Anda di halaman 1dari 61

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI

TENTANG ANEMIA DENGAN PERILAKU MENGONSUMSI


TABLET ZAT BESI DI SMA NEGERI 9 MAKASSAR

DISUSUN

SRI ELI WAHDINI


PO714231201080

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


JURUSAN GIZI POLITEKNIK KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARAJA TERAPAN
GIZI DAN DIETETIKA
MAKASSAR
2023
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI
TENTANG ANEMIA DENGAN PERILAKU MENGONSUMSI
TABLET ZAT BESI DI SMA NEGERI 9 MAKASSAR

DISUSUN

SRI ELI WAHDINI


PO714231201080

PROPOSAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Menyelesaikan Pendidikan Sarjana Terapan
Gizi dan Dietetika Tahun Akademik
2022/2023

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


JURUSAN GIZI POLITEKNIK KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARAJA TERAPAN
GIZI DAN DIETETIKA
MAKASSAR
2023

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Skripsi dengan judul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap

Remaja Putri Tentang Anemia Dengan Perilaku Mengonsumsi Tablet Zat

Besi Di SMA Negeri 9 Makassar” disusun oleh :

Nama : Sri Eli Wahdini

Nim : PO714231201080

Program Studi : Sarjana Terapan Gizi dan Dietetika

Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan dewan penguji

Seminar Proposal dan diterima sebagai bagian persyaratan yang

diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Gizi dan Dietetika

(S.Tr.Gz) pada Program Studi Sarjana Terapan Gizi dan Dietetika

Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar.

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr.H.Mustamin, SP.,M.Kes.,RD Dra.Hj. Fatmawaty Suaib, M.kes., RD


Nip. 19670619 199203 1 002 Nip.19610720 198503 2 003

Makassar, 20 Juli 2023

Mengetahui,

Ketua Program Studi

Thresia Dewi Kartini B, SKM, M.Si,


Nip. 19720420 199603 2 001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis mampu

menyelesaikan Proposal Skripsi yang berjudul “Hubungan Pengetahuan

dan Sikap Remaja Putri Tentang Anemia dengan Perilaku Mengonsumsi

Tablet Zat Besi di SMA Negeri 9 Makassar”.

Pada Kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Drs. Rusli, Apt., Sp.FRS, selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Makassar.

2. Manjilala, S.Gz, M.Gizi, selaku Ketua Jurusan Gizi Politeknik

Kesehatan Kemenkes Makassar

3. Thresia Dewi Kartini B, SKM, M.Si, selaku Ketua Program Studi

Sarjana Terapan Gizi dan Dietetika.

4. Dr.H.Mustamin, SP.,M.Kes.,RD selaku Pembimbing Utama yang

telah banyak memberi arahan dan bimbingan dalam penyelesaian

proposal skripsi ini

5. Dra. Hj. Fatmawaty Suaib, M.kes., selaku Pembimbing

Pendamping yang telah banyak memberi arahan dan bimbingan

dalam penyelesaian proposal skripsi ini.

6. Sunarto, S.ST., M.Kes selaku Penguji yang telah memberi koreksi

dan saran dalam ujian proposal skripsi ini.

iii
7. Sengenap dosen dan staf administrasi Jurusan Gizi Poltekkes

Kemenkes Makassar yang telah memberikan bantuan moril bagi

penulis, baik selama proses pendidikan maupun dalam

penyusunan proposal ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Proposal Skripsi ini masih

jauh darikesempurnaan. Penulis tetap mengharapkan kritikan dan saran

yang bersifatmembangun demi perbaikan Proposal Skripsi ini . Semoga

Proosal Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan

khusus bagi penulis.

Makassar, 2023

Penulis

Sri Eli Wahdini

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... ii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iii

DAFTAR ISI ............................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...........................................................................

B. Rumusan Masalah .....................................................................

C. Tujuan Penelitian .......................................................................

D. Manfaat Penelitian .....................................................................

BAB II TINJUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Remaja Putri....................................................

B. Tinjauan Umum Anemia ............................................................

C. Tinjauan Umum Tablet Tambah Darah......................................12

D. Tinjauan Umum Pengetahuan ..................................................13

E. Tinjauan Umum Sikap ............................................................... 27

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran........................................................................28

B. Kerangka Konsep ..................................................................... 29

C. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif ................................ 29

D. Hipotesis ................................................................................... 30

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian..........................................................................32

v
B. Lokasi Penelitian........................................................................ 32

C. Populasi dan Sampel ............................................................... 32

D. Cara Pengambilan Sampel .......................................................33

E. Pengumpulan Data ...................................................................34

F. Pengolahan dan Penyajian Data................................................35

G. Analisis Data..............................................................................36

H. Etika Penelitian .........................................................................37

Daftar Pustaka.......................................................................................... 39

Lapiran ................................................................................................ 41

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke

dewasa dan awal terpisahnya kebutuhan nutrisi berdasarkan gender.

Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan biologis dan fisiologis

sehingga kebutuhan nutrisi pun berbeda.

Kelompok usia remaja merupakan kelompok yang cukup besar,

sekitar 23% dari seluruh populasi. Sebagai generasi penerus, kelompok

ini merupakan aset atau modal utama sumber daya manusia bagi

pembangunan bangsa di masa yang akan datang. Kelompok remaja

yang berkualitas memegang peranan penting didalam mencapai

kelangsungan serta keberhasilan tujuan pembangunan nasional

(Riyanti, 2018).

Remaja putri pada masa pubertas sangat berisiko mengalami

anemia gizi besi yang disebabkan oleh beberapa hal , seerti remaja

pada masa pertumbuhan membutuhkan zat gizi lebih tinggi termasuk

zat besi, adanya siklus menstruasi yang menyebabkan remaja putri

banyak kehilangan darah, banyaknya remaja putri yang melakukan diet

ketat, lebih banyak mengonsumsi makanan nabati yang kandungan zat

besinya lebih sedikiti dibandikan dengan makanan hewani, sehingga

kebutuhan zat besi tidak terpenuhi dan asupan gizinya tidak seimbang

(Yusni Podungget et al, 2020)

1
Dampak anemia yang dialami oleh remaja putri akan membuat

remaja merasa lesu, dapat menurunkan kemapuan daya ingat sehngga

mempengaruhi prestasi akademik tidak optimal, mengingat remaja putri

adalah calon ibu yang akan hamil dan melahirkan bayi kondisi anemia

dapat memperberat risiko kematian ibu, melahirkan bayi premature

dan berat bayi lahir rendah (BBLR) (Yusni Podungget dkk, 2021)

Rekomendasi Word Health Organization (wHO) pada World

Health Assembly (WHA) ke-65 yang menyepakati rencana aksi dan

target global untuk gizi ibu, bayi, dan anak, dengan komitmen

mengurangi separuh (50%) prevalensi anemia pada Wanita Usia Subur

(WUS) pada tahun 2025. Menindaklanjuti rekomendasi tersebut maka

pemerintah Indonesia melakukan Upaya pembinaan dan intervensi gizi

secara bertahap dan berkesinambungan dengan pemberian tablet

tambah darah (TTD) bagi remaja putri.

Faktor internal yang diduga berhubungan dengan konsumsi

tablet tambah darah remaja putri yaitu pengetahuan tentang anemia,

kebiasaan atau pola konsumsi bahan pangan mengandung zat besi,

inhibitor zat besi, serta enhancer zat besi. Pengetahuan seseorang

dapat mempengaruhi terjadinya anemia, karena pengetahuan akan

mempengaruhi perilaku seseorang dalam berperilaku termasuk

kebiasaan makan. Kurangnya pengetahuan menyebabkan remaja

mengkonsumsi makanan rendah zat besi sehingga tidak terpenuhi

kebutuhan zat besi remaja putri

2
Pemberian TTD pada remaja putri bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan zat besi bagi para remaja putri yang akan menjadi ibu di

masa yang akan datang. Dengan cukupnya asupan zat besisejak dini,

diharapkan angka kejadian anemia ibu hamil, pendarahan saat

persalinan, berat bayi lahir rendah (BBLR), dan balita pendek dapat

menurun.

