Anda di halaman 1dari 61

PROPOSAL PENELITIAN

DETERMINAN YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSLUSIF


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TIMIKA
TAHUN 2023

Di Susun Oleh

ELISABET MOTE
P07124523007

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN 2023
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal skripsi ini telah diperiksa, disetujui dan siap untuk diujikan
dihadapan tim penguji proposal skripsi program studi Sarjana
Terapan Kebidanan Poltekes Kemenkes Jayapura

Jayapura, …. Januari 2024

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Selina Boseren, S.ST., M.Kes Eyllonggia Mawene, S.S.T., M.Kes


NIP. NIP. 919900421201901201

ii
HALAMAN PENGESAHAN

PROPOSAL
DETERMINAN YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSLUSIF
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TIMIKA
TAHUN 2023

DISUSUN OLEH
ELISABET MOTE
P07124523007

Telah diperbaiki dan dipertahankan di depan dewan penguji serta disetujui


untuk diperbanyak

Susunan Dewan Penguji

No Jabatan Nama Tanda Tangan

1 Ketua Martina Mogan, S.ST.,M.Keb (……………….. )

2 Anggota Selina Boseren, S.ST., M.Kes.,M.Keb ( ………………..)

3 Anggota Eyllonggia Mawene, S.S.T., M.Kes (……………….. )

Jayapura, .. Januari 2024


Ketua Jurusan Kebidanan

Ruth Yogi S.ST.,M.Kes


NIP. 197706172006042002

iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan
rahmatNya sehingga dapat terselesaikannya Proposal “Determinan Yang
Mempengaruhi Pemberian Asi Ekslusif Di Wilayah Kerja Puskesmas
Timika Tahun 2023” sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan
Sarjana Terapan Kebidanan pada Program Studi Sarjana Terapan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jayapura

Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai


pihak, karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada:

1. Masrif, SKM., M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Jayapura


yang telah memberikan kesempatan menyusun Proposal Penelitian
ini.
2. Ruth Yogi, S.ST.,M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Jayapura yang telah memberikan kesempatan menyusun
Proposal Penelitian ini.
3. Martina Mogan, S.ST.,M.Keb selaku Ketua Program Studi Sarjana
Terapan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jayapura sekaligus penguji
yang telah memberikan masukan dan arahan sehingga proposal
penelitian ini dapat terselesaikan.
4. Selina Boseren, S.ST., M.Kes selaku Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan sehingga Proposal Penelitian ini dapat
terselesaikan.
5. Eyllonggia Mawene, S.S.T., M.Kes selaku Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan sehingga Proposal Penelitian ini dapat
terselesaikan.
6. Para dosen dan staff Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Jayapura yang telah membantu dalam proses penyelesaian Proposal
Penelitian ini.

iv
7. Keluarga saya yang selalu menemani dan mendukung saya dalam
perkuliahan hingga terselesaikannya Proposal Penelitian ini.
8. Semua rekan mahasiswa seangkatan dan pihak-pihak yang terkait
dan banyak membantu dalam proses penyelesaian Proposal
Penelitian ini.
9. Seluruh pihak yang telah membantu penyusunan Proposal Penelitian
ini.
Semoga Proposal Penelitian ini bisa bermanfaat bagi Institusi
Pendidikan dan pengetahuan bagi Masyarakat serta bisa menjadi sumber
referensi untuk penelitian selanjutnya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Proposal


Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu pada kesempatan ini
penulis mengharapkan masukan dan kritik yang bersifat membangun.

Jayapura, Januari 2024

Penulis

v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................i
DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian....................................................................11
E. Keaslian Data .......................................................................... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang ASI dan ASI Ekslusif ....................... 14
B. Tinjauan Umum Tentang Menyusui..........................................28
C. Tinjauan Pustaka Tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pemberian ASI Ekslusif ............................................................31
D. Kerangka Teori ........................................................................ 42
E. Kerangka Konsep .....................................................................43
F. Defenisi Operasional ................................................................44
G. Hipotesis Penelitian ..................................................................45
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ..............................................................46
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................46
C. Populasi dan Sampel Penelitian ...............................................46
D. Pengumpulan Data...................................................................47
E. Pengolahan Data .....................................................................48
F. Analisis Data ............................................................................49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penelitian terkait .................................................................. 12

Tabel 2.3 Defenisi Operasional .............................................................44

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian .................................................42

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian .............................................43

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber dengan komposisi seimbang

untuk kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan bayi. Selain dari pada

itu ASI juga menjadi sumber utama kehidupan, sehingga diupayakan

bayi hanya meminum ASI tanpa ada tambahan lainnya seperti susu

formula, air teh, madu, air putih dan tanpa makanan pendamping atau

sering disebut sebagai ASI Eksklusif (Nisa, 2023).

Pada tahun 2019 secara global, sekitar 5-6 juta anak meninggal

sebelum mencapai umur 5 tahun, dengan 2,4 juta kematian terjadi pada

1 bulan pertama kehidupan, 1,5 juta terjadi pada umur 1-11 bulan dan

1,3 juta terjadi pada umur 1-4 tahun (Kemenkes RI, 2020). Banyak upaya

yang dapat dilakukan untuk mengurangi kematian neonatal dengan

efektif, salah satunya adalah dengan memberikan Air Susu Ibu (ASI)

secara dini, yang terbukti dapat bermanfaat untuk keberlangsungan

hidup bayi. UNICEF (2020) mengatakan memberikan ASI eksklusif

sampai umur 6 bulan dapat mencegah kematian hingga 1.3 juta anak

dibawah umur 5 tahun di setiap tahunnya. Pemberian ASI sangat penting

untuk mencegah Necrotising Enterocolitis (NEC) pada bayi baru lahir,

yang dikaitkan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas, dan

kerusakan pada perkembangan sistem syaraf (Fatmawati et al., 2021)

9
Menurut World Health Organization (WHO) ada sekitar 10 juta bayi

mengalami kematian, dan sekitar 60% dari kematian tersebut

seharusnya dapat ditekan salah satunya adalah dengan menyusui,

karena Air Susu Ibu (ASI) sudah terbukti dapat meningkatkan status

kesehatan bayi sehingga 1,3 juta bayi dapat diselamatkan. Untuk

menurunkan angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children

Found (UNICEF) dan WHO merekomendasikan agar anak sebaiknya

disusui hanya ASI selama paling sedikit 6 bulan. Makanan padat

seharusnya diberikan sesudah anak berumur 6 bulan, dan pemberian

ASI seharusnya dilanjutkan sampai umur dua tahun (Novita et al., 2022).

Pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif di dunia masih rendah.

Cakupan pemberian ASI eksklusif di Dunia menurut WHO tahun 2016

hanya 36% (Angio, 2019) . Cina yang merupakan salah satu negara

dengan jumlah populasi penduduk yang cukup besar di dunia hanya

memiliki angka keberhasilan ASI eksklusif sebesar 28%. Negara lain

yaitu Tunisia memberikan kabar buruk dalam kurun waktu satu dekade

terakhir, dimana persentase pemberian ASI eksklusif mengalami

penurunan sangat drastis dari 45,6% turun menjadi 6,2%. Sedangkan

negara-negara yang menduduki posisi 3 angka pemberian ASI ekslusif

terendah dunia menurut data dari UNICEF antara lain Somalia, Chad,

dan Afrika Selatan (Siregar & Ritonga, 2020).

Terget WHO terhadap capaian ASI eksklusif adalah 90%,

sedangkan angka pemberian ASI eksklusif mayoritas negara-

10
negara di dunia masih di bawahnya. Di Indonesia sendiri target

pemberian ASI eksklusif tingkat nasional yaitu 80%. Pemberian ASI

secara eksklusif dapat mencegah 13% (800.000) dari total kematian

balita di dunia. Laporan statistik sebesar 92,3% wanita di Australia

menyusui sejak bayi lahir, namun hanya 17,6% yang terus

menyusui secara eksklusif sampai bayi berusia enam bulan dan

penurunan terbesar terjadi antara usia dua bulan dan enam bulan

(Purnamasari, 2022).

Menurut profil kesehatan Indonesia angka capaian pemberian ASI

Eksklusif secara nasional tahun 2018 yaitu 61,33%; 68,74%. Dengan

target nasional 44%; 47% (Kemenkes RI, 2019). Waktu yang

direkomendasikan Word Health Organization (WHO) untuk memberikan

ASI eksklusif selama 6 bulan tanpa tambahan. Dalam kajian WHO, yang

melakukan penelitian sebanyak 3000 kali, menunjukkan bahwa ASI

mengandung semua nutrisi yang diperlukan bayi untuk bertahan hidup

pada 6 bulan pertama, mulai hormon antibodi, faktor kekebalan, hingga

antioksidan.

Berdasarkan Sustainable Development Goals (SDGs) atau tujuan

pembangunan berkelanjutan 2030, menyusui merupakan salah satu

langkah pertama bagi seorang manusia sejahtera, menurut Survey

Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2019, jumlah AKB

sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup. Usaha dalam mencapai target

penurunan AKB, dapat dilakukan dengan cara pemberian ASI Eksklusif.

11
Pemberian ASI Eksklusif dapat menekan AKB dengan mengurangi

sebesar 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian bayi di

dunia melalui pemberian ASI Eksklusif selama enam bulan sejak jam

pertama kelahirannya tanpa memberikan makanan dan minuman

tambahan kepada bayi

Air susu ibu memiliki berbagai manfaat yang mampu menopang

pertumbuhan dan perkembangan bayi, hal ini didukung oleh kandungan

nutrisi ASI, antara lain makronutrien berupa air, protein, lemak,

karbohidrat, dan karnitin. Mikronutrien berupa vitamin K, vitamin D,

vitamin E, vitamin A, vitamin larut dalam air. Air susu ibu juga memiliki

mineral dan komponen bioaktif berupa sel hidup, antibodi, sitokin, faktor

pertumbuhan, oligosakarida, dan hormon) (Dror & Allen, 2018; Wijaya,

2019). Air susu ibu juga mengandung berbagai enzim tertentu yang

berfungsi sebagai zat penyerap di usus, sedangkan susu formula tidak

mengandung enzim tersebut sehingga penyerapan makanan

sepenuhnya bergantung pada enzim yang terdapat pada usus bayi

(Dinda & Dini, 2020).

ASI perlu diberikan karena memiliki beberapa kegunaan pada bayi

yaitu memberikan kehidupan yang lebih baik untuk perkembangan serta

pertumbuhan bayi, memiliki antibodi sehingga melindungi bayi dari

beberapa penyakit infeksi virus, bakteri, parasit, dan jamur. ASI memiliki

komposisi yang kompleks sesuai dengan kebutuhan bayi di mana

meningkatkan kecerdasan bayi, menghindari resiko alergi karena susu

12
formula, menyusui langsung dapat memberikan kasih sayang kepada

bayi serta mengurangi resiko penyakit metabolic seperti diabetes melitus

Tipe II, hipertensi, obesitas Ketika dewasa (The et al., 2023).

