PROPOSAL
Oleh :
2021
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Oleh
841420154
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui:
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
i
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh
841420154
Hari/Tanggal :
Waktu :
Penguji :
NIP.
NIDN. 9900981065
3. .. 3. ……….
4. 4. …………
Gorontalo, 2021
ii
NIP. 198506212008122003
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan Karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Faktor Yang
Pada proses penyusunan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak
untuk itu saya menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang
ini masih banyak kekurangan dan belum sempurna, oleh karena itu saya
mengharapkan segala saran dan kritikan yang membangun dari semua pihak.
Namun penulis berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi penulis serta
iii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................................iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.............................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................viii
BAB 1................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah...........................................................................................7
1.3 Rumusan Masalah..............................................................................................8
1.4 Tujuan Penelitian................................................................................................8
1.5 Manfaat Penelitian..............................................................................................9
BAB II.............................................................................................................................10
KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS..........................................................................10
2.1 Kajian Teoritis..................................................................................................10
2.2 Kajian Penelitian Relevan................................................................................23
2.3 Kerangka Teori.................................................................................................26
2.4 Kerangka Konsep.............................................................................................27
2.5 Hipotesis...........................................................................................................28
BAB III............................................................................................................................29
METODE PENELITIAN.................................................................................................29
3.1 Penetapan Lokasi dan Waktu Penelitian...........................................................29
3.2 Desain Penelitian..............................................................................................29
3.3 Variabel Penelitian...........................................................................................30
3.4 Definisi Operasional.........................................................................................31
3.5 Populasi dan Sampel........................................................................................32
3.6 Teknik Pengumpulan Data...............................................................................33
3.7 Instrumen Penelitian.........................................................................................34
3.8 Teknik Analisis Data........................................................................................35
iv
3.9 Hipotesis Statistik.............................................................................................37
3.10 Etika Penelitian................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................41
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
Balita (bawah lima tahun) adalah masa periode emas anak dengan
pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi sangat pesat. Balita juga merupakan
salah satu periode usia manusia yang rentan dengan masalah gizi. Konsekuensi
gangguan gizi pada usia balita adalah gangguan pertumbuhan. Hal ini ditunjukkan
dengan tingginya angka gizi buruk dan gizi kurang (mal nutrisi). (Ni'mah &
Muniroh, 2015). Kurang gizi pada anak balita akan mengakibatkan gangguan
pertumbuhan panjang badan dan berat badan. Salah satu gangguan pertumbuhan
yang diukur berdasarkan tinggi badan menurut umur. Batasan stunting menurut
WHO yaitu tinggi badan menurut umur berdasarkan Z‐score sama dengan atau
Tubuh pendek atau stunting pada masa balita disebabkan oleh kurangnya gizi
kronis atau gizi kurang yang mengakibatkan kegagalan pertumbuhan (Kemenkes, RI,
2018)
zat gizi kronis, baik saat pre-natal maupun post-natal. Stunting merupakan hambatan
pertumbuhan yang diakibatkan oleh, selain kekurangan asupan zat gizi, juga adanya
masalah kesehatan. (Rosmalina, Luciasari, Aditianti, & Ernawati, 2018) Jadi, bisa
disimpulkan bahwa stunting adalah kondisi/ keadaan pada anak Balita yang gagal
1
diakibatkan oleh kekurangan gizi pada waktu yang lama sejak hari pertama
dalam Larasati (2018) Masalah Stunting pada anak cukup serius, karena dikaitkan
dengan risiko angka kesakitan dan kematian yang lebih besar, kejadian obesitas, dan
