disukai dan tidak

berdasarkan kandungan gizinya.

B. Anemia

1. Definisi Anemia

Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

terutama di negara berkembang termasuk Indonesia. Anemia didefinisikan sebagai

berkurangnya konsentrasi hemoglobin dalam eritrosit sehingga tidak mencukupi

kebutuhan fisiologis dalam tubuh. Salah satu kelompok yang beresiko mengalami

anemia adalah remaja. Menurut WHO, kadar hemoglobin pada wanita yang usia >

12 tahun yakni 12,0 g/dl sedangkan kadar hemoglobin pada laki-laki usia > 15

tahun yakni < 13,0 g/dl. Remaja beresiko mengalami anemia dibandingkan

dengan anak-anak dan usia dewasa dikarenakan remaja berada pada masa

pertumbuhan dan perkembangan sehingga lebih banyak membutuhkan zat gizi

(Kusnadi, 2021).

Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah

lebih rendah dari normal (WHO, 2011). Hemoglobin merupakan salah satu

komponen dalam sel darah merah atau eritrosit yang berfungsi untuk mengikat
10

oksigen dan menghantarkannya ke seluruh jaringan tubuh. Hemoglobin dalam

darah dibentuk dari zat besi dan protein yang akan membentuk sel darah merah

atau eritrosit (Kemenkes, 2018).

Anemia merupakan berkurangnya konsentrasi hemoglobin di dalam tubuh.

dimana jumlah hemoglobin dalam darah lebih rendah dari normal untuk kelompok

orang menurut umur dan jenis kelamin (Lewa, 2016). Penyebab anemia pada

umumnya karena beberapa faktor seperti pendarahan akibat kecelakaan atau

mentruasi, menderita cacingan atau infeksi, dan kurangnya mengonsumsi zat gizi

terutama sumber (Fe) zat besi serta kurangnya konsumsi (enhancer) seperti

Vitamin C yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi (Sholicha & Lailatul,

2019).

Anemia Defisiensi Besi (ADB) merupakan anemia yang disebabkan karena

kekurangan zat besi yang dibutuhkan untuk mensitesis hemoglobin. Menurut

Dallman, anemia defisiensi besi sehingga konsentrasi hemoglobin menurun di

bawah 95% dari nilai hemoglobin rata-rata dari umur dan jenis kelamin yang

sama. Hemoglobin adalah metaloprotein (protein yang mengandung zat besi) di

dalam sel darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru

ke seluruh tubuh (Amalia & Agustyas, 2016).

Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013, diagnosis

anemia berdasarkan hemoglobin menurut usia dan jenis kelamin sebagai berikut:

Tabel 2.1 Batas Normal Kadar Hb Menurut Umur dan Jenis Kelamin.

Kelompok Usia Hemoglobin (gr/dl)


11

Balita usia 6-59 bulan >11,0 – 13,5

Anak usia 5-11 tahun > 11,5 – 13,5

Anak usia 12-14 tahun > 12,0 – 13,5

Wanita Usia Subur > 15 tahun > 12,0 – 15,5

Laki-laki Usia >15 tahun > 13,0 – 17,5

Sumber : Kemenkes (2013)

2. Klasifikasi Anemia

Menurut Citrakesumasari (2012) terdapat dua tipe anemia yang dikenal selama

ini yaitu anemia gizi dan non gizi. Klasifikasi anemia gizi yaitu :

a. Anemia Defisiensi Gizi Besi

Anemia defisiensi besi yang disebabkan karena kurangnya zat besi (Fe)

yang merupakan molekul hemoglobin sebagai unsur utama sel darah merah.

Anemia jenis ini ditandai dengan menurunnya kadar Hb dan ukuran sel darah

merah lebih kecil dari normal (mikrositosis).

b. Anemia Pernicious

Anemia pernicious disebut juga dengan anemia gizi vitamin B 12. Anemia

dengan jenis ini memiliki gejala yang hampir sama dengan anemia gizi asam folat

namun, anemia jenis ini disertai dengan gangguan pada sistem alat pencernaan

bagian dalam.

c. Anemia Sederotic

Anemia sederotic disebut dengan anemia gizi vitamin B6. keadaanya mirip

dengan anemia gizi besi namun bila darahnya diuji secara laboratoris.
12

d. Anemia Megaloblastik

Anemia megalobastik dapat disebut dengan anemia defisiensi asam folat.

Anemia dini ditandai dengan keadaan sel darah merah penderita tidak normal

dengan ciri-ciri bentuknya lebih besar, dan jumlahnya sedikit.

3. Etiologi Anemia

a. Intake zat gizi

Rendahnya asupan zat besi yang tidak mencukupi kebutuhan pada remaja

sering terjadi karena kurangnya konsumsi bahan makanan sumber zat besi baik

asupan zat gizi hewani dan nabati. Konsumsi pangan yang rendah kandungan zat

besi dapat menyebabkan ketidakseimbangan besi di dalam tubuh. Selain itu,

tingginya konsumsi pangan yang dapat menghambat penyerapan besi dan

rendahnya konsumsi pangan yang dapat membantu penyerapan besi di dalam

tubuh juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan besi di dalam tubuh. Jika hal

tersebut berlangsung dalam jangka waktu yang lama, maka dapat menyebabkan

defisiensi besi (Erlisa dkk, 2017).

b. Penyerapan zat besi

Banyaknya zat besi yang diserap, tergantung dari jenis dari sumber zat

besi dan bahan makanan penghambat (inhibitor) serta enhancer sebagai

meningkatkan penyerapan zat besi. Bahan makanan yang menghambat absorbsi

zat besi adalah asam fitat seperti kacang-kacangan, jagung, susu dll, serta tanin

pada teh dan kopi dan asam oksalat yang terdapat pada sayuran seperti bayam.

c. Kebutuhan meningkat secara fisiologis


13

Pertumbuhan pada periode pertumbuhan cepat yaitu pada umur 1 tahun

pertama dan pada masa remaja kebutuhan zat besi akan meningkat sehingga

menyebabkan anemia defisiensi besi meningkat (Julia, 2018).

d. Kehilangan zat besi

Kehilangan zat besi pada remja putri adalah menstruasi. Setiap bulan

remaja putri mengalami menstruasi selama lebih dari 5 hari sehingga remaja putri

lebih rentang mengalami anemia dibandingkan dengan remaja laki-laki.

Kehilangan darah yang banyak pada saat mentruasi dapat menyebabkan anemia.

Menstruasi merupakan perdarahan secara periodic dan siklik dari uterus disertai

dengan pelepasan endometrium. Keluarnya darah dari dalam tubuh remaja pada

saat menstruasi mengakibatkan hemoglobin yang terkandung di dalam sel darah

merah juga ikut terbuang sehingga cadangan besi dalam tubuh berkurang

(Birawan D, 2014). Selain menstruasi, kehilangan zat besi juga disebabkan oleh

pendarahan oleh infeksi cacing di dalam usus. Cacing yang menempel pada

dinding usus akan menghisap darah sehingga menyebabkan darah penderita hilang

karena gigitan dan hisapan cacing.

e. Status gizi

Status gizi merupakan suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang

yang dapat di lihat dari makanan dan zat gizi yang dikonsumsi di dalam tubuh.

Status gizi yang baik akan dapat meminimalisir terjadinya anemia, karena status

gizi berhubungan dengan konsentrasi hemoglobin. Jika remaja memiliki status

gizi kurang maka semakin rendah kadar hemoglobin di dalam darah. Pada remaja

yang memiliki Indeks Masa Tubuh kurus memiliki resiko 1,4 kali lebih besar
14

untuk mengalami anemia dibandingkan dengan remaja yang memiliki Indeks

Masa Tubuh yang normal (Deviana, 2017).

f. Pengetahuan

Pengetahuan membuat pemahaman seseorang tentang penyakit anemia

menjadi semakin baik. Remaja yang memiliki pengetahuan yang baik akan

berupaya mencegah terjadinya anemia. Sebaliknya jika pengetahuan yang kurang

menyebabkan remaja tidak memahami dan tidak akan berupaya mencegah anemia

sehingga makanan sehari-hari yang dikonsumsi tidak memenuhi gizi seimbang.

g. Sosial ekonomi

Sosial ekonomi berkaitan dengan kemampuan keluarga dalam memenuhi

kebutuhan sehari-hari. Keluarga dengan tingkat ekonomi yang tinggi akan mudah

memenuhi kebutuhan asupan pangan yang memenuhi gizi seimbang bagi

keluarganya (Anindita, 2018). Faktor sosial ekonomi dianggap sebagai salah satu

penyebab anemia. Remaja dengan status sosial ekonomi rendah lebih rentan

mengalami defisiensi zat besi karena asupan zat besi yang rendah dan bahan

makanan yang rendah zat besi sehingga lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan

pangan atau nutrisi pada remaja (Nasrudin dkk, 2021).