Menyusui juga menimbulkan rasa aman untuk bayi dan

mengembangkan kepercayaan (basic sence of trust) sehingga

meningkatkan bonding attachment antara ibu dan bayi (IDAI, 2013).

Namun kenyataannya, pemberian ASI eksklusif masih belum maksimal.

Kegagalan pemberian ASI eksklusif kerap menjadi masalah bagi para ibu

menyusui. Permasalahan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor,

seperti pengetahuan, sosial support, Breasfeeding Self Efficacy (BSE)

serta sosial budaya. Minimnya pengetahuan menyebabkan ibu tidak

memberikan ASI eksklusif dan segera memberikan makanan tambahan.

Faktor lainnya social support yang diberikan baik keluarga maupun

petugas kesehatan mengindikasikan bahwa pemberian ASI tidak

eksklusif pada bayi hampir 3 kali lebih besar pada ibu yang memiliki

social support rendah (Oktaviyana et al., 2022).

Melihat berbagai manfaat ASI eksklusif diatas sangat disayangkan

jika cakupan pemberian ASI eksklusif masih rendah. Pemberian ASI

eksklusif dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain yaitu; faktor

pemudah (predisposing factors), yang mencakup pendidikan,

pengetahuan, nilai-nilai adat atau budaya. Faktor pendukung (enabling

factor), yang mencakup pendapatan keluarga, ketersediaan waktu, dan

kesehatan ibu. Faktor pendorong (reinforcement factor), faktor-faktor ini

13
meliputi dukungan keluarga dan dukungan petugas kesehatan (Raj et al.,

2020).

Menurut Kemenkes RI tahun 2019 dalam (The et al., 2023)

keberhasilan menyusui adalah usaha di mana memerlukan informasi

yang tepat serta dukungan kuat dalam menciptakan lingkungan yang

memungkin optimalnya proses menyusui. Walaupun menyusui ialah

salah satu keputusan ibu, tetapi jauh lebih baik dengan adanya dukungan

kuat dari keluarga terutama ayah, teman, masyarakat dan tempat kerja.

Ibu yang tidak berhasil memberikan ASI eksklusif dipengaruhi oleh

beberapa faktor, diantaranya adalah produksi ASI yang kurang sehingga

kebutuhan bayi akan ASI belum tercukupi, dan ibu cenderung langsung

memberikan susu formula. Faktor lainnya adalah kurangnya

pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dan ada keterlambatan dalam

memproduksi ASI sampai lebih dari 2 hari setelah melahirkan ASI belum

keluar. Kebanyakan ibu kurang menyadari pentingnya ASI sebagai

makanan untuk bayi, khususnya dikehidupan 6 bulan pertama. Para ibu

hanya hanya mengetahui ASI merupakan makanan yang diperlukan

bayi tanpa memperhatikan aspek lainnya. Selain faktor ibu dan

dukungan suami, faktor eksternal lainnya sebagai penunjang

keberhasilan ASI eksklusif adalah dukungan dari petugas kesehatan.

Petugas kesehatan (dokter, bidan, ahli gizi) harus senantiasa

meningkatkan pengetahuan dan kompetensi untuk mendukung upaya

peningkatan dan pemberian ASI eksklusif (Pasang et al., 2023).

14
Pada tahun 2020 jumlah pemberian ASI eksklusif secara

Nasional mencapai 66,06% dari target Renstra yang sebesar 40%. Nusa

Tenggara Barat merupakan provinsi yang memenuhi target cakupan

pemberian ASI eksklusif, dan cakupan pemberian ASI terendah

diperoleh Provinsi Papua Barat (33,96%). Dua provinsi yang masih

dibawah target nasional adalah Maluku dan Papua Barat (Purnamasari,

2022).

Pada data awal yang didapatkan oleh peneliti pada tahun 2022

Puskesmas Timika dari data jumlah bayi sebanyak 768 bayi yang berasal

dari 6 kelurahan yang terdiri dari 371 bayi laki-laki dan 397 bayi

perempuan yang berusia 0-6 bulan yang mendapatkan ASI ekslusif

hanya sebanyak 217 bayi atau sekitar 28,3% dari jumlah bayi dan pada

data 2023 dari 1.180 bayi yang terdiri dari 645 bayi laki-laki dan 535 bayi

perempuan yang mendapatkan ASI ekslusif hanya sebanyak 176 bayi

atau sebesar 14,9% (Puskesmas Timika,2023).

Dengan adanya data awal yang didapatkan oleh peneliti yang

menunjukkan masih rendahnya prevalensi pemberian ASI ekslusif oleh

ibu menyusui pada Puskesmas Timika, sehingga peneliti tertarik untuk

mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI

ekslusif yang menyebabkan masih rendahnya prevalensi pemberian ASI

ekslusif oleh ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Timika Tahun

2023.

15
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut dapat

dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “Faktor apa sajakah

yang mempengaruhi pemberian ASI ekslusif di Wilayah Kerja

Puskesmas Timika tahun 2023?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Determinan yang mempengaruhi pemberian

ASI ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Timika tahun 2023.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan pekerjaan dengan pemberian ASI

ekslusif pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Timika

tahun 2023.

b. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan pemberian

ASI ekslusif pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas

Timika tahun 2023.

c. Untuk mengetahui hubungan usia dengan pemberian ASI ekslusif

pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Timika tahun

2023.

d. Untuk mengetahui hubungan dukungan petugas kesehatan

dengan pemberian ASI ekslusif pada ibu menyusui di Wilayah

Kerja Puskesmas Timika tahun 2023.

16
D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Kesehatan

Hasil penelitian diharapkan dapat memperluas wawasan bagi

ilmu pengetahuan mengenai Determinan yang mempengaruhi

pemberian ASI ekslusif pada ibu menyusui di Wilayah Kerja

Puskesmas Timika.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi

peneliti selanjutnya yang juga tertarik meneliti mengenai Determinan

yang mempengaruhi pemberian ASI ekslusif pada ibu menyusui di

Wilayah Kerja Puskesmas Timika.

3. Bagi Masyarakat

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi

terkhusus pada masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Timika

mengenai Determinan yang mempengaruhi pemberian ASI ekslusif

pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Timika.

4. Bagi Institusi Kesehatan

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan

kepada pihak institusi kesehatan dan institusi terkait dalam upaya

meningkatkan pemberian ASI ekslusif pada ibu menyusi.

17
E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Karakteristik Hasil Perbedaan


Subjek/ Instru Metode Penelitian
Responden men
1. (Nurf Sosial Sampel pada Kuisio Jenis penelitian Hasil penelitian menunjukkan Lokasi
atimah et Ekonomi penelitian ini ner menggunakan bahwa pemberian ASI penelitian
al., 2022) Dan berjumlah 36 metode analitik Eksklusif lebih banyak dan jenis
Pengetah orang dengan ditemukan kepada ibu yang variabel
uan Ibu pendekatan cross berpendidikan rendah (60%), faktor
Terhadap sectional. Teknik ibu yang tidak bekerja (23,5%), pemberian
Pemberia pengambilan berpenghasilan tinggi (50%), ASI
n ASI sampel dalam dan berpengetahuan baik ekslusif.
Ekslusif penelitian ini (100%). Kesimpualan,
menggunakan Terdapat hubungan antara
teknik tingkat pengetahuan dengan
Consecutive pemberian ASI eksklusif.
Sampling
2. (Lestari et Faktor- Sampel pada Kuisio Desain penelitian Hasil: 1) Berdasarkan faktor Lokasi
al., 2019) Faktor penelitian ini ner yang digunakan umur yaitu 35th 9 orang penelitian
Yang sebanyak 34 dalam penelitian (26,73%); 2) Berdasarkan dan
Menyeba responden. ini adalah faktor paritas yaitu primipara variabel
bkan deskriptif dengan 16 orang (47,06%), multipara yang diteliti.
Kegagala menggunakan 17 orang (50%),
n Ibu pendekatan waktu grandemultipara 1 orang
Dalam secara cross (2,94%); 3) Berdasarkan faktor
Memberik sectional pendidikan yaitu pendidikan
an ASI dasar 17 orang (50%),
Ekslusif pendidikan menengah 11
Pada Bayi orang (32,35%), pendidikan
Usia 0-6 tinggi 6 orang (17,65%); 4)
Bulan Di Berdasarkan faktor
Wilayah pengetahuan yaitu baik 16
Kerja orang (47,06%), cukup 15
Puskesm orang (44,12%), kurang 3
as orang (8,82%); 5) Berdasarkan
Pejeruk faktor dukungan yaitu baik 7
orang (20,59%), cukup 25
orang (73,53%), kurang 2
orang (5,88%)
3. (Apriani et Factors Sampel pada Kuisio Penelitian ini Hasil analisis univariat bahwa Lokasi
al., 2023) Associate penelitian ini ner merupakan suatu lebih dari sebagian ibu penelitian
d with sebanyak 57 jenis penelitian memiliki pengetahuan kurang, yang
Exclusive orang ibu survei lebih dari sebagian berbeda
Breastfee analitik,dengan ibumemiliki status bekerja, dan
ding at menggunakan lebih dari sebagian ibu dengan beberapa
the Muara desain penelitian sikap tidak mendukung dan variabel
Pinang yakni Cross lebih dari sebagian ibu yang yang diteliti
Inpatient Sectional keluarganya tidak berbeda
Health mendukung. Hasil analisis
Center, bivariat ada hubungan
Empat pengetahuan ibu dengan