penyakit tidak menular di masa depan anak, orang dewasa yang pendek, buruknya
2018)
Transmigrasi atau KDPDTT tahun 2017, Anak yang mengalami stunting diakibatkan
oleh lima hal utama yaitu faktor gizi yang buruk pada balita ataupun ibu hamil,
tingkat pengetahuan ibu yang kurang terkait kesehatan dan makanan bergizi saat pre-
intra-post natal, terkendalanya pelayanan kesehatan terutama saat ante natal- post
natal care, pembelajaran dini yang berkualitas, dan keterjangkauan akses air bersih
atau sanitasi yang masih tergolong buruk. (Carr & Springer, 2010 dalam Rahmawati,
Menurut Siyoto (2014) Angka kejadian stunting dengan keadaan tubuh sangat
pendek lebih tinggi (63.3%) dibandingkan dengan balita yang mempunyai keadaan
stunting merupakan hal yang biasa dan menganggap kondisi anak yang pendek
disebabkan oleh faktor genetik dari kedua orang tua. Dari pemahaman tersebut
membuat orang tua memaklumi keadaan anaknya yang stunting, sedangkan genetika
2
Dengan kata lain stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah oleh
orang tua. Hal ini adalah salah satu masalah besar yang dapat mengancam sumber
daya manusia karena tinggi badan adalah parameter yang penting untuk mengukur
dapat dipengaruhi oleh faktor langsung dan faktor tidak langsung. Hasil analisis
status gizi, balita yang mengalami stunting berdasarakan indikator status gizi tinggi
badan per usia balita yang dikategorikan dalam tidak stunting dan stunting menurut
UNICEF terdapat tigal hal yang menjadi faktor terjadinya permasalahan gizi pada
anak yaitu pertama: faktor langsung seperti asupan gizi yang kurang dan status
kesehatan. Kedua: faktor tidak langsung, yaitu ketahanan pangan, lingkungan sosial,
dan lingkungan kesehatan dan lingkungan pemukiman. Ketiga: faktor mendasar atu
faktor pendukung, yaitu krisis ekonomi, politik, dan sosial serta bencana alam. Di
mana faktor mendasar ini dapat memicu munculnya faktor tidak langsung. (UNICEF
faktor utama penyebab stunting dalam wilayah kecamatan baik perkotaan maupun
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Eko Setiawan et. al (2018) pada
balita dengan usia 24-59 bulan di Kota Padang, Sumatera Barat menunjukkan bahwa
faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting yaitu tingkat asupan energi,
riwayat durasi penyakit infeksi, berat badan lahir, tingkat pendidikan Ibu dan status
3
ekonomi. Gambaran faktor penyebab stunting yang tinggi di Aceh pada balita (6-24
rendahnya tingkat kecukupan energi (protein), BBLR, dan pola asuh kurang dengan
tidak diberi ASI eksklusif. (Lestari, Margawati, & Rahfiludin, 2014). Hasil yang
sama juga didapatkan oleh Oktarina & Sudiarti (2013), di Sumatera terjadi
peningkatan prevalensi pada balita (24-59 bulan) akibat dari adanya faktor balita
yang memiliki BBLR, tingkat asupan energi rendah dan karakteristik keluarga.
Pengetahuan gizi Ibu dalam pemberian asupan zat gizi (protein dan lemak) menjadi
faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting sedangkan faktor orangtua yaitu
pendidikan Ayah dan Ibu serta jumlah anggota keluarga tidak berhubungan dengan
Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) (2016) menyatakan bahwa stunting berarti pendek. Tapi
atau pendek sebagai alat ukur stunting pada anak. Sedangkan stunting memiliki
sebab akibat yang kompleks dan dapat dikoreksi dalam 1000 hari kehidupan pertama.
Hal ini berkaitan langsung dengan tempat pos pelayanan masyarakat terpadu
Pada tahun 2017, WHO mendapatkan kurang lebih 150,8 juta (22,2%) anak-
anak di bawah usia lima tahun mengalami hambatan dalam pertumbuhannya. Selain
itu, sekitar 6 juta anak dilaporkan terjadi pengerdilan (Wiliyanarti, Israfil, & Ruliati,
4
2020). Negara berkembang menjadi sasaran penyumbang prevalensi tinggi kejadian
stunting. Lebih dari setengah balita stunting di dunia berasal dari Asia (55%)
sedangkan lebih dari sepertiganya (39%) tinggal di Afrika. Dari 84.6 juta balita
stunting di Asia, proporsi terbanyak berasal dari Asia Selatan (58,7%) dan proporsi
paling sedikit di Asia Tengah (0,9%). (United Nations Children’s Fund, 2018) Data
prevalensi balita stunting yang dikumpulkan oleh WHO (2018), Indonesia termasuk
East Asia Regional (SEAR). Rata-rata prevalensi balita stunting di Indonesia tahun
Dalam penelitian Global Nutrition Report tahun 2014 menyebutkan dari 117
negara yang memiliki tiga masalah gizi pada balita yaitu stunting (37,2%), wasting
Hasil dari Riset Kesehatan Daerah atau RISKESDAS (2018), Angka kejadian
stunting di Indonesia pada tahun 2013 mencapai 37,2%, pada tahun 2018 mencapai
30,8% dan pada tahun 2019 mencapai 27,67%. Walaupun terjadi penurunan sekitar
penurunan stunting menjadi program prioritas nasional, agar pada tahun 2024 dapat
Data dari laporan Pelaksanaan Integrasi Survei Sosial Ekonomi Nasional atau
SUSENAS dan Survei Status Gizi Balita Indonesia atau SSGBI (2019), Provinsi
dengan prevalensi stunting tertinggi di Indoneseia adalah Nusa Tenggara Timur yaitu
sebesar 43,82%, setelah itu Sulawesi Barat sebesar 40,38% dan Nusa Tenggara Barat
5
Bali, yaitu sebesar 19,39%. Sementara itu, Gorontalo termasuk dalam 5 besar dengan
estimasi prevalesi stunting tertinggi setelah Nusa Tenggara Barat, yaitu sebesar
Jika dilihat dari data pemantauan status gizi atau PSG Kementrian Kesehatan
penurunan pada kategori pendek, yaitu rata-rata sebesar 0,9%. Sedangkan pada
kategori sangat pendek terjadi penurunan, pada tahun 2017 sebesar 11,2% dari yang
