2330018058
DOSEN PEMBIMBING :
FAKULTAS KESEHATAN
2022
i
PROPOSAL SKRIPSI
2330018058
FAKULTAS KESEHATAN
2022
i
LEMBAR PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS
menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan skripsi
saya yang berjudul:
“Hubungan Konsumsi Zat Besi, Protein, dan Zat Inhibitor dengan Kejadian
Anemia Pada Remaja di Kofibrik Surabaya pada Era New Normal”
Skripsi ini dibuat dengan sejujurnya dengan mengkuti kaidah Etika Akademik
Prodi S1 Gizi UNUSA. Apabila suatu saat nanti terbukti saya melanggar Etika
Akademik dan melakukan tindakan plagiat, maka saya akan menerima sanksi
yang telah ditetapkan.
ii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
iii
HALAMAN PENGESAHAN
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufik, hidayah serta inayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul “Hubungan Konsumsi Zat Besi, Protein, dan Zat Inhibitor dengan Kejadian
Anemia Pada Remaja di Kofibrik Surabaya pada Era New Normal” sebagai
persyaratan Pendidikan Akademik untuk menyusun Skripsi dalam rangka
menyelesaikan Program Pendidikan S1 Gizi di Fakultas Kesehatan Universitas
Nahdlatul Ulama Surabaya. Penulisan Skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. DR. Ir. Achmad Jazidie, M. Eng., selaku Rektor Universitas Nahdlatul
UlamaSurabaya.
2. Prof. Edijanto Poegoeh Soebagdjo, Sp, PK (k) selaku Dekan Fakultas
Kesehatan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.
3. Rizki Nurmalya Kardina, S.Gz., M. Kes, selaku Kaprodi S1 Gizi Universitas
Nahdlatul Ulama Surabaya
4. Pratiwi Hariyani Putri, S.Gz., M. Kes, selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan dan masukan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi
ini
5. Endah Budi Permana Putri, S.TP., M.PH selaku penguji 2 dan Farah
Nuriannisa, S.Gz., M.P.H selaku penguji 3 yang telah memberikan arahan dan
masukan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini
6. Kepada orang tua yang selalu memberikan doa tulus, motivasi dan
pengorbanan baik dari segi moral maupun material hingga terselesainya
skripsi ini.
7. Sahabat dan teman-teman yang selalu memberikan semangat, dukungan serta
bantuan saat pembuatan skripsi ini sehingga skripsi ini selesai dengan baik
Semua pihak-pihak yang terkait dalam kelancaran pembuatan skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal dan perbuatan
yang telah di berikan dan penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna,
oleh karena itu saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan
demi perbaikan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga Skripsi ini dapat
bermanfaat baik bagi penulis dan pihak yang membutuhkannya.
Penulis
v
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM
LEMBAR PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii
DAFTAR TABEL...............................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................ix
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Pembatasan Masalah.....................................................................................4
C. Rumusan Masalah.........................................................................................4
D. Tujuan Penelitian..........................................................................................5
E. Manfaat Penelitian........................................................................................6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................7
A. Remaja..........................................................................................................7
B. Anemia..........................................................................................................9
C. Zat Besi.......................................................................................................19
D. Protein.........................................................................................................22
E. Zat Inhibitor................................................................................................24
F. Pola Makan Remaja....................................................................................26
G. Penelitian Terdahulu...................................................................................28
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN.....32
A. Kerangka Konseptual..................................................................................32
B. Hipotesis Penelitian.....................................................................................35
BAB 4 METODE PENELITIAN........................................................................36
A. Jenis dan Rancangan Bangun......................................................................36
B. Populasi Penelitian......................................................................................36
C. Sampel, Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel..............................36
D. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................................39
E. Kerangka Kerja (Operasional) Penelitian...................................................40
F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.............................................41
G. Instrumen Penelitian dan Cara Pengumpulan Data.....................................42
H. Pengolahan dan Analisis Data.....................................................................44
I. Etika Penelitian...........................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................49
LAMPIRAN..........................................................................................................53
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Konsumsi Zat besi, Protein dan
Zat Inhibitor dengan Kejadian Anemia pada Remaja di
Kofibrik
Surabaya……………………………………………………..32
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian…………………………………..40
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anemia adalah suatu kondisi kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih
rendah dari normal untuk kelompok orang menurut umur dan jenis kelamin.
Anemia merupakan masalah gizi yang paling banyak dijumpai di berbagai dunia
baik negara maju maupun negara berkembang. Hal ini ditandai dengan tingginya
prevalensi menurut World Health Organization (WHO) yaitu lebih dari 30%
penduduk dunia menderita anemia, dan sebagian besar diantaranya berasal dari
masalah kesehatan serius yang harus ditangani dengan segera (Sholikhah et al,
2021).
jauh dengan prevalensi anemia global yaitu sebesar 32% dimana prevalensi
tertinggi penderita anemia defisiensi zat besi merupakan usia produktif terutama
pada remaja (Sholikhah et al, 2021). Remaja sangat rawan mengalami anemia
dan perkembangan sehingga lebih banyak membutuhkan zat gizi makro dan mikro
(Lewa, 2016). Data Riskesdas tahun 2013 prevalensi anemia pada remaja
kelompok usia 15- 24 tahun sebesar 18,4%, kemudian terjadi peningkatan pada
Surabaya yang berusia 19-21 tahun sekitar 26,1% dengan rata-rata kadar Hb
2
sebesar 10,85 g/dl. Angka ini tergolong tinggi bila dibandingkan dengan
prevalensi anemia pada remaja di Kota Jakarta yaitu sebesar 13,5% (Sholikhah et
al, 2021).
Cafe Kofibrik adalah salah satu kedai minuman yang ada di Surabaya yang
memiliki banyak cabang. Kofibrik selalu ramai dikunjungi oleh remaja atau
mahasiswa untuk bertatap muka baik itu dengan keluarga, teman atau rekan
bisnis. Hasil studi pendahulan yang telah dilakukan pada bulan Juni 2021 pada
sebesar 30% dengan rata-rata siswa dan mahasiswa yang berusia 16-21 tahun.
diantaranya adalah rendahnya asupan zat besi, protein, Vitamin C, serta konsumsi
zat yang dapat menghambat penyerapan zat besi (inhibitor) (Birawan D, 2014).
Anemia pada remaja dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor penyebab
langsung dan faktor penyebab tidak langsung. Faktor penyebab langsung yaitu
menstruasi pada remaja putri, status gizi, pertumbuhan dan perkembangan remaja,
intake zat gizi yang tidak mencukupi, dan penyakit infeksi. Sedangkan faktor
(Anindita, 2018). Remaja yang tingkat konsumsi makanan sumber zat besi
bahwa proporsi asupan zat besi kurang pada remaja di SMA Muhammadiyah 7
3
Sawangan Depok sebesar 92,9%, dan yang mengonsumsi cukup zat besi sebanyak
sebesar 71,4% dan yang jarang mengonsumsi zat inhibitor zat besi sebesar 28,6%.
Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Sholicha dan Lailatul (2019) di SMA
Negeri 1 Manyak Gresik menunjukkan bahwa tingkat kecukupan zat besi pada
remaja dengan proporsi asupan zat besi kurang sebesar 66,1% dan asupan cukup
sebesar 33,9% sedangkan untuk proporsi asupan protein kurang sebesar 56,5%
dan asupan cukup sebesar 43,5%. Berdasarkan uji statistik hubungan asupan zat
menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan asupan zat besi dan protein
konsumsi kopi dapat menghambat penyerapan zat besi non-heme sebesar 40%
serta mengonsumsi teh dapat menghambat penyerapan zat besi sebesar 70-90%.
Teh merupakan inhibitor yang paling kuat menghambat penyerapan zat besi.
Kebiasaan mengonsumsi kopi dan teh seperti sudah menjadi gaya hidup remaja
dan juga banyak sekali remaja saat ini yang sering datang ke cafe untuk
nongkrong dan meminum kopi, teh, dan sejenisnya. Apabila remaja tidak
memperhatikan kecukupan zat gizi serta sering mengkonsumsi teh dan kopi dalam
pada remaja yang dilakukan di era new normal ini di cafe Kofibrik Surabaya
4
yang dilakukan oleh Sholikhah pada remaja di kota Surabaya terjadi peningakatan
sebesar 26,1% pada tahun 2021 serta hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan
di Kofibrik Surabaya sebesar 30%. Selain itu, tingginya tingkat konsumsi zat
inhibitor, kurangnya asupan zat besi dan protein yang dapat memberikan efek
negatif terhadap kesehatan remaja yaitu anemia yang akan berdampak pada
konsumsi zat besi, protein dan zat inhibitor dengan kejadian anemia pada remaja
B. Pembatasan Masalah
remaja seperti intake zat besi, intake protein, intake zat inhibitor, tingkat
ekonomi. Maka sebab itu, agar penelitian ini lebih terarah dan tidak meluas
peneliti membatasi penelitian ini yang berfokus pada “Hubungan Konsumsi Zat
Besi, Protein, dan Zat Inhibitor dengan Kejadian Anemia pada Remaja di Kofibrik
C. Rumusan Masalah
berikut:
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Protein, dan Zat Inhibitor dengan Kejadian Anemia pada Remaja di Kofibrik
2. Tujuan Khusus
kejadian anemia pada remaja di Kofibrik Surabaya pada era new normal
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
konsumsi zat besi, protein, dan zat inhibitor dengan kejadian anemia pada
remaja
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
hubungan konsumsi zat besi, protein dan zat inhibitor dengan kejadian
b. Bagi Masyarakat
hubungan konsumsi zat besi, protein, dan zat inhibitor dengan kejadian
TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja
perkembangan fisik, psikologi dan pola identifikasi dari masa anak-anak menjadi
dewasa (Amaliyah et al, 2021). Perubahan yang terjadi pada remaja cenderung
perubahan perilaku pada remaja seperti perubahan perilaku makan yang mengarah
pada perilaku makanan yang sehat ataupun makanan yang tidak sehat (Pujiati et
yaitu :
Fase pra remaja memiliki masa yang sangat pendek yaitu kurang lebih
hanya satu tahun. Fase ini juga dikatakan fase negatif karena terlihat tingkah laku
remaja yang cenderung negatif. Pada perkembangan fungsi-fungsi tubuh pada pra
pesat dan mencapai puncaknya. Emisoanal yang stabil juga terjadi pada fase
8
remaja awal ini. Pada masa perkembangan remaja awal, pencapaian kemandirian
Pada fase remaja lanjut atau remaja akhir, remaja memiliki perubahan fisik
tumbuhnya kumis, jenggot serta perubahan suara yang semakin dalam. Perubahan
pubertas atau (puberty) yaitu suatu periode dimana kematangan fisik tubuh seperti
proporsi tubuh, berat badan, dan tinggi badan mengalami perubahan serta
kematangan fungsi seksual terjadi secara pesat pada remaja. Akan tetapi, pubertas
Masa remaja adalah masa yang sangat rawan atas kebutuhan zat gizi.
Pemenuhan zat gizi yang seimbang dibutuhkan oleh remaja untuk pertumbuhan,
komposisi tubuh seperti pada lemak. Lemak tubuh remaja perempuan sekitar 22-
26% dari total massa tubuh sedangkan remaja laki-laki hanya 15-18% dari total
menambah massa lemak lebih banyak daripada penambahan pada remaja laki-
laki. Hormon testosterone dan hormon anabolik adrenal androgen pada remaja
yang lebih berat serta pembentukan massa sel darah merah lebih banyak dari pada
Remaja yang masih dalam mencari identitas diri, pemikiran semakin logis
dan kritis mudah tergiur oleh modernisasi dan teknologi yang mempengaruhi
perilaku konsumsi makanan pada remaja. Cara berpikir yang belum matang pada
remaja menyebabkan remaja memiliki preferensi makan yang kurang tepat. Sering
kali remaja mengonsumsi makanan berdasarkan makanan yang disukai dan tidak
B. Anemia
1. Definisi Anemia
kebutuhan fisiologis dalam tubuh. Salah satu kelompok yang beresiko mengalami
anemia adalah remaja. Menurut WHO, kadar hemoglobin pada wanita yang usia >
12 tahun yakni 12,0 g/dl sedangkan kadar hemoglobin pada laki-laki usia > 15
tahun yakni < 13,0 g/dl. Remaja beresiko mengalami anemia dibandingkan
dengan anak-anak dan usia dewasa dikarenakan remaja berada pada masa
(Kusnadi, 2021).
Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah
lebih rendah dari normal (WHO, 2011). Hemoglobin merupakan salah satu
komponen dalam sel darah merah atau eritrosit yang berfungsi untuk mengikat
10
darah dibentuk dari zat besi dan protein yang akan membentuk sel darah merah
dimana jumlah hemoglobin dalam darah lebih rendah dari normal untuk kelompok
orang menurut umur dan jenis kelamin (Lewa, 2016). Penyebab anemia pada
mentruasi, menderita cacingan atau infeksi, dan kurangnya mengonsumsi zat gizi
terutama sumber (Fe) zat besi serta kurangnya konsumsi (enhancer) seperti
Vitamin C yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi (Sholicha & Lailatul,
2019).
bawah 95% dari nilai hemoglobin rata-rata dari umur dan jenis kelamin yang
dalam sel darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru
anemia berdasarkan hemoglobin menurut usia dan jenis kelamin sebagai berikut:
Tabel 2.1 Batas Normal Kadar Hb Menurut Umur dan Jenis Kelamin.
2. Klasifikasi Anemia
Menurut Citrakesumasari (2012) terdapat dua tipe anemia yang dikenal selama
ini yaitu anemia gizi dan non gizi. Klasifikasi anemia gizi yaitu :
Anemia defisiensi besi yang disebabkan karena kurangnya zat besi (Fe)
yang merupakan molekul hemoglobin sebagai unsur utama sel darah merah.
Anemia jenis ini ditandai dengan menurunnya kadar Hb dan ukuran sel darah
b. Anemia Pernicious
Anemia pernicious disebut juga dengan anemia gizi vitamin B 12. Anemia
dengan jenis ini memiliki gejala yang hampir sama dengan anemia gizi asam folat
namun, anemia jenis ini disertai dengan gangguan pada sistem alat pencernaan
bagian dalam.
c. Anemia Sederotic
Anemia sederotic disebut dengan anemia gizi vitamin B6. keadaanya mirip
dengan anemia gizi besi namun bila darahnya diuji secara laboratoris.
12
d. Anemia Megaloblastik
Anemia dini ditandai dengan keadaan sel darah merah penderita tidak normal
3. Etiologi Anemia
Rendahnya asupan zat besi yang tidak mencukupi kebutuhan pada remaja
sering terjadi karena kurangnya konsumsi bahan makanan sumber zat besi baik
asupan zat gizi hewani dan nabati. Konsumsi pangan yang rendah kandungan zat
tubuh juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan besi di dalam tubuh. Jika hal
tersebut berlangsung dalam jangka waktu yang lama, maka dapat menyebabkan
Banyaknya zat besi yang diserap, tergantung dari jenis dari sumber zat
zat besi adalah asam fitat seperti kacang-kacangan, jagung, susu dll, serta tanin
pada teh dan kopi dan asam oksalat yang terdapat pada sayuran seperti bayam.
pertama dan pada masa remaja kebutuhan zat besi akan meningkat sehingga
Kehilangan zat besi pada remja putri adalah menstruasi. Setiap bulan
remaja putri mengalami menstruasi selama lebih dari 5 hari sehingga remaja putri
Kehilangan darah yang banyak pada saat mentruasi dapat menyebabkan anemia.
Menstruasi merupakan perdarahan secara periodic dan siklik dari uterus disertai
dengan pelepasan endometrium. Keluarnya darah dari dalam tubuh remaja pada
merah juga ikut terbuang sehingga cadangan besi dalam tubuh berkurang
(Birawan D, 2014). Selain menstruasi, kehilangan zat besi juga disebabkan oleh
pendarahan oleh infeksi cacing di dalam usus. Cacing yang menempel pada
dinding usus akan menghisap darah sehingga menyebabkan darah penderita hilang
e. Status gizi
yang dapat di lihat dari makanan dan zat gizi yang dikonsumsi di dalam tubuh.
Status gizi yang baik akan dapat meminimalisir terjadinya anemia, karena status
gizi kurang maka semakin rendah kadar hemoglobin di dalam darah. Pada remaja
yang memiliki Indeks Masa Tubuh kurus memiliki resiko 1,4 kali lebih besar
14
f. Pengetahuan
menjadi semakin baik. Remaja yang memiliki pengetahuan yang baik akan
menyebabkan remaja tidak memahami dan tidak akan berupaya mencegah anemia
g. Sosial ekonomi
kebutuhan sehari-hari. Keluarga dengan tingkat ekonomi yang tinggi akan mudah
keluarganya (Anindita, 2018). Faktor sosial ekonomi dianggap sebagai salah satu
penyebab anemia. Remaja dengan status sosial ekonomi rendah lebih rentan
mengalami defisiensi zat besi karena asupan zat besi yang rendah dan bahan
makanan yang rendah zat besi sehingga lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan
4. Patofisiologi
Anemia defisiensi besi adalah hasil akhir dari keseimbangan zat besi negatif
yang berlangsung lama. Jika keseimbangan zat besi negatif ini kemudian menetap
dan mengakibatkan cadangan zat besi terus berkurang. Berikut ini adalah tahapan
a. Tahap pertama
Tahap ini disebut iron depletion atau store iron deficiency yang ditandai
dengan berkurangnya cadangan besi. Kadar hemoglobin dan fungsi protein besi
lainnya masih normal. Pada keadaan ini terjadi peningkatan absorpsi besi non
b. Tahap kedua
Pada tahap ini yang dikenal dengan istilah iron deficient erythropoietin
atau iron limited erythropoiesis adalah suplai besi yang tidak cukup untuk
menunjang eritropoisis. Pada tahap kedua, nilai besi serum menurun dan saturasi
(FEP) meningkat.
c. Tahap ketiga
16
Tahap ketiga yang disebut sebagai iron deficiency anemia. Iron deficiency
ini terjadi bila besi yang menuju eritroid sumsum tulang tidak cukup sehingga
mikrositosis dan hipokromik yang progesif. Pada tahap ini telah terjadi perubahan
5. Gejala anemia
Gejala pada anemia sering kali tidak terlihat secara signifikan, namun anemia
anemia memiliki gejala yang umum. Gejala umum anemia adalah gejala yang
penurunan hemoglobin pada semua jenis anemia. Gejala – gejala umum anemia
ringan meliputi sakit kepala, pusing, mata berkunang – kunang, lesu, mudah lelah,
lemah, letih dan lesu (Kusnadi, 2021). Namun pada anemia yang berat dapat
jantung, aritmia, infark miokard, dan angina. Berikut ini adalah pemeriksaan yang
a. Pemeriksaan klinis
2) Mata berkunang-kunang
3) Napas pendek
5) Pusing
17
6) Mudah mengantuk
8) Sulit berkonsentrasi
10) Pucat pada kelopak mata, bibir, kuku dan telapak tangan (Kemenkes,
2018).
hemoglobin yakni >12,0 – 15,5 g/dl pada wanita usia >15 tahun sedangkan pada
karena dapat menurunkan kualitas hidup remaja sebagai generasi penerus bangsa
anemia pada remaja juga dapat meningkatkan resiko menderita penyakit infeksi
a. Perkembangan kognitif
remaja yang dibebakan oleh pasokan oksigen yang tidak dapat disalurkan dengan
yang membutuhkan zat besi secara terus menerus untuk menjalankan tugasnya.
c. Produktivitas kerja
menurun
Anemia dengan tingkat berat pada remaja dapat menimbulkan faktor resiko
melahirkan dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dibandingkan dengan wanita
mengandung zat besi seperti mengonsumsi protein hewani yaitu daging sapi,
daging ayam, ikan, telur, dan hati. Mongonsumsi makanan yang mengandung
makanan sumber zat besi, menghindari atau mengurangi makanan atau minuman
yang dapat menghambat penyerapan zat besi seperti zat inhibitor serta
Istirahat minimal 8 jam per hari, mengonsumsi tablet tambah darah 1 minggu
Tablet Tambah Darah (TTD) adalah tablet tambah besi folat yang
mengandung 200 mg Fero Sulfat atau 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam
folat. Dosis yang diberikan pada suplementasi zat besi untuk remaja laki-laki dan
menyatakan bahwa remaja yang diberikan suplementasi zat besi dengan dosis 60
dan free erythrocyte proporphynrin (FEP) (Erlisa dkk, 2017). Menurut Susilowati
& Kuspriyanto (2016), program pencegahan anemia dalam jangka panjang adalah
a. Meningkatkan konsumsi makanan seperti daging, hati, ikan, telur, dan sumber
seperti zat enhancer (vitamin C) seperti buah jeruk, papaya, jambu biji, tomat,
nanas, sayuran hijau dan buah-buahan lain yang dapat membantu penyerapan
zat besi
C. Zat Besi
Zat besi (Fe) adalah zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh dan
berfungsi bagi tubuh. Hemoglobin (Hb) terdiri dari Zat besi (Fe), protoporfilin
kekurangan zat besi merupakan salah satu dari masalah kesehatan yang paling
serius. Oleh karena itu, jika asupan zat gizi tidak mencukupi maka dapat
menyebabkan kadar zat besi dalam tubuh menjadi rendah dan dapat menyebabkan
Zat besi terdapat dalam 2 bentuk yaitu ferro dan ferri. Besi dalam bentuk
ferri karena terikat hemoglobin sedangkan pada saat proses transport membrane
deposisi dalam bentuk ferritin dan sintesis heme besi dalam bentuk fero. Zat besi
di dalam tubuh diperlukan untuk pembentukan kompleks besi sulfur dan heme.
Kompleks besi sulfur diperlukan oleh enzim dalam metabolisme energi. Heme
tersusun yang tersusun atas cincim porfirin dengan atom besi berperan untuk
mengangkut oksigen pada hemoglobin dalam eritrosit dan mioglobin dalam otot
(Yolanda, 2018).
Zat besi memiliki beberapa fungsi essensial dalam tubuh sebagai alat
pengangkut oksigen dari pau-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron
di dalam sel, dan sebagai proses metabolisme berbagai reaksi enzim di dalam
jaringan tubuh. Jumlah zat besi yang dapat disimpan dalam tubuh 0,5-1,5 gram
pada laki-laki dewasa dan 0,3-1,0 gram pada wanita dewasa (Andriani, 2012).
Simpanan besi dalam tubuh terdapat dalam hati dalam bentuk feritin dan
21
Zat besi terdiri dari 2 macam yakni zat besi yang berasal dari sumber
pangan nabati (non heme) seperti kacang-kacangan dan sayuran yang memiliki
tingkat absorbsi zat besi yang rendah. Sumber zat besi hewani (heme) seperti
daging, telur, ikan, hati dan unggas merupakan sumber zat besi yang memiliki
absobsi lebih tinggi dibandingkan dengan zat besi yang berasal dari nabati (non
heme) (Lestari et al, 2017). Sumber Fe yang baik berasal dari sumber hewani
yang bernilai biologis tinggi (Ghiffari et al, 2021). Zat besi pada bahan makanan
heme yang berikatan dengan protein yang berasal dari hewani 35% dapat
diabsorbsi secara langsung. Zat besi non heme atau senyawa besi organik
kompleks yang terdapat pada bahan makanan yang berasal dari bahan makanan
Kebutuhan zat besi pada seseorang tergantung pada usia dan jenis kelamin.
Pada kebutuhan zat besi per hari dipengaruhi oleh kondisi fisiologis seperti
pada perempuan lebih banyak dari pada laki-laki karena wanita mengalami
13,9% lebih besar dibandingkan dengan laki-laki yaitu 8,3% (Kurniati, 2020).
Standar kecukupan zat besi yang dibutuhkan individu rata-rata dalam sehari dapat
D. Protein
1. Definisi Protein
sebagai faktor penting dalam tubuh (Muchtadi, 2010). Protein dalam tubuh
berfungsi sebagai sumber utama energi selain karbohidrat dan lemak, sebagai zat
pembangun, dan sebagai zat pengatur. Peran protein dalam pembentukan sel darah
merah adalah sebagai alat angkut zat besi kemudian zat besi dan protein akan
protein yaitu protein nabati dan protein hewani. Protein yang berasal dari hewani
adalah sumber protein yang baik karena memiliki susunan asam amino yang
menunjang status gizi yang optimal. Kebutuhan protein pada remaja bergantung
lainnya. Sumber protein berasal dari bahan makanan hewani dan bahan makanan
nabati. Namun, bahan makanan hewani seperti daging sapi, daging ayam, telur,
dan ikan memiliki komposisi asam amino yang lebih baik. Sumber protein nabati
berasal dari bahan makanan seperti kacang-kacangan, tempe, dan tahu. Berikut ini
19-29 60 g/hari
Sumber : Permenkes (2019)
E. Zat Inhibitor
Zat inhibitor adalah bahan makanan yang dapat menghambat absorbsi zat
besi. Absorbsi zat besi dapat dihambat oleh sejumlah zat inhibitor termasuk tanin,
asam oksalat, dan asam fitat. Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Deviana
1. Tanin
Tanin merupakan polifenol yang terdapat dalam teh, kopi serta beberapa jenis
sayuran dan buah yang juga dapat menghambat absorbsi besi dengan cara
aktivitasnya terhadap senyawa hidrolitik yaitu tanin terkondensasi dan tanin yang
dapat dihidrolisis. Tanin merupakan senyawa fenolik yang memiliki sifat larut
dalam air. Tanin disebut juga asam tanat yang terdiri dari 9 molekul asam galat
dan molekul glukosa. Senyawa tanin dapat mengendapkan protein dari larutan
absorbsi zat besi sebesar 50-70% (Lisisina dkk, 2021). Teh hitam dapat
menghambat penyerapan zat besi non heme sebesar 79-94% jika dikonsumsi
secara bersama. Jika mengonsumsi teh sebanyak 200 ml, maka penyerapan zat
besi hanya 2-3%. Daya hambat teh hitam sebesar 79-94%. Mengonsumsi teh
mengurangi penyerapan zat besi sebanyak 66%, hal ini memungkinkan karena
lebih tingginya kandungan galloy ester yang terdapat dalam teh hitam (Lisisina
dkk, 2021). Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Sariyanto (2019) bahwa
teh hitam dapat menghambat penyerapan zat besi dua kali lipat jika dibandingkan
2. Asam Oksalat
Asam oksalat merupakan bentuk garam netral dengan logam alkali (Na dan
K) yang larut dalam air 5-25%. Asam oksalat ini terionisasi dalam media asam
kuat (Suwarni, 2011). Asam oksalat dalam sayur dapat menghambat penyerapan
zat besi sehingga menghambat penyerapan zat besi. Bahan makanan yang
memiliki efek yang lebih kecil dibandingkan dengan fitat dalam serealia dan tanin
Sayuran hijau yang mengandung asam oksalat antara lain bayam. Meskipun
bayam mengandung zat besi, namun bayam juga mengandung asam oksalat.
Bayam mengandung zat besi yang berupa Fe2+ (ferro), jika bayam terlalu lama
teroksidasi menjadi Fe3+ (ferri). Kandungan ferri dalam bayam akan bersifat
racun jika dilakukan pemanansan sayur bayam secara berulang. Selain itu, bayam
juga mengandung zat nitratyang bersifat racum apabila bayam didiamkan selama
5 jam. Efek racun pada nitrit menimbulkan reaksi dengan zat besi dalam
3. Asam Fitat
makanan yang mengandung asam fitat adalah tumbuhan terutama serealia (kacang
tanah, tahu, tempe, kedelai). Asam fitat dalam serealia dapat menghambat
penyerapan zat besi dengan mengikat zat besi. Meskipun kadungan fitat dalam
Pola makan adalah suatu cara dalam mengatur jumlah dan ragam makanan
penyakit. Pola makan dapat dikatakan baik jika mengandung makanan sebagai
sumber energi, sumber zat pembangun, dan zat pengatur yang diperlukan tubuh
sehingga dapat mencapai dan mempertahankan status gizi dan kesehatan yang
optimal (Amaliyah et al, 2021). Saat anak memasuki usia remaja, kebiasaan
makan akan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: lingkungan, teman sebaya,
kehidupan sosial, dan kegiatan diluar rumah. Pola makan pada remaja berkaitan
frekuensi makanan, distribusi makanan dan cara memilih makanan (Hafiza et al,
27
2020). Menurut Amaliyah et al (2021), pola makan terdiri dari tiga komponen,
antara lain :
1. Jenis makanan
Jenis makanan yang dikonsumsi terdiri dari makanan pokok, lauk hewani,
2. Frekuensi makan
terdiri dari makan pagi, makan siang, makan malam dan selingan. Sedangkan
3. Jumlah makan
asupan zat besi kategori defisit kurang serta kurangnya konsumsi makanan yang
dapat meningkatkan absorbsi zat besi sehingga kebutuhan zat besi tidak terpenuhi.
Hal ini disebabkan karena pola konsumsi remaja di Indonesia yang masih
menggunakan sayuran sebagai sumber utama zat besi. Menurut Sunita A (2011),
menyebutkan bahwa protein hewani memiliki kandungan zat besi yang tinggi,
sedangkan protein nabati seperti sayuran memiliki kandungan zat besi yang
sedang. Sayuran yang memiliki kandungan oksalat yang tinggi adalah bayam
sehingga bayam dapat menghambat proses penyerapan zat besi. Selain itu, faktor
28
yang dapat menghambat proses penyerapan zat besi adalah mengonsumsi teh dan
kopi yang mengandung pholifenol yang juga menghambat penyerapan zat besi
(inhibitor).
G. Penelitian Terdahulu
nilai Spearman
correlation r=0,780
artinya berhubungan
signifikan
3. Ni’matush Hubungan Menganalisis observasional Hasil penelitian
Sholihah, Sri Tingkat hubungan dengan didapatkan bahwa
Andari, dan Konsumsi tingkat menggunakan adanya hubungan
Bambang Protein, Vitamin konsumsi design yang signifikan
Wirjatmadi C, Zat Besi dan protein, vitamin penelitian antara tingkat
(2019) Asam Folat c, zat besi dan case control konsumsi protein
dengan asam folat study dengan anemia pada
Kejadian dengan status remaja (r= 0,586) p
Anemia Pada anemia pada value sebesar <0,001
Remaja Putri remaja putri dengan hasil OR =
SMAN 4 30,333.
Surabaya Pada asupan vit. C
tidak terdapat
hubungan signifikan
dengan kejadian
anemia dengan hasil
p value sebesar 1,00
(>0,05) dengan hasil
OR = 1 (CI= 0,179-
5,596).
