PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh
1
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT telah melimpahkan rahmat dan
2023.”
Dalam proses penyelesaian proposal ini tidak terlepas dari peran bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan
terima kasih kepada Ibu Hilda Hidayat, SKM, M.Kes selaku pembimbing I dan Ibu
Erni Maywita, SKM, M.Kes selaku pembimbing II yang telah membimbing dan
1. Ibu dr. Rinita Amelia, M.Biomed, P.hD selaku Dekan Fakultas Ilmu
2. Ibu Sevilla Ukhtil Huvaid, SKM, M.Kes selaku Wakil Dekan I Fakultas
3. Ibu Ns. Zufrias Riyati, S.Kep, M.Kes selaku Wakil Dekan II Fakultas
4. Ibu Sri Mindayani, SKM, M.Kes selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu
i
ii
penelitian.
masukan kritikan dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan penelitian ini. Akhir kata kepada-Nya jualah kita berserah diri
Peneliti
ii
iii
DAFTAR ISI
iii
iv
DAFTAR TABEL
iv
v
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien. Status gizi yang baik
sejalan dengan prestasi akademik yang baik pula, kekurangan zat gizi secara
Dampak kurangnya status gizi remaja disebabkan karena kurang asupan zat gizi,
dan gangguan hormonal yang berdampak buruk di kesehatan. Dampak gizi lebih
pada status gizi remaja yaitu masalah kesehatan yang dapat terjadi pada remaja yang
mengalami gizi lebih seperti penyakit hipertensi, diabetes melitus (DM tipe II),
dan kekurangan gizi. Menurut Food and Agriculture Organization (2022), jumlah
penduduk yang menderita kekurangan gizi di dunia mencapai 800 juta orang
kurus remaja pada usia 16-18 tahun sebesar 10% (6% sangat kurus dan 4% kurus).
Sedangkan prevalensi gemuk remaja pada usia 16-18 tahun sebesar 15% (10%
1
2
prevalensi status gizi sangat kurus dan sangat gemuk tertinggi di Indonesia.
Prevalensi status gizi remaja di Provinsi Sumatera Barat tahun 2022 didapatkan gizi
kurang remaja umur 16-18 tahun sekitar 2,5% sangat kurus dan 13% kurus,
sedangkan status gizi lebih sekitar 7% gemuk dan 2% obesitas (Dinas Kesehatan
Kesehatan dengan seluruh jumlah siswa 3613 dan dari hasil penjaringan
ditemukannya 349 siswa dengan status gizi kurus, 8 siswa dengan status gizi sangat
kurus, dan 2704 siswa dengan prevelensi gizi normal (Dinas Kesehatan Kabupaten
Dharmasraya, 2022). Berdasarkan data laporan tahunan 2022 yang diperoleh oleh
peneliti dari Puskesmas Sungai Rumbai, didapatkan jumlah kejadian gizi kurang
pada remaja mecapai 160 kasus di wilayah kerja Puskesmas Sungai Rumbai
dari buku Kemenkes RI tahun 2019 tentang status gizi remaja , masalah gizi remaja
di sebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor langsung dan tidak langsung. Faktor
langsung yaitu pola makan dan penyakit infeksi. Sedangkan faktor tidak langsung
yaitu umur, jenis kelamin, tingkat sosial ekonomi, aktivitas fisik, dan pengetahuan.
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan
RI, 2020). Penyakit infeksi adalah penyakit yang dapat timbul karena beberapa hal
yang tidak lepas dari makanan, perilaku keamanan pangan yang buruk juga akan
dikarenakan, jenis kelamin laki laki berpeluang lebih besar untuk memiliki gizi
lebih. Sehingga hal ini tidak sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa Jenis
kelamin menetukan kebutuhan gizi seseorang. Status gizi gemuk (obesitas dan
overweight) lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan laki –laki. Pria lebih
banyak membutuhkan energi dan protein daripada wanita. Hal ini disebabkan pria
lebih banyak melakukan aktivitas fisik dibandingkan wanita. Akan tetapi penelitian
ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Utami, yaitu menunjukkan adanya
hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan status gizi lebih remaja Tri
Jenis aktivitas fisik remaja atau usia sekolah pada umunya memiliki
tingkatan aktivitas fisik ringan hingga sedang karena sebagian besar waktunya
melakukan aktivitas fisik dapat menyebabkan lemak ditubuh akan menumpuk, hal
Hal ini dapat diatasi dengan memperhatikan pola asupan energi yang masuk
kedalam tubuh. Sehingga keseimbangan energi yang masuk dengan aktivitas fisik
makanan yang sehat dan mengerti bahwa makan berhubungan erat dengan gizi dan
4
kesehatan. Beberapa masalah gizi dan kesehatan pada saat dewasa sebenarnya bisa
diperbaiki pada saat remaja melalui pemberian pengetahuan dan kesadaran tentang
kebiasaan makan dan gaya hidup sehat. Permasalahan gizi yang sering dihadapi
oleh remaja adalah masalah gizi ganda (double burden), yaitu gizi kurang dan gizi
menunjukkan nilai Pvalue 0,002 yang berarti bahwa faktor aktivitas fisik
mempengaruhi status gizi remaja di SMA Negeri 2 Kota Palangka Raya. Untuk
nilai OR (odds ratio) diperoleh 3,71 dengan CI 1,63 – 8,48. Ini bermakna bahwa
dengan memiliki aktivitas fisik yang kurang baik berisiko 3,71 kali mengalami
status gizi yang tidak normal dibandingkan memiliki aktivitas fisik yang baik. Hal
ini sejalan dengan penelitian (Isnaini dkk., 2020) bahawa didapatkan ada hubungan
antara pola makan (p=0,000), ada hubungan antara penyakit infeksi (p=0,000)
remaja, salah satunya melalui pengecekan status gizi dan juga pemberian edukasi
tentang peran gizi bagi remaja di tingkat sekolah yaitu Sekolah Menengah Atas
Negeri SMAN 1 Sungai Rumbai dan SMAN 2 Sungai Rumbai. Namun masih
ditemukan remaja yang status gizinya kurus yaitu pada tahun 2019 di SMAN 1
Sungai Rumbai sebesar 3,94% mengalami gizi kurus, kemudian tahun 2020
meningkat menjadi 23,33% dan tahun 2021 menjadi 7,2%, sedangkan di SMAN 2
Sungai Rumbai tahun 2019 sebesar 7,89%, menurun pada tahun 2020 menjadi
1,15% dan meningkat pada tahun 2021 menjadi 2,81%. Sedangkan di tingkat
5
Puskesmas prevalensi gizi kurus tahun 2019 sebanyak 5,92%, kemudian meningkat
menjadi 10,2% pada tahun 2020 dan pada tahun 2021 menjadi 5,35%. Berdasarkan
data tersebut maka dapat diketahui bahwa prevalensi gizi kurus di SMAN 1 Sungai
Rumbai lebih tinggi dibanding SMAN 2 Sungai Rumbai sehingga penelitian ini
mendeteksi status gizi lebih dini di sekolah sebagai kelanjutan dari pemantauan
status gizi selanjutnya dan kelas X merupakan masa peralihan awal dari SMP ke
SMA yang dapat mempengaruhi status gizi. Menurut Kemenkes RI (2021), Usia
remaja (10-18 tahun) merupakan periode rentan gizi. Hal ini disebabkan karena
pada usia remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi. Perubahan gaya hidup dan
Survei awal yang peneliti lakukan pada Bulan Desember 2022 dengan
yang mengalami gizi buruk baik laki-laki maupun perempuan. Survei juga
didapatkan hasil sebanyak hanya 70% siswa kelas X memiliki pengetahuan kurang
tentang gizi remaja, sebanyak 60% siswa memiliki pola makan yang tidak baik,
aktivitas fisik yang kurang pada siswa sebanyak 80% dan sebanyak 50% siswa
Berdasarkan data diatas dengan tingginya angka kejadian gizi buruk pada
penelitian tentang ” Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Remaja
ini adalah “Apa saja faktor – faktor yang berhubungan dengan status gizi remaja
6. Melihat hubungan antara pola makan dengan status gizi pada remaja
7. Melihat hubungan antara jenis kelamin dengan status gizi pada remaja
8. Melihat hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi pada remaja
tahun 2023.
gizi pada remaja dan mengaplikasikan ilmu yang didapatkan selama perkuliahan.
Kesehatan (AKK).
berhubungan dengan status gizi pada remaja kelas X SMAN 1 Sungai Rumbai
8
tahun 2023, dengan variabel dependen adalah Status Gizi dan variabel
independenya adalah pengetahuan, jenis kelamin, pola makan dan aktivitas fisik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
gizi sebagai akibat dari konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Menurut
hasil laporan Global Health Observatory (GHO), paling sedikit 2.8 juta orang di
dunia meninggal setiap tahun akibat memiliki status gizi overweight maupun
obesitas (Niswah, 2014). Berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi tahun 2016
dengan indeks IMT/U, persentase kurusdi Indonesia pada remaja umur 13-15 tahun
dan 16-18 tahun berturut-turut adalah 7.4% dan 8.6%, sedangkan di Sumatera
Utara, persentase kurus pada remaja umur 13-15 tahundan 16-18 tahun berturut-
turut adalah 3.8% dan 1.5%. Berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi tahun
2017dengan indeks IMT/U, persentase kurusdi Indonesia pada remaja umur 13-15
tahun dan 16-18 tahun berturut-turut adalah 6,7% dan 3,0% (Gulo, 2020)
Status gizi merupakan suatu kondisi hasil dari adanya keseimbangan antara asupan
zat gizi yang diperoleh dari makanan dengan kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan
untuk metabolisme tubuh. Setiap individu memilik kebutuhan asupan zat gizi yang
berbeda, hal tersebut berkaitan dengan umur, gender, aktivitas sehari-hari, berat
9
10
makanan dan penggunaan zat gizi merupakan pengertian status gizi. Pemeriksaan
status gizi dapat dilakukan dengan melihat data riwayat kesehatan yang diperoleh
dari berbagai sumber. Untuk memeriksa ketidak seimbangan zat gizi dapat
fisik, dan hasil laboratorium. Pemeriksaan status gizi yang maksimal dilakukan
yang telah terjadi atau akan terjadi. Selain itu, status gizi juga diartikan sebagai hasil
akhir dari keseimbangan antara makanan yang dikonsumsi dalam tubuh (nutrien
input) dengan kebutuhan tubuh (nutrien output) akan zat gizi tersebut (Motta,dkk,
2021).
Masalah gizi yang sering dialami remaja antara lain kelebihan berat badan dan
kekurangan zat gizi. Masalah gizi lebih dapat berkaitan dengan sringnya
mengkonsumsi makanan olahan dengan nilai gizi kurang, namum memiliki banyak
kalori yang dapat memicu obesitas pada usia remaja. Status gizi remaja dapat dinilai
berupa data berat. badan dan tinggi badan yang kemudian diinterpretasikan menjadi
Indeks Massa Tubuh (IMT), selanjutnya dilakukan penilaian status gizi remaja
Klasifikasi Status Gizi Menurut (Brown, 2005), status gizi pada remaja
dapat ditentukan beberapa cara, salah satunya dengan menghitung Indeks Massa
Tubuh (IMT). Pengukuran dengan IMT Pengukuran obesitas yang paling banyak
dilakukan saat ini adalah penilaian berat badan dengan menggunakan indeks massa
memperhitungkan unsur kesehatan. Oleh karena itu IMT cocok diterapkan bagi
orang-orang yang ingin mengetahui kondisi berat badannya ditinjau dari segi
𝐵𝐵𝑘𝑔
𝐼𝑀𝑇 = 2
𝑇𝐵𝑚
Untuk penjelasan mengenai batas indeks masa tubuh (IMT) dapat terlihat pada
Tabel 2.1
Batas indeks masa tubuh (IMT)
Kategori IMT
lebih
Adapun dampak dari status gizi kurang maupun berlebih pada remaja
produktivitasnya menurun.
c. Lebih rentan terkena penyakit infeksi, baik status gizi kurang dan
Dampak gizi kurang pada kognitif remaja yaitu Pada individu dengan
status gizi TB/U stunting yang lebih berat dan kronis, pertumbuhan badan akan
terganggu, badan lebih kecil diikuti dengan ukuran otak yang juga kecil. Selain
jumlah sel dalam batang otak berkurang, dapat terjadi ketidakmatangan dan
dan fungsinya.