4. Patofisiologi

Anemia defisiensi besi adalah hasil akhir dari keseimbangan zat besi negatif

yang berlangsung lama. Jika keseimbangan zat besi negatif ini kemudian menetap

dan mengakibatkan cadangan zat besi terus berkurang. Berikut ini adalah tahapan

anemia defisiensi besi :


15

Tabel 2.2 Tahapan Anemia Defisiensi Besi

Tahap 2 sedikit Tahap 3 sangat


Hemoglobin Tahap 1 normal
menurun menurun
Cadangan besi < 100 0 0
Fe serum Normal < 60 <40
TIBC 360-390 >390 >410
Saturasi transferrin 20-30 <15 <10
Feritin serum <20 <12 <12
Sideroblas 40-60 <10 <10
FEEP <30 >100 >200
MCV Normal Normal Menurun
Sumber : Julia (2018)

Menurut Julia (2018) berikut 3 tahap defisiensi besi, yaitu :

a. Tahap pertama

Tahap ini disebut iron depletion atau store iron deficiency yang ditandai

dengan berkurangnya cadangan besi. Kadar hemoglobin dan fungsi protein besi

lainnya masih normal. Pada keadaan ini terjadi peningkatan absorpsi besi non

heme. Feritin serum menurun, sedangkan pemeriksaan lain untuk mengetahui

adanya kekurangan besi masih normal.

b. Tahap kedua

Pada tahap ini yang dikenal dengan istilah iron deficient erythropoietin

atau iron limited erythropoiesis adalah suplai besi yang tidak cukup untuk

menunjang eritropoisis. Pada tahap kedua, nilai besi serum menurun dan saturasi

transferrin menurun, sedangkan TIBC meningkat dan free erythrocyte porphrin

(FEP) meningkat.

c. Tahap ketiga
16

Tahap ketiga yang disebut sebagai iron deficiency anemia. Iron deficiency

ini terjadi bila besi yang menuju eritroid sumsum tulang tidak cukup sehingga

menyebabkan penurunan kadar Hb. Dari gambaran tepi darah didapatkan

mikrositosis dan hipokromik yang progesif. Pada tahap ini telah terjadi perubahan

epitel terutama pada anemia defisiensi besi yang lebih lanjut.

5. Gejala anemia

Gejala pada anemia sering kali tidak terlihat secara signifikan, namun anemia

dapat didiagnosa secara pasti melalui pemeriksaan biokimia. Namun, penderita

anemia memiliki gejala yang umum. Gejala umum anemia adalah gejala yang

timbul akibat anoksia organ dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap

penurunan hemoglobin pada semua jenis anemia. Gejala – gejala umum anemia

ringan meliputi sakit kepala, pusing, mata berkunang – kunang, lesu, mudah lelah,

lemah, letih dan lesu (Kusnadi, 2021). Namun pada anemia yang berat dapat

timbul gejala-gejala seperti letargi, konfusi, serta komplikasi seperti gagal

jantung, aritmia, infark miokard, dan angina. Berikut ini adalah pemeriksaan yang

dilakukan untuk mendiagnosa anemia :

a. Pemeriksaan klinis

Anemia defisiensi besi dapat dilihat secara klinis seperti

1) lelah, lesu, lemah, letih, lunglai (5L)

2) Mata berkunang-kunang

3) Napas pendek

4) Denyut jantung meningkat

5) Pusing
17

6) Mudah mengantuk

7) Sulit buang air besar

8) Sulit berkonsentrasi

9) Nafsu makan menurun

10) Pucat pada kelopak mata, bibir, kuku dan telapak tangan (Kemenkes,

2018).

b. Pemeriksaan secara biokimia

Pemeriksaan biokimia salah satunya adalah dengan melakukan pengukuran

kadar hemoglobin. Nilai normal yang sering digunakan pada pengukuran

hemoglobin yakni >12,0 – 15,5 g/dl pada wanita usia >15 tahun sedangkan pada

laki-laki > 13,0 – 17,5 g/dl.

6. Dampak Anemia pada Remaja

Anemia pada remaja akan berdampak pada individu maupun masyarakat

karena dapat menurunkan kualitas hidup remaja sebagai generasi penerus bangsa

seperti menurunnya kualitas belajar, pertumbuhan fisik dan perkembangan otak

terhambat sehingga cenderung prestasi belajar remaja menjadi menurun. Dampak

anemia pada remaja juga dapat meningkatkan resiko menderita penyakit infeksi

karena kekebalan tubuh menurun (Erlisa dkk, 2017). Menurut Fikawati et al

(2017), dampak dari anemia pada remaja adalah sebagai berikut :

a. Perkembangan kognitif

Anemia dapat menyebabkan terganggunya perkembangan kognitif pada

remaja yang dibebakan oleh pasokan oksigen yang tidak dapat disalurkan dengan

baik ke seluruh tubuh teruma ke otak


18

b. Daya tahan terhadap infeksi

Pengurangan sintesis DNA bergantung pada fungsi ribonucleotide reductase

yang membutuhkan zat besi secara terus menerus untuk menjalankan tugasnya.

Fagositosis dan pembunuhan bakteri oleh leukosit neutrofil merupakan komponen

yang dapat melawan infeksi

c. Produktivitas kerja

Kurangnya oksigen yang menyebar ke seluruh tubuh membuat tubuh

mengalami lemah, letih, lesu, lunglai sehingga produktivitas kerja menjadi

menurun

d. Dampak saat kehamilan

Anemia dengan tingkat berat pada remaja dapat menimbulkan faktor resiko

melahirkan dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dibandingkan dengan wanita

dengan usia reproduksi yang aman untuk hamil (Yolanda, 2018).

7. Pencegahan dan Penanggulangan Anemia

Menurut Ersila et al (2017), cara mencegah anemia pada remaja dapat

dilakukan dengan cara meningkatkan konsumsi makanan yang bergizi yang

mengandung zat besi seperti mengonsumsi protein hewani yaitu daging sapi,

daging ayam, ikan, telur, dan hati. Mongonsumsi makanan yang mengandung

protein nabati seperti sayuran hijau dan kacang-kacangan. Selain meningkatkan

makanan sumber zat besi, menghindari atau mengurangi makanan atau minuman

yang dapat menghambat penyerapan zat besi seperti zat inhibitor serta

memperbanyak konsumsi zat enhacer seperti buah yang mengandung vitamin C.


19

Istirahat minimal 8 jam per hari, mengonsumsi tablet tambah darah 1 minggu

sekali atau setiap hari selama haid.

Tablet Tambah Darah (TTD) adalah tablet tambah besi folat yang

mengandung 200 mg Fero Sulfat atau 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam

folat. Dosis yang diberikan pada suplementasi zat besi untuk remaja laki-laki dan

perempuan dengan dosis 60 mg/hari selama 3 bulan. Pada sebuah penelitian

menyatakan bahwa remaja yang diberikan suplementasi zat besi dengan dosis 60

mg/hari secara intermiten selama 17 minggu dapat meningkatkan ferritin serum

dan free erythrocyte proporphynrin (FEP) (Erlisa dkk, 2017). Menurut Susilowati

& Kuspriyanto (2016), program pencegahan anemia dalam jangka panjang adalah

dengan peningkatan kualitas makanan yang dikonsumsi seperti :

a. Meningkatkan konsumsi makanan seperti daging, hati, ikan, telur, dan sumber

protein hewani lainnya

b. Meningkatkan konsumsi makanan yang dapat membantu penyerapan zat besi

seperti zat enhancer (vitamin C) seperti buah jeruk, papaya, jambu biji, tomat,

nanas, sayuran hijau dan buah-buahan lain yang dapat membantu penyerapan

zat besi

c. Mengurangi konsumsi makanan yang menghambat penyerapan zat besi seperti

zat inhibitor yaitu kopi, teh, kacang-kacangan yang mengandung fitat

C. Zat Besi

1. Definisi Zat Besi

Zat besi (Fe) adalah zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh dan

berperan dalam proses pembentukan hemoglobin, membantu proses metabolisme


20

dengan membantu berbagai macam enzim dengan cara mengikat oksigen.

Hemoglobin (Hb) merupakan suatu oksigen yang mengantarkan eritrosit yang

berfungsi bagi tubuh. Hemoglobin (Hb) terdiri dari Zat besi (Fe), protoporfilin

dan globin (Birawan D, 2012). Menurut World Health Organization (WHO),

kekurangan zat besi merupakan salah satu dari masalah kesehatan yang paling

serius. Oleh karena itu, jika asupan zat gizi tidak mencukupi maka dapat

menyebabkan kadar zat besi dalam tubuh menjadi rendah dan dapat menyebabkan

anemia (Sholihah et al, 2019).

Zat besi terdapat dalam 2 bentuk yaitu ferro dan ferri. Besi dalam bentuk

ferri karena terikat hemoglobin sedangkan pada saat proses transport membrane

deposisi dalam bentuk ferritin dan sintesis heme besi dalam bentuk fero. Zat besi

di dalam tubuh diperlukan untuk pembentukan kompleks besi sulfur dan heme.

Kompleks besi sulfur diperlukan oleh enzim dalam metabolisme energi. Heme

tersusun yang tersusun atas cincim porfirin dengan atom besi berperan untuk

mengangkut oksigen pada hemoglobin dalam eritrosit dan mioglobin dalam otot

(Yolanda, 2018).

2. Fungsi Zat Besi

Zat besi memiliki beberapa fungsi essensial dalam tubuh sebagai alat

pengangkut oksigen dari pau-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron

di dalam sel, dan sebagai proses metabolisme berbagai reaksi enzim di dalam

jaringan tubuh. Jumlah zat besi yang dapat disimpan dalam tubuh 0,5-1,5 gram

pada laki-laki dewasa dan 0,3-1,0 gram pada wanita dewasa (Andriani, 2012).

Simpanan besi dalam tubuh terdapat dalam hati dalam bentuk feritin dan
21

hemosiderin. Dalam plasma, transferrin mengangkut besi yang dibawa ke sumsum

tulang untuk eritropeosis (Birawan D, 2012).

