Anda di halaman 1dari 89

PROPOSAL

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN PADA


STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU DAHLIA
DESA LOPAK AUR KABUPATEN
BATANGHARI TAHUN 2023

OLEH :
ANISA HUSNAA AFIIFAH
NIM: PO.71.24.11.90.122

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2023
HALAMAN PERSETUJUAN

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN PADA


STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU DAHLIA
DESA LOPAK AUR KABUPATEN
BATANGHARI TAHUN 2023

Oleh :
ANISA HUSNAA AFIIFAH
NIM : PO.71.24. 1.1.90.122

Proposal ini telah disetujui dan diperiksa untuk dipertahankan


dihadapan Tim Penguji Proposal Politeknik Kesehatan
Kemenkes Jambi Jurusan Kebidanan

Jambi, April 2023

Tim Pembimbing

Pembimbing I : Herinawati, M.Keb ( )

Pembimbing II : Imelda M. Keb ( )

Mengetahui
Ketua Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi

Enny Susilawati, S.SiT, M.Keb


Nip 19800603 20021 2 2001

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas

rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyajikan Proposal yang berjudul “Faktor-

faktor yang berhubungan dengan status gizi balita di Posyandu Dahlia Desa Lopak

Aur Kabupaten Batanghari Tahun 2023”.

Penulisan Proposal ini tentunya banyak mendapatkan arahan dan bimbingan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih kepada Yth :

1. Bapak Rusmimpong, S. Pd, M. Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Jambi.

2. Ibu Yuli Suryani, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan

Kemenkes Jambi.

3. Ibu Enny Susilawati, M.Keb Selaku Ketua Program Studi Sarjana Terapan

Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi.

4. Ibu Herinawati. M. Keb selaku Pembimbing I yang telah banyak memberikan

arahan dan masukan yang baik dalam penyusunan Proposal ini.

5. Ibu Imelda, M. Keb selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan

arahan dan dorongan dalam penyusunan Proposal ini.

6. Dosen Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi Jurusan Kebidanan yang telah

banyak memberikan ilmunya selama penulis di bangku kuliah.

7. Orang tua serta keluarga besar penulis yang sangat penulis cintai, terima kasih

atas do’a dorongan semangat, pengorbanan dan kepercayaan yang telah

diberikan selama ini.


8. Rekan-rekan sejawat dalam suka maupun duka atas semua dukungan dan

kebersamaannya selama ini.

9. Semua pihak yang terlibat dalam pembuatan Proposal ini.

Dalam penulisan Proposal ini penulis menyadari masih banyak kekurangan

dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang

sifatnya membangun dalam rangka perbaikan Proposal ini. Akhir kata, penulis

ucapkan terima kasih dan semoga Proposal ini dapat bermanfaat dan berguna bagi

perkembangan ilmu kebidanan dan untuk semua pihak yang memerlukannya.

Jambi, Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... vi
DAFTAR TABEL........................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian.................................................................... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Gizi............................................................................... 6
B. Balita.........................................................................................
C. Makanan Menu Seimbang.........................................................
D. Faktor yang berhubungan dengan status gizi.....................................

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, HIPOTESIS


A. Kerangka Konsep ....................................................................
B. Variabel dan Definisi Operasional ...........................................
C. Hipotesis ...................................................................................

BAB IV METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian ......................................................................
B. Tempat dan Waktu Penelitian...................................................
C. Populasi dan Sampel ................................................................
D. Pengumpulan dan Pengolahan Data .........................................
E. Analisis Data ............................................................................

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori...................................................................................33

Gambar 3.1 Kerangka Konsep…............................................................................34


DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Defenisi Operasional........................................................................................


DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Persetujuan

2. Informed Consent

3. Kuesioner
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini

ditandai dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat

pesat dan disertai dengan perubahan yang memerlukan zat- zat gizi

yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas yang tinggi

(Ariani,2017:11). Kesehatan seorang balita sangat dipengaruh I oleh

gizi yang terserat didalam tubuh kurangnya gizi yang diserap oleh

tubuh mengakibatkan mudah terserang penyakit karena gizi memberi

pengaruh yang besar terhadap kekebalan tubuh (Gizi, 2018 : 27).

Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui

oleh setiap orang tua. Perlunya perhatian lebih terhadap tumbuh

kembang anak di usia balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi pada

masa emas ini bersifat irreversible (tidak dapat pulih), sedangkan

kekurangan gizi dapat mempengaruhi perkembangan otak anak

(Marimbi, 2010 : 7).

Salah satu indikator kesehatan yang dinilai pencapaiannya

dalam MDGS 2015 adalah status gizi balita. Status gizi balita diukur

berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi badan (Kemenkes

RI, 2013). Dalam target SDGS 2030 tentang gizi masyarakat

diharapkan dapat mengakhiri segala bentuk malnutrisi, termasuk


mencapai target internasional 2025 untuk penurunan stunting dan

wasting pada balita (Dirjen Gizi, 2015). Target nasional tahun

2019 adalah 17% maka prevalensi kekurangan gizi pada balita

harus diturunkan 2,9% dalam periode tahun 2013 (19.9%) sampai

tahun 2019 (17%) (Sardjoko, 2016 : 41).

Masalah gizi kurang pada balita disebabkan oleh berbagai hal,

baik faktor penyebab langsung maupun tidak langsung. Faktor

penyebab langsung yaitu pola makan yang tidak memenuhi syarat,

mengakibatkan rendahnya masukan energi dan protein dalam

makanan seharihari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan

gizi dan adanya penyakit infeksi yang dapat menyebabkan balita

tidak mempunyai nafsu makan sehingga mengakibatkan terjadi

kekurangan jumlah makanan dan minuman yang masuk ke dalam

tubuhnya, bahkan penyakit infeksi tersebut merupakan penyebab

kematian balita di Indonesia. Penyakit infeksi merupakan penyakit

yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh

yang menimbulkan reaksi tidak normal terhadap tubuh. Penyakit

infeksi tersebut dapat menyebabkan merosotnya nafsu makan atau

menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan, sehingga

menurunnya konsumsi makanan ke dalam tubuh, hal ini dapat

mengakibatkan gizi kurang. (Faridi, 2016 : 5).

Masalah gizi kurang pada balita disebabkan oleh berbagai hal,

baik faktor penyebab langsung maupun tidak langsung. Faktor

penyebab langsung yaitu pola makan yang tidak memenuhi syarat,


mengakibatkan rendahnya masukan energi dan protein dalam

makanan sehari hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi

dan adanya penyakit infeksi yang dapat menyebabkan balita tidak

mempunyai nafsu makan sehingga mengakibatkan terjadi kekurangan

jumlah makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuhnya,

bahkan penyakit infeksi tersebut merupakan penyebab kematian

balita di Indonesia. Penyakit infeksi merupakan penyakit yang

disebabkan oleh masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang

menimbulkan reaksi tidak normal terhadap tubuh. Penyakit infeksi

tersebut dapat menyebabkan merosotnya nafsu makan atau

menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan, sehingga

menurunnya konsumsi makanan ke dalam tubuh, hal ini dapat

mengakibatkan gizi kurang. (Faridi, 2016 : 5).

Masalah gizi kurang pada balita disebabkan oleh berbagai hal,

baik faktor penyebab langsung maupun tidak langsung. Faktor

penyebab langsung yaitu adanya penyakit infeksi yang dapat

menyebabkan balita tidak mempunyai nafsu makan. Pola makan

yang tidak seimbang baik jumlah dan mutu gizinya, mengakibatkan

rendahnya masukan energi dan protein yang tidak memenuhi angka

kecukupan gizi. Keadaan ini diperberat lagi oleh berbagai faktor

penyebab tidak langsung diantaranya yaitu rendahnya pendidikan

dan pengetahuan, sikap, jumlah anggota keluarga, pendapatan,

pemanfaatan pelayanan kesehatan serta keterampilan mengakibatkan

ibu memberikan makanan untuk anaknya tidak sesuai dengan

kebutuhan gizinya (Adisasmito, 2007: 10).


Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010,

status gizi balita menurut indikator BB/U secara Nasional, prevalensi

berat badan kurang pada tahun 2010 adalah 17,9 % yang terdiri dari

4,9 % gizi buruk dan 13,0 % gizi kurang. Dari 33 Provinsi di

Indonesia, 18 Provinsi masih memiliki prevalensi gizi kurang diatas

angka prevalensi nasional yaitu berkisar antara 18,5 % di Provinsi

Banten sampai 30,5 % di NTB. Provinsi Jambi berada pada urutan ke-

17 dari 18 Provinsi yang memiliki prevalensi gizi kurang diatas

prevalensi nasional (Kalsum, 2014:35)

Menurut profil kesehatan Indonesia provinsi Jambi persentase

balita usia 0- 59 bulan pada tahun 2018, balita pendek sebesar

16,80%, dan balita sangat pendek sebesar 13,40%. Sedangkan pada

tahun 2020 jumlah stunting di provinsi Jambi sebanyak 6,3%.

Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jambi, Batang Hari berada di

urutan pertama dengan kasus stunting tertinggi . dibandingkan

kabupaten lainnya pada tahun 2021 yaitu sebanyak 12,2%.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan BatangaHari tahun 2022 dua

diketahui jumlah balita yang gizi baik 94,00%, Gizi kurang 5,54% dan

gizi buruk 0,06%.