kurus dapat berdampak pada hubungan neuron mungkin tidak sebanyak yang
gangguan belajar. Status gizi merupakan salah satu faktor yang berkonstribusi
status gizi, akan semakin kesulitan belajar akan menurun. peningkatan status gizi
(Rahmaningrum, 2020)
Dampak emosional terhadap gizi kurang maupun lebih adalah Anak yang
kekurangan gizi mudah mengantuk dan kurang bergairah yang dapat menganggu
proses belajar di sekolah dan menurun prestasi belajarnya, daya pikir anak juga
dalam proses belajar berupa kesulitan belajar. Kesulitan belajar ini sangat erat
14
dengan pencapaian hasil akademik dan aktivitas sehari-hari karena anak akan
kemampuan siswa dalam menguasai tujuan belajar yang harus dicapainya, yang
pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kualitas hasil belajarnya Banyak siswa
terhadap kesulitan belajar. status gizi yang baik maka kesulitan belajar akan
menurun. Oleh sebab itu, upaya untuk meningkatkan status gizi merupakan hal
penting untuk menurunkan kesulitan belajaroleh karena itu perlu dilakukan upaya
untuk menurunkan kesulitan belajar pada siswa belajar melalui peningkatan status
2.2 Remaja
Defenisi Remaja Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti
tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang
lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Pada
masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk
manusia, yang menjembatani masa kanak-kanak dan masa dewasa. Menurut Asrori
dan Ali (2016), remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke
dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya
berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama , atau paling
tidak sejajar. Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek afektif
, lebih atau kurang dari usia pubertas. Masa remaja adalah masa peralihan manusia
dari anak-anak menuju dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun
sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria.
Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12 atau 13
tahun sampai dengan 17 atau 18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17 atau 18
tahun sampai dengan 21 atau 22 tahun adalah remaja akhir. Menurut hukum di
Amerika serikat saat ini, individu dianggap telah dewasa apabila telah mencapai
usia 18 tahun, dan bukan 21 tahun seperti ketentuan sebelumnya. Pada usia ini,
baru.
status, individu tidak jelas dan keraguan akan peran yang harus
dilakukan, pada masa remaja ini bukan lagi seorang anak dan bukan juga
orang dewasa.
dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik
selama masa awal remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat
perubahan sikap dan perilaku juga turut. Ada juga perubahan yang sama
karena perubahan emosi biasanya terjadi lebih cepat selama awal masa.
dengan perubahan minat dan pola prilaku maka nilai-nilai juga akan
berubah.
penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting bagi anak laki-
17
diri dan tidak puas dan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala
hal.
sterotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi yang
yang penting, masa remaja sebagai masa peralihan, masa remaja sebagai
sehingga, cepat tertarik pada lawan jenis, mudah terangsang secara erotis.
itu ia berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang
mana peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau
lain.
Pada masa remaja, kebutuhan gizi perlu mendapat perhatian khusus. Hal ini
dan zat gizi yang lebih baik dan lebih banyak, perubahan gaya hidup dan kebiasaan
pangan menurut penyesuaian masukan energi dan zat gizi, serta semakin
beragamnya aktivitas fisik yang dilakukan oleh kelompok umur ini. Atas dasar
berbagai faktor tersebut, kebutuhan zat gizi perlu diutamakan. Bagi remaja,
didapatkan suatu fungsi tubuh yang optimal. Agar seseorang dapat melakukan
energi. Secara umum, kebutuhan energi pada masa remaja tergantung kecepatan
dan tingkat aktivitas individu. Selama masa remaja, kebutuhan protein meningkat
karena proses tumbuh kembang berlangsung cepat. Apabila asupan energi kurang,
Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data yang
populasi atau individu yang memiliki risiko status gizi kurang maupun gizi lebih
Penilaian status gizi terdiri dari dua jenis menurut Hamdani (2019) yaitu :
a. Penilaian Langsung
1) Antropometri
yang spesifik.
dapat dilihat pada jaringan epitel yang terdapat di mata, kulit, rambut,
salah satu penilaian status gizi dengan melihat jumlah dan jenis
kekurangan gizi.
Menurut teori yang dilakukan oleh Andayani and Afnuhazi (2022) yang di
modifikasi dari buku Kemenkes RI tahun 2019 tentang status gizi remaja , masalah
gizi remaja di sebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor langsung dan tidak
langsung. Faktor langsung yaitu pola makan dan penyakit infeksi. Sedangkan faktor
tidak langsung yaitu umur, jenis kelamin, tingkat sosial ekonomi, aktivitas fisik,
dan pengetahuan :
22
a. Faktor Lansung
1) Pola Makan
Pola makan atau pola konsumsi pangan merupakan susunan jenis dan
waktu tertentu. Pola konsumsi makan remaja yang sering tidak teratur,
sering jajan, sering tidak makan pagi dan sama sekali tidak makan siang.
Asupan makanan pokok yang bisa berikan untuk memenuhi pola makan
• nasi,
• kentang,
• singkong,
• ubi,
• mie,
23
• talas,
• sagu, dan
• sukun.
Sementara itu, lauk pauk sebagai makanan sehat untuk anak remaja yaitu:
• telur,
• daging,
• ayam,
• ikan,
• udang,
• tahu, dan
• tempe.
Salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar terhadap perubahan pola
makan remaja ialah semakin banyaknya jenis makanan baru yang berada
baru tersebut, mengingat masa remaja adalah masa yang paling mudah
masih dipertanyakan.
Masalah gizi kurang pada remaja dapat diakibatkan juga oleh diet
dengan kandungan natrium dan lemak yang tinggi tetapi rendah vitamin
dan mineral. Kebiasaan makan yang sering terlihat pada remaja antara
waktu makan tidak teratur, sering makan fast food, jarang mengkonsumsi
badan yang salah pada remaja putri. Hal tersebut dapat mengakibatkan
1) Jenis Kelamin
(Esza, 2020).
Anak perempuan yang mempunyai status gizi baik lebih besar dari
terjadi lebih cepat pada anak perempuan dan lebih lambat pada anak laki-
serta perbedaan tebal lipatan kulit antara anak perempuan dan laki-laki,
anak laki - laki. Hal tersebut diatas akan mempengaruhi berat badan dan
2020).
Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Tri Handari
and Loka (2022) Jenis kelamin laki laki berpeluang lebih besar untuk
memiliki gizi lebih. Sehingga hal ini tidak sejalan dengan teori yang
Status gizi gemuk (obesitas dan overweight) lebih sering terjadi pada
26
dan protein daripada wanita. Hal ini disebabkan pria lebih banyak
hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan status gizi lebih
remaja.
2) Aktivitas Fisik
sebagai kalori (Dwi Markuri dan Ashan, 2021). Jenis aktivitas fisik
remaja atau usia sekolah pada umunya memiliki tingkatan aktivitas fisik
badan, otot lebih lentur dan tulang lebih kuat, serta bentuk tubuh yang
kurang dari 600 menit per minggu, contoh aktivitas fisik rendah yaitu
jogging,berenang,dan
c) Aktivitas berat, yang dapat dilakukan lebih dari 3000 menit per
tetapi menjadi sangat penting pada orang dengan obesitas. Selain sangat
3) Pengetahuan
masalah gizi dan perubahan kebiasaan pola makan, serta pola konsumsi
seseorang tentang ilmu gizi, zat gizi, serta interaksi antara zat gizi terhadap
status gizi dan kesehatan. Jika pengetahuan remaja kurang tentang gizi,
erat dengan gizi dan kesehatan. Beberapa masalah gizi dan kesehatan pada
hidup sehat. Permasalahan gizi yang sering dihadapi oleh remaja adalah
masalah gizi ganda (double burden), yaitu gizi kurang dan gizi lebih
(Lestari, 2020).
gizinya. Pengetahuan tentang gizi seimbang juga dapat menjadi salah satu
Pengaturan makanan adalah upaya untuk meningkatkan status gizi, antara lain
menambah berat badan dan meningkatkan kadar Hb. Berikut adalah pengaturan
a. Kebutuhan energi dan zat gizi ditentukan menurut umur, berat badan,
besi yang berasal dari bahan makanan hewani karena lebih banyak
Selain itu untuk mengatasi gizi kurang dan berlebih, menurut Anisa dkk (2017)
adalah :
rumah tangga.
31
Rumah Sakit.
gizi masyarakat.
i. Upaya fortifikasi bahan pangan dengan vitamin A, Iodium, dan Zat Besi.
(2022) yaitu melakukan sosialisasi mengenai status gizi pada remaja dan
memberikan makanan tambahan pada remaja. Selain itu dari pihak sekolah
juga sudah kerja sama dengan petugas kesehatan dengan adanya ruang UKS
Andayani and Afnuhazi (2022) yang di modifikasi dari buku Kemenkes RI tahun
2019 tentang status gizi remaja tentang faktor-faktor apa saja yang berhubungan
dengan status gizi remaja siswa kelas X SMAN 1 Sungai Rumbai Kabupaten
Dhamsraya tahun 2023. Hubungan antara variabel independen (pola makan, jenis
kelamin, aktivitas fisik dan pengetahua) dan variabel dependen (Status Gizi)
diuraikan ke dalam 2 faktor yaitu : Faktor langsung dan Faktor tidak langsung.
Faktor Langsung
1. Pola makan
2. Penyakit Infeksi
Status Gizi
Faktor tidak langsung
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Sosial Ekonomi
4. Aktivitas fisik
5. Pengetahuan
9
33
berhubungan dengan status gizi pada remaja di uraikan dalam dua faktor, yaitu:
• Pola Makan
serta rendah konsumsi sayur dan air putih. Sehingga, dinilai terdapat
• Penyakit Infeksi
cukup tetapi sering diserang diare atau ISPA dan demam akhirnya
• Umur
obesitas pada saat remaja dan dewasa serta dapat lanjut ke masa
• Jenis Kelamin
dibandingkan wanita
• Sosial Ekonomi
gizi siswa juga akan menjadi baik, karena segala zat kebutuhan yang
tubuhnya
• Aktivitas Fisik
terbakar sebagai kalori. Jenis aktivitas fisik remaja atau usia sekolah
dilakukan seimbang.
• Pengetahuan
sebelumnya, maka yang menjadi kerangka konsep pada penelitian ini adalah faktor-
faktor yang berhubungan dengan status gizi remaja siswa kelas X SMAN 1 Sungai
Rumbai Kabupaten Dhamasraya tahun 2023. Pada penelitian ini variabel yang
diteliti adalah pola makan, jenis kelamin, aktivitas fisik dan pengetahuan. Peneliti
mengambil status gizi sebagai variabel dependen karena potensi peningkatan kasus
status gizi pada remaja mulai dari gizi kurang dan gizi berlebih, kemudian menjadi
Dampak apabila status gizi remaja ini dibiarkan apabila status gizi kurang dan
berlebih pada remaja dapat mengakibatkan dampak kognitif seperti kesulitan dalam
belajar dan dampak emosional seperti sering merasa insecure dan mengucilkan diri
dari ruang lingkup pertemanan. Variabel yang akan diteliti oleh peneliti dapat
Jenis kelamin
Aktivitas fisik
1. Ada hubungan antara pola makan dengan status gizi pada remaja kelas
2. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan status gizi pada remaja
3. Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi pada remaja
9
39
BAB III
METODE PENELITIAN
yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi.
Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau antara faktor
resiko dengan faktor efek (Notoatmodjo, 2010). Desain penelitian yang digunakan
adalah Cross Sectional yaitu penelitian yang mempelajari korelasi antara paparan
atau faktor risiko (independen) dengan akibat atau efek (dependen), dengan
pengumpulan data dilakukan bersamaan secara serentak dalam satu waktu antara
kesehatan terkait status gizi pada remaja, dimana apabila tidak ditangani, maka
menimbulkan komplikasi, dan remaja yang berada SMAN 1 Sungai Rumbai belum
mengetahui tentang status gizi dan perilaku pencegahan status gizi kurang dan
berlebih.
dilakukan awal bulan Juli 2023 sampai bulan Agustus dan diharapkan bulan
3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 1 Sungai
3.3.2 Sampel
perhitungan sederhana.
N
𝑛=
1 + N (𝑑)2
Keterangan:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
39
41
Jawab :
N
𝑛=
1 + N (𝑑 )2
185
1 + 185 (0,1)2
185
𝑛=
1 + 1.85
185
𝑛=
2.85
𝑛 = 64.9122
𝑛 = 65 responden.
Sampling adalah suatu teknik pengambilan sampel atau elemen secara acak, dimana
setiap elemen atau anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih
diterapkan dikarenakan teknik ini memiliki prosedur yang mudah dan bisa
berikut:
39
42
a. Kriteria inklusi:
b. Kriteria ekslusi:
hipertensi dll
a. Kuesioner Demografi
secara umum pada responden. Ada 3 pertanyaan yang terdiri dari, umur remaja,
tinggi badan dan berat badan. Pengukuran antropometri status gizi remaja yang
Pernyataan yang diajukkan berjumlah 19 soal. Jenis makanan dari soal nomor
39
43
(1, 2, 3, 4, 5), jumlah porsi makanan dari soal nomor (6, 7, 8, 9, 10, 11, 12),
frekuensi makan dari soal nomor (13, 14, 15, 16, 17, 18, 19).
d. Kuesioner Pengetahuan
tantang status gizi. Kuesioner yang digunakan berasal dari penelitian Viboda
(2021) yaitu dengan judul penelitian “Hubungan Pola Makan, Aktifitas Fisik
dan Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi pada Remaja di SMA Adzkia Padang
Tahun 2021”
39
44
langsung. Dalam penelitian ini yang menjadi data primer adalah status gizi remaja,
pola makan, jenis kelamin, aktivitas fisik dan pengetahuan remaja terhadap status
gizi.
a. Uji Validitas
ukur yang kita gunakan dalam suatu penelitian. Pengujian validitas yang
penelitian ini diadopsi dari penelitian orang lain yang dilakukan pada 25
(Corrected Item Total Correlation) > r-tabel sebesar (0,396), maka item
Pada variabel pola makan total seluruhnya soal sebanyak 19. Hasil uji
didapatkan rata – rata lebih besar dari r tabel (0,396). Hasil tersebut dapat
Tabel 3.1
Hasil Uji Validitas Variabel Pola Makan
Variabel/Indikator Rhitung Rtabel Kesimpulan
Pertanyaan 1 0,791 0,396 Valid
Pertanyaan 2 0,662 0,396 Valid
Pertanyaan 3 0,419 0,396 Valid
Pertanyaan 4 0, 567 0,396 Valid
39
45
Pada variabel aktivitas fisik total seluruhnya soal sebanyak 13. Hasil
yang didapatkan rata – rata lebih besar dari r tabel (0,396). Hasil tersebut
Tabel 3.2
Hasil Uji Validitas Variabel Aktivitas Fisik
Variabel/Indikator Rhitung Rtabel Kesimpulan
Pertanyaan 1 0,455 0,396 Valid
Pertanyaan 2 0,654 0,396 Valid
Pertanyaan 3 0,789 0,396 Valid
Pertanyaan 4 0,812 0,396 Valid
Pertanyaan 5 0,876 0,396 Valid
Pertanyaan 6 0,453 0,396 Valid
Pertanyaan 7 0,444 0,396 Valid
Pertanyaan 8 0,444 0,396 Valid
Pertanyaan 9 0,564 0,396 Valid
Pertanyaan 10 0,765 0,396 Valid
Pertanyaan 11 0,887 0,396 Valid
Pertanyaan 12 0,881 0,396 Valid
Pertanyaan 13 0,755 0,396 Valid
39
46
didapatkan rata – rata lebih besar dari r tabel (0,396). Hasil tersebut dapat
Tabel 3.3
Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan
Variabel/Indikator Rhitung Rtabel Kesimpulan
Pertanyaan 1 0,555 0,396 Valid
Pertanyaan 2 0,567 0,396 Valid
Pertanyaan 3 0,776 0,396 Valid
Pertanyaan 4 0,898 0,396 Valid
Pertanyaan 5 0,587 0,396 Valid
Pertanyaan 6 0,459 0,396 Valid
Pertanyaan 7 0,897 0,396 Valid
Pengetahuan
sama dengan menggunakan alat ukur yang sama. Uji realibilitas dilakukan
untuk mengetahui apakah penyataan yang telah dibuat itu reliabel, yaitu
tabel (0,396), dengan ketentuan: bila r-Alpha > r tabel, maka pertanyaan
39
47
Tabel 3.4
Hasil Uji Reliabilitas Pola Makan, Aktivitas Fisik dan Pengetahuan
No Variabel R-alpha R-tabel Kriteria
Cronbach’s
1 Pengetahuan 0,977 0,396 Reliabel
2 Pola Makan 0,886 0,396 Reliabel
3 Aktivitas Fisik 0,589 0,396 Reliabel
Meliputi data yang diperoleh melalui dokumen atau catatan dari tata usaha
SMAN 1 Sungai Rumbai data siswa yang kelas X yang bersekolah di SMAN 1
Sungai Rumbai yang dibutuhkan dalam penelitian, seperti nama siswa dan jumlah
Memberikan kode atau angka pada setiap data untuk masing- masing
datanya yaitu :
1. Status gizi
0 = Kurang
1 = Normal
39
48
2 = Berlebih
2. Pola Makan
0 = Kurang
1 = Baik
3. Jenis Kelamin
0 = Laki-laki
1 = Perempuan
4. Aktivitas Fisik
0 = Kurang
1 = Baik
master tabel dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Proses ini
Semua instrumen kuesioner diisi dengan lengkap dan diperiksa dengan baik
Setelah di entry data diperiksa, dan sudah benar-benar bersih dari kesalahan
39
49
Adapun variabel tersebut adalah status gizi remaja, pola makan, jenis kelamin,
yaitu variabel dependen dan variabel independen dengan menggunakan uji statistik
Chi Square. Dalam pengolahan data dari hasil penelitian ini, peneliti menggunakan
kepercayaan yaitu 0,05 sehingga jika nilai p value ≤ 0,05, maka hasil perhitungan
statistik dinilai memiliki ada hubungan bermakna, sedangkan jika nilai p value >
0,05 maka hasil perhitungan dinilai tidak memiliki hubungan yang bermakna.
39
50
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
1 Status Gizi Suatu keadaan kesehatan Timbangan Wawancara 0 = Kurang, Ordinal
remaja berdasarkan konsumsi injak dan Dan jika angka
makanan, yang mana dapat microtoise Menimbang IMT < 17
diperiksa dengan berat badan.
1 = Normal,
menggunakan IMT/U.
jika angkat
IMT 18,5 –
25,0
2 = Berlebih,
jika angka
IMT > 27,0
2 Pola makan Cara siswa terhadap pemilihan Kuesioner Wawancara 0 = Kurang Ordinal
makanan baik dari jenis jika skor total
makanan maupun waktu < nilai tengah
makan.
1 = Baik, jika
skor total ≥
nilai tengah
39
51
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
4 Aktivitas Setiap gerakan tubuh yang Kuesioner Wawancara 0 = Kurang Ordinal
Fisik dilakukan responden selama jika skor total
seminggu terakhir berdasarkan < nilai tengah
perhitungan METs (Metabolic
1 = Baik, jika
equivalent of task) menit
skor total ≥
perminggu dan dibagi dalam
nilai tengah
kategori ringan, sedang,dan
berat
39
52
DAFTAR PUSTAKA
Abeng, A. T. Et Al. (2020) ‘Faktor Aktivitas Fisik Terhadap Status Gizi Siswa Di
Sma Negeri 2 Kota Palangka Raya’, 12(1).
Andayani, R. P. And Afnuhazi, R. (2022) ‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Status Gizi Pada Remaja’, Jurnal Kesehatan Mercusuar, 5(2), Pp. 41–
48. Doi: 10.36984/Jkm.V5i2.309.
Anisa, A. F. Et Al. (2017) ‘Permasalahan Gizi Masyarakat Dan Upaya
Perbaikannya’, Gizi Masyarakat, 40, Pp. 1–22.
Ariana, R. (2021) ‘Pola Makan Remaja’, Pp. 1–23.
Arif Wicaksana, D. And Hida Nurrizka, R. (2019) ‘Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Status Gizi Pada Anak Usia Sekolah Di SDN Bedahan 02
Cibinong Kabupaten Bogor Tahun 2018’, Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat,
11, Pp. 35–47.
Brown (2005) ‘Status Gizi Pada Remaja’.
Christi (2021) Penyakit Infeksi.
Depkes RI (2020) Defenisi Pola Makan.
Dewi Indriawati (2020) ‘Hubungan Antara Status Gizi Dan Kecerdasan Emosi
Terhadap Kesulitan Belajar Anak Usia Dini’, 7, Pp. 133–154.
Dinas Kesehatan Kab Dhamasraya (2022) Data Status Gizi Remaja Kabupaten
Dharmasraya. Kabupaten Dhamasraya.
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat (2022) ‘Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (LAKIP)’, Journal Of Chemical Information And Modeling,
53(9), Pp. 1689–1699.
Dwi Markuri, T. And Ashan, H. (2021) ‘The Relationship Of Physical Activity And
Nutritional Status Among The Students Of SMKN 03 Muko-Muko District
During Covid-19 Pandemic’, Arsip Gizi Dan Pangan, 6(2), Pp. 122–130. Doi:
10.22236/Argipa.V6i2.6786.
Esza, A. D. (2020) ‘Gambaran Pola Konsumsi, Aktivitas Fisik, Dan Status Gizi
Pada Remaja’, Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang, P. 37.
FAO (2022) Laporan Food And Agriculture Organization.
Firdaus, A. M. Yunanta And Hidayati, E. (2019) ‘Pengetahuan Dan Sikap Remaja
Terhadap Penggunaan Napza Di Sekolah Menengah Atas Di Kota Semarang’,
Jurnal Keperawatan Jiwa, 6(1), P. 1. Doi: 10.26714/Jkj.6.1.2018.1-7.
39
53
39
54
39