Sesuai Surat Edaran Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat

Kementerian Kesehatan Nomor HK.03.03/V/0595/2016 tentang

Pemberian Tablet Tambah Darah pada Remaja Putri dan Wanita Usia

Subur, maka pemberian TTD pada remaja putri dilakukan melalui

UKS/M di institusi Pendidikan (SMP dan SMA atau yang sederajat)

dengan menentukan hari minum TTD bersama. Dosis yang diberikan

adalah satu tablet setiap minggu selama sepanjang tahun (Kemenkes

2019).

Angka kejadian anemia di Indonesia terbilang masih cukup

tinggi. Berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi anemia pada

remaja sebesar 32 %, artinya 3-4 dari 10 remaja menderita anemia. Hal

tersebut dipengaruhi oleh kebiasaan asupan gizi yang tidak optimal dan

kurangnya aktifitas fisik (Pusdatin Kemenkes 2021). Berdasarkan data

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan jumlah remaja putri yang

mengalami anemia sebesar 33,7% (Profil Dinkes Sulsel,2018).

Dalam profil kesehatan Indonesia, tidak memberikan data

spesifik tentang anemia remaja setiap provinsi. Secara global hasil

3
Riskesdas 2018, tercatat sebesar 26,8% anak usia 5-14 tahun

menderita anemia dan 32% pada usia 15-24 tahun. Kasus anemia yang

masih tinggi , ini erat kaitannya dengan kepatuhan dalam mengonsumsi

Tablet Tambah Darah (TTD), dimana 8,3 juta dari 12,1 juta remaja putri

di Indonesia tidak mengonsumsi TTD atau proporsi remaja putri di

Indonesia yang mendapatkan tablet zat besi adalah 76,2 % sedangkan

yang tidak mendapatkan tablet zat besi adalah 23,8 %. Namun

demikian, dari 76,2% remaja putri yang mendapatkan tablet zat besi

tersebut hanya ditemukan 1,4 % yang mengonsumsi tablet zat besi ≥

52 butir, sedangkan 98,6 % mengonsumsi < dari 52 butir. (Kemenkes

RI, 2022). Berdasarkan hasil Riskesdas Provinsi Sulawesi Selatan

pada Tahun 2018, proporsi remaja putri Umur 10-19 Tahun yang

memperoleh tablet tambah darah yaitu 85,93% dan Kota Makassar

terdapat 13,78% remaja putri yang pernah mendapat tablet tambah

darah dan 68,89% yang mendapatkan tablet tambah darah dalam 12

tahun terakhir (Riskesdas 2018).

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik melakukan

penelitian tentang “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri

Tentang Anemia dengan Perilaku Mengonsumsi Tablet Zat Besi di SMA

Negeri 9 Makassar”

B. Rumusan Masalah

4
Bagaimana Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri

Tentang Anemia dengan Perilaku Mengonsumsi Tablet Zat Besi di SMA

Negeri 9 Makassar?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri

Tentang Anemia dengan Perilaku Mengonsumsi Tablet Zat Besi di

SMA Negeri 9 Makassar

2. Tujuan Khusus.

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang

anemia di SMA Negeri 9 Makassar

b. Untuk mengetahui Hubungan sikap remaja putri tentang anemia

di SMA Negeri 9 Makassar

c. Untuk mengetahui perilaku mengonsumsi tablet zat besi pada

remaja putri di SMA Negeri 9 Makassar

d. Analisis Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Anemia

dengan Perilaku Mengonsumsi Tablet Zat Besi di SMA Negeri 9

Makassar

e. Analisi Hubungan Sikap Remaja Putri Tentang Anemia dengan

Perilaku Mengonsumsi Tablet Zat Besi di Sma Negeri 9 Makassar

D. Manfat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

5
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian

dalam mengembangkan dan meningkatkan cakupan pemberian

Tablet Tambah Darah pada remaja

2. Manfaat Praktis

a. Bagi fasilitas kesehatan sebagai pengambil kebijakan untuk

menanggulangi anemia pada remaja putri.

b. Bagi remaja putri untuk patuh dan mengikuti program

pemberian tablet tambah darah guna mencegah anemia.

c. Bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini dapat menjadi

masukan dan tambahan informasi bagi peneliti selanjutnya

untuk melanjutkan penelitian sejenis.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tidak tahu menjadi tahu dan

terjadi setelahorang melakukan penginderaan terhadap suatu

objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia

yakni : indera penglihatan, indera penciuman , rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga (Notoatmodjo, 2018).

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang telah diketahui.

Adapun cara mengetahui sesuatu dapat dilakukan dengan cara

6
mendengar, melihat, merasa, dan sebagainya, yang merupakan

bagian dari alat indra manusia

a. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan mempunyai 6 tingkat pengetahuan yaitu

(Notoatmodjo, 2018).:

1) Tahu ( Know)

Tahu dapat diartikan sebagai recall ingatan atau

pengetahuan yang dimiliki sebatas mengingat kembali apa

yang telah dipelajari sebelumnya. Untuk mengukur

pengetahuan pada tingkatan ini adalah seberapa orang itu

tahu tentang apa yang diperoleh dengan menguraikan,

menyebutkan, mendefinisikan.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap

objek tersebut, tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi

orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara

benar tentang objek yang diketahui tersebut. Misalnya,

remaja putri yang memahami tentang anemia pada remaja

bukan hanya sekedar tahu tetapi harus paham tentang

akibat yang ditimbulkan jika remaja putri mengalami

anemia.

3) Penerapan (Aplication)

7
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya). Memahami suatu objek bukan sekedar tahu

terhadap objek tersebut, tidak sekadar dapat

menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat

menginterpretasikan secara benar tentang objek yang di

ketahui tersebut. Misalnya, remaja putri yang memahami

tentang anemia dan melakukan cara pencegahan anemia.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk

menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari

hubungan antara komponenkomponen yang terdapat

dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Misalnya,

indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai

pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah

dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokan

atas objek tersebut..

5) Sintesis (Syntesis)

Diartikan suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian bagian didalam suatu keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan

untuk menyusun komulasi – komulasi yang ada. Sintesis

menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk

8
merangkum atau meletakan dalam suatu hubungan yang

logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi

atau objek. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan

pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-

norma yang berlaku di masyarakat.

b. Cara Mengukur Pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2018) mengukur pengetahuan

dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden. Dari pengalaman dan penelitian

terbukti bahwa berperilaku baru didalam diri orang tersebut

terjadi proses yang berukuran yakni :

1) Kesadaran (Awarness)

Yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

terlebih dahulu terhadap stimulasi (objek).

2) Merasa tertarik (Interest)

Yakni orang mulai tertarik stimulus atau objek bagi

dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik.

3) Menimbang – nimbang (Evaluation)

9
Terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya hal

ini berarti sikap responden sudah lebih baik.

4) Mencoba (Trial)

Yakni subjek telah mulai mencoba untuk melakukan

perilaku yang baru

5) .Mengadopsi (Adoption)

Subjek telah berprilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap

stimulus.

Pengetahuan tentang kesehatan dapat diukur berdasarkan

jenis penelitian, kuantitatif atau kualitatif:

1) Penelitian KuantitatifPada umumnya mencari jawaban

atas kejadian/fenomena yang menyangkut berapa

banyak, berapa sering, berapa lama, dan sebagainya,

maka biasanya menggunakan metode wawancara dan

angket.

