Anda di halaman 1dari 89

PENGARUH PEMBERIAN PUDING DAUN KELOR

PADA IBU HAMIL TERHADAP PENINGKATAN


KADAR HEMOGLOBIN (Hb) DI WILAYAH
PUSKESMAS SAMUDA

SKRIPSI

OLEH :

MUSDIYAH
PO.62.24.2.22.327

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDRAL TENAGA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
2023
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

PENGARUH PEMBERIAN PUDING DAUN KELOR


PADA IBU HAMIL TERHADAP PENINGKATAN KADAR
HEMOGLOBIN (Hb) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAMUDA

Oleh:

MUSDIYAH
PO.62.24.2.22.327

Skripsi ini telah memenuhi persyaratan dan disetujui untuk di uji :


Hari/ Tanggal : Selasa, 30 Mei 2023
Waktu : 10 : 00WIB
Tempat : Poltekkes Kemenkes Palangka Raya

Pembimbing I, Pembimbing II,

Herlinadiyaningsih, SST., M.Kes Okto Riristina Gultom,M. Si


NIP. 19800807 200501 2 003 NIP. 19861024 202203 2 001

ii
LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN PUDING DAUN KELOR


PADA IBU HAMIL TERHADAP PENINGKATAN KADAR
HEMOGLOBIN (Hb) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAMUDA
KOTAWARINGIN TIMUR

Dipersiapkan dan Disusun Oleh:


Nama : Musdiyah
NIM : PO.62.24.2.22.327

Telah dipertahankan didepan Tim Penguji


Pada Hari/tanggal : 2023

Tim Penguji, Tanda Tangan

Ketua 1. Erina Eka Hatini, SST., MPH


NIP. 19800608 200112 2 001 (……………….)

Anggota 2. Herlinadiyaningsih, SST., M.Kes


NIP. 19800807 200501 2 003 (……………….)

Anggota 3. Okto Riristina Gultom, M. Si


NIP. 19861024 202203 2 001 (……………….)

Palangka Raya, 2023

Ketua Jurusan Kebidanan Ketua Program Studi


Sarjana Terapan Kebidanan
dan Profesi Bidan

Noordiati, SST., MPH Erina Eka Hatini, SST., MPH


NIP. 19800608 200112 2 002 NIP.19800608 200112 2 001
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

iii
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan didalam daftar pustaka.

Palangka Raya, 2023

Matrai
10.0000

Musdiyah

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI


ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

iv
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : MUSDIYAH
NIM : PO.62.24.2.22.327
Prodi : SERJANA TERAPAN KEBIDANAN
Jenis Karya Ilmiah : SKRIPSI
Demi pengembangan ilmu pengetahuan menyetujui untuk memberikan kepada
Politeknik Kesehatan Palangka Raya Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-
exclusive Royality-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
PENGARUH PEMBERIAN PUDING DAUN KELOR PADA IBU HAMIL
TERHADAP PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAMUDA
Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Politeknik Kesehatan Palangka Raya Berhak
Menyimpan alih media/format, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai tim penulis/ pencipta dan tim pemilik Hak
Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana


mestinya.

Palangka Raya, 2023

Mengetahui
Tim Penguji, Yang menyatakan.

1 Erina Eka Hatini, SST., MPH


. NIP. 19800608 200112 2 001 (………….)
Matrai
2 Herlinadiyaningsih, SST., M.Kes 10.0000
. NIP. 19800807 200501 2 003 (………….)
Musdiyah
Nim PO.62.24.2.22.327
3 Okto Riristina Gultom, M. Si
. NIP. 19861024 202203 2 001 (………….)

ABSTRAK

Anemia pada ibu hamil yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan


perkembangan janin saat kehamilan maupun setelahnya. Ibu hamil di Indonesia

v
tahun 2018 mengalami anemia sebesar 48,6%. Salah satu kebijakan pemerintah
untuk meningkatkan kebutuhan gizi ibu hamil adalah dengan pemberian tablet Fe.
Daun kelor merupakan salah satu tanaman herbal yang dapat meningkatkan gizi
dan kadar Hb ibu hamil.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsumsi puding
daun kelor terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil dengan
anemia.
Desain penelitian Quasi experiment dengan Pretest and Posttest with
control group. Variabel independennya pemberian pudding daun kelor dan
variabel dependennya kadar Hb. Populasinya adalah seluruh ibu hamil yang
anemia di wilayah kerja Puskesmas Samuda Kotawaringin Timur dengan jumlah
sampel masing-masing 20 responden kelompok intervensi dan kelompok kontrol
diambil secara purposive sampling. Instrumen menggunakan wawancara dan
dianalisis menggunakan uji t paired dan t independent (α=0,05).
Hasil penelitian menggunakan uji t paired menunjukkan ada pengaruh
peningkatan kadar Hb ibu hamil pada kelompok kontrol (Sig = 0,000) dan
kelompok intervensi (Sig = 0,000). Hasil uji t independent menunjukkan ada
perbedaan peningkatan kadar Hb ibu hamil antara kelompok kontrol dan
intervensi (sig = 0,000). Dapat disimpulkan pemberian konsumsi puding daun
kelor berpengaruh terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil dengan
anemia. Diharapkan tenaga kesehatan lebih optimal dalam memberikan
pendidikan kesehatan tentang anemia pada kehamilan. Disamping pemberian
tablet Fe pada ibu hamil juga menganjurkan ibu hamil konsumsi daun kelor serta
vitamin C.

Kata Kunci: ibu hamil, kadar Hb, pudding daun kelor, tablet Fe

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul

vi
“Pengaruh Pemberian Puding Daun Kelor Pada Ibu Hamil Terhadap Peningkatan
Kadar Hemoglobin (Hb) Di Wilayah Kerja Puskesmas Samuda Kabupaten Kota
Waringin Timur tepat pada waktunya.
Skripsi ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai
pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Mars Khendra Kusfriyadi,STP.,MPH, selaku Direktur Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia Politekkes Kesehatan Palangka Raya yang
telah memberikan kesempatan belajar kepada kami.
2. Ibu Noordiati, SST., MPH, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Palangka Raya yang telah banyak membantu dalam memberikan
masukan, bimbingan dan arahan.
3. Ibu Erina Eka Hatini, SST., MPH selaku Ketua Program Studi Sarjana
Terapan Kebidanan dan Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Palangka Raya
sekaligus ketua penguji skripsi yang telah banyak membantu dalam
memberikan masukan, bimbingan dan arahan.
4. Ibu Herlinadiyaningsih, SST., M. Kes selaku Dosen Pembimbing I skripsi ini
yang telah banyak membantu dalam memberikan masukan, bimbingan dan
arahan.
5. Ibu Okto Riristina Gultom,M. Si, selaku Pembimbing II skripsi ini yang telah
banyak membantu dalam memberikan masukan, bimbingan dan arahan.
6. Pimpinan UPTD Puskesmas Samuda kecamatan Mentaya Hilir Selatan,
kabupaten Kotawaringin Timur dan para bidan enumerator yang telah
memberikan kesempatan dan banyak membantu dalam proses penyelesaian
skripsi ini.
7. Suami, anak, ibu dan keluarga yang penulis sayangi, yang telah memberi
banyak dukungan kepada penulis baik berupa materi, do’a, nasehat, dukungan
dan senantiasa memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Sahabat dan teman-teman tersayang yang telah banyak memberi dukungan
dan masukkan selama mengikuti perkuliahan
9. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu

vii
Akhir kata, saya berharap kepada Tuhan Yang Maha Esa berkenan
membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Skripsi ini
membawa manfaat bagi perkembangan ilmu.

Palangka Raya, Mei 2023

Penulis

viii
DAFTAR ISI

Judul Halaman

HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................ii
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN..................................iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI………..……v
ABSTRAK.......................................................................................................vii
KATA PENGANTAR......................................................................................vii
DAFTAR ISI........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL...............................................................................................x
DAFTAR GAMBAR........................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................3
C. Tujuan Penelitian.....................................................................4
D. Ruang lingkup.........................................................................5
E. Manfaat Penelitian...................................................................5
F. Keaslian Penelitian..................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Landasan Teori........................................................................11
B. Kerangka Teori........................................................................34
C. Kerangka Konsep....................................................................35
D. Definisi Operasional................................................................36
E. Hipotesis Penelitian.................................................................38

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian.....................................................................39
B. Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................40

ix
C. Teknik Sampling.....................................................................40
D. Populasi dan Sampel................................................................40
E. Jenis Data.................................................................................41
F. Teknik Pengumpulan Data......................................................41
G. Analisis Data...........................................................................43
H. Etika Penelitian........................................................................46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian …………….….…...…. 48
B. Hasil Penelitian ………………………………….…..……… 48
C. Pembahasan …………………………………………...…….. 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan …………………………………………..……… 63
B. Saran ……………………………………………..…………... 64

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1.1 Keaslian Penelitian..........................................................................6
2.1 Rekomendasi WHO tentang Pengelompokan Anemia Pada Ibu Hamil
( g/dL).............................................................................................17
2.2 Rekomendasi Tatalaksana Anemia Defisiensi Besi pada Kehamilan di
Asia-Pasifik....................................................................................23
2.3 Komposisi vitamin dalam daun kelor............................................27
2.4 Komposisi mineral dalam daun kelor............................................27
2.5 Kandungan 100 gr daun kelor.......................................................29
2.6 Komposisi Kandungan daun kelor berdasarkan pemeriksaan
puskesmas....................................................................................29
2.7 Definisi Operasional..............................................................................36
4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di wilayah kerja
Puskesmas Samuda Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Kabupaten
Kotawaringin Timur.......................................................................48
4.2 Deskripsi Kadar Hb ibu hamil pada kelompok kontrol maupun
intervensi di wilayah kerja Puskesmas Samuda Kecamatan
Mentaya Hilir Selatan, Kabupaten Kotawaringin Timur...............48
4.3 Uji Normalitas kadar Hb pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Samuda Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Kabupaten
Kotawaringin Timur.......................................................................51
4.4 Uji t paired kadar Hb pada ibu hamil kelompok kontrol di wilayah
kerja Puskesmas Samuda Kecamatan Mentaya Hilir Selatan,
Kabupaten Kotawaringin Timur.....................................................52
4.5 Uji t paired kadar Hb pada ibu hamil kelompok intervensi di
wilayah kerja Puskesmas Samuda Kecamatan Mentaya Hilir
Selatan, Kabupaten Kotawaringin Timur.......................................52
4.6 Uji Normalitas selisih kadar Hb pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Samuda Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Kabupaten
Kotawaringin Timur.......................................................................53
4.7 Uji t independent selisih kadar Hb pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Samuda Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Kabupaten
Kotawaringin Timur.......................................................................55

xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Teori..............................................................................34
2.2 Kerangka Konsep..........................................................................35
3.1 Desain Penelitian...........................................................................39

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Informasi dan Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 Prosedur Pembuatan Puding Daun Kelor

Lampiran 4 Kuesioner Penelitian

Lampiran 5 Dokumentasi Bimbingan Proposal

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada

dibawah normal. Disebut anemia adalah saat kadar hemoglobin dalam darah ibu

kurang dari 11 g/dl, dan beresiko tinggi jika kurang dari 8 g/dl (Sukarni K, 2013).

Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko

mordibitas maupun mortalitas ibu dan bayi pada waktu hamil, melahirkan dan

nifas sebagai akibat dari komplikasi kehamilan yang di alami ibu (Awalamaroh et

al., 2018). Sukarni (2013) menyatakan bahwa anemia gizi dapat mengakibatkan

kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada

bayi yang dilahirkan, hal ini menyababkan mordibitas dan mortalitas ibu dan

kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi.

Menurut World Health Organization (WHO) tahun (2019) anemia pada

ibu hamil di Asia sebesar 48%. Sedangkan menurut hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) pada tahun 2018 di Indonesia angka penurunan kadar hemoglobin pada

ibu hamil berjumlah 48,9%, data ini mengalami peningktan dari sebelumnya pada

tahun 2013 yaitu berjumlah 37,1 %. Jumlah ibu hamil yang mengalami anemia

pada umur 15-24 tahun sebanyak 84,6%, pada umur 25-34 tahun sebanyak 33,7

%, pada umur 35-44 sebanyak 33,6 % dan pada umur 45-54 sebanyak 24 %

(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).

Data dari dinas kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah (2016), jumlah

1
2

kehamilan sebanyak 31.502 jiwa dan kejadian anemia pada ibu hamil mencapai

3,10% (1.017 jiwa). Data dinas kesehatan Kotawaringin Timur tahun 2021

menunjukkan jumlah anemia ibu hamil sebanyak 951 jiwa (11%) dari 8.623 jiwa

total ibu hamil. Angka tersebut sudah melebihi 10% indikator capaian kinerja ibu

hamil yang mengalami anemia.

Puskesmas Samuda kecamatan Mentaya Hilir Selatan pada tahun 2018

terdapat kematian ibu sebanyak 3 orang (BPS Kabupaten Kotawaringin timur,

2019) dari 544 kelahiran hidup, beberapa diantaranya disebabkan oleh anemia.

Dari data di atas membuktikan bahwa kejadian anemia pada ibu hamil tidak dapat

kita abaikan dan harus mendapatkan perhatian dan penanggulangan secara serius

(PWS KIA PKM SAMUDA, 2018). Pada tahun 2022 sasaran ibu hamil di

puskesmas Samuda sebanyak 527 orang. Jumlah ibu hamil pada bulan Januari-

Agustus 2022 yang melakukan pemeriksaan kehamilan (K1) sebanyak 282 orang

dan jumlah cakupan kunjungan ibu hamil (K4) sebanyak 253 orang. Dari seluruh

ibu hamil Peneliti melakukan survei awal di wilayah kerja Puskesmas Samuda

tahun 2022 diperoleh bahwa jumlah ibu hamil yang datang berkunjung dan

diperiksa HB sebanyak 200 orang. Terdapat ibu hamil mengalami anemia 50

orang ( 25 % ) dengan Hb <11gr/dl sebanyak 46 orang dan Hb < 8 gr/dl sebanyak

4 orang. (capaian kegiatan KIA, 2021)

Cara mengatasi anemia selain tablet tambah darah salah satunya adalah

dengan daun kelor dimana Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan

kalsium daun kelor (Moringa oleifera) sebesar 497,8 mg/100 gram dan kandungan

zat besinya sebesar 6,24 mg/100 gram (Fatmah Dhafir, 2020). Daun kelor
3

mengandung zat besi dan vitamin A tinggi, sehingga diyakini mampu

meningkatkan produksi sel darah merah sehingga ibu hamil dapat terhindar

dari anemia . Beberapa penelitian lain juga memberikan hasil yang sama tentang

pemberian sup daun kelor pada ibu hamil, yaitu meningkatkan kadar hemoglobin

(Thenmozhi, et al, 2020). Daun kelor mengandung mineral penting seperti

Kalsium (Ca), Kalium (K), Natrium (Na), Zat Besi (Fe), Mangan (Mn), Zinc (Zn),

P, Magnesium (Mg), dan Cu. Zat Besi (Fe) pada daun kelor 5× lebih dari bayam

(Affandi, 2019). Selain dijadikan sebagai bahan makanan, daun kelor juga

mengandung fitosterol yang dapat meningkatkan produksi ASI (Air Susu Ibu)

bagi wanita yang sedang menyusui dan mengatasi masalah anemia pada anak-

anak dan juga ibu hamil (Fatmah Dhafir, 2020).

Berdasarkan latar belakang masalah diatas peneliti ingin mengetahui

pengaruh konsumsi Puding daun kelor terhadap peningkatan kadar hemoglobin (

Hb) pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Samuda Kecamatan Mentaya

Hilir Selatan Kabupaten Kota waringin Timur Tahun 2022.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka peneliti

merumuskan masalah sebagai berikut “Bagaimana Pengaruh Konsumsi Puding

Daun Kelor terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin (Hb) pada Ibu Hamil

Dengan Anemia Di Wilayah Kerja Puskesmas Samuda Kecamatan Mentaya Hilir

Selatan Kabupaten Kotawaringin Timur Tahun 2022 ”.


4

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh konsumsi puding daun kelor terhadap peningkatan

kadar hemoglobin pada ibu hamil yang mengalami anemia di Wilayah Kerja

Puskesmas Samuda Kecamatan Mentaya Hilir Selatan Kabupaten

Kotawaringin Timur tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil dengan anemia

sebelum diberikan tablet Fe (kelompok kontrol) terhadap peningkatan

kadar hemoglobin pada ibu hamil yang mengalami anemia di wilayah

kerja Puskesmas Samuda.

b. Diketahuinya rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil dengan anemia,

sebelum diberikan intervensi puding daun kelor terhadap peningkatan

kadar hemoglobin pada ibu hamil yang mengalami anemia di wilayah

kerja Puskesmas Samuda.

c. Diketahuinya rata-rata kadar hemoglobin dengan anemia, sesudah

diberikan intervensi Fe (kelompok kontrol) terhadap peningkatan kadar

hemoglobin pada ibu hamil yang mengalami anemia di wilayah kerja

Puskesmas Samuda.

d. Diketahuinya rata-rata kadar hemoglobin dengan anemia, sesudah

diberikan puding daun kelor terhadap peningkatan kadar hemoglobin

pada ibu hamil yang mengalami anemia di wilayah kerja Puskesmas

Samuda.
5

e. Menganalisis perbedaan kadar hemoglobin dengan anemia, sesudah

diberikan intervensi Fe (kelompok kontrol) terhadap peningkatan kadar

hemoglobin pada ibu hamil yang mengalami anemia di wilayah kerja

Puskesmas Samuda.

f. Menganalisis perbedaan kadar hemoglobin dengan anemia, sesudah

diberikan intervensi puding daun kelor terhadap peningkatan kadar

hemoglobin pada ibu hamil yang mengalami anemia di wilayah kerja

Puskesmas Samuda.

g. Menganalisis perbedaan kadar hemoglobin dengan anemia, setelah

diberikan intervensi Fe dan puding daun kelor terhadap peningkatan

kadar hemoglobin pada ibu hamil yang mengalami anemia di wilayah

kerja Puskesmas Samuda.

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini yaitu bidang ilmu kebidanan khususnya pelaksanaan

pelayanan kesehatan ibu dan anak.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini bisa menjadi bahan referensi dalam perkembangan ilmu

pengetahuan khususnya ilmu kebidanan dalam perencanaan program peningkatan

kesehatan ibu, serta sumber informasi dan bahan masukan bagi para ibu hamil

agar lebih mengetahui tentang anemia sehingga kejadian anemia dapat

dikurangi dan dapat menaikan kadar HB pada ibu hamil.


6

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Ibu Hamil dan Keluarga

Sebagai usaha promotif dan preventif dalam menekan angka kejadian

anemia pada saat hamil dan melahirkan.

b. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi serta bahan

masukan untuk meningkatkan pelayanan Asuhan Kebidanan pada ibu hamil

dan sebaiknya bisa diterapkan dalam pemberian penyuluhan ibu hamil

anemia untuk mengonsumsi makanan tambahan yang kaya zat besi seperti

puding daun kelor untuk mempercepat kenaikan Hb ibu hamil dengan

anemia.

c. Bagi Jurusan Kebidanan

Diharapkan penelitian ini nantinya bisa menjadi salah satu bahan untuk

menambah referensi dalam bidang kebidanan.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan penelitian ini menjadi salah satu bahan acuan untuk

pengembangan penelitian lebih lanjut dalam bidang kebidana.

F. Keaslian Penelitian

Terdapat beberapa penelitian yang mirip dengan penelitian ini antara lain:

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

N Judul Penelitian Penulis Desain Variabel Hasil Perbedaan dengan


O & Juranal (Tahun) Peneletian penelitian ini
1 Biscuits Manggul, M. S., Quasy - Usia Hasil Perbedaan dengan
containing Hidayanty, H., experime Kehamilan penelitian penelitian ini adalah pada
Moringa Arifuddin, S., nt -pendidikan menunjukkan lokasi, subjek dan
oleifera leaves Ahmad, M., dengan - pekerjaan bahwa biskuit variable (peneliti ini
7

flour improve Hadju, V., & rancanga yang tidak meneliti


conditions of Usman, A. N. n Pre mengandung Pengahasilan dan Paritas)
anemia in (2021) and tepung daun
pregnant posttest. kelor mampu
women. memberikan
perbaikan
kondisi ibu
hamil yang
mengalami
anemia
terutama pada
kadar
hemoglobin,
asupan zat
besi dan seng.
2 Sayur Daun Kel Arisda Candra eksperim -umur ibu Hasil Perbedaan dengan
or Untuk Menin Satriawati, Siti en -Usia peneliltian penelitian ini adalah
gkatkan Kadar Sarti, Zakiyah dengan kehamilan menunjukkan desain eksperimen
Hemoglobin pa Yasin, Nelyta rancanga -pendidikan bahwa dengan rancangan pre
da Ibu Hamil de Oktavianisya,Rohi n pre -pekerjaan sebelum and post tes, lokasi,
ngan Anemia matus Sholihah and post perlakuan, subjek dan variable
(2021) tes hampir (peneliti ini hanya
seluruhnya meneliti penghasilan dan
ibu paritas)
mengalami
anemia ringan
(8-11 g/dl;
93%). Setelah
perlakuan,
hampir
seluruhnya
kadar
hemoglobin
ibu dalam
rentang
normal (> 11
g/dl; 96%).
Sayur bening
daun kelor
dapat
membantu
meningkataka
n kadar
hemoglobin
ibu hamil
dengan
8

anemia.
3 Daun Kelor Evi Irianti (2020) Quasi -Status gizi Daun kelor Perbedaan dengan
(Moringa eksperim -Usia ibu baik yang penelitian ini adalah pada
Oleifera) Untuk ent -Pendidikan diolah dengan lokasi, subjek dan
Meningkatkan (rancang cara variable (peneliti ini
Kadar an pre mengekstrak hanya meneliti
Haemoglobin and atau dijadikan pendapatan keluaga dan
Pada Ibu Hamil posttest) tepung, paritas)
dan bahkan
observas dimakan
ion al langsung
sebagai
sayuran
memiliki
kandungan
gizi yang
tingg

9 Dari tabel
1.1 di atas
diketahui
bahwa ada
perbedaan
penelitian ini
dengan
penelitian
sebelumnya
yaitu: 1.
Rancangan
penelitian ini
Pra
eksperimen
sedangkan
penelitian
sebelumnya
menggunakan
rancangan
quasi
eksperiment
2. Analisis
data yang
digunakan
dalam
penelitian ini
adalah
Wilcoxon
9

sedangkan
penelitian
sebelumnya
menggunakan
uji Chi Square
3. Pada
penelitian ini
hanya
memakai satu
kelompok
sedangkan
pada
penelitian
sebelumnya
menggunakan
dua
kelompok.
sehingga
dapat
meningkatkan
haemoglobin
ibu hamil
anemia secara
signifikan
4 Efektivitas Sylvie S. Ponomban, eksperim -Pendidikan  suplementasi Perbedaan dengan
Suplemen Rivolta Walalangi dan en semu -Pekerjaan bubuk daun penelitian ini adalah pada
Vera T (2022)
Bubuk Daun desain -Usia kelor lokasi, subjek dan
Kelor (Moringa one Kehamilan (Moringa variable desain Quasy
oleifera) group oleifera) dapat two grup (peneliti ini
terhadap pretest- meningkatkan hanya meneliti
peningkatan posttest kadar penghasilan dan paritas)
kadar design, hemoglobin
hemoglobin pada ibu
pada ibu hamil hamil yang
yang menderita menderita
anemia. anemia
5 Pengaruh konsumsi (Isnainy et al.,2019) Quasi -Usia Terjadi Perbedaan dengan
ekstrak daun kelor eksperim Kehamilan peningkatan rata- penelitian ini adalah pada
dan madu terhadap desain -
rata Hb ibu
lokasi, subjek dan
Peningkatan Hb two hamil (30 orang)
ibu hamil di pendidikan setelah diberikan variable (peneliti ini
wilayah kerja
group -umur Ibu ekstrak daun hanya meneliti
puskesmas Way pretest- kelor + madu pendapatan keluaga dan
halim kota Bandar posttest dari 10,17gr% paritas)
Lampung menjadi 11,1gr
%. Ekstrak daun
kelor
dimasukkan
10

kedalam kapsul
(per kapsul 500
mg), dosis 2 x 2
sehari selama 15
hari, diberikan
bersama dengan
madu
11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anemia

Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada di

bawah normal. Di Indonesia Anemia di sebabkan oleh kekurangan zat besi,

sehingga lebih dikenal dengan istilah anemia Gizi Besi. Anemia defisiensi besi

merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan.

(Icesmi Sukarni K, Margareth ZH, 2013).

Menurut Alamsayah, W (2020) ibu hamil mempunyai kemungkinan

besar terkena anemia.

2.1.1 Anemia Pada Ibu Hamil

Anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah atau penurunan

konsentrasi hemoglobin di dalam sirkulasi darah. Kadar hemoglobin kurang

dari 12 gram/dl untuk wanita tidak hamil dan kurang dari 11 gram/dl untuk

wanita hamil (Padmi, 2018).

Anemia masih menjadi masalah yang sering ditemukan pada ibu hamil.

Anemia yang tidak ditangani akan berdampak buruk pada janin, sebab

hemoglobin berkaitan dengan transportasi oksigen keseluruh jaringan tubuh

ibu dan tentunya bayi yang dikandungnya. Anemia dikalangan orang awam

sering dikenal dengan sebutan kurang darah. Anemia yaitu keadaan disaat

kadar hemoglobin yang bertugas pembawa oksigen di dalam darah lebih

rendah daripada nilai normalnya, dan biasanya mereka tidak terlalu

11
12

memperhatikan masalah tersebut karena dianggap bukan hal yang sangat

darurat, karena banyak yang kurang tahu secara detail tentang anemia dan

bahayanya bagi kesehatan apabila tidak ditangani secara tepat. Setengahnnya

dari ibu hamil mengalami anemia disebabkan oleh kekurangan asupan zat

besi. Zat besi diperlukan untuk membantu tubuh memproduksi sel darah

merah segar yang kaya oksigen dan nutrisi. Aliran darah, oksigen, serta

nutrisi sangat penting untuk mendukung proses tumbuh kembang janin dan

memelihara kondisi plasenta tetap optimal. Penyebab utama dari defisiensi

zat besi adalah kurang makan makanan kaya zat besi, seperti protein hewani

sejak dari sebelum dan semasa hamil (Satriawati et al., 2021).

Anemia suatu keadaan dimana tidak mencukupinya eritrosit untuk

mengantarkan kebutuhan oksigen jaringan. Karena hal ini sulit diukur, maka

anemia didefinisikan sebagai rendahnya konsentrasi hemoglobin (Hb),

hitung eritrosit, dan hematokrit (Hct) dari nilai normal (Wibowo et al.,

2021).

2.1.2. Hb Pada Ibu Hamil

Fungsi hemoglobin adalah mengangkut oksigen dari paru-paru dalam

peredaran darah untuk dibawah k jaringan. Ikatan hemoglobin dengan oksigen

disebut oksihemoglobin (hb0). Disamping oksigen, hemoglobin juga

membawakarbondioksida membentuk ikatan karbon monoksi hemoglobin

(HBC0), juga berperan dalam keseimbangan pH darah. Sintesis hemoglobin

terjadi selama proses eritroposis, pematangan seldarah merah akan


13

mempengaruhi fungsi hemoglobin.

Struktur Hemoglobin terdiri dari dua unsur utama yaitu:

1. Besi mengandung pigmen hem

2. Protein globin, seperti halnya jenis protein lain, globin mempunyai rantai

panjang dan asam amino.

Zat besi diperlukan untuk memproduksi hemoglobin dan apabila

kekurangan zat ini dapat mengakibatkan anemia. Kebutuhan zat besi saat hamil

berjumlah dua kali lipat dibandingkan sebelum hamil. Hal tersebut terjadi karena

selama kehamilan, volume darah dan bertambah untuk menampung perubahan

pada tubuh ibu pasokan darah ke janin. Biasanya konsumsi pangan ibu hamil

tidak dapat memenuhi kebutuhan zat besi. Pangan sumber zat besi dapat berasal

dari (Nuryati, 2021): Pangan hewani yaitu daging merah, hati, ikan, unggas ,

kerang, telur, kedelai dan Pangan nabati yaitu sayuran hijau daun seperti, bayam

dan kangkung.

2.1.3. Patofisiologi Anemia pada Kehamilan

Kebutuhan ibu hamil terhadap energi, vitamin maupun mineral

meningkat sesuai dengan perubahan fisiologis ibu terutama pada akhir

trimester ke II dimana terjadi proses hemodilusi yang menyebkan terjadinya

peningkatan volume darah dan mempengaruhi konsentrasi hemoglobin darah.

Keperluan yang meningkat pada masa kehamilan , rendahnya asupan protein

hewani serta tingginya konsumsi serat/ kandungan fitat dari tumbuh- tumbuhan

serta protein nabati merupakkan salah satu faktor penyebab terjadinya anemia

besi.
14

Saat hamil, volume darah dalam tubuh meningkat sekitar 50%, karena

tubuh memerlukan tambahan darah untuk mensuplai oksigen dan makanan

bagi pertumbuhan janin. Meningkatnya volume darah berarti meningkat pula

jumlah zat besi yang dibutuhkan untuk memproduksi sel-sel darah merah.

Selama hamil dibutuhkan zat besi sebanyak 800 mg dimana 500 mg digunakan

untuk pertambahan sel darah merah ibu sedang 300 mg untuk janin dan

plasenta (Kementerian Kesehatan Repuplik Indonesia, 2013).

2.1.4 Gejala dan Tanda Anemia

Bila kekurangan kadar hemoglobin hanya sedikit atau hanya menderita

anemia ringan, penderita hampir tidak menampakkan gejala. Tetapi bila

kekurangan Hb nya cukup banyak secara fisik penderita akan terlihat

pucat,licin dan mengklat terutama pada selaput lendir kelopak mata, lidah dan

bibir, stomatitis angularis, pecah-pecah disertai kemerahan dan nyeri sudut-

sudut mulut, rambut rapuh dan halus serta kuku tipis, rata dan mudah patah.

Selain itu, tubuh terasa lesu, lemah, Lelah, letih dan lunglai karena konsentrasi

menurun disertai sering menderita pusing dengan pandangan berkunang-

kunang terutama Ketika bangkit dari posisi duduk atau bungkuk (Kementerian

Repuplik Indonesi, 2013).

sering dikaitkan dengan kosdisi lemah, letih, lesu dan Lelah akibat

kuranganya kandungan zat besi di dalam darah. Anemia defisiensi besi

merupakan anemia yang paling sering di jumpai pada kehamilan. Keperluan

besi pada saat kehamilan bertambah terutama pada trimester terakhir.

Keperluan zat besi ubtuk Wanita tidak hamil 12 mg/hari, Wanita hamil dan
15

Wanita menyusui 17 mg/ hari.

1. Penyebab anemia pada ibu hamil:

a. Kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan.

b. Gangguan Penyerapan pada pencernaan,

c. Anemia Perdarahan akut maupun kronis (missal: karena wasir dan

kecacingan )

d. Meningkatnya kebutuhan zat besi

2. Anemia dapat juga disebabkan oleh:

a. Kekurangan asam folat dan vitamin

b. Sumsum tulang belakang kurang mampu membuat sel-sel darah baru

penghancur sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya.

c. Menjalankan diet miskin zat besi atau pola makan yang kurang baik juga

rentan anemia.

2.1.5. Akibat Anemia bagi Ibu Hamil dan Janin

Anemia menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel

tubuh tidak cukup untuk mendapatkan pasokan oksigen. Disamping itu ibu hamil

yang anemia akan mengalami banyak gangguan, misalnya pingsan, meningkatkan

frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan, atau proses melahirkan yang

berlangsung lama akibat kontraksi yang tidak bagus. Pengaruhnya bisa

menyebabkan abortus (keguguran), kelahiraan premature (lahir sebelum

waktunya), persalinan yang lama karena rahim tidak berkontraksi, perdarahan

paska persalinan, perdarahan yang terus menerus. Syok serta infeksi pada saat

persalinan atau setelahnya (Kementerian Kesehatan Repuplik Indonesia, 2013).


16

Dampak buruk lainnya, anemia juga dapat menyebabkan gagal jantung

yang akan terjadi pada ibu hamil jika Hb nya kurang dari 4 gr/dl, hal ini

menyebabkan angka kematian ibu hamil tinggi. Anemia dapat dicegah dengan

mudah, namun masyarakat terlalu menggampangkan, dan menganggap hal

tersebut hanya sekedar kondisi tubuh yang, lemah, letih, lesu dan lelah saja.

Sedangkan dampak buruk anemia pada ibu hamil bagi janinnya adalah

pertumbuhan janin terlambat, lahir premature, BBLR, lahir dengan cadangan zat

besi yang kurang yang dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada

pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak (Kementerian Kesehatan RI,

2013).

Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko

mordibitas maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR

dan premature juga lebih besar (Icesmi Sukarnidan Margareth , 2013).

2.1.6. Diagnosis

Pemeriksaan skrinning anemia dalam kehamilan disarankan untuk

dilakukan pemriksaan pada saat trimester 1, saat usia kehamilan 24-28 minggu

dan sesuai indikasi bila ditemukan tanda gejala ibu hamil anemia. Untuk

mendiagnosis anemia defisiensi besi dapat dilakuan dengan parameter

pemeriksaan konsentrasi hemoglobin (Hb). Kriteria anemia menurut WHO

(World Health Organization) ditentukan berdasarkan kriteria anemia ringan,

sedang dan berat (Wibowo et al., 021).

Untuk mendiagnosis anemia defisiensi besi (ADB) dapat dilakukan

beberapa parameter pemeriksaan berikut ini :


17

Tabel 2.1 Rekomendasi WHO tentang Pengelompokan Anemia Pada Ibu Hamil
(g/dL)

Anemia
Ibu Hamil Tidak Anemia Ringan Sedang Berat

11 10,0-10,9 7,0-9,9 <7,0

(Sumber “Antenatal Terpadu” Kementrian RI, 2020)

2.1.7. Jenis Anemia Pada Kehamilan

1). Anemia karena perdarahan

Anemia akibat perdarahan dapat terjadi selama masa kehamilan (perdarahan

antepartum), akan tetapi lebih sering terjadi pada ibu dengan perdarahan

post partum/paska salin. Etiologi dari perdarahan antepartum yang paling

sering adalah plasenta previa, solusio plasenta dan perdarahan saluran cerna.

Kehilangan darah selama kehamilan dapat menyebabkan anemia berat,

hingga terjadi peningkatan kelahiran preterm. Selain itu, anemia berat juga

dapat meningkatkan risiko anemia pasca salin dan kebutuhan transfusi pada

maternal saat peripartum (Wibowo et al., 2021).

2). Anemia Hipoproliferatif

a). Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang paling sering terjadi saat

kehamilan, yang dipicu oleh perubahan fisiologis maternal (Wibowo et

al., 2021)

b). Anemia Defisiensi Asam Folat, Vitamin B12, dan B6

(1). Defisiensi Asam Folat Anemia yang disebabkan oleh defisiensi asam

folat jarang terjadi di negara industrial, namun dapat terjadi pada


18

wanita dengan diet tidak seimbang, malabsorpsi dan penyalahgunaan

alkohol. Gejala yang muncul diawal kehamilan meliputi mual,

muntah serta anoreksia yang memburuk seiring terjadinya anemia

(Wibowo et al., 2021).

(2). Defisiensi Vitamin B12 Anemia pada kehamilan jarang disebabkan

oleh defisiensi vitamin B12. Anemia ini dapat disebabkan oleh

defisiensi faktor intrinsik seperti riwayat operasi lambung, akibat

sekunder dari malabsorpsi, serta inflamasi saluran cerna kronis.

Selain adanya anemia makrositik, gejala lain dari defisiensi vitamin

B12 lainnya adalah gejala deficit neuropsikiatri seperti paraesthesia,

rasa kebas, depresi, mudah marah, dan otot yang lemah Ibu dengan

kadar vitamin B12 yang rendah, memiliki risiko berbagai komplikasi

kehamilan di antaranya defek tabung saraf (neural tube defect),

abortus spontan, PJT, dan berat bayi lahir rendah. Anak yang lahir

pada ibu dengan defisiensi vitamin B12 memiliki berbagai risiko

abnormalitas kognitif, anemia, serta diabetes tipe 2 dikemudian hari

(Wibowo et al., 2021).

(3). Defisiensi Vitamin B6 Pada ibu hamil dengan anemia yang tidak

responsif terhadap pemberian zat besi, perlu dipertimbangkan

adanya defisiensi vitamin B6. Kadar vitamin B6 pada kehamilan

dipengaruhi oleh alkaline phosphatase (ALP) yang diproduksi oleh

plasenta. Defisiensi vitamin B6 dapat menginisiasi proses enzimatik

sintesis heme dan penggunaan zat besi di sel eritropoeisis. Defisiensi


19

dari kedua mikronutrien ini menyebabkan anemia mikrositik

hipokrom dan gambaran darah tepi yang sulit dibedakan. Karena itu

diperlukan pemeriksaan kadar keduanya untuk dapat menegakkan

diagnosis yang tepat (Wibowo et al., 2021).

(4). Anemia Akibat Proses Inflamasi Anemia dapat terjadi akibat

infeksi parasit maupun bakteri (contoh: pielonefritis akut), infeksi

virus kronis (contoh: HIV), dan penyakit inflamasi kronis yang

mempengaruhi pencernaan (Wibowo et al., 2021).

(5). Anemia karena Penyakit Ginjal Pasien dengan gagal ginjal atau

dengan transplantasi ginjal dapat terjadi anemia sedang hingga berat

selama kehamilan. (Wibowo et al., 2021).

2.1.8. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Risiko Anemia Pada Kehamilan

Berdasarkan penelitian sebelumnya menyatakan, faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi timbulnya anemia ibu hamil antara lain: sosial ekonomi,

pengetahuan, frekuensi pemeriksaan kehamilan (Abidah & Anggasari, 2019),

umur ibu, jarak kehamilan, paritas, penyakit infeksi (Yanti, et al.,2015). Pada

kehamilan terdapat beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko anemia,

diantaranya asupan nutrisi, diabetes pada kehamilan, kehamilan multipel,

kehamilan pada remaja dan inflamasi dan infeksi dalam kehamilan (Wibowo et

al., 2021).

Faktor-faktor yang mempengaruhi anemia pada ibu hamil yaitu:

1) Sosial Ekonomi/Pekerjaan: status bekerja juga menjadi faktor yang

berhubungan dengan kejadian anemia ibu. Ibu rumah tangga memiliki resiko
20

mengalami kejadian Anemia lebih besar dibandingkan dengan ibu hamil yang

bekerja. Hal tersebut dapat diakibatkan karena ibu hamil yang tidak bekerja

biasanya cenderung mempunyai status sosial ekonomi yang lebih rendah

dibandingkan ibu hamil yang bekerja (Rizkah & Mahmudiono 2017).

Akibatnya kebutuhan nutrisi untuk ibu hamil dan janin yang didalam

kandungannya tidak tercukupi dengan baik. Dengan status pekerjaan tidak

bekerja hanya sebagai ibu rumah tangga merupakan salah satu faktor resiko

terjadinya Anemia pada ibu hamil karena sebagian besar pendapatan yang

masuk bergantung dari penghasilan suami dalam memenuhi kebutuhan hidup

(Satriawati et al., 2021) .

2) Pendidikan: Pendidikan mempunyai pengaruh terhadap peningkatan

kemampuan berpikir, seseorang yang mempunyai pendidikan tinggi akan

dapat mengambil keputusan yang lebih masuk akal, dan pada umumnya akan

lebih terbuka dalam menerima perubahan maupun hal baru dibandingkan

dengan yang mempunyai pendidikan rendah. Semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang maka makin tinggi pula dalam menerima informasi dan

pengaruhnya besar terhadap perubahan perilaku yang lebih baik dari

sebelumnya (Satriawati et al., 2021)

3) Umur ibu: Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35

tahun mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil. Umur yang terlalu muda

perlu tambahan gizi yang banyak untuk pertumbuhan dan perkembangan

dirinya sendiri dan harus berbagi dengan janin yang dikandungnya,

sedangkan umur yang terlalu tua perlu energi yang besar karena fungsi-fungsi
21

organ dalam tubuh semakin melemah. karena akan membahayakan kesehatan

dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya, berisiko mengalami perdarahan

dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia (Nurhayati et al., 2014).

Menurut penelitian (Detty Afriyanti S, 2020) hasil uji statistik Chi-Square

didapatkan hasil p-value 0,025 <0,05 yang berarti terdapat hubungan antara

umur dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Menurut peneliti terjadinya

anemia pada ibu hamil usia <20 tahun disebabkan tubuh belum siap untuk

menopang kebutuhan sel darah merah untuk kebutuhan janin sedangkan usia

di atas > 35 tahun daya tahan tubuh semakin menurun, penyerapan zat besi

juga mengalami penurunan.

4) Paritas: adanya kecenderungan bahwa semakin banyak jumlah kelahiran

maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia (Sumarni, 2000).

2.1.9. Pencegahan Anemia

Perbaikan pola makan dan kebiasaan makan yang sehat dan baik selama

kehamilan akan membantu ibu untuk mendapatkan asupan gizi yang cukup

sehingga dapat mencegah dan mengurangi kondisi anemia. Sejak sebelum hamil

hingga sealama kehamilan, dianjurkan memperbanyak konsumsi makanan yang

kaya akan zat besi, asam folat juga vitamin B, seperti hati, daging, kuning telur,

ikan teri, susu, dan kacang-kacangan seperti tempe dan susu kedelai, serta sayuran

berwarna hijau tua seperti bayam dan daun katuk. Zat besi yang terdapat pada

daging lebih mudah diserap tubuh dari pada zat besi pada sayuran. Selain itu,

konsumsi jenis makanan yang mempermudah penyerapan zat besi, misalnya

makanan yang mengandung vitamin C tinggi, yang perlu dihindari adalah


22

makanan atau minuman yang dapat menghambat penyerapan zat besi, misalnya

kopi serta teh dan penggunan antasida atau obat magh yang berfungsi menetralkan

asam lambung, umumnya mengandung mineral, atau logam lain yang dapat

mengganggu penyerapan zat besi dalam tubuh pada saat minum tablet tambah

darah dan segera setelah makan makanan yang banyak mengandung Fe. Untuk itu

perlu dihindari mengkonsumsi teh, kopi, antasida bersamaan dengan makanan

kaya zat besi. Selain dari sumber makanan, upaya pencegahan dan

penanggulangan anemia pada ibu hamil dilakukan juga dengan pemberian tablet

tambah darah 1 tablet setiap hari selama 90 hari (Kementerian Kesehatan

Repuplik Indonesia, 2013)..

Bila kondisi nemia yang terjadi pada ibu adalah akibat perdarahan, penyakit

darah atau kelainan tubuh lainnya, maka kondisi anemia membutuhkan perhatian

lebih lanjut dan penanganan dokter.

Berikut anjuran makan dan minum buat ibu hamil:

1. Makan dengan pola gizi seimbang,

2. Untuk menambah tenaga, makan makanan selingan pada pagi, siang dan

sore hari seperti kolak, bubur kacang hijau, kue-kue, dan lain-lain

3. Tidak ada pantangan selama hamil

4. Jangan minum jamu, minuman keras atau merokok karena membahayakan

Kesehatan.

a) Dosis Terapi

Pemberian besi merupakan terapi utama defisiensi besi dan anemia

defisiensi besi. Dosis terapi defisiensi besi disesuaikan dengan derajat


23

defisiensi dan usia kehamilan saat diagnosis ditegakkan. Pada

anemia defisiensi besi ringan dengan kadar Hb 10–10,4 gr/dl dapat

diberikan terapi besi oral 80–100 mg/hari. Jika ibu hamil terdiagnosis

anemia defisiensi besi pada trimester pertama dan kedua, maka tablet

besi oral dapat diberikan sebagai terapi lini pertama (Kharisma, 2019).

Pada keadaan defisiensi besi, penghitungan kebutuhan besi

dilakukan sebagai perkiraan pemberian terapi menggunakan Ganzoni

Formula (Wibowo et al., 2021).

Tabel 2.2 Rekomendasi Tatalaksana Anemia Defisiensi Besi pada Kehamilan


di Asia-Pasifik

Hb Tata Laksana Target


<11gr/dl dan Besi Oral 80-100 mg/hari
Feritrin <15 µg/L Hb : 11 gr/dl
<10 gr/dl IV 200mg/hari Diulang 1-2x/minggu Ferritin >50 µg/L
<7 gr/dl Transfusi PRC
(Sumber: Wibowo et al., 2021)

b) Evaluasi Terapi

Evaluasi terapi besi dilakukan 2–3 minggu setelah terapi, dan

pengawasan dilakukan tiap trimester. Respon awal yang dapat terlihat

adalah perubahan klinis pada pasien. Kondisi pasien akan terlihat

lebih sehat dan bugar, tidak pucat, dan nafsu makan membaik.

Selanjutnya, perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium, dimana tiap

parameter pemeriksaan memiliki respon yang berbeda. Perhitungan

darah perifer lengkap adalah pemeriksaan yang paling mudah dengan

mengevaluasi Hb dan Ht (Wibowo et al., 2021).

Respon terapi parenteral lebih cepat menaikkan kadar Hb dan


24

ferritin dibandingkan dengan terapi oral. Pada 2 minggu pertama,

terapi intravena dapat menaikan Hb 3x lebih tinggi daripada terapi

oral. Sebuah studi menunjukan bahwa terapi intravena dapat

menaikan Hb sebesar Hb 1,0 gr/dl dalam 2 minggu, dan terapi oral

dalam 4 minggu. Respon terapi juga dapat dilihat melalui serum

feritin, dimana dalam 4 minggu terapi iron sucrose dapat menaikan

kadar ferritin hingga >100 ng/ml, sedangkan terapi oral ferrous

fumarat dapat menaikan kadar feritin >20 ng/ml. Sebuah telaah

sistematis dan meta analisis terkait respon terapi oral dan intravena

pada anemia pasca salin menunjukan bahwa terapi intravena dapat

meningkatkan kadar Hb hingga 1 g/dL dalam 6 minggu, dibandingkan

dengan terapi oral (Wibowo et al., 2021).

2.2. Daun Kelor

2.2.1. Definisi Daun Kelor

Menurut Tilong (2011) dalam Hazani (2014) klasifikasi dari tanaman kelor

(Moringa oleifera L) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliopsida

Kelas : Magnoliopsida

Bangsa : Brassicales

Suku : Moringaceae

Marga : Moringa

Jenis : Moringa oleifera, L


25

2.2.2. Deskripsi Tanaman Kelor

Moringa oleifera Lamk atau biasa dikenal dengan sebutan daun kelor

merupakan tanaman perdu dengan tinggi batang 7-11 meter. Batang berkayu

getas (mudah patah), cabang jarang, tetapi mempunyai akar yang kuat. Bunga

berbau semerbak, berwarna putih kekuningan, dan tudung pelepah bunganya

berwarna hijau, sedangkan, buahnya berbentuk segitiga (Widowati I et al.,

2014).

Daun kelor (Moringa oleifera L) mempunyai 8-10 pasang anak daun

dengan arah yang berlawanan terhadap sumbu utama. Anak daun memiliki

warna hijau dan berbentuk elips (tumpul pada apex dan runcing pada pangkal).

Bunga kelor merupakan bunga biseksual (memiliki benang sari dan putik),

berwarna putih dan terletak pada ketiak daun dengan panjang 10-25 cm dan

lebar 4 cm. Bunga kelor berwarna cokelat ketika matang dan memiliki tiga

lobus dengan panjang 20-60 cm setiap buah berisi 12-35 biji (Rahman, 2015).

Tanaman kelor (Moringa oleifera L) dapat bertahan dalam musim

kering yang panjang dan tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan

tahunan berkisar antara 250-1500 mm. Meskipun lebih suka tanah kering

lempung berpasir atau lempung, tetapi dapat hidup di tanah yang didominasi

tanah liat. Secara umum, parameter lingkungan yang dibutuhkan tanaman kelor

untuk tumbuh dengan baik adalah iklimtropis atau sub-tropis, ketinggian 0-

2000 meter dpl, suhu 25-35°C, pH tanah 5-9 (Widowati I et al., 2014).

Moringa oleifera L di Indonesia dikenal dengan berbagai nama.

Masyarakat Sulawesi menyebutnya kero, wori, kelo atau keloro. Orang Madura
26

menyebutnya maronggih. Di Sunda dan Melayu disebut kelor. Di Aceh disebut

murong. Di Ternate dikenal sebagai kelo. Di Sumbawa disebut kawona.

Sedangkan orangorang Minang mengenalnya dengan namamunggai (Rahmat

F, 2015). Budidaya Moringa oleifera L di dunia Internasional merupakan

program yang sedang digalakan. Terdapat beberapa julukan untuk pohon kelor,

diantaranya The Miracle Tree, Tree for Life, dan Amazing Tree. Julukan

tersebut muncul karena bagian pohon kelor mulai dari daun, buah, biji, bunga,

kulit batang, hingga akar memiliki mafaat yang luar biasa. Tanaman kelor tidak

memerlukan perawatan yang intensif, tahan terhadap musim kemarau dan

mudah dikembangbiakkan.

2.2.3. Kandungan Daun Moringa oleifera L

Zat-zat yang terkandung dalam daun Moringa oleifera L sangat berguna bagi tubuh

manusia. Menurut hasil penelitian, daun kelor ternyata mengandung vitamin A,

vitamin C, vitamin B, kalsium, kalium, besi dan protein dalam jumlah sangat tinggi

yang mudah dicerna dan diasimilasi oleh tubuh manusia (Radiyanthi, 2015). Daun

Moringa oleifera L memiliki kandungan kalsium yang lebih banyak daripada susu,

lebih banyak zat besi dari pada bayam, lebih banyak protein daripada telur dan lebih

banyak kalium dari pada pisang. Zat lain yang sudah diidentifikasi dalam daun kelor

antara lain: senyawa polifenol (asam galat, asam klorogenat, asam elegat, asam

ferulat, kuersetin, kaempferol, proantosianidin dan vanilin), vitamin E, β-karoten, zink

dan selenium (Rahman, 2015). Daun Moringa oleifera L merupakan salah satu

tanaman yang kaya akan vitamin dan mineral. Pada Tabel 2.3 akan dijelaskan

komposisi vitamin dalam setiap 100 gram daun Moringa oleifera L. Komposisi

vitamin tersebut antara lain vitamin A, B1, B2, B3, dan C.


27

Tabel 2.3 Komposisi Vitamin dalam Daun Moringa oleifera L

No Vitamin Kebutuhan Kandungan Kegunaan


(/hari) (/100 gr)
1 Vitamin 500-600 378 μg Berguna untuk pembentukan sel
A μg batang dan kerucut pada mata,
menjaga integritas epitel
2 Vitamin 1,1-1,2 mg 0,257 μg Berperan dalam metabolisme
B1 karbohidrat dan protein, menjaga
fungsi normal sel saraf
3 Vitamin 1,1-1,3 mg 0,66 mg Berpartisipasi dalam reaksi
B2 redoks pada metabolism
4 Vitamin 1,1-1,3 mg 2,22 mg Berperan dalam respirasi
B3 intraseluler dan sintesis asam
lemak dan steroid melalui jalur
pentose fosfat
5 Vitamin 14-16 mg 1,2 mg Berperan dalam respirasi
B6 intraseluler dan sintesis asam
lemak dan steroid melalui jalur
pentose fosfat
6 Vitamin 45 mg 51,7 mg Diperlukan dalam pembentukan
C kolagen, absorbs dari zat besi
dan perbaikan jaringan

Komposisi mineral dalam 100 gram daun Moringa oleifera L dapat dilihat pada

Tabel 2.4 Mineral tersebut antara lain kalsium, besi, magnesium, fosfor,

kalium, natrium dan zink.

Tabel 2. 4 Komposisi Mineral dalam Daun Moringa oleifera L

No Mineral Kebutuhan Kandungan Kegunaan


(/hari) (/100 gr)
1 Kalsium 1000 mg 378 μg Berperan dalam pertumbuhan
tulang dan gigi, kontraksi otot
dan pembekuan darah
2 Besi 8 mg 4 mg Berperan sebagai carrier
(pria) 18 oksigen dalam eritrosit dan
mg sebagai media transport
(wanita) elektron dalam
3 Magnesium 400-420 147 mg Berperan dalam kontraksi otot,
mg (pria) sebagai kofaktor enzim dalam
310-320 pembentukan energi, sintesis
mg protein, sintesis DNA dan
(wanita) RNA, mengatur potensial
28

listrik dari sel saraf dan


membran sel
4 Fosfor 700 mg 112 mg Berperan dalam pembentukan
tulang dan gigi
5 Kalsium 4700 mg 337 mg Menjaga keseimbangan cairan
tubuh. Berperan dalam
transmisiimpuls saraf dan
kontraksi otot.
6 Natrium 1500 mg 9 mg Menjaga keseimbangan air
dan elektrolit
7 Zink 11 mg 0,6 mg Sebagai salah satu komponen
(pria) 8 enzim dalam proses sintesis
mg dan degradasi dari
(wanita) karbohidrat, lipid, protein dan
asam nukleat. Zink juga
berperan dalam menjaga
integritas membran sel.
29

Tabel 2.5 Kandungan 100 gr Daun Kelor

Ener Protein (mg) Fe


LEMA H Fosf Vit. Vit. Natriu Kaliu Cole Ser AI
gi Hewa Naba Ca (m Vit. A
K (gr) A or B1 C m m s at R
(kal) ni ti g)
14. 440. 11300 220. 75.
82.0 0.0 6.7 1.7 3 0 70.0 7.0 .0 0.2 0 0.0 0.0 0.0 6.0 0
(Sumber: Tabel Komposisi Pangan Indonesia, 2017)

Table 2.6 komposisi Kandungan Daun Kelor Berdasarkan Pemeriksaan Puskesmas

Protein (mg) Fe
Bahan Bera Energ LEMA Fosfo Vit. Vit. Natriu Kaliu Cole Sera
Menu Hewan Nabat HA Ca (mg Vit. A AIR
Makanan t i (kal) K (kal) r B1 C m m s t
i i )
puding 37.
daun kelor Telur ayam 50 81.0 6.4 0.0 5.8 0.4 27.0 90.0 1.4 450.0 0.1 0.0 79.0 89.0 275.0 0.0 0
110. 2825. 55. 18.
Daun kelor 25 20.5 0.0 1.7 0.4 3.6 0 17.5 1.8 0 0.1 0 0.0 0.0 0.0 1.5 8
Agar-agar 3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 12.0 3.8 0.2 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.5 0.5
11.
Santan 20 64.8 0.0 0.8 6.9 1.1 2.8 9.0 0.4 0.0 0.0 0.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0
Gula pasir 10 36.4 0.0 0.0 0.0 9.4 0.5 0.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.1 0.0 0.0 0.5
14. 152. 3275. 55. 67.
 Total
202.7 8.9 13.0 4 3 120.4 3.6 0 0.1 4 79.0 89.1 275.0 4.0 8

(Sumber: Tabel Komposisi Pangan Indonesia, 2017)


30

Daun Moringa oleifera L mengandung sejumlah asam amino. Asam amino

yang terkandung diduga mampu meningkatkan sistem imun. Asam amino dalam

tubuh akan mengalami biosintesa protein, dari 20 macam asam amino yang 13

ada yakni 19 asam amino α-L-amino dan satu asam L-iminodapat disintesa

menjadi 50.000 lebih protein yang bersama dengan enzim berperan dalam

mengontrol aktivitas kimia antibodi untuk mencegah berbagai macam penyakit

(Hardiyanthi, 2015).

Daun Moringa oleifera L juga mengandung flavonoid yang berfungsi

sebagai antioksidan yang mampu menjaga terjadinya oksidasi sel tubuh. Selain

itu, kandungan minyak atsiri dan flavonoid yang terdapat pada daun dapat

mencegah peroksidasi lemak (Widowati, 2014).

2.2.4. Antioksidan pada Moringa oleifera L

Antioksidan adalah suatu senyawa atau komponen kimia yang dalam

kadar atau jumlah tertentu mampu menghambat atau memperlambat kerusakan

akibat proses oksidasi. Secara biologis, pengertian antioksidan adalah senyawa

yang dapat menangkal atau meredam dampak negatif oksidan. Antioksidan

bekerja dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang

bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut dapat dihambat

(Widowati, 2014)..

Hardiyanthi (2015) berdasarkan fungsinya, antioksidan dapat dibedakan

menjadi tiga macam yaitu antioksidan primer, sekunder dan tersier.

Antioksidan primer berfungsi untuk mencegah terbentuknya radikal bebas

baru. Antioksidan yang ada dalam tubuh adalah enzim superoksida dismutase

(SOD) yang dapat melindungi hancurnya sel-sel dalam tubuh akibat serangan
31

radikal bebas. Antioksidan sekunder berfungsi untuk menangkal radikal bebas

serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan

yang lebih besar, misalnya vitamin C, vitamin E, Cod Liver Oil, Virgin

Coconut Oil dan betakaroten. Antioksidan tersier berfungsi untuk memperbaiki

sel-sel dan jaringan yang rusak karena radikal bebas, yang termasuk dalam

kelompok ini adalah enzim, misalnya metionin sulfoksida reduktase yang dapat

memperbaiki DNA pada penderita kanker. Antioksidan diperlukan untuk

mencegah stres oksidatif. Stres oksidatif adalah kondisi ketidakseimbangan

antara jumlah radikal bebas yang ada dengan jumlah antioksidan di dalam

tubuh. Radikal bebas merupakan senyawa yang mengandung satu atau lebih

elektron tidak berpasangan dalam orbitalnya, sehingga bersifat sangat reaktif

dan mampu mengoksidasi molekul di sekitarnya (lipid, protein, DNA, dan

karbohidrat). Antioksidan bersifat sangat mudah dioksidasi, sehingga radikal

bebas akan mengoksidasi antioksidan dan melindungi molekul lain dalam sel

dari kerusakan akibat oksidasi oleh radikal bebas atau oksigen reaktif

(Werdhasari, 2014).

Antioksidan merupakan senyawa yang terdapat secara alami dalam

bahan pangan. Senyawa ini berfungsi untuk melindungi bahan pangan dari

kerusakan yang disebabkan terjadinya reaksi oksidasi lemak atau minyak yang

sehingga bahan pangan yang berasa dan beraroma tengik. Sayuran dan

buahbuahan merupakan sumber antioksidan penting, dan telah dibuktikan

bahwa pada orang yang hanya mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan

memiliki resiko yang lebih rendah menderita penyakit kronis dibandingkan


32

dengan yang kurang mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan (Widowati, 2014).

Tanaman Moringa oleifera L mempunyai banyak sekali manfaat, yaitu

sebagai antibiotik, antispasmodic, anitripanosomal, antiulkus, aktivitas

hipotensif, antiinflamasi dan dapatfenolik yang terbukti efektif berperan

sebagai antioksidan. Efek antioksidan yang dimiliki tanaman kelor memiliki

efek yang lebih baik daripada vitamin E secara in vitro dan menghambat

peroksidasi lemak dengan cara memecah rantai peroxyl radical. Fenolik juga

secara langsung menghapus reactive oxygen species (ROS) seperti hidroksil,

superoksida dan peroksinitrit (Hardiyanthi, 2015).

Moringa oleifera L terutama daunnya, mengandung antioksidan yang

tinggi. Beberapa senyawa bioaktif utama fenoliknya merupakan grup flavonoid

seperti kuersetin, kaempferol dan lain-lain. Kuersetin merupakan antioksidan

kuat yang kekuatannya 4-5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan vitamin C

dan vitamin E yang dikenal sebagai vitamin potensial (Sutrisno, 2011).

Antioksidan di dalam daun kelor mempunyai aktivitas menetralkan

radikal bebas sehingga mencegah kerusakan oksidatif pada sebagian besar

biomolekul dan menghasilkan proteksi terhadap kerusakan oksidatif secara

signifikan (Hardiyanthi, 2015). Empat kelompok senyawa yang tergolong

antioksidan alami yang sangat penting adalah vitamin E, vitamin C, senyawa

tiol dan flavonoid (Hardiyanthi, 2015).

Penelitian Hazani (2014) menyatakan bahwa vitamin C mampu

menangkap radikal bebas hidroksil. Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki

gugus pendonor elektron berupa gugus enadiol. Vitamin C disebut sebagai


33

antioksidan, karena dengan elektron yang didonorkan itu dapat mencegah

terbentuknya senyawa lain dari proses oksidasi dengan melepaskan satu rantai

karbon. Namun setelah memberikan elektron pada radikal 16 bebas, vitamin C

akan teroksidasi menjadi semidehydroascorbut acid atau radical ascorbic yang

relatif stabil dalam (Widowati, 2014).

Dalam metabolisme, asam askorbat akan kehilangan 2 elektron

hidrogen yang akan menghasilkan dehydroaskorbat (DHA) yang dapat memicu

terjadinya askorbat radikal bebas (AFR). Vitamin C memiliki kemampuan

untuk menangkal radikal bebas dengan mencegah terjadinya peroksidasi lipid

pada hati dan jaringan(Widowati, 2014)..

β-karoten merupakan salah satu karotenoid larut lemak yang merupakan

pro-vitamin A yang esensial bagi fungsi penglihatan. β-karoten juga

mempunyai fungsi sebagai antioksidan yang kuat dan merupakan penghancur

singlet oxygen (oksigen dengan reaktivitas tinggi) (Rahman, 2015).

Selain itu β-karoten juga mampu berperan dalam menghentikan reaksi

berantai dari radikal bebas dan dapat melindungi jaringan yang kaya akan

lemak terhadap peroksidasilipid. Mekanisme β-karoten sebagai antioksidan

terjadi secara tidak langsung, yaitu dengan melakukan perlindungan membran

sel serta menjaga integritas membran sel dengan radikal bebas, oleh karena itu

peroksidasi lipid pada membran sel dapat dicegah (Kamilatussaniah, dkk.,

2015).

Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang paling banyak ditemukan

pada tumbuhan dengan aktivtas antioksidan. Flavonoid bertindak sebagai


34

scavenger terhadap radikal bebas (Rahman, 2015).

Flavonoid mempunyai kemampuan untuk mencegah radikal bebas dan

dapat juga menstabilkan ROS yang dapat berikatan dengan radikal bebas

penyebab penyakit degeneratif dengan cara menonaktifkan radikal bebas

(Wetipo, 2013).

2.3. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan gambaran dari teori dimana suatu problem riset berasal

atau dikaitkan (Notoatmodjo , 2012).

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Faktor Internal
- Sikap terhadap Makanan Anemia dalam kehamilan
- Kondisi Kesehatan
Faktor
Faktor Eksternal Dampak Pada ibu:
- Sosial Budaya 1) Trimester I : missed abortion, kelainan
- Demografi congenital, abortus/keguguran.
- Gaya Hidup 2) Trimester II : partus prematur, perdarahan
ante partum, gangguan pertumbuhan janin
dalam rahim, asfiksia intrapartum sampai
Etiologi: kematian, gestosis dan mudah terkena
- Kurang Gizi infeksi, dan dekompensasi kordis hingga
- Kurang zat besi dalam kematian ibu.
3) Saat Persalinan : gangguan his primer,
makanan
sekunder, janin lahir dengan anemia,
- Malabsorbsi persalinan, ibu cepat lelah dan gangguan
- Kehilangan darah yang perjalanan persalinan perlu tindakan operatif
banyak
- Hemodilusi
- hypervolemia
Penatalaksanaan:
a) Mengatur jarak kehamilan atau kelahiran bayi
b) Pemeriksaan kadar Hb setiap 3 bulan
c) Pemberian tablet besi
d) Pemberian terapi non farmakologi
1) Daun Kelor
2) Jus Bayam
3) Jus Semangka
4) Jus Buah Delima
Sumber: Modifikasi. Pribadi, Adi. (2015),
Jannah (2017) & Hendarto.D. (2019).
35

2.4. Kerangka Konsep

Tahap yang penting dalam satu penelitian adalah menyusun kerangka

konsep. Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan

antarvariabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti).

Kerangka konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan

dengan teori (Nursalam, 2015 ).

Variabel Bebas
Kelompok
Kontrol
Konsumsi tablet Fe Variabel Terikat
Kadar
Variabel Bebas
Hemoglobin
Kelompok Intervensi
Konsumsi Puding
Daun Kelor plus
tablet Fe Variabel Perancu :
Pekerjaan
Pendidikan
Umur Ibu
Paritas

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu satu bebas (variabel

independen) dan satu variabel terikat (variabel dependen). Variabel bebas

dalam penelitian ini adalah Konsumsi Puding Daun Kelor plus tablet Fe dan

konsumsi tablet Fe, sedangkan variabel terikat adalah kadar hemoglobin.


36

2.5. Definisi Operasional

Adapun Definisi Operasional penelitian ini dapat dilihat pada

tabel dibawah ini :

Tabel 2. 7 Variabel Penelitian, Definisi Oprasional dan Skala Pengukuran

N Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala


o Operasional
Variabel Dependen
1 Pemberian Pemberian Pemberian Kartu Sebelum Nominal
Puding Daun terapi Puding pemantau Diberikan
Kelor dan Fe farmakologi daun kelor an
(pemberian dibagi 2
tablet Fe) dan sebelum dan Sesudah
terapi
sesudah diberikan
nonfarmakolog
i dengan diberikan
menggunakan pudding
daun kelor daun kelor
dengan tujuan
meningkatkan
kadar Hb,
dengan cara:
1) 25 gr daun
kelor blender
dengan 100
ml air
2) Tambahkan 20
ml air santan ,
aduk rata
bersama 3 gr
agar-agar, 50
gr telur dan 10
gr gula pasir
3) Panaskan
dengan api
kecil sampai
mendidih
4) Masukan
blenderan daun
kelor, lalu aduk
rata
5) Tuangkan
kedalam
37

cetakan,
biarkan beku
6) Konsumsi
olahan daun
kelor tersebut
setiap pagi
sekitar jam
09.00 wib/ hari
sebagai
makanan
selingan
sampai 14 hari.

Variabel Independen
2 Kondisi Jumlah sel Observas Alat Kadar Hb Rasio
Kadar Hb darah merah i Pemeriksa dalam
dalam tubuh an Hb satuan gr
sebelum dan Easy %
sesudah Touch
mengkonsumsi
pudding daun
kelor sebanyak
25 gram dan
dikonsumsi
selama 14 hari
yang diukur
dengan
menggunakan
Digital
Variabel Perancu
3 Umur Umur sejak Wawanc kuesioner 1. <20 Ordinal
lahir hingga ara Tahun
saat penelitian 2. 20-29
Tahun
3. 30-40
Tahun
4. >40 tahun
4 Paritas Banyak anak Wawanc kuesioner 1. Nullipara Ordinal
yang ara ( 0 anak)
dilahirkan 2. Primipara
setelah gestasi (1 anak)
24 minggu. 3. Multipara
(2-4 anak)
Pekerjaan Upah Wawanc Kuisioner/ 1. Diatas Ordinal
5 Minimum ara Format isi UMK
Kabupaten
38

( UMK ) 2. Dibawah
kotawaringin UMK
Timur
Yaitu Rp.
3.014.732
6 Pendidikan Jenjang Wawanc Kuisioner 1.Pendidikan Ordinal
sekolah formal ara Tinggi (PT,
yang ditempuh Diploma)
sampai dengan
selesai 2. Pendidikan
menengah
(SMS, SMP)

3. Pendidikan
Rendah (SD)

2.6. Hipotesis Penelitian

Ha : Ada Pengaruh Konsumsi Puding Daun Kelor Pada Ibu Hamil Terahadap

Peningkatan Kadar HB Di Wilayah Kerja Puskesmas Samuda Tahun 2022.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian menggunakan Quasy exsperiment dengan desain Pre test

and Posttest with control group (dengan dua kelompok intervensi dan kelompok

kontrol) (Martono N, 2016). Dalam penelitian ini variabel dependen adalah kadar

hemoglobin, sedangkan variabel independen adalah konsumsi Puding Daun Kelor

plus tablet Fe dan konsumsi tablet Fe. Sebagai kelompok intervensi konsumsi

Puding daun kelor plus tablet Fe dan konsumsi tablet Fe sebagai kelompok

kontrol. Desain penelitian yang digunakan dapat digambarkan sebagai berikut :

R1:O1 X1 O1

R2:O1 X2 O2

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Keterangan :

R : Responden penelitian

R1 : Responden kelompok intervensi yang mengikuti pretest dan posttest

R2 : Responden kelompok kontrol yang mengikut pretest dan posttest

O1 : Tes awal (pre test)

O2 : Tes akhir (posttest)

X1 : Kelompok intervensi diberikan Puding Daun Kelor dan tablet Fe

X2 : Kelompok kontrol diberikan tablet Fe

39
40

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Samuda Kecamatan Mentaya

Hilir Selatan, Kabupaten Kotawaringin Timur dan waktu penelitian ini akan dilaksanakan

pada bulan Februaari – April 2023.

C. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel purposive sampling yaitu Teknik penentuan sampel

pertimbangan tertentu (Nasution et al., 2021).

1. Kriteria inklusi:

a. Ibu hamil yang bersedia menjadi responden

b. Ibu hamil yang mengalami anemia trimester I dan III

c. Ibu hamil yang berada di wilayah kerja Puskesmas Puskesmas samuda.

2. Kriteria eksklusi:

a. Ibu hamil trimester II dan III yang tidak anemia

b. Ibu hamil dengan kehamilan multiple

c. Ibu hamil dengan kelainan darah.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi penelitian ini sebanyak 50 orang diambil dari seluruh ibu hamil

yang anemia dan datang untuk melakukan pemeriksaan kehamilan di

wilayah kerja Puskesmas Samuda Kecamatan Mentaya Hilir Selatan Kabupaten

Kotawaringin Timur tahun 2022.

2. Sampel penelitian adalah seluruh ibu hamil dengan anemia yang datang

melakukan pemeriksaan kehamilan dengan anemia di wilayah kerja

Puskesmas Samuda Kecamatan Mentaya Hilir Selatan Kabupaten

Kotawaringin Timur tahun 2022. Peneliti menggunakan rumus Slovin (Riadi


41

E., 2016) :

𝑁
n=
(1+(N X e2))

Keterangan :

n : Jumlah sampel

N : Jumlah populasi

E : Tingkat signifikan 10%

50
n=
(1+(50 X 0,12))
= 33,3 = 33 Orang

Dengan demikian, jumlah sampel minimal yang harus diambil sebanyak

33+20% (sampling error) 39,6 orang dibulatkan menjadi 40 orang.

E. Jenis Data

Jenis data berdasarkan sumber yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data primer. Data primer adalah informasi yang diperoleh secara

langsung dari sumber aslinya yang berupa wawancara dari individu tau

kelompok maupun hasil observasi dari suatu objek. Data primer wawancara

dengan ibu hamil dengan anemia dan pemeriksaan kadar hemoglobin ibu

sebelum dan sesudah diberikan intervensi di wilayah kerja Puskesmas Samuda

Kecamatan Mentaya Hilir Selatan Kabupaten Kotawaringin Timur Tahun 2022.

F. Teknik Pengumpulan Data

a. Setelah proposal penelitian disetujui oleh pembimbing dan penguji,

peneliti mengurus surat permohonan izin penelitian dari Prodi DIV


42

Kebidanan Kemenkes Palangka Raya dan mengurus surat Etichal

Clearance.

b. Peneliti menyerahkan surat permohonan izin penelitian dari institusi

kepada Bapeda Provinsi Kalimantan Tengah.

c. Setelah surat izin dari Bapeda Provinsi Kalimantan Tengah terbit, peneliti

menyerahkan surat izin tersebut dan surat Etichal Clearance kepada

Kepala Puskesmas Samuda.

d. Dan Peneliti memperoleh surat izin dari Kepala Puskesmas Samuda.

e. Pengambilan sampel menggunakan teknik pengumpulan data dilakukan

dengan cara wawancara agar mengetahui responden masuk dalam kriteria

inklusi atau eksklusi, sudah dilakukan study awal dimana jumlah sampel

didapatkan dari hasil perhitungan sebanyak 33 orang .

f. Setelah mendapatkan calon responden sesuai dengan criteria yang

ditentukan, peneliti menjelaskan terlebih dahulu mengenai maksud dan

tujuan penelitian dan mempersilahkan bertanya jika ada yang kurang jelas.

g. Peneliti melakukan Informed Consent terhadap calon responden dalam hal

adalah ibu hamil dengan anemia. Jika bersedia menjadi responden, ibu

dapat membaca lembar persetujuan kemudian menandatanganinya.

h. Cara pengambilan data pada responden satu hari sebelum diberikan

intervensi Puding daun kelor plus tablet Fe dilakukan pengukuran kadar

HB. Selanjutnya responden diberikan intervensi konsumsi Puding daun

kelor plus tablet Fe, puding daun kelor dimakan pagi hari sebanyak 1

cup/hari dan malam hari minum tablet Fe 1 kali sehari. Sedangkan


43

responden grup kontrol minum table Fe 1 kali sehari pada malam hari.

Penelitian ini dilakukan selama 14 hari menggunakan lembar observasi.

Hasil pengukuran kadar HB ibu hamil dijumlahkan untuk mengetahui rata-rata

kadar HB ibu hamil sebelum dilakukan intervensi dan sesudah dilakukan

intervensi.

i. Data yang telah diobservasi dan dikumpulkan selanjutnya dianalisis oleh

peneliti.

G. Analisis Data

1. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan sesuai dengan kriteria inklusi yang telah

ditentukan kemudian dimasukkan kedalam tabel dan diolah dengan

menggunakan komputer melalui beberapa tahap yaitu:

a. Pemeriksaan (Editing)

Editing adalah meneliti kembali apakah lembar observasi sudah

lengkap dan benar unutk diproses lebih lanjut. Editing dilakukan ditempat

pengumpulan data di lapangan sehingga jika terjadi kekurangan dan

kesalahan, maka upaya pembetulan dapat segera dilakukan.

b. Pengkodean (Coding)

Coding adalah membuat lembaran kode yang terdiri dari tabel

dibuat sesuai dengan data yang diambil dari alat ukur yang digunakan

(Kemenkes, 2018).

Kode perlakuan sebagai berikut :

1) Umur

a) Kode 1: <20 tahun


44

b) Kode 2: 20-35 tahun

c) Kode 3: >35 tahun

2) Pendidikan

a) Kode 1: Tidak sekolah

b) Kode 2: SD

c) Kode 3: SMP

d) Kode 4: SMA

3) Pekerjaan

a) Kode 1: IRT

b) Kode 2: Pedagang

4) Paratas

a) Kode 1: Nullipara

b) Kode 2: Primipara

c) Kode 3: Multipara

d) Kode 4: Grandemultipara

c. Tabulasi (Tabulating)

Setelah dilakukan Coding kemudian data tersebut dimasukkan

kedalam master tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan

tujuan peneliti dengan dengan menggunakan program komputerisasi.

d. Memasukkan Data (Data Entry)

Data yang dimasukan pada proses entry yaitu data kadar hemoglobin

sebelum dan sesudah konsumsi pudding daun kelor dan tablet Fe ke dalam

SPSS windows. Data-data terkumpul dianalisis secara univariat dan


45

bivariat dengan SPSS windows.

e. Pembersihan Data (Cleaning)

Yaitu mengecek data kembali data yang diproses apakah terdapat

kesalahan atau tidak pada masing-masing variabel yang sudah diproses

hingga dapat diperbaiki dan dinilai.

2. Analisa Data

a. Analisa Univariat

Analisa univariat ini dilakukan pada tiap variabel dan pada

umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi

terhadap tiap variabel.

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi

frekuensi karakteristik responden berdasarkan Pekerjaan,

pendidikan, umur dan paritas.

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk melihat gabungan antara dua

variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi, pada penelitian

ini menggunakan program SPSS Adapun uji yang di gunakan dalam

penelitian ini sebagai berikut.

1. Mengetahui pengaruh konsumsi puding daun kelor terhadap

peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil menggunakan uji

paired t test. Sebelum melakukan uji ini terlebih dahulu

dilakukan uji normalitas data


46

2. Mengetahui perbedaan peningkatan kadar Hb pada ibu hamil

antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi menggunakan

uji t independen. Uji parametrik (paired t test dan t

independent), dapat dilakukan apabila data berdistribusi normal,

apabila data tidak berdistribusi normal maka digunakan uji non

parametrik (Wilcoxon dan Mann Whitney)

Adapun uji untuk mengetahui data berdistribusi normal

menggunakan uji Shapiro Wilk karena jumlah sampel kurang dari

50.

H. Etika Hasil Penelitian

Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk

setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang

diteliti atau subjek penelitian dan masyarakat yang akan memperoleh dampak

hasil penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2012).

Dalam melakukan penelitian, peneliti menekankan masalah etika yang


meliputi :
1. Respect For Person
Pelaksanaan penelitian dimulai dengan memberikan informasi pada
responden mengenai proses penelitian, tugas, peran, manfaat dan kerugian
yang akan didapatkan.
2. Informed Consent
Setiap responden yang menjadi subjek penelitian ini telah mendapatkan
persetujuan partisipasi sebagai responden yaitu dengan menandatangani
lembar persetujuan dan penjelasan untuk mengikuti penelitian (PSP).
Peneliti menghormati segala keputusan responden apabila responden tidak
bersedia untuk menjadi responden maka peneliti tidak akan memaksa.
47

3. Anonimity (inisial)
Melindungi identitas subyek penelitian dengan cara tidak mencantumkan nama
responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
4. Confidentialy (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti. Informasi yang dipeolrh
tidak disalahgunakan, seperti identitas dan hasil dari penelitian.
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas

Samuda Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Kabupaten Kotawaringin Timur

dengan batasan wilayah antara lain :

Sebelah utara : Kecamatan Mentaya Hilir Utara

Sebelah barat : Kabupaten Seruyan

Sebelah selatan : Kecamatan Ujung Pandaran

Sebelah timur : Kecamatan Bapinang

Sarana prasarana yang ada di wilayah kerja Puskesmas Samuda

Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Kabupaten Kotawaringin Timur terdapat 7

Puskesmas Pembantu (Pustu), 6 Pos kesehatan Desa ( Poskesdes ), 10

Pospelayanan Terpadu (Posyandu).

Jumlah penduduk seluruhnya 24.945 jiwa yang berjenis kelamin laki-

laki 12.465 orang dan perempuan 12.480 orang, dengan kepadatan 78,44

jiwa/km2, dengan luas wilayah 318 km2.

B. Hasil Penelitian

1. Data Demografi

Adapun karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur,

pendidikan, pekerjaan dan paritas responden dapat dilihat pada tabel 4.1.

48
49

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di wilayah kerja


Puskesmas Samuda Kecamatan Mentaya Hilir Selatan,
Kabupaten Kotawaringin Timur
Karakteristik Kelompok
Kontrol Intervensi
n % N %
Umur
1. < 20 tahun 2 10% 2 20%
2. 20-35 tahun 16 80% 14 60%
3. > 35 tahun 2 10% 4 20%
Jumlah 20 100% 20 100%
Pendidikan
1. Tidak sekolah 2 10% 2 10%
2. SD 15 75% 13 65%
3. SMP 3 15% 4 20%
4. SMA 0 0% 1 5%
Jumlah 20 100% 20 100%
Pekerjaan
3. IRT 18 90% 18 90%
4. Pedagang 2 10% 2 10%
Jumlah 20 100% 20 100%
Paritas
1. Nullipara 0 0% 0 0%
2. Primipara 9 45% 5 25%
3. Multipara 10 50% 14 70%
4. Grandemultipara 1 5% 1 5%
Jumlah 20 100% 20 100%
Sumber : data primer 2022

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 20 ibu hamil

kelompok kontrol didapatkan hampir seluruhnya (80%) respoinden

berumur antara 20-35 tahun, sebagian besar (75%) respoinden

berpendidikan SD, hampir seluruhnya (90%) responden tidak bekerja atau

sebagai ibu rumah tangga dan setengahnya (50%) responden memiliki

paritas multipara. Sedangkan 20 ibu hamil kelompok intervensi

didapatkan sebagian besar (60%) responden berumur antara 20-35 tahun,

sebagian besar (65%) responden berpendidikan SD, hampir seluruhnya

(90%) responden tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga dan

sebagian besar (75%) responden memiliki paritas multipara.


50

2. Analisis Univariat

Analisis univariat dalam penelitian ini untuk mengetahui kadar ibu

hamil sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan pada kelompok kontrol

maupun intervensi dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Deskripsi Kadar Hb ibu hamil pada kelompok kontrol maupun
intervensi di wilayah kerja Puskesmas Samuda Kecamatan
Mentaya Hilir Selatan, Kabupaten Kotawaringin Timur
Kontrol Intervemsi
Kadar Hb Kadar Hb Kadar Hb Kadar Hb
(sebelum) (Sesudah) (sebelum) (sesudah)
Mean 10,3050 11,8150 9,9200 12,7900
Std. Deviation 0,63285 0,68769 0,65823 0,93803
Minimum 8,90 10,80 8,90 11,50
Maksimum 11,20 13,30 10,90 14,90
Sumber : data primer 2023

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan pada kelompok kontrol kadar

Hb ibu hamil sebelum diberikan tablet Fe didapatkan rata-rata 10,3050

dengan standard deviasi 0.,63285, sesudah diberikan tablet Fe didapatkan

rata-rata 11,8150 dengan standart deviasi 0,68769. Sedangkan pada

kelompok intervensi kadar Hb ibu hamil sebelum diberikan puding daun

kelor plus tablet Fe didapatkan rata-rata 9,9200 dengan standard deviasi

0.,65823, sesudah diberikan puding daun kelor plus tablet Fe didapatkan

rata-rata 12,7900 dengan standart deviasi 0,93803.

5. Analisis Bivariat

Analisis bivariat untuk mengetahui pengaruh konsumsi puding

daun kelor terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil

menggunakan uji paired t test sedangkan untuk mengetahui perbedaan

peningkatan kadar Hb pada ibu hamil antara kelompok kontrol dan

kelompok intervensi menggunakan uji t independen. Uji parametrik


51

(paired t test dan t independent) dapat dilakukan apabila data berdistribusi

normal, apabila data tidak berdistribusi normal maka digunakan uji non

parametrik (Wilcoxon dan Mann Whitney). Adapun uji untuk mengetahui

data berdistribusi normal menggunakan uji Shapiro Wilk karena jumlah

sampel kurang dari 50.

a. Uji t paired

Sebelum dilakukan uji t paired dilakukan uji normalitas dulu dengan

menggunakan uji Shapiro Wilk sebagai berikut :

1) Uji normalitas

Tabel 4.3 Uji Normalitas kadar Hb pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Samuda Kecamatan Mentaya Hilir Selatan,
Kabupaten Kotawaringin Timur

Df P Value
Kadar Hb (pre) kelompok kontrol 20 0,382
Kadar Hb (post) kelompok kontrol 20 0,366
Kadar Hb (pre) kelompok Intervensi 20 0,153
Kadar Hb (post) kelompok Intervensi 20 0,330
Sumber : data primer 2023

Berdasarkan tabel 4.3. hasil uji normalitas nilai kadar Hb

kelompok pre, post kontrol dan kelompok pre, post intervensi

menunjukkan nilai P value > 0,05 berarti data berdistribusi normal,

maka uji t paired dapat digunakan.

2) Pengaruh pemberian tablet Fe terhadap peningkatan kadar Hb pada

ibu hamil

Hasil uji t paired pada kelompok kontrol (pemberian tablet Fe)

dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini.


52

Tabel 4.4 Uji t paired kadar Hb pada ibu hamil kelompok kontrol di
wilayah kerja Puskesmas Samuda Kecamatan Mentaya Hilir
Selatan, Kabupaten Kotawaringin Timur
Kelompok N Mean + SD P value
Kadar Hb (pre) kontrol 20 10,3050 + 0,63285 0,000
Kadar Hb (post) kontrol 20 11,8150 + 0,68769
Sumber : data primer 2023

Hasil uji t paired kelompok kontrol didapatkan P value = 0,000,

sehingga P value < 0,05 maka kedua rata-rata (mean) kadar Hb ibu

hamil sebelum dan sesudah diberikan tablet Fe (kelompok kontrol) ada

beda, dalam artian ada pengaruh pemberian tablet Fe terhadap

peningkatan kadar Hb pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas

Samuda Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Kabupaten Kotawaringin

Timur.

3) Pengaruh pemberian pudding daun kelor plus tablet Fe terhadap

peningkatan kadar Hb pada ibu hamil

Hasil uji t paired pada kelompok intervensi (pemberian pudding

daun kelor plus tablet Fe) dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini.

Tabel 4.5 Uji t paired kadar Hb pada ibu hamil kelompok intervensi
di wilayah kerja Puskesmas Samuda Kecamatan Mentaya
Hilir Selatan, Kabupaten Kotawaringin Timur
Kelompok N Mean + SD P value
Kadar Hb (pre) intervensi 20 9,9200 + 0,65823 0,000
Kadar Hb (post) intervensi 20 12,7900 + 0,93803
Sumber : data primer 2023

Hasil uji t paired kelompok intervensi didapatkan P value =

0,000, sehingga P value < 0,05 maka kedua rata-rata (mean) kadar Hb

ibu hamil sebelum dan sesudah diberikan pudding daun kelor plus

tablet Fe (kelompok intervensi) ada beda, dalam artian ada pengaruh

pemberian pudding daun kelor plus tablet Fe terhadap peningkatan


53

kadar Hb pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Samuda

Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Kabupaten Kotawaringin Timur.

b. Uji t independent

Uji t independent digunakan untuk mengetahui perbedaan

peningkatan kadar Hb pada ibu hamil antara kelompok kontrol (tablet

Fe saja) dan kelompok intervensi (pudding daun kelor plus tablet Fe).

Adapun data yang dipakai yaitu selisih antara sebelum dan sesudah

perlakuan, untuk itu perlu dilakukan uji normalitas terlebih dahulu.

Adapun hasil uji normalitas dengan Shapiro Wilk sebagai berikut.

1) Uji normalitas

Tabel 4.6 Uji Normalitas selisih kadar Hb pada ibu hamil di wilayah
kerja Puskesmas Samuda Kecamatan Mentaya Hilir Selatan,
Kabupaten Kotawaringin Timur

Df P value
Selisih Kadar Hb 40 0,055
Sumber : data primer 2023

Berdasarkan tabel 4.6 hasil uji normalitas selisih nilai kadar Hb

menunjukkan nilai sig = 0,055 > 0,05, berarti data berdistribusi normal,

maka uji t independent dapat digunakan.

2) Perbedaan peningkatan kadar Hb pada ibu hamil antara kelompok

kontrol dan kelompok intervensi

Hasil uji t independent dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut.

Tabel 4.7 Uji t independent selisih kadar Hb pada ibu hamil di wilayah
kerja Puskesmas Samuda Kecamatan Mentaya Hilir Selatan,
Kabupaten Kotawaringin Timur
Kelompok N Mean + SD Mean difference P value
Selisih kadar Hb kontrol 20 1,51 + 0,51901 -1,36 0,000
Selisih kadar Hb intervensi 20 2,87 + 0,85169
Sumber : data primer 2023
54

Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan mean difference sebesar -1,36

dengan rata-rata selisih kadar Hb kelompok kontrol sebesar 1,51 dan

rata-rata selisih kadar Hb kelompok intervensi sebesar 2,87 yang berarti

peningkatan kadar Hb kelompok intervensi lebih besar dari peningkatan

kadar Hb kelompok kontrol. Hasil uji t independent didapatkan P value

= 0,000, oleh karena P value < 0,05 maka kedua rata-rata (mean) selisih

kadar Hb kelompok pemberian tablet Fe dan kelompok pudding daun

kelor plus tablet Fe ada beda, dalam artian secara statistik ada

perbedaan peningkatan kadar Hb pada ibu hamil antara kelompok

pemberian tablet Fe dan kelompok pemberian pudding daun kelor plus

tablet Fe pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Samuda

Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Kabupaten Kotawaringin Timur.

C. Pembahasan

1. Kadar hemoglobin ibu hamil dengan anemia sebelum diberikan tablet Fe

dan sebelum diberikan pudding daun kelor plus tablet Fe

Hasil penelitian menunjukkan pada kelompok kontrol kadar Hb ibu

hamil sebelum diberikan tablet Fe didapatkan rata-rata 10,3050 gr/dl

dengan standard deviasi 0.,63285. Hal ini berarti ibu hamil pada kelompok

kontrol sebelum diberikan Fe mengalami anemia ringan. Sedangkan pada

kelompok intervensi kadar Hb ibu hamil sebelum diberikan pudding daun

kelor plus tablet Fe didapatkan rata-rata 9,9200 gr/dl dengan standard

deviasi 0,65823. Hal ini berarti ibu hamil pada kelompok intervensi

sebelum diberikan pudding daun kelor plus tablet Fe mengalami anemia


55

sedang.

Kejadian anemia pada ibu hamil bisa dipengaruhi oleh faktor

pekerjaan. Berdasarkan tabel 4.1 pada kelompok kontrol maupun

kelompok intervensi didapatkan hampir seluruhnya (90%) ibu hamil tidak

bekerja atau sebagai ibu rumah tangga. Menurut Rizkah dan Mahmudiono

(2017) ibu hamil tidak bekerja beresiko mengalami anemia lebih besar

dibandingkan dengan ibu hamil bekerja. Karena ibu hamil yang tidak

bekerja biasanya cenderung mempunyai status sosial ekonomi yang lebih

rendah dibandingkan ibu hamil yang bekerja, sehingga asupan nutrisi

untuk ibu hamil dan janin yang didalam kandungannya tidak tercukupi

dengan baik.

Faktor pendidikan ibu hamil juga berpengaruh terhadap terjadinya

anemia. Hasil penelitian menunjukkan pada kelompok kontrol sebagian

besar (75%) ibu hamil berpendidikan SD dan pada kelompok intervensi

sebagian besar (65%) ibu hamil berpendidikan SD. Ibu hamil yang

memiliki pendidikan rendah pada umumnya kemampuan berpikirnya

rendah sehingga kurang baik dalam pengambilan keputusan khususnya

pemenuhan nutrisi untuk ibu dan janin dalam kandungannya. Satriawati

et.al. (2021), menyatakan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang

maka makin tinggi pula dalam menerima informasi dan pengaruhnya besar

terhadap perubahan perilaku yang lebih baik.

Kejadian anemia ringan pada kelompok kontrol dan anemia sedang

pada kelompok intervensi bisa disebabkan faktor umur ibu hamil. Hasil
56

penelitian menunjukkan pada kelompok kontrol 20% ibu hamil berumur

<20 tahun atau > 35 tahun, sedangkan pada kelompok intervensi

didapatkan 30% ibu hamil berumur < 20 tahun atau > 30 tahun. Ibu yang

berumur < 20 atau > 35 tahun termasuk umur resiko tinggi kehamilan.

Menurut penelitian Detty Afriyanti S (2020), terjadinya anemia pada ibu

hamil usia <20 tahun disebabkan tubuh belum siap untuk menopang

kebutuhan sel darah merah untuk kebutuhan janin sedangkan usia di atas >

35 tahun daya tahan tubuh semakin menurun, penyerapan zat besi juga

mengalami penurunan.

Paritas juga bisa berpengaruh terhadap terjadinya anemia,. Hasil

penelitian menunjukkan pada kelompok kontrol setengahnya (50%)

memiliki paritas multipara dan pada kelompok intervensi sebagian besar

(70%) memiliki paritas multipara. Menurut Sumarni (2000). semakin

banyak jumlah kelahiran cenderung semakin tinggi angka kejadian

anemia.

2. Kadar hemoglobin ibu hamil dengan anemia sesudah diberikan tablet Fe

dan sesudah diberikan pudding daun kelor plus tablet Fe

Hasil penelitian menunjukkan pada kelompok kontrol kadar Hb ibu

hamil sesudah diberikan tablet Fe didapatkan rata-rata 11,8150 gr/dl

dengan standard deviasi 0,68769. Hal ini berarti ibu hamil pada kelompok

kontrol sesudah diberikan Fe tidak mengalami anemia. Sedangkan pada

kelompok intervensi kadar Hb ibu hamil sesudah diberikan pudding daun

kelor plus tablet Fe didapatkan rata-rata 12,7900 gr/dl dengan standard


57

deviasi 0,93803. Hal ini berarti ibu hamil pada kelompok intervensi

sesudah diberikan pudding daun kelor plus tablet Fe tidak mengalami

anemia. Hal ini menggambarkan sesudah dilakukan pemberian pada

kelompok kontrol maupun kelompok intervensi ibu hamil tidak mengalami

anemia.

Anemia adalah kekurangan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah

yang disebabkan karena kekurangan zat gizi. Anemia gizi besi adalah

anemia yang disebabkan kekurangan zat besi dalam darah (Fathonah;

2016). Agar ibu hamil tidak mengalami kekurangan kadar Hb yaitu

dengan meningkatkan kebutuhan gizi ibu hamil dengan pemberian tablet

Fe. Daun kelor mengandung zat besi (Fe) yang cukup tinggi. Zat besi

dalam daun kelor dapat membantu proses pembentukan sel darah merah

sehingga dapat meningkatkan kadar hemoglobin di dalam darah. Suplemen

ekstrak daun kelor dalam bentuk kapsul dengan dosis dinilai lebih efisien

dalam mencegah anemia dan dapat mempertahan kadar Hb normal

(Fauziandri, 2019).

3. Pengaruh pemberian tablet Fe terhadap peningkatan kadar Hb pada ibu

hamil dengan anemia

Hasil penelitian kadar Hb ibu hamil sebelum diberikan tablet Fe

didapatkan rata-rata 10,3050 gr/dl dan sesudah diberikan tablet Fe

didapatkan rata-rata 11,8150 gr/dl, hal ini berarti terjadi peningkatan kadar

Hb sebesar 1,51 gr/dl. Hasil uji t paired didapatkan nilai t hitung = 13,011

dengan p value = 0,000 (p value < 0,05), berarti ada pengaruh signifikan
58

pemberian tablet Fe terhadap peningkatan kadar Hb pada ibu hamil dengan

anemia di wilayah kerja Puskesmas Samuda Kecamatan Mentaya Hilir

Selatan, Kabupaten Kotawaringin Timur.

Sejalan dengan penelitian Hastuti dan Keswara (2017)

menggunakan uji t paired didapatkan nilai p= <0.001, berarti ada pengaruh

pemberian tablet Fe terhadap peningkatan kadar Hb pada ibu hamil.

Menurut Saifuddin (2012), pemberian zat besi selama kehamilan

merupakan salah satu cara yang paling cocok bagi ibu hamil untuk

meningkatkan kadar Hb sampai tahap yang di inginkan, karena sangat

efektif dimana satu tablet mengandung 60 mg Fe setiap tablet setara

dengan 200 mg ferrosulfat. Selama kehamilan minimal diberikan 90 tablet

sampai 42 minggu setelah melahirkan diberikan sejak pemeriksaan ibu

hamil pertama. Dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, atau

nafero bisirat. Pemberian preparat 60mg/hari dapat menaikan kadar Hb

sebanyak 1gr% perbulan. Saat ini program nasional menganjurkan

kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis

anemia.

4. Pengaruh pemberian pudding daun kelor plus tablet Fe terhadap

peningkatan kadar Hb pada ibu hamil dengan anemia

Hasil penelitian kadar Hb ibu hamil sebelum diberikan pudding

daun kelur plus tablet Fe didapatkan rata-rata 9,9200 gr/dl dan sesudah

diberikan pudding daun kelor plus tablet Fe didapatkan rata-rata 12,7900

gr/dl, hal ini berarti terjadi peningkatan kadar Hb sebesar 2,87 gr/dl. Hasil
59

uji t paired didapatkan nilai t hitung = 15,070 dengan p value = 0,003 (p

value < 0,05), berarti ada pengaruh signifikan pemberian pudding daun

kelor plus tablet Fe terhadap peningkatan kadar Hb pada ibu hamil dengan

anemia di wilayah kerja Puskesmas Samuda Kecamatan Mentaya Hilir

Selatan, Kabupaten Kotawaringin Timur.

Sejalan dengan penelitian Yuliastuti dan Kurnia (2021)

menggunakan uji wilcoxon didapatkan p value = 0.001, berarti pemberian

tepung serbuk daun kelor (Moringa oleifera) berpengaruh signifikan

terhadap peningkatan kadar Hb ibu hamil trimester III dengan anemia di

wilayah kerja Puskesmas Mangunreja. Menurut Tilong (2012), tanaman

kelor memiliki daun yang mengandung nutrisi paling lengkap

dibandingkan tanaman jenis apapun. Selain vitamin dan mineral, daun

kelor juga mengandung asam amino esensial (asam amino yang tidak

diproduksi sendiri oleh tubuh, sehingga harus disuplai dari luar tubuh

dalam bentuk jadi). Asam amino sangat vital sebagai bahan pembentukan

protein. Hasil penelitian juga membuktikan bahwa daun kelor sama sekali

tidak mengandung zat yang berbahaya bagi tubuh. Ditegaskan Nurhidayat

dan Marliana (2018), bahwa konsumsi daun kelor pada ibu hamil sangat

baik untuk meningkatkan kadar Hb. Pada ibu hamil yang anemia akan

mengalami peningkatan penyerapan zat besi akibat tingginya kebutuhan

zat besi sehingga terjadilah peningkatan dan setelah diberikan intervensi

berupa kapsul daun kelor karena kapsul daun kelor mengandung zat besi

dan kandungan vitamin C serta vitamin yang lain dapat membantu


60

penyerapan zat besi.

5. Perbedaan peningkatan kadar Hb pada ibu hamil antara pemberian tablet

Fe dan pemberian pudding daun kelor plus tablet Fe

Hasil penelitian dengan menggunakan uji t independent didapatkan

mean difference sebesar -1,36 dengan rata-rata peningkatan kadar Hb

kelompok tablet Fe sebesar 1,51 dan rata-rata peningkatan kadar Hb

kelompok pudding daun kelor plus tablet Fe sebesar 2,87 yang berarti

peningkatan kadar Hb kelompok pudding daun kelor plus tablet Fe lebih

besar dari peningkatan kadar Hb kelompok tablet Fe. Hasil uji t

independent didapatkan nilai t hitung = -6,098 dengan p value = 0,000, oleh

karena p value < 0,05 maka kedua rata-rata peningkatan kadar Hb

kelompok pemberian tablet Fe dan kelompok pudding daun kelor plus

tablet Fe ada beda, dalam artian secara statistik ada perbedaan peningkatan

kadar Hb pada ibu hamil antara kelompok pemberian tablet Fe dan

kelompok pemberian pudding daun kelor plus tablet Fe pada ibu hamil di

wilayah kerja Puskesmas Samuda Kecamatan Mentaya Hilir Selatan,

Kabupaten Kotawaringin Timur.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Nurhidayat dan Marlina

(2018) yang menunjukkan hasil Hasil Uji Mann-Whitney pada data

pemeriksaan kadar Hb ibu hamil sesudah (Post) mengkonsumsi tablet Fe

antara kelompok dengan konsumsi kapsul daun kelor dan tanpa konsumsi

kapsul daun kelor menunjukkan nilai Asymp. Sig. 0,003 (<0,05) yang

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara perubahan kadar Hb Pre-


61

Post ibu hamil konsumsi tablet Fe antara kelompok konsumsi kapsul daun

kelor dan tanpa konsumsi kapsul daun kelor. Namun penelitian ini tidak

sejalan dengan hasil penelitian Siregar (2021) menggunakan uji t

independent didapatkan p-value = 0.545 > 0.05 yang berarti tidak ada

perbedaan kenaikan kadar hemoglobin pada kelompok tablet Fe dan

kapsul ekstrak daun kelor dengan rata-rata kelompok tablet Fe 0,820 g/dL

dan rata-rata kelompok kapsul ekstrak daun kelor 0,710 g/dL.

Daun kelor yang kaya akan nutrisi merupakan sumber beta karoten,

vitamin C, besi dan potasium. Hasil analisis kandungan Fe dalam daun

kelor di Balai penelitian Tanaman Rempah dan Obat pada tahun 2014

menunjukkan hasil yang cukup baik, yaitu dari 1 Kg simplisia dapat

menghasilkan kandungan besi sebanyak 54,92 mg (Balittro, 2014) Zat besi

(Fe) adalah mikromineral yang sangat penting dalam tubuh karena

berfungsi dalam pembentukan sel darah merah. Zat besi (Fe) dalam

pembentukan sel darah merah yakni proses sintesis hemoglobin (Hb) dan

dapat pula mengaktifkan beberapa enzim salah satunya yakni enzim

pembentuk antibodi. Kekurangan zat besi akan mengakibatkan anemia

yang merupakan masalah gizi di Indonesia. Selain itu dapat menurunkan

kekebalan tubuh karena berhubungan erat dengan penurunan fungsi enzim

pembentuk antibodi (Hasti dan Nurrahmah, 2019).

Menurut asumsi peneliti, walaupun kelompok kontrol maupun

kelompok intervensi sama-sama mempengaruhi peningkatan kadar Hb

pada ibu hamil dengan anemia, namun kelompok intervensi peningkatan


62

kadar Hb lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol sehingga dapat

disimpulkan ada perbedaan. Hal ini dikarenakan penyerapan tablet Fe ini

banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya penyakit yang

menyertai ibu selama kehamilan dan juga konsumsi Vitamin C yang ada

dalam kandungan pudding daun kelor dapat membantu tubuh menyerap

zat besi dari makanan. Apabila penyerapan berlangsung baik maka akan

terjadi peningkatan Fe di dalam darah, yang selanjutnya akan

meningkatkan kadar hemoglobin di dalam darah.

D. Keterbatasan Peneltiian

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah:

1. Teknik quasi-eksperimen memiliki kontrol variabel yang lebih rendah,

maka hasil penelitian menjadi kurang akurat dan sulit diinterpretasikan.

2. Teknik quasi-eksperimen seringkali tidak dapat mengukur kausalitas

dengan akurat. Ini karena variabel lain yang tidak dikendalikan dapat

mempengaruhi hasil penelitian..


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan

maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut :

1. Ibu hamil sebelum diberikan tablet Fe rata-rata kadar Hb 10,3050 gr/dl dan

setelah diberikan tablet Fe meningkat dengan rata-rata kadar Hb 11,8150

gr/dl . di wilayah kerja Puskesmas Samuda Kecamatan Mentaya Hilir

Selatan, Kabupaten Kotawaringin Timur (rata-rata kadar Hb 10,3050 gr/dl)

2. Ibu hamil sebelum diberikan pudding daun kelor plus tablet Fe rata-rata

kadar Hb 9,9200 gr/dl sesudah diberikan pudding daun kelor plus tablet Fe

meningkat menjadi rata-rata kadar Hb 12,7900gr/dl di wilayah kerja

Puskesmas Samuda Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Kabupaten

Kotawaringin Timur.

3. Ada pengaruh pemberian tablet Fe terhadap peningkatan kadar Hb pada

ibu hamil dengan anemia di wilayah kerja Puskesmas Samuda Kecamatan

Mentaya Hilir Selatan, Kabupaten Kotawaringin Timur.

4. Ada pengaruh pemberian pudding daun kelor plus tablet Fe terhadap

peningkatan kadar Hb pada ibu hamil dengan anemia di wilayah kerja

Puskesmas Samuda Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Kabupaten

Kotawaringin Timur.

5. Ada perbedaan peningkatan kadar Hb pada ibu hamil antara kelompok

pemberian tablet Fe dan kelompok pemberian pudding daun kelor plus

63
64

tablet Fe di wilayah kerja Puskesmas Samuda Kecamatan Mentaya Hilir

Selatan, Kabupaten Kotawaringin Timur.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, saran yang dapat

diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Bagi petugas kesehatan

Diharapkan tenaga kesehatan khususnya bidan lebih optimal dalam

memberikan pendidikan kesehatan tentang anemia pada kehamilan baik

mengenai tanda dan gejala, cara pencegahannya dan dampak anemia pada

kehamilan. Disamping pemberian tablet Fe pada ibu hamil juga

menganjurkan ibu hamil konsumsi daun kelor serta vitamin C.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya, perlu diadakan penelitian serupa dengan

menambahkan intervensi lain seperti membandingkan bahan herbal daun

kelor dengan bahan herbal lainnya yang dapat meningkatkan kadar Hb

serta menggunakan sampel yang lebih besar agar hasil penelitian lebih

representatif.

3. Bagi responden

Bagi masyarakat khususnya ibu hamil untuk mencegah terjadinya

anemia dalam kehamilan disamping mengkonsumsi tablet Fe secara rutin

yang diberikan tenaga kesehatan dan mengkonsumsi bahan herbal seperti

daun kelor, serta konsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin C


65

DAFTAR PUSTAKA

Abidah, S. N., & Anggasari, Y. (2019). Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan


dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Tm Iii Di Bpm Kusmawati
Surabaya. Journal of Health Sciences, 12(02).

Aminin, F., Wulandari, A., & Lestari, R. P. (2014). Pengaruh Kekurangan Energi
Kronis (KEK) Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil. Jurnal Kesehatan,
5(2), 167–172.

Bakhtiar, R., Muladi, Y., Tamaya, A., Utari, A., Yuliana, R., & Ariyanti, W.
(2021). Hubungan Pengetahuan Dan Kepatuhan Ibu Hamil Anemia Dalam
Mengkonsumsi Tablet Tambah Darah Di Wilayah Kerja Puskesmas
Lempake Kota Samarinda. Jurnal Kedokteran Mulawarman, 8(3), 78-88.

Balitro. (2014): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Balitro Vol 25, No
2

Cunningham. (2014). Obstetri Williams. Jakarta: EGC.

Dai, F. N. (2021). Anemia Pada Ibu Hamil (I). Penerbit NEM.

Detty Afriyanti S. (2020). Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Anemia Pada Ibu Hamil Di Kota Bukittinggi. Menara Ilmu. Vol. XIV No.01
April 2020

Dhafir, F., & Laenggeng, A. H. (2020). Kandungan Kalsium (Ca) dan Zat Besi
(Fe) Daun Kelor (Moringa oleifera). Jurnal Kreatif Online, 8(1).

Fathonah, S. (2016). Gizi & Kesehatan Untuk Ibu Hamil - Kajian Teori Dan
Aplikasinya. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Fauziandri, E. N. (2019)„ Efektifitas Ekstrak Daun Kelor Terhadap Peningkatan


Kadar Hemoglobin Pada Remaja Putri‟, Jurnal Kesehatan Karya Husada,
7(2), pp. 24–29.

Hastuti Y, Keswara URK. (2017). Efektifitas Pemberian Tablet Fe Terhadap


Peningkatan Kadar Hb Pada Ibu Hamil. Jurnal Dunia Kesmas Volume 6.
Nomor 1. Januari 2017

Hasty H, Nurrahmah Y. (2019) Analisis Kandungan Zat Besi (Fe) Pada Daun
Kelor (Moringa oleifera Lam) Yang Tumbuh Dengan Ketinggian Berbeda
Di Daerah Kota Baubau. Indo. J. Chem. Res., 2019, 6(2), 88-93
66

Icesmi, S. K., & Margareth, Z. H. (2013). Kehamilan, Persalinan, dan


Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika.

Kemenkes R.I. (2014). Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil. Jakarta:


Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes R.I. (2018). Tabel komposisi pangan indonesia 2017. Jakarta:


Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes RI. (2013). Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil. Jakarta :


Kementrian Kesehatan RI.

Kemenkes RI. (2020). Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. Jakarta:


Kementrian Keshatan RI.

Mahmud, M. K., Hermana, N., Marudut, S., & Zulfianto, N. A. (2018). Tabel
Komposisi Pangan Indonesia (TKPI) 2017. Jakarta: Direktorat Jenderal
Kesehatan Masyarakat. Direktorat Gizi Masyarakat. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.

Manurung, H. Y. (2018). Hubungan Kepatuhan Konsumsi Tablet Tambah Darah


(TTD) dan Pemeriksaan Kehamilan dengan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil
di Puskesmas Ambarita Kab Samosir.

Miarti, N. K. (2020). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia


Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Dana Dan Puskesmas Pasir Putih Kabupaten
Muna. Midwifery Journal: Jurnal Kebidanan UM. Mataram, 5(1), 13-18.

Nurhayati, N et al., (2014). Model Prediksi Kebutuhan Darah untuk Penderita


Talasemia Mayor. Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional
(National Public Health Journal), 295-300.

Nurhidayat T., Marlina, (2018). Pengaruh Konsumsi Kapsul Daun Kelor


Terhadap Kadar Hb Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Biru Kab.
Bone Tahun 2018. Jurnal Antara Kebidanan. Vol.2 No.3

Nursalam. (2015). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: pendekatan praktis


Edisi 3, Jakarta: Salemba Medika.

Rahman, F. (2015). Efek Nefroprotektor Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa


oleifera Lam.) Terhadap Kerusakan Histologis Nefron Mencit (Mus
musculus L.) yang Diinduksi Parasetamol.
67

Rizkah Z & Mahmudiono T. (2017). Hubungan Antara Umur, Gravida, Dan


Status Bekerja Terhadap Resiko Kurang Energi Kronis (KEK) Dan Anemia
Pada Ibu 16 Hamil. Amerta Nutrition, 1(2), 72–79

Saifuddin, A. B. (2012). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan. Maternal dan


Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Satriawati, A. C., Sarti, S., Yasin, Z., Oktavianisya, N., & Sholihah, R. (2021).
Sayur Daun Kelor Untuk Meningkatkan Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil
dengan Anemia. Jurnal Keperawatan Profesional , 2(2), 49-55.

Siregar Y.E.S, (2021). Perbedaan Pemberian Tablet Fe Dan Kapsul Ekstrak Daun
Kelor Terhadap Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Tm I Di Wilayah Kerja
Puskesmas Langsat Kota Pekanbaru. Skripsi. Pekanbaru : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Kemenkes Riau
Jurusan Kebidanan Prodi Div Kebidanan.

Sukarni K, Icesmi & Margareth ZH. (2013). Kehamilan,Persalinan, dan Nifas.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Sumarni, S. Prastika, D. A., Setiani, O. (2016). Pengaruh Konsumsi Daun


Kacang Panjang terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil
TM II dengan Anemia di Wilayah Kerja Puskesmas Polanharjo Kabupaten
Klaten. Jurnal Kebidanan Dan Kesehatan Tradisional, Vol. 1(2).

Tilong, A.D. (2012). Ternyata, Kelor Penakluk Diabetes!. Yogyakarta : DIVA


Press

Wibowo, Noroyono. Irwinda, Rima. Hiksas, R. (2021). Anemia Defisiensi Pada


Kehamilan (I). UI Publishing Anggota IKAPI & APPTI.

Widowati, I et al.,(2014). Uji aktivitas antibakteri ekstrak daun kelor (Moringa


oleifera) terhadap bakteri pembusuk ikan segar (Pseudoonas
aeruginosa). Pelita-Jurnal Penelitian Mahasiswa UNY, 9(02).

Yanti, D. E. (2016). Hubungan Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe dengan Kejadian


Anemia pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Bernung Kabupaten
Pesawaran 2016. Jurnal Dunia Kesmas, 5(3).

Yuliastuti S, Kurnia H. (2021). Pengaruh Pemberian Serbuk Halus Daun Kelor


(Moringa Oleifera) Terhadap Kadar Hb Ibu Hamil Trimester Iii Dengan
Anemia Di Wilayah Kerja Puskesmas Mangunreja Kab. Tasikmalaya.
Media Informasi Politekkes Kemenkes Tasikmalaya Volume 17 No. 1 2021
LAMPIRAN 1

LEMBAR INFORMASI DAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


PENELITIAN

Dengan Hormat,
Sehubungan dengan kegiatan penelitian yang saya lakukan tentang “Pengaruh
Pemberian Puding Daun Kelorpada Ibu Hamil Terhadap Peningkatan Kadar
Hemoglobin (Hb) Di Wilayah Kerja Puskesmas Samuda” maka saya sebagai
peneliti mohon kesediaan saudara untuk menjadi responden dalam kegiatan
penelitian ini
Saudara tidak perlu mencantumkan identitas dalam kuisioner ini, karena ini
bukan penilaian. Informasi dan jawaban yang saudara berikan akan dijaga
kerahasiaannya oleh peneliti. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saudara
untuk menjawab seluruh pertanyaan sesuai dengan keadaan saudara yang
sebenarnya. Apabila ada hal yang belum jelas silahkan bertanya sebelum
menjawabnya
Demikian informasi ini saya sampaikan, atas kesediaan saudara saya ucapkan
terima kasih

Palangka Raya, Januari 2023


Peneliti

(Musdiyah)
LAMPIRAN 2

LEMBAR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :
Alamat :

Bersedia untuk dijadikan subjek penelitian yang berjudul “Pengaruh


Pemberian Puding Daun Kelor pada Ibu Hamil Terhadap Peningkatan Kadar
Hemoglobin (Hb) Di Wilayah Kerja Puskesmas Samuda”yang diajukan oleh:
Nama : Musdiyah
NIM : PO.62.24.2.22.327
Mahasiswa Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan dan Profesi Bidan Kelas Alih
Jenjang Angkatan V Semester I Poltekkes Kemenkes Palangka Raya

Prosedur penelitian ini tidak akan memberikan dampak dan risiko apapun
terhadap saya dan keluarga saya. Saya telah diberikan penjelasan bahwa penelitian
ini akan menjamin kerahasiaan identitas saya dengan mengubah nama dalam bentuk
kode angka pada saat penyajian data informasi dan keterangan yang saya berikan
hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Kuesioner asli akan disimpan oleh
peneliti dan hanya diketahui oleh peneliti dan dosen pembimbing. Saya telah
diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dimengerti dan
telah mendapatkan jawaban yang benar dan jelas. Dengan ini saya menyatakan
dengan sukarela untuk menjadi responden pada penelitian ini dan berperan serta di
dalam kelancaran penelitian yang dilakukan

Palangka Raya, Janurai 2023


Peneliti Responden

(Musdiyah) (.........................................)
LAMPIRAN 3

PROSEDUR PEMBUATAN PUDING DAUN KELOR

Alat dan Bahan :


1) Panci
2) 50 gr telur ayam
3) 25 gr daun kelor
4) 3 gr agar-agar
5) 20 ml santan
6) 10 gr gula pasir
7) 100 ml air

CARA MEMBUAT :
1) 25 gr daun kelor blender dengan 100 ml air
2) Tambahkan 20 ml air santan , aduk rata bersama 3 gr agar-agar, 50 gr telur dan
10 gr gula pasir
3) Panaskan dengan api kecil sampai mendidih
4) Masukan blenderan daun kelor, lalu aduk rata
5) Tuangkan kedalam cetakan, biarkan beku
6) Konsumsi olahan daun kelor tersebut setiap pagi sekitar jam 09.00 wib/ hari
sebagai makanan selingan sampai 14 hari.
LAMPIRAN 4
KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH PEMBERIAN PUDING DAUN KELOR
PADA IBU HAMIL TERHADAP PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN
(Hb) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAMUDA

A. Identitas Responden
No.Responden                 :
Umur                               :                                                          
Pendidikan                       :
Pekerjaan     :
Hamil ke :
HPHT :
HPL :       
B. Penilaian kadar Hb Ibu Hamil
Nomor Responden :
Tanggal Mulai Pemantauan :
Tanggal Akhir Pemantauan :
Jenis Intervensi Kadar Hb

No. FE Puding Daun


Sebelum Setelah
Kelor
Intervensi Intervensi
Malam Pagi

LAMPIRAN 5

DOKUMENTASI BIMBINGAN PROPOSAL


DOKUMENTASI PENGAMBILAN XAMPEL
Tanda tangan Kontrak Responden Penelitian

Kontrol cek Hb sebelum pengambilan sampel pada kelompok kontrol dan kelompok

intervensi
Penyerahan tablet Fe ke kelompok control konsumsi tablet Fe

Penyerahan tablet FE & Puding Daun Kelor ke kelompok Intervensi

Konsumsi Puding + Tablet FE


Cek kadar Peningkatan Hb pada kelompok kontrol konsumsi tablet Fe dan kelompok

intervensi konsumsi puding daun kelor + tablet Fe

Anda mungkin juga menyukai