sebelumnya 11,54% di tahun 2016, namun terjadi peningkatan di tahun 2018 yaitu
sebesar 12,7%. Hal inilah yang membuat Provinsi Gorontalo masuk dalam daftar
Data pada tahun 2019, menunjukkan bahwa dari 6 kabupaten yang ada di
Pada tahun 2020, Kabupaten Bone Bolango berstatus zona merah sesuai
situasi tersebut, menetapkan 27 desa Lokasi Kasus Stunting 2021 di Kabupaten Bone
Perangkat Daerah atau OPD dan desa dapat mengarahkan program kegiatan
pencegahan dan penanganan stunting di tahun 2021. Kasus terbanyak pertama terjadi
di Desa Bulango Selatan sebesar 38,32%, kedua di Desa Suwawa Selatan, dan yang
6
ketiga sebesar 34,43% terjadi di Desa Ulantha. (LGCB-ASR, 2020) Mudahnya akses
transportasi dan hematnya waktu menuju Desa Ulantha, menjadikan Desa ini sering
pemerintah Kabupaten Bone Bolango dengan dibantu oleh pihak Puskesmas Ulantha
sebagai wilayah kerjanya. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik dalam
Berdasarkan observasi data awal dan hasil wawancara dengan 15 orang tua
yang anaknya terdiagnosis stunting, para kader kesehatan dari desa Ulantha, desa
Huluduotamo, desa Helumo, dan desa Bube baru, serta koordinator gizi Puskesmas
Ulantha pada bulan Juni tahun 2021, dari banyaknya faktor yang mempengaruhi
angka prevalensi kejadian stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Ulantha,
memperkirakan penyebabnya yaitu Tinggi badan Ayah/Ibu, Berat badan lahir anak
rendah, pemberian ASI eksklusif, status ekonomi, pola asuh yang kurang efektif, dan
sanitasi lingkungan yang masih kurang sehat. (Ulantha, 2021) Banyaknya faktor
dan wilayah lainnya berbeda-beda. Oleh karena itu, diperlukan sebuah penelitian
agar memastikan faktor penyebab atau faktor lain yang berhubungan sehingga
sebuah akibat dari masalah yang telah terjadi dapat ditemukan solusi yang tepat.
1. Pada tahun 2019 Gorontalo menjadi urutan ke-4 dengan angka prevalensi stunting
Bone Bolango berada di posisi urutan terakhir kabupaten yang memiliki jumlah
stunting.
7
2. Pada tahun 2020, Kabupaten Bone Bolango berstatus zona merah dengan kejadian
3. Pada tahun 2020, telah ditetapkan 27 desa lokasi kasus stunting untuk alokasi
Bolango.
4. Hasil observasi, pengambilan data awal dan wawancara dengan 15 orangtua, para
kader kesehatan dan petugas gizi yang ada di wilayah kerja Puskesmas Ulantha,
masih memperkirakan bahwa faktor tinggi badan Ayah/Ibu, berat badan lahir anak
yang rendah, pemberian ASI eksklusif dan status ekonomi yang mungkin menjadi
masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan penelitian ini yaitu : apakah faktor
Tinggi badan Ayah/Ibu, Berat badan lahir anak, pemberian ASI eksklusif dan status
ekonomi berhubungan dengan kejadian stunting pada balita usia 1-59 bulan di
pada Balita usia 1-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Ulantha, Kecamatan
Tujuan Khusus :
kejadian stunting.
8
2. Untuk menganalisis hubungan berat badan lahir anak dengan
kejadian stunting.
stunting.
stunting
1. Bagi Peneliti
keperawatan Komunitas.
9
BAB II
tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur
dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi
2018)).
banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi Ibu saat hamil, kesakitan
pada bayi dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita stunting di masa yang
yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pndek (kerdil) dari standar usianya.
mendapatkan asupan bergizi dalam jumlah yang tepat dalam waktu yang lama
10
2.1.2 Penyebab Stunting
kesehatan dan sistem sanitasi dan air bersih menjadi faktor penyebab
kejadian stunting.
2. Pada tingkat rumah tangga (keluarga) kualitas dan kuantitas makanan yang
kurang, tingkat pendapatan yang tidak optimal, jumlah dan struktur anggota
keluarga, pola asuh makan anak yang tidak optimal, pelayanan kesehatan
dasar yang tidak optimal, sanitasi dan air bersih tidak memadai menjadi
3. Faktor penyebab yang terjadi pada tingkat rumah tangga akan berdampak
pada keadaan individu, terutama bagi anak berumur dibawah 5 tahun, dalam
hal asupan makanan yang menjadi tidak seimbang, berat badan lahir anak
Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu bayi yang
lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram, bayi dengan berat badan
intelektualnya selain itu bayi lebih rentan terkena infeksi dan terjadi
11
Dalam Multi-sectoral Approaches to Nutrition, Nutrition-spesific and
1. Penyebab secara langsung terdiri dari Asupan gizi yang kurang dan penyakit
satu hasil dari metabolisme tubuh. (Candra, 2020) Di negara maju, nutrisi
2006)
2. Penyebab tidak langsung terdiri dari kerawanan pangan rumah tangga; pola
3. Akar masalah terdiri dari akses pelayanan yang tidak memadai; keuangan
dan SDM yang tidak memadai; serta keadaan sosial, budaya, ekonomi dan
Status ekonomi kurang dapat diartikan daya beli juga rendah sehingga
kemampuan membeli bahan makanan yang baik juga rendah. Kualitas dan
kuantitas makanan yang kurang menyebabkan kebutuhan zat gizi anak tidak
12
terpenuhi, padahal anak memerlukan zat gizi yang lengkap untuk
harga bahan pangan di negara kita sebenarnya tidak mahal dan sangat
terjangkau. Jenis bahan makanan juga sangat bervariasi dan dapat diperoleh
menyebabkan banyak orangtua yang beranggapan bahwa zat gizi yang baik
hanya terdapat dalam makanan yang mahal. Membuat masakan yang bergizi
dan enak untuk sang buah hati membutuhkan kreativitas dan kesabaran.
tinggi akan memiliki wawasan dan pengetahuan yang lebih luas jika
rendah. (Notoatmodjo S. , 2003) Anak-anak yang lahir dari orang tua yang
yang lahir dari orang tua yang tingkat pendidikanya rendah. (Akombi,
dilakukan di Nepal juga menyatakan bahwa anak yang terlahir dari orang
13
tua yang berpendidikan berpotensi lebih rendah menderita stunting
dibandingkan anak yang memiliki orang tua yang tidak berpendidikan. Hal
ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Haile yang menyatakan
bahwa anak yang terlahir dari orang tua yang memiliki pendidikan tinggi
hamil dan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. (Haile, Denwoz, Azage,
Penyebab stunting juga dapat terjadi sejak dalam kandungan Ibu, dan
asam folat, protein, kalsium, zat besi, dan omega-3 cenderung melahirkan
Kemudian saat lahir, anak tidak mendapat ASI eksklusif dalam jumlah
yang cukup dan makanan pendamping ASI dengan gizi yang seimbang
ketika berusia 6 bulan ke atas. Asupan Makanan Sehat dan Bergizi sebagai
asupan kalori murni adalah salah satu penyebab pertumbuhan pada anak
14
Indonesia Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif
adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI) tanpa menambahkan dan atau
mengganti dengan makanan atau minuman lain yang diberikan kepada bayi
kebutuhan bayi 0-6 bulan telah dapat terpenuhi dengan pemberian ASI saja.
Menyusui eksklusif juga penting karena pada usia ini, makanan selain ASI
belum mampu dicerna oleh enzim-enzim yang ada di dalam usus. Selain itu
Eksklusif ini sendiri sangat banyak mulai dari peningkatan kekebalan tubuh,
3. Kebersihan Lingkungan
akses air bersih yang buruk bisa meningkatkan potensi terjadinya infeksi
15
sumber penyakit. Penyakit infeksi yang disebabkan hygiene atau buruknya
Kebutuhan akan air bersih juga bisa mencegah anak dan keluarga dari risiko
infeksi penyakit. Setiap keluarga harus memiliki sumber air yang layak.
Sumber air layak artinya tersedianya air minum, hydrant umum, terminal
air, penampang air hujan, mata air/sumur terlindung, atau sumur bor/pompa,
Masalah gizi pada anak balita tidak mudah dikenal oleh pemerintah, atau
masyarakat bahkan keluarga karena anak tidak tampak sakit. Terjadinya kurang
gizi tidak selalu didahului oleh terjadinya bencana kurang pangan dan
kelaparan seperti kurang gizi pada dewasa. Hal ini berarti dalam kondisi
pangan melimpah masih mungkin terjadi kasus kurang gizi pada anak balita.
atau tinggi badan sebesar < 2 Z-score atau lebih menurut buku rujukan
berlangsung lama (misalnya infeksi dan asupan makanan yang buruk), yang
kemudian tidak terimbangi oleh catchup growth (kejar tumbuh). Dampak dari
kekurangan gizi pada awal kehidupan anak akan berlanjut dalam setiap siklus
hidup manusia. Wanita usia subur (WUS) dan ibu hamil yang mengalami
kekurangan energi kronis (KEK) akan melahirkan bayi dengan berat badan
lahir rendah (BBLR). BBLR ini akan berlanjut menjadi balita gizi kurang
16
(stunting) dan berlanjut ke-usia anak sekolah dengan berbagai konsekuensinya.
(WHO, 2013)
yang tepat, akurat karena memiliki ambang batas dan rujukan yang pasti,
17
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI tahun 2010 maka gizi
18
1. Faktor Genetik
memiliki tubuh tinggi. Rata-rata tinggi badan anak juga akan berbeda di
setiap negara akibat adanya perbedaan latar belakang serta perbedaan DNA.
faktor yaitu faktor internal seperti faktor genetik dan faktor eksternal seperti
faktor penyakit dan asupan gizi sejak usia dini. Faktor genetik adalah faktor
yang tidak dapat diubah sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang dapat
diubah. Hal ini berarti jika ayah pendek karena gen-gen yang ada pada
pada keturunannya, maka stunted yang timbul pada anak atau keturunannya
sulit untuk ditanggulangi. Tetapi bila ayah pendek karena faktor penyakit
atau asupan gizi yang kurang sejak dini, seharusnya tidak akan
badan normal asalkan tidak terpapar oleh faktor-faktor risiko yang lain.