Oleh sebab itu peneliti memilih wilayah kerja Puskesmas Selat

karena lokasi. Melalui wawancara awal diperoleh hasil 10 orang ibu

mengatakan anaknya mengalami gangguan nafsu makan, dan ibu

mengatakan anaknya sering batuk, diare, dan demam sehingga berat

badan jarang naik, ibu membiarkan saja anak membeli jajan yang
tidak ada nilai gizinya, balita hanya diberi telur, kecap dan roti, anak

jarang minum susu, ibu membiarkan anak makan sesuka yang mereka

mau, untuk makan sayur anak sangat sulit dan makanan yang sangat

mudah serta murah adalah mie instant dengan kerupuk, perilaku ibu

yang penting anak kenyang dan tidak rewel cukup membuat ibu

tenang. Berdasarkan data tersebut penulis melakukan penelitian

tentang faktor -faktor yang berhubungan dengan status gizi pada

balita di posyandu Dahlia Kabupaten Batang Hari tahun 2023.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitan ini adalah belum

diketahuinya hubungan makan tidak seimbang dan penyakit infeksi

dengan status gizi pada balita di Posyandu Dahlia Desa Lopak Aur.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini Bertujuan untuk mengetahui Faktor-Faktor yang Berhubungan

dengan Status Gizi Balita di Posyandu Dahlia Desa Lopak Aur Tahun 2023.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya Faktor- Faktor yang berhubungan dengan status gizi pada

balita di Posyandu Dahlia Desa Lopak Aur Tahun 2023

b. Diketahuinya gambaran status gizi pada balita di Posyandu

Dahlia Desa Lopak Aur tahun 2023.


c. Diketahuinya Gambaran Pengetahuan ibu tentang status gizi pada

balita di Posyandu Dahlia Desa Lopak Aur tahun 2023.

d. Diketahui Gambaran Pendapatan ibu di Posyandu Dahlia Desa

Lopak Aur tahun 2023.

e. Diketahuinya Hubungan Makan tidak seimbang dengan status

gizi pada balita di Posyandu Dahlia Desa Lopak Aur.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas Selat Batanghari

Dapat digunakan sebagai informasi untuk meningkatkan pelayanan

kesehatan dan promosi kesehatan serta menambah informasi dan

wawasan bagi tenaga kesehatan Wilayah Kerja Puskesmas

Batanghari.

2. Bagi Politeknik kesehatan Kemenkes Jambi Jurusan Kebidan an

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi untuk

meningkatkan pengetahuan dan sebagai dasar dokumen akademik

yang dapat dimanfaatkan dengan sebaik mungkin.

3. Bagi Peneliti Lainnya

Dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian -

penelitian ditempat lain dengan metode berbeda.


E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif dengan

rancangan cross sectional (potong lintang). Penelitian dilakukan pada bulan

Juni 2023, di Posyandu Dahlia Desa Lopak Aur. Populasi pada penelitian ini

adalah seluruh ibu yang memiliki balita di Posyandu Dahlia Desa Lopak Aur

sebanyak 180 orang. Pengambilan sampel adalah 10% dari populasi yaitu 18

orang diambil secara proporsional random Sampling. Pengumpulan data

dengan melakukan pengukuran antropometri BB dan TB dengan

membandingkan tabel BB/TB dari WHO-2007, serta pengisian kuesioner

menayakan pada ibu tentang makan tidak seimbang pedoman isi piring ku, dan

penyakit infeksi yang dialami balita dalam 3 bulan terakhir. Pengolahan data

menggunakan analisis univariat dan bivariat.


16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Gizi

1. Pengertian Gizi

Gizi atau Nutrisi tour atau Nutrition merupakan keseimbangan

Antara zat gizi yg masuk ke dalam tubuh dari makanan dengan zat

gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk keperluan proses

metabolisme. Adapun zat easy atau nutrien adalah zat yang ada

dalam makanan yang diperlukan tubuh untuk melakukan proses

metabolisme (pencernaan, penyerapan makanan remove Salus,

transportasi oleh negara, pertumbuhan, pemeliharaan jaringan

tubuh, proses biologis, penyembuhan dan kekebalan tubuh

(Gizi,2021:19).

Tubuh manusia sudah pasti memerlukan zat gizi agar dapat

menghasilkan energi, sehingga dalam keseharian dapat melakukan

berbagai kegiatan fisik. Bergizi juga sangat dibutuhkan oleh

manusia sebagai zat pengaruh tenaga sehingga proses, serta

pengaturan semua fungsi tubuh dapat berjalan dengan baik.

Berbagai tumbuh kembang pada anak, penggantian jaringan tubuh

yang rusak, zat pembangun penyakit juga dapat dihindari manusia,

jika zat gizi yang penting dapat dipenuhi kecukupannya.

(Gizi,2021 : 22).
17

2. Makanan sebagai sumber gizi

Fungsi utama gizi yang dikenal, zat gizi dibagi berdasarkan

fungsi dan jumlah yang dibutuhkan. Berdarkan fungsinya zat gizi

digolongkan kedalam “Triguna Makanan”. yaitu sebagai berikut:

kentang, sagu, roti, dan makanan yang mengandung sumber zat

tenaga

a) Sumber zat tenaga, yaitu padi-padian dan umbi-umbian serta

tepung - tepungan, seperti beras, jagung, ubi-ubian, Menunjang

aktivitas sehari-hari.

b) Sumber zat pengatur, yaitu sayuran dan buah-buahan. Zat

pengatur mengandung berbagai vitamin dan mineral yang

berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ tubuh.

c) Sumber zat pembangun, yaitu kacang-kacangan, makanan

hewani, dan hasil olahannya. Makanan sumber zat pembangun

yang berasal dari nabati adalah kacang-kacangan, tempe, dan

tahu. Sedangkan makanan sumber zat pembangun yang berasal

dari hewan adalah telur, ikan, ayam, daging, susu, serta hasil

olahannya. Zat pembangun berperan sangat penting untuk

pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang.

3. Komposisi zat gizi

a) Karbohidrat

Karbohidrat dalam makanan dapat berbentuk pati seperti yang

terdapat dalam Sereal ataupun gula seperti yang terkandung

dalam buah buahan. Fungsi utama dari karbohidrat adalah

menyediakan energi yang dibutuhkan tubuh. Kelebihan


18

karbohidrat, disimpan sebagai glikogen atau dua menjadi

lemah yang siap diubah kembali menjadi energi ketika tubuh

membutuhkannya.

b) Lemak

Lemak dalam makanan dapat berbentuk minyak seperti yang

ditemukan dalam biji-bijian mentega ataupun berbentuk lemak

seperti yang terdapat dalam daging. Lemak berperan dalam

penyediaan energi, melarutkan vitamin larut lemak, juga

sumber asam asam lemak Esensial. Selain itu, lemak berperan

dalam pembentukan membran sel, agen pengemulsi, Isolator

panas tubuh, melindungi organ tubuh dan bersama protein

sebagai alat angkut dalam metabolisme. Kelebihan lemak

disimpan dalam tubuh yang akan diubah menjadi energi bila

dibutuhkan oleh tubuh.

c) Protein

Protein dalam makanan dapat berupa Kasein yang ada dan

Susu, atau albumin dalam telur, globulin dalam kacang

Kacangan dan gluten dalam gandum, fungsi utama dari protein

adalah membentuk jaringan baru dan memperbaiki jaringan

yang rusak dalam tubuh. Protein pun berperan dalam Sintesis

enzim, hormon, antibodi juga sebagai penyedia energi,

mengatur keseimbangan air dalam tubuh, memelihara

netralitas tubuh, mengangkut zat zat gizi. Kelebihan protein

diubah menjadi karbohidrat dan lemak yang disimpan dalam

tubuh.
19

d) Vitamin

Vitamin yang ada dalam makanan terdiri atas vitamin larut

lemak seperti A, D, E, K Dan juga vitamin larut dalam air

seperti vitamin B dan C vitamin berperan sebagai pengatur

pada proses metabolisme dalam tubuh.

e) Mineral

Kalsium, fosfor, besi, iodin, merupakan sebagai mineral yang

ditemukan dalam bahan pangan dalam bentuk komposisi

organik dan anorganik. Mineral dibutuhkan dalam

pembentukan tubuh seperti pembentukan tulang, gigi dan

struktur jaringan. Mineral juga berperan dalam pengaturan

proses metabolisme dalam tubuh seperti kontraksi otot,

stimulus saraf dan lain lain. dalam pengaturan proses

metabolisme dalam tubuh seperti kontraksi otot, stimulus

saraf dan lain–lain.

f) Air

Air diperoleh dari makanan yang dikonsumsi dan sebagian

besar dari air yang diminum. Air adalah bagian penting

dalam struktur tubuh dan jumlahnya sekitar 60% dari berat

tubuh. Air berperan sebagai Pelarut material zat gizi dan juga

Pembuangan Ampas makanan. Semua orang membutuhkan

energi untuk beraktivitas, tetapi jenis dan banyaknya

aktivitas, perbedaan usia, kondisi tubuh Dan sebagainya akan

mempengaruhi kuantitas zat gizi yang diperlukan tubuh.


20

4. Konsep status gizi balita

Status gizi merupakan Salah satu faktor yang menentukan

sumber daya manusia dan kualitas hidup, program perbaikan gizi

bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi konsumsi pangan, agar

terjadinya perbaikan status gizi masyarakat (Gizi,2021 : 28).

Status gizi adalah suatu keadaan yang ditentukan oleh tingkat

kebutuhan tubuh terhadap kalori dan zat-zat gizi lain yang

diperoleh dari asupan makanan. Dengan dampak fisik yang dapat

diukur (Kanah, 2020 : 80). Status gizi adalah faktor yang terdapat

dalam individu. Faktor langsung yang mempengaruhi adalah

jumlah dan jenis asupan makanan serta kondisi infeksi. Status

gizi diartikan juga sebagai keadaan fisik seseorang atau

sekelompok orang yang ditentukan dengan salah satu atau

kombinasi ukuran-ukuran gizi tertentu (Supariasa, I.D., dkk.,

2016 : 19 ).

Menurut para ahli , Status gizi adalah ekspresi dari keadaan

keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan

dari NutriTure dalam bentuk variabel tertentu. Contohnya,

Gondok endemik yang merupakan keadaan ketidak seimbangan

antara pemasukan dan pengeluaran Yodium dalam tubuh.

(Gizi,2021 : 36 ).

Status gizi balita adalah keadaan gizi anak balita umur 0-

59 bulan yang ditentukan dengan metode Antropometri,

berdasarkan indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi


21

Badan menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut Tinggi

Badan (BB/TB). Berat Badan Menurut Umur adalah berat badan

anak yang dicapai pada umur tertentu, Tinggi Badan Menurut

Umur adalah tinggi badan anak yang dicapai pada umur tertentu.

Berat Badan Menurut Tinggi Badan adalah berat badan anak

dibandingkan dengan tinggi badan yang dicapai. Ketiga nilai

indeks status gizi diatas dibandingkan dengan baku pertumbuhan

WHO. Z-score adalah nilai simpangan BB atau TB dari nilai BB

atau TB normal menurut baku pertumbuhan WHO. Batasan

untukkategori status gizi balita menurut indeks BB/U,

TB/U,BB/TB Menurut WHO (Izwardi,2018 : 18).

Masa balita merupakan proses pertumbuhan yang pesat di

mana memerlukan perhatian dan kasih sayang dari orang tua dan

lingkungannya. Disamping itu balita membutuhkan zat gizi yang

seimbang agar status gizi nya baik, serta proses pertumbuhan

tidak terhambat, karena balita merupakan kelompok umur yang

paling sering menderita akibat kekurangan gizi (Santoso, 2004 :

45 )

a) Penilaian status gizi

Untuk melakukan penilaian status gizi pada bayi

digunakan dua metode yang Jamak dilakukan. Dua metode

pengukuran itu adalah Methode yang dilakukan secara

langsung maupun tidak langsung. Penilaian status gizi yang

dilakukan dengan metode pengukuran secara langsung

diantaranya adalah dengan metode Biokimia, klinis, serta


22

biofisik. Sementara itu, penilaian status gizi dengan metode

pengukuran secara tidak langsung(Gizi,2021 : 55 ).

Kapan harus dilakukan penilaian status gizi frekuensi penilaian

status gizi bergantung pada usia Kelayan, status kehamilan dan

penyakit, serta kebijakan nasional. Pada umumnya, penilaian status

gizi dilakukan pada waktu waktu berikut ini:

1) Ibu hamil: setiap kali kunjungan ke hamilan antenatal (visit)

2) Bayi usia 0-6 bulan : pada saat lahir dan kunjungan Neonatal.

3) Bayi usia 6-59 bulan : selama sesi pemantauan pertumbuhan

bulanan (kunjungan Posyandu atau fasilitas kesehatan).

4) Anak usia lima tahun ke atas: setiap kali saat kunjungan ke

fasilitas kesehatan.

5) Remaja dan orang dewasa: setiap kali saat kunjungan

kefasilitas kesehatan (Gizi,2021 : 55 ).

a. Penilaian statucs gizi secara langsung:

a. Antropometri : Antropometri adalah salah satu metode

penilaian status gizi yang variabel nya adalah ukuran tubuh,

umur, dan tingkat gizi seseorang. Metode penilaian ini

mencoba menyesuaikan ukuran tubuh dengan umur dan

tingkat Gizi seseorang. Menurut

(Supariasa,2005:20),Antropometri mengukur dengan

mengutamakan dimensi dari tubuh. Metode ini juga mencoba

mengamati komposisi tubuh seseorang yang hendak dinilai


23

status gizi nya .dengan menggunakan Methode Antropometri,

kita dapat melihat ketidakseimbangan energi dan protein.

Namun, Antropometri tidak dapat digunakan untuk

mengidentifikasi zat gizi yang bentuknya

spesifik(Ghibson,2005: 66).

b. Klinis: Penilaian status gizi dengan cara pemeriksaan klinis

merupakan cara yang disusun berdasarkan berbagai

perubahan yang terjadi. Cara ini berpatokan dan

berhubungan dengan erat dengan kekurangan maupun

kelebihan asupan zat gizi ke dalam tubuh. Penilaian status

gizi secara klinis ini dapat dilihat pada berbagai jaringan

epitel yang terdapat di mata, kulit, rambut, mukosa mulut,

serta organ yang dekat dengan permukaan tubuh, kelenjar itu

misalnya adalah kelenjar tiroid (Gizi,2021 : 75). Penilaian

status gizi yang meliputi tanda tanda kekurangan zat gizi

yang dapat dilihat. Penilaian status gizi klinis biasanya

disertai dengan Penggalian data riwayat medis untuk

mengidentifikasikan komor Biditas Yang menyertai masalah

gizi. Penyakit infeksi dan komplikasi medis lainnya,

penggunaan obat tertentu yang berdampak pada status gizi.

Interaksi obat dan makanan, dan faktor resiko penyakit

lainnya, seperti merokok dan konsumsi minuman beralkohol.

biokimia : penilaian status gizi dengan cara pemeriksaan

biokimia ini dilakukan dalam sebuah


24

laboratorium.Methode yang disebut juga dengan cara

laboratorium ini digunakan untuk mendeteksi berbagai

Defisiensi zat gizi yang ada dalam tubuh. Pada beberapa

kasus yang lebih parah, pemeriksaan ini akan dilakukan

dalam suatu metode Biopsi. cara cara ini dilakukan agar

kita dapat mengetahui kadar zat gizi atau adanya simpanan

di jaringan yang paling sensitif terhadap deplesi. penilaian

status gizi semacam ini disebut uji Biokimia statis

(Baliwati,2004 : 80)

c. Biofisik : penilaian status gizi ini adalah salah satu metode

pemeriksaan dengan melihat kemampuan serta fungsi dari

masing masing jaringan yang ada di dalam tubuh.

Pemeriksaan ini juga akan melihat dan memetakan berbagai

perubahan struktur jaringan dalam tubuh. Hasil akhir dari

pemeriksaan jaringan ini diharapkan dapat digunakan dalam

keadaan tertentu. Misalnya saja kondisi keterbatasan fisik

pada organ mata, seperti buta senja atau Rabun senja

(Gizi,2021 : 81).

b . Penilaian status gizi secara tidak langsung

1. Survei konsumsi makanan : Survei konsumsi makanan

adalah salah satu metode penilaian status gizi yang

dilakukan dengan cara memperhitungkan jumlah atau

berapa banyaknya makanan, serta apa saja jenis makanan


25

yang dikonsumsi oleh individu, keluarga atau masyarakat

yang diteliti(Suparisa,2014: 14 ).

2. Statistik vital : metode penilaian status gizi secara tidak

langsung ini adalah salah satu cara pengumpulan data

tentang angka statistik kesehatan yang berhubungan

dengan gizi. Data data yang dikumpulkan dengan

menggunakan metode statistik vital ini adalah angka

kematian sesuai umur tertentu, dan data tentang angka

angka yang menyebabkan kesakitan serta kematian,

berbagai data statistik tentang pelayanan kesehatan, serta

berbagai data tentang angka angka penyakit infeksi yang

berkaitan dengan kekurangan gizi( Hartriyanti dan

Triyanti, 2007: 56).

3. Faktor Ekologi : metode penilaian status gizi dengan

menggunakan faktor Ekologi ini adalah metode

pengumpulan data dengan menggunakan perhitungan dan

variabel dalam faktor Ekologi. Faktor Ekologi ini

digunakan sebagai cara untuk melakukan analisa serta

penilaian status gizi ketika terdapat ragam masalah yang

terjadi, karena adanya interaksi sejumlah faktor Ekologi (

Santoso,2010 : 13-14 ).

4. Konsep status gizi baliStatus gizi merupakan Salah satu

faktor yang menentukan sumber daya manusia dan

kualitas hidup, program perbaikan gizi bertujuan untuk


26

meningkatkan mutu gizi konsumsi pangan, agar

terjadinya perbaika status gizi masyarak at (Gizi,2021 :

90)

Status gizi adalah suatu keadaan yang ditentukan oleh

tingkat kebutuhan tubuh terhadap kalori dan zat-zat gizi

lain yang diperoleh dari asupan makanan dengan dampak

fisik yang dapat diukur (Kanah, 2020 : 28). Status gizi

adalah faktoryang terdapat dalam individu. Faktor

langsung yang mempengaruhi adalah jumlah dan jenis

asupan makanan serta kondisi infeksi. Status gizi

diartikan juga sebagai keadaan fisik seseorang atau

sekelompok orang yang ditentukan dengan salah satu

atau kombinasi ukuran-ukuran gizi tertentu (Supariasa,

I.D., dkk., 2016 : 45).

Menurut para ahli , Status gizi adalah ekspresi dari

keadaan keseimbangandalam bentuk variabel tertentu,

atau perwujudan dari NutriTure dalam bentuk variabel

tertentu. Contohnya, Gondok endemik yang merupakan

keadaan ketidakseimbangan antara pemasukan dan

pengeluaran Yodium dalam tubuh.(Gizi,2021: 70)

Status gizi balita adalah keadaan gizi anak balita umur 0-

59 bulan yang ditentukan dengan metode Antropometri,

berdasarkan indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U),

Tinggi Badan mrnurut Umur (TB/U), dan Berat Badan


27

menurut Tinggi Badan (BB/TB). Berat Badan Menurut

Umur adalah berat badan anak yang dicapai pada umur

tertentu, Tinggi Badan Menurut Umur adalah tinggi

badan anak yang dicapai pada umur tertentu. Berat Badan

Menurut Tinggi Badan adalah berat badan anak

dibandingkan dengan tinggi badan yang dicapai.

Ketiga nilai indeks status gizi diatas dibandingkan

dengan baku pertumbuhan WHO. Z-score adalah nilai

simpangan BB atau TB dari nilai BB atau TB normal

menurut baku pertumbuhan WHO. Batasan untuk

kategori status gizi balita menurut indeks BB/U, TB/U,

BB/TB menurut WHO (Izwardi,2018 : 20).

1. Balita

Balita adalah kelompok anak yang berumur dibawah lima

tahun. Kelompok balita merupakan salah satu kelompok umur

rawan akan masalah gizi, karena pada usia balita berlangsung tahap

pertumbuhan yang cukup pesat sehingga memerlukan zat-zat gizi

yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Dengan demikian

balita memerlukan perhatian khusus dalam pemberian makanan

yang dikonsumsi (Santoso, 2004) Menurut Notoatmodjo (2007),

anak balita juga merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan

rawan penyakit. Kelompok ini yang merupakan kelompok umur


28

yang paling menderita akibat gizi (KEP) dan jumlahnya dalam

populasi besar.

Beberapa anggapan yang menyebabkan anak balita rawan gizi

dan rawan kesehatan antara lain:

1. Anak balita baru berada dalam masa transisi dari makanan bayi

ke makanan orang dewasa.

2. Biasanya anak balita sudah mempunyai adik atau ibunya sudah

bekerja penuh, sehingga perhatian ibu sudah berkurang.

3. Anak balita sudah mulai main di tanah dan sudah dapat main di

luar rumah sendiri sehingga lebih terpapar dengan lingkungan

yang kotor dan kondisi ini memungkinkan untuk terinfeksi

dengan berbagai macam penyakit.

Bila anak umur di atas 24 bulan diukur dengan posisi

terlentang, maka hasil pengukurannya dikoreksi dengan

mengurangkan 0,7 cm.

a. Indek Antropometri

1. Indeks Standar Antropometri Anak

Standar Antropometri Anak didasarkan pada

parameter berat badan dan panjang/tinggi badan yang terdiri

atas 4 (empat) indeks, meliputi:

a) Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U)


29

Indeks BB/U ini menggambarkan berat badan relatif

dibandingkan dengan umur anak. Indeks ini

digunakan untuk menilai anak dengan berat badan

kurang (underweight) atau sangat kurang (severely

underweight), tetapi tidak dapat digunakan untuk

mengklasifikasikan anak gemuk atau sangat gemuk.

Penting diketahui bahwa seorang anak dengan BB/U

rendah, kemungkinan mengalami masalah

pertumbuhan, sehingga perlu dikonfirmasi dengan

indeks BB/PB atau BB/TB atau IMT/U sebelum

diintervensi.

b) Indeks Panjang Badan menurut Umur atau Tinggi

Badan menurut Umur (PB/U atau TB/U)

Indeks PB/U atau TB/U menggambarkan

pertumbuhan panjang atau tinggi badan anak

berdasarkan umurnya. Indeks ini dapat

mengidentifikasi anak-anak yang pendek (stunted)

atau sangat pendek (severely stunted), yang

disebabkan oleh kurang gizi dalam waktu lama atau

sering sakit.Anak-anak yang tergolong tinggi

menurut umurnya juga dapat diidentifikasi. Anak-

anak dengan tinggi badan di atas normal (tinggi


30

sekali) biasanya disebabkan oleh gangguan endokrin,

namun hal ini jarang terjadi di Indonesia.

c. Indeks Berat Badan menurut Panjang Badan/Tinggi

Badan (BB/PB atau BB/TB)

Indeks BB/PB atau BB/TB ini menggambarkan

apakah berat badan anak sesuai terhadap

pertumbuhan panjang/tinggi badannya. Indeks ini

dapat digunakan untuk mengidentifikasi anak gizi

kurang (wasted), gizi buruk (severely wasted) serta

anak yang memiliki risiko gizi lebih (possible risk of

overweight). Kondisi gizi buruk biasanya disebabkan

oleh penyakit dan kekurangan asupan gizi yang baru

saja terjadi (akut) maupun yangtelah lama terjadi

(kronis).

d. Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U)

Indeks IMT/U digunakan untuk menentukan

kategori gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, berisiko

gizi lebih, gizi lebih dan obesitas. Grafik IMT/U dan

grafik BB/PB atau BB/TB cenderung menunjukkan

hasil yang sama. Namun indeks IMT/U lebih

sensitif untuk penapisan anak gizi lebih dan obesitas.

Anak dengan ambang batas IMT/U >+1SD berisiko

gizi lebih sehingga perlu ditangani lebih lanjut untuk


31

mencegah terjadinya gizi lebih dan obesitas

(Peraturan menteri Kesehatan Nomor 2 ,Tahun 2020 )


32

Kategori Dan Ambang Batas Status Gizi

Anak BB/U,TB/U dan BB/TB Baku

WHO -2007

Indeks Kategori status gizi Ambang Batas

(Z-Score)

Berat Badan menurut Berat Badan sangat Kurang <- 3 SD

Umur (severely underweight)


-3 SD sd <- 2 SD
(BB/ U ) anak usisa 0- Berat Badan kurang

60 Bulam. ( Underweight ) -2 SD sd + 1 SD

Berat Badan >+ 1 SD

Normal

Resiko Berat Badan Lebih

Panjang Badan Atau Sangat Pendek ( severely <- 3 SD

Tinggi Badan Menurut stunded )

Umur Pendek (stunded)

(PB / U atau TB/ U) Normal


-3 SD sd <-2 SD
anak usia 0-60 Bulan. Tinggi

-2 SD sd + 3 SD

> + 3 SD

Berat Badan Menurut < -3 SD

Panjang Badan Atau Gizi Buruk ( severely wasted)


-3 SD sd <-2 SD
Tinggi Badan Gizi Kurang (Wasted )
33

(BB / PB atau BB/ TB Gizi Baik( Normal )

) anak usia 0-60 bulan. Beresiko gizi lebih ( -2 SD sd + 1 SD

possible risk of overweight)

Gizi lebih (Over weight) > + 1 SD sd + 2 SD

Obesitas (Obese)
>+ 2 SD sd + 3 SD

>+ 3 SD
34

Gizi Buruk ( severely wasted < -3 SD

-3 SD sd <-2 SD
Gizi Kurang (Wasted

) Gizi Baik( Normal )

Beresiko gizi lebih -2 SD sd + 1 SD

( possible risk of > + 1 SD sd + 2 SD

overweight)

Gizi lebih (Over weight)

Obesitas (Obese)

>+ 2 SD sd + 3 SD

>+ 3 SD

Indeks massa Tubuh Gizi Buruk(severelyThinness) < -3 SD

Mneurut Umur Gizi Kurang ( Thinness )


-3 SD sd <-2 SD
(IMT / U ) anak usia Gizi Baik( Normal )

5- 18 Tahun Gizi lebih (Over weight)

Obesitas (Obese) -2 SD sd + 1 SD

+ 1 SD sd + 2 SD
35

>+ 2 SD
36

C. Makanan Menu Seimbang

1. Pengertian menu seimbang

Menu adalah susunan makanan yang dimakan oleh seseorang untuk

sekali makan atau untuk sehari-hari. Kata "menu" bias diartikan

"hidangan". Menu seimbang adalah menu yang terdiri dari beraneka

ragam makanan dalam jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi

kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel

tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan (Almatsier,

2008 : 52). Menu seimbang adalah konsumsi makanan untuk

memenuhi kebutuhan tubuh akan zat gizi. Kekurangan gizi pada salah

satu makanan dengan pemberian menu seimbangdapat

dicukupi oleh makanan lain. Untuk itu pemberian menu seimbang dengan

makanan yang beraneka ragam sangat dibutuhkan dalam memenuhi kecukupan

gizi ( Almatsier, 2008: 24 ). Tidak ada satu jenis makanan yang

mengandung semua zat gizisecara lengkap. Untuk bisa hidup sehat

dan produktif, kita harus mengonsumsi beranekaragam makanan

sehingga beranekaragam makanan dapat saling melengkapi & menjadi

zat gizi secara lengkap (Almatsier, 2008). Makanan merupakansalah satu faktor

penentu kesehatan kita. Semakin bergizi makanan yang kita makan, semakin

rendah resiko kita terkena suatu penyakit. Menu seimbang dari 4

kelompok bahan makanan Kemenkes RI, ( 2015 )

a. Satu jenis atau lebih makanan pokok sumber karbohidrat misalnya

beras, jagung, gandum, ubi kayu, kentang, sagu, dan sebagainya.


37

b. Satu jenis atau lebih makanan lauk pauk sebagai sumber protein

misalnya kacang- kacangan, tempe, tahu, telur, ikan, daging, dan

sebagainya

c. Satu jenis atau lebih makanan kelompok jenis sayuran sebagai sumber

vitamin dan minerai misalnya wortel, bayam, kangkung, dan

sebagainya. d. Satu jenis atau lebih

makanan kelompok buah-buahan sebagai sumber vitamin dan mineral

misalnya pisang, apel, pepaya, jeruk, dan sebagainya.

2. Cara mengatur menu seimbang

a. Gunakan berbagai jenis makanan dari aneka kelompok makanan

utama. Menu makanan yang sehat dan seimbang harus

meliputi buah-buahan, sayur-sayuran, gandum utuh, produk

olahan susu rendah lemak, dan protein rendah lemak (seperti

kacang- kacangan dan biji-bijian).

b. Gunakan bahan dengan rasa dan tekstur yang bervariasi. Ingat, kadar

kalori, nutrisi, dan serat pada jenis makanan dalam kelompok yang

sama dapat benar- benar berbeda. Oleh karena itu, kadar

nutrisi pada makanan yang disajikan sangatlah bergantung pada

keberagaman bahan makanan yang digunakan.

Padukan bahan makanan dengan warna, bentuk, rasa, dan tekstur yang

berbeda.
38

a. Tentukan porsi sajian yang tepat. Hati-hati, manusia cenderung makan

terlalu banyak jika dihadapkan dengan porsi sajian yang

besar.Amati informasi sajian yang

tertera dalam kemasan bahan masakan dan ikuti instruksinya.

b. Hindari makanan yang kaya lemak jenuh, gula, kalori, dan sodium.

Pastikan

Anda hanya menyantapnya dalam porsi yang sangat sedikit.

3. Sepuluh Pesan GIZI Kemenkes RI (2015)

a. Syukuri dan Nikmati Aneka Ragam Makanan, setiap kali Makan

b. Banyak Makan Sayuran dan Cukup Buah-buahan

c. Biasakan Mengonsumsi Lauk Pauk yang Mengandung Protein

Tinggi

d. Biasakan Mengonsumsi Aneka Ragam Makanan Pokok

e. Batasi Konsumsi Pangan Manis, Asin dan Berlemak

f. BiasakanSarapan

g. Minum Air yang cukup dan Aman

h. Biasakan Membaca Label pada Kemasan Pangan

i. Cuci Tangan Pakai Sabun dengan Air Bersih Mengalir

j. Minum Air yang cukup dan Aman

k. Biasakan Membaca Label pada Kemasan Pangan

l. Cuci Tangan Pakai Sabun dengan Air Bersih Mengalir

m. Lakukan Aktivitas Fisik yang Cukup dan Pertahankan Berat

Badan Normal.
39

Gambar 1

Isi Piring 10 dalam pola makan seimbang


40

1. Pengaturan Menu seimbang Kemenkes RI (2015)

a. Mengonsumsi makanan beragam Makanan beragam maksudnya

selain makanan yang dimakan bervariasi, tetapi juga memperhatikan

proporsi makanan yang seimbang, jumlahnya cukup, dan

tidak berlebihan.

b. Membiasakan perilaku hidup bersih Perilaku hidup bersih dapat menghindarkan

diri dari sumber infeksi, contohnya adalah mencuci tangan, menutup makanan yang

akan disajikan, memakai alas kaki, dan menutup mulut dan hidung bila bersin.

c. Melakukan aktivitas fisik Aktivitas fisik dapat memperlancar metabolisme dalam

tubuh. Mengajak anak bermain atau berjalan bersama adalah contoh aktivitas fisik

yang dapat dilakukan oleh orang tua dan anak

d. Mempertahankan dan memantau berat badan normal Indikator untuk bayi dan

balita adalah perkembangan berat badan terhadap usia dengan menggunakan acuan

Kartu Menuju Sehat (KMS), atau kurva CDC/NCHS, atau kurva WHO. Pada bayi 0-

6 bulan, ASI merupakan satu-satunya makanan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan.

Pada usia 6-12 bulan, bayi harus mulai diberikan Makanan Pendamping ASI

(MPASI). Makanan pendamping ASI mulai diberikan dengan tekstur makanan yang

masih halus, seperti buah- buahan yang dilumatkan, atau bubur beras (boleh

menggunakan tepung beras) yang dilumatkan, dengan bertambahnya usia, bayi mulai

dikenalkan dengan tekstur makanan yang lebih kasar seperti bubur tim saring dengan

campuran sayuran dan protein hewani atau nabati (7 bulan). Lalu, tekstur

ditingkatkan dengan pemberian tim cincang untuk merangsang pertumbuhan gigi

geligi (8 bulan). Usia 9 bulan, bayi mulai dikenalkan dengan


41

makanan selingan seperti bubur kacang hijau atau finger food seperti biskuit.

Kepadatan dan tekstur makanan semakin ditingkatkan sampai mendekati makanan

yang sering dimakan keluarga hingga nasi pada usia 12 bulan (Kemenkes RI, 2015)

Ketika anak sudah beranjak usia 1 hingga 5 tahun, porsi makanan sudah setengah

dari porsi dewasa. Anak diharapkan sudah makan 3 kali sehari yaitu pagi, siang, dan

malam disertai dengan dua kali makanan selingan.

Memasuki usia ini biasanya anak mulai susah makan dan sebagian anak mulai

memilih.

e. Mempertahankan dan memantau berat badan normal Indikator untuk bayi dan

balita adalah perkembangan berat badan terhadap usia dengan menggunakan acuan

Kartu Menuju Sehat (KMS), atau kurva CDC/NCHS, atau kurva WHO.

Pada bayi 0-6 bulan, ASI merupakan satu-satunya makanan yang dibutuhkan untuk

pertumbuhan.

Pada usia 6-12 bulan, bayi harus mulai diberikan Makanan Pendamping ASI

(MPASI). Makanan pendamping ASI mulai diberikan dengan tekstur makanan yang

masih halus, seperti buah- buahan yang dilumatkan, atau bubur beras (boleh

menggunakan tepung beras) yang dilumatkan, dengan bertambahnya usia, bayi mulai

dikenalkan dengan tekstur makanan yang lebih kasar seperti bubur tim saring dengan

campuran sayuran dan protein hewani atau nabati (7 bulan). Lalu, tekstur

ditingkatkan dengan pemberian tim cincang untuk merangsang pertumbuhan gigi

geligi (8 bulan). Usia 9 bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan selingan

seperti bubur kacang hijau atau finger food seperti biskuit. Kepadatan dan tekstur

makanan semakin ditingkatkan sampai mendekati makanan yang sering dimakan

keluarga hingga nasi pada usia 12 bulan (Kemenkes RI, 2015) Ketika anak sudah
42

beranjak usia 1 hingga 5 tahun, porsi makanan sudah setengah dari porsi dewasa.

Anak diharapkan sudah makan 3 kali sehari yaitu pagi, siang, dan malam disertai

dengan dua kali makanan selingan. Memasuki usia ini biasanya anak mulai susah

makan dan sebagian anak mulai memilih-


43

milih makanan (picky eater). Untuk menghindari hal ini, orang tua dapat

memberikan makanan yang bervariasi, enak, dan menghindari pemberian

makanan selingan saat mendekati jam makanan utama (Kemenkes RI,

2015)

1. Tanda-tanda anak sehat dengan gizi baik terdiri dari 10 kriteria,

yaitu: bulan (Kemenkes RI, 2015)

a. Postur tubuh tegap dan memiliki otot yang padat

b. Penambahan berat dan tinggi sesuai usia

c. Kulit dan kuku bersih dan tidak pucat

d. Rambut berkilau dan kuat

e. Gigi bersih dan gusi berwarna merah muda

f. Wajah ceria, mata bening, dan bibir segar

g. Bergerak aktif dan berbicara lancar sesuai dengan umur


44

h. Nafsu makan baik dan buang air besar teratur

i. Tidur nyenyak

j. Penuh perhatian dan bereaksi aktif 6.Dampak kekurangan gizi

Keadaan gizi kurang pada anak-anak mempunyai dampak pada

kelambatan pertumbuhan dan perkembangannya yang sulit

disembuhkan. Oleh karena itu anak yang bergizi kurang tersebut

kemampuannya untuk belajar dan bekerja serta bersikap akan lebih

terbatas dibandingkan dengan anak yang normal (Santoso,2004).

Dampak kekurangan gizi yang dimaksud disini adalah akibat negatif dari

kekurangan gizi terhadap kesejahteraan perorangan, keluarga dan

masyarakat. Sehingga dapat merugikan pembangunan Nasional suatu

bangsa. Dampak kekurangan gizi secara umum

dikelompokkan kedalam 11 kategori yaitu dampak terhadap (a)kematian

anak

(b) penyakit anak

(c) kematian ibu


45

(d) kesuburan wanita atau Fertilitas

(e) fungsi mata

(f) kecerdasan (g)prestasi sekolah

(h) anggaran pendidikan dan kesehatan pemerintah

(i) jumlah dan nilai ekonomi air susu ibu

(j) produktifitaskerja dan

(k) masalah ekonomi bangsa (Soekirman, 2000 : 8)

Dalam jangka panjang, kurang gizi akan mengakibatkan hambatan

pertumbuhan badan dan akhirnya berdampak buruk bagi perkembangan

mental intelektual kurang energi protein pada masa anak-anak akan

menurunkan IQ menyebabkan kemampuan geometrik rendah dan anak

tidak bisa berkonsentrasi secara maksimal (Khomsan,2002:11). Suhardjo

(2003) melaporkan bahwa kemampuan berfikir anak dipengaruhi oleh

keadaan gizi kurang yang kronis serta latar belakang ekonomis keluarga.
46

Bila keadaan Gizi kurang yang kronis serta ada pada taraf sedang 70-90

persen

berat badan standar) maka rata-rata IQ anak cendrung menurun dengan

menurunnya tingkat sosial ekonomi keluaraga. Dampak

yang mungkin muncul dalam pembangunan bangsa dimasa depan karena

masalah gizi antara lain (Suhardjo, 2003: 30)

a . Kekurangan gizi adalah penyebab utama kematian bayi dan anak-

anak. Hal ini berarti berkurangnya kuantitas sumber daya manusia

dimasa depan.

b. Kekurangan gizi berakibat meningkatnya angka kesakitan dan

menurunnya produktivitas kerja manusia akan menambah beban

pemerintah untuk meningkatkan fasilitas kesehatan.

c. Kekurangan gizi berakibat menurunnya tingkat kecerdasan anak-

anak. Akibatnya diduga tidak dapat diperbaiki bila terjadi kekurangan

gizi semasa anak di kandung sampai umur tiga tahun. Menurunnya

kualitas manusia usia muda ini berarti hilangnya sebagian besar potensi

cerdik pandai yang dibutuhkan bagi pembangunan bangsa.

d. Kekurangan gizi berakibat menurunnya daya tahan manusia untuk

bekerja, yang berarti menurunnya prestasi dan produktivitas kerja

manusia. Kekurangan gizi pada umumya menurunnya tingkat kesehatan

masyarakat. Masalah gizi masyarakat pada dasarnya adalah masalah


47

konsumsi makanan rakyat, Karena itulah program peningkatan gizi

memerlukan pendekatan diberbagai disiplin, baik teknis kesehatan,

teknis produksi, sosial budaya.

7. Gizi Sangat Kurang Pada Balita

Keadaan gizi kurang tingkat berat pada masa bayi dan balita ditandai

dengan dua macam sindrom yaitu kwashiorkor, karena kurang konsumsi

protein dan marasmus karena kurang konsumsi energy dan protein.

kwarshiorkor banyak dijumpai pada bayi dan balita pada keluarga

berpenghasilan rendah umumnya kurang pendidikannya. Sedangkan

marasmus banyak terjadi pada bayi dibawah usia 1 tahun yang

disebabkan tidak mendapatkan penggantinya (Suhardjo, 2003).

Kekurangan energi yang kronis pada anak-anak dapat menyebabkan

anak balita lemah, pertumbuhan jasmaninya terlambat, dan

perkembangan selanjutnya terganggu. Pada orang dewasa ditandai

dengan menurunnya berat badan dan

menurunnya produktifitas kerja. Kekurangan gizi pada semua umur

dapat menyebabkan mudahnya terkena serangan infeksi dan penyakit

lainnya serta lambatnya proses regenerasi sel tubuh (Suhardjo,2003:32).


48

a. Kekurangan Energi Protein (KEP) Kekurangan Energi Protein

(KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya

konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak

memenuhi angka kecukupan gizi (Supariasa,2002).

b. Pencegahan KEP menurut (Pudjiadi,2003) adalah:

1). Meningkatkan hasil produksi pertanian, supaya persediaan bahan

makanan semakin banyak, sekaligus merupakan tambahan penghasilan

rakyat.

2). Penyediaan makanan formula yang mengandung tinggi protein dan

energy untuk anak-anak yang disapih.

3). Memperbaiki infrastruktur pemasaran.

4). Subsidi harga bahan makanan. Bertujuan untuk membantu mereka

yang sangat terbatas penghasilannya.

5). Pemberian makanan suplementer. Makanan diberikan secara gratis

atau dijual dengan harga minim, makanan semacam ini ditujukan anak

yang termasuk golongan umur rawan akan penyakit KEP.

6). Pendidikan gizi. Tujuan pendidikan adalah untuk mengajar rakyat

mengubah kebiasaan mereka dalam menanam bahan makanan dan cara


49

menghidangkan makanan supaya mereka dan anak-anaknya mendapat

makanan yang lebih baik mutunya.

7. Masalah Gizi pada Bayi dan Balita

Menurut (Sediaoetama,2010:12) ada beberapa hal yang sering

merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi, baik secara langsung

maupun tidak langsung. penyebab langsung gangguan gizi, khususnya

gangguan pada bayi dan balita usia di bawah lima tahun (balita) adalah

tidak sesuainya jumlah gizi yang mereka peroleh dan makan dengan

kebutuhan tubuh, faktor tidak langsung yang mendorong terjadinya

gangguan gizi pada anak balita antara lain:

a). Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan Masalah gizi

karena

kurang pengetahuan dan keterampilan di bidang memasak akan

menurunkan

kosumsi makan anak, keragaman bahan dan jenis masakan yang

mempengaruhi kejiwaan misainya kebosanan.

a). Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertetu, banyak bahan

makanan yang bernilai gizi tinggi hanya di pinakan secara terbatas.


50

b). Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan Adanya

pantangan makan pada makanan tertentu yang masih sering kita jumpai

terutama didaerah pedesaan. Beberapa orang tua beranggapan ikan, telur,

ayam dan jenis makanan protein lainnya memberi pengaruh buruk untuk

anak.

c). Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu

Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu akan

mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang diperlukan.

d). Jarak kelahiran yang terlalu rapat Penelitian membuktikan bahwa

banyak anak yang menderita gangguan gizi karena ibunya sedang hamil

atau adiknya yang baru lahir, sehingga ibu kurang dapat merawat secara

baik, baik perawatan makanan, kesehatan dan kasih sayang dan

penghentian pemberian ASI akan lebih cepat mendorong anak menderita

gizi buruk.

F. sosial ekonomi

Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan

yang disajikan. penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan

yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah

makanan.
51

B. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Status Gizi

Masalah gizi merupakan masalah yang multidimensi, dipengaruhi oleh

berbagai faktor seperti: ekonomi, pendidikan, sosial budaya, pertanian,

kesehatan dan lain-lain. Menurut UNICEF, krisis ekonomi, politik dan

sosial merupakan akar permalahan kurang gizi. Penyebab langsung

kurang gizi adalah makan yang tidak seimbang dan penyakit infeksi

sedangkan penyebab tidak langsung yaitu persediaan pangan yang tidak

cukup, pola asuh anak yang tidak memadai, akibat kurangnya

pendidikan, pengetahuan dan keterampilan (Depkes RI, 2005).

1. Penyebab langsung

a. Kebiasaan makan tidak seimbang

Kebiasaan makan adalah sesuatu yang sering dikonsumsi atau di senangi

dan akan berdampak pada pertumbuhan dan daya pikir. Kebiasaan

makan sangat mempengaruhi kualitas tubuh seperti pengeluaran energi

serta pola tidur (Sulistyoningsih, 2011: 36) Menurut

(Sulistyoningsih,2011: 9) dalam memberikan makanan pada anak

kebiasaan makan dalam keluarga sangat besar pengaruhnya. Biasanya

anak mengikuti apa yang dimakan oleh orang tuanya, untuk itu
52

diperlukan pengetahuan gizi yang baik dari ibu serta keterampilan dalam

menyusun hidangan untuk keluarga.

Cara terbaik memenuhi kebutuhan gizi anak adalah memberikan makan

yang bervariasi, jangan memaksa jika anak tidak suka makanan tertentu

dan tawarkan kembali makan itu lain waktu. Makanan yang bervariasi

dapat disajikan dalam bentuk yang mudah ditelan (Marmi, 2012: 5)

Pemberian makanan kepada anak, sebaiknay diatur sesuai dengan tingkat

kemampuan dan kebutuhan anak. Demikian juga dengan jenis makanan

yang dapat diberikan pada anak. Selain untuk pemenuhan kebutuhan

akan zat gizi, juga untuk memperkenalkan berbagai jenis makanan,

sehingga anak terlatih mengkonsumsi makanan yang bervariasi

(Marmi,2012:5) untuk Menurut (Sediaotama,2004:18), makanan

kelompok anggota keluarga yang sudah dewasa berbeda dengan

makanan yang diberikan kepada balita, makanan balita kurang

memberikan rasa pedas atau rasa lain yang terlalu merangsang. Masakan

untuk orang dewasa sebaiknya dipisahkan dengan masakan balita. Menu

makanan anak harus mengandung zat gizi yang seimbang, protein,

karbohidrat, lemak, buah dan sayur agar ia mendapat semua vitamin dan

mineral yang dibutuhkan oleh tubuh. (Sulistyoningsih, 2011) Pemenuhan

nutrisi bagi balita harus diwujudkan dalam pengaturan menu seimbang.


53

Pengaturan nutrisi yang seimbang akan mampu memenuhi kecukupan

nutrisi dan kalori yang dibutuhkan. Perlindungan penyakit dan infeksi,

perkembangan mental dan kemampuan belajar balita akan sangat

ditentukan oleh pengaturan makanan yang baik (Prawira B, 2008: 26).

Menurut (Sulistyoningsih,2011: 16) nutrisi yang baik bagi tubuh balita

adalah susu. Susu sangat dibutuhkan oleh tubuh karena susu merupakan

sumber protein yang sangat penting untuk pertumbuhan, anak yang

dalam masa pertumbuhan, sumber protein sangat berarti, tidak boleh

kurang dikonsumsi karena akan mengganggu kesehatan khususnyabalita.

Kebiasaan yang sehat adalah yang menyertakan karbohidrat, protein,

vitamin, serat dan lemak. Tumbuhkan kebiasaan makan yang sehat sejak

dini berikan anak anda sayur setiap kali makan. Makan pagi sangat

penting terutama anak sangat aktif, hidangan untuk sarapan sebaiknya

dilengkapi nasi, lauk-pauk, sayur, buah dan susu Bubur kacang hijau

adalah salah satu bentuk program makanan tambahan untuk balita

dikarenakan kacang hijau banyak mengandung protein, yang sangat

dibutuhkan dalam perkembangan tubuh balita.

Beberapa syarat makan balita menurut (Sulistyoningsih,2011: 31)

1) Waktu makan
54

Pengaturan waktu makan dapat memelihara kecukupan asupan zat gizi

balita. Untuk itu, berikan makanan 5-6 kali waktu terdiri dari 3 kali

makan utama dan 2-3 kali makan selingan (snack) porsi makan. Balita

mempunyai kapasitas lambung yang kecil. Oleh karena itu, porsi makan

yang bisa ditolelir adalah porsi kecil untuk melengkapi kebutuhan gizi

balita, berikan makan setiap 3-4 jam dengan porsi kecil, tetapi padat gizi.

2). Jenis makanan

Pemberian makanan utama dengan diselingi cemilan akan membantu

mencegah balita dari gejala kelelahan dan nafsu makan balita terkontrol

dengan baik, jika cemilan yang diberikan tinggi gula, selera makan anak

pada saat makan utama akan menurun.

Kebiasaan satu jenis makanan

Menurut (Prawira, B, 2008:55), balita sering kali membentuk kebiasaan

hanya mengkonsumsi satu jenis makanan sehingga terkesan rewel karena

cenderung melakukan penolakan setiap diberikan makanan yang diluar

kebiasaannya, cara untuk mengatasi hal ini antara lain:


55

a) Jangan memarahijika anak tidakmau makan, tapi berusahalah

untuk membujuknya

b) Buat suasana makan yang menarik bagi balita

c) Biarkan anak memilih makanan yang disukainya, asal makanan

tersebut mengandung gizi yang cukup

d) Carilah penyebab lain mengapa anak tidak mau makan, mungkin

karena anak kekenyangan atau karena alasan lain

e) Berikan beragam jenis makanan yang mempunyai nilai gizi yang

sama

(f) Cari waktu yang tepat untuk mengajaknya makan

(g) Hidangkan makanan dalam bentuk yang menarik bagi anak

(h) Ajak anak untuk membantu membuat makanan yang disukainya,

biasanya dengan cara ini anak akan tertarik untuk memakannya.

4). Nafsu makan kurang (Proverawati, 2009) Untuk masalah nafsu

makan yang turun pada anak yang normal hanya berlangsung beberapa

saat sampai dirinya kembali merasa lapar,ketikaiamerasalapar,maka


56

sampai dirinya kembali merasa lapar, ketika ia merasa lapar, maka ia

akan langsung meminta makan sehingga pola makannya kembali normal.

makanan dengan gizi yang setara, hal ini akan membantu kecukupan gizi

balita, tapi ibu juga harus mengingat jika nafsu makan balita turun dan

disertai demam atau gejala lainnya, maka segeralah konsultasikan ke

dokter.

3). Menolak makanan tertentu Hal ini lazim terjadi pada balita, jika ini

terjadi maka carilah solusi lain seperti membuat kreasi makanan dari

bahan dasar yang sama dengan makanan yang kurang disukainya.

4).Makanan cepat saji Makanan cepat saji yang banyak dijual,

mengandung

banyak pengawet seperti "junkfood" hal ini sangat mengganggu

pertumbuhan balita, tentu kita harus berhati- hati dalam pemilihan

jajanan bagi anak, jangan sembarang memberi jajanan, jajanan yang

enak dan disukai balita belum tentu jajanan yang mempunyai nilai gizi

yang dibutuhkan bagi pertumbuhannya. Untuk mengatasi hal seperti ini


57

ibu harus mengajari balita bahwa makanan cepat saji dapat mengganggu

kesehatan seperti merusak gigi dan sebagainya.

2. Penyebab Tidak Lansung

a. Pola Asuh

Menurut kerangka yang disusun oleh WHO, terjadinya kekurangan gizi

dalam hal ini gizi kurang dan gizi buruk lebih dipengaruhi oleh beberapa

faktor yakni, penyakit infeksi dan asupan makanan yang secara langsung

berpengaruh terhadap kejadian kekurangan gizi, pola asuh serta

pengetahuan ibu juga merupakan salah satu faktor yang secara tidak

langsung dapat berpengaruh terhadap kekurangan gizi. Makanan untuk

anak harus mengandung kualitas dan kuantitas cukup untuk

menghasilkan kesehatan yang baik. Kekurangan gizi akan

mengakibatkan anak mudah diserang penyakit, pengetahuan gizi dan

pemberian makanan bergizi disarankan untuk anak wajib diketahui bagi

pendidik di taman kanak-kanak. Anak membiasakan diri makan melalui

makanan disekolah, anak belajar memilih makanan yang baik.


58

jika makanan masuk kebadan adalah makanan bergizi, maka anak

akanmemiliki daya tahan tubuh yang kuat.Pengasuhan anak oleh Ibu

terhadap pemenuhan kebutuhan gizi, perawatan dasar termasuk

imunisasi, pengobatan bila sakit, tempat tinggal yang layak, higyene

perorangan, sanitasi lingkungan, sandang, kesegaran jasmani,

(Soetjiningsih, 2011).

b. Pekerjaan

Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja bagi ibu-ibu akan

mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

c.Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo,

2003:121). Pengetahuan disini adalah tentang gizi pada balita dimana

pengetahuan ibu yang baik dapat menurunkan angka gizi buruk pada

balita (Tarwota dan Wartonah, 2006:78).

Dengan demikian yang dimaksud dengan pengetahuan disini adalah

pengetahuan ibu tentang gizi buruk, sehingga 2.3.1.2 Enam Tingkatan

Pengetahuan: angka kejadian gizi buruk dapat dihindari.


59

1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang

tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan dan menyatakan (Notoatmodjo, 2003:121).

2. Memahami (comprehensif) Memahami diartikan sebagai suatu

kesimpulan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui (Notoatmodjo, 2003: 21).

3. Aplikasi Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi real (Notoatmodjo, 2003:121).

4. Analisis (Analysis) Dapat diartikan suatu kemampuan untuk

menyebarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi

masih dalam suatu organisasi dan masih ada kaitannya (Notoatmodjo,

2003;121).

5. Sintesis (Syntesis) Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan

untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian dari dalam suatu

keseluruhan yang baru (Notoatmodjo, 2003:121).

6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan

untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu objek atau

materi (Notoatmodjo, 2003:121)

d. Status Ekonomi
60

Umumnya, jika pendapatan naik, jumlah dan jenis makanan

cenderungikut membaik juga. Akan tetapi, mutu makanan tidak selalu

membaik kalau diterapkan tanaman perdagangan. Tanaman perdagangan

menggantikan produksi pangan untuk rumah tangga dan pendapatan

yang diperoleh dari tanaman perdagangan itu atau upaya peningkatan

pendapatan yang lain tidak dicanangkan untuk membeli pangan atau

bahan-bahan pangan berkualitas gizi tinggi (Suhardjo, 2003).

Tingkat penghasilan ikut menentukan jenis pangan apa yang akan dibeli

denganadanya tambahan uang. Semakin tinggi penghasilan, semakin

besar pula persentase dari penghasilan tersebut dipergunakan untuk

membelibuah, sayur mayur dan berbagai jenis bahan pangan lainnya.

Jadi penghasilan merupakan faktor penting bagi kuantitas dan kualitas.

Antara penghasilan dan gizi, jelas ada hubungan yang

menguntungkan.Pengaruh peningkatan penghasilan terhadap perbaikan

kesehatan dan kondisi keluarga lain yang mengadakan interaksi dengan

status gizi yang berlawanan hampir universal (Sediaoetama, 2000).

Faktor ekonomi bukan saja yang merupakan penentu status gizi.

Kenyataannya masalah gizi bersifat multikompleks arena tidak hanya

faktor ekonomi yang berperan tetapi faktor-faktor lain ikut menentukan.

Oleh karena itu perbaikan gizi dapat dianggap sebagai alat maupun

sebagai sasaran dari pada pembangunan (Suhardjo, 2006).


61

e. Pendidikan

Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan dalam

bidang kesehatan (Notoatmodjo, 2003:16). Seseorang dapat dikatakan

belajar apabila dalam dirinya terjadi perubahan. Bertitik tolak dari

konsep pendidikan kesehatan itu juga proses pendidikan dan proses

belajar pada individukelompok, atau masyarakat dari tidak tahu tentang

nilai-nilai kesehatan menjadi tahu dan mampu mengatasi masalah-

masalah kesehatannya sendiri (Notoatmodjo, 2003:121). Dengan

demikian pemahaman seseorang terhadap suatu masalah dipengaruhi

oleh tingkat pendidikan seseorang. Artinya semakin tinggi pendidikan

ibu maka semakin kecilkemungkinan balitanya menderita

giziburuk(TarwotadanWartonah,2006:78-79).

f. Budaya

Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan

kebiasaan. Status gizi yang dipengaruhi oleh faktor internal antara lain:

a. Umur

Umur akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki

orang tua dalam pemberian nutrisi pada anak dan remaja. Kebutuhan

energi individu disesuaikan dengan umur, jenis kelamin, dan tingkat


62

aktivitas. Jika kebutuhan energi (zat tenaga) terpenuhi dengan baik maka

dapat meningkatkan produktivitas kerja, sehingga membuat seseorang

lebih semangat dalam melakukan pekerjaan. Apabila kekurangan energi

maka produktivitas kerja seseorang akan menurun, dimana seseorang

akan malas bekerja dan cenderung untuk bekerja lebih lamban.

b. Kondisi fisik

Seseorang yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut

usia, semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan

mereka yang buruk. Anak dan remaja pada periode hidup ini kebutuhan

zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat.


63
64
65
66

Berikut adalah kerangka teori gizi menurut

Suparisa (2002) Bagan 2.1

Faktor penyebab gizi

kurang

Kurang Gizi
Dampak

penyebab
lansung Penyakit Infeksi
Makan Tidak
Seimbang

penyebab tidak
lansung
Pola asuh tidak Sanitasi dan air
Tidak cukup
memadai bersih/pelayanan
persediaanpangan
kesehatandasar
67

Kurang pendidikan ,pegetahuan,dan


keterampilan

p
Kurang pemberdayaan
o perempuan keluarga,kurang
pemanfaatan sumber daya
k

o Pengeurangan inflansi,kurang pangan dan


kemiskinan
k

Krisis Ekonomi,politik
m dan sosial

k
68

Akar masalah
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori pada Bab II dalam

penelitian ini menjelaskan tentang fakto menjelaskan tentang

faktor yang mempengaruhi status gizi balita konsep tersebut

menunjukkan bahwa krisis ekonomi, politik dan sosial

merupakan akar masalah kurang gizi. Sedangkan penyebab

langsung adalah makan tidak seimbang dan penyakit infeksi,

kekurangan asupan makan membuat daya tahan tubuh sangat

lemah, memudahkan terkena penyakit infeksi karena iklim tropis,

sanitasi lingkungan buruk, sehingga menjadi kurang gizi. Dalam

penelitian ini aspek yang diteliti adalah faktor penyebab langsung

kurang gizi yaitu makan tidak seimbang dan penyakit infeksi,

aspek lain seperti faktor tidak langsung yaitu pola asuh dan status

ekonomi yang diduga mempunyai kontribusi yang berarti

terhadap tingginya kejadian kurang gizi sanitasi dan air bersih

pelayanan kesehatan tidak memadai serta tidak cukup persediaan


pangan tidak diteliti karena membutuhkan waktu yang cukup

lama. Alasan pemilihan variabel karena faktor makanan tidak

seimbang dan penyakit infeksi diduga mempunyai kontribusi

yang berarti terhadap kondisi status gizi balita dalam pemberian

makan, sebagai pertahanan daya tahan tubuh.Berdasarkan

kerangka teori diatas maka kerangka konsep penelitian ini secara

skematis dapat digambarkan sebagai berikut :

54
55

Ba

gan 3.1

Kerangka

Konsep

Penelitian

Variabel Independen Variabel dependen

Pendidikkan Ibu

Pekerjaan Ibu

Status gizi balita

Pengetahuan ibu

Makanan tidak seimbang


56

B.Variabel & Definisi Operasional

Tabel 3.1

Variabel & Definisi Operasional

N0 Variabel Definisi operasional Cara/Alat/Hasil

Ukur/Skala
57

1 Makanan Jumlah makanan yang Cara: Wawancara

seimbang diberukan atau Alat: Kuisioner

dikomsumsi kepada Skala : Oridinal

balita 12-59 bulan Hasil:

sesuai standar WHO isi 1 : Baik Makan

piring ku meliputi Seimbang

1.makanan pokok sesuai 6 standar

2.lau pauk WHO.

3.Sayuran 0 : Kurang Baik

4.Buahan Tidak sesuai 6

5.susu standar WHO

6.Air Putih

2 Pengetahuan Pemahaman ibu Cara: Wawancara

tentang masalah gizi Alat: Kusioner

yang diukur Skala : Oridinal

berdasarkan milai Hasil:

jawaban. 1 : Kurang ,jika

nilai

pengetahuan

nya < median.

0 : Baik,jika nilai

pengetahuan

nya > median


58

3 Status Keadaan gizi balita Cara:

Gizi yang dilihat dari Pengukuran

Balita hasilBB/TB BBdan TB

Alat:

Timbangan

Dacin dan

Meteran

micotaiase .

Skala :

Ordinal

Hasil:

1. Baik :Jika

sesuai standar

WHO > -2

SD

0 . Kurang baik :

Jika tidak se

standar

WHO<- 2 SD

suai

4 Pendidikkan Jenjang atau tingkat Cara: Wawancara

pendidikkan formal yang Alat: Kusioner


59

telah diselesaikan oleh ibu Skala : Oridinal

Hasil:

1 : Pendidikka

Rendah : Tidak

sekolah ,SD atau

sederajat SLTP atau

sederajat.

0 : Baik,jika nilai

pengetahuan

nya > median

5. Sosial Ekonomi Penghasilan Keluarga dalam Cara: Wawancara

satu bulan yang didapat dari Alat: Kusioner

bekerja dalam bentuk nominal Skala : Oridinal

berdasarkan UMR Kabupaten Hasil:

Kecamatan Pemayung Tahun 1 : Penghasilan

2010 rendah,jika

pendapatan<

Rp.684.000.-

0 : Pendidikkan tinggi

: SMA atau sederajat

,perguruan Tinggi
60

C. Hipotesa

1. Ada hubungan makan tidak seimbang dengan status gizi

pada balita di Posyandu Dahlia Desa Lopak Aur Tahun

2023.

2. Ada hubungan penyakit infeksi, dengan status gizi pada

balita di Posyandu Dahlia Desa Lopak Aur tahun 2023.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian bersifat kuantitatif deskriptif dengan

rancangan cross sectional, (potong lintang), artinya antara sebab

dan akibat dilihat bersamaan Penelitian dilakukan pada bulan April

s/d Juni 2023 di Posyandu Dahlia Desa Lopak Aur. Pengambilan

data dengan melakukan pengukuran tinggi dan penimbangan berat

pada balita di Posyandu Dahlia Desa Lopak Aur tabel BB/TB dari

WHO- 2005, serta pengisian kuesioner pada ibu.

B. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April s/d Juni

2023, di Posyandu Dahlia 2023.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Populasi penelitian menurut Arikunto (2006)

merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang


diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang

mempunyai anak berusia 1-5 tahun (balita) yang berada di

Desa Lopak Aur tahun 2023, dengan jumlah sasaran balita

180 orang balita.

2. Sampel Menurut Arikunto (2006) sampel merupakan sebagian

atau wakil populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini

adalah anak balita yang terdaftar di desa Lopak Aur tahun

2023.

59
60

Wilayah kerja Posyandu Dahlia Desa Lopak Aur

tahun 2023 . Pengambilan sampel 10 % dari populasi yaitu 18

orang, menggunakan Proporsional random sampling artinya

sesuai semua responden memiliki kesempatan untuk dipilih

namun terbatas sebanyak jumlah sampel mewakili Desa

LopakAur. Adapun kriteria sampel adalah:

a. Balita berusia 1-5 tahun

b. Ibu bersedia menjadi responden dikunjungi di Posyandu, bila

tidak datang ke posyandu dilakukan kunjungan rumah Jumlah

sampel perdesa di Posyandu Dahlia Desa Lopak Aur .

D. Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

primer dan sekunder. Teknik pengambilan sampel dilakukan

secara Proporsionl random sampling dimana peneliti

mengambil sampel melalui penimbangan berat badan,

tinggi badan, dengan pengukuran pedoman tabel BB/TB (WHO),

serta memberikan kuesioner pada ibu tentang penyakit infeksi

yang diderita balita dalam 3 bulan terakhir dan lembar isian

tentang isi piring makan balita.


61

E. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan

bantuan komputer, dengan tahapan sebagai berikut :

1. Editing Bertujuan untuk meneliti kembali jawaban yang

telah adasehingga jawaban yang diperoleh dapat

lengkap. Editing dilakukan dilapangan


62

diwilayah kerja Puskesmas Lambur dengan tujuan bila

ada kekurangan atau ketidaksesuaian dapat segera

dilengkapi dan disempurnakan. Pelaksanaan

kegiatanediting dilakukan bersamaan dengan

pengumpulan data.

2. Coding Data yang terkumpul diubah bentuknya

kedalam bentuk yang lebih ringkas dengan

menggunakan kode untuk memudahkan dalam

menganalisis:

a. Status Gizi balita Status gizi, digunakan skor penilaian status

gizi

menurut beratbadan dan tinggi badan menggunakan

2 interval yaitu: nilai 1 = Baik bila sesuaistandar

WHO kurang baik jika tidak sesuai standarWHO

b. Makan tidak seimbang 0= Variabel makan adalah

jumlah makanan yang diberikan atau dikonsumsi

kepada balita 12-59 bulan sesuai 6 standar isi piring

ku meliputi yaitu makanan pokok, lauk pauk,

sayuran, buahan, susu, dan air Putih kategori baik =


63

bila memenuhi 6 standar, dan kategori kurang baik

bila tidak memenuhi 6 standar.

F. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan masing-

masing variabel dependen serta variabel independen. Hasil

dari analisis univariat ini adalah distribusi dan persentase dari

tiap variabel.
64

2. Analisis Bivariat

Untuk membuktikan adanya hubungan yang bermakna atau tidak

antara variabel independen dan variabel dependen maka dilakukan

analisis bivariat dengan menggunakan uji statistik chi- square serta

untuk melihat hasil korelasihasil perhitungan statistik digunakan

batas p-value kemaknaan 0,05 terhadap hipotesis, apabila p-value <

0,05, artinya terdapat hubungan yang bermakna (Ho ditolak).

Apabila≥ 0,05 berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna (Ho

gagal ditolak).
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati. 2015. Gizi dan Kesehatan Reproduksi.

Yogyakarta: Cakrawala Ilmu. Adriani. 2016.

Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan.

Jakarta: Graha Medika Arikunto, S. 2012. Prosedur Penelitian.

Jakarta: PT Rineka Cipta. Badriah, D. 2010. Gizi

dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Refika

Aditama.

Dinas Kesehatan Kota Jambi. 2016. Profil Kesehatan Kota Jambi 2016.

Kota Jambi. Ellya, E.S. 2010. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi.

Jakarta: Trans Info Media. Hasdianah. 2014 Gizi

Pemanfaatan Gizi, Diet dan Obesitas.

Yogyakarta: Nuha Medika. Jauhari. A. 2015. Nutrisi dan Keperawatan.


yogyakarta: Jaya Ilmu. Kemenkes RI 2010. Keputusan

Menteri Kesehatan Nomor:

1995/menkesiskixi/2010. Tentang Standar

Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.

Kementerian kesehatan RI Kemenkes RI. 2013. dan

Penelitian Badan Jakarta: Dasar Tahun 2013.

Riset Kesehatan Pengembangan Kesehatan

Indonesia.

ii
lxi

Kemenkes RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang 2014.

Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat Direktorat

Gizi Masyarakat. Kemenkes RI. 2017.

Pemantauan Status Gizi (PSG). Kemenkes RI.

Notoatmodjo.2012. Metodologi Penelitian

Kesehatan. Jakarta: reika cipta.

Nursalam. 2012. Metode Penelitian Ilmu

Keperawatan: Pendekatan Praktis. Edisi 4.

Jakarta: Salemba Medika. Proverawati. 2009. Buku

Ajar Gizi Untuk Kebidanan.

Yogyakarta: Nuha Medika. Sulistyaningsih.

2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu

dan Anak.

Jakarta: Graha Ilmu. Supariasa. 2014. Penilaian Status Gizi.

Jakarta: EGC. Abd. Farid Lewa. 2016. Faktor-Faktor

Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Balita.


lxi

Jurnal. Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan

Palu. Hal 9-16. Boediarsih. 2019. Faktor-

Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi

Balita.
lx
lx

Anda mungkin juga menyukai