Pada asupan zat besi
terdapat hubungan
yang signifikan
dengan kejadian
anemia dengan
kekuatan hubungan
yang kuat dan
berpola positif (r=
0,507), didapatkan
hasil p value<0,001
dengan OR = 8,737
(CI=3,309-29,560)
4. Abdullah Prevalence of Mengetahui Penelitian Hasil penelitian ini
Ahmed Al- Iron Deficiency prevalensi dan yang bersifat didapatkan bahwa
alimi , Salem Anemia among faktor risiko studi cross- prevalensi anemia
Bashanfer , University Anemia sectional defisiensi besi pada
and Students in Defisiensi Besi mahasiswa wanita
Mohammed Hodeida di antara sebesar 54%
Abdo Morish Province, mahasiswa sedangkan laki-laki
(2018) Yemen Yaman yang 46%. Hubungan
tampaknya sehat sarapan pagi yang
di Universitas tidak teratur adanya
Hodeida hubungan yang
signifikan dengan
30
kejadian anemia
defisiensi besi (<
0,001).
Hasil penelitian
adanya hubungan
yang signifikan
antara asupan teh
setiap hari > 4 gelas/
hari (37,5%) dan
asupan teh langsung
setelah makan
(39,5%)
dibandingkan
dengan kelompok
non anemia
5. Marina, Konsumsi Tanin Mengetahui Observasional Hasil penelitian
Rahayu dan Fitat hubungan dengan menunjukkan bahwa
Indriasari, dan sebagai asupan zat gizi rancangan ada hubungan yang
Nurhaedar Determinan mikro, pelancar cross bermakna antara
Jafar (2015) Penyebab dan penghambat sectional asupan tanin/
Anemia pada absorbsi zat besi study konsumsi teh dengan
Remaja Putri di dengan status status Hb pada
SMA Negeri 10 Hb pada responden p=0,013
Makassar remaja putri (p>0,05)
Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa
ada hubungan antara
asupan fitat dengan
status Hb pada
responden
p=0,048(p>0,05)
BAB 3
Konsumsi Pangan
Menstruasi Kebutuhan Zat besi
meningkat pada fase
Asupan zat gizi pertumbuhan remaja
Hemoglobin menurun
Anemia Remaja
Gambar 3.1 Kerangka konsep Hubungan Konsumsi Zat Besi, Protein, dan Zat Inhibitor
dengan Kejadian Anemia pada Remaja di Kofibrik Surabaya pada Era New Normal
32
33
Keterangan :
remaja dibagi menjadi dua penyebab yaitu penyebab secara langsung dan
mempengaruhi status anemia pada remaja adalah status gizi dan tumbuh
ekonomi.
remaja akan meningkat. Selain itu, mentruasi yang dialami oleh remaja
hemoglobin yang terkandung dalam sel darah merah juga ikut terbuang,
34
sehingga cadangan zat besi dalam tubuh juga akan berkurang dan
makanan yang banyak mengadung zat besi dan protein untuk mencegah
Selain zat besi (Fe) dan protein yang rendah, beberapa zat gizi juga
yang bersifat inhibitor maupun enhacer terhadap zat besi dan protein. Zat
besi. Remaja perlu mengatahui bahwa kopi, teh, fitat merupakan pangan
yang dapat menghambat penyerapan zat besi. Oleh karena itu, dalam
Asupan zat besi dan protein yang rendah serta tingginya asupan zat
zat besi untuk eritropoesis tidak cukup. Hal ini ditandai dengan penurunan
anemia pada remaja yakni status gizi, ekonomi, pengetahuan remaja. Hal
tersebut yang mempengaruhi intake zat gizi seperti zat besi, protein dan
zat inhibitor. Apabila intake zat besi dan protein rendah sedangkan intake
zat inhibitor tinggi dapat menyebabkan absorbsi zat besi dan protein
terjadinya anemia.
B. Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan antara pola konsumsi zat besi dengan kejadian anemia pada
2. Ada hubungan antara pola konsumsi protein dengan kejadian anemia pada
3. Ada hubungan antara pola konsumsi zat inhibitor dengan kejadian anemia
METODE PENELITIAN
tidak diberikannya perlakuan atau intervensi tertentu kepada subjek yang akan
B. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek / subyek yang
ini adalah remaja yang ada di Kofibrik Surabaya. Adapun jumlah pengunjung
yang ada di Kofibrik Surabaya pada cabang 1 dan cabang 2 menurut informasi
dari manager café selama 3 bulan terakhir yaitu kurang lebih sebanyak 200 orang
1. Sampel
36
37
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi
tersebut (Sugiyono, 2018). Sampel dalam penelitian ini adalah remaja yang
a. Kriteria Inklusi
b. Kriteria Eksklusi
2. Besar Sampel
yang besar dan dengan jumlah yang belum diketahui secara pasti, maka
ditetapkan :
38
N
n= 2
1+ N (Moe)
Keterangan :
n : Jumlah sampel
N : Jumlah populasi
N
n = 2
1+ N ( Moe)
200
n = 2
1+ 200(0,05)
200
n =
1,5
anggota yang dipilih dari populasi. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah non probability sampling dengan purposive sampling atau disebut dengan
judgement sampling. Melihat populasi pada penelitian ini adalah pengunjung café
maka teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling agar data hasil
ini menerapkan kriteria inklusi dan eksklusi yang spesifik dan sampel dipilih
tersebut hingga jumlahnya terpenuhi. Responden yang diplih adalah remaja yang
memenuhi kriteria inklusi dan yang bersedia untuk mengikuti penelitian ini.
