Anda di halaman 1dari 60

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS

GIZI REMAJA SISWA KELAS X SMAN 1 SUNGAI RUMBAI


KABUPATEN DHAMASRAYA
TAHUN 2023

PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh

NESIA TRI ANGKASI


1910070120010

PROGRAM STUDI FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2023

1
i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya sehingga peneliti telah mampu menyelesaikan proposal penelitian ini

yang berjudul “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Remaja

Siswa Kelas X SMAN 1 Sungai Rumbai Kabupaten Dhamasraya Tahun

2023.”

Dalam proses penyelesaian proposal ini tidak terlepas dari peran bimbingan

dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan

terima kasih kepada Ibu Hilda Hidayat, SKM, M.Kes selaku pembimbing I dan Ibu

Erni Maywita, SKM, M.Kes selaku pembimbing II yang telah membimbing dan

mengarahkan peneliti sehingga dapat menyelesaikan proposal ini.

Pada kesempatan ini peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu dr. Rinita Amelia, M.Biomed, P.hD selaku Dekan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Baiturrahmah Kota Padang.

2. Ibu Sevilla Ukhtil Huvaid, SKM, M.Kes selaku Wakil Dekan I Fakultas

Kesehatan Universitas Baiturrahmah Kota Padang.

3. Ibu Ns. Zufrias Riyati, S.Kep, M.Kes selaku Wakil Dekan II Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Baiturrahmah Kota Padang

4. Ibu Sri Mindayani, SKM, M.Kes selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Baiturrahmah Kota Padang.

i
ii

5. Kepala Sekolah SMAN 1 Sungai Rumbai Kabupaten Dhamasraya,

yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan

penelitian.

6. Staf Dosen Fakultas Kesehatan yang telah memberikan ilmu selama

pendidikan bagi peneliti.

Peneliti menyadari bahwa proposal ini terdapat banyak kekurangan

mengingat keterbatasan pengetahuan peneliti, karena itu peneliti mengharapkan

masukan kritikan dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak demi

kesempurnaan penelitian ini. Akhir kata kepada-Nya jualah kita berserah diri

semoga proposal ini dapat dipertahankan dalam seminar proposal.

Padang, Juni 2023

Peneliti

ii
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR TABEL .............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................... 7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 9
2.1 Status Gizi ................................................................................................... 9
2.2 Remaja………………….. ......................................................................... 14
2.3 Kerangka Teori .......................................................................................... 32
2.4 Kerangka Konsep Penelitian ..................................................................... 37
2.5 Hipotesa Penelitian .................................................................................... 38
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 39
3.1 Desain Penelitian ....................................................................................... 39
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian..................................................................... 39
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................................. 40
3.4 Instrumen dan Alat Penelitian ................................................................... 42
3.5 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 44
3.6 Teknik Pengolahan Data ........................................................................... 47
3.7 Teknik Analisis Data ................................................................................. 49
3.8 Definisi Operasional .................................................................................. 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
iv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Batas indeks masa tubuh (IMT).......................................................... 11


Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Variabel Pola Makan ........................................... 44
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Variabel Aktivitas Fisik ....................................... 45
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan .......................................... 46
Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas Pola Makan, Aktivitas Fisik dan Pengetahuan 47
Tabel 3.5 Definisi operasional ............................................................................ 50

iv
v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ............................................................................... 32


Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ........................................................... 37

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Status gizi remaja didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan

oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien. Status gizi yang baik

sejalan dengan prestasi akademik yang baik pula, kekurangan zat gizi secara

berkepanjangan menunjukkan efek jangka panjang terhadap pertumbuhan.

Dampak kurangnya status gizi remaja disebabkan karena kurang asupan zat gizi,

baik karena alasan ekonomi maupun alasan psikososial seperti misalnya

penampilan. Kondisi remaja KEK meningkatkan risiko berbagai penyakit infeksi

dan gangguan hormonal yang berdampak buruk di kesehatan. Dampak gizi lebih

pada status gizi remaja yaitu masalah kesehatan yang dapat terjadi pada remaja yang

mengalami gizi lebih seperti penyakit hipertensi, diabetes melitus (DM tipe II),

kardiovaskuler, dan gangguan fungsi hati (displidemia) (FAO, 2022)

Dunia saat ini masih dihadapkan dengan permasalahan kelaparan

dan kekurangan gizi. Menurut Food and Agriculture Organization (2022), jumlah

penduduk yang menderita kekurangan gizi di dunia mencapai 800 juta orang

dengan persentase 35%. Berdasarkan Kemenkes RI (2022) menunjukan prevalensi

kurus remaja pada usia 16-18 tahun sebesar 10% (6% sangat kurus dan 4% kurus).

Sedangkan prevalensi gemuk remaja pada usia 16-18 tahun sebesar 15% (10%

gemuk dan 5% obesitas).

1
2

Provinsi Sumatera Barat termasuk dalam 17 provinsi yang memiliki

prevalensi status gizi sangat kurus dan sangat gemuk tertinggi di Indonesia.

Prevalensi status gizi remaja di Provinsi Sumatera Barat tahun 2022 didapatkan gizi

kurang remaja umur 16-18 tahun sekitar 2,5% sangat kurus dan 13% kurus,

sedangkan status gizi lebih sekitar 7% gemuk dan 2% obesitas (Dinas Kesehatan

Provinsi Sumatera Barat, 2022).

Berdasarkan pemantauan Status Gizi Tahun 2022 oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten Dharmasraya, terdapat 38 Sekolah yang telah di jaring oleh Dinas

Kesehatan dengan seluruh jumlah siswa 3613 dan dari hasil penjaringan

ditemukannya 349 siswa dengan status gizi kurus, 8 siswa dengan status gizi sangat

kurus, dan 2704 siswa dengan prevelensi gizi normal (Dinas Kesehatan Kabupaten

Dharmasraya, 2022). Berdasarkan data laporan tahunan 2022 yang diperoleh oleh

peneliti dari Puskesmas Sungai Rumbai, didapatkan jumlah kejadian gizi kurang

pada remaja mecapai 160 kasus di wilayah kerja Puskesmas Sungai Rumbai

(Puskesmas Sungai Rumbai, 2022).

Menurut teori yang dilakukan oleh Afnuhazi (2022) yang di modifikasi

dari buku Kemenkes RI tahun 2019 tentang status gizi remaja , masalah gizi remaja

di sebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor langsung dan tidak langsung. Faktor

langsung yaitu pola makan dan penyakit infeksi. Sedangkan faktor tidak langsung

yaitu umur, jenis kelamin, tingkat sosial ekonomi, aktivitas fisik, dan pengetahuan.

Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan

jenis makanan dengan informasi gambaran dengan meliputi mempertahankan

kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit (Depkes


3

RI, 2020). Penyakit infeksi adalah penyakit yang dapat timbul karena beberapa hal

yang tidak lepas dari makanan, perilaku keamanan pangan yang buruk juga akan

dapat menimbulkan penyakit infeksi (Christi, 2021).

Jenis Kelamin memiliki pengaruh terhadap status gizi remaja

dikarenakan, jenis kelamin laki laki berpeluang lebih besar untuk memiliki gizi

lebih. Sehingga hal ini tidak sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa Jenis

kelamin menetukan kebutuhan gizi seseorang. Status gizi gemuk (obesitas dan

overweight) lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan laki –laki. Pria lebih

banyak membutuhkan energi dan protein daripada wanita. Hal ini disebabkan pria

lebih banyak melakukan aktivitas fisik dibandingkan wanita. Akan tetapi penelitian

ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Utami, yaitu menunjukkan adanya

hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan status gizi lebih remaja Tri

Handari and Loka (2022)

Jenis aktivitas fisik remaja atau usia sekolah pada umunya memiliki

tingkatan aktivitas fisik ringan hingga sedang karena sebagian besar waktunya

dihabiskan untuk berkegiatan di sekolah khususnya belajar. Apabila remaja kurang

melakukan aktivitas fisik dapat menyebabkan lemak ditubuh akan menumpuk, hal

tersebut tidak menutup kemungkinan dapat menyebabkan kelebihan berat badan.

Hal ini dapat diatasi dengan memperhatikan pola asupan energi yang masuk

kedalam tubuh. Sehingga keseimbangan energi yang masuk dengan aktivitas fisik

yang dilakukan seimbang (Indrasari and Sutikno, 2020).

Pengetahuan gizi memberikan bekal pada remaja bagaimana memilih

makanan yang sehat dan mengerti bahwa makan berhubungan erat dengan gizi dan
4

kesehatan. Beberapa masalah gizi dan kesehatan pada saat dewasa sebenarnya bisa

diperbaiki pada saat remaja melalui pemberian pengetahuan dan kesadaran tentang

kebiasaan makan dan gaya hidup sehat. Permasalahan gizi yang sering dihadapi

oleh remaja adalah masalah gizi ganda (double burden), yaitu gizi kurang dan gizi

lebih (Lestari, 2020).

Menurut penelitian (Abeng ,dkk, 2020) hasil analisis regresi logistic

menunjukkan nilai Pvalue 0,002 yang berarti bahwa faktor aktivitas fisik

mempengaruhi status gizi remaja di SMA Negeri 2 Kota Palangka Raya. Untuk

nilai OR (odds ratio) diperoleh 3,71 dengan CI 1,63 – 8,48. Ini bermakna bahwa

dengan memiliki aktivitas fisik yang kurang baik berisiko 3,71 kali mengalami

status gizi yang tidak normal dibandingkan memiliki aktivitas fisik yang baik. Hal

ini sejalan dengan penelitian (Isnaini dkk., 2020) bahawa didapatkan ada hubungan

antara pola makan (p=0,000), ada hubungan antara penyakit infeksi (p=0,000)

dengan kejadian gizi buruk di Kabupaten Magetan.

Puskesmas Sungai Rumbai telah melakukan upaya peningkatan status gizi

remaja, salah satunya melalui pengecekan status gizi dan juga pemberian edukasi

tentang peran gizi bagi remaja di tingkat sekolah yaitu Sekolah Menengah Atas

Negeri SMAN 1 Sungai Rumbai dan SMAN 2 Sungai Rumbai. Namun masih

ditemukan remaja yang status gizinya kurus yaitu pada tahun 2019 di SMAN 1

Sungai Rumbai sebesar 3,94% mengalami gizi kurus, kemudian tahun 2020

meningkat menjadi 23,33% dan tahun 2021 menjadi 7,2%, sedangkan di SMAN 2

Sungai Rumbai tahun 2019 sebesar 7,89%, menurun pada tahun 2020 menjadi

1,15% dan meningkat pada tahun 2021 menjadi 2,81%. Sedangkan di tingkat
5

Puskesmas prevalensi gizi kurus tahun 2019 sebanyak 5,92%, kemudian meningkat

menjadi 10,2% pada tahun 2020 dan pada tahun 2021 menjadi 5,35%. Berdasarkan

data tersebut maka dapat diketahui bahwa prevalensi gizi kurus di SMAN 1 Sungai

Rumbai lebih tinggi dibanding SMAN 2 Sungai Rumbai sehingga penelitian ini

difokuskan pada remaja kelas X di SMAN 1 Sungai Rumbai. (Puskesmas Sungai

Rumbai, 2022). Menurut Richard Oliver (2021) kelas X merupakan untuk

mendeteksi status gizi lebih dini di sekolah sebagai kelanjutan dari pemantauan

status gizi selanjutnya dan kelas X merupakan masa peralihan awal dari SMP ke

SMA yang dapat mempengaruhi status gizi. Menurut Kemenkes RI (2021), Usia

remaja (10-18 tahun) merupakan periode rentan gizi. Hal ini disebabkan karena

pada usia remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi. Perubahan gaya hidup dan

kebiasaan makan remaja mempengaruhi suatu asupan maupun kebutuhan gizinya

Survei awal yang peneliti lakukan pada Bulan Desember 2022 dengan

mewawancarai guru bimbingan konseling (BK) mengatakan adanya siswa kelas X

yang mengalami gizi buruk baik laki-laki maupun perempuan. Survei juga

dilakukan peneliti kepada 10 orang siswa kelas X SMAN 1 Sungai Rumbai

didapatkan hasil sebanyak hanya 70% siswa kelas X memiliki pengetahuan kurang

tentang gizi remaja, sebanyak 60% siswa memiliki pola makan yang tidak baik,

aktivitas fisik yang kurang pada siswa sebanyak 80% dan sebanyak 50% siswa

antara laki-laki dan perempuan yang mengalami gizi buruk.

Berdasarkan data diatas dengan tingginya angka kejadian gizi buruk pada

siswa kelas X di SMAN 1 Sungai Rumbai membuat penenliti tertarik melakukan


6

penelitian tentang ” Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Remaja

Siswa Kelas X SMAN 1 Sungai Rumbai Tahun 2023”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan penelitian

ini adalah “Apa saja faktor – faktor yang berhubungan dengan status gizi remaja

siswa kelas X SMAN 1 Sungai Rumbai Kabupaten Dhamasraya tahun 2023?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi remaja

siswa kelas X SMAN 1 Sungai Rumbai Kabupaten Dhamasraya tahun 2023.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui distribusi frekuensi status gizi pada remaja kelas X

SMAN 1 Sungai Rumbai tahun 2023.

2. Mengetahui distribusi frekuensi pola makan pada remaja kelas X

SMAN 1 Sungai Rumbai tahun 2023.

3. Mengetahui distribusi frekuensi jenis kelamin pada remaja kelas X

SMAN 1 Sungai Rumbai tahun 2023.

4. Mengetahui distribusi frekuensi aktivitas fisik pada remaja kelas X

SMAN 1 Sungai Rumbai tahun 2023.

5. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan pada remaja kelas X

SMAN 1 Sungai Rumbai tahun 2023.


7

6. Melihat hubungan antara pola makan dengan status gizi pada remaja

kelas X SMAN 1 Sungai Rumbai Kabupaten Dhamasraya tahun 2023.

7. Melihat hubungan antara jenis kelamin dengan status gizi pada remaja

kelas X SMAN 1 Sungai Rumbai Kabupaten Dhamasraya tahun 2023.

8. Melihat hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi pada remaja

kelas X SMAN 1 Sungai Rumbai Kabupaten Dhamasraya tahun 2023.

9. Melihat hubungan antara pengetahuan siswa dengan status gizi pada

remaja kelas X SMAN 1 Sungai Rumbai Kabupaten Dhamasraya

tahun 2023.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Bagi peneliti sendiri adalah untuk menambah wawasan mengenai status

gizi pada remaja dan mengaplikasikan ilmu yang didapatkan selama perkuliahan.

1.4.2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Untuk menambah literatur baca bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Baiturrahmah khususnya peminatan Administrasi dan Kebijakan

Kesehatan (AKK).

1.4.3 Bagi SMAN 1 Sungai Rumbai

Sebagai bahan masukan dan bahan evaluasi agar mampu meningkatkan

dan mengoptimalkan pelayanan kesehatan terutama pada remaja.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup dalam penelitian tentang “Faktor-faktor yang

berhubungan dengan status gizi pada remaja kelas X SMAN 1 Sungai Rumbai
8

Kabupaten Dhamasraya Tahun 2023” berlokasi di SMAN 1 Sungai Rumbai pada

tahun 2023, dengan variabel dependen adalah Status Gizi dan variabel

independenya adalah pengetahuan, jenis kelamin, pola makan dan aktivitas fisik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Status Gizi

2.1.1 Pengertian Status Gizi

Status Gizi merupakan gambaran ekspresi dari keadaan keseimbangan zat

gizi sebagai akibat dari konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Menurut

hasil laporan Global Health Observatory (GHO), paling sedikit 2.8 juta orang di

dunia meninggal setiap tahun akibat memiliki status gizi overweight maupun

obesitas (Niswah, 2014). Berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi tahun 2016

dengan indeks IMT/U, persentase kurusdi Indonesia pada remaja umur 13-15 tahun

dan 16-18 tahun berturut-turut adalah 7.4% dan 8.6%, sedangkan di Sumatera

Utara, persentase kurus pada remaja umur 13-15 tahundan 16-18 tahun berturut-

turut adalah 3.8% dan 1.5%. Berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi tahun

2017dengan indeks IMT/U, persentase kurusdi Indonesia pada remaja umur 13-15

tahun dan 16-18 tahun berturut-turut adalah 6,7% dan 3,0% (Gulo, 2020)

Status gizi merupakan suatu kondisi hasil dari adanya keseimbangan antara asupan

zat gizi yang diperoleh dari makanan dengan kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan

untuk metabolisme tubuh. Setiap individu memilik kebutuhan asupan zat gizi yang

berbeda, hal tersebut berkaitan dengan umur, gender, aktivitas sehari-hari, berat

badan, dan lainnya.

9
10

Suatu keadaan tubuh yang dipengaruhi oleh keseimbangan dari asupan

makanan dan penggunaan zat gizi merupakan pengertian status gizi. Pemeriksaan

status gizi dapat dilakukan dengan melihat data riwayat kesehatan yang diperoleh

dari berbagai sumber. Untuk memeriksa ketidak seimbangan zat gizi dapat

dilakukan dengan skrining gizi, memeriksa riwayat kesehatan, temuan pemeriksaan

fisik, dan hasil laboratorium. Pemeriksaan status gizi yang maksimal dilakukan

untuk menentukan tujuan dan intervensi dalam memperbaiki ketidak seimbangan

yang telah terjadi atau akan terjadi. Selain itu, status gizi juga diartikan sebagai hasil

akhir dari keseimbangan antara makanan yang dikonsumsi dalam tubuh (nutrien

input) dengan kebutuhan tubuh (nutrien output) akan zat gizi tersebut (Motta,dkk,

2021).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Indrasari dan Sutikno (2020),

Masalah gizi yang sering dialami remaja antara lain kelebihan berat badan dan

kekurangan zat gizi. Masalah gizi lebih dapat berkaitan dengan sringnya

mengkonsumsi makanan olahan dengan nilai gizi kurang, namum memiliki banyak

kalori yang dapat memicu obesitas pada usia remaja. Status gizi remaja dapat dinilai

secara individu berdasarkan data yang diambil dari pemeriksaan antopometri

berupa data berat. badan dan tinggi badan yang kemudian diinterpretasikan menjadi

Indeks Massa Tubuh (IMT), selanjutnya dilakukan penilaian status gizi remaja

dengan cara membandingkan IMT dengan standar antropometri berdasarkan indeks

IMT menurut umur (IMT/U).


11

2.1.2 Klasifikasi Status Gizi

Klasifikasi Status Gizi Menurut (Brown, 2005), status gizi pada remaja

dapat ditentukan beberapa cara, salah satunya dengan menghitung Indeks Massa

Tubuh (IMT). Pengukuran dengan IMT Pengukuran obesitas yang paling banyak

dilakukan saat ini adalah penilaian berat badan dengan menggunakan indeks massa

tubuh (IMT). Hal ini disebabkan penilaian menggunakan IMT telah

memperhitungkan unsur kesehatan. Oleh karena itu IMT cocok diterapkan bagi

orang-orang yang ingin mengetahui kondisi berat badannya ditinjau dari segi

kesehatan. Perhitungan IMT sebagai berikut :

𝐵𝐵𝑘𝑔
𝐼𝑀𝑇 = 2
𝑇𝐵𝑚

Untuk penjelasan mengenai batas indeks masa tubuh (IMT) dapat terlihat pada

tabel dibawah ini:

Tabel 2.1
Batas indeks masa tubuh (IMT)
Kategori IMT

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat <17,0

Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0-18,5

Normal Berat badan normal, tidak kurang dan tidak >18,5-25,0

lebih

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0-27,0

Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0

Sumber (Kemenkes, 2021)


12

2.1.3 Dampak Status Gizi Remaja

Adapun dampak dari status gizi kurang maupun berlebih pada remaja

menurut Sari (2020) yaitu:

a. Pada masa pertumbuhan, kekurangan dan kelebihan status gizi pada

remaja akan berdampak pada tidak optimalnya pertumbuhan pada

remaja dan pembentukan otot terhambat.

b. Produksi tenaga, apabila remaja mengalami status gizi kurang dan

berlebih maka akan berdampak pada kekurangan tenaga dan

menyebabkan remaja menjadi malas, merasa lelah dan

produktivitasnya menurun.

c. Lebih rentan terkena penyakit infeksi, baik status gizi kurang dan

berlebihan lebih rentan terkena penyakit infeksi dikarenakan proses

pengolahan makanan terhambat dan pembentukan imun lebih lambat.

Dampak gizi kurang pada kognitif remaja yaitu Pada individu dengan

status gizi TB/U stunting yang lebih berat dan kronis, pertumbuhan badan akan

terganggu, badan lebih kecil diikuti dengan ukuran otak yang juga kecil. Selain

jumlah sel dalam batang otak berkurang, dapat terjadi ketidakmatangan dan

ketidaksempurnaan organisasi biokimia dalam otak. Keadaan ini berpengaruh

terhadap perkembangan kecerdasan anak. Status gizi yang baik akan

mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan anak, salah satunya adalah

meningkatkan kemampuan intelektual yang akan berpengaruh pada prestasi belajar

di sekolah (Rahmaningrum, 2020)


13

Adapun hubungan antara otak dan kecukupan gizi antara lain:

1. Gizi yang adekuat diperlukan otak untuk perkembangan, pemeliharaan,

dan fungsinya.

2. Otak juga memiliki peran esensial dalam pengendalian asupan makanan,

yang dapat menentukan status gizi seseorang

3. Perilaku juga dapat dikaitkan dengan suplai gizi ke otak

Asupan gizi yang adekuat sejak janin diperlukan otak untuk

perkembangan, pemeliharaan, dan fungsinya. Status gizi kurus ataupun sangat

kurus dapat berdampak pada hubungan neuron mungkin tidak sebanyak yang

seharusnya, sehingga dapat mempengaruhi perkembangan kognitif dan

menimbulkan masalah perilaku. Kekurangan asupan zat gizi dapat menghambat

pertumbuhan myelin, menurunkan kecerdasan sehingga dapat menyebabkan

gangguan belajar. Status gizi merupakan salah satu faktor yang berkonstribusi

terhadap kesulitan belajar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi

status gizi, akan semakin kesulitan belajar akan menurun. peningkatan status gizi

akan memberikan konstribusi yang berarti terhadap kesulitan belajar

(Rahmaningrum, 2020)

Dampak emosional terhadap gizi kurang maupun lebih adalah Anak yang

kekurangan gizi mudah mengantuk dan kurang bergairah yang dapat menganggu

proses belajar di sekolah dan menurun prestasi belajarnya, daya pikir anak juga

akan kurang, karena pertumbuhan otaknya tidak optimal. Terganggunya proses

belajar pada anak inilah yang dapat menimbulkan hambatan-hambatan tertentu

dalam proses belajar berupa kesulitan belajar. Kesulitan belajar ini sangat erat
14

dengan pencapaian hasil akademik dan aktivitas sehari-hari karena anak akan

mengalami kesulitan dalam menyerap materimateri belajar sehingga terjadi

penurunan nilai belajar dan prestasi belajar rendah. Kecenderungan meningkatnya

prevalensi anak dengan kesulitan belajar, dapat berdampak pada terhambatnya

kemampuan siswa dalam menguasai tujuan belajar yang harus dicapainya, yang

pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kualitas hasil belajarnya Banyak siswa

yang mengulang disebabkan karena mereka mengalami kesulitan belajar secara

akademis (Dewi Indriawati, 2020)

Semakin tinggi kecerdasan emosi maka kesulitan belajar semakin

menurun.Status gizi dan kecerdasan emosi bersama-sama memberikan kontribusi

terhadap kesulitan belajar. status gizi yang baik maka kesulitan belajar akan

menurun. Oleh sebab itu, upaya untuk meningkatkan status gizi merupakan hal

penting untuk menurunkan kesulitan belajaroleh karena itu perlu dilakukan upaya

untuk menurunkan kesulitan belajar pada siswa belajar melalui peningkatan status

gizi dan kecerdasan emosi (Dewi Indriawati, 2020)

2.2 Remaja

2.2.1 Pengertian Remaja

Defenisi Remaja Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti

tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang

lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Pada

masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk

golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.


15

Masa remaja adalah suatu periode transisi dalam rentang kehidupan

manusia, yang menjembatani masa kanak-kanak dan masa dewasa. Menurut Asrori

dan Ali (2016), remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke

dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya

berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama , atau paling

tidak sejajar. Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek afektif

, lebih atau kurang dari usia pubertas. Masa remaja adalah masa peralihan manusia

dari anak-anak menuju dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun

sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria.

Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12 atau 13

tahun sampai dengan 17 atau 18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17 atau 18

tahun sampai dengan 21 atau 22 tahun adalah remaja akhir. Menurut hukum di

Amerika serikat saat ini, individu dianggap telah dewasa apabila telah mencapai

usia 18 tahun, dan bukan 21 tahun seperti ketentuan sebelumnya. Pada usia ini,

umumnya anak sedang duduk di bangku sekolah menengah (H Kara, 2020).

2.2.2 Ciri-ciri Remaja

Dipandang dari sudut batas usia, remaja sebenarnya tergolong kalangan

yang transaksional artinya keremajaan merupakan gejala sosial yang bersifat

sementara karena berada diantara kanak-kanak dengan dewasa. Menurut

Trisnayanti, (2021) ciri-ciri masa remaja adalah:

a. Masa remaja sebagai periode yang penting Perkembangan fisik yang

cepat disertai dengan cepatnya perkembangan mental, terutama pada

awal remaja. Semua pekembangan itu menimbulkan perlunya


16

penyesuaian mental dan perlunya pembentukan sikap, niat dan minat

baru.

b. Masa remaja sebagai sama peralihan Dalam setiap periode peralihan

status, individu tidak jelas dan keraguan akan peran yang harus

dilakukan, pada masa remaja ini bukan lagi seorang anak dan bukan juga

orang dewasa.

c. Masa remaja sebagai masa perubahan Tingkat perubahan dalam sikap

dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik

selama masa awal remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat

perubahan sikap dan perilaku juga turut. Ada juga perubahan yang sama

bersifat universal, pertama meningginya emosi yang intensitasnya

bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi,

karena perubahan emosi biasanya terjadi lebih cepat selama awal masa.

Kedua perubahan tubuh, minat dan peran yang dihadapkan oleh

lingkungan sosial untuk dipesankan menimbulkan masalah baru. Ketiga

dengan perubahan minat dan pola prilaku maka nilai-nilai juga akan

berubah.

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah Karena ketidakmampuan remaja

untuk mengatasi masalahnya sendiri menurut cara mereka menjalani

sendiri banyak remaja yang akhirnya menemukan bahwa penyelesaian

tugas selalu baik.

e. Masa remaja sebagai usia mencari identitas Pada awal-awal remaja,

penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting bagi anak laki-
17

laki dan perempuan lambat laun mereka mulai mendambakan identitas

diri dan tidak puas dan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala

hal.

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan Anggapan

sterotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi yang

tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak, menyebabkan orang

dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja

mudah takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap

perilaku yang tidak normal.

g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis Menjelang berakhirnya

masa remaja pada umumnya baik laki-laki maupun perempuan sering

terganggu oleh idealisme berlebihan bahwa segera melepas kehidupan

mereka yang lebih bila mencapai status orang dewasa.

h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa Dengan semakin

mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah

untuk meninggalkan sterotive belasan tahun dan untuk meberikan kesan

bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berdasarkan uraian di atas, dapat

disimpulkan bahwa ciri-ciri remaja adalah masa remaja sebagai periode

yang penting, masa remaja sebagai masa peralihan, masa remaja sebagai

masa perubahan, masa remaja sebagai usia bermasalah, masa remaja

sebagai usia mencari identitas, masa remaja sebagai usia yang

menimbulkan ketakutan, masa remaja sebagai masa yang tidak realistis,

masa remaja sebagai ambang masa dewasa.


18

2.2.3 Tahap Perkembangan Remaja

Berdasarkan proses penyesuaian menuju kedewasaan, menurut Firdaus dan

Hidayati (2019), ada 3 tahap perkembangan remaja yaitu:

a. Remaja awal (Early adolescent) umur 12-15 tahun

Seorang remaja untuk tahap ini akan terjadi perubahan-perubahan yang

terjadi pada tubuhnya sendiri dan yang akan menyertai

perubahanperubahan itu, mereka pengembangkan pikiran-pikiran baru

sehingga, cepat tertarik pada lawan jenis, mudah terangsang secara erotis.

b. Remaja madya (middle adolescent) berumur 15-18 tahun

Tahap ini remaja membutuhkan kawan-kawan, remaja senang jika

banyak teman yang mengakuinya. Ada kecenderungan mencintai pada diri

sendiri, dengan menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya, selain

itu ia berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang

mana peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau

pesimistis, idealitas atau materialis, dan sebagainya.

c. Remaja akhir (late adolescent) berumur 18-21 tahun

Tahap ini merupakan dimana masa konsulidasi menuju periode dewasa

dan ditandai dengan pencapaian 5 hal yaitu:

1) Minat makin yang akan mantap terhadap fungsi intelek.

2) Egonya akan mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain

dan dalam pengalaman-penglaman baru.

3) Terbentuk identitas seksual yang tidak berubah lagi.


19

4) Egosentrisme (terlalu mencari perhatian pada diri sendiri) diganti

dengan keseimbangan dan kepentingan diri sendiri dengan orang

lain.

5) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (privateself).

2.2.4 Kebutuhan Gizi Remaja

Pada masa remaja, kebutuhan gizi perlu mendapat perhatian khusus. Hal ini

dikarenakan percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energi

dan zat gizi yang lebih baik dan lebih banyak, perubahan gaya hidup dan kebiasaan

pangan menurut penyesuaian masukan energi dan zat gizi, serta semakin

beragamnya aktivitas fisik yang dilakukan oleh kelompok umur ini. Atas dasar

berbagai faktor tersebut, kebutuhan zat gizi perlu diutamakan. Bagi remaja,

makanan merupakan suatu kebutuhan pokok untuk pertumbuhan dan

perkembangan tubuhnya. Kekurangan konsumsi makanan, baik seacara kualitatif

dan kuantitatif akan menyebabkan terjadinya gangguan proses metabolisme tubuh,

yang tentunya mengarah pada timbulnya suatu penyakit, sehingga dalam

mengonsumsi makanan, yang perlu diperhatikan adalah “kecukupannya”, agar

didapatkan suatu fungsi tubuh yang optimal. Agar seseorang dapat melakukan

kegiatan sehari-hari, maupun untuk proses metabolisme di dalam tubuh, diperlukan

energi. Secara umum, kebutuhan energi pada masa remaja tergantung kecepatan

dan tingkat aktivitas individu. Selama masa remaja, kebutuhan protein meningkat

karena proses tumbuh kembang berlangsung cepat. Apabila asupan energi kurang,

protein akan digunakan sebagai energi (Hamdani, 2021)


20

2.2.5 Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data yang

diperoleh dengan menggunakan berbagai macam cara untuk menemukan suatu

populasi atau individu yang memiliki risiko status gizi kurang maupun gizi lebih

Penilaian status gizi terdiri dari dua jenis menurut Hamdani (2019) yaitu :

a. Penilaian Langsung

1) Antropometri

Antropometri merupakan salah satu cara penilaian status gizi yang

berhubungan dengan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan umur dan

tingkat gizi seseorang. Pada umumnya antropometri mengukur dimensi

dan komposisi tubuh seseorang. Metode antropometri sangat berguna

untuk melihat ketidakseimbangan energi dan protein. Akan tetapi,

antropometri tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi zat-zat gizi

yang spesifik.

2) Klinis Pemeriksaan klinis merupakan cara penilaian status gizi

berdasarkan perubahan yang terjadi yang berhubungan erat dengan

kekurangan maupun kelebihan asupan zat gizi. Pemeriksaan klinis

dapat dilihat pada jaringan epitel yang terdapat di mata, kulit, rambut,

dan organ yang dekat dengan permukaan tubuh (kelenjar tiroid).

3) Biofisik Pemeriksaan biofisik merupakan salah satu penilaian status

gizi dengan melihat kemampuan fungsi jaringan dan melihat perubahan

struktur jaringan yang dapat digunakan dalam keadaan tertentu, seperti

kejadian buta senja.


21

b. Penilaian Tidak Langsung

1) Survei Konsumsi Makanan Survei konsumsi makanan merupakan

salah satu penilaian status gizi dengan melihat jumlah dan jenis

makanan yang dikonsumsi oleh individu maupun keluarga. Data

yang didapat dapat berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Data

kuantitatif dapat mengetahui jumlah dan jenis pangan yang

dikonsumsi, sedangkan data kualitatif dapat diketahui frekuensi

makan dan cara seseorang maupun keluarga dalam memperoleh

pangan sesuai dengan kebutuhan gizi.

2) Statistik Vital Statistik vital merupakan salah satu metode penilaian

status gizi melalui data-data mengenai statistik kesehatan yang

berhubungan dengan gizi, seperti angka kematian menurut umur

tertentu, angka penyebab kesakitan dan kematian, statistik pelayanan

kesehatan, dan angka penyakit infeksi yang berkaitan dengan

kekurangan gizi.

2.2.6 Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi

Menurut teori yang dilakukan oleh Andayani and Afnuhazi (2022) yang di

modifikasi dari buku Kemenkes RI tahun 2019 tentang status gizi remaja , masalah

gizi remaja di sebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor langsung dan tidak

langsung. Faktor langsung yaitu pola makan dan penyakit infeksi. Sedangkan faktor

tidak langsung yaitu umur, jenis kelamin, tingkat sosial ekonomi, aktivitas fisik,

dan pengetahuan :
22

a. Faktor Lansung

1) Pola Makan

Pola makan atau pola konsumsi pangan merupakan susunan jenis dan

jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada

waktu tertentu. Pola konsumsi makan remaja yang sering tidak teratur,

sering jajan, sering tidak makan pagi dan sama sekali tidak makan siang.

Meningkatnya aktivitas kehidupan sosial dan kesibukan pada remaja

akan memengaruhi kebiasaan makan. (Ariana, 2021).

Pola makan sehat untuk remaja yaitu :

• Makan tiga kali sehari, termasuk camilan sehat seperti buah.

• Konsumsi makanan tinggi serat seperti sayur.

• Minum air putih sekitar 1850—2300 liter per hari.

• Perbanyak konsumsi ikan dan ayam.

Berdasarkan Peraturan Kementerian Kesehatan tahun 2014 tentang gizi

seimbang, ibu bisa membuat menu makanan dengan lima kelompok

pangan setiap kali makan.

Asupan makanan pokok yang bisa berikan untuk memenuhi pola makan

sehat remaja seperti,:

• nasi,

• kentang,

• singkong,

• ubi,

• mie,
23

• talas,

• sagu, dan

• sukun.

Sementara itu, lauk pauk sebagai makanan sehat untuk anak remaja yaitu:

• telur,

• daging,

• ayam,

• ikan,

• udang,

• tahu, dan

• tempe.

Untuk sayuran, berbagai macam jenis, misalnya:

• sayur bayam dengan jagung,

• sop isi sosis dan bakso, atau

• kangkung dan ikan asin.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suhartini dan Ahmad, (2021)

Salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar terhadap perubahan pola

makan remaja ialah semakin banyaknya jenis makanan baru yang berada

disekitarnya, hal tersebut mendorong mereka untuk mencoba makanan

baru tersebut, mengingat masa remaja adalah masa yang paling mudah

terpengaruh oleh perubahan-perubahan terutama dalam hal konsumsi

makanan. Para remaja cenderung memilih makanan yang instan yang


24

bisa diperoleh dengan harga terjangkau namun kadar gizi makanannya

masih dipertanyakan.

Masalah gizi kurang pada remaja dapat diakibatkan juga oleh diet

yang ketat (yang menyebabkan remaja kurang mendapat makanan yang

seimbang dan bergizi), kebiasaan makan yang buruk, dan kurangnya

pengetahuan gizi. Hal tersebut dapat menimbulkan berbagai dampak

antara lain menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena

penyakit, menurunnya aktifitas yang berkaitan dengan kemampuan kerja

fisik dan prestasi belajar. Menurut penelitian yang dilakukan oleh

Pantaleon (2022) bahwa Ada hubungan yang bermakna antara pola

konsumsi dengan status gizi. Pada dasarnya status gizi seseorang

ditentukan berdasarkan konsumsi gizi dan kemampuan tubuh dalam

menggunakan zat-zat gizi tersebut. Pola makan remaja sangat

dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Remaja lebih menyukai makanan

dengan kandungan natrium dan lemak yang tinggi tetapi rendah vitamin

dan mineral. Kebiasaan makan yang sering terlihat pada remaja antara

lain makan cemilan, melewatkan waktu makan terutama sarapan pagi,

waktu makan tidak teratur, sering makan fast food, jarang mengkonsumsi

sayur, buah dan ataupun produk peternakan serta pengontrolan berat

badan yang salah pada remaja putri. Hal tersebut dapat mengakibatkan

asupan makanan tidak sesuai kebutuhan dan gizi seimbang dengan

akibatnya gizi kurang atau lebih.


25

b. Faktor Tidak Langsung

1) Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah perbedaan gender yang ditentukan sejak lahir

dan dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin

menentukan kebutuhan gizi seseorang. Status gizi gemuk (obesitas dan

overweight) lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan laki-laki

(Esza, 2020).

Anak perempuan yang mempunyai status gizi baik lebih besar dari

pada anak laki-laki, hal tersebut disebabkan oleh karena pertumbuhan

terjadi lebih cepat pada anak perempuan dan lebih lambat pada anak laki-

laki. Adanya perbedaan jaringan lemak pada laki-laki dan perempuan

serta perbedaan tebal lipatan kulit antara anak perempuan dan laki-laki,

dimana perempuan lebih tebal dari laki-laki berdasarkan pengamatan

peneliti secara umum tampak anak perempuan lebih gemuk daripada

anak laki - laki. Hal tersebut diatas akan mempengaruhi berat badan dan

tinggi badan pada anak perempuan dan anak laki-laki sehingga

mempengaruhi juga status gizinya (Arif Wicaksana & Hida Nurrizka,

2020).

Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Tri Handari

and Loka (2022) Jenis kelamin laki laki berpeluang lebih besar untuk

memiliki gizi lebih. Sehingga hal ini tidak sejalan dengan teori yang

menyatakan bahwa Jenis kelamin menetukan kebutuhan gizi seseorang.

Status gizi gemuk (obesitas dan overweight) lebih sering terjadi pada
26

wanita dibandingkan laki –laki. Pria lebih banyak membutuhkan energi

dan protein daripada wanita. Hal ini disebabkan pria lebih banyak

melakukan aktivitas fisik dibandingkan wanita. Akan tetapi penelitian ini

sejalan dengan yang dilakukan oleh Utami, yaitu menunjukkan adanya

hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan status gizi lebih

remaja.

2) Aktivitas Fisik

Faktor yang dapat mempengaruhi status gizi remaja salah satunya

dengan aktivitas fisik, karena dengan melakukan aktivitas fisik dapat

membantu metabolisme dalam tubuh meningkat yang dapat

menyebabkan cadangan energi yang berasal dari lemak dapat terbakar

sebagai kalori (Dwi Markuri dan Ashan, 2021). Jenis aktivitas fisik

remaja atau usia sekolah pada umunya memiliki tingkatan aktivitas fisik

ringan hingga sedang karena sebagian besar waktunya dihabiskan untuk

berkegiatan di sekolah khususnya belajar. Apabila remaja kurang

melakukan aktivitas fisik dapat menyebabkan lemak ditubuh akan

menumpuk, hal tersebut tidak menutup kemungkinan dapat

menyebabkan kelebihan berat badan. Hal ini dapat diatasi dengan

memperhatikan pola asupan energi yang masuk kedalam tubuh. Sehingga

keseimbangan energi yang masuk dengan aktivitas fisik yang dilakukan

seimbang (Indrasari and Sutikno, 2020).

Menurut Sciences (2020) aktivitas fisik,yaitu pergerakan anggota

tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting untuk


27

pemeliharaan kesehatan fisik dan mental, serta mempertahankan kualitas

hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari.

Aktivitas fisik yang rutin memberikan banyak manfaat bagi

kesehatan, antara lain pencegahan berbagai penyakit, pengendalian berat

badan, otot lebih lentur dan tulang lebih kuat, serta bentuk tubuh yang

optimal dan proporsional.

Menurut Kemenkes RI (2020), Aktivitas fisik diklasifikasikan

menjadi 3 (tiga) kategori yaitu: ringan, sedang, dan berat

a) Aktivitas berintensitas ringan yang bisa diselesaikan dalam waktu

kurang dari 600 menit per minggu, contoh aktivitas fisik rendah yaitu

Berjalan kaki,bersepeda, dan menari.

b) Aktivitas sedang yang dapat diselesaikan dalam waktu sekitar 600-

3000 menit setiap minggu, contoh aktivitas fisik sedang yaitu

jogging,berenang,dan

c) Aktivitas berat, yang dapat dilakukan lebih dari 3000 menit per

minggu, contoh aktivitas fisik berat yaitu sepak bola,naik gunung,angkat

dan angkat beban.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Izhar, (2020) bahwa

Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan

kebutuhan energi (energy expenditure), sehingga apabila aktivitas fisik

rendah maka kemungkinan terjadinya obesitas akan meningkat. Berbagai

penelitian menunjukkan bahwa lamanya kebiasaan menonton televisi

(inaktivitas) berhubungan dengan peningkatan prevalensi obesitas.


28

Aktivitas fisik yang sedang hingga tinggi akan mengurangi kemungkinan

terjadinya obesitas. bahwa beberapa siswa memiliki aktivitas berat

seperti berolahraga dan hampir sebagian besar melakukan aktivitas

sedang yang hanya mengerjakan beberapa pekerjaan di rumah (menyapu,

mencuci piring, bersantai, menonton televisi), dengan demikian

kurangnya aktivitas memperbesar risiko terhadap peningkatan status gizi

pada kelompok remaja dan meningkatkan kejadian obesitas. Aktivitas

fisik atau perilaku sedentari adalah pergerakan tubuh yang minimal

sehingga kebutuhan energi juga minimal. Aktivitas tersebut merupakan

contoh perilaku pasif, seperti menonton televisi, membaca, bekerja

dengan komputer, menelpon dan sebagainya. Aktivitas tersebut

berdampak pada peningkatan berat badan. Aktivitas fisik hanya

mempengaruhi 30% pengeluaran energi pada orang berat badan normal,

tetapi menjadi sangat penting pada orang dengan obesitas. Selain sangat

penting dalam membakar kalori, olah raga juga berperan dalam

pengaturan metabolisme normal

3) Pengetahuan

Pengetahuan gizi adalah kemampuan memilih makanan yang

merupakan sumber gizi dan keterampilan dalam memilih makanan jajanan

yang sehat. Pengetahuan gizi yang rendah menjadi penyebab timbulnya

masalah gizi dan perubahan kebiasaan pola makan, serta pola konsumsi

makanan bergizi pada masa remaja (Kanah, 2020).


29

Pengetahuan remaja tentang pengetahuan gizi adalah pemahaman

seseorang tentang ilmu gizi, zat gizi, serta interaksi antara zat gizi terhadap

status gizi dan kesehatan. Jika pengetahuan remaja kurang tentang gizi,

maka upaya yang dilakukan remaja untuk menjaga keseimbangan

makanan yang dikonsumsi dengan yang dibutuhkan akan berkurang dan

menyebabkan masalah gizi kurang atau gizi lebih (Pantaleon, 2020).

Pengetahuan gizi memberikan bekal pada remaja bagaimana

memilih makanan yang sehat dan mengerti bahwa makan berhubungan

erat dengan gizi dan kesehatan. Beberapa masalah gizi dan kesehatan pada

saat dewasa sebenarnya bisa diperbaiki pada saat remaja melalui

pemberian pengetahuan dan kesadaran tentang kebiasaan makan dan gaya

hidup sehat. Permasalahan gizi yang sering dihadapi oleh remaja adalah

masalah gizi ganda (double burden), yaitu gizi kurang dan gizi lebih

(Lestari, 2020).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fitriani (2020) Pengetahuan

yang kurang baik pada masyarakat dapat disebabkan karena kurangnya

penyuluhan gizi atau sosialisasi mengenai pengetahuan gizi seimbang dan

kurangnya kesadaran terhadap gizi. Pengetahuan gizi seseorang

berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang

akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu. Semakin tinggi

pengetahuan gizi seseorang diharapkan semakin baik pula keadaan

gizinya. Pengetahuan tentang gizi seimbang juga dapat menjadi salah satu

faktor yang mempengaruhi status gizi remaja.


30

2.2.7 Upaya perbaikan status gizi pada remaja

Adapun upaya dalam perbaikan status gizi menurut Kemenkes RI (2018)

Pengaturan makanan adalah upaya untuk meningkatkan status gizi, antara lain

menambah berat badan dan meningkatkan kadar Hb. Berikut adalah pengaturan

makanan yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi:

a. Kebutuhan energi dan zat gizi ditentukan menurut umur, berat badan,

jenis kelamin, dan aktivitas.

b. Susunan menu seimbang yang berasal dari beraneka ragam bahan

makanan, vitamin, dan mineral sesuai dengan kebutuhan

c. Menu disesuaikan dengan pola makan.

d. Peningkatan kadar Hb dilakukan dengan pemberian makanan sumber zat

besi yang berasal dari bahan makanan hewani karena lebih banyak

diserap oleh tubuh daripada sumber makanan nabati.

e. Selain meningkatkan konsumsi makanan kaya zat besi, juga perlu

menambah makanan yang banyak mengandung vitamin C, seperti

pepaya, jeruk, nanas, pisang hijau, sawo kecik, sukun, dll.

Selain itu untuk mengatasi gizi kurang dan berlebih, menurut Anisa dkk (2017)

adalah :

a. Upaya pemenuhan persediaan pangan nasional terutama melalui

peningkatan produksi beraneka ragam pangan.

b. Peningkatan usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK) yng diarahkan pada

pemberdayaan keluarga untuk meningkatkan ketahanan pangan tingkat

rumah tangga.
31

c. Peningkatan upaya pelayanan gizi terpadu dan sistem rujukan dimulai

dari tingkat Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), hingga Puskesmas dan

Rumah Sakit.

d. Peningkatan upaya keamanan pangan dan gizi melalui Sistem

Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG).

e. Peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi di bidang pangan dan

gizi masyarakat.

f. Peningkatan teknologi pangan untuk mengembangkan berbagai produk

pangan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat luas.

g. Intervensi langsung kepada sasaran melalui pemberian makanan

tambahan (PMT), distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi, tablet dan

sirup besi serta kapsul minyak beriodium.

h. Peningkatan kesehatan lingkungan.

i. Upaya fortifikasi bahan pangan dengan vitamin A, Iodium, dan Zat Besi.

j. Upaya pengawasan makanan dan minuman.

Upaya yang dilakukan oleh petugas kesehatan Puskesmas Sungai Rumbai

(2022) yaitu melakukan sosialisasi mengenai status gizi pada remaja dan

memberikan makanan tambahan pada remaja. Selain itu dari pihak sekolah

juga sudah kerja sama dengan petugas kesehatan dengan adanya ruang UKS

untuk memantau status gizi pada remaja di SMAN 1 Sungai Rumbai.


32

2.3 Kerangka Teori

Peneliti membuat kerangka teori berdasarkan teori yang dilakukan oleh

Andayani and Afnuhazi (2022) yang di modifikasi dari buku Kemenkes RI tahun

2019 tentang status gizi remaja tentang faktor-faktor apa saja yang berhubungan

dengan status gizi remaja siswa kelas X SMAN 1 Sungai Rumbai Kabupaten

Dhamsraya tahun 2023. Hubungan antara variabel independen (pola makan, jenis

kelamin, aktivitas fisik dan pengetahua) dan variabel dependen (Status Gizi)

diuraikan ke dalam 2 faktor yaitu : Faktor langsung dan Faktor tidak langsung.

Faktor Langsung
1. Pola makan
2. Penyakit Infeksi

Status Gizi
Faktor tidak langsung
1. Umur

2. Jenis kelamin
3. Sosial Ekonomi
4. Aktivitas fisik

5. Pengetahuan

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Teori yang dikemukakan penelitian Afnuhazi (2022) yang di modifikasi dari
buku (Kemenkes RI, 2019) tentang status gizi remaja

9
33

Dengan mengacu pada gambar skematik di atas, maka faktor yang

berhubungan dengan status gizi pada remaja di uraikan dalam dua faktor, yaitu:

1. Faktor Langsung, yang dimaksud dengan faktor langsung adalah faktor

yang berhubungan secara langsung dengan status gizi dan menyebabkan

dominan untuk menimbulkan status gizi kurang atau berlebih. Adapun

faktor langsung yaitu pola makan dan penyakit infeksi.

• Pola Makan

Pola makan menjadi faktor langsung yang dapat mempengaruhi

status gizi. Pola makan merupakan cara seseorang dalam memilih

makanan dan mengkonsumsi makanan tersebut sebagai reaksi

fisiologis, psikologis, budaya, dan sosial. dengan pola makan sehari-

hari yang seimbang dan aman, berguna untuk mencapai dan

mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal. Status gizi

pada dasarnya memiliki hubungan yang erat dengan pola makan.

Pengukuran pola makan diukur dengan beberapa cara seperti total

asupan gizi dan frekuensi penggunaan bahan makanan. Remaja

dengan status gizi gemuk cenderung memiliki pola makan yang

tidak sesuai rekomendasi, tinggi karbohidrat, gula, garam, lemak,

serta rendah konsumsi sayur dan air putih. Sehingga, dinilai terdapat

hubungan yang signifikan antara pola makan dengan status gizi.

• Penyakit Infeksi

Malnutrisi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan

penyakit infeksi. Hubungan penyakit infeksi dengan keadaan gizi


34

kurang yaitu hubungan timbal balik. Penyakit infeksi dapat

memperburuk kondisi gizi. Keadaan gizi yang buruk dapat

mempermudah terkena infeksi. Anak yang mendapat makanan yang

cukup tetapi sering diserang diare atau ISPA dan demam akhirnya

dapat menderita kurang gizi. Pada anak yang makanannya tidak

cukup maka daya tahan tubuhnya melemah. Dalam keadaan

demikian mudah diserang penyakit infeksi yang dapat mengurangi

nafsu makan dan akhirnya dapat menderita kurang gizi.

2. Faktor Tidak Langsung

• Umur

bahwa anak yang mengalami obesitas cenderuk akan menjadi

obesitas pada saat remaja dan dewasa serta dapat lanjut ke masa

lansia. Dalam teori lain juga menyatakan bahwa dalam keadaan

normal apabila kesehatan dalam keadaan baik terjadi

keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi maka

berat badan akan berkembang mengikuti pertambahan umur,

yang digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi

dan indeks BB/U.

• Jenis Kelamin

Jenis kelamin lakilaki berpeluang lebih besar untuk memiliki gizi

lebih. Sehingga hal ini tidak sejalan dengan teori yang

menyatakan bahwa Jenis kelamin menetukan kebutuhan gizi

seseorang. Status gizi gemuk (obesitas dan overweight) lebih


35

sering terjadi pada wanita dibandingkan laki – laki. Pria lebih

banyak membutuhkan energi dan protein daripada wanita. Hal ini

disebabkan pria lebih banyak melakukan aktivitas fisik

dibandingkan wanita

• Sosial Ekonomi

Pendapatan keluarga memadai akan menunjang tumbuh kembang

siswa, karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan siswa

baik primer maupun sekunder. Pendapatan keluarga yang tinggi akan

sangat mendukung kehidupan seseorang atau keluarga untuk

menerapkan kehidupan yang lebih baik serta dapat mendukung

peningkatan status gizi siswa. Tingkat pendapatan yang tinggi

membantu kebutuhan asupan makan yang baik dan bergizi dapat

terpenuhi, sehingga dengan hal tersebut secara tidak langsung status

gizi siswa juga akan menjadi baik, karena segala zat kebutuhan yang

diperlukan oleh tubuh dapat tercukupi. Kemampuan keluarga untuk

membeli bahan makanan antara lain tergantung pada besar kecilnya

pendapatan keluarga. Keluarga dengan pendapatan terbatas

kemungkinan besar akan kurang dapat memenuhi kebutuhan

makanannya terutama untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dalam

tubuhnya

• Aktivitas Fisik

Faktor yang dapat mempengaruhi status gizi remaja salah satunya

dengan aktivitas fisik, karena dengan melakukan aktivitas fisik dapat


36

membantu metabolisme dalam tubuh meningkat yang dapat

menyebabkan cadangan energi yang berasal dari lemak dapat

terbakar sebagai kalori. Jenis aktivitas fisik remaja atau usia sekolah

pada umunya memiliki tingkatan aktivitas fisik ringan hingga sedang

karena sebagian besar waktunya dihabiskan untuk berkegiatan di

sekolah khususnya belajar. Apabila remaja kurang melakukan

aktivitas fisik dapat menyebabkan lemak ditubuh akan menumpuk,

hal tersebut tidak menutup kemungkinan dapat menyebabkan

kelebihan berat badan. Hal ini dapat diatasi dengan memperhatikan

pola asupan energi yang masuk kedalam tubuh. Sehingga

keseimbangan energi yang masuk dengan aktivitasfisik yang

dilakukan seimbang.

• Pengetahuan

Pengetahuan yang kurang baik pada masyarakat dapat disebabkan

karena kurangnya penyuluhan gizi atau sosialisasi mengenai

pengetahuan gizi seimbang dan kurangnya kesadaran terhadap gizi.

Pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku

dalam pemilihan makanan yang akhirnya akan berpengaruh pada

keadaan gizi individu. Semakin tinggi pengetahuan gizi seseorang

diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya.


37

2.4 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dipaparkan pada subbab

sebelumnya, maka yang menjadi kerangka konsep pada penelitian ini adalah faktor-

faktor yang berhubungan dengan status gizi remaja siswa kelas X SMAN 1 Sungai

Rumbai Kabupaten Dhamasraya tahun 2023. Pada penelitian ini variabel yang

diteliti adalah pola makan, jenis kelamin, aktivitas fisik dan pengetahuan. Peneliti

mengambil status gizi sebagai variabel dependen karena potensi peningkatan kasus

status gizi pada remaja mulai dari gizi kurang dan gizi berlebih, kemudian menjadi

perhatian khusus dikarenakan remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak.

Dampak apabila status gizi remaja ini dibiarkan apabila status gizi kurang dan

berlebih pada remaja dapat mengakibatkan dampak kognitif seperti kesulitan dalam

belajar dan dampak emosional seperti sering merasa insecure dan mengucilkan diri

dari ruang lingkup pertemanan. Variabel yang akan diteliti oleh peneliti dapat

dilihat pada gambar di bawah ini :

Variabel Independen Variabel Dependen


Pengetahuan

Jenis kelamin

Status gizi remaja


Pola makan

Aktivitas fisik

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian


Faktor faktor yang berhubungan dengan status gizi pada remaja
kelas X tahun 2023
38

2.5 Hipotesa Penelitian

1. Ada hubungan antara pola makan dengan status gizi pada remaja kelas

X SMAN 1 Sungai Rumbai tahun 2023

2. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan status gizi pada remaja

kelas X SMAN 1 Sungai Rumbai tahun 2023

3. Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi pada remaja

kelas X SMAN 1 Sungai Rumbai tahun 2023

4. Ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi pada remaja

kelas X SMAN 1 Sungai Rumbai tahun 2023

9
39

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah survey analitik yaitu penelitian

yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi.

Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau antara faktor

resiko dengan faktor efek (Notoatmodjo, 2010). Desain penelitian yang digunakan

adalah Cross Sectional yaitu penelitian yang mempelajari korelasi antara paparan

atau faktor risiko (independen) dengan akibat atau efek (dependen), dengan

pengumpulan data dilakukan bersamaan secara serentak dalam satu waktu antara

faktor risiko dengan efeknya (point time approach) (Masturoh, 2018).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Sungai Rumbai Kabupaten

Dharmasraya Tahun 2023. SMAN 1 Sungai Rumbai mempunyai masalah

kesehatan terkait status gizi pada remaja, dimana apabila tidak ditangani, maka

menimbulkan komplikasi, dan remaja yang berada SMAN 1 Sungai Rumbai belum

mengetahui tentang status gizi dan perilaku pencegahan status gizi kurang dan

berlebih.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari November 2022 sampai September 2023.

Penyusunan Proposal dilakukan pada tanggal 15 Januari 2023 sampai 15 Februari


39
40

2023 sedangkan waktu pengumpulan data serta pengolahan data penelitian

dilakukan awal bulan Juli 2023 sampai bulan Agustus dan diharapkan bulan

September sudah melaksanakan ujian skripsi

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 1 Sungai

Rumbai Kecamatan Sungai Rumbai Kabupaten Dharmasraya yang berjumlah 185

siswa SMAN 1 Sungai Rumbai, (2022).

3.3.2 Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin

karena dalam penarikan sampel, jumlahnya harus representative agar hasil

penelitian dapat digeneralisasikan dan dapat dilakukan dengan rumus dan

perhitungan sederhana.

Rumusnya sebagai berikut:

N
𝑛=
1 + N (𝑑)2

Keterangan:

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

d2 = presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang

masih bisa ditolerir (margin of error), d2 = 0, 1.

39
41

Dalam rumus Slovin ada ketentuan sebagai berikut:

Nilai d2 = 0,1 (90%) untuk populasi dalam jumlah besar

Jawab :

N
𝑛=
1 + N (𝑑 )2

185
1 + 185 (0,1)2

185
𝑛=
1 + 1.85

185
𝑛=
2.85

𝑛 = 64.9122

𝑛 = 65 responden.

Dari seluruh populasi siswa kelas X SMAN 1 Sungai Rumbai, Kecamatan

Sungai Rumbai, Kabupaten Dharmasraya maka diambil sebanyak 65 orang

responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Simple Random

Sampling adalah suatu teknik pengambilan sampel atau elemen secara acak, dimana

setiap elemen atau anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih

menjadi sampel. Simple Random Sampling merupakan teknik yang mudah

diterapkan dikarenakan teknik ini memiliki prosedur yang mudah dan bisa

dilakukan secara sederhana. Seluruh sampel sudah memenuhi kriteria sebagai

berikut:

39
42

a. Kriteria inklusi:

1) Terdaftar sebagai siswa kelas X SMAN 1 Sungai Rumbai

2) Bersedia menjadi responden dengan mengisi lembar ketersedian.

b. Kriteria ekslusi:

1) Tidak ditemukan setelah 3 kali kunjungan untuk di wawancarai.

2) Sampel sedang tidak hadir sekolah saat di wawancarai.

3) Responden yang tidak memiliki penyakit bawaan seperti diabetes,

hipertensi dll

3.4 Instrumen dan Alat Penelitian

3.4.1 Instrumen Penelitian

a. Kuesioner Demografi

Kuesioner demografi merupakan pertanyaan untuk mengetahui informasi

secara umum pada responden. Ada 3 pertanyaan yang terdiri dari, umur remaja,

tinggi badan dan berat badan. Pengukuran antropometri status gizi remaja yang

paling sering digunakan adalah pengukuran IMT (Indeks Massa Tubuh)

dengan melakukan perhitungan antara tinggi badan dan berat badan.

b. Kuesioner Pola Makan

Pengukuran pola makan diukur menggunakan kuesioner yang diadopsi dari

penelitian Viboda (2021) Kuesioner diukur menggunakan skala likert,

jawabanya terdiri dari selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah.

Pernyataan yang diajukkan berjumlah 19 soal. Jenis makanan dari soal nomor

39
43

(1, 2, 3, 4, 5), jumlah porsi makanan dari soal nomor (6, 7, 8, 9, 10, 11, 12),

frekuensi makan dari soal nomor (13, 14, 15, 16, 17, 18, 19).

c. Kuesioner Aktivitas Fisik

Pengukuran aktivitas fisik diukur menggunakan kuesioner yang diadopsi

dari penelitian Viboda (2021) Kuesioner diukur menggunakan skala likert,

jawabanya terdiri dari selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah.

Pernyataan yang diajukkan berjumlah 13 soal

d. Kuesioner Pengetahuan

Kuesioner pengetahuan merupakan pertanyaan untuk mengetahui seberapa

besar pemahamaman remaja mengenai status gizi. Terdiri dari 7 pertanyaan

tantang status gizi. Kuesioner yang digunakan berasal dari penelitian Viboda

(2021) yaitu dengan judul penelitian “Hubungan Pola Makan, Aktifitas Fisik

dan Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi pada Remaja di SMA Adzkia Padang

Tahun 2021”

3.4.2 Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a. Timbangan Injak untuk pengukuran berat badan

b. Microtoise untuk pengukuran tinggi badan

c. Laptop menggunakan software SPSS 20.

39
44

3.5 Teknik Pengumpulan Data

3.5.1 Data Primer

Menggunakan kuesioner dengan cara wawancara kepada responden secara

langsung. Dalam penelitian ini yang menjadi data primer adalah status gizi remaja,

pola makan, jenis kelamin, aktivitas fisik dan pengetahuan remaja terhadap status

gizi.

a. Uji Validitas

Uji validitas merupakan sejauh mana ketepatan dan kecermatan alat

ukur yang kita gunakan dalam suatu penelitian. Pengujian validitas yang

dilakukan menggunakan program SPSS. Pengujian validitas pada

penelitian ini diadopsi dari penelitian orang lain yang dilakukan pada 25

remaja. Pengambilan keputusan berdasarkan pada nilai r-hitung

(Corrected Item Total Correlation) > r-tabel sebesar (0,396), maka item

pertanyaan tersebut valid atau tidaknya

1) Uji Validitas Kuesioner Pola Makan

Pada variabel pola makan total seluruhnya soal sebanyak 19. Hasil uji

validitas menunjukkan bahwa soal dinyatakan valid, karena r hitung yang

didapatkan rata – rata lebih besar dari r tabel (0,396). Hasil tersebut dapat

dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.1
Hasil Uji Validitas Variabel Pola Makan
Variabel/Indikator Rhitung Rtabel Kesimpulan
Pertanyaan 1 0,791 0,396 Valid
Pertanyaan 2 0,662 0,396 Valid
Pertanyaan 3 0,419 0,396 Valid
Pertanyaan 4 0, 567 0,396 Valid
39
45

Variabel/Indikator Rhitung Rtabel Kesimpulan


Pertanyaan 5 0,847 0,396 Valid
Pertanyaan 6 0,847 0,396 Valid
Pertanyaan 7 0,632 0,396 Valid
Pertanyaan 8 0,443 0,396 Valid
Pertanyaan 9 0,458 0,396 Valid
Pertanyaan 10 0,444 0,396 Valid
Pertanyaan 11 0,452 0,396 Valid
Pertanyaan 12 0,791 0,396 Valid
Pertanyaan 13 0,662 0,396 Valid
Pertanyaan 14 0,459 0,396 Valid
Pertanyaan 15 0,412 0,396 Valid
Pertanyaan 16 0,781 0,396 Valid
Pertanyaan 17 0,847 0,396 Valid
Pertanyaan 18 0,527 0,396 Valid
Pertanyaan 19 0,662 0,396 Valid

2) Uji Validitas Kuesioner Aktivitas Fisik

Pada variabel aktivitas fisik total seluruhnya soal sebanyak 13. Hasil

uji validitas menunjukkan bahwa soal dinyatakan valid, karena r hitung

yang didapatkan rata – rata lebih besar dari r tabel (0,396). Hasil tersebut

dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.2
Hasil Uji Validitas Variabel Aktivitas Fisik
Variabel/Indikator Rhitung Rtabel Kesimpulan
Pertanyaan 1 0,455 0,396 Valid
Pertanyaan 2 0,654 0,396 Valid
Pertanyaan 3 0,789 0,396 Valid
Pertanyaan 4 0,812 0,396 Valid
Pertanyaan 5 0,876 0,396 Valid
Pertanyaan 6 0,453 0,396 Valid
Pertanyaan 7 0,444 0,396 Valid
Pertanyaan 8 0,444 0,396 Valid
Pertanyaan 9 0,564 0,396 Valid
Pertanyaan 10 0,765 0,396 Valid
Pertanyaan 11 0,887 0,396 Valid
Pertanyaan 12 0,881 0,396 Valid
Pertanyaan 13 0,755 0,396 Valid

39
46

3) Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan

Pada variabel pengetahuan total seluruhnya soal sebanyak 7. Hasil uji

validitas menunjukkan bahwa soal dinyatakan valid, karena r hitung yang

didapatkan rata – rata lebih besar dari r tabel (0,396). Hasil tersebut dapat

dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.3
Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan
Variabel/Indikator Rhitung Rtabel Kesimpulan
Pertanyaan 1 0,555 0,396 Valid
Pertanyaan 2 0,567 0,396 Valid
Pertanyaan 3 0,776 0,396 Valid
Pertanyaan 4 0,898 0,396 Valid
Pertanyaan 5 0,587 0,396 Valid
Pertanyaan 6 0,459 0,396 Valid
Pertanyaan 7 0,897 0,396 Valid

b. Uji Realibilitas Variabel Pola Makan, Aktivitas Fisik dan

Pengetahuan

Uji Realibilitas mempertanyakan sejauh mana hasil pengukuran tetap

konsisten jika dilakukan pengukuran berulang-ulang terhadap gejala yang

sama dengan menggunakan alat ukur yang sama. Uji realibilitas dilakukan

untuk mengetahui apakah penyataan yang telah dibuat itu reliabel, yaitu

dengan cara membandungkan r-hitung (r-Alpha Cronbach’s) dengan r-

tabel (0,396), dengan ketentuan: bila r-Alpha > r tabel, maka pertanyaan

pengetahuan dapat dilihat pada tabel berikut ini

39
47

Tabel 3.4
Hasil Uji Reliabilitas Pola Makan, Aktivitas Fisik dan Pengetahuan
No Variabel R-alpha R-tabel Kriteria
Cronbach’s
1 Pengetahuan 0,977 0,396 Reliabel
2 Pola Makan 0,886 0,396 Reliabel
3 Aktivitas Fisik 0,589 0,396 Reliabel

3.5.2 Data Sekunder

Meliputi data yang diperoleh melalui dokumen atau catatan dari tata usaha

SMAN 1 Sungai Rumbai data siswa yang kelas X yang bersekolah di SMAN 1

Sungai Rumbai yang dibutuhkan dalam penelitian, seperti nama siswa dan jumlah

keseluruhan siswa kelas X SMAN 1 Sungai Rumbai.

3.6 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan setelah data terkumpul, kemudian data diolah

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

3.6.1 Penyusunan dan Pemeriksaan Data (Editing)

Setelah kuesioner diisi oleh responden atau peneliti, maka dilakukan

pemeriksaan kelengkapan pengisian.

3.6.2 Pengkodean Data (Coding)

Memberikan kode atau angka pada setiap data untuk masing- masing

responden sehingga memudahkan dalam pengolahan data. Adapun pengkodean

datanya yaitu :

1. Status gizi

0 = Kurang

1 = Normal

39
48

2 = Berlebih

2. Pola Makan

0 = Kurang

1 = Baik

3. Jenis Kelamin

0 = Laki-laki

1 = Perempuan

4. Aktivitas Fisik

0 = Kurang

1 = Baik

3.6.3 Memasukkan Data (Entry)

Setelah editing dan coding selesai, kemudian data dimasukkan ke dalam

master tabel dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Proses ini

menggunakan proses komputerisasi.

3.6.4 Tabulasi Data (Tabulating)

Semua instrumen kuesioner diisi dengan lengkap dan diperiksa dengan baik

serta disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

3.6.5 Membersihkan Data (Cleaning)

Setelah di entry data diperiksa, dan sudah benar-benar bersih dari kesalahan

dan menghapus data-data yang tidak diperlukan.

39
49

3.7 Teknik Analisis Data

3.7.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif untuk

mengetahui distribusi frekuensi dan persentase dari masing-masing variabel.

Adapun variabel tersebut adalah status gizi remaja, pola makan, jenis kelamin,

aktivitas fisik dan pengetahuan.

3.7.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara dua variabel

yaitu variabel dependen dan variabel independen dengan menggunakan uji statistik

Chi Square. Dalam pengolahan data dari hasil penelitian ini, peneliti menggunakan

komputerisasi. Untuk melihat kemaknaan perhitungan akan digunakan batasan

kepercayaan yaitu 0,05 sehingga jika nilai p value ≤ 0,05, maka hasil perhitungan

statistik dinilai memiliki ada hubungan bermakna, sedangkan jika nilai p value >

0,05 maka hasil perhitungan dinilai tidak memiliki hubungan yang bermakna.

39
50

3.8 Definisi Operasional

Berdasarkan variabel pada kerangka konsep, maka peneliti menetapkan


batasan sebagai berikut:
Tabel 3.5
Definisi operasional
Faktor faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Remaja Siswa Kelas X
SMAN 1 Sungai Rumbai Kabupaten Dhamasraya Tahun 2023

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
1 Status Gizi Suatu keadaan kesehatan Timbangan Wawancara 0 = Kurang, Ordinal
remaja berdasarkan konsumsi injak dan Dan jika angka
makanan, yang mana dapat microtoise Menimbang IMT < 17
diperiksa dengan berat badan.
1 = Normal,
menggunakan IMT/U.
jika angkat
IMT 18,5 –
25,0

2 = Berlebih,
jika angka
IMT > 27,0

2 Pola makan Cara siswa terhadap pemilihan Kuesioner Wawancara 0 = Kurang Ordinal
makanan baik dari jenis jika skor total
makanan maupun waktu < nilai tengah
makan.
1 = Baik, jika
skor total ≥
nilai tengah

3 Jenis kelamin Karakteristik biologis Kuesioner Wawancara 0 = Laki-laki Numerik


responden
1=Perempuan

39
51

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
4 Aktivitas Setiap gerakan tubuh yang Kuesioner Wawancara 0 = Kurang Ordinal
Fisik dilakukan responden selama jika skor total
seminggu terakhir berdasarkan < nilai tengah
perhitungan METs (Metabolic
1 = Baik, jika
equivalent of task) menit
skor total ≥
perminggu dan dibagi dalam
nilai tengah
kategori ringan, sedang,dan
berat

5 Pengetahuan Pemahaman responden Kuesioner Wawancara 0 = Rendah Ordinal


mengenai gizi seimbang jika skor total
termasuk berapa banyak pesan < nilai tengah
gizi seimbang, pengertian
1 = Tingi, jika
makanan beragam, pesan gizi
skor total ≥
seimbang terkait makan sayur
nilai tengah
dan buah, sarapan, dan
visualisasi pesan gizi seimbang
yang diukur dengan nilai atas
jawaban yang diajukan.

39
52

DAFTAR PUSTAKA

Abeng, A. T. Et Al. (2020) ‘Faktor Aktivitas Fisik Terhadap Status Gizi Siswa Di
Sma Negeri 2 Kota Palangka Raya’, 12(1).
Andayani, R. P. And Afnuhazi, R. (2022) ‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Status Gizi Pada Remaja’, Jurnal Kesehatan Mercusuar, 5(2), Pp. 41–
48. Doi: 10.36984/Jkm.V5i2.309.
Anisa, A. F. Et Al. (2017) ‘Permasalahan Gizi Masyarakat Dan Upaya
Perbaikannya’, Gizi Masyarakat, 40, Pp. 1–22.
Ariana, R. (2021) ‘Pola Makan Remaja’, Pp. 1–23.
Arif Wicaksana, D. And Hida Nurrizka, R. (2019) ‘Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Status Gizi Pada Anak Usia Sekolah Di SDN Bedahan 02
Cibinong Kabupaten Bogor Tahun 2018’, Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat,
11, Pp. 35–47.
Brown (2005) ‘Status Gizi Pada Remaja’.
Christi (2021) Penyakit Infeksi.
Depkes RI (2020) Defenisi Pola Makan.
Dewi Indriawati (2020) ‘Hubungan Antara Status Gizi Dan Kecerdasan Emosi
Terhadap Kesulitan Belajar Anak Usia Dini’, 7, Pp. 133–154.
Dinas Kesehatan Kab Dhamasraya (2022) Data Status Gizi Remaja Kabupaten
Dharmasraya. Kabupaten Dhamasraya.
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat (2022) ‘Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (LAKIP)’, Journal Of Chemical Information And Modeling,
53(9), Pp. 1689–1699.
Dwi Markuri, T. And Ashan, H. (2021) ‘The Relationship Of Physical Activity And
Nutritional Status Among The Students Of SMKN 03 Muko-Muko District
During Covid-19 Pandemic’, Arsip Gizi Dan Pangan, 6(2), Pp. 122–130. Doi:
10.22236/Argipa.V6i2.6786.
Esza, A. D. (2020) ‘Gambaran Pola Konsumsi, Aktivitas Fisik, Dan Status Gizi
Pada Remaja’, Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang, P. 37.
FAO (2022) Laporan Food And Agriculture Organization.
Firdaus, A. M. Yunanta And Hidayati, E. (2019) ‘Pengetahuan Dan Sikap Remaja
Terhadap Penggunaan Napza Di Sekolah Menengah Atas Di Kota Semarang’,
Jurnal Keperawatan Jiwa, 6(1), P. 1. Doi: 10.26714/Jkj.6.1.2018.1-7.

39
53

Fitriani, R. (2020) ‘Hubungan Antara Pengetahuan Gizi Seimbang, Citra Tubuh,


Tingkat Kecukupan Energi Dan Zat Gizi Makro Dengan Status Gizi Pada Siswa
SMA Negeri 86 Jakarta’, Journal Health & Science : Gorontalo Journal Health
And Science Community, 4(1), Pp. 29–38. Doi: 10.35971/Gojhes.V4i1.5041.
Gulo, I. P. K. (2020) ‘Gambaran Pola Makan Dan Status Gizi Remaja Di Smp
Advent Lubuk Pakam’, Αγαη, 8(5), P. 55.
H Kara, O. A. M. A. (2014) ‘Definisi Remaja Menurut Para Ahli’, Paper
Knowledge . Toward A Media History Of Documents, 7(2), Pp. 107–15.
Hamdani, D. (2019) ‘Hubungan Citra Tubuh Dan Pengetahuan Gizi Seimbang
Dengan Status Gizi Remaja Di Sltp Negeri 2 Wungu Madiun’, Pp. 1–92.
Indrasari, O. R. And Sutikno, E. (2020) ‘Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi
Remaja Usia 16-18 Tahun’, Jurnal Kesehatan Indonesia (The Indonesian
Journal Of Health)2, X(3), P. Vol. X, No. 3.
Isnaini Et Al. (2020) ‘Hubungan Pola Asuh, Pola Makan Dan Penyakit Infeksi
Dengan Kejadian Gizi Buruk Pada Remaja Di Kabupaten Magetan Tahun 2020’,
Journal Of Chemical Information And Modeling, 53(9), Pp. 1689–1699.
Izhar, M. D. (2020) ‘Hubungan Antara Konsumsi Junk Food, Aktivitas Fisik
Dengan Status Gizi Siswa Sma Negeri 1 Jambi’, Jurnal Formil (Forum Ilmiah)
Kesmas Respati, 5(1), P. 1. Doi: 10.35842/Formil.V5i1.296.
Kanah, P. (2020) ‘Hubungan Pengetahuan Dan Pola Konsumsi Dengan Status Gizi
Pada Mahasiswa Kesehatan’, Medical Technology And Public Health Journal,
4(2), Pp. 203–211. Doi: 10.33086/Mtphj.V4i2.1199.
Kemenkes (2021) ‘Gizi Pada Remaja’, Pp. 1–23.
Kemenkes RI. (2021) Profil Kesehatan Indo-Nesia, Pusdatin.Kemenkes.Go.Id.
Kemenkes RI. (2022) Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2021.
Kemenkes RI (2018) Profil Kesehatan Indonesia Tahun, Short Textbook Of
Preventive And Social Medicine. Doi: 10.5005/Jp/Books/11257_5.
Kemenkes RI (2020) ‘Pengaruh Aktivitas Fisik Remaja Selama Pandemi Covid-
19’, Paper Knowledge . Toward A Media History Of Documents, 3(April), Pp.
49–58.
Lestari, P. Y. (2020) ‘Hubungan Pengetahuan Tentang Gizi Terhadap Status Gizi
Remaja Relationship Of Nutritional Knowledge To Nutritional Status Teenage’,
Pp. 18–23.
Masturoh, I. And T, N. A. (2018) Metode Penelitian Kesehatan. Edisi Tahu,
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Edisi Tahu. Doi: 10.4272/978-84-
9745-259-5.Ch2.

39
54

Notoatmodjo (2010) Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.


Pantaleon, Maria Goreti (2019) ‘Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Kebiasaan
Makan Dengan Status Gizi Remaja Putri Di SMAN 2 Kota Kupang’, Chmk
Health Journal, 53(9), Pp. 1689–1699.
Pantaleon, Maria Goreti (2022) ‘Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Kebiasaan
Makan Dengan Status Gizi Remaja Putri Di SMAN 2 Kota Kupang’, Chmk
Health Journal, 3(3), Pp. 69–76.
Rahmaningrum, Z. N. (2020) ‘Hubungan Antara Status Gizi (Stunting Dan Tidak
Stunting) Dengan Kemampuan Kognitif Remaja Di Sukoharjo, Jawa Tengah’,
87(1,2), Pp. 149–200.
Richard Oliver (2021) ‘Hubungan Status Gizi Dengan Remaja X’, Angewandte
Chemie International Edition, 6(11), 951–952., Pp. 2013–2015.
Rodrigo Garcia Motta, Angélica Link, Viviane Aparecida Bussolaro, G. De N. J.
Et Al. (2021) No Hubungan Asupan Energi Dengan Status Gizi Remaja Sma
Negeri 1 Ulu Barumun, Pesquisa Veterinaria Brasileira.
Rumbai, P. S. (2022) Laporan Bulanan Puskesmas Sungai Rumbai. Sungai
Rumbai.
Rumbai, S. 1 S. (2022) Data Register Siswa.
Sari, I. S. (2020) ‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi (Imt/U)
Siswa Kelas 9 Smpn 18 Pekanbaru’, Pp. 5–15.
Sciences, H. (2020) ‘Aktivitas Fisik’, Gastronomía Ecuatoriana Y Turismo Local.,
4(1), Pp. 1–23.
Suhartini, S. And Ahmad, A. (2021) ‘Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan
Status Gizi Remaja Putri Pada Siswi Kelas Vii Smpn 2 Desa Tambak Baya
Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak Tahun 2020’, Jurnal Medikes (Media
Informasi Kesehatan), 5(1), Pp. 72–82. Doi: 10.36743/Medikes.V5i1.48.
Tri Handari, S. R. And Loka, T. (2022) ‘Hubungan Aktivitas Fisik Dan Kebiasaan
Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi Lebih Remaja SMA Labschool
Kebayoran Baru Jakarta Selatan Tahun 2021’, Jurnal Kedokteran Dan
Kesehatan, 13(2), P. 153. Doi: 10.24853/Jkk.13.2.153-162.
Trisnayanti, N. M. (2019) ‘Komposisi Asupan Zat Gizi Dan Status Gizi Remaja Di
SMP Sapta Andika Denpasar’, Pp. 5–21.
Viboda, I. H. (2021) ‘Hubungan Pola Konsumsi Zat Gizi Makro, Aktifitas Fisik
Dan Pengetahuan Gizi Dengan Status Gizi Pada Remaja Di SMP Adzkia Padang
Tahun 2021’. Available At: Http://Pustaka.Poltekkes-
Pdg.Ac.Id/Index.Php?P=Show_Detail&Id=7128&Keywords=.

39

Anda mungkin juga menyukai