(a) Wawancara tertutup dan wawancara terbuka,

dengan menggunakan instrumen (alat pengukur/

pengumpul data) berupa kuesioner. Wawancara

tertutup adalah wawancara dengan jawaban

responden atas

pertanyaan yang diajukan telah tersedia dalam opsi

jawaban, responden tinggal memilih jawaban yang

10
dianggap mereka paling benar atau paling tepat.

Sedangkan wawancara terbuka, yaitu pertanyaan –

pertanyaan yang diajukan bersifat terbuka, dan

responden boleh menjawab sesuai dengan pendapat

atau pengetahuan diri sendiri.

(b) Angket tertutup atau terbuka. Seperti halnya

wawancara, angket juga dalam bentuk ertutup dan

terbuka. Instrumen atau alat ukurnya seperti

wawancara, hanya jawaban responden disampaikan

lewat tulisan. Metode pengukuran melalui angket ini

seriing disebut “self administered” atau metode

mengisi sendiri

2) Penelitian Kualitatif

Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjawab

bagaimana suatu fenomena itu terjadi atau mengapa

terjadi. Misalnya penelitian kesehatan tentang demam

berdarah di suatu komunitas tertentu.

Penelitian kualitatif mencari jawaban mengapa di

komunitas ini sering terjadi kasus demam berdarah, dan

mengapa masyarakat tidak mau melakukan 3M, dan

sebagainya. Metode pengukuran pengetahuan dalam

penelitian kualitatif antara lain:

11
(a) Wawancara mendalam : Mengukur variable

pengetahuan dengan metode wawancara

mendalam, dimana peneliti mengajukan suatu

pertanyaan sebagai pembuka, yang akan membuat

responden menjawab sebanyak - banyaknya dari

pertanyaan tersebut. Jawaban responden akan

diikuti

pertanyaan selanjutnya dan terus menerus sehingga

diperoleh informasi dari responden dengan sejelas-

jelasnya.

(b) Diskusi Kelompok Terfokus (DKT): Diskusi kelompok

terfokus atau “Focus group discussion” dalam

menggali informasi dari beberapa orang responden

sekaligus dalam kelompok. Peneliti mengajukan

pertanyaan yang akan memperoleh jawaban yang

berbeda dari semua responden dalam kelompok

tersebut. Jumlah kelompok dalam diskusi kelompok

terfokus sebenarnya tidak terlalu banyak tetapi juga

tidak terlalu sedikit antar 6 – 10 orang (Notoatmodjo,

2018)

c. Faktor – faktor yang mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo 2018 Faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan antara lain faktor internal

12
(pendidikan dan umur) dan faktor eksternal yaitu pekerjaan dan

pengalaman.

1). Faktor Internal

a).Pendidikan

Tokoh pendidikan abad 20 M. J. Largevelt yang

dikutip oleh Nasution 2018 mendefinisikan bahwa

pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan,

dan bantuan yang diberikan kepada anak yang tertuju

kepada kedewasaan. Pendidikan berarti bimbingan yang

diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain

menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia

untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai

keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan

untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang

menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan

kualitas hidup.

b) Minat

Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau

keinginan yang tinggi terhadap sesuatu dengan adanya

pengetahuan yang tinggi didukung minat yang cukup dari

seseorang sangatlah mungkin seseorang tersebut akan

berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan.

c) Pengalaman

13
Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami

seseorang (Middle Brook, 1974) yang dikutip dalam

Notoadmojo (2018), mengatakan bahwa tidak adanya suatu

pengalaman sama sekali. suatu objek psikologis cenderung

akan bersikap negatif terhadap objek tersebut untuk

menjadi dasar pembentukan sikap pengalaman pribadi

haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap

akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi

tersebut dalam situasi yang melibatkan emosi,

penghayatan, pengalaman akan lebih mendalam dan lama

membekas.

d) Usia

Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai

saat berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang

dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan

masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih

dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi

kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman

dan kematangan jiwanya, makin tua seseorang maka

makin kondusif dalam menggunakan koping terhadap

masalah yang dihadapi

2. Faktor Eksternal

14
a) Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan primer ataupun

sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik lebih

mudah tercukupi dibanding dengan keluarga dengan status

ekonomi rendah, hal ini akan mempengaruhi kebutuhan

akan informai termasuk kebutuhan sekunder. Jadi dapat

disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi

pengetahuan seseorang tentang berbagai hal.

b) Informasi

Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan

sebagai pemberitahuan seseorang adanya informasi baru

mengenai suatu hal memberikan landasan kognitif baru

bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-

pesan sugestif dibawa oleh informasi tersebut apabila arah

sikap tertentu. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk

menggunakan kesadaran masyarakat terhadap suatu

inovasi yang berpengaruh perubahan perilaku, biasanya

digunakan melalui media masa.

c) Kebudayaan/Lingkungan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan

mempunyai pengaruh besar terhadap pengetahuan kita.

Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk selalu

menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin

15
berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap

seseorang

B. Tinjauan Umum Sikap

1. Pengertian

Notoatmodjo (2018) menjelaskan bahwa, sikap adalah

bagaimana pendapat atau penilaian orang atau responden

terhadap hal yang terkait dengan kesehatan, sehat- sakit dan

faktor yang terkait dengan faktor risiko kesehatan.

Sikap menurut Campbell (1950) dalam Notoatmodjo

(2018)

mendefinisikan sangat sederhana yakni: “An individual’s attitude

is syndrome of respons consistency with regard to object”. Jadi

jelas dikatakan bahwa sikap itu suatu sindrom atau kumpulan

gejala dalam merespons stimulus atau objek sehingga sikap itu

melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan

yang lain.

2. Komponen Sikap

Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2018)

menjelaskan, sikap terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu:

a. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek,

yang artinya bagaimana keyakinan, pendapat atau pemikiran

seseorang terhadap objek.

16
b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek,

artinya bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya faktor

emosi) orang tersebut terhadap objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya

sikap

merupakan komponen yang mendahului tindakan atau

perilaku terbuka. Sikap adalah ancang – ancang untuk

bertindak atau berperilaku terbuka

Ketiga komponen tersebut bersama – sama membentuk sikap

yang utuh (total attitude). Pengetahuan, pikiran, keyakinan,

dan emosi sangat berperan penting dalam menentukan sikap

3. Pengukuran Sikap

Menurut Notoatmodjo (2018), pengukuran sikap dapat dilakukan

berdasarkan jenis atau metode penelitian yang digunakan

a. Kuantitatif

Pengukuran sikap dalam penellitian kuantitatif, digunakan

dengan dua cara seperti pengukuran pengetahuan, yakni:

1) Wawancara

Metode wawancara untuk pengukuran sikap sama dengan

pengukuran pengetahuan, bedanya pada substansi

pertanyaannya saja. Jika pada pengukuran pengetahuan

pertanyaannya menggali jawaban yang diketahui oleh

responden, sedangkan pengukuran sikap pertanyaannya

17
menggali pendapat atau penilaian responden

terhadap objek.

2) Angket

Pengukuran sikap menggunakan metode angket, juga

menggali pendapat atau penilaian responden terhadap

objek kesehatan melalui pertanyaan dan jawaban tertulis.

b. Kualitatif

Pengukuran sikap dengan metode kualitatif, substansi

pertanyaannya sama dengan pertanyaan pada metode

penelitian kuantitatif, yaitu wawancara mendalam dan Diskusi

Kelompok Terfokus (DKT). Dalam wawancara mendalam dan

diskusi kelompok terfokus yakni seperti pertanyaan dalam

metode penelitian kuantitatif untuk sikap, tetapi

pertanyaannya bersifat menggali pendapat atau penilaian

responden terhadap objek (Notoatmodjo, 2018).

4. Kriteria Pengukuran Sikap

Menurut Notoatmodjo (2018), mengukur sikap berbeda

dengan mengukur pengetahuan. Sebab mengukur sikap berarti

menggali pendapat atau penilaian orang terhadap objek yang

berupa fenomena, gejala, kejadian dan sebagainya yang bersifat

abstrak. Beberapa konsep tentang sikap yang dapat dijadikan

acuan untuk pengukuran sikap, antara lain sebagai berikut:

18
a) Sikap merupakan tingkatan afeksi yang positif atau negatif

yang

dihubungkan dengan objek, munurut Thurstone dalam

Notoatmodjo (2018).

b) Sikap dilihat dari individu yang menghubungkan efek yang

positif dengan objek (individu menyenangi objek) atau negatif

(tidak menyenangi objek), menurut Edward dalam

Notoatmodjo (2018).

c) Sikap merupakan penilaian dan atau pendapat individu

terhadap objek, munurut Lickert dalam Notoatmodjo (2018).

Oleh sebab itu, dalam mengukur sikap biasanya hanya

dilakukan dengan meminta pendapat atau penilaian terhadap

fenomena, yang diwakili dengan “pernyataan” (bukan

pertanyaan). Kriteria untuk mengukur sikap perlu

diperhatikan hal – hal sebagai berikut:

1) Dirumuskan dalam bentuk pernyataan.

2) Pernyataan haruslah sependek mungkin, kurang lebih

dua puluh kata.

3) Bahasanya jelas dan sederhana.

4) Tiap satu pernyataan hanya memiliki satu pemikiran

saja.

5) Tidak menggunakan kelimat bentuk negatif rangkap.

19
Mengukur sikap dapat dilakukan dengan wawancara dan

observasi, dengan mengajukan pernyataan yang disusun

berdasarkan kriteriatersebut. Kemudian pernyataan tersebut

dirumuskan dalam bentuk “instrumen”. Dengan instrumen,

pendapat atau penilaian responden terhadap objek dapat

diperoleh melalui wawancara atau angket

5. Faktor – faktor yang mempengaruhi sikap

Sikap dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

(Harwijayanti, B. P,2022)

a. Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi merupakan awal dibentuknya sikap.

Agar sikap terbentuk, pengalaman pribadi diharapkan

memberi kesan yang baik terutama yang berhubungan

dengan emosional individu.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Sikap individu dipengaruhi oleh orang lain yang penting

dalam hidupnya. Adanya pengaruh ini maka sikap individu

searah dengan sikap orang lain atau orang disekitarnya

yang dianggap penting.

c. Pengaruh kebudayaan

Buda memberi warna terbentuknya sikap individudi

masyarakat.

d. Media Massa

20
Media massa mempengaruhi sikap seseorang. Media

massa dapat berbentuk berita yang dimuat dalam media

cetak dan edia elektronik. Sikap penulis berita dalam

menerbitkan berita dapat mempengaruhi sikap

pembacanya.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan dan agama berpengaruh pada sikap

seseorang. Pesan moral dari lembaga pendidikan dan

agama berpengaruh pada kepercayaan rang lain sehingga

mempengaruhi terbentuknya sikap individu

f. Faktor emosional

Faktor emosional berpengaruh pada pembentukan sikap.

Faktor emosional berfungsi sebagai media penyalur stress

untuk pembetukan ego.

6. Pengukuran interval

Setiap data hasil penggunaan instrumen skala sikap

harus disusun dalam wujud kategori karena data yang

diperoleh dari instrumen skala sikap adalah data ordinal.

Skor mentah (raw score) yang diperoleh melalui instrumen

skala sikap belum memiliki makna sehingga harus

ditransform ke dalam beberapa kategori lebih dulu (

Pengkuran interval dapat dilakukan dengan perhitungan

sebagai berikut

21
I = 100 / Jumlah skor

Keterangn : I = Interval

C. Tinjauan Umum Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Perilaku merupakan seperangkat perbuatan atau tindakan

seseorang dalam melalukan respon terhadap sesuatu dan

kemudian dijadikan kebiasaan karena adanya nilai yang

diyakini. Perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan

atau aktivitas dari manusia baik yang diamati maupun tidak

dapat diamati oleh interaksi manusia dengan lingungannya

yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan.

Perilaku secara lebih rasional dapat diartikan sebagai respon

organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar

subyek tersebut. Respon ini terbentuk dua macam yakni bentuk

pasif dan bentuk aktif dimana bentuk pasif adalah respon

internal yaitu yang terjadi dalam diri manusia dan tidak secara

langsung dapat dilihat

dari orang lain sedangkan bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu

dapat diobservasi secara langsung (Adventus, dkk, 2019).

Menurut Notoatmodjo (2018) perilaku dari segi biologis

adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang

bersangkutan. Perilaku manusia dapat diartikan sebagai suatu

aktivitas yang sangat kompleks sifatnya, antara lain perilaku

22
dalamberbicara, berpakaian, berjalan, persepsi, emosi, pikiran

dan motivasi.

2. Jenis Perilaku

Menurut Damayanti (2017) dilihat dari bentuk respon terhadap

stimulus ini maka perilaku dibedakan menjadi dua, yaitu:

a) Perilaku tertutup (convert behavior) yakni respon seseorang

terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup

(convert). Respon terhadap stimulus ini masih terbatas

pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan

sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus

tersebut belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain

b) Perilaku terbuka (overt behavior) yakni respon seseorang

terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau

terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas

dalam bentuk tindakan atau praktik, dengan mudah dapat

diamati atau dilihat oleh orang lain.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Lawrence Green dalam Damayanti (2018) kesehatan

seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok,

yaitu: faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar

perilaku (non-behavior causes). Perilaku itu sendiri ditentukan

atau terbentuk dari tiga faktor, yakni:

23
a. Faktor predisposisi (predisposing factors).

Faktor ini dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap

masyarakat terhadap kesehatan, tradisi, dan kepercayaan

masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat

pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.

Contohnya dapat dijelaskan sebagai berikut, untuk

berperilaku kesehatan misalnya pemeriksaan kesehatan bagi

ibu hamil, diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu

tersebut tentang manfaat pemeriksaan kehamilan baik bagi

kesehatan ibu sendiri maupun janinnya.

Kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakat juga

kadang-kadang dapat mendorong atau menghambat ibu

untuk pemeriksaan kehamilan. Misalnya, orang hamil tidak

boleh disuntik (periksa kehamilan termasuk memperolah

suntikan anti tetanus), karena suntikan bisa menyebabkan

anakcacat. Faktor-faktor ini terutama yang positif

mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut

faktor pemudah

b. Faktor pendukung (enabling factors)

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan

prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat,

misalnya air bersih, tempat pembuangan tinja ketersediaan

24
makanan yang bergizi, dan sebagainya, termasuk juga

fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah

sakit (RS), poliklinik, pos pelayanan terpadu (Posyandu), pos

poliklinik desa (Polindes), pos obat desa, dokter atau bidan

praktik swasta, dan sebagainya.