3. Sumber Zat Besi

Zat besi terdiri dari 2 macam yakni zat besi yang berasal dari sumber

pangan nabati (non heme) seperti kacang-kacangan dan sayuran yang memiliki

tingkat absorbsi zat besi yang rendah. Sumber zat besi hewani (heme) seperti

daging, telur, ikan, hati dan unggas merupakan sumber zat besi yang memiliki

absobsi lebih tinggi dibandingkan dengan zat besi yang berasal dari nabati (non

heme) (Lestari et al, 2017). Sumber Fe yang baik berasal dari sumber hewani

yang bernilai biologis tinggi (Ghiffari et al, 2021). Zat besi pada bahan makanan

heme yang berikatan dengan protein yang berasal dari hewani 35% dapat

diabsorbsi secara langsung. Zat besi non heme atau senyawa besi organik

kompleks yang terdapat pada bahan makanan yang berasal dari bahan makanan

nabati hanya dapat diabsorbsi sebanyak 5% (Simarmata et al, 2017).

4. Kebutuhan Zat Besi pada Remaja

Kebutuhan zat besi pada seseorang tergantung pada usia dan jenis kelamin.

Pada kebutuhan zat besi per hari dipengaruhi oleh kondisi fisiologis seperti

menstruasi, kehamilan, menyusui dan masa pertumbuhan. Kebutuhan Zat besi

pada perempuan lebih banyak dari pada laki-laki karena wanita mengalami

mentruasi setiap bulan. Di Amerika, kejadian hipoferremia pada wanita sekitar

13,9% lebih besar dibandingkan dengan laki-laki yaitu 8,3% (Kurniati, 2020).

Standar kecukupan zat besi yang dibutuhkan individu rata-rata dalam sehari dapat

dilihat pada tabel :


22

Tabel 2.3 Kecukupan Zat Besi Remaja Menurut AKG 2019

Usia (Tahun) Zat Besi (Mg/hari)


Laki-laki
10-12 8 mg/hari
13-15 11 mg/hari
16-18 11 mg/hari
19-29 9 mg/hari
Perempuan
10-12 8 mg/hari
13-15 15 mg/hari
16-18 15 mg/hari
19-29 18 mg/hari
Sumber : Permenkes (2019)

D. Protein

1. Definisi Protein

Protein merupakan zat makanan yang mengandung nitrogen yang diyakini

sebagai faktor penting dalam tubuh (Muchtadi, 2010). Protein dalam tubuh

berfungsi sebagai sumber utama energi selain karbohidrat dan lemak, sebagai zat

pembangun, dan sebagai zat pengatur. Peran protein dalam pembentukan sel darah

merah adalah sebagai alat angkut zat besi kemudian zat besi dan protein akan

membentuk transferin. Transferin akan membawa zat besi ke sumsum tulang

untuk bergabung membentuk hemoglobin (Pratiwi, 2016). Terdapat dua sumber


23

protein yaitu protein nabati dan protein hewani. Protein yang berasal dari hewani

adalah sumber protein yang baik karena memiliki susunan asam amino yang

paling sesuai untuk kebutuhan manusia dibandingkan dengan protein nabati.

Mengonsumsi protein dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan dapat

menunjang status gizi yang optimal. Kebutuhan protein pada remaja bergantung

pada tingkat pertumbuhan individu. Remaja beresiko kekurangan protein

dikarenakan remaja yang membatasi konsumsi protein atau memiliki pantangan

makan (Maghfiroh, 2018).

2. Kebutuhan Protein pada Remaja

Kebutuhan protein pada remaja lebih besar dibandingkan dengan usia

lainnya. Sumber protein berasal dari bahan makanan hewani dan bahan makanan

nabati. Namun, bahan makanan hewani seperti daging sapi, daging ayam, telur,

dan ikan memiliki komposisi asam amino yang lebih baik. Sumber protein nabati

berasal dari bahan makanan seperti kacang-kacangan, tempe, dan tahu. Berikut ini

adalah tabel angka kecukupan protein :

Tabel 2.4 Angka Kecukupan Protein Menurut AKG 2019

Usia (Tahun) Protein (g/hari)


Laki-laki
10-12 50 g/hari
13-15 70 g/hari
16-18 75 g/hari
19-29 65 mg/hari
Perempuan
10-12 55 g/hari
13-15 65 g/hari
16-18 65 g/hari
24

19-29 60 g/hari
Sumber : Permenkes (2019)

E. Zat Inhibitor

Zat inhibitor adalah bahan makanan yang dapat menghambat absorbsi zat

besi. Absorbsi zat besi dapat dihambat oleh sejumlah zat inhibitor termasuk tanin,

asam oksalat, dan asam fitat. Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Deviana

(2017), menyatakan bahwa terdapat hubungan antara remaja yang sering

mengkonsumsi sumber inhibitor Fe 90,5% mengalami anemia.

1. Tanin

Tanin merupakan polifenol yang terdapat dalam teh, kopi serta beberapa jenis

sayuran dan buah yang juga dapat menghambat absorbsi besi dengan cara

mengikatnya. Tanin diklasifikasikan atas dua kelompok atau struktur dan

aktivitasnya terhadap senyawa hidrolitik yaitu tanin terkondensasi dan tanin yang

dapat dihidrolisis. Tanin merupakan senyawa fenolik yang memiliki sifat larut

dalam air. Tanin disebut juga asam tanat yang terdiri dari 9 molekul asam galat

dan molekul glukosa. Senyawa tanin dapat mengendapkan protein dari larutan

sehingga konsumsi tanin yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan protein

dimana protein merupakan sumber zat besi (Deviana, 2017).

Kebiasaan mengonsumsi teh bersamaan saat makan dapat menurunkan

absorbsi zat besi sebesar 50-70% (Lisisina dkk, 2021). Teh hitam dapat

menghambat penyerapan zat besi non heme sebesar 79-94% jika dikonsumsi

secara bersama. Jika mengonsumsi teh sebanyak 200 ml, maka penyerapan zat

besi hanya 2-3%. Daya hambat teh hitam sebesar 79-94%. Mengonsumsi teh

hitam sebanyak mengandung 20 mg polifenol dari teh hitam yang dapat


25

mengurangi penyerapan zat besi sebanyak 66%, hal ini memungkinkan karena

lebih tingginya kandungan galloy ester yang terdapat dalam teh hitam (Lisisina

dkk, 2021). Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Sariyanto (2019) bahwa

teh hitam dapat menghambat penyerapan zat besi dua kali lipat jika dibandingkan

dengan teh hijau.

2. Asam Oksalat

Asam oksalat merupakan bentuk garam netral dengan logam alkali (Na dan

K) yang larut dalam air 5-25%. Asam oksalat ini terionisasi dalam media asam

kuat (Suwarni, 2011). Asam oksalat dalam sayur dapat menghambat penyerapan

zat besi sehingga menghambat penyerapan zat besi. Bahan makanan yang

mengandung asam oksalat dapat ditemukan dalam sayuran. Sayuran hijau

mengandung asam oksalat dapat menghambat penyerapan zat besi namun

memiliki efek yang lebih kecil dibandingkan dengan fitat dalam serealia dan tanin

dalam teh dan kopi (Sunita A, 2009 dalam Deviana, 2017).

Sayuran hijau yang mengandung asam oksalat antara lain bayam. Meskipun

bayam mengandung zat besi, namun bayam juga mengandung asam oksalat.

Bayam mengandung zat besi yang berupa Fe2+ (ferro), jika bayam terlalu lama

berinteraksi dengan O2 (Oksigen), maka kandungan Fe2+ pada bayam akan

teroksidasi menjadi Fe3+ (ferri). Kandungan ferri dalam bayam akan bersifat

racun jika dilakukan pemanansan sayur bayam secara berulang. Selain itu, bayam

juga mengandung zat nitratyang bersifat racum apabila bayam didiamkan selama

5 jam. Efek racun pada nitrit menimbulkan reaksi dengan zat besi dalam

hemoglobin yang mengakibatkan hemoglobin tidak mampu mengikat oksigen

sehingga bayam menghambat absorbsi besi (Deviana, 2017).


26

3. Asam Fitat

Asam fitat meupakan bentuk simpanan fosfor dalam biji-bijian yang

merupakan garam mio-inisitol dalam heksa oksalat yang mampu membentuk

kompleks dengan bermacam-macam kation atau protein yang dapat

mempengaruhi derajad kelarutan komponen tersebut (Lukmasari, 2011). Bahan

makanan yang mengandung asam fitat adalah tumbuhan terutama serealia (kacang

tanah, tahu, tempe, kedelai). Asam fitat dalam serealia dapat menghambat

penyerapan zat besi dengan mengikat zat besi. Meskipun kadungan fitat dalam

biji-bijian sedikit namun dapat mengurangi penyerapan zat besi.

F. Pola Makan Remaja

Pola makan adalah suatu cara dalam mengatur jumlah dan ragam makanan

melalui gambaran informasi yang dapat memelihara dan mempertahankan

kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu proses kesembuhan suatu

penyakit. Pola makan dapat dikatakan baik jika mengandung makanan sebagai

sumber energi, sumber zat pembangun, dan zat pengatur yang diperlukan tubuh

untuk mempertahankan sistem metabolisme tubuh yang berfungsi sebagai sumber

tenaga, pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh, perkembangan otak, produktivitas

kerja. Makanan yang dikonsumsi harus mencukupi jumlah kebutuhan tubuh

sehingga dapat mencapai dan mempertahankan status gizi dan kesehatan yang

optimal (Amaliyah et al, 2021). Saat anak memasuki usia remaja, kebiasaan

makan akan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: lingkungan, teman sebaya,

kehidupan sosial, dan kegiatan diluar rumah. Pola makan pada remaja berkaitan

dengan mengkonsumsi makanan yang mencakup jenis makanan, jumlah makanan,

frekuensi makanan, distribusi makanan dan cara memilih makanan (Hafiza et al,
27

2020). Menurut Amaliyah et al (2021), pola makan terdiri dari tiga komponen,

antara lain :

1. Jenis makanan

Jenis makanan yang dikonsumsi terdiri dari makanan pokok, lauk hewani,

lauk nabati, sayuran, dan buah yang dikonsumsi setiap hari.