(Candra, 2020)
19
Stunting (kerdil) dan stunted (pendek) adalah kategori yang sama
menghasilkan tubuh yang tidak terlalu tinggi. Namun stunting dan stunted
tidak sama. Stunting adalah pendek namun pendek belum tentu stunting.
hari pertama kehidupan anak (1000 HPK). Kondisi ini berefek jangka
2. Jenis Kelamin
tidak biasa dilakukan wanita. Selama masa bayi dan anak-anak, anak
severe stunted daripada anak laki-laki. Selain itu, bayi perempuan dapat
memasuki masa puber dua tahun lebih awal daripada anak laki-laki, dan dua
tahun juga merupakan selisih dipuncak kecepatan tinggi antara kedua jenis
3. Faktor nutrisi
badan. Untuk itu, nutrisi yang seimbang penting agar anak tumbuh dengan
20
baik. Pasalnya di daerah yang kurang sejahtera, banyak anak ditemukan
4. Kondisi lingkungan
juga berpengaruh. Anak yang bergizi baik, sehat, dan aktif cenderung lebih
tinggi ketika tumbuh dewasa dibandingkan dengan anak dengan pola makan
yang menentukan tinggi tubuh seseorang. Seorang ibu hamil yang mendapat
nutrisi tepat, menghindari untuk tidak merokok, tidak minum alkohol dan
memiliki gaya hidup sehat akan memberikan semua yang dibutuhkan oleh
janin agar tumbuh sehat. Namun di sisi lain, seorang wanita yang merokok,
kehamilan, maka akan lebih cenderung melahirkan bayi dengan berat badan
rendah dan pada akhirnya anak tersebut akan tumbuh lebih pendek
5. Aktivitas fisik
menumbuhkan tulang yang kuat dan sehat. Beberapa jenis olahraga juga
dapat membantu anak tumbuh tinggi, seperti basket. (Fitrianti & Deriyanthi,
2020)
21
6. Kelainan patologis
22
2.2 Kajian Penelitian Relevan
JUDUL JUMLAH
NO NAMA PENELITI VARIABEL PENELITIAN METODE PENELITIAN
PENELITIAN RESPONDEN
Nadia Nabila Larasati Faktor - Faktor Yang Independen : - Jenis Penelitian: 152 sampel, terbagi 2
1. (2018) Berhubungan Dengan 1. Tinggi badan Ibu Case control kelompok :
Kejadian Stunting 2. Tingkat pendidikan Ibu - Teknik pengambilan sampel 1. 76 sampel kontrol
Pada Balita Usia 25- 3. Status ekonomi yaitu dengan simple random 2. 76 sampel kasus
59 Bulan Di Posyandu 4. Pemberian ASI eksklusif sampling.
Wilayah Puskesmas 5. Berat bayi lahir
Wonosari II Tahun 6. Jenis kelamin
2017 Dependen :
Kejadian Stunting
Venny Marisai Kullu, Faktor - Faktor Yang Independen: - Jenis penelitian ini adalah 80 sampel
2. Yasnani, dan Hariati Berhubungan Dengan 1. Pola Asuh Ibu observasional analitik
Lestari (2018) Kejadian Stunting 2. Riwayat penyakit infeksi - Teknik pengambilan sampel
Pada Balita Usia 24- 3. Rangsangan psikososial yaitu dengan Exhaustive
59 Bulan Di Desa Dependen : Sampling
Wawatu Kecamatan Kejadian Stunting
Moramo Utara
Kabupaten Konawe
Selatan Tahun 2017
23
Wiwin Barokhatul
Faktor yang Independen: - Jenis penelitian ini, yaitu 76 sampel
3. Maulidah, Ninnaberhubungan dengan 1. Tingkat konsumsi energi, analitik observasional
Rohmawati, dankejadian stunting pada protein, zink dan kalsium. - Teknik pengambilan sampel
Sulistiyani (2019) balita di Desa 2. Riwayat penyakit kronis. menggunakan teknik simple
Panduman Kecamatan 3. Riwayat BBLR random sampling.
Jelbuk Kabupaten Dependen:
Jember Kejadian Stunting
Eko Setiawan, Faktor-Faktor yang Independen: - Jenis penelitian ini adalah 74 sampel
4. Rizanda Machmud, Berhubungan dengan 1. Tingkat asupan energi studi analitik observasional
dan Masrul (2018) Kejadian Stunting 2. Riwayat durasi penyakit - Teknik pengambilan sampel
pada Anak Usia 24-59 infeksi simple random sampling.
Bulan di Wilayah 3. Berat Lahir Bayi
Kerja Puskesmas 4. Tingkat pendidikan Ibu
Andalas Kecamatan 5. Tingkat ekonomi
Padang Timur, Kota Dependen:
Padang Tahun 2018 Kejadian Stunting
24
Berdasarkan ke empat jurnal pada tabel kajian penelitian relevan tersebut di
atas, perbedaan penelitian ini dengan ke empat penelitian tersebut dapat dilihat dari
Responden.
dengan jurnal kedua dan ketiga, untuk teknik pengambilan sampel sama dengan
dilihat pada variabel dependen. Pada penelitian sebelumnya dan penelitian ini,
variabel dependen yang digunakan yaitu kejadian stunting pada kelompok usia
Balita. Namun terdapat perbedaan dalam memilih usia berdasarkan bulan, karena
25
2.3 Kerangka Teori
26
2.4 Kerangka Konsep
ASI Eksklusif
Ekonomi Keluarga
Keterangan :
Variabel Independen
Variabel Dependen
27
2.5 Hipotesis
a. Tidak ada hubungan antara faktor tinggi badan Ayah/Ibu dengan kejadian
b. Tidak ada hubungan antara faktor Berat Badan Lahir Rendah dengan
a. Ada hubungan antara faktor tinggi badan Ayah / Ibu dengan kejadian
b. Ada hubungan antara faktor Berat Badan Lahir Rendah dengan kejadian
28
BAB III
METODE PENELITIAN
Pos di Desa Ulantha, 1 Pos di tiap Desa Huluduotamo, Helumo dan Bube baru.
2010)
2010)
29
3.3 Variabel Penelitian
manipulasi suatu penelitian. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu :
4. Ekonomi Keluarga
30
3.4 Definisi Operasional
SKALA/
DEFINISI
NO VARIABEL ALAT UKUR HASIL UKUR JENIS
OPERASIONAL
DATA
1 Variabel Keadaan status gizi - Stadiometer - Pendek (<-2 SD) Nominal
Dependen: seseorang - Timbangan - Sangat Pendek
Stunting berdasarkan z-skor mekanik/ (<-3 SD)
tinggi badan (TB) timbangan
terhadap umur (U) injak dan
dimana terletak Timbangan
pada <- 2 SD. gantung
Diperoleh dari (dacin)
pengukuran. - Aplikasi Z-
score
2 Variabel Tinggi Badan Ayah - Stadiometer - Skor 1 = Berisiko Nominal
Independen: atau Ibu terakhir - Kuesioner ( jika Ayah < 158
Tinggi Badan pengukuran cm dan Ibu <145
Ayah/ Ibu (minimal 6 bulan cm)
terakhir) - Skor 2 = Tidak
berisiko (jika Ayah
> 158 cm dan Ibu
>145cm)
3 Berat Badan Ukuran dari berat - Buku KIA - Skor 1 = Berisiko Nominal
Lahir Anak atau masa bayi (rekam (<2500 gram)
yang ditimbang medis) - Skor 2 = Tidak
dalam bentuk gram - Kuesioner Berisiko (>2500
pada waktu 1 jam gram)
pertama setelah
lahir. Diperoleh
dari data primer
(buku KIA) dengan
angket.
4 Pemberian Cara pemberian - Kuesioner - Skor 1 = <20 Nominal
ASI eksklusif ASI eksklusif pada campuran (Tidak Eksklusif)
bayi dalam kurun 6 - Skor 2 = >20 (Ya,
bulan pertama Eksklusif)
setelah lahir tanpa
makanan
31
tambahan/
pendamping/ susu
formula. Diperoleh
dengan data primer
dan menggunakan
angket.
3.5.1 Populasi
terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
(usia 1-59 bulan) yang terdaftar stunting dengan kategori “pendek” dan
3.5.2 Sampel
32
Menurut Sugiyono (2017) Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan
misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat
sampel dimana sejumlah sampel sama dengan populasi. Hal ini sering
dilakukan bila jumlah populasi relative kecil, kurang dari 100 orang atau
kecil.
populasi sebagai objek penelitian karena jumlah populasi yang akan diteliti
kurang dari 100, yaitu sebanyak 59 orangtua dari 60 balita berusia 1-59
bulan.
kepada responden.
33
Data sekunder ini merupakan data yang sifatnya mendukung
dalam penelitian ini diperoleh dari buku KIA, laporan Petugas Kesehatan
primer yaitu kuesioner (angket) campuran yang berisi pertanyaan (positif dan
negatif) dan lembar cheklist yang akan dibagikan kepada responden untuk diisi
1. Nomor Responden
3. Identitas Orang Tua, Nama atau inisial Ayah atau Ibu, Pendidikan
terakhir, Pekerjaan, dan Nama atau inisial anak, jenis kelamin anak,
dengan skor 1 dan berisiko jika <158 cm. Sedangkan untuk tinggi badan
Ibu, Tidak berisiko jika >145 cm dan tidak berisiko jika <145 cm.
34
Cheklist berat lahir anak, berisi 2 kategori. Kategori berisiko, jika
berat <2500 gram (BBLR). Sedangkan kategori tidak berisiko, jika berat
>2500 gram.
negatif. Ayah atau Ibu diberi kesempatan untuk mengisi kolom YA atau
TIDAK.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
35
x
P= 100 %
y
Keterangan :
Y : ∑ ❑sampel total
pendidikan, status ekonomi, pemberian ASI, dan berat bayi lahir dengan
kejadian stunting pada balita usia 1-59 bulan. Uji statistik sebagai berikut:
1. Chi-square
memenuhi syarat uji Chi-square yaitu tidak ada nilai expected yang
kurang dari 5. Jika syarat uji Chi-square tidak terpenuhi, maka dapat
dipakai uji alternatifnya yaitu uji Fisher’s Exact Test. Kedua variabel
0,05.
36
Keterangan :
= Chi Kuadrat
mana yang lebih erat hubungannya dengan variabel dependent dengan nilai
p <0,25.
3.9.2 Bila t >0,05 artinya H0 diterima dan Ha ditolak maka tidak terdapat
37
pemberian ASI dan berat lahir dengan kejadian stunting di Puskesmas
Ulantha.
ini berhubungan langsung dengan manusia yang mempunyai hak asasi dalam
atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menulis kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
38
Masalah ini merupakan masalah etika yang memberikan jaminan
oleh peneliti, hanya kelompok tertentu yang akan dilaporkan pada hasil
indentitas responden.
3.10.4 Beneficiency
sebagainya.
and benefits)
39
memberikan manfaat pada pada peneliti, subyek penelitian dan masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
Akombi, B. J., Agho, K. E., Hall, J. J., Maron, D., Astel-Burt, T., & Renzaho, A.
M. (2017). Stunting and Severe stunting among children under-5
years in Nigeria: A multilevel analysis. Nigeria: BMC Pediatrics.
40
Al-Rahmat, A., Miko, A., & A, H. (2013). Kejadian Stuntig Pada Anak Balita
Ditinjau Dari Pemberian ASI Eksklusif, MP-ASI, Status imunisasi dan
karakteristik keluarga Di Kota Banda Aceh. Jurnal Kesehatan Ilmiah
Nasawakes , 169-184.
Arifin, D. Z., Irdasari, S. Y., & Sukandar, H. (2012). Analisis sebaran dan faktor
risiko stunting pada balita di Kabupaten Purwakarta. Epidemiologi
Komunitas FKUP Bandung.
Asikin, Z. F., Ismail, S., & Utiya, M. (2020). Hubungan BBLR dan Pola Asuh
Gizi Dengan Kejadian Stunting di Desa Tabumela Kabupaten
Gorontalo. Jurnal Kesehatan , 66-76.
CLINIK. (2021). Clinik.id. Dipetik Agustus 15, 2021, dari Kesehatan, Kecantikan,
dan Gaya Hidup: https://clinik.id/faktor-yang-mempengaruhi-
pertumbuhan-tinggi-badan/
Direktorat Bina Kesehatan Ibu. (2012). Direktorat Bina Kesehatan Ibu Akan
Lakukan Assessment Kualitas Pelayanan Kesehatan Ibu di 20
Kabupaten/Kota. Dipetik Juli 25, 2021, dari http://www.depkes.go.id
Eko. (2016). Pendek Belum Tentu Stunting, Pahami Perbedaan Stunted dan
Gagal Tumbuh Pada Anak Usia Dini. Dipetik Agustus 15, 2021, dari
Ruang Guru Paud-Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan:
https://anggunpaud.kemdikbud.go.id/berita/index/20210810094448/Pe
ndek-Belum-Tentu-Stunting-Pahami-Perbedaan-Stunted-dan-Gagal-
Tumbuh-Pada-Anak-Usia-Dini#:~:text=Namun%20stunting%20dan
%20pendek%20adalah%20kondisi%20kesehatan%20berbeda
%2C,jangka%20panjang%2
Fitrianti, A., & Deriyanthi, D. (2020, Oktober 14). Bukan Hanya Genetik Moms,
Ini 6 Faktor yang Memengaruhi Tinggi Badan Anak. Dipetik Agustus
15, 2021, dari Good Doctor:
https://www.gooddoctor.co.id/parenting/gizi-anak/bukan-hanya-
41
genetik-moms-ini-6-faktor-yang-memengaruhi-tinggi-badan-anak/
#:~:text=Berdasarkan%20penelitian%2C%20setidaknya%20faktor
%20genetik%20punya%20pengaruh%20sebesar,dan%20marfan
%20syndrome%20juga%20da
Haile, Denwoz, Azage, M., Mola, T., & Rainey, R. (2016). Exploring spatial
variations and factors associated with childhood stunting in Ethiopia:
spatial and multilevel analysis. Ethiopia: BMC Pediatrics.
Kemenkes, RI. (2018). Situasi Balita Pendek di Indonesia, Buletin Jendela Data
dan Informasi. Jakarta: Pusat Data dan Informasi.
Lai, C. Q. (2006, Desember 11). How much of human height is genetic and how
much is due to nutrition? Dipetik Agustus 15, 2021, dari
SCIENTIFIC: https://www.scientificamerican.com/article/how-much-
of-human-height/
Lestari, Margawati, & Rahfiludin. (2014). Faktor Risiko Stunting pada anak
umum 6-24 bulan di kecamatan Penanggalan kota Subussalam
provinsi Aceh. Jurnal Gizi Indonesi , ISSN : 1858-4942.
42
LGCB-ASR. (2020, 6 14). Aksi#1: Analisis Situasi Bone Bolango Memerangi
Stunting Melalui 27 Desa Lokus 2021. Dipetik 7 25, 2021, dari DitJen
Bina Bangda: aksi.bangda.kemendagri.go.id
Ramli, e. a. (2009). Prevalene and Risk Faktor for Stunting and Severe Stunting
Among Under Fives in North Maluku Province of Indonesia. Florida:
BMC Pediatrics.
Redaksi Dokter Sehat. (2020, Mei 19). Stunting pada Anak: Penyebab, Bahaya,
dan Pencegahan. Dipetik Agustus 15, 2021, dari dokter sehat -
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia:
https://doktersehat.com/mengenal-bahaya-stunting-pada-anak-dan-
pencegahannya/
Rosmalina, Y., Luciasari, E., Aditianti, A., & Ernawati, F. (2018). Upaya
Pencegahan Dan Penanggulangan Batita Stunting: Systematic Review.
Gizi Indonesia , 1-14.
43
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Administrasi. Dalam P. D. Sugiyono.
Bandung: Alfabeta.
Wiliyanarti, P. F., Israfil, & Ruliati. (2020). Peran Keluarga dan Pola Makan
Balita Stunting. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah , 142-143.
44
LAMPIRAN
Kepada:
Di
Tempat
45
Dengan hormat,
Saya sebagai mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo Fakultas Olahraga Dan
Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan, bermaksud melaksanakan penelitian
mengenai “Faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada BALITA (1-
59 bulan) di wilayah kerja Puskesmas Ulantha”. Data yang diperoleh dari
penelitian ini akan bermanfaat terutama bagi orangtua yang memiliki anak balita
dan masyarakat pada umumnya agar dapat meningkatkan derajat kesehatan.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, saya bermohon kesediaan
saudara(i) untuk memberikan jawaban atas peryataan yang ada dalam kuisioner
sesuai dengan petunjuk. Kerahasiaan data pribadi saudara(i) akan sangat kami
jaga. Dan informasi yang saya dapatkan akan saya gunakan hanya untuk
kepentingan penelitian.
Saya menjamin bahwa jawaban yang diberikan dan juga penelitian ini
tidak merugikan saudara, apabila saudara bersedia mengisi kuisioner, saya mohon
untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi responden (terlampir) dan
mohon dikembalikan setelah terisi.
Atas perhatian dan kesediaan saudara, saya mengucapkan terima kasih.
Hormat Saya
Peneliti
46
Saya (Setuju/Tidak setuju) untuk mengisi kuisioner yang diberikan peneliti.
Saya mengerti bahwa saya menjadi bagian dari peneliti yang setuju
Puskesmas Ulantha. Saya telah diberitahu bahwa jawaban kukisioner tidak akan
Partisipasi saya atau penolakkan saya untuk menjawab kuisioner ini tidak
akan merugikan saya. Saya mengerti bahwa tujuan penelitian ini akan sangat
Demikian secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya
Gorontalo 2021
Responden
( )
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING
PADA BALITA USIA 1-59 BULAN
47
Keterangan :
- Isilah kolom yang ada pada tabel
- Berilah tanda √ pada bagian ( )
- Tanyakan kepada peniliti, jika ada hal yang kurang dimengerti.
A. Identitas Orang Tua
Ayah
Nama
Ibu
( ) Tidak Sekolah
( ) SD/ Sederajat
( ) SMP/Sederajat
Ayah
( ) SMA/Sederajat
( ) Diploma
( ) S1
Pendidikan
( ) Tidak Sekolah
( ) SD/ Sederajat
( ) SMP/Sederajat
Ibu
( ) SMA/Sederajat
( ) Diploma
( ) S1
Ayah
Pekerjaan
Ibu
< Rp. 2.586.900 ( )
Pendapatan Keluarga
> Rp. 2.586.900 ( )
Ayah Cm
Tinggi Badan
Ibu Cm
Keterangan :
- Isilah kolom yang ada pada tabel
- Berilah tanda √ pada bagian ( )
- Tanyakan kepada peniliti, jika ada hal yang kurang dimengerti.
B. Identitas dan Data Antropometri Balita
Nama
Tempat, Tanggal Lahir
Umur Tahun, Bulan
( ) Perempuan
Jenis Kelamin
( ) Laki-laki
Berat Badan Kg
Tinggi Badan Cm
48
Keterangan :
- Isilah kolom yang ada pada tabel
- Tanyakan kepada peniliti, jika ada hal yang kurang dimengerti.
C. Berat dan Panjang Badan Lahir
Berapa berat Anak Ibu saat lahir? Kg
(lihat buku KIA)
Berapa panjang Anak Ibu saat lahir? Lihat buku KIA) Cm
Keterangan :
- Isilah kolom yang ada pada tabel
- Berilah tanda √ pada bagian ( )
- Tanyakan kepada peniliti, jika ada hal yang kurang dimengerti.
D. ASI Eksklusif
( ) ya
Apakah Ibu pernah menyusui ... (nama anak)?
( ) tidak
( ) ASI tidak keluar
( ) Anak sakit
Jika tidak, mengapa Ibu tidak memberikan ASI? ( ) Ibu sakit
( ) Lainnya..
49