1. Lokasi Penelitian
lokasi cabang II di Jl. Rungkut Madya, Kota Surabaya. Adapun alasan pemilihan
sebesar 30%
2. Waktu Penelitian
Populasi :
Sampling :
Sampel :
Sebagian remaja dengan usia 16-21 tahun di
Kofibrik Surabaya di cabang I dan II sebesar
133 orang
Pengolahan data :
Editing, Entry Data, Cleaning, Tabulation
Analisis data :
Menggunakan SPSS versi 26 menggunakan uji
rank spearman test
Penyajian data
1. Variabel Penelitian
a. Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah konsumsi zat besi, protein, dan
zat inhibitor
b. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah kejadian anemia pada remaja di
Kofibrik Surabaya
1. Intrumen Penelitian
a. Informed Concent
b. Alat cek hemoglobin merk Easy touch GCHb untuk penilaian biokimia
c. Lancing device
d. Lancet blood
f. Alcohol swab
g. Masker
h. Handscoon
43
memperoleh data mengenai asupan zat besi, protein, dan zat inhibitor
j. Alat tulis
k. Laptop
l. Software SPSS
b. Tahap pelaksanaan
2) Status anemia
menggunakan alat cek hemoglobin dengan merk Eassy Touch GCHb dan
anemianya
formulir SQ- FFQ yang berisi jenis sumber pangan zat besi. Remaja
4) Konsumsi Protein
zat besi) diperoleh dengan menggunakan formluir SQ-FFQ yang berisi jenis
45
terakhir
1. Pengolahan Data
data dilakukan untuk merubah data mentah menjadi informasi dan kesimpulan
a. Editing
Editing merupakan bagian dari cross cek yang dilakukan seperti cros cek
kelengkapan pengisian, relevansi jawaban dan kejelasan data dan tulisan dari hasil
b. Entry Data
ataupu form dalam software SPSS versi 26 yang telah dibuat oleh peneliti sesuai
c. Cleaning
dimasukkan ke dalam software SPSS versi 26. Peneliti melihat kembali mungkin
d. Tabulation
46
Tabulasi dapat dilakukan setelah proses cleaning dan mendapatkan hasil nilai
kadar hemoglobin, asupan zat besi, protein dan zat inhibitor. Dalam penelitian ini,
2. Analisis Data :
langkah awal keseluruhan analisis. Analisis data yang digunakan adalah dengan
software SPSS 26. Data dianalisis dengan analisis Univariat dan Bivariat :
a. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan cara analisis untuk variabel tunggal atau per
frekuensi rata-rata proporsi per variabel atau 1 variabel yang diteliti yaitu variabel
independen (bebas) yaitu konsumsi zat besi dengan anemia, konsumsi protein
dengan anemia, dan zat inhibitor dengan anemia. Data yang didapat kemudian
b. Analisis Bivariat
SPSS 26. Sebelumnya, data diuji normalitas terlebih dahulu untuk melihat data
yang diuji berdistribusi normal atau tidak. Pengujian hipotesis dilakukan dengan
47
menggunakan analisis statistik rank spearman sebagai uji korelasi atau uji
Jika hasil uji menujukkan p-value ≤ α maka H0 ditolak yang artinya terdapat
hubungan yang signifikan antara konsumsi zat besi dengan anemia, konsumsi
protein dengan anemia dan konsumsi zat inhibitor dengan anemia. Namun apabila
hasil uji menunjukkan p-value ≥ α = 0,05 maka H0 diterima yang artinya tidak
ada hubungan yang signifikan antara konsumsi zat besi dengan anemia, konsumsi
I. Etika Penelitian
Ethical Clearance (EC) yang biasa disebut dengan kelayakan etik merupakan
keterangan resmi yang dikeluarkan oleh Komite Etik Penelitian untuk melakukan
riset dengan melibatkan mahluk hidup bahwa riset tersebut dilakukan setelah
penelitian serta dampak bagi yang diteliti selama pengumpulan data. Lembar
4. Confidentially (Kerahasiaan)
Data tersebut hanya akan disajikan atau dilaporkan kepada yang berhubungan
dengan penelitian
penelitian harus sesuai dengan syarat ilmiah serta tidak melanggar secara sengaja
6. Justice (Keadilan)
Setiap manusia wajib diperlakukan secara baik dan benar dengan memberikan
yang sudah menjadi haknya dan tidak membebani yang bukan menjadi
kewajibannya
49
DAFTAR PUSTAKA
Lewa., A. F. 2016. Hubungan Asupan Protein, Zat Besi dan Vitamin C dengan
Kejadian Anemia pada Remaja Putri di MAN 2 Model Palu. Jurnal Publikasi
Kesehatan Masyarakat Indonesia. Vol 3 No.1 Hal : 26-31
Lisisina N., Irmiya R. 2021. Hubungan antara Frekuensi minum teh dengan
anemia pada Wanita Hamil. Jurnal biomedika Kesehatan. Vol 4 (2) Hal : 65-
69. Doi https://dx.doi.org/10.18051/JBiomedKes.
Listiawani, L.P.S.R. 2019. Kepatuhan Konsumsi Tablet Tambah Darah,
Konsumsi Pangan Enhacer dan Inhibitor Zat Besi Berdasarkan Status Anemia
pada Remaja Putri. Skripsi. Poltekes Denpasar
Magfiroh A. 2018. Tingkat Aktivitas Fisik, Tingkat Kecukupan Energi Dan
Protein Pada Remaja Di Panti Asuhan Baitul Falah. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Semarang
Marina., Rahayu I., Nurhaedar J. 2015. Konsumsi Tanindan Fitat sebagai
Determinan Penyebab Anemia pada Remaja Putri di SMA Negeri 10
Makassar. Jurnal MKMI.. Hal : 51-57
Masthalina, H., et al. 2015. Pola Konsumsi (Faktor Inhibitor dan Enhacer Fe)
Terhadap Status Anemia Remaja Putri. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol 11
No.1 Hal : 80-86
Nasruddin, H., R.F.S., et al. 2021. Angka Kejadian Anemia Pada Remaja Di
Indonesia. Jurnal Ilmiah Indonesia. Vol 1 No.4 Hal: 357-364. Doi
https://doi.org/10.36418/cerdikia.vli4.66
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi Cetakan
Kedua. Jakarta : Rineka Cipta
Permekes. 2019. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Untuk Masyarakat
Indonesia. Peraturan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 2019.
Pratiwi, E. 2016. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Anemia pada Siswi MTS
Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2014.
Pujiati., A.S.R. 2015. Hubungan antara Perilaku Makan dengan Status Gizi pada
Remaja. Jurnal Online Mahasiswa. Vol 2 No.2 Hal : 1345-1352
Pujiati., Arneliwati.,S. R. 2015. Hubungan Perilaku Makan dengan Status Gizi
pada Remaja Putri. Jurnal Online Mahasiswa. Vol 2 No.2. Hal : 1345-132
Sariyanto, I. Serapan Zat besi dalam Minuman Teh Kemasan Menggunakan
Spektrofotometer. Jurnal Analis Kesehatan. Vol 8 No.1 Hal : 7-12. Doi
http://dx.doi.org/10.26630/jak.v8i1.1641
Sarmanu. 2017. Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
Statistika. Surabaya: Airlangga University Press.