2. Frekuensi makan

Frekuensi makanan adalah mengonsumsi makanan dalam sehari yang

terdiri dari makan pagi, makan siang, makan malam dan selingan. Sedangkan

menurut Suhardjo, frekuensi makan merupakan keseringan atau berulang kalinya

individu mengonsumsi makanan dalam sehari.

3. Jumlah makan

Jumlah makanan berhubungan dengan banyaknya makanan yang

dikonsumsi oleh setiap individu

Faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada remaja adalah tingkat

asupan zat besi kategori defisit kurang serta kurangnya konsumsi makanan yang

dapat meningkatkan absorbsi zat besi sehingga kebutuhan zat besi tidak terpenuhi.

Hal ini disebabkan karena pola konsumsi remaja di Indonesia yang masih

menggunakan sayuran sebagai sumber utama zat besi. Menurut Sunita A (2011),

menyebutkan bahwa protein hewani memiliki kandungan zat besi yang tinggi,

sedangkan protein nabati seperti sayuran memiliki kandungan zat besi yang

sedang. Sayuran yang memiliki kandungan oksalat yang tinggi adalah bayam

sehingga bayam dapat menghambat proses penyerapan zat besi. Selain itu, faktor
28

yang dapat menghambat proses penyerapan zat besi adalah mengonsumsi teh dan

kopi yang mengandung pholifenol yang juga menghambat penyerapan zat besi

(inhibitor).

G. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.5 Penelitian Terdahulu


No. Penulis Judul Tujuan Metode Hasil
(tahun)
1. Agrina Gambaran Penelitian ini Deskriptif Hasil menunjukkan
Herliana IMT / U, bertujuan untuk dengan desain 42.9% yang
Damanik, Asupan Zat Besi mengetahui cross menderita
Sintha (Fe), dan gambaran sectional mengalami anemia,
Fransiske Inhibitor Zat IMT/U, asupan 76.2% memiliki
Simanungkalit Besi (Fe) zat besi (Fe), IMT/U tidak normal.
dan Firlia Ayu dengan Anemia dan inhibitor zat 92.9% kurang
Arini (2019) Remaja Putri Di besi (Fe) dengan mengkonsumsi
SMA anemia remaja asupan zat besi, dan
Muhammadiyah putri di SMA 71.4% sering
7 Sawangan Muhammadiyah mengkonsumsi
Depok Tahun 7 Sawangan inhibitor zat besi
2018 Depok tahun dalam kategori
2018. sering
2. Cynthia Hubungan Menganalisis Observasional Hasil analisis
Almaratus Asupan Zat hubungan antara analitik menunjukkan adanya
Sholicha dan Besi, Protein, asupan zat besi, dengan desain hubungan antara
Lailatul Vitamin C dan protein, studi cross asupan zat besi
Muniroh Pola vitamin C dan sectional dengan kadar
(2019) Menstruasi pola menstruasi hemoglobin yaitu
dengan Kadar dengan kejadian (p=0,000;r=0,635).
Hemoglobin anemia pada Hasil uji hubungan
pada Remaja remaja putri asupan protein
Putri di SMAN terhadap kadar
1 Manyar hemoglobin
Gresik diperoleh p-
value=0,000 dengan
nilai Spearman
correlation r=0,663.
Hasil analisis
hubungan asupan
vitamin C terhadap
kadar hemoglobin
menunjukan p-
value=0,000 dan
29

nilai Spearman
correlation r=0,780
artinya berhubungan
signifikan
3. Ni’matush Hubungan Menganalisis observasional Hasil penelitian
Sholihah, Sri Tingkat hubungan dengan didapatkan bahwa
Andari, dan Konsumsi tingkat menggunakan adanya hubungan
Bambang Protein, Vitamin konsumsi design yang signifikan
Wirjatmadi C, Zat Besi dan protein, vitamin penelitian antara tingkat
(2019) Asam Folat c, zat besi dan case control konsumsi protein
dengan asam folat study dengan anemia pada
Kejadian dengan status remaja (r= 0,586) p
Anemia Pada anemia pada value sebesar <0,001
Remaja Putri remaja putri dengan hasil OR =
SMAN 4 30,333.
Surabaya Pada asupan vit. C
tidak terdapat
hubungan signifikan
dengan kejadian
anemia dengan hasil
p value sebesar 1,00
(>0,05) dengan hasil
OR = 1 (CI= 0,179-
5,596).
Pada asupan zat besi
terdapat hubungan
yang signifikan
dengan kejadian
anemia dengan
kekuatan hubungan
yang kuat dan
berpola positif (r=
0,507), didapatkan
hasil p value<0,001
dengan OR = 8,737
(CI=3,309-29,560)
4. Abdullah Prevalence of Mengetahui Penelitian Hasil penelitian ini
Ahmed Al- Iron Deficiency prevalensi dan yang bersifat didapatkan bahwa
alimi , Salem Anemia among faktor risiko studi cross- prevalensi anemia
Bashanfer , University Anemia sectional defisiensi besi pada
and Students in Defisiensi Besi mahasiswa wanita
Mohammed Hodeida di antara sebesar 54%
Abdo Morish Province, mahasiswa sedangkan laki-laki
(2018) Yemen Yaman yang 46%. Hubungan
tampaknya sehat sarapan pagi yang
di Universitas tidak teratur adanya
Hodeida hubungan yang
signifikan dengan
30

kejadian anemia
defisiensi besi (<
0,001).
Hasil penelitian
adanya hubungan
yang signifikan
antara asupan teh
setiap hari > 4 gelas/
hari (37,5%) dan
asupan teh langsung
setelah makan
(39,5%)
dibandingkan
dengan kelompok
non anemia
5. Marina, Konsumsi Tanin Mengetahui Observasional Hasil penelitian
Rahayu dan Fitat hubungan dengan menunjukkan bahwa
Indriasari, dan sebagai asupan zat gizi rancangan ada hubungan yang
Nurhaedar Determinan mikro, pelancar cross bermakna antara
Jafar (2015) Penyebab dan penghambat sectional asupan tanin/
Anemia pada absorbsi zat besi study konsumsi teh dengan
Remaja Putri di dengan status status Hb pada
SMA Negeri 10 Hb pada responden p=0,013
Makassar remaja putri (p>0,05)
Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa
ada hubungan antara
asupan fitat dengan
status Hb pada
responden
p=0,048(p>0,05)
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN


A. Kerangka Konseptual
A. Kerangka Konseptual
Masalah kekurangan zat besi pada remaja di kota Surabaya
meningkat sebesar 30%

Status Gizi Ekonomi Pengetahuan Tumbuh kembang remaja

Konsumsi Pangan
Menstruasi Kebutuhan Zat besi
meningkat pada fase
Asupan zat gizi pertumbuhan remaja

Kehilangan zat besi


Protein Zat Besi Zat Inhibitor Zat enhancher

Asupan zat besi dan Absorbsi Zat besi


protein rendah terhambat

Cadangan zat besi berkurang

Ferritin serum dan saturasi trasferin menurun

Protopofirin eritrosit meningkat

Hemoglobin menurun

Anemia Remaja

Gambar 3.1 Kerangka konsep Hubungan Konsumsi Zat Besi, Protein, dan Zat Inhibitor
dengan Kejadian Anemia pada Remaja di Kofibrik Surabaya pada Era New Normal

32
33

Keterangan :

= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti

Deskripsi Kerangka Konsep :

Anemia merupakan suatu kondisi dimana kadar hemoglobin (hb) di

dalam darah lebih rendah dari normal (Kemenkes,2018). Di kota Surabaya

anemia pada remaja masih menjadi masalah kesehatan yang perlu

mendapatkan perhatian khusus. Hasil studi pendahuluan yang telah

dilakukan di Café Kofibrik Surabaya menunjukkan bahwa remaja yang

mengalami anemia sebesar 30%. Menurut Anindita (2018), anemia pada

remaja dibagi menjadi dua penyebab yaitu penyebab secara langsung dan

penyebab secara tidak langsung. Penyebab secara langsung yang

mempengaruhi status anemia pada remaja adalah status gizi dan tumbuh

kembang remaja (menstruasi). Sedangkan faktor tidak langsung yang

mempengaruhi status anemia adalah tingkat pengetahuan dan sosial

ekonomi.

Tumbuh kembang remaja menyebabkan kebutuhan zat besi pada

remaja akan meningkat. Selain itu, mentruasi yang dialami oleh remaja

putri setiap bulannya juga menyebabkakan kehilangan zat besi. Keluarnya

darah dari tubuh remaja putri pada saat menstruasi mengakibatkan

hemoglobin yang terkandung dalam sel darah merah juga ikut terbuang,
34

sehingga cadangan zat besi dalam tubuh juga akan berkurang dan

menyebabkan terjadinya anemia. (Briawan, 2014).

Faktor status gizi, ekonomi dan pengetahuan merupakan faktor yang

mempengaruhi intake makanan pada remaja. Remaja yang memiliki

pengetahuan mengenai penyakit anemia akan berupaya mengonsumsi

makanan yang banyak mengadung zat besi dan protein untuk mencegah

anemia. Selain pengetahuan, tingkat ekonomi keluarga akan menentukan

pemenuhan kebutuhan asupan makanan bagi keluaganya. Apabila

konsumsi pangan pada remaja sehari-hari yang tidak sesuai dengan

kebutuhan dapat menyebabkan kebutuhan zat gizi pada remaja tidak

tercukupi dengan baik khususnya zat besi dan protein.

Selain zat besi (Fe) dan protein yang rendah, beberapa zat gizi juga

dapat mempengaruhi penyerapan zat besi. Zat tersebut meliputi pangan

yang bersifat inhibitor maupun enhacer terhadap zat besi dan protein. Zat

inhibitor merupakan pangan yang dapat menghambat penyerapan zat besi

sedangkan enhancer merupakan pangan yang membantu penyerapan zat

besi. Remaja perlu mengatahui bahwa kopi, teh, fitat merupakan pangan

yang dapat menghambat penyerapan zat besi. Oleh karena itu, dalam

mengonsumsi pangan perlu memperhatikan jenis dan waktu konsumsi

pangan tersebut (Listiawani, 2019).

Asupan zat besi dan protein yang rendah serta tingginya asupan zat

inhibitor menyebabkan cadangan zat besi di dalam tubuh berkurang.

Berkurangnya asupan zat besi dan protein di dalam tubuh menyebabkan


35

zat besi untuk eritropoesis tidak cukup. Hal ini ditandai dengan penurunan

ferritin serum, saturasi transferrin menurun, serta peningkatan protopofirin

eritrosit (Kurniati, 2020) sehingga tubuh akan memproduksi sel darah

merah atau hemoglobin lebih sedikit. Hal inilah yang menyebabkan

terjadinya anemia pada remaja (Cia et al, 2021).

Berdasarkan kerangka konsep diatas, banyaknya faktor penyebab

anemia pada remaja yakni status gizi, ekonomi, pengetahuan remaja. Hal

tersebut yang mempengaruhi intake zat gizi seperti zat besi, protein dan

zat inhibitor. Apabila intake zat besi dan protein rendah sedangkan intake

zat inhibitor tinggi dapat menyebabkan absorbsi zat besi dan protein

menjadi terhambat dan menyebabkan kadar hemoglobin rendah sehingga

terjadinya anemia.

B. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan, tinjauan pustaka dan

kerangka konseptual diatas maka dapat disusun hipotesis penelitian yaitu :

1. Ada hubungan antara pola konsumsi zat besi dengan kejadian anemia pada

remaja di Kofibrik Surabaya pada era new normal

2. Ada hubungan antara pola konsumsi protein dengan kejadian anemia pada

remaja di Kofibrik Surabaya pada era new normal

3. Ada hubungan antara pola konsumsi zat inhibitor dengan kejadian anemia

pada remaja di Kofibrik Surabaya pada era new normal


36
BAB 4

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Bangun

Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan

menggunakan pendekatan cross sectional (potong lintang). Jenis penelitian cross

sectional merupakan jenis penelitian dalam satu waktu. Sedangkan jenis

penelitian observasional analitik merupakan penelitian non eksperimental yakni

tidak diberikannya perlakuan atau intervensi tertentu kepada subjek yang akan

diteliti (Sarmanu, 2017). Analitik cross sectional merupakan faktor yang

dijadikan variabel independen / variabel bebas dihubungkan secara statistik

dengan variabel dependen yang ditemukan dan dikumpulkan dalam waktu

bersamaan (Lapau, 2013).

B. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek / subyek yang

mempunyai karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017). Populasi dalam penelitian

ini adalah remaja yang ada di Kofibrik Surabaya. Adapun jumlah pengunjung

yang ada di Kofibrik Surabaya pada cabang 1 dan cabang 2 menurut informasi

dari manager café selama 3 bulan terakhir yaitu kurang lebih sebanyak 200 orang

pengunjung setiap harinya.

C. Sampel, Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel

1. Sampel

36
37

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi

tersebut (Sugiyono, 2018). Sampel dalam penelitian ini adalah remaja yang

pernah mengunjungi kofibrik Surabaya yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi

1) Responden berusia 16-21 tahun

2) Sehat jasmani dan rohani

3) Responden tidak dalam keadaan menstruasi

4) Tidak mengonsumsi suplemen atau obat-obatan yang mempengaruhi

kadar hemoglobin seperti Sangobion, Feroglobin, dan Tonikum Bayer

5) Dapat membaca dan menulis

6) Mampu berkomunikasi dengan baik

7) Bersedia menjadi responden dan berpartisipasi dalam penelitian

b. Kriteria Eksklusi

1) Responden menjalankan diet vegetarian

2) Responden yang memiliki penyakit kronis

Responden yang telah memenuhi kriteria inklusi dan bersedia mengikuti

penelitian ini kemudian akan mengisi lembar informed consent.

2. Besar Sampel

Menurut Fauzan (2015) dalam penentuan sampel apabila jumlah populasi

yang besar dan dengan jumlah yang belum diketahui secara pasti, maka

menggunakan rumus Rao Purba sebagai berikut :

ditetapkan :
38

N
n= 2
1+ N (Moe)

Keterangan :

n : Jumlah sampel

N : Jumlah populasi

Moe : Margin of Error (5%)

N
n = 2
1+ N ( Moe)

200
n = 2
1+ 200(0,05)

200
n =
1,5

n = 133,3 ~ 133 responden

3. Cara Pengambilan Sampel

Sampel merupkan sebagian dari populasi. Sampel terdiri dari sejumlah

anggota yang dipilih dari populasi. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini

adalah non probability sampling dengan purposive sampling atau disebut dengan

judgement sampling. Melihat populasi pada penelitian ini adalah pengunjung café

maka teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling agar data hasil

penelitian yang dilakukan menjadi lebih representatif. Pada purposive sampling

ini menerapkan kriteria inklusi dan eksklusi yang spesifik dan sampel dipilih

berdasarkan anggota populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi


39

tersebut hingga jumlahnya terpenuhi. Responden yang diplih adalah remaja yang

memenuhi kriteria inklusi dan yang bersedia untuk mengikuti penelitian ini.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Cafe Kofibrik Surabaya cabang I di Jl. Nginden

Semolo No.78, Nginden Jangkungan, Kecamatan Sukolilo, Kota Surabaya dan

lokasi cabang II di Jl. Rungkut Madya, Kota Surabaya. Adapun alasan pemilihan

lokasi penelitian antara lain :

a. Terdapat prevalensi penderita anemia di café Kofibrik Surabaya yaitu

sebesar 30%

b. Terdapat populasi yang sesuai dengan kriteria peneliti

c. Belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya dengan judul yang sama

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan susunan waktu sebagai berikut, yaitu :

Penyusunan laporan skripsi, pengumpulan data penelitian, analisis data pada

bulan Juni 2021-April 2022.


40

E. Kerangka Kerja (Operasional) Penelitian


A. Kerangka Kerja (Operasional) Penelitian

Populasi :

Seluruh remaja di Café Kofibrik Surabaya di


cabang I dan cabang II

Sampling :

Teknik pengambilan sampel purposive sampling

Sampel :
Sebagian remaja dengan usia 16-21 tahun di
Kofibrik Surabaya di cabang I dan II sebesar
133 orang

Pengambilan data menggunakan :

Variabel independent : Variabel dependent :


Kuesioner SQ-FFQ konsumsi zat besi, protein, Pengukuran kadar hemoglobin pada remaja
dan zat inhibitor

Pengolahan data :
Editing, Entry Data, Cleaning, Tabulation

Analisis data :
Menggunakan SPSS versi 26 menggunakan uji
rank spearman test

Penyajian data

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian


41

F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari sehingga memperoleh informasi dengan apa yang diteliti

sehingga dapat ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2015). Adapun variabel dalam

penelitian ini adalah :

a. Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah konsumsi zat besi, protein, dan

zat inhibitor

b. Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah kejadian anemia pada remaja di

Kofibrik Surabaya

2. Definisi Operasional Variabel

Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur dan Hasil Skala


. Pengukuran Data
1. Kejadian Kondisi tubuh remaja dengan Test easy touch GCHb Ordinal
Anemia jumlah kadar hemoglobin oleh enumerator
dalam darah lebih rendah dari (perawat) dan
normal yaitu < 12 g/dl dikategorikan :
1. Anemia = <12 gr/dl
2. Normal = >12 gr/dl
(WHO, 2014)
2. Asupan Frekuensi konsumsi zat gizi Wawancara dengan Rasio
zat besi mikro pada remaja berupa zat metode SQ-FFQ selama
besi yang membantu dalam 1 bulan terakhir
pembentukan hemoglobin kemudian dibandingkan
yang dianjurkan dalam sehari dengan AKG
3. Asupan Frekuensi konsumsi zat gizi Wawancara dengan Rasio
Protein makro pada remaja berupa metode SQ-FFQ selama
protein yang membantu dalam 1 bulan terakhir
42

pembentukan hemoglobin kemudian dibandingkan


yang dianjurkan dalam sehari dengan AKG
4. Asupan Frekuensi konsumsi zat yang Wawancara dengan Rasio
Zat dikonsumsi remaja terdapat metode SQ-FFQ selama
inhibitor dalam pangan yang dapat 1 bulan terakhir
menghambat penyerapan zat kemudian dibandingkan
besi di dalam tubuh seperti dengan rata-rata seluruh
fitat, asam oksalat dan tanin sampel kemudian
dikategorikan tinggi
apabila diatas rata-rata
asupan per hari dan
rendah apabila dibawah
rata-rata per hari

G. Instrumen Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

1. Intrumen Penelitian

Intrumen penelitian merupakan alat yang digunakan dalam pengumpulan data.

Instrumen pada penelitian dapat berupa kuesioner atau daftar pertanyaan,

formulir-formulir yang berkaitan dengan pencatatan data dan sebagainnya

(Notoatmodjo, 2010). Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah:

a. Informed Concent

b. Alat cek hemoglobin merk Easy touch GCHb untuk penilaian biokimia

kadar hemoglobin responden

c. Lancing device

d. Lancet blood

e. Chip strip Hemoglobin

f. Alcohol swab

g. Masker

h. Handscoon
43

i. Form Semi Quantitative Food Frequency Questionare (SQ-FFQ) untuk

memperoleh data mengenai asupan zat besi, protein, dan zat inhibitor

j. Alat tulis

k. Laptop

l. Software SPSS

2. Cara Pengumpulan Data

a. Tahap persiapan penelitian

1) Mengurus surat perizinan dan etik

2) Menyiapkan alat dan bahan untuk mengambil data responden

b. Tahap pelaksanaan

1) Mencari responden yang sesuai dengan kriteria inklusi kemudian

mengisi informed consent

2) Status anemia

Data status anemia diperoleh dengan mengukur kadar hemoglobin dengan

menggunakan alat cek hemoglobin dengan merk Eassy Touch GCHb dan

dilakukan oleh enumerator yang terlatih. Pengecekan dilakukan dengan

prosedur sebagai berikut :

a) Menyiapkan alat yaitu alat cek Hemoglobin dengan Easy Touch

GCHb, strip Hb, lancet blood, lancing device, alcohol swab,

handscoon dan masker.

b) Hidupkan alat Easy Touch GCHb hingga alat menunjukkan on,

masukkan strip Hb hingga alat menunjukkan symbol darah. Alat

siap untuk digunakan


44

c) Siapkan lancing device yang telah dimasukkan lancet blood dan

atur nomor kedalaman jarum pada lancing device.

d) Bersihkan jari tangan yang akan diambil darahnya dengan

menggunakan alcohol swab.

e) Tusukkan jari tangan dengan menggunakan lancing device

f) Tempelkan jari tangan yang mengeluarkan darah pada strip hb

dengan garis yang tertera, biarkan meresap

g) Tunggu hasil pada layar setelah menunggu 30-60 detik

h) Kemudian mengkategorikan kadar Hb berdasarkan status

anemianya

3) Konsumsi zat besi

Data frekuensi asupan pangan zat besi diperoleh dengan menggunakan

formulir SQ- FFQ yang berisi jenis sumber pangan zat besi. Remaja

diwawancarai dengan menanyakan jumlah frekuensi konsumsi pangan tersebut

dalam rentan waktu 1 bulan terakhir

4) Konsumsi Protein

Data frekuensi asupan pangan protein diperoleh dengan menggunakan

formulir SQ-FFQ yang berisi jenis sumber pangan protein. Remaja

diwawancarai dengan menanyakan jumlah frekuensi konsumsi pangan tersebut

dalam rentan waktu 1 bulan terakhir

5) Konsumsi zat Inhibitor

Data frekuensi asupan pangan zat inhibitor (penghambat penyerapan

zat besi) diperoleh dengan menggunakan formluir SQ-FFQ yang berisi jenis
45

sumber pangan zat inhibitor. Remaja diwawancarai dengan menanyakan

jumlah frekuensi konsumsi pangan tersebut dalam rentan waktu 1 bulan

terakhir

H. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan langkah penting dalam penelitian. Pengolahan

data dilakukan untuk merubah data mentah menjadi informasi dan kesimpulan

dari hasil penelitian. Adapun tahapan dalam pengolahan data meliputi :

a. Editing

Editing merupakan bagian dari cross cek yang dilakukan seperti cros cek

kelengkapan pengisian, relevansi jawaban dan kejelasan data dan tulisan dari hasil

hemoglobin, formulir SQ-FFQ sehingga langkah selanjutnya tidak terjadi

kesalahan (Notoadmojo, 2012).

b. Entry Data

Memasukkan data atau jawaban-jawaban dari setiap responden pada kolom

ataupu form dalam software SPSS versi 26 yang telah dibuat oleh peneliti sesuai

dengan kode yang telah dibuat (Notoadmojo, 2012).

c. Cleaning

Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah

dimasukkan ke dalam software SPSS versi 26. Peneliti melihat kembali mungkin

adanya kesalahan kode ataupun data yang tidak lengkap.

d. Tabulation
46

Tabulasi dapat dilakukan setelah proses cleaning dan mendapatkan hasil nilai

kadar hemoglobin, asupan zat besi, protein dan zat inhibitor. Dalam penelitian ini,

data tabulasi berisi bagaimana kadar hemoglobin dengan masing-masing asupan

yang sudah didapatkan

2. Analisis Data :

Analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang

lebih mudah diinterpretasikan yang dinyatakan dalam bilangan presentasi sebagai

langkah awal keseluruhan analisis. Analisis data yang digunakan adalah dengan

menggunakan uji statistik yaitu pengujian hipotesis dengan menggunakan bantuan

software SPSS 26. Data dianalisis dengan analisis Univariat dan Bivariat :

a. Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan cara analisis untuk variabel tunggal atau per

variabel. Analisis univariat digunakan untuk mengetahui gambaran distribusi

frekuensi rata-rata proporsi per variabel atau 1 variabel yang diteliti yaitu variabel

independen (bebas) yaitu konsumsi zat besi dengan anemia, konsumsi protein

dengan anemia, dan zat inhibitor dengan anemia. Data yang didapat kemudian

disajikan dalam bentuk tabel maupun narasi.

b. Analisis Bivariat

Analisisi Bivariat merupakan cara analisis untuk mengetahui gambaran umum

tentang hubungan setiap variabel dengan cara mendeskripsikannya. Data yang

diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan alat bantu berupa Software

SPSS 26. Sebelumnya, data diuji normalitas terlebih dahulu untuk melihat data

yang diuji berdistribusi normal atau tidak. Pengujian hipotesis dilakukan dengan
47

menggunakan analisis statistik rank spearman sebagai uji korelasi atau uji

hubungan. Pada pengujian ini menggunakan tingkat signifikansi 5% α = 0,05.

Jika hasil uji menujukkan p-value ≤ α maka H0 ditolak yang artinya terdapat

hubungan yang signifikan antara konsumsi zat besi dengan anemia, konsumsi

protein dengan anemia dan konsumsi zat inhibitor dengan anemia. Namun apabila

hasil uji menunjukkan p-value ≥ α = 0,05 maka H0 diterima yang artinya tidak

ada hubungan yang signifikan antara konsumsi zat besi dengan anemia, konsumsi

protein dengan anemia dan konsumsi zat inhibitor dengan anemia.

I. Etika Penelitian

Peneliti melakukan permohonan ijin untuk melakukan penelitian di cafe

Kofibrik Surabaya di Jl. Nginden Semolo No.78, Nginden Jangkungan,

Kecamatan Sukolilo, Kota Surabaya. Setelah mendapatkan persetujuan maka baru

akan melakukan penelitian dengan menekankan etika meliputi :

1. Ethical Clearance (Kelayakan Etik)

Ethical Clearance (EC) yang biasa disebut dengan kelayakan etik merupakan

keterangan resmi yang dikeluarkan oleh Komite Etik Penelitian untuk melakukan

riset dengan melibatkan mahluk hidup bahwa riset tersebut dilakukan setelah

memenuhi persyaratan tertentu

2. Informed Consent (Lembar Persetujuan Penelitian Menjadi Responden)

Lembar persetujuan penelitian bertujuan untuk mengetahui maksud dan tujuan

penelitian serta dampak bagi yang diteliti selama pengumpulan data. Lembar

persetujuan penelitian ini diberikan kepada responden dan ditandatangani oleh

responden jika responden bersedia untuk diteliti.


48

3. Anonymity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan dan privasi responden, Peneliti tidak

mencantumkan nama terang pada lembar pengumpulan data tetapi hanya

diberikan kode tertentu atau inisial untuk menjaga kerahasiaan responden

4. Confidentially (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang diberikan untuk responden dijamin oleh peneliti.

Data tersebut hanya akan disajikan atau dilaporkan kepada yang berhubungan

dengan penelitian

5. Beneficience (Berbuat baik) dan Non Matefience (Tidak Merugikan)

Peneliti mampu menjaga kenyamanan responden selama penelitian dan

penelitian harus sesuai dengan syarat ilmiah serta tidak melanggar secara sengaja

yang dapat merugikan responden

6. Justice (Keadilan)

Setiap manusia wajib diperlakukan secara baik dan benar dengan memberikan

yang sudah menjadi haknya dan tidak membebani yang bukan menjadi

kewajibannya
49

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, M., & Wijatmadi, B. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta:


Kencana Predana Media Group.
Al-alimi, A., Salem B, et al. 2018. Prevalence of Iron Deficiency Anemia among
University Students in Hodeida Province, Yemen. Hindawi. Hal 1-7. Doi :
https://doi.org/10.1155/2018/4157876
Amalia, A., & Agustyas T. 2016. Diagnosis dan Tatalaksana Anemia Defisiensi
Besi. Jurnal Majority. Vol 5 No.5 Hal : 166-169
Amaliyah, M., Rahayu, D.S., Luthfiyah, N., & Dwi K. 2021. Pola Konsumsi
Makan Remaja di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Tata Boga. Vol 10 No.1
Hal : 129-137
Anindita, A.Q. 2018. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia
pada Remaja Putri di SMA Muhammadiyah Gubug Kabupaten Grobogan.
Skripsi. Universitas Muhamadiyah Semarang
Ardiani, Y., et al. 2020. Hubungan antara Konsumsi Teh dengan Kadar
Hemoglobin pada Remaja Putri SMA Negeri 1 Banyudono. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Birawan D. 2016. Anemia: Masalah Gizi Pada Remaja Wanita. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC
Cia. A. et al. 2021. Asupan Zat Besi dan Prevalensi Anemia pada Remaja Usia
16-18 Tahun. Jurnal Kesehatan. Vol 4 No.2 Hal : 144-150. Doi :
https://doi.org//10.3336/woh.v0i2.436
Citrakeusumasari. 2012. Anemia Gizi, Masalah dan Pencegahannya. Cetakan 1.
Yogyakarta : Kalika.
Damanik, A.H., Shinta F.S., & Firlia A. 2019. Gambaran IMT/U, Asupan Zat
Besi, dan Zat Inhibitor Zat Besi dengan Anemia Remaja Putri di SMA
Muhammadiyah 7 Sawangan Depok Tahun 2018. Jurnal Medika Respati. Vol
14 No.3 Hal 255-263
Deviana, S.B. 2017. Hubungan Body Image dan Pola Konsumsi Faktor Inhibitor
dan Enhancher Fe dengan Status Anemia Remaja Putri di SMA Negeri 1
Lubuk Pakam. Skripsi. Poltekes Medan.
Diananda., A. 2018. Psikologi Remaja dan Permasalahannya. ISTIGHNA. Vol 1
No.1. Hal: 116-132.
Erlisa W., & Lia D. 2017. Layanan Kesehatan Reproduksi Remaja dalam Upaya
Pencegahan Anemia pada Remaja di Kabupaten Pekalongan. Prosiding
50

Seminar Nasional Publikasi Hasil-Hasil Penelitian dan Pengabdian


Masyarakat. Universitas Muhammadiyah Semarang, 30 September 2017
Fauzan, F., & Murdianto. 2015. Analisis Pengaruh Nilai Pelanggan Lokasi
Terhadap Minat Terus sebagai Pelanggan dengan Kepuasan Pelanggan
sebagai Variabl Intervning pada Kost Sekitar Tembalang dalam Empat
Wilayah. Diponegoro Journal of Management. Vol 4 No 1 : 1-13
Fikawati, S., A. I. Syafiq., et al. 2017. Gizi Anak dan Remaja. Depok: Raja
Grafindo Persada
Ghiffari, E.M., et al. 2021. Kecukupan Gizi, Pengetahuan dan Anemia Ibu Hamil.
Jurnal Gizi dan Kesehatan. Vol 5 No.1 Hal : 11-21. Doi
https://doi.org/10.22487/ghidza.v5i1.186
Ghozali, I. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS.
Yogyakarta: Universitas Diponegoro
Hafiza, D., A.U., et al. 2021. Hubungan Kebiasaan Makan dengan Status Gizi
pada Remaja SMP YLPI Pekanbaru. Jurnal Ilmu Keperawatan. Vol 9 No.1
Hal : 86-95. Doi https://doi.org/10.35328/keperawatan.v9i2.671
Hapzah & Yuliani, R. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Status Gizi
Terhadap Kejadian Anemia Remaja Putri. Jurnal Medika Pangan. Vol 13.
Edisi1
Julia., Fitriany., & Amelia S. 2018. Anemia Defisiensi Besi. Jurnal Averrous. Vol
4 No. 2 Hal : 1-14
Kemenkes R.I. 2018. Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Anemia pada
Remaja Putri dan Wanita Usia Subur (WUS). Jakarta: Direktorat Gizi
Masyarakat.
Kemenkes RI Badan Penelitian dan Pengembangan. 2018. Hasil Utama Riset
Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes RI. 2013. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kemenkes RI. 2014. Buku Survei Konsumsi Makanan Individu : Kemenkes RI
Kurniati, I. 2020. Anemia Defisiensi Zat Besi (Fe). JK Unila. Vol 4 (1) : 18-33
Kusnadi, F.N. 2021. Hubungan Tingkat Pengetahuan Anemia dengan Kejadian
Anemia pada Remaja Putri. Jurnal Medika Utama. Vol 3 No.1 Hal: 1293-
1298.
Lapau, B. 2013. Metode Penelitian Kesehatan : Metode Ilmiah Penulisan Skripsi,
Tesis dan Disertasi. Jakarta : Yayayan Pustaka Obor Indonesia
Lestari., Istiya P., et al. 2017. Hubungan Konsumsi zat besi dengan Kejadian
Anemia pada Murid SMP Negeri 27 Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol
6 No.3 Hal : 508-511. Doi https://doi.org/10.25077/JKA.V6I3.730
51

Lewa., A. F. 2016. Hubungan Asupan Protein, Zat Besi dan Vitamin C dengan
Kejadian Anemia pada Remaja Putri di MAN 2 Model Palu. Jurnal Publikasi
Kesehatan Masyarakat Indonesia. Vol 3 No.1 Hal : 26-31
Lisisina N., Irmiya R. 2021. Hubungan antara Frekuensi minum teh dengan
anemia pada Wanita Hamil. Jurnal biomedika Kesehatan. Vol 4 (2) Hal : 65-
69. Doi https://dx.doi.org/10.18051/JBiomedKes.
Listiawani, L.P.S.R. 2019. Kepatuhan Konsumsi Tablet Tambah Darah,
Konsumsi Pangan Enhacer dan Inhibitor Zat Besi Berdasarkan Status Anemia
pada Remaja Putri. Skripsi. Poltekes Denpasar
Magfiroh A. 2018. Tingkat Aktivitas Fisik, Tingkat Kecukupan Energi Dan
Protein Pada Remaja Di Panti Asuhan Baitul Falah. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Semarang
Marina., Rahayu I., Nurhaedar J. 2015. Konsumsi Tanindan Fitat sebagai
Determinan Penyebab Anemia pada Remaja Putri di SMA Negeri 10
Makassar. Jurnal MKMI.. Hal : 51-57
Masthalina, H., et al. 2015. Pola Konsumsi (Faktor Inhibitor dan Enhacer Fe)
Terhadap Status Anemia Remaja Putri. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol 11
No.1 Hal : 80-86
Nasruddin, H., R.F.S., et al. 2021. Angka Kejadian Anemia Pada Remaja Di
Indonesia. Jurnal Ilmiah Indonesia. Vol 1 No.4 Hal: 357-364. Doi
https://doi.org/10.36418/cerdikia.vli4.66
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi Cetakan
Kedua. Jakarta : Rineka Cipta
Permekes. 2019. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Untuk Masyarakat
Indonesia. Peraturan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 2019.
Pratiwi, E. 2016. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Anemia pada Siswi MTS
Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014.
Pujiati., A.S.R. 2015. Hubungan antara Perilaku Makan dengan Status Gizi pada
Remaja. Jurnal Online Mahasiswa. Vol 2 No.2 Hal : 1345-1352
Pujiati., Arneliwati.,S. R. 2015. Hubungan Perilaku Makan dengan Status Gizi
pada Remaja Putri. Jurnal Online Mahasiswa. Vol 2 No.2. Hal : 1345-132
Sariyanto, I. Serapan Zat besi dalam Minuman Teh Kemasan Menggunakan
Spektrofotometer. Jurnal Analis Kesehatan. Vol 8 No.1 Hal : 7-12. Doi
http://dx.doi.org/10.26630/jak.v8i1.1641
Sarmanu. 2017. Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
Statistika. Surabaya: Airlangga University Press.
52

Sholicha, C. A., Lailatul M. 2019. Hubungan Asupan Zat Besi, Protein, Vitamin C
Dan Pola Menstruasi Dengan Kadar Hemoglobin Pada Remaja Putri di Sman
1 Manyar Gresik. Media Gizi Indonesia. Vol 14 No.2. Hal : 148-152. Doi
http://dx.doi.org/10.20473/mgi.v14i2.147-153
Sholihah, N., S. A., et al. 2019. Hubungan Tingkat Konsumsi Protein, Vitamin C,
Zat Besi Dan Asam Folat Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Sman
4 Surabaya. Jurnal Amerta Nutr. Hal : 136-140. Doi https://10.2473/
amntv3i3.2019.135-141
Sholikhah., Anindya M., Y.S.M. et al. 2021. Anemia di Kalangan Mahasiswi :
Prevalensi dan Kaitannya dengan Prestasi Akademik. MTPH Journal. Vol 5
No.1 Hal : 8-18
Simarmata, R.R.S. et al. 2017. Aktivitas Jus Buah Terong Belanda terhadap
Kadar Hemoglobin dan Jumlah Eritrosit Tikus Anemia. Jurnal Life Science.
Vol 6 No.2 Hal: 69-73.
Stefhanie, A.K. 2020. Determinan Gejala Anemia pada Mahasiswi Kesehatan
dan Non Kesehatan Kampus Tegalboto Universitas Jember. Skripsi.
Universitas Jember
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
Alfabeta
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sung, E.S., Chang, K.C., Nu, R.K., et al. 2018. Association Of Coffe and Tea
with Ferritin : Data from the Korean National Health and Nutrition
Examination Survey (IV and V). Chonnam Medical Journal. Vol 54. No.3
Hal : 178-18. Doi https://doi.org/10.4068/cmj.2018.54.3.178
Sunita, A. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
Sunita, A., & Soekatri M. 2011. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. Jakarta
(ID): PT Gramedia Pustaka Utama
Susilowati & Kuspriyanto. 2016. Gizi dalam Dur Kehidupan. Bandung : PT.
Refika Aditama
Yolanda, R.O.B.R.K. 2018. Hubungan Pola Makan dengan Angka Kejadian
Anemia pada Remaja Putri di SMA Pencawan Medan Tahun 2018. Skripsi.
Poltekes Kemenkes Medan Prodi D-IV
53

LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Perijinan Pengambilan Data Awal


54
55

Lampiran 2. Lembar Penjelasan Penelitian untuk Disetujui


PENJELASAN PENELITIAN UNTUK DISETUJUI

(Information for Consent)

Nama Peneliti : Mega Indah Kumairoh

Alamat : Ds. Peterongan RT 17 RW 06 Sukodono, Sidoarjo, Jawa Timur

Judul Penelitian: Hubungan Konsumsi Zat Besi, Protein dan Zat Inhibitor dengan
Kejadian Anemia pada Remaja di Kofibrik Surabaya pada Era
New Normal

A. Tujuan Penelitian dan Penggunaan Hasilnya

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Hubungan Konsumsi Zat Besi,


Protein, dan Zat Inhibitor dengan Kejadian Anemia pada Remaja di Kofibrik
Surabaya pada Era New Normal. Penelitian ini digunakan untuk memperoleh
gelar Sarjana Gizi (S.Gz). Data yang diperoleh dari responden digunakan hanya
untuk melengkapi kebutuhan penelitian

B. Manfaat Bagi Peserta Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan informasi mengenai hubungan


konsumsi zat besi, protein dan zat inhibitor dengan kejadian anemia pada remaja
khususnya di Kofibrik Surabaya serta dapat memberi masukan kepada remaja
dalam mencegah anemia

C. Metode dan Prosedur Kerja Penelitian

Prosedur penelitian sebagai berikut :

1. Responden akan diberikan penjelasan mengenai penelitian. Apabila


responden bersedia maka responden akan diberikan lembar persetujuan.
2. Selanjutnya dilakukan pengukuran kadar Hb dengan menggunakan alat
easytouch GCHB yang dibantu oleh perawat
56

3. Tahap berikutnya responden akan dilakukan wawancara mengenai asupan


zat besi, protein dan zat inhibitor dengan menggunakan SQ-FFQ

D. Resiko yang Mungkin Timbul

Penelitian ini mempunyai resiko yang mungkin dapat terjadi yaitu nyeri pada
luka bekas tusukan dan nyeri yang timbul akibat alcohol yang belum kering pada
saat penusukan jarum, dan penarikan jarum yang terlalu kuat.

E. Efek Samping Penelitian

Efek samping dalam penelitian ini yaitu nyeri pada luka bekas tusukan dan
nyeri yang timbul akibat alcohol yang belum kering pada saat penusukan jarum,
dan penarikan jarum yang terlalu kuat. Pencegahan resiko dilakukan dengan
melakukan pengambilan darah secara hati-hati, penggunaan jarum/ lancet baru
pada setiap responden dan penggunaan alcohol swab untuk mencegah kontaminasi
bakteri serta peneliti membawa salep untuk mengatasi rasa nyeri.

F. Jaminan Kerahasiaan

Semua informasi yang berkaitan dengan identitas responden dan data hasil
yang didapat dalam penelitian ini akan dijamin kerahasiaannya. Data hanya akan
digunakan untuk tujuan penelitian serta pada hasil penelitian, peneliti tidak akan
mencantumkan identitas diri responden

G. Hak untuk Menolak Menjadi Subyek Penelitian

Jika terdapat responden yang tidak bersedia mengikuti penelitian ini, maka
peneliti tidak dapat memaksa dan responden tidak akan mendapat manfaat serta
tidak akan mendapatkan kompensasi berupa reward yang telah disiapkan oleh
peneliti

H. Partisipasi Berdasarkan Kesukarelaan dan Hak untuk Mengundurkan


Diri

Penelitian ini dilakukan berdasarkan kesukarelaan responden. Subyek dapat


menyetujui mengikuti penelitian ini tanpa adanya paksaan. Subyek juga memiliki
hak untuk mengundurkan diri tanpa adanya sanksi atau denda
57

I. Subjek Dapat Dikeluarkan dari Penelitian

Responden yang dikeluarkan atau tidak termasuk dalam penelitian adalah


responden yang tidak sesuai dengan kriteria inklusi, eksklusi serta tidak mematuhi
peraturan yang sudah disebutkan diawal

J. Hal – hal Lain yang Perlu Diketahui

Jika terdapat pertanyaan, keluhan, atau klarifikasi mengenai penelitian ini,


responden dapat menghubungi kontak dibawah ini :

Kontak Peneliti : 081919402120 (Mega Indah Kumairoh)

Alamat Peneliti : Ds. Peterongan RT 17 RW 06 Sukodono, Sidoarjo

Alamat Email : Megaindah058.gz18@student.unusa.ac.id

Kontak KEPK : kepk@unusa.ac.id

Surabaya, … … 2022

Peneliti Yang Menerima Penjelasan

(Mega Indah Kumairoh) (…………………………...)

Saksi 1 Saksi 2

(……………………) (………………….)
58

Lampiran 3. Lembar Persetujuan Tindakan Medis


PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Umur/Jenis Kelamin :
Alamat :
Nomor Telepon/HP :

Sudah mendengarkan penjelasan yang diberikan dan kesempatan untuk


menanyakan yang belum dimengerti, dengan ini memberikan :

PERSETUJUAN

Untuk dilakukan tindakan medis berupa pengambilan darah.


Dengan judul penelitian :
Hubungan Konsumsi Zat Besi, Protein, dan Zat Inhibitor dengan Kejadian
Anemia pada Remaja di Kofibrik Surabaya
Sewaktu-waktu saya berhak mengundurkan diri.

Demikian persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran diri tanpa paksaan.
Surabaya, ……… …… …….

Yang Membuat Pernyataan

(……………………………………)

Saksi 1 Saksi 2

(…………………………..) (…………………………….)
59

Lampiran 4. Lembar Persetujuan Mengikuti Penelitian


PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN
(Informed consent)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
Umur/Jenis Kelamin :
Alamat :
Nomor Telepon/HP :

Menyatakan setelah memperoleh informasi lengkap dan diberikan kesempatan


untuk menyatakan segala sesuatu yang ingin saya ketahui, saya bersedia
mengikuti penelitian dengan judul :
Hubungan Konsumsi Zat Besi, Protein dan Zat Inhibitor dengan Kejadian
Anemia pada Remaja di Kofibrik Surabaya pada Era New Normal
Saya juga dapat menolak menjawab pertanyaan yang diberikan ataupun menarik
diri dari persetujuan ini suatu saat, tanpa sanki apapun.
Demikian persetujuan ini dibuat memahami spenuhnya terhadap informasi yang
telah diberikan kepada saya serta tanpa adanya paksaan.

Surabaya, … … 2022

Peneliti Yang Membuat Pernyataan

(Mega Indah Kumairoh) (……………………………………)

Saksi 1 Saksi 2

(…………………………..) (…………………………….)
56

Lampiran 5. Lembar Pengunduran Diri


PENGUNDURAN DIRI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
Umur/Jenis Kelamin :
Alamat :
Nomor Telepon/HP :

Dengan ini menyatakan MENGUNDURKAN DIRI sebagai subjek penelitian.


Dengan judul penelitian :

Hubungan Konsumsi Zat Besi, Protein dan Zat Inhibitor dengan Kejadian
Anemia pada Remaja di Kofibrik Surabaya pada Era New Normal

Demikian lembar pengunduran diri ini saya buat dengan penuh kesadaran dan
tanpa paksaan.

Surabaya, …… ….. 2022

Yang membuat pernyataan

(……………………….)

Saksi 1 Saksi 2

(…………………) (………………….)
57

Lampiran 6. Formulir Semi Quantitative Food Frequency questionnaire

Form Semi Quantitative Food Frequency questionnaire (SQ-FFQ)


Petunjuk : Berilah tanda chek mart (v) pada kolom frekuensi yang sesuai
berdasarkan jenis bahan makanan dan frekuensi makanan yang tersedia
Nama Responden :
Usia :

Frekuensi
Jumla Jumla
Nama Sering Jarang UR h h
Bahan
1x ≥ 2x/ < 2x/ ≥ Tidak T (gram gram /
Makanan
sehar mingg mingg 1x/bula perna ) hari
i u u n h

Sumber Zat Besi dan Protein


Protein Hewani
Daging
ayam
Daging
sapi
Daging
bebek
Daging
kambing
Hati
ayam
Hati Sapi
Telur
ayam
Telur
bebek
Telur
puyuh
Telur
asin
Kerang
Udang
segar
Ikan
58

kakap
Ikan
bandeng
Ikan tuna
Ikan
cakalang
Ikan
tongkol
Ikan
mujahir
Ikan
gabus
Ikan
sarden
Cumi-
cumi
Kerang
Ikan
kakap
Sayuran
Kangkun
g
Sawi
Hijau
Daun
singkong
Daun
kacang
panjang
Wortel
Kembang
kool
Sawi
hijau
Sawi
putih
Kacang
panjang
Tomat
Kentang
Susu dan Olahannya
59

Susu
Kedelai
Susu sapi
Susu
kambing
Keju
Zat Inhibitor
Teh hijau
Teh
hitam
Kopi
Kopi
susu
Coklat
Tempe
Tahu
Kacang
tanah
Kacang
hijau
Kacang
kedelai
Kacang
mete
Jagung
Bayam
Buncis
Selada
Sumber : Wiwit (2020)

Lampiran 7. Jadwal Rencana Pelaksanaan Penelitian


60

No Kegiatan Me Jun Jul Agustu Se Ok No De Ja Fe Mare Apri Me Jun


. i i i s p t v s n b t l i i
1. Pengajuan
judul
2. Pengambila
n data awal
3. Penyusunan
proposal
4. Konsultasi
proposal
5. Ujian
proposal
6. Perbaikan
proposal
6. Pengumpul
an data
7. Pengolahan
data
8. Analisa
data
9. Penulisan
skripsi
10. Konsultasi
skripsi
11. Sidang
skripsi
12. Revisi
sidang
skripsi
61

Lampiran 8. Lembar Konsultasi Skripsi


62

Anda mungkin juga menyukai