Masyarakat perlu sarana dan prasarana pendukung

untuk berperilaku sehat. Misalnya perilaku pemeriksaan

kehamilan, ibu hamil yang mau periksa kehamilan tidak

hanya karena ia tahu dan sadar manfaat pemeriksaan

kehamilan melainkan ibu tersebut dengan mudah harus

dapat memperoeh fasilitas atau tempat periksa kehamilan,

misalnya

Puskesmas, Polides, bidan praktik, ataupun RS. Fasilitas ini

pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan

terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor faktor ini

disebut

faktor pendukung atau faktor pemungkin. Kemampuan

ekonomi juga merupakan faktor pendukung untuk

berperilaku kesehatan.

c. Faktor Penguat (reinforcing factors).

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh

masyarakat, tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para

petugas termasuk petugas kesehatan, termasuk juga di

25
sini Undang-undang, peraturan-peraturan, baik dari pusat

maupun pemerintah daerah, yang terkait dengan kesehatan.

Masyarakat kadang- kadang bukan hanya perlu

pengetahuan dan sikap positif serta dukungan fasilitas saja

dalam berperilaku sehat, melainkan diperlukan juga perilaku

contoh atau acuan dari para tokoh masyarakat, tokoh

agama, dan para petugas, lebih-lebih para petugas

kesehatan. Undang-undang juga diperlukan untuk

memperkuat perilaku masyarakat tersebut, seperti perilaku

memeriksakan kehamilan dan kemudahan memperoleh

fasilitas pemeriksaan kehamilan. Diperlukan juga peraturan

atau perundang-undangan yang mengharuskan ibu hamil

melakukan pemeriksaan kehamilan.

D. Tinjauan Umum Remaja Putri

Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia

10-19 tahun. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI no 25 tahun

2014, remaja adalah penduduk antara usia 10-18 tahun sedangkan

Menurut Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana (BKKBN)

rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah.

((Yusni Podungget dkk, 2021)

Masa remaja berdasarkan usia dibagi menjadi tiga fase ( Ira

Nurmala dkk, 2020) :

1. Masa Remaja Awal (12-15 tahun)

26
Pada fase ini seorang remaja mengalami perubahan

jasmani dan intelektual yang sangat cepat sehingga remaja

memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap dunia luar. Pada

fase remaja awal, seorang remaja seringkali merasa ragu-ragu,

tidak stabil dan seringkali merasa kecewa apabila sesuatu tidak

berjalan sesuai dengan harapannya.

2. Masa Remaja Pertengahan (15-18 tahun)

Setelah melewati fase remaja awal, kemudian eramaja

akan melalui fase kedua dalam rentang usia 15 – 18 tahun. Di

fase ini remaja masih dinilai kekanak-kanakan, tetapi ia mulai

menyadari bahwa ia harus hidup mandiri. Remaja pada fase ini

mulai menentukan nilai-nilai tertentu yang ingin ia jalankan untuk

menentukan jati dirinya. Berbeda dengan fase remaja awal yang

penuh dengan keraguan, pada masa remaja pertengahan

seorang remaja mulai merasakan kemantapan diri.

3. Masa remaja akhir (18-21 tahun)

Pada rentang fase ini, remaja mulai mengetahaui jati

dirinya, telah mantap dan stabil dalam menjalankan kehiduan

sesuai dengan nilai yang ia inginkan. Remaja pada fase ini telah

memiliki pendirian tertentu dan telah memahami arah tuujuan

hidupnya.

E. Tinjauan Umum Tentang Anemia

1. Pengertian

27
Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar

hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari normal

Hemoglobin adalah salah satu komponen dalam sel darah

merah/eritrosit yang berfungsi untuk mengikat oksigen dan

menghantarkannya ke seluruh sel jaringan tubuh. Oksigen

diperlukan oleh jaringan tubuh untuk melakukan fungsinya.

Kekurangan oksigen dalam jaringan otak dan otot akan

menyebabkan gejala antara lain kurangnya konsentrasi dan

kurang bugar dalam melakukan aktivitas. Hemoglobin dibentuk

dari gabungan protein dan zat besi dan membentuk sel darah

merah/eritrosit. Anemia merupakan suatu gejala yang harus dicari

penyebabnya dan penanggulangannya dilakukan sesuai dengan

penyebabnya (Kemenkes, 2018)

2. Diagnosis Anemia

Penegakkan diagnosis anemia dilakukan dengan

pemeriksaaan laboratorium kadar hemoglobin/Hb dalam darah

dengan menggunakan metode Cyanmethemoglobin (WHO, 2001).

Hal ini sesuai dengan Permenkes Nomor 37 Tahun 2012 tentang

Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat.

Rematri dan WUS menderita anemia bila kadar hemoglobin darah

menunjukkan nilai kurang dari 12 g/dL

Tabel 2.1
Klasifikasi Anemia menurut Kelompok Umur

28
Sumber : WHO 2011 dalam pedoman Pencegahan Anemia 2018

3. Penyebab Anemia

Anemia terjadi karena berbagai sebab, seperti defisiensi

besi, defisiensi asam folat, vitamin B12 dan protein. Secara

langsung anemia terutama disebabkan karena produksi/kualitas

sel darah merah yang kurang dan kehilangan darah baik secara

akut atau menahun.

Ada 3 Penyebab Anemia, yaitu:

a. Defisiensi zat gizi

1) Rendahnya asupan zat gizi baik hewani dan nabati yang

merupakan pangan sumber zat besi yang berperan penting

untuk pembuatan hemoglobin sebagai komponen dari sel

darah merah/eritrosit. Zat gizi lain yang berperan penting

dalam pembuatan hemoglobin antara lain asam folat dan

vitamin B12.

2) Pada penderita penyakit infeksi kronis seperti TBC,

HIV/AIDS, dan keganasan seringkali disertai anemia, karena

29
kekurangan asupan zat gizi atau akibat dari infeksi itu

sendiri.

b. Perdarahan (Loss of blood volume)

1) Perdarahan karena kecacingan dan trauma atau luka yang

mengakibatkan kadar Hb menurun.

2) Perdarahan karena menstruasi yang lama dan berlebihan

c. Hemolitik

1) Perdarahan pada penderita malaria kronis perlu diwaspadai

karena terjadi hemolitik yang mengakibatkan penumpukan

zat besi (hemosiderosis) di organ tubuh, seperti hati dan

limpa

2) Pada penderita Thalasemia, kelainan darah terjadi secara

genetic yang menyebabkan anemia karena sel darah

merah/eritrosit cepat pecah, sehingga mengakibatkan

akumulasi zat besi dalam tubuh

4. Gejala Anemia

Menurut Arisman 2004 dalam Trysnawati, E. (2022),

gejala anemia biasanya tidak khas dan sering tidak jelas seperti

pucat, mudah lelah, berdebar, dan sesak nafas. Kepucatan bias

diperiksa pada telapak tangan, kuku dan konjungtiva palpebral.

Sedangkan menurut Kemenkes 2018, gejala/tandatanda anemia

antara lain 5 L (lelah, lesu, lemah, letih, lalai), bibir tampak pucat,

nafas pendek, lidah licin, denyut jantung meningkat, susah

30
buang air besar, nafsu makan berkurang, kadang-kadang

pusing, dan mudah mengantuk.

5. Cara Pencegahan dan Penanggulangan Anemia

Menurut Kemenkes R.I (2018), upaya pencegahan dan

penanggulangan anemia dilakukan dengan memberikan asupan

zat besi yang cukup ke dalam tubuh untuk meningkatkan

pembentukan hemoglobin. Upaya yang dapat dilakukan

diantaranya:

a. Meningkatkan Asupan Makanan Sumber Zat Besi

Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi

dengan pola makan bergizi seimbang, yang terdiri dari aneka

ragam makanan, terutama sumber pangan hewani yang kaya

zat besi (besi heme) dalam jumlah yang cukup sesuai dengan

AKG. Selain itu juga perlu meningkatkan sumber pangan

nabati yang kaya zat besi (besi non-heme), walaupun

penyerapannya lebih rendah dibandingdengan hewani.

b. Fortifikasi Bahan Makanan dengan Zat Besi

Fortifikasi bahan makanan yaitu menambahkan satu

atau lebih zat gizi kedalam pangan untuk meningkatkan nilai

gizi pada pangan tersebut. Penambahan zat gizi dilakukan

pada industri pangan, untuk itu disarankan membaca label

kemasan untuk mengetahui apakah bahan makanan tersebut

sudah difortifikasi dengan zat besi.

31
c. Suplementasi Zat Besi

Pada keadaan dimana zat besi dari makanan tidak

mencukupi kebutuhan terhadap zat besi, perlu didapat dari

suplementasi zat besi. Pemberian suplementasi zat besi

secara rutin selama jangka waktu tertentu bertujuan untuk

meningkatkan kadar hemoglobin secara cepat, dan perlu

dilanjutkan untuk meningkatkan simpanan zat besi di dalam

tubuh.

Suplementasi tablet tambah darah (TTD) pada remaja

putri dan Wanita Usia Subur (WUS merupakan salah satu

upaya pemerintah Indonesia untuk memenuhi asupan zat

besi. Pemberian TTD dengan dosis yang tepat dapat

mencegah anemia dan meningkatkan cadangan zat besi di

dalam tubuh (Kemenkes, 2018)

F. Tinjauan Umum Tentang Tablet Tambah Darah

1. Pengertian

Tablet tambah darah adalah suplemen zat gizi yang

mengandung sekurangnya 60 mg elemental besi dan 400 mcg

asam folat. Berdasarkan penelitian di Indonesia dan di

beberapa negara lain, pemerintah menetapkan kebijakan

program pemberian TTD pada rematri dan WUS dilakukan

setiap 1 kali seminggu dan sesuai dengan Permenkes yang

berlaku. (Kemenkes RI, 2018)

32
2. Manfaat Tablet Tambah Darah (TTD)

Berikut ini manfaat tablet tambah darah menurut Rasyid,

Zakariah , Munaf (2022)

a. Menggantikan zat besi dalam tubuh yang hilang bersamaan

dengan darah pada masa menstruasi

b. Zat besi sangat penting dalam pencegahan anemia pada

masa kehamilan dan menyusui, sehingga disarankan untuk

dikonsumsi sejak remaja

c. Meningkatkan status gizi dan kesehatan remaja putri

3. Cara Mengonsumsi TTD

a. Minum satu tablet tambah dari seminggu sekali dan minum

tablet perhari selama haid untuk mencegah anemia. Saat

haid, remaja kehilangan zat besi akibat perdarahan.

Pengeluaran darah haid rata-rata 60ml/bulan yang sama

dengan 30 mg besi

b. Tablet tambah darah diminum dengan air putih atau jus

jeruk. TTD tidak boleh diminum dengan kopi dan the krena

akan berpengaruh dalam menurunkan penyerapan zat besi.

Teh dan kopi mengandung tannin yang mampu penghambat

serapan zat besi dari makanan.

33
34
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran

Remaja putri pada masa pubertas sangat berisiko mengalami

anemia gizi besi. Hal ini disebabkan banyaknya zat besi yang hilang

selama menstruasi. Selain itu diperburuk oleh kurangnya asupan zat

besi, dimana zat besi pada rematri sangat dibutuhkan tubuh untuk

percepatan pertumbuhan dan perkembangan. Pemberian TTD pada

remaja putri bertujuan untuk memenuhi kebutuhan zat besi bagi para

remaja putri yang akan menjadi ibu di masa yang akan datang. Faktor

internal yang diduga berhubungan dengan konsumsi tablet tambah

darah remaja putri yaitu pengetahuan tentang anemia, kebiasaan atau

pola konsumsi bahan pangan mengandung zat besi, inhibitor zat besi,

serta enhancer zat besi.

Berdasarkan teori kepustakaan maka kerangka konsep yang

dibangun adalah melihat hubungan pengetahuan dan sikap remaja

putri (sebagai variable independen) dengan perilaku mengonsumsi

tablet zat besi (variabel dependen di SMA Negeri 5 Jeneponto

35
B. Kerangka Konsep Penelitian

Pengetahuan
Perilaku
Mengonsumsi
Tablet Zat
Besi
Sikap

Keterangan :

: Variabel Independen (pengetahuan dan

sikap)

: Variabel depende (Perilaku Mengonsumsi

Tablet Zat Besi)

C. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

Defenisi
Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional

Perilaku Keteraturan kuesioner 1. Patuh : Jika Nominal


mengonsums responden dalam mengonsumsi 1
i tablet zat mengkonsumsi tablet / minggu
besi 4 tablet zat besi 2. Tidak : Jika
dalam satu tidak rutin
bulan. mengonsumsi 1
tablet / minggu
(Kemenkes RI,
2018)
Pengetahuan Kemampuan Kuesioner 1. Pengetahuan Ordinal

36
responden dalam baik jika 76-
menjawab 100%
pertanyaan jawaban
tentang anemia benar
pada remaja 2. Pengetahuan
cukup jika
56-75%
jawaban
benar
3. Pengetahuan
Kurang jika
<56%
jawaban
benar
(Notoatmodjo
2018)
Sikap Respon dari Kuesioner 1. Positif : hasil Ordinal
presentase
responden
jawaban 50-
(remaja putri)
100%
tentang anemia 2. Negatif : hasil
presentase
pada remaja
presentase
jawaban < 50
(Tritjahjo
Danny
Soesilo, 2022)

37
D. Hipotesis

1. Hipotesis Alternatif

38
a. Ada hubungan pengetahuan remaja putri tentang anemia dengan

perilaku mengonsumsi tablet zat besi di SMA Neger 5 Jeneponto

b. Ada hubungan sikap remaja putri tentang anemia dengan perilaku

mengonsumsi tablet zat besi di SMA Neger 5 Jeneponto

2. Hipotesis Nol

a. Tidak ada hubungan pengetahuan remaja putri tentang anemia

dengan perilaku mengonsumsi tablet zat besi di SMA Neger 5

Jeneponto

b. Tidak ada hubungan sikap remaja putri tentang anemia dengan

perilaku mengonsumsi tablet zat besi di SMA Neger 5 Jeneponto

BAB IV

39
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

observasional analitik dengan menggunakan pendekatan cross

sectional. Penelitian ini termasuk penelitian observasional karena

peneliti hanya mengamati subjek. Desain penelitian adalah cross

sectional ini mencoba mencari hubungan antar variabel dan subjek

penelitian dikumpulkan dan diukur dalam waktu bersamaan.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 9 Kota Makassar.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut (Nasution, 2023), populasi adalah subyek/objek yang

mempunyai kualitas dankarakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudiandi tarik kesimpulan.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua remaja putri kelas

X dan XI di SMA Negeri 9 Makassar sebanyak 230 orang

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang terpilih

dengan cara tertentu sehingga dianggap dapat mewakili

populasi penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah

40
sebagian remaja putri kelas X dan XI di SMA Negeri 9

Makassar.

D. Cara Pengambilan Sampel

Tehnik pengambilan sampel yang digubnakan adalah simple

Random Sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan

secara acak serta berasal dari anggota populasi yang ada. Meski

acak, namun setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang

sama untuk dipilih menjadi sampel. Jumlah sample dihitung dengan

rumus Slovin

230
= 1+ 230(0.1)2 = 69, 6 dibulatkan 70 orang

Keterangan : N : besar populasi

n : Sampel

d : Tingkat kepercayaan (10%)

E. Pengumpulan Data

1. Data Primer

a. Data identitas sampel meliputi nama, tanggal lahir, alamat,

umur, kelas dan jenis kelamin yang diperoleh dari

wawancara langsung.

41
b. Data pengetahuan diperoleh dengan wawancara

menggunakan lembar kuesioner yang berisi pertanyaan

yang telah disusun sebelumnya.

c. Data sikap diperoleh dengan wawancara menggunakan

lembar kuesioner yang berisi pernyataa yang telah disusun

sebelumnya , dengan pilihan jawaban sangat setuju, setuju,

ragu-ragu dan tidak setuju

F. Pengolahan dan Penyajian Data

Ada beberapa tahapan yang dilakukan peneliti dalam mengolah

data yaitu lembar kuisioner sudah terkumpul diteliti kembali dengan

beberapa tahap, diantaranya :

1. Editing (Memeriksa Data)

Memeriksa kelengkapan jawaban yang diberikaan oleh

responden pada kuesioner yang telah diisi.

2. Coding (Memberi Tanda/kode)

Memberi kode-kode pada hasil kuesioner responden

untuk memudahkan proses pengolahan data. Pemberian kode

pada data dilakukan pada saat memasukkan atau entry data

untuk diolah menggunakan SPSS.

3. Processing (Pengolahan

Data)

Menentukan skor atau nilai untuk tiap item pertanyaan

dan menentukan nilai terendah dan tertinggi. Hasil kuesioner

42
yang terkumpul diperiksa ulang untuk mengetahui kelengkapan

isi datanya. Setelah data lengkap, data dikelompokkan

kemudian dilakukan penelitian. Pengolahan data yang akan

dilakukan pada penelitian ini menggunakan bantuan Microsoft

Excel dan SPSS 26 (Statistical Product for Social Sciense).

4. Cleaning (Pembersihan Data)

Cleaning merupakan proses untuk membersihkan dari

kesalahan atau pengecekan kembali data yang sudah dientry

dan melakukan koreksi bila terdapat kesalahan pengisian data

karena kesalahan pada waktu proses entry atau tabulasi data

G. Analisis Data

1. Analisa Univariat

Analisa Univariat yang digunakan oleh peneliti adalah

dengan analisa deskriptif yang dilakukan untuk menjabarkan

setiap variabel yang diteliti (variable dependen maupun variabel

independen). Untuk melihat distribusi frekuensi dari masing-

masing variabel dengan menggunakan tabel distribusifrekuensi.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk menganalisis 2 variabel

yang diduga berhubungan atau berkorelasi yang dapat

dilakukan dengan pengujian statistik. Pada penelitian ini

digunakan Uji Chi-square dengan menggunakan SPSS. Hasil

uji tes ini adalah jika ρ ˂ 0,05 maka Ha diterima yang artinya

43
terdapat hubungan pengetahuan dan sikap remaja putri

tentang anemia dengan perilaku mengonsumsi tablet zat besi di

SMA Negeri 9 Makassar

Apabila ρ > 0,05 maka Ha ditolak yang berarti bahwa

tidak ada terdapat hubungan pengetahuan dan sikap remaja

putri tentang anemia dengan perilaku mengonsumsi tablet zat

besi di SMA Negeri 9 Makassar

H. Etika Penelitian

Penelitian ini menggunakan beberapa prosedur sehingga

dalam pengisian kuesioner harus berhubungan dengan etik

penelitian meliputi:

1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Lembar persetujuan berisi penjelasan mengenai

penelitian yang dilakukan, tujuan penelitian, tata cara penelitian,

ernyataan dalam lembar persetujuan jelas dan mudah dipahami

sehingga responden tahu bagaimana penelitian ini dijalankan.

Untuk responden yang bersedia maka mengisi dan

menandatangani lembar persetujuan secara sukarela.

44
2. Tanpa Nama (Anonimity)

Penulis tidak akan mencantumkan nama subjek pada

halaman web (form) kuesioner yang disebarkan pada saat

pengumpulan data yang diisi oleh responden. Hal ini dapat

menjaga kerahasiaan identitas atau privasi yang dimiliki

responden.Hasil form tersebut akan diberi kode tertentu supaya

tidak menimbulkan kegandaandata.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang telah terkumpulkan dari

subjek dan dijamin erahasiaannya oleh penulis

4. Keadilan (Justice)

Responden diperlakukan secara adil baik sebelum,

selama dan sesudah partisipasi dalam penelitian tanpa adanya

diskriminasi, apabila mereka tidak bersedia atau keluar dari

penelitian.

45
DAFTAR PUSTAKA

Andani, Y., Esmianti, F., Haryani, S. (2020). Hubungan Pengetahuan Dan


Sikap Remaja Putri Terhadap Konsumsi Tablet Tambah Darah (Ttd)
Di SMP Negeri I Kepahiang. Jurnal Kebidanan Besurek, 5(2),

Damayanti AY. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan status
gizi remaja di pondok pesantren. Darussalam Nutrition Journal. 2020
Nov 20;4(2):143-50.World Health Organization. Prevalensi Gizi
Kurang. Geneva;

Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan. 2018. Data Profil Dinas Kesehatan


Provinsi Sulawesi Selatan.
(Online).(https://apidinkes.sulselprov.go.id/repo/
dinkesPROFIL_2018.pdf., diakses tanggal 08 Juni 2023 jam 20.00
WITA)

Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan - Moesijanti Soekarti,Sunita -


Google Books. (n.d.). Retrieved November 14, 2021, from
https://books.google.co.id/books?

Harwijayanti, B. P., Pardede, J. A., Purba, R., Kusumawaty, I., & Agustini,
M. (2022). Psikologi Keperawatan. Get Press.
https://www.google.co.id/books/edition/Psikologi_Keperawatan/qMGA
EAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1

Kemenkes RI. (2020). Pedoman Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD)


bagi Remaja Putri Pada Masa Pandemi Covid-19 Bagi Tenaga
Kesehatan. Kementerian Kesehatan RI, .
http://appx.alus.co/direktoratgiziweb/katalog/ttd-rematri-ok2.pdf
Kemenkes RI. (2019). Riset Kesehatan Dasar 2018. Lembaga Penerbit
Badan Litbang Kesehatan
Kemenkez R. I. (2018). Pedoman Pencegahan Dan Penanggulangan
Anemia Pada Remaja Putri Dan Wanita Usia Subur (WUS).
Nasution, A. F. (2023). Metode Penelitian Kualitatif. Harfa Creative.
Notoadmojo, Soekidjo. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
Nurmala Ira, Muthmainnah, Riris Diana et al (2020). Mewujudkan Remaja
Sehat Fisik, Mental dan Sosial.Surabaya : Airalangga University
Press.
Putra, K. A., Munir, Z. dan Siam, W. N. (2020) “Hubungan Kepatuhan
Minum Tablet Fe dengan Kejadian Anemia (Hb) pada Remaja Putri Di
SMP Negeri 1 Tapen Kabupaten Bondowoso,” Jurnal Keperawatan
Profesional, 8(1). doi: 10.33650/jkp.v8i1.1021.
Putri, E.B.A. & Lestari, H. 2018. Hubungan Jumlah Konsumsi Zat Besi
Dari Food Recall 24 Jam Dengan Kadar Hb Remaja Putri Di
Lingkungan Jempong Barat Kota Mataram. Prima, 4(2):118-123.
[Serial Online].
http://ejournal/index.php/. [28 April 2019]

Podungge Yusni, Sri Nurlaliy, Sri Yulianti. (2021). Buku Referensi Remaja
Sehat Bebas Anemia. Yoyakarta: Budi Utama

Rasyid, P. S., Zakaria, R., & Munaf, A. Z. T. (2022). Remaja dan Stunting.
Penerbit NEM.

Risva, T. C., Suyatno, S., & Rahfiludin, M. Z. (2016). Faktor-faktor yang


Berhubungan dengan Kebiasaan Konsumsi Tablet Tambah Darah
Sebagai Upaya Pencegahan Anemia pada Remaja Puteri (Studi Pada
Mahasiswa Tahun Pertama di Fakultas Kesehatan Masyaratak
Universitas Diponegoro). Jurnal Kesehatan Masyarakat, 4(3), 243-
250.

Sembiring, A. B., Adethia, K., Cloudia, C., Aprilia, M., & Utami, E. N.
(2021). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Dalam
Mengkonsumsi Tablet Zat Besi Di Smp Swasta Sini Suka Sei Bingai
Kabupaten Langkat. Medihealth: Jurnal Ilmu Kesehatan dan
Sains, 1(2), 110-116.
Soesilo, T. D. (2022). Prosedur dan Penggunaan Instrumen Skala Sikap.
Satya Wacana University Press.
Sulistyorini, E., & Maesaroh, S. (2019). Hubungan Pengetahuan Dan
Sikap Remaja Putri Tentang Anemia Dengan Perilaku
Mengkonsumsi Tablet Zat Besi Di RW 12 Genengan Mojosongo
Jebres Surakarta. Jurnal Kebidanan Indonesia, 10(2), 110-121.
Tri Rahayu Utomo, E. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan
Konsumsi Tablet Tambah Darah (TTd) Pada Remaja Putri DI Smp
Negeri 9 Jember (Doctoral dissertation, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Jember).

Trysnawati, E. (2022). Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Kepatuhan


Konsumsi Tablet Tambah Darah Dengan Kadar Hemoglobin (Hb)
Siswi Sman 1 Soropia Kecamatan Soropia Kabupaten
Konawe (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Kendari).

Lampiran Kuesioner

KUESIONER

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG


ANEMIA DENGAN PERILAKU MENGONSUMSI TABLET ZAT BESI
DI SMA NEGERI 9 MAKASSAR

Tanggal :

Nomor Responden : (diisi oleh peneliti)

IDENTITAS RESPONDEN

Nama :

Tempat/ tanggal Lahir :

Alamat :

Kelas :

PENGETAHUAN

Beri tanda (X) pada jawaban yang menurut anda benar

1. Apa yang dimaksud dengan anemia?

a. Darah rendah dalam tubuh

b. Suatu keadaan kadar haemoglobin meningkat

c. Suatu keadaan dimana kadar hemoglobin di dalam darah kurang dari

normal

d. Darah tinggi

2. Apa tanda dan gejala anemia?


a. Cepat lelah, pucat pada kulit dan telapak tangan

b. Diare dan kejang

c. Nyeri dada dan kaki pegal

d. Kaki pegal

3. Menurut anda, mengapa remaja putri lebih beresiko terkena anemia?

a. Remaja putri cenderung lebih melakukan diet

b. Sering mengkonsumsi makanan siap saji seperti bakso dan mie ayam

c. Kehilangan darah akibat peristiwa haid setiap bulan

d. Sering minum teh

4. Menurut anda, kelompok yang paling berisiko menderita anemia?

a. Remaja putri

b. Remaja putra

c. Lansia (Lanjut Usia)

d. Anak balita

5. Menurut anda, berapa kadar Hb normal pada remaja putri?

a. Kadar Hb < 12 g/dl

b. Kadar Hb ≥ 12 g/dl

c. Kadar Hb < 12 g/dl

d. Kadar Hb < 10 g/dl

6. Dampak anemia terhadap remaja putri adalah….

a. Konsentrasi belajar menurun

b. Selalu terlambat datang bulan

c. Bibir pecah-pecah
d. Mual – mual

7. Kebiasaan yang dapat menghambat penyerapan zat besi oleh tubuh

adalah...

a. Kebiasaan makan buah dan sayur

b. Kebiasaan minum teh/kopi bersamaan sewaktu makan

c. Kebiasaan tidur terlalu larut malam

d. Kebiasaan minum minuman bersoda

8. Faktor apa yang menyebabkan wanita kehilangan zat besi yang

berlebihan dalam tubuh?

a. Menstruasi

b. Kurang konsumsi makanan yang bergizi

c. Sering olahraga

d. Tidak tahu

9. Hal apa yang anda ketahui sebagai calon ibu nantinya tentang dampak

jika

menderita anemia pada masa kehamilan (persalinan) adalah?

a. Mual dan muntah pada saat kehamilan

b. Rambut rontok pada saat kehamilan

c. Adanya resiko keguguran dan pendarahan pada saat melahirkan

d. Kurangnya mengkonsumsi makanan bergizi

10. Vitamin berikut yang membantu penyerapan zat besi didalam tubuh

adalah

a. Vitamin B
b. Vitamin A

c. Vitamin D

d. Vitamin C

11. Anemia dapat dicegah dengan banyak mengkonsumsi

a. Makanan sumber zat besi, seperti daging sapi, hati ayam

b. Makanan berlemak seperti coklat

c. Makanan yang lunak seperti bubur

d. Makanan junk food

12. Anemia dapat dicegah dengan

a. Tablet tambah darah (Fe)

b. MInuman alcohol

c. Obat Generik

d. Minuman the dan kopi

13. Apa yang anda ketahui tentang tablet Fe/ tablet zat besi ?

a. Obat pelangsing

b. Tablet tambah darah

c. Tablet nafsu makan

d. Obat tinggi badan

14. Berapa butir tablet tambah darah yang di minum dalam seminggu?

a. 1 butir

b. 2 butir

c. 3 Butir

d. 4 Butir
15. Waktu yang tepat untuk minum tablet zat besi adalah

a. Siang hari

b. Pagi hari

c. Pada malam menjelang tidur

d. Sore hari

16. Dibawah ini merupakan makanan sumber zat besi atau makanan

penambah darah yang berasal dari nabati adalah

a. Daun singkong dan bayam

b. Tahu dan tempe

c. Ikan dan nasi

d. Lemak sapi

SIKAP

Beri tanda (√) pada jawaban yang anda pilih!

Keterangan: SS : Sangat Setuju, S : Setuju , Rau-Ragu : R , TS : Tidak

Setuju

No Pernyataan SS S R TS

1 Remaja putri perlu mengkonsumsi tablet


tambah darah (TTD)
2 Sebaiknya remaja putri perlu
mengkonsumsi makanan yang
mengandung zat besi
3 Merasa khawatir bila terkena anemia

4 Jika saya sudah merasakan gejala


anemia (letih, lelah, lunglai, lesu, lemah),
maka saya akan memeriksa kadar HB
atau mengunjungi Fasilitas kesehatan
terdekat
5 Anemia paling sering terjadi pada remaja

putri

6 Menurut saya, orang tua saja yang perlu


mengkonsumsi Tablet zat besi
7 Dengan makan buah dan sayur dapat
menjaga kesehatan kita
8 Remaja putri perlu mengetahui
pentingnya tablet zat besi dan anemia
9 Bila diberi tablet tambah darah saya akan
meminumny
10 Remaja putri harus menghabiskan tablet
Fe yang diberikan oleh petugas
kesehatan

Perilaku Konsumsi Tablet Zat Besi

1. Apakah anda mengkonsumsi Tablet zat besi

a. Ya

b. Tidak

Jika tIdak, berikan alasannya …………………………..

2. Jika 1 ya, Berapa kali anda mengkonsumsi TTD?

a. 1 minggu sekali

b. 1 bulan sekali

Lainnya (...........................)

3. Berapa TTD yang anda konsumsi?

a. 1 tablet/minggu

b. Kurang dari 4 tablet/bulan

Anda mungkin juga menyukai