52
Sholicha, C. A., Lailatul M. 2019. Hubungan Asupan Zat Besi, Protein, Vitamin C
Dan Pola Menstruasi Dengan Kadar Hemoglobin Pada Remaja Putri di Sman
1 Manyar Gresik. Media Gizi Indonesia. Vol 14 No.2. Hal : 148-152. Doi
http://dx.doi.org/10.20473/mgi.v14i2.147-153
Sholihah, N., S. A., et al. 2019. Hubungan Tingkat Konsumsi Protein, Vitamin C,
Zat Besi Dan Asam Folat Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Sman
4 Surabaya. Jurnal Amerta Nutr. Hal : 136-140. Doi https://10.2473/
amntv3i3.2019.135-141
Sholikhah., Anindya M., Y.S.M. et al. 2021. Anemia di Kalangan Mahasiswi :
Prevalensi dan Kaitannya dengan Prestasi Akademik. MTPH Journal. Vol 5
No.1 Hal : 8-18
Simarmata, R.R.S. et al. 2017. Aktivitas Jus Buah Terong Belanda terhadap
Kadar Hemoglobin dan Jumlah Eritrosit Tikus Anemia. Jurnal Life Science.
Vol 6 No.2 Hal: 69-73.
Stefhanie, A.K. 2020. Determinan Gejala Anemia pada Mahasiswi Kesehatan
dan Non Kesehatan Kampus Tegalboto Universitas Jember. Skripsi.
Universitas Jember
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
Alfabeta
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sung, E.S., Chang, K.C., Nu, R.K., et al. 2018. Association Of Coffe and Tea
with Ferritin : Data from the Korean National Health and Nutrition
Examination Survey (IV and V). Chonnam Medical Journal. Vol 54. No.3
Hal : 178-18. Doi https://doi.org/10.4068/cmj.2018.54.3.178
Sunita, A. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
Sunita, A., & Soekatri M. 2011. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. Jakarta
(ID): PT Gramedia Pustaka Utama
Susilowati & Kuspriyanto. 2016. Gizi dalam Dur Kehidupan. Bandung : PT.
Refika Aditama
Yolanda, R.O.B.R.K. 2018. Hubungan Pola Makan dengan Angka Kejadian
Anemia pada Remaja Putri di SMA Pencawan Medan Tahun 2018. Skripsi.
Poltekes Kemenkes Medan Prodi D-IV
53
LAMPIRAN
Judul Penelitian: Hubungan Konsumsi Zat Besi, Protein dan Zat Inhibitor dengan
Kejadian Anemia pada Remaja di Kofibrik Surabaya pada Era
New Normal
Penelitian ini mempunyai resiko yang mungkin dapat terjadi yaitu nyeri pada
luka bekas tusukan dan nyeri yang timbul akibat alcohol yang belum kering pada
saat penusukan jarum, dan penarikan jarum yang terlalu kuat.
Efek samping dalam penelitian ini yaitu nyeri pada luka bekas tusukan dan
nyeri yang timbul akibat alcohol yang belum kering pada saat penusukan jarum,
dan penarikan jarum yang terlalu kuat. Pencegahan resiko dilakukan dengan
melakukan pengambilan darah secara hati-hati, penggunaan jarum/ lancet baru
pada setiap responden dan penggunaan alcohol swab untuk mencegah kontaminasi
bakteri serta peneliti membawa salep untuk mengatasi rasa nyeri.
F. Jaminan Kerahasiaan
Semua informasi yang berkaitan dengan identitas responden dan data hasil
yang didapat dalam penelitian ini akan dijamin kerahasiaannya. Data hanya akan
digunakan untuk tujuan penelitian serta pada hasil penelitian, peneliti tidak akan
mencantumkan identitas diri responden
Jika terdapat responden yang tidak bersedia mengikuti penelitian ini, maka
peneliti tidak dapat memaksa dan responden tidak akan mendapat manfaat serta
tidak akan mendapatkan kompensasi berupa reward yang telah disiapkan oleh
peneliti
Surabaya, … … 2022
Saksi 1 Saksi 2
(……………………) (………………….)
58
PERSETUJUAN
Demikian persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran diri tanpa paksaan.
Surabaya, ……… …… …….
(……………………………………)
Saksi 1 Saksi 2
(…………………………..) (…………………………….)
59
Surabaya, … … 2022
Saksi 1 Saksi 2
(…………………………..) (…………………………….)
56
Hubungan Konsumsi Zat Besi, Protein dan Zat Inhibitor dengan Kejadian
Anemia pada Remaja di Kofibrik Surabaya pada Era New Normal
Demikian lembar pengunduran diri ini saya buat dengan penuh kesadaran dan
tanpa paksaan.
(……………………….)
Saksi 1 Saksi 2
(…………………) (………………….)
57
Frekuensi
Jumla Jumla
Nama Sering Jarang UR h h
Bahan
1x ≥ 2x/ < 2x/ ≥ Tidak T (gram gram /
Makanan
sehar mingg mingg 1x/bula perna ) hari
i u u n h
kakap
Ikan
bandeng
Ikan tuna
Ikan
cakalang
Ikan
tongkol
Ikan
mujahir
Ikan
gabus
Ikan
sarden
Cumi-
cumi
Kerang
Ikan
kakap
Sayuran
Kangkun
g
Sawi
Hijau
Daun
singkong
Daun
kacang
panjang
Wortel
Kembang
kool
Sawi
hijau
Sawi
putih
Kacang
panjang
Tomat
Kentang
Susu dan Olahannya
59
Susu
Kedelai
Susu sapi
Susu
kambing
Keju
Zat Inhibitor
Teh hijau
Teh
hitam
Kopi
Kopi
susu
Coklat
Tempe
Tahu
Kacang
tanah
Kacang
hijau
Kacang
kedelai
Kacang
mete
Jagung
Bayam
Buncis
Selada
Sumber : Wiwit (2020)