18
Lawang pemberian ASI Eksklusif
Regency (p=0,006), ada hubungan
status pekerjaan ibu dengan
pemberian ASI Eksklusif
(p=0,028), ada hubungan
sikap ibu dengan
pemberian ASI Eksklusif
(p=0,014) dan ada hubungan
dukungan keluarga (suami)
dengan pemberian ASI
Eksklusif (p=0,026).
4. (Sar Faktor- Sampel pada Kusion Jenis penelitian Hasil analias univariat Lokasi
i et Faktor penelitian ini er yang digunakan diperoleh sebanyak 57,5% penelitian
al., Yang sebanyak 40 adalah deskriptif memiliki pengetahuan, 52,5% berbeda
202 Berhubun orang analitik dengan sikap negatif, 50% kurang serta
3) gan desain cross mendapat dukungan suami beberapa
Dengan sectional dengan dan 55% kurang mendapat variabel
Pemberia teknik dukungan tenaga kesehatan yang diteliti
n ASI pengambilan dan 55% melakukan berbeda.
Ekslusif sampel accidental pemberian ASI Ekslusif. Hasil
PadaIbu sampling analisa bivariat menunjukan
Pekerja Di terdapat hubungan yang
Wilayah bermakna antara
Puskesm pengetahuan (p value= 0,002
as Betaet dan OR 11,7), sikap(p value=
Kecamata 0,010 dan OR 7,5), dukungan
n Siberut suami(p value= 0,026 dan OR
Barat 5,571), dan dukungan tenaga
Kabupate kesehatan (p value= 0,021 dan
n OR 6,125)dengan pemberian
Kepulaua ASI Ekslusif.
n
Mentawai
5. (Nursihha Hubungan Sampel pada Kuisio Deskriptif analitik Berdasarkan hasil uji bivariat Lokasi
h et al., Usia, penelitian ini ner dengan diketahui bahwa tidak terdapat penelitian
2023) Pekerjaan sebanyak 35 rancangan cross hubungan antara usia dengan yang
Dan sampel. sectional pemberian ASI Eksklusif berbeda
Pengetah dengan p value = 0,213 > 0,05 dan pada
uan Gizi dan tidak terdapat hubungan penelitian
Terhadap antara Pendidikan dengan ini terfokus
Pemberan pemberian ASI Eksklusif pada
ASI dengan p value = 0,382 > 0,05 melihat
Ekslusif namun terdapat hubungan hubungan
Pada antara pengetahuan gizi antara
Balita Di terhadap pemberian ASI variabel
Puskesm Eksklusif dengan p value = dengan
as 0,04 < 0,05 pemberian
ASI
ekslusif.
6. (Jonathan, Perilaku Sampel pada Kuisio Penelitian ini Hasil penelitian menunjukkan Lokasi
J., Pemberia penelitian ini ner bersifat deskriptif sebanyak 61,9% pekerja penelitian
Kurniyanta n ASI sebanyak 97 dengan desain tenaga kesehatan wanita berbeda
I.P., Ekslusif responden penelitian memberikan ASI eksklusif serta
Heryana, Pada observasional untuk anaknya dimana hasil beberapa
2020) Wanita yaitu tertinggi ditunjukkan pada variabel

19
Pekerja cross.sectional. karakteristik usia 24-30 tahun yang diteliti
Tenaga dimana (70,3%), tingkat pendidikan berbeda.
Kesehata pengukuran sarjana (69%) dan bekerja
n Rumah dilakukan secara sebagai tenaga kesehatan
Sakit simultan, satu kali paramedis (62,7%) dengan
Umum dalam satu waktu lama jam kerja kurang dari
Pusat tanpa dilakukan delapan jam (62,3%).
Sanglah follow up.
7. (Br Tarigan Gambara Sampel pada Kuisio Penelitian ini Hasil penelitian ini Lokasi
et al., n Faktor penelitian ini ner merupakan menunjukkan mayoritas tidak penelitian
2022) yang sebanyak penelitian memberikan ASI eksklusif dan
Memenga 138 deskriptif dengan pada bayinya. Ibu menyusui variabel
ruhi responden desain cross- yang memberikan ASI yang diteliti.
Pemberia sectional. eksklusif sebesar 34,8%
n ASI sementara itu ibu yang tidak
Eksklusif memberikan ASI eksklusif
pada Ibu 65,2%. Mayoritas responden
Menyusui yang tidak memberikan ASI
di Wilayah eksklusif pada bayinya yang
Kerja memiliki pendidikan rendah,
Puskesm memiliki pekerjaan,
as berpendapatan rendah,
Kabanjah berpengetahuan buruk,
e memiliki sikap yang buruk,
tidak melakukan inisiasi
menyusu dini dan tidak
mendapat dukungan suami.
Sebagian subjek yang tidak
memberikan ASI eksklusif
tidak terpengaruh budaya dan
sebagian terpengaruh budaya.

20
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka tentang ASI dan ASI Ekslusif

1. Pengertian

Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber makanan yang

mengandung nutrisi yang lengkap untuk bayi, dengan komposisi yang

sesuai dengan kebutuhan bayi, serta sebagai makanan tunggal untuk

memenuhi semua kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan. Pemberian

ASI eksklusif pada bayi baru lahir merupakan salah satu upaya untuk

mencegah penyakit infeksi, masalah kurang gizi, dan kematian pada

bayi dan balita, karena ASI merupakan nutrisi lengkap untuk bayi,

yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh, karena ASI

mengandung zat antibodi serta dapat melindungi bayi dari serangan

alergi. ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai

usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat

di berikan pada bayi berusia 2 tahun. Pemberian ASI eksklusif selama

6 bulan di anjurkan oleh pedoman internasional yang di dasarkan

pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI baik bagi bayi, ibu, keluarga,

maupun negara (Ibrahim & Rahayu, 2021).

Air susu ibu (ASI) adalah emulsi lemak berbentuk globulus

dalam air, mengandung agregat protein, laktosa, dan garam-garam

organik yang diproduksi oleh alveoli kelenjar payudara seorang ibu.

21
ASI eksklusif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun

2012 adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama

enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan

makanan atau minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral).2

Pemberian ASI direkomendasikan sampai dua tahun atau lebih.

Alasan ASI tetap diberikan setelah bayi berusia 6 bulan, karena

sekitar 2/3 kebutuhan energi seorang bayi pada umur 6-8 bulan masih

harus dipenuhi melalui ASI.3 Pada umur 9-12 bulan sekitar ½ dari

kebutuhannya dan umur 1-2 tahun hanya sekitar 1/3 dari

kebutuhannya (Wijaya, 2019).

ASI Eksklusif merupakan pemberian air susu ibu selama enam

bulan tanpa memberikan makan ataupun cairan lain, seperti susu

formula, jeruk, madu, air the, air putih, dan tanpa memberikan

makanan tambahan lain seperti pisah, bubur susu, biskuit bubur

maupun nasi tim setelah berusia enam bulan (Harshindy & Rahardjo,

2022).

Pemberian ASI eksklusif pada bayi merupakan salah satu

upaya perbaikan gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)

karena pada 1000 HPK fokus penanganan masalah gizi adalah

dengan menurunkan proporsi anak balita pendek (stunted), anak

balita kurus (wasted), anak yang lahir berat badan rendah dan gizi

lebih pada anak, serta menurunkan proporsi anemia wanita usia

subur dan meningkatkan prosentase ASI eksklusif. Apabila pada

22
periode emas ini zat gizi tidak terpenuhi dengan baik, maka akan

muncul masalah-masalah gizi tersebut (Rosna et al., 2023).

Ibu menyusui yang memberikan ASI sejak bayi lahir sampai

dengan enam bulan, dimana ibu tidak memberikan makanan atau

minuman apapun seperti madu, air gula, susu formula, air tajin,

pisang, nasi lunak, degan muda dan lain lain disebut memberikan ASI

secara eksklusif. Pemberian ASI ini bisa secara langsung dimana ibu

meneteki langsung bayinya maupun secara tidak langsung dengan

memerah ASI dan diberikan melalui sendok atau gelas ke bayinya.

Pada pemberian ASI eksklusif, bayi boleh diberikan obat atau vitamin

apabila dianjurkan oleh petugas kesehatan (Kurniawati et al., 2020).

Waktu yang direkomendasikan WHO untuk memberikan ASI

eksklusif selama 6 bulan tanpa tambahan. Dalam kajian WHO, yang

melakukan penelitian sebanyak 3000 kali, menunjukkan bahwa ASI

mengandung semua nutrisi yang diperlukan bayi untuk bertahan

hidup pada 6 bulan pertama, mulai hormon antibodi, faktor

kekebalan, hingga antioksidan. Berdasarkan hal tersebut, WHO

kemudian mengubah ketentuan mengenai ASI eksklusif yang semula

4 bulan menjadi 6 bulan. Sejalan dengan WHO, menteri kesehatan

melalui Kepmenkes RI No. 450/MENKES/IV/2004 pun akhirnya

menetapkan perpanjangan pemberian ASI secara eksklusif dari 4

bulan menjadi 6 bulan (Astriana & Afriani, 2022).

23
2. Jenis ASI

Adapun jenis ASI terbagi atas tiga berdasarkan waktu

diproduksi menurut (Mufdlilah et al., 2019), yaitu :

a. Kolostrum

Kolostrum merupakan ASI yang dikeluarkan hari-hari

pertama setelah melahirkan, sangat kental dan berwarna

kekuning-kuningan yang memberikan perlindungan terhadap

infeksi pada bayi serta memiliki efek laktasif (pencahar) yang

dapat membantu bayi mengeluarkan feses/tinja pertama (Yuliani,

2018).

Kolostrum merupakan tahapan pertama kali ASI keluar.

Dalam kolostrum yang berwarna agak kekuningan ini

mengandung antibodi 10 – 17 kali yang lebih banyak dari ASI

matur untuk melindungi bayi dari zat yang dapat menimbulkan

alergi atau infeksi sebelum memperoleh imunisasi dasar lengkap.

Zat kekebalan yang terdapat pada kolostrum dapat melindungi

bayi dari penyakit diare dan menurukan kemungkinan bayi

terkena penyakit infeksi telinga, batuk, pilek, dan penyakit alergi

(Pahlevi et al., 2021).

WHO mengungkapkan bahwa dengan diberikannya

kolostrum pada bayi, dapat menolong 22% kematian bayi karena

pembentukan imunitas yang lebih baik dan pencegahan terhadap

serang infeksi yang dapat terjadi pada bayi. Dan data lain dari

24
WHO mengungkapkan ada 170 juta anak mengalami gizi kurang,

dan sebanyak 3 juta anak meninggal setiap harinya, kematian ini

disebabkan oleh infeksi, saluran pernapasan akut, diare, dan

campak, yang sebenarnya dapat dihindari dengan cara

memberikan kolostrum pada bayi baru lahir. Selain itu, dengan

memberikan ASI mulai dari 1 jam pertama kelahiran hingga

berlanjut sampai ASI eksklusif yaitu usia bayi 6 bulan adalah

upaya untuk mengurangi statistik gizi kurang di dunia (Pahlevi et

al., 2021).

b. ASI Peralihan (Transitional Milk)

ASI transisi atau ASI peralihan adalah ASI yang dihasilkan

setelah kolostrum, yang biasanya keluar selama 2 minggu. ASI

peralihan mengandung lebih banyak kalori dibandingkan dengan

kolostrum. Pada masa ini kadar lemak, laktosan, dan vitamin larut

air lebih tinggi, kadar protein, mineral lebih rendah (Yuliani, 2018).

c. ASI Matang (Mature Milk)

ASI matur merupakan ASI yang disekresi pada hari ke 10

dan seterusnya dan dikatakan komposisinya relatif konstan yaitu

pada minggu ke 3 sampai ke 5. ASI matur terbagi dalam 2 jenis

yaitu foremilk dan hindmilk. Foremilk adalah ASI yang dihasilkan

selama awal menyusui, foremilk banyak mengandung air,

vitamin, dan protein. Warnanya cenderung lebih jernih dan encer

dibandingkan dengan hindmilk. Hindmilk adalah ASI yang keluar

25
setelah foremilk habis, warnanya cenderung lebih putih dan lebih

kental mengandung lemak yang sangat diperlukan untuk

penambahan berat badan bayi (Yuliani, 2018)

3. Kandungan ASI

Kualitas ASI yang baik memiliki kandungan zat gizi makro dan

zat gizi mikro yang optimal. Kadar zat gizi makro optimal yang

terkandung dalam ASI yaitu lemak sebanyak 3,5-4,5 g/100ml,

karbohidrat (laktosa 7g/100ml, glukosa 1,4g/100ml, galaktosa

1,g/100ml), dan protein sebanyak 0,9-1,5 g/100ml. [8][9] Zat gizi

mikro optimal yang terkandung dalam ASI antara lain mineral

(kalsium 280 mg/L, fosfor 140 mg/L, zat besi 0,35 mg/L), vitamin A 75

mg/100ml, vitamin E 0,25 mg/ml, vitamin C 5 mg/100ml). Kandungan

pada ASI dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain asupan ibu,

status gizi, dan stadium laktasi (Hapsari et al., 2021).

Seperti halnya nutrisi pada umumnya, ASI mengandung

komponen makro dan mikro nutrien. Makronutrien adalah

karbohidrat, protein dan lemak sedangkan mikronutrien adalah

vitamin dan mineral. Setiap komponen ASI memiliki manfaatnya

tersendiri untuk pertumbuhan bayi. Sekitar 88% dari ASI adalah air

(Giting, 2020). Air ini berguna untuk melarutkan zat yang ada di

dalamnya. ASI merupakan sumber air yang secara metabolik adalah

aman, Air yang relatif tinggi dalam ASI ini akan meredakan

rangsangan rangsangan haus dari bayi (Alfaridh et al., 2021).

26
Adapun beberapa kandungan yang sangat bermanfaat bagi

pertumbuhan dan perkembangan anak yang terkandung dalam ASI,

yakni (Kurniawati et al., 2020) :

a. Protein

Protein merupakan zat yang berfungsi sebagai zat

pembangun, yang menggantikan sel tubuh yang rusak, memberi

kekebalan pada tubuh terhadap penyakit, mengatur kerja tubuh

dan memberikan energi bagi tubuh. Kandungan protein pada ASI

komplek, dimana ada 0,9 gram protein dalam 100 mL ASI.

Protein yang terpenting pada ASI antara lain kasein, alfa-

laktalbumin dan laktoferin. Disamping itu ASI juga mengandung

protein yang disebut dengan asam amino yaitu sistin dan taurin.

Sistin ini sangat penting untuk pertumbuhan sel dan taurin untuk

pertumbuhan otak bayi.

Komposisi ASI berbeda dari awal hingga akhir menyusui.

Konsentrasi protein pada kolostrum dan ASI transisi lebih tinggi

dibandingkan dengan susu formula sementara konsentrasi

protein pada ASI matur lebih rendah sedikit dibandingkan dengan

susu formula. Apabila susu formula dikonsumsi lebih banyak dari

ASI, maka jumlah protein pada bayi dengan susu formula lima

kali lipat lebih tinggi dari ASI (Azizah et al., 2020).

Penelitian terdahulu tentang asupan protein ibu menyusui

dan hubungannya dengan kandungan protein ASI menyebutkan

27
adanya hubungan signifikan antara asupan protein ibu dan

kandungan protein pada ASI. Makanan dengan kandungan

protein yang dikonsumsi ibu akan dicerna dalam tubuh yang

kemudian dibawa sel darah ke seluruh tubuh dan salah satu

tempat pemberhentian protein tersebut adalah kantung ASI.

Semakin optimal protein yang dikonsumsi ibu, maka semakin

optimal kandungan protein dalam ASI (Hapsari et al., 2021).

b. Air

ASI sebagian besar terdiri dari air, dimana 88,1%

merupakan air dan sisanya adalah zat lain yang dibutuhkan bayi.

c. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi bagi tubuh bayi.

Dalam ASI terdapat laktosa, dimana laktosa ini adalah

karbohidrat yang mudah sekali dicerna tubuh bayi. karbohidrat

dalam ASI sebanyak 7gr dalam 100 mL ASI. Laktosa dalam ASI

merupakan zat penting yang berfungsi membantu tubuh

menyerap kalsium dan merangsang pertumbuhan

mikroorganisme yang disebut deengan laktobassilus bifidu.

Selain laktosa ASI juga mengandung karbohidrat jenis

oligosakarida.

Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi

sebagai salah satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa

terdapat dalam ASI hampir 2 kali lipat dibanding laktosa yang

28
ditemukan pada susu formula. Namun demikian angka kejadian

diare yang disebabkan karena tidak dapat mencerna laktosa

(intoleransi laktosa) jarang ditemukan pada bayi yang mendapat

ASI (Astuti et al., 2020).

d. Lemak dan DHA/ARA

Lemak didalam ASI merupakan lemak baik yang membantu

pertubuhan bayi. Pada ASI terdapat 3,5 gr lemak dalam 100 mL

ASI. Lemak yang ada di dalam ASI yaitu lemak esensial, asam

linoleat (Omega 6) dan asam linoleat (Omega 3). Selain itu lemak

dalam ASI yang penting untuk perkembangan syarat dan

penglihatan bayi adalah DHA (docosahexaenoic acid) dan ARA

(arachidonic acid).

e. Vitamin

Vitamin merupakan zat yang berfungsi mengatur,

membantu fungsi tubuh kita sekaligus membantu perkembangan

sel. Dalam ASI mengandung vitamin yang komplek yaitu vitamin

D, E dan K. Vitamin E ditemukan banyak pada kolostrum (ASI

yang bewarna bening atau kekuning kuningan yang pertama

kami keluar), vitamin K digunakan untuk membantu memproduksi

sel darah yang membekukan perdarahan sehingga pada bayi

baru lahir yang terdapat luka pada tali pusat, maka perdarahan

bisa berhenti.

29
f. Garam dan Mineral

Garam merupakan zat yang dibuthkan bayi. Garam

alamiah atau organik yang ada di dalam ASI adalah kalsium,

kalium dan natrium dari asam klorida dan fosfat. Kalium

merupakan zat terbanyak, sedangkan kadar Cu, Fe dan Mn yang

berguna untuk bahan pembuat darah relatif sedikit. Ca dan P

merupakan bahan pembentuk tulang dan kadarnya dalam ASI

cukup.

g. Enzim

Enzim merupakan bahan yang membantu proses kimia

dalam tubuh. ASI mengandung 20 enzim aktif, dimana yang

penting untuk antimikroba atau mencegah infeksi adalah

lyzosome ASI juga mengandung enzim yang membantu

pencernaan.

h. Faktor pertumbuhan

ASI mengandung zat yang berfungsi untuk membantu

pertumbuhan bayi. Pertumbuhan yang diperlukan pada awal

kehidupan ASI adalah kematangan usus untuk pencernaan dan

penyerapan zat yang dubutuhkan bayi. Dengan adanya zat ini

maka ASI dapat membantu perkembangan syaraf dan

penglihatan bayi.

30
i. Faktor Antiparasit, Anti-alergi, Antivirus, dan Antibodi

ASI mengandung zat yang melindungi tubuhnya dari

berbagai jenis penyakit. Zat pelindung tubuh terpenting adalah

imunoglobulin.

4. Manfaat ASI

Manfaat ASI Eksklusif paling penting adalah bisa menunjang

sekaligus membantu proses perkembangan otak dan fisik bayi. Hal

tersebut dikarenakan, di usia 0 sampai 6 bulan seorang bayi tentu

sama sekali belum diizinkan mengkonsumsi nutrisi apapun selain

ASI. Oleh karenanya, selama enam bulan berturut-turut, ASI yang

diberikan pada sang buah hati tentu saja memberikan dampak yang

besar pada pertumbuhan otak dan fisik bayi selama kedepannya.

Sedangkan manfaat memberikan ASI bagi ibu adalah untuk

menghilangkan trauma selepas melahirkan. Selain membuat kondisi

kesehatan dan mental ibu menjadi lebih stabil, ASI eksklusif juga bisa

meminimalkan timbulnya resiko kanker payudara. sebab salah satu

pemicu kanker payudara pada ibu menyusui ialah kurangnya

pemberian ASI Eksklusif untuk bayi mereka sendiri (Alfaridh et al.,

2021).

Menurut Kemenkes (2019) dalam (Astriana & Afriani, 2022)

menyusui sejak dini mempunyai dampak yang positif baik bagi ibu

maupun bayinya. Manfaat memberikan ASI bagi ibu tidak hanya

menjalin kasih sayang, tetapi dapat mengurangi perdarahan setelah

31
melahirkan, mempercepat pemulihan kesehatan ibu, menunda

kehamilan, mengurangi risiko terkena kanker payudara dan

merupakan kebahagiaan tersendiri bagi ibu. ASI merupakan salah

satu makanan yang sempurna dan terbaik bagi bayi karena

mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan oleh bayi untuk

pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.

Pemberian ASI Eksklusif merupakan cara pemberian makan

bayi yang alamiah. Memberikan ASI secara eksklusif dapat

meningkatkan kesehatan dan kepandaian secara optimal, ASI juga

dapat membuat anak potensial memiliki emosi yang stabil, spiritual

yang matang, serta memiliki perkembangan sosial yang baik.

Manfaat yang diperoleh bayi jika ibu memberikan ASI secara

Eksklusif adalah sebagai nutrisi, meningkatkan daya tahan bayi,

meningkatkan kecerdasan, dan dapat meningkatkan jalinan kasih

sayang antara ibu dan bayi (Mukhoirotin et al., 2015).

Beberapa manfaat pemberian ASI bagi bayi, yakni (Kurniawati

et al., 2020) :

a. ASI Sebagai Nutrisi

ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan

komposisi seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan

pertumbuhan sang bayi. ASI merupakan makanan yang paling

sempurna. ASI akan cukup memenuhi kebutuhan bayi normal

sampai dengan bayi berusia 6 bulan.

32
b. ASI Dapat Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Bayi

Menurut studi yang dilakukan para ilmuwan mengungkap

kandungan zat antibodi dalam ASI mampu melindungi tubuh bayi

dari virus penyebab infeksi saluran pernafasan. Saat bayi

menginjak usia 2-3 bulan, daya tahan tubuh mereka berada pada

kondisi terlemah dan rentan terkena serangan penyakit sehingga

pemberian ASI eksklusif mampu melindungi tubuh mereka.

Berbeda dengan bayi baru lahir yang masih mendapatkan

perlindungan dari antibodi ibunya saat mereka masih berada

dalam rahim. Setalah usia 3 bulan, tubuh si kecil akan mulai

memproduksi antibodi meski belum maksimal. Meraka yang

mendapatkan ASI eksklusif akan mendapatkan pasokan antibodi

yang memperkuat daya tahan tubuh mereka dari sumber

penyakit. Kandungan ASI didalamnya kolostrum yaitu

imunoglobulin A sebagai zat kekebalan untuk melindungi bayi

dari berbagai penyakit, laktoferin pada ASI setelah dua minggu

pemberian mengandung sel darah putih BALT (bronchus

asociated lympocyte tissue) sebagai antibodi terhadap organ

pernafasan dimana hal ini tidak ada dalam susu lain selain ASI

(Wahyuningsih et al., 2020)

c. ASI Dapat Meningkatkan Tingkat Kecerdasan Bayi

Selain zat gizi yang sempurna dan adekuat yang

terkandung didalam ASI juga banyak mengandung hormone

33
yang dibutuhkan bayi untuk pertumbuhan otaknya baik secara

kuantity maupun secara kuality, meskipun hormone ini

dibutuhkan dalam jumlah sedikit namun bersifat esensial,

sehingga pertumbuhan otak tidak menjadi sempurnya jika

masih terjadi adanya hormone yang kurang dalam suplay

nutrisi ke otak. Selain hormone zat gizi galaktosa juga

merupakan nutrizi yang vital bagi pertumbuhan otak pada bayi,

sememtara galaktosa yang sempurna adalah yang terdapat

dalam kandung ASI (Suryadi & Kunci, 2022).

d. ASI Dapat Meningkatkan Jalinan Kasih Sayang

Ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya akan

meningkatkan ikatan batin antara ibu dan bayi. Bayi yang sering

menyusu dan berada dalam dekapan ibu akan merasakan kasih

sayang dan perasaan terlindungi yang akan menjadi dasar untuk

perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang

percaya diri dan dasar spiritual yang baik.

Pemberian ASI juga memberikan manfaat untuk fisik dan

psikologis bagi ibu, beberapa manfaat itu antara lain, dengan

menyusui akan memicu peningkatan produksi oksitosin sehingga

mampu meningkatkan ambang nyeri, mengurangi ketidaknyamanan

ibu, dan dengan demikian berkontribusi terhadap peningkatan rasa

kasih sayang ibu terhadap bayi. Pemberian ASI dapat menurunkan

34
risiko terjadinya kanker ovarium, kanker payudara, dan kanker

endometrium (The et al., 2023).

B. Tinjauan Pustaka tentang Menyusui

1. Pengertian

Menyusui adalah proses pemberian ASI pada bayi oleh ibu dan

merupakan kondisi yang alamiah yang dialami oleh wanita setelah

melahirkan. Air susu ibu (ASI) adalah sumber gizi dan makanan

paling aman dan idel bagi bayi usia 0-6 bulan. ASI merupakan satu

jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik

karena ASI mengandung zat gizi, hormon, faktor kekebalan tubuh,

anti alergi, dan anti inflamasi. ASI mengandung hampir 200 unsur zat

makanan (Arum & Widiyawati, 2016).

Menyusui bertujuan untuk menghapus kemiskinan dan

kelaparan. Memberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan dan

diteruskan hingga bayi berusia 2 tahun merupakan kontribusi dalam

memberikan asupan yang sehat, dan menyediakan gizi dan energi

yang cukup bagi bayi, sehingga dapat mencegah kelaparan dan

malnutrisi. Pemerintah juga sudah membuat peraturan terkait

pemberian ASI eksklusif yaitu pada Peraturan Pemerintah Nomor 33

Tahun 2012 ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama

enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan

makanan atau minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral).

Menyusui tidak memerlukan biaya dibandingkan dengan makanan

35
tambahan lain sehingga tidak menambah pengeluaran keluarga.

Selain itu, menyusui bertujuan untuk mengurangi angka kematian

anak. Pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi 13% angka

kematian anak. Sekitar 50- 60% kematian anak dibawah 5 tahun

disebabkan oleh malnutrisi dan menyusui yang kurang optimal.

Namun ternyata, capaian ASI eksklusif di Indonesia masih tergolong

rendah (Novita et al., 2022).

2. Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui

Program Peningkatan Pemberian ASI (PPASI) khususnya ASI

eksklusif mempunyai dampak yang luas terhadap status gizi bayi dan

balita. Untuk mendukung kebijakan tersebut maka peran petugas

kesehatan, khususnya bidan sangat diperlukan untuk memberikan

informasi pentingnya ASI eksklusif dengan menerapkan manajemen

laktasi yang dimulai pada masa antenatal, perinatal dan postnatal,

yang di dalamnya terkandung sepuluh LMKM, sebagai upaya dalam

meningkatkan pemberian ASI (Krisnamurti et al., 2013).

Adapun 10 langkah menuju keberhasilan menyusui menurut SK

Menteri Kesehatan No. 450/SK/IV/20004), yaitu :

a. Sarana Pelayanan Kesehatan (SPK) mempunyai kebijakan

Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (PP-ASI) tertulis yang akan

secara rutin dikomunikasikan kepada semua petugas.

b. Memberikan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan

keterampilan untuk menerapkan kebijakan tersebut.

36
c. Menjelaskan kepada semua ibu hamil mengenai manfaat

menyusui dan penatalaksanaannya dimulai sejak masa

kehamilan, masa bayi lahir hingga umur 2 tahun termasuk juga

cara mengatasi kesulitan menyusui.

d. Membantu ibu mulai menyusui bayinya selama 30 menit setelah

melahirkan, yang dilakukan diruangan bersalin. Apabila ibu

mendapat operasi Caesar maka bayi disusui setelah 30 menit ibu

sadar.

e. Membantu ibu bagaimana cara menyusui dengan benar dan cara

mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas

rekomendasi indikasi medis.

f. Memberikan penjelasan kepada ibu untuk tidak memberikan

makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru

lahir.

g. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu

bersama bayi selama 24 jam sehari.

h. Membantu ibu menyusui tanpa pembatasan terhadap lama dan

frekuensi menyusui.

i. Tidak memberikan dot ataupun kempeng kepada bayi yang diberi

ASI.

j. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-

ASI) dan rujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika mereka

37
pulang dari Rumah Sakit/Rumah Bersalin/Sarana Pelayanan

Kesehatan.

C. Tinjauan Pustaka tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Pemberian ASI Ekslusif

Dalam memberikan ASI ekslusifnya seorang ibu juga perlu berlatih

dan persiapan yang matang. Perilaku pemberian ASI eksklusif

dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal

adalah karakteristik seseorang yang menjadi dasar atau motivasi bagi

seseorang sehingga mempermudah terjadinya perilaku pemberian ASI

eksklusif diantaranya tingkat pengetahuan, pengalaman menyusui dan

faktor demografi seperti umur, pekerjaan, pendidikan. Sedangkan faktor

eksternal adalah faktor yang memperkuat terjadinya perilaku menyusui.

Faktor eksternal ini sangat diperlukan karena meskipun seseorang tahu

dan mampu untuk berperilaku sehat tetapi tetap bisa saja orang tersebut

tidak melakukannya. Oleh karena itu maka diperlukan contoh atau

dukungan dari keluarga (suami dan orangtua) serta petugas kesehatan

(Alfaridh et al., 2021).

Adapun faktor ibu tidak memberikan ASI eksklusif diantaranya

adalah faktor pengetahuan ibu yang kurang mengenai ASI eksklusif,

faktor nutrisi ibu selama hamil dan menyusui, psikologis, fisiologis dan

hormonal ibu yang mengakibatkan produksi ASI kurang. Faktor lain

penyebab kegagalan pemberian ASI eksklusif diantaranya inisiasi yang

terhambat, ibu belum berpengalaman, tidak ada dukungan keluarga,

38
kurang pengetahuan, sikap, perilaku, faktor sosial budaya, status gizi ibu,

dan kebijakan rumah sakit yang kurang mendukung laktasi (Zikrina et al.,

2022).

Rendahnya pemberian ASI eksklusif oleh ibu menyusui di

Indonesia disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal

meliputi rendahnya pengetahuan dan sikap ibu, dan faktor eksternal

meliputi kurangnya dukungan keluarga, masyarakat, petugas kesehatan

maupun pemerintah, gencarnya promosi susu formula, faktor sosial

budaya serta kurangnya ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan ibu

dan anak (Novita et al., 2022).

Beberapa faktor yang mempengaruhi pemberian ASI ekslusif

adalah :

1. Usia Ibu

Bertambahnya umur seseorang maka membuat pola pikirdan

pengetahuan juga akan meningkat. Berdasarkan kelompok umur,

penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang berumur 20-35 tahun

memiliki proporsi tinggi dalam memberikan ASI eksklusif

(Qomarasari, 2023). Ibu yang masuk kategori usia reproduksi sehat

lebih banyak memberikan ASI eksklusif, dibandingkan dengan ibu

yang usianya dia tas 35 tahun. Usia akan mempengaruhi bagaimana

cara berfikir, manganalisa dan dan mengambi sikap. Seperti

diketahui bahwa usia di rentang 20-35 tahun merupakan usia

reproduksi sehat, dimana usia tersebut meruapakan usia yang aman

39
untuk hamil, melahirkan dan menyusui bukan hanya secara fisik saja

tetapi juga secara mental dan hormonal. Proses laktasi sangat

dipengaruhi oleh hormon terutama adalah oksitiosin dan prolaktin,

dengan usia ibu yang optimal dalam keseimbangan hormon tentunya

akan berpengaruh terhadap proses laktasi (Aksari & Sundari, 2021).

Semakin cukup umur semakin, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir. Sebagian

besar ibu yang memberikan ASI eksklusif umur 20-30 tahun dimana

pada umur tersebut merupakan masa reproduksi sehat sehingga ibu

mampu memecahkan masalah secara emosional, terutama dalam

menghadapi kehamilan, persalinan, nifas, dan merawat bayinya

sendiri. Dari lima jurnal yang yang membahas tentang faktor internal

yang mempengaruhi ASI eksklusif, terdapat satu jurnal yang

membahas tentang usia sebagai salah satu faktor internal yang

mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI eksklusif (Sepjuita Audia

et al., 2023).

2. Pengetahuan Ibu

Menurut Notoadmojo (2018) dalam (Sepjuita Audia et al., 2023)

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah

orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terhadap suatu objek terjadi melalui panca indera

manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba

dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan

40
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian

persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan merupakan dasar seorang individu untuk

mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah

yang dihadapi, termasuk masalah kesehatan. Pengetahuan tentang

kesehatan dapat diperoleh melalui pendidikan formal, penyuluhan

maupun informasi media massa. Pengetahuan tentang ASI eksklusif

dapat menimbulkan kesadaran dan mempengaruhi sikap terhadap

pemberian makanan prelakteal. Pengetahuan juga berfungsi

sebagai motivasi dalam bersikap dan bertindak termasuk dalam

penolakan pemberian makanan prelakteal. Ibu yang kurang

pengetahuan dan kurang diberi nasehat tentang pentingnya

pemberian kolostrum pada hari-hari pertama kelahiran dapat

menyebabkan ibu memberikan makanan prelakteal (Prihatini et al.,

2023).

Pengetahuan tentang ASI eksklusif serta motivasi

memberikan ASI eksklusif yang kurang akan mempengaruhi

perilaku/sikap ibu yang diakibatkan masih kentalnya

pengetahuan budaya lokal tentang pemberian makan pada bayi

seperti memberikan madu. Perilaku menyusui yang kurang

mendukung di antaranya adalah membuang kolostrumkarena

dianggap tidak bersih, dan pemberian makanan serta minuman

41
sebelum ASI keluar. Karena kurangnya pengetahuan akan

mengakibatkan kurangnya rasa percaya diri bahwa ASI tidak cukup

(Qomarasari, 2023).

Pengetahuan sangat mempengaruhi pemberian ASI eksklusif,

jika pengetahuan rendah maka persentase pemberian ASI eksklusif

akan rendah juga sedangkan yang berpengetahuan tinggi lebih

cenderung memberikan ASI eksklusif. Ibu yang berpengetahuan

rendah beresiko tinggi terjadi masalah kesehatan pada bayinya

dibandingkan ibu yang memiliki pengetahuan tinggi. Pengetahuan

ibu tentang dan cara pemberian ASI yang benar dapat menunjang

keberhasilan ibu dalam menyusui Pengetahuan mempengaruhi

keberhasilan menyusui, hal itu disebabkan karena ibu yang

berpengetahuan baik tentang konsumsi nutrisi cenderung produksi

ASI nya lancar dibandingkan dengan ibu yang berpengetahuan

kurang (Sepjuita Audia et al., 2023).

3. Pekerjaan Ibu

Faktor yang kemungkinan mempengaruhi manajemen laktasi

adalah ibu bekerja dikarenakan ibu berkerja dan sulit unutk mencari

waktu untuk menyusui bayinya. Pekerjaan dapat menggambarkan

tingkat kehidupan seseorang karena dapat mempengaruhi sebagian

aspek kehidupan seorang termasuk pemeliharaan kesehatan.

Semakin tinggi pekerjaan seseorang maka akan memberikan

kesempatan luas bagi responden untuk menerima informasi

42
kesehatan dari lingkungan bekerja maupun fasilitas ataupun media

informasi yang lebih maju, misalnya dengan mengikuti seminar

tentang kesehatan ataupun penggunaan media elektronik untuk

memperoleh informasi kesehatan dan hal ini mendukung

pengetahuan responden tentang kolostrum, karena semakin tinggi

pekerjaan seorang semakin tinggi informasi yang diperoleh dan

semakin tinggi pula pengetahuannya (Sepjuita Audia et al., 2023).

Ibu bekerja tidak dapat memberikan ASI eksklusif karena

kurangnya masa cuti ibu, lamanya jam kerja, dan kelelahan fisik.

Masa cuti ibu setelah melahirkan hanya berkisar 2-3 bulan pada

penelitian ini. Hal tersebut menyebabkan beberapa ibu memberikan

susu formula pada bayinya sebelum masa cuti selesai. Semakin

lama produksi ASI semakin sedikit dan pada akhirnya ASI tidak

keluar. Jam kerja yang lama membuat intensitas waktu bertemu

antara ibu dan bayi berkurang sehingga ibu memilih untuk

memberikan susu formula kepada bayinya. Ibu bekerja tidak dapat

memberikan ASI eksklusif juga dapat disebabkan oleh tidak

tersedianya ruang ASI di tempat kerja, Tidak tersedianya ruang ASI

menyebabkan ibu harus memerah ASI di ruang terbuka, seperti di

ruang kerja atau tempat ibadah. Kurangnya privasi saat memerah

ASI menimbulkan rasa tidak nyaman pada ibu sehingga ibu lebih

memilih untuk memberikan susu formula pada bayinya (Prihatini et

al., 2023).

43
4. Dukungan Petugas Kesehatan

Tempat bersalin berperan sebagai faktor pemungkin dalam

kegagalan ASI eksklusif. Tempat bersalin merupakan titik awal bagi

ibu dalam memilih antara memberikan ASI eksklusif atau tidak

karena keputusan ibu dipengaruhi oleh informasi atau instruksi dari

petugas kesehatan yang ada di tempat bersalin, Penelitian ini masih

menemukan beberapa bidan di rumah bersalin dan BPS yang

menyarankan agar ibu memberikan susu formula pada bayi.

Beberapa bidan dan praktikan perawat di BPS lainnya menyarankan

ibu untuk memberikan ASI eksklusif, tetapi ibu tetap tidak dapat

memberikan ASI eksklusif dengan memberikan makanan prelaktal

segera setelah bayi lahir. Hal tersebut dapat dikarenakan bidan tidak

memberikan dorongan yang berkelanjutan agar ibu dapat menyusui

sesuai dengan keinginan anak (on demand) (Prihatini et al., 2023).

Perawat, pekerja lain, dan juga kader kesehatan masyarakat

harus mampu menyediakan urutan edukasi dan motivasi agar ibu

dapat menyusui secara eksklusif dengan menyenangkan perasaan

dari masa pra-konsepsi saat bayi lahir hingga usia minimal 6 bulan

dan berlanjut hingga ulang tahun anak kedua. Selanjutnya, temukan

juga dalam penelitian ini institusi memotivasi dan setiap individu

untuk lebih meningkatkan kreativitas mereka dalam memberikan

pendidikan kesehatan audio visual tentang menyusui. Alat-alat ini

dapat dibagikan melalui sosial platform media dan semoga bisa

44
menambah pengetahuan dan kesadaran para ibu akan kebaikan

ASI. Dari empat jurnal yang membahas faktor internal yang

mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI eksklusif, terdapat tiga

jurnal yang membahas dukungan pertugas kesehatan sebagai salah

satu faktor yang mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI eksklusif

(Sepjuita Audia et al., 2023).

D. Kerangka Teori
Faktor Predisposisi:
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Umur
4. Kepercayaan
5. Pendidikan
6. Pekerjaaan

Faktor Pemungkin:
1. Puskesmas Pemberian ASI Ekslusif
2. Obat-obatan
3. Sekolah

Faktor Penguat:
1. Dukungan Suami
2. Dukungan Keluarga
3. Peran Petugas
Kesehatan

Gambar 2.1 Kerangka Teori Lawrence Green (1980) dalam


Notoatmodjo (2015)

45
E. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Pekerjaan

Pengetahuan
Asi Ekslusif

Usia

Dukungan Petugas
Kesehatan

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

F. Definisi Operasional

Tabel 2.1 Definisi Operasional


Variabel Definisi Alat Skala Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur
ASI ekslusif Pemberian ASI Kuisioner Nominal 1. Ya (Memberikan
oleh responden ASI ekslusif)
tanpa makanan 2. Tidak (Tidak
atau minuman Memberikan ASI
lain sampai usia ekslusif)
6 bulan pertama
kehidupan bayi.
Pekerjaan Pekerjaan Kuisioner Nominal 1. Bekerja
adalah kegiatan 2. Tidak Bekerja
yang harus
dilakukan untuk
menunjang
kehidupannya
dan kehidupan
keluarganya.
Pengetahuan Tingkat Kuisioner Ordinal 1. Tingkat
pengetahuan ibu Pengetahuan
mengenai kurang <56%
pemberian ASI 2. Tingkat
ekslusif. pengetahuan
baik (76-100%)

46
Usia Lama hidup Kuisioner Ordinal 1. Usia berisiko <20
responden dari tahun
lahir sampai saat 2. Usia Brisiko >35
dilakukan tahun
penelitian 3. Usia reproduktif
20-35 tahun
Dukungan Arahan dari Kuisioner Interval 1. Pernah
Petugas petugas 2. Tidak Pernah
Kesehatan kesehatan untuk
membuat
seseorang dapat
memberikan ASI
ekslusif kepada
bayinya.

G. Hipotesis Penelitian

1. Ha : Ada pengaruh antara pekerjaan, pengetahuan, usia, dan

dukungan petugas kesehatan dengan pemberian ASI

ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Timika tahun 2023.

Ho : Tidak ada pengaruh antara pekerjaan, pengetahuan, usia,

dan dukungan petugas kesehatan dengan pemberian ASI

ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Timika tahun 2023.

47
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Desain penelian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

observasional dengan pendekatan cross sectional yang

menghubungkan antara pekerjaan, pengetahuan, usia, dan dukungan

petugas kesehatan terhadap pemberian ASI ekslusif pada bayi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas

Timika, Kabupaten Mimika, Papua.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Februari 2024.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau objek yang

akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu

menyusui di wilayah kerja Puskesmas Timika yakni sebanyak 180

orang.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari keseluruhan objek yang akan

diteliti serta dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel

48
dalampenelitian ini diambil menggunakan Pusposive Sampling yaitu

ibu menyusui dan memenuhi kriteria inklusi.

Rumus pengambilan sampel dengan rumus slovin :

𝑁
n = 1+𝑁 (𝑒)2

Keterangan :

n : Ukuran Sampel

N : Ukuran Populasi

e : Standard Error (10%)

Berdasarkan rumus Slovin tersebut, maka diperoleh besarnya

sampel sebagai berikut :


180
n = 1+180 (0,1)2

180
n= 2,8

n = 64,2 atau dibulatkan menjadi 64 responden.

Adapun kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini

antara lain :

a. Ibu menyusui bayi dengan usia 7-12 bulan

b. Bersedia menjadi responden

c. Responden dengan rekam medik yang lengkap

49
D. Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini merupakan data yang

diperoleh dengan melakukan survei langsung selama dilakukan

penelitian. Dalam penelitian ini diperoleh langsung dari responden

yaitu ibu menyusui yang berada di Puskesmas Timika dengan

menggunakan kuesioner.

2. Data Sekunder

Data Sekunder merupakan data yang tidak diperoleh langsung

atau data yang dikumpulkan oleh kantor/instansi dan sudah dalam

bentuk informasi. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari

Puskesmas Timika dimana penelitian ini akan dilaksanakan.

E. Pengolahan Data

Pengolahan data yang akan dilakukan pada prinsipnya melauli

tahap-tahap sebagai berikut :

1. Editing (penyuntingan data) Editing adalah suatu kegiatan yang

dilakukan dengan melakukan pengecekan kuesioner yang diperoleh

dari pengumpulan data yang dilakukan saat penelitian.

2. Codding (membuat kode) Codding adalah suatu kegiatan yang

dilakukan dengan memberikan suatu kode numerik (angka) pada

beberapa kategori. Untuk memudahkan melihat lokasi dan arti kode

maka dibuat suatu daftar kode dan artinya dalam satu buku. Kode ini

sangat penting untuk mengolah data pada komputer.

50
3. Entry Data (memasukkan data) Entry data adalah kegiatan

memasukan data ke dalam master tabel atau database komputer lalu

membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan tabel

kontingensi.

4. Scoring memberikan skor terhadap item-item pertanyaan dari

variabel bebas dan variabel terikat.

5. Cleaning Data (membersihkan data) Cleaning data adalah kegiatan

memeriksa ulang data yang telah dimasukan ke dalam master tabel

kemudian diperiksa apakah terdapat kesalahan dalam menginput

data atau tidak.

6. Tabulating yaitu mengelompokkan data ke dalam tabel yang dibuat

sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.

F. Analisis Data

Analisis yang akan digunakan untuk menganalisis data-data

dilakukan secara univariat dan bivariat.

1. Univariat

Analisis univariat yang digunakan untuk mendeskripsikan

setiap masing-masing variabel yang diteliti, yaitu variabel independen

dan variabel dependen. Analisis ini berguna untuk menilai kualitas

data dan menentukan rencana analisis selanjutnya.

2. Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang tujuannya untuk

mengetahui hubungan antara variabel independen (pekerjaan,

51
pengetahuan, usia, dan dukungan tenaga kesehatan) dengan

variabel dependen (pemberian ASI ekslusif). Analisis menggunakan

uji statistic Chi Square (X2 ) dengan Hipotesis yang diuji adalah

hipotesisnol (Ho) dan Hipotesis alternative (Ha). Tingkat kemaknaan

yang dipilih adalah alpha (α) = 0,05. Uji statistic yang akan digunakan

adalah uji Chi Square.

52
Daftar Pustaka

Aksari, S. T., & Sundari, W. (2021). Faktor yang Mempengaruhi Pemberian


ASI Eksklusif di Desa Paketingan Kecamatan Sampang Kabupaten
Cilacap. Jusnal Bina Cipta Husada, 17(1), 113–122.
Alfaridh, A. Y., Azizah, A. N., Ramadhaningtyas, A., Maghfiroh, D. F.,
Amaria, H., Mubarokah, K., Arifatuddina, M., Shafira, N., Widyasanti,
N., Kumala, S. S., Program, A. N., Ilmu, S., Maskarakat, K., &
Masyarakat, K. (2021). Peningkatan Kesadaran dan Pengetahuan
tentang ASI Eksklusif pada Remaja dan Ibu dengan Penyuluhan serta
Pembentukan Kader Melalui Komunitas “CITALIA.” Jurnal Pengabdian
Kesehatan Masyarakat (Pengmaskesmas), 1(2), 119–127.
Angio, M. C. (2019). Pengaruh Peer Education Terhadap Self Efficacy Dan
Motivasi Pada Ibu Menyusui Dalam Pemberian Asi. Jurnal Ilmu
Keperawatan Komunitas, 2(1), 26.
https://doi.org/10.32584/jikk.v2i1.302
Apriani, R., Rohani, T., & Darmawansyah. (2023). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Puskesmas Rawat
Inap Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang Factors Associated with
Exclusive Breastfeeding at the Muara Pinang Inpatient Health Center ,
Empat Lawang Regency. Jurnal Kebidanan Manna, 2(1), 7–22.
Arum, P., & Widiyawati, A. (2016). Kandungan Gizi Asi (Air Susu Ibu) Pada
Berbagai Suhu Dan Lama Penyimpanan Breast Milk Nutrient Content
In Different Storage Temperature And Duration. Jurnal Ilmiah Inovasi,
16(3), 200–203.
https://publikasi.polije.ac.id/index.php/jii/article/view/311
Astriana, W., & Afriani, B. (2022). Peningkatan Berat Badan Pada Bayi
Umur 0-6 Bulan Ditinjau Dari Pemberian Asi. Jurnal ’Aisyiyah Medika,
7(2), 128–136. https://doi.org/10.36729/jam.v7i2.860
Astuti, R. H., Astuti, A. P., & Maharani, E. T. W. (2020). Analisis Kandungan
Laktosa Dan Protein Pada Asi Dan Susu Formula Di Kota Semarang.
Seminar Nasional Edusainstek, 416.
Azizah, F., Anifah, F., Studi, P., Fakultas, K., & Kesehatan Umsurabaya, I.
(2020). Kandungan Kadar Protein Pada Asi Bayi 0-6 Bulan. Surabaya :
The Journal of Muhamadiyah Medical Laboratory Technologist, 3(2),
117–124.
Br Tarigan, M. E. M., Ompusunggu, H. E. S., & Napitupulu, R. R. J. (2022).
Gambaran Faktor yang Memengaruhi Pemberian ASI Eksklusif pada
Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Kabanjahe. Health and
Medical Journal, 4(2), 84–92. https://doi.org/10.33854/heme.v4i2.959

53
Dinda, H., & Dini, A. (2020). FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF Dinda Handiani 1 , Dini Anggraeni 2
Akbid Karya Bunda Husada Tangerang Email: Jurnal Ilmu Kesehatan
Karya Bunda Husada Vol. 6 No. 2, November 2020, 6(2).
Fatmawati, N. I., Rochmah, T. N., Wulandari, A., & Pramono, A. Y. (2021).
Penerapan Program Sepuluh Langkah Kesehatan untuk Peningkatan
Pemberian ASI Eksklusif: Model Evaluasi CIPP (Context, Input,
Process, Product). Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan, 6(3), 501–
508. https://doi.org/10.30604/jika.v6i3.521
Hapsari, Q. C., Rahfiludin, M. Z., & Pangestuti, D. R. (2021). Hubungan
Asupan Protein, Status Gizi Ibu Menyusui, dan Kandungan Protein
pada Air Susu Ibu (ASI): Telaah Sistematik. Media Kesehatan
Masyarakat Indonesia, 20(5), 372–378.
https://doi.org/10.14710/mkmi.20.5.372-378
Harshindy, N. A., & Rahardjo, B. B. (2022). Analisis Analisis Pelaksanaan
Program Asi Eksklusif di Posyandu. Indonesian Journal of Public
Health and Nutrition, 2(1), 60–66.
https://doi.org/10.15294/ijphn.v2i1.51375
Ibrahim, F., & Rahayu, B. (2021). Analisis Faktor yang Berhubungan
dengan Pemberian ASI Eksklusif. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi
Husada, 10(1), 18–24. https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i1.497
Jonathan, J., Kurniyanta I.P., Heryana, K. A. (2020). Perilaku Pemberian
ASI Ekslusif Pada Wanita Pekerja Tenaga Kesehatan Rumah Sakit
Umum Pusat Sanglah. Jurnal Kedokteran Indonesia, 9(7), 4–6.
https://www.jurnalmedika.com/blog/124-Retensio-Urine-Post-Partum
Krisnamurti, Tri Purnami, C., & Sriatmi, A. (2013). Evaluation on the
Implementation of Ten Steps to Successful Breast Feeding by
Midwives at Doctor Ramelan Naval Hospital Surabaya. JMKI- Jurnal
Manajemen Kesehatan Indonesia, 01(03), 216–226.
Kurniawati, D., Hardiani, R. S., & Rahmawati, I. (2020). Buku Saku Air Susu
Ibu. In KHD Production (Vol. 42, Issue 4).
Lestari, C. I., Amini, A., Rista Andaruni, N. Q., & Putri, N. H. (2019). Faktor-
Faktor Yang Menyebabkan Kegagalan Ibu Dalam Memberikan Asi
Ekslusif Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Pejeruk. Midwifery Journal: Jurnal Kebidanan UM. Mataram, 4(1), 11.
https://doi.org/10.31764/mj.v4i1.543
Mufdlilah, Zulfa, S. Z., & Johan, R. B. (2019). Buku Panduan Ayah ASI. In
Buku Panduan Ayah ASI. http://digilib.unisayogya.ac.id/4255/1/Buku
Panduan Ayah ASI.pdf
Mukhoirotin, Khusniyah, Z., & Susanti, L. (2015). HUBUNGAN

54
PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN
PERILAKU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI BPM HJ. UMI SALAMAH
PETERONGAN JOMBANG. 5(2).
Nisa, Z. H. (2023). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Ketidakberhasilan Dalam Pemberian Asi Eksklusif Pada Ibu Yang
Memiliki Bayi Usia 0-6 Bulan Di Klinik Pratama Spn Polda Metro Jaya
Periode 06 Juni 06 – 06 Juli 2022. Jurnal Ilmiah Kesehatan BPI, 7(1),
50–59. https://doi.org/10.58813/stikesbpi.v7i1.123
Novita, E., Murdiningsih, M., & Turiyani, T. (2022). Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pemberian ASI Ekslusif di Desa Lunggaian Kecamatan
Lubuk Batang Kabupaten OKU Tahun 2021. Jurnal Ilmiah Universitas
Batanghari Jambi, 22(1), 157. https://doi.org/10.33087/jiubj.v22i1.1745
Nurfatimah, N., Labusa, P., Noya, F., Longgupa, L. W., Entoh, C., Siregar,
N. Y., Ramadhan, K., & Usman, H. (2022). Sosial Ekonomi dan
Pengetahuan Ibu Terhadap Pemberian Asi Eksklusif. Jurnal Sehat
Mandiri, 17(1), 99–114. https://doi.org/10.33761/jsm.v17i1.585
Nursihhah, M., Sitoayu, L., Gifari, N., & Tambunan, M. (2023). Hubungan
Usia, Pekerjaan Dan Pengetahuan Gizi Terhadap Pemberian Asi
Eksklusif Pada Balita Di Puskesmas. JMH: Jurnal Media Hutama,
04(03), 3450–3457.
Oktaviyana, C., Pratama, U., Igbal, M., Fitriya, I. R., Adha, M. N., & Nelly,
Z. N. (2022). Determinan Kegagalan Pemberian Asi Eksklusif Pada Ibu
Menyusui Di Wilayah Puskesmas Banda Raya Kota Banda Aceh.
Care : Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan, 10(3), 438–449.
https://doi.org/10.33366/jc.v10i3.3839
Pahlevi, F., Kusmiran, E., & Mulyani, I. (2021). Jurnal Kesehatan Rajawali.
Jurnal Kesehatan Rajawali, 7(2), 353–360.
Pasang, M. T., Tandilangan, A., Tasik, J. R., Julianty, T. I., & Iksan, R. R.
(2023). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Pasien dengan Kejadian Malaria. MAHESA : Malahayati Health
Student Journal, 3(1), 246–260.
https://doi.org/10.33024/mahesa.v3i1.9330
Prihatini, F. J., Achyar, K., & Kusuma, I. R. (2023). Faktor – Faktor yang
Mempengaruhi Ketidakberhasilan ASI Eksklusif pada Ibu Menyusui.
Jurnal Riset Kesehatan Masyarakat, 3(4), 184–191.
https://doi.org/10.14710/jrkm.2023.18811
Purnamasari, D. (2022). Hubungan Usia Ibu Dengan Pemberian ASI
Eksklusif Di Kota Yogyakarta. Jurnal Bina Cipta Husada, XVIII(1), 131–
139.
Qomarasari, D. (2023). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

55
Pemberian Asi Eksklusif Di Pmb H Kota Tangerang Tahun 2022.
Bunda Edu-Midwifery Journal (BEMJ), 6(1), 26–32.
https://doi.org/10.54100/bemj.v6i1.85
Raj, J. F., Fara, Y. D., Mayasari, A. T., & Abdullah. (2020). Faktor Yang
Mempengaruhi Pemberian Asi Eksklusif. Jurnal Ilmu Kesehatan Karya
Bunda Husada, 6(2), 8–16. https://doi.org/10.56861/jikkbh.v6i2.40
Rosna, Winriyani Rahwangi, Wulandari Wulandari, Hamsinar Hamsinar, &
Wd Yulsin. (2023). Peningkatan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Asi
Eksklusif Dalam Upaya Perbaikan Gizi 1000 Hari Pertama Kehidupan.
Jurnal Pengabdian Ilmu Kesehatan, 3(1), 50–55.
https://doi.org/10.55606/jpikes.v3i1.1384
Sari, V. K., S, D. A., & Andani, A. (2023). Faktor-
Faktoryangberhubungandenganpemberianasieksklusif Pada Ibu
Pekerja Di Wilayah Puskesmas Betaetkecamatansiberut Barat
Kabupatenkepulauanmentawai. 1(4), 17–25.
Sepjuita Audia, M., Lestari, W., & Yuniar Sari, N. (2023). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Ibu Dalam Memberikan ASI Eksklusif: Literatur Review.
Jurnal Ilmu Kesehatan Dan Keperawatan, 1(3), 1–16.
https://doi.org/10.59581/diagnosa-widyakarya.v1i3.834
Siregar, S., & Ritonga, S. H. (2020). Hubungan pemberian asi eksklusif
dengan pertumbuhan berat badan bayi 0-6 bulan di wilayah kerja
puskesmas padangmatinggi kota padangsidimpuan tahun 2018. Jurnal
Kesehatan Ilmiah Indonesia, 5(1), 35–43.
Suryadi, Y., & Kunci, K. (2022). Kecerdasa anak usia TK di kecamatan
Genuk Kota Semarang Tahun 2022. 6.
The, F., Hasan, M., & Saputra, S. D. (2023). Edukasi Pentingnya Pemberian
ASI Eksklusif pada Bayi di Puskesmas Gambesi. Jurnal Surya
Masyarakat, 5(2), 208. https://doi.org/10.26714/jsm.5.2.2023.208-213
Wahyuningsih, R., Arief, Y. S., & Krisnana, I. (2020). Hubungan Pemberian
Air Susu Ibu (Asi) Eksklusif Dengan Kejadian Bronkiolitis Pada Bayi
Usia 7-24 Bulan. 4(1), 67–71.
Wijaya, F. A. (2019). Nutrisi Ideal untuk Bayi 0-6 Bulan. CDK - Journal,
46(4), 296–300.
Yuliani, I. (2018). Hubungan Kadar Lemak Dalam Asi Matur Dengan
Penambahan Berat Badan Bayi Umur 1-2 Bulan Di Puskesmas
Jabung. Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia (JIKI), 4(2), 112.
https://doi.org/10.31290/jiki.v(4)i(2)y(2018).page:112-119
Zikrina, Halifah, E., & Ardhia, D. (2022). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Dalam Pemberian ASI Eksklusif. Idea Nursing Journal, XIII(3), 7–14.
https://jurnal.usk.ac.id/INJ/article/view/22690

56
Lampiran 1.

INFORMED CONSENT (SURAT PERSETUJUAN)

Dengan ini saya menyatakan persetujuan saya untuk ikut

berpartisipasi sebagai responden setelah mendapat penjelasan dari

saudari Elisabet Mote dalam penelitian yang berjudul “Determinan Yang

Mempengaruhi Pemberian ASI Ekslusif Di Wilayah Kerja Puskesmas

Timika Tahun 2023”. Saya menyatakan bahwa keikutsertaan saya

dalam penelitian ini saya lakukan dengan sukarela atau tanpa paksaan

dari pihak manapun.

Saya juga memperkenankan kapada peneliti untuk mengambil

data-data saya untuk digunakan sesuai kepentingan dan tujuan

penelitian. Sebagai responden dalam penelitian ini, saya menyetujui

untuk bertemu dan melakukan penyuluhan pada waktu dan tempat yang

telah di sepakati antara peneliti dan responden maka dengan ini saya

menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian

ini,dengan catatan bila sewaktu-waktu saya dirugikan dalam bentuk

apapun,saya berhak membatalkan persetujuan ini.

Timika, … Januari 2024

(Responden)

57
Lampiran 2

KUISIONER

Determinan Yang Mempengaruhi Pemberian ASI Ekslusif Di


Wilayah Kerja Puskesmas Timika Tahun 2023

1. Bacalah pertanyaan dan pernyataan berikut dengan baik


2. Anda sebagai responden diperbolehkan bertanya kepada peneliti, jika
ada pertanyaan/pernyataan yang tidak dimengerti
3. Waktu pengisian kuesioner selama 20-30 menit
4. Selamat mengisi dan terima kasih atas kerjasamanya

Kode Responden : ………………………(Diisi oleh peneliti)


Tanggal pengisian : ...............................
Identitas Responden :
❖ Tanggal lahir anak: ..............................
❖ Jumlah Anak : ..............................
❖ Alamat : ..............................
Petunjuk Pengisian
Pada pertanyaan pilihan ganda (a, b, c, d) pilihlah salah satu jawaban
sesuai…
A. Karakteristik Ibu
1. Umur Ibu : ……. (Tahun)
2. Pendidikn Terakhir Ibu:
a. Tidak tamat SD/Tidak sekolah
b. Tamat SD
c. Tamat SMP
d. Tamat SMA
e. Diploma
f. Sarjana
3. Pekerjaan Ibu :
a. Tidak bekerja
b. PNS
c. Pegawai Swasta
d. Pedagang
4. Barapa Kali ibu pernah melahirkan : ..........

58
B. Pengetahuan Ibu Tentang ASI
Isilah sesuai dengan yang ibu ketahui.
1. Menurut ibu air susu ibu yang keluar pertama kali dari payudara ibu
setelah melahirkan yang berwarna kekuningan disebut…………
a. Ais Susu matang
b. Air susu peralihan
c. Air susu jolong/kolostrum
2. Menurut ibu, sampai umur berapa bayi sebaiknya diberikan ASI
saja tanpa makanan lain?.................bulan
3. Menurut ibu, apa manfaat menyusui bagi ibu?
a. Menigkatkan daya tahan terhadap penyakit
b. Selalu dalam keadaan steril
c. Mencegah kanker payudara
d. Meningkatkan kecerdasan
4. Menurut ibu, manfaat pemberian ASI secara ekslusif bagi bayi
adalah…
a. Mencegah kanker payudara
b. Melindungi terhadap penyakit infeksi
c. Menghemat pengeluaran keluarga untuk membeli susu formula
d. Membantu mengecilkan rahim pada masa nifas
5. Menurut ibu Berapa kali sehari bayi sebaiknya diberi ASI
a. 5 kali sehari
b. Sesering mungkin/ tdk dijadwal
c. 1-2 kali sehari
d. 3-4 kali sehari
6. Jika dalam satu hari setelah bayi lahir ASI belum keluar banyak,
menurut ibu apa yang harus ibu lakukan?
a. Bayi tidak disusukan dan diberikan madu
b. Bayi tetap disusukan tanpa diberikan makanan lain
c. Bayi diberikan susu formula
7. Menurut ibu bagaimana pemberian ASI jika ibu bekerja?
a. Dengan memerah terlebih dahulu ASI dirumah dan diberikan
pada bayi yang ditinggalkan dirumah
b. dengan membawa bayi ke tempat ke
c. memerah ASI di tempat kerja, menyimpan ASI di tempat dingin,
ASI dibawa pulang untuk diberikan kepada bayi
d. Lain – lain, sebut
8. Menurut ibu Apa yang dimaksud dengan ASI Eksklusif?
a. Memberikan ASI sebanyak-banyaknya
b. Memberikan ASI saja kepada bayi dari usia 0 – 6 bulan

59
c. Memberikan ASI kepada bayi dengan tambahan makanan
lainnya (seperti: susu formula, jeruk, madu, dan pisang).
9. Memberikan ASI eksklusif dapat melindungi bayi dari penyakit
berikut, . .kecuali
a. Diare
b. ISPA
c. Radang otak
10. Zat-zat dibawah ini yang harus dimakan ibu saat menyusui
a. Karbohidrat, protein, air, mineral dan lemak
b. Karbohidrat, lemak, vitamin, protein, mineral dan air
c. Tidak tahu
11. Zat dalam ASI yang dapat melindungi bayi terhadap penyakit diare.
a. Kolostrum
b. Antibiotik
c. Tidak tahu
12. Faktor yang tidak mempengaruhi kualitas ASI, yaitu..
a. Asupan gizi yang baik.
b. Penggunaan obat-obatan.
c. Ibu bekerja.
13. Faktor yang mempengaruhi kuantitas/ jumlah ASI, kecuali…
a. Isapan bayi yang sering
b. Pengalaman ibu.
c. Ibu yang sering olahraga (bergerak).
14. Semakin banyak ibu makan dan minum, maka:
a. Tidak berpengaruh pada jumlah ASI.
b. Jumlah ASI yang dihasilkan semakin banyak
c. Jumlah ASI semakin sedikit
15. ASI akan lancar diproduksi, jika :
a. Posisi ibu saat menyusui benar.
b. Ibu banyak bekerja.
c. Banyak makan dan minum.
16. Perangsangan ASI dapat sering dilakukan, jika bayi:
a. Dirawat satu ruangan dengan ibu.
b. Diberi dot (kompeng).
c. Diberi susu formula.
17. Apabila ibu tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya, maka
dampaknya bagi bayi adalah ..
a. Kematian
b. Mudah sakit
c. Tidak mempengaruhi kesehatan bayi

60
C. Dukungan Petugas Kesehatan
1. Apakah ibu pernah mendengar informasi mengenai ASI eksklusif
dari petugas kesehatan?
a. Pernah
b. Tidak pernah
2. Jika pernah, dari siapa ibu mendapat informasi tersebut?
a. Bidan
b. perawat
c. Dokter
d. Petugas kesehatan lain

61

Anda mungkin juga menyukai