Anda di halaman 1dari 32

KARAKTERISTIK IBU AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN DI PMB Y KOTA

PALANGKA RAYA

PROPOSAL

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

Siska Wahyuni

PO.62.24.2.19.193

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA
MANUSIA
POLITEKNIK KESEHATAN PALANGKA RAYA
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga tukas penyusunan Karya Tullis Ilmiah dengan judul : “karakteristik
ibu akseptor KB suntik 3 bulan di PMB Y Kota Palangka Raya”, dapat diselesaikan tepat
waktunya.
Karya Tulis Ilmiah ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai
pihak yang tidak bias disebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini penulis
menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada :
1. Ibu Dhini, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya
2. Ibu Oktaviani, S.SiT.,M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Palangka Raya
3. Ibu Riyanti, S.SiT.,M.Keb selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Palangka Raya Ibu Itma
4. Annah, SKM.,M.Kes selaku pembimbing, yang telah memberikan pengarahan dan
bimbingan dari mulai persiapan sampai dengan akhir penulisan Proposal Karya Tulis
Ilmiah.
5. Ibu Irene Febriani, S.Kep.,MKM selaku ketua Penguji yang telah banyak memberikan
arahan dan masukan pada Proposal Karya Tulis Ilmiah ini
6. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan, doa serta materil
7. Seluruh teman-teman mahasiswa Jurusan kebidanan Politeknik Kesehatan Palangka
Raya yang telah memberikan dukungan baik berupa motivasi maupun kompetisi yang
sehat dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang ikut andil dalam
terwujudnya Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam Proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan, hal ini karena adanya kekurangan dan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

Palangka Raya, Agustus 2021

Peneliti
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................................

DAFTAR TABEL...........................................................................................................
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................

A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
C. Tujuan Penelitian............................................................................................
D. Manfaat Penelitian..........................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................

A. Telaah Pustaka.....................................................................................................
1. Keluarga Berencana (KB)........................................................................
2. Akseptor (KB)..........................................................................................
3. Kontrasepsi...............................................................................................
4. Alat Kontrasepsi Suntik 3 Bulan (DMPA)..............................................
5. Tinjauan Karakteristik ibu akseptor KB 3 bulan.....................................
B. Kerangka Teori....................................................................................................
C. Kerangka Konsep.................................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN..................................................................................


A. Desain Penelitian.................................................................................................
B. Lokasi dan Waktu Penelitian...............................................................................
C. Subjek Penelitian.................................................................................................
D. Variabel Penelitian...............................................................................................
E. Definisi Operasional............................................................................................
F. Teknik Pengumpulan Data...................................................................................
G. Pengelolahan dan Analisis Data..........................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Definisi Operasional Penelitian Karakteristik Pengetahuan Ibu Tentang KB


Suntik 3 bulan di PMB S Kota Palangka Raya........................................
DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Teori .......................................................................................

Bagan 1.2 Kerangka Konsep ....................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga berencana merupakan usaha untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas melalui promosi, perlindungan, dan bantuan dalam mewujudkan hak-hak
reproduksi serta penyelenggaraan pelayanan, pengaturan dan dukungan yang
diperlukan untuk membentuk keluarga dengan usia kawin yang ideal, mengatur jumlah,
jarak, dan usi ideal melahirkan anak, mengatur kehamilan dan membina ketahanan serta
kesejahteraan anak (BKKBN, 2015).
Keluarga Berencana (KB) adalah suatu program yang dicanangkan pemerintah
dalam upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan
usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Hanafi, 2010).
Menurut WHO jumlah penggunaan kontrasepsi suntik di seluruh dunia yaitu
sebanyak 4.000.000 atau sekitar 45%. Di Amerika Serikat jumlah penggunaan
kontrasepsi suntik sebanyak 30% sedangkan di Indonesia kontrasepsi suntik merupakan
salah satu kontrasepsi yang populer. Kontrasepsi di Indonesia paling banyak di minati
yaitu kontrasepsi suntik sebesar 34,3% (RISKESDAS, 2013).
Jumlah PUS Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2019 sebanyak 426.398 pasang.
Dari seluruh PUS yang ada, sebanyak 311.370 PUS (71.4 persen) adalah peserta KB
aktif. peserta KB aktif memilih alat kontrasepsi seperti Suntik 46,5 persen, Pil KB
sebanyak 20,8 persen dan implan sebesar 3.5 persen sedangkan alat kontasepsi yang
paling sedikit digunakan adalah Kondom 1 persen, AKDR 0.7 persen, MOW sebanyak
0.3 persen MOP sebanyak 0.1 persen. Cakupan peserta KB aktif Provinsi Kalimantan
Tengah tahun 2019 per Kabupaten/kota dengan cakupan tertinggi adalah Murung Raya
yaitu 100 persen, diikuti Kota Palangka Raya 84,9,0 persen, dan Barito Selatan 83,8
persen. Kabupaten dengan cakupan terrendah Barito Utara sebesar 43,4 persen, diikuti
Kotawaringin Timur 55,8 persen, dan Sukamara 58,5 persen.
Tingginya akseptor KB dalam pemillihan KB suntik 3 bulan tentunya tidak lepas
dari faktor-faktor yang mempengaruhi akseptor KB memilih metode kontrasepsi. Data
di atas menunjukkan bahwa KB suntik merupakan metode dengan minat tertinggi.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seorang ibu dalam memilih alat kontrasepsi
dalam rahim, diantaranya: usia, tingkat pendidikan, pengetahuan, ekonomi, tarif
pelayanan, persetujuan pasangan, dan budaya (Handayani, 2010).
Kebanyakan dari akseptor KB memilih KB suntik karena mereka hanya perlu
melakukannya 1-3 bulan sekali dan tidak perlu melalui proses trauma seperti pada saat
pemasangan spiral. Kontrasepsi suntik dinilai efektif, pemakaiannya yang praktis,
harganya relatif murah dan aman (Uliyah, 2010). KB suntik 3 bulan juga tidak
mempengaruhi proses menyusui, tidak bergantung pada faktor senggama, bisa
digunakan oleh semua wanita yang usia reproduktif (Saifuddin, 2010).
Faktor umur, umur seseorang menentukan metode kontrasepsi yang akan dipilih
semakin tua usia seseorang akan meningkatkan kemungkinan untuk tidak menginginkan
kehamilan lagi, serta memilih metode kontrasepsi yang cocok dan efektif.
Pendidikan kesehatan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam
upaya meningkatkan pengetahuan wanita usia subur. Pengetahuan merupakan hasil
tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Proses mencari tahu ini mencakup berbagai metode dan konsep-konsep, baik melalui
proses pendidikan maupun pengalaman, termasuk dalam sesi tanya jawa selama proses
pendidikan kesehatan (Notoatmojo, 2012).
Melalui pendidikan kesehatan, wanita usia subur dapat meningkatkan
pengetahuan tentang akseptor KB yang dapat digunakan. Sehingga membuat pengguna
KB lebih nyaman terhadap kontrasepsi tersebut dan dengan pengetahuan yang baik
akan alat kontrasepsi dapat menghindari kesalahan dalam pemilihan alat kontrasepsi
yang paling sesuai bagi pengguna itu sendiri (Mahmudah, 2015).
Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang
kehidupannya dan kehidupan keluarga. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang
menyita waktu serta dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Lingkungan pekerjaan dapat membentuk suatu
pengetahuan karena adanya saling bertukar informasi antara satu sama lainnya (Wawan
dan Dewi, 2010).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah di
atas sebagai bahan penelitian untuk Karya Tulis Ilmiah dengan Judul “Karakteristik Ibu
Akseptor KB Suntik 3 Bulan Di PMB Y Kota Palangka Raya”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Bagaimana karakteristik
akseptor KB suntik 3 bulan di PMB Y Kota Palangka Raya ?”.

C. Tujuan Masalah
1. Tujuan Umum
Mengetahui karakteristik ibu akseptor KB suntik 3 bulan di PMB Y Kota
Palangka Raya.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik ibu akseptor KB suntik 3 bulan di PMB Y Kota
Palangka Raya berdasarkan umur.
b. Mengetahui karakteristik ibu akseptor KB suntik 3 bulan di PMB Y Kota
Palangka Raya berdasarkan pendidikan.
c. Mengetahui karakteristik ibu akseptor KB suntik 3 bulan di PMB Y Palangka
Raya berdasarkan pekerjaan.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah referensi keperpustakaan,
sehingga dapat memperluas wawasan bagi adik tingkat yang akan melakukan
penelitian selanjutnya.
2. Bagi Tempat Penelitian
Diharapkan dapat memberikan masukan untuk perbaikan pada proes belajar
mengajar mata kuliah metode penelitian sehingga dapat tercapai hasil belajar yang
optimal.
3. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan, keterampilan dan pengalaman dalam melakukan
penelitian
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka
1. Keluarga Berencana (KB)
a. Pengertian KB

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan

preventif yang utama bagi wanita. Keluarga Berencana menurut WHO (World

Health Organization) adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk

menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur jarak kelahiran, dan

menentukan jumlah anak dalam keluarga. Tujuan program KB adalah membentuk

keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012).

Keluarga Berencana merupakan program yang sangat besar sehingga

menjadi salah satu kegiatan dari Obstetri Sosial (Irianto, 2014).

Keluarga berencana (KB) merupakan tindakan yang membantu pasangan

suami istri untuk menghindarkan kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan

kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval kehamilan,

mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta

menentukan dalam jumlah anak dalam keluarga.(Saifuddin, 2010).

Keluarga berencana adalah upaya mengatur kehiran anak, jarak dan usia

ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi perlindungan dan bantuan

yang sesuai hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas

(BKKBN, 2011).

Menurut WHO (World Health Organization) keluarga berencana adalah

tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-

objektif tertentu yaitu dengan:


1) Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan.

2) Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan.

3) Mengatur interval diantara kelahiranMengontrol waktu saat kelahiran dalam

hubungan dengan umur suami isteri.

4) Menentukan jumlah anak dalam keluarga. (Hartanto, 2015)

b. Tujuan KB
Tujuan utama dari program KB adalah membentuk keluarga kecil sesuai
dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran
anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya, pendewasaan usia perkawinan dan peningkatan ketahanan
dan kesejahteraan keluarga (Hartanto, 2012).
Kebijakan keluarga berencana bertujuan untuk mengendalikan
pertumbuhan penduduk melalui usaha penurunan tingkat kelahiran, kebijakan KB
ini Bersama-sama dengan usaha-usaha pembangunan yang lain selanjutnya akan
meningkatkan kesejahteraan keluarga. Upaya menurunkan tingkat kelahirkan
dengan mengajak pasangan usia subur untuk berkeluarga berencana (BKKBN,
2011).
Menurut Handayani (2010: 29) tujuan program KB secara filosofis adalah:
1) Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil
yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian
pertumbuhan penduduk Indonesia.
2) Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu
dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.

c. Sasaran Program KB
Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan sasaran
tidak langsung. Sasaran langsungnya adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang
bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan
kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak langsungnya adalah
pelaksanaan dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran
melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai
keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera (Handayani, 2010).

2. Akseptor KB
a. Pengertian Akseptor
Aksepktor adalah orang yang menerima dan mengikuti program KB.
Keikutsertaan wanita adalah keterlibatan dan kesertaaan dalam pelaksanaan
program KB dan sedang menggunakan alat kontrasepsi (BKKBN, 2010).
Akseptor KB adalah pasangan usia subur yang menggunakan satu alat atau
obat kontrasepsi (BKKBN, 2014).

b. Jenis-jenis akseptor KB
1) Peserta KB aktif adalah akseptor yang pada saat ini memakai kontrasepsi
untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan (BKKBN, 2014).
2) Akseptor aktif Kembali adalah pasangan usia subur yang telah menggunakan
kontrasepsi selama tiga bulan atau lebih yang tidak diselingi suatu kehamilan
dan Kembali menggunakan cara atau alat kontrasepsi baik dengan cara yang
sama maupun berganti cara setelah berhenti istirahat kurang lebih tiga bulan
berturut-turut dan bukan karena hamil (BKKBN, 2014).
3) Akseptor KB baru adalah akseptor KB yang baru pertama kali menggunakan
alat atau obat kontrasepsi atau pasangan usia subur Kembali menggunakan
kontrasepsi setelah melahirkan atau abortus (BKKBN, 2014).
4) Akseptor KB dini adalah para ibu yang menerima masalah satu cara
kontrasepsi dalam waktu dua minggu setelah melahirkan atau abortus
(BKKBN, 2014).
5) Akseptor KB langsung adalah para istri yang memakai salah satu kontrasepsi
cara kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah melahirkan (BKKBN, 2014).
6) Akseptor dropout adalah akseptor yang menghentikan pemakaian kontrasepsi
lebih dari 3 bulan (BKKBN, 2014).

3. Kontrasepsi
a. Pengertian
Kontrasepsi merupakan suatu cara atau metode yang bertujuan untuk
mencegah pembuahan sehingga tidak terjadi kehamilan (Sulistyawati, 2011).
Istilah kontrasepsi adalah berasal dari kata kontra dan konsepsi kontra
berarti “melawan” atau mencegah sedangkan kontrasepsi adalah pertemuan antra
sel telur yang matang dengan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan jadi
kontrasepsi adalah menghindari mencegah terjadinya kehamilan (BKKBN, 2014).
Kontrasepsi adalah obat atau alat untuk mencegah terjadinya kehamilan
(konsepsi) sebagai akibat pertemuan antara sel telur dan sel sperma (BKKBN,
2011).

4. Alat kontrasepsi suntik 3 bulan (DMPA)


a. Pengertian
DMPA (Depot Medroxyprogesterone Asetat) atau Depo Provera, diberikan
sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg. Disuntikan secara intamuskular di
daerah bokong dan dianjurkan untuk diberikan tidak lebih dari 12 minggu dan 5
hari setelah suntikan terakhir (Pinem, 2014; Everett,2008).
KB suntik adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan
melalui suntikan hormonal (Anggraini,2011:133).
Suntik KB 3 bulan adalah metode kontrasepsi hormonal yang mengandung
esterogen. Kontrasepsi ini bekerja dengan mencegah pengeluaran sel telur
sehinggah tidak akan terjadi pembuahan sel telur oleh sperma. Satu suntikan di
berikan setiap tiga bulan dan suntikan tersebut sangat efektif apabila rutin di
berikan secara tepat waktu (T. Yuniastuti, 2011)

b. Mekanisme kerja
Mencegah ovulasi, lendir serviks menjadi kental dan sedikit sehingga
menurunkan kemampuan penetrasi spermatozoa, membuat endometrium tipis dan
atrofi sehingga kurang baik untuk impalantasi ovum yang telah dibuahi,
mempengaruhi kecepatan transpor ovum oleh tuba fallopi (Pinem, 2014).

c. Waktu Pemberian Yang Tepat Pada KB Suntik 3 Bulan


Menurut (Prawirohardjo. S, 2011) saat penyuntikan yang tepat :
1) Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil
2) Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid
3) Bila ibu sudah menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain dan ingin
menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi, kontrasepsi
suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan
yang sebelumnya.
4) Paska Persalinan
a. Secara ketika masih di rumah sakit
b. Tepat pada jadwal suntikan berikutnya
5) Paska Abortus
a) Segera setelah perawatan atau sebelum 14 hari
b) Jadwal waktu suntikan yang diperhitungkan
c) Bila klien paska persalinan >6 bulan menyusui sebelum haid,
suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu tersebut
tidak hamil dan selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan
hubungan seksual
d) Bila ibu menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin
mengganti dengan kontrasepsi suntikan dan ibu tersebut tidak hamil,
suntikan pertama dapat segera diberikan.
d. Efektifitas
Memiliki efektifitas yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan
asal penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan
(Affandi, 2011)

e. Efek Samping Kontrasepsi Suntik DMPA


Efek samping dari penggunaan KB suntik yaitu gangguan siklus haid,
keputihan, jerawat, berat badan meningkat, mual, muntah, pusing dan rambut
rontok (Setyaningrum, 2016:208).
Efek samping dari KB suntik 3 bulan adalah gangguan haid,berat badan
yang bertambah antara 1-5 kg. Sakit kepala, tetapi perubahan- perubahan tersebut
akan menjadi normal dalam waktu 90 hari setelah suntik KB progestin yng
terakhir (Hartano, 2010).

e. Keuntungan
Keuntungan dari KB suntik yaitu Sangat efektif , pencegahan kehamilan
jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan suami istri, tidak mengandung
estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung, dan
gangguan pembekuan darah, tidak memiliki pengaruh terhadap ASI, dan sedikit
efek samping (Setyaningrum, 2016:208)
Keuntungan alat kontrasepsi suntik 3 bulan menurut (Pinem, 2014; Everett,
2008) adalah 1). Sangat efektif, dan mempunyai efek pencegahan kehamilan
jangka panjang, bertahan sampai 8-12 minggu; 2). Hubungan suami istri tidak
berpengaruh; 3). Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius
terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan ASI; 4). Dapat digunakan
oleh perempuan yang berusia diatas 35 tahun sampai perimenopause; 5).
Mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik; 6). Menurunkan kejadian
penyakit jinak payudara mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul;
7). Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell); 8). Efektivitas tidak
berkurang karena diare, muntah, ata pengggunaan antibiotic.

f. Kerugian
Kerugian alat kontrasepsi suntik 3 bulan menurut (Pinem, 2014; Everett,
2008) adalah Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak atau amenore,
keterlambatan kembali subur sampai satu tahun, depresi, berat badan meningkat,
galaktore, setelah diberikan tidak dapat ditarik kembali, dapat berkaitan dengan
osteoporosis, menimbulkan kekeringan vagina, menurunkan libido, menimbulkan
gangguan emosi, sakit kepala, jerawat, nevositas pada pemakaian jangka panjang,
efek suntikan pada kanker payudara.

g. Indikasi
Yang boleh menggunakan kontrasepsi suntikan progestin menurut (Pinem,
2014; Everett, 2008) yaitu 1). Usia reproduksi, nulipara dan telah memiliki anak;
2). Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efektivitas tinggi; 3).
Setelah melahirkan dan tidak menyusui, setelah abortus; 4). Telah mempunyai
banyak anak tetapi belum menginginkan tubektomi; 5). Perokok, tekanan darah
180/110 mmHg, masalah gangguan pembekuan darah atau anemia; 6).
menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat untuk
tuberkulosis (rifampisin); 7). Tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang
mengandung estrogen; 8). Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi dan
mendekati usia menopause.
h. Kontra Indikasi
Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan progestin menurut
(Pinem, 2014) yaitu Hamil atau dicurigai hamil karena risiko cacat pada janin 7
per 100.000 kelahiran, perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya,
tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenore, menderita
kanker payudara atau riwayat kanker payudara, Diabetes melitus disertai
komplikasi, Kanker pada traktus genitalia.

5. Tinjauan Karakteristik Ibu Akseptor KB 3 Bulan


a. Umur
Umur mempengaruhi akseptor dalam menggunakan alat-alat kontrasepsi,
dari faktor usia dapat ditentukan fase-fase usia kurang dari 20 tahun merupakan
fase menunda kehamilan, usia 20-35 tahun merupakan fase menjarangkan
kehamilan, usia antara 35 tahun lebih merupakan fase mengakhiri kehamilan
(Saifuddin, 2012).
Kehamilan sebelum umur 20 tahun, atau setelah 35 tahun meningkatkan
risiko terhadap kesehatan ibu dan anak. Setiap tahunnya lebih dari 22.000
wanita hamil di Indonesia meninggal karena kesulitan-kesulitan dalam masa
kehamilannya dan melahirkan yang menyebabkan lebih dari 1 juta anak
kehilangan ibunya. Sebagian besar dari kematian ini dapat dicegah dengan
menerapkan pengetahuan yang ada, dewasa ini terasa sangat diperlukan
pentingnya perawatan kehamilan. Penundaan usia perkawinan berkaitan dengan
faktor risiko selama kehamilan. Seorang ibu yang melahirkan di bawah 20 tahun
mempunyai risiko kematian maternal terlalu tinggi.
Untuk penggunaan kontrasepsi khususnya kontrasepsi suntikan
diharapkan para penggunanya adalah golongan pasangan usia subur yang
dinyatakan layak untuk berumah tangga yaitu umur 20 tahun. Pada umur 20
tahun seorang wanita dianggap sudah dewasa atau alat reproduksinya sudah siap
dan pada umur ini pula seseorang dianggap telah mampu menerima informasi
dengan baik, tanpa terkecuali tentang sesuatu yang berkaitan dengan kontrasepsi
suntik (Handayani, 2010).
Umur dalam hubungannya dengan pemakian KB berperan sebagai faktor
intrinsic. Umur berhubungan dengan struktur organ, fungsi faalia, komposisi
biokimiawi termasuk sistem hormonal seorang wanita. Fungsi faalia, komposisi
biokimiawi, dan sistem hormonal pada suatu periode umur menyebabkan
perbedaan pada kontrasepsi yang dibutuhkan.
Masa reproduksi merupakan dasar pola penggunaan kontrasepsi dan masa
reproduksi seorang wanita dibagi dalam 3 fase yaitu :
1) Masa menunda kehamilan (kesuburan)
Fase menunda kehamilan bagi pasangan usia subur dengan istris
berusia < 20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilan. Ciri-ciri
kontrasepsi yang di perlukan :
a) Refelbiltas yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat
terjamin hampi 100% karena pada masa ini peserta belum
mempunyai anak.
b) Efektivitas yang tinggi, karena kegagalan akan menyebabkan
terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi dan kegagalan ini
merupakan kegagalan program. Alat kontarsepsi yang cocok
digunakan pada masa ini adalah pil, AKDR, cara sederhana
(senggama terputus, pantang berkala, kondom).
2) Masa mengatur kesuburan (menjarangkan)
Masa ini usia ibu antara 20 – 30 tahun yang merupakan usia paling
baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara
kelahiran 2 – 4 tahun. Ciri-ciri kontrasepsi yang di perlukan :
a) Efektivitas cukup tinggi
b) Refersibel cukup tinggi karena peserta masih mengharapkan punya
anak lagi.
c) Dapat di pake 2 – 4 tahun yaitu sesuai dengan jarak
kehamilan yang di rencanakan.
d) Tidak menghambat produksi ASI (air susu ibu), karena ASI adalah
makanan terbaik untuk bayi sampai umur 2 tahun dan akan
mempengaruhi angka kesakitan dan kematian anak.
3) Masa mengakhiri kesuburan (tidak hamil lagi)
Masa usia istri 30 tahun, terutama usia diatas 35 tahun sebaiknya
mengakhiri kesuburan. Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan :
a) Efektivitas yang sangat tinggi karena kegagalan dapat
menyebabkan kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak,
disamping itu peserta tersebut tidak mengharapkan mempunyai anak
lagi.
b) Dapat dipakai untuk jangka panjang.
c) Tidak menambah kelainan yang sudah ada. Pada masa tua kelainan
seperti penyakit jantung, darah tinggi, dan metabolik sebaiknya tidak
diberikan kontrasepsi yang menambah kelainan-kelainan tersebut.
Alat kontrasepsi yang cocok adalah IUD, implant, suntik, pil, cara
sederhana, dan kontrasepsi mantap (tubektomi dan fasektomi)
(Manuaba, 2010).

b. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses dimana pengalaman atau informasi
diperoleh sebagai hasil dari proses belajar. Pendidikan dapat diartikan suatu
proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk tingkah
laku lainnya dalam masyarakat dan berbudaya. Umumnya semakin tinggi
Pendidikan seseorang, semakin baik pula tingkat pengetahuannya (Padila, 2014).
1) Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembankan kemampuan
serta memberi pengetahuan yang diperlukan untuk hidup di masyarakat
mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti
Pendidikan menengah, pendidikan dasar mulai dari SD sampai dengan SMP
(Hartanto, 2013).
2) Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan
meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan
timbal balik dengan lingkungan social, budaya dan alam sekitar dapat
mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau
pendidikan tinggi menengah dari SMA atau SMK (Hartanto, 2013).
3) Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan dari pendidikan menengah
diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan menciptakan ilmu
pengetahuan, teknologi, kesenian, pendidikan dimulai dari, D3, S1, S2 dan
S3 (Hartanto, 2013).

Pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang bertindak dan


mencari solusi hidupnya tingkat pendidikan ibu merupakan salah satu faktor yang
paling penting dalam menentukan baik buruk status kesehatan keluarga dan
dirinya dengan berbekal pengetahuan yang cukup seorang ibu akan lebih banyak
memperoleh informasi yang dibutuhkan, dengan demikian dapat memilih serta
menentukan alternatif yang terbaik untuk kepentingan keluarganya orang yang
memiliki pendidikan tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional sehingga akan
lebih mudah menerima gagasan baru dengan demikian juga halnya dengan
menentukan pola perencanaan keluarga dan penggunaan kontrasepsi serta
peningkatan kesejahteraan keluarga, dengan pendidikan tinggi seseorang dapat
lebih mudah untuk menerima ide, atau masalah baru seperti penerimaan,
pembatasan jumlah anak, dan terhadap jenis kelamin tertentu wanita yang
berpendidikan akan lebih cendrung membatasi kelahiran dibandingkan dengan
yang tidak berpendidikan atau pendidikan rendah (Notoatmadjo, 2010).

Pendidikan yang menyangkut dengan pengetahuan ini menunjukan bahwa


masih banyak wanita dari pasangan usia subur yang memiliki pengetahuan rendah
tentang KB karena kebanyakan masyarakat kurang promosi atau pengenalan
tentang alat kontrasepsi secara umum hal tersebut juga di pengaruhi oleh
beberapa hal yaitu jangkauan puskesmas yang jauh, peran suami dan keluarga
yang memperkenalkan alat kontrasepsi untuk istri masih kurang karena
pandangan bahwa apa bila sudah menikah sepenuhnya tanggung jawab suami
(Notoatmadjo, 2010).

c. Pekerjaan
Pekerjaan adalah serangkaian tugas atau kegiatan yang harus dilaksanakan
atau diselesaikan oleh seseorang sesuai dengan jabatan atau profesi masing-
masing dan suatu cara seseorang yang tujuannya untuk mencari uang terutama
dalam memenuhi kebutuhan hidup. Pekerjaan dapat diklasifikasikan yaitu (buruh
tani, swasta dan PNS) dan tidak bekerja (ibu rumah tangga dan pengangguran)
(Notoatmadjo, 2010).
Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Bekerja umumnya merupakan
kegiatan yang menyita waktu serta dapat memberikan pengalaman maupun
pengetahuan baik secara langsung maupun tidak lansung. Lingkungan pekerjaan
dapat membentuk suatu pengetahuan karena adanya saling menukar informasi
antara teman-teman di lingkungan kerja (Wawan dan Dewi, 2010).

d. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan seseorang wanita (Alwi,
2012). Paritas seorang wanita mempengaruhi cocok tidaknya suatu metode secara
medis (Pendit, 2012).
Klasifikasi paritas terbagi menjadi beberapa yaitu :
1) Primipara adalah wanita yang telah melahirkan cukup besar untuk hidup di
luar dunia (Prawirohadjo, 2011).
2) Multipara adalah wanita yang telah melahirkan anak lebih dari satu kali
(Prawirohadjo, 2011).
3) Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau
lebih hidup atau mati (Prawirohadjo, 2011).

Kehamilan dan kelahiran terbaik artinya resiko rendah untuk ibu dan anak
adalah antara 20-35 tahun, persalinan pertama dan kedua paling rendah resikonya
jarak antara dua kelahiran 2-4 tahun (Prawirohadjo, 2011).

Hubungan paritas dengan penggunaan kontrasepsi yaitu dari terlalu sering,


terlalu dekat, terlalu muda dan terlalu tua dapat meningkatkan angka kematian ibu
maka salah satu program upaya mengendaliankan jumlah kelahiran hidup tersebut
dan mewujudkan keluarga kecil yang sehat dan sejahtera melalui konsep
pengaturan kelahiran dengan program keluarga berencana (BKKBN, 2011)

e. Dukungan Suami

Pengguna kontrasepsi merupakan tanggung jawab pria dan wanita sebagai


pasangan, sehingga metode kontrasepsi yang dipilih mencerminkan kebutuhan
serta keinginan sumi dan istri. Suami dan istri harus saling mendukung dalam
penggunaan metode kontrasepsi karena keluarga berencana bukan hanya urusan
pria atau wanita saja (BKKBN, 2011).
Menurut BKKBN (2011), bentuk dukungan suami terhadap istri dalam
menggunakan alat kontrasepsi meliputi:

1) Memilih kontrasepsi yang cocok, yaitu kontrasepsi sesuai dengan keinginan


dan kondisi istrinya, misalnya istri ingin memakai kontrasepsi KB pil tetapi
suami menyarankan untuk memakai kontrasepsi yang lain karena suami
takut ASI istrinya tidak lancar karena istrinya paska melahirkan.

2) Membantu istrinya dalam menggunakan kontrasepsi secara benar, seperti


mengingatkan saat minum pil KB dan mengingatkan istri untuk kontrol,
membantu memcari pertolongan bila terjadi efek samping maupun
komplikasi dari pemakaian alat kontrasepsi.

3) Mengantar istri kefasilitas pelayanan kesehatan untuk kontrol atau rujukan.

4) Mencari alternative lain bila kontrasepsi yang digunakan saat ini terbukti
tidak memuaskan.

5) Membantu menghitung waktu subur, apabila menggunakan metode pantang


berkala.

6) Menggunakan kontrasepsi bila kesehatan istri tidak memungkinkan.

Dukungan suami merupakan salah satu faktor penguat (reinforcing factor)


yang dapat mempengaruhi seseorang dalam berperilaku. Sedangkan dukungan
suami dalam KB merupakan bentuk nyata dari kepedulian dan tanggung jawab
para pria. Aspek-aspek dukungan dari keluaarga (suami) ada empat aspek yaitu
dukungan emosional, informasi, instrumental dan penghargaan (Frideman,dkk,
2010).

f. Sosial Budaya

Sosial budaya terdiri dari dua kata yaitu sosial dan budaya. Sosial berarti
segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat sekitar.  Sedangkan budaya
berasal dari kata bodhya yang artinya pikiran dan akal budi. Budaya
juga diartikan sebagai segala hal yang dibuat manusia berdasarkan pikiran dan
akal budinya yang mengandung cinta dan rasa.  Jadi kesimpulannya adalah sosial
budaya merupakan segala hal yang di ciptakan manusia dengan pikiran dan
budinya dalam kehidupan bermasyarakat.
Pengertian sosial budaya menurut para ahli :
1) Andreas Eppink: sosial budaya atau kebudayaan adalah segala sesuatu atau
tata nilai yang berlaku dalam sebuah masyarakat yang menjadi ciri khas
dari masyarakat tersebut.
2) Burnett : kebudayaan adalah keseluruhan berupa kesenian, adat istiadat,
moral, hukum, pengetahuan, kepercayaan dan kemampuan olah pikir dalam
bentuk lain yang didapatkan seseorang sebagai anggota masyarakat dan
keseluruhan bersifat kompleks.

Sosial budaya dapat memberikan dampak- dampak tersendiri bagi bagi


masyarakat sekitar. Dampak ini dapat berupa positif dan negatif. Dampak
positifnya bisa berupa:

1) Sebagai pedoman dalam hubungan antara manusia dengan komunitas atau


kelompoknya.
2) Sebagai simbol pembeda antara manusia dengan binatang.
3) Sebagai petunjuk atau tata cara tentang bagaimana manusia harus
berperilaku dalam kehidupan sosialnya.
4) Sebagai modal dan dasar dalam pembangunan kehidupan manusia.
5) Sebagai suatu ciri khas setiap kelompok manusia.
Sementara dampak negatifnya adalah:

1) Menimbulkan kerusakan lingkungan dan kelangsungan ekosistem alam.


2) Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang kemudian menjadi
penyebab munculnya penyakit-penyakit sosial, termasuknya tingginya
tingkat kriminalitas.
3) Mengurangi bahkan dapat menghilangkan ikatan batin dan moral yang
biasanya dekat dalam hubungan sosial antar masyarakat.

Jadi, terciptanya sebuah kebudayaan atau sosial budaya di masyarakat


dikarenakan oleh interaksi antar manusia dengan alam sekitarnya. Sehingga kita
seharusnya menjaga dan melestarikan kebudayaan yang sudah lama kita
pertahankan.
B. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan ringkasan dari tinjauan pustaka yang digunakan untuk
mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti (diamati) yang berkaitan dengan
ilmu pengetahuan yang digunakan untuk menggabungkan kerangka konsep-konsep
penelitian (Notoatmodjo, 2010).

Bagan 1.1 Kerangka Teori Penelitian

Faktor Internal
a. Umur
b. Pendidikan
c. Pekerjaan

ibu akseptor KB suntik 3


bulan
Faktor Eksternal
a. Paritas
b. Dukungan Suami
c. Sosial Budaya

Sumber : Modifikasi Wawan & Dewi (2015)

Keterangan :

: Yang diteliti

: Tidak diteliti

: Hubungan
C. Kerangka Konsep

Bagan 1.2 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

a. Umur
b. Pendidikan
ibu akseptor KB suntik 3
c. Pekerjaan
bulan

Sumber : Modifikasi Wawan & Dewi (2015)

Keterangan :

: Yang diteliti

: Hubungan

Variabel terikat (Dependen), seperti : Umur, pendidikan, dan pekerjaan. variabel


Dependen (Variabel terikat) ibu akseptor KB suntik 3 bulan.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu untuk mengetahui
Karakteristik Ibu Akseptor KB Suntik 3 Bulan di PMB Y Kota Palangka Raya.
Penelitian deskriptif yaitu metode penelitian dengan tujuan utama untuk membuat
gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmadjo, 2010).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Praktek Mandiri Bidan Y Kota Palangka Raya.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Juli - Agustus 2021 di Praktek Mandiri Bidan Y
Kota Palangka Raya.

C. Subjek Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti dan
dapat berupa orang, benda, gejala, atau wilayah yang ingin diketahui oleh peneliti
(Notoatmodjo, 2012).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita usia reproduksi yang
menggunakan Suntik di PMB Y sebanyak 78 orang yang terdaftar dalam buku
register dari bulan Juli tahun 2021 sampai dengan bulan Agustus tahun 2021.
2. Sempel
Teknik Pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling, artinya
seluruh populasi dalam penelitian ini dijadikan sempel. Sempel dalam penelitian
ini adalah ibu akseptor KB suntik 3 bulan yang berjumlah 78 responden di PMB
Y Kota Palangka Raya.

D. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan variabel independen dan variabel dependen.
Variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau sebab
perubahan timbulnya variabel terikat (Dependen), seperti : Umur, pendidikan, dan
pekerjaan. Sedangkan variabel dependen (variabel terikat) adalah sebuah variabel yang
nilainya telah dipengaruhi atau telah bergantung pada nilai variabel lainnya, seperti :
ibu akseptor KB suntik 3 bulan

E. Defenisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel operasional berdasarkan
karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan
observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu suatu objek atau fenomena.
Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran dalam
penelitian (Hidayat AA, 2014)

Tabel 2.1 Definisi Operasional Penelitian Karakteristik Pengetahuan Ibu Tentang KB

Suntik 3 bulan di PMB S Kota Palangka Raya

No Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala


1. Umur ibu Lamanya responden Lembar 1. < 20 tahun Ordinal
hidup mulai dari checklist 2. 20 – 35
kelahiran sampai tahun
dengan saat 3. 35 tahun
dilakukannya
wawancara.
2. Pendidikan Tingkat pendidikan Lembar 1. Pendidikan Nominal
terakhir yang checklist Dasar
memperoleh ijazah. 2. Pendidikan
Menengah
3. Pendidikan
Tinggi
3. Pekerjaan Kegiatan sehari-hari Lembar 1. Bekerja Nominal
yang dilakukan oleh checklist 2. Tidak
akseptor untuk bekerja
mendapatkan upah.
F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan sempel dalam penelitian ini yaitu menggunakan data sekunder.

Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan

mengumpulkan. Diperoleh melalui data yang telah dikumpulkan dalam buku register oleh pihak

lain yang berkaitan dengan pemersalahan penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini adalah

umur, pendidikan dan pekerjaan.

Alat yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data, yaitu dengan fortmat

isian yang berkaitan dengan format yang telah dituliskan dalam buku register yang

ingin diteliti seperti umur ,pendidikan, dan pekerjaan.

G. Pengelolaan dan Analisi data


1. Pengelolaan Data
Setelah terkumpul dari lembar kuesioner, kemudian dilakukan pengelahan
data yang melalui beberapa tahap sebagai berikut :
a. Penyuntingan (Editing) adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan
isian formular atau kuesioner. Hasil wawancara, angket atau pengamatan
dari lapangan harus dilakukan penyuntingan terlebih dahulu. Sehingga jika
ada kekurangan atau ketidak sesuaian dapat segera dilengkapi.
b. Pengkodean (Coding) adalah kegiatan memberi kode pada jawaban atau
kode tertentu sehingga lebih sederhana. Pada tahap ini penulis memberikan
kode tertentu pada tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan
analisis data.
c. Memasukan Data (Data Entry) adalah mengisi kolom-kolom atau kotak-
kotak lembar kode atau kartu kode sesuai dengan jawaban masing-masing
pertanyaan.
d. Tabulasi (Tabulating) adalah memasukan hasil dari kuesioner ke dalam
bentuk tabel. Pada tahap ini jawaban responden yang sama dikelompokan
dengan teliti secara teratur, lalu dihitung dan dijumlahkan kemudian ditulis
dalam bentuk tabel-tabel.
2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisis Univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel. Pada umumnya dalam analisis ini hanya
menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel
(Notoatmodjo, 2010).
Untuk variabel independent dalam penelitian ialah umur, Pendidikan,
pekerjaan dan variabel dependen ialah ibu akseptor KB suntik 3 bulan.
Analisis data dilakukan secara manual dengan menggunakan kalkulator,
kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk tabel frekuensi disertai
penjelasan-penjelasan.

Sedangkan dalam pengolahan data maka digunakan rumus:

f
P= x 100 %
N

Keterangan:
P : persentase
f : frekuensi
N : Jumlah Sempel

b. Analisis bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variable
yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo dan Rahayu
2012).
Analisis bivariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
hubungan antara variabel independent (umur, Pendidikan, pekerjaan) dan
variabel dependen (ibu akseptor KB suntik 3 bulan) yang di anal;isis
dengan uji statistik Chi-Square pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).
Untuk menguji hipotesis yaitu dengan cara membandingkan χ² hitung
dengan χ² table dengan α = 0,05, derajat kebebasan (dk) = k-1, jika
1. χ² hitung ≥ χ² table, maka Ho diterima
2. χ² hitung ≤ χ² table, maka Ho ditolak (Hidayat AA, 2014)
sedangkan untuk menguji signifikan yaitu dengan menggunakan nilai
P value <0,05 maka variable diatas dinyatakan berhubungan secara
signifikan (Notoatmodjo, 2010)
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, B. 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Bina Pustaka, Jakarta.

Alwi, H. 2012, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi 4. Jakarta: Balai Pustaka

Anggraeni, Devia Putri; Herlina, Hera Nurmayani; Astari, Ruri Yuni , 2017. Gambaran
Penggunaan KB di Desa Haurseah Kecamatan Argapura Kabupaten Majalengka
Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Indonesia, Volume II, p. 2.

Ambarwati, Eny Retna; Rahmawati, Isabela, 2020. Promosi Kesehatan Tentang Keluarga
Berencana Pada Wanita Usia Subur Sebagai Upaya Awal Untuk Mewujudkan
Keluarga Berkualitas. Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia, Volume III, p. 2.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2011, BKKBN, Jakarta.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2014, BKKBN, Jakarta.

BKKBN. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Cetakan ke-5. Jakarta. Pustaka Sinar
Harapan. 2015

Dewiyanti; Cheristina; Indah Ikayanti, 2020. Pengaruh Penyuluhan Kb Terhadap Tingkat


Pengetahuan Pasangan Usia Subur Tentang Kontrasepsi Di Posyandu. Jurnal
Fenomena Kesehatan, Volume III, p. 3.

Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah, 2019. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan
Tengah, Kalimantan Tengah: s.n.

Dylantasi, A. (2018). Karakteristik Akseptor Kb Suntik 3 Bulan Di Puskesmas Sumbersari


Bantul Kota Metro Tahun 2016. Jurnal Kesehatan “Akbid Wira Buana,” 4(2), 1–9.

Fredeman.M.M., Bowden.V.R, & Jones.E.G. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset
Teori dan Praktek. Jakarta: ECG.

Hanafi H, (2010); Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Edisi 7, Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan.

Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka
Rihama.

Happy, M., Sari, N., Yuliani, V., & Ikhwatun, M. (2021). Gambaran Pengetahuan Ibu
Tentang Efek Samping Kb Suntik 3 Bulan Di Pmb Bidan Z Pamulang Barat Kota
Tangerang Selatan Tahun 2019. 1, 1(47). https://doi.org/10.36082/jmswh.v1i2.254

Hartanto, H. 2013. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Sinar Harapan

Hartanto, H. 2012. KB dan Kontrasepsi. Jakarta: Sinar Harapan

Hartanto, H., ( 2015) Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.

Hidayat, Alimul Aziz. 2014. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta
Selatan : Salemba MedikaFredeman.M.M., Bowden.V.R, & Jones.E.G. 2010. Buku
Ajar Keperawatan Keluarga: Riset Teori dan Praktek. Jakarta: ECG.

Irawati, D. (2013). Hubungan Pekerjaan Dan Pengetahuan Dengan Ketepatan Kunjungan


Ulang KB Suntik 3 Bulan Di Polindes Anyelir Desa Bendung Kecamatan Jetis
Kabupaten Mojokerto. Medica Majapahit, 5(2), 56–67.
http://ejurnalp2m.stikesmajapahitmojokerto.ac.id/index.php/MM/article/view/34

Irianto, K. (2014). Kesehatan reproduksi dan gizi seimbang. Penerbit Alfabeta, Bandung.

Karimang, S., Abeng, T. D. E. & Silolonga, W. N., 2020. Faktor Yang Berhubungan Dengan
Penggunaan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan Diwilayah Puskesmas Tagulandang
Kabupaten Sitaro. Jurnal Keperawatan (JKp), Volume VIII, pp. 4-5.

Mahmudah, L. T. (2015). Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Metode


Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Pada Akseptor KB Wanita Di Kecamatan
Banyubiru Kabupaten Semarang. Unnes Journal of Public Health2 (2), diakses pada
tanggal 5 maret 2019 dari https://journal.unnes.ac.id/sju/ind
ex.php/ujph/article/view/7222

Mandira, Tria Monja; Fitriani, Dewi; Ardi, Ni Bodro; Veri; Selvia, Akub, 2020. Edukasi
Program Keluarga Berencana (Kb) Pada Wanita Usia Subur Selama Masa Pandemi
Covid 19. JAM: Jurnal Abdi Masyarakat, Volume I, p. 2.

Manuaba Candra, Ida Ayu, &Manuaba, Ida Bagus Gde Fajar. 2010, Ilmu Kebidanan
Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta

Maryam, Siti, 2014. Analisis Persepsi Ibu Tentang Program Keluarga Berencana (KB)
dengan Penggunaan Kontrasepsi di Desa Sumberdadi Kecamatan Sumber Gempol
Kabupaten Tulungagung Tahun 2014. Jurnal Universitas Tulungagung Bonorowo,
Volume I, p. 3.

Menstruasi, G., Akademi, D., Panca, K., Pontianak, B., Akademi, D., Panca, K., & Pontianak,
B. (2019). Jurnal Kebidanan-ISSN 2252-8121 412. 9, 412–420.Moloku, Mentari;
Hutagaol, Ester; Masi, Gresty, 2016. Hubungan Lama Pemakaian Lama Kontrasepsi
Suntik 3 Bulan Dengan Perubahan Berat Badan Di Puskesmas Ranomuut Manado.
ejournal Keperawatan (e-Kp), Volume IV, p. 2.

Mulyandari, Ani; Noviyanti, 2019. Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Suntik Dengan


Siklus Menstruasi Pada Akseptor Kb Suntik Di Bpm Fitriani,Sst Kota Tanjungpinang.
Jurnal Cakrawala Kesehatan, Volume X, p. 3.

Notoatmodjo, S.2012. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta Rineka Cipta

Notoatmojo. (2012). Promosi kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Padila. 2014. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika

Pinem, S., (2014) Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta: Trans Info Media.

Prawiroharjo, S. 2011, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Ed. 3, PT Bina


Pustaka, Jakarta.

Rismawati, S. 2012. UNMEET NEED : Tantangan Program Keluarga Berencana dalam


menghadapi Ledakan Penduduk Tahun 2030. Publikasi Penelitian. Bandung : Fakultas
Kedokteran UNPAD.

Riskesdas. (2013). Perkembangan pelayanan keluarga berencana di Indonesia. Jakarta :


Badan penelitian dan pengembangan pelayanan keluarga berencana Kementerian
Republik Indonesia. http://www.riskesdas.litbang.depkes. go.id

Saifuddin, A. (2010). Panduan praktis pelayanan kontrasepsi, edisi 3. Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Saifuddin, Bari, A. 2010. Buku panduan kontrasepsi, PT Bina pustaka sarwono


prawirohardjo, Jakarta.

Saiffudin, Abdul Bari, Baharudin, & Soekarmi, Soekir. 2012, Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Sarwono Prawirohardjo, dkk, 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :
Bina Pustaka.

Septianingrum, Yurike; Wardani, Erika Martining; Kartini, Yanis , 2018. Faktor-Faktor


Yang Mempengaruhi Tingginya Akseptor Kb Suntik 3 Bulan. faktor yang
Mempengaruhi ..., Volume V, p. 2.

Setyaningsih, P. H., & Kunci, K. (2017). Gambaran Karaklteristik Akseptor KB Suntik 3


Bulan Dengan Amenorea Sekunder di Bpm Bidan “ S ” Curug Tangerang Keluarga
Berencana menurut WHO. 35, 49–58.

Sitaro, K. (2020). Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Kontrasepsi Suntik 3


Bulan Diwilayah Puskesmas Tagulandang Kabupaten Sitaro. Jurnal Keperawatan,
8(1), 10–22.

Susila, I., Furiyanti, E., & Midpro, J. (2011). Jurnal Midpro, edisi 1 /2011. 32–37.

Wawan, A dan Dewi , M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika

Wawan & Dewi M, (2010). Teori dan Pengukuran Sikap dan Perilku